51
PERAN STAKEHOLDER DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Seminar Masalah-Masalah/Isu-Isu Lingkungan Yang Diampu Oleh Bapak Drs. Mochamad Rozikin M.AP Kelompok 8: Muhammad Rijal Faozan (135030107111065) Daning Eka Pratiwi (135030100111007) Amanda Rachma Debyasari (135030100111030) Kelas B ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ADMINISTRAS

blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

  • Upload
    lykien

  • View
    230

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

PERAN STAKEHOLDER DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN DI INDONESIA

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Seminar Masalah-Masalah/Isu-Isu

Lingkungan Yang Diampu Oleh Bapak Drs. Mochamad Rozikin M.AP

Kelompok 8:

Muhammad Rijal Faozan (135030107111065)

Daning Eka Pratiwi (135030100111007)

Amanda Rachma Debyasari (135030100111030)

Kelas B

ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU ADMINISTRAS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016

Page 2: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Isu lingkungan merupakan isu yang semakin marak diperbincangkan di dunia

internasional, banyak dijumpai forum internasional yang mengkaji masalah lingkungan, tidak

hanya tingkat regional melainkan juga tingkat global. Dalam memenuhi tuntutan

pembangunan yang terus menerus, alam dan linggkungan akan terus menerus dieksploitasi

dan dimanfaatkan semaksimal mungkin. Akan tetapi justru hal inilah yang menyebabkan

penurunan daya dukung lingkungan, kelengkapan sumber daya alam atau yang lebih parah

lagi kepunahan sumber daya alam.

Isu lingkungan mulai terangkat ke permukaan pasca terjadinya revolusi industri.

Revolusi industri menyebabkan maraknya pertumbuhan industri tanpa kontrol yang baik

sehingga mengakibatkan pencemaran yang berdampak sangat besar bagi lingkungan akibat

limbah dari pabrik-pabrik tersebut. Belum lagi saat itu juga sudah ada pembukaan lahan,

eksplorasi dan eksploitasi terhadap barang-barang tambang seperti minyak, gas, dan batu bara

serta tambang lainnya yang tidak hanya menghasilkan limbah, tetapi juga menyebabkan

kerusakan lingkungan dan ekosistem akibat proses penambangan yang masih menekankan

pada profit, tanpa terlalu memikirkan dampaknya terhadap lingkungan dan ekosistem yang

ada.

Dewasa ini terdapat empat isu global menyangkut agenda pelestarian lingkungan

sebagai pembangunan di Indonesia, yaitu:

1. Polusi, antara lain polusi udara, hujan asam, perubahan iklim, polusi air, polusi akibat

bahan-bahan kimia, limbah industri, limbah nuklir, dan seterusnya.

2. Sumber alam; antara lain isu deforestasi, hilangnya sumber-sumber genetika, erosi tanah

dan desertifikasi problema lahan kritis, kerusakan sumber-sumber kelautan, degradasi

kemampuan lahan, hilangnya lahan-lahan pertanian dan sebagainya.

3.Perkotaan; antara lain penggunaan tanah/lahan di kota besar, sanitasi lingkungan, air bersih,

manajemen pertumbuhan kota, kesejahteraan sosial dan pendidikan, lingkungan dan

perumahan kumuh, penghijauan kota dan sebagainya.

Page 3: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

4. Manajemen; antara lain monitoring dan pelaporan, analisis investasi, analisis biaya-

manfaat, efektifitas biaya, analisis resiko seperti AMDAL dan sebagainya.

Sudah saatnya Indonesia untuk serius melaksanakan pembangunan berkelanjutan.

Meskipun kita sadari bahwa untuk mewujudkannya tidak semudah membalikkan telapak

tangan. Apalagi sebagai negara berkembang, yang masih dihadapkan pada isu-isu seperti

kemiskinan, ledakan populasi dan pengangguran. Isu-isu tersebut seringkali justru menjadi

masalah utama kerusakan lingkungan itu sendiri, dan harus diakui pula masih menjadi

maslaah yang harus dihadapi negara kita. Meskipun negara kita masih harus menyelesaikan

agenda untuk menuntaskan angka kemiskinan dan tingkat pengangguran, kita tetap harus

bersama-sama memulai dan terus belajar untuk pengimplementasikan pembangunan

berkelanjutan.

Trade off antara mengedepankan kepentingan jangka pendek (kepentingan generasi

sekarang) dengan kepentingan jangka panjang (kepentingan generasi mendatang) harus

segera diambil keputusannya. Sudah saatnya kita hidup bukan hanya untuk kepentingan

jangka pendek, namun harus memperhatikan kepentingan generasi mendatang. Oleh karena

itu harus ada perubahan paradigma dalam pengelolaan ekonomi agar supaya keputusan

apapun yang diambil akan menggunakan perspektif jangka panjang, mengedepankan

pembangunan yang berkelanjutan yaitu dengan mengharmonikan infrastruktur dan dan

bangunan dalam jaringan dan lingkup yang lebih luas, terkait aspek-aspek iklim, sumber daya

alam/lingkungan, ekonomi serta sosial dan budaya.

Kehadiran pembangunan mungkin tidak akan menyumbang kerusakan tata ekologi

separah yang terjadi sekarang, bila paradigma atas pembangunan itu dilihat sebagai hubungan

yang tidak bertolak belakang dengan persoalan lingkungan. Akan tetapi, justru pembangunan

ditafsirkan sebagai tujuan dari segalanya karena kecenderungan pembangunan itu dapat

menyelesaikan kemiskinan, keterbelakangan dan masalah-masalah sosial ekonomi lainnya.

Secara normatif, pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan dan sumber daya alam

wajib memperhatikan keseimbangan lingkungan dan kelestarian fungsi dan kemampuannya

demi terwujudnya pembangunan berkelanjutan. Pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan

dan sumber daya alamnya tidak saja diperuntukan untuk dinikmati di masa sekarang saja,

akan tetapi wajib untuk memperhatikan kehidupan generasi yang akan datang. Sehingga

dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan dan sumber daya alamnya sudah sewajarnya

dilakukan suatu aksi atau tindakan pencegahan dan pengendalian akan dampak negatif

Page 4: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

pembangunan melalui peran serta aktif dari para pihak sebagai stakeholders dalam

pembangunan, seperti unsur masyarakat, investor, dan pemerintah. Oleh karena itu penulis

mengambil judul “Peran Stakeholder Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan Di

Indonesia” pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa prinsip dan indikator pembangunan berkelanjutan?

1.2.2 Bagaimana peraan stakeholder dalam pembangunan berkelanjutan?

1.2.3 Bagaimana keterkaitan Stakeholder untuk mewujudkan Good Environmental

Governance?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui prinsip dan indikator pembangunan berkelanjutan.

1.2.2 Untuk mengetahui peran stakeholder dalam pembangunan berkelanjutan.

1.2.3 Untuk mengetahui keterkaitan Stakeholder untuk mewujudkan Good Environmental

Governance.

Page 5: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

BAB II

Landasan Teori

2.1. Kebijakan Lingkungan

Kebijakan menurut para ahli seperti yang telah dikemukaan oleh Dye dalam (Leo

Agustino, 2008:7) mengemukakan bahwa, kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh

pemerintah untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan. Sementara menurut Carl Friedrich dalam

(Leo Agustino, 2008:7) mengartikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang

diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu.

Kebijakan mengandung suatu unsur tindakan untuk mencapai tujuan dan umumnya tujuan

tersebut ingin dicapai oleh seseorang, kelompok ataupun pemerintah.

Kebijakan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan praktik-praktik sosial yang

ada dalam masyarakat. Apabila kebijakan berisi nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-

nilai yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan tersebut akan mendapat kendala ketika

diimplementasikan. Sebaliknya, suatu kebijakan harus mampu mengakomodasikan nilai-nilai

dan praktik-praktik yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Dapat ditarik kesimpulan

bahwa yang dimaksud dengan kebijakan pemerintah dalam penelitian ini adalah suatu

lingkup kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah atau aktor pejabat pemerintah yang

dilaksanakan maupun yang tidak dilaksanakan oleh pemerintah atau kelompok lain untuk

mencapai tujuan tertentu.

Oleh karena itu dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa kebijakan lingkungan adalah

setiap tindakan yang sengaja diambil (atau tidak diambil) untuk mengelola kegiatan manusia

dengan maksud untuk mencegah, mengurangi, atau mengurangi efek yang merugikan pada

sumber daya alam dan alam. Kebijakan lingkungan adalah sebuah pernyataan sikap yang

disepakati didokumentasikan dari sebuah perusahaan terhadap lingkungan di mana ia

beroperasi. Kebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga

bisa memperhitungkan dimensi sosial (kualitas hidup) dan dimensi ekonomi (manajemen

sumber daya). Kebijakan dapat didefinisikan sebagai "tindakan atau prinsip yang ditetapkan

atau diusulkan oleh, pihak bisnis pemerintah, atau individu" . Dengan demikian, kebijakan

lingkungan berfokus pada masalah yang timbul dari dampak manusia terhadap lingkungan,

yang retroacts ke masyarakat manusia dengan memiliki dampak (negatif) terhadap nilai-nilai

kemanusiaan seperti kesehatan yang baik atau lingkungan 'bersih dan hijau'.

Page 6: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

2.2 Stakeholder

Pengertian teori stakeholder menurut Freeman dan Reed (Ulum, 2009, p4) adalah

sekelompok orang atau individu yang diidentifikasi dapat mempengaruhi kegiatan

perusahaan ataupun dapat dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan. De Wit dan Meyer (Duran

dan Radoijic, 2004, p14) berpendapat bahwa para pemegang saham, para pekerja, para

supplier, bank, para customer, pemerintah dan komunitas memegang peranan penting dalam

organisasi (berperan sebagai stakeholder), untuk itu korporasi harus memperhitungkan semua

kepentingan dan nilai-nilai dari para stakeholdernya.

Istilah stakeholder sudah sangat fenomenal. Kata ini telah dipakai oleh banayak pihak

dan hubunganya dengan berbagi ilmu atau konteks,lembaga publik telah menggunakan istilah

stakeholder ini secara luas ke dalam proses-proses pengambilan dan implementasi

keputusan.secara sederhana stakeholder sering dinyatakan sebagai para pihak yang terkait

dengan suatu issu atau suatu rencana. Menurut ISO 26000 SR, stakeholder didefinisikan

“individu atau kelompok yang memiliki kepentingan terhadap keputusan serta aktivitas

organisasi” sedangkan menurut standart pengelolaan stakeholder AA1000 SES, definisinya

adalah “kelompok yang dapat mempengaruhi atau terpengaruh oleh aktivitas, produk

layanan, serta kinerja organisasi”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengenalan

stakeholder tidak sekedar menjawab pertanyaan siapa stakeholder didalam suatu issu tetapi

juga sifat hubungan stakeholder dengan issu, sikap, pandangan dan pengaruh stakeholder itu

sendiri.

Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu issu

stakeholder dapat dikategorikan kedalam beberapa kelompok. Menurut ODA (1995)

stakeholder dikategorikan menjadi stakeholder primer, sekunder, dan stakeholder kunci.

a. Stakeholder Utama (Primer)

Merupakan stakeholder yang memiliki keterkaitan kepentingan secara langsung

dengan suatu kebijakan, program, dan proyek. Dimana mereka harus ditempatkan sebagai

penentu utama ketika dalam melakukan proses pengambilan keputusan. Dimana

didalamnya terdiri dari:

- Masyarakat dan Tokoh Masyarakat

- Pihak Manajer Publik

Page 7: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

b. Stakeholder Pendukung

Stakeholder yang tidak memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu

kebijakan, program, dan proyek tetapi memiliki kepedulian (concern) dan keprihatinan

sehingga dapat turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan

legal pemerintah. Yang didalamnya terdiri dari ;

- Lembaga (aparat) pemerintah suatu wilayah

- Lembaga pemerintah yang terkait issu

- Lembaga Swadaya Masyarakat setempat

- Perguruan Tinggi

- Pengusaha (Badan Usaha) terkait

c. Stakeholder Kunci

Merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legaldalam hal

pengambilan keputusan.Stakeholder kunci yang dimaksud juga adalah unsur aksekutif sesuai

dengan levelnya, legislative, dan instansi. Seperti misalnya untuk proyek level daerah

kabupaten.

- Pemerintah Kabupaten

- DPR Kabupaten

- Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan

2.3. Sustainable Development

Perhatian terhadap masalah lingkungan hidup mulai berkembang setelah munculnya

buku “Silent Spring” oleh Rachel Carson pada tahun 1960-an yang membicarakan persoalan

lingkungan dalam ruang lingkup global. Secara sederhana, pembangunan berkelanjutan

(sustainability development) diartikan sebagai suatu upaya pemenuhan kebutuhan hidup masa

sekarang dengan memperhatikan kesinambungan hidup generasi mendatang. Konsep ini

setara dengan laporan “Our Common Future” oleh komisi bentukan Perserikatan Bangsa-

Bangsa, World Commission on Environment and Development (WCED) yang diketuai Ny.

Gro Brundtland, Perdana Menteri Norwegia pada tahun 1987 yang diterbitkan dengan tema

Sustainable Development, dan kemudian dikenal dengan “Laporan Brundtland”. Konsep ini

merupakan gagasan dasar yang berkembang hingga saat ini dengan mengikuti dinamika

perubahan dan menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan standar

lingkungan yang tinggi (Wibisono, 2007:14-15).

Page 8: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

Masalah lingkungan merupakan suatu permasalahan kompleks yang dialami hampir

semua negara di belahan dunia. Berbagai isu penurunan kualitas lingkungan pun semakin

meluas. Oleh karena itu, saat ini kesadaran dan penilaian masalah lingkungan harus segera

diatasi, yaitu dengan meningkatkan pembangunan bewawasan lingkungan (eco development)

yang menggunakan dan mengelola sumber daya alam secara bijaksana sehingga dapat

meningkatkan mutu lingkungan hidup.

Dalam memenuhi tuntutan pembangunan yang terus menerus, alam dan linggkungan

akan terus menerus dieksploitasi dan dimanfaatkan semaksimal mungkin. Akan tetapi justru

hal inilah yang menyebabkan penurunan daya dukung lingkungan, kelengkapan sumber daya

alam atau yang lebih parah lagi kepunahan sumber daya alam.

Dalam Hadi (2005:2) pembangunan berkelanjutan (sustainable development) oleh

Komisi Dunia Untuk Lingkungan dan Pembangunan / WCED (World Commission on

Environmental and Development) didefinisikan sebagai pembangunan yang ditujukkan untuk

memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang

akan datang untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Dalam UU PPLH menyebutkan pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan

terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi

pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,

kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Karena itu,

prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan

suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

Upaya dalam menata dan memelihara kelestarian lingkingan, tidaklah hanya

mengandalkan pemerintah saja, namun lebih jauh masyarakat pun mempunyai peranan

penting dalam upaya mewujudkan hal itu. Diantaranya yaitu dengan pola pendidikan melalui

berbagai penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya menata dan memelihara kelestarian

lingkungan hisup. Membangun kesadaran masyarakat yang mempunyai wawasan lingkungan

yang luas merupakan “pilar” dalam menjaga kondisi lingkungan benar-benar jauh dari

berbagai sumber pengrusakan dan pencemaran lingungan. Sebab, pada dasarnya masalah

lingkungan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan disebabkan oleh tangan-tangan

manusia sendiri. Masyarakat yang berwawasan lingkungan dengan etika atau moral

lingkungan yang tinggi benar-benar dibutuhkanl dalam setiap pembangunan di Indonesia.

Tidak terkecuali adanya penegakkan hukum lingkungan secara tegas dan terarah. Lebih jauh,

Page 9: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

dengan mengacu pada hal tersebut setidaknya wawasan lingkungan maupun ilmu

pengetahuan dan teknologi akan mengarah pada pemeliharaan dan pelestarian lingkungan

hidup.

Page 10: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Prinsip dan indikator pembangunan berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) sebagai salah satu

paradigma dari pembangunan memiliki fokus utama yaitu mewujudkan keseimbangan

pembangunan sosial dan lingkungan agar mendukung pertumbuhan ekonomi (Suryono, 2010,

h.82). Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan suatu konsep yang

sederhana namun kompleks yang tidak hanya memperhatikan nilai keadilan antargenerasi,

namun juga terdapat nilai-nilai yang menyebabkan penekanan yang berbeda terhadap apa

yang harus dipertahankan dan apa yang harus dikembangkan yaitu seperti freedom, equality,

solidarity, tolerance, respect for nature, and shared responsibility (Roehrl, 2013, h.9).

 A.Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Menurut Prof. Dr. Emil Salim menyatakan pembangunan berkelanjutan (sustainable

development) diartikan sebagai suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat

dari sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan menyerasikan sumber alam dan

manusia dalam pembangunan. Menurut Salim, konsep pembangunan berkelanjutan ini

didasari oleh lima ide pokok besar, yaitu sebagai berikut:

”Pertama, proses pembangunan mesti berlangsung secara berlanjut, terus-menerus,

dan kontinyu, yang ditopang oleh sumber alam, kualitas lingkungan, dan manusia yang

berkembang secara berlanjut pula. Kedua, sumber alam (terutama udara, air, dan tanah)

memiliki ambang batas, di mana penggunaannya akan menciutkan kuantitas, dan kualitasnya.

Ketiga, kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup. Keempat, bahwa

pola penggunaan sumber alam saat ini mestinya tidak menutup kemungkinan memilih opsi

atau pilihan lain di masa depan. Dan kelima, pembangunan berkelanjutan mengandaikan

solidaritas transgenerasi, sehingga kesejahteraan bagi generasi sekarang tidak mengurangi

kemungkinan bagi generasi selanjutnya untuk meningkatkan kesejahteraannya pula”.

Page 11: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

Sedangkan, Budimanta (2005) mengungkapkan Prinsip dasar pembangunan

berkelanjutan meliputi:

Pertama, pemerataan dan keadilan sosial. Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan

harus menjamin adanya pemerataan untuk generasi sekarang dan yang akan datang,

berupa pemerataan distribusi sumber lahan, faktor produksi dan ekonomi yang

berkeseimbangan (adil), berupa kesejahteran semua lapisan masyarakat.

Kedua, menghargai keaneragaman (diversity). Perlu dijaga berupa keanegaragaman

hayati dan keanegaraman budaya. Keaneragaman hayati adalah prasyarat untuk

memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa

kini dan yang akan datang. Pemeliharaan keaneragaman budaya akan mendorong

perlakuan merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi

berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti oleh masyarakat.

Ketiga, menggunakan pendekatan integratif. Pembangunan berkelanjutan mengutamakan

keterkaitan antara manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara

bermanfaat dan merusak Karena itu, pemanfaatan harus didasarkan pada pemahaman

akan kompleknya keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial dengan cara-cara yang

lebih integratif dalam pelaksanaan pembangunan.

Keempat, perspektif jangka panjang, dalam hal ini pembangunan berkelanjutan seringkali

diabaikan, karena masyarakat cenderung menilai masa kini lebih utama dari masa akan

datang. Karena itu persepsi semacam itu perlu dirubah.

Pembangunan berkelanjutan yang dianut Indonesia adalah pembangunan yang dapat

memenuhi aspirasi dan kebutuhan masyarakat generasi saat ini tanpa mengurangi potensi

pemenuhan aspirasi dan kebutuhan masyarakat generasi mendatang.Pemerintah berupaya

mewujudkan konsep-konsep pembangunan berkelanjutan dalam berbagai pembentukan dan

pelaksanaan hukum lingkungan.UU-PPLH yangdisahkan pada tahun 2009 memuat prinsip-

prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai instrumen perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup di Indonesia. Prinsip-prinsip dimaksud yakni:

1. Prinsip Keadilan Antar Generasi (Intergenerational Equity)

Prinsip keadilan antargenerasi ini didasari sumber daya alam yang ada di bumi ini

adalah sebagai titipan (in trust) untuk dipergunakan generasi yang akan datang. Setiap

generasi merupakan penjaga dari planet bumi ini untuk kemanfaatan generasi berikutnya dan

sekaligus sebagai penerima manfaat dari generasi sebelumnya.

Page 12: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

2. Prinsip Keadilan Dalam Satu Generasi

Prinsip ini disebut pula keadilan intragenerasi. Prinsip ini menurut Prof. Ben Boer,

menunjuk kepada gagasan bahwa masyarakat dan tuntutan kehidupan dalam satu generasi,

memiliki hak dalam kemanfaatan sumber-sumber alam dan kenikmatan atas lingkungan yang

bersih dan sehat.

3. Prinsip Pencegahan Dini (Precautionary Principle)

Prinsip pencegahan dini (precautionary principle) secara teoretis atau praktis

mengandung makna bahwa apabila terdapat ancaman atau adanya ancaman kerusakan

lingkungan yang tidak dapat dipulihkan, ketiadaan pembuktian ilmiah yang konklusif dan

pasti, tidak dapat dijadikan alasan menunda upaya-upaya untuk mencegah terjadinya

kerusakan lingkungan tersebut.

4. Prinsip Perlindungan Keragaman Hayati (Biodiversity Conservation)

Prinsip perlindungan keragaman hayati (biodiversity conservation) merupakan

prasyarat dari berhasil tidaknya pelaksanaan prinsip keadilan antargenerasi (intergenerational

equity principle). Perlindungan keragaman hayati juga terkait dengan masalah pencegahan,

sebab mencegah kepunahan jenis dari keragaman hayati diperlukan pencegahan dini.18

Upaya perlindungan keragaman hayati dilakukan untuk membuktikan komitmen dan

kesadaran pentingnya mencegah secara dini kepunahan keragaman hayati sekaligus

melaksanakan prinsip keadilan baik antargenerasi maupun dalam satu generasi untuk

mewujudkan karakteristik pembangunan berkelanjutan.

5. Prinsip Internalisasi Biaya Lingkungan

Prinsip ini berangkat dari suatu keadaan, penggunaan sumber--sumber lingkungan

hidup, merupakan kecenderungan dari dorongan pasar. Akibatnya, kepentingan yang selama

ini tidak terwakili dalam komponen pengambilan keputusan dalam menentukan harga pasar

tersebut diabaikan dan menimbulkan kerugian bagi mereka. Masyarakat yang menjadi korban

dari kerusakan lingkungan, tidak memiliki suatu mekanisme untuk memaksa kelompok untuk

membayar kerugian bagi kerusakan tersebut kecuali pengadilan.19

B.Indikator Pembangunan Berkelanjutan

Surna Tjahja Djajadiningrat (2005), menyatakan bahwa dalam pembangunan yang

berkelanjutan terdapat aspek keberlanjutan yang perlu diperhatikan, yaitu:

1.  Keberlanjutan Ekologis, yakni akan menjamin berkelanjutan eksistensi bumi.

2. Keberlanjutan di Bidang Ekonomi, dalam perpektif ini pembangunan memiliki dua hal

utama, yakni, berkelanjutan ekonomi makro dan ekonomi sektoral. Berkelanjutan ekonomi

Page 13: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

makro, menjamin ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong efesiensi ekonomi

melalui reformasi struktural dan nasional.

3. Keberlanjutan Sosial dan Budaya, meliputi: stabilitas penduduk, pemenuhan kebutuhan

dasar manusia, Mempertahankan keanekaragaman budaya dan mendorong partisipasi

masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan.

4. Keberlanjutan Politik, tujuan yang akan dicapai adalah, respek pada human rights,

kebebasan individu dan sosial untuk berpartisipasi di bidang ekonomi, sosial dan politik,

dan demokrasi.

5. Keberlanjutan Pertahanan Keamanan, Keberlanjutan kemampuan menghadapi dan

mengatasi tantangan, ancaman dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar yang

langsung maupun tidak langsung yang dapat membahayakan integrasi, identitas,

kelangsungan bangsa dan negara.

3.2 Stakeholder dalam pembangunan berkelanjutan

A. Pemerintah

Dalam pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) terdapat hubungan

erat antara penyelenggaraan pemerintahan yang baik dengan pengelolaan lingkungan hidup

yang baik. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik akan mempengaruhi dan menentukan

pengelolaan lingkungan hidup yang baik, dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik

mencerminkan tingkat penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Tegasnya, tanpa

penyelenggaraan pemerintahan yang baik, sulit mengharapkan akan adanya pengelolaan

lingkungan hidup yang baik.

Pemerintah yang baik yang peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup

adalahpemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik

(goodgovernance) dan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan yang baik (good

environmentalgovernance).Penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan prinsip good

environmental governance memberikan makna bahwa pengelolaan urusan pemerintahan di

bidangsumberdaya alam dan lingkungan diselenggarakan sedemikian rupa dengan

dilandasivisi perlindungan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup dalam mendukung

pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Prinsip good governance pada dasarnya

dikembangkan untuk mewujudkan penyelenggaraan tata pemerintahan yang lebih baik dan

tertib.

Page 14: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

Dalam kaitan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) pemerintah

sebagai penyelenggara pemerintahan dalam upayanya mengusahakan kesejahteraan sosial

memiliki peran yang sangat strategis dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan sesuai

dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Dalam menjalankan peran ini pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah berdasarkan prinsip otonomi dan pendelegasian wewenang dalam

bidang lingkungan hidup wajib melakukan kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) yang

berupa rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipasif untuk memastikan

bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam

pembangunan suatu wilayah dan / atau kebijakan, rencana, dan / atau program.

Dalam kontek di atas, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam

mengeluarkan izin lingkungan wajib bertindak berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku

untuk menciptakan kepastian hukum, memperhatikan kepentingan umum dan merespon

aspirasi masyarakat yang terkena dampak dari perbuatan mengeluarkan izin bersangkutan

untuk mewujudkan keadilan. Sehingga bisa dirasakan kedamaian dan keadilan dalam

masyarakat dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Pengelolaanlingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan dan

pencemaran serta pemulihan kualitas lingkungan telah menuntut dikembangkannya berbagai

perangkat kebijakan dan program serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung

pengelolaan lingkungan lainnya. Sistem tersebut mencakup kemantapan kelembagaan,

sumberdaya manusia dan kemitraan lingkungan, disamping perangkat hukum dan

perundangan, informasi serta pendanaan. Keterkaitan dan keseluruhan aspek lingkungan telah

memberi konsekuensi bahwa pengelolaan lingkungan, termasuk sistem pendukungnya tidak

dapat berdiri sendiri, akan tetapi berintegrasi dengan seluruh pelaksanaan pembangunan.

Menurut Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (1997), kebijakan daerah dalam

mengatasi permasalahan lingkungan hidup khususnya permasalahan kebijakan dan

penegakan hukum yang merupakan salah satu permasalahan lingkungan hidup di daerah

dapat meliputi :

Regulasi Perda tentang Lingkungan.

Penguatan Kelembagaan Lingkungan Hidup.

Penerapan dokumen pengelolaan lingkungan hidup dalam proses perijinan.

Sosialisasi/pendidikan tentang peraturan perundangan dan pengetahuan lingkungan

hidup.

Page 15: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

Meningkatkan kualitas dan kuantitas koordinasi dengan instansi terkait dan

stakeholders.

Pengawasan terpadu tentang penegakan hukum lingkungan.

Memformulasikan bentuk dan macam sanksi pelanggaran lingkungan hidup.

Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia.

Peningkatan pendanaan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Sesuai dengan Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP

No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai

Daerah Otonom, dalam bidang lingkungan hidup memberikan pengakuan politis melalui

transfer otoritas dari pemerintah pusat kepada daerah:

Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Memerlukan peranan lokal dalam mendesain kebijakan.

Membangun hubungan interdependensi antar daerah.

Menetapkan pendekatan kewilayahan.

Dapat dikatakan bahwa konsekuensi pelaksanaan UU No. 32 Tahun 2004 dengan PP

No. 25 Tahun 2000, Pengelolaan Lingkungan Hidup lebih diprioritaskan di Daerah, maka

kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup secara eksplisit PROPENAS merumuskan

program yang disebut sebagai pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Program itu mencakup :

1. Program Pengembangaan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup.

Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang

lengkap mengenai potensi dan produktivitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup

melalui inventarisasi dan evaluasi, serta penguatan sistem informasi.Sasaran yang

ingin dicapai melalui program ini adalah tersedia dan teraksesnya informasi

sumberdaya alam dan lingkungan hidup, baik berupa infrastruktur data spasial, nilai

dan neraca sumberdaya alam dan lingkungan hidup oleh masyarakat luas di setiap

daerah.

2. Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi Sumber

Daya Alam

Page 16: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

Tujuan dari program ini adalah menjaga keseimbangan pemanfaatan dan

pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup hutan, laut, air udara dan mineral.

Sasaran yang akan dicapai dalam program ini adalah termanfaatkannya, sumber daya

alam untuk mendukung kebutuhan bahan baku industri secara efisien dan

berkelanjutan. Sasaran lain di program adalah terlindunginya kawasan-kawasan

konservasi dari kerusakan akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terkendali

dan eksploitatif.

3. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup

Tujuan program ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam

upaya mencegah kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan dan pemulihan kualitas

lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, serta

kegiatan industri dan transportasi. Sasaran program ini adalah tercapainya kualitas

lingkungan hidup yang bersih dan sehat adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup

yang bersih dan sehat sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan.

4. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya

Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup.

Program ini bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan, menata sistem

hukum, perangkat hukum dan kebijakan, serta menegakkan hukum untuk mewujudkan

pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup yang efektif dan

berkeadilan.Sasaran program ini adalah tersedianya kelembagaan bidang sumber daya

alam dan lingkungan hidup yang kuat dengan didukung oleh perangkat hukum dan

perundangan serta terlaksannya upaya penegakan hukum secara adil dan konsisten.

5. Progam Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya alam dan

Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup.

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian

pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian

fungsi lingkungan hidup. Sasaran program ini adalah tersediaanya sarana bagi

masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan

hidup sejak proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan, perencanaan,

pelaksanaan sampai pengawasan.

Page 17: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

Dari penjelasan di atas sebaiknya peran pemerintah tidak hanya sebagai pembuat

kebijakan (legislatif) dan pengontrol saja, tetapi ada beberapa hal yang seharusnya dilakukan

pemerintah :

1. Melakukan pembaharuan teknologi yang ramah lingkungan, dengan mendukung serta

memberikan dana bagi institusi atau individu yang melakukan pembaharuan teknologi

tersebut. Misalnya teknologi Biogas, Biopori, dan minyak biji jarak.

2. Mengajak perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang lingkungan dan SDA

untuk ikut serta menjaga SDA yang ada, dengan mendorong mereka melakukan

corporate sosial responsibility (CSR) sebagai bentuk tanggung jawab terhadap

eksploitasi SDA yang dilakukan, dengan membuat UU perihal kewajiban perusahaan

melakukan CSR.

3. Mengkampayekan Cinta Indonesia Cinta Lingkungan, seperti buang sampah pada

tempatnya, tentunya dengan memberikan sanksi bagi para pelanggar (tanpa pandang

levelitas).

4. Mensosialisasikan dengan tepat kebijakan-kebijakan kepada seluruh aspek

masyarakat, agar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut berperan serta

memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan.

5. Meningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM) seperti

pengetahuan serta keteranpilan SDM dalam pengelolaan dan pengembagan program

CSR.

Otto Soemarwoto dalam Sutisna (2006:45), mengajukan enam tolok ukur

pembangunan berkelanjutan secara sederhana yang dapat digunakan baik untuk pemerintah

pusat maupun di daerah untuk menilai keberhasilan seorang Kepala Pemerintahan dalam

pelaksanaan proses pembangunan berkelanjutan. Keenam tolok ukur tersebut meliputi:

1. Tolok ukur pro lingkungan hidup (pro-environment) dapat diukur dengan berbagai

indikator. Salah satunya adalah indeks kesesuaian, seperti misalnya nisbah luas hutan

terhadap luas wilayah (semakin berkurang atau tidak), nisbah debit air sungai dalam

musim hujan terhadap musim kemarau, kualitas udara, dan sebagainya. Berbagai bentuk

pencemaran lingkungan dapat menjadi ndikator yang mengukur keberpihakan pemerintah

terhadap lingkingan. Terkait dengan tolok ukur pro lingkungan ini, Syahputra (2007)

mengajukan beberapa hal yang dapat menjadi rambu-rambu dalam pengelolaan

lingkungan yang dapat dijadikan indikator, yaitu

Page 18: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

a. Menempatkan suatu kegiatan dan proyek pembangunan pada lokasi secara benar

menurut kaidah ekologi.

b. Pemanfaatan sumberdaya terbarukan (renewable resources) tidak boleh melebihi

potensi lestarinya serta upaya mencari pengganti bagi sumberdaya tak terbarukan 9non-

renewable resources).

c. Pembuangan limbah industri maupun rumah tangga tidak boleh melebihi kapasitas

asimilasi pencemaran.

d. Perubahan fungsi ekologis tidak boleh melebihi kapasitas daya dukung lingkungan.

2. Tolok ukur pro rakyat miskin (pro-poor) bukan berarti anti orang kaya. Yang dimaksud pro

rakyat miskin dalam hal ini memberikan perhatian pada rakyat miskin yang memerlukan

perhatian khusus karena tak terurus pendidikannya, berpenghasilan rendah, tingkat

kesehatannya juga rendah serta tidak memiliki modal usaha sehingga daya saingnya juga

renda. Pro rakyat mliskin dapat diukur dengan indikator indeks Pembangunan Manusia

(IPM) dan Inkdeks Kemiskinan Manusia (IKM).

3. Tolok ukur pro kesetaraan gender. Kesetaraan gender ini dapat diukur dengan

menggunakan Genderrelated Index (GDI) dan Gendeer Empowernment Measure (GEM)

untuk suatu daerah. Jika nilai GDI mendekati HDI, artinya di daerah tersebut hanya sdikit

terjadi disparitas jender dan kaum perempuan telah semakin terlibat dalam proses

pembangunan.

4. Tolok ukur pro pada kesempatan hidup atau kesempatan kerja dapat diukur dengan

menggunakan berbagai indikator seperti misalnya indikator demografi (angkatan kerja,

jumlah penduduk yang bekerja, dan sebagainya), ideks gini, pendapatan perkapita, dan

lain-lain.

5. Tolok ukur pro dengan bentuk negara kesatuan RI merupakan suatu keharusan, karena

pembangunan berkelanjutan yang dimaksud adalah untuk bangsa indonesia yang berada

dalam kesatuan NKRI.

6. Tolok ukur anti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dapat dilihat dari berbagai kasus

yang dapat diselesaikan serta berbagai hal lain yang terkait dengan gerakan anti KKN

yang digaungkan di daerah bersangkutan.

Page 19: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

B. Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam pembangunan menurut PBB adalah menciptakan

kesempatan yang memungkinkan seluruh anggota masyarakat secara aktif mempengaruhi dan

memberi kontribusi pada proses pembangunan dan berbagi hasil pembangunan secara adil

(United Nations dalam Midgley, 1986: 24).

Dalam proses pembangunan berkelanjutan, peran serta masyarakat dengan kearifan

lokalnya perlu diberikan tools dan mekanisme yang jelas agar bisa berinteraksi dalam

penyelenggaraan penataan ruang,Masyarakat perlu diperkuat dengan cara pelibatan aktif

dalam proses penentuan kebijakan publik, termasuk penataan ruang. Selain itu, peran serta

masyarakat dapat memberikan kontribusi agar menghasilkan rencana tata ruang yang lebih

sensitif dan lebih mampu mengartikulasikan kebutuhan berbagai kelompok masyarakat yang

beragam dengan tidak mengesampingkan kearifan lokal. Kepala Sub-Bagian Dokumentasi

dan Informasi Hukum Raditya Hari Murti menambahkan bahwa peran masyarakat dalam

penataan ruang dapat diwujudkan sejak tahap perencanaan hingga tahap pengendalian

pemanfaatan ruang dengan melibatkan masyarakat baik yang terkena dampak secara

langsung, yang memiliki keahlian di bidang penataan ruang, maupun masyarakat yang

kegiatan pokoknya di bidang penataan ruang.

Demikian pula peran masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan dapat dikaitkan

dengan UUPLH Pasal 7 ayat (1) yang menyatakan bahwa masyarakat mempunyai

kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengeloaan lingkungan

hidup. UUPLH Pasal 7 ayat (2) menyatakan bahwa pelaksanaan ketentuan pada ayat (1)

dilakukan dengan cara:

a. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan;

b. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;

c. Menumbuhkan ketangkapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan

sosial;

d. Memberikan saran pendapat;

e. Menyampaikan informasi dan atau menyampaikan laporan

Dalam masyarakat terdapat juga yang disebut masyarakat akademisi yaitu

masyarakat dari Perguruan Tinggi dimana sesuai dengan Tridarma –nya menempatkan

perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyediakan jasanya kepada masyarakat dalam

berbagau bentuk. Bentuk tersebut dapat berupa kesediaan untuk membuka diri bagi

Page 20: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

pertanyaan atau permintaan dari masyarakat guna memecahkan berbagai masalah yang

dihadapi masyarakat dan juga bentuk tersebut dapat pula berupa kegiatan perguruan tinggi di

tengah-tengah masyarakat untuk memberi jasa pemecahan masalah yang dihadapi

masyarakat.

Pemahaman tentang berbagai aspek lingkungan hidup merupakan syarat mutlak

yang perlu ada pada setiap lulusan perguruan tinggi sebagai kaum cendekiawan yang

senantiasa siap untuk memecahkan masalah lingkungan hidup secara inter dan multidisipliner

serta lintas-sektoral.

Seorang cendekiawan harus mampu menginternalisasikan cara berpikir alternatif

harus senantiasa siap mengajukan berbagai alternatif pemecahan masalah, karena sifat

masalah yang selalu berubah sesuai waktu dan tempat.Disamping perannya sebagai penghasil

lulusan perguruan tinggi, penghasil penelitian dan pelaksana pengabdian masyarakat, sesuai

dengan pelaksanaan Tridarma ‘Watchdog’, sebagai lembaga pemantau dan lembaga advokasi

tentang pelaksanaan kebijakan di bidang lingkungan hidup.

Dengan demikian, masyarakat dari perguruan tinggi akan dapat memberikan

partisipasinya yang bermakna dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan sebagai

pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi-

generasi mendatang memenuhi kebutuhannya sendiri.

Landasan hukum bagi peran serta Perguruan Tinggi dalam pengelolaan lingkungan

hidup adalah UUPLH Pasal 6 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak

dan kewajiban untuk berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. Pengertian

orang adalah orang seorang, kelompok orang atau badan hukum, sehingga dengan demikian

termasuk di dalamnya perguruan tingggi dengan sivitas akademikanya.

Dalam penjelasan Pasal 9 UULH tercantum bahwa penelitian tentang lingkungan

hidup meliputi antara lain pengembangan konsep tentang lingkungan hidup, studi keadaan

yang ada, kecenderungan perubahan lingkungan baik secara alam maupun karena pengaruh

kegiatan manusia, serta hubungan timbal balik antara kebutuhan manusia yang makin

meningkat dengan lingkungan hayati dan lingkungan nonhayati. Perguruan tinggi dengan

penyelenggaraan penelitiannya sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 ayat (3) PP Dikti

merupakan lembaga yang mempunyai kewajiban berperan serta melaksanakan penelitian

sebagaimana dikemukaakan dalam penjelasan Pasal 9 UULH tersebut. Peran serta dalam

penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat (Pasal 3 ayat

(4) PP Dikti) dilakukan dengan membantu memberdayakan masyarakat agar mampu

melaksanakan pembangunan berkelanjutan.

Page 21: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan pembangunan yang

berkelanjutan (sustainable development) dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu

prasyarat utama serta diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju

suatu keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis.

Sustainable development mensyaratkan adanya pengelolaan sumberdaya ekologi

secara bijaksana oleh warga masyarakat lokal.Dalam hal ini mekanisme ekologi mencakup

aspek lingkungan sekitar yang sangat luas bagi masyarakat.Termasuk di dalamnya bagaimana

masyarakat diberi kesempatan dan didorong untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya

ekologi-nya secara berkesinambungan, termasuk di dalamnya fasilitas infrastuktur (saluran

irigasi, jembatan, jalan, fasilitas publik lainya), hutan masyarakat, penggembalaan umum,

gunung, sungai dan lain sebagainya.Beberapa ahli banyak memberikan kritik bahwa selama

ini masyarakat cenderung hanya dilibatkan sebagai obyek dalam pengelolaan sumberdaya

ekologi, mereka jarang sekali dilibatkan dalam perencanaan, pengambilan keputusan serta

pengelolaan sumberdaya ekologi tersebut.

Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal.

Tanpa mengecilkan arti dan peranan salah satu faktor, sebenarnya kedua faktor tersebut

saling berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis.Meskipun dari beberapa

contoh kasus yang disebutkan sebelumnya faktor internal sangat penting sebagai salah satu

wujud self-organizing dari masyarakat namun kita juga perlu memberikan perhatian pada

faktor eksternalnya.

Seperti yang dilaporkan Deliveri (2004), proses pemberdayaan masyarakat mestinya

juga didampingi oleh suatu tim fasilitator yang bersifat multidisplin. Tim pendamping ini

merupakan salah satu external factor dalam pemberdayaan masyarakat. Peran tim pada awal

proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai

masyarakat sudah mampu melanjutkan kegiatannnya secara mandiri. Dalam operasionalnya

inisiatif tim pemberdayaan masyarakat (PM) akan pelan-pelan dikurangi dan akhirnya

berhenti. Peran tim Pemberdayaan Masyarakat (PM) sebagai fasilitator akan dipenuhi oleh

pengurus kelompok atau pihak lain yang dianggap mampu oleh masyarakat.

Tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat ada 4 tahapan yaitu :

Tahap 1. Seleksi lokasi

Tahap 2. Sosialisasi pemberdayaan masyarakat

Tahap 3. Proses pemberdayaan masyarakat:

Page 22: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

• Kajian kedaaan pedesaan partisipatif

• Pengembangan kelompok

• Penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan

• Monitoring dan evaluasi partsipatif

Tahap 4. Pemandirian Masyarakat

C. Swasta

Sejarah lahirnya prinsip pembangunan berkelanjutan ditandai dengan terbentuknya

World dan Lingkungan) pada tahun 1984, yang diketuai oleh Ny. Gro Harlem Brundtland,

Perdana Menteri Norwegia, selanjutnyaa komisi ini lazim pula disebut dengan Komisi

Brundtland. Komisi ini bertugas untuk menganalisis dan member saran bagi proses

pembangunan berkelanjutan, yang laporannya terangkum dalam buku “Our Common

Future”. Komisi ini terdiri dari 9 orang mewakili negara maju dan 14 orang mewakili negara

berkembang. Salah satu anggotanya adalah Emil Salim dari Indonesia, yang pada waktu itu

menjabat sebagai Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

Pada tanggal 3 sampai 14 Juni 1992, PBB melakukan konferensi tentang

Lingkungan dan Pembangunan (United Nations Conference on Environment and

Development, UNCED) di Rio de Janeiro, Brasil atau yang lebih popular dengan Konferensi

Tingki Tinggi Bumi di Rio (KTT Rio). Salah satu isu yang sangat penting yang menjadi dasar

pembicaraan di KTT Rio adalah prinsip Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable

Development). DIstilah pembangunan berkelanjutan kini telah menjadi konsep yang bersifat

subtle infiltration, mulai dari perjanjian-perjanjian internasional, dalam implementasi

nasional dan peraturan perundang-undangan.

Peran swasta terhadap konteks pembangunan berkelanjutan (Sustainable

Development) dapat berupa CSR. Perusahaan-perusahaan harus memperhatikan dan tanggung

jawab terhadap aspek sosial dan lingkungan dalam menjalankan aktivitasnya. CSR

(Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh

perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap social maupun lingkungan

sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat

Page 23: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan

beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut, dana untuk pemeliharaan fasilitas

umum, sumbangan untuk membangun desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan

berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan

tersebut berada. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah fenomena dan

strategi yang digunakan perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan

stakeholder-nya. CSR dimulai sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan

jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability perusahaan.

Kegiatan CSR akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini

disebabkan karena :

1.Menurunnya gangguan social yang sering terjadi akibat pencemaran lingkungan,

bahkan dapat menumbuh kembangkan dukungan atau pembelaan masyarakat

setempat.

2. Terjaminnya pasokan bahan baku secara berkelanjutan untuk jangka panjang.

3. Tambahan keuntungan dari unit bisnis baru, yang semula merupakan kegiatan CSR

yang dirancang oleh korporat.

Adapun 5 pilar yang mencakup kegiatan CSR yaitu:

1. Pengembangan kapasitas SDM di lingkungan internal perusahaan maupun lingkungan

masyarakat sekitarnya.

2. Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wilayah kerja perusahaan.

3. Pemeliharaan hubungan relasional antara korporasi dan lingkungan sosialnya yang

tidak dikelola dengan baik sering mengundang kerentanan konflik.

4. Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik

5. Pelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik, social serta budaya.

Sedangkan berikut ini adalah manfaat CSR bagi masyarakat:

1.Meningkatknya kesejahteraan masyarakat sekitar dan kelestarianlingkungan.

2. Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.

3. Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.

4. Adanya pembangunan desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna

untuk masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan

tersebut berada.

Page 24: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

Berikut ini adalah manfaat CSR bagi perusahaan:

1.Meningkatkan citra perusahaan.

2. Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain.

3. Memperkuat brand merk perusahaan dimata masyarakat.

4. Membedakan perusahan tersebut dengan para pesaingnya.

5. Memberikan inovasi bagi perusahaan

Dalam mendukung pihak swasta atau perusahaan-perusahaan untuk berwawasan

lingkungan dalam aktivitasnya dan berpartisipatif mewujudkan pembangunan yang

berkelanjutan, pemerintah mengembangkan sistem audit yang dilaksanakan oleh Kementrian

Lingkungan Hidup dan tersebut disebut sebagai Program Penilaian Peringkat Kerja

Perusahaan (PROPER). Hasil dari pemeriksaan ini akan dikategorikan berdasarkan tingkat

ketaatan dan kepatuhan perusahaan terhadap standar yang berlaku berdasarkan warna.

Terdapat 5 kategori peringkat perusahaan berdasarkan penilaian yang dilakukan melalui

PROPER, yaitu:

(1) Kategori emas merupakan penilaian untuk perusahaan yang telah melakukan

pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dan telah melakukan upaya 3

R (Reuse, Recycle dan Recovery, kemudian juga telah menrapkansistem pengelolaan

lingkungan yang berkesinambungan, serta melakukan upaya-upaya yang berguna bagi

kepentingan masyarakat pada jangka panjang;

(2) kategori hijau diberikan kepada perusahaan yang telah melakukan pengelolaan

lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan, telah mempunyai sistem pengelolaan

lingkungan, mempunyai hubungan yang baik dengan masyrakat, termasuk melakukan

upaya 3R;

(3) kategori biru diberikan kepada perusahaan yang telah melakukan pengelolaan yang

dipersyaratakan sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku. Sementara biru

minus, perusahaan yang melakukan pengelolaan lingkungan, tetapi beberapa upaya

belum mencapai hasil sesuai dengan persyaratan sebagaiman diatur dengan peraturan

perundang-undangan;

Page 25: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

(4) kategori merah diberikan kepada perusahaan yang melakukan upaya pengelolaan

lingkungan, tetapi baru sebagian mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Sementara Merah minus,

bagi perusahaan yang baru sebagian kecil mencapai hasil;

3.3 Keterkaitan Stakeholder untuk mewujudkan Good Environmental Governance

Pengaruh manusia mulai terasa terhadap sistem sejak adanya perkembangan yang

pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam pemanfaatan sumberdaya alam,

komponen yang terkait tidak hanya komponen alam tetapi tenaga, cara-cara pengelolaan.

Beraneka ragam kepentingan dengan beragam kelembagaan serta bermacam-macam

pengelolaan sumberdaya akan menimbulkan konflik. Didalam beberapa aturan, pengelolaan

lingkungan hidup sering didefinisikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi

lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaat, pengembangan,

pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Pelaksanaannya

dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan tanggungjawab masing-masing,

masyarakat, serta pelaku pembangunan lainnya dengan memperhatikan keterpaduan

perencanaan dan kebijakan oleh para perencana dan pelaku pembangunan masih kurang

diperhatikan.

Oleh karena itu pembangunan berkelanjutan bukanlah suatu tingkat keselarasan

yang tetap, akan tetapi berupa sebuah proses pemanfaatan sumberdaya, arah investasi,

orientasi, pengembangan teknologi, serta perubahan kelembagaan yang konsisten dengan

kebutuhan di kemudian hari dan juga kebutuhan hari ini. Pembangunan berwawaan

lingkungan tidak mungkin dilakukan tanpa peran serta dari semua pihak, terutama di negara

yang sedang membangun seperti Indonesia. Keharusan berperan serta dari asas lingkungan

hidup sebagai milik bersama (common property). Yang berarti pemeliharaannya bukan hanya

pemanfaatannya saja harus dilaksanakan bersama.

Pemerintah memiliki kekuatan (power) yang besar dalam pembangunan dan

pengelolaan sumberdaya alam karena sebagai penentu dalam pengambil kebijakan. Swasta

(pemilik modal) juga memberikan andil sebagai pihak yang selalu mengambil manfaat dari

sumberdaya alam dan juga pihak yang selalu diuntungkan karena seringkali berada dibawah

perlindungan negara (pemerintah) serta swasta berperan dalam mempengaruhi kebijakan

Page 26: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

publik dengan pendekatan. Kedua stakeholder ini disebut juga sebagai penguasa. Masyarakat,

terutama masyarakat yang hidup disekitar sumberdaya alam, adalah pilar utama dalam

melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan. Mereka merasakan langsung dampak

dari penghancuran perlahan sumberdaya alam dan hutan oleh para penguasa (negara dan

pemodal). Sehingga, diperlukan organisasi non pemerintah yang berperan sebagai

penghubung antara ketiga stakeholder tersebut melalui advokasi dan pemberdayaan

masyarakat secara partisipatif.

Dilhat dari banyak kasus yang terjadi seperti pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan yang tidak mengindahkan hubungan sinergis antar stakeholders. Mereka berjalan

sendiri-sendiri sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Hal ini juga terjadi disebabkan

karena adanya konflik, baik itu konflik kepentingan ataupun konflik pengkoordinasian.

Munculnya konflik sebaiknya disikapi dengan cara membuat suatu alternatif pengelolaan

sumberdaya alam dalam bentuk hubunganyang lebih humanis (humanistic relationship) agar

dapat terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.

Keterpaduan pelaksanaan baik di tingkat nasional maupun daerah akan sangat

diperlukan. Implikasi dari semua hal tersebut maka peranana kelembagaan dalam

pengelolaan lingkungan hidup menjadi sangat penting keberadaanny. Sehingga hubungan

sinergis kelembagaan multpihak merupakan cara yang tepat dalam mengelola sumberdaya

alam lingkungan. Hubungan yang sinergis antar multipihak dapat dilakukan dengan metode

partisipatori dan kolaboratif.

a. Metode Partisipatoris

Merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan kerjasama aktif pengumpul

data dan responden. Pertanyaan-pertanyaan secara umum tidak dirancang secara baku,

melainkan hanya merupakan garis-garis besarnya saja. Topik-topik pertanyaan yang

muncul dapat berkembang berdasarkan tanya jawab dari respondennya.

b. Metode Kolaborasi

Menurut Alwasilah, pengertian kolaborasi adalah suatu teknik pengajaran menulis

untuk melibatkan sejawat untuk saling mengoreksi. Kolaborasi adalah ajang bertegur

sapa dan bersilaturrahmi ilmu pengetahuan.Selain itu ada pembelajaran bersama.Salah

satu prinsipnya adalah bahwa setiap orang mempunya kelebihan tersendiri.

Keberhasilan peningkatan partisipasi masyarakat sangat ditentukan oleh kemampuan

pemerintah melaksanakan manajemen kemitraan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan

Page 27: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

pemerintah dalam menumbuhkembangkan dan memperkuat lembaga dan organisasi

masyarakat adalah dengan meningkatkan akses, kapasitas, dan kapabilitasnya. Dan ketika

masyarakat dibukakan perannya dalam perencanaan pembangunan sumberdaya dan

lingkungan. Dukungan pemerintah pula secara formal dengan adanya kebijakan yang

mengutarakan peran masyarakat dalam pembangunan diakui, merupakan betuk keputusan

good evirontmental governance.

Gambar Stakeholder Management Pemerintah, Sektor Swasta, Masyarakat

Menurut Anwar (2009:4) Good Environmental Governance adalah organisasi

kepemerintahan yang digunakan untuk menghitung dan menilai modal, keuntungan,

perencanaan, pelaksanaan dan kinerja pembangunan ekonomi yang baik. Environmental

Governance merupakan konsep dalam ekologi politik dan kebijakan lingkungan sebagai

pertimbangan berkelanjutan yang memperdulikan lingkungan sebagai pertimbangan tertinggi

untuk mengelola sebuah Negara sebagai kegiatan politik, sosial dan ekonomi. Environmental

Governance juga membicarakan mengenai penyusunan baik secara formal maupun informal,

institusi dan faktor lain yang menentukan bagaimana sumber daya atau lingkungan digunakan

sebaik mungkin. Selain itu juga membicarakn mengenai bagaimana permasalahan dan

kesempatan dapat dievaluasi dan dianalisa sebaik mungkin. Bagaimana sebuah perbuatan

Page 28: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

dianggap terlarang ataupun dapat diterima, dan juga mengenai sanksi dan peraturan yang

diaplikasikan untuk memberikan efek kepada pola perbuatan penggunaan sumber daya

ataupun lingkungan.

Kepemerintahan lingkungan (Environmental Governance) menurut Mugabe dan

Tumushabe sebagian dibangun berdasarkan dua konsep, yakni konsep manajemen dan

kepemerintahan lingkungan. Konsep Environmental Governance sendiri dapat didefinisikan

sebagai sebuah kumpulan dari nilai-nilai dan norma-norma yang memandu atau mengatur

hubungan antara negara dan masyarakat dalam penggunaan, pengawasan dan manajemen dari

lingkungan alam. Nilai-nilai dan norma-norma ini diekspresikan dalam suatu rantai yang

ompleks yang terdiri dari peraturan, kebijakan, dan institusi yang mengatur sebuah

mekanisme organisasi dalam mengartikulasikan sasaran yang luas dan target perencanaan

yang spesifik dari manajemen lingkungan. Environmental Governance menyediakan sebuah

kerangka kerja konseptual dimana tingkah laku publik dan swasta diatur dalam mendukung

pengaturan yang lebih berorientasi ekologis. Kerangka kerja tersebut membentuk hubungan

timbal balik antara masyarakat (global, regional, nasional dan lokal) dalam berhubungan

dengan akses dan penggunaan barang dan jasa lingkungan serta mengikat mereka dengan

etika-etika lingkungan spesifik tertentu. Maka sebuah kebijakan pemerintah yang berdasarkan

pada konsep Good Environmental Governance tentu akan bersahabat dengan alam dan dunia

global.

Apabila berbicara mengenai good governance, kita tidak hanya berbicara tentang

tata pengelolaan pemerintahan yang baik oleh pemerintah semata. Dalam konsep good

governance kita juga berbicara tentang bagaimana konsep tersebut dapat diterapkan kepada

pihak perusahaan dan masyarakat sipil. Dalam sudut pandang pemerintah, pelaksanaan good

governance untuk memastikan bahwa tata pemerintahan yang bersih dan transparan telah

terlaksana dengan baik dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang dikemukakan

sebelumnya.

Pemerintah disini berperan sebagai regulator dan memastikan bahwa praktek-

praktek yang mereka lakukan sesuai dengan prinsip – prinsip good governance, baik yang

dilakukan oleh mereka sendiri dan pihak lainnya. Pihak perusahaan berusaha bagaimana

perusahaannya bekerja melayani sesuai dengan prinsip-prinsip good governance yang telah

ditentukan. Pihak korporasi dalam konteks ini mempunyai tanggung jawab untuk dapat

melakukan usaha-usaha produktif ekonominya secara benar dan adil (fair) sehingga tercipta

Page 29: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

pasar yang kompetitif. Masyarakat sipil dalam kaitan dengan konsep good governance

mempunyai peran yang sesungguhnya sangat menonjol karena keterlibatannya dalam praktek

tata kelola pemerintahan dan dianggap paling baik. Sehingga peran masyarakat sipil disini

adalah bagaimana mereka mempunyai daya kontrol yang tangguh dalam tata pelaksanaan

pemerintahan berkaitan dengan pelayanan publik, kemandirian yang menonjol sehingga dapat

bekerja secara independen sehingga tidak mudah dipengaruhi, dan bagaimana meningkatkan

tingkat partisipasi mereka dalam pelaksanaan pemerintahan. Sehingga dapat dikatakan

praktek good governance dapat menjadi guidence atau panduan untuk operasional

perusahaan, baik yang dilakukan dalam kegiatan internal maupun eksternal perusahaan.

Internal berkaitan dengan operasional perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut

bekerja, sedangkan eksternal lebih kepada bagaimana perusahaan tersebut bekerja dengan

stakeholder lainnya, termasuk didalamnya publik.

Keterkaitannya dengan lingkungan, maka terdapat beberapa kriteria yang harus

dilakukan dalam melaksanakan good governance yang dikatakan sebagai environmental

governance, antara lain:

1. Transparansi

Adanya rumusan kebijakan yang terkait dengan masalah keterbukaan dan

kerahasiaan informasi. Wajib menyampaikan kebijakan/informasi secara berkala (contoh

pada Laporan Tahunan dan Laporan keuangan) kepada stakeholder dengan tepat waktu,

akurat, objektif, mudah dimengerti, setara dan sesuai dengan kaidah baku akuntansi,

sehingga pihak-pihak yang terkait dapat melihat dan memahami bagaimana dan atas

dasar apa keputusan-kepututusan tertentu dibuat dan bagaimana suatu perusahaan

dikelola.

2. Akuntabilitas

Adanya sistem pemantauan pelaksanaan fungsi,tugas dan tanggung jawab Dewan

Komisaris, Komisaris Independen, Direksi, Komisi Audit, Komisi Nominasi dan

Remunerasi, Komisaris/Direksi/Manager serta melakukan evaluasi (audit) terhadap

Page 30: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

kinerjanya, Fit and Proper Test, Assesment ; Kepastian bahwa kebijakan perusahaan dan

SOP telah dijalankan dengan benar ; Mutasi dan pelatihan pegawai secara regular, dll.

3. Fairness

Keadilan dan kesetaraan perlakuan terhadap pihak yang berkepentingan.

Menjunjung tinggi persaingan yang fair, nilai sportifitas dan profesionalisme. Tender

dilakukan secara terbuka dan sesuai prosedur, menetapkan etika kerja dan pedoman

perilaku serta melaksanakan survey tingkat kepuasan.

4. Independent

Sebuah korporat bebas dari pengaruh atau tekanan pihak lain yang tidak sesuai

dengan mekanisme korporasi. Adakalanya kepentingan politis dari sekelompok atau

sebagian orang yang mencoba mengatasnamakan pemerintah menginterfensi kebijakan-

kebijakan strategis. Untuk itulah fungsi Komisaris dan Komite Audit harus benar-benar

Independen agar fungsi pengawasan berjalan dengan baik.

5. Responsibilitas

Setiap korporat harus mengimplementasikan Corporate Social Responsibility,

memiliki kepekaan pada stakeholders dan lingkungannya, membangun industri

penunjang, menciptakan dan memelihara nilai tambah produk dan jasa.

Dalam pembangunan keberlanjutan lingkungan, dengan dilaksanakannya tata kelola

pemerintahan yang baik akan memastikan bahwa pelaksanaan pembangunan yang

berorientasi lingkungan telah benar-benar dilakukan karena fungsi kontrol yang berlapis dan

aspek partisipasi serta transparansi yang harus dilakukan. Adanya good governance

seharusnya dapat memastikan bahwa praktek-praktek perlindungan dan preservasi

lingkungan telah dilakukan dan direncanakan secara baik. Seperti yang sudah diketahui

dengan kondisi politik yang ada diIndonesia, tingkat kerusakan lingkungan di Indonesia

adalah sangat tinggi. Pengelolaan sumber daya alam yang tidak sempurna, tumpang tindih

peraturan, dan konflik antar aktor semakin memperparah kondisi lingkungan Indonesia.

Dengan adanya good governance ini maka praktek pengelolaaan lingkungan dapat dipastikan

konsistensinya. Misalnya dalam kaca mata pandang pemerintah, good governance akan lebih

banyak memainkan perannya sebagai regulator dengan bagaimana pemerintah dapat

menyediakan kebijakan yang melindungi keberadaan lingkungan kita. Selain itu pemerintah

Page 31: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

dilain sisi juga dapat berfungsi sebagai kontrol bagi pihak korporasi yang melakukan

pengelolaan sumber daya alam.

Pencapaian keberlanjutan pembangunan manusia adalah kesejahteraan manusia yang

dapat mengembangkan kemampuan manusia untuk berusaha, berkreasi dan berinovasi sesuai

dengan kemampuannya tanpa keterbatasan lingkungan yang dimiliki. Oleh karena itu

pencapaian elemen keberlanjutan pembangunan manusia adalah tujuan yang tidak dapat

dicapai tanpa adanya sinergis antara keberlanjutan lingkungan dan ekonomi. Peran good

governance dalam hal ini adalah bagaimana memastikan bahwa pembangunan manusia yang

diharapkan tersebut sesuai dengan apa yang menjadi tujuan utama dari pembangunan

berkelanjutan. Dengan prinsip-prinsip yang ada dalam good governance akan memastikan

pemerintah, korporasi, dan masyarakat sipil melakukan pekerjaannya secara benar.

BAB IV

KESIMPULAN

Page 32: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

Dalam kaitan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) pemerintah

sebagai penyelenggara pemerintahan dalam upayanya mengusahakan kesejahteraan sosial

memiliki peran yang sangat strategis dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan sesuai

dengan konsep pembangunan berkelanjutan.Peran swasta dapat berupa CSR, perusahaan-

perusahaan harus memperhatikan dan tanggung jawab terhadap aspek sosial dan lingkungan

dalam menjalankan aktivitasnya. Dan peran masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan

menciptakan kesempatan yang memungkinkan seluruh anggota masyarakat secara aktif

mempengaruhi dan memberi kontribusi pada proses pembangunan dan berbagi hasil

pembangunan secara adil.

Pembangunan berkelanjutan bukanlah suatu tingkat keselarasan yang tetap, akan

tetapi berupa sebuah proses pemanfaatan sumberdaya, arah investasi, orientasi,

pengembangan teknologi, serta perubahan kelembagaan yang konsisten dengan kebutuhan di

kemudian hari dan juga kebutuhan hari ini. Pembangunan berwawasan lingkungan tidak

mungkin dilakukan tanpa peran serta dari semua pihak, terutama di negara yang sedang

membangun seperti Indonesia. Keharusan berperan serta dari asas lingkungan hidup sebagai

milik bersama (common property). Yang berarti pemeliharaannya bukan hanya

pemanfaatannya saja harus dilaksanakan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

ardhy, 2011. Kebijakan Lingkungan. (online)

Page 33: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

http://ardhysatrio.blogspot.co.id/2011/10/kebijakan-lingkungan.html diakses pada 17 April

2016, pukul 12.30WIB

akmal ghozali. 2015. Penerapan Konsep Pembangunan Berkelanjutan Dalam

Program Musrenbang (online)

http://mkppb.blogspot.co.id/2015/06/penerapan-konsep-pembangunan.htmlDiakses pada

Minggu, 17 April 2016, pukul 12.30

trit.2010.Analisis Kebijakan Pemerintah Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam

Berkelanjutan (online)

http://trit0824.student.ipb.ac.id/2010/06/20/analisis-kebijakan-pemerintah-dala m

pengelolaan-sumber-daya-alam-yang-berkelanjutan/Diakses pada, 19 April 2016, pukul

19.00 WIB

ferry prasetyia. 2013. Barang Publik. (online)

http://ferryfebub.lecture.ub.ac.id/files/2013/01/Bagian-IV-Barang-Publik.pdfDiakses Pada,

19 April 2016, pukul 19.00 WIB

wikipedia. Pemangku kepentingan. (online)

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemangku_kepentinganDiakses Pada, 19 April 2016, pukul

19.00

unang mulkhan dan maulana agung pratama. 2011.Peran Pemerintah dalam

Kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Upaya Mendorong

Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). (online)

http://fisip.unila.ac.id/jurnal/files/journals/3/articles/99/public/99-304-1-PB.pdfDiakses Pada,

19 April 2016, pukul 20.00 WIB

muhamad randy wiguna semesta.2014.Peran Partisipasi Stakeholder terhadap

Efektivitas Program Green Corridor Initiative (GCI), Chevron (online)

http://skpm.ipb.ac.id/karyailmiah/index.php/kolokium/article/downloadSuppFile/709/271.

Diakses pada,20 April 2016, pukul 16.00 WIB

Page 34: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/04/seminar-lingkungan-kelompok-8.docx · Web viewKebijakan lingkungan mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa memperhitungkan

jalal.2013.Pembangunan Berkelanjutan, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR),

dan Penanganan Kemiskinan (online)

http://pwyp-indonesia.org/Download/Pembangunan%20Berkelanjutan.pdfDiakses pada, 20

April 2016, pukul 16.00 WIB

anvinaradyowirono.2008. Hubungan Sinergis Multipihak.(online)

http://anvinaayunita.blogspot.co.id/p/hubungan-sinergis-multipihak.htmlDiakses pada, 20

April 2016, pukul 16.00 WIB

adi prasetijo. 2009.Good Governance Dan Pembangunan Berkelanjutan. (online)

https://etnobudaya.net/2009/10/20/good-governance-dan-pembangunan-berkelanjutan/

Diakses pada, 21 April 2016, pukul 20.00 WIB

Hardjasoemantri, Koesnadi. 2001. Perguruan Tinggi dan Pembangunan

Berkelanjutan. Departemen Pendidikan Nasional: Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi.