Upload
sony-phd
View
1.239
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
PDF processed with CutePDF evaluation edition www.CutePDF.com
1
PENGEMBANGAN INTEGRITAS DALAM KEPEMIMPINAN GUNA
MENINGKATKAN DAN MEMELIHARA KINERJA ORGANISASI
Pendahuluan.
Pada Upacara Pembukaan Pendidikan Regular Angkatan ke-51 Seskoad
TA. 2013, Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie menyampaikan pengarahannya
antara lain: “......Jaga kehormatan dengan sebaik-baiknya, berikan yang terbaik,......jangan menjual diri. Kalau kau menyanyi lagu Padamu Negeri, maka resapilah...! Bangsa ini akan menjadi besar, jika engkau tidak menjual diri....! Andaikan engkau relakan pribadimu, maka relakanlah.......”. Bila
disimak secara substansial, maka makna pengarahan itu titik beratnya adalah
tertuju pada setiap individu prajurit yang sadar bahwa dirinya memiliki
tanggung jawab yang sama terhadap kualitas legitimasi dan kualitas
ketangguhan bangsanya, Bangsa Indonesia. Sementara perkembangan
lingkungan strategis yang terjadi semakin kompleks, dengan semakin
pesatnya kemajuan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah
mengubah level generasi perang. Perubahan level generasi perang tersebut,
perlu disikapi dengan menjadikannya sebagai tantangan di bidang
kepemimpinan, dengan asumsi bahwa seluruh aspek tantangan pada
hakekatnya adalah tanggung jawab pemimpin yang harus mengatasinya,
karena seorang pemimpin sejati maka pasti akan memanfaatkan kemampuan
seni kepemimpinannya guna mengelola seluruh kekuatan dan kemampuan
Doktrin, Struktur, Kultur dan Kepemimpinannya dalam rangka mewujudkan
keberhasilan tugas pokok sesuai dengan level kewenangannya. Kekuatan dan
kemampuan Doktrin, adalah suatu kualitas daya tempur yang dihasilkan dari
suatu pedoman yang berisi prinsip-prinsip fundamental yang digunakan bagi
pelaksanaan kegiatan fungsi penggunaan dan pembinaan struktur, yang
dikembangkan berdasarkan pengalaman dan atau teori dari hasil pemikiran
terbaik pada kurun waktu tertentu. Kekuatan dan kemampuan Struktur,
adalah hasil perpaduan dari kekuatan bentuk organisasi, kekuatan personel,
kekuatan materiel dan kekuatan kultur serta kualitas intensitas latihan yang
dapat menghasilkan kemampuan yang disebut memiliki kualitas daya tempur
yang tinggi. Jadi, bila seorang pemimpin sejati pada setiap level, pasti
dengan keluhurannya sadar akan kewajibannya, dan ia merasa harus mampu
memanfaatkan seni dan karakter kepemimpinan yang dimilikinya untuk
mengelola atau menata Doktrin, Struktur dan Kultur guna mewujudkan
kulitas daya tempur yang tangguh, yang berimplikasi menjadi kualitas daya
2
tangkal bagi satuan yang menjadi tanggung jawabnya dalam rangka siap
setiap saat mengatasi ancaman yang akan timbul.
Sementara itu, bila dilihat secara umum di lingkungan Angkatan Darat,
dihadapkan dengan pengarahan Kasad tersebut diatas, maka keadaan
pemimpin saat ini pada seluruh level masih ditemui masalah yang antara lain
terdiri dari 3 persoalan yaitu :
Pertama, sebagian masih belum dapat mengimplementasikan seni dan
karakter kepemimpinan yang dimiliki sesuai dengan tuntutan kewajibannya.
Hal kepemimpinan yang masih tampak sebagai tingkah laku negatif pada
sebagian pemimpin adalah adanya pemimpin yang lebih mementingkan
kebutuhan untuk dirinya daripada kebutuhan untuk melaksanakan kewajiban
tugas pokoknya yang seharusnya diSatuankan.
Kedua, masih adanya pemimpin yang belum amanah, hal ini terindikasi
yaitu masih ada yang mengeluh sehubungan dengan merasa berkemampuan
menjadi jabatan komandan di level tertentu, sedangkan nyatanya. Bagi
dirinya, maka jabatan akan dimaknai sebagai suatu amanah, adalah suatu
bentuk rezeki yang diberkah/anugerahi oleh Allah SWT Tuhan Semesta
Alam yang diturunkan melalui media tangan pemimpin/komandannya, yang
diwujudkan dalam lembaran Surat Keputusan. Jadi bagi pemimpin yang
berjiwa satria, dengan keyakinan yang tinggi dia pasti akan selalu berdoa dan
bersyukur sesuai kewajibannya kepada Tuhan Semesta Alam dan pasti selalu
rajin menempa kualitas kesatriaannya agar keberadaannya dapat lebih
berguna bagi bangsa dan negara, sehingga hal jabatan merupakan suatu
bentuk rezeki yang mutlak wewenang Tuhan Semesta Alam yang menentukan
dan menjadikan jabatannya.
Ketiga, dalam menghadapi tantangan kemajuan lingkungan global yang
semakin kompleks dan modern, maka kualitas pemimpin dalam menghayati
nilai-nilai dan semangat peperangan gabungan TNI secara umum yang
meliputi kualitas integritas, kompetensi, keperkasaan, keberanian moral,
Satuansama tim, rasa percaya, pendelegasian wewenang komando dan
kendali, masih belum memadai, baik pada Level Perang yang meliputi :
Pengetahuan tentang hubungan Satuan sampai dengan terbentuknya produk
Rencana Perang pada level Grand Strategi/Strategi Raya, maupun bagaimana
membuat produk Rencana Strategi TNI dan penggunaannya pada level
Strategi Militer dan bagaimana membuat produk Rencana Kampanye dan
penggunaannya pada level Strategi Operasional Militer, serta membuat
3
produk Rencana Operasi dan penggunaannya pada level Strategi Medan
Tempur (taktik).
Selanjutnya, ada 3 media yang dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan kepemimpinan, yaitu:
Pertama, adalah melalui pelaksanaan tugas pendidikan untuk
memperoleh wawasan pengetahuan dan ketrampilan di lembaga pendidikan,
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinannya.
Kedua, media pelaksanaan tugas di Satuan, yaitu untuk mengubah
potensi pengalaman tugas menjadi kompetensi pemimpin yang piawai di
lapangan.
Ketiga, yaitu adalah pengembangan yang dilakukan oleh dirinya sendiri
bagi yang menyadari bahwa pengembangan kualitas kepemimpinan oleh diri
sendiri adalah hal yang sangat diperlukan, didahului dengan kemampuan
mengintrospeksi kelemahan dan kelebihan dari kualitas kepemimpinannya,
sehingga kelemahan yang ada harus diusahakan untuk diminimalisasi
sedangkan kelebihannya dijadikan keunggulan yang dijaga kualitasnya,
sehingga dapat mewarnai ciri kepemimpinannya.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas dihadapkan dengan
pengarahan Kasad yang tertuju kepada tanggung jawab individu prajurit
TNI-AD (dengan pangkat golongan perwira menengah), maka bila difokuskan
pada setiap individu Pamen (Perwira Menengah) TNI-AD pada hakekatnya
adalah pemimpin, minimal sebagai pemimpin dirinya maka dapat ditemukan
satu masalah pokok, yaitu:
Bagaimana pengembangan integritas dalam kepemimpinan sebagai pemimpin yang amanah guna mendukung reformasi internal TNI-AD dalam rangka menghadapi perkembangan lingkungan global? Dengan
melalui indentifikasi ketiga persoalan tersebut diatas, maka selanjutnya
akan disampaikan pembahasan dan pemecahannya untuk mendapatkan solusi
di bidang pengembangan kualitas diri masing-masing sebagai pemimpin, maka
dalam tulisan yang berjudul: “Pengembangan Integritas dalam Kepemimpinan Guna Meningkatkan dan Memelihara Kinerja Pamen dalam rangka mendukung Reformasi Internal TNI-AD”.
Pembahasan.
Sebagaimana telah disampaikan diatas, bahwa pada hakekatnya setiap
individu Pamen TNI-AD adalah pemimpin, minimal sebagai pemimpin dirinya,
atau bila dihubungkan dengan pangkat dan jabatan tersebut tentu sudah
4
memiliki tanggung jawab kepemimpinan yang sesuai dengan levelnya.
Sebelum menentukan langkah pengembangan kualitas diri, maka perlu
diketahui dahulu pedoman yang dapat menyamakan persepsi setiap individu
Perwira Menengah TNI-AD. Bagi setiap Individu Perwira Menengah TNI-
AD maka perlu dipedomani tentang Visi TNI AD, yaitu “Solid,
Profesional, Tangguh, Modern, Berwawasan Kebangsaan dan Dicintai
rakyat”. Visi TNI-AD ini adalah pedoman yang harus dijiwai dan dilatihkan
serta diimplementasikan untuk kelancaran dalam penyelesaian tugas pokok
masing-masing. Sementara itu, sebagai pemimpin juga harus berpedoman
Sapta Marga, Sumpah Prajurit, 8 Wajib TNI dan memegang teguh 11 Azas
Kepemimpinan serta mengamalkan Prinsip-prinsip Kepemimpinan dalam
melaksanakan tugas pokoknya sehari-hari.
Pada kesempatan ini perlu disampaikan, bahwa ada satu hal yang membedakan antara pemimpin yang menjiwai kepemimpinan sebagai pemimpin
dengan pemimpin yang kurang menjiwai kepemimpinan sebagai pemimpin, yang
membedakan adalah pemimpin yang menjiwai kepemimpinannya maka pasti
memiliki kekuatan semangat yang sangat tinggi untuk memperbaiki sesuatu
yang tidak mungkin menjadi mungkin, atau keinginan yang sangat kuat untuk
mengubah keadaan yang tidak atau kurang baik menjadi lebih baik, walaupun
mengandung resiko bagi dirinya di lingkungan Satuannya, sedangkan yang
kurang menjiwai sebagai pemimpin, maka biasanya cenderung menunggu,
karena cenderung mengamankan dirinya dari resiko yang menurutnya
merugikan.
Pada kesempatan ini akan disampaikan juga cuplikan dari produk Orasi
Ilmiah Seskoad TA.2012 yang lalu di bidang Kepemimpinan, yaitu tentang
Kriteria ideal Pemimpin TNI AD dimasa kini dan dimasa depan adalah
Pemimpin yang Negarawan dan berkarakter Sapta Marga dengan 14 Ciri
Kepemimpinan yaitu memiliki : kecerdasan spiritual, kepemimpinan global, komunikasi global, manajerial global dan negosiasi global, kearifan Indonesia, berani dan tegas dalam mengambil keputusan, kepekaan, kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual dan kecerdasan sosial dan visioner serta memiliki integritas yang berimplikasi pada kemampuan mempengaruhi. Hal ini dijelaskan sebagai berikut: Pertama, Kecerdasan Spiritual. Dengan kecerdasan spiritual diharapkan seorang pemimpin dapat
menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan,
kedamaian dan kebahagiaan yang hakiki. Kedua, Memiliki Kepemimpinan Global. Kepemimpinan Global dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang
5
pengaruhnya melintasi batas budaya atau negara (Moble & Dorfman, 2003:
orasi pengukuhan Profesor Bernadette Setiadi, 2008). Ketiga, Memiliki Kompetensi Komunikasi Global adalah kemampuan pemimpin untuk
mengembangkan hubungan secara tidak terbatas dengan anggota masyarakat
global yang lain. Termasuk dalam kompetensi ini adalah penguasaan terhadap
sarana dan etika standar komunikasi global. (Road Map 2005-2020, Studi
Hubungan Internasional Universitas Airlangga). Keempat, Memiliki Kompetensi Manajerial Global adalah Kemampuan pemimpin untuk mengambil
dan mengelola keputusan secara tepat di tengah tantangan perubahan global.
(Road Map 2005-2020, Studi Hubungan Internasional Universitas
Airlangga). Kelima, Memiliki Kompetensi Negosiasi Global adalah kemampuan
Pemimpin untuk mengembangkan pertukaran yang menguntungkan atau
advantageous exchange ditengah derasnya perubahan-perubahan global.
(Road Map 2005-2020, Studi Hubungan Internasional Universitas
Airlangga). Keenam, Memiliki Kearifan Lokal, adalah pemimpin yang
kehadirannya ditunggu oleh masyarakat setempat dan masyarakat dapat
merasakan manfaat yang besar bagi kesejahteraan dan keamanan di
lingkungannya. Ketujuh, Memiliki Keberanian dan Tegas Dalam Mengambil Keputusan. Pemimpin TNI AD dimasa datang adalah Perwira yang memiliki
kemampuan dalam mengambil keputusan dan berani dalam menghadapi resiko
yang mungkin timbul. Kedelapan, Memiliki Kepekaan Terhadap Lingkungan.
Pemimpin harus selalu peka terhadap suatu masalah yang diperkirakan akan
muncul dan berpotensi menjadi konflik yang lebih besar, yang merugikan bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesembilan, Memiliki Kecerdasan Emosional. Pemimpin yang memiliki emosional berkaitan dengan
pengendalian diri, memiliki semangat dan ketekunan dalam melaksanakan
setiap tugas yang merupakan tanggungjawabnya. Kesepuluh, Memiliki Kecerdasan Intelektual adalah kemampuan pemimpin yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas berpikir, menalar dan memecahkan masalah.
Kesebelas, Memiliki Kecerdasan Sosial. Pemimpin dengan kecerdasan sosial
tinggi, tidak akan menemui kesulitan saat memulai suatu interaksi dengan
seseorang atau sebuah kelompok, baik kelompok kecil maupun besar yang
dipimpinnya. Keduabelas, Visioner. Kepemimpinan visioner adalah pola
kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada Satuan dan usaha
yang perlu dilakukan bersama-sama dengan para anggotanya dengan cara
memberi arahan dan makna pada Satuan serta usaha yang dilakukan
berdasarkan visi yang jelas (Diana Kartanegara, 2003). Ketigabelas, Memiliki
6
Profesionalisme. Pemimpin yang menguasai dan mahir menggunakan peralatan
militer, mahir bergerak dan mahir menggunakan alat tempur serta mampu
mengerjakan tugas secara terukur dan memenuhi nilai-nilai akuntabilitas
(Doktrin KEP 2007). Keempatbelas, Memiliki Integritas yang berimplikasi pada Kemampuan Mempengaruhi, . Pemimpin yang memiliki integritas maka
implikasinya akan menghasilkan daya legitimasi dan daya pengaruh yang
besar, kekuatan mempengaruhi dikalangan prajurit TNI, masyarakat maupun
lingkungan organisasi, termasuk suprastruktur politik dan infrastruktur
politik, sehingga anak buah, pengagum dan pengikutnya akan dengan mudah
sadar dan ikhlas berjuang bersamanya demi kepentingan bangsa dan negara.
Inilah ke-14 Ciri Kepemimpinan yang harus dimiliki, sebagai kriteria ideal
Pemimpin TNI- AD yang negarawan dan berkarakter Sapta Marga.
Adapun titik berat pembahasan atau fokus bahasan pada tulisan ini
adalah pada , yaitu dengan bagaimana upaya tiap individu Pamen TNI AD
untuk mengembangkan dan membangun integritas dalam kepemimpinannya?
Yang juga akan berimplikasi pada tersusunnya totalitas daya legitimasi dan
daya pengaruh yang besar dalam kepemimpinan Pamen TNI-AD.
Selanjutnya pada perkembangan lingkungan strategis , global, regional
dan nasional akhir-akhir ini secara umum dapat memberikan peluang bagi
setiap Pamen TNI-AD untuk melakukan pengembangan kualitas
kepemimpinannya. Pertama, di bidang pembinaan teritorial, dampak
kemanunggalan TNI-Rakyat yang terus menerus dilakukan sebagai wujud
aplikasi dari metode Binter, telah menjadikan dukungan rakyat , dapat
digunakan sebagai pendukung pengembangan kualitas kepemimpinan yang
manunggal bersama rakyat. Kedua, akhir-akhir ini mulai dirasakan tidak
adanya tekanan-tekanan LSM dalam negeri maupun internasional terhadap
Angkatan Darat pada umumnya, disatu pihak ternyata dukungan rakyat mulai
dapat dirasakan. Dengan melihat hal ini maka sasaran kualitas kepemimpinan
harus mampu menjadikan rakyat semakin manunggal dengan TNI, terutama
dengan para Akademisi di jajaran Perguruan Tinggi dalam negeri maupun
Lembaga Pendidikan Angkatan Bersenjata Negara Lain. Ketiga, adanya
remunerasi yang mulai diterimakan meskipun belum 100%, menjadikan suatu
kekuatan membangkitkan semangat juang yang tinggi untuk meningkatkan
kualitas kepemimpinan, hal itu dimaknai sebagai wujud rasa bersyukur
kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa. Keempat, adanya jaringan
sistem informasi yang memadai di lingkungan Angkatan Darat merupakan
media yang harus dimanfaatkan untuk mempercepat proses pengembangan
7
kualitas kepemimpinan Pamen, yang sasarannya dapat mempersolid hubungan
dengan para atasan, teman sejawat dan anggota/bawahan, yang sangat
berguna untuk kelancaran pencapaian tugas pokok. Kelima, adanya program
Satuansama dibidang pertahanan dengan Angkatan Bersenjata negara-
negara lain merupakan kesempatan yang digunakan untuk pengembangan
kepemimpinan yang sasarannya berpotensi sebagai agen perubahan.
Kendala, Sedangkan ada kendala yang besar yang telah lama menjadi
penghalang bagi kemajuan pengembangan kepemimpinan yang luhur, yaitu: di
bidang kultur sebagai hirarki negatif yaitu yang disebut dengan loyalitas
tegak lurus. Penggunaannya, sering menjadikan yunior harus melakukan
perintah atasan, walau isi perintah itu salah, karena senior selalu “can’t do
know wrong”. Demikian juga pada lingkup pengerjaan produk strategis,
perintah atasan yang konservatif cenderung membatasi pengembangan
wawasan yang seharusnya perlu dimasukkan sebagai wujud dari perubahan
strategi musuh yang nyata benar-benar terjadi, yang dulunya tidak pernah
ada. Senior yang konservatif ini biasanya akan menghambat cara berpkir
yunior yang moderat. Jadi intinya kultur negatif yang telah lama terjadi ini
sampai sekarang masih belum hilang, dapat mempengaruhi pengembangan
kualitas kepemimpinan.
Dengan mengetahui hal tersebut, maka menjadi hal pokok yang perlu
disadari bahwa budaya negatif yang terjadi selama ini perlu diminimalisir,
dengan cara memberikan kesadaran pada setiap individu untuk dapat
mengembangkan dan membangun integritas dalam kepemimpinannya. Dengan
mengembangkan dan membangun integritas adalah suatu bentuk konsistensi
dalam menumbuhkan sekaligus dapat menunjukkan suatu keteladanan yang
implikasinya dapat menjadikan daya mempengaruhi lingkungan Satuannya,
yang sekaligus dapat menciptakan daya dorong semangat memotivasi
lingkungan Satuannya untuk juga terbawa membangun integritas. Hal ini
berarti secara tidak langsung juga dapat mendorong setiap individu di
lingkungan Satuan untuk belajar memahami secara bertahap dan mendalam
prinsip dalam menumbuh kembangkan integritas dalam diri masing-masing,
sehingga dapat menjadi individu yang memiliki sikap berprinsip.
Dengan memiliki sikap berprinsip berarti bisa disebut memiliki
integritas dalam kepemimpinan, yaitu pemimpin yang utuh lahir dan batin,
yang secara konsisten dapat memperlihatkan serta melaksanakan apa yang
dikatakan sesuai dengan tindakannya sehari-hari, sehingga berimplikasi akan
8
dipandang sebagai bernilai dan dapat dipercaya sekaligus diandalkan
sepenuhnya.
Integritas dalam Kepemimpinan merupakan suatu perilaku yang utuh,
konsisten, komitmen dari seorang pemimpin dalam perkataan sama dengan
tindakannya, memiliki kemampuan dan system nilai yang dianutnya, yang
ditampakkan dalam sikap hidupnya sehari-hari dimanapun ia berada dan
dengan siapapun terutama dalam tugas dan fungsinya sebagai pimpinan.
Jadi bila Pamen menjadi Pemimpin TNI-AD yang memiliki integritas, ini
berarti merupakan seni kepemimpinan yang dapat membangun kepercayaan
dan kredibelitasnya semakin besar, sehingga semakin besar pula orang
percaya padanya dan memberikan hak istimewa untuk mempengaruhi
peninbgkatan dan memelihara kualitas kinerja, termasuk dalam mengambil
keputusan, sehingga ia memiliki posisi untuk mempengaruhi, dan memimpin
dengan lebih baik guna menyelesaikan tugas pokok satuannya.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk pengembangan kualitas
kepemimpinan yang luhur, adalah bahwa setiap Pamen TNI-AD di dalam
memimpin harus dapat menciptakan atau memanfaatkan atau mengelola
keadaan tertentu yang telah terjadi, menjadi suatu keadaan yang
diharapkannya.
Adapun langkah menuju pengembangan dan membangun Integritas
dalam Kepemimpinan, tersusun dari 12 langkah yaitu langkah-langkah
mengembangkan integritas yang berimplikasi membangun kepercayaan
melalui sebuah kebiasaan yang konsisten dalam hubungan interaksi sosial di
lingkungan Satuan
Pertama, Berusaha untuk selalu transparansi dalam setiap melaksanakan tugas. Yakni sedapat mungkin tidak mencoba
menyembunyikan sesuatu dari rekan kerja di lingkungan Satuan. Menjauhkan
dari segala macam agenda/rencana tersembunyi, hindari berpikir yang
mencoba untuk dapat mengelabui lingkungan. Namun perlu diketahui, bahwa
kebanyakan orang memiliki intuisi yang baik, dan meskipun mereka tidak
mengetahui persis apa sebetulnya rencana tersembunyi anda, mereka
setidaknya memiliki perasaan yang kurang enak berada di dekat anda.
Biasanya orang-orang yang mempunyai rencana tersembunyi akan terlihat
dari bahasa tubuhnya. Jika mereka merasa tidak nyaman berada di dekat
seseorang, berarti mereka juga tidak akan bisa menaruh kepercayaan kepada
orang tersebut.
9
Kedua, Selalu bekerja dengan Ketulusan. Hal ini hampir mirip dengan
poin pertama. Berusaha agar dapat mengatakan sesuatu dengan jujur, dan
hindari untuk mencoba agar dapat mengelabui lingkungan dengan kata-kata,
seperti memberi pujian palsu atau pura-pura memberi dukungan. Sekali lagi,
lingkungan Satuan yang tulus, hakekatnya atau perlu dianggap mempunyai
semacam detektor alamiah, yang cepat atau lambat ketulusan itu sebenarnya
dapat dirasakan lingkungan Satuan. Sehingga, ketika lingkungan mengetahui
dan membuktikan bahwa seseorang betul-betul ada ketulusan, maka secara
otomatis kepercayaan lingkungan kantor akan meningkat dan sebenarnya
lingkungan Satuan sangat menyukai suatu ketulusan.
Ketiga, Berfokus pada penambahan Nilai. Dalam setiap hubungan
sosial di lingkungan Satuan, sedapat mungkin berusaha agar fokus pada
tindakan-tindakan yang menyentuh hati seseorang. Hal yang menyentuh hati
sebagai contoh, yaitu selalu bekerja keras, bekerja yang serius dan selalu
tuntas dalam menyelesaikan setiap produk tugas untuk itu. Hal ini karena
ketika berhasil memberi nilai tambah pada lingkungan Satuannya, maka
lingkungan Satuan tidak hanya merasakan bahwa yang menambah nilai di
lingkungan Satuan pasti berada di pihak lingkungan Satuan, maka otomatis
lingkungan satuan juga akan memiliki dorongan untuk melakukan hal yang
sama, yaitu akan berpengaruh positif dalam penyelesaian produk karena hasil
kekompakan lingkungan Satuan. Hal ini penilaian lingkungan akan positif,
karena dapat bekerja dengan kepentingan lingkungan Satuan lebih
diutamakan dari pada kepentingan sendiri.
Keempat, Dalam bekerja perlu hadir dengan seluruh jiwa raga/ mental maupun phisik. Yakni, bila dimana saja berbicara dengan rekan
kantor yang meliputi senior, yunior, maupun anggota maka agar selalu fokus
dan serius memperhatikan lawan bicara sehingga lawan bicara dapat
merasakan menjadi fokus utama. Sedapat mungkin bila di lingkungan kantor,
hindari berpikir tentang kondisi di rumah ketika sedang bersama rekan
kantor. Dengan hadir dengan seluruh jiwa raga/mental dan phisik berarti
akan memberikan waktu yang berkualitas, dan waktu yang berkualitas akan
membangun integritas yang berimplikasi membangun kepercayaan.
Kelima, Selalu dapat memperlakukan selalu rekan di lingkungan kantor sesuai dengan norma etika. Perilaku sebagai budaya timur yang
penuh dengan norma etika, sedapat mungkin selalu digunakan, sehingga
bekerja disertai dengan senyum dan sapaan yang sejuk perlu diwujudkan.
Selalu dapat menghormati harkat dan martabat rekan di lingkungan Satuan,
10
karena mereka sangat berhak diperlakukan dengan hormat. Ketika rekan
lingkungan Satuan mengetahui bahwa selalu dapat memperlakukan mereka
dengan hormat, maka pasti rekan lingkungan Satuanpun akan menaruh banyak
kepercayaan.
Keenam, Mengambil Tanggung Jawab dalam setiap tugas yang menjadi kewajiban. Ketika mendapat tugas , maka segera ambil saja
tanggung jawab yang diberikan, dan tidak perlu banyak berpikir atau
pertimbangan untung rugi, karena hakekatnya mendapat tugas itu adalah
harus dikerjakan, jadi bukan ditimbang timbang, tetapi langsung harus
diklerjakan. Pada saat ini, berani bertanggung jawab merupakan karakter
yang sulit ditemukan dimana kebanyakan lebih sering menghindari
konsekuensi negatif. Dengan demikian, maka saat ini harus berani untuk
membuat perbedaan maka itu adalah suatu integritas yang implikasinya akan
merebut kepercayaan di lingkungan Satuan.
Ketujuh. Fokus Pada Umpan Balik. Berani menanyakan tentang agar
dapat mengetahui seberapa baik hubungan dengan rekan kerja adalah dengan
cara meminta umpan balik (feedback) dari rekan tersebut. Sehingga hindari
hanya pasif menunggu rekan kerja yang memberi umpan balik, namun harus
aktif memintanya. Kebanyakan orang takut untuk memberikan umpan balik,
apalagi jika mengandung hal negatif. Maka dengan cara meminta dengan tulus
kepada rekan kerja dan selanjutnya dapat memberi respon yang baik, maka
rekan tersebut akan rela untuk memberikan umpan balik. Selanjutnya,
menerima semua umpan balik, baik yang positif maupun negatif, dan sebisa
mungkin merubah kebiasaan yang kurang baik berdasarkan umpan balik
tersebut.
Kedelapan. Menerima kritikan dengan baik. Belajar untuk menerima
atau mengatasi kritik dengan rasa syukur. Dibanding dengan bertahan
(defensive), pertimbangkan apa yang dikatakan rekan kerja, mungkin ada
benarnya. Hindari menutup diri dari segala kritik, karena hal ini mempunyai
dampak menutup segala komunikasi. Dalam beberapa kasus, kritik mungkin
ada yang tidak benar. Untuk contoh ini, maka hal ini manfaatnya mempunyai
kesempatan untuk menunjukkan empati. Perlu dicoba mengerti permasalahan
rekan kerja dari sudut pandangnya, dan maklumi. Karena mungkin kritik
hanyalah sekedar luapan emosi dari kekesalan yang mereka miliki. Tetapi
yang penting kerelaan untuk tidak mengambil sikap bertahan justru akan
meningkatkan rasa kepercayaan dalam hubungan sosial dengan rekan kerja di
lingkungan Satuan.
11
Kesembilan, Dapat menampilkan dengan sopan untuk berbudi bahasa dan bertutur kata yang baik. Kesopanan dalam berbudi bahasa dan
bertutur kata yang baik harus dapat anda pegang teguh. Hanya ucapkan
kata-kata yang baik kepada rekan kerja, meskipun rekan kerja tersebut
tidak berkata baik. Dan Cepat untuk meminta maaf ketika mengetahui bahwa
salah. Mengapa harus melakukan ini? Pertama, bayangkan apa yang dirasakan
jika rekan kerja mendapatkan pengalaman yang baik. Kedua, membayangkan
tingkah laku rekan kerja yang akan ikut terbawa menjadi lebih baik. Dengan
tampilan yang selalu sopan, maka rekan kerja akan menaruh kepercayaan
yang sangat besar.
Kesepuluh, Dapat Memegang Janji yang diucapkan. Janji adalah
sesuatu yang memiliki dampak yang sangat kuat, maka menepati semua janji
yang telah dibuat. Membuat kata-kata jauh lebih kuat dibanding kontrak
tertulis apapun, dan hindari dengan tidak sekali-kali membuat janji kosong.
Dengan demikian, maka mereka akan menghargai dan menaruh kepercayaan
yang tinggi.
Kesebelas, Konsisten dalam berperilaku. Yang tidak kalah penting,
dalam berperilaku maka perlu konsisten dengan perilaku-perilaku diatas. Jadi
diharapkan tidak hanya sesekali saja dalam melakukannya, sehingga
konsistensi adalah kunci untuk menjaga tetap besarnya kepercayaan rekan
kerja di lingkungan Satuan.
Keduabelas, Mengembangkan hubungan sosial atau pelayanan. Yaitu
dapat berbuat sebagai contoh tauladan yang nyata mudah untuk dicari atau
dan diajak bicara oleh rekan kerja yang meliputi Senior, Teman, Yunior
maupun Anggota, sebagai suatu kegiatan yang menjadi sistem maupun
prosedur tetap/kerja positif dalam hal hubungan sosial, umum atau
pelayanan dinas sekalipun.
Bila Pamen TNI-AD sebagai pemimpin yang memiliki integritas dalam
kepemimpinannya, maka dia akan mendapat kepercayaan dari orang-orang di
sekelilingnya, yang sekaligus sebagai daya tarik yang kuat di lingkungan
satuannya, sehingga kinerja satuan dapat lebih meningkat dan sekaligus
dapat memelihara kinerja yang telah dihasilkan. .
Penutup.
Sesuai dengan perkembangan kondisi saat ini dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut :
12
Pertama, Dalam menghadapi tantangan global saat ini menuntut adanya
mengembangkan kemampuan kepemimpinan melalui Media Pendidikan, Media
Penugasan dan Media Pengembangan diri.
Kedua, Dalam praktek di medan tugas untuk mengaplikasikan
kepemimpinan Pamen TNI AD yang masing-masing sebagai Individu yang
Pemimpin dimasa kini dan akan datang, diperlukan pedoman bentuk Ideal
Pemimpin yang Negarawan dan berkarakter Sapta Marga yang harus memiliki
14 Ciri Kepemimpinan yaitu memiliki: 1) Kecerdasan Spiritual. 2)
Kepemimpinan Global. 3) Komunikasi Global. 4) Manajerial Global. 5)
Negosiasi Global. 6) Kearifan Indonesia. 7) Berani dan Tegas dalam
mengambil keputusan. 8) Kepekaan. 9) Kecerdasan Emosional. 10) Kecerdasan
Intelektual. 11) Kecerdasan Sosial. 12) Visioner. 13) Profesional. 14)
Integritas yang berimplikasi pada Kemampuan Mempengaruhi.
Ketiga, Upaya yang harus ditempuh untuk Pengembangan Integritas
dalam Kepemimpinan guna meningkatkan dan memelihara Kinerja Pamen
dalam rangka mendukung Reformasi Internal TNI-AD, berupa langkah-
langkah yang dapat membangunkan kepercayaan melalui sebuah kebiasaan
yang konsisten dalam hubungan interaksi sosial di lingkungan Satuan tempat
bekerja sebagai berikut :
1) Berusaha untuk selalu transparansi dalam setiap melaksanakan tugas. 2)
Selalu bekerja dengan Ketulusan. 3) Berfokus pada penambahan Nilai. 4)
Dalam bekerja perlu hadir dengan seluruh jiwa raga/mental maupun phisik.
5) Selalu dapat memperlakukan selalu rekan di lingkungan Satuan sesuai
dengan norma etika. 6) Mengambil Tanggung Jawab dalam setiap tugas yang
menjadi kewajibannya. 7) Berfokus pada Umpan Balik. 8) Menerima
kritikan dengan baik. 9) Dapat menampilkan dengan sopan untuk berbudi
bahasa dan bertutur kata yang baik. 10) Dapat Memegang Janji yang
diucapkan. 11) Konsisten dalam berperilaku. 12) Mengembangkan hubungan
sosial atau pelayanan
Bandung, 22 Februari 2013
Penulis,
Wibisono Poespitohadi