Upload
cyberpc124
View
443
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
BEBERAPA PEMIKIRAN DALAM UPAYA MEWUJUDKAN KEPEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE)
Oleh: Dr.H. Karhi Nisjar Ak.,MM
LATAR BELAKANG Berbagi permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia di berbagai bidang
kehidupan, telah menyebabkan kondisi bangsa pada saat ini semakin sangat
memprihatinkan. Gambaran umum kondisi bangsa kita saat ini antara lain
adalah sebagai berikut:
- Krisis moneter yang berkepanjangan yang terjadi sejak tahun 1997 telah
menjadi krisis ekonomi, krisis politik dan krisis kepercayaan
- Ekonomi negara rapuh dan ekonomi rakyat terpuruk
- Pertumbuhan ekonomi yang mengabaikan asas keadilan
- Pemerataan hasil-hasil pembangunan belum tercapai
- Posisi rakyat dalam perekonomian nasional semakin lemah
- Tingkat utang luar negeri dan dalam negeri semakin tinggi
- Pengangguran dan kemiskinan yang semakin meningkat
- Lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang makin terbatas
- Iklim investasi yang kurang kondusif dan timbulnya gejala deindustrialisasi
- Investasi pemerintah yang belum memadai
- Pemberdayaan Badan Usaha Milik Negara yang mengalami kegagalan
- Sistem perbankan yang mengalami kegagalan
- Kinerja perdagangan, industri dan ekspor yang makin mengecewakan
- Kualitas sumber daya manusia yang masih rendah
- Tingkat partisipasi pendidikan masih rendah
- Kualitas kesehatan yang semakin rendah
- Potensi disintegrasi meningkat
- Kerukunan kehidupan beragama yang rapuh
- Jaminan memperoleh Hak Asasi bagi Masyarakat masih terbatas
- Supremasi hukum rendah
- Ketertiban dan keamanan memprihatinkan
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
1
- Korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) semakin subur
- Kinerja aparatur masih sangat rendah
- Kesejahteraan rakyat yang masih jauh dari harapan
Gambaran umum kondisi bangsa Indonesia saat ini tersebut berakar dari
permasalahan dan menjadi titik sentral yaitu antara lain masih sangat lemahnya
fungsi penyelenggara negara baik di fungsi Eksekutif, Legislatif maupun
Yudikatif. Kelemahan penyelenggara negara tersebut lebih jauh telah
menyebabkan tidak mampunya bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan
suatu kepemerintahan yang baik. Hal tersebut tentu saja berdampak terhadap
keseluruhan aspek kehidupan.
Oleh karena itu :
- Perlu diwujudkan kepemerintahan yang baik,
- Perlu diwujudkan kepemimpinan yang kuat,
- Perlu diwujudkan para penyelenggara negara yang bersih, bertanggung
jawab dan independen.
I. PENGALAMAN KEGAGALAN Pengalaman yang dilalui bangsa Indonesia sejak orde baru hingga masa
reformasi dewasa ini menunjukkan bahwa kita belum mampu membangun
suatu pemerintahan yang baik dan kuat. Lemahnya kepemerintahan
tersebut tentu saja sangat mempengaruhi berbagai permasalahan di
berbagai aspek kehidupan yang dihadapi bangsa Indonesia.
Gambaran pengalaman kegagalan yang dihadapi bangsa Indonesia di
berbagai bidang kehidupan antara lain adalah sebagai berikut :
a. Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Kegagalan yang dialami bangsa Indonesia dalam bidang ekonomi,
keuangan dan industri antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:
Struktur perekonomian nasional lebih mengutamakan pada
pertumbuhan nasional. Pola yang diterapkan sejak masa Orde Baru
ini ternyata hanya menguntungkan sekelompok kecil masyarakat
dan mengorbankan kepentingan mayoritas rakyat. Dengan
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
2
demikian strategi perekonomian nasional yang diterapkan telah
gagal untuk mewujudkan suatu keadilan.
Kebijakan ekonomi yang diterapkan belum mampu mempercepat
proses pemulihan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia diperkirakan masih tumbuh sebesar 3% - 4%.
Pola akumulasi kapital dan hasil-hasil pembangunan hanya
menguntungkan sekelompok kecil penduduk telah menyebabkan
ketimpangan yang semakin lebar. Dengan demikian pemerintah
dinilai gagal untuk mewujudkan pemerataan hasil-hasil
pembangunan.
Program distribusi pendapatan yang berorientasi kepala pola
kedermawanan pemerintah telah memperburuk moral dan perilaku
ekonomi. Program pemerataan ekonomi belum mampu
menumbuhkan budaya ekonomi produktif, masih tumbuhnya
budaya konsumtif serta masih tingginya ketergantungan
pendudukan terhadap program bantuan sosial.
Pengelolaan utang negara yang tidak efektif. Hal ini ditunjukkan
dengan makin tingginya tingkat utang Pemerintah baik utang luar
negeri maupun utang dalam negeri. Hal tersebut menyebabkan
rawannya posisi keuangan negara serta terbukanya potensi
Indonesia mengalami krisis moneter babak kedua. Kesalahan
Pemerintah Reformasi mengelola utang dalam negeri adalah tidak
dilakukannya upaya financial engineering untuk mengurangi utang
atas obligasi rekap, serta penjualan asset BPPN yang bernilai
rendah menjadi beban besar Negara dan berdampak negatif jangka
panjang bagi rakyat.
Pengangguran dan kemiskinan yang semakin meningkat. Pada saat
ini total pengangguran mencapai 40% dari total tenaga kerja
produktif Indonesia. Jumlah pengangguran baik terbuka maupun
setengah terbuka pada saat ini diperkirakan mencapai 40 juta,
dimana tingkat pengangguran terbuka hingga tahun 2003 telah
mencapai 9,6% dari angkatan kerja. Hal ini menunjukkan kegagalan
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
3
kebijakan ekonomi makro dan mikro serta penanganan krisis
ketenaga-kerjaan Indonesia yang kurang berpihak pada kebijakan
ekonomi berbasis tenaga kerja. Begitu pula halnya dengan tingkat
kemiskinan yang menunjukkan angka semakin tinggi.
Lapangan kerja dan kesempatan berusaha yang semakin terbatas.
Pemerintah belum mampu merealisasikan penciptaan lapangan
kerja baru dan perluasan kesempatan berusaha dalam rangka
mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Kegagalan ini
sangat dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi yang lebih menekankan
pada penggunaan modal melalui pemberian pinjaman kepada
sektor formal dan segelintir konglomerat dan tidak berorientasi pada
penggunaan tenaga kerja produktif.
Tingkat investasi yang semakin rendah. Hal ini ditunjukkan dari
adanya penurunan tingkat investasi dan adanya relokasi investasi
dari Indonesia ke negara lain. Hal ini memperlihatkan kegagalan
pemerintah di dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif,
yakni antara lain ketersediaan jumlah tabungan domestik,
masuknya dana luar negeri, tingkat suku bunga, kepastian hukum,
keamanan berusaha dan stabilitas politik.
Investasi Pemerintah sebagai insentif untuk tumbuhnya investasi
swasta belum memadai. Investasi pemerintah di sektor infrastruktur
ekonomi seperti jalan raya, pelabuhan, tenaga listrik, transportasi
umum, informasi dan telekomunikasi serta fasilitas publik lainnya
memperlihatkan kondisi yang belum memadai. Hal ini disebabkan
antara lain tidak adanya garis kepemimpinan yang kuat, lemahnya
koordinasi kebijakan dan tumpang tindihnya fungsi kelembagaan
pemerintah baik di Pusat maupun Daerah serta tidak transparannya
mekanisme penyusunan anggaran dan pertanggungjawaban publik.
Kegagalan Pemberdayaan Badan Usaha Milik Negara baik sebagai
pelaku pembangunan maupun sebagai penggerak pembangunan.
Keberadaan BUMN dan BUMD masih menambah beban ekonomi
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
4
masyarakat karena struktur modalnya masih mengandalkan pada
pendapatan pajak atau pinjaman luar negeri.
Kegagalan sistem perbankan. Kegagalan ini disebabkan antara lain
tidak ditegakkannya prinsip kehati-hatian, lemahnya pengawasan
perbankan, terlalu lamanya kebijakan blanket guarantee, tingginya
suku bunga kredit, tingginya kredit macet yang dilakukan oleh
sebagian bankir dan pelaku bisnis tertentu, tidak berfungsinya bank
sebagai lembaga intermediasi yang mampu mengubah dana
masyarakat atau pemerintah menjadi investasi yang produktif,
rendahnya penyaluran dana kepada UKM.
Rendahnya kinerja industri, perdagangan dan ekspor. Kegagalan ini
dapat dilihat dari makin kurangnya daya saing perdagangan
internasional Indonesia untuk produk non-migas.
b. Bidang kesejahteraan rakyat Kegagalan Pemerintah dalam bidang kesejahteraan rakyat antara lain
meliputi hal-hal sebagai berikut :
Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Hal ini
antara lain diindikasikan dari Indeks Pembangunan Manusia di
Indonesia pada tahun 2002 berada pada peringkat 110, 95%
kualitas pekerja di Indonesia adalah lulusan SMU ke bawah dimana
59%-nya merupakan lulusan SD ke bawah, rendahnya kualitas dan
partisipasi SDM perempuan.
Semakin meningkatkan jumlah rakyat miskin. Pada tahun 2003
persentase penduduk miskin di Indonesia berdasarkan data dari
BPS menunjukkan angka sebesar 17,4% atau 37,4 juta orang. Data
Bank Dunia pada tahun 2003 dengan menggunakan standar
kemiskinan internasional sebesar USD 2 per kapita per hari maka
angka kemiskinan di Indonesia sebesar 112 juta orang.
Belum berhasilnya program wajib pendidikan dasar 9 tahun. Hal ini
diindikasikan dari masih rendahnya angka partisipasi pendidikan.
Data dari BPS pada tahun 2002 menunjukkan bahwa Angka
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
5
Partisipasi Murni (APM) yang mengukur proporsi anak yang
bersekolah tepat waktu adalah 92,7% untuk SD, 61,64% untuk
SLTP dan 38,11% untuk SLTA.
Kualitas tenaga pendidik yang masih rendah. Hal ini antara lain
dapat dilihat dari latar belakang pendidikan tenaga pendidik yang
menurut data dari Balitbang Diknas pada tahun 1998 menunjukkan
bahwa dari 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan
D-2 ke atas, pada guru SLTP/MTs hanya 38,8% yang
berpendidikan D3 ke atas, dan pada guru SLTA baru 57,8% yang
berpendidikan S1 ke atas.
Rendahnya kualitas kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari
fakta antara lain terjadi penurunan kualitas fisik penduduk Indonesia
yang dicerminkan dari naiknya angka kesakitan dan lamanya sakit,
semakin banyaknya anak balita yang kekurangan gizi,
meningkatkan angka kematian bayi dan ibu.
Ketegangan sosial yang semakin meningkat yang menyebabkan
terjadinya konflik antar komponen bangsa. Ketidakharmonisan
hubungan sosial antar komponen bangsa terlihat dari makin
meningkatnya pertentangan antar individu dan kelompok ke arah
kekerasan dan anarkis.
Semakin rapuhnya kerukunan kehidupan beragama. Hal ini ditandai
dengan semakin meningkatnya ketegangan hubungan antar umat
beragama di berbagai daerah. Oleh kelompok-kelompok tertentu
agama telah dijadikan alat memperbesar perbedaan yang
mengarah pada perpecahan bangsa, menumbuhkan sikap-sikap
yang merusak, teror dan pembenaran atas tindakan-tindakan
tercela.
Jaminan memperoleh hak asasi bagi masyarakat masih terbatas.
Hal ini terlihat dari masih banyaknya tindakan pelanggaran terhadap
hak asasi masyarakat serta terbatasnya penyelesaian tindakan
pelanggaran HAM.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
6
c. Bidang Pertahanan dan Keamanan serta Politik dan Hukum Kegagalan Pemerintah dalam pertahanan, keamanan serta politik dan
hukum antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:
Masih tingginya potensi konflik sebagai akibat dari kemajemukan
Indonesia, keraguan pemerintah untuk melindungi rakyatnya dan
meningkatnya isu terorisme internasional.
Pemerintah belum mampu menangani dampak pengembangan
demokrasi. Pemerintah masih belum mampu untuk tindakan
anarkis, intimidasi atau ancaman kekerasan yang muncul sebagai
dampak dari euphoria kebebasan di era reformasi yang telah
dimanipulasi. Pada saat ini tindakan main hakim sendiri terhadap
pelaku kejahatan dan tindakan premanisme/mafia yang melindungi
tindakan ilegal telah menimbulkan keresahan di kalangan
masyarakat.
Masih adanya ancaman terhadap eksistensi negara. Hal ini
diindikasikan dari masih adanya gerakan separatis di beberapa
daerah yang belum mampu ditangani pemerintah secara tuntas.
Masih adanya ancaman yang mengganggu stabililitas dan
ketertiban publik. Hal tersebut diindikasikan antara lain dari masih
adanya kekuatan nyata di berbagai wilayah Indonesia yang menjadi
penyebab terjadinya kerusuhan sosial yang bernuansa suku dan
agama. Kerusuhan tersebut bahkan telah menimbulkan korban jiwa
dan harta benda masyarakat setempat. Ketidakmampuan
pemerintah untuk menegakkan hukum dalam rangka menangani
konflik tersebut tekah menyuburkan tumbuhnya golongan,
kelompok dan gerakan tertentu untuk melakukan tindakan
sewenang-wenang dan ilegal. Di samping itu gangguan terhadap
stabilitas dan ketertiban publik juga terlihat dari berkembangnya
tindak kejahatan seperti perampokan, penyelundupan, ilegal
logging, ilegal fishing, drug-trafficking serta penyelundupan
manusia.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
7
Lemahnya penegakkan hukum. Hal ini terlihat dari masih kurangnya
penegakkan hukum terhadap tindakan-tindakan pelanggaran
hukum dan masih banyaknya kasus yang menyangkut kerugian
negara yang tidak terselesaikan dengan baik. Kinerja aparat
penegak hukum pun masih sangat mengkhawatirkan, bahkan di
dalam tubuh penegak hukum itu sendiri telah mucul mafia peradilan
yang sangat mempersulit upaya penegakkan hukum.
Semakin maraknya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Berbagai
penelitian lembaga internasional dan nasional memperlihatkan
bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang paling korup di
dunia. Pemerintah masih belum mampu memberantas korupsi
secara tuntas, hal ini disebabkan antara lain oleh masih lemahnya
infrastruktur politik nasional, sistem pemerintahan yang terlalu
terpusat kepada Presiden, tidak adanya strategi nasional yang jelas
tentang pemberantasan korupsi serta lemahnya aparat yang
menangani korupsi serta kurang memadainya peraturan
perundang-undangan pemberantasan tindak pidana korupsi.
Lemahnya kelembagaan dan sumber daya manusia aparatur
pemerintah. Hal ini antara lain terlihat dari masih terjadinya
pembentukan dan pembubaran lembaga-lembaga negara yang
tidak didasari oleh aturan hukum, inefisiensi dalam organisasi-
organisasi pemerintah, lemahnya pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah kepada masyarakat, manajemen kepegawaian nasional
yang belum beorientasi pada merit system.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
8
II. STRATEGI PLATFORM UNTUK PENYELAMATAN BANGSA Untuk menyelamatkan bangsa Indonesia dari kondisi yang sangat
memprihatinkan sebagaimana yang telah diuraikan maka diperlukan
strategi platform. Strategi platform tersebut meliputi visi, misi, strategi serta
program-program yang perlu dilaksanakan untuk menyelamatkan bangsa
Indonesia dari keterpurukan lebih jauh.
Visi penyelamatan bangsa adalah sebagai berikut:
“Terwujudnya masyarakat Indonesia yang tenteram yaitu masyarakat yang
demokratis, aman, adil, sejahtera, bersatu, berdaulat, beriman dan
bertakwa, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.
Adapun misi penyelamatan bangsa adalah sebagai berikut:
1. Menegakkan hukum dan keamanan nasional.
2. Membenahi struktur pemerintahan
3. Meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pelaksanaan
pembangunan nasional di segala bidang
4. Memperbaiki sistem pendidikan
5. Mewujudkan rekonsiliasi nasional
Adapun strategi yang perlu ditetapkan untuk mencapai visi dan misi
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Strategi penegakkan hukum dan keamanan nasional Strategi yang perlu dikembangkan dalam upaya penegakkan hukum
dan keamanan nasional antara lain adalah sebagai berikut:
Pembangunan budaya hukum di dalam masyarakat
Pengembangan integritas dan profesionalisme aparat penegak
hukum
Perumusan kembali peraturan dan perundang-undangan
Penataan sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu
Penyelesaian tindakan pelanggaran hukum dan hak asasi manusia
Pengembangan sistem politik dan demokratis
Peningkatan ketertiban dan keamanan publik
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
9
Pemantapan sistem pertahanan dan keamanan nasional
Pemantapan hubungan luar negeri dinamis
b. Strategi pembenahan struktur pemerintahan Strategi dalam upaya membenahi struktur pemerintahan antara lain
adalah sebagai berikut :
Pemantapan restrukturisasi organisasi pemerintah baik di tingkat
Pusat maupun Daerah
Penyederhanaan prosedur birokrasi pemerintah
Pengembangan pola rekruitmen yang berdasarkan pada merit
system, yakni yang berasaskan pada kualitas serta kompetensi
Pengembangan kesempatan partisipasi perempuan dalam
kepemerintahan
Pemantapan pelaksanaan otonomi daerah
Pemantapan hubungan antara pemerintah pusat dan daerah
Penerapan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good
governance)
c. Strategi peningkatan kesejahteraan rakyat Strategi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat antara lain
adalah sebagai berikut :
Peningkatan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha
Pemberdayaan sektor usaha kecil dan menengah untuk
mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial
Pemantapan iklim investasi
Pembaharuan dalam sektor pertanian
Pemantapan sektor perbankan
Optimalisasi sektor perpajakan
Pemantapan penerimaan sektoral
Pemantapan kerjasama internasional
Optimasi pemantapan sumber daya alam dan pelestarian
lingkungan
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
10
Peningkatan pengendalian dan pemantapan konsistensi kebijakan
Pemantapan stabilitasi ekonomi makro
Pemantapan arah pembangunan nasional
Pengurangan pengangguran dan pengentasan kemiskinan
Peningkatan kualitas gizi serta mutu, jaminan dan pemerataan
layanan kesehatan
Peningkatan kualitas sosial kemasyarakatan
d. Strategi perbaikan sistem pendidikan Strategi dalam upaya perbaikan sistem pendidikan antara lain adalah
sebagai berikut :
Pemantapan pemerataan pendidikan yang bermutu
Pembangunan pendidikan yang mengarah pada peningkatan mutu
peserta didik
Pembangunan pendidikan yang berlandaskan pada pembentukan
watak, kepribadian, pengamalan nilai-nilai agama dan budi pekerti.
Pembangunan pendidikan yang mengarah pada peningkatan
pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman.
Peningkatan kualitas tenaga pendidik
e. Strategi perwujudan rekonsiliasi nasional Strategi dalam upaya perwujudan rekonsiliasi nasional antara lain
adalah sebagai berikut :
Penyelesaian masalah-masalah gerakan separatisme di beberapa
daerah secara tuntas dan menyeluruh
Pemantapan dan sosialisasi nilai-nilai kebangsaan
Pemersatuan seluruh potensi bangsa dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia
Adapun pokok-pokok program-program yang perlu dikembangkan untuk
menerapkan strategi penyelamatan bangsa adalah sebagai berikut :
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
11
a. Pokok-pokok program penegakkan hukum dan keamanan nasional Untuk mewujudkan penegakkan hukum dan keamanan nasional maka
perlu ditetapkan program-program antara lain sebagai berikut :
- Program penanggulan ancaman terorisme internasional
- Program penanganan ancaman dan gangguan separatisme di
beberapa daerah yang potensial
- Program penanganan aksi radikalisme
- Program optimasi penanganan konflik komunal
- Program rehabilitasi daerah rawan kerusuhan sosial
- Program pengembangan pendekatan rekonsiliasi nasional
- Program pencegahan dan penanggulangan kejahatan lintas negara
- Program pengembangan sistem pertahanan semesta
- Program pengembangan kekuatan pertahanan
- Program pencegahan dan penangkalan gangguan ketertiban dan
keamanan publik
- Program pengembangan kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia dan sarana prasarana dan bidang pertahanan dan
keamanan
- Program pembinaan keaman dan ketertiban swakarsa
- Program peningkatan kesadaran masyarakat terhadap keamanan
dan ketertiban
- Program pengembangan dan pemantapan karakter bangsa
- Program pengembangan kualitas proses politik
- Program pengembangan dan pemantapan budaya politik
- Program penyempurnaan dan pemantapan struktur politik
- Program pemantapan hubungan luar negeri
- Program pengembangan perjanjian ekstradisi
- Program peningkatan dan pemantapan mutu kebebasan pers dan
berorganisasi
- Program pengembangan kesadaran dan budaya hukum
- Program pemberdayaan lembaga penegak hukum
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
12
- Program pemantapan proses penegakan dan kapasitas hukum
- Program pembangunan kepastian hukum
- Program pemantapan gerakan anti-korupsi
b. Pokok-pokok program pembenahan struktur pemerintahan Adapun pokok-pokok program untuk membenahi struktur pemerintahan
antara lain sebagai berikut :
- Program penataan kelembagaan pemerintahan
- Program penataan ketatalaksanaan organisasi pemerintahan
- Program pemantapan sistem kepegawaian nasional yang
berbasiskan merit system
- Program penataan kewenangan dalam pelaksanaan otonomi
daerah
- Program pemantapan pelaksanaan otonomi daerah
- Program peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah
- Program pemantapan pengelolaan keuangan daerah
- Program pengembangan wilayah
- Program pembangunan wilayah perbatasan dan daerah tertinggal
- Program pemantapan posisi dan peran penyelenggara negara
- Program pemantapan tujuan kebijakan pemerintah
- Program penataan kewajiban dan wewenang pemerintah
- Program peningkatan kualitas pelayanan publik
- Program peningkatan kualitas sumber dana manusia aparatur
- Program peningkatan kualitas sistem pengelolaan keuangan
c. Pokok-pokok program peningkatan kesejahteraan rakyat Untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat maka perlu
ditetapkan program-program antara lain sebagai berikut :
- Program pemantapan kebijakan dasar pembangunan ekonomi
untuk kesejahteraan
- Program pemantapan stabilitas moneter
- Program pemantapan kebijakan fiskal
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
13
- Program peningkatan kualitas pertumbuhan
- Program pemantapan sistem perpajakan
- Program pemantapan peran intermediasi perbankan
- Program peningkatan kegiatan padat karya
- Program peningkatan ekspor
- Program peningkatan iklim investasi
- Program pengembangan iptek dan peningkatan daya saing
- Program pemberdayaan BUMN, BUMD dan BUMS
- Program optimasi pemantapan sumber daya pertanian, kelautan
dan sumber daya alam lainnya
- Program pengembangan ekonomi kerakyatan
- Program pemberian subsidi selektif
- Program peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan
- Program pengembangan industri padat karya
- Program pengembangan pembangunan pedesaan
- Program pengembangan pusat pertumbuhan di daerah
- Program pengembangan infrastruktur ekonomi
- Program pelestarian lingkungan hidup
- Program pengembangan dan penataan kelembagaan ekonomi
- Progran pengembangan penyelenggaraan pendidikan
keterampilan bagi calon pekerja
- Program pengembangan pasar kerja aktif
- Program perbaikan manajemen tenaga kerja
- Program peningkatan penciptaan lapangan kerja
- Program reorientasi departemen yang menangani tenaga kerja
- Program peningkatan kesehatan dan gizi anak
- Program deregulasi profesi kedokteran
- Program optimasi akses terhadap obat generik
- Program revitakisasi puskesmas
- Program modernisasi pengelolaan rumah sakit dan
pengembangan rumah sakit sebagai pusat pendidikan spesialis
- Program pengembangan asuransi kesehatan
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
14
- Program pengembangan perawat mandiri
- Program pemantapan perencanaan keluarga dan keluarga
berencana
- Program peningkatan akses kebutuhan dasar bagi masyarakat
miskin
- Program pengembangan pemberdayaan
- Program subsidi langsung di bidang kesehatan
- Program peningkatan ketahanan pangan masyarakat
- Program pengembangan kegiatan pengentasan kemiskinan
d. Pokok-pokok program perbaikan sistem pendidikan Untuk memperbaiki sistem pendidikan maka perlu ditetapkan program-
program antara lain sebagai berikut :
- Program peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik
- Program peningkatan kualitas pendidikan
- Program pengembangan pendidikan agama
- Program pembebasan pajak atas buku alat peraga dan peralatan
laboratorium
- Program peningkatan dan pemantapan wajib belajar
- Program pembaharuan pendidikan dasar dan menengah
- Program pengembangan sekolah unggulan dan khusus
- Program peningkatan jumlah dan kualitas pendidikan kejuruan
setingkat SMA
- Program penertiban penyelenggaraan pendidikan
- Program pengembangan lembaga akreditasi ketrampilan
e. Pokok-pokok program perwujudan rekonsiliasi nasional Untuk mewujudkan upaya perwujudan rekonsiliasi nasional maka perlu
ditetapkan program-program antara lain sebagai berikut :
- Program penyelesaian gerakan separatisme
- Program
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
15
III. MEWUJUDKAN KEPEMERINTAHAN YANG BAIK Perwujudan suatu kepemerintahan yang baik atau good governance
merupakan komitmen bangsa Indonesia dewasa ini. Yaitu suatu tata
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan yang mensinergikan
peran dan interaksi pemerintah, swasta dan masyarakat madani (civil
society) dengan mendasarkan diri pada prinsip-prinsip akuntabilitas,
transparansi, keterbukaan, aturan hukum, partisipasi, kemanusiaan,
keadilan, demokrasi dan profesionalitas. Tekad bangsa kita untuk
mewujudkan suatu tata pemerintahan yang baik merupakan suatu tuntutan
yang sesuai dengan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara dalam
tataran dunia lokal, nasional, regional serta global.
Perwujudan tata kepemerintahan yang baik hanya akan menjadi slogan
semata apabila tidak ada komitmen sebagai political will dari seluruh
bangsa ini. Untuk itulah maka diterbitkan Ketetapan MPR Nomor
XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan Undang-undang Nomor 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme sebagai salah satu bentuk komitmen bangsa kita
untuk mewujudkan pemerintahan yang baik tersebut.
Komitmen tersebut menjadi semangat perjuangan bangsa dewasa ini
karena kondisi kepemerintahan bangsa ini semakin lama semakin
menunjukkan kondisi yang semakin parah. Hal ini ditandai dengan
semakin kronisnya penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme terutama di
kalangan pemerintahan. Perkembangan korupsi di Indonesia bahkan
setelah memasuki era reformasi pun baik dari jumlah kasus yang terjadi
maupun jumlah kerugian keuangan negara dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Berbagai laporan kajian dan penelitian yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga internasional, memberikan data yang menempatkan
negara Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi yang
terburuk. Lembaga internasional Transparency International pada tahun
2003 menempatkan Indonesia sebagai megara paling korup keenam dari
133 negara yang dinilai.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
16
Hal tersebut dibuktikan pula oleh temuan-temuan hasil pemeriksaan dari
institusi fungsional yang mengungkapkan fakta tentang pelaksanaan
semua kegiatan-kegiatan yang melibatkan keuangan negara baik yang
berada pada fungsi eksekutif, legislatif, yudikatif maupun BUMN/BUMD,
termasuk Bank Pemerintah baik di Pusat maupun Daerah. Hasil
pemeriksaan tersebut menunjukkan adanya jumlah kerugian negara yang
signifikan sebagai akibat dari kebocoran baik yang berasal dari APBN,
APBD maupun anggaran BUMN/BUMD yang rata-rata mencapai
kebocoran berkisar antara 30% sampai dengan 40%. Meningkatnya
praktek-pratek korupsi tersebut yang semakin tidak terkendali akan
membawa bencana tidak saja erhadap kehidupan perekonomian nasional
tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.
Kronisnya kondisi korupsi di tanah air pada akhirnya melahirkan suatu
persoalan besar yang menghadang bangsa Indonesia yakni krisis
kepercayaan masyarakat baik terhadap lembaga-lembaga pemerintah,
badan-badan swasta bahkan terhadap nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat saat ini.
Berbagai persoalan bangsa yang dihadapi pada hakekatnya bersumber
dari adanya kesalahan kebijakan, penyimpangan dan penyalahgunaan
wewenang, khususnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan fungsi
dan tugas pemerintahan. Administrasi pemerintah negara masih
dipandang diwarnai oleh praktek-praktek KKN sehingga masyarakat tetap
memberikan citra yang negatif kepada pemerintah dan dipandang sebagai
institusi yang tidak berwibawa. Begitu pula dengan kelembagaan dan
ketatalaksanaan pemerintah dipandang belum mampu mewujudkan suatu
birokrasi yang ramping dan rasional. Kelembagaan pemerintah kita masih
merupakan suatu sumber inefisiensi negara yang tidak mampu bekerja
secara efektif dan produktif. Sementara itu kualitas pelayanan publik
kepada masyarakat sebagai salah tugas dan tanggung jawab pemerintah
masih jauh dari yang diharapkan. Pelayanan publik yang diberikan oleh
pemerintah masih dirasakan lamban, mahal dan kurang memuaskan serta
masih terjadi tindakan yang diskriminatif yang kurang mengedepankan
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
17
nilai dan hak dasar warga negara. Begitu pula dengan kondisi sumber
daya manusia aparatur masih menunjukkan kapasitas yang
mengkhawatirkan di dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Sumber
daya manusia aparatur masih menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak
profesional.
Untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik maka diperlukan platform
pembangunan Aparatur Negara. Platform ini merujuk pada jiwa dan
semangat para founding fathers bangsa dan negara ini untuk mewujudkan
suatu kepemerintahan yang baik (good governance) yaitu suatu
pemerintahan yang amanah yang mengelola negara secara adil, baik,
bersih, transparan dan profesional. Pengelolaan pemerintahan yang baik
merupakan perjuangan bangsa yang pararel dengan perkembangan
masyarakat-masyarakat dunia dalam era globalisasi dewasa ini ke arah
suatu masyarakat madani, sistem politik yang lebih demokratis, lebih
menghargai hak-hak asasi manusia dan aturan hukum.
a. Pokok-Pokok Masalah Pembangunan Aparatur Negara Dalam Ketetapan MPR Nomor II Tahun 1998 disebutkan bahwa
Aparatur Negara adalah keseluruhan lembaga dan pejabat negara
serta pemerintahan negara yang meliputi aparatur kenegaraan dan
pemerintahan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, bertugas dan
bertanggung jawab atas penyelenggaraan negara dan pembangunan
serta senantiasa mengabdi dan setia kepada kepentingan, nilai-nilai
dan cita-cita perjuangan bangsa dan negara berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945. Namun pada kenyataannya peran dan fungsi ideal dari
aparatur negara dalam ketetapan masih jauh dari yang diharapkan.
Aparatur negara justru selama ini merupakan salah satu sumber yang
menyebabkan Bangsa Indonesia terjerumus dalam krisis
berkepanjangan, mengakibatkan rakyat terjerembab ke dalam
kemiskinan dan keterbelakangan dalam suasana ketidakpastian politik.
Permasalahan yang berkaitan dengan aparatur negara mencerminkan
bahwa bangsa kita masih sulit untuk mewujudkan suatu
kepemerintahan yang baik. Permasalahan yang menjadi fokus kritik
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
18
dari kegagalan pembangunan aparatur negara antara lain sebagai
berikut :
- KKN dan upaya pemberantasannya Masalah KKN merupakan suatu masalah yang makin parah dan
merajalela khususnya di lingkungan pemerintahan. Penelitian lembaga
internasional Transparency International pada tahun 2003
menempatkan Indonesia sebagai negara paling korup keenam di
dunia, sedangkan kajian Political and Economic Risk Consultancy
(PERC) pada tahun 2002 menempatkan Indonesia sebagai negara
paling korup di Asia. Penyebab parahnya kondisi korupsi di Indonesia
melibatkan berbagai dimensi mulai dari dimensi personal, institusional,
lingkungan sampai dengan dimensi perangkat hukum yang berkaitan
dengan pemberantasan tindakan korupsi.
Upaya-upaya ke arah pemberantasan korupsi telah banyak dilakukan
sejak jaman Orde Lama hingga sekarang, baik yang bersifat preventif,
detektif maupun represif. Upaya tersebut meliputi aspek-aspek
penertiban seluruh institusi kenegaraan, penyempurnaan sistem
pembangunan nasional, ataupun upaya penegakkan supremasi
hukum. Namun demikian upaya tersebut belum menunjukkan tanda-
tanda kemajuan. Pemerintah dinilai belum melakukan perubahan yang
drastis terhadap mutu pemberantasan KKN. Hal ini dibuktikan dengan
makin merajalelanya praktek-praktek korupsi pada era reformasi
dewasa ini.
Penyebab kegagalan upaya pemberantasan praktek korupsi yakni
antara lain diakibatkan oleh masih lemahnya infrastruktur politik
nasional, sistem pemerintahan yang terlalu terpusat pada Presiden,
tidak adanya strategi nasional yang jelas, lemahnya aparat yang
menangani korupsi, kurang memadainya peraturan perundang-
undangan pemberantasan tindak pidana korupsi, serta kurangnya
partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
19
- Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Pemerintah Permasalahan dalam bidang aparatur negara yang lain menyangkut
kondisi kelembagaan pemerintahan dewasa ini yang dinilai belum
mendukung ke arah perwujudan tata kepemerintahan yang baik.
Beberapa permasalahan dalam bidang kelembagaan pemerintahan
antara lain sebagai berikut :
- Pembentukan dan pembubaran lembaga-lembaga negara
(organisasi pemerintah) belum sepenuhnya didasari oleh aturan
hukum (rule of law) yang ada, tapi masih berdasarkan kewenangan
lembaga-lembaga tertentu.
- Organisasi pemerintahan masih banyak yang belum mempunyai
visi dan kepemimpinan yang jelas, yang berpandangan jauh ke
depan.
- Organisasi pemerintahan masih belum berorientasi kepada
kebutuhan pemenuhan pelayanan kepada masyarakat.
- Kelembagaan pemerintahan masih belum memperhatikan prinsip
kesisteman, dimana tugas dan fungsi organisasi pemerintah tidak
dilihat sebagai suatu sistem yang dinamis dan terkait satu sama
lain. Akibatnya masih terjadi tugas dan fungsi yang saling tumpang
tindih.
- Praktek kelembagaan pemerintah belum didasari oleh manajemen
modern dimana gaya kerja individu masih didasari pada hubungan
atasan-bawahan.
- Kepekaan organisasi pemerintah terhadap perubahan lingkungan
stratejik organisasi masih rendah.
- Organisasi pemerintah masih belum siap menempatkan dirinya
sebagai fasilitator pembangunan.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
20
- Sumber Daya Manusia Aparatur Data terakhir menunjukkan bahwa jumlah PNS di Indonesia adalah
4.094.346 orang atau sekitar 2% dari keseluruhan jumlah penduduk.
Dari jumlah tersebut, saat ini 82,1% dari seluruh PNS di Indonesia
memiliki latar belakang pendidikan di bawah sarjana muda dan
sebagian besar berfungsi pada kegiatan pelayanan administrasi (SD –
5,66%; SLTP – 4,42%; SLTA – 55,74%; D1 – 1,14%; D2 – 7,91%; D3 –
7,91%). Dengan demikian sekitar 17,9% memiliki latar belakang
pendidikan S1 dan S2. Hasil sementara Pendaftaran Ulang PNS
(PUPNS) secara nasional sejak 1 sampai dengan 31 Juli 2003
menunjukkan fakta adanya sekitar 120.000 PNS yang secara
administrasi tidak ada dokumen diri di kepegawaian.
Fakta tersebut memberikan gambaran tentang masih banyaknya
permasalahan dalam sistem kepegawaian pemerintah. Beberapa
permasalahan yang masih dihadapi dalam sistem kepegawaian
nasional antara lain adalah sebagai berikut :
- Manajemen kepegawaian yang belum berorientasi pada
manajemen sumber daya manusia. Manajemen kepegawaian pada
umumnya masih bersifat tata usaha, sedangkan kegiatan
perencanaan, pengembangan dan kegiatan yang berkaitan dengan
manajemen SDM pada umumnya masih kurang dilaksanakan.
- Distribusi PNS kurang serasi dengan distribusi tugas dan fungsi.
Berdasarkan data sebenarnya jumlah SDM Aparatur di Indonesia
tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan ukuran pemerintah di
negara lain. Namun distribusi PNS di Indonesia kurang sesuai
dengan tugas dan fungsi antar tingkatan pemerintahan, sektor dan
antar wilayah/daerah.
- Sistem kepegawaian belum berorientasi pada merit system. Hal ini
ditandai antara lain dengan belum tersedianya klasifikasi jabatan,
uraian tugas, standar kompetensi dan penilaian kinerja yang objektif
sebagai prakondisi bagi sistem kepegawaian berdasarkan merit.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
21
- Remunerasi belum dikaitkan dengan tugas dan tanggung jawab,
artinya besaran gaji yang diberikan kepada PNS belum didasarkan
pada bobot jabatan dan kompetensi, sehingga kurang mendorong
PNS untuk lebih berprestasi sesuai dengan kompetensinya. Selain
itu, gaji dan tunjangan yang diterima PNS masih belum memenuhi
kebutuhan hidup minimum.
- Sistem akuntabilitas masih lemah yang disebabkan karena tidak
jelasnya uraian tugas dan tanggung jawab PNS serta sasaran
pencapaian hasil pekerjaan yang dibebankan kepada PNS.
- Pelayanan publik Beberapa permasalahan dalam bidang pelayanan publik adalah antara
lain sebagai berikut :
- Peraturan dan prosedur pelayanan kepada masyarakat yang
kurang mendukung, bahkan menghambat pelayanan.
- Inefisiensi dalam penyelenggaraan administrasi serta masih
adanya berbagai tindakan tidak terpuji dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat
- Faktor kepentingan umum dikalahkah oleh kepentingan politik
tertentu.
- Keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi
pelayanan publik masih terbatas
- Pelayanan publik masih belum berorientasi kepada perkembangan
tuntutan kebutuhan masyarakat dimana mereka makin menuntut
pelayanan publik yang berkualitas, efektif, efisien dan ekonomis.
- Pelayanan publik tidak mampu mengantisipasi dan beradaptasi
dengan lingkungan pasar yang semakin kompetitif.
- Pemerintah belum mampu memanfaatkan perkembangan teknologi
untuk meningkatkan kinerja pelayanan kepada masyarakat.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
22
- Otonomi daerah Otonomi daerah merupakan komitmen bangsa untuk mewujudkan
reformasi nasional di segala bidang dengan pemberlakukan Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Berdasarkan undang-undang tersebut maka penyelenggaraan otonomi
daerah didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi, peranserta
masyarakat, pemerataan dan keadilan, dan memperhatikan potensi
serta keanekaragaman daerah. Tujuan dari pemberian otonomi kepada
daerah pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, mengembangkan
kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan, serta memelihara
hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar-Daerah
dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
Sejak komitmen otonomi daerah tersebut diimplementasikan di satu
pihak kita telah mampu menciptakan dinamika penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah yang jauh berbeda dengan
kondisi yang terjadi pada era Orde Baru. Interaksi sosial-politik antara
unsur-unsur aparatur pemerintah daerah dengan masyarakat dan
dunia usaha di daerah semakin meningkat dan dinamis. Aspirasi dan
kepentingan masyarakat lokal telah mulai terakomodasi dalam
berbagai kebijakan pemerintahan daerah setempat, pelayanan publik
telah semakin berkembang dengan berbagai inovasi dan kreativitas
aparatur pemerintah daerah. Di samping itu timbul fenomena
pemekaran daerah otonom di seluruh wilayah Indonesia yang
mengindikasikan tuntutan aspirasi masyarakat lokal untuk lebih
berperan dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
lokal. Sementara itu partisipasi masyarakat lokal dalam kehidupan
politik pun semakin meningkat salah satunya antara lain keterlibatan
mereka dalam mekanisme pemilihan Kepada Daerah. Di samping itu
dengan adanya mekanisme pelaporan pertanggungjawaban Kepala
Daerah kepada DPRD telah menunjukkan perkembangan akuntabilitas
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
23
publik dan mekanisme kontrol politik maupun kontrol masyarakat yang
berpotensi dalam mengendalikan segala kebijakan dan tindakan
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan fungsinya.
Namun demikian, implementasi kebijakan otonomi daerah juga
ternyata menyisakan berbagai permasalahan, bahkan menimbulkan
permasalahan baru dalam tatanan pemerintahan di daerah. Beberapa
permasalahan yang berkaitan dengan implementasi otonomi daerah
antara lain sebagai berikut :
- Masih belum adanya kepastian di lingkungan pemerintah daerah,
baik Propinsi maupun Kabupaten dan Kota mengenai pelaksanaan
penataan kewenangan (termasuk permasalahan distribusi
kewenangan antara Pusat dan Daerahm Propinsi dan
Kabupaten/Kota) dan kelembagaan perangkat daerah.
- Adanya kerancuan hukum dalam produk peraturan perundang-
undangan yang diterbitkan pemerintah maupun pemerintah daerah
dalam rangka penyelenggaraan kewenangan otonomi daerah.
- Adanya ketentuan-ketentuan dalam peraturan pelaksanaan
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang dinilai menimbulkan
permasalahan baru dalam pelaksanaan otonomi daerah. Misalnya
diterbitkannya PP Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penyusunan Organisasi Perangkat Daerah sebagai pengganti
peraturan perundang-undangan sebelumnya, yang menghilangkan
keleluasaan daerah untuk membentuk kelembagaan berdasarkan
kebutuhan daerahnya.
- Masih dirasakan adanya ketidakjelasan arah kebijakan dan
penataan kewenangan daerah dalam pengelolaan dan pembinaan
karir pegawai (SDM Aparatur) Daerah. Selain itu penyerapan dan
penempatan pegawai pusat yang ditransfer ke daerah masih
menimbulkan kontroversi yang bersumber baik dari adanya
sentimen kedaerahan maupun dari keterbatasan kapasitas daerah
sendiri dalam hal keuangan serta posisi jabatan dalam
kelembagaan perangkat daerah.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
24
- Masih adanya ketidakjelasan dan ketidakpastian dalam
implementasi kebijakan perimbangan keuangan antara Pusat dan
Daerah, serta dalam penyelenggaraan kewenangan otonomi di
bidang keuangan (fiskal). Masih muncul isu-isu ketidaksepakatan
antara Propinsi dengan Kabupaten/Kota maupun antara daerah
penghasil dengan pemerintah dalam hubungannya dengan pola
distribusi dan alokasi sumber-sumber penerimaan daerah
berdasarkan prinsip perimbangan keuangan antara Pusat dan
Daerah. Di samping itu Pemerintah Daerah masih menunjukkan
kecenderungan untuk memandang kewenangan otonomi daerah
dari kinerja penerimaan keuangan daerah (PAD) hal ini dilihat dari
semakin meningkat dan beragamnya Peraturan Daerah yang
dikeluarkan yang menyangkut subyek dan obyek penerimaan
daerah
- Masih terdapatnya kesalahan penafsiran dan ketidaksepahaman
terhadap pola hubungan antar Pusat dengan Daerah, Propinsi
dengan Kabupaten/Kota, dan antar Kabuoaten/Kota. Hal ini
ditunjukkan dengan masih adanya produk-produk hukum
pemerintah yang mengindikasikan kehendak untuk mengendalikan
penyelenggaraan otonomi daerah secara ketat bahkan cenderung
interventionist.
- Munculnya fenomena disharmonisasi hubungan antara lembaga
legislatif dengan eksekutif daerah (DPDR dengan
Gubernur/Bupati/Walikota). Peranan dominan badan legislatif
daerah atau DPRD di berbagai daerah dalam banyak kasus telah
menimbulkan kecenderungan semacam eforia superioritas legislatif
atas eksekutif daerah.
- Masih rancunya pelaksanaan kehidupan demokrasi dan partisipasi
masyarakat di Daerah, yang ditandai dengan masih munculnya
upaya-upaya mobilisasi massa untuk kepentingan elit politik lokal,
yang berdampak pada iklim penyelenggaraan pemerintah daerah
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
25
yang tidak kondusif bagi upaya peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat
b. Platform Pembangunan Aparatur Negara 2004 - 2009 Strategi dan kebijakan pembangunan aparatur negara dalam masa
demokrasi dewasa ini diarahkan untuk menegakkan dan mewujudkan
tatanan kepemerintahan yang baik (good governance) dalam rangka
mencapai cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia. Perhatian
utama dalam pembangunan aparatur negara yang menjadi tuntutan
dasar masyarakat adalah terselenggaranya tatanan kepemerintahan
yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme serta
terselenggaranya kepemerintahan yang berlandaskan pada prinsip-
prinsip good governance yakni akuntabilitas, transparansi,
keterbukaan, aturan hukum, partisipasi, kemanusiaan, keadilan,
demokrasi dan profesionalitas.
Strategi pembangunan aparatur negara secara umum diarahkan untuk
mewujudkan suatu tatanan kepemerintahan yang memegang teguh
prinsip-prisip good governance sebagaimana telah disebut di atas.
Namun secara khusus strategi pembangunan aparatur negara
diarahkan pada penyelesaian berbagai permasalahan yang masih ada
dalam bidang aparatur negara, yakni upaya pemberantasan dan
pencegahan KKN, rasionalisasi kelembagaan dan ketatalaksanaan
pemerintahan, pembenahan sistem kepegawaian nasional,
peningkatan pelayanan publik dan penguatan pelaksanaan otonomi
daerah.
Visi : Mewujudkan aparatur negara yang handal, tangguh dan
bermoral untuk mewujudkan good governance
Misi : Menciptakan aparatur negara yang netral, akuntabel, transparan,
menjunjung tinggi supremasi hukum, partisipatif, demokratis, adil,
bebas dari KKN, profesional dan dapat menjadi pemersatu dan perekat
bangsa.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
26
Strategi : Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui strategi:
- Pemantapan upaya pencegahan dan pemberantasan KKN yang
diarahkan untuk mewujudkan aparatur negara yang bersih,
berwibawa dan bebas KKN.
- Pemantapan kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan
yang diarahkan untuk menciptakan sistem kelembagaan dan
ketatalaksanaan aparatur negara dalam pelaksanaan tugas
pemerintahan umum dan pembangunan secara lebih efektif dan
efisien.
- Peningkatan kapasitas sumber daya manusia aparatur negara yang
diarahkan untuk meningkatkan kualitas, profesionalisme dan
keterampilan aparatur negara dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya secara lebih optimal.
- Peningkatan kualitas pelayanan prima yang diarahkan pada
pemantapan kualitas pelayanan publik di berbagai bidang
pemerintahan umum dan pembangunan pada unit-unit kerja
pemerintah pusat dan daerah.
c. Program Kerja Pembangunan Aparatur Negara 2004 - 2009 Program kerja pembangunan aparatur negara dalam periode 2004 –
2009 pada dasarnya meliputi program jangka pendek, menengah dan
panjang. Hanya di sini tidak dilakukan pemilahan karena pada
dasarnya program kerja tersebut merupakan suatu kesinambungan
waktu dalam upaya mewujudkan pencapaian visi, misi dan strategi
pembangunan aparatur negara. Program kerja pembangunan aparatur
negara terdiri dari pemantapan pemberantasan KKN, Pemantapan
penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah, peningkatan
kapasitas SDM aparatur dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
27
1. Pemantapan Upaya Pemberantasan KKN Program kerja pembangunan aparatur negara dalam
pemberantasan KKN meliputi berbagai program sebagai upaya
pencegahan, pendeteksian dan penanggulangan.
Program pencegahan KKN antara lain sebagai berikut: - Memperkuat dan memantapkan peran dan fungsi Dewan
Perwakilan Rakyat dan Mahkamah Agung serta jajaran
Pengadilan di bawahnya,
- Memantapkan kode etik di sektor publik, sektor parpol,
organisasi profesi dan asosiasi bisnis
- Memantapkan gerakan anti korupsi nasional yang didukung oleh
elit politik dari MPR, DPR dan Pemerintah
- Penyempurnaan manajemen SDM dan peningkatan gaji
pegawai negeri
- Pemantapan penyusunan rencana stratejik dan laporan
akuntabilitas bagi instansi pemerintah
- Pemantapan kualitas penerapan sistem pengendalian
manajemen
- Pemantapan manajemen aktiva tetap milik negara
Sedangkan program kerja sebagai upaya pendeteksian tindakan
KKN antara lain meliputi:
- Pemantapan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan
masyarakat,
- pemantapan pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi
keuangan tertentu,
- pemantapan pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan
fungsi publik melalui optimalisasi peran dan fungsi lembaga
pemberantas korupsi,
- Peningkatan partisipasi Indonesia dalam gerakan anti-korupsi
internasional dan anti-pencucian uang di masyarakat
internasional
- Pemantapan penerapan nomor kependudukan nasional
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
28
Adapun program kerja yang bersifat penanggulangan atau represif
dalam pemberantasan KKN antara lain sebagai berikut:
- Pemantapan penerapan peran dan fungsi Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi secara independen
- Penerapan berbagai tindakan penyidikan, penuntutan,
peradilan, penghukuman beberapa koruptor besar
- Penentuan jenis-jenis atau kelompok-kelompok korupsi yang
diprioritaskan akan diberantas
- Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik
- Pemantapan penanganan perkara korupsi dalam sistem
peradilan pidana
- Pemantapan sistem pemantauan proses penanganan tindak
pidana korupsi secara terpadu
2. Pemantapan Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan
Pemerintah Program kerja dalam dalam penataan kelembagaan dan
ketatalaksanaan pemerintah adalah diarahkan pada bagaimana kita
mampu membangun kelembagaan dan ketatalaksanaan
pemerintah yang efisien, efektif dan profesional. Oleh karena itu
program kerja dalam penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan
pemerintah yang perlu dilakukan adalah antara lain sebagai berikut:
- Penerbitan undang-undang tentang perangkat pemerintah yang
mengatur tentang penyusunan, pembentukan, penggabungan
dan penghapusan kelembagaan perangkat pemerintah yang
didasari oleh aturan hukum yang berlaku. Perumusan undang-
undang tentang hal tersebut sudah barang tentu perlu
memperhatikan berbagai pengalaman sejarah kelembagaan
pemerintahan RI, pengalaman perkembangan dan hasil
amandemen UUD 1945, pengalaman negara lain dalam
menyusun kelembagaan pemerintah serta dengan
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
29
memperhatikan perkembangan lingkungan strategis yang
berlaku di Indonesia.
- Penyusunan, pembentukan, penggabungan dan penghapusan
kelembagaan perangkat pemerintah yang didasari pada prinsip-
prinsip distribusi kewenangan, pembagian habis tugas,
kejelasan dan kepastian hukum, kesatuan tujuan, hirarki
kebijakan dan pertanggungjawaban, proporsionalitas,
profesionalitas serta prinsip persatuan dan kesatuan bangsa.
Untuk itu dalam upaya penyusunan, pembentukan,
penggabungan maupun penghapusan kelembagaan perangkat
pemerintah perlu dirumuskan kriteria sebagai dasar
pertimbangan. Kriteria tersebut antara lain tingkat kebutuhan
dan kemanfaatan bagi masyarakat, bangsa dan negara,
ketersediaan sumber daya manusia, potensi dan kemamuan
keuangan, ketersediaan dan penguasaan baik teknologi
maupun metodologi, keberlanjutan tugas dan fungsi, serta
tingkat partisipasi dan keberdayaan masyarakat dan swasta.
- Pemantapan rencana strategi organisasi pemerintah dengan
melakukan penajaman visi, misi dan strategi organisasi
- Korporatisasi dan privatisasi unit organisasi yang secara
langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat
- Pemantapan struktur jabatan bagi penyelenggara negara di
pusat dan daerah dan pengembangan jabatan fungsional
- Penyempurnaan berbagai peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan penataan kewenangan dan hubungan kerja
antara pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah
kabupaten/kota guna memantapkan pelaksanaan otonomi
daerah
- Perubahan sikap dan perilaku aparatur menuju budaya kerja
produktif, transparan, profesional dan bertanggung jawab
- Penyederhanaan sistem operasional prosedur tatalaksana
administrasi pemerintahan dan pembangunan melalui
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
30
pemantapan sistem perencanaa, sistem penganggaran dan
pembiayaan, sistem pengawasan dan pemantauan serta
pelaporan
- Pemanfaatan teknologi informasi dan sumberdaya organisasi
pemerintah secara efisien dan optimal
3. Peningkatan Kapasitas SDM Aparatur Program kerja peningkatan kapasitas SDM aparatur adalah
bagaimana menciptakan birokasi yang profesional sesuai dengan
visi penataan kelembagaan pemerintahan. Peningkatan kapasitas
SDM aparatur dalam hal ini diarahkan pada perwujudan SDM
aparatur negara yang memiliki kualitas dan kemampuan
memberikan pelayanan yang kompetitif, demokratis, akuntabel dan
terbuka. Program peningkatan kapasitas SDM aparatur antara lain:
- Pengembangan sistem pembinaan berdasarkan kompetensi
atau merit system; pengembangan sistem penilaian berdasarkan
kinerja yang didasarkan pada standar kinerja yang spesifik dan
terukur;
- Untuk menciptakan jumlah dan susunan SDM Aparatur yang
efisien (rasional, obyektif, tepat jumlah dan penyebaran, tepat
komposisi serta tepat mutu) perlu dirumuskan kebijakan tentang
pemberhentian, pemensiunan dini, pemindahan dan pengalihan
status sesuai dengan kebutuhan.
- Pengaturan peran dalam tata kerja serta pemisahan yang jelas
antara jabatan-jabatan birokasi yang bersifat karir dan jabatan
politis;
- Perumusan kode etik profesi yang spesifik bagi jabatan
fungsional;
- Pengembangan pengangkatan SDM aparatur yang bersifat
outsourcing berdasarkan kontrak kerja;
- Pemantapan budaya kerja dan pengembangan semangat
kewirausahaan dalam pengelolaan institusi;
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
31
- Perubahan dalam pola rekruitmen PNS dimana sistem
penerimaan pegawai semaksimal mungkin memanfaatkan
lulusan dari perguruan tinggi terpilih dari berbagai disiplin ilmu,
khususnya bagi lulusan yang memiliki prestasi akademik terbaik.
Di samping itu mekanisme penerimaan PNS diserahkan kepada
tenaga ahli dalam bidangnya atau konsultan dari luar;
- Untuk menciptakan pelayanan pelayanan administrasi
kepegawaian yang cepat dan tepat serta mengurangi dampak
negatif hubungan pribadi secara langsung perlu ditetapkan
standarisasi norma dan prosedur pelayanan yang didukung
otomatisasi pengolahan dana dan informasi kepegawaian;
- Pengembangan sistem penggajian yang rasional yang mengacu
pada standar internasional dan terintegrasi antara sektor publik,
swasta dan sosial;
- Pengembangan program pendidikan dan pelatihan bagi SDM
aparatur yang memiliki keterkaitan dengan kebutuhan
kompetensi PNS baik untuk memangku jabatan maupun untuk
melaksanakan tugas.
4. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Program kerja peningkatan kualitas pelayanan publik diarahkan
pada terselenggaranya pelayanan publik yang lebih cepat, tepat,
murah dan memuaskan yang diberikan oleh unit-unit kerja di
lingkungan pemerintah baik pusat maupun daerah. Program kerja
peningkatan kualitas pelayanan publik antara lain meliputi:
- Penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang
melandasi penyelenggaraan pelayanan di berbagai Instansi
Pemerintah;
- Peningkatan profesionalisme aparatur pelayanan publik;
- Peningkatan mutu pelayanan masyarakat melalui kebijaksanaan
otonomi manajemen (korporatisasi);
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
32
- Peningkatan dan pemantapan pelayanan melalui pemanfaatan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka
mewujudkan electronic government online;
- Membangun keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan
fungsi-fungsi pelayanan publik;
- Melakukan evaluasi terhadap standar pelayanan publik yang
cepat, tepat, murah, memuaskan, transparan dan tidak
diskriminatif;
- Pengembangan konsep indeks tingkat kepuasan masyarakat
sebagai tolok ukur optimalisasi pelayanan publik oleh
penyelenggara negara kepada masyarakat;
- Memantapkan upaya-upaya deregulasi dan debirokratisasi
khususnya kebijakan-kebijakan di bidang ekonomi untuk
menghilangkan berbagai hambatan terhadap kelancaran
mekanisme pasar secara sehat dan optimal.
d. Rencana Kerja (Action Plan)
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
33
Rencana Kerja (Action Plan)
Program Langkah-langkah Sasaran/Indikator
Pemantapan Upaya Pemberantasan KKN
- Intensifikasi kegiatan pencegahan KKN
- Intesifikasi kegiatan pendeteksian KKN
- Intesifikasi kegiatan penanggulangan KKN
- Menurunnya prosentase KKN yang terjadi di lingkungan aparatur negara
- Menurunnya jumlah kekayaan negara yang terindikasi tindak pidana korupsi
- Meningkatnya penyelesaian tindak lanjut kasus -kasus yang berindikasi KKN
- Meningkatnya partisipa- si masyarakat dalam menginformasikan ten-tang kinerja dan tinda-kan KKN di lingkungan aparatur negara
- Menurunnya persentase jumlah PNS yang terlibat KKN
- Meningkatnya jumlah daftar kekayaan pejabat negara dan daerah yang dinilai akuntabel
Pemantapan penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah
- Penajaman visi, misi & strategi organisasi
- Penghapusan, penggabungan dan pengintegrasian lembaga-lemabag pemerintah yang bersesuaian
- Pengembangan budaya aparatur
- Penyederhanaan operasional prosedur tatalaksana administrasi pemerintahan dan pembangunan
- Tertatanya kelembagaan pemerintah yang lebih efisien dan ramping
- Terlaksananya pelimpangan kewenangan dari pusat dan daerah dalam rangka pemantapan otonomi daerah
- Meningkatnya persentase instansi pusat yang memiliki renstra dan pemerintah daerah yang memiliki propeda
- Semakin terselenggara- nya tatalaksana admini strasi pemerintahan dan pembangunan secara efisien, efektif dan profesional
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
34
Program Langkah-langkah Sasaran/Indikator
Peningkatan kapasitas SDM aparatur negara
- Pengembangan reformasi sistem kepegawaian
- Deregulasi peraturan perundang-undangan kepegawaian
- Penataan kepegawaian dalam rangka otonomi daerah
- Meningkatnya pelaksanaan restrukturisasi dan realokasi PNS ke instansi di pusat dan daerah
- Meningkatnya jumlah PNS yang memiliki kompetensi sesuai dengan jabatan di pusat dan daerah
- Meningkatnya profesionalisme aparatur negara
- Meningkatnya produktivitas kerja PNS
- Menurunnya persentase jumlah PNS yang dikenakan hukuman displin
- Persentase tingkat kesesuaian jumlah PNS dalam suatu instansi dengan beban tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan
Peningkatan kualitas pelayanan publik
- Penyempurnaan peraturan perundang-undangan penyelenggaraan pelayanan
- Peningkatan profesionalisme aparatur pelayanan publik
- Peningkatan mutu pelayanan
- Peningkatan partisipasi masyarakat dalam bidang pelayanan publik
- Meningkatnya persentase unit-unit kerja pelayanan publik yang melaksanakan penyempurnaan pelayanannya
- Persentase kepuasan masyarakat terhadap pelayanan meningkat
- Meningkatnya persentase unit-unit pelayanan publik yang dinilai baik
- Meningkatnya ketersediaan pelayanan yang berkualitas yang dibutuhkan masyarakat
- Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pelayanan publik
- Meningkatnya kemitraan antara pemerintah dan swasta dalam bidang pelayanan publik
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
35
IV. STRUKTUR ORGANISASI KEPEMERINTAHAN YANG DIUSULKAN Berpijak dari kondisi permasalahan dan pengalaman kegagalan serta
strategi platform penyelamatan bangsa di berbagai bidang, maka dalam
rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance)
diperlukan susunan organisasi kepemerintahan yang akan melaksanakan
berbagai upaya penyelamatan dan pemecahan masalah bangsa secara
konkrit dan operasional. Organisasi kepemerintahan pada dasarnya dapat
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu Kementrian Negara dan Lembaga
Pemerintah Bukan Kementerian Negara (LPBKN).
Penyusunan struktur organisasi kepemerintahan yang diusulkan tersebut
didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut:
e. Dasar pertimbangan aspek yuridis Aspek yuridis yang menjadi pertimbangan dalam menyusun struktur
organisasi kepemerintahan Pasca Pemilu 2004 adalah meliputi hal-
hal sebagai berikut:
1. Alinea kedua Pembukaan UUD 1945 Dalam Pembukaan UUD 1945 aline kedua disebutkan bahwa cita-
cita dan tujuan bangsa adalah “terwujudnya negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Dengan
demikian penyusunan struktur organisasi pemerintahan harus
didasarkan pada cita-cita dan tujuan bangsa ini.
2. Aliena keempat Pembukaan UUD 1945 Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 menyebutkan sebagai
berikut:
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian yang abadi dan keadilan sosial”
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
36
Alinea tersebut mengamanatkan bahwa tugas Pemerintah Negara
Indonesia yang utama adalah meliputi bidang-bidang sebagai
berikut:
- Bidang Pertahanan dan keamanan
- Bidang Kesejahteraan Rakyat
- Bidang Pendidikan
- Bidang Urusan Luar Negeri
3. Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 Dalam pasal 4 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa “Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-undang Dasar”. Berdasarkan pasal tersebut maka
kewenangan untuk menata kelembagaan kepemerintahan adalah
Presiden. Kelembagaan perangkan pemerintah tersebut dibentuk
untuk membantu, melaksanakan dan menunjang pelaksanaan
tugas pemerintahan yang menjadi kewajiban Presiden baik di
Pusat maupun Daerah
4. Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 (Hasil Amandemen Pertama) Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 hasil Amandemen
Pertama maka ditetapkan bahwa “Preside Republik Indonesia
mempunyai hak untuk mengajukan usulan rancangan undang-
undang kepada DPR”. Dengan demikian maka Presiden
mempunyai kewenangan untuk menyusun rancangan undang-
undang salah satunya tentang perangkat pemerintahan, yang
meliputi aspek-aspek penataan kelembagaan dan tata hubungan
kerja, baik yang meliputi perangkan pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah dan perangkat pemerintah lainnya yang
melaksanakan sebagian kekuasaan pemerintahan. Pengajuan
rancangan undang-undang ini diperlukan agar tercipta ketertiban
dalam penataan perangkat kepemerintahan.
5. Pasal 8 ayat (3) UUD 1945 Berdasakan pasal 8 ayat (3) UUD 1945 ditetapkan bahwa “jika
Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
37
atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya secara bersamaan, pelaksanaan tugas kepresidenan
adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri
Pertahanan secara bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga
puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat
menyelenggarakan sidang untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden”.
Dengan demikian berdasarkan pasal tersebut tersirat secara jelas
perlu adanya lembaga pemerintah dalam urusan luar negeri,
urusan dalam negeri dan urusan pertahanan.
6. Pasal 10 UUD 1945 Dalam Pasal 10 UUD 1945 disebutkan bahwa “Presiden
memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut dan Angkatan Udara”.
Pasal tersebut dengan jelas mengamanatkan bahwa perlunya
suatu lembaga kepemerintahan yang secara khusus menangani
bidang keamanan baik keamanan di darat, laut maupun udara.
7. Pasal 13 ayat (1) dan (2) UUD 1945 Berdasarkan pasal ini ditetapkan bahwa Presiden memiliki
kewenangan untuk mengangkat duta dan konsul untuk negara
lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Pertimbangan
Rakyat.
Dengan demikian maka urusan luar negeri merupakan salah satu
bidang yang menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintahan.
8. Pasal 16 UUD 1945 (Hasil Amandemen Keempat) Berdasarkan pasal ini ditetapkan bahwa “Presiden membentuk
suatu dewan pertimbangan yang bertugs memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam
undang-undang”.
Pasal tersebut menyatakan dengan jelas bahwa perlunya suatu
lembaga perangkat pemerintah yang diperlukan Presiden untuk
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
38
memberikan pertimbangan-pertimbangan tentang kebijakan
Presiden.
9. Pasal 17 ayat (4) UUD 1945 Dalam pasal ini ditetapkan bahwa pembentukan, pengubahan dan
penghapusan kementrian negara diatur dengan undang-undang.
Berdasarkan pasal tersebut jelas diisyaratkan perlunya lembaga
perangkat pemerintah dalam bentuk kementrian negara yaitu
unsur pelaksana sebagian tugas Presiden yang didelegasikan
kepada Menteri Negara sesuai dengan kewenangan pemerintah
di bidangnya. Adapun kedudukannya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden.
10. Pasal 18 UUD 1945 (Hasil Amandemen Kedua) Di dalam Pasal 18 UUD 1945 dengan tegas dinyatakan bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari daerah Provinsi,
Kabupaten dan Kota yang memiliki wewenang untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan berdasar asas
otonomi dan pembantuan. Adapun hubungan wewenang antara
pemerintah pusat dan daerah dan lain-lainnya diatur dengan
undang-undang.
Berdasarkan undang-undang tersebut diperlukan adanya institusi
yang mengatur hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
11. Pasal 23 UUD 1945 Pasal ini mengatur tentang keuangan negara yang meliputi
pengelolaan keuangan negara, pembuatan rancangan undang-
undang anggaran pendapatan dan belanja negara yang diajukan
oleh Presiden, pajak dan pungutan negara.
Dengan demikian maka diperlukan suatu lembaga
kepemerintahan yang secara khususnya menangani urusan
keuangan.
12. Pasal 27 UUD 1945 Berdasarkan Pasal 27 UUD 1945 khususnya ayat (1) ditetapkan
bahwa “tiap-tiap warga berhak atas pekerjaan dan penghidupan
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
39
yang layak bagi kemanusiaan”. Pasal ini mengisyaratkan bahwa
Pemerintah berkepentingan untuk untuk memungkinkan warga
negaranya mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Oleh karena itu diperlukan suatu lembaga kepemerintahan yang
khususnya menangani ketenagakerjaan.
13. Pasal 28 UUD 1945 Berdasarkan pasal ini negara menjamin adanya hak asasi
manusia dan hak untuk mendapatkan keadilan. Oleh karena itu
diperlukan adanya organisasi kepemerintahan yang dapat
menjamin dan melindungi warga negara di bidang hukum dan
keadilan.
Sementara itu dalam Pasal 28 F ditetapkan bahwa “setiap orang
berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia”. Dengan demikian menjadi kewajiban
pemerintah pula untuk dalam bidang komunikasi dan informasi.
Sedangkan dalam Pasal 28 H ditetapkan bahwa “setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”. Hal ini memperlihatkan
perlunya suatu lembaga kepemerintahan yang secara khusus
menangani urusan kesehatan, urusan kesejahteraan rakyat,
urusan pemukiman dan urusan lingkungan hidup.
14. Pasal 29 UUD 1945 Dalam pasal ini ditegaskan bahwa “Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa, dan negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu”.
Berdasarkan pasal jelas terlihat diperlukannya kelembagaan
pemerintah yang menangani urusan keagamaan, terlebih lagi
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
40
mengingat kemajemukan agama dan kepercayaan yang ada di
Indonesia.
15. Pasal 30 UUD 1945 Pasal ini menegaskan perlunya keberadaan Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara sebagai alat negara dalam
bidang pertahanan dan keamanan negara.
16. Pasal 31 UUD 1945 Berdasarkan pasal ini ditegaskan bahwa pendidikan dasar
masyarakat wajib dibiayai pemerintah, dan pemerintah wajib
memajukan kecerdasan bangsa, memajukan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan
belanja dan negara serta anggaran pembelanjaan daerah untuk
memenuhi penyelenggaraan pendidikan nasional.
Uraian tersebut menegaskan perlunya suatu lembaga pemerintah
yang secara khusus menangani urusan pendidikan nasional dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
17. Pasal 32 UUD 1945 Dalam pasal ini ditetapkan bahwa “negara memajukan
kebudayaan nasional dengan menjamin kebebasan masyarakat
dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya”.
Dengan demikian maka pemerintah perlu memiliki suatu institusi
yang memiliki tugas dan fungsi dalam menangani urusan
kebudayaan.
18. Pasal 33 UUD 1945 Pasal 33 ayat (1) menyebutkan bahwa “bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”. Oleh karena itu negara memerlukan adanya suatu
organisasi pemerintah yang akan menangani urusan sumber daya
alam termasuk kelestarian lingkungan hidupnya.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
41
19. Pasal 34 UUD 1945 Di dalam Pasal 34 UUD 1945 khususnya ayat (1) ditegaskan
bahwa “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara”. Kemudian dalam ayat (2) disebutkan bahwa “negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat manusia. Selanjutnya pada ayat (3)
ditetapkan “negara bertanggung jawab atas penyediaan
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.
Dengan demikian Pasal tersebut menegaskan pula kewajiban
pemerintah dalam bidang kesehatan, kesejahteraan sosial,
pemberdayaan masyarakat dan prasarana wilayah. Oleh karena
itu diperlukan adanya kelembagaan pemerintah dan memiliki
tugas dan kewenangan dalam bidang-bidang tersebut.
f. Kajian Akademis Pertimbangan selanjutnya dalam menyusun usulan struktur
organisasi kepemerintahan adalah berdasarkan kajian akademis
tentang organisasi pada umumnya dan organisasi kepemerintahan
khususnya. Organisasi pada umumnya diartikan sebagai suatu
wadah bagi sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan tertentu yang telah disepakati bersama.
Nicholas Henry (1989) menyebutkan beberapa karakteristik umu
suatu organisasi yaitu sebagai berikut:
- Memiliki banyak kegunaan dan merupakan kumpulan atau
kolektivitas yang kompleks;
- Sifat hubungan kerja dalam organisasi biasanya impersonal atau
tidak bersifat pribadi;
- Memiliki tujuan-tujuan tertentu yang bersifat khusus;
- Merupakan kegiatan kerjasama di antara sekelompok orang
secara berkelanjutan;
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
42
- Merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem sosial
masyarakat;
- Memberikan manfaat dan menghasilkan barang dan jasa bagi
masyarakat di lingkungannya;
- Memiliki ketergantungan dalam berinteraksi dengan lingkungan di
sekitarnya;
- Memiliki publik pada umumnya menggantungkan sumber dayanya
(pajak dan legitimasi) dari sistem politik maupun ketatanegaraan.
Sementara itu Gareth R. John menyatakan bahwa organisasi pada
umumnya meliputi aspek struktur, budaya dan disain organisasi. Ada
beberapa disain organisasi yang dewasa ini diterapkan yaitu antara
lain model organisasi birokrasi, model organisasi lini dan staf, serta
model organisasi matriks.
Model organisasi birokrasi menurut Weber (1947) merupakan suatu
sistem yang terorganisasikan dengan baik, yang mampu bekerja
secara efektif bagaikan mesin produksi, serta mampu mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan secara efisien. Model organisasi
birokrasi ini menurut Weber mempunyai beberapa karakteristik
berikut:
- Setiap pekerjaan dalam organisasi dibagi habis menurut pola
spesialisasi;
- Setiap pelaksanaan pekerjaan didasarkan pada norma-norma dan
aturan-aturan tertentu;
- Setiap orang dalam organisasi hanya bertanggung jawab kepada
satu orang dan hanya satu orang atasan;
- Hubungan kerja dalam organisasi bersifat impersonal melainkan
bersifat formal;
- Sistem penghargaan dan promosi bagi anggota organisasi
dilakukan berdasarkan profesionalisme, merit dan ketrampilan
kerja yang tinggi.
Adapun yang dimaksud dengan model organisasi lini dan staf adalah
yaitu bahwa dalam suatu organisasi berdasarkan fungsinya akan
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
43
terdiri dari dua bagian besar yaitu unit organisasi lini atau operasional
dan unit penunjang. Unit organisasi lini adalah unit-unit organisasi
yang berfungsi sebagai pelaksana pekerjaan teknis pencapaian
tujuan organisasi. Unit organisasi ini lebih berorientasi pada fungsi
eksternal yakni melayani atau menghasilkan barang dan jasa bagi
pihak di luar organisasi atau masyarakat.
Sedangkan unit penunjang merupakan unit kerja yang berfungsi
untuk memberikan dukungan dan layanan intern yang diperlukan oleh
unit lini. Unit ini lebih berorientasi pada fungsi internal yakni melayani
pihak-pihak internal organisasi.
Dengan demikian dalam organisasi pemerintah dapat dibedakan
antara perangkat pemerintah yang berfungsi operasional yang
menghasilkan barang dan jasa publik, serta perangkat pemerintah
yang berfungsi sebagai penunjang yang hanya melayani kebutuhan
intern atau kepentingan pimpinan organisasi dalam perumusan
kebijakan, perencanaan, pengkajian, pengawasan, dan lain
sebagainya.
Model organisasi yang lainnya adalah model organisasi matriks yaitu
unit organisasi yang dibentuk di luar struktur yang sudah ada, akan
tetapi mencakup fungsi-fungsi yang kurang lebih sama dengan
orang-orang yang diambil dan berasal dari unit-unit organisasi yang
ada. Manfaat dari penyusunan organisasi model matriks ini antara
lain sebagai berikut:
- Efisiensi penggunaan sumber-sumber dibandingkan jika dilakukan
oleh unit organisasi reguler;
- Memiliki keluwesan atau fleksibilitas yang tinggi dalam kondisi dan
situasi yang selalu berubah dan tidak menentu;
- Memberikan jaminan kemampuan teknis yang tinggi dan lebih
baik dari pada jika dilakukan oleh unit organisasi reguler, karena
sifat spesialisasinya yang tinggi pula;
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
44
- Untuk organisasi matriks yang bersifat adhoc dan berjangka
waktu pendek atau menengah, dapat membebaskan pimpinan
organisasi dari beban perencanaan jangka panjang;
- Sumber daya manusia dalam organisasi matriks biasanya
memiliki komitmen yang tinggi dan memiliki motivasi kerja dan
produktivitas yang tinggi pula;
- Dengan pola spesialisasi kerja yang membentuk organisasi
matriks, biasanya orang yang diperbantukan atau dipekerjakan di
unit organisasi matriks memperoleh insentif berupa peningkatan
kemampuan teknis dan kompetensi, di luar apa yang secara rutin
dilakukannya dalam organisasi reguler.
Kemudian dalam penyusunan organisasi pemerintahan di dalamnya
tercakup pula aspek struktur organisasi. Menurut Henry Mintzberg
(1985) struktur organisasi merupakan sistem formal dari peraturan-
peraturan, tugas dan hubungan kewenangan yang mengatur
bagaimana orang bekerjasama dan menggunakan sumber daya yang
ada untuk mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya Henry Mintzberg
(1979) membagi lima fungsi dasar dalam struktur organisasi. Kelima
fungsi dasar tersebut adalah sebagai berikut:
- The strategic apex yaitu fungsi yang dilaksanakan oleh pimpinan
atau manajer tingkat puncak yang diberi tanggung jawab terhadap
organisasi tersebut. Dalam struktur organisasi kepemerintahan
secara keseluruhan maka yang berfungsi dalam strategic apex
adalah Presiden sebagai Kepala Pemerintahan.
- The operating core yakni fungsi untuk melaksanakan secara
langsung tugas pokok organisasi. Dalam konteks penyusunan
organisasi kepemerintahan di Indonesia fungsi ini dapat
dilaksanakan oleh Departemen atau Lembaga Pemerintah Bukan
Kementrian Negara (LPKBN) yang melaksanakan urusan tertentu.
- The middle line, yaitu organisasi yang berfungsi sebagai untuk
mengkoordinasikan antara strategic apex dengan operating core.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
45
Dalam konteks kepemerintahan ini fungsi ini dapat dilaksanakan
oleh Kantor Menteri Negara dan Kantor Menteri Koordinator.
- The technostructure adalah unit organisasi yang melaksanakan
fungsi untuk merumuskan, membuat standarisasi atau kebijakan
tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap unit organisasi
sesuai dengan bidangnya. Dalam konteks ini, Kantor Menteri
Negara dan Kantor Menteri Koordinator dalam melaksanakan
fungsi the technostructure.
- The support staff adalah unit organisasi yang melaksanakan
fungsi yang bersifat dukungan terhadap unit-unit organisasi
lainnya untuk mencapaian tujuan organisasi. Dalam konteks
organisasi kepemerintahan kita, fungsi ini dapat dilakukan oleh
Lembaga Pemerintah Bukan Kementrian Negara.
Dengan demikian tipe lembaga pemerintah berdasarkan fungsi-fungsi
tersebut dapat dibagi menjadi empat jenis lembaga yaitu sebagai
berikut:
1) Departemen yaitu organisasi pemerintah yang berfungsi untuk
menyelenggarakan langsung pelayanan kepada publik dan
menghasilkan kebijakan yang bersifat mengikat publik. Organisasi
ini adalah pelaksana pemerintahan yang dipimpin oleh menteri
negara dan berada di bawah serta bertanggung jawab langsung
kepada Presiden.
2) Kantor Menteri Negara yaitu unit organisasi pemerintahan yang
berfungsi dalam membantu Presiden dalam merumuskan
kebijakan dan koordinasi di bidang tertentu dalam kegiatan
pemerintahan negara. Organisasi ini berfungsi sebagai pembantu
Presiden yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Organisasi Kantor Menteri Negara menyelenggarakan
urusan pemerintahan yang tidak langsung memberikan pelayanan
kepada publik dengan demikian kebijakannya pun hanya
mengikat institusi tertentu.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
46
3) Kantor Menteri Negara Koordinator yaitu organisasi pemerintahan
yang melaksanakan fungsi sebagai Middle Line dan sebagai
Technostructure. Sebagai organisasi yang melaksanakan fungsi
Middle Line maka organisasi ini berkedudukan sebagai pembantu
Presiden dan berada di bawah serta bertanggung jawab kepada
Presiden. Organisasi ini mempunyai tugas dalam membantu
Presiden untuk mengkoordinasikan dan menyinkronkan
penyiapan dan penyusunan kebijakan termasuk pelaksanaan di
bidang tertentu.
Adapun sebagai fungsi technostructure, sama halnya dengan
organisasi Kantor Menteri Negara, maka organisasi ini pun tidak
menyelenggarakan pemberian pelayanan kepada masyarakat
secara langsung sehingga kebijakannya pun hanya mengikat
institusi tertentu.
4) Lembaga Pemerintah Bukan Kementerian Negara atau Lembaga
Pemerintah Non Departemen, yaitu Lembaga pemerintah yang
dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari
Presiden sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Kedudukan organisasi ini adalah berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Lembaga-lembaga kepemerintahan ini dapat berfungsi sebagai
Supporting Staf, Technostructure dan atau Operating Core.
e. Perbandingan Struktur Organisasi Pemerintahan dari Beberapa
Negara Dalam penyusunan struktur organisasi pemerintahan kiranya perlu
pula dipertimbangkan pengalaman di beberapa negara, khususnya
negara-negara maju. Dalam hal ini akan diuraikan struktur organisasi
pemerintahan di dua negara maju yakni Amerika Serikat dan Jepang.
1) Organisasi Pemerintahan di Amerika Serikat
Pada dasarnya organisasi pemerintah di Amerika Serikat dibagi
menjadi dua bagian yaitu:
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
47
a. Executive Branch (lingkungan eksekutif), yang terdiri dari:
1. The President of United States;
2. The Vice President of United States;
3. Executive Office of The President, yang terdiri dari:
- The White House Office;
- Office of The Vice President of United States;
- Council of Economic Advisers;
- Council on Evironment Quality;
- National Security Council;
- Office of Administration;
- Office of Management and Budget;
- Office of National Drug Council Policy;
- Office of Policy Development;
- Office of Science and Technology Policy
- Office of The United State Trade Representative.
b. Executive Agencies Departements, yang terdiri dari:
1. Department of Agriculture;
2. Department of Commerce;
3. Department of Defense;
4. Department of the Air Force;
5. Department of the Army;
6. Department of the Navy;
7. Defense Agencies;
8. Joint Service Schools;
9. Department of Educations;
10. Department of Energy;
11. Department of Health and Human Services;
12. Department of Housing and Urban Development
13. Department of Interior;
14. Department of Justice;
15. Department of Labor;
16. Department of State;
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
48
17. Department of Transportation;
18. Department of Treasury;
19. Department of Veteran Affairs.
2) Organisasi Pemerintahan di Jepang
Adapun organisasi kepemerintahan di negara Jepang terdiri
dari:
a. Kementrian, yang terdiri dari:
1. Ministry of Public Management, Home Affairs, Post and
Telecomunication
2. Ministry of Justice
3. Ministry of Foreign Affairs;
4. Ministry of Finance
5. Ministry of Education, Culture, Sports, Science and
Technology;
6. Ministry of Health, Labour and Welfare;
7. Ministry ofAgriculture, Trade and Industries;
8. Ministry of Land, Infrastructure and Transports;
9. Ministry of Environment.
b. Sekretariat Kabinet, yang terdiri dari:
1. Cabinet Counsellor’s Office
2. The Cabinet Councillor’s Office on Internal Affairs
3. The Cabinet Councillor’s Office on External Affairs
4. The Cabinet Office for National Security Affairs and
Crisis Management;
5. The Cabinet Public Relations;
6. The Cabinet Information Research Office
c. Kantor Kabinet, yang terdiri dari:
1. Ministers for Special Missions, yang terdiri dari:
a) For Okinawa and Northern Policies;
b) The Function of The Financial Agency;
c) Others
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
49
2. Council on Economic and Fiscal Policies;
3. Council for Science and Technology Policies;
4. Council of Central Disaster Prevention;
5. Council for Gender Equality
d. Komisi Keamanan Publik Nasional (National Public Safety
Commision/Kepolisian)
e. Lembaga Keamanan (defence agency)
f. Perbandingan Struktur Organisasi Pemerintahan Di Beberapa Periode di Indonesia Bentuk dan susunan organisasi pemerintahan di Indonesia selama
periode kepemerintahan mengalami beberapa kali perubahan.
Perubahan organisasi kepemerintahan di Indonesia sejalan dengan
perubahan kondisi sosial politik yang terjadi.
Sejarah memperlihatkan bahwa struktur kabinet sejak masa Kabinet
Presidensiel pertama hingga Kabinet Parlementer menurut UUD
1945 dan UUD 1950 bentuknya sangat sederhana. Pada masa itu
kabinet hanya terdiri dari Kementrian yang dipimpin oleh Menteri
yang mempunyai portofolio dan Menteri Negara yang zonder
portofolio. Jumlah seluruh kementrian tersebut adalah sebanyak 20
kementrian dan masing-masing kementrian dipimpin oleh seorang
menteri. Kementrian Negara yang tidak mempunyai portofolio yang
menangani sesuatu urusan tertentu yang belum tertampung dalam
kementrian disebut dengan Kementrian Negara dan dipimpin oleh
seorang Menteri Negara. Pada masa ini dalam kabinet dibentuk
jabatan Wakil Perdana Menteri dan Jabatan Menteri Muda
diperbantukan di beberapa menteri yang memimpin departemen.
Misalnya Menteri Muda Pertanian yang diperbantukan di Menteri
Pertanian.
Kemudian pada pada masa Demokrasi Terpimpin dibentuk kabinet
dengan nama Kabinet Kerja. Pada masa ini susunan kabinet makin
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
50
bertambah dengan sebutan yang makin berkembang. Susunan
dalam kabinet yang berlaku pada masa ini antara lain:
- Menteri-menteri Kabinet Inti
- Menteri-menteri Ex-Oficio bukan kabinet tapi bisa menghadiri
sidang kabinet yang dipegang oleh semua Kepala Staf Angkatan,
Jaksa Agung, Wakil Ketua DPA dan Ketua Dewan Perancang
Nasional
- Menteri Muda untuk 8 bidang antara lain Bidang Keamanan,
Keuangan dan Bidang Sosial-Kultural.
Perkembangan kabinet selanjutnya memperlihatkan perkembangan
sebagai berikut:
- Terdapat jabatan Menteri Pertama dan Wakil Menteri Pertama
- Perdana Menteri dipegang oleh Presiden Panglima Angkatan
Peran Sukarno
- Terdapat jabatan Menteri Koordinator Kompartemen
- Jabatan Menteri Muda dihilangkan
- Dimasukkannya semua pimpinan Lembaga Tertinggi dan Tinggi
Negara dalam posisi sebagai Menteri.
Kemudian sampai dengan tahun 1966 yakni menjelang kejatuhan
Presiden Sukarno dibentuk susunan kabinet dengan nama Kabinet
Dwikora. Gambaran susunan Kabinet Dwikora ini adalah sebagai
berikut:
- Terdapat sebutan Presidium yang terdiri dari Wakil Perdana
Menteri pertama sampai ketiga;
- Terdapat jabatan Menteri yang diperbantukan pada Presidium
- Jabatan Menteri Koordinator yang memimpin kompartemen
- Dihidupkannya lagi jabatan Menteri Negara khusus bagi Menteri
Negara yang diperbantukan sebagai penasehat Presiden
- Pimpinan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara diberi jabatan
sebagai Menteri Koordinator
- Terdapat jabatan Deputi Menteri yang berjumlah sekitar 28 Deputi
Menteri
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
51
- Mulai diperkenalkannya sebutan Departemen
Selanjutnya pada periode pemerintahan Orde Baru dengan
berlakunya Demokrasi Pancasila bentuk dan susunan kabinet sudah
barang tentu mengalami perubahan baik dalam bentuk maupun
jumlahnya. Pada awal periode ini dikenal dengan sebutan Kabinet
Ampera. Selama periode ini istilah Kementerian sudah mulai diganti
dengan sebutan Departemen. Disamping itu terdapat pula sebutan
Presidium dan Pimpinan Kabinet serta digunakannya lagi istilah
Menteri Negara untuk jabatan Menteri anggota kabinet.
Nama kabinet selanjutnya diubah menjadi Kabinet Pembangunan I,
dimana jabatan Menteri Negara dipergunakan lagi untuk jabatan
menteri yang membantu Presiden pada bidang-bidang tertentu.
Sadangkan pada Kabinet Pembangunan III sebutan dan jabatan
Menteri Muda mulai digunakan kembali. Sampai dengan berakhirnya
masa kepemimpinan Presiden Suharto jabatan Menteri Muda ini tidak
sama dengan jabatan Menteri Muda baik pada masa berlakunya
UUD 1945 pertama maupun masa UUD 1945 di masa demokrasi
terpimpin.
Kemudian perubahan lembaga pemerintahan perubahan terus
berlanjut hingga era dewasa ini. Perubahan dalam susunan
organisasi kepemerintahan selain dipengaruhi oleh situasi politik
pada saat itu, juga dipengaruhi antara lain oleh pola kepemimpinan
serta kebijakan-kebijakan yang ditetapkan.
Perubahan susunan kabinet sangat menyolok terutama sejak periode
Pembangunan VII hingga sekarang. Pada periode tersebut kita
mengenal empat nama kabinet yaitu Kabinet Pembangunan, Kabinet
Reformasi, Kabinet Persatuan Nasional dan Kabinet Gotong Royong.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada masa Kabinet Pembangunan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan sangat relatif
stabil hal ini dapat dilihat dari kurangnya pergantian kepemimpinan
dalam kementrian.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
52
Adapun selama periode Kabinet Reformasi tidak terjadi pergantian
susunan dalam kabinet mengingat masa kerja kabinet ini kurang lebih
satu tahun karena pergantian presiden pada masa itu pun sifatnya
hanya sementara.
Kemudian pada periode Kabinet Persatuan Nasional, semangat
reformasi di berbagai aspek kehidupan mempengaruhi bidang
penataan kelembagaan pemerintah. Karena itu tidak heran pada
masa ini sering terjadi pergantian kementrian. Pada masa Presiden
Abdurrachman Wahid ini terjadi penghapusan beberapa kementrian
yang tidak hanya dari aspek organisasinya saja tapi juga fungsinya.
Selanjutnya pada periode Kabinet Gotong Royong sekarang ini
susunan kementerian relatif stabil dalam arti belum terjadi pergantian
menteri. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan pada masa
Presiden Megawati relatif stabil.
Adapun perbandingan dan perbedaan susunan kabinet tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
53
K A B I N E T
PEMBANGUNAN VII REFORMASI PERSATUAN NASIONAL
GOTONG ROYONG
1. Menteri Dalam Negeri
2. Menteri Luar Negeri
3. Menteri Pertahanan Keamanan/ Panglima ABRI
4. Menteri Kehakiman
5. Menteri Penerangan/ Kepala Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan P4
6. Menteri Keuangan
7. Menteri Perindustrian/ Perdagangan
8. Menteri Pertanian 9. Menteri
Kehutanan & Perkebunan
10. Menteri Pertambahan & Energi
11. Menteri Pekerjaan Umum
12. Menteri Perhubungan
13. Menteri Koperasi & Pengusaha Kecil
15. Menteri Tenaga Kerja
16. Menteri Transmigrasi & Pemukiman Perambah Hutan
17. Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya
18. Menteri Pendidikan & Kebudayaan
19. Menteri Kesehatan
20. Menteri Agama 21. Menteri Sosial
1. Menteri Dalam Negeri
2. Menteri Luar Negeri
3. Menteri Pertahanan Keamanan/ Panglima ABRI
4. Menteri Kehakiman
5. Menteri Penerangan
6. Menteri Keuangan
7. Menteri Perindustrian/ Perdagangan
8. Menteri Pertanian 9. Menteri
Pertambahan & Energi
10. Menteri Kehutanan & Perkebunan
11. Menteri Pekerjaan Umum
12. Menteri Perhubungan
13. Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya
14. Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil & Menengah
15. Menteri Tenaga Kerja
16. Menteri Transmigrasi & Pemukiman Perambah Hutan
17. Menteri Kesehatan
18. Menteri Pendidikan & Kebudayaan
19. Menteri Agama 20. Menteri Sosial 21. Meneg Sekretaris
Negara
1. Menko Bidang Politik & Keamanan
2. Menko Bidang Ekonomi & Keuangan
3. Menko Bidang Kesejahteraan Rakyat & Pengentasan Kemiskinan
4. Menteri Dalam Negeri
5. Menteri Luar Negeri
6. Menteri Pertahanan Keamanan
7. Menteri Hukum & Perundang-undangan
8. Menteri Keuangan
9. Menteri Pertambangan & Energi
10. Menteri Perindustrian & Perdagangan
11. Menteri Pertanian 12. Menteri
Kehutanan & Perkebunan
13. Menteri Perhubungan
14. Menteri Eskplorasi Laut
15. Menteri Tenaga Kerja
16. Menteri Kesehatan
17. Menteri Pendidikan Nasional
18. Menteri Agama 19. Menteri
Pemukiman & Pengembangan Wilayah
20. Meneg Riset & Teknologi
1. Menko Bidang Politik & Keamanan
2. Menko Bidang Ekonomi
3. Menko Bidang Kesejahteraan Rakyat
4. Menteri Dalam Negeri
5. Menteri Luar Negeri
6. Menteri Pertahanan
7. Menteri Kehakiman & HAM
8. Menteri Keuangan 9. Menteri Energi &
SDM 10. Menteri
Perindustrian & Perdagangan
11. Menteri Pertanian 12. Menteri
Kehutanan 13. Menteri
Perhubungan 14. Menteri Kelautan
& Perikanan 15. Menteri Tenaga
Kerja & Transmigrasi
16. Menteri Pemukiman & Prasarana Wilayah
17. Menteri Kesehatan
18. Menteri Pendidikan Nasional
19. Menteri Sosial 20. Menteri Agama 21. Meneg
Kebudayaan & Pariwisata
22. Meneg Riset & Teknologi
23. Meneg Koperasi & UKM
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
54
K A B I N E T PEMBANGUNAN VII REFORMASI PERSATUAN
NASIONAL GOTONG ROYONG
22. Menko Bidang Polkam
23. Menko Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri/ Kepala BAPPENAS
24. Menko Bidang Kesejahteraan Rakyat & Pengentasan Kemiskinan/ Kepala BKKBN
25. Menko Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur
26. Meneg Sekretaris Negara
27. Meneg Riset dan Teknologi/ Ketua BPPT
28. Meneg Perumahan Rakyat & Pemukiman
29. Meneg Pemuda & Olah Raga
30. Meneg Peranan Wanita
31. Meneg Pangan, Holtikultura & Obat-obatan
32. Meneg Investasi / Ketua BKPM
33. Meneg Agraria/ Kepala BPN
34. Meneg Lingkungan Hidup/ Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
35. Meneg Pendayagunaan BUMN
22. Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS
23. Meneg Riset dan Teknologi/ Kepala BPPT
24. Meneg Pendayagunaan BUMN/ Kepala Badan Pengelola BUMN
25. Meneg Pangan, & Holtikultura
26. Meneg Kependudukan/ Kepala BKKBN
27. Meneg Investasi / Ketua BKPM
28. Meneg Agraria/ Kepala BPN
29. Meneg Perumahan & Pemukiman
30. Meneg Lingkungan Hidup/ Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
31. Meneg Peranan Wanita
32. Meneg Pemuda & Olah Raga
33. Menko Bidang Polkam
34. Menko Bidang Ekuin
35. Menko Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur
36. Menko Bidang Kesejahteraan Rakyat & Pengentasan Kemiskinan
21. Meneg Koperasi & Pengusaha Kecil Menengah
22. Meneg Lingkungan Hidup
23. Meneg Otonomi Daerah
24. Meneg Pariwisata & Kesenian
25. Meneg Penanaman Modal & Pembinaan BUMN
26. Meneg Pemuda & Olah Raga
27. Meneg Pekerjaan Umum
28. Meneg Pemberdayaan Perempuan
29. Meneg Urusan Hak Asasi Manusia
30. Meneg Transmigrasi & Kependudukan
31. Meneg Pendayagunaan Aparatur Negara
32. Meneg Masalah-masalah Kemasyarakatan
33. Jaksa Agung 34. Panglima TNI 35. Sekretaris Negara
24. Meneg Lingkungan Hidup
25. Meneg Pemberdayaan Perempuan
26. Meneg Pendayagunaan Aparatur
27. Meneg Percepatan Pembangunan KTI
28. Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS
29. Meneg BUMN 30. Meneg
Komunikasi & Informasi
31. Sekretaris Negara/ Kabinet
32. Jaksa Agung 33. Panglima TNI 34. Kabakin
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
55
Berdasarkan tabel tersebut maka komposisi dan jumlah Menteri dari
keempat Kabinet tersebut dapat digambarkan pada tabel berikut:
NO NAMA KABINET KOMPOSISI MENTERI JUMLAH TOTAL Menko 4 Menteri 20 Menteri Muda -
1. Pembangunan VII
Menteri Negara 10
34
Menko 4 Menteri 20 Menteri Muda -
2. Reformasi
Menteri Negara 12
36
Menko 3 Menteri 16 Menteri Muda -
3. Persatuan Nasional
Menteri Negara 13
32
Menko 3 Menteri 17 Menteri Muda -
4. Gotong Royong
Menteri Negara 10
30
e. Susunan Kementerian Negara dan Lembaga Pemerintah Bukan Kementrian Negara yang Diusulkan Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
penyusunan Kementeri Negara dan Lembaga Pemerintah Bukan
Kementrian Negara yang baru didasarkan pada pertimbangan
sebagai berikut:
1. Permasalahan yang dihadapi bangsa pasa saat ini
2. Landasan hukum sebagai aspek yuridis yang sampai saat ini
masih berlaku
3. Kajian akademis tentang kelembagaan organisasi pemerintah
4. Studi banding organisasi pemerintahan di beberapa negara
5. Studi banding organisasi pemerintahan pada beberapa periode
6. Otonomi daerah dan perampingan birokrasi yang didasarkan
pada Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dimana dalam undang-undang tersebut
bahwa kewenangan yang tetap dilaksanakan oleh Pemerintah
Pusat adalah bidang luar negeri, pertahanan dan keamanan,
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
56
keuangan, bidang hukum, kehakiman dan perundang-undangan
serta bidang agama dan budi pekerti.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut serta sesuai
dengan semangat Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 maka
idealnya pada Pemerintahan Pusat hanya dibutuhkan lima
departemen utama yakni:
1) Departemen Pertahanan dan Keamanan
2) Departemen Luar Negeri
3) Departemen Keuangan
4) Departemen Hukum, Kehakiman dan Perundang-undangan
5) Departemen Agama dan Budi Pekerti.
Adapun dasar pertimbangan kebutuhan terhadap lima departemen
tersebut adalah sebagai berikut:
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
57
Nama Departemen Pertimbangan Yuridis Pertimbangan Rasional
1. Pertahanan & Keamanan Pembukaan UUD 1945 Pasal 8 & 10 UUD 1945 UU No. 22 Tahun 1999
Pasal 7 UU No. 3 Tahun 2002
a. Untuk menjaga keutuhan wilayah NKRI
b. Kewenangan ini tidak dapat dilimpahkan kepada daerah apabila Presiden/ Wakilnya mangkat, berhenti/diberhentikan, tidak dapat melakukan kewajibannya
c. Untuk menjaga integritas bangsa dari ancaman luar
d. Pelayanan yang diberikan bersifat langsung kepada masyarakat
2. Luar Negeri Pembukaan UUD 1945 Pasal 8 dan 13 UUD 1945 UU No. 22 Tahun 1999
Pasal 7
a. Untuk menjaga keutuhan wilayah NKRI
b. Untuk mengamankan kepentingan bangsa dan negara terhadap negara lain
c. Mencegah intervensi negara lain dalam urusan dalam negeri
d. Pelayanan langsung kepada masyarakat
e. Kewenangan yang tidak dilimpahkan kepada Daerah
f. Memegang kewenangan bersama dengan Departemen Dalam Negeri dan Departemen Pertahanan Keamanan apabila apabila Presiden/ Wakilnya mangkat, berhenti/diberhentikan, tidak dapat melakukan kewajibannya
3. Keuangan Pasal 23 UUD 1945 UU No. 22 Tahun 1999
Pasal 7 ayat 1
a. Bersifat strategis untuk mempertahankan NKRI
b. Merupakan kewenangan yang tidak diserahkan kepada daerah
c. Untuk menciptakan keseragaman dalam pelayanan di bidang keuangan
d. Menciptakan mekanisme kontrol manajemen keuangan RI
e. Menciptakan efisiensi
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
58
Nama Departemen Pertimbangan Yuridis Pertimbangan Rasional 4. Hukum, Kehakiman &
Perundang-undangan Pasal 28 UUD 1945 UU No. 22 Tahun 1999
Pasal 7 ayat 1
a. Kewenangan pusat yang tidak diserahkan kepada daerah
b. Untuk menciptakan pola keseragaman dalam pelayanan di bidang hukum
c. Untuk mewujudkan penegakkan hukum
d. Semua warga negara mempunyai hak yang sama atas pelayanan keadilan
e. Kewenangan penuh negara dalam bidang imigrasi dan naturalisasi
f. Pelayanan langsung diberikan kepada masyarakat
5. Agama & Budi Pekerti Pembukaan UUD 1945 Pasal 29 UUD 1945 UU No. 22 Tahun 1999 UU No. 17 Tahun 1999
a. Merupakan bidang yang strategis untuk mempertahankan keuntuhan wilayah NKRI
b. Merupakan kewenangan pusat yang tidak diserahkan kepada Daerah
c. Diperlukan kebijakan nasional umtuk memelihara kerukunan hidup beragama
d. Melindungi masyarakat dari provokasi akibat SARA
e. Pelayanan langsung kepada masyarakat
Di samping itu dibutuhkan pula suatu kementrian negara atau
departemen yang strategis dalam rangka menjawab tantangan
lingkungan strategik bangsa. Kementrian negara atau departemen
tersebut adalah:
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
59
No. Nama Departemen Pertimbangan Yuridis Pertimbangan Rasional 6. Departemen/Kantor Meneg
Dalam Negeri & Otda Pasal dan 18 UUD 1945 UU No. 22 Tahun 1999
a. Merupakan bidang strategis untuk mempertahankan NKRI
b. Merupakan pelaksana tugas kepresidenan apabila apabila Presiden/ Wakilnya mangkat, berhenti/diberhentikan, tidak dapat melakukan kewajibannya
c. Merupakan kewenangan Pusat yang tidak diserahkan kepada daerah
d. Mempererat dan memelihara kesatuan dan persatuan
e. Memiliki peran yang strategis untuk memelihara stabilitas politik dalam negeri
f. Pelayanan langsung kepada masyarakat
7. Departemen/Kantor Meneg Pendidikan, Kebudayaan & Iptek
Pembukaan UUD 1945 Pasal 31 dan 32 UUD
1945 Pasal 11 UU No. 22
Tahun 1999 Pasal 7 ayat (2) UU No.
22 Tahun 1999
a. Merupakan bidang strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
b. Sistem Pendidikan Nasional memerlukan pola yang seragam
c. Semua warga negara berhak atas pendidikan
d. Perumus kebijaksanaan sistem pendidikan dasar dan menengah secara nasional termasuk kurikulum, standar pendidikan dan tenaga pengajar
e. Bagi pengawasan dan perijinan pendidikan tinggi
f. Untuk pengembangan iptek yang strategis bagi pembangunan bangsa dan masyarakat
g. Membutuhkan sumber pembiayaan dan SDM yang tinggi
h. Pelayanan langsung kepada masyarakat
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
60
No. Nama Departemen Pertimbangan Yuridis Pertimbangan Rasional
8. Departemen/Kantor Meneg Kesehatan & Kesejahteraan Sosial
Pembukaan UUD 1945 Pasal 28 & 34 UUD
1945 Pasal 28 UUD 1945 UU No. 11 Tahun 1999
Ps. 7 ayat (2) UU No. 11 Tahun 1999
Ps. 11 ayat (2)
a. Sebagai perumus kebijakan nasional, standarisasi dan koordinasi perijinan, akreditasi, bimbingan dan pengendalian di bidang pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
b. Diperlukan bagi penetapan standar pelayanan medik
c. Merupakan rujukan pelaksanaan pelayanan kesehatan berskala nasional
d. Perumus kebijakan persyaratan ijin praktek tenaga dokter, Bidan dan tenaga pengobatan tradisional
e. Perumus kebijakan persyaratan pendirian rumah sakit, apotik, Rumah obat dan pengobatan tradisional
f. Perumus kebijakan standarisasi dan pengawasan terhadap obat dan makanan
g. Merupakan bidang strategis yang jangkauan pelayananannya bersifat nasional dan internasional
h. Semua warga mempunyai hak yang sama atas perlindungan dan keselamatan baik fisik maupun nonfisik
i. Pelayanan bersifat langsung kepada masyarakat
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
61
No. Nama Departemen Pertimbangan Yuridis Pertimbangan Rasional
9. Departemen/Kantor Meneg
Pertanian dan Kehutanan Pasal 33 UUD 1945 UU No. 22 Tahun 1999 Pasal 7 ayat (2) dan pasal 10 UU No. 22 Tahun 1999 Pasal 11 ayat (2) PP 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom
a. Merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya adalah petani
b. Diperlukan bagi standarisasi bioteknologi dan mutu benih Tanaman Pangan & Holtikultura, Peternakan, Perinakan dan Kehutanan
c. Diperlukan Kebijaksanaan nasional penanggulangan penyakit dan hama
d. Diperlukan bagi penetapan akreditasi karantina tanaman pangan & holtikultura, peternakan, perikanan & kehutanan
e. Hutan merupakan kekayaan alam yang mengandung beberapa komoditi yang merupakan kekuasaan negara dan dipergunakan untuk hajat hidup orang banyak
f. Perlu kebijakan nasional untuk pengaturan, penetapan, pelaksanaan konservasi, ekploitasi kehutanan serta pengamanan hutan
g. Tingginya ketergantungan Pemerintah Kabupaten terhadap Pemerintah Provinsi dan Pusat yang berkaitan dengan program, anggaran dan SDM dalam pelaksanaan kewenangan bidang kehutanan
h. Pelayanan langsung kepada masyarakat
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
62
No. Nama Departemen Pertimbangan Yuridis Pertimbangan Rasional
10. Departemen/Kantor Meneg
Transportasi, Komunikasi & Informasi
Pasal 28 F UUD 1945 UU No. 22 Tahun 1999
Pasal 7 ayat (2) PP 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom
a. Karakteristik geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan
b. Tingginya mobilitas penduduk
c. Diperlukan kebijakan nasional dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi
d. Diperlukan perijinan penggunaan frekuensi skala tertentu
e. Pelaksanaan pengawasan penggunaan frekuensi
f. Pengembangan dan pelaksanaan e-government skala nasional
g. Penyebarluasan kebijakan pemerintah kepada masyarakat
h. Setiap warga negara mempunyai hak untuk memperoleh informasi
i. Pelayanan langsung kepada masyarakat
11. Departemen/Kantor Meneg Bidang Energi & Sumber Daya Mineral
Pembukaan UUD 1945 Pasal 33 UUD 1945 UU No 22 tahun 2001
tentang Minyak & Gas Bumi
a. Merupakan bidang strategis untuk pemanfaatan sumber daya alam dan pemeliharaannya
b. Sumber alam dipergunakan untuk hajat hidup orang banyak sehingga tidak diserahkan kepada daerah
c. Diperlukan kebijakan nasional dalam pelaksanaan pengawasan dan pengaturan eksploitasi sumber energi dan sumber daya mineral
d. Pelayanan langsung kepada masyarakat
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
63
No. Nama Departemen Pertimbangan Yuridis Pertimbangan Rasional
12. Departemen/Kantor Meneg
Bidang Perindustrian, Pariwisata & Perdagangan Internasional
Pasal 31, 32 & 33 UUD 1945 UU No 22/1999 Pasal 7
ayat (2) PP 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom
a. Diperlukan kebijakan nasional dalam bidang industri, investasi & pengembangan pariwisata
b. Diperlukan institusi pengatur pemberian ijin industri strategis, penetapan standar dan akreditasi mutu barang
c. Pariwisata merupakan industri penyumbang devisi negara
d. Pelayanan langsung kepada masyarakat
13. Departemen/Kantor Meneg Bidang Pekerjaan Umum & Lingkungan Hidup
Pasal 28 dan 33 UUD 1945 UU No. 22/1999 Pasal 7
ayat (2), Pasal 11 ayat (2)
a. Diperlukan institusi yang mengatur penyediaan dan pemeliharaan sarana prasarana umum yang bersifat lintas propinsi
b. Diperlukan institusi yang mengatur dan mengendalikan konservasi alam secara nasional
c. Salah satu perhatian dunia internasional untuk menjaga lingkungan hidup dunia
d. Pelayanan langsung kepada masyarakat
15. Departemen/Kantor Meneg Bidang Kelautan & Perikanan
Pasal 33 Tahun 1945 UU No 22/1999 Pasal 7
ayat (2) dan Pasal 10 PP No. 25 tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
a. a. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi sumber daya laut dan perikanan yang sangat besar
b. Diperlukan institusi yang mengatur, menetapkan dan melaksanaan konservasi serta eksploitasi kelautan dan pengamanan wilayah laut
c. Pelayanan bersifat langsung kepada masyarakat
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
64
No. Nama Departemen Pertimbangan Yuridis Pertimbangan Rasional 16. Departemen/Kantor Meneg
Bidang Investasi, Ketenagakerjaan & Penanggulangan Pengangguran
Pasal 27 UUD 1945 UU No 22/1999 Pasal 7
ayat (2) dan Pasal 11 ayat (2)
a. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia sehingga angkatan kerja pun dan tingkat pengangguran yang tinggi
b. Diperlukan institusi yang mengatur dan merumuskan kebijakan tentang tenaga kerja antar negara, penempatan tenaga kerja di luar negeri, perijinan jasa tenaga kerja asing
c. Diperlukan institusi yang merumuskan kebijakan standarisasi pelatihan tenaga kerja
d. Tingginya permasalahan dalam bidang TKI yang dikirim ke luar negeri
e. Pelayanan langsung kepada masyarakat
14. Departemen/Kantor Meneg Bidang Perekonomian Rakyat & Pemberdayaan Masyarakat
Pasal 27, 33 dan 34 UUD 1945
a. Diperlukan institusi untuk kelangsunsungan perekonomian rakyat dan pemberdayaan rakyat
b. Diperlukan institusi pelaksana dan pembina kemandirian rakyat
c. Pelayanan bersifat langsung
17. Departemen/Kantor Meneg Bidang Pengawasan & Pemberdayaan Aparatur Negara
UU No. 22 Tahun 1999 Pasal 7 ayat (2)
a. Diperlukan institusi yang melaksanakan tugas pengendalian dan pengawasan pembangunan secara nasional
b. Diperlkan instituasi pemberdayaan aparatur negara sebagai pelaksana tugas pemerintahan dan pembangunan
c. Sebagai institusi yang mengatur dan menetapkan pola pengawasan yang seragam
d. Melaksanakan pengawasan terhadap lembaga eksekutif dan mengevaluasi kegiatan
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
65
Adapun lembaga pemerintah bukan kementrian negara yang
diperlukan dalam rangka menjawab tantangan lingkungan strategik
bangsa antara lain sebagai berikut:
No. Nama Kelembagaan Pertimbangan Yuridis Pertimbangan Rasional 1. Administrasi Negara UU No. 22 Tahun 1999
Pasal 7 ayat (2) a. Diperlukan institusi yang
merumuskan kebijakan sistem administrasi negara
b. Diperlukan dalam usaha mewujudkan good governance
c. Diperlukan institusi yang independen dalam pengawasan pelaksanaan administrasi negara
d. Merupakan bidang yang tidak diserahkan kepada daerah
2. Kepegawaian Negara UU No. 22 Tahun 1999 Pasal 7 ayat (2)
a. Bidang yang tidak diserahkan kepada daerah
b. Pendukung dalam bidang kajian kepegawaian dan manajemen kepegawaian negara
c. Diperlukan institusi yang mengendalikan manajemen kepegawaian secara nasional
3. Perpustakaan dan Arsip Nasional
UU No. 22 Tahun 1999 Pasal 7 ayat (2)
a. Merupakan unsur penunjang dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan eksistensi negara
b. Bidang yang secara khusus perlu ditangani oleh suatu institusi tersendiri
c. Output tugasnya diperlukan dalam penentuan pengambilan keputusan serta sejarah bangsa
d. Pelaksana administrasi ketatausahaan
4. Perencanaan Nasional UUD 1945 UU No. 22 Tahun 1999
Pasal 7 ayat (2)
a. Diperlukan institusi yang merumuskan kebijakan perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
66
b. Diperlukan untuk menentukan prioritas pembangunan dan pengendalian pembangunan nasional
c. Unsur penunjang dalam bidang perencanaan sebagai pelaksaan prinsip manajemen
5. Statistik UU No. 22 Tahun 1999 Pasal 7 ayat (2)
a. Untuk pengaturan statistik dasar
b. Pelayanan yang berskala nasional dan internasional
c. Sebagai data pendukung yang berskala nasional
d. Pelayanan yang relatif seragam
e. Sebagai penunjang pelaksanaan fungsi planning dan evaluasi
6. Standarisasi Nasional UU No. 22 Tahun 1999 Pasal 7 ayat (2)
Sebagai unsur penunjang dalam rangka mengambangkan standar-standa tertentu yang berskala nasional
7. Tenaga Nuklir UU No. 22 Tahun 1999 a. Merupakan bidang yang memerlukan penanganan khusus
b. Diperlukan penanganan khusus dalam pencegahan radiasi
c. Merupakan salah satu sumber energi bumi yang perlu dikembangkan
d. Merupakan institusi dalam bidang pengembangan dan pengawasan nuklir
e. Dampak kegiatan bidang ini sangat beresiko tinggi sehingga perlu pengelolaan tersendiri
8. Intelejen dan Sandi Negara UUD 1945 a. Institusi Pemerintah yang bertugas dalam mempertahankan dan memelihara identitas serta integritas bangsa dan negara
b. Diperlukan sebagai pendukungan bidang pertahanan dan keamanan
c. Diperlukan teknologi canggih dan SDM yang
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
67
berkualifikasi tinggi d. Kebutuhan strategis
internasional di bidang intelejen negara
e. Operasi pelayanan berskala nasional dan internasional
f. Mengamankan kepentingan bangsa dan negara melalui bahasan sandi
9. Penerbangan Antariksa Nasional
UU No. 22 Tahun 1999 a. Merupakan institusi yang memerlukan penanganan tersendiri
b. Merupakan aset dominan dalam sistem pengembangan penerbangan dan antariksa nasional
c. Institusi dalam pengembangan iptek bidang penerbangan dan antariksa
d. Dampaknya beresiko tinggi sehingga perlu penangananan khusus
10. Meteorologi dan Geofisika UU No. 22 Tahun 1999 a. Bidang yang perlu penangangan khusus
b. Pelaksana pemerintah dalam bidang meteorologi dan geofisika
c. Mempunyai dampak yang beresiko tinggi sehingga perlu penanganan khusus.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Makalah
68