204
 ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA SATUAN (UNI T COST ) DENGAN MODEL  A C TI V I TY B A SE D COS TI NG (ABC) UNTUK MENENTUKAN STANDAR BIAYA DI SMK NEGERI 3 KOTA TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbi yah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Santi Setyaningrum  NIM 1110018200026 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

biaya pendidikan berdasarkan analisis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

manajemen pendidikan sekolah

Citation preview

  • ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA SATUAN (UNIT

    COST) DENGAN MODEL ACTIVITY BASED COSTING

    (ABC) UNTUK MENENTUKAN STANDAR BIAYA DI

    SMK NEGERI 3 KOTA TANGERANG SELATAN

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

    Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh

    Santi Setyaningrum

    NIM 1110018200026

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2014

  • LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

    Skripsi berjudul Analisis Perhitungan Biaya Satuan (Unit Cost) dengan Model

    Activity Based Costing (ABC) untuk Menentukan Standar Biaya di SMK

    Negeri 3 Kota Tangerang Selatan disusun oleh Santi Setyaningrum, NIM.

    1110018200026, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui

    bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan

    pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

    Jakarta, 23 Juli 2014

    Yang Mengesahkan,

    Pembimbing I Pembimbing II

    Yusar Sagara, SE., Ak., M.Si., CA Dr. Zahrudin, Lc., M.Pd

    NIDN. 2009058601 NIP. 19730302 200501 1 002

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi berjudul Analisis Perhitungan Biaya Satuan (Unit Cost) dengan Model

    Activity Based Costing (ABC) untuk Menentukan Standar Biaya di SMK

    Negeri 3 Kota Tangerang Selatan disusun oleh SANTI SETYANINGRUM

    Nomor Induk Mahasiswa 1110018200026, diajukan kepada Fakultas Ilmu

    Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan

    lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 10 September 2014 di hadapan dewan

    penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd) dalam

    bidang Manajemen Pendidikan.

    Jakarta, September 2014

    Panitia Ujian Munaqasah

    Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

    Dr. Hasyim Asyari, M.Pd . ... NIP. 19661009 199303 1 004

    Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

    Dr. Zahrudin, Lc., M.Pd . NIP. 19730302 200501 1 002

    Penguji I

    Drs. Masyhuri AM., M.Pd . .... NIP. 19500518 198703 1 002

    Penguji II

    Tri Harjawati, M.Si . NIDN. 2014118001

    Mengetahui,

    Dekan,

    Dra. Nurlena Rifai, MA, Ph.D NIP. 19591020 198603 2 001

  • SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Santi Setyaningrum

    NIM : 1110018200026

    Jurusan : Manajemen Pendidikan

    Alamat : Jalan Reni Jaya Barat Blok H 10 No.4, Bojongsari Depok

    MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

    Bahwa skripsi yang berjudul Analisis Perhitungan Biaya Satuan (Unit Cost)

    dengan Model Activity Based Costing (ABC) Untuk Menentukan Standar

    Biaya di SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan adalah benar hasil karya

    sendiri di bawah bimbingan dosen:

    Nama Pembimbing I : Yusar Sagara, SE., Ak., M.Si., CA.

    NIDN : 2009058601

    Jurusan/Program Studi : Manajemen Pendidikan

    Nama Pembimbing II : Dr. Zahrudin, Lc., M.Pd.

    NIP : 19730302 200501 1 002

    Jurusan/Program Studi : Manajemen Pendidikan

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

    menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya

    sendiri.

    Jakarta, 23 Juli 2014

    Yang Menyatakan

    Santi Setyaningrum

  • i

    ABSTRAK

    Santi Setyaningrum, NIM : (1110018200026), Analisis Perhitungan Biaya

    Satuan (Unit Cost) dengan Model Activity Based Costing (ABC) untuk

    Menentukan Standar Biaya di SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan,

    Skripsi Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan satu variabel. Tujuan

    dari penelitian ini adalah untuk merancang model pengalokasian biaya berbasis

    aktivitas (Activity Based Costing) dan mengetahui besarnya biaya satuan (unit

    cost) layanan pendidikan per siswa per program keahlian. Penelitian ini dilakukan

    di SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan pada bulan Januari sampai dengan

    Maret 2014 dan menggunakan metode analisis deskriptif. Pengumpulan data

    dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi.

    Perhitungan dengan menggunakan model Activity Based Costing (ABC)

    diperoleh hasil: 1) Program keahlian Animasi sebesar Rp. 10.018.166 per tahun

    per siswa atau Rp. 834.847 per bulan per siswa, 2) Program keahlian Teknik

    Sepeda Motor sebesar Rp. 8.923.452 per tahun per siswa atau Rp. 743.621 per

    bulan per siswa dan Program keahlian Administrasi Perkantoran sebesar Rp.

    8.250.239 per tahun per siswa atau Rp. 687.520 per bulan per siswa.

    Dari total biaya pendidikan per bulan per siswa, proporsi terbesar yakni

    pemerintah karena sekolah ini merupakan sekolah yang berstatus Negeri. Adapun

    proporsi dari masing-masing program keahlian yaitu: 1) Animasi, Pemerintah

    Pusat sebesar 15%, Pemerintah Daerah 61% dan Komite sebesar 24%, 2) Teknik

    Sepeda Motor, Pemerintah Pusat sebesar 14%, Pemerintah Daerah 59% dan

    Komite sebesar 23% dan 3) Administrasi Perkantoran, Pemerintah Pusat sebesar

    13%, Pemerintah Daerah 58% dan Komite sebesar 29%.

    Kata kunci : biaya satuan, biaya pendidikan, activity based costing

  • i

    ABSTRACT

    Santi Setyaningrum, NIM: (1110018200026), Analysis of Unit Cost Calculation

    (Unit Cost) with Model Activity Based Costing (ABC) Standards for

    Determining Costs in SMK Negeri 3 South Tangerang City, Thesis Program

    Tier One (S-1) Faculty of Tarbiyah and Teaching Syarif Hidayatullah State

    Islamic University in Jakarta in 2014.

    This research is a qualitative study with one variable. The purpose of this

    study is to design a model of activity-based cost allocation (Activity Based

    Costing) and know the cost of the unit (unit cost) educational services per student

    per program expertise. This research was conducted at SMK Negeri 3 South

    Tangerang City in January to March 2014 and using descriptive analysis. Data

    were collected by means of interviews, observation and documentation.

    Calculations using the model of Activity Based Costing (ABC) obtained

    results: 1) Program Animation expertise of Rp. 10,018,166 per year per student

    or Rp. 834 847 per month per student, 2) Program Motorcycle Technical

    expertise is Rp. 8,923,452 per year per student or Rp. 743 621 per month per

    student and the Program Office Administration expertise of Rp. 8,250,239 per

    year per student or Rp. 687 520 per month per student.

    The total cost of education per student per month, the largest proportion of

    the government because this school is a State school status. The proportion of

    each skill program are: 1) Animation, the central government by 15%, Local

    Government 61% and Committee by 24%, 2) Motorcycle Engineering, Central

    Government by 14%, Local Government 59% and Committee by 23 % and 3)

    Administration Offices, Central Government 13%, Local Government 58% and

    Committee by 29%.

    Keywords: unit costs, cost of education, activity based costing

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahiim

    Assalamualaikum wr.wb

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan ridho-Nya, penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Analisis Perhitungan Biaya Satuan

    (Unit Cost) dengan Model Activity Based Costing (ABC) untuk Menentukan

    Standar Biaya di SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan. Dengan segala

    kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan

    penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Ibu Dra. Nurlena Rifai, MA., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan beserta staf.

    2. Bapak Dr. Hasyim Asyari, M.Pd., Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan.

    3. Bapak Yusar Sagara, SE., Ak., M.Si., CA. dan Bapak Dr. Zahrudin, Lc.,

    M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang telah sabar meluangkan waktunya

    untuk membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis

    selama studi.

    5. Bapak H. Abu Bakar, S.Pd, MM., selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 3

    Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini,

    6. Pimpinan dan Staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

    perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

    memberikan pelayanan dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada

    penulis untuk meminjam buku-buku yang diperlukan dalam rangka

    menyelesaikan skripsi ini.

  • iii

    7. Papa dan Mama tercinta yang telah merawat dan mendidik dengan penuh

    kasih sayang, memberikan motivasi kepada penulis dalam menjalani

    hidup dan segala pengorbanan yang tidak dapat dinilai harganya.

    8. Kepada seluruh keluarga, kakak dan adik yang selalu memberikan

    semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

    9. Angga Setyawan yang selalu memberikan motivasi, semangat dan selalu

    menemani.

    10. Sahabat-sahabatku tercinta yang selalu menemani dan selalu menghibur

    dalam kepenatan, Nurul Hidayati, Novita Sari Akbariyah, Indriani dan

    Nurhilda.

    11. Kepada teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan kelas A Tahun

    2010.

    12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut

    membantu atas terselesaikannya skripsi ini.

    Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan

    Skripsi ini, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran bagi para pembaca

    dengan senang hati dan hati lapang.

    Wassalamu alaikum wr.wb

    Jakarta, Juli 2014

    Penulis

  • iv

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ...................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

    DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xi

    DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ................................................................. 6

    C. Pembatasan Masalah ................................................................ 6

    D. Perumusan Masalah .................................................................. 7

    E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7

    F. Kegunaan Penelitian ................................................................. 7

    BAB II KAJIAN TEORITIK

    A. Konsep Biaya Pendidikan......................................................... 9

    1. Biaya Pendidikan ................................................................ 9

    2. Biaya Satuan (Unit Cost) Pendidikan ................................. 12

    3. Klasifikasi Biaya Pendidikan .............................................. 15

    4. Sumber Biaya Pendidikan ................................................... 22

    5. Analisis Biaya Pendidikan .................................................. 25

    B. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ....................................... 32

    C. Hasil Kajian yang Relevan ....................................................... 34

    D. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu .................................. 36

    E. Kerangka Berpikir .................................................................... 37

  • v

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 39

    B. Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................... 39

    C. Sumber Data dan Data Penelitian ............................................. 39

    D. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 40

    E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 41

    F. Teknik Analisis Data ................................................................ 42

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................... 46

    1. Sejarah Singkat SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan .... 46

    2. Struktur Organisasi SMK Negeri 3 Kota Tangerang

    Selatan .................................................................................. 48

    B. Kebijakan Manajemen Keuangan ............................................. 49

    1. Perencanaan dan Penganggaran ........................................... 49

    2. Pelaksanaan dan Pengelolaan .............................................. 53

    3. Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran ...................... 55

    4. Sistem Akuntansi dan Pelaporan ......................................... 56

    5. Pengawasan Keuangan ........................................................ 59

    C. Perancangan Model ABC ......................................................... 59

    1. Review Data Keuangan dan Identifikasi Proses Bisnis ....... 59

    2. Identifikasi Cost Object, Direct Labor Cost, Direct Material

    Cost dan Overhead Cost ...................................................... 67

    3. Identifikasi Expense Category, Cost Driver dan Cost

    Component ........................................................................... 68

    4. Pembentukan Model ABC ................................................... 69

    D. Aplikasi Model ABC ................................................................ 70

    1. Proses Bisnis SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ........ 70

    2. Transformasi Mata Anggaran Belanja dari Laporan Keuangan

    ke dalam Aktivitas ............................................................... 75

    3. Alokasi Activity Overhead Cost sesuai Model ABC ........... 77

  • vi

    4. Perhitungan Direct Labor Cost, Direct Material Cost, dan

    Overhead Cost ..................................................................... 77

    a. Perhitungan Direct Labor Cost ....................................... 77

    b. Perhitungan Direct Material Cost .................................. 78

    c. Perhitungan Overhead Cost ............................................ 79

    5. Cost Per Siswa Program Keahlian di SMK Negeri 3 Kota

    Tangerang Selatan ............................................................... 83

    a. Program Keahlian Animasi ............................................ 83

    b. Program Keahlian Teknik Sepeda Motor ....................... 85

    c. Program Keahlian Administrasi Perkantoran ................. 87

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ............................................................................... 90

    B. Saran ......................................................................................... 90

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu .................................................. 34

    Tabel 3.1 Deskripsi Aktivitas ............................................................. 44

    Tabel 4.1 Rincian Sarana dan Prasarana SMK Negeri 3 Kota

    Tangerang Selatan ............................................................... 47

    Tabel 4.2 Periode Pelaporan Keuangan .............................................. 58

    Tabel 4.3 Anggaran SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan............. 62

    Tabel 4.4 Aktivitas Operasional/Rutin ............................................... 63

    Tabel 4.5 Aktivitas Pengembangan .................................................... 66

    Tabel 4.6 Penetapan Cost Object, Direct Labor Cost, Direct

    Material Cost dan Overhead Cost ...................................... 67

    Tabel 4.7 Penetapan Expense Category, Cost Driver dan Cost

    Component .......................................................................... 68

    Tabel 4.8 Jumlah Siswa SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ...... 71

    Tabel 4.9 Rincian Rombongan Belajar (rombel) ................................ 71

    Tabel 4.10 Rekapitulasi Jumlah Siswa ................................................. 72

    Tabel 4.11 Jumlah Guru ........................................................................ 72

    Tabel 4.12 Rekapitulasi Jumlah Guru Setiap Program Keahlian.......... 74

    Tabel 4.13 Jumlah Tenaga Kependidikan ............................................. 74

    Tabel 4.14 Matriks Expense-Activity Dependent .................................. 76

    Tabel 4.15 Direct Labor Cost ............................................................... 78

    Tabel 4.16 Direct Material Cost ........................................................... 78

    Tabel 4.17 Rekap Overhead Cost ......................................................... 79

    Tabel 4.18 Proporsi Jumlah Siswa SMK Negeri 3 Kota

    Tangerang Selatan .............................................................. 81

    Tabel 4.19 Proporsi Jumlah Siswa Kelas X Tahun Ajaran

    2013/2014 .......................................................................... 81

    Tabel 4.20 Proporsi Jumlah Siswa Kelas XI Tahun Ajaran

    2013/2014 .......................................................................... 81

  • viii

    Tabel 4.21 Proporsi Jumlah Siswa Kelas XII Tahun Ajaran

    2012/2013 .......................................................................... 81

    Tabel 4.22 Total Cost Driver ................................................................ 82

    Tabel 4.23 Perhitungan Cost/Unit Program Keahlian Animasi ............ 83

    Tabel 4.24 Perhitungan Cost/Unit Program Keahlian Teknik

    Sepeda Motor ...................................................................... 85

    Tabel 4.25 Perhitungan Cost/Unit Program Keahlian Administrasi

    Perkantoran ......................................................................... 87

    Tabel 4.26 Rekapitulasi Cost/Unit Program Keahlian .......................... 89

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Klasifikasi Biaya Pendidikan .............................................. 21

    Gambar 2.2 Diagram Penyusunan Anggaran Pendidikan Sekolah

    Menengah ............................................................................ 27

    Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ............................................................... 38

    Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMK Negeri 3 Kota Tangerang

    Selatan ................................................................................. 48

    Gambar 4.2 Model Pembebanan Acitivities ke dalam Cost Object ........ 70

    Gambar 4.3 Diagram Cost Object ........................................................... 75

  • x

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Hasil Wawancara

    Lampiran 2 RKAS Tahun Pelajaran 2012/2013

    Lampiran 3 RKAS Tahun Pelajaran 2013/2014

    Lampiran 4 Realisasi RKAS Tahun 2013

    Lampiran 5 Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Tahun 2013

    Lampiran 6 Jumlah Peserta Didik SMK Negeri 3 Kota Tangerang

    Selatan

    Lampiran 7 Data Tenaga Kependidikan SMK Negeri 3 Kota Tangerang

    Selatan

    Lampiran 8 Data Tenaga Pendidik SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan

    Lampiran 9 Misi SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan

    Lampiran 10 Visi, Misi dan Tujuan Program Keahlian

    Lampiran 11 Perhitungan dan Proporsi Direct Labor Cost

    Lampiran 12 Perhitungan dan Proporsi Direct Material Cost

    Lampiran 13 Perhitungan dan Proporsi Overhead Cost

    Lampiran 14 Rekap Perhitungan Biaya Operasional/Rutin dan Biaya

    Pengembangan

    Lampiran 15 Rekapitulasi Gaji PNS dan TPP Tahun 2013

    Lampiran 16 Data Penerimaan Bantuan Pemerintah Provinsi dan Kota

    Tahun 2010-2013

    Lampiran 17 Surat Izin Penelitian

    Lampiran 18 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

    Lampiran 19 Biodata Penulis

  • xi

    DAFTAR ISTILAH

    1. Activity Based Costing ABC (perhitungan biaya berdasarkan aktivitas) : suatu sistem di mana tempat penampungan biaya overhead

    yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang

    memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume.

    2. Activity Center (pusat aktivitas) : satuan entitas organisasi dimana aktivitas berlangsung.

    3. Activity Driver (pemicu aktivitas) : suatu dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu aktivitas ke produk, pelanggan, atau

    objek biaya final lainnya.

    4. CIMOSA (Computer Integrated Manufacturing for Open System Architecture) : kerangka pemodelan perusahaan, yang bertujuan untuk

    mendukung integrasi perusahaan mesin, komputer dan orang-orang.

    5. Controlable Cost (biaya yang dapat dikontrol) : biaya yang dapat dipengaruhi oleh manajer dalam jangka pendek.

    6. Conversation Cost (biaya konversi) : biaya tenaga kerja langsung plus biaya overhead.

    7. Core Process (proses utama) : proses yang dimulai dengan identifikasi kebutuhan pelanggan, persyaratan pelanggan, serta harapan pelanggan.

    8. Cost (biaya) : jumlah uang yang disediakan (dialokasikan) dan digunakan atau dibelanjakan untuk terlaksananya berbagai kegiatan untuk mencapai

    suatu tujuan dalam rangka proses manajemen.

    9. Cost Behaviour (perilaku biaya) : pola penyerapan biaya yang dipengaruhi oleh jenis cost driver. Terdiri atas fixed cost dan variabel

    cost.

    10. Cost Component (biaya komponen) : komponen anggaran/biaya yang diserap oleh suatu aktivitas.

    11. Cost Driver (pemicu biaya) : faktor yang memberi dampak pada perubahan biaya total.

    12. Cost Object (objek biaya) : item atau aktivitas apa pun yang biayanya diakumulasikan dan diukur.

    13. Cost Pool (Kelompok Biaya) : pengelompokan biaya individual. 14. Direct Cost (biaya langsung) : biaya sumber daya atau kegiatan yang

    diperoleh untuk atau digunakan oleh objek biaya tunggal.

    15. Direct Labor Cost (biaya tenaga kerja) : gaji atau upah tenaga kerja yang dipekerjakan untuk memproses bahan baku menjadi barang jadi.

    16. Direct Material Cost (biaya bahan baku) : biaya bahan langsung yang digunakan dikonsumsi dalam kegiatan pendidikan.

    17. Earning Forgone (keuntungan yang hilang) : perbedaan laba atau kinerja antara apa yang sebenarnya dicapai dan apa yang bisa dicapai

    dengan adanya biaya tertentu, biaya atau kehilangan waktu.

    18. Expenditure (pengeluaran) : pembayaran yang dilakukan saat ini untuk kewajiban pada masa akan datang dalam rangka memperoleh beberapa

    keuntungan (untung).

  • xii

    19. Expense Category (kategori biaya) : belanja untuk membiayai kegiatan usaha organisasi atau perusahaan.

    20. Fixed Cost (biaya tetap) : suatu biaya yang tidak berubah secara total pada saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun.

    21. Indirect Cost (biaya tidak langsung) : biaya sumber daya yang organisasi 22. Joint Cost (biaya gabungan) : biaya yang muncul dari pemrosesan secara

    stimulan atau produksi produk-produk yang dihasilkan oleh proses yang

    sama.

    23. Manajerial Process (proses manajerial) : proses yang berkaitan dengan manajerial yaitu Planning, Organizing, Actuating and Controlling.

    24. Monetary Cost (biaya uang ) : biaya dalam bentuk uang. 25. Non-Monetary Cost (biaya non-uang ) : biaya selain dalam bentuk uang

    atau materi, tetapi berbentuk jasa, tenaga, dan waktu.

    26. Oppurtunity Cost (biaya kesempatan) : biaya uang yang hilang karena sumber daya tersebut dialokasikan untuk penyelenggaraan pendidikan.

    27. Overhead Cost : biaya bahan baku tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan biaya tidak langsung lainnya.

    28. Period Cost (biaya periode) : biaya yang dapat dihubungkan pada interval waktu.

    29. Prime Cost (biaya utama) : biaya bahan baku langsung plus biaya tenaga kerja langsung.

    30. Private Cost (biaya ) : keseluruhan biaya yang dikeluarkan keluarga, atau segala biaya yang harus ditanggung dan dikeluarkan oleh keluarga anak

    untuk keberhasilan belajar.

    31. Process value (nilai proses) : nilai dimana penekanannya lebih kepada akuntabilitas aktivitas bukan pada biaya dan menekankan kepada

    maksimalisasi kinerja sistem yang luas bukan pada kinerja individual.

    32. Product Cost (biaya produk) : biaya yang dengan mudah dapat ditetapkan pada produk; biaya yang merupakan bagian dari persediaan.

    33. Product value (nilai produk) : ratio antara apa yang konsumen dapatkan dan apa yang konsumen berikan.

    34. Resource driver (pemicu sumber daya) : suatu dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya ke aktivitas-aktivitas

    berbeda yang menggunakan sumber daya tersebut.

    35. Social Cost (biaya sosial) : biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat, baik perorangan maupun terorganisasi untuk membiayai keperluan belajar.

    36. Standard Cost (biaya standar) : biaya yang sebaiknya dicapai di pabrik yang dioperasikan secara efisien pada tingkat kapasitas normal, atau biaya

    yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit atau

    sejumlah tertentu produk selama suatu periode waktu tertentu.

    37. Support Process (proses pendukung) : proses yang meskipun tidak secara langsung memberikan nilai tambah pada produk namun perlu

    dilakukan untuk menjaga kelangsungan dari proses inti.

    38. Total Cost (biaya total) : jumlah keseluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk

    dalam suatu periode tertentu.

  • xiii

    39. Unit Cost (biaya satuan) : biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh setiap siswa dalam kurun waktu tertentu untuk mendapatkan pendidikan.

    40. Variable Cost (biaya variabel) : suatu biaya yang meningkat totalnya secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun

    totalnya secara proporsional terhadap penuruan dalam aktivitas.

  • xiv

    DAFTAR SINGKATAN

    1. ABC : Activity Based Costing

    2. ACS : Activity Costing System

    3. AN : Animasi

    4. AP : Administrasi Perkantoran

    5. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    6. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    7. APBS : Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah

    8. ASEAN : Association of South East Asia Nations

    9. Bimbel : Bimbingan Belajar

    10. BK : Bimbingan Konseling

    11. BOS : Biaya Operasional Sekolah

    12. BOSDA : Bantuan Operasional Sekolah Daerah

    13. BOSP : Panduan Perhitungan Biaya Operasional Satuan

    Pendidikan

    14. BSM : Bantuan Siswa Miskin

    15. BUMN : Badan Usaha Milik Negera

    16. CCTV : Closed Circuit Television

    17. CIMOSA : Computer Integrated Manufacturing for Open System

    Architecture

    18. Dispen : Dinas Pendidikan

    19. DL : Direct Labor Cost

    20. DM : Direct Material Cost

    21. DP3 : Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan

    22. DPPA : Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran

    23. DU/DI : Dunia Usaha dan Dunia Industri

    24. Humas : Hubungan Masyarakat

    25. IMTAK : Iman dan Takwa

    26. IPA : Ilmu Pengetahuan Alam

    27. IPS : Ilmu Pengetahuan Sosial

  • xv

    28. IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

    29. Juknis : Petunjuk Teknis

    30. Kaprog : Kepala Program

    31. Kasubag : Kepala Sub Bagian

    32. KKPI : Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi

    33. KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

    34. Lab. : Laboratorium

    35. MA : Madrasah Aliyah

    36. Mendikbud : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    37. MGMP : Musyawarah Guru Mata Pelajaran

    38. MONEV : Monitoring dan Evalausi

    39. Mts : Madrasah Tsanawiyah

    40. OH : Overhead Cost

    41. OSIS : Organisasi Intra Sekolah

    42. PAD : Pendapatan Asli Daerah

    43. PERC : Political and Economic Risk Consultant

    44. PKn : Pendidikan Kewarganegaraan

    45. PMR : Palang Merah Remaja

    46. PNS : Pegawai Negri Sipil

    47. POAC : Planning, Organizing, Actuating, and Controlling

    48. PP : Peraturan Pemerintah

    49. PROMES : Program Semester

    50. PROTA : Program Tahunan

    51. R-BOS : Rintisan Biaya Operasional Sekolah

    52. RKAS : Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah

    53. Rombel : Rombongan Belajar

    54. RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    55. Sapras : Sarana dan Prasarana

    56. SAS : Sistem Akademik Siswa

    57. SDLB : Sekolah Dasar Luar Biasa

    58. SDM : Sumber Daya Manusia

  • xvi

    59. SKTM : Surat Keterangan Tidak Mampu

    60. SMA : Sekolah Menengah Atas

    61. SMALB : Sekolah Menengah Atas Luar Biasa

    62. SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

    63. SMP : Sekolah Menengah Pertama

    64. SMPLB : Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa

    65. SMS : Short Message Service

    66. SNP : Standar Nasional Pendidikan

    67. SPJ : Surat Pertanggungjawaban

    68. SPP : Sumbangan Pengembangan Pendidikan

    69. TI : Teknologi Informasi

    70. TNI : Tentara Nasional Indonesia

    71. TPP : Tambahan Penghasilan Pegawai

    72. TSM : Teknik Sepeda Motor

    73. TU : Tata Usaha

    74. UAS : Ujian Akhir Semester

    75. UKS : Unit Kesehatan Sekolah

    76. UTS : Ujian Tengah Semester

    77. UU : Undang-Undang

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan dipandang sebagai sarana peningkatan mutu sumber daya

    manusia dalam suatu bangsa.Bangsa yang maju adalah bangsa yang peduli

    terhadap pendidikan, yang dapat digambarkan dari pencapaian pendidikan

    dari warga negaranya.Namun, tidak semua bangsa dapat memfasilitasi

    program pendidikan dengan pembiayaan yang memadai1.

    Berdasarkan survei oleh Political and Economic Risk Consultant

    (PERC), dari sisi kualitas pendidikan, Indonesia menduduki peringkat

    terburuk di antara 12 negara Asia dan ASEAN. Hal ini antara lain ditandai

    dengan rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan di banyak sekolah dasar,

    ketimpangan akses menuju pendidikan tingkat menengah, pengelolaan

    pendidikan yang tidak efisien, metode pengajaran yang sudah ketinggalan

    jaman dan kurangnya peran serta orang tua dalam pendidikan anak-

    anaknya.2Negara-negara ASEAN yaitu Singapura, Malaysia, Laos, Kamboja,

    Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam, Thailand, Myanmar, Timor Leste,

    Papua Nugini dan Indonesia.

    Salah satu diantara sekian banyak masalah pendidikan yaitu pengelolaan

    pendidikan yang tidak efisisen, dimana pendidikan dikelola tanpa adanya

    perencanaan yang matang dan tanpa pertimbangan-pertimbangan dalam

    pengambilan keputusan jangka panjang sehingga mengakibatkan tidak

    efisiennya pengelolaan pendidikan di sekolah.

    Dalam perspektif mikro, pengelolaan pendidikan dilakukan oleh sektor

    terkecil yaitu sekolah.Dimana segala aktivitas pendidikan terjadi secara

    langsung di sekolah.Sekolah merupakan penyelenggara pendidikan yang

    tidak mengedepankan keuntungan atau disebut lembaganon profit karena

    1 Nanang Fattah, Standar Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h.

    iii 2 Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan,(Jakarta: Erlangga,2007), h. 2

  • 2

    produk yang dihasilkan oleh sekolah adalah berbentuk jasa.Dimana input

    yang masuk ke dalam sekolah diproses dan akan menghasilkan sebuah

    produk yakni jasa pelayanan.

    Sebagai lembaga pendidikan yang non-profit, sekolah sangat

    memerlukan informasi mengenai biaya. Tanpa informasi biaya, tidak akan

    dapat diketahui akurasi didalam penetapan biaya penyelenggaraan pendidikan

    itu apakah terlalu mahal atau terlalu murah.3Oleh karena itu, penting sekali

    lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah melakukan analisis biaya.

    Biaya pendidikan merupakan komponen sangat penting dalam

    penyelenggaraan pendidikan. Dapat dikatakan bahwa proses pendidikan tidak

    dapat berjalan tanpa dukungan biaya.4Biaya dapat berasal dari bermacam-

    macam sumber.Biaya pendidikan bersumber dari pemerintah pusat,

    pemerintah daerah, sumbangan, swasta, dunia usaha dan orang tua.

    Pada pengelolaan anggaran keuangan di sekolah saat ini adalah dengan

    cara yang tradisional, yakni dana hanya didasarkan pada berapa kali kegiatan

    dilakukan. Dengan cara yang masih tradisional memungkinkan dana yang

    digunakan tidak tepat sasaran sehingga bisa terjadi over-absorptionmaupun

    under-absorption. Hal tersebut bisa menyebabkan biaya pendidikan yang

    dibebankan kepada siswa yaitu melalui biaya SPP (Sumbangan

    Pengembangan Pendidikan) menjadi tidak akurat. Fakta lain yaitu

    pembebanan biaya per siswa selama ini disamaratakan, baik itu program

    keahlian Animasi, Teknik Sepeda Motor maupun Administrasi Perkantoran.

    Padahal kebutuhan untuk masing-masing Program Keahlian berbeda-beda.

    Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar

    Nasional Pendidikan (SNP) menjelaskan bahwa secara garis besar biaya

    pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.

    Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan

    prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.

    3 Ahmad Juanda dan Nikki Vertik Lestari, Analisis Perhitungan Biaya Satuan (Unit Cost)

    Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran, Jurnal Revie Akuntansi dan Keuangan, 2012. 4 Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2003), h. iii

  • 3

    Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta

    didikuntuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan

    berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi gaji pendidik dan

    tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan

    atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak

    langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan

    prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain

    sebagainya.

    Keseriusan pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan tampak

    jelas dalam Undang-Undang Dasar yang memprioritaskan biaya pendidikan

    sebesar 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negaran (APBN), jauh

    melampaui biaya penyelenggaraan pertahanan maupun kesehatan atau

    departemen lainnya.5

    Pada Maret dan Oktober 2005, Pemerintah Indonesia mengurangi subsidi

    bahan bakar minyak (BBM) dan merelokasikan sebagian dananya untuk

    Program Bantuan Opersional Sekolah (BOS) yang mulai dilaksanakan

    pada Juli 2005.Program yang diberikan untuk sekolah-sekolah tingkat SD

    dan SMP dimaksudkan untuk mengurangi beban masyarakat, khususnya

    masyarakat miskin dalam membiayai pendidikan setelah kenaikan harga

    BBM.6

    Kementerian Pendidikan Nasional memastikan pada 2013 para siswa

    sekolah di pendidikan menengah tidak akan lagi dipungut biaya SPP.

    Pemerintah telah menyiapkan program bantuan operasional sekolah (BOS)

    untuk SMA/SMK. Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh

    mengatakan, hal itu dilakukan karena program wajib belajar sembilan tahun

    (wajar 9 tahun) sudah berjalan lancar dan diprediksi akan selesai pada 2012.

    Pemerintah akan lebih fokus untuk mewujudkan wajib belajar 12 tahun.7

    Pada tahun 2013 pemerintah mengeluarkan dana untuk satuan pendidikan

    menengah yaitu SMA dan SMK. Untuk Sekolah Kejuruan, dana tersebut

    dinamakan Dana BOS SMK. Dalam Petunjuk Teknis (Juknis) BOS SMK,

    5 Dadang Suhardan., dkk., Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Alfabeta

    Bandung,2012), h.11 6 Mulyono, M.A, Konsep Pembiayaan Pendidikan, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media,2010),h.185

    7 Indra Akuntono, Nuh: 2013, SMA/SMK Gratis SPP, 2011, (www.edukasi.kompas.com)

  • 4

    BOS SMK adalah program pemerintah berupa pemberian dana langsung ke

    SMK baik Negeri maupun Swasta, dimana besarnya dana bantuan yang

    diterima sekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa masing-masing sekolah

    dikalikan satuan biaya (unit cost) bantuan. Dana Rintisan BOS di berikan

    bulan Januari Juni 2013 dengan besar dana 60.000/siswa/tahun dan dana

    BOS SMK sebesar 500.000/siswa/tahun.8

    Sekolah Menengah Kejuruan atau sering disebut dengan istilah SMK

    merupakan sekolah kejuruan yang memiliki beragam program keahlian atau

    jurusan yang berbeda-beda di seluruh Indonesia, karena SMK dikembangkan

    sesuai dengan potensi atau sumber daya yang ada di daerah masing-masing.

    Setiap sekolah memiliki sifat masing-masing yang mempengaruhi profil

    pembiayaannya.Dengan begitu sangat sulit untuk melakukan standarisasi

    terhadap biaya sekolah di SMK.

    Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 69

    Tahun 2009 yang mengatur tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia

    Tahun 2009. Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah

    Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menegah

    Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),

    Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa

    (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Di dalam PP

    tersebut tercantum besaran biaya operasi non-personalia per sekolah/program

    keahlian. Besaran dana untuk Program Keahlian Animasi adalah Rp.412.800,

    untuk Program Keahlian Adminstrasi Perkantoran adalah Rp.357.120 dan

    untuk Program Keahlian Teknik Sepeda Motor belum ada.

    Menurut Indra Bastian, selama ini perkembangan perhitungan biaya di

    tingkat sekolah dasar dan menengah belum mampu menjawab tantangan era

    otonomi dan globalisasi secara optimal. Perhitungan biaya di sekolah dasar

    dan menengah yang ada selama ini masih sangat sederhana dan belum

    mampu mengungkapkan informasi penting sebagai materi/landasan

    pengambilan keputusan, serta hanya sebatas informasi biaya per unit untuk

    8 Petunjuk Teknis (Juknis) BOS SMK 2013

  • 5

    belanja pegawai dan non pegawai. Perhitungan yang ada belum mampu

    mengungkapkan dan memunculkan data informatif.

    Peneliti melihat bahwa sekolah masih belum memahami perhitungan

    biaya satuan untuk setiap siswa pada setiap program keahlian yang

    berbeda.Selanjutnya, kemampuan sekolah masih terbatas dalam menyajikan

    informasi biaya kepada stakeholder pendidikan.

    Oleh karena itu, peneliti menggunakan perhitungan biaya satuan

    menggunakan modelActivity Based Costing (ABC) untuk menentukan harga

    pokok kegiatan pelayanan pendidikan per siswa per program keahlian di

    SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.Diharapkan melalui perhitungan

    ABCcosting ini dapat mengukur biaya layanan pendidikan secara akurat

    dengan melakukan penelusuran tidak hanya pada seluruh siswa disekolah

    namun lebih kepada tiap unit siswa dari masing-masing Program Keahlian.

    Dalam konsep pembiayaan pendidikan ada dua hal penting yang perlu

    dikaji atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (Total cost)

    dan biaya satuan per siswa (Unit cost).9 Dengan menganalisis biaya satuan,

    memungkinkan untuk mengetahui efisiensi dalam penggunaan sumber-

    sumber di sekolah, keuntungan dari investasi pendidikan, dan pemerataan

    pengeluaran masyarakat dan pemerintah untuk pendidikan.10

    Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk menganalisis biaya

    satuan (unit cost) siswa yang ada di jenjang pendidikan menengah yaitu

    SMK.Dimana SMK memiliki banyak sekali keberagaman jurusan atau

    program keahlian. Pendidikan akan berjalan dengan efektif dan efisien

    apabila sekolah dapat menghitung biaya per siswa (unit cost) dengan akurat

    dan sekolah dapat menyajikan informasi biaya secara transparan, akuntabel

    dan valid terhadap biaya pendidikan yang terjadi di sekolah, dengan harapan

    pihak manapun yang berkepentingan dalam penyelenggaraan pendidikan

    menengah, baik pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat

    mempunyai formula pembiayaan yang informatif, tepat sasaran/valid, efisien

    9 Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT. Rosdakarya,2009), h. 24

    10 Ibid. h. 24

  • 6

    dan akuntabel, sebagai dasar dalam kebijakan pengelolaan, pengembangan

    dan partisipasi pendidikan.

    Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.Untuk

    menghindari pembahasan yang meluas, maka analisa perhitungan biaya

    satuan (unit cost) di SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan pada biaya

    sekolah selama 1 tahun yaitu tahun 2013.

    Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba untuk melakukan

    penelitian dengan judul Analisis Biaya Satuan (Unit Cost) dengan

    ModelActivity Based Costing (ABC) untuk Menentukan Standar Biaya di

    SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan

    B. Identifikasi Masalah

    1. Kurangnya pemahaman sekolah dalam menghitung biaya satuan per

    siswa.

    2. Kurangnya kemampuan sekolah dalam mengidentifikasi biaya-biaya yang

    terjadi di sekolah.

    3. Keterbatasan kemampuan sekolah dalam menyajikan informasi biaya

    kepada stakeholders pendidikan (siswa, orangtua, pemerintah atau badan

    penyelenggara).

    4. Belum memadainya sistem perhitungan biaya pendidikan yang dapat

    memberikan penjelasan perhitungan pembiayaan yang informatif, tepat

    sasaran/valid, efisien dan akuntabel.

    5. Kurangnya pemahaman sekolah dalam pengelolaan biaya pendidikan atau

    dana yang diterima sekolah.

    C. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi

    masalah penelitian pada permasalahan kurangnya pemahaman sekolah

    dalam menghitung biaya satuan per siswa dan belum memadainya sistem

    perhitungan biaya pendidikan yang dapat memberikan penjelasan perhitungan

    pembiayaan yang informatif, tepat sasaran/valid, efisien dan akuntabel.

  • 7

    D. Perumusan Masalah

    Dari pemaparan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

    permasalahan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

    1. Bagaimana mengidentifikasi dan merancang model perhitungan biaya

    layanan pendidikan berbasis aktivitas (ABC) tiap program keahlian di

    SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan?

    2. Berapa biaya satuan (unit cost) pelayanan pendidikan yang dihitung

    menggunakan metodeActicity Based Costing (ABC) per siswa masing-

    masing program keahlian di SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan?

    E. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Merancang model pengalokasian biaya berbasis aktivitas (Activity Based

    Costing) berdasarkan proses bisnis dan aktivitas teridentifikasi di SMK

    Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.

    2. Mengetahui besarnya biaya satuan (unit cost) layanan pendidikan per

    siswa per program keahlian di SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.

    F. Kegunaan Penelitian

    Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

    berkepentingan dalam pendidikan yakni:

    1. Pemerintah

    Pemerintah dalam hal ini yaitu pemerintah pusat dan daerah.Hasil

    penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu masukan atas

    alokasi dan perhitungan biaya pendidikan di SMK dengan 3 program

    keahlian yaitu Animasi, Teknik Sepeda Motor dan Administrasi

    Perkantoran.Perhitungan dengan menggunakan pendekatan Acticity Based

    Costing System (ABC) diharapkan dapat dijadikan model perhitungan

  • 8

    bagi pemerintah untuk menghitung biaya pendidikan khususnya untuk

    daerah Tangerang Selatan.

    2. Sekolah

    Untuk Sekolah SMK Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, diharapkan

    penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menghitung

    kebutuhan siswa untuk tahun-tahun berikutnya dan bisa dijadikan biaya

    standar dalam penentuan biaya satuan per siswa.

    3. Masyarakat

    Dalam hal ini yang dimaksud dengan masyarakat yakni orangtua siswa,

    komite sekolah dan pemerhati pendidikan.Penelitian ini diharapkan dapat

    dijadikan sebagai tambahan informasi mengenai besaran biaya pendidikan

    bagi setiap siswa sehingga kedepannya bisa ikut berpartisipasi dalam

    dunia pendidikan dan dapat lebih bijak dalam menyikapi masalah yang

    ada pada pendanaan di sekolah.

    4. Peneliti Lain

    Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi untuk

    melakukan penelitian dan pembahasan yang lebih lanjut mengenai

    analisis biaya satuan (unit cost) di Indonesia.

  • 9

    BAB II

    KAJIAN TEORITIK

    A. Konsep Biaya Pendidikan

    Sebelum mengkaji tentang biaya satuan pendidikan yang dalam

    penelitian ini adalah biaya satuan pendidikan menengah yakni SMK, perlu

    diuraikan hal-hal yang terkait dengan pembiayaan pendidikan sebagai

    berikut:

    1. Biaya Pendidikan

    Biaya (cost) didefinisikan sebagai suatu sumber daya yang

    dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan

    tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dalam unit uang yang harus

    dikeluarkan dalam rangka mendapatkan barang/jasa.1 Dalam konteks

    pendidikan, Nanang Fattah mendefinisikan Biaya pendidikan sebagai

    jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan

    penyelenggaraan pendidikan.2

    Biaya merupakan salah satu aspek penunjang serta penentu dalam

    suatu proses pendidikan. Dimana hampir seluruh proses dalam

    penyelenggaraan pendidikan memerlukan biaya, mulai dari aktivitas inti

    pendidikan yaitu kegiatan belajar mengajar sampai kepada aktivitas

    penunjang seperti kegiatan study tour siswa, kedua-duanya memerlukan

    yang namanya biaya.

    Dedi Supriadi mengartikan biaya pendidikan sebagai semua jenis

    pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik

    dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan

    dengan uang).3

    1 Charles T. Horngren, Srikant M. Datar dan George Foster, Akuntansi Biaya Penekanan

    Manajerial, (Jakarta: PT.Indeks,2008), h. 34

    2 Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiyaan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya,2009), Cet. 5, h. 112

    3 Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya,2003), h. 3

  • 10

    Konsep biaya menurut Tilaar adalah Biaya merupakan keseluruhan

    dana dan upaya yang diserahkan oleh masyarakat untuk mendapatkan

    pendidikan dan dalam kenyataan bahwa kegiatan pendidikan merupakan

    bentuk dari pelayanan masyarakat.4

    Panduan Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP),

    menyebutkan bahwa Biaya pendidikan didefinisikan sebagai nilai rupiah

    dari seluruh sumber daya (input) baik dalam bentuk barang (natura),

    pengorbanan peluang, maupun uang yang dikeluarkan untuk seluruh

    kegiatan pendidikan.5

    Pengertian lain berkenaan dengan biaya pendidikan diungkapkan oleh

    Syaiful Sagala bahwa Biaya pendidikan adalah seluruh usaha yang

    dicurahkan oleh pemerintah dan masyarakat pendidikan berupa uang

    maupun nonmoneter.6

    Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa biaya diartikan tidak hanya

    berupa uang atau rupiah tetapi dalam bentuk nonmoneter yaitu bukan uang

    seperti pengorbanan waktu seseorang dalam menempuh pendidikan

    ataupun dalam bentuk barang.

    Berkaitan dengan biaya/pendanaan pendidikan, H.M. Levin

    mengemukakan makna dari pembiayaan/pendanaan sekolah adalah sebagai

    berikut:

    School finance refers to the process by which tax revenues and other

    resources are derived for the formation and operation elementary and

    secondary schools as well as the process by which those resources are

    allocated to school in different geograpichal areas and to types and

    levels of education.7

    Dari pengertian di atas, pembiayaan sekolah meliputi dua hal yaitu

    bagaimana memperoleh dana dan bagaimana menggunakan dana secara

    efektif dan efisien dalam jenjang pendidikan yang berbeda.

    4 Mulyono, M.A, Konsep Pembiayaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2010), h. 82

    5 Panduan Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan, (Jakarta: Juni,2011), h. 5

    6 Syaiful Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat (Strategi Memenangkan

    Persaingan Mutu), (Jakarta: PT. Nimas Multima,2004), h. 176

    7 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung; PT. Refika Aditama,2010), h. 270

  • 11

    Biaya pendidikan adalah seluruh pengeluaran yang berupa sumber

    daya (input) baik berupa barang (natura) atau berupa uang yang ditujukan

    untuk menunjang proses belajar mengajar.8

    Abbas Ghozali memberikan pendapatnya mengenai biaya pendidikan,

    Biaya pendidikan dapat didefinisikan sebagai nilai rupiah dari seluruh

    sumber daya (input) yang digunakan untuk suatu kegiatan pendidikan.9

    Ary H. Gunawan mendefinisikan Administrasi Anggaran/Biaya

    Sekolah/Pendidikan sebagai berikut:

    Merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan

    dilaksanakan/diusahan secara sengaja dan bersungguh-sungguh, serta

    pembinaan secara kontinu terhadap biaya operasional

    sekolah/pendidikan, sehingga kegiatan operasional pendidikan semakin

    efektif dan efisien, demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang

    telah ditetapkan.10

    Biaya Pendidikan adalah total biaya yang dikeluarkan baik oleh

    individu peserta didik, keluarga yang menyekolahkan anak, warga

    masyarakat perorangan, kelompok masyarakat maupun yang dikeluarkan

    oleh pemerintah untuk kelancaran pendidikan.11

    Dari beberapa pendapat tentang biaya pendidikan yang telah

    disebutkan di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa biaya pendidikan

    adalah nilai uang yang dikeluarkan oleh pemerintah dan masyarakat

    dalam bentuk uang, barang, tenaga dan pengorbanan peluang yang

    digunakan untuk menyelenggaraan kegiatan pendidikan dan proses belajar

    mengajar.

    Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

    Pasal 3 yang menyebutkan fungsi dan tujuan dari pendidikan yakni

    pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

    8 Departemen Pendidikan Nasional, Pengkajian Pembiayaan Pendidikan dari Masa ke Masa,

    (Jakarta: Balitbang Depdiknas,2000), h. 5

    9 Ibid., h. 11

    10

    Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), (Jakarta: PT.

    Rineka Cipta,1996), h. 160

    11

    Dadang Suharda, dkk, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,2012), h.

    22

  • 12

    membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

    mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

    peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

    Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

    mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

    jawab.12

    UU di atas merupakan dasar empiris biaya pendidikan di

    Indonesia. Penentuan biaya pendidikan didasarkan pada tujuan serta fungsi

    pendidikan.

    2. Biaya Satuan (Unit Cost) Pendidikan

    Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai biaya satuan (unit cost) yang

    dalam penelitian ini adalah menjadi fokus utama. Biaya satuan (unit cost)

    dalam dunia pendidikan belum begitu banyak yang membahasnya padahal

    biaya satuan ini menjadi sangat penting dalam penentuan biaya untuk

    setiap siswa dalam menyelesaikan pendidikannya.

    Nanang Fattah mendefinisikan, Biaya satuan per siswa adalah biaya

    rata-rata per siswa yang dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi

    seluruh siswa yang ada di sekolah (enrollment) dalam kurun waktu

    tertentu.13

    Secara sederhana biaya satuan dihitung hanya dengan membagi

    seluruh jumlah pengeluaran sekolah dengan jumlah siswa yang aktif pada

    tahun tertentu. Selanjutnya, Menurut Jusuf Enoch Biaya satuan

    menyatakan jumlah pengeluaran yang dipergunakan oleh setiap murid

    dalam suatu tahun tertentu, baik dalam sistem pendidikan secara

    keseluruhan, atau hanya pada tingkatan dan jenis pendidikan tertentu, atau

    mungkin saja dalam sekolah tertentu saja.14

    12 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 3

    13

    Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya,2009), Cet.5, h. 26

    14

    Jusuf Enoch, Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,1995), Cet.2, h.

    239

  • 13

    Nanang Fatttah mengemukakan bahwa terdapat 2 (dua) cara untuk

    menghitung unit cost:

    a. Biaya rata-rata per murid, yaitu biaya keseluruhan dibagi jumlah

    murid yang mendaftar di suatu sekolah/suatu level;

    b. Biaya rata-rata per lulusan adalah biaya total keseluruhan dibagi

    jumlah lulusan.15

    Idealnya dalam sistem penganggaran di Indonesia adalah

    menggunakan prinsip money follow function, yaitu di mana pengalokasian

    anggaran untuk mendanai suatu kegiatan didasarkan pada tugas dan fungsi

    dari masing-masing satuan kerja (satuan kerja)/unit sesuai dengan amanat

    undang-undang.16

    Prinsip ini menerangkan bahwa biaya atau uang yang

    dibutuhkan adalah sesuai dengan kegiatan atau aktivitas yang sudah dibuat

    terlebih dahulu bukan uang terlebih dulu ada kemudian baru menyusun

    kegiatan. Prinsip ini memungkin seluruh kegiatan yang ada dapat

    terlaksana secara tepat dan terencana.

    Lain halnya dengan Matin, beliau mengungkapkan bahwa Konsep

    biaya satuan adalah menunjuk kepada jumlah biaya rutin yang dihabiskan

    setiap siswa selama satu tahun ajaran. Biaya satuan dapat disebut biaya

    pendidikan untuk satu siswa dalam satu tahun pada jenjang pendidikan

    tertentu.17

    Unit cost dihitung hanya berdasarkan kepada biaya rutin atau

    disebut juga dengan biaya operasional.

    Biaya satuan per murid merupakan ukuran yang menggambarkan

    seberapa besar uang yang dialokasikan ke sekolah-sekolah secara efektif

    untuk kepentingan murid dalam menempuh pendidikan.18

    15 Nanang Fattah, Standar Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2012),

    Cet.1, h. 11

    16 www.anggaran.depkeu.go.id

    17 Matin, Perencanaan Pendidikan : Perspektif Proses dan teknik dalam Penyusunan Rencana

    Pendidikan, (Jakarta: PT. Rajawali Pers,2013), h. 160-161

    18

    Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya,2009), Cet.5, h. 24

  • 14

    Menurut Piet A. Sahertian, penentuan unit cost dapat dibagi menjadi 2

    (dua) macam, yakni:

    1. Unit cost untuk keperluan rutin yaitu besarnya biaya yang

    diperlukan untuk mendidik seorang siswa pada satu tingkatan dan

    jenis pendidikan tertentu selama satu tahun.

    2. Unit cost untuk biaya modal yaitu besarnya biaya yang diperlukan

    untuk menyediakan tempat bagi seorang siswa pada suatu tingkatan

    dan jenis pendidikan tertentu.19

    Pendapat di atas membedakan unit cost dalam biaya operasional dan

    unit cost dalam biaya modal atau investasi, masing-masing memiliki

    kegunaan yang berbeda-beda. Jika kita ingin mengetahui berapa jumlah

    keperluan untuk setiap siswa setiap tahunnya maka kita menggunakan unit

    cost untuk keperluan rutin sedangkan jika ingin menambah sarana

    prasarana sekolah maka menghitung unit cost untuk biaya modal.

    Menteri Keuangan Republik Indonesia sudah mengatur setiap

    Kementrian Negara/Lembaga dalam menentukan biaya satuannya dalam

    Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

    37/PMK/.02/2012 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2013.

    Disebutkan bahwa Standar Biaya Masukan adalah satuan biaya berupa

    harga satuan, tarif, dan indeks yang digunakan untuk menyusun biaya

    komponen masukan kegiatan. Standar Biaya Masukan ini berfungsi

    sebagai acuan untuk menyusun biaya komponen masukan kegiatan dalam

    RKA-K/L berbasis kinerja Tahun 2013 selain itu SBM juga berfungsi

    sebagai batas tertinggi dalam penentuan biaya dan estimasi.20

    Berbeda dengan beberapa pendapat lainnya di atas, Dedi Supriadi

    membagi unit cost kedalam jenis/tingkat, satuan biaya (unit cost) terdiri

    19 Piet A. Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha

    Nasional,1994), Cet.1, h. 215

    20

    Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 37/PMK/.02/2012 tentang Standar

    Biaya Tahun Anggaran 2013.

  • 15

    atas tiga jenis/tingkat. Pertama, di tingkat sekolah, satuan biaya siswa

    adalah rata-rata biaya per siswa per tahun yang merupakan hasil bagi dari

    total RAPBS dan dana non-RAPBS oleh jumlah siswa. Kedua, dari segi

    siswa, satuan biaya menunjuk pada jumlah total pengeluaran (keluarga)

    siswa untuk pendidikan. Ketiga, satuan biaya total per siswa adalah rata-

    rata dari seluruh dana pemerintah dan masyarakat yang diterima oleh

    sekolah ditambah dengan pengeluaran setiap siswa.21

    Penjumlahan dari semua dana yang diperoleh oleh lembaga

    pendidikan atau yang diperhitungkan terjadi merupakan total biaya yang

    diterima oleh lembaga pendidikan yang bila dibagi dengan jumlah siswa

    akan diperoleh unit cost/ biaya satuan per siswa.22

    Dari uraian di atas mengenai pengertian biaya satuan (unit cost) dapat

    ditarik kesimpulan bahwa biaya satuan (unit cost) pendidikan adalah biaya

    rata-rata yang dikeluarkan oleh setiap siswa dalam kurun waktu tertentu

    untuk mendapatkan pendidikan. Biaya satuan (unit cost) dapat dijadikan

    standar dalam pemenuhan kebutuhan untuk setiap siswa di sekolah.

    3. Klasifikasi Biaya Pendidikan

    Berkenaan dengan biaya pendidikan, pengklasifikasiannya sangat

    beragam dan banyak ahli yang mengemukakan pendapat yang berbeda-

    beda. Pemerintah mempunyai klasifikasi sendiri mengenai klasifikasi

    biaya pendidikan. Pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 48 Tahun 2008

    tentang Pendanaan Pendidikan, biaya pendidikan dibagi menjadi 3 (tiga)

    jenis, yaitu:

    a. Biaya satuan pendidikan adalah biaya penyelengaraan pendidikan

    pada tingkat satuan pendidikan yang meliputi : biaya investasi, biaya

    operasional, terdiri dari biaya personalia dan nonpersonalia, bantuan

    biaya pendidikan, dan beasiswa.

    21 Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya,2003), h. 202

    22

    Uhar Saputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT. Refika Aditama,2010), h. 278

  • 16

    b. Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan adalah biaya

    penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah

    baik pemerintah provinsi, kabupaten/kota, atau

    penyelenggaraan/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.

    c. Biaya pribadi peserta didik adalah biaya personal yang dikeluarkan

    oleh keluarga dari peserta didik.23

    Pendapat menurut Uhar Suharsaputra, biaya pada lembaga pendidikan

    biasanya meliputi:

    a. Direct cost dan indirect cost. Direct cost (biaya langsung) adalah

    biaya yang secara langsung dapat dirasakan dalam pelaksanaan

    pendidikan dan dapat secara langsung pula meningkatkan mutu

    pendidikan. Sedangkan Indirect cost (biaya tidak langsung) meliputi

    biaya hidup, transportasi, dan biaya-biaya lainnya.

    b. Social cost dan private cost. Social cost merupakan biaya publik, yaitu

    biaya sekolah yang harus dibayar oleh masyarakat sedangkan private

    cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh keluarga yang membiayai

    sekolah anaknya, dan termasuk didalamnya forgone oppurtunities

    (biaya kesempatan yang hilang).24

    Pendapat lain dikemukakan oleh Matin, Biaya pendidikan dibagi

    menjadi 2 (dua) macam, yakni:

    a. Biaya pembangunan adalah biaya yang diperlukan sekolah dalam

    memenuhi kebutuhan akan barang-barang atau sarana prasarana

    sekolah untuk memberikan pelayan pendidikan dan dalam periode

    yang lama, seperti membangun gedung sekolah, membeli peralatan

    praktek dan lain-lain.

    b. Biaya rutin adalah biaya yang dikeluarkan dalam jangka waktu yang

    terus menerus atau rutin, secara teratur berulang-ulang setiap bulan,

    23 Mulyono MA, Konsep Pembiayaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2010), h. 190-

    191

    24

    Uhar Saputra, op. cit., h.261-262

  • 17

    setiap semester, atau setiap tahun, seperti gaji guru, gaji staf

    administrasi dan pegawai lainnya,biaya operasional dan pemeliharaan

    gedung dan perabot sekolah termasuk air dan listrik, dan lain-lain.25

    Menurut Dedi Supriadi, dalam teori dan praktik pembiayaan

    pendidikan, baik pada tatanan makro maupun mikro, Biaya pendidikan

    dikelompokan menjadi 3 (tiga), yaitu:

    a. Biaya langsung (direct cost) adalah segala pengeluaran yang secara langsung menunjang penyelenggaraan pendidikan dan biaya tidak

    langsung (indirect cost) adalah pengeluaran yang tidak secara

    langsung menunjang proses pendidikan tetapi memungkinkan proses

    pendidikan tersebut terjadi di sekolah .

    b. Biaya pribadi (private cost) adalah pengeluaran keluarga untuk pendidikan atau dikenal juga pengeluaran rumah tangga (household

    expenditure) dan biaya sosial (social cost) adalah biaya yang

    dikeluarkan oleh masyarakat untuk pendidikan, baik melalui sekolah

    maupun melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah kemudian

    digunakan untuk membiayai pendidikan.

    c. Biaya dalam bentuk uang (monetary cost) dan bukan uang (non-monetary cost).

    26

    Menurut Nanang Fattah istilah biaya (cost) apabila digunakan secara

    spesifik, dapat disesuaikan (modifikasi) dengan gambaran seperti ini:

    Biaya langsung (direct cost), biaya utama (prime cost), biaya penukaran

    (conversion cost), biaya tidak langsung (indirect cost), biaya tetap

    (fixed cost), biaya pengubah (variable cost), biaya terawasi (controlable

    cost), biaya produk (product cost), biaya periode (period cost), biaya

    gabungan (joint cost), dan biaya baku (standard cost).27

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pusat Statistik Pendidikan

    Balitbang Depdiknas bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas

    Indonesia mengenai pembiayaan pendidikan dari masa ke masa, biaya

    diklasifikasikan menjadi 6 (dua), yaitu:

    25 Matin, Perencanaan Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,2013), h.158-159

    26

    Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya,2003), h. 4

    27

    Nanang Fattah, Standar Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2012),

    Cet.1, h. 3-4

  • 18

    a. Biaya uang (money cost) adalah biaya yang riil dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan seperti gaji tenaga kependidikan dan gaji

    non kependidikan, biaya bahan dan peralatan serta biaya gedung.

    b. Biaya kesempatan (opportunity cost) adalah biaya uang yang hilang karena sumber daya tersebut dialokasikan untuk penyelenggaraan

    pendidikan.

    c. Biaya langsung murid adalah biaya riil yang dikeluarkan oleh murid untuk kegiatan proses belajar mengajar.

    d. Biaya langsung oleh sekolah adalah biaya yang langsung dikeluarkan oleh sekolah sebagai akibat dari kegiatan pendidikan.

    e. Biaya penyelenggaraan adalah semua biaya yang digunakan untuk operasional sekolah.

    f. Biaya pembinaan adalah semua biaya yang digunakan untuk memberikan bantuan kepada sekolah dalam rangka meningkatkan

    kualitas penyelenggaraannya dan bersumber pada biaya

    pembangunan.28

    Dadang Suhardan dkk mengklasifikasikan biaya pendidikan kedalam

    5 (lima) jenis yaitu:

    a. Biaya langsung (direct cost), merupakan biaya penyelenggaraan pendidikan yang dikeluarkan oleh sekolah, siswa dan atau keluarga

    siswa.

    b. Biaya tidak langsung (indirect cost), berbentuk biaya hidup yang dikeluarkan oleh keluarga atau anak yang belajar untuk keperluan

    sekolah.

    c. Private cost, merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan keluarga, atau segala biaya yang harus ditanggung dan dikeluarkan

    oleh keluarga anak untuk keberhasilan belajar.

    d. Social cost, merupakan biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat, baik perorangan maupun terorganisasi untuk membiayai keperluan belajar.

    e. Monetary cost, biaya selain dalam bentuk uang atau materi, tetapi berbentuk jasa, tenaga, dan waktu.

    29

    Nanang Fattah membagi biaya pendidikan hanya kedalam 2 (dua)

    jenis, meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung

    (indirect cost). Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan

    untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa berupa

    pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya tranportasi, gaji guru,

    baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orangtua, maupun siswa sendiri.

    Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang (earning

    28 Departemen Pendidikan Nasional, Pengkajian Pembiayaan Pendidikan dari Masa ke Masa,

    (Jakarta: Balitbang Depdiknas,2000), h. 5-6

    29

    Dadang Suhardan, dkk, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,2012), h.

    23-25

  • 19

    forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost)

    yang dikorbankan oleh siswa selama belajar.30

    Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 2013 tentang

    Standar Pembiayaan, Pasal 62, ayat 1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas

    biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.31

    Biaya investasi terdiri

    dari konstruksi sekolah, peralatan maupun buku teks yang lama

    penggunaannya diperkiraan lebih dari 5 tahun.32

    Biaya operasi satuan

    pendidikan meliputi: gaji pendidik, bahan atau peralatan pendidikan habis

    pakai, biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, dan

    sebagainya, biaya depresiasi.33

    Biaya personal didefinisikan sebagai biaya

    yang dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses

    pembelajaran, biaya personal meliputi: biaya pendaftaran, SPP, buku

    pelajaran.panduan/diktat, alat tulis dan perlengkapan sekolah,

    praktikum/keterampilan, biaya evaluasi/ujian, transportasi, dan lain-lain.34

    Berdasarkan beberapa pendapat tentang komponen biaya pendidikan

    di atas, dapat diambil pemahaman bahwa biaya pendidikan meliputi: (1)

    biaya satuan pendidikan, (2) biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan

    pendidikan, dan (3) biaya pribadi peserta didik. Biaya satuan pendidikan

    terdiri atas (a) biaya operasional, yaitu biaya personalia dan nonpersonalia,

    (b) biaya investasi, terdiri dari investasi lahan dan non lahan, (c) bantuan

    biaya pendidikan, yaitu Bantuan Siswa Miskin (BSM), dan (d) beasiswa.

    Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan, yaitu biaya yang

    penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah,

    pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota. Atau

    penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat meliputi: (a)

    biaya investasi, yaitu biaya lahan pendidikan dan biaya bukan lahan

    pendidikan, (b) biaya operasional, terdiri dari biaya personalia dan

    nonpersonalia. Biaya personalia satuan pendidikan meliputi gaji pokok

    guru honorer, tunjangan yang melekat pada gaji, dan tunjangan struktural

    bagi pejabat struktural. Biaya personalia penyelenggara dan/atau

    30 Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya,2009), Cet.5, h. 23

    31

    Nanang Fattah, Standar Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2012),

    Cet.1, h. 93

    32

    Ibid., h. 68

    33

    Ibid., h. 64

    34

    Ibid., h. 90-92

  • 20

    pengelolaan pendidikan meliputi gaji pokok pegawai PNS, tunjangan yang

    melekat pada gaji, dan tambahan penghasilan pegawai bagi PNS, guru

    honorer, dan tenaga kependidikan. Biaya peserta didik terdiri dari biaya

    pendaftaran, SPP, Perlengakapan sekolah dan alat tulis, kursus di luar

    sekolah, seragam, bahan penunjang mata pelajaran, biaya karyawisata,

    transportasi dan uang jajan/uang saku.

    Untuk memperjelas klasifikasi biaya pendidikan di sekolah yang

    dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), akan

    disajikan gambar di bawah ini:

  • 21

    Gambar 2.1

    Klasifikasi Biaya Pendidikan

    Biaya Pendidikan

    Daya dan Jasa

    Biaya Personal

    Pemeliharaan

    Biaya Satuan Pendidikan Biaya Penyelenggaraan dan/atau

    Pengelolaan Pendidikan

    (Pusat/Pemda)

    Biaya Operasional

    Personalia

    Non-Personalia

    ATK atau ATS

    Tenaga Pendidik

    Tenaga Kependidikan

    Biaya Investasi

    Non Gaji & Tunj.

    Gaji & Tunj.

    Gaji & Tunj.

    Non Gaji & Tunj.

    Investasi Lahan

    Pelaporan

    Ekstrakurikuler

    Ujian Kompetensi

    Perjalanan Dinas

    Praktek Kerja Industri

    Ujian

    Bahan Habis Pakai

    PPDB OPL

    MOPDB Workshop Kurikulum

    LDK

    Investasi Non Lahan

    Gedung & Bangunan

    Peralatan & Mesin

    Bahan Pustaka

    MGMP

    SDM

    Alat tulis sekolah

    SPP

    Buku Pelajaran

    Biaya Pendaftaran

    Bahan Penunjang

    Seragam

    Uang saku

    Biaya Karyawisata

    Transportasi

    Kursus

    Bantuan Biaya

    Pendidikan

    Bantuan Siswa Miskin

  • 22

    4. Sumber Biaya Pendidikan

    Sumber biaya pendidikan perlu dibahas tersendiri dalam kajian

    teoritik karena dalam implementasinya pendidikan tidak lepas dari

    pemerintah dan masyarakat. Pemerintah selaku pemangku kebijakan

    memiliki andil besar dalam biaya pendidikan dan masyarakat sebagai

    konsumen pendidikan juga ikut andil dalam terlaksananya pendidikan

    melalui perhatiannya terhadap biaya pendidikan. Terdapat beberapa

    pendapat mengenai sumber biaya pendidikan.

    Nanang Fattah mengemukakan pendapatnya bahwa, sumber-sumber

    keuangan sekolah dapat bersumber dari: orang tua, pemerintah pusat,

    pemerintah daerah, swasta, dunia usaha, dan alumni.35

    Sumber pembiayaan untuk sekolah terutama sekolah yang berstatus

    negeri berasal dari pemerintah yang umumnya terdiri dari dana rutin, yaitu

    gaji serta biaya operasional sekolah dan perawatan fasilitas (OPF), serta

    dana yang berasal dari masyarakat, baik yang berasal dari orang tua siswa,

    dan sumbangan dari masyarakat luas/dunia usaha.36

    Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48 Tahun 2008 tentang

    pendanaan pendidikan, Pasal 51 ayat 1 disebutkan bahwa pendanaan

    pendidikan bersumber dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan

    masyarakat.37

    Menurut Dedi Supriadi, dilihat dari sumber-sumbernya, biaya

    pendidikan dibagi menjadi 3 (tiga) tingkat, yaitu:

    a. Tingkat Makro (Nasional) berasal dari: (1) pendapatan Negara dari sektor pajak (yang beragam jenisnya), (2) pendapatan dari sektor non

    pajak, misalnya dari pemanfaatan sunber daya alam, (3) keuntungan

    dari ekspor barang dan jasa, (4) usaha-usaha Negara lainnya, termasuk

    termasuk dari divestasi saham pada perusahaan Negara (BUMN), serta

    (5) bantuan dalam bentuk hibah (grant) dan pinjaman luar negeri

    (loon).

    35 Ibid., h. 43

    36

    Ibid., h. 42

    37

    Mulyono, MA, Konsep Pembiayaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2010), h. 261

  • 23

    b. Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, anggaran untuk sektor pendidikan sebagian besar berasal dari dana yang diturunkan dari

    pemerintah pusat ditambah dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

    c. Tingkat Sekolah, biaya pendidikan diperoleh dari subsidi pemerintah pusat, pemerintah daerah, iuran siswa dan sumbangan masyarakat.

    38

    Sri Minarti berpendapat bahwa dana keuangan dapat digali dari dua

    sumber, yaitu dana yang berasal dari dalam sekolah (intern) dan dana yang

    berasal dari luar (ekstern) sekolah. Adapun dana yang berasal dari dalam

    sekolah meliputi uang SPP siswa, uang pangkal atau uang gedung, bunga

    deposito dan akumulasi penyusutan sarana prasarana sekolah. Sedangkan

    dana yang berasal dari luar sekolah yaitu berupa sumbangan dari yayasan,

    pinjaman dari perbankan, atau sejenisnya.39

    Pendapat lain yang dikemukakan oleh Matin bahwa Ada 5 (lima) jenis

    sumber pembiayaan pendidikan yang tidak saling terbuka, dan nyatanya

    dapat memberikan kontribusi bersama-sama pada pembiayaan sistem

    pendidikan, yaitu: (1) sumber dari pemerintah berupa pajak, pinjaman

    pemerintah, bantuan dari pihak asing, (2) sumber swasta berasal dari

    lembaga-lembaga yang mendukung sekolah-sekolah swasta, (3) klien dari

    sistem pendidikan yakni dana yang berasal dari siswa dan orangtua seperti

    iuran SPP dan yang lainnya, (4) penghasilan sekolah dan masyarakat yakni

    biaya yang dihasilkan dari semua aktivitas yang dilakukan sekolah dan

    masyarakat seperti penjualan hasil kerajinan, dan (5) subsidi melalui

    institusi adalah dimana kegiatan pendidikan dibiayai oleh suatu

    perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.40

    Menurut Uhar Suharsaputra, sumber dana sekolah biasanya

    diperoleh dari dua sumber, yakni dari pemerintah yang umumnya terdiri

    38 Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya,2003), h. 5-6

    39

    Sri Minarti, Manajemen Sekolah : Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri,

    (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2011), h. 215

    40

    Matin, Perencanaan Pendidikan : Perspektif Proses dan Teknik dalam Penyusunan Rencana

    Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,2013), h. 156-157

  • 24

    dari dana rutin dan biaya operasional dan dana dari masyarakat, baik orang

    tua siswa maupun kelompok masyarakat lainnya.41

    Mulyasa berpendapat bahwa sumber keuangan dan pembiayaan pada

    suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber,

    yaitu (1) pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-

    keduanya, yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi

    kepentingan pendidikan, (2) orang tua atau peserta didik, (3) masyarakat,

    baik mengikat maupun tidak mengikat.

    Nanang Fattah dalam penelitian tentang biaya pendidikan di Sekolah

    Dasar di Jawa Barat menyebutkan sumber penerimaan terdiri dari

    pemerintah pusat (APBN), pemerintah daerah (APBD), orangtua murid

    (BP3), dan masyarakat.

    Berdasarkan beberapa pendapat tentang sumber biaya pendidikan di

    atas, khususnya untuk sekolah menengah khususnya sekolah menengah

    kejuruan yang berstatus negeri (SMKN), pendanaannya bersumber dari (1)

    Pemerintah Pusat, (2) Pemerintah Daerah, dan (3) Masyarakat. Dana yang

    bersumber dari pemerintah pusat meliputi (a) dana rutin yaitu dana yang

    diberikan untuk membiayai kegiatan rutin/operasional, seperti Biaya

    Operasional Sekolah (BOS), gaji pokok pendidik dan tenaga kependidik

    yang berstatus Pegawai Negri Sipil (PNS), dan tunjangan yang melekat

    pada gaji. (b) dana investasi yaitu dana yang diberikan untuk

    pengembangan sekolah, meliputi pembangunan gedung sekolah dan

    prasarana sekolah, pengembangan sumber daya manusia, pembelian

    peralatan pendidikan dan (c) bantuan biaya pendidikan berupa Bantuan

    Siswa Miskin (BSM). Dana yang bersumber dari pemerintah daerah

    meliputi (a) dana rutin yaitu dana yang diberikan untuk membiayai kegitan

    rutin/operasional, seperti Biaya Operasional Sekolah Daerah (BOSDA)

    dan Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP), (b) dana investasi yaitu dana

    yang dibeirkan untuk pengembangan sekolah, meliputi pembangunan

    gedung sekolah dan prasarana sekolah, pengembangan sumber daya

    41 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT. Refika Aditama,2010), h. 271

  • 25

    manusia, pembelian peralatan pendidikan dan (c) bantuan biaya

    pendidikan berupa Bantuan Siswa Miskin (BSM). Dana yang bersumber

    dari masyarakat yaitu iuran wajib setiap siswa setiap bulan yakni SPP.

    5. Analisis Biaya Pendidikan

    Penelitian ini menganalisis biaya pendidikan menggunakan

    pendekatan Activity Based Costing (ABC). Oleh karena itu, penulis akan

    menyajikan beberapa pengertian dari ABC, istilah-istilah dalam ABC,

    tahapan analisis biaya menggunakan ABC, serta manfaat dan keterbatasan

    ABC.

    Menurut Indra Bastian, landasan teori yang dipakai untuk

    memecahkan permasalahan perhitungan biaya di Sekolah Dasar dan

    Menengah adalah pendekatan akuntansi biaya tradisional dan Activity

    Costing System (ACS).42

    Salah satu cara terbaik untuk memperbaiki sistem perhitungan biaya

    adalah dengan menerapkan sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas

    (activity-based costing) ABC. ABC memperbaiki sistem perhitungan biaya

    dengan menekankan pada aktivitas sebagai objek biaya dasar

    (fundamental).43

    Activity Based Costing (ABC) adalah pendekatan penentuan biaya

    produk yang membebankan biaya produk atau jasa berdasarkan konsumsi

    sumber daya yang disebabkan karena aktivitas.44

    Activity Based Costing (ABC) didefinisikan sebagai suatu sistem

    perhitungan biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang

    jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang

    mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume.45

    42 Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga,2007), h. 137

    43

    Charles T. Horngren, Srikant M. Datar, dan George Foster, Akuntansi Biaya : Penekanan

    Manajerial, (Jakarta: PT. Indeks,2008), h. 170

    44

    Edward J. Blocher, Kung H. Chen, dan Thomas W. Lin, Manajemen Biaya, (Jakarta:

    Salemba Empat,2000), h. 120

    45

    William K. Carter, Akuntansi Biaya, (Jakarta: Salemba Empat,2009), h. 528

  • 26

    Menurut Michael W. Maher dan Edward B. Deakin, mendefinisikan

    kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan sebagai berikut:

    Kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan adalah suatu metode kalkulasi

    biaya yang membebankan biaya tak langsung untuk membuat produk,

    seperti pengujian kualitas, reparasi mesin, dan rekayasa produk pada

    aktivitas yang diperlukan untuk membuat produk, kemudian

    menjumlahkan biaya dari kegiatan itu untuk menentukan biaya

    pembuatan produk tersebut.46

    Dari penjelasan mengenai definisi Activity Based Costing (ABC),

    penulis menarik kesimpulan bahwa Activity Based Costing (ABC) adalah

    suatu pendekatan perhitungan biaya yang didasarkan pada aktivitas.

    Sebelum membahas lebih jauh tentang ABC system, terdapat istilah-

    istilah yang harus diketahui, diantaranya:

    a. Aktivitas, adalah pekerjaan yang dilakukan dalam suatu organisasi. Aktivitas adalah tindakan, gerakan atau rangkaian pekerjaan. Aktivitas

    juga didefinisikan sebagai kumpulan tindakan yang dilakukan dalam

    organsiasi yang berguna untuk tujuan penentuan biaya berdasarkan

    aktivitas.

    b. Sumber daya, merupakan unsur ekonomis yang dibebankan atau digunakan dalam pelaksanaan aktivitas. Contoh dalam bidang

    pendidikan adalah guru, gaji, alat pendidikan, dan lain-lain.

    c. Objek biaya, bentuk akhir di mana pengukuran biaya diperlukan. Dalam bidang pendidikan objek biaya adalah jasa/pelayanan jasa.

    d. Elemen biaya, merupakan jumlah yang dibayarkan untuk sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas dan terkandung di dalam cost pool.

    Contoh: biaya ujian, biaya penerimaan siswa baru, biaya praktek, dan

    lain-lain.

    e. Cost driver, adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya aktivitas, cost driver merupakan factor yang dapat diukur yang

    digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas ke

    aktivitas lainnya, produk atau jasa. Contoh: jumlah siswa, jumlah guru,

    jumlah tenaga kependidikan, frekuensi kegiatan, frekuensi perbaikan,

    dan lain-lain.47

    Alasan menggunakan metode ABC, diantaranya:

    1. Biaya produksi overhead telah meningkat signifikan;

    46 Michael W.Maher dan Edward B.Deakin, Akuntansi Biaya, (Jakarta: Erlangga,1996), Cet.1,

    h.13

    47 Edward. loc. cit.

  • 27

    2. Peningkatan biaya produksi overhead menyebabkan tidak

    berhubungan lagi dengan jam mesin produktif.

    3. Keragaman produk dan keragaman kebutuhan pelanggan telah tumbuh;

    4. Beberapa produk perusahaan diproduksi dalam batch yang besar;

    5. Persaingan global (global competition).48

    Indra Bastian berpendapat bahwa proses dan sistematika pemecehan

    masalah perhitungan biaya adalah melalui rincian tahapan sebagai berikut:

    a. Pemahaman mengenai pengertian biaya;

    b. Klasifikasi dan identifikasi biaya-biaya yang terjadi di sekolah ke

    dalam kategori tertentu dengan pendekatan ACS;

    c. Pembuatan konsep perhitungan biaya baru yang akurat dan informatif;

    d. Simulasi aplikasi model perhitungan biaya;

    Setelah diketahui konsep biaya dan klasifikasi biaya, identifikasi biaya

    yang terjadi di sekolah disesuaikan dengan APBS. Logika hubungan antara

    biaya dan anggaran dapat digambarkan sebagai berikut :

    e.

    Gambar 2.2

    Diagram Penyusunan Anggaran Pendidikan Sekolah Menengah

    48 Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran

    Kinerja, (Jakarta: PT.Indeks,2013), Cet.1, h.159

    Activity Costing System

    Anggaran Aktivitas

    Biaya Tidak

    Langsung

    Biaya

    Langsung

    Biaya

  • 28

    Anggaran yang terjadi di sekolah terdiri dari beberapa aktivitas yang

    terjadi dalam proses Kegitan Belajar Mengajar (KBM). Dari beberapa

    aktivitas tersebut, biaya pelaksanaannya terbagi menjadi 2 (dua)

    komponen yakni biaya langsung dan biaya tidak langsung. Selanjutnya,

    digunakanlah alat bantu dalam penyusunan laporan biaya aktivitas yakni

    menggunakan Activity Costing System (ACS), yang merupakan salah satu

    alat perhitungan biaya dalam pendekatan ekonomi. Menurut pendekatan

    ekonomi tersebut, biaya merupakan cerminan aktivitas yang dilakukan

    entitas bersangkutan, sehingga rincian biaya merupakan rincian aktivitas

    yang dilakukan entitas bersangkutan, sehingga rincian biaya merupakan

    rincian aktivitas dan prasarana pendukung aktivitas yang dibutuhkan.

    Dengan penjabaran jenis biaya dan aktivitas secara bersamaan, anggaran

    tahunan dapat dirinci secara lebih akurat.49

    Dalam sistem ABC dikenal prosedur alokasi dua tahap, yaitu:

    1. Alokasi Tahap Pertama Proses pembebanan biaya sumber daya, yaitu overhead

    dibebankan ke cost pool aktivitas atau kelompok aktivitas yang disebut

    pusat aktivitas (activity centre) dengan menggunakan driver sumber

    daya (resources driver) yang tepat.

    2. Alokasi Tahap Kedua Proses pembebanan biaya, dimana biaya aktivitas dibebankan ke

    objek biaya dengan menggunakan driver aktivitas (activity driver)

    yang tepat. Driver aktivitas mengukur berapa banyak aktivitas yang

    digunakan oleh objek biaya.50

    Edward J. Blocher dkk mengemukakan pendapatnya yaitu terdapat

    tiga tahap utama dalam merancang sistem ABC adalah: (1)

    mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas, (2) membebankan biaya

    sumber daya ke aktivitas, dan (3) membebankan biaya aktivitas