Upload
rhiry-heriyati
View
54
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Perilaku Organisasi dan Budaya Organisasi
Citation preview
Bab I
PENDAHULUAN
Perubahan teknologi dan informasi menuntut seluruh komponen untuk
senantiasa mengikuti perubahan yang terus terjadi. Perubahan yang terjadi menjadi
suatu tantangan yang perlu mendapatkan perhatian yang serius dari para pengelola
perusahaan dalam mengelola organisasinya. Setiap keadaan yang senantiasa berubah
tanpa kita sadari membutuhkan sikap yang penuh kehati - hatian agar pengelola
organisasi sesegera mungkin melakukan penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi
agar dapat terus bertahan menghadapi lajunya proses perubahan.
Sumber daya manusia merupakan arti penting dari suatu realita bahwa setiap
individu manusia merupakan elemen yang paling utama karena selalu ada dalam
suatu organisasi. Sumber daya terpenting suatu perusahaan atau organisasi adalah
sumber daya manusia yaitu orang yang telah memberikan tenaga, bakat, kreatifitas
dan usaha mereka kepada organisasi (Handoko, 1997:233). Oleh karena itu, kemajuan
suatu perusahaan dapat di tentukan dari sumber daya manusia yang mampu
menampilkan kinerja terbaik dari setiap individu.
Hasibuan (2000:12) menyatakan bahwa manusia selalu berperan aktif dalam
menentukan rencana, sistem, proses, tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan.
Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran karyawan meskipun dukungan sarana
dan prasarana serta sumber dana yang dimiliki perusahaan tidak akan ada manfaatnya
bagi perusahaan, jika peran aktif karyawan tidak diikutsertakan. Hal ini menunjukkan
bahwa sumber daya manusia merupakan kunci pokok yang harus diperhatikan dengan
segala kebutuhannya. Pengelolaan sumber daya terkait dan mempengaruhi kinerja
organisasional dengan cara menciptakan nilai atau menggunakan keahlian sumber
daya manusia yang berkaitan dengan praktek manajemen dan sasarannya cukup luas.
Oleh karena itu faktor manusia juga perlu mendapatkan perhatiaan dari pimpinan
atau manajer sehingga pegawai dapat bekerja dengan lebih baik dan tujuan dari
organisasi dapat tercapai
Budaya organisasi ialah persepsi yang sama dikalangan seluruh anggota
organisasi tentang makna hakiki kehidupan bersama (Siagian, 2002:187). Menurut
Robbins (2002:279) mendefinisikan budaya organisasi (organization culture) sebagai
suatu system makna bersama yang dianut oleh anggota - anggota yang membedakan
organisasi tersebut dengan organisasi lain. Lebih lanjut, Robbins (2002:279)
menyatakan bahwa sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh warganya yang
sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan mcShane dan Glinow,(2005) dalam Journal of Business
systems,governance and ethnics (Olu Ojo,2010;4) menyatakan bahwa budaya
perusahaan membantu memahami kegiatan organisasi dan karyawan dapat
berkomunikasi dengan lebih efektif dan efisien, meningkatkan kerjasama dengan
karyawan yang lain karena mereka saling mengajarkan mental perusahaan secara
langsung.
Lingkungan kerja dapat menciptakan hubungan kerja yang mengikat antara
orang - orang yang ada didalam lingkungannya. Oleh karena itu, hendaknya
diusahakan agar lingkungan kerja harus baik dan kondusif menjadikan karyawan
merasa betah berada diruangan dan merasa senang serta bersemangat untuk
melaksankan setiap tugas-tugasnya.
Budaya perusahaan/instansi merupakan sistem kontrol sosial didalam
organisasi sehingga setiap anggota organisasi tersebut mempunyai satu kebudayaan
yang relatif sama. Dengan kebudayaan yang relatif sama tersebut diharapkan
berdampak pada perilaku para anggota yang lain. Pada akhirnya tujuan perusahaan
akan dapat lebih efektif karena perusahaan berhasil menciptakan pengendalian sistem
sosial terhadap anggotanya melalui budaya perusahaan.
Bab II
PEMBAHASAN
A. Definisi Budaya Organisasi
Efektivitas perusahaan tergantung oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu
aspek manusia. Keberhasilan dan kemunduran suatu perusahaan juga tidak lepas
dari aspek manuasia tersebut, sehingga menjadi pokok perhatian dari sistem
pengendalian manajemen. Senada dengan pandangan tersebut, McGregor dengan
teori X-nya menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia mempunyai
kecenderungan untuk menjadi pemalas, kurang bergairah dalam berusaha maupun
untuk melaksanakan suatu pekerjaan (Robbins, 2002:57). Menurut Siagian
(2002:27) budaya organisasi adalah kesepakatan bersama tentang nilai yang
dianut bersama dalam kehidupan organisasi dan mengikat semua orang dalam
organiasi yang bersangkutan. Budaya organisasi adalah persepsi yang sama
dikalangan seluruh anggota organisasi tentang makna hakiki kehidupan bersama
(Siagian, 2002:187).
Robbins (2002:279) mendefinisakan budaya organisasi (organization culture)
sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang
membedakan organisasi dengan organisasi lain. Lebih lanjut, Robbins (2002:279)
menyatakan bahwa sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh warganya yang
sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Menurut Turner dalam
Wibowo (2006:258) budaya organisasi adalah norma - norma perilaku, sosial, dan
moral yang mendasari setiap tindakan dalam organisasi dan dibentuk oleh
kepercayaan, sikap, dan prioritas anggotanya. Menurut Victor Tan dalam Wibowo
(2006:349) budaya organisasi adalah cara melakukan sesuatu dalam organisasi.
Beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya budaya
organisasi adalah suatu sistem kesepakatan bersama dari nilai, norma maupun
perilaku yang bKARAerlaku dalam suatu organisasi yang sifatnya mengikat dan
membedakan antara suatu organisasi dengan organisasi yang lain.
B. Karakteristik Budaya Organisasi
Robbins (2002:279) menyatakan bahwa terdapat tujuh karakteristik budaya
organisasi yaitu :
1. Inovasi dan keberanian mengambil risiko (innovation and risk taking), adalah
sejauh mana organisasi mendorong para karyawan bersikap inovatif dan
berani mengambil risiko. Selain itu bagaimana organisasi menghargai
tindakan pengambilan risiko oleh karyawan dan membangkitkan ide
karyawan.
2. Perhatian terhadap detail (attention to detail), adalah sejauh mana organisasi
mengharapkan karyawan memperlihatkan kecermatan, analisis, dan perhatian
kepada rincian.
3. Berorientasi kepada hasil (outcome orientation), yaitu sejauh mana
manajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan perhatian pada
teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut.
4. Berorientasi kepada manusia (people orientation), adalah sejauh mana
keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di
dalam organisasi.
5. Berorientasi tim (team orientation), adalah sejauh mana kegiatan kerja
diorganisasikan sekitar tim-tim tidak hanya pada individu-individu untuk
mendukung kerjasama.
6. Agresivitas (aggressiveness), adalah sejauh mana orang-orang dalam
organisasi itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan budaya organisasi
sebaik-baiknya.
7. Stabilitas (stability), adalah sejauh mana kegiatan organisasi menekankan
status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.
C. Sumber – Sumber Budaya Organisasi
Isi dari suatu budaya organisasi terutama berasal dari tiga sumber (Robbins,
2002:283) yaitu :
1. Pendiri organisasi
Pendiri sering disebut memiliki kepribdian dinamis, nilai yang kuat, dan visi
yang jelas tentang bagaimana organisasi seharusnya. Pendiri mempunyai
peranan kunci dalam menarik karyawan. Sikap dan nilai mereka diterima oleh
karyawan dalam organisasi, dan tetap dipertahankan sepanjang pendiri berada
dalam organisasi tersebut atau bahkan setelah pendirinya meninggalkan
organisasi.
2. Pengalaman organisasi menghadapi lingkungan eksternal
Penghargaan organisasi terhadap tindakan tentunya dan kebijakannya
mengarah pada pengembangan berbagai sikap dan nilai.
3. Karyawan, hubungan kerja
Karyawan membawa harapan, nilai, sikap mereka kedalam organisasi.
Hubungan kerja mencerminkan aktivitas utama organisasi yang membentuk
sikap dan nilai.
Jadi budaya organisasi sering dibentuk oleh pengaruh orang-orang yang
mendirikan organisasi tersebut, oleh lingkungan eksternal di mana organisasi
beroperasi, dan oleh karyawan serta hakikat dari organisasi tersebut.
D. Manfaat Budaya Organisasi
Manfaat budaya organisasi menurut Wibowo (2006:351) adalah sebagai
berikut:
1. Membantu mengarahkan sumber daya manusia pada pencapaian visi, misi,
dan tujuan organisasi.
2. Meningkatkan kekompakan tim antar berbagai departemen, divisi, atau unit
dalam organisasi sehingga mampu menjadi perekat yang mengikat orang
dalam organisasi bersama-sama.
3. Membentuk perilaku staf dengan mendorong pencampuran corevalues dan
perilaku yang diinginkan sehingga memungkinkan organisasi bekerja dengan
lebih efisien dan efektif, meningkatkan konsistensi, menyelesaikan konflik
dan memfasilitasi koordinasi dan control.
E. Peran dan Fungsi Budaya Organisasi
Di dalam suatu organisasi peran budaya dalam mempengaruhi budaya
tampaknya semakin penting. Budaya organisasi dapat tercermin diantaranya dari
system yang meliputi besar kecilnya kesempatan berinovasi dan berkreasi bagi
karyawan, pembentukan tim – tim kerja, kepemimpinan yang transparan dan tidak
terlalu birokratis. Karakter tersebut yang dipersepsi oleh karyawan sebagai
budaya organisasi, diharapkan dapat befungsi dalam memberikan kepuasan kerja
dan kinerja yang optimal
Suatu organisasi biasanya dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu
melalui kinerja segenap sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Nemun,
kinerja sumber daya manusia sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan internal
maupun eksternal, termasuk budaya organisasi. Karenanya kemampuan
menciptakan suatu organisasi dengan budaya yang mempu mendorong kinerja
adalah suatu kebutuhan (Wibowo, 2010).
Noe dan Mondy melihat bahwa budaya organisasi merupakan bagian integral
dari seperangkat proses atau peranti untuk mencapai misi dan tujuan organisasi.
Dengan demikian, pembentukan budaya organisasi yang ampuh, adaptif dan
transformative merupakan suatu langkah manajemen yang strategic dan taktis
untuk membangun organisasi secara berkelanjutan. Budaya organisasi yang
demikian memungkinkan individu – individu untuk saling berinteraksi dan
berintegrasi. Interaksi dan integrase ini selain menciptakan rasa saling memiliki
dan core competence, juga akan memungkinkan organisasi selalu belajar
beradaptasi dan berinteraksi dengan perkembangan lingkungannya(Moeljono,
Sudjatmiko, 2007)
Beberapa peneliti seperti Kotter, Chatman, dan Barsade mengatakan bahwa
budaya organisasi memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai. Budaya
organisasi dapat menghasilkan efek yang sangat mempengaruhi individu dan
kinerja, khususnya dalam suatu lingkaran yang bersaing, pengaruh ini bahkan
dapat menjadi lebih besar daripada semua factor lain (Kotter, Heskett, 1997).
F. Indikator Budaya Organisasi
1) Robbins
Menurur Robbins (1994) ada sepuluh karakteristik utama yang dapat menjadi ciri
budaya organisasi, yaitu :
1. Inisiatif Individual
Tingkat tanggung jawab, kebebasan dan interdependensi yang dimiliki
individu
2. Toleransi Terhadap Tindakan Berisiko
Sejauh mana para anggota organisasi dianjurkan untuk bertindak aktif,
inovatif dan mengambil risiko
3. Pengarahan
Sejauh mana organisasi tersebut menetapkan dengan jeas sasaran dan harapan
mengenai prestasi
4. Integrase
Sejauh mana unit – unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan cara
terkordinasi
5. Dukungan Manajemen
Sejauh mana para pemimpin memberi komunikasi yang jelas, bantuan serta
dukungan terhadap bawahan
6. Kontrol
Jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk
mengawasi dan mengendalikan perilaku anggota organisasi
7. Identitas
Tingkat sejauh mana para anggoota mengidentifikasi dirinya secara
keseluruhan dengan organisasinya daripada dengan kelompok kerja tertentu
atau dengan keahlian profesional
8. Sistem Imbalan
Sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan gajiatau promosi jabataan) didasarkan
atas kriteria prestasi sebagai kebalikan dari senioritas, sikap pilih kasin dan
sebagainya
9. Toleransi Terhadap Konflik
Sejauh mana para anggota organisasi didorong untuk mengemukakan konflik
dan kritik secara terbuka
10. Pola komunikasi
Sejauhmana komunikasi organisasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang
formal
2) Ricardo, Ronald & Jollly
Ricardo, Ronald & Jollly (2003) mengemukakan 7 dimensi yang mempengaruhi
budaya organisasi, meliputi :
1. Komunikasi
Informasi yang akurat, jujur mengenai suatu pekerjaan selama proses
perekrutan dan seleksi, memberikan asumsi nilai bagi karyawan, sehi gga
berpengaruh terhadap motivasi dan kinerja karyawan
2. Training & Development
Persepsi karyawan tentang kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan pegawai
3. Reward
Persepsi perawat tentang imbalan yang mendukung perilakunya dalam
berkarir
4. Decision Making
Proses identifikasi permasalahan dan peuang serta pemilihan alternative
pemecahan masalah Dimensi ini focus pada bagaimana kebijakan dibuat dab
konflik dipecahkan
5. Risk Taking
6. Penghargaan dan penilaian terhadap ide – ide kreatif karyawan memacu
karyawan untuk berkompetisi menemukan hal – hal baru untuk kemajuan
perusahaan.
7. Team Work
Jumlah tim dalam organisasi yang dibatasi atau tidak dibatasi, kerja sama
dengan departemen yang berbeda, dan sejumlah kepercayaan diantara
beberapa fungsi atau unit yang berbeda dan dukungan terhadap proses kerja
8. Manajemen Praktik
Dukungan dan gaya manajemen yang terbentuk berdasarkan etika dan nilai –
nilai dengan standar yang tinggi
3) Hofstede, Geert, Michael Harris Bond (1998) dan Chung-Leung Luk
(1998)
1. Profesionalisme
Karyawan bekerja secara profesional dengan datang tepat waktu
dan disiplin terhadap tanggung jawab pekerjaannya. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan penghargaan bagi karyawan
profesional terhadap pekerjaannya
2. Percaya rekan kerja
Karyawan senang dengan adanya saling kepercayaan dengan
rekan sekerja. Untuk menumbuhkan rasa kekompakan, caranya
dengan mengadakan rekreasi bersama, pertandingan olahraga,
dan makan malam bersama
3. Keteraturan
Karyawan diharapkan mampu bekerja dengan teratur, sehingga
mampu memberikan nilai lebih bagi perusahaan yang tidak
dimiliki perusahaan lain, caranya dengan memberikan pelatihan
kerja
4. Permusuhan
Karyawan merasa senang apabila solidaritas antar karyawan
yang tinggi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan outbound,
brain storming dan benchmarking.
5. Integrasi
Karyawan merasa senang apabila terdapat penghargaan dari
perusahaan yang terkait dengan prestasi karyawan. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan penilaian kerja yang transparan.
G. Indikator Kinerja
1) Mangkunegara
Menurut Mangkunegara (2008:67) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi kinerja antara lain :
1. Faktor Kemampuan. Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan), oleh karena itu
pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuasi dengan keahliannya.
2. Faktor Motivasi. Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam
menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental
merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai
potensi kerja secara maksimal.
2) Bernardin
Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada enam
(Bernardin, dalam Robbins, 2002:260), yaitu :
1. Kualitas
Merupakan tingkat dimana hasil aktivitas yang dikehendaki mendekati sempurna
dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas, maupun
tujuan-tujuan yangdiharapkan dari suatu aktivitas. Kualitas kerja diukur dari
banyaknya produksi yang dihasilkan tiap bulannya dalam waktu satu tahun.
2. Kuantitas
Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit,
jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan. Kuantitas yang diukur dari jumlah hasil
produksi buku yang dihasilkan dalam satu tahun dengan target yang ditetapkan
tiap bulannya
3. Ketepatan waktu
Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan,
dengan memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan
waktu diukur dari tugas yang diberikan untuk dikerjakan dalam jangka waktu
yang ditentukan (satu bulan) dan dari persepsi karyawan terhadap suatu aktivitas
yang diselesaikan dari awal pengerjaan sampai akhir.
4. Efektivitas
Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang, teknologi,
bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil
3) Gomez
Menurut Gomez (Rahadi, 2010) dalam melakukan penelitian terhadap kinerja
ada delapan dimensi dalam melakukan pengukuran kinerja pegawai yaitu :
1. Quality of Work
Kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat – syarat kesesuaian dan
kesiapannya
2. Quantity of Work
Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode yang ditentukan
3. Job Knowledge
Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya
4. Creativeness
Keaslian gagasan – gagasan yang dimunculkan dan tindakan – tindakan untuk
menyelesaikan persoalan – persoalan yang timbul
5. Cooperative
Kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain atau sesame anggota
organisasi
6. Initiative
Semangat untuk melaksanakan tugas – tugas baru dan dalam memperbesar
tanggung jawabnya
7. Dependability
Kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja
8. Personal Qualities
Menyangkut kepribadian, kepemimpinan
H. Kerangka Teori Terkait Budaya Organisasi
INISIATIF INDIVIDUAL
TOLERANSI TERHADAP TINDAKAN BERISIKO
PENGARAHAN
INTEGRASI
DUKUNGAN MANAJEMEN
KONTROL
IDENTITAS
SISTEM IMBALAN
Quality Of Work
Quantity Of Work
Job Knowledge
Creativenes
Cooperative
Initiative
I. Definisi Operasional
No Variabel Dimensi IndikatorBudaya Organisasi
Inisiatif Individual Kebebasan mengemukakan pendapat
Kebebasan untuk berinisiatif dalam pekerjaan
Toleransi terhadap tindakan berisiko
Kesempatan untuk bertindak aktif dalam pekerjaan Kebebasan dalam berinovatif
Pengarahan Kejelasan standar kerja pada organisasiKejelasan prestasi yang diharapkan
Integrasi Koordinasi antar unit organisasi Tingkat kerja sama antar bagian dalam unit
Dukungan Manajemen
Komunikasi dengan atasan
Dukungan dari atasan Kontrol System pengawasan dalam perusahaan
Ketegasan peraturan dalam perusahaanIdentitas Kebanggaan terhadap organisasi dan
bagiannyaPengetahuan mengenai nilai – nilai budaya dalam organisasi
Sistem Imbalan Kebijakan organisasi tentang imbalanPrestasi kerja karyawan
Toleransi terhadap konflik
Penyelesaian konflik yang ada di tempat kerjaKebebasan menyampaikan kritik
Pola komunikasi Hubungan komunikasi antar bagianSosialisasi kebijakan kepada para pegawai
Training and Development
Persepsi pegawai tentang kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
TOLERANSI TERHADAP KONFLIK
POLA KOMUNIKASI
TRAINING & DEVELOPMENT
Robbins (1994) dan Robbins& Judge (2007)
Dependabilities
Personal Qualities
Gomez(dalam Rahadi, 2010)
keterampilan pegawai terkait pekerjaannya meliputi pendidikan formal dan informal
2 Kinerja Quality of work Kemampuan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur
Quantity of work Menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunyaMenyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target yang ingin dicapai
Job Knowledge Tingkat pengetahuan mengenai pekerjaan yang dilakukanMemiliki keterampilan yang dibbutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan
Creativeness Gagasan – gagasan yang dimiliki pegawai yang terkait dengan pekerjaan Tindakan – tindakan kreatif untuk menyelesaikan persoalan yang ada
Cooperative Kemampuan untuk bekerja sama dengan rekan kerja dalam menyelesaikan pekerjaan yang harus diselesaikan bersama Ketersediaan untuk menerima masukan atau pendapat dari rekan kerja
Inisiative Inisiatif pegawai dalam melaksanakan pekerjaan Semangat untuk menyelesaikan tugas – tugas baru
Dependability Memiliki kesadaran kehadiran yang tinggi dalam perusahaan Kemampuan dalam menjelaskan pekerjaan yang dilakukan
Personal Qualities Tingkat kejujuran pegawaiPenampilan yang baik di kantor
Bab III
Kesimpulan
Perusahaan yang memiliki budaya yang berorientasi pada pelanggan,
pemegang saham dan karyawan serta kemepmimpinan manajerial di semua tingkatan
mampu mengungguli perusahaan yang tidak memiliki budaya semacam itu. Selain
itu budaya organisasi yang kuat membantu kinerja karyawan dan kinerja perusahaan
yang disebabkan menciptakan sesuatu yang luar biasa dalam diri karyawan,
memberikan struktur dan control yang dibutuhkan tanpa harus bersandar pada
birokrasi yang formal dan kaku, yang dapat menekan tumbuhnya motivasi dan
inovasi
Sehingga dapat diketahui pula bahwa hanya perusahaan atau instansi dengan
budaya yang efektif yang dapat menciptakan peningkatan produktivitas,
meningkatkan rasa ikut memiliki dari karyawan dan pada akhirnya akan
meningkatkan keuntungan perusahaan.
DAFTAR REFERENSI
Fuad Mas’ud, 2004, “Survai Diagnosis Organisasional,” Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Handoko, T Hani. 1997. Manajemen Edisi II. Yogyakarta : BPFE.
Hasibuan, Malayu. 2000. Manajemen Dasar, Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta : Bumi Aksara.
Kotter P John, James L Heskett. 1997. Corporate Culture and Performance (Dampak
Budaya Perusahaan Terhadap Kinerja). Jakarta;Prenhallindo
Mangkunegara, Anwar. P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung : Rosda Karya.
-----------------------------------. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Cetakan ke-8. Bandung : Rosda Karya
Moeldjono, Djokosantoso. Sudjatmiko, Steve. 2007. Corporate Culture:Challenge to
Excellence. Jakarta:PT. Elex Media Komputindo
Ojo, Olu.2010.”Organisational Culture and Corporate Performance: Empirical
Evidence from Nigeria”.. Dalam Journal of Business, Governance and
Ethics. Osun State University, Nigeria
Rahadi, dedi Rianto. 2010. Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia. Malang:
MAndiri Publishing
Robbins, Stephen.P. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta : Erlangga.
Robbins, Stephen.P. 1994. Teori Organisasi, struktur, desain dan aplikasi –
organizations theory structure, design, and applications. Jakarta : Arcan.
Siagian, Prof Dr Sondang P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta :
PT. Bina Aksara
Wibowo. 2006. Manajemen Perubahan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
----------.2010. Budaya Organiasasi: Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja
Jangka Panjang. Jakarta: Rajawali Pers.