60

BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

  • Upload
    vominh

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh
Page 2: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

BANK INDONESIAUntuk informasi lebih lanjut hubungi:Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanBiro Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Telepon : +62 61 3818163 +62 21 3818206 (sirkulasi)Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id

Page 3: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

i

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah

Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam

rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana

telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud utama,

yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan pada

prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan (ii)

sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat

luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan

kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

S. Budi Rochadi Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIwuLAN III-2010

Page 4: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

ii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Page 5: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

iii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

strategi Kebijakan Moneter

Prinsip Dasar

Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.

Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.

Sasaran Inflasi

Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2010 – 2012, masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%.

Instrumen dan Operasi Moneter

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.

Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).

Proses Perumusan Kebijakan

BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Transparansi

Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Koordinasi dengan Pemerintah

Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.

Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga

(Inflation Targeting Frameworks)

Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Page 6: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

iv

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Page 7: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Kata Pengantar

Kinerja perekonomian Indonesia pada triwulan III 2010 menunjukkan penguatan yang terus berlanjut. Penguatan

ekonomi Indonesia kini mulai diikuti oleh investasi yang terus membaik. Hal itu tercermin dari kontribusi investasi

pada pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada triwulan I dan triwulan II 2010 dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi

untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Perkembangan perekonomian domestik yang cukup baik ini memperkuat

optimisme berlanjutnya ekspansi perekonomian hingga akhir 2010.

Selama triwulan III 2010, pertumbuhan ekonomi yang terjadi ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang meningkat

dengan didukung oleh membaiknya investasi dan masih tingginya permintaan eksternal. Konsumsi rumah tangga

yang cukup tinggi tersebut didukung oleh daya beli yang terus membaik, suku bunga kredit yang lebih rendah, dan

nilai tukar rupiah yang cenderung menguat. Investasi swasta kini mulai meningkat, disertai oleh perbaikan dari sisi

kualitas. Pertumbuhan investasi hingga semester I 2010 terutama didukung oleh investasi nonbangunan, khususnya

kelompok mesin yang masuk dalam kategori barang-barang produktif. Hal itu tercermin dari impor mesin untuk

kegiatan produksi yang meningkat cukup tinggi sebagai respons dunia usaha terhadap optimisme prospek kondisi

ekonomi yang membaik. Sementara itu, permintaan eksternal yang masih tinggi, terutama dari China dan India

mendorong peningkatan ekspor. Kinerja ekspor yang membaik tersebut mendorong transaksi berjalan masih mencatat

surplus pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan

triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh lebih tinggi dari ekspor. Di sisi lain, tingginya

aliran modal masuk menyebabkan rupiah cenderung menguat. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah pada triwulan III

mencapai Rp9.001 per dolar AS, atau menguat 1,2% (qtq) dibandingkan triwulan II 2010. Selain itu, aliran modal

masuk yang besar juga menyebabkan transaksi modal dan finansial mencatat peningkatan surplus yang cukup

signifikan. Dengan demikian, secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2010 masih

mencatat surplus cukup besar sehingga cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi USD86,55 miliar atau setara

dengan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Dari sisi harga, inflasi sepanjang triwulan III 2010 menunjukkan peningkatan yang terutama bersumber dari kelompok

volatile food. Tingginya tekanan inflasi dari kelompok volatile food disebabkan oleh gangguan distribusi dan produksi

Gubernur Bank Indonesia

Page 8: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

vi

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

bahan makanan serta pola musiman hari raya. Inflasi IHK pada September 2010 mencapai 0,44% (mtm) atau sebesar

5,80% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, selama triwulan III 2010 inflasi IHK tercatat sebesar 2,79 (qtq), lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 1,41% (qtq). Sementara itu, tekanan inflasi inti sejauh ini relatif masih

rendah didukung oleh nilai tukar yang cenderung terapresiasi. Tekanan inflasi dari administered prices juga relatif

masih rendah karena tidak ada kebijakan strategis Pemerintah di bidang harga pada September 2010.

Kinerja sektor perbankan juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hal itu tercermin dari berbagai

indikator kinerja yang menunjukkan perbaikan seperti kualitas kredit dan permodalan. Pelaksanaan intermediasi juga

mengalami peningkatan. Pertumbuhan kredit hingga September 2010 mencapai 21,2% (yoy), dan lebih terarah

pada sektor-sektor yang produktif. Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2010 pertumbuhan

kredit diperkirakan mencapai 22%-24%. Peningkatan kredit terutama didiorong oleh membaiknya keyakinan pelaku

ekonomi terhadap prospek perkonomian.

Dengan memerhatikan perkembangan yang terjadi hingga triwulan III 2010, Bank Indonesia meyakini perkembangan

ekonomi global dan domestik akan terus membaik. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 diperkirakan dapat

mencapai kisaran 6,0%-6,3%. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2011 diperkirakan mencapai

kisaran 6,0%-6,5%. Pertumbuhan tersebut didukung oleh konsumsi rumah tangga yang tetap kuat, peningkatan

kinerja sektor eksternal yang sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang terus berlangsung, serta peningkatan

investasi seiring dengan menguatnya permintaan domestik dan eksternal. Di sisi harga, Bank Indonesia mencatat

adanya risiko yang dapat mendorong inflasi. Pertama, kecenderungan peningkatan permintaan yang lebih cepat

dari penawaran. Kedua, anomali cuaca yang kemungkinan masih berlanjut dan berpotensi mengganggu kegiatan

produksi serta distribusi bahan kebutuhan pokok. Ketiga, kemungkinan adanya rencana kenaikan administered

prices. Bank Indonesia terus mencermati potensi tekanan inflasi tersebut dan meningkatkan koordinasi kebijakan

bersama Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah, serta akan melakukan respons dengan bauran kebijakan

yang diperlukan agar inflasi tetap berada pada sasaran yang ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2010 dan 2011

serta 4,5%±1% pada tahun 2012.

Jakarta, Oktober 2010

Gubernur Bank Indonesia

Dr. Darmin Nasution

Page 9: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

vii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009daftar Isi

Daftar Isi

1. Tinjauan Umum ............................................................................ 1

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini ...................................... 4

Perkembangan Ekonomi Dunia ...................................................... 4

Pertumbuhan Ekonomi .................................................................... 6

Neraca Pembayaran Indonesia ......................................................... 15

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2010 ...... 18

Nilai Tukar Rupiah ........................................................................... 18

Inflasi .............................................................................................. 20

Kebijakan Moneter ......................................................................... 22

4. Perekonomian Indonesia ke Depan ............................................ 29

Asumsi dan Skenario yang Digunakan ............................................ 29

Prospek Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 30

Prakiraan Inflasi ............................................................................... 37

Faktor Risiko ................................................................................... 38

5. Respon Kebijakan Moneter Triwulan III-2010 ............................ 40

Tabel Statistik ................................................................................... 42

Page 10: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

viii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 daftar Isi

Page 11: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Tinjauan Umum

1

1. Tinjauan Umum

Akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berlanjut dan stabilitas makro

tetap terjaga. Akselerasi pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh peningkatan

konsumsi dan ekspor serta investasi. Konsumsi meningkat dipicu oleh optimisme keyakinan

konsumen, tersedianya sumber pembiayaan konsumsi dan rendahnya harga impor.

Sementara itu, kegiatan ekspor yang membaik terutama didorong masih kuatnya permintaan

dari China dan India. Peningkatan permintaan domestik dan internasional ini berdampak pada

meningkatnya pertumbuhan investasi. Perekonomian Indonesia di tahun 2010 diperkirakan

tumbuh 6,0%-6,3% dan pada tahun 2011 mencapai kisaran 6,0%-6,5%. Dari sisi harga,

inflasi masih mencatat peningkatan yang cukup tinggi pada triwulan III-2010. Peningkatan

harga yang terjadi terutama masih bersumber dari kelompok volatile food, yaitu aneka

bumbu dan sayuran. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok inti dan administered prices

masih pada tingkat yang rendah. Bank Indonesia terus mencermati potensi tekanan inflasi

tersebut dan meningkatkan koordinasi kebijakan bersama Pemerintah baik di tingkat pusat

maupun daerah, serta akan melakukan respon dengan bauran kebijakan yang diperlukan

agar inflasi tetap berada pada sasaran yang ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2010

Perekonomian global masih terus menunjukkan pertumbuhan meskipun tidak

merata. Perekonomian negara-negara besar seperti AS, Jepang dan China mengalami

perlambatan. Melambatnya pertumbuhan ekonomi AS terutama disebabkan konsumsi yang

masih tertekan akibat tingginya pengangguran dan credit crunch, sementara perlambatan

ekonomi Jepang disebabkan penguatan yen yang berdampak pada daya saing ekspor. China

yang sebelumnya tumbuh cepat kini harus mengerem pertumbuhan ekonominya untuk

menghindari overheating. Di sisi lain, negara-negara Eropa khususnya Jerman dan Perancis

tumbuh lebih baik dari perkiraan. Peningkatan tersebut antara lain didorong oleh ekspor yang

meningkat serta hasil stress test perbankan Eropa yang lebih baik dari perkiraan sehingga

memicu optimisme pelaku ekonomi. Selain itu, perekonomian negara-negara emerging

market juga tetap tumbuh dengan solid. Industri global yang terus berekspansi dan volume

perdagangan dunia yang terus meningkat membuat perekonomian dunia pada triwulan

III-2010 tetap tumbuh meski lebih moderat dibandingkan dari triwulan II 2010.

Pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan III 2010 diperkirakan lebih baik dari

triwulan sebelumnya. Pada triwulan III 2010, ekonomi domestik diperkirakan tumbuh

6,3%(yoy). Pertumbuhan tersebut didorong oleh konsumsi rumah tangga yang diperkirakan

tetap tumbuh di atas 5%(yoy). Pertumbuhan konsumsi ini dipacu oleh optimisme konsumen

dan meningkatnya pendapatan yang antara lain berasal dari hasil ekspor. Pertumbuhan

ekspor pada triwulan III 2010 diperkirakan mencapai 11,4%. Pertumbuhan ekspor ini dipicu

oleh pertumbuhan ekonomi global yang terus membaik terutama China dan India seiring

dengan semakin tersebarnya negara tujuan ekspor. Investasi diperkirakan tumbuh sebesar

9,9% (yoy) pada triwulan III 2010 sebagai respons atas meningkatnya permintaan serta

membaiknya iklim investasi. Kondisi ini berimplikasi pada impor yang juga meningkat. Secara

sektoral, sektor nontradable tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sektor tradable.

Page 12: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

2

Perkembangan ekonomi yang membaik tersebut juga tercermin pada perkembangan

ekonomi di daerah yang terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi daerah terutama

didorong oleh kinerja ekonomi di wilayah Sumatera dan Indonesia bagian Timur (Sulawesi,

Maluku, Papua – Sulampua) pada subsektor perkebunan dan sektor pertambangan.

Selain itu, kinerja industri pengolahan dan sektor bangunan di wilayah Jawa, Bali, Nusa

Tenggara (Jabalnustra), dan Kalimantan memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi

pertumbuhan ekonomi. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi daerah ditopang oleh

konsumsi dan investasi sejalan dengan masih tingginya optimisme konsumen, peningkatan

kredit konsumsi, serta stabilnya nilai tukar petani. Dari sisi investasi, peningkatan terjadi

pada investasi bangunan maupun nonbangunan. Kegiatan investasi bangunan yang tumbuh

cukup tinggi terjadi di Jakarta dan Jabalnustra. Kegiatan investasi bangunan di Jakarta

terutama pada sektor properti untuk retail dan perkantoran. Dari sisi ekspor, peningkatan

ekspor komoditas manufaktur terutama berasal dari Jabalnustra dan DKI Jakarta. Sementara

peningkatan ekspor komoditas sumber daya alam (SDA) berasal dari wilayah Kalimantan,

Sulampua dan Sumatra, meskipun terdapat gangguan produksi yang disebabkan anomali

cuaca.

Dari sisi harga, inflasi sepanjang triwulan III 2010 menunjukkan peningkatan yang

terutama bersumber dari kelompok volatile foods. Masih tingginya tekanan inflasi

dari kelompok bahan makanan (volatile food) akibat gangguan distribusi dan produksi

yang disebabkan anomali cuaca serta kenaikan tarif dasar listrik untuk rumah tangga.

Sementara itu, tekanan inflasi juga bersumber dari penyesuaian biaya pendidikan sehubungan

dengan datangnya tahun ajaran baru dan adanya peningkatan permintaan terkait hari raya

keagamaan. Namun demikian, tekanan inflasi pada bulan September 2010 mengalami

penurunan yaitu tercatat sebesar 0,44 (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yaitu

0,76% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, selama triwulan III 2010 inflasi IHK tercatat

sebesar 2,79 (qtq) atau mencapai 5,80% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mencapai 1,41% (qtq) atau 5,05% (yoy). Sementara itu, dampak kelompok

administered prices terhadap inflasi IHK masih relatif kecil karena tidak adanya kebijakan

strategis pemerintah di bidang harga pada September 2010.

Neraca pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III 2010 diperkirakan akan mencatat

surplus yang lebih tinggi dari yang diperkirakan semula. Hal itu disebabkan oleh

surplus neraca transaksi modal dan finansial (TMF) yang mengalami perbaikan cukup

signifikan. Peningkatan surplus TMF yang cukup signifikan didorong oleh membaiknya

persepsi internasional terhadap perekonomian Indonesia, yaitu perbaikan outlook credit

rating Indonesia, imbal hasil investasi rupiah yang cenderung meningkat, serta kondisi

ekses likuiditas global. Di sisi lain, surplus neraca transaksi berjalan (current account/CA)

diperkirakan akan menurun akibat petumbuhan impor yang tinggi, seiring dengan kegiatan

ekonomi domestik yang terakselerasi. Namun demikian, impor yang terakselerasi tersebut

masih mendukung kegiatan ekonomi domestik, tercermin dari dominannya impor bahan

baku dan barang modal. Dengan perkembangan tersebut cadangan devisa pada akhir

September 2010 mencapai 86,55 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,5 bulan impor dan

pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Page 13: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Tinjauan Umum

3

Nilai tukar rupiah terus menguat seiring dengan kinerja transaksi berjalan yang

masih mencatat surplus cukup besar dan derasnya arus modal asing yang masuk

serta faktor risiko yang masih terjaga. Penguatan rupiah ini didukung oleh sentimen

global yang positif serta faktor fundamental domestik yang semakin kokoh. Jika dibandingkan

dengan triwulan II 2010, secara rata-rata rupiah menguat sebesar 1,2% (qtq), mencapai

Rp9.001 per dolar AS. Penguatan rupiah pada triwulan III tersebut diikuti oleh volatilitas

yang turun dari 0,5% pada triwulan II 2010 menjadi 0,2% pada triwulan III 2010. Pada

akhir triwulan III 2010 rupiah ditutup pada level Rp8.924 per dolar AS, atau menguat

1,2% (ptp) dibandingkan dengan triwulan II 2010. Nilai tukar rupiah yang cenderung stabil

dapat mendukung kebutuhan impor bahan baku yang diperlukan untuk kegiatan produksi

domestik, dan di sisi lain penguatan rupiah belum memberikan tekanan yang signifikan bagi

eksportir karena masih kuatnya permintaan internasional.

Pasar keuangan secara keseluruhan pada triwulan III 2010 berada dalam kondisi

yang semakin stabil. Kondisi pasar SUN dan pasar modal terus membaik sebagaimana

tercermin dari IHSG yang meningkat dan yield SUN yang menurun. Membaiknya pasar

modal dan SUN pada triwulan III 2010 ini ditopang oleh prospek perekonomian yang terus

membaik. Di pasar uang antarbank, kondisi likuiditas selama triwulan III 2010 cenderung

meningkat. Transmisi kebijakan moneter sepanjang triwulan III-2010 juga berlangsung

dengan baik sebagaimana tercermin dari suku bunga PUAB O/N yang bergerak di sekitar

BI Rate, pertumbuhan kredit yang meningkat terutama untuk jenis kredit modal kerja dan

IHSG yang mencapai level tertinggi sepanjang sejarah.

Di sisi mikro perbankan, kondisi perbankan nasional semakin kuat. Hal itu tercermin

dari masih tingginya rasio kecukupan modal (CAR) dan terjaganya rasio gross non-performing

loan (NPL) dibawah 5% Selain itu likuiditas perbankan, termasuk likuiditas di pasar uang

antar bank kian membaik dan dana pihak ketiga (DPK) yang terus meningkat. Intermediasi

perbankan juga semakin baik tercermin dari pertumbuhan kredit yang hingga akhir September

2010 mencapai 21,2% (yoy). Pertumbuhan modal kerja selama tahun 2010 telah tumbuh

melampaui jenis kredit konsumsi dan ke depan pertumbuhan kredit tetap diarahkan ke

sektor yang produktif. Dengan perkembangan tersebut dan sesuai dengan rencana bisnis

bank, untuk keseluruhan tahun 2010 pertumbuhan kredit diperkirakan mencapai 22%-

24%. Peningkatan kredit terutama didorong oleh membaiknya keyakinan pelaku ekonomi

terhadap prospek perekonomian.

Berdasarkan asesmen dan prospek ekonomi tersebut, Rapat Dewan Gubernur Bank

Indonesia pada 5 Oktober 2010 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada

level 6,5% dengan koridor suku bunga sebesar ±100 bps. Keputusan tersebut juga

mempertimbangkan bahwa tingkat BI Rate 6,5% masih konsisten dengan pencapaian

sasaran inflasi jangka menengah dan dipandang masih kondusif untuk menjaga

stabilitas keuangan dan mendorong intermediasi perbankan, sehingga sisi supply

dapat merespon akselerasi sisi permintaan secara memadai.

Page 14: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

4

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

Berlanjutnya proses pemulihan ekonomi global turut mendukung kinerja perekonomian

domestik. Selama triwulan III 2010, pemulihan ekonomi yang kuat terjadi di negara

emerging markets sementara pemulihan negara industri maju relatif stabil. Kondisi tersebut

memberikan dampak positif pada perkembangan ekonomi di dalam negeri. Pertumbuhan

ekonomi Indonesia pada triwulan III 2010 diprakirakan meningkat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, membaiknya

kinerja investasi, serta masih tingginya permintaan eksternal. Kinerja ekspor diperkirakan

masih akan tumbuh tinggi searah dengan membaiknya perekonomian global dan dukungan

peningkatan kapasitas produksi. Perkembangan permintaan domestik dan eksternal tersebut

menyebabkan masih tingginya impor pada triwulan III 2010. Di sisi penawaran, sektor-

sektor ekonomi yang diprakirakan tumbuh membaik yaitu sektor industri pengolahan,

sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor keuangan dan bangunan, sejalan dengan

membaiknya kondisi ekonomi. Sektor pertambangan diprakirakan tumbuh stabil didukung

oleh stabilnya kinerja lifting minyak mentah. Namun, sektor pertanian diprakirakan akan

tumbuh melambat terkait dengan telah lewatnya puncak siklus panen padi.. Di sisi lain,

sektor listrik, gas, dan air bersih diprakirakan tumbuh stabil mengingat belum terdapatnya

upaya penambahan produksi yang siginifikan di sektor ini.

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Pertumbuhan ekonomi global pada triwulan III 2010 diprakirakan terus berlanjut

meski tidak dalam laju pemulihan yang merata. Dorongan pemulihan yang kuat terjadi

pada negara emerging markets, sementara negara industri maju pulih dengan tingkat yang

lebih moderat. Di satu sisi, perekonomian AS mengalami hambatan yang disebabkan oleh

masih tertekannya sektor konsumsi sebagai akibat lemahnya dukungan sektor keuangan

(akses kredit) dan tingginya angka penggangguran meskipun pasar tenaga kerja secara

bertahap mulai membaik. Pemulihan ekonomi Jepang juga terhambat oleh penguatan mata

uang Yen yang pada akhirnya memengaruhi kinerja ekspor negara tersebut. Di sisi lain,

perekonomian Eropa ditengarai membaik yang ditopang oleh membaiknya kinerja ekspor

negara-negara inti (Jerman dan Perancis) seiring dengan tren pelemahan mata uang Euro. Di

negara berkembang, aktivitas ekonomi terutama di Asia dipengaruhi oleh proses stabilisasi

ekonomi yang berlangsung di China.

Pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan III 2010 diprakirakan tetap positif namun

lebih lambat dibandingkan dengan prakiraan sebelumnya.1 Indikasi perlambatan

ekonomi AS terlihat dari revisi turun realisasi PDB AS pada triwulan II 2010 menjadi 1,7%

(qtq annl) dari 2,4% (qtq annl). Berdasarkan perkembangan terkini, sektor industri AS

terus menunjukkan perbaikan yang tercermin dari indeks produksi dan utilisasi kapasitas

yang membaik, meski ke depan diperkirakan melemah. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh 1 Perkiraan pertumbuhan triwulan III-10 sebesar 3.4% (yoy) atau 2.3% qtq (CF Agustus), kemudian turun menjadi 3% yoy atau 1.8%

qtq (CF September)

Page 15: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Perkembangan Makroekonomi Terkini

5

indikator penuntun industri seperti Purchasing Manager Index (PMI), survei manufaktur

(Chicago, Philadelphia) serta laporan Beige Book bulan Agustus yang melaporkan penurunan

aktivitas bisnis di 12 distrik. Dari sisi konsumsi, proses pemulihan masih berlanjut dengan

kecepatan yang moderat. Konsumsi rumah tangga secara umum membaik sebagaimana

tercermin dari tren positif penjualan eceran bulan Juli dan Agustus. Namun demikian, laju

pertumbuhan konsumsi yang relatif kecil mengindikasikan bahwa sektor konsumsi masih

tertekan yang disebabkan oleh tersendatnya ekspansi kredit, meningkatnya pesimisme

konsumen terhadap prospek ekonomi ke depan dan tingkat pengangguran yang masih

tinggi (9,6% pada Agustus 2010)2.

Pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa diprakirakan akan tetap positif. Pada

triwulan II 2010 ekonomi Eropa tumbuh sebesar 1,0% (qtq) atau 1,9% (yoy) seiring dengan

tren pelemahan mata uang Euro yang memberikan dampak positif terhadap kinerja ekspor.

Membaiknya perekonomian Eropa terutama ditopang oleh pertumbuhan ekonomi Jerman

dan Perancis, sementara negara-negara peripheral lainnya seperti Yunani, Portugal, dan

Spanyol masih mengalami perlambatan sebagai dampak dari penerapan austerity program.

Kinerja konsumsi Eropa (data bulan Juli) masih tumbuh positif meski dibayangi oleh tingginya

angka pengangguran yang berada di level 10,0%. Di sektor industri, aktivitas manufaktur

mulai melambat sebagaimana terindikasi oleh tren penurunan PMI manufaktur dan indeks

produksi.

Sementara itu, laju pemulihan ekonomi Jepang mengalami perlambatan akibat

menurunnya kinerja ekspor. Penurunan tersebut berdampak pada aktivitas industri

manufaktur Jepang yang merosot sebagaimana terlihat dari PMI manufaktur yang berada di

level 53,6 (Juni 2010) dan 50,1 (Agustus 2010). Konsumsi domestik juga mengalami tekanan

akibat meningkatnya angka pengangguran dan melemahnya keyakinan konsumen.

Di kawasan Asia, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan berlanjut

meskipun dengan laju yang lebih moderat seiring dengan proses stabilisasi

perekonomian China. Kinerja ekspor dan kuatnya permintaan domestik menjadi penopang

utama pertumbuhan ekonomi Asia. Hal tersebut didukung oleh perekonomian China dan

India sebagai motor pertumbuhan ekonomi Asia yang terus melanjutkan tren pertumbuhan

positif meski dengan laju yang lebih moderat. Sementara itu, normalisasi kebijakan yang

dilakukan otoritas moneter di kawasan Asia serta penarikan stimulus fiskal dengan menaikkan

tarif listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM) akan memengaruhi konsumsi rumah tangga di

Asia. Berdasarkan Consensus Forecast, perekonomian China dan India pada triwulan III 2010

diprakirakan akan tumbuh masing-masing sebesar 9,3% (yoy) dan 8,0% (yoy).

Kinerja pasar keuangan global kembali bullish setelah sempat tertekan pada Agustus

2010. Membaiknya indikator perekonomian AS dan China pada akhir triwulan III 2010 mampu

meredakan kekhawatiran terhadap laju pemulihan ekonomi global yang sempat melemah

pada bulan Agustus. Sentimen negatif terhadap Eropa terus mereda meski belum cukup

solid. Membaiknya risk appetite investor terhadap aset negara PIIGS antara lain terlihat dari

penyerapan pasar terhadap lelang surat utang yang dilakukan Portugal, Yunani, Spanyol,

dan Irlandia. Mempertimbangkan perkembangan positif tersebut, European Commission

2 Data triwulan II 2010 mencapai 9,9%.

Page 16: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

6

(13 September) merevisi naik perkiraan pertumbuhan ekonomi Eropa pada tahun 2010

menjadi 1,7% (yoy) dari perkiraan sebelumnya (Mei) sebesar 0,9% (yoy). Meningkatnya

optimisme pasar juga tercermin dari pergerakan bursa saham dan membaiknya persepsi

resiko global.

Laju inflasi dunia selama triwulan III 2010 relatif stabil seiring dengan aktivitas

perekonomian yang masih lemah di negara-negara maju. Berdasarkan data realisasi

inflasi yang dikompositkan, tekanan inflasi global masih relatif tidak berubah dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi selama Agustus 2010 masih berada pada

level 2,9% (yoy) sejalan dengan pertumbuhan konsumsi yang masih lemah terutama di

negara-negara maju.

Bank sentral negara maju masih cenderung mempertahankan kebijakan moneter

yang akomodatif, sedangkan bank sentral negara emerging markets sudah mulai

menormalisasi kebijakan moneternya untuk merespons tekanan inflasi yang

meningkat. Selama triwulan III 2010, bank sentral utama seperti the Fed, BoJ, dan ECB

masih mempertahankan kebijakan suku bunga rendah sebagai upaya mendorong pemulihan

ekonomi domestik. The Fed menahan suku bunganya pada kisaran 0 – 0,25% terkait masih

tingginya angka pengangguran dan prospek inflasi yang masih berada pada level rendah.

Seiring meningkatnya tanda-tanda pelemahan ekonomi AS, the Fed berencana kembali

melakukan pembelian Treasury bonds untuk mendorong aktivitas ekonomi. Kebijakan

yang sama juga dilakukan oleh ECB dengan mempertahankan suku bunga pada level 1,0%

untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi penyelesaian krisis fiskal Eropa. Sementara itu,

apresiasi mata uang Yen yang mencapai level tertinggi selama 15 tahun terakhir mendorong

BoJ melakukan intervensi untuk menahan apresisasi lebih lanjut. Hal tersebut bertujuan

untuk melindungi daya saing ekspor serta mendorong pertumbuhan inflasi ke zona positif.

Pemerintah Jepang juga menjajaki rencana tambahan stimulus fiskal sebesar 4,6 triliun yen

(54,6 miliar dolar AS) yang berasal dari penerimaan pajak Pemerintah untuk memacu aktivitas

perekonomian. Kebijakan berbeda dilakukan oleh beberapa bank sentral negara maju yakni

BoC, RBNZ dan Sveriges Riksbank yang mulai menormalisasi kebijakan moneternya dengan

menaikkan suku bunga kebijakan masing-masing sebesar 50bps (Kanada), 25bps (New

Zealand) dan 50bps (Swedia) seiring dengan meningkatnya tekanan inflasi di negara-negara

tersebut. Di kawasan emerging markets, beberapa bank sentral juga mulai menormalisasi

kebijakan moneternya disertai dengan manajemen likuiditas dan kebijakan makroprudensial

di sistem keuangan. Beberapa bank sentral di Asia yang menaikkan suku bunga di antaranya

Thailand (+50bps), Korea (+25bps), Malaysia (+25bps), India (+125bps – reverse repo) (+75 –

repo rate). Sementara itu, di kawasan Amerika Latin, beberapa bank sentral yang menaikkan

suku bunganya yaitu Brazil (+50bps), Chile (+150bps) dan Peru (+75bps).

PERTUMBUHAN EKONOMI

Permintaan Agregat

Pertumbuhan PDB pada triwulan III 2010 diprakirakan semakin membaik

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi

Page 17: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Perkembangan Makroekonomi Terkini

7

pada triwulan laporan terutama ditopang oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga dengan

didukung oleh membaiknya investasi dan masih tingginya permintaan eksternal (Tabel 2.1).

Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari triwulan II 2010 sejalan dengan

terus membaiknya daya beli masyarakat, masih optimisnya keyakinan konsumen akan kondisi

perekonomian, dan penguatan nilai tukar rupiah yang mendorong relatif rendahnya harga

barang impor. Di sisi investasi, persepsi pasar yang membaik terhadap kondisi investasi,

penerapan berbagai kebijakan yang mendukung peningkatan kegiatan investasi, akselerasi

proyek infrastruktur, menguatnya nilai tukar rupiah yang mendorong relatif rendahnya harga

barang impor dan dukungan pembiayaan baik dari perbankan, pasar modal maupun aliran

dana dari luar negeri mendukung akselerasi investasi pada triwulan III 2010. Di sisi eksternal,

searah dengan membaiknya perekonomian global dan dukungan peningkatan kapasitas

produksi, kinerja ekspor diperkirakan masih akan tinggi. Perkembangan permintaan domestik

dan eksternal tersebut menyebabkan masih tingginya impor pada triwulan III 2010.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2010 diprakirakan tumbuh menguat. Hal

tersebut didukung oleh perkembangan indikator penuntun konsumsi rumah tangga yang

mengindikasikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih berada dalam fase eskpansif

(Grafik 2.1). Menguatnya konsumsi rumah tangga sejalan dengan meningkatnya daya beli

masyarakat, rendahnya suku bunga kredit, cukup optimisnya keyakinan konsumen akan

kondisi perekonomian dan kuatnya nilai tukar rupiah yang mendorong relatif rendahnya harga

barang impor. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditunjang oleh konsumsi nonmakanan

yang meningkat. Hingga pertengahan triwulan III 2010, konsumsi nonmakanan terindikasi

tetap tinggi seperti ditunjukkan oleh penjualan mobil dan motor yang masih mencatat

penjualan di level tinggi. Perkembangan produk elektronik juga menunjukkan arah yang

positif (Grafik 2.2). Sebagaimana siklus tahunan yang selalu terjadi menyambut bulan puasa

dan hari raya, hasil survei Penjualan Eceran untuk komoditas nonotomotif dan nonelektronik

menunjukkan konsumsi masyakarat mengalami lonjakan yang cukup signifikan. Berdasarkan

hasil sementara survei, indeks penjualan riil pada Agustus 2010 tercatat sebesar 267,5 atau

meningkat 11,0% (mtm), sementara secara tahunan indeks mengalami peningkatan sebesar

36,9%. Searah dengan itu, impor barang konsumsi juga meningkat pada triwulan III 2010.

I II III IV I II III IV I II III*Indikator

Tabel 2.1

Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Permintaan

* Angka Proyeksi

Total Konsumsi 4.9 5.5 5.5 6.3 6.4 5.9 7.3 6.3 5.4 5.9 6.2 2.5 3.1 6.4

Konsumsi Swasta 5.0 5.7 5.5 5.3 4.8 5.3 6.0 4.8 4.7 4.0 4.9 3.9 5.0 5.4

Konsumsi Pemerintah 3.9 3.6 5.3 14.1 16.4 10.4 19.2 17.0 10.3 17.0 15.7 -8.8 -9.0 13.1

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 9.4 13.9 12.2 12.3 9.4 11.9 3.5 2.4 3.2 4.2 3.3 7.9 8.0 9.9

Ekspor Barang dan Jasa 8.5 13.6 12.4 10.6 2.0 9.5 -18.7 -15.5 -7.8 3.7 -9.7 19.6 14.6 11.4

Impor Barang dan Jasa 9.0 18.0 16.1 11.1 -3.7 10.0 -24.4 -21.0 -14.7 1.6 -15.0 22.6 17.7 15.1

PDB 6.3 6.2 6.3 6.2 5.3 6.0 4.5 4.1 4.2 5.4 4.5 5.7 6.2 6.3

20072008

20082009

20092010

Page 18: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

8

Perkembangan subsektor perdagangan, hotel dan restoran yang terus

meningkat sejak awal tahun juga mendukung tendensi konsumsi

rumah tangga yang meningkat di triwulan III 2010.

Berlanjutnya akselerasi pertumbuhan konsumsi rumah

tangga pada triwulan III 2010 didukung oleh sisi pembiayaan.

Pembiayaan konsumsi rumah tangga yang terus meningkat terutama

tercermin dari tingginya pertumbuhan pembiayaan konsumen yang

bersumber dari multifinance serta penyaluran kredit konsumsi oleh

perbankan yang masih memadai hingga pertengahan triwulan

III 2010. Indikasi positif masih kuatnya daya beli masyarakat juga

ditunjukkan oleh naiknya nilai tukar petani dan stabilnya upah buruh

tani hingga akhir triwulan laporan sejalan dengan kenaikan harga

komoditas tanaman pangan, peternakan dan perikanan. Sementara

itu memasuki triwulan III 2010, transaksi kartu kredit dan kartu debit

mulai mengindikasikan perbaikan pertumbuhan dengan masing-

masing tumbuh sebesar 14% (yoy) dan 21% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan investasi diprakirakan akan

terus berlanjut ke triwulan III 2010. Peningkatan pertumbuhan

investasi tersebut terindikasi dari indikator penuntun investasi yang

masih menunjukkan fase ekspansi (Grafik 2.3), masih tingginya

pertumbuhan impor barang modal, meningkatnya pertumbuhan

PMA dan PMDN, dan cukup besarnya rencana relokasi investor

asing serta rencana penambahan kapasitas produksi. Faktor yang

mendukung diantaranya peningkatan penggunaan kredit investasi

dan leasing, cukup besarnya rencana penerbitan saham dan obligasi

korporasi untuk kegiatan investasi, meningkatnya pertumbuhan

FDI dan penarikan utang luar negeri swasta. Persepsi pasar yang

membaik terhadap kondisi investasi, menguatnya nilai tukar

rupiah yang mendorong relatif rendahnya harga barang impor,

dan penerapan berbagai kebijakan juga mendukung peningkatan

kegiatan investasi. Selain itu, inventori diperkirakan masih akan

memberikan kontribusi positif.

Peningkatan kinerja investasi juga dibarengi oleh perbaikan

kualitas investasi. Hal itu tercermin dari investasi selama semester

I 2010 yang ditujukan pada barang-barang yang lebih produktif,

terutama mesin-mesin. Realisasi investasi memperlihatkan

pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang terus

meningkat, yaitu dari sebesar 3,3% pada tahun 2009 menjadi rata-

rata 7,9% selama semester I 2010. Peningkatan investasi terutama

terjadi pada investasi mesin yang terus membaik sejak triwulan

IV 2009 (Grafik 2.4). Peningkatan tersebut diperkirakan masih

akan berlanjut ke triwulan III 2010 sebagaimana tercermin dari

Grafik 2.1

Indikator Penuntun Konsumsi Rumah Tangga

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

��

��

��

���

���

���

���

���

���

��� ��

���� ���� ���� ���� ����

���������������������������������������������������������

����������

��������������������������������������������������

�������������������������������

������������������������������

����

� �� ��� ��� �� ��� ��� �� ��� ��� �� ��� ��� �� ��� ��� �� �

��������

Grafik 2.2

Pertumbuhan Penjualan Barang Elektronik

���

���

��

��

��

��

� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � ����� ���� ����

�����

�� ��������� ���������� ��

Grafik 2.3

Indikator Penuntun Investasi

��

��

��

���

���

���

���

���

���

��� ��

���� ���� ���� ���� ����

���������������������������������������������������������

����������

���������������������������������������������������������������������������������

�������������������������������

������������������������������

� �� ��� ��� �� ��� ��� �� ��� ��� �� ��� ��� �� ��� ��� ��

����

Page 19: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Perkembangan Makroekonomi Terkini

9

perkembangan berbagai indikator dini yang dipantau. Impor mesin

sampai dengan Juli 2010 menunjukkan peningkatan terutama impor

mesin untuk telekomunikasi, transportasi maupun untuk kegiatan

produksi. Peningkatan impor mesin untuk kegiatan produksi

bahkan telah melebihi peningkatan impor untuk telekomunikasi.

Sementara itu, pertumbuhan investasi bangunan cenderung stabil

(Grafik 2.5) dan investasi alat angkut mengalami perlambatan

pada triwulan II 2010. Data konsumsi semen pada Juli-Agustus

2010 menunjukkan pertumbuhan yang masih tinggi, begitu pula

impor bahan bangunan terus meningkat memasuki triwulan III

2010. Realisasi investasi baru dan investasi perusahaan yang sudah

mendapat ijin usaha (PMA dan PMDN) juga terus meningkat (Grafik

2.6). Sampai dengan triwulan II 2010, realisasi PMA telah mencapai

60% dari target, sementara realisasi PMDN telah mencapai 52,6%

dari target. BKPM memperkirakan target PMA dan PMDN sela ma

tahun 2010 masing-masing sebesar Rp118,4 triliun dan Rp41,6

triliun dapat tercapai dengan mempertimbangkan realisasi di

semester I tersebut.

Pertumbuhan ekspor pada triwulan III 2010 diperkirakan

masih akan cukup tinggi. Faktor yang mendukung masih tingginya

ekspor diantaranya yaitu stabilnya produksi minyak, masih cukup

baiknya kondisi perekonomian negara mitra dagang, kepercayaan

konsumen serta bisnis di lingkungan global, meningkatnya harga

komoditas ekspor, dan adanya penambahan kapasitas produksi.

Pertumbuhan ekspor riil pada Juli 2010 mencapai 30,7% (yoy),

meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan Juni sebesar

28,2% (yoy) namun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan

triwulan II 2010 sebesar 31,2% (yoy) (Grafik 2.7). Perlambatan

tersebut akibat melambatnya ekspor pertambangan, terutama

komoditas tembaga dan nikel yang dibarengi dengan menurunnya

ekspor pertanian seperti kayu dan udang. Sementara itu, ekspor

non-SDA meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2010

khususnya pada komoditas minyak kelapa sawit, produk plastik,

mesin dan mekanik. Prakiraan tingginya pertumbuhan ekspor juga

didorong oleh masih berlangsungnya proses pemulihan ekonomi

global. Kondisi tersebut tercermin dari volume perdagangan dunia

yang masih meningkat, kenaikan harga ekspor pertambangan, dan

indeks produksi di beberapa negara tujuan ekspor utama yang

mengalami perbaikan, seperti di India dan China. Di sisi migas,

membaiknya perkembangan lifting minyak yang diperkirakan terus

berlanjut pada triwulan III 2010 akan memengaruhi perkembangan

ekspor migas selama triwulan.

Grafik 2.4

PMTB - Mesin

��

�����

��

��

��

��

��

���

����

� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

� �� ���

������

�����

������

�����

����

������

�������

���������

������������������������������������������������

����������������������������

��������������������������������������������������

Grafik 2.5

Pertumbuhan Investasi Bangunan dan NonBangunan

� �� ��� ������

� �� ��� ������

� �� ��� ������

� �� ��� ������

� �� ��� ������

� �� ��� ������

� �� ��� ������

� �� ��� ������

� �� ��� ������

� ������

�������������

�����

�����

�����

�����

������

������

���������

��

��

��

���������� ������������� ����� ��������������

Grafik 2.6

Realisasi PMA dan PMDN (BKPM)

����������

��

��

��

��

��

���

���

���

���� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

� ��

����

��������

�����

�����

�����

�����

�����

���

������

������

���� ��� ������������������ ����������

Page 20: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

10

Kinerja impor pada triwulan III 2010 diperkirakan akan mencatat

pertumbuhan yang cukup tinggi. Faktor yang mendukung kondisi

tersebut yaitu masih kuatnya permintaan domestik dan eksternal serta

penguatan nilai tukar rupiah yang mendorong relatif rendahnya harga

barang impor. Masih tingginya impor sejalan dengan pergerakan

indikator penuntun impor yang mengindikasikan pertumbuhan impor

masih berada pada fase ekspansi (Grafik 2.8). Kondisi tersebut juga

didukung oleh perkembangan PPN Impor pada Agustus 2010 yang

kembali menunjukkan peningkatan. Namun secara riil, pertumbuhan

impor bulan Juli 2010 melambat mencapai 24,9% (yoy), dibandingkan

dengan pertumbuhan bulan Juni sebesar 33,5% (yoy) dan triwulan

II 2010 sebesar 48,9% (yoy). Seluruh komponen impor, baik migas

maupun non migas, juga mengalami perlambatan.. Di sisi migas,

perlambatan impor disebabkan oleh kecenderungan melambatnya

konsumsi minyak serta harga impor migas.

Operasi Keuangan Pemerintah

Peningkatan pendapatan dan perlambatan belanja Pemerintah

berdampak pada besarnya surplus APBN selama delapan bulan

pertama di tahun 2010. Sampai dengan Agustus 2010, penerimaan

negara telah mencapai 60,8% dari target APBNP, atau lebih tinggi

dari tahun 2009 sebesar 57,2%. Sementara itu, penyerapan belanja

negara baru mencapai 49,4% dari target APBNP, atau lebih rendah

dari tahun sebelumnya sebesar 51,9% dari target APBNP. Dengan

perkembangan tersebut, realisasi APBN masih mencatat surplus

sebesar Rp46,6 triliun atau 0,7% dari PDB. Realisasi APBN yang

surplus tersebut terjadi meskipun di triwulan III (data Juli dan Agustus

2010) mulai mengalami defisit sebesar Rp1,3 triliun.

Peningkatan kinerja pendapatan negara ditopang oleh kinerja Penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP). Hal tersebut terjadi pada seluruh komponen PNBP yang mencatat

perbaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dibandingkan dengan tahun 2009 yang

baru terealisasi 50,7% dari target APBNP, kinerja PNBP membaik secara signifikan dengan

mencatat pencapaian sebesar 62,5% dari target APBNP selama periode Januari-Agustus 2010.

Kenaikan PNBP terbesar terjadi pada penerimaan SDA migas sejalan dengan harga komoditas

minyak yang lebih tinggi. Penerimaan lain yang turut meningkat signifikan terjadi pada PNBP

Lainnya terkait oleh beberapa faktor seperti: (i) penetapan beberapa peraturan baru tentang

jenis dan tarif PNBP di beberapa Kementerian/Lembaga (K/L); (ii) optimalisasi dan perbaikan

administrasi PNBP K/L; dan (iii) peningkatan penerimaan dari pendapatan jasa.

Kinerja yang relatif membaik juga terjadi pada sebagian besar komponen perpajakan.

Realisasi penerimaan perpajakan sampai dengan Agustus 2010 tercatat mencapai 60,3%

dari target APBNP, atau sedikit lebih baik dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai

59,4%. Hal ini khususnya didorong oleh perbaikan kondisi perekonomian internasional dan

Grafik 2.7

Total Ekspor, Ekspor Migas dan Non Migas (nilai riil)

�������

��

��

��

���

���

���

��������

��

��

��

��

���

���� � � � � � � � � �� ���� � � � � � � � � � �� ���� � � � � � � �

���� ���� ����

����� ��������������� �����������������

Grafik 2.8

Indikator Penuntun Impor

��������������������������������������������������������

����������������������������

������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������

�����������

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���

����

����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

��� ��

����

��� ��� ��

����

��� ��� ��

����

��� ��� ��

����

��� ��� ��

����

��� ��� ��

����

���

Page 21: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Perkembangan Makroekonomi Terkini

11

domestik sebagaimana terlihat pada penerimaan PPh Nonmigas, PPN dan pajak perdagangan

internasional yang meningkat. Sementara itu, pelaksanaan kebijakan kenaikan tarif cukai

tembakau rata-rata 21,7% yang mulai berlaku sejak awal tahun 20103 juga mampu

meningkatkan penerimaan cukai.

Masih rendahnya belanja negara terutama bersumber dari Pemerintah Pusat. Kondisi

tersebut tercermin dari realisasi belanja Pemerintah pusat sampai dengan Agustus 2010 yang

baru mencapai 44,6% dari target APBNP, atau lebih rendah dari periode yang sama tahun

2009 yang mencapai 48,1%. Rendahnya belanja Pemerintah pusat tersebut dikarenakan

belanja K/L yang masih belum tumbuh sesuai dengan yang diharapkan. Dari lima komponen

belanja K/L, hanya realisasi Bantuan Sosial yang mencatat perbaikan dibandingkan dengan

periode tahun lalu. Sementara itu, penyerapan Belanja Modal dan Belanja Lain justru di

bawah pola historisnya sejak tahun 2007. Sebaliknya, belanja Subsidi mengalami kenaikan

signifikan terutama akibat volume konsumsi BBM bersubsidi yang meningkat.

Di sisi pembiayaan, realisasi penerbitan SBN berjalan cukup baik. Penerbitan SBN

secara gross hingga September 2010 telah mencapai Rp144,9 triliun (81,4% dari target

APBNP), atau lebih tinggi dari pencapaian tahun lalu yang mencapai Rp127 triliun (87,7%

dari target APBNP). Relatif tingginya penerbitan SBN tersebut sejalan dengan tingginya

minat investor terhadap SBN. Minat investor yang tinggi tersebut khususnya terjadi pada

kelompok investor asing.

Penawaran Agregat

Kinerja sektor usaha pada triwulan III 2010 masih ditopang oleh pertumbuhan yang

tinggi di sektor nontradable, meskipun sektor tradable, khususnya pertumbuhan

industri pengolahan, sudah mulai mengalami peningkatan. Pada sektor tradable,

sektor industri pengolahan diprakirakan tumbuh sedikit membaik (Tabel 2.2). Hal tersebut

didukung oleh perkembangan indeks dan utilisasi kapasitas produksi Survei Produksi – BI

yang sampai dengan awal triwulan III 2010 menunjukkan perkembangan yang meningkat.

Sektor pertambangan diprakirakan akan tumbuh stabil yang terindikasi dari indikator lifting

minyak mentah yang cenderung stabil. Di sisi lain, sektor pertanian diprakirakan akan tumbuh

melambat seiring dengan melambatnya pertumbuhan sektor tanaman bahan pangan karena

telah berlalunya puncak siklus panen padi, melambatnya produktivitas, menurunnya luas

lahan pertanian, dan adanya fenomena la nina. Pada sektor nontradable, sektor perdagangan,

hotel, dan restoran diprakirakan tumbuh sedikit membaik. Hal tersebut dikonfirmasi oleh

beberapa indikator yang membaik seperti komposit indikator dini sektor perdagangan,

PPN impor, tingkat hunian hotel, serta jumlah wisatawan mancanegara. Kinerja sektor

pengangkutan dan komunikasi juga diprakirakan tumbuh membaik. Hal ini terindikasi dari

membaiknya beberapa indikator yaitu jumlah penumpang dan angkutan barang, impor alat

transportasi serta pertumbuhan subsektor komunikasi yang masih tinggi. Sektor bangunan

diprakirakan tumbuh membaik yang tercermin dari masih tingginya penjualan semen, impor

bahan bangunan, serta kredit properti. Di sektor keuangan, pemberian kredit yang meningkat

oleh bank dan lembaga keuangan nonbank berpotensi untuk mendorong sektor ini tumbuh

3 Diatur melalui PMK No.181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau

Page 22: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

12

membaik. Sementara, stabilnya konsumsi listrik dan distribusi gas mendorong kinerja sektor

listrik, gas, dan air bersih tumbuh stabil.

Sektor industri pengolahan pada triwulan III 2010 diprakirakan akan tumbuh sedikit

membaik terkait masih tingginya permintaan baik yang berasal dari domestik

maupun eksternal. Hal tersebut didukung oleh indikator penuntun sektor industri

pengolahan yang sampai dengan satu triwulan ke depan masih menunjukkan perkembangan

yang baik. Indeks dan utilisasi kapasitas produksi Survei Produksi-BI sampai dengan awal

triwulan III 2010 menunjukkan perkembangan yang meningkat. Di sisi penggunaan input

produksi, pertumbuhan konsumsi listrik industri mulai menunjukkan sedikit peningkatan per

akhir triwulan II 2010. Indikasi membaiknya pertumbuhan sektor industri juga ditopang oleh

masih tingginya impor mesin dan peralatan hingga Agustus 2010, terkait dengan investasi

di sektor ini. Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh perkembangan PMTB mesin dalam negeri

dan luar negeri yang tumbuh meningkat pada triwulan II 2010 yaitu masing-masing sebesar

5,4% (yoy) dan 16,4% (yoy). Berdasarkan Survei Tendensi Bisnis BPS, pelaku usaha di sektor

industri memiliki tingkat optimisme lebih tinggi pada triwulan III 2010 yaitu mencapai 106,7,

membaik dibandingkan dengan triwulan II 2010 yang sebesar 102,3. Jika dilihat berdasarkan

variabel pembentuknya, peningkatan kondisi bisnis pada triwulan III 2010 terjadi karena

perkiraan meningkatnya order dalam negeri, order luar negeri, harga jual, dan order barang

input. Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan yang disalurkan pada sektor industri pengolahan

tumbuh meningkat hingga Juli 2010.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada triwulan III 2010 diprakirakan

tumbuh membaik. Membaiknya kinerja sektor industri pengolahan berkontribusi terhadap

meningkatnya jumlah barang yang diperdagangkan. Selain itu, faktor hari raya keagamaan

juga diprakirakan dapat menjadi pendorong bagi pertumbuhan sektor perdagangan. Hal

tersebut terindikasi dari meningkatnya indeks penjualan eceran pada Agustus 2010. Selain

itu, aktivitas ekonomi yang meningkat dan relatif masih tingginya impor menjadi faktor

pendorong membaiknya kinerja sektor perdagangan pada triwulan III 2010. Perkembangan

PPN impor hingga Agustus 2010 tercatat masih tumbuh tinggi yaitu sebesar 30,9% (yoy).

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

I II III IV I II III IV I II III*Indikator

Tabel 2.2

Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Penawaran

* Angka Proyeksi

Pertanian 3.4 6.4 4.8 3.2 5.1 4.8 5.9 2.9 3.3 4.6 4.1 3.0 3.1 2.8

Pertambangan dan Penggalian 2.0 -1.6 -0.4 2.3 2.4 0.7 2.6 3.4 6.2 5.2 4.4 3.1 3.8 3.7

Industri Pengolahan 4.7 4.3 4.2 4.3 1.8 3.7 1.5 1.5 1.3 4.2 2.1 3.7 4.3 4.4

Listrik, Gas, dan Air Bersih 10.3 12.3 11.8 10.4 9.3 10.9 11.2 15.3 14.5 14.0 13.8 8.2 4.8 4.8

Bangunan 8.6 8.2 8.3 7.8 5.9 7.5 6.2 6.1 7.7 8.0 7.1 7.1 7.2 7.8

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8.4 6.7 7.7 7.6 5.5 6.9 0.6 0.0 -0.2 4.2 1.1 9.4 9.6 9.8

Pengangkutan dan Komunikasi 14.0 18.1 16.6 15.6 16.1 16.6 16.8 17.0 16.4 12.2 15.5 11.9 12.9 13.7

Keuangan, Persewaan, dan Jasa 8.0 8.3 8.7 8.6 7.4 8.2 6.3 5.3 4.9 3.8 5.0 4.6 5.3 6.2

Jasa-Jasa 6.6 5.5 6.5 7.0 5.9 6.2 6.7 7.2 6.0 5.7 6.4 5.3 4.6 5.5

PDB 6.3 6.2 6.3 6.2 5.3 6.0 4.5 4.1 4.2 5.4 4.5 5.7 6.2 6.3

20072008

20082009

2009 2010

Page 23: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Perkembangan Makroekonomi Terkini

13

Kinerja impor diperkirakan masih akan tetap tinggi terkait dengan penjualan mobil yang

masih tinggi. Pertumbuhan subsektor perdagangan yang membaik juga diikuti oleh subsektor

hotel dan restoran yang masih tumbuh tinggi hingga pertengahan triwulan III 2010.

Indikator tingkat hunian hotel dan kunjungan wisatawan mancanegara sampai dengan Juli

2010 menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan sektor perdagangan juga didukung oleh

perkembangan di sisi pembiayaan dari perbankan yang mengalami peningkatan hingga

awal triwulan III 2010.

Sektor pertanian pada triwulan III 2010 diprakirakan akan tumbuh melambat.

Melambatnya pertumbuhan sektor ini dipengaruhi oleh melambatnya subsektor tanaman

bahan makanan (tabama) seiring dengan telah berlalunya masa puncak siklus panen padi.

Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II BPS 2010, pertumbuhan produksi padi secara

keseluruhan akan mengalami perlambatan. Perlambatan tersebut terkait penurunan luas

panen dan melambatnya pertumbuhan produktivitas. Curah hujan hingga September

cenderung terus meningkat yang dipengaruhi oleh fenomena La Nina. Hal ini pada dasarnya

berdampak positif karena dapat menambah luas lahan yang dapat ditanami. Namun, tingginya

curah hujan juga memiliki implikasi negatif yaitu terhadap tanaman yang sensitif terhadap

curah hujan tinggi seperti cabai, kakao, tembakau, serta dapat meningkatkan populasi

hama wereng serta risiko banjir. Sementara itu, subsektor perkebunan, subsektor perikanan

dan subsektor kehutanan masih menunjukkan indikasi positif sehingga dapat menahan

perlambatan di sektor pertanian lebih lanjut. Ekspor subsektor perkebunan dan perikanan

masih tumbuh tinggi sampai dengan awal triwulan III 2010. Dari sisi pembiayaan, kredit yang

disalurkan kepada sektor pertanian hingga Juli 2010 menunjukkan peningkatan.

Sektor pertambangan diprakirakan akan tumbuh stabil pada triwulan III 2010

terutama didukung oleh stabilnya kinerja lifting minyak mentah hingga Agustus

2010. Produksi subsektor nonmigas hingga Juli 2010 juga menunjukkan arah yang relatif

stabil. Indikasi positif juga terlihat pada ekspor komoditas nonmigas, seperti aluminium dan

bijih besi, yang menunjukkan perkembangan membaik hingga Juli 2010. Perkembangan

kinerja sektor pertambangan searah dengan dukungan perkembangan kredit perbankan

kepada sektor pertambangan yang masih tumbuh tinggi hingga awal triwulan III 2010.

Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan laporan diprakirakan

akan tumbuh membaik. Di subsektor komunikasi, faktor hari raya keagamaan diprakirakan

dapat menjadi faktor pendorong meningkatnya subsektor telekomunikasi. Berdasarkan data

Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), trafik telekomunikasi pada Lebaran tahun

2010 meningkat 35% dibandingkan dengan hari biasa. Pertumbuhan jumlah pelanggan dan

frekuensi penggunaan telekomunikasi cenderung meningkat pada triwulan III 2010 setelah

tren perlambatan pada beberapa triwulan sebelumnya. Hal ini didorong oleh perkembangan

pertumbuhan yang tinggi pada internet dan komunikasi data serta berada di atas tingkat

pertumbuhan seluler. Perkembangan indikator subsektor pengangkutan juga menunjukkan

arah yang membaik. Sampai dengan Juli 2010, jumlah penumpang angkutan udara terus

tumbuh tinggi. Demikian pula dengan angkutan argo kereta api yang hingga Juli 2010

mengalami pertumbuhan yang meningkat. Arus mudik Lebaran diperkirakan memberikan

dampak positif bagi peningkatan arus penumpang dan barang. Meningkatnya pertumbuhan

Page 24: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

14

subsektor pengangkutan tampaknya direspons oleh pertumbuhan impor alat angkut hingga

Agustus 2010, sehingga dapat mengantisipasi pemenuhan peningkatan jumlah penumpang

dan barang. Namun sebaliknya, pertumbuhan kredit perbankan yang disalurkan ke sektor

ini memperlihatkan perlambatan hingga awal triwulan III 2010.

Pada triwulan III 2010 sektor bangunan diprakirakan akan tumbuh membaik. Kinerja

sektor bangunan yang membaik terindikasi dari indeks produksi bahan bangunan dalam

negeri yaitu indeks produksi semen dan indeks produksi logam dasar yang menunjukkan

peningkatan. Penjualan alat berat untuk keperluan konstruksi hingga semester I 2010

juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya. Realisasi proyek Pemerintah yang mulai berjalan pada triwulan III dan

IV 2010 serta indikasi menguatnya investasi pada paruh kedua tahun 2010 menjadi salah

satu pendorong membaiknya kinerja sektor bangunan. Indikator sektor bangunan yaitu

konsumsi semen dan impor bahan bangunan juga masih tumbuh tinggi hingga Agustus

2010. Di sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan kepada sektor

bangunan hingga awal triwulan III 2010 menunjukkan peningkatan.

Perekonomian Daerah

Pertumbuhan ekonomi daerah mengkonfirmasi perkembangan ekonomi nasional yang

meningkat. Wilayah Sumatera dan Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) diprakirakan

terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi, bersumber dari membaiknya kinerja perkebunan

dan pertambangan terutama dipengaruhi oleh peningkatan harga. Sementara itu, ekonomi

Jakarta, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabalnustra), serta Kalimantan diperkirakan masih

dapat tumbuh cukup tinggi terutama dipengaruhi oleh meningkatnya kinerja sektor industri

pengolahan dan sektor bangunan.

Dari sisi permintaan, membaiknya kinerja perekonomian daerah secara umum

didukung oleh meningkatnya kinerja konsumsi dan investasi. Perkembangan konsumsi

rumah tangga di daerah diprakirakan tetap kuat sejalan dengan

membaiknya daya beli dan terjaganya optimisme masyarakat.

Indikator daya beli petani (indeks nilai tukar petani/NTP) di daerah

menunjukkan perkembangan yang meningkat terutama di provinsi

Jawa Tengah dan Banten yang masih mengalami peningkatan luas

panen (Grafik 2.9). Sementara itu, konsumsi Pemda mengalami

peningkatan didukung oleh realisasi belanja APBD yang mengalami

percepatan dan relatif meningkat dibandingkan dengan periode

tahun 2009. Membaiknya realisasi APBD terutama terjadi di wilayah

Jabalnustra dan Jakarta yang rata-rata telah terealisasi di atas

50%. Konsumsi yang masih kuat di daerah juga didukung oleh

pembiayaan konsumsi dari perbankan yang masih tumbuh di atas

17%. Sementara itu, indeks keyakinan konsumen September 2010

juga mengindikasikan perbaikan kepercayaan konsumen di seluruh

wilayah. Investasi di berbagai daerah diprakirakan mengalami

Grafik 2.9

Nilai Tukar Petani Regional

���

���

���

���

���

���

���

��

��

��

��� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � �

���� ����

�������� ����������� �������������

Page 25: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Perkembangan Makroekonomi Terkini

15

peningkatan terutama di Jakarta dan Jabalnustra (bangunan dan

nonbangunan), sementara peningkatan investasi di Sumatera

cenderung bersifat bangunan. Indikasi membaiknya investasi terlihat

dari perkembangan indikator dini investasi seperti konsumsi semen

(Grafik 2.10), hasil survei residensial Bank Indonesia, dan impor barang

modal yang menunjukkan perbaikan di seluruh wilayah.

Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan di Jabalnustra

diprakirakan tumbuh meningkat didorong oleh kuatnya

permintaan domestik dan eksternal. Meningkatnya sektor industri

pengolahan disertai dengan kredit ke sektor industri yang cenderung

meningkat di hampir seluruh wilayah. Adapun kinerja sektor

pertanian di berbagai daerah diperkirakan melambat. Perlambatan

tersebut diakibatkan menurunnya produktivitas tabama akibat

meningkatnya serangan hama di berbagai sentra produksi di Jawa

Barat, Jawa Timur, dan Bali. Selain dipengaruhi oleh berakhirnya

masa panen, hasil produksi tidak optimal karena faktor tingginya

curah hujan.

Laju inflasi IHK di seluruh wilayah mengalami peningkatan. Gangguan

pasokan bahan makanan dan kenaikan ongkos kirim barang menjadi

sumber penyebab inflasi di berbagai daerah sepanjang triwulan

III 2010, termasuk Jakarta (Grafik 2.11). Secara umum kenaikan

inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli akibat berkurangnya pasokan

dari sentra produksi. Terbatasnya hasil produksi bumbu-bumbuan

dan sayuran mendorong berbagai daerah di luar Jawa (terutama

Sumatera) melakukan pembelian langsung ke sentra produksi di Jawa

sehingga pasokan sentra ke Jakarta menjadi semakin terbatas. Inflasi

administered price di daerah bersumber dari kenaikan TDL dan biaya

STNK. Selain itu, naiknya tarif pengiriman barang di pelabuhan laut

(Tanjung Perak) yang mulai berlaku pada 1 Agustus 2010 menjadi salah satu faktor penting

yg mendorong kenaikan inflasi di Balnustra dan Kali-Sulampua.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)

Positifnya kondisi eksternal Indonesia menopang solidnya kinerja neraca pembayaran

Indonesia selama triwulan III 2010. NPI pada triwulan III 2010 diprakirakan mencatat

surplus ditopang oleh lebih tingginya surplus pada neraca transaksi modal dan finansial.

Perbaikan pada neraca transaksi modal dan finansial (TMF) terutama terjadi pada komponen

investasi portofolio (PI) dan investasi langsung (DI). Membaiknya persepsi internasional

terhadap ekonomi Indonesia, imbal hasil investasi rupiah yang cenderung meningkat, serta

kondisi ekses likuiditas global menopang derasnya aliran dana asing yang masuk dalam

bentuk investasi portofolio. Persepsi positif terhadap ekonomi domestik turut memicu

aliran dana pada kelompok investasi langsung yang lebih besar. Di sisi lain, kinerja transaksi

berjalan (TB) pada triwulan III 2010 diprakirakan akan mencatat surplus yang lebih rendah

Grafik 2.10

Pertumbuhan Konsumsi Semen Wilayah

��

��

��

��

����

����

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� �������� ���� ����

�������� ����������� ������� ������������� ��������

Grafik 2.11

Perkembangan Inflasi Jakarta

��

��

��

��

��

��

���

�����

� � � � � � � � �� �� ������ ����

� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � �

���� ��������� �������������

Page 26: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

16

seiring dengan tingginya impor dan membesarnya defisit neraca pendapatan. Impor yang

tinggi sejalan dengan kegiatan ekonomi yang semakin terakselerasi pada triwulan laporan.

Sementara itu, kinerja ekspor masih cukup baik ditopang oleh harga komoditas yang masih

berada dalam tren meningkat. Ancaman terhadap kinerja ekspor masih minimal terkait

melambatnya fase pemulihan ekonomi di negara maju. Dengan perkembangan tersebut,

kinerja NPI pada triwulan III 2010 diprakirakan akan mencatat surplus.

Transaksi Berjalan

Kinerja transaksi berjalan diprakirakan akan mencatat surplus meski lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kinerja ekspor mulai diimbangi oleh

tingginya impor terutama berasal dari sektor nonmigas. Selain itu, surplus transaksi berjalan

yang lebih rendah juga disumbang oleh defisit neraca pendapatan yang lebih besar.

Kinerja ekspor pada triwulan III 2010 diprakirakan masih akan mencatat

pertumbuhan yang tinggi ditopang oleh solidnya ekspor nonmigas dan ekspor

minyak. Perkembangan selama Januari-Juli 2010 menunjukkan ekspor non migas berada

dalam tren yang meningkat. Ekspor ke negara maju seperti Eropa dan Jepang sedikit stagnan,

namun kinerja ekspor ke AS di akhir periode mulai menunjukkan peningkatan kembali.

Sementara ekspor ke negara emerging markets seperti China dan India masih bertahan cukup

tinggi. Membaiknya kinerja ekspor triwulan III 2010 juga didukung oleh harga komoditas yang

masih menunjukkan peningkatan. Perkembangan harga komoditas ekspor Indonesia (IHKEI)

yang mulai meningkat pada September diperkirakan masih dapat menopang kinerja ekspor.

Harga komoditas nonmigas menunjukkan peningkatan baik secara bulanan (2,1%, mtm)

maupun secara tahunan (19,3%, yoy). Peningkatan harga terjadi hampir di semua sektor.

Sejalan dengan terakselerasinya kegiatan ekonomi domestik dan di tengah pergerakan kurs

rupiah yang cukup stabil dan cenderung menguat, impor tumbuh cukup tinggi pada triwulan

III. Selama periode Januari – Juli 2010, impor berada dalam tren meningkat, terutama untuk

impor bahan baku dan barang konsumsi. Meski demikian, tingginya impor hingga saat ini

diyakini masih mendukung kegiatan domestik. Meningkatnya impor bahan baku sejalan

dengan respons sektor industri terhadap meningkatnya permintaan domestik dan ekspor.

Sementara itu, pada komponen transaksi berjalan lainnya, perubahan terjadi pada neraca

pendapatan yang mencatat defisit yang lebih besar. Membesarnya defisit terutama akibat

meningkatnya pembayaran dividen dan bunga atas penempatan investasi di Indonesia. Hal

tersebut sejalan dengan perkiraan derasnya aliran modal pada neraca modal dan finansial

terutama pada kelompok investasi portofolio.

Neraca Modal dan Finansial

Transaksi modal dan finansial diprakirakan akan mencatat surplus yang lebih tinggi

dari triwulan sebelumnya. Prakiraan surplus tersebut ditopang oleh persepsi internasional

yang positif terhadap ekonomi domestik di tengah kondisi ekses likuiditas global. Membaiknya

prospek ekonomi telah mendorong inflow FDI ke Indonesia pada triwulan laporan. Hal

tersebut terutama disebabkan oleh aliran dalam bentuk penanaman modal ekuitas dan

Page 27: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Perkembangan Makroekonomi Terkini

17

reinvested earnings oleh parent company meningkat, terutama di sektor non migas. Persepsi

positif terhadap ekonomi domestik menjadikan risk appetite investor global tetap kuat untuk

menanamkan modalnya di Indonesia. Selisih imbal hasil yang terus melebar semakin memberi

insentif masuknya aliran dana asing oleh investor.

Cadangan Devisa

Dengan perkembangan pada transaksi berjalan serta neraca modal dan finansial tersebut di

atas, posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan III 2010 mencapai 86,6

miliar dolar AS atau setara dengan 6,5 bulan impor dan pembayaran Utang Luar Negeri

Pemerintah.

Page 28: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2010

Kinerja perekonomian domestik semakin baik di tengah kondisi pemulihan ekonomi

global yang diwarnai perlambatan beberapa negara maju. Kondusifnya perkembangan

perekonomian domestik tersebut memberikan dukungan bagi penguatan nilai tukar, selain

membaiknya indikator risiko dan masih menariknya imbal hasil dalam rupiah. Nilai tukar

rupiah bergerak menguat selama triwulan III 2010. Data realisasi pertumbuhan PDB yang

cukup tinggi, dan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang baik, mempengaruhi

pergerakan nilai tukar rupiah sehingga secara rata-rata terapresiasi sebesar 1,2% ke level

Rp8.998 per dolar AS. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut juga diiringi oleh tingkat volatilitas

yang menurun dari triwulan sebelumnya. Di sisi harga, tekanan inflasi pada triwulan

III 2010 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Secara tahunan, inflasi IHK pada triwulan III 2010 mencapai 5,80% (yoy) atau lebih tinggi

dari triwulan I 2010 yang sebesar 5,05% (yoy). Peningkatan tersebut terutama disebabkan

oleh meningkatnya tekanan inflasi dari faktor non-fundamental khususnya inflasi volatile

food dan administered prices. Sementara itu, tekanan inflasi dari faktor fundamental yang

terlihat pada inflasi inti meskipun masih minimal namun sudah menunjukkan peningkatan

seiring dengan menguatnya permintaan.

Di sisi lain, transmisi kebijakan moneter melalui berbagai jalur masih terus

berlangsung. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga masih berlangsung baik.

Suku bunga jangka pendek, sebagaimana tercermin pada suku bunga PUAB menunjukkan

perkembangan yang kondusif ditunjukkan oleh suku bunga O/N selama triwulan III 2010

yang bergerak stabil di sekitar BI rate. Selain itu, penurunan suku bunga deposito dan kredit

juga masih terus berlangsung. Di jalur kredit, transmisi kebijakan moneter terus mengalami

perbaikan pada triwulan III 2010. Pertumbuhan kredit sampai dengan Agustus 2010

meningkat menjadi 19,3% (yoy), lebih tinggi dari pencapaian triwulan sebelumnya yang

sebesar 18,0% (yoy). Sementara itu, transmisi kebijakan moneter

di pasar modal, pasar SUN, dan pasar reksadana juga positif. Di

pasar saham, IHSG terus meningkat dan mencapai level tertinggi

sepanjang sejarah, yaitu 3.501. Di pasar SUN, yield SUN menunjukkan

penurunan di hampir seluruh tenor. Sementara itu, pasar reksadana

juga menunjukan perkembangan yang baik searah dengan kinerja

underlying asset-nya.

NILAI TUKAR RUPIAH

Nilai tukar rupiah bergerak menguat sepanjang triwulan III

2010. Selama triwulan III 2010, rata-rata nilai tukar rupiah terapresiasi

sebesar 1,2% ke level Rp8.998 per dolar AS (Grafik 3.1). Pada akhir

triwulan III 2010, rupiah ditutup pada level Rp8.925 per dolar AS,

Grafik 3.1

Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah

�����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����������

�����������������

��������������������

������

����

����

�����

�����

�����

����

��������

�������

�����

��� ��� ��� ��� ��� �������

��� ��� ��� ��� ��� �������

��� ��� ��� ���

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

18

Page 29: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

menguat 1,5% (ptp) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Selain menguat, volatilitas rupiah di triwulan II 2010 menurun

menjadi 0,2% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar

0,5% (Grafik 3.2).

Pada triwulan III 2010, proses pemulihan ekonomi global diwarnai

oleh kekhawatiran perlambatan di beberapa negara utama, seperti

AS dan Jepang. Ekonomi AS dan Jepang diindikasi tumbuh lebih

rendah dari prakiraan semula, sedangkan ekonomi Eropa diperkirakan

dapat tumbuh lebih baik dari prakiraan sebelumnya. Pertumbuhan

ekonomi negara-negara Asia juga sedikit melambat, meskipun

masih berada pada level yang tinggi. Di sisi lain, ekses likuiditas

global masih terus berlanjut seiring dengan masih diterapkannya

kebijakan moneter yang akomodatif di negara-negara maju untuk

mendukung proses pemulihan ekonomi. Sementara itu, negara

berkembang melanjutkan langkah normalisasi kebijakan sebagai

respons terhadap tekanan inflasi yang meningkat. Berbagai kondisi

eksternal tersebut menghasilkan tren apresiasi yang berlanjut bagi

mata uang di regional Asia, termasuk Indonesia.

Di sisi domestik, faktor fundamental ekonomi yang tetap solid

menjadi salah satu faktor penopang kinerja rupiah. PDB Indonesia

pada triwulan II 2010 yang tumbuh mencapai 6,2% (yoy)

menunjukkan resiliensi ekonomi yang membaik. Selain itu, kinerja

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang diprakirakan tetap mencatat

surplus mampu menjaga ekspektasi positif investor global terhadap

perekonomian domestik.

Kepercayaan investor asing terus meningkat seiring dengan

membaiknya persepsi terhadap risiko domestik serta

ekspektasi akan tercapainya peringkat ‘investment grade‘

yang semakin kuat. Indikator Credit Default Swap (CDS) Indonesia

tetap stabil berada pada level rendah sejalan dengan penurunan yang

dialami indikator risiko lainnya yaitu yield spread antara Government

Bond Indonesia dan US T Note (Grafik 3.3). Sementara itu, premi

swap (salah satu indikator ekspektasi arah pergerakan rupiah) tetap

bergerak stabil untuk semua tenor (Grafik 3.4).

Daya tarik investasi dalam rupiah tetap positif. Indikator

imbal hasil rupiah yang ditunjukkan oleh selisih suku bunga dalam

negeri dan luar negeri (UIP – Uncovered Interest Parity) berada

pada level 6,22%, masih merupakan yang tertinggi dibandingkan

negara kawasan Asia lainnya (Grafik 3.5). Jika memperhitungkan

membaiknya premi risiko maka daya tarik investasi dalam rupiah

semakin besar, hal tersebut ditunjukkan oleh indikator CIP (Covered

Grafik 3.2

Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

�����������

�����

�����

�����

�����

�����

����

����

����

������� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ���� ����

��

����������������� ��������������������������������

��� ��� ������ ��� ������ ��� ������ �������

��� ���

Grafik 3.3

Indikator Persepsi Risiko

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

����������� �����������

������������������

������

������������

�������������

������������������

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

Grafik 3.4

Premi Swap Berbagai Tenor

�������� ��������

�������� ���������

���

��

��

���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

������������������������

��� ��� ������ ��� ��� ��� ����������

��� ������ ��� ��� ���

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2010

19

Page 30: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Interest Parity) yang berada dalam tren meningkat selama tahun

2010. Pada akhir September 2010, indikator CIP berada pada level

4,44%, tetap merupakan yang tertinggi dibandingkan Korea, Filipina

dan Malaysia (Grafik 3.6).

INFLASI

Selama triwulan III 2010, tekanan inflasi menunjukkan

peningkatan yang cukup signifikan. Secara triwulanan, inflasi

IHK pada triwulan III 2010 tercatat sebesar 2,79% (qtq) meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,41% (qtq).

Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III 2010 terutama berasal

dari faktor nonfundamental, yakni kelompok volatile food dan

administered price. Di sisi lain, tekanan dari faktor fundamental

terindikasi mulai meningkat sebagaimana tercermin pada ekspektasi

inflasi masyarakat yang mulai meningkat. Namun secara bulanan

dan tahunan, tekanan inflasi September 2010 sedikit menurun dari

bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,44% (mtm) atau 5,80% (yoy) dari

sebelumnya 0,76% (mtm) atau 6,44% (yoy) (Grafik 3.7).

Jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluarannya, tekanan

inflasi pada triwulan III 2010 terutama berasal dari kelompok

bahan makanan. Peningkatan inflasi kelompok ini bersumber dari

gangguan cuaca pada awal triwulan III 2010 yang menyebabkan

produksi dan distribusi beberapa komoditas bahan pangan,

khususnya aneka bumbu dan sayur, terganggu (Grafik 3.8).

Disagregasi Inflasi

Inflasi inti mulai menunjukkan peningkatan pada triwulan

III 2010. Peningkatan inflasi kelompok inti dipengaruhi oleh

berbagai faktor, salah satunya ialah sebagai dampak tingginya

inflasi kelompok volatile food yang berperan sebagai bahan input

pada komoditas makanan olahan. Faktor lain ialah kenaikan

biaya pendidikan, dan tarif angkutan udara, yang terjadi sejalan

dengan pola musimannya yaitu dimulainya tahun ajaran baru, serta

perayaan hari raya Idul Fitri. Selain itu, kenaikan harga emas dunia

pada akhir periode laporan turut memberi tekanan kenaikan harga

emas perhiasan domestik. Tidak hanya komoditas emas, harga

komoditas pangan global yang meningkat tinggi juga menjadi faktor

pendorong meningkatnya beberapa harga komoditas inti terkait,

seperti terigu. Namun, terus berlangsungnya penguatan nilai tukar

rupiah selama periode laporan mampu meredam peningkatan inflasi

inti lebih lanjut (Grafik 3.9 dan 3.10). Berbagai perkembangan

Grafik 3.5

Perbandingan UIP Beberapa Negara

Grafik 3.6

Perbandingan CIP Beberapa Negara

Grafik 3.7

Perkembangan Inflasi

�����

���

���

���

���

���

����

���������

���������

��������

�����

���

���� ���� ����

������ ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ������ ��� ��� ������

������������

����

��������� ���������

�������� �����

����

����

����

����

����

���

���

���

���

���

���

����

����

����

����

���

�������

������

������

������

������

������

���

�������

������

������

������

������

������

���

�������

������

������

������

���

��

��

��

��

��

������

��������������������������������������������������

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ����

���� ����

�� � � �

���� ����

� � � � � �

�����

����

����

����

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

20

Page 31: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

tersebut menyebabkan inflasi inti pada triwulan III 2010, baik secara

triwulanan maupun tahunan, mencatat peningkatan yaitu sebesar

1,60% (qtq) dan 4,02% (yoy) dari 0,68% (qtq) dan 3,97% (yoy)

pada triwulan sebelumnya.

Perkembangan ekspektasi mulai menunjukkan peningkatan.

Peningkatan ekspektasi inflasi terutama terjadi pada ekspektasi

inflasi jangka pendek. Hal tersebut sejalan dengan hasil survei

Consensus Forecast (CF) pada bulan September 2010 yang

menunjukkan terjadinya peningkatan ekspektasi inflasi untuk tahun

2010 dan 2011 (Grafik 3.11). Survei lainnya yaitu Survei Konsumen

juga menunjukkan ekspektasi konsumen yang meningkat (Grafik

3.12).

Di sisi kesenjangan output, secara umum peningkatan

permintaan masih dapat direspons oleh sisi penawaran. Hal

tersebut menyebabkan tekanan dari sisi kesenjangan output pada

inflasi relatif minimal. Peningkatan permintaan terindikasi dari indeks

penjualan ritel yang berada dalam tren meningkat sebagaimana

terlihat dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang menunjukkan

pertumbuhan yang tetap positif sejak triwulan III 2009 hingga periode

laporan (Grafik 3.13). Sementara itu, indikator sisi penawaran yang

terlihat dari indeks produksi sektor pengolahan masih menunjukkan

peningkatan. Kondisi itu sejalan dengan kapasitas produksi terpakai

di sektor industri pengolahan yang juga berada pada tren yang

meningkat (Grafik 3.14).

Pada awal triwulan III 2010, kelompok volatile food menjadi

sumber tekanan kenaikan harga. Kondisi anomali cuaca yang

berdampak pada penurunan produksi dan distribusi beragam

komoditas pangan, terutama komoditas aneka bumbu dan sayur,

memberikan tekanan kenaikan harga yang signifikan. Selain itu,

perayaan hari raya keagamaan, di tengah kondisi pasokan yang

terbatas tersebut, turut mengakselerasi kenaikan harga. Namun,

seiring dengan berlangsungnya panen pada komoditas aneka

bumbu pada akhir periode laporan, inflasi volatile food berangsur

menunjukkan penurunan. Dengan perkembangan itu, secara

triwulanan dan tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat

meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yakni

menjadi 6,22% (qtq) dan 12,41% (yoy) dari 4,64% (qtq) dan

11,51% (yoy).

Harga beras masih menjadi penyumbang utama inflasi volatile

food sepanjang triwulan III 2010 terkait kendala pada sisi

produksi serta adanya aksi pedagang yang meningkatkan marjin

Grafik 3.8

Inflasi per Kelompok

Grafik 3.9

Inflasi Mitra Dagang dan Nilai Tukar

Grafik 3.10

Inflasi Core Tradable, inflasi inti dan IHPB Impor

������������

����������

���������

�������

���������

���������������������

������������

����

����

��������

��������

����

����

����

����

����

���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����

����

���������������

�������������

��������������������������

����������������������������������

�������������������������������

��� ������

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ����

���

���

���

���

���

����

������ �� � ��� ��������� �� � ��� ��������� �� � ��� ��������� �� � ��� ��������� �� � ��� ��������� � �� � �� �

��������

��

��

��

������������

���������������������

�����������������������

��

��

��

���

��

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������ � �

���� ���� ���� ���� ���� ����

������

�� � � � � �

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2010

21

Page 32: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

di tengah kenaikan harga komoditas pangan lainnya. Kenaikan

harga beras antara lain didorong oleh kenaikan ongkos produksi

(biaya pengeringan) yang terkendala akibat intensitas curah hujan

yang tinggi. Selain itu, komoditas aneka daging juga memberi

tekanan inflasi yang cukup tinggi akibat terbatasnya pasokan, di

tengah meningkatnya permintaan terkait bulan Ramadhan dan

hari raya Idul Fitri. Namun, koreksi harga pada komoditas aneka

bumbu utama pada akhir periode laporan mampu membantu

mengurangi tekanan inflasi akibat kenaikan harga beras dan

pangan lainnya yang terjadi sepanjang periode laporan. Di tengah

permintaan yang meningkat seiring datangnya hari raya Idul Fitri,

berlangsungnya panen dan tambahan pasokan dari impor pada

beragam komoditas aneka bumbu (cabe merah, bawang merah

dan bawang putih) mendorong turunnya tekanan inflasi volatile

food.

Di kelompok administered prices, inflasi mencatat kenaikan

signifikan sepanjang triwulan III 2010. Beberapa kebijakan

penyesuaian harga yang dilakukan oleh Pemerintah, yaitu

penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) per 1 Juli dan kenaikan biaya

jasa pengurusan STNK berdampak cukup tinggi pada inflasi

kelompok administered prices. Sementara itu, komoditas bahan

bakar rumah tangga (minyak tanah dan elpiji) hanya memberikan

sumbangan minimal pada inflasi triwulan III terkait tidak adanya

masalah kelangkaan selama program konversi berlangsung. Dengan

perkembangan tersebut, inflasi administered prices pada triwulan III

tercatat sebesar 3,54% (qtq), meningkat tajam dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya 0,57% (qtq).

KEBIJAKAN MONETER

Suku Bunga

Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga PUAB

O/N pada triwulan III 2010 berlangsung baik. Sepanjang

triwulan III 2010, suku bunga PUAB O/N bergerak stabil di sekitar

BI Rate dengan rata-rata harian mencapai 6,17%, relatif stabil

dari triwulan sebelumnya sebesar 6,14% (Grafik 3.15). Khusus

pada bulan Agustus 2010, suku bunga PUAB O/N cenderung

bergerak naik sejalan dengan meningkatnya kebutuhan likuiditas

perbankan menjelang hari raya Idul Fitri. Sementara itu, persepsi

counterparty risk PUAB O/N selama triwulan III 2010 relatif terjaga

sebagaimana terindikasi dari rata-rata spread suku bunga tertinggi

dan terendah yang sebesar 33 bps, relatif stabil dibandingkan

Grafik 3.11

Ekspektasi Inflasi – Consensus Forecast

Grafik 3.12.

Ekspektasi Inflasi Konsumen (SK-BI)

Grafik 3.13

Pertumbuhan Penjualan Riil

�������

�� � � � � � � � �� �� �� � � ��

������������������������������� ����

��������������������������

��������������������������

� � �

������ ���

��� ������ ���

������������

���� ����

��������

����

����

����

��������

����

����

���� ����

����

����

����

����

����

����

����

� � �

���������

���

���

���

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� �

���

��

��

������������������������������������������

��������������������������������������������������������������������������

���� ��

��

��

��

��

��

���

���������� ��������������� ��������������� ��������������� ���������������� ��������

����������������������������������������������������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ������ ����

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

22

Page 33: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

dengan triwulan sebelumnya sebesar 27 bps. Selama tahun 2010,

persepsi counterparty risk PUAB O/N relatif stabil (27bps).

Sementara itu, pergerakan rata-rata suku bunga PUAB tenor yang

lebih panjang pada triwulan III 2010 relatif stabil. Rata-rata suku

bunga PUAB tenor yang lebih panjang bergerak pada kisaran 2-5

bps dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Khusus untuk suku

bunga PUAB tenor 27-30 hari dan di atas 30 hari, pergerakannya

relatif lebih volatile dibandingkan dengan tenor lainnya terkait

tipisnya frekuensi transaksi. Dengan perkembangan tersebut,

maka struktur suku bunga yang terbentuk di akhir triwulan III-2010

cenderung membaik.1 Namun demikian, perbedaan suku bunga

masih curam untuk tenor di atas 27 hari terkait dengan minimnya

transaksi di tenor tersebut (Grafik 3.16).

Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga

perbankan terus berlanjut. Selama triwulan III 2010 (data per

Agustus 2010) rata-rata suku bunga deposito 1 bulan menurun

sebesar 4 bps, lebih besar dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang justru meningkat sebesar 2 bps. Namun demikian,

untuk seluruh tenornya, rata-rata suku bunga deposito pada

triwulan III 2010 justru mengalami peningkatan sebesar 4 bps. Hal

tersebut didorong oleh peningkatan suku bunga deposito tenor 24

bulan yang mencerminkan strategi perbankan untuk pendanaan

jangka panjang. Sementara itu, suku bunga deposito tenor 1,3 dan

6 bulan relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Dengan perkembangan tersebut, secara level rata-rata suku

bunga deposito masih relatif tinggi yaitu sebesar 7,38%, namun

sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yakni sebesar 7,52%. Di sisi lain, rata-rata suku bunga kredit

selama triwulan III 2010 menurun sebesar 15 bps, lebih terbatas

dibandingkan dengan penurunan pada triwulan sebelumnya

yakni sebesar 27 bps. Penurunan suku bunga kredit terutama

terjadi pada suku bunga Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi

(KK). Suku bunga KI dan KK di triwulan III 2010 masing-masing

menurun sebesar 30 bps dan 16 bps menjadi 12,40% dan 14,83%.

Sebaliknya, suku bunga KMK meningkat sebesar 2 bps menjadi

13,19% (Grafik 3.17 dan Tabel 3.1).

Jika dilihat berdasarkan kelompok banknya, penurunan suku bunga

deposito 1 bulan terutama dilakukan oleh kelompok bank swasta

yakni sebesar 8 bps. Sementara itu, penurunan suku bunga kredit

terbesar dilakukan oleh kelompok bank persero yang tercatat

menurunkan sebesar 26 bps.

1 Tenor yang semakin panjang diikuti dengan suku bunga yang lebih tinggi

Grafik 3.14

Indeks dan Kapasitas Produksi Terpakai Industri Pengolahan

(SP-BI)

Grafik 3.15

Suku Bunga PUAB O/N & Instr. Moneter

Grafik 3.16

Suku Bunga PUAB Berbagai Tenor

���

��

��

��

��

���

���

���

���

��

��

��

��

����

� � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � ����� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����������������������������������������������

�����������������������������������������������

���

���

���

���

���

���

���

�����

�����

�����

������

�����

������

�����

�����

�����

������

�����

������

������

����

����

������

����

������

����

�����

��

����

�����

����

����

�����

�����

�����

����

�����

��

����

�����

�����

�����

����

������

�����

������

������

������

���

�������

����

�������

�����

�����

����

����

�����

����

�����

�����

�����

��

�����

������

�����

������

������� ����������������� �������� ��������

�������������

���

����

���

���

���

���

��� �������� ������ ��������� ���������� ���������

������

������������������

���

����

����

����

����

����

����

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2010

23

Page 34: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Dana, Kredit, dan Uang Beredar

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada triwulan III 2010

mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Pertumbuhan DPK pada triwulan III 2010 (data

per Agustus 2010) tercatat sebesar 13,3% (yoy) lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 14,9% (yoy) (Grafik

3.18). Dengan perkembangan tersebut, posisi DPK menurun sebesar

Rp3,3 triliun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menjadi

Rp2.092,8 triliun. Menurunnya DPK perbankan ini diantaranya

disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan uang kartal masyarakat

terkait dengan persiapan perayaan Iedul fitri.

Berdasarkan komponennya, pertumbuhan DPK yang melambat

disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan giro. Kondisi tersebut

terkait dengan lebih lambatnya belanja Pemerintah dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Pada akhir triwulan III 2010 (data per

Agustus 2010), pertumbuhan giro menurun menjadi 6,3% (yoy)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 16,8% (yoy).

Sementara itu, pertumbuhan komponen lainnya yakni tabungan

dan deposito cenderung meningkat masing-masing menjadi 22,0%,

dan 11,9% (yoy) dari triwulan sebelumnya masing-masing 18,6%

dan 11,7% (yoy).

Transmisi kebijakan melalui jalur kredit pada triwulan III

2010 terus meningkat. Pada triwulan III (data per Agustus 2010),

pertumbuhan kredit (dengan channeling) mencapai 19,3% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya

sebesar 18,0% (yoy) (Grafik 3.18). Dengan perkembangan tersebut,

pertambahan kredit sejak awal tahun hingga pertengahan triwulan

III 2010 (Agustus 2010) mencapai Rp199,8 triliun (13,6%, ytd).

Pencapaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan

Suku Bunga (%) Juli Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept

Triwulan III-2009

Tabel 3.1

Perkembangan Berbagai Suku Bunga

BI Rate 6.75 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50

Penjaminan Deposito 7.25 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00

Dep 1 bulan (Weighted Average) 8.31 7.94 7.43 7.38 7.16 6.87 7.09 6.93 6.77 6.89 6.76 6.79 6.79 6.75 n.a

Base Lending Rate 13.20 13.00 13.07 12.96 12.94 12.83 12.65 12.66 12.58 12.62 12.58 12.50 12.39 12.38 n.a

Kredit Modal Kerja (KMK) 14.45 14.30 14.17 14.09 13.96 13.69 13.75 13.68 13.54 13.42 13.26 13.17 13.21 13.19 n.a

Kredit Investasi (KI) 13.58 13.48 13.2 13.12 13.03 12.96 13.24 13.21 12.72 12.62 12.59 12.70 12.60 12.40 n.a

Kredit Konsumsi (KK) 16.66 16.62 16.67 16.53 16.47 16.42 16.32 16.36 15.42 15.34 12.23 14.99 14.92 14.83 n.a

Triwulan IV-2009 Triwulan I-2010 Triwulan II-2010 Triwulan III-2010

Grafik 3.17

Perkembangan Suku Bunga Perbankan

���

��

��

��

��

��

�� � � � � � � � � �� ���� � � � � � � � � � �� ���� � � � � � � � �

���� ���� ����

�������

����������������

����������������

���������������

�����������������

�����

�����

����

Grafik 3.18

Pertumbuhan Dana, Kredit dan BI Rate

��

��

��

��

��

��

��

���

���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ���

���� ����

������ ��� �������

����

����

��� ��� ���

����

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

24

Page 35: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

kredit pada periode yang sama pada tahun 2009 (3,2%, ytd)

namun masih lebih rendah dibandingkan dengan pola pertambahan

kredit tahun 2008 (19,2%, ytd) yang cenderung ekspansif. Indikasi

sementara data bulan September, pertumbuhan kredit akan terus

meningkat mencapai 21,3% (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaannya, kontribusi kredit modal

kerja (KMK) terus meningkat. Sampai dengan Agustus 2010,

pertumbuhan KMK mulai menjadi penyokong utama meningkatnya

pertumbuhan kredit. KMK yang tumbuh mencapai 20,1% (yoy)

meningkat signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya

yang hanya sebesar 12,7% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan

kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK) mengalami penurunan

masing-masing menjadi sebesar 16,2% (yoy) dan 22,7% (yoy)

dari triwulan sebelumnya sebesar 25,2% (yoy) dan 25,0% (yoy)

(Grafik 3.19). Meningkatnya kontribusi KMK sekaligus memberikan

gambaran akan membaiknya kualitas kredit, setelah 14 bulan

sebelumnya (sejak Juni 2009), pertumbuhan kredit selalu dimotori

oleh KK.

Berdasarkan sektoral, pertumbuhan kredit masih ditopang

oleh sektor lainnya. Pertumbuhan kredit sektor lainnya pada

triwulan III 2010 (data per Agustus 2010) mencapai 34,2% (yoy).

Namun demikian, sektor strategis lainnya khususnya jasa sosial,

perdagangan, industri pengolahan dan pertanian menunjukkan

perkembangan yang semakin akseleratif selama triwulan laporan.

Sementara itu, berdasarkan valutanya, kredit valas pada triwulan

III 2010 (data per Agustus 2010) meningkat menjadi 9,3% (yoy)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 5,0% (yoy). Dengan

menggunakan kurs tetap (Rp9000,-), pertumbuhan kredit valas

mencapai 20,5% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya

17,6% (yoy). Akselerasi kredit valas diindikasi terkait dengan masih tingginya aktivitas

impor khususnya untuk barang modal. Sementara itu, pertumbuhan kredit rupiah sedikit

meningkat mencapai 22,1% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar

21,5% (yoy).

Pertumbuhan base money relatif stabil di tengah meningkatnya aktivitas

ekonomi. Pada triwulan III 2010, rata-rata bulanan pertumbuhan base money relatif stabil

sebesar 12,3% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 13,5% (yoy). Kondisi

tersebut terjadi di tengah meningkatnya aktivitas ekonomi sebagaimana tercermin pada

meningkatnya rata-rata bulanan pertumbuhan uang kartal pada triwulan III 2010 sebesar

14,2% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 10,5% (yoy).

Di sisi lain, likuiditas perekonomian M1 dan M2 mengalami peningkatan. Pada triwulan

III-2010 (s.d Agustus 2010), rata-rata pertumbuhan likuiditas perekonomian khususnya M1

Grafik 3.19

Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Penggunaan

Grafik 3.20

Pertumbuhan Uang Beredar

��������������������������

��

��

��

��

��� �� ��

��������������������������������������

��� �� �����������������

����

����

����

����

����

����

� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � ����� ���� ����

��

�����

��

��

��

��

�� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� �

���� ���� ���� ���� ���� ����

��

��

�����

� �

����

����

����

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2010

25

Page 36: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

meningkat menjadi 13,6% (yoy), dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya sebesar 11,1% (yoy). Sementara itu, sejalan dengan M1,

rata-rata pertumbuhan M2 selama triwulan III 2010 juga meningkat

menjadi 14,9% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 13,1% (yoy)

(Grafik 3.20). Pertumbuhan M1 yang membaik terlihat sejalan dengan

pertumbuhan PDB sehingga dapat menjadi indikasi awal perbaikan

kondisi ekonomi.

Tren perbaikan M1 terutama didukung oleh bertambahnya

kartal. Pada triwulan III 2010 (data per Agustus 2010), level M1

meningkat sebesar Rp10,0 triliun dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, menjadi Rp564,5 triliun. Hal tersebut terutama akibat

dari meningkatnya permintaan uang kartal masyarakat terkait pola

musiman lebaran serta menurunnya posisi giro terkait dengan lebih

lambatnya belanja Pemerintah dibandingkan tahun sebelumnya.

Sejalan dengan itu, maka diperkirakan pertumbuhan ekonomi juga

akan bergerak ke arah yang positif. Sementara itu, perbaikan M2

sejalan dengan perkembangan M1 dan uang kuasi. Di akhir triwulan

III-2010 (data per Agustus 2010), posisi M2 meningkat sebesar Rp21,0

triliun menjadi Rp2.274 triliun. Dari sisi komponen, pertumbuhan M2

terutama didukung oleh perkembangan deposito dan tabungan (uang

kuasi) di tengah pertumbuhan M1 yang juga meningkat.

Pasar Keuangan

Pasar saham selama triwulan III 2010 menunjukkan

perkembangan yang positif. IHSG mengalami peningkatan yang

signifikan terutama sejak pemulihan perekonomian global pada akhir

2008. IHSG tercatat meningkat 38% bila dibandingkan dengan awal

2010. Kenaikan indeks yang cukup tinggi tersebut membawa IHSG

mencapai level tertinggi sepanjang sejarah yaitu sebesar 3.501,3 pada

akhir periode laporan (Grafik 3.21). Perkembangan IHSG tersebut

sejalan dengan perkembangan saham di bursa global yang hampir

seluruhnya juga mengalami peningkatan. Hal itu menunjukkan bahwa

telah terjadi perbaikan persepsi yang cukup signifikan bagi investor

terhadap proses pemulihan perekonomian dunia pasca terjadinya

krisis keuangan global di tahun 2008.

Kenaikan IHSG yang cukup pesat tersebut lebih disebabkan oleh

derasnya aliran masuk modal asing. Pada triwulan III 2010 investor

asing mencatat transaksi net beli rata-rata sebesar Rp 225 miliar per

hari atau meningkat cukup signifikan bila dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang hanya sebesar Rp 60 miliar per hari.

Derasnya capital inflow tersebut mengindikasikan bahwa investor

Grafik 3.22

Nilai dan Volume Perdagangan IHSG

���������

���������

���������

���������

���������

�������

���������

���������

���������

���������

���������

���������

���������

���������

���������

�������

�����������������������������������������

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ������� ���� ����

Grafik 3.23

Yield SUN, dan BI Rate

��

��

��

��

��

������� �������������������

� �� ��� ������

������

� �� ��� ������

� �� ��� ������

� �� ��� ������

� �� �������

Grafik 3.21

IHSG dan Aktivitas Asing

�����

�����

�����

�����

�����

������������

�������

�������

�������

������

�� �� ��� ��

����� �� ��� ��

����� �� ��� ��

����� �� ��� ��

����� �� ���

����

����������������������������������������������

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

26

Page 37: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

asing masih menaruh kepercayaan yang cukup tinggi terhadap

prospek perekonomian Indonesia ke depan

Kenaikan indeks terjadi secara merata pada seluruh sektor,

terutama sektor industri dasar, aneka industri dan barang

konsumsi. Kenaikan harga saham pada sektor-sektor tersebut

mencerminkan masih tingginya kepercayaan investor terhadap

perkembangan prospek usaha ke depan di tengah membaiknya

kondisi fundamental makroekonomi. Sektor industri dasar erat

kaitannya dengan bahan input produksi seperti semen, logam dasar,

dan kimia. Sedangkan sektor konsumsi terdiri dari sektor makanan

dan minuman serta farmasi.

Kenaikan IHSG juga diikuti oleh peningkatan perdagangan saham

secara signifikan khususnya volume perdagangan. Likuiditas pasar

saham mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan IHSG. Nilai

perdagangan harian selama triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp 2,3

triliun atau mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya sebesar Rp 2,8 triliun. Sementara itu, volume perdagangan

harian saham selama periode laporan mencapai 4,6 miliar saham atau

relatif stabil dari triwulan sebelumnya (Grafik 3.22).

Pasar SBN juga menunjukkan kinerja yang semakin membaik

didorong oleh prospek ekonomi dan persepsi risiko eksternal

yang masih positif. Rata-rata yield SUN seluruh tenor mengalami

penurunan, dengan penurunan terbesar terjadi pada yield di atas

10 tahun yaitu berada di atas 100 bps (Grafik 3.23). Dari sisi makro

ekonomi, faktor dibalik penguatan kinerja SBN tersebut adalah

nilai tukar yang relatif stabil serta prospek pertumbuhan ekonomi

yang positif. Di sisi eksternal, perbaikan kinerja SBN terkait dengan

semakin menurunnya persepsi risiko yang diindikasikan dari tren

penurunan CDS Indonesia dan yield Indo Global Bond (Grafik 3.24

dan 3.25). Di samping itu, kinerja SBN juga ditopang oleh relatif

terbatasnya risiko fiskal serta kesinambungan fiskal yang masih

terjaga.

Seperti halnya pasar saham, peningkatan arus modal masuk

di pasar SBN selama triwulan III 2010 semakin mendorong

membaiknya kinerja SBN. Perkembangan pasar SBN relatif sama

dengan pasar saham dimana terjadi penurunan rata-rata yield yang

signifikan sejak awal tahun 2009. Hal tersebut disebabkan derasnya

capital inflow yang diindikasikan dari peningkatan posisi investor

asing pada SBN. Dalam perkembangannya, penurunan yield SBN juga

diikuti oleh membaiknya transaksi perdagangan di pasar sekunder

(Grafik 3.26).

Grafik 3.24

Yield SUN dan CDS

���������������

���������������������

����

���

���

���

���

���

���

���

���

������ ��� ���

����

����

���

���

���

��� ��� ��� ��� ��� ���

���

���

���

���

���

Grafik 3.25

Yield SUN dan EMBIG

���

���

���

���

���

���

���

���

������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�������

��������������

����������������

Grafik 3.26

Yield SBN dan Vol Perdagangan Harian

������������

���

��

��

�� � � � � � � � � �� �� ��

����� � � � � � � � � �� �� ��

����� � � � � � � �

����

����������������������������������������

�������������������

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2010

27

Page 38: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana meningkat, khususnya

didorong oleh reksadana pendapatan tetap. NAB reksadana

pendapatan tetap mengalami pertumbuhan sebesar 7,5%

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sementara itu, kenaikan

IHSG yang cukup tinggi selama triwulan III 2010 belum tercermin

sepenuhnya dalam kinerja NAB reksadana saham. Hal lain yang

perlu dicermati yakni kenaikan NAB reksadana lebih didukung

oleh peningkatan unit penyertaan, bukan kenaikan nilai aset

secara keseluruhan. Hal ini mengindikasikan bahwa penempatan

unit penyertaan reksadana belum berjalan secara optimal. (Grafik

3.27).Grafik 3.27

Indeks Reksadana Campuran, Pendapatan Tetap dan Saham

���

���

���

���

��

���������������������������������������������������

� � � � � � � � � �� �� ��

����

� � � � � � � � � �� �� ��

����

� � � � � � � � � �� �� ��

����

� � � � � � � �

����

���

���

���

��

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

28

Page 39: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Perekonomian Indonesia ke Depan

29

4. Perekonomian Indonesia ke Depan

Prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 diprakirakan tumbuh

sebesar 6,0%-6,3%, lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya. Prospek yang membaik

tersebut didukung oleh kinerja domestik dan eksternal yang kuat, serta ditopang oleh

kondisi stabilitas makroekonomi yang terus menunjukkan perbaikan. Dari sisi domestik,

kuatnya kepercayaan konsumen dan optimisme terhadap kondisi perekonomian ke depan

mendorong kinerja konsumsi rumah tangga untuk tumbuh tinggi. Sementara itu, iklim

investasi diprakirakan terus menunjukkan perbaikan seiring dengan respon dunia usaha

untuk meningkatkan kapasitas produksi. Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekspor diprakirakan

tetap kuat seiring dengan proses pemulihan ekonomi global yang terus menunjukkan

perkembangan membaik. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia

diprakirakan tumbuh 6,0%-6,5% seiring dengan berlanjutnya akselerasi permintaan

domestik dan tingginya kinerja ekspor. Peningkatan konsumsi rumah tangga diprakirakan

terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Kondisi domestik yang membaik tersebut akan

diperkuat dengan pertumbuhan investasi yang diprakirakan juga mengalami akselerasi.

Akselerasi investasi diprakirakan terjadi seiring dengan perbaikan ranking Indonesia di tingkat

global sebagai salah satu negara tujuan utama untuk penanaman modal. Berbagai kondisi

positif tersebut menjadi fondasi yang kokoh bagi kondisi makroekonomi Indonesia untuk

mewujudkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan merata dalam masa mendatang.

Inflasi di tahun 2010 diprakirakan masih meningkat dan berpotensi untuk sedikit

menurun di tahun 2011. Selama tahun 2010, inflasi IHK diprakirakan akan bias ke atas

dari kisaran sasaran inflasi 5±1%. Untuk tahun 2011, inflasi IHK juga diprakirakan bias

ke atas dalam kisaran 5±1% terkait dengan meningkatnya

kegiatan ekonomi dalam negeri, meningkatnya imported

inflation sehubungan dengan kenaikan harga komoditas,

serta ekspektasi inflasi. Dari sisi non-fundamental, kenaikan

tekanan inflasi diprakirakan bersumber dari kenaikan beberapa

administered prices yang strategis. Sementara itu, inflasi volatile

food diprakirakan akan tetap tinggi walaupun tidak setinggi di

tahun 2010.

ASUMSI DAN SKENARIO YANG DIGUNAKAN

Asumsi Perekonomian Internasional

Pemulihan ekonomi global diprakirakan terus berlanjut

ditopang kuatnya pemulihan ekonomi negara-negara

berkembang. Berdasarkan Consensus Forecast, negara-negara

di Asia Pasifik berpotensi tumbuh 6,3% pada tahun 2010 dan

5,1% pada tahun 2011. Pertumbuhan tersebut sangat tinggi

dibandingkan tahun 2009 sebesar 1,9% (Tabel 4.1). Sementara

Tabel 4.1

Proyeksi PDB Dunia (% yoy)

2010 2011 2009

Proyeksi

PDB Dunia -1.8 3.7 3.1

Negara Maju

Amerika Serikat -2.6 2.7 2.4

Kawasan Euro -4.0 1.6 1.4

Jepang -5.2 3.0 1.3

Eropa Barat -4.2 1.6 1.5

Negara Berkembang

Eropa Timur -5.2 3.8 3.9

Asia Pasifik 1.9 6.3 5.1

Negara Berkembang Asia

China 9.1 9.9 9.0

India 7.4 8.3 8.3

Asia Tenggara 1.4 7.6 5.3

Amerika Latin -1.7 5.1 3.9

Sumber : Consensus Forecast, September 2010

Page 40: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010

30

itu, ekspansi ekonomi di Amerika Serikat dan Jepang diprakirakan sedikit tertahan

sebagai dampak masih tingginya angka pengangguran dan lemahnya dukungan sektor

keuangan. Sementara itu, prakiraan perekonomian kawasan Euro masih penuh dengan

ketidakpastian.

Seiring dengan masih berlanjutnya pemulihan ekonomi global, volume perdagangan dunia

diprakirakan meningkat pada tahun 2010 dan 2011. Ekspansi sektor industri yang masih

berlanjut seiring dengan cepatnya pemulihan ekonomi negara kawasan Asia menyebabkan

volume perdagangan dunia diprakirakan tumbuh tinggi. Berdasarkan data CPB Netherlands

Bureau for Economic Policy Analysis, realisasi volume perdagangan dunia sampai dengan

Juli 2010 telah mencapai 18,5% (ytd).

Asumsi Kebijakan Fiskal

Defisit APBNP 2010 tercatat sebesar 2,1% dari PDB, sebagaimana yang sudah disetujui oleh

DPR pada akhir Mei 2010. Namun dalam perkembangannya, Pemerintah memprakirakan

bahwa realisasi defisit 2010 hanya sebesar 1,5%. Prakiraan realisasi defisit yang lebih rendah

dari target APBNP tersebut didasarkan pada penyerapan anggaran belanja Kementrian/

Lembaga yang rendah selama semester I-2010.

Selanjutnya, berdasarkan Nota Keuangan RAPBN 2011, defisit fiskal ditetapkan sebesar

1,7% dari PDB. Defisit tersebut didasarkan pada upaya optimalisasi sumber-sumber

pendapatan negara, terutama melalui ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan perpajakan

serta ditopang langkah-langkah reformasi birokrasi di bidang perpajakan. Selain kebijakan

perpajakan, pemerintah juga melakukan langkah-langkah untuk terus meningkatkan produksi

sumber daya alam, baik migas maupun nonmigas untuk meningkatkan Penerimaan Negara

Bukan Pajak.

Sementara itu di sisi belanja, alokasi anggaran pemerintah pusat akan diarahkan antara

lain untuk perbaikan kesejahteraan aparatur negara dan pensiunan, pelaksanaan reformasi

birokrasi, pembangunan infrastruktur, pengalokasian anggaran subsidi yang lebih tepat

sasaran, perlindungan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Untuk menutup defisit pada

tahun 2011, Pemerintah mengutamakan sumber pembiayaan dari dalam negeri dan

mengurangi sumber pembiayaan luar negeri dengan tetap mempertahankan penurunan

rasio utang terhadap PDB secara bertahap untuk menjaga kesinambungan fiskal.

PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 diprakirakan tumbuh

sebesar 6,0%-6,3%, didukung oleh kinerja domestik dan eksternal yang kuat serta

kondisi stabilitas makroekonomi yang terus menunjukkan perbaikan. Dari sisi domestik,

kinerja konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh tinggi seiring dengan kuatnya

kepercayaan konsumen dan optimisme terhadap kondisi perekonomian ke depan. Iklim

investasi diprakirakan terus menunjukkan perbaikan seiring dengan respon dunia usaha

untuk meningkatkan kapasitas produksi. Sementara itu, pertumbuhan ekspor diprakirakan

Page 41: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Perekonomian Indonesia ke Depan

31

tetap kuat seiring dengan proses pemulihan ekonomi global yang terus menunjukkan

perkembangan membaik.

Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan tumbuh 6,0%-6,5%

seiring dengan berlanjutnya akselerasi permintaan domestik. Peningkatan konsumsi rumah

tangga diprakirakan terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa,

sampai dengan bagian timur Indonesia. Pertumbuhan investasi diprakirakan juga mengalami

akselerasi, dengan adanya berbagai perbaikan ranking Indonesia di tingkat global sebagai

salah satu negara tujuan utama untuk penanaman modal.

Berdasarkan lapangan usaha, investasi yang terakselerasi diprakirakan diikuti dengan

pertumbuhan tinggi di sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sementara itu, tingginya

ekspor terutama yang berbasis sumber daya alam akan menopang sektor pertanian,

pertambangan dan industri manufaktur untuk tumbuh meningkat.

Prospek Permintaan Agregat

Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh sebesar 4,9%-5,2% pada tahun 2010

dan mengalami akselerasi sehingga tumbuh 5,0%-5,5% pada tahun 2011. Optimisme

terhadap peningkatan kinerja perekonomian pada masa mendatang akan mendorong

konsumsi rumah tangga untuk tumbuh tinggi. Hal itu tercermin pada Survei Konsumen

Bank Indonesia yang mengindikasikan peningkatan kepercayaan konsumen terhadap kondisi

ekonomi enam bulan mendatang. Perbaikan kondisi ekonomi diprakirakan mendorong

kenaikan konsumsi barang-barang tahan lama.

Peningkatan konsumsi rumah tangga diprakirakan terjadi merata di daerah-daerah

di Indonesia, seiring dengan prakiraan kuatnya kinerja ekspor. Indikasi tersebut

tercermin pada indeks nilai tukar petani di daerah yang menunjukkan perkembangan yang

meningkat. Hal itu terutama terjadi di provinsi Jawa Tengah dan Banten yang mengalami

peningkatan luas panen. Peningkatan daya beli petani Sumatera serta Kalimantan, Sulawesi,

Maluku dan Papua dipengaruhi oleh harga komoditas perkebunan yang rata-rata meningkat

4,0% di pasar internasional (World Bank, September 2010), antara lain CPO, karet, gula, dan

I II III*Komponen

Tabel 4.2

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah Tangga 4.9 3.9 5.0 5.4 4.9 - 5.2 5.0 - 5.5

Konsumsi Pemerintah 15.7 (-8.8) (-9.0) 13.1 4.2 - 4.5 2.3 - 2.8

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 3.3 7.8 8.0 9.9 9.9 - 10.2 11.7 - 12.2

Ekspor Barang dan Jasa -9.7 20.0 14.6 11.4 13.4 - 13.7 7.3 - 7.8

Impor Barang dan Jasa 15.0 22.6 17.7 15.1 17.9 - 18.2 8.8 - 9.3

PDB 4.5 5.7 6.2 6.3 6.0 - 6.3 6.0 - 6.5

2011*2010*20092010

YOY, Tahun Dasar 2000

Page 42: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010

32

kopi. Konsumsi yang masih kuat di daerah juga didukung oleh pembiayaan konsumsi dari

perbankan yang masih tumbuh di atas 17%, dan diprakirakan semakin meningkat seiring

dengan rendahnya suku bunga.

Konsumsi Pemerintah riil diprakirakan tumbuh 4,2%-4,5% pada tahun 2010 dan

melambat menjadi 2,3%-2,8% pada tahun 2011. Kinerja konsumsi pemerintah secara

riil tersebut sejalan dengan upaya Pemerintah agar defisit fiskal dapat terjaga dan semakin

prudent dari tahun ke tahun. Kondisi fiskal yang prudent diharapkan mampu meningkatkan

stabilitas makroekonomi secara umum, yang akan berdampak positif bagi iklim investasi ke

depan. Kontribusi konsumsi pemerintah ke PDB terutama berasal dari belanja pemerintah

pusat khususnya berupa belanja barang dan belanja pegawai. Pada tahun 2011, gaji pokok

bagi PNS, TNI/POLRI dan pensiunan direncanakan naik rata-rata 10%. Selain itu, Pemerintah

juga berencana melanjutkan kebijakan pemberian gaji bulan ke-13.

Investasi diprakirakan tumbuh tinggi pada tahun 2010 sebesar 9,9%-10,2%, dan

terus meningkat menjadi 11,7%-12,2% pada tahun 2011. Tingginya prospek permintaan

domestik maupun eksternal serta optimisme dunia usaha akan kegiatan ekonomi ke depan

mendukung prospek investasi. Peningkatan investasi juga didukung oleh tren penurunan suku

bunga kredit investasi yang diprakirakan terus berlangsung. Proyeksi peningkatan investasi ke

depan didukung oleh beberapa hasil survey. Rencana investasi perusahaan menurut Survey

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia meningkat di semester II 2010. Mayoritas

realisasi investasi akan ditujukan untuk investasi baru dan mesin serta peralatan. Indeks

Tendensi Bisnis dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan kenaikan kondisi bisnis

di triwulan III 2010 yang disebabkan oleh meningkatnya order dari dalam dan luar negeri,

kenaikan harga jual dan kenaikan order barang input.

Prospek investasi yang membaik didukung oleh sentimen positif yang datang dari

beberapa lembaga internasional. OECD dalam laporannya tentang aturan-aturan Investasi

G-20 (Juli 2010) menyebutkan Indonesia bersama tujuh negara lainnya di G20 (Australia,

Brasil, Kanada, Cina, India, Arab Saudi dan Afrika Selatan) sebagai negara yang telah

menerapkan regulasi investasi yang menuju tren liberalisasi arus modal asing atau kejelasan

peraturan yang lebih baik. Investor Dashboard Survey oleh ING (Juli 2010) juga menyebutkan

terjadi kenaikan sentimen dari 133 pada triwulan I-2010 menjadi 140 di triwulan II-2010

yang menunjukkan terjaganya kepercayaan investor di Indonesia. Sentimen positif lainnya

berupa kenaikan ranking daya saing Indonesia dari posisi ke-54 (2009) ke posisi ke-44

(2010) menurut Global Competitiveness Index terbitan September 2010. Selain itu, United

Kingdom Trade and Investment juga menaikkan ranking Indonesia sebagai negara tujuan

investasi selain negara-negara Brazil, Rusia, India dan China (BRIC) dari posisi ke-6 menjadi

posisi ke-2. Berbagai kenaikan peringkat tersebut diprakirakan berdampak positif terhadap

kegitan investasi di Indonesia ke depan.

Investasi di berbagai daerah juga diprakirakan terus membaik. Indikasi membaiknya

investasi terlihat dari perkembangan indikator dini investasi seperti konsumsi semen,

survei harga properti residensial Bank Indonesia, dan impor barang modal. Secara umum,

perkembangan indikator-indikator tersebut menunjukkan perbaikan di seluruh wilayah

Indonesia. Pertumbuhan semen menunjukkan peningkatan di berbagai daerah. Kemudian,

Page 43: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Perekonomian Indonesia ke Depan

33

pembangunan rumah tinggal (residensial) terlihat masih tinggi di Sumatera dan Kalimantan,

Sulawesi, Maluku, dan Papua. Indikator investasi lainnya, terlihat pada peningkatan impor

barang modal, yang terjadi di wilayah Jakarta dan Sumatera. Peningkatan barang modal

Sumatera terjadi pada peralatan transportasi industri, sementara di Jawa, Bali dan Nusa

Tenggara terjadi pada alat industri.

Ekspor diprakirakan tumbuh 13,4%-13,7% pada tahun 2010, dan 7,3%-7,8% pada

tahun 2011. Proses pemulihan ekonomi global yang masih berlangsung akan mendorong

tingginya pertumbuhan ekspor ke depan. Kondisi tersebut tercermin dari volume perdagangan

dunia yang masih meningkat, kenaikan harga ekspor pertambangan dan indeks produksi di

beberapa negara tujuan ekspor utama yang mengalami perbaikan, seperti di India dan China.

Sementara itu, perkembangan persepsi bisnis dan keyakinan konsumen juga menunjukkan

indikasi yang positif. Tingkat kepercayaan konsumen di Indonesia dan AS mulai meningkat

memasuki bulan Agustus dan September, sementara kepercayaan konsumen di Jepang

masih stabil. Pola yang sama juga tercermin pada tingkat sentimen bisnis di Indonesia dan

Eropa yang masih positif.

Tingginya ekspor ke depan akan ditopang oleh ekspor non migas maupun ekspor

migas. Menyusul perkembangan rencana investasi dan penambahan kapasitas produksi

di beberapa subsektor berorientasi ekspor, ekspor industri berpotensi meningkat. Hal itu

tercermin salah satunya dari komitmen lembaga pembiayaan ekspor untuk memberikan

dukungan pembiayaan pada sektor industri alas kaki dan tekstil produk tekstil (TPT). Fasilitas

tersebut dimanfaatkan untuk pembiayaan ekspor maupun pembiayaan investasi kedua sektor

tersebut, diantaranya untuk pembelian mesin-mesin. Sementara itu, komoditi utama ekspor

pertambangan seperti batubara juga diprakirakan membaik sejalan dengan tren membaiknya

produksi batubara dan relatif stabilnya permintaan domestik. Hal ini terkait dengan kebutuhan

batubara terutama untuk pembangkit listrik serta adanya ketentuan wajib pasok dalam negeri

(DMO) batu bara yang tetap berada di kisaran 30% dari total produksi. Ekspor migas juga

berpeluang membaik seiring dengan perbaikan produksi minyak.

Sebagai respons dari peningkatan permintaan domestik dan ekspor, pada tahun

2010 impor barang dan jasa diprakirakan tumbuh sebesar 17,9%-18,2%. Selanjutnya

pada tahun 2011, impor diprakirakan tumbuh 8,8%-9,3%. Permintaan domestik, baik

konsumsi rumah tangga maupun investasi yang terus meningkat, membutuhkan barang input

dalam proses produksinya. Barang input tersebut dapat berasal dari dalam negeri maupun

dari luar negeri. Barang input yang berasal dari luar negeri akan dipenuhi dalam bentuk

impor. Dengan demikian, impor diprakirakan tumbuh tinggi pada periode mendatang.

Berdasarkan penggunaannya, porsi impor barang modal diprakirakan semakin

meningkat seiring dengan tingginya pertumbuhan investasi. Barang modal yang

diimpor berupa mesin dan peralatan untuk menambah kapasitas produksi dalam negeri serta

ekspansi usaha untuk memenuhi peningkatan permintaan. Sementara itu, impor bahan baku

diprakirakan tetap mendominasi impor barang pada tahun-tahun mendatang. Bahan baku

yang diimpor dapat berupa bahan baku primer atau olahan untuk industri manufaktur, dan

termasuk juga bahan makanan serta minuman untuk industri makanan.

Page 44: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010

34

Prospek Penawaran Agregat

Perkembangan prospek ekonomi dari sisi lapangan usaha terutama didukung

oleh sektor industri; perdagangan, hotel dan restoran (PHR); pertanian; serta

pengangkutan dan komunikasi. Keempat sektor tersebut menguasai sekitar 66% pangsa

perekonomian Indonesia dan berkontribusi sekitar 4,3% pada pertumbuhan ekonomi. Sektor

PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan dua sektor yang diprakirakan

akan tumbuh pada level yang relatif tinggi di masa yang akan datang seiring dengan kuatnya

permintaan domestik dan membaiknya kondisi perekonomian.

Meskipun telah menunjukkan perbaikan kinerja pascakrisis ekonomi sejak triwulan

IV 2009, peran sektor industri pengolahan sebagai motor pertumbuhan ekonomi kian

menurun. Hal itu tercermin dari proporsi sektor industri pengolahan dalam struktur Produk

Domestik Bruto (PDB) yang kian menurun dari tahun ke tahun, meskipun masih menempati

porsi yang terbesar. Faktor penyebab relatif terbatasnya pertumbuhan sektor industri

pengolahan antara lain karena perkembangan sektor industri pengolahan secara umum

masih terfokus pada sektor-sektor industri yang menyerap banyak tenaga kerja. Industri-

industri dengan kharakteristik seperti ini umumnya hanya memerlukan tingkat engineering

skill yang relatif rendah. Dengan demikian nilai tambah yang dihasilkan tidak terlalu tinggi.

Jenis industri-industri ini pada umumnya mendapat prioritas untuk mendapatkan berbagai

insentif dari Pemerintah sebagaimana tercermin pada program pemberian insentif fiskal

pada saat penanganan dampak krisis ekonomi global tahun 2009. Industri-industri yang

menjadi fokus pemerintah untuk dikembangkan antara lain industri tekstil, pengolahan

hasil-hasil pertanian dan perkebunan, elektronik dan teknologi informasi. Selain itu, tren

arah perkembangan ekonomi ke depan cenderung oleh sektor-sektor nontradable. Hal

itu tercermin dari sektor tujuan investasi yang lebih banyak tertuju pada sektor-sektor

nontradables seperti sektor pengangkutan dan komunikasi yang dianggap berprospek cerah

beberapa tahun ke depan.

I II III*Komponen

Tabel 4.3

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 4.1 3.0 3.1 2.8 3.0 - 3.3 2.8 - 3.3

Pertambangan & Penggalian 4.4 3.1 3.8 3.7 3.4 - 3.7 3.2 - 3.7

Industri Pengolahan 2.1 3.7 4.3 4.4 4.1 - 4.4 4.0 - 4.5

Listrik, Gas & Air Bersih 13.8 8.2 4.8 4.8 5.5 - 5.8 7.2 - 7.7

Bangunan 7.1 7.1 7.2 7.8 7.6 - 7.9 8.4 -8.9

Perdagangan, Hotel & Restoran 1.1 9.4 9.6 9.8 9.4 - 9.7 9.3 - 9.8

Pengangkutan & Komunikasi 15.5 11.9 12.6 13.7 12.6 - 12.9 12.1 - 12.6

Keuangan, Persewaan & Jasa 5.0 5.3 6.1 6.2 5.9 - 6.2 5.9 - 6.4

Jasa-jasa 6.4 4.6 5.3 5.5 5.1 - 5.4 5.0 - 5.5

PDB 4.5 5.7 6.2 6.3 6.0 - 6.3 6.0 - 6.5

2011*2010*20092010

YOY, Tahun Dasar 2000

Page 45: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Perekonomian Indonesia ke Depan

35

Perkembangan sektor industri ke depan diprakirakan akan lebih didorong

oleh subsektor makanan dan minuman serta subsektor alat angkut mesin dan

peralatannya. Kedua sektor ini menguasai pangsa dan memberikan kontribusi terbesar

pada perkembangan sektor industri. Pasar yang luas dan belum tersedianya alat angkut

umum yang ideal bagi masyarakat menjadi pendorong yang kuat berkembangnya subsektor

industri alat angkut mesin dan peralatannya. Hal ini tercermin dari tingkat penjualan industri

otomotif yang masih berada pada level yang cukup tinggi. Sementara itu, dengan kondisi

perekonomian yang kian membaik, prospek subsektor makanan dan minuman akan cukup

baik. Tingkat konsumsi masyarakat yang masih cukup tinggi dan jumlah penduduk Indonesia

yang cukup besar, merupakan salah satu faktor yang menyebabkan konsumsi bahan makanan

selalu tumbuh positif. Kondisi ini sangat menguntungkan perkembangan industri makanan

dan minuman. Perbaikan kinerja subsektor makanan dan minuman juga didukung oleh

ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah di Indonesia serta rencana pemerintah yang

menjadikan industri makanan dan minuman sebagai industri prioritas untuk dikembangkan

dalam program pengembangan industri hilir agro.

Kinerja industri pengolahan nasional mendapat tantangan besar dari masuknya

barang konsumsi impor, terutama yang berasal dari China. Kondisi ini terjadi sejak

diberlakukannya ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) awal tahun 2010, yang

membuat pasar domestik dibanjiri barang-barang konsumsi impor, terutama barang konsumsi

dari China. Keberhasilan barang konsumsi impor masuk ke pasar domestik terjadi karena

lemahnya daya saing barang industri manufaktur dalam negeri. Kondisi infrastruktur yang

kurang memadai seperti kondisi jalan dan den ketersediaan energi membuat biaya logistik

industri manufaktur Indonesia berada pada tingkat yang cukup tinggi. Untuk memitigasi

penetrasi barang impor di pasar domestik, Pemerintah mengeluarkan kebijakan pencantuman

label berbahasa Indonesia baik untuk produk makanan maupun nonmakan dan mempercepat

penerapan standar nasional Indonesia (SNI) pada berbagai produk.

Tingkat konsumsi rumah tangga yang masih cukup tinggi dan nilai tukar yang

cenderung apresiatif sangat mendukung peningkatan kinerja sektor perdagangan,

hotel dan restoran (PHR). Tingkat konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi tersebut

didukung oleh daya beli yang memadai yang berasal baik dari peningkatan pendapatan

maupun pembiayaan melalui kredit. Sementara itu, dengan nilai tukar rupiah yang cenderung

terapresiasi sepanjang tahun 2010 serta implementasi free trade agreement, pangadaan

barang impor menjadi lebih murah dan mudah. Ke depan peluang importir mendatangkan

barang dari luar negeri semakin terbuka. Kondisi ini dimungkinkan terkait dengan kelanjutan

dari implementasi perjanjian perdagangan antara Pemerintah Indonesia dengan Jepang

(Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement/IJEPA) yang telah dimulai sejak Juli 2008.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, pada tahun 2011 seluruh agen tunggal pemegang merk

(ATPM) di Indonesia akan mendapatkan pengurangan tarif bea masuk impor dari 45%

menjadi 4% untuk seluruh mobil mewah berkapasitas mesin di atas 3.000 cc yang berasal

dari Jepang. Dengan demikian pasar otomotif ke depan akan kian marak dengan hadirnya

mobil-mobil mewah dari Jepang berkapasitas mesin yang besar.

Page 46: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010

36

Dengan liberalisasi perdagangan internasional yang semakin luas, produk-produk

domestik Indonesia menghadapi persaingan yang besar di pasar dalam negeri.

Untuk dapat mendorong daya saing produk Indonesia, menciptakan persaingan yang

sehat, dan untuk melindungi konsumen dalam negeri, Pemerintah mengeluarkan kebijakan

yang mewajibkan pemberian label berbahasa Indonesia pada produk yang dijual di pasar

Indonesia. Kebijakan ini dikukuhkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 22/M-DAG/

PER/2/2010 tanggal 21 Mei 2010 tentang Kewajiban Pencantuman Label pada Barang.

Fenomena anomali cuaca yang terjadi sejak triwulan akhir 2009 dan sepanjang

tahun 2010 berdampak pada perlambatan pertumbuhan sektor Pertanian. Anomali

cuaca ini telah mengacaukan rencana tanam dan panen petani, yang berdampak pada

penurunan kualitas, produktivitas dan luas panen. Selain itu, Perubahan iklim yang

menyebabkan kekeringan panjang maupun banjir telah memicu meningkatnya hama dan

penyakit tanaman. Prakiraan perlambatan pertumbuhan sektor pertanian karena masalah

cuaca, dikhawatirkan dapat mengancam ketahanan pangan nasional sehingga memaksa

Pemerintah untuk membuka keran impor bahan pangan. Hal itu berarti Pemerintah tidak

dapat mencapai swasembada beras di tahun 2010 yang sebelumnya telah mampu dicapai

pada tahun 2008. Anomali cuaca yang terjadi saat ini diprakirakan masih akan berlanjut di

tahun 2011. Dengan demikian pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2011 belum akan

terakselerasi. Realisasi perbaikan dan pembangunan infrastruktur pertanian yang rendah

di tahun 2010 berdampak pada kurang optimalnya persiapan menghadapi tantangan

ketidakstabilan cuaca yang diprakirakan masih menjadi ancaman di tahun 2011.

Sektor pengangkutan dan komunikasi diproyeksikan tetap mampu tumbuh tinggi,

seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi. Prospek perkembangan ekonomi ke

depan yang terus membaik sangat kondusif bagi pengembangan sektor pengangkutan

dan komunikasi. Kondisi ini akan mendorong aktivitas kegiatan ekonomi yang meningkat,

dalam hal ini terkait dengan kegiatan perjalanan, pendistribusian barang dan lalu lintas

komunikasi.

Kontributor utama perkembangan sektor pengangkutan dan komunikasi masih

dipegang oleh subsektor komunikasi. Besarnya peran subsektor komunikasi dalam

perekonomian terutama ditunjang oleh investasi yang terus menerus dilakukan oleh para

pelaku usaha di sektor ini dalam rangka terus memperbaiki layanan komunikasi demi

dapat mempertahankan pangsa pasar di tengah persaingan yang cukup ketat. Penyedia

jasa telekomunikasi kini mulai mengembangkan usaha layanan data. Investasi untuk

mengembangankan jaringan data masih tergolong mahal, namun banyak dilakukan oleh para

pelaku usaha di sektor komunikasi. Pengalihan fokus bisnis ke layanan data dilakukan antara

lain untuk mengantisipasi tren penurunan pendapatan rata-rata per pelanggan (average

revenue per user/ARPU) dari layanan suara dan SMS (short maessage service). Selain itu tren

penggunaan internet terus meningkat, seiring dengan peningkatan kebutuhan informasi

yang semakin luas dan tuntutan pemenuhan informasi yang cepat.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi yang membaik, aktivitas di bidang

pengangkutan juga meningkat. Jumlah orang yang melakukan perjalanan kian meningkat.

Page 47: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Perekonomian Indonesia ke Depan

37

Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah penumpang pesawat rute dalam negeri pada bulan

Januari hingga Juli 2010 yang mengalami peningkatan sebesar 21% dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya. Tren peningkatan jumlah penumpang pesawat

diantisipasi oleh maskapai penerbangan dengan menambah jumlah armadanya. Tidak hanya

maskapai penerbangan yang berbenah diri, pelabuhan dan bandara juga mulai melakukan

berbagai perbaikan untuk meningkatkan pelayanan terkait dengan kegiatan arus barang

dan penumpang yang meningkat.

Prospek ekonomi ke depan yang terus membaik juga akan mendorong kegiatan

ekonomi di sektor-sektor lain. Dengan kegiatan ekonomi yang meningkat berbagai

transaksi masyarakat, baik melalui bank maupun nonbank akan ikut meningkat. Kepercayaa

dunia usaha yang membaik serta kondisi usaha yang lebih kondusif mendorong sektor

keuangan meningkatkan dukungan pembiayaannya pada kegiatan masyarakat termasuk

konsumsi masyarakat seperti kredit kendaraan bermotor. Prospek ekonomi ke depan yang

membaik juga akan membuat usaha penyediaan ruang usaha, seperti ruang perkantoran

dan pusat perbelanjaan, berpeluang untuk tumbuh. Di sisi lain, untuk memperkuat fondasi

ekonomi ke depan, berbagai proyek pembangunan infrastruktur, terutama jalan, pelabuhan,

bandara dan pembangkit listrik terus diupayakan. Memasuki tahun 2011 dan tahun-tahun

berikutnya berbagai kegiatan pembangunan infrastruktur tersebut akan semakin meningkat

intensitasnya. Aktivitas ekonomi yang meningkat juga akan meningkatkan konsumsi

dunia usaha dan masyarakat akan listrik, air dan gas. Seiring dengan semakin banyaknya

pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang akan beroperasi

pada tahun 2011 dan tahun-tahun berikut, kebutuhan energi antara lain batubara juga

akan meningkat. Sehingga kesiapan sektor pertambangan dalam hal ini yang terkait dengan

batubara semakin dituntut.

PRAKIRAAN INFLASI

Inflasi di tahun 2010 diprakirakan masih meningkat dan berpotensi untuk sedikit

menurun di tahun 2011. Selama tahun 2010, inflasi IHK diprakirakan bias ke atas dari

kisaran sasaran inflasi 5±1%. Meningkatnya tekanan inflasi pada tahun 2010 terutama

dipicu oleh tingginya inflasi volatile food akibat adanya anomali cuaca yang berkepanjangan.

Selain itu, kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) pada pertengahan

tahun sebesar rata-rata 18% juga menyumbang tekanan inflasi dari sisi inflasi administered.

Tekanan inflasi ke depan diprakirakan berasal dari peningkatan permintaan terkait Hari Raya

Natal dan berlanjutnya akselerasi permintaan domestik.

Untuk 2011, inflasi IHK diprakirakan cenderung bias ke atas dari kisaran 5±1%.

Dari sisi fundamental, tekanan inflasi inti tahun 2011 secara umum diprakirakan cenderung

meningkat. Meningkatnya tekanan inflasi sejalan dengan peningkatan inflasi mitra dagang

dan pertumbuhan ekonomi global. Selain itu, peningkatan harga impor diprakirakan juga

akan berasal dari meningkatnya freight cost sejalan dengan prakiraan meningkatnya harga

minyak di tahun 2011. Dari sisi domestik, berlanjutnya pertumbuhan ekonomi di tahun

2011 diprakirakan juga memberikan kontribusi pada inflasi 2011, sebagaimana diindikasikan

Page 48: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2010

38

oleh total kapasitas utilisasi yang terlihat sedikit meningkat. Selain itu, hasil berbagai survey

menunjukkan adanya peningkatan ekspektasi inflasi di tahun 2011. Meningkatnya ekspektasi

inflasi ini ditengarai terkait dengan lebih tingginya realisasi inflasi di tahun 2010 dari yang

diprakirakan sebelumnya.Dari sisi non fundamental, kenaikan tekanan inflasi diprakirakan

bersumber dari inflasi administered. Hal ini berkaitan dengan berbagai informasi sehubungan

dengan kebijakan pemerintah untuk memperkecil selisih antara harga jual dengan harga

keekonomian untuk LPG dan TDL. Selain itu, harga minyak yang diprakirakan lebih tinggi

dari tahun sebelumnya juga akan meningkatkan urgensi pembatasan pemakaian BBM

bersubsidi.

Sementara itu, inflasi volatile food diprakirakan cukup tinggi berkaitan dengan

prakiraan tingginya harga bahan makanan di pasaran internasional. Hal tersebut

terjadi seiring dengan peningkatan permintaan dunia di tengah adanya gangguan pasokan

dari faktor cuaca. Tekanan terhadap volatile food juga bersumber dari penerapan export ban

untuk komoditas pangan seperti gandum di beberapa negara. Selain itu, curah hujan yang

cukup tinggi (fenomena La Nina) diprakirakan berlanjut sampai dengan triwulan I 2011. Dari

sisi domestik, antisipasi terhadap adanya potensi yang dapat mengganggu pasokan beras

memerlukan penambahan cadangan beras. Selain hal tersebut, diperlukan juga opsi kebijakan

lainnya untuk memenuhi kebutuhan permintaan dalam negeri. Hal itu mengingat dampak

pelaksanaan operasi pasar beras serta distribusi beras rakyat miskin untuk menstabilkan

harga beras yang dilakukan selama ini belum sesuai dengan yang diharapkan.

FAKTOR RISIKO

Prospek pertumbuhan ekonomi yang diprakirakan tumbuh tinggi pada tahun 2010-

2011 masih mengandung berbagai faktor risiko. Faktor risiko tersebut dapat mendorong

pertumbuhan PDB menjadi lebih rendah atau tinggi dibanding dengan prakiraan. Faktor

risiko yang memengaruhi prakiraan PDB berasal dari masih adanya faktor ketidakpastian

pemulihan krisis di negara maju khususnya Eropa pada periode-periode mendatang.

Krisis yang berkelanjutan berpotensi mengurangi volume perdagangan dunia yang dapat

berdampak pada penurunan ekspor barang dan jasa. Faktor risiko

ketidakpastian volume perdagangan dunia tersebut diprakirakan

masih berlanjut pada tahun 2011. Namun, potensi Indonesia untuk

mencapai investment grade pada tahun 2011 diprakirakan cukup besar.

Apabila rating investment grade dapat terealisasi, maka diprakirakan

aliran modal masuk dari luar akan semakin tinggi.

Berdasarkan faktor-faktor di atas, prakiraan PDB ke depan

beserta imbangan risikonya pada 2010 dan 2011 tergambar

pada fan chart PDB. Fan chart PDB juga menggambarkan tingkat

ketidakpastian/uncertainty prakiraan pertumbuhan ekonomi yang

semakin tinggi pada tahun 2011 dibandingkan dengan prakiraan PDB

2010, tercermin pada kisaran grafik fan chart yang semakin melebar

dari tahun 2010 ke 2011 (Grafik 4.1).

Grafik 4.1

Fan Chart PDB 2010-2011

���� �� ��� ��� �� ��� ��� �� ��� ��� ������ ���� ���� ����

���� ������

��

Page 49: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Perekonomian Indonesia ke Depan

39

Sementara itu, beberapa faktor risiko yang perlu dicermati terkait

dengan proyeksi inflasi antara lain kemungkinan penyesuaian

terhadap strategic administered prices seperti LPG, TDL dan Bahan

Bakar Minyak. Selain itu, besarnya dampak gangguan cuaca terhadap

produksi bahan makan domestik dan harga pangan internasional

masih mengandung ketidakpastian, walaupun Bank Indonesia

memprakirakan dampaknya relatif terbatas. Imbangan risiko terhadap

tekanan inflasi tergambar pada fan chart inflasi.

Grafik 4.2

Fan Chart Inflasi 2010-2011

��

��

��

��

�����

��� �� ��� ��� �� ��� ��� �� ��� ��� ������ ���� ���� ����

���� ������

��

Page 50: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

40

5. Respons Kebijakan Moneter Triwulan III-2010

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 5 Oktober 2010 memutuskan untuk

mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%. Keputusan tersebut didasarkan atas hasil

evaluasi menyeluruh terhadap kinerja dan prospek perekonomian yang secara umum

menunjukkan peningkatan. Bank Indonesia mencermati adanya tekanan inflasi ditengah

masih derasnya arus modal asing yang masuk dan kondisi ekses likuiditas yang masih

cukup besar. Untuk saat ini, Bank Indonesia memandang bahwa pengelolaan likuiditas

perekonomian merupakan hal yang lebih penting. Sementara itu, level BI Rate 6,50% masih

konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi dan tetap kondusif untuk menjaga stabilitas

keuangan dan mendorong intermediasi perbankan, sehingga sisi suplai dapat merespons

akselerasi di sisi permintaan secara memadai.

Di sisi harga, laju inflasi IHK September 2010 tercatat sebesar 0,44% (mtm) atau sebesar

5,80% (yoy). Sumber utama tekanan inflasi IHK masih berasal dari faktor nonfundamental

yaitu kenaikan inflasi kelompok volatile foods terkait pola musiman hari raya. Mencermati

perkembangan tersebut, inflasi tahun 2010 secara keseluruhan diharapkan akan tetap berada

pada kisaran sasaran inflasi 5%±1%.

Stabilitas sistem perbankan hingga saat ini masih tetap terjaga disertai dengan meningkatnya

pertumbuhan kredit. Industri perbankan tetap solid sebagaimana tercermin pada tingginya

rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) dan terjaganya rasio kredit bermasalah

(NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Intermediasi perbankan juga semakin

membaik tercermin dari pertumbuhan kredit yang hingga akhir September 2010 mencapai

21,2% (yoy). Peningkatan kredit terutama didorong oleh membaiknya keyakinan pelaku

ekonomi terhadap prospek perekonomian.

Ke depan, Bank Indonesia mencatat adanya risiko yang dapat mendorong inflasi. Pertama,

kecenderungan peningkatan permintaan yang lebih cepat dari penawaran. Kedua, anomali

cuaca yang kemungkinan masih berlanjut dan berpotensi mengganggu kegiatan produksi

serta distribusi bahan kebutuhan pokok. Ketiga, kemungkinan adanya rencana kenaikan

administered prices. Bank Indonesia akan terus mencermati potensi tekanan inflasi tersebut

dan meningkatkan koordinasi kebijakan bersama Pemerintah baik di tingkat pusat maupun

daerah, serta akan melakukan respons dengan bauran kebijakan yang diperlukan agar inflasi

tetap berada pada sasaran yang ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2010 dan 2011 dan

4,5%±1% pada tahun 2012. Selain itu, Bank Indonesia juga akan selalu berkoordinasi dengan

Pemerintah dalam mencermati perkembangan ekonomi global, regional, dan domestik, serta

mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

Page 51: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Tabel Statistik

41

Tabel Statistik

Tabel 1

Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit

(Persen per Tahun)

PeriodeSuku Bunga Pasar UangAntarbank

Tingkat Diskonto

SBI

Suku Bunga Deposito Berjangka Suku Bunga Kredit

1bulan

3bulan

6bulan

12bulan

24bulan

5,95 7,44 6,50 6,93 7,35 8,04 9,42 13,31 13,78 6,95 8,25 6,98 7,19 7,11 7,11 8,05 13,36 13,65 6,92 10,00 9,16 8,51 8,01 8,65 8,82 14,51 14,47 9,44 12,75 11,98 11,75 10,17 10,95 12,39 16,23 15,66 10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 16,35 15,90 10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 16,15 15,94 8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 15,82 15,66 5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10 7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53 5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99 6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45 4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01 8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59 8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51 9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32 9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40 8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 14,99 14,05 6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 14,52 13,78 6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 14,17 13,20 6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 13,69 12,96 6,17 6,27 6,77 6,99 7,31 8,49 8,48 13,54 12,72 6,19 6,26 6,79 6,95 6,99 7,87 8,11 13,17 12,70 6,22 n.a 6,75 6,95 6,99 7,71 8,02 13,19 12,40

ModalKerja

Investasi

2005Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2006Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2007Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2008Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2009Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2010Trw. ITrw. IITrw. III*

* Posisi Agustus 2010, kecuali untuk kolom Suku Bunga Deposito Berjangka 3,6,12,24 bulan (data per Juli 2010)

Page 52: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

42

Tabel 2

Perkembangan Transaksi di Pasar Uang

(Miliar Rupiah)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)

Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi

2005

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2006

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2007

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw.IV

2008

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010

Trw. I

Trw. II

Trw. III*

*) Data s.d Juli 2010 1) Transaksi pagi & sore hari seluruh tenor 2) Termasuk SBIS (SBI Syariah)

16.751 369.495 415.784 57.536

18.589 362.770 315.996 101.058

17.430 230.026 289.657 41.427

20.316 183.663 150.534 74.632

23.866 415.638 356.471 133.799

23.910 517.853 483.967 167.685

25.383 599.495 586.715 180.464

27.706 665.673 636.381 209.756

37.341 774.866 740.951 243.671

38.323 846.655 832.325 258.002

36.615 895.562 887.411 266.152

32.061 777.247 795.475 247.926

37.482 858.289 906.767 212.463

23.510 489.529 543.655 165.145

27.115 389.138 437.313 116.969

14.029 404.071 340.913 180.128

22.897 448.505 394.904 232.700

30.656 324.806 324.776 232.731

29.038 375.134 387.188 220.676

24.566 631.235 592.048 259.864

26,907 648,324 607,933 300,255

30,615 322,322 351,475 271,103

19,339 61,603 97,426 235,279

Page 53: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Tabel Statistik

43

III IV I II III IV I II III IV I II III*

* Data Juli 2010 1) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan

Tabel 3

Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)

(Miliar Rupiah)

1 Bank Pemerintah - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

4 Bank Asing & Campuran - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

6 Sub jumlah (1 s.d. 5) - Pertanian

- Pertambangan

- Perindustrian

- Perdagangan

- Jasa-jasa

- Lain-lain

314.427 348.973 350.232 394.065 432.850 461.877 466.605 495.440 504.649 533.945 538.874 575.599 576.767 28.433 30.281 30.711 32.381 35.153 37.409 38.367 42.041 41.313 45.091 38.196 42.464 46.010

6.556 10.647 13.371 14.922 14.778 13.807 13.363 11.923 14.205 16.795 18.014 21.530 21.056

69.450 72.810 72.706 81.038 88.181 96.838 98.660 99.825 92.634 92.485 89.580 100.455 93.425

75.722 85.601 79.209 92.719 98.865 102.017 103.408 113.130 118.580 129.497 84.803 90.039 118.864

47.465 55.587 55.271 64.182 77.295 87.505 83.540 88.540 91.532 93.320 97.790 97.813 78.406

86.801 94.047 98.964 108.823 118.578 124.301 129.267 139.981 146.385 156.757 210.490 223.297 219.006

394.451 432.595 451.967 500.718 534.599 552.617 530.642 529.687 549.349 593.400 590.026 651.331 668.126 12.467 15.533 15.571 18.298 18.169 19.150 18.722 19.353 19.112 21.359 19.504 24.090 23.976

7.076 10.678 9.621 10.137 10.850 11.137 8.979 9.697 10.861 15.013 14.263 17.850 17.603

68.670 73.840 77.952 84.610 90.896 97.042 93.414 84.488 86.575 92.738 90.203 95.264 99.636

100.883 108.726 111.756 123.057 125.908 130.687 120.114 121.956 124.949 134.434 134.721 148.146 149.105

98.503 110.144 115.400 131.115 143.486 148.332 144.072 145.936 151.281 162.535 145.152 178.623 184.205

106.852 113.674 121.667 133.501 145.290 146.269 145.341 148.257 156.571 167.321 186.183 187.358 193.603

70.937 71.921 75.065 85.339 93.991 96.440 100.817 110.968 119.552 120.701 123.518 131.772 133.382 2.248 2.274 2.379 2.710 3.067 3.182 3.143 3.289 3.749 3.706 3.651 3.693 3.946

55 43 53 182 187 270 312 388 615 675 632 708 755

543 631 710 770 787 814 829 943 1.082 1.146 2.051 2.403 2.514

9.295 9.617 10.191 11.504 12.042 12.055 12.638 14.006 14.898 15.278 16.078 15.692 15.668

9.850 8.879 8.615 10.831 13.456 13.356 13.153 15.716 18.790 17.565 17.097 19.455 19.843

48.946 50.477 53.117 59.342 64.452 66.763 70.742 76.626 80.418 82.331 84.009 89.820 90.655

127.445 141.622 151.908 161.998 178.061 189.245 184.654 168.614 168.509 170.748 181.232 199.446 195.446 5.933 7.817 7.449 6.425 6.505 6.419 7.020 6.669 5.535 5.236 6.243 7.568 7.773

2.629 3.972 4.591 3.910 4.478 5.327 6.081 4.712 6.235 9.076 8.937 11.120 10.598

51.259 56.527 60.265 65.896 68.739 74.458 71.358 61.420 58.833 59.314 57.532 64.124 60.889

10.379 11.726 11.383 13.022 14.256 13.246 15.113 13.598 13.364 12.873 17.743 20.090 17.986

34.679 37.831 43.878 46.763 56.523 60.766 57.418 53.919 55.326 52.828 57.275 64.510 65.924

22.566 23.749 24.342 25.982 27.560 29.029 27.664 28.296 29.216 31.421 33.500 32.033 32.275

20.334 20.469 21.592 23.856 25.706 25.413 25.333 26.382 27.434 28.014 29.503 31.514 32.086 1.294 1.339 1.498 1.672 1.769 1.733 1.774 1.915 1.934 2.002 2.129 2.306 2.365

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

324 333 367 391 436 426 433 456 486 505 532 546 557

7.831 7.664 7.973 8.866 9.516 9.307 8.998 9.368 9.746 9.801 10.265 10.853 11.057

2.084 2.093 2.185 2.433 2.684 2.672 2.705 2.861 2.935 3.054 3.250 3.563 3.663

8.801 9.040 9.569 10.494 11.301 11.275 11.423 11.782 12.333 12.652 13.327 14.245 14.444

913.158 1.004.178 1.038.912 1.148.891 1.249.970 1.313.873 1.308.051 1.331.091 1.369.493 1.446.808 1.463.153 1.589.662 1.605.807 49.654 57.203 57.562 61.413 64.623 67.828 69.026 73.267 71.643 77.394 69.724 80.122 84.070

16.310 25.336 27.634 29.151 30.293 30.541 28.735 26.720 31.916 41.559 41.846 51.209 50.012

190.242 204.141 212.000 232.705 249.039 269.578 264.694 247.132 239.610 246.188 239.898 262.793 257.021

192.985 214.804 211.719 235.898 249.762 259.953 260.271 272.058 281.537 301.883 263.611 284.820 312.680

188.838 210.561 221.123 249.700 286.740 306.141 300.888 306.972 319.864 329.302 320.564 363.965 352.041

275.129 292.133 308.874 340.024 369.513 379.832 384.437 404.942 424.923 450.482 527.510 546.754 549.983

2007 2008 2009 2010

Page 54: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

44

* Posisi Juli 2010 1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk.waktu s.d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan

Tabel 4

Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar

AkhirPeriode

Jumlah 1) Jumlah2)

M1

UangKartal

UangGiral

UangKuasi

AktivaLuar

NegeriBersih

TagihanBersih

PemerintahPusat3)

Tagihan Pada

LembagaPemerintah

BUMN

Tagihan Pada

PerusahaanSwasta danPerorangan

LainnyaBersih4)

2004

2005

2006

2007

2008

2008

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2009

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010

Trw. I

Trw. II

Trw. III*

1.033.877 245.946 109.028 136.918 785.261 253.260 500.318 13.908 605.927 -90.113

1.202.762 271.140 123.991 147.149 929.343 301.573 495.686 17.220 733.183 -87.639

1.382.493 347.013 150.654 196.359 1.032.865 401.710 507.337 27.648 821.649 -107.498

1.649.662 450.055 182.967 267.089 1.196.119 509.843 507.120 39.891 1.005.739 -102.955

1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144

1.594.390 409.768 164.609 245.159 1.181.322 533.323 385.570 33.669 1.053.869 -94.992

1.703.381 453.047 189.040 264.007 1.247.213 550.015 371.647 36.516 1.159.311 -113.902

1.778.139 479.738 222.805 256.934 1.295.292 509.659 360.756 45.375 1.253.456 -93.287

1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144

1.916.752 448.034 186.119 261.914 1.466.364 691.465 363.536 46.541 1.303.006 -108.550

1.977.533 482.621 203.406 279.215 1.491.950 655.440 399.395 48.996 1.319.240 -102.181

2.018.031 490.022 210.343 279.679 1.525.204 658.645 390.288 55.139 1.347.876 -107.445

2.141.384 515.824 226.006 289.818 1.622.055 679.448 429.406 66.589 1.403.686 -119.293

2.111.350 494.461 205.083 289.378 1.610.640 728.656 370.908 79.813 1.399.757 -158.168

2.230.237 545.405 222.828 322.577 1.679.467 759.051 303.605 97.066 1.509.671 -116.119

2.216.101 539.735 228.228 311.507 1.670.966 764.362 291.992 95.912 1.520.666 -116.119

Page 55: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Tabel Statistik

45

Tabel 5

Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

310.265 379.582 325.044 349.649 392.136 344.688 304.718 322.994 354.297 402.118 374.406 401.435 427.832

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

189.221 220.785 198.940 224.342 270.243 264.391 226.672 244.634 273.744 279.029 250.612 269.372 295.093

160.327 183.419 164.995 189.453 223.166 209.378 186.538 203.838 210.822 226.382 205.083 222.828 248.858

28.894 37.366 33.945 34.889 47.077 55.013 40.134 40.796 62.923 52.646 45.529 46.544 46.235

120.740 158.452 125.705 124.811 121.302 79.648 77.404 77.744 79.920 89.903 85.666 92.287 92.044

304 345 399 496 591 650 642 616 633 601 539 578 348

337.523 356.883 351.874 351.561 355.967 338.692 354.727 356.930 376.681 403.858 445.181 487.742 517.476

-27.258 22.699 -212.380 -192.491 -137.121 -213.668 -323.022 -259.388 -211.887 -183.794 -246.168 -258.716 -273.814

184.961 249.069 128.907 117.614 123.797 172.012 105.571 136.202 144.747 200.956 144.792 103.254 56.888

18.136 8.847 8.838 8.800 8.800 8.711 8.715 8.715 8.715 8.665 8.660 8.660 8.659

10.206 9.994 9.751 9.353 9.227 9.009 8.783 8.622 8.458 8.231 8.103 7.932 7.890

144.739 177.105 -124.987 -120.989 -110.810 -155.278 -175.022 -131.729 -117.812 -97.524 -72.071 -59.595 -62.302

-254.096 -281.164 -219.099 -191.525 -152.563 -233.866 -257.701 -267.412 -242.991 -315.420 -322.962 -307.132 -272.764

-265.034 -247.688 -212.463 -165.145 -116.967 -179.879 -232.700 -232.731 -220.676 -226.887 -262.661 -231.905 -231.583

-4.750 -48.933 -5.737 -4.989 -1.403 -4.223 -15.288 -28.277 -22.824 -35.034 -43.845 -27.628 -36.923

15.688 15.457 -899 -21.391 -34.193 -50.186 -2.321 -5.896 1.203 -24.765 -13.502 -43.758 -77.074

-131.204 -130.752 -15.790 -15.761 -15.573 -14.256 -13.368 -13.785 -13.000 11.296 -12.691 -11.836 -12.186

2007 2008 2009 2010

III IV I II III IV I II III IV I II III*

I. Uang Primer

a. Statutory Reserve Shortfall

b. Uang yang diedarkan

- Uang kartal di masyarakat

- Kas bank umum

c. Saldo Giro Positif Bank

d. Giro Sektor Swasta

II. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Uang Primer

a. Net International Reserve 1)

b. Net Domestic Assets

- Tagihan Bersih pada Pemerintah

- Bantuan Likuiditas

- Kredit Likuiditas

- Tagihan Lainnya

- Operasi Pasar Terbuka

- SBI (net) 2)

- FASBI

- Lain-Lain 3)

- Net Other Items

* Posisi Agustus 20101) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $ sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $ sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $ sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $ sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity) 2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)

Page 56: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

46

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara 1) Format baru sejak publikasi Januari 2004 2) Tidak termasuk pinjaman IMF 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi. 4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi. Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep

Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). 5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa. 6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia.

Tabel 6

Neraca Pembayaran Indonesia 1)

(Juta US$)

2007 2008 2009* 2010**

III IV Total I II III IV Total I II III IV Total I II

I. Transaksi Berjalan A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 1. Ekspor f.o.b 2. Impor f.o.b B. Jasa-jasa (bersih) C. Pendapatan (bersih) D. Transfer Berjalan II. Transaksi Modal dan Finansial A. Transaksi Modal B. Transaksi Finansial 1. Investasi Langsung a. Ke Luar Negeri (bersih) b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2. Investasi Portfolio a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 3. Investasi Lainnya a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter 3) a. Perubahan Cadangan Devisa b. IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: Posisi Cadangan Devisa 4) Transaksi Berjalan (% PDB) Rasio Pembayaran Utang (%) 5) a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan Otoritas Moneter 6)

2.152 3.431 10.492 2.742 -1.013 -967 -637 126 2.508 2.480 2.157 3.602 10.746 2.068 1.834

7.488 9.448 32.754 7.536 5.443 5.771 4.166 22.916 6.884 8.365 8.488 11.395 35.133 8.418 8.985 30.009 32.177 118.014 34.412 37.345 38.081 29.768 139.606 24.179 28.130 31.273 35.899 119.480 34.993 37.802 -22.521 -22.729 -85.260 -26.876 -31.902 -32.309 -25.603 -116.690 -17.295 -19.765 -22.784 -24.504 -84.347 -26.575 -28.817 -2.764 -2.922 -11.841 -3.071 -3.387 -3.313 -3.227 -12.998 -2.743 -3.310 -3.509 -4.546 -14.108 -3.595 -3.697 -3.811 -4.527 -15.525 -3.093 -4.425 -4.756 -2.881 -15.155 -2.742 -3.776 -4.072 -4.551 -15.140 -3.922 -4.642 1.240 1.432 5.104 1.371 1.356 1.331 1.305 5.364 1.109 1.201 1.248 1.303 4.861 1.168 1.188 -934 661 3.592 -529 2.105 2.370 -5.822 -1.876 1.593 -1.822 2.507 1.270 3.548 4.274 3.334 255 122 547 17 62 187 29 294 19 29 34 14 96 18 0 -1.189 539 3.045 -546 2.043 2.184 -5.850 -2.170 1.574 -1.851 2.474 1.255 3.453 4.256 3.334 764 309 2.253 630 197 1.871 720 3.419 453 400 472 988 3.419 1.745 1.171 -1.427 -2.358 -4.675 -1.730 -1.436 -1.517 -1.217 -5.900 -1.451 -1.047 -515 26 -5.900 -627 -1.328 2.191 2.667 6.928 2.360 1.633 3.388 1.937 9.318 1.904 1.447 987 962 9.318 2.372 2.499 466 -1.200 5.567 1.984 4.188 -74 -4.377 1.721 1.859 1.959 2.988 3.298 1.721 6.159 1.142 -1.257 -764 -4.415 -823 60 -65 -467 -1.294 133 362 -331 -403 -1.294 -409 -99 1.723 -437 9.982 2.807 4.128 -9 -3.910 3.015 1.726 1.597 3.319 3.701 3.015 6.569 1.241 -2.419 1.430 -4.775 -3.160 -2.342 387 -2.194 -7.309 -829 -4.144 -970 -2.896 -7.309 -3.648 1.021 -2.360 262 -4.486 -2.672 -1.974 -1.610 -4.498 -10.755 -307 -2.271 -6.325 -3.729 -10.755 -4.080 1.388 -59 1.168 -289 -489 -367 1.998 2.304 3.446 -522 -1.873 5.355 833 3.446 432 -367 1.218 4.092 14.085 2.213 1.091 1.404 -6.459 -1.750 4.101 658 4.664 4.872 14.294 6.342 5.168 -38 -572 -1.369 -1.181 233 -1.493 2.246 -195 -146 394 -1.118 -918 -1.788 279 253 1.179 3.520 12.715 1.032 1.324 -89 -4.212 -1.945 3.955 1.052 3.546 3.954 12.506 6.621 5.421 -1.179 -3.520 -12.715 -1.032 -1.324 89 4.212 1.945 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -1.179 -3.520 -12.715 -1.032 -1.324 89 4.212 1.945 -3.955 -1.052 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 52.875 56.920 56.920 58.987 59.453 57.108 51.639 51.639 54.840 57.576 62.287 66.105 66.105 71.823 76.321 1,9 3,0 2,4 2,3 -0,8 -0,7 -0,5 0,0 2,2 1,9 1,5 2,4 2,0 1,3 1,1 15,2 21,2 19,4 16,2 17,8 15,2 24,2 18,1 23,4 24,4 19,3 23,9 22,7 21,8 22,5 5,1 9,0 7,3 4,4 7,7 4,7 9,2 6,4 6,0 10,0 5,2 8,5 7,5 5,0 7,2

Page 57: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Tabel Statistik

47

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2002 (2002 = 100).

* Mulai 1 Juli 2008, perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100), data triwulan II-2008 adalah data inflasi mtm (month to month) bulan Juni 2008

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 7

Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

(Persen)1)

Kelompok/Sub Kelompok

4,00 4,43 5,91 1,28 4,75 0,60 1,44 -1,76 4,94 -0,67 1,67 4,05 5,65 0,69 3,48 2,59 2,11 0,60 0,91 2,76 -0,75 1,06 3,17 6,90 1,24 9,78 9,08 -2,04 4,14 0,29 13,94 -4,64 2,39 -0,26 6,47 -4,14 0,72 2,02 12,83 4,65 2,11 5,84 2,01 12,12 2,94 2,25 -2,52 4,63 -3,25 0,09 -1,92 7,47 3,06 0,73 7,87 1,84 8,04 4,32 2,24 -0,88 1,60 0,14 0,44 0,55 1,41 11,46 0,26 6,88 -0,19 8,94 -2,51 -0,34 -0,54 1,57 -0,51 0,01 1,12 2,71 2,17 7,39 2,42 1,68 3,79 6,60 2,59 -5,97 6,34 -0,97 4,13 8,96 1,08 4,49 7,90 28,51 1,84 5,93 0,42 0,18 -2,59 1,18 0,47 -18,67 24,27 3,27 2,87 1,79 1,38 0,89 7,30 1,68 0,71 3,11 8,14 -1,81 0,34 4,43 3,46 -0,43 25,17 2,85 -0,07 -10,49 8,28 1,66 -8,24 23,17 0,07 -4,89 30,95 -1,06 7,09 6,71 15,72 1,47 -1,65 -6,81 -0,81 0,12 -1,30 -1,57 0,85 -0,63 2,05 0,75 -1,47 2,02 1,00 3,57 1,20 1,62 0,61 2,37 -1,40 0,67 1,14 2,96 1,33 1,85 4,02 1,33 2,62 2,43 2,40 1,18 2,12 1,90 2,62 1,00 1,86 1,35 2,36 5,50 1,63 2,83 2,35 1,59 1,03 1,46 1,42 2,69 1,32 1,92 0,46 -0,20 1,47 1,06 2,15 1,50 5,39 2,15 5,61 2,46 2,86 -1,59 1,91 1,85 2,28 1,89 0,73 2,60 3,70 2,42 0,82 1,06 3,13 1,81 2,27 1,48 1,27 0,97 2,79 1,14 3,58 1,00 0,42 0,26 0,47 0,67 0,67 0,43 2,11 1,11 1,58 2,22 1,67 2,16 0,73 1,00 0,12 0,53 0,70 0,83 0,44 0,82 1,92 -0,45 4,69 -0,12 8,94 1,66 -1,48 0,29 0,55 0,83 0,51 0,45 6,03 0,57 1,05 1,45 0,97 1,66 1,10 0,95 0,68 0,75 0,67 0,31 0,42 0,70 1,61 1,30 2,71 0,86 1,71 1,08 1,00 0,53 -0,21 0,25 0,62 0,32 0,90 2,34 4,78 4,30 0,49 0,77 2,58 4,48 -1,88 1,06 2,31 -0,66 2,28 1,05 1,29 1,70 0,81 0,27 3,02 0,35 0,38 0,55 2,49 0,45 1,02 0,74 1,78 0,94 1,45 0,68 0,46 2,15 0,30 0,44 0,29 1,24 0,49 0,44 0,61 1,20 1,34 0,86 0,56 0,64 2,13 0,23 0,26 0,39 1,67 0,37 0,69 0,98 1,64 5,53 13,60 12,66 0,59 -2,46 7,26 13,49 -6,30 -0,37 6,13 -2,88 5,39 0,61 1,03 1,12 3,00 0,83 1,64 1,10 1,27 1,20 0,77 0,59 0,58 0,33 0,77 0,32 0,44 5,12 0,47 1,07 0,69 1,60 1,72 0,85 0,69 0,52 0,32 0,51 1,08 1,46 1,96 1,31 2,19 1,60 1,14 1,39 0,42 0,86 0,65 0,18 0,41 0,61 0,73 1,15 1,10 2,36 1,61 1,39 0,73 1,38 1,38 0,84 0,34 2,07 1,56 1,52 2,32 0,90 1,76 1,26 1,01 0,42 0,83 0,41 0,57 0,43 1,01 7,97 0,43 0,14 0,44 3,77 0,82 0,22 0,22 2,94 0,48 0,18 0,09 2,39 12,73 0,36 0,09 0,18 6,76 0,70 0,04 0,06 4,86 0,62 0,03 0,02 4,42 0,87 0,48 0,72 0,45 4,95 0,32 0,59 0,46 1,27 0,77 0,77 0,17 0,69 1,58 0,66 0,30 0,72 1,14 1,11 0,37 0,16 0,74 0,19 0,30 0,24 1,06 0,01 0,64 0,20 0,92 0,51 1,02 0,48 0,55 0,74 0,30 0,37 0,15 -0,03 0,35 2,23 0,47 0,20 0,91 0,49 0,51 0,33 0,52 0,75 0,87 0,23 0,53 0,15 0,42 0,37 8,72 0,92 -2,94 -4,66 0,32 1,16 -0,44 0,34 0,21 2,45 0,00 0,49 0,27 12,98 1,03 -4,46 -6,95 0,54 1,70 -0,73 0,50 0,27 1,59 -0,02 0,00 0,01 -0,12 0,02 0,20 -0,07 -0,31 -0,32 -0,23 -0,40 -0,06 -0,10 2,43 1,27 1,40 0,84 1,34 1,64 1,38 0,34 0,87 1,07 0,96 0,55 15,77 0,00 0,00 4,90 0,01 3,89 0,00 0,00 0,00 0,65 0,00 0,00 0,04 0,00 2,28 2,09 3,41 2,46 2,88 0,54 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79

2007 2008 2009 2010 III IV I II* III IV I II III IV I II III

I. Bahan Makanan A. Padi-padian. umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur. susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi. Minuman. Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol

III. Perumahan A. Biaya tempat tinggal B. Bahan bakar. penerangan dan air C. Perlengkapan rumah tangga D. Penyelenggaraan rumah tangga

IV. Sandang A. Sandang laki-laki B. Sandang wanita C. Sandang anak-anak D. Barang pribadi dan sandang lainnya

V. Kesehatan A. Jasa kesehatan dan obat-obatan B. Obat-obatan C. Jasa perawatan jasmani D. Perawatan jasmani dan kosmetik VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga A. Biaya pendidikan B. Kursus dan pelatihan C. Perlengkapan/peralatan pendidikan D. Rekreasi E. Olah raga VII. Transpor dan Komunikasi A. Transpor B. Komunikasi dan pengiriman C. Sarana dan penunjang transpor D. Jasa Keuangan U M U M

Page 58: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

48

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota

(Persen)1)

K o t a

5,34 -1,05 4,84 4,38 2,92 2,97 -0,56 -0,37 4,37 0,53 -0,09 1,17 0,05 5,85 1,94 3,49 2,75 1,36 1,39 0,35 0,14 4,12 -1,08 0,44 -0,33 1,47 3,76 2,51 4,65 2,53 1,27 1,56 -0,03 -1,07 2,66 0,33 0,38 2,13 0,82 1,15 2,69 4,63 2,31 3,06 2,22 -0,52 -0,01 3,45 -1,28 1,21 2,60 2,67 3,78 1,97 3,07 2,88 1,37 1,33 -0,20 0,10 3,26 -0,41 1,04 2,89 1,08 1,96 3,23 2,19 2,07 1,21 2,26 -0,84 -0,17 3,35 0,38 1,05 2,12 1,52 2,06 3,05 4,35 4,09 2,04 2,07 0,04 -1,34 2,79 0,59 1,02 2,41 0,74 1,92 3,31 4,15 2,46 3,17 0,55 0,48 -0,54 1,70 0,30 0,79 1,72 1,83 2,15 1,56 2,91 2,29 1,72 0,58 0,64 -0,43 1,76 -0,09 1,72 1,67 1,76 2,57 2,75 2,16 4,19 1,76 -0,19 0,26 -0,72 2,37 0,58 1,53 3,22 2,37 3,23 3,28 3,11 3,41 3,20 -0,29 -0,06 0,09 1,57 0,25 0,58 1,18 2,50 3,10 1,37 4,09 4,14 3,61 0,34 0,09 -0,74 4,06 -0,48 1,35 2,15 3,88 3,40 2,22 3,29 2,93 4,95 0,74 0,92 -1,29 4,85 -0,25 0,15 2,53 4,39 0,67 0,33 6,53 4,20 4,26 0,13 -0,78 -0,74 3,16 0,57 1,37 0,41 5,18 - - - 3,80 3,04 1,22 -0,74 -0,77 3,52 -1,14 0,26 2,60 2,21 - - - 2,45 3,33 1,19 0,32 -0,73 1,29 0,55 0,80 2,12 1,66 1,85 1,61 3,51 1,94 2,54 - - - - 0,58 0,92 1,21 2,63 1,65 2,20 2,57 2,54 3,64 - - - - 1,15 1,33 0,82 1,80 - - - 2,21 4,50 - - - - -0,07 0,31 1,87 1,54 - - - 3,04 3,21 0,00 0,32 -0,06 2,03 0,19 0,74 1,32 2,46 - - - 2,11 0,88 1,57 0,63 0,36 1,89 0,20 0,87 1,60 1,69 - - - 1,15 2,38 0,46 0,79 -0,27 1,72 -0,08 1,11 1,44 2,74 - - - 2,80 3,42 1,32 1,67 0,35 1,25 0,18 0,61 1,02 2,96 - - - 1,24 3,82 0,03 0,01 -0,26 1,76 0,41 1,26 2,08 2,85 - - - 2,45 3,49 0,18 -0,87 -0,20 2,43 -0,03 0,75 2,23 2,52 2,48 1,82 2,81 2,76 2,28 -0,07 0,11 -0,14 1,64 0,50 0,84 0,47 2,21 2,22 2,06 3,52 3,33 4,04 0,19 0,91 0,04 2,49 0,62 0,36 1,25 3,52 2,21 0,26 3,60 2,75 3,53 1,16 0,78 0,11 1,17 0,73 1,11 1,23 2,20 0,99 1,42 2,74 2,13 1,74 0,13 1,06 0,19 1,21 0,14 0,68 1,58 1,91 1,98 1,72 4,18 2,40 2,83 0,18 0,72 0,06 1,96 0,41 1,02 1,23 3,33 2,84 2,88 2,72 1,82 2,36 0,45 1,05 1,05 3,15 0,47 0,62 1,48 2,65 3,17 2,59 2,85 2,51 3,16 - - - - 0,30 1,00 1,65 2,91 2,13 2,91 2,73 3,46 2,77 - - - - 1,35 -0,02 1,99 2,35 - - - 1,62 2,83 1,05 0,25 0,14 1,90 0,42 0,52 1,44 3,69 1,55 2,76 2,94 2,11 3,10 -0,35 0,90 0,02 2,04 0,61 0,63 1,95 2,23 2,12 2,28 4,06 2,77 2,93 0,38 1,28 0,16 1,38 0,54 1,00 1,23 2,57 - - - 1,81 3,85 0,00 0,60 0,07 1,84 1,00 0,72 1,82 3,46 - - - 4,05 2,27 -0,32 1,02 0,00 1,52 0,82 0,83 1,15 2,39 2,02 2,12 3,59 2,00 2,56 0,14 1,06 -0,41 1,97 0,74 0,63 1,29 3,93 1,36 1,95 3,35 1,78 3,14 - - - - 1,02 1,42 1,26 3,77 1,14 2,78 3,23 3,21 3,23 - - - - -0,65 2,33 2,70 3,34 - - - 4,94 3,16 0,77 2,41 -1,12 2,06 0,71 1,53 1,15 2,23 - - - 2,24 6,66 -2,44 0,39 1,10 3,47 0,19 2,11 2,52 3,02 0,90 2,47 3,33 2,31 0,46 - - - - 2,39 3,25 2,24 3,08 2,12 2,49 4,21 2,27 3,21 - - - - -0,88 2,51 0,03 4,75 - - - 2,94 2,73 0,02 0,38 -0,90 2,44 -0,74 3,55 0,11 4,61 1,84 4,38 1,60 2,87 1,72 - - - - 1,09 1,62 2,02 2,65 2,38 4,95 4,48 2,22 3,62 - - - - 1,66 1,32 2,21 3,64 2,60 2,39 4,12 2,48 2,23 - - - - 1,41 1,50 2,87 2,86 4,54 1,40 3,75 2,88 1,84 - - - - 0,69 2,55 0,76 4,14 4,84 1,85 3,97 3,32 2,96 - - - - 0,29 2,07 0,74 3,28

2007 2008 2009 2010

III IV I II* III IV I II III IV I II III

1. Lhokseumawe2. Banda Aceh3. Padang Sidempuan4. Sibolga5. Pematang Siantar6. M e d a n7. Padang8. Pekanbaru9. Batam10. Jambi11. Palembang12. Bengkulu13. Bandar Lampung14. Pangkal Pinang15. Dumai16. Tanjung Pinang17. Jakarta18. Tasikmalaya19. Serang20. Tangerang21. Cilegon22. Bogor23. Sukabumi24. Bekasi25. Depok26. Bandung27. Cirebon28. Purwokerto29. Surakarta30. Semarang31. Tegal32. Yogyakarta33. Jember34. Sumenep35. Kediri36. Malang37. Probolinggo38. Madiun39. Surabaya40. Denpasar41. Mataram42. Bima43. Maumere44. Kupang45. Pontianak46. Singkawang47. Sampit48. Palangka Raya49. Banjarmasin50. Balikpapan51. Samarinda

Page 59: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Tabel Statistik

49

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2002 (2002 = 100).

* Mulai 1 Juli 2008, perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100) dengan jumlah kota menjadi 66 kota,

data triwulan II-2008 adalah data inflasi mtm (month to month) bulan Juni 2008

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)

(Persen)1)

K o t a

- - - 2,48 5,54 0,82 0,53 1,34 3,52 1,66 2,89 -1,77 5,23 3,45 3,46 1,04 3,63 3,02 0,17 1,18 -2,08 0,74 2,50 0,72 0,20 3,81 1,60 3,84 1,49 2,44 5,01 -0,63 1,78 -0,36 3,35 0,87 -0,64 1,66 4,93 - - - 6,26 3,62 0,27 2,14 0,84 2,85 0,87 1,42 0,47 4,78 3,38 -0,54 4,45 3,39 3,50 - - - - 1,00 1,01 0,62 4,09 - - - 2,76 4,21 0,43 0,40 -0,53 1,85 -0,32 0,48 0,59 3,35 - - - 3,15 3,50 1,16 1,14 -0,12 2,00 1,11 0,75 0,02 3,04 0,15 2,94 2,91 6,49 3,30 0,74 2,99 -0,34 2,20 -0,28 -0,20 0,70 3,77 3,22 4,51 -0,04 2,59 4,01 0,16 2,33 0,59 0,85 0,53 1,59 -0,25 5,63 - - - 3,04 5,86 -0,29 -0,35 0,06 1,45 0,62 0,84 0,60 1,58 2,38 1,07 2,92 1,76 5,06 -4,80 2,26 -2,43 1,82 4,81 2,84 0,26 4,70 0,44 5,21 4,71 1,17 4,30 -0,92 1,25 -0,27 1,32 1,54 1,79 -1,26 2,58 - - - 5,78 8,31 0,62 3,52 0,36 2,39 1,07 -0,44 1,58 1,89 - - - 5,72 7,29 -1,86 0,77 0,52 0,42 0,87 1,34 1,84 5,50 0,52 4,45 6,49 5,86 2,88 0,31 -0,06 -0,36 1,55 0,78 1,31 1,03 1,36 2,28 2,09 3,41 2,46 2,88 0,54 0,36 -0,15 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79

2007 2008 2009 2010

III IV I II* III IV I II III IV I II III

52. Tarakan53. Manado54. P a l u55. Watampone56. Makassar57. Parepare58. Palopo59. Kendari60. Gorontalo61. Mamuju62. Ambon63. Ternate64. Manokwari65. Sorong66. Jayapura

NASIONAL

Page 60: BANK INDONESIA pada triwulan III 2010. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, surplus transaksi berjalan triwulan III 2010 mengalami penurunan akibat impor yang tumbuh

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2010

50

Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya. Perhitungan IHPB menggunakan tahun dasar 2005 (2005 = 100). Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)

Tabel 9

Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar

(Persen) 1)

Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor Ekspor Umum

Periode Total Nonmigas Migas

3,80 3,00 8,04 9,11 10,73 4,61 24,20 8,02

0,00 0,70 1,34 0,69 1,43 0,00 5,13 1,38

2,76 0,70 1,32 6,85 9,15 3,28 20,49 4,08

4,03 13,19 22,22 0,64 -3,87 2,38 -13,77 9,15

3,87 0,61 1,60 -0,64 -1,34 -4,65 3,29 -1,20

4,97 1,83 2,11 5,13 8,84 6,50 13,64 4,85

5,33 2,40 2,58 0,61 0,00 2,29 -3,60 2,31

6,74 3,51 1,51 1,82 -5,00 1,49 -16,18 0,56

6,32 3,39 3,47 3,57 2,63 3,68 1,49 3,93

2,97 1,64 3,35 5,75 7,05 2,84 14,63 4,32

7,69 1,61 3,70 3,26 1,80 -0,69 6,38 3,63

7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 2,08 24,40 8,50

7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 5,44 6,43 6,45

7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 5,16 28,10 12,55

4,68 3,54 1,40 -9,23 -5,31 2,45 -15,09 -1,92

0,00 4,27 -4,14 -11,86 -13,55 9,58 -47,22 -6,67

2,93 7,52 -0,26 5,28 2,44 13,96 -31,67 1,80

3,07 -0,40 1,23 0,54 -0,81 -5,30 21,28 0,99

5,19 1,22 1,13 -0,37 -2,86 n.a n.a 0,79

1,19 1,05 0,53 0,60 1,88 n.a n.a 0,91

2,05 0,60 1,57 0,22 0,27 n.a n.a 1,17

2,25 0,80 0,60 0,81 6,91 n.a n.a 3,31

3,74 0,52 1,41 0,57 -0,99 n.a n.a 1,37

2005

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2006

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2007

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2008

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2009

Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2009

Trw.I

Trw.II

Trw.III