100
INDONESIANA - Vol 5/2019 i BUDAYA POLITIK DI INDONESIA MUSYAWARAH SEBAGAI AKAR DEMOKRASI TUJUH RESOLUSI KEBUDAYAAN Sumber: Tempo

BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 i

BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

MUSYAWARAH SEBAGAI AKAR DEMOKRASI

TUJUH RESOLUSI KEBUDAYAAN

Sumber: Tempo

Page 2: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019ii

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017

Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan

Sumber: Arsip Kemendikbud

Page 3: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 1

Budaya politik di Indonesia

memasuki babak baru.

Pada April 2019, di negeri

ini berlangsung pemilihan umum

kolosal yang diikuti 193 juta pemilih.

Mereka datang ke 805 ribu tempat

pemungutan suara untuk menentukan

presiden dan wakil presiden, 575

anggota DPR, 136 anggota DPD, 2.207

anggota DPRD provinsi, dan 17.610

anggota DPRD kabupaten/kota.

Terbit bertepatan dengan pesta

politik tersebut, majalah Indonesiana

yang berada di tangan pembaca ini

berusaha memotret budaya politik

yang telah mendarah-daging dalam

diri bangsa Indonesia. Budaya itu

terlembagakan dalam berbagai bentuk

yang unik di daerah, misalnya pemilihan

lurah, kerapatan nagari, tradisi pepe,

dan banyak lainnya.

Diyakini, budaya politik yang dimiliki

bangsa Indonesia telah menjadi modal

utama bagi mereka untuk menentukan

pemimpin dan para wakil mereka

secara tertib dan damai. Meskipun

dalam ribuan kegiatan kampanye

pemilu melahirkan sejumlah konflik,

pesta demokrasi berhasil menentukan

pilihan politik dengan lancar.

Selain itu, Indonesiana edisi ini juga

membedah Tujuh Resolusi Kebudayaan

yang merupakan kesepakatan peserta

Kongres Kebudayaan Indonesia

(KKI) akhir tahun lalu. Berbeda dari

dokumen Strategi Kebudayaan yang

juga dihasilkan KKI, ketujuh Resolusi

Kebudayaan memuat sejumlah program

yang praktis dapat dilaksanakan dalam

upaya memajukan kebudayaan.

Selamat membaca

Pemimpin Redaksi

Salam Redaksi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN

DAN KEBUDAYAAN

REPUBLIK INDONESIA

Jl. Jenderal Sudirman Kav. 4-5

Senayan, Jakarta

DEWAN REDAKSI

Pengarah

HILMAR FARID

Direktur Jenderal Kebudayaan

Penanggung Jawab

NADJAMUDDIN RAMLY

Direktur Warisan dan Diplomasi

Budaya

Koordinator Umum

NUJUL KRISTANTO

Kasubdit Program, Evaluasi, dan

Dokumentasi

Pemimpin Redaksi

AHMADIE THAHA

Redaktur Pelaksana

AGUNG Y. ACHMAD

Redaktur

AGAM RADJAWALI

AHMAD GABRIEL

ANOM ASTIKA

LAMBERTUS BERTO TUKAN

NORA EKAWANI

Editor

MARTIN SURYAJAYA

Foto

FAIZ SUKMA NUGRAHA

Tim Teknis

Koordinator

PANDU PRADANA

Anggota

FEBBIE ARDILLA

ABDULLAH AHMAD

Tim Administrasi

Koordinator

ANGGORO CAHYADI

Anggota

AMBAR KUSUMAWATI

AMIR HAMUDIN

Sirkulasi

FEBRY YANTI

ISNAENI RACHMAWATI

(021) 5725047, (021) 5725035

(021) 5725564, (021) 5725578

[email protected]

http://kebudayaan.kemdikbud.go.id

http://diversity.id

Page 4: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/20192

Kita sekarang berhadapan dengan

ancaman intoleransi antarkelompok

budaya. Terkikisnya keragaman

budaya tradisi dan belum kuatnya nilai-

nilai modern yang positif seperti kesetaraan

antarwarga, membuat masyarakat kita hidup

di zaman transisi yang rentan terserang krisis

jatidiri budaya. Dalam situasi krisis seperti

itu, ada risiko penguatan identitas primordial

(fanatisme dan prasangka berbasis SARA) yang

mengarah pada intoleransi antar kelompok

budaya. Ancaman ini hanya bisa dijawab dengan

menempatkan keanekaragaman budaya sebagai

hulunya pembangunan nasional. Untuk itu, kita

tak semestinya bersikap chauvinistik terhadap

budaya sendiri karena budaya sendiri adalah juga

hasil interaksi dengan budaya lain yang mulanya

asing bagi kita.

Kebudayaan nasional Indonesia diperkaya

oleh interaksi antarbudaya, termasuk interaksi

dengan budaya yang datang dari luar kawasan

Indonesia. Dalam konteks budaya, interaksi dan

saling meminjam serta mengadopsi budaya

lain itu biasa terjadi. Semua ini memperkaya

kepribadian bangsa kita. Inilah yang dimaksud

HILMAR FARID

Direktur Jenderal KebudayaanKementerian Pendidikan dan

Kebudayaan RI

MEMAJUKAN KEBUDAYAAN, MERAWAT KEBERAGAMAN

Pesan

Sumber: Arsip Kemendikbud

Page 5: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 3

Bung Karno dalam pidatonya di

hadapan sidang BPUPKI ketika

mencetuskan Pancasila untuk

kali pertama: “Internasionalisme

tidak dapat hidup subur, kalau

tidak berakar di dalam buminya

nasionalisme. Nasionalisme

tidak dapat hidup subur, kalau

tidak hidup dalam taman sarinya

internasionalisme.” Artinya, budaya

nasional kita justru akan diperkaya

oleh hubungan saling-pengaruh

yang sehat antara kebudayaan

sendiri dan kebudayaan asing.

Tantangan kita adalah

bagaimana memanfaatkan

kebudayaan sebagai modal untuk

melesatkan pembangunan nasional.

Budaya adalah DNA bangsa

Indonesia. Kongres Kebudayaan

Indonesia yang diselenggarakan

pada 5-9 Desember 2018 lalu

telah berhasil menelurkan Strategi

Kebudayaan dan Rencana Aksi

Pemajuan Kebudayaan. Hasil-hasil

inilah yang akan menjadi pedoman

kita untuk mengejawantahkan

kesadaran budaya sebagai DNA

bangsa Indonesia.

Semoga dengan membaca

majalah Indonesiana ini, kita

semua dapat semakin teguh dalam

memilih jalan pemajuan kebudayaan

yang akan mengantarkan

Indonesia ke visi pemajuan

kebudayaan 20 tahun ke depan:

“Indonesia bahagia berlandaskan

keanekaragaman budaya yang

mencerdaskan, mendamaikan dan

menyejahterakan.”

”Bung Karno dalam

pidatonya di hadapan

sidang BPUPKI ketika

mencetuskan Pancasila

untuk kali pertama:

“Internasionalisme tidak

dapat hidup subur, kalau

tidak berakar di dalam

buminya nasionalisme.

Nasionalisme tidak

dapat hidup subur,

kalau tidak hidup

dalam taman sarinya

internasionalisme.”

Pawai Budaya pada KongresKebudayaan Indonesia 2018: merawat keragaman

Sumber: Arsip Kemendikbud

Page 6: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/20194

NADJAMUDDIN RAMLY

Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kemendikbud RI

Pemilihan umum yang

berlangsung di Indonesia

pada 17 April 2019 boleh jadi

merupakan pesta politik terbesar

sepanjang abad. Pada Rabu itu,

sebanyak 193 juta pemilih menuju

tempat-tempat pemungutan suara

yang jumlahnya mencapai 805 ribu

buah. Untuk pertama kalinya dalam

sejarah, mereka memilih presiden

dan wakilnya, serta memilih anggota

legislatif lokal dan nasional serta

anggota senator secara serentak di

hari yang sama.

Dua puluh tahun lalu

sebelumnya, pada 7 Juni 1999,

pemilu pertama anggota legislatif

juga telah berlangsung sukses diikuti

48 partai politik. Lebih 105 juta

pemilih menuju tempat pemungutan

masyarakat Indonesia, khususnya

dalam budaya musyawarah mufakat.

Praktik politik berdasarkan budaya

ini telah berlangsung selama

berabad-abad, sejak masyarakat

hidup dalam pola perkauman

di zaman kerajaan dan terus

dipertahankan hingga kini di dalam

kehidupan masyarakat Indonesia.

Tradisi yang hidup dalam

masyarakat pertanian tradisional

Indonesia, seperti rembuk, bahkan

sudah menjadi praktik yang

terlembagakan dalam bentuk yang

unik di berbagai pemerintahan

dan lembaga-lembaga politik di

daerah. Misalnya, kerapatan Nagari,

Rembuk Desa, Musyawarah Subak,

dan forum-forum musyawarah

masyarakat desa lainnya. Praktik

BUDAYA POLITIKMASIH MENCARI BENTUK

Pengantar

suara. Padahal, di masa Orde

Baru, selalu dikatakan rakyat tak

punya budaya politik sehingga tak

siap melakukan pemilihan secara

langsung.

Keberhasilan pelaksanaan pemilu

langsung dua dekade terakhir

ini, dengan segala kelebihan dan

kekurangannya, membantah dengan

sendirinya pendapat ekstrem yang

menyatakan bahwa warga negeri ini

tak punya budaya politik. Nyatanya,

pemilu terbesar 2019, yang diawali

hingar-bingar kampanye selama

enam bulan, menunjukkan bangsa

kita memiliki budaya politik yang

santun dan dinamis.

Demokrasi jelas bukan barang

baru bagi masyarakat Indonesia. Ini

sudah terpatri dalam budaya asli

Sumber: Arsip Kemendikbud

Page 7: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 5

politik demokratis lainnya tampil

dalam tradisi pepe. Penyampaian

protes secara damai ini dilakukan

rakyat terhadap penguasa melalui

aksi diam yang performatif. Tradisi

politik kerakyatan semacam pepe

juga telah melembaga dalam

kehidupan masyarakat Jawa

tradisional, dan masih dipraktikkan

sampai sekarang.

Namun, di sisi lain, tak dapat

dipungkiri kenyataan adanya budaya

negatif yang menghambat, bahkan

menentang prinsip demokrasi yang

merupakan satu sistem politik

pilihan kita. Budaya negatif ini,

antara lain feodalisme, nepotisme,

patron klien, dan primodalisme, yang

juga mengakar sejak dulu dan masih

bertahan hingga kini di tengah

masyarakat.

Di awal kemerdekaan, dalam

proses perdebatan konsep dasar

dalam rangka menata sistem politik

Indonesia pasca-kolonial, timbul

perbedaan pandangan di kalangan

elite politik mengenai sistem politik

yang dianggap sesuai dengan

budaya Indonesia. Dua pemimpin

bangsa, Soekarno dan Mohammad

Hatta, memiliki persepsi berbeda

mengenai pilihan sistem demokrasi

karena perbedaan sikap terhadap

budaya politik yang ada.

Dalam konteks kelembagaan,

corak sistem demokrasi parlementer

seperti yang tampak pada tahun

1949 hingga 1950-an merupakan

reprentasi cita-cita Bung Hatta.

Sementara itu, Demokrasi Terpimpin

seperti dipraktikkan pada tahun

1959 hingga pertengahan 1960-

an merupakan cerminan cita-cita

penggagasnya, Soekarno.

Dalam konteks budaya politik,

periode demokrasi parlementer yang

disokong Bung Hatta dipandang

Soekarno sebagai cerminan praktik

demokrasi berdasarkan budaya

Barat. Di sisi lain, praktik Demokrasi

Terpimpin yang oleh Seokarno

diklaim sesuai dengan budaya asli

Indonesia dikritik tajam oleh Bung

Hatta sebagai cerminan budaya

feodal, otoriter, dan antidemokrasi.

Pencarian budaya politik yang

tepat untuk masyarakat Indonesia

tak juga tuntas setelah kekuasaan

berpindah dari rezim Orde Lama

(era Demokrasi Terpimpin) ke Orde

Baru. Era ini hanya kelanjutan dan

penyempurnaan dari model sistem

politik Orde Lama. Budaya politik

yang dikembangkan pun tidak jauh

berbeda. Ciri otoritarian dan represif

malahan kian menonjol.

Di bawah kepemimpinan

Presiden Soeharto, rezim

melembagakan banyak warisan

budaya feodal Jawa, bahkan warisan

budaya kolonial Belanda, dalam

hubungan antara rakyat dengan

penguasa. Soeharto mengklaim

sistem politik yang disebutnya

Sistem Demokrasi Pancasila ini

paling sesuai dengan budaya asli

Indonesia.

Pada 1998 rezim Soeharto

tumbang melalui serangkaian aksi

demo mahasiswa yang didukung

para elite dan massa rakyat.

Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ

Habibie) sebagai penggantinya

mulai melembagakan budaya politik

musyawarah mufakat dalam format

demokratisasi di segala bidang.

Pemilihan umum perwakilan rakyat

dilakukan sangat terbuka, dengan

diikuti langsung oleh seluruh warga.

Namun, bentuk demokrasi yang

dijalankan di Indonesia kini banyak

digugat terlalu liberal. Praktek

politik yang diterapkannya dinilai

tak sesuai dengan budaya bangsa

yang menunjung tinggi etika dan

agama. Pasalnya, model demokrasi

yang begitu liberal tak mampu

melahirkan produk politik yang

dapat mengatasi penyakit kronis

seperti korupsi serta nepotistme dan

bahkan menyediakan lahan subur

bagi praktek oligopoli.

Semua ini menunjukkan bahwa

pencarian budaya politik yang pas

belum selesai, dan kita masih harus

mencari bentuk ideal yang mesti

terus-menerus diupayakan secara

bersama.

”Dalam konteks

kelembagaan, corak

sistem demokrasi

parlementer seperti

yang tampak pada

tahun 1949 hingga

1950-an merupakan

reprentasi cita-cita

Bung Hatta. Sementara

itu, Demokrasi

Terpimpin seperti

dipraktikkan pada

tahun 1959 hingga

pertengahan 1960-an

merupakan cerminan

cita-cita penggagasnya,

Soekarno.

Page 8: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/20196

Pesan

Tujuh Resolusi KKI

Peristiwa

Pengantar

Topik Utama

2

32

34

36

38

40

42

44

46

50

52

56

58

60

63

4

8

13

17

20

24

28

MEMAJUKAN KEBUDAYAAN, MERAWAT KEBERAGAMAN

BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK

KETIKA PESTA DEMOKRASI MENJADI KENDURI KEBUDAYAAN

TRADISI MUSYAWARAH MUFAKAT AKAR DEMOKRASI KITA

SENI PEMIMPIN MENEMUKAN JALAN TENGAH

LEMBAGA PEMERINTAHAN TRADISIONAL

PEMIMPIN, SUKSESI DAN PARTISIPASI RAKYAT

PEMILU INDONESIADARI WAKTU KE WAKTU

PEKAN KEBUDAYAAN NASIONAL

REGENERASI DAN ALIH PENGETAHUAN

RUMAH BUDAYA INDONESIA, RESIDENSI DAN DIASPORA

EKONOMI KREATIF BERBASIS BUDAYA UNTUK SEMUA

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BERBASIS BUDAYA

DANA ABADI UNTUK INISIATIF SENI DAN BUDAYA

EMPAT PRIORITAS PROGRAM PEMAJUAN KEBUDAYAAN

ALIH-FUNGSI ASET PUBLIK TERBENGKALAI MENJADIRUANG BUDAYA

GAMELANLaras Slendro dan Pelog dalam Harmoni Musik Nusantara

MEMAJUKAN KEBUDAYAAN MELALUI DIPLOMASI BUDAYA

BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

BUKAN SEKADAR APRESIASI TERHADAP PELAKU BUDAYA

PERINGATANHARI WARISAN DUNIAWorld Heritage Day

PERAHU PINISIDalam Tradisi Lisan

GEDUNG DPR/MPRSaksi Bisu Politik Luar Negeri Indonesia

Sumber: banyumas.kpu.go.id

Page 9: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 7

Olahraga Tradisional

Teknologi Tradisional

Tradisi Lisan

Bahasa

MozaikManuskrip

Permainan Tradisional

72

74

76

78

84

85

86

87

88

89

70

66

68

PACU JALURAdu Kecepatan di Atas Sungai

SASI MALUKU

KERAWANG GAYO

JEJAK BAHASA MELAYU HINGGA MENJADI BAHASA IBU

Bahasa

78JEJAK BAHASA MELAYU HINGGA MENJADI BAHASA IBU

Ritus

82ROKATYang Sakral dan Menghibur

DEMOKRASI YANG MENGGEMBIRAKAN

Indonesia

90INDONESIA RAYA TIGA STANZAKisah dan Filosofinya

Maestro

94MENJAGA LINGKUNGAN DENGAN ADATEliza Marthen Kissya

MUSEUM MARITIM INDONESIA

JAMASAN TOSAN AJI

PERANG KETUPAT

CONGKLAKPermainan yang Mengasah Otak Kiri Anak

PATHOLGulat Tradisional Asli Indonesia

GOBAK SODORPermainan yang Mampu Bertahan di Zaman Milenial

HUKUM LAUT DI KERAJAAN BALI KUNO

DENGAN PELA SEMUA BERSAUDARA

Sumber: kemendibud.go.id

Page 10: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/20198

KETIKA PESTA DEMOKRASI MENJADI KENDURI KEBUDAYAAN

Topik Utama

Sumber: Shutterstock

Page 11: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 9

Bangsa Indonesia akan

menggelar hajatan

akbar berupa pemilihan

langsung presiden (Pilpres) dan

pemilihan legislatif (Pileg) pada 17

April 2019. Dalam pesta demokrasi

ini, rakyat akan memilih Presiden

dan Wakil Presiden, anggota Dewan

Perwakilan Rayat (DPR), anggota

Dewan Perwalikan Daerah (DPD)

serta anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) provinsi

dan kabupaten/kota untuk masa

pengabdian lima tahun ke depan

secara serempak.

Menghadapi momentum lima

tahunan ini, seperti pada gawe

nasional serupa sejak pemilu 1999,

yang dianggap sebagai momentum

kebangkitan demokrasi itu,

masyarakat kita kembali bergeliat

dan mengalami eforia. Kesadaran

politiknya tiba-tiba membuncah.

Sejauh eforia politik disalurkan

melalui cara-cara yang adil, tidak

mufakat, lembaga pemerintahan

tradisional serta akar-akar budaya

pada masyarakat kita sejak berabad-

abad lampau. Maka, agar tidak

tercerabut dari akar budaya sendiri

dalam memahami demokrasi, kita

perlu meluangkan waktu sejenak

untuk menengok khazanah tradisi

'demokrasi' bangsa ini.

Demokrasi: Dialektika antara

Tradisi Asli dan Ide dari Luar

Semua mafhum, kita sebagai

bangsa pada hari ini telah

menerima serta menjalankan

demokrasi sebagai sistem politik

kekuasaan. Ini bukan realitas

yang dihasilkan dari proses yang

berlangsung semalam. Ia merupakan

serangkaian pergulatan akal budi

semua komponen bangsa yang

berlangsung dalam rentang waktu

panjang, hal yang secara esensial

dapat kita sebut sebagai poses

kebudayaan.

Mengingat kebudayaan selalu

dinamis, maka sebuah narasi besar

di suatu bangsa dapat saja lahir

sebagai akibat dari akulturasi,

asimilasi atau dialektika antara

budaya lokal dan asing. Karena

itu, bisa jadi benar pandangan

saling meniadakan dan menghakimi

satu sama lain, dan terutama tidak

menyalahi aturan main, maka hal itu

sah-sah saja, bahkan positif.

Salah satu gejala positif yang

menarik adalah bangkitnya imajinasi

masyarakat tentang apa dan siapa

itu pemimpin, tentang partisipasi

dan preferensi politik rasional, dan

seterusnya. Ini masuk akal karena

orang-orang yang dipilih dalam

pemilu itu kelak akan membawa

pengaruh terhadap warna dan arah

tata kehidupan bermasyarakat

dan bernegara dalam lima tahun

mendatang. Kesadaran masyarakat

dalam berdemokrasi meningkat dari

waktu ke waktu.

Namun, di balik itu, terdapat

juga gejala negatif, yakni gejala

kebangkitan kembali politik

identitas. Bagi sementara kalangan,

fenomena tersebut merupakan hal

lumrah belaka menjelang kontestasi

politik. Sementara sebagian

kalangan lainnya menyebut gejala

tersebut berpotensi menjadi

ancaman bagi demokrasi di negara

yang berjuluk bhinneka tunggal ika

ini.

Mencoba melampaui anggapan-

anggapan di atas, Indonesiana kali

ini ingin membaca pemilu dalam

kaca mata kebudayaan. Anggapan

ini tidak berlebihan mengingat

sistem demokrasi (berasal dari

bahasa Yunani: demos dan cratos,

artinya kekuasaan rakyat) adalah

sebuah narasi besar yang akan

membawa banyak pengaruh

terhadap pencapaian-pencapaian

kebudayaan kita pada akhirnya.

Di sisi lain, demokrasi modern itu

sendiri memiliki sejumlah kesesuaian

dengan tradisi politik, tradisi

kepemimpinan, tradisi musyawarah

”Untuk sementara,

dalam kasus Indonesia,

saya belum melihat

sumber budaya lain

di luar Islam yang

mewadahi secara ramah

pandangan demokrasi.

(Fachry Ali)

Pangulu berasal dari kata Pangka dan Hulu

(pangkal dan hulu)

Page 12: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201910

sementara kalangan yang menyebut

bahwa demokrasi bukanlah tradisi

asli bangsa ini alias ide yang dibawa

dari luar. Untuk sementara dapat

dikatakan bahwa demokrasi masuk

ke Indonesia melalui pemerintah

kolonial Belanda, selain dikenalkan

oleh para tokoh pergerakan nasional

yang berlatar belakang pendidikan

Barat.

Walaupun demikian, banyak

pula pihak yang meyakini demokrasi

adalah tradisi asli masyarakat kita

tempo dulu. Di kalangan ilmuan

politik sendiri anggapan tentang

ada atau tidak ada tradisi demokrasi

dalam masyarakat kita cukup

beragam. Hal itu diakui Siti Zuhro,

peneliti senior Pusat Penelitian

Politik Lembaga Penelitian

Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI). Menurut Zuhro, terdapat

dua pandangan berbeda yang

dapat digeneralisasi. "Pertama,

budaya politik demokrasi yang

tidak memiliki akar budaya lokal

masyarakat. Kedua, nilai-nilai

demokrasi dengan berbagai

variannya telah tumbuh sejak

lama di Indonesia seiring dengan

dinamika budaya lokal masyarakat,"

kata profesor riset ilmu politik itu.

Zuhro mencontohkan tradisi

rembug desa, kerapatan nagari,

musyawarah subak, merupakan

praktik-praktik demokrasi,

sebagaimana tradisi pepe atau

penyampaian pendapat (protes)

yang dilakukan rakyat terhadap

penguasa melalui aksi diam.

Namun, Zuhro juga mengakui dua

kecenderungan besar tadi masih

hidup dalam masyarakat kita hingga

sekarang. "Ada potensi-potensi

warisan tradisi masyarakat kita yang

memang tidak seiring dengan ide

demokrasi, ada pula yang selaras

seperti tradisi egaliter, struktur

kekuasaan horisontal," tutur dia.

Gambaran tentang akar

demokasi dalam tradisi masyarakat

kita ditunjukan dengan sangat

baik oleh antropolog Universitas

Hassanudin Makasar, Mattulada

(alm). Menurut dia (1992), pada

zaman dulu, masyarakat yang

menghuni kepulauan Nusantara

hidup dalam kelompok-kelompok

kecil yang ia sebut persekutuan

hidup kaum. Persekutuan kaum

kecil ini bersifat otonom. Namun

mereka tidak melulu 'bergaya hidup'

isolasi, tetapi juga menyetujui

konsep yang bersifat sinambung,

seperti membangun jalinan dengan

persekutuan-persekutuan kaum

yang berdekatan--bisa terjadi

akibat penaklukan. Fenomena ini

yang Mattulada sebut sebagai

konfederasi. Kita tahu, otonomi dan

konfederasi merupakan nilai-nilai

demokrasi.

Memang, pertumbuhan

berikutnya mengarah ke gabungan

persekutuan yang lebih besar.

Itulah jejak kejaraan-kerajaan lokal

Nusantara. Mattulada membagi

persekutuan dan kepemimpinan

kerajaan-kerajaan Nusantara ke

dalam tiga corak besar, yakni,

pertama pola Jawa yang memuncak

pada pembentukan kerajan-kerajaan

Hindu Mataram, Majapahit. Kedua,

pola Melayu seperti diafirmasi

keberadaan Kerajaan Pagar

Ruyung, Minangkabau, Deli, dan

lain-lain. Ketiga, pola persekutuan

dan kepemimpinan pelaut di

bagian timur Indonesia. Ketiga

pola ini melahirkan kenyataan

Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat/Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

” Demokrasi adalah

sesuatu yang tidak

terbatas, ditanggung

kekuatan dan kelas

sosial, berjuang untuk

tujuan tertentu.

(R. Siti Zuhro)

Sumber : Wikimedia.org

Page 13: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 11

Katholik, dan Partai Kristen

Indonesia (Baca: Pemilu dari Waktu

ke Waktu).

Pandangan ini diamini Zuhro.

Mengutip Arthur Rosemberg (1939),

ia mengatakan bahwa demokrasi

tidak ada dengan sendirinya, tetapi

merupakan abstraksi formal‒sebelum mewujud menjadi sistem

gagasan dan konsep. "Demokrasi

adalah sesuatu yang tidak terbatas,

ditanggung kekuatan dan kelas

sosial, berjuang untuk tujuan

tertentu," kata Zuhro.

Dalam konteks perjuangan

demokrasi, Mochtar Na'im (1994)

menyebut para pendiri negara‒umumnya berpendidikan Barat‒ dengan latar belakang budaya

beragam mampu membuat suatu

dialektika gagasan-gagasan

dalam menyusun konsep negara

demokratis ini. Dan semua itu, tulis

Mochtar, terbaca dari bait-bait

Undang-Undang Dasar (UUD), baik

yang beragam dalam kaitannya

dengan ide demokrasi. Mattulada

menyebut pola masyarakat kaum di

Jawa, misalnya, terkubur menyusul

pengaruh Hindu.

Menyetujui dalam beberapa

hal simpulan Mattulada di atas,

Mochtar Na'im, sosiolog Universitas

Andalas, Sumatera Barat, menyebut

pola Melayu cenderung bersifat

sentrifugal, other-oriented.

Sementara pola Jawa melahirkan

karakter sentripetal, feodalistik. Ia

memberikan contoh raja dan rakyat

pada budaya Melayu bersemboyan:

raja adil raja disembah, raja lalim

raja disanggah.

Dalam konteks ini, cendekiawan

muslim Fachry Ali menyebut

Islamlah yang membawa gagasan

tentang konsep kekuasaan yang

bersifat otonom dengan struktur

kekuasaan horisontal dan non-

hirakrkis ke bumi Nusantara. Ajaran

Islam, menurut Fachry, kosmopolit

dan kompatibel dengan demokrasi,

karena memandang setiap manusia

itu sama dan merdeka. Sementara

pada agama-agama lain terdapat

hirarki spiritual.

"Karena itu, ketika belakangan

demokrasi masuk ke wilayah

Nusantara, di kawasan-kawasan

di mana Islam telah tersebar

itu cenderung dapat menerima

demokrasi sebagai konsep

kekuasaan. Bahwa kekuasaan itu

bukan taken for granted," kata

Fachry. "Untuk sementara, dalam

kasus Indonesia, saya belum melihat

sumber budaya lain di luar Islam

yang mewadahi secara ramah

pandangan demokrasi. " ujar Fachry

menambahkan.

Salah satu unsur kebudayaan

Islam yang berperanan

mengantarkan kepada pemahaman

demokrasi di kemudian hari adalah

bahasa. Bahasa Melayu mengalami

pengayaan puluhan kosakata bahasa

Arab yang berpengertian atau

berkonotasi 'demokrasi', seperti

dewan, wakil, rakyat, musyawarah,

mufakat, sepakat, untuk sekadar

menyebut beberapa. Masyarakat

Nusantara belum mengenal istilah

adil hingga Islam datang. Seperti

kata filsuf Jerman, Hans Georg

Gadamer (1900-2002), pemahaman

adalah kejadian yang bersifat

linguistik, dialektikal, dan historis

(Baca: Tradisi Musyawarah Mufakat).

. Demokrasi yang pada awalnya

merupakan ide itu lalu melahirkan

dialektika hingga upaya-upaya

perubahan struktural. Karena

itu, kata Fachry, di era awal

kemerdekaan, ide demokrasi

disambut dengan sangat antusias

terutama oleh Masyumi, Partai

Sosialis Indonesia (PSI), Partai

Seorang warga memberikan suara: Partisipasi demokratis dalam pemilu demokrasi.

Sumber : Antara

Page 14: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201912

UUD 1945, UUD Sementara maupun

UUD Republik Indonesia Serikat.

Menuju Kenduri Kebudayaan

Pandangan tentang pemilu

sebagai peristiwa kebudayaan

ini juga pernah dilontarkan putra

bungsu Presiden Soekarno, Guruh

Soekarnoputra, saat merayakan

hari ulang tahunnya yang ke-

65 di Jakarta, beberapa waktu.

"Menurut saya, peristiwa politik

seperti Pilpres dan Pileg seharusnya

disadari sebagai sebuah peristiwa

budaya. Di situ ada sistem nilai yang

dipraktikkan. Di situ ada sistem

sosial yang bekerja," ucap Guruh di

Jakarta pada 13/1/2018 lalu.

Pandangan Guruh tentu saja

bagus dan relevan, dan Indonesiana

menyetujui perspektif semacam

itu. Oleh karena itu, dalam laporan

utama kali ini, Indonesiana ingin

menurunkan artikel-artikel ringan

di seputar hal-hal yang dapat

dikatakan sebagai 'akar-akar

demokrasi' dalam tradisi masyarakat

kita. Pembabakan tulisan dibagi ke

dalam beberapa topik, yakni: Tradisi

Musyawarah Mufakat, Lembaga

Pemerintah Tradisional, Politik

Akomodasi, Tradisi Pemimpin,

Suksesi dan Partisipasi. Di luar

tema utama, Indonesiana juga

mengetengahkan tema Pemilu yang

Menyengangkan.

Mengarusutamakan pandangan

bahwa pemilu adalah peristiwa

kebudayaan merupakan saat yang

tepat bagi kita untuk mengerahkan

potensi-potensi kultural, catatan-

catatan historis, nilai-nilai dan

pandangan hidup masyarakat

yang sejak dulu telah mengenal

demokrasi. Pesta demokrasi, dengan

demikian, menjadi momentum

bersama untuk merayakan

kekuasaan rakyat agar melahirkan

manfaat sebesar-besarnya dalam

upaya pemajuan kebudayaan

bangsa. AYA

Calon kepala desa diarak

di Kabupaten Lamongan

Jawa Timur.

Pelantikan kepala Desa Kumbang, Nusa Tenggara

Barat.Sumber : kumbang.desa.id

Page 15: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 13

Musyawarah mufakat merupakan narasi besar yang menyokong perjalanan sejarah demokrasi Indonesia.

Tradisi ini tumbuh dalam kultur beragam.

Musyawarah mufakat merupakan tradisi

nenek moyang bangsa ini sejak berabad-

abad silam. Semua orang dari generasi

ke generasi seolah menjadi saksi sekaligus pelaku.

Oleh para pendiri bangsa, tradisi musyawarah mufakat

drumuskan ke dalam konsep kekuasaan demokrasi

sebagaimana dituangkan ke dalam Undang-Undang

Dasar (UUD) 1945.

TRADISIMUSYAWARAH MUFAKAT AKAR DEMOKRASI KITA

Pengaruh kuat kesadaran kultural tentang

musyawarah dan mufakat itu disebabkan oleh

karena tradisi ini tumbuh subur pada satuan wilayah

terendah, yakni desa. Dalam masyarakat agraris di

Jawa, misalnya, terdapat tradisi rembuk desa. Rembuk

desa yang biasanya dihadiri pinisepuh dan pamong

desa itu berlangsung setiap tiga puluh lima hari sekali

atau dikenal dengan selapanan sesuai penghitungan

Sumber: Shutterstock

Page 16: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201914

hari pasaran dalam penanggalan

kalender Jawa yang berjumlah lima

(pahing, pon, wage, kliwon, legi).

Misalnya, selapanan jatuh setiap hari

pasaran kliwon.

Di Bali, kita menemukan subak

yang merupakan kearifan lokal

tentang penanganan tata kelola

air untuk pertanian. Para petani

melakukan musyawarah mufakat

bukan hanya demi pembagian air

tetapi juga pengelolaan sistem tata

air yang berkelanjutan. Hasilnya

sangat mengagumkan. Subak adalah

lembaga tradisional otonom di luar

banjar dan desa di Bali.

Mirip subak, tradisi dalam

pengelolaan pertanian (juga

urusan-urusan lainnya) hidup dalam

masyarakat Ende Lio, Flores,

Nusa Tenggara Timur, yang juga

diwujudkan melaui musyawarah.

Musyawarah lazim di dilakukan

di hanga, yakni ruang pubik

terbuka, biasanya berada di tengah

permukiman, dan dihadiri para

penggarap (fai walu ana kalo) dan

pemangku adat (mosalaki).

Jejak tradisi musyawarah

mufakat pada masyarakat Suku

di Bima, Nusatenggara Barat,

tergambar dalam Mbolo Weki.

Tradisi mbolo weki yang paling

lazim memang berupa forum untuk

mempersiapkan suatu kegiatan

kekerabatan, seperti pernikahan,

khitanan, dan pengajian untuk

memanjatkan doa. Namun, wahana

ini ini juga biasa digelar untuk

membahas berbagai hal berkaitan

dengan pemenuhan kebutuhan

bersama warga dalam langgam

musyawarah mufakat.

Tak diragukan lagi bagaimana

musyawarah dan mufakat

hidup dalam tradisi masyarakat

Minangkabau di Sumatera Barat

dan Melayu. Pada masyarakat

Minangkabau terdapat tradisi

kerapatan nagari sebagai

mekanisme pengambilan keputusan

bersama. Sementara tradisi

musyawarah pada masyarakat

Melayu diafirmasi keberadaan

lumbung di setiap desa. Tak hanya

menjadi gudang penyimpanan stok

pangan, lumbung juga berfungsi

sebagai tempat bagi kegiatan

bermusyawarah warga desa.

Tradisi musyawarah dan

mufakat juga melembaga kuat

pada suku Bugis Makassar,

yakni tudang sipulung yang

berarti duduk bersama. Selain

berpengertian harfiah, tudang

sipulung merupakan wahana

bagi warga untuk menyuarakan

aspirasinya, serta membahas jalan

keluar berbagai persoalan secara

bersama-sama. Musyawarah

mufakat pada masyarakat Bugis

Makassar ini mewakili pola tradisi

serupa di Indonesia Timur, seperti

Mandar, Buton, Ternate, Haruku,

Gowa, dan lain-lain, terutama pada

wilayah-wilayah yang pada masa

niaga (abad ke-14-17) dilalui jalur

perdagangan, khususnya para

saudagar asal Arab dan Gujarat,

yang telah lihai berbahasa Melayu

itu.

Jalur perdagangan dan nilai-niai

Islam

Jalur perdagangan dan bahasa

Melayu memang menjadi kunci

mengapa tradisi musyawarah

menyebar hampir hampir merata di

seluruh wilayah Nusantara, karena

dari sanalah istilah musyawarah

dan mufakat untuk pertama kalinya

dikenalkan. Kedua kosakata lahir

”Demokrasi ala

Indonesia adalah

musyawarah

mufakat.

(M. Hatta)

Bung HattaBapak Proklamator Indonesia

Sumber: wikipedia

Page 17: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 15

sebagai hasil akulturasi antara

budaya lokal--terutama lantaran

bahasa Melayu--dan ajaran Islam

mengingat para pedagang juga

membawa misi dakwah.

Musyawarah adalah kosakata

yang berasal dari bahasa Arab,

yakni syawara, yusyawiru yang

berarti menampakkan sesuatu

yang pada awalnya tersembunyi.

Varian kata kerja ini misalnya: asyara

(memberi isyarat), tasyawara,

(tukar pendapat), syawir (meminta

pendapat) atau mustasyir ( minta

pendapat orang lain). Sebagai istilah,

musyawarah berarti berunding, urun

rembuk atau mengatakan sesuatu.

Mufakat pun berasal bahasa Arab,

yakni muwaafaqotun yang berarti

ketidaksamaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), kata musyawarah

diartikan sebagai pembahasan

bersama dengan maksud mencapai

keputusan atas penyelesaian

masalah, perundingan, perembukan.

Sementara itu, mufakat diartikan

setuju, seia sekata, sepakat

(adjektiva), persetujuan (kata

benda) atau berunding (kata kerja).

Bila dua term tadi digabungkan

menjadi sebuah frasa, musyawarah

mufakat, kira-kira akan bermakna:

saling mengatakan sesuatu yang

semula masih tersembunyi untuk

mencapai keputusan bulat atau

kesepakatan, atau berembuk untuk

mencapai kata sepakat.

Tak hanya melahirkan

terminologi musyawarah

dan mufakat, akulturasi juga

menghasilkan banyak kosakata

seperti majelis, dewan, wakil, rakyat,

musyawarah, mufakat, untuk

sekadar menyebut beberapa.

Kosakata-kosakata tersebut adalah

sumbangan bahasa Arab‒yang

merupakan bahasa pengantar

agama Islam‒yang merupakan

nomenklatur demokrasi Indonesia.

Artinya, secara sosiolinguistik,

masyarakat Nusantara belum

mengenal istilah-istilah tersebut,

sebagaimaa kosakata adil, makmur,

hikmah, mukadimah, maklumat, dan

seterusnya hingga Islam datang.

Bahasa Indonesia pada hari ini

sebanyak 30%-nya berasal dari

kosakata bahasa Arab.

Di dalam Alquran sendiri

terdapat banyak sekali ayat

yang berisikan printah untuk

bermusyawarah--bahkan ada surat

yang bernama Musyawarah-- di

antaranya pada Surat Asy Syura ayat

38, yang artinya: Dan (bagi) orang-

orang yang menerima (mematuhi)

seruan Tuhannya dan mendirikan

salat, sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarah

antara mereka; dan mereka

menafkahkan sebagian dari rezeki

yang Kami berikan kepada mereka.

(QS. Asy-Syura ayat 38).

”Musyawarah adalah

kosakata yang

berasal dari bahasa

Arab, yakni syawara,

yusyawiru yang berarti

menampakkan sesuatu

yang pada awalnya

tersembunyi. Varian

kata kerja ini misalnya:

asyara (memberi

isyarat), tasyawara,

(tukar pendapat), syawir

(meminta pendapat)

atau mustasyir ( minta

pendapat orang lain).

Praktik musyawarah mufakat di perdesaan

Page 18: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201916

Sejurus dengan itu, Islam merupakan ajaran

yang memandang setiap manusia itu merdeka dan

sama di depan Tuhan. Nilai-nilai ajaran inilah yang

memungkinkan ide-ide demokrasi mendapatkan ruang

dalam kesadaran budaya masyarakat Nusantara dengan

berbagai latar agama dan kepercaan.

Pengaruh islamisasi yang berlangsung di bumi

Nusantara sehingga melahirkan tradisi musyawarah

mufakat itu dibenarkan intelektual muslim Fachry

Ali. Menurut Fachry, mengambil kasus Jawa--yang

menerima ide demokrasi dan Islam tidak sekuat Melayu

atau Minangkabau--, islamisasi memberikan kontribusi

penting terhadap pengenalan gagasan-gagasan

demokrasi. Proses ini dibuktikan oleh, antara lain,

keberadaan pesantren. "Pesantren selama ini merupakan

counter culture terhadap keraton yang notabene

feodal," kata Fachry.

Mengutip catatan Tome Pirez, penulis asal Portugis

yang datang ke Asia Tenggara setelah Malaka jatuh,

Fachry menyebut bahwa pada 1512 di Jawa telah berdiri

sekitar lima ribu pesantren. "Inilah entitas kebudayaan

tersendiri, atau yang oleh Abdurrahman Wahid disebut

subkultur santri, yang kelak memberikan warna pada

penumbuhan civil society."

"Itulah mengapa demokasi relatif lebih mudah

masuk ke Indonesia karena Islamisasi itu. Ini bahkan

tidak terjadi di Arab tempat Islam berasal, karena

selain kesukuannya di sana sangat kuat dan bangunan

kekuasannya sangat hirarkis. Kelas paling atas diduduki

penguasa, di bawah rakyat, sementara di tengah

kosong. Tidak ada kelas menengah. Dalam struktur

sosial masyarakat di mana kelas menengah tidak kuat

demokrasi umumnya tidak dapat berkembang," kata

Fachry.

Hippun Adat, kegiatan

penyampaian hasil

musyawarah adat Kerajaan

Adat Paksi Pak Sekala Brak

berisi harapan, keinginan,

dan sumbang saran kepada

Pemerintah Kabupaten

Lampung Barat

Benar, tradisi musyawarah mufakat adalah kearifan

lokal yang setara dengan ide demokrasi. Bapak

Proklamator Indonesia Mohammad Hatta dalam

Demokrasi Kita (1960) bahkan berkesimpulan bahwa

demokrasi ala Indonesia adalah musyawarah mufakat. Ia

mengutip istilah budaya Minangkabau: Mamak barajo ka

mupakek, mupakek barajo ka nan bana, nan bana tagak

sandirinyo yang artinya: Pemimpin bersandar pada

mufakat, mufakat bersandar pada kebenaran, kebenaran

ada di agama.

AYA

Sumber: duniaindra.com

Sumber: duniaindra.com

Page 19: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 17

Pada hakikatnya, dalam

sistem demokratis, seorang

pemimpin memiliki

kewenangan penuh lantaran ia telah

memperoleh kepercayaan besar dari

rakyat. Namun, dalam praktiknya,

banyak pemimpin yang melibatkan

kalangan-kalangan di luar lingkaran

kekuasaannya untuk memenuhi

harapan sebagian interest group

(kelompok kepentingan) dalam

penyelenggaraan pemerintahannya.

Tindakan semacam ini sering disebut

politik akomodasi.

Beberapa pihak yang mewakili

kelompok kepentingan non-

partai tadi memiliki beberapa

latar belakang seperti organisasi

SENI PEMIMPINMENEMUKAN JALAN TENGAH

kemasyarakatan (ormas), entitas

budaya atau adat, profesi, geografis,

dan lain-lain. Melalui cara ini,

pemimpin dapat mengakomodasi

secara lebih baik kepentingan

kelompok atau pihak yang terwakili

di dalam pemerintahan atau

penyelenggaraan negara.

Politik akomodasi dapat

dibilang satu semangat dengan

tradisi musyawarah mufakat

dalam masyarakat kita. Sebab, di

sana terdapat situasi ideal, yakni

kompromi, yang menjadi salah

satu unsur penting musyawarah

mufakat sekaligus pencapaian yang

diinginkan demokrasi.

Bagi sebagian penguasa, sikap

akomodatif dalam mengelola

kekuasaan ini menjadi semacam seni

kepemimpinan politiknya, lebih-

lebih bila mereka adalah pemenang

pemilu secara sah serta didukung

partai politik koalisinya di parlemen

dalam jumlah cukup memadai.

Pemimpin visioner memang akan

berpikir jauh melampaui daya

pikat otokrasi. Politik akomodasi

lazim dilakukan pemimpin bijak

bukan hanya demi melanggengkan

kekuasaannya, atau sekadar

mengamankan diri dari berbagai

rongrongan kekuatan lawan politik

atau oposisi, melainkan demi

maslahat yang lebih besar dari itu,

yakni kepentingan nasional. Dalam

Sumber: website nasional.tempo.co

Page 20: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201918

taraf tetentu, politik akomodasi

adalah sebentuk niat baik penguasa

untuk menciptakan kontrol bagi

dirinya.

Menurut sosiolog kenamaan

Universitas Indonesia, Soerjono

Soekanto (2006), akomodasi

merupakan suatu cara untuk

menyelesaikan pertentangan tanpa

menghancurkan lawan. Tujuan

akomodasi berbeda-beda sesuai

dengan situasi yang dihadapi. Tetapi

pada intinya politik akomodasi

merupakan upaya untuk meredakan

atau menghindari konflik dalam

rangka mencapai kestabilan.

Karena itu, politik akomodasi

tidak melulu tentang rekrutmen

politik, tetapi juga dapat berupa

kebijakan atau melahirkan regulasi

hingga ke taraf undang-undang

sehingga aspirasi kelompok

kepentingan dapat diakomodasi

pihak pemerintah. Jejak politik

akomodasi dalam panggung politik

Indonesia modern memperlihatkan

banyak sekali contoh dan

tipologinya.

Di era Orde Baru, misalnya,

Soeharto melakukan politik

akmodasi terhadap kalangan

muslim yang sejak di era masa

kepemimpinannya cenderung

dipinggirkan. Ketika itu muncul

istilah Islamophobia. Politik

akomodasi ditandai kelahiran

organisasi Ikatan Cendekiawan

Muslim Indonesia (ICMI), atau

rekrutmen politik melalui organisasi

politik penguasa di Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) dan Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR)

hingga posisi menteri.

Orang boleh berdebat politik

soal motivasi penguasa kala itu,

misalnya untuk mengamankan

pemilihan presiden pada Sidang

Umum MPR Tahun 1993. Tetapi demi

kemaslahatan orang banyak, hal itu

wajar mengingat sebagian besar

penduduk muslim yang notabene

merupakan mayoritas itu telah

mengalami ketertinggalan di banyak

aspek, seperti pendidikan, ekonomi,

bahkan secara politik, akibat

kebijakan represif oleh rezim sejak

berkuasa di awal tahun 1970-an itu.

Politik akomodasi sebagai

bentuk lobi atau balas budi seperti

di atas juga pernah dilakukan

Presiden Abdurrahman Wahid

ketika menghadapi situasi hangat di

Papua. Presiden Wahid mengangkat

Manuel Kaisiepo sebagai Menteri

Negara Percepatan Kawasan Timur

Indonesia. Untuk hal pertama kalinya

Presiden Indonesia mengangkat

orang Papua mejadi menteri.

Menariknya, ketika itu Kongres

Rakyat Papua akan diselenggarakan.

Tetapi Gus Dur, sapaan akrab

Presiden, dengan perhitungan

politiknya, menyetujui kegiatan

bernuansa subversif itu tetap digelar.

Antara lain berkat langkah Gus Dur

itulah animo perlawanan masyarakat

Papua mereda, sekurang-kurangnya

untuk jangka waktu tertentu, dan

pintu dialog dibuka lebih lebar.

Langkah yang kurang lebih

sama pernah dilakukan Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono dalam

penyelesaian konflik bersenjata di

Aceh yang melibatkan Gerakan Aceh

Merdeka (GAM). Bentuk akomodasi

pemimpin tertinggi Indonesia

kala itu adalah penyelenggaraan

Penandatanganan Nota

Kesepahaman antara Pemerintah

RI dan GAM di Helsinki Finlandia

pada 15 Agustus 2005. Buah nyata

dari politik akomodasi ini adalah

pemberlakuan daerah istimwa bagi

Provinsi Aceh Darussalam (kini

Provinsi Aceh), aspirasi yang sejak

lama diperjuangkan masyarakat di

sana.

Masih banyak politik akomodasi

yang pernah dilakukan penguasa

negeri ini dengan hasil yang cukup

baik. Misalnya penetapan hari raya

Imlek bagi warga etnik Tionghoa.

Kelahiran sejumlah provinsi,

kabupaten/kota baru dengan

dasar keunikan sejarah kebudayaan

setempat yang meyakinkan,

seperti dalam Provinsi Banten,

pun termasuk buah dari politik

akomodasi ini.

AYA

Kesepahaman antara Pemerintah RI dan GAM Aceh di Helsinki Finlandia pada 15 Agustus 2005Sumber: Antara

Page 21: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 19

Upaya merekrut

kekuatan-kekuatan yang

berseberangan dengan

penguasa merupakan bagian dari

sejarah pengelolaan pemerintahan

di kerajaan-kerajaan di Nusantara

di masa lalu. Tidak hanya di level

elite, politik akomodasi juga lazim

dilakukan pada level bawah atau

kalangan-kalangan yang oleh

pemerintah kolonial Belanda disebut

bandit.

Di era Kerajaan Mataram,

misalnya, merekrut dedengkot

preman di suatu wilayah untuk

duduk sebagai lurah hingga

tumenggung kerap terjadi. Harapan

yang diinginkan penguasa adalah

kawasan menjadi aman. Suka tidak

suka, para elite baru tersebut akan

bertanggung jawab terhadap

keamanan di lingkungannya. Bahkan,

lebih dari itu, mereka bertaubat

serta mengajak para pelaku tindak

kriminal lainnya untuk ikut menjaga

keamanan dan ketertiban. Ini sesuai

filosofi Jawa seperti terefleksi pada

aksaranya. Pada aksara Jawa ada

pasangan yang namanya pangku.

Huruf konsonan yang dipangku

(biasanya di akhir kata) menjadi

mati (tidak berbunyi). Orang yang

dipangku, diminta untuk duduk,

biasanya tunduk.

Pemerintah kolonial Belanda

rupanya 'belajar' banyak dari

pengalaman di atas. Kisah ini

banyak ditemui di pedalaman

Jawa hingga Banten. Kisah Mbah

Saringin, preman sakti yang di mata

Belanda berkarakter kejam dan suka

merampok rumah orang kaya, di

Desa Bandengan, Kota Pekalongan,

Jawa Tengah, adalah satu satu

contohnya. Susah menghadapi Mbah

Saringan, Belanda lalu mengangkat

si 'bandit' ini sebagai lurah di sana.

Situasi kampung pun menjadi aman.

Atribusi kriminal atau sebutan

bandit kepada pihak-pihak tertentu

oleh Belanda menandakan politik

akomodasi untuk menghadapi

gangguan keamanan. Langkah ini

berhasil karena sebagian besar

bandit tersebut bagi masyarakat

sesungguhnya adalah pahlawan. Ya,

pahlawan layaknya tokoh legendaris

Robin Hood di Nottinghamshire

dengan latar belakang kesenjangan

sosial Inggris di abad ke-13 seperti

MERANGKUL ELITEDAN BANDIT

dilukiskan dengan sangat baik oleh

sejarawan Eric Hobsbawm dalam

bukunya tentang perbanditan sosial.

Mbah Saringin sendiri adalah sosok

yang dikenal alim, berjiwa sosial

serta sangat hormat kepada ulama-

ulama setempat.

Jauh sebelum itu, sejarah

penaklukan antarkerajaan di

Jawa juga tidak sepi dari politik

akomodasi. Misalnya, apa yang

dilakukan Jayakatwang (Raja

Kediri) terhadap Raden Wijaya

pasca-pemberontakan terhadap

Kerajaan Singhasari dan membunuh

rajanya, Sri Maharaja Kertanegara,

pada tahun 1292. Jayakatwang

mengampuni Raden Wijaya

(menantu Kertanegara) yang

datang menyerahkan diri, bahkan ia

kemudian memperoleh kompensasi

berupa hutan Tarik. Politik

akomodatif ini mampu meredam

perlawanan.

Namun, politik akmodatif tak

selamanya membuahkan hasil

yang diharapkan penguasa. Dalam

kasus keruntuhan Jayakatwang di

atas, setahun kemudian, tepatnya

pada 20 Maret 1293 (berdasarkan

Kronik Tiongkok), Raden Wijaya

yang memperoleh bantuan pasukan

Mongol, musuh bebuyutan Kediri,

justru dapat merebut kembali hak

pewarisan Singhasari. Sebuah

kesuksesan yang menandai kelahiran

Kerajaan Madjapahit. Peristiwa ini

tercatat dalam Kitab Pararaton dan

Kidung Panji Wijayakrama.

AYA

Sumber: gramedia.com

Page 22: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201920

DEMOKRASI TRADISIONAL TERBAIK

LEMBAGA PEMERINTAHAN TRADISIONAL

Page 23: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 21

Kegiatan adat di masyarakat Toraja

Jauh sebelum Indonesia lahir,

masyarakat kita tumbuh

dalam komunitas-komunitas

kecil bersama pranata sosialnya.

Pranata sosial yang kemudian

melahirkan lembaga tradisional

itu dapat dibilang cukup kohesif

sebagai sarana untuk mengatur

perilaku dan hubungan dalam

kehidupan masyarakat. Dalam

perkembangannya, lembaga ini

menjalankan fungsi-fungsi tak

hanya layaknya sebuah paguyuban

dalam wilayah tertntu, melainkan

juga urusan administrasi warga

masyarakat. Dari sana lahirlah

lembaga pemerintahan tradisional

dalam satuan wilayah setingkat

desa sebagaimana yang kita

pahami sekarang hampir di seluruh

Nusantara.

Kita mengenal nagari di

Minangkabau sebagaimana marga

di Sumatera Selatan, umpamanya.

Lalu di Bali ada banjar, gampong di

Aceh, kampung atau desa di Jawa,

atau huta/kuta pada masyarakat

Batak, dan lain-lain, yang kemudian

kita kenal sebagai lembaga

pemerintahan tradisional atau

kesatuan teritorial dan administratif.

Lembaga pemerintahan

tradisional ini, dengan potensinya

yang dapat dibilang sederhana,

mampu mengelola kepentingan dan

aspirasi warga serta merumuskan

kebijakan bersama berdasarkan

nilai-nilai setempat secara efektif.

Dengan kata lain, institusi-institusi

pemerintahan tradisional tersebut

telah mewujudkan 'demokrasi'

yang esensial. Tak berlebihan bila

kita menyebut institusi-institusi

pemerintahan tradisional sebagai

model demokrasi otentik masyarakat

Indonesia. Demokrasi tradisional par

excellence.

Setelah Indonesia merdeka,

keberadaan lembaga-lembaga

pemerintahan tradisional ini

sebenarnya dipertahankan. Undang-

Undang Dasar 1945 memberikan

jaminan bagi eksistensi nagari,

banjar, marga dan seterusnya itu

sebagaimana ditegaskan dalam

bagian kedua penjelasan Pasal

18. Pada intinya Negara Kesatuan

Republik Indonesia menghormati

kedudukan daerah-daerah istimewa

tersebut dan segala peraturan

negara yang mengenai daerah-

daerah itu akan mengingati hak-hak

asal-usul daerah tersebut.

Namun, seiring dengan

perubahan sistem pemerintahan di

tingkat nasional, lembaga-lembaga

pemerintah tadisional tadi kini

seolah-olah tinggal kenangan. Jika

pun masih ada, seperti nagari di

Sumatera Barat atau banjar di Bali,

tidak lagi dapat dijalankan secara

efektif. Salah satu penyebabnya

adalah pemberlakuan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang Pemerintahan Desa. Semua

lembaga pemerintahan tradisional

diseragamkan menjadi desa dengan

tujuan antara lain dapat menyerap

dana pembangunan desa (bangdes).

Untuk sementara, tinggalkan

dulu persoalan-persolan di seputar

regulasi itu. Hal yang tidak kalah Sumber: shutterstock.com

Page 24: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201922

penting adalah menggali kembali

pelajaran baik yang pernah

ditorehkan nagari, banjar, marga,

kampung dan seterusnya itu sebagai

bahan pembelajaran atau pengayaan

khazanah kita tentang demokrasi

berbasis nilai-nilai adat.

Demokrasi Berbasis Nilai-Nilai

Adat

Menyandingkan pengalaman

lembaga pemerintahan tradisional

dengan praktik demokrasi mungkin

bukan langkah bijak. Harus diakui,

ide demokrasi sebagaimana yang

kita kenal memang merupakan

narasi modern, hal yang sama sekali

baru bagi masyarakat tradisional

kita. Demokrasi merupakan konsep

dari luar, dalam hal ini Barat.

Meskipun demikian, bukan

berarti esensi demokrasi tidak

ada dalam kesadaran dan sistem

kebudayaan kita. Tetap ada

walaupun tidak sama sekali

persis. Esensi-esensi demokrasi

dapat dijumpai pada lembaga

pemerintahan tradisional yang telah

disebutkan di atas.

Kita dapat berikan beberapa

contohnya dalam tadisi pengelolaan

nagari. Sebuah nagari dipimpin

seorang wali nagari. Ia dipilih secara

aklamasi oleh warga berdasarkan

musyawarah mufakat. Ia dipilih

karena dianggap oleh mayoritas

warga mumpuni di banyak aspek

(kepemimpinan, pengorganisasian,

penguasaan memecahkan masalah

sosial dan administrasi, dan

seterusnya).

Di dalam pengambilan

keputusan, wali nagari melibatkan

apa yang disebut Kerapatan

Adat Nagari (KAN), lembaga

yang beranggotakan tungku tigo

sajarangan yang terdiri dari alim

ulama, cerdik pandai (intelektual)

dan niniak mamak (pemimpin suku-

suku dalam nagari). Bersama wali

nagari, KAN membuat kebijakan

melalui forum musyawarah. Azas

keterwakilan atau partisipasi warga

pada nagari diafirmasi dengan

keberadaan Badan Musyawarah

Nagari (BMN). Forum-forum

musyawarah dalam tradisi nagari

lazim dilakukan di balai adat atau

masjid.

Tradisi semacam ini, khususnya

dalam hal pengambilan keputusan

demi kemaslahatan bersama,

juga lazim dilakukan di kampung-

kampung atau desa di Jawa. Di

sana dikenal institusi pengambilan

keputusan yang disebut rembuk

Sumber: suarariaupos.com

Page 25: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 23

Pelantikan pengurus Badan Koordinasi Karapatan Nagari di Sumatera Barat

”Sistem kenagarian

diperkirakan telah

ada sejak Kerajaan

Pagaruyung. Kerajaan

ini pada dasarnya

merupakan konfederasi

nagari-nagari yang

ada di Minangkabau.

Ketika itu, belum ada

wali nagari, dan nagari

dipimpin penghulu

suku secara kolegial.

Menyusul ordonansi

pemerintah Hindia

Belanda pada 1914,

masyarakat nagari

dipaksa untuk memilih

salah satu di antara

penghulu sebagai wali

nagari.

desa. Ada ketentuan waktu-waktu

yang diepakati untuk melalukan

musyawarah secara rutin yang

dikenal dengan selapanan (tiga

puluh lima hari). Bedanya, struktur

organisasi pemerntahan desa di

Jawa terkena pengaruh kolonial

Belanda, seperti ditandai dengan

beberapa kompartemen yang

bersifat 'modern'.

Karakter demokrasi juga

dapat dijumpai pada tradisi marga

di Sumatera Selatan. Kesatuan

teritorial dan administratif yang

dipimpn pasirah ini pun berfungsi

sebagai lembaga yang menyalurkan

aspirasi dan kepentingan warga

secara terbuka. Sesuai amanah

warga, pimpinan marga bekewajiban

menjamin keamanan dan ketertiban

lingkungan. Pasirah yang dianggap

sukses memangku jabatannya

hingga beberapa kali akan

memperoleh gelar Depati atau

Pangeran.

Lembaga pemerintahan

tradisonal atau kesatuan teritorial

dan administratif yang disebutkan

di atas memiliki banyak kesamaan.

Dilihat dari cakupan wilayahnya,

lembaga tersebut umumnya berada

di tingkat satuan pemerintahan

terendah, yakni desa.

Sedikit berbeda dengan banjar

di Bali. Pada mulanya banjar

dibentuk sebatas untuk mengurusi

pengaturan sistem pengairan di ara

pertanian mengingat di masa lalu

masyarakatnya hanya mengandalkan

sumber kehidupan dari hasil

pertanian. Levelnya hanya setingkat

rukun warga atau dukuh seperti

di Jawa yang berada di bawah

pemerintahan desa/kelurahan.

Meskipun demikian, dalam

perkembangannya, banjar

mengalami perluasan fungsi, dan

untuk itu dipecah menjadi dua.

Urusan administratif ditangani

banjar dinas. Sementara hal-hal

seputar pengaturan upacara-

upacara adat menjadi wewenang

banjar adat.

Perubahan struktur lembaga

pemerintahan tradisional di

atas acap terjadi akibat tekanan

penguasa. Hal ini pernah dialami

pada lembaga kenagarian di

Sumatera Barat. Sistem kenagarian

diperkirakan telah ada sejak

Kerajaan Pagaruyung. Kerajaan

ini pada dasarnya merupakan

konfederasi nagari-nagari yang

ada di Minangkabau. Ketika itu,

belum ada wali nagari, dan nagari

dipimpin penghulu suku secara

kolegial. Menyusul ordonansi

pemerintah Hindia Belanda pada

1914, masyarakat nagari dipaksa

untuk memilih salah satu di

antara penghulu sebagai wali

nagari. Masyarakat Minangkabau

mengikuti aturan tersebut tetapi

dengan penyesuaian-penyesuaian

berdasarkan aturan adat. Selalu ada

celah untuk berkompromi dalam

sebuah sistem demokrasi.

Gagasan penting yang dapat

dikatakan dalam pengalaman di

atas, bila kita hendak meminjam

perspektif demokrasi modern,

adalah distribusi kekuasaan.

Masyarakat Minangkabau

cukup disiplin untuk menjaga

keseimbangan kekuasaan itu

agar tidak meninggalkan pranata

sosialnya. Bukankan salah satu

pesan penting demokrasi adalah

kedisiplinan dalam mematuhi aturan

bersama?

AYA

Page 26: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201924

Kutipan Bapak Proklamator Muhammad Hatta

(Bung Hatta) seperti ditulis dalam bukunya

yang sangat tenar, Demokrasi Kita, di atas

menggambarkan penyelenggaraan negara pada akhir

tahu 1950-an atau awal tahun 1960. Praktik kekuasaan

negara telah menyimpang jauh dari prinsip-prinsip

demokrasi dianut Undang-Undang Dasar 1945.

Saling bertikai, para elite lebih tampak sebagai

partijman (orang partai) ketimbang staatsman

(negarawan). Melalui apa yang disebut Konsepsi

Presiden (1957) dan Demokrasi Terpimpin (1959),

Presiden Soekarno mengangkat dirinya sebagai

pemimpin seumur hidup dengan alasan revolusi belum

selesai. Kekuasaan negara berjalan tanpa kontrol.

Lembaga-lembaga penyaluran aspirasi (partai politik)

dan respresentasi kekuasaan rakyat (DPR) dibubarkan

melalui Dekrit Presiden.

Refleksi Bung Hatta mengingatkan kita untuk

menggali ulang kekayaan budaya masyarakat Indonesia

dalam hal memilih pemimpin, laku pemimpin, tradisi

suksesi pemimpin di bumi Nusantara. Bagaimana

pula ekspresi dan partisipasi masyarakat terhadap

penyelenggaraan negara?

Aspirasi, Protes dan Oposisi

Bila kita merujuk kepada sejarah kekuasaan bangsa

ini jauh sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) terbentuk, maka kita hanya mendapati model

kepemimpinan raja. Raja (kekuasaan tunggal), di mana

pun, tidak pernah dipilih rakyat. Ia dianggap sebagai

titisan dewa, atau wakil Tuhan di bumi, dan kekuasan

selanjutnya diwariskan kepada keturunannya.

Kekuasaan raja bersifat abstrak, lebih-lebih kerajaan-

kerajaan Jawa, khususnya Mataram, saat berada di

PEMIMPIN, SUKSESI DAN PARTISIPASI RAKYAT

Demokrasi yang tidak kenal

batas kemerdekaannya, lupa

syarat-syarat hidupnya, dan

melulu menjadi anarki, lambat

laun akan digantikan oleh

diktaktur. Ini adalah hukum

besi daripada sejarah dunia

(Bung Hatta, 1960)

Page 27: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 25

bawah Hinduisme dalam rentang

abad ke-7-14 M. Menurut Karkono

(1992), doktrin Dewa-Raja ini

dianut hingga zaman Hindu Jawa

dengan kerajaan Majapahit berakhir,

kemudian terjadi perubahan

kekuasaan berdasarkan Islam. Tapi,

konsep kekuasaan di era ini tidak

berubah.

Dengan kata lain, suksesi tidak

pernah melibatkan rakyat. Relasi

pemimpin dan rakyat bersifat

vertikal. Raja memiliki kekuasaan

mutlak, karena ucapan raja adalah

hukum negara yang bersifat tak

terbantahkan.

Meskipun demikian, Sultan

Agung (sultan ketiga dan masa

keemasan Kesultanan Mataram,

berkuasa 1613-1645), yang

menyadari kekuasan raja yang

sangat besar itu, memiliki komitmen

untuk menjalankan berbagai

kewajiban serta bertindak adil

kepada rakyatnya, yakni budi bawa

leksana, ambeg adil para marta

(berbudi luhur mulia dan sifat adil

terhadap semua). Buah pikiran

Sultan Agung ini terekam dalam teks

Sastra Gendhing.

Masyarakat Jawa tetap

melakukan aksi protes bila kebijakan

raja diniai tidak baik atau berdampak

buruk. Misalnya aksi protes rakyat

Surakarta yang disebut “tapa-pepe”,

yakni rakyat berkumpul dan diam di

Partisipasi rakyat dalam demokrasi melalui rembuk desa

”Pepeling Bung Hatta

di atas mengingatkan

apa yang pernah

dibilang John

Emerich Edward

Dalberg Acton atau

lazim dengan nama

Lord Acton (1833-

1902), sejarawan

Inggris kepada Uskup

Mandell Creighton

pada 1887. Kata

dia, “Power tends to

corrupt, and absolute

power currupts

absolutely”

Sumber: pejambon-bjn.desa.id

Sumber: wonorejo-sukoharjo.desa.id

Page 28: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201926

alun-alun keraton. Gaya komunikasi

politik 'halus' seperti ini dapat

langsung ditangkap raja. Bagusnya,

raja biasanya merespons aksi-aksi

semacam ini dengan mengajak

mereka bicara. Tradisi serupa, yakni

pepe, konon beberapa kali terjadi

di masa Majapahit. Dalam hemat

pengamat politik Siti Zuhro, pepe

memiliki tempat yang penting dalam

kehidupan demokrasi. "Pepe adalah

artikulasi demokrasi rakyat terhadap

kekuasaan," kata Zuhro.

Pola relasi pemimpin dan rakyat

di atas berbeda dibandingkan

dengan tradisi politik pada

masyatakat Aceh, Melayu,

Minangkabau, atau Bugis. Raja

memiliki kekuasaan penuh dalam

memerintah. Namun, pola relasinya

dengan rakyat relatif horisontal

dan kerajaan bersifat konfederasi

sehingga satuan-satuan wilayah

di bawah raja bersifat otonom.

Dalam pola seperti itu terdapat

ruang partisipasi rakyat, bahkan

kemungkinan oposisi. Ini tergambar

pada adagium yang terkenal

dalam masyarakat Melayu: 'Raja

adil raja disembah, raja lalim raja

disanggah' sebagaimana dalam

pepatah Minangkabau: Bulek aie

dek pambuluah, bulek kato dek

mufakat yang berarti “bulat air

karena pembuluh, bulat kata karena

mufakat”.

Masyarakat Bugis memiliki

cara berjenjang dalam mengajukan

keberatan terhadap kebijakan raja,

yakni Mannganro ri ade’ (hak petisi

kepada raja); Mapputane‘ (hak

menyampaikan keberatan atau

protes); Mallimpo-ade’ (protes

kepada raja); Mabbarata (hak protes

lebih keras); dan Mallekke’ dapureng

(aksi meninggalkan negeri).

Ungkapan Bugis ini menunjukkan

konsep 'kedaulatan rakyat': Rusa

taro arung, tenrusa taro ade, Rusa

taro ade, tenrusa taro anang, Rusa

taro anang, tenrusa taro tomaega

(Batal ketetapan raja, tidak batal

ketetapan adat; Batal ketetapan

adat, tidak batal ketetapan kaum;

Batal ketetapan kaum, tidak batal

ketetapan rakyat banyak).

Dari banyak ekspresi rakyat

dalam kaitannya dengan pemimpin,

Bung Hatta menyebut ada dua

anasir demokrasi rakyat (di tingkat

desa) yang asli di Indonesia, yakni

hak untuk mengadakan protes

bersama terhadap aturan-aturan

raja yang dirasa tidak adil, dan

hak rakyat untuk menyingkir dari

daerah kekuasaan raja (Demokrasi

Kita). Etos semacam itu, menurut

pengamat politik Fachry Ali,

sangat penting artinya agar

Partisipasi masyarakat pada pemungutan suara.

Sumber: Antara

Page 29: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 27

mendisiplinkan praktik demokrasi.

Kata Fachry, "Pemimpin harus

siap bila kebijakannya dibongkar

secara konseptual di muka publik.

Sepanjang pemimpin tidak tahan

menerima hal itu, bahkan dengan

sewenang-wenang ia menangkap

para pemrotes, berarti demokrasi

gagal. Demokrasi itu mengandaikan

kecerewetan rakyat agar pemimpin

kian mawas di dalam melaksankan

kekuasaannya."

Demokrasi memang

mengandaikan keseimbangan atau

distribusi kekuasaan seperti dalam

teori Trias Politica (pembagian

kekuasaan eksekutif, legislatif dan

yudikatif). Ketika pemimpin tidak

becus menjalankan tugas dan

kewajiannya, atau bergerak melebihi

amanah yang ia miliki, bahkan

kemudian sewenang-wenang, dan

dalam waktu yang sama kekuasaan

rakyat tidak berfungsi, maka ketika

itu demokrasi sudah hancur.

Pepeling Bung Hatta di atas

mengingatkan apa yang pernah

dibilang John Emerich Edward

Dalberg Acton atau lazim dengan

nama Lord Acton (1833-1902),

sejarawan Inggris kepada Uskup

Mandell Creighton pada 1887. Kata

dia, "Power tends to corrupt, and

absolute power currupts absolutely".

Kekuasaan itu cenderung korup, dan

kekuasaan absolut itu korup seratus

persen. Demokrasi jelas menentang

kekuasaan absolut, dan korupsi

adalah kejahatan yang sangat

merugikan rakyat.

Panggung kekuasaan, tak hanya

di Indonesia, telah memberikan

catatan kelam bila saluran-saluran

kontrol terhadap penguasa

tersumbat, terutama oleh tangan

besi penguasa. Suksesi pun

berlangsung tidak mulus, bahkan

sering didahului melalui people

power. Revolusi biasanya kelak akan

dibalas dengan revolusi, situasi

ini sering memicu banyak korban

dalam pengertian luas. Karena itu,

menjalankan demokrasi dengan

berlandaskan pada akar tradisi dan

budaya bangsa adalah anjuran yang

layak didengar semua orang.

AYA

”Pemimpin harus siap

bila kebijakannya

dibongkar secara

konseptual di muka

publik. Sepanjang

pemimpin tidak

tahan menerima hal

itu, bahkan dengan

sewenang-wenang

ia menangkap

para pemrotes,

berarti demokrasi

gagal. Demokrasi

itu mengandaikan

kecerewetan rakyat

agar pemimpin

kian mawas di

dalam melaksankan

kekuasaannya

Sumber: www.subangbaru.com

Page 30: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201928

PEMILU INDONESIA

DARI WAKTU KE WAKTU

Sumber: Perpustakaan Nasional RI

Page 31: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 29

Konon, sebuah negara

memerlukan waktu

hingga 100 tahun

agar dapat menerapkan sistem

demokrasi secara baik. Orang boleh

tidak bersepakat, apalagi kasus

tiap negara dalam membangun

sistem demokrasi berbeda-beda.

Namun, proses menuju kematangan

tersebut adalah hal niscaya.

Salah satu indikator kematangan

berdemokrasi yang dimaksud adalah

penyelenggaraan pemilu.

Pemilu merupakan instrumen

demokrasi penting, di antara

instrumen lainnya, seperti undang-

undang pemilihan umum (pemilu),

lembaga penyelenggara pemilu,

dan seterusnya. Kualitas pemilu itu

sendiri acap dipengaruhi berbagai

faktor, terutama komitmen untuk

menegakkan demokrasi oleh

partai-partai politik karena mereka

sejatinya merupakan representation

of ideas.

Pemilu di Indonesia telah

dilaksanakan beberapa kali sejak

1955 hingga 2014 lalu, dan pada

tahun ini akan dilaksanakan

pemilu ke-12. Jumlah tersebut

belum termasuk pemilihan kepala

daerah (pilkada) langsung yang

dilaksanakan sejak 2005.

***

Pemilu 1955 sering

dijadikan patokan keberhasilan

penyelenggaraan pemilu demokratis

di Indonesia. Dihitung sejak saat itu,

demokrasi kita baru berlangsung 63

tahun. Namun, Pemilu 1955 pada

akhirnya tidak membawa dampak

besar terhadap kehidupan bernegara

yang demokratis, karena Badan

Konstituante hasil Pemilu 1955 tidak

kunjung berhasil mencetuskan dasar

negara Indonesia yang disepakati

semua pihak. Karena perdebatan

berlarut-larut yang tak membuahkan

hasil, dikeluarkanlah Dekrit Presiden

1959. Melalui dekrit tersebut,

Presiden Soekarno membubarkan

Badan Konstituante, lembaga yang

berisikan 520 anggota konstituante

yang justru merupakan hasil dari

pemilu paling demokratis tadi.

Sejumlah tokoh, termasuk

Presiden Sekarno bahkan sempat

mengeluarkan statamen agar partai-

partai politik dibubarkan. Sejak

itu, penyelenggaraan negara dan

pemerintahan dilakukan dengan

sistem demokrasi terpimpin.

Seperti ditulis Herbert Feith dan

Lance Castle dalam Pemikiran

Politik Indonesia 1945-1965

(LP3ES, 1988), pimpinan Masyumi

bersama Partai Sosialis, Partai

Kristen Indonesia, Partai Katolik,

dan beberapa anggota Partai

NU membentuk Liga Demokrasi

untuk merespons langkah-langkah

Presiden Soekarno yang mulai

sangsi terhadap demokrasi atau

gejala otoritarianisme. “Save our

democracy,” kata Mohammad

Natsir dalam sebuah pidatonya.

Konflik antara pemerintah dan partai

politik terus berlangsung tiada

henti hingga masa kepemimpinan

presiden pertama tersebut berakhir

pada 1966. Pemilu 1960 yang

telah diagendakan pun urung

dilaksanakan.

Maka, perhatian orang tentang

pemilu demokratis tertuju kepada

pemilu 1999 sebagai buah dari

orde reformasi‒mengakhiri rezim

otoritarian Orde Baru. Dihitung

sejak 1999, demokrasi di Indonesia

baru berlangsung 19 tahun. Sebab,

sejak Dekrit Presiden 1959 hingga

masa akhir rezim Orde Baru

Soeharto, Indonesia tidak pernah

Petugas pertahanan sipil (Hansip) pada masa penyelenggaraan Pemilu tahun 1977

Sumber: Perpustakaan Nasional RI

Page 32: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201930

benar-benar melaksanakan pemilu yang jujur dan adil.

Para pengamat Indonesia seperti Adam Schwarz, Ben

Anderson, atau Andrew Mclntyre, kala itu bersepakat

bahwa perubahan politik di Indonesia pada periode ini

sangat tergantung pada kemauan rezim.

Pemilu 1955 digelar dalam dua tahap, yakni

untuk memilih anggota DPR (29 September 1955

dan dan anggota Badan Konstituante (15 Desember

1955). Sebanyak 260 kursi diperebutkan untuk DPR,

sedangkan kursi Badan Konstituante sebanyak 520

(dua kali jumlah kursi DPR) ditambah 14 wakil golongan

minoritas yang diangkat pemerintah. Pemilu ini diikuti

29 partai politik dan individu. Peraih tiga nomor teratas

pemilu ini adalah Partai Nasionalis Indonesia (22,32% 57

kursi), Masyumi (20,92%, 57 kursi) dan Partai Nahdlatul

Ulama (18,41%, 45 kursi).

Pemilu 1971 diselenggarakan pada 5 Juli 1971. Pemilu

serempak ini digelar untuk memilih anggota DPR, DPRD

tingkat I (provinsi) dan DPRD tingkat II (kabupaten/

kotamadya). Pemilu yang diikuti 10 partai politik ini

dimenangkan Golongan Karya (yang diembangkan dari

Sekber Golongan Karya yang lahir pada 1964). Partai-

partai di era Orde Baru umumnya telah bubar atau

dibubarkan.

Pemlu 1977 adalah pemilu pertama yang

diselenggarakan dalam masa pemerintah defintif produk

pemilu 1971. Salah satu desain pemerintah ketika itu

adalah penyederhanaan partai peserta pemiu. Dari

sekian banyak partai yang ada diimbau untuk melakukan

fusi, dan hasilnya adalah: yakni Partai Persatuan

Pembangunan (PPP), Golongan Kaya, dan Partai

Demokrasi Indonesia. PPP merupakan fusi dari sejumlah

partai berbasis Islam, dan PDI merupakan rumah baru

bagi partai politik beraliran nasionalis, Kristen, Katolik,

dan sekuler.

Pelaksanaan pemilu-pemilu berikutnya hingga

Pemilu 1997 tak jauh berbeda dibanding pemilu 1977.

Pemilu legislatif yang diikuti tiga partai itu selalu

dimenangkan Golongan Karya dengan rata-ata

perolehan suara dalam kisaran 70%. Pemilu seperti

ini melahirkan pemerintahan yang kuat. Terlepas

dari kenyataan politik represif oleh rezim ketika itu,

pemerintahan hasil pemilu didukung kabinet ahli

sehingga pelaksanaan pembangunan sebagai cita-cita

bersama berjalan efektif tanpa gangguan kekuatan

oposisi.

Fase penting perjalanan penyelenggaraan pemilu

untuk menegakkan demokrasi adalah pemilu 1999

yang dilaksanakan menyusul Reformasi. Pemilu ini

diselenggarakan secara serentak pada tanggal 7 Juni

1999 untuk memilih 462 anggota Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota)

se-Indonesia untuk periode 1999-2004. Pemilihan 1999

diikuti 48 partai politik.

Penyelenggaaan Pemiu 2004 menandai tradisi

baru karena dilaksanakan untuk pertama kalinya untuk

memilih tidak hanya anggota DPR (pileg) melainkan

juga Presiden dan Wakil Presiden Indonesia (pilpres)

secara langsung. Pilpres diselenggarakan daam dua

Presiden Soeharto meninjau penyelengaraan pemilihan umum tahun 1971

Pemungutan suara pada Pemilu tahun 1955

Sumber: Perpustakaan Nasional RISumber: Perpustakaan Nasional RI

Page 33: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 31

putaran, dan Susilo Bambang

Yudhoyono dan Muhammad Jusuf

Kalla keluar sebagai presiden dan

wakil presiden terpilih.

Pemilu 2009 sama dengan

pemilu 2004. Perbedaannya pada

saat pileg (9 April 2009), rakyat

Indonesia tidak hanya memilih

anggota DPR, dan DPRD Provinsi

dan dan DPRD Kabupaten/Kota,

tetapi juga juga memilih anggota

Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

yang sebelumnya diangkat untuk

mewakili tiap provinsi.

Sementara itu, pilpres

dilaksanakan pada 8 Juli 2009.

Untuk kedua kalinya Susilo Bambang

Yudhoyono memenangi pilpres,

tapi dengan calon wakil presiden

Budiyono. Pasangan ini memperoleh

suara 60,80% meninggalkan

pasangan Megawati Soekarnoputri-

Prabowo Subianto dan Muhammad

Jusuf Kalla-Wiranto. Dengan

demikian Pilpres 2014 berlangsung

hanya satu kali putaran.

Pemilu 2014 sama dengan

pemilu sebelumnya, yakni terdiri

dari Pilpres dan Peleg. 9 April 2014

untuk memilih 560 anggota Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) dan 132

anggota Dewan Perwakilan Daerah

(DPD) serta DPRD Provinsi dan

DPRD Kabpaten/Kota.

Seperti disebutkan di muka,

pilkada juga merupakan bagian

dari pemilu. Penyelenggaraan

pilkada merupakan amanat dari

Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan

Daerah, di mana kepala daerah

dipilih secara langsung oleh rakyat

melalui Pemilihan Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah atau

disingkat Pilkada. Pilkada pertama

kali diselenggarakan pada bulan Juni

2005. Sebelum periode tersebut,

kepala daerah dipilih melalui DPRD

seperti pemilihan presiden oleh

Majelis Permuyawaratan Rakyat

(MPR) hingga tahun 1999.

Mengingat periode masa jabatan

kepala daerah tidak sama, maka

pilkada yang dilaksanakan sejak

2005 itu tidak dapat melibatkan

seluruh daerah secara serempak

di seluruh Indonesia melainkan

dalam dua kali penyelenggaraan

dalam satu periode (lima tahun).

Menyusul beberapa kali perubahan

undang-undang tentang pemilu,

istilah pilkada pun berubah menjadi

pemilukada berdasarkan Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2007

tentang Penyelenggara Pemilihan

Umum. Pada tahun 2011, terbit

Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2011 yang menyebutkan istilah

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan

Wali Kota.

Berkaitan dengan

peyelenggaraan pemilihan umum:

pilpres, pileg maupun pilgub, pilbup

dan pemilihan wali kota, yang tidak

hanya menyita waktu tetapi juga

biaya, kini telah mulai diwacanakan

agar seluruh kegiatan pemilu

dilaksanakan secara serempak di

seluruh tanah air. Ide ini lebih dulu

diwujudkan dalam Pilpres dan Pileg

2019. Apakah ide tesebut akan

terwujud? Anda punya hak bersuara.

AYA

Suasana kampanye Pemilu di tahun 1977

Sumber: Perpustakaan Nasional RI

Page 34: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201932

Pekan Kebudayaan

Nasional adalah amanat

Resolusi pertama Kongres

Kebudayaan Indonesia 2018. Di

sana disebutkan: “Melembagakan

Pekan Kebudayaan Nasional

sebagai platform aksi bersama yang

memastikan peningkatan interaksi

kreatif antar budaya”. Penjelasan

atas resolusi ini mungkin tidak

sederhana. Ini mengingat kalimat

dalam resolusi itu mengandung

dua aktivitas yang berjalan

bersama yaitu: “melembagakan”,

dan “peningkatan interaksi”.

Lebih-lebih jika resolusi itu dibaca

selintas pandang, maka keraguan

kan tumbuh dari benak pembaca

yang mewujud lewat pertanyaan-

pertanyaan seperti: “Apakah Pekan

Kebudayaan Nasional itu?”, “Apakah

PEKAN KEBUDAYAAN NASIONAL

Pekan Kebudayaan Nasional itu

kegiatan baru?”, dan sebagainya.

Sudah tentu, pertanyaan-pertanyaan

di muka tak mungkin dibiarkan

menggantung tanpa jawab. Apalagi

Direktorat Jenderal Kebudayaan,

Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, telah menyatakan

di hadapan publik bahwa Pekan

Kebudayaan Nasional akan

diselenggarakan pada tahun ini.

Per gagasan, Resolusi itu

didasarkan pada poin pertama

Agenda Strategis Pemajuan

Kebudayaan. Disebutkan dalam

dokumen Strategi Kebudayaan,

bahwa arah pemajuan kebudayaan

haruslah, “Menyediakan ruang

bagi keragaman ekspresi budaya,

dan mendorong interaksi budaya

untuk memperkuat kebudayaan

yang inklusif”. Karena itu, jika

dikembalikan lagi pada Resolusi,

maka kandungan mengenai

keragaman ekspresi budaya,

interaksi budaya, budaya inklusif

wajib tersedia dalam Pekan

Kebudayaan Nasional.

Mengapa demikian? Keragaman

kebudayaan Indonesia bukanlah

sesuatu yang diteorikan, melainkan

fakta sejarah. Sejak sebelum wilayah

kesatuan Republik Indonesia

terbentuk, sampai dengan saat

ini, sudah tersedia lebih dari 650

bahasa dari 1100-an suku bangsa.

Artinya juga ada banyak cara dari

mereka yang lahir dan dibesarkan di

Indonesia, di dalam mengungkapkan

gagasannya, kreativitasnya,

ekspresinya baik secara sosial

maupun secara individual. Baik

Tujuh Resolusi KKI

Sumber: Arsip Kemendikbud

Page 35: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 33

dengan gaya modern maupun

dengan gaya tradisional, semuanya

tumpah ruah, dan berkembang

di bumi Indonesia ini. Karenanya,

keragaman dan penghormatan atas

keberagaman menjadi kunci dari

kesatuan Indonesia.

Namun kesatuan Indonesia juga

bukan sekadar papan nama tak

bertuan, alias tanpa asal-usul. Jauh

sebelum Indonesia mewujud sebagai

sebuah negara, masyarakat yang

berdiam di pulau-pulau di wilayah

nusantara terhubung satu dengan

yang lain melalui “jalur rempah”.

Sumatera, yang dahulu bernama

Swarnadwipa, adalah wilayah yang

sarat dengan lada, sementara

Jawa adalah pulau penghasil beras

terbesar, keduanya melahirkan

bentuk-bentuk kebudayaan

yang saling mempengaruhi satu

dengan yang lain. Sebagaimana

koin Barus, wilayah penghasil

kemenyan, yang ditemukan di Mesir

bergambar pohon cendana yang

banyak tersedia di Galiyo, sekarang

Larantuka, Nusa Tenggara Timur.

Karena itu, interaksi budaya menjadi

poros gerak dari kelahiran Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),

dan seperti itulah sejarah berbicara.

Konsekuensi lebih lanjut dari

keberagaman dan interaksi budaya,

adalah ketersediaan bentuk-bentuk

kebudayaan yang serupa, namun

diucapkan dengan bahasa yang

berbeda-beda. Seperti misalnya

olahraga tradisional silat, diucap

sebagai Silek dalam bahasa Minang,

Silat dalam bahasa Melayu/Jawa,

ataupun Kuntau dalam tradisi

Kalimantan. Begitu juga dengan

tradisi permainan rakyat, seperti

misalnya Gobaksodor yang memiliki

banyak sebutan seperti Hadang,

Galasin, Balogo menurut bahasa

tiap-tiap daerah. Bahkan, dari sisi

pengetahuan tradisional seperti

kuliner ada satu jenis makanan

yang sama penyebutannya tetapi

berbeda-beda cara pengolahan dan

cita rasanya, yaitu Soto. Semuanya

menunjukkan bahwa kebudayaan

Indonesia bukanlah sesuatu

yang eksklusif; malah sebaliknya

menuntut inklusivitas, keterbukaan,

dan partisipasi. Sekali lagi, ini juga

sebuah fakta sejarah yang tak

mungkin dipungkiri.

Pekan Kebudayaan Nasional

ditujukan untuk menghadirkan

yang terbaik dari kandungan ketiga

unsur di muka dalam kerangka

yang melembaga, melalui sejumlah

kompetisi dan eksebisi, konferensi

dan pagelaran seni budaya. Semua

yang akan dihadirkan, diolah melalui

proses seleksi terbuka baik di

tingkat daerah maupun di tingkat

nasional. Karenanya secara mudah,

Pekan Kebudayaan Nasional dapat

dimaknakan sebagai Pekan Olahraga

Nasional (PON)-nya kebudayaan.

Namun demikian, perlu

diingat bahwa hal kebudayaan

tidaklah tumbuh berkat upaya

pemerintah semata. Tanpa itu pun,

masyarakat bergerak dari hari ke

hari menciptakan berbagai macam

bentuk kebudayaan baru, bahkan

pengetahuan baru. Karenanya Pekan

Kebudayaan Nasional juga diarahkan

untuk menggalang partisipasi

komunitas-komunitas budaya

yang telah banyak menyumbang

bagi keceriaan hidup masyarakat.

Sebab, sebagaimana ujar Presiden

Jokowi dalam Kongres Kebudayaan,

“Intisari dari Kebudayaan adalah

Kegembiraan”.

AA

Pawai Budaya KKI 2018 menampilkan berbagai tradisi dan

kesenian Indonesia

Sumber: Arsip Kemendikbud

Page 36: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201934

R E G E N E R A S I D A N A L I H P E N G E TA H U A N

Cerita tentang Indonesia

bagaimanapun, di mana

pun, dan bagi siapa pun,

adalah cerita tentang kebudayaan.

Pernyataan di muka adalah sebuah

simpulan dari gerak realitas yang

tumbuh dan berkembang sepanjang

sejarah nusantara. Simpulan itu

biasanya dibahasakan secara

berbeda oleh tokoh-tokoh publik

dengan pernyataan: ‘Indonesia

adalah negeri kaya budaya’.

Namun, sekaya apakah sebenarnya

Indonesia?

Realitas alam Indonesia

menjelaskan bahwa negeri

kepulauan yang berada di wilayah

garis edar matahari ini memiliki

lebih dari seribu suku bangsa yang

berbicara dalam 652 bahasa. Suku

bangsa-suku bangsa yang hidup

di tengah bentang alam penuh

gunung dikelilingi rupa-rupa laut.

Pun tempat hidup bagi lebih dari

30000 spesies tumbuhan berguna,

dan lima ribuan spesies fauna. Dari

sanalah lahir beragam aktivitas dan

kreasi manusia dalam mengolah dan

memuliakan alam. Tak ketinggalan

ruang hidup yang berpulau-

pulau melahirkan interaksi sosial

antara pemukim dengan warga

pendatang dari pulau atau wilayah

lain. Semuanya kemudian mewujud

dalam beragam bentuk kebudayaan.

Karenanya, tak mengherankan

jika didapatkan fakta dari 301

kabupaten/kota bahwa sampai

dengan tahun 2018 Indonesia

memiliki 2527 manuskrip, 3855 jenis

permainan rakyat, 7879 jenis seni,

7299 jenis pengetahuan tradisional,

1440 jenis olahraga tradisional, 4785

jenis teknologi tradisional, 4685 jenis

tradisi lisan, 3821 ritus, 4561 adat

istiadat, dan sejumlah 2894 bahasa

dipergunakan di berbagai wilayah

Indonesia.

Data angka di muka memang

takkan memiliki pengertian lebih

jauh sepanjang hanya dipahami

sebagai data. Tetapi seperti juga

bahasa, segala bentuk obyek

kebudayaan tersebut perlu

dipahami sebagai cara manusia/

masyarakat mengekspresikan atau

pun mengomunikasikan gagasan-

gagasannya baik terhadap alam,

lingkungan sosial, maupun kepada

sang pencipta. Artinya segala

obyek kebudayaan itu adalah

bagian kehidupan sosial budaya

masyarakat, habitat dari tiap-

tiap obyek. Itulah yang kemudian

menjadi bagian dari kekayaan

budaya tradisional yang tersedia

saat ini.

Masalahnya kemudian,

kehidupan sosial budaya masyarakat

tidak berada di ruang hampa udara.

Kehidupan itu berinteraksi dengan

kebudayaan-kebudayaan lain dari

Tujuh Resolusi KKI

Sumber: Arsip Kemendikbud

Page 37: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 35

berbagai bangsa dan bahasa.

Karenanya, ada kebudayaan yang

bertahan dan ada juga yang punah.

Baik itu karena perkembangan

zaman sebuah kebudayaan

menjadi tidak relevan, ataukah

karena semacam ‘dipaksa’ lenyap,

semuanya mengandaikan adanya

banyak ikhtiar untuk melestarikan

kebudayaan. Itu sebabnya dalam

Arah Pemajuan Kebudayaan -

Strategi Kebudayaan poin kedua

ditegaskan mengenai “Melindungi

dan mengembangkan nilai, ekspresi

dan praktik kebudayaan tradisional

untuk memperkaya kebudayaan

nasional”.

Bagaimana, kemudian,

realisasi “melindungi”, dan

“mengembangkan” Itu? Ada banyak

cara untuk melindungi kekayaan

budaya tradisional. Mulai dari

pencatatan/pendokumentasian,

penetapannya sebagai cagar budaya

dan warisan budaya tak benda,

sampai dengan pementasannya

di panggung-panggung publik.

Dalam Undang-Undang no 5/2017

tentang Pemajuan Kebudayaan,

yang dianggap sebagai “melindungi”

adalah sebagaimana yang

tercantum dalam Pasal 1 poin 5:

“upaya menjaga keberlanjutan

kebudayaan yang dilakukan dengan

cara inventarisasi, pengamanan,

pemeliharaan, penyelamatan, dan

publikasi”. Dari sini sudah kelihatan

jelas cakupan dari hal ‘melindungi’.

Sementara terkait dengan

‘mengembangkan’, Undang-undang

yang sama menyatakan tentang

upaya “menghidupkan ekosistem

kebudayaan, serta meningkatkan,

memperkaya, dan menyebarluaskan

kebudayaan”. Jadi upaya untuk

‘mengembangkan’ di sini mencakup

riset dan eksperimen, kreasi baru,

penyelenggaraan festival, dan

sebagainya, terhadap objek-objek

pemajuan kebudayaan.

Sebagai contoh yang bisa

dikemukakan di sini adalah motif

tenun daerah X, yang langka

dan bahkan tidak dibuat lagi

di daerah asalnya. Motif tenun

tersebut sebagai sebuah obyek

diinventarisasi dan diupayakan

penetapannya sebagai warisan

budaya tak benda yang dimiliki

kabupaten/kota atau provinsi B.

Namun motif tenun itu akan berhenti

sebagai artefak tak bercerita jika tak

diupayakan riset untuk membuat

motif itu lebih dikenal masyarakat,

sekalipun tak ada lagi yang mampu

membuat motif itu. Riset lah yang

kemudian memeriksa lebih lanjut

bagaimana motif tenun itu hidup di

wilayah B. Dari sana akan kelihatan

jelas bahwa motif tenun X ini tidak

sekadar motif tenun biasa, tetapi

terdapat cerita di balik simbol-

simbol tersebut. Karenanya, sekali

lagi, kendati motif tenun X itu kini

tidak dibuat lagi, cerita ataupun

nilai-nilai yang terdapat dalam motif

tersebut masih bisa disampaikan

kepada publik.

Itulah sebabnya dalam resolusi

kedua Kongres Kebudayaan

ditegaskan arti penting dari

“Memastikan terjadinya alih

pengetahuan dan regenerasi melalui

pelindungan dan pengembangan

karya kreatif untuk kesejahteraan

para pelaku budaya, serta pelibatan

maestro dalam proses pendidikan

dan pembelajaran formal”. Resolusi

ini memberikan arah dan sasaran

dari aktivitas pelindungan dan

pengembangan. Pengertiannya,

semua upaya pelindungan dan

pengembangan juga harus

mengikutsertakan upaya-upaya alih

pengetahuan dan regenerasi. Ini

agar yang tradisional tidak terbuang,

malah sebaliknya menjadi pondasi

bagi bentuk-bentuk kebudayaan

modern.

Sebagai contoh, sejarah budaya

Indonesia mengenal kepiawaian

dari para tukang kayu nusantara

yang sanggup membuat kapal

tanpa rangka, seperti dalam

kasus pembuatan kapal Pinisi.

Tetapi pengetahuan dan teknologi

tradisional pembuatan kapal

tersebut tidak pernah ada dalam

kurikulum sekolah dasar dan

menengah. Bagaimana ilmu-ilmu

tradisional itu bisa sampai ke

generasi muda bila tidak ada upaya

menerpa generasi muda dengan

informasi tentang pengetahuan dan

teknologi tradisional tersebut?

Maka dari itu upaya

perlindungan dan pengembangan

kekayaan budaya di Indonesia perlu

berjalan simultan dengan proses

pendidikan. Agar kekayaan budaya

di Indonesia tak lenyap dimakan

waktu. AA

”Persoalannya bukan

menerima atau tidak

menerima globalisasi,

melainkan bagaimana

meningkatkan

peran dan pengaruh

kebudayaan Indonesia

di tingkat dunia

Page 38: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201936

Seperti halnya modernitas,

globalisasi adalah fakta

yang tak terhindarkan.

Apa yang kemudian terjadi adalah

pertukaran yang timpang: negara

maju terus mengekspor budayanya,

sedangkan negara berkembang

hanya bisa mengimpor kebudayaan

negara maju. Permasalahannya

bukan adanya globalisasi itu sendiri,

melainkan pada bagaimana kita

hadir di tengah arus globalisasi

tersebut. Persoalannya bukan

menerima atau tidak menerima

globalisasi, melainkan bagaimana

meningkatkan peran dan

pengaruh kebudayaan Indonesia

di tingkat dunia. Situasi saat ini

memperlihatkan bahwa Indonesia

masih menjadi konsumen budaya

dunia dan belum berhasil tampil

dengan kepribadian budayanya

sendiri dan ikut mewarnai

RUMAH BUDAYA INDONESIA, RESIDENSI DAN DIASPORA

Tujuh Resolusi KKI

peradaban dunia. Peramasalahan ini

mengemuka antara lain dalam dua

isu pokok.

Pertama, masih berlakunya

paradigma pembangunan yang

memandang kebudayaan sebagai

beban, dan bukan sebagai

investasi jangka panjang yang

dapat menghasilkan peningkatan

kesejahteraan umum. Hingga saat

ini, kebudayaan masih dipandang

sebagai sektor yang membebani

anggaran negara sebab tidak

menghasilkan pendapatan yang

cukup besar atau hasil-hasil

lain yang terukur. Paradigma

ini merintangi usaha untuk

meningkatkan peran dan pengaruh

kebudayaan Indonesia di tingkat

dunia. Situasi ini diakibatkan

oleh belum mengarusutamanya

paradigma yang menempatkan

kebudayaan sebagai investasi

jangka panjang yang dapat

meningkatkan kesejahteraan umum

serta memupuk kesetiakawanan

sosial lewat berbagai bentuk

pemanfaatan di sektor kreatif.

Sebagian besar dari sektor

pariwisata dan ekonomi kreatif

merupakan hilir dari suatu proses

yang diawali dan bermodalkan pada

kerja pelindungan kebudayaan.

Berdasarkan pemahaman itu, maka

akan terlihat betapa tidak berartinya

anggaran kerja pelindungan

kebudayaan yang hanya bernilai

0,08% terhadap total APBN selama

lima tahun terakhir (2012 – 2017).

Kedua, lemahnya peran dan

pengaruh diaspora Indonesia di

luar negeri. Bangsa Indonesia

hadir di banyak negeri, tetapi

belum mengambil peranan yang

signifikan dalam memperkenalkan

budaya Indonesia di dunia. Peran

Sumber: Arsip Kemendikbud

Page 39: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 37

para pelaku budaya sebagai agen

pengarusutamaan budaya Indonesia

di dunia juga belum dioptimalkan.

Demikian pula dengan berbagai

pusat kebudayaan Indonesia di

luar negeri yang belum berhasil

mewarnai percakapan budaya di

tingkat dunia. Saat ini, Indonesia

baru memiliki 10 Rumah Budaya

Indonesia: 1 berupa bangunan dan

program (Rumah Budaya Indonesia

di Timor Leste), sedangkan sembilan

lainnya baru berupa program tanpa

infrastruktur bangunan sendiri.

Sebagai langkah awal untuk

menjawab tantangan itu, Kongres

Kebudayaan Indonesia 2018

mencetuskan Resolusi ketiganya

sebagai rencana aksi untuk

diwujudkan dalam tempo dua

tahun: “Meningkatkan diplomasi

kebudayaan dengan memperkuat

perwakilan luar negeri sebagai pusat

budaya Indonesia, meningkatkan

jumlah dan mutu program

pertukaran dan residence untuk

seniman, peneliti dan pelaku budaya,

dan menjadikan diaspora Indonesia

sebagai ujung tombak pemajuan

kebudayaan Indonesia di luar

negeri.”

Ada dua fokus dari rencana

aksi ini. Pertama, program Rumah

Budaya Indonesia perlu diperkuat

menjadi lebih berdampak bagi

tujuan diplomasi kebudayaan

Indonesia: kurasi yang profesional,

ditopang publikasi yang meluas ke

publik luar negeri dan pelibatan

jaringan seniman serta pelaku

budaya luar negeri yang lebih

inklusif. Kedua, program residence

untuk seniman, peneliti dan pelaku

budaya yang berminat pada

Indonesia perlu diintensifkan:

perluasan jaringan pelaku yang

dilibatkan dalam residence,

diversifikasi pengalaman kultural

yang ditawarkan dalam residence,

dan peningkatan interaksi antara

pelaku dari luar dan dalam negeri.

MS

Pusat budaya Indonesia di Timor Leste

Kegiatan belajar

membatik diikuti

wisatawan mancanegara

di rumah budaya Sleman,

Timbulharjo, Sewon Bantul,

Yogyakarta

”Persoalannya bukan

menerima atau tidak

menerima globalisasi,

melainkan bagaimana

meningkatkan

peran dan pengaruh

kebudayaan Indonesia

di tingkat dunia

Sumber: kompas.com

Sumber: PBI Timor Leste

Page 40: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201938

EKONOMI KREATIF BERBASIS BUDAYA UNTUK SEMUA

Dewasa ini percakapan

budaya kita banyak

diramaikan oleh wacana

tentang bagaimana perkembangan

teknologi informatika telah

melakukan disrupsi atau gangguan

terhadap segenap hubungan

sosial. Perkembangan teknologi

informatika merupakan tantangan

sekaligus kesempatan. Di satu sisi,

perkembangan itu menggoyahkan

tata kehidupan bersama dan

mengubah secara drastis

orientasi hidup orang banyak. Di

sisi lain, perkembangan itu juga

memberikan peluang bagi kita untuk

meningkatkan daya jangkau dan

akses masyarakat pada aneka rupa

ekspresi budaya. Permasalahan ini

mengemuka antara lain dalam tiga

isu pokok.

Pertama, keterhubungan yang

dimungkinkan oleh Revolusi 4.0

malah menjadi faktor penunjang

kecurigaan antar kelompok budaya.

Setiap harinya media sosial kita

dipenuhi dengan berbagai berita

bohong, hasutan dan diskriminasi.

Bahkan tak jarang media sosial itu

menjadi wahana penggalangan

kekuataan yang intoleran terhadap

keberagaman budaya serta menjadi

wahana penyebarluasan fanatisisme

dan kecupetan kita dalam

Tujuh Resolusi KKI

memandang perbedaan pendapat.

Kedua, Indonesia masih berhenti

sebagai pengguna teknologi, belum

menjadi pencipta. Berhadapan

dengan perkembangan teknologi

terbaru, kita kerapkali masih

kesulitan mengejar ketertinggalan.

Ada berbagai ekspresi budaya

kita, khususnya di kalangan muda,

yang dengan cepat menggunakan

teknologi yang ada untuk mencipta

berbagai bentuk penerapan

teknologi baru. Akan tetapi, hal yang

sama belum bisa dikatakan terjadi

untuk masyarakat pada umumnya.

Ketiga, kita belum berhasil

mengandalkan modal budaya sendiri

Page 41: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 39

peran kaum muda sebagai garda-

depan pengembangan budaya

berbasis capaian Revolusi Industri

4.0. Tak bisa dipungkiri bahwa

perkembangan teknologi digital

banyak dipelopori oleh kaum muda.

Untuk itu, agar kekayaan budaya

tradisional dapat berkembang,

perlu didorong interaksi yang positif

antara pelaku budaya tradisi dan

kaum muda yang melek teknologi.

Kemah Budaya Kaum Muda yang

akan diselenggarakan pada Juli 2019

merupakan wujud nyata dari upaya

ini. Dalam kegiatan itu, enam ratusan

kaum muda dari berbagai provinsi

akan bergotong-royong menjawab

tantangan pemajuan kebudayaan di

daerah dengan penciptaan produk

atau inisatif yang memanfaatkan

perkembangan terkini Revolusi

Industri 4.0.

MS

sebagai basis inovasi kreatif lewat

teknologi informatika. Kita, misalnya,

belum banyak mendaya-gunakan

khazanah manuskrip, permainan

rakyat dan olahraga tradisional

sebagai modal untuk menghadirkan

aneka bentuk ekspresi budaya

baru lewat teknologi informatika.

Padahal potensi ke arah situ cukup

besar, mengingat kekayaan budaya

yang kita miliki. Menurut data yang

terhimpun di 279 kabupaten/kota

se-Indonesia, kita memiliki 2395

manuskrip, 3800 permainan rakyat

dan 1378 olahraga tradisional.

Sebagai langkah awal untuk

menjawab tantangan itu, Kongres

Kebudayaan Indonesia 2018

mencetuskan Resolusi keempatnya

sebagai rencana aksi utnuk

diwujudkan dalam tempo dua

tahun: “Membangun pusat inovasi

yang mempertemukan kemajuan

teknologi dengan warisan budaya

di tiap daerah melalui sinergi antara

pelaku budaya dan penggerak

ekonomi kreatif guna memanfaatkan

kekayaan budaya dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.”

Ada dua fokus dari Rencana

Aksi ini. Pertama, peningkatan

ketersambungan antara

pelaku budaya dan penggerak

ekonomi kreatif. Perlu dibentuk

mekanisme yang lebih efektif

untuk mempersatukan hulu

pelindungan budaya dan hilir

pemanfaatannya sebagai suatu

proses yang sinambung dari rantai

nilai ekonomi budaya. Untuk itu,

perlu dibangun kerja sama yang

lebih produktif antara kementerian/

lembaga di bidang budaya serta

dengan para pelaku dan pemangku

kepentingan. Kedua, penguatan

Busana batik dalam Indonesia Modesed Fashion Week 2018

Sumber: ekoinfo-net

Page 42: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201940

Saat ini, perkembangan

industri dan pembangunan

ekonomi kerapkali

diupayakan dengan mengorbankan

pertimbangan kelestarian

lingkungan hidup dan ekosistem

berbagai kelompok budaya.

Padahal kehidupan berbagai

kelompok budaya tradisional

di Indonesia banyak bertumpu

pada kelestarian alam sekitarnya.

Rusaknya lingkungan berarti

hancurnya kehidupan budaya

masyarakat setempat. Apabila

keadaan ini diteruskan, maka bukan

tidak mungkin dalam 20 tahun ke

Tujuh Resolusi KKI

depan, kita akan kehilangan ruang

hidup bagi segenap budaya tradisi.

Permasalahan ini mengemuka antara

lain dalam dua isu pokok.

Pertama, kecenderungan

untuk mereduksi kebudayaan

menjadi pariwisata dengan

tidak mengindahkan daur hidup

alam dan masyarakat adat di

dalamnya. Pariwisata sejatinya

merupakan hilir dari kebudayaan,

sebagaimana pelestarian adalah

hulu dari kebudayaan. Pariwisata

memanfaatkan apa yang telah

dilindungi dan dilestarikan. Oleh

karenanya, ketika kebudayaan

sepenuhnya ditempatkan di

bawah kepentingan pariwisata,

hasilnya adalah penghacuran daur

hidup alam yang mengakibatkan

peminggiran atas masyarakat

adat yang hidup di dalamnya.

Permasalahan pokoknya bukan

pada keberadaan pariwisata itu

sendiri, melainkan pada paradigma

kepariwisataan apa yang dipakai

dalam mendekati persoalan

lingkungan dan kebudayaan.

Kedua, model pembangunan

yang mengutamakan akumulasi

kekayaan tanpa mempedulikan

benturan antara irama hidup

Sumber: Shutterstock

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BERBASIS

BUDAYA

Page 43: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 41

masyarakat dan lingkungan. Selama

capaian pembangunan masih

diukur berdasarkan indikator-

indikator finansial semata, maka

gerak pembangunan akan berarti

juga gerak penghancuran alam

dan kebudayaan. Permasalahannya

karena pembangunan yang

mengejar akumulasi kekayaan itu

menghasilkan irama kehidupan

sosial yang bersifat merusak

terhadap irama hidup kehidupan

budaya dan lingkungan. Kembali

lagi, soalnya bukan pada keberadaan

pembangunan, melainkan pada

ketidakhadiran paradigma

pembangunan berbasis kebudayaan.

Sebagai langkah awal untuk

menjawab tantangan itu, Kongres

Kebudayaan Indonesia 2018

mencetuskan Resolusi kelimanya

sebagai rencana aksi utnuk

diwujudkan dalam tempo dua tahun:

“Membangun mekanisme pelibatan

seniman dan pelaku budaya

dalam kebijakan kepariwisataan

berkelanjutan dan ekonomi kreatif

yang berbasis komunitas, kearifan

lokal, ekosistem budaya, pelestarian

alam, dan pemanfaatan teknologi

sebagai jalan keluar dari pendekatan

industri ekstraktif.”

Ada dua fokus dari Rencana

Aksi ini. Pertama, penguatan

kepariwisataan berkelanjutan

berbasis komunitas budaya.

Kebijakan pariwisata perlu diperkaya

oleh pertimbangan kelestarian

lingkungan agar kegiatan pariwisata

tidak menyebabkan kerusakan alam.

Untuk itu, perlu peningkatan kerja

sama dengan para pelaku budaya di

Revitalisasi komplek bangunan masjid Baitul Rahman Banda Aceh:

mempertimbangkan budaya dan sejarah lokal

setiap tempat wisata dengan tujuan

menerapkan bentuk-bentuk aktivitas

wisata yang dapat menunjang

kelestarian alam. Kedua, penguatan

ekonomi kreatif berbasis budaya

yang dapat menjadi alternatif dari

paradigma pembangunan berbasis

eksploitasi sumber daya alam.

Karena kekayaan alam Indonesia

tidak tak terhingga, sedangkan

kekayaan budayanya tidak mungkin

habis, maka pembangunan yang

berkelanjutan perlu diwujudkan

atas dasar pengelolaan aset

budaya ketimbang mendasarkan

sepenuhnya pada ekstraksi sumber

daya alam. Untuk itu, orentasi

kebijakan pembangunan Indonesia

perlu diarahkan pada penguatan

ekonomi kreatif berbasis budaya.

MS

”Ketika kebudayaan

sepenuhnya

ditempatkan di

bawah kepentingan

pariwisata, hasilnya

adalah penghacuran

daur hidup alam

yang mengakibatkan

peminggiran atas

masyarakat adat

yang hidup di

dalamnya

Page 44: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201942

DANA ABADI UNTUK INISIATIF SENI DAN BUDAYA

Pada ranah kelembagaan,

permasalahan pokok

yang merintangi usaha

pemajuan kebudayaan terletak pada

tata kelola kebudayaan di tingkat

pemerintah pusat dan pemerintah

daerah. Struktur birokrasi yang

terfragmentasi, rendahnya sinergi

serta lemahnya perencanaan dan

regulasi yang relevan dengan

pemajuan kebudayaan adalah

sebagian dari kendala pokoknya.

Semua itu mempersulit usaha kita

memajukan kebudayaan nasional.

Permasalahan ini mengemuka antara

lain dalam tiga isu pokok.

Tujuh Resolusi KKI

Pertama, ketakseragaman

nomenklatur birokrasi pemerintah

bidang kebudayaan di tingkat pusat

dan daerah yang mempersulit

koordinasi dan pengambilan

kebijakan terpadu bidang

kebudayaan. Sejak diberlakukannya

otonomi daerah, muncullah

ketakseragaman nomenklatur

dinas yang membidangi urusan

kebudayaan di berbagai daerah.

Sebagian daerah memiliki dinas

pendidikan dan kebudayaan, daerah

lain memiliki dinas kebudayaan

dan pariwisata, sebagian juga

memiliki dinas kebudayaan yang

berdiri sendiri dan ada pula yang

bercampur dengan dinas pemuda

dan olah raga. Di tingkat kabupaten/

kota, misalnya, dinas kebudayaan

yang berdiri sendiri hanya 4,6% dari

total dinas kebudayaan. Sebagian

besar adalah dinas kebudayaan

dan pariwisata, dinas pendidikan

dan kebudayaan maupun dinas

kebudayaan, pariwisata, pemuda

dan olahraga. Sebagian lain

merupakan penggambungan dari 3

atau lebih nomenklatur, tak jarang

juga tanpa hubungan yang jelas

seperti misalnya Dinas Perhubungan,

Kebudayaan, Pariwisata, Komunikasi

Page 45: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 43

dan Informatika. Ketidakseragaman

nomenklatur ini mempersulit

penyelenggaraan tata kelola

kebudayaan yang sistematis.

Kedua, ketaktersambungan

antarkementerian/lembaga yang

tugas dan fungsinya beririsan

dengan bidang kebudayaan. Ada

50-an kementerian/lembaga

yang memiliki satuan kerja yang

secara khusus mengampu urusan

kebudayaan. Akan tetapi, sebagian

besar satuan kerja itu belum

terhubung satu sama lain dalam

jejaring koordinasi yang sistematis.

Akibatnya, kebijakan budaya

yang dikeluarkan pemerintah

pusat kerapkali tumpang-tindih

atau bahkan bertabrakan satu

sama lain. Hal ini membuat kerja

kebudayaan menjadi tidak efektif

dalam memastikan terselenggaranya

pemajuan kebudayaan.

Ketiga, kurangnya regulasi

kebudayaan di tingkat daerah

yang berporos pada pemajuan

kebudayaan. Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2017 tentang

Pemajuan Kebudayaan belum

Peserta pawai budaya KKI 2018

”Membentuk Dana

Perwalian Kebudayaan

guna memperluas

akses pada sumber

pendanaan dan

partisipasi masyarakat

dalam pemajuan

kebudayaan

diturunkan pada tingkat daerah

menjadi peraturan yang dapat

menjadi acuan pengelolaan sepuluh

objek pemajuan kebudayaan.

Regulasi kebudayaan di tingkat

daerah juga belum dibimbing oleh

semangat pengayaan keberagaman

budaya dan belum memprioritaskan

fakta keberagaman budaya yang

merupakan nafas Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2017 tentang

Pemajuan Kebudayaan.

Sebagai langkah awal untuk

menjawab tantangan itu, Kongres

Kebudayaan Indonesia 2018

mencetuskan Resolusi keenamnya

sebagai rencana aksi utnuk

diwujudkan dalam tempo dua

tahun: “Membentuk Dana Perwalian

Kebudayaan guna memperluas

akses pada sumber pendanaan

dan partisipasi masyarakat dalam

pemajuan kebudayaan.”

Rencana Aksi ini berfokus

pada penciptaan mekanisme Dana

Perwalian Kebudayaan yang akan

menjadi sumber dana hibah bagi

inisiatif-inisiatif baik di bidang

seni dan budaya. Mekanisme

Dana Perwalian Kebudayaan ini

telah dibahas dalam pertemuan

antara Presiden Joko Widodo

dengan para pelaku budaya

yang merupakan perwakilan dari

Kongres Kebudayaan Indonesia

2018. Presiden Joko Widodo

telah menyatakan bahwa mulai

tahun 2020 akan diciptakan Dana

Perwalian Kebudayaan sebesar

Rp.5 triliun, dan akan ditambahkan

dengan nominal yang sama pada

tahun berikutnya. Bunga dari

dana yang dihimpun ini akan

dipergunakan untuk membiayai

inisiatif-inisiatif baik di bidang seni

dan budaya. MS

Page 46: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201944

ALIH-FUNGSI ASET PUBLIK TERBENGKALAI MENJADI

RUANG BUDAYA

Undang-Undang Nomor

5 Tahun 2017 tentang

Pemajuan Kebudayaan

mengamanatkan pemerintah

untuk menjadi fasilitator pemajuan

kebudayaan dengan mendukung

masyarakat untuk menjalankan

perannya sebagai agen utama

pemajuan kebudayaan. Namun,

dalam banyak kasus, pemerintah

kerap masih berperan sebagai agen

pemajuan kebudayaan dan belum

berhasil membangun mekanisme

pendukung sehingga masyarakat

sendiri bisa tampil sebagai pelaku

Tujuh Resolusi KKI

aktif pemajuan kebudayaan.

Permasalahan ini mengemuka antara

lain dalam tiga isu pokok.

Pertama, ketiadaan sistem

data kebudayaan terpadu yang

menghubungkan berbagai pusat

data pemerintah dan masyarakat,

yang berkelanjutan serta dapat

diakses publik. Setiap unit

pemerintah di pusat dan daerah

dan organisasi kemasyarakatan

bidang kebudayaan punya pusat

datanya sendiri. Pusat-pusat

data itu melakukan pemutakhiran

informasi bidang kebudayaan

setiap tahun. Selama ini belum ada

keterhubungan antarpusat data

itu, dan mekanisme yang menjamin

akses publik. Alhasil pusat-pusat

data kebudayaan tersebut kerapkali

menjalankan pendataan secara

tumpang tindih, datanya kurang bisa

termanfaatkan oleh publik dan tidak

menentu kesinambungannya karena

faktor sumber daya atau perubahan

kebijakan.

Kedua, belum terwujud

akses yang meluas, merata dan

berkeadilan terhadap infrastruktur

dan sarana prasarana kebudayaan.

Sumber: kompas.com

Page 47: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 45

Menurut data yang terhimpun di

279 kabupaten/kota se-Indonesia,

terdapat 9127 sarana dan prasarana

pemerintah di bidang kebudayaan.

Selain itu, ada 5000 gedung, tanah

dan aset fisik milik pemerintah

yang terbengkalai. Berdasarkan

data ini, isu pokoknya bukanlah

kita kekurangan gedung atau

taman budaya sebab aset publik

ada banyak sekali. Isu utamanya

adalah kurangnya pemanfaatan

ruang publik sebagai ruang budaya

serta lemahnya perencanaan dan

pengelolaan infrastruktur dan sarana

prasarana kebudayaan sehingga

akses masyarakat terhadap fasilitas-

fasilitas umum tidak optimal.

Ketiga, belum optimalnya tata

kelola sumber daya manusia bidang

kebudayaan. Kita memiliki banyak

ahli di berbagai cabang budaya.

Demikian pula dengan lembaga di

bidang kebudayaan yang jumlahnya

mencapai tak kurang dari 27.115

lembaga, menurut data yang

terhimpun di 279 kabupaten/kota

se-Indonesia. Persoalannya adalah

persebaran yang tidak merata

sehingga di banyak tempat terjadi

kelangkaan tenaga ahli, sedangkan

di tempat-tempat tertentu seperti

kota besar terjadi banjir tenaga

ahli. Dengan kata lain, banyak

orang yang memiliki kompetensi

budaya tapi penempatannya keliru

sehingga dampaknya kurang

terasa bagi kepentingan umum.

Ketidakmerataan tenaga ahli dan

para pegiat budaya ini adalah salah

satu isu paling pokok di bidang tata

kelola sumber daya manusia bidang

kebudayaan.

Sebagai langkah awal untuk

menjawab tantangan itu, Kongres

Kebudayaan Indonesia 2018

”Selama ini belum

ada keterhubungan

antarpusat data itu,

dan mekanisme yang

menjamin akses publik.

Alhasil pusat-pusat data

kebudayaan tersebut

kerap menjalankan

pendataan secara

tumpang tindih,

datanya kurang bisa

termanfaatkan oleh

publik

dan menjamin pemerataan akses

masyarakat pada kebudayaan.”

Ada dua fokus dari Rencana

Aksi ini. Pertama, alih-fungsi aset

publik yang terbengkalai sebagai

ruang ekspresi budaya masyarakat.

Arah kebijakan ini adalah pada

pemanfaatan 5.000 aset pemerintah

yang terbengkalai sebagai ruang

terbuka yang dapat diakses seluruh

masyarakat dalam berkegiatan

kebudayaan, baik itu sebagai ruang

latihan, ruang pertunjukan, pameran

dan seni atau budaya lainnya. Kedua,

mengoptimalkan fungsi fasilitas

yang telah ada dengan memperbaiki

tata kelolanya sehingga dapat lebih

berperan sebagai ruang ekspresi

budaya masyarakat. Fasilitas seperti

taman budaya dan museum perlu

dipertegas fungsinya sebagai

ruang budaya yang dapat diakses

masyarakat. Perlu diberikan

kemudahan perizinan untuk kegiatan

kebudayaan, perbaikan kapasitas

kurasi, perencanaan perhelatan

budaya yang sistematis dan

pelibatan para pelaku budaya dan

masyarakat haruslah menjadi tujuan

utamanya.

MS

mencetuskan Resolusi ketujuhnya

sebagai rencana aksi utnuk

diwujudkan dalam tempo dua

tahun: “Memfungsikan aset publik

(seperti gedung terbengkalai,

balai desa, gedung kesenian) dan

fasilitas yang telah ada (taman

budaya dan museum) sebagai pusat

kegiatan dan ruang-ruang ekspresi

kebudayaan, guna memperluas

Revitalisasi kali besar

di kawasan kota tua

Jakarta: dapat dimanfaatkan sebagai ruang

budayaSumber: www.jawapos.com

Page 48: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201946

EMPAT PRIORITAS PROGRAM PEMAJUAN

KEBUDAYAAN

Peristiwa

Page 49: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 47

Isu pendidikan dan kebudayaan

tak pernah selesai. Satu masalah

tuntas, muncul lagi persoalan

lainnya. Itu sebabnya, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan seperti

tahun-tahun lalu mengundang

para pemangku kepentingan untuk

kembali berkumpul merembukkan

permasalahan pendidikan dan

kebudayaan terkini.

Peserta yang hadir ke

Rembuk Nasional Pendidikan dan

Kebudayaan (RNPK) tahun ini

berjumlah 1.232 orang, bertambah

dari tahun-tahun sebelumnya. Ruang

kamar Pusdiklat Kemendikbud,

Parung, Depok, Jawa Barat, yang

hanya 180, tak dapat menampung

semua peserta. Sejumlah wisma

di sekitar pun disewa untuk

penginapan mereka.

Sebetulnya, masih banyak

pemangku kepentingan pendidikan

dan kebudayaan dari daerah

yang tak bisa hadir. Maka, untuk

memastikan mereka menjadi

Rembuk Nasional

Pendidikan dan

Kebudayaan 2019

merekomendasikan

empat program prioritas

pemajuan kebudayaan:

Pekan Kebudayaan

Nasional, platform

Indonesiana, Kemah

Budaya Kaum Muda,

dan Seniman Masuk

Sekolah.

bagian yang terlibat dalam rembuk

besar ini, Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir

Effendy akan mengundang secara

khusus mereka yang tak sempat

hadir untuk diberitahu semua hasil

RNPK 2019.

Bagi Mendikbud, pemikiran

dan keterlibatan mereka begitu

dibutuhkan untuk mengatasi

berbagai problem yang menyangkut

puluhan juta pelajar. "Kita harus

bekerja keras agar peningkatan

pendidikan dan penguatannya,

serta pemajuan kebudayaan

semakin membaik," tuturnya di hari

penutupan.

Rembuk yang berlangsung 11-13

Februari itu sebelumnya dibuka

secara resmi oleh Presiden Joko

Widodo. Dalam sambutannya,

dia mengingatkan jangan sampai

bangsa kehilangan akar budaya,

dan anak-anak justru belajar lewat

Internet tentang hal-hal yang bukan

budaya Indonesia.

Para peserta Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2019 sedang memainkan angklung interaktif

Page 50: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201948

Ekspresi seni dan budaya

Indonesia, katanya, jangan sampai

tergeser dengan budaya asing yang

belum tentu cocok dengan jati diri

anak didik dan bangsa. "Hati-hati.

Anak-anak kita sekarang belajar

tidak hanya di sekolah, tapi sekarang

lebih banyak belajar dari media

sosial," kata presiden Joko Widodo.

Dia juga menegaskan, kita harus

bisa memastikan agar kebudayaan

Indonesia menjadi sumber kekuatan,

sumber persatuan, sumber

energi bangsa Indonesia dalam

memenangkan kompetisi global,

memenangkan persaingan global.

"Itulah jalan kebudayaan kita," ujar

kepala negara.

Usai meresmikan RNPK,

Presiden mengunjungi arena

pemeran yang digelar di sekitar

arena. Di situ dia melihat-lihat

segala upaya Kemendikbud, capaian

kinerjanya, serta hasil kerja samanya

dengan dinas-dinas pendidikan dan

kebudayaan daerah, dengan pihak

sekolah, dunia usaha dan industri.

Mendikbud mengakui, seperti

tampak di pameran, banyak

capaian sudah diperoleh. Tapi

program pembangunan dan

perbaikan gedung sekolah belum

maksimal. Untuk itu, dan agar lebih

fokus bekerja, dia memutuskan

melimpahkan program ini ke

Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat (PUPR) mulai

2019. "Kita akan fokus pada regulasi,

pengawasan dan afirmasi," kata

Muhadjir Effendy.

Di bidang kebudayaan, di

pameran tampak antara lain

upaya pemajuan bahasa. Badan

Pengembangan dan Pembinaan

Bahasa menampilkan produknya:

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Presiden RI memberikan arahan kepada peserta Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2019

Pembukaan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2019

oleh presiden RI

(KBBI) edisi kelima, KBBI Braille,

Laboratorium Kebinekaan Bahasa,

dan perangkat Uji Kemahiran

Berbahasa Indonesia (UKBI).

RNPK 2019 memang juga

membahas kebudayaan. Peserta

pun dibagi ke dalam lima

kelompok diskusi. Kelompok topik

pendidikan membahas penataan

dan pengangkatan guru, revitalisasi

pendidikan vokasi, dan sistem zonasi

pendidikan. Sementara di topik

kebudayaan, mereka membahas

pemajuan kebudayaan serta

penguatan sistem perbukuan dan

literasi.

Kelompok diskusi topik

pemajuan kebudayaan, yang

disebut Kelompok IV, terbagi lagi ke

dalam subtopik bahasan merawat

persatuan, toleransi dan kebinekaan,

serta tata kelola pemajuan

kebudayaan.

Kelompok ini menghasilkan

sejumlah rekomendasi. Di

antaranya, pemerintah perlu segera

Page 51: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 49

Hasil Rekomendasi

Kelompok I yang membahas topik penataan dan pengangkatan guru, menghasilkan sembilan rekomendasi. Di antaranya, perlunya pembukaan formasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk guru secara periodik setiap tahun sesuai peta kebutuhan guru di sekolah dan daerah, pengangkatan guru sesuai dengan kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik, serta evaluasi sertifikat profesi guru secara berkala dan berlaku selama lima tahun.

Kelompok II yang membahas topik sistem zonasi pendidikan menghasilkan enam rekomendasi. Antara lain, perlunya pemahaman tujuan dan strategi yang sama tentang tata kelola pendidikan berbasis zonasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Pelaksanaan PPDB direkomendasikan harus ditempuh dengan tiga jalur, yaitu jalur zonasi (sebesar 90 persen), jalur prestasi (5 persen) dan jalur perpindahan orang tua (5 persen).

Kelompok III yang membahas topik revitalisasi vokasi merekomendasikan harmonisasi sistem sertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dengan dunia usaha dan industri untuk pengakuan sertifikasi. Perlu pula harmonisasi sistem sertifikasi antara SMK, SMA-LB, Paket C Vokasi, dan antara lembaga kursus dan pelatihan.

Kelompok IV yang membahas topik pemajuan kebudayaan, merekomendasikan penerbitan regulasi turunan dari UU No. 11 Tahun 2010 dan UU No. 5 Tahun 2017.

Kelompok V yang membahas topik penguatan sistem perbukuan dan gerakan literasi merekomendasikan penyediaan buku bermutu, murah, dan merata di seluruh Indonesia, terutama di daerah 3T dengan berbagai strategi dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

menerbitkan regulasi turunan dari Undang-

Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar

Budaya dan Undang-Undang No. 5 Tahun

2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Bentuknya berupa Peraturan Pemerintah,

Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, dan

Peraturan Daerah.

Regulasi yang diperlukan mesti

mengatur aspek kelembagaan terkait

dengan entitas tunggal kebudayaan di

tingkat Kementerian, Dinas Provinsi/

Kabupaten/Kota. Selain itu juga mengatur

peningkatan kapasitas sumberdaya manusia

di bidang kebudayaan serta pemerataan

persebaran kompetensi dan keahlian.

Peserta rembuk merekomendasikan

penyusunan kebijakan tentang skema

pembiayaan pemajuan kebudayaan dengan

mengalokasikan minimal 2,5 persen

anggaran khusus dari APBN/APBD, atau

Bantuan Operasional Kebudayaan (BOK).

Yang tak kalah penting, rekomendasi

perlunya penetapan mengenai Standar

Biaya Masukan Lainnya (SBML) untuk

berbagai profesi di bidang Kebudayaan.

Rekomendasi lain, di antaranya,

perlunya konsolidasi program

pembangunan di bidang kebudayaan lintas

kementerian/lembaga dan pemerintah

daerah sebagai regulator dan fasilitator.

Diperlukan juga penguatan pelibatan

publik dalam pelaksanaan pemajuan

kebudayaan melalui dewan kesenian, dewan

kebudayaan, majelis adat, komunitas, dan

masyarakat lainnya dengan memanfaatkan

ruang-ruang publik.

Sementara rekomendasi peserta

rembuk yang segera dilaksanakan pada

tahun ini adalah Pekan Kebudayaan

Nasional, platform Indonesiana, Kemah

Budaya Kaum Muda, dan Seniman Masuk

Sekolah. Inilah program prioritas dalam

memperkuat ekosistem kebudayaan

untuk merawat persatuan, toleransi, dan

kebinekaan.

AT/AYA

Page 52: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201950

MEMAJUKAN KEBUDAYAAN MELALUI

DIPLOMASI BUDAYA

Diplomasi budaya

merupakan usaha

suatu negara untuk

memperjuangkan kepentingan

nasionalnya melalui dimensi

kebudayaan, termasuk di dalamnya

adalah pemanfaatan bidang-

bidang ideologi, teknologi, politik,

ekonomi, militer, sosial, kesenian

dan lain-lain dalam percaturan

masyarakat internasional. Diplomasi

budaya dapat juga dikatakan

sebagai diplomasi lembut (soft),

sebagaimana disampaikan oleh

Joseph Nye dari Harvard University

“Soft power is the ability to attract

and co-opt, rather than coerce (hard

power). Soft power is the ability

to shape the preferences of others

through appeal and attraction. A

defining feature of soft power is that

para pengambil keputusan pada

pemerintah atau organisasi

internasional.

Diplomasi budaya Indonesia

dengan jelas disebutkan dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945, yaitu bahwa bangsa Indonesia

melihat dirinya sebagai bagian yang

tak terpisahkan dari masyarakat

dunia. Salah satu upaya untuk

mewujudkan peran Indonesia dalam

masyarakat dunia tersebut adalah

diplomasi budaya. Selain itu, dalam

Pasal 32 ayat 2 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2017 tentang

Pemajuan Kebudayaan menyebutkan

perlunya untuk meningkatkan peran

aktif dan pengaruh Indonesia dalam

hubungan internasional. Selanjutnya

dalam Pasal 35 ayat 1 disebutkan

pemanfaatan objek pemajuan

kebudayaan untuk meningkatkan

peran aktif dan pengaruh Indonesia

dalam hubungan internasional,

melalui diplomasi budaya

dan peningkatan kerja sama

internasional di bidang Kebudayaan.

Diplomasi budaya juga

merupakan salah satu dari

resolusi strategi kebudayaan

yang merupakan hasil dari

Kongres Kebudayaan Indonesia,

yaitu mengembangkan dan

memanfaatkan kekayaan budaya

untuk memperkuat kedudukan

Indonesia di dunia internasional,

dengan melakukan fasilitasi

pemanfaatan objek pemajuan

kebudayaan untuk memperkuat

promosi Indonesia, serta

meningkatkan dan menguatkan

diplomasi budaya Indonesia.

Titikberat diplomasi budaya

dalam rangka pemajuan

kebudayaan Indonesia adalah (1)

meningkatkan diplomasi budaya

it is non-coercive; the currency of

soft power is culture, political values,

and foreign policies”.

Diplomasi budaya dapat

dilakukan oleh pemerintah maupun

lembaga non-pemerintahan,

individual maupun kolektif. Pola

hubungannya bisa antarpemerintah,

pemerintah dan swasta, swasta

dengan swasta, atau gabungan

seluruhnya.

Tujuan dari diplomasi budaya

adalah untuk mempengaruhi

pendapat masyarakat negara lain

agar mendukung suatu kebijakan

politik luar negeri tertentu. Sasaran

utama diplomasi budaya adalah

pendapat umum, baik pada level

nasional maupun internasional,

dengan harapan pendapat umum

tersebut dapat mempengaruhi

Page 53: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 51

dengan memperkuat perwakilan

luar negeri sebagai pusat budaya

Indonesia; (2) Meningkatkan jumlah

dan mutu program pertukaran

dan residence untuk seniman,

peneliti dan pelaku budaya, dan

(3) Menjadikan diaspora Indonesia

sebagai ujung tombak pemajuan

kebudayaan Indonesia di luar

negeri, untuk menjadikan kekayaan

budaya Indonesia sebagai teladan

bagi dunia dalam membangun dan

merawat masyarakat yang bineka.

Hal itu dapat dilakukan dengan

meningkatkan daya tarik budaya

Indonesia bagi dunia melalui

peningkatan mutu, aksesibilitas,

serta afordability penduduk dunia

terhadap potensi budaya Indonesia

dengan menggunakan beragam

media dan program yang melibatkan

influencer sebagai duta budaya

Indonesia.

Tercapai tujuan tersebut

diperlukan adanya strategi diplomasi

yang merupakan langkah-langkah

yang dilakukan untuk mencapai

tujuan dengan mempertimbangkan

kesesuaian proses dan ketepatan

hasil. Hal ini dilakukan melalui tiga

langkah, yaitu: (1) Visibility atau

kenampakan, Indonesia memiliki

kekuatan sebagai negara dengan

kekayaan dan kanekaragaman

budaya, namun dalam hal diplomasi,

masih ada satu titik lemah, yaitu

kurang kuat visibility-nya, sehingga

diplomasi budaya Indonesia perlu

dilaksanakan untuk memperkuat

kehadiran negara ini secara

internasional; (2) Likeability atau

kemudahan. Kebudayaan Indonesia

menjadi pintu untuk likeability,

sehingga masyarakat internasional

tertarik kepada Indonesia.

Namun likeability terhadap

Indonesia masih dihadapkan

kepada beberapa masalah,

seperti sifatnya yang instan,

tersegmentasi dan tergantung

momentum. Selain itu, ada banyak

tantangan dalam meningkatkan

likeability, di antaranya adalah

pemberitaan media internasional

tentang Indonesia yang kurang

menimbulkan citra positif; dan (3)

Aksi, merupakan langkah yang

diambil sebagai hasil dari analisis

terhadap penerapan langkah satu

dan dua. Meningkatkan peran Atase

Pendidikan dan Kebudayaan di luar

negeri dengan mengidentifikasi

sejauh mana masyarakat di negara

tersebut mengenal kebudayan

Indonesia, mengidentifikasi jejaring

kebudayaan Indonesia yang dapat

dimanfaatkan di negara tersebut

(diaspora, Indonesianis, dll.),

dan menjajagi prospek pelibatan

influencer dari negara tersebut

untuk meningkatkan visibility

Indonesia. Selain itu perlu menyusun

dan melaksanakan program

diplomasi budaya Indonesia, dengan

bekerja sama lintas lembaga/

kementerian, mengidentifikasi media

potensial, baik cetak, elektronik

maupun online yang dapat

digunakan untuk meningkatkan

visibility Indonesia di luar negeri,

menganalisis potensi kesukaan dan

ketidaksukaan terhadap Indonesia

yang masih ada di negara-negara

prioritas, dengan menggandeng

konsultan profesional. Aksi penting

lainnya adalah merancang program-

program diplomasi budaya yang

disesuaikan dengan masing-

masing negara prioritas dengan

berdasarkan hasil analisis kedua hal

di atas. Program diplomasi budaya

yang telah dirancang dengan

analisis visibility dan likeability perlu

dilaksanakan secara terukur dan

berkelanjutan dengan meletakkan

tujuan jangka pendek dan jangka

panjang. Program diplomasi budaya

yang dijalankan perlu dilengkapi

dengan mekanisme monitoring dan

evaluasi secara berkala (3 bulan, 6

bulan, 1 tahun), contoh program-

program yang bisa dilakukan adalah

residence seniman, pendukungan

diaspora, dan lain-lain.

WY

Tenun Baduy ‘Lekat’ hadir di London Fashion Week

Penampilan Otniel Indonesia menjadi tamu kehormatan di Festival Europalia

Voice of Papua menghibur masyarakat Eropa di Festival Europalia

Page 54: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201952

Laras Slendro

dan Pelog

dalam

Harmoni

Musik

Nusantara

G A M E L A N

Sumber: shutterstock.com

Page 55: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 53

Gamelan merupakan musik

asli Indonesia. Bukti-

bukti arkeologis berupa

prasasti, relief candi dan artefak

menunjukan gamelan sudah dikenal

di Indonesia sejak abad ke-8 Masehi.

Dalam perkembangannya, gamelan

terus tumbuh di berbagai wilayah

Indonesia hingga hampir ke seluruh

dunia.

Pada awalnya gamelan

merupakan perangkat musik yang

mengiringi upacara ritual adat

dan keagamaan serta instrumen

pendidikan karakter dan identitas

warga istana dan keluarga

bangsawan. Kemudian perannya

berkembang luas menjadi seni

pertunjukan yang populer di

Nusantara, terutama di Jawa dan

Bali. Gamelan juga digunakan

sebagai musik konser dan menjadi

bagian penting dalam pertunjukan

tari, teater, dan ekspresi seni lainnya.

Selain itu dalam perkembangannya

gamelan dihadirkan untuk terapi

penyembuhan kejiwaan. Peran

gamelan juga besar dalam dalam

memperhalus budi pekerti,

meningkatkan konsentrasi belajar,

mengembangkan kecakapan hidup,

meningkatkan percaya diri dan

motivasi.

Gamelan juga bisa dikatakan

sebagai musik kebersamaan karena

dimainkan secara kolektif oleh

seluruh kalangan masyarakat, dan

tidak mengenal perbedaan gender

dan usia. Sampai sekarang, gamelan

tersebar hampir di seluruh wilayah

Indonesia.

Jika dilihat dari bahan dan jenis

alat musiknya, gamelan merupakan

orkestra perkusi Indonesia berlaras

slendro atau pelog yang memiliki

pola frekuensi dan interval tertentu.

Sebagian besar alat musik perkusi

ini dibuat dari logam (perunggu,

kuningan, dan besi) yang ditempa

hingga menghasilkan instrumen

idiofon berbentuk wilahan (saron,

demung, peking) dan pencon

(bonang, kenong, ketuk, kempyang,

kempul, gong). Sebagian alat musik

lain berupa idiofon kayu (gambang),

membranofon perpaduan kayu dan

kulit (kendang), kordofon perpaduan

kayu dan kulit (rebab), kordofon

logam (siter), dan aerofon bambu

(suling).

Negara melalui Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia nomor 106

tahun 2013 tentang Warisan Budaya

Takbenda Indonesia telah melakukan

pelindungan yang terdiri dari:

Pertama, transmisi wawasan

tentang seni gamelan yang

dilakukan melalui pendidikan

formal dan non-formal. Beberapa

Provinsi mengadakan gerakan

seniman gamelan masuk sekolah,

festival, lomba, pagelaran, dan

parade gamelan. Pemerintah

memfasilitasi tempat pertunjukan

karawitan, memberikan pelatihan

dan pengajaran gratis. Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan juga

memberikan perangkat gamelan

ke beberapa sanggar sejak tahun

2012 hingga saat ini. Sedangkan di

tingkat kota/kabupaten, Pemerintah

Kota Surakarta telah memberikan

perangkat gamelan sebanyak 21 ke

kelurahan-kelurahan di daerahnya.

Pelbagai perguruan tinggi seni di

Indonesia memfasilitasi kepada

mahasiswanya untuk mengajar

gamelan di komunitas, sekolah dan

sanggar.

Kedua, identifikasi, dokumentasi,

dan penelitian yang dilakukan

oleh pemerintah melalui

perguruan tinggi dan pemerintah

daerah. ISI Surakarta melakukan

pendokumentasian gending-geding

keraton. Di beberapa perguruan

Pentas gamelan dimainkan oleh kelompok peminat musik tradisional

Jawa dari mancanegara

Sumber: shutterstock.com

Page 56: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201954

tinggi seni, gamelan menjadi

objek penelitian dan penciptaan

mahasiswa guna memperoleh

gelar strata satu hingga strata

tiga. Pemerintah Kota Surakarta

bekerja sama dengan dewan

kesenian melakukan pendataan

dan pemetaan sanggar seni dan

karawitan di 51 kelurahan.

Ketiga, preservasi, proteksi

dan revitalisasi yang dilakukan

oleh pemerintah melalui Perguruan

Tinggi Seni dan sekolah menengah

konservatori telah menghasilkan

revitalisasi dan rekonstruksi

gamelan-gamelan yang memiliki

nilai sejarah dan fungsi tertentu

yang jarang dimainkan. Misalnya,

komunitas gamelan di ISI Denpasar

merekonstruksi gamelan kuno

(Gamelan Ketug Bumi), dan

komunitas gamelan di ISI Surakarta

merekonstruksi gamelan dan

gending Keraton Surakarta.

Gamelan dipakai sebagai sarana

diplomasi budaya baik bilateral

maupun multilateral sehingga

memperkuat perdamaian dunia dan

kemanusiaan serta memperkokoh

posisi Indonesia dalam percaturan

dunia internasional. Promosi juga

dilakukan oleh pemerintah dengan

mengirimkan duta gamelan ke

berbagai event internasional

antara lain KIAS (Amerika Serikat),

Europalia (Belgia, Perancis,

Inggris, Jerman, dan Belanda),

Island to Island Festival (Inggris

dan Skotlandia), Expo (Jepang,

Spanyol, Kanada), ASEAN Forum on

Traditional Music (Thailand). Selain

itu, diplomasi juga dilakukan dengan

mengirimkan perangkat gamelan ke

beberapa Kedutaan Besar RI.

Komunitas gamelan bekerja

sama dengan pemerintah daerah

dan pusat menyelenggarakan event

dan festival, seperti pada tahun

2017 menyelenggarakan seminar

dan workshop di London dan

Glasgow dalam rangka pelaksanaan

International Gamelan Festival (IGF).

Pada tahun 2018 penyelenggaraan

IGF melibatkan 4.900 seniman

dari 139 komunitas gamelan yang

berasal dari 12 negara. Kegiatan ini

khususnya didukung oleh Direktorat

Jenderal Kebudayaan, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Pada tahun 2019 Pemerintah

Indonesia akan mengusulkan

gamelan untuk masuk ke dalam

Daftar ICH UNESCO. Proses

pemilihan gamelan dilakukan

melalui pengkajian Tim Penilai yang

terdiri dari Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan, Direktur Jenderal

Kebudayaan, Direktur Warisan dan

Diplomasi Budaya, Edy Sedyawati,

Wiendu Nuryati, dan Harry Waluyo.

Pada saat itu ada 5 warisan yang

”gamelan merupakan

orkestra perkusi

Indonesia berlaras

slendro atau pelog

yang memiliki

pola frekuensi dan

interval tertentu

Instrumen gamelan saron biasanya

mempunyai dua pasang, laras pelog dan slendro; saron

menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi

daripada demung atau saron panembung

Instrumen gamelan kenong merupakan pengisi akor atau harmoni dalam permainkan gamelan

Page 57: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 55

dinilai yaitu, Reyog Ponorogo,

Tempe, Lukisan Klasik Bali,

Kolintang, dan Gamelan.

Pada proses pengusulan ini

komunitas bekerja sama dengan

pemerintah daerah dan akademisi

untuk mengajukan warisan budaya

takbenda. Proses ini dimulai dengan

menyebarkan informasi kepada

seluruh provinsi di Indonesia

mengenai proses nominasi dengan

berbagai persyaratan. Proses

pengajuan nomiasi tersebut harus

dilakukan oleh komunitas dengan

bantuan berbagai pemangku

kepentingan seperti pemerintah

daerah baik kabupaten/kota maupun

provinsi, akademisi atau lembaga

penelitian, dan berbagai lembaga

swadaya masyarakat. Persayaratan

pengajuan tersebut terdiri dari

proposal (berisi naskah akdemik,

form penetapan WBTb Indonesia,

foto terbaru, video warisan, dan

daftar inventaris WBTb), lembar

dukungan komunitas, daftar tim

penyusun naskah akademik (terdiri

dari pemerintah daerah, komunitas,

praktisi, dan akademisi), dan laporan

pengelolaan WBTb yang sudah

dilakukan, serta rencana aksi selama

5 tahun.

Proses nominasi gamelan

dilakukan atas inisiatif komunitas

gamelan khususnya komunitas di

Solo, yaitu Garasi Seni Benawa.

Garasi Seni Benawa bekerja sama

dengan Dinas Provinsi Jawa Tengah

mempersiapkan naskah akademik

dan menginformasikan kepada

komunitas lain sampai ke luar negeri

mengenai rencana pengusulan.

Berbagai komunitas memberikan

data untuk melengkapi naskah

akademik tersebut.

BS

Sumber: shutterstock.com

Sumber: shutterstock.com

Page 58: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201956

PERINGATANHARI WARISAN DUNIA

Hari Warisan Dunia

atau World Heritage

Day yang jatuh pada

tanggal 18 April 2019 diperingati

oleh seluruh dunia, khususnya

negara yang memiliki Warisan

Dunia diwilayahnya. Tanggal ini

ditetapkan oleh International

Council on Monument and Sites

(ICOMOS) sebagai International

Day for Monuments and Sites. Hari

ini dipakai sebagai momentum

untuk menandai pentingnya nilai

warisan dunia, khususnya budaya,

bagi kemasyarakatan dan jati diri,

untuk meningkatkan kesadaran

akan keberagaman dan kerentanan

warisan budaya, serta untuk

mendorong kegiatan-kegiatan bagi

perlindungan warisan budaya.

Guna perayaan Hari Warisan

Dunia ini setiap tahun ICOMOS

mengeluakan tema yang dipakai

sebagai pedoman dalam semua

negara merayakannya. Untuk

tahun 2017 tema yang dipakai

sebagai perayaan adalah

#heritage4generation. Tagar ini

berlanjut hingga tahun 2018 karena

upaya pewarisan dianggap hal yang

perlu menjadi perhatian. Sedang

untuk tahun 2019 tema yang dipakai

World Heritage Day

adalah #rurallandscapes. Tema-tema

ini dipakai oleh seluruh negara yang

memiliki warisan dunia dan turut

serta merayakan Hari Warisan Dunia

di negara masing-masing.

Di Indonesia, Hari Warisan

Dunia Tahun 2017 dirayakan dengan

mengangkat tema Cultural Heritage

and Sustainable Tourism yang pusat

perayaannya bertempat di Daerah

Istimewa Yogyakarta. Perayaan ini

adalah untuk mengaktualisasikan

pelestarian dengan era kekinian

di abad ke-21 dan sesuai dengan

agenda dunia tahun 2030, yaitu

pembangunan berkelanjutan. Ini

diharapkan dapat menyeimbangkan

kepentingan pelestarian dan

kebutuhan pemanfaatan dari warisan

dunia budaya. Salah satunya adalah

dengan program pengembangan

pariwisata yang memungkinan

terjadinya keterlibatan masyarakat

sekitar warisan dunia, yaitu di sekitar

Kawasan Warisan Dunia Candi

Prambanan.

Kawasan Candi Prambanan

ditetapkan sebagai warisan dunia

pada tahun 1991, bersama dengan

Kawasan Candi Borobudur. Di

dalam Kawasan Warisan Dunia

Candi Prambanan terdapat Candi

Page 59: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 57

Bubrah, Candi Lumbung, dan Candi

Sewu. Ditetapkan sebagai Warisan

Dunia oleh UNESCO karena Nilai

Universal Luar Biasa yang dimiliki,

yaitu sebagai karya adi luhung

umat manusia. Kawasan Candi

Prambanan menggambarkan

wilayah yang luar biasa dalam hal

memperlihatkan toleransi beragama,

di mana bangunan Hindu berdiri

berdampingan dengan bangunan

Budha yang sekarang terpelihara

di tengah keberadaan masyarakat

muslim Indonesia. Hal ini menjadi

contoh luar biasa bagi kehidupan

tolerasi umat beragama di dunia.

Untuk tahun 2019, Perayaan Hari

Warisan Dunia akan dilaksanakan di

Bali dengan tagar #rurallandscapes.

Berlangsung mulai tanggal 21 April

hinggal 27 April, pameran tentang

warisan dunia akan digelar di

Universitas Udayana. Senyampang

itu, diskusi umum tentang etika

pemanfaatan warisan dunia akan

dibawakan oleh Direktur Jenderal

Kebudayaan dengan peserta

undangan dari unsur pemerintah

daerah, akademisi dan mahasiswa,

serta komunitas pelestari warisan

budaya. Kemudian seminar yang

diisi pakar warisan dunia serta ahli

lingkungan dan pengairan, juga

diselenggarakan di Universitas

Udayana; lalu akan ada dialog antara

Direktur Warisan dan Diplomasi

Budaya didampingi Gubernur Bali

dengan masyarakat pelaku sistem

subak di wilayah Tabanan; terakhir

diadakan pagelaran wayang Bali

dengan dalang ternama dari

Denpasar, I Made Sidia, putra dari

I Made Sidja, maestro seni tradisi

Indonesia.

RR

Borobudur; warisan

budaya yang sudah diakui

UNESCO

Sumber: shutterstock.com

Sumber: Arsip Kemendikbud

Page 60: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201958

BUKAN SEKADAR APRESIASI TERHADAP

PELAKU BUDAYA

Di tengah pesatnya kemajuan teknologi digital,

kehidupan kita semakin merasakan disrupsi

yang mengubah lanskap ekonomi, sosial

dan politik. Segenap disrupsi ini dapat bermuara pada

konflik dan kekerasan apabila tidak dikelola secara baik.

Pengelolaan atas keragaman budaya pada gilirannya

mensyaratkan pelestarian khazanah budaya warisan

bangsa. Anugerah Kebudayaan menjaga eksistensi dan

kewibawaan segenap warisan budaya itu. Anugerah

Kebudayaan mempertimbangkan aspek-aspek sepuluh

objek pemajuan kebudayaan yang tertuang dalam UU

No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Berawal dari kewajiban Pemerintah Republik

Indonesia untuk mengapresiasi para pelaku budaya yang

telah menyumbangkan hidupnya dalam memajukan

budaya Indonesia, digagaslah Hadiah Seni pada 1969.

Dari pertama kali diselenggarakan pada 1969 hingga

1998, Hadiah Seni telah memberikan apresiasi pada 251

ANUGERAH KEBUDAYAAN:

Sumber: aman.or.id

Page 61: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 59

kategori Komunitas (2015 –

sekarang), kategori Pemerintah

Daerah (2015 – sekarang), dan

kategori Perorangan Asing (2015

– sekarang). Kategori Media Massa

juga dihidupkan kembali walaupun

hanya sampai 2016.

Anugerah Kebudayaan juga

memiliki kategori khusus yang

mengusulkan calon penerima

Gelar Tanda Kehormatan (GTK)

Presiden Republik Indonesia. Dalam

kategori ini, hasil penilaian hanya

berupa usulan yang diserahkan

kepada GTK Sekretariat Militer,

Sekretariat Negara untuk dibahas

kembali apakah calon tersebut

layak mendapatkan penghargaan

kebudayaan dari Presiden RI.

Penghargaan kebudayaan dari

Presiden itu memiliki tiga tingkatan,

diawali dari tingkatan tertinggi

Bintang Mahaputra, lalu Bintang

Budaya Paramadharma, yang

terakhir Satyalancana Kebudayaan.

Membangun Karakter Bangsa

Pemberian Anugerah

Kebudayaan juga merupakan salah

satu implementasi UU No. 5 tahun

2017 tentang Pemajuan Kebudayaan

serta hasil Kongres Kebudayaan

Indonesia (KKI) tahun 2018. Kongres

ini menghasilkan tujuh resolusi

dengan poin kedua yang berbunyi:

“Memastikan terjadinya alih

pengetahuan dan regenerasi melalui

pelindungan dan pengembangan

karya kreatif untuk kesejahteraan

para pelaku budaya, serta pelibatan

maestro dalam proses pendidikan

dan pembelajaran formal”.

Direktorat Warisan dan

Diplomasi Budaya telah menginisiasi

Temu Maestro Seni Tradisi dengan

para pelajar di Lebak, Banten, yang

bertujuan untuk memperkenalkan

kembali kesenian tradisi kepada

generasi muda. Pertemuan itu diisi

dengan diskusi dan praktik singkat.

Maestro Seni Tradisi melibatkan

beberapa tokoh, di antaranya

H. Rodjali (Maestro Gambang

Kromong), H. Engkos Kosasih

(Maestro Blenggo), H. Sanusi

(Maestro Silat Betawi), Abah Engkus

(Maestro Silat dan Debus) dan Tan

De Seng (Maestro Kecapi). Mak Ijah,

seniwati dari Lebak, juga disertakan

dalam kegiatan ini.

Ketika berdiskusi, para maestro

menceritakan masa mudanya dan

pengalaman mereka keliling dunia

mementaskan keahlian mereka. Para

peserta mulai menyadari bahwa

kesenian tradisional bukanlah hal

kuno yang ditinggalkan. Mereka juga

mulai mengetahui bahwa belajar

seni juga memiliki manfaat yang

baik untuk pengembangan diri

karakter, seperti melatih kesabaran,

menghormati yang lebih tua,

menambah teman dan sejenisnya.

YBR

seniman dan seniwati Indonesia.

Walaupun dalam periode tersebut

mayoritas penerima penghargaan

masih berasal dari Pulau Jawa, Bali

dan Sumatera, citra penghargaan

kebudayaan ini terus dibangun

sebagai standar bagi kelayakan

seorang pelaku budaya yang

telah menciptakan mahakarya

dan berkontribusi besar bagi

kebudayaan Indonesia. Beberapa

di antaranya adalah Affandi, Chairil

Anwar, Sidik Sitompul dan Anak

Agung Gde Rai.

Pasca-reformasi hingga

2004, penghargaan kebudayaan

ini sempat mengalami mati suri.

Pada masa itu, terjadi perubahan

nomenklatur bidang kebudayaan

yang pada mulanya bergabung

dengan Departemen Pendidikan

lantas bergabung dengan

Kementerian Pariwisata. Baru pada

2004, penghargaan kebudayaan

dihidupkan kembali dengan nama

Anugerah Kebudayaan. Anugerah

Kebudayaan pada masa ini memiliki

dua kategori, yaitu Pelestari (2004

– sekarang) dan Penerbit Buku

Anak yang Berdedikasi di Bidang

Kebudayaan (2004).

Kategori terus berkembang

dengan penambahan kategori

media massa dan iklan (2005 dan

2007), Hadiah Seni (2006 - 2014)

dan Maestro Seni Tradisi (2007 -

sekarang). Kategori Penerbit Buku

Anak diubah menjadi Pengarang

Buku Anak (2005 – 2007) lalu

diubah kembali menjadi Anak yang

Berprestasi di Bidang Kebudayaan

(2008 –sekarang). Tahun 2015

menjadi tahun yang penting, di

mana terciptanya kategori-kategori

baru, seperti Pencipta, Pelopor

dan Pembaru yang menggantikan

Hadiah Seni (2015 – sekarang),

”Citra penghargaan

kebudayaan ini terus

dibangun sebagai

standar bagi kelayakan

seorang pelaku budaya

yang telah menciptakan

mahakarya dan

berkontribusi besar bagi

kebudayaan Indonesia.

Page 62: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201960

P E R A H U P I N I S I

Dalam Tradisi Lisan

Tradisi Lisan

Sumber: shutterstock.com

Page 63: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 61

Sekelompok masyarakat di wilayah selatan Sulawesi

telah berhasil membangun sebuah tradisi bahari

selama ratusan tahun. Tradisi panjang ini berasal

dari mitos tentang penciptaan perahu pertama oleh nenek

moyang mereka.

Dalam mitologi masyarakat Tanah Beru, di Sulawesi

Selatan, dikisahkan bahwa leluhur mereka pernah membuat

sebuah perahu besar untuk mengarungi lautan, membawa

barang-barang dagangan serta menangkap ikan. Ketika

perahu pertama selesai dibuat dan dilayarkan ke tengah laut

terjadilah musibah. Badai besar menghantam perahu dan

menghancurkannya. Dipercayai bahwa bagian badan perahu

terdampar di Dusun Ara, layarnya mendarat di Tanjung Bira

dan isinya di Tanah Lemo.

Peristiwa tersebut seolah menjadi pesan simbolis bagi

masyarakat di ketiga desa itu bahwa mereka harus dapat

mengalahkan lautan dengan kerja sama. Sejak kejadian

itu, orang Ara kemudian hanya mengkhususkan diri

sebagai pembuat perahu. Orang Bira mengkhususkan diri

belajar perbintangan dan tanda-tanda alam. Sedangkan

orang Lemo-lemo adalah pengusaha yang memodali dan

menggunakan perahu tersebut. Tradisi pembagian tugas

yang telah berlangsung selama bertahun-tahun itu akhirnya

sampai pada pembuatan sebuah perahu kayu tradisional

yang disebut Pinisi.

Proses pembuatan perahu Pinisi sarat akan keyakinan

mistis yang berasal dari mitologi purba. Diawali dengan

Teknik pembuatan perahu Pinisi telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya takbenda tahun 2017

Sumber: shutterstock.com

Sumber: shutterstock.com

Sumber: shutterstock.com

Page 64: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201962

sebuah ritual kecil, perahu Pinisi

dibuat setelah melewati upacara

pemotongan lunas perahu. Kepala

tukang akan memotong kedua ujung

lunas. Potongan ujung lunas depan

dibuang ke laut sebagai tanda agar

perahu bisa menyatu dengan ombak

di lautan. Sedang potongan lunas

belakang dibuang ke darat untuk

mengingatkan agar sejauh apapun

perahu melaut harus kembali

dengan selamat ke daratan. Pada

akhir ritus, Panrita Lopi (pemimpin

upacara) pun mengumandangkan

doa-doa ke hadapan Sang Pencipta.

Berbagai sesaji menjadi syarat

yang tak boleh ditinggalkan dalam

upacara ini.

Masyarakat Bugis percaya

ada beberapa hal yang harus

dilakukan secara turun-menurun dan

dipertahankan dalam pembuatan

Pinisi, yaitu Ruling atau tata

cara pembuatan Pinisi, seperti

pencarian dan penebangan pohon,

pengeringan kayu dan pemotongan

kayu, perakitan, pemasangan tiang

kapal, dan peluncuran ke laut.

Kayu yang digunakan sebagai

bahan pembuat Pinisi adalah kayu

Bitti, Katonde, dan Welengreng.

Ketiga jenis kayu ini terkenal

kuat dan tahan air. Pencarian dan

penebangan pohon pun dilakukan

pada tanggal lima dan tanggal tujuh

setiap bulan ketika perahu mulai

dibuat. Orang Tanaberu meyakini

bahwa angka lima (Naparilimai

Dalle’na) berarti “rejeki sudah di

tangan”, sedangkan angka tujuh

(Natujuanggi Dalle’na) berarti “selalu

mendapat rejeki”. Pemotongan

kayu juga ada aturannya, yaitu

pantang berhenti sebelum putus.

Hal ini dilakukan agar kekuatan kayu

tetap terjamin. Jika kualitas kayu

dinilai kurang baik, pembuat perahu

Tanaberu lebih memilih untuk tidak

menebang pohon.

Badan perahu yang telah dilapisi

dengan dempul dihaluskan dengan

kulit buah pepaya. Penggunaan

bahan-bahan kulit pohon barruk

(terong) dan kulit buah pepaya, ada

kaitannya dengan mitos penciptaan

Pinisi yang menggunakan kekuatan

magis. Masyarakat di Tanaberu

merasa bahwa komunitas mereka

sebagai mikrokosmos, yaitu jagad

kecil yang merupakan bagian

dari jagad raya (makrokosmos).

Kedua kosmos ini harus dijaga

keharmonisannya melalui adat

istiadat, sehingga muncul

kecenderungan mempertahankan

yang lama dan menolak atau

mencurigai yang baru. Inilah yang

kemudian menjadi penyebab

mengapa mereka tidak gampang

terpengaruh oleh teknologi modern.

Tradisi pembuatan perahu di

Bulukumba sebenarnya sudah

ada sejak abad ke-19. Di dunia

internasional, perahu Pinisi baru

dikenal sejak 1906. Perahu itu

adalah bentuk paling modern

dari kapal tradisional orang Bugis-

Makassar yang telah mengalami

proses evolusi panjang. Asal mula

perahu Pinisi sebenarnya adalah

dari perahu Padewakkang, yang

merupakan perahu utama bangsa

Bugis pada abad ke-18. Perahu

tersebut merupakan perahu jarak

jauh yang digunakan sebagai perahu

perdagangan. Disinyalir perubahan

perahu padewakkang menjadi Pinisi

adalah demi kemudahan dalam

pemakaiannya.

Nilai luar biasa yang ada dalam

pembuatan Pinisi adalah bahwa

keahlian pembuatan kapal itu

diwariskan secara turun-menurun

selama ratusan tahun tanpa

panduan tertulis sama sekali.

Keseluruhannya dikerjakan dengan

tangan dan hanya dengan bantuan

alat-alat pertukangan tradisional.

Para perajin kapal Pinisi hanya

mengandalkan pengalaman dan

pengetahuan yang mereka dapatkan

dari para pendahulunya melalui

ingatan semata.

NOE

Sumber: shutterstock.com

Page 65: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 63

GEDUNG DPR/MPRSaksi Bisu Politik Luar Negeri Indonesia

Gedung Dewan Perwakilan

Rakyat/Majelis

Permusyawarahan

Rakyat Republik Indonesia ((DPR/

MPR RI) sudah menjadi salah satu

ikon bangsa Indonesia. Bentuknya

yang menyerupai kura-kura itu

begitu terpatri di dalam memori

masyarakat Indonesia. Apalagi,

gambar gedung DPR/MPR RI ini

menghiasi pula lembaran uang

rupiah pecahan seratus ribu.

Barangkali di hari-hari ini tidak

banyak yang tahu bagaimana kisah

di balik dibangunnya gedung ini.

Gedung DPR/MPR RI sudah

berusia 54 tahun jika dihitung

dari tanggal pemancangan tiang

pertamanya atau 36 tahun jika

kita menganggap bangunan

tersebut baru ada di hari selesai

masa konstruksinya. Kehadiran

gedung ini sesungguhnya tak lepas

dari dinamika sejarah perjalanan

bangsa Indonesia. Pencetusan

pembangunan gedung yang

sekarang kita kenal sebagai Gedung

DPR/MPR oleh Presiden Soekarno

tidak lepas dari politik luar negeri

Indonesia di tengah kemelut

perang dingin yang melanda

dunia. Dunia kala itu terbagi di

dalam dua kekuatan besar, yakni

Blok Barat yang dipimpin Amerika

Serikat dan Blok Timur dengan

Uni Soviet yang begitu digdaya di

sana. Kemelut perang dingin ini

tak pelak mempengaruhi dinamika

perpolitikan dalam negeri maupun

luar negeri Indonesia yang masih

berusia muda.

Di dalam situasi semacam

ini, Indonesia dan Malaysia (yang

baru merdeka) bersitegang.

Permasalahan itu muncul ketika

Malaysia mengklaim wilayah negara

baru itu meliputi Kalimantan bagian

utara. Di tengah permasalahan

antara dua negara tersebut belum

selesai, Malaysia lantas diterima

PBB sebagai anggotanya. Di dalam

pidatonya di PBB beberapa waktu

setelah itu, Soekarno sempat

memprotes keputusan diatas dan

mengusulkan agar gedung PBB

dipindahkan ke wilayah yang netral

di dalam konflik Blok Barat dan

Blok Timur. Sepertinya, protes

Soekarno memang tidak diindahkan.

Malaysia malah diangkat sebagai

Cagar Budaya

Sumber: shutterstock.com

Page 66: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201964

anggota Dewan Keamanan PBB.

Hal ini membuat pihak Indonesia

tersinggung. Dialam pidatonya

pada 7 Januari 1965, Presiden

Soekarno menyatakan Indonesia

keluar dari keanggotaan PBB. Maka

muncullah istilah yang cukup ramai

kala itu yakni “Ganjang Malaysia”.

Masyarakat Indonesia kala itu

berbondong-bondong mendaftarkan

diri sebagai sukarelawan di dalam

aksi “Ganjang Malaysia”. Pasukan

Indonesia dikirim ke perbatasan

antara Indonesia dengan Malaysia di

perbatasan sana.

Selain menjalankan kampanye,

Indonesia juga menunjukkan

secara tegas ketidak-setujuannya

terhadap keputusan PBB dengan

cara menginisiasi pembentukan

Conference of the News Emerging

Forces (Conefo) yang didirikan pada

17 Januari 1965. Belakangan, pada

11 Agustus 1966, Conefo dibubarkan

oleh Presiden Soeharto. Conefo

adalah upaya membentuk sebuah

blok baru di antara Blok Barat dan

Blok Timur. Anggota-anggotanya

adalah negara-negara Asia, Afrika,

Amerika Latin, dan beberapa negara

Eropa. Conefo beranggotakan

negara-negara berkembang. Untuk

keperluan tersebut dibangun suatu

kompleks gedung dekat Gelora

Senayan yang mendapat bantuan

antara lain dari Republik Rakyat

Tiongkok. Konferensi tersebut

belum sempat diselenggarakan

dan bangunannya sekarang

dipergunakan sebagai Gedung DPR/

MPR.

Langkah seperti ini bukan baru

pertama kali dilakukan Indonesia.

Kala itu, negara ini juga ikut

terlibat, bahkan menjadi salah satu

penggagas, Gerakan Non-Blok,

langkah Indonesia yang sangat

berani dan sangat dipuji, sekaligus

tidak disukai dunia internasional.

Proyek Conefo dicanangkan

dengan Keppres No 48 Tahun

1965. Presiden Soekarno lantas

menugaskan Soeprajogi, Menteri

Pekerjaan Umum dan Tenaga (PUT)

kala itu, menerbitkan Peraturan

Menteri PUT No 6/PRT/1965

yakni gerakan dari negara-negara

dunia ketiga yang baru merdeka

untuk tidak ikut terlibat di dalam

Perang Dingin. Indonesia juga

menginisasi Konferensi Asia Afrika

yang merupakan wadah kerja sama

dan persaudaraan bangsa-bangsa

bekas jajahan di Asia dan Afrika.

Konferensi Asia Afrika, Gerakan Non-

Blok, dan Conefo adalah langkah-

Sumber: shutterstock.com

Page 67: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 65

tentang komando pembangunan

proyek Conefo. Bertepatan dengan

10 tahun Konferensi Asia Afrika,

pada 19 April 1965, dilakukanlah

pemasangan tiang pancang utama

proyek political venues di Kompleks

Senayan, Jakarta. Sebelumnya,

di daerah ini sudah dibangun

kompleks olahraga, Gelora Bung

Karno, untuk penyelenggaraan

Asian Games. Gedung DPR/MPR

dibangun di atas lahan wakaf bekas

lembaga pendidikan Islam, Madrasah

Islamiyah.

Pada 22 Februari 1965,

rancangan dari Soejoedi

Wirjoatmodjo disahkan. Di dalam

maket yang ia buat kala itu

terpampanglah seluruh bangunan

kompleks serta sketsa yang

menggambarkan bagaimana gedung

itu dilihat dari Jembatan Semanggi.

Pembangunan gedung pun dimulai

8 Maret 1965. Awalnya, gedung itu

diharapkan bisa terealisasi sebelum

17 Agustus 1966. Namun, beberapa

saat kemudian terjadilah peristiwa

G-30-S 1965.

Kemelut G-30-S 1965 yang

diikuti pergantian presiden itu

mempengaruhi juga proyek

Conefo. Oleh Presiden Soeharto,

Conefo dibubarkan. Pada 1966,

perbincangan seputar apakah

proyek itu dilanjutkan atau tidak

menyeruak di kalangan Presidium

Kabinet Ampera. Lantas terbitlah

surat nomor 79/U/Kep/11/1966

yang menyatakan bahwa proyek

political venues akan tetap

dilanjutkan namun diperuntukkan

bagi gedung MPR/DPR, bukan lagi

untuk Conefo. Kelanjutan proyek

tersebut diserahkan kepada Menteri

Pekerjaan Umum. Waktu yang

dibutuhkan untuk merampungkan

proyek itu ternyata cukup lama dari

perkiraan semula. Pembangunan

baru dianggap selesai pada 1

Februari 1983, 18 tahun terhitung

sejak rancangannya disahkan.

Sebagai sebuah gedung

bersejarah, Gedung DPR/MPR ini

dilengkapi unsur-unsur artistik

yang bukan hanya menambah

kecantikan gedung ini, melainkan

juga kaya akan falsafah kebangsaan

kita. Di sana kita bisa menemukan

patung bergaya abstrak karya But

Mochtar. Kita juga akan menjumpai

pahatan timbul karya Srihadi dengan

tema “irama kebun bunga”. Selain

membuat patung, But Mochtar juga

membuat relief tembaga dengan

teknik las. Karya ini menggambarkan

falsafah gotong royong. Ada pula

lukisan Sadali berjudul Kesaksian.

Karena ia adalah tempat para

wakil rakyat berkumpul, tak pelak,

gedung ini menjadi saksi bisu begitu

banyak peristiwa dan keputusan

penting kehidupan berbangsa

dan bernegara. Di situlah tempat

bermusyawarah dan bermufakat

para wakil rakyat kita. Meskipun

keberadaan lembaga terakhir ini

kerap juga menuai kontroversi,

dinamika kehidupan berbangsa dan

bernegara sebagai sebuah negara

demokrasi.

Perubahan-perubahan besar di

dalam laju sejarah bangsa kita terjadi

pula di tempat ini. Salah satu yang

cukup signifikan adalah peristiwa

Reformasi 1998 yang puncaknya

bisa dikatakan terjadi di gedung

ini. Gerakan mahasiswa terhitung

sejak 18-21 Mei 1998 menduduki

gedung itu dalam rangka menuntut

reformasi. Lantas, pada tanggal

18 Mei, pukul 15.20 WIB, Harmoko

sebagai perwakilan pimpinan DPR/

MPR membuat siaran pers yang

intinya meminta Soeharto mundur

sebagai presiden. Namun, Soeharto

tidak mundur di hari itu juga. Pada

19 Mei 1998, semakin banyaklah

mahasiswa yang menduduki gedung

tersebut. Akhirnya, pada 21 Mei

1998 terwujudlah salah satu agenda

pokok reformasi: Presiden Soeharto

mengundurkan diri.

Demikianlah, Gedung DPR/MPR

kita saat ini adalah saksi sejarah dari

sebuah kemelut politik luar negeri

bangsa kita di waktu yang telah

berlalu. Ia juga merupakan saksi

sejarah begitu banyak peristiwa

penting di dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara kita.

Salah satunya adalah reformasi. Ia

juga adalah bukti inisiatif-inisiatif

besar dan penting Indonesia dalam

konteks global kala itu. Sejarah

gedung ini bukanlah sesuatu

yang bisa dengan gampang kita

lupakan. Gedung ini adalah salah

satu penanda penting kita sebagai

negara demokrasi dengan segala

dinamika.

LBT

”Gedung DPR/MPR

adalah saksi sejarah

dari sebuah kemelut

politik luar negeri

bangsa kita.

Page 68: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201966

HUKUM LAUTDI KERAJAAN BALI KUNO

Masyarakat Bali lebih

dikenal sebagai

masyarakat petani

yang hidup di kerajaan agraris. Bali

dikenal pula dengan areal sawahnya

yang luas dan sistem Subak-nya.

Namun ada yang menarik. Ternyata

sudah sejak abad ke-10 Masehi,

masyarakat Bali mempunyai aturan

yang berkaitan dengan transportasi

laut. Hal tersebut tersurat dalam

prasasti yang ditemukan di Desa

Sembiran serta Hukum Adat Tawan

Karang.

Prasasti Sembiran

Prasasti Sembiran adalah

kumpulan sepuluh prasasti lempeng

tembaga yang ditemukan di desa

Sembiran, Tejakula, Buleleng, di

pulau Bali bagian utara. Semua

lempeng prasasti memiliki

penanggalan, yaitu antara 922

hingga 1181 Masehi, sehingga

meliputi kurun waktu lebih dari 200

tahun. Sebagian prasasti ditulis

dalam Bahasa Bali Kuno, sedangkan

sebagian dari masa yang lebih muda

ditulis dalam Bahasa Jawa Kuno.

Prasasti Sembiran merupakan

informasi terawal mengenai keadaan

daerah Julah dan sekitarnya. Teks

yang tertulis menyebutkan bahwa

prasasti tersebut ditujukan bagi

"keraman Julah" atau sesepuh desa

Julah.

Pada 844 tahun Saka atau 24

Januari 923 Masehi, Sang Ratu

Sri Ugrasena bersama-sama para

pejabat tinggi kerajaan mengadakan

sidang dengan para Penghulu

Desa Julah bertempat di pendopo

Istana Singhamandewa. Dalam

perundingan itu diutarakan bahwa

penduduk desa Julah sangat gaduh,

gelisah resah, dan ketakutan, karena

adanya kawanan perampok yang

sering menangkap dan menculik

penduduk desa. Karena keadaan

itulah banyak penduduk Desa Julah

lari mengungsi ke tempat-tempat

yang lebih aman.

Kemudian keluarlah titah raja:

semua penduduk Desa Julah

yang masih ada di tempat-tempat

pengungsian harus segera kembali

dan tinggal di tempat semula.

Bahkan Sang Ratu Ugrasena

membuat peraturan-peraturan

upacara untuk orang-orang yang

Manuskrip

Sumber: shutterstock.com

Page 69: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 67

di antaranya berbatasan dengan

laut. Raja-raja yang wilayahnya

berbatasan dengan laut sudah

membuat kesepakatan hukum adat

yang disebut Tawan Karang. Hukum

ini berlaku apabila tiap kapal asing

yang terdampar, kapal beserta isinya

menjadi hak milik penguasa Bali.

Pada tahun 1844, ada kapal

Belanda terdampar di Pantai

Sangsit yang termasuk wilayah

Kerajaan Buleleng. Kapal dan isinya

pun disita dan ditawan. Belanda

tidak terima dan mengirim Asisten

Residen dari Banyuwangi untuk

membuat perjanjian penghapusan

hukum Tawan Karang dan sekaligus

pengakuan terhadap kekuasaannya.

Tetapi raja I Gusti Ngurah Made

dan Patih I Gusti Jelantik Gungsir

menolak. Belanda lalu mengirim

pasukan menyerbu Buleleng, hingga

sebanyak 3 kali, yaitu pada 1846,

1848, dan 1849.

Pada tahun 1849, rakyat Bali

di bawah pimpinan I Gusti Jelantik

melakukan perang puputan (habis-

habisan). Lagi pada tahun 1906,

Belanda menyerang dan berusaha

menguasai Kerajaan Badung yang

masih melaksanakan hukum adat

Tawan Karang. Raja dan rakyat

Kerajaan Badung lagi-lagi tidak

tinggal diam dan melawan habis-

habisan.

NOE

mati dirampok, mati terbunuh, di

samping peraturan-peraturan untuk

upacara kematian biasa. Dengan

adanya kejadian itu pajak-pajak

penghasilan masyarakat Desa Julah

yang biasanya dipungut oleh raja

kini semuanya dihapus, walaupun

iuran-iuran untuk biaya upacara di

dalam pura masih tetap berlaku.

Selanjutnya diputuskan juga

bahwa penduduk Desa Julah

dilarang menangkap atau menculik

budak-budak milik orang lain.

Dan jika ada sebuah perahu atau

sampan yang terdampar di laut,

maka isi perahu itu harus menjadi

hak milik pura atau dimanfaatkan

untuk keperluan desa. Batas-batas

desanya pun telah ditetapkan

di dalam undang-undang Raja

Ugrasena.

Kemudian pada 987 tahun Saka

atau 10 Agustus 1065 Masehi, masih

dalam prasasti Sambiran, tertulis

bahwa para pemimpin dan penghulu

Desa Julah, Desa Widatar, Desa

Keduran, Desa Pasuruhan dan Desa

Pasungan menghadap Sri Paduka

Aji Anak Wungsu yang memerintah

Peta kerajaan Bali kuno

saat itu untuk berunding membuat

undang-undang Desa Julah yang

baru.

Sejumlah keputusan dihasilkan.

Kalau ada saudagar-saudagar

yang memakai perahu dari tanah

seberang hendak ke Pura Menasa

(pura ini berada di sebelah timur

Desa Sinabun) tiba-tiba perahu

mereka rusak di laut, maka sekalian

penduduk Desa Julah harus

membantu mereka. Apabila tiba-tiba

ada musuh yang hendak menyerbu

penduduk pesisir, maka segenap

warga Desa Julah harus segera

keluar serta membawa senjata

lengkap untuk memerangi para

pengacau. Keputusan lainnya adalah

pengenaan pajak kepada semua

bentuk tontonan, sekeha pesantian

(semacam pesinden), dan gong.

Prasasti ini ditutup dengan sumpah

dan kutukan. Undang-undang ini

dibuat di istana oleh juru tulis istana

yang bernama Bajarangsa.

Hukum Adat Tawan Karang

Sejak abad ke-18 dan 19 di Bali

terdapat banyak kerajaan, beberapa

Sumber: Wikiwand.com

Page 70: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201968

DENGAN PELA

SEMUA BERSAUDARA

Adat Istiadat

Sumber: pisauikan.blogspot.com

Page 71: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 69

Bertolak dari budaya

pela gandong, Maluku

mengusung konsep

persaudaraan atas nama toleransi,

sehingga ia dikenal sebagai

miniatur keberagaman sekaligus

model laboratorium perdamaian di

Indonesia.

Perayaan adat panas pela di

Amahusu, Kota Ambon, Maluku,

berlangsung semarak pada Ahad, 2

Desember 2018. Ratusan warga dari

empat 'negeri' Amahusu, Hatalai, Tial

dan Laha berkumpul melaksanakan

upacara panas pela. Tujuan mereka

satu, memperbaharui perjanjian

hubungan di antara mereka dan

memperkuat tali persaudaraan.

Namun, mereka kaget ketika

tiba-tiba timbul kontroversi

di tengah masyarakat akibat

penampilan suatu gambar yang

dianggap melecehkan pihak

tertentu. Perdebatan di media

sosial menambah panas suasana.

Syukurlah, para pemuka 'negeri'

(desa adat) segera turun tangan.

Pihak panitia dan pemerintah

bermusyawarah hingga dicapai

kata sepakat meminta maaf atas

kesalahan tersebut.

Mereka tak ingin konflik etnis

yang melibatkan para pemeluk

agama kembali terjadi pada 1999-

2002 itu kembali terjadi di Maluku.

Pertikaian berdarah yang bermotif

politik ini begitu kerasnya. Ia

baru bisa dipadamkan pada tiga

tahun kemudian setelah pihak-

pihak peseteru sepakat meneken

perjanjian Malino dengan mengacu

kepada tradisi pela gandong yang

sejak dulu disucikan para leluhur.

Pela gandong menggabungkan

dua kata "pela" (ikatan persatuan)

dan "gandong" (saudara), yang

berarti saling mengikat diri sebagai

saudara. Dieter Bartles, antropolog

Amerika yang meneliti pela dengan

tinggal di Maluku selama 40 tahun,

mendefinisikan pela gandong

sebagai model persahabatan, sistem

persaudaraan atau persekutuan

yang dikembangkan di antara

seluruh penduduk asli dari dua

negeri atau lebih.

Para leluhur Maluku telah

menetapkan sejumlah ketentuan

umum pela, yang mengatur hak dan

kewajiban yang harus dipatuhi oleh

anak negeri. Di antaranya, negeri-

negeri yang memiliki ikatan pela

berkewajiban saling membantu

negeri yang lain pada masa genting,

misalnya ketika terjadi bencana

alam, peperangan, atau kecelakaan

laut.

Diminta atau tidak, negeri

yang berpela wajib memberi

bantuan kepada negeri lain yang

hendak melaksanakan proyek

untuk kepentingan umum. Bantuan

makanan juga wajib diberikan

secara sukarela kepada tamu yang

datang dari negeri lain, dan tamu

ini tak boleh dilarang membawa

penghasilan yang didapatnya dari

negeri yang didatanginya.

Selain itu, semua penduduk

negeri-negeri yang saling berpela

dianggap sedarah sehingga mereka

tak boleh saling mengawini.

Pelanggaran terhadap aturan ini

akan dihukum keras. Dahulu kala,

pelanggar pantangan kawin itu akan

ditangkap dan disuruh berjalan

mengelilingi seluruh negeri dengan

hanya berpakaian daun kelapa

seraya dicaci-maki sebagai pembuat

aib.

Untuk menjaga kelestarian pela,

para pihak sepakat mengadakan

upacara bersama pada suatu waktu.

Upacara yang disebut "panas pela"

ini dilakukan dengan berkumpul

selama satu minggu di salah satu

negeri. Pada umumnya gelaran

panas pela diramaikan dengan

pertunjukan nyanyi, dansa, dan

tarian tradisional, serta kadang

dilengkapi acara makan patita yang

bermakna perdamaian.

Sistem pela selama ini telah

membuat hubungan kaum

muslim dan kristen mesra. Mereka

senantiasa bergotong-royong

dan saling membantu dalam

membangun gedung gereja,

masjid, dan sekolah. Satu saudara

pela menyumbang tenaga kerja

dan bahan bangunan, sementara

saudara lainnya membantu uang

atau makanan, sehingga banyak

bangunan di Maluku dapat mereka

dirikan tanpa bantuan pemerintah.

Nampak betapa para leluhur

Maluku begitu bijak membangun

persaudaraan dalam perbedaan.

Berbekal budaya pela gandong,

Maluku kini mengusung konsep

persaudaraan atas nama toleransi.

Mereka menjadikan pela gandong

sebagai ikon perdamaian, sehingga

pulau rempah itu dikenal sebagai

miniatur keberagaman sekaligus

model laboratorium perdamaian di

Indonesia.

AT

Tarian penyambutan pada prosesi ‘Panas Pela’ di Kota Ambon, Maluku

Sumber: merahputih.com

Page 72: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201970

Puput mengawasi pergerakan pemain lawannya

yang ia jaga di dalam arena persegi panjang

berukuran 15 x 9 meter yang terbagi menjadi

enam petak menyerupai lapangan bulu tangkis. Ia

berjaga di sepanjang garis vertikal atau sering disebut

garis sodor yang membelah arena itu menjadi dua.

Sedangkan keempat rekannya berjaga di empat garis

jaga horizontal dengan tangan terbuka lebar, mencegah

regu lawan menerobos masuk. Mereka hanya boleh

bergerak lurus dengan kedua kaki berada di atas garis

jaga yang terbentang, sedangkan regu lawannya yang

juga berjumlah lima orang mencoba mengecoh Puput

dan rekannya dengan berlari ke sisi kanan dan kiri di

dalam arena, berharap agar mereka dapat menerobos

dari penjagaan regu penghadang. Puput tiba-tiba berlari

dengan gesit ke arah seorang pemain penyerang yang

lengah dan menjulurkan tangan untuk menangkapnya.

Kena!

Satu poin didapatkan jika ada pemain regu

penyerang yang berhasil melewati garis depan hingga

garis belakang arena, begitu juga pemain yang berhasil

kembali dari garis belakang hingga garis depan akan

mendapatkan satu poin lagi. Sebaliknya, jika regu

penghadang berhasil menangkap atau mengenai

G O B A K S O D O RPermainan yang Mampu Bertahan di Zaman Milenial

tubuh lawannya, maka posisi permainan akan ditukar

dan mereka berhak menjadi regu penyerang untuk

mencetak poin, sedangkan lawannya akan menjadi regu

penghadang. Pemenang ditentukan oleh jumlah poin

terbanyak yang didapatkan selama 2 x 10 menit waktu

permainan.

Perjuangan Puput dan rekan satu regunya adalah

gambaran dari permainan tradisional Indonesia yaitu

gobak sodor atau hadangan yang dipertandingkan di

ajang olimpiade-nya permainan dan olahraga rekreasi

atau TAFISA World Sport for All Games yang diadakan

pada bulan Oktober 2016 di Jakarta. Gobak sodor

menjadi salah satu cabang permainan tradisional

asal Indonesia yang dipertandingkan di ajang empat

tahunan ini yang diikuti oleh 35.000 peserta dari 83

negara, dengan lebih dari 100 olahraga dan permainan

dari seluruh dunia. Puput dan timnya adalah mahasiswi

Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terpilih menjadi

peserta untuk berlomba dalam ajang tersebut dan

berhasil menjadi juara kedua pada permainan gobak

sodor.

Gobak sodor atau yang dikenal dengan nama

hadangan, terobos dan galasin merupakan satu

dari banyak permainan tradisional khas Indonesia

Sumber: viralnesia.org

Permainan Tradisional

Page 73: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

Sumber: idntimes.comINDONESIANA - Vol 5/2019 71

yang sudah jarang dimainkan oleh anak-anak di

perkotaan saat ini karena pesatnya teknologi, terutama

membanjirnya permainan gawai. Permainan yang

berasal dari Yogyakarta dan tersebar di seluruh

nusantara ini dikenal dengan galah asin di Jawa Barat,

galah di Kepulauan Natuna, cak bur atau main belon di

Riau, asing di Makassar dan Margala di Samosir.

Nama gobak sodor berasal dari kata gobag dan

sodor. Kata gobag sendiri artinya bergerak dengan

bebas, sedangkan sodor artinya tombak. Filosofi dari

permainan ini adalah bergerak dengan cepat bagaikan

para pahlawan di masa penjajahan untuk melepaskan

diri dari serangan tombak para penjajah. Demikianlah

permainan ini membutuhkan kecepatan dan strategi

tim agar bebas dari cegatan lawan untuk mencapai

kemenangan. Terdapat versi lain arti gobak sodor

yaitu dari kalimat go back through the door yang

artinya kembali melewati pintu, sesuai dengan jalannya

permainan ini yaitu melewati garis/ pintu penjagaan dan

kembali lagi ke tempat semula.

Gobak sodor yang dahulu sering dimainkan oleh

anak-anak di pelosok desa hingga kota – tentu dengan

aturan yang tidak terlalu ketat seperti di pertandingan

olahraga resmi – kini telah dikenal dunia dan dimainkan

oleh orang-orang dari berbagai negara. Di Balikpapan,

Kalimantan Timur, sekolah-sekolah dasar mengadakan

perlombaan gobak sodor untuk melatih kecepatan,

ketangkasan dan kekompakan para siswa. Di Sukabumi,

Jawa Barat terdapat kompetisi gobak sodor tingkat

kabupaten yang diikuti para pegawai negeri sebagai

persiapan untuk mengikuti Pekan Olahraga Pemerintah

Daerah (Porpemda) Jawa Barat yang rutin diadakan tiap

tahun.

Indonesia adalah harta karun olahraga dan

permainan tradisional, begitu kata Sekretaris Jenderal

TAFISA, Wolfgang Baumann. Hal itu tidaklah berlebihan,

mengingat begitu kaya dan beragamnya olahraga dan

permainan tradisional di Indonesia. Hal yang perlu kita

lakukan di zaman milenial ini adalah terus melestarikan

jenis olah raga dolanan ini dengan cara mengajak

anak-anak kita bermain gobak sodor. Permainan ini

akan membuat seluruh tubuh sehat, hati bahagia dan

hubungan personal pun menjadi erat.

AG

Para peserta TAFISA Games bermain gobak sodor di area Kota Tua, Jakarta

Lomba gobak sodor Persatuan Wanita Olah Raga Seluruh

Indonesia se-D. I. Yogyakarta

Sumber: LKBN Antara

Page 74: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201972

PACU JALURAdu Kecepatan di Atas Sungai

Dua buah sampan dengan

panjang 40 meter

bersiap-siap di lintasan

yang berada di atas Sungai

Batang Kuantan, Riau. Kedua buah

sampan yang biasa disebut jalur itu

berisi 50 pendayung yang duduk

berdampingan kiri-kanan, kedua

tangan mereka menggenggam

dayung dengan erat. Tukang Timbo

Ruang, sang pemberi aba-aba

berdiri di tengah jalur dengan badan

condong ke depan, tangannya

mengacungkan pelepah pinang, siap

meneriakkan aba-aba.

Permukaan sungai yang

berwarna cokelat nampak tenang,

kontras dengan jantung mereka

yang berdegup keras. Riuh ribuan

penonton yang memberi semangat

pada jagoan mereka di kedua tepi

sungai tak bisa mengalahkan detak

jantung yang semakin keras. Mereka

semua fokus pada lintasan sejauh

satu kilometer yang membentang,

ditandai enam tiang pancang

yang ditempatkan pada jarak-jarak

tertentu. Ditonton ribuan pasang

mata sepanjang lintasan, inilah

saat-saat pembuktian yang mereka

tunggu!

Duar! Letusan meriam

menandakan perlombaan dimulai.

Kedua jalur langsung melaju dengan

cepat. Para pendayung mengayuh

tangan mereka sekuat tenaga,

membuat air sungai bercipratan

ke samping terkena pukulan

dayung yang keras. Tangan mereka

naik turun mengikuti irama yang

diberikan Tukang Onjai di bagian

belakang lajur, menjaga kekompakan

agar jalur dapat melesat lebih cepat.

Penonton di kiri dan kanan sungai

bertambah riuh menyemangati

mereka, mengalahkan suara

komentator yang disiarkan melalui

pengeras suara.

Salah satu lajur mengungguli

lawannya yang lain. Tanpa

bimbang, Tukang Tari yang

berada di bagian depan lajur

yang tertinggal itu melompat ke

sungai untuk mengurangi beban.

Pengorbanannya berhasil, kedua

lajur kini imbang dan sama-sama

mendekati tiang pancang terakhir.

Mereka semakin mengerahkan sisa

kekuatan mereka dan akhirnya lajur

yang tadi tertinggal itu berhasil

lebih dahulu melewati garis finish! Sungguh sebuah perlombaan yang

mendebarkan!

Inilah yang terjadi dalam

kemeriahan Festival Pacu Jalur, yang

diselenggarakan setiap tahun pada

bulan Agustus di Tepian Narosa,

Teluk Kuantan, Kabupaten Kuantan

Singingi, Provinsi Riau. Pada 29

Agustus - 1 September 2018 lalu,

festival ini diikuti 182 jalur dari

berbagai kecamatan dan melibatkan

ribuan atlet dayung yang telah

berlatih sepanjang tahun. Jumlah

ini adalah hasil seleksi ketat yang

dilakukan satu bulan sebelumnya,

yang dibagi dalam empat rayon

di sepanjang sungai Kuantan dan

Sumber: tagpariwisata.com

Olahraga Tradisional

Page 75: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 73

generasi. Proses ini memperkuat

rasa kepemilikan dan kebanggaan

untuk menghargai keragaman

budaya dan kreativitas manusia

yang menakjubkan.

AG

diikuti oleh ratusan jalur termasuk

dari provinsi lain.

Pacu Jalur adalah perlombaan

dayung tradisional dengan

menggunakan sebuah sampan/

perahu panjang yang dalam bahasa

penduduk setempat disebut jalur.

Jalur dibuat dari batang kayu

utuh sepanjang 25-40 meter dan

lebar satu setengah meter yang

dilubangi bagian tengahnya. Dalam

satu perahu, sekitar 40-60 kru

pendayung memacu perahunya

dalam lintasan yang telah ditetapkan

di atas sungai. Pendayung atau

sering disebut anak pacu biasanya

adalah para lelaki berusia 15-40

tahun.

Di bagian terdepan jalur berdiri

Tukang Tari yang biasanya anak-

anak berumur 15 tahun. Tujuannya,

untuk memberitahu para penonton

agar tahu jalur mana yang sedang

unggul dalam perlombaan. Tukang

Tari ini akan berdiri dari posisinya

dan kemudian menari bila jalurnya

berhasil mendahului sang lawan.

Namun apabila jalurnya kalah cepat,

ia tidak akan segan-segan melompat

ke sungai untuk mengurangi beban

agar jalurnya dapat melaju lebih

cepat.

Tukang Onjai berada di

bagian belakang jalur. Ia bertugas

sebagai pemberi irama bagi jalur

dan memberikan ritme untuk

memastikan keteraturan dan

kekompakan bagi pendayung,

sehingga jalur menjadi lebih cepat

dan mudah didayung. Sementara,

Tukang Timbo Ruang bertugas

sebagai pemberi aba-aba kepada

seluruh anak pacu agar mendayung

secara serentak, biasanya dengan

meniup pluit dan mengibaskan upia

atau pelepah pinang. Selain itu, ia

juga bertugas menimba air yang

masuk ke dalam jalur agar tidak

karam.

Pacu Jalur diyakini berawal

pada abad ke-17. Ketika itu,

jalur digunakan sebagai alat

transportasi di sepanjang Sungai

Batang Kuantan. Baru pada

115 tahun yang lalu, jalur mulai

diperlombakan untuk merayakan

hari besar Islam, perayaan adat

dan membuat keberadaan jalur

semakin menarik. Setelah Indonesia

merdeka, pacu jalur diadakan secara

teratur bersamaan dengan Hari

Kemerdekaan Indonesia yang jatuh

pada tanggal 17 Agustus.

Pada tahun 2015, pacu jalur

ditetapkan sebagai Warisan Budaya

Tak Benda (WBTB) Indonesia dan

menggambarkan proses budaya

yang diwariskan dari generasi ke

Tukang Tari

Sumber: benarnews.org

Sumber: gardanasional.id

Page 76: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201974

Barangkali Anda pernah

melancong ke Maluku, lalu

melihat ada batang bambu

atau kayu yang ditancapkan di tanah

membentuk tanda silang atau tanda

pagar. Itulah ‘rambu sasi’. Rambu

ini menyiratkan bahwa di wilayah

tersebut sedang diberlakukan

larangan untuk memanen produk

atau mengambil apa-apa yang

terdapat di dalam hutan tersebut.

Masyarakat akan paham

dan pergi menjauh; kita sebagai

pelancong sebaiknya berlaku

serupa. Tetapi ada baiknya berfoto

dulu, karena rambu ini sangat khas

Maluku serta memiliki nilai yang

istimewa: bagaimana adat istiadat

orang Maluku memanfaatkan alam

lingkungannya tanpa merusak.

‘Sasi’ dapat diartikan sebagai

‘larangan’. Sasi dalam masyarakat

Maluku berarti waktu terlarang untuk

mengambil atau memanen hasil-

hasil alam. Sasi merupakan aturan

adat yang dipercaya sudah muncul

berabad lalu. Tradisi ini berlaku

hampir di seluruh pulau di Provinsi

Maluku. Di pulau Kei Besar dan Kei

Kecil ‘sasi’ memiliki nama lain, yakni

Yot dan Yutut. Ada pula adat istiadat

serupa yang berlaku di pulau-pulau

sebelah barat Provinsi Papua. Bisa

jadi masyarakat pulau-pulau kecil

antara dua pulau besar Sulawesi

dan Papua memiliki beberapa tradisi

yang berakar serupa.

Sasi diberlakukan dalam periode

tertentu, bisa satu, tiga, enam atau

sembilan bulan dalam setahun.

Saat sasi dicabut, masyarakat

diperbolehkan untuk mengambil

dan memanen hasil alam yang

diinginkan. Periode ini disebut ‘buka

S A S I M A L U K U

Beberapa warga setempat (Maluku) tengah membuat pagar

pembatas sasi

Sumber: forestnews.cfor.org

Sumber: forestnews.cfor.org

Teknologi Tradisional

Page 77: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 75

sasi’. Boleh disimpulkan bahwa

sasi adalah pengaturan kapan dan

berapa lama suatu wilayah dapat

diambil hasil atau produksinya.

Dalam bahasa akedemis dapat

dikatakan bahwa ‘sasi’ adalah

sebuah metode pengelolaan sumber

daya alam demi pemanfaatan hasil

yang optimal sekaligus menjaga

kelestariannya. Menyediakan waktu

untuk ‘mengeksploitasi’ alam lalu

menjamin adanya saat-saat untuk

‘pemulihan’.

Teknik kuno ini sudah

berlangsung lama serta telah

memperlihatkan bukti bahwa

keberlangsungan jaminan pasokan

hasil produksi alam dan kelestarian

sumber dayanya dapat dikelola

dengan kearifan adat dan tradisi.

Pelaksanaan sasi diawali

dengan menentukan suatu wilayah

dan apa saja yang terdapat di

dalamnya yang akan diberlakukan

larangan. Kemudian. selayaknya

suatu adat. dilakukan ritus dan

pembacaan doa-doa. Lalu tanda

atau rambu sasi dipasang. Rambu

sasi ada bermacam bentuk, ada

yang berupa dua batang bambu

yang ditancapkan secara silang,

batang bambu yang dililitkan

daun kelapa, ada pula berupa

botol yang dibungkus dan diisi air

lalu digantung. Bahkan sekarang

ada rambu sasi yang berupa

papan bertuliskan peringatan dan

dipakukan di sebatang pohon.

Pengawasan larangan ini dilakukan

oleh pemangku atau pejabat

lembaga adat. Pihak yang memiliki

peranan penting adalah orang yang

disebut ‘kewang’ dan ‘anak-anak

kewang’, semacam kepala jagawana

dan staf-stafnya.

Dalam usaha penegakan sasi,

diberlakukan sanksi bagi para

pelanggar aturan ini. Hukum sasi

dibuat dua macam, hukum sasi adat

dan hukum sasi denda.

Pada sasi adat, hukuman para

pelanggar sasi ditentukan oleh

sidang adat. Sedangkan pada

sasi denda, hukuman terhadap

pelanggar ditentukan oleh para

kewang. Belakangan ada pula yang

disebut ‘sasi agama’, di mana para

rohaniwan berlaku sebagai penentu

dan pengawas suatu sasi.

Terdapat banyak kebutuhan

manusia akan sumber daya alam.

Oleh karena itu banyak pula ragam

sasi dalam tradisi ini. Ada ‘sasi

hutan’, ‘sasi laut’, ‘sasi sungai’, ‘sasi

binatang’, dan lainnya sesuai apa

yang hendak dilindungi. Bahkan

ada yang secara khusus seperti ‘sasi

lompa’ yang bertujuan membatasi

penangkapan ikan lompa.

Sasi Maluku merupakan praktik

pengelolaan dan perlindungan

sumber daya alam yang mendahului

lahirnya prinsip modern

pengelolaan lingkungan hidup

yang lestari dan berkelanjutan.

Berjalannya Sasi Maluku ditopang

oleh kearifan lokal: kebijakan adat,

pengetahuan tradisional, dan

ketaatan masyarakat pendukungnya

akan adat istiadatnya.

Sasi Maluku telah dipercaya

dan dijalankan secara turun-

temurun sebagai pranata adat yang

mengajarkan bahwa pemanfaatan

alam harus dikelola dengan

memperhatikan kelestarian sumber

daya alam serta lingkungan.

Alangkah indahnya jika peraturan

adat ini dapat diintegrasikan ke

dalam peraturan formal. AR

Panen hasil hutan baru dapat dilakukan setelah sasi dicabut

”Pelaksanaan sasi

diawali dengan

menentukan suatu

wilayah dan apa

saja yang terdapat di

dalamnya yang akan

diberlakukan larangan.

Kemudian. selayaknya

suatu adat. dilakukan

ritus dan pembacaan

doa-doa. Lalu tanda

atau rambu sasi

dipasang

Sumber: forestnews.cfor.org

Sumber: forestnews.cfor.org

Page 78: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201976

Belakangan ini animo

masyarakat terhadap pakaian

daerah semakin meningkat,

baik di gunakan secara lengkap

maupun dengan mengambil gaya dan

coraknya pada pakaian kreasi baru.

Salah satu produk kreasi yang banyak

digemari adalah pakaian Kerawang

Gayo. Kalau anda melihat seseorang

mengenakan pakaian warna hitam

dengan corak hias geometris putih-

merah-hijau-kuning yang mencolok,

maka anda menyaksikan pakaian

dengan motif Kerawang Gayo.

Motif Kerawang Gayo

Kerawang Gayo merupakan sebutan

untuk motif hias khas etnis Gayo di

provinsi Aceh. Disain Kerawang Gayo

berupa corak sulur, garis, dan bentuk

geometris yang berulang membentuk

pola melingkar atau berjajar. Motif

Kerawang Gayo dapat dikenali dari

paduan warnanya yang bisa dikatakan

merupakan ciri kuat ragam hias etnik

ini. Dasar berwarna hitam dengan

corak-corak merah, putih, hijau, dan

kuning di atasnya.

Kata ‘Gayo’ dalam sebutan

Kerawang Gayo merujuk pada etnik dan

tempat. Kata ‘Kerawang’ merupakan

gabungan 2 kata, yakni “iker” atau

“ker” dan “rawang”. “Ker” memiliki arti

‘buah pikiran’. Sedangkan “rawang”

memiliki arti yang beragam, ada yang

mengartikannya sebagai ‘bayangan’,

‘fenomena’, ‘penglihatan’, bahkan

‘ramalan’, namun dapat disimpulkan

keseluruhannya kurang lebih berarti

sebagai ‘persepsi’. Secara umum

‘Kerawang Gayo’ dapat diartikan

sebagai ‘interpretasi orang Gayo

terhadap fenomena alam’. Leluhur Gayo

memandangatau mengamati alam ini

kemudian mewujudkan dalam sebuah

motif ragam hias.

KERAWANGGAYO

Sumber: steemit.com/@rahmadanda

Tradisi Lisan

Page 79: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 77

Asal Usul

Dipercaya bahwa Kerawang

Gayo muncul sejak berabad-

abad lalu. Motif Kerawang Gayo

terinspirasi dari keadaan alam

sekitar melahirkan corak-corak flora

dan fauna yang hidup di sekitar

permukiman masyarakat Gayo.

Masuk dan berkembangnya

ajaran Islam di daerah Aceh

membawa pengaruh/perubahan

terhadap kehidupan sosial budaya

orang Gayo, termasuk juga

berdampak terhadap motif-motif

Kerawang Gayo. Ajaran agama Islam

yang menghindari penggambaran

manusia (dan hewan) menjadikan

ragam hias Kerawang Gayo

selanjutnya hanya dibuat dengan

menggunakan motif sulur-sulur dan

bentuk-bentuk geometris seperti

yang kita lihat sekarang.

Motif hias Kerawang Gayo

awalnya diaplikasikan sebagai

ukiran pada kayu bangunan rumah.

Kemudian penerapan ornamen

tersebut berlanjut pada benda-

benda lain, seperti pada gerabah,

barang anyaman, dan alat-alat

logam. Selanjutnya berkembang

terus menjadi ragam hias pada

pakaian, perhiasan, dan lain

sebagainya.

Motif Ragam Hias

Walaupun pada mulanya

hanya dikenal lima corak dasar

motif Kerawang Gayo, seiring

perkembangan zaman, jumlahnya

semakin berkembang. Beberapa

yang cukup dikenal adalah corak-

corak seperti emun berangkat (awan

berarak), pucuk ni tuwis (pucuk

rebung), ulen-ulen (bulan-bulan),

mutik (putik), puter tali (jalinan tali),

bunge ulen-ulen (bunga bulan),

bunge ni terpuk (bunga kuncung),

bunge ni pertik (bunga papaya),

bunge lao (bunga matahari), bunge

kemang (bunga yang sedang

kembang), bur/baur (gunung),

bintang bulan (bintang dan bulan),

nege (naga), iken/gule (ikan) dan

mata itik (mata itik).

Ada pula corak-corak lain yang

diberi nama Tapak Seleman, Mata Ni

Lo, Cucuk Pengong, Tali PuterTige,

Pucuk ni Tuis, Emun Mupesir, Emun

Beriring, Emun Berkune, Tekukur,

Tali Mustike, Sarak Opat, dan Peger,

serta lainnya.

Seperti karya budaya

tradisional lainnya di Indonesia,

corak-corak motif Kerawang Gayo

diberlakukan juga sebagai simbol

yang mengandung makna-makna

tertentu.

Corak Puter tali misalnya,

diartikan sebagai ‘ratif musara

nanguk nyawa musara peluk’

(= ikatan kekeluargaan dan

kebersamaan dalam menyelesaikan

masalah)

Demikian pula dengan warnanya,

warna hijau melambangkan ‘lisik’

(= sifat rajin), kuning sebagai tanda

‘urik’ (= perilaku hati-hati). Jadi

dengan membuat atau mengenakan

motif hias ini masyarakat Gayo

dilambangkan atau diharapkan

sebagai masyarakat yang rajin dan

teliti serta sifat dan perilaku baik

lainnya seperti yang terdapat dalam

simbol-simbol Kerawang Gayo

lainnya.

AR

Salah satu motif gayo kerawang

Motif hias kerawang gayo pada prosesi adat

Sumber: steemit.com/@zegan.gayo

Sumber: steemit.com/@rahmadanda

Page 80: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201978

THE HISTORY OF THE MALAY LANGUAGE IN BECOMING

LINGUA FRANCA

Many people would proudly claim

Indonesia as a country that is

united in diversity, the meaning of

Indonesia’s “Bhineka Tunggal Ika” motto. The

archipelago with its abundant traditions, cultures,

ethnicities, races, religions/beliefs and local

languages can in fact live harmoniously in the

Unitary State of the Republic of Indonesia (NKRI)

since 1945. The diversity of the inter-group cultural

background is united by a mother language that

grew in the community.

The people of the archipelago have been using the Malay language for centuries. The language already served as the main communication language at that time. This is because the language was easy to understand by different ethnicities and social statuses

Sumber: steemit.com/@rahmadanda

Bahasa

Page 81: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 79

Where did the Malay language

originate from? The historical

trace of why the people of the

archipelago agreed to use the Malay

language as its main language of

communication in many of their

activities is a very intriguing record.

The Main Communicating

Language

The Malay language, as

Javanese, Sundanese and

Minangkabau languages, is one

of the Austronesia’s sub-group

languages. But for centuries the

Malay language was the most

frequently spoken language by

the people of the archipelago,

particularly in the coastal areas

where communication for trade

was intensive. The Malay language

had even become a lingua franca in

Southeast Asian region.

Being the main communication

language, the first Malay language

did in fact existed without its own

script. In its history, the Malay

language was written in a number of

scripts, such as Sanskrit and Pallawa

(Pallava, originated from India).

This conclusion is based on the

Kedukan Bukit inscription, found in

Palembang. The 682 AD inscription

was written in the Pallawa script,

although some words written in

Sanskrit were also found in the same

inscription.

History also recorded of the

Muslim scholars from the Arab

world, aside from those coming

from Gujarat, in the 1300’s AD. This

has influenced the Malay language

to also be written in Arabic script,

particularly by Muslim scholars

(who were also traders) at the

time. The number of Malay people

who mastered the Pallawa script

was very limited, and most of them

could not read nor write. Hence, the

Arab traders who have mastered

the Malay language then taught

the local people on how to use the

Arabic script, as well as introducing

them to paper, ink, and pen. This

part of history was recorded in the

Trengganu inscription found in the

eastern Malay coastal area. Even

without any information of time

written in the inscription, many

believe that it was written circa the

14th century.

The Malay people then began

to modify the Arabic script, and

some special letters began to be

created as sound symbols. The

script was named the Arab-Malay or

the Jawi script, better known as the

traditional Malay script. This script

was used in a lot of documents until

the 19th century. Later, following the

arrival of the Dutch and British in

the 17th century, the Malay language

went through an enrichment phase

through the introduction of the Latin

and Roman scripts. The Latin script

then took over and dominated the

Jawi script, which was mainly done

by the missionaries.

It was in this period that the

Malay language went through

magnificent developments,

particularly when the language was

made into a formal language of the

Malacca kingdom in the Malacca

coast. The Malay language served

as the language of trading and

used in various agreements. Traders

from countries like China, India, and

Persia who came to the coast of

Malacca were fluent in Malay.

The Portuguese, Spanish, Dutch,

British and French also adhered

to the regulation, leading them to

learn Malay since trade agreements

in the coast of Malacca used the

Konggres pemuda pertama tahun 1926

Sumber: Perpustakaan Nasional RI

Page 82: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201980

Malay language. Lombard records

(2005:35) that the Malay language

was highly popular in many port

cities.

Where did the Europeans obtain

their access in learning the Malay

language prior to their arrival to

the archipelago? The Europeans,

especially the British, would never

forget of a dictionary titled “A

Dictionary, English and Malayo,

Malayo and English” compiled by

Thomas Bowrey. The first Malay

language dictionary written in Latin

was published in London in 1701.

Bowrey was a British patriot who

came to Malacca before British

traders, who came after him. He

compiled the dictionary after he

returned from Malacca in 1688. It

was Bowrey who confidently stated

that the Malay language was the

lingua franca of trade in the Malay

islands.

Meanwhile, the Dutch would

always remember the services of

Frederick de Houtman, the brother

of Cornelis de Houtman who was

killed in the hands of the kingdom

of Aceh’s admiral Malahayati in

June 1599, for his notes about the

Malay language during the time of

his detainment. The notes of F. de

Houtman were then published, titled

“Tsamensrekinghen”, involving notes

in the Malay language and their

translations in Dutch (Collin, 2005).

The National Movement Era

The long history of the Malay

language above has served as a

blessing for the young pioneer

figures during the national

movement in the first part of the

20th century. It was the Malay

language that allowed them to

Peserta Konggres Kedua 1928, sedang berfoto bersama di

halaman gedung Kramat Raya 106 (tempat konggres.

Peserta Konggres Kedua 1928, sedang berfoto bersama di halaman gedung Kramat Raya 106 (tempat konggres.

Sumber: steemit.com/@rahmadanda

Sumber: Perpustakaan Nasional RI

Page 83: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 81

establish communications and

gather potential from different

regions in order to unite the

determination to build a country.

In the beginning the most

frequently used Malay language was

the one used by lower class Malay

people. The intensity of publishing

activities in supporting the national

movement lead to the sophistication

of the Malay language. The term

“Bahasa Indonesia” began to be

used and made as a subject material

taught in schools for indigenous

people.

The nationalist movement

that grew more and more rapidly,

signified with the usage of the

Malay language, was considered

as a serious political issue in the

eyes of the colonial government.

The colonial government then

”Bahasa Melayu

awal sebenarnya

tidak memiliki

aksara sendiri.

Dalam sejarahnya,

Bahasa Melayu

pernah ditulis dalam

beberapa bahasa,

seperti Sanskerta dan

Pallawa

Pemukulan gong oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menandai

pembukaan Kongres Bahasa Indonesia XI tahun 2018

wanted to once again bring the

influence of the Dutch language in

the Indonesian education through

a linguist and education expert

Dr. G.J. Niewenhuis. The effort did

work. Many of Indonesian youth in

turn wanted to be recognized as

Dutch. This situation was satirically

depicted by Abdul Muis through his

novel “Salah Asuhan”.

But the current of national

movement was much stronger

than thought, because Indonesian

prominent figures were even more

assured of the significance of a

uniting language. The determination

was formulated in the Youth

Congress in Jakarta on 28 October

1928. The Congress gave birth to

“Sumpah Pemuda” (the Youth

Pledge) in which one of the pledges

was: “We, the sons and daughters

of Indonesia uphold the united

language, Bahasa Indonesia”.

The 1928 Youth Pledge served

as a paramount momentum in the

usage of the Malay language as

Bahasa Indonesia in formal forums

as well as in daily conversations.

During the Japanese invasion

(1942-1945) Bahasa Indonesia was

used freely. The historical peak

of the Malay language was when

it was designated as the mother

language and the uniting language

of Indonesia during the passing of

the 1945 Indonesian Constitution

(UUD 1945) on 18 August 1945, in

which article 36 of the Constitution

says, “The state language is Bahasa

Indonesia”

AYA

Page 84: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201982

R O K A T Yang Sakral dan Menghibur

Masyarakat Madura yang

terkenal taat beragama

memiliki ritual rokat,

suatu upacara sakral yang dilengkapi

beragam sesaji dan hiburan yang

menyenangkan. Bencana dan

penderitaan bisa datang kapan saja

sebagai takdir Tuhan Yang Maha

Kuasa. Orang Madura yang tinggal

di sebuah pulau di ujung timur

Pulau Jawa, Indonesia, menyiapkan

diri menghadapinya dengan rokat,

upacara adat peninggalan nenek

moyang yang kini sudah disesuaikan

dengan ajaran Islam yang mereka

anut.

Jenis rokat yang dipraktekkan

masyarakat Madura cukup banyak,

untuk kepentingan pribadi maupun

umum. Yang bersifat pribadi, antara

lain, rokat pandhaba (pandawa).

Upacara ini dilakukan, jika dalam

satu keluarga terdapat anggota

yang kelahirannya masuk kategori

pandhaba macan yang berciri

kembar.

Selain rokat pandhaba, dikenal

rokat bheliune. Ini biasa digelar

setelah salah seorang anggota

keluarga meninggal dunia. Mereka

hendak menyudahi kesedihan,

mengembalikan kebahagian semula,

agar keluarga yang ditinggalkan

tak hidup melarat di dunia (mabheli

dhunnya), atau agar harta benda

yang tersisa tidak ikut pergi bersama

si mati.

Ragam rokat yang bersifat

komunal, di antaranya, rokat tasè',

rokat bhume, rokat dhisa, rokat

sombher (sumber mata air), dan

rokat pamengkang. Rokat tasè'

diselenggarakan sebagai ungkapan

syukur para nelayan atas ikan hasil

tangkapan mereka, juga sebagai doa

agar mereka terhindar dari kesulitan

menangkap ikan.

Selanjutnya, rokat bhume atau

Sumber: Museum Trunojoyo Sampang, Jawa Timur

Ritus

Page 85: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 83

pakarangan yang dilakukan petani pedalaman. Ini

digelar dengan harapan mereka hidup sejahtera dengan

hasil panen yang baru dipetik. Melalui doa-doa, mereka

berharap lahan pertanian mereka terhindar dari penyakit

atau hama tanaman.

Lalu, dikenal pula rokat dhisa (desa). Ini dilakukan

sebagai bentuk pengharapan seluruh warga untuk

memperoleh ketenangan, keamanan, atau agar mereka

terhindar dari disharmoni di antara sesama penduduk

desa.

Upacara rokat komunal tak boleh dilaksanakan

sembarang waktu. Para pemuka adat telah menetapkan

waktu tertentu yang diyakini akan memberi kemanjuran

tersendiri pada doa dan ritual yang diselenggarakan.

Tapi, kepastian waktu pelaksanaan rokat biasanya masih

dimusyawarahkan lebih lanjut di antara pemuka adat.

Rokat tasè' biasanya diselenggarakan dengan

semarak sekitar bulan Agustus, saat awal musim panen

ikan laut. Rokat bhume dan rokat dhisa dilaksanakan

pada tanggal 1 atau 10 Sora (Muharam). Sementara

rokat bheliune biasa digelar pada hari ketujuh setelah

kematian.

Pelaksanakan rokat menuntut beberapa persyaratan,

seperti mantera dan sesaji atau sajjhin. Mantera biasanya

berupa doa khusus yang dibacakan kiai, guru ngaji, atau

orang yang dianggap paham mengenai bacaan doa

rokat tadi.

Sementara itu, bentuk hidangan sesaji berbeda-

beda, tergantung jenis rokat. Sesaji pada rokat bheliune,

misalnya, wajib berupa ayam panggang utuh, pinang,

gambir, jerenguh, sirih, kelapa, jarum, dan pisang

mentah ‒ masing-masing mengandung simbol sarat

makna.

Sesaji di ritual rokat sombher yang digelar rutin

setiap tahun, menjelang musim kemarau, wajib berupa

sate ayam, pisang, beragam jenis gorengan dan jajanan

pasar. Sebelum rokat digelar, sesaji sumbangan warga

ditaruh di bawah terop. Sebagian lainnya ditempatkan di

tujuh penjuru mata angin.

Acara rokat sombher dimulai dengan pembacaan

kitab suci al-Qur'an, dilanjutkan dengan pembacaan

Macopat atau kitab Nurbuat. Warga juga bergotong

royong membersihkan lumpur dan kotoran dari sumber

mata air yang berada dalam gua, yang juga menjadi

sarang walet.

Rokat shomber bahkan punya variasi. Pada rokat

sombher brungbung, mata air yang dipercaya bertuah,

warga mengorbankan seekor kambing dan dua ekor

ayam. Sebelum disembelih, kambing dihias sedemikian

rupa lalu dituntun berkeliling lokasi beberapa kali,

sedangkan kedua ekor ayam dilepas.

Di bawah asap kemenyan dan sasajen tumpeng

rasul, diperagakan pula pencak silat dan tari hadrah jidur

lengkap dengan segala peralatan musiknya. Rokat pun

tak cuma sebuah ritual yang sakral, tapi juga menjadi

hiburan yang menggembirakan.

AT

Perahu Lancang Kuning yang dibuat untuk membawa sesaji

Ayam kampung dan sesajen lainnya yang digunakan dalam

ritual rokat

Sumber: inspirasisyariah.web.id

Sumber: inspirasisyariah.web.id

Page 86: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201984

D E M O K R A S I YA N G M E N G G E M B I R A K A N

Di bulan April 2019,

kita menggelar ‘pesta

demokrasi’ yang

berlangsung sekali dalam lima

tahun, yaitu Pemilihan Umum

atau Pemilu. Pada dasarnya

tujuan penyelenggaraan pemilu

adalah memilih wakil rakyat dan

pemimpin rakyat untuk membentuk

pemerintahan yang demokratis.

Karena tingginya angka

golput atau masyarakat yang

tidak mau memberikan pilihan,

petugas Kelompok Penyelenggara

Pemungutan Suara (KPPS)

pada sejumlah TPS di Tanah Air

berusaha menarik perhatian warga

agar memberikan hak pilihnya

dengan mendekorasi TPS bahkan

menggunakan kostum tertentu.Ya,

seperti dilakukan KPPS di TPS 2

Kelurahan Kandri, Kota Semarang,

Jawa Tengah, pada Pilkada tahun

2015 lalu. Para petugas KPPS

berdandan ala pecinta alam yang

akan melakukan arung jeram di

sungai, lengkap dengan pelampung

dan juga helm.

Sedangkan pada perhelatan

Pilpres 2014, TPS 45 di kelurahan

Krembangan, Surabaya, menghiasi

diri dengan tema utama dan atribut

Piala Dunia 2010. Sementara itu, di

TPS 43, Kelurahan Moro Krembang,

Surabaya, ada penampakan pocong,

mumi, vampir, dan hantu lainnya,

yang ternyata merupakan kostum

petugas KPPS.

Terdengar alunan musik jazz

di salah satu TPS yang ada di

Kabupaten Malang, Jawa Timur di

pada Pilkada yang digelar pada

Desember 2015 lalu, dan para

petugas KPPS pun mengenakan

pakaian adat Jawa. Konsep

dan desainnya juga bernuansa

tradisional. Di TPS 11 Kelurahan

Pulosari, Kecamatan Gunungsari,

Aneka kreativitas unik peserta dan petugas di TPS: demokrasi yang

menggembirakan

Kota Surabaya, Jawa Timur, juga

bergaya unik dan tampil gagah

dengan tema ala koboi.

Pemandangan tak kalah

unik terjadi di TPS 7 Tegalmulyo,

saat Pilkada 2015, para pemilih

memberikan suaranya di dalam bus

yang telah disiapkan oleh panitia.

Tak hanya itu, sebelum mencoblos

para pemilih juga akan dipanggil

dengan pukulan gong. Di TPS 8

Banjar Blungbang suasana adat

dan budaya Bali sangat kental,

karena mengenakan pakaian adat

madya dan didukung KPPS yang

berseragam Arja Cupak Gerantang

saat perhelatan pemilihan Bupati/

Wakil Bupati Badung periode 2016-

2020.

Sebagai tradisi demokratis untuk

memilih pemimpin, pemilu adalah

sebuah momen kegembiraan politik

rakyat banyak. Tidak selayaknya

pesta rakyat ini diwarnai konflik,

saling fitnah, dan saling menjelek-

jelekkan. Perbedaan pendapat

adalah bagian penting dari pesta

demokrasi itu sendiri, bukan sesuatu

yang saling meniadakan.

NOE

Mozaik

Sumber: LKBN Antara

Sumber: LKBN Antara

Page 87: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 85

MUSEUM MARITIMINDONESIA

Beralamat di Jl. Pasoso No.1,

Tanjung Priok, Jakarta

Kota, Jakarta Utara,

terletak di tengah-tengah wilayah

pelabuhan dan berada dalam sebuah

gedung kokoh dan bersejarah, PT

Pelabuhan Indonesia II Persero (IPC)

membuka sebuah museum yang

bercerita tentang sejarah maritim

Indonesia, pada awal Desember

2018 lalu.

Keberadaan Museum Maritim

Indonesia yang didirikan oleh

IPC bertujuan untuk melestarikan

budaya, sejarah, cerita dan

bukti kejayaan bahari dari masa

lalu, masa sekarang dan masa

yang akan datang, sekaligus

menyediakan fasilitas pertemuan

dan media pembelajaran di bidang

kepelabuhan dan pelayaran di

Indonesia.

Museum Maritim Indonesia

dibuka untuk umum pada Selasa

sampai Jumat dari pukul 9 hingga

16. Sabtu dan Minggu pukul 9 hingga

pukul 17. Sedangkan dihari Senin

atau hari libur nasional musium

tutup. Museum yang ditata apik

ini mempunyai fasilitas antara lain

ruang pameran, ruang pertemuan,

kotak penitipan barang, toilet, ruang

audio visual, mushala, toko souvenir,

kafe, perpustakaan, taman dan

menara pandang.

Terdapat berbagai koleksi

berasal dari peninggalan pelabuhan

Tanjung Priok dan pelabuhan-

pelabuhan lain di Indonesia, antara

lain foto pelabuhan dan kelautan

dari tahun 1850 - 2018, video

dokumenter tentang kelautan dan

dermaga, miniatur kapal tradisional

dan modern, diorama suasana

pelabuhan, displai infografis sejarah

pelabuhan di Indonesia dan dunia.

Terdapat pula tampilan 3D bola

dunia yang menggambarkan jalur

laut dan pelabuhan, peta jalur

perdagangan Nusantara, keramik,

maket pelabuhan Tanjung Priok,

replika relief Borobudur yang

menggambarkan kapal, replika

artefak gerabah dari Sriwijaya,

Majapahit, dan Kapal Teksing serta

alat navigasi.

Gedung yang sekarang

digunakan menjadi museum pada

awalnya adalah bangunan kantor

Pengelola Pelabuhan yang dibangun

awal abad ke-20 dengan gaya

arsitektur “international style”.

Bangunan itu sezaman dengan

gedung Museum Bank Mandiri dan

Bioskop Metropole di Jakarta.

NOE

Peta migrasi Austronesia

Salah satu koleksi Museum Maritim Indonesia

Sumber: fajarmuhrivai.blogspot.com

Sumber: fajarmuhrivai.blogspot.com

Sumber: fajarmuhrivai.blogspot.com

Page 88: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201986

JAMASAN TOSAN AJI Tradisi jamasan untuk keris

terdiri dari tiga tahapan. Pertama,

identifikasi apakah keris pernah

dicuci atau belum. Kedua,

pembersihan, membuang karat

pada logam, untuk kemudian dilapisi

minyak sebagai filter. Terakhir,

pentayuan, yakni proses meneliti

kondisi keris secara detail.

Pada proses pentayuan akan

diteliti keris berasal dari kerajaan

mana dan siapa pembuatnya. Dari

sini akan dikeluarkan sertifikat

hasil tayuh yang memuat seluruh

informasi tentang keris. Pada

upacara jamasan di Pringgitan Singo

Dermo, misalnya, ditemukan keris

tua buatan tahun 328 M, bernama

Bromi Kedali.

AT

Sepuluh orang berpakaian adat Jawa tampak duduk berjajar rapi di

depan baskom berisi air yang diambil dari tujuh sumber di sekitar

Desa Banaran, Dusun Ledok, Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur.

Kembang setaman yang ditaburkan ke air menghadirkan aroma tersendiri

di Pringgitan Singo Dermo, tempat khusus yang telah disiapkan tim untuk

menggelar ritual Jamasan Tosan Aji.

Disaksikan ratusan warga setempat, tim penjamas menyuci hampir

empat ratus keris dalam berbagai bentuk dan ukurannya. Keris-keris tersebut

didoakan terlebih dahulu, baru setelah itu, oleh para penjamas, dicelupkan

satu per satu ke baskom berisi air tadi. Selanjutnya mereka membasuh

secara secara perlahan, mengeringkan, dan kemudian memasukkan keris-

keris itu ke dalam rangkanya masing-masing.

Jamasan Tosan Aji merupakan tradisi memandikan benda keras dari besi

yang memiliki nilai kesejarahan dan artistik. Ia dipraktekkan oleh berbagai

kalangan mulai dari para raja di keraton hingga warga biasa di pulau Jawa,

setiap tahun pada bulan Suro atau Muharam.

Tosan yang dijamas terutama keris, benda tajam yang berfungsi sebagai

identitas, gelar, sekaligus penunjuk kepangkatan seseorang. Jenisnya dua,

yaitu keris yang berbentuk lurus (lajer), dan yang memiliki kelokan (luk)

mulai dari kelokan tiga hingga dua puluh tujuh.

Sumber: radarmalang.id

Sumber: benarnews.org

Sumber: benarnews.org

Page 89: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 87

PERANGKETUPATGendang panjang, gendang Tempilang

Gendang disambit, kulet belulang

Tari kami tari Serimbang,

Tari untuk menyambut tamu yang datang

Itulah pantun yang biasa dibacakan seorang dukun,

ketika membuka pesta adat perang ketupat yang

berlangsung setiap tahun di pantai pasir Kuning

Tempilang, Kab. Bangka Barat, Kepulauan Bangka

Belitung. Sejumlah remaja kemudian menampilkan

tari penyambutan tamu diiringi nyanyian lagu Timang

Burong (Menimang Burung) serta alunan suara gendang

dan dawai.

Tarian Timang Burong merupakan bagian dari

ritual Penimbongan sebelum acara perang ketupat

dilangsungkan. Sesajen berupa buah, sayur dan daging

diletakkan di atas penimbong (rumah-rumahan dari

kayu menangor) untuk memberi makan makhluk

halus yang dipercaya tinggal di darat. Tarian itu

pun dimainkan setelah diminta seorang dukun laut

berpenampilan serba hitam yang kesurupan.

Usai ritual Penimbongan, para dukun kembali

mengadakan upacara Ngancak yang juga dilengkapi

sesaji berupa buk pulot (nasi ketan), telur rebus, dan

pisang rejang yang dipercaya merupakan makanan

kesukaan siluman buaya. Tujuannya, untuk memberi

makan makhluk halus penunggu laut. Setelah semua

ritual doa usai, para dukun meletakkan puluhan ketupat

di atas sehelai tikar pandan.

Di saat itulah, puluhan pemuda yang menjadi

peserta perang ketupat tampil ke depan, berbaris saling

berhadapan. Mereka terbagi ke dua kelompok. Tak

berapa lama, suara peluit menggema menandakan pesta

adat perang ketupat dimulai. Kedua kelompok pemuda

saling serang dengan melemparkan ketupat. Debu pun

beterbangan. Para pengunjung tak henti bersorak-sorai,

menyemarakkan pesta.

Selang beberapa saat, genderang peluit kembali

berkumandang menandakan pesta adat perang

ketupat berakhir. Ritual dilanjutkan dengan pengarakan

sesajen dan mengarungkannya ke tengah laut. Acara

pun berakhir di sana, sekaligus menggenapi rangkaian

acara sedekah ruah yang sudah berlangsung dua pekan

sebelumnya sejak 15 Sya'ban.

Selain di Bangka Belitung, adat perang ketupat juga

berlangsung setiap tahun di Desa Kapal, Kec. Mengwi,

Kab. Badung, Bali. Ritual serupa juga dilakukan warga

Dusun Muneng, Desa Sidomulyo, Kec. Ungaran Timur,

Kab. Semarang, Jawa Tengah. Ratusan warga membawa

ketupat lengkap dengan sayur-mayurnya. Usai berdoa,

mereka menyantap aneka makanan tersebut lalu sisanya

dilemparkan kepada sesama peserta pesta layaknya

perang.

AT

Sumber: humas.babelprov.go.id

Sumber: humas.babelprov.go.id

Page 90: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201988

Congklak adalah permainan

tradisional yang dikenal

dengan berbagai macam

nama di seluruh Indonesia. Di Jawa,

permainan ini dikenal dengan

nama dakon, di Lampung disebut

dentuman lamban, sedangkan di

Sulawesi congklak tenar dengan

sebutan mokaotan.

Permainan congklak mempunyai

16 buah lubang pada papannya.

Dua orang anak yang akan bermain

duduk berhadapan dengan setiap

tujuh lubang berada pada bagian

sisi anak. Ke-14 lubang itu diisi

tujuh biji congklak di dalamnya,

dan dua lubang di ujung kiri dan

kanan yang berukuran lebih besar

dibiarkan kosong. Lubang Ini

berfungsi sebagai penyimpanan

biji congklak masing-masing anak.

Yang memiliki biji terbanyak di

lubang penyimpanannya pada akhir

CONGKLAK

mewah dengan biji-biji cangkang

kerang, sementara kalangan rakyat

jelata bermain dengan mengorek

lubang di dalam tanah dan

mengunakan biji-bijian seperti biji

sawo, kelereng atau batu kerikil.

Saat ini banyak yang memainkan

congklak yang terbuat dari kayu dan

plastik.

Congklak dapat mengasah

kecerdasan otak kiri anak karena

cara bermainnya mengharuskan

mereka mengumpulkan biji lebih

banyak daripada lawannya. Dari

hal tersebut, anak akan mencoba

berpikir untuk menemukan

strategi yang pas untuk merebut

biji lawannya. Dengan ini otak kiri

anak akan selalu terasah dalam

permainan karena harus melakukan

perhitungan.

AG

Sumber: sangbuahhati.com

permainan dialah pemenangnya.

Saat permainan dimulai, seorang

anak yang bergiiliran lebih dahulu

mulai mengambil biji congklak dari

salah satu lubang miliknya kemudian

meletakkannya satu-persatu di

lubang-lubang sebelah kiri. Jika biji

tersebut telah habis pada lubang

yang ada biji congklaknya, maka

anak itu dapat mengambil biji di

dalamnya dan kembali memasukkan

ke lubang selanjutnya searah jarum

jam. Jika bijinya habis di lubang

kosong pada sisinya, ia berhak

mengambil biji lawan yang berada

pada lubang yang sejajar dengan

lubangnya. Namun jika bijinya habis

pada lubang yang kosong di sisi

lawan, maka gilirannya terhenti dan

berganti giliran lawan.

Pada zaman dahulu, golongan istana

bermain dengan menggunakan

papan congklak kayu yang berukir

Permainan Yang

Mengasah Otak Kiri Anak

Page 91: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 89

PAT H O LGulat Tradisional Asli Indonesia

Dua orang bertubuh kekar

saling berhadapan. Otot

mereka tampak dari

lengan, dada dan perut mereka yang

tidak ditutupi pakaian. Kulit mereka

yang coklat legam dibakar matahari

bertahun-tahun menandakan

perjuangan mereka sebagai nelayan.

Mereka hanya memakai celana

pendek dan seutas tali diikatkan di

pinggang mereka. Tali dadung atau

udhet itu dipakai untuk memegang

lawan dan membantingnya hingga

terjerembab ke pasir di bawah

mereka.

Tangan mereka siap

mencengkeram lawan, dan ketika

wasit memberikan tanda mulai,

keduanya segera meraih tubuh

lawan dan merangkul dadhung-

nya dengan memberikan energi

dorongan dan tarikan untuk

membanting lawannya. Musik

pengiring melantunkan irama khas

menempel di pasir. Selain itu juga

ada pengrawit yang memainkan alat

musik tradisional untuk mengiringi

permainan pathol.

Pathol dalam Bahasa Sanskerta

berarti orang kuat yang tak

terkalahkan. Olahraga ini lahir

pada era Kerajaan Majapahit.

Saat itu pangeran Sri Sawardana,

adik bupati Tuban ditugaskan

membentuk prajurit angkatan laut

untuk mengamankan pelabuhan

Tuban, pintu gerbang Majapahit.

Untuk mencari ksatria terbaik dari

ancaman bajak laut, calon prajurit

kemudian diadu untuk mencari

siapa yang paling kuat melalui

pertandingan pathol. Karena unik

dan menarik, akhirnya pathol

menyebar ke desa-desa di sekitar

Tuban hingga Rembang, dan kini

menjadi olahraga sekaligus hiburan

bagi para nelayan di pesisir pantai

utara Jawa. AG

Sumber: awank-sarank.blogspot.com

gamelan Jawa yang membangkitkan

semangat. Puluhan penonton yang

mengelilingi arena berbentuk bulat

meneriakkan yel-yel penyemangat.

Ketika salah seorang berhasil

membanting jatuh lawannya, para

penonton berteriak kegirangan

merayakan kemenangannya.

Indonesia memiliki olahraga

gulat tradisional yang bernama

pathol. Olahraga ini berasal dari

Kecamatan Sarang dan populer di

wilayah pantai utara Jawa mulai

dari Rembang hingga Tuban.

Seperti halnya gulat lain, pathol

mempertandingkan dua orang

di tengah arena yang berbentuk

bulat dengan beralaskan pasir

karena dimainkan di pantai. Kedua

atlet pathol hanya mengenakan

celana pendek dengan tali terikat

di pinggang. Pegulat yang menang

adalah yang berhasil membanting

lawan hingga punggungnya

Page 92: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201990

Suasana ruang pertemuan itu gaduh. Para peserta berbicara satu

sama lain. Di setiap pojok ruangan, anggota rapat berdiskusi

tentang masa depan bangsa. Tak lama kemudian, seorang pemuda

berusia 25 tahun berjalan ke tengah ruangan. Ia terlihat gugup dan sedikit

ragu. Sementara itu, beberapa anggota polisi rahasia Belanda duduk di

antara anggota rapat, mengawasi jalannya pertemuan. Sang pemuda tadi

barangkali tahu apa yang hendak dia lakukan itu kelak akan diriwayatkan

dalam buku sejarah. Ia membawa sebuah biola, alat musik pemberian kakak

iparnya.

Tidak ada peninggalan foto dari peristiwa itu, sehingga kita hanya bisa

menerka pakaian yang ia kenakan. Tapi, bahwa ia berkacamata, dan kerap

menggunakan peci di atas kepalanya, tidak diragukan lagi merupakan

kebiasaan pemuda ini. Dan, ketika langkahnya sampai di titik yang ia tuju,

para tamu seketika diam. Beberapa peserta terpana keheranan.

INDONESIA RAYA TIGA STANZAKisah dan Filosofinya

Indonesia

Sumber: perpek.com

Page 93: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 91

masyarakat Indonesia semasa

Soepratman hidup. Sedangkan

musik klasik hanya boleh didengar

pihak kolonial. Lantas, dari mana

bisa muncul aransemen musik

Indonesia Raya seperti yang kita

kenal sekarang, lengkap dengan

permainan orkes khas musik klasik?

Setelah Indonesia merdeka, tepatnya

tahun 1950, Presiden Soekarno

memesan orkestrasi lagu tersebut

kepada seorang komponis Belanda

bernama Josef Clebers. Akhirnya,

lagu kebangsaan itu menjadi seperti

yang sekarang kita kenal. Soekarno

meminta Clebers untuk mengubah

dan menyelaraskan beberapa bagian

pada lirik aslinya.

Pada aransemen awal,

Soepratman membubuhkan tanda

suasana (mood marking) Marcia,

yang berarti baris-berbaris, sebagai

satu-satunya petunjuk permainan

dalam komposisinya. Artinya, ia

berharap pemain lagu Indonesia

Raya, dalam versi aslinya, akan

mengacu kepada tindakan baris-

berbaris. Kita bisa melihat bahwa

kesan progresif ingin ditekankan

oleh Soepratman. Seakan tidak

ada lagi pesan yang lebih penting

ketimbang persatuan rakyat

Indonesia untuk serempak melawan

penindasan para penjajah.

Sebagai lagu pergerakan, lagu

Indonesia Raya memuat banyak

nilai-nilai yang mencerminkan

falsafah kehidupan masyarakat

Indonesia. Lebih dari itu, Indonesia

Raya adalah musik universal yang

mengekspresikan semangat anti-

kolonial. Hal ini bisa ditarik dari

liriknya yang secara eksplisit

menjelaskan hal tersebut. Pertama-

tama, pesan tentang kebebasan

dapat kita temukan dari kata

pertama yang membuka lagu

tersebut: Indonesia. Ketika pertama

kali dimainkan pada tahun 1928,

Indonesia belum menjadi sebuah

negara. Indonesia masih menjadi

bagian dari Hindia Belanda.

Dengan menggunakan kata

“Indonesia” di awal mula lagu,

Indonesia Raya sudah menetapkan

posisinya sebagai lagu kebebasan

dan kemerdekaan dari pemerintahan

Hindia Belanda. Artinya, ada Hindia

Belanda dan ada Indonesia. Prinsip

yang berlaku dalam penggunaan

kata “Indonesia” ini adalah prinsip

identitas. Aku Indonesia dan

kau Belanda. Aku adalah negara

independen, begitu juga engkau.

Jelas-jelas ini adalah upaya untuk

memisahkan diri dari pemerintahan

kolonial. Kebebasan itu juga

meniscayakan kedaulatan utuh

yang terlepas dari campur tangan

pemerintah kolonial. Terang saja

para penjajah Belanda pada waktu

itu kerepotan.

Kata-kata kedua dalam lagu

Indonesia Raya adalah “tanah airku.”

Pada dirinya sendiri, kata-kata

tersebut berarti ikrar kepada ibu

pertiwi. Jika digabung dengan kata

pertama, maka kalimat tersebut

akan berarti ikrar kepada ibu

pertiwi Indonesia. Di balik itu ada

makna perjuangan sampai habis.

Bahwa rakyat Indonesia sudah

berjanji kepada ibu pertiwi untuk

mempertahankan kebebasannya,

identitasnya. Terutama apabila kita

menilik kepada kata-kata dari bait

kedua yang berbunyi “tanah tumpah

darahku.” Makna dari kedua kalimat

tersebut, “Indonesia tanah airku”

dan “tanah tumpah darahku”, berarti

penekanan kepada pemisahan

identitas dan kehendak bersama

Untuk beberapa saat ia berdiri

termangu di tengah ruangan. Ia

kelihatan mempersiapkan dirinya.

Tak lama kemudian, ia meletakkan

biola dipundak kirinya. Mungkin

ia menyelaraskan suara biolanya,

mungkin juga tidak. Yang pasti

begitu ia mengangkat tangan

kanannya dan mulai menggesek

senar biola, peserta mendadak

berubah menjadi penonton. Suara

biola yang begitu liris memenuhi

ruangan besar tersebut tanpa

gema. Suara instrumen yang paling

mirip dengan suara manusia itu

menghipnotis penonton. Alunan

nada-nada yang ia mainkan adalah

cikal bakal lagu Indonesia Raya. Kita

mengenal pemuda itu dengan nama

Wage Rudolf Soepratman.

Lagu Indonesia Raya pertama

kali membahana pada penutupan

Kongres Pemuda II, di Jakarta, yang

waktu itu masih bernama Batavia.

Peristiwa itu sekarang kita kenal

dengan Hari Sumpah Pemuda dan

terus kita kenang setiap tahun.

Dengan demikian, tentu saja,

peristiwa yang diceritakan di atas

terjadi pada 28 Oktober 1928.

Tempat terjadinya peristiwa itu

pun masih bisa kita datangi dan

kunjungi saat ini. Sebuah rumah di

Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat

yang kini bernama Museum Sumpah

Pemuda. Atas ingatan dari beberapa

orang yang mengikuti kegiatan itu,

dibuatlah diorama di tempat itu.

Biola yang diceritakan di atas pun

bisa kita temukan di sana.

Lagu yang dimainkan Wage

Rudolf Soepratman dalam kisah

itu jauh dari yang kita kenal

sekarang. Ia digubah mengikuti

pakem-pakem musik keroncong.

Musik yang populer di kalangan

Page 94: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201992

untuk dipertahankan sampai mati.

Bagi pemerintah kolonial, ini sama

saja dengan pernyataan bahwa

“sudah sekian lama kami melawan

untuk identitas kami, dan kami akan

terus melawan sampai habis.”

Tentu saja makna fatalistik

di balik dua bait lirik pertama

itu sudah menakutkan bagi

pemerintah kolonial. Betapa pun

banyaknya keuntungan yang diraup

pemerintah kolonial, kemungkinan

perjuangan sampai akhir zaman

tidak akan pernah bisa dipikirkan

oleh mereka sebagai investasi yang

menguntungkan. Itulah yang siap

diberikan oleh rakyat Indonesia

pada waktu itu. Pertempuran

macam itulah yang dihadapi oleh

pemerintah kolonial.

Hal pertama kali yang dipikirkan

oleh Supratman, jelas, adalah

kebebasan dari penjajahan kolonial.

Rakyat Indonesia waktu itu sudah

geram selalu disamakan dengan

bangsa kafir terbelakang. Tidak

jarang bahkan disamakan dengan

anjing. Terbukti dari banyak tempat-

tempat umum yang menuliskan

tanda “Inlaander dan anjing dilarang

masuk.” Dari situ saja kita bisa

menyimpulkan kekuatan universal

dari Indonesia Raya, karena

penjajahan tidak hanya terjadi di

bumi nusantara.

LT

Bait kedua dari kuplet pertama

semakin menekankan hal identitas

tersebut. Bait tersebut berbunyi,

“Indonesia kebangsaanku”

dan konsekuensinya sekali lagi

pemisahan kewarganegaraan dari

negara yang belum ada. Kata-

kata terakhir dari bait ketiga

adalah “untuk Indonesia Raya”

yang bisa berarti bahwa segala

sesuatu yang dilakukan rakyatnya,

seperti membangun jiwanya,

membangun badannya adalah

untuk kedaulatan Indonesia, untuk

Indonesia Raya. Intinya, setiap

bait dalam kuplet pertama adalah

perumusan mengenai kebebasan

dan perjuangan untuk mencapai

kebebasan dari jerat kuasa

penjajahan.

Sumber: Arsip Kemendikbud RI

Page 95: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 93

I

Indonesia tanah airku

Tanah tumpah darahku

Di sanalah aku berdiri

Jadi pandu ibuku

Indonesia kebangsaanku

Bangsa dan tanah airku

Marilah kita berseru

Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku

Hiduplah negriku

Bangsaku Rakyatku Semuanya

Bangunlah jiwanya

Bangunlah badannya

Untuk Indonesia Raya

(Ulangan)

Indonesia Raya

Merdeka, Merdeka

Tanahku, Negriku yang kucinta

Indonesia Raya

Merdeka, merdeka

Hiduplah Indonesia Raya

II

Indonesia, tanah yang mulia

Tanah kita yang kaya

Disanalah aku berdiri

Untuk slama-lamanya

Indonesia, tanah pusaka

P’saka kita semuanya

Marilah kita mendoa

Indonesia bahagia

Suburlah tanahnya

Suburlah jiwanya

Bangsanya, Rakyatnya, Semuanya

Sadarlah hatinya

Sadarlah budinya

Untuk Indonesia Raya

(Ulangan)

Indonesia Raya

Merdeka, Merdeka

Tanahku, Negriku yang kucinta

Indonesia Raya

Merdeka, merdeka

Hiduplah Indonesia Raya

III

Indonesia, tanah yang suci

Tanah kita yang sakti

Di sanalah aku berdiri

M’njaga ibu sejati

Indonesia, tanah berseri

Tanah yang aku sayangi

Marilah kita berjanji

Indonesia abadi

S’lamatlah rakyatnya

S’lamatlah putranya

Pulaunya, Lautnya, Semuanya

Majulah negrinya

Majulah pandunya

Untuk Indonesia Raya

(Ulangan)

Indonesia Raya

Merdeka, Merdeka

Tanahku, Negriku yang kucinta

Indonesia Raya

Merdeka, merdeka

Hiduplah Indonesia Raya

Sumber: humas.paserkab.go.id

Page 96: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

[BIMA]MboloWeki. Tradisi musdan mufakat di Bima yberupa forum untuk mempersiapkan suakekerabatan, seperti pernikkhitanan. Namun, sekdigelar untuk membahas berbagai hal berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan bersama.

[BALI]Musawarah subak dan pemerintahan trpertama merupakan mektradisional khusus untuk taadalah lembaga tradisional untuk mengurus k

[MADURA]Rokat. Ritual kuno masyarakat Madura yang dilakukan saat tertimpa musibah. Upacara adat peninggalan nenek moyang ini sekarang sudah disesuaikan dengan ajaran Islam yang mereka anut.

[YOGYAKARTA]Gobak sodor atau hadangan, terobos dan galasin. Merupakan satu dari banyak permainan tradisional khas Indonesia. Dimainkan di lapangan persegi panjang kurang lebih 15 x 9 meter. Ada 3 sampai 5 garis horizontal pada area panjangnya, dan area pendeknya diberi garis tengah. Garis-garis tersebut merupakan lini jaga. Kelompok lawan berusaha menerobos penjagaan ini tanpa ditepuk atau ditangkap penjaga garisnya.

[JAWA]Jamasan Tosan Aji. Merupakan tradisi memandikan benda keras dari besi yang memiliki nilai kesejarahan dan artistik. Dipraktekkan oleh berbagai kalangan mulai dari para raja di keraton hingga warga biasa di pulau Jawa, setiap tahun pada bulan Suro atau Muharam.

[JAWA TIMUR]Ludruk Jawa Timuran merupakan wahana unjuk pantun diiringi musik sederhana

[SUMATRA BARAT]Kerapatan Nagari. Tradisi mekanisme pengambilan keputusan bersama dalam masyarakat Minangkabau.

[BANGKA BARAT]Perang Ketupat. Pesta adat saling melempar ketupat yang berlangsung setiap tahun di pantai pasir Kuning Tempilang, Kab. Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung.

[JAWA dan BALI]Gamelan. Merupakan musik asli Indonesia, sudah dikenal di Indonesia sejak abad ke 8 Masehi. Gamelan merupakan orkestra perkusi Indonesia berlaras Slendro dan atau Pelog yang memiliki pola frekuensi dan interval tertentu. Pada awalnya merupakan perangkat musik upacara ritual adat dan keagamaan serta identitas warga istana dan keluarga bangsawan. Berkembang luas menjadi seni pertunjukan yang populer terutama di Jawa dan Bali. Gamelan digunakan sebagai musik konser dan menjadi bagian penting dalam pertunjukan tari, teater, dan ekspresi seni lainnya.

[ACEH]Kerawang Gayo. Merupakan sebutan untuk motif hias khas etnis Gayo di provinsi Aceh. Desain Kerawang Gayo berupa corak sulur, garis, dan bentuk geometris yang berulang membentuk pola melingkar atau berjajar. Motif Kerawang Gayo dapat dikenali dari paduan warnanya yang bisa dikatakan merupakan ciri kuat ragam hias etnik ini. Dasar berwarna hitam dengan corak-corak merah, putih, hijau, dan kuning di atasnya.

[RIAU]Pacu Jalur. Perlombaan dayung tradisional dengan menggunakan sebuah sampan/ perahu panjang yang dalam bahasa penduduk setempat disebut jalur. Dibuat dari batang kayu utuh sepanjang 25-40 meter dan lebar satu setengah meter. Dalam satu perahu, sekitar 40-60 kru pendayung memacu perahunya dalam lintasan yang telah ditetapkan di atas sungai.

[PANTAI UTARA JAWA (REMBANG - TUBAN)]Pathol. Olahraga gulat trwilayah pantai utara JawRembang hingga Tuban. Mempertandingkan dua ortengah arena yang berbentuk buladengan alas pasir. Kedua amengenakan celana pendek dengan tali terikat di pinggang. Ppertandingan adalah yang berhasil membanting lawan hingga punggungnya menempel di pasir

KALIMANTAN

TENGAH

KALIMANTAN

SELATAN

KALIMANTAN

BARAT

SULA

SELA

KALIMANTAN

TIMUR

NUSA TENGGARA

BARAT

JAWA TIMUR

JAWA TENGAH

JAWA BARAT

SUMATERA

SELATAN

KEPULAUAN

RIAU

SUMATERA

BARAT

SUMATERA

UTARA

INDONESIANA - Vol 5/201994

Peta Budaya

Page 97: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

adisi musyawarah t di Bima yang lazim

orum untuk an suatu kegiatan

tan, seperti pernikahan dan khitanan. Namun, sekarang biasa digelar untuk membahas berbagai

aitan dengan pemenuhan ebutuhan bersama.

ah subak dan pemerintahan tradisional Banjar di Bali. Yang pertama merupakan mekanisme pembahasan dan pengambilan keputusan

adisional khusus untuk tata kelola air pertanian, sementara yang kedua adalah lembaga tradisional untuk mengurus keperluan administrasi warga.

[MAKASAR]Tudang Sipulung. Secara harfiah berarti duduk bersama. Merupakan tradisi musyawarah dan mufakat wargasuku Bugis Makassar untuk membahas jalan keluar berbagai persoalan secara bersama-sama serta sarana pengungkapan aspirasi.

[SULAWESI SELATAN]Tradisi Pembuatan Kapal Pinisi.

Keahlian membuat kapal Pinisi diwariskan secara turun menurun selama ratusan tahun. Keseluruhan pekerjaan dilakukan dengan alat-alat pertukangan tradisional. Para pengrajin kapal pinisi hanya mengandalkan pengalaman dan pengetahuan yang mereka dapatkan dari para pendahulunya melalui ingatan semata.

[MALUKU]‘Sasi’ dapat diartikan sebagai ‘larangan’. Sasi dalam masyarakat Maluku berarti waktu terlarang untuk mengambil atau memanen hasil-hasil alam.

[MALUKU]Pelagandong. Gabungan dua kata "pela" (ikatan persatuan) dan "gandong" (saudara), yang berarti saling mengikat diri sebagai saudara. Pela gandong didefinisikan sebagai model persahabatan, sistem persaudaraan atau perseku-tuan yang dikembangkan di antara seluruh penduduk asli Maluku dari dua wilayah atau lebih.

[NUSATENGGARA TIMUR]Ende Lio. Flores, Nusa Tenggara Timur. musyarah mufakat masarakat setempat di hanga, yakni ruang publik terbuka, biasanya berada di tengah permukiman, dan dihadiri para penggarap (fai walu ana kalo) dan pemangku adat (mosalaki).

[PANTAI UTARA JAWA (REMBANG - TUBAN)]

t tradisional di a Jawa mulai dari uban.

an dua orang di ang berbentuk bulat

edua atlet elana pendek dengan

t di pinggang. Pemenang pertandingan adalah yang berhasil

an hingga a menempel di pasir.

MALUKU UTARA

PAPUA BARAT

SULAWESI

UTARA

SULAWESI

TENGAH

SULAWESI

TENGGARA

SULAWESI

SELATAN

NUSA TENGGARA

TIMUR TENGGARA

INDONESIANA - Vol 5/2019 95

Page 98: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201996

Conefo: Conference of The New

Emerging Forces (CONEFO)

merupakan gagasan Presiden

Soekarno untuk membentuk

suatu kekuatan blok baru yang

beranggotakan negara-negara

berkembang untuk menyaingi

kekuatan blok sebelumnya (Blok Uni

Soviet dan Blok Amerika Serikat).

Gedung Pancasila: sebuah gedung

bersejarah yang terletak di Jakarta,

Indonesia. Nama Pancasila mengacu

pada pidato yang disampaikan oleh

Soekarno di gedung tersebut saat

dia menjelaskan konsep Pancasila,

pada 1 Juni 1945. Dibangun pada

awal 1830-an. Gedung Pancasila saat

ini adalah milik Kementerian Luar

Negeri Republik Indonesia.

Gedung Chuo Sangi In: Pada

tanggal 28 Mei 1945, diadakan

upacara pelantikan dan sekaligus

seremonial pembukaan masa

persidangan BPUPKI yang pertama

di gedung "Chuo Sangi In", dan kini

gedung itu dikenal dengan sebutan

Gedung Pancasila.

Gedung Volkstraad: dikenal

juga sebagai Gedung Pancasila;

Volkstraad yang diambil dari bahasa

Belanda dan secara harafiah berarti

"Dewan Rakyat", adalah semacam

dewan perwakilan rakyat Hindia

Belanda.

Golput: Golongan putih atau yang

disingkat golput adalah istilah politik

di Indonesia yang berawal dari

gerakan protes dari para mahasiswa

dan pemuda untuk memprotes

pelaksanaan Pemilu 1971 yang

merupakan Pemilu pertama di era

Orde Baru. Dipakai istilah “putih”

karena gerakan ini menganjurkan

agar mencoblos bagian putih di

kertas atau surat suara di luar

gambar parpol peserta Pemilu bagi

yang datang ke bilik suara.

Indonesia Raya: lagu kebangsaan

Republik Indonesia

Kerajaan Mataram Islam: biasa

disebut dengan kesultanan Mataram

termasuk salah satu kerajaan Islam

di Jawa yang berdiri sekitar abad

ke-16.

Kolonialisme: suatu sistem di mana

suatu negara menguasai rakyat

dan sumber daya negara lain

tetapi masih tetap berhubungan

dengan negara asal, istilah ini juga

menunjuk kepada suatu himpunan

keyakinan yang digunakan

untuk melegitimasikan atau

mempromosikan sistem ini, terutama

kepercayaan bahwa moral dari

pengkoloni lebih hebat ketimbang

yang dikolonikan.

KPPS: Kelompok Penyelenggara

Pemungutan Suara yang

bertugas; mengumumkan dan

menempelkan daftar pemilih

tetap di TPS; menyerahkan daftar

pemilih tetap kepada saksi peserta

Pemilu yang hadir dan Pengawas

Pemilu Lapangan; melaksanakan

pemungutan dan penghitungan

suara di TPS; mengumumkan hasil

penghitungan suara di TPS;

Lunas Perahu: bagian terbawah dari

kapal

Musik Keroncong: jenis musik

khas Indonesia yang menggunakan

instrumen musik dawai, flute, dan

vokal.

Orde Lama: masa yang merujuk

kepada era pemerintahan Soekarno.

Orde Baru: sebutan bagi masa

pemerintahan Presiden Soeharto di

Indonesia.

Perjanjian Giyanti: kesepakatan

antara VOC, pihak Kesultanan

Mataram yang diwakili oleh Sunan

Pakubuwana III, dan kelompok

Pangeran Mangkubumi. Perjanjian

yang ditandatangani pada tanggal

13 Februari 1755 tersebut secara

de facto dan de jure menandai

berakhirnya Kesultanan Mataram

yang sepenuhnya independen.

Pileg: Pemilu Legislatif; Pemilihan

Umum Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.

Pilpres: Pemilihan presiden dan

wakil presiden

Pilkada: Pemilihan kepala daerah.

Soekarno: Presiden pertama

Republik Indonesia

Soeharto: Presiden kedua Republik

Indonesia

TPS: Tempat Pemungutan Suara

VOC: Vereenigde Oostindische

Compagnie adalah Kongsi Dagang

atau Perusahaan Hindia Timur

Belanda yang didirikan pada tanggal

20 Maret 1602 adalah persekutuan

dagang asal Belanda yang

memiliki monopoli untuk aktivitas

perdagangan di Asia.

Wage Rudolf Soepratman:

pengarang lagu kebangsaan

Indonesia, "Indonesia Raya", dan

pahlawan nasional Indonesia.

Glosarium

Page 99: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/2019 97

Page 100: BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - id.diversity.id · BUDAYA POLITIK MASIH MENCARI BENTUK Pengantar suara. Padahal, di masa Orde Baru, selalu dikatakan rakyat tak punya budaya politik

INDONESIANA - Vol 5/201998

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT WARISAN DAN DIPLOMASI BUDAYA

Gedung E lt 10 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 4–5, Senayan, Jakarta

T: (021) 5731063, (021) 5725035 | F: (021) 5731063, (021) 5725578

E: [email protected] | http://kebudayaan.kemdikbud.go.id