Upload
hahuong
View
228
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara mahkluk hidup
dengan lingkungannya. Ekologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari
tentang hubungan timbal balik antara mehkluk hidup dengan lingkungan.
Dalam membahas ekologi tidak terlepas dari populasi. Keduanya memiliki
hubungan yang erat.
Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan
kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan
dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya.
Dalam sebuah ekosistem tersusun oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut yaitu faktor biotik dan faktor abiotik.
Untuk lebih lengkapnya maka disusun makalah ini yang berjudul
“EKOSISTEM POPULASI”
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu ekosistem populasi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyusun ekosistem.
3. Untuk mengetahui macam-macam ekosistem.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekologi Populasi
Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme
dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos
("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara
makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali
dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk
hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem
dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik.
Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi,
sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas,
dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang
menunjukkan kesatuan.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru
muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang
besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana
makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan
hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam
tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan
lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang
menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan
ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan
manusia dan tingkat tropik.
Konsep Ekologi
Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen
ekosistem harus dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang
(homeostatis). Perubahan terhadap salah satu komponen akan
memengaruhi komponen lainnya. Homeostatis adalah kecenderungan
sistem biologi untuk menahan perubahan dan selalu berada dalam
keseimbangan. Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri
seperti halnya komponen penyusunnya yaitu organisme dan populasi.
Dengan demikian, ekosistem dapat dianggap suatu cibernetik di alam.
Namun manusia cenderung mengganggu sistem pengendalian alamiah ini.
Ekosistem merupakan kumpulan dari bermacam-macam dari alam
tersebut, contoh hewan, tumbuhan, lingkungan, dan yang terakhir
manusia. (Anonymousa,2011)
Ekologi Tumbuhan
1. CAHAYA
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber
energi utama bagi ekosistem. Ada tiga aspek penting yang perlu dikaji dari
faktor cahaya, yang sangat erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu:
Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.
Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.
Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang
bersinar setiap hari.
1. Kualitas Cahaya
Secara fisika, radiasi matahari merupakan gelombang- gelombang
elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Tidak semua
gelombang- gelombang tadi dapat menembus lapisan atas atmosfer untuk
mencapai permukaan bumi. Umumnya kualitas cahaya tidak
memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara satu tempat dengan
tempat lainnya, sehingga tidak selalu merupakan faktor ekologi yang
penting.
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang
gelombang antara 0,39 – 7,6 mikron. Klorofil yang berwarna hijau
mengasorpsi cahaya merah dan biru, dengan demikian panjang gelombang
itulah yang merupakan bagian dari spectrum cahaya yang sangat
bermanfaat bagi fotosintesis.
Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang
berarti untuk mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem perairan, cahaya
merah dan biru diserap fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga
cahaya hijau akal lewat atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan
sangat sulit untuk diserap oleh fitoplankton.
Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas.
Yang jelas cahaya ini dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu
mempengaruhi perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya
yaitu bentuk- bentuk daun yang roset, terhambatnya batang menjadi
panjang
2. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya
terpenting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga
pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi
baik dalam ruang/ spasial maupun dalam waktu/temporal.
Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering
(zona arid), sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis
lintang rendah, cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut
yang besar dengan permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang
tembus berada dalam ketebalan minimum.
Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada
garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap
permukaan bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar
menembus lapisan atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih
banyak cahaya yang direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan
pencemar di atmosfer.
Kepentingan Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu
vegetasi akan menahan dann mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini
akan menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan
sejumlah energi yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Intensitas
cahaya yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya
yang kuat sekali dapat merusak enzim akibat foto- oksidasi, ini menganggu
metabolisme organisme terutama kemampuan di dalam mensisntesis
protein.
Titik Kompensasi
Dengan tujuan untuk menghasilkan produktivitas bersih, tumbuhan harus
menerima sejumlah cahaya yang cukup untuk membentuk karbohidrat yang
memadai dalam mengimbangi kehilangan sejumlah karbohidrat akibat
respirasi. Apabila semua faktor- faktor lainnya mempengaruhi laju
fotosintesis dan respirasi diasumsikan konstan, keseimbangan antara kedua
proses tadi akan tercapai pada sejumlah intensitas cahaya tertentu.
Harga intensitas cahaya dengan laju fotosintesis (pembentukan
karbohidrat), dapat mengimbangi kehilangan karbohidrat akibat respirasi
dikenal sebagai titik kompensasi. Harga titik kompensasi ini akan berlainan
untuk setiap jenis tumbuhan.
Heliofita dan Siofita
Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat –tempat dengan
intensitas cahaya yang tinggi disebut tumbuhan heliofita. Sebaliknya
tumbuhan yang hidup baik dalam situasi jumlah cahaya yang rendah,
dengan titik kompensasi yang rendah pula disebut tumbuhan yang senang
teduh (siofita), metabolisme dan respirasinya lambat. Salah satu yang
membedakan tumbuhan heliofita dengan siofita adalah tumbuhan heliofita
memiliki kemampuan tinggi dalam membentuk klorofil.
Cahaya Optimal bagi Tumbuhan
Kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila
cahaya melebihi titik kompensasinya.
Adaptasi Tumbuhan terhadap Cahaya Kuat
Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai
adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat
atau supraoptimal. Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas yang
tinggi, kloroplasnya berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga
cahaya yang diterima hanya oleh dinding vertikalnya. Antosianin berperan
sebagai pemantul cahaya sehingga menghambat atau mengurangi
penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam.
3. Lama Penyinaran
Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan
mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari
suatu organisme terhadap lamanya penyinaran sinar matahari. Contoh dari
fotoperiodisme adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan dormansi.
Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme
akan konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperata/
bermusim panjang hari lebih dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan
kurang dari 12 jam pada musim dingin.
Berdasarkan responnya terhadap periode siang dan malam, tumbungan
berbunga dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
Tumbuhan berkala panjang
Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang hari lebih dari 12 jam untuk
terjadinya proses perbungaan, seperti gandum, bayam, dll.
Tumbuhan berkala pendek
Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih pendek dari 12 jam
untuk terjadinya proses perbungaan, seperti tembakau dan bunga krisan.
Tumbuhan berhari netral
Tumbuhan yang tidak memerlukan periode panjang hari tertentu untuk
proses perbungaannya, misalnya tomat.
Apabila beberapa tumbuhan terpaksa harus hidup di kondisi fotoperiodisme
yang tidak optimal, maka pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan
vegetatif. Di daerah khatulistiwa, tingkah laku tumbuhan sehubungan
dengan fotoperiodisme ini tidaklah menunjukkan adanya pengaruh yang
mencolok. Tumbuhan akan tetap aktif dan berbunga sepanjang tahun
asalkan faktor- faktor lainnya dalam hal ini suhu, air, dan nutrisi tidak
merupakan faktor pembatas.
2. SUHU
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu
dapat memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Rai dkk (1998) suhu dapat berperan langsung hampir pada setiap
fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam
tumbuhan tersebut, sedangkan berperan tidak langsung dengan
mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan
mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan
hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme.
Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri
pengaruh suhu sebagai faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin
diubah menjadi energi panas ketika cahaya diabsorpsi oleh suatu substansi.
Suhu sering berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol
fungsi- fungsi dari organisme.
Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi
sulit untuk menentukan suhu yang bagaimana yang berperan nyata, apakah
keadaan maksimum, minimum atau keadaan harga rata- ratanya yang
penting.
1. Variasi suhu
Sangat sedikit tempat- tempat di permukaan bumi secara terus-
menerus berada dalam kondisi terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem
kehidupan, suhu biasanya mempunyai variasi baik secara ruang maupun
secara waktu. Variasi suhu ini berkaitan dengan garis lintang, dan sejalan
dengan ini juga terjadi variasi local berdasarkan topografi dan jarak dari
laut.
Terjadi juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam
hutan dan ekosistem perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu pada
permukaan kanopi hutan dengan suhu di bagian dasar hutan akan terlihat
dengan jelas. Demikian juga perbedaan suhu berdasarkan kedalaman air.
Seperti halnya dengan faktor cahaya, letak dari sumber panas ( matahari ),
bersama- sama dengan putarannya bumi pada porosnya akan menimbulkan
variasi suhu di alam tempat tumbuhan hidup.
Jumlah panas yang diterima bumi juga berubah- ubah setiap saat
tergantung pada lintasan awan, bayangan tumbuhan setiap hari, setiap tahun
dan gejala geologi.
Begitu matahari terbit pagi hari, permukaan bumi mulai
memperoleh lebih banyak panas dibandingkan dengan yang hilang karena
radiasi panas bumi, dengan demikian suhu akan naik dengan cepat. Setelah
beberapa jam tercapailah suhu yang tinggi sekitar tengah hari, setelah lewat
petang mulailah terjadi penurunan suhu maka bumi ini akibat reradiasi yang
lebih besar dibandingkan dengan radiasi yang diterima. Pada malam hari
penurunan suhu muka bumi akan bertambah lagi, panas yang diterima
melalui radiasi dari matahari tidak ada, sedangkan reradiasi berjalan terus,
akibatnya ada kemungkinan suhu permukaan bumi lebih rendah dari suhu
udara disekitarnya. Proses ini akan menimbulkan fluktuasi suhu seharian,
dan fluktuasi suhu yang paling tinggi akan terjadi di daerah antara ombak di
tepi pantai.
Berbagai karakteristika muka bumi penyebab variasi suhu :
a. Komposisi dan warna tanah, makin terang warna tanah makin banyak
panas yang dipantulkan, makin gelap warna tanah makin banyak panas
yang diserap.
b. Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat
memberikan respon pada pancaran panas daripada tanah yang padat,
terutama erat kaitannya dengan penembusan dan kadar air tanah,
makin basah tanah makin lambat suhu berubah.
c. Kerimbunan Tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu bergerak
dengan bebas maka tidak ada perbedaan suhu antara tempat terbuka
dengan tempat tertutup vegetasi. Tetapi kalau angin tidak menghembus
keadaan sangat berlainan, dengan kerimbunan yang rendah mampu
mereduksi pemanasan tanah oleh pemancaran sinar matahari.
Ditambah lagi kelembaban udara dibawah rimbunan tumbuhan akan
menambah banyaknya panas yang dipakai untuk pemanasan uap air,
akibatnya akan menaikan suhu udara. Pada malam hari panas yang
dipancaran kembali oleh tanah akan tertahan oleh lapisan kanopi,
dengan demikian fluktuasi suhu dalam hutan sering jauh lebih rendah
jika dibandingkan dengan fluktuasi di tempat terbuka atau tidak
bervegetasi.
d. Iklim mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukkan
adanya pengaruh terhadap iklim mikro. Asap dan gas yang terdapat di
udara kota sering mereduksi radiasi. Partikel- partikel debu yang
melayang di udara merupakan inti dari uap air dalam proses
kondensasinya uap air inilah yang bersifat aktif dalam mengurangi
pengaruh radiasi matahari tadi.
e. Kemiringan lereng dan garis lintang, kemiringan lereng sebesar 50
dapat mereduksi suhu sebanding dengan 450 km perjalanan arah ke
kutub.
Variasi suhu berdasarkan waktu/ temporal terjadi baik musiman
maupun harian, kesemua variasi ini akan mempengaruhi penyebaran
dan fungsi tumbuhan.
1. Suhu dan Tumbuhan
Kehidupan di muka bumi ini berada dalam suatu bahan kisaran suhu antara
00 C sampai dengan 500 C, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan
mempunyai suhu minimum, maksimum dan optimum yang diperlukan
untuk aktifitas metabolismenya. Suhu- suhu tadi yang diperlukan
organisme hidup dikenal dengan suhu kardinal.
Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya karena
adanya pertukaran suhu yang terus- menerus antara tumbuhan dengan udara
sekitarnya.
Kisaran toleransi suhu bagi tumbuhan sangat bevariasi, untuk tanaman di
tropika, semangka, tidak dapat mentoleransi suhu di bawah 150 – 180 C,
sedangkan untuk biji- bijian tidak bisa hidup dengan suhu di bawah minus
20 C – minus 50 C. Sebaliknya konifer di daerah temperata masih bisa
mentoleransi suhu sampai serendah minus 300 C. Tumbuhan air umumnya
mempunyai kisaran toleransi suhu yang lebih sempit jika dibandingkan
dengan tumbuhan di daratan.
Secara garis besar semua tumbuhan mempunyai kisaran toleransi terhadap
suhu yang berbeda tergantung pada umur, keseimbangan air dan juga
keadaan musim.
3. AIR
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa
pun juga. Tanpa air seluruh organisme tidak akan dapat hidup. Bagi
tumbuhan, air mempunyai peranan yang penting karena dapat melarutkan
dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah.
Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung
dari iklim di daerah yang bersangkutan.
Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368
juta km3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan
dan salju. Air tawar terutama terdapat di danau, sungai, air tanah (ground
water) dan gunung es (glacier). Semua badan air di daratan dihubungkan
dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara
kontinu (Effendi, 2003).
a. Sifat air
Menurut Benyamin Lakitan (2001) dan Hefni Effendi (2003) air memiliki
karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain,
yaitu.
1. Berbentuk cair pada suhu ruang. Semakin besar ukuran molekul suatu
senyawa maka pada suhu ruang senyawa tersebut akan cenderung
berbentuk cair. Sebaliknya jika ukurannya kecil maka akan cenderung
berbentuk gas.`Air yang berat molekulnya sebesar 18 gr/mol berbentuk
cair dalam suhu ruang karena adanya ikatan hidrogen yang antara
molekul-molekul air, sehingga tiap molekul air akan tidak mudah
terlepas dan berubah bentuk menjadi gas.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat
sebagai penyimpan panas yang baik. Sifat ini memungkinkan air tidak
menjadi panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu yang
lambat ini mencegah terjadinya stress pada makhluk hidup akibat
perubahan suhu yang mendadak dan juga memelihara suhu bumi agar
sesuai dengan makhuk hidup.
3. Panas laten vaporisasi dan fusi yang tinggi. Panas laten vaporisasi
adalah energi yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 gr pada suhu
20oC. Sedangkan panas laten fusi adalah energi yang dibutuhkan untuk
mencairkan 1 gr es pada suhu 0oC. Besarnya energi panas laten
vaporisasi adalah 586 cal dan untuk panas laten fusi adalah 80 cal.
Tingginya energi yang diperlukan untuk menguapkan air ini penting
artinya bagi tumbuhan dalam upaya menjaga stabilitas suhu daun
melalui proses transpirasi.
4. Viskositas (hambatan untuk pengaliran) rendah. Karena ikatan-ikatan
hidrogen harus diputus agar air dapat mengalir, maka ada anggapan
bahwa viskositas air akan tinggi. Tapi pada kenyataannya tidaklah
demikian, karena pada air dalam keadaan cair, setiap ikatan hidrogen
dimiliki bersama-sama oleh dua molekul air lainnya, sehingga ikatan
hidrogennya menjadi lemah dan mudah terputus. Inilah yang
menyebabkan viskositas air rendah. Viskositas air yang rendah ini
menyebabkan air menjadi pelarut yang baik, sifat ini memungkinkan
unsur hara terlarut dapat diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk
hidup dan mampu mengangkut bahan-bahan toksik yang masuk dan
mengeluarkannya ke luar tubuh.
5. Adanya gaya adhesi dan kohesi. Air bersifat polar sehingga gaya tarik
menarik antara molekul air dengan molekul lainnya (misalnya dengan
protein dan polisakarida penyusun dinding sel) akan mudah terjadi.
Adhesi merupakan daya tarik menarik antara molekul air yang
berbeda. Kohesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang sama.
Adanya kohesi dan adhesi ini menyebabkan air dapat diangkut ke
seluruh tubuh tumbuhan melalui jaringan xilem. Selain itu juga
menyebabkan adanya tegangan permukaan yang tinggi, ini
memungkinkan air mampu membasahi suatu bahan secara baik.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika membeku.
Ini berarti es memiliki kerapatan atau densitas (massa/volume) yang
lebih rendah dibandingkan air. Dengan demikian es akan mengapung
di atas air. Sifat ini mengakibatkan air permukaan yang berada di
daerah beriklim dingin hanya membeku dipermukaan saja sehingga
organisme akuatik masih bisa bertahan hidup.
b. Jenis –jenis air
Secara umum air yang terdapat di bumi ini digolongkan ke dalam dua jenis,
yaitu:
1. Air tanah (ground water), adalah air yang terdapat di bawah permukaan
tanah dan tidak dapat dilihat secara langsung. Air tanah ditemukan pada
lapisan akifer yaitu lapisan yang bersifat porous (mampu menahan air) dan
permeable (mampu memindahkan air). Pergerakan air tanah sangat lambat,
kecepatan arus berkisar antara 10-10-10-3 m/detik sehingga waktu tinggal air
(residence time) berlangsung lama. Air tanah ini dibagi menjadi dua jenis
yaitu air tanah preatis dan air tanah artesis. Air tanah preatis adalah air
tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas
lapisan kedap air/impermeable. Sedangkan air tanah artesis merupakan air
tanah yang letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua
lapisan kedap air.
2. Air permukaan (surface water), adalah air yang terdapat di atas
permukaan bumi dan tidak terinfiltrasi ke dalam bumi. Contoh air
permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain
sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
perairan tergenang (lentik) dan perairan mengalir (lotik). Perairan
tergenang meliputi danau, waduk, kolam dan rawa. Pada umumnya perairan
lentik ini dicirikan dengan arus yang lambat (0,001-0,01 m/detik) sehingga
waktu tinggal air (residence time) dapat berlangsung lama. Perairan
mengalir salah satunya adalah sungai, sungai dicirikan oleh arus yang
searah dan relatif kencang dengan kecepatan arus berkisar antara 0,1-1,0
m/detik.
c. Sumber air
Secara umum ada beberapa sumber air yang dapat kita gunakan secara
langsung atau melalui pengolahan sederhana terlebih dahulu yaitu antara
lain :
1. Air dari PDAM. Air dari PDAM adalah termasuk air yang bisa
dikonsumsi secara langsung untuk kebutuhan sehari-hari: masak, mandi,
mencuci; air PDAM yang akan diminum harus direbus dahulu. Namun air
PDAM ini kadang belum tersedia diberbagai tempat.
2. Air hujan. Air hujan adalah air murni yang berasal dari sublimasi uap air
di udara yang ketika turun melarutkan benda-benda diudara yang dapat
mengotori dan mencemari air hujan seperti: gas (O2, CO2, N2, dll), jasat
renik, debu, kotoran burung, dll. Air hujan yang berasal dari cucuran
talang/genteng rumah di tampung dalam bak penampungan. Untuk
mengindari bahan-bahan pengotor dan pencemar yang berasal dari
talang/genteng dan udara caranya adalah waktu awal penampungan air
hujan 15 menit setelah hujan turun. Di bawah talang diberi saringan dari
ijuk/kerikil/pasir. Dan sebelum diminum air harus dimasak dahulu.
3. Mata air. Di daerah pegunungan atau perbukitan sering terdapat mata air.
Air mata air berasal dari air hujan yang masuk meresap kedalam tanah dan
muncul keluar tanah kembali karena kondisi batuan geologis didalam tanah.
Kondisi geologis mempengaruhi kualitas air mata air, pada umumnya
kualitasnya baik dan bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, tetapi
harus dimasak sebelum diminum.
4. Air tanah. Air tanah berasal dari air hujan yang meresap dan tertahan di
dalam bumi. Air tanah dapat dibagi menjadi air tanah dangkal dan air tanah
dalam. Bagaimana mendapatkan air tanah caranya adalah dengan mengebor
atau menggali. Macam sumur untuk mendapatkan air tanah adalah:
1. Sumur gali, adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara menggali
dan menaikkan airnya dengan ditimba.
2. Sumur pompa tangan adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara
mengebor dan menaikkan airnya dengan pompa dengan tenaga tangan.
3. Sumur pompa listrik adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara
mengebor dan menaikkan airnya dengan dipompa dengan tenaga listrik.
5. Air permukaan. Air permukaan seperti air sungai, air rawa, air danau, air
irigasi, air laut dan sebagainya adalah merupakan sumber air yang dapat
dipakai sebagai bahan air bersih dan air minum tetapi perlu pengolahan. Air
permukaan sifatnya sangat mudah terkotori dan tercemar oleh bahan
pengotor dan pencemar yang mengapung, melayang, mengendap dan
melarut di air permukaan. Karena sifatnya yang demikian maka sebelum
diminum air permukaan perlu diolah terlebih dahulu sampai benar-benar
aman dan memenuhi syarat sebagai air bersih atau air minum.
d. Siklus air (water cycle)
Karakteristik air dalam proses siklusnya secara fisik memperlihatkan
berbagai fase, mulai dari bentuk uap air di udara sampai air dalam tanah.
Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam
atmosfer bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000
meter. Bila seluruh uap air berkondensasi (atau mengembun) menjadi
cairan, maka seluruh permukaan bumi akan tertutup dengan curah hujan
kira-kira sebanyak 2,5 cm. Air terdapat di atmosfer dalam tiga bentuk yaitu
dalam bentuk uap yang tak kasat mata, dalam bentuk butir cairan dan
hablur es. Kedua bentuk yang terakhir merupakan curahan yang kelihatan,
yakni hujan, hujan es, dan salju.
Siklus air adalah mekanisme transformasi (pergerakan) air yang selalu
terjadi setiap saat. Dalam proses transformasi biasanya desertai dengan
perubahan wujud, sifat dan mutu ataupun air tetap dalam kondisi awal
(Tersiawan, 2005). Secara garis besar transformasi itu dapat berupa
evaporasi, transpirasi, kondensasi, presipitasi dan perkolasi.
Ketika terjadi hujan, airnya akan turun ke permukaan bumi. Air ini
sebagian akan mengalir ke permukaan bumi menuju ke daerah yang lebih
rendah dan bermuara di laut atau di danau. Sebagian lagi akan terserap oleh
bumi dan mengalir di dalam tanah atau tersimpan di dalam tanah sebagai
air tanah.
Siklus air ini digerakkan oleh matahari. Panas yang dipancarkan oleh
matahari akan membuat air laut, air permukaan dan daratan menguap,
bahkan air dari makhluk hidup pun ikut mengalaminya (evaporasi dan
transpirasi). Ketika uap air mendingin dan menjadi mampat terbentuklah
awan yang kemudian digerakkan oleh angin.
Angin ini akan membawa gumpalan-gumpalan awan ke daerah yang
memiliki tekanan temperatur yang lebih rendah. Jika awan yang dibawa
oleh angin ini melalui daerah pegunungan, maka gerakannya akan terhalang
dan didorong untuk naik lebih tinggi lagi. Karena temperatur akan semakin
rendah apabila semakin tinggi dari permukaan laut, maka awan yang
mengandung uap air tadi mencapai titik embunnya dan terbentuklah
butiran-butiran air yang kemudian jatuh kembali ke bumi sebagai air hujan
(presipitasi).
Air hujan ini akan mengalir lagi di permukaan bumi, ke daerah yang lebih
rendah, dan sebagian diserap oleh bumi (perkolasi). Kemudian terus
menuju ke laut atau ke danau dan apabila terkena sinar matahari akan
menguap ke udara dan membentuk awan. Awan akan berkumpul dan
kemudian dibawa oleh angin dan mengembun dan berubah menjadi hujan.
Begitulah seterusnya siklus dari air yang berulang secara bergantian.
Adapun proses siklus hidrologi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
e. Peranan Air bagi Tumbuhan
Menurut Rai (1998), air memiliki beberapa peranan penting bagi tumbuhan
yaitu antara lain :
1. Struktur Tumbuhan. Air merupakan bagian terbesar pembentukan
jaringan dari semua makhluk hidup. Antara 40% sampai 60% dari berat
segar pohon tersusun atas air. Cairan yang mengisi sel memiliki peran
dalam menjaga substansi tetap dalam keadaan yang tepat untuk
menjalankan fungsi metabolisme.
2. Sebagai Penunjang. Tumbuhan memerlukan air untuk menunjang
jaringan-jaringan yang tidak berkayu. Apabila sel-sel jaringan tersebut
memiliki cukup air, maka sel-sel tersebut akan berada dalam keadaan
kokoh. Air yang ada dalam sel tumbuhan tersebut nantinya akan
menghasilkan suatu tekanan yang disebut tekanan turgor. Dengan adanya
tekanan turgor tersebut akan menyebabkan sel mengembang dan apabila
jumlah air tidak memadai akan menyebabkan terjadinya proses plasmolisis.
3. Alat Angkut. Air di perlukan oleh tumbuhan sebagai alat untuk
mengangkut materi dan nutrisi di sekitar tubuhnya, dan menyalurkan materi
dan nutrisi tersebut ke bagian tumbuhan lainnya sebagai substansi yang
terlarut dalam air.
4. Pendinginan. Tumbuhan akan mengalami proses transpirasi, akibat dari
proses transpirasi tersebut akan menyebabkan tumbuhan kehilangan air.
Hilangnya sebagian air dari tumbuhan akan mendinginkan tubuh tumbuhan
tersebut dan menjaga tumbuhan dari pemanasan yang berlebihan sehingga
suhu tanaman menjadi konstan.
5. Pelarut dan medium reaksi biokimia
6. Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan sel dan
pembesaran sel)
7. Bahan baku fotosintesis
f. Adaptasi tumbuhan terhadap kondisi ekstrim
Kekeringan merupakan situasi yang sering di alami oleh tumbuhan.
Suhu yang tinggi bisa juga memberikan pengaruh terhadap kekurangan air
bagi tumbuhan. Bila musim kering itu bersifat periodik dan merupakan
karakteristik daerah tersebut, maka tumbuhan yang ada disekitarnya akan
memperlihatkan penyesuaian dirinya. Berbagai cara penyesuaian terhadap
lingkungannya tergantung pada tumbuhan tersebut.
Warning mengelompokkan dunia tumbuhan berdasarkan toleransinya
terhadap air, yaitu antara lain :
1. Hidrofit, merupakan kelompok tumbuhan yang hidup dalam air atau pada
tanah yang tergenang secara permanen.
2. Halofita, merupakan kelompok tumbuhan yang tumbuh pada lingkungan
berkadar garam tinggi.
3. Xerofita, kelompok tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup di daerah
kering.
4. Mesofita, kelompok tumbuhan yang bertoleransi pada kondisi air tanah
yang tidak terlalu ekstrim. (Anonymousb,2011)
1. Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang sudah ada sejak beratus tahun lalu, pencetusnya
adalah Ernest Haekel seorang zoologist berkebangsaan Jerman, kata
oekologie berasal dari kata Oikos yang artinya rumah.dan logos yang
artinya ilmu sehingga secara harafiah dimaksudkan kajian mengenai
mahkluk hidup di habitat atau dalam lingkungannya.
Pengkajian pada tingkat hirarkhi makluk hidup disamping memerlukan
dukungan dan bantuan dari ilmu lain juga perkembangan tekologi serta alat,
tidak terkecuali dengan ekologi tumbuhan yang sangat terkait dengan
perkembangan ilmu morphologi tumbuhan dan klasifikasi tumbuhalam
serta alat yang dipergunakan untuk kajian lebih dalam.
Pengkajian pada masing masing hirarkhi makluk hidup membahas
mengenai hubungan lingkungannya dengan makhluk hidup tersebut, baik
secara biotik dan aboiotik pada tingkatan hirarkhinya. Hubungan antara
lingkungan biotik dan abiotik dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:
KOMP
ONEN
BIOTI
K GEN SEL
JARING
AN
ORGA
N
ORGANIS
ME POP.
EKO
SIST
EM
KOMP
ONEN
ABIOT
IK BAHAN ENERGI
BIOSIS
TEM SISTEM
SISTE
M SISTEM
SISTE
M SISTEM
SISTE
M
EKO
SIST
EM
GENETI
KA SEL
JARING
AN
ORGA
N
ORGANIS
ME
POPU
LASI
Masing masing hirarkhi makluk hidup mempunyai lingkungan sehingga
membentuk suatu biosistem yang khusus dimana masing masing hirarkhi
berbeda secara ekologis.
Ekologi tumbuhan adalah kajian pada tingkatan hirarkhi organisme
dan populasi, serta ekosistem yang ditempati, berkaitan dengan kondisi
tersebut maka kajian dimulai dari pengenalan tanaman, analisis berdasarkan
parameter ekologi yang digunakan, dimulai dari tingkatan yang paling luas
yang menutup permukaan bumi yang disebut sebagai vegetasi.
2. Lingkungan
Lingkungan hidup dari suatu organisme adalah semua faktor biotik
dan abiotik yang potensial mempengaruhi organisme. Lingkungan tersebut
juga merupakan habitat organisme yang terdiri dari komponen biotik dan
abiotik yang keduanya secara potensial mempengaruhi kehidupan makluk
hidup tersebut. Sebagai contoh komponen biotik adalah: kompetisi,
mutualisme, alelopaty serta beberapa interaksi antara makluk hidup.
Kompenen abiotik yang dijelaskan di bab belakang meliputi komponen
phisik dan kimia yang mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi tanaman.
Sedangkan lingkungan hidup tanaman dibagi dalam dua kelompok
besar, pertama: lingkungan makro yaitu suatu lingkungan yang
berpengaruh secara umum atau regional, sedangkan yang ke dua adalah
lingkungan mikro adalah lingkungan yang paling dekat dengan tanaman
yang secara potensial berpengaruh terhadap organ tersebut, jadi merupakan
suatu lingkungan dimana tumbuhan harus bertanggap.
Lingkungan makro mungkin sangat berbeda dengan lingkungan
mikro sebagai contoh adalah lingkungan dalam suatu kanopi hutan sangat
berbeda dengan lingkungan luar kanopi tersebut khususnya pada
kelembaban, kecepatan angin, intensitas cahaya dan temperatur tentunya,
lingkungan mikro di bawah suatu batuan di gurun tentu lebih dingin
dibandingkan dengan diluar bebatuan tersebut.
Kecepatan angin pada lingkungan mikro pada satu mm dari
permukaan daun tentu mempunyai kecepatan angin yang berbeda dengan
bagian organ lain, sehingga dikatakan lingkungan mikro adalah lingkungan
dimana tanaman mampu bertanggap.
Ekologi Tumbuhan sesungguhnya tak mungkin dapat dipisahkan
dari ekologi hewan maupun mikroba karena dalam habitat yang sama selalu
dapat dijumpai keberadaan hewan dan mikroba. Keterkaitan antara hewan,
tumbuhan dan habitat hidup ditunjukan dalam skema berikut:
Perkembangan lebih mendalam dalam ekologi tumbuhan dapat
dimanfaatkan dalam reklamasi lahan yang rusak akibat banjir, kebakaran
serta penambangan. Introduce jenis tanaman tetertentu di suatu habitat
yang memungkinkan perubahan distribusi dari suatu jenis tumbuhan
tetentu. Keberhasilan suatu jenis tumbuhan mengintroduce suatu lahan
yang baru adalah suatu hal yang merupakan suatu usaha pengembangan
ekologi dan fsiologi akibat interaksi dengan habitat hidupnya.
Banyak permasalahan yang dapat dipelajari melalui ekologi tumbuhan
diaranya adalah, bagaimanakah tumbuhan mengatasi masalah penyebaran,
apakah jenis tumbuhan yang mampu diperguanakan sebagai pioner dalam
lahan bekas penambahangan, banjir atau kebakaran. Bagaimanakah
distribusi tumbuhan pada suatu lokasi atau dan bagaimana pula kompetisi
serta kelulushidupan suatu tumbuhan. Bagaimanakah tumbuhan
menceritakan pada kita mengenai kemampuan untuk mengatasi
penyebaran,perkecambahan pada situs yang tepat, kompetisi, interaksi dll.
Mempelajari permasalahan yang merupakan bagian dari tumbuhan
memerlukan bahasa yang sama dalam membaca dan memaknai fenomena
yang ditunjukan oleh tumbuhan, diantaranya adalah pengertian vegetasi,
flora, fisiognomi, formasi, asosiasi serta populasi.
3. Vegetasi
Pengertian vegetasi adalah semua spesies tumbuhan yang terdapat dalam
suatu wilayah yang luas, yang memperlihatkan pola distribusi menurut
ruang dan waktu. Tumbuhan penutup permukaan bumi merupakan vegetasi
yang dapat berbeda dalam ruang dan waktu untuk komponen spesies
penyusunnya, berdasarkan ukuran keluasan maka vegetasi dapat dibedakan
dalam formasi adalah suatu tipe vegetasi yang sangat luas yang menutupi
permukaan bumi, sebagai contoh adalah formasi Taiga, dimana keberadan
formasi Taiga terletak pada pada beberapa benua, komposisi formasi taiga
pada beberapa benua merupakan suatu komposisi tumbuhan yang identrik
sehingga tetap dengan nama formasi Taiga.
Formasi Taiga pada beberapa tempat di belahan bumi mempunyai
penyusun vegetasi yang mempunyai kesamaan dalam hal, komposisi
floristik, fisiognomi dan muncul pada habitat yang relatif konsisten yang
disebut sebagai asosiasi. Penyusun formasi Taiga merupakan bermacam
macam Asosiasi yang juga dapat dikatakan sebagai komunitas, dibawah ini
adalah dua contoh asosiasi yang terdapat dalam formasi Taiga:
Jadi.dalam suatu tipe formasi terdiri dari banyak Asosiasi penyusun yang
salah satu dan lainnya dapat sangat berbeda dalam fisiognominya.
Berdasarkan ciri dan batasan asosiasi maka asosiasiasi dapat juga dikatakan
sebagai komunitas, namun tidak semua komunitas dapat dinyatakan sebagai
suatu asosiasi.
Tipe vegetasi yang terdiri dari beberapa bagian vegetasi dicirikan
oleh bentuk pertumbuhan (growth form) atau life form dari tumbuhan
dominan, terbesar atau paling melimpah atau tumbuhan yang karakteristik.
Contoh bentuk pertumbuhan adalah herba tahunan, pohon yang selalu
hijau, berdaun lebar, semak meranggas pada musim kering, tumbuhan
berdaun jarum ataupun tumbuhan yang bertahan dengan umbi ataupun
rhizoma.
Bentuk pertumbuhan dari vegetasi dapat termasuk dari satu atau lebih dari
hal berikut:
1. Ukuran: lama hidup, kerasnya kayu, atau takson, contoh adalah : herba
anual, perenial, perenial berkayu, pohon ataupun pohon merambat
2. Derajad kebebasan suatu takson: contoh adalah tumbuhan hijau yang
berakar dalam tanah, parasit,saprophite atau epipit.
3. Morphologi takson: misalnya batang suculent (jaringan tebal dan
lunak), daun suculent, bentuk roset, berduri, berambut.
4. Sifat daun takson: Midalnya besar, kecil, kaku, selalu hijau, meranggas
pada waktu musim kering, bentuk daun jarum, atau bentuk daun lebar.
5. Phenologi, fenologi adalah waktu kejadian daur hidup dalam kaitannya
dengan isyarat lingkungan seperti menggugurkan daun, bertunas,
berbunga.
6. Lokasi kuncup kala buruk (perenating) seperti yang ditetapkan oleh
raunkier pada tahun 1934.
1). Life Form
Tipe life form dapat dilihat dengan banyak cara, satu diantaranya adalah
dengan tipe life form dari Raunkier yag berdasarkan kuncup perenating
dikelompokan sebagai berikut
a) Phanerophyte (P): kuncup perenating pada ketinggian paling tidak
25 cm diatas permukaan tanah. Ini berupa pohon, semak tinggi, liana,
tumbuhan merambat berkayu, epifit dan batang sukulen yang tinggi.
b) Chamaeophyte (Ch): kuncup perenaying berkedudukan dekat
dengan permukaan tanah (dibawah 25 cm). Herba, suffrutescent
(suffruticose, perdu rendah, kecil, bagian pangkal berkayu dengan tunas
berbatang basah), atau tumbuhan berkayu rendah, tumbuhan succulent
rendah, tumbuhan cushion (bantalan).
c) Hemycriptophite (H): herba perenial dimana bagian aerial mati
pada akhir pertumbuhan, meninggalkan kuncup pada atau tepatv dibawah
permukaan tanah. Herba berdaun lebar musiman dan rumput-rumputan,
tumbuahn roset.
d) Cryptophite (Cr): kuncup perenating terletak dibawah lapisan tanah
atau terbenam dalam permukaan air. Tumbuhan darat dengan rimpang
dalam, umbi atau tuber, tumbuahn perairan emergent, mengapung atau
tenggelam dan berakar pada dasar.
e) Therophyte (Th): tumbuhan annual melampaui kala buruk dengan
biji. (Sri,2011)
Batas pertumbuhan
Batas-batas pertumbuhan tersebut antara lain dapat dilihat pada:
1. Ketersediaan pangan yang makin terbatas
Makin terbatasnya persediaan pangan berkaitan dengan makin
berkurangnya tanah pertanian. Penelitian mengungkapkan bahwa di
bumi ini tanah yang baik untuk pertanian paling-paling hanya sekitar 3,2
milyar hektar. Sekitar separuh dari jumlah itu, yang tersubur dan
termudah dicapai, sudah digarap. Selebihnya untuk ditanami tanaman
pangan membutuhkan modal yang sangat besar untuk mencapainya,
membukanya, mengairinya atau memupuknya. Sementara menurut FAO
membuka tanah baru untuk pertanian sekarang ini sudah tidak ekonomis
lagi (p.25). Akibatnya produksi pangan per kapita makin hari makin
mengecil. Untuk tiap tambahan satu orang diperlukan tanah
sekitar 0,08 sampai 0,172 hektar untuk rumah, jalan, pembuangan
sampah, kawat listrik dan untuk tujuan-tujuan yang pada hakekatnya
“meratakan dan mengeraskan” tanah pertanian sehingga tidak bisa
dipakai lagi untuk menghasilkan pangan. Selain tanah, batas lain adalah
ketersediaan air tawar. Air tawar yang mengalir setiap tahun
dipermukaan tanah bumi ini ada batas tertingginya. Sementara
permintaan akan air tawar juga meningkat menurut deret ukur. (p.30)
b. Unrenewable resouces yang makin susut
Sumber daya yang tidak dapat diperharui juga merupakan salah satu
yang pada akhirnya dapat menjadi pembatas pertumbuhan penduduk.
Saat ini persediaan platina, emas, seng dan timah hitam tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan. Pada tahun 2050 beberapa
mineral mungkin akan habis persediannya kalau laju pemakaian seperti
sekarang ini berjalan terus. Cadangan kromium mungkin akan habis
untuk 95 tahun mendatang (sejak buku ini ditulis, 1970-an). Persediaan
tembaga diduga hanya cukup untuk 21 tahun atau 48 tahun kalau
cadangan naik lima kali lipat. Keadaan menjadi rumit karena ternyata
pemakaian sumber daya alam tersebut tidak merata melainkan oleh
beberapa Negara tertentu. Negara-negara industri seperti Amerika
Serikat dan Jepang menjadi Negara pemakai terbesar dari sumberdaya
alam yang dihasilkan oleh negara-negara berkembang.
c. Pencemaran
Hal lain yang juga dapat menjadi pembatas adalah pencemaran.
Beberapa pencemaran yang pernah diukur tampak naik menurut deret
ukur. Hampir semua zat pencemar yang pernah diukur tampak naik
menurut deret ukur. Beberapa zat pencemar berkaitan dengan
pertumbuhan penduduk, industri dan kemajuan teknologi. Dewasa ini
sekitar 97% energy untuk industri berasal dari bahan bakar fosil
(batubara, minyak bumi dan gas alam). Bila dibakar bahan-bahan
tersebut melepaskan karbon diaksida (CO2) ke udara. Dewasa ini
CO2 yang terlepas setiap tahun akibat pembakaran bahan bakar fosil
sekitar 20 milyar ton. Kadar CO2 di udara naik menurut deret ukur.
Disamping CO2, timah hitam dan mercuri juga dilepaskan oleh
kendaraan, pusat pembakaran sampah, industri dan obat
hama ke udara. Di Greenland, timah hitam yang dibawa udara kadarnya
diketahui naik menurut deret ukur. DDT yang merupakan bahan kimia
organik buatan manusia dilepaskan kedalam lingkungan dalam bentuk
obat hama kira-kira 100.000 ton setiap tahun. DDT setelah disemprotkan
sebagian akan menguap dan dibawa udara jauh sekali sebelum jatuh
kembali ke tanah atau lautan. Adanya keterbatasan sumber-sumber yang
dimiliki bumi tersebut mengharuskan dicari suatu titik keseimbangan.
Pertimbangan-pertimbangan ekonomi dalam memilih penggunaan
sumber-sumber tersebut menjadi tak terhindarkan. Karena ada
keterbatasan resources di satu sisi dan besarnya keinginan/kebutuhan
disisi lain maka analisis ekonomi akibat dinamika penduduk menjadi
penting dilakukan. Kajian tentang batas-batas pertumbuhan yang
dikemukakan oleh kelompok MIT sebagaimana diuraikan secara sekilas
diatas mendapat tanggapan yang luas dari berbagai
kalangan. Kritik terhadap kajian tersebut pun bermunculan. Beberapa
kritik muncul berkaitan dengan metodologi, data dan kesimpulan dari
buku tersebut. Data tentang persediaan dan proyeksi persediaan sumber-
sumber alam yang dirujuk oleh buku ini dianggap memiliki kelemahan.
Kritik juga muncul terhadap anggapan bahwa konsumsi akan resources
(sumber alam) akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah
penduduk. Padahal menurut Malenbaum dalam “Materials Requirements
in the United States and Abroad in the Year 2000” terjadi pergeseran
dalam penggunaan input pada proses produksi dari “quantity inputs” ke
“quality inputs”. Pergeseran itu berimplikasi pada terjadinya
penghematan penggunaan bahan baku dalam proses produksi8. Namun
terlepas dari berbagai kritik yang muncul, apa yang disajikan dalam
buku tersebut tetap menarik perhatian berkaitan dengan kajian ekonomi
kependudukan.
Berbagai teori yang disajikan diatas umumnya masih melihat
dinamika penduduk hanya dalam perubahan jumlah total dan belum
melihat secara lebih tajam tentang berbagai variabel dinamika penduduk
secara khusus seperti mobilitas, fertilitas dan migrasi.
(Anonymousc,2011)
2.2 Komunitas organisme
Pengertian rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya
dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan yang dimakan.
Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai
pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.
Gambar 1. Food chain
- Rantai Pemangsa
Landasan utama dari Rantai Pemangsa adalah tumbuhan hijau sebagai
produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai
konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora
sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun
herbivora sebagai konsumen ke-3.
- Rantai Parasit
Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup
sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan
benalu.
- Rantai Saprofit
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur
dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu
dengan lainnya sehingga membentuk faring-faring makanan.
Rantai Makanan dan Tingkat Trofik
Salah satu cara suatu komunitas berinteraksi adalah dengan peristiwa makan
dan dimakan, sehingga terjadi pemindahan energi, elemen kimia, dan
komponen lain dari satu bentuk ke bentuk lain di sepanjang rantai makanan.
Organisme dalam kelompok ekologis yang terlibat dalam rantai makanan
digolongkan dalam tingkat-tingkat trofik. Tingkat trofik tersusun dari seluruh
organisme pada rantai makanan yang bernomor sama dalam tingkat memakan.
Sumber energi berasal dari matahari. Tumbuhan yang menghasilkan gula lewat
proses fotosintesis hanya memakai energi matahari dan C02 dari udara. Oleh
karena itu, tumbuhan tersebut digolongkan dalam tingkat trofik pertama.
Hewan herbivora atau organisme yang memakan tumbuhan termasuk anggota
tingkat trofik kedua. Karnivora yang secara langsung memakan herbivora
termasuk tingkat trofik ketiga, sedangkan karnivora yang memakan karnivora
di tingkat trofik tiga termasuk dalam anggota iingkat trofik keempat.
Piramida Ekologi
Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida ekologi.
Ada 3 jenis piramida ekologi, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan
piramida energi.
Gambar 2. Piramida makanan
- Piramida Jumlah
Organisme dengan tingkat trofik masing – masing dapat disajikan dalam
piramida jumlah, seperti kita ketahui Organisme di tingkat trofik pertama
biasanya paling melimpah, sedangkan organisme di tingkat trofik kedua,
ketiga, dan selanjutnya makin berkurang. Dapat dikatakan bahwa pada
kebanyakan komunitas normal, jumlah tumbuhan selalu lebih banyak daripada
organisme herbivora. Demikian pula jumlah herbivora selalu lebih banyak
daripada jumlah karnivora tingkat 1. Kamivora tingkat 1 juga selalu lebih
banyak daripada karnivora tingkat 2. Piramida jumlah ini di dasarkan atas
jumlah organisme di tiap tingkat trofik.
- Piramida Biomassa
Pada piramida piramida jumlah yang sederhana sering kali kurang membantu
dalam memperagakan aliran energi dalam ekosistem. Penggambaran yang
lebih realistik dapat disajikan dengan piramida biomassa. Pengertian dari
Biomassa adalah ukuran berat materi hidup di waktu tertentu. Untuk mengukur
biomassa di tiap tingkat trofik maka rata-rata berat organisme di tiap tingkat
harus diukur kemudian barulah jumlah organisme di tiap tingkat diperkirakan.
Piramida biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh
organisme di habitat tertentu, dan diukur dalam gram.
Untuk menghindari kerusakan habitat maka biasanya hanya diambil sedikit
sampel dan diukur, kemudian total seluruh biomassa dihitung. Dengan
pengukuran seperti ini akan didapat informasi yang lebih akurat tentang apa
yang terjadi pada ekosistem.
- Piramida energy
Seringkali piramida biomassa tidak selalu memberi informasi yang kita
butuhkan tentang ekosistem tertentu. Lain dengan Piramida energi yang dibuat
berdasarkan observasi yang dilakukan dalam waktu yang lama. Piramida energi
mampu memberikan gambaran paling akurat tentang aliran energi dalam
ekosistem.
Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah energi berturut-turut yang
tersedia di tiap tingkat trofik. Berkurang-nya energi yang terjadi di setiap trofik
terjadi karena hal-hal berikut.
1. Hanya sejumlah makanan tertentu yang ditangkap dan dimakan oleh tingkat
trofik selanjutnya.
2. Beberapa makanan yang dimakan tidak bisa dicemakan dan dikeluarkan
sebagai sampah.
3. Hanya sebagian makanan yang dicerna menjadi bagian dari tubuh
organisms, sedangkan sisanya digunakan sebagai sumber energi.
(Ridwan,2010)
Pada hakikatnya dalam organisasi kehidupan tingkat ekosistem terjadi proses-
proses sirkulasi materi, sirkulasi energi, akumulasi energi, dan akumulasi
materi melalui organisme. Ekosistem juga merupakan suatu sistem yang
terbuka dan dinamis. Keluar masuknya energi dan materi bertujuan
mempertahankan organisasinya serta mempertahankan fungsinya. Masing-
masing komponen biotik memiliki peran masing-masing yang bertujuan untuk
mempertahankan siklus materi dan energi dalam ekosistem.Proses konsumen
II konsumen I berpindahnya materi dari produsen dekomposer lalu kembali
lagi ke produsen merupakan sebuah siklus materi yang disertai siklus energi.
Sedangkan komponen abiotik berupa zat-zat anorganik dalam suatu ekosistem
tetap konstan atau seimbang, karena unsur-unsur kimia esensial pembentuk
protoplasma beredar dalam biosfer melalui siklus biogeokimiawi. Contoh
siklus biogeokimiawi adalah siklus carbon, siklus oksigen, siklus nitrogen,
siklus fosfor, dan siklus sulfur.
Pada siklus ini lebih ditekankan pada perputaran energi yang terjadi
diantara komponen ekosistem. Siklus energi ini diawali dari energi matahari
yang ditangkap oleh produsen, kemudian terus berputar tiada henti pada
konsumen dan semua komponen ekosistem yang. hal ini karena menurut
hukum termodinamika bahwa energi dapat berubah bentuk, tidak dapat
dimusnahkan serta diciptakan. Perubahan bentuk energi inn dikenal dengan
istilah transformasi energi. Aliran energi di alam atau ekosistem tunduk kepada
hukum-hukum termodinamika tersebut.
- Dengan proses fotosintesis energi cahaya matahari ditangkap oleh
tumbuhan, dan diubah menjadi energi kimia atau makanan yang disimpan di
dalam tubuh tumbuhan. Proses aliran energi berlangsung dengan adanya proses
rantai makanan. Tumbuhan dimakan oleh herbivora, dengan demikian energi
makanan dari tumbuhan mengalir masuk ke tubuh herbivora. Herbivora
dimakan oleh karnivora, sehingga energi makanan dari herbivora masuk ke
tubuh karnivora. Di alam rantai makanan itu tidak sederhana, tetapi ada
banyak, satu dengan yang lain saling terkait atau berhubungan sehingga
membentuk jaring-jaring makanan. Organisme-organisme yang memperoleh
energi makanan dari tumbuhan dengan jumlah langkah yang sama dimasukkan
ke dalam aras trofik yang sama. Makin tinggi aras trofiknya, makin tinggi pula
efisiensi ekologinya. (Anonymouse,2011)
1. Produsen, yang berarti penghasil. Produsen merupakan organisme yang
mampu menghasilkan zat makanan sendiri (autotrof) melalui fotosintesis. Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah tumbuhan hijau atau tumbuhan yang
mempunyai klorofil. Produsen ini kemudian dimanfaatkan oleh organisme-
organisme yang tidak bisa menghasilkan makanan (heterotrof) yang berperan
sebagai konsumen.
2. Konsumen, yang berarti pemakai, yaitu organisme yang tidak dapat
menghasilkan zat makanan sendiri tetapi menggunakan zat makanan yang
dibuat oleh organisme lain. Organisme yang secara langsung mengambil zat
makanan dari tumbuhan hijau adalah herbivora. Oleh karena itu, herbivora
sering disebut konsumen tingkat pertama. Karnivora yang mendapatkann
makanan dengan memangsa herbivora disebut konsumen tingkat kedua.
Karnivora yang memangsa konsumen tingkat kedua disebut konsumen tingkat
ketiga dan seterusnya. Proses makan dan dimakan di dalam ekosistem akan
membentuk rantai makanan. Perhatikan contoh sebuah rantai makanan ini:
daun berwarna hijau (Produsen) –> ulat (Konsumen I) –> ayam (Konsumen II)
–> musang (Konsumen III) –> macan (Konsumen IV/Puncak). Dalam
ekosistem, banyak proses rantai makanan yang terjadi sehingga membentuk
jaring-jaring makanan (food web) yang merupakan kumpulan dari beberapa
rantai makanan.
3. Dekomposer atau pengurai. Dekomposer adalah jasad renik yang berperan
menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme yang telah mati
ataupun hasil pembuangan sisa pencernaan. Dengan adanya organisme
pengurai, organisme akan terurai dan meresap ke dalam tanah menjadi unsur
hara yang kemudian diserap oleh tumbuhan (produsen). Selain itu aktivitas
pengurai juga akan menghasilkan gas karbon dioksida yang akan dipakai dalam
proses fotositesis. (Tim Dosen, 2011)
2.3 Interaksi antar spesies di ekosistem
Tipe simbiosis
SIMBIOSIS
Simbiosis adalah bentuk hidup bersama dari organisme yang berbeda
dengan hubungan yang erat. Sementara Makhluk hidup yang melakukan
simbiosis disebut simbion. Simbiosis pun dapat dibedakan menjadi empat
macam simbiosis sebagai berikut.
1. Simbiosis mutualisme, adalah cara hidup dengan timbal balik antara
dua makhluk hidup yang saling menguntungkan antar individu makhluk
hidup yang berlainan jenis atau berbeda spesies. Contohnya kayak :
a. Jamur dan ganggang
b. Lebah atau kupu-kupu dan bunga
c. Badak dan burung jalak
d. Burung pelatukdan musang
Gambar 3. Simbiosis mutualisme
2. Simbiosis komensalisme adalah cara hidup bersama atau tinmbal balik
antara dua makhluk hidup yang berlainan jenis atau berbeda spesies dengan
salah satu spesies mendapatkan keuntungan dari yang lain sementara
spesies yang lainnya tidak dirugikan. Contohnya kayak :
a. Tumbuhan paku/anggrek dan pohon yang tinggi di hutan
b. Ikan remora dan hiu
c. Tumbuhan dan serangga atau laba-laba
Gambar 4. Simbiosis komensalisme (anggrek dan pohon mangga)
3. Simbiosis parasitisme, yakni cara hidup bersama atau timbal balik
antara dua makhluk hidup yang berbeda spesies, dengan salah satu makhluk
hidup memperoleh keuntungan dan yang lainnya dirugikan. Contohnya
kayak :
a. Benalu dan pohon manga
b. Tali putri dan tanaman beluntas
c. Cacing pita dan tubuh manusia.
Gambar 5. Simbiosis parasitisme (benalu dan pohon)
4. Simbiosis protokooperasi, yakni cara hidup bersama atau timbal balik
antara dua makhluk hidup yang berbeda spesies, di mana jika kedua
makhluk hidup bersimbiosis atau bersatu akan menjadi lebih baik. Namun,
tanpa melakukan simbiosis pun kedua makhluk hidup ini tetap dapat hidup
normal. Simbiosis tipe ini umumnya akan membentuk spesies yang baru
dan lebih unggul dari pada individu pembentuknya. Contohnya kayak
lumut kerak yang merupakan perpaduan antara simbiosis jamur dan
ganggang.
Gambar 6. lumut kerak
Suksesi
Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara
teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu
hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas
semula. Dengan kata lain, suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan
ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi
sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau
ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem
klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis).
Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu
bentuk komunitas klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu komunitas
terakhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan
dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya
homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu
mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dan berbagai
perubahan dalam sistem secara keseluruhan.
Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam
suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
a. Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang
mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat
baru. Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur
tangan manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan
gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan oleh
campur tangan manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah,
dan minyak bumi).
Suksesi primer ini diawali tumbuhnya tumbuhan pionir, biasanya berupa
lumut kerak. Lumut kerak mampu melapukkan batuan menjadi tanah sederhana.
Lumut kerak yang mati akan diuraikan oleh pengurai menjadi zat anorganik. Zat
anorganik ini memperkaya nutrien pada tanah sederhana sehingga terbentuk
tanah yang lebih kompleks. Benih yang jatuh pada tempat tersebut akan
tumbuh subur. Setelah itu. akan tumbuh rumput, semak, perdu, dan pepohonan.
Bersamaan dengan itu pula hewan mulai memasuki komunitas yang haru
terbentuk. Hal ini dapat terjadi karena suksesi komunitas tumbuhan
biasanya selalu diikuti dengan suksesi komunitas hewan. Secara langsung
atau tidak langsung. Hal ini karena sumber makanan hewan berupa
tumbuhan sehingga keberadaan hewan pada suatu wilayah komunitas
tumbuhan akan senantiasa menyesuaikan diri dengan jenis tumbuhan yang
ada. Akhirnya terbentuklah komunitas klimaks atau ekosistem seimbang
yang tahan terhadap perubahan (bersifat homeostatis).Salah satu contoh
suksesi primer yaitu peristiwa meletusnya gunung Krakatau. Setelah letusan
itu, bagian pulau yang tersisa tertutup oleh batu apung dan abu sampai
kedalaman rata – rata 30 m.
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas
tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih
terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder
dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir.
Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat
berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami
misalnya angina topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon besar yang tumbang,
aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh
kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan.
Proses suksesi sangat terkait dengan faktor linkungan, seperti letak
lintang, iklim, dan tanah. Lingkungan sangat menentukan pembentukkan
struktur komunitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di
daerah beriklim kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada
tahap komunitas rumput; jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan
basah, maka proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer,
serta jika berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan
yang sama akan terhenti pada hutan hujan tropic.
Lalu proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan.
Proses suksesi pada daerah hangat, lembab, dan subur dapat berlangsung
selama seratus tahun. Coba kalian bandingkan kejadian suksesi pada daerah
yang ekstrim (misalnya di puncak gunung atau daerah yang sangat kering).
Pada daerah tersebut proses suksesi dapat mencapai ribuan tahun.
Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
1. Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.
2. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
3. Kehadiran pemencar benih.
4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran
biji, sporam dan benih serta curah hujan.
5. Jenis substrat baru yang terbentuk
6. Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Sukses tidak hanya terjadi di daratan, tetapi terjadi pula di perairan
misalnya di danau dan rawa. Danau dan rawa yang telah tua akan
mengalami pendangkalan oleh tanah yang terbawa oleh air. Danau yang
telah tua ini disebut eutrofik.
Telah dijelaskan bahwa akhir sukses adalah terbentuknya suatu
komunitas klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis
komunitas klimaks sebagai berikut :
1. Hidroser yaitu sukses yang terbentuk di ekosistem air tawar.
2. Haloser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau
3. xeroser yaitu sukses yang terbentuk di daerah gurun.
Pembentukkan komunitas klimaks sangat dipengaruhi oleh musim dan
biasanya komposisinya bercirikan spesies yang dominant. Berdasarkan
pengaruh musim terhadap bentuknya komunitas klimaks, terdapat dua teori
sebagai berikut :
1. Hipotesis monoklimaks menyatakan bahwa pada daerah musim tertentu
hanya terdapat satu komunitas klimaks
2. Hipoteis poliklimaks mengemukakan bahwa komunitas klimaks dipengaruhi
oleh berbagai faktor abiotik yang salah satunya mungkin dominan.
(Anonymousd,2011)
2.4 Siklus
Siklus Hidrologi
Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir
ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan
transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi,
kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es
dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa
presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian
diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus
hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:
Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di
tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan
kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan
menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam
bentuk hujan, salju, es.
Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui
celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air
dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal
atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki
kembali sistem air permukaan.
Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran
utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah,
maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat
dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama
lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan
disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang
mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air
bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan
berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam
komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah
Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap,
yang berubah adalah wujud dan tempatnya.
Gambar 7. Siklus hidrologi
Evaporasi (Penguapan)
Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air
memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan
kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di
atmosfir. Sekitar 95.000 mil kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya.
Hampir 80.000 mil kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 mil kubik
berasal dari daratan, danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang paling penting
juga berasal dari tranpirasi oleh daun tanaman yang hidup. Proses semuanya itu
disebut Evapotranspirasi.
Transpirasi (penguapan dari tanaman)
Uap air juga dikeluarkan dari daun-daun tanaman melalui sebuah proses yang
dinamakan transpirasi. Setiap hari tanaman yang tumbuh secara aktif melepaskan
uap air 5 sampai 10 kali sebanyak air yang dapat ditahan.
Kondensasi (pengembunan)
Ketika uap air mengembang, mendingin dan kemudian berkondensasi, biasanya
pada partikel-partikel debu kecil di udara. Ketika kondensasi terjadi dapat berubah
menjadi cair kembali atau langsung berubah menjadi padat (es, salju, hujan batu
(hail)). Partikel-partikel air ini kemudian berkumpul dan membentuk awan.
Presipitasi
Presipitasi pada pembentukan hujan, salju dan hujan batu (hail) yang berasal dari
kumpulan awan. Awan-awan tersebut bergerak mengelilingi dunia, yang diatur
oleh arus udara. Sebagai contoh, ketika awan-awan tersebut bergerak menuju
pegunungan, awan-awan tersebut menjadi dingin, dan kemudian segera menjadi
jenuh air yang kemudian air tersebut jatuh sebagai hujan, salju, dan hujan batu
(hail), tergantung pada suhu udara sekitarnya.
Perkolasi / Infiltrasi
Beberapa presipitasi dan salju cair bergerak ke lapisan bawah tanah, mengalir
secara infiltrasi atau perkolasi melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan
sehingga mencapai muka air tanah (water table) yang kemudian menjadi air
bawah tanah. (Ikatan Mahasiswa Geodesi ITB, 2011)
Siklus Fosfor
Daur fosfor yaitu daur atau siklus yang melibatkan fosfor, dalam hal input atau
sumber fosfor-proses yang terjadi terhadap fosfor- hingga kembali menghasilkan
fosfor lagi. Daur fosfor dinilai paling sederhana daripada daur lainnya, karena
tidak melalui atmosfer. fosfor di alam didapatkan dari: batuan, bahan organik,
tanah, tanaman, PO4- dalam tanah. kemudian inputnya adalah hasil pelapukan
batuan. dan outputnya: fiksasi mineral dan pelindikan.
fosfor berupa fosfat yang diserap tanaman untuk sintesis senyawa organik. Humus
dan partikel tanah mengikat fosfat, jadi daur fosfat dikatakan daur lokal.
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat
organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh decomposer
(pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah
atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat
banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan
membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini
kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus
menerus. Fosfor dialam dalam bentuk terikat sebagai Ca-fosfat, Fe- atau Al-fosfat,
fitat atau protein. Bakeri yang berperan dalam siklus fosfor : Bacillus,
Pesudomonas, Aerobacter aerogenes, Xanthomonas, dll. Mikroorganisme
(Bacillus, Pseudomonas, Xanthomonas, Aerobacter aerogenes) dapat melarutkan
P menjadi tersedia bagi tanaman.
Daur fosfor terlihat akibat aliran air pada batu-batuan akan melarutkan bagian
permukaan mineral termasuk fosfor akan terbawa sebagai sedimentasi ke dasar
laut dan akan dikembalikan ke daratan.
Kegunaan Fosfor :
1. Fosfor sangat penting dan dibutuhkan oleh mahluk hidup tanpa adanya
fosfor tidak mungkin ada organic fosfor di dalam Adenosin trifosfat (ATP)
Asam Dioksiribo nukleat (DNA) dan Asam Ribonukleat (ARN)
mikroorganisme membutuhkan fosfor untuk membentuk fosfor anorganik
dan akan mengubahnya menjadi organic fosfor yang dibutuhkan untuk
menjadi organic fosfor yang dibutuhkan, untuk metabolisme karbohidrat,
lemak, dan asam nukleat.
2. Kegunaan fosfor yang terpenting adalah dalam pembuatan pupuk, dan
secara luas digunakan dalam bahan peledak, korek api, kembang api,
pestisida, odol, dan deterjen.
3. Kegunaan fosfor yang paling umum ialah pada ragaan tabung sinar katoda
(CRT) dan lampu fluoresen, sementara fosfor dapat ditemukan pula pada
berbagai jenis mainan yang dapat berpendar dalam gelap (glow in the
dark).
Kerugian Fosfor :
Penyalahgunan fosfor menjadi Bom yang sangat mengerikan. Fosfor bomb
memiliki sifat utama membakar. Menurut Ang Swee Chai, seorang
perempuan, dokter ortopedis kelahiran Malaysia yang juga seorang ahli medis.
Dalam bukunya ”From Beirut to Jerusalem” (Kuala Lumpur, 2002), zat
fosfornya biasanya akan menempel di kulit, paru-paru, dan usus para korban
selama bertahun-tahun, terus membakar dan menghanguskan serta
menyebabkan nyeri berkepanjangan. Para korban bom ini akan mengeluarkan
gas fosfor hingga nafas terakhir. (Dharma, 2011)
Gambar 8.Siklus Fosfor
Siklus Karbon (C)
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan
antarabiosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi (objek astronomis
lainnya bisa jadimemiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun
hingga kini belum diketahui) (Janzen, 2004)
Dalam siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang
dihubungkano le h j a l u r pe r tuka ra n . Res e rv o i r - r e se r vo i r
t e r s ebu t ada l ah a tm os fe r , b i o s f e r teresterial (biasanya termasuk
pula freshwater system dan material non-hayatiorganik seperti
karbon tanah (soil carbon)), lautan (termasuk karbon
anorganikterlarut dan biota laut hayati dan non-hayati), dan sedimen
(termasuk bahan bakarfosil).
Pergerakan tahuan karbon, pertukaran karbon antar reservoir, terjadi
karenaproses-proses kimia, fisika, geologi, dan biologi yang
bermaca-macam. Lautanmengadung kolam aktif karbon terbesar dekat
permukaan Bumi, namun demikianl au t da l am ba g ia n da r i ko l am i n i
menga lam i pe r tuk a ran ya n g l am ba t de n ga natmosfer. Neraca
karbon global adalah kesetimbangan pertukaran karbon (antarayang masuk
dan keluar) antar reservoir karbon atau antara satu putaran
(loop)spesifik siklus karbon (misalnya atmosfer - biosfer). Analisis
neraca karbon darisebuah kolam atau reservoir dapat memberikan
informasi tentang apakah kolamatau reservoir berfungsi sebagai sumber
(source) atau lubuk (sink) karbon dioksida (Houghton, 2005)
Siklus C
Siklus Nitrogen (N)
Siklus nitrogen merupakan siklus biogeokimia yang menggambarkan
transformasin i t r o gen dan s en yaw a yang m engan dung-n i t roge n
da l a m a l am . In i me r upa kan siklus gas. Atmosfer bumi sekitar
78% merupakan nitrogen, ini menjadikannyakolam nitrogen terbesar.
Nitrogen merupakan unsur yang penting untuk beberapap ro se s b i o log i s ;
dan san ga t pen t ing un t uk ke h idupa n d i bumi . U ns u r i n i
da l am semua asam amino, bergabung ke dalam protein, dan
sekarang ini dalam basispembua tan a s am nuk lea t , s e pe r t i D NA
dan RNA . P ada t a n am an , ban yak da r initrogen yang digunakan
dalam molekul klorofil yang penting untuk fotosintesis dan pertumbuhan
selanjutnya (Smil, 2000).
Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari
udara. Nitrogen bebasdapat ditambat/difiksasi terutama oleh
tumbuhan yang berbintil akar (misalnya jenis polongan) dan beberapa
jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksidengan hidrogen atau
oksigen dengan bantuan kilat/ petir. Tumbuhan memperoleh nitrogen dari
dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (N02- ), dan ion nitrat (N03- ).
Beberapa bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada akarLegum dan
akar tumbuhan lain, misalnya Marsiella crenata. Selain itu, terdapatbakteri
dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakniAzotobacter
sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob.Nostoc
sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat
nitrogen (Vitousek, Aber, Likens, Schindler, Schlesinger dan Tilman, 1997).
Siklus oksigen merupakan siklus biogeokimia yang menggambarkan
gerakanoksigen dalam dan antara tiga utama: atmosfer, biosfer, dan litosfer.
F ak to r pengemudi utama dari siklus oksigen adalah fotosintesis, yang
bertanggung jawabterhadap atmosfer bumi modern dan kehidupan seperti
yang kita ketahui. Karena jumlah oksigen sangat banyak dalam
atmosfer, bahkan jika semua fotosintesisuntuk menghentikannya
mengambil antara 5,000 sampai 2,4 juta tahun (referensitidak diketahui) untuk
mengosongkan semua oksigen (Anonymous, 2011)
Gambar 9. Siklus Nitogen
2.5 Macam-macam Ekosistem dan Bioma
Di bumi terdapat berbagai macam ekosistem yang di tempati oleh
berbagai makhluk hidup yang memiliki peran masing-masing. Dalam suatu
ekosistem terdapat organisme tertentu yang mendominasi ekosistem tersebut.
Contohnya, ekosistem padang rumput yang didominasi oleh tanaman
rumput. Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem darat, ekosisten
air, dan ekosistem buatan.
Ekosistem Darat
Ekosistem darat adalah ekosistem yang memiliki lingkungan fisik berupa
daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat
dibedakan menjadi beberapa bioma (daerah habitat), yaitu sebagai berikut.
1. Bioma gurun
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik)
yang berbatasan dengan padang rumput.
Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun).
Suhu slang hari tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi,
sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan
suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat
di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan
menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan
memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air.
Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan
kalajengking.
Gambar 10. Bioma gurun
2. Bioma padang rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik.
Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan
turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air)
cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput
yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison,
zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus
dan ular
Gambar 11. Bioma padang rumput
3. Bioma Hutan Basah
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan
relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung
letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang
pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam
hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di
sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi
suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam
hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan),
kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung,
badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.
Gambar 12. Bioma hutan basah
4. Bioma hutan gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang, Ciri-cirinya adalah
curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami
empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d
20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing,
burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
Gambar 13. Hutan gugur
5. Bioma taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah
tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga
merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap
sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain
moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan
pada musim gugur.
Gambar 14. Bioma taiga
6. Bioma tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran
kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi.Pertumbuhan
tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah
Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan
rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan
yang dingin.
Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada
musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki
rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub,
dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.
Gambar 15. Bioma tundra
Ekosistem Perairan
Ekosistem perairan adalah ekosistem yang memiliki lingkungan fisik berupa
air.
1. Ekosistem air tawar.
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok,
penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam
tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya
tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar.
Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Gambar 16. Ekosistem air tawar
2. Ekosistem air laut.
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi
dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya
tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C.
Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara
lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah
yang disebut daerah termoklin.
Gambar 18. Ekosistem air laut
3. Ekosistem estuari.
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari
sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.
Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam,
ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai
cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Gambar 19. Ekosistem estuari
4. Ekosistem pantai.
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir
adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan
gelombang dan angin. Tumbuhan yang hidup di ekosistem ini menjalar dan
berdaun tebal.
Gambar 20. Ekosistem pantai
5. Ekosistem sungai.
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin
dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan
gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi
sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Ekosistem sungai dihuni oleh
hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura, ular, buaya, dan lumba-lumba.
Gambar 21. Ekosistem Sungai
6. Ekosistem terumbu karang.
Ekosistem ini terdiri dari coral yang berada dekat pantai. Efisiensi ekosistem
ini sangat tinggi. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme
mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme,
dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput,
landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan
karnivora. Kehadiran terumbu karang di dekat pantai membuat pantai
memiliki pasir putih.
Gambar 22. Ekosistem terumbu karang
7. Ekosistem laut dalam.
Kedalamannya lebih dari 6.000 m. Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut
yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen terdapat bakteri yang
bersimbiosis dengan karang tertentu.
Gambar 23. Ekosistem laut dalam
8. Ekosistem lamun.
Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan
berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di
habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka
mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang merayap
yang efektif untuk berbiak. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan laut lainnya
(alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan menghasilkan biji.
Mereka juga mempunyai akar dan ystem internal untuk mengangkut gas dan
zat-zat hara. Sebagai sumber daya hayati, lamun banyak dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan.
Gambar 24. Ekosistem lamun
2.6 Isu Lingkungan
KERUSAKAN LINGKUNGAN
Kerusakan lingkungan adalah deteriorasi lingkungan dengan
hilangnya sumber daya air, udara, dan tanah; kerusakan ekosistem dan
punahnya fauna liar. Kerusakan lingkungan adalah salah satu dari sepuluh
ancaman yang secara resmi diperingatkan oleh High Level Threat Panel dari
PBB. The World Resources Institute (WRI), UNEP (United Nations
Environment Programme), UNDP (United Nations Development
Programme), dan Bank Dunia telah melaporkan tentang pentingnya
lingkungan dan kaitannya dengan kesehatan manusia, pada tanggal 1 Mei
1998.
Kerusakan lngkungan terdiri dari berbagai tipe. Ketika alam rusak
dihancurkan dan sumber daya menghilang, maka lingkungan sedang
mengalami kerusakan. Environmental Change and Human Health, bagian
khusus dari laporan World Resources 1998-99 menjelaskan bahwa penyakit
yang dapat dicegah dan kematian dini masih terdapat pada jumlah yang
sangat tinggi. Jika perubahan besar dilakukan demi kesehatan manusia, jutaan
warga dunia akan hidup lebih lama. Di negara termiskin, satu dari lima anak
tidak bisa bertahan hidup hingga usia lima tahun, terutama disebabkan oleh
penyakit yang hadir karena keadaan lingkungan yang tidak baik. Sebelas juta
anak-anak meninggal setiap tahunnya, terutama disebabkan oleh malaria,
diare, dan penyakit pernafasan akut, penyakit yang sesungguhnya sangat
mungkin untuk dicegah.
Gambar 25. Contoh Kerusakan
POLUSI
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Zat atau bahan yang dapat
mengakibatkan pencemaran
disebut polutan. Syarat-syarat
suatu zat disebut polutan bila
keberadaannya dapat
menyebabkan kerugian terhadap
makhluk hidup. Contohnya,
karbon dioksida dengan kadar
0,033% di udara berfaedah bagi
tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi
dari 0,033% dapat rnemberikan
efek merusak.
Suatu zat dapat disebut polutan
apabila:
1. jumlahnya melebihi jumlah
normal
2. berada pada waktu yang tidak
tepat
3. berada pada tempat yang tidak
tepat
Gambar 26. Lingkungan Dikelilingi
Polusi
Sifat polutan adalah:
1. merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat
lingkungan tidak merusak lagi
2. merusak dalam jangka waktu lama.
Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi
dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh
sampai tingkat yang merusak.
Macam-macam Pencemaran
Macam-macam pencemaran dapat dibedakan berdasarkan pada tempat
terjadinya, macam bahan pencemarnya, dan tingkat pencemaran.
a. Menurut tempat terjadinya
Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu pencemaran udara, air, dan tanah.
1. Pencemaran udara
Pencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Contohnya sebagai berikut.
a. Gas HzS. Gas ini bersifat racun, terdapat di kawasan gunung berapi,
bisa juga dihasilkan dari pembakaran minyak bumi dan batu bara.
b. Gas CO dan COz. Karbon monoksida (CO) tidak berwarna dan tidak
berbau, bersifat racun, merupakan hash pembakaran yang tidak
sempurna dari bahan buangan mobil dan mesin letup. Gas COZ dalam
udara murni berjumlah 0,03%. Bila melebihi toleransi dapat meng-
ganggu pernapasan. Selain itu, gas C02 yang terlalu berlebihan di
bumi dapat mengikat panas matahari sehingga suhu bumi panas.
Pemanasan global di bumi akibat C02 disebut juga sebagai efek rumah
kaca.
c. Partikel SOZ dan NO2. Kedua partikel ini bersama dengan partikel cair
membentuk embun, membentuk awan dekat tanah yang dapat
mengganggu pernapasan. Partikel padat, misalnya bakteri, jamur,
virus, bulu, dan tepung sari juga dapat mengganggu kesehatan.
d. Batu bara yang mengandung sulfur melalui pembakaran akan meng-
hasilkan sulfur dioksida. Sulfur dioksida ber$ama dengan udara serta
oksigen dan sinar matahari dapat menghasilkan asam sulfur. Asam ini
membentuk kabut dan suatu saat akan jatuh sebagai hujan yang
disebut hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan gangguan pada
manusia, hewan, maupun tumbuhan. Misalnya gangguan pernapasan,
perubahan morfologi pada daun, batang, dan benih.
Sumber polusi udara lain dapat berasal dari radiasi bahan radioaktif,
misalnya, nuklir. Setelah peledakan nuklir, materi radioaktif masuk ke dalam
atmosfer dan jatuh di bumi. materi radioaktif ini akan terakumulusi di tanah,
air, hewan, tumbuhan, dan juga pada manusia. Efek pencemaran nuklir
terhadap makhluk hidup, dalam taraf tertentu, dapat menyebabkan mutasi,
berbagai penyakit akibat kelainan gen, dan bahkan kematian.
Pencemaran udara dinyatakan dengan ppm (part per million) yang artinya
jumlah cm3 polutan per m3 udara.
2. Pencemaran air
Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut.
a. Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan
sampah domestik, misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan
industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat
racun.
b. Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan 02 di air
berkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air.
c. Fosfat hasil pembusukan bersama h03 dan pupuk pertanian
terakumulasi dan menyebabkan eutrofikasi, yaitu penimbunan mineral
yang menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada alga (Blooming
alga). Akibatnya, tanaman di dalam air tidak dapat berfotosintesis
karena sinar matahari terhalang.
Salah satu bahan pencemar di laut ada lah tumpahan minyak bumi,
akibat kecelakaan kapal tanker minyak yang sering terjadi. Banyak organisme
akuatik yang mati atau keracunan karenanya. (Untuk membersihkan kawasan
tercemar diperlukan koordinasi dari berbagai pihak dan dibutuhkan biaya
yang mahal. Bila terlambat penanggulangan-nya, kerugian manusia semakin
banyak. Secara ekologis, dapat mengganggu ekosistem laut.
Bila terjadi pencemaran di air, maka terjadi akumulasi zat pencemar pada
tubuh organisme air. Akumulasi pencemar ini semakin meningkat pada
organisme pemangsa yang lebih besar.
3. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis pencemaran berikut ini :
a. sampah-sampah pla.stik yang sukar hancur, botol, karet sintesis,
pecahan kaca, dan kaleng
b. detergen yang bersifat non bio degradable (secara alami sulit
diuraikan)
c. zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida.
4. Polusi suara
Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal terbang,
deru mesin pabrik, radio/tape recorder yang berbunyi keras sehingga
mengganggu pendengaran.
b. Menurut macam bahan pencemar
Macam bahan pencemar adalah sebagai berikut.
1. Kimiawi; berupa zat radio aktif, logam (Hg, Pb, As, Cd, Cr dan Hi),
pupuk anorganik, pestisida, detergen dan minyak.
2. Biologi; berupa mikroorganisme, misalnya Escherichia coli, Entamoeba
coli, dan Salmonella thyposa.
3. Fisik; berupa kaleng-kaleng, botol, plastik, dan karet.
c. Menurut tingkat pencemaran
Menurut WHO, tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar
dan waktu (lamanya) kontak. Tingkat pencemaran dibedakan menjadi 3, yaitu
sebagai berikut :
1. Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada
panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada
ekosistem lain. Misalnya gas buangan kendaraan bermotor yang
menyebabkan mata pedih.
2. Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan
menyebabkan sakit yang kronis. Misalnya pencemaran Hg (air raksa)
di Minamata Jepang yang menyebabkan kanker dan lahirnya bayi
cacat.
3. Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnya
sehingga menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam
lingkungan. Misalnya pencemaran nuklir.
2. Parameter Pencemaran
Dengan mengetahui beberapa parameter yang ads pads daerah/kawasan
penelitian akan dapat diketahui tingkat pencemaran atau apakah
lingkungan itu sudah terkena pencemaran atau belum. Paramaterparameter
yang merupakan indikator terjadinya pencemaran adalah sebagai berikut :
a. Parameter kimia
Parameter kimia meliputi C02, pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-logam
berat.
b. Parameter biokimia
Parameter biokimia meliputi BOD (Biochemical Oxygen Demand),
yaitu jumlah oksigen dalam air. Cars pengukurannya adalah dengan
menyimpan sampel air yang telah diketahui kandungan oksigennya
selama 5 hari. Kemudian kadar oksigennya diukur lagi. BOD digunakan
untuk mengukur banyaknya pencemar organik. Menurut menteri
kesehatan, kandungan oksigen dalam air minum atau BOD tidak boleh
kurang dari 3 ppm.
c. Parameter fisik
Parameter fisik meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, dan
radioaktivitas.
d. Parameter biologi
Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya,
bakteri coli, virus, bentos, dan plankton. ( Syamsudin,dkk. 2009 )
Penebangan Hutan
Deforestasi atau penebangan hutan secara liar di Indonesia telah
menimbulkan dampak ekologi yang sangat besar bagi Indonesia dan dunia.
Indonesia memiliki 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan
Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui atau
mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptil dan amphibi, 1.519 spesies
burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya
adalah endemik atau hanya dapat ditemui di daerah tersebut. Luas hutan alam
asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan.
Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72%.
[1]Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun
dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran.
Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektare per tahun,
sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektare per tahun. Ini
menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan
hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra
landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektare hutan dan lahan rusak,
diantaranya seluas 59,62 juta hektare berada dalam kawasan hutan.
Pada abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-18, hutan alam di Jawa
diperkirakan masih sekitar 9 juta hektare. Pada akhir tahun 1980-an, tutupan
hutan alam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektare atau 7 persen dari luas
total Pulau Jawa. Saat ini, penutupan lahan di pulau Jawa oleh pohon tinggal
4 %. Pulau Jawa sejak tahun 1995 telah mengalami defisit air sebanyak 32,3
miliar meter kubik setiap tahunnya. Fungsi hutan sebagai penyimpan air
tanah juga akan terganggu akibat terjadinya pengrusakan hutan yang terus-
menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan
di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim penghujan. Pada
akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian
masyarakat. Industri perkayuan di Indonesia memiliki kapasitas produksi
sangat tinggi dibanding ketersediaan kayu. Pengusaha kayu melakukan
penebangan tak terkendali dan merusak, pengusaha perkebunan membuka
perkebunan yang sangat luas, serta pengusaha pertambangan membuka
kawasan-kawasan hutan. Sementara itu rakyat digusur dan dipinggirkan
dalam pengelolaan hutan yang mengakibatkan rakyat tak lagi punya akses
terhadap hutan mereka. Dan hal ini juga diperparah dengan kondisi
pemerintahan yang korup, dimana hutan dianggap sebagai sumber uang dan
dapat dikuras habis untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Penebangan
hutan di Indonesia yang tak terkendali telah dimulai sejak akhirtahun 1960-
an, yang dikenal dengan banjir-kap, dimana orang melakukan kayu secara
manual. Penebangan hutan skala besar dimulai pada tahun 1970. Dan
dilanjutkan dengan dikeluarkannya izin-izin pengusahaan hutan tanaman
industri di tahun 1990, yang melakukan tebang habis (land clearing). Selain
itu, areal hutan juga dialihkan fungsinya menjadi kawasan perkebunan skala
besar yang juga melakukan pembabatan hutan secara menyeluruh, menjadi
kawasan transmigrasi dan juga menjadi kawasan pengembangan perkotaan.
Di tahun 1999, setelah otonomi dimulai, pemerintah daerah membagi-
bagikan kawasan hutannya kepada pengusaha daerah dalam bentuk hak
pengusahaan skala kecil. Di saat yang sama juga terjadi peningkatan aktivitas
penebangan hutan tanpa izin yang tak terkendali oleh kelompok masyarakat
yang dibiayai pemodal (cukong) yang dilindungi oleh aparat pemerintah dan
keamanan.
Faktor penyebab deforestasi di Indonesia
Deforestasi di Indonesia sebagian besar merupakan akibat dari suatu
sistem politik dan ekonomi yang korup, yang menganggap sumber daya alam,
khususnya hutan, sebagai sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi untuk
kepentingan politik dan keuntungan pribadi. Pertumbuhan industri
pengolahan kayu dan perkebunan di Indonesia terbukti sangat
menguntungkan selama bertahun-tahun, dan keuntungannya digunakan oleh
rejim Soeharto sebagai alat untuk memberikan penghargaan dan mengontrol
teman-teman, keluarga dan mitra potensialnya. Selama lebih dari 30 tahun
terakhir, negara ini secara dramatis meningkatkan produksi hasil hutan dan
hasil perkebunan yang ditanam di lahan yang sebelumnya berupa hutan.
Dewasa ini Indonesia adalah produsen utama kayu bulat, kayu gergajian,
kayu lapis, pulp dan kertas, disamping beberapa hasil perkebunan, misalnya
kelapa sawit, karet dan coklat Pertumbuhan ekonomi ini dicapai tanpa
memperhatikan pengelolaan hutan secara berkelanjutan atau hak-hak
penduduk lokal.
Untuk saat ini, penyebab deforestasi hutan semakin kompleks.
Kurangnya penegakan hukum yang terjadi saat ini memperparah kerusakan
hutan dan berdampak langsung pada semakin berkurangnya habitat orangutan
secara signifikan. Penyebab deforestasi di Indonesia, yaitu :
Hak Penguasaan Hutan
Lebih dari setengah kawasan hutan Indonesia dialokasikan untuk
produksi kayu berdasarkan sistem tebang pilih. Banyak perusahaan HPH
yang melanggar pola-pola tradisional hak kepemilikan atau hak penggunaan
lahan. Kurangnya pengawasan dan akuntabilitas perusahaan berarti
pengawasan terhadap pengelolaan hutan sangat lemah dan, lama kelamaan,
banyak hutan produksi yang telah dieksploitasi secara berlebihan. Menurut
klasifikasi pemerintah, pada saat ini hampir 30 persen dari konsesi HPH yang
telah disurvei, masuk dalam kategori "sudah terdegradasi". Areal konsesi
HPH yang mengalami degradasi memudahkan penurunan kualitasnya
menjadi di bawah batas ambang produktivitas, yang memungkinkan para
pengusaha perkebunan untuk mengajukan permohonan izin konversi hutan.
Jika permohonan ini disetujui, maka hutan tersebut akan ditebang habis dan
diubah menjadi hutan tanaman industri atau perkebunan.
Hutan tanaman industri
Hutan tanaman industri telah dipromosikan secara besar-besaran dan
diberi subsidi sebagai suatu cara untuk menyediakan pasokan kayu bagi
industri pulp yang berkembang pesat di Indonesia, tetapi cara ini
mendatangkan tekanan terhadap hutan alam. Hampir 9 juta ha lahan, sebagian
besar adalah hutan alam, telah dialokasikan untuk pembangunan hutan
tanaman industri. Lahan ini kemungkinan telah ditebang habis atau dalam
waktu dekat akan ditebang habis. Namun hanya sekitar 2 juta ha yang telah
ditanami, sedangkan sisanya seluas 7 juta ha menjadi lahan terbuka yang
terlantar dan tidak produktif.
Perkebunan
Lonjakan pembangunan perkebunan, terutama perkebunan kelapa
sawit, merupakan penyebab lain dari deforestasi. Hampir 7 juta ha hutan
sudah disetujui untuk dikonversi menjadi perkebunan sampai akhir tahun
1997 dan hutan ini hampir dapat dipastikan telah ditebang habis. Tetapi lahan
yang benar-benar dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit sejak tahun
1985 hanya 2,6 juta ha, sementara perkebunan baru untuk tanaman keras
lainnya kemungkinan luasnya mencapai 1-1,5 juta ha. Sisanya seluas 3 juta ha
lahan yang sebelumnya hutan sekarang dalam keadaan terlantar. Banyak
perusahaan yang sama, yang mengoperasikan konsesi HPH, juga memiliki
perkebunan. Dan hubungan yang korup berkembang, dimana para pengusaha
mengajukan permohonan izin membangun perkebunan, menebang habis
hutan dan menggunakan kayu yang dihasilkan utamanya untuk pembuatan
pulp, kemudian pindah lagi, sementara lahan yang sudah dibuka
ditelantarkan.
llegal logging
Illegal logging adalah merupakan praktik langsung pada penebangan
pohon di kawasan hutan negara secara illegal. Dilihat dari jenis kegiatannya,
ruang lingkup illegal logging terdiri dari : •Rencana penebangan, meliputi
semua atau sebagian kegiatan dari pembukaan akses ke dalam hutan negara,
membawa alat-alat sarana dan prasarana untuk melakukan penebangan pohon
dengan tujuan eksploitasi kayu secara illegal. •Penebangan pohon dalam
makna sesunguhnya untuk tujuan eksploitasi kayu secara illegal. Produksi
kayu yang berasal dari konsesi HPH, hutan tanaman industri dan konversi
hutan secara keseluruhan menyediakan kurang dari setengah bahan baku kayu
yang diperlukan oleh industri pengolahan kayu di Indonesia. Kayu yang
diimpor relatif kecil, dan kekurangannya dipenuhi dari pembalaka ilegal.
Pencurian kayu dalam skala yang sangat besar dan yang terorganisasi
sekarang merajalela di Indonesia; setiap tahun antara 50-70 persen pasokan
kayu untuk industri hasil hutan ditebang secara ilegal. Luas total hutan yang
hilang karena pembalakan ilegal tidak diketahui, tetapi seorang mantan
Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan, Departemen Kehutanan, Titus
Sarijanto, baru-baru ini menyatakan bahwa pencurian kayu dan pembalakan
ilegal telah menghancurkan sekitar 10 juta ha hutan Indonesia.
Konvensi Lahan
Peran pertanian tradisional skala kecil, dibandingkan dengan
penyebab deforestasi yang lainnya, merupakan subyek kontroversi yang
besar. Tidak ada perkiraan akurat yang tersedia mengenai luas hutan yang
dibuka oleh para petani skala kecil sejak tahun 1985, tetapi suatu perkiraan
yang dapat dipercaya pada tahun 1990 menyatakan bahwa para peladang
berpindah mungkin bertanggung jawab atas sekitar 20 persen hilangnya
hutan. Data ini dapat diterjemahkan sebagai pembukaan lahan sekitar 4 juta
ha antara tahun 1985 sampai 1997.
Program Transmigrasi
Transmigrasi yang berlangsung dari tahun 1960-an sampai 1999, yaitu
memindahkan penduduk dari Pulau Jawa yang berpenduduk padat ke pulau-
pulau lainnya. Program ini diperkirakan oleh Departemen Kehutanan
membuka lahan hutan hampir 2 juta ha selama keseluruhan periode tersebut.
Disamping itu, para petani kecil dan para penanam modal skala kecil yang
oportunis juga ikut andil sebagai penyebab deforestasi karena mereka
membangun lahan tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit dan coklat,
di hutan yang dibuka dengan operasi pembalakan dan perkebunan yang
skalanya lebih besar. Belakangan ini, transmigrasi "spontan" meningkat,
karena penduduk pindah ke tempat yang baru untuk mencari peluang
ekonomi yang lebih besar, atau untuk menghindari gangguan sosial dan
kekerasan etnis. Estimasi yang dapat dipercaya mengenai luas lahan hutan
yang dibuka oleh para migran dalam skala nasional belum pernah dibuat.
Kebakaran Hutan
Pembakaran secara sengaja oleh pemilik perkebunan skala besar
untuk membuka lahan, dan oleh masyarakat lokal untuk memprotes
perkebunan atau kegiatan operasi HPH mengakibatkan kebakaran besar yang
tidak terkendali, yang luas dan intensitasnyan belum pernah terjadi
sebelumnya. Lebih dari 5 juta ha hutan terbakar pada tahun 1994 dan 4,6 juta
ha hutan lainnya terbakar pada tahun 1997-98. Sebagian dari lahan ini
tumbuh kembali menjadi semak belukar, sebagian digunakan oleh para petani
skala kecil, tetapi sedikit sekali usaha sistematis yang dilakukan untuk
memulihkan tutupan hutan atau mengembangkan pertanian yang produktif
Pada kondisi alami, lahan gambut tidak mudah terbakar karena
sifatnya yang menyerupai spons, yakni menyerap dan menahan air secara
maksimal sehingga pada musim hujan dan musim kemarau tidak ada
perbedaan kondisi yang ekstrem. Namun, apabila kondisi lahan gambut
tersebut sudah mulai tergangggu akibatnya adanya konversi lahan atau
pembuatan kanal, maka keseimbangan ekologisnya akan terganggu. Pada
musim kemarau, lahan gambut akan sangat kering sampai kedalaman tertentu
dan mudah terbakar.
Gambut mengandung bahan bakar (sisa tumbuhan) sampai di bawah
permukaan, sehingga api di lahan gambut menjalar di bawah permukaan
tanah secara lambat dan dan sulit dideteksi, dan menimbulkan asap tebal. Api
di lahan gambut sulit dipadamkan sehingga bisa berlangsung lama (berbulan-
bulan). Dan baru bisa mati total setelah adanya hujan yang intensif.
( Anonymous,2011 )
PEMANASAN GLOBAL
Pemanasan global atau Global Warming adalah suatu proses meningkatnya
suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ±
0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar
peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan
besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat
aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah
dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk
semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih
terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan
yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan
suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5
°F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan
oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah
kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda.
Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut
selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah
stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut,
meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,[2] serta perubahan
jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah
terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai
jenis hewan.
EFEK RUMAH KACA
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari.
Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek,
termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah
dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi,
akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian
dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa
luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat
menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida,
sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini.
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang
dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan
Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-
rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca.
Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin
banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup
yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin.
Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih
panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca
suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan
Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di
atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
Dampak Pemanasan Global
Iklim mulai tidak stabil
Tingginya ermukaan air laut
Suhu Meningkat
Gangguan ekologis
Dampak sosial politik
Pengendalian pemanasan global
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen
per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat
ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan.
Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil
melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di
masa depan.
Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah
pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah
masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di
pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti
Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap
menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum
dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan
berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin
bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas
ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di
tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon).
Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Ekosistem populasi adalah suatu hubungan interaksi antara populasi dengan
lingkungan pada suatu tempat.
2. Faktor penyusun ekosistem adalah faktor biotik dan abiotik. Biotik terdiri
dari produsen,konsumen, dan dekomposer, sedangkan abiotik terdiri atas
cahaya, suhu, air, dan udara.
3. Macam-macam ekosistem, antara lain ekosistem darat yaitu gurun, padang
rumput, hutan basah, taiga, dan lain-lain, sedangkan ekosistem perairan terdiri
dari ekosistem air laut, estuari, dan sebagainya.
3.2 Saran
Untuk para pembaca agar lebih memahami dan mengerti materi mengenai
mitosis. untuk materi berikutnya agar lebih dikembangkan lagi secara materi
namun tetap pada batas permasalahn yang dibahas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymousa. 2011. Ekologi. http://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi Di akses 29
Desember 2011
Anonymousb. 2011. Ekologi Tumbuhan.
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/17/ekologi-tumbuhan-cahaya-
suhu-dan-air/ Di akses 29 Desember 2011
Anonymousc. 2011. Batas Pertumbuhan.
http://id.shvoong.com/social-sciences/anthropology/2163255-teori-batas-
pertumbuhan/#ixzz1hwtfJT00 Di akses 29 Desember 2011
Anonymousd. 2011.
http://mozaiksains.wordpress.com/2010/04/20/siklus-energi-dan-materi-
dalam-ekosistem/ Di akses 29 Desember 2011
Anonymouse. 2011.
http://pobersonaibaho.wordpress.com/2011/05/11/siklus-energi-siklus-
materi-siklus-biogeokimia-daur-biogeokimiadan-nitrifikasi/
Di akses 29 Desember 2011
Anonymousf . 2011. Suksesi.
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/06/pengertian-suksesi.html
Di akses 29 Desember 2011
Anonymousg. 2011. http://www.scribd.com/doc/53796028/siklus-N. Diakses pada
tanggal 29 Desember 2011.
Dharma. 2011. Siklus P. hamadharma.wordpress.com/2010/02/11/siklus-fosfor-
di-alam/. Indramayu : Universitas Padjajaran.
Ikatan Mahasiswa Geodesi. 2011. Siklus Hidrologi. http://img.gd.itb.ac.id/?p=15.
ITB : Bandung.
Ridwan. 2010.
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/
Biologi/0030%20Bio%201-7a.htm Di akses 29 Desember 2011
Sri.2011. Ekologi Tumbuhan.
http://sriwidoretno.staff.fkip.uns.ac.id/ekologi-tumbuhan/ Di akses 29
Desember 2011
Tim Dosen. 2011. Modul Praktikum Ekologi Pertanian. Universitas Brawijaya.
Malang