16
Kajian Reguler PAKEIS Level Kedua Pemakalah: Nailunniam dan Angga Prilakusuma Pembimbing: M. Ainun Najib, Lc, Ahmad Ghazali Assegaf, Lc BANK SYARIAH; INSTRUMEN AWAL GERAKAN EKONOMI ISLAM Oleh: Nailunniam dan Angga Prilakusuma Prolog Geliat pertumbuhan bank syariah saat ini tampaknya menjadi sebuah studi yang saat ini marak diminati. Di tengah raksasa ekNomi kapitalis, bank syariah mencoba menawarkan sebuah alternatif baru kegiatan ekonomi. Meski harus diakui ceruk tersebut masihlah sangat kecil, bahkan tidak sampai 5 persen di Indonesia, akan tetapi melihat alternative concept yang ditawarkan dan percepatan pertumbuhan yang signifikan, tak heran kemudian perbankan syariah menjadi bahan kajian yang menarik dewasa ini. Bermula dari wacana yang ditabuh tahun 1970-an, konsep perbankan syariah sekarang menjadi solusi yang mungkin ditempuh, terutama pasca goncangan ekonomi dunia tahun 1997 dan 2009. Terlepas dari beberapa pro dan kontra mengenai prakteknya, perbankan berbasis syariah menunjukkan grafik pertumbuhan yang pesat, bahkan mampu menarik nama-nama besar di dunia keuangan internasional seperti Citibank, Jardine Flemming, ANZ, Chase-Chemical Bank, Goldman Sach untuk membuka cabang yang berlandaskan syariah. Ada apa dengan bank syariah? Toh Notabenenya dia adalah sebuah lembaga keuangan dan intermediasi. Dan mengapa harus ada? Bukankah ceruk dunia ekonomi global saat ini telah digarap oleh perbankan konvensional, dan mengapa harus bank syariah? Apa yang saja mereka tawarkan dan benarkah geliat perkembangannya saat ini hanya fenomena latah dan ‘kagetan’ masyarakat kita? Dalam tulisan kali ini, kami akan membahas sekilas tentang perbankan syariah, termasuk perbedaannya dengan bank konvensional. Ada juga pembahasan tentang konsep dan `system operasional bank syariah berikut gambaran produknya. Pada akhir tulisan, kami hadirkan beberapa fakta dan fenomena tantangan dan harapan atas instrumen awal ekonomi Islam ini. A. Awal Perkembangan Bank Syariah di Dunia Usaha untuk menerapkan asas profit and loss sharing pertama kali dirintis di Malaysia dan Pakistan pada tahun 1940-an. Upaya tersebut diterapkan atas pengelolaan dana Haji tahun itu. Namun, secara lembaga, sistem syariah pertama kali diterapkan oleh Mit Ghamr Local Saving Bank di Mesir di tahun 1963. 1 Mit 1 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta, 2001, hlm.18.

Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

  • Upload
    niam-ab

  • View
    290

  • Download
    12

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

Kajian Reguler PAKEIS Level Kedua Pemakalah: Nailunniam dan Angga Prilakusuma

Pembimbing: M. Ainun Najib, Lc, Ahmad Ghazali Assegaf, Lc

BANK SYARIAH;

INSTRUMEN AWAL GERAKAN EKONOMI ISLAM Oleh: Nailunniam dan Angga Prilakusuma

Prolog

Geliat pertumbuhan bank syariah saat ini tampaknya menjadi sebuah studi

yang saat ini marak diminati. Di tengah raksasa ekNomi kapitalis, bank syariah

mencoba menawarkan sebuah alternatif baru kegiatan ekonomi. Meski harus diakui

ceruk tersebut masihlah sangat kecil, bahkan tidak sampai 5 persen di Indonesia,

akan tetapi melihat alternative concept yang ditawarkan dan percepatan

pertumbuhan yang signifikan, tak heran kemudian perbankan syariah menjadi

bahan kajian yang menarik dewasa ini.

Bermula dari wacana yang ditabuh tahun 1970-an, konsep perbankan syariah

sekarang menjadi solusi yang mungkin ditempuh, terutama pasca goncangan

ekonomi dunia tahun 1997 dan 2009. Terlepas dari beberapa pro dan kontra

mengenai prakteknya, perbankan berbasis syariah menunjukkan grafik

pertumbuhan yang pesat, bahkan mampu menarik nama-nama besar di dunia

keuangan internasional seperti Citibank, Jardine Flemming, ANZ, Chase-Chemical

Bank, Goldman Sach untuk membuka cabang yang berlandaskan syariah.

Ada apa dengan bank syariah? Toh Notabenenya dia adalah sebuah lembaga

keuangan dan intermediasi. Dan mengapa harus ada? Bukankah ceruk dunia

ekonomi global saat ini telah digarap oleh perbankan konvensional, dan mengapa

harus bank syariah? Apa yang saja mereka tawarkan dan benarkah geliat

perkembangannya saat ini hanya fenomena latah dan ‘kagetan’ masyarakat kita?

Dalam tulisan kali ini, kami akan membahas sekilas tentang perbankan syariah,

termasuk perbedaannya dengan bank konvensional. Ada juga pembahasan tentang

konsep dan `system operasional bank syariah berikut gambaran produknya. Pada

akhir tulisan, kami hadirkan beberapa fakta dan fenomena tantangan dan harapan

atas instrumen awal ekonomi Islam ini.

A. Awal Perkembangan Bank Syariah di Dunia

Usaha untuk menerapkan asas profit and loss sharing pertama kali dirintis di

Malaysia dan Pakistan pada tahun 1940-an. Upaya tersebut diterapkan atas

pengelolaan dana Haji tahun itu. Namun, secara lembaga, sistem syariah pertama

kali diterapkan oleh Mit Ghamr Local Saving Bank di Mesir di tahun 1963.1 Mit

1 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta, 2001, hlm.18.

Page 2: Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

Ghamr Bank memang tidak mengenakan nama syariah karena alasan politis. Meski

berskala kecil, namun dapat dikatakan, bank yang dipelopori oleh Ahmad el-Najjar

ini mampu mengilhami pendirian sembilan bank lain dengan asas yang sama.

Namun usaha ini berumur pendek, tahun 1967 Mit Ghamr Bank ditutup karena

masalah manajemen.2

Di skala internasional, institusi ekonomi syariah yang pertama berdiri adalah

Islamic Development Bank (IDB). Sebelum pembentukannya di tahun 1975, wacana

untuk mendirikan sebuah lembaga keuangan berbasis syariah telah santer dibahas

dalam sidang-sidang pada Organisasi Konferensi Islam.

Pada bulan Desember 1970, pada Sidang Menteri Luar Negeri Negara

anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Karachi, Pakistan, Mesir mengajukan

proposal untuk mendirikan bank syariah dengan dasar profit and loss sharing. Sidang

menyetujui proposal tersebut dan berencana mendirikan Bank Islam Internasional

dan Federasi Bank Islam.

Selain itu, diusulkan pula pembentukan Badan Investasi dan Pembangunan

Negara-negara Islam (Investment and Development Body of Islamic Countries), yang

berfungsi sebagai berikut:

a. Mengatur investasi modal Islam

b. Menyeimbangkan antara investasi dan pembangunan di negara Islam

c. Memilih lahan atau sektor yang cocok untuk investasi dan mengatur

penelitiannya

d. Memberi saran dan bantuan teknis bagi proyek-proyek yang dirancang untuk

investasi regional di negara-negara Islam

Sebagai rekomendasi tambahan, diusulkan pula pembentukan perwakilan-

perwakilan khusus, yaitu Asosiasi Bank-bank Islam (Association of Islamic Banks).

Badan ini berperan sebagai badan konsultatif untuk masalah ekonomi dan

perbankan syariah. Badan ini juga bertugas sebagai penyedia bantuan teknis bagi

negara-negara Islam yang ingin mendirikan bank syariah dan lembaga keuangan

syariah. Dukungan teknis yang dimaksud berbentuk pengiriman tenaga ahli ke

negara tersebut, penyebaran atau sosialisasi sistem perbankan Islam, saling tukar

informasi dan pengalaman antar negara Islam.

Usulan-usulan tersebut kemudian berkembang pada sidang-sidang OKI

selanjutnya. Hingga akhirnya pada tahun 1975, Sidang Menteri Keuangan OKI di

Jeddah menyetujui rancangan pendirian Bank Pembangunan Islami atau Islamic

Development Bank dengan modal awal 2 miliar dinar Islam atau setara dengan 2

miliar SDR (Special Drawing Rights). Dan semua negara OKI menjadi anggota IDB.3

B. Perkembangan Bank Syariah di Berbagai Negara

2 http://go-blog-go.blog.friendster.com/2008/01/perkembangan-perbankan-syariah/

3 Muhammad Syafi’i Antonio, Op.Cit., hlm. 19-21.

Page 3: Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

1. Pakistan

Pakistan merupakan pelopor di bidang perbankan syariah. Pada awal Juli

1979, sistem bunga dihapuskan dari tiga institusi, National Investment (Unit Trust),

House Building Finance Corporation (pembiayaan sektor perumahan) dan Mutual

Funds of the Investment Corporation Pakistan (kerjasama investasi). Pada tahun

1981, undang-undang mudhârabah dan murâbahah berlaku secara resmi. Hasilnya,

sebanyak 7000 unit cabang bank komersial di seluruh Pakistan beroperasi dengan

sistem bagi hasil. Kemudian di awal tahun 1985, seluruh sistem perbankan Pakistan

dirubah secara masif ke sistem perbankan syariah.

2. Mesir

Bank syariah pertama yang berdiri di Mesir adalah Faisal Islamic Bank. Bank

ini mulai beroperasi pada Maret 1978 dan berhasil membukukan hasil menakjubkan

dengan total aset sekitar 2 miliar dolar AS pada 1986 dan tingkat keuntungan sekitar

106 juta dolar AS. Bank lain yang menggunakan dasar syariah adalah Islamic

International Bank for Investment and Development.

3. Siprus

Faisal Islamic Bank of Kibris (Siprus) mulai beroperasi pada Maret 1983 dan

mendirikan Faisal Islamic Investment Corporation yang memiliki dua cabang di

Siprus dan satu cabang di Istanbul. Pada sepuluh bulan pertama, bank tersebut telah

melakukan pembiayaan dengan skema murâbahah senilai sekitar TL 450 juta. Selain

itu, bank juga melakukan pembiayaan dengan skema musyârakah dan mudhârabah

serta menerapkan pengelolaan dana berpola al-qardhu’l hasan dan zakat.

4. Kuwait

Kuwait Finance House didirikan tahun 1977 dan sejak awal tidak

beroperasi dengan sistem bunga. Dalam rentang dua tahun (1980-1982) dana

masyarakat yang terkumpul melejit dari sekitar KD 149 juta menjadi KD 474 juta.

Pada akhir 1985, total aset Kuwait Finance House mencapai KD 803 juta dengan

keuntungan bersih mencapai KD 17 juta, (satu dinar kuwait setara dengan 4-5

USD).

5. Bahrain

Oleh Syafii Antonio, Bahrain disebut sebagai off-shore banking4 heaven terbesar

di timur tengah. Pasalnya, di negara yang hanya berpenduduk sekitar 660 ribu jiwa

(per desember 1999) itu terdapat 220 local dan off-shore banks. 22 di antaranya

berbasis syariah, seperti City Islamic Bank of Bahrain, Faysal Islamic Bank of Bahrain

dan al-Barakah Bank.

Perkembangan terakhir, bulan Juni 2009 ini, bank syariah terbesar di dunia

didirikan di Bahrain. Sebagaimana dilansir harian Republika, Syekh Saleh Abdulla

Kamel, Chairman General Council of Islamic Banks and Financial Institutions,

4 Off-shore bank: Bank yang debiturnya berada di luar negeri. BIasanya negeri tersebut menerapkan kebijakan pajak yang

rendah. Debitur mendapatkan beberapa keuntungan dari aspek hukum dan finansial. Lih.:

http://en.wikipedia.org/wiki/Offshore_bank

Page 4: Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

mengatakan bahwa bank tersebut direncanakan memiliki modal disetor senilai 11

miliar dolar AS (empat miliar dinar) dengan IDB sebagai pemegang saham terbesar.5

6. Uni Emirat Arab

Dubai Islamic Bank merupakan salah satu pelopor perkembangan bank

syariah. Didirikan pada tahun 1975, investasinya mencakup bidang perumahan,

proyek industri dan aktivitas komersial.

7. Malaysia

Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB), merupakan bank syariah pertama di

Asia Tenggara. Bank ini didirikan pada tahun 1983, dengan 30 persen modal milik

pemerintah federal. Hingga akhir 1999, BIMB mempunyai lebih dari 70 cabang yang

tersebar di hampir setiap negara bagian Malaysia.

8. Iran

Pengembangan perbankan syariah di Iran bermula sesaat setelah revolusi

Islam Iran yang dipimpin Ayatullah Khomeini pada tahun 1979. Sedangkan

perkembangan dalam arti riil baru dimulai sejak Januari tahun 1984.

9. Turki

Walaupun berideologi sekuler, Turki termasuk negara yang cukup awal

memiliki perbankan syariah. Tahun 1984, pemerintah Turki memberikan izin

kepada Daar al-Maal al-Islami (DMI) untuk mendirikan bank yang beroperasi

berdasarkan prinsip bagi hasil. Setelah DMI berdiri, pada bulan Desember di tahun

yang sama, didirikan Faisal Finance Institution yang mulai beroperasi pada bulan

April 1985.

C. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

Wacana mengenai perbankan berbasis syariah mulai berkembang di

Indonesia pada awal tahun 1980-an. Beberapa tokoh mulai membuka diskusi-

diskusi mengenai bank syariah. Para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut

adalah Dawam Rahardjo, AM Saefuddin, M. Amien Azis dan lain-lain. Di lapangan,

uji coba dalam skala relatif terbatas pun sudah dilaksanakan. Di antaranya dengan

pembentukan Baitut Tamwil-Salman Bandung.

Usaha yang lebih merujuk pada pembentukan bank Islam baru muncul pada

tahun 1990. MUI pada tanggal 18-20 Agustus menyelenggarakan Lokakarya Bunga

Bank dan Perbankan di Cisarua Bogor, Jawa Barat. Dan dibahas lebih mendalam

pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta,

22-25 Agustus 1990. Hasilnya berupa pembentukan kelompok kerja yang bertugas

untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Bank yang pertama terbentuk adalah PT

Bank Muamalat Indonesia.

5 http://republika.co.id/koran/16/28067/Bank_Syariah_Terbesar

Page 5: Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

Bank Muamalat berdiri tahun 1991 dengan modal awal sekitar 106 milyar

rupiah dan baru beroperasi setahun berikutnya. Tahun 1999, Bank Muamalat telah

memiliki lebih dari 45 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang,

Surabaya, Balikpapan dan Makasar.

Pada masa awal pendiriannya, bank syariah belum mendapat perhatian

khusus dari pemerintah. Bank syariah hanya dikategorikan sebagai bank yang

menerapkan sistem bagi hasil, sebagaimana tercermin dari UU No. 7 tahun 1992. Itu

pun dibahas dalam porsi yang kecil.

Tapi pasca Reformasi, pemerintah mulai melirik perbankan syariah. Dengan

disetujuinya UU No. 10 tahun 1998 sebagai revisi atas UU No. 7 tahun 1992,

perekonomian syariah mulai menggeliat. Dalam UU tersebut, dirinci landasan

hukum serta jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank

syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank konvensional

untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total ke basis

syariah.

Perbankan syariah semakin mendapat kesempatan untuk berkembang setelah

diberlakukannya UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit

tanggal 16 Juli 2008. Dengan demikian, landasan hukum bagi beroperasinya bank

syariah cukup memadai untuk mendorong pertumbuhan yang lebih cepat. Sebagai

catatan, rata-rata pertumbuhan aset bank syariah dalam lima tahun terakhir cukup

impresif, menembus angka 65% pertahun.6

Jika pada tahun 1992-1998 hanya ada satu bank syariah, maka pada Maret

2007, berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan Bank

Indonesia, jumlah bank syariah telah mencapai 24 unit yang terdiri atas tiga Bank

Umum Syariah dan 21 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank Perkreditan

Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 105 unit pada periode yang sama.7

Tahun 2009 ini, pengamat ekonomi syariah Adiwarman Karim

memprediksikan pertumbuhan bank Islam bakal melaju pesat. Pasalnya, ia melihat

bahwa kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia mendukung ke arah sana.

Perkembangan tersebut tercermin dari peningkatan jumlah bank syariah yang

beroperasi di Indonesia. Tiga bank syariah yang besar dan sudah cukup dikenal di

Indonesia selama ini adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, bank

Syariah Mega dan Bank BRI Syariah. Diperkirakan sejumlah sembilan bank umum

juga akan mengikuti jejak ketiga bank syariah tersebut. Kesembilan bank yang

dimaksud adalah BCA, BNI, NISP, Bukopin, Victoria dan Bank Panin. Sedang tiga

bank sisanya diperkirakan dari investor Timur Tengah.8

6 Website resmi Bank Indonesia, http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah/

7 Cita Octaviana, S.E., Potret Perbankan Syariah di Indonesia, Buletin Ekonomika dan Bisnis Islam, ed. IV/VII,

Laboratorium Ekonomika dan Bisnis Islam (LEBI) FEB UGM. Hal. 1. 8 http://www.republika.co.id/koran/124/34821/Bank_Syariah_akan_Melesat

Page 6: Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

D. Bank Syariah dan Bank Konvensional

Akhirnya, tak dapat kita sangkal bahwa perkembangan bank Syariah tumbuh

dengan cepat dan menggembirakan. Tidak saja menggeliat di kawasan dunia Islam,

namun juga merambah pada negara-negara yang notabenenya adalah kapitalis

sejati. Bahkan, bank-bank konvensional tak malu-malu lagi dalam menancapkan

kukunya dalam dunia perbankan Islami ini. Baik, setelah tadi kita berjalan-jalan

sebentar melihat keluar, sekarang saatnya kita mengenal lebih dalam tentang

perbankan syariah.

Apa dan bagaimana bank syariah itu? Menjawab pertanyaan ini, penulis akan

berbicara dari sisi lain. Penulis akan berbicara tentang prinsip dan karakteristik bank

syariah, bukan menyepelekan definisi, akan tetapi lebih karena penekanan pada sisi

praktik ketimbang teori. Karena toh, ketika berbicara unsur suatu hal, adalah

berbicara tentang hal tersebut bukan? Tak salah bila kemudian, mengenal prinsip ini

menjadi sangat penting sebelum kita melangkah lebih jauh dan berbicara seputar

produk-produk investasinya. Cara dan langkah kerja bank syariah tentu saja

berbeda dengan bank konvensional. Apa dan bagaimana prinsip kerjanya?

Dr. Muhammad Abdul Karim menjelaskan bahwa ada beberapa kesamaan

dan perbedaan antara dua bank ini. Menurut beliau, kesamaan itu antara lain:

a. Keduanya memiliki persamaan dalam nama, sama-sama bank.

b. Dua lembaga ini, sama-sama berkutat dalam transaksi uang.

c. Baik bank syariah maupun bank konvensional, sama-sama melakukan

penawaran jasa transaksi keuangan.9

Hemat penulis, tiga sisi ini dapat kita pahami dari kata pertama dua lembaga

ini, bank. Karenanya, pada intinya dua lembaga ini pun tak jauh berbeda secara

prinsip, dan teknis kerja. Sebut saja dalam hal teknis penerimaan uang, mekanisme

transfer, syarat-syarat umum, bahkan bentuk laporan keuangannya. Namun yang

perlu digarisbawahi di sini, meskipun keduanya sama dalam hal teknis, keduanya

sama sekali berbeda dalam hal legalitas dan akad, objek pembiayaan dan beberapa

hal lainnya.

Adapun menurut Zainal Arifin, Direktur Eksekutif Tazkia Institute, beliau

lebih melihat kepada fungsi dari dua lembaga tersebut. Bahwa keduanya adalah

sama-sama lembaga intermediasi, yang berperan menerima simpanan dari nasabah

dan meminjamkannya kepada nasabah lain yang membutuhkan dana.10

Selanjutnya terkait perbedaan kedua jenis bank ini, dapat kita lihat dalam tabel

di bawah ini:11

9 Dr. Mahmud Abdul Karim Ahmad Irsyid, al Syâmil fî Mu‘âmalât wa ‘Amaliyyât al Mashârif al Islâmiyyah, Dâr al Nafâ’is,

‘Ammân, 2001, hal. 15 10 Zainal Arifin MBA, Bank Syariah versus Bank Konvensional, makalah tertanggal 17 Juni 2002, dari situs:

http://www.tazkia.com 11 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press bekerja sama dengan Yayasan

Tazkia Cendekia, 2001

Page 7: Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

No Bank Syariah Bank Konvensional

1 Berdasarkan prinsip investasi bagi

hasil

Berdasarkan tujuan

membungakan uang

2 Menggunakan prinsip jual-beli Menggunakan prinsip pinjam-

meminjam uang

3 Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan kemitraan

Hubungan dengan nasabah

dalam bentuk hubungan

kreditur-debitur

4 Melakukan investasi-investasi yang

halal saja

Investasi yang halal maupun

yang haram

5 Setiap produk dan jasa yang

diberikan sesuai dengan fatwa

Dewan Syariah

Tidak mengenal Dewan sejenis

itu

6 Dilarangnya gharar dan maisir Terkadang terlibat dalam

speculative FOREX (Foreign

Exchange Market/ Currency)

dealing

7 Menciptakan keserasian diantara

kedua sektor (riil maupun moneter)

Berkontribusi dalam terjadinya

kesenjangan antara sektor riil

dengan sektor moneter

8 Tidak memberikan dana secara tunai

tetapi memberikan barang yang

dibutuhkan (finance the goods and

services)

Memberikan peluang yang

sangat besar untuk sight streaming

(penyalahgunaan dana pinjaman)

9 Bagi hasil menyeimbangkan sisi

pasiva dan aktiva

Rentan terhadap negative spread

(selisih negatif)

Sedikit berbeda dengan Syafii Antonio, kali ini Dr. Mahmud Irsyad lebih

menekankan pada sisi kelebihan bank syariah dibanding saudara kembarnya. Beliau

menjelaskan dalam buku yang sama, bahwa kelebihan-kelebihan itu antara lain:

a. Bank syariah dalam teknis kerjanya berdiri atas dasar kebersamaan, baik dalam

keuntungan maupun kerugian, dan menjauhi transaksi ribawi.

b. Tidak ada toleransi pelanggaran kaidah-kaidah syariat.

c. Sektor ekonomi riil mendampat porsi yang lebih besar, dibanding sektor

moneter.

d. Tunduk pada hukum syariat, dan bukan hukum ekonomi semata.

e. Bentuk akad dalam perbankan konvensional semata-mata hanyalah hutang

piutang berbunga, meskipun bentuk transaksinya bermacam-macam.

f. Transaksi hutang dalam bank konvensional mensyaratkan adanya jaminan,

berbeda dengan bank syariah yang menggunakan akad musyârakah, mudhârabah

Page 8: Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

dan lainnya, maka tidak membutuhkan jaminan, karena menanggung resiko

rugi.

g. Dan lain sebagainya.12

Ada sekitar empat belas catatan yang beliau tuliskan terkait kelebihan bank

syariah ini. Itupun beliau masih menyimpan beberapa, karena memang tidak

disebutkan dalam buku tersebut. Namun yang jelas dan perlu dicatat di sini, bahwa

bank syariah terlihat lebih adil dan menguntungkan. Hal ini tak lain karena,

meskipun bank syariah adalah lembaga ekonomi, akan tetapi prinsip yang

mendasarinya paling tidak adalah pengamalan dua ajaran al-Qur’an. Yakni, prinsip

al ta‘âwun (saling membantu dan saling bekerja sama di antara anggota masyarakat

untuk kebaikan) dan prinsip menghindari al iktinâz (menahan dan membiarkan dana

menganggur dan tidak diputar untuk transaksi yang bermanfaat).13

E. Karakteristik dan Sistem Operasional Bank Syariah

Prinsip operasional bank syariah sama sekali tidak jauh dari prinsip dasar

ekonomi Islam. Bahkan, prinsip dasar ekonomi Islam menjadi pijakan dalam

penerapan konsep operasional bank syariah. Beberapa konsep utama ekonomi Islam

yang dijadikan landasan prinsip operasional bank syariah diantaranya, konsep uang

sebagai alat tukar dan bukan komoditas. Adanya pelarangan riba, kewajiban

memutar harta, dsb.14

Selanjutnya menurut Zainal Arifin ada minimal tiga prinsip utama dalam

bank syariah. Prinsip-prinsip itu adalah: 1) larangan riba (bunga) dalam berbagai

bentuk transaksi; 2) menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis

pada memperoleh keuntungan yang sah menurut syariah; dan 3)

menumbuhkembangkan zakat.15

Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Tazkia Institute ini juga menjelaskan bahwa

sepanjang praktek perbankan konvensional tidak bertentangan dengan prinsip-

prinsip Islam, maka bank-bank syariah (dapat) mengadopsi sistem dan prosedur

perbankan yang ada. Namun, bila terjadi pertentangan dengan prinsip-prinsip

syariah, maka bank-bank syariah merencanakan dan menerapkan prosedur mereka

sendiri guna menyesuaikan aktivitas perbankan mereka dengan prinsip-prinsip

syariah Islam. Untuk itu maka Dewan Syariah berfungsi memberikan masukan

kepada perbankan syariah guna memastikan bahwa bank syariah tidak terlibat

dalam unsur-unsur yang tidak disetujui oleh Islam.

Kembali pada persoalan prinsip, Achmad Baraba kembali menegaskan bahwa

prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi Islam akan menjadi dasar beroperasinya bank

Islam. Dan menurut dia, ada dua hal yang paling menonjol, yaitu tidak mengenal

12 Dr. Mahmud Abdul Karim Ahmad Irsyid, op. cit. lihat [9] hal. 16 13 Zainal Arifin, op. cit. lihat [10] hal. 1 14 Achmad Baraba, Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah, kumpulan artikel Bank Indonesia hal. 3-4 15 Zainal Arifin, op. cit. lihat [10] hal. 2

Page 9: Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

konsep bunga uang dan yang tidak kalah pentingnya adalah Islam tidak mengenal

peminjaman uang untuk tujuan komersial, tetapi adalah kemitraan/kerjasama

(mudhârabah dan musyârakah) dengan prinsip bagi hasil, sedang peminjaman uang

hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya imbalan apapun.16

Dalam artikelnya, Achmad Baraba, pakar ekonomi Islam yang juga seorang

akuntan Ernst & Young, menjelaskan seputar fungsi bank syariah. Menurutnya

terkait landasan operasional bank syariah yang mengacu pada prinsip dasar

ekonomi Islam, akan menjadikan bank syariah memiliki fungsi-fungsi sebagai

berikut:

a. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang

dipercayakan oleh pemegang rekening investasi/deposan atas dasar prinsip

bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank.

b. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik

dana/shâhibu’l mâl sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh

pemilik dana (dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer investasi).

c. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang

tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

d. Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan

serta penyaluran dana kebajikan (fungsi opsional).17

Sedikit berbeda dengan pakar ekonomi Indonesia ini, Dr. Ahmad Irsyid

menjelaskan tiga tujuan utama bank syariah secara global. Tujuan-tujuan inilah yang

mendasari kreasi produk bank syariah agar dapat memenuhi dan sesuai dengan

manfaatnya yang khusus, tujuan-tujuan tersebut diantaranya:

- Menghasilkan keuntungan. Ini adalah tujuan utama umum, mencakup bank

syariah dan konvensional, yang tanpanya bank syariah tidak bisa survive, lebih

jauh, ia bahkan tak mampu memenuhi tujuan lainnya.

- Menciptakan rasa aman. Bank syariah bergerak dalam sektor yang penuh rasa

aman dan jauh dari resiko dan spekulasi.

- Meciptakan iklim pertumbuhan dan investasi. Dan inilah tujuan utama dan

khusus dari keberadaan bank syariah.18

Atas dasar prinsip dan fungsi yang penulis sebutkan di atas inilah, sebuah bank

syariah akan berkreasi untuk mengeluarkan produk-produk jasanya. Apakah itu

berupa kartu kredit syariah, giro, tabungan, deposito, penjualan valas, piutang

murâbahah dan lain sebagainya. Yang kesemua produk jasa tersebut tidak lepas dari

prinsip-prinsip akad yang sesuai syariah, semisal prinsip mudhârabah, murâbahah,

istishnâ‘, salam, wadî‘ah, wakâlah, ijârah dan seterusnya.

Secara garis besar produk pembiayaan dan jasa perbankan syariah terbagi ke

dalam lima kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:

16 Achmad Baraba, op. cit. hal. 4 17 Loc. cit. 18 Dr. Mahmud Irsyid, op. cit. lihat [9] hal. 16

Page 10: Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

1. pembiayaan dengan prinsip pinjaman kebajikan dan lunak yaitu al qardh al

hasan.

2. pembiayaan dengan prinsip jual beli, yaitu murâbahah, salam, salam paralel,

istishnâ‘ dan istishnâ‘ paralel.

3. pembiayaan dengan prinsip sewa, yaitu ijârah dan ijârah muntahiyah bi al tamlîk.

4. pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, yaitu musyârakah dan mudhârabah.

5. pembiayaan dengan prinsip akad pelengkap (jasa keuangan),

yaitu hiwâlah, rahn, wakâlah dan kafâlah.

Dalam penjabarannya di Indonesia, bentuk kegiatan bank syariah agar sesuai

dengan prinsip operasionalnya kemudian diatur dalam Pasal 36–37 PBI

6/24/PBI/2004. Agar memudahkan pemahaman, secara garis besar kegiatan usaha

perbankan syariah meliputi sembilan fungsi:19

1. Penghimpunan dana

Melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

(giro dan tabungan berdasar prinsip wadî‘ah) serta investasi (giro, tabungan

dan deposito berdasar prinsip mudhârabah).

2. Penyaluran dana (langsung dan tidak langsung)

Pembiayaan langsung (berdasar prinsip jual beli, bagi hasil, sewa menyewa

dan pinjam meminjam) serta tidak langsung/indirect finance (Bank Garansi,

Letter of Credit).

3. Jasa pelayanan perbankan

Jasa pelayanan perbankan berdasarkan wakâlah, hiwâlah, kafâlah dan rahn.

Menyediakan tempat menyimpan barang dan surat-surat berharga

berdasarkan prinsip wadî‘ah yad amânah (Safe Deposit Box).

Melakukan kegiatan penitipan, termasuk penatausahaannya untuk

kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakâlah

(kustodian).

4. Berkaitan surat berharga

Membeli, menjual dan/atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak

ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying transaction)

berdasarkan prinsip syariah. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip

syraih yang diterbitkan Pemerintah dan/atau BI (SWBI). Menerbitkan surat

berharga berdasarkan prinsip syariah.

5. Lalu lintas keuangan dan pembayaran

Money transfer, inkaso, kartu debet/charge card, valuta asing (sharf).

6. Berkaitan pasar modal

Wali amanat (wakâlah).

7. Investasi

19 Peri Umar Farouk, Kelembagaan, Operasional & Pengembangan Produk Bank Syariah, dari situs:

http://omperi.wikidot.com/

Page 11: Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

Penyertaan modal di bank atau perusahaan lain bidang keuangan berdasarkan

prinsip syariah, seperti: sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek,

asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan.

Penyertaan modal sementara berdasarkan prinsip syariah untuk mengatasi

akibat kegagalan pembiayaan dengan syarat harus menarik kembali

penyertaannya dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan BI.

8. Dana pensiun

Pendiri dan pengurus dana pensiun (DPLK) berdasarkan prinsip syariah.

9. Sosial

Penerima dan penyalur dana sosial (Zakat, Infak, Shadaqah, Wakaf, Hibah).

Kemudian setelah masuk dalam kancah perbankan, prinsip-prinsip

operasional tadi akan menjadi lebih variatif. Secara praktik, dapat kita lihat bentuk

produk dan jasa perbankan berikut prinsipnya dalam tabel versi Achmad Baraba

ini:20

Produk /Jasa Prinsip Syariah

Giro Wadî‘ah yad amânah

Tabungan Wadî‘ah yad amânah mudhârabah

Deposito / rekening investasi bebas Mudhârabah

Rekening investasi tidak bebas penggunaan Mudhârabah muqayyadah

Investasi Mudhârabah Mudhârabah

Investasi Musyârakah Musyârakah

Piutang Murâbahah Murâbahah tidak tunai

Investasi assets untuk disewakan Ijârah

Pengadaan barang untuk dijual atau dipakai sendiri

Salam atau istishnâ‘

Bank garansi Kafâlah

Transfer, inkaso, L/C, dll. Wakâlah

Safe deposit box Wadî‘ah yad amânah

Surat berharga Mudhârabah

Jual beli Valas Sharf

Akan tetapi, terkait produk-produk investasinya, bank-bank syariah

sebaiknya lebih menekankan pada aspek manfaat dan mudharatnya, tidak sekedar

halal dan haram. Dapat dikatakan, tidak selalu cakupan produk yang lebih sedikit

dari bank-bank syariah, kemudian dikatakan bahwa pelayanan bank syariah jelek

atau lebih buruk. Akan tetapi, bila itu adalah suatu bentuk tanggungjawab bank

syariah atas prinsip manfaat, maka itu jauh lebih baik. Contoh kecil yang menjadi

20 Achmad Baraba, op. cit. hal. 6

Page 12: Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

kontroversi adalah persoalan kartu kredit bank syariah. Toh notabenenya kartu

kredit bisa mengajak masyarakat untuk bertindak konsumtif, yang berseberangan

dengan tujuan awal bank syariah sebagai penggiat investasi dana masyarakat. Dan

untuk persoalan kartu kredit syariah ini diperlukan kajian lebih lanjut, yang belum

bisa dibahas dalam makalah ini.

F. Kontrol dan Pengawasan Bank Syariah

Karena bank syariah merupakan pengejawantahan hukum-hukum Islam di

bidang ekonomi, maka diperlukan sebuah lembaga khusus yang bertugas

mengawasi dan mengontrol aktivitas perbankan syariah. Lembaga tersebut

dimaksudkan agar kegiatan dan produk bank tetap berada di lajur syariat dan

ajaran Islam. Untuk keperluan tersebut dibentuklah dua lembaga kontrol, Dewan

Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional.

Peran utama Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah mengawasi jalannya

operasional bank sehari-hari agar tidak keluar dari rambu-rambu syariah. DPS harus

membuat pernyataan secara berkala (biasanya tiap tahun) bahwa bank yang diawasi

telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah. Pernyataan ini dimuat dalam

laporan tahunan (annual report) bank yang bersangkutan.

Tugas lain DPS adalah meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari

bank yang diawasinya. Dengan demikian, DPS bertindak sebagai penyaring

pertama sebelum suatu produk diteliti kembali dan difatwakan oleh Dewan Syariah

Nasional.

Namun seiring dengan laju pertumbuhan bank syariah, jumlah Dewan

Pengawas Syariah pun melonjak. Di satu sisi, perkembangan tersebut patut

disyukuri, namun di sisi lain, dikhawatirkan terdapat perbedaan fatwa antar DPS

mengenai suatu produk bank. Karena itu diperlukan sebuah lembaga berotoritas

yang menaungi dan menyatukan suara DPS-DPS tersebut. Lembaga ini kemudian

dikenal sebagai Dewan Syariah Nasional (DSN).

Dewan Syariah Nasional dibentuk tahun 1997 sebagai hasil rekomendasi

Lokakarya Reksadana Syariah pada bulan Juli di tahun yang sama. Fungsi utama

DSN adalah mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai

dengan syariah Islam. Untuk kepentingan tersebut, DSN membuat garis panduan

produk syariah yang disarikan dari sumber-sumber hukum Islam. Garis panduan

tersebut menjadi pedoman pengawasan bagi DPS dan pengembangan produk bank

terkait. Selain itu, DSN juga berwewenang untuk merekomendasikan ulama-ulama

yang akan ditugaskan sebagai DSN pada suatu lembaga keuangan syariah.

Sebagai cerminan otoritas, DSN dapat memberikan teguran kepada lembaga

keuangan syariah Jika lembaga yang bersangkutan dinilai menyimpang dari garis

panduan yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan jika DSN telah menerima laporan

dari DPS pada lembaga yang bersangkutan.

Page 13: Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

Jika teguran yang disampaikan tidak diindahkan, DSN dapat mengusulkan

kepada otoritas yang berwewenang, seperti Bank Indonesia dan Departemen

Keuangan, untuk memberikan sanksi agar perusahaan tersebut tidak

mengembangkan lebih jauh tindakan-tindakannya yang tidak sesuai dengan

syariah.21

G. Bank Syariah; Antara Harapan dan Tantangan

Berdasarkan laporan bulanan Bank Indonesia, secara statistik perkembangan

bank syariah cukup menggembirakan. Indikasinya terlihat dari adanya

kecenderungan untuk terus meningkat, baik dari segi penghimpunan dana oleh

bank —berupa tabungan, deposito dsb.—maupun dari sisi pembiayaan.

Kecenderungan ini meningkat pelan tapi pasti. Yang bila diperbandingkan terlihat

selisih yang cukup signifikan. Dilihat dari sejak tahun 2005, total pendapatan yang

diperoleh bank syariah ada sebesar Rp. 2,205 T. Dan hingga bulan Juni 2009 ini, total

pendapatan yang berhasil dibukukan selalu mengalami peningkatan. Untuk bulan

Juni sendiri total pendapatan yang diraih sebesar Rp. 4,383 T.22 Ada peningkatan

hingga dua kali lipat dalam 4 tahun. Dan peningkatan ini, sebagaimana dilaporkan

bank Indonesia, terjadi dalam semua sektor. Baik itu dari sisi kuantitas, maupun

kualitas.

Tak heran bila kemudian, perkembangan bank syariah ini menjadi fenomena

menarik di kalangan akademisi maupun praktisi sejak 20 tahun terakhir ini. Bahkan

IMF pun turut serta melakukan kajian atas praktek perbankan syariah sebagai solusi

alternatif sistem keuangan internasional.23 Sebagaimana kita tahu, belakangan ini

baru saja terjadi gejolak ekonomi internasional yang menimbulkan resesi ekonomi.

Dan seperti yang dikatakan oleh para pakar perbankan, hal ini terjadi tak lain karena

besarnya volume transaksi derivatif yang tak seimbang dengan transaksi riil. Maka,

terjadilah fenomena pecahnya bubble gum economic.

Harapan banyak kalangan akan keberadaan bank syariah ini, tentu saja tak

lepas dari beberapa keunggulan dan manfaat yang telah dihasilkannya. Bahkan,

dilihat dari sisi konsep—seperti yang penulis telah sebut di atas, dapat kita

perkirakan bagaimana aman dan menguntungkannya berbisnis dengan bank

syariah. Selanjutnya, menurut penulis, manfaat yang dapat diberikan oleh bank

syariah, tidak jauh dari manfaat yang akan diperoleh karena penerapan sistem

ekonomi Islam. Karena, menurut pandangan penulis, apa yang menjadi dasar dan

prinsip operasional bank syariah adalah sistem ekonomi Islam. Lebih jauh, bahkan

dapat dikatakan bahwa keberadaan bank syariah, tak lain adalah instrumen awal

penerapan sistem ekonomi ilahiyah ini.

21

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta, 2001, hal.33 22 Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics), June 2009, hal. 17 23 Ibid. hal. 1

Page 14: Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

Terkait manfaat penerapan sistem ekonomi Islam, maka penulis sebutkan

beberapa hal, diantaranya ada tiga hal utama yang akan terjadi bila sistem ekonomi

Islam ini berhasil diterapkan.

a. Terciptanya gerak roda ekonomi yang lebih stabil, berbasis sektor ekonomi riil.

b. Terwujudnya iklim ekonomi dunia yang bebas inflasi dan terkendali.

c. Hilangnya kesenjangan sosial yang akut, karena distribusi kekayaan yang adil.

Lantas, di mana posisi bank syariah? Bank syariah, sebagaimana penulis

singgung sebelumnya, akan bertindak selaku instrumen awal penerapan sistem

ekonomi Islam ini. Mulanya bank syariah hanya akan menjadi lembaga

intermediasi, yang lama kelamaan akan menjadi batu loncatan menuju sistem

ekonomi makro Islam. Dan ini adalah tugas berat dan misi jangka panjang dari

tujuan utama pendirian perbankan syariah.

Lebih spesifiknya, moderator milis ekonomi syariah, A. Nizami menuliskan

beberapa contoh dan langkah-langkah strategis yang bisa diambil oleh perbankan

syariah, diantaranya menjadikan bank syariah sebagai agen dinar dan dirham.24

Atau bisa juga menjadi agen ukhuwah dan dakwah kepada masyarakat, salah

satunya dengan membuat corporate blog.25

Adapun mengenai sisi negatif, penulis tidak dapat menemukannya dari sisi

konsep. Karena jelas, bahwa apa yang disarikan dalam bentuk praktik perbankan

syariah ini adalah konsep ekonomi Islam yang nyata-nyata adil, membawa manfaat

dan sesuai fitrah. Akan tetapi, meski dari sisi konsep telah sempurna, agaknya kita

juga tidak bisa begitu saja berlepas tangan akan masa depan bank syariah ini. Tak

lain karena secara fakta dan fenomena yang terjadi, masih banyak masyarakat yang

justru phobia dengan adanya bank syariah ini. Ada pula sikap-sikap apatis dan

suara negatif terkait keberadaan bank syariah ini. Beberapa tantangan—penulis

menyebutnya demikian, bagi bank syariah saat ini antara lain:

a. Resiko reputasi dan image yang masih terikat erat dengan bank konvensional,

semisal antara profit sharing dan bunga.

b. Penyakit sharia phobia masyarakat yang bisa semakin menjadi-jadi.

c. Kinerja perbankan syariah itu sendiri.

d. Bentuk sosialisasi yang cenderung eksklusif dan atau kurang logis, misalkan

statemen seperti, adanya bank syariah adalah sebagai jawaban atas haramnya

riba.

e. Belum adanya sistem rujukan yang independen dan masih tergantung pada

perhitungan berdasar tingkat suku bunga atau market rate, yang notabenenya

adalah sistem konvensional.

f. Konsistensi dan kesesuaian perbankan syariah dengan kata ‘syar’i’-nya yang

mencakup sisi teori — konsep, vis dan misi, tujuan, landasan operasional, 24 A. Nizami, Bank Syariah – Lebih dari Sekedar Bank!, dari situs: http://infoindonesia.wordpress.com/ 25

Wim Permana, S. Kom, Memanfaatkan Corporate Blog untuk Bank Syariah, dari situs: http://wimkhan.wordpress.com/

Page 15: Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

dll— maupun sisi praktik —kelembagaan, produk dan jasa, laporan

keuangan, dll.

Dari keenam contoh tantangan ini, penulis mengambil kesimpulan bahwa,

apa yang sekarang ini menjadi tantangan sejatinya ada dua sektor; internal meliputi

kinerja bank syariah, produk, layanan, kebijakan strategis, dsb. Dan sisi eksternal

yang meliputi undang-undang, pemerintah, masyarakat, dsb. Dan perjuangan dari

kedua sisi ini, jujur harus diakui tidaklah mudah. Apalagi kita harus akui bersama,

bahwa saat ini ekonomi kapitalis-lah yang sedang mendominasi. Tidak saja dalam

bentuk sistem, tapi juga dalam pemikiran dan kebudayaan.

Maka, menjadi tugas kita bersama untuk saling bahu membahu, bersama kita

majukan perbankan syariah sebagai instrumen awal pembentukan sistem ekonomi

makro Islam. Bisa melalui kegiatan ekonomi praktik kita, ataupun dengan dakwah

lingkungan. Dan Indonesia, memiliki potensi dan prospek yang sangat cerah soal

itu, Insya Allah.

Wa’lLâhu a‘lam bi’l shawâb.

DAFTAR PUSTAKA

1. Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani Press,

cet. 1, Jakarta, 2001.

2. Irsyid, Dr. Mahmud Abdul Karim Ahmad, al Syâmil fî Mu‘âmalât wa ‘Amaliyyât al

Mashârif al Islâmiyyah, Dâr al Nafâ’is, ‘Ammân, 2001.

MAKALAH DAN JURNAL

1. Octaviana, Citra, S.E., Potret Perbankan Syariah di Indonesia, Buletin Ekonomika dan

Bisnis Islam, ed. IV/VII, Laboratorium Ekonomika dan Bisnis Islam (LEBI) FEB

UGM.

2. Zainal Arifin MBA, Bank Syariah versus Bank Konvensional, makalah tertanggal 17

Juni 2002, dari situs: http://www.tazkia.com.

3. Achmad Baraba, Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah, kumpulan artikel Bank

Indonesia.

4. Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics), June 2009.

WEBSITE

1. http://go-blog-go.blog.friendster.com/

2. http://en.wikipedia.org/

3. http://republika.co.id/

4. http://www.bi.go.id/

5. http://omperi.wikidot.com/

6. http://infoindonesia.wordpress.com/

Page 16: Bank Syariah Instrumen Awal Gerakan Ekonomi Islam

7. http://wimkhan.wordpress.com/