26
BUDAYA INDONESIA DI TENGAH ARUS GLOBALISASI A. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Konsepsi kebudayaan Indonesia memang sangat sulit untuk menentukan kriteria yang cocok untuk masyarakat yang hidup di negara ini. Pancasila sebagai basis ideologi, yang menyimpan nilai-nilai ‘Bhinneka Tunggal Ika’ belum cukup untuk membicarakan kebudayaan Indonesia. Secara tekstual, Pancasila memang sangat relevan dengan ragam budaya yang ada. Akan tetapi, dalam realitasnya, masih banyak yang menanyakan kejelasan nilai-nilai pancasila itu sendiri. Dari sini, kita tidak dapat menyalahkan kondisi realitas tersebut. Pemerintah sebagai pemegang kekuasan dalam hal ini, harus cepat tanggap, melihat fenomena-fenomena ketidakpuasan terhadap nilai-nilai ideologi pancasila, gejolak dekadensi moralitas bangsa. Karena, ketimpangan sosial, kesejahteraan, keadilan, kemanusiaan yang ada dalam pancasila, sudahkah aplikatif terhadap masyarakat saat ini. Kalau memang belum, satu kewajaran bila ada yang mempertanyakan kejelasan nilai-nilai pancasila yang dianggap sebagai nilai-nilai dan identitas kebudayaan bangsa Indonesia. Kalau memang sudah, mari kita lihat bersama realitas obyektif yang terjadi dalam masyarakat saat ini. Ketidak jelasan akan pemahaman nilai-nilai kebudayaan sangat dipengaruhi oleh pola fikir yang sedang berkembang di tengah- tengah masyarakat. Arus budaya globalisasi yang sudah mengakar dan mendarah-daging pada pola fikir masyarakat sosial. Demikian itu sudah jelas, bila dilihat dari budaya konsumtif, instan, stail, gaya hidup dan lain-lain. Budaya globalisasi tidak dapat dibendung, ditentang, apalagi ditolak. Yang mesti kita lakukan sekarang ini adalah bagaimana budaya globalisasi mendatangkan manfaat bagi budaya Indonesia, serta bagaimana memfilterisasi

Budaya Indonesia Di Tengah Arus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

BUDAYA INDONESIA DI TENGAH ARUSGLOBALISASI

A.PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Konsepsi kebudayaan Indonesia memang sangat sulit untuk menentukan kriteria yang cocok untuk masyarakat yang hidup di negara ini. Pancasila sebagai basis ideologi, yang menyimpan nilai-nilaiBhinneka Tunggal Ikabelum cukup untuk membicarakan kebudayaan Indonesia. Secara tekstual, Pancasila memang sangat relevan dengan ragam budaya yang ada. Akan tetapi, dalam realitasnya, masih banyak yang menanyakan kejelasan nilai-nilai pancasila itu sendiri. Dari sini, kita tidak dapat menyalahkan kondisi realitas tersebut. Pemerintah sebagai pemegang kekuasan dalam hal ini, harus cepat tanggap, melihat fenomena-fenomena ketidakpuasan terhadap nilai-nilai ideologi pancasila, gejolak dekadensi moralitas bangsa. Karena, ketimpangan sosial, kesejahteraan, keadilan, kemanusiaan yang ada dalam pancasila, sudahkah aplikatif terhadap masyarakat saat ini. Kalau memang belum, satu kewajaran bila ada yang mempertanyakan kejelasan nilai-nilai pancasila yang dianggap sebagai nilai-nilai dan identitas kebudayaan bangsa Indonesia. Kalau memang sudah, mari kita lihat bersama realitas obyektif yang terjadi dalam masyarakat saat ini.

Ketidak jelasan akan pemahaman nilai-nilai kebudayaan sangat dipengaruhi oleh pola fikir yang sedang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Arus budaya globalisasi yang sudah mengakar dan mendarah-daging pada pola fikir masyarakat sosial. Demikian itu sudah jelas, bila dilihat dari budaya konsumtif, instan, stail, gaya hidup dan lain-lain. Budaya globalisasi tidak dapat dibendung, ditentang, apalagi ditolak. Yang mesti kita lakukan sekarang ini adalah bagaimana budaya globalisasi mendatangkan manfaat bagi budaya Indonesia, serta bagaimana memfilterisasi budaya tersebut yang mempengaruhi pada pola fikir kebudayaan bangsa Indonesia.[1]B.PEMBAHASAN

1.Budaya Indonesia dan Globalisasi

Kesadaran akan pentingnya memperhatikan kebudayaan nampaknya semakin meningkat. Hal ini jelas tidak bertentangan dengan titik berat bidang kesadaran akan adanya rongrongan dari luar (globalisasi). Sebaliknya, justru kesadaran akan pentingnya pendekatan budaya, mengingatkan kita bahwa bagaimanapun jalan yang ditempuh, tetaplah manusia sebagai tujuan dan subyek globalisasi.[2]Hendaknya manusia tidak dikorbankan untuk mencapai tujuan lain selain dirinya.

Kendati ada sinar-sinar cerah yang menggembirakan, cukup memprihatinkan juga bahwa lalu pendekatan kebudayaan diartikan semata-mata sebagai kesenian. Sedangkan kita sudah cukup paham bahwa kesenian dan kebudayaan yang kebanyakan diperlihatkan melalui pendekatan visualisasi simbol-simbol seni dan budaya tersebut. Sepertihalnya dunia hiburan, film-film, sinetron dan tontonan televisi yang itu semua produk globalisasi.[3]Pada dasarnya, kebudayaan adalah keseluruhan hidup, proses dan aktivitas manusia dalam keberadaannya dimuka bumi ini. Jika membicarakan bangsa ini, maka arti kebudayaan adalah penjelmaan kelakuan sekelompok manusia berpokok pada pola sikap budi manusia yang berdasarkan pemandangan hidup dunia serta melahirkan mentalitas dan cara berfikir kebudayaan.

Lain dari pembicaraan kesadaran akan kebudayaan yang ada di Indonesia, hal yang paling utama yang harus disadari adalah mengenai globalisasi. Keberadaan globalisasi di tengah-tengah budaya yang belum jelas adalah satu keniscayaan. Berbicara mengenai globalisasi berarti membicarakan dunia dalam konstalasi politk, ekonomi, social-budaya. Bangsa ini disatu sisi memiliki kebudayaan, sisi lain budaya globalisasi cukup erat kaitannya dengan perubahan kebudayaan tersebut.

Dalam arus globalisasi, tidak luput juga membicarakan negara-negara maju, bekembang, dunia pertama, kedua dan ketiga. Sebab, keberadaan negara-negara tersebut turut menentukan kemana arah arus globalisasi nantinya. Sebagaimana yang dikatakan seorang penulis asal Kenya bernamaNgugi Wa Thiongo, menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika, sedemikian rupa sehingga mereka seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya.[4]Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, dulu dipaksakan lewat imperialisme dan kini dilakukan dalam bentuk yang lebih meluas dengan nama globalisasi.

Globalisasi secara defenitif memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Globalisasi menyentuh berbagai aspek kehidupan, antara lain seni. Dalam rangka mengamati dan meneliti proses globalisasi dalam dunia seni, baru-baru ini di Teheran, Iran, telah diselenggarakan sebuah seminar internasional dengan temaSeni dan Globalisasi. Seminar ini dihadiri oleh 20 cendikiawan Iran dan 23 cendikiawan asing dari 15 negara, antara lain Perancis, Tunisia, Russia, Nigeria, Turki, Zimbabwe, Kenya, Italia, Cina, Lebanon, Mesir, Afrika Selatan, Kanada, dan Tanzania.

Banyak tanggapan dari budayawan Indonesia. Tanggapan-tanggapan itu tentunya berhubungan dengan pesan yang dapat diambil dari seminar itu. Salah seorang budayawan yang menyatakan harapannya agar seminar ini berhasil mendefinisikan dengan baik berbagai kesempatan dan ancaman yang akan melanda manusia pada era globalisasi. Selain itu, peserta seminar hendaknya mencari jalan praktis dalam meningkatkan kemampuan seni dan budaya pribumi, agar mampu berdiri kokoh di dalam tatanan baru dunia. Salah seorang peneliti Iran yang aktif dalam bidang budaya tradisional, meyakini bahwa dalam era globalisasi ini bangsa-bangsa harus memproduksi karya-karya budaya yang sesuai dengan tuntutan pasar dunia. Dalam hal ini sudah waktunya para budayawan Indonesia harus menggali dan menemukan keistimewaan-keistimewaan budaya yang terkandung dalam nilai-nilai ideologi pancasila, lalu memperkenalkannya kepada seluruh masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat bangsa-bangsa lain umumnya.

2.Dampak Globalisasi Terhadap Seni dan Budaya

Mengenai globalisasi dalam kerangka Barat yang ingin menyamakan budaya masyarakat yang ada di dunia ini, dapat dicurigai bahwa hal itu merupakan satu campur tangan terhadap hukum alam dan penciptaan. Pada dasarnya, proses globalisasi yang alami haruslah sesuai dengan yang disebut oleh Al-Quran, yaitubahwa Allah menciptakan manusia dalam berbagai bangsa dan suku, supaya mereka lebih saling mengenal antara satu sama lain. Namun globalisasi telah menimbulkan masalah kepada proses ini karena berusaha memaksakan satu budaya agar diterapkan kepada bangsa-bangsa yang berbeda, dan itu artinya kebudayaan pribumi (Indonesia) bangsa-bangsa saat ini menjadi tersingkir dan tidak mendapatkan ruang artikulasinya.[5]Proses globalisasi yang seimbang dengan kehidupan manusia dan sepanjang sejarah manusia, memang selalu terdapat upaya manusia untuk mendekatkan diri antara satu sama lain dan mencari titik persamaan. Tetapi, di sepanjang 30 tahun terakhir, negara-negara Barat berusaha memaksa masyarakat dunia untuk menerima nilai-nilai Barat secara mutlak. Hal itu sangat berbahaya dan jika terus berkelanjutan, proses ini akan menyebabkan hegemoni Barat dan Amerika terhadap negara-negara lain.[6]Selanjutnya, globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, dalam proses ini, negara-negara Dunia Ketiga harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini, berbagai bangsa Dunia Ketiga haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka.

Globalisasi mungkin saja mendatangkan musibah kepada seni dan kebudayaan kita, karena ia sama seperti badai taufan yang mungkin mencabut akar budaya. Tetapi dari sudut pandang yang lain, globalisasi bisa memberikan kesempatan istimewa untuk bangsa-bangsa yang kaya dengan budaya. Seni kita akan tersebar ke luar batas negara dan memberikan pengaruh kepada dunia. Sejarah menyaksikan bahwa pada berbagai era kegemilangan, seni dan kebudayaan Indonesia menemukan identitasnya. Tapi kerena masuknya budaya globalisasi, kebudayaan kita terreduksi oleh arus budaya yang lebih besar. Masalah inilah yang mungkin terjadi hari ini. Karena itu, bangsa Indonesia yang percaya kepada kekuatan akar budaya tidak perlu takut pada pengaruh asing. Kita harus berusaha untuk memahami bagaimana seni dan kebudayaan bisa menjadi benteng pertahanan identitas dan tradisi kita selanjutnya.

3. Globalisasi dan Tantangan Masa Depan Budaya Indonesia

Melihat budaya Indonesia dalam arus globalisasi, sedikit dan banyaknya pasti mengalami perubahan. Untuk mempertahankan identitas keindonesian, perlu kiranya kita memikirkan kembali konsepsi kebudayaan Indonesia. Sekedar sebuah refleksi, budaya Indonesia seharusnya dapat ditentukan bagaimana ciri khas pola laku, fikir dan moraliras bangsa ini semestinya. Untuk memenuhi hal tersebut, maka diperlukan pengkajian ulang kebudayaan yang identik dengan masyarakat dan realitas social di Negara ini.

4. Terancamnya Kebudayaan Indonesia Di Era Globalisasi

Saat ini, kita sedang berada pada suatu era, yang mana era tersebut ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahaun dan teknologi. Sehingga mampu mengubah dunia secara mendasar,yang sering kali kita sebut dengan era globalisasi.

Globalisasi merupakan suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia. Dimana akan membawa suatu bangsa dan Negara di dunia semakin terikat satu sama lain, mewujudkan suatu tatanan kehidupan baru yang tidak mengenal batas-batas wilayah dan mempengaruhi hampir seluruh aspek yang ada dimasyarakat, khususnya aspek budaya.

Kebudayaan yang dimiliki oleh suatu bangsa merupakan keseluruhan hasil cipta, karsa, dan karya manusia. Indonesia sendiri sebagai Negara kepulauan dikenal dengan keberagaman budayanya, yang mana keanekaragaman itulah menunjukkan betapa pentingnya aspek kebudayaan bagi suatu Negara. Karena jelas bahwa kebudayaan adalah suatu identitas dan jati diri bagi suatu bangsa dan Negara.

Dewasa ini perkembangan teknologi begitu cepat.sehingga segala informasi dengan berbagai bentukdan kepentingandapat tresebar luaske seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari keberadaannya.termasuk juga bagi Indonesia.

Kehadiran globalisasi dan teknologi sudah tentu akan membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa. Karena globalisasi, teknologi, dan kebudayaan mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Apabila kita tidak bisamempertahankan atau menjaga kebudayaan yang kita miliki, maka kebudayaan tersebut akan pudar bahkan akan hilang tersingkirkan oleh globalisasi dan teknologi.Dampak dari pengaruh globalisasi dan teknologi pun sudah mulai kita rasakan. Kita ambil contoh saja dari sebuah permaianan anak-anak. Sebelum era globalisasi ini muncul, masih banyak sekali permainan rakyat yang identik dengan kebudayaan di berbagai daerah masing-masing. seperti permainan congklak, gasing, bekel, kelereng, petak umpet, dan lain-lain.Namun yang terjadi saat ini bahwa globalisasi dan teknologi telah mengubah semuanya. Mungkin sekarang yang ada, banyak anak kecil yang sudah tidak mengenal permainan congklak, dan sudah jarang pula kita melihat anak-anak yang duduk bersama untuk bermain bekel. Melainkan yang terjadi saat ini banyak anak-anak yang lebih memilih bermain didepan komputer, laptop, atau bahkan anak-anak sekarang sudah mulai sibuk dengan handphone yang ada digenggamannya. Yang semua itu sudah tidak asing lagi untuk kita jumpai.Belum lagi masalah tentang ancaman terhadap kekayaan kebudayaan kita, yang mana derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi mengakibatkan interaksi budaya berjalan semakin intensif dan terbuka. Sehingga menyebabkan lunturnya kecintaan masyarakat terhadap peninggalan budaya tradisional, baik anak-anak, generasi muda, maupun orang dewasa kini tidak lagi mempunyai rasa ketertarikan dan minat terhadap budaya asli indonesia, melainkan mereka lebih bangga terhadap budaya asing.Kondisi ini tentunya akan berdampak buruk terhadap kebudayaan kita, misalkan dengan adanya pihak asing atau pun negara lain yang dengan begitu berani mengklaim kebudayaan kita. Seperti yang pernah terjadi belakangan ini yaitu konflik klaim budaya yang terjadi antara malaysia dengan indonesia. Yang mana malaysia telah mengklaim batik, reog, dan lagu rasa sayange sebagai kebudayaannya. Padahal sudah jelas-jelas seperti yang kita tahu bahwa kebudayaan tersebut adalah kebudayaan bangsa indonesia.Memang semakin banyaknya budaya bangsa yang hilang tidak hanya semata-mata karena adanya arus globalisasi dan teknologi, melainkan juga dikarenakan kelalaian kita dalam menyikapi sekaligus mengelola kebudayaan itu. Kita memiliki kemampuan yang tidak imbang akibat lemahnya semangat dan penghargaan terhadap budaya bangsa sendiri, sementara bangsa lain lebih memiliki kesadaran yang juga diwujudkan dalam tindakan nyata. Selama ini kebudayaa selalu dipinggirkan oleh pemerintah dan masyarakat tidak lagi peduli. Akhirnya, secara perlahan-lahan kebudayaan bangsa ini akan punah.Kondisi seperti ini tentunya jauh berbeda dengan malaysia, mereka sangat sadar akan eksistensi suatu kebudayaan karena kebudayaan adalah senjata terbaik bagi suatu bangsa dalam menjaga eksistensinya dalam menjawab tantangan di era globalisasi seperti sekarang ini. mereka menghargai budaya untuk mencari keuntungan, sedangkan pemerintah kita tidak peduli.Arus globalisasi juga begitu cepat merasuk kedalam masyarakat, terutama dikalangan anak muda. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak generasi muda kita yang kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa indonesia.Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari dikalangan anak muda sekarang. Kita lihat dari cara berpakaian saja, banyak anak-anak remaja kita yang berdandan meniru seperti selebritis yang cenderung ke budaya barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim, yang memperlihatkan bagian tubuh mereka yang seharus tidak kelihatan, padahal cara berpakaian mereka jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tidak ketinggalan juga dengan gaya rambut mereka yang dicat dengan beraneka warna. Dapat dikatakan bahwa mereka lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.Pengaruh globalisasi juga bisa kita lihat dari sikap mereka, banyak dikalangan anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun, dan cenderung cuek, tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Yang mana semuanya itu dikarenakan bahwa globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan. Sehingga banyak dikalangan anak muda yang bertindak sesuka hati mereka.Arus globalisasi saat ini juga telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia. Derasnya arus informasi dan telekomunikasi menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Perkembangan transportasi, telekomunikasi, dan teknologi mengakibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri.Budaya indonesia yang dulunya ramah tamah, gotong royong, dan sopan, kini berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah semakin lenyap dimasyarakat. Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, tetapi juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Apabila pengaruh-pengaruh tersebut dibiarkan, mau apa jadinya generasi muda kita? yang apabila dihubungkan dengan nilai nasionalisme mereka pun akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan tidak ada rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah calon penerus masa depan bangsa.Seperti yang kita ketahui bahwa pengaruh globalisasi dan teknologi banyak menimbulkan pengaruh negatif bagi kebudayaan bangsa indonesia, norma dan nilai yang terkandung dalam kebudayaan tersebut perlahan-lahan akan pudar atau bahkan akan hilang. Jadi sudah semestinya kita harus mengambil langkah untuk mengatasi hal tersebut dengan melibatkan semua pihak.Dalam mengatasi banyaknya kebudayaan indonesia yang hilang, negara harus memperkokoh budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing. Pemerintah juga perlu mengkaji ulang peraturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa. tentunya dalam mengatasi hal ini, tidak hanya dari pemerintah saja melainkan juga seluruh masyarakat juga harus ikut berperan aktif .Adapun yang harus kita lakukan untuk mengatasi pengaruh globalisasi dan teknologi yang akan menimbulkan pengaruh negatif bagi kebudayaan indonesia, serta berkurangnya rasa nasionalisme yaitu:Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai pancasila dengan sebaik-baiknya.kita harus menumbuhkan semangat nasionalisme terhadap masyarakat yakni dengan menumbuhkan semangat mencintai produk-produk dalam negeri.Masyarakat harus ikut berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya, dan budaya bangsa umumnya.Mayarakat juga perlu menyeleksi kemunculan kebudayaa-kebudayaan baru yang masuk ke Indonesia, agar tidak merugikan dan tidak berdampak negatif bagi kebudayaan kita.Adanya globalisasi dan teknologi disatu sisi memang membawa pengaruh negatif, yang mana pengaruh globalisasi dan teknologi selain membawa pengaruh negatif seperti yang telah disebutkan diatas, juga akan berpengaruh terhadap hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri,seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut, dan lain-lain. Selain itu mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi pada aspek ekonomi.Tetapi tidak dapat dipungkiri disisi lain globalisasi dan teknologi bisa memberikan kesempatan istimewa untuk bangsa-bangsa yang kaya dengan budaya, kebudayaan kita akan tersebar ke luar batas negara dan memberikan pengaruh kepada dunia. Globalisasi juga membawa pengaruh positif terhadap kebudayaan indonesia. Yang mana, kita dapat meniru pola pikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin, serta iptek dari bangsa lain yang sudah maju. Dan dengan kemajuan teknologi dan komunikasi, kita akan lebih mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan dan kita juga akan lebih terpacu untuk meningkatkan kualitas diri. Maka dari itu kita sebagai generasi muda harus pandai-pandai menyaring dan menyeleksi arus globalisasi yang masuk ke Indonesisa agar tetap dapat sesuai dengan kebudayaan bangsa indonesia.5. Pancasila Sebagai Filter Nilai-Nilai Asing Di Era GlobalisasiPresiden Soekarno pada saat berpidato dalam sidangBadan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaaan Indonesia(BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945, pernah mengatakan mengenai pentingnya bangsa Indonesia memiliki sebuah philosofische gronslaagataufilosofi dasar yang memuat pandangan tentang dunia dan kehidupan (weltanschauung). Menurutnya dasar negara dan ideologi nasional tersebut, merupakan suatu hal yang abadi yang harus tetap dipertahankan selama berdirinya negara.

Ungkapan dari presiden pertama sekaligus proklamator Republik Indonesia tersebut, jelas memperlihatkan menganai pentingnya dasar negara dan ideologi nasional sebagai landasan berdiri dan tegaknya sebuah negara. Oleh sebab itu, perumusan dasar negara Indonesia dilakukan melalui penggalian yang mendalam terhadap pandangan hidup dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang mencerminankan nilai-nilai peradaban, kebudayaan, dan keluhuran budi yang mengakar dan teranyam dalam kehidupan bangsa Indonesia. Hal itu pulalah yang kemudian menjadi landasan dari lahirnya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia.

Pancasila lahir dari sebuah perjanjian luhur berdasarkan hasil musyawarah parafounding father(pendiri bangsa dan negara) Indonesiadalam sidang BPUPKI yang dilaksanakan selama dua kali masa persidangan, yaitu pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 dan 10-16 Juni 1945.Sejak pertama kali ditetapkan sebagai dasar negara oleh Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945, tepat satu hari setelah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekannya, Pancasila dianggap sebagaisublimasi dari pandangan hidup dan nilai-nilai budaya yang mampu menyatukan bangsa Indonesia dengan keberagaman suku, ras, bahasa, dan agama, sehingga keberadaannya dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun sosio-kultural. Moral dalam arti tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama yang berlaku di Indonesia, sosio-kultural berarti mencerminankan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, Pancasila kemudian menjadi norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara yang memiliki kedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum tertinggi, menjadi pandangan hidup bagi bangsa Indonesia, dan jiwa yang mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia.

Sebagai dasar negara, Pancasila menjadi norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara, sekaligus menjadi sumber dari segala sumber hukum yang menjadi cita-cita hukum (recht-idee) dan cita cita bersama (staats-idee) bangsa Indonesia. Sebagai Ideologi atau pandangan hidup, nilai-nilai Pancasila merupakan pedoman dan pegangan dalam pembangunan bangsa dan negara, agar tetap berdiri kokoh dan mengetahui arah dalam memecahkan berbagai masalah seperti ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial-budaya dan lain sebagainya. Sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia, sebab nilai dasarnya merupakan hasil kristalisasi dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia asli bukan diambil dari bangsa lain, yangmencerminkan garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.

Akan tetapi pertanyaan kemudian muncul, ketika Pancasila yang telah ditetapkan sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia didihadapkan pada banyaknya persoalan yang mendera bangsa Indonesia, terlebih dengan semakin cepatnya perkembangan zaman yang diimbangi oleh derasnya arus globalisasi.Pengaruh masuknya budaya asing di tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang dikuti tanpa adanya penyaringan kaidah, merupakan salah satu penyebab semakin terkikisnya nilai-nilai Pancasila dan rasa nasionalisme bangsa Indonesia.Pancasila seakan terlupakan sebagai sebuah dasar negara dan ideologi nasional yang seharusnya dijunjung tinggi oleh semua masyarakat Indonesia.

Permasalahan yang paling utama dihadapi oleh Pancasila terutama mengenai masalah penghayatan dan pengamalannya. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya tindakan dan perilaku masyarakat Indonesia yang jauh dari nilai-nilai yang mencerminkan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional bangsa Indonesia.Dari beberapa dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi yang tidak mencerminkan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, dapat kita lihat pada beberapa aktivitas kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Hal tersebut terlihat dari perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin modern dan konsumtif, pudarnya nilai-nilai gotong royong, munculnya sikap individualisme, dan terbentuknya sikap materialistis serta sekularisme.

Globalisasi seakan telah mampu menciptakan hubungan interpersonal masyarakat Indonesia menjadi lebih individualistik, mementingkan diri sendiri, dan pragmatis. Masyarakat kita kini cenderung pragmatis sebagai akibat dari pengaruh persoalan gaya hidup global yang sudah merasuk ke dalam kesadaran pola hidup mereka. Selain itu, pemahaman nasionalisme bangsa mulai berkurang, di saat negara membutuhkan soliditas dan persatuan hingga sikap gotong royong, sebagian kecil masyarakat terutama yang ada di perkotaan justru lebih mengutamakan kelompoknya, golonganya, bahkan negara lain dibandingkan kepentingan negaranya.

Globalisasi ibarat sebuah keniscayaan waktu yang mau tidak mau harus dihadapi oleh setiap negara manapun dibelahan bumi ini, tidak terkecuali oleh bangsa Indonesia. Ia mampu memberikan paksaan kepada setiap negara untuk membuka diri dalam segala bidang kehidupan, seperti ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, setiap negara dituntut untuk selalu lebih maju mengikuti setiap perkembangan demi perkembangan, yang terkadang jauh dari sebuah keteraturan. Pihak yang diuntungkan dalam situasi tersebut, tentunya adalah negara-negara maju yang memiliki tingkat kemapanan dan kemampuan yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang.

Di era globalisasi, dunia ibarat menjadi sebuah komunitas global yang hidup dan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, tidak memandang apakah negara tersebut maju atau berkembang, desa atau pun kota, semuanya akan saling berinteraksi. Selain itu, globalisasi mampu menciptakan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia. Akibatnya, tidak jarang banyak pengaruh yang masuk dari luar baik yang memiliki nilai positif maupun negatif. Perkembangan globalisasi, mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap nilai-nilai yang telah berkembang di masyarakat. Bahkan dalam konteks yang lebih luas, globalisasi mampu menghancurkan nilai-nilai yang telah ada di masyarakat, seperti nilai sosial-budaya, ideologi, agama, politik, dan ekonomi.

Bebarapa pengaruh yang muncul sebagai akibat dari globalisasi memang tidak secara langsung akan berpengaruh terhadap nasionalisme suatu bangsa. Akan tetapi, secara keseluruhan pengaruh globalisasi tersebut dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa dan negara menjadi berkurang atau hilang. Sebab, globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat secara global. Apa yang terjadi atau terdapat di luar negeri yang dianggap bagus, maka akan mampu memberi inspirasi dan aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Namun jika hal tersebut terjadi, maka akan menimbulkan suatu persoalan yang dilematis. Karena apa yang dinilai baik tersebut, belum tentu sesuai dengan nilai-nilai yang ada di Indonesia. Tetapi bila tidak dipenuhi, akan dianggap tidak aspiratif, atau ketinggalan zaman, yang pada akhirnya akan mampu mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional, bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Ada tiga unsur utama yang senantiasa bergerak dalam era globalisasi seperti sekarang ini, yaitu unsur manusia, unsur barang dan modal, serta informasi. Melalui ketiga gerak tersebut, apa yang terjadi pada dunia luar akan dapat kita ketahui. Rumah-rumah kita akan terbuka terhadap dunia luar secara keseluruhan melalui media-media seperti televisi, surat kabar, telepon, internet dan lain sebagainya. Akibatnya, kita tidak bisa tertutup lagi terhadap pengaruh yang datang dari luar. Sehingga mau tidak mau, mereka harus siap menerima segala hal baru yang masuk ke negaranya, termasuk bangsa Indonesia.

Berdasarkan beberapa fenomena tersebut, kita dapat melihat bahwa Pancasila seakan rapauh dalam kedudukannya sebagai dasar dan ideologi negara.Oleh sebab itu, memahami peran Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional di era globalisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya arus teknologi informasi, merupakan tuntutan yang hakiki dari setiap warga negara Indonesia agar memiliki pemahaman, persepsi, dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peran, serta fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Masuknya pengaruh budaya asing ke Indonesia melalui berbagai media seperti yang disebutkan di atas, tentunya akan sangat mempengaruhi perkembangan budaya di Indonesia, karena akan terjadi proses interaksi antara budaya Indonesia dengan budaya asing yang masuk. Proses interaksi yang terjadi tersebut pada hakekatnya merupakan sesuatu hal yang wajar dalam era globalisasi seperti sekarang ini, karena melalui interaksi dengan dunia luar kemajuan akan dapat diperoleh tergantung dari bagaimana kita menyikapinya.

Bangsa Indonesia seperti kita ketahui memiliki keanekaragaman budaya dengan keunikan serta ciri khas yang berbeda jika dibandingkan dengan budaya dari negara-negara lain.Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam tersebut, seharusnya dapat dijadikan sebagai suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk dapat kita pertahankan serta kita warisi kepada generasi selanjutnya.Akan tetapi,seiring dengan perkembangan zaman yang ditandai dengan semakin derasnya arus globalisasi, perlahan budaya asli Indonesia mulai terlupakan. Akibatnya, tidak jarang masyarakat kita khususnya kaum muda lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilainya lebih moderen (kekinian) dibandingkan dengan budaya lokal.

Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan pada masa sekarang ini, salah satu penyebabnya adalah karena masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing ke Indonesia sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Namun pada kenyataannya budaya asing mulai mendominasi sehingga budaya lokal perlahan mulai terlupakan. Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya pengajaran dan kesadaran dari masyarakat akan pentingnya peranan budaya lokal sebagai identitas budaya bangsa Indonesia.

Dalam kondisi seperti ini lah Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara bangsa Indonesia, memegang peranan penting untuk dapat menjadi filter (penyaring) nilai-nilai baru, sehingga mampu mempertahankan nilai budaya asli Indonesia di era globalisasi seperti sekarang ini. Pancasila akan memilah-milah nilai-nilai mana saja yang seyogyanya bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya akan tetap berada di bawah kepribadian bangsa Indonesia. Selain ituuntuk mangatasi dampak dari globalisasi, Pancasila juga seharusnya benar-benar dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia sebagai pandangan hidup yang harus tetap menjadi pijakan dalam bersikap.

Talcott Parsons seorang Sosiolog asal Amerika dalam bukunya yang berjudulSocial System(sistem sosial) mengatakan, jika suatu masyarakat ingin tetap eksis dan lestari, ada empat paradigma fungsi (function paradigm) yang harus terus dilaksanakan oleh masyarakat bersangkutan. Pertama,pattern maintenance(pola pemeliharaan), yaitu kemampuan memelihara sistem nilai budaya yang dianut dan berlaku di dalam masyarakat, karena budaya pada hakikatnya merupakan endapan dari perilaku manusia. Budaya masyarakat itu akan berubah karena terjadi transformasi nilai dari masyarakat terdahulu ke masyarakat baru atau pun karena masuknya pengaruh budaya dari luar, tetapi dengan tetap memelihara nilai-nilai yang dianggapnya luhur, budaya lama akan tetap bertahan meskipun akan terbentuk masyarakat baru yang lain.

Kedua, kemampuan masyarakat beradaptasi dengan dunia yang berubah dengan cepat. Sejarah membuktikan banyak peradaban masyarakat yang telah hilang karena tidak mampu beradaptasi dengan perubahan dunia. Pada hal menurut Talcott, masyarakat yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan serta mampu memanfaatkan peluang yang timbul, maka dialah yang akan unggul.

Ketiga, adanya fungsi integrasi dari unsur-unsur masyarakat yang beragam secara terus-menerus, sehingga terbentuk kekuatan sentripetal yang akan kian menyatukan masyarakat itu. Artinya, sebuah sistem yang ada di dalam masyarakat, harus mampu mengatur dan menjaga antar hubunganbagian-bagian yang menjadi komponennya.Keempat, masyarakat perlu memilikigoal attainmentatau tujuan bersama yang dari masa ke masa bertransformasi karena terus diperbaiki oleh dinamika masyarakatnya dan oleh para pemimpinnya. Jika negara kebangsaan Indonesia terbentuk oleh kesamaan sejarah masa lalu, maka ke depan perlu lebih dimantapkan lagi oleh kesamaan cita-cita, pandangan hidup, harapan, dan tujuan tentang masa depannya.

Dalam perspektif negara-bangsa, empat paradigm fungsi yang dikemukakan oleh Parson tersebut setidaknya perlu diterapkan oleh masyarakat Indonesia, terutama untuk menjaga nilai-nilai Pancasila agar dapat tetap hidup dan berkembang dalam kedudukannya sebagai dasar negara dan ideologi nasional bangsa Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai-nilai Pancasila seakan terlupakan sebagai sebuah dasar negara dan ideologi nasional yang seharusnya dijunjung tinggi oleh semua masyarakat Indonesia, terlebih dengan semakin cepatnya perkembangan zaman yang diimbangi oleh derasnya arus globalisasi dan masuknya budaya asing. Oleh sebab itu, agar Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa tetap mempunyai semangat untuk diperjuangkan, kita perlu menerima kenyataan jika Pancasila belum dapatdijadikan sebagai pijakan dalam bersikapoleh semua pihak. Pancasila perlu disosialisasikan agar benar-benar dipahami oleh masyarakat Indonesia khususnya kaum muda sebagai landasan filosofis bangsa Indonesia dalam mempertahankan eksistensi dan mengembangkan dirinya menjadi bangsa yang sejahtera dan modern.

Sebagai dasar negara, Pancasila harus benar-benar dijadikan sebagai acuan dasar hukum dan dasar moral dalam penyelenggaraan bernegara. Sebagai ideologi atau pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila perlu benar-benar di hayati sebagai suatu sistem nilai yang dipilih dan didianut oleh bangsa Indonesia karena kebaikan, kebenaran, keindahan dan manfaatnya bagi bangsa Indonesia, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari yang pengamalannya bersifat subjektif, artinya tergantung kepada individu yang bersangkutan. Karenaberbagai tantangan yang dihadapi dalam menjalankan ideologi Pancasila, sejatinya tidak akan mampu untuk menggantikankan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, Pancasila harus terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia, karena Pancasila merupakan nyawa yang telah tertanam sejak bangsa dan negara Indonesia lahir.

Tantangan pada era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi budaya dan kepribadian bangsa Indonesia seperti sekarang ini, harus ditangkal melalui nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sebagai sebuah dasar negara dan ideologi nasional bangsa Indonesia. Meskipun perkembangan zaman berkembang dengan sangat cepat, tetapi perlu diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tidak harus kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang memiliki nilai-nilai peradaban, kebudayaan, dan keluhuran budi yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur Pancasila. Oleh karena itu, tantangannya yang sebenarnya dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam era globalisasi ini adalah menyiapkan secara matang generasi muda penerus bangsa agar arah dari pembangunan Indonesia dapat berjalan dengan baik. Salah satu caranya adalah melalui pendidikan yang lebih menekankan pada nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila.

Seperti kita ketahui, pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan karakter manusia dan faktor terpenting dalam menjaga keberlangsungan hidup bangsa dan negara. Melaluipendidikan yang lebih menekankan pada nilai-nilai Pancasila, diharapkan hal tersebut akan dapat menjadi solusi yang mampumengeremdan mengurangi dampak negatif dari globalisasi. Sehingga kedepannya diharapkan akan tertanam ideologi dan identitas bangsa yang mampu menghasilkan manusia dengan sikap dan perilaku yangberiman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berkemanusiaan yang adil dan beradab, mendukung persatuan bangsa Indonesia, mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan individu/golongan, serta mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan sosial di dalammasyarakat,sehingga Indonesia ke depannya dapat menjadi negara yang memiliki kepribadian yang baik dan berkarakter.

Salah satu bentuk pendidikan yang dapat diterapkan adalah pendidikan moral Pancasila. Pendidikan moralPancasila dapat dijadikan sebagai dasar dan arahan dalam upaya mengatasi krisis dan disintegrasi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada era globalisasi sekarang ini. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya menjaga nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Oleh sebab itu, perlu dipersiapkan lahirnya generasi-generasi yang sadar dan terdidik berdasarkan nilai-nilai moral yang ada pada Pancasila. Sadar dalam arti generasi yang hati nuraninya selalu merasa terpanggil untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila, terdidik dalam arti generasi yang mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai sarana pengabdian kepada bangsa dan negara. Dengan demikian akan muncul generasi-generasi yang mempunyai ide-ide segar dalam mengembangkan Pancasila. Sehinggadari sini lah diharapkan akan tercipta generasi penerus bangsa yang akan mampu membangun bangsa Indonesia menuju kesejahteraan.

Oleh karena itu, kita harus sadar akan pentingnya menanam dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Sehingga padaakhirnya, masyarakat dan bangsa Indonesia dapat menjaga keharmonisan dan kelangsungan hidup bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu dan berkedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila, serta penuh spirit Pancasila untuk mewujudkan bangsa yang sejahtera, adil dan makmur di masa mendatang.Melalui pemahaman makna Pancasila yang dikembangkan dengan penuh semangat dan keyakinan, maka bangsa Indonesia akan mampu menjaga dan mengembangkan nilai-nilai sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya yang serba pluralistik pada era globalisasi seperti sekarang ini. Tetap melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional, sebagaimana yang telah dirintis oleh para pendahulu kita dan merupakan suatu kawajiban etis dan moral yang harus tetap dilestarikan oleh generasi-generasi berikutnya, sehingga apa pun tantangan yangakan dihadapi, bangsa Indonesia tidak akan pernah kehilangan jatidirinya sebagai bangsa yang memiliki nilai-nilai peradaban, kebudayaan, dan keluhuran budi.

Pancasila merupakan sebuah kekuatan ide yang berakar dari bumi Indonesia untuk menghadapi nilai-nilai dari luar, sebagai sistem syaraf atau filter terhadap berbagai pengaruh yang datang dari luar. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila akan dapat membangun sistem dalam masyarakat kita, untuk menghadapi ancaman kekuatan yang datang dari luar sekaligus menyeleksi hal-hal baik untuk diserap. Melalui Pancasila, moral sosial, toleransi, dan kemanusiaan, bahkan juga demokrasi bangsa ini dibentuk. Untuk itu Pancasila harus bisa kita telaah secara analitis dengan kekayaan nilainya yang selayaknya digali, diperdalam, lalu dikontekstualisasikan lagi pada perkembangan situasi yang kita hadapi. Karena Pancasila tidak akan memiliki makna tanpa pengamalan. Pancasila bukan sekedar simbol persatuan dan kebanggaan bangsa. Tetapi, Pancasila adalah acuan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia.

Dalam pergaulan dunia yang kian global, tidak ada alasan untuk bangsa Indonesia menutup diri rapat-rapat dari dunia luar, karena jika hal itu terjadi bisa dipastikan bangsa Indonesia akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan dari bangsa-bangsa lain. Maka dari itu, yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia saja yang terserap, dengan tetap menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya sendiri. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi dapat merusak tata nilai budaya nasional bangsa Indonesia harus ditolak dengan tegas.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa globalisasi bukan menjadi alasan hancurnya nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang terkandung di dalam Pancasila. Bahkan sebaliknya, jika di era globalisasi bangsa kita mampu menyelaraskan pengaruh yang datang dari luar dengan tetap mendasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila, maka hal tersebut akan mampu memperkuat jati diri bangsa Indonesia di era yang serba moderen ini. Globalisasi bukan semata-mata menelan budaya Barat secara mentah-mentah. Akan tetapi sebaliknya, globalisasi yang berarti hilangnya batas-batas antarnegara dapat dijadikan sebagai ajang promosi budaya luhur yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Globalisasi telah memberikan tantangan baru yang mau tidak mau harus di hadapi dan di sikapi oleh semua elemen masyarakat. Era keterbukaan sudah mulai mengakar kuat di era globalisasi seperti sekarang ini, sehingga identitas nasional adalah salah satu bagian mutlak yang harus dipegang agar tidak hilang dan terbawa arus globalisasi. Untuk dapat mangatasi dampak-dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari globalisasi tersebut, maka Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara harus tetap menjadi pijakan dalam bersikap. Karena Pancasila yang dijadikan sebagai dasar negara dan ideologi nasional bangsa Indonesia, memiliki posisi yang abadi di dalam jiwa bangsa Indonesia.

Pancasila akan mampu menyaring segala pengaruh yang datang dari luar sebagai akibat dari globalisasi, untuk kemudian dipilih mana yang baik dan mana yang buruk yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Sehingga apa pun tantangan yang akan dihadapi, bangsa Indonesia tidak akan pernah kehilangan jatidirinya sebagai bangsa yang memiliki nilai-nilai peradaban, kebudayaan, dan keluhuran budi. Oleh sebab itu, dengan memaknai dan mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional bangsa Indonesia, diharapkan hal tersebut akan dapat membuat generasi muda dan generasi-generasi selanjutnya menjadi lebih memiliki dan mencintai budaya dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Karena para generasi muda lah yang kelak akan menjadi pemegang kendali kemana arah tujuan bangsa Indonesia kedepannya, sehingga bangsa Indonesia bisa terus berkembang dan dipandang sebagai sebuah negara maju yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila. Karena pada dasarnyaPancasila merupakan sumber nilai, azas, kerangka berpikir, orientasi dasar, arah dan tujuan dari suatu perubahan masyarakat Indonesia menuju kemajuan dan kehidupanyang lebih baik.

6. Melestarikan Budaya Indonesia Di Era Globalisasi

Nilai budaya yang dimiliki oleh setiap masyarakat memiliki kekayaan yang begitu besar nilainya, akan tetapi seiring perkembangan zaman upaya pelstariannyapun mulai luntur yang dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun faktor internal masyarakat itu sendiri, Coba berikan argumentasi saudara disertai dengan bukti yang kongkrit uapaya apa saja yang bisa dilakukan oleh kaum generasi muda saat ini terutama dalam melestarikan dan menjaga eksistensi nilai budaya itu agar tidak luntur!

Pelestarian adalah suatu proses atau tehnik yang didasarkan pada kebutuhan individu itu sendiri. Kelestarian tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu harus dikembangkan pula. Melestarikan suatu kebudayaan pun dengan cara mendalami atau paling tidak mengetahui tentang budaya itu sendiri. Mempertahankan nilai budaya,salah satunya dengan mengembangkan seni budaya tersebut disertai dengan keadaaan yang kita alami sekarang ini. Yang bertujuan untuk menguatkan nilai-nilai budayanya.

Sebagai warga negara Indonesia,kita wajib melestarikan budaya-budaya negara kita sendiri agar tidak luntur atau hilang. Contohnya seperti tarian,makanan khas,baju daerah,dan sebagainya. Karena budaya yang kita punya dapat mencerminkan kepribadian bangsa kita yaitu Indonesia. Walaupun Indonesia memiliki berbagai macam suku dan adat tetapi tetap saja itu semua merupakan satu bagian dari kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.Upaya melestarikan budaya antara lain :

1.Paling tidak kita mengetahui tentang budaya jaman dahulu didaerah kita sendiri.

2.Kemudian mendalami kebudayaan itu.Setelah itu kita wajib memperkenalkan kepada orang lain atau yang belum tahu tentang kebudayaan tersebut syukur-syukur sampai ke negara lain.

3.Membiasakan hal-hal atau kegiatan yang dapat melestarikan budaya seperti memakai batik atau bahkan belajar membuat batik,karena pelestarian bisa terjadi karena kita telah terbiasa dengan kebudayaan tersebut.

Kebudayaan Lokal Indonesia adalah semua budaya yang terdapat di Indonesia yaitu segala puncak-puncak dan sari-sari kebudayaan yang bernilai di seluruh kepulauan indonesia, baik yang ada sejak lama maupun ciptaan baru yang berjiwa nasional. Peranan budaya lokal ini mempunyai peranan yang penting dalam memperkokoh ketahanan budaya bangsa, oleh karena itu Pemerintah Daerah dituntut untuk bergerak lebih aktif melakukan pengelolaan kekayaan budaya, karena budaya tumbuh dan kembang pada ranah masyarakat pendukungnya. Disamping itu, bagi pemerintah pusat, Lembaga Swadaya Masyarakat, masyarakat sendiri, dan elemen lainnya haruslah menyokong atas keberlangsungan dalam pengelolaan kekayaan budaya kedepan.

Kegiatan melaksanakan pengelolaan kebudayaan meliputi :

1.perlindungan; merawat, memelihara asset budaya agar tidak punah dan rusak disebabkan oleh manusia dan alam.

2.pengembangan; melaksanakan penelitian, kajian laporan, pendalaman teori kebudayaan dan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung dalam penelitian.

3.pemanfaatan; melaksanakan kegiatan pengemasan produk, bimbingan dan penyuluhan, kegiatan festival dan penyebaran informasi.

4.pendokumentasian; melaksanakan kegiatan pembuatan laporan berupa narasi yang dilengkapi dengan foto dan audio visual. Pengelolaan kekayaan budaya sebetulnya merupakan cara kita bagaimana budaya itu bisa kita pahami, kita lindungi dan lestarikan agar dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa. Hal ini terkait dengan citra, harkat, dan martabat bangsa. Ketika pengelolaan kekayaan budaya dikelola dengan baik, maka akan muncul suatu keterjaminan, kelestarian dan Kekokohan akan budaya bangsa kita

Agar tercipta apa yang dinamakanmelek budaya,[7]kita mestinya mengupayakan rekosntruksi kebudayaan Indonesia dengan menimbang beberapa hal;Pertama,meneliti dengan seksama gagasan-gagasan para pemikir kebudayaan Indonesia sejak sebelum kemerdekaan.Kedua,meneliti politik kebudayaan setiap rezim pemerintahan yang berkuasa di Indonesia, sejak semula kemerdekaan, Orde lama, Orde baru dan zaman reformasi yang meliputi konsepsi kebudayaan apa, konstruk kebudayaan seperti apa, oleh siapa, strategi kebudayaan macam apa saja yang digunakan, rancang proyeksi kebudayaan Indonesia yang bagaimana, sehingga sekarang kita perlu merekonstruksi.Ketiga,meneliti secara seksama nilai-nilai asli yang ada di masyarakat dan perubahan-perubahan pada masyarakat.Keempat,posisi Indonesia di tengah-tengah kepungan arus besar globalisasi dan ragam kuasa kebudayaan dunia.[8]C.KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah, apapun konsepsi tentang perubahan, rekonstruksi kebudayaan Indonesia yang ditawarkan, apakah jawaban-jawaban kita untuk merekonstruksi kebudayaan nantinya secara riil benar-benar tepat, relevan, fungsional dan efektif terhadap masalah-masalah kita? Tugas para budayawan, intelektual adalah melakukan penelitian, lewat ragam cara, persfektif, pisau analisis dan formulasi, sosialisasi, gerak politis sosio-kultur, lalu merekomendasikan hasilnya kepada pemerintah, pemilik kekuasaan danpolitical will.

DAFTAR PUSTAKA

Berger, Asa, Artur. 2000.Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontempore.Yogyakarta: Tiara Wacana.

Poespawardojo, Soerjanto. 1993.Strategi Kebudayaan; Suatu Pendekatan Filosofis.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Karim, Abdul, Sukandi. 1999.Sang Pujangga; 70 Tahun Polemik KebudayaanMenyongsong Satu Abad S. Takdir Alisyahbana.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. http://af008.wordpress.com/budaya-indonesia-di-tengah-arus-globalisasi/

[1]Sukandi Abdul Karim,Sang Pujangga; 70 Tahun Polemik Kebudayaan Menyongsong Satu Abad S. Takdir Alisyahbana,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hal 5-7.

[2]Artur Asa Berger,Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer,(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000), hal 1-5.

[3]Soerjanto Poespawardojo,Strategi Kebudayaan; Suatu Pendekatan Filosofis,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), hal 87-90.

[4]Ibid. hal 105-110.

[5]Sukandi Abdul Karim,Op.Cit., hal 336-337.

[6]Soerjanto Poespawardojo,Op.Cit.,hal 63-65.

[7]Artur Asa Berger,Op.Cit., hal.205-207.

[8]Sukandi Abdul Karim,Op.Cit., hal xix-xx.