Upload
others
View
9
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA
JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410
Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id
BUKU AJAR
PENGANTAR EKONOMI MAKRO:
Perhitungan Pendapatan Nasional
Untuk Kalangan Terbatas
Oleh
Amrizal
Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti
Jakarta 2006
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan
Nikmat yang diberikan-Nya, sehingga Buku Ajar ini dapat diselesaikan sebagaimana
yang diharapkan, diperlukan bagi STMT-TRISAKTI, khususnya Mahasiswa semua.
Penulisan Buku Ajar ini telah diusahakan sebaik-baiknya dengan wujud Isinya yang
sangat padat sekali. Buku Ajar “PENGANTAR EKONOMI MAKRO: Perhitungan
Pendapatan Nasional”. Untuk tahap perdana ini penulis mencoba menyusun sebanyak “7
buah Buku Ajar serta 3 buah Modul Soal Dan Pemecahan” yang disajikan dengan
beberapa judul sebagai berikut:
1. Pengantar Teori Ekonomi
2. Modul Soal Dan Pemecahan Pengantar Teori Ekonomi
3. Teori Ekonomi
4. Pengantar Ekonomi Pembangunan
5. Pengantar Ekonomi Mikro
6. Pengantar Ekonomi Makro: Perhitungan Pendapatan Nasional
7. Teori Ekonomi Mikro
8. Modul Soal Dan Pemecahan Teori Ekonomi Mikro
9. Ekonomi Manajerial
10. Modul Soal Dan Pemecahan Ekonomi Manajerial
Penulis berharap agar kehadiran buku-buku yang sederhana tersebut dapat
berguna terutama sekali oleh Mahasiswa untuk mengatasi atau menutupi kelangkaan
buku paket yang sangat dirasakan oleh mahasiswa sekalian.. Pada penampilan perdana
ini, harapan penulis agar kehadiran Buku Ajar PENGANTAR EKONOMI MAKRO:
Perhitungan Pendapatan Nasional ini mendapat sambutan yang cukup hangat oleh Civitas
Akademika STMT-TRISAKTI dan dapat pula kiranya dibahas secara bersama-sama
dalam lingkungan kampus ini, dengan mengikut-sertakan penulis sekaligus. Selain
daripada itu, mungkin dalam penyajian Buku Ajar PENGANTAR EKONOMI MAKRO:
Perhitungan Pendapatan Nasional ini masih dirasakan kekurangan-kekurangan.
Sehubungan dengan itu, saran berupa masukan sangat penulis harapkan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua fihak
yang telah ikut disibukkan terwujudnya buku ajar ini, terutama kepada:
1. Bapak Husni Hasan, A.MTrU, S.Sos, MM, selaku Ketua STMT Trisakti 2. Bapak Drs .M. Fathur Rahman Rosyadhi, MM, Ph.D, selaku Puket I STMT Trisakti
3. Ibuk Yuliantini R, A.MTrU, MM, selaku Kajur S1 Manajemen STMT Trisakti
4. Bapak H. Andri Warman, BSc, S.Sos.,MM, selaku Kajur PSP. D.III STMT Trisakti
5. Bapak Cecep Pahrudin, S.Sos, MM, selaku Sekjur S1 STMT Trisakti
6. Bapak Juliater Simarmata, SE.,MM, selaku Kajur PSP. D.III STMT Trisakti
7. Ibuk Lira Agusinta, SE.,MM, selaku Kepala PSP. D.III MTU STMT Trisakti 8. Bapak Yosi Pahala, Amd.MTrL,SE, selaku Kepala PSP. D.III MTL, MLM STMT Trisakti
9. Bapak DR. Adenan Suhelis, SE,MSi, selaku Ketua LPMT STMT Trisakti
10. Bapak Prof. Eryus Ak, MSc, Ph.D, selaku Ketua P3M STMT Trisakti
iii
11. Semua Dosen-dosen, para Mahasiswa dan Civitas Akademika lainnya
STMT Trisakti yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam
kesempatan ini.
Adapun Ruang Lingkup PENGANTAR EKONOMI MAKRO: Perhitungan
Pendapatan Nasional yang disusun ini hanya meliputi 4 Bab singkat, yaitu: (I)
Pendekatan Ekonomi Makro, (II) Pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional, (III)
Pendekatan Pengeluaran Perhitungan Pendapatan Nasional, (IV) Perhitungan Pendapatan
Nasional: Penerapan Angka Indeks.
Demikianlah dengan harapan agar buku ajar ini berguna bagi kita semua dalam
usaha meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan pada STMT-TRISAKTI.
Jakarta, April 2006
Penulis,
( Amrizal )
iv
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN
TRANSPOR TRISAKTI
PENGESAHAN
BUKU AJAR
PENGANTAR EKONOMI MAKRO:
Perhitungan Pendapatan Nasional
Oleh
Amrizal
Jakarta, April 2006
Mengatahui,
Ketua STMT-TRISAKTI
(Husni Hasan, AMTrU, S.Sos.,MM)
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
SEPENGETAHUAN iv
DAFTAR ISI v
A. Sasaran vi
B. Pokok Bahasan vi
C. Daftar Pustaka vii
Kuliah ke: BAB
1, 2 I. PENDEKATAN EKONOMI MAKRO 1
3, 4, 5, 6 II. PENDEKATAN PERHITUNGAN
PENDAPATAN NASIONAL 28
7 s/d 11 III. PENDEKATAN PENGELUARAN
PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL 52
12, 13, 14 IV. PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL:
PENERAPAN ANGKA INDEKS 130
vi
Pengantar Ekonomi Makro
A. Sasaran: Agar mahasiswa dapat mengenal: Konsep Dasar, Pengertian, Dan Ruang Lingkup
Pengantar Ekonomi Makro sembari dapat membedakan dengan Ilmu Ekonomi
Mkkro. Sebagai pengenalan awal mempelajari Ilmu Ekonomi secara keseluruhan
yang saling terkait sebagai perpaduan utama antara Ilmu Ekonomi Mikro dengan
Ilmu Ekonomi Makro, Ilmu Ekonomi Pembangunan serta berbagai bidang Ilmu
Ekonomi lainnya seperti Ilmu Ekonomi Internasional, Ilmu Prekonomian Indonesia
serta Ilmu Ekonomi Moneter dan lain sebagainya sesuai kebutuhan bahasan.
Pembahasan yang lebih khusus adalah menyangkut dengan “Konsep Perhitungan
Pendapatan Nasional” dengan rentetan pengenalannya pertama dengan pendekatan
Makro terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan dengan Konsep Dan Metoda
Perhitungan Pendapatan Nasional itu sendiri. Fokus Pembahasan adalah kepada
Analisis Kualitatif Perhitungan Ekonomi Sektoral, yang berupa ekonomi 2,3 dan 4
sektor yang diakhiri oleh pembuktian Perhitungan Pendapatan Nasional: Analisis
kuantitatif Ekonomi Sektoral tersebut secara prakteknya dengan menggunakan Data
Ekonomi Nasional Indonesia yang diolah dengan peralatan statistik berupa Hasil-
hasil Estimasi (regresi).
B. Pokok Bahasan:
BAB I. PENDEKATAN EKONOMI MAKRO 1
1. Mashab Klasik: Asal Kata Ilmu Ekonomi 2
2. Timbul Masalah Ekonomi 2
3. Definisi Ilmu Ekonomi 2
4. Masalah Pokok Ekonomi 4
5. Jenis-jenis organisasi ekonomi/ruang lingkup ekonomi 5
6. Kelompok Ilmu Ekonomi 6 7. Pelaku-pelaku Ekonomi Dan Jenis-jenis Pasar Ekonomi 7
8. Sasaran Dan Analisa Ilmu Ekonomi 11
9. Aktivitas Pelaku Ekonomi Secara Agregatif 21
BAB II. PENDEKATAN PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL 28
1. Konsep Dan Metoda Perhitungan 29
1.1. Pendekatan Produksi (Production Approach) 30
1.2. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) 34
1.3. Pendekatan Pendapatan (Earning or Income or Cost Approach) 37
2. Faktor Produksi Dan Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi 38
2.1. Faktor Produksi “Tanah” 38
vii
2.2. Faktor Produksi “Capital” 39
2.3. Faktor Produksi “Labor” 40
2.4. Faktor Produksi “Entrepreneour” 41
3. Tekhnik Perhitungan Pendapatan Nasional 43
4. GNP Dan Pendapatan 48
BAB III. PENDEKATAN PENGELUARAN PERHITUNGAN
PENDAPATAN NASIONAL 52
1. Konsep Perhitungan Pendapatan Nasional: Ekonomi Sektoral 53
2. Economic’s Medel: “Circular Flow of Income” 54
3. Analisis Kualitatif Perhitungan Ekonomi Sektoral 55
3.1. EKONOMI DUA SEKTOR 55
3.2. EKONOMI TIGA SEKTOR 65
3.3. EKONOMI EMPAT SEKTOR 73
4. Analisis Kuantitatif Perhitungan Ekonomi Sektoral 82
4.1. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 2 Sektor 82
4.2. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 3 Sektor 95
4.3. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 4 Sektor 110
BAB IV. PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL:
PENERAPAN ANGKA INDEKS 129
1. Pengukuran Perubahan-perubahan harga: Angka-angka Indeks 130
2. Pemilihan Tahun Dasar (atau Periode dasar) 133
3. Proses Deflasi 134
4. Masalah Penyusunan Data 136
5. Data Ekonomi Nasional Murni Yang Dihimpun Pemerintah 143
6. Pengolahan Data Ekonomi “Time Series Data” 158
C. DAFTAR PUSTAKA
I. Bacaan Wajib: 1. Ragnar Nurse., “Problem of Capital Formation in Underdeveloped
Countries”, Oxford University Press, New York
2. Ace Partadiredja.,”Pengantar Ekonomika (Edisi ke-3)”, Bagian Penerbitan
Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.
3. Boediono.,”Synopsis Pengantar Ilmu Ekonomi: Bagian Dua (Teori Makro)”,
Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.
viii
4. Lipsey, Richard G and Peter O. Steiner.,”ECONOMICS”,Second Edition,
Harper Row Publishers, New York 1984. Atau Sixth Edition, 1981 atau Eight
Edition, 1988.
5. Samuelson, Paul A.,”ECONOMICS”, Eleventh Edition, McGraw-Hill
Kogakusha Ltd, Tokyo 1980.
6. Wonnacott, Paul and Ronald Wonnacott.,” ECONOMICS”, McGraw-Hill
Kogakusha Ltd, Tokyo 1979.
7. Sukirno, Sadono.,”PENGANTAR TEORI MAKROEKONOMI”, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta 1981.
8. Pertadiredja, Ace.,”PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL”, LP3ES,
Jakarta 1978.
9. Diulio, Eugene A.,”MACROECONOMIC THEORY” ( Schaum’s Outline
Series ), McGraw-Hill Book Company, Singapore 1983.
10. Soediyono, R. DR. MBA.,”EKONOMI MAKRO: ANALISA IS-LM DAN
PERMINTAAN-PENAWARAN AGREGATIF”,Liberty: Yokyakarta 1983.
II. Bacaan Pendukung/Tambahan:
11. Sumitro Djojohadikusumo., “Ekonomi Pembangunan”, PT. Pembangunan
Jakarta.
12. Winardi., “Pengantar Ekonomi Pembangunan”., CV. Transito Bandung.
13. Charles P. Kindleberger., “Economic Development”, McGraw Hill-Book
Company, Inc New York.
14. Albert O. Hirschman., “The Strategy of Economic Development”, Yale
University Press Inc, New York.
15. N.S. Buchanan and H.S. Ellis., “Approaches to Economic Development”, The
Twentieth Century Funed Inc, New York.
16. Richard T. Gill., “Economic Development: Past and Present, Prentice-Hill Inc,
New Jersey.
17. G.M. Meier and R.E. Baldwin.,” Economic Development”, John Wiley &
Sons Inc, New York.
18. Ragnar Nurse., “Problem of Capital Formation in Underdeveloped
Countries”, Oxford University Press, New York.
19. W.W. Rostow., “The Stage of Economic Growth”, Cambridge ( Terjemahan
Azwar, Tahap-Tahap Pembangunan Ekonomi ).
20. W. Arthur Lewis., “The Theory of Economic Growth”, George Allen &
Unwin Ltd., London.
21. W. Arthur Lewis., “The Principles of Economic Planning”, George Allen &
Unwin Ltd, London.
22. W.J. Baumol and L.V. Chandler., “Economic Process and Policies”, Harper &
Unwin Ltd, London.
23. Henry H. Villard., “Economic Development”, Holt Pinehart and wiston Inc,
New York.
24. Gerald M. Meier (editor)., “Loading Issues in Economic Development”,
Oxford University Press Inc, Stanford.
ix
25. Departement Penerangan RI., REPELITA dan REALISASI PELITA: Pertama
s/d Keempat, Jakarta.
26. Sumitro Djojohadikusumo., “Indonesia Dalam Perkembangan Dunia”: Kini
dan Masa Mendatang, LP3ES, Jakarta.
27. Ace Partadiredja.,”Pengantar Ekonomika (Edisi ke-3)”, Bagian Penerbitan
Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.
28. Boediono.,”Synopsis Pengantar Ilmu Ekonomi: Bagian Dua (Teori Makro)”,
Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.
29. Boediono.,”Teori Pertumbuhan Ekonomi: Seri Synopsis Pengantar Ilmu
Ekonomi No.4”, BPFE-UGM.
30. Sadono Sukirno.,”Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar
Kebijaksanaan”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
31. Gregory Grossman ( alih bahasa: Anas Sidik ).,”Sistem-Sistem Ekonomi”,
Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
32. Michael P. Todaro ( alih bahasa: Burhanuddin Abdullah ).,”Pembangunan
Ekonomi Di Dunia Ketiga, Jilid I, edisi ketiga, Penerbit PT.Gramedia,
Jakarta.
33. Thee Kian Wie.,”Pembangunan Ekonomi Dan Pemerataan: Beberapa
Pendekatan Alternatif, LP3ES Jakarta.
34. W. Arthur Lewis (Terjemahan: G. Kartasaputra & E.
Komaruddin).,”Perencanaan Pembangunan: Dasar-Dasar Kebijakan
Ekonomi”, Penerbit Aksara baru, Jakarta.
35. Ace Partadiredja., “Pengantar Ekonomika”, bagian penerbitan Fakultas
Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Edisi ketiga, 1982.
36. Vincent Gaspersz, “Ekonomi Manajerial Penerapan Konsep-Konsep Ekonomi
Dalam Manajemen Bisnis Total”,hal 287, Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta 1996
37. Robert Y. Awh., Microeconomic: Theory and Aplication, Santa Barbara: John
Wiley & Sons, Inc., 1976, hal 4. (Dalam Dr. Soediyono R, MBA., “Ekonomi
Mikro: Perilaku Harga Pasar Dan Konsumen”., Liberty, Yokyakarta, 1981.).
38. Dr. Soediyono, R. MBA., “Teori Ekonomi Mikro: Perilaku Harga Pasar Dan
Konsumen”, Penerbit Liberty, Yokyakarta 1981.
39. Robert Haney Scott., The Pricing System. San Fransisco: Holdenday, 1973,
hal 6. (Dikutip dalam Dr. Soediyono. R. MBA., “Ekonomi Mikro: Perilaku
Harga Pasar Dan Konsumen”, Liberty, Yokyakarta 1981).
40. E, Chamberlin, Theory of Monopolistic Competition, harvard University
Press, Chamberlin Mass, 1933.
41. J. Robinson, The Economic of Imperfect Competition (Mc Millan, 1933).
42. J. Bertrand, Theorie Mathematique de la Richesse Sosiale, Journal des
Savants, 1883, Paris.
43. P. Sweezy, Demand Under Conditions of Oligopoly, Journal of Political
Economy, 1939.
44. H. Von Stackelberg, The Theory of the Market Economy, Trans. A.t. Peacock
(London, 1952).
45. W. Fellner, Competition among the few, New York, konpf, 1949.
Bahan Kuliah ke 1 dan 2
BAB I
PENDEKATAN EKONOMI MAKRO
Sub Pokok Bahasan:
1. Mashab Klasik: Asal Kata Ilmu Ekonomi 2
2. Timbul Masalah Ekonomi 2
3. Definisi Ilmu Ekonomi 2
4. Masalah Pokok Ekonomi 4
5. Jenis-jenis organisasi ekonomi/ruang lingkup ekonomi 5
6. Kelompok Ilmu Ekonomi 6 7. Pelaku-pelaku Ekonomi Dan Jenis-jenis Pasar Ekonomi 7
8. Sasaran Dan Analisa Ilmu Ekonomi 11
9. Aktivitas Pelaku Ekonomi Secara Agregatif 21
2
1. Mashab Klasik: Asal Kata Ilmu Ekonomi
Kenapa Mempelajari Ilmu Ekonomi ? Banyak alasan yang dapat dikemukakan
kenapa kita mempelajari ilmu ekonomi. Dengan mempelajari ilmu ekonomi, keputusan-
keputusan yang dapat diambil dapat menjadi lebih efektif dan pandangan-pandangan kita
tentang persoalan-persoalan sosial ekonomi dapat menjadi lebih layak dan berimbang dan
efektif dalam melakukan suatu keputusan. Ilmu khususnya diartikan sebagai suatu
kerangka pengetahun yang sudah disusun secara sitematis. Sedangkan Ilmu Ekonomi
(economics) dapat diartikan sebagai kerangka pengetahun di bidang ekonomi yang sudah
disusun secara sitematis. Kata Ekonomi itu berasal dari bahasa latin, yaitu:
Oiku = Rumah tangga/keluarga
Nomos = Pengelolaan/manajemen
Dengan demikian dapatlah diartikan bahwa Ilmu Ekonomi itu sebagai ilmu yang
mengelola kebutuhan rumah tangga/keluarga”. Ilmu ekonomi sudah ada semenjak
manusia ada Ekonomi baru dapat dikatakan sebagai ilmu pad abad 18, yaitu pada zaman
Mashab Klasik dengan Adam Smith sebagaimana yang telah dibahas diatas pada bagian
pendahuluan.
2. Timbul Masalah Ekonomi
Ada hal yang menyebabkan timbulnya masalah ekonomi dalam masyarakat, yaitu:
1. Adanya kebutuhan manusia
2. Pemuas kebutuhan
Disatu fihak terdapat suatu keadaan dimana jumlah kebutuhan manusia yang
hidup didunia ini tidak terbatas banyaknya. Manusia tidak pernah merasa puas dengan
apa yang telah mereka peroleh dan mereka capai. Kalau keinginan-keinginan pada masa
lalu telah tercapai, maka berbagai keinginan-keinginan baru akan timbul dan terulang
terjadinya. Salah satu sifat penting dalam hidup manusia adalah bahwa mereka akan
selalu mempunyai keinginan untuk memcapai kesejahteraan yang lebih tinggi daripada
yang telah dicapai sekarang. Dipihak lain faktor-faktor produksi ( Land, Capital, Labour
Dan Entrepreneour ) yang dapat digunakan oleh manusia untuk menyediakan berbagai
alat pemuas berbagai kebutuhan mereka sangat terbatas jumlahnya. Oleh kerenanya
barang-barang dan jasa-jasa yang dapat diciptakan oleh faktor produksi yang tersedia
jauh lebih sedikit daripada jumlah kebutuhan-kebutuhan manusia. Didasari oleh kedua
keadaan yang bertentangan inilah telah menyebabkan timbulnya berbagai masalah
ekonomi didalam masyarakat.
3. Definisi Ilmu Ekonomi
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu
yang mempelajari kegiatan-kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Bermula
dari berbagai definisi yang diberikan oleh ahli-ahli terdahulu, dan dari definisi mereka-
3
mereka tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan berupa definisi yang lebih mudah untuk
difahami guna menggalang situasi sekarang. Definisi ilmu ekonomi oleh ahli-ahli
tersebut sebagai berikut:
Adam Smith: Ilmu ekonomi sebagai ilmu yang menyelidiki sifat-sifat dan sebab-sebab dari
kemakmuran.
John Stuart Mills: Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang produksi dan distribusi untuk
mencapai kemakmuran.
Alfred Marshall:
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tindakan-tindakan manusia baik secara
individu maupun secara kolektif yang erat hubungannya dengan pemakaian dan produksi
benda-benda material.
J.R. Hicks:
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam peristiwa-peristiwa
bisnis.
Jacoub Viner:
Ilmu ekonomi sebagai ilmu yang mempelajari apa-apa yang dibuat oleh para ekonom.
Dalam buku “Economic”, edisi kesebelas, Samuelson menyalin beberapa definisi ilmu
ekonomi sebagai berikut:
1. Ilmu ekonomi atau Ilmu politik ( political economy ) adalah ilmu yang
mempelajari transaksi-transaksi pertukaran sesama manusia baik transaksi-
transaksi dengan menggunakan uang atau tanpa menggunakan uang sebagai
alat tukar.
2. Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memilih
untuk memanfaatkan sumber daya produktif ( Land, Capital seperti mesin ,
labor dan pengetahuan teknis ) untuk menghasilkan berbagai barang-barang
dan kemudian mendistribusikan barang-barang tersebut kepada berbagai
anggota masyarakat untuk konsumsi mereka.
3. Ilmu ekonomi adalah ilmua yang mempelajari manusia dalam kehidupan yang
biasa, bagaimana mereka memperoleh penghasilan dan menikmati kehidupan.
4. Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia melakukan
usaha mengorganisir kegiatan-kegiatan konsumsi dan kegiatan-kegiatan
produksi.
5. Ilmu ekonomi adalah ilmu tentang kekayaan.
4
6. Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana memperbaiki
masyarakat dan membuat peradaban ramah tamah (human civilization) dapat
terlaksana.
Kalau diperhatikan difinisi-definisi yang dikutip tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
ilmu ekonomi itu menyangkut manusia dengan segala macam persoalan kebutuhannya
dan bagaimana memuaskan kebutuhan tersebut dengan benda-benda pemuas kebutuhan
yang ada1). Berdasarkan kepada corak masalah ekonomi yang dihadapi oleh setiap
masyarakat, dimana ahliahli mendefinisikan ilmu ekonomi sebagai berikut2)..
“Suatu ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia secara individu atau
bersama-sama, dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang terbatas jumlahnya
untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan”.
Dari pengertian dan definisi diatas, jelas bahwa ilmu ekonomi membahas tentang
manusia sebagai pelaku ekonomi dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi guna
menghasilkan kebutuhan manusia tersebut. Dalam hal yang demikian itu, tersirat
beberapa pengertian-pengertian tententu yang harus difahami terlebih dahulu. Pengertian-
pengertian yang dimaksud tersebut diantaranya tentang “pelaku-pelaku ekonomi dan
faktor-faktor produksi”. Sebelum masuk pada pemahaman pengertian-pengertian
tersebut, kita masuk dulu peda berbagai pegertian lainnya yang juga dapat akan
mempertajam/memperkuat pengertian yang kita tuju.
4. Masalah Pokok Ekonomi
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai corak yang sebenarnya
dari masalah ekonomi yang dihadapi setiap masyarakat, nampaknya kita tidak bisa
terlepas/terhindar dari pengertian lima masalah pokok ekonomi yang terdapat/terjadi
dalam masyarakat, yaitu:
1. Apa jenis barang-barang dan jasa-jasa yang harus diproduksi ( What to
produce )
2. Bagaimana cara memanfaatkan faktor-faktor produksi yang tersedia untuk
menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut ( How shall goods and
services be produced )
3. Untuk siapa barang-barang dan Jasa-jasa itu dihasilkan ( for whom shall
goods and services be produced )
4. Kapan barang-barang dan jasa-jasa tersebut dihasilkan supaya dapat mencapai
efisiensi yang lebih tinggi ( when shall goods and services be produce
1). Alfian Lains., Pengantar Teori Ekonomi Makro., Univesitas Andalas Padang, 1987., hal 12. 2). Sadono Sukirno., “Pengantar Teori Makroekonomi”., LPFE-IU, 1981., hal 48.
5
5. Dimana barang-barang dan jasa-jasa tersebut dihasilkan agar dapat mengatasi
masalah kenaikan harga ( where shall goods and services be produced )
5. Jenis-jenis organisasi ekonomi/ruang lingkup ekonomi
Setiap perekonomian menghadapi masalah-masalah pokok, akan tetapi dalam hal
mengatasi masalah-masalah tersebut tersebut digunakan cara-cara yang berbeda.
Perbedaan cara tersebut disebabkan karena perbedaan organisasi ekonomi yang
diciptakan didalam masyarakat. Secara garis besar organisasi ekonomi dibedakan dalam
empat jenis, yaitu:
Organisasi Ekonomi Ruang Lingkup Ekonomi
1. Perekonomian Subsisten
Free enterprice economy
2. Perekonomian Pasar
3. Perekonomian Perencanaan Socialized economy
4. Perekonomian Campuran Mixed economy
Ad.1. Perekonomian subsisten
Perekonomian Subsistance adalah suatu organisasi ekonomi dimana tiap keluarga
yang ada didalamnya menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa untuk kebutuhannya
sendiri. Teknologi yang digunakan biasanya sederhana sekali sehingga produktivitas
yang dihasilkan/dicapai rendah sekali. Sebagai akibatnya tingkat produksi hanya cukup
sekedar memenuhi kebutuhan pokok (basic need) untuk setiap keluarga.
Ad.2. Perekonomian Pasar
Dalam perekonomian pasar kegiatan produksi yang dilakukan oleh setiap
produsen bukanlah untuk digunakan sendiri, melainkan juga untuk orang lain atau dijual
pada pasar daripada produksi tersebut. Besar kecilnya permintaan yang terdapat dalam
pasar merupakan salah satu faktor utama menentukan tingkat produksi yang akan
dilakukan para produsen. Dengan demikian keadaan-keadaan dipasar merupakan
pengatur dari tingkat kegiatan produksi yang harus dicapai dari berbagai jenis kegiatan
ekonomi. Sestem ekonomi seperti itu dikendalikan oleh “Mekanisme harga” ( price
mecanism). Dinamakan perkonomian pasar atau perekonomian kapitalisme (capitalized
economy ).
6
Ad.3. Perekonomian Perencanaan
Perekonomian perencanaan berkembang sebagai akibat ketidakpuasan kelancaran
perekonomian pasar. Dalam kenyataanya, perekonomian pasar dapat berakibat buruk
kepada masyarakat, sehingga jumlah maupun jenis barang-barang dan jasa-jasa yang
dihasilkan ditentukan oleh pemerintah. Untuk maksud ini, biasanya dibuat semacam jenis
rencana ekonomi ( seperti di Indonsia dikenal dengan nama Repelita ), sehingga
mempermudah membuat ramalan (forecasting) yang mendekati kebenaran tentang
keadaan masa mendatang.
Ad.4. Perekonomian Campuran
Perekonomian campuran adalah organisasi yang wujud atau yang paling banyak
dipagai/digunakan berbagai negara. Dalam hal ini pemerintah ikut serta ( campur tangan )
menentukan cara-cara mengatasi masalah pokok ekonomi yang dihadapi masyarakat,
sehingga pemerintah mengharapkan agar susunan produksi nasional (national production)
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, faktor-faktor produksi yang digunakan efisien,
distribusi pendapatan lebih merata dan perkembangan ekonomi yang mantap dari masa
ke masa dapat diciptakan. Kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan dalam pada sistem
ekoomi seperti ini adalah: Kegiatan produksi, kegiatan konsumsi dan kegiatan
pertukaran. Adapun untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan melalui cara-cara sebagai
berikut:
a. Membuat peraturan-peraturan, seperti peraturan untuk menghilangkan atau
mengurangi hambatan-hambatan persaingan sehat.
b. Secara langsung ikut serta dalam kegiatan-kegiatan ekonomi, seperti pendirian
perusahaan-perusahaan yang menyediakan barang-barang dan jasa-jasa penting dalam
kehidupan masyarakat. Contoh diantaranya itu adalah
pendirian/pengadaan/pembenahan infrastruktur ekonomi seperti PAM, PLN dan
PJKA.
c. Melaksanakan berbagai aktivitas kebijaksanaan ekonomi yang diperlukan dalam
mengatur/mengendalikan pelaku-pelaku ekonomi dalam masyarakat dan atau suatu
negara, seperti kebijaksanaan yang bersifat mikro mengenai peraturan-peraturan
pemerintah pada bidang-bidang tertentu dan atau kebijaksanaan makro
perekonomian seperti Kebijaksanaan Moneter, Fiskal dan Perdagangan luar negeri.
6. Kelompok Ilmu Ekonomi
Dalam ilmu ekonomi biasanya hanya dibagi kedalam tiga kelompok dasar, yaotu
kelompok ekonomi diskriptif, kelompok teori ekonomi dan kelompok ekonomi terapan
sebagai berikut3).
3). Dr. Soediyono. R., MBA., “Ekonomi Mikro: Pelaku Harga Pasar Dan Konsumen”, Penerbit Liberty,
Yokyakarta, 1981., hal 2-5.
7
1. Ekonomi Diskriptis (Descriptive economics), dimana yang menjadi sasaran pokok
adalah mengumpulkan keterangan-keterangan aktual, fakta, kenyataan yang relefan
mengenai atau yang ada kaitannya dengan masalah ekonomi.
2. Teori Ekonomi (Economic theory/Economic principles), Dan kalau saja dipisahkan
teori ekonomi tersebut, maka pecahan utama setelah teori ekonomi tersebut adalah:
Teori Ekonomi Mikro (Microeconomic theory) dan Teori Ekonomi Makro
(Macroeconomic theory). Tugas utamanya adalah mencoba menerangkan secara
umum perilaku sistem perekonomian. Apabila yang merupakan materi pembahasan
adalah perilaku pelaku-pelaku ekonomi yang berada dalam sistem perekonomian
secara individu-individu, maka teori ekonomi ini dikatagorikan sebagai teori ekonomi
mikro. Selanjatnya, apabila yang merupakan materi pembahasan adalah mekanisme
bekerjanya perekonomian sebagai suatu keseluruhan, maka teori ini akan
dikatagorikan sebagai Teori ekonomi makro.
3. Ekonomi Terapan (Applied economics), ialah menggunakan hasil-hasil pemikiran
yang terkumpul dalam teori ekonomi untuk menerangkan keterangan-keterangan
yang dikumpulkan oleh ekonomi diskriptif atau lebih tegasnya bahwa yang menjadi
sasaran utama adalah pemanfaatan daripada teori ekonomi sesuai obyek yang menjadi
tujuan pembahasan.
Kalau dipecahkan lagi lebih lanjut kelompok Ilmu ekonomi selain yang sudah
dipecahkan tiga diatas, maka khususnya aplikasi yang menyangkut atau berupa pecahan-
pecahan lebih lanjut dari Microeconomic antara lain: Ekonomi Manajemen, yaitu yang
mengatur/mengontrol jalannya berbagai bisnis yang dilakukan. Ekonomi Akuntansi, yaitu
yang mengarah pada penyusunan pos-pos transaksi yang dilakukan dalam bisnis.
Ekonomi Manajerial, yaitu membahas tentang perilaku dari pada pelaku-pelaku ekonomi
yang berorientasi pada pertimbangan untung rugi suatu bisnis. Contoh yang sederhana
adalah berupa pembahasan mengenai produksi, konsumsi dan pertukaran. Ekonomi/Studi
Kelayakan Bisnis, yaitu bertujuan untuk menguji layak atau tidaknya suatu bisnis tersebut
dilakukan. Ekonomi Transportasi, yaitu berorientasi pada masalah pengaturan tentang
arus bisnis yang bersifat jasa, dan lain sebaginya. Sedangkan yang merupakan pecahan
lebih lanjut dari Macroeconomics antara lain: Ekonomi Moneter, yaitu yang membahas
tentang masalah Uang dan Bank;. Ekonomi Internasional, yang membahas tentang
masalah perdagangan luar negeri. Ekonomi Pembangunan, yaitu membahas tentang
masalah ekonomi suatu negara berhasil/terjadi atau tidaknya pembangunan ekonomi yang
dilakukan dinegara tersebut, dan lain-lain sebagainya.
7. Pelaku-pelaku Ekonomi Dan Jenis-jenis Pasar Ekonomi
Microeconomic dan Macroeconomic mempunyai sasaran sama, yaitu
mempelajari dan mencoba menerangkan pelaku-pelaku ekonomi yang ada, hanya saja
analisanya yang berbeda sesuai prinsip teorinya masing-masing.
8
Pelaku-Pelaku Ekonomi Jenis-jenis Pasar Ekonomi
1. Rumah tangga keluarga (house hold) Pasar barang (pasar komoditi)
2. Rumah tangga perusahaan (firm) Pasar Uang
3. Rumah tangga pemerintah Tenaga Kerja
4. Lembaga-lembaga keuangan Pasar Modal (luar negeri)
5. Negara-negara lain
Ad.1. Rumah Tangga Keluarga:
Dalam literatur kelompok pelaku-pelaku ekonomi ini biasa disebut sebagai
household, yang dapat berupa organisasi keluarga atau dapat pula berupa orang
perorangan. Orang atau perorangan kita anggap sebagai rumah tangga keluarga yang
beranggotakan tunggal. Kegiatan-kefgiatan ekonomi yang dilakukan pada pokoknya
meliputi:
1. Menjual atau menyewakan sumber-sumber daya yang mereka miliki dengan
mendapatkan berupa penghasilan berupa: upah, gaji, sewa, bunga atau lab
sebagai hasil penjualan atau hasil menyewakan sumber-sumber daya mereka.
2. Membayar pajak yang merupakan suatu kewajiban kepada negara.
3. Membeli dan mengkonsumsi barang-barang dan jasa-jasa pribadi yang
dihasilkan oleh rumah tangga perusahaan.
4. Memanfaatkan jasa pemakaian barang-barang publik yang disediakan oleh
pemerintah
5. Menyisihkan sisa dari penghasilan tersebut untuk ditabung pada lembaga
keuangan.
6. Masuk dalam pasar sebagai “peminta” (demanders”, karena kebutuhan
mereka akan uang tunai misalnya transaksi sehari-hari.
Ad.2. Rumah Tangga Perusahaan:
Kelompok ini termasuk semacam kelompok produsen. Pelaku-pelaku ekonomi
yang tergolong dalam kaytagori ini mempunyai bentuk yuridis yang bermacam-macam.
Ada yang berbentuk perseroaan terbatas, persekutuan komnaditer, persekutuan dengan
sebutan firma, perusahaan perseorangan, perusahaan negara, koperasi dan sebagainya.
Rumah tangga perusahaan yang disingkat disebut dengan sebutan produsen, perusahaan
atau badan usaha melaksanakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang pada dasarnya
meliputi:
1. Membeli/menyewa/menggunakan faktor-faktor produksi dan sumber-sumber
daya yang dimiliki kelompok rumah tangga dan rumah tangga pemerintah
untuk proses produksi.
2. Membayar pajak kepada pemerintah, berupa kewajiban, atas penggunaan
saran dan prasarana dalam aktivitas produksi yang dilakukannya.
9
3. Memproduksi dan menjual barang-barang/jasa-jasa (sebagai supplier di pasar
barang) kepada rumah tangga keluarga, rumah tangga pemerintah, dan juga
kepada rumah tangga sesama rumah tangga perusahaan.
4. Memanfaatkan barang-barang publik yang dihasilkan pemerintah.
5. Menentukan pembelian barang-barang modal dan stok barang-barang lain
(selaku investor, masuk dalam pasasr barang sebagai demander).
6. Meminta kredit dari lembaga keuangan untuk membiayai investasi mereka
(sebagai demander di pasar uang).
Ad.3. Rumah Tangga Pemerintah
Pelaku ekonomi ini sering juga disebut sebagai sebutan sedarhana saja, yaitu
pemerintah. Kegiatan-kegiatan ekononi yang dilakukan oleh pemerintah ini pada
dasarnya meliputi:
1. Membeli sumber-sumber daya (untuk sistem perekonomian terutama yang
berupa sumber daya manusia), barang-barang dan jasaq-jasa dari rumah
tangga keluarga dan rumah tangga perusahaan.
2. Dengan sumber-sumber daya, barang-barang dan jasa-jasa yang dibelinya,
rumah tangga pemerintah menghasilkan serta menjadikan jasa-jasa barang-
barang publik untuk dapat dimanfaatkan oleh rumah tangga keluarga dan
rumah tangga perusahaan.
3. Memungut pajak ( langsung dan Tak langsung ) dari rumah tangga keluarga
dan rumah tangga perusahaan dengan maksud antara lain membiaya
pembelian barang-barang, jasa-jasa serta sumber-sumber daya yang
diperlukan pada butir satu diatas.
4. Bertindak sebagai pengatur perekonomian, sehingga pemerintah
berkewajiban: mengusahakan pembagian pendapatan nasional yang adil,
mengusahakan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kesempatan kerja yang
tinggi, mengusahakan tingkat harga yang relatif stabil dan mengusahakan
pertumbuhan ekonomi yang memadai.
5. Meminjam uang dari luar negeri guna meningkatkan aktivitas masyarakat
banyak secara nasional serta menghidupkan aktivitas atau kegiatan ekonomi
dalam masyarakat.
6. Menyediakan kebutuhan uang (chartal) bagi masyarakat (sebagai supplier di
pasar uang).
Ad.4. Kelompok Lembaga Keuangan
Kelompok lembaga keuangan ini bisa saja berperan sebagai domestik dan asing
dari: Kelompok rumah tangga perseorangan, pemerintah dan negara luar. Aktivita
ekonomi yang dilakukannya luas sekali, antara lain yang mengangkut sebagai lembaga
moneter saja adalah:
10
1. Menerima simpanan dari sektor rumah tangga keluarga, rumah tangga
perusahaan, pemerintah dan juga sesama lembaga keuangan (sebagai
demander dalam pasar uang)
2. Menyediakan semacam pinjaman/kredit kepada kelompok rumah tangga
keluarga, rumah tangga perusahaan, pemerintah dan juga sesama lembaga
keuangan (sebagai supplier dalam pasar uang ).
Ad.5. Negara-negara lain
Kelompok ini juga mempunyai skop yang luas sekali atau yang bersifat
internasional. Negara yang mempunyai sistem ekonomi terbuka, maju mundurnya
aktivitas dalam negeri tidak terlepas juga dari pengaruh luar negeri. Oleh karena itu
negara luar atau negara-negara lain ini juga merupakan pelaku-pelaku ekonomi. Kegiatan
yang dilakukannya meliputi antara lain:
1. Menyediakan kebutuhan barang impor (sebagai suplier di pasar barang)
2. Membeli hasil-hasil ekspor kita
3. Menyediakan kredit untuk pemerintah dan swasta
4. Membeli dari pasar barang untuk kebutuhan cabang perusahaannya, umpama
di Indonesia (sebagai investor)
5. Masuk kedalam pasar uang dalam negeri sebagai penyalur uang (devisa) dari
luar negeri (sebagai suplier dana), dan sebagai peminta kredit dan uang chartal
rupiah untuk kebutuhan cabang-cabang perusahaan mereka di Indonesia
(sebagai demander akan dana). Jadi negara-negar lain secara singkatnya
adalah juga sebagai penghubung pasar uang dalam dan luar negeri.
Kegiatan dari kelima pelaku-pelaku ekonomi yang bersangkutan mempunyai
kaitan dengan “Empat Jenis Pasar”, yaitu:
1. Pasar barang/pasar komoditi
2. Pasar Uang
3. Pasar Tenaga Kerja
4. Pasar Modal
Ad. 1. Pasar barang.
Di pasar barang, permintaan ( total dari masyarakat ) akan barang-barang dan
Jasa-jasa dalam suatu periode.
Ad. 2. Pasar Uang.
Di Pasar Uang, permintaan ( atau kebutuhan ) masyarakat akan uang ( Chartal &
Giral ) bertemu dengan jumlah uang ( Chartal & Giral ) yang beredar.
11
Ad. 3. Pasar Tenaga Kerja.
Di Pasar Tenaga Kerja, permintaan ( kebutuhan ) total Tenaga Kerja dari sektor
dunia usaha/pemerintah , bertemu dengan jumlah angkatan kerja yang tersedia
pada waktu itu.
Ad. 4. Pasar Luar Negeri.
Di Pasar Luar Negeri, permintaan dunia akan hasil-hasil ekspor kita bertemu
dengan penawaran hasil-hasil tersebut yang disediakan oleh para eksportir kita.
Dan permintaan ( kebutuhan ) negara akan barang impor, bertemu dengan
penawaran barang-barang oleh luar negeri ( supply barang-barang impor ).
8. Sasaran Dan Analisa Ilmu Ekonomi
Pada dasarnya teori ekonomi menjelaskan kepada kita tentang perilaku
(behaviour) dari unit-unit ekonomi dalam rangka pemenuhan kebutuhannya. Kebutuhan
unit ekonomi itu adalah beragam menurut bentuk, waktu dan tempat. Perbedaan bentuk
unit ekonomi akan menyebabkan perbedaan kebutuhannya. Begitu juga halnya dengan
perbedaan waktu dan tempat. Unit ekonomi yang berada didaerah tropis akan berbeda
kebutuhannya dengan unit ekonomi yang terletak didaerah utara atau daerah selatan.
Tidak jarang pula dijumpai keragaman kebutuhan, walau unit ekonomi itu mempunyai
bentuk, waktu dan tempat yang sama.
Ada dua bentuk unit ekonomi pada umumnya, yaitu konsumen dan produsen.
Konsumen adalah penghasil barang-barang dan jasa-jasa sedangkan konsumen adalah
unit ekonomi yang membutuhkannya atau mengkonsumsinya. Jumlah produksi dan
konsumsi haruslah sama. Gangguan akan terjadi bilamana jumlah produksi dengan
konsumsi tidak sama. Gangguan ini dapat bersifat sementara dan dapat pula untuk masa
yang lebih panjang. Namun pada dasarnya secara keseluruhan unit ekonomi yang ada,
gangguan itu hanyalah bersifat sementara saja. Gangguan pada suatu waktu tertentu dapat
dihilangkan oleh waktu lain, sedangkan gangguan pada satu tempat (negara) tertentu akan
dapat dihilangkan oleh tempat (negara) lain. Misalnya kekurangan beras di Indonesia
dapat dipenuhi dengan mendatangkannya dari negara lain. Kelebihan produksi beras pada
tahun ini dapat digunakan untuk konsumsi tahun depan dan sebagainya.
Ditinjau dari segi waktu juga terjadi keragaman kebutuhan konsumen. Kebutuhan
pada waktu musim dingin berbeda dengan kebutuhan pada musim panas. Kebutuhan pada
hari lebaran atau hari raya berbeda pula dengan kebutuhan pada hari-hari biasa.
Kebutuhan pada waktu bersekolah berbeda dengan kebutuhan pada waktu libur.
Kebutuhan pada waktu anak-anak berbeda dengan kebutuhan pada saat telah menjadi
dewasa atau menjadi tua. Banyak lagi contoh yang dapat dikemukakan namun cukup
jelas barangkali pengaruh waktu terhadap kebutuhan unit-unit ekonomi yang ada.
Selanjutnya, faktor tempat juga berpengaruh terhadap jumlah dan macam
kebutuhan. Penduduk yang berlokasi didaerah musim akan berbeda dengan mereka yang
tinggal di daerah tropis. Begitu juga halnya dengan penduduk yang tinggal di kota akan
12
berbeda kebutuhannya dengan masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan. Tidak hanya
sampai disini saja, tetapi banyak lagi faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi
kebutuhan seseorang atau sebuah rumah tangga. Agaknya mungkin falsafah
Minangkabau yang berbunyi “Bayang-bayang sepanjang badan” dapat mengungkapkan
suatu kenyataan bahwasanya kebutuhan seseorang dipengaruhi oleh kemampuannya
untuk menghasilkan. Ungkapan seperti yang demikian itu nampaknya persis sama dengan
teori dasar klasik yang bernama “Hukum Say” (Say’s Low) yang menyimpulkan bahwa
“pengeluaran haruslah sama dengan penerimaan”. Jadi pengeluaran ditentukan oleh
jumlah yang dihasilkan4).
Pada zaman dahulu kala, atau pada masyarakat suku terasing hukum tersebut
mudah sekali dilihat dari kenyataan. Penduduk hanya memakan atau memakai apa yang
dapat dihasilkannya sendiri atau apa yang dapat dihasilkan oleh keluarganya sendiri.
Tetapi, kemajuan telah menyebabkan kebutuhan orang menjadi beragam dan dengan
demikian terjadi pembahagian kerja diantara kelompok masyarakat yang ada. Pembagian
kerja menyebabkan terjadinya pertukaran dan dengan demikian muncullah pasar yang
menjadi perantara antara yang membutuhkan dan yang menghasilkan.
Pembahagian kerja semakin lama semakin meluas dan terperinci sekali. Berbagai
jenis barang-barang dan jasa-jasa dihasilkan. Maka yang menjadi persoalan adalah
macam barang apa yang akan dihasilkan, berapa jumlahnya dan untuk siapa
dihasilkan. Untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan pengetahuan mengenai perilaku
setiap orang dalam cara pemenhuhan kebutuhannya. Perilaku itu dapat menjawab ketiga
pertanyaan tersebut. Inilah sebenarnya yang menjadi sasaran teori ekonomi, yaitu suatu
ilmu yang mempelajari perilaku orang per orang atau masyarakat dalam pemenuhan
kebutuhannya.
Kedua kelompok teori ekonomi mikro dan makro mempunyai sasaran yang sama,
yaitu mempelajari dan mencoba menerangkan perilaku unit ekonomi yang ada sesuai
dengan prinsip teori. Dia mencoba menerangkan perilaku unit ekonomi sedemikian rupa
sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh setiap individu yang menginginkannya.
Cakupannya adalah seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena luasnya cakupan tersebut,
maka ada bagian-bagian tertentu dari pelaku tersebut yang harus dikeluarkan dari kotak
penerangan (kotak teori).
Penerangan perilaku tertentu seperti cara pemenuhan kebutuhan, cara berproduksi
dan sebagainya yang disebut sebagai teori. Teori konsumsi adalah perilaku seseorang
atau sekelompok orang atau seluruh lapisan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya.
Demikian juga halnya dengan teori berproduksi yang mencakup perilaku seseorang atau
sekelompok unit penghasil atau seluruh lapisan kelompok unit penghasil. Semakin
sederhana sebuah teori semakin mudah untuk difahami atau semakin banyak pula
keragaman perilaku yang harus dikurangi atau sebaliknya semakin ruwet sebuah teori
semakin sedikit keragaman yang harus dikeluarkan dan semakin sulit dipelajari.
Kesederhanaan dan keruwetan sebuah teori menunjukan pula tingkatan
kesesuaiannya dengan perilaku yang sebenarnya terjadi atau ada dalam kehidupan sehari-
hari. Semakin ruwet sebuah teori semakin dekat teori tersebut kepada kenyataan, sebab
semakin banyak ragam perilaku yang masuk kedalamnya. Sebaliknya semakin sederhana
sebuah teori semakin jauh dari kenyataan. Oleh karena itu untuk menutup ruang (gap)
4). Prof. Syahruddin, MA., “Teori Ekonomi Makro”., Universitas Andalas, Padang 1992., hal 2.
13
antara teori dengan kenyataan disusunlah sejumlah andaian atau anggapan yang didalam
bahasa Inggerisnya disebut sebagai assumption.
Setiap teori biasanya menyebutkan anggapan-anggapannya. Semakin banyak
anggapan yang mendampingi sebuah teori semakin jauh teori itu dari kenyataan dan
sebaliknya semakin sedikit anggapan yang digunakan akan semakin dekat dengan
kenyataan. Dipihak lain semakin sedikit anggapan semakin sulit teori itu diterangkan dan
sebaliknya. Untuk kebijaksanaan yang operasional diperlukan anggapan yang paling
sedikit dan jika perlu, tidak ada anggapan sama sekali. Inilah sebenarnya yang sulit
digapai oleh banyak ahli ekonomi kita dewasa ini. Sehingga dengan demikian seringkali
dikatakan bahwa “teori tidak berlaku”, pada mereka beranjak dari yang sederhana dengan
banyak anggapan.
Lalu sekarang sampailah saatnya menjelaskan perbedaan antara Ekonomi Mikro
dengan Ekonomi Makro. Sebagaimana yang telah disinggung diatas, bahwa teori
ekonomi bertujuan menjelaskan perilaku unit ekonomi yang ada dalam melaksanakan
tugasnya masing-masing. Ada dua tugas unit ekonomi, yaitu menghasilkan barang-
barang dan jasa-jasa, dan dipihak lain mengkonsumsinya. Penghasil disebut sebagai
produsen, sedangkan yang mengkonsumsi disebut sebagai konsumen. Produsen dan
konsumen bisa dikerjakan oleh orang yang bersamaan seperti petani yang menghasilkan
padi atau gabah untuk kebutuhannya sendiri dan dapat pula merupakan dua badan yang
terpisah. Orang atau badan pertama bertujuan sebagai konsumen saja, sedangkan orang
atau badan lain bertindak sebagai konsumen saja misalnya pegawai negeri, buruh pabrik
dan sebagainya.
Jumlah unit-unit ekonomi baik konsumen maupun produsen adalah banyak dan
tersebar diberbagai negara didunia ini. Sesuai dengan perkembangan sejarah, keseluruhan
penduduk dunia dibagi menurut suku-suku dan negara-negara. Didalam sebuah negara
terdapat juga sejumlah suku sesuai dengan situasi dan kondisi negara yang bersangkutan.
Di Indonesia saja, kita dapat mengenal ratusan suku antara lain: Suku Batak,
Minangkabau, Minahasa, Sunda, Jawa, Bugis, Asmat dan sebagainya.
Teori ekonomi Mikro adalah teori ekonomi yang mempelajari unit ekonomi yang
ada baik produsen maupun konsumen mulai dari satu individu atau satu unit tertentu
sampai pada individu atau unit yang tersakhir. Perilaku keseluruhan diperoleh dengan
menjumlahkan hasil aktivitas individu-individu yang ada. Satu hal yang perlu diingat
adalah bahwa perilaku seseorang konsumen atau produsen tidak selalu persis sama
dengan konsumen atau produsen lainnya. Oleh karena itu, dalam proses penjumlahan
diperlukan anggapan. Tanpa anggapan, penjumlahan mustahil dapat dilakukan.
Anggapan disini berisi perilaku yang berlaku khusus bagi unit ekonomi tertentu.
Sedangkan perilaku yang dapat dijumlahkan adalah perilaku yang dimiliki oleh semua
unit ekonomi yang ada atau perilaku yang berlaku umum untuk sekelompok orang
tertentu.
Berbeda halnya dengan Teori Ekonomi Makro yang berusaha mempelajari unit
ekonomi langsung secara keseluruhan Disini tidak dikenal perilaku setiap unit
ekonomi yang ada atau tidak ada perilaku seorang konsumen, tidak ada perilaku seorang
produsen. Didalam pelajaran teori ekonomi makro hanya dikenal perilaku konsumen dan
produsen yang disajikan atau sudah merupakan penjumlahan keseluruhan perilaku unit
ekonomi yang ada. Oleh karena itu pula analisa ekonomi makro sering juga disebut
sebagai analisa ekonomi secara keseluruhan (aggregate).
14
Walaupun dasar analisanya berbeda antara teori ekonomi mikro dengan teori
ekonomi makro, namun sasarannya adalah sama yaitu “berusaha menerangkan perilaku
unit-unit ekonomi yang ada”. Jika perilaku unit ekonomi yang ada sudah dapat
diterangkan secara baik, maka kegunaan berikutnya adalah meramalkan kemungkinan
yang akan terjadi dimasa depan. Jika perilaku konsumen sudah dapat diterangkan dengan
akurat, maka kita sudah bisa meramalkan baik besarnya maupun jenisnya konsumsi
dimasa yang akan datang. Hasil peramalan ini akan sangat banyak sekali gunanya.
Kegunaan utama adalah bagi produsen. Siprodusen akan mengetahui jenis barang-barang
dan jasa-jasa yang akan dihasilkannya serta berapa jumlahnya.
Kegunaan lain yang tidak kalah pentingnya adalah untuk perencanaan. Jika
perilaku produsen sudah dapat diketahui, maka jumlah produksi yang akan dihasilkannya
akan dapat dikendalikan secara tidak langsung oleh pengambil keputusan atau
pemerintah. Jika pada suatu ketika jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan
relatif lebih kecil daripada yang dibutuhkan, maka pemerintah berusaha mendorong
peningkatan jumlah yang dapat dihasilkan atau mengurangi jumlah konsumsi.
Keseimbangan kedua kegiatan unit ekonomi ini sangat perlu sekali dijaga.
Ketidakseimbangan akan menyebabkan terjadinya gangguan (distorsi) dan gangguan ini
dapat pula membawa dampak negatif yang besar bagi tujuan akhir mempelajari teori
ekonomi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Gangguan atau distorsi itu adalah merupakan persoalan utama dalam teori
ekonomi. Teori mencoba menerangkan bentuk gangguan dan faktor penyebabnya.
Misalnya suatu ketika terjadi kenaikkan harga yang cukup besar seperti yang dialami oleh
Indonesia sekitar tahun 1965-an pada masa Orla dan pada masa Orba saat lengsernya
Soeharto tahun 1997. Kenaikan harga ini disebut juga sebagai inflasi dan bilamana
kejadiannya berlangsung dalam periode waktu panjang. Yang dipersoalkan dalam teori
ekonomi adalah masalah pengukuran gejolak harga dan faktor yang mempengaruhinya.
Jika diketahui faktor yang menyebabkan inflasi, maka dengan sendirinya akan dapat
ditentukan kebijaksanaan penanggulangannya, sebab inflasi mempunyai dampak negatif
atau musuh utama ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Masalah inflasi adalah merupakan gejala aggregate yang berpengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat, dan merupakan topik utama ekonomi makro. Oleh karena
kesejahteraan masyarakat adalah merupakan penjumlahan dari kesejahteraan per orang,
maka masalah seperti ini wadahnya adalah ekonomi makro. Sedangkan mengenai
kesejahteraan perseorangan atau individu sifatnya dari perilaku unit ekonomi yang ada
ditempatkan pada wadah ekonomi mikro.
Unit-unit ekonomi yang dimaksud dalam teori ekonomi ini adalah “Pelaku-
pelaku ekonomi”.Adapun pelaku-pelaku ekonomi yang ada dalam aktivitas ekonomi
yang dilakukannya menciptakan/mengelola ”faktor-faktor produksi” yang tersedia, dan
tentunya kesiap siagaan para pelaku-pelaku ekonomi tersebut berkiprah mengharapkan
sesuatu yang didapatkannya dari “balas jasa” atas aktivitasnya tersebut. Perbedaan
antara teori ekonomi mikro dan makro hanya terletak pada mana pelaku-pelaku ekonomi
tersebut berkiprah sesuai masing-masing prinsip teorinya.
Pada hakekatnya ilmu ekonomi mikro atau teori ekonomi mikro hanya membahas
3 masalah pokok ekonomi pertama” oleh pelaku-pelaku ekonomi secara sendiri-sendiri
(individual) atau antar pelaku-pelaku ekonomi tersebut secara individu dalam mengolah
faktor-faktor produksi yang tersedia. Sebagai contohnya adalah antara rumah tangga
15
keluarga dengan rumah tangga perusahaan ( dapat dikatakan antara konsumen dengan
produsen), dan aktivitas ekonomi yang dilakukannya tersebut adalah sebagai berikut:
1. What to produce.
Teori ini menjelaskan tentang proses menentukan tingkat harga dan jumlah barang-
barang dan jasa-jasa yang diperjual-belikan dipasar (……..analisa ini mengangkut
dengan “Teori Harga”).
2. How shall goods and services be produced.
Teori ini menjelaskan tentang dua persoalan: (a). Cara seseorang produsen
menentukan tingkat produksi yang akan memberikan “Maximum profit”. (b). Cara
seseorang produsen memilih faktor produksi yang akan digunakan sehingga
membertikan minimum cost. (…….analisa ini mengangkut dengan “Teori
Produksi”).
3. For whom shall goods and services be produced.
Teori ini menjelaskan faktor yang menentukan pendapatan masing-masing faktor
produksi (…….analisa ini menyangkut dengan “Teori Distribusi”)
Baik Teori Harga, Teori Produksi maupun Teori Distribusi adalah merupakan tiga
masalah pokok yang terdapat didalam ekonomi mikro, sehingga dalam ekonomi mikro
persoalan yang dibahas hanya meliputi:
1. Kegiatan Konsumsi
2. Kegiatan Produksi
3. Kegiatan Pertukaran
Kegiatan konsumsi dan kegiatan produksi, teori yang diperlakukan adalah teori
permintaan dan penawaran (demand and supply theory). Sedangkan kegiatan pertukaran,
teori yang diperlakukan adalah teori pasar (market theory) pada struktur pasar (market
structur) seperti: Perfect market competition, Monopoly, Monopolistic competition dan
Oligopoly.
Ketiga persoalan yang terdapat dalam analisa ekonomi mikro tersebut, bilamana
diuraikan sepintas, dan yang pada umumnya harus dipelajari secara detail adalah:
Ad.1 Konsumsi 1 input variabel: Cardinal Utility Theory (Marginal Utility approach)
Konsumsi 2 input variabel: Ordinal Utility Theory (Indifference Curve approach)
Ad.2 Produksi 1 input variabel: “The Law of Diminishing Return”
Produksi 2 input variabel: “Production Isoquants”
Ad.3 Profit analysis in:
16
1. Perfect competition market
2. Monopoly and monopsony
3. Monopolistic competition market
4. Oligopoly and Oligopsony
Untuk ketiga persoalan ekonomi mikro yang dikilaskan diatas, baik kegiatan konsumsi,
kegiatan produksi dan kegiatan pertukaran inputs variabel yang diselidiki bukan hanya
terbatas untuk dua variabel sebagaimana dimaksudkan diatas, akan tetapi dapat dilakukan
untuk n variabel.
Gambar 1: Aktivitas Ekonomi dari pelaku ekonomi dalam pasar
Pajak
11
4
2
10
Pajak 3
1
6
13
5
8
14
12
7
15 9
16
Keterangan:
aliran permintaan
aliran penawaran
aliran tidak lewat pasar
Permintaan
1. Pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga
2. Belanja Barang oleh pemerintah
Pemerintah Negara
Negara
lain
Pasar
Barang
Produsen
Rumah Tangga
Lembaga
Keuangan Pasar
Uang
Pasar
Tenaga
Kerja
17
3. Investasi oleh perusahaan
4. Ekspor ke luar negeri
5. Kebutuhan tenaga kerja oleh pemerintah
6. Kebutuhan tenaga kerja untuk perusahaan
7. Kebutuhan uang tunai dan kredit
8. Kebutuhan rumah tangga akan uang tunai
9. Kebutuhan perusahaan-perusahaan asing akan rupiah
Penawaran
10. Hasil produksi dalam negeri
11. Impor dari luar negeri
12. Tenaga kerja yang disediakan oleh rumah tangga
13. Supply uang chartal
14. Tabungan rumah tangga
15. Supply uang giral
16. Supply dana luar negeri
Sedangkan pada ilmu ekonomi makro atau teori ekonomi makro membahas selain
3 masalah pokok pada teori ekonomi mikro dilengkapi dengan ekonomi “2 masalah
pokok ekonomi terakhir oleh pelaku-pelaku ekonomi secara bersamaan (aggregate) atau
atau antar-inter pelaku-pelaku ekonomi tersebut secara besama-sama dalam mengolah
faktor-faktor produksi yang tersedia. Sebagai contohnya adalah antara dan atau: RT
Keluarga , RT Perusahaan, Pemerintah, Lembaga Keuangan serta Negara-negara lain
yang terkait dengan faktor ekonomi: Land, Labor, Capital & Entrepreneour maupun
dengan keempat Jenis Pasar: Barang, Uang, Tenaga Kerja & Modal didalam
perekonomian secara menyeluruh ( Aggregate ). Dan aktivitas ekonomi yang
dilakukannya tersebut adalah sebagai berikut:
1. When Shall Goods & Services be produced.
Teori ini menjelaskan tentang proses menentukan Kualitas dari barang ( Q ) yang
dihasilkan hingga mencapai effisiensi yang lebih tinggi.
2. Where Shall Goods & Services be produced.
Teori ini menjelaskan tentang proses apa yang terjadi dengan harga ( P ).
Pelaku-pelaku Dalam Pasar Ekonomi; Sebagaimana halnya Gambar 1, dimana
kegiatan dari kelima pelaku-pelaku ekonomi langsung berhubungan erat atau terkait
langsung dengan ke empat pasar yang ada dalam ekonomi5).
Sejalan dengan pengertian ekonomi mengenai “pasar”, dimana bahwa pasar
didefinisikan sebagai “tempat bertemunya antara permintaan (demand) dengan
penawaran (supply) melakukan transaksi”. Kekuatan antara demander dengan supplier
tersebut yang dalam aktivitas ekonomi bekerjanya semacam “Mekanisme Harga” (price
5). Dr. Budiono., “Synopsis Pengantar Ilmu Ekonomi: bagian Kedua (Teori Makro)”, Badan Penerbit
Univesitas Gadjah Mada, Yokyakarta, 1980, hal 4-8.
18
mecanism) yang menghasilkan suatu tingkat harga (price) dan jumlah produk (quantitas)
yang ditransaksikan tersebut. Pengertian pasar yang masih bersifat umum tersebut tengah
berlaku dalam aktivitas ekonomi, dan belum dimaksudkan kearah Microeconomic
activity maupun Macroeconomic activity.
Sketsa 1: Ringkasan Persoalan Aktivitas Ekonomi Dalam Masyarakat
Pasar Hal-hal yang dipelajari Angka-angka Statistik yang diamati
Perilakunya dalam praktek
1. Pasar barang Tingkat harga umum - Indek Biaya Hidup
GDP Implisit - Deflator GDP
- Statistik GDP dengan
Harga konstan
2. Pasar Uang Tingkat Bunga - Bunga atas deposito
- Bunga atas pinjaman Bank
- Bunga di Pasar bebas
( diluar Bank )
Volume Uang - Jumlah Uang beredar
- Kredit Perbankan
3. Pasar Tenaga Tingkat Upah - Indeks Upah di berbagai
Kerja Rata-rata Sektor Ekonomi
Employment - Jumlah Tenaga Kerja
di berbagai Sektor
- Jumlah Angkatan Kerja
Un-Employment - Angkatan Kerja Minus
- Jumlah pekerja
4. Pasar Luar Tingkat Harga Ekspor - Indeks harga Ekspor
Negeri & Impor - Indeks harga Impor
Volume Perdagangan - Dasar Tukar Luar Negeri
Aliran Modal & Neraca - Devisa & Cadangan Devisa
Pembayaran
Aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi secara mikro dan
makro tersebut hampir tidak nampak perbedaannya tanpa dibubuhi dengan masing-
masing pengertian/prinsip teori yang bersangkutan. Kata-kata Mikro dan Makro berasal
dari bahasa Yunani, Yaitu: Micros yang berarti “Small” (sedikit) dan Macros yang berarti
“large” (besar atau luas). Kata-kata ini kemudian digunakan untuk membedakan dua
macam pendekatan (approaches) atau dua macam analisa dalam Micro economic dan
Macro economic. Sekilas mengenai pengertian masing-masingnya, bahwa Micro
economic adalah pendekatan atau analisa ilmu ekonomi yang berhubungan dengan hanya
bagain-bagian daripada aktivitas ekonomi keselurahannya yang dilakukan oleh pelaku-
19
pelaku ekonomi secara individual (sendiri-sendiri). Sedangakan Macro economic adalah
pendekatan atau analisa ilmu ekonomi yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi
keseluruhannya yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi secara menyeluruh
(aggregate).
Kalau dalam ekonomi yang dibahas adalah masalah Harga (price) dan Kuantitas
(Quantity), maka dalam ekonomi mikro juga membahas Harga Individu (individual price)
dan Kuantitas individu (individual qunatity), maksudnya harga suatu barang secara
terpisah-pisah (partial) atau lebih dikenal dengan istilah “pertial price”. Sedangkan dalam
ekonomi makro membahas harga dan kuantitas atau barang secara keseluruhan/umum
atau lebih dikenal dengan istilah “general price”. Khusus mengenai pengertian partial,
bukan berarti satu macam barang saja yang dibahas dalam ekonomi mikro tersebut, akan
tetapi bisa bermacam-macam barang (banyak barang), namun diperhitungkan satu persatu
dalam konsep perhitungan yang dilakukan. Sedangkan mengenai pengertian general, jelas
mengandung makna banyak barang dalam kesatuan harga yang bersifat umum.
Sementara itu, barang dalam pengertian ekonomi, ekonomi mikro dan makro adalah
barang-barang dan jasa-jasa ( goods and sevices).
Kalau dalam ekonomi mikro dipelajari/dibahas permintaan dan penawaran
(demand and supply), maka dalam ekonomi makro juga demikian, perbedaannya tidak
lebih dari upaya membedakan konsep individual untuk ekonomi mikro dan konsep
agregatif untuk ekonomi makro. Begitu pula halnya mengenai pelaku-pelaku ekonomi
dan jenis-jenis pasar yang ada. apabila satu jenis pasar yang dibahas dan dikakukan oleh
pelaku-pelaku ekonomi secara sendiri-sendiri (maksudnya antar pelaku ekonomi) atau
secara individual, maka aktivitas ekonomi yang dilakukan adalah proses yang bersifat
mikro atau membahas ekonomi mikro. Sedangkan mengenai pelaku-pelaku ekonomi dan
jenis-jenis pasar yang ada, apabila keempat jenis pasar yang dibahas sekaligus dan
dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi secara menyeluruh (maksudnya antar-inter pelaku
ekonomi), maka aktivitas ekonomi yang dilakukan adalah proses yang bersifat makro
atau membahas ekonomi makro.
Dalam Sketsa 1 digambarkan kaitan antara lima pelaku ekonomi yang ada dengan
ke empat jenis pasar yang memuat variabel-variabel penting yang dapat digunakan dalam
semacam model analisa ekonomi. Jelas bahwa pengertian ekonomi mengenai “pasar”,
dimana bahwa pasar didefinisikan adalah “tempat bertemunya antara permintaan
(demand) dengan penawaran (supply) melakukan transaksi”. Kekuatan antara demander
dengan supplier tersebut menentukan titik keseimbangan (equilibrium point) yang
ditentukan oleh “Mekanisme Harga” (price mecanism), sehingga tingkat harga (price)
dan jumlah produk (quantitas) yang ditransaksikan tersebut dapat ditentukan. Untuk itu
pula di pasar Barang, permintaan (total masyarakat) akan barang-barang dan jasa-jasa
bertemu dengan seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi masyarakat dalam
suatu periode. Di Pasar Uang, permintaan (atau kebutuhan) masyarakat akan uang
(Chartal dan giral) bertemu dengan jumlah uang (chartal dan giral) yang beredar. Di pasar
Tenaga Kerja, dimana permintaan (kebutuhan) total tenaga kerja dari sektor dunia
usaha/pemerintah bertemu dengan jumlah angkatan kerja (labour force) yang tersedia
pada waktu itu. Sedangkan di Pasar Luar Negeri, bahwa permintaan dunia akan hasil-
hasil ekspor bertemu dengan penawaran dari hasil-hasil tersebut yang disediakan oleh
para eksportir dan permintaan (kebutuhan) suatu negara akan barang impor bertemu
dengan penawaran barang-barang oleh luar negeri (supply barang-barang impor).
20
Secara tidak langsung masing-masing pasar yang digambarkan diatas telah
memberikan semacam indikasi bahwa tergantung proses yang terjadi apakah proses
mikro atau makro yang akan diperlakukan untuk mendefinisikan lebih lanjut. Namun
demikian, bahwa kontek yang menjadi permasalahan adalah mengenai hal-hal yang
dipelajari dan diamati dalam aktivitas ekonomi masyarakat, yaitu apa yang terjadi dengan
Harga “Price” (P), dan Kuantitas “Quantity” (Q) yang dihasilkan. Dengan demikian,
pada:
Ad.1. Pasar barang
Pasar Barang, kita ingin mengetahui apa yang terjadi dengan harga umum
“general price”(P) dan barang-barang/jasa-jasa [misalnya seperti yang dicerminkan oleh
Indeks Harga Konsumen “Consumer Price Index” (CPI) yang merupakan ukuran tingkat
harga dari suatu kelompok barang-barang/jasa-jasa kebutuhan konsumen] dan apa yang
terjadi dengan kuantitas total “Quantity” (Q) dari barang-barang/jasa-jasa yang
dipasarkan, biasanya dalam statistik dinyatakan dengan “Gross Domestic Product”
(GDP), yaitu nilai total dari semua hasil produksi akhir suatu negara. Dengan demikian,
mepelajari pasar barang-barang/jasa-jasa dapat pula diketahui: (a). Tinggi rendahnya
tingkat inflasi atau gerak harga umum, (b). Naik turunnya GDP atau gerak produksi total,
dan (c). Jumlah orang yang bisa memperoleh pekerjaan dalam proses produksi tersebut
(employment).
Ad.2. Pasar Uang
Pasar Uang, permintaan akan uang dan penawaran akan uang menentukan
“Harga” (menurut Keynes) dari uang atau harga dari penggunaan uang (yang dipinjam),
yaitu tidak lain adalah “tingkat bunga” (P) dan jumlah uang (chartal dan giral) yang
beredar (Q).
Ad.3. Pasar Tenaga Kerja
Pasar Tenaga Kerja, permintaan dan penawaran tenaga kerja menentukan “harga
tenaga kerja” (P) dan kuantitas tenaga kerja “employment” (Q) yang dipekerjakan.
Ad.4. Pasar Luar Negeri
Pasar Luar Negeri, permintaan barang-barang/jasa-jasa ekspor menentukan “harga
rata-rata ekspor” (P) dan kuantitas atau volume ekspor (Q). Untuk pasar luar negeri,
seringkali berhubungan pada “pasar ekspor dan pasar impor” yang mengamati apa yang
terjadi dengan: (a). Neraca Perdagangan, yaitu penerimaan devisa ekspor dikurangi
dengan pengeluaran devisa untuk impor, (b). Dasar Pertukaran Luar Negeri (Term of
Trade), yaitu harga rata-rata ekspor dibagi dengan harga rata-rata impor, dan (c).
Cadangan Devisa, yaitu persediaan devisa yang dipunyai suatu negara pada awal tahun
plus saldo neraca perdagangan plus keluar masuknya devisa yang tidak melalui ekspor
dan impor (yang sering disebut dengan transaksi-transaksi capital dengan luar negeri).
21
Sekarang ditinjau hubungan dari kelima pelaku-pelaku ekonomi dengan keempat
pasar jenis pasar yang ada, antara lain berupa aktivitas ekonomi yang dilakukan secara
sendiri-sendiri atau terpisah-pisah dan bersifat individual. Proses aktivitas ekonomi
semacam ini merupakan proses ekonomi mikro dan barulah akan merupakan proses
ekonomi makro bilamana seluruh aktivitas ekonomi yang ada berlangsung dalam masa
bersamaan.
9. Aktivitas Pelaku Ekonomi Secara Agregatif
Menurut definisi, bahwa Ilmu ekonomi Mikro “adalah pendekatan atau analisa
Ilmu ekonomi yang berhubungan dengan hanya bagian-bagian dari pada ilmu ekonomi
keseluruhannya. Jadi yang dianalisa dipelajari adalah sehubungan dengan maslah-
masalah serta tindakan-tindakan ekonomi individu-individu perseorangan masing-masing
perusahaan atau industri-industri, misalnya: (1) Mempelajari/menganalisa bagaimana
motif-motif dan tindakan-tindakan perseorangan untuk berkonsumsi dan kenapa
seseorang membeli atau mengkonsumir sesuatu barang dan kenapa tidak barang lainnya,
(2) Mempelajari bagaimana penentuan harga yang didapai oleh firm (perusahaan) tertentu
yang masing-masing ini ditentukan antara lain oleh permintaan dan penawaran daripada
barang-barang dan jasa-jasa tertentu yang dihasilkan firm tersebut tersebut, (3)
Mempelajari bagaimana sesuatu perusahaan secara intern menghadapi keadaan pasar
pure competition, monopolistic competition dan sebagainya, serta bagaiman dia berusaha
memperoleh maximum profit atau minimum cost dan lain-lain.
Sedangkan Ilmu Ekonomi Makro, “adalah pendekatan /analisa Ilmu Ekonomi
yang berhubungan dengan konsep Aggregate (menyeluruh), yaitu mengenal masalah
serta gambaran ekonomi secara keseluruhan dan bagaimana kebijaksanaan-kebijaksanaan
ekonomi secara nasional yang diperlukan sehubungan dengan itu, misal: (1) Dipelajari
berapa besarnya atau bagaimana keadaannya Pendapatan Nasional (National Income) dan
berapa bagiankah daripadanya yang dikeluarkan untuk konsumsi (C) serta ditabung (S)
keseluruhannya dalam perekonomian suatu negara, (2) Diselidiki/dipelajari berapa
tingginya serta bagaimana keadaaanya tingkat harga umum (general price level), (3)
Dipelajari dan dianalisa bagaimana tingkat employment yang dapat diserap pada
lapangan kerja, penggunaan daripada Tenaga Kerja (Labor) dan faktor-faktor produksi
lainnya secara keseluruhannya dalam perekonomian nasional dan (4) Dipelajari
bagaimana keadaan naik turunnya kegiatan ekonomi nasional (disebut gelombang
konnyungtur) serta kebijaksanaan ekonomi apa yang perlu diambil untuk memperbaiki
ekonomi nasional keadaan tercapainya kestabilan perekonomian secara nasional dan
seterusnya dan lain-lain. Secara garis besar bahwa gambaran umum tentang ekonomi
makro merupakan penggabungan antara dua teori terkemuka, yaitu Teori Klesik dan teori
Keynes sebagai berikut:
I. Demand Side Economy Teori Keynes
1. Product Market Equilibrium
2. Money Market Equilibrium
3. Product and Money Market Equilibrium
4. Income, Price and Policy
22
II. Supply Side Economy Teori Klasik
1. Supply of and Demand for Labor
2. Aggregate Supply
3. Wage and Employment
4. Inflation and Employment
Keterangan:
Teori Keynes pada Demand Side Economy membahas tentang:
“Income & Output : IS-LM Analysis
“Aggregate demand dengan Pendapatan Nasional”
Teori Klasik pada Supply Side Economy membahas tentang :
“Output & Employment: DL-SL analysis”
“Aggregate Supply dengan Produk Nasional”
Teori Keynes Dan Teori Klasik atau penggabungan kedua-duanya membahas tentang:
“Aggregate Demand & Aggregate Supply”.
Untuk melengkapi keterangan diatas, dimana Teori Keynes pada Demand Side Economy
membahas tentang “Income & Output : IS-LM Analysis, sedangkan Teori Klasik pada
Supply Side Economy membahas tentang “Output & Employment: DL-SL analysis.
Demand Side Economy membahas tentang “Aggregate demand dengan Pendapatan
Nasional”, sedangkan Supply Side Economy membahas tentang “Aggregate Supply
dengan Produk Nasional”. Dengan demikian gambaran umum pembahasan Macro
economic antara Demand Side economy dan Supply Side Economy adalah melakukan
pembahasan tentang “Aggregate Demand & Aggregate Supply”.
Ad I. Demand Side Economy
Product Market Equilibrium:
2. Equilibrium Condition: I = S …………….…………….( Eko 2 Sektor )
I + G = S + T ……………….( Eko 3 Sektor )
I + G + X = S + T + M …...( Eko 4 Sektor )
3. Marginal Propensity to Save ( MPS )
4. Didapatkan Kurva IS.
Money Market Equilibrium:
2. Ms = M1 + M2
= k1 Y + ( k0 - k2 i )
3. Didapat Kurva LM
) Negatif Slope ...(.................... 0 i
I dimana , ) i ( f I .1
) Negatif Slope ....(.......... 0 i
M dimana, ) (i f M .1 i
2
23
S S
S = I S = a0 + (1 – a1) Y
= -C + c Y
0 I 0 Y0 Y Output
i i i
LM
i0 M2 = k0 – k2 i
I = b0 – b1i
= I - bi IS
0 I 0 Y0 Y 0 M2
Income & Output
M1 M1
M1 = k1 Y
MS = M1+ M2
0 Y0 Y 0 M2
Income
Keterangan:
S = Saving
I = Investment
i = Interest Rate
Y = Income & Output
M1 = Demand For Money ( L1 = LT + LT ):
LT = Transaction Motive M1 = L1 = L1 ( Y )
LP = Precautionary Motive
M2 = Demand For Money ( L2 = LS ):
LS = Speculative Motive M2 = L2 = L2 ( i )
MS = Supply Of Money
24
Analisa Dengan Perubahan Harga:
MS = M1 + M2
= k1 Y + ( k0 - k2 i )
= k1 Y - k2 i
M/P = k Y - h i I = 1/h ( k Y - M/P )
Y = 1/k (M/P + hi )
Yd = A = Aggregate Demand
= C + I …………………………………… ( Ekonomi 2 Sektor )
= C + I + G ……………………………….( Ekonomi 3 Sektor )
= C + I + G + ( X - M ) ……………….( Ekonomi 4 Sektor )
Yd = A
= C + I
=C + c Y + [I - b i ]
=C +I + c Y - bi
=A + c Y - b i
Keterangan:
Yd = A = Aggregate Demand
C = Consumption
C = Autonomous Consumption ( Konsumsi Otonom )
A = Autonomous Expenditure ( Pengeluaran Otonom )
I = Autonomous Investment ( Investasi Otonom )
c = MPC 1– c = MPS
G = Government Expenditure
X = Export
M = Import
M/P = Riel Supply of Money ( Saldo riil atau jumlah uang riil )
M = MS = Nomonal of Money Stock ( Jumlah uang beredar nominal )
P = Price Level
= Aggregate Supply
P
M δ A β YS
25
i
LM0
LM1
i0 e0
i1 e1
IS0
IS1
0 Y2 Y0 Y1 Y
Income & Output
P YS
P0 e0
P1 e1
Ed
Yd
0 Y2 Y0 Y1 Y Output
Bila: M/P i Income ( Y ) dari Y0 ke Y1 sehingga
LM berubah dari LM0 ke LM1. M/P yaitu kerena P i
Output ( Y ) dari Y0 ke Y2, maka kurva IS berubah dari
IS0 ke IS1. P menyebabkan terjadinya Exces Demand ( Ed ) sebesar
jarak Y1 dan Y2.
Ad II. Supply Side Economy:
Equilibrium Of Demand-Supply Labour
2. Production Function
Q = f ( N, K, L )
3. Quantity Theory of Money
4. Didapat kurva DL dan SL
L
L
L L
) Positif Slope ( 0 )PW(
S dimana ,) PW(g S
) Negatif Slope ( 0 )PW(
D dimana ,) PW(f D .1
QP V M
26
C Q Q = f (K, L, N) Q
Q0 Q0
C MV1
S MV0
i i1 0 0 N0 N 0 P0 P1 P
Employment
S,I
S (W/P) SL W (W/P)
(W/P)0 W0
I DL
i i2 i1 0 0 Y0 Y 0 P0 P Income
Keterangan:
Q = f ( N,K,L ) ,dimana K,L = Constant
= Production Function
Q = Quantity ( = Output )
N, K, L = Inputs
N = Employment/Labour ( Tenaga Kerja )
K = Capital ( Modal )
L = Land/Natural Resources ( Sumber-sumber Alam )
(W/P) = Real Wage ( Upah Riel/Nyata )
W = Money Wage / Nominal Wage ( Upah Nominal )
P = General Price Level ( Tingkat Harga Umum )
MV = PQ ,dimana: V dan Q = Konstant Quantity Theory of Money (Klasik)
maka P = f ( M ) - Irving Fisher
M = Supply of Money ( = MV ) - Marshal Piqou
V = Velocity of Money (Cambridge Equation)
Q = Final output ( = Output ) - Milton Friedman
P = Price of Output (Modern Quantity Theory)
DL = Demand For Labor ( Labor Demand )
SL = Supply of Labor ( Labor Supply )
27
Analisa Perubahan Supply of and Demand For Labor ( SL dan DL )
W = MPPL x P
Q
Q = f (K, L, N)
Q1
Q0
0 N0 N1 N
Employment
(W/P) SL = MPPL Un-employment
(W/P)0
(W/P)1 DL Over Full-employment
0 N0 N1 N
Employment
Bila: N Q ( Produksi Naik ) dari Q0 ke Q1 MV bergeser
dari MV0 ke MV1 yang berakibat P dari P0 ke P1. Kenaikan P
berakibat (W/P) dari (W/P)0 ke (W/P)1 yang berakibat terjadinya
Exces Demand atau disebut dengan terjadinya Over Full-Employment.
Labor ofProduct Phisical Marginal MPP,MPP P
W L L
L
P MPP
W
0 )PW(
S dimana ,) PW(g S
0 )PW(
D dimana ,) PW(f D
L L
L L
28
Bahan Kuliah ke 3, 4, 5 dan 6
BAB II
PENDEKATAN PERHITUNGAN
PENDAPATAN NASIONAL
Sub Pokok Bahasan:
1. Konsep Dan Metoda Perhitungan 29
1.1. Pendekatan Produksi (Production Approach) 30
1.2. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) 34
1.3. Pendekatan Pendapatan (Earning or Income or Cost Approach) 37
2. Faktor Produksi Dan Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi 38
2.1. Faktor Produksi “Tanah” 38
2.2. Faktor Produksi “Capital” 39
2.3. Faktor Produksi “Labor” 40
2.4. Faktor Produksi “Entrepreneour” 41
3. Tekhnik Perhitungan Pendapatan Nasional 43
4. GNP Dan Pendapatan 48
29
1. Konsep Dan Metoda Perhitungan
Seandainya kita ditanya apakah yang dimaksud dengan pendapatan nasional ?,
atau kita ditanya, berapakah pendapatan nasional Indonesia sekarang ?. Jawaban yang
bersifat umum atau yang bersifat gamlang, “bahwa pendapatan nasional adalah
jumlah pendapatan penduduk dalam suatu negara yang dihitung dalam suatu
periode waktu tertentu”. Namun sebagai seseorang yang bernuasa ilmiah dapat
dijelaskan lebih detail lagi melalui berbagai konsep, bahwa yang dimaksud dengan
Pendapatan Nasional adalah sebagai berikut:
1. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product = GDP)
2. Produk Nasional Bruto (Gross National Product = GNP)
3. Produk Nasional Netto (Net National Netto = NNP).
4. Disamping itu masih ada konsep lainnya dari pendapatan nasional, yaitu
Produk Nasional Netto atas dasar biaya faktor produksi “ NNP (Net National
Product) at factor cost”, ini disebut sebagai pendapatan nasional (National
Income) saja, dan tentunya ini adalah dalam pengertian sempit.
5. Selanjutnya terdapat pula konsep pendapatan nasional yang disebut dengan
pendapatan pribadi (Personal Income).
6. Dan pendapatan yang tersedia untuk dibelanjakan atau berupa pendapatan
bersih setelah dikeluarkan pajak yang disebut dengan pendapatan disposibel
(Disposible Income).
Berdasarkan kepada berbagai konsep yang telah dijabarkan secara sederhana
diatas mengenai apa yang dimaksud dengan pendapatan nasional, sehingga perlu
diketahui kiranya bahwa untuk menghitung pendapatan nasional suatu negara hanya
terdapat tiga konsep atau pendekatan, yaitu:
I. Pendekatan Produksi ( Production approach )
II. Pendekatan Pengeluaran ( Expenditure approach )
III. Pendekatan Pendapatan ( Earning or Income or Cost approach )
Menurut pendekatan produksi bahwa GDP adalah nilai produk barang-barang dan jasa-
jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit-unit produksi lapangan usaha ekonomi atau
sektor ekonomi seperti Sektor: Pertanian (Agricultural), Industri (Industry) dan Jasa-jasa
(Services) di dalam suatu negara yang dihitung dalam suatu periode waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Menurut pendekatan pengeluaran bahwa GDP adalah jumlah
pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga sosial swasta
yang tidak mencari untung atau pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi masyarakat
suatu negara atau dalam pengertian yang lebih ringkas disebut sebagai Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga (Private Consumption Expenditure = C), pengeluaran
konsumsi pemerintah (General Government Consumption Expenditure = G ),
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto dan Perubahan Stok (Gross Domestic Fixed
Capital Formation and Change in Stock = I ) serta Ekspor Netto ( Net Export = Nx ):
yaitu Ekspor Barang-barang & Jasa-jasa ( Export of Goods and Services = X ) dikurangi
Impor Barang-barang dan Jasa-jasa ( Import of Goods and Services = M ) yang dapat
30
dirumuskan sebagai berikut: GDP = C + G + I + ( X – M ). Sedangkan menurut
pendekatan penerimaan bahwa GDP adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-
faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi didalam suatu negara yang
dihitung dalam suatu periode waktu tertentu. Faktor-faktor produksi disebut juga
sebagai sumber-sumber produksi atau sumber-sumber ekonomi, antara lain faktor-
faktor produksi tersebut seperti: Land/Natural Resources, Capital, Labour dan
Entrepreneour. sedangkan balas jasa dari masing-masing dari faktor produksi tersebut
secara berrurut berupa: Rent, Interest, Wages dan Profit yang dihasilkan dalam suatu
periode waktu tertentu. Kalau saja pendekatan perhitungan pendapatan nasional menurut
pendekatan pendekatan pendapatan diformulasikan kedalam bentuk perumusan maka
pendapatan nasional Y atau GDP adalah: GDP = YRent + YInterest + YWages + YProfit.
Metoda apapun yang digunakan dalm menghitung pendapatan nasional haruslah
memberikan hasil yang sama untuk ketiga metoda yang ada. Hasil perhitungan yang
diberikan dalam metoda pertama haruslah sama dengan hasil perhitungan metoda kedua
dan ketiga. Di Indonesia hanya pendekatan produksi dan pendekatan pengeluaran yang
digunakan dalam menghitung GDP, sedangkan pendekatan penerimaan atau pendekatan
pendapatan belum pernah dimanfaatkan. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak
tersedianya atau kalaupun tersedia tetapi belum lengkap atau belum sempurnanya data
tentang pendapatan yang diterima oleh unit-unit ekonomi yang disebut sebagai balas jasa
dari faktor-faktor produksi tersebut.
1.1. Pendekatan Produksi (Production Approach)
Dalam menggunakan pendekatan produksi, perekonomian Indonesia pada
umumnya dibagi dalam 3 sektor ekonomi, yaitu sektor: Pertanian, Industri dan Jasa-jasa,
GDP dihitung dari penjumlahan sektor ekonomi sebagai berikut:
1. Pertanian (Agricultural)
2. Industri (Industry)
3. Jasa-jasa (Services)
atau GDP dihitung dari penjumlahan sekitar 11 unit produksi/lapangan usaha ekonomi
yang terdiri dari lapangan usaha ekonomi berikut:
1. Pertanian (Agriculture)
2. Pertambangan dan Penggalian (mining and Quarrying)
3. Industri Pengolahan (Manufacturing Industries)
4. Listrik, Gas dan Air Minum (Electricity, Gas and Water Supply)
5. Bangunan (Construction)
6. Perdagangan besar dan eceran (Wholesale and Retail Trade)
7. Pengangkutan dan Komunikasi (Transportation and Communication)
8. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya (Banking and other Financial
Intermediaries)
9. Sewa Rumah (Ownership of Dwelling)
10. Pemerintahan dan Pertahanan (Public Administration and Defence) 11. Jasa-jasa (Services)
31
Tabel 1 : REALISASI PRODUKSI LAPANGAN USAHA EKONOMI, TAHUN 1969-1983
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Berlaku )
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Perdagang-
Pertam- Pengang- an,Lembaga
Tahun Tanaman Lainnya Jumlah bangan Listrik, Gas kutan Keuangan, PDB
bahan dan Industri dan dan dan Jasa
makanan Penggalian Pengolahan Air Minum Bangunan Komunikasi Lainnya
1969 823.0 516.0 1339.0 129.0 251.0 13.0 75.0 77.0 834.0 2718.0
1970 962.0 613.0 1575.0 173.0 293.0 15.0 100.0 96.0 986.0 3238.0
1971 961.0 685.0 1646.0 294.0 307.0 18.0 128.0 162.0 1117.0 3672.0
1972 1071.0 766.0 1837.0 491.0 448.0 20.0 174.0 182.0 1412.0 4564.0
1973 1573.0 1137.0 2710.0 831.0 650.0 30.4 262.0 257.0 2013.0 6753.4
1974 2096.0 1401.0 3497.0 2374.0 890.0 52.0 406.0 442.0 3047.0 10708.0
1975 2554.8 1448.6 4003.4 2484.8 1123.7 69.8 589.6 521.1 3850.0 12642.4
1976 3043.9 1768.1 4812.0 2930.0 1453.3 98.1 812.6 662.6 4698.1 15466.7
1977 3659.9 2245.8 5905.7 3599.7 1816.9 105.6 1023.3 842.9 5738.9 19033.0
1978 3991.4 2714.6 6706.0 4357.6 2420.4 118.3 1242.1 1031.6 6870.0 22746.0
1979 4892.0 4103.7 8995.7 6979.8 3310.6 148.8 1789.7 1421.5 9379.3 32025.4
1980 6357.6 4932.7 11290.3 11672.5 5287.9 225.1 2523.8 1965.3 12480.8 45445.7
1981 8101.8 5540.7 13642.5 12970.6 5821.7 288.2 3117.8 2353.2 15833.0 54027.0
1982 9961.0 5707.3 15668.3 11707.8 7680.7 380.3 3507.2 2795.2 17893.1 59632.6
1983 12380.9 6390.6 18771.5 13823.6 8918.0 305.2 4433.7 3325.0 21437.7 71014.7
Sumber : Tahun 1969 s/d 1983: Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun 1988/1989.
Keterangan : Tahun 1982, Angka doperbaiki.
Tahun 1983, Angka sementara (menurut seri perhitungan lama).
Lapangan usaha pertanian dibagi kedalam sekitar 6 sub lapangan usaha pertanian sebagai
berikut:
a. Tanaman Bahan makanan (Farm Food Crops)
b. Tanaman Perkebunan Rakyat (Farm non-food Crops)
c. Tanaman Perkebunan Besar (Estate Crops)
d. Peternakan dan Hasil-hasilnya (Livestock and Products)
e. Kehutanan (Forestry)
f. Perikanan (Fishery)
Lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian dibagi kedalam sekitar 3 sub lapangan
usaha pertambangan dan penggalian sebagai berikut:
a. Minyak dan Gas Bumi (Crude Petroleum & Natural Gas)
b. Pertambangan Tanpa Migas (Mining Excluding Petroleum and Gas)
c. Penggalian (Quarrying)
Lapangan usaha Industri pengolahan dibagi kedalam sekitar 2 besar sub lapangan usaha
Industri Pengolahan sebagai berikut:
a. Industri Migas (Manufacturing Petroleum & Gas)
32
1. Pengilangan Minyak Bumi (Petroleum Refinery)
2. Gas Alam Cair (Liquefied Natural Gas)
b. Industri Tanpa Migas (Manufacturing Excluding Petroleum & Gas)
1. Makanan, Minuman dan Tembakau (Food, Baverages, and Tobacco)
2. Tekstil Barang Kulit dan Alas Kaki (Textil, Leather Products &
Footwear)
3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Wood Products & Other
Wood Products)
4. Kertas dan Barang Cetakan (Paper & Printing)
5. Pupuk, Kimia & Barang dari Karet (Fertilizers, Chemicals & Rubber)
6. Semen dan Barang Galian Bukan Logam (Cement & Non Metalic
Mineral)
7. Logam Dasar Besi dan Baja (Iron & Basic Steel)
8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya (Transport Equipment)
9. Barang Lainnya (Other Manufacturing Products)
Tabel 2 : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1983
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )
Konsumsi Pemben- Perdagangan Luar Negeri Pajak
tukan Peru- Penda- Tidak
Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN
Tangga Rintah Domes- Stok Netto sung sutan
tik Bruto Netto
1969 3791.5 414.0 4205.5 537.8 0 746.0 668.8 77.2 4820.5 -55.0 4765.5 234.1 313.3 4218.1
1970 3904.6 483.9 4388.5 715.3 0 834.0 755.8 78.2 5182.0 -70.2 5111.8 251.7 336.8 4523.3
1971 4088.0 518.3 4606.3 866.9 0 942.7 871.2 71.5 5544.7 -94.8 5449.9 271.9 360.3 4817.7
1972 4323.5 560.9 4884.4 1032.0 0 1143.3 992.6 150.7 6067.1 -183.9 5883.2 294.5 394.2 5194.5
1973 4804.1 716.0 5520.1 1208.0 0 1356.1 1330.8 25.3 6753.4 -245.4 6508.0 328.0 439.0 5741.0
1974 5502.1 641.0 6143.1 1440.0 0 1445.0 1759.1 -314.1 7269.0 -378.3 6890.7 351.7 472.5 6066.5
1975 5699.2 835.5 6534.7 1650.2 0 1410.1 1964.2 -554.1 7630.8 -389.0 7241.8 370.6 496.0 6375.2
1976 6153.5 896.7 7050.2 1749.2 0 1650.2 2293.3 -643.1 8156.3 -314.1 7842.2 399.1 530.8 6912.3
1977 6399.6 1044.4 7444.0 2027.2 0 1805.8 2395.3 -589.5 8881.7 -420.1 8461.6 430.8 576.6 7454.2
1978 6879.5 1228.2 8107.7 2332.9 0 1824.3 2698.4 -874.1 9566.5 -493.2 9073.3 466.2 624.0 7983.1
1979 7865.8 1345.0 9210.8 2436.0 0 1822.0 3303.9 -1481.9 10164.9 -649.2 9515.7 495.7 663.5 8356.5
1980 8867.7 1489.6 10357.3 2896.0 0 1719.3 3823.4 -2104.1 11149.2 -758.7 10390.5 544.3 728.5 9117.7
1981 10349.5 1641.0 11990.5 3218.5 0 1678.2 4832.6 -3154.4 12054.6 -673.7 11380.9 587.4 786.2 10007.3
1982 10697.5 1776.1 12473.6 3636.7 0 1444.3 5229.2 -3784.9 12325.4 -652.7 11672.7 600.6 803.9 10268.2
1983 11501.1 1758.9 13260.0 3921.2 0 1535.0 5874.0 -4339.0 12842.2 -835.1 12007.1 625.8 837.6 10543.7
Keterangan: Khusus PNN tahun 1983, merupakan angka diperbaiki
*). Residual
Sumber : Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 1988/1989;
Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tabel V.92.
33
Lapangan usaha Listrik, Gas dan Air Minum dibagi kedalam sekitar 3 sub lapangan usaha
Listrik, Gas dan Air Minum sebagai berikut:
a. Listrik (Electricity)
b. Gas Kota (City Gas)
c. Air Bersih (Water Supply)
Lapangan usaha Pengangkutan dan Komunikasi dibagi kedalam sekitar 2 besar sub
lapangan usaha Pengangkutan dan Komunikasi sebagai berikut:
a. Pengangkutan (Transportation)
1. Angkutan Rel (Railways Transport)
2. Angkutan Jalan Raya (Road Transport)
3. Angkutan Laut (Sea Transport)
4. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (Inland Water Transport)
5. Angkutan Udara (Air Transport)
6. Jasa Penunjang Angkutan (Services Allied to Transport)
b. Komunikasi (Communication)
Lapangan usaha Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya dibagi kedalam sekitar 5 sub
lapangan usaha Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya sebagai berikut:
a. Bank (Bank)
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank (Non Bank Financial Instituations)
c. Jasa Penunjang Keuangan (Services Allied to Financial)
d. Sewa Bangunan (Building Rental)
e. Jasa Perusahaan (Business Services)
Lapanga usaha Jasa-jasa dibagi kedalam sekitar 2 besar sub lapangan usaha Jasa-jasa
sebagai berikut:
a. Pemerintahan Umum (General Government)
1. Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan (Government
Administration and Defence)
2. Jasa Pemerintahan lainnya (Other Government Services)
b. Swasta (Private)
1. Sosial Kemasyarakatan (Social & Community Services)
2. Hiburan & Regreasi (Amusement & Recreation Services)
3. Perorangan & Rumah Tangga (Personal & Household Services)
34
Dalam hal menghitung GDP, khususnya Pendekatan Produksi (Production
Approach) maka variabel-variabel yang dijumlahkan adalah:
1. Upah dan Suplemen (Wages and Supplement)
2. Pendapatan Bersih Lembaga-lembaga Sosial yang tidak mencari untung
(Unincorporated Net Income)
3. Sewa Bersih yang diterima (Net Rent), yaitu sewa yang diterima dikurangi
dengan sewa yang dibayar
4. Bunga bersih yang diterima (Net Interest), yaitu bunga yang diterima
dikurangi bunga yang dibayar
5. Laba Perusahaan (Corporate Profit), yang terdiri dari:
a. Deviden (Devidents)
b. Laba Perseroan yang tidak dibagi (Undistributed Profit)
c. Pajak Perseroan (Corporate Taxes)
6. Pajak Tidak Langsung Bersih (Net Interest Business Taxes), yaitu pajak tidak
langsung yang diterima dikurangi dengan pajak tidak langsung yang dibayar
7. Penyusutan (Depreciation) barang-barang modal.
Dengan demikian GDP atau Y = Tiga Sektor Ekonomi
Atau GDP atau Y = Sebelas Lapangan Usaha Ekonomi
1.2. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
Dalam menggunakan Pendekatan Pengeluaran, perhitungan GDP dihitung dengan
menjumlahkan:
1. Pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi masyarakat suatu negara atau
dalam pengertian yang lebih ringkas disebut sebagai Pengeluaran Konsumsi
Swasta (Private Consumption Expenditure), C yang terdiri dari pengeluaran
konsumsi rumah tangga (Household Consumption Expenditure) dan
pengeluaran konsumsi lembaga-lembaga sosial yang tidak mencari untung.
2. Pengeluaran konsumsi pemerintah (General Government Consumption
Expenditure = G ).
3. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto dan Perubahan Stok (Gross
Domestic Fixed Capital Formation and Change in Stock ) atau secara umum
disebut Investasi (Investment = I ), yang terdiri Investasi baru (New
Investment), dan Investasi pengganti Modal Tetap yang sudah tua
(Replacement Investment), dan dalam hal ini termasuk depresiasi.
4. Ekspor Netto ( Net Export = Nx ): yaitu Ekspor Barang-barang & Jasa-jasa
(Export of Goods and Services = X ) dikurangi Impor Barang-barang dan
Jasa-jasa ( Import of Goods and Services = M ).
Dengan demikian GDP atau Y = C + G + I + ( X – M ).
35
Tabel 3 : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1983
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Berlaku )
Konsumsi Pemben- Perdagangan Luar Negeri
Pajak
tukan Peru- Penda- Tidak
Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN
Tangga Rintah Domes- Stok Netto sung sutan
tik Bruto Netto
1969 2297.8 199.0 2496.8 317.0 0 328.2 424.0 -95.8 2718.0 -34.9 2683.1 135.0 176.0 2372.1
1970 2578.7 293.0 2871.7 455.0 0 434.0 522.7 -88.7 3238.0 -48.5 3189.5 188.0 219.0 2782.5
1971 2817.7 341.0 3158.7 580.0 0 526.8 623.5 -96.7 3672.0 -67.9 3604.1 229.0 238.7 3136.4
1972 3308.7 414.0 3722.7 857.0 0 762.4 778.1 -15.7 4564.0 -144.2 4419.8 236.0 296.7 3887.1
1973 4804.1 716.0 5520.1 1208.0 0 1356.1 1330.8 25.3 6753.4 -245.3 6508.1 328.0 439.0 5741.1
1974 7343.8 841.0 8184.8 1797.0 0 3044.5 2318.3 726.2 10708.0 -498.6 10209.4 447.0 696.0 9066.4
1975 8731.5 1253.7 9985.2 2571.7 0 2897.2 2811.6 85.6 12642.5 -556.8 12085.7 519.2 820.7 10745.8
1976 10572.3 1550.5 12122.8 3204.9 0 3621.3 3522.3 99.0 15466.7 -482.5 14984.2 690.5 1006.3 13287.4
1977 12481.0 2077.3 14558.3 3826.4 0 4512.8 3864.5 648.3 19033.0 -677.8 18355.2 845.6 1235.7 16273.9
1978 15184.5 2658.9 17843.4 4670.7 0 4973.9 4742.0 231.9 22746.0 -866.7 21879.3 1028.9 1482.8 19367.6
1979 19513.7 3733.4 23247.1 6704.3 0 9628.7 7554.7 2074.0 32025.4 -1484.4 30541.0 1304.8 2089.4 27146.8
1980 27502.9 4688.2 32191.1 9485.2 0 13849.2 10079.8 3769.4 45445.7 -2010.7 43435.0 1634.6 2962.1 38838.3
1981 35560.0 5787.9 41347.9 11553.4 0 14927.9 13802.2 1125.7 54027.0 -1924.9 52102.1 1752.2 3511.8 46838.1
1982 41670.3 6831.7 48502.0 13467.1 0 13345.2 15681.7 -2336.5 59632.6 -1957.5 57675.1 2132.5 3877.1 51665.5
1983 47063.0 8077.3 55140.3 19467.9 2847.0 19846.1 19625.0 221.1 77676.3 -3283.1 74393.2 2450.8 3883.8 68058.6
Sumber : Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 1988/1989;
Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ).
Tabel 4 : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1983
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )
Konsumsi Pemben- Perdagangan Luar Negeri Pajak
tukan Peru- Penda- Tidak
Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN
Tangga rintah Domes- Stok Netto sung sutan
tik Bruto Netto
1969 3791.5 414.0 4205.5 537.8 0 746.0 668.8 77.2 4820.5 -55.0 4765.5 234.1 313.3 4218.1
1970 3904.6 483.9 4388.5 715.3 0 834.0 755.8 78.2 5182.0 -70.2 5111.8 251.7 336.8 4523.3
1971 4088.0 518.3 4606.3 866.9 0 942.7 871.2 71.5 5544.7 -94.8 5449.9 271.9 360.3 4817.7
1972 4323.5 560.9 4884.4 1032.0 0 1143.3 992.6 150.7 6067.1 -183.9 5883.2 294.5 394.2 5194.5
1973 4804.1 716.0 5520.1 1208.0 0 1356.1 1330.8 25.3 6753.4 -245.4 6508.0 328.0 439.0 5741.0
1974 5502.1 641.0 6143.1 1440.0 0 1445.0 1759.1 -314.1 7269.0 -378.3 6890.7 351.7 472.5 6066.5
1975 5699.2 835.5 6534.7 1650.2 0 1410.1 1964.2 -554.1 7630.8 -389.0 7241.8 370.6 496.0 6375.2
1976 6153.5 896.7 7050.2 1749.2 0 1650.2 2293.3 -643.1 8156.3 -314.1 7842.2 399.1 530.8 6912.3
1977 6399.6 1044.4 7444.0 2027.2 0 1805.8 2395.3 -589.5 8881.7 -420.1 8461.6 430.8 576.6 7454.2
1978 6879.5 1228.2 8107.7 2332.9 0 1824.3 2698.4 -874.1 9566.5 -493.2 9073.3 466.2 624.0 7983.1
1979 7865.8 1345.0 9210.8 2436.0 0 1822.0 3303.9 -1481.9 10164.9 -649.2 9515.7 495.7 663.5 8356.5
1980 8867.7 1489.6 10357.3 2896.0 0 1719.3 3823.4 -2104.1 11149.2 -758.7 10390.5 544.3 728.5 9117.7
1981 10349.5 1641.0 11990.5 3218.5 0 1678.2 4832.6 -3154.4 12054.6 -673.7 11380.9 587.4 786.2 10007.3
1982 10697.5 1776.1 12473.6 3636.7 0 1444.3 5229.2 -3784.9 12325.4 -652.7 11672.7 600.6 803.9 10268.2
1983 11501.1 1758.9 13260.0 3921.2 0 1535.0 5874.0 -4339.0 12842.2 -835.1 12007.1 625.8 837.6 10543.7
Keterangan: Khusus PNN tahun 1983, merupakan angka diperbaiki
*). Residual
Sumber : Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 1988/1989;
Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tabel V.92.
36
Keterangan:
Pengeluaran Konsumsi ( C )
Pengeluaran Konsumsi atau Private consumption expenditure, meliputi semua
pengeluaran rumah-rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga-lembaga
swasta bukan perusahaan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang langsung
dipergunakan untuk memmenuhi kebutuhan mereka. Pembelian barang-barang tahan
lama yang baru, seperti mobil, pesawat televisi dan sebagainya selain bangunan rumah,
tergolong sebagai variabel ekonomi “pengeluaran konsumsi”. Pembelian barang-barang
yang telah menjadi milik seorang konsumen tidak dapat dianggap sebagai pengeluaran
konsumsi, sebab pengeluaran konsumen yang satu, yaitu konsumen pembeli, diimbangi
oleh penerimaan konsumen penjual, sehingga nettonya sebesar nol. Bangunan rumah
tinggal pada umumnya dikatagorikan sebagai pebgeluaran investasi.
Pengeluaran Investasi ( I )
Sebutan lengkap variabel ekonomi agregatif ini ialah “Pengeluaran Investasi
Domestik Bruto” atau “Gross Private Domestic Investment”. Variabel ekonomi ini
meliputi semua pengeluaran domestik yang dilakukan oleh sektor swasta untuk
mendirikan bangunan-bangunan baru, mesin-mesin baru beserta perlengkapannya dan
perubahan jumlah berbagai macam persediaan perusahaan.
Pengeluaran Pembelian Pemerintah ( G )
Ungkapan-ungkapan lainnya yang dapat menggantikan variabel ekonomi
agregatif ini antara lain ialah “Pengeluaran Pemerintah untuk barang-barang dan jasa-
jasa” atau “Government Purchase of goods and services”, yang sering juga hanya
disingkat dengan sebutan Pengeluaran Pemrintah atau Government Expenditure begitu
saja. Dari istilah-istilah tersebut jelas bahwa pengeluaran-pengeluaran pemerintah dimana
pemerintah secara langsung memperoleh balas jasa atas pengeluaran tersebut sajalah
yang dapat kita masukan ke dalam katagori variabel ekonomi agregatif G. Pengeluaran-
pengeluaran pemerintah seperti misalnya pembayaran pensiun, bea siswa, subsidi dalam
berbagai bentuknya, dan berbagai macam bantuan finansial yang diberikan kepada sektor
swasta tidak dapat dimasukan kedalam katagori ini, melainkan harus dimasukan kedalam
katagori Transfer pemerintah (Tr).
Eksport Netto (X – M)
Variabel ekonomi agregatif ini merupakan hasil pengurangan nilai total impor
(M) terhadap nilai total eksport terhadap nilai total eksport (X). apabila neraca
perdagangan dalam keadaan pasif, yaitu nilai impor barang-barang dan jasa-jasa lebih
besar daripada nilai ekspor barang-barang dan jasa-jasa, maka nilai ekspor netto bertanda
negatif. Akhirnya dapat pila diketengahkan disini bahwa bagian kanan Perkiraan
Pendapatan dan Produk Nasiona, isinya dapat diungkapkan dalam bentuk kesamaan
matematika yang dapat disebut sebagai kesamaan produk nasional atau national product
identity: Y = C + I + G + (X – M ).
37
1.3. Pendekatan Pendapatan (Earning or Income or Cost Approach)
Dalam menggunakan Pendekatan Pendapatan, maka perhitungan GDP dapat
dihitung dari penjumlahan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut
serta dalam proses produksi didalam suatu negara yang dihitung dalam suatu periode
waktu tertentu, sebagai berikut:
1. Pendapatan yang diterima sebagai balas jasa dari penjualan/penyewaan
faktor produksi Tanah/Sumber-sumber Alam (Land/Natural
Resources) atau penerimaan oleh kaum buruh pemilik Tanah dan
Sumber alam lainnya, YRent.
2. Pendapatan yang diterima sebagai balas jasa dari penjualan/penyewaan
faktor produksi Modal (Capital) atau jumlah bunga (interest) yang
diterima oleh kaum pemilik Modal, YInterest.
3. Pendapatan yang diterima sebagai balas jasa dari penjualan/penyewaan
faktor produksi Tenaga Kerja (Labor) atau jumlah upah (wages) yang
diterima oleh kaum buruh, YWages.
4. Pendapatan yang diterima sebagai balas jasa dari penjualan/penyewaan
faktor produksi Kewirausahaan (Entrepreneour) atau junmlah laba
(profit) yang diterima oleh kaum pengusaha, YProfit.
Dengan demikian Y atau GDP adalah: GDP = YRent + YInterest + YWages + YProfit.
Keterangan:
Upah dan Gaji ( Yw )
Upah dan gaji, yang biasa disebut dalam istilah asing Wages and Salaries
merupakan pendapatan yang diperoleh rumah tangga keluarga sebagai imbalan terhadap
jasa sumber tenaga kerja yang mereka gunakan dalam pembentukan produk nasional.
Pengertian gaji dan upah tersebut dipakai dalam artian yang luas, yaitu meliputi juga
didalamnya bermacam penerimaan karyawan dalam bentuk lainnya, seperti misalnya
tunjangan keluarga, tunjangan perumahan, tunjangan perawatan sakit dan sebagainya.
Oleh karena itulah mudah difahami. Meskipun demikian mudahnya difahami, namun
sedikit saran akan penggunaan istilah yang lebih luas cakupannya, yaitu sebaiknya
digunakan istilah yang lebih tepat sebagai konpensasi untuk karyawan atau
compensaqtion of employees.
Sewa ( Yr )
Pendapatan sewa atau rental income meliputi semua macam sewa atas pemakaian
aktiva tetap oleh pihak lain atau oleh pemiliknya sendiri, kecuali kalau pihak penerima
sewa atau pemakai-pemilik aktiva tersebut merupakan perusahaan, yang sisa hasil
usahanya sudah tergolong kedsalam katagori laba. Dalam menghitung sewa rumah milik
sendiri, misalnya, diper4gunakan metode imputasi atau imputation.
38
Bunga ( Yi )
Variabel ekonomi agregatif meliputi semua pembayaran bunga modal pinjaman
yang dibayar oleh sektor swasta, baik sektor keluarga maupun sektor perusahaan.
Sedangkan bunga yang dibayar oleh pemerintah atas hutang pemerintah kepada
masyarakat tidak termasuk pendapatan bunga, melainkan dikatagorikan sebagai transfer
pemerintah.
Laba ( Yp )
Perbedaan antara jumlah penerimaan penjualan perusahaan dengan jumlah biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan per tahun merupakan laba atau profit perusahaan.
Dalam perkiraan pendapatan dan produks nasional, pada umumnya dibedakan:
(a) Laba perusahaan perseorangan atau proprietor’s income, yaitu laba yang
diperoleh oleh perusahaan-perusahaan yang tidak terbentuk badan hukum,
dan
(b) Laba perseroan atau corporate profit, yaitu laba yang diperoleh oleh
perusahaan-perusahaan yang berbentuk badan hukum.
Pada akhirnya dari beberapa uraian-uraian yang terdapat dalam sub-sub bab ini
dapat diambil intisarinya dalam bentuk kesamaan pendapatan nasional atas dasar biaya
faktor produksi sebagai berikut: Y at faktor = Yw + Yr + Yi + Yp
2. Faktor Produksi Dan Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi
2.1. Faktor Produksi “Tanah”
Tanah (land) atau sumber-sumber alam (natural resaourpes) melalui sumber-
sumber yang tersedia pada alam, yang merupakan “pemberian alam”, Sumber-sumber ini
masih bersifat potensiil menunggu tangan manusia, peralatan dan teknologi untuk dapat
menggunakannya, menggarapnya ataupun mengolahnya, sehingga sumber-sumber dapat
menjadi efektif untuk dapat dipergunakan dan dikumsumir manusia1).
Sumber-sumber alam yang tersedia (potensial) cukup penting artinya dan
peranannya bagi pembangunan, lebih-lebih bagi negara-negara yang masih terbelakang
ekonominya. Selamanya adalah lebih baik bagi sesuatu negara memiliki lebih banyak
sumber-sumber alam dari pada kurang memilikinya. Negara-negara yang memiliki
sumber-sumber alam, seperti: minyak bumi, biji besi, timah, batu bara, dan sebagainya
adalah mempunyai harapan yang lebih baik untuk pembangunan ekonominya
dibandingkan jika negara yang bersangkutan tidak memiliki/menghasilkannya. Dan
proses pembangunan itu akan dipercepat dengan adanya kombinasi antara sumber alam
tersebut dengan faktor-faktor lainnya, seperti: modal, tenaga manusia beserta ketrampilan
dan kemampuan teknologinya.
1). Rustian Kamaluddin., “Pengantar Ekonomi Pembangunan”, Universitas Andalas, Padang 1978, hal 70.
39
Sumber-sumber alam ini pada dasarnya dapat diklarifisikasikan kedalam 4
macam, golongan:
1. Ruangan atau lapangan tanah (land space)
2. Bahan-bahan mentah (raw materials)
3. Sumber-sumber tenaga (saources of power)
4. Keadaan cuaca dan iklim (atmospheric conditions).
2.2. Faktor Produksi “Capital”
Yang dimaksud dengan Kapital atau Modal sebagai faktor produksi dalam
pembangunan, bukanlah kapital dalam bentuk yang (money capital) tetapi real capital
atau capital goods (barang-barang modal). Yaitu barang-barang yang dihasilkan bukan
untuk memenuhi konsumsi atau kebutuhan langsung, melainkan untuk membantu
manusia didalam proses produksi. Sungguhpun demikian barang modal ini juga dinilai
atau diukur dengan uang (in terms of money) sehingga pada umumnya modal tersebut
dinyatakan pula dalam jumlah nilai uang.
Dalam teori ekonomi, jika ditinjau dari sudut bentuknya dan sifatnya dalam
proses produksi, maka capital goods ini dapat dibagi dalam:
(a) Circulating Capital (modal kerja atau modal berputar), yaitu barang modal
dalam bentuk persediaan bahan mentah, bahan baku dan setengah jadi, bahan
bakar, dan lain-lain yang dipergunakan atau dapat dipakai hanya satu kali atau
dalam jangka waktu yang pendek saja dalam proses produksi.
(b) Fixed Capital atau Capital Equipment (modal tetap), adalah barang modal
yang berupa pabrik, instalasi, mesin, traktor, dan sebagainya yang dapat
dipakai berulang kali atau dalam jangka waktu yang lama didalam proses
produksi.
Dalam ekonomi pembangunan lebih banyak penggolongan modal ini ditinjau dari
segi produktivitas pendapatan sebagai hasil dari jenis-jenis kapital tersebut ataupun dari
segi pengaruhnya langsung dan tidak dalam meningkatkan produksi. Dalam hubungan ini
barang-barang modal dapat diklasifikasikan dalam:
a. Economic Directly Productive Capital, yaitu barang modal yang secara
langsung dapat menghasilkan produksi, seperti: bangunan pabrik, lapangan
pertanian, mesin-mesin, peralatan dan bahan-bahan perindustrian dan lain-
lain.
b. Economic Overhead Capital, adalah barang-barang modal yang jadi dasar
atau landasan bagi perekonomian atau kegiatan ekonomi, yang hanya secara
tidak langsung dapat menghasilkan atau meningkatkan produksi. Misalnya:
faktor transpor (seperti jalan, alat perhubungan lainnya), stasion tenaga listrik,
saluran irigasi, dan sebagainya.
40
c. Social Overhead Capital, adalah barang-barang modal yang jadi dasar atau
sarana penting bagi keperluan-keperluan masyarakat yang secara tidak
langsung kemudian bermanfaat dalam usaha menghasilkan/meningkatkan
produksi. Misalnya: perumahan, sekolah, rumah ibadah dan lain-lain.
Jadi barang modal ini adalah semua barang-barang yang secara langsung atau
tidak langsung akan memberikan kemungkinan untuk memperbesar produksi dan
produktivitas didalam masyarakat. Overhead Capital ini, baik economic maupun social,
sekarang lazim pula disebut prasarana atau infrastruktur, sungguhpun pengertiannya
sehari-hari lebih banyak tertuju pada segi ekonominya.
Selanjutnya perlu ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan capital disini
hanyalah modal dalam bentuk barang atau materi yang diproduksi dan tidak termasuk
investasi (penanaman modal) yang berupa pemberian pendidikan, training, jasa-jasa
kesehatan dan yang sejenis dengan itu. Bagian ini sering kali disebut dengan istilah yang
lengkap “hubungan capital” atau “human investment”.
Keadaan dan jumlah faktor modal sangat besar pengaruhnya terhadap produksi
dan pendapatan nasional, karena dengan pertambahan barang modal ini akan dapat
ditingkatkan/diperbesar jumlah produksi dan pendapatan nasional, yang mana ini
selanjutnya akan memungkinkan pula terciptanya pertambahan modal yang diperlukan
untuk peningkatan produksi selanjutnya. Penambahan modal atau penambahan terhadap
stock (persediaan) barang modal biasanya disebut investasi (investment). Untuk
menjalankan investasi ini diperlukan adanya pembentukan atau akumulasi modal (capital
accumulation) sebelumnya, yang mana ini diciptakan dengan menyisihkan atau
menyimpan sebagian daripada income dalam masyarakat yang kemudian ditujukan
kepada investasi. Jadi dengan penghematan atau menekan pengeluaran atas barang-
barang konsumsi dalam masyarakat nantinya akan dapat diciptakan akumulasi modal
yang akan disalurkan pada investasi atau penambahan capital stock didalam masyarakat.
2.3. Faktor Produksi “Labor”
Peranan Tenaga manusia dalam proses produksi dan pembangunan ditentukan
oleh jumlah dan mutu tenaga kerja yang tersedia untuk pelaksanaan berbagai usaha
dilapangan-lapangan yang bersangkutan. Dinegara-negara underdeveloped pada
umumnya, termasuk dinegara kita, jumlah tenaga kerja dapat dikatakan cukup banyak,
sedangkan dari segi mutu berupa kecakapan dan ketrampilannya pada umunya masih
rendah serta terbatas.
Oleh karena tenaga ini merupakan bagian atau berasal dari penduduk yaitu
menyediakan tenaganya untuk proses produksi dan pembangunan, maka perkembangan
tenaga kerja adalah bertalian dengan perkembangan penduduk yang bersangkutan.
Aspek-aspek jumlah penduduk dan tenaga kerja yang mempengaruhi proses
produksi dan usaha untuk memperbesar pendapatan nasional, yang terutama diantaranya
ialah: (a) Jumlah penduduk dan kecepatan pertumbuhan penduduk, dan (b) komposisi
umur penduduk. Jumlah dan kecepatan perkembangan penduduk bersangkutan dengan
kelahiran, kematian dan migrasi (permindahan penduduk). Oleh karena unsur migrasi
antara negara, baik berupa immigrasi maupun berupa emigrasi, adalah relatif sangat
41
kecil, maka sebagai unsur demografis yang utama yang mengakibatkan perkembangan
penduduk ialah tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Selisih antara kedua unsur inilah
yang menunjukan bagaimana perkembangan penduduk suatu negara, apakah terjadi
pertambahan atau pengurangan penduduk.
2.4. Faktor Produksi “Entrepreneour”
Didalam pembangunan ekonomi negara-negara barat yang sekarang sudah maju
dan “Industrialized”, dimana produksi dan perekonomian pada umumnya terletak pada
tangan swasta yang bersifat private enterprice atau perkembangan perekonomiannya
terletak ditangan private entrepreneour yang mengintrodusir inovasi dalam berbagai
bidang ekonomi. Dengan pemakaian teknologi baru yang paling ekonomis menyebabkan
prekonomiannya berkembang terus menuju pada tingkat pendapatan dan kemakmuran
yang lebih tinggi. Dengan memakai istilah J.A. Schumpeter, pembangunan negara-
negara barat itu terletak pada tangan entrepreneour, yang diartikan sebagai orang yang
berambisi, mempunyai pandangan jauh kedepan, yang selalu berusaha merubah kondisi
yang ada dengan menciptakan dengan apa yang disebutnya “Innovations” atau “New
Combinations” dari faktor-faktor produksi. Inovasi yang diciptakannya itu adalah berupa
mengintrodusir produk yang baru, teknik produksi yang baru, sumber produksi yang
baru, pasaran yang baru dan organisasi produksi yang baru. Sebagai hasil dari usaha-
usaha entrepreneour swasta tersebut yang selalu menunjukan prestasi dan dinamisasi bagi
perkembangan perekonomian, ialah bahwa perekonomiannya cepat berkembang menuju
kepada kemakmuran masyarakat dan negaranya.
Dinegara-negara underdeveloped dialami kenyataan bahwa entrepreneour swasta
sebagaimana yang dijumpai dinegara-negara barat tersebut tidaklah banyak dijumpai atau
hampir kurang muncul. Bukan hanya enterpreneour yang dimaksud Schumpeter itu saja
yang terasa kekurangannya, dan juga meliputi kekurangan berbagai jenis tenaga ahli atau
tenaga skill.
Untuk perkembangan ekonomi dan pembangunan disadari bahwa sesungguhnya
cukup tersedia Tanah (land) dalam arti luas, Tenaga Kerja (labour) dan bahkan
Permodalan (Capital), akan tetapi faktor-faktor produksi ini sebagaian besar masih
bersifat potensiil saja. Unsur-unsur produksi dan potensiil itu baru akan dapat menjadi
efektif dan besar manfaatnya bagi kehidupan masyarakat jika tersedia pula berbagai rupa
tenaga-tenaga skills untuk mengatur dan merubah faktor-faktor produksi tersebut
sehingga menjadi eferktif dan produktif.
Sehubungan dengan itu dinegara kita dan juga dinegara-negara terbelakang pada
umumnya disadari bahwa kekurangan tenaga skills itu perlu diisi atau diatasi segera
dengan mengadakan berbagai usaha yang disebut “Investment of human skills” atau
disebut pula sebagai investasi dalam hal “technological and managerial know-how”, yaitu
penanaman modal untuk membentuk dan menghasilkan tenaga-tenaga ahli dengan
melalui pendidikan-pendidikan keahlian dan kejuruan dengan peralatan dan sistem yang
ruwet (sophisticated).
Kekurangan tenaga skill yang perlu diisi dengan pendidikan, upgrading dan
latihan itu meliputi berbagai macam jenisnya, yang terpenting diantaranya ialah jenis-
jenis keahlian yang berikut ini:
42
(a) Keahlian atau kecakapan dalam bidang teknik, keahlian yang khusus
bersangkutan dengan ekonomis-teknis, yang diperlukan untuk mengatur dan
melaksanakan pekerjaan dibidang ekonomi dalam melayani peralatan dengan
teknik yang modern. Keahlian ini disebut dengan technological skills.
(b) Keahlian atau kecakapan untuk mengatur/memimpin badan-badan usaha
ataupun kelembagaan lainnya (seperti: bank, badan asuransi, koperasi dan
sebagainya), sehingga dapat berjalan dengan efisien dan ekonomis. Keahlian
ini disebut dengan organisational skills.
(c) Keahlian dan kemampuan yang diperlukan untuk mempergunakan
kesempatan kesempatan yang potensiil sehingga menjadi efektif, dengan
mengintrodusir kombinasi-kombinasi atau dalam proses produksi dan
pembangunan. Keahlian ini disebut dengan managerial skills atau
entrepreneourial skills.
Kekurangan tenaga skills tersebut dapat disebabkan oleh faktor non-ekonomis
maupun faktor ekonomis sendiri. Faktor non-ekonomis disini menyangkut faktor-faktor
sosial-budaya dan pembawaan atau bakat dari individu-individu dalam masyarakat, yang
dinegara underdeveloped terdapat kelemahan-kelemahan dalam faktor non-ekonomis ini,
sehingga memungkinan timbulnya tenaga-tenaga skills didalam masyarakat. Sedangkan
faktor-faktor ekonomis yaitu yang terletak dalam bidang ekonomi dan yang menghambat
pula munculnya tenaga skills tersebut ialah sebagai akibat dari kurangnya tenaga beli
efektif dalam arti riil, kurangnya “external economies” (penghematan atau keuntungan-
keuntungan yang berasal dari luar bidang usaha yang bersangkutan) berhubung karena
masih kurang tersediaannya economic dan social overhead capital dalam perekonomian
negara.
Oleh karena kenyataan bahwa justeru dinegara-negara underdeveloped hampir
tidak terdapat tenaga-tenaga entrepreneour partikulir yang dalam sejarah negara-negara
barat merupakan pelopor pembangunan, disamping kekurangan tenaga-tenaga skills
lainnya. Ditambah lagi dengan adanya kekurangan dari segi faktor-faktor ekonomi
sebagaimana yang disebutkan diatas, sehingga tidaklah memungkinkan terangsang atau
berkembang dengan sendirinya peningkatan ekonomi dan pembangunan yang berasal
dari masyarakat semata-mata. Sehubungan dengan itu tidak ada jalan lain selain dari pada
negara atau pemerintah sendiri yang harus tampil kedepan sebagai perintis dan pelaksana
pembangunan. Dalam hubungan ini dinyatakan bahwa negara harus berfungsi dan
bertindak sebagai “agent of development”, yaitu sebagai suatu badan yang secara
langsung mengatur, mengarahkan dan bahkan turut melaksanakan pembangunan dan
perkembangan ekonomi secara keseluruhannya.
Pemerintah atau negaralah yang merencanakan, mengarahkan dan mengatur
seluruh kegiatan ekonomi dan pembangunan, sungguhpun demikian pemerintah mungkin
dapat melaksanakan seluruhnya segala kegiatan ekonomi dan pembangunan ataupun
mungkin hanya terbatas pada bagian tertentu saja dari bidang pembangunan itu,
sedangkan bagian-bagian/pembangunan lainnya dilaksanakan oleh pihak swasta atau
masyarakat sendiri meskipun tetap dibawah pengaturan pemerintah.
43
3. Tekhnik Perhitungan Pendapatan Nasional
Diatas telah dapat disimpulkan bahwa, perhitungan pendapatan nasional hanya
mempunyai 3 konsep, yaitu: (1). Pendekatan Produksi (Production approach), (2).
Pendekatan Pengeluaran (Expenditure approach) dan (3). Pendekatan Pendapatan
(Earning or Income or Cost approach). Sedangkan Variabel Agregatif yang berujud
sebagai pendapatan Nasional berjumlah 6 buah, yaitu: GDP, GNP, NNP, NNP at Factor
Cost, NI dan Disposible Personal Income. Aturan yang dimainkan dalam perhitungan
pendapatan nasional adalah harus memulai dari menghitung berdasarkan konsep pertama.
Konsep kedua akan dapat dihitung setelah konsep pertama terselesaikan, demikian
selanjutnya konsep ketiga dapat pula dihitung dari konsep kedua selesai.
Diawali oleh konsep pertama, yaitu dengan menjumlahkan seluruh unit-unit
terkecil (seperti produk atau output) yang terdapat pada masing-masing lapangan usaha
ekonomi yang membentuk PDB. Khususnya dilakukan terhadap unit yang paling kecil
sekali dari lapangan usaha ekonomi. Sebagai contoh pada sub lapangan usaha pertanian,
khususnya unit yang paling kecil sekali dari Tanaman Bahan Makanan (Farm Food
Crops) seperti komoditi padi atau gabah. Dalam melakukan perhitungan Pendapatan
Nasional haruslah dihindari perhitungan ganda (double counting), dan untuk tujuan yang
demikian itu perhitungan pendapatan nasional dilakukan dengan hanya menghitung nilai
tambah (value added) yang dihasilkan oleh suatu rantaian proses produksi atau yang
diperhitungkan kedalam pendapatan nasional hanyalah nilai produk akhir (final product),
sehingga nilai produk atau komoditi yang merupakan produk perentara (intermediate
product) seperti bahan mentah tidaklah diperhitungkan kedalam pendapatan nasional.
Tabel 5. Nilai Tambah Yang Dihasilkan
Produk yang dihasilkan
Nilai Produk (Rp)
Nilai Tambah (Rp)
Padi
Beras
Tepung Beras
Super Mie
2.000
3.500
4.500
10.000
2.000
1.500
1.000
5.500
Total Nilai Tambah
10.000
Perhitungan produksi dari gabah atau padi pada umumnya dihitung dalam satu
kilogram. Untuk menelusuri konsep atau cara perhitungan nilai tambah dari produk akhir
padi dalam hal ini dilakukan sebagai berikut. Pada tabel 5 dapat diperhatikan bahwa nilai
dari satu kilogram gabah yang dihasilkan petani disuatu tempat/desa/kecamatan/region
tertentu adalah Rp 2.000,- dan dapat dikatakan bahwa petani yang menghasilkan padi
44
pada tempat/desa/kecamatan/region tertentu ini untuk satu kilogram memberikan
konstribusi terhadap pendapatan nasional sebesar Rp 2.000,-. Padi ini setelah diolah oleh
penggilingan/huller menjadi beras yang juga untuk ukuran satu kilogram bertambah
nilainya menjadi Rp 3.500,- dan dapat dikatakan konstribusi penggilingan padi terhadap
pendapatan nasional bukanlah sebesar Rp 3.500,- akan tetapi hanya sebesar Rp 1.500,-
(sama dengan Rp 3.500,- dikurangi Rp 2.000). Katakanlah pada tempat tersebut juga
terdapat aktivitas pabrik tepung yang juga mengolah beras menjadi tepung beras dan
untuk satu kilogram tepung beras pada tempat tersebut nilainya Rp 4.500,- dan dapat
dikatakan bahwa konstribusi pabrik tepung terhadap pendapatan nasional adalah sebesar
Rp 1.000,- (= Rp 4.500,- Rp 3.500,-). Rupanya ujud akhir produk pada tempat yang
dimaksud tersebut masih belum berakhir dan pada tempat/desa/kecamatan/region tertentu
ini masih ada aktivitas produksi lainnya seperti adanya pabrik supermie yang mengolah
tepung beras (salah satu bahan yang digunakan) untuk menjadi super mie, pabrik ini
menghasilkan satu kilogram supermie senilai Rp 10.000,- dan dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa yang merupakan konstribusi dari pabrik supermie terhadap pendapatan
nasional adalah sebesar Rp 5.500,- (= Rp 10.000,- Rp 4.500,-). Dari kempat produk
yang dihasilkan tempat/desa/kecamatan/region tertentu yang menjadi pengamatan, hanya
super mie yang dianggap sebagai produk ahkir (final product) dari rantaian proses
produksi yang diambil sebagai contoh. Beras dan tepung beras hanyalah merupakan
produk perentara (intermediate product) dalam hal menghasilkan super mie. Perlu dicatat
bahwa nilai tambah total yang dihasilkan adalah sebesar Rp 10.000,- yang nilai ini
adalah persis sama dengan nilai produk akhir super mie dan kedua nilai tersebut memang
harus sama.
Pada contoh menghitung nilai tambah yang telah disajikan pada tabel 5 diatas,
dimana pendapatan nasional yang diperoleh dinyatakan dengan uang. Sebetulnya
pendapatan nasional dapat diukur dengan unit benda (kesatuan fisik) dan jam kerja yang
diperlukan untuk menghasikan produk tersebut. Tetapi kalau dilakukan dengan memakai
kesatuan fisik maka akan ditemui banyak kesulitan, karena produk-produk atau komoditi-
komoditi yang dihasilkan oleh masyarakat bersifat heterogen. Dan kalau digunakan unit
jam kerja juga akan mempunyai kesukaran-kesukaran, karena proses produksi masing-
masing komoditi adalah berbeda dan tingkat teknologi yang digunakan pada proses
produksi yang berlainan adalah tidak sama, ada teknologi yang padat karya yang
memerlukan jam kerja yang lebih banyak dan ada pula teknologi padat modal yang
memerlukan jumlah jam kerja yang lebih sedikit untuk menghasilkan output yang sama
junmlahnya. Oleh karena itu, pendapatan nasioanal pada umumnya diukur dengan unit
uang.
Untuk mengacu kearah pengertian perhitungan pendapatan nasional yang mudah
dimengerti, bahwa perhitungan pendapatan nasional suatu negara melibatkan banyak
pihak/badan/instansi/dinas terkait sesuai departemennya. Perhitungan pendapatan
nasional dengan pendekatan produksi (production approach) dapat digolongkan menurut
sektor ekonomi atau lapangan usaha ekonomi masing-masing hingga sampai kepada
rincian yang terkecil sekali seperti komoditi hasil-hasil produksi yang dihasilkannya.
Pada contoh diatas terdapat 4 produk hasil produksi pada tempat/desa/kecamatan/regional
tertentu tersebut. Bermula kepada suatu istilah kuno “Lain lubuk lain ikannya, lain
padang lain hilalangnya”. Dari apa yang ditegaskan oleh istilah kuno tersebut maka
45
dapat pula disimpulkan setiap tempat mempunyai kondisi yang berbeda-beda, baik hasil
produksinya maupun macam dan ragam comoditi hasil produksi yang dipunyainya.
Jadi untuk menghindari perhitungan ganda (double counting) dalam perhitungan
pendapatan nasional, dan yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah berapa buah atau
berapa macam comoditi hasil produksi tempat/desa/kecamatan/regional tertentu tersebut
dan setiap unit-unit hasil produksi dicatat oleh yang membidanginya. Contohnya, produk
hasil produksi seperti padi, singkong, kacang tanah dan lain sebagainya dicatat oleh
departement pertanian serta jajarannya yang terkait. Sedangkan hasil produksi industri
pengolahan seperti tepung beras, super mie, minyak goreng dan lain sebagainya dicatat
oleh departement Industri serta jajarannya yang terkait. Hasil produksi perhubungan,
lambaga keuangan, perdagangan serta jaja-jasa lainnya dicatat oleh masing-masing
departement serta jajaran yang terkait, dan juga dicatat dari hasil survey Biro Pusat
Statistik. Pada prinsipnya muara akhir pencatatan pendapatan nasional dengan
pendekatan produksi bermuara ke BPS. Selanjutnya mengenai harga produk hasil
produksi untuk seluruh lapangan usaha ekonomi yang ada ujud fisiknya, dicatat oleh
pasar atau departement perdagangan serta jajarannya yang terkait, hanya kemungkinan
sebagai terkecuali produk-produk hasil produksi jasa seperti sewa rumah, sewa
penginapan, perhotelan dan lain sebagainya pada umumnya berupa hasil survey yang
sebagian besar dicatat oleh BPS. Pada hakekatnya, apabila data produk-produk hasil
produksi (Quantity = Q) dan harga pasar (Price = P) produk-produk tersebut sudah dapat
diketahui secara pasti pada objek pencatatan dan penelitian, maka BPS melakukan
asumsi-asumsi statistik untuk mendapatkan seluruh nilai produk-produk hasil produksi
yang berupa perkalian Quantity dengan Harga ( P x Q ), dan menelusuri perhitungan
untuk seluruhnya kedalam kontek yang bersifat nasional, sehingga seluruh data bermuara
pada BPS dan terciptanya pendapatan nasional suatu negara.
Menelusuri lebih lanjut tugas BPS sebagai muaranya seluruh data dalam kontek
yang bersifat nasional pada khususnya, dan bahkan terdapat pula beberapa data-data yang
bersifat internasional secara umum. Tugas BPS bukan terbatas untuk hanya menghitung
pendapatan nasional melalui pendekatan produksi (production approach) saja, akan tetapi
melingkupi untuk ketiga pendekatan perhitungan pendapatan nasional yang ada. Lebih
jauh daripada itu bahkan BPS juga meliput data-data sosial masyarakat seperti jumlah
penduduk, dan sedikit data yang bersifat teritorial dalam hal pertahanan nasional dan lain
sebagainya yang kiranya sangat berguna untuk mengukur kemajuan/kemunduran
aktivitas ekonomi dan pembangunan nasional, bahkan untuk melihat ukuran aktivitas
ekonomi dan pembangunan yang sesungguhnya seperti menetukan daya beli dalam
masyarakat tidak cukup ditentukan oleh data yang bersifat nominal dan BPS juga
melakukan penafsiran pendapatan nasional dalam arti riil.
Banyak hal yang perlu diperhatikan secara jelimet dalam perhitungan pendapatan
nasional. Selain dari menghindari perhitungan ganda (double counting), terdapat pula
upaya untuk menghindari perhitungan taksiran yang tinggi (overestimate) dan
perhitungan taksiran yang rendah (underestimate). Memang agak sulit untuk
mendapatkan perhitungan kearah taksiran yang optimal, seperti halnya pada produk-
produk hasil produksi. Apakah suatu produk yang dihasilkan tersebut merupakan produk
perentara atau produk akhir, apakah konsumsi yang dilakukan merupakan konsumsi akhir
atau konsumsi perentara. Kadang-kadang suatu produk/konsumsi mempunyai sifat ganda,
dimana sebahagian elemennya merupakan elemen produk/konsumsi akhir, sedangkan
46
sebahagian elemen lainnya merupakan elemen produk/konsumsi perentara. Misalnya,
biaya oplet yang dikeluarkan oleh seorang karyawan menuju kantor dan kembali
kerumahnya, apakah akan dianggap sebagai konsumsi akhir atau konsumsi perentara ?.
Sewa VCD apakah akan dianggap sebagai konsumsi akhir atau konsumsi perentara ?.
Untuk mengatasi masalah ini agar jangan terjadi perhitungan ganda dan atau jangan
terjadi perhitungan taksiran yang tinggi, mereka yang melakukan perhitungan pendapatan
nasional membuat asumsi-asumsi tertentu dalam menentukan apakah suatu
produk/biaya/konsumsi akan dikatagorikan sebagai produk/biaya/konsumsi akhir atau
perentara. Asumsi dan batasan yang dibuat itu seterusnya akan dievaluasi setiap tahun
sehingga pada akhirnya kesangsian akan adanya perhitungan taksiran tinggi
(overestimate) dapat dikurangi.
Dilain pihak adapula sebagaian orang yang berpendapat bahwa setiap metoda
perhitungan yang digunakan akan memberikan perhitungan taksiran yang rendah
(underestimate), oleh karena dalam prakteknya seringkali nilai beberapa variabel
ekonomi seperti produk/biaya/produksi yang tidak diperhitungkan sama sekali. Misalnya,
nilai jasa-jasa ibu rumah tangga yang bekerja mengurus rumah tangganya tanpa bayaran
lelah yang tidak diperhitungkan kedalam pendapatan nasional, padahal kalau pekerjaan
itu dikerjakan oleh pembantu rumah tangga dibayar berupa nilai jasa-jasa mereka (diukur
dengan gaji yang mereka terima) dianggap mempunyai konstribusi terhadap pendapatan
nasional. Demikian pula halnya dengan jasa sang ayah yang memperbaiki rumah tempat
tinggal mereka tidak dinilai dan tidak diperhitungkan kedalam pendapatan nasional,
padahal kalau pekerjaan sang ayah tadi dikerjakan oleh seorang tukang yang proposional
akan dibayar berupa nilai jasa berupa gaji yang diterima oleh tukang tersebut. Selain
daripada itu seperti petani yang mengolah sawah/ladangnya sendiri, padahal kalau
diupahkan kepada orang yang bisa bertani tadi juga akan mengeluarkan sebagai upah
yang harus dibayar atas jasa yang mereka berikan atau produksi tanaman perkarangan
yang dimakan sendiri oleh anggota rumah tangga, padahal kalau produk hasil produksi
tanaman perkarangan tersebut dijual kepasar akan dianggap mempunyai konstribusi
terhadap pendapatan nasional. Selanjutnya sewa rumah yang ditempati sendiri, padahal
kalau disewakan pada orang lain yang menempati rumah atau bagaian dari rumah
tersebut akan memberikan konstribusi kedalam pendapatan nasional.
Beberapa kesangsian yang diungkapkan berupa jasa ibu rumah tangga, jasa ayah,
produksi tanaman perkarangan dan sewa rumah yang ditempati sendiri dan lain
sebagainya kesemuanya diabaikan sebagai konstribusi pendapatan nasional. Tujuan
diabaikan, tidak lain dan tidak bukan antara lain terutama menghindari perhitungan ganda
(double counting) dan untuk kesemua kesangsian diatas tersebut termasuk biaya
konsumsi yang dikeluarkan. Mengenai pengeluaran konsumsi berupa biaya yang harus
dikeluarkan tersebut diatas, dalam perhitungan pendapatan nasional akan didapatkan
melalui residual dari pendapatan nasional dikurangi tabungan. Untuk kesangsian yang
seperti ini, telah mengingatkan kita pula kepada defenisi ahli ekonomi modern J.M
Keynes tentang tabungan, terkutip: “Bahwa yang dimaksud dengan tabungan adalah
bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi”. Sehubungan dengan definisi ini, kalau
yang dimaksud pendapatan nasional tersebut adalah PDB dan data PDB itu sendiri
berasal dari konsep perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi,
sedangkan data tabungan diambil dari data yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan
bank dan non-bank. Cara lain yang dapat digunakan adalah menggunakan persamaan
47
“Ekonomi Sektoral”, yaitu: Ekonomi Dua,Tiga dan Empat Sektor yang tergabung
dengan Tiga konsep perhitungan pendapatan nasional, yaitu: Pendekatan Produksi
(Production approach), Pendekatan Pengeluaran (Expenditure approach) dan Pendekatan
Pendapatan (Earning or Income or Cost approach), antara lain dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Ekonomi Sektoral:
C + I Y C + S (…eko 2 sektor)
C + I + G Y C + S + T (…eko 3 sektor)
C + I + G + (X - M) Y C + S + T (…eko 4 sektor)
atau C + I + G + (X - M) Y C + S + (T - R)
Konsep Perhitungan GDP:
Dengan demikian GDP atau Y = Tiga Sektor Ekonomi
Atau GDP atau Y = Sebelas Lapangan Usaha Ekonomi
Dengan demikian GDP atau Y = C + G + I + ( X – M ).
Dengan demikian GDP atau Y at faktor = Yw + Yr + Yi + Yp
Dengan menyelesaikan hubungan antara ekonomi sektoral ( eko 4 sektor ) dengan
pendekatan perhitungan pendapatan nasional (expenditure approach), akan didapat
sebagai berikut:
C + I + G + (X - M) Y C + S + (T - R)
GDP atau Y = C + G + I + ( X – M )
C + I + G + (X - M) Y GDP
C = GDP - [ I + G + (X - M)] , dimana C adalah Residual
Dalam aktivitas suatu negara, khususnya pada ekonomi yang bersifat terbuka, dimana
data GDP berasal dari Pendekatan Produksi (Production approach), sedangkan Investasi
I, Pengeluaran pemerintah G, ekspor X dan Impor M datanya telah tersedia pada negara
bersangkutan selama aktivitas ekonomi yang telah berjalan, sehingga Konsumsi C akan
didapat sebagai reidual. Selanjutnya dengan menggabungkan pula dengan aktivitas
“faktor produksi” yang dilakukan oleh masyarakat suatu negara, antara lain masyarakat
menerima pendapatan yang berasal dari balas jasa atas faktor produksi yang ada tersebut,
sehingga ketiga konsep perhitungan GDP tersebut akan tergabung dan terurai secara
bersamaan sebagai berikut:
GDP = C + G + I + ( X – M )
– Pendapatan Netto Terhadap Luar Negeri (Net Factor Income From Abroad)
= GNP
– Penyusustan (Depreciation Capital Consumption Allowance)
= NNP
– Pajak Tak Langsung Netto (Net Indirect Taxes)
= NNP at Factor Cost
= NNY ( Net National Income)
48
= NI (National Income)
– Keuntungan Perusahaan (Corpotare Profit)
– Konstribusi Asuransi Sosial (Social Insurance Costribution)
+ Penerimaan Transfer ( Transfer Reciep)
+ Penyesuaian Bunga ( – Net Interest + Personal Interest)
+ Deviden (Devident)
= Personal Income
– Pajak Perorangan dan Pembayaran Bukan Pajak (Personal Tax and Non Tax Payment)
= Disposible Personal Income
Produk-produk hasil produksi dalam perhitungan pendapatan nasional, khususnya
hasil produksi dilakukan menurut satuan ukurnya, mungkin kg, meter, liter dan lain
sebagainya baru kemudian dikalikan dengan unit uang hingga didapat nilai produksi
masing-masingnya yang merupakan konstribusi dalam pendapatan nasional. Disamping
itu, seperti beberapa kesangsian yang diungkapkan berupa jasa ibu rumah tangga, jasa
ayah, produksi tanaman perkarangan dan sewa rumah yang ditempati sendiri dan lain
sebagainya juga diukur melalui asumsi-asumsi tertentu sesuai objeknya dan satuan
ukurnya sendiri-sendiri. Yang paling penting dalam proses perhitungan pendapatan
nasional melakukan perhitungan kearah yang bersifat optimal, menghindari perhitungan
ganda, perhitungan taksiran yang tinggi dan perhitungan taksiran yang rendah. Lebih jauh
daripada atau secara hakiki proses perhitungan pendapatan nasional harus dilakukan
dengan prinsip “meletakan sesuatu pada tempatnya”.
4. GNP Dan Pendapatan
Tabel 6: GNP dan Pendapatan Nasional, 1982 (dalam Milyar Dollar) Tabel 9: GNP dan Pendapatan Nasional, 1982 (dalam Milyar Dollar)
$ Milyar $ Milyar Produk Nasional Bruto (GNP) 3059.3 Dikurangi: Capital Consumption allowance 356.4
Sama dengan: Produk Nasional Netto (PNN) 2702.9 Dikurangi: Pajak Tak Langsung 258.8 Lain-lain (Netto) 7.5 Sama dengan: Pendapatan Nasional (NI) 2436.6
Sumber: Survey of Current Business, April 1983.
49
Tabel 7: Pendapatan Dan Distribusinya, 1982 (dalam Milyar Dollar)
$ Milyar % Pendapatan Nasional (NI) 2436.6 100.0 Pendapatan para pekerja 1856.6 76.2 Pendapatan perusahaan perseorangan 120.3 4.9 Pendapatan Dari Sewa 34.1 1.4
Keuntungan perusahaan 160.8 6.6 Bunga Netto 264.9 10.9
Sumber: Survey of Current Business, April 1983.
Tabel 8: Pend. Nasional Dan Pend. Perseorangan, 1982 (dalam Milyar Dollar)
$ Milyar $ Milyar Pendapatan Nasional (NI) 2436.6 Dikurangi:
Keuntungan Perusahaan 164.8 Konstribusi Asuransi Sosial 253 Ditambah: Transfer Pemerintah dan Perusahaan 374.5 kepada perorangan Penyesuaian bunga 105.1 Devident 66.4 Sama dengan:
Pendapatan Perorangan 2564.8
Sumber: Survey of Current Business, April 1983.
Tabel 9: Pendapatan Perseorangan, Pendapatan Disposibel, 1982
$ Milyar $ Milyar Pendapatan Nasional (NI) 2564.8 Dikurangi: Pajak Perorangan dan Pembayaran 402.1
Bukan Pajak Sama dengan: Pendapatan Perorangan disposibel 2162.7 Pengeluaran perorangan: 2056.3 Pengeluaran konsumsi perorangan 1991.9 Bunga yang dibayarkan oleh konsumen 58.1 Transfer kepada orang asing 6.3 Sama dengan:
Tabungan perorangan 106.4
Sumber: Data Resources, Inc.
50
Gambar: 1
Penyusutan
Pajak Tak Langsung
Pendapatan Pajak Per-
Perorangan orangan dan Pembayaran = Bukan Pajak Pendapatan Nasional -
GNP Keuntungan NNP Perusahaan - Konstribusi Pendapatan Asuransi Perorangan Sosial Disposible
+ Penerimaan Transfer +
Pendapatan Bunga Netto + Deviden
51
Gambar 2: "RINGKASAN PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL"
GNP = Penyusutan = NNP GNP - Pajak Tak Langsung = Pendapatan Nasional Pendapatan Nasional = Upah dan Gaji + Pend. Perusahaan + Pend.Sewa Perorangan + Keuntungan Perusahaan + Bunga Netto
Pendapatan Nasional - Keuntungan Perusahaan - Kontribusi Asuransi Sosial + Penerimaan Transfer + Penyesuaian bunga + Deviden = Pend.Perorangan Pend.Perorangan - Pajak Perorangan dan Pembayaran bukan Pajak = Pend.Perorangan Disposibel Pend.Perorangan Disposibel = Pengeluaran Perorangan + Tabungan Perorangan
52
Bahan Kuliah ke 7, 8, 9, 10 dan 11
BAB III
PENDEKATAN PENGELUARAN
PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
Sub Pokok Bahasan:
1. Konsep Perhitungan Pendapatan Nasional: Ekonomi Sektoral 53
2. Economic’s Medel: “Circular Flow of Income” 54
3. Analisis Kualitatif Perhitungan Ekonomi Sektoral 55
3.1. EKONOMI DUA SEKTOR 55
3.2. EKONOMI TIGA SEKTOR 65
3.3. EKONOMI EMPAT SEKTOR 73
4. Analisis Kuantitatif Perhitungan Ekonomi Sektoral 82
4.1. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 2 Sektor 82
4.2. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 3 Sektor 95
4.3. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 4 Sektor 110
53
1. Konsep Perhitungan Pendapatan Nasional: Ekonomi Sektoral
Masalah pendapatan nasional merupakan masalah yang sangat esensial sekali
dalam perekonomian nasional. Naik turunya pendapatan rupanya tidak dapat dihandari
dari akibat naik turunya investasi. Naik turunya investasi tersebut tidak pula terlepas
dengan naik turunya tabungan. Banyak faktor-faktor baik intern maupun ekstern yang
mempengaruhi tabungan. Dari teori ekonomi yang diketahui, dimana tabungan tergantuk
pada pendapatan nasional. Naik turunnya pendapatan nasional akan menentukan naik
turunya pula tabungan.
Yang menjadi permasalahan sekarang bukanlah menentukan faktor naik turunya
tabungan yang disebabkan karena pendapatan, akan tetapi adalah naik turunya
pendapatan yang menurunkan tabungan, karena pendapatan tergantung pada banyak
faktor secara agregatif. Jelas bahwa kalau pendapatan berada pada tingakat yang merosot,
maka tidak mustahil bagian dari pendapatan seperti tabungan, konsumsi masyarakat,
investasi dan lain sebagainya juga akan menurun dalam tingkat yang wajar untuk ukuran
pendapatan tersebut.
Dalam menetralisir perekonomian nasional, bahwa pendapatan nasional tetap
menjadi ujung tombak dalam pembahasan-meskipun yang dibahas itu adalah tabungan
atau investasi dan lain sebagainya. Pada hakekatnya pembahasan seperti tabungan atau
investasi akan bermuara kepada pendapatan juga, hanya saja pembahasan tersebut lebih
banyak membubuhkan sikap, cara kerja, keputusan dan kebijaksanaan yang diambil
dalam perekonomian.
Selama periode penelitian ini, yaitu 1969-1997 sudak tidak sedikit kebijaksanaan
ekonomi yang dilakukan pemerintah untuk mengarah kepada tujuan kebajikan. Karena
sulitnya untuk disebutkan secara satu per satu dalam analisa yang lebih komplit dan
jelimet, maka diambil saja beberapa buah seperti paket deregulasi beberapa tahun
belakangan ini telah banyak menghilangkan distorsi dalam sektor riel maupun sektor
moneter dari perekonomian Indonesia.
Beberapa masalah ekonomi makro yang esensial masih harus dibenahi. Masalah-
masalah itu pada dasarnya merupakan kesiapan institusi dan struktur ekonomi untuk
menghadapi berbagai jenis pandangan yang akan dihadapi untuk masa selanjutnya. Salah
satu masalah institusional yang sangat penting adalah berkaitan dengan perangkat-
perangkat kebijaksanaan fiskal dan moneter untuk pengendalian perekonomian secara
makro ( F. Dernburg Thomas: 1985, h. 145 ).
Kebijaksanaan moneter dan fiskal pada dasarnya ditujukan untuk pengendalian
sisi permintaan agregat dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi dan kesempatan
kerja yang cukup tinggi serta laju inflasi yang rendah. Yang dimaksud dengan permintaan
agregat adalah keseluruhan permintaan terhadap barang dan jasa produksi nasional.
Permintaan agregat itu merupakan penjumlahan dari permintaan dalam negeri untuk
konsumsi dan investasi dengan permintaan dari luar negeri berupa ekspor
(Jan.Tinberberggen: 1956, h 230 ).
Pengalaman dua puluh sembilan tahun ekonomi era ordebaru pembangunan sejak
Pelita I memberikan bukti betapa dominannya pengaruh permintaan agregat itu terhadap
prestasi pembangunan ekonomi suatu negara
54
2. Economic’s Medel: “Circular Flow of Income”
Sebenarnya yang membedakan antara analisa Mikroekonomi dengan
Makroekonomi adalah skop pembahasannya saja. Sebagaimana yang telah dijelaskan
semula, bahwa Mikro yang berarti “Small” (sedikit) dan Makro yang berarti “large”
(besar atau luas). Kata-kata ini kemudian digunakan untuk membedakan dua macam
pendekatan (approaches) atau dua macam analisa dalam Microeconomic dan
Macroeconomic. Sekilas mengenai pengertian masing-masingnya, bahwa Microeconomic
adalah pendekatan atau analisa ilmu ekonomi yang berhubungan dengan hanya bagain-
bagian daripada aktivitas ekonomi keselurahannya yang dilakukan oleh pelaku-pelaku
ekonomi secara individual (sendiri-sendiri). Sedangakan Macroeconomic adalah
pendekatan atau analisa ilmu ekonomi yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi
keseluruhannya yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi secara menyeluruh
(aggregate)1).
Micro-Macro Economic Model: Circular Flow of Income
Pembayaran Pendapatan
Rp 50.000
Jasa-jasa Faktor
Barang2 dan Jasa2
Belanja Konsumsi
Rp 50.000
Sehingga dalam pada itu pula bahwa Microeconomic’s Medel: “Circular Flow of
Income” yang terdapat dalam analisa ini adalah sirkulasi pendapatan individual yang
didapat melalui penggunaan/penjualan faktor produksi yang ia miliki, yang sama dengan
sejumlah konsumsi yang ia lakukan. Analisa seperti ini juga terdapat pada
Makroekonomi, dan lebih lanjut dikenal sebagai Macroeconomic’s Medel: “Circular
Flow of Income”, dimana pendapatan dimaksudkan disini sebagai pendapatan
Masyarakat secara keseluruhan atau pendapatan nasional suatu negara dengan sejumlah
pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat tersebut atau konsumsi nasional
1) Rustian kamaluddin: “Pengantar Ekonomi Makro”, Universitas Andalas, Padang 1978, hal 2
RT (Pendapatan)
Rp. 50.000
Perusahaan (Produksi)
Rp. 50.000
55
suatu negara. Secara tidak disadari, rupanya bahwa Economic Model: “Roda Arus
Perputaran Pendapatan” (Circular Flow of Income) sebagaimana yang digambarkan
diatas berguna untuk kedua Mikroekonomi dan Makroekonomi masing dalam suatu
kondisi yang disebut sebagai “subsistance level”, maksudnya sejumlah pendapatan yang
dimiliki seluruhnya digunakan sebagai konsumsi, dan tidak ada yang tersisa atau belum
terdapatnya suatu kebocoran, rupa atau bentuk wujud Economic Model: “Roda Arus
Perputaran Pendapatan” (Circular Flow of Income) diatas.
Pada circular flow of income diatas, diperlihatkan bahwa sektor Rumah Tangga
berpenghasilan Rp 50.000,- dari hasil penjualan faktor produksi ( Land, Capital, Labour,
Entrepreneour ) mereka kepada sektor perusahaan/sektor Bisnis, dan sektor Bisnis
menggunakan jasa-jasa ini hingga menghasilkan produk/output sebesar Rp 50.000,- .
Dalam hal ini tampak bahwa tidak terdapatnya kebocoran-kebocoran, seperti bahagian
pendapatan yang ditabung dan lain sebagainya. Apabila terdapat kebocoran-kebocoran
sebagaimana yang dimaksud diatas, barulah Economic’s Medel: “Circular Flow of
Income” berubah menjadi Macroeconomic’s Medel: “Circular Flow of Income” yang
akan berasosiasi kearah Pendekatan Pengeluaran Perhitungan Pendapatan Nasional
Ekonomi sektoral.
3. Analisis Kualitatif Perhitungan Ekonomi Sektoral
3.1. EKONOMI DUA SEKTOR
A = C + I ( Aggregate Demand )
Y = C + S ( Aggregate Supply )
A = Y
I = S
3.1.1. Fungsi Konsumsi ( Consumption Function )
C = C + cYd ,( Yd = Y – T , T = tY = 0 )
= C + c Yd
c = MPC
= C/Y
3.1.2. Fungsi Konsumsi, APC dan MPC
C = ( APCn – MPC ) Yn + MPC . Yn
APCn = Cn/Yn
C = Yn – MPC . Yn – ( Yn – APCn . Yn )
= Yn – MPC . Yn – Yn + APC . Yn
= APCn . Yn – MPC . Yn
= ( APCn – MPC ) Yn
1-nn
1-nn
Y - Y
C - C
56
C = ( APCn – MPC ) Yn + MPC . Y
= C + MPC . Y
= C + c Y
3.1.3. Fungsi Tabungan ( Saving Function )
S = Y – C
= Y – [C + cY ]
= Y – C – c Y
= –C + (1 – c) Y
= –C + s Y
s = MPS
= S/Y
APS = Sn/Yn
3.1.4. Marginal, Average Propensity to Consume & Save
Y = C + S Y = C + S
Y = C + S Yn = Cn + Sn
Y/Y = C/Y + S/Y Yn/Yn = Cn/Yn + Sn/Yn
1 = MPC + MPS 1 = APCn + APSn
MPC + MPS = 1
Atau: MPC = 1 – MPS
MPS = 1 – MPC
APCn + APSn = 1
Atau: APCn = 1 – APSn
APSn = 1 – APCn
1-nn
1-nn
Y - Y
S - S
Tabel 1. DAFTAR KONSUMSI DAN TABUNGAN
Yd = Y C I = I A = C + I S = Y - C MPC MPS APCn APSn 1/[1-MPC]
0 12500 5000 17500 -12500 - - - - -
10000 20000 5000 25000 -10000 0.75 0.25 2.0000 -1.0000 4
20000 27500 5000 32500 -7500 0.75 0.25 1.3750 -0.3750 4
30000 35000 5000 40000 -5000 0.75 0.25 1.1667 -0.1667 4
40000 42500 5000 47500 -2500 0.75 0.25 1.0625 -0.0625 4
50000 50000 5000 55000 0 0.75 0.25 1.0000 0.0000 4
60000 57500 5000 62500 2500 0.75 0.25 0.9583 0.0417 4
70000 65000 5000 70000 5000 0.75 0.25 0.9286 0.0714 4
80000 72500 5000 77500 7500 0.75 0.25 0.9063 0.0938 4
90000 80000 5000 85000 10000 0.75 0.25 0.8889 0.1111 4
100000 87500 5000 92500 12500 0.75 0.25 0.8750 0.1250 4
Keterangan: Yd = Y = Nasional Income
MPC = Marginal Propensity to Consume C = Consumption
MPS = Marginal Propensity to Save I = Investment
APCn = Average Propensity to Consume I = Autonomous Investment
APSn = Average Propensity to Save S = Saving
3.1.5. Fungsi Konsumsi Dan Fungsi Saving ( = Cara Menemukan Fungsi )
c = MPC
= C/Y
= 7.500/10.000
= 0,75
C = ( APCn – MPC ) Yn
= ( Cn/Yn – MPC ) Yn
= ( 50.000/50.000 – 0,75 ) ( 50.000 )
= 12.500
C = ( APCn – MPC ) Yn + MPC . Y
= 12.500 + 0,75 Y
s = MPS
= S/Y
= 2.500/10.000
= 0,25
atau: S = Y – C
S = Y – ( 12.500 + 0,75 Y )
S = Y – 12.500 + 0,75 Y
S = – 12.500 + Y – 0,75 Y
S = – 12.500 + 0,25 Y
MPC + MPS = 1
APCn + APSn = 1
1-nn
1-nn
Y - Y
C - C
40.000) - 50.000 (
42.500) - 50.000 (
40.000) - (50.000
2.500) (- - 0
Y - Y
S - S
1-nn
1-nn
59
C C = Y
C = 12.500 + 0,675 Y
C<Y
50.000 BEP
C>Y
12.500
0 50.000 Y
S
S = -12.500 + 0,25 Y
0
50.000 Y
-12.500
60
Pada saat pendapatan nasional sebesar Rp 50.000,- terjadinya dengan apa yang disebut
dengan “Tingkat Pendapatan Break-Even”.
Yang dimaksud dengan tingkat Pendapatan Break-Even ialah tingkat pendapatan nasional
dimana seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi. Dengan demikian berarti, bahwa
Pada tingkat pendapatan Break-even besarnya Saving sama dengan Nol ( S = 0 ).
Kondisi pendapatan Break-even ini juga dapat diperlihatkan dalam Macroeconomic
Model untuk ekonomi dua sektor, khususnya dalam hal ini adalah: “Circular flow of
Income”
3.1.6. Macro Economic Model: Kondisi BEP “Circular Flow of Income”
Pembayaran Pendapatan
Rp 50.000
Jasa-jasa Faktor
Barang2 dan Jasa2
Belanja Konsumsi
Rp 50.000
Pada circular flow of income diatas, diperlihatkan bahwa sektor Rumah Tangga
berpenghasilan Rp 50.000,- dari hasil penjualan faktor produksi ( Land, Capital, Labour,
Entrepreneour ) mereka kepada sektor perusahaan/sektor Bisnis, dan sektor Bisnis
menggunakan jasa-jasa ini hingga menghasilkan produk/output sebesar Rp 50.000,- .
Dalam hal ini tampak bahwa tidak terdapatnya kebocoran-kebocoran, seperti bahagian
pendapatan yang ditabung dan lain sebagainya.
3.1.7. Fungsi Konsumsi, Tabungan, Investasi dan Perubahan Pendapatan
A = C + I
= C + I ( I = I )
=C + c Y +I
=C +I + c Y ( A = C +I )
RT (Pendapatan)
Rp. 50.000
Perusahaan (Produksi)
Rp. 50.000
61
=A + c Y ( C = 12.500 , I = 5.000 , c = 0,75 )
A = 17.500 + 0,75 Y
Y = C + S , S = Y – C = Y – ( 12.500 + 0,75 Y )
A A = Y
A = 17.500 + 0,75 Y
C = 12.500 + 0,75 Y
70.000
65.000 1/[1- c]. Ā
C
50.000
Y
17.500
12.500
0
50.000 70.000 Y
S
S = -12.500 + 0,25 Y
5.000 I = I
Y S
0
50.000 70.000 Y -12.500
62
c = MPC , s = MPS = 1 - MPC = 1 - 0,75 = 0,25
= C/Y
= 15.000/20.000
= 0,75
3.1.8. Macro Economic Model: Kondisi Ekonomi 2 Sektor “Circular Flow of Income”
Pembayaran Pendapatan
Rp 70.000
Jasa-jasa Faktor
Barang2 dan Jasa2
Belanja Konsumsi
Rp 65.000
Kebj. Moneter
Pada circular flow of income diatas terlihat adanya kebocoran yang terjadi oleh
karena terdapatnya bahagian dari pendapatan yang disimpan sebagai tabungan (saving).
Bayangkanlah dari pendapatan sebesar Rp 70.000,- dan oleh karena tabungan adalah
sebesar Rp 5.000,- , maka pengeluaran konsumsi sama dengan Rp 65.000,-. Dalam hal
ini, seandainya sektor Bisnis menghasilkan barang seharga Rp 70.000,- akan ada output
yang tidak terjual dan menumpuknya persediaan yang tidak diingini. Karena sektor bisnis
RT (Pendapatan)
Rp. 70.000
Investasi Yang Direncanakan
Rp 5.000
Perusahaan (Produksi)
Rp. 70.000
Tabungan
Rp 5.000 Pasar Modal
50.000) - (70.000
50.000) - (65.000
Y - Y
C - C
1-nn
1-nn
63
terus menghasilkan barang (output) seharga Rp 70.000,- , apabila seluruhnya dapat
terjual hanya Rp 65.000,- maka produksi akan dikurangi, berikutnya hal ini akan
mengurangi arus pendapatan ke rumah tangga. Jelasnya suatu kebocoran dari arus
pendapatan yang disebabkan oleh penabungan, cenderung mengurangi produksi dan
pendapatan.
Pada circular flow of income diatas dimana sektor rumah tangga menabung Rp
5.000,- dan membelanjakan Rp 65.000,- untuk konsumsi dan sektor bisnis membeli Rp
5.000,- untuk penggunaannya sendiri. Seluruh permintaan akan output = output yang
dihasilkan, dan arus lingkaran tetap berkesinambungan. Dalam hal ini terlihat suatu Pasar
Modal antara arus Tabungan & arus Investasi. Dalam teori ekonomi lama (teori Klasik),
diandaikan bahwa pasar modal itu bertindak sedemikian rupa, sehingga tabungan dengan
seandainya diimbangi oleh investasi.
3.1.9. Pendapatan Nasional Equilibrium
A = C + I
Y = C + S
A = Y
I = S
Y = C + I
= [C + c Yd ] +I
= [C + I ] + c Y ,( A = C + I ,Yd = Y )
= A + c Y
Y – c Y = A
(1 – c) Y = A
1
Y = A ,( c = 0,75 , A = 17.500 )
1 – c
1
Y = ( 17.500 )
1 – 0,75
= 70.000
atau: I = S
= –C + (1 – c) Y
= –C + s Y
C + I = (1 – c) Y
C +I = (1 – c) Y
A = (1 – c) Y
64
1
Y = A
1 – c
1
Y = ( 17.500 )
1 – 0,75
= 70.000
3.1.10. Angka Pengganda/Multiplier ( )
Pada kasus diatas, adalah ekonomi dua sektor, dimana besarnya investasi sama
dengan tabungan ( I = S ) atau pada posisi keseimbangannya. Pendapatan nasional,
pengeluaran konsumsi dan juga besarnya saving berada dalam keadaan equilibrium.
Definisi Multiplier
“Adalah koefisien bilangan yang memperlihatkan berapa besarnya pertambahan
pendapatan yang diakibatkan oleh setiap pertambahan investasi”
Tidak hanya perubahan investasi yang dapat mengakibatkan perubahan
pendapatan nasional; perubahan-perubahan pajak, besarnya pengeluaran konsumsi
pemerintah, besarnya transfer pemerintah dan sebagainya akan mengakibatkan perubahan
pada pendapatan nasional juga.
Oleh karena itu, disamping Multiplier untuk perubahan investasi yang untuk
selanjutnya disebut “investment multiplier” (angka pengganda investasi), juga dikenal
angka pengganda lainnya seperti: angka pengganda pajak, angka pengganda pengeluaran
konsumsi pemerintah, angka pengganda transfer pemerintah dan sebagainya. Dalam
bagian ini, hanya dibahas angka pengganda investasi.
Apabila a menunjukan besarnya Multiplier, maka:
Y = I
dan besarnya multiplier:
Y
=
I
cara lain yang lebih mudah, kalau dimisalkan tambahan investasi sebesar I,
mengakibatkan pendapatan nasional berubah dari Y menjadi Y + Y, maka:
65
1
Y + Y = (C + I + I )
1 – c
1 1
= (C + I ) + I
1 – c 1 – c
1
Y + Y = Y + I
1 – c
1
Y = I
1 – c
Y = I
3.1.11. Multiplier ()
Y 1 1 1 1
= = = = = = 4
I 1 – c 1 – MPC MPS 0,25
3.1.12. Perubahan Pendapatan (Y)
Y = I
= ( I2 – I1 )
= 4 ( 5.000 – 0 )
= 20.000
3.2. EKONOMI TIGA SEKTOR
A = C + I + G ( Aggregate Demand )
Y = C + S + T ( Aggregate Supply )
A = Y
I + G = S + T
3.2.1. Marginal, Average Propensity to Consume, Save & Tax
Y = C + S + T Y = C + S + T
Y = C + S + T Yn = Cn + Sn + Tn
Y/Y = C/Y + S/Y + T/Y Yn/Yn = Cn/Yn + Sn/Yn + Tn/Yn
1 = MPC + MPS + MPT 1 = APCn + APSn + APTn
MPC + MPS + MPT = 1 APCn + APSn + APTn = 1 Atau: 1 – MPC = MPS + MPT Atau: 1 – APCn = APSn + APTn
Tabel 2. DAFTAR KONSUMSI DAN TABUNGAN
Y T Yd C = f(Y)1) I =I S = f(Y)2) M PC M PS M PT C = f(Yd)3) G4) { S+T}5) I + G S A Y c(1-t) 1-c(1-t) 1/[1-c(1-t)]
[10 %] = Y-T = C(Y) = S(Y) = AP T = C(Yd) = S(Yd)+T = I + G = S(Yd) -T = C + I + G = C + S + T
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] [19]
= [1]-[2] = [4]-[10] = [5]+[11] = [12]-[2] =[10]+[5]+[11] =[10]+[14]+[2]
=[10]+[13] =[10]+[12]
0 0 0 12500 5000 -12500 0 0 0 12500 0 -12500 5000 -12500 17500 0 0 0 0
10000 1000 9000 20000 5000 -10000 0.75 0.25 0.1 19250 750 -9250 5750 -10250 25000 10000 0.675 0.325 3.07692
20000 2000 18000 27500 5000 -7500 0.75 0.25 0.1 26000 1500 -6000 6500 -8000 32500 20000 0.675 0.325 3.07692
30000 3000 27000 35000 5000 -5000 0.75 0.25 0.1 32750 2250 -2750 7250 -5750 40000 30000 0.675 0.325 3.07692
40000 4000 36000 42500 5000 -2500 0.75 0.25 0.1 39500 3000 500 8000 -3500 47500 40000 0.675 0.325 3.07692
50000 5000 45000 50000 5000 0 0.75 0.25 0.1 46250 3750 3750 8750 -1250 55000 50000 0.675 0.325 3.07692
60000 6000 54000 57500 5000 2500 0.75 0.25 0.1 53000 4500 7000 9500 1000 62500 60000 0.675 0.325 3.07692
70000 7000 63000 65000 5000 5000 0.75 0.25 0.1 59750 5250 10250 10250 3250 70000 70000 0.675 0.325 3.07692
80000 8000 72000 72500 5000 7500 0.75 0.25 0.1 66500 6000 13500 11000 5500 77500 80000 0.675 0.325 3.07692
90000 9000 81000 80000 5000 10000 0.75 0.25 0.1 73250 6750 16750 11750 7750 85000 90000 0.675 0.325 3.07692
100000 10000 90000 87500 5000 12500 0.75 0.25 0.1 80000 7500 20000 12500 10000 92500 100000 0.675 0.325 3.07692
Ke te ra ng a n: 1). C = f(Y)1) 3). C = f(Yd)3) , Yd = Y - T & T = t Y 5). { S+T}5)
Y = National Income C = f(Y) = f(Yd) S + T = S(Yd) + T = I+G
T = Tax = C (Y) = C(Yd) = [ Yd - C(Yd)] + T
Yd = Disposible Income = C + c Y = C + c( Y - T ) = Yd - [C + c Yd] + T
C = Consumption = 12.500 + 0.75 Y = C + c(1 - t ) Y = -C + ( 1 - c) Yd + T
I = Investment = 12.500 + 0,75 (1 - 0,1 ) Y = -C + ( 1 - c )( Y - T ) + T
I = Autonomous Investment 2). S = f(Y)2) = 12.500 + 0,675 Y = -C + ( 1 - c )( 1 - t ) Y + t Y
S = Saving = f(Y) = -C + 1 ( 1 - t ) Y - c ( 1 - t ) Y + t Y
M PC = M arginal Propensity to Consume = S(Y) 4). G4) = -C + Y - t Y - c Y + ct Y + t Y
M PS = M arginal Propensity to Save = Y - C(Y) G = C(Y) - C(Yd) = -C + Y - c Y + ct Y
M PT = M arginal Propensity to Tax = Y - [C + c Y ] = C + c Y - [ C + c Yd ] = -C + ( 1 - c + ct ) Y
APT = Average Propensity to Tax = -C + (1 - c) Y = [c - c(1 - t )] Y = -C + [ 1 - c ( 1 - t )] Y
G = Government Expenditure = -12.500 + (1 - 0,75 ) Y = (c - c + ct) Y = - 12.500 + [ 1 - 0,75 ( 1 - 0,1 )] Y
A = Aggregate Demand = -12.500 + 0,25 Y = ct Y = - 12.500 + 0,325 Y
Y = Aggregate Supply = 0,75(0,1)(70.000)
= 5.250
3.2.2. Fungsi Konsumsi, Tabungan, Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Pajak dan
Perubahan Pendapatan
A = C + I + G
Y = C + S + T
A = Y
I + G = S + T
A = C + I + G
= C (Yd) + I + G ,( I = I , G = G )
= [C + c Yd ] + I +G
=C +I +G + c Yd ,( A = C +I +G )
=A + c Yd ,( C = 12.500 , I = 5.000 G = 5.250, c = 0,75 , t = 0,1 )
=A + c ( Y – T ) ,(A = C + I +G , Yd = Y –T , T = t Y )
=A + c ( Y – tY )
=A + c ( 1 – t )Y
= 22.750 + 0,75 ( 1 – 0,1 )Y
= 22.750 + 0,675 Y
I + G = S + T
= S (Yd) + T
= [ Yd – C (Yd)] + T
= Yd – [C + cYd ] + T ,( Yd = Y – T ,T = t Y )
= –C + ( 1 – c ) Yd + T
= –C + ( 1 – c ) ( Y – T ) + T
= –C + ( 1 – c ) ( Y – tY ) + T
= –C + ( 1 – c ) ( 1 – t ) Y + t Y
= –C + 1 (1 – t ) Y – c (1 – t ) Y + tY
= –C + Y – tY – cY + ct Y + tY
= –C + Y – cY + ct Y
= –C + (1 – c + ct )Y
= –C + [1 – c ( 1 – t )]Y
= – 12.5000 + [1 – 0,75 ( 1 – 0,1 )]Y
= – 12.5000 + 0,325 Y
68
A A = Y
A = 22.750 + 0,675 Y
C = 12.500 + 0,75 Y
C = C(Yd) – T(Y)
= 12.500 + 0,675Y
70.000
65.000 1/[1- c (1 – c)]. Ā
59.750 C
50.000
Y
22.750
12.500
0
50.000 70.000 Y
S
S + T = -12.500 + 0,325 Y
S = -12.500 + 0,25 Y 10.250 I + G
5.000 I = I
3.750 Y S
0
50.000 70.000 Y -12.500
69
C Cn – Cn-1 65.000 – 50.000 15.000
c = MPC = = = = = 0,75
Y Yn – Yn-1 70.000 – 50.000 20.000
S Sn – Sn-1 C
s = MPS = = = 1 – MPC = 1 – = 1 – 0,75 = 0,25
Y Yn – Yn-1 Y
3.2.3. Macro Economic Model: Circular Flow of Income
Pembayaran Pendapatan
Rp 70.000
Jasa-jasa Faktor
Barang2 dan Jasa2
Belanja Konsumsi
Rp 59.750
Kebj. Moneter
Kebj. Fiskal
RT (Pendapatan)
Rp 63.000
Investasi Yang Direncanakan
Rp 5.000
Perusahaan (Produksi)
Rp 70.000
Tabungan
Rp 3.250
Pengeluaran Pemerintah
Rp 5.250
Pajak
Rp 7.000
Pasar Modal
Pemerintah
70
c ( 1 – t ) = MPC ( 1 – MPT ) = 0,75 ( 1 – 0,1 ) = 0,675
1 – c ( 1 – t ) = 1 – [ MPC ( 1 – MPT ) = 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 )] = 1 – 0,675 = 0,325
1 1
Y = I = ( I2 – I1 ) = ( 10.250 – 3.750 ) = 20.000
1 – c (1 – t ) 0,325
Teori ekonomi yang mutakhir menekankan kenyataan, bahwa keputusan untuk menabung
dan menanam modal (investasi) diambil oleh orang yang berbeda-beda dan dengan alasan
yang amat berbeda-beda pula.
Lagipula teori modern membayangkan, bahwa tidak ada mekanisme pasar modal yang
bergerak dengan sendirinya yang perlu menyamakan tabungan dan investasi. Hal ini
menyatakan bahwa adanya ruangan untuk kekuatan dari luar yang akan mempengaruhi
pasar itu sedemikian rupa sehingga tidak samanya tabungan dan penanaman modal
(investasi) pada tingkat output dan pendapatan. Kekuatan-kekuatan dari luar ialah
Kebijaksanaan Moneter dan Kebijaksanaan Fiskal.
Pada circular flow of income diatas dimana output sebesar Rp 70.000,- yang
menghasilkan pendapatan sebesar Rp 70.000,- ( yaitu sebelum kena pajak ). Sekarang
pemerintah mengambil kebijaksanaan pemungutan pajak dengan memperlakukan
kebijaksanaan fiskal terhadap sektor rumah tangga sebesar 10 % dari pendapatan, yang
berarti pajak tersebut adalah sebesar Rp 7.000,- ,maka pendapatan rumah tangga
sesudah pajak (pendapatan bersih = disposible income ) menjadi sebesar Rp 63.000,-.
Jelas bahwa dengan turunnya pendapatan dari keadaan semula akan berakibat sektor
rumah tangga mengurangi konsumsinya ( ! bandingkan dengan ekonomi dua sektor )
sebesar Rp 65.000,- menjadi Rp 59.750,- . Sudah tentu pula bahwa dalam kondisi
seperti ini pemungutan pajak juga menurunkan tabungan dari sebesar Rp 5.000,-
menjadi Rp 3.250 pada saat investasi tetap sebesar Rp 5.000,- . Karena itu pemerintah
harus membeli barang-barang dan jasa-jasa (pengeluaran pemerintah) sebesar Rp 5.250,-
untuk mengembalikan seluruh permintaan (aggregate demand) agar tetap bernilai sebesar
Rp 70.000,-.
3.2.4. Pendapatan Nasional Equilibrium
A = C + I + G
Y = C + S + T
A = Y
I + G = S + T
A = C + I + G
= C(Yd) + I + G ,( I = I , G = G )
= [C + c Yd ] + I +G
=C +I +G + c Yd ,( A = C +I +G )
=A + c Yd ,(C = 12.500 , I = 5.000 G = 5.250, c = 0,75 , t = 0,1 )
71
=A + c ( Y – T ) ,(A = C + I +G , Yd = Y –T , T = t Y )
=A + c ( Y – tY )
=A + c ( 1 – t )Y
= 22.750 + 0,75 ( 1 – 0,1 )Y
= 22.750 + 0,675 Y
A = Y
A = C + I + G
= C(Yd) + I + G ,( I = I , G = G )
= [C + c Yd ] + I +G
=C +I +G + c Yd ,( A = C +I +G )
=A + c Yd ,( C = 12.500 , I = 5.000 G = 5.250, c = 0,75 , t = 0,1 )
=A + c ( Y – T ) ,(A = C + I +G , Yd = Y –T , T = t Y )
=A + c ( Y – tY )
=A + c ( 1 – t )Y
Y =A + c ( 1 – t )Y
Y – c ( 1 – t ) Y = A
[1 – c ( 1 – t )] Y = A
1
Y = A ,(A = 22.750 , c = 0,75 , t = 0,1 )
[1 – c ( 1 – t )]
1
= ( 22.750 )
[1 – 0,75 ( 1 – 0,1 )]
1
= ( 22.750 )
0,325
= 70.000
atau I + G = S + T
= S (Yd) + T
= [ Yd – C (Yd)] + T
= Yd – [C + cYd ] + T ,( Yd = Y – T ,T = t Y )
= –C + ( 1 – c ) Yd + T
= –C + ( 1 – c ) ( Y – T ) + T
= –C + ( 1 – c ) ( Y – tY ) + T
= –C + ( 1 – c ) ( 1 – t ) Y + t Y
= –C + 1 (1 – t ) Y – c (1 – t ) Y + t Y
= –C + Y – tY – cY + ct Y + tY
= –C + Y – cY + ct Y
72
= –C + (1 – c + ct )Y
= –C + [1 – c ( 1 – t )]Y
= – 12.5000 + [1 – 0,75 ( 1 – 0,1 )]Y
= – 12.5000 + 0,325 Y
I + G = S + T
= –C + [1 – c ( 1 – t )]Y
C + I + G = [1 – c ( 1 – t )] Y ,( I = I , G = G )
C +I +G = [1 – c ( 1 – t )] Y
A = [1 – c ( 1 – t )]Y ,( A = C +I +G )
[1 – c ( 1 – t )] Y = A
1
Y = A ,(A = 22.750 , c = 0,75 , t = 0,1 )
[1 – c ( 1 – t )]
1
= ( 22.750 )
[1 – 0,75 ( 1 – 0,1 )]
1
= ( 22.750 )
0,325
= 70.000
3.2.5. Multiplier ()
Y 1 1 1
= = = = = 3,077
I 1 – c ( 1 – t ) 1 – 0,75 ( 1 – 0,1 ) 0,325
3.2.6. Perubahan Pendapatan (Y)
Y = I
= ( I2 – I1 )
= 3,077 ( 10.250 – 3.750 )
= 20.000
73
3.3. EKONOMI EMPAT SEKTOR
A = C + I + G + ( X – M ) ( Aggregate Demand )
Y = C + S + T ( Aggregate Supply )
A = Y
I + G + X = S + T + M
3.3.1. Marginal, Average Propensity to Consume, Save, Tax & Import
Y = C + S + T + M Y = C + S + T + M
Y = C + S + T + M Yn = Cn + Sn + Tn + Mn
Y/Y = C/Y + S/Y + T/Y + M/Y Yn/Yn = Cn/Yn + Sn/Yn + Tn/Yn + Mn/Yn
1 = MPC + MPS + MPT + MPM 1 = APCn + APSn + APTn + APMn
MPC + MPS + MPT + MPM = 1
Atau: 1 – MPC = MPS + MPT + MPM
APCn + APSn + APTn + APMn = 1
Atau: 1 – APCn = APSn + APTn + APMn
3.3.2. Fungsi Konsumsi, Tabungan, Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Pajak, Ekspor,
Impor dan Perubahan Pendapatan
A = C + I + G + ( X – M )
Y = C + S + T
A = Y
I + G + X = S + T + M
A = C + I + G + ( X – M )
= C(Yd) + I + G + ( X – M )
= [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]}
dimana: C = C (Yd) = C + c Yd
M = M (Y) = M + m Y ,M = 0
A = C + I + G + (X –M )
Yd = Y – T , T = t Y
C = 12.500
I = 5.000
G = 5.250
X = 3.500
M = 0
c = MPC = 0,75
t = MPT = 0,1
m = MPM = 0,05
Tabel 3. DAFTAR KONSUMSI DAN TABUNGAN
Y T*)
M**)
Yd
C1) I =I S
2) S
3) S+T S+T+M C4) C
5) C
6) G
7) [G+X]
8) I+G I+G+X A Y c(1-t)-m 1-[c(1-t)-m] 1/[1-c(1-t)-m]
(10 %) (5%) = C(Y) = S(Y) = S(Yd) = S(Y
d)+T =S(Y
d)+T+M = C(Y
d) = C(Y
d)-T =C(Y
d)-T-M =C+I+G +(X-M) =C+S+T = MPC = MPS
[1] [2 ] [3 ] [4 ] [5] [6 ] [7] [8 ] [9 ] [10 ] [11] [12 ] [13 ] [14 ] [15] [16 ] [17] [18 ] [19 ] [20 ] [21] [22 ]
=[1]-[2 ]-[3 ] =[8 ]+[2 ] =[9 ]+[3 ] =[1]-[8 ] =[1]-[9 ] =[1]-[10 ] =[5]-[12 ] =[5]-[13 ] =[6 ]+[14 ] =[15]+[6 ] =[5]+[6 ] =[5]+[7] = 1 - [20 ] =1/(1-[20 ])
=[8 ]+[13 ] =[12 ]+[16 ] =[12 ]+[9 ] =1/[21]
=[13 ]+[17] =[13 ]+[10 ]
0 0 0 0 12500 5000 -12500 -12500 -12500 -12500 12500 12500 12500 0 0 5000 5000 17500 0 0 .625 0 .375 2 .6667
10000 1000 500 8500 200 0 0 5000 -10000 -10250 -9250 -8750 20250 19250 18750 750 1250 5750 6250 25000 10000 0 .625 0 .375 2 .6667
20000 2 000 1000 17000 27500 5000 -7500 -8000 -6000 -5000 2 8 000 2600 0 25000 1500 2500 6500 7500 32500 20000 0 .625 0 .375 2 .6667
30000 3 000 1500 25500 35000 5000 -5000 -5750 -2750 -1250 35750 32750 31250 2250 3750 7250 8750 40000 30000 0 .625 0 .375 2 .6667
40000 4 000 2 000 3 4 0 00 42500 5000 -2500 -3500 500 2500 43500 39500 37500 3000 5000 8000 10000 47500 40000 0 .625 0 .375 2 .6667
50000 5000 2500 42500 50000 5000 0 -1250 3750 6250 51250 46250 43750 3750 6250 8750 11250 55000 50000 0 .625 0 .375 2 .6667
60000 6 000 3 000 51000 57500 5000 2500 1000 7000 10000 59000 53000 50000 4500 7500 9500 12500 62500 60000 0 .625 0 .375 2 .6667
70000 7000 3500 59500 65000 5000 5000 3250 10250 13750 66750 59750 56250 5250 8750 10250 13750 70000 70000 0 .625 0 .375 2 .6667
80000 8 000 4000 6 8 000 72500 5000 7500 5500 13500 17500 74500 66500 62500 6000 10000 11000 15000 77500 80000 0 .625 0 .375 2 .6667
90000 9 000 4500 76500 800 0 0 5000 10000 7750 16750 21250 82250 73250 68750 6750 11250 11750 16250 85000 90000 0 .625 0 .375 2 .6667
100000 10000 5000 85000 87500 5000 12500 10000 2 0000 25000 9 0 000 8000 0 75000 7500 12500 12500 17500 92500 100000 0 .625 0 .375 2 .6667
Keterangan:
Y = Nat ional Income 1). C1)
4). C4)
atau C5)
7). G7)
T = Tax C = C(Y) C = C(Yd) C = C(Y
d) - T = C(Y
d) G = C(Y) - C(Y
d)
Yd = Disposible Income = C + c Y = Y
d - S(Y
d) C = C(Y
d) = [C + c Y ] - [C + c (1 - t )Y]
C = Consumption = 12.500 + 0,75 Y = Yd - [ -C + ( 1 - c ) Y
d ] = C + c Y
d = [ c - c (1 - t )] Y
I = Investment = C + [ 1 - (1 - c )( 1 - t ) Y ] = C + c ( 1 - t ) Y = ct Y
I = Autonomous Investment 2). S2) = 12.500 + [ 1 - ( 1 - 0,75)( 1 - 0,1)] Y = 12.500 + 0,75 ( 1 - 0,1) Y = 0,75 (0,1) Y
S = Saving S = S(Y) = 12.500 + [ 1 - 0,225 ] Y = 12.500 + 0,675 Y
M PC = M arginal Propensity to Consume = Y - C(Y) = 12.500 + 0,775 Y 8 ). [G+X]8)
M PS = M arginal Propensity to Save = Y - [C + c Y ] 6). C6)
G + X = C(Y) - [C(Yd) - M(Y)]
M PT = M arginal Propensity to Tax = -C + ( 1 - c ) Y) 5). C5)
C = C(Yd) - T - M = C + c Y - [ C + c Y
d ] + m Y
APT = Average Propensity to Tax = -12.500 + ( 1 - 0,75 ) Y C = C(Yd) - T C = [ C(Y
d) - T] - M = C(Y
d) - M (Y) = c Y - c Y
d + m Y
G = Government Expenditure = -12.500 + 0,25 Y = [Yd - S(Y
d)] - T C = C(Y
d) - M (Y) = c Y - c (1 - t ) Y + m Y
A = Aggregate Demand = Yd - [ -C + ( 1 - c ) Y
d ] - T = [C + c Y
d ] - M (Y) = [ c t + m ] Y
Y = Aggregate Supply 3). S3) = C + [ 1 - (1 - c )( 1 - t ) Y ] - t Y = C + c ( 1 - t ) Y - m Y = [ 0 ,75 (0 ,1) + 0 ,05 ] Y
S = S(Yd) = 12.500 + [ 1 - ( 1 - 0,75)(1 - 0,1)] Y - 0,1 Y = C + [c ( 1 - t ) - m ] Y
*). T*)
= Yd - C(Y
d) = 12.500 + [ 1 - 0,225 ] Y - 0,1 Y = 12.500 + [ 0,75 ( 1 - 0,1 ) - 0,05 ] Y ***). X = [ G + X ] - G = ( ct + m )Y - ct Y
T = f (Y) = t Y = 0,1 Y = Yd - [C + c Y
d = 12.500 + 0,775 Y - 0,1 Y = 12.500 + 0,625 Y X = c t Y + m Y - c t Y
= -C + ( 1 - c ) Yd = 12.500 + 0,675 Y = m Y
**). M**) = -C + ( 1 - c )( 1 - t ) Y = 0 ,05 Y
M = f (Y) = m Y = 0,05 Y = - 12.500 + ( 1 - 0,75 )( 1 - 0,1 ) Y
= - 12.500 + 0,225 Y
A A = Y
A = 26.250 + 0,625 Y
C = 12.500 + 0,75 Y
C = C(Yd)–T(Y)-M(Y)
= 12.500 + 0,625Y
70.000
65.000 1/[1- c (1 - c) - m ]. Ā
52.250 C
50.000
Y
26.250
12.500
0
50.000 70.000 Y
S
S +T+M = -12.500 + 0,375 Y
S = -12.500 + 0,25 Y
13.750 I + G + X
6.250 I = I
5.000 Y S
0 50.000 70.000 Y
-12.500
76
= [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]}
= A + c Yd – m Y
= A + c ( Y – T ) – m Y
= A + c ( Y – t Y ) – m Y
= A + c ( 1 – t ) Y – m Y
= A + [ c ( 1 – t ) – m ] Y
= 26.250 + [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] Y
= 26.250 + 0,625 Y
I + G + X = S + T + M
= S (Yd) + t Y + m Y
= [ Yd – C (Yd)] + t Y + m Y
= Yd – [C + cYd ] + t Y + m Y
= –C + ( 1 – c ) Yd + t Y + m Y
= –C + ( 1 – c ) ( Y – T ) + t Y + m Y
= –C + ( 1 – c ) ( Y – tY ) + t Y + m Y
= –C + ( 1 – c ) ( 1 – t ) Y + t Y + m Y
= –C + 1 ( 1 – t ) Y – c ( 1 – t ) Y + t Y + m Y
= –C + Y – t Y – c Y + ct Y + t Y + m Y
= –C + Y – c Y + ct Y + m Y
= –C + ( 1 – c + ct + m ) Y
= –C + {1 – [ c ( 1 – t ) – m ]} Y
= – 12.500 + {1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]} Y
= – 12.500 + 0,375 Y
C Cn – Cn-1 65.000 – 50.000 15.000
c = MPC = = = = = 0,75
Y Yn – Yn-1 70.000 – 50.000 20.000
S Sn – Sn-1 C
s = MPS = = = 1 - MPC = 1 – = 1 – 0,75 = 0,25
Y Yn – Yn-1 Y
c ( 1 – t ) = MPC ( 1 – MPT ) = 0,75 ( 1 – 0,1 ) = 0,675
1 – c ( 1 – t ) = 1 – [ MPC ( 1 – MPT ) = 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 )] = 1 – 0,675 = 0,325
c ( 1 – t ) – m = MPC ( 1 – MPT ) – MPM = 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 = 0,625
1 – [ c ( 1 – t ) – m ] = 1 – [ MPC ( 1 – MPT ) – MPM ] = 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]
= 1 – 0,625 = 0,375
1 1
Y = I = ( I2 – I1 ) = ( 13.750 – 6.250 ) = 20.000
1 – [ c ( 1 – t ) – m ] 0,375
77
3.3.3. Macro Economic Model: Circular Flow of Income
Pembayaran Pendapatan
Rp 70.000
Jasa-jasa Faktor
Barang2 dan Jasa2
Belanja Konsumsi
Rp 56.250
Kebj. Moneter
Kebj. Fiskal
Kebj. Neraca
Pembayaran
Ekonomi Empat Sektor yang dikenal juga dengan ekonomi terbuka, adalah kajian
ekonomi sektoral yang paling sempurna. Kata-kata ekonomi terbuka yang dibubuhkan
pada ekonomi empat sektor, bukan berarti kondisi-kondisi lainnya seperti: BEP, Ekonomi
Dua Sektor dan Ekonomi Tiga Sektor merupakan ekonomi tertutup. Kesemua kondisi
RT (Pendapatan)
Rp 59.500
Investasi Yang Direncanakan
Rp 5.000
Perusahaan (Produksi)
Rp 70.000
Tabungan
Rp 3.250
Pengeluaran Pemerintah
Rp 5.250
Ekspor
Rp 3.500
Pajak
Rp 7.000
Impor
Rp 3.500
Pasar Modal
Pemerintah
Luar Negeri
78
ekonomi sektoral yang dikaji didalam aktivitas ekonomi adalah ekonomi yang bersifat
terbuka. Secara sadar atau tidak disadari telah banyak bergeming dalam buku-buku paket
ekonomi makro yang terbit sampai pada pasca ordebaru dengan istilah ekonomi tertutup
sederhana yang dimaksudkan pada ekonomi dua sektor, hingga telah membawa kearah
pengertian yang keliru bagi pembaca bahkan mahasiswa tingkat persiapan atau mereka
yang kurang jeli. Mereka mengartikan ekonomi dua sektor tersebut sebagai ekonomi
tertutup alias tidak adanya hubungan dagang dengan luar negeri, kiprah ekonomi nasional
bergerak seolah-olah atas kekuatan ekonomi dalam negeri (domestik) semata. Sedangkan
ekonomi tiga sektor juga diartikan sebagai ekonomi tertutup yang lebih luas dari sekedar
sederhana, alasan luasnya dengan adanya sektor pemerintah dalam aktivitas ekonomi
nasional. Terakhir diperkuat kekeliruan tersebut dengan munculnya ekonomi yang
bersifat terbuka yang dimaksudkan pada ekonomi empat sektor.
Untuk menetralisisr kearah yang seharusnya dapat dilihat apakah suatu negara
tersebut merupakan ekonomi terbuka atau tertutup dapat dilihat apakah suatu negara
tersebut mempunyai suatu pencatatan tertentu sepereti neraca pembayaran atau tidak.
Contoh yang paling dekat sekali adalah diterapkan pada ekonomi Indonesia, yang
barangkali semua kita sudah mengatahui secara pasti, bahwa kondisi ekonomi Indonesia
adalah bersifat terbuka. Ciri-ciri ekonomi terbuka adalah adanya hubungan dagang
dengan luar negeri, dan pada Neraca Pembayaran ( Balance of Payment ) karena adanya
sisi arus perdagangan luar negeri maka disisi lainnya terdapat arus modal laur negeri,
yang berarti terdapatnya suatu kondisi apakah neraca pembayaran surplus atau defisit.
Secara Gradual kembali diartikan maksud-maksud tersembunyi dalam ekonomi
sektoral tersebut. Ekonomi sektoral yang terdiri dari empat kondisi berikut: Subsistance
Level atau BEP, Ekonomi Dua Sektor, Ekonomi Tiga Sektor dan Ekonomi Empat Sektor
kesemuanya merupakan ekonomi yang bersifat terbuka. Maksud yang paling utama
sekali diasumsikan dari keempat kondisi ekonomi tersebut adalah “melakukan
pembilahan-pembilahan analisis ekonomi mulai dari yang paling sederhana sekali sampai
kepada kondisi yang paling sempurna atau terperinci sekali, antara lain:
1. Kondisi ekonomi yang bersifat Subsistance Level atau BEP adalah aktivitas ekonomi
nasional yang bersifat terbuka, dimana terdapatnya kondisi ekonomi bahwa total
konsumsi atau konsumsi nasional sama besar dengan pendapatan nasional. Kalau
diartikan menurut definisi ekonom modern J.M Keynes yang sangat terkenal itu
bahwa “Tabungan adalah pendapatan yang tidak dikonsumsi”, sehingga kondisi
ekonomi Subsistance level atau BEP yang diartikan kedalam “expenditure side”
dimana seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi semata. Dengan demikian
berarti, bahwa Pada tingkat pendapatan Break-Even besarnya Saving sama dengan
Nol ( S = 0 ). Sebagaimana yang telah dicontohkan semula, bahwa sektor Rumah
Tangga berpenghasilan Rp 50.000,- dari hasil penjualan faktor produksi (Land,
Capital, Labour, Entrepreneour) dan keseluruhannya atau sebesar Rp 50.000,- juga
digunakan sebagai belanja konsumsi atau tidak terdapatnya suatu kebocoran, yaitu
“berupa bagian dari Pendapatan Nasional yang tersisa sebagai tabungan dan perincian
lanjutan sebagainya.
2. Kondisi Ekonomi: Dua Sektor, Tiga Sektor dan Empat Sektor masing-masing adalah
aktivitas ekonomi nasional yang bersifat terbuka, dimana kalau diartikan kedalam
79
“expenditure side” dimana tidak seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi
semata sebagaimana halnya kondisi ekonomi Subsistance. Pada hakekatnya untuk
ketiga aktivitas ekonomi yang ada terdapatanya suatu kebocoran pada pada tingkat
yang berbeda-beda dari sejumlah pendapatan nasional yang sama. Asumsi ekonomi
dua sektor dilatar belakangi dari hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital,
Labour, Entrepreneour) keseluruhan sebesar Rp 70.000,- dan bagiannya sebesar Rp
5.000,- berperan sebagai Tabungan (saving) atau Investasi (Investment), yang berarti
pengeluaran konsumsi adalah sebesar Rp 65.000,-. Sementara itu pada asumsi
ekonomi tiga sektor, dimana dari hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital,
Labour, Entrepreneour) keseluruhan sebesar Rp 70.000,- tersebut diperinci masing-
masing sebagai konsumsi serta Investasi dan pengeluaran pemerintah masing-masing
sebesar Rp 59.750,- dan Rp 10.250,-. Terakhir asumsi yang melatarbelakangi
ekonomi empat sektor dimana dari hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital,
Labour, Entrepreneour) keseluruhan sebesar Rp 70.000,- tersebut diperinci masing-
masing sebagai konsumsi serta Investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor masing-
masing sebesar Rp 56.250,- dan Rp 13.750,- .
Didalam analisa ekonomi sektoral atau yang dimaksudkan secara khusus untuk ekonomi
empat sektor sebagaimana yang terlihat pada Macroeconomic’s Model “Circular Flow of
Income” segala sesuatu yang menyangkut dengan aktivitas ekonomi nasional merupakan
analisa yang sangat komplek, antara lain: Segenap Pasar (Pasar barang, pasar uang,
pasar modal dan pasar luar negeri) dan segenap Kebijaksanaan Makroekonomi
(Kebijasanaan Fiskal, Kebijaksanaan Moneter dan Kebijaksanaan Perdagangan Luar
Negeri) yang ada dalam ekonomi telah berkiprah secara bersamaan.
Kalau persoalan ekonomi empat sektor ini dikembalikan kepada definisi ekonom
modern J.M Keynes bahwa “Tabungan adalah pendapatan yang tidak dikonsumsi”.
Untuk analisa ekonomi dua sektor tampak definisi ini sangat cocok sekali, sedangkan
untuk ekonomi tiga sektor telah tegaskan “bahwa tidak ada mekanisme pasar modal
yang bergerak dengan sendirinya yang perlu menyamakan tabungan dan
investasi”. Hal ini menyatakan bahwa adanya ruangan untuk kekuatan dari luar yang
akan semakin mempengaruhi pasar itu sedemikian rupa sehingga semakin tidak samanya
tabungan dan penanaman modal (investasi) pada tingkat output dan pendapatan.
Kekuatan-kekuatan dari luar pada ekonomi empat sektor dalam hal ini adalah
Kebijaksanaan Fiskal, Kebijaksanaan Moneter dan Kebijaksanaan Perdagangan luar
negeri. Dari kedua gagasan ini dapat diprediksikan bahwa dalam analisa ekonomi
sektoral, khususnya ekonomi empat sektor terdapatnya semacam kecenderungan pola
pengeluaran konsumsi yang semakin menurun diimbangi oleh masing-masing pola
pengeluaran Investasi, pengeluaran investasi plus pengeluaran pemerintah dan
pengeluaran investasi plus pengeluaran pemerintah plus pengeluaran untuk ekspor yang
cenderung semakin meningkat. Secara berurut mulai dari ekonomi dua sektor, ekonomi
tiga sektor dan ekonomi empat sektor, pola konsumsi masing-masing: Rp 65.000,-
menjadi Rp 59.750,- dan menjadi Rp 56.250,- yang diimbangi oleh masing-masing: Rp
5.000,- menjadi Rp 10.250,- dan menjadi Rp 13.750,- sebagaimana yang dapat dilihat
baik pada tabel, kurva dan atau circular flow of income ekonomi empat sektor.
80
A A = Y
A = 26.250 + 0,625 Y
C = 12.500 + 0,75 Y
C = C(Yd) – T(Y)
= 12.500 + 0,625Y
70.000
65.000 1/[1- c (1 – c) – m ]. Ā
56.250 C
50.000
Y
26.250
12.500
0
50.000 70.000 Y
S
S + T + M = -12.500 + 0,375 Y
S = -12.500 + 0,25 Y 13.750 I + G
6.250 I = I
5.000 Y S
0
50.000 70.000 Y -12.500
81
3.3.4. Pendapatan Nasional Equilibrium
A = C + I + G + ( X – M )
Y = C + S + T
A = Y
I + G + X = S + T + M
A = C + I + G + ( X – M )
= C(Yd) + I + G + ( X – M )
= [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]}
= A + c Yd – m Y
= A + c ( Y – T ) – m Y
= A + c ( Y – t Y ) – m Y
= A + c ( 1 – t ) Y – m Y
= A + [ c ( 1 – t ) – m ] Y
= 26.250 + [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] Y
= 26.250 + 0,625 Y
C + I + G + (X – M ) = Yd – cYd + t Y + m Y
atau I + G + X = S + T + M
= S (Yd) + t Y + (M + m Y )
= [ Yd – C (Yd)] + t Y + (M + m Y )
= Yd – [C + cYd ] + t Y + (M + m Y )
C + I + G + ( X –M ) = Yd – cYd + t Y + m Y
A = Yd – cYd + t Y + m Y
A = ( 1 – c ) Yd + t Y + m Y
= ( 1 – c ) ( Y – T ) + t Y + m Y
= ( 1 – c ) ( Y – tY ) + t Y + m Y
= ( 1 – c ) ( 1 – t ) Y + t Y + m Y
= 1 ( 1 – t ) Y – c ( 1 – t ) Y + t Y + m Y
= Y – t Y – c Y + ct Y + t Y + m Y
= Y – c Y + ct Y + m Y
= ( 1 – c + ct + m ) Y
= {1 – [ c ( 1 – t ) – m ]} Y
= {1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]} Y
= 0,375 Y
{1 – [c ( 1 – t ) – m ]} Y = A
1
Y = A
{1 – [c ( 1 – t ) – m ]}
82
1
= ( 26.250 )
{1 – [0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]}
1
= ( 26.250 )
0,325
= 70.000
3.3.5. Multiplier ()
Y 1 1 1
= = = = = 2,667
I 1 – [ c ( 1 – t ) – m ] 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] 0,375
7.3.3.6. Perubahan Pendapatan (Y)
Y = I
= ( I2 – I1 )
= 2,667 ( 13.750 – 6.250 )
= 20.000
4. Analisis Kuantitatif Perhitungan Ekonomi Sektoral
4.1. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 2 Sektor
1. PENDAHULUAN
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Model
Dalam kondisi equlibrium analisis sederhana Keynes mengisyaratkan bahwa besarnya
Investasi sama dengan tabungan (Elfindri.,1985 ), yang ditulis sebagai
It = St ( 1 )
dimana: It = Investasi Agregat
St = Tabungan Agregat
Pada model sederhana, dimana tabungan adalah fungsi daripada pendapatan, dan ini
diartikan bahwa yang mempengaruhi besar kecilnya tingkat tabungan adalah tingkat
pendapatan, dari fungsi tersebut maka pendapatan dimaksudkan sebagai varibel penentu
83
(determine variable), sedangkan tabungan sebagai veriabel terikat (dependent variable)
sehingga dapat ditulis sebagai
St = f ( Yt ) ( 2 )
Kemudian dari fungsi persamaan (10) diatas dapat ditulis penjabarannya dalam bentuk
linier yang biasanya ditulis sebagai berikut
St = -C + (1– c) Yt ( 3 )
Parameter C diartikan sebagai besarnya penabungan pada saat pendapatan sama dengan
nol. Nilai parameter C < 0 ( negatif ), sedangkan parameter s menunjukan besarnya
hasrat untuk menabung ( Marginal Propensity to Save = MPS ), yang nilainya s = 1-c,
sedangkan c menunjukan besarnya hasrat untuk mengkonsumsi ( Marginal Propensity to
Consume ).
Sementara itu, Stok Modal Kt pada suatu periode waktu t terdiri dari perubahan
stok modal (Kt) dan ditambah dengan stok modal tahun lalu. Sedangkan investasi
merupakan perubahan stok modal ( It = Kt ). Dalam bentuk lain, Stok modal Kt pada
suatu periode waktu t, terdiri atas stok modal pada akhir periode waktu yang lalu Kt-1,
dikurangi dengan modal yang dipakai selama periode yang bersangkutan Dt, ditambah
dengan jumlah investasi keseluruhan, antara lain ditulis sebagai berikut:
It = Kt ( 4 )
Kt = Kt - Kt-1 ( 5 )
Kt = k Yt ( 6 )
atau Kt = k Yt ( 7 )
Kt = Kt - Kt-1 = It ( 8 )
Kt = Kt-1 + It ( 9 )
Kt = k Yt-1 + It ( 10 )
Kt = k Yt-1 + p Nt + Dt ( 11 )
Dengan Asumsi bahwa ada hubungan ekonomi lansung antara besarnya Stok Kapital Kt
keseluruhan dengan PDB, maka dapat disusun model sederhana pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Harrod-Dommar (Michael P. Todaro., 1977 )sebagai berikut:
St = s Yt ( 12 )
It = Kt ( 13 )
Kt/Yt = k ( 14 )
atau Kt/Kt = k ( 15 )
Yt/Yt = s/k ( 16 )
dimana:
St = -C + (1-c) Yt
Kt = K + k Yt-1
84
It = Investasi tahun t atau Pembentukan Modal Domestik Bruto (PMDB)
St = Tabungan tahun t atau Tabungan Domestik Bruto
Kt = Stok Modal tahun t
Yt = Produk Domestik Bruto tahun t
Yt-1 = Produk Domestik Bruto tahun t-1
Nt = Produk Nasional Netto tahun t
Dt = Depresiasi ( penyusutan )
St = Perubahan tabungan Domestik Bruto tahun t
Kt = Perubahan Stok Modal tahun
Yt = Perubahan Produk Domestik Bruto
Nt = Perubahan Produk Nasional Netto
St/Yt = Average Propensity to Save ( APS = SOR )
St/Yt = Marginal Propensity to Save ( MPS )
Kt/Yt = Capital-Output Ratio ( COR )
Kt/Yt = Incremental Capital-Output Ratio ( ICOR )
Yt/Yt = s/k = Economy's growth
s = Nisbah Tabungan ( s = 1-c = MPS )
k = Nisbah Kapital ( k = ICOR )
C, K = Konstanta. dimana bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi, ditentukan secara bersamaan oleh nisbah
tabungan nasional s dan nisbah kapital/output nasional.
2.2. Tabungan, Modal Dan Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang
Sebagaiman persamaan (12) samapai dengan persamaan (16), dimana
Pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, diasumsi bahwa ada hubungan ekonomi
langsung antara besarnya stok kapital K keseluruhan dengan PDB, sehingga model
sederhana pertumbuhan ekonomi ini, adalah dengan menggunakan formulasi Harrod-
Dommar Dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi yang kiranya mampu dicapai,
sehingga perlu dilakukan estimasi beberapa fungsi antara lain dua buah fungsi pertama
yang merupakan suatu keseimbangan antara Tabungan dengan Investasi dalam suatu
indentitas “Ekonomi Sektoral” (ekonomi dua sektor). Kedua fungsi tersebut ditulis
sebagai berikut:
Fungsi-Fungsi Estimasi Jangka pendek:
St = -C + ( 1 – c ) Yt ( 17 )
Kt = K + k Yt-1 ( 18 )
Fungsi-Fungsi Hasil Estimasi Jangka Panjang
St = s Yt ( 19 )
Kt = k Yt-1 ( 20 )
85
Analisis Untuk 2 Sektor Ekonomi:
St = s Yt ( 21 )
Kt = k Yt-1 ( 22 )
MPC + MPS = 1 ( 23 )
c + s = 1
MPS = s = { St ( Yt )} ( 24 )
MPC = 1 – c = {[ 1 – St ( Yt ) ]} ( 25 )
Multiplier ( ): = 1/MPS = 1/s ( 26 )
Yt/Yt = s/k ( 27 )
dimana: St = tabungan tahun t, dalam milyar rupiah.
Kt = Stok Modal tahun t, dalam milyar rupiah
Yt = Produk Domestik Bruto tahun t, dalam milyar rupiah
Yt = Selisih produk domestik bruto tahun t dengan produk domestik
bruto tahun t-1, dalam milayar rupiah.
Yt/Yt = pertumbuhan ekonomi pada tahun t, dalam persentase.
MPC + MPS = 1 APC + APS = 1
k = Incremental Capital-Output Ratio ( ICOR )
s = Marginal Propensity to Save ( MPS )
C = konsumsi otonom
K = modal otonom
1 – c = s
= [s (1 – t ) + t ]
= 1 - c (1 – t )
= bagian pendapatan yang tersisa setelah konsumsi, dimana
Sh (Yt) = [s (1 – t )] Yt , berarti s (1 – t ) = MPS + MPT
1/(1 – c ) = multiplier.
MPS / ICOR = Rate of Economy's growth
Tabel 1 : STRUKTUR MAKRO PEREKONOMIAN INDONESIA: PENDAPATAN NASIONAL, MODAL DAN TABUNGAN, TAHUN 1969-1995
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )
Ko ns ums i Inves - P DB^* P DB P NB P a jak P enyu- P NN P enda- Tabung- Inves tas i S to k Mo dal ICOR P ertum-
tas i Ko ns tan Ko ns tan Tidak s utan patan an Netto Mo dal P ro - buhan
'93=100 '93=100 Langs ung Dis po - duktif Eko no mi
Tahun Netto s ibe l
1969 48564.5 5984.0 68824.2 68824.2 70133.3 1616.7 3431.0 65085.6 63468.9 20259.7 2553.0 0 2553.0 0 0
1970 50137.6 7959.0 73985.5 73985.5 75228.2 1714.1 3688.4 69825.7 68111.6 23847.9 4270.6 114085.6 110397.5 1.542 0.075
1971 51711.9 9645.8 79169.9 79169.9 80203.8 1920.6 3945.8 74337.4 72416.8 27458.0 5700.0 147335.2 143387.0 1.861 0.070
1972 52976.8 11482.8 86623.9 86623.9 86582.0 2112.0 4317.0 80153.0 78041.0 33647.1 7265.8 133487.4 129166.6 1.541 0.094
1973 58034.2 13441.1 96421.0 96421.0 95775.4 2383.8 4807.6 88584.0 86200.2 38386.8 8633.5 132289.6 127481.5 1.372 0.113
1974 64159.1 16022.5 103782.5 103782.5 101407.5 2317.9 5174.5 93915.1 91597.2 39623.4 10848.0 225934.5 220756.5 2.177 0.076
1975 69720.2 18360.2 108948.0 108948.0 106574.4 3210.8 4993.8 98369.8 95159.0 39227.8 13366.4 387201.2 382209.4 3.554 0.050
1976 72520.6 19462.9 116450.8 116450.8 115410.3 2841.5 5911.5 106657.3 103815.8 43930.2 13551.4 302073.4 296162.5 2.594 0.069
1977 76479.7 22559.5 126811.9 126811.9 124530.1 5382.4 4124.3 115023.4 109641.0 50332.2 18435.2 276069.5 271948.6 2.177 0.089
1978 85004.1 25957.6 136584.8 136584.8 133527.8 3483.6 6833.6 123210.6 119727.0 51580.7 19124.0 362769.2 355936.4 2.656 0.077
1979 97749.2 27104.8 145124.4 145124.4 140038.4 4120.6 7288.1 128629.7 124509.1 47375.2 19816.7 460479.7 453200.3 3.174 0.063
1980 114108.1 32223.1 159467.2 159467.2 153501.2 4527.9 7978.0 140995.3 136467.4 45359.1 24245.1 358322.8 350339.6 2.247 0.099
1981 132976.9 35811.4 171822.9 171822.9 167193.5 4170.3 8609.9 154413.3 150243.0 38846.0 27201.5 497942.8 489337.5 2.898 0.077
1982 146220.8 40464.6 179946.2 179946.2 172047.0 4542.0 8803.7 158701.3 154159.3 33725.4 31660.9 1765992.0 1717930.8 4.981 0.047
1983 140829.5 43630.2 174532.6 183353.3 176703.3 4840.5 9172.8 162690.0 157849.5 42523.8 34457.4 1079950.9 1094340.5 12.806 0.019
1984 144666.7 41004.9 182308.2 195709.0 187857.0 5260.0 9790.9 172806.1 167546.1 51042.3 31214.0 649558.2 639763.6 3.319 0.067
1985 145698.2 43961.6 180348.8 200544.3 192664.5 6119.8 10033.0 176511.7 170391.9 54846.1 33928.6 1823348.8 1813314.8 9.092 0.025
1986 150260.9 48008.9 193062.0 212475.3 204774.6 7056.4 10629.8 187088.4 180032.0 62214.4 37379.1 855000.6 844369.4 4.024 0.059
1987 156363.6 50642.4 207616.3 222598.5 213902.7 9644.8 11136.2 193121.7 183476.9 66234.9 39506.2 1113660.3 1102520.1 5.003 0.048
1988 164951.7 56478.6 232534.4 236004.1 229212.0 13870.1 11800.1 203541.8 189671.7 71052.4 44678.5 994285.3 982486.0 4.213 0.060
1989 174215.6 64024.9 249211.1 253601.9 246376.3 17695.6 12665.5 216015.2 198319.6 79386.3 51359.4 922603.7 909942.3 3.638 0.075
1990 188456.2 73355.6 261735.2 271968.1 263621.4 17869.3 13327.5 232424.6 214555.3 83511.9 60028.1 1086240.6 1072914.1 3.994 0.072
1991 204815.9 78142.0 284706.3 290870.6 282156.3 17792.3 14552.6 249811.4 232019.1 86054.7 63589.4 1202459.1 1187905.5 4.134 0.070
1992 212778.6 82001.5 302489.1 309659.1 229827.0 19655.6 -54511.7 264683.1 245027.5 96880.5 66513.2 1351662.0 1406163.4 4.365 0.065
1993 222715.1 86667.3 319230.3 329775.8 317223.2 21171.1 16488.8 279563.3 258392.2 107060.7 70178.5 1420674.1 1404189.9 4.308 0.065
1994 238504.7 98589.0 339804.8 354640.8 314911.0 -6894.1 17732.0 304073.1 310967.2 116136.1 80857.0 1406150.8 1388418.0 3.965 0.075
1995 265096.0 112386.4 367939.6 383792.3 371868.5 23209.7 19189.6 329469.2 306259.5 118696.3 93196.8 1479519.3 1460337.1 3.855 0.082
Sumber : Republik Indonesia, Nota Keuangan Dan RAPBN Tahun 1988/1989; Bank Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia,
BPS, Pendapatan Nasional indonesia berbagai tahun penerbitan, dan Indikator, edisi April 1996.
*). T idak Termasuk Perubahan Stok.
3. SUMBER DATA
Data yang akan dipakai untuk melakukan penaksiran jumlah stok modal di
Indonesia disajikan pada Tabel 1, yaitu data resmi publikasi pemerintah. Tabel ini
memperlihatkan Produk Domestik Bruto selama periode 1969-1995 atas dasar harga
konstan 1993 menurut penggunaannya. Data tersebut juga dipakai dalam pengujian
empiris guna memperkirakan besarnya nilai ICOR, khususnya dalam memperkirakan
ICOR diperlukan sekali data investasi It ( Pembentukan Modal Domestik Bruto ) dan
Produk Domestik Bruto ( Yt ).
4. HASIL PENAKSIRAN PERTUMBUHAN EKONOMI
4.1. Sumber-sumber Ekonomi: Tabungan, Modal Dalam Pembangunan
Sudah tidak diragukan lagi bahwa aktivitas membangun memerlukan dana yang
banyak diberbagai bidang, yaitu berupa modal dalam pembangunan. Sedangkan untuk
tujuan pertumbuhan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi aktivitas tersebut
memerlukan semacam peningkatan investasi yang banyak diberbagai bidang yang
meliputi prasarana dan sarana yang harus semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke
tahun yang ditujukan sebagai pembiayaan pembangunan tersebut.
Sumber-sumber ekonomi seperti tabungan ( saving ) dan modal ( capital ) sangat
erat kaitannya dengan investasi ( investment ) dan bahkan dengan pendapatan nasional.
Investasi sebagai pembiayaan dalam pembangunan yang sumbernya adalah tabungan,
sementara itu bahwa investasi diartikan sebagai perubahan modal. Baik tabungan maupun
modal dalam perekonomian besar atau kecilnya tergantung pada pendapatan nasional,
sedangkan pendapatan nasional tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor dalam maupun
luar negeri pada perekonomian yang bersifat terbuka.
Tabungan, modal dan investasi dapat juga dilihat dari bermacam segi antara lain
dikelompokan dalam bentuk kepemilikan masyarakat, pemerintah, dalam negeri dan luar
negeri. Secara global topik yang merupakan pembahasan ditujukan melihat
perkembangan ekonomi tersebut secara menyeluruh akibat adanya bermacam-macam
pengaruh secara nasional.
Selama periode 1969-1995 perkembangan perekonomian nasional seperti
tabungan adalah sebesar Rp 58119,99 milyar rata-rata pertahun, sedangkan investasi
sebesar Rp 43161,94 rata-rata pertahun pada periode yang bersamaan. Besarnya tabungan
daripada investasi tersebut telah menunjukan pula bahwa dalam perekonomian telah
terdapatnya aktivitas perdagangan luar negeri sebesar selisih tabungan dan investasi
tersebut. Jelas bahwa sektor perdagangan luar negeri memberikan infak yang negatif
dalam perekonomian nasional selama periode tersebut secara rata-rata setiap tahunnya.
88
Investasi yang dalam pengertian sehari-hari merupakan perubahan modal, antara
lain selama periode yang sama adalah sebesar Rp 761077,65 milyar rata-rata per tahun,
sedangkan pendapatan nasional adalah sebesar Rp 188850,2 milyar rata-rata per tahun.
Dalam analisis kualitatif tidak begitu nampak perubahan aktivitas ekonomi secara teliti
untuk disumpulkan, namun sebagaimana yang dapat dilihat/diperhitungkan dari tabel 1
bahwa laju pertumbuhan ekonomi selama tahun 1969-1995 adalah sebesar 6,85 % rata-
rata per tahun. Tabungan, investasi dan modal masing-masing pada tahun bersamaan
telah tumbuh sebesar 7,51 %, 12,18 % dan 21,98 % rata-rata per tahun.
Laju kenaikan investasi yang cepat seiring dengan cepatnya laju kenaikan modal,
sedangkan laju kenaikan tabungan yang lebih rendah menunjukan bahwa investasi yang
berasal dari tabungan tidak begitu banyak dan yang lebih dominan besasal dari modal dan
mungkin dalam hal ini dalam pembentukan investasi adalah modal asing yang merupakan
andalan utama sebesar investment-gap tersebut.
Dapat pula dikatakan bahwa pembiayaan ekonomi kurang efektif karena tabungan
sebagai sumber dari investasi produktif belum dapat diandalkan sepenuhnya, oleh karena
kurang mantapnya kebijaksanaan moneter, kebijaksanaan fiskal dan bahkan
kebijaksanaan perdagangan luar negeri yang dilakukan pemerintah selama ini.
Laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,85 % rata-rata per tahun, dimana pada
periode bersangkutan telah dibaregi oleh tingkat inflasi yang cukup tinggi yaitu sebesar
14,38 % rata-rata per tahun, yaitu oleh karena laju kenaikan pendapatan nasional nominal
diwaktu itu adalah sebesar 22,32 % rata-rata per tahun. Pada saat yang sama bahwa laju
pertumbuhan penduduk adalah sebesar 2,03 % rata-rata per tahun, yang berarti bahwa
laju kenaikan pendapatan perkapita adalah sebesar 4,82 % rata-rata per tahun.
Kalau dilihat dari perkembangan ekonomi dalam versi analisa kualitatif, bahwa
perkembangan ekonomi Indonesia adalah bagus sekali dan menakjubkan dan sebagai
contohnya adalah besarnya laju kenaikan pandapatan perkapita daripada laju kenaikan
penduduk dalam pada mana laju pertumbuhan ekonomi sebesar diatas, dan mungkin
penelitian yang akurat akan terjadi pada analisis kuantitatif pada pembahasan selanjutnya.
4.2. Penaksiran Empiris MPS Dan ICOR
Guna melakukan penaksiran stok modal diperlukan nilai COR (Capital Output
Ratio). Namun nilai COR baru dapat diperoleh kalau kita sudah memiliki angka
mengenai stok modal. Untuk mengatasi ini, maka akan dipakai taksiran ICOR sebagai
gantinya. Cara yang sama juga pernah dipakai untuk kasus negara Philiphina ( Mangahas.
M., 1970 ) dan diterapkan juga untuk negara-negara industri baru Asia dan Jepang (
Chen, Edward K.Y., 1979 ). Untuk menaksir nilai ICOR diperlukan angka perubahan
dalam output Yt dan invetasi bruto (It), bahwa ICOR = k = p = It/Yt. Atau juga dapat
mencari nilai ICOR tersebut dengan menggunakan Investasi netto yang diperoleh
langsung dengan mengurangi pembentukan modal domestik bruto atau investasi bruto
tersebut dengan angka penyusutan sebagaimana halnya menurut persamaan (9). Hasil
89
ICOR selama periode 1969-1994 disajikan pada tabel 2. Tabel 2 ini bukan saja khusus
menyajikan tentang apa yang hendak diteliti sesuai dengan pembatasan, namun justeru
lebih luas daripada itu yang juga menyajikan data yang bersifat kualitatif yang
berhubungan erat dengan penelitian ini dalam konteks yang bersifat nasional.
Terdapat dua cara dalam dalam memperkirakan Tabungan dan modal, yaitu
bersifat kualitatif dan kuantitatif ( Cairncross, A.K., 1962 ). Cara yang bersifat kualitatif
dalam menaksir tabungan, yaitu dengan mengalikan nilai MPS dengan PDB pada periode
bersangkutan St = s Yt, dan untuk menaksir modal adalah dengan mengalikan nilai ICOR
dengan PDB pada periode bersangkutan, yaitu Kt = k Yt sebagaimana persamaan (12),
dan persamaan (6). Sedangkan cara yang bersifat kuantitatif yaitu dengan melakukan
estimasi dengan OLS-method ( Mayes, G. David., 1981 ) sebagaimana persamaan (3) dan
persamaan (10). Dalam penelitian ini keduanya dilakukan, dan khusus cara pertama
sudah terjawab sebagaimana terdapat pada tabel 2, sedangkan cara yang kedua
diperhitungkan dari hasil estimasi berikut:
St = 2370,857 + 0,295202 Yt
S(ai): (0,017369)
t(ai): (16,99554)
n = 27, SE = 8012,593
r2 = 0,920342
r = 0,959344
r2 = 0,917156
F = 288,8443
D-W = 0,321094
Kt = -145622,5 + 5,191951 Yt-1
S(bi): (0,694610)
t(bi): (7,474624)
n = 27, SE = 314502,2
r2 = 0,690861
r = 0,831181
r2 = 0,678496
F = 55,87000
D-W = 1,884366
Statistical Table: t0.005 = 2.787
t0.001 = 2.485
f0.01 (v1, v2) = 7.77
f0.05 (v1, v2) = 4.24
d0.01 (dl, du) = 0.98 - 1.30
d0.05 (dl, du) = 1.21 - 1.55
90
Terkecuali tahun 1969 yang merupakan awal pembangunan yang terencana
semenjak ordebaru dan juga awal dari penelitian ini, jelas bahwa nilai ICOR tidak ada.
mulai dari tahun 1970 dan sampai akhir tahun dalam penelitian ini tahun 1995, dimana
nampak kecenderungan bahwasanya nilai ICOR menunjukan peningkatan setiap tahun
dalam jangka panjang. Peningkatan yang demikian jelas pula menyatakan bahwa semakin
tidak efisiensinya gerak perekonomian secara nasional.
Nilai ICOR ( tingkat efisiensi marginal ekonomi ) yang meningkat terus hingga
mencapai puncaknya tertinggi tahun 1983 dan pada tahun tersebut Indonesia
mengadakan reformasi ekonomi dalam dunia perbankan berupa kebijaksanaan deregulasi
dan derebiroktisasi yang konon berbagai pengamat ekonomi menyatakan terjadinya resesi
ekonomi di Indonesia sebagai akibat pegaruh resesi ekonomi dunia.
Sekitar pelita pertama Nilai ICOR berada sekitar 1 tetapi tidak sampai dua secara
rata-rata. Ini berarti bahwa tambahan unit modal semakin banyak dibutuhkan untuk
meningkatkan 1 unit tambahan output. Keadaan ini menunjukan bahwa pertumbuhan
ekonomi yang dicapai Indonesia sejak awal tahun 1970 semakin banyak menyerap faktor
modal. Selanjutnya hal ini juga dapat memberikan indikasi akan adanya masalah
ekonomi biaya tinggi yang berakibat menurunya efisiensi pemakaian modal dalam
proses pertumbuhan ekonomi.
Meningkatnya nilai ICOR di Indonesia diduga juga ada kaitanya dengan
kebijaksanaan industrialisasi yang dianut Indonesia sejak awal periode pembangunan.
Dalam menumbuhkan sektor Industri, Indonesia telah mengambil kebijaksanaan yang
berorientasi terhadap pasar dalam negeri dengan jalan memberikan proteksi terhadap
industri pengganti impor. Keadaan ini diduga telah menyebabkan harga faktor langka
menjadi relatif lebih murah dibanding faktor berlimpah.
Peningkatan nilai ICOR sangat jelas Sejak tahun 1974 yang merupakan awal
pembangunan lima tahun kedua. Meningkat terus tahun 1975 yang menandai keuntungan
yang diproleh Indonesia sebagai hasil boom minyak yang pertama. Pengaruh boom
minyak yang kedua juga tampak pada peningkatan nilai ICOR tahun 1979. Tahun 1983
merupakan periode setelah resesi yang memperlihatkan nilai ICOR tertinggi. Resesi
ekonomi di Indonesia tahun 1982-1986 telah memperlihatkan kepada kita berbagai
kebijaksanaan yang mungkin ampuh dalam menangulangi perekonomian telah
dicurahkan, namun hingga sekarang distorsi ekonomi yang telah terjadi selama ini susah
untuk melupakan.
Distorsi ekonomi yang paling vokal saja paling tidak masing teringat bahwa tahun
1974 terjadinya KNOP, tahun 1982-1986 terjadi Reformasi kebijaksanaan ekonomi
Indonesia seperti Deregulasi, debiroktisasi dan devaluasi rupiah tahun 1986. Meskipun
banyak distorsi ekonomi yang tidak terkendali oleh pihak pemerintah khususnya sebagai
pengambil keputusan, namun gema akan take-off juga tetap bergema dan sampai
sekarang pun gejolak politik juga semakin tidak menentu atau mungkinkah akan terjadi
91
pula semacam krisis sosial tentang ketidakpercayaan masyarakat nantinya kepada
pemerintah.
Krisis ekonomi telah nyata terjadi pada beberapa tahun lalu yang ditandai dengan
meningkatnya nilai ICOR, mungkin dapat dijelaskan bahwa keadaan ekonomi
berorientasi pada tingkat yang jauh dibawah kapasitas produksi, yang secara ekonomi
efisien sebagai akibat melemahnya permintaan baik pada pasar dalam negeri maupun
pada pasar ekspor.
Kaitan antara modal dengan investasi sangat erat sekali, begitu juga halnya kaitan
antara investasi dengan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan
kegiatan ekonomi yang semakin mantap perlu terlebih dahulu terjadi kemantapan dalam
peningkatan investasi, jelas bahwa investasi yang tinggi akan mencerminkan pendapatan
nasional yang tinggi pula sedangkan investasi yang dimaksud berasal dari tabungan.
Adalah hal yang sudah tidak asing lagi dalam kebijaksanaan ekonomi bahwa
untuk menggakumulasi tabungan yang tinggi melibatkan kerja keras dalam kegiatan
pembangunan bahwa dengan upaya bagaimana tabungan yang besar dapat terjadi
sementara kebutuhan konsumsi tidak bisa dikurangi secara cepat dan apalagi dengan
melakukan pengencangan ikat pinggang. Dari hal semacam ini jelas pula bahwa tabungan
dengan modal dan bahkan investasi terkait erat dalam kontek yang bersifat nasional
sepertihalnya peningkatan output atau pendapatan nasional. Khususnya untuk tujuan
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi seringkali dalam pembiayaan
ekonomi membutuhkan modal yang berasal dari luar negeri, yaitu sepanjang akumulasi
modal dalam negeri tidak mantap.
Kebutuhan yang semakin besar tanpa terkendalinya perekonomian dengan baik
sementara sumber ekonomi atau faktor produksi yang cukup berlimpah kurang terkendali
sehingga menyebabkan nilai tambah produksi nasional yang semakin melamban, maka
capital inflow yang selama ini merupakan primadona pembiayaan ekonomi jangka
panjang, yang untuk saat sekarang pada hakekatnya menjadi susah diharapkan oleh
karena ekspor nasional tidak cukup sebagai penjaminnya, dan malahan yang akan terjadi
adalah distorsi ekonomi yang semakin tajam dan bahkan krisis sosial dalam negeri
sendiri.
Suatu negara, khususnya negara sedang berkembang dikatakan mantap dalam
melaksanakan kebijaksanaan ekonomi dan pembangunan dan dalam jangka cukup
panjang sekitar 20 tahun ditandai dengan ICOR sekitar 4 dan tidak boleh lebih. Indonesia
bukan wajah yang baru dalam pembanggunan terencana yang sampai sekarang sudah 27
tahun. Dari hasil perhitungan yang bersifat kuantitatif untuk kedua fungsi regresi dimana
laju pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 1969-1995 adalah sebesar 5,69% rata-rata
pertahun, antara lain dikarenakan estimasi nisbah tabungan ( Marginal Propensity to Save
"MPS" ) adalah sebesar 29,52 % rata-rata pertahun dan tingkat efisiensi marginal
ekonomi ( Icremental Capital-Output Ratio "ICOR" ) adalah sebesar 5,19 rata-rata setiap
tahunnya.
92
Kedua hasil estimasi tabungan dan Modal, secara statistik pada hakekatnya dintakan
significant pada tingkat kepercayaan (significant level ) = 1 % ( Ttest > Ttable ).
Hubungan antara independen variable Yt dengan dependent variable St menunjukan
angka sangat kuat secara statistik, dengan nilai korelasi r = 95,93 %, begitu juga Ftest =
288,84 dengan angka yang sangat besar sekali yang melebihi Ftable. Sementara itu D-W =
0,317. Angka ini adalah under estimate yang dalam penegrtian statistik tidak masuk
dalam range, dan bukan berarti tidak significant, namun nilai tabel D-W yang tersedia
terbatas ( hanya menyediakan untuk 1 % dan 5 % ). Namun demikian untuk simple
regression sebenarnya D-W tidak perlu lagi dikaji oleh karena pengujian signifikansi
telah dijawab melalui ttest.
Sementara itu, pengujian statistik dari hasil estimasi modal juga menunjukan hasil
yang significant dengan nilai korelasi r = 69,1 % dan berarti masih ada faktor lain yang
juga berpengaruh belum masuk dalam penelitian ini sekitar 29,9 %. Namun demikian
korelasi sebesar diatas sudah cukup tinggi dan cukup memberikan kesan atau bukti
bahwa hasil estimasi ini dapat dipergunakan.
Sedangkan ttest pada hasil estimasi ini adalah sangat besar dan berada pada tingkat
keyakinan (confidence level ) 1- = 99 % dan boleh dikatakan sudah mantap dengan
tingkat keyakinan yang setinggi itu. Selanjutnya, dalam penelitian ini juga terungkap
bahwa nilai F = 55,87 ( Ftest > Ftable ) yang tinggi dan bahkan D-W = 1,88 ( masuk
ruang Ttable ) yang kesemua ini telah berbarengan sama-sama memperkuat hasil penelitian
ini, yaitu bahwa penelitian yang dilakukan ini adalah sangat significant sekali.
4.3. Analisis Perhitungan Teoritis
Studi ini membahas analisa yang menghubungkan fungsi tabungan jangka
panjang dengan pendapatan dalam versi perhitungan analisis ekonomi dua sektor.
Tentunya pembahasan tabungan tidak akan terlepas dengan investasi oleh karena
investasi sumbernya adalah tabungan. Berdasarkan prihal yang demikain pada analisis ini
perlu ditentukan berapa besarnya multiplier yang terjadi serta berapa pula besarnya
pertumbuhan ekonomi yang dihasilkannya oleh karena estimasi yang dilakukan bukan
hanya sekedar Tabungan Domesti Bruto saja, tetapi juga perkiraan Stok Modal supaya
mampu memperlihatkan besarnya laju pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan.
Aspek yang akan menonjol dalam pembahasan ini, adalah terletak pada sejauh
mana kemampuan penciptaan Tabungan Domestik Bruto (total saving) mampu
menciptakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Didalam keadaan nyata, Naik turunya
tingkat tabungan suatu negara tidak terlepas dari berbagai pengaruh dalam maupun luar.
Dari dalam negeri umpanya, sebagaimnan definisi Keynes menyatakan bahwa tabungan
adalah bagian dari pendapatan periode tertentu yang tidak habis dikonsumsi pada periode
bersangkutan, sehingga besar kecilnya tabungan akan sangat terpengaruh dengan pola
konsumsi yang terjadi suatu negara tersebut.
93
Fungsi-Fungsi Estimasi Jangka pendek:
St = -C + ( 1 – c ) Yt ( 28 )
= 2370.875 + 0.295202 Yt
Kt = K + k Yt-1 ( 29 )
= -138692 + 5.236756 Yt-1
Fungsi-Fungsi Hasil Estimasi Jangka Panjang
St = s Yt ( 30 )
= 0.295202 Yt
Kt = k Yt-1 ( 31 )
= 5.236756 Yt-1
Analisis Ekonomi Sektoral: Ekonomi 2 Sektor
St = s Yt
Kt = k Yt-1
MPC + MPS = 1
c + s = 1
0.704797 + 0.295202 = 1
MPS = s = 0.295202 = { St ( Yt ) } ( 31 )
MPC = 1 - c = 0.704797 = { [ 1-St(Yt) ] } ( 32 )
Multiplier (): = 1/MPS = 1/s = 3.387500 ( 33 )
Yt/Yt = s/k = 0.056371 ( 34 )
5. KESIMPULAN
Penaksiran laju pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dua cara, yaitu melalui
analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Laju pertumbuhan ekonomi yang dihitung secara
kualitatif untuk periode 1969-1995 adalah cukup besar, yaitu sebesar 6,85 % rata-rata per
tahun. Sedangkan dengan menggunakan analisa kuantitatif yang merupakan pembagian
antara nisbah tabungan ( MPS) dengan nisbah modal (ICOR) adalah sebesar 5,69 % rata-
rata setiap tahunnya. Laju pertumbuhan yang diciptakan perekonomian Indonesia sebesar
diatas merupakan keterpaduan berbagai kekuatan agregatif, khususnya tabungan dengan
modal.
Tabungan dengan modal adalah adalah agregatif ekonomi yang dominan dan
sebagai dasar pembentukan investasi dalam pembiayaan pembangunan. Kenaikan sebagai
94
pembiayaan ekonomi tidak terlepas dari kenaikan tabungan dan modal adalam aktivitas
ekonomi. Investasi yang besar benar-benar tercipta dari besarnya tabungan dan modal
dalam pembangunan. Khususnya dalam pembahasan ekonomi, khususnya yang
menyangkut dengan pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang dilakukan, dimana bahwa
analisis kuantitatif adalah sangat tepat sebagai ajang pengambilan keputusan dibanding
analisis kualitatif.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 5,69 % rata-rata per tahun
selama periode 1969-1995, yaitu karena nisbah tabungan dan nisbah modal masing-
masing sebesar 0,295202 dan 5,191951 rata-rata per tahun selama periode
bersangkutan. Pengujian empiris dari kedua koefisien estimasi tersebut sama-sama
significant pada tingkat keyakinan ( confidence level ) 99 % yang berarti kelogikaan
penelitian ini sudah tidak perlu diragukan lagi.
Pada tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar tersebut diatas, kenyataan
dari analisis kuantitatif dapat dibaca bahwa tabungan justeru lebih kuat pengaruhnya
dibandingkan modal dalam pembentukan investasi sebagai sumber pembiayaan dan
pertumbuhan ekonomi. Kekuatan-kekuatan agregatif ekonomi seperti tabungan dan
modal sebagaimana penelitian ini dilakukan, dimana pada tingkat pertumbuhan ekonomi
sebesar diatas, dan dalam waktu bersamaan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar
2,03 % per tahun, maka laju kenaikan pendapatan perkapita adalah sebesar 3,66 % rata-
rata per tahun.
Oleh karena laju kenaikan pendapatan nominal adalah sebesar 22,32 % rata-rata
per tahun, maka tingkat inflasi yang terjadi adalah sebesar 16,63 % rata-rata per tahun,
dan dapat pula dikatakan bahwa perekonomian Indonesia telah berjalan dengan
memanfaatkan infak inflasi sebagai pembaiyaan pembangunan. Meskipun kegiatan
pembangunan masih berjalan mantap serta moderat, namun dalam jangka panjang
kebijaksanaan pemerintah yang membangun dengan inflasi ini sangat berbahaya
dilakukan dan mudah terserang pengaruh ekternal yang sulit diramalkan kapan
datangnya.
6. DAFTAR BACAAN
Adelman, Irma, Theories of Economic Growth and Development, ( California: Stanford
University Press, 1961 ).
Amrizal., "Pengembangan Tabungan Dalam negeri Dan Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia", Skripsi Sarjana FE-Unand, Padang 1992.
Cairneross, A.K., Faktor in Economic Development, ( London: George Allen & Unwing,
1962).
Chenery, H.B., and A.M. Stout, "Foreign Asistence and Economic Development",
American Economic Riview, (64: 4, September 1966).
95
Chen, Edward K.Y., Hyper-Growth in Asia Economies, ( New York Holmes & Meier,
1979).
Duessenberry, James S., "Income, Saving and Theory of Consumer Behavior"
(Cambridge, Mass. Harvard Univesity Press, 1949 ).
Elfindri., "Fungsi Tabungan Di Indonesia: Dengan Pendekatan Permanent Income
Hypotesis", Skripsi Sarjana FE-Unand, Padang, 1985.
Karimi, Syafruddin., "Penaksiran Stok Modal Di Indonesia", dalam Pengembangan
Industri dan Perdagangan Luar Negeri, Pusat Penelitian Universitas Andalas, Padang,
1988.
Michael P. Todaro., "Economics For Developng World" ( London: Longman Group
Limited, 1977 ).
Mangahas, M., "Foreign Asistence in Models for the Philippines Economy", The
Philippines Economic Jurnal, ( 9 : 2, Second Sementer 1970, 209-230 ).
Mayes, G. David, Applications of Econometrics, ( New Jersey : Prentice Hall
1981 ).
4.2. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 3 Sektor
1. PENDAHULUAN
2. METODOLOGI DAN PEMBENTUKAN MODEL
Model keseimbangan perekonomian untuk ekonomi 3 sektor secara formal,
adalah sebagai berikut:
A = C + I + G ( 1 )
Y = C + S + T ( 2 )
A = Y ( ... Aggregate, Demand = Supply ) ( 3 )
bila dikelompokan dalam bagian-bagian tertentu, maka dapat didefinisikan sebagai
I + G = S + T ( 4 )
dimana terdapatnya gap oleh karena terjadinya kelebihan permintaan oleh kaum investor
dan pemerintah. Untuk mengimbangi permintaan tersebut, diperlukan Pajak lebih besar
daripada pengeluaran pemerintah.
Hubungan antara output dengan pendapatan disposibel ( disposible income ),
dimana sebagian dari pendapatan harus mengeluarkan pajak T dan sektor swasta
96
menerima Transfer R sebagai tambahan pada pendapatan nasional yang pada gilirannya
dialokasikan pada konsumsi dan tabungan, yaitu:
Yd = Yt + R – Tt ( 5 )
= Ct + St ( 6 )
Yt = Ct + St + Tt ( 7 )
dalam kaitanya persamaan (7) dengan indentitas produksi nasional (national product
identity ), dapat disusun sebagai
C + I + G = Yt = C + S + ( T – R ) ( 8 )
atau I + G = S + ( T – R ) ( 9 )
I = S + ( T – G – R ) (10 )
dimana I = total investasi, S = total tabungan yang disebut juga sebagai tabungan
masyarakat Sh dan berasal dari selisih total tabungan dengan tabungan pemerintah Sg =
( T - G - R), T = Penerimaan dalam negeri dan G = pengeluaran pemerintah dan R =
Transfer payment.
2.1. Identitas Keseimbangan Tabungan Dan Investasi
Penurunan pajak dapat meningkatkan tabungan masyarakat dan mempunyai efek
terhadap berkurangnya tabungan pemerintah oleh karena penerimaan pemerintah
berkurang. Setiap rupiah penerimaan pemerintah dari pajak, akan memperbesar defisit
anggaran belanja. Apabila tambahan defisit ini tidak dapat diimbangi oleh kenaikan
tabungan masyarakat, maka total tabungan maupun total investasi dapat turun.
Penurunan pajak dapat menaikan pembentukan modal, yang apabila penurunan
pajak tersebut dapat meningkatkan pendapatan nasional yang cukup besar, sehingga
dapat menutup pajak itu. Untuk menyederhanakannya, maka identitas keseimbangan
tabungandan investasi tersebut dapat ditulis sebagai berikut ( Nopirin: 1987, h.156 ):
St = Sh + Sg = It ( 11 )
dimana: Sh = - (C +G ) + ( 1 – c ) ( Yt – Tt ) ( 12 )
Sg = - (G +R ) + Tt ( 13 )
Tt = tYt ( 14 )
Sh = tabungan masyarakat, Sg = tabungan pemerintah dan Tt = penerimaan pajak.
Persamaan (11) adalah dalam keadaan full employment dan dapat ditulis dalam bentuk
St = - (C +G +R ) + ( 1– c ) ( Yt – tYt ) + tYt ( 15 )
dalam efek jangka pendek ini, bahwa pajak mempunyai hubungan positif dengan
tabungan domestik bruto. Dalam jangka panjang yang lebih populer disebut dengan efek
97
penawaran (supply side effect ) didalam jangka panjang sehingga, diasumsikan bahwa C
= G = R = 0 ,dan pendapatan dalam keadaan full-employment diasumsi pula sama
dengan produk domestik bruto.
Tabungan adalah sumber pembentukan modal atau disebut juga sebagai investasi,
dan investasi tersebut adalah perubahan modal. Kalau besar kecilnya tabungan ditentukan
oleh pendapatan, sedangkan investasi atau perubahan modal dipengaruhi oleh perubahan
pendapatan atau untuk konsep ini harus dibedakan antara konsep COR = k = Kt/Yt dan
ICOR = It/Yt = Kt/Yt, atas dasar perbedaan tersebut maka modal mempunyai fungsi
sebagai berikut:
It = k Yt ( 16 )
Kt = k Yt ( 17 )
Kt - Kt-1 = k ( Yt - Yt-1 ) ( 18 )
Kt = k ( Yt - Yt-1 ) + Kt-1 ( 19 )
Kt = k Yt + Kt-1 ( 20 )
Kt = k Yt + k Yt-1 ( 21 )
2.2. Tabungan, Modal Dan Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang
Pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, diasumsi bahwa ada hubungan
ekonomi langsung antara besarnya stok kapital K keseluruhan dengan PDB, maka model
sederhana pertumbuhan ekonomi ini, sebagaimana yang telah disusun Harrod-Dommar
sebagai berikut ( Michael P. Todaro: 1977, h.65 ):
St = s Yt ( 22 )
It = Kt ( 23 )
Kt/Yt = k ( 24 )
atau Kt/Yt = k ( 25 )
persamaan (22) s/d persamaan (25) setelah diolah menurut sementinya, maka model
sederhana pertumbuhan ekonomi Harrod-Dommar tersebut dapat ditulis sebagai
Yt/Yt = s/k ( 26 )
bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan secara bersamaan oleh pembagian antara
nisbah tabungan nasional s dengan nisbah kapital/output nasional k atau pembagian
antara MPS dengan ICOR.
Bagaimanapun juga, upaya peningkatan pajak tetap akan mengurangi kemampuan
untuk menabung, maka berkurangnya pendapatan masyarakat yang disebut sebgai
pendapatan disposibel ( disposible income ), dan antara tabungan dengan pajak terjadinya
trade-off, yaitu keadaan yang saling tumpang tindih, yaitu kenaikan pada satu fihak dan
menurunkan fihak lain. Namun demikian untuk kedua tabungan dan pajak tersebut sama-
sama bertujuan melakukan pembentukkan modal atau investasi bagi pembiayaan
98
ekonomi, dalam artiannya pada penelitian ini berkerjanya dua kebijaksanaan ekonomi
secara serempak "kebijaksanaan moneter dan kebijaksanaan fiskal".
Dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi yang kiranya mampu dicapai, sehingga
perlu dilakukan estimasi beberapa fungsi antara lain tiga buah fungsi pertama merupakan
penyelesaian (pemisahan) persamaan (15) untuk St, Sh dan Sg. Sedangakan fungsi yang
keempat merupakan penyelesaian (perbedaan penggunaan konsep COR dengan ICOR)
dari persamaan (16) s/d (21). Keempat fungsi tersebut ditulis sebagai berikut:
Fungsi-Fungsi Estimasi Jangka pendek:
St = -C + ( 1 – c ) Yt ( 27 )
Sh = - (C +G ) + [( 1 – c ) ( 1 – t )] Yt ( 28 )
Sg = - (G +R ) + t Yt ( 29 )
Kt = K + k Yt-1 ( 30 )
Fungsi-Fungsi Hasil Estimasi Jangka Panjang
St = s Yt ( 31 )
Sh = [s (1 – t )] Yt ( 32 )
Sg = t Yt ( 33 )
Kt = k Yt-1 ( 34 )
Analisis Untuk 2 Sektor Ekonomi:
St = s Yt ( 35 )
Kt = k Yt-1 ( 36 )
MPC + MPS = 1 ( 37 )
c + s = 1
MPS = s = { St ( Yt )} ( 38 )
MPC = 1 – c = {[ 1 – St ( Yt ) ]} ( 39 )
Multiplier ( ): = 1/MPS = 1/s ( 40 )
Yt/Yt = s/k ( 41 )
Analisis Untuk 3 Sektor Ekonomi:
St = Sh + Sg = It ( 42 )
= [s (1 – t )] Yt + tYt
= {[s (1 – t ) + t ]}Yt
Kt = k Yt-1 ( 43 )
MPC + MPS + MPT = 1 ( 44 )
c (1– t ) + s (1 – t ) + t = 1
99
MPS = [s (1 – t ) + t ] = { St ( Yt ) [ 1 – Sg ( Yt ) ]} ( 45 )
MPS + MPT = { Sh ( Yt ) [ 1 – Sg ( Yt ) ]} ( 46 )
MPC = {1 - [s (1 – t ) + t ]} = {[1 – St ( Yt )][1 – Sg ( Yt )]} ( 47 )
Multiplier (): = 1/ MPS ( 48 )
Yt/Yt = [ MPS + MPT ] / k ( 49 )
dimana: St = tabungan tahun t, dalam milyar rupiah.
Sh = tabungan masyarakat tahun t, dalam milyar rupiah
Sg = tabungan pemerintah tahun t, dalam milyar rupiah
Kt = Stok Modal tahun t, dalam milyar rupiah
Yt = Produk Domestik Bruto tahun t, dalam milyar rupiah
Yd = Pendapatan disposibel ( disposible income )
Yt = Selisih produk domestik bruto tahun t dengan produk domestik
bruto tahun t-1, dalam milayar rupiah.
Yt/Yt = pertumbuhan ekonomi pada tahun t, dalam persentase.
MPC + MPS + MPT = 1 APC + APS + APT = 1
k = Incremental Capital-Output Ratio ( ICOR )
s = Marginal Propensity to Save ( MPS )
t = rate of taxes ( dihitung sebagai proportional taxes dari gross
domestic product ).
C = konsumsi otonom
G = pengeluaran pemerintah otonom
R = Transfer Payment
K = modal otonom
1 – t = bagian pendapatan yang tersisa setelah dipotong pajak
s (1 – t ) = (1 – c ) (1 – t )
= bagian dari tabungan (total tabungan) yang tersisa setelah
dipotong pajak.
1 - [s (1 – t )] = 1 - [(1 – c ) (1 – t )]
= bagian dari konsumsi (total konsumsi) yang tersisa setelah
dipotong pajak.
1 – c = s
= [s (1 – t ) + t ]
= 1 - c (1 – t )
= bagian pendapatan yang tersisa setelah konsumsi, dimana
Sh (Yt) = [s (1 – t )] Yt , berarti s (1 – t ) = MPS + MPT
100
s (1 – t ) = bagian tabungan masyrakat yang tersisa setelah dipotong pajak,
s = MPS, t = MPT
c (1 – t ) = bagian dari pendapatan setelah konsumsi dan dipotong pajak,
c = MPC, t = MPT
1/[1 – c (1 – t )] = multiplier.
MPS / ICOR = Rate of Economy's growth
3. HUBUNGAN ANTARA TABUNGAN, INVESTASI
DENGAN PENDAPATAN
Dalam literatur ekonomi modern, dimana tabungan didefinisikan sebagai bagian
dari pendapatan yang tidak dikonsumsi pada periode yang bersamaan. Teori ini dikenal
sebagai teori Keynes yang pertama menghubungkan tabungan dengan pendapatan.
Kehadiran Keynes yang menghubungkan tabungan dengan pendapatan dan oleh
Keynes dianggap sebagai koreksi terhadap teori Klasik sebelumnya yang melihat
tabungan sebagai bagian dari teori kapital/modal dan menghubungkan tabungan bukan
dengan pendapatan, akan tetapi dengan tingkat bunga ( the interest rate of money ).
Sementara Keynesian, konsep tabungan sebagai fungsi dari pendapatan dianggap
sebagai salah satu sumbangan Keynes yang penting terhadap perkembangan ilmu dan
analisa ekonomi, yang tidak seperti pandangan Klasik sebelum dia, dianggap bahwa : (1)
Dapat mengaitkan (coupling) sektor moneter dengan sektor produksi dari perekonomian
secara makro dan (2) Menganggap bahwa kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan
moneter dapat sama-sama efisien dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ( Rustam
Didong: 1987, Log-cit, h.52 ).
Para ahli ekonomi pembangunan (development economists) yang banyak
bermunculan terutama sejak permulaan tahun 50-an ( lihat G.M. Meiers: 1976) dalam
bukunya yang berjudul "Leading Issues in Economic Development" dan ( lihat Lewis A:
1984 ) dalam bukunya "The State of Development Theory", tidak begitu ingin untuk
mempertajam perbedaan kedua konsep tabungan tersebut.
Tabel 1 . STRUKTUR EKONOMI INDONESIA: ARUS TABUNGAN DAN PEMBENTUKAN MODAL, TAHUN 1969-1995
( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )
K o n s u m s i Inves tas i P erubaan L u a r N e g e r i T a b u n g a n P ajak Tidak P enyusutan Stok P roduk
Bruto Stok Langsung Modal Domestik
Rumah P emerintah Jumlah Ekspor P endapatan Masyarakat P emerintah Jumlah Netto Bruto Bruto
Tangga Netto Netto
Tahun Ch G Ct It Xt-Mt Fi Sh Sg St Ti Di Kt Yt
1969 44154.9 4409.6 48564.5 5984 0 14275.7 -68824.2 19576.2 683.5 20259.7 1616.7 -1616.7 0 68824.2
1970 44983.5 5154.1 50137.6 7959 0 15888.9 -73985.5 22546.5 1301.4 23847.9 1714.1 -1714.1 114089.6 73985.5
1971 46191.4 5520.5 51711.9 9645.8 0 17812.2 -79169.9 25755.4 1702.6 27458 1920.6 -1920.6 147299.0 79169.9
1972 47002.6 5974.2 52976.8 11482.8 0 22164.3 -86623.9 30743.9 2903.2 33647.1 2112 -2112 133443.1 86623.9
1973 50408 7626.2 58034.2 13441.1 0 24945.7 -96421 34743.9 3642.9 38386.8 2383.8 -2383.8 132284.5 96421
1974 57331.7 6827.4 64159.1 16022.5 0 23600.9 -103782.5 32472.2 7151.2 39623.4 2317.9 -2317.9 225885.4 103782.5
1975 60821.2 8899 69720.2 18360.2 0 20867.6 -108948 31400.2 7827.6 39227.8 3210.8 -3210.8 387243.6 108948
1976 62969.8 9550.8 72520.6 19462.9 0 24467.3 -116450.8 34321.8 9608.4 43930.2 2841.5 -2841.5 302083.3 116450.8
1977 65355.7 11124 76479.7 22559.5 0 27772.7 -126811.9 41098.4 9233.8 50332.2 5382.4 -5382.4 276110.9 126811.9
1978 71922.4 13081.7 85004.1 25957.6 0 25623.1 -136584.8 43181.1 8399.6 51580.7 3483.6 -3483.6 362780.1 136584.8
1979 83423.5 14325.7 97749.2 27104.8 0 20270.4 -145124.4 35435.9 11939.3 47375.2 4120.6 -4120.6 460626.7 145124.4
1980 101437.6 12670.5 114108.1 32223.1 0 13136 -159467.2 29825.8 15533.3 45359.1 4527.9 -4527.9 358265.3 159467.2
1981 115498.5 17478.4 132976.9 35811.4 0 3034.6 -171822.9 22195.2 16650.8 38846 4170.3 -4170.3 498006.5 171822.9
1982 127303.4 18917.4 146220.8 40464.6 0 -6739.2 -179946.2 17726.6 15998.8 33725.4 4542 -4542 896366.1 179946.2
1983 122095.3 18734.2 140829.5 43630.2 8820.7 -9927.1 -183353.3 28309.9 14213.9 42523.8 4840.5 -4840.5 2347961.9 183353.3
1984 125293.1 19373.6 144666.7 41004.9 13400.8 -3363.4 -195709 36918.9 14123.4 51042.3 5260 -5260 649500.1 195709
1985 124844.4 20853.8 145698.2 43961.6 20195.5 -9311 -200544.3 41843.4 13002.7 54846.1 6119.8 -6119.8 1823309.5 200544.3
1986 128827 21433.9 150260.9 48008.9 19413.3 -5207.8 -212475.3 52461 9753.4 62214.4 7056.4 -7056.4 854974.9 212475.3
1987 134965.9 21397.7 156363.6 50642.4 14982.2 610.3 -222598.5 58386.8 7848.1 66234.9 9644.8 -9644.8 1113573.0 222598.5
1988 141933.7 23018 164951.7 56478.6 3469.7 11104.1 -236004.1 66935.1 4117.3 71052.4 13870.1 -13870.1 994299.5 236004.1
1989 148783.1 25432.5 174215.6 64024.9 4390.8 10970.6 -253601.9 68511 10875.3 79386.3 17695.6 -17695.6 922662.8 253601.9
1990 162207.3 26248.9 188456.2 73355.6 10232.9 -76.6 -271968.1 65336.1 18175.8 83511.9 17869.3 -17869.3 1086255.4 271968.1
1991 176722.2 28093.7 204815.9 78142 6164.3 1748.4 -290870.6 68754.2 17300.5 86054.7 17792.3 -17792.3 1202444.7 290870.6
1992 183046.7 29731.9 212778.6 82001.5 7170 7709 -309659.1 78701.1 18179.4 96880.5 19655.6 -19655.6 1351492.2 309659.1
1993 192958.4 29756.7 222715.1 86667.3 10545.5 9847.9 -329775.8 91237.7 15823 107060.7 21171.1 -21171.1 1420748.8 329775.8
1994 208062.1 30442.6 238504.7 98589 14836 2711.1 -354640.8 95400.3 20735.8 116136.1 -6894.1 6894.1 1406140.4 354640.8
1995 234245.4 30850.6 265096 112386.4 15852.7 -9542.8 -383792.3 102638.7 16057.6 118696.3 23209.7 -23209.7 1479616.3 383792.3
Sumber : Diolah oleh penulis dari, Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia (Tabel-Tabel Pokok) dan Statistk
Ekonomi-Keuangan Indonesia, berbagai tahun penerbitan; Indikator Ekonomi, edisi 1996.
Bagi development economists yang dianggap lebih relevan dalam upaya mereka
memahami proses pembangunan ekonomi dari negara-negara berkembang, adalah
melihat tabungan sebagai sumber dana untuk pembentukan modal "capital formation".
Paling jauh, mereka hanya menilai perbedaan konsep Keynes dan Klasik mengenai
tabungan itu dalam konteks perbedaan antara apa yang disebut kemampuan menabung
"The ability to save" dan kemauan menabung "The willingness to save" ( Lihat Thirwall,
AP: 1972 ).
Hingga dewasa ini kenyataan bahwa dasar-dasar pokok umum yang semakin
dapat diterima oleh hampir semua ahli ekonomi pembangunan, sehubungan dengan teori
maupun analisa ekonomi yang terpakai dan kebanyakan bertumpu pada seorang ahli
ekonomi Inggeris seperti John Maynard Keynes. Dalam hubungan ini, yang menjadi
perhatian pokok untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah bagaimana tabungan itu
dapat dimobilisir sebanyak mungkin agar sumber pembiayaan investasi sebagai modal
produktif dalam proses pembangunan melalui kebijaksanaan fiskal dan moneter yang
saling mendukung.
Ditinjau dari segi pembiayaan pembangunan secara keseluruhannya, dan tanpa
mengingkari kenyataan yang telah dialami selama ini, dimana Indonesia masih dibarengi
beban dengan terdapatnya kesenjangan tabungan-investasi sebesar kelebihan impor dari
ekspor barang-barang dan jasa-jasa non-faktor pada sektor perdagangan luar negeri.
Dalam cakupan yang lebih luas, kerumitan segi pembiayaan tersebut dapat lebih
jelas terlihat bila pada mana dimasukkan unsur "pendapatan netto" terhadap luar negeri
dari faktor produksi yang selama ini bernilai negatif dengan kecenderungan yang
semakin meningkat sepanjang tahun, yang secara nyata telah membuat nilai PNB berada
pada jumlah yang rendah dibawah jumlah PDB atau bertanda terdapatnya kesenjangan
kebutuhan devisa yang semakin melebar sepanjang tahun dan berupa masalah utama
yang cukup menghambat usaha pembangunan selama ini.
Kesenjangan kebutuhan devisa semacam yang dimaksud, antara lain disebabkan
karena membesarnya pembayaran pandapatan netto terhadap luar negeri. Besarnya
pendapatan netto tersebut, dimana dalam neraca pembayaran dapat dilihat (khususnya
dalam neraca jasa-jasa non-migas) yang terutama berupa selisah dari pembayaran bunga
pinjaman serta transfer keuntungan PMA/Bank asing dengan transfer tenaga kerja di luar
negeri. Khususnya dalam neraca jasa-jasa non migas, terutama berupa selisih dari
pembayaran bunga pinjaman serta transfer keuntungan PMA/Bank asing dengan transfer
tenaga kerja diluar negeri.
4. PERHITUNGAN EMPIRIS SERTA ANALISIS TEORITIS
4.1. Hasil Estimasi Beberapa Agregatif Ekonomi Dengan Pendapatan
Membuat perkiraan tentang perkembangan ekonomi Indonesia jangka panjang,
bagaimanapun juga tetap dianggap suatu pekerjaan yang sulit oleh karena banyak sekali
faktor-faktor yang tidak dapat diketahui secara pasti. Meramalkan sesuatu tidaklah
banyak faedahnya. Akan tetapi, membuat perkiraan secara kuntitatif maupun kualitatif
103
banyak kegunaannya, antara lain : Memperkirakan persyaratan-persyaratan potensi
pembangunan yang harus dipenuhi untuk mencapai suatu tingkat pertumbuhan ekonomi
tertentu dalam jangka panjang dan mengukur batas-batas kemampuan optimal prestasi
ekonomi yang telah dilalui hanya dengan pemanfaatan tabungan sebagai pembiayaan
pembangunan maupun pertumbuhan ekonomi.
Pada umumnya Hasil estimasi beberapa fungsi agregatif ekonomi: tabungan,
tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan stok modal adalah significant secara
statistik pada tingak keyakinan yang tinggi, yaitu diatas 99 % dan berati kurang dari 1 %
pengaruh lain yang tidak sempat diestimasi. Hasil estimasi tersebut adalah sebagai
berikut:
St = 2370.857 + 0.295202 Yt ( 27a )
S(ai): (0.017369)
t(ai): (16.99542)
df = 25, SE = 8012, 593
r2 = 0.920342
r = 0.959344
r2 = 0.917156
F = 288.8443
D-W = 0.811351
Sh = 789.3590 + 0.246157 Yt ( 28a )
S(bi): (0.022072)
t(bi): (11.15223)
df = 25, SE = 10181.04
r2 = 0.832632
r = 0.912487
r2 = 0.825938
F = 124.3723
D-W = 0.305920
Sg = 1581.498 + 0.049045 Yt ( 29a )
S(ci): (0.008434)
t(ci): (5.814988)
df = 25, SE = 3890.782
r2 = 0.574931
r = 0.758242
r2 = 0.557929
F = 33.81408
D-W = 0.553495
104
Kt = - 138692 + 5.236756 Yt-1 ( 30a )
S(di): (0.860617)
t(di): (6.084879)
df = 25, SE = 399666.2
r2 = 0.596941
r = 0.772620
r2 = 0.580819
F = 37.02576
D-W = 0.562712
Statistical Table: t0.005 = 2.787 f0.01 (v1, v2) = 7.77
t0.01 = 2.485 f0.05 (v1, v2) = 4.24
t0.025 = 2.060
t0.05 = 1.708 d0.01 (dl, du) = 1.00 - 1.31
t0.10 = 1.316 d0.05 (dl, du) = 1.22 - 1.55
Significan atau tidaknya hasil estimasi suatu fungsi dapat dilihat dengan
memperbandingkan antara Ttest > Ttable. Pengujian empiris lainya juga dapat dilakukan
dengan melihat Ftest keempat fungsi semuanya jauh lebih besar dan berarti juga significan
pada f0.01 ( v1 , v2 ) = 7,77 dan begitu juga dengan uji Durbin-Watson sebagimana yang
dapat diperbandingkan dengan statistical table yang tersedia diatas. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa semua hasil estimasi yang dilakukan relefan digunakan untuk
analisis ekonomi dan seterusnya.
4.2. Analisis Perhitungan Teoritis
Studi ini membahas analisa yang bersifat konferehensif, menghubungkan
beberapa fungsi tabungan: total tabungan, tabungan masyarakat dan tabungan pemerintah
jangka panjang dengan pendapatan dalam versi perhitungan analisis ekonomi tiga sektor
dan sebagai pembandingnya adalah ekonomi dua sektor, apakah mampu menjelaskan
bahwa ekonomi dua sektor tidak berbeda dengan ekonomi tiga sektor.
Tentunya pembahasan tabungan tidak akan terlepas dengan investasi oleh karena
investasi sumbernya adalah tabungan. Berdasarkan prihal yang demikain pada analisis ini
perlu ditentukan berapa besarnya multiplier yang terjadi serta berapa pula besarnya
pertumbuhan ekonomi yang dihasilkannya oleh karena estimasi yang dilakukan bukan
hanya sekedar tabungan saja, tetapi juga perkiraan stok modal supaya mampu
memperlihatkan besarnya laju pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan.
Lebih menarik daripada itu, adalah kemampuanya menjawab berapa besarnya
trade-off dengan tingkat pajak pada tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu, sebagai
sinyalemen analisis yang melihat kemampuan ekonomi tentang akumulasi tabungan
105
berupa tabungan masyarakat dan tabungan pemerintah. oleh karena semula telah
diketahui bahwa alokasi ekonomi Indonesia terdapatnya kemampuan menabung ( the
ability to save ) yang lebih tinggi dari kemauan menabung ( the willingness to save ) dan
berapa besrnya kemampuan menabung tersebut dan begitu juga kemampuan masyarakat
membayar pajak.
Aspek yang akan menonjol dalam pembahasan ini, adalah terletak pada sejauh
mana kemampuan menabung mampu menciptakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Didalam keadaan nyata, banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya tabungan
didalam masyarakat. Sebagaimana definisi Keynes menyatakan bahwa tabungan adalah
bagian dari pendapatan periode tertentu yang tidak habis dikonsumsi pada periode
bersangkutan.
Fungsi-Fungsi Estimasi Jangka pendek:
St = -C + ( 1 – c ) Yt ( 27b )
= 2370.875 + 0.295202 Yt
Sh = - (C +G ) + [( 1 – c ) ( 1 – t )] Yt ( 28b )
= 789.3590 + 0.246157 Yt
Sg = -G + t Yt ( 29b )
= 1581.498 + 0.049045 Yt
Kt = K + k Yt-1 ( 30b )
= -138692 + 5.236756 Yt-1
Fungsi-Fungsi Hasil Estimasi Jangka Panjang
St = s Yt ( 27c )
= 0.295202 Yt
Sh = [s ( 1 – t )] Yt ( 28c )
= 0.246157 Yt
Sg = t Yt ( 29c )
= 0.049045 Yt
Kt = k Yt-1 ( 30c )
= 5.236756 Yt-1
Analisis Untuk 2 Sektor Ekonomi:
St = s Yt
Kt = k Yt-1
106
MPC + MPS = 1
c + s = 1
0.704797 + 0.295202 = 1
MPS = s = 0.295202 = { St ( Yt ) } ( 31 )
MPC = 1 - c = 0.704797 = { [ 1-St(Yt) ] } ( 32 )
Multiplier (): = 1/MPS = 1/s = 3.387500 ( 33 )
Yt/Yt = s/k = 0.056371 ( 34 )
Analisis Untuk 3 Sektor Ekonomi:
St = Sh + Sg = It
= [ s (1 – t )] Yt + t Yt
= {[s (1 – t ) + t ]} Yt
Kt = k Yt-1
MPC + MPS + MPT = 1
c (1 – t ) + s (1 – t ) + t = 1
0.670229 + 0.280724 + 0.049045 = 1
MPS = [s (1 – t ) + t ] = 0.295202 = { St ( Yt ) [1 – Sg ( Yt )] ( 35 )
MPS + MPT = 0.329770 = { Sh ( Yt ) [1 – Sg ( Yt )]} ( 36 )
MPC = {1 - [ s (1 – t ) + t ]} = 0.670229 = {[1 – St ( Yt )][1 – Sg ( Yt )]} ( 37 )
Multiplier (): = 1/ MPS = 3.032414 ( 38 )
Yt/Yt = [ MPS + MPT ] / k = 0.056371 ( 39 )
4.2. Perkiraan Fungsi Tabungan Jangka Panjang:
Tabungan Masyarakat Dan Pajak
Melalui struktur fungsi hasil estimasi tabungan, maka tingkat tabungan (rate of
gross domestic saving) berupa bagian pendapatan yang tersisa setelah konsumsi adalah
sebesar 0,295202 (disebut juga dengan nisbah tabungan ), yang berari nisbah konsumsi
adalah sebesar 0.704797 atau sebesar 70,48 % rata-rata per tahun untuk selama periode
penelitian ini. NIsbah tabungan sebesar 29,52 % rata-rata per tahun tersebut, dimana
sebesar 0.246157 atau 24,62 % disumbangkan oleh tabungan masyarakat dan sebesar
0.049045 atau 4,91 % rata-rata per tahun merupakan sumbangan dari tabungan
pemerintah.
Dengan demikian jelas keadaan tersebut memberikan indikasi bahwa tabungan
yang tersisa setelah dipotong pajak adalah sebesar 0.280724 atau sebesar 28,07 % rata-
rata setiap tahun, sedangkan tabungan masyarakat yang tersisa setelah dipotong pajak
adalah sebesar 24,62 % rata-rata per tahun dan berati adalah sebesar selisih antara
0.280724 dengan 0.246157, yaitu sebesar 0.034567 atau sebesar 3,46 % kemampuan
pajak secara proporsional menentukan naik turunya tabungan masyarakat dan konsumsi
107
masyarakat yang disebut juga sebagai trade-off antara tabungan masyarakat dengan
pajak.
Namun semikian nampak analisiss ini membuktikan bahwa potensi tabungan
masyarakat jauh lebih ampuh dibanding dengan potensi tabungan pemerintah dalam
pembentukan sumber pembiayaan ekonomi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
besarnya nisbah tabungan 0.295202 sama dengan penjumlahan tabungan masyarakat
yang tersisa setelah pajak sebesar 0.246157 ditambah dengan nisbah tabungan
pemerintah sebesar 0.049045. Tabungan pemerintah dalam penelitian ini juga tidak harus
langsung diasumsi sebagai nisbah penerimaan pajak oleh karena memang ada perbedaan
antara tabungan pemeintah dengan penerimaan pajak.
Tabungan pemerintah merupakan penerimaan dalam negeri dikurangi
pengeluaran rutin dan penerimaan dalam negeri pun terdiri dari penerimaan pajak
langsung ditambah penerimaan pajak tidak langsung dan penerimaan bukan pajak.
Sedangkan penerimaan pajak dalam penelitian ini mungkin dapat diasumsi sebagai
penerimaan pajak langsung yang ditambah penerimaan pajak tidak langsung dan nilai
penerimaan pajak tersebut yang dikatakan dalam penelitian ini sebagai penerimaan pajak
secara proporsional terhadap pendapatan, alasan ini didapatkan kerena penelitian yang
dilakukan adalah tiga sektor ekonomi dan sebagai pembanding hasil penelitian ini adalah
ekonomi dua sektor.
Karena penelitian yang dilakukan adalah tiga sektor ekonomi, tentunya kalau
diidentikan dengan ekonomi dua sektor, bahwa yang dimaksudkan MPS adalah ( MPS +
MPT ) dan besarnya MPS untuk ekonomi tiga sektor ini adalah 0.329770 yang berati
mempunyai nilai pengganda (multiplier ) sebesar 3,032414. sementara itu multiplier
ekonomi dua sektor adalah sebesar 3,387500, sehingga untuk mencapai perubahan
pendapatan yang sama ekonomi tiga sektor harus melipatgandakan dengan angka yang
lebih tinggi karena angka perubahan investasi ekonomi tiga sektor lebih rendah daripada
angka perubahan investasi ekonomi dua sektor. Sementara laju pertumbuhan ekonomi
yang dicapai ekonomi dua sektor dan ekonomi tiga sektor harus sama, yaitu sebesar
0.056371 atau sebesar 5,64 % rata-rata setiap tahun.
5. KESIMPULAN
Dalam jangka panjang, nampaknya tidak terdapat alternatif lain untuk
meningkatkan tabungan selaku sumber pembiayaan, terkecuali bila dilakukan penekanan
konsumsi secara umum. Peningkatan tabungan melalui pemupukan tabungan masyarakat
dan tabungan pemerintah hanya akan dapat terjadi masing-masing dengan melakukan
ekspansi kebijaksanaan moneter melalui pengembangan pasar uang serta pasar modal,
dan dengan melakukan kebijaksanaan fiskal yang progressif berdasarkan the ability to
pay.
Bagaimanapun juga, peningkatan pajak akan selalu membuat trade-off terhadap
kemungkinan kenaikan tabungan, yaitu karena dapat merugikan atau mengurangi
108
tabungan masyarakat. Namun demikian, analisis ini juga menunjukkan bahwa potensi
tabungan masyarakat jauh lebih besar dibandingkan dengan potensi tabungan pemerintah
terhadap ability and willingness to save dikalangan masyarakat selaku sumber
pembiayaan pembangunan.
Hasil estimasi beberapa fungsi agregatif ekonomi seperti tabungan, tabungan
masyarakat, tabungan pemerintah dan stok modal pada umumnya adalah significant
secara statistik pada tingak kepercayaan ( significant level ) = 1 % . Uji statistik
demikian dimana Ttest > Ttable. Pengujian empiris lainya juga dapat dilakukan dengan
melihat Ftest keempat fungsi semuanya jauh lebih besar dan berarti juga significan pada
f0.01 ( v1 , v2 ) = 7,77 dan begitu juga dengan uji Durbin-Watson. Dengan demikian bahwa
keempat fungsi yang diestimasi dapat digunakan secara logika dalam analisis ekonomi
yang tengah dilakukan.
Dari segi struktur fungsi hasil estimasi tabungan, maka bagian pendapatan yang
tersisa setelah konsumsi adalah sebesar 0,295202, yang lebih lanjur disebut juga sebagai
nisbah tabungan atau tingkat tabungan "rate of gross domestic saving" sebesar 29,52 %
rata-rata per tahun, antara lain sebesar 0.246157 atau 24,62 % disumbangkan oleh
tabungan masyarakat dan sebesar 0.049045 atau sebesar 4,91 % rata-rata per tahun
disumbangkan oleh tabungan pemerintah. Dengan demikian, berari nisbah konsumsi
adalah sebesar 0.704797 atau sebesar 70,48 % rata-rata per tahun.
Tabungan yang tersisa setelah dipotong pajak adalah sebesar 28,07 % rata-rata
setiap tahun, sedangkan tabungan masyarakat yang tersisa setelah dipotong pajak adalah
sebesar 24,62 % rata-rata per tahun dan berati selisih sebesar 3,46 % rata-rata per tahun
merupakan kemampuan pajak secara proporsional yang merupakan trade-off antara
tabungan masyarakat dengan pajak dan menentukan naik turunya tabungan masyarakat
dan konsumsi masyarakat.
Dari indikasi demikian, analisis ini membuktikan bahwa potensi tabungan
masyarakat jauh lebih tinggi dibanding dengan potensi tabungan pemerintah dalam
pembentukan sumber pembiayaan ekonomi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
nisbah tabungan 29,52 % rata-rata per tahun adalah sama dengan penjumlahan tabungan
masyarakat yang tersisa setelah pajak yang benilai sebesar 24,62 % rata-rata per tahun
ditambah dengan nisbah tabungan pemerintah sebesar 4,91 % rata-rata per tahun.
Tabungan pemerintah dalam penelitian ini juga tidak harus langsung diasumsi
sebagai nisbah penerimaan pajak oleh karena memang ada perbedaan antara tabungan
pemeintah dengan penerimaan pajak. Kalau diidentikkan dengan ekonomi dua sektor,
maka ekonomi tiga sektor mempunyai nisbah tabungan sebesar 0.329770 atau sebesar
32,98 % rata-rata per tahun, dan berarti bagian dari konsumsi yang terjadi setelah
dikeluarkan pajak adalah sebesar 0.670229 atau sebesar 67,02 % rata-rata per tahun,
multiplier yang terjadi adalah sebesar 3,39 rata-rata per tahun dan pertumbuhan ekonomi
yang mampu dicapai adalah sebesar 0.056371 atau sebesar 5,64 % rata-rata per tahun.
109
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abimanyu, Anggito.,"Minyak Bumi Dan Bantuan Luar Negeri Dalam Perekonomian
Indonesia" (Yogyakarta: STIE-YKPN,1988).
Ahmad, Sirajuddin., "Perangkat Kebijaksanaan Moneter dan Fiskal Indonesia Menjelang
Tahap Lepas Landas", Prisma 9 ( Jakarta: LP3ES, 1989 ).
Chenery, Hoolis B. dan Nicholas G. Carter.,"Foreign Assistance and Development
Performance 1960-1970", American Economic Review, Vol. 63, No.2 (Mei
1973).
Didong, Rustam., "Pengembangan Tabungan Dalam Negeri Dan Pembiayaan
Pembangunan", forum Ekonomi, Tahun IV, No. 41 (Maret 1987).
Esmara, Hendra., "Ekonomi Indonesia Dalam Transisi", Laporan Penelitian Proyek
SPP/DPP Universitas Andalas 1987/88, Kontrak No. 3/PPUA/03/1987.
Esmara, Hendra.,"Politik Perencanaan Pembangunan : Teori, Kebijaksanaan dan
Prospek" (Padang: Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar Perencanaan
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas pada rapat senat terbuka, 27
Juli 1985).
--------------------------"Ekonomi Indonesia Dalam Transisi" (Padang: Pusat Penelitian
Universitas Andalas, 1987).
Heff, Nathaniel H. dan Kasuo Sato (1975)., "A Simultaneous Equations Model of Saving
in Developing Countries", Journal of Political Economy, 83 (b).
Kuharjo, Noorooso., "Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang" (Jakarta:
Akademika Pressindo, 1981).
Kuncoro, Mudrajad., "Dampak Arus Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan
Tabungan Domestik", Prisma 9 (Jakarta: LP3ES, 1989).
Lewis, W. Arthur., "The State of Development Theory", American Economic Review,
March 1984.
Mariakasih, Frans Kho.,"Praktek dan Teori Pembangunan Ketergantungan
(Dependencia)", analisa, No.9 (September 1982).
Meier, Gerald M., "Leading Issues In Economic Development", Oxford University Press,
3rd ed., 1976.
Nio, Thress.,"Utang Luar Negeri RI" (Jakarta : Harian Kompas, 12 Juli 1988).
Nopirin., "Efek Kebijaksanaan Pemerintah Terhadap Pembentukan Modal", dalam
Ekonomi Moneter (Editors), edisi pertama, buku II (Yokyakarta: BPFE-UGM,
1987).
Papanek G.F., "The Effect of aid and Other Resources Transfers on Savings and Growth
in Less Developed Countries", Economic Journal, Vol.82, No.327 (September
1972).
Pattisiana, Engelina., "Dampak-dampak Kegiatan Penanaman Modal Asing Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia", Analisa, No.9 (September 1982).
Rana, Pradumna B. dan J. Malcolm Dowling Jr., "The Impact of Foreign Capital on
Growth: Evidence From Asian Developing Countries", The Developing
Economies, Vol. XXVI, No.1 (March 1988).
Samuelson, Paul P., "Economics", eleventh edition (New York: Mc Graw-Hill
International Book Company, 1980)
110
4.3. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 4 Sektor
1. PENDAHULUAN
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
3. KERANGKA ANALISIS DAN PEMBENTUKAN MODEL
Model makro perekonomian yang bersifat terbuka merupakan model yang paling
komplit daripada dua model ekonomi lainnya seperti ekonomi dua sektor dan ekonomi
tiga sektor. Perekonomian terbuka disebut juga model ekonomi empat sektor artinya
bahwa sektor perdagangan luar negeri ikut berpegaruh dalam perekonomian nasional.
Secara formal ekonomi terbuka adalah sebagai berikut:
A = C + I + G + ( X – M ) ( 1 )
Y = C + S + ( T - R ) ( 2 )
A = Y ( ... Aggregate, Demand = Supply ) ( 3 )
Dalam pengkajian ekonomi kuantitatif , khususnya menggunakan analisis ekonomi empat
sektor paling jarang digunakan oleh karena upaya untuk sampai pada tujuan tersebut pasti
melalui analisis ekonomi dua dan tiga sektor terlebih dahulu. Secara garis besar model
keseimbangan untuk ketiga-tiganya adalah sebagai:
C + I = Y = C + S ( 4 )
C + I + G = Y = C + S + T ( 5 )
C + I + G + ( X - M ) = Y = C + S + ( T - R ) ( 6 )
Kondisi equilibrium dalam ekonomi dua sektor, dimana investasi harus sama
dengan tabungan. Dalam ekonomi tiga sektor terdapat semacam hubungan antara output
nasional dengan pendapatan disposible Yd = Y + R - T = C + S, dimana bagian dari
pendapatan harus dikeluarkan pajak T sehingga sektor swasta menerima Transfer
payment R yang pada gilirannya dialokasikan pada konsumsi dan tabungan.
Disamping itu, karena dalam ekonomi tiga sektor terdapatnya semacam gap yang
besar karena terjadinya kelebihan permintaan kaum investor dan pemerintah, maka untuk
mengimbanginya diperlukan pajak T lebih besar dari pengeluaran pemerintah yang
berarti total tabungan sebagaimana dimaksudkan pada ekonomi dua sektor. Berikut ini
adalah perluasan dari persamaan (4) dan (5) yang ditulis dalam jangka panjang sebagai
berikut:
St = It ( 7 )
dimana :
St = St ( Yt ) = s Yt
Ct = 1 - St ( Yt ) = c Yt
MPC + MPS = 1
c + s = 1
111
Multiplier ( ) = 1/MPS
St = Sh + Sg = It ( 8 )
dimana:
St = S t ( Yt ) = {[s (1 – t )] + t }Yt
Sh = Sh ( Yt ) = { s (1 – t ) }Yt
Ch = 1- Sh( Yt ) = { c (1 – t ) }Yt
Sg = Sg( Yt ) = t Yt
MPC + MPS + MPT = 1
{c (1 – t ) + s (1 – t ) + t = 1
Multiplier ( ) = 1/[ s(1-t) + t ]
MPS = s (1 – t ) + t = MPS (1 - MPT ) + MPT
MPC = 1 - [s (1 – t ) + t ] = 1 - MPS ( 1 - MPT ) + MPT
Berbeda halnya dengan ekonomi empat sektor, terutama sekali karena pembahasan paling
komplit adalah terjadinya semacam penggeseran nilai-nilai taksiran kuantitatif. Dalam
ekonomi empat sektor tidak dikenal adanya pendapatan disposibel, namun demikian
transfer payment R dan juga tabungan pemerintah tetap ada.
Nilai penggeseran yang terjadi tentu saja pada tabungan pemerintah dan tabungan
masyarakat oleh karena berobahnya nilai transfer payment dimaksud sebagai akibat
adanya sektor perdagangan luar negeri, khususnya dalam hal ini adalah Impor M dan
alokasi dari transfer payment yang merupakan tambahan pendapatan terjadi pada sektor
swasta, yaitu pada tabungan masyarakat dan konsumsi. Pembuktiannya dapat dilakukan
bilasaja persamaan (6) didefinisikan dalam bentuk lain sebagai
( I + G + R ) - ( S + T ) = ( M - X ) ( 9 )
S - I = ( G + R - T ) + Nx (10 )
pada persamaan (9) juga terjadi semacam gap atau jurang yang jauh lebih besar, yaitu
jurang dalam negeri yang disebut juga sebagai "internal-gap" oleh karena terjadinya
kelebihan permintaan kaum investor dan pemerintah, maka untuk tujuan
mengimbanginya dalam hal ini diperlukan impor lebih besar dari ekspor, biasanya akibat
balasan sektor perdagangan luar negeri adalah dengan mengalirny "capital foreign
inflows". Sedangkan pada persamaan (10) S - I = domestic private sector, ( G + R - T )
= budged deficit dan Nx = Net export.
Dengan adanya penggeseran nilai tersebut, jelas pula bahwa semua agregatif
makro ekonomi mengalami perbedaan, dan tidak heran kalau yang dimaksudkan dengan
pajak T pada ekonomi tiga sektor membingungkan untuk diperkirakan dari fungsi
tabungan pemerintah, karena dua kemungkinan lainya masih ada seperti "Pajak tidak
langsung netto" pada Pendapatan nasional dan "pajak langsung plus tidak langsung" pada
APBN. Adapun demikian, dalam analisis ini tetap saja harus dilakukan melalui tabungan
112
pemerintah asalkan penggeseran nilai tersebut harus diteliti secara seksama. Berikut ini
adalah uraian lanjutan dari persamaan (10), sebagai:
I = S + ( T - R - G ) - ( X - M ) ( 11 )
I = [ S + ( T - G ) - R ] + ( M - X ) ( 12 )
I + G + X = S + ( T - R) + M ( 13 )
I + X = S + M ( 14 )
persamaan (13) merupakan identitas pedapatan nasional untuk ekonomi empat sektor,
bila didefinisikan dalam jangka panjang maka diperlukan asumsi sektor pemerintah, G =
R = 0. Pengertian yang lebih pantas untuk hal ini adalah bahwa konsumsi pemerintah G
telah lansung bersubsitusi kedalam konsumsi, dan begitu pula halya dengan Transfer
payment R telah tersubsitusi kedalam investasi berupa budget deficit. Dengan demikian
persamaan (13) memberikan definisi menjadi persamaan (14), sehingga revisi selanjutnya
dengan persamaan (7) dan (8) menjadi sebagai berikut:
St = Sh + Mt = It ( 15 )
dimana:
Sh(Yt) = St(Yt) - Mt(Yt)
= { Sh(Yt) + St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - Mt(Yt) }
= [s(1-t) + s(1-t)] - m
= s(1-t) - m , m = MPM
MPC + MPS + MPT = 1
MPT = ( MPC + MPS) - 1 ,t = MPT
= { [1-Sh(Yt) ] + St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] -1
= { Ch(Yt) + St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - 1 }
= {[ c(1-t) + s(1-t) ] - 1 }
Sh(Yt) = St(Yt) - Mt(Yt)
= s (1 – t ) - m , m = MPM
St(Yt) = Sh(Yt) + Mt(Yt)
= s (1 – t ) + m = Sh(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] + MPM
Ch(Yt) = c (1 – t ) - m = [ 1 - Sh(Yt) ] [ 1 - Sg(Yt) ] - MPM
Sh(Yt) = s (1 – t ) = Sh(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ]
Sg(Yt) = t = MPT
Mt(Yt) = m = MPM
MPC + MPS + MPT + MPM = 1
[c (1 – t ) - m ] + s (1 – t ) + t + m = 1
Multiplier ( ) = 1/ [ s (1 – t ) + t + m ]
MPS = s(1-t) + m = MPS ( 1 - MPT ) + MPM
MPC = 1 - [ s(1-t) + m ] = 1 - [ MPS ( 1 - MPT ) + MPM ]
113
Baik ekonomi dua sektor, tiga sektor dan empat sektor harus berorientasi pada
pendapatan nasional yang sama, sehingga tidak harus dikenal dengan adanya istilah
ekonomi tertutup dan juga ekonomi terbuka, yaitu sepanjang pengertian tertutup adalah
tanpa hubungan dan terbuka karena adanya hubungan dengan luar negeri. Ekonomi
Indonesia adalah bersifat terbuka yang berarti adanya hubungan dagang dengan negara
luar, sehingga ada pula hubungan lateral, bilateral dan multilateral. Persamaan (7), (8)
dan (15) adalah analisis fungsi jangka panjang dan pembahasan ekonomi empat sektor
tidak dapat dengan mengabaikan ekonoi dua dan tiga sektor lainya, karena merupakan
hubungan yang saling terkait.
3.1. Hubungan Jangka Panjang: Tabungan, Investasi Dan Modal
Pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, diasumsi bahwa ada hubungan
ekonomi langsung antara besarnya stok kapital K keseluruhan dengan PDB, maka model
sederhana pertumbuhan ekonomi ini, sebagaimana yang telah disusun Harrod-Dommar
sebagai berikut ( Michael P. Todaro: 1977, h.65 ):
St = s Yt ( 15 )
It = Kt ( 16 )
Kt/Yt = k ( 17 )
atau Kt/Yt = k ( 18 )
persamaan (16) s/d persamaan (19) setelah diolah menurut sementinya, maka model
sederhana pertumbuhan ekonomi Harrod-Dommar tersebut dapat ditulis sebagai:
Yt/Yt = s/k ( 20 )
bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan secara bersamaan oleh pembagian antara
nisbah tabungan nasional s dengan nisbah kapital/output nasional k atau pembagian
antara MPS dengan ICOR.
Pada ekonomi empat sektor, semua posisi agregatif ekonomi yang ada pada
ekonomi tiga sektor berubah secara otomatis. Sebagai contoh yang sederhana, upaya
peningkatan pajak tetap akan mengurangi kemampuan untuk menabung, maka
berkurangnya pendapatan masyarakat yang disebut sebgai pendapatan disposibel
(disposible income ), dan antara tabungan dengan pajak terjadinya trade-off, yaitu
keadaan yang saling tumpang tindih, yaitu kenaikan pada satu fihak dan menurunkan
fihak lain.
Begitu juga halnya dengan ikutnya sektor luar negeri kondisi trade-off masih tetap
terjadi dan yang lebih menarik lagi adalah terjasinya trade-gap, sehingga munculnya
istilah investment-gap dan saving-gap. Karena adanya perdagangan luar negeri
kebijaksanaan ekonomi menjadi semakin komplit yang harus dijalankan oleh kerna
disamping kebijaksanaan fiskal, moneter dan kebijaksanaan perdagangan luar negeri
114
justru yang lebih menetukan, sehingga dikenal pula dalam istilah ekonomi dalam
pembentukan tabungan, yaitu tabungan luar negeri dan investasi asing.
Tabungan adalah sumber pembentukan modal atau disebut juga sebagai investasi,
dan investasi tersebut adalah perubahan modal. Kalau besar kecilnya tabungan ditentukan
oleh pendapatan, sedangkan investasi atau perubahan modal dipengaruhi oleh perubahan
pendapatan atau untuk konsep ini harus dibedakan antara konsep COR = k = Kt/Yt dan
ICOR = It/Yt = Kt/Yt, atas dasar perbedaan tersebut maka modal mempunyai fungsi
sebagai berikut:
It = k Yt ( 21 )
Kt = k Yt ( 22 )
Kt - Kt-1 = k ( Yt - Yt-1 ) ( 23 )
Kt = k ( Yt - Yt-1 ) + Kt-1 ( 24 )
Kt = k Yt + k Yt-1 ( 25 )
3.2. Bentuk Fungsi: Tabungan, Impor Dan Modal
Fungsi-fungsi yang dibentuk tidak lai dari yuang diperlukan saja dalam analisa
ekonomi empat sektor. Dari uraian persamaan(15) sudah tampak bahwa yang diperlukan
antara lain fungsi: tabungan St, tabungan masyarakat Sh, tabungan pemerintah Sg dan
impor barang-barang dan jasa-jasa. Keempat fungsi tersebut sudah cukup untuk
menjawab samapai menentukan besarnya multiplier untuk masing-masing sektor yang
dikaji. Untuk tujuan menentukan pertumbuhan ekonomi, maka perlu ditambahkan fungsi
Stok modal ( capital ) Kt, jelas bahwa keseluruhannya fungsi jangka pendek dan setelah
diestimasi baru dijadikan fungsi jangka panjang, yaitu sebagai berikut:
St = - (C +G ) + ( 1 - c ) Yt ( 26 )
Sh = - C + ( 1-c)(1 - t ) Yt ( 27 )
Sg = -G + t Yt ( 28 )
Mt = M + m Yt ( 29 )
Kt = K + k Yt-1 , dimana: Kt = k Yt ( ... lihat pers 25 ) ( 30 )
Keterangan:
St = St(Yt) = tabungan tahun t, dalam milyar rupiah.
Sh = Sh(Yt) = tabungan masyarakat tahun t, dalam milyar rupiah
Sg = Sg(Yt) = tabungan pemerintah tahun t, dalam milyar rupiah
Mt = Mt(Yt) = impor tahun t, dalam milyar rupiah
Kt = Stok Modal tahun t, dalam milyar rupiah
Yt = Produk Domestik Bruto tahun t, dalam milyar rupiah
Yd = Pendapatan disposibel (disposible income)
Yt = Selisih produk domestik bruto tahun t dengan produk domestik bruto
tahun t-1, dalam milayar rupiah.
Yt/Yt = pertumbuhan ekonomi pada tahun t, dalam persentase.
MPC + MPS + MPT + MPM = 1 APC + APS + APT + APM = 1
115
s = Marginal Propensity to Save ( MPS )
t = rate of taxes "dihitung sebagai proportional taxes
dari gross domestic product" ( MPT )
m = Rate of Import "dihitung secara proporsional dari selisih nilai antar
sektor ekonomi" ( MPM )
k = Incremental Capital-Output Ratio ( ICOR )
C = konsumsi otonom
G = pengeluaran pemerintah otonom
K = modal otonom
1- t = bagian pendapatan yang tersisa setelah dipotong pajak
s(1-t) = (1-c)(1-t)
= bagian dari tabungan masyarakat yang tersisa setelah dipotong pajak
s(1-t) + t = (1-c)(1-t) + t
= MPS ( 1-MPT ) + MPT
= bagian dari tabungan yang tersisa setelah konsumsi
c(1-t) = (1-s)(1-t)
= bagian dari konsumsi masyarakat yang tersisa setelah dipotong pajak
1 -[s(1-t)] = 1 - [ (1-c)(1-t) ]
= bagian dari konsumsi yang tersisa setelah dipotong pajak.
s(1-t) + m = MPS ( 1-MPT ) + MPM
= bagian dari tabungan yang tersisa setelah konsumsi
c(1-t) - m = bagian dari pendapatan yang dikonsumsi setelah dipotong pajak
s(1-t) = tingkat tabungan masyarakat yang terjadi dan dihitung secara
proporsional terhadap pendapatan
t = tingkat pajak yang terjadi dan dihitung secara proporsional terhadap
pendapatan
m = tingkat impor yang terjadi dan dihitung secara proporsional
terhadap pendapatan
Multiplier () = 1/ { 1- [ c(1-t) - m ] }
= angka pengganda, merupakan pembagian dari perubahan pendapatan
terhadap perubahan investasi
GR (%) = [ s(1-t) + m ] / k
= Laju pertumbuhan ekonomi, yang merupakan pembagian
antara MPS dengan ICOR.
Tabel 1 . PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA SEKTOR EKONOMI TERBUKA: MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI, TAHUN 1969-1995
( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )
K o n s u m s i L u a r N e g e r i T a b u n g a n
Rumah Pemerintah Jumlah Inves tas i Perubaan Ekspo r Impor Impor Impor Ekspo r Pendapatan Masyarakat Pemerintah Jumlah Pajak Tidak Penyusutan Stok Produk
Tangga Bruto Stok Non Barang To tal Netto Netto Langsung Modal Domestik
Fakto r Modal Netto Bruto Bruto
Tahun Ch G Ct It Xt M"t M't M t Xt-M t Fi Sh Sg St T i Di Kt Yt
1969 44154 .9 4409 .6 48564 .5 5984 .0 0 20119 .6 2643 .0 3200 .9 5843 .9 14275.7 1309 .1 19576 .2 683 .5 20259 .7 1616 .7 3431.0 0 .0 68824 .2
1970 44983 .5 5154 .1 50137.6 7959 .0 0 22493 .0 2294 .8 4309 .3 6604 .1 15888 .9 1242 .7 22546 .5 1301.4 23847.9 1714 .1 3688 .4 114089 .6 73985.5
1971 46191.4 5520 .5 51711.9 9645.8 0 25424 .6 2393 .3 5219 .1 7612 .4 17812 .2 1033 .9 25755.4 1702 .6 27458 .0 1920 .6 3945.8 147299 .0 79169 .9
1972 47002 .6 5974 .2 52976 .8 11482 .8 0 30837.5 2243 .2 6430 .0 8673 .2 22164 .3 -41.9 30743 .9 2903 .2 33647.1 2112 .0 4317.0 133443 .1 86623 .9
1973 50408 .0 7626 .2 58034 .2 13441.1 0 36574 .0 2569 .4 9058 .9 11628 .3 24945.7 -645.6 34743 .9 3642 .9 38386 .8 2383 .8 4807.6 132284 .5 96421.0
1974 57331.7 6827.4 64159 .1 16022 .5 0 38971.6 6802 .9 8567.8 15370 .7 23600 .9 -2375.0 32472 .2 7151.2 39623 .4 2317.9 5174 .5 225885.4 103782 .5
1975 60821.2 8899 .0 69720 .2 18360 .2 0 38030 .4 7230 .1 9932 .7 17162 .8 20867.6 -2373 .6 31400 .2 7827.6 39227.8 3210 .8 4993 .8 387243 .6 108948 .0
1976 62969 .8 9550 .8 72520 .6 19462 .9 0 44505.8 9187.8 10850 .7 20038 .5 24467.3 -1040 .5 34321.8 9608 .4 43930 .2 2841.5 5911.5 302083 .3 116450 .8
1977 65355.7 11124 .0 76479 .7 22559 .5 0 48702 .4 9964 .4 10965.3 20929 .7 27772 .7 -2281.8 41098 .4 9233 .8 50332 .2 5382 .4 4124 .3 276110 .9 126811.9
1978 71922 .4 13081.7 85004 .1 25957.6 0 49201.3 12298 .9 11279 .3 23578 .2 25623 .1 -3057.0 43181.1 8399 .6 51580 .7 3483 .6 6833 .6 362780 .1 136584 .8
1979 83423 .5 14325.7 97749 .2 27104 .8 0 49139 .3 16737.6 12131.3 28868 .9 20270 .4 -5086 .0 35435.9 11939 .3 47375.2 4120 .6 7288 .1 460626 .7 145124 .4
1980 101437.6 12670 .5 114108 .1 32223 .1 0 46369 .5 22149 .3 11084 .2 33233 .5 13136 .0 -5966 .0 29825.8 15533 .3 45359 .1 4527.9 7978 .0 358265.3 159467.2
1981 115498 .5 17478 .4 132976 .9 35811.4 0 45261.0 29710 .5 12515.9 42226 .4 3034 .6 -4629 .4 22195.2 16650 .8 38846 .0 4170 .3 8609 .9 498006 .5 171822 .9
1982 127303 .4 18917.4 146220 .8 40464 .6 0 38952 .7 31602 .0 14089 .9 45691.9 -6739 .2 -7899 .2 17726 .6 15998 .8 33725.4 4542 .0 8803 .7 896366 .1 179946 .2
1983 122095.3 18734 .2 140829 .5 43630 .2 8820 .7 41398 .9 36806 .5 14519 .5 51326 .0 -9927.1 -6650 .0 28309 .9 14213 .9 42523 .8 4840 .5 9172 .8 2347961.9 183353 .3
1984 125293 .1 19373 .6 144666 .7 41004 .9 13400 .8 44108 .1 32179 .1 15292 .4 47471.5 -3363 .4 -7852 .0 36918 .9 14123 .4 51042 .3 5260 .0 9790 .9 649500 .1 195709 .0
1985 124844 .4 20853 .8 145698 .2 43961.6 20195.5 40665.8 35588 .2 14388 .6 49976 .8 -9311.0 -7879 .8 41843 .4 13002 .7 54846 .1 6119 .8 10033 .0 1823309 .5 200544 .3
1986 128827.0 21433 .9 150260 .9 48008 .9 19413 .3 46852 .1 36768 .8 15291.1 52059 .9 -5207.8 -7700 .7 52461.0 9753 .4 62214 .4 7056 .4 10629 .8 854974 .9 212475.3
1987 134965.9 21397.7 156363 .6 50642 .4 14982 .2 53698 .5 35166 .1 17922 .1 53088 .2 610 .3 -8695.8 58386 .8 7848 .1 66234 .9 9644 .8 11136 .2 1113573 .0 222598 .5
1988 141933 .7 23018 .0 164951.7 56478 .6 3469 .7 54268 .2 19323 .5 23840 .6 43164 .1 11104 .1 -6792 .1 66935.1 4117.3 71052 .4 13870 .1 11800 .1 994299 .5 236004 .1
1989 148783 .1 25432 .5 174215.6 64024 .9 4390 .8 59937.3 24226 .2 24740 .5 48966 .7 10970 .6 -7225.6 68511.0 10875.3 79386 .3 17695.6 12665.5 922662 .8 253601.9
1990 162207.3 26248 .9 188456 .2 73355.6 10232 .9 60207.7 34868 .1 25416 .2 60284 .3 -76 .6 -8346 .7 65336 .1 18175.8 83511.9 17869 .3 13327.5 1086255.4 271968 .1
1991 176722 .2 28093 .7 204815.9 78142 .0 6164 .3 72177.1 45281.9 25146 .8 70428 .7 1748 .4 -8714 .3 68754 .2 17300 .5 86054 .7 17792 .3 14552 .6 1202444 .7 290870 .6
1992 183046 .7 29731.9 212778 .6 82001.5 7170 .0 82761.4 48763 .1 26289 .3 75052 .4 7709 .0 -79832 .1 78701.1 18179 .4 96880 .5 19655.6 -54511.7 1351492 .2 309659 .1
1993 192958 .4 29756 .7 222715.1 86667.3 10545.5 88230 .9 53817.8 24565.2 78383 .0 9847.9 -12552 .6 91237.7 15823 .0 107060 .7 21171.1 16488 .8 1420748 .8 329775.8
1994 208062 .1 30442 .6 238504 .7 98589 .0 14836 .0 97002 .1 69841.5 24449 .5 94291.0 2711.1 -39729 .8 95400 .3 20735.8 116136 .1 -6894 .1 17732 .0 1406140 .4 354640 .8
1995 234245.4 30850 .6 265096 .0 112386 .4 15852 .7 104491.8 89164 .2 24870 .4 114034 .6 -9542 .8 -11923 .8 102638 .7 16057.6 118696 .3 23209 .7 19189 .6 1479616 .3 383792 .3
Sumber Diolah oleh penulis dari: Nota Keuangan Dan RAPBN tahun 1988/89; BPS, Pendapatan Nasional Indonesia (Tabel-Tabel Pokok) tahun 1983-1988,
1988-1993 dan 1993-1996; Bank Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia berbagai tahun penerbitan; Indikator Ekonomi, edisi 1996.
117
4. PERHITUNGAN SERTA ANALISIS TEORITIS EKONOMI TERBUKA
4.1. Hasil Estimasi Beberapa Agregatif Ekonomi Fungsi Pendapatan
Meramalkan sesuatu tidaklah banyak faedahnya. Akan tetapi, membuat perkiraan
secara kuntitatif maupun kualitatif banyak kegunaannya, antara lain: Memperkirakan
persyaratan-persyaratan potensi pembangunan yang harus dipenuhi untuk mencapai suatu
tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu dalam jangka panjang dan mengukur batas-batas
kemampuan optimal prestasi ekonomi yang telah dilalui hanya dengan pemanfaatan
tabungan dalam negeri sebagai pembiayaan pembangunan maupun pertumbuhan
ekonomi ( Mohammad Sadli: 1982, h.3 ).
Berikut adalah lima buah hasil estimasi "Ordinary-Least Suares Method" jangka
pendek. Kelima estimasi ini mampu menganalisis pendapatan nasional suatu ekonomi
yang bersifat terbuka, dan biasanya lebih populer dugunakan dalam jangka panjang.
Kelima Estimasi tersebut sebagai berikut:
St = 2370.857 + 0.295202 Yt
S(ai): (0.017369)
t(ai): (16.99542)
df = 25, SE = 8012, 593
r2 = 0.920342
r = 0.959344
r2 = 0.917156
F = 288.8443
D-W = 0.811351
Sh = 789.3590 + 0.246157 Yt
S(bi): (0.022072)
t(bi): (11.15223)
df = 25, SE = 10181.04
r2 = 0.832632
r = 0.912487
r2 = 0.825938
F = 124.3723
D-W = 0.305920
118
Sg = 1581.498 + 0.049045 Yt
S(ci): (0.008434)
t(ci): (5.814988)
df = 25, SE = 3890.782
r2 = 0.574931
r = 0.758242
r2 = 0.557929
F = 33.81408
D-W = 0.553495
Mt = -15755 + 0.304258 Yt
S(di): (0.012752)
t(di): (23.85895)
df = 25, SE = 588.682
r2 = 0.957930
r = 0.978739
r2 = 0.956247
F = 569.2497
D-W = 0.064493
Kt = - 138692 + 5.236756 Yt-1
S(di): (0.860617)
t(di): (6.084879)
df = 25, SE = 399666.2
r2 = 0.596941
r = 0.772620
r2 = 0.580819
F = 37.02576
D-W = 0.562712
Statistical Table:
t0.005 = 2.787 f0.01 (v1, v2) = 7.77
t0.01 = 2.485 f0.05 (v1, v2) = 4.24
t0.025 = 2.060
t0.05 = 1.708 d0.01 (dl, du) = 1.00 - 1.31
t0.10 = 1.316 d0.05 (dl, du) = 1.22 - 1.55
119
Secara statistik kelima Hasil estimasi yang dilakukan adalah significant pada taraf
kepercayaan ( Significant level ) = 1 % atau atau pada taraf keyakinan ( confidence
level ) 1- = 99 % sebagaimana yang dapat dilihat bahwa masing-masingnya Ttest > T-
table. Sementara itu Ftest dari kelima fungsi yang diestimasi pada umumnya besar dan
berada diatas F-table yang juga pada = 1 %. Begitu juga dengan uji statistk Durbin-
Watson yang significant pada taraf kepercayaan yang sama.
Disamping itu koefisien determinasi dan korelasi kelima hasil estimasi telah
memperlihatkan hubungan yang begitu kuat dengan masing-masing variabel peubah
(independent variable ). Dengan demikian, kiranya dalam pengujian statistik kelima hasil
estimasi tidaklah diragukan lagi kebenarannya.
4.2. Interpretasi Antar-inter Koefisien Hasil Estimasi Jangka Panjang
Berikut ini adalah fungsi-fungsi jangka pendek dan jangka panjang yang
didapatkan dari hasil estimasi "Ordinary-Least Squares Method" yang untuk selanjutnya,
khususnya fungsi jangka panjang akan digunakan untuk menaksir analisis pendapatan
nasional ekonomi dua, tiga dan empat sektor. Fungsi jangka pendek dan jangka panjang
tersebut ditulis sebagai berikut:
Fungsi Jangka Pendek Fungsi Jangka Panjang
St = - (C +G ) + ( 1 - c ) Yt = St(Yt) ,St = ( 1 - c ) Yt = St(Yt)
= 2370.857 + 0.295202 Yt = 0.295202 Yt
Sh = -C + ( 1 - c )(1 - t ) Yt = Sh(Yt) ,Sh = ( 1-c )( 1-t ) Yt = Sh(Yt)
= 789.3590 + 0.246157 Yt = 0.246157 Yt
Sg = -G + t Yt = Sg(Yt) ,Sg = t Yt = Sg(Yt)
= 1581.498 + 0.049045 Yt = 0.049045 Yt
Mt = M + m Yt = Mt(Yt) ,Mt = m Yt = Mt(Yt)
= -15755 + 0.304258 Yt = 0.304258 Yt
Kt = K + k Yt-1 = Kt(Yt-1) ,Kt = k Yt-1 = Kt(Yt-1)
= -138692 + 5.236756 Yt-1 = 5.236756 Yt-1
Sebagaimana yang diungkapkan Hendra Esmara, kini timbul persoalan: mana
yang lebih baik dipergunakan selaku sumber pembiayaan pembangunan, pajak atau
tabungan masyarakat ?. Simposium internasional mengenai mobilisasi tabungan personal
di negara-negara sedang berkembang, yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa
di Jamaica (1980), mengambil kesimpulan bahwa : "...There was no simple formula to
determine the optimum relationship among government savings, business savings and
120
personal savings". Dengan nada yang sama Higgins menyatakan : "There is no simple or
general answer to this question" ( Hendra Esmara: 1987, h.11 ).
Sedemikian sulitnya menentukan pilihan antara pengerahan tabungan masyarakat
dan pemungutan pajak, maka dalam analisa jangka panjang kiranya tidak terdapat
alternatif lain, terkecuali melalui penekanan konsumsi secara umum. Walaupun secara
historis adalah agak kurang seksama berbicara mengenai teori-teori ekonomi makro yang
berasal daripada ahli ekonomi Klasik, namun secara analitis adalah bermanfaat untuk
ditayangkan kembali oleh karena kebanyakan diantara teori-teori tersebut masih
bermanfaat, kendatipun tidak lengkap untuk dipakai dalam analisa sekarang. Untuk
tujuan membangun dan mengakumulasi investasi yang lebih tingggi, sepanjang outward-
looking oriented tidak dapat diandalkan, satu-satunnya jalan adalah "mengencangkan ikat
pinggang". Apakah terjadi atau tidak upaya kuno demikian, berikut ini hasil interpretasi
parameter hasil estimasi untuk ekonomi sektor terbuka, yaitu:
Ekonomi 2 Sektor:
St = It
St = St(Yt) = s Yt = 0.295202 Yt
Ct = 1 - St(Yt) = c Yt = 0.704797 Yt
MPC + MPS = 1
c + s = 1
0.704797 + 0.295202 = 1
Multiplier ( ) = 1/MPS = 3.387500
Pert. Eko, GR (%) = MPS/ICOR = 0.056371
Ekonomi 3 Sektor:
St = Sh + Sg = It
St = St(Yt) = s Yt = 0.295202 Yt
Sh = Sh(Yt) = [ s (1– t) ] Yt = 0.246157 Yt
Sg = Sg(Yt) = t Yt = 0.049045 Yt
St = Sh + Sg = It
St = Sh(Yt) + Sg(Yt) = { [ s (1– t) ] + t } Yt = 0.295202 Yt
Ct = [ 1- St(Yt) ] = { 1 - [ s (1– t ) + t ] } Yt = 0.704797 Yt
Ch = { [ 1 - St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] } Yt = [ c (1– t) ] Yt = 0.670229 Yt
Sh = { St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] } Yt = [ s (1– t) Yt = 0.280724 Yt
121
Sg = Sg(Yt) = 0.049045 Yt
MPC + MPS + MPT = 1
c(1 – t) + s (1 – t ) + t = 1
0.670229 + 0.280724 + 0.049045 = 1
Multiplier ( ) = 1/[ s (1– t ) + t ] = 1/ [ 0.280724 + 0.049045 ] = 3.032414
atau:
Tt = { St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - Sh(Yt) } = { [ s ( 1 - t ) - s ( 1 - t ) } Yt
= 0.280724 Yt - 0.246157 Yt = 0.034567 Yt
= Tt(Yt) = t Yt = 0.034567 Yt , t = MPT = 0.034567
St = Sh + Tt = It
Sh = St(Yt) [ 1 - Tt(Yt) = [ s (1– t )] Yt = 0.284998 Yt = MPS Yt
Tt = Tt(Yt) = t Yt = 0.034567 Yt = MPT Yt
Ch = { [ 1- St(Yt) ] [ 1 - Tt(Yt) ] } = 0.680435 Yt = MPC Yt
MPC + MPS + MPT = 1
c(1– t) + s(1– t) + t = 1
0.680435 + 0.284998 + 0.034567 = 1
MPS = s (1– t ) + t = 0.246157 + 0.049045 = 0.295202
MPC = 1 - [ s (1– t ) + t ] = { 1 - 0.295202 } = 0.704797
ICOR = k = 5.236756
Multiplier ( ) = 1/ [ s(1-t) + t ] = 3.129254
Pert. Eko, GR (%) = MPS/ICOR = 0.056371
Ekonomi 4 Sektor:
St = Sh + Mt = It
Sh(Yt) = St(Yt) - Mt(Yt)
= { Sh(Yt) + St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - Mt(Yt) } Yt
= { [s (1– t) + s (1–t )] - m } Yt
= { s (1– t ) - m } Yt , m = MPM
= 0.222623 Yt
Tt = { St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - Sh(Yt) } = { [ s ( 1 - t ) - s ( 1 - t ) } Yt
= 0.280724 Yt - 0.246157 Yt = 0.034567 Yt , t = MPT = 0.034567
St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] = 0.295202 [ 1 - 0.049045 ] = 0.280724 Yt ( ....2 Sektor )
Sh(Yt) + Tt(Yt) = 0.246157 + 0.034567 = 0.280724 Yt (.... 3 Sektor )
Sh(Yt) + Mt(Yt) = [ 0.222623 + m ] Yt = 0.280724 Yt (.... 4 Sektor )
122
Sh(Yt) = [ s(1-t) - m ] Yt
0.222623 Yt = [ 0.280724 - m ] Yt
m = 0.280724 - 0.222623 , m = MPM = 0.058101
St(Yt) = Sh(Yt) + Mt(Yt)
= s(1-t) + m = Sh(Yt) [ 1 - Tt(Yt) ] + MPM = 0.295749
Ch(Yt) = c(1-t) - m = [ 1 - Sh(Yt) ] [ 1 - Tt(Yt) ] - MPM = MPC = 0.669684
Sh(Yt) = s(1-t) = Sh(Yt) [ 1 - Tt(Yt) ] = MPS =
0.237648
Tt(Yt) = t = MPT = 0.034567
Mt(Yt) = m = MPM = 0.058101
MPC + MPS + MPT + MPM = 1
[ c(1-t) - m ] + s(1-t) + t + m = 1
0.669684 + 0.237648 + 0.034567 + 0.058101 = 1
MPS = s(1-t) + m = MPS ( 1 - MPT ) + MPM = 0.295749
MPC = 1 - [ s(1-t) + m ] = 1 - [ MPS ( 1 - MPT ) + MPM ] = 0.7042250
ICOR = k = 5.236756
Multiplier ( ) = 1/ [ s(1-t) + t + m ] = 2.930565
Pert. Eko, GR (%) = MPS/ICOR = 0.056475
Hasil analisa yang mengherankan sebagaimana yang terdapat dalam buku Ben
Franklin yang berjudul "Poor Richard's Almanac" tidak jemu-jemunya mengotbahkan
doktrin tabungan dalam hubungannya dengan apa yang dinamakan Paradoks Kehematan
dan kini timbul suatu generasi ahli keuangan baru yang nampaknya berpendapat bahwa
kebajikan dimasa lampau mungkin menjadi dosa modern dimasa-masa depressi ( Paul A.
Samuelson: 1975, h.313 ).
Dinamakan paradoks karena hampir semua kita terbiasa berpendapat bahwa
kehematan selalu merupakan hal yang baik. Dalam teori ekonomi, pertimbangan yang
dapat membantu kita menjelaskan paradoks secara ilmiah tanpa emosi adalah bahwa kita
harus berhati-hati dengan apa yang dinamakan "Logical fallacy of composition", yang
berarti apa yang baik bagi masing-masing orang secara sendiri-sendiri tidaklah dengan
sendirinya selalu baik bagi semua.
Dalam beberapa keadaan, kehati-hatian swasta (private prudence) mungkin
merupakan kebodohan sosial. Khususnya hal ini berarti bahwa usaha setiap dan masing-
masing orang untuk memperbesar tabungannya, mengakibatkan berkurangnya tabungan
aktuil keseluruhan orang dalam masyarakat bersangkutan ( Paul A. Samuelson: 1975,
h.313 ).
Kenapa tidak hal semacam diatas dapat terjadi, sebab bila individu yang
menabung akan berarti mengurangi konsumsinya dan ini berarti pula bahwa ia
membelanjakan daya beli yang lebih kecil dari sebelumnya, sehingga bagia orang lain
123
pendapatannya bisa menjadi berkurang, oleh karena pengeluaran seseorang adalah
merupakan pendapatan bagi orang lain.
Pertimbangan yang kedua menjelaskan paradoks kehematan ini terletak pada
pertanyaan "apakah pendapatan nasional yang bersangkutan berada pada tingkat merosot
atau tidak". Jika perekonomian berada dalam keadaan full-employment, maka sudah jelas
ada kecenderungan semakin besar bahagian pendapatan yang digunakan untuk konsumsi
sekarang, semakin kecil bahagian yang tersedia bagi pembentukan modal.
Bila pada mana terdapatnya pengangguran (unemployment) yang sulit diatasi,
maka konsumsi dan investasi menjadi komplementer dan tidak saling bersaingan. Dalam
hal semacam ini, membantu yang satu dan juga membantu yang lain oleh karena
konsumsi yang tinggi mendorong investasi yang tinggi. Dalam keadaan dimana
berkomplementernya konsumsi dengan investasi, maka tindakan yang mendorong
pengencangan ikat pinggang (yaitu usaha untuk mengurangi konsumsi guna
memperbesar tabungan), hanya berakibat berkurangnya pendapatan.
Pada tingkat pendapatan yang rendah dan karena adanya induced-disinvestment,
maka akan menjadi rendahnya investasi. Dengan demikian, pendapatan dan investasi
benar-benar sudah berkurang oleh karena usaha memperbesar tabungan dalam masa
pengangguran, berakibat berkurangnya tabungan dan investasi yang benar-benar
terlaksana.
Usaha pemulihan kiranya dapat ditemui melalui kebijaksanaan ekonomi makro
apabila paradoks kehematan sudah hilang dalam operasinya, sehingga usaha pengketatan
ikat pinggang yang mendorong kegiatan menabung guna meningkatkan investasi sebagai
sumber pembiayaan dapat terwujud dan tercapainya suatu lingkungan full-employment,
sehingga konsumsi dan investasi pasti saling bersaingan. Hanya dalam keadaan seperti
itulah kebajikan individual selalu sama dengan kebajikan sosial (dan tidak lagi
merupakan kebodohan sosial). Pendek kata didalam kebijaksanaan ekonomi makro harus
dihindarkan inflationary-gap atau deflationary-gap sedemikian rupa, sehingga tabungan
dan investasi full-employment persis sama besarnya tanpa inflasi ( Hendra Esmara:
1987,h.56 ).
Hasil penemuan yang kiranya cukup menonjol untuk diperhatikan adalah bahwa
potensi tabungan masyarakat nampaknya jauh lebih besar dibandingkan potensi tabungan
pemerintah terhadap ability and willingness to save dikalangan masyarakat dan menaikan
pertumbuhan ekonomi. Namun demikian upaya peningkatan pajak pasti merugikan atau
menurunkan tabungan masyarakat, terbukti pada ekonomi tiga sektor bahwa bagian dari
tabungan yang tersisa setelah dipotong pajak adalah sebesar 0.246157 atau sekitar 24,61
% rata-rata setiap tahunnya. Potensi tabungan secara total adalah 0.295202 atau 29,52 %
rata-rata per tahun, berarti tabungan pemerintah menymbang sebesar 0.0409045 atau
sebesar 4,09 % rata-rata per tahun.
Selanjutnya, nisbah pajak dalam perekonomian adalah sebesar 0.034567 atau
sebesar 3,46 % rata-rata per tahun dan angka ini lebih kecil daripada tabungan
124
pemerintah oleh karena disamping berupa angka taksiran tanpa melalui regresi, selainnya
itu memang tidak mustahil kiranya tabungan pereintah lebih besar karena ia merupakan
selisih antara "penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin" dalam APBN.
Sedangkan proporsi pajak yang merupakan nilai taksiran tersebut diasumsi sebagai
"pajak langsung ditambah pajak tidak langsung" yang berarti kalau ditinjau dalam pos
penerimaan dalam negeri adalah "tidak termasuk penerimaan bukan pajak".
Dalam analisis ekonomi empat sektor, ternyata bahwa sumbangan impor cukup
besar dalam memebentuk tabungan dana investasi selama ini. Mungkin kalau dalam
ekonomi Indonesia secara tuntas meninggalkan Impor atau meniadakan impor ( dengan
kata lain hanya ekspor saja yang ditingkatkan ), maka yang akan terjadi adalah
berkurangnya pendapatan nasional secara drastis. Besarnya proporsi impor 0.304258 atau
30,43 % dari pendapatan nasional rata-rata per tahun dan angka ini jauh lebih besar dari
pada nilai proporsi tabungan terhadap pendapatan, berarti tabungan juga dianikan oleh
impor.
Dugaan Impor lebih mantap demikian diasumsikan karena impor yang diperlukan
tersebut banyak mengandung barang modal yang bagi Indonesia masih dibutuhkan untuk
perses produksi dalam negeri selanjutnya. Baik tabungan masyarakat, pajak dan Impor
kesemuanya adalah unsur utama yang membentuk tabungan. Dalam ekonomi terbuka
atau ekonomi empat sektor masing masing nisbahnya adalah 0.222623 , 0.034567 dan
0.058101 atau 22,62 %, 3,46 % dan 5,81 % rata-rata setiap tahun.
Selama periode penelitian yang dilakukan ini, dan total keseluruhanya adalah
0.315291 atau 31,53 % rata-rata setiap tahun dan berarti nisbah konsumsi yang terjadi
setelah pajak dan impor adalah sebesar 0.684709 atau sebesar 68,47 % rata-rata per
tahun. Hal yang sama dapat diperhatikan pada bagian perhitungan diatas, bahwa baik
untuk dua, tiga dan empat sektor secara harfiah tabungan masyarakat terbentuk pada
proporsi yang persis sama, yaitu sebesar 0.280724 atau 28,07 % rata-rata per tahun ( lihat
hasil perhitungan ).
Dengan memperhatikan atau memperbandingkan analisa yang dilakukan,
memang tanpa dipungkiri lagi bahwa teori ekonomi klasik kuno jelas terbukti
keberadaanya tanpa memandang prakondisi ekonomi tersebut sehat atau tidak, dan
ternyata trade-off yang terjadi akibat pajak menurunkan tabungan dan berikutnya
konsumsi turun. Perhatikan ketiga sektor tersebut terjadi penurunan yang beruntun yang
dari dua sektor hingga sampai empat sektor nisbah konsumsi semakin menurun masing -
masing 70,48 % , 67,02 % dan 65,88 % sehingga tidak ditolah dalam hal ini teori kalsik
kuno "paradok kehematan", dimana setiap upaya memperbesar tabungan tetap saja harus
dilakukan melalui upaya mengencangkan ikat pinggang.
Meskipun terjadinya perbedaan proporsi agregatif ekonomi antara dua sektor, tiga
sektor maupun empat sektor, namun "Marginal Propensity to Save" tetap saja sama, yaitu
sebesar 0.295202 yang berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi adalah sebesar
0.704797 atau MPC + MPS = 1, berarti laju pertumbuhan ekonomi yang dicapat
Indonesia adalah sebesar 5,64 % rata-rata per tahun. Perbedaan proporsi tersebut hanya
125
terjadi sebagai angka pengganda ( multiplier ) untuk masing-masing sektor ekonomi yang
diteliti, dan semakin banyak sektor ekonomi yang dikaji maka nilai multiplier
menunjukan angka yang semakin menurun pula oleh karena makin banyaknya sektor
yang dikaji dan angka kecil berkiprah melipat gandakan agregatif ekonomi yang banyak
yang menghasilkan nilai yang sama dalam pendapatan nasional.
Hal yang jelas, baik pendapatan maupun konsumsi yang tersisa setelah dipotong
pajak tetap menjadi turun, masing-masing Peningkatan tabungan selaku sumber
pembiayaan pembangunan melalui pemupukan tabungan masyarakat dan pemungutan
pajak hanya dapat terjadi dengan melakukan ekspansi kebijaksanaan moneter melalui
pengembangan pasar uang serta pasar modal dan kebijaksanaan fiskal yang progressif
berdasarkan ability to pay.
Peningkatan pajak akan merupakan trade-off terhadap kemungkinan kenaikan
tabungan. Peningkatan pajak yang terlalu tinggi akan dapat merugikan atau mengurangi
tabungan masyarakat, khususnya tabungan dunia usaha. Walaupun pajak akan dapat
memaksa masyarakat menciptakan tabungan melalui bentuk tabungan pemerintah tetapi
dilain pihak ia akan dapat mematikan inisiatif untuk menggerakan dunia usaha. Dengan
demikian, fungsi perpajakan disamping merupakan alat penciptaan tabungan pemerintah,
ia harus pula memberikan dorongan bagi peningkatan investasi masyarakat. Hal ini dapat
dilakukan dengan mempergunakan perpajakan selaku alat pemberian konsesi dan
berbagai kemudahan lainnya di dalam mendorong dunia swasta ( Hendra Esmara: 1987,
Ibid, h.12 ).
Dilain pihak, analisis yang kiranya mendukung agar kedua tabungan masyarakat
dan tabungan pemerintah tersebut dapat naik secara bersamaan antara lain, bahwa upaya
memanfaatkan tabungan masyarakat sebagai sumber dana potensial bagi pembentukan
modal adalah dengan menyempurnakan pasar uang yang ada serta mengembangkan pasar
modal dengan segala peralatan yang diperlukan. Hal yang patut diperhatikan adalah
memperkecil segmentasi antara pasar uang dan pasar modal yang masih terpisah-pisah.,
bahkan kalau dapat dihilangkan segmentasi tersebut sama sekali.
Sedangkan upaya pemanfaatan tabungan pemerintah dari penerimaan pajak harus
dilakukan pada "tingkat optimum" hingga tidak memungkinkan lagi terjadinya aspek
yang saling meniadakan (trade-off) antara tabungan dengan pajak, antara lain harus
disesuaikan dengan kemungkinan serta kemampuan masing-masingnya, terkecuali kalau
memang kedua perangkat moneter dan fiskal yang ada semakin diperkaya secara
serempak dalam kebijaksanaan makro ekonomi Indonesia.
5. KESIMPULAN
Dalam jangka panjang, mobilisasi tabungan dan investasi tetap saja berjalan
sebagaimana adanya perekonomian suatu negara. Nampaknya tidak terdapat alternatif
lain untuk meningkatkan tabungan selaku sumber pembiayaan, terkecuali bila dilakukan
penekanan konsumsi secara umum. Peningkatan tabungan melalui pemupukan tabungan
masyarakat dan pemungutan pajak hanya akan dapat terjadi masing-masing dengan
126
melakukan ekspansi kebijaksanaan moneter melalui pengembangan pasar uang serta
pasar modal, dan dengan melakukan kebijaksanaan fiskal yang progressif berdasarkan the
ability to pay.
Tidaklah dapat dihindari bahwa Peningkatan pajak akan merupakan trade-off
terhadap kemungkinan kenaikan tabungan. Upaya pemerintah melakukan kebijaksanaan
moneter dan fiskal mengharuskan perhitungan yang cermat sepanjang kedua dapat
dilakukan secara serasi yang tidak saling merugikan. Kenyataan yang terjadi dan tidak
dapat dihindari adalah kalau peningkatan pajak terlalu tinggi akan dapat merugikan atau
mengurangi tabungan masyarakat, khususnya tabungan dunia usaha.
Walaupun pajak akan dapat memaksa masyarakat menciptakan tabungan melalui
bentuk tabungan pemerintah tetapi dilain pihak ia akan dapat mematikan inisiatif untuk
menggerakan dunia usaha. Dengan demikian, fungsi perpajakan disamping merupakan
alat penciptaan tabungan pemerintah, ia harus pula memberikan dorongan bagi
peningkatan investasi masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan
perpajakan selaku alat pemberian konsesi dan berbagai kemudahan lainnya di dalam
mendorong dunia swasta, sehingga memungkinkan masyarakat menerima pendapatan
yang masih tinggi, meskipun pada intinya kewajiban pajak yang diemban tidak harus
dilupakan sama sekali.
Dalam waktu sekarang impor tidak bisa diperkecil sampai tingkat yang minim
oleh karena dan bagaimanapun juga impor masih membawa berkah meningkatkan
pendapatan dalam masyarakat. Kalau impor diturunkan, berati ada pula kemungkinan
bahwa aktivitas proses produksi mengalami penurunan yang selanjutnya output ataupun
pendapatan nasional turun drastis oleh karena impor yang digunakan diindonesia masih
berkatagori sebagian besar mengandung impor barang modal.
Impor juga meningkatkan tabungan masyarakat melalui peningkatan produksi
nasional dari barang modal. Kalau impor diperkecil pada masa sekarang berarti pula
memperkecil output dan pendapatan nasional, sehingga tabungan juga menjadi turun dan
turun pula investasi dan bahkan berkemungkinan turunya pertumbuhan ekonomi untuk
masa mendatang. Tanpa impor pendapatan nasional turun tajam sekali, jelas turunya
pendapatan masyarakat serta inisiatif usaha swasta bisa mati, sehingga tipis sekali
kemungkinan kebijasanaan fiskal yang dilakukan pemerintah dalam pajak akan berhasil
oleh karena masyarakat pasti lebih membutuhkan hidup dengan pemenuhan konsusi
ketimbang membayar pajak sekalipun itu adalah kewajiban.
Analisis makro yang kiranya mendukung agar kedua tabungan masyarakat dan
tabungan pemerintah tersebut dapat naik secara bersamaan antara lain, dengan
memanfaatkan tabungan masyarakat sebagai sumber dana potensial bagi pembentukan
modal dengan cara menyempurnakan pasar uang yang ada serta mengembangkan pasar
modal dengan segala peralatan yang diperlukan. Lakukan upaya yang pantas seperti
memperkecil segmentasi antara pasar uang dan pasar modal yang masih terpisah-pisah
selama ini dan kalau boleh, hilangkan segmentasi tersebut sama sekali.
127
Dalam penelitian ini paradok kehematan secara tidak disadari telah terlaksana dan
berati pembangunan di Indonesia senantiasa dilakukan melalui upaya pengketatan ikat
pinggang atau terjadinya penahanan atau mungkin pembatasan konsumsi oleh
masyarakat. Upaya pemanfaatan tabungan pemerintah dari penerimaan pajak harus
dilakukan pada "tingkat optimum" hingga tidak memungkinkan lagi terjadinya aspek
yang saling meniadakan (trade-off) antara tabungan dengan pajak, antara lain harus
disesuaikan dengan kemungkinan serta kemampuan masing-masingnya, terkecuali kalau
memang kedua perangkat moneter dan fiskal yang ada semakin diperkaya secara
serempak dalam kebijaksanaan makro ekonomi Indonesia.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abimanyu, Anggito.,"Minyak Bumi Dan Bantuan Luar Negeri Dalam Perekonomian
Indonesia" (Yogyakarta: STIE-YKPN,1988).
Amrizal., "Pengembangan Tabungan Dalam Negeri Dan Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia", Sripsi Sarjana, Universitas Andalas Padang, 1992 ).
Chenery, Hoolis B. dan Nicholas G. Carter.,"Foreign Assistance and Development
Performance 1960-1970", American Economic Review, Vol. 63, No.2 (Mei
1973).
Didong, Rustam., "Pengembangan Tabungan Dalam Negeri Dan Pembiayaan
Pembangunan", forum Ekonomi, Tahun IV, No. 41 (Maret 1987).
Duesenberry, James S., "Income, Saving and The Theory of Consumer Bahavior"
(Cambridge, Mass. Harvard University Press, 1949 ).
Esmara, Hendra.,"Politik Perencanaan Pembangunan : Teori, Kebijaksanaan dan
Prospek" (Padang: Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar Perencanaan
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas pada rapat senat terbuka, 27
Juli 1985).
_____________.,"Ekonomi Indonesia Dalam Transisi" (Padang: Pusat Penelitian
Universitas Andalas, 1987).
F. Modigliani,. "Fluctuation in the Saving Income Ratio; A Problem in Economic
Forecasting", in Studies in Income and Wealth, Vol. 11, November 1949.
Heff, Nathaniel H. dan Kasuo Sato (1975)., "A Simultaneous Equations Model of Saving
in Developing Countries", Journal of Political Economy, 83 (b).
Kuharjo, Noorooso., "Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang" (Jakarta:
Akademika Pressindo, 1981).
Kuncoro, Mudrajad., "Dampak Arus Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan
Tabungan Domestik", Prisma 9 (Jakarta: LP3ES, 1989).
Mariakasih, Frans Kho.,"Praktek dan Teori Pembangunan Ketergantungan
(Dependencia)", analisa, No.9 (September 1982).
Nio, Thress.,"Utang Luar Negeri RI" (Jakarta : Harian Kompas, 12 Juli 1988).
Nopirin., "Efek Kebijaksanaan Pemerintah Terhadap Pembentukan Modal", dalam
Ekonomi Moneter (Editors), edisi pertama, buku II (Yokyakarta: BPFE-UGM,
1987).
Nurkse, Ragnar., "Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries and
Patterns of Trade and Development", Oxford University Press, 1967.
128
Papanek G.F., "The Effect of aid and Other Resources Transfers on Savings and Growth
in Less Developed Countries", Economic Journal, Vol.82, No.327 (September
1972).
Pattisiana, Engelina., "Dampak-dampak Kegiatan Penanaman Modal Asing Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia", Analisa, No.9 (September 1982).
Rana, Pradumna B. dan J. Malcolm Dowling Jr., "The Impact of Foreign Capital on
Growth: Evidence From Asian Developing Countries", The Developing
Economies, Vol. XXVI, No.1 (March 1988).
Samuelson, Paul P., "Economics", eleventh edition (New York: Mc Graw-Hill
International Book Company, 1980).
Sadli, Mohammad., "Prospek Jangka Pnjang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia", Prisma 2
( Jakarta: LP3ES, Feb 1982 ).
Stoneman, Colins., "Foreign Capital and Economic Growth", World Development, Vol.
3, No.1 (January 1975).
Todaro, Michel P., "Economics For Developing World" (London: Longman Group
Limited, 1977).
Wardhana, Ali., "Ekonomi Dunia dan Strategi Indonesia" (Jakarta: Harian Kompas, 29
Agustus 1987).
Wieskoff, Thomas E., "The Impact of Foreign Capital Inflow on Domestic Saving in
Underdeveloped Countries", Journal of International Economics, Vol 2 (February
1972).
129
Bahan Kuliah ke 12, 13 dan 14
BAB IV
PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL:
PENERAPAN ANGKA INDEKS
Sub Pokok Bahasan:
1. Pengukuran Perubahan-perubahan harga: Angka-angka Indeks 130
2. Pemilihan Tahun Dasar (atau Periode dasar) 133
3. Proses Deflasi 134
4. Masalah Penyusunan Data 136
5. Data Ekonomi Nasional Murni Yang Dihimpun Pemerintah 143
6. Pengolahan Data Ekonomi “Time Series Data” 158
130
1. Pengukuran Perubahan-perubahan harga: Angka-angka Indeks
Dalam perhitungan pendapatan nasional suatu negara diketahui adanya
Pendapatan Nasional Atas Dasar Harga Berlaku (National Income at current price) dan
Pendapatan Nasional Atas Dasar Harga Konstan (National income at constant prices).
Oleh karena adanya kedua konsep perhitungan pendapatan nasional tersebut, maka akan
tercermin adanya inflasi, yaitu nilai pasaran dari proses produksi yang naik dengan
kenaikan produksi riil (produksi nyata), dan karena kenaikan harga-harga. Sering kali
perlu untuk diketahui kenaikan produksi yang terbebas dari pengaruh inflasi, dan untuk
tujuan yang demikian itu dapat dilakukan dengan mengunakan angka indeks, untuk
katagori pendapatan nasional suatu negara dikenal dengan nama “indeks implisit”, yang
berupa “pembagian antara nilai produksi atas dasar harga berlaku terhadap nilai
produksi atas dasar harga konstan dan dikalikan 100”. Sehingga kalau indeks implisit
tersebut adalah untuk nilai Produk Domestik Bruto (PDB), maka dikenal dengan sebutan
“indeks implisi PDB” dan laju daripada angka indeks implisit PDB (atau deflator GDP)
ini merupakan “Laju Inflasi”.
Untuk cakupan dibawah nasional atau cakupan regional kebawah seperti daerah:
kabupaten, kotamadya, pedesaan dan lain sebagainya maka indikator sebagai alat ukur
tetap saja berupa angka indeks, namun angka indeks tersebut dapat berupa: Indeks Biaya
Hidup (IBH), Consumer’s Price Index (CPI), Producer’s Price Index (PPI), Angka indeks
harga 9 bahan pokok dan lain-lainnya pada daerah bersangkutan. Masyarakat pada
umunya untuk saat sekarang hampir merata mengetahui bahwa kenaikan tingkat harga
secara kontinue atau kenaikan harga-haraga adalah inflasi, sedangkan deflasi sangat
jarang terjadinya. Berikut ini diperkenalkan kembali beberapa macam angka indeks yang
pernah dilakukan pada berbagai kota-kota atau wilayah-wilayah di Indonesia semenjak
awal pemerintahan era Ordebaru sampai era reformasi, antara lain.
1. Angka Indeks harga-harga 9 bahan pokok di jakarta dan di 20 kota-kota
lainnya (1966 = 100).
2. Angka Indeks Biaya Hidup di jakarta dan di 23 kota-kota lainnya di Indonesia
(1966 = 100).
3. Angka Indeks harga 12 bahan makanan, wilayah pedesaan Jawa dan Madura,
(1966 = 100) dengan indeks-indeks khusus untuk tiap bahan makanan.
4. Angka Indeks harga 3 bahan tekstil dalam 5 wilayah pasar pedesaan Jawa dan
Madura (1966 = 100).
5. Angka Indeks harga perdagangan besar 7 bahan ekspor, jakarta.
6. Angka Indeks harga perdagangan besar pertanian di jakarta (1967 = 100), 8
indeks bahan pertanian individu dan Indeks umum.
7. Angka Indeks kurs devisa dan kurs devisa umum (1966 = 100).
8. Angka Indeks produksi pertambangan, 8 bahan pertambangan (indeks umum
tidak ada).
9. Angka Indeks dari Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan tahun
1973, termasuk angka-angka indeks untuk 23 komponen GNP.
10. Indeks berantai GNP dan 23 komponen.
11. Indeks berantai Pendapatan Nasional dan untuk 12 komponennya.
12. Indeks Harga Konsumen gabungan 44 kota di Indonesia (1996 = 100).
131
13. Angka Indeks Harga 9 bahan pokok didaerah pedesaan Jawa dan Madura
(1971 = 100).
14. Indeks harga yang diterima Petani (IT), Indeks harga yang dibayar petani (IB)
dan Nilai Tukar Petani (NT) di 4 propinsi Jawa dan Madura (1983 = 100).
15. Indeks harga yang diterima Petani (IT), Indeks harga yang dibayar petani (IB)
dan Nilai Tukar Petani (NT) di 10 propinsi luar Jawa (1987 = 100).
16. Angka Indeks harga perdagangan besar barang-barang pertanian,
pertambangan dan Penggalian (1983 = 100).
17. Angka Indeks harga perdagangan besar barang-barang pertanian,
pertambangan dan Penggalian (1983 = 100).
18. Angka Indeks harga perdagangan besar barang-barang Industri (1983 = 100).
19. Angka Indeks harga perdagangan besar barang-barang Impor (1983 = 100).
20. Angka Indeks harga perdagangan besar barang-barang Ekspor (1983 = 100).
21. Angka Indeks harga perdagangan besar nahan bangunan/konstruksi menurut
jenis konstruksi/bangunan (1983 = 100).
22. Angka Indeks harga perdagangan besar Indonesia menurut kelompok barang
dalam proses produksi dan sektor (1983 = 100).
23. Perdagangan Saham di Bursa efek jakarta.
24. Perdagangan saham di bursa efek Surabaya.
25. Harga rata-rata Valuta asing dan Emas di pasaran jakarta.
26. Dan lain-lain sebagainya.
Ternyata dari angka-angka indeks yang telah disajikan diatas dapat disimpulkan
bahwasanya tidak ada suatu indikator tunggal untuk menentukan inflasi dan perubahan
harha di Indonesia.
Tabel 1: Kalkulasi Angka Indeks Harga
Bahan Pokok Harga (Rp) Pn/P0 W0 P0 W0 Pn W0
1970 1975
Beras (liter) 30 70 2.33 60 1.800 4.200
Garam (bata) 10 25 2.50 10 100 250
Minyak tanah (liter) 15 26 1.73 50 750 1.300
Batik Kasar (lembar) 400 880 2.20 3 1.200 2.640
= 455 1.001 8.67 125 3.850 8.390
Suatu angka indeks adalah suatu indikator semacam agregat, seperti tingkat harga,
tingkat produksi atau tingkat pengeluaran. Tingkat tersebut diukur secara relatif,
dibanding dengan suatu periode dasar. Pada hakekatnya dapat dibuat suatu angka indeks
buat angka-angka apapun, namun untuk tujuan sebenarnya dan masuk akal bahwa BPS
sering melakukan survei (1957-58) untuk menentukan apakah barang-barang dan jasa-
jasa yang terpenting dalam budget rumah tangga di Jakarta misalnya, dan pentingnya
dalam arti relatif tiap bahan dalam daftarnya dan BPS memilih 62 buah bahan konsumsi,
132
dan untuk mengetahui tata cara atau prosedur kalkulasinya sebagai suatu contoh
diperlihatkan sebagai berikut:
Dari hasil perhitungan angka indeks diatas adalah rumus yang terbaik, karena
dengan timbangan-timbangan, pengaruh tiap bahan terhadap indeks dapat dikontrol. Jelas
juga bahwa pilihan bahan-bahan, timbangan-timbangan, dan tahun dasar merupakan
pilihan yang penting. Dalam kasus indek biaya hidup jakarta (IBHJ), tahu dasar yang
dipilih (dalam arti angka indeks = 100 adalah tahun 1966, akan tetapi timbangan-
timbangannya yang diambil adalah tahun 1957-58, diumpamakan bila pada tahun 1978
jelas bahwa pola kehidupan di jakarta mengalami perubahan yang sangat berbeda, oleh
karena kenaikan pendapatan per kapita yang cukup cepat pada waktu itu: Kurang lebih
sekitar 4 % per tahun atau naik 66 % antara tahun 1966 dan 1978.
Jadi terdapat kemungkinan besar bahwa pola budget rumah tangga berubah secara
cukup kentara. Oleh karena kelemahan tersebut dan juga karena angka itu mencerminkan
keadaan di Jakarta saja. Ada ahli yang berpendapat bahwa angka IBHJ tidak dapat
dipercaya sebagai indikator inflasi di Indonesia. Hendaknya suatu indeks yang akan
dipergunakan sebagai indikator dapat membayangkan keadaan inflasi disuatu wilayah
atau Indonesia memenuhi tuntutan yang mendekati keadaan.
u"antar wakt relatif harga"disebut
0P
nP
Ratio
dasar tahun padan timbanga 0
W
ngbahan/baranomor N
dasar tahun dalam harga 0
P
berlaku yang tahun dalam harga n
P
indeks. angka I
:Notasinya
218 100 x 3.850
8.390 100 x
0W
0P
0W
nP
I ).3(
219 100 x 4
8.76 100 x
N
0P
nP
I ).2(
220 100 x 455
1.001 100 x
0P
nP
I ).1(
133
2. Pemilihan Tahun Dasar (atau Periode dasar)
Sejauh mungkin tahun dasar untuk suatu indeks harga (atau indeks lainnya) harus
menunjukan keadaan yang lazim atau “Normal”. Memang tidak ada suatu patokan
normalitas yang mutlak, tetapi jelas bahwa kalau tahun dasar jauh dari keadaan biasa,
maka perbandingan-perbandingan antara tahun-tahun lainnya dengan tahun tersebut tidak
akan memuaskan. Misalnya kalau timbangan-timbangan yang dipilih pada suatu tahun
dengan pada mana panen padi yang berkondisi buruk, barangkali jumlah liter beras yang
dikonsumsi lebih rendah dari biasa, oleh karena itu timbangan beras akan lebih kecil dari
keadaan normal, sehingga perubahan-perubahan dalam harga beras tidak akan
mempengaruhi indeks sebesar yang lazim. Lagipula kalau pendapatan perkapita naik,
maka pola konsumsi akan berubah sehingga konsumen umumnya akan membeli lebih
banyak sayur daripada kedele dan lebih banyak migas daripada minyak tanah. Karena
perubahan-perubahan seperti itu, maka tahun dasar dan timbangan kadang-kadang harus
dirubah.
Dengan memperhatikan cara-cara pemilihan tahun dasar pada negara luar, seperti
di Amerika umpanya bahwa tahun dasar dan timbangan-timbangan diubah kira-kira
sekali per dasa-warsa atau sekali 10 tahun, sehingga tidak heran kalau di Indonesia telah
pula menerapkan perubahan-perubahan tersebut selama kurun waktu yang dicontohkan
Amerika tersebut, karenanya di Indonesia hingga sampai tahun sekarang ( yaitu tahun
2002), kita telah mengenal: Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan tahun 1973,
Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan tahun 1983 dan Produk Domestik
Bruto atas dasar harga konstan tahun 1993. Tidaklah dapat dipastikan bahwa tahun 2003
akan pula menjadi sebagai tahun dasar?.
Menurut penulis, sebenarnya adalah suatu kecerohohan atau bukanlah suatu hal
tepat bagi bangsa Indonesia mencontek gaya Amerika, karena Amerika memilih sekali 10
tahun memang kondisi perhitungan data ekonominya yang telah dapat dikatakan stabil
sepanjang tahun atau dengan kata lain tidak terdapat suatu gejolak yang sangat berarti
tahun ke tahun. Berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia, dimana kondisi ekonomi
yang sering bergejolak secara tidak menentu atau dengan kata lain tidak dapat dipastikan
fluktuasinya dari tahun ke tahun. Prinsip yang paling tepat untuk melakukan perhitungan
tahun dasar adalah dengan memperhatikan keadaan yang sangat “berkesan”. Sebagai
suatu contoh yang sederhana saja, setelah ditetapkan sebagai tahun dasar adalah tahun
1973, maka tahun dasar berikutnya sebaiknya adalah tahun tahun 1980 karena awal
ekonomi Indonesia merasakan keadaan kedepan akan sulit, sebagai suatu alasan dimana
tahun 1982 – 1986 Indonesia telah menempuh masa krisis ekonomi berupa “Resesi
Ekonomi”. Setelah tahun 1980 tersebut sebaiknya dipilih lagi tahun dasar yang baru,
yaitu tahun 1988 saat berobahnya situasi perpolitikan di Indonesia dengan mengorbankan
banyak dana dan tumpukan hutang luar negeri yang memuncak diwaktu itu. Kemudian
tahun berikutnya sebaiknya dipilih sebagai tahun dasar adalah tahun 1998 saat lengsernya
Soeharto dengan berakhirnya era Orba dan masuk era reformasi ekonomi di Indonesia,
presiden yang telah berganti secara cepat dan hampir tidak tepat waktu sesuai masa
jabatan yang telah ditentukan dan terakhir mungkin lebih tepat tahun dasar adalah tahun
dasar setelah selesai Pemilu tahun 2004, artinya pemilihan tahun dasar haruslah
disesuaikan dengan situasi Indonesia sendiri.
134
3. Proses Deflasi
Seringkali perlu dikeluarkan efek inflasi dari statistik-statistik. Angka-angka nilai
untuk banyak macam kegiatan ekonomi menunjukan kenaikan yang cepat sekali karena
kenaikan fisik ditambah kenaikan harga. Untuk memperkirakan kenaikan fisik atau
kenaikan harga “Riil”, angka-angka tersebut dapat “didefinisikan” dengan memakai
indeks harga. Proses deflasi dirumuskan sebagai berikut:
Sebagai suatu contoh, pada tabel 2 adalah GNP harga berlaku tahun 1975 adalah sebesar
Rp 12085.7 milyar, Indeks Biaya Hidup Jakarta (IBHJ) rata-rata untuk tahun 1975 adalah
1519. Jadi GNP riil tahun 1975 adalah sebesar Rp 795.64 Milyar.
Tabel 2: Deflasi GNP dengan angka Indeks Biaya Hidup di Jakarta
Sumber: Diolah dari Tabel 3 dan Tabel 4. Angka Indeks Harga H dari Nota Keuangan 1977/78.
Dan karena tahun dasarnya adalah tahun 1966, maka berarti “bahwa daya beli
dengan rupiah yang sama dengan rupiah tahun 1966, maka GNP Riil tahun 1975 adalah
Rp 795.64 Milyar. Dari cara perhitungan yang demikian itu dapat juga diperkirakan laju
kenaikan GNP Riil dan bahkan laju inflasi yang terjadi setiap tahunnya. Sebenarnya BPS
menerapkan cara lain untuk memperoleh GNP Riil, yaitu dengan memperhitungkan
harga-harga dari tahun dasar untuk tiap bagian GNP (dalam kasus ini, 1973 = 100). Kalau
saja dibandingkan antara tabel 2 degen tabel 3 ternyata bahwa IBHJ kurang tepat sebagai
“penduga” inflasi umumnya. Kelemahan ini akibat timbangan yang besar untuk beras
dalam indeks biaya hidup, dan kerena kebijaksanaan pemerintah untuk memantapkan
harga beras, dengan akibat bahwa inflasi yang diperkirakan dari indeks itu biasanya lebih
rendah dari “Deflator GNP implisit”. Perbandingan ini menunjukan bahwa sejauh
Harga Indeks Angka H
Nominal""berlaku hargadasar atasberlaku harga GNP GNP
Riil""konstan hargadasar atas GNP GNP
:
100 x H
GNP GNP
dimana
18.39 0.01- 795.64 1519 12085.7 1975
40.68 11.51 795.74 1283 10209.4 1974
31.60 11.89 713.61 912 6508.1 1973
6.78 14.85 637.78 693 4419.8 1972
- - 555.33 649 3604.1 1971
(%) (%) GNP GNP H milyar) (Rp Tahun
InflasiLaju Kenaikan Laju GNP
135
mungkin angka indeks yang harus diterapkan adalah angka indeks yang dirumuskan
khususnya untuk tujuannya.
Tabel 3: GNP Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 1973 ( Milyar Rp)
Sumber: Diolah dari Tabel 3 dan Tabel 4.
Berikut ini disajikan beberapa buah formula yang menyangkut dengan
penggunaan “Angka Indeks Harga” sebagai indikator yang bersifat ekonomikal sebagai
berikut:
12.64 166.89 5.10 7241.8 12085.7 1975
48.16 148.16 5.88 6890.7 10209.4 1974
33.10 100 10.62 6508.0 6508.1 1973
13.61 75.13 7.95 5883.2 4419.8 1972
- 66.13 - 5449.9 3604.1 1971
(%) (%) GNP milyar) (Rp milyar) (Rp
GNP GNP Tahun
100) 1973
InflasiLaju (Implisit Kenaikan Laju
GNPDeflator
Riil. GNPKenaikan Laju - Nominal GNPkenaikan Laju (%) InflasiTingkat 7).
100 1 - GNPDeflator
GNPDeflator (%)r :InflasiLaju 6).
Inflasi.Laju r :dimana ,n)r 1 ( 0
H tH :iniberikut formula dipakai
maka ),(% InflasiLaju umpamanya laju, semacam mencari n tahun, Untuk
100 1 - H
H (%)r :InflasiLaju 5).
100 GNP
GNP GNP)Implisit (Indeks GNPDeflator 4).
100 1 - GNP
GNP (%) GNP :Nominal GNPkenaikan Laju 3).
100 1 - GNP
GNP (%) GNP :Riil GNPkenaikan Laju 2).
100 H
GNP GNP :Riil GNP Nilai 1).
0
t
0
t
0
t
0
t
136
4. Masalah Penyusunan Data
Pada umumnya data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari
data publikasi resmi pemerintah Republik Indonesia seperti Biro Pusat Statistik,
Departemen Keuangan, Departemen Penerangan, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia
dan Indikator Ekonomi untuk periode penelitian tahun 1969-1997. Data tersebut adalah
data yang belum diolah peneliti berikutnya. Untuk tujuan penelitian empiris, terpaksa
dilakukan pengolahan terlebih dahulu serta menaksir beberapa agregatif ekonomi yang
diperlukan. Di Indonesia semenjak mulai Repelita pertama era pemerintah orde baru dan
bahkan sampai sekarang telah terjadi tiga kali penyusunan data oleh BPS, yaitu selain
data yang berdasarkan harga berlaku, adalah atas dasar harga konstan tahun 1973, atas
dasar harga konstan tahun 1983 dan atas dasar harga konstan tahun 1993.
Untuk melakukan suatu penaksiran atau pengujian empiris dengan rentang waktu
yang cukup panjang yaitu semenjak tahun 1969 s/d 1997 ( boleh dibilang dalam satu
tahap pembangunan jangka panjang ), terpaksa dilakukan penggeseran angka Indeks,
yaitu dengan melakukan “shifting index” sehingga data yang ada tersebut dapat
dipergunakan sesuai menurut kebutuhan; atas dasar harga konstan berapa yang
dikehendaki. Dalam penyusunan data makro ekonomi dan pembangunan Indonesia
semacam ini, dilakukan penyusunan untuk ketiga tahun dasar tersebut; atas dasar harga
konstan tahun 1973, tahun 1983 dan tahun 1993.
Sebenarnya kalau bicara soal data makro ekonomi suatu negara, dalam hal ini
sebagai suatu contoh adalah data ekonomi Indonesia, dimana terdapat dua kelompok
besar yang dilakukan terhadap Perhitungan Pendapatan Nasional, yaitu: (1). Segi
pengeluaran ( the expenditure side ) dan Segi penerimaan ( The Income Side ). Dari
segi pengeluaran saja meliputi dua bagaian pula yang sangat mutlak dikaji atau disusun,
yaitu Pendapatan Nasional melalui pendekatan produksi ( production approach ) dan
Pendapatan Nasional menurut jenis penggunaan antara lain untuk keduanya
menghasilkan nilai yang sama. Untuk Indonesia, Pendapatan Nasional yang dimaksud
digunakan konsep Produk Domestik Bruto ( Gross Domestic Product ). Item-item tertentu
dan yang cukup besar seperti lapangan usaha pertanian tanaman pangan, Industri
pengolahan dan lain sebagainya yang lebih kurang ada sebelas item harus dilakukan
shifting indeks. Data yang tersedia pada penyusunan yang dilakukan saat ini hanya
tersedia beberapa bagian saja atau yang tersusun menurut jenis penggunaan saja, antara
lain: Data berdasarkan harga berlaku ( Current Price ) serta atas dasar harga konstan
(Constant Price ) tahun 1973, tahun 1983 dan tahun 1993 untuk ruang lingkup periode
tahun 1969 s/d 1997. Demikian pula halnya Item-item Pendapatan Nasional menurut
jenis penggunaan seperti Konsumsi, Investasi, ekspor dan lain sebagainya harus
dilakukan atau diolah dengan cara yang sama, yaitu dengan melakukan shifting index.
Terlepas dari kesamaan-kesamaan nilai pendapatan nasional tersebut, dan
mengingat terlalu banyaknya data yang harus diolah, maka untuk pengolahan pada buku
ini hanya difokuskan pada Pendapatan Nasional menurut jenis penggunaan saja dan data
ekonomi nasional menurut jenis penggunaan tersebut ditempatkan pada wadah yang
utama dan lagipula sangat populer dipakai oleh para peneliti, ekonom, politisi atau
lainnya.
Hal yang agak merumitkan penelitian supaya cocok dengan perumusan empiris
adalah bahwa semenjak tahun 1983 sampai tahun penelitian ini dibuat adalah data
137
mengenai perubahan stok ( Change in stock ) yang dalam katagori perekonomian
nasional merupakan nilai residual dan jelas bahwa perubahan stok tersebut merupakan
investasi yang tidak tersalurkan. Akibat adanya perubahan stok tersebut dalam
penelitian empiris tabungan manjadi tidak sesuai dengan perumusan Keynes dan jelas
pengaruhnya sangat vital sekali dan menyebabkan kebocoran tabungan dan investasi
semakin berkejauhan. Untuk itu pulalah pada penelitian ini, khususnya tabungan netto
didapat dengan mengeluarkan atau dengan tidak memasukan perubahan stok dalam
pendapatan nasional, sehingga kemungkinan fungsi tabungan jangka panjang mungkin
akan ditemukan hasil estimasi yang lebih relefan secara statistik serta koefisien hasil
estimasinya dapat digunakan untuk menaksir jumlah investasi produktif bagi pembiayaan
pembangunan. Khususnya dalam menaksir Investasi netto juga dapat dilakukan oleh
karena tersedianya data penyusutan ( depretiation ) dan juga untuk menaksir tabungan
netto juga tersedia data pajak tidak langsung netto ( net inderect tax ). Kesemuanya ini
termasuk data ekonomi yang bersifat baru dan berassal dari pengolahan data resmi yang
ada dengan menggunakan teori yang bersangkutan.
Mengenai Modal Asing Swasta adalah berupa data olahan yang bersumber dari
neraca pembayaran Indonesia untuk periode dan tahun yang sama dalam penelitian ini.
Investasi produktif berasal dari tabungan produktif. Pertumbuhan ekonomi produktif juga
bisa didapat melalui pembagian antara nisbah tabungan produktif dengan nisbah modal
produktif. Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang non produktif akan merupakan
pembagian antara nisbah tabungan bruto dengan nisbah stok modal bruto, dan fungsi
tabungan jangka panjang dan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat penggunaan dari dana
luar negeri (capital foreign inflow) sebagai sumber pembiayaan ekonomi, digunakan
sebagai pembanding dalam analisis penelitian ini.
Sumber dari investasi adalah tabungan, meningkatnya tabungan biasanya juga
akan diikuti oleh peningkatan investasi. Investasi adalah perubahan modal, antara modal
dan tabungan tidak dapat dipisahkan dalam kontek pertumbuhan ekonomi. Walaupun
berfikir pada konsep yang kecil seperti yang dialami secara mikro, biasanya modal yang
kecil hanya akan dapat bergerak pada skop bisnis yang kecil pula. Begitu pula kalau
konsep mikro tersebut diterapkan secara makro, maka perekonomian dengan modal yang
kecil akan menghasilkan produk nasional atau pendapatan nasional yang kecil pula, dan
sebaliknya.
Perkembangan ekonomi suatu negara biasanya ditandai oleh besar atau kecilnya
pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Secara singkat pertumbuhan ekonomi adalah
proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, yaitu melihat bagaimana suatu
perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya pada
perubahan atau perkembangan itu sendiri ( Boediono: 1982, h.1).
Hal ini terlihat dengan banyaknya gagasan untuk memonitor atau mengukur hasil-
hasil pembangunan yang telah dicapai, ukuran yang selama ini biasa dipergunakan adalah
dengan pendapatan nasional atau GNP (Hendra Esmara: 1982, h.155).
Pencapaian besarnya GNP tersebut membutuhkan sejumlah investasi yang besar
dalam tiap-tiap periode pembangunan. Oleh Keynes, Investasi tersebut merupakan stock
of capital, secara sederhana investasi tersebut berasal dari tabungan dan tabungan itu
sendiri diperoleh dari pendapatan yang tidak dikonsumsi, sehingga dari sudut penerimaan
( income side ), adalah merupakan sisa dari pendapatan yang tidak dikonsumsi ( J.M.
Keynes: 1967, h.63 ).
138
IKHTISAR 1 : PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA, TAHUN 1969 - 1997
PDB HargaPDB atas dasar harga kons tan Jumlah Angkatan Jumlah PendapatanPendapatanLaju Laju Laju Laju Laju Tingkat PendudukPengangguran
Tahun Berlaku (1973 = 100) (1983 = 100) (1993 = 100) Penduduk Kerja Pekerja Kurs Do llarIndeks Perkap ita RiilPerkap ita RiilPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhan Pert . Ekonomi Inflas i inflas i Non
(Milyar Rp) ( Milyar Rp) Juta) (Juta) (Juta) (Rp /Do llar)Imp lis it PDB(Milyar Rp) ( US $ ) PendapatanEkonomi RiilPenduduk Nominal Produktif
Perkap ita Riil
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
= (2) / P DB Riil = P DB Riil / (6) = (16) - (14) = (6) - (8) = (7) - (8)
1969 2718.0 4820.5 115 38.3 34.6 385
1970 3238.0 5182.0 118 39.8 36.1 381
1971 3672.0 5544.7 120 41.3 37.6 418
1972 4564.0 6067.2 123 42.6 39.4 414
1973 6753.4 6753.4 126 44.0 41.2 418
1974 10708.0 7269.0 129 45.4 43.2 432
1975 12642.5 7630.8 132 46.9 45.2 421
1976 15466.7 8156.3 135 48.4 47.3 421
1977 19033.0 8882.0 138 49.4 48.3 421
1978 22746.0 9566.5 142 50.4 49.4 634
1979 32025.4 10164.9 144 51.4 50.5 632
1980 45445.7 11169.2 148 52.4 51.6 634
1981 54027.0 12034.6 151 54.5 53.6 643
1982 59632.6 12323.4 155 56.7 55.7 692
1983 77676.3 12842.2 77676.3 158 59.0 57.8 995
1984 89750.3 82910.7 161 61.4 59.4 1075
1985 96850.2 84959.1 164 63.8 62.5 1130
1986 102545.9 90013.6 167 70.2 68.3 1649
1987 124538.9 94302.2 171 72.3 70.2 1655
1988 142104.8 99981.4 173 74.4 72.1 1737
1989 167184.7 104436.6 175 76.7 74.1 1805
1990 195597.2 115217.3 178 78.9 76.1 1905
1991 227450.2 123225.2 181 81.3 78.2 1997
1992 259884.5 131184.8 185 83.7 80.4 2074
1993 329775.8 139701.1 329775.8 188 86.2 82.5 2118
1994 382219.7 354640.8 191 88.8 84.8 2205
1995 454514.1 383792.3 194 91.4 87.1 2305
1996 532630.8 414418.9 197 94.1 89.5 2385
1997 624337.1 443685.2 200 96.9 91.9 5700
Sumber: BPS Jakarta, berbagai Tahun penerbitan.
139
Namun demikian, pendapatan nasional yang digunakan dalam penelitian ini
sebagaimana yang lebih cenderung di Indonesia dilakukan adalah Produk Domestik
Bruto ( Gross Domestic Product ) atau PDB, yaitu karena dalam perekonomian suatu
negara bahwa produksi nasional merupakan nilai tambah ( value added ) dari berbagai
lapangan usaha ekonomi.
Pada umumnya lebih kurang sekitar 75 % dari pendapatan nasional suatu negara
digunakan untuk konsumsi masyarakat atau rumah tangga dan sisanya merupakan
tabungan. Besar kecilnya tabungan ditentukan oleh pendapatan. Namun demikian, tidak
seluruh pendapatan yang tersisa menjadi tabungan produktif dan investasi produtif bagi
pembiayaan pembangunan dan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang efektif.
Ahli ekonomi barat yang termashur seperti Simon Kuznet, menyatakan bahwa
banyak ilmu pengetahuan didasarkan pada suatu kumpulan pengetahuan diskriptif dan
pada pengukuran empiris sangat membuhtuhkan pengetahuan tentang ketepatan yang
dapat dipercayai (Simon Kuznets: 1981, h.7).
Dengan demikian, kitapun juga tidak harus terlalu terikat dengan suatu teori saja,
sehingga untuk kontek penelitian di Indonesia diperlukan suatu model makro yang benar-
benar mempengaruhi tabungan tersebut . Ada kemungkinan estimasi yang dilakukan
akurat atau tidak sama sekali, sehingga diperlukan pula pengujian statistik dan yang
lebih penting dari pada itu perlu dilakukan penaksiran kondisi ekonomi tersebut dari
parameter-parameter hasil estimasi untuk fungsi jangka panjang atau jangka pendek atau
penggabungannya.
Untuk dapat lebih memahami akan pentingnya penyusunan data makro ekonomi,
berikut ini ditampilkan semacam permasalahan yang sederhana, yaitu data Pendapatan
Nasional Indonesia atau Produk Domestik Bruto ( Gross Domestic Product ) dan
dilengkapi dengan memasukan Data Sosial ekonomi seperti jumlah penduduk dan lain
sebagainya. Secara tidak langsung disadari atau tidak bahwa penggabungan data ekonomi
tersebut dengan data sosial ekonomi akan merupakan data pembangunan, oleh karena
ekonomi nasional merupakan bahagian dari pembangunan nasional. Sebagai contoh
untuk tujuan menentukan Pendapatan Nasional Perkapita, Tingkat Inflasi dan lain
sebagainya.
Anggaplah kolom-kolom kosong pada tabel atau ikhtisar pembangunan ekonomi
ini merupakan suatu pertanyaan yang harus dijawab/diisi. Maka untuk menjawab
pertanyaan tersebut peranan angka indeks “Indeks Implisit PDB” sangat penting sekali.
Khususnya untuk lebih memudahkan cara-cara penyusunan data Masing-masing Iktisar
atau Tabel pada list kiri dan atas ditampilkan semacam Worksheet frame Lotus 1,2,3.
Agaknya tanpa banyak mukadimah, maka kalau Iktisar 1 merupakana data awal yang
diketahui dan semua kolom kosong harus dijawab. Pada Iktisar 1 terdapat Produk
Domestik Bruto atau PDB untuk tiga katagori harga konstan ( Riil ), yaitu: (1). Data
PDB Tahun 1969-1983 adalah atas dasar harga konstan tahun 1973, (2). Data PDB tahun
1983-1993 adalah atas dasar harga konstan tahun 1983 dan (3). Data PDB tahun 1993-
1997 adalah atas dasar harga konstan tahun 1993. Untuk tujuan jawaban lengkap, Iktisar
1 adalah dianggap semacam pertanyaan, maka Iktisar 1a, Iktisar 1b dan Iktisar 1c
masing-masing adalah sebagai jawaban antara lain adalah data ekonomi pembangunan
atas dasar harga konstan tahun 1973, atas dasar harga konstan tahun 1983 dan atas dasar
harga konstan tahun 1993. Cara yang serupa akan diterapkan pula terhadap data yang
tersedia sesuai kebutuhan penelitian.
140
IKHTISAR 1a : PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA, TAHUN 1969 - 1997
( Diperhitungkan, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )PDB HargaPDB atas dasar harga kons tan Jumlah Angkatan Jumlah PendapatanPendapatanLaju Laju Laju Laju Laju Tingkat PendudukPengangguran
Tahun Berlaku (1973 = 100) (1983 = 100) (1993 = 100) Penduduk Kerja Pekerja Kurs Do llarIndeks Perkap ita RiilPerkap ita RiilPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhan Pert . Ekonomi Inflas i inflas i Non
(Milyar Rp) ( Milyar Rp) Juta) (Juta) (Juta) (Rp /Do llar)Imp lis it PDB(Milyar Rp) ( US $ ) PendapatanEkonomi RiilPenduduk Nominal Produktif
Perkap ita Riil
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
= (2 ) / PDB Riil = PDB Riil / (6 ) = (16 ) - (14 ) = (6 ) - (8 ) = (7) - (8 )
1969 2718.0 4820.5 115 38.3 34.6 385 56.384 41.917 0.109 0 0 0 0 0 0 80.4 3.7
1970 3238.0 5182.0 118 39.8 36.1 381 62.486 43.915 0.115 0.048 0.075 0.026 0.191 0.108 0.116 81.9 3.7
1971 3672.0 5544.7 120 41.3 37.6 418 66.225 46.206 0.111 0.052 0.070 0.017 0.134 0.060 0.064 82.4 3.7
1972 4564.0 6067.2 123 42.6 39.4 414 75.224 49.327 0.119 0.068 0.094 0.025 0.243 0.136 0.149 83.6 3.2
1973 6753.4 6753.4 126 44.0 41.2 418 100.000 53.598 0.128 0.087 0.113 0.024 0.480 0.329 0.367 84.8 2.8
1974 10708.0 7269.0 129 45.4 43.2 432 147.310 56.349 0.130 0.051 0.076 0.024 0.586 0.473 0.509 85.8 2.2
1975 12642.5 7630.8 132 46.9 45.2 421 165.677 57.809 0.137 0.026 0.050 0.023 0.181 0.125 0.131 86.8 1.7
1976 15466.7 8156.3 135 48.4 47.3 421 189.629 60.417 0.144 0.045 0.069 0.023 0.223 0.145 0.155 87.7 1.1
1977 19033.0 8882.0 138 49.4 48.3 421 214.287 64.362 0.153 0.065 0.089 0.022 0.231 0.130 0.142 89.7 1.1
1978 22746.0 9566.5 142 50.4 49.4 634 237.767 67.370 0.106 0.047 0.077 0.029 0.195 0.110 0.118 92.6 1.0
1979 32025.4 10164.9 144 51.4 50.5 632 315.059 70.590 0.112 0.048 0.063 0.014 0.408 0.325 0.345 93.5 0.9
1980 45445.7 11169.2 148 52.4 51.6 634 406.884 75.468 0.119 0.069 0.099 0.028 0.419 0.291 0.320 96.4 0.8
1981 54027.0 12034.6 151 54.5 53.6 643 448.931 79.699 0.124 0.056 0.077 0.020 0.189 0.103 0.111 97.4 0.9
1982 59632.6 12323.4 155 56.7 55.7 692 483.897 79.506 0.115 -0.002 0.024 0.026 0.104 0.078 0.080 99.3 1.0
1983 77676.3 12842.2 77676.3 158 59.0 57.8 995 604.852 81.280 0.082 0.022 0.042 0.019 0.303 0.250 0.260 100.2 1.2
1984 89750.3 13707.6 82910.7 161 61.4 59.4 1075 654.748 85.140 0.079 0.047 0.067 0.019 0.155 0.082 0.088 101.6 2.0
1985 96850.2 14046.3 84959.1 164 63.8 62.5 1130 689.509 85.648 0.076 0.006 0.025 0.019 0.079 0.053 0.054 101.5 1.3
1986 102545.9 14881.9 90013.6 167 70.2 68.3 1649 689.064 89.113 0.054 0.040 0.059 0.018 0.059 -0.001 -0.001 98.7 1.9
1987 124538.9 15591.0 94302.2 171 72.3 70.2 1655 798.789 91.175 0.055 0.023 0.048 0.024 0.214 0.159 0.167 100.8 2.1
1988 142104.8 16529.9 99981.4 173 74.4 72.1 1737 859.684 95.549 0.055 0.048 0.060 0.012 0.141 0.076 0.081 100.9 2.3
1989 167184.7 17266.5 104436.6 175 76.7 74.1 1805 968.262 98.666 0.055 0.033 0.045 0.012 0.176 0.126 0.132 100.9 2.6
1990 195597.2 19048.8 115217.3 178 78.9 76.1 1905 1026.819 107.016 0.056 0.085 0.103 0.017 0.170 0.060 0.067 101.9 2.8
1991 227450.2 20372.8 123225.2 181 81.3 78.2 1997 1116.441 112.557 0.056 0.052 0.070 0.017 0.163 0.087 0.093 102.8 3.1
1992 259884.5 21688.7 131184.8 185 83.7 80.4 2074 1198.246 117.236 0.057 0.042 0.065 0.022 0.143 0.073 0.078 104.6 3.3
1993 329775.8 23096.7 139701.1 329775.8 188 86.2 82.5 2118 1427.802 122.855 0.058 0.048 0.065 0.016 0.269 0.192 0.204 105.5 3.7
1994 382219.7 24838.2 150234.5 354640.8 191 88.8 84.8 2205 1538.836 130.043 0.059 0.059 0.075 0.016 0.159 0.078 0.084 106.2 4.0
1995 454514.1 26879.9 162583.8 383792.3 194 91.4 87.1 2305 1690.905 138.556 0.060 0.065 0.082 0.016 0.189 0.099 0.107 106.9 4.3
1996 532630.8 29025.0 175558.0 414418.9 197 94.1 89.5 2385 1835.079 147.335 0.062 0.063 0.080 0.015 0.172 0.085 0.092 107.5 4.6
1997 624337.1 31074.7 187955.9 443685.2 200 96.9 91.9 5700 2009.150 155.373 0.027 0.055 0.071 0.015 0.172 0.095 0.102 108.1 5.0
Sumber: BPS Jakarta, berbagai Tahun penerbitan.
141
IKHTISAR 1b : PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA, TAHUN 1969 - 1997
( Diperhitungkan, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983 )PDB HargaPDB atas dasar harga kons tan Jumlah Angkatan Jumlah PendapatanPendapatanLaju Laju Laju Laju Laju Tingkat PendudukPengangguran
Tahun Berlaku (1973 = 100) (1983 = 100) (1993 = 100) PendudukKerja Pekerja Kurs Do llarIndeks Perkap ita RiilPerkap ita RiilPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhan Pert . Ekonomi Inflas i inflas i Non
(Milyar Rp) ( Milyar Rp) Juta) (Juta) (Juta) (Rp /Do llar)Imp lis it PDB(Milyar Rp) ( US $ ) PendapatanEkonomi RiilPenduduk Nominal Produktif
Perkap ita Riil
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
= (2 ) / PDB Riil = PDB Riil / (6 ) = (16 ) - (14 ) = (6 ) - (8 ) = (7) - (8 )
1969 2718.0 4820.5 29156.9 115 38.3 34.6 385 9.322 253.538 0.659 0 0 0 0 0 0 80.4 3.7
1970 3238.0 5182.0 31343.4 118 39.8 36.1 381 10.331 265.622 0.697 0.048 0.075 0.026 0.191 0.108 0.116 81.9 3.7
1971 3672.0 5544.7 33537.2 120 41.3 37.6 418 10.949 279.477 0.669 0.052 0.070 0.017 0.134 0.060 0.064 82.4 3.7
1972 4564.0 6067.2 36697.6 123 42.6 39.4 414 12.437 298.354 0.721 0.068 0.094 0.025 0.243 0.136 0.149 83.6 3.2
1973 6753.4 6753.4 40848.1 126 44.0 41.2 418 16.533 324.191 0.776 0.087 0.113 0.024 0.480 0.329 0.367 84.8 2.8
1974 10708.0 7269.0 43966.7 129 45.4 43.2 432 24.355 340.827 0.789 0.051 0.076 0.024 0.586 0.473 0.509 85.8 2.2
1975 12642.5 7630.8 46155.0 132 46.9 45.2 421 27.391 349.659 0.831 0.026 0.050 0.023 0.181 0.125 0.131 86.8 1.7
1976 15466.7 8156.3 49333.5 135 48.4 47.3 421 31.351 365.434 0.868 0.045 0.069 0.023 0.223 0.145 0.155 87.7 1.1
1977 19033.0 8882.0 53723.0 138 49.4 48.3 421 35.428 389.297 0.925 0.065 0.089 0.022 0.231 0.130 0.142 89.7 1.1
1978 22746.0 9566.5 57863.2 142 50.4 49.4 634 39.310 407.487 0.643 0.047 0.077 0.029 0.195 0.110 0.118 92.6 1.0
1979 32025.4 10164.9 61482.6 144 51.4 50.5 632 52.089 426.962 0.676 0.048 0.063 0.014 0.408 0.325 0.345 93.5 0.9
1980 45445.7 11169.2 67557.1 148 52.4 51.6 634 67.270 456.467 0.720 0.069 0.099 0.028 0.419 0.291 0.320 96.4 0.8
1981 54027.0 12034.6 72791.5 151 54.5 53.6 643 74.222 482.063 0.750 0.056 0.077 0.020 0.189 0.103 0.111 97.4 0.9
1982 59632.6 12323.4 74538.3 155 56.7 55.7 692 80.003 480.892 0.695 -0.002 0.024 0.026 0.104 0.078 0.080 99.3 1.0
1983 77676.3 12842.2 77676.3 158 59.0 57.8 995 100.000 491.622 0.494 0.022 0.042 0.019 0.303 0.250 0.260 100.2 1.2
1984 89750.3 82910.7 161 61.4 59.4 1075 108.249 514.973 0.479 0.047 0.067 0.019 0.155 0.082 0.088 101.6 2.0
1985 96850.2 84959.1 164 63.8 62.5 1130 113.996 518.043 0.458 0.006 0.025 0.019 0.079 0.053 0.054 101.5 1.3
1986 102545.9 90013.6 167 70.2 68.3 1649 113.923 539.004 0.327 0.040 0.059 0.018 0.059 -0.001 -0.001 98.7 1.9
1987 124538.9 94302.2 171 72.3 70.2 1655 132.064 551.475 0.333 0.023 0.048 0.024 0.214 0.159 0.167 100.8 2.1
1988 142104.8 99981.4 173 74.4 72.1 1737 142.131 577.927 0.333 0.048 0.060 0.012 0.141 0.076 0.081 100.9 2.3
1989 167184.7 104436.6 175 76.7 74.1 1805 160.082 596.781 0.331 0.033 0.045 0.012 0.176 0.126 0.132 100.9 2.6
1990 195597.2 115217.3 178 78.9 76.1 1905 169.764 647.288 0.340 0.085 0.103 0.017 0.170 0.060 0.067 101.9 2.8
1991 227450.2 123225.2 181 81.3 78.2 1997 184.581 680.802 0.341 0.052 0.070 0.017 0.163 0.087 0.093 102.8 3.1
1992 259884.5 131184.8 185 83.7 80.4 2074 198.106 709.107 0.342 0.042 0.065 0.022 0.143 0.073 0.078 104.6 3.3
1993 329775.8 139701.1 329775.8 188 86.2 82.5 2118 236.058 743.091 0.351 0.048 0.065 0.016 0.269 0.192 0.204 105.5 3.7
1994 382219.7 150234.5 354640.8 191 88.8 84.8 2205 254.415 786.568 0.357 0.059 0.075 0.016 0.159 0.078 0.084 106.2 4.0
1995 454514.1 162583.8 383792.3 194 91.4 87.1 2305 279.557 838.061 0.364 0.065 0.082 0.016 0.189 0.099 0.107 106.9 4.3
1996 532630.8 175558.0 414418.9 197 94.1 89.5 2385 303.393 891.157 0.374 0.063 0.080 0.015 0.172 0.085 0.092 107.5 4.6
1997 624337.1 187955.9 443685.2 200 96.9 91.9 5700 332.172 939.780 0.165 0.055 0.071 0.015 0.172 0.095 0.102 108.1 5.0
Sumber: BPS Jakarta, berbagai Tahun penerbitan.
142
IKHTISAR 1c : PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA, TAHUN 1969 - 1997
( Diperhitungkan, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )PDB HargaPDB atas dasar harga kons tan Jumlah Angkatan Jumlah PendapatanPendapatanLaju Laju Laju Laju Laju Tingkat PendudukPengangguran
Tahun Berlaku (1973 = 100) (1983 = 100) (1993 = 100) PendudukKerja Pekerja Kurs Do llarIndeks Perkap ita RiilPerkap ita RiilPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhan Pert . Ekonomi Inflas i inflas i Non
(Milyar Rp) ( Milyar Rp) Juta) (Juta) (Juta) (Rp /Do llar)Imp lis it PDB(Milyar Rp) ( US $ ) PendapatanEkonomi RiilPenduduk Nominal Produktif
Perkap ita Riil
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
= (2 ) / PDB Riil = PDB Riil / (6 ) = (16 ) - (14 ) = (6 ) - (8 ) = (7) - (8 )
1969 2718.0 4820.5 29156.9 68827.2 115 38.3 34.6 385 3.949 598.497 1.555 0 0 0 0 0 0 80.4 3.7
1970 3238.0 5182.0 31343.4 73988.7 118 39.8 36.1 381 4.376 627.023 1.646 0.048 0.075 0.026 0.191 0.108 0.116 81.9 3.7
1971 3672.0 5544.7 33537.2 79167.4 120 41.3 37.6 418 4.638 659.728 1.578 0.052 0.070 0.017 0.134 0.060 0.064 82.4 3.7
1972 4564.0 6067.2 36697.6 86627.6 123 42.6 39.4 414 5.269 704.290 1.701 0.068 0.094 0.025 0.243 0.136 0.149 83.6 3.2
1973 6753.4 6753.4 40848.1 96425.2 126 44.0 41.2 418 7.004 765.279 1.831 0.087 0.113 0.024 0.480 0.329 0.367 84.8 2.8
1974 10708.0 7269.0 43966.7 103786.9 129 45.4 43.2 432 10.317 804.550 1.862 0.051 0.076 0.024 0.586 0.473 0.509 85.8 2.2
1975 12642.5 7630.8 46155.0 108952.7 132 46.9 45.2 421 11.604 825.399 1.961 0.026 0.050 0.023 0.181 0.125 0.131 86.8 1.7
1976 15466.7 8156.3 49333.5 116455.8 135 48.4 47.3 421 13.281 862.636 2.049 0.045 0.069 0.023 0.223 0.145 0.155 87.7 1.1
1977 19033.0 8882.0 53723.0 126817.4 138 49.4 48.3 421 15.008 918.967 2.183 0.065 0.089 0.022 0.231 0.130 0.142 89.7 1.1
1978 22746.0 9566.5 57863.2 136590.7 142 50.4 49.4 634 16.653 961.906 1.517 0.047 0.077 0.029 0.195 0.110 0.118 92.6 1.0
1979 32025.4 10164.9 61482.6 145134.7 144 51.4 50.5 632 22.066 1007.880 1.595 0.048 0.063 0.014 0.408 0.325 0.345 93.5 0.9
1980 45445.7 11169.2 67557.1 159474.1 148 52.4 51.6 634 28.497 1077.528 1.700 0.069 0.099 0.028 0.419 0.291 0.320 96.4 0.8
1981 54027.0 12034.6 72791.5 171830.3 151 54.5 53.6 643 31.442 1137.949 1.770 0.056 0.077 0.020 0.189 0.103 0.111 97.4 0.9
1982 59632.6 12323.4 74538.3 175953.8 155 56.7 55.7 692 33.891 1135.186 1.640 -0.002 0.024 0.026 0.104 0.078 0.080 99.3 1.0
1983 77676.3 12842.2 77676.3 183361.2 158 59.0 57.8 995 42.362 1160.514 1.166 0.022 0.042 0.019 0.303 0.250 0.260 100.2 1.2
1984 89750.3 82910.7 195717.4 161 61.4 59.4 1075 45.857 1215.636 1.131 0.047 0.067 0.019 0.155 0.082 0.088 101.6 2.0
1985 96850.2 84959.1 200552.9 164 63.8 62.5 1130 48.292 1222.883 1.082 0.006 0.025 0.019 0.079 0.053 0.054 101.5 1.3
1986 102545.9 90013.6 212484.4 167 70.2 68.3 1649 48.260 1272.362 0.772 0.040 0.059 0.018 0.059 -0.001 -0.001 98.7 1.9
1987 124538.9 94302.2 222608.0 171 72.3 70.2 1655 55.945 1301.801 0.787 0.023 0.048 0.024 0.214 0.159 0.167 100.8 2.1
1988 142104.8 99981.4 236014.2 173 74.4 72.1 1737 60.210 1364.244 0.785 0.048 0.060 0.012 0.141 0.076 0.081 100.9 2.3
1989 167184.7 104436.6 246531.1 175 76.7 74.1 1805 67.815 1408.749 0.780 0.033 0.045 0.012 0.176 0.126 0.132 100.9 2.6
1990 195597.2 115217.3 271979.8 178 78.9 76.1 1905 71.916 1527.976 0.802 0.085 0.103 0.017 0.170 0.060 0.067 101.9 2.8
1991 227450.2 123225.2 290883.1 181 81.3 78.2 1997 78.193 1607.089 0.805 0.052 0.070 0.017 0.163 0.087 0.093 102.8 3.1
1992 259884.5 131184.8 309672.4 185 83.7 80.4 2074 83.922 1673.905 0.807 0.042 0.065 0.022 0.143 0.073 0.078 104.6 3.3
1993 329775.8 139701.1 329775.8 188 86.2 82.5 2118 100.000 1754.127 0.828 0.048 0.065 0.016 0.269 0.192 0.204 105.5 3.7
1994 382219.7 354640.8 191 88.8 84.8 2205 107.777 1856.758 0.842 0.059 0.075 0.016 0.159 0.078 0.084 106.2 4.0
1995 454514.1 383792.3 194 91.4 87.1 2305 118.427 1978.311 0.858 0.065 0.082 0.016 0.189 0.099 0.107 106.9 4.3
1996 532630.8 414418.9 197 94.1 89.5 2385 128.525 2103.649 0.882 0.063 0.080 0.015 0.172 0.085 0.092 107.5 4.6
1997 624337.1 443685.2 200 96.9 91.9 5700 140.716 2218.426 0.389 0.055 0.071 0.015 0.172 0.095 0.102 108.1 5.0
Sumber: BPS Jakarta, berbagai Tahun penerbitan.
143
5. Data Ekonomi Nasional Murni Yang Dihimpun Pemerintah
Pada bagian ini terdapat dua kelompok data ekonomi nasional resmi yang
dipublikasi pemerintah, yaitu data yang berdasarkan harga berlaku (current price ) dan
berdasarkan harga konstan (constan price ). Yang dimaksud data harga berlaku, yaitu
nilai ukur saat data itu diperhitungkan dan hingga sampai saat ini tetap berlaku sebesar
yang tercantum semula. Sedangkan yang dimaksud dengan harga konstan, yaitu nilai
ukur data tersebut yang dipatokan pada suatu tahun tertentu, maksudnya nilai harga
berlakunya mengikuti standar nilai tahun tertentu yang dumaksudkan. Di Indonesia untuk
rentang waktu 1969 s/d 1998 dan bahkan sampai sekarang telah terjadi tiga kali
perhitungan tahun dasar, tahun 1973, tahun 1983 dan tahun 1993. Penetapan tahun dasar
bukan berarti selalu setiap kali sepuluh tahun, seperti contoh yang terjadi di Indonesia
hanya berkebetulan saja. Penetapan tahun dasar mengikuti situasi atau kesan ekonomi itu
sendiri.
Meskipun penulis tidak mutlak 100 % persis sama seperti asumsi BPS, namun
sekilas masih nampak kesan ekonomi yang terjadi. Tahun 1973 sengaja ditetapkan karena
awal dari Pelita I dan pada pengujung Pelita pertama itu kiprah ekonomi Indonesia mulai
nampak mengalami kesuksesan, antara lain terjadinya rezeki migas yang sangat memadai
“Oil Boom” yang menyebabkan Neraca Pembayaran mengalami perbaikan yang dasyat,
sehingga menyebabkan pula devisa ekspor Migas tersebut memperbesar pendapatan
nasional serta menaikkan Anggaran Negara pada waktu itu. Kesan buruknya ternyata
dipenghujung Pelita I tersebut, yaitu tahun 1974 adanya semacam kebijaksanaan ekonomi
dari pemerintah, yaitu Kebijaksanaan Nopember tahun 1974 yang disebut dengan
singkatan KNOP. Kebijaksanaan ini terjadi tidak lain karena kurang mampunya
pemerintah mengendalikan perekonomian yang telah berjalan beberapa tahun terdahulu,
sehingga terjadinya semacam kondisi ekonomi kurang menguntungkan waktu itu. Kiprah
pembangunan yang mantap telah dibarengi oleh kenaikan harga yang sangat cepat. Tidak
dapat dipungkiri kiranya bahwa pembangunan di Indonesia pada waktu itu telah dibiayai
oleh yang inflasi yang tinggi atau Indonesia mau tidak mau telah tertuduh membangun
dengan Inflasi.
Tahun 1983 Indonesia kembali menetapkan tahun dasar. Terpilihnya tahun 1983
sebagai tahun dasar disebabkan pula terjadinya kesan yang kurang baik pula, yaitu tahun
1983 Indonesia melakukan Kebijaksanaan ekonomi yang pada waktu tersebut lebih
dikenal dengan “Kebijaksanaan Deregulasi dan Debiroktisasi”. Kebijaksanaan ini
dilakukan oleh pemerintah sebagai akibat sektor luar negeri, khususnya Perdagangan luar
negeri Indonesia yang sangat anjlok sehinga devisa ekspor mengecil sangat tajam,
pendapatan nasional menurun drastis dan Anggaran Negara pun sangat menurun, bahkan
gemanya ini sangatlah dasyat dalam pembangunan di Indonesia dua tahun 1982 dan 1983
Konsumsi melebihi Pendapatan ( Konsumsi Domestik Broto atao Total Konsumsi lebih
besar dari PDB ). Dengan kata lain dua tahun tersebut bahwa Tabungan Minus. Boleh
dikatakan pada dua tahun tersebut Indonesia hidup dari hutang. Kesan ekonomi yang
kurang menguntungkan dua tahun tersebut rupanya memperpajang waktu hingga
Indonesia tahun 1986 mengadakan “Kebijaksanaan Devaluasi Rupiah 1986”.
Kebijaksanaan Devaluasi Rupiah tersebut dianggap waktu itu sebagai penutup atau
144
mengakiri bencana ekonomi yang terjadi selama ini, yaitu tahun 1982 s/d 1986 Indonesia
mengalami “Resesi Ekonomi”.
Tahun 1993 terpilih sebagai Tahun dasar dan kurang persis penulis ketahui,
namun yang pasti Indonesia kiprah pembangunannya hingga sampai saat ini selalu
bergemakan proses harga yang cenderung menaik tajam atau terjadinya proses
pembangunan yang berkesinambungan yang mengandung Inflasi yang tinggi. Dengan
kata lain Indonesia tidak punya pilihan lain, kecuali membangun dengan Inflasi. Menurut
hemat penulis, agaknya tahun 1997 atau tahun 1998 perlu diadakan revisi ulang ekonomi
atau penetapan tahun dasar, oleh karena kesan yang terjadi sangatlah banyak, paling tidak
terjadinya lengsernya Soeharto. Kenapa tahun ini tidak dibuat, penulis tidaklah
mengetahui banyak apa alasanya. Apakah harus menunggu tahun 2003 kembali rutin
sekali 10 tahun ?.
Terlepas dari penetapan tahun dasar tersebut, kembali kita tinjau sirkulasi data
ekonomi nasional, dalam hal ini kita mencoba membandingkan angka demi angka antara
nilai berdasarkan harga berlaku dengan atas dasar harga konstan tahun tertentu. Sudah
tiga kali tahun 1973, tahun 1983 dan tahun 1993 penetapan tahun dasar. Sebagai contoh
data harga berlaku tahun 1970 tetapi dinilai pada tahun 1973 ( tahun 1973 = 100 ). Jelas
bahwa dibandingkan besarnya angkanya tahun 1970 tersebut antara berdasarkan harga
berlaku dengan berdasarkan harga konstan tahun 1973, maka nilai harga konstannya akan
besar. Dan untuk data diatas tahun 1973, umpama data tahun 1976 antara yang
berdasarkan harga berlaku dengan yang berdasarkan harga konstan tahun 1973, maka
nilai harga konstannya akan kecil, sedangkan untuk data tahun 1973 itu sendiri bernilai
sama. Hal yang menyebabkan perbedaan ini adalah karena proses harga yang semenjak
tahun 1969 dari tahun ke tahun yang selalu cenderung menaik. Demikianlah kiranya akan
pentingnya para analis ekonomi mengetahui proses harga yang terjadi dalam
pembangunan.
Untuk memperlihatkan data resmi yang telah dihimpun oleh pemerintah tersebut,
hanya dapat penulis ungkapkan tabel demi tabel secara beruntun dan saling terkait. Tidak
lebih dan tidak bukan tabel tersebut sebagai berikut:
1. Data Ekonomi Indonesia atas Dasar Harga Berlaku “Nilai Nominal”
1.1. Tabel 1. Balance of Payment and International Trade,
Years 1969/70-1997/98
( Billion US Dollars, At Current Prices )
1.2. Tabel 2. Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara,
Tahun 1969/70-1997/98
( Dalam Milyar Rupiah, Berdasarkan harga Berlaku )
1.3. Tabel 3. Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto,
Tahun 1969-1997
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Berlaku )
145
2. Data Ekonomi Indonesia atas Dasar Harga Konstan
Tahun Tertentu “Nilai Riil”
2.1. Tabel 4a. Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto,
Tahun 1969-1983 ( 1973 = 100 )
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )
2.2. Tabel 4b. Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto,
Tahun 1969-1983 ( 1983 = 100 )
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983 )
2.3. Tabel 4c. Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto,
Tahun 1969-1983 ( 1993 = 100 )
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )
146
Tabel 1 : BALANCE OF PAYMENTS AND INTERNATIONAL TRADE, YEARS 1969/70 - 1997/98
( Billion US Dollars, At Current Prices )
Current Account ( Netto ) Capital Transaction
Merchandise Services Total SDR Official Private Debt Total Errors Monetary Reserves Totals (Netto) Capital Capital Repay- and Movement Outflow
Years Export f.o.b Import Total Ment Omis- f.o.b sions Oil Non-Oil Total and Gas and Gas
1969/70 384 660 1044 -1097 -53 -448 -501 35 371 27 -31 402 56 43 -532 -99 1970/71 443 761 1204 -1102 102 -490 -388 28 369 115 -47 465 -95 18 -435 77 1971/72 590 784 1374 -1248 126 -574 -448 30 400 190 -78 542 6 -100 -526 94 1972/73 965 974 1939 -1651 288 -845 -557 - 481 488 -66 895 87 -425 -623 338 1973/74 1708 1905 3613 -3074 539 -1295 -756 - 643 594 -81 1111 5 -360 -837 355 1974/75 5153 2033 7186 -5097 2089 -2227 -138 - 660 -131 -89 440 -311 9 -227 302 1975/76 5273 1873 7146 -5409 1737 -2591 -854 - 1995 -1075 -77 843 -353 364 -931 -11 1976/77 6350 2863 9213 -7173 2040 -2842 -802 - 1823 38 -168 1695 108 -1001 -970 893 1977/78 7353 3507 10860 -7866 2994 -3784 -790 - 2106 176 -761 1521 -80 -651 -1551 731 1978/79 7374 3979 11353 -8443 2910 -4065 -1155 64 2208 392 -632 2032 -169 -708 -1787 877 1979/80 12340 6171 18511 -10722 7789 -5591 2198 65 2690 -1318 -692 745 -1253 -1690 1506 2943 1980/81 17298 5557 22855 -14242 8613 -6482 2131 62 2684 -361 -615 1770 -1165 -2736 1516 3901 1981/82 18824 4170 22994 -17911 5083 -7873 -2790 - 3521 1140 -809 3852 -2050 988 -3599 1062 1982/83 14744 3928 18672 -18496 176 -7215 -7039 - 5011 1795 -926 5880 -2121 3280 -7965 -1159 1983/84 14449 5367 19816 -16304 3512 -7663 -4151 - 5793 1191 -1010 5974 247 -2070 -5161 1823 1984/85 13994 5907 19901 -14427 5474 -7442 -1968 - 3519 499 -1292 2726 -91 -667 -3260 758 1985/86 13115 6106 19221 -13573 5648 -7752 -2104 - 3658 599 -1342 2915 -750 -61 -3446 811 1986/87 12545 6398 18943 -13040 5903 -8117 -2214 - 3840 203 1777 2266 0 -52 -437 52 1987/88 12767 7961 20728 -14829 5899 -8433 -2534 308 4141 371 -2109 2711 -83 -94 -4643 177 1988/89 12774 9907 22681 -16864 5817 -8719 -2902 601 4466 678 -2502 3243 -173 -168 -5404 341 1989/90 12489 12328 24817 -19179 5638 -8959 -3321 795 4816 1238 -2970 3879 -255 -303 -6291 558 1990/91 11816 15340 27156 -21810 5346 -9148 -3802 709 5193 2262 -3524 4640 -293 -545 -7326 838 1991/92 10626 19088 29714 -24803 4911 -9263 -4352 - 5600 4133 -4182 5551 -218 -981 -8534 1199 1992/93 10480 24823 35303 -27317 7986 -10547 -2561 - 5755 4284 -4840 5199 -1199 -1439 -7401 2638 1993/94 9334 27170 36504 -29127 7377 -10317 -2940 - 6195 4648 -5132 5711 -2044 -727 -8072 2771 1994/95 10445 31716 42161 -34122 8039 -11527 -3488 - 5651 4645 -5546 4750 -646 -616 -9034 1262 1995/96 10616 37138 47754 -41502 6252 -13293 -7041 - 5730 11672 -4939 11463 -1771 -2651 -11980 4422 1996/97 12771 39267 52038 -45819 6219 -14288 -8069 - 5298 13488 -6118 12668 -701 -3898 -14187 4599 1997/98 10346 45970 56316 -43352 12964 -15067 -2103 - 8220 -8947 -4118 -4845 -3073 10021 -6221 -6948
Source: Central Bureau Of Stat is t ics , National Income Of Indones ia: Main Tab les , Several Years Pub lishing ; and Economic Ind icato rs , Monthly Stat is t ical Bullet in Until to July 1998 .
No te : Since 1991/92 -1997/98 , Balance o f Payment are showed as Analyt ical Presentat ion; and Since 1997/1998 ,Monetary Movement is based on Gross Fo reign Assets , Rep lacing Official Reserves .
147
Tabel 2 : REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA, 1969/70-1997/98
( Dalam Milyar Rupiah, Berdasarkan Harga Berlaku )
Penerimaan Dalam Negeri Pengeluaran Defisit Bantuan Defisit Tabung- Angga- Luar an
Tahun Pajak Langsung Pajak Pene- Jumlah Rutin Pemba- Jumlah ran Negeri Peme- T idak rimaan ngunan Negara rintah Migas Non Jumlah Lang- Bukan
Migas sung Pajak
1969/70 48 43 91 150 3 244 217 118 335 -91 91 -27 27 1970/71 69 53 122 210 13 345 288 170 458 -113 120 -50 57 1971/72 113 69 182 218 28 428 349 196 545 -117 135 -61 79 1972/73 199 103 302 254 35 591 438 298 736 -145 158 -140 153 1973/74 345 160 505 413 50 968 713 451 1164 -196 204 -247 255 1974/75 973 256 1229 458 67 1754 1016 962 1978 -224 232 -730 738 1975/76 1249 343 1592 539 110 2241 1333 1398 2731 -490 492 -906 908 1976/77 1619 427 2046 741 119 2906 1630 2055 3685 -779 784 -1271 1276 1977/78 1949 563 2512 879 144 3535 2149 2157 4306 -771 773 -1384 1386 1978/79 2309 688 2997 1078 191 4266 2744 2556 5300 -1034 1035 -1521 1522 1979/80 4260 870 5130 1380 187 6697 4062 4014 8076 -1379 1381 -2633 2635 1980/81 7020 1211 8231 1680 316 10227 5800 5916 11716 -1489 1494 -4422 4427 1981/82 8628 1473 10101 1776 336 12213 6978 6940 13918 -1705 1709 -5231 5235 1982/83 8170 1840 10010 1972 436 12418 6996 7360 14356 -1938 1940 -5420 5422 1983/84 9520 2085 11605 2309 519 14433 8412 9899 18311 -3878 3882 -6017 6021 1984/85 10430 2278 12708 2511 687 15906 9429 9952 19381 -3475 3478 -6474 6477 1985/86 11160 3074 14234 3712 732 18678 12399 10647 23046 -4368 4368 -6279 6279 1986/87 9738 2881 12619 4260 954 17833 13126 8296 21422 -3589 3589 -4707 4707 1987/88 10083 3108 13191 6823 1717 21731 17340 9770 27110 -5379 5556 -4214 4391 1988/89 9536 3354 12890 8991 1533 23414 20935 12317 33252 -9838 10124 -2193 2479 1989/90 13381 3619 17000 12465 2039 31504 24335 15394 39729 -8225 8330 -7064 7169 1990/91 17740 3904 21644 18107 2442 42193 29121 18251 47372 -5179 8382 -9869 13072 1991/92 15070 4212 19282 20707 2593 42582 29053 23075 52128 -9546 9975 -13100 13529 1992/93 15331 4545 19876 25547 3440 48863 33605 26906 60511 -11648 11098 -15808 15258 1993/94 12503 4904 17407 32802 5904 56113 40290 28428 68718 -12605 10753 -17675 15823 1994/95 13537 5291 18828 41157 6433 66418 44069 30692 74761 -8343 9838 -20854 22349 1995/96 14849 5708 20557 43200 7801 71558 52541 29812 82353 -10795 11170 -18642 19017 1996/97 19872 6159 26031 49674 9087 84792 61568 33454 95022 -10230 11048 -22406 23224 1997/98 14871 6645 21516 58319 8226 88061 62159 38928 101087 -13026 13026 -25902 25902
Sumber : Bank Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, beberapa tahun penerbitan; Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.
148
Tabel 3 : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Berlaku )
Konsumsi Perdagangan Luar Negeri Pajak Pbt 'kan Peru- Penda- T idak
Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN Tangga rintah Domestik Stok Netto sung sutan
Bruto Netto
1969 2297.8 199.0 2496.8 317.0 0 328.2 424.0 -95.8 2718.0 -34.9 2683.1 135.0 176.0 2372.11970 2578.7 293.0 2871.7 455.0 0 434.0 522.7 -88.7 3238.0 -48.5 3189.5 188.0 219.0 2782.51971 2847.7 341.0 3188.7 580.0 0 526.8 623.5 -96.7 3672.0 -67.9 3604.1 229.0 238.7 3136.41972 3308.7 414.0 3722.7 857.0 0 762.4 778.1 -15.7 4564.0 -144.2 4419.8 236.0 297.1 3886.71973 4804.1 716.0 5520.1 1208.0 0 1356.1 1330.8 25.3 6753.4 -254.4 6499.0 328.0 439.0 5732.01974 7343.8 841.0 8184.8 1797.0 0 3044.5 2318.3 726.2 10708.0 -498.6 10209.4 447.0 696.0 9066.41975 8731.5 1253.7 9985.2 2571.7 0 2897.2 2811.6 85.6 12642.5 -556.8 12085.7 519.2 821.0 10745.51976 10572.3 1590.5 12162.8 3204.9 0 3621.3 3522.3 99.0 15466.7 -482.5 14984.2 690.5 1006.3 13287.41977 12481.0 2077.3 14558.3 3826.4 0 4512.8 3864.5 648.3 19033.0 -677.8 18355.2 845.6 1235.7 16273.91978 15184.5 2658.9 17843.4 4670.7 0 4973.9 4742.0 231.9 22746.0 -866.7 21879.3 1028.9 1482.8 19367.61979 19513.7 3733.4 23247.1 6704.3 0 9628.7 7554.7 2074.0 32025.4 -1484.4 30541.0 1304.8 2089.4 27146.81980 27502.9 4688.2 32191.1 9485.2 0 13849.2 10079.8 3769.4 45445.7 -2010.7 43435.0 1634.6 2962.1 38838.31981 35560.0 5787.9 41347.9 11553.4 0 14927.9 13802.2 1125.7 54027.0 -1924.9 52102.1 1752.2 3511.8 46838.11982 41670.3 6831.7 48502.0 13467.1 0 13345.2 15681.7 -2336.5 59632.6 -1957.5 57675.1 2132.5 3876.1 51666.51983 47063.0 8077.3 55140.3 19467.9 2847.0 19846.1 19625.0 221.1 77676.3 -3283.1 74393.2 2450.8 3883.8 68058.61984 54066.5 9121.5 63188.0 20136.1 3271.6 22999.3 19844.7 3154.6 89750.3 -4182.7 85567.6 2723.4 4487.5 78356.71985 57201.4 10893.1 68094.5 22366.9 4690.1 21533.9 19835.2 1698.7 96850.2 -3940.9 92909.3 3596.5 4842.5 84470.31986 63355.3 11328.7 74684.0 24781.9 4106.3 20009.9 21036.2 -1026.3 102545.9 -4192.5 98353.4 6528.7 5127.3 86697.41987 71988.9 11763.5 83752.4 30980.2 7850.9 29894.7 27939.3 1955.4 124538.9 -6017.3 118521.6 7183.2 6226.9 105111.51988 81045.3 12755.8 93801.1 36802.6 8006.9 34665.6 31171.4 3494.2 142104.8 -6921.7 135183.1 9032.7 7105.4 119045.01989 88752.3 15697.6 104449.9 45659.8 13171.0 42505.0 38601.0 3904.0 167184.7 -8074.1 159110.6 12444.5 8364.5 138301.61990 106312.3 17572.6 123884.9 55633.4 15071.5 51953.1 50945.7 1007.4 195597.2 -9615.5 185981.7 13420.1 9783.9 162777.71991 125035.8 20784.6 145820.4 63893.9 16847.8 62263.8 61375.7 888.1 227450.2 -10899.3 216550.9 15003.5 11379.8 190167.61992 135880.3 24731.3 160611.6 70820.2 22404.9 76384.4 70336.6 6047.8 259884.5 -12446.8 247437.7 17794.6 13044.7 216598.41993 192958.4 29756.7 222715.1 86667.3 10545.5 88230.9 78383.0 9847.9 329775.8 -12552.6 317223.2 21171.1 16488.8 279563.31994 228119.3 31014.0 259133.3 105380.6 13326.5 101331.9 96952.6 4379.3 382219.7 -10248.4 371971.3 24720.6 19111.0 328139.71995 279876.4 35584.2 315460.6 129217.5 15900.4 119592.5 125656.9 -6064.4 454514.1 -13366.1 441148.0 27486.5 22725.7 390935.81996 331586.1 40299.2 371885.3 157652.7 6371.5 137533.3 140812.0 -3278.7 532630.8 -14272.2 518358.6 28498.1 26631.5 463229.01997 388255.1 42293.3 430548.4 179269.2 17994.0 174423.1 177897.6 -3474.5 624337.1 -19117.5 605219.6 30232.9 31216.9 543769.8
Sumber : Republik Indo nes ia , No ta Keuangan dan Rancangan Anggaran P endapatan dan Belanja Negara Tahun 1988/1989; Biro P us a t S ta tis tik, P endapatan Nas io nal
Indo nes ia ( Tabel-Tabel P o ko k ), Tahun 1983-1988, Tahun 1988-1993 dan Tahun 1994-1997, Badan P us a t S ta tis tik, Indika to r Eko no mi, edis i J uli 1998.
149
Tabel 4a : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1983
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )
Konsumsi Perdagangan Luar Negeri Pajak
Pbt'kan Peru- Penda- Tidak
Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN
Tangga*) rintah Domestik Stok Netto sung sutan
Bruto Netto
1969 3791.5 414.0 4205.5 537.8 0 746.0 668.8 77.2 4820.5 -55.0 4765.5 234.1 313.3 4218.1
1970 3904.6 483.9 4388.5 715.3 0 834.0 755.8 78.2 5182.0 -70.2 5111.8 251.7 336.8 4523.3
1971 4088.0 518.3 4606.3 866.9 0 942.7 871.2 71.5 5544.7 -94.8 5449.9 271.9 360.3 4817.7
1972 4323.5 560.9 4884.4 1032.0 0 1143.3 992.6 150.7 6067.1 -183.9 5883.2 294.5 394.2 5194.5
1973 4804.1 716.0 5520.1 1208.0 0 1356.1 1330.8 25.3 6753.4 -245.4 6508.0 328.0 439.0 5741.0
1974 5502.1 641.0 6143.1 1440.0 0 1445.0 1759.1 -314.1 7269.0 -378.3 6890.7 351.7 472.5 6066.5
1975 5699.2 835.5 6534.7 1650.2 0 1410.1 1964.2 -554.1 7630.8 -389.0 7241.8 370.6 496.0 6375.2
1976 6153.5 896.7 7050.2 1749.2 0 1650.2 2293.3 -643.1 8156.3 -314.1 7842.2 399.1 530.8 6912.3
1977 6399.6 1044.4 7444.0 2027.2 0 1805.8 2395.3 -589.5 8881.7 -420.1 8461.6 430.8 576.6 7454.2
1978 6879.5 1228.2 8107.7 2332.9 0 1824.3 2698.4 -874.1 9566.5 -493.2 9073.3 466.2 624.0 7983.1
1979 7865.8 1345.0 9210.8 2436.0 0 1822.0 3303.9 -1481.9 10164.9 -649.2 9515.7 495.7 663.5 8356.5
1980 8867.7 1489.6 10357.3 2896.0 0 1719.3 3823.4 -2104.1 11149.2 -758.7 10390.5 544.3 728.5 9117.7
1981 10349.5 1641.0 11990.5 3218.5 0 1678.2 4832.6 -3154.4 12054.6 -673.7 11380.9 587.4 786.2 10007.3
1982 10697.5 1776.1 12473.6 3636.7 0 1444.3 5229.2 -3784.9 12325.4 -652.7 11672.7 600.6 803.9 10268.2
1983 11501.1 1758.9 13260.0 3921.2 0 1535.0 5874.0 -4339.0 12842.2 -835.1 12007.1 625.8 837.6 10543.7
Keterangan: Khusus PNN tahun 1983, merupakan angka diperbaiki
*). Residual
Sumber : Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 1988/1989; Biro Pusat Statistik,
Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tabel V.92.
150
Tabel 4b : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1983-1993
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983 )
Konsumsi Perdagangan Luar Negeri Pajak
Pbt'kan Peru- Penda- Tidak
Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN
Tangga rintah Domestik Stok*) Netto sung sutan
Bruto Netto
1983 47063.0 8077.3 55140.3 19467.9 2847.0 19846.1 19625.0 221.1 77676.3 -3283.1 74393.2 2450.8 3883.8 68058.6
1984 48942.2 8353.0 57295.2 18296.5 4325.3 21144.9 18151.2 2993.7 82910.7 -3821.7 79089.0 2653.0 4145.5 72290.5
1985 49448.0 8991.2 58439.2 19615.8 6518.5 19494.7 19109.1 385.6 84959.1 -3846.1 81113.0 3024.3 4248.0 73840.7
1986 50530.0 9241.3 59771.3 21421.7 6265.9 22460.3 19905.6 2554.7 90013.6 -3802.2 86211.4 3445.4 4500.7 78265.3
1987 52200.4 9225.7 61426.1 22596.8 4835.7 25742.4 20298.8 5443.6 94302.2 -4247.8 90054.4 4550.1 4715.1 80789.2
1988 54225.0 9924.3 64149.3 25200.9 1119.9 26015.5 16504.2 9511.3 99981.4 -3481.7 96499.7 6355.2 4996.2 85148.3
1989 56475.7 10965.3 67441.0 28568.1 1417.2 28733.2 18722.9 10010.3 107436.6 -3710.6 103726.0 7997.1 5362.6 90366.3
1990 62053.2 11317.3 73370.5 32731.5 3302.8 28862.8 23050.3 5812.5 115217.3 -4231.0 110986.3 8112.5 5642.9 97230.9
1991 66584.0 12112.7 78696.7 34867.2 1989.6 34600.8 26929.1 7671.7 123225.2 -4435.6 118789.6 8123.6 6161.0 104505.0
1992 68484.5 12819.0 81303.5 36589.3 2314.2 39674.8 28697.0 10977.8 131184.8 -4955.7 126229.1 8945.6 6557.8 110725.7
Keterangan: Tahun 1983 s/d 1987 dan tahun 1991, adalah angka diperbaiki (revised figures)
Tahun 1992 adalah angka sementara (Preliminary figures )
Tahun 1993 adalah angka sangat sementara (Very preliminary figures )
*). Sisa (residual)
Sumber: Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 1988/1989; Biro Pusat Statistik,
Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun: 1983-1988 dan Tahun 1998-1993.
151
Tabel 4c : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1993-1997
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )
Konsumsi Perdagangan Luar Negeri Pajak
Pbt'kan Peru- Penda- Tidak
Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN
Tangga rintah Domestik Stok*) Netto sung sutan
Bruto Netto
1993 192958.4 29756.7 222715.1 86667.3 10545.5 88230.9 78383.0 9847.9 329775.8 -12552.6 317223.2 21171.1 16488.8 279563.3
1994 208062.1 30442.6 238504.7 98589.0 14836.0 97002.1 94291.0 2711.1 354640.8 -9729.8 344911.0 23105.9 17732.0 304073.1
1995 234245.4 30850.6 265096.0 112386.4 15852.7 104491.8 114034.6 -9542.8 383792.3 -11923.8 371868.5 23209.6 19189.6 329469.3
1996 259719.2 31681.4 291400.6 128698.6 3791.1 112391.4 121862.6 -9471.2 414419.1 -12486.8 401932.3 22173.2 20720.9 359038.2
1997 273592.5 31739.5 305332.0 134033.5 4733.1 119445.0 129858.4 -10413.4 433685.2 -14093.8 419591.4 21000.8 21684.3 376906.3
Keterangan: Tahun 1996 adalah angka sementara (Preliminary figures )
Tahun 1997 adalah angka sangat sementara (Very preliminary figures )
*). Sisa (residual)
Sumber: Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.
152
Tabel 5a : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )
Konsumsi Perdagangan Luar Negeri Pajak Pbt'kan Peru- Penda- Tidak
Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN Tangga rintah Domestik Stok Netto sung sutan
Bruto Netto
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) = (2)+(3) = (7)-(8) = (4)+(5)+(6)+(10) = (11)+(12) = (13)-(14)-(15)
= (4)-(3) = (11)-(5)-(10)-(6) = (7)-(8) = (13)-(11) = (13)-(14)-(16)
1969 3791.5 414.0 4205.5 537.8 0 746.0 668.8 77.2 4820.5 -55.0 4765.5 234.1 313.3 4218.11970 3904.6 483.9 4388.5 715.3 0 834.0 755.8 78.2 5182.0 -70.2 5111.8 251.7 336.8 4523.31971 4088.0 518.3 4606.3 866.9 0 942.7 871.2 71.5 5544.7 -94.8 5449.9 271.9 360.3 4817.71972 4323.5 560.9 4884.4 1032.0 0 1143.3 992.6 150.7 6067.1 -183.9 5883.2 294.5 394.2 5194.51973 4804.1 716.0 5520.1 1208.0 0 1356.1 1330.8 25.3 6753.4 -245.4 6508.0 328.0 439.0 5741.01974 5502.1 641.0 6143.1 1440.0 0 1445.0 1759.1 -314.1 7269.0 -378.3 6890.7 351.7 472.5 6066.51975 5699.2 835.5 6534.7 1650.2 0 1410.1 1964.2 -554.1 7630.8 -389.0 7241.8 370.6 496.0 6375.21976 6153.5 896.7 7050.2 1749.2 0 1650.2 2293.3 -643.1 8156.3 -314.1 7842.2 399.1 530.8 6912.31977 6399.6 1044.4 7444.0 2027.2 0 1805.8 2395.3 -589.5 8881.7 -420.1 8461.6 430.8 576.6 7454.21978 6879.5 1228.2 8107.7 2332.9 0 1824.3 2698.4 -874.1 9566.5 -493.2 9073.3 466.2 624.0 7983.11979 7865.8 1345.0 9210.8 2436.0 0 1822.0 3303.9 -1481.9 10164.9 -649.2 9515.7 495.7 663.5 8356.51980 8867.7 1489.6 10357.3 2896.0 0 1719.3 3823.4 -2104.1 11149.2 -758.7 10390.5 544.3 728.5 9117.71981 10349.5 1641.0 11990.5 3218.5 0 1678.2 4832.6 -3154.4 12054.6 -673.7 11380.9 587.4 786.2 10007.31982 10697.5 1776.1 12473.6 3636.7 0 1444.3 5229.2 -3784.9 12325.4 -652.7 11672.7 600.6 803.9 10268.21983 11501.1 1758.9 13260.0 3921.2 0 1535.0 5874.0 -4339.0 12842.2 -835.1 12007.1 625.8 837.6 10543.71984 11960.3 1818.9 13778.2 3685.3 0 1635.5 5432.9 -3797.4 13707.6 -942.6 12765.0 677.4 888.3 11199.31985 12083.9 1957.9 14053.3 3951.0 0 1507.8 5719.6 -4211.8 14046.3 -954.6 13091.7 772.2 880.0 11439.51986 12348.4 2012.4 14373.7 4314.7 0 1737.2 5958.0 -4220.8 14881.9 -967.4 13914.6 879.8 909.9 12124.91987 12756.6 2009.0 14771.6 4551.4 0 1991.1 6075.7 -4084.6 15591.0 -1056.1 14534.8 1161.8 857.0 12515.91988 13251.3 2161.1 15426.5 5075.9 0 2012.2 4939.9 -2927.7 16529.9 -954.8 15575.1 1622.8 761.1 13191.31989 13801.3 2387.8 16218.0 5754.2 0 2222.4 5604.0 -3381.6 17762.5 -1021.0 16741.4 2042.0 699.8 13999.61990 15164.4 2464.4 17644.0 6592.7 0 2232.4 6899.2 -4666.8 19048.8 -1135.6 17913.2 2071.5 778.7 15063.11991 16271.6 2637.6 18924.8 7022.9 0 2676.2 8060.2 -5384.0 20372.8 -1200.1 19172.7 2074.3 908.4 16190.01992 16736.0 2791.4 19551.7 7369.8 0 3068.7 8589.4 -5520.7 21688.7 -1315.3 20373.4 2284.2 935.5 17153.71993 17711.5 2793.8 20514.1 7789.1 0 3271.5 8970.5 -5699.0 23097.7 -1542.2 21555.5 2456.7 980.7 18118.11994 19097.9 2858.2 21968.5 8860.5 0 3596.7 10791.1 -7194.4 24839.3 -1402.4 23436.9 2681.2 1049.1 19706.51995 21501.2 2896.5 24417.8 10100.6 0 3874.4 13050.6 -9176.2 26881.0 -1612.4 25268.7 2693.2 1223.0 21352.41996 23839.4 2974.5 26840.7 11566.6 0 4167.3 13946.5 -9779.2 29026.2 -1714.6 27311.5 2573.0 1469.8 23268.81997 25112.8 2980.0 28123.9 12046.1 0 4428.9 14861.6 -10432.7 30375.6 -1864.1 28511.5 2436.9 1647.8 24426.8
Sumber : Diolah oleh penulis dari Republik Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1988/1989; Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia
( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 1983-1988, Tahun 1988-1993 dan Tahun 1994-1997, Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.
153
Tabel 5b : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983 )
Konsumsi Perdagangan Luar Negeri Pajak Pbt'kan Peru- Penda- Tidak
Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN Tangga rintah Domestik Stok Netto sung sutan
Bruto Netto
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) = (2)+(3) = (7)-(8) = (4)+(5)+(6)+(10) = (11)+(12) = (13)-(14)-(15)
= (4)-(3) = (11)-(5)-(10)-(6) = (7)-(8) = (13)-(11) = (13)-(14)-(16)
1969 15515.0 1901.2 17488.1 2670.1 0 9645.1 2234.5 7410.6 29156.9 369.0 29525.9 916.8 1381.7 27227.41970 15977.8 2222.2 18249.1 3551.3 0 10782.8 2525.1 8257.7 31343.4 328.1 31671.5 985.7 1488.3 29197.51971 16728.3 2380.2 19154.8 4304.0 0 12188.2 2910.7 9277.5 33537.2 229.1 33766.3 1064.8 1603.7 31097.81972 17691.9 2575.8 20311.3 5123.7 0 14781.8 3316.3 11465.5 36697.0 -246.0 36450.9 1153.3 1767.6 33530.01973 19658.6 3288.0 22954.7 5997.5 0 17533.1 4446.2 13086.9 40848.1 -526.0 40322.1 1284.5 1979.9 37057.61974 22514.8 2943.6 25545.4 7149.3 0 18682.5 5877.1 12805.3 43966.7 -1273.5 42693.2 1377.4 2157.1 39158.71975 23321.4 3836.8 27173.9 8192.9 0 18231.3 6562.4 11668.9 46155.0 -1286.5 44868.5 1451.4 2265.8 41151.31976 25180.4 4117.9 29317.5 8684.4 0 21335.5 7661.9 13673.6 49333.5 -745.1 48588.4 1563.0 2407.2 44618.31977 26187.4 4796.1 30955.1 10064.6 0 23347.3 8002.7 15344.6 53721.1 -1295.0 52426.1 1687.1 2622.8 48116.21978 28151.2 5640.2 33715.0 11582.3 0 23586.5 9015.3 14571.1 57863.2 -1647.1 56216.1 1825.8 2860.1 51530.21979 32187.2 6176.6 38302.1 12094.2 0 23556.7 11038.3 12518.4 61482.6 -2525.5 58957.1 1941.3 3075.3 53940.41980 36287.0 6840.6 43069.7 14378.0 0 22228.9 12774.0 9455.0 67436.2 -3059.0 64377.1 2131.6 3391.6 58853.91981 42350.6 7535.9 49861.2 15979.1 0 21697.5 16145.7 5551.9 72912.5 -2399.1 70513.4 2300.4 3616.8 64596.21982 43774.6 8156.3 51870.1 18055.4 0 18673.4 17470.7 1202.7 74550.4 -2229.1 72321.3 2352.1 3689.0 66280.31983 47063.0 8077.3 55140.3 19467.9 0 19846.1 19625.0 221.1 77676.3 -3283.1 74393.2 2450.8 3883.8 68058.61984 48942.2 8353.0 57295.2 18296.5 4325.3 21144.9 18151.2 2993.7 82910.7 -3821.7 79089.0 2653.0 4145.5 72290.51985 49448.0 8991.2 58439.2 19615.8 6518.5 19494.7 19109.1 385.6 84959.1 -3846.1 81113.0 3024.3 4248.0 73840.71986 50530.0 9241.3 59771.3 21421.7 6265.9 22460.3 19905.6 2554.7 90013.6 -3802.2 86211.4 3445.4 4500.7 78265.31987 52200.4 9225.7 61426.1 22596.8 4835.7 25742.4 20298.8 5443.6 94302.2 -4247.8 90054.4 4550.1 4715.1 80789.21988 54225.0 9924.3 64149.3 25200.9 1119.9 26015.5 16504.2 9511.3 99981.4 -3481.7 96499.7 6355.2 4996.2 85148.31989 56475.7 10965.3 67441.0 28568.1 1417.2 28733.2 18722.9 10010.3 107436.6 -3710.6 103726.0 7997.1 5362.6 90366.31990 62053.2 11317.3 73370.5 32731.5 3302.8 28862.8 23050.3 5812.5 115217.3 -4231.0 110986.3 8112.5 5642.9 97230.91991 66584.0 12112.7 78696.7 34867.2 1989.6 34600.8 26929.1 7671.7 123225.2 -4435.6 118789.6 8123.6 6161.0 104505.01992 68484.5 12819.0 81303.5 36589.3 2314.2 39674.8 28697.0 10977.8 131184.8 -4955.7 126229.1 8945.6 6557.8 110725.71993 72476.4 12829.7 85305.9 38671.2 3403.7 42296.8 29970.5 12326.3 139707.1 -6154.1 133553.0 9621.0 6981.4 116950.61994 78149.4 13125.4 91353.8 43990.7 4788.5 46501.6 36053.1 10448.5 150241.0 -5031.2 145209.7 10500.3 7505.6 127203.91995 87984.0 13301.3 101539.0 50147.1 5116.7 50092.1 43602.2 6489.8 162590.8 -6031.8 156559.0 10547.4 8183.7 137827.91996 97552.1 13659.5 111614.4 57425.7 1223.6 53879.0 46595.3 7283.7 175565.6 -6349.5 169216.1 10076.4 8942.1 150197.61997 102763.0 13684.6 116950.5 59806.1 1527.7 57260.5 49652.6 7607.8 183727.6 -7076.9 176650.7 9543.6 9434.7 157672.4
Sumber : Diolah oleh penulis dari Republik Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1988/1989; Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia
( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 1983-1988, Tahun 1988-1993 dan Tahun 1994-1997, Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.
154
Tabel 5c : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )
Konsumsi Perdagangan Luar Negeri Pajak Pbt'kan Peru- Penda- Tidak
Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN Tangga rintah Domestik Stok Netto sung sutan
Bruto Netto
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) = (2)+(3) = (7)-(8) = (4)+(5)+(6)+(10) = (11)+(12) = (13)-(14)-(15)
= (4)-(3) = (11)-(5)-(10)-(6) = (7)-(8) = (13)-(11) = (13)-(14)-(16)
1969 41306.6 4409.5 45657.7 5984.0 0 20119.6 5843.9 14275.7 68824.2 1307.5 70131.8 2017.4 3028.8 65085.51970 42538.8 5154.1 47644.4 7959.0 0 22492.9 6604.1 15888.9 73985.5 1242.6 75228.1 2169.1 3264.2 69794.81971 44536.8 5520.5 50009.0 9645.8 0 25424.6 7612.4 17812.2 79163.9 1039.8 80203.8 2343.2 3523.2 74337.41972 47102.5 5974.2 53028.3 11482.8 0 30834.7 8673.2 22161.6 86622.5 -42.0 86580.5 2537.9 3891.1 80151.41973 52338.4 7626.2 59929.8 13441.1 0 36573.9 11628.3 24945.6 96421.1 -645.7 95775.4 2826.6 4364.8 88584.01974 59942.8 6827.3 66693.5 16022.5 0 38971.6 15370.7 23600.8 103782.5 -2375.1 101407.4 3030.9 4770.1 93606.41975 62090.1 8899.0 70945.0 18361.3 0 38030.3 17162.8 20867.5 108948.1 -2373.7 106574.4 3193.8 5010.9 98369.71976 67039.5 9550.8 76541.6 19462.9 0 44505.8 20038.5 24467.3 116450.8 -1040.6 115410.2 3439.4 5313.7 106657.21977 69720.6 11124.0 80817.0 22556.1 0 48702.3 20929.7 27772.6 126807.7 -2282.0 124525.6 3712.5 5794.4 115018.71978 74948.9 13081.6 88022.5 25957.6 0 49201.3 23578.2 25623.1 136584.8 -3057.1 133527.8 4017.6 6330.5 123179.71979 85694.2 14325.7 99998.5 27104.7 0 49139.2 28868.9 20270.3 145128.4 -5090.1 140038.4 4271.8 6825.3 128941.31980 96609.4 15865.8 112445.7 32223.0 0 46369.4 33408.2 12961.2 159181.7 -6269.3 152912.4 4690.7 7535.1 140686.61981 112753.0 17478.4 130176.8 35811.4 0 45261.0 42226.4 3034.5 172108.5 -4620.8 167487.7 5062.1 8012.4 154413.21982 116544.3 18917.4 135421.6 40464.6 0 38952.7 45691.9 -6739.2 175974.8 -4192.8 171782.0 5175.8 8167.2 158438.91983 125299.1 18734.2 143959.3 43630.2 0 41398.9 51326.0 -9927.2 183353.3 -6650.1 176703.2 5393.0 8620.3 162689.91984 130302.2 19373.6 149585.3 41004.9 13400.8 44108.1 47471.5 -3363.4 195709.0 -7852.0 187857.0 5838.0 9213.0 172806.01985 131648.8 20853.8 152572.0 43961.6 20195.9 40665.8 49976.8 -9310.9 200544.2 -7879.7 192664.5 6655.0 9497.8 176511.71986 134529.5 21433.9 156049.8 48008.9 19413.3 46852.1 52059.9 -5207.8 212475.3 -7700.7 204774.6 7581.6 10104.5 187088.41987 138976.7 21397.7 160370.2 50642.4 14982.2 53698.5 53088.2 610.3 222598.4 -8695.8 213902.7 10012.5 10768.5 193121.71988 144367.0 23018.0 167479.8 56478.6 3469.7 54268.2 43164.1 11104.1 236004.1 -6792.1 229212.0 13984.7 11685.4 203541.81989 150359.2 25432.5 176073.7 64024.9 4390.8 59937.3 48966.7 10970.6 253601.9 -7225.6 246376.3 17597.7 12763.5 216015.11990 165208.5 26248.9 191554.4 73355.6 10232.9 60207.6 60284.3 -76.7 271968.1 -8346.7 263621.4 17851.6 13345.2 232424.61991 177271.2 28093.7 205459.9 78142.0 6164.3 72177.1 70428.7 1748.4 290870.6 -8714.3 282156.3 17876.1 14467.4 249812.81992 182331.0 29731.9 212265.7 82001.5 7170.0 82761.4 75052.4 7709.1 309659.1 -9832.1 299827.0 19684.9 15459.1 264683.11993 192958.4 29756.7 222715.1 86667.3 10545.5 88230.9 78383.0 9847.9 329775.8 -12552.6 317223.2 21171.1 16488.8 279563.31994 208062.1 30442.6 238504.7 98589.0 14836.0 97002.1 94291.0 2711.1 354640.8 -9729.8 344911.0 23105.9 17732.0 304073.11995 234245.4 30850.6 265096.0 112386.4 15852.7 104491.8 114034.6 -9542.8 383792.3 -11923.8 371868.5 23209.6 19189.6 329469.31996 259719.2 31681.4 291400.6 128698.6 3791.1 112391.4 121862.6 -9471.2 414419.1 -12486.8 401932.3 22173.2 20720.9 359038.21997 273592.5 31739.5 305332.0 134033.5 4733.1 119445.0 129858.4 -10413.4 433685.2 -14093.8 419591.4 21000.8 21684.3 376906.3
Sumber : Diolah oleh penulis dari Republik Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1988/1989; Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia
( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 1983-1988, Tahun 1988-1993 dan Tahun 1994-1997, Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.
155
Tabel 6a : AGREGATIF MAKRO EKONOMI INDONESIA, TAHUN 1969-1997
Tahun Indeks AP C AP S COR ICOR P ertum-MP S MP C MultiplierStock P erubahan Modal Inves tas i P enda- Kurs P endudukAngkatan P ekerja Tingkat Bunga
Implis it buhan Modal Stock P roduktif Netto patan Dollar Kerja Inves tas i (%)
P DB Ekonomi Modal Dispos ible(1973=100) (= Inves tas i) (J uta J iwa)(J uta J iwa )(J uta J iwa) No minal Riil
1969 56 .384 0 .872 0 .128 0 .112 0 .112 0 0 0 8 .963 537.8 537.8 224 .5 224 .5 3984 .0 385 115 38 .3 34 .6 12 .06 21.39
1970 62 .486 0 .847 0 .153 0 .138 1.979 0 .075 0 .148 0 .852 2 .037 10253 .6 715.3 9916 .8 378 .5 4271.6 381 118 39 .8 36 .1 12 .18 19 .49
1971 66 .225 0 .831 0 .169 0 .156 2 .390 0 .070 0 .167 0 .833 2 .392 13252 .6 866 .9 12892 .3 506 .6 4545.8 418 120 41.3 37.6 12 .30 18 .57
1972 75.225 0 .805 0 .195 0 .170 1.975 0 .094 0 .186 0 .814 3 .164 11985.5 1032 .0 11591.3 637.8 4900 .0 414 123 42 .6 39 .4 13 .50 17.95
1973 100 .000 0 .817 0 .183 0 .179 1.760 0 .113 0 .199 0 .801 3 .899 11887.1 1208 .0 11448 .1 769 .0 5413 .0 418 126 44 41.2 12 .90 12 .90
1974 147.310 0 .845 0 .155 0 .198 2 .793 0 .076 0 .213 0 .787 2 .222 20301.3 1440 .0 19828 .8 967.5 5714 .8 432 129 45.4 43 .2 11.40 7.74
1975 165.677 0 .856 0 .144 0 .216 4 .561 0 .050 0 .227 0 .773 1.721 34804 .7 1650 .2 34308 .7 1154 .2 6004 .6 421 132 46 .9 45.2 13 .40 8 .09
1976 189 .629 0 .864 0 .136 0 .214 3 .329 0 .069 0 .229 0 .771 5.308 27149 .4 1749 .2 26618 .6 1218 .4 6513 .2 421 135 48 .4 47.3 14 .20 7.49
1977 214 .295 0 .838 0 .162 0 .228 2 .795 0 .089 0 .249 0 .751 2 .609 24820 .8 2027.2 24244 .2 1450 .6 7023 .4 421 138 49 .4 48 .3 7.20 3 .36
1978 237.767 0 .848 0 .152 0 .244 3 .407 0 .077 0 .263 0 .737 2 .240 32590 .1 2332 .9 31966 .1 1708 .9 7516 .9 634 142 50 .4 49 .4 7.30 3 .07
1979 315.059 0 .906 0 .094 0 .240 4 .071 0 .063 0 .255 0 .745 5.804 41379 .8 2436 .0 40716 .3 1772 .5 7860 .8 632 144 51.4 50 .5 13 .20 4 .19
1980 407.614 0 .929 0 .071 0 .260 2 .942 0 .097 0 .285 0 .715 2 .140 32803 .1 2896 .0 32074 .6 2167.5 8573 .4 634 148 52 .4 51.6 12 .90 3 .16
1981 448 .186 0 .995 0 .005 0 .267 3 .555 0 .081 0 .289 0 .711 2 .807 42851.5 3218 .5 42065.3 2432 .3 9419 .9 643 151 54 .5 53 .6 16 .30 3 .64
1982 483 .819 1.012 -0 .012 0 .295 13 .429 0 .022 0 .302 0 .698 0 .648 165523 .6 3636 .7 164719 .7 2832 .8 9667.6 692 155 56 .7 55.7 17.20 3 .56
1983 604 .852 1.033 -0 .033 0 .305 7.587 0 .042 0 .318 0 .682 1.817 97439 .7 3921.2 96602 .1 3083 .6 9917.9 995 158 59 57.8 13 .20 2 .18
1984 654 .748 1.005 -0 .005 0 .269 4 .258 0 .067 0 .287 0 .713 -3 .668 58372 .9 3685.3 57484 .7 2797.0 10521.9 1075 161 61.4 59 .4 18 .60 2 .84
1985 689 .509 1.001 -0 .001 0 .281 11.666 0 .025 0 .288 0 .712 1.274 163870 .6 3951.0 162990 .6 3071.0 10667.2 1130 164 63 .8 62 .5 10 .30 1.49
1986 689 .064 0 .966 0 .034 0 .290 5.163 0 .059 0 .307 0 .693 2 .297 76839 .4 4314 .7 75929 .5 3404 .9 11245.2 1649 167 70 .2 68 .3 13 .00 1.89
1987 798 .789 0 .947 0 .053 0 .292 6 .419 0 .048 0 .306 0 .694 2 .996 100081.3 4551.4 99224 .3 3694 .4 11354 .1 1655 171 72 .3 70 .2 14 .50 1.82
1988 859 .684 0 .933 0 .067 0 .307 5.406 0 .060 0 .326 0 .674 1.790 89361.0 5075.9 88599 .9 4314 .9 11568 .5 1737 173 74 .4 72 .1 15.86 1.84
1989 941.225 0 .913 0 .087 0 .324 4 .668 0 .075 0 .348 0 .652 1.817 82922 .8 5754 .2 82223 .1 5054 .4 11957.6 1805 175 76 .7 74 .1 17.35 1.84
1990 1026 .819 0 .926 0 .074 0 .346 5.125 0 .072 0 .371 0 .629 1.534 97625.8 6592 .7 96847.2 5814 .1 12991.6 1905 178 78 .9 76 .1 18 .97 1.85
1991 1116 .441 0 .929 0 .071 0 .345 5.305 0 .070 0 .369 0 .631 3 .078 108068 .2 7022 .9 107159 .8 6114 .5 14115.7 1997 181 81.3 78 .2 21.17 1.90
1992 1198 .246 0 .901 0 .099 0 .340 5.600 0 .065 0 .362 0 .638 3 .794 121463 .6 7369 .8 120528 .1 6434 .3 14869 .5 2074 185 83 .7 80 .4 20 .17 1.68
1993 1427.743 0 .888 0 .112 0 .337 5.528 0 .065 0 .359 0 .641 3 .360 127690 .6 7789 .1 126709 .9 6808 .4 15661.4 2118 188 86 .2 82 .5 18 .64 1.31
1994 1538 .772 0 .884 0 .116 0 .357 5.088 0 .075 0 .384 0 .616 1.625 126374 .9 8860 .5 125325.7 7811.4 17025.3 2205 191 88 .8 84 .8 16 .53 1.07
1995 1690 .835 0 .908 0 .092 0 .376 4 .947 0 .082 0 .407 0 .593 1.647 132978 .4 10100 .6 131755.4 8877.6 18659 .2 2305 194 91.4 87.1 17.09 1.01
1996 1835.002 0 .925 0 .075 0 .398 5.392 0 .080 0 .430 0 .570 1.463 156510 .7 11566 .6 155040 .9 10096 .8 20695.8 2385 197 94 .1 89 .5 17.30 0 .94
1997 2055.392 0 .926 0 .074 0 .397 8 .927 0 .046 0 .415 0 .585 2 .814 271160 .3 12046 .1 269512 .6 10398 .3 21989 .8 5700 200 96 .9 91.9 17.09 0 .83
Sumber : Diolah oleh penulis dari Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), berbagai tahun penerbitan; Bank Indonesia,
Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, berbagai tahun penerbitan, dan Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.
156
Tabel 6b : AGREGATIF MAKRO EKONOMI INDONESIA, TAHUN 1969-1997
Tahun Indeks AP C AP S COR ICOR P ertum-MP S MP C MultiplierStock P erubahan Modal Inves tas i P enda- Kurs P endudukAngkatan P ekerja Tingkat Bunga
Implis it buhan Modal Stock P roduktif Netto patan Dollar Kerja Inves tas i (%)
P DB Ekonomi Modal Dispos ible(1983=100) (= Inves tas i) (J uta J iwa)(J uta J iwa )(J uta J iwa) No minal Riil
1969 9 .322 0 .600 0 .400 0 .092 0 .092 0 0 0 10 .920 2670 .1 2670 .1 1288 .4 1288 .4 26310 .6 385 115 38 .3 34 .6 12 .06 129 .37
1970 10 .331 0 .582 0 .418 0 .113 1.624 0 .075 0 .122 0 .878 2 .481 50907.0 3551.3 49418 .7 2063 .0 28211.8 381 118 39 .8 36 .1 12 .18 117.90
1971 10 .949 0 .571 0 .429 0 .128 1.962 0 .070 0 .137 0 .863 2 .915 65796 .0 4304 .0 64192 .3 2700 .3 30033 .0 418 120 41.3 37.6 12 .30 112 .34
1972 12 .437 0 .553 0 .447 0 .140 1.622 0 .094 0 .153 0 .847 3 .855 59505.6 5123 .7 57738 .0 3356 .1 32376 .7 414 123 42 .6 39 .4 13 .50 108 .55
1973 16 .533 0 .562 0 .438 0 .147 1.445 0 .113 0 .163 0 .837 4 .751 59016 .8 5997.5 57036 .9 4017.6 35773 .1 418 126 44 41.2 12 .90 78 .03
1974 24 .355 0 .581 0 .419 0 .163 2 .292 0 .076 0 .175 0 .825 2 .708 100791.6 7149 .3 98634 .5 4992 .2 37781.3 432 129 45.4 43 .2 11.40 46 .81
1975 27.391 0 .589 0 .411 0 .178 3 .744 0 .050 0 .186 0 .814 2 .097 172797.8 8192 .9 170532 .0 5927.1 39700 .0 421 132 46 .9 45.2 13 .40 48 .92
1976 31.351 0 .594 0 .406 0 .176 2 .732 0 .069 0 .188 0 .812 6 .467 134790 .7 8684 .4 132383 .5 6277.2 43055.3 421 135 48 .4 47.3 14 .20 45.29
1977 35.429 0 .576 0 .424 0 .187 2 .294 0 .089 0 .204 0 .796 3 .179 123229 .7 10064 .6 120606 .8 7441.8 46429 .0 421 138 49 .4 48 .3 7.20 20 .32
1978 39 .310 0 .583 0 .417 0 .200 2 .796 0 .077 0 .216 0 .784 2 .729 161802 .6 11582 .3 158942 .5 8722 .2 49704 .4 634 142 50 .4 49 .4 7.30 18 .57
1979 52 .089 0 .623 0 .377 0 .197 3 .341 0 .063 0 .209 0 .791 7.071 205441.9 12094 .2 202366 .5 9018 .9 51999 .1 632 144 51.4 50 .5 13 .20 25.34
1980 67.391 0 .639 0 .361 0 .213 2 .415 0 .097 0 .234 0 .766 2 .607 162860 .2 14378 .0 159468 .6 10986 .4 56722 .3 634 148 52 .4 51.6 12 .90 19 .14
1981 74 .098 0 .684 0 .316 0 .219 2 .918 0 .081 0 .237 0 .763 3 .420 212748 .2 15979 .1 209131.4 12362 .3 62295.8 643 151 54 .5 53 .6 16 .30 22 .00
1982 79 .990 0 .696 0 .304 0 .242 11.023 0 .022 0 .248 0 .752 0 .789 821788 .3 18055.4 818099 .3 14366 .5 63928 .2 692 155 56 .7 55.7 17.20 21.50
1983 100 .000 0 .710 0 .290 0 .251 6 .228 0 .042 0 .261 0 .739 2 .213 483766 .8 19467.9 479883 .0 15584 .1 65607.8 995 158 59 57.8 13 .20 13 .20
1984 108 .249 0 .691 0 .309 0 .221 3 .495 0 .067 0 .236 0 .764 -4 .468 289808 .9 18296 .5 285663 .4 14151.0 69637.5 1075 161 61.4 59 .4 18 .60 17.18
1985 113 .996 0 .688 0 .312 0 .231 9 .576 0 .025 0 .237 0 .763 1.553 813581.7 19615.8 809333 .7 15367.8 70816 .4 1130 164 63 .8 62 .5 10 .30 9 .04
1986 113 .923 0 .664 0 .336 0 .238 4 .238 0 .059 0 .252 0 .748 2 .799 381490 .6 21421.7 376989 .9 16921.0 74819 .9 1649 167 70 .2 68 .3 13 .00 11.41
1987 132 .064 0 .651 0 .349 0 .240 5.269 0 .048 0 .251 0 .749 3 .650 496882 .0 22596 .8 492166 .9 17881.7 76239 .1 1655 171 72 .3 70 .2 14 .50 10 .98
1988 142 .131 0 .642 0 .358 0 .252 4 .437 0 .060 0 .267 0 .733 2 .181 443657.8 25200 .9 438661.6 20204 .7 78793 .1 1737 173 74 .4 72 .1 15.86 11.16
1989 155.612 0 .628 0 .372 0 .266 3 .832 0 .075 0 .286 0 .714 2 .214 411693 .8 28568 .1 406331.2 23205.5 82369 .2 1805 175 76 .7 74 .1 17.35 11.15
1990 169 .764 0 .637 0 .363 0 .284 4 .207 0 .072 0 .305 0 .695 1.869 484691.0 32731.5 479048 .1 27088 .6 89118 .4 1905 178 78 .9 76 .1 18 .97 11.17
1991 184 .581 0 .639 0 .361 0 .283 4 .354 0 .070 0 .303 0 .697 3 .750 536534 .9 34867.2 530373 .9 28706 .2 96381.4 1997 181 81.3 78 .2 21.17 11.47
1992 198 .106 0 .620 0 .380 0 .279 4 .597 0 .065 0 .297 0 .703 4 .622 603040 .4 36589 .3 596482 .6 30031.5 101780 .1 2074 185 83 .7 80 .4 20 .17 10 .18
1993 236 .048 0 .611 0 .389 0 .277 4 .538 0 .065 0 .295 0 .705 4 .094 633941.7 38671.2 626960 .3 31689 .8 107329 .6 2118 188 86 .2 82 .5 18 .64 7.90
1994 254 .404 0 .608 0 .392 0 .293 4 .176 0 .075 0 .315 0 .685 1.980 627423 .9 43990 .7 619918 .3 36485.1 116703 .6 2205 191 88 .8 84 .8 16 .53 6 .50
1995 279 .545 0 .625 0 .375 0 .308 4 .061 0 .082 0 .334 0 .666 2 .006 660209 .1 50147.1 652025.4 41963 .4 127280 .6 2305 194 91.4 87.1 17.09 6 .11
1996 303 .380 0 .636 0 .364 0 .327 4 .426 0 .080 0 .353 0 .647 1.783 777041.7 57425.7 768099 .6 48483 .6 140121.2 2385 197 94 .1 89 .5 17.30 5.70
1997 339 .817 0 .637 0 .363 0 .326 7.327 0 .046 0 .341 0 .659 3 .429 1346252 .5 59806 .1 1336817.9 50371.5 148128 .8 5700 200 96 .9 91.9 17.09 5.03
Sumber: Diolah oleh penulis dari Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), berbagai tahun penerbitan; Bank Indonesia,
Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, berbagai tahun penerbitan, dan Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.
157
Tabel 6c : AGREGATIF MAKRO EKONOMI INDONESIA, TAHUN 1969-1997
Tahun Indeks AP C AP S COR ICOR P ertum-MP S MP C MultiplierStock P erubahan Modal Inves tas i P enda- Kurs P endudukAngkatan P ekerja Tingkat Bunga
Implis it buhan Modal Stock P roduktif Netto patan Dollar Kerja Inves tas i (%)
P DB Ekonomi Modal Dispos ible(1993=100) (= Inves tas i) (J uta J iwa)(J uta J iwa )(J uta J iwa) No minal Riil
1969 3 .949 0 .663 0 .337 0 .087 0 .087 0 0 0 11.501 5984 .0 5984 .0 2955.1 2955.1 63068 .1 385 115 38 .3 34 .6 12 .06 305.38
1970 4 .377 0 .644 0 .356 0 .108 1.542 0 .075 0 .116 0 .884 2 .613 114089 .3 7959 .0 110825.1 4694 .7 67625.7 381 118 39 .8 36 .1 12 .18 278 .30
1971 4 .638 0 .632 0 .368 0 .122 1.863 0 .070 0 .130 0 .870 3 .070 147457.6 9645.8 143934 .4 6122 .6 71994 .2 418 120 41.3 37.6 12 .30 265.17
1972 5.269 0 .612 0 .388 0 .133 1.540 0 .094 0 .145 0 .855 4 .060 133359 .9 11482 .8 129468 .9 7591.7 77613 .5 414 123 42 .6 39 .4 13 .50 256 .22
1973 7.004 0 .622 0 .378 0 .139 1.372 0 .113 0 .155 0 .845 5.004 132264 .4 13441.1 127899 .7 9076 .3 85757.3 418 126 44 41.2 12 .90 184 .18
1974 10 .318 0 .643 0 .357 0 .154 2 .177 0 .076 0 .166 0 .834 2 .852 225887.4 16022 .5 221117.3 11252 .4 90575.6 432 129 45.4 43 .2 11.40 110 .49
1975 11.604 0 .651 0 .349 0 .169 3 .555 0 .050 0 .177 0 .823 2 .209 387262 .8 18361.3 382251.9 13350 .4 95176 .0 421 132 46 .9 45.2 13 .40 115.48
1976 13 .282 0 .657 0 .343 0 .167 2 .594 0 .069 0 .179 0 .821 6 .811 302084 .0 19462 .9 296770 .3 14149 .2 103217.8 421 135 48 .4 47.3 14 .20 106 .91
1977 15.009 0 .637 0 .363 0 .178 2 .178 0 .089 0 .194 0 .806 3 .348 276174 .0 22556 .1 270379 .7 16761.8 111306 .2 421 138 49 .4 48 .3 7.20 47.97
1978 16 .653 0 .644 0 .356 0 .190 2 .655 0 .077 0 .205 0 .795 2 .874 362621.2 25957.6 356290 .7 19627.1 119162 .1 634 142 50 .4 49 .4 7.30 43 .83
1979 22 .067 0 .689 0 .311 0 .187 3 .173 0 .063 0 .198 0 .802 7.448 460422 .5 27104 .7 453597.2 20279 .5 124669 .4 632 144 51.4 50 .5 13 .20 59 .82
1980 28 .550 0 .706 0 .294 0 .202 2 .293 0 .097 0 .222 0 .778 2 .746 364991.3 32223 .0 357456 .2 24687.9 135996 .0 634 148 52 .4 51.6 12 .90 45.18
1981 31.391 0 .756 0 .244 0 .208 2 .770 0 .081 0 .225 0 .775 3 .602 476797.0 35811.4 468784 .6 27799 .0 149351.1 643 151 54 .5 53 .6 16 .30 51.93
1982 33 .887 0 .770 0 .230 0 .230 10 .466 0 .022 0 .235 0 .765 0 .831 1841736 .7 40464 .6 1833569 .5 32297.4 153263 .1 692 155 56 .7 55.7 17.20 50 .76
1983 42 .364 0 .785 0 .215 0 .238 5.913 0 .042 0 .248 0 .752 2 .331 1084185.6 43630 .2 1075565.3 35009 .9 157296 .9 995 158 59 57.8 13 .20 31.16
1984 45.859 0 .764 0 .236 0 .210 3 .319 0 .067 0 .224 0 .776 -4 .706 649500 .0 41004 .9 640287.0 31791.9 166968 .1 1075 161 61.4 59 .4 18 .60 40 .56
1985 48 .294 0 .761 0 .239 0 .219 9 .092 0 .025 0 .225 0 .775 1.635 1823344 .7 43961.6 1813846 .9 34463 .8 169856 .7 1130 164 63 .8 62 .5 10 .30 21.33
1986 48 .263 0 .734 0 .266 0 .226 4 .024 0 .059 0 .239 0 .761 2 .948 854971.2 48008 .9 844866 .7 37904 .4 179506 .8 1649 167 70 .2 68 .3 13 .00 26 .94
1987 55.948 0 .720 0 .280 0 .228 5.003 0 .048 0 .238 0 .762 3 .844 1113578 .5 50642 .4 1102810 .0 39874 .0 183109 .1 1655 171 72 .3 70 .2 14 .50 25.92
1988 60 .213 0 .710 0 .290 0 .239 4 .213 0 .060 0 .254 0 .746 2 .297 994296 .1 56478 .6 982610 .6 44793 .1 189557.2 1737 173 74 .4 72 .1 15.86 26 .34
1989 65.924 0 .694 0 .306 0 .252 3 .638 0 .075 0 .271 0 .729 2 .332 922660 .5 64024 .9 909897.1 51261.5 198417.5 1805 175 76 .7 74 .1 17.35 26 .32
1990 71.919 0 .704 0 .296 0 .270 3 .994 0 .072 0 .289 0 .711 1.968 1086256 .9 73355.6 1072911.7 60010 .4 214572 .9 1905 178 78 .9 76 .1 18 .97 26 .38
1991 78 .196 0 .706 0 .294 0 .269 4 .134 0 .070 0 .287 0 .713 3 .949 # # # # # # # 78142 .0 1187978 .6 63674 .7 231936 .8 1997 181 81.3 78 .2 21.17 27.07
1992 83 .926 0 .685 0 .315 0 .265 4 .364 0 .065 0 .282 0 .718 4 .868 1351493 .6 82001.5 1336034 .5 66542 .4 244998 .2 2074 185 83 .7 80 .4 20 .17 24 .03
1993 100 .000 0 .675 0 .325 0 .263 4 .308 0 .065 0 .280 0 .720 4 .312 1420747.6 86667.3 1404258 .8 70178 .5 258392 .2 2118 188 86 .2 82 .5 18 .64 18 .64
1994 107.777 0 .673 0 .327 0 .278 3 .965 0 .075 0 .299 0 .701 2 .086 1406140 .4 98589 .0 # # # # # # # 80857.0 280967.2 2205 191 88 .8 84 .8 16 .53 15.34
1995 118 .427 0 .691 0 .309 0 .293 3 .855 0 .082 0 .317 0 .683 2 .113 1479616 .3 112386 .4 1460426 .7 93196 .8 306259 .7 2305 194 91.4 87.1 17.09 14 .43
1996 128 .525 0 .703 0 .297 0 .311 4 .202 0 .080 0 .335 0 .665 1.878 1741453 .8 128698 .6 1720732 .9 107977.7 336865.0 2385 197 94 .1 89 .5 17.30 13 .46
1997 143 .961 0 .704 0 .296 0 .309 6 .957 0 .046 0 .323 0 .677 3 .611 3017130 .9 134033 .5 # # # # # # # 112349 .2 355905.5 5700 200 96 .9 91.9 17.09 11.87
Sumber: Diolah oleh penulis dari Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), berbagai tahun penerbitan; Bank Indonesia,Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, berbagai tahun penerbitan, dan Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.
158
6. Pengolahan Data Ekonomi “Time Series Data”
Tahap pengolahan tersebut ditujukan untuk mendapatkan data yang bersifat baru
yang didasari dari data Realisasi ekonomi hasil publikasi pemerintah berupa Data
Ekonomi Nasional Murni yang dihimpun oleh Badan Resmi Pemerintah, antara lain
meliputi:
(1) Data Ekonomi Indonesia atas Dasar Harga Berlaku (current Price ) atau yang
mempunyai “Nilai Nominal”. Data tersebut antara lain: Balance of Payment and
International Trade, Years 1969/70-1997/98; Realisasi Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara, Tahun 1969/70-1997/98; Realisasi Penggunaan Produk Domestik
Bruto, Tahun 1969-1997.
(2) Data Ekonomi Indonesia atas Dasar Harga Konstan ( Constant Price ) Tahun Tertentu
atau yang data yang mempunyai “Nilai Riil”. Data tersebut antara lain berupa:
Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto, Tahun 1969-1983 ( 1973 = 100 );
Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto, Tahun 1969-1983 ( 1983 = 100 ) dan
Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto, Tahun 1969-1983 ( 1993 = 100 ).
Didasari dari data nominal dan data riil tersebut akan menghasilkan data baru sebagai
berikut:
1.1. Tabel 5a. Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto,
Tahun 1969-1997
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )
1.2. Tabel 5b. Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto,
Tahun 1969-1997
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983 )
1.3. Tabel 5c. Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto,
Tahun 1969-1997
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )
2.1. Tabel 6a. Agregatif Makro Ekonomi Indonesia, Tahun 1969-1997
2.2. Tabel 6b. Agregatif Makro Ekonomi Indonesia, Tahun 1969-1997
2.3. Tabel 6c. Agregatif Makro Ekonomi Indonesia, Tahun 1969-1997
159
3.1. Tabel 7a: IMPOR BARANG MODAL DI INDONESIA, TAHUN 1969-1997
(Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973)
3.2.Tabel 7b: IMPOR BARANG MODAL DI INDONESIA, TAHUN 1969-1997
(Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983)
3.3.Tabel 7c: IMPOR BARANG MODAL DI INDONESIA, TAHUN 1969-1997
(Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993)
4.1. Tabel 8a : PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA SEKTOR EKONOMI TERBUKA:
MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI, TAHUN 1969-1997
( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )
4.2. Tabel 8b : PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA SEKTOR EKONOMI TERBUKA:
MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI, TAHUN 1969-1997
( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983 )
4.3. Tabel 8c : PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA SEKTOR EKONOMI TERBUKA:
MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI, TAHUN 1969-1997
( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )
5.1. Tabel 9a: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973)
5.2. Tabel 9b: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983)
5.3. Tabel 9c: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993)
160
Tabel 7a: IMPOR BARANG MODAL DI INDONESIA, TAHUN 1969-1997
(Atas Dasar Harga Berlaku) (Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973)
Tahun
% M't Mt M't M't Mt % M't % M't
thd Mt thd Mt thd PDB
1969 0.2982 424.0 126.4 224.2 668.8 0.335289 0.046518
1970 0.3611 522.7 188.7 302.1 755.8 0.399663 0.058291
1971 0.3884 623.5 242.2 365.7 871.2 0.419733 0.065950
1972 0.4355 778.1 338.9 450.5 992.6 0.453821 0.074247
1973 0.4765 1330.8 634.1 634.1 1330.8 0.476500 0.093897
1974 0.3814 2318.3 884.2 600.2 1759.1 0.341213 0.082574
1975 0.4098 2811.6 1152.2 695.4 1964.2 0.354060 0.091137
1976 0.4091 3522.3 1441.0 759.9 2293.3 0.331353 0.093166
1977 0.4259 3864.5 1645.9 768.1 2395.3 0.320649 0.086476
1978 0.431 4742.0 2043.8 859.6 2698.4 0.318552 0.089853
1979 0.3544 7554.7 2677.4 849.8 3303.9 0.257213 0.083602
1980 0.3134 10079.8 3159.0 775.0 3823.4 0.202699 0.069512
1981 0.2851 13802.2 3935.0 878.0 4832.6 0.181680 0.072834
1982 0.3045 15681.7 4775.1 987.0 5229.2 0.188739 0.080075
1983 0.3134 19625.0 6150.5 1016.9 5874.0 0.173111 0.079181
1984 0.3534 19844.7 7013.1 1071.1 5432.9 0.197155 0.078140
1985 0.3503 19835.2 6948.3 1007.7 5719.6 0.176186 0.071742
1986 0.3508 21036.2 7379.5 1070.9 5958.0 0.179750 0.071963
1987 0.3589 27939.3 10027.4 1255.3 6075.7 0.206615 0.080516
1988 0.4605 31171.4 14354.4 1669.7 4939.9 0.338009 0.101013
1989 0.4225 38601.0 16308.9 1732.7 5604.0 0.309196 0.097550
1990 0.3588 50945.7 18279.3 1780.2 6899.2 0.258027 0.093454
1991 0.3204 61375.7 19664.8 1761.4 8060.2 0.218528 0.086457
1992 0.3137 70336.6 22064.6 1841.4 8589.4 0.214382 0.084902
1993 0.3134 78383.0 24565.2 1720.6 8970.5 0.191802 0.074491
1994 0.2718 96952.6 26351.7 1712.5 10791.1 0.158697 0.068944
1995 0.2344 125656.9 29454.0 1742.0 13050.6 0.133479 0.064803
1996 0.2288 140812.0 32217.8 1755.7 13946.5 0.125891 0.060488
1997 0.224 177897.6 39849.1 1938.8 14861.6 0.130454 0.063826
Sumber : Diolah oleh penulis dari BPS, Pendapatan Nasional Indonesia; Bank
Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia dan Indikator,
berbagai tahun penerbitan.
161
Tabel 7b: IMPOR BARANG MODAL DI INDONESIA, TAHUN 1969-1997
(Atas Dasar Harga Berlaku) (Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983)
Tahun
% M't Mt M't M't Mt % M't % M't
thd Mt thd Mt thd PDB
1969 0.2982 424.0 126.4 1356.3 2234.5 0.607006 0.046518
1970 0.3611 522.7 188.7 1827.0 2525.1 0.723547 0.058291
1971 0.3884 623.5 242.2 2211.8 2910.7 0.759883 0.065950
1972 0.4355 778.1 338.9 2724.6 3316.3 0.821596 0.074247
1973 0.4765 1330.8 634.1 3835.5 4446.2 0.862653 0.093897
1974 0.3814 2318.3 884.2 3630.5 5877.1 0.617731 0.082574
1975 0.4098 2811.6 1152.2 4206.4 6562.4 0.640989 0.091137
1976 0.4091 3522.3 1441.0 4596.2 7661.9 0.599879 0.093166
1977 0.4259 3864.5 1645.9 4645.6 8002.7 0.580501 0.086476
1978 0.431 4742.0 2043.8 5199.2 9015.3 0.576705 0.089853
1979 0.3544 7554.7 2677.4 5140.1 11038.3 0.465657 0.083602
1980 0.3134 10079.8 3159.0 4687.6 12774.0 0.366966 0.069512
1981 0.2851 13802.2 3935.0 5310.5 16145.7 0.328912 0.072834
1982 0.3045 15681.7 4775.1 5969.6 17470.7 0.341693 0.080075
1983 0.3134 19625.0 6150.5 6150.5 19625.0 0.313400 0.079181
1984 0.3534 19844.7 7013.1 6478.7 18151.2 0.356928 0.078140
1985 0.3503 19835.2 6948.3 6095.2 19109.1 0.318967 0.071742
1986 0.3508 21036.2 7379.5 6477.6 19905.6 0.325418 0.071963
1987 0.3589 27939.3 10027.4 7592.9 20298.8 0.374055 0.080516
1988 0.4605 31171.4 14354.4 10099.4 16504.2 0.611930 0.101013
1989 0.4225 38601.0 16308.9 10480.5 18722.9 0.559768 0.097550
1990 0.3588 50945.7 18279.3 10767.5 23050.3 0.467131 0.093454
1991 0.3204 61375.7 19664.8 10653.7 26929.1 0.395622 0.086457
1992 0.3137 70336.6 22064.6 11137.8 28697.0 0.388117 0.084902
1993 0.3134 78383.0 24565.2 10406.9 29970.5 0.347237 0.074491
1994 0.2718 96952.6 26351.7 10358.2 36053.1 0.287304 0.068944
1995 0.2344 125656.9 29454.0 10536.4 43602.2 0.241648 0.064803
1996 0.2288 140812.0 32217.8 10619.6 46595.3 0.227912 0.060488
1997 0.224 177897.6 39849.1 11726.6 49652.6 0.236173 0.063826
Sumber : Diolah oleh penulis dari BPS, Pendapatan Nasional Indonesia; Bank
Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia dan Indikator,
berbagai tahun penerbitan.
162
Tabel 7c: IMPOR BARANG MODAL DI INDONESIA, TAHUN 1969-1997
(Atas Dasar Harga Berlaku) (Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993)
Tahun
% M't Mt M't M't Mt % M't % M't
thd Mt thd Mt thd PDB
1969 0.2982 424.0 126.4 3201.6 5843.9 0.547855 0.046518
1970 0.3611 522.7 188.7 4312.7 6604.1 0.653039 0.058291
1971 0.3884 623.5 242.2 5220.8 7612.4 0.685834 0.065950
1972 0.4355 778.1 338.9 6431.4 8673.2 0.741533 0.074247
1973 0.4765 1330.8 634.1 9053.7 11628.3 0.778590 0.093897
1974 0.3814 2318.3 884.2 8569.7 15370.7 0.557535 0.082574
1975 0.4098 2811.6 1152.2 9929.1 17162.8 0.578526 0.091137
1976 0.4091 3522.3 1441.0 10849.3 20038.5 0.541422 0.093166
1977 0.4259 3864.5 1645.9 10965.8 20929.7 0.523933 0.086476
1978 0.431 4742.0 2043.8 12272.6 23578.2 0.520507 0.089853
1979 0.3544 7554.7 2677.4 12133.0 28868.9 0.420280 0.083602
1980 0.3134 10079.8 3159.0 11065.0 33408.2 0.331206 0.069512
1981 0.2851 13802.2 3935.0 12535.4 42226.4 0.296860 0.072834
1982 0.3045 15681.7 4775.1 14091.2 45691.9 0.308396 0.080075
1983 0.3134 19625.0 6150.5 14518.1 51326.0 0.282860 0.079181
1984 0.3534 19844.7 7013.1 15292.8 47471.5 0.322146 0.078140
1985 0.3503 19835.2 6948.3 14387.5 49976.8 0.287884 0.071742
1986 0.3508 21036.2 7379.5 15290.3 52059.9 0.293707 0.071963
1987 0.3589 27939.3 10027.4 17922.8 53088.2 0.337604 0.080516
1988 0.4605 31171.4 14354.4 23839.5 43164.1 0.552299 0.101013
1989 0.4225 38601.0 16308.9 24739.0 48966.7 0.505220 0.097550
1990 0.3588 50945.7 18279.3 25416.5 60284.3 0.421610 0.093454
1991 0.3204 61375.7 19664.8 25147.9 70428.7 0.357069 0.086457
1992 0.3137 70336.6 22064.6 26290.5 75052.4 0.350296 0.084902
1993 0.3134 78383.0 24565.2 24565.2 78383.0 0.313400 0.074491
1994 0.2718 96952.6 26351.7 24450.3 94291.0 0.259307 0.068944
1995 0.2344 125656.9 29454.0 24871.0 114034.6 0.218100 0.064803
1996 0.2288 140812.0 32217.8 25067.4 121862.6 0.205702 0.060488
1997 0.224 177897.6 39849.1 27680.5 129858.4 0.213159 0.063826
Sumber : Diolah oleh penulis dari BPS, Pendapatan Nasional Indonesia; Bank
Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia dan Indikator,
berbagai tahun penerbitan.
163
Tabel 8a : PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA SEKTOR EKONOMI TERBUKA:
MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI, TAHUN 1969-1997 ( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )
K o n s u m s i I n v e s t a s i L u a r N e g e r i T a b u n g a n
Rumah P emerintahJumlah MasyarakatP emerintahJumlah P eru- Ekspor Impor Impor Impor Ekspor P enda- MasyarakatP emerintahJumlah P ajak TakP enyusutanStock P roduk
Tangga bahan Non Barang Total Netto patan Langsung Modal Domestik
Stok Faktor Modal Netto Netto Bruto
Tahun Ch G Ct Ih Ig It Xt M"t M't Mt Xt-Mt Fi Sh Sg St T i Di Kt Yt
1969 3791.5 414.0 4205.5 328.5 209.3 537.8 0 746.0 444.6 224.2 668.8 77.2 -55.0 567.1 47.9 615.0 234.1 313.3 537.8 4820.5
1970 3904.6 483.9 4388.5 443.2 272.1 715.3 0 834.0 453.7 302.1 755.8 78.2 -70.2 702.3 91.2 793.5 251.7 336.8 10253.6 5182.0
1971 4088.0 518.3 4606.3 570.9 296.0 866.9 0 942.7 505.5 365.7 871.2 71.5 -94.8 819.1 119.3 938.4 271.9 360.3 13252.6 5544.7
1972 4323.5 560.9 4884.4 635.9 396.1 1032.0 0 1143.3 542.1 450.5 992.6 150.7 -183.9 979.3 203.4 1182.7 294.5 394.2 11985.5 6067.1
1973 4804.1 716.0 5520.1 757.0 451.0 1208.0 0 1356.1 696.7 634.1 1330.8 25.3 -245.4 978.3 255.0 1233.3 328.0 439.0 11887.1 6753.4
1974 5502.1 641.0 6143.1 787.0 653.0 1440.0 0 1445.0 1158.9 600.2 1759.1 -314.1 -378.3 624.9 501.0 1125.9 351.7 472.5 20301.3 7269.0
1975 5699.2 835.5 6534.7 806.4 843.8 1650.2 0 1410.1 1268.8 695.4 1964.2 -554.1 -389.0 548.0 548.1 1096.1 370.6 496.0 34804.7 7630.8
1976 6153.5 896.7 7050.2 665.5 1083.7 1749.2 0 1650.2 1533.4 759.9 2293.3 -643.1 -314.1 433.2 672.9 1106.1 399.1 530.8 27149.4 8156.3
1977 6399.6 1044.4 7444.0 1020.6 1006.6 2027.2 0 1805.8 1627.2 768.1 2395.3 -589.5 -420.1 790.9 646.8 1437.7 430.8 576.6 24820.8 8881.7
1978 6879.5 1228.2 8107.7 1257.9 1075.0 2332.9 0 1824.3 1838.8 859.6 2698.4 -874.1 -493.2 818.7 640.1 1458.8 466.2 624.0 32590.1 9566.5
1979 7865.8 1345.0 9210.8 1162.0 1274.0 2436.0 0 1822.0 2454.1 849.8 3303.9 -1481.9 -649.2 117.7 836.4 954.1 495.7 663.5 41379.8 10164.9
1980 8867.7 1489.6 10357.3 1444.6 1451.4 2896.0 0 1719.3 3048.4 775.0 3823.4 -2104.1 -758.7 -294.2 1086.1 791.9 544.3 728.5 32803.1 11149.2
1981 10349.5 1641.0 11990.5 1670.0 1548.5 3218.5 0 1678.2 3954.6 878.0 4832.6 -3154.4 -673.7 -1103.9 1168.0 64.1 587.4 786.2 42851.5 12054.6
1982 10697.5 1776.1 12473.6 2115.5 1521.2 3636.7 0 1444.3 4242.2 987.0 5229.2 -3784.9 -652.7 -1268.9 1120.7 -148.2 600.6 803.9 165523.6 12325.4
1983 11501.1 1758.9 13260.0 2284.6 1636.6 3921.2 0 1535.0 4857.1 1016.9 5874.0 -4339.0 -835.1 -1413.3 995.5 -417.8 625.8 837.6 97439.7 12842.2
1984 11960.3 1818.9 13778.2 2165.3 1520.0 3685.3 0 1635.5 4361.8 1071.1 5432.9 -3797.4 -942.6 -1059.8 989.2 -70.6 677.4 888.3 58372.9 13707.6
1985 12083.9 1957.9 14053.3 2406.8 1544.1 3951.0 0 1507.8 4711.9 1007.7 5719.6 -4211.8 -954.6 -917.7 910.6 -7.0 772.2 880.0 163870.6 14046.3
1986 12348.4 2012.4 14373.7 3110.8 1204.0 4314.7 0 1737.2 4887.0 1070.9 5958.0 -4220.8 -967.4 -174.8 683.1 508.3 879.8 909.9 76839.4 14881.9
1987 12756.6 2009.0 14771.6 3328.3 1223.1 4551.4 0 1991.1 4820.4 1255.3 6075.7 -4084.6 -1056.1 269.7 549.7 819.4 1161.8 857.0 100081.3 15591.0
1988 13251.3 2161.1 15426.5 3643.2 1432.7 5075.9 0 2012.2 3270.2 1669.7 4939.9 -2927.7 -954.8 815.1 288.4 1103.4 1622.8 761.1 89361.0 16529.9
1989 13801.3 2387.8 16218.0 4118.6 1635.5 5754.2 0 2222.4 3871.3 1732.7 5604.0 -3381.6 -1021.0 782.8 761.7 1544.4 2042.0 699.8 82922.8 17762.5
1990 15164.4 2464.4 17644.0 4815.3 1777.4 6592.7 0 2232.4 5119.0 1780.2 6899.2 -4666.8 -1135.6 131.8 1273.1 1404.9 2071.5 778.7 97625.8 19048.8
1991 16271.6 2637.6 18924.8 4956.1 2066.8 7022.9 0 2676.2 6298.8 1761.4 8060.2 -5384.0 -1200.1 236.2 1211.8 1448.0 2074.3 908.4 108068.2 20372.8
1992 16736.0 2791.4 19551.7 5124.3 2245.4 7369.8 0 3068.7 6748.0 1841.4 8589.4 -5520.7 -1315.3 863.7 1273.4 2137.1 2284.2 935.5 121463.6 21688.7
1993 17711.5 2793.8 20514.1 5798.0 1991.1 7789.1 0 3271.5 7249.9 1720.6 8970.5 -5699.0 -1542.2 1475.3 1108.3 2583.6 2456.7 980.7 127690.6 23097.7
1994 19097.9 2858.2 21968.5 6866.0 1994.6 8860.5 0 3596.7 9078.6 1712.5 10791.1 -7194.4 -1402.4 1418.4 1452.4 2870.8 2681.2 1049.1 126374.9 24839.3
1995 21501.2 2896.5 24417.8 8337.4 1763.2 10100.6 0 3874.4 11308.6 1742.0 13050.6 -9176.2 -1612.4 1338.6 1124.7 2463.3 2693.2 1223.0 132978.4 26881.0
1996 23839.4 2974.5 26840.7 9743.5 1823.1 11566.6 0 4167.3 12190.8 1755.7 13946.5 -9779.2 -1714.6 919.9 1265.6 2185.5 2573.0 1469.8 156510.7 29026.2
1997 25112.8 2980.0 28123.9 10152.1 1893.9 12046.1 0 4428.9 12922.8 1938.8 14861.6 -10432.7 -1864.1 991.5 1260.2 2251.7 2436.9 1647.8 271160.3 30375.6
Sumber Diolah oleh penulis dari: Nota Keuangan Dan RAP BN tahun 1988/1989; Biro P usat Statis tik, P endapatan Nas ional Indones ia (Tabel-Tabel P okok)
tahun 1983-1988, 1988-1993 dan 1993-1996; Bank Indones ia, Statis tik Ekonomi-Keuangan Indones ia berbagai tahun penerbitan; Indikator Ekonomi, edis i 1996.
164
Tabel 8b : PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA SEKTOR EKONOMI TERBUKA:
MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI, TAHUN 1969-1997 ( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983 )
K o n s u m s i I n v e s t a s i L u a r N e g e r i T a b u n g a n
Rumah P emerintahJumlah MasyarakatP emerintahJumlah P eru- Ekspor Impor Impor Impor Ekspor P enda- MasyarakatP emerintahJumlah P ajak TakP enyusutanStock P roduk
Tangga bahan Non Barang Total Netto patan Langsung Modal Domestik
Stok Faktor Modal Netto Netto Bruto
Tahun Ch G Ct Ih Ig It Xt M"t M't Mt Xt-Mt Fi Sh Sg St T i Di Kt Yt
1969 15515.0 1901.2 17488.1 1404.2 1265.8 2670.1 0 9645.1 878.1 1356.3 2234.5 7410.6 369.0 11379.1 289.6 11668.8 916.8 1381.7 2670.1 29156.9
1970 15977.8 2222.2 18249.1 1905.7 1645.6 3551.3 0 10782.8 698.1 1827.0 2525.1 8257.7 328.1 12542.6 551.8 13094.3 985.7 1488.3 50907.0 31343.4
1971 16728.3 2380.2 19154.8 2513.9 1790.1 4304.0 0 12188.2 698.9 2211.8 2910.7 9277.5 229.1 13660.9 721.5 14382.4 1064.8 1603.7 65796.0 33537.2
1972 17691.9 2575.8 20311.3 2727.6 2396.1 5123.7 0 14781.8 591.6 2724.6 3316.3 11465.5 -246.0 15155.5 1230.2 16385.7 1153.3 1767.6 59505.6 36697.0
1973 19658.6 3288.0 22954.7 3269.6 2727.9 5997.5 0 17533.1 610.7 3835.5 4446.2 13086.9 -526.0 16351.0 1542.4 17893.3 1284.5 1979.9 59016.8 40848.1
1974 22514.8 2943.6 25545.4 3199.3 3949.9 7149.3 0 18682.5 2246.6 3630.5 5877.1 12805.3 -1273.5 15391.1 3030.2 18421.3 1377.4 2157.1 100791.6 43966.7
1975 23321.4 3836.8 27173.9 3089.1 5103.8 8192.9 0 18231.3 2356.0 4206.4 6562.4 11668.9 -1286.5 15666.3 3314.9 18981.2 1451.4 2265.8 172797.8 46155.0
1976 25180.4 4117.9 29317.5 2129.6 6554.8 8684.4 0 21335.5 3065.7 4596.2 7661.9 13673.6 -745.1 15946.0 4070.0 20016.0 1563.0 2407.2 134790.7 49333.5
1977 26187.4 4796.1 30955.1 3976.4 6088.2 10064.6 0 23347.3 3357.1 4645.6 8002.7 15344.6 -1295.0 18854.0 3912.0 22766.1 1687.1 2622.8 123229.7 53721.1
1978 28151.2 5640.2 33715.0 5080.2 6502.2 11582.3 0 23586.5 3816.1 5199.2 9015.3 14571.1 -1647.1 20276.4 3871.8 24148.2 1825.8 2860.1 161802.6 57863.2
1979 32187.2 6176.6 38302.1 4388.1 7706.1 12094.2 0 23556.7 5898.2 5140.1 11038.3 12518.4 -2525.5 18121.8 5058.7 23180.5 1941.3 3075.3 205441.9 61482.6
1980 36287.0 6840.6 43069.7 5599.3 8778.7 14378.0 0 22228.9 8086.4 4687.6 12774.0 9455.0 -3059.0 17797.3 6569.2 24366.4 2131.6 3391.6 162860.2 67436.2
1981 42350.6 7535.9 49861.2 6613.2 9365.9 15979.1 0 21697.5 10835.2 5310.5 16145.7 5551.9 -2399.1 15986.3 7064.9 23051.3 2300.4 3616.8 212748.2 72912.5
1982 43774.6 8156.3 51870.1 8854.2 9201.2 18055.4 0 18673.4 11501.1 5969.6 17470.7 1202.7 -2229.1 15901.9 6778.4 22680.3 2352.1 3689.0 821788.3 74550.4
1983 47063.0 8077.3 55140.3 9568.9 9899.0 19467.9 0 19846.1 13474.5 6150.5 19625.0 221.1 -3283.1 16515.0 6021.0 22536.0 2450.8 3883.8 483766.8 77676.3
1984 48942.2 8353.0 57295.2 9102.9 9193.6 18296.5 4325.3 21144.9 11672.5 6478.7 18151.2 2993.7 -3821.7 19632.1 5983.4 25615.5 2653.0 4145.5 289808.9 82910.7
1985 49448.0 8991.2 58439.2 10276.0 9339.8 19615.8 6518.5 19494.7 13013.9 6095.2 19109.1 385.6 -3846.1 21011.8 5508.1 26519.9 3024.3 4248.0 813581.7 84959.1
1986 50530.0 9241.3 59771.3 14139.6 7282.1 21421.7 6265.9 22460.3 13428.0 6477.6 19905.6 2554.7 -3802.2 26110.6 4131.7 30242.3 3445.4 4500.7 381490.6 90013.6
1987 52200.4 9225.7 61426.1 15198.9 7397.9 22596.8 4835.7 25742.4 12705.9 7592.9 20298.8 5443.6 -4247.8 29551.2 3324.9 32876.1 4550.1 4715.1 496882.0 94302.2
1988 54225.0 9924.3 64149.3 16535.0 8665.9 25200.9 1119.9 26015.5 6404.8 10099.4 16504.2 9511.3 -3481.7 34087.9 1744.2 35832.1 6355.2 4996.2 443657.8 99981.4
1989 56475.7 10965.3 67441.0 18675.6 9892.5 28568.1 1417.2 28733.2 8242.4 10480.5 18722.9 10010.3 -3710.6 35388.6 4607.0 39995.6 7997.1 5362.6 411693.8 107436.6
1990 62053.2 11317.3 73370.5 21980.7 10750.8 32731.5 3302.8 28862.8 12282.8 10767.5 23050.3 5812.5 -4231.0 34146.7 7700.1 41846.8 8112.5 5642.9 484691.0 115217.3
1991 66584.0 12112.7 78696.7 22365.9 12501.3 34867.2 1989.6 34600.8 16275.4 10653.7 26929.1 7671.7 -4435.6 37198.9 7329.6 44528.5 8123.6 6161.0 536534.9 123225.2
1992 68484.5 12819.0 81303.5 23007.7 13581.6 36589.3 2314.2 39674.8 17559.2 11137.8 28697.0 10977.8 -4955.7 42179.3 7702.0 49881.3 8945.6 6557.8 603040.4 131184.8
1993 72476.4 12829.7 85305.9 26627.9 12043.3 38671.2 3403.7 42296.8 19563.6 10406.9 29970.5 12326.3 -6154.1 47697.9 6703.3 54401.2 9621.0 6981.4 633941.7 139707.1
1994 78149.4 13125.4 91353.8 31926.4 12064.3 43990.7 4788.5 46501.6 25694.9 10358.2 36053.1 10448.5 -5031.2 50102.4 8784.8 58887.2 10500.3 7505.6 627423.9 150241.0
1995 87984.0 13301.3 101539.0 39482.7 10664.5 50147.1 5116.7 50092.1 33065.8 10536.4 43602.2 6489.8 -6031.8 54249.0 6802.8 61051.8 10547.4 8183.7 660209.1 162590.8
1996 97552.1 13659.5 111614.4 46398.6 11027.1 57425.7 1223.6 53879.0 35975.7 10619.6 46595.3 7283.7 -6349.5 56296.2 7655.1 63951.3 10076.4 8942.1 777041.7 175565.6
1997 102763.0 13684.6 116950.5 48350.6 11455.6 59806.1 1527.7 57260.5 37926.0 11726.6 49652.6 7607.8 -7076.9 59154.8 7622.3 66777.1 9543.6 9434.7 1346252.5 183727.6
Sumber : Diolah oleh penulis dari: Nota Keuangan Dan RAP BN tahun 1988/1989; Biro P usat Statis tik, P endapatan Nas ional Indones ia (Tabel-Tabel P okok) Diolah oleh penulis dari: Nota Keuangan Dan RAP BN tahun 1988/1989; Biro P usat Statis tik, P endapatan Nas ional Indones ia (Tabel-Tabel P okok)
tahun 1983-1988, 1988-1993 dan 1993-1996; Bank Indones ia, Statis tik Ekonomi-Keuangan Indones ia berbagai tahun penerbitan; Indikator Ekonomi, edis i 1996.
165
Tabel 8c : PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA SEKTOR EKONOMI TERBUKA:
MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI, TAHUN 1969-1997 ( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )
K o n s u m s i I n v e s t a s i L u a r N e g e r i T a b u n g a n
Rumah P emerintahJumlah MasyarakatP emerintahJumlah P eru- Ekspor Impor Impor Impor Ekspor P enda- MasyarakatP emerintahJumlah P ajak TakP enyusutanStock Produk
Tangga bahan Non Barang Total Netto patan Langsung Modal Domestik
Stok Faktor Modal Netto Netto Bruto
Tahun Ch G Ct Ih Ig It Xt M"t M't Mt Xt-Mt Fi Sh Sg St T i Di Kt Yt
1969 41306. 6 4409. 5 45657. 7 2996. 0 2988. 0 5984. 0 0. 0 20119. 6 2642. 3 3201. 6 5843. 9 14275. 7 1307. 5 22482. 9 683. 7 23166. 6 2017. 4 3028. 8 5984. 0 68824. 2
1970 42538. 8 5154. 1 47644. 4 4074. 6 3884. 4 7959. 0 0. 0 22492. 9 2291. 3 4312. 7 6604. 1 15888. 9 1242. 6 25038. 7 1302. 4 26341. 1 2169. 1 3264. 2 114089. 3 73985. 5
1971 44536. 8 5520. 5 50009. 0 5420. 2 4225. 5 9645. 8 0. 0 25424. 6 2391. 6 5220. 8 7612. 4 17812. 2 1039. 8 27451. 8 1703. 1 29154. 9 2343. 2 3523. 2 147457. 6 79163. 9
1972 47102. 5 5974. 2 53028. 3 5826. 9 5655. 9 11482. 8 0. 0 30834. 7 2241. 7 6431. 4 8673. 2 22161. 6 -42. 0 30690. 3 2903. 9 33594. 2 2537. 9 3891. 1 133359. 9 86622. 5
1973 52338. 4 7626. 2 59929. 8 7002. 0 6439. 1 13441. 1 0. 0 36573. 9 2574. 6 9053. 7 11628. 3 24945. 6 -645. 7 32850. 5 3640. 7 36491. 2 2826. 6 4364. 8 132264. 4 96421. 1
1974 59942. 8 6827. 3 66693. 5 6698. 7 9323. 8 16022. 5 0. 0 38971. 6 6801. 0 8569. 7 15370. 7 23600. 8 -2375. 1 29936. 2 7152. 7 37088. 9 3030. 9 4770. 1 225887. 4 103782. 5
1975 62090. 1 8899. 0 70945. 0 6313. 9 12047. 4 18361. 3 0. 0 38030. 3 7233. 7 9929. 1 17162. 8 20867. 5 -2373. 7 30178. 3 7824. 8 38003. 0 3193. 8 5010. 9 387262. 8 108948. 1
1976 67039. 5 9550. 8 76541. 6 3990. 5 15472. 4 19462. 9 0. 0 44505. 8 9189. 2 10849. 3 20038. 5 24467. 3 -1040. 6 30302. 0 9607. 2 39909. 2 3439. 4 5313. 7 302084. 0 116450. 8
1977 69720. 6 11124. 0 80817. 0 8185. 1 14371. 0 22556. 1 0. 0 48702. 3 9964. 0 10965. 8 20929. 7 27772. 6 -2282. 0 36756. 4 9234. 2 45990. 7 3712. 5 5794. 4 276174. 0 126807. 7
1978 74948. 9 13081. 6 88022. 5 10609. 3 15348. 2 25957. 6 0. 0 49201. 3 11305. 6 12272. 6 23578. 2 25623. 1 -3057. 1 39423. 0 9139. 3 48562. 3 4017. 6 6330. 5 362621. 2 136584. 8
1979 85694. 2 14325. 7 99998. 5 8914. 6 18190. 1 27104. 7 0. 0 49139. 2 16735. 9 12133. 0 28868. 9 20270. 3 -5090. 1 33189. 0 11940. 9 45129. 9 4271. 8 6825. 3 460422. 5 145128. 4
1980 96609. 4 15865. 8 112445. 7 11501. 2 20721. 8 32223. 0 0. 0 46369. 4 22343. 2 11065. 0 33408. 2 12961. 2 -6269. 3 31229. 7 15506. 4 46736. 0 4690. 7 7535. 1 364991. 3 159181. 7
1981 112753. 0 17478. 4 130176. 8 13703. 3 22108. 1 35811. 4 0. 0 45261. 0 29691. 1 12535. 4 42226. 4 3034. 5 -4620. 8 25255. 1 16676. 6 41931. 7 5062. 1 8012. 4 476797. 0 172108. 5
1982 116544. 3 18917. 4 135421. 6 18745. 4 21719. 2 40464. 6 0. 0 38952. 7 31600. 7 14091. 2 45691. 9 -6739. 2 -4192. 8 24552. 9 16000. 2 40553. 2 5175. 8 8167. 2 1841736. 7 175974. 8
1983 125299. 1 18734. 2 143959. 3 20263. 8 23366. 4 43630. 2 0. 0 41398. 9 36807. 9 14518. 1 51326. 0 -9927. 2 -6650. 1 25181. 6 14212. 4 39394. 0 5393. 0 8620. 3 1084185. 6 183353. 3
1984 130302. 2 19373. 6 149585. 3 19303. 6 21701. 3 41004. 9 13400. 8 44108. 1 32178. 8 15292. 8 47471. 5 -3363. 4 -7852. 0 32000. 1 14123. 7 46123. 8 5838. 0 9213. 0 649500. 0 195709. 0
1985 131648. 8 20853. 8 152572. 0 21915. 3 22046. 4 43961. 6 20195. 9 40665. 8 35589. 2 14387. 5 49976. 8 -9310. 9 -7879. 7 34970. 5 13001. 7 47972. 2 6655. 0 9497. 8 1823344. 7 200544. 2
1986 134529. 5 21433. 9 156049. 8 30819. 6 17189. 3 48008. 9 19413. 3 46852. 1 36769. 5 15290. 3 52059. 9 -5207. 8 -7700. 7 46672. 6 9752. 9 56425. 5 7581. 6 10104. 5 854971. 2 212475. 3
1987 138976. 7 21397. 7 160370. 2 33179. 7 17462. 7 50642. 4 14982. 2 53698. 5 35165. 4 17922. 8 53088. 2 610. 3 -8695. 8 54379. 9 7848. 4 62228. 3 10012. 5 10768. 5 1113578. 5 222598. 4
1988 144367. 0 23018. 0 167479. 8 36022. 8 20455. 8 56478. 6 3469. 7 54268. 2 19324. 6 23839. 5 43164. 1 11104. 1 -6792. 1 64407. 2 4117. 1 68524. 3 13984. 7 11685. 4 994296. 1 236004. 1
1989 150359. 2 25432. 5 176073. 7 40673. 8 23351. 1 64024. 9 4390. 8 59937. 3 24227. 8 24739. 0 48966. 7 10970. 6 -7225. 6 66653. 6 10874. 6 77528. 2 17597. 7 12763. 5 922660. 5 253601. 9
1990 165208. 5 26248. 9 191554. 4 47978. 5 25377. 1 73355. 6 10232. 9 60207. 6 34867. 9 25416. 5 60284. 3 -76. 7 -8346. 7 62237. 8 18176. 0 80413. 7 17851. 6 13345. 2 1086256. 9 271968. 1
1991 177271. 2 28093. 7 205459. 9 48633. 0 29509. 0 78142. 0 6164. 3 72177. 1 45280. 8 25147. 9 70428. 7 1748. 4 -8714. 3 68109. 4 17301. 3 85410. 7 17876. 1 14467. 4 1202446. 0 290870. 6
1992 182331. 0 29731. 9 212265. 7 49942. 3 32059. 2 82001. 5 7170. 0 82761. 4 48761. 8 26290. 5 75052. 4 7709. 1 -9832. 1 79213. 1 18180. 3 97393. 4 19684. 9 15459. 1 1351493. 6 309659. 1
1993 192958. 4 29756. 7 222715. 1 58239. 3 28428. 0 86667. 3 10545. 5 88230. 9 53817. 8 24565. 2 78383. 0 9847. 9 -12552. 6 91237. 7 15823. 0 107060. 7 21171. 1 16488. 8 1420747. 6 329775. 8
1994 208062. 1 30442. 6 238504. 7 70111. 6 28477. 4 98589. 0 14836. 0 97002. 1 69840. 7 24450. 3 94291. 0 2711. 1 -9729. 8 95399. 7 20736. 4 116136. 1 23105. 9 17732. 0 1406140. 4 354640. 8
1995 234245. 4 30850. 6 265096. 0 87213. 1 25173. 3 112386. 4 15852. 7 104491. 8 89163. 6 24871. 0 114034. 6 -9542. 8 -11923. 8 102638. 3 16058. 0 118696. 3 23209. 6 19189. 6 1479616. 3 383792. 3
1996 259719. 2 31681. 4 291400. 6 102669. 4 26029. 2 128698. 6 3791. 1 112391. 4 96795. 2 25067. 4 121862. 6 -9471. 2 -12486. 8 104948. 8 18069. 7 123018. 5 22173. 2 20720. 9 1741453. 8 414419. 1
1997 273592. 5 31739. 5 305332. 0 106992. 8 27040. 7 134033. 5 4733. 1 119445. 0 102177. 9 27680. 5 129858. 4 -10413. 4 -14093. 8 110360. 8 17992. 4 128353. 2 21000. 8 21684. 3 3017130. 9 433685. 2
Sumber : Diolah oleh penulis dari: Nota Keuangan Dan RAP BN tahun 1988/1989; Biro P usat Statis tik, P endapatan Nas ional Indones ia (Tabel-Tabel P okok)
tahun 1983-1988, 1988-1993 dan 1993-1996; Bank Indones ia, Statis tik Ekonomi-Keuangan Indones ia berbagai tahun penerbitan; Indikator Ekonomi, edis i 1996.
166
Tabel 9a: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )
Konsumsi Perdagangan Luar NegeriPembt'kanPeru- Penda- Pajak Tdk
Tahun Rumah PemerintahJumlah Modal bahan Ekspor Impor Jumlah PDB patan PNB LangsungPenyusutan PNNTangga Domestik Stok Netto Netto
Bruto (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
= (2 )+(3 ) = (7)-(8 ) = (4 )+(5)+(6 )+(10 ) = (11)+(12 ) = (13)-(14)-(15)
= (4 )-(3 ) = (11)-(5)-(10 )-(6 ) = (7)-(8 ) = (13 )-(11) = (13 )-(14 )-(16 )
1969 4075.3 352.9 4428.2 562.2 0 582.1 752.0 -169.9 4820.5 -61.9 4758.6 239.4 312.1 4207.01970 4126.9 468.9 4595.8 728.2 0 694.6 836.5 -142.0 5182.0 -77.6 5104.4 300.9 350.5 4453.01971 4300.0 514.9 4814.9 875.8 0 795.5 941.5 -146.0 5544.7 -102.5 5442.2 345.8 360.4 4735.91972 4398.4 550.3 4948.7 1139.2 0 1013.5 1034.4 -20.9 6067.1 -191.7 5875.4 313.7 394.9 5166.71973 4804.1 716.0 5520.1 1208.0 0 1356.1 1330.8 25.3 6753.4 -254.4 6499.0 328.0 439.0 5732.01974 4985.3 570.9 5556.2 1219.9 0 2066.7 1573.8 493.0 7269.0 -338.5 6930.5 303.4 472.5 6154.61975 5270.2 756.7 6026.9 1552.2 0 1748.7 1697.0 51.7 7630.8 -336.1 7294.7 313.4 495.5 6485.81976 5575.3 838.7 6414.0 1690.1 0 1909.7 1857.5 52.2 8156.3 -254.4 7901.9 364.1 530.7 7007.11977 5824.2 969.4 6793.6 1785.6 0 2105.9 1803.4 302.5 8881.7 -316.3 8565.4 394.6 576.6 7594.21978 6386.3 1118.3 7504.6 1964.4 0 2091.9 1994.4 97.5 9566.5 -364.5 9202.0 432.7 623.6 8145.61979 6193.7 1185.0 7378.7 2128.0 0 3056.2 2397.9 658.3 10164.9 -471.2 9693.7 414.1 663.2 8616.41980 6747.3 1150.2 7897.4 2327.0 0 3397.6 2472.9 924.7 11149.2 -493.3 10655.9 401.0 726.7 9528.21981 7934.2 1291.4 9225.6 2577.8 0 3330.7 3079.6 251.2 12054.6 -429.5 11625.1 391.0 783.6 10450.61982 8612.8 1412.0 10024.8 2783.5 0 2758.3 3241.2 -482.9 12325.4 -404.6 11920.8 440.8 801.1 10678.91983 7780.9 1335.4 9116.3 3218.6 470.7 3281.1 3244.6 36.6 12842.2 -542.8 12299.4 405.2 642.1 11252.11984 8257.6 1393.1 9650.7 3075.4 499.7 3512.7 3030.9 481.8 13707.6 -638.8 13068.8 415.9 685.4 11967.51985 8296.0 1579.8 9875.8 3243.9 680.2 3123.1 2876.7 246.4 14046.3 -571.6 13474.7 521.6 702.3 12250.81986 9194.4 1644.1 10838.5 3596.5 595.9 2903.9 3052.9 -148.9 14881.9 -608.4 14273.5 947.5 744.1 12581.91987 9012.3 1472.7 10484.9 3878.4 982.8 3742.5 3497.7 244.8 15591.0 -753.3 14837.7 899.3 779.5 13158.81988 9427.3 1483.8 10911.1 4280.9 931.4 4032.4 3625.9 406.5 16529.9 -805.1 15724.8 1050.7 826.5 13847.51989 9429.4 1667.8 11097.2 4851.1 1399.3 4515.9 4101.1 414.8 17762.5 -857.8 16904.6 1322.2 888.7 14693.81990 10353.6 1711.4 12064.9 5418.0 1467.8 5059.6 4961.5 98.1 19048.8 -936.4 18112.4 1307.0 952.8 15852.61991 11199.5 1861.7 13061.2 5723.0 1509.1 5577.0 5497.4 79.5 20372.8 -976.3 19396.5 1343.9 1019.3 17033.41992 11339.9 2064.0 13403.9 5910.3 1869.8 6374.7 5870.0 504.7 21688.7 -1038.8 20650.0 1485.1 1088.6 18076.31993 13514.9 2084.2 15599.1 6070.2 738.6 6179.7 5490.0 689.8 23097.7 -879.2 22218.5 1482.8 1154.9 19580.81994 14824.8 2015.5 16840.3 6848.4 866.0 6585.2 6300.6 284.6 24839.3 -666.0 24173.2 1606.5 1242.0 21324.81995 16552.6 2104.5 18657.1 7642.2 940.4 7073.0 7431.6 -358.7 26881.0 -790.5 26090.5 1625.6 1344.1 23120.91996 18070.1 2196.1 20266.2 8591.4 347.2 7495.0 7673.7 -178.7 29026.2 -777.8 28248.4 1553.0 1451.3 25244.11997 18889.6 2057.7 20947.3 8721.9 875.5 8486.1 8655.2 -169.0 30375.6 -930.1 29445.5 1470.9 1518.8 26455.8
Sumber : Diolah oleh penulis dari Republik Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1988/1989; Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia
( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 1983-1988, Tahun 1988-1993 dan Tahun 1994-1997, Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.
167
Tabel 9b: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983 )
Konsumsi Perdagangan Luar NegeriPembt'kanPeru- Penda- Pajak Tdk
Tahun Rumah PemerintahJumlah Modal bahan Ekspor Impor Jumlah PDB patan PNB Langsung Penyusutan PNNTangga Domestik Stok Netto Netto
Bruto (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
= (2 )+(3 ) = (7)-(8 ) = (4 )+(5)+(6 )+(10 ) = (11)+(12 ) = (13)-(14)-(15)
= (4 )-(3 ) = (11)-(5)-(10 )-(6 ) = (7)-(8 ) = (13 )-(11) = (13 )-(14 )-(16 )
1969 24649.3 2134.7 26784.0 3400.6 0 3520.7 4548.4 -1027.7 29156.9 -374.4 28782.5 1448.2 1888.0 25446.31970 24961.5 2836.2 27797.7 4404.3 0 4201.1 5059.7 -858.6 31343.4 -469.5 30874.0 1819.8 2119.9 26934.21971 26008.7 3114.4 29123.1 5297.3 0 4811.4 5694.6 -883.2 33537.2 -620.1 32917.1 2091.5 2180.1 28645.51972 26603.7 3328.8 29932.5 6890.7 0 6130.1 6256.3 -126.2 36697.0 -1159.4 35537.5 1897.6 2388.8 31251.11973 29057.7 4330.7 33388.4 7306.6 0 8202.4 8049.4 153.0 40848.1 -1538.7 39309.3 1983.9 2655.3 34670.11974 30153.4 3453.1 33606.5 7378.4 0 12500.6 9518.9 2981.8 43966.7 -2047.2 41919.5 1835.4 2857.8 37226.31975 31876.8 4577.0 36453.8 9388.7 0 10577.1 10264.5 312.5 46155.0 -2032.8 44122.3 1895.5 2997.3 39229.51976 33722.1 5073.2 38795.2 10222.5 0 11550.7 11234.9 315.8 49333.5 -1539.0 47794.5 2202.5 3209.8 42382.31977 35227.9 5863.2 41091.2 10800.1 0 12737.5 10907.7 1829.8 53721.1 -1913.1 51808.0 2386.7 3487.8 45933.51978 38627.6 6763.9 45391.5 11881.7 0 12653.0 12063.1 589.9 57863.2 -2204.8 55658.4 2617.4 3772.1 49268.91979 37462.5 7167.4 44630.0 12871.0 0 18485.2 14503.6 3981.7 61482.6 -2849.8 58632.8 2505.0 4011.2 52116.61980 40811.1 6956.7 47767.9 14074.9 0 20550.6 14957.3 5593.4 67436.2 -2983.6 64452.5 2425.6 4395.4 57631.51981 47990.2 7811.1 55801.3 15592.0 0 20146.0 18626.8 1519.2 72912.5 -2597.8 70314.7 2364.7 4739.4 63210.71982 52094.6 8540.7 60635.4 16836.1 0 16683.7 19604.7 -2921.0 74550.4 -2447.2 72103.2 2666.0 4845.8 64591.51983 47063.0 8077.3 55140.3 19467.9 2847.0 19846.1 19625.0 221.1 77676.3 -3283.1 74393.2 2450.8 3883.8 68058.61984 49946.3 8426.4 58372.6 18601.6 3022.3 21246.6 18332.4 2914.2 82910.7 -3863.9 79046.8 2515.9 4145.5 72385.41985 50178.3 9555.7 59734.0 19620.7 4114.3 18890.0 17399.9 1490.1 84959.1 -3457.0 81502.1 3154.9 4247.9 74099.21986 55612.5 9944.2 65556.7 21753.3 3604.5 17564.5 18465.3 -900.9 90013.6 -3680.1 86333.5 5730.8 4500.7 76102.01987 54510.8 8907.4 63418.2 23458.5 5944.8 22636.6 21155.9 1480.6 94302.2 -4556.4 89745.8 5439.2 4715.1 79591.61988 57021.5 8974.7 65996.1 25893.4 5633.5 24389.9 21931.4 2458.4 99981.4 -4869.9 95111.5 6355.2 4999.2 83757.11989 57034.2 10087.6 67121.8 29342.0 8464.0 27314.7 24805.9 2508.8 107436.6 -5188.6 102248.0 7997.1 5375.2 88875.71990 62623.7 10351.2 72974.9 32771.1 8877.9 30603.2 30009.8 593.4 115217.3 -5664.0 109553.3 7905.2 5763.2 95884.81991 67740.4 11260.4 79000.8 34615.7 9127.6 33732.5 33251.4 481.1 123225.2 -5904.9 117320.3 8128.4 6165.2 103026.71992 68589.8 12483.9 81073.7 35748.7 11309.6 38557.4 35504.6 3052.8 131184.8 -6282.9 124901.9 8982.4 6584.7 109334.81993 81745.4 12606.2 94351.6 36716.0 4467.5 37378.4 33206.4 4172.0 139707.1 -5317.8 134389.3 8969.0 6985.4 118434.91994 89668.0 12190.8 101858.8 41422.5 5238.3 39831.0 38109.6 1721.4 150241.0 -4028.4 146212.6 9717.0 7512.1 128983.51995 100118.6 12729.3 112848.0 46224.3 5688.0 42781.2 44950.5 -2169.4 162590.8 -4781.4 157809.4 9832.6 8129.5 139847.31996 109297.3 13283.4 122580.7 51965.4 2100.2 45333.7 46414.4 -1080.7 175565.6 -4704.4 170861.2 9393.5 8778.3 152689.41997 114254.2 12445.9 126700.2 52754.7 5295.2 51328.6 52351.0 -1022.5 183727.6 -5625.8 178101.7 8896.8 9186.4 160018.5
Sumber : Diolah oleh penulis dari Republik Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1988/1989; Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 1983-1988, Tahun 1988-1993 dan Tahun 1994-1997, Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.
168
Tabel 9c: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )
Konsumsi Perdagangan Luar NegeriPembt'kanPeru- Penda- Pajak Tdk
Tahun Rumah PemerintahJumlah Modal bahan Ekspor Impor Jumlah PDB patan PNB LangsungPenyusutan PNNTangga Domestik Stok Netto Netto
Bruto (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
= (2 )+(3 ) = (7)-(8 ) = (4 )+(5)+(6 )+(10 ) = (11)+(12 ) = (13)-(14)-(15)
= (4 )-(3 ) = (11)-(5)-(10 )-(6 ) = (7)-(8 ) = (13 )-(11) = (13 )-(14 )-(16 )
1969 58184.1 5039.0 63223.1 8027.0 0 8310.6 10736.4 -2425.8 68824.2 -883.7 67940.5 3418.4 4456.6 60065.5
1970 58921.1 6694.8 65615.9 10396.4 0 9916.5 11943.2 -2026.7 73985.5 -1108.2 72877.3 4295.6 5004.0 63577.7
1971 61393.0 7351.6 68744.6 12504.1 0 11357.2 13441.9 -2084.7 79163.9 -1463.8 77700.1 4937.0 5146.1 67617.1
1972 62797.5 7857.5 70655.0 16265.4 0 14470.0 14768.0 -298.0 86622.5 -2736.8 83885.6 4479.2 5638.8 73767.6
1973 68590.1 10222.6 78812.7 17247.1 0 19361.6 19000.4 361.2 96421.1 -3632.2 92788.9 4683.0 6267.8 81838.1
1974 71176.5 8151.0 79327.5 17416.6 0 29507.5 22469.1 7038.4 103782.5 -4832.5 98950.0 4332.3 6745.7 87872.0
1975 75244.6 10803.9 86048.5 22161.9 0 24966.9 24229.3 737.7 108948.1 -4798.3 104149.8 4474.3 7075.1 92600.5
1976 79600.2 11975.1 91575.3 24130.1 0 27265.2 26519.9 745.4 116450.8 -3632.8 112818.0 5198.9 7576.6 100042.6
1977 83154.9 13840.0 96994.9 25493.5 0 30066.6 25747.3 4319.3 126807.7 -4515.9 122291.8 5633.8 8232.9 108425.1
1978 91179.7 15966.1 107145.8 28046.5 0 29867.2 28474.7 1392.5 136584.8 -5204.3 131380.5 6178.3 8903.9 116298.3
1979 88429.6 16918.5 105348.1 30381.7 0 43634.1 34235.4 9398.7 145128.4 -6726.8 138401.6 5912.9 9468.5 123020.2
1980 96333.8 16421.3 112755.1 33223.6 0 48509.3 35306.3 13203.0 159181.7 -7042.8 152138.9 5725.5 10375.3 136038.1
1981 113280.0 18437.9 131717.9 36804.5 0 47554.3 43968.3 3586.0 172108.5 -6132.0 165976.5 5581.8 11187.2 149207.5
1982 122968.3 20160.2 143128.6 39741.2 0 39381.5 46276.4 -6895.0 175974.8 -5776.5 170198.2 6293.0 11438.3 152467.0
1983 111091.3 19066.3 130157.6 45953.6 6720.3 46846.3 46324.4 521.9 183353.3 -7749.7 175603.6 5785.1 9167.6 160651.0
1984 117897.1 19890.3 137787.4 43908.7 7134.0 50152.2 43273.3 6878.9 195709.0 -9120.8 186588.3 5938.6 9785.4 170864.2
1985 118444.9 22556.0 141000.8 46314.3 9711.6 44589.5 41072.0 3517.4 200544.2 -8160.3 192384.0 7447.1 10027.2 174909.6
1986 131272.3 23473.1 154745.4 51348.1 8508.3 41460.5 43587.0 -2126.5 212475.3 -8686.9 203788.4 13527.5 10623.8 179637.2
1987 128671.6 21025.9 149697.4 55373.4 14032.5 53433.2 49938.2 3495.0 222598.4 -10755.2 211843.2 12839.1 11129.8 187874.3
1988 134598.0 21184.5 155782.5 61120.8 13297.7 57571.8 51768.7 5803.1 236004.1 -11495.4 224508.7 15001.3 11800.5 197706.9
1989 134628.1 23811.6 158439.7 69261.2 19979.0 64475.7 58553.7 5922.0 253601.9 -12247.6 241354.4 18877.0 12688.1 209789.3
1990 147821.9 24433.8 172255.8 77355.5 20956.2 72238.2 70837.4 1400.7 271968.1 -13369.9 258598.2 18660.0 13604.0 226334.2
1991 159899.8 26580.0 186479.8 81709.6 21545.5 79624.9 78489.2 1135.7 290870.6 -13938.4 276932.2 19187.0 14552.9 243192.4
1992 161904.9 29468.0 191372.9 84384.1 26696.0 91014.0 83807.9 7206.1 309659.1 -14830.7 294828.4 21202.7 15543.1 258082.6
1993 192958.4 29756.7 222715.1 86667.3 10545.5 88230.9 78383.0 9847.9 329775.8 -12552.6 317223.2 21171.1 16488.8 279563.3
1994 211659.4 28776.2 240435.6 97776.9 12364.9 94020.3 89957.0 4063.3 354640.8 -9508.9 345131.9 22936.9 17732.1 304462.9
1995 236328.0 30047.3 266375.3 109111.4 13426.3 100984.1 106104.9 -5120.8 383792.3 -11286.4 372505.9 23209.6 19189.6 330106.7
1996 257994.1 31355.2 289349.3 122663.4 4957.4 107009.3 109560.3 -2551.0 414419.1 -11104.6 403314.5 22173.3 20720.9 360420.3
1997 269694.8 29378.3 299073.2 124526.3 12499.2 121160.1 123573.6 -2413.5 433685.2 -13279.6 420405.6 21000.8 21684.3 377720.5
Sumber : Diolah oleh penulis dari Republik Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1988/1989; Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 1983-1988, Tahun 1988-1993 dan Tahun 1994-1997, Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.
-------+++++-------
164
Cara paling Mudah Meng-unduh (Downloads) secara GRATIS sejumlah TULISAN ILMIAH Dalam bentuk Files PDF sebagai berikut:
165
Daftar TULISAN ILMIAH Untuk PERGURUAN TINGGI, Terdiri:
Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN
JURNAL PENELITIAN Kuantitatif, BUKU AJAR MODUL SOAL DAN
PEMECAHAN SOAL, BUKU TEKS, Laporan Hasil & Jurnal Hasil
Penelitian Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, LAPORAN HASIL
& Jurnal Hasil Penelitian SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi
10 Macam Hasil Pegembangan KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Penelitian Survey dari 5 Hasil Penelitian SURVEY.
Dan Didapatkan 10 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF
Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, termasuk 5 Proposal (Draft Hibah
DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 s/d 2016
12 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN
TRANSPORTASI 2014 s/d 2017
I. Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN, Serta
Jurusan Terkait Bidang EKONOMI:
02 27 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP I to KOPTIS Wilayah III Jakarta Files: 003 01 Perspektif Ekonomi Indonesia Dalam satu tahap pembangunan Jangka Panjang
004 02 Analisis Fungsi Tabungan Indonesia: Pengujian Model Hipotesa Pendapatan Permanen
005 03 Expor Kommoditi Primer Pulau Sumatera Lamam Perdagangan Luar Negeri Indonesia
006 04 Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Indonesia 1969-1994 007 05 Pekiraan Pembentukan Modal Di Indonesia
008 06 Kebijaksanaan Deregulasi Perbankan Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia
009 07 Instabilitas Perdagangan Luar Negeri Indonesia
010 08 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dan Ketergantungan Terhadap Dana Luar Negeri
011 09 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Diantara Modal Dan Tabungan
012 10 Pengukuran Kondisi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Stedy-State Growth
013 11 Modal Asing Swasta Dan Pembentukan Investasi Produktif Dalam Pembiayaan Pembangunan
014 12 Trade-Off Antara Penerimaan Pajak Dan Kemampuan Menabung Masyarakat
015 13 Mobilisasi Tabungan Dan Investasi suatu Ekonomi Terbuka: Studi Kasus Indonesia 1969-1995
016 14 Pengaruh Pendapatan Permanen Dalam Pembentukan Tabungan
017 15 Peranan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
018 16 Analisis Fungsi Konsumsi Indonesia Dengan Pendapatan Permanen 019 17 Pembiayaan Ekonomi Dalam Negeri Diantara Keinginan Dan Kenyataan
020 18 Sektor Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Ekonomi
021 19 Reformasi Kebijaksanaan Makro Dan Pengaruh Ekonomi Sektor Terbuka
022 20 Keseimbangan Pendapatan Nasional: Investasi Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi
023 21 Analisis Pengaruh Pembentukan Tabungan Suatu Ekonomi Terbuka
024 22 Pengaruh Aliran Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan
025 23 Perkiraan Kebutuhan Investasi Dan Pengukuran Tinggal Landas
026 24 Kemampuan Pembentukan Modal Domestik: Sektor Pemerintah Dan Masyarakat
027 25 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Akumulasi Sumber Pembiayaan Pembangunan
028 26 Kualitas Pembangunan Ekonomi Indonesia Dan Dilema Ketergantungan Sumber Dana
029 27 Investasi Dan Pembiayaan Ekonomi Jangka Panjang Indonesia
166
004 34 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP II to STMT Trisakti Files: 030 01 Standar Ukuran Tinggal Landas Perekonomian Suatu Negara
031 02 Pembentukan Modal Domestik Bruto Sektor Pemerintah Dan Masyarakat
032 03 Pembentukan Tabungan Dan Pembiayaa Ekonomi Jangka Panjang Indonesia
033 04 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Steady-State Growth
034 05 Aliran Modal Asing Swasta Dalam Pembentukan Investasi Produktif
035 06 Fungsi Konsumsi Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Permanen 036 07 Pendapatan Permanen Dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Tabungan
037 08 Pengujian Model Tabungan Indonesia Dengan Hipotesa Pendapatan Permanen
038 09 Kebutuhan Tabungan Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi Indonesia
039 10 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi: Trade-Off Antara Pajak Dan Tabungan
040 11 Aggregate Expenditre Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 3 Sektor)
041 12 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Terbuka
042 13 Aggregate Expendiure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 4 Sektor)
043 14 Pengaruh Sektor Perdagangan Luar Negeri Terhadap Aktivitas Ekonomi Indonesia
044 15 Aliran Modal Asing Dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan
045 16 Penafsiran Tingkat effisiensi Marginal Ekonomi Indonesia Dan Prakiraan Pembentukan Modal
046 17 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Sederhana
047 18 Aggregate Expenditure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 2 Sektor) 048 19 Pembentukan Modal Domestik Bruto Dan Ketergantungan Terhadap Sumber Dana
049 20 Prestasi Ekonomi Dan Indeks Instabilitas Sektor Perdangan Luar Negeri Indonesia
050 21 Model Makro Keseimbangan Agregatif Pembentukan Tabungan Dan Investasi
051 22 Expor Kommoditi Primer Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Pulau Sumatera
052 23 Konstribusi Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
053 24 Pengaruh Variabel-variabel Agregatif Terhadap Pembentukan Tabungan Dan Pendapatan
054 25 Pengembangan Sumber Pembiayaan Pembangunan Yang Semakin Bertumpu Pada
Kemampuan Sendiri
055 26 Pengembangan Instrumen Kebijaksanaan makro Terhadap Pembentukan Investasi Dan Pendapatan
056 27 Kebutuhan Tabungan Dan Pembentukan Investasi Produktif Bagi Pembiayaan Pembangunan
057 28 Pengaruh Ekspor Terhadap Pendapatan Nasional Dan Pertumbuhan Ekonomi 058 29 Pengaruh Deregulasi Perbankan Bidang Ekspor Terhadap Devisa Pendapatan Nasional
059 30 Aliran Dana Luar Negeri Di Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
060 31 Strategi Indonesia Dan Manajemen Pembentukan Modal Bagi Peningkatan Pendapatan Masyarakat
061 32 Manajemen Perdagangan Internasional Pengurangan Distorsi Ekonomi Pasca Seleksi
Aliran Dana Luar Negeri
062 33 Manajemen Perbankan Pasca Deregulasi Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia
063 34 Refleksi Ekonomi Indonesia Setelah 34 Tahun Membangun: Diantara Kekuatan Dan Kelemahan
005 10 BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Files: 064 01 BUKU AJAR Pengantar Teori Ekonomi
065 02 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Pengantar Teori Ekonomi
066 03 BUKU AJAR Teori Ekonomi 067 04 BUKU AJAR Ekonomi Pembangunan
068 05 BUKU AJAR Pengantar Ekonomi Mikro
069 06 BUKU AJAR Ekonomi Makro Perthitungan Pend Nasional
070 07 BUKU AJAR Teori Ekonomi Mikro
071 08 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Teori Ekonomi Mikro
073 09 BUKU AJAR Ekonomi Manajerial
074 10 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Ekonomi Manajerial
167
II. PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 006 3 VERSI Teks Book EKO MANAJERIALPernah Disumbang ke DIKTI Dan Dikirim Ke USA File 075 01 Buku Teks 681h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Hasil Estimasi
Atau 075 01 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi
Hasil Estimasi
File 076 02 Buku Teks 301h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Non-Estimasi
Atau 076 02 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi
Non-Estimasi
File 077 03 Buku Teks 509h EKO MANAJERIAL TRANSPORTASI Dengan Fungsi Non-Estimasi
Atau 077 03 EKONOMI MANAJERIALTRANSPORTASI Penerapan Konsep Mikro Ekonomi Dalam Bisnis Transportasi Dengan Fungsi Non-Estimasi
File 078 Ringkasan Isi Dan Surat Menyurat Pengiriman 3 Teks Book EKO MANAJERIAL Ke USA
Atau 078 Request for Coop in Publishing 3 Text Books in MANAGERIAL ECONOMICS to The USA
Subject: Request for Cooperation in Publishing Text Books in MANAGERIAL
ECONOMICS: Application of Microeconomic Concepts Using Estimation
Result Function (242 halaman)
008 3 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2010 Files: 079 01 Evaluasi Ekonomi Indonesia di Era Pembangunan Berkelanjutan
080 02 Evaluasi Ekonomi 50 Tahun Indonesia Membangaun 081 03 Kebutuhan Tabungan Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia
009 4 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2012 Files: 082 01 Pengembangan Ekonomi Dan Pengaruh POLIIK Di Era Kepemimpinan INDONESIA
083 02 Prestasi Ekonomi INDONESIA Jangka Panjang Dan Pencapaian Kondisi STEADY-
STATE GROWTH
084 03 Perkiraan Kebutuhan Tabungan Bagi Target Pertumbuhan Ekonomi Yang Hendak Dicapai
085 04 Pengendalian Ekonomi Ditengah Ancaman Krisis Dan Dilema Keterbatasan Sumber
Pembiayaan Yang Salaing Trade-Off
010 4 Laporan Penelitian Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI 2010 File 086 01 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 72h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010
Atau 086 01 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di
Indonesia
File 087 02 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010
Atau 087 02 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di
Indonesia
File 088 03 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 77h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010 Atau 088 03 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional
File 089 04 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010
Atau 089 04 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional
168
011 3 Proposal P3M PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2010 File 090 01 Draft Proposal 21h Penelitian P3M MTD STMT Angkutan Jalan Raya DKI 2010
Atau 090 01 Kepadatan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta: Trade off Antara Penguna
Kendaraan Pribadi Dan Umum
(Studi Kasus: Penerapan Konsep Slutsky’s Theorem, TE = SE + IE)
File 091 02 Draft Proposal 26h Penelitian P3M MTL STMT Faktor Produksi PT PELNI 2010 atau 091 02 Pengaruh Beberapa Faktor Produksi Terhadap Produksi PT PELNI
(Studi Kasus: Penerapan Konsep Production Isoquant, TO = SE + OE)
File 092 03 Draft Proposal 25h Penelitian P3M MTU STMT Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan 2010
atau 092 03 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang Jakarta-Ujung
Pandang
012 14 Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI, Tahun 2011 File 093 01 Proposal 11h Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia 2011
Atau 093 01 Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia Dan Investasi Produktif Yang Diperlukan
File 094 02 Proposal 10h Jasa Angkutan Rel 2011
Atau 094 02 Menasionalisasikan Jasa Angkutan Rel Dan Investasi Yang Dibutuhkan
File 095 03 Proposal 11h Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011
Atau 095 03 Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia
File 096 04 Proposal 11h Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia 2011
Atau 096 04 Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dalam Wililayah Teritorial Indonesia
File 097 05 Proposal 12h Produksi Jasa Angkutan Udara Penerbangan Domestik 2011
Atau 097 05 Produksi Jasa Angk Udara Komersial Penerbangan Domestik
File 098 06 Proposal 12h Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau 2011
Atau 098 06 Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia
File 099 07 Proposal 14h Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik 2011
Atau 099 07 Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik
File 100 08 Proposal 11h Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau 2011
Atau 100 08 Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau
File 101 09 Proposal 13h Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik 2011
Atau 101 09 Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik
File 102 10 Proposal 15h Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara 2011
Atau 102 10 Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara
File 103 11 Proposal 14h Kebutuhan Modal Pert Produksi Angkutan Udara Luar Negeri 2011
Atau 103 11 Kebutuhan Modal Pertumbuhan Produksi Angkutan Udara Luar Negeri
File 104 12 Proposal 12h Pengembangan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011
Atau 104 12 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia
File 105 13 Proposal 15h Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Dom 2011
Atau 105 13 Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Domestik
File 106 14 Proposal 12h Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional 2011 Atau 106 14 Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional
169
10 Contoh PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI
013 5 CONTOH Hibah (Proposal DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 -2016 File 107 01 Draf Hibah Kompetensi TAHAP 1 44h dgn Ir PRASAD TITA MM to DIKTI 2009
Atau 107 01 Analisis Pertambahan Pengguna Kendaraan Bermotor Roda Dua Dan Kepemilikan Mobil
Pribadi Di Jakarta
File 108 02 Draft Hibah Kompetensi 47h dgn PROF ERYUS To DIKTI 2010
Atau 108 02 Kepadatan Lalin Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta Trade off Antara Peng Kend Pribadi
Dan Umum
File 109 03 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF HANANTO to DIKTI 2010
Atau 109 03 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PT PELNI
File 110 04 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF DIRK KOLEANGAN to DIKTI 2010
Atau 110 04 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang JAKARTA-
UJUNG PANDANG
File 111 05 Draft Hibah PRODUK TERAPAN 67h dgn Dr HUSNI HASAN to DIKTI 2016
Atau 111 05 Analisis Penentuan Tarif Angkut Dua Jasa Angk Penumpang Udara Dan Laut Rute
JAKARTA-UJUNG PANDANG
014 3 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2014 File 112 01 Proposal Penelitian P3M MTL 13h Angk Pelayaran Antar Pulau PT PELNI 2014
Atau 112 01 PENGEMBANGAN PRODUKSI ANGKUTAN PELAYARAN DI INDONESIA
File 113 02 Proposal Penelitian P3M MTD 15h Effisiensi Produktivitas Jasa Angk PT KAI 2014
Atau 113 02 TINGKAT EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS JASA ANGKUTAN KERETA API
INDONESIA
File 114 03 Proposal Penelitian P3M MTU 21h Kebutuhan Modal Angk Penerb Domestik 2014
Atau 114 03 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN
PENERBANGAN DOMESTIK
015 2 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,
Tahun 2017, Sedang Digarap File 115 01 Proposal Terpadu P3M 28h atau Analisis Trade-Off Antara MTL Dengan MTU 2017
Atau 115 01 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan
Domestik Indonesia: Trade-off Antara Angkutan Laut Dan Udara
File 116 02 Proposal Penelitian P3M 22h Dibidang TRANPORTASI UDARA Luar Negeri 2017
Atau 116 02 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN UDARA
LUAR NEGERI
170
III. PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 016 5 LAPORAN HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017
File 117 01 Laporan HASIL PENELITIAN 375h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014
Atau 117 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 118 02 Laporan HASIL PENELITIAN 147h PERUM DAMRI 2015 Atau 118 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 120 03 Laporan HASIL PENELITIAN 172h PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 120 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd
Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti
File 122 04 Laporan HASIL PENELITIAN 165h GARUDA INDONESIA 2016
Atau 122 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 124 05 Laporan HASIL PENELITIAN 353h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017 Atau 124 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
017 5 Jurnal HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017 File 125 01 Jurnal HASIL PENELITIAN 41h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014
Atau 125 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 126 02 Jurnal HASIL PENELITIAN 35h PERUM DAMRI 2015 Atau 126 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 128 03 Jurnal HASIL PENELITIAN 38h PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 128 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd
Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti
File 130 04 Jurnal HASIL PENELITIAN 36h GARUDA INDONESIA 2016
Atau 130 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 132 05 Jurnal HASIL PENELITIAN 40h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017
Atau 132 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
018 10 Macam Prediksi Pengembangan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Penelitian Survey
Files: 133 01 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 20h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
134 02 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 23h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Panjang Alt 135 03 PERUM DAMRI 2015 15h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
136 04 Jurnal HASIL PENELITIAN PERUM DAMRI 2015 24h
137 05 Jurnal HASIL PENELITIAN Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014 30h
138 06 Jurnal HASIL PENELITIAN PT MAYASARI BAKTI 2016 31h
139 07 PT MAYASARI BAKTI 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
140 08 Jurnal HASIL PENELITIAN GARUDA INDONESIA 2016 31h
141 09 PT GARUDA INDONESIA 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
142 10 Jurnal HASIL PENELITIAN KA PATAS Purwakarta 2017 30h
171
12 BUAH BENTUK PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI
019 6 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2014-2017 File 143 01 Proposal 21h KERETA API EKONOMI LOKAL PURWAKARTA 2014
Atau 143 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 144 02 Proposal 18h PERUM DAMRI 2015
Atau 144 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 145 03 Proposal 17h PERUM DAMRI Dgn KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 145 03 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 146 04 Proposal 28h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 146 04 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap
Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti
File 148 05 Proposal 28h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016
Atau 148 05 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 150 06 Proposal 27h KERETA API PATAS PURWAKARTA 2017
Atau 150 06 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
020 2 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Hasil Pengembangan Model 2016 File 151 01 Proposal 33h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 151 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 152 02 Proposal 26h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 152 02 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap
Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti
021 2 Contoh Proposal Baru PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2017 File 153 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017
Atau 153 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta
File 154 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017
Atau 154 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta
File 155 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt Atau 155 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta
File 156 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017 dengan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 156 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas
Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta
172
Biasanya untuk mendapatkan sebuah TULISAN ILMIAH adalah secara kebetulan
didalam DOMAIN Google atau Bilamana sudah mengetahui judul TULISAN
ILMIAH tersebut cukup dengan menulis judul tersebut ke dalam Google dan akan
keluar TULISAN ILMIAH yang dimaksud.
KIAT CERDIK MEMBUAT TULISAN ILMIAH, dan sebagai langkah utama adalah
dengan cara Mengkoleksi sejumlah TULISAN ILMIAH yang akan berperan sebagai
MATERI PEMBANDING dengan MATERI YANG DIBUAT. Paling tidak agar
mengatahui bagaimana penyusunan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN
TEORITIS yang dibuat penulis lain. Selain bisa memperkuat “pondasi ilmiah” bahkan
juga memperkokoh “Kemampuan ilmiah” agar lebih mudah menyelesaikan berbagai
bentuk/beranekaragam Persoalan Ilmiah pada PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang
MANAJEMEN TRANSPORTASI maupun PENELITIAN SURVEY Dibidang
MANAJEMEN TRANSPORTASI. Tentunya sebagai langkah berikutnya adalah
Meng-unduh (Downloads) sebanyak mungkin TULISAN ILMIAH dari penulis lain atau Meng-unduh secara keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File PDF
(pada posisi jumlah sekarang) sebagaimana tercantum dalam Lembaran Informasi, terkecuali TULISAN ILMIAH yang terdapat dalam kurung sebanyak 22 Files (hanya
bisa didapatkan melalui Email langsung dengan sejumlah harga tertentu yang disajikan
dalam sebuah Daftar Harga).
Ketentuan: Gantilah Lembaran Informasi (Daftar TULISAN ILMIAH yang disisipkan dalam wujud File PDF) menjadi (Daftar TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File DOCUMENTS),
sehingga didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisikan Daftar dari semua tulisan
ilmiah yang disusun oleh Amrizal.
Selanjutnya, dengan cara memasukan/menuliskan 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal
ke dalam Google, maka akan didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisi Daftar
TULISAN ILMIAH tersebut, dengan contoh berikut:
Google 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal Cari
Adapun tujuan selanjutnya agar lebih leluasa/Mudah meng-unduh (Downloads)
keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam PDF (pada posisi jumlah sekarang),
cukup dengan cara meng-Copy masing-masing Nomor urut beserta nama file tersebut
ke dalam Google.
Diistilahkan dalam tanda petik “pada posisi jumlah sekarang” oleh karena posisi/jumlah
files PDF yang disajikan dalam Daftar TULISAN ILMIAH dapat berubah pada saat-saat
tertentu seiring dengan perjalanan waktu.......
-------- Jakarta, 14 September 2017--------