Upload
roni
View
10
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
manajemen
Citation preview
TUGAS
Ekonomi kesehatan
Oleh: I Putu Gede Ronianta
NIM: 12120701016
Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan, Sains, & Teknologi
Universitas Dhyana Pura
Bali
Soal: pemanfaatan ekonomi evaluasi dalam program yang dilihat dari cost evektif dalam program kesehatan
EVALUASI EKONOMI PADA PROGRAM KESEHATAN.
Analisis ekonomi pada program-program kesehatan masyarakat secara umum diidentifikasi
dengan menghitungnya terhadap nilai uang. Salah satu keterbatasan dalam analisis ekonomi
adalah tidak diperhitungkannya nilai dari rasa sakit ataupun penderitaan yang dialami yang
dinyatakan dalam uang. Dalam proses pengambilan keputusan hal tersebut termasuk yang
dipertimbangkan tetapi dalam analisis ekonomi yang terfokus pada akuntansi biaya hal ini
tidaklah dipertimbangkan
Cost-Effectiveness Analysis
Istilah analisis Cost-Effectiveness mengacu kepada jenis evaluasi tertentu yang dimana
manfaat (benefit) dari suatu pengobatan dapat diukur dalam bentuk unit ‘natural’ dan segala
biaya (cost) yang dikeluarkan dapat diperhitungkan. Analisis Cost-Effectiveness merupakan
salah satu cara untuk memilih dan menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa
program yang berbeda dengan tujuan yang sama. Aplikasi dari CEA misalnya dua obat atau
lebih digunakan untuk mengobati suatu indikasi yang sama tetapi cost dan efikasi berbeda
Contoh analisis Cost-Effectiveness dalam mengurangi gejala nyeri pada penderita reflux
esofagitis yang parah, kita membandingkan biaya yang dikeluarkan antara penggunaan Proton
Pump Inhibitor (PPI) dan H2 receptor blocker. Analisis jenis ini adalah analisis yang paling
sering digunakan dalam analisis ekonomi, tetapi tidak dapat digunakan bila ingin
membandingkan 2 jenis obat yang sangat berbeda dengan hasil yang diharapkan juga berbeda.
Analisis cost-effectiveness mengkonversi cost dan benefit (efikasi) ke dalam rasio pada obat
yang dibandingkan.
Cost-Benefit Analysis
Pendekatan analisis dengan metode ini merupakan analisis yang paling sulit untuk
diterapkan. Dimana pada sistem analisis ini menghendaki adanya perhitungan secara ekonomi
terhadap benefit yang diperoleh dari suatu intervensi pengobatan, karenanya antara cost dan
benefit dari suatu pengobatan harus ekuivalen dalam ukuran nilai uang. Analisis ini sangat
bermanfaat pada kondisi antara manfaat dan biaya mudah dikonversi ke dalam bentuk rupiah.
Kekurangan dari analisis ini adalah pada analisis ini hal-hal yang termasuk dalam
manfaat (benefit) yang tidak dapat dihitung dalam bentuk angka rupiah menjadi diabaikan,
sementara hal-hal tersebut sering kali menjadi hal yang paling penting untuk pasien,
contohnya berkuranganya kecemasan setelah terapi yang diberikan.
Meskipun sulit dalam penerapannya, tetapi sistem analisis ini memiliki keuntungan yaitu
dapat digunakan untuk membandingkan cost dan benefit pada kondisi-kondisi yang berbeda.
Cost benefit ini adalah perangkat ekonomi yang digunakan untuk menentukan keinginan atau
preferensi akan dua jenis pilihan obat. Hal ini adalah menghitung kerelaan masyarakat dalalm
membayar sejumlah uang demi mendapatkan efek atau keuntungan dari suatu intervensi
Cost-Utility Analysis
Analisis Cost-Utility adalah tipe analisis yang mengukur manfaat dalam utility-beban
lama hidup; menghitung biaya per utility; mengukur ratio untuk membandingkan diantara
beberapa program. Analisis cost-utility mengukur nilai spesifik kesehatan dalam bentuk
pilihan setiap individu atau masyarakat. Seperti analisis cost-effectiveness, cost-utility
analysis membandingkan biaya terhadap program kesehatan yang diterima dihubungkan
dengan peningkatan kesehatan yang diakibatkan perawatan kesehatan. Dalam cost-utility
analysis, peningkatan kesehatan diukur dalam bentuk penyesuaian kualitas hidup (quality
adjusted life years, QALYs) dan hasilnya ditunjukan dengan biaya per penyesuaian kualitas
hidup. Data kualitas dan kuantitas hidup dapat dikonversi kedalam nilai QALYs, sebagai
contoh jika pasien dinyatakan benar-benar sehat, nilai QALYs dinyatakan dengan angka 1
(satu). Keuntungan dari analisis ini dapat ditujukan untuk mengetahui kualitas hidup.
Kekurangan analisis ini bergantung pada penentuan QALYs pada status tingkat kesehatan
pasien
Cost utility adalah bentuk dari analisa ekonomi yang digunakan untuk membimbing
keputusan sebelum tindakan penyembuhan. Cost utility ini diperkirakan antara rasio dari
harga yang menyangkut intervensi kesehatan dan keuntungan yang dihasilkan dalam bagian
itu yang dihitung dari jumlah orang yang hidup dengan kesehatan penuh sebagai hasil dari
penyembuhannya. Hal ini menyebabkan cost utility dan cost effectiveness saling berhubungan
dan timbal balik.
III. Terminologi dalam Farmakoekonomi
Dalam bidang farmakoekonomi terdapat beberapa terminologi yang penting untuk
kita ketahui antara lain biaya (cost) dan harga (price). Biaya (Cost) adalah biaya yang
dibutuhkan semenjak pasien mulai menerima terapi sampai pasien sembuh. Sedangkan harga
(Price) yaitu biaya per item obat yang dikonsumsi pasien.
Selain itu tedapat terminologi yang berkaitan dengan kegiatan dan evaluasi yang
dilakukan dalam farmakoekonomi. Kegiatan dalam farmakoekonomi meliputi survei
berdasarkan farmakoepidemologi, studi dan analisa, penggambaran trend/ prediksi/ model,
kebijakan dan regulasi, pelaksanaan kebijakan dan regulasi, evaluasi, dan pengulangan siklus
PDCA (Plan, Do, Check and Action).
IV. Manfaat dan Kekurangan Farmakoekonomi
Manfaat yang dapat diperoleh dengan penerapan farmakoekonomi antara lain:
1. Memberikan pelayanan maksimal dengan biaya yang terjangkau.
Seiring dengan perkembangan zaman, maka pengetahuan yang berkaitan dengan penyakit
sudah semakin berkembang. Pengetahuan tentang pengobatan terhadap penyakit-penyakit
tertentu pun tidak ketinggalan, dimana saat ini untuk suatu penyakit tertentu telah tersedia
berbagai macam obat untuk menyembuhkan ataupun sekedar meredakan simptom penyakit
tersebut.
Hal ini memberikan manfaat, yaitu terdapat banyak pilihan obat yang dapat diberikan untuk
tindakan terapi bagi pasien. Namun, banyaknya pilihan terapi ini tidak akan bermanfaat
apabila ternyata pasien tidak sanggup membeli karena harganya yang mahal. Oleh karena itu,
pertimbangan farmakoekonomi dalam menentukan terapi yang akan diberikan kepada pasien
sangat diperlukan, misalnya dengan penggunaan obat generik. Di Indonesia khususnya, telah
terdapat 232 jenis obat generik yang diregulasi dan disubsidi oleh pemerintah dengan harga
yang jauh lebih murah dibandingkan dengan obat patennya.
2. Angka kesembuhan meningkat. Angka kesehatan meningkat dan angka kematian menurun.
Terapi yang diberikan oleh dokter akan berhasil apabila pasien patuh terhadap pengobatan
penyakitnya. Kepatuhan ini salah satunya dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Misalnya saja
harga obat yang diresepkan oleh dokter terlalu mahal maka pasien tidak akan sanggup
membeli dan tentu saja tidak dapat mengkonsumsi obatnya. Dan sebaliknya apabila harga
obat terjangkau, maka pasien dapat mengkonsumsi obatnya dan mengalami kesembuhan.
Selain itu ketepatan dokter dalam memilih terapi yang tepat untuk penyakit pasien atau
berdasarkan Evidense Based Medicine juga berpengaruh. Misalnya saja dokter hanya
memberikan obat yang sifatnya simptomatis kepada pasien, tentu saja penyakit pasien tidak
sembuh dan harus kembali berobat dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai kesembuhan
semakin besar.
3. Menghindari tuntutan dar pihak pasien dan asuransi terhadap dokter dan rumah sakit karena
pengobatan yang mahal.
Saat ini telah terjadi perubahan paradigma dalam masyarakat, dimana jasa pelayanan
kesehatan tidak berbeda dengan komoditas jasa lain. Perubahan paradigma ini mengubah
hubungan antara pasien, dokter, dan lembaga pelayanan kesehatan seperti rumah sakit.
Seorang pasien menjadi semakin kritis dan ingin tahu untuk apa saja ia membayar, termasuk
dalam hal obat-obatan atau terapi serta pemeriksaan yang dilakukan. Apabila ada kesan
kelalaian dokter dan pihak rumah sakit, pasien berhak mengajukan tuntutan ke pengadilan.
Apabila dokter telah memberikan obat-obat generik dengan harga yang murah dengan syarat
memang tepat indikasi untuk penyakit pasien, dan rumah sakit selalu menyediakannya, maka
dokter dan rumah sakit akan terhindar dari tuntutan pasien dan pihak asuransi atas biaya
pengobatan yang mahal.
Sedangkan kekurangan atau kendala yang mungkin dihadapi dalam penerapan
farmakoekonomi antara lain:
1. Untuk mendapatkan manfaat dari farmakoekonomi secara maksimal maka diperlukan
edukasi yang baik bagi praktisi medik termasuk dokter maupun masyarakat. Dokter harus
memperdalam ilmu farmakologi dan memberikan obat berdasarkan Evidence Based
Medicine dari penyakit pasien. Pendidikan masyarakat tentang kesehatan harus
ditingkatkan melalui pendidikan formal maupun informal, dan menghilangkan pandangan
masyarakat bahwa obat yang mahal itu pasti bagus. Hal ini belum tentu karena obat yang
rasional adalah obat yang murah tapi tepat untuk penyakitnya.
2. Diperlukan peran pemerintah membuat regulasi obat-obat generik yang bermutu untuk
digunakan alam pelayanan kesehatan baik tingkat pusat sampai kecamatan dan desa.
Karena dalam banyak kasus, obat-obat non generik yang harganya jauh lebih mahal
terpaksa diberikan karena tidak ada pilihan obat lain bagi pasien. Terutama bagi pasien
yang menderita penyakit berat, seperti kanker. Seperti contoh obat peningkatan protein
jenis albumin dan antibiotik jenis botol ampul yang harganya bisa mencapai jutaan rupiah.