Upload
egi-ramdhani
View
74
Download
28
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Praktikum Geologi DasarJurusan Teknik GeofisikaUniversitas Lampung
Citation preview
BATUAN BEKU(Laporan Praktikum Geologi Dasar)
Oleh
Egi Ramdhani1315051018
LABORATORIUM GEOFISIKAJURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMPUNG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Praktikum : Batuan Beku
Tanggal Praktikum : 15 November 2013
Tempat Percobaan : Laboratorium Geofisika
Nama : Egi Ramdhani
NPM : 1315051018
Fakultas : Teknik
Jurusan : Teknik Geofisika
Kelompok : 7 (Tujuh)
Bandar Lampung, 15 November 2013 Mengetahui, Asisten
Doni ZulfafaNPM. 1115051014
i
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penulisan laporan ini dilatar belakangi sebagai laporan wajib praktikum
geologi dasar yang masuk mata kuliah wajib semester satu di jurusan Teknik
Geofisika, Universitas lampung. Selain itu juga sebagai pembelajaran untuk
memahami lebih jauh lagi mengenai batuan beku. Dilakukann penamaan
dalam batuan sangat berguna bagi kedepannya. Penamaan batuan sangat
penting sekali dan juga penamaan batuan harus adanya standarisasi
berdasarkan tipe batuan dan sifat-sifatnya. Dalam hal penamaan harus ada
keseragaman pemberian nama, sehingga klafisfikasi dari batuan harus
subyektif mungkin, berdasarkan fakta-fakta yang dapat diamati dan bukan
tafsiran. Batuan beku sudah banyak dikenal orang dan juga sudah sering
dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, dari hal yang paling sederhana
seperti permbuatan jalan sampai hal yang sangat rumit seperti pembuatan
gedung yang megah. Dalam ilmu geologi, batuan beku dapat dijadikan
petunjuk interior bumi. Xenolith yang ultramafik mengindikasikan komposisi
lokasi mantel atas, yang berarti ultramafik. Absennya granit di kerak samudra
menunjukan magma yang dibentuk tidak granitik. Dan di kerak benua hanya
ada granit dan riolit, tetapi basaltic sering juga ditemukan pada kerak benua
dan kerak samudra, hal ini berarti basaltic menyangga kedua lempeng kerak
tersebut. Daerah andesit merupakan campuran keduanya. Namun, hanya
sedikit sekali orang yang mengetahui asal kejadian dari batuan beku ini. Dan
kebanyakan orang hanya mengetahui cara mempergunakannya dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk dapat mengidentifikasi nama batuan beku
dengan benar serta dapat mengetahui cara mempergunakannya, maka
dilakukanlah praktikum mengenai batuan beku ini.
2
I.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukann nama batuan yang diamati dengan menggunakan sistem
identifikasi batuan.
2. Menentukan sifat-sifat batuan dari segi warna, tekstur dan komposisi
mineralnya.
3. Mengetahui proses pembentukan batuan beku.
2
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Batuan beku terbentuk dari hasil kristalisasi atau pembekuan magma, dan yang
keluar sampai dipermukaan bumi melalui letusan gunung api disebut batuan
volkanik atau extrusi. Magma yang mencapai berarti basaltik menyangga
(menopang) kedua lempeng kerak tersebut. Daerah andesit merupakan campuran
keduanya (Suharno, 2011).
Batuan beku sudah banyak dikenal orang dan juga sudah sering dipergunakan
dalam kehidupan sehari-hari, dari hal yang paling sederhana seperti pembuatan
jalan sampai ke hal yang sangat rumit seperti pembuatan gedung yang megah.
Hanya sedikit sekali orang yang mengetahui asal kejadian dari batuan beku ini.
Dan kebanyakan orang hanya mengetahui cara mempergunakannya dalam
kehidupan ini (Rachwibowo, 2008).
Batuan beku luar/ekstrusif adalah batuan beku yang terjadi dari magma yang
terjadi dari magma yang membeku di permukaan atau di luar bumi. Magma yang
mengalir ke permukaan bumi melalui lubang kawah gunung api disebut lava.
Magma yang keluar permukaan bumi masih mempunyai suhu yang tinggi yaitu
800o hingga 1200o C. Selain lava yang terbentuk secara efusif (mengalir) ada
batuan beku luar yang terbentuk secara eksplosif (letusan) yang menghasilkan
batuan piroklastik yang berukuran sangat halus berupa abu volkanik sampai
dengan ukuran yang kasar, yaitu lapili (ukuran kedelai) hingga bomb yang
mencapai diameter sampai beberapa puluh cm. Batu apung merupakan salah satu
batuan piroklastik yang sangat terkenal, berkomposisi gelas volkanik yang
berkomposisi SiO2 amorf. Batuan beku luar mempunyai ukuran kristal yang kecil
hingga amorf karena proses pembekuan magma berlangsung sangat cepat.
Obsidian merupakan salah satu contoh batuan ekstrusif (Alzwar, 1988).
Penggolongan batuan beku dapat didasarkan kepada tiga patokan utama, yaitu
berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan
berdasarkan susunan mineraloginya (Graha, 1987).
Berdasarkan letak pembekuannya maka batuan beku dapat dibagi menjadi batuan
beku intrusi dan batuan beku ekstrusi. Batuan beku intrusi selanjutnya dapat
dibagi menjadi batuan beku intrusi dalam dan batuan beku intrusi dekat
permukaan. Berdasarkan komposisi mineral pembentuknya maka batuan beku
dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu batuan beku ultramafik, batuan beku
mafik, batuan beku menengah dan batuan beku felsik. Istilah mafik ini sering
diganti dengan basa, dan istilah felsik diganti dengan asam, sekalipun tidak tepat.
Termasuk batuan beku dalam ultramafik adalah dunit, piroksenit, anortosit,
peridotit dan norit. Dunit tersusun seluruhnya oleh mineral olivin, sedang
piroksenit oleh piroksen dan anortosit oleh plagioklas basa. Peridotit terdiri dari
mineral olivin dan piroksen; norit secara dominan terdiri dari piroksen dan
plagioklas basa. Batuan beku luar ultramafik umumnya bertekstur gelas atau
vitrofirik dan disebut pikrit.
Batuan beku dalam mafik disebut gabro, terdiri dari olivin, piroksen dan
plagioklas basa. Sebagai batuan beku luar kelompok ini adalah basal. Batuan beku
dalam menengah disebut diorit, tersusun oleh piroksen, amfibol dan plagioklas
menengah, sedang batuan beku luarnya dinamakan andesit. Antara andesit dan
basal ada nama batuan transisi yang disebut andesit basal (basaltic andesit).
Batuan beku dalam agak asam dinamakan diorit kuarsa atau granodiorit,
sedangkan batuan beku luarnya disebut dasit. Mineral penyusunnya hampir mirip
dengan diorit atau andesit, tetapi ditambah kuarsa dan alkali felspar, sementara
palgioklasnya secara berangsur berubah ke asam. Apabila alkali felspar dan
kuarsanya semakin bertambah dan palgioklasnya semakin asam maka sebagai
batuan beku dalam asam dinamakan granit, sedang batuan beku luarnya adalah
riolit. Di dalam batuan beku asam ini mineral mafik yang mungkin hadir adalah
biotit, muskovit dan kadang-kadang amfibol. Batuan beku dalam sangat asam,
dimana alkali felspar lebih banyak daripada plagioklas adalah sienit, sedang
pegmatit hanyalah tersusun oleh alkali felspar dan kuarsa. Batuan beku yang
tersusun oleh gelas saja disebut obsidian, dan apabila berstruktur perlapisan
4
disebut perlit (Sutomo, 1999).
Berikut adalah gambar formasi batuan beku pada daerah gunung berapi ketika
mengalami erupsi :
Gambar 2.1 Formasi Batuan Beku (Anonim, 2002).
4
Batuan Beku Intrusif
Batuan Beku Ekstrufif
MAGMA
5
BAB III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Sampel beberapa batuan.
Gambar 3.1 Sampel beberapa batuan.
2. Lembar kerja (lampiran 1).
Gambar 3.2 Lembar kerja.
3. Alat tulis.
Gambar 3.3 Alat tulis.
4. Kamera.
Gambar 3.4 Kamera.
3.2. Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan dalampercobaan kali ini adalah :
a. Mengambil beberapa sampel batuan beku dan mengamati batuan.
Pengamatan meliputi warna, tekstur, komposisi mineral dan lain-lain.
b. Menatat hasil pengamatan pada lembar kerja yang ada pada lampiran.
3.3. Diagram Alir
Mengamati sampel batuan. Meliputi warna, tekstur,
komposisi mineral, dan lain-lain.
Mencatat hasil pengamatan pada lembar kerja.
7
Sampel batuan
Hasil
7
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang kami lakukan pada percobaan batuan beku ini dapat
dilihat di lampiran yang tertera di bagian belakang yang berupa gambar
batuan beserta keterangan pendukungnya. Hasil pengamatan berupa tabel data
dapat dilihat sebagai berikut :
NoNo.
Peraga
Tek
stu
r
Str
uk
tur
Sk
ala
Moh
s
War
na
Kan
du
nga
n
Sil
ika
Tip
e B
atu
an
Jen
is
Bat
uan
Nam
a B
atu
an
1 B.1Granular Feneritik M
asif
>3 Gelap
45% -
54%
Ultra Mafik
Plu
toni
k
Gab
ro2 B.6
Glass Afanitik M
asif
2,5
– 3
Gelap45%
- 54%
Ultra Mafik L
ava
Bas
alt
3 B.9Granular Feneritik M
asif
2,5
– 3
Gelap45%
- 54%
Ultra Mafik
Plu
toni
k
Gab
ro
4 B.11Glass
Afanitik Mas
if
2,5
– 3
Terang70%
- 80%
Felsik
Lav
a
Rio
lit
5 B.13Granular Feneritik M
asif
2,5
– 3
Agak Gelap
54% -
62%Mafik
Plu
toni
k
Dio
rite
6 B.21Glass
Afanitik
Ves
ikul
er
2,5
– 3
Agak Gelap
54% -
62%Mafik
Lav
a
And
esit
Tabel 4.1 Tabel Pengamatan Batuan Beku.
8
Berikut adalah gambar batuan yang kami amati :
No No. Peraga Foto Batuan
1 B.1
2 B.6
3 B.9
4 B.11
5 B.13
6 B.21
8
Tabel 4.2
Foto Batuan
9
4.2 Pembahasan
Telah dilakukan praktikum mengenai batuan beku oleh kelompok kami.
Untuk dapat memahami dan mengerti dengan baik cara pengklasifikasian
serta pengidentifikasiann batuan beku, terdapat serangkaian proses yang kami
lewati. Pertama, asisten dosen mengarahkan kami bagaimana cara
pengklasifikasian batuan beku berdasarkan tabel klasifikasi yang ada di
modul praktikum halaman 2. Tabel yang dimaksud adalah tabel klasfikasi
batuan beku.
Eks
trus
i Pir
okla
stik
Pir
okla
stik
F
ragm
en
Debu
Tufa Riolit
Tufa DasitTufa
AndesitTufa
Basalt
Pasir
Kerikil
Konglomerat
Bongkas
Lava Glass Afanitik Riolit Dasit
And
esit
Basal
Intrusi
Plu
toni
k
Granural Feneritik Granit
Gra
nodi
orit
e
Diorite Gabro
Asa
l Kej
adia
n
Jen
is B
atu
an
Tek
stu
r
Komposisi Silika
70 – 80%
62 – 70%54 – 62%
45 – 54%
Warna Terang >>> >>> Gelap
Tipe Batuan F
elsi
k
Inte
rmed
iet
Mafik
Ult
ra M
afik
Tabel 4.3 Klasifikasi Batuan Beku.
Tabel diatas adalah tabel yang diajarkan penggunaannya oleh asisten. Dapat
dilihat, tabel diatas memuat asal kejadian, jenis batuan, dan tekstur dati
batuan beku. Tekstur terbagi menjadi tiga yakni komposisi mineral, warna,
dan tipe batuan.
810
Berdasarkan tabel diatas, kami mencoba menganalisis enam sambel batuan
beku yang tersedia. Yakni sampel B.1, B.6, B.9, B.11, B.13 dan B.21
sebagaimana datanya telah tertera di lembar hasil pengamatan. Pengamatan
pertama yakni menentukan jenis batuannya terlebih dahulu. Penentuan jenis
batuan dapat dilihat dengan penyinaran lampu senter pada batuan sampel,
ketika disinari anak tampak butir kilauan pada batuan, kilauan kecil sedikit
menandakan batuan berjenis Piroklastik (Ekstrusi), jika kilauan besar banyak
menandakan batuan berjenis Lava (Intrusi) dan jika kilauan kecil sekidit
bahkan tidak ada kilauan, masuk ke jenis Plutonik (Ekstrusi) dari sana, dapat
ditarik garis lurus melihat ke kiri tabel langsung untuk menentukan
Teksturnya dimana tekstur piroklastik adalah piroklastik fragmen, tekstur lava
adalah glass afanitik dan tekstur plutonik adalah granural feneritik. Setelah
ditentukan jenis dan teksturnya, pengamatan dilanjutkan dengan menentukan
warnanya. Dalam kasus ini, pengamatan warna terbagi menjadi empat yakni
terang dengan kandungan silika 70-80%, agak terang 62-70%, agak gelap 54-
62% dan gelap 45-54%. Kandungan silika dapat diamati secara langsung
dengan melihat warna, warna putih dari batuan adalah kombinasi dari mineral
silika. Setelah didapat warna yang pas, langsung ditarik garis vertikal untuk
menentukan kandungan silika dan tipe batuannya. Setelah semua sudah
dilakukan, langsung ditarik garis horizontal dari asal kejadian batuan dan
garis vertikal dari warna batuan hingga didapat titik pertemuan garis dan
itulah nama dari batuan yang diamati. Lalu untuk menentukan struktur
batuan, diamati batuannya bila batuan tidak memiliki jejagas (rongga udara)
dan sedikit mengembang, batuan masuk ke struktur bantal. Bila terdapat
jejagas dalam ukuran besar, maka batuan masuk ke struktur vasekuler. Bila
batuan berisi mineral lain dalam jejagasnya, batuan berstruktur amigdaloidal,
bila tidak ada jejagas sama sekali berarti batuan padat dan masuk ke struktur
masif. Dan bila terdapat fragmen atau retakan panjang di batuan, batuan
berstruktur xenolitis. Terakhir, penentuan skala mohs. Pertama, penentuan
skala mohs diindikasikan pada goresan kuku di batuan sampel. Bila kuku
menggores batuan berarti skala mohs batuan dibawah 2,5 (<2,5) bila batuan
merusak kuku skala mohsnya diatas 2,5. Kedua pengindikasian melalui kunci.
Bila kunci merusak batu skala mohsnya dibawah 3 namun bila kunci tidak
811
dapat merusak batuan skala mohsnya diatas tiga. Terdapat tiga ketentuan
skala mohs yakni >2,5 , 2,3 – 3, dan >3.
(a) (b) (c) (d) (e)
Gambar 4.1 Macam-macam struktur batuan. (a) Vesikuler (b) amigdaliodal
(c) Bantal (d) Masif (e) Xenolitis.
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada
magma. Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian
atas selubung bumi atau bagian bawah kerak bumi, bersuhu tinggi (900 –
1300 oC) serta mempunyai kekentalan tinggi, bersifat mudah bergerak dan
cenderung menuju ke permukaan bumi.Batuan beku dalam adalah batuan
beku yang terbentuk di dalam bumi; sering disebut batuan beku intrusi.
Batuan beku luar adalah batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi;
sering disebut batuan beku ekstrusi. Batuan beku hipabisal adalah batuan
beku intrusi dekat permukaan, sering disebut batuan beku gang atau
batuan beku korok, atau sub volcanic intrusion.
Warna segar batuan beku bervariasi dari hitam, abu-abu dan putih cerah.
Warna ini sangat dipengaruhi oleh komposisi mineral penyusun batuan beku
itu sendiri. Apabila terjadi percampuran mineral berwarna gelap dengan
mineral berwarna terang maka warna batuan beku dapat hitam berbintik-
bintik putih, abu-abu berbercak putih, atau putih berbercak hitam, tergantung
warna mineral mana yang dominan dan mana yang kurang dominan. Pada
batuan beku tertentu yang banyak mengandung mineral berwarna merah
daging maka warnanya menjadi putih-merah daging. Tekstur Batuan Beku
adalah hubungan antar mineral penyusun batuan. Batuan beku sudah
banyak dikenal orang dan juga sudah sering dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari, dari hal yang paling sederhana seperti pembuatan jalan sampai ke
812
hal yang sangat rumit seperti pembuatan gedung yang megah. Dan
kebanyakan orang hanya mengetahui cara mempergunakannya dalam
kehidupan ini.
Berikut adalah hasil identifikasi dan penjelasan keenam batuan yang kami
teliti :
No. Peraga : B.1
Nama Batuan : Gabro
Tekstur : Granural Feneritik
Struktur : Masif
Skala Mohs : >3
Warna : Gelap
Kandungan Silika : 45 – 54%
Tipe Batuan : Ultra Mafik
Jenis Batuan : Plutonik.
Gabro adalah batuan beku dalam, umumnya berwarna hitam,mineralnya
berbutir kasar hingga sedang, berat jenisnya 2,9 -3,21.Komposisi dan
persentase mineral pembentuknya adalah : Plagioklas ( labradorit atau
bitownit) 70 – 45 %, mineral mafis 25 – 50 %. Batuan gabro berwarna gelap
kehijauan, menunjukkan kandungan silika rendah sehingga magma asal
bersifat basa. Gabro merupakan batuan basis dengan tekstur fenekris.
Didalam gabro, mineral gelap jumlahnya hampir sama dengan mineral cerah,
tetapi kebanyakan gabro mempunyai perbandingan yang bervariasi antara
mineral gelap dan mineral terang. Mineral-mineral silikat dalam jumlah yang
berarti adalah piroksin, biasanya augit dan ovilin, hornblende atau biotit ada
dalam jumlah sedikit. Jika piroksin mengkristal dalam sistem ortorombis,
batuannya disebut Neorit (suatu varietas dari gabro). Dalam gabro tertentu,
kwarsa, garnet dan kerundum ada dalam jumlah sedikit. Batuan gabbro yang
seluruhnya terdiri dari feldsfar labradorit kristalin kasar disebut
anortosit.Warna dari gabro hitam, hijau, dan abu-abu gelap. Terdapat dua
macam batu gabro yang berhasil kami identifikasi dalam percobaan kami
yakni B.1 ini dan sampel B.9.
8
Gambar 4.2 Batu Gabro (B.1)
13
No. Peraga : B.6
Nama Batuan : Basalt
Tekstur : Glass Afanitik
Struktur : Masif
Skala Mohs : 2,5 - 3
Warna : Gelap
Kandungan Silika : 45 – 54%
Tipe Batuan : Ultra Mafik
Jenis Batuan : Lava.
Basalt adalah batuan beku yang ekstrusif, terbentuk dari solidifikasi magma
yang terjadi di permukaan bumi. Biasanya basalt berwarna abu-abu atau
hitam, karena pembekuannya cepat di permukaan bumi. Basalt kerap
digunakan sebagai bahan baku dalam industri poles, bahan bangunan /
pondasi bangunan (gedung, jalan, jembatan, dll) dan sebagai agregat. Batuan
basalt termasuk pada jenis batuan beku yang berasal dari letusan gunung api.
Namun gunung api disini merupakan gunung api dasar laut. Prosesnya
berawal dari gerakan saling menjauh (pemekaran) dasar samudra, muncul
gunung api kemudian memuntahkan lava yang selanjutnya membeku ketika
terkena air laut. Basal adalah batuan leleran dari gabro, mineralnya berbutir
halus, berwarna hitam.
No. Peraga : B.9
Nama Batuan : Gabro
Tekstur : Granural Feneritik
Struktur : Masif
Skala Mohs : 2,5 - 3
Warna : Gelap
Kandungan Silika : 45 – 54%
Tipe Batuan : Ultra Mafik
Jenis Batuan : Plutonik.
Pada dasarnya, batuan dengan nomor peraga B.9 ini sama dengan batuan
8
Gambar 4.3 Batu Basalt (B.6)
Gambar 4.4 Batu Gabro (B.9)
14
nomor peraga B.1 hanya saja tingkat kekerasan moshnya yang berbeda.
Hal ini mungkin diakibatkan usia batuan yang lebih tua atau batuan B.9 ini
lokasinya dipermukaan bumi sehingga mengalami pelapukan atau kondisi
alam lainnya yang memungkinkan membuat batuan sedikit kehilangan daya
kekerasannya.
No. Peraga : B.11
Nama Batuan : Riolit
Tekstur : Glass Afanitik
Struktur : Masif
Skala Mohs : 2,5 - 3
Warna : Terang
Kandungan Silika : 45 – 54%
Tipe Batuan : Felsik
Jenis Batuan : Lava.
Riolit terbentuk dari pembekuan magma di dalam kerak bumi yang lazimnya
dari letupan gunung berapi. yang terbentuk daripada pembekuan magma di
luar permukaan bumi. Riolit adalah bersifat asid dan bes. Namun sebenarnya
sifat asid batuan ini bergantung kepada kandungan silika di dalamnya. Riolit
di anggap berasid apabila kandungan silikanya melebihi 66%. Riolit sering
ditemukan berupa lava. Riolit bisa digunakan sebagai bahan baku beton
ringan, isolasi bangunan, plesteran, isolator temperatur tinggi/rendah, dll.
No. Peraga : B.13
Nama Batuan : Diorite
Tekstur : Granural Feneritik
Struktur : Masif
Skala Mohs : 2,5 - 3
Warna : Agak Gelap
Kandungan Silika : 54 – 62%
Tipe Batuan : Mafik
Jenis Batuan : Plutonik.
8
Gambar 4.5 Batu Riolit (B.11)
Gambar 4.6 Batu Diorite (B.13)
15
Diorite adalah batuan beku plutonik, yaitu batuan antara granite dan gabbro.
Batuan ini mengandung sedikit Kalsium (soda) plagioklas feldspar, mineral
berwarna terang, dan hornblende berwarna hitam. Tidak seperti granit, batuan
diorite tidak mengandung mineral kuarsa atau sangat sedikit, dan juga tidak
seperti gabbro, diorite mempunyai warna yang lebih terang dan mengandung
soda, tidak mengandung kalsit plagioklas. Apabila batuan diorite ini dihasilkan
dari letusan gunung api maka akan terjadi pendinginan menjadi lava andesit.
No. Peraga : B.21
Nama Batuan : Andesit
Tekstur : Glass Afanitik
Struktur : Vesikuler
Skala Mohs : 2,5 - 3
Warna : Agak Gelap
Kandungan Silika : 54 – 62%
Tipe Batuan : Mafik
Jenis Batuan : Lava.
Andesit berasal dari Magma yang biasanya meletus dari stratovolcanoes
pada lahar tebal yang mengalir, beberapa diantaranya penyebarannya dapat
mencapai beberapa kilometer. Magma Andesite dapat juga menghasilkan
letusan seperti bahan peledak yang kuat yang kemudian membentuk arus
pyroclastic dan surges dan suatu kolom letusan yang sangat besar. Bagian-
bagian kecil yang berwarna hitam disebut mineral biotite dan yang berwarna
putih disebut potassium feldspar Kristal terbesar dinamakan phenocryst,
terbentuk jauh sebelum lava terletuskan dan membeku, dan kristal-kristal
tersebut dari bentuknya dapat menceritakan sejarah dari proses perjalanan
magma.
8
Gambar 4.7 Batu Andesit (B.21)
16
Batuan Beku
Oleh
Egi Ramdhani
ABSTRAK
Telah dilakukan praktikum mengenai batuan beku di kelompok kami. Batuan beku pada dasarnya adalah batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma atau lava baik diluar permukaan bumi atau ekstrusif maupun didalam permukaan bumi atau interusif. Batuan beku dalam terbagi dua yakni plutonik dan gang sedangkan batuan beku luar terbagu dua juga yakni lava dan piroklastik. Dalam praktikum ini, kami mengidentifikasi enam tipe batuan beku dengan tabel hasil data pengamatan dapat dilihat di tabel 4.1. pengklasifikasian dan pengidentifikasian batuan beku ini tentunya dengan berpatokan pada ketentuan yang berlaku, ketantuan telah dibuat dalam bentuk tabel dan dapat dilihat pada tabel 4.2. pengidentifikasian yang kami lakukan meliputi tekstur, struktur, skala mohs, warna, kandungan silika, tipe batuan, jenis batuan dan yang terakhir adalah nama batuan. Urutan pengidentifikasian yang kami lakukan adalah penentuan jenis batuan, tekstur, warna, kandungan silika, tipe batuan, nama batuan, struktur dan skala mohs. Skala mohs adalah skala kekerasan batuan yang dibandingkan dengan kekerasan kuku dan kunci motor. Dari keenam sampel batuan yang kami teliti, kami memberi nomor peraga batuan tersebut dengan B.1, B.6, B.9, B.11, B.13, dan B.21. dengan urutan nama batuannya adalah gabro, basalt, gabro, riolit, diorite, dan andesit. Untuk foto batuan dapat dilihat pada 4.1.A hasil pembahasan atau pada lampiran laporan ini.
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Formasi batuan beku .......................................................................
Gambar 3.1 Sampel beberapa batuan .................................................................
Gambar 3.2 Lembar kerja ...................................................................................
Gambar 3.3 Alat tulis .........................................................................................
Gambar 3.4 Kamera ...............................................................................................
Gambar 4.1 Macam-macam struktur batuan ..........................................................
Gambar 4.2 Batu Gabro (B.1) ............................................................................
Gambar 4.3 Batu Basalt (B.6) .............................................................................
Gambar 4.4 Batu Gabro (B.9) .................................................................................
Gambar 4.5 Batu Riolit (B.11) .............................................................................
Gambar 4.6 Batu Diorite (B.13) .............................................................................
Gambar 4.7 Batu Andesit (B.21) ............................................................................
5
6
6
7
7
12
13
14
14
15
15
16
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Tabel pengamatan batuan beku ....................................................
Tabel 4.2 Foto batuan ...................................................................................
Tabel 4.3 Klasifikasi batuan beku ................................................................
v
8
9
10
BAB V. KESIMPULAN
Telah dilakukan praktikum mengenai batuan beku, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Batuan beku terbagi menjadi dua yakni batuan belu luar (ekstrusif) dan batuan
deku dalam (intrusif)
2. Batuan beku dapat diidentifikasi menggunakan ketentuan tertentu.
3. Batuan beku diisentifikasi berdasarkan tekstur, struktur, skala mohs, warna,
kandungan silikat, tipe batuan, jenis batuan dan terakhir nama batuan.
4. Warna mengkilap pada permukaan batuan ketika mendapat penyinaran adalah
butiran pirit yang dapat berupa warna emas atau perak. Ini dapat menentukan
tekstur batuan.
5. Warna batuan dipengaruhi mineral yang dikandungnya. Seperti silikat. Makin
banyak kandungan silikat, maka warna batuan akan semakin gelap. Begitu pula
sebaliknya.
6. Pemberian nomor peraga pada batuan sebelum dilakukan praktikum berguna
untuk memudahkan praktikan mengidentifikasi batuan.
7. Batuan beku berstruktur lebih padat dari batuan lainnya sehingga tidak mudah
rapuh ketika digores.
8. Pemberian nama batuan beku terdiri atas 12 nama yakni Tufa riolit, tufa
andesit, tufa dasit, tufa basalt, basalt, riolit, andesit, dasit, granit, granodiorit,
diorit dan gabro.
9.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i
ABSTRAK.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN
3.1 Latar Belakang........................................................................................1
3.2 Tujuan Praktikum....................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan........................................................................................6
3.2 Langkah Kerja.........................................................................................7
3.3 Diagram Alir............................................................................................7
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan..................................................................................8
4.2 Pembahasan...........................................................................................10
BAB V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
i
ii
iii
iv
v
1
2
6
7
7
8
10
DAFTAR PUSTAKA
Alzwar. 1988. Pengantar Dasar Ilmu Gunungapi. Bandung : Nova.
Anonim. 2002. Formasi Batuan Beku. http://eolas-indonesia.blogspot.com/.
diakses pada tanggal 13 November 2013 pukul 17.00 WIB.
Graha. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.
Rachwibowo, Prakosa. 2008. Buku Ajar Geologi Fisik. UNDIP. Semarang.
Suharno. 2011. Geologi Dasar. Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Sutomo, Hadi. 1999. Hand Out Batuan Beku dan Metamorf. Yokyakarta. UGM.
LAMPIRAN
Sampel batuan beku yang kami amati :
No. Peraga : B.1
Nama Batuan : Gabro
Tekstur : Granural Feneritik
Struktur : Masif
Skala Mohs : >3
Warna : Gelap
Kandungan Silika : 45 – 54%
Tipe Batuan : Ultra Mafik
Jenis Batuan : Plutonik.
No. Peraga : B.6
Nama Batuan : Basalt
Tekstur : Glass Afanitik
Struktur : Masif
Skala Mohs : 2,5 - 3
Warna : Gelap
Kandungan Silika : 45 – 54%
Tipe Batuan : Ultra Mafik
Jenis Batuan : Lava.
No. Peraga : B.9
Nama Batuan : Gabro
Tekstur : Granural Feneritik
Struktur : Masif
Skala Mohs : 2,5 - 3
Warna : Gelap
Kandungan Silika : 45 – 54%
Tipe Batuan : Ultra Mafik
Jenis Batuan : Plutonik.
No. Peraga : B.11
Nama Batuan : Riolit
Tekstur : Glass Afanitik
Struktur : Masif
Skala Mohs : 2,5 - 3
Warna : Terang
Kandungan Silika : 45 – 54%
Tipe Batuan : Felsik
Jenis Batuan : Lava.
No. Peraga : B.13
Nama Batuan : Diorite
Tekstur : Granural Feneritik
Struktur : Masif
Skala Mohs : 2,5 - 3
Warna : Agak Gelap
Kandungan Silika : 54 – 62%
Tipe Batuan : Mafik
Jenis Batuan : Plutonik.
No. Peraga : B.21
Nama Batuan : Andesit
Tekstur : Glass Afanitik
Struktur : Vesikuler
Skala Mohs : 2,5 - 3
Warna : Agak Gelap
Kandungan Silika : 54 – 62%
Tipe Batuan : Mafik
Jenis Batuan : Lava.