23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Setiap orang pasti ingin mendapat nilai yang baik dalam ujian, dan sudah tentu berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Masalah menyontek selalu terkait dengan tes atau ujian. Banyak orang beranggapan menyontek sebagai masalah yang biasa saja, namun ada juga yang memandang serius masalah ini. Fenomena ini sering terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah atau madrasah, tetapi jarang kita dengar masalah menyontek dibahas dalam tingkatan atas, cukup diselesaikan oleh guru atau paling tinggi pada tingkat pimpinan sekolah atau madrasah itu sendiri. Sudah dimaklumi bahwa orientasi belajar siswa-siswi di sekolah hanya untuk mendapatkan nilai tinggi dan lulus ujian, lebih banyak kemampuan kognitif dari afektif dan psikomotor, inilah yang membuat mereka mengambil jalan pintas, tidak jujur dalam ujian atau melakukan praktek menyontek. Menyontek adalah kebiasaan yang sering terjadi di seluruh penjuru dunia. Baik di Indonesia atau di

budaya menyontek di indonesia

  • Upload
    def

  • View
    2.085

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: budaya menyontek di indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

mahasiswa. Setiap orang pasti ingin mendapat nilai yang baik dalam ujian, dan

sudah tentu berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Masalah

menyontek selalu terkait dengan tes atau ujian. Banyak orang beranggapan

menyontek sebagai masalah yang biasa saja, namun ada juga yang memandang

serius masalah ini. Fenomena ini sering terjadi dalam kegiatan belajar mengajar

di sekolah atau madrasah, tetapi jarang kita dengar masalah menyontek dibahas

dalam tingkatan atas, cukup diselesaikan oleh guru atau paling tinggi pada

tingkat pimpinan sekolah atau madrasah itu sendiri. Sudah dimaklumi bahwa

orientasi belajar siswa-siswi di sekolah hanya untuk mendapatkan nilai tinggi dan

lulus ujian, lebih banyak kemampuan kognitif dari afektif dan psikomotor, inilah

yang membuat mereka mengambil jalan pintas, tidak jujur dalam ujian atau

melakukan praktek menyontek.

Menyontek adalah kebiasaan yang sering terjadi di seluruh penjuru dunia.

Baik di Indonesia atau di negara belahan dunia manapun akan terjadi. Tidak

hanya anak-anak, mahasiswa bahkan pendidikan S2 dan S3 sering diwarnai

budaya seperti ini.. Budaya menyontek yang mewarnai kehidupan siswa maupun

mahasiswa harus dihapuskan. Sebab, menyontek merupakan manifestasi

ketidakjujuran, yang pada akhirnya memunculkan perilaku moral dan tanggung

jawab yang tdak bagus. Jika budaya menyontek tidak diberantas, sekolah dan

kampus menjadi bagian dari ”pembibitan” moral yang dekstruktif di Indonesia.

Kejujuran merupakan ”barang langka” di Indonesia kini. Banyak orang pintar

yang lulus perguruan tinggi, tapi sangat langka orang pintar yang jujur. Di

sejumlah kasus permasalahan bangsa seperti korupsi, ternyata pelakunya adalah

orang intelektual yang terpandang dari segi kecendekiawanannya.

Page 2: budaya menyontek di indonesia

2

Semaraknya perilaku menyontek telah menyulitkan guru mengukur tingkat

keberhasilan pendidikan. Menyontek berakibat sulitnya mengukur kadar

kesuksesan proses belajar-mengajar.

Perilaku menyontek yang dilakukan siswa atau mahasiswa, merupakan

perbuatan membohongi diri sendiri. Jika dibiarkan, maka banyak pihak yang

dirugikan. Rekan yang disontek tentunya telah ”terampas” keadilan dan

kemampuannya. Ketika siswa yang disontek belajar siang malam, tetapi

penyontek yang suka hura-hura dengan gampangnya mencuri hasil kerja keras

temannya.

Menyontek akan menghilangkan rasa percaya diri siswa. Bila kebiasaan

tersebut berlanjut maka percaya diri akan kemampuan diri luntur sehingga

semangat belajar jadi hilang. Siswa akan terkungkung oleh pendapatnya sendiri,

yang merasuki alam pikirnya bahwa untuk pintar tidak bisa dengan belajar, tapi

menyontek.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah,

yaitu:

1. Apa pengertian menyontek?

2. Apa saja yang termasuk kategori menyontek?

3. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan siswa menyontek?

4. Bagaimanakah cara mengatasi agar siswa tidak menyontek?

5. Apa beda menyontek di Indonesia dengan di luar negeri?

6. Apakah ada hubungan antara menyontek dengan korupsi?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu kita bisa mengetahui tentang

pengertian menyontek, kategori menyontek, faktor-faktor yang menyebabkan

siswa menyontek, cara mengatasi agar siswa tidak menyontek, beda

1

Page 3: budaya menyontek di indonesia

3

menyontek di Indonesia dengan di luar negeri, dan hubungan antara

menyontek dengan korupsi.

Page 4: budaya menyontek di indonesia

4

BAB II

ISI

A. Pengertian Menyontek

Menyontek atau menjiplak atau ngepek menurut Kamus Bahasa Indonesia

karangan W.J.S. Purwadarminta adalah mencontoh, meniru, atau mengutip

tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya.

Dalam artikel yang ditulis oleh Alhadza (2004) kata menyontek sama

dengan cheating. Beliau mengutip pendapat Bower (1964) yang mengatakan

cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk

tujuan yang sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau

menghindari kegagalan akademis. Sedang menurut Deighton (1971), cheating

adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan

cara-cara yang tidak fair (tidak jujur).

Menurut Suparno (2000). Segala sistem dan taktik penyontekan sudah

dikenal siswa. Sistem suap agar mendapat nilai baik, juga membayar guru agar

membocorkan soal ulangan, sudah menjadi praktik biasa dalam dunia pendidikan

di Indonesia.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa menyontek adalah suatu perbuatan atau

cara-cara yang tidak jujur, curang, dan menghalalkan segala cara untuk mencapai

nilai yang terbaik dalam ulangan atau ujian pada setiap mata pelajaran.

B. Kategori Menyontek

Menyontek dapat dikatagorikan dalam dua bagian yaitu pertama

menyontek dengan usaha sendiri dan kedua dengan kerjasama. Usaha sendiri

disini adalah dengan membuat catatan sendiri, buka buku, dengan alat bantu lain

seperti membuat coretan-coretan di kertas kecil, rumus di tangan, di kerah baju,

bisa juga dengan mencuri jawaban teman. Kerjasama dengan teman dengan cara

4

Page 5: budaya menyontek di indonesia

5

membuat kesepakatan terlebih dahulu dan membuat kode-kode tertentu atau

meminta jawaban kepada teman.

Dalam makalah yang ditulis Alhadza (2004) yang termasuk dalam kategori

menyontek antara lain adalah meniru pekerjaan teman, bertanya langsung pada

teman ketika sedang mengerjakan tes/ujian, membawa catatan pada kertas, pada

anggota badan atau pada pakaian masuk ke ruang ujian, menerima dropping

jawaban dari pihak luar, mencari bocoran soal, arisan (saling tukar) mengerjakan

tugas dengan teman, menyuruh atau meminta bantuan orang lain dalam

menyelesaikan tugas ujian di kelas atau tugas penulisan paper dan take home test.

C. Faktor-faktor yang Menyebabkan Siswa Menyontek

1. Faktor siswa :

a. Siswa yang sudah memliki kebiasaan

Siswa yang sudah terbiasa menyontek akan mengentengkan materi

pelajaran, karena dia menganggap walaupun tidak belajar mereka juga

dapat memperoleh nilai yang baik dengan menyontek atau umumnyab

mencari jalan pintas supaya nilai mereka memuaskan.

b. Siswa yang tidak belajar atau malas belajar

Siswa kebanyakan malas belajar karena terlalu asik dengan kegiatan

mereka yang lain. Apalagi, pada zaman seperti ini, teknologi semakin maju

dan membuat mereka sibuk akan kemajuan teknologi itu sendiri dan

melupakan kewajiban mereka. Ada juga yang merasa ketinggalan zaman

bila tidak mengikuti perkembangan yang ada.

c. Siswa yang kurang percaya diri

Kebanyakan, para siswa merasa kurang percaya diri akan kemampuan

dirinya sendiri. Mereka juga berpikir bahwa jawabannya itu kurang tepat

dan merasa ragu-ragu dengan jawabannya itu. Hal ini juga bisa

dikarenakan kurangnya siswa memahami materi pelajaran.

Page 6: budaya menyontek di indonesia

6

d. Siswa memiliki teman untuk berbagi jawaban.

Mempunyai teman untuk berbagi jawaban merupakan hal yang dibutuhkan

oleh para siswa. Kebiasaan ini dilakukan karena menjadi sesuatu hal yang

sudah menjadi tradisi di kalangan siswa siswi jaman sekarang.

e. Siswa yang terlalu mengandalkan teman.

Siswa yang menyontek biasanya teralu menganggap bahwa jawaban

temannya selalu benar. Padahal itu belum tentu.

2. Faktor Guru :

a. Guru yang kurang tegas pada murid.

Hal ini membuat siswa akan menganggap remeh sang guru dan dia akan

merasa bahwa dia bebas menyontek dari temannya dan mengira gurunya

tida akan menghukum atau memberi sanksi.

b. Guru yang mematok nilai tinggi.

Ini akan membuat siswa merasa tertekan dan akan berusaha menghalalkan

segala cara untuk mendapat nilai yang menjadi titik aman atau diatas

patokan nilai yang ditetapkan sang guru.

c. Guru yang memanjakan murid.

Hal ini juga akan membuat siswa akan menganggap remeh sang guru

karena ia mengira gurunya akan memanjakannya dan tidak akan

melakukan apa-apa atas apa yang ia lakukan.

d. Guru yang dalam menyampaikan materi kurang jelas.

Guru yang dalam mengajar kurang jelas akan membuat siswa-siswinya

kurang paham dan kurang mendalami materi yang dijelaskan sang guru.

Sehingga saat ulangan sang siswa kebingungan pada materi yang diujikan

dan mengambil jalan pintas yang lebih mudah dan praktis daripada belajar,

yaitu menyontek jawaban temannya.

Page 7: budaya menyontek di indonesia

7

3. Faktor Materi Pelajaran :

a. Belum tuntasnya materi pelajaran.

Belum terselesainya materi pelajaran merupakan salah satu faktor yang

nantinya,beum tuntasnya materi pelajaran membuat siswa tidak mengerti

bahan yang nantinya diujikan

b. Jumlah materi terlalu banyak.

Faktor ini tak kalah pentingnya dengan faktorpertama,jika jumlah materi

yang diujikan terlalu banyak maka siswa juga akan merasa terbebani

dengan itu,tak heran beberapa siswa memilih membuat kepekan,untuk

mempermudah proses menjawab soal

4. Faktor Penilaian :

a. Standart nilai yang terlalu tinggi.

Standart nilai yang terlalu tinggi juga menyebabkan siswa melakukan aksi

menyontek untuk mendapat nilai yang maksimum.

b. Perbedaan skor tiap soal.

Tak jarang soal yang lebih sulit adalah soal yang memiliki skor yang cukup

banyak,sangat menggiurkan bagi siswa,dan jika pada soal tersebut salah

maka tak heran nantinya kalau sang siswa mendapat nilai yang kurang

memuaskan.

5. Faktor Orang Tua :

a. Kurangnya pengawasan orang tua.

Orang tua yang terlalu yakin dan percaya akan anaknya, membuat orang

tua jarang mengawasi anaknya dalam belajar. Sehingga anaknya dapat

menyalahgunakan kepercayaan orang tuanya.

b. Terlalu menuntut anak.

Kebanyakan, orang tua terlalu menuntut anaknya untuk mendapat nilai

yang bagus. Bisa karena orang tua gengsi, atau sebagainya. Tapi orang tua

tersebut tidak pernah mencoba untuk membimbing anaknya dalam belajar.

Page 8: budaya menyontek di indonesia

8

Sehingga anaknya merasa tertekan dan akhirnya menggunakan segala cara

untuk memenuhi target nilai orang tua.

c. Kurangnya kepedulian orang tua.

Umumnya orang tua memiliki kesibukan masing-masing dengan karirnya.

Sehingga orang tua jarang mengawasi perilaku dan kebiasaan anaknya.

Dan akhirnya anaknya pun tidak peduli dengan nilainya, karena orang tua

itu sendiri juga tidak peduli dengan nilai anaknya.

d. Kurangnya prinsip kejujuran dalam keluarga.

Prinsip kejujuran dalam keluarga sebenarnya sudah ditanamkan, namun

terkadang dalam kenyataannya orang tua melanggar prinsip tersebut. Hal

ini menyebabkan tertanamnya prinsip kejujuran dalam diri anak berkurang.

Sehingga anak menjadi meremehkan prinsip kejujuran itu sendiri.

(Harsono, 2007: 87).

D. Cara Mengatasi Agar Siswa Tidak Menyontek

Untuk menghilangkan kebiasaan menyontek memang sulit, karena :

1. sudah terbentuk dari perilaku yang berlangsung lama

2. kepercayaan diri yang ngedrop, jadi meskipun sudah belajar kalau tidak

nyontek teman kurang pas rasanya

3. perilaku instan, mungkin karena sering mengalami dan melihat hal-hal yang

instan

4. kerjasama yang salah pengertian, jadi salah juga dalam penerapan

5. tidak menyadari apa artinya ilmu bermafaat

6. terlalu mementingkan nilai formalitas yang tertulis di ijazah atau buku raport

dibandingkan ilmu yang seharusnya dikuasai

7. merupakan gambaran dari mental cengeng dan ingin enaknya saja

8. didukung lingkungan, dengan pengawasan yang longgar saat ujian

memotivasi peserta sharing jawaban

Page 9: budaya menyontek di indonesia

9

9. belum merasakan akibat dari kebiasaan menyontek, ini dilontarkan oleh

alumni yang sudah merasakan sulitnya mempelajari ilmu lebih lanjut tanpa

modal kemampuan awal yang memadai.

Budaya menyontek memang sudah mendarah daging di Indonesia. Jadi, perlu

penanganan dari semua pihak untuk mengatasinya.

- Pertama dari pihak pengajar atau guru, harus bertidak tegas saat ujian

dengan cara benar-benar mengawasi murid-muridnya saat ujian serta

memberikan sangsi yang benar-benar tegas dan membuat jera baik kepada

yang mencontek dan yang memberikan contekan

- Lebih sering mengadakan ujian lisan. dengan begitu murid-murid tidak

punya pilihan lain selain belajar dan percaya pada diri sendiri. Mungkin

dengan begitu lama kelamaan para murid jadi lebih terbiasa untuk percaya

pada dirinya sendiri.

- Untuk para murid, jangan takut melaporkan kecurangan yang dilakukan oleh

teman. Karena ada beberapa murid yang tidak mau melaporkan temannya

yang mencontek karena alasan solidaritas dan sebagainya.

- Untuk orang tua dan guru, harus menanamkan sikap jujur dan percaya diri

sejak dini kepada anak. Tetapi bukan cuma sekedar teori, tetapi juga

menunjukkan teladan atau contoh yang baik.

Budaya tersebut bisa dihilangkan dengan berbagai cara seperti :

1. Harus percaya diri saat mengerjakan soal-soal

2. membiasakan membaca doa terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal

3. Konsen / focus terhadap soal

4. biasakanlah mengerjakan yang mudah dulu kemudian yang sulit

5. terus optimis (http://tunggulsma1.blogspot.com/2008/11/cara- mengatasi-wabah-

menyontek.html).

Page 10: budaya menyontek di indonesia

10

E. Beda Menyontek di Indonesia dengan di Luar Negeri

Pernah ada suatu kasus di negara Jepang, seorang pelajar mencontek ketika

ujian untuk masuk universitas. Hal itu diketahui saat pelajar itu sudah resmi

diterima sebagai mahasiswa di sana. Berita itu langsung menyebar luas dan

masuk surat kabar. Pelajar tersebut dikeluarkan dari universitasnya secara tidak

hormat dan menderita rasa malu yang sangat. 

Ada juga kasus lain, ini terjadi di Indonesia. Waktu terjadinya ketika akan

diadakan ujian tingkat Nasional bagi kelas 3 SMA. Departemen Pendidikan

memberikan standar yang dianggap terlalu tinggi bagi hasil ujian akhir, sehingga

standar untuk lulus menjadi demikian sulit. Akhirnya, diambillah jalan pintas

oleh pihak sekolah untuk membiarkan muridnya mencontek di saat UAN agar

dapat mencapai hasil sesuai target kelulusan. Bahkan, secara sengaja dan terang-

terangan pengawas keluar di waktu ujian agar siswa bisa saling menyontek dan

bertanya pada teman-temannya. Ironis, bukan?

Kita bisa melihat dua kasus yang serupa, tetapi tidak sama ini. Di negara

Jepang, menyontek untuk lulus ujian malah memberi efek malu dan sanksi sosial

yang luar biasa sampai-sampai si pelajar dikeluarkan. Di Indonesia, mencontek

menjadi solusi agar bisa lulus dari ujian yang dianggap "neraka". Bahkan, untuk

memberikan citra baik, sekolah pun memfasilitasi mencontek sehingga terlihat

hal itu menjadi boleh, bahkan wajib kalau kepepet. Wah, sungguh mengerikan. 

Contoh lainnya yaitu yang terjadi di Monash University, Amerika. Di

kampus ini budaya anti menyontek menjadi prinsip utama para mahasiswanya.

“Dalam sejarah program pasca sarjana di Monash, hanya terjadi satu kasus

menyontek. Ternyata mahasiswa yang menyontek itu berasal dari Indonesia.”

Sebagai hukumannya, mahasiswa program magister asal Indonesia itu

dikeluarkan secara tidak terhormat dari Monash University. Sungguh

memalukan.

(http://aneh22.blogspot.com/2009/03/menyontek-perilaku-yang-menyebalkan.html)

Page 11: budaya menyontek di indonesia

11

Bandingkan pula dengan yang terjadi di Indonesia. Kalau diperhatikan

sejak Ujian Nasional sebagai faktor penentu kelulusan seorang siswa dari sekolah

yang ditetapkan oleh pemerintah, terjadi banyak kasus yang mana guru menjadi

‘tim sukses’. Mereka sebagai pengawas ujian, bukannya mengawasi jalannya

ujian agar berjalan tertib dan aman, tetapi malahan memberikan jawaban kepada

para peserta. Antarpengawas terjadi pemahaman TST (tahu sama tahu). Mengapa

itu mereka lakukan? Banyak pihak beralasan; agar siswanya lulus ujian, karena

kalau tidak dibantu akan banyak yang tidak lulus. Akibatnya, reputasi sekolahnya

pun bisa hancur. Lebih-lebih sekolah swasta yang kualitasnya biasa saja (standar)

yang mana mati hidupnya sangat bergantung pada penerimaan jumlah siswanya.

Dalam kasus ini sebenarnya seperti melihat lingkaran setan. Karena,

banyak pihak menyatakan guru ditekan oleh kepala sekolah. Sedangkan kepala

sekolah mengaku ditekan oleh ketua yayasan atau atasan langsungnya, seperti

kepala dinas pendidikan atau kepala kantor cabang departemen yang ada di

kabupaten yang menangani pendidikan. Dalam kasus ini, menyontek justru

terjadi secara massif, dan bahkan ‘semi legal’, karena justru disponsori oleh para

pengawas itu sendiri.

Ketika standar nilai yang ditetapkan pemerintah terlalu tinggi dijadikan

sebagai alasan dan pembenaran memberikan sontekan—yang dalam pandangan

saya standar tersebut masih terlalu rendah—maka mestinya standar itu ditetapkan

lebih tinggi lagi. Katakanlah standar nilai dengan skala 0-10, maka yang lulus

ujian adalah mereka yang mendapatkan nilai 75 persen atau 7,5. Seandainya

mereka menganggap musthail, pertanyaan yang mestinya ditujukan pada

pengelola sekolah adalah, “Selama ini mereka ngapain aja? Mengapa siswa

belajar tiga tahun sampai tidak siap menghadapi soal ujian nasional? Yang salah

siapa? Apa gurunya? Apa bahan ajarnya? Apa metodenya? Atau, sarananya?”

Dan, janganlah menyalahkan siswa karena siswa datang ke sekolah adalah untuk

belajar. Belajar yang menurut KKBI adalah “proses perubahan tingkah laku, baik

kognitif, afektif, maupun psikomotorik.”

Page 12: budaya menyontek di indonesia

12

Dan, janganlah pula menyalahkan soalnya yang terlalu tinggi. Dalam sebuah

kesempatan pejabat Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional pernah

menyakatan bahwa soal matematika SD kelas 6 di Indonesia adalah yang paling

mudah se-ASEAN. Bagaimana jika dibandingkan dengan kawasan lain?

Bagaimana bila dibandingkan seasia? Sedunia? Wajarlah demikian, sehingga

sampai-sampai Human Development Index (HDI) Indonesia merupakan yang

paling rendah. Bahkan, katanya berada pada titik nadir, yaitu lebih rendah

daripada Vietnam, negara yang belum terlalu lama bangkit dari sisa-sisa

reruntuhan perang bersenjata melawan hegemoni Amerika Serikat (AS)

(http://www.andaluarbiasa.com/psikologi-nyontek).

F. Hubungan antara Menyontek dengan Korupsi

Budaya menyontek yang mewarnai kehidupan siswa maupun mahasiswa

harus dihapuskan. Sebab, menyontek merupakan manifestasi ketidakjujuran,

yang pada akhirnya memunculkan perilaku korupsi. Jika budaya menyontek

tidak diberantas, sekolah dan kampus menjadi bagian dari ”pembibitan” koruptor

di Indonesia.

Demikian pendapat Dr. K.H. Mukhtar Khalid dan Ir. H. Ceppy Nasahi

Ma'soem, M.S., dalam acara peringatan maulid Nabi Muhammad saw., di

kampus Al Ma'soem, kemarin.

Menurut Mukhtar Khalid, kejujuran merupakan ”barang langka” di

Indonesia kini. Banyak orang pintar yang lulus perguruan tinggi, tapi sangat

langka orang pintar yang jujur. Di sejumlah kasus korupsi, ternyata pelakunya

adalah orang pintar yang notabene terpandang dari segi kecendekiawanannya.

”Jika dia pejabat, maka pejabat yang pintar. Kepandaiannya digunakan

untuk melakukan korupsi. Yang lebih memprihatikan lagi pada umumnya pelaku

korupsi beragama Islam yang terdidik,” tutur Mukhtar Khalid.

Page 13: budaya menyontek di indonesia

13

Dalam pandangan Ceppy Nasahi, semaraknya perilaku menyontek telah

menyulitkan guru mengukur tingkat keberhasilan pendidikan. Menyontek

berakibat sulitnya mengukur kadar kesuksesan proses belajar-mengajar.

Membohongi diri

Perilaku menyontek yang dilakukan siswa atau mahasiswa, menurut Ceppy

Nasahi, pada hakikatnya merupakan perbuatan membohongi diri sendiri. Jika

dibiarkan, maka banyak pihak yang dirugikan. Rekan yang disontek tentunya

telah ”terampas” kemampuannya.

”Menyontek cenderung serumpun dengan perbuatan korupsi. Ketika masih

belajar di sekolah dan di kampus sudah gemar menyontek, maka itu pertanda

ketika sudah menjadi 'orang' bekerja di suatu instansi akan cenderung melakukan

korupsi,” ujar Ceppy.

Seraya menyebutkan sejumlah kasus korupsi yang terjadi di berbagai

instansi, termasuk sekolah dan kampus, Ceppy berpendapat, sulitnya

pemberantasan kasus korupsi karena korupsi tumbuh dan berkembang secara

massal dan sejak dini di bangku sekolah serta kampus.

”Karenanya, di sekolah Al Ma'soem, dilarang siswa menyontek. Yang

menyontek akan meraih sanksi 100 poin yang bermakna dikeluarkan dari

sekolah,” ujar Ceppy.

(http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/042007/04/0704.htm).

Page 14: budaya menyontek di indonesia

14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian di atas, maka dapat kita ambil beberapa kesimpulan,

yaitu:

1. Menyontek merupakan suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur,

curang, dan menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai yang terbaik

dalam ulangan atau ujian pada setiap mata pelajaran.

2. Menyontek merupakan suatu perbuatan yang tercela dan menimbulkan

berbagai dampak negatif, diantaranya yaitu semakin berkurangnya rasa

percaya diri.

3. Menyontek sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Indonesia

dan ini sudah menjadi budaya yang turun-temurun dari generasi ke generasi.

4. Menyontek merupakan masalah semua pihak karena pendidikan adalah suatu

sistem sehingga pemecahan masalahnya harus melibatkan seluruh pihak

yang terkait.

5. Menyontek merupakan akar dari tindak korupsi yang terjadi di Indonesia.

6. Budaya menyontek harus dimusnahkan dari bumi Indonesia agar tercipta

SDM yang berkualitas.

B. Saran

Menyontek merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan

Indonesia. Untuk itu, budaya menyontek ini harus dimusnahkan sampai ke

akar-akarnya. Setiap pihak harus bahu-membahu untuk memberantas budaya

ini. Karena pendidikan merupakan suatu sistem, maka seluruh elemen yang

terkait harus berkomitmen untuk mengatasi masalah ini. Kalau ada satu pihak

saja yang tidak mau ambil bagian, maka budaya menyontek di Indonesia tidak

akan bisa dihapuskan. Untuk itu, kita harus mulai dari diri kita sendiri. Kita

14

Page 15: budaya menyontek di indonesia

15

harus berjanji pada diri kita sendiri untuk tidak mencontek dan meyakini

bahwa mencontek merupakan perbuatan yang memalukan dan tidak berguna.

Jika semuanya sudah dimulai dari kesadaran diri sendiri, Insya Allah budaya

menyontek akan semakin berkurang seiring berjalannya waktu.