15
BEST PRACTICE PELAKSANAAN PERTUKARAN GURU PAI OLEH KEMENTERIAN AGAMA RI TAHUN 2011 PADA SMA NEGERI 8 KENDARI DRS. ASIF HASAN, M.Pd KEPALA SEKOLAH SMA NEGERI 8 KENDARI KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Best Practice Guru Pertukaran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

reading

Citation preview

Page 1: Best Practice Guru Pertukaran

BEST PRACTICEPELAKSANAAN PERTUKARAN GURU PAI

OLEH KEMENTERIAN AGAMA RI TAHUN 2011PADA SMA NEGERI 8 KENDARI

DRS. ASIF HASAN, M.Pd

KEPALA SEKOLAH

SMA NEGERI 8 KENDARI

KOTA KENDARI

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

TAHUN 2011

Page 2: Best Practice Guru Pertukaran

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Secara formal pendidikan diartikan sebagai segala sesuatu

yang mengalami proses perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini

berarti siswa melakukan aktifitas untuk memperoleh

pengetahuannya dengan bimbingan guru yang akan mengubah

cakrawala pandangnya. Proses memperoleh pengetahuan itu

direalisasikan dalam bentuk proses belajar dan mengajar.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 dalam ketentuan umum

pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Sementara pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan

yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh

hamba Allah meliputi kebutuhan untuk dunia dan akhirat. Sedangkan

tujuannya adalah untuk merealisasikan cita-cita ajaran Islam yang

membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba

Allah lahir dan batin, dunia dan akhirat.

Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Islam yang

mempunyai sasaran terhadap peserta didik untuk menjadi manusia

berkualitas, bermutu, sekaligus ber-akhlâqul karîmah, membutuhkan

keahlian tenaga pendidik yang profesional dan kreatif untuk

mendukung peserta didik mampu dalam menyikapi era globalisasi

dengan segala perubahannya.

Pada kenyataannya, tujuan mulia tersebut tidak diimbangi pada

tataran kebijakan pemerintah yang mendukung tujuan tersebut. Hal

ini tercermin dalam realitas metode dan strategi pembelajaran di

Page 3: Best Practice Guru Pertukaran

sekolah-sekolah, misalnya kebanyakan para guru di daerah dalam

menyampaikan pelajaran hanya menggunakan metode-metode yang

konservatif, yang hanya membuka jurang pemisah antara pendidik

dengan peserta didik. Metode pembelajaran yang hanya

mengaktifkan guru semata, seolah-olah guru sebagai sumber ilmu

yang “maha tahu”, sementara peserta didik menyimak dan mencatat

baik-baik, merupakan model pembelajaran yang belum bisa

dihilangkan.

Proses belajar mengajar yang selanjutnya disebut

pembelajaran, merupakan realisasi dari konsep-konsep dalam

pendidikan. Sehubungan dengan pembelajaran, hal yang paling

penting adalah belajar yang dalam hal ini subyek utamanya adalah

peserta didik. Belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan,

baik yang alami maupun manusiawi. Proses ini adalah suatu proses

yang aktif. Beberapa faktor, seperti pengalaman, pengetahuan yang

dimiliki, kemampuan kognitif, dan lingkungan berpengaruh terhadap

hasil belajar. Proses pembelajaran juga berarti mengajar yang

diperankan oleh guru. Mengajar adalah membantu seseorang untuk

membentuk pengetahuannya sendiri. Jadi, mengajar bukanlah

mentransfer pengetahuan dari orang yang sudah tahu (guru) kepada

yang belum tahu (murid), melainkan membantu murid agar dapat

mengkonstruksi sendiri pengetahuannya lewat kekuatannya terhadap

fenomena dan objek yang ingin diketahui. Dalam hal ini guru

bertindak sebagai fasilitator. Makna belajar adalah adanya perubahan

tingkah laku atau penampilan dengan melalui serangkaian kegiatan

misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan

sebagainya. Belajar akan lebih baik hasilnya apabila subjek belajar itu

mengalami atau melakukannya.

Dalam PP RI NO. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan dalam Bab IV pasal 19 dirumuskan bahwa standar proses

pembelajaran pada satuan pendidikan harus diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta

didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

Page 4: Best Practice Guru Pertukaran

bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Standar proses pembelajaran tersebut telah dianggap

proporsional untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi utuh,

yang dalam konsep agama Islam manusia yang mampu menjalin

hubungan baik dengan dirinya pribadi, dengan Tuhannya sebagai

pencipta dan pemiliknya (hablu min Allah), dengan manusia

sekitarnya (hablu min an-nas) serta hubungan manusia dengan alam

lingkungannya dengan segenap potensi yang dimilikinya.

Pembelajaran PAI yang selama ini berlangsung agaknya kurang

terkait atau kurang concern terhadap persoalan bagaimana

mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi

‘makna’ dan ‘nilai’ yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta

didik, untuk selanjutnya menjadi sumber motivasi bagi peserta didik

untuk bergerak , berbuat dan berperilaku secara kongkret-agamis

dalam kehidupan praktis sehari-hari.(Muhaimin, 2005: 168)

Pembelajaran PAI tidak mungkin akan berhasil dengan baik

sesuai dengan missinya bila hanya berkutat pada transfer atau

pemberian ilmu pengetahuan agama sebanyak-banyaknya kepada

peserta didik, atau lebih menekankan aspek kognitif. Pembelajaran

PAI justru harus dikembangkan ke arah proses internalisasi nilai

(afektif) yang dibarengi dengan aspek kognisi sehingga timbul

dorongan yang sangat kuat untuk mengamalkan dan menaati ajaran

dan nilai-nilai dasar agama yang telah terinternalisasikan dalam diri

anak didik (psikomotorik).

Menyikapi hal di atas, maka diperlukan suatu perumusan dan

penggunaan strategi pembelajaran yang terarah, efektif dan efisien

dalam pembelajaran agar proses pembelajaran akan benar-benar

menghasilkan peserta didik yang berkepribadian, memiliki

keterampilan dalam menjalani kehidupannya dengan baik. Artinya

dalam konteks Pendidikan Islam diperlukan sebuah strategi yang

tepat agar seorang guru sukses dalam proses pembelajaran, yang

pada akhirnya dapat mengubah perilaku peserta didik dari kurang

Page 5: Best Practice Guru Pertukaran

baik menjadi lebih baik sebagaimana tujuan yang telah

direncanakan.

Pendidikan Akhlak yang merupakan jiwa dari pendidikan Islam

harus benar-benar ditanamkan dalam diri peserta didik agar dapat

menumbuhkan sikap penghambaan (ubûdiyyah) kepada Allah

dengan sempurna dan dengan cara yang paling baik.

Pendidikan Akhlak hakekatnya merupakan tanggung jawab

semua pendidik dan kependidikan sebagai upaya untuk

memanusiakan manusia. Hal ini dapat terwujud jika seluruh pendidik

dan tenaga kependidikan di sekolah mempunyai perhatian ke arah

itu. Pada kenyataannya sekolah justru merupakan sumber frustrasi

bagi sebagian peserta didik. Hal ini disebabkan suasana sekolah yang

tidak kondusif sebagai lingkungan pendidikan, persepsi yang negatif

terhadap perilaku pendidik, beban tugas yang terlalu banyak

sehingga waktu untuk santai menjadi hilang, dan peraturan sekolah

yang relatif kaku. Bila hal itu terjadi, maka akan lahir benih-benih

kenakalan dari peserta didik seperti membolos, tidak melakukan

tugas-tugas sekolah ataupun perilaku negatif yang lainnya yang

semuanya perlu perhatian yang serius.

Maka merupakan hal yang sangat baik program dan kegiatan

yang telah dilakukan oleh Kementerian Agama RI dengan

menyelenggarakan Program Pertukaran Guru PAI Nasional di tahun

2011 ini. Setidaknya dapat menjawab berbagai permasalahan yang

telah penulis kemukakan di atas.

2. Permasalahan

Guru PAI merupakan ujung tombak dari semua kegiatan,

kehidupan, dan tradisi yang berkaitan dengan penilaian masyarakat

tentang baik dan buruk sebuah lembaga pendidikan. Oleh karena itu

jika terjadi sesuatu, misalnya kenakalan yang dilakukan oleh peserta

didiknya, selalu guru PAI yang dituduh untuk bertanggungjawab

terhadap kasus kenakalan yang menimpa peserta didiknya, bukan

guru lain, misalnya Matematika atau Fisika.

Page 6: Best Practice Guru Pertukaran

Hal inilah yang paling mendasari mengapa guru PAI disamping

trampil dalam mengemas pembelajaran di kelas, hebat dalam

mengomunikasikan pembelajaran, guru PAI juga harus dapat menjadi

teladan bagi peserta didiknya, terlebih guru PAI yang mampu

menjadikan pembelajaran di sekolah menyentuh hati sanubari para

peserta didiknya hingga terbawa dimana saja mereka berada,

termasuk di lingkungan rumah dan masyarakat. Dengan demikian

apa yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh peserta didik ketika

pembelajaran PAI di sekolah akan benar-benar terealissasi dalam

seluruh segi kehidupan mereka sehari-hari.

Page 7: Best Practice Guru Pertukaran

BAB III

PEMBAHASAN

Apa yang menjadi idealisme guru PAI yang telah penulis

kemukakan di atas, tampak pada keseharian Bpk. Sulkan, M. SI., guru

pertukaran berasal dari SMA Negeri di kabupaten Pati, Jawa Tengah

yang sekarang oleh Kementerian Agama RI di tempatkan di SMA

Negeri 8 Kendari, Sulawesi Tenggara selama lebih kurang dua bulan.

Dia telah menancapkan tonggak di SMA Negeri 8 Kendari ini

dengan hasil kreatifitas sendiri menciptakan sebuah model

pembelajaran yang dia sebut dengan model pembelajaran sulhani.

Model pembelajaran yang menekankan pada pembentukan akhlak

mulia ini penulis nilai mampu mendongkrak kebekuan model-model

pembelajaran lain yang selalu hanya menekankan pada segi kogitif

dan keilmuan saja. Langkah-langkah yang dilakukan dalam model ini

benar-benar beda dengan lainnya. Mulai dari awal hingga akhir

pembelajaran peserta didik diajak untuk berfikir, merenung,

menghayati, dan merasakan betapa kehidupan ini sia-sia jika tidak

beribadah, mengabdi dan mendekatkan diri kepada Allah. Betapa

kehidupan ini sia-sia, jika hanya digunakan untuk foya-foya,

melakukan hal-hal yang dilarang agama. Disamping itu para peserta

didik dilatih untuk jujur dan menilai dirinya sendiri serta mengukur

sampai dimana ukuran ibadah, amal baik dan bahkan amal buruk

mereka lakukan. Model ini mewajibkan peserta didik membuat

resume perbuatan baik dan buruk serta shalat lima waktu yang

dilakukan oleh peserta didik, sehingga bukan hanya di sekolah, tetapi

di rumah dan di masyarakat sekalipun mereka bisa dipantau lewat

buku amal perbuatan yang harus dikumpulkan satu minggu sekali

pada saat pembelajaran PAI. Sejauh yang penulis ketahui, para

peserta didik kebanyakan jujur dan mengisi apa adanya. Buktinya

ketika penulis meminta catatan perbuatan satu dua peserta didik,

disini tertera perbuatan-perbuatan buruk yang dicatat oleh beberapa

peserta didik diantaranya, minum-minuman keras, merokok, judi,

mencuri uang ibu, menyakiti orang tua, semuanya tertulis di buku

Page 8: Best Practice Guru Pertukaran

catatan amal perbuatan. Harapan penulis, untuk peserta didik yang

tingkat kenakalannya sudah melmpaui batas, guru PAI bisa

memanggil secara pribadi, diminta bimbingannya dengan penuh

kasih sayang. Memang guru PAI harus bisa menjadi pengajar dan

pendidik yang baik, orang tua yang selalu memberikan perhatian

kepada mereka, bahkan bisa menjadi teman yang baik sebagai

curahan hati.

Selanjutnya peran dia sebagai guru pertukaran bukan hanya

melaksanakan pembelajaran di kelas saja, tetapi juga membimbing

ekstra kurikuler, diantaranya:

1. Shalat Dhuhur berjamaah yang merupakan kegiatan rutin sehari-

hari dan bersifat wajib bagi seluruh peserta didik, guru dan

karyawan di SMA Negeri 8 Kendari. Dia sering dibaiat untuk

menjadi imam shalat.

2. Kegiatan baca tulis al Quran yang dilaksanakan di semua tempat

yang memungkinkan untuk membaca dan menulis al Qur-an.

Tempat dan waktu nya diantaranya, di Mushalla setelah

pelaksanaan shalat Dhuhur berjamaah selama lebih kurang 15

menit dengancara digilir mulai dari kelas X dihari pertama, dan

selanjutnya giliran kelas XI dan XII. Kegiatan ini juga dilaksanakan

di kelas, yaitu setelah bel pulang berbunyi bekerjasama dengan

guru PAI yang lain,

3. Shalat Jumat berjamaah. Dilaksanakanmpada hari Jumat pada

waktu Dhuhur. Pada pelaksanaannya sering dia menjadi imam

shalat dan juga membaca khutbah.

4. Yasinan. Di setiap hari Jumat pagi dimulai pukul 06.40 WITA

dilaksanakan membaca bersama surah yasin bersama-sama oleh

para peserta didik, guru dan karyawan. Pak Sulkan selam ini sering

memimpin yasinan dan membacakan doa setelah yasinan.

5. Apel bersama. Apel bersama dilaksanakan setiap hari selain Senin

dan Jumat sekitar pukul 06.45 WITA. Apel ini diisi ceramah dan

nasehat-nasehat yang berkaitan dengan pembelajaran dan tata

tertib sekolah. Apel juga sering digunakan oleh Pak Sulkan untuk

Page 9: Best Practice Guru Pertukaran

memberikan pencerahan rohani bagi para peserta didik, sehingga

sebelum masuk mengikuti pembelajaran di kelas hingga siang hari

mereka sudah diberikan bekal rohani.

Disamping hal-hal di atas Bapak Sulkan beberapa kali setiap

upacara hari senin juga berdiri sebagai pembina upacara. Semua

kegiatan lain yang dilaksanakan oleh sekolah yang penulis pantau

hampir semuanya diikuti termasuk ketika tempo hari selama satu

minggu beberapa siswa SMAN 8 Kendari dilanda ‘kesurupan massal’,

Pak Sulkan juga berpartisipasi dalam upaya ikut menyadarkan

mereka.

Disamping itu yang paling mengesankan bagi penulis, guru

pertukaran kali ini orangnya benar-benar familier, mudah bergaul,

dan mudah menyesuaikan diri. Terbukti baru satu dua hari berada di

sekolah ini, dia langsung akrab dengan siapapun seperti sudah kenal

lama. Kehadirannya sungguh benar-benar dinantikan, karena kelakar,

humor dan dia sangat menyenangkan, menyegarkan, dan membuat

suasana benar-benar ‘enjoy’ saat berada dekat dengannya. Hal inilah

mungkin yang membuat para guru sangat dekat dengan dia

meskipun hanya beberapa waktu saja bertemu. Bahkan ada

beberapa guru yang mempunyai inisiatif mengajak makan bersama

di ‘karamba’, sebuah tempat untuk menggelar acara-acara santai di

atas air laut di pantai Nambo Kendari. Mungkin ini sebagai wujud

apresiasi dari mereka yang merasa senang dengan kehadirannya.

Ada juga pada saat liburan hari Minggu diajak wisata mandi air laut di

pantai Pulau Lara, sebuah pulau kecil yang tak berpenghuni tetapi

keindahan alamnya patut diperhitungkan sebagai obyek wisata, dan

yang paling penting adalah air di pantai Pulau Lara ini benar-benar

jernih, tidak terkontaminasi kotoran sedikitpun, sehingga benar-benar

menyegarkan bagi mereka yang ingin mandi dan berenang. Seharian

bersama teman-teman guru di pantai Lara menghabiskan waktu

bersama guru pertukaran dari Jawa Tengah ini, yang konon lihai

dalam bermain gitar.

Page 10: Best Practice Guru Pertukaran

Ada yang patut dicontoh dari peserta guru pertukaran ini oleh

para guru dan peserta didik di SMA N 8 Kendari ini, yaitu penampilan

sehari-hari, sikap tingkah laku, dan cara berpakaian. Penampilan dia

sehari-hari santai, sederhana, rileks tapi pasti. Sikap tingkah laku

menunjukkan dia sosok yang arif dan bijaksana. Dan Cara berpakaian

dia selalu rapi, baju masuk teratur, lengkap dengan atribut lazimnya

pegawai negeri sipil.

Secara singkat, penulis secara pribadi menyampaikan apresiasi

yang tinggi kepada Bapak Sulkan yang telah memberikan yang

terbaik bagi SMA Negeri 8 Kendari, mudah-mudahan bisa menjadi

pelajaran yang baik dan berharga bagi penulis pribadi dan guru,

karyawan dan peserta didik pada umumnya. Sehingga tidak

berlebihan jika penulis selaku kepala sekolah menilai, bahwa tidak

ditemukan hal-hal negatif selama peserta guru pertukaran ini

bertugas di SMA Negeri 8 Kendari.

Page 11: Best Practice Guru Pertukaran

BAB III

KESIMPULAN, KRITIK, DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka secara lugas dan cermat

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Dapat menciptakan model pembelajaran PAI yang menekankan

pada pembentukan akhlak mulia.

b. Secara tidak langsung pembinaan imtaq melalui pertukaran guru

ini menjadi lebih baik.

c. Pada konteks yang lebih luas, hasil pembelajaran PAI dan

pembinaan imtaq dengan adanya pertukaran guru ini

terbangunnya sifat kebersamaan seluruh warga sekolah (guru,

tenaga kependidikan, siswa, dan sebagainya).

2. Kritik

Kritik penulis sampaikan kepada pelaksana program pertukaran

guru, bahwa pelaksanaan program ini terlalu singkat, sehingga

terkesan hanya untuk percobaan saja. Jika guru pertukaran memang

benar-benar bisa mengefektifkan waktu, maka mungkin waktu

selama kurang lebih dua bulan bisa dianggap cukup. Tatapi

kebanyakan waktu dua bulan hanya cukup untuk penyesuaian dan

orientasi.

3. Saran

a. Diharapkan pada priode berikutnya diperpanjang selama satu

semester agar memungkinkan bagi guru pertukaran dapat

mengembangkan potensi dirinya semaksimal mungkin.

b. Sebaiknya program pertukaran guru ini dilaksanakan secara

berkesinambungan, sehingga bagi sekolah yang didatangi

minimal dapat mengambil hikmah dan pengalaman positif dari

pertukaran guru tersebut.