12
Penolakan Transfusi Darah dapat Menyebabkan Kematian Aldesy Yustika Indriani 102014076-C2 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat : Jalan Terusan Arjuna No.6 Jakarta Email : [email protected] Abstrak Darah adalah cairan penopang kehidupan yang terdiri dari plasma, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Peran utama darah secara umum adalah mengintegrasikan fungsi tubuh dan memenuhi kebutuhan jaringan khusus. Dalam medis sering dilakukan proses transfusi darah untuk menolong pasien, dan pasien memiliki hak autonomy untuk menentukan setuju atau tidak setuju terhadap tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya. Setiap agama memiliki pandangan tersendiri mengenai darah, mengenai kehidupan dan kematian semua itu bergantung pada doktrin – doktin yang dimiliki. Transfusi darah merupakan proses penginjeksian darah dari seseorang ke dalam sistem peredaran darah orang lain yang diberikan secara intravena melalui pembuluh darah. Namun proses transfusi darah masih menimbulkan Page 1

blok 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

blok 2

Citation preview

Page 1: blok 2

Penolakan Transfusi Darah dapat Menyebabkan Kematian

Aldesy Yustika Indriani

102014076-C2

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat : Jalan Terusan Arjuna No.6 Jakarta

Email : [email protected]

Abstrak

Darah adalah cairan penopang kehidupan yang terdiri dari plasma, sel darah merah (eritrosit),

sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Peran utama darah secara umum

adalah mengintegrasikan fungsi tubuh dan memenuhi kebutuhan jaringan khusus. Dalam

medis sering dilakukan proses transfusi darah untuk menolong pasien, dan pasien memiliki

hak autonomy untuk menentukan setuju atau tidak setuju terhadap tindakan medis yang akan

dilakukan terhadapnya. Setiap agama memiliki pandangan tersendiri mengenai darah,

mengenai kehidupan dan kematian semua itu bergantung pada doktrin – doktin yang dimiliki.

Transfusi darah merupakan proses penginjeksian darah dari seseorang ke dalam sistem

peredaran darah orang lain yang diberikan secara intravena melalui pembuluh darah. Namun

proses transfusi darah masih menimbulkan pro dan kontra dibeberapa kalangan atau

kelompok masyarakat. Hal ini didasarkan oleh faktor keyakinan (agama).

Kata kunci : transfusi darah, hidup, mati.

Abstract

Blood is the life sustaining fluid consisting of plasma, red blood cells (erythrocytes), white

blood cells (leukocytes), and trombocytes. The primary role of the blood in general is to

integrate the functions of the body and needs special network. In medical blood transfusion

process is often done to help the patient, and the patient has the right to autonomy to

determine approval or disapproval of the medical treatment to be performed on it. Every

Page 1

Page 2: blok 2

religion has its own views about the blood, the life and death of all it depends on the

doctrines - doctrines owned. Blood transfusion is the process of injecting the blood of a

person into the circulatory system of another person who is given intravenously through a

vein. But the blood transfusion process still poses some pros and cons circles or groups of

people. It is based on the belief factor (religion).

Keywords: blood transfusions, life, death.

Pendahuluan

Dalam bidang medis setiap tindakan yang akan dilakukan oleh dokter harus mendapat

persetujuan pasien terlebih dahulu. Tindakan transfusi darah dalam bidang medis hingga saat

ini masih menimbulkan pro dan kontra pada beberapa kelompok tertentu. Transfusi Darah

adalah proses penginjeksian darah dari seseorang (yang disebut donor) ke dalam sistem

peredaran darah seseorang yang lain (yang disebut resipien yang diberikan secara intravena

melalui pembuluh darah.1 Setiap agama memiliki persepsi masing – masing terhadap makna

darah oleh karena itu, ada agama yang memperbolehkan penganutnya melakukan transfusi

darah dan yang tidak memperbolehkan penganutnya melakukan transfusi darah. Pengertian

darah secara ilmiah adalah Darah adalah cairan penopang kehidupan yang terdiri dari plasma,

sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan platelet; darah beredar melalui

jantung, arteri, vena, dan kapiler.2

Identifikasi istilah : -

Rumusan masalah

Penolakan transfusi darah.

Analisis masalah

Gambaran mind map

Page 2

Page 3: blok 2

v

Hipotesis

Pasien menolak transfusi darah sehingga pasien meninggal.

Sasaran pembelajaran

Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami autonomy, pandangan mengenai hidup dan

mati, filosofi darah, cara memberi penjelasan yang baik dan benar kepada pasien dan mampu

memahami filosofi keyakinan yang dianut oleh seseorang.

Pembahasan

Autonomy

Page 3

Penolakan transfusi darah

Argument KontraPro

Filosofi darah

Pasien

Faktor agama

Tenaga medis

Menyelamatkan nyawa

Memberi penjelasan

Hidup

Meninggal/ mati

Filosofi keyakinan

Filosofi hidup dan mati

Page 4: blok 2

Dalam bidang kedokteran setiap tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter harus

terlebih dahulu mendapat persetujuan pasien. Salah satu prinsip kaidah dasar bioetik yang

menyangkut tentang hak pasien adalah autonomy. Prinsip autonomy merupakan dasar dari

doktrin informed consent yaitu tindakan medis terhadap pasien harus mendapat persetujuan

(ototrisasi) dari pasien tersebut. Setelah ia diberi informasi dan memahaminya Pasien yang

dapat menggunakan hak autonomynya adalah pasien yang dewasa dan berkepribadian matang

untuk menentukan nasibnya sendiri.3 Menurut Kant : otonomi ialah kebebasan bertindak,

memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri tanpa hambatan paksaan atau campur

tangan pihak lain.4

Pada kasus yang terdapat di skenario seorang pasien diberlin yang berusia 40 tahun menolak

tranfusi darah. tersirat jelas bahwa pasien menggunakan hak autonomynya untuk menolak

transfusi darah yang telah disarankan oleh dokter. Pasien tersebut menolak karena keyakinan

yang dianutnya tidak memperbolehkan penganutnya untuk melakukan transfusi darah dan

pada akhirnya pasien tersebut meninggal.

Makna hidup dan mati dari segi pandangan filsuf

Menurut Bastaman, hidup adalah hal – hal yang oleh seseorang dipandang penting,

dirasakan berharga dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta dapat dijadikan tujuan

hidupnya. Menurut Albert Camus, salah satu filsuf eksistensialisme yang menjabarkan teori

absurditas tentang makna hidup, bahwa hidup seseorang haruslah absurd. Dalam hal ini hidup

seseorang yang mampu “melampaui” (walking through) masalah untuk menjadi diri yang

yang sesungguhnya, diri yang mampu menemukan makna hidupnya.

Plato mengartikan mati sebagai pemisahan jiwa dari bagian fisik yaitu badan. Setelah

dipisahkan dari tubuh, jiwa dapat bertemu dan bercakap-cakap dengan arwah orang lain yang

telah meninggal, dan dibimbing oleh arwah pelindung melalui peralihan dari kehidupan fisik

ke dunia selanjutnya. Segera setelah kematian jiwa menghadapi “pengadilan” tempat suatu

“makhluk” Yang Agung memperlihatkan di hadapannya semua yang telah dilakukannya,

apakah itu baik atau buruk.4

Filosofi darah

Page 4

Page 5: blok 2

Darah berasal dari bahasa Yunani haima artinya darah. Darah adalah cairan penopang

kehidupan yang terdiri dari plasma, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan

keping darah (trombosit). Darah beredar melalui jantung, arteri, vena, dan kapiler. Peran

utama darah secara umum adalah mengintegrasikan fungsi tubuh dan memenuhi kebutuhan

jaringan khusus. Peran ini dilakukan melalui transportasi, regulasi, dan mekanisme

perlindungan. Darah mengirimkan oksigen, nutrient, produk sisa, dan horman dari suatu

tempat ke tempat lain. Regulasi dilakukan melalui buffer dalam darah, protein plasma, dan

transport panas. Fungsi perlindungan darah mencangkup antibodi dan fagosit untuk

melindungi terhadap penyakit serta faktor yang berpartisipasi dalam hemostasis.2

Transfusi darah

Transfusi darah adalah proses penginjeksian darah dari seseorang (yang disebut donor) ke

dalam sistem peredaran darah seseorang yang lain (yang disebut resipien) yang diberikan

secara intravena melalui pembuluh darah. Darah yang dipindahkan dapat berupa darah

lengkap dan komponen darah. Transfusi darah diperlukan saat tubuh kehilangan banyak

darah, misalnya pada kecelakaan, trauma atau operasi pembedahan yang besar, penyakit yang

menyebabkan terjadinya perdarahan, juga penyakit yang menyebabkan kerusakan sel darah

dalam jumlah besar, misal anemia hemolitik atau trombositopenia.1

Sejarah singkat transfusi darah

Pada tahun 1665, Dr. Richard Lower ahli anatomi dari inggris berhasil mentransfusikan

darah seekor anjing kepada anjing yang lain. Dua tahun kemudian Jean Baptiste Denis,

seorang dokter, filsuf, dan astronom dari prancis, berusaha melakukan transfusi darah

pertama pada manusia. Ia mentransfusikan darah seekor anak kambing kedalam tubuh

pasiennya yang berumur 15 tahun. hasilnya adalah bencana, yaitu kematian anak tersebut dan

ia sendiri dikenai tuduhan pembunuhan. Sejak saat itu tejadi stagnasi panjang dalam bidang

transfusi darah terapan. Sekitar 150 tahun kemudian, tepatnya tahun 1818, Dr. James

Blundell dari rumah sakit St. Thomas and Guy berhasil melakukan tranfusi darah dari

manusia kemanusia untuk pertama kalinya. Ia berhasil melakukannya setelah ia menemukan

alat transfusi darah secara langsung, dan ia mengingatkan bahwa hanya darah manusia yang

dapat ditransfusikan pada manusia. Oleh karena itu transfusi darah terus berkembang dan

diterapkan hingga kini dalam bidang medis.5

Page 5

Page 6: blok 2

Salah satu agama yang kontra terhadap transfusi darah Saksi Yehova, mereka menolak

transfui darah yang utuh dan komponen-komponen utamanya (sel darah merah, sel darah

putih, dan plasma). Hal ini disebabkan oleh kepercayaan bahwa darah itu kudus dan

merepresentasikan kehidupan di mata Allah. Saksi-Saksi Yehova memahami kitab suci

seperti misalnya Imamat 17:10-14 (yang melarang memakan darah apapun) hingga juga

mencakup penerimaan darah ke dalam tubuh lewat transfusi. Apapun pertimbangan-

pertimbangan medisnya, Saksi-Saksi Yehova menganjurkan bahwa para dokter harus

menghormati hak-hak pasien untuk menerima perawatan apa yang akan mereka terima atau

tolak (meskipun seorang Saksi Yehova akan dikenai sanksi-sanksi keagamaan bila mereka

melaksanakan hak mereka untuk memilih transfusi darah).

Proses transfusi darah dalam bidang medis juga masih menimbulkan pro dan kontra

dibeberapa kalangan. Sebagian besar pro dan kontra ini dipengaruhi oleh faktor keyakinan

atau kepercayaan (agama) yang dianut oleh pasien. Setiap agama tentunya memiliki

pandangan tersendiri mengenai darah dan transfusi darah oleh Karena itu ada agama yang

memperbolehkan penganutnya melakukan transfusi darah dan ada juga agama yang tidak

memperbolehkan penganutnya melakukan transfusi darah. Dalam kasus pada sknario dokter

pro terhadap transfusi darah untuk menyelamatkan pasien, karena dengan melakukan

transfusi darah pasien bisa selamat dan memiliki peluang untuk hidup. Maka dokter memberi

penjelasan kepada pasien tentang tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien yaitu

transfusi darah.

Filosofi penjelasan

Dalam memberikan penjelasan kepada pasien dokter harus menjalin komunikasi yang

efektik yang meliputi respect, empati, audible, clarity, dan humble. Respect adalah sikap

saling menghargai dan menjalin komunikasi dua arah yang bersikap dewasa – dewasa antara

dokter dan pasien. Empati yaitu dimana dokter menjadi pendengar aktif, menempatkan

dirinya pada posisi pasiennya sehingga dokter dapat memberikan respon yang tepat kepada

Page 6

Page 7: blok 2

pasien. Audible yaitu dalam memberi penjelasan kepada pasien suara dokter dapat didengar

dengan baik dan jelas. Clarity yaitu ketika dokter memberi penjelasan kepada pasien harus

menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti. Humble adalah sikap rendah hati,

manusiawi, dan tidak otoritas dalam hal ini dokter harus bersikap rendah hati ketika memberi

penjelasan kepada pasiennya dan menghargai keputusan maupun pendapat pasien.6

Pada kasus penolakan transfusi darah yang dilakukan oleh pasien 40 tahun berdasarkan

skenario, tenaga medis telah menjelaskan kepada pasien bahwa pasien harus melakukan

transfusi darah. Apabila ia tidak melakukan transfusi darah maka risiko terbesar yang dapat

terjadi ialah kematian walaupun, keadaannya sekarat pasien tetap menolak untuk melakukan

transfusi darah karena melakukan transfusi darah adalah hal yang tidak boleh dilakukan

menurut kepercayaan yang dianutnya. Karena penolakan tersebut maka pada akhirnya pasien

meninggal, tenaga medis telah berupaya untuk melakukan hal yang terbaik untuk

menyelamatkan nyawa pasiennya, tetapi pasien berhak untuk menolak tindakan tersebut

apabila bertentangan dengan keyakinannya. Dalam hal seperti ini timbul dilema yang sangat

besar bagi dokter untuk mengambil sebuah tindakan, namun dokter harus menerima dan

menghargai keputusan pasien.

Filosofi hubungan seseorang dengan Tuhannya

Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberikan akal dan pikiran serta hati. Hubungan

manusia dengan Tuhan dapat digambarkan dengan kelemahan manusia dan keinginan untuk

mengabdi kepada yang lebih agung. Seluruh aktivitas kehidupan manusia di dalam

menyembah Tuhannya merupakan pokok ajaran utama agama yang ada, namun pertanggung

jawabannya adalah secara individu, artinya dalam aktivitas ini manusia bertanggung jawab

secara pribadi kepada Tuhannya terhadap segela perbuatan yang ia lakukan dalam

kehidupannya.

Seorang dokter harus menghargai hubungan pasien dengan Tuhannya, seperti kasus pada

skenario pasien menolak untuk melakukan proses transfusi darah oleh karena berdasarkan

ajaran yang dianutnya tidak memperbolehkan penganutnya melakukan transfusi darah dan

dokter menghargai keputusan pasien dan akhirnya pasien tersebut meninggal.

Kesimpulan

Page 7

Page 8: blok 2

Hipotesis diterima. Seorang dokter melakukan semua hal yang dapat ia lakukan demi

menyelamatkan nyawa pasien, namun persetujuan pasien yang menentukan apakah pasien

menerima atau menolak tindakan dokter. Pasien yang berusia 40 tahun menolak untuk

melakukan transfusi darah karena keyakinan yang dianutnya tidak memperbolehkan

melakukan transfusi darah, walaupun pada akhirnya pasien tersebut meninggal. Sebagai

seorang dokter tentunya kasus semacam ini menjadi dilema yang sangat besar untuk

mengambil sebuah keputusan terhadap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.

Namun, dokter harus menerima dan menghargai keputusan pasien serta menghargai

hubungan pasien dengan Tuhannya.

Daftar pustaka

1. Waterbury L. Hematologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2002.p.164-5.

2. Pearce EV, Anatomi dan fisiologis untuk paramedik. Jakarta: Gramedia pustaka;

2009.h.165-6.

3. Chang W. Bioetika. Yogyakarta: Kanisius; 2009.h.23-4.

4. Magniz F, Suseno. Pijar – pijar filsafat. Yogyakarta: Kanisius; 2005.h.268-74.

5. Ebrahim AFM. Kloning, euthanasia, transfusi darah, transplantasi organ dan

eksperimen pada hewan. Jakarta: Serambi; 2007.h.56.

6. Sukardi E. Soetjiningsih, Kandera IW, Parwati KT. Modul komunikasi pasien dokter.

Jakarta: EGC; 2008.h.13-4.

Page 8