Upload
dodieu
View
240
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
i
BUDAYA ORGANISASI
BUDAYA ORGANISASI MERUPAKAN KONSEP PENTING BAGI KINERJA PERUSAHAAN
Oleh :
M.Anang Firmansyah
ii
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan .............................................................................. 2
BAB 2. PEMBAHASAN ..................................................................................... 4
1. Pengertian Budaya Organisasi ............................................................... 4
2. Teori Budaya Organisasi ....................................................................... 6
3. Dimensi Budaya Organisasi .................................................................. 8
4. Peranan Budaya Organisasi ................................................................... 12
5. Mempelajari Budaya Organisasi ........................................................... 13
6. Pembentukan Budaya Organisasi .......................................................... 15
7. Pengaruh budaya terhadap keefektifan organisasi.................................. 20
BAB 3. KESIMPULAN ........................................................................................ 23
BAB 4. PENUTUP ............................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 26
iii
ABSTRACT
These types of organizations currently vary widely in terms of scope and size, and probably will
have some unique practices in the organization. Some evidence has shown the importance of
organizational culture and how it correlates with the progress the company. Organizational
culture that affect behavior management in a company, must be observed to correlate with firm
performance. In a more competitive environment, organizational culture has a major contribution
to corporate performance as well as individual or group.
Thus the core of organizational life are found in the culture. In this case, cultural diversity does
not refer to racial, ethnic, and individual backgrounds. Rather, culture is a way of life within an
organization. Cultural organizations include the climate or atmosphere of emotional and
psychological. This may include employee morale, attitudes, and levels of productivity.
Organizational culture also includes the symbol (action, routine, conversation, etc..) and the
meanings attached to people on these symbols. Meaning and cultural understanding is achieved
through the interaction that occurs between employees and management. By understanding and
implementation of organizational culture will affect the company's performance.
Keywords: Culture, Organization, Performance
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Dewasa ini, konsep budaya telah mengalami pergeseran makna. Sebagaimana
dinyatakan oleh Peursen (1984) bahwa dulu orang berpendapat budaya meliputi segala
manifestasi dari kehidupan manusia yang berbudi luhur dan yang bersifat rohani, seperti: agama,
kesenian, filsafat, ilmu pengetahuan, tata negara dan sebagainya, tetapi pendapat tersebut sudah
sejak lama disingkirkan. Budaya diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap
kelompok orang-orang. Kini budaya dipandang sebagai sesuatu yang lebih dinamis, bukan
sesuatu yang kaku dan statis. Budaya tidak diartikan sebagai sebuah kata benda, kini lebih
dimaknai sebagai sebuah kata kerja yang dihubungkan dengan kegiatan manusia.
Konsep budaya organisasi telah memperoleh penerimaan luas sebagai cara untuk
memahami sistem manusia. Dari sistem tersebut terbuka "perspektif", setiap aspek budaya
organisasi dapat dilihat sebagai kondisi lingkungan yang penting yang mempengaruhi sistem dan
subsistem tersebut. Pemeriksaan budaya organisasi juga merupakan alat analisis yang berharga
dalam dirinya sendiri.
Budaya Organisasi biasa disebut juga dengan Budaya Perusahaan yang sering
jugadisebut budaya kerja, Semakin kuat Sumber Daya Manusia makin kuat pula budaya
perusahaan, makin kuat juga dorongan untuk berprestasi. Budaya perusahaan (corporate culture)
memang sulit didefinisikan secara tegas dan sulit diukur, namun bisa dirasakan oleh sumber daya
manusia di dalam suatu perusahaan. Suatu organisasi terbentuk dari kumpulan individu yang
berbeda baik sifat, karakter, keahlian, pendidikan, dan latar belakang pengalaman dalam
2
hidupnya. Dengan demikan perlu ada pengakuan pandangan yang akan berguna untuk
pencapaian misi dan tujuan organisasi tersebut, agar tidak berjalan sendiri-sendiri. Penyatuan
pandangan dari sumber daya manusia di dalam perusahaan ini diperlukan dalam bentuk
ketegasan dari perusahaan, yang dituangkan dalam bentuk budaya kerja yang akan
mencerminkan spesifikasi dan karakter perusahaan tersebut. Salah satu tanggung jawab utama
dari pemimpin strategis suatu organisasi adalah untuk menciptakan dan memelihara karakteristik
organisasi. Dengan demikian budaya kerja organisasi ini akan menjadi milik dan pedoman bagi
seluruh lapisan individu yang ada di dalam perusahaan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari budaya organisasi?
2. Apa saja teori-teori mengenai budaya organisasi?
3. Apakah dimensi-dimensi budaya organisasi?
4. Bagaimana peranan budaya organisasi?
5. Bagaimana cara mempelajari budaya organisasi?
6. Bagaimana proses pembentukan budaya organisasi?
7. Bagaimana budaya mempengaruhi keefektifan organisasi?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian budaya organisasi.
2. Teori-teori budaya organisasi.
3. Dimensi-dimensi budaya organisasi.
3
4. Peranan budaya organisasi.
5. Cara mempelajari budaya organisasi
6. Proses pembentukan budaya organisasi.
7. Pengaruh budaya terhadap keefektifan organisasi.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
1.Pengertian Budaya Organisasi
Budaya merupakan pola yang terintegrasi dari perilaku manusia, yang terdiri dari pikiran,
bahasa, perbuatan dan hasil-hasil budaya lainnya. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak
terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang
bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan
masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu
pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan
yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu,
budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi
kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Budaya adalah suatu konsep yang berasal dari kajian atau disiplin ilmu antropologi,dan
merupakan suatu identitas dari tiap-tiap bangsa. Dalam hal ini semua harus dipelajari oleh
anggota budaya tersebut dan diteruskan secara berkesinambungan kepada generasi berikutnya.
Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
a.Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi
untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi
dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan
kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji,
berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
5
b.Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi
adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu
menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
c.Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya
organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu
yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
d.Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai
organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan
berperilaku.
Robbins (1996) memberi pengertian budaya organisasi antara lain sebagai:
1. Nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi.
2. Falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan.
3. Cara pekerjaan dilakukan di tempat itu.
4. Asumsi dan kepercayaan dasar yang terdapat di antara anggota organisasi.
Kilman, Saxton dan Serpa (1986) memberi pengertian budaya organisasi adalah :
Falsafah ideologi, nilai-nilai, anggapan, keyakinan, harapan, sikap dan norma yang dimiliki
bersama dan mengikat suatu masyarakat.
Eliott ( Duncar, 1989 ) memberi pengertian budaya organisasi adalah cara berpikir dan
melakukan sesuatu yang mentradisi yang dianut bersama oleh semua anggota organisasi dan para
anggota baru harus mempelajari paling tidak menerimanya sebagian agar mereka diterima
sebagai bagian organisasi.
Wheelen and Hunger ( 1986 ) memberi pengertian budaya organisasi adalah :
6
Nilai-nilai yang dianut bersama oleh anggota organisasi dan diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Menurut Griffin and Ebert ( 1989 ) budaya organisasi adalah pengalaman, sejarah, keyakinan
dan norma-norma bersama yang menjadi ciri organisasi.
Dari sudut pandang karyawan, budaya memberi pedoman bagi karyawan akan segala sesuatu
yang penting untuk dilakukan. Dengan demikian budaya organisasi adalah suatu sistem
pemahaman dalam bertindak yang dimengerti dan menjadi pegangan seluruh karyawan yang
membedakan suatu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya organisasi adalah suatu
persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi dan dipegang teguh secara
mendalam tentang bagaimana organisasi seharusnya dijalankan.
2. Teori Budaya Organisasi
Terdapat tiga asumsi yang mengarahkan pada teori budaya organisasi yaitu:
1. Angota-anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan yang dimiliki bersama
mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik mengenai nilai-
nilai sebuah organisasi.
Asumsi yang pertama berhubungan dengan pentingya orang di dalam kehidupan organisasi.
Secara khusus, individu saling berbagi dalam menciptakan dan mempertahankan realitas.
Individu-individu ini mencakup karyawan, supervisor, dan atasan. Pada inti dari asumsi ini
adalah yang dimiliki oleh organisasi. Nilai adalah standar dan prinsip-prinsip dalam sebuah
budaya yang memiliki nilai intrinsik dari sebuah budaya. Nilai menunjukkan kepada anggota
organisasi mengenai apa yang penting. Orang berbagi dalam proses menemukan nilai-nilai
perusahaan. Menjadi anggota dari sebuah organisasi membutuhkan partisipasi aktif dalam
7
organisasi tersebut. Makna dari simbol-simbol tertentu misalnya, mengapa sebuah perusahaan
terus melaksanakan wawancara terhadap calon karyawan ketika terdapat sebuah
rencana pemutusan hubungan kerja besar- besaran dikomunikasikan baik oleh karyawan maupun
oleh pihak manajemen. Makna simbolik dari menerima karyawan baru ketika yang lainnya
dipecat tidak akan dilewatkan oleh pekerja yang cerdik; mengapa memberikan uang pada
karyawan baru ketika yang lama kehilangan pekerjan mereka? Karyawan memberikan kontribusi
dalam pembentukan budaya organisasi. Perilaku mereka sangatlah penting dalam menciptakan
dan pada akhirnya mempertahankan realitas organisasi.
2. Penggunaan dan intepretasi simbol sangat penting dalam budaya organisasi.
Realitas organisasi juga sebagiannya ditentukan oleh simbol-simbol, dan ini merupakan asumsi
kedua dari teori ini. Perspektif ini menggaris bawahi pengguanaan simbol di dalam organisasi.
Simbol merupakan representasi untuk makna. Angota-angota organisasi menciptakan,
menggunakan, dan mengintrepetasikan simbol setiap hari. Simbol-simbol ini sangat penting bagi
budaya perusahaan. Simbol-simbol mencakup komunikasi verbal dan nonverbal di dalam
organisasi. Seringkali, simbol-simbol ini mengkomunikasikan nilai-nilai organisasi. Simbol
dapat berupa slogan yang memiliki makna. Sejauh mana simbol-simbol ini efektif bergantung
tidak hanya pada media tetapi bagaimana karyawan perusahaan mempraktikannya.
Simbol Budaya Organisasi
Kategori Umum Tipe / Contoh Spesifik
Simbol Fisik Seni, desain, logo, bangunan, dekorasi,
pakaian, penampilan, benda material
Simbol Perilaku Upacara, ritual, tradisi, kebiasaan,
Penghargaan, hukuman
8
Simbol Verbal Anekdot, lelucon, jargon, nama, nama
Sebutan, penjelasan , kisah, mitos, sejarah
3. Budaya bervariasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda, dan interpretasi tindakan dalam
budaya ini juga beragam.
Asumsi yang ketiga mengenai teori budaya organisasi berkaitan dengan keberagaman budaya
organisasi. Sederhana, budaya organisasi sangat bervariasi. Persepsi mengenai tindakan dan
aktivitas di dalam budaya-budaya ini juga seberagam budaya itu sendiri.
3. Dimensi-dimensi Budaya Organisasi
Terdapat banyak dimensi yang membedakan budaya organisasi. Dimensi ini
mempengaruhi perilaku yang dapat mengakibatkan kekeliruan pemahaman, ketidak sepakatan,
atau bahkan konflik. Konsep budaya pada awalnya berasal dari lapangan antropologi dan
mendapat tempat pada awal perkembangan ilmu perilaku organisasi.
Dimensi-dimensi yang digunakan untuk membedakan budaya organisasi, menurut Robbins
(1996) ada tujuh karakteristik primer yang secara bersama-sama menangkap hakikat budaya
organisasi, yaitu:
1. Inovasi dan pengambilan resiko.
2. Perhatian ke hal yang rinci.
3. Orientasi hasil.
4. Orientasi Orang.
5. Orientasi Tim.
6. Keagresifan.
7. Kemantapan.
9
Luthan (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik yang penting dari budaya organisasi, yang
meliputi:
1. Aturan-aturan perilaku
Yaitu bahasa, terminologi, dan ritual yang biasa dipergunakan oleh anggota organisasi.
2. Norma
Adalah standar perilaku yang menjadi petunjuk bagaimana melakukan sesuatu. Lebih jauh di
masyarakat kita kenal adanya norma agama, norma susila, norma sosial, norma adat, dll.
3. Nilai-nilai dominan
Adalah nilai utama yang diharapkan dari organisasi untuk dikerjakan oleh para anggota,
misalnya tingginya kualitas produk, rendahnya tingkat absensi, tingginya produktivitas dan
efisiensi, serta tingginya disiplin kerja.
4. Filosofi
Adalah kebijakan yang dipercaya organisasi tentang hal-hal yang disukai para karyawan dan
pelanggannya, seperti “Kepuasan Anda adalah harapan Kami”.
5. Peraturan-peraturan
Adalah aturan yang tegas dari organisasi. Pegawai baru harus mempelajari peraturan ini agar
keberadaannya dapat diterima dalam organisasi.
6. Iklim Organisasi
Adalah keseluruhan “perasaan” yang meliputi hal-hal fisik, bagaimana para anggota berinteraksi
dan bagaimana para anggota organisasi mengendalikan diri dalam berhubungan dengan
pelanggan atau pihak luar organisasi.
Hofsede (dalam Gibson, 1996) mengemukakan empat dimensi budaya, yaitu:
1. Penghindaran atas ketidakpastian
10
Adalah tingkat dimana anggota masyarakat merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dan
ambiguitas. Perasaan ini mengarahkan mereka untuk mempercayai kepastian yang menjanjikan
dan untuk memelihara lembaga- lembaga yang melindungi penyesuaian.
2. Maskulin vs feminim
Tingkat maskulinitas adalah kecenderungan dalam masyarakat akan prestasi, kepahlawanan,
ketegasan, dan keberhasilan materiil. Feminitas berarti kecenderungan akan kesederhanaan,
perhatian pada yang lemah, dan kualitas hidup.
3. Individu vs kebersamaan
Individualisme adalah kecenderungan dalam kerangka sosial dimana individu dianjurkan untuk
menjaga diri sendiri dan keluarganya. Kolektivisme berarti kecenderungan dimana individu
dapat mengharapkan kerabat, suku, atau kelompok lainnya melindungi mereka sebagai ganti atas
loyalitas mutlak yang mereka berikan.
4. Jarak kekuasaan
Adalah ukuran dimana anggota suatu masyarakat menerima bahwa kekuasaan dalam lembaga
atau organisasi tidak didistribusikan secara merata.
Schein (2002) mengemukakan bahwa budaya organisasi dapat dibagi ke dalam dua dimensi
yaitu:
1.Dimensi External Environments yang di dalamnya terdapat lima hal esensial, yaitu:
(a) mission and strategy
(b) goals
(c) means to achieve goals
(d) measurement
(e) correction
11
2.Dimensi Internal Integration yang di dalamnya terdapat enam aspek utama, yaitu:
(a) common language
(b) group boundaries for inclusion and exclusion
(c) distributing power and status
(d) developing norms of intimacy, friendship, and love
(e) reward and punishment
(f) explaining and explainable: ideology and religion.
Budaya organisasi dapat ditemukan dalam tiga tingkatan, yaitu:
1. Artefak
Pada tingkat ini budaya bersifat kasat mata tetapi seringkali tidak dapat diartikan, misalnya
lingkungan fisik organisasi, teknologi, dan cara berpakaian. Analisis pada tingkat ini cukup rumit
karena mudah diperoleh tetapi sulit ditafsirkan.
2. Nilai
Nilai memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi daripada artefak. Nilai ini sulit diamati secara
langsung sehingga untuk menyimpulkannya seringkali diperlukan wawancara dengan anggota
organisasi yang mempunyai posisi kunci atau dengan menganalisis kandungan artefak seperti
dokumen.
3. Asumsi dasar
Merupakan bagian penting dari budaya organisasi. Pada tingkat ini budaya diterima begitu saja,
tidak kasat mata dan tidak disadari. Asumsi ini merupakan reaksi yang bermula dari nilai-nilai
yang didukung. Bila asumsi telah diterima maka kesadaran akan menjadi tersisih. Dengan kata
lain perbedaan antara asumsi dengan nilai artefak terletak pada apakah nilai-nilai tersebut masih
diperdebatkan dan diterima apa adanya atau tidak.
12
4.Peranan Budaya Organisasi
Dalam lingkungan kehidupannya, manusia dipengaruhi oleh budaya di mana ia berada,
seperti nilai-nilai, keyakinan, perilaku sosial atau masyarakat yang kemudian menghasilkan
budaya sosial atau budaya masyarakat. Hal yang sama juga terjadi pada anggota organisasi,
dengan segala nilai, keyakinan dan perilakunya di dalam organisasi yang kemudian akan
menciptakan budaya organisasi.
Budaya organisasi pada dasarnya mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota
organisasi, termasuk mereka yang berada dalam hierarki organisasi. Bagi organisasi yang masih
didominasi oleh pendiri, misalnya, maka budayanya akan menjadi wahana untuk
mengkomunikasikan harapan-harapan pendiri kepada para pekerja lainnya. Demikian pula jika
perusahaan dikelola oleh seorang manajer senior otokratis yang menerapkan gaya kepemimpinan
top down. Disini budaya juga akan berperan untuk mengkomunikasikan harapan-harapan
manajer senior itu.
Peranan penting yang dilakukan oleh budaya organisasi adalah :
1. Membantu menciptakan rasa memiliki jati diri bagi pekerja.
2. Dapat dipakai untuk mengembangkan ikatan pribadi dengan perusahaan.
3. Membantu stabilisasi perusahaan sebagai suatu sistem sosial.
4. Menyajikan pedoman perilaku sebagai hasil dari norma-norma perilaku yang sudah terbentuk.
Budaya organisasi juga mempunyai peranan sebagai berikut :
a. Menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri
individual seseorang.
13
d. Merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan
standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta
perilaku karyawan.
5. Cara Mempelajari Budaya Organisasi
Dalam mempelajari budaya organisasi yang akan diajarkan kepada karyawan perusahaan
dapat digunakan beberapa bentuk (Robbins, 2002:291-293) yaitu :
1.Cerita-cerita
Ceritera-ceritera mengenai bagaimana kerasnya perjuangan pendiri organisasi di dalam memulai
usaha sehingga kemudian menjadi maju seperti sekarang merupakan hal yang baik untuk
disebarluaskan. Bagaimana sejarah pasang-surut perusahaan dan bagaimana perusahaan
mengatasi kemelut dalam situasi tak menentu merupakan kisah yang dapat mendorong dan
memotivasi karyawan untuk bekerja keras jika mereka mau memahaminya.
2. Ritual / Upacara-upacara
Semua masyarakat memiliki corak ritual sendiri-sendiri. Di dalam perusahaan, tidak jarang
ditemui acara-acara ritual yang sudah mengakar dan menjadi bagian hidup perusahaan. Sehingga
tetap dipelihara keberadaannya, contohnya adalah mengadakan selamatan diperusahaan sebelum
mulai operasional agar perusahaan berjalan lancar.
3. Simbol-simbol material
Simbol-simbol atau lambang-lambang material seperti pakaian seragam, ruang kantor dan lain-
lain, atribut fisik yang dapat diamati merupakan unsur penting budaya organisasi yang harus
diperhatikan sebab dengan simbol-simbol itulah dapat dengan cepat diidentifikasi bagaimana
14
nilai, keyakinan, norma, dan berbagai hal lain itu menjadi milik bersama dan dipatuhi anggota
organisasi.
4. Bahasa
Bahasa merupakan salah satu media terpenting di dalam mentransformasikan nilai. Dalam suatu
organisasi atau perusahaan, tiap bidang, divisi, strata atau semacamnya memiliki bahasa atau
jargon yang khas, yang kadang-kadang hanya dipahami oleh kalangan itu sendiri. Hal ini penting
karena untuk dapat diterima di suatu lingkungan dan menjadi bagian dari lingkungan, salah satu
syaratnya adalah memahami bahasa yang berlaku di lingkungan itu. Dengan demikian menjadi
jelas bahwa bahasa merupakan unsur penting dalam budaya perusahaan.
Mempelajari budaya organisasi juga perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi budaya organisasi, menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh
Munandar (2001:264), budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan
oleh organisasi.
2. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya
kesopansantunan dan kebersihan.
3. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal
maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil.
Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebutmerupakan dasar bagi tumbuhnya budaya
organisasi.
15
6. Proses Pembentukan Budaya Organisasi
Sumber-sumber pembentuk budaya organisasi, diantaranya:
(1) pendiri organisasi.
(2) pemilik organisasi.
(3) sumber daya manusia asing.
(4) luar organisasi.
(5) orang yang berkepentingan dengan organisasi (stake holder).
(6) masyarakat.
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa proses budaya dapat terjadi dengan cara:
(1) kontak budaya.
(2) benturan budaya.
(3) penggalian budaya.
Pembentukan budaya organisasi tidak dapat dilakukan dalam waktu yang cepat, namun
memerlukan waktu dan bahkan biaya yang tidak sedikit untuk dapat menerima nilai-nilai baru
dalam organisasi. Calon anggota kelompok mungkin akan disaring berdasarkan kesesuaian nilai
dan perilakunya dengan budaya organisasi. Kepada anggota organisasi yang baru terpilih bisa
diajarkan gaya kelompok secara eksplisit.
Para manajer bisa secara eksplisit berusaha bertindak sesuai dengan contoh budaya dan gagasan
budaya tersebut. Begitu juga, anggota senior bisa mengkomunikasikan nilai-nilai pokok mereka
secara terus menerus dalam percakapan sehari-hari atau melalui ritual dan perayaan-perayaan
khusus.
Anggota organisasi yang mengikuti norma-norma budaya akan diberi imbalan (reward)
sedangkan yang tidak, akan mendapat sanksi (punishment). Imbalan (reward) bisa berupa materi
16
atau pun promosi jabatan dalam organisasi tertentu sedangkan untuk sanksi (punishment) tidak
hanya diberikan berdasarkan pada aturan organisasi yang ada semata, namun juga bisa berbentuk
sanksi sosial. Dalam arti, anggota tersebut menjadi isolated di lingkungan organisasinya.
Dalam suatu organisasi sesungguhnya tidak ada budaya yang “baik” atau “buruk”, yang ada
hanyalah budaya yang “cocok” atau “tidak cocok”. Jika dalam suatu organisasi memiliki budaya
yang cocok, maka manajemennya lebih berfokus pada upaya pemeliharaan nilai-nilai yang ada
dan perubahan tidak perlu dilakukan. Namun jika terjadi kesalahan dalam memberikan asumsi
dasar yang berdampak terhadap rendahnya kualitas kinerja, maka perubahan budaya mungkin
diperlukan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan budaya organisasi yaitu:
1.Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam suatu organisasi menjadi pelaku utama dalam penciptaan mentalitas etos
kerja, serta budaya organisasi. Dalam hal ini pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu
menggunakan seluruh sumber daya yang ada, serta mampu mengarahkan kegiatan karyawan
yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.Perilaku Organisasi
Struktur organisasi mencerminkan garis komando dan tuntutan pelaksanaan tugas. Adanya garis
komando yang menuntut kepatuhan bawahan dapat menciptakan budaya organisasi yang kaku
dan dikaitkan dengan tuntutan pelayanan yang baik kepada konsumen.
Beberapa unsur pembentukan budaya organisasi antara lain adalah :
1) Lingkungan usaha .
lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi akan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh
perusahaan tersebut untuk mencapai kebrhasilan.
17
2) Nilai-nilai
merupakan konsep dasar dan keyakinan dari suatu organisasi.
3) Panutan/keteladanan .
orang-orang yang menjadi panutan atau teladan karyawan lainnya karena keberhasilannya.
4) Upacara-upacara
acara-acara ritual yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam rangka memberikan penghargaan
pada karyawannya.
5) “Network”.
jaringan komunikasi informal di dalam perusahaan yang dapat menjadi sarana penyebaran nilai-
nilai dari budaya perusahaan.
Eugene McKenna dan Nic Beech (2000) membagi budaya organisasi atau budaya perusahaan
atas beberapa komponen pembentuk budaya organisasi, yaitu :
1) Filosof, yang menjadi panduan penetapan kebijakan organisasi baik yang berkenaan
dengan karyawan ataupun klien.
2) Nilai-nilai dominan yang dipegang oleh organisasi.
3) Norma-norma yang diterapkan dalam bekerja.
4) Aturan main untuk berelasi dengan baik dalam organisasi yang harus dipelajari oleh
anggota baru agar dapat diterima oleh organisasi.
5) Tingkah laku khas tertentu dalam berinteraksi yang rutin dilakukan.Perasaan atau suasana
yang diciptakan dalam organisasi.
Tahap-tahap pembentukan atau pembangunan budaya organisasi dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
1. Seorang (biasanya pendiri) datang dengan ide atau gagasan tentang sebuah usaha baru.
18
2. Pendiri membawa orang-orang kunci yang merupakan para pemikir, dan menciptakan
kelompok inti yang mempunyai visi yang sama dengan pendiri.
3. Kelompok inti memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan organisasi, mengumpulkan
dana, menentukan jenis dan tempat usaha dan lain-lain yang relevan.
4. Orang-orang lain dibawa ke dalam organisasi untuk berkarya bersama- sama dengan pendiri
dan kelompok inti, memulai sebuah sejarah bersama.
Pembentukan budaya organisasi dapat dilakukan dengan serangkaian langkah sosialisasi sebagai
berikut:
1. Seleksi pegawai yang objektif.
2. Penempatan orang dalam pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan bidangnya
( “the right man on the right place at the right time”).
3. Perolehan dan peningkatan kemahiran melalui pengalaman
4. Pengukuran prestasi dan pemberian imbalan yang sesuai.
5. Penghayatan akan nilai-nilai kerja atau hal lain yang penting.
6. Ceritera-ceritera dan faktor-faktor organisasi yang menumbuhkan semangat dan kebanggaan.
7. Pengakuan dan promosi bagi karyawan yang berprestasi
Ada tiga langkah penting yang dilakukan dalam pembentukan budaya organisasi, yaitu:
1. Sebelum organisasi bisa merubah budayanya, pertama harus memahami budaya yang ada,
atau menggunakan cara yang ada saat ini.
2. Setelah memahami budaya organisasi yang ada saat ini, organisasi di masa datang, dan
putuskan bagaimana budaya organisasi bisa mendukung kesuksesan. Visi apa yang dimiliki
organisasi untuk masa depannya dan bagaimana seharusnya perubahan budaya bisa
mendukung pemenuhan visi tersebut.
19
3. Terakhir, individu dalam organisasi harus memutuskan untuk membentuk perilaku mereka
untuk menciptakan budaya organisasi yang diinginkan. Ini adalah langkah tersulit dalam
pembentukan budaya organisasi
Komponen-komponen penting lainnya dalam proses pembentukan budaya organisasi adalah:
1. Menciptakan pernyataan nilai dan kepercayaan:
Meletakkan misi, visi, dan nilai-nilai ke dalam kata-kata yang menyatakan pengaruh di
masing-masing pekerjaan karyawan.
2. Mempraktekkan komunikasi yang efektif:
Membuat semua karyawan mendapatkan informasi terkait serta memastikan akan komitmen
dan keberhasilan.
3. Review struktur organisasi:
Perubahan struktur organisasi secara fisik untuk memenuhi keinginan budaya organisasi yang
diperlukan.
4. Desain ulang pendekatan terhadap reward dan pengakuan:
Perlu mengubah sistem reward untuk mendorong perilaku penting yang diinginkan dalam
budaya organisasi.
5. Review semua sistem kerja:
Seperti promosi karyawan, manajemen kinerja, dan pemilihan karyawan untuk memastikan
mereka sesuai dengan budaya yang diinginkan.
Dalam proses pembentukan budaya organisasi dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain:
1.Kebijakan perusahaan.
Kebijakan perusahaan ini ditunjang oleh filosofi perusahaan yaitu serangkaian nilai-nilai yang
menjelaskan bagaimana hubungan perusahaan dengan pelanggan, bagaimana karyawan
20
berhubungan satu sama lain, sikap, perilaku, gaya pakaian, dan lain-lain serta apa yang bisa
mempengaruhi semangat karyawan dan keterampilan serta pengetahuan karyawan.
2.Gaya perusahaan.
Gaya perusahaan ini ditunjang oleh profil Karyawan, pengembangan sumberdaya manusia dan
masyarakat perusahaan (Corporate Community) atau bagaimana penampilan perusahaan tersebut
di lingkungan perusahaan lainnya.
3.Jati diri perusahaan.
Jati diri perusahaan ini ditunjang oleh Citra Perusahaan, Kredo (semboyan) perusahaan, dan
proyeksi perusahaan atau apa yang ditonjolkan perusahaan.
7. Pengaruh budaya terhadap keefektifan organisasi
Mula-mula kita harus membedakan budaya yang kuat dari yang lemah. Budaya yang kuat
dicirikan oleh nilai inti organisasi yang dianut dengan kuat diatur dengan baik dan dirasakan
bersama secara luas. Makin banyak anggota yang menerima nilai inti dan menyetujui tingkat
kepentingannya serta merasa sangat terikat kepadanya, maka makin kuat budaya tersebut.
Budaya yang kuat akan memperlihatkan perilaku yang konsisten. Budaya itu menyampaikan
kepada karyawan tentang bagaimana perilaku mereka yang seharusnya.
Budaya organisasi yang kuat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.Nilai dasarnya diterima dan diakui oleh semua anggotanya.
b.Nilai dasarnya dilaksanakan semua anggotanya.
c.Mampu menciptakan keterikatan, kesetiaan, komitmen organisasi dan hal ini dapat bermanfaat
untuk menurunkan keluar-masuknya karyawan.
d.Dapat menggantikan atau menambah peraturan organisasi yang formal.
21
Budaya organisasi yang lemah dapat dipahami atau dimaknai sebagai “ Budaya
organisasi dipandang lemah bila sangat terfragmentasi dan tidak disatukan serta diikat oleh
berbagai nilai dan keyakinan bersama”. Artinya orang yang berada dalam organisasi tidak
merasakan keyakinan dan pandangan yang sama terhadap berbagai aturan atau hal-hal yang
diyakini oleh organisasi tersebut.
Budaya organisasi yang kuat dapat meningkatkan konsistensi keperilakuan dan dapat
memfasilitasi integrasi organisasional secara substansial. Budaya dapat berfungsi sebagai suatu
substitusi bagi struktur organisasional.
Hubungan antara kekuatan budaya dengan keefektifan organisasi adalah dalam hal:
1. Penyesuaian tujuan, karena budaya perusahaan menjadi semacam ikatan yang membimbing
setiap kelompok dalam organisasi bergerak menuju pada arah yang sama.
2. Memberikan motivasi pada karyawan, karena dengan budaya perusahaan yang kuat berarti
karyawan-karyawan dalam perusahaan mempunyai banyak nilai-nilai yang diyakini bersama.
Hal ini menyebabkan lingkungan kerja yang nyaman, sehingga para karyawan merasa
mendapat komitmen, dihargai, dan loyal, yang pada akhirnya mendorong mereka bekerja
semakin giat.
3. Merupakan kontrol dan menciptakan struktur bagi perusahaan atas dasar nilai-nilai yang
diyakini bersama dan norma-norma perilaku kelompok yang berlaku umum. Dengan budaya
yang kuat, perusahaan tidak perlu menyandarkan diri pada birokrasi formal yang kaku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan organisasi adalah sebagai berikut:
(1) Adanya tujuan yang jelas,
(2) Struktur organisasi.
(3) Adanya dukungan atau partisipasi masyarakat.
22
(4) Adanya budaya organisasi yang dianut.
Dengan demikian budaya organisasi yang kuat dapat mempengaruhi keefektifan dalam
organisasi karena budaya organisasi tersebut berkembang dan menjadi kuat bersama-sama
dengan seluruh anggota organisasi. Budaya organisasi merupakan suatu konsep yang penting
karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai
sasarannya atau dengan kata lain budaya organisasi mempengaruhi keefektifan organisasi
sehingga dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dalam mencapai tujuannya.
23
BAB 3
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian di atas, pada bab ini dapat dikemukakan beberapa pokok kesimpulan
sebagai berikut:
Budaya organisasi tidak muncul dengan sendirinya di kalangan anggota organisasi, tetapi perlu
dipelajari dan dibentuk karena pada dasarnya budaya organisasi adalah sekumpulan nilai dan
pola perilaku yang dipelajari, dimiliki bersama, serta dibentuk oleh semua anggota organisasi
dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Budaya organisasi sangat penting peranannya dalam mendukung terciptanya suatu organisasi
yang efektif yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Budaya organisasi dapat
berperan dalam menciptakan jati diri, mengembangkan keikutsertaan pribadi dengan organisasi
dan menyajikan pedoman perilaku kerja bagi karyawan pada suatu organisasi. Dengan demikian
budaya organisasi merupakan konsep penting bagi kinerja perusahaan dalam mencapai sasaran
atau tujuannya.
24
BAB 4
PENUTUP
Penerapan Budaya Organisasi di dalam perusahaan , akan dapat mengurangi adanya
konflik terhadap semua individu dalam menjalankan aktivitas perusahaan, selain itu akan
terhindar dari perilaku negatif yang menjurus ke anarkis dan tidak menguntungkan semua pihak.
Sikap karyawan sangat dipengaruhi oleh budaya organisasi . Pada saat perusahaan akan
dibentuk, pihak manajemen memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk budaya organisasi.
Akan tetapi, bila organisasi sudah terbentuk lama, budaya dominan yang dianut oleh organisasi
tersebut juga sudah akan terbentuk dengan kuat. Pembentukan budaya organisasi tersebut
memerlukan waktu, dan ketika sudah terbentuk, budaya tersebut kemudian mengakar sangat
kuat. Jadi, bila suatu budaya yang sudah terbentuk sekian lama, dan pada suatu saat tidak tepat
lagi digunakan di dalam sebuah organisasi, atau menjadi kendala bagi pihak manajemen, hampir
tidak ada yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen untuk mengubah budaya tersebut,
terutama dalam waktu yang singkat.
Setiap perubahan yang nyata memerlukan waktu yang sangat lama. Suatu budaya organisasi
harus diberlakukan sebagai faktor yang sangat mempengaruhi sikap karyawan, terutama untuk
waktu yang singkat dan menengah. Dengan adanya pembentukan budaya organisasi diharapkan
dapat mempengaruhi sikap karyawan. Dengan demikian kinerja dapat ditingkatkan. Budaya
organisasi menggambarkan pola atau gaya perilaku suatu organisasi sehingga karyawan-
karyawan secara otomatis terdorong untuk mengikuti budaya yang sudah terbentuk dalam
organisasi tersebut. Budaya dalam pengertian ini sangat berperan dalam menentukan kinerja dan
nilai-nilai dasar karyawan dalam suatu organisasi. Budaya organisasi merupakan hal penting bagi
25
suatu perusahaan, karena akan selalu berhubungan dengan kehidupan yang ada dalam
perusahaan. Budaya merupakan falsafah, ideologi, nilai-nilai, anggapan, keyakinan, harapan,
sikap, dan norma-norma yang dimiliki secara bersama serta mengikat dalam suatu komunitas
tertentu
Budaya organisasi dapat mendorong terjadinya kinerja yang unggul dalam jangka pendek
dan menengah, yakni pada saat budaya dan strategi perusahaan masih sesuai dengan keadaan
lingkungan bisnis yang berlaku saat ini. Setelah lingkungan bisnis berubah, maka strategi
menjadi tidak sesuai, dan kemudian keunggulan kinerja menjadi turun. Agar kinerja karyawan
tidak turun perlu diterapkan cara-cara agar pembentukan budaya organisasi yang telah terbentuk
tidak hilang yaitu dengan mengadakan pertemuan-pertemuan rutin dalam perusahaan secara
informal. Kegiatan informal meeting setiap periode yang diinginkan (misalnya dua minggu
sekali ) yang diikuti oleh para supervisor sampai dengan manajer dari berbagai bidang untuk
membahas tentang kondisi perusahaan (baik masalah teknis maupun manajerial) agar semua
pihak sedini mungkin dapat mengetahui masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan demikian
budaya organisasi yang telah terbentuk di perusahaan tersebut dapat dipelihara keberadaannya
dalam suatu perusahaan. Budaya organisasi merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan
perusahaan, karena merupakan kesepakatan-kesepakatan bersama yang terjadi dalam hierarki
suatu organisasi dan mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi,
sehingga budaya organisasi yang telah terbentuk dapat menjadikan organisasi menjadi kuat dan
tujuan perusahaan dapat tercapai.
26
DAFTAR PUSTAKA
Kilmann. Ralph. H, M.J. Saxton, and Roy Serpa. 1986. Gaining Control of The Corporate
Culture. Jossey-Bass. San Fransisco.
Kotter. John. P. 1990. A Force for Change: How Leadership Differs from Management. Free
Press. New York.
Lukito. Boejoeng. Tjahjana. 1996. Peningkatan Kinerja Perusahaan: Tinjauan Aspek Budaya.
Usahawan. No. 5. Tahun XXV. Mei.
Luthan. Fred. 1995. Organizational Behavior. Singapore: McGraw-Hill, Inc. .
Robbins. Stephen. P. 2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Schein. Edgar. H. 1991. Organizational Culture and Leadership. Jossey-Bass. San Fransisco.
----------. 2002. Organizational Culture & Leadership. MIT Sloan Management Review.
(http://www.tnellen.com/ted/tc/schein.html).
Hatch. Mary. Jo. 1997. Organization Theory: Modern, Symbolic, and Postmodern Perspectives.
Oxford University Press. New York.
Kanter. Rosabeth. M. 1983. The Change Masters. New York: Simon and Schuster.
Wheelen. T.L. and Hunger. J.D. 1986. Strategic Management and Business Policy. 2nd
ed.
Reading. MA: Addison-Wesley.
Robbins, S. 1996. Perilaku Organisasi– Kontroversi– Aplikasi. Jilid II. Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: Prehallindo
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Penerbit Andi
West, R dan Turner, L. H. 2009. Pengantar Teori Komunikasi Analisis danAplikasi. Buku 1
Edisi 3. Jakarta: Salemba Humanik
Peursen. Van. 1984. Strategi Kebudayaan. (terjemahan Dick Hartoko). Jakarta: Yayasan
Kanisius.
27
Suseno. Frans. Magnis. 1996. Budaya dan Pengaruhnya terhadap Budaya Perusahaan Indonesia.
Usahawan. No. 7. Tahun XXV. Juli.
Ndraha. Taliziduhu. 1997. Budaya Organisasi: Perekat Organisasi Sukses. Majalah Pilar. No. 6.
Edisi 15-28. Maret. Jakarta.