28
TUGAS KRITIS BRONKODILATOR KELOMPOK 1 1. AGUS SUTRISNO 2. AMAT TAUFIK RIADI 3. APRILIA NARANDA 4. DEDI TURMUDZI 5. L. HANDIKA YUDA PRAWIRA 6. MARIYANI 7. MULIANAH 8. NUR ASRIATI . PAIZAH 1!. SAEPUDIN 11. SAHWI 12. SURYANI 13. TIKA RABAWATI 14. ZAKIHIL ABDANI HILMAN 15. 16. 17. 18. PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 1. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN "STIKES# HAMZAR 2!. LOMBOK TIMUR $ NTB 21. TAHUN 2!15 22. BAB I 23. PENDAHULUAN

Bronko Dilator

  • Upload
    yuda

  • View
    54

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bronk

Citation preview

TUGAS KRITISBRONKODILATOR

KELOMPOK 1

1. 2. AGUS SUTRISNO3. AMAT TAUFIK RIADI4. APRILIA NARANDA5. DEDI TURMUDZI6. L. HANDIKA YUDA PRAWIRA7. MARIYANI8. MULIANAH9. NUR ASRIATI10. PAIZAH11. SAEPUDIN12. SAHWI13. SURYANI14. TIKA RABAWATI15. ZAKIHIL ABDANI HILMAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZARLOMBOK TIMUR NTBTAHUN 2015BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangUdara memasuki paru-paru melalui saluran udara utama (bronchus) lalu masuk ke saluran udara yang lebih kecil (bronchiolus), lalu ke alveoli. Kesulitan bernafas meliputi nafas pendek, batuk dan wheezing, yang secara normal sebagai hasil penyempitan lumen bronchiolus sehingga ruang untuk dilewati udara semakin sempit.Penggunaan obat-obatan pada penyakit paru (medikamentous) yang terpenting adalahbronkodilator yang terbagi atas golongan beta 2 agonis, derivat xantine dan antikolinergik. Derivatxantine merupakan bronkodilator yang paling sering digunakan, sedangkan beta 2 agonis lebih sensitif pada anak-anak, disamping itu efek simpatomimetiknya pada jantung lebihbesarBronkodilator merupakan obat utama untuk mengatasi atau mengurangi obstruksi saluran napas yang terdapat pada penyakit paru obstruksi. Penyakit dengan kelainan tersebut antara lain asma bronkial, penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), dan sindroma obstruksipasca TB (SOPT).Gangguan obstruksi yang terjadi menimbulkan dampak buruk padapenderita karena menimbulkan gangguan oksigenasi dengan segala dampaknyaPemberian bronkodilator yang bertujuan mengatasi obstruksi saluran nafas. Terdapatbeberapa golongan bronkodilator dan cara pemberian yang berbeda. Pemilihan bronkodilatoryang tepat dan cara pemberian yang akurat perlu dilakukan agar diperoleh efek pengobatan yang optimal dengan efek samping yang minimal

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiBronkodilator merupakan obat utama untuk mengatasi atau mengurangi obstruksi saluran napas yang terdapat pada penyakit paru obstruktif. Ada 3 golongan bronkodilator utama yaitu golongan simpatomimetik, golongan antikolinergik dan golongan xanthin. Ketiga golongan ini memiliki cara kerja yang berbeda dalam mengatasi obstruksi saluran nafasBeberapa mekanisme yang diduga menyebabkan terjadinya bronkodilator adalah :

Blokade reseptor adenosin Rangsangan pelepasan katekolamin endogen Meningkatkan jumlah dan efektivitas sel T supresor Meningkatkan ambilan kalsium kedalam sel otot polos dan penghambatan pelepasan mediator dan sel mast.Pemberian bronkodilator secara inhalasi sangat dianjurkan oleh karena cara ini memberikan berbagai keuntungan yaitu : Obat bekerja langsung pada saluran nafas Onset kerja yang cepat Dosis obat yang kecil Efek samping yang minimal karena kadar obat dalam darah rendah Membantu mobilisasi lendir

Ada berbagai cara pemberian obat inhalasi yaitu dengan inhalasi dosis terukur. Alatbantu yang digunakan berupa : spacer, nebuhaler, turbuhaler, dischaler, rothaler dan nebulizer. Hal yang perlu diperhatikan adalah cara yang tepat dan benar sehingga obat dapat mencapai saluran nafas dengan dosis yang cukupYang dimaksud dengan terapi aerosol adalah suatu terapi yang bertujuan untukmerangsang bronkus dengan butir-butir air yang disemprotkan pada saluran pernafasan.Besarnya partikel dari butir-butir ini menentukan lokasi dari butir-butir cairan ini disaluranpernafasan. Partikel yang berukuran 1,2 dapat sampai ke alveoli, sedangkan yang berukuran 20-40 dapat sampai di bronkus dan apabila lebih dari 60 maka hanya dapat sampai di trakeaB. Golongan obat bronkodilator1. Agonis -adrenergik2. Antikolinergik3. Metilsantin

1. AGONIS -ADRENERGIKDikatakan obat adrenergic karena efek yang ditimbulkannya mirip perangsangan saraf adrenergic, atau mirip efek neurotransmitter norepinefrin dan epinefrin (yang disebut juga noradrenalin dan adrenalin). Golongan obat ini disebut juga obat simpatik atau simpatomimetik yaitu zat zat yang dapat menimbulkan (sebagian) efek yang sama dengan stimulasi susunan simpaticus (SS) dan melepaskan noradrenalin (NA) di ujung ujung sarafnya.Epinefrin telah digunakan untuk pengobatan asma sejak awal abad ke-20, berefek mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Epinefrin menstimulasi baik reseptor maupun adrenergik. Efek bronkodilatornya dimediasi oleh reseptor .Isoproterenol merupakan agonis yang kuat dan kurang berpengaruh terhadap reseptor adrenergik. Telah digunakan sejak tahun 1940-an untuk pengobatan asma. Namun, isoproterenol merupakan agonis nonselektif sehingga obat ini menstimulasi baik reseptor 1 maupun 2. Pada tahun 1960-an kemudian diperkenalkan agonis 2 yang seklektif seperti albuterol atau salbutamol dan terbutalin.a. Cara kerja agonis adrenergik Agonis adrenergik menyebabkan bronkodilatasi melalui stimulasi langsung obat terhadap reseptor adrenergik pada otot polos jalan nafas yang menyebabkan relaksasi otot polos jalan nafas. Reseptor adrenergik pada jalan nafas terdapat mulai trakea hingga bronkioli terminalis. Agonis adrenergik mempunyai beberapa efek. Selain mengurangi resistensi jalan nafas, agonis adrenergik mempunyai efek kuat untuk mencegah pelepasan mediator dari sejumlah sel termasuk sel mast paru manusia secara invitro dan invivo. Dengan mekanisme berbeda, agonis -adrenergik dapat mengurangi leakage mikrovaskuler yang mendasari terjadinya edema mukosa jalan nafas. Selain itu agonis adrenergik juga meningkatkan sekresi mukus kelenjar submukosa dan transportasi ion melalui epitel saluran nafas.b. Contoh obat agonis adrenergik yang digunakan di klinik antara lain :c.

1). TERBUTALINE

Terbutalin Sulfat mengandung 98,0%-101,0% (C12H19NO3)2H2SO4 , dihitung dari zat yang telah dikeringkan. Berupa serbuk putih atau putih abu-abu.a. FarmakodinamikTerbutaline merangsang reseptor beta-adrenergic. Tidak seperti isoproterenol, terbutalin lebih selektif untuk reseptor beta-2 dari beta-1 reseptor. Karena paru-paru mengandung sejumlah besar beta-2 reseptor (terletak di otot polos bronchiolar), terbutaline menyebabkan bronkodilatasi. Stimulasi reseptor beta-2 menyebabkan relaksasi otot polos bronkus , yang , pada gilirannya, meningkatkan aliran udara bronkus. Terbutaline mungkin merangsang aktivasi enzim adenyl cyclase, meningkatkan produksi adenosin monofosfat siklik . Peningkatan cAMP menghasilkan vasodilatasi dan relaksasi otot pada otot pembuluh darah dan halus. Peningkatan cAMP dapat menurunkan kalsium intraseluler dengan meningkatkan penghabisan kalsium dari sel-sel otot polos pembuluh darah dan mencegah masuknya kalsium transmembran. AMP siklik dapat menonaktifkan myosin kinase, mengurangi fosforilasi myosin , sehingga relaksasi otot polos. Obat-obat agonis 2-selektif merupakan simpatomimetik yang paling banyak digunakan untuk pengobatan asma pada saat ini. Efektif per-inhalasi atau per oral serta memiliki masa kerja yang panjang. Terbutalin inhaler dapat menyebabkan bronkodilatasi maksimal tercapai dalam 30 menit dan bertahan selama 3-4 jam.b. FarmakokinetikTerbutaline dapat diberikan secara oral, parenteral, atau melalui inhalasi. Konsentrasi kecil didistribusikan ke dalam ASI dan melewati plasenta, tetapi penelitian tidak menunjukkan adanya efek teratogenik pada manusia. Terbutaline sistemik mengalami metabolisme parsial dalam hati dan diekskresikan dalam urin, sekitar 60 % sebagai obat tidak berubah dan sisanya sebagai metabolit, dengan sejumlah kecil diekskresikan melalui empedu dalam tinja. Persentase ini berbeda bergantung pada jalur pemberian obat Kemungkinan beberapa metabolisme GI ditunjukkan dengan persentase yang lebih kecil obat diekskresikan tidak berubah setelah pemberian oral. Half -life obat dilaporkan sekitar 3-4 jam. Oral : Setelah pemberian oral , sekitar 30-70 % diserap dari saluran pencernaan . Makanan mengurangi bioavailabilitas dengan sekitar sepertiga . Peningkatan fungsi paru terjadi pada 1-2 jam setelah pemberian oral . Bronkodilatasi berlangsung 3-8 jam , tergantung pada rute pemberian. Kemungkinan beberapa metabolisme GI atau pertama -pass ditunjukkan dengan persentase yang lebih kecil obat diekskresikan tidak berubah setelah pemberian oral. Injeksi : Peningkatan fungsi paru terjadi pada 30-60 menit setelah injeksi subkutan . Bronkodilatasi berlangsung 3- 8 jam , tergantung pada rute pemberian . Inhaler : Peningkatan fungsi paru terjadi dalam beberapa menit setelah pemberian 5-30 aerosol. Bronkodilatasi berlangsung 3-8 jam , tergantung pada rute pemberian . Dengan penggunaan sehari-hari terus menerus aerosol, ada pengurangan durasi efektivitas.c. IndikasiSecara klinis, penggunaan utamanya adalah dalam pengobatan bronkospasme atau asma. Selain itu digunakan sebagai pengobatan penyakit paru obstruktif kronik ( PPOK ) dan persalinan premature.d. Kontraindikasi jantung aritmia Penyakit jantung Penyakit arteri koroner diabetes mellitus geriatri Hipertensi Terapi MAOI kejang takikardia penyakit tiroid torsade de pointes

e. Dosis Oral Dewasa; awal 2,5 mg 3 kali sehari selama 1-2 minggu, kemudian jika perlu ditingkatkan sampai maksimum 5 mg 3 kali sehari. Anak : 75 mcg/kg 3 kali sehari; 7-15 th : 2,5 mg 2-3 kali sehari, maksimum 7,5 mg per hari. Subkutan, intramuskular, intravena : dewasa 250-500 mcg sampai 4 kali sehari. Anak 2-15 th : 10 mcg/kgBB sampai maksimum 300 mcg. Infus intravena : larutan yang mengandung 3-5 mcg/mL, dengan laju 0.5-1 mL/menit (1.5-5 mcg/menit) selama 8-10 jam. Dosis anak dikurangi. Inhaler : dewasa dan anak : 250-500 mcg (1-2 semprot) 3-4 kali sehari1, maksimum 8 kali semprot sehari.f. Efek sampingEfek samping dari terbutalin yang diberikan secara oral atau subkutan adalah peningkatan laju jantung, perubahan tekanan darah, gugup, tremor, palpitasi. Sakit kepala, nausea, mual, kram otot juga telah dilaporkan. Semua reaksi ini hanya bersifat sementara dan tidak memerlukan pengobatan.g. Nama DagangBrycanil, bricalin, brethine, brethaire, aerodul, arubendol, asmaline, asthmaprotect, ataline, butylin, dhatalin, tedipulmo, tolbin, vacanyl, bricasma, lasmalin, nairet, neosma, pulmobron, relivan, sedakter, tismalin, yarisma. Subkutan, intramuskular, intravena : 250-500 mcg sampai 4 kali sehari. Anak 2-15 th : 10 mcg/kg sampai maksimum 300 mcg. Infus intravena : larutan yang mengandung 3-5 mcg/mL, dengan laju 0.5-1 mL/menit (1.5-5 mcg/menit) selama 8-10 jam. Dosis anak dikurangi. Inhaler : dewasa dan anak : 250-500 mcg (1-2 semprot) 3-4 kali sehari1, maksimum 8 kali semprot sehari2). ISOPROTERENOLObat ini juga dikenal sebagai isopropilnorepinefrin, isopropilarterenol dan isoprenalin, merupakan amin simpatomimetik yang kerjanya paling kuat pada semua reseptor , dan hampir tidak bekerja pada reseptor . a. Farmakodinamika Isoproterenol tersedia dalam bentuk campuran resemik. Infus isoproterenol pada manusia menurunkan resistensi perifer, terutama pada otot rangka, tetapi juga pada ginjal dan mesenterium, sehingga tekanan diastolic menurun. Curah jantung meningkat karena efek inotropik dan kronotropik positif langsung dari obat. Pada dosis isoproterenol yang biasa diberikan pada manusia, peningkatan curah jantung umumnya cukup besar untuk mempertahankan atau meningkatkan tekanan sistolik, tetapi tekanan rata rata menurun. Efek isoproterenol terhadap jantung menimbulkan palpitasi, takikardia, sinus dan aritmia yang lebih serius.Isoproterenol melalui aktivasi reseptor 2, menimbulkan relaksasi hampir semua jenis otot polos. Efek ini jelas terlihat bila tonus otot tinggi, dan paling jelas pada otot polos bronkus dan saluran cerna. Isoproterenol mencegah atau mengurangi bronkokonstriksi. Pada asma, selain menimbulkan bronkodilatasi, isoprotorenol juga menghambat penglepasan histamine dan mediator mediator inflamasi lainnya.akibat reaksi antigen-antibodi, efek ini juga dimiliki oleh 2-agonis yang selektif. Efek hiperglikemik isoproterenol lebih lemah dibandingkan dengan epinefrin, antara lain karena obat ini menyebabkan sekresi insulin melalui aktivasi reseptor 2 pada sel sel beta pancreas tanpa diimbangi dengan efek terhadap reseptor yang menghambat sekresi insulin. Isoproterenol lebih kuat dari epinefrin dalam menimbulkan efek penglepasan asam lemak bebas dan efek kalorigenik.b. FarmakokinetikEfek farmakologis isoproterenol setidaknya sebagian disebabkan oleh stimulasi melalui reseptor beta-adrenergik intraseluler adenilat adenyl, enzim yang mengkatalisis konversi adenosin trifosfat (ATP) ke siklik AMP. Peningkatan kadar AMP siklik berhubungan dengan relaksasi otot polos bronkus dan penghambatan pelepasan mediator hipersensitivitas langsung dari sel, terutama dari sel mast. Rute Eliminasi : Ekskresi setelah pemberian inhalasi terutama ginjal dan metabolit utama adalah konjugat sulfat dari isoproterenolc. Indikasi Digunakan pada kejang bronchi ( asma ) dan sebagai stimulant sirkulasi darah. d. KontraindikasiPasien dengan penyakit arteri koroner menyebabkan aritmia dan serangan angina.e. DosisBentuk sediaan : Isuprel inj 0,2 mg/ml (1 ml)Dosis awal untuk dewasa 0,02-0,06 mg, dosis berikutnya 0,01-0,2 mg. Untuk IV infus kecepatan pemberian awal 5 mcg/menit, dosis berikutnya sesuai respon pasien dan monitoring EKG biasanya antara 2-20 mcg/ menit. Pemberian IV infus untuk anak: kecepatan awal 0,1 mcg/kgBB/menit, dosis berikutnya antara 0,1-1 mcg/kgBB/menit.f. Efek sampingEfek samping yang umum berupa palpitasi, takikardi, nyeri kepala dan muka merah. Kadang kadang terjadi aritmia dan serangan angina, terutama pada pasien dengan penyakit arteri koroner. Inhalasi isoproterenol dosis berlebih dapat menimbulkan aritmia ventrikel yang fatal. g. Nama dagang : Aerolone, Aleudrin, Asiprenol, Asmalar, Assiprenol, Bellasthman, Bronkephrine, isuprel.

3). SALBUTAMOLSalbutamol merupakan agen beta adrenergik yang digunakan sebagai bronkodilator yang efektif untuk meringankan gejala asma akut dan bronkokonstriksi. Salbutamol juga merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif. Tidak salah jika obat ini banyak digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran pernafasan yang menyempit, obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise- induced broncospasm (penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga). Secara umum sifat fisikokimia dari salbutamol adalah serbuk berbentuk kristal, berwarna putih atau hampir putih. Larut dalam alkohol, sedikit larut dalam air. Terlindung dari cahaya. Salbutamol termasuk dalam golongan Antiasma dan obat untuk penyakit paru obstruktif kronik. Mekanisme kerjanya melalui stimulasi reseptor B2 di bronki yang menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase. Enzim ini memperkuat perubahan adenosintrifosfat (ATP) yang kaya energi menjadi cAMP dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel. Salbutamol digunakan untuk meringankan bronkospasm yang berhubungan dengan asmaa. FarmakodinamikaSalbutamol merupakan sympathomimetic amine termasuk golongan beta-adrenergic agonist yang memiliki efek secara khusus terhadap reseptor beta2-adrenergic yang terdapat didalam adenyl cyclase. Adenyl cyclase merupakan katalis dalam proses perubahan adenosine triphosphate (ATP) menjadi cyclic adenosine monophosphate (cyclic AMP). Mekanisme ini meningkatkan jumlah cyclic AMP yang berdampak pada relaksasi otot polos bronkial serta menghambat pelepasan mediator penyebab reaksi hipersensitivitas dari mast cellsb. FarmakokinetikObat salbutamol diabsorpsi dari saluran pencernaan. Pemberian dosis biasa menghasilkan konsentrasi puncak plasma 3-5 g/ml dalam 1-2 jam. Kemudian bedifusi segera ke dalam seluruh cairan tubuh dan jaringan. Konsentrasi di susunan saraf pusat dan cairan serebrospinal lebih kurang 1/5 dari kadar plasma. Kadar obat di intraseluler dan ekstraseluler samac. Indikasi Asma bronchial Bronchitis cronis Empisema Pengobatan dan pencegahan asma serta pencegahan timbulnya asma akibat olah tubuh.d. Kontraindikasi Pada hipertiroid, insufisiensi miokardial, aritmia, rentan terhadap perpanjangan interval QT, hipertensi, kehamilan (dosis tinggi sebaiknya diberikan melalui inhalasi karena pemberian melalui pembuluh darah dapat mempengaruhi miometrium dan dapat mengakibatkan gangguan jantung), menyusui; diabetes mellitus, terutama pemberian melalui pembuluh darah (pantau kadar gula darah, dilaporkan ketoasidosis) .Untuk asma jika dosis tinggi diperlukan selama kehamilan maka sebaiknya diberikan dengan inhalasi kaerna pemberian intravena dapat mempengaruhi miometrium. Mungkin muncul di ASI; pabrik menyarankan untuk dihindari kecuali manfaat jauh lebih besar dari risiko- jumlah dari obat yang diinhalasi pada ASI mungkin terlalu kecil untuk membahayakan.e. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Salbutamol Oral (Lebih dipilih dengan inhalasi) : Dewasa : dosis 4 mg (orang lanjut usia dan penderita yang peka awali dengan dosis awal 2 mg) 3 - 4 kali sehari; dosis maksimal 8mg dalam dosis tunggal (tetapi jarang memberikan keuntungan ekstra atau dapat ditoleransi dengan baik). Anak-anak dibawah 2 tahun : 100 mcg/kgBB 4 kali sehari (unlicensed); 2 - 6 tahun 1 - 2 mg, 3 - 4 kali sehari; 6 - 12 tahun 2 mg, 3 - 4 kali sehari. Injeksi Dewasa : injeksi IV bolus pelan 250 mcg diulangi bila perlu. IV infus, dosis awal 5 mcg/menit, disesuaikan dengan respon dan nadi, biasanya dalam interval 3-20 mcg/menit, atau lebih bila perlu. Anak-anak 1-12 bulan 0,1-1 mcg/kg/menit (unlicensed). Inhalasi Dewasa : 100 - 200 mcg (1 - 2 semprot); untuk gejala yang menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari. Anak-anak : 100 mcg (1 semprot), dapat ditingkatkan sampai 200 mcg (2 semprot) bila perlu; untuk gejala menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari. f. Efek SampingEfek samping yang mungkin timbul karena pamakaian salbutamol, antara lain: gangguan sistem saraf nyeri dada mual muntah diare anorexia mulut kering iritasi tenggorokan batuk gatal tachicardia ruam pada kulit.g. h. Nama DagangSaat ini, salbutamol telah banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk dagang, antara lain: Asmacare Bronchosal Buventol Easyhaler Glisend (konimex) Ventolin Volmax Suprasma (Dexa Medica) Ventide ( Glaxo Welcome) Ventab (Ikapharmindo Putramas k) Venesma ( Hexpharm) Respolin ( Darya varia) Salvasma ( First Medipharma) Salbron ( Dankos) Lasal ( Lapi ) Librentin ( Westmont ) Grafalin ( Graha Farma) Fartolin ( Fahrenheit )

4). SALMETEROLSalmeterol adalah long-acting beta2-adrenergik agonis reseptor obat yang diresepkan untuk pengobatan asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Ini tersedia sebagai inhaler bubuk kering yang melepaskan bentuk bubuk obat.

Salmeterol termasuk obat bronkodilator. Fungsinya untuk meredakan gejala gangguan pernafasan seperti batuk, mengi, sesak nafas dan sulit bernafas dengan meningkatkan aliran udara melalui saluran tersebut. Obat ini hanya tersedia dengan resep dokter. Salmeterol tersedia dalam bentuk powder, disk dan aerosol powder.

a. FarmakodinamikPasien COPD simtomatik tanpa batasan sampai 10% reversibilitas untuk short acting 2 - agonist di terkontrol plasebo uji klinis > 6 bulan telah menunjukkan bahwa penggunaan rutin kedua Seretide 50/250 dan 50/500 mcg cepat dan secara signifikan meningkatkan fungsi paru-paru dan secara signifikan mengurangi sesak nafas dan penggunaan obat pereda. Ada juga perbaikan yang signifikan dalam status kesehatan.

Pasien PPOK gejala yang menunjukkan < 10% reversibilitas untuk short acting 2 - agonist dalam uji klinis terkontrol plasebo selama 6 dan 12 bulan, telah menunjukkan bahwa penggunaan rutin Seretide meningkatkan fungsi paru-paru, sesak napas dan mengurangi penggunaan obat pereda. Selama periode 12 bulan, risiko eksaserbasi COPD berkurang 1,42-0,99 per tahun dibandingkan dengan plasebo dan risiko eksaserbasi yang membutuhkan kortikosteroid oral secara signifikan berkurang 0,81-0,47 per tahun dibandingkan dengan plasebo. Ada juga perbaikan yang signifikan dalam status kesehatan.b. FarmakokinetikAbsorbsi : Salmeterol adalah simpatomimetik langsung bertindak yang merenggangkan otot polos bronkus dengan aksi selektif pada reseptor 2 dengan sedikit efek pada denyut jantung. Durasi salmeterol adalah 12 jam, dengan Onset inhalasi Oral antara 10-20 min. Salmeterol bertindak secara lokal di paru-paru. Kadar plasma tidak memprediksi efek terapeutik. Konsentrasi plasma dapat diabaikan setelah terhirup. Tergantung pada dosis, T max adalah 20 menit dan rata-rata C max adalah 167 pg/mL . Distribusi : Sekitar 96% terikat pada protein plasma. (Protein mengikat adalah 96 % ; bagian ksinafoat lebih besar dari 99 %)Metabolisme : Hepatically dihidroksilasi. (Ekstensif dimetabolisme oleh hidroksilasi)Eliminasi : Dieliminasi dalam feses (60 %) dan urin (25 %) ; waktu paruhnya adalah 5,5 hari . Bagian ksinafoat paruhnya adalah 11 hari. c. IndikasiObstruksi saluran nafas reversibel (termasuk asma noktural dan asma karena latihan fisik) pada pasien yang memerlukan terapi bronkodilator jangka lama yang seharusnya juga menjalani pengobatan antiinflamasi inhalasi (kortikosteroid) atau kortikosteroid oral (catatan : salmeterol tidak bisa untuk mengatasi serangan akut dengan cepat, dan pengobatan pengobatan kortikosteroid yang sedang berjalan tidak boleh dikurangi dosisnya atau dihentikan)d. KontraindikasiHipertiroidisme, insufisiensi miokard, aritmia, hipertensi.e. Dosis

Mencegah serangan asma Dewasa, remaja dan anak-anak usia 4 tahun ke atas: satu hirupan (50 microgram) dua kali sehari (pagi dan malam). Tiap dosis harus dilakukan dengan jarak 12 jam. Pengobatan COPD Dewasa: satu hirupan (50 microgram) dua kali sehari (pagi dan malam). Tiap dosis harus dilakukan dengan jarak 12 jam. Mencegah mengi akibat olahraga (EIB) Dewasa, remaja dan anak-anak 4 tahun ke atas: satu hirupan (50 microgram) 30 menit sebelum berolahragaf. Efek SampingTremor halus terutama tangan, ketegangan saraf, sakit kepala, vasodilatasi perifer, takikardi (jarang pada pemberian aerosol), hipokalemia sesudah dosis tinggi, reaksi hipersensitif termasuk bronkospasma paradoks, urtikaria, dan angio edema. Sedikit rasa sakit pada tempat injeksi intramuscular.g. Nama dagangSerevent Inhaler dan Serevent Rotadisk

5). FORMOTEROLFormoterol adalah agonis beta-2 selektif yang bekerja jangka panjang, bila dihirup, formoterol bekerja lokal pada paru sebagai bronkodilator.a. FarmakodinamikPada studi in vitro, formoterol memiliki aktivitas agonis pada reseptor beta-2 200 kali dibandingkan pada beta-1. Meskipun beta-2 dominan terdapatdi otot polos bronkial dan beta-1 dominan di jantung, ternyata ada pula reseptor beta-2 yang terdapat di jantung, berkisar 10-50% dari total reseptor adrenergik. Efek farmakologi dari formoterol diperkirakan karena stimulasi pada adenyl siklase intrasel, suatu enzim yang mengkatalisis konversi ATP menjadi cyclic AMP. Peningkatan siklik AMP menyebabkan relaksasi otot polos bronkial dan mencegah pelepasan mediator pro inflamasi misalnya histamin dan leukotrien. Formoterol dieksresi di ginjal berkisar 15-18% dari total dosisnya sebagai formoterol yang tidak diubah maupun sebagai konjugat langsung formoterol.b. Farmakokinetik Formoterol diabsorpsi secara cepat ke dalam plasma dengan rute oral inhalasi. Sebagian besar formoterol yang di inhalasi tertelan dan diabsorpsi ke traktus digestif.c. IndikasiSama seperti salmeterold. Kontra indikasiHipertiroidisme, insufisiensi miokard, aritmia, hipertensie. DosisInhalasi SerbukDewasa : > 18th 12 mcg 2 x sehari, dapat dinaikkan menjadi 24 mcg 2 x sehari pada obstruksi jalan nfas yang lebih berat. Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 18th.f. Efek sampingTremor halus terutama tangan, ketegangan saraf, sakit kepala, vasodilatasi perifer, takikardi (jarang pada pemberian aerosol), hipokalemia sesudah dosis tinggi, reaksi hipersensitif termasuk bronkospasma paradoks, urtkaria, dan angio edema. Sedikit rasa sakit pada tempat injeksi intramuskular, iritasi orofaring, iritasi konjungtiva atau udem pelupuk mata, mual, insomnia, ruam kulit, dan gangguan pengecapan.g. Nama dagangForadil, oxis, symbicort.

2. ANTIKOLINERGIK Pada binatang dan manusia normal sebagian kecil tonus bronkomotor pada saat istirahat berhubungan dengan impuls tonus vagal yang melepaskan asetilkolin pada otot polos saluran nafas. Bronkokonstriksi melalui mekanisme ini dapat diblok dengan obat-obat antikolinergik. Tidak seperti agonis , antikolinergik sedikit mempunyai efek terhadap sel mast.

a. Cara kerja AntikolinergiAtropin, prototipe antikolinergik. Atropin diserap tubuh melewati mukosa.Namun obat sintetiknya banyak dipakai pada pengobatan penderita penyakit paru obstruktif menahun yaitu ipratropium bromida dengan nama dagang atroven dan robinul. Merupakan obat yang mempunyai kemampuan bronkodilatasi dua kali lipatdengan waktu kerja yang jauh lebih lama dibandingkan dengan atropin sendiriAntikolinergik alkaloid sudah digunakan sebagai terapi pada penyakit saluran pernapasan. Diantaranya ipatropine yang bersifat lambat diabsorbsi, tidak melewati sawar darah otak dan memiliki sedikit efek sampingDi dalam sel-sel otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergisdan sistem kolinergis. Bila karena sesuatu sebab reseptor b2 dari sistem adrenergic terhambat, sehingga mengakibatkan bronkokonstriksi. Antikolimengika memblokreseptor muskarin dari saraf-saraf kolinergis di otot polos bronchi, hingga aktivita ssaraf adrenergis menjadi dominan dengan efek bronchodilatasib. Contoh Obat Golongan Antikolinergi adalah :1). Ipratropium bromidea. Ipratroprium bromide merupakan antikolinergik yang paling luas digunakan. Diberikan secara inhaler baik dengan metered-dose-inhaler (MDI) maupun nebulizer. Onset bronkodilatasinya relatif lambat, biasanya 30-60 menit setelah inhalasi, tetapi efikasinya dapat menetap hingga 8 jam. Obat ini biasanya diberikan 4 kali sehari dengan MDI, atau dapat juga secara intermiten untuk mengontrol gejala. a. Jenis : Antagonis reseptor muskarinik.b. FarmakodinamikIpratropium bromida adalah antagonis kolinergik asetilkolin padareseptor kolinergik, yang memblok asetilkolin.c. FarmakokinetikAbsorpsi : setelah oral inhalasi, hanya sedikit yang diabsorpsi daripermukaan paru atau saluran cerna.Distribusi : 0-9% terikat dengan albumin plasma dan a1-acidglycoprotein secara in vitro. Metabolisme : sebagian dimetabolisme melalui hidrolisis esterEkskresi : feses, ginjal 3.7-5.6% dalam bentuk tidak berubahd. IndikasiTerapi simptomatik bronkospasme yang reversibel, berhubungan dengan obstruksi kronis saluran nafas.e. KontraindikasiHipersensitifitas terhadap obat inif. Dosis Inhaler Dewasa : 20 - 40 mcg, 3 - 4 kali sehari. Anak s/d 6 th : 20 mcg 3 kali sehari; 6 -12 th : 20 - 40 mcg 3 kalisehari Inhalation solution: Dewasa : 250 - 500 mcg, 3 - 4 kali sehari. Anak s/d 6 th : 125-250 mcg, dapat diulang tiap 4 - 6 jam, dosismaksimum sehari 1 mg; 6 - 12 th : 250 mcgg. Efek sampingMulut kering, mual, konstipasi, sakit kepala, takikardi, fibrilasi atrial.h. Nama dagangAtrovent, Combivent (kombinasi dengan albuterol).

2). SULPAS ATROPINAtropin alkaloid belladonna, memiliki afinitas kuat terhadap reseptor muskarinik, di mana obat ini terikat secara kompetitif, sehingga mencegah asetilkolin terikat pada tempatnya di reseptor muskarinik. Atropin menyekat reseptor muskarinik baik di sentral maupun di saraf tepi. Kerja obat ini berlangsung sekitar 4 jam kecuali bila diteteskan ke dalam mata, maka kerjanya bahkan sampai berhari-hari.

a. FarmakodinamikAlkaloid belladonna mengurangi sekret hidung, mulut, faring dan bronkus. Pemakaiannya adalah pada medikasi preanastetik untuk mengurangi sekresi lender pada jalan nafas. Sebagai bronkodilator, atropin tidak berguna dan jauh lebih lemah daripada epinefrin atau aminofilin. Ipratropium bromida merupakan antimuskarinik yang memperlihatkan bronkodilatasi berarti secara khusus.b. Farmakokinetik Alkaloid belladonna mudah diserap dari semua tempat, kecuali kulit. Pemberian atropin sebagai obat tetes mata, terutama pada anak dapat menyebabkan absorbsi dalam jumlah yang cukup besar lewat mukosa nasal, sehingga menimbulkan efek sistemik dan bahkan keracunan. Untuk mencegah hal ini perlu dilakukan penekanan kantus internus mata setelah penetesan obat agar larutan atropin tidak masuk ke rongga hidung, terserap dan menyebabkan efek sistemik. Dari sirkulasi darah, atropin cepat memasuki jaringan dan kebanyakan mengalami hidrolisis enzimatik oleh hepar. Sebagian diekskresi melalui ginjal dalam bentuk asal.Atropin mudah diserap, sebagian dimetabolisme di dalam hepar dan dibuang dari tubuh terutama melalui air seni. Masa paruhnya sekitar 4 jam.c. Indikasi Meringankan gejala gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan spasme otot polos (antispasmodic) Mydriasis dan cyclopedia pada mata Premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada intubasi dan anestesia inhalasi Mengembalikan bradikardi yang berlebihan Bersama dengan neostigmin untuk mengembalikan penghambatan non-depolarising neuromuscular Antidotum untuk keracunan organophosphor Resusitas Kardio-Pumober (Cardiopulmonary resuscitation).

d. KontraindikasiAntimuscarinic kontraindikasi pada angle-closure glaucoma (glaukoma sudut sempit), myasthenia gravis (tetapi dapat digunakan untuk menurunkan efek samping muskarinik dari antikolinesterase), paralytic ileus, pyloric stenosis, pembesaran prostat.e. DosisDosis atropin umumnya berkisar antara 1/4 - 1 mg. Untuk keracunan antikolinesterase digunakan dosis 2 mg/kali. Dosis untuk mengatasi keracunan kolinergik pada anak adalah 0,04 mg/kgBB per kali.f. Efek sampingEfek samping antimuscarinik termasuk kontipasi, transient (sementara) bradycardia (diikuti dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan sekret bronkial, retensi urin, dilatasi pupil dengan kehilangan akomodasi, fotophobia, mulut kering, kulit kering dan kemerahan. Efek samping yang terjadi kadang-kadang : kebingungan (biasanya pada usia lanjut) , mual, muntah dan pusingg. Nama dagangChlorpromazine hydrochloride, cimetidine hydrochloride, dimenhydrinate, diphenhydramine hydrochloride, droperidol, morphine supfate, 3. METILSANTIN

Latar Belakang dan Farmakologi Efek bronkodilator dari strong coffee pada mulanya digambarkan oleh Hyde Salter. Metilsantin (teofilin) berhubungan dengan kafein dan telah digunakan untuk mengobati asma sejak tahun 1930-an. Sejak saat itu teofilin digunakan secara luas untuk pengobatan asma. Efek primer dari teofilin adalah relaksasi otot polos jalan nafas. Teofilin juga menghambat pelepasan mediator dari sel mast dan meningkatkan bersihan mukosilier. Namun, karena agonis lebih efektif dan steroid inhalasi memiliki efek antiinflamasi yang lebih baik dibandingkan teofilin maka pemakaian teofilin menjadi berkurang.Struktur Kimia Teofilin adalah suatu metilsantin yang memiliki struktur kimia mirip dengan santin pada diet umum, kafein dan teobromin. Aminofilin adalah garam etilendiamin yang disintesis untuk meningkatkan kelarutan santin pada pH netral.

Cara Kerja Metilsantin Walaupun teofilin telah digunakan lebih dari 50 tahun namun cara kerjanya sebagai bronkodilator belum dipahami dengan jelas. Ada beberapa teori yang disampaikan antara lain:a. Penghambatan FosfodiesteraseEfek bronkodilatasi dari teofilin adalah dengan cara menghambat enzim fosfodiesterase, suatu enzim yang bekerja menginaktifkan cAMP. Akumulasi konsentrasi cAMP intraseluler merupakan kunci utama bronkodilatasi.b. Antagonis Reseptor Adenosin Pada konsentrasi terapeutik, teofilin merupakan penghambat yang poten terhadap adenosin. Hambatan ini memberikan efek bronkodilatasi. Dapat didemonstrasikan bahwa bronkokonstriksi yang diinduksi oleh adenosin dapat dicegah dengan pemberian teofilin.c. Pelepasan Katekolamin Endogen Teofilin meningkatkan sekresi epinefrin dari medula adrenal. Peningkatan konsentrasi epinefrin di dalam darah menimbulkan efek bronkodilatasi.d. Penghambatan Prostaglandin Teofilin melawan efek prostaglandin pada otot polos vaskuler secara invitro, tetapi belum ada bukti bahwa efek ini muncul pada konsentrasi terapeutik pada jalan nafas.e. Influks Kalsium Teofilin mempengaruhi mobilisasi kalsium pada otot polos jalan nafas.

1). TEOFILINTeofilin adalah bronkodilator yang digunakan untuk pasien asma dan penyakit paru obstruktif yang kronik, namun tidak efektif untuk reaksi akut pada penyakit paru obstruktif kronik. Teofilin dapat meningkatkan risiko efek samping jika digunakan bersamaan dengan agonis reseptor beta, seperti munculnya hipokalemia.Teofilin dimetabolisme oleh hati. Pada pasien perokok atau gangguan fungsi hati dapat menyebabkan perubahan kadar teofilin dalam darah. Kadar teofilin dalam darah dapat meningkat pada gagal jantung, sirosis, infeksi virus dan pasien lanjut usia. Kadar teofilin dapat menurun pada perokok, pengkonsumsi alkohol, dan obat-obatan yang meningkatkan metabolisme di hati.Penggunaan teofilin haruslah berhati-hati karena batas keamanan dosis yang cukup sempit. Dosis terapi dapat dicapai pada kadar 10-20 mg/lt, namun efek samping juga sudah muncul pada kadar tersebut dan lebih berat lagi pada kadar diatas 20 mg/lta. FarmakodinamikEfek farmakologi teofilin yang terpenting adalah : perangsang SSP yang kuat, lebih kuat dari kafein; merangsang pusat napas di medula oblongata; memperkuat kontraktilitas diafragma; mempunyai efek inotropik positif pada jantung; merelaksasi kuat otot polos bronkus yang menyebabkan meningkatriya kapasitas vital; dimanfaatkan sebagai bronkodilator pada asma bronkial; meningkatkan ekskresi air dan elektrolit dengan efek mirip diuretik tiazid.b. Farmakokinetik Absorpsi: teofilin diabsorpsi dengan cepat melalui oral, parenteral, dan rektal.Distribusinya ke seluruh bagian tubuh. Ikatan dengan protein plasma sebanyak 50%. Eliminasi: derivat xantin terutama dieliminasi melalui metabolisme dalam hati, sebagian besar diekskresi bersama urine dalam bentuk asam metilurat atau metilxantin. Waktu paruhnya 8 jam. Kadar teofilin dalam darah harus dipantau karena dosis yang berlebihan dapat menimbulkan kematian yang mendadak, dan dosis kecil tidak efektif. Efek yang bermanfaat umumnya mulai dengan kadar 7-10 mcg/ml. Gejala toksisitasnya dapat timbul pada kadar 20 mcg/ml atau lebih.c. Indikasi Obstruksi saluran nafas yang reversibel, serangan asma berat.d. Kontraindikasi Hati-hati penggunaan pada pasien dengan penyakti jantung, hipertensi, hipertiroid, ulkus lambung, epilepsi, lanjut usia, gangguan hati, kehamilan dan menyusui.Kehamilan : pada trimester ketiga berisiko bayi tidak bernafas.Menyusui : terdapat pada ASI, dapat muncul gejala iritabilitas pada bayi.e. Dosis (Dosis tergantung juga dari tiap merk teofilin) Secara umum dosis dewasa 200 - 400 mg tiap 12 jam. Anak 6-12 tahun : 125 - 200 mg tiap 12 jam Anak 2-12 tahun : 9 mg/kgBB setiap 12 jam (maksimal 200 mg)

f. Sediaan : Tablet/kapsul 125 mg, 130 mg, 150 mg, 250 mg, 300 mg Syrup 130 mg/15 ml, 150 mg/15 mlg. Efek Samping Denyut jantung meningkat, berdebar-debar, mual-muntah, gangguan saluran cerna lainnya, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan irama jantung, kejang.h. Merk Dagang Aminophyllinium Asbron Asmadex Asmavar Bronchophylin Brondilex Bronsolvan Bufabron Bufakris Euphyllin Grafasma Ifasma Kalbron Kontrasma Mediasma Neo napacin New ascaps New cotab Nitrasma Omedrine Prinasma Samcolat

2). AMINOFILINAminofilin adalah jenis teofilin yang berikatan dengan suatu substantial kimia (etilendiamin) yang membuatnya menjadi lebih larut dengan air. Aminofilin adalah jenis teofilin yang diberikan dalam bentuk injeksin namun sangat perih dan iritasi jika diberikan melalui suntikan intramuskular.a. JenisGolongan bronkodilator yang merupakan derivat dari metilxantin.b. FarmakodinamikTeofilin, Aminofilin, kafein dan teobromin memiliki efek farmakologi yang sama yaitu dapat menyebabkan relaksasi otot polos, terutama ototpolos bronkus, merangsang sistem saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan diuresis. Pada dosis rendah dan sedang, metilxantin dapat menyebabkan sedikit cortical arousal dengan peningkatan kewaspadaan dan rasa lelah, sedangkan pada dosis tinggi dapat menyebabkan kegelisahan dan tremor terutama pada penggunaan aminopilin pada penderita asma. Metilxantin juga dapat memiliki efekkronotropik dan inotropik positif langsung pada jantung yang terjadikarena peningkatan rilis katekolamin yang disebabkan oleh hambatan reseptor adenosine prasinaps. Efek terapi dari metilxantin ini diduga tidak hanya terbatas padajalan napas, sebab mereka memperkuat kontraksi otot rangka terpisahpada penelitian in vitro, dan mempunya efek kuat baik dalam memperbaiki kontraktilitas maupun dalam memperbaiki kepenatandiafragma pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis.c. FarmakokinetikMetilxantin cepat diabsorbsi setelah pemberian secara oral, rectalatau parenteral. Sediaan dalam bentuk cair atau tablet tidak bersalutakan diabsorbsi secara cepat dan lengkap. Asorbsi juga berlangsung lengkap untuk beberapa jenis sediaan lepas lambat. Absorbsi aminofilin dalam bentuk garam yang mudah larut, seperti teofilin Na gkisinatatau teofilin kolin. Dalam keadaan perut kosong, sediaan teofilin bentuk cair atau tablet tidak bersalut dapat menghasilkan kadarpuncak plasma dalam waktu 2 jam. Pada umumnya adanya makanan dalam lambung akan memperlambat kecepatan absorbs teofilin tetapi tidak mempengaruhi derajat besarnya absorbsi. Metilxantin didistribusikan ke seluruh tubuh, dapat melewati plasenta dan masuk ke air susu ibu. Volume distribusi nya antara 400 dan 600 ml/kg. eliminasi dari metilxantin terutama melalui metabolisme dalam hati. Sebagian besar akan diekskresikan bersama urin dalam bentuk asam metilurat atau metilxantin.d. IndikasiDigunakan pada penyakit asma bronchial, PPOK (Penyakit ParuObstruktif Kronik), apnea pada bayi prematur e. KontraindikasiHipersensitivitas terhadap teofilin dan ethylendiaminef. SediaanBerbentuk kristal putih, pahit dan sedikit larut dalam air. Untuk penggunaan oral, tersedia Kapsul 130 mg, Tablet 150 mg. Tablet salut selaput lepas lambat: 125 mg, 250 mg, 300 mg. Sirup 50 mg/5ml, 130 mg/15ml, 150mg/15 ml. Ampul 10ml, mengandung 24 mg aminofilin setiap mili liternya.g. DosisKadar terapi aminofilin sedikitnya 5-8 g/ml, sedangkan efek toksikmulai terlihat pada kadar 15 g/ml dan lebih sering pada dosis diatas 20 g/ml. Dosis aminofilin diberikan 6 mg/kgBB diberikan secara infuse selama 20-40 menit. Setelah itu untuk efek yang optimal dipertahankan dengan pemberian infus 0,5 mg/kgBB/jam untukdewasa normal dan bukan perokok. Untuk anak-anak dan orang dewasa perokok memerlukan dosis 0,8-0,9 mg/kgBB/jam. Aminofilin oralbagi orang dewasa adalah 400 mg/hari.h. Efek sampingGugup, ansietas, sakit kepala, insomnia, kejangtakikardia, palpitasi, aritmia, angina pectoris, mual, muntah, anoreksia, kram.i. Nama dagangAmicain, Aminophyllinum, Phyllocontin

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANBerdasarkan pejelasan yang telah diuraikan didepan mengenai bronkodilator,maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa:1. Obat- obat Bronkodilator merupakan obat-obat yang digunakan untuk mengatasi kesulitan bernafas yang disebabkan oleh asma, bronchitis, bronchiolitis, pneumonia dan emfisema. Ada tiga jenis obat bronkodilator, yaiu simpatomimetika (2 agonist), metilxantin, dan antikolinergik.2. Mekanisme kerja obat simpatomimetika adalah melalui stimulus reseptor 2 pada bronkus menyebabkan aktivasi adenilsiklase. Metilxantin dapat menghambat family enzim fosfodiesterase sedangkan Antikolinergik menghambat efek asetilkolin pada reseptor-reseptor muskarinik secara kompetitif dalam saluran nafas asetilkolin dibebaskan dari ujung-ujung eferen saraf fagus dan antagonis kolinergik ini secara efektif dapat memblokade peningkatan sekresi mucus yang terjadi sebagai respon terhadap aktivitas fagus.

B. SARANHal-hal yang harus diperhatikan oleh perawat adalah :1. Sebelum obat diberikan a. Kondisi pasien secara umum (muntah, sukar menelan, tidak dapat minum obat tertentu, dll). Juga harus diperhatikan faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual, atau motorik pada pasien yang berpengaruh saat minum obat.b. Prinsip lima benar. Benar pasien Benar obat Benar dosis Benar cara atau rute pemberian obat Benar waktuc. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien sebelum memberikan obat. 2. Selama obat diberikana. Pantau dan awasi pemberian obat, yakinkan bahwa obat sudah diminum oleh pasien.b. Pada pemberian obat selain oral, dimana harus perawat sendiri yang melakukan, obat tersebut sesui dengan prosedur pemberian.3. Setelah obat diberikana. Awasi reaksi pasien setelah diberikan obat.b. Kontrak waktu untuk pemberian obat selanjutnya.c. Dokumentasi obat yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. 2011. Informasi Spesialite Obat Indonesia. PT. ISFI Penerbitan. Jakarta.Ganiswarna SG, Setiabudi. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hal 57-76Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. EGC. Jakarta.Pramudianto, Arlina dan Evaria. 2010. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. PTBIP. Jakarta.Tjay, Tan Hoan, dan Rahardja, Kirana, 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, Dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi VI, Cetakan I. Elex Media Komputindo. Jakarta.