186
BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id BUKU AJAR PENGANTAR EKONOMI MAKRO: Perhitungan Pendapatan Nasional Untuk Kalangan Terbatas Oleh Amrizal Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti Jakarta 2006

LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA

JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410

Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id

BUKU AJAR

PENGANTAR EKONOMI MAKRO:

Perhitungan Pendapatan Nasional

Untuk Kalangan Terbatas

Oleh

Amrizal

Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti

Jakarta 2006

Page 2: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan

Nikmat yang diberikan-Nya, sehingga Buku Ajar ini dapat diselesaikan sebagaimana

yang diharapkan, diperlukan bagi STMT-TRISAKTI, khususnya Mahasiswa semua.

Penulisan Buku Ajar ini telah diusahakan sebaik-baiknya dengan wujud Isinya yang

sangat padat sekali. Buku Ajar “PENGANTAR EKONOMI MAKRO: Perhitungan

Pendapatan Nasional”. Untuk tahap perdana ini penulis mencoba menyusun sebanyak “7

buah Buku Ajar serta 3 buah Modul Soal Dan Pemecahan” yang disajikan dengan

beberapa judul sebagai berikut:

1. Pengantar Teori Ekonomi

2. Modul Soal Dan Pemecahan Pengantar Teori Ekonomi

3. Teori Ekonomi

4. Pengantar Ekonomi Pembangunan

5. Pengantar Ekonomi Mikro

6. Pengantar Ekonomi Makro: Perhitungan Pendapatan Nasional

7. Teori Ekonomi Mikro

8. Modul Soal Dan Pemecahan Teori Ekonomi Mikro

9. Ekonomi Manajerial

10. Modul Soal Dan Pemecahan Ekonomi Manajerial

Penulis berharap agar kehadiran buku-buku yang sederhana tersebut dapat

berguna terutama sekali oleh Mahasiswa untuk mengatasi atau menutupi kelangkaan

buku paket yang sangat dirasakan oleh mahasiswa sekalian.. Pada penampilan perdana

ini, harapan penulis agar kehadiran Buku Ajar PENGANTAR EKONOMI MAKRO:

Perhitungan Pendapatan Nasional ini mendapat sambutan yang cukup hangat oleh Civitas

Akademika STMT-TRISAKTI dan dapat pula kiranya dibahas secara bersama-sama

dalam lingkungan kampus ini, dengan mengikut-sertakan penulis sekaligus. Selain

daripada itu, mungkin dalam penyajian Buku Ajar PENGANTAR EKONOMI MAKRO:

Perhitungan Pendapatan Nasional ini masih dirasakan kekurangan-kekurangan.

Sehubungan dengan itu, saran berupa masukan sangat penulis harapkan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua fihak

yang telah ikut disibukkan terwujudnya buku ajar ini, terutama kepada:

1. Bapak Husni Hasan, A.MTrU, S.Sos, MM, selaku Ketua STMT Trisakti 2. Bapak Drs .M. Fathur Rahman Rosyadhi, MM, Ph.D, selaku Puket I STMT Trisakti

3. Ibuk Yuliantini R, A.MTrU, MM, selaku Kajur S1 Manajemen STMT Trisakti

4. Bapak H. Andri Warman, BSc, S.Sos.,MM, selaku Kajur PSP. D.III STMT Trisakti

5. Bapak Cecep Pahrudin, S.Sos, MM, selaku Sekjur S1 STMT Trisakti

6. Bapak Juliater Simarmata, SE.,MM, selaku Kajur PSP. D.III STMT Trisakti

7. Ibuk Lira Agusinta, SE.,MM, selaku Kepala PSP. D.III MTU STMT Trisakti 8. Bapak Yosi Pahala, Amd.MTrL,SE, selaku Kepala PSP. D.III MTL, MLM STMT Trisakti

9. Bapak DR. Adenan Suhelis, SE,MSi, selaku Ketua LPMT STMT Trisakti

10. Bapak Prof. Eryus Ak, MSc, Ph.D, selaku Ketua P3M STMT Trisakti

Page 3: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

iii

11. Semua Dosen-dosen, para Mahasiswa dan Civitas Akademika lainnya

STMT Trisakti yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam

kesempatan ini.

Adapun Ruang Lingkup PENGANTAR EKONOMI MAKRO: Perhitungan

Pendapatan Nasional yang disusun ini hanya meliputi 4 Bab singkat, yaitu: (I)

Pendekatan Ekonomi Makro, (II) Pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional, (III)

Pendekatan Pengeluaran Perhitungan Pendapatan Nasional, (IV) Perhitungan Pendapatan

Nasional: Penerapan Angka Indeks.

Demikianlah dengan harapan agar buku ajar ini berguna bagi kita semua dalam

usaha meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan pada STMT-TRISAKTI.

Jakarta, April 2006

Penulis,

( Amrizal )

Page 4: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

iv

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

TRANSPOR TRISAKTI

PENGESAHAN

BUKU AJAR

PENGANTAR EKONOMI MAKRO:

Perhitungan Pendapatan Nasional

Oleh

Amrizal

Jakarta, April 2006

Mengatahui,

Ketua STMT-TRISAKTI

(Husni Hasan, AMTrU, S.Sos.,MM)

Page 5: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

SEPENGETAHUAN iv

DAFTAR ISI v

A. Sasaran vi

B. Pokok Bahasan vi

C. Daftar Pustaka vii

Kuliah ke: BAB

1, 2 I. PENDEKATAN EKONOMI MAKRO 1

3, 4, 5, 6 II. PENDEKATAN PERHITUNGAN

PENDAPATAN NASIONAL 28

7 s/d 11 III. PENDEKATAN PENGELUARAN

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL 52

12, 13, 14 IV. PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL:

PENERAPAN ANGKA INDEKS 130

Page 6: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

vi

Pengantar Ekonomi Makro

A. Sasaran: Agar mahasiswa dapat mengenal: Konsep Dasar, Pengertian, Dan Ruang Lingkup

Pengantar Ekonomi Makro sembari dapat membedakan dengan Ilmu Ekonomi

Mkkro. Sebagai pengenalan awal mempelajari Ilmu Ekonomi secara keseluruhan

yang saling terkait sebagai perpaduan utama antara Ilmu Ekonomi Mikro dengan

Ilmu Ekonomi Makro, Ilmu Ekonomi Pembangunan serta berbagai bidang Ilmu

Ekonomi lainnya seperti Ilmu Ekonomi Internasional, Ilmu Prekonomian Indonesia

serta Ilmu Ekonomi Moneter dan lain sebagainya sesuai kebutuhan bahasan.

Pembahasan yang lebih khusus adalah menyangkut dengan “Konsep Perhitungan

Pendapatan Nasional” dengan rentetan pengenalannya pertama dengan pendekatan

Makro terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan dengan Konsep Dan Metoda

Perhitungan Pendapatan Nasional itu sendiri. Fokus Pembahasan adalah kepada

Analisis Kualitatif Perhitungan Ekonomi Sektoral, yang berupa ekonomi 2,3 dan 4

sektor yang diakhiri oleh pembuktian Perhitungan Pendapatan Nasional: Analisis

kuantitatif Ekonomi Sektoral tersebut secara prakteknya dengan menggunakan Data

Ekonomi Nasional Indonesia yang diolah dengan peralatan statistik berupa Hasil-

hasil Estimasi (regresi).

B. Pokok Bahasan:

BAB I. PENDEKATAN EKONOMI MAKRO 1

1. Mashab Klasik: Asal Kata Ilmu Ekonomi 2

2. Timbul Masalah Ekonomi 2

3. Definisi Ilmu Ekonomi 2

4. Masalah Pokok Ekonomi 4

5. Jenis-jenis organisasi ekonomi/ruang lingkup ekonomi 5

6. Kelompok Ilmu Ekonomi 6 7. Pelaku-pelaku Ekonomi Dan Jenis-jenis Pasar Ekonomi 7

8. Sasaran Dan Analisa Ilmu Ekonomi 11

9. Aktivitas Pelaku Ekonomi Secara Agregatif 21

BAB II. PENDEKATAN PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL 28

1. Konsep Dan Metoda Perhitungan 29

1.1. Pendekatan Produksi (Production Approach) 30

1.2. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) 34

1.3. Pendekatan Pendapatan (Earning or Income or Cost Approach) 37

2. Faktor Produksi Dan Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi 38

2.1. Faktor Produksi “Tanah” 38

Page 7: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

vii

2.2. Faktor Produksi “Capital” 39

2.3. Faktor Produksi “Labor” 40

2.4. Faktor Produksi “Entrepreneour” 41

3. Tekhnik Perhitungan Pendapatan Nasional 43

4. GNP Dan Pendapatan 48

BAB III. PENDEKATAN PENGELUARAN PERHITUNGAN

PENDAPATAN NASIONAL 52

1. Konsep Perhitungan Pendapatan Nasional: Ekonomi Sektoral 53

2. Economic’s Medel: “Circular Flow of Income” 54

3. Analisis Kualitatif Perhitungan Ekonomi Sektoral 55

3.1. EKONOMI DUA SEKTOR 55

3.2. EKONOMI TIGA SEKTOR 65

3.3. EKONOMI EMPAT SEKTOR 73

4. Analisis Kuantitatif Perhitungan Ekonomi Sektoral 82

4.1. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 2 Sektor 82

4.2. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 3 Sektor 95

4.3. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 4 Sektor 110

BAB IV. PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL:

PENERAPAN ANGKA INDEKS 129

1. Pengukuran Perubahan-perubahan harga: Angka-angka Indeks 130

2. Pemilihan Tahun Dasar (atau Periode dasar) 133

3. Proses Deflasi 134

4. Masalah Penyusunan Data 136

5. Data Ekonomi Nasional Murni Yang Dihimpun Pemerintah 143

6. Pengolahan Data Ekonomi “Time Series Data” 158

C. DAFTAR PUSTAKA

I. Bacaan Wajib: 1. Ragnar Nurse., “Problem of Capital Formation in Underdeveloped

Countries”, Oxford University Press, New York

2. Ace Partadiredja.,”Pengantar Ekonomika (Edisi ke-3)”, Bagian Penerbitan

Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.

3. Boediono.,”Synopsis Pengantar Ilmu Ekonomi: Bagian Dua (Teori Makro)”,

Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.

Page 8: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

viii

4. Lipsey, Richard G and Peter O. Steiner.,”ECONOMICS”,Second Edition,

Harper Row Publishers, New York 1984. Atau Sixth Edition, 1981 atau Eight

Edition, 1988.

5. Samuelson, Paul A.,”ECONOMICS”, Eleventh Edition, McGraw-Hill

Kogakusha Ltd, Tokyo 1980.

6. Wonnacott, Paul and Ronald Wonnacott.,” ECONOMICS”, McGraw-Hill

Kogakusha Ltd, Tokyo 1979.

7. Sukirno, Sadono.,”PENGANTAR TEORI MAKROEKONOMI”, Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta 1981.

8. Pertadiredja, Ace.,”PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL”, LP3ES,

Jakarta 1978.

9. Diulio, Eugene A.,”MACROECONOMIC THEORY” ( Schaum’s Outline

Series ), McGraw-Hill Book Company, Singapore 1983.

10. Soediyono, R. DR. MBA.,”EKONOMI MAKRO: ANALISA IS-LM DAN

PERMINTAAN-PENAWARAN AGREGATIF”,Liberty: Yokyakarta 1983.

II. Bacaan Pendukung/Tambahan:

11. Sumitro Djojohadikusumo., “Ekonomi Pembangunan”, PT. Pembangunan

Jakarta.

12. Winardi., “Pengantar Ekonomi Pembangunan”., CV. Transito Bandung.

13. Charles P. Kindleberger., “Economic Development”, McGraw Hill-Book

Company, Inc New York.

14. Albert O. Hirschman., “The Strategy of Economic Development”, Yale

University Press Inc, New York.

15. N.S. Buchanan and H.S. Ellis., “Approaches to Economic Development”, The

Twentieth Century Funed Inc, New York.

16. Richard T. Gill., “Economic Development: Past and Present, Prentice-Hill Inc,

New Jersey.

17. G.M. Meier and R.E. Baldwin.,” Economic Development”, John Wiley &

Sons Inc, New York.

18. Ragnar Nurse., “Problem of Capital Formation in Underdeveloped

Countries”, Oxford University Press, New York.

19. W.W. Rostow., “The Stage of Economic Growth”, Cambridge ( Terjemahan

Azwar, Tahap-Tahap Pembangunan Ekonomi ).

20. W. Arthur Lewis., “The Theory of Economic Growth”, George Allen &

Unwin Ltd., London.

21. W. Arthur Lewis., “The Principles of Economic Planning”, George Allen &

Unwin Ltd, London.

22. W.J. Baumol and L.V. Chandler., “Economic Process and Policies”, Harper &

Unwin Ltd, London.

23. Henry H. Villard., “Economic Development”, Holt Pinehart and wiston Inc,

New York.

24. Gerald M. Meier (editor)., “Loading Issues in Economic Development”,

Oxford University Press Inc, Stanford.

Page 9: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

ix

25. Departement Penerangan RI., REPELITA dan REALISASI PELITA: Pertama

s/d Keempat, Jakarta.

26. Sumitro Djojohadikusumo., “Indonesia Dalam Perkembangan Dunia”: Kini

dan Masa Mendatang, LP3ES, Jakarta.

27. Ace Partadiredja.,”Pengantar Ekonomika (Edisi ke-3)”, Bagian Penerbitan

Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.

28. Boediono.,”Synopsis Pengantar Ilmu Ekonomi: Bagian Dua (Teori Makro)”,

Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.

29. Boediono.,”Teori Pertumbuhan Ekonomi: Seri Synopsis Pengantar Ilmu

Ekonomi No.4”, BPFE-UGM.

30. Sadono Sukirno.,”Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar

Kebijaksanaan”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

31. Gregory Grossman ( alih bahasa: Anas Sidik ).,”Sistem-Sistem Ekonomi”,

Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

32. Michael P. Todaro ( alih bahasa: Burhanuddin Abdullah ).,”Pembangunan

Ekonomi Di Dunia Ketiga, Jilid I, edisi ketiga, Penerbit PT.Gramedia,

Jakarta.

33. Thee Kian Wie.,”Pembangunan Ekonomi Dan Pemerataan: Beberapa

Pendekatan Alternatif, LP3ES Jakarta.

34. W. Arthur Lewis (Terjemahan: G. Kartasaputra & E.

Komaruddin).,”Perencanaan Pembangunan: Dasar-Dasar Kebijakan

Ekonomi”, Penerbit Aksara baru, Jakarta.

35. Ace Partadiredja., “Pengantar Ekonomika”, bagian penerbitan Fakultas

Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Edisi ketiga, 1982.

36. Vincent Gaspersz, “Ekonomi Manajerial Penerapan Konsep-Konsep Ekonomi

Dalam Manajemen Bisnis Total”,hal 287, Penerbit PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta 1996

37. Robert Y. Awh., Microeconomic: Theory and Aplication, Santa Barbara: John

Wiley & Sons, Inc., 1976, hal 4. (Dalam Dr. Soediyono R, MBA., “Ekonomi

Mikro: Perilaku Harga Pasar Dan Konsumen”., Liberty, Yokyakarta, 1981.).

38. Dr. Soediyono, R. MBA., “Teori Ekonomi Mikro: Perilaku Harga Pasar Dan

Konsumen”, Penerbit Liberty, Yokyakarta 1981.

39. Robert Haney Scott., The Pricing System. San Fransisco: Holdenday, 1973,

hal 6. (Dikutip dalam Dr. Soediyono. R. MBA., “Ekonomi Mikro: Perilaku

Harga Pasar Dan Konsumen”, Liberty, Yokyakarta 1981).

40. E, Chamberlin, Theory of Monopolistic Competition, harvard University

Press, Chamberlin Mass, 1933.

41. J. Robinson, The Economic of Imperfect Competition (Mc Millan, 1933).

42. J. Bertrand, Theorie Mathematique de la Richesse Sosiale, Journal des

Savants, 1883, Paris.

43. P. Sweezy, Demand Under Conditions of Oligopoly, Journal of Political

Economy, 1939.

44. H. Von Stackelberg, The Theory of the Market Economy, Trans. A.t. Peacock

(London, 1952).

45. W. Fellner, Competition among the few, New York, konpf, 1949.

Page 10: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

Bahan Kuliah ke 1 dan 2

BAB I

PENDEKATAN EKONOMI MAKRO

Sub Pokok Bahasan:

1. Mashab Klasik: Asal Kata Ilmu Ekonomi 2

2. Timbul Masalah Ekonomi 2

3. Definisi Ilmu Ekonomi 2

4. Masalah Pokok Ekonomi 4

5. Jenis-jenis organisasi ekonomi/ruang lingkup ekonomi 5

6. Kelompok Ilmu Ekonomi 6 7. Pelaku-pelaku Ekonomi Dan Jenis-jenis Pasar Ekonomi 7

8. Sasaran Dan Analisa Ilmu Ekonomi 11

9. Aktivitas Pelaku Ekonomi Secara Agregatif 21

Page 11: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

2

1. Mashab Klasik: Asal Kata Ilmu Ekonomi

Kenapa Mempelajari Ilmu Ekonomi ? Banyak alasan yang dapat dikemukakan

kenapa kita mempelajari ilmu ekonomi. Dengan mempelajari ilmu ekonomi, keputusan-

keputusan yang dapat diambil dapat menjadi lebih efektif dan pandangan-pandangan kita

tentang persoalan-persoalan sosial ekonomi dapat menjadi lebih layak dan berimbang dan

efektif dalam melakukan suatu keputusan. Ilmu khususnya diartikan sebagai suatu

kerangka pengetahun yang sudah disusun secara sitematis. Sedangkan Ilmu Ekonomi

(economics) dapat diartikan sebagai kerangka pengetahun di bidang ekonomi yang sudah

disusun secara sitematis. Kata Ekonomi itu berasal dari bahasa latin, yaitu:

Oiku = Rumah tangga/keluarga

Nomos = Pengelolaan/manajemen

Dengan demikian dapatlah diartikan bahwa Ilmu Ekonomi itu sebagai ilmu yang

mengelola kebutuhan rumah tangga/keluarga”. Ilmu ekonomi sudah ada semenjak

manusia ada Ekonomi baru dapat dikatakan sebagai ilmu pad abad 18, yaitu pada zaman

Mashab Klasik dengan Adam Smith sebagaimana yang telah dibahas diatas pada bagian

pendahuluan.

2. Timbul Masalah Ekonomi

Ada hal yang menyebabkan timbulnya masalah ekonomi dalam masyarakat, yaitu:

1. Adanya kebutuhan manusia

2. Pemuas kebutuhan

Disatu fihak terdapat suatu keadaan dimana jumlah kebutuhan manusia yang

hidup didunia ini tidak terbatas banyaknya. Manusia tidak pernah merasa puas dengan

apa yang telah mereka peroleh dan mereka capai. Kalau keinginan-keinginan pada masa

lalu telah tercapai, maka berbagai keinginan-keinginan baru akan timbul dan terulang

terjadinya. Salah satu sifat penting dalam hidup manusia adalah bahwa mereka akan

selalu mempunyai keinginan untuk memcapai kesejahteraan yang lebih tinggi daripada

yang telah dicapai sekarang. Dipihak lain faktor-faktor produksi ( Land, Capital, Labour

Dan Entrepreneour ) yang dapat digunakan oleh manusia untuk menyediakan berbagai

alat pemuas berbagai kebutuhan mereka sangat terbatas jumlahnya. Oleh kerenanya

barang-barang dan jasa-jasa yang dapat diciptakan oleh faktor produksi yang tersedia

jauh lebih sedikit daripada jumlah kebutuhan-kebutuhan manusia. Didasari oleh kedua

keadaan yang bertentangan inilah telah menyebabkan timbulnya berbagai masalah

ekonomi didalam masyarakat.

3. Definisi Ilmu Ekonomi

Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu

yang mempelajari kegiatan-kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Bermula

dari berbagai definisi yang diberikan oleh ahli-ahli terdahulu, dan dari definisi mereka-

Page 12: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

3

mereka tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan berupa definisi yang lebih mudah untuk

difahami guna menggalang situasi sekarang. Definisi ilmu ekonomi oleh ahli-ahli

tersebut sebagai berikut:

Adam Smith: Ilmu ekonomi sebagai ilmu yang menyelidiki sifat-sifat dan sebab-sebab dari

kemakmuran.

John Stuart Mills: Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang produksi dan distribusi untuk

mencapai kemakmuran.

Alfred Marshall:

Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tindakan-tindakan manusia baik secara

individu maupun secara kolektif yang erat hubungannya dengan pemakaian dan produksi

benda-benda material.

J.R. Hicks:

Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam peristiwa-peristiwa

bisnis.

Jacoub Viner:

Ilmu ekonomi sebagai ilmu yang mempelajari apa-apa yang dibuat oleh para ekonom.

Dalam buku “Economic”, edisi kesebelas, Samuelson menyalin beberapa definisi ilmu

ekonomi sebagai berikut:

1. Ilmu ekonomi atau Ilmu politik ( political economy ) adalah ilmu yang

mempelajari transaksi-transaksi pertukaran sesama manusia baik transaksi-

transaksi dengan menggunakan uang atau tanpa menggunakan uang sebagai

alat tukar.

2. Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memilih

untuk memanfaatkan sumber daya produktif ( Land, Capital seperti mesin ,

labor dan pengetahuan teknis ) untuk menghasilkan berbagai barang-barang

dan kemudian mendistribusikan barang-barang tersebut kepada berbagai

anggota masyarakat untuk konsumsi mereka.

3. Ilmu ekonomi adalah ilmua yang mempelajari manusia dalam kehidupan yang

biasa, bagaimana mereka memperoleh penghasilan dan menikmati kehidupan.

4. Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia melakukan

usaha mengorganisir kegiatan-kegiatan konsumsi dan kegiatan-kegiatan

produksi.

5. Ilmu ekonomi adalah ilmu tentang kekayaan.

Page 13: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

4

6. Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana memperbaiki

masyarakat dan membuat peradaban ramah tamah (human civilization) dapat

terlaksana.

Kalau diperhatikan difinisi-definisi yang dikutip tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

ilmu ekonomi itu menyangkut manusia dengan segala macam persoalan kebutuhannya

dan bagaimana memuaskan kebutuhan tersebut dengan benda-benda pemuas kebutuhan

yang ada1). Berdasarkan kepada corak masalah ekonomi yang dihadapi oleh setiap

masyarakat, dimana ahliahli mendefinisikan ilmu ekonomi sebagai berikut2)..

“Suatu ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia secara individu atau

bersama-sama, dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang terbatas jumlahnya

untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan”.

Dari pengertian dan definisi diatas, jelas bahwa ilmu ekonomi membahas tentang

manusia sebagai pelaku ekonomi dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi guna

menghasilkan kebutuhan manusia tersebut. Dalam hal yang demikian itu, tersirat

beberapa pengertian-pengertian tententu yang harus difahami terlebih dahulu. Pengertian-

pengertian yang dimaksud tersebut diantaranya tentang “pelaku-pelaku ekonomi dan

faktor-faktor produksi”. Sebelum masuk pada pemahaman pengertian-pengertian

tersebut, kita masuk dulu peda berbagai pegertian lainnya yang juga dapat akan

mempertajam/memperkuat pengertian yang kita tuju.

4. Masalah Pokok Ekonomi

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai corak yang sebenarnya

dari masalah ekonomi yang dihadapi setiap masyarakat, nampaknya kita tidak bisa

terlepas/terhindar dari pengertian lima masalah pokok ekonomi yang terdapat/terjadi

dalam masyarakat, yaitu:

1. Apa jenis barang-barang dan jasa-jasa yang harus diproduksi ( What to

produce )

2. Bagaimana cara memanfaatkan faktor-faktor produksi yang tersedia untuk

menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut ( How shall goods and

services be produced )

3. Untuk siapa barang-barang dan Jasa-jasa itu dihasilkan ( for whom shall

goods and services be produced )

4. Kapan barang-barang dan jasa-jasa tersebut dihasilkan supaya dapat mencapai

efisiensi yang lebih tinggi ( when shall goods and services be produce

1). Alfian Lains., Pengantar Teori Ekonomi Makro., Univesitas Andalas Padang, 1987., hal 12. 2). Sadono Sukirno., “Pengantar Teori Makroekonomi”., LPFE-IU, 1981., hal 48.

Page 14: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

5

5. Dimana barang-barang dan jasa-jasa tersebut dihasilkan agar dapat mengatasi

masalah kenaikan harga ( where shall goods and services be produced )

5. Jenis-jenis organisasi ekonomi/ruang lingkup ekonomi

Setiap perekonomian menghadapi masalah-masalah pokok, akan tetapi dalam hal

mengatasi masalah-masalah tersebut tersebut digunakan cara-cara yang berbeda.

Perbedaan cara tersebut disebabkan karena perbedaan organisasi ekonomi yang

diciptakan didalam masyarakat. Secara garis besar organisasi ekonomi dibedakan dalam

empat jenis, yaitu:

Organisasi Ekonomi Ruang Lingkup Ekonomi

1. Perekonomian Subsisten

Free enterprice economy

2. Perekonomian Pasar

3. Perekonomian Perencanaan Socialized economy

4. Perekonomian Campuran Mixed economy

Ad.1. Perekonomian subsisten

Perekonomian Subsistance adalah suatu organisasi ekonomi dimana tiap keluarga

yang ada didalamnya menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa untuk kebutuhannya

sendiri. Teknologi yang digunakan biasanya sederhana sekali sehingga produktivitas

yang dihasilkan/dicapai rendah sekali. Sebagai akibatnya tingkat produksi hanya cukup

sekedar memenuhi kebutuhan pokok (basic need) untuk setiap keluarga.

Ad.2. Perekonomian Pasar

Dalam perekonomian pasar kegiatan produksi yang dilakukan oleh setiap

produsen bukanlah untuk digunakan sendiri, melainkan juga untuk orang lain atau dijual

pada pasar daripada produksi tersebut. Besar kecilnya permintaan yang terdapat dalam

pasar merupakan salah satu faktor utama menentukan tingkat produksi yang akan

dilakukan para produsen. Dengan demikian keadaan-keadaan dipasar merupakan

pengatur dari tingkat kegiatan produksi yang harus dicapai dari berbagai jenis kegiatan

ekonomi. Sestem ekonomi seperti itu dikendalikan oleh “Mekanisme harga” ( price

mecanism). Dinamakan perkonomian pasar atau perekonomian kapitalisme (capitalized

economy ).

Page 15: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

6

Ad.3. Perekonomian Perencanaan

Perekonomian perencanaan berkembang sebagai akibat ketidakpuasan kelancaran

perekonomian pasar. Dalam kenyataanya, perekonomian pasar dapat berakibat buruk

kepada masyarakat, sehingga jumlah maupun jenis barang-barang dan jasa-jasa yang

dihasilkan ditentukan oleh pemerintah. Untuk maksud ini, biasanya dibuat semacam jenis

rencana ekonomi ( seperti di Indonsia dikenal dengan nama Repelita ), sehingga

mempermudah membuat ramalan (forecasting) yang mendekati kebenaran tentang

keadaan masa mendatang.

Ad.4. Perekonomian Campuran

Perekonomian campuran adalah organisasi yang wujud atau yang paling banyak

dipagai/digunakan berbagai negara. Dalam hal ini pemerintah ikut serta ( campur tangan )

menentukan cara-cara mengatasi masalah pokok ekonomi yang dihadapi masyarakat,

sehingga pemerintah mengharapkan agar susunan produksi nasional (national production)

sesuai dengan kebutuhan masyarakat, faktor-faktor produksi yang digunakan efisien,

distribusi pendapatan lebih merata dan perkembangan ekonomi yang mantap dari masa

ke masa dapat diciptakan. Kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan dalam pada sistem

ekoomi seperti ini adalah: Kegiatan produksi, kegiatan konsumsi dan kegiatan

pertukaran. Adapun untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan melalui cara-cara sebagai

berikut:

a. Membuat peraturan-peraturan, seperti peraturan untuk menghilangkan atau

mengurangi hambatan-hambatan persaingan sehat.

b. Secara langsung ikut serta dalam kegiatan-kegiatan ekonomi, seperti pendirian

perusahaan-perusahaan yang menyediakan barang-barang dan jasa-jasa penting dalam

kehidupan masyarakat. Contoh diantaranya itu adalah

pendirian/pengadaan/pembenahan infrastruktur ekonomi seperti PAM, PLN dan

PJKA.

c. Melaksanakan berbagai aktivitas kebijaksanaan ekonomi yang diperlukan dalam

mengatur/mengendalikan pelaku-pelaku ekonomi dalam masyarakat dan atau suatu

negara, seperti kebijaksanaan yang bersifat mikro mengenai peraturan-peraturan

pemerintah pada bidang-bidang tertentu dan atau kebijaksanaan makro

perekonomian seperti Kebijaksanaan Moneter, Fiskal dan Perdagangan luar negeri.

6. Kelompok Ilmu Ekonomi

Dalam ilmu ekonomi biasanya hanya dibagi kedalam tiga kelompok dasar, yaotu

kelompok ekonomi diskriptif, kelompok teori ekonomi dan kelompok ekonomi terapan

sebagai berikut3).

3). Dr. Soediyono. R., MBA., “Ekonomi Mikro: Pelaku Harga Pasar Dan Konsumen”, Penerbit Liberty,

Yokyakarta, 1981., hal 2-5.

Page 16: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

7

1. Ekonomi Diskriptis (Descriptive economics), dimana yang menjadi sasaran pokok

adalah mengumpulkan keterangan-keterangan aktual, fakta, kenyataan yang relefan

mengenai atau yang ada kaitannya dengan masalah ekonomi.

2. Teori Ekonomi (Economic theory/Economic principles), Dan kalau saja dipisahkan

teori ekonomi tersebut, maka pecahan utama setelah teori ekonomi tersebut adalah:

Teori Ekonomi Mikro (Microeconomic theory) dan Teori Ekonomi Makro

(Macroeconomic theory). Tugas utamanya adalah mencoba menerangkan secara

umum perilaku sistem perekonomian. Apabila yang merupakan materi pembahasan

adalah perilaku pelaku-pelaku ekonomi yang berada dalam sistem perekonomian

secara individu-individu, maka teori ekonomi ini dikatagorikan sebagai teori ekonomi

mikro. Selanjatnya, apabila yang merupakan materi pembahasan adalah mekanisme

bekerjanya perekonomian sebagai suatu keseluruhan, maka teori ini akan

dikatagorikan sebagai Teori ekonomi makro.

3. Ekonomi Terapan (Applied economics), ialah menggunakan hasil-hasil pemikiran

yang terkumpul dalam teori ekonomi untuk menerangkan keterangan-keterangan

yang dikumpulkan oleh ekonomi diskriptif atau lebih tegasnya bahwa yang menjadi

sasaran utama adalah pemanfaatan daripada teori ekonomi sesuai obyek yang menjadi

tujuan pembahasan.

Kalau dipecahkan lagi lebih lanjut kelompok Ilmu ekonomi selain yang sudah

dipecahkan tiga diatas, maka khususnya aplikasi yang menyangkut atau berupa pecahan-

pecahan lebih lanjut dari Microeconomic antara lain: Ekonomi Manajemen, yaitu yang

mengatur/mengontrol jalannya berbagai bisnis yang dilakukan. Ekonomi Akuntansi, yaitu

yang mengarah pada penyusunan pos-pos transaksi yang dilakukan dalam bisnis.

Ekonomi Manajerial, yaitu membahas tentang perilaku dari pada pelaku-pelaku ekonomi

yang berorientasi pada pertimbangan untung rugi suatu bisnis. Contoh yang sederhana

adalah berupa pembahasan mengenai produksi, konsumsi dan pertukaran. Ekonomi/Studi

Kelayakan Bisnis, yaitu bertujuan untuk menguji layak atau tidaknya suatu bisnis tersebut

dilakukan. Ekonomi Transportasi, yaitu berorientasi pada masalah pengaturan tentang

arus bisnis yang bersifat jasa, dan lain sebaginya. Sedangkan yang merupakan pecahan

lebih lanjut dari Macroeconomics antara lain: Ekonomi Moneter, yaitu yang membahas

tentang masalah Uang dan Bank;. Ekonomi Internasional, yang membahas tentang

masalah perdagangan luar negeri. Ekonomi Pembangunan, yaitu membahas tentang

masalah ekonomi suatu negara berhasil/terjadi atau tidaknya pembangunan ekonomi yang

dilakukan dinegara tersebut, dan lain-lain sebagainya.

7. Pelaku-pelaku Ekonomi Dan Jenis-jenis Pasar Ekonomi

Microeconomic dan Macroeconomic mempunyai sasaran sama, yaitu

mempelajari dan mencoba menerangkan pelaku-pelaku ekonomi yang ada, hanya saja

analisanya yang berbeda sesuai prinsip teorinya masing-masing.

Page 17: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

8

Pelaku-Pelaku Ekonomi Jenis-jenis Pasar Ekonomi

1. Rumah tangga keluarga (house hold) Pasar barang (pasar komoditi)

2. Rumah tangga perusahaan (firm) Pasar Uang

3. Rumah tangga pemerintah Tenaga Kerja

4. Lembaga-lembaga keuangan Pasar Modal (luar negeri)

5. Negara-negara lain

Ad.1. Rumah Tangga Keluarga:

Dalam literatur kelompok pelaku-pelaku ekonomi ini biasa disebut sebagai

household, yang dapat berupa organisasi keluarga atau dapat pula berupa orang

perorangan. Orang atau perorangan kita anggap sebagai rumah tangga keluarga yang

beranggotakan tunggal. Kegiatan-kefgiatan ekonomi yang dilakukan pada pokoknya

meliputi:

1. Menjual atau menyewakan sumber-sumber daya yang mereka miliki dengan

mendapatkan berupa penghasilan berupa: upah, gaji, sewa, bunga atau lab

sebagai hasil penjualan atau hasil menyewakan sumber-sumber daya mereka.

2. Membayar pajak yang merupakan suatu kewajiban kepada negara.

3. Membeli dan mengkonsumsi barang-barang dan jasa-jasa pribadi yang

dihasilkan oleh rumah tangga perusahaan.

4. Memanfaatkan jasa pemakaian barang-barang publik yang disediakan oleh

pemerintah

5. Menyisihkan sisa dari penghasilan tersebut untuk ditabung pada lembaga

keuangan.

6. Masuk dalam pasar sebagai “peminta” (demanders”, karena kebutuhan

mereka akan uang tunai misalnya transaksi sehari-hari.

Ad.2. Rumah Tangga Perusahaan:

Kelompok ini termasuk semacam kelompok produsen. Pelaku-pelaku ekonomi

yang tergolong dalam kaytagori ini mempunyai bentuk yuridis yang bermacam-macam.

Ada yang berbentuk perseroaan terbatas, persekutuan komnaditer, persekutuan dengan

sebutan firma, perusahaan perseorangan, perusahaan negara, koperasi dan sebagainya.

Rumah tangga perusahaan yang disingkat disebut dengan sebutan produsen, perusahaan

atau badan usaha melaksanakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang pada dasarnya

meliputi:

1. Membeli/menyewa/menggunakan faktor-faktor produksi dan sumber-sumber

daya yang dimiliki kelompok rumah tangga dan rumah tangga pemerintah

untuk proses produksi.

2. Membayar pajak kepada pemerintah, berupa kewajiban, atas penggunaan

saran dan prasarana dalam aktivitas produksi yang dilakukannya.

Page 18: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

9

3. Memproduksi dan menjual barang-barang/jasa-jasa (sebagai supplier di pasar

barang) kepada rumah tangga keluarga, rumah tangga pemerintah, dan juga

kepada rumah tangga sesama rumah tangga perusahaan.

4. Memanfaatkan barang-barang publik yang dihasilkan pemerintah.

5. Menentukan pembelian barang-barang modal dan stok barang-barang lain

(selaku investor, masuk dalam pasasr barang sebagai demander).

6. Meminta kredit dari lembaga keuangan untuk membiayai investasi mereka

(sebagai demander di pasar uang).

Ad.3. Rumah Tangga Pemerintah

Pelaku ekonomi ini sering juga disebut sebagai sebutan sedarhana saja, yaitu

pemerintah. Kegiatan-kegiatan ekononi yang dilakukan oleh pemerintah ini pada

dasarnya meliputi:

1. Membeli sumber-sumber daya (untuk sistem perekonomian terutama yang

berupa sumber daya manusia), barang-barang dan jasaq-jasa dari rumah

tangga keluarga dan rumah tangga perusahaan.

2. Dengan sumber-sumber daya, barang-barang dan jasa-jasa yang dibelinya,

rumah tangga pemerintah menghasilkan serta menjadikan jasa-jasa barang-

barang publik untuk dapat dimanfaatkan oleh rumah tangga keluarga dan

rumah tangga perusahaan.

3. Memungut pajak ( langsung dan Tak langsung ) dari rumah tangga keluarga

dan rumah tangga perusahaan dengan maksud antara lain membiaya

pembelian barang-barang, jasa-jasa serta sumber-sumber daya yang

diperlukan pada butir satu diatas.

4. Bertindak sebagai pengatur perekonomian, sehingga pemerintah

berkewajiban: mengusahakan pembagian pendapatan nasional yang adil,

mengusahakan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kesempatan kerja yang

tinggi, mengusahakan tingkat harga yang relatif stabil dan mengusahakan

pertumbuhan ekonomi yang memadai.

5. Meminjam uang dari luar negeri guna meningkatkan aktivitas masyarakat

banyak secara nasional serta menghidupkan aktivitas atau kegiatan ekonomi

dalam masyarakat.

6. Menyediakan kebutuhan uang (chartal) bagi masyarakat (sebagai supplier di

pasar uang).

Ad.4. Kelompok Lembaga Keuangan

Kelompok lembaga keuangan ini bisa saja berperan sebagai domestik dan asing

dari: Kelompok rumah tangga perseorangan, pemerintah dan negara luar. Aktivita

ekonomi yang dilakukannya luas sekali, antara lain yang mengangkut sebagai lembaga

moneter saja adalah:

Page 19: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

10

1. Menerima simpanan dari sektor rumah tangga keluarga, rumah tangga

perusahaan, pemerintah dan juga sesama lembaga keuangan (sebagai

demander dalam pasar uang)

2. Menyediakan semacam pinjaman/kredit kepada kelompok rumah tangga

keluarga, rumah tangga perusahaan, pemerintah dan juga sesama lembaga

keuangan (sebagai supplier dalam pasar uang ).

Ad.5. Negara-negara lain

Kelompok ini juga mempunyai skop yang luas sekali atau yang bersifat

internasional. Negara yang mempunyai sistem ekonomi terbuka, maju mundurnya

aktivitas dalam negeri tidak terlepas juga dari pengaruh luar negeri. Oleh karena itu

negara luar atau negara-negara lain ini juga merupakan pelaku-pelaku ekonomi. Kegiatan

yang dilakukannya meliputi antara lain:

1. Menyediakan kebutuhan barang impor (sebagai suplier di pasar barang)

2. Membeli hasil-hasil ekspor kita

3. Menyediakan kredit untuk pemerintah dan swasta

4. Membeli dari pasar barang untuk kebutuhan cabang perusahaannya, umpama

di Indonesia (sebagai investor)

5. Masuk kedalam pasar uang dalam negeri sebagai penyalur uang (devisa) dari

luar negeri (sebagai suplier dana), dan sebagai peminta kredit dan uang chartal

rupiah untuk kebutuhan cabang-cabang perusahaan mereka di Indonesia

(sebagai demander akan dana). Jadi negara-negar lain secara singkatnya

adalah juga sebagai penghubung pasar uang dalam dan luar negeri.

Kegiatan dari kelima pelaku-pelaku ekonomi yang bersangkutan mempunyai

kaitan dengan “Empat Jenis Pasar”, yaitu:

1. Pasar barang/pasar komoditi

2. Pasar Uang

3. Pasar Tenaga Kerja

4. Pasar Modal

Ad. 1. Pasar barang.

Di pasar barang, permintaan ( total dari masyarakat ) akan barang-barang dan

Jasa-jasa dalam suatu periode.

Ad. 2. Pasar Uang.

Di Pasar Uang, permintaan ( atau kebutuhan ) masyarakat akan uang ( Chartal &

Giral ) bertemu dengan jumlah uang ( Chartal & Giral ) yang beredar.

Page 20: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

11

Ad. 3. Pasar Tenaga Kerja.

Di Pasar Tenaga Kerja, permintaan ( kebutuhan ) total Tenaga Kerja dari sektor

dunia usaha/pemerintah , bertemu dengan jumlah angkatan kerja yang tersedia

pada waktu itu.

Ad. 4. Pasar Luar Negeri.

Di Pasar Luar Negeri, permintaan dunia akan hasil-hasil ekspor kita bertemu

dengan penawaran hasil-hasil tersebut yang disediakan oleh para eksportir kita.

Dan permintaan ( kebutuhan ) negara akan barang impor, bertemu dengan

penawaran barang-barang oleh luar negeri ( supply barang-barang impor ).

8. Sasaran Dan Analisa Ilmu Ekonomi

Pada dasarnya teori ekonomi menjelaskan kepada kita tentang perilaku

(behaviour) dari unit-unit ekonomi dalam rangka pemenuhan kebutuhannya. Kebutuhan

unit ekonomi itu adalah beragam menurut bentuk, waktu dan tempat. Perbedaan bentuk

unit ekonomi akan menyebabkan perbedaan kebutuhannya. Begitu juga halnya dengan

perbedaan waktu dan tempat. Unit ekonomi yang berada didaerah tropis akan berbeda

kebutuhannya dengan unit ekonomi yang terletak didaerah utara atau daerah selatan.

Tidak jarang pula dijumpai keragaman kebutuhan, walau unit ekonomi itu mempunyai

bentuk, waktu dan tempat yang sama.

Ada dua bentuk unit ekonomi pada umumnya, yaitu konsumen dan produsen.

Konsumen adalah penghasil barang-barang dan jasa-jasa sedangkan konsumen adalah

unit ekonomi yang membutuhkannya atau mengkonsumsinya. Jumlah produksi dan

konsumsi haruslah sama. Gangguan akan terjadi bilamana jumlah produksi dengan

konsumsi tidak sama. Gangguan ini dapat bersifat sementara dan dapat pula untuk masa

yang lebih panjang. Namun pada dasarnya secara keseluruhan unit ekonomi yang ada,

gangguan itu hanyalah bersifat sementara saja. Gangguan pada suatu waktu tertentu dapat

dihilangkan oleh waktu lain, sedangkan gangguan pada satu tempat (negara) tertentu akan

dapat dihilangkan oleh tempat (negara) lain. Misalnya kekurangan beras di Indonesia

dapat dipenuhi dengan mendatangkannya dari negara lain. Kelebihan produksi beras pada

tahun ini dapat digunakan untuk konsumsi tahun depan dan sebagainya.

Ditinjau dari segi waktu juga terjadi keragaman kebutuhan konsumen. Kebutuhan

pada waktu musim dingin berbeda dengan kebutuhan pada musim panas. Kebutuhan pada

hari lebaran atau hari raya berbeda pula dengan kebutuhan pada hari-hari biasa.

Kebutuhan pada waktu bersekolah berbeda dengan kebutuhan pada waktu libur.

Kebutuhan pada waktu anak-anak berbeda dengan kebutuhan pada saat telah menjadi

dewasa atau menjadi tua. Banyak lagi contoh yang dapat dikemukakan namun cukup

jelas barangkali pengaruh waktu terhadap kebutuhan unit-unit ekonomi yang ada.

Selanjutnya, faktor tempat juga berpengaruh terhadap jumlah dan macam

kebutuhan. Penduduk yang berlokasi didaerah musim akan berbeda dengan mereka yang

tinggal di daerah tropis. Begitu juga halnya dengan penduduk yang tinggal di kota akan

Page 21: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

12

berbeda kebutuhannya dengan masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan. Tidak hanya

sampai disini saja, tetapi banyak lagi faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi

kebutuhan seseorang atau sebuah rumah tangga. Agaknya mungkin falsafah

Minangkabau yang berbunyi “Bayang-bayang sepanjang badan” dapat mengungkapkan

suatu kenyataan bahwasanya kebutuhan seseorang dipengaruhi oleh kemampuannya

untuk menghasilkan. Ungkapan seperti yang demikian itu nampaknya persis sama dengan

teori dasar klasik yang bernama “Hukum Say” (Say’s Low) yang menyimpulkan bahwa

“pengeluaran haruslah sama dengan penerimaan”. Jadi pengeluaran ditentukan oleh

jumlah yang dihasilkan4).

Pada zaman dahulu kala, atau pada masyarakat suku terasing hukum tersebut

mudah sekali dilihat dari kenyataan. Penduduk hanya memakan atau memakai apa yang

dapat dihasilkannya sendiri atau apa yang dapat dihasilkan oleh keluarganya sendiri.

Tetapi, kemajuan telah menyebabkan kebutuhan orang menjadi beragam dan dengan

demikian terjadi pembahagian kerja diantara kelompok masyarakat yang ada. Pembagian

kerja menyebabkan terjadinya pertukaran dan dengan demikian muncullah pasar yang

menjadi perantara antara yang membutuhkan dan yang menghasilkan.

Pembahagian kerja semakin lama semakin meluas dan terperinci sekali. Berbagai

jenis barang-barang dan jasa-jasa dihasilkan. Maka yang menjadi persoalan adalah

macam barang apa yang akan dihasilkan, berapa jumlahnya dan untuk siapa

dihasilkan. Untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan pengetahuan mengenai perilaku

setiap orang dalam cara pemenhuhan kebutuhannya. Perilaku itu dapat menjawab ketiga

pertanyaan tersebut. Inilah sebenarnya yang menjadi sasaran teori ekonomi, yaitu suatu

ilmu yang mempelajari perilaku orang per orang atau masyarakat dalam pemenuhan

kebutuhannya.

Kedua kelompok teori ekonomi mikro dan makro mempunyai sasaran yang sama,

yaitu mempelajari dan mencoba menerangkan perilaku unit ekonomi yang ada sesuai

dengan prinsip teori. Dia mencoba menerangkan perilaku unit ekonomi sedemikian rupa

sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh setiap individu yang menginginkannya.

Cakupannya adalah seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena luasnya cakupan tersebut,

maka ada bagian-bagian tertentu dari pelaku tersebut yang harus dikeluarkan dari kotak

penerangan (kotak teori).

Penerangan perilaku tertentu seperti cara pemenuhan kebutuhan, cara berproduksi

dan sebagainya yang disebut sebagai teori. Teori konsumsi adalah perilaku seseorang

atau sekelompok orang atau seluruh lapisan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya.

Demikian juga halnya dengan teori berproduksi yang mencakup perilaku seseorang atau

sekelompok unit penghasil atau seluruh lapisan kelompok unit penghasil. Semakin

sederhana sebuah teori semakin mudah untuk difahami atau semakin banyak pula

keragaman perilaku yang harus dikurangi atau sebaliknya semakin ruwet sebuah teori

semakin sedikit keragaman yang harus dikeluarkan dan semakin sulit dipelajari.

Kesederhanaan dan keruwetan sebuah teori menunjukan pula tingkatan

kesesuaiannya dengan perilaku yang sebenarnya terjadi atau ada dalam kehidupan sehari-

hari. Semakin ruwet sebuah teori semakin dekat teori tersebut kepada kenyataan, sebab

semakin banyak ragam perilaku yang masuk kedalamnya. Sebaliknya semakin sederhana

sebuah teori semakin jauh dari kenyataan. Oleh karena itu untuk menutup ruang (gap)

4). Prof. Syahruddin, MA., “Teori Ekonomi Makro”., Universitas Andalas, Padang 1992., hal 2.

Page 22: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

13

antara teori dengan kenyataan disusunlah sejumlah andaian atau anggapan yang didalam

bahasa Inggerisnya disebut sebagai assumption.

Setiap teori biasanya menyebutkan anggapan-anggapannya. Semakin banyak

anggapan yang mendampingi sebuah teori semakin jauh teori itu dari kenyataan dan

sebaliknya semakin sedikit anggapan yang digunakan akan semakin dekat dengan

kenyataan. Dipihak lain semakin sedikit anggapan semakin sulit teori itu diterangkan dan

sebaliknya. Untuk kebijaksanaan yang operasional diperlukan anggapan yang paling

sedikit dan jika perlu, tidak ada anggapan sama sekali. Inilah sebenarnya yang sulit

digapai oleh banyak ahli ekonomi kita dewasa ini. Sehingga dengan demikian seringkali

dikatakan bahwa “teori tidak berlaku”, pada mereka beranjak dari yang sederhana dengan

banyak anggapan.

Lalu sekarang sampailah saatnya menjelaskan perbedaan antara Ekonomi Mikro

dengan Ekonomi Makro. Sebagaimana yang telah disinggung diatas, bahwa teori

ekonomi bertujuan menjelaskan perilaku unit ekonomi yang ada dalam melaksanakan

tugasnya masing-masing. Ada dua tugas unit ekonomi, yaitu menghasilkan barang-

barang dan jasa-jasa, dan dipihak lain mengkonsumsinya. Penghasil disebut sebagai

produsen, sedangkan yang mengkonsumsi disebut sebagai konsumen. Produsen dan

konsumen bisa dikerjakan oleh orang yang bersamaan seperti petani yang menghasilkan

padi atau gabah untuk kebutuhannya sendiri dan dapat pula merupakan dua badan yang

terpisah. Orang atau badan pertama bertujuan sebagai konsumen saja, sedangkan orang

atau badan lain bertindak sebagai konsumen saja misalnya pegawai negeri, buruh pabrik

dan sebagainya.

Jumlah unit-unit ekonomi baik konsumen maupun produsen adalah banyak dan

tersebar diberbagai negara didunia ini. Sesuai dengan perkembangan sejarah, keseluruhan

penduduk dunia dibagi menurut suku-suku dan negara-negara. Didalam sebuah negara

terdapat juga sejumlah suku sesuai dengan situasi dan kondisi negara yang bersangkutan.

Di Indonesia saja, kita dapat mengenal ratusan suku antara lain: Suku Batak,

Minangkabau, Minahasa, Sunda, Jawa, Bugis, Asmat dan sebagainya.

Teori ekonomi Mikro adalah teori ekonomi yang mempelajari unit ekonomi yang

ada baik produsen maupun konsumen mulai dari satu individu atau satu unit tertentu

sampai pada individu atau unit yang tersakhir. Perilaku keseluruhan diperoleh dengan

menjumlahkan hasil aktivitas individu-individu yang ada. Satu hal yang perlu diingat

adalah bahwa perilaku seseorang konsumen atau produsen tidak selalu persis sama

dengan konsumen atau produsen lainnya. Oleh karena itu, dalam proses penjumlahan

diperlukan anggapan. Tanpa anggapan, penjumlahan mustahil dapat dilakukan.

Anggapan disini berisi perilaku yang berlaku khusus bagi unit ekonomi tertentu.

Sedangkan perilaku yang dapat dijumlahkan adalah perilaku yang dimiliki oleh semua

unit ekonomi yang ada atau perilaku yang berlaku umum untuk sekelompok orang

tertentu.

Berbeda halnya dengan Teori Ekonomi Makro yang berusaha mempelajari unit

ekonomi langsung secara keseluruhan Disini tidak dikenal perilaku setiap unit

ekonomi yang ada atau tidak ada perilaku seorang konsumen, tidak ada perilaku seorang

produsen. Didalam pelajaran teori ekonomi makro hanya dikenal perilaku konsumen dan

produsen yang disajikan atau sudah merupakan penjumlahan keseluruhan perilaku unit

ekonomi yang ada. Oleh karena itu pula analisa ekonomi makro sering juga disebut

sebagai analisa ekonomi secara keseluruhan (aggregate).

Page 23: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

14

Walaupun dasar analisanya berbeda antara teori ekonomi mikro dengan teori

ekonomi makro, namun sasarannya adalah sama yaitu “berusaha menerangkan perilaku

unit-unit ekonomi yang ada”. Jika perilaku unit ekonomi yang ada sudah dapat

diterangkan secara baik, maka kegunaan berikutnya adalah meramalkan kemungkinan

yang akan terjadi dimasa depan. Jika perilaku konsumen sudah dapat diterangkan dengan

akurat, maka kita sudah bisa meramalkan baik besarnya maupun jenisnya konsumsi

dimasa yang akan datang. Hasil peramalan ini akan sangat banyak sekali gunanya.

Kegunaan utama adalah bagi produsen. Siprodusen akan mengetahui jenis barang-barang

dan jasa-jasa yang akan dihasilkannya serta berapa jumlahnya.

Kegunaan lain yang tidak kalah pentingnya adalah untuk perencanaan. Jika

perilaku produsen sudah dapat diketahui, maka jumlah produksi yang akan dihasilkannya

akan dapat dikendalikan secara tidak langsung oleh pengambil keputusan atau

pemerintah. Jika pada suatu ketika jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan

relatif lebih kecil daripada yang dibutuhkan, maka pemerintah berusaha mendorong

peningkatan jumlah yang dapat dihasilkan atau mengurangi jumlah konsumsi.

Keseimbangan kedua kegiatan unit ekonomi ini sangat perlu sekali dijaga.

Ketidakseimbangan akan menyebabkan terjadinya gangguan (distorsi) dan gangguan ini

dapat pula membawa dampak negatif yang besar bagi tujuan akhir mempelajari teori

ekonomi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Gangguan atau distorsi itu adalah merupakan persoalan utama dalam teori

ekonomi. Teori mencoba menerangkan bentuk gangguan dan faktor penyebabnya.

Misalnya suatu ketika terjadi kenaikkan harga yang cukup besar seperti yang dialami oleh

Indonesia sekitar tahun 1965-an pada masa Orla dan pada masa Orba saat lengsernya

Soeharto tahun 1997. Kenaikan harga ini disebut juga sebagai inflasi dan bilamana

kejadiannya berlangsung dalam periode waktu panjang. Yang dipersoalkan dalam teori

ekonomi adalah masalah pengukuran gejolak harga dan faktor yang mempengaruhinya.

Jika diketahui faktor yang menyebabkan inflasi, maka dengan sendirinya akan dapat

ditentukan kebijaksanaan penanggulangannya, sebab inflasi mempunyai dampak negatif

atau musuh utama ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Masalah inflasi adalah merupakan gejala aggregate yang berpengaruh terhadap

kesejahteraan masyarakat, dan merupakan topik utama ekonomi makro. Oleh karena

kesejahteraan masyarakat adalah merupakan penjumlahan dari kesejahteraan per orang,

maka masalah seperti ini wadahnya adalah ekonomi makro. Sedangkan mengenai

kesejahteraan perseorangan atau individu sifatnya dari perilaku unit ekonomi yang ada

ditempatkan pada wadah ekonomi mikro.

Unit-unit ekonomi yang dimaksud dalam teori ekonomi ini adalah “Pelaku-

pelaku ekonomi”.Adapun pelaku-pelaku ekonomi yang ada dalam aktivitas ekonomi

yang dilakukannya menciptakan/mengelola ”faktor-faktor produksi” yang tersedia, dan

tentunya kesiap siagaan para pelaku-pelaku ekonomi tersebut berkiprah mengharapkan

sesuatu yang didapatkannya dari “balas jasa” atas aktivitasnya tersebut. Perbedaan

antara teori ekonomi mikro dan makro hanya terletak pada mana pelaku-pelaku ekonomi

tersebut berkiprah sesuai masing-masing prinsip teorinya.

Pada hakekatnya ilmu ekonomi mikro atau teori ekonomi mikro hanya membahas

3 masalah pokok ekonomi pertama” oleh pelaku-pelaku ekonomi secara sendiri-sendiri

(individual) atau antar pelaku-pelaku ekonomi tersebut secara individu dalam mengolah

faktor-faktor produksi yang tersedia. Sebagai contohnya adalah antara rumah tangga

Page 24: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

15

keluarga dengan rumah tangga perusahaan ( dapat dikatakan antara konsumen dengan

produsen), dan aktivitas ekonomi yang dilakukannya tersebut adalah sebagai berikut:

1. What to produce.

Teori ini menjelaskan tentang proses menentukan tingkat harga dan jumlah barang-

barang dan jasa-jasa yang diperjual-belikan dipasar (……..analisa ini mengangkut

dengan “Teori Harga”).

2. How shall goods and services be produced.

Teori ini menjelaskan tentang dua persoalan: (a). Cara seseorang produsen

menentukan tingkat produksi yang akan memberikan “Maximum profit”. (b). Cara

seseorang produsen memilih faktor produksi yang akan digunakan sehingga

membertikan minimum cost. (…….analisa ini mengangkut dengan “Teori

Produksi”).

3. For whom shall goods and services be produced.

Teori ini menjelaskan faktor yang menentukan pendapatan masing-masing faktor

produksi (…….analisa ini menyangkut dengan “Teori Distribusi”)

Baik Teori Harga, Teori Produksi maupun Teori Distribusi adalah merupakan tiga

masalah pokok yang terdapat didalam ekonomi mikro, sehingga dalam ekonomi mikro

persoalan yang dibahas hanya meliputi:

1. Kegiatan Konsumsi

2. Kegiatan Produksi

3. Kegiatan Pertukaran

Kegiatan konsumsi dan kegiatan produksi, teori yang diperlakukan adalah teori

permintaan dan penawaran (demand and supply theory). Sedangkan kegiatan pertukaran,

teori yang diperlakukan adalah teori pasar (market theory) pada struktur pasar (market

structur) seperti: Perfect market competition, Monopoly, Monopolistic competition dan

Oligopoly.

Ketiga persoalan yang terdapat dalam analisa ekonomi mikro tersebut, bilamana

diuraikan sepintas, dan yang pada umumnya harus dipelajari secara detail adalah:

Ad.1 Konsumsi 1 input variabel: Cardinal Utility Theory (Marginal Utility approach)

Konsumsi 2 input variabel: Ordinal Utility Theory (Indifference Curve approach)

Ad.2 Produksi 1 input variabel: “The Law of Diminishing Return”

Produksi 2 input variabel: “Production Isoquants”

Ad.3 Profit analysis in:

Page 25: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

16

1. Perfect competition market

2. Monopoly and monopsony

3. Monopolistic competition market

4. Oligopoly and Oligopsony

Untuk ketiga persoalan ekonomi mikro yang dikilaskan diatas, baik kegiatan konsumsi,

kegiatan produksi dan kegiatan pertukaran inputs variabel yang diselidiki bukan hanya

terbatas untuk dua variabel sebagaimana dimaksudkan diatas, akan tetapi dapat dilakukan

untuk n variabel.

Gambar 1: Aktivitas Ekonomi dari pelaku ekonomi dalam pasar

Pajak

11

4

2

10

Pajak 3

1

6

13

5

8

14

12

7

15 9

16

Keterangan:

aliran permintaan

aliran penawaran

aliran tidak lewat pasar

Permintaan

1. Pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga

2. Belanja Barang oleh pemerintah

Pemerintah Negara

Negara

lain

Pasar

Barang

Produsen

Rumah Tangga

Lembaga

Keuangan Pasar

Uang

Pasar

Tenaga

Kerja

Page 26: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

17

3. Investasi oleh perusahaan

4. Ekspor ke luar negeri

5. Kebutuhan tenaga kerja oleh pemerintah

6. Kebutuhan tenaga kerja untuk perusahaan

7. Kebutuhan uang tunai dan kredit

8. Kebutuhan rumah tangga akan uang tunai

9. Kebutuhan perusahaan-perusahaan asing akan rupiah

Penawaran

10. Hasil produksi dalam negeri

11. Impor dari luar negeri

12. Tenaga kerja yang disediakan oleh rumah tangga

13. Supply uang chartal

14. Tabungan rumah tangga

15. Supply uang giral

16. Supply dana luar negeri

Sedangkan pada ilmu ekonomi makro atau teori ekonomi makro membahas selain

3 masalah pokok pada teori ekonomi mikro dilengkapi dengan ekonomi “2 masalah

pokok ekonomi terakhir oleh pelaku-pelaku ekonomi secara bersamaan (aggregate) atau

atau antar-inter pelaku-pelaku ekonomi tersebut secara besama-sama dalam mengolah

faktor-faktor produksi yang tersedia. Sebagai contohnya adalah antara dan atau: RT

Keluarga , RT Perusahaan, Pemerintah, Lembaga Keuangan serta Negara-negara lain

yang terkait dengan faktor ekonomi: Land, Labor, Capital & Entrepreneour maupun

dengan keempat Jenis Pasar: Barang, Uang, Tenaga Kerja & Modal didalam

perekonomian secara menyeluruh ( Aggregate ). Dan aktivitas ekonomi yang

dilakukannya tersebut adalah sebagai berikut:

1. When Shall Goods & Services be produced.

Teori ini menjelaskan tentang proses menentukan Kualitas dari barang ( Q ) yang

dihasilkan hingga mencapai effisiensi yang lebih tinggi.

2. Where Shall Goods & Services be produced.

Teori ini menjelaskan tentang proses apa yang terjadi dengan harga ( P ).

Pelaku-pelaku Dalam Pasar Ekonomi; Sebagaimana halnya Gambar 1, dimana

kegiatan dari kelima pelaku-pelaku ekonomi langsung berhubungan erat atau terkait

langsung dengan ke empat pasar yang ada dalam ekonomi5).

Sejalan dengan pengertian ekonomi mengenai “pasar”, dimana bahwa pasar

didefinisikan sebagai “tempat bertemunya antara permintaan (demand) dengan

penawaran (supply) melakukan transaksi”. Kekuatan antara demander dengan supplier

tersebut yang dalam aktivitas ekonomi bekerjanya semacam “Mekanisme Harga” (price

5). Dr. Budiono., “Synopsis Pengantar Ilmu Ekonomi: bagian Kedua (Teori Makro)”, Badan Penerbit

Univesitas Gadjah Mada, Yokyakarta, 1980, hal 4-8.

Page 27: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

18

mecanism) yang menghasilkan suatu tingkat harga (price) dan jumlah produk (quantitas)

yang ditransaksikan tersebut. Pengertian pasar yang masih bersifat umum tersebut tengah

berlaku dalam aktivitas ekonomi, dan belum dimaksudkan kearah Microeconomic

activity maupun Macroeconomic activity.

Sketsa 1: Ringkasan Persoalan Aktivitas Ekonomi Dalam Masyarakat

Pasar Hal-hal yang dipelajari Angka-angka Statistik yang diamati

Perilakunya dalam praktek

1. Pasar barang Tingkat harga umum - Indek Biaya Hidup

GDP Implisit - Deflator GDP

- Statistik GDP dengan

Harga konstan

2. Pasar Uang Tingkat Bunga - Bunga atas deposito

- Bunga atas pinjaman Bank

- Bunga di Pasar bebas

( diluar Bank )

Volume Uang - Jumlah Uang beredar

- Kredit Perbankan

3. Pasar Tenaga Tingkat Upah - Indeks Upah di berbagai

Kerja Rata-rata Sektor Ekonomi

Employment - Jumlah Tenaga Kerja

di berbagai Sektor

- Jumlah Angkatan Kerja

Un-Employment - Angkatan Kerja Minus

- Jumlah pekerja

4. Pasar Luar Tingkat Harga Ekspor - Indeks harga Ekspor

Negeri & Impor - Indeks harga Impor

Volume Perdagangan - Dasar Tukar Luar Negeri

Aliran Modal & Neraca - Devisa & Cadangan Devisa

Pembayaran

Aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi secara mikro dan

makro tersebut hampir tidak nampak perbedaannya tanpa dibubuhi dengan masing-

masing pengertian/prinsip teori yang bersangkutan. Kata-kata Mikro dan Makro berasal

dari bahasa Yunani, Yaitu: Micros yang berarti “Small” (sedikit) dan Macros yang berarti

“large” (besar atau luas). Kata-kata ini kemudian digunakan untuk membedakan dua

macam pendekatan (approaches) atau dua macam analisa dalam Micro economic dan

Macro economic. Sekilas mengenai pengertian masing-masingnya, bahwa Micro

economic adalah pendekatan atau analisa ilmu ekonomi yang berhubungan dengan hanya

bagain-bagian daripada aktivitas ekonomi keselurahannya yang dilakukan oleh pelaku-

Page 28: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

19

pelaku ekonomi secara individual (sendiri-sendiri). Sedangakan Macro economic adalah

pendekatan atau analisa ilmu ekonomi yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi

keseluruhannya yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi secara menyeluruh

(aggregate).

Kalau dalam ekonomi yang dibahas adalah masalah Harga (price) dan Kuantitas

(Quantity), maka dalam ekonomi mikro juga membahas Harga Individu (individual price)

dan Kuantitas individu (individual qunatity), maksudnya harga suatu barang secara

terpisah-pisah (partial) atau lebih dikenal dengan istilah “pertial price”. Sedangkan dalam

ekonomi makro membahas harga dan kuantitas atau barang secara keseluruhan/umum

atau lebih dikenal dengan istilah “general price”. Khusus mengenai pengertian partial,

bukan berarti satu macam barang saja yang dibahas dalam ekonomi mikro tersebut, akan

tetapi bisa bermacam-macam barang (banyak barang), namun diperhitungkan satu persatu

dalam konsep perhitungan yang dilakukan. Sedangkan mengenai pengertian general, jelas

mengandung makna banyak barang dalam kesatuan harga yang bersifat umum.

Sementara itu, barang dalam pengertian ekonomi, ekonomi mikro dan makro adalah

barang-barang dan jasa-jasa ( goods and sevices).

Kalau dalam ekonomi mikro dipelajari/dibahas permintaan dan penawaran

(demand and supply), maka dalam ekonomi makro juga demikian, perbedaannya tidak

lebih dari upaya membedakan konsep individual untuk ekonomi mikro dan konsep

agregatif untuk ekonomi makro. Begitu pula halnya mengenai pelaku-pelaku ekonomi

dan jenis-jenis pasar yang ada. apabila satu jenis pasar yang dibahas dan dikakukan oleh

pelaku-pelaku ekonomi secara sendiri-sendiri (maksudnya antar pelaku ekonomi) atau

secara individual, maka aktivitas ekonomi yang dilakukan adalah proses yang bersifat

mikro atau membahas ekonomi mikro. Sedangkan mengenai pelaku-pelaku ekonomi dan

jenis-jenis pasar yang ada, apabila keempat jenis pasar yang dibahas sekaligus dan

dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi secara menyeluruh (maksudnya antar-inter pelaku

ekonomi), maka aktivitas ekonomi yang dilakukan adalah proses yang bersifat makro

atau membahas ekonomi makro.

Dalam Sketsa 1 digambarkan kaitan antara lima pelaku ekonomi yang ada dengan

ke empat jenis pasar yang memuat variabel-variabel penting yang dapat digunakan dalam

semacam model analisa ekonomi. Jelas bahwa pengertian ekonomi mengenai “pasar”,

dimana bahwa pasar didefinisikan adalah “tempat bertemunya antara permintaan

(demand) dengan penawaran (supply) melakukan transaksi”. Kekuatan antara demander

dengan supplier tersebut menentukan titik keseimbangan (equilibrium point) yang

ditentukan oleh “Mekanisme Harga” (price mecanism), sehingga tingkat harga (price)

dan jumlah produk (quantitas) yang ditransaksikan tersebut dapat ditentukan. Untuk itu

pula di pasar Barang, permintaan (total masyarakat) akan barang-barang dan jasa-jasa

bertemu dengan seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi masyarakat dalam

suatu periode. Di Pasar Uang, permintaan (atau kebutuhan) masyarakat akan uang

(Chartal dan giral) bertemu dengan jumlah uang (chartal dan giral) yang beredar. Di pasar

Tenaga Kerja, dimana permintaan (kebutuhan) total tenaga kerja dari sektor dunia

usaha/pemerintah bertemu dengan jumlah angkatan kerja (labour force) yang tersedia

pada waktu itu. Sedangkan di Pasar Luar Negeri, bahwa permintaan dunia akan hasil-

hasil ekspor bertemu dengan penawaran dari hasil-hasil tersebut yang disediakan oleh

para eksportir dan permintaan (kebutuhan) suatu negara akan barang impor bertemu

dengan penawaran barang-barang oleh luar negeri (supply barang-barang impor).

Page 29: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

20

Secara tidak langsung masing-masing pasar yang digambarkan diatas telah

memberikan semacam indikasi bahwa tergantung proses yang terjadi apakah proses

mikro atau makro yang akan diperlakukan untuk mendefinisikan lebih lanjut. Namun

demikian, bahwa kontek yang menjadi permasalahan adalah mengenai hal-hal yang

dipelajari dan diamati dalam aktivitas ekonomi masyarakat, yaitu apa yang terjadi dengan

Harga “Price” (P), dan Kuantitas “Quantity” (Q) yang dihasilkan. Dengan demikian,

pada:

Ad.1. Pasar barang

Pasar Barang, kita ingin mengetahui apa yang terjadi dengan harga umum

“general price”(P) dan barang-barang/jasa-jasa [misalnya seperti yang dicerminkan oleh

Indeks Harga Konsumen “Consumer Price Index” (CPI) yang merupakan ukuran tingkat

harga dari suatu kelompok barang-barang/jasa-jasa kebutuhan konsumen] dan apa yang

terjadi dengan kuantitas total “Quantity” (Q) dari barang-barang/jasa-jasa yang

dipasarkan, biasanya dalam statistik dinyatakan dengan “Gross Domestic Product”

(GDP), yaitu nilai total dari semua hasil produksi akhir suatu negara. Dengan demikian,

mepelajari pasar barang-barang/jasa-jasa dapat pula diketahui: (a). Tinggi rendahnya

tingkat inflasi atau gerak harga umum, (b). Naik turunnya GDP atau gerak produksi total,

dan (c). Jumlah orang yang bisa memperoleh pekerjaan dalam proses produksi tersebut

(employment).

Ad.2. Pasar Uang

Pasar Uang, permintaan akan uang dan penawaran akan uang menentukan

“Harga” (menurut Keynes) dari uang atau harga dari penggunaan uang (yang dipinjam),

yaitu tidak lain adalah “tingkat bunga” (P) dan jumlah uang (chartal dan giral) yang

beredar (Q).

Ad.3. Pasar Tenaga Kerja

Pasar Tenaga Kerja, permintaan dan penawaran tenaga kerja menentukan “harga

tenaga kerja” (P) dan kuantitas tenaga kerja “employment” (Q) yang dipekerjakan.

Ad.4. Pasar Luar Negeri

Pasar Luar Negeri, permintaan barang-barang/jasa-jasa ekspor menentukan “harga

rata-rata ekspor” (P) dan kuantitas atau volume ekspor (Q). Untuk pasar luar negeri,

seringkali berhubungan pada “pasar ekspor dan pasar impor” yang mengamati apa yang

terjadi dengan: (a). Neraca Perdagangan, yaitu penerimaan devisa ekspor dikurangi

dengan pengeluaran devisa untuk impor, (b). Dasar Pertukaran Luar Negeri (Term of

Trade), yaitu harga rata-rata ekspor dibagi dengan harga rata-rata impor, dan (c).

Cadangan Devisa, yaitu persediaan devisa yang dipunyai suatu negara pada awal tahun

plus saldo neraca perdagangan plus keluar masuknya devisa yang tidak melalui ekspor

dan impor (yang sering disebut dengan transaksi-transaksi capital dengan luar negeri).

Page 30: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

21

Sekarang ditinjau hubungan dari kelima pelaku-pelaku ekonomi dengan keempat

pasar jenis pasar yang ada, antara lain berupa aktivitas ekonomi yang dilakukan secara

sendiri-sendiri atau terpisah-pisah dan bersifat individual. Proses aktivitas ekonomi

semacam ini merupakan proses ekonomi mikro dan barulah akan merupakan proses

ekonomi makro bilamana seluruh aktivitas ekonomi yang ada berlangsung dalam masa

bersamaan.

9. Aktivitas Pelaku Ekonomi Secara Agregatif

Menurut definisi, bahwa Ilmu ekonomi Mikro “adalah pendekatan atau analisa

Ilmu ekonomi yang berhubungan dengan hanya bagian-bagian dari pada ilmu ekonomi

keseluruhannya. Jadi yang dianalisa dipelajari adalah sehubungan dengan maslah-

masalah serta tindakan-tindakan ekonomi individu-individu perseorangan masing-masing

perusahaan atau industri-industri, misalnya: (1) Mempelajari/menganalisa bagaimana

motif-motif dan tindakan-tindakan perseorangan untuk berkonsumsi dan kenapa

seseorang membeli atau mengkonsumir sesuatu barang dan kenapa tidak barang lainnya,

(2) Mempelajari bagaimana penentuan harga yang didapai oleh firm (perusahaan) tertentu

yang masing-masing ini ditentukan antara lain oleh permintaan dan penawaran daripada

barang-barang dan jasa-jasa tertentu yang dihasilkan firm tersebut tersebut, (3)

Mempelajari bagaimana sesuatu perusahaan secara intern menghadapi keadaan pasar

pure competition, monopolistic competition dan sebagainya, serta bagaiman dia berusaha

memperoleh maximum profit atau minimum cost dan lain-lain.

Sedangkan Ilmu Ekonomi Makro, “adalah pendekatan /analisa Ilmu Ekonomi

yang berhubungan dengan konsep Aggregate (menyeluruh), yaitu mengenal masalah

serta gambaran ekonomi secara keseluruhan dan bagaimana kebijaksanaan-kebijaksanaan

ekonomi secara nasional yang diperlukan sehubungan dengan itu, misal: (1) Dipelajari

berapa besarnya atau bagaimana keadaannya Pendapatan Nasional (National Income) dan

berapa bagiankah daripadanya yang dikeluarkan untuk konsumsi (C) serta ditabung (S)

keseluruhannya dalam perekonomian suatu negara, (2) Diselidiki/dipelajari berapa

tingginya serta bagaimana keadaaanya tingkat harga umum (general price level), (3)

Dipelajari dan dianalisa bagaimana tingkat employment yang dapat diserap pada

lapangan kerja, penggunaan daripada Tenaga Kerja (Labor) dan faktor-faktor produksi

lainnya secara keseluruhannya dalam perekonomian nasional dan (4) Dipelajari

bagaimana keadaan naik turunnya kegiatan ekonomi nasional (disebut gelombang

konnyungtur) serta kebijaksanaan ekonomi apa yang perlu diambil untuk memperbaiki

ekonomi nasional keadaan tercapainya kestabilan perekonomian secara nasional dan

seterusnya dan lain-lain. Secara garis besar bahwa gambaran umum tentang ekonomi

makro merupakan penggabungan antara dua teori terkemuka, yaitu Teori Klesik dan teori

Keynes sebagai berikut:

I. Demand Side Economy Teori Keynes

1. Product Market Equilibrium

2. Money Market Equilibrium

3. Product and Money Market Equilibrium

4. Income, Price and Policy

Page 31: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

22

II. Supply Side Economy Teori Klasik

1. Supply of and Demand for Labor

2. Aggregate Supply

3. Wage and Employment

4. Inflation and Employment

Keterangan:

Teori Keynes pada Demand Side Economy membahas tentang:

“Income & Output : IS-LM Analysis

“Aggregate demand dengan Pendapatan Nasional”

Teori Klasik pada Supply Side Economy membahas tentang :

“Output & Employment: DL-SL analysis”

“Aggregate Supply dengan Produk Nasional”

Teori Keynes Dan Teori Klasik atau penggabungan kedua-duanya membahas tentang:

“Aggregate Demand & Aggregate Supply”.

Untuk melengkapi keterangan diatas, dimana Teori Keynes pada Demand Side Economy

membahas tentang “Income & Output : IS-LM Analysis, sedangkan Teori Klasik pada

Supply Side Economy membahas tentang “Output & Employment: DL-SL analysis.

Demand Side Economy membahas tentang “Aggregate demand dengan Pendapatan

Nasional”, sedangkan Supply Side Economy membahas tentang “Aggregate Supply

dengan Produk Nasional”. Dengan demikian gambaran umum pembahasan Macro

economic antara Demand Side economy dan Supply Side Economy adalah melakukan

pembahasan tentang “Aggregate Demand & Aggregate Supply”.

Ad I. Demand Side Economy

Product Market Equilibrium:

2. Equilibrium Condition: I = S …………….…………….( Eko 2 Sektor )

I + G = S + T ……………….( Eko 3 Sektor )

I + G + X = S + T + M …...( Eko 4 Sektor )

3. Marginal Propensity to Save ( MPS )

4. Didapatkan Kurva IS.

Money Market Equilibrium:

2. Ms = M1 + M2

= k1 Y + ( k0 - k2 i )

3. Didapat Kurva LM

) Negatif Slope ...(.................... 0 i

I dimana , ) i ( f I .1

) Negatif Slope ....(.......... 0 i

M dimana, ) (i f M .1 i

2

Page 32: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

23

S S

S = I S = a0 + (1 – a1) Y

= -C + c Y

0 I 0 Y0 Y Output

i i i

LM

i0 M2 = k0 – k2 i

I = b0 – b1i

= I - bi IS

0 I 0 Y0 Y 0 M2

Income & Output

M1 M1

M1 = k1 Y

MS = M1+ M2

0 Y0 Y 0 M2

Income

Keterangan:

S = Saving

I = Investment

i = Interest Rate

Y = Income & Output

M1 = Demand For Money ( L1 = LT + LT ):

LT = Transaction Motive M1 = L1 = L1 ( Y )

LP = Precautionary Motive

M2 = Demand For Money ( L2 = LS ):

LS = Speculative Motive M2 = L2 = L2 ( i )

MS = Supply Of Money

Page 33: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

24

Analisa Dengan Perubahan Harga:

MS = M1 + M2

= k1 Y + ( k0 - k2 i )

= k1 Y - k2 i

M/P = k Y - h i I = 1/h ( k Y - M/P )

Y = 1/k (M/P + hi )

Yd = A = Aggregate Demand

= C + I …………………………………… ( Ekonomi 2 Sektor )

= C + I + G ……………………………….( Ekonomi 3 Sektor )

= C + I + G + ( X - M ) ……………….( Ekonomi 4 Sektor )

Yd = A

= C + I

=C + c Y + [I - b i ]

=C +I + c Y - bi

=A + c Y - b i

Keterangan:

Yd = A = Aggregate Demand

C = Consumption

C = Autonomous Consumption ( Konsumsi Otonom )

A = Autonomous Expenditure ( Pengeluaran Otonom )

I = Autonomous Investment ( Investasi Otonom )

c = MPC 1– c = MPS

G = Government Expenditure

X = Export

M = Import

M/P = Riel Supply of Money ( Saldo riil atau jumlah uang riil )

M = MS = Nomonal of Money Stock ( Jumlah uang beredar nominal )

P = Price Level

= Aggregate Supply

P

M δ A β YS

Page 34: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

25

i

LM0

LM1

i0 e0

i1 e1

IS0

IS1

0 Y2 Y0 Y1 Y

Income & Output

P YS

P0 e0

P1 e1

Ed

Yd

0 Y2 Y0 Y1 Y Output

Bila: M/P i Income ( Y ) dari Y0 ke Y1 sehingga

LM berubah dari LM0 ke LM1. M/P yaitu kerena P i

Output ( Y ) dari Y0 ke Y2, maka kurva IS berubah dari

IS0 ke IS1. P menyebabkan terjadinya Exces Demand ( Ed ) sebesar

jarak Y1 dan Y2.

Ad II. Supply Side Economy:

Equilibrium Of Demand-Supply Labour

2. Production Function

Q = f ( N, K, L )

3. Quantity Theory of Money

4. Didapat kurva DL dan SL

L

L

L L

) Positif Slope ( 0 )PW(

S dimana ,) PW(g S

) Negatif Slope ( 0 )PW(

D dimana ,) PW(f D .1

QP V M

Page 35: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

26

C Q Q = f (K, L, N) Q

Q0 Q0

C MV1

S MV0

i i1 0 0 N0 N 0 P0 P1 P

Employment

S,I

S (W/P) SL W (W/P)

(W/P)0 W0

I DL

i i2 i1 0 0 Y0 Y 0 P0 P Income

Keterangan:

Q = f ( N,K,L ) ,dimana K,L = Constant

= Production Function

Q = Quantity ( = Output )

N, K, L = Inputs

N = Employment/Labour ( Tenaga Kerja )

K = Capital ( Modal )

L = Land/Natural Resources ( Sumber-sumber Alam )

(W/P) = Real Wage ( Upah Riel/Nyata )

W = Money Wage / Nominal Wage ( Upah Nominal )

P = General Price Level ( Tingkat Harga Umum )

MV = PQ ,dimana: V dan Q = Konstant Quantity Theory of Money (Klasik)

maka P = f ( M ) - Irving Fisher

M = Supply of Money ( = MV ) - Marshal Piqou

V = Velocity of Money (Cambridge Equation)

Q = Final output ( = Output ) - Milton Friedman

P = Price of Output (Modern Quantity Theory)

DL = Demand For Labor ( Labor Demand )

SL = Supply of Labor ( Labor Supply )

Page 36: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

27

Analisa Perubahan Supply of and Demand For Labor ( SL dan DL )

W = MPPL x P

Q

Q = f (K, L, N)

Q1

Q0

0 N0 N1 N

Employment

(W/P) SL = MPPL Un-employment

(W/P)0

(W/P)1 DL Over Full-employment

0 N0 N1 N

Employment

Bila: N Q ( Produksi Naik ) dari Q0 ke Q1 MV bergeser

dari MV0 ke MV1 yang berakibat P dari P0 ke P1. Kenaikan P

berakibat (W/P) dari (W/P)0 ke (W/P)1 yang berakibat terjadinya

Exces Demand atau disebut dengan terjadinya Over Full-Employment.

Labor ofProduct Phisical Marginal MPP,MPP P

W L L

L

P MPP

W

0 )PW(

S dimana ,) PW(g S

0 )PW(

D dimana ,) PW(f D

L L

L L

Page 37: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

28

Bahan Kuliah ke 3, 4, 5 dan 6

BAB II

PENDEKATAN PERHITUNGAN

PENDAPATAN NASIONAL

Sub Pokok Bahasan:

1. Konsep Dan Metoda Perhitungan 29

1.1. Pendekatan Produksi (Production Approach) 30

1.2. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) 34

1.3. Pendekatan Pendapatan (Earning or Income or Cost Approach) 37

2. Faktor Produksi Dan Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi 38

2.1. Faktor Produksi “Tanah” 38

2.2. Faktor Produksi “Capital” 39

2.3. Faktor Produksi “Labor” 40

2.4. Faktor Produksi “Entrepreneour” 41

3. Tekhnik Perhitungan Pendapatan Nasional 43

4. GNP Dan Pendapatan 48

Page 38: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

29

1. Konsep Dan Metoda Perhitungan

Seandainya kita ditanya apakah yang dimaksud dengan pendapatan nasional ?,

atau kita ditanya, berapakah pendapatan nasional Indonesia sekarang ?. Jawaban yang

bersifat umum atau yang bersifat gamlang, “bahwa pendapatan nasional adalah

jumlah pendapatan penduduk dalam suatu negara yang dihitung dalam suatu

periode waktu tertentu”. Namun sebagai seseorang yang bernuasa ilmiah dapat

dijelaskan lebih detail lagi melalui berbagai konsep, bahwa yang dimaksud dengan

Pendapatan Nasional adalah sebagai berikut:

1. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product = GDP)

2. Produk Nasional Bruto (Gross National Product = GNP)

3. Produk Nasional Netto (Net National Netto = NNP).

4. Disamping itu masih ada konsep lainnya dari pendapatan nasional, yaitu

Produk Nasional Netto atas dasar biaya faktor produksi “ NNP (Net National

Product) at factor cost”, ini disebut sebagai pendapatan nasional (National

Income) saja, dan tentunya ini adalah dalam pengertian sempit.

5. Selanjutnya terdapat pula konsep pendapatan nasional yang disebut dengan

pendapatan pribadi (Personal Income).

6. Dan pendapatan yang tersedia untuk dibelanjakan atau berupa pendapatan

bersih setelah dikeluarkan pajak yang disebut dengan pendapatan disposibel

(Disposible Income).

Berdasarkan kepada berbagai konsep yang telah dijabarkan secara sederhana

diatas mengenai apa yang dimaksud dengan pendapatan nasional, sehingga perlu

diketahui kiranya bahwa untuk menghitung pendapatan nasional suatu negara hanya

terdapat tiga konsep atau pendekatan, yaitu:

I. Pendekatan Produksi ( Production approach )

II. Pendekatan Pengeluaran ( Expenditure approach )

III. Pendekatan Pendapatan ( Earning or Income or Cost approach )

Menurut pendekatan produksi bahwa GDP adalah nilai produk barang-barang dan jasa-

jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit-unit produksi lapangan usaha ekonomi atau

sektor ekonomi seperti Sektor: Pertanian (Agricultural), Industri (Industry) dan Jasa-jasa

(Services) di dalam suatu negara yang dihitung dalam suatu periode waktu tertentu

(biasanya satu tahun). Menurut pendekatan pengeluaran bahwa GDP adalah jumlah

pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga sosial swasta

yang tidak mencari untung atau pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi masyarakat

suatu negara atau dalam pengertian yang lebih ringkas disebut sebagai Pengeluaran

Konsumsi Rumah Tangga (Private Consumption Expenditure = C), pengeluaran

konsumsi pemerintah (General Government Consumption Expenditure = G ),

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto dan Perubahan Stok (Gross Domestic Fixed

Capital Formation and Change in Stock = I ) serta Ekspor Netto ( Net Export = Nx ):

yaitu Ekspor Barang-barang & Jasa-jasa ( Export of Goods and Services = X ) dikurangi

Impor Barang-barang dan Jasa-jasa ( Import of Goods and Services = M ) yang dapat

Page 39: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

30

dirumuskan sebagai berikut: GDP = C + G + I + ( X – M ). Sedangkan menurut

pendekatan penerimaan bahwa GDP adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-

faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi didalam suatu negara yang

dihitung dalam suatu periode waktu tertentu. Faktor-faktor produksi disebut juga

sebagai sumber-sumber produksi atau sumber-sumber ekonomi, antara lain faktor-

faktor produksi tersebut seperti: Land/Natural Resources, Capital, Labour dan

Entrepreneour. sedangkan balas jasa dari masing-masing dari faktor produksi tersebut

secara berrurut berupa: Rent, Interest, Wages dan Profit yang dihasilkan dalam suatu

periode waktu tertentu. Kalau saja pendekatan perhitungan pendapatan nasional menurut

pendekatan pendekatan pendapatan diformulasikan kedalam bentuk perumusan maka

pendapatan nasional Y atau GDP adalah: GDP = YRent + YInterest + YWages + YProfit.

Metoda apapun yang digunakan dalm menghitung pendapatan nasional haruslah

memberikan hasil yang sama untuk ketiga metoda yang ada. Hasil perhitungan yang

diberikan dalam metoda pertama haruslah sama dengan hasil perhitungan metoda kedua

dan ketiga. Di Indonesia hanya pendekatan produksi dan pendekatan pengeluaran yang

digunakan dalam menghitung GDP, sedangkan pendekatan penerimaan atau pendekatan

pendapatan belum pernah dimanfaatkan. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak

tersedianya atau kalaupun tersedia tetapi belum lengkap atau belum sempurnanya data

tentang pendapatan yang diterima oleh unit-unit ekonomi yang disebut sebagai balas jasa

dari faktor-faktor produksi tersebut.

1.1. Pendekatan Produksi (Production Approach)

Dalam menggunakan pendekatan produksi, perekonomian Indonesia pada

umumnya dibagi dalam 3 sektor ekonomi, yaitu sektor: Pertanian, Industri dan Jasa-jasa,

GDP dihitung dari penjumlahan sektor ekonomi sebagai berikut:

1. Pertanian (Agricultural)

2. Industri (Industry)

3. Jasa-jasa (Services)

atau GDP dihitung dari penjumlahan sekitar 11 unit produksi/lapangan usaha ekonomi

yang terdiri dari lapangan usaha ekonomi berikut:

1. Pertanian (Agriculture)

2. Pertambangan dan Penggalian (mining and Quarrying)

3. Industri Pengolahan (Manufacturing Industries)

4. Listrik, Gas dan Air Minum (Electricity, Gas and Water Supply)

5. Bangunan (Construction)

6. Perdagangan besar dan eceran (Wholesale and Retail Trade)

7. Pengangkutan dan Komunikasi (Transportation and Communication)

8. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya (Banking and other Financial

Intermediaries)

9. Sewa Rumah (Ownership of Dwelling)

10. Pemerintahan dan Pertahanan (Public Administration and Defence) 11. Jasa-jasa (Services)

Page 40: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

31

Tabel 1 : REALISASI PRODUKSI LAPANGAN USAHA EKONOMI, TAHUN 1969-1983

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Berlaku )

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Perdagang-

Pertam- Pengang- an,Lembaga

Tahun Tanaman Lainnya Jumlah bangan Listrik, Gas kutan Keuangan, PDB

bahan dan Industri dan dan dan Jasa

makanan Penggalian Pengolahan Air Minum Bangunan Komunikasi Lainnya

1969 823.0 516.0 1339.0 129.0 251.0 13.0 75.0 77.0 834.0 2718.0

1970 962.0 613.0 1575.0 173.0 293.0 15.0 100.0 96.0 986.0 3238.0

1971 961.0 685.0 1646.0 294.0 307.0 18.0 128.0 162.0 1117.0 3672.0

1972 1071.0 766.0 1837.0 491.0 448.0 20.0 174.0 182.0 1412.0 4564.0

1973 1573.0 1137.0 2710.0 831.0 650.0 30.4 262.0 257.0 2013.0 6753.4

1974 2096.0 1401.0 3497.0 2374.0 890.0 52.0 406.0 442.0 3047.0 10708.0

1975 2554.8 1448.6 4003.4 2484.8 1123.7 69.8 589.6 521.1 3850.0 12642.4

1976 3043.9 1768.1 4812.0 2930.0 1453.3 98.1 812.6 662.6 4698.1 15466.7

1977 3659.9 2245.8 5905.7 3599.7 1816.9 105.6 1023.3 842.9 5738.9 19033.0

1978 3991.4 2714.6 6706.0 4357.6 2420.4 118.3 1242.1 1031.6 6870.0 22746.0

1979 4892.0 4103.7 8995.7 6979.8 3310.6 148.8 1789.7 1421.5 9379.3 32025.4

1980 6357.6 4932.7 11290.3 11672.5 5287.9 225.1 2523.8 1965.3 12480.8 45445.7

1981 8101.8 5540.7 13642.5 12970.6 5821.7 288.2 3117.8 2353.2 15833.0 54027.0

1982 9961.0 5707.3 15668.3 11707.8 7680.7 380.3 3507.2 2795.2 17893.1 59632.6

1983 12380.9 6390.6 18771.5 13823.6 8918.0 305.2 4433.7 3325.0 21437.7 71014.7

Sumber : Tahun 1969 s/d 1983: Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun 1988/1989.

Keterangan : Tahun 1982, Angka doperbaiki.

Tahun 1983, Angka sementara (menurut seri perhitungan lama).

Lapangan usaha pertanian dibagi kedalam sekitar 6 sub lapangan usaha pertanian sebagai

berikut:

a. Tanaman Bahan makanan (Farm Food Crops)

b. Tanaman Perkebunan Rakyat (Farm non-food Crops)

c. Tanaman Perkebunan Besar (Estate Crops)

d. Peternakan dan Hasil-hasilnya (Livestock and Products)

e. Kehutanan (Forestry)

f. Perikanan (Fishery)

Lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian dibagi kedalam sekitar 3 sub lapangan

usaha pertambangan dan penggalian sebagai berikut:

a. Minyak dan Gas Bumi (Crude Petroleum & Natural Gas)

b. Pertambangan Tanpa Migas (Mining Excluding Petroleum and Gas)

c. Penggalian (Quarrying)

Lapangan usaha Industri pengolahan dibagi kedalam sekitar 2 besar sub lapangan usaha

Industri Pengolahan sebagai berikut:

a. Industri Migas (Manufacturing Petroleum & Gas)

Page 41: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

32

1. Pengilangan Minyak Bumi (Petroleum Refinery)

2. Gas Alam Cair (Liquefied Natural Gas)

b. Industri Tanpa Migas (Manufacturing Excluding Petroleum & Gas)

1. Makanan, Minuman dan Tembakau (Food, Baverages, and Tobacco)

2. Tekstil Barang Kulit dan Alas Kaki (Textil, Leather Products &

Footwear)

3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Wood Products & Other

Wood Products)

4. Kertas dan Barang Cetakan (Paper & Printing)

5. Pupuk, Kimia & Barang dari Karet (Fertilizers, Chemicals & Rubber)

6. Semen dan Barang Galian Bukan Logam (Cement & Non Metalic

Mineral)

7. Logam Dasar Besi dan Baja (Iron & Basic Steel)

8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya (Transport Equipment)

9. Barang Lainnya (Other Manufacturing Products)

Tabel 2 : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1983

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )

Konsumsi Pemben- Perdagangan Luar Negeri Pajak

tukan Peru- Penda- Tidak

Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN

Tangga Rintah Domes- Stok Netto sung sutan

tik Bruto Netto

1969 3791.5 414.0 4205.5 537.8 0 746.0 668.8 77.2 4820.5 -55.0 4765.5 234.1 313.3 4218.1

1970 3904.6 483.9 4388.5 715.3 0 834.0 755.8 78.2 5182.0 -70.2 5111.8 251.7 336.8 4523.3

1971 4088.0 518.3 4606.3 866.9 0 942.7 871.2 71.5 5544.7 -94.8 5449.9 271.9 360.3 4817.7

1972 4323.5 560.9 4884.4 1032.0 0 1143.3 992.6 150.7 6067.1 -183.9 5883.2 294.5 394.2 5194.5

1973 4804.1 716.0 5520.1 1208.0 0 1356.1 1330.8 25.3 6753.4 -245.4 6508.0 328.0 439.0 5741.0

1974 5502.1 641.0 6143.1 1440.0 0 1445.0 1759.1 -314.1 7269.0 -378.3 6890.7 351.7 472.5 6066.5

1975 5699.2 835.5 6534.7 1650.2 0 1410.1 1964.2 -554.1 7630.8 -389.0 7241.8 370.6 496.0 6375.2

1976 6153.5 896.7 7050.2 1749.2 0 1650.2 2293.3 -643.1 8156.3 -314.1 7842.2 399.1 530.8 6912.3

1977 6399.6 1044.4 7444.0 2027.2 0 1805.8 2395.3 -589.5 8881.7 -420.1 8461.6 430.8 576.6 7454.2

1978 6879.5 1228.2 8107.7 2332.9 0 1824.3 2698.4 -874.1 9566.5 -493.2 9073.3 466.2 624.0 7983.1

1979 7865.8 1345.0 9210.8 2436.0 0 1822.0 3303.9 -1481.9 10164.9 -649.2 9515.7 495.7 663.5 8356.5

1980 8867.7 1489.6 10357.3 2896.0 0 1719.3 3823.4 -2104.1 11149.2 -758.7 10390.5 544.3 728.5 9117.7

1981 10349.5 1641.0 11990.5 3218.5 0 1678.2 4832.6 -3154.4 12054.6 -673.7 11380.9 587.4 786.2 10007.3

1982 10697.5 1776.1 12473.6 3636.7 0 1444.3 5229.2 -3784.9 12325.4 -652.7 11672.7 600.6 803.9 10268.2

1983 11501.1 1758.9 13260.0 3921.2 0 1535.0 5874.0 -4339.0 12842.2 -835.1 12007.1 625.8 837.6 10543.7

Keterangan: Khusus PNN tahun 1983, merupakan angka diperbaiki

*). Residual

Sumber : Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 1988/1989;

Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tabel V.92.

Page 42: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

33

Lapangan usaha Listrik, Gas dan Air Minum dibagi kedalam sekitar 3 sub lapangan usaha

Listrik, Gas dan Air Minum sebagai berikut:

a. Listrik (Electricity)

b. Gas Kota (City Gas)

c. Air Bersih (Water Supply)

Lapangan usaha Pengangkutan dan Komunikasi dibagi kedalam sekitar 2 besar sub

lapangan usaha Pengangkutan dan Komunikasi sebagai berikut:

a. Pengangkutan (Transportation)

1. Angkutan Rel (Railways Transport)

2. Angkutan Jalan Raya (Road Transport)

3. Angkutan Laut (Sea Transport)

4. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (Inland Water Transport)

5. Angkutan Udara (Air Transport)

6. Jasa Penunjang Angkutan (Services Allied to Transport)

b. Komunikasi (Communication)

Lapangan usaha Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya dibagi kedalam sekitar 5 sub

lapangan usaha Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya sebagai berikut:

a. Bank (Bank)

b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank (Non Bank Financial Instituations)

c. Jasa Penunjang Keuangan (Services Allied to Financial)

d. Sewa Bangunan (Building Rental)

e. Jasa Perusahaan (Business Services)

Lapanga usaha Jasa-jasa dibagi kedalam sekitar 2 besar sub lapangan usaha Jasa-jasa

sebagai berikut:

a. Pemerintahan Umum (General Government)

1. Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan (Government

Administration and Defence)

2. Jasa Pemerintahan lainnya (Other Government Services)

b. Swasta (Private)

1. Sosial Kemasyarakatan (Social & Community Services)

2. Hiburan & Regreasi (Amusement & Recreation Services)

3. Perorangan & Rumah Tangga (Personal & Household Services)

Page 43: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

34

Dalam hal menghitung GDP, khususnya Pendekatan Produksi (Production

Approach) maka variabel-variabel yang dijumlahkan adalah:

1. Upah dan Suplemen (Wages and Supplement)

2. Pendapatan Bersih Lembaga-lembaga Sosial yang tidak mencari untung

(Unincorporated Net Income)

3. Sewa Bersih yang diterima (Net Rent), yaitu sewa yang diterima dikurangi

dengan sewa yang dibayar

4. Bunga bersih yang diterima (Net Interest), yaitu bunga yang diterima

dikurangi bunga yang dibayar

5. Laba Perusahaan (Corporate Profit), yang terdiri dari:

a. Deviden (Devidents)

b. Laba Perseroan yang tidak dibagi (Undistributed Profit)

c. Pajak Perseroan (Corporate Taxes)

6. Pajak Tidak Langsung Bersih (Net Interest Business Taxes), yaitu pajak tidak

langsung yang diterima dikurangi dengan pajak tidak langsung yang dibayar

7. Penyusutan (Depreciation) barang-barang modal.

Dengan demikian GDP atau Y = Tiga Sektor Ekonomi

Atau GDP atau Y = Sebelas Lapangan Usaha Ekonomi

1.2. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

Dalam menggunakan Pendekatan Pengeluaran, perhitungan GDP dihitung dengan

menjumlahkan:

1. Pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi masyarakat suatu negara atau

dalam pengertian yang lebih ringkas disebut sebagai Pengeluaran Konsumsi

Swasta (Private Consumption Expenditure), C yang terdiri dari pengeluaran

konsumsi rumah tangga (Household Consumption Expenditure) dan

pengeluaran konsumsi lembaga-lembaga sosial yang tidak mencari untung.

2. Pengeluaran konsumsi pemerintah (General Government Consumption

Expenditure = G ).

3. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto dan Perubahan Stok (Gross

Domestic Fixed Capital Formation and Change in Stock ) atau secara umum

disebut Investasi (Investment = I ), yang terdiri Investasi baru (New

Investment), dan Investasi pengganti Modal Tetap yang sudah tua

(Replacement Investment), dan dalam hal ini termasuk depresiasi.

4. Ekspor Netto ( Net Export = Nx ): yaitu Ekspor Barang-barang & Jasa-jasa

(Export of Goods and Services = X ) dikurangi Impor Barang-barang dan

Jasa-jasa ( Import of Goods and Services = M ).

Dengan demikian GDP atau Y = C + G + I + ( X – M ).

Page 44: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

35

Tabel 3 : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1983

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Berlaku )

Konsumsi Pemben- Perdagangan Luar Negeri

Pajak

tukan Peru- Penda- Tidak

Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN

Tangga Rintah Domes- Stok Netto sung sutan

tik Bruto Netto

1969 2297.8 199.0 2496.8 317.0 0 328.2 424.0 -95.8 2718.0 -34.9 2683.1 135.0 176.0 2372.1

1970 2578.7 293.0 2871.7 455.0 0 434.0 522.7 -88.7 3238.0 -48.5 3189.5 188.0 219.0 2782.5

1971 2817.7 341.0 3158.7 580.0 0 526.8 623.5 -96.7 3672.0 -67.9 3604.1 229.0 238.7 3136.4

1972 3308.7 414.0 3722.7 857.0 0 762.4 778.1 -15.7 4564.0 -144.2 4419.8 236.0 296.7 3887.1

1973 4804.1 716.0 5520.1 1208.0 0 1356.1 1330.8 25.3 6753.4 -245.3 6508.1 328.0 439.0 5741.1

1974 7343.8 841.0 8184.8 1797.0 0 3044.5 2318.3 726.2 10708.0 -498.6 10209.4 447.0 696.0 9066.4

1975 8731.5 1253.7 9985.2 2571.7 0 2897.2 2811.6 85.6 12642.5 -556.8 12085.7 519.2 820.7 10745.8

1976 10572.3 1550.5 12122.8 3204.9 0 3621.3 3522.3 99.0 15466.7 -482.5 14984.2 690.5 1006.3 13287.4

1977 12481.0 2077.3 14558.3 3826.4 0 4512.8 3864.5 648.3 19033.0 -677.8 18355.2 845.6 1235.7 16273.9

1978 15184.5 2658.9 17843.4 4670.7 0 4973.9 4742.0 231.9 22746.0 -866.7 21879.3 1028.9 1482.8 19367.6

1979 19513.7 3733.4 23247.1 6704.3 0 9628.7 7554.7 2074.0 32025.4 -1484.4 30541.0 1304.8 2089.4 27146.8

1980 27502.9 4688.2 32191.1 9485.2 0 13849.2 10079.8 3769.4 45445.7 -2010.7 43435.0 1634.6 2962.1 38838.3

1981 35560.0 5787.9 41347.9 11553.4 0 14927.9 13802.2 1125.7 54027.0 -1924.9 52102.1 1752.2 3511.8 46838.1

1982 41670.3 6831.7 48502.0 13467.1 0 13345.2 15681.7 -2336.5 59632.6 -1957.5 57675.1 2132.5 3877.1 51665.5

1983 47063.0 8077.3 55140.3 19467.9 2847.0 19846.1 19625.0 221.1 77676.3 -3283.1 74393.2 2450.8 3883.8 68058.6

Sumber : Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 1988/1989;

Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ).

Tabel 4 : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1983

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )

Konsumsi Pemben- Perdagangan Luar Negeri Pajak

tukan Peru- Penda- Tidak

Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN

Tangga rintah Domes- Stok Netto sung sutan

tik Bruto Netto

1969 3791.5 414.0 4205.5 537.8 0 746.0 668.8 77.2 4820.5 -55.0 4765.5 234.1 313.3 4218.1

1970 3904.6 483.9 4388.5 715.3 0 834.0 755.8 78.2 5182.0 -70.2 5111.8 251.7 336.8 4523.3

1971 4088.0 518.3 4606.3 866.9 0 942.7 871.2 71.5 5544.7 -94.8 5449.9 271.9 360.3 4817.7

1972 4323.5 560.9 4884.4 1032.0 0 1143.3 992.6 150.7 6067.1 -183.9 5883.2 294.5 394.2 5194.5

1973 4804.1 716.0 5520.1 1208.0 0 1356.1 1330.8 25.3 6753.4 -245.4 6508.0 328.0 439.0 5741.0

1974 5502.1 641.0 6143.1 1440.0 0 1445.0 1759.1 -314.1 7269.0 -378.3 6890.7 351.7 472.5 6066.5

1975 5699.2 835.5 6534.7 1650.2 0 1410.1 1964.2 -554.1 7630.8 -389.0 7241.8 370.6 496.0 6375.2

1976 6153.5 896.7 7050.2 1749.2 0 1650.2 2293.3 -643.1 8156.3 -314.1 7842.2 399.1 530.8 6912.3

1977 6399.6 1044.4 7444.0 2027.2 0 1805.8 2395.3 -589.5 8881.7 -420.1 8461.6 430.8 576.6 7454.2

1978 6879.5 1228.2 8107.7 2332.9 0 1824.3 2698.4 -874.1 9566.5 -493.2 9073.3 466.2 624.0 7983.1

1979 7865.8 1345.0 9210.8 2436.0 0 1822.0 3303.9 -1481.9 10164.9 -649.2 9515.7 495.7 663.5 8356.5

1980 8867.7 1489.6 10357.3 2896.0 0 1719.3 3823.4 -2104.1 11149.2 -758.7 10390.5 544.3 728.5 9117.7

1981 10349.5 1641.0 11990.5 3218.5 0 1678.2 4832.6 -3154.4 12054.6 -673.7 11380.9 587.4 786.2 10007.3

1982 10697.5 1776.1 12473.6 3636.7 0 1444.3 5229.2 -3784.9 12325.4 -652.7 11672.7 600.6 803.9 10268.2

1983 11501.1 1758.9 13260.0 3921.2 0 1535.0 5874.0 -4339.0 12842.2 -835.1 12007.1 625.8 837.6 10543.7

Keterangan: Khusus PNN tahun 1983, merupakan angka diperbaiki

*). Residual

Sumber : Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 1988/1989;

Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tabel V.92.

Page 45: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

36

Keterangan:

Pengeluaran Konsumsi ( C )

Pengeluaran Konsumsi atau Private consumption expenditure, meliputi semua

pengeluaran rumah-rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga-lembaga

swasta bukan perusahaan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang langsung

dipergunakan untuk memmenuhi kebutuhan mereka. Pembelian barang-barang tahan

lama yang baru, seperti mobil, pesawat televisi dan sebagainya selain bangunan rumah,

tergolong sebagai variabel ekonomi “pengeluaran konsumsi”. Pembelian barang-barang

yang telah menjadi milik seorang konsumen tidak dapat dianggap sebagai pengeluaran

konsumsi, sebab pengeluaran konsumen yang satu, yaitu konsumen pembeli, diimbangi

oleh penerimaan konsumen penjual, sehingga nettonya sebesar nol. Bangunan rumah

tinggal pada umumnya dikatagorikan sebagai pebgeluaran investasi.

Pengeluaran Investasi ( I )

Sebutan lengkap variabel ekonomi agregatif ini ialah “Pengeluaran Investasi

Domestik Bruto” atau “Gross Private Domestic Investment”. Variabel ekonomi ini

meliputi semua pengeluaran domestik yang dilakukan oleh sektor swasta untuk

mendirikan bangunan-bangunan baru, mesin-mesin baru beserta perlengkapannya dan

perubahan jumlah berbagai macam persediaan perusahaan.

Pengeluaran Pembelian Pemerintah ( G )

Ungkapan-ungkapan lainnya yang dapat menggantikan variabel ekonomi

agregatif ini antara lain ialah “Pengeluaran Pemerintah untuk barang-barang dan jasa-

jasa” atau “Government Purchase of goods and services”, yang sering juga hanya

disingkat dengan sebutan Pengeluaran Pemrintah atau Government Expenditure begitu

saja. Dari istilah-istilah tersebut jelas bahwa pengeluaran-pengeluaran pemerintah dimana

pemerintah secara langsung memperoleh balas jasa atas pengeluaran tersebut sajalah

yang dapat kita masukan ke dalam katagori variabel ekonomi agregatif G. Pengeluaran-

pengeluaran pemerintah seperti misalnya pembayaran pensiun, bea siswa, subsidi dalam

berbagai bentuknya, dan berbagai macam bantuan finansial yang diberikan kepada sektor

swasta tidak dapat dimasukan kedalam katagori ini, melainkan harus dimasukan kedalam

katagori Transfer pemerintah (Tr).

Eksport Netto (X – M)

Variabel ekonomi agregatif ini merupakan hasil pengurangan nilai total impor

(M) terhadap nilai total eksport terhadap nilai total eksport (X). apabila neraca

perdagangan dalam keadaan pasif, yaitu nilai impor barang-barang dan jasa-jasa lebih

besar daripada nilai ekspor barang-barang dan jasa-jasa, maka nilai ekspor netto bertanda

negatif. Akhirnya dapat pila diketengahkan disini bahwa bagian kanan Perkiraan

Pendapatan dan Produk Nasiona, isinya dapat diungkapkan dalam bentuk kesamaan

matematika yang dapat disebut sebagai kesamaan produk nasional atau national product

identity: Y = C + I + G + (X – M ).

Page 46: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

37

1.3. Pendekatan Pendapatan (Earning or Income or Cost Approach)

Dalam menggunakan Pendekatan Pendapatan, maka perhitungan GDP dapat

dihitung dari penjumlahan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut

serta dalam proses produksi didalam suatu negara yang dihitung dalam suatu periode

waktu tertentu, sebagai berikut:

1. Pendapatan yang diterima sebagai balas jasa dari penjualan/penyewaan

faktor produksi Tanah/Sumber-sumber Alam (Land/Natural

Resources) atau penerimaan oleh kaum buruh pemilik Tanah dan

Sumber alam lainnya, YRent.

2. Pendapatan yang diterima sebagai balas jasa dari penjualan/penyewaan

faktor produksi Modal (Capital) atau jumlah bunga (interest) yang

diterima oleh kaum pemilik Modal, YInterest.

3. Pendapatan yang diterima sebagai balas jasa dari penjualan/penyewaan

faktor produksi Tenaga Kerja (Labor) atau jumlah upah (wages) yang

diterima oleh kaum buruh, YWages.

4. Pendapatan yang diterima sebagai balas jasa dari penjualan/penyewaan

faktor produksi Kewirausahaan (Entrepreneour) atau junmlah laba

(profit) yang diterima oleh kaum pengusaha, YProfit.

Dengan demikian Y atau GDP adalah: GDP = YRent + YInterest + YWages + YProfit.

Keterangan:

Upah dan Gaji ( Yw )

Upah dan gaji, yang biasa disebut dalam istilah asing Wages and Salaries

merupakan pendapatan yang diperoleh rumah tangga keluarga sebagai imbalan terhadap

jasa sumber tenaga kerja yang mereka gunakan dalam pembentukan produk nasional.

Pengertian gaji dan upah tersebut dipakai dalam artian yang luas, yaitu meliputi juga

didalamnya bermacam penerimaan karyawan dalam bentuk lainnya, seperti misalnya

tunjangan keluarga, tunjangan perumahan, tunjangan perawatan sakit dan sebagainya.

Oleh karena itulah mudah difahami. Meskipun demikian mudahnya difahami, namun

sedikit saran akan penggunaan istilah yang lebih luas cakupannya, yaitu sebaiknya

digunakan istilah yang lebih tepat sebagai konpensasi untuk karyawan atau

compensaqtion of employees.

Sewa ( Yr )

Pendapatan sewa atau rental income meliputi semua macam sewa atas pemakaian

aktiva tetap oleh pihak lain atau oleh pemiliknya sendiri, kecuali kalau pihak penerima

sewa atau pemakai-pemilik aktiva tersebut merupakan perusahaan, yang sisa hasil

usahanya sudah tergolong kedsalam katagori laba. Dalam menghitung sewa rumah milik

sendiri, misalnya, diper4gunakan metode imputasi atau imputation.

Page 47: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

38

Bunga ( Yi )

Variabel ekonomi agregatif meliputi semua pembayaran bunga modal pinjaman

yang dibayar oleh sektor swasta, baik sektor keluarga maupun sektor perusahaan.

Sedangkan bunga yang dibayar oleh pemerintah atas hutang pemerintah kepada

masyarakat tidak termasuk pendapatan bunga, melainkan dikatagorikan sebagai transfer

pemerintah.

Laba ( Yp )

Perbedaan antara jumlah penerimaan penjualan perusahaan dengan jumlah biaya

yang dikeluarkan oleh perusahaan per tahun merupakan laba atau profit perusahaan.

Dalam perkiraan pendapatan dan produks nasional, pada umumnya dibedakan:

(a) Laba perusahaan perseorangan atau proprietor’s income, yaitu laba yang

diperoleh oleh perusahaan-perusahaan yang tidak terbentuk badan hukum,

dan

(b) Laba perseroan atau corporate profit, yaitu laba yang diperoleh oleh

perusahaan-perusahaan yang berbentuk badan hukum.

Pada akhirnya dari beberapa uraian-uraian yang terdapat dalam sub-sub bab ini

dapat diambil intisarinya dalam bentuk kesamaan pendapatan nasional atas dasar biaya

faktor produksi sebagai berikut: Y at faktor = Yw + Yr + Yi + Yp

2. Faktor Produksi Dan Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi

2.1. Faktor Produksi “Tanah”

Tanah (land) atau sumber-sumber alam (natural resaourpes) melalui sumber-

sumber yang tersedia pada alam, yang merupakan “pemberian alam”, Sumber-sumber ini

masih bersifat potensiil menunggu tangan manusia, peralatan dan teknologi untuk dapat

menggunakannya, menggarapnya ataupun mengolahnya, sehingga sumber-sumber dapat

menjadi efektif untuk dapat dipergunakan dan dikumsumir manusia1).

Sumber-sumber alam yang tersedia (potensial) cukup penting artinya dan

peranannya bagi pembangunan, lebih-lebih bagi negara-negara yang masih terbelakang

ekonominya. Selamanya adalah lebih baik bagi sesuatu negara memiliki lebih banyak

sumber-sumber alam dari pada kurang memilikinya. Negara-negara yang memiliki

sumber-sumber alam, seperti: minyak bumi, biji besi, timah, batu bara, dan sebagainya

adalah mempunyai harapan yang lebih baik untuk pembangunan ekonominya

dibandingkan jika negara yang bersangkutan tidak memiliki/menghasilkannya. Dan

proses pembangunan itu akan dipercepat dengan adanya kombinasi antara sumber alam

tersebut dengan faktor-faktor lainnya, seperti: modal, tenaga manusia beserta ketrampilan

dan kemampuan teknologinya.

1). Rustian Kamaluddin., “Pengantar Ekonomi Pembangunan”, Universitas Andalas, Padang 1978, hal 70.

Page 48: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

39

Sumber-sumber alam ini pada dasarnya dapat diklarifisikasikan kedalam 4

macam, golongan:

1. Ruangan atau lapangan tanah (land space)

2. Bahan-bahan mentah (raw materials)

3. Sumber-sumber tenaga (saources of power)

4. Keadaan cuaca dan iklim (atmospheric conditions).

2.2. Faktor Produksi “Capital”

Yang dimaksud dengan Kapital atau Modal sebagai faktor produksi dalam

pembangunan, bukanlah kapital dalam bentuk yang (money capital) tetapi real capital

atau capital goods (barang-barang modal). Yaitu barang-barang yang dihasilkan bukan

untuk memenuhi konsumsi atau kebutuhan langsung, melainkan untuk membantu

manusia didalam proses produksi. Sungguhpun demikian barang modal ini juga dinilai

atau diukur dengan uang (in terms of money) sehingga pada umumnya modal tersebut

dinyatakan pula dalam jumlah nilai uang.

Dalam teori ekonomi, jika ditinjau dari sudut bentuknya dan sifatnya dalam

proses produksi, maka capital goods ini dapat dibagi dalam:

(a) Circulating Capital (modal kerja atau modal berputar), yaitu barang modal

dalam bentuk persediaan bahan mentah, bahan baku dan setengah jadi, bahan

bakar, dan lain-lain yang dipergunakan atau dapat dipakai hanya satu kali atau

dalam jangka waktu yang pendek saja dalam proses produksi.

(b) Fixed Capital atau Capital Equipment (modal tetap), adalah barang modal

yang berupa pabrik, instalasi, mesin, traktor, dan sebagainya yang dapat

dipakai berulang kali atau dalam jangka waktu yang lama didalam proses

produksi.

Dalam ekonomi pembangunan lebih banyak penggolongan modal ini ditinjau dari

segi produktivitas pendapatan sebagai hasil dari jenis-jenis kapital tersebut ataupun dari

segi pengaruhnya langsung dan tidak dalam meningkatkan produksi. Dalam hubungan ini

barang-barang modal dapat diklasifikasikan dalam:

a. Economic Directly Productive Capital, yaitu barang modal yang secara

langsung dapat menghasilkan produksi, seperti: bangunan pabrik, lapangan

pertanian, mesin-mesin, peralatan dan bahan-bahan perindustrian dan lain-

lain.

b. Economic Overhead Capital, adalah barang-barang modal yang jadi dasar

atau landasan bagi perekonomian atau kegiatan ekonomi, yang hanya secara

tidak langsung dapat menghasilkan atau meningkatkan produksi. Misalnya:

faktor transpor (seperti jalan, alat perhubungan lainnya), stasion tenaga listrik,

saluran irigasi, dan sebagainya.

Page 49: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

40

c. Social Overhead Capital, adalah barang-barang modal yang jadi dasar atau

sarana penting bagi keperluan-keperluan masyarakat yang secara tidak

langsung kemudian bermanfaat dalam usaha menghasilkan/meningkatkan

produksi. Misalnya: perumahan, sekolah, rumah ibadah dan lain-lain.

Jadi barang modal ini adalah semua barang-barang yang secara langsung atau

tidak langsung akan memberikan kemungkinan untuk memperbesar produksi dan

produktivitas didalam masyarakat. Overhead Capital ini, baik economic maupun social,

sekarang lazim pula disebut prasarana atau infrastruktur, sungguhpun pengertiannya

sehari-hari lebih banyak tertuju pada segi ekonominya.

Selanjutnya perlu ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan capital disini

hanyalah modal dalam bentuk barang atau materi yang diproduksi dan tidak termasuk

investasi (penanaman modal) yang berupa pemberian pendidikan, training, jasa-jasa

kesehatan dan yang sejenis dengan itu. Bagian ini sering kali disebut dengan istilah yang

lengkap “hubungan capital” atau “human investment”.

Keadaan dan jumlah faktor modal sangat besar pengaruhnya terhadap produksi

dan pendapatan nasional, karena dengan pertambahan barang modal ini akan dapat

ditingkatkan/diperbesar jumlah produksi dan pendapatan nasional, yang mana ini

selanjutnya akan memungkinkan pula terciptanya pertambahan modal yang diperlukan

untuk peningkatan produksi selanjutnya. Penambahan modal atau penambahan terhadap

stock (persediaan) barang modal biasanya disebut investasi (investment). Untuk

menjalankan investasi ini diperlukan adanya pembentukan atau akumulasi modal (capital

accumulation) sebelumnya, yang mana ini diciptakan dengan menyisihkan atau

menyimpan sebagian daripada income dalam masyarakat yang kemudian ditujukan

kepada investasi. Jadi dengan penghematan atau menekan pengeluaran atas barang-

barang konsumsi dalam masyarakat nantinya akan dapat diciptakan akumulasi modal

yang akan disalurkan pada investasi atau penambahan capital stock didalam masyarakat.

2.3. Faktor Produksi “Labor”

Peranan Tenaga manusia dalam proses produksi dan pembangunan ditentukan

oleh jumlah dan mutu tenaga kerja yang tersedia untuk pelaksanaan berbagai usaha

dilapangan-lapangan yang bersangkutan. Dinegara-negara underdeveloped pada

umumnya, termasuk dinegara kita, jumlah tenaga kerja dapat dikatakan cukup banyak,

sedangkan dari segi mutu berupa kecakapan dan ketrampilannya pada umunya masih

rendah serta terbatas.

Oleh karena tenaga ini merupakan bagian atau berasal dari penduduk yaitu

menyediakan tenaganya untuk proses produksi dan pembangunan, maka perkembangan

tenaga kerja adalah bertalian dengan perkembangan penduduk yang bersangkutan.

Aspek-aspek jumlah penduduk dan tenaga kerja yang mempengaruhi proses

produksi dan usaha untuk memperbesar pendapatan nasional, yang terutama diantaranya

ialah: (a) Jumlah penduduk dan kecepatan pertumbuhan penduduk, dan (b) komposisi

umur penduduk. Jumlah dan kecepatan perkembangan penduduk bersangkutan dengan

kelahiran, kematian dan migrasi (permindahan penduduk). Oleh karena unsur migrasi

antara negara, baik berupa immigrasi maupun berupa emigrasi, adalah relatif sangat

Page 50: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

41

kecil, maka sebagai unsur demografis yang utama yang mengakibatkan perkembangan

penduduk ialah tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Selisih antara kedua unsur inilah

yang menunjukan bagaimana perkembangan penduduk suatu negara, apakah terjadi

pertambahan atau pengurangan penduduk.

2.4. Faktor Produksi “Entrepreneour”

Didalam pembangunan ekonomi negara-negara barat yang sekarang sudah maju

dan “Industrialized”, dimana produksi dan perekonomian pada umumnya terletak pada

tangan swasta yang bersifat private enterprice atau perkembangan perekonomiannya

terletak ditangan private entrepreneour yang mengintrodusir inovasi dalam berbagai

bidang ekonomi. Dengan pemakaian teknologi baru yang paling ekonomis menyebabkan

prekonomiannya berkembang terus menuju pada tingkat pendapatan dan kemakmuran

yang lebih tinggi. Dengan memakai istilah J.A. Schumpeter, pembangunan negara-

negara barat itu terletak pada tangan entrepreneour, yang diartikan sebagai orang yang

berambisi, mempunyai pandangan jauh kedepan, yang selalu berusaha merubah kondisi

yang ada dengan menciptakan dengan apa yang disebutnya “Innovations” atau “New

Combinations” dari faktor-faktor produksi. Inovasi yang diciptakannya itu adalah berupa

mengintrodusir produk yang baru, teknik produksi yang baru, sumber produksi yang

baru, pasaran yang baru dan organisasi produksi yang baru. Sebagai hasil dari usaha-

usaha entrepreneour swasta tersebut yang selalu menunjukan prestasi dan dinamisasi bagi

perkembangan perekonomian, ialah bahwa perekonomiannya cepat berkembang menuju

kepada kemakmuran masyarakat dan negaranya.

Dinegara-negara underdeveloped dialami kenyataan bahwa entrepreneour swasta

sebagaimana yang dijumpai dinegara-negara barat tersebut tidaklah banyak dijumpai atau

hampir kurang muncul. Bukan hanya enterpreneour yang dimaksud Schumpeter itu saja

yang terasa kekurangannya, dan juga meliputi kekurangan berbagai jenis tenaga ahli atau

tenaga skill.

Untuk perkembangan ekonomi dan pembangunan disadari bahwa sesungguhnya

cukup tersedia Tanah (land) dalam arti luas, Tenaga Kerja (labour) dan bahkan

Permodalan (Capital), akan tetapi faktor-faktor produksi ini sebagaian besar masih

bersifat potensiil saja. Unsur-unsur produksi dan potensiil itu baru akan dapat menjadi

efektif dan besar manfaatnya bagi kehidupan masyarakat jika tersedia pula berbagai rupa

tenaga-tenaga skills untuk mengatur dan merubah faktor-faktor produksi tersebut

sehingga menjadi eferktif dan produktif.

Sehubungan dengan itu dinegara kita dan juga dinegara-negara terbelakang pada

umumnya disadari bahwa kekurangan tenaga skills itu perlu diisi atau diatasi segera

dengan mengadakan berbagai usaha yang disebut “Investment of human skills” atau

disebut pula sebagai investasi dalam hal “technological and managerial know-how”, yaitu

penanaman modal untuk membentuk dan menghasilkan tenaga-tenaga ahli dengan

melalui pendidikan-pendidikan keahlian dan kejuruan dengan peralatan dan sistem yang

ruwet (sophisticated).

Kekurangan tenaga skill yang perlu diisi dengan pendidikan, upgrading dan

latihan itu meliputi berbagai macam jenisnya, yang terpenting diantaranya ialah jenis-

jenis keahlian yang berikut ini:

Page 51: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

42

(a) Keahlian atau kecakapan dalam bidang teknik, keahlian yang khusus

bersangkutan dengan ekonomis-teknis, yang diperlukan untuk mengatur dan

melaksanakan pekerjaan dibidang ekonomi dalam melayani peralatan dengan

teknik yang modern. Keahlian ini disebut dengan technological skills.

(b) Keahlian atau kecakapan untuk mengatur/memimpin badan-badan usaha

ataupun kelembagaan lainnya (seperti: bank, badan asuransi, koperasi dan

sebagainya), sehingga dapat berjalan dengan efisien dan ekonomis. Keahlian

ini disebut dengan organisational skills.

(c) Keahlian dan kemampuan yang diperlukan untuk mempergunakan

kesempatan kesempatan yang potensiil sehingga menjadi efektif, dengan

mengintrodusir kombinasi-kombinasi atau dalam proses produksi dan

pembangunan. Keahlian ini disebut dengan managerial skills atau

entrepreneourial skills.

Kekurangan tenaga skills tersebut dapat disebabkan oleh faktor non-ekonomis

maupun faktor ekonomis sendiri. Faktor non-ekonomis disini menyangkut faktor-faktor

sosial-budaya dan pembawaan atau bakat dari individu-individu dalam masyarakat, yang

dinegara underdeveloped terdapat kelemahan-kelemahan dalam faktor non-ekonomis ini,

sehingga memungkinan timbulnya tenaga-tenaga skills didalam masyarakat. Sedangkan

faktor-faktor ekonomis yaitu yang terletak dalam bidang ekonomi dan yang menghambat

pula munculnya tenaga skills tersebut ialah sebagai akibat dari kurangnya tenaga beli

efektif dalam arti riil, kurangnya “external economies” (penghematan atau keuntungan-

keuntungan yang berasal dari luar bidang usaha yang bersangkutan) berhubung karena

masih kurang tersediaannya economic dan social overhead capital dalam perekonomian

negara.

Oleh karena kenyataan bahwa justeru dinegara-negara underdeveloped hampir

tidak terdapat tenaga-tenaga entrepreneour partikulir yang dalam sejarah negara-negara

barat merupakan pelopor pembangunan, disamping kekurangan tenaga-tenaga skills

lainnya. Ditambah lagi dengan adanya kekurangan dari segi faktor-faktor ekonomi

sebagaimana yang disebutkan diatas, sehingga tidaklah memungkinkan terangsang atau

berkembang dengan sendirinya peningkatan ekonomi dan pembangunan yang berasal

dari masyarakat semata-mata. Sehubungan dengan itu tidak ada jalan lain selain dari pada

negara atau pemerintah sendiri yang harus tampil kedepan sebagai perintis dan pelaksana

pembangunan. Dalam hubungan ini dinyatakan bahwa negara harus berfungsi dan

bertindak sebagai “agent of development”, yaitu sebagai suatu badan yang secara

langsung mengatur, mengarahkan dan bahkan turut melaksanakan pembangunan dan

perkembangan ekonomi secara keseluruhannya.

Pemerintah atau negaralah yang merencanakan, mengarahkan dan mengatur

seluruh kegiatan ekonomi dan pembangunan, sungguhpun demikian pemerintah mungkin

dapat melaksanakan seluruhnya segala kegiatan ekonomi dan pembangunan ataupun

mungkin hanya terbatas pada bagian tertentu saja dari bidang pembangunan itu,

sedangkan bagian-bagian/pembangunan lainnya dilaksanakan oleh pihak swasta atau

masyarakat sendiri meskipun tetap dibawah pengaturan pemerintah.

Page 52: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

43

3. Tekhnik Perhitungan Pendapatan Nasional

Diatas telah dapat disimpulkan bahwa, perhitungan pendapatan nasional hanya

mempunyai 3 konsep, yaitu: (1). Pendekatan Produksi (Production approach), (2).

Pendekatan Pengeluaran (Expenditure approach) dan (3). Pendekatan Pendapatan

(Earning or Income or Cost approach). Sedangkan Variabel Agregatif yang berujud

sebagai pendapatan Nasional berjumlah 6 buah, yaitu: GDP, GNP, NNP, NNP at Factor

Cost, NI dan Disposible Personal Income. Aturan yang dimainkan dalam perhitungan

pendapatan nasional adalah harus memulai dari menghitung berdasarkan konsep pertama.

Konsep kedua akan dapat dihitung setelah konsep pertama terselesaikan, demikian

selanjutnya konsep ketiga dapat pula dihitung dari konsep kedua selesai.

Diawali oleh konsep pertama, yaitu dengan menjumlahkan seluruh unit-unit

terkecil (seperti produk atau output) yang terdapat pada masing-masing lapangan usaha

ekonomi yang membentuk PDB. Khususnya dilakukan terhadap unit yang paling kecil

sekali dari lapangan usaha ekonomi. Sebagai contoh pada sub lapangan usaha pertanian,

khususnya unit yang paling kecil sekali dari Tanaman Bahan Makanan (Farm Food

Crops) seperti komoditi padi atau gabah. Dalam melakukan perhitungan Pendapatan

Nasional haruslah dihindari perhitungan ganda (double counting), dan untuk tujuan yang

demikian itu perhitungan pendapatan nasional dilakukan dengan hanya menghitung nilai

tambah (value added) yang dihasilkan oleh suatu rantaian proses produksi atau yang

diperhitungkan kedalam pendapatan nasional hanyalah nilai produk akhir (final product),

sehingga nilai produk atau komoditi yang merupakan produk perentara (intermediate

product) seperti bahan mentah tidaklah diperhitungkan kedalam pendapatan nasional.

Tabel 5. Nilai Tambah Yang Dihasilkan

Produk yang dihasilkan

Nilai Produk (Rp)

Nilai Tambah (Rp)

Padi

Beras

Tepung Beras

Super Mie

2.000

3.500

4.500

10.000

2.000

1.500

1.000

5.500

Total Nilai Tambah

10.000

Perhitungan produksi dari gabah atau padi pada umumnya dihitung dalam satu

kilogram. Untuk menelusuri konsep atau cara perhitungan nilai tambah dari produk akhir

padi dalam hal ini dilakukan sebagai berikut. Pada tabel 5 dapat diperhatikan bahwa nilai

dari satu kilogram gabah yang dihasilkan petani disuatu tempat/desa/kecamatan/region

tertentu adalah Rp 2.000,- dan dapat dikatakan bahwa petani yang menghasilkan padi

Page 53: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

44

pada tempat/desa/kecamatan/region tertentu ini untuk satu kilogram memberikan

konstribusi terhadap pendapatan nasional sebesar Rp 2.000,-. Padi ini setelah diolah oleh

penggilingan/huller menjadi beras yang juga untuk ukuran satu kilogram bertambah

nilainya menjadi Rp 3.500,- dan dapat dikatakan konstribusi penggilingan padi terhadap

pendapatan nasional bukanlah sebesar Rp 3.500,- akan tetapi hanya sebesar Rp 1.500,-

(sama dengan Rp 3.500,- dikurangi Rp 2.000). Katakanlah pada tempat tersebut juga

terdapat aktivitas pabrik tepung yang juga mengolah beras menjadi tepung beras dan

untuk satu kilogram tepung beras pada tempat tersebut nilainya Rp 4.500,- dan dapat

dikatakan bahwa konstribusi pabrik tepung terhadap pendapatan nasional adalah sebesar

Rp 1.000,- (= Rp 4.500,- Rp 3.500,-). Rupanya ujud akhir produk pada tempat yang

dimaksud tersebut masih belum berakhir dan pada tempat/desa/kecamatan/region tertentu

ini masih ada aktivitas produksi lainnya seperti adanya pabrik supermie yang mengolah

tepung beras (salah satu bahan yang digunakan) untuk menjadi super mie, pabrik ini

menghasilkan satu kilogram supermie senilai Rp 10.000,- dan dalam hal ini dapat

dikatakan bahwa yang merupakan konstribusi dari pabrik supermie terhadap pendapatan

nasional adalah sebesar Rp 5.500,- (= Rp 10.000,- Rp 4.500,-). Dari kempat produk

yang dihasilkan tempat/desa/kecamatan/region tertentu yang menjadi pengamatan, hanya

super mie yang dianggap sebagai produk ahkir (final product) dari rantaian proses

produksi yang diambil sebagai contoh. Beras dan tepung beras hanyalah merupakan

produk perentara (intermediate product) dalam hal menghasilkan super mie. Perlu dicatat

bahwa nilai tambah total yang dihasilkan adalah sebesar Rp 10.000,- yang nilai ini

adalah persis sama dengan nilai produk akhir super mie dan kedua nilai tersebut memang

harus sama.

Pada contoh menghitung nilai tambah yang telah disajikan pada tabel 5 diatas,

dimana pendapatan nasional yang diperoleh dinyatakan dengan uang. Sebetulnya

pendapatan nasional dapat diukur dengan unit benda (kesatuan fisik) dan jam kerja yang

diperlukan untuk menghasikan produk tersebut. Tetapi kalau dilakukan dengan memakai

kesatuan fisik maka akan ditemui banyak kesulitan, karena produk-produk atau komoditi-

komoditi yang dihasilkan oleh masyarakat bersifat heterogen. Dan kalau digunakan unit

jam kerja juga akan mempunyai kesukaran-kesukaran, karena proses produksi masing-

masing komoditi adalah berbeda dan tingkat teknologi yang digunakan pada proses

produksi yang berlainan adalah tidak sama, ada teknologi yang padat karya yang

memerlukan jam kerja yang lebih banyak dan ada pula teknologi padat modal yang

memerlukan jumlah jam kerja yang lebih sedikit untuk menghasilkan output yang sama

junmlahnya. Oleh karena itu, pendapatan nasioanal pada umumnya diukur dengan unit

uang.

Untuk mengacu kearah pengertian perhitungan pendapatan nasional yang mudah

dimengerti, bahwa perhitungan pendapatan nasional suatu negara melibatkan banyak

pihak/badan/instansi/dinas terkait sesuai departemennya. Perhitungan pendapatan

nasional dengan pendekatan produksi (production approach) dapat digolongkan menurut

sektor ekonomi atau lapangan usaha ekonomi masing-masing hingga sampai kepada

rincian yang terkecil sekali seperti komoditi hasil-hasil produksi yang dihasilkannya.

Pada contoh diatas terdapat 4 produk hasil produksi pada tempat/desa/kecamatan/regional

tertentu tersebut. Bermula kepada suatu istilah kuno “Lain lubuk lain ikannya, lain

padang lain hilalangnya”. Dari apa yang ditegaskan oleh istilah kuno tersebut maka

Page 54: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

45

dapat pula disimpulkan setiap tempat mempunyai kondisi yang berbeda-beda, baik hasil

produksinya maupun macam dan ragam comoditi hasil produksi yang dipunyainya.

Jadi untuk menghindari perhitungan ganda (double counting) dalam perhitungan

pendapatan nasional, dan yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah berapa buah atau

berapa macam comoditi hasil produksi tempat/desa/kecamatan/regional tertentu tersebut

dan setiap unit-unit hasil produksi dicatat oleh yang membidanginya. Contohnya, produk

hasil produksi seperti padi, singkong, kacang tanah dan lain sebagainya dicatat oleh

departement pertanian serta jajarannya yang terkait. Sedangkan hasil produksi industri

pengolahan seperti tepung beras, super mie, minyak goreng dan lain sebagainya dicatat

oleh departement Industri serta jajarannya yang terkait. Hasil produksi perhubungan,

lambaga keuangan, perdagangan serta jaja-jasa lainnya dicatat oleh masing-masing

departement serta jajaran yang terkait, dan juga dicatat dari hasil survey Biro Pusat

Statistik. Pada prinsipnya muara akhir pencatatan pendapatan nasional dengan

pendekatan produksi bermuara ke BPS. Selanjutnya mengenai harga produk hasil

produksi untuk seluruh lapangan usaha ekonomi yang ada ujud fisiknya, dicatat oleh

pasar atau departement perdagangan serta jajarannya yang terkait, hanya kemungkinan

sebagai terkecuali produk-produk hasil produksi jasa seperti sewa rumah, sewa

penginapan, perhotelan dan lain sebagainya pada umumnya berupa hasil survey yang

sebagian besar dicatat oleh BPS. Pada hakekatnya, apabila data produk-produk hasil

produksi (Quantity = Q) dan harga pasar (Price = P) produk-produk tersebut sudah dapat

diketahui secara pasti pada objek pencatatan dan penelitian, maka BPS melakukan

asumsi-asumsi statistik untuk mendapatkan seluruh nilai produk-produk hasil produksi

yang berupa perkalian Quantity dengan Harga ( P x Q ), dan menelusuri perhitungan

untuk seluruhnya kedalam kontek yang bersifat nasional, sehingga seluruh data bermuara

pada BPS dan terciptanya pendapatan nasional suatu negara.

Menelusuri lebih lanjut tugas BPS sebagai muaranya seluruh data dalam kontek

yang bersifat nasional pada khususnya, dan bahkan terdapat pula beberapa data-data yang

bersifat internasional secara umum. Tugas BPS bukan terbatas untuk hanya menghitung

pendapatan nasional melalui pendekatan produksi (production approach) saja, akan tetapi

melingkupi untuk ketiga pendekatan perhitungan pendapatan nasional yang ada. Lebih

jauh daripada itu bahkan BPS juga meliput data-data sosial masyarakat seperti jumlah

penduduk, dan sedikit data yang bersifat teritorial dalam hal pertahanan nasional dan lain

sebagainya yang kiranya sangat berguna untuk mengukur kemajuan/kemunduran

aktivitas ekonomi dan pembangunan nasional, bahkan untuk melihat ukuran aktivitas

ekonomi dan pembangunan yang sesungguhnya seperti menetukan daya beli dalam

masyarakat tidak cukup ditentukan oleh data yang bersifat nominal dan BPS juga

melakukan penafsiran pendapatan nasional dalam arti riil.

Banyak hal yang perlu diperhatikan secara jelimet dalam perhitungan pendapatan

nasional. Selain dari menghindari perhitungan ganda (double counting), terdapat pula

upaya untuk menghindari perhitungan taksiran yang tinggi (overestimate) dan

perhitungan taksiran yang rendah (underestimate). Memang agak sulit untuk

mendapatkan perhitungan kearah taksiran yang optimal, seperti halnya pada produk-

produk hasil produksi. Apakah suatu produk yang dihasilkan tersebut merupakan produk

perentara atau produk akhir, apakah konsumsi yang dilakukan merupakan konsumsi akhir

atau konsumsi perentara. Kadang-kadang suatu produk/konsumsi mempunyai sifat ganda,

dimana sebahagian elemennya merupakan elemen produk/konsumsi akhir, sedangkan

Page 55: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

46

sebahagian elemen lainnya merupakan elemen produk/konsumsi perentara. Misalnya,

biaya oplet yang dikeluarkan oleh seorang karyawan menuju kantor dan kembali

kerumahnya, apakah akan dianggap sebagai konsumsi akhir atau konsumsi perentara ?.

Sewa VCD apakah akan dianggap sebagai konsumsi akhir atau konsumsi perentara ?.

Untuk mengatasi masalah ini agar jangan terjadi perhitungan ganda dan atau jangan

terjadi perhitungan taksiran yang tinggi, mereka yang melakukan perhitungan pendapatan

nasional membuat asumsi-asumsi tertentu dalam menentukan apakah suatu

produk/biaya/konsumsi akan dikatagorikan sebagai produk/biaya/konsumsi akhir atau

perentara. Asumsi dan batasan yang dibuat itu seterusnya akan dievaluasi setiap tahun

sehingga pada akhirnya kesangsian akan adanya perhitungan taksiran tinggi

(overestimate) dapat dikurangi.

Dilain pihak adapula sebagaian orang yang berpendapat bahwa setiap metoda

perhitungan yang digunakan akan memberikan perhitungan taksiran yang rendah

(underestimate), oleh karena dalam prakteknya seringkali nilai beberapa variabel

ekonomi seperti produk/biaya/produksi yang tidak diperhitungkan sama sekali. Misalnya,

nilai jasa-jasa ibu rumah tangga yang bekerja mengurus rumah tangganya tanpa bayaran

lelah yang tidak diperhitungkan kedalam pendapatan nasional, padahal kalau pekerjaan

itu dikerjakan oleh pembantu rumah tangga dibayar berupa nilai jasa-jasa mereka (diukur

dengan gaji yang mereka terima) dianggap mempunyai konstribusi terhadap pendapatan

nasional. Demikian pula halnya dengan jasa sang ayah yang memperbaiki rumah tempat

tinggal mereka tidak dinilai dan tidak diperhitungkan kedalam pendapatan nasional,

padahal kalau pekerjaan sang ayah tadi dikerjakan oleh seorang tukang yang proposional

akan dibayar berupa nilai jasa berupa gaji yang diterima oleh tukang tersebut. Selain

daripada itu seperti petani yang mengolah sawah/ladangnya sendiri, padahal kalau

diupahkan kepada orang yang bisa bertani tadi juga akan mengeluarkan sebagai upah

yang harus dibayar atas jasa yang mereka berikan atau produksi tanaman perkarangan

yang dimakan sendiri oleh anggota rumah tangga, padahal kalau produk hasil produksi

tanaman perkarangan tersebut dijual kepasar akan dianggap mempunyai konstribusi

terhadap pendapatan nasional. Selanjutnya sewa rumah yang ditempati sendiri, padahal

kalau disewakan pada orang lain yang menempati rumah atau bagaian dari rumah

tersebut akan memberikan konstribusi kedalam pendapatan nasional.

Beberapa kesangsian yang diungkapkan berupa jasa ibu rumah tangga, jasa ayah,

produksi tanaman perkarangan dan sewa rumah yang ditempati sendiri dan lain

sebagainya kesemuanya diabaikan sebagai konstribusi pendapatan nasional. Tujuan

diabaikan, tidak lain dan tidak bukan antara lain terutama menghindari perhitungan ganda

(double counting) dan untuk kesemua kesangsian diatas tersebut termasuk biaya

konsumsi yang dikeluarkan. Mengenai pengeluaran konsumsi berupa biaya yang harus

dikeluarkan tersebut diatas, dalam perhitungan pendapatan nasional akan didapatkan

melalui residual dari pendapatan nasional dikurangi tabungan. Untuk kesangsian yang

seperti ini, telah mengingatkan kita pula kepada defenisi ahli ekonomi modern J.M

Keynes tentang tabungan, terkutip: “Bahwa yang dimaksud dengan tabungan adalah

bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi”. Sehubungan dengan definisi ini, kalau

yang dimaksud pendapatan nasional tersebut adalah PDB dan data PDB itu sendiri

berasal dari konsep perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi,

sedangkan data tabungan diambil dari data yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan

bank dan non-bank. Cara lain yang dapat digunakan adalah menggunakan persamaan

Page 56: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

47

“Ekonomi Sektoral”, yaitu: Ekonomi Dua,Tiga dan Empat Sektor yang tergabung

dengan Tiga konsep perhitungan pendapatan nasional, yaitu: Pendekatan Produksi

(Production approach), Pendekatan Pengeluaran (Expenditure approach) dan Pendekatan

Pendapatan (Earning or Income or Cost approach), antara lain dapat dijabarkan sebagai

berikut:

Ekonomi Sektoral:

C + I Y C + S (…eko 2 sektor)

C + I + G Y C + S + T (…eko 3 sektor)

C + I + G + (X - M) Y C + S + T (…eko 4 sektor)

atau C + I + G + (X - M) Y C + S + (T - R)

Konsep Perhitungan GDP:

Dengan demikian GDP atau Y = Tiga Sektor Ekonomi

Atau GDP atau Y = Sebelas Lapangan Usaha Ekonomi

Dengan demikian GDP atau Y = C + G + I + ( X – M ).

Dengan demikian GDP atau Y at faktor = Yw + Yr + Yi + Yp

Dengan menyelesaikan hubungan antara ekonomi sektoral ( eko 4 sektor ) dengan

pendekatan perhitungan pendapatan nasional (expenditure approach), akan didapat

sebagai berikut:

C + I + G + (X - M) Y C + S + (T - R)

GDP atau Y = C + G + I + ( X – M )

C + I + G + (X - M) Y GDP

C = GDP - [ I + G + (X - M)] , dimana C adalah Residual

Dalam aktivitas suatu negara, khususnya pada ekonomi yang bersifat terbuka, dimana

data GDP berasal dari Pendekatan Produksi (Production approach), sedangkan Investasi

I, Pengeluaran pemerintah G, ekspor X dan Impor M datanya telah tersedia pada negara

bersangkutan selama aktivitas ekonomi yang telah berjalan, sehingga Konsumsi C akan

didapat sebagai reidual. Selanjutnya dengan menggabungkan pula dengan aktivitas

“faktor produksi” yang dilakukan oleh masyarakat suatu negara, antara lain masyarakat

menerima pendapatan yang berasal dari balas jasa atas faktor produksi yang ada tersebut,

sehingga ketiga konsep perhitungan GDP tersebut akan tergabung dan terurai secara

bersamaan sebagai berikut:

GDP = C + G + I + ( X – M )

– Pendapatan Netto Terhadap Luar Negeri (Net Factor Income From Abroad)

= GNP

– Penyusustan (Depreciation Capital Consumption Allowance)

= NNP

– Pajak Tak Langsung Netto (Net Indirect Taxes)

= NNP at Factor Cost

= NNY ( Net National Income)

Page 57: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

48

= NI (National Income)

– Keuntungan Perusahaan (Corpotare Profit)

– Konstribusi Asuransi Sosial (Social Insurance Costribution)

+ Penerimaan Transfer ( Transfer Reciep)

+ Penyesuaian Bunga ( – Net Interest + Personal Interest)

+ Deviden (Devident)

= Personal Income

– Pajak Perorangan dan Pembayaran Bukan Pajak (Personal Tax and Non Tax Payment)

= Disposible Personal Income

Produk-produk hasil produksi dalam perhitungan pendapatan nasional, khususnya

hasil produksi dilakukan menurut satuan ukurnya, mungkin kg, meter, liter dan lain

sebagainya baru kemudian dikalikan dengan unit uang hingga didapat nilai produksi

masing-masingnya yang merupakan konstribusi dalam pendapatan nasional. Disamping

itu, seperti beberapa kesangsian yang diungkapkan berupa jasa ibu rumah tangga, jasa

ayah, produksi tanaman perkarangan dan sewa rumah yang ditempati sendiri dan lain

sebagainya juga diukur melalui asumsi-asumsi tertentu sesuai objeknya dan satuan

ukurnya sendiri-sendiri. Yang paling penting dalam proses perhitungan pendapatan

nasional melakukan perhitungan kearah yang bersifat optimal, menghindari perhitungan

ganda, perhitungan taksiran yang tinggi dan perhitungan taksiran yang rendah. Lebih jauh

daripada atau secara hakiki proses perhitungan pendapatan nasional harus dilakukan

dengan prinsip “meletakan sesuatu pada tempatnya”.

4. GNP Dan Pendapatan

Tabel 6: GNP dan Pendapatan Nasional, 1982 (dalam Milyar Dollar) Tabel 9: GNP dan Pendapatan Nasional, 1982 (dalam Milyar Dollar)

$ Milyar $ Milyar Produk Nasional Bruto (GNP) 3059.3 Dikurangi: Capital Consumption allowance 356.4

Sama dengan: Produk Nasional Netto (PNN) 2702.9 Dikurangi: Pajak Tak Langsung 258.8 Lain-lain (Netto) 7.5 Sama dengan: Pendapatan Nasional (NI) 2436.6

Sumber: Survey of Current Business, April 1983.

Page 58: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

49

Tabel 7: Pendapatan Dan Distribusinya, 1982 (dalam Milyar Dollar)

$ Milyar % Pendapatan Nasional (NI) 2436.6 100.0 Pendapatan para pekerja 1856.6 76.2 Pendapatan perusahaan perseorangan 120.3 4.9 Pendapatan Dari Sewa 34.1 1.4

Keuntungan perusahaan 160.8 6.6 Bunga Netto 264.9 10.9

Sumber: Survey of Current Business, April 1983.

Tabel 8: Pend. Nasional Dan Pend. Perseorangan, 1982 (dalam Milyar Dollar)

$ Milyar $ Milyar Pendapatan Nasional (NI) 2436.6 Dikurangi:

Keuntungan Perusahaan 164.8 Konstribusi Asuransi Sosial 253 Ditambah: Transfer Pemerintah dan Perusahaan 374.5 kepada perorangan Penyesuaian bunga 105.1 Devident 66.4 Sama dengan:

Pendapatan Perorangan 2564.8

Sumber: Survey of Current Business, April 1983.

Tabel 9: Pendapatan Perseorangan, Pendapatan Disposibel, 1982

$ Milyar $ Milyar Pendapatan Nasional (NI) 2564.8 Dikurangi: Pajak Perorangan dan Pembayaran 402.1

Bukan Pajak Sama dengan: Pendapatan Perorangan disposibel 2162.7 Pengeluaran perorangan: 2056.3 Pengeluaran konsumsi perorangan 1991.9 Bunga yang dibayarkan oleh konsumen 58.1 Transfer kepada orang asing 6.3 Sama dengan:

Tabungan perorangan 106.4

Sumber: Data Resources, Inc.

Page 59: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

50

Gambar: 1

Penyusutan

Pajak Tak Langsung

Pendapatan Pajak Per-

Perorangan orangan dan Pembayaran = Bukan Pajak Pendapatan Nasional -

GNP Keuntungan NNP Perusahaan - Konstribusi Pendapatan Asuransi Perorangan Sosial Disposible

+ Penerimaan Transfer +

Pendapatan Bunga Netto + Deviden

Page 60: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

51

Gambar 2: "RINGKASAN PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL"

GNP = Penyusutan = NNP GNP - Pajak Tak Langsung = Pendapatan Nasional Pendapatan Nasional = Upah dan Gaji + Pend. Perusahaan + Pend.Sewa Perorangan + Keuntungan Perusahaan + Bunga Netto

Pendapatan Nasional - Keuntungan Perusahaan - Kontribusi Asuransi Sosial + Penerimaan Transfer + Penyesuaian bunga + Deviden = Pend.Perorangan Pend.Perorangan - Pajak Perorangan dan Pembayaran bukan Pajak = Pend.Perorangan Disposibel Pend.Perorangan Disposibel = Pengeluaran Perorangan + Tabungan Perorangan

Page 61: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

52

Bahan Kuliah ke 7, 8, 9, 10 dan 11

BAB III

PENDEKATAN PENGELUARAN

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

Sub Pokok Bahasan:

1. Konsep Perhitungan Pendapatan Nasional: Ekonomi Sektoral 53

2. Economic’s Medel: “Circular Flow of Income” 54

3. Analisis Kualitatif Perhitungan Ekonomi Sektoral 55

3.1. EKONOMI DUA SEKTOR 55

3.2. EKONOMI TIGA SEKTOR 65

3.3. EKONOMI EMPAT SEKTOR 73

4. Analisis Kuantitatif Perhitungan Ekonomi Sektoral 82

4.1. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 2 Sektor 82

4.2. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 3 Sektor 95

4.3. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 4 Sektor 110

Page 62: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

53

1. Konsep Perhitungan Pendapatan Nasional: Ekonomi Sektoral

Masalah pendapatan nasional merupakan masalah yang sangat esensial sekali

dalam perekonomian nasional. Naik turunya pendapatan rupanya tidak dapat dihandari

dari akibat naik turunya investasi. Naik turunya investasi tersebut tidak pula terlepas

dengan naik turunya tabungan. Banyak faktor-faktor baik intern maupun ekstern yang

mempengaruhi tabungan. Dari teori ekonomi yang diketahui, dimana tabungan tergantuk

pada pendapatan nasional. Naik turunnya pendapatan nasional akan menentukan naik

turunya pula tabungan.

Yang menjadi permasalahan sekarang bukanlah menentukan faktor naik turunya

tabungan yang disebabkan karena pendapatan, akan tetapi adalah naik turunya

pendapatan yang menurunkan tabungan, karena pendapatan tergantung pada banyak

faktor secara agregatif. Jelas bahwa kalau pendapatan berada pada tingakat yang merosot,

maka tidak mustahil bagian dari pendapatan seperti tabungan, konsumsi masyarakat,

investasi dan lain sebagainya juga akan menurun dalam tingkat yang wajar untuk ukuran

pendapatan tersebut.

Dalam menetralisir perekonomian nasional, bahwa pendapatan nasional tetap

menjadi ujung tombak dalam pembahasan-meskipun yang dibahas itu adalah tabungan

atau investasi dan lain sebagainya. Pada hakekatnya pembahasan seperti tabungan atau

investasi akan bermuara kepada pendapatan juga, hanya saja pembahasan tersebut lebih

banyak membubuhkan sikap, cara kerja, keputusan dan kebijaksanaan yang diambil

dalam perekonomian.

Selama periode penelitian ini, yaitu 1969-1997 sudak tidak sedikit kebijaksanaan

ekonomi yang dilakukan pemerintah untuk mengarah kepada tujuan kebajikan. Karena

sulitnya untuk disebutkan secara satu per satu dalam analisa yang lebih komplit dan

jelimet, maka diambil saja beberapa buah seperti paket deregulasi beberapa tahun

belakangan ini telah banyak menghilangkan distorsi dalam sektor riel maupun sektor

moneter dari perekonomian Indonesia.

Beberapa masalah ekonomi makro yang esensial masih harus dibenahi. Masalah-

masalah itu pada dasarnya merupakan kesiapan institusi dan struktur ekonomi untuk

menghadapi berbagai jenis pandangan yang akan dihadapi untuk masa selanjutnya. Salah

satu masalah institusional yang sangat penting adalah berkaitan dengan perangkat-

perangkat kebijaksanaan fiskal dan moneter untuk pengendalian perekonomian secara

makro ( F. Dernburg Thomas: 1985, h. 145 ).

Kebijaksanaan moneter dan fiskal pada dasarnya ditujukan untuk pengendalian

sisi permintaan agregat dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi dan kesempatan

kerja yang cukup tinggi serta laju inflasi yang rendah. Yang dimaksud dengan permintaan

agregat adalah keseluruhan permintaan terhadap barang dan jasa produksi nasional.

Permintaan agregat itu merupakan penjumlahan dari permintaan dalam negeri untuk

konsumsi dan investasi dengan permintaan dari luar negeri berupa ekspor

(Jan.Tinberberggen: 1956, h 230 ).

Pengalaman dua puluh sembilan tahun ekonomi era ordebaru pembangunan sejak

Pelita I memberikan bukti betapa dominannya pengaruh permintaan agregat itu terhadap

prestasi pembangunan ekonomi suatu negara

Page 63: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

54

2. Economic’s Medel: “Circular Flow of Income”

Sebenarnya yang membedakan antara analisa Mikroekonomi dengan

Makroekonomi adalah skop pembahasannya saja. Sebagaimana yang telah dijelaskan

semula, bahwa Mikro yang berarti “Small” (sedikit) dan Makro yang berarti “large”

(besar atau luas). Kata-kata ini kemudian digunakan untuk membedakan dua macam

pendekatan (approaches) atau dua macam analisa dalam Microeconomic dan

Macroeconomic. Sekilas mengenai pengertian masing-masingnya, bahwa Microeconomic

adalah pendekatan atau analisa ilmu ekonomi yang berhubungan dengan hanya bagain-

bagian daripada aktivitas ekonomi keselurahannya yang dilakukan oleh pelaku-pelaku

ekonomi secara individual (sendiri-sendiri). Sedangakan Macroeconomic adalah

pendekatan atau analisa ilmu ekonomi yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi

keseluruhannya yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi secara menyeluruh

(aggregate)1).

Micro-Macro Economic Model: Circular Flow of Income

Pembayaran Pendapatan

Rp 50.000

Jasa-jasa Faktor

Barang2 dan Jasa2

Belanja Konsumsi

Rp 50.000

Sehingga dalam pada itu pula bahwa Microeconomic’s Medel: “Circular Flow of

Income” yang terdapat dalam analisa ini adalah sirkulasi pendapatan individual yang

didapat melalui penggunaan/penjualan faktor produksi yang ia miliki, yang sama dengan

sejumlah konsumsi yang ia lakukan. Analisa seperti ini juga terdapat pada

Makroekonomi, dan lebih lanjut dikenal sebagai Macroeconomic’s Medel: “Circular

Flow of Income”, dimana pendapatan dimaksudkan disini sebagai pendapatan

Masyarakat secara keseluruhan atau pendapatan nasional suatu negara dengan sejumlah

pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat tersebut atau konsumsi nasional

1) Rustian kamaluddin: “Pengantar Ekonomi Makro”, Universitas Andalas, Padang 1978, hal 2

RT (Pendapatan)

Rp. 50.000

Perusahaan (Produksi)

Rp. 50.000

Page 64: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

55

suatu negara. Secara tidak disadari, rupanya bahwa Economic Model: “Roda Arus

Perputaran Pendapatan” (Circular Flow of Income) sebagaimana yang digambarkan

diatas berguna untuk kedua Mikroekonomi dan Makroekonomi masing dalam suatu

kondisi yang disebut sebagai “subsistance level”, maksudnya sejumlah pendapatan yang

dimiliki seluruhnya digunakan sebagai konsumsi, dan tidak ada yang tersisa atau belum

terdapatnya suatu kebocoran, rupa atau bentuk wujud Economic Model: “Roda Arus

Perputaran Pendapatan” (Circular Flow of Income) diatas.

Pada circular flow of income diatas, diperlihatkan bahwa sektor Rumah Tangga

berpenghasilan Rp 50.000,- dari hasil penjualan faktor produksi ( Land, Capital, Labour,

Entrepreneour ) mereka kepada sektor perusahaan/sektor Bisnis, dan sektor Bisnis

menggunakan jasa-jasa ini hingga menghasilkan produk/output sebesar Rp 50.000,- .

Dalam hal ini tampak bahwa tidak terdapatnya kebocoran-kebocoran, seperti bahagian

pendapatan yang ditabung dan lain sebagainya. Apabila terdapat kebocoran-kebocoran

sebagaimana yang dimaksud diatas, barulah Economic’s Medel: “Circular Flow of

Income” berubah menjadi Macroeconomic’s Medel: “Circular Flow of Income” yang

akan berasosiasi kearah Pendekatan Pengeluaran Perhitungan Pendapatan Nasional

Ekonomi sektoral.

3. Analisis Kualitatif Perhitungan Ekonomi Sektoral

3.1. EKONOMI DUA SEKTOR

A = C + I ( Aggregate Demand )

Y = C + S ( Aggregate Supply )

A = Y

I = S

3.1.1. Fungsi Konsumsi ( Consumption Function )

C = C + cYd ,( Yd = Y – T , T = tY = 0 )

= C + c Yd

c = MPC

= C/Y

3.1.2. Fungsi Konsumsi, APC dan MPC

C = ( APCn – MPC ) Yn + MPC . Yn

APCn = Cn/Yn

C = Yn – MPC . Yn – ( Yn – APCn . Yn )

= Yn – MPC . Yn – Yn + APC . Yn

= APCn . Yn – MPC . Yn

= ( APCn – MPC ) Yn

1-nn

1-nn

Y - Y

C - C

Page 65: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

56

C = ( APCn – MPC ) Yn + MPC . Y

= C + MPC . Y

= C + c Y

3.1.3. Fungsi Tabungan ( Saving Function )

S = Y – C

= Y – [C + cY ]

= Y – C – c Y

= –C + (1 – c) Y

= –C + s Y

s = MPS

= S/Y

APS = Sn/Yn

3.1.4. Marginal, Average Propensity to Consume & Save

Y = C + S Y = C + S

Y = C + S Yn = Cn + Sn

Y/Y = C/Y + S/Y Yn/Yn = Cn/Yn + Sn/Yn

1 = MPC + MPS 1 = APCn + APSn

MPC + MPS = 1

Atau: MPC = 1 – MPS

MPS = 1 – MPC

APCn + APSn = 1

Atau: APCn = 1 – APSn

APSn = 1 – APCn

1-nn

1-nn

Y - Y

S - S

Page 66: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

Tabel 1. DAFTAR KONSUMSI DAN TABUNGAN

Yd = Y C I = I A = C + I S = Y - C MPC MPS APCn APSn 1/[1-MPC]

0 12500 5000 17500 -12500 - - - - -

10000 20000 5000 25000 -10000 0.75 0.25 2.0000 -1.0000 4

20000 27500 5000 32500 -7500 0.75 0.25 1.3750 -0.3750 4

30000 35000 5000 40000 -5000 0.75 0.25 1.1667 -0.1667 4

40000 42500 5000 47500 -2500 0.75 0.25 1.0625 -0.0625 4

50000 50000 5000 55000 0 0.75 0.25 1.0000 0.0000 4

60000 57500 5000 62500 2500 0.75 0.25 0.9583 0.0417 4

70000 65000 5000 70000 5000 0.75 0.25 0.9286 0.0714 4

80000 72500 5000 77500 7500 0.75 0.25 0.9063 0.0938 4

90000 80000 5000 85000 10000 0.75 0.25 0.8889 0.1111 4

100000 87500 5000 92500 12500 0.75 0.25 0.8750 0.1250 4

Keterangan: Yd = Y = Nasional Income

MPC = Marginal Propensity to Consume C = Consumption

MPS = Marginal Propensity to Save I = Investment

APCn = Average Propensity to Consume I = Autonomous Investment

APSn = Average Propensity to Save S = Saving

Page 67: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

3.1.5. Fungsi Konsumsi Dan Fungsi Saving ( = Cara Menemukan Fungsi )

c = MPC

= C/Y

= 7.500/10.000

= 0,75

C = ( APCn – MPC ) Yn

= ( Cn/Yn – MPC ) Yn

= ( 50.000/50.000 – 0,75 ) ( 50.000 )

= 12.500

C = ( APCn – MPC ) Yn + MPC . Y

= 12.500 + 0,75 Y

s = MPS

= S/Y

= 2.500/10.000

= 0,25

atau: S = Y – C

S = Y – ( 12.500 + 0,75 Y )

S = Y – 12.500 + 0,75 Y

S = – 12.500 + Y – 0,75 Y

S = – 12.500 + 0,25 Y

MPC + MPS = 1

APCn + APSn = 1

1-nn

1-nn

Y - Y

C - C

40.000) - 50.000 (

42.500) - 50.000 (

40.000) - (50.000

2.500) (- - 0

Y - Y

S - S

1-nn

1-nn

Page 68: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

59

C C = Y

C = 12.500 + 0,675 Y

C<Y

50.000 BEP

C>Y

12.500

0 50.000 Y

S

S = -12.500 + 0,25 Y

0

50.000 Y

-12.500

Page 69: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

60

Pada saat pendapatan nasional sebesar Rp 50.000,- terjadinya dengan apa yang disebut

dengan “Tingkat Pendapatan Break-Even”.

Yang dimaksud dengan tingkat Pendapatan Break-Even ialah tingkat pendapatan nasional

dimana seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi. Dengan demikian berarti, bahwa

Pada tingkat pendapatan Break-even besarnya Saving sama dengan Nol ( S = 0 ).

Kondisi pendapatan Break-even ini juga dapat diperlihatkan dalam Macroeconomic

Model untuk ekonomi dua sektor, khususnya dalam hal ini adalah: “Circular flow of

Income”

3.1.6. Macro Economic Model: Kondisi BEP “Circular Flow of Income”

Pembayaran Pendapatan

Rp 50.000

Jasa-jasa Faktor

Barang2 dan Jasa2

Belanja Konsumsi

Rp 50.000

Pada circular flow of income diatas, diperlihatkan bahwa sektor Rumah Tangga

berpenghasilan Rp 50.000,- dari hasil penjualan faktor produksi ( Land, Capital, Labour,

Entrepreneour ) mereka kepada sektor perusahaan/sektor Bisnis, dan sektor Bisnis

menggunakan jasa-jasa ini hingga menghasilkan produk/output sebesar Rp 50.000,- .

Dalam hal ini tampak bahwa tidak terdapatnya kebocoran-kebocoran, seperti bahagian

pendapatan yang ditabung dan lain sebagainya.

3.1.7. Fungsi Konsumsi, Tabungan, Investasi dan Perubahan Pendapatan

A = C + I

= C + I ( I = I )

=C + c Y +I

=C +I + c Y ( A = C +I )

RT (Pendapatan)

Rp. 50.000

Perusahaan (Produksi)

Rp. 50.000

Page 70: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

61

=A + c Y ( C = 12.500 , I = 5.000 , c = 0,75 )

A = 17.500 + 0,75 Y

Y = C + S , S = Y – C = Y – ( 12.500 + 0,75 Y )

A A = Y

A = 17.500 + 0,75 Y

C = 12.500 + 0,75 Y

70.000

65.000 1/[1- c]. Ā

C

50.000

Y

17.500

12.500

0

50.000 70.000 Y

S

S = -12.500 + 0,25 Y

5.000 I = I

Y S

0

50.000 70.000 Y -12.500

Page 71: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

62

c = MPC , s = MPS = 1 - MPC = 1 - 0,75 = 0,25

= C/Y

= 15.000/20.000

= 0,75

3.1.8. Macro Economic Model: Kondisi Ekonomi 2 Sektor “Circular Flow of Income”

Pembayaran Pendapatan

Rp 70.000

Jasa-jasa Faktor

Barang2 dan Jasa2

Belanja Konsumsi

Rp 65.000

Kebj. Moneter

Pada circular flow of income diatas terlihat adanya kebocoran yang terjadi oleh

karena terdapatnya bahagian dari pendapatan yang disimpan sebagai tabungan (saving).

Bayangkanlah dari pendapatan sebesar Rp 70.000,- dan oleh karena tabungan adalah

sebesar Rp 5.000,- , maka pengeluaran konsumsi sama dengan Rp 65.000,-. Dalam hal

ini, seandainya sektor Bisnis menghasilkan barang seharga Rp 70.000,- akan ada output

yang tidak terjual dan menumpuknya persediaan yang tidak diingini. Karena sektor bisnis

RT (Pendapatan)

Rp. 70.000

Investasi Yang Direncanakan

Rp 5.000

Perusahaan (Produksi)

Rp. 70.000

Tabungan

Rp 5.000 Pasar Modal

50.000) - (70.000

50.000) - (65.000

Y - Y

C - C

1-nn

1-nn

Page 72: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

63

terus menghasilkan barang (output) seharga Rp 70.000,- , apabila seluruhnya dapat

terjual hanya Rp 65.000,- maka produksi akan dikurangi, berikutnya hal ini akan

mengurangi arus pendapatan ke rumah tangga. Jelasnya suatu kebocoran dari arus

pendapatan yang disebabkan oleh penabungan, cenderung mengurangi produksi dan

pendapatan.

Pada circular flow of income diatas dimana sektor rumah tangga menabung Rp

5.000,- dan membelanjakan Rp 65.000,- untuk konsumsi dan sektor bisnis membeli Rp

5.000,- untuk penggunaannya sendiri. Seluruh permintaan akan output = output yang

dihasilkan, dan arus lingkaran tetap berkesinambungan. Dalam hal ini terlihat suatu Pasar

Modal antara arus Tabungan & arus Investasi. Dalam teori ekonomi lama (teori Klasik),

diandaikan bahwa pasar modal itu bertindak sedemikian rupa, sehingga tabungan dengan

seandainya diimbangi oleh investasi.

3.1.9. Pendapatan Nasional Equilibrium

A = C + I

Y = C + S

A = Y

I = S

Y = C + I

= [C + c Yd ] +I

= [C + I ] + c Y ,( A = C + I ,Yd = Y )

= A + c Y

Y – c Y = A

(1 – c) Y = A

1

Y = A ,( c = 0,75 , A = 17.500 )

1 – c

1

Y = ( 17.500 )

1 – 0,75

= 70.000

atau: I = S

= –C + (1 – c) Y

= –C + s Y

C + I = (1 – c) Y

C +I = (1 – c) Y

A = (1 – c) Y

Page 73: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

64

1

Y = A

1 – c

1

Y = ( 17.500 )

1 – 0,75

= 70.000

3.1.10. Angka Pengganda/Multiplier ( )

Pada kasus diatas, adalah ekonomi dua sektor, dimana besarnya investasi sama

dengan tabungan ( I = S ) atau pada posisi keseimbangannya. Pendapatan nasional,

pengeluaran konsumsi dan juga besarnya saving berada dalam keadaan equilibrium.

Definisi Multiplier

“Adalah koefisien bilangan yang memperlihatkan berapa besarnya pertambahan

pendapatan yang diakibatkan oleh setiap pertambahan investasi”

Tidak hanya perubahan investasi yang dapat mengakibatkan perubahan

pendapatan nasional; perubahan-perubahan pajak, besarnya pengeluaran konsumsi

pemerintah, besarnya transfer pemerintah dan sebagainya akan mengakibatkan perubahan

pada pendapatan nasional juga.

Oleh karena itu, disamping Multiplier untuk perubahan investasi yang untuk

selanjutnya disebut “investment multiplier” (angka pengganda investasi), juga dikenal

angka pengganda lainnya seperti: angka pengganda pajak, angka pengganda pengeluaran

konsumsi pemerintah, angka pengganda transfer pemerintah dan sebagainya. Dalam

bagian ini, hanya dibahas angka pengganda investasi.

Apabila a menunjukan besarnya Multiplier, maka:

Y = I

dan besarnya multiplier:

Y

=

I

cara lain yang lebih mudah, kalau dimisalkan tambahan investasi sebesar I,

mengakibatkan pendapatan nasional berubah dari Y menjadi Y + Y, maka:

Page 74: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

65

1

Y + Y = (C + I + I )

1 – c

1 1

= (C + I ) + I

1 – c 1 – c

1

Y + Y = Y + I

1 – c

1

Y = I

1 – c

Y = I

3.1.11. Multiplier ()

Y 1 1 1 1

= = = = = = 4

I 1 – c 1 – MPC MPS 0,25

3.1.12. Perubahan Pendapatan (Y)

Y = I

= ( I2 – I1 )

= 4 ( 5.000 – 0 )

= 20.000

3.2. EKONOMI TIGA SEKTOR

A = C + I + G ( Aggregate Demand )

Y = C + S + T ( Aggregate Supply )

A = Y

I + G = S + T

3.2.1. Marginal, Average Propensity to Consume, Save & Tax

Y = C + S + T Y = C + S + T

Y = C + S + T Yn = Cn + Sn + Tn

Y/Y = C/Y + S/Y + T/Y Yn/Yn = Cn/Yn + Sn/Yn + Tn/Yn

1 = MPC + MPS + MPT 1 = APCn + APSn + APTn

MPC + MPS + MPT = 1 APCn + APSn + APTn = 1 Atau: 1 – MPC = MPS + MPT Atau: 1 – APCn = APSn + APTn

Page 75: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

Tabel 2. DAFTAR KONSUMSI DAN TABUNGAN

Y T Yd C = f(Y)1) I =I S = f(Y)2) M PC M PS M PT C = f(Yd)3) G4) { S+T}5) I + G S A Y c(1-t) 1-c(1-t) 1/[1-c(1-t)]

[10 %] = Y-T = C(Y) = S(Y) = AP T = C(Yd) = S(Yd)+T = I + G = S(Yd) -T = C + I + G = C + S + T

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] [19]

= [1]-[2] = [4]-[10] = [5]+[11] = [12]-[2] =[10]+[5]+[11] =[10]+[14]+[2]

=[10]+[13] =[10]+[12]

0 0 0 12500 5000 -12500 0 0 0 12500 0 -12500 5000 -12500 17500 0 0 0 0

10000 1000 9000 20000 5000 -10000 0.75 0.25 0.1 19250 750 -9250 5750 -10250 25000 10000 0.675 0.325 3.07692

20000 2000 18000 27500 5000 -7500 0.75 0.25 0.1 26000 1500 -6000 6500 -8000 32500 20000 0.675 0.325 3.07692

30000 3000 27000 35000 5000 -5000 0.75 0.25 0.1 32750 2250 -2750 7250 -5750 40000 30000 0.675 0.325 3.07692

40000 4000 36000 42500 5000 -2500 0.75 0.25 0.1 39500 3000 500 8000 -3500 47500 40000 0.675 0.325 3.07692

50000 5000 45000 50000 5000 0 0.75 0.25 0.1 46250 3750 3750 8750 -1250 55000 50000 0.675 0.325 3.07692

60000 6000 54000 57500 5000 2500 0.75 0.25 0.1 53000 4500 7000 9500 1000 62500 60000 0.675 0.325 3.07692

70000 7000 63000 65000 5000 5000 0.75 0.25 0.1 59750 5250 10250 10250 3250 70000 70000 0.675 0.325 3.07692

80000 8000 72000 72500 5000 7500 0.75 0.25 0.1 66500 6000 13500 11000 5500 77500 80000 0.675 0.325 3.07692

90000 9000 81000 80000 5000 10000 0.75 0.25 0.1 73250 6750 16750 11750 7750 85000 90000 0.675 0.325 3.07692

100000 10000 90000 87500 5000 12500 0.75 0.25 0.1 80000 7500 20000 12500 10000 92500 100000 0.675 0.325 3.07692

Ke te ra ng a n: 1). C = f(Y)1) 3). C = f(Yd)3) , Yd = Y - T & T = t Y 5). { S+T}5)

Y = National Income C = f(Y) = f(Yd) S + T = S(Yd) + T = I+G

T = Tax = C (Y) = C(Yd) = [ Yd - C(Yd)] + T

Yd = Disposible Income = C + c Y = C + c( Y - T ) = Yd - [C + c Yd] + T

C = Consumption = 12.500 + 0.75 Y = C + c(1 - t ) Y = -C + ( 1 - c) Yd + T

I = Investment = 12.500 + 0,75 (1 - 0,1 ) Y = -C + ( 1 - c )( Y - T ) + T

I = Autonomous Investment 2). S = f(Y)2) = 12.500 + 0,675 Y = -C + ( 1 - c )( 1 - t ) Y + t Y

S = Saving = f(Y) = -C + 1 ( 1 - t ) Y - c ( 1 - t ) Y + t Y

M PC = M arginal Propensity to Consume = S(Y) 4). G4) = -C + Y - t Y - c Y + ct Y + t Y

M PS = M arginal Propensity to Save = Y - C(Y) G = C(Y) - C(Yd) = -C + Y - c Y + ct Y

M PT = M arginal Propensity to Tax = Y - [C + c Y ] = C + c Y - [ C + c Yd ] = -C + ( 1 - c + ct ) Y

APT = Average Propensity to Tax = -C + (1 - c) Y = [c - c(1 - t )] Y = -C + [ 1 - c ( 1 - t )] Y

G = Government Expenditure = -12.500 + (1 - 0,75 ) Y = (c - c + ct) Y = - 12.500 + [ 1 - 0,75 ( 1 - 0,1 )] Y

A = Aggregate Demand = -12.500 + 0,25 Y = ct Y = - 12.500 + 0,325 Y

Y = Aggregate Supply = 0,75(0,1)(70.000)

= 5.250

Page 76: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

3.2.2. Fungsi Konsumsi, Tabungan, Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Pajak dan

Perubahan Pendapatan

A = C + I + G

Y = C + S + T

A = Y

I + G = S + T

A = C + I + G

= C (Yd) + I + G ,( I = I , G = G )

= [C + c Yd ] + I +G

=C +I +G + c Yd ,( A = C +I +G )

=A + c Yd ,( C = 12.500 , I = 5.000 G = 5.250, c = 0,75 , t = 0,1 )

=A + c ( Y – T ) ,(A = C + I +G , Yd = Y –T , T = t Y )

=A + c ( Y – tY )

=A + c ( 1 – t )Y

= 22.750 + 0,75 ( 1 – 0,1 )Y

= 22.750 + 0,675 Y

I + G = S + T

= S (Yd) + T

= [ Yd – C (Yd)] + T

= Yd – [C + cYd ] + T ,( Yd = Y – T ,T = t Y )

= –C + ( 1 – c ) Yd + T

= –C + ( 1 – c ) ( Y – T ) + T

= –C + ( 1 – c ) ( Y – tY ) + T

= –C + ( 1 – c ) ( 1 – t ) Y + t Y

= –C + 1 (1 – t ) Y – c (1 – t ) Y + tY

= –C + Y – tY – cY + ct Y + tY

= –C + Y – cY + ct Y

= –C + (1 – c + ct )Y

= –C + [1 – c ( 1 – t )]Y

= – 12.5000 + [1 – 0,75 ( 1 – 0,1 )]Y

= – 12.5000 + 0,325 Y

Page 77: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

68

A A = Y

A = 22.750 + 0,675 Y

C = 12.500 + 0,75 Y

C = C(Yd) – T(Y)

= 12.500 + 0,675Y

70.000

65.000 1/[1- c (1 – c)]. Ā

59.750 C

50.000

Y

22.750

12.500

0

50.000 70.000 Y

S

S + T = -12.500 + 0,325 Y

S = -12.500 + 0,25 Y 10.250 I + G

5.000 I = I

3.750 Y S

0

50.000 70.000 Y -12.500

Page 78: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

69

C Cn – Cn-1 65.000 – 50.000 15.000

c = MPC = = = = = 0,75

Y Yn – Yn-1 70.000 – 50.000 20.000

S Sn – Sn-1 C

s = MPS = = = 1 – MPC = 1 – = 1 – 0,75 = 0,25

Y Yn – Yn-1 Y

3.2.3. Macro Economic Model: Circular Flow of Income

Pembayaran Pendapatan

Rp 70.000

Jasa-jasa Faktor

Barang2 dan Jasa2

Belanja Konsumsi

Rp 59.750

Kebj. Moneter

Kebj. Fiskal

RT (Pendapatan)

Rp 63.000

Investasi Yang Direncanakan

Rp 5.000

Perusahaan (Produksi)

Rp 70.000

Tabungan

Rp 3.250

Pengeluaran Pemerintah

Rp 5.250

Pajak

Rp 7.000

Pasar Modal

Pemerintah

Page 79: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

70

c ( 1 – t ) = MPC ( 1 – MPT ) = 0,75 ( 1 – 0,1 ) = 0,675

1 – c ( 1 – t ) = 1 – [ MPC ( 1 – MPT ) = 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 )] = 1 – 0,675 = 0,325

1 1

Y = I = ( I2 – I1 ) = ( 10.250 – 3.750 ) = 20.000

1 – c (1 – t ) 0,325

Teori ekonomi yang mutakhir menekankan kenyataan, bahwa keputusan untuk menabung

dan menanam modal (investasi) diambil oleh orang yang berbeda-beda dan dengan alasan

yang amat berbeda-beda pula.

Lagipula teori modern membayangkan, bahwa tidak ada mekanisme pasar modal yang

bergerak dengan sendirinya yang perlu menyamakan tabungan dan investasi. Hal ini

menyatakan bahwa adanya ruangan untuk kekuatan dari luar yang akan mempengaruhi

pasar itu sedemikian rupa sehingga tidak samanya tabungan dan penanaman modal

(investasi) pada tingkat output dan pendapatan. Kekuatan-kekuatan dari luar ialah

Kebijaksanaan Moneter dan Kebijaksanaan Fiskal.

Pada circular flow of income diatas dimana output sebesar Rp 70.000,- yang

menghasilkan pendapatan sebesar Rp 70.000,- ( yaitu sebelum kena pajak ). Sekarang

pemerintah mengambil kebijaksanaan pemungutan pajak dengan memperlakukan

kebijaksanaan fiskal terhadap sektor rumah tangga sebesar 10 % dari pendapatan, yang

berarti pajak tersebut adalah sebesar Rp 7.000,- ,maka pendapatan rumah tangga

sesudah pajak (pendapatan bersih = disposible income ) menjadi sebesar Rp 63.000,-.

Jelas bahwa dengan turunnya pendapatan dari keadaan semula akan berakibat sektor

rumah tangga mengurangi konsumsinya ( ! bandingkan dengan ekonomi dua sektor )

sebesar Rp 65.000,- menjadi Rp 59.750,- . Sudah tentu pula bahwa dalam kondisi

seperti ini pemungutan pajak juga menurunkan tabungan dari sebesar Rp 5.000,-

menjadi Rp 3.250 pada saat investasi tetap sebesar Rp 5.000,- . Karena itu pemerintah

harus membeli barang-barang dan jasa-jasa (pengeluaran pemerintah) sebesar Rp 5.250,-

untuk mengembalikan seluruh permintaan (aggregate demand) agar tetap bernilai sebesar

Rp 70.000,-.

3.2.4. Pendapatan Nasional Equilibrium

A = C + I + G

Y = C + S + T

A = Y

I + G = S + T

A = C + I + G

= C(Yd) + I + G ,( I = I , G = G )

= [C + c Yd ] + I +G

=C +I +G + c Yd ,( A = C +I +G )

=A + c Yd ,(C = 12.500 , I = 5.000 G = 5.250, c = 0,75 , t = 0,1 )

Page 80: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

71

=A + c ( Y – T ) ,(A = C + I +G , Yd = Y –T , T = t Y )

=A + c ( Y – tY )

=A + c ( 1 – t )Y

= 22.750 + 0,75 ( 1 – 0,1 )Y

= 22.750 + 0,675 Y

A = Y

A = C + I + G

= C(Yd) + I + G ,( I = I , G = G )

= [C + c Yd ] + I +G

=C +I +G + c Yd ,( A = C +I +G )

=A + c Yd ,( C = 12.500 , I = 5.000 G = 5.250, c = 0,75 , t = 0,1 )

=A + c ( Y – T ) ,(A = C + I +G , Yd = Y –T , T = t Y )

=A + c ( Y – tY )

=A + c ( 1 – t )Y

Y =A + c ( 1 – t )Y

Y – c ( 1 – t ) Y = A

[1 – c ( 1 – t )] Y = A

1

Y = A ,(A = 22.750 , c = 0,75 , t = 0,1 )

[1 – c ( 1 – t )]

1

= ( 22.750 )

[1 – 0,75 ( 1 – 0,1 )]

1

= ( 22.750 )

0,325

= 70.000

atau I + G = S + T

= S (Yd) + T

= [ Yd – C (Yd)] + T

= Yd – [C + cYd ] + T ,( Yd = Y – T ,T = t Y )

= –C + ( 1 – c ) Yd + T

= –C + ( 1 – c ) ( Y – T ) + T

= –C + ( 1 – c ) ( Y – tY ) + T

= –C + ( 1 – c ) ( 1 – t ) Y + t Y

= –C + 1 (1 – t ) Y – c (1 – t ) Y + t Y

= –C + Y – tY – cY + ct Y + tY

= –C + Y – cY + ct Y

Page 81: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

72

= –C + (1 – c + ct )Y

= –C + [1 – c ( 1 – t )]Y

= – 12.5000 + [1 – 0,75 ( 1 – 0,1 )]Y

= – 12.5000 + 0,325 Y

I + G = S + T

= –C + [1 – c ( 1 – t )]Y

C + I + G = [1 – c ( 1 – t )] Y ,( I = I , G = G )

C +I +G = [1 – c ( 1 – t )] Y

A = [1 – c ( 1 – t )]Y ,( A = C +I +G )

[1 – c ( 1 – t )] Y = A

1

Y = A ,(A = 22.750 , c = 0,75 , t = 0,1 )

[1 – c ( 1 – t )]

1

= ( 22.750 )

[1 – 0,75 ( 1 – 0,1 )]

1

= ( 22.750 )

0,325

= 70.000

3.2.5. Multiplier ()

Y 1 1 1

= = = = = 3,077

I 1 – c ( 1 – t ) 1 – 0,75 ( 1 – 0,1 ) 0,325

3.2.6. Perubahan Pendapatan (Y)

Y = I

= ( I2 – I1 )

= 3,077 ( 10.250 – 3.750 )

= 20.000

Page 82: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

73

3.3. EKONOMI EMPAT SEKTOR

A = C + I + G + ( X – M ) ( Aggregate Demand )

Y = C + S + T ( Aggregate Supply )

A = Y

I + G + X = S + T + M

3.3.1. Marginal, Average Propensity to Consume, Save, Tax & Import

Y = C + S + T + M Y = C + S + T + M

Y = C + S + T + M Yn = Cn + Sn + Tn + Mn

Y/Y = C/Y + S/Y + T/Y + M/Y Yn/Yn = Cn/Yn + Sn/Yn + Tn/Yn + Mn/Yn

1 = MPC + MPS + MPT + MPM 1 = APCn + APSn + APTn + APMn

MPC + MPS + MPT + MPM = 1

Atau: 1 – MPC = MPS + MPT + MPM

APCn + APSn + APTn + APMn = 1

Atau: 1 – APCn = APSn + APTn + APMn

3.3.2. Fungsi Konsumsi, Tabungan, Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Pajak, Ekspor,

Impor dan Perubahan Pendapatan

A = C + I + G + ( X – M )

Y = C + S + T

A = Y

I + G + X = S + T + M

A = C + I + G + ( X – M )

= C(Yd) + I + G + ( X – M )

= [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]}

dimana: C = C (Yd) = C + c Yd

M = M (Y) = M + m Y ,M = 0

A = C + I + G + (X –M )

Yd = Y – T , T = t Y

C = 12.500

I = 5.000

G = 5.250

X = 3.500

M = 0

c = MPC = 0,75

t = MPT = 0,1

m = MPM = 0,05

Page 83: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

Tabel 3. DAFTAR KONSUMSI DAN TABUNGAN

Y T*)

M**)

Yd

C1) I =I S

2) S

3) S+T S+T+M C4) C

5) C

6) G

7) [G+X]

8) I+G I+G+X A Y c(1-t)-m 1-[c(1-t)-m] 1/[1-c(1-t)-m]

(10 %) (5%) = C(Y) = S(Y) = S(Yd) = S(Y

d)+T =S(Y

d)+T+M = C(Y

d) = C(Y

d)-T =C(Y

d)-T-M =C+I+G +(X-M) =C+S+T = MPC = MPS

[1] [2 ] [3 ] [4 ] [5] [6 ] [7] [8 ] [9 ] [10 ] [11] [12 ] [13 ] [14 ] [15] [16 ] [17] [18 ] [19 ] [20 ] [21] [22 ]

=[1]-[2 ]-[3 ] =[8 ]+[2 ] =[9 ]+[3 ] =[1]-[8 ] =[1]-[9 ] =[1]-[10 ] =[5]-[12 ] =[5]-[13 ] =[6 ]+[14 ] =[15]+[6 ] =[5]+[6 ] =[5]+[7] = 1 - [20 ] =1/(1-[20 ])

=[8 ]+[13 ] =[12 ]+[16 ] =[12 ]+[9 ] =1/[21]

=[13 ]+[17] =[13 ]+[10 ]

0 0 0 0 12500 5000 -12500 -12500 -12500 -12500 12500 12500 12500 0 0 5000 5000 17500 0 0 .625 0 .375 2 .6667

10000 1000 500 8500 200 0 0 5000 -10000 -10250 -9250 -8750 20250 19250 18750 750 1250 5750 6250 25000 10000 0 .625 0 .375 2 .6667

20000 2 000 1000 17000 27500 5000 -7500 -8000 -6000 -5000 2 8 000 2600 0 25000 1500 2500 6500 7500 32500 20000 0 .625 0 .375 2 .6667

30000 3 000 1500 25500 35000 5000 -5000 -5750 -2750 -1250 35750 32750 31250 2250 3750 7250 8750 40000 30000 0 .625 0 .375 2 .6667

40000 4 000 2 000 3 4 0 00 42500 5000 -2500 -3500 500 2500 43500 39500 37500 3000 5000 8000 10000 47500 40000 0 .625 0 .375 2 .6667

50000 5000 2500 42500 50000 5000 0 -1250 3750 6250 51250 46250 43750 3750 6250 8750 11250 55000 50000 0 .625 0 .375 2 .6667

60000 6 000 3 000 51000 57500 5000 2500 1000 7000 10000 59000 53000 50000 4500 7500 9500 12500 62500 60000 0 .625 0 .375 2 .6667

70000 7000 3500 59500 65000 5000 5000 3250 10250 13750 66750 59750 56250 5250 8750 10250 13750 70000 70000 0 .625 0 .375 2 .6667

80000 8 000 4000 6 8 000 72500 5000 7500 5500 13500 17500 74500 66500 62500 6000 10000 11000 15000 77500 80000 0 .625 0 .375 2 .6667

90000 9 000 4500 76500 800 0 0 5000 10000 7750 16750 21250 82250 73250 68750 6750 11250 11750 16250 85000 90000 0 .625 0 .375 2 .6667

100000 10000 5000 85000 87500 5000 12500 10000 2 0000 25000 9 0 000 8000 0 75000 7500 12500 12500 17500 92500 100000 0 .625 0 .375 2 .6667

Keterangan:

Y = Nat ional Income 1). C1)

4). C4)

atau C5)

7). G7)

T = Tax C = C(Y) C = C(Yd) C = C(Y

d) - T = C(Y

d) G = C(Y) - C(Y

d)

Yd = Disposible Income = C + c Y = Y

d - S(Y

d) C = C(Y

d) = [C + c Y ] - [C + c (1 - t )Y]

C = Consumption = 12.500 + 0,75 Y = Yd - [ -C + ( 1 - c ) Y

d ] = C + c Y

d = [ c - c (1 - t )] Y

I = Investment = C + [ 1 - (1 - c )( 1 - t ) Y ] = C + c ( 1 - t ) Y = ct Y

I = Autonomous Investment 2). S2) = 12.500 + [ 1 - ( 1 - 0,75)( 1 - 0,1)] Y = 12.500 + 0,75 ( 1 - 0,1) Y = 0,75 (0,1) Y

S = Saving S = S(Y) = 12.500 + [ 1 - 0,225 ] Y = 12.500 + 0,675 Y

M PC = M arginal Propensity to Consume = Y - C(Y) = 12.500 + 0,775 Y 8 ). [G+X]8)

M PS = M arginal Propensity to Save = Y - [C + c Y ] 6). C6)

G + X = C(Y) - [C(Yd) - M(Y)]

M PT = M arginal Propensity to Tax = -C + ( 1 - c ) Y) 5). C5)

C = C(Yd) - T - M = C + c Y - [ C + c Y

d ] + m Y

APT = Average Propensity to Tax = -12.500 + ( 1 - 0,75 ) Y C = C(Yd) - T C = [ C(Y

d) - T] - M = C(Y

d) - M (Y) = c Y - c Y

d + m Y

G = Government Expenditure = -12.500 + 0,25 Y = [Yd - S(Y

d)] - T C = C(Y

d) - M (Y) = c Y - c (1 - t ) Y + m Y

A = Aggregate Demand = Yd - [ -C + ( 1 - c ) Y

d ] - T = [C + c Y

d ] - M (Y) = [ c t + m ] Y

Y = Aggregate Supply 3). S3) = C + [ 1 - (1 - c )( 1 - t ) Y ] - t Y = C + c ( 1 - t ) Y - m Y = [ 0 ,75 (0 ,1) + 0 ,05 ] Y

S = S(Yd) = 12.500 + [ 1 - ( 1 - 0,75)(1 - 0,1)] Y - 0,1 Y = C + [c ( 1 - t ) - m ] Y

*). T*)

= Yd - C(Y

d) = 12.500 + [ 1 - 0,225 ] Y - 0,1 Y = 12.500 + [ 0,75 ( 1 - 0,1 ) - 0,05 ] Y ***). X = [ G + X ] - G = ( ct + m )Y - ct Y

T = f (Y) = t Y = 0,1 Y = Yd - [C + c Y

d = 12.500 + 0,775 Y - 0,1 Y = 12.500 + 0,625 Y X = c t Y + m Y - c t Y

= -C + ( 1 - c ) Yd = 12.500 + 0,675 Y = m Y

**). M**) = -C + ( 1 - c )( 1 - t ) Y = 0 ,05 Y

M = f (Y) = m Y = 0,05 Y = - 12.500 + ( 1 - 0,75 )( 1 - 0,1 ) Y

= - 12.500 + 0,225 Y

Page 84: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

A A = Y

A = 26.250 + 0,625 Y

C = 12.500 + 0,75 Y

C = C(Yd)–T(Y)-M(Y)

= 12.500 + 0,625Y

70.000

65.000 1/[1- c (1 - c) - m ]. Ā

52.250 C

50.000

Y

26.250

12.500

0

50.000 70.000 Y

S

S +T+M = -12.500 + 0,375 Y

S = -12.500 + 0,25 Y

13.750 I + G + X

6.250 I = I

5.000 Y S

0 50.000 70.000 Y

-12.500

Page 85: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

76

= [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]}

= A + c Yd – m Y

= A + c ( Y – T ) – m Y

= A + c ( Y – t Y ) – m Y

= A + c ( 1 – t ) Y – m Y

= A + [ c ( 1 – t ) – m ] Y

= 26.250 + [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] Y

= 26.250 + 0,625 Y

I + G + X = S + T + M

= S (Yd) + t Y + m Y

= [ Yd – C (Yd)] + t Y + m Y

= Yd – [C + cYd ] + t Y + m Y

= –C + ( 1 – c ) Yd + t Y + m Y

= –C + ( 1 – c ) ( Y – T ) + t Y + m Y

= –C + ( 1 – c ) ( Y – tY ) + t Y + m Y

= –C + ( 1 – c ) ( 1 – t ) Y + t Y + m Y

= –C + 1 ( 1 – t ) Y – c ( 1 – t ) Y + t Y + m Y

= –C + Y – t Y – c Y + ct Y + t Y + m Y

= –C + Y – c Y + ct Y + m Y

= –C + ( 1 – c + ct + m ) Y

= –C + {1 – [ c ( 1 – t ) – m ]} Y

= – 12.500 + {1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]} Y

= – 12.500 + 0,375 Y

C Cn – Cn-1 65.000 – 50.000 15.000

c = MPC = = = = = 0,75

Y Yn – Yn-1 70.000 – 50.000 20.000

S Sn – Sn-1 C

s = MPS = = = 1 - MPC = 1 – = 1 – 0,75 = 0,25

Y Yn – Yn-1 Y

c ( 1 – t ) = MPC ( 1 – MPT ) = 0,75 ( 1 – 0,1 ) = 0,675

1 – c ( 1 – t ) = 1 – [ MPC ( 1 – MPT ) = 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 )] = 1 – 0,675 = 0,325

c ( 1 – t ) – m = MPC ( 1 – MPT ) – MPM = 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 = 0,625

1 – [ c ( 1 – t ) – m ] = 1 – [ MPC ( 1 – MPT ) – MPM ] = 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]

= 1 – 0,625 = 0,375

1 1

Y = I = ( I2 – I1 ) = ( 13.750 – 6.250 ) = 20.000

1 – [ c ( 1 – t ) – m ] 0,375

Page 86: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

77

3.3.3. Macro Economic Model: Circular Flow of Income

Pembayaran Pendapatan

Rp 70.000

Jasa-jasa Faktor

Barang2 dan Jasa2

Belanja Konsumsi

Rp 56.250

Kebj. Moneter

Kebj. Fiskal

Kebj. Neraca

Pembayaran

Ekonomi Empat Sektor yang dikenal juga dengan ekonomi terbuka, adalah kajian

ekonomi sektoral yang paling sempurna. Kata-kata ekonomi terbuka yang dibubuhkan

pada ekonomi empat sektor, bukan berarti kondisi-kondisi lainnya seperti: BEP, Ekonomi

Dua Sektor dan Ekonomi Tiga Sektor merupakan ekonomi tertutup. Kesemua kondisi

RT (Pendapatan)

Rp 59.500

Investasi Yang Direncanakan

Rp 5.000

Perusahaan (Produksi)

Rp 70.000

Tabungan

Rp 3.250

Pengeluaran Pemerintah

Rp 5.250

Ekspor

Rp 3.500

Pajak

Rp 7.000

Impor

Rp 3.500

Pasar Modal

Pemerintah

Luar Negeri

Page 87: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

78

ekonomi sektoral yang dikaji didalam aktivitas ekonomi adalah ekonomi yang bersifat

terbuka. Secara sadar atau tidak disadari telah banyak bergeming dalam buku-buku paket

ekonomi makro yang terbit sampai pada pasca ordebaru dengan istilah ekonomi tertutup

sederhana yang dimaksudkan pada ekonomi dua sektor, hingga telah membawa kearah

pengertian yang keliru bagi pembaca bahkan mahasiswa tingkat persiapan atau mereka

yang kurang jeli. Mereka mengartikan ekonomi dua sektor tersebut sebagai ekonomi

tertutup alias tidak adanya hubungan dagang dengan luar negeri, kiprah ekonomi nasional

bergerak seolah-olah atas kekuatan ekonomi dalam negeri (domestik) semata. Sedangkan

ekonomi tiga sektor juga diartikan sebagai ekonomi tertutup yang lebih luas dari sekedar

sederhana, alasan luasnya dengan adanya sektor pemerintah dalam aktivitas ekonomi

nasional. Terakhir diperkuat kekeliruan tersebut dengan munculnya ekonomi yang

bersifat terbuka yang dimaksudkan pada ekonomi empat sektor.

Untuk menetralisisr kearah yang seharusnya dapat dilihat apakah suatu negara

tersebut merupakan ekonomi terbuka atau tertutup dapat dilihat apakah suatu negara

tersebut mempunyai suatu pencatatan tertentu sepereti neraca pembayaran atau tidak.

Contoh yang paling dekat sekali adalah diterapkan pada ekonomi Indonesia, yang

barangkali semua kita sudah mengatahui secara pasti, bahwa kondisi ekonomi Indonesia

adalah bersifat terbuka. Ciri-ciri ekonomi terbuka adalah adanya hubungan dagang

dengan luar negeri, dan pada Neraca Pembayaran ( Balance of Payment ) karena adanya

sisi arus perdagangan luar negeri maka disisi lainnya terdapat arus modal laur negeri,

yang berarti terdapatnya suatu kondisi apakah neraca pembayaran surplus atau defisit.

Secara Gradual kembali diartikan maksud-maksud tersembunyi dalam ekonomi

sektoral tersebut. Ekonomi sektoral yang terdiri dari empat kondisi berikut: Subsistance

Level atau BEP, Ekonomi Dua Sektor, Ekonomi Tiga Sektor dan Ekonomi Empat Sektor

kesemuanya merupakan ekonomi yang bersifat terbuka. Maksud yang paling utama

sekali diasumsikan dari keempat kondisi ekonomi tersebut adalah “melakukan

pembilahan-pembilahan analisis ekonomi mulai dari yang paling sederhana sekali sampai

kepada kondisi yang paling sempurna atau terperinci sekali, antara lain:

1. Kondisi ekonomi yang bersifat Subsistance Level atau BEP adalah aktivitas ekonomi

nasional yang bersifat terbuka, dimana terdapatnya kondisi ekonomi bahwa total

konsumsi atau konsumsi nasional sama besar dengan pendapatan nasional. Kalau

diartikan menurut definisi ekonom modern J.M Keynes yang sangat terkenal itu

bahwa “Tabungan adalah pendapatan yang tidak dikonsumsi”, sehingga kondisi

ekonomi Subsistance level atau BEP yang diartikan kedalam “expenditure side”

dimana seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi semata. Dengan demikian

berarti, bahwa Pada tingkat pendapatan Break-Even besarnya Saving sama dengan

Nol ( S = 0 ). Sebagaimana yang telah dicontohkan semula, bahwa sektor Rumah

Tangga berpenghasilan Rp 50.000,- dari hasil penjualan faktor produksi (Land,

Capital, Labour, Entrepreneour) dan keseluruhannya atau sebesar Rp 50.000,- juga

digunakan sebagai belanja konsumsi atau tidak terdapatnya suatu kebocoran, yaitu

“berupa bagian dari Pendapatan Nasional yang tersisa sebagai tabungan dan perincian

lanjutan sebagainya.

2. Kondisi Ekonomi: Dua Sektor, Tiga Sektor dan Empat Sektor masing-masing adalah

aktivitas ekonomi nasional yang bersifat terbuka, dimana kalau diartikan kedalam

Page 88: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

79

“expenditure side” dimana tidak seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi

semata sebagaimana halnya kondisi ekonomi Subsistance. Pada hakekatnya untuk

ketiga aktivitas ekonomi yang ada terdapatanya suatu kebocoran pada pada tingkat

yang berbeda-beda dari sejumlah pendapatan nasional yang sama. Asumsi ekonomi

dua sektor dilatar belakangi dari hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital,

Labour, Entrepreneour) keseluruhan sebesar Rp 70.000,- dan bagiannya sebesar Rp

5.000,- berperan sebagai Tabungan (saving) atau Investasi (Investment), yang berarti

pengeluaran konsumsi adalah sebesar Rp 65.000,-. Sementara itu pada asumsi

ekonomi tiga sektor, dimana dari hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital,

Labour, Entrepreneour) keseluruhan sebesar Rp 70.000,- tersebut diperinci masing-

masing sebagai konsumsi serta Investasi dan pengeluaran pemerintah masing-masing

sebesar Rp 59.750,- dan Rp 10.250,-. Terakhir asumsi yang melatarbelakangi

ekonomi empat sektor dimana dari hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital,

Labour, Entrepreneour) keseluruhan sebesar Rp 70.000,- tersebut diperinci masing-

masing sebagai konsumsi serta Investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor masing-

masing sebesar Rp 56.250,- dan Rp 13.750,- .

Didalam analisa ekonomi sektoral atau yang dimaksudkan secara khusus untuk ekonomi

empat sektor sebagaimana yang terlihat pada Macroeconomic’s Model “Circular Flow of

Income” segala sesuatu yang menyangkut dengan aktivitas ekonomi nasional merupakan

analisa yang sangat komplek, antara lain: Segenap Pasar (Pasar barang, pasar uang,

pasar modal dan pasar luar negeri) dan segenap Kebijaksanaan Makroekonomi

(Kebijasanaan Fiskal, Kebijaksanaan Moneter dan Kebijaksanaan Perdagangan Luar

Negeri) yang ada dalam ekonomi telah berkiprah secara bersamaan.

Kalau persoalan ekonomi empat sektor ini dikembalikan kepada definisi ekonom

modern J.M Keynes bahwa “Tabungan adalah pendapatan yang tidak dikonsumsi”.

Untuk analisa ekonomi dua sektor tampak definisi ini sangat cocok sekali, sedangkan

untuk ekonomi tiga sektor telah tegaskan “bahwa tidak ada mekanisme pasar modal

yang bergerak dengan sendirinya yang perlu menyamakan tabungan dan

investasi”. Hal ini menyatakan bahwa adanya ruangan untuk kekuatan dari luar yang

akan semakin mempengaruhi pasar itu sedemikian rupa sehingga semakin tidak samanya

tabungan dan penanaman modal (investasi) pada tingkat output dan pendapatan.

Kekuatan-kekuatan dari luar pada ekonomi empat sektor dalam hal ini adalah

Kebijaksanaan Fiskal, Kebijaksanaan Moneter dan Kebijaksanaan Perdagangan luar

negeri. Dari kedua gagasan ini dapat diprediksikan bahwa dalam analisa ekonomi

sektoral, khususnya ekonomi empat sektor terdapatnya semacam kecenderungan pola

pengeluaran konsumsi yang semakin menurun diimbangi oleh masing-masing pola

pengeluaran Investasi, pengeluaran investasi plus pengeluaran pemerintah dan

pengeluaran investasi plus pengeluaran pemerintah plus pengeluaran untuk ekspor yang

cenderung semakin meningkat. Secara berurut mulai dari ekonomi dua sektor, ekonomi

tiga sektor dan ekonomi empat sektor, pola konsumsi masing-masing: Rp 65.000,-

menjadi Rp 59.750,- dan menjadi Rp 56.250,- yang diimbangi oleh masing-masing: Rp

5.000,- menjadi Rp 10.250,- dan menjadi Rp 13.750,- sebagaimana yang dapat dilihat

baik pada tabel, kurva dan atau circular flow of income ekonomi empat sektor.

Page 89: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

80

A A = Y

A = 26.250 + 0,625 Y

C = 12.500 + 0,75 Y

C = C(Yd) – T(Y)

= 12.500 + 0,625Y

70.000

65.000 1/[1- c (1 – c) – m ]. Ā

56.250 C

50.000

Y

26.250

12.500

0

50.000 70.000 Y

S

S + T + M = -12.500 + 0,375 Y

S = -12.500 + 0,25 Y 13.750 I + G

6.250 I = I

5.000 Y S

0

50.000 70.000 Y -12.500

Page 90: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

81

3.3.4. Pendapatan Nasional Equilibrium

A = C + I + G + ( X – M )

Y = C + S + T

A = Y

I + G + X = S + T + M

A = C + I + G + ( X – M )

= C(Yd) + I + G + ( X – M )

= [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]}

= A + c Yd – m Y

= A + c ( Y – T ) – m Y

= A + c ( Y – t Y ) – m Y

= A + c ( 1 – t ) Y – m Y

= A + [ c ( 1 – t ) – m ] Y

= 26.250 + [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] Y

= 26.250 + 0,625 Y

C + I + G + (X – M ) = Yd – cYd + t Y + m Y

atau I + G + X = S + T + M

= S (Yd) + t Y + (M + m Y )

= [ Yd – C (Yd)] + t Y + (M + m Y )

= Yd – [C + cYd ] + t Y + (M + m Y )

C + I + G + ( X –M ) = Yd – cYd + t Y + m Y

A = Yd – cYd + t Y + m Y

A = ( 1 – c ) Yd + t Y + m Y

= ( 1 – c ) ( Y – T ) + t Y + m Y

= ( 1 – c ) ( Y – tY ) + t Y + m Y

= ( 1 – c ) ( 1 – t ) Y + t Y + m Y

= 1 ( 1 – t ) Y – c ( 1 – t ) Y + t Y + m Y

= Y – t Y – c Y + ct Y + t Y + m Y

= Y – c Y + ct Y + m Y

= ( 1 – c + ct + m ) Y

= {1 – [ c ( 1 – t ) – m ]} Y

= {1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]} Y

= 0,375 Y

{1 – [c ( 1 – t ) – m ]} Y = A

1

Y = A

{1 – [c ( 1 – t ) – m ]}

Page 91: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

82

1

= ( 26.250 )

{1 – [0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]}

1

= ( 26.250 )

0,325

= 70.000

3.3.5. Multiplier ()

Y 1 1 1

= = = = = 2,667

I 1 – [ c ( 1 – t ) – m ] 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] 0,375

7.3.3.6. Perubahan Pendapatan (Y)

Y = I

= ( I2 – I1 )

= 2,667 ( 13.750 – 6.250 )

= 20.000

4. Analisis Kuantitatif Perhitungan Ekonomi Sektoral

4.1. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 2 Sektor

1. PENDAHULUAN

2. METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Model

Dalam kondisi equlibrium analisis sederhana Keynes mengisyaratkan bahwa besarnya

Investasi sama dengan tabungan (Elfindri.,1985 ), yang ditulis sebagai

It = St ( 1 )

dimana: It = Investasi Agregat

St = Tabungan Agregat

Pada model sederhana, dimana tabungan adalah fungsi daripada pendapatan, dan ini

diartikan bahwa yang mempengaruhi besar kecilnya tingkat tabungan adalah tingkat

pendapatan, dari fungsi tersebut maka pendapatan dimaksudkan sebagai varibel penentu

Page 92: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

83

(determine variable), sedangkan tabungan sebagai veriabel terikat (dependent variable)

sehingga dapat ditulis sebagai

St = f ( Yt ) ( 2 )

Kemudian dari fungsi persamaan (10) diatas dapat ditulis penjabarannya dalam bentuk

linier yang biasanya ditulis sebagai berikut

St = -C + (1– c) Yt ( 3 )

Parameter C diartikan sebagai besarnya penabungan pada saat pendapatan sama dengan

nol. Nilai parameter C < 0 ( negatif ), sedangkan parameter s menunjukan besarnya

hasrat untuk menabung ( Marginal Propensity to Save = MPS ), yang nilainya s = 1-c,

sedangkan c menunjukan besarnya hasrat untuk mengkonsumsi ( Marginal Propensity to

Consume ).

Sementara itu, Stok Modal Kt pada suatu periode waktu t terdiri dari perubahan

stok modal (Kt) dan ditambah dengan stok modal tahun lalu. Sedangkan investasi

merupakan perubahan stok modal ( It = Kt ). Dalam bentuk lain, Stok modal Kt pada

suatu periode waktu t, terdiri atas stok modal pada akhir periode waktu yang lalu Kt-1,

dikurangi dengan modal yang dipakai selama periode yang bersangkutan Dt, ditambah

dengan jumlah investasi keseluruhan, antara lain ditulis sebagai berikut:

It = Kt ( 4 )

Kt = Kt - Kt-1 ( 5 )

Kt = k Yt ( 6 )

atau Kt = k Yt ( 7 )

Kt = Kt - Kt-1 = It ( 8 )

Kt = Kt-1 + It ( 9 )

Kt = k Yt-1 + It ( 10 )

Kt = k Yt-1 + p Nt + Dt ( 11 )

Dengan Asumsi bahwa ada hubungan ekonomi lansung antara besarnya Stok Kapital Kt

keseluruhan dengan PDB, maka dapat disusun model sederhana pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Harrod-Dommar (Michael P. Todaro., 1977 )sebagai berikut:

St = s Yt ( 12 )

It = Kt ( 13 )

Kt/Yt = k ( 14 )

atau Kt/Kt = k ( 15 )

Yt/Yt = s/k ( 16 )

dimana:

St = -C + (1-c) Yt

Kt = K + k Yt-1

Page 93: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

84

It = Investasi tahun t atau Pembentukan Modal Domestik Bruto (PMDB)

St = Tabungan tahun t atau Tabungan Domestik Bruto

Kt = Stok Modal tahun t

Yt = Produk Domestik Bruto tahun t

Yt-1 = Produk Domestik Bruto tahun t-1

Nt = Produk Nasional Netto tahun t

Dt = Depresiasi ( penyusutan )

St = Perubahan tabungan Domestik Bruto tahun t

Kt = Perubahan Stok Modal tahun

Yt = Perubahan Produk Domestik Bruto

Nt = Perubahan Produk Nasional Netto

St/Yt = Average Propensity to Save ( APS = SOR )

St/Yt = Marginal Propensity to Save ( MPS )

Kt/Yt = Capital-Output Ratio ( COR )

Kt/Yt = Incremental Capital-Output Ratio ( ICOR )

Yt/Yt = s/k = Economy's growth

s = Nisbah Tabungan ( s = 1-c = MPS )

k = Nisbah Kapital ( k = ICOR )

C, K = Konstanta. dimana bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi, ditentukan secara bersamaan oleh nisbah

tabungan nasional s dan nisbah kapital/output nasional.

2.2. Tabungan, Modal Dan Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang

Sebagaiman persamaan (12) samapai dengan persamaan (16), dimana

Pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, diasumsi bahwa ada hubungan ekonomi

langsung antara besarnya stok kapital K keseluruhan dengan PDB, sehingga model

sederhana pertumbuhan ekonomi ini, adalah dengan menggunakan formulasi Harrod-

Dommar Dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi yang kiranya mampu dicapai,

sehingga perlu dilakukan estimasi beberapa fungsi antara lain dua buah fungsi pertama

yang merupakan suatu keseimbangan antara Tabungan dengan Investasi dalam suatu

indentitas “Ekonomi Sektoral” (ekonomi dua sektor). Kedua fungsi tersebut ditulis

sebagai berikut:

Fungsi-Fungsi Estimasi Jangka pendek:

St = -C + ( 1 – c ) Yt ( 17 )

Kt = K + k Yt-1 ( 18 )

Fungsi-Fungsi Hasil Estimasi Jangka Panjang

St = s Yt ( 19 )

Kt = k Yt-1 ( 20 )

Page 94: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

85

Analisis Untuk 2 Sektor Ekonomi:

St = s Yt ( 21 )

Kt = k Yt-1 ( 22 )

MPC + MPS = 1 ( 23 )

c + s = 1

MPS = s = { St ( Yt )} ( 24 )

MPC = 1 – c = {[ 1 – St ( Yt ) ]} ( 25 )

Multiplier ( ): = 1/MPS = 1/s ( 26 )

Yt/Yt = s/k ( 27 )

dimana: St = tabungan tahun t, dalam milyar rupiah.

Kt = Stok Modal tahun t, dalam milyar rupiah

Yt = Produk Domestik Bruto tahun t, dalam milyar rupiah

Yt = Selisih produk domestik bruto tahun t dengan produk domestik

bruto tahun t-1, dalam milayar rupiah.

Yt/Yt = pertumbuhan ekonomi pada tahun t, dalam persentase.

MPC + MPS = 1 APC + APS = 1

k = Incremental Capital-Output Ratio ( ICOR )

s = Marginal Propensity to Save ( MPS )

C = konsumsi otonom

K = modal otonom

1 – c = s

= [s (1 – t ) + t ]

= 1 - c (1 – t )

= bagian pendapatan yang tersisa setelah konsumsi, dimana

Sh (Yt) = [s (1 – t )] Yt , berarti s (1 – t ) = MPS + MPT

1/(1 – c ) = multiplier.

MPS / ICOR = Rate of Economy's growth

Page 95: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

Tabel 1 : STRUKTUR MAKRO PEREKONOMIAN INDONESIA: PENDAPATAN NASIONAL, MODAL DAN TABUNGAN, TAHUN 1969-1995

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )

Ko ns ums i Inves - P DB^* P DB P NB P a jak P enyu- P NN P enda- Tabung- Inves tas i S to k Mo dal ICOR P ertum-

tas i Ko ns tan Ko ns tan Tidak s utan patan an Netto Mo dal P ro - buhan

'93=100 '93=100 Langs ung Dis po - duktif Eko no mi

Tahun Netto s ibe l

1969 48564.5 5984.0 68824.2 68824.2 70133.3 1616.7 3431.0 65085.6 63468.9 20259.7 2553.0 0 2553.0 0 0

1970 50137.6 7959.0 73985.5 73985.5 75228.2 1714.1 3688.4 69825.7 68111.6 23847.9 4270.6 114085.6 110397.5 1.542 0.075

1971 51711.9 9645.8 79169.9 79169.9 80203.8 1920.6 3945.8 74337.4 72416.8 27458.0 5700.0 147335.2 143387.0 1.861 0.070

1972 52976.8 11482.8 86623.9 86623.9 86582.0 2112.0 4317.0 80153.0 78041.0 33647.1 7265.8 133487.4 129166.6 1.541 0.094

1973 58034.2 13441.1 96421.0 96421.0 95775.4 2383.8 4807.6 88584.0 86200.2 38386.8 8633.5 132289.6 127481.5 1.372 0.113

1974 64159.1 16022.5 103782.5 103782.5 101407.5 2317.9 5174.5 93915.1 91597.2 39623.4 10848.0 225934.5 220756.5 2.177 0.076

1975 69720.2 18360.2 108948.0 108948.0 106574.4 3210.8 4993.8 98369.8 95159.0 39227.8 13366.4 387201.2 382209.4 3.554 0.050

1976 72520.6 19462.9 116450.8 116450.8 115410.3 2841.5 5911.5 106657.3 103815.8 43930.2 13551.4 302073.4 296162.5 2.594 0.069

1977 76479.7 22559.5 126811.9 126811.9 124530.1 5382.4 4124.3 115023.4 109641.0 50332.2 18435.2 276069.5 271948.6 2.177 0.089

1978 85004.1 25957.6 136584.8 136584.8 133527.8 3483.6 6833.6 123210.6 119727.0 51580.7 19124.0 362769.2 355936.4 2.656 0.077

1979 97749.2 27104.8 145124.4 145124.4 140038.4 4120.6 7288.1 128629.7 124509.1 47375.2 19816.7 460479.7 453200.3 3.174 0.063

1980 114108.1 32223.1 159467.2 159467.2 153501.2 4527.9 7978.0 140995.3 136467.4 45359.1 24245.1 358322.8 350339.6 2.247 0.099

1981 132976.9 35811.4 171822.9 171822.9 167193.5 4170.3 8609.9 154413.3 150243.0 38846.0 27201.5 497942.8 489337.5 2.898 0.077

1982 146220.8 40464.6 179946.2 179946.2 172047.0 4542.0 8803.7 158701.3 154159.3 33725.4 31660.9 1765992.0 1717930.8 4.981 0.047

1983 140829.5 43630.2 174532.6 183353.3 176703.3 4840.5 9172.8 162690.0 157849.5 42523.8 34457.4 1079950.9 1094340.5 12.806 0.019

1984 144666.7 41004.9 182308.2 195709.0 187857.0 5260.0 9790.9 172806.1 167546.1 51042.3 31214.0 649558.2 639763.6 3.319 0.067

1985 145698.2 43961.6 180348.8 200544.3 192664.5 6119.8 10033.0 176511.7 170391.9 54846.1 33928.6 1823348.8 1813314.8 9.092 0.025

1986 150260.9 48008.9 193062.0 212475.3 204774.6 7056.4 10629.8 187088.4 180032.0 62214.4 37379.1 855000.6 844369.4 4.024 0.059

1987 156363.6 50642.4 207616.3 222598.5 213902.7 9644.8 11136.2 193121.7 183476.9 66234.9 39506.2 1113660.3 1102520.1 5.003 0.048

1988 164951.7 56478.6 232534.4 236004.1 229212.0 13870.1 11800.1 203541.8 189671.7 71052.4 44678.5 994285.3 982486.0 4.213 0.060

1989 174215.6 64024.9 249211.1 253601.9 246376.3 17695.6 12665.5 216015.2 198319.6 79386.3 51359.4 922603.7 909942.3 3.638 0.075

1990 188456.2 73355.6 261735.2 271968.1 263621.4 17869.3 13327.5 232424.6 214555.3 83511.9 60028.1 1086240.6 1072914.1 3.994 0.072

1991 204815.9 78142.0 284706.3 290870.6 282156.3 17792.3 14552.6 249811.4 232019.1 86054.7 63589.4 1202459.1 1187905.5 4.134 0.070

1992 212778.6 82001.5 302489.1 309659.1 229827.0 19655.6 -54511.7 264683.1 245027.5 96880.5 66513.2 1351662.0 1406163.4 4.365 0.065

1993 222715.1 86667.3 319230.3 329775.8 317223.2 21171.1 16488.8 279563.3 258392.2 107060.7 70178.5 1420674.1 1404189.9 4.308 0.065

1994 238504.7 98589.0 339804.8 354640.8 314911.0 -6894.1 17732.0 304073.1 310967.2 116136.1 80857.0 1406150.8 1388418.0 3.965 0.075

1995 265096.0 112386.4 367939.6 383792.3 371868.5 23209.7 19189.6 329469.2 306259.5 118696.3 93196.8 1479519.3 1460337.1 3.855 0.082

Sumber : Republik Indonesia, Nota Keuangan Dan RAPBN Tahun 1988/1989; Bank Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia,

BPS, Pendapatan Nasional indonesia berbagai tahun penerbitan, dan Indikator, edisi April 1996.

*). T idak Termasuk Perubahan Stok.

Page 96: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

3. SUMBER DATA

Data yang akan dipakai untuk melakukan penaksiran jumlah stok modal di

Indonesia disajikan pada Tabel 1, yaitu data resmi publikasi pemerintah. Tabel ini

memperlihatkan Produk Domestik Bruto selama periode 1969-1995 atas dasar harga

konstan 1993 menurut penggunaannya. Data tersebut juga dipakai dalam pengujian

empiris guna memperkirakan besarnya nilai ICOR, khususnya dalam memperkirakan

ICOR diperlukan sekali data investasi It ( Pembentukan Modal Domestik Bruto ) dan

Produk Domestik Bruto ( Yt ).

4. HASIL PENAKSIRAN PERTUMBUHAN EKONOMI

4.1. Sumber-sumber Ekonomi: Tabungan, Modal Dalam Pembangunan

Sudah tidak diragukan lagi bahwa aktivitas membangun memerlukan dana yang

banyak diberbagai bidang, yaitu berupa modal dalam pembangunan. Sedangkan untuk

tujuan pertumbuhan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi aktivitas tersebut

memerlukan semacam peningkatan investasi yang banyak diberbagai bidang yang

meliputi prasarana dan sarana yang harus semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke

tahun yang ditujukan sebagai pembiayaan pembangunan tersebut.

Sumber-sumber ekonomi seperti tabungan ( saving ) dan modal ( capital ) sangat

erat kaitannya dengan investasi ( investment ) dan bahkan dengan pendapatan nasional.

Investasi sebagai pembiayaan dalam pembangunan yang sumbernya adalah tabungan,

sementara itu bahwa investasi diartikan sebagai perubahan modal. Baik tabungan maupun

modal dalam perekonomian besar atau kecilnya tergantung pada pendapatan nasional,

sedangkan pendapatan nasional tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor dalam maupun

luar negeri pada perekonomian yang bersifat terbuka.

Tabungan, modal dan investasi dapat juga dilihat dari bermacam segi antara lain

dikelompokan dalam bentuk kepemilikan masyarakat, pemerintah, dalam negeri dan luar

negeri. Secara global topik yang merupakan pembahasan ditujukan melihat

perkembangan ekonomi tersebut secara menyeluruh akibat adanya bermacam-macam

pengaruh secara nasional.

Selama periode 1969-1995 perkembangan perekonomian nasional seperti

tabungan adalah sebesar Rp 58119,99 milyar rata-rata pertahun, sedangkan investasi

sebesar Rp 43161,94 rata-rata pertahun pada periode yang bersamaan. Besarnya tabungan

daripada investasi tersebut telah menunjukan pula bahwa dalam perekonomian telah

terdapatnya aktivitas perdagangan luar negeri sebesar selisih tabungan dan investasi

tersebut. Jelas bahwa sektor perdagangan luar negeri memberikan infak yang negatif

dalam perekonomian nasional selama periode tersebut secara rata-rata setiap tahunnya.

Page 97: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

88

Investasi yang dalam pengertian sehari-hari merupakan perubahan modal, antara

lain selama periode yang sama adalah sebesar Rp 761077,65 milyar rata-rata per tahun,

sedangkan pendapatan nasional adalah sebesar Rp 188850,2 milyar rata-rata per tahun.

Dalam analisis kualitatif tidak begitu nampak perubahan aktivitas ekonomi secara teliti

untuk disumpulkan, namun sebagaimana yang dapat dilihat/diperhitungkan dari tabel 1

bahwa laju pertumbuhan ekonomi selama tahun 1969-1995 adalah sebesar 6,85 % rata-

rata per tahun. Tabungan, investasi dan modal masing-masing pada tahun bersamaan

telah tumbuh sebesar 7,51 %, 12,18 % dan 21,98 % rata-rata per tahun.

Laju kenaikan investasi yang cepat seiring dengan cepatnya laju kenaikan modal,

sedangkan laju kenaikan tabungan yang lebih rendah menunjukan bahwa investasi yang

berasal dari tabungan tidak begitu banyak dan yang lebih dominan besasal dari modal dan

mungkin dalam hal ini dalam pembentukan investasi adalah modal asing yang merupakan

andalan utama sebesar investment-gap tersebut.

Dapat pula dikatakan bahwa pembiayaan ekonomi kurang efektif karena tabungan

sebagai sumber dari investasi produktif belum dapat diandalkan sepenuhnya, oleh karena

kurang mantapnya kebijaksanaan moneter, kebijaksanaan fiskal dan bahkan

kebijaksanaan perdagangan luar negeri yang dilakukan pemerintah selama ini.

Laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,85 % rata-rata per tahun, dimana pada

periode bersangkutan telah dibaregi oleh tingkat inflasi yang cukup tinggi yaitu sebesar

14,38 % rata-rata per tahun, yaitu oleh karena laju kenaikan pendapatan nasional nominal

diwaktu itu adalah sebesar 22,32 % rata-rata per tahun. Pada saat yang sama bahwa laju

pertumbuhan penduduk adalah sebesar 2,03 % rata-rata per tahun, yang berarti bahwa

laju kenaikan pendapatan perkapita adalah sebesar 4,82 % rata-rata per tahun.

Kalau dilihat dari perkembangan ekonomi dalam versi analisa kualitatif, bahwa

perkembangan ekonomi Indonesia adalah bagus sekali dan menakjubkan dan sebagai

contohnya adalah besarnya laju kenaikan pandapatan perkapita daripada laju kenaikan

penduduk dalam pada mana laju pertumbuhan ekonomi sebesar diatas, dan mungkin

penelitian yang akurat akan terjadi pada analisis kuantitatif pada pembahasan selanjutnya.

4.2. Penaksiran Empiris MPS Dan ICOR

Guna melakukan penaksiran stok modal diperlukan nilai COR (Capital Output

Ratio). Namun nilai COR baru dapat diperoleh kalau kita sudah memiliki angka

mengenai stok modal. Untuk mengatasi ini, maka akan dipakai taksiran ICOR sebagai

gantinya. Cara yang sama juga pernah dipakai untuk kasus negara Philiphina ( Mangahas.

M., 1970 ) dan diterapkan juga untuk negara-negara industri baru Asia dan Jepang (

Chen, Edward K.Y., 1979 ). Untuk menaksir nilai ICOR diperlukan angka perubahan

dalam output Yt dan invetasi bruto (It), bahwa ICOR = k = p = It/Yt. Atau juga dapat

mencari nilai ICOR tersebut dengan menggunakan Investasi netto yang diperoleh

langsung dengan mengurangi pembentukan modal domestik bruto atau investasi bruto

tersebut dengan angka penyusutan sebagaimana halnya menurut persamaan (9). Hasil

Page 98: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

89

ICOR selama periode 1969-1994 disajikan pada tabel 2. Tabel 2 ini bukan saja khusus

menyajikan tentang apa yang hendak diteliti sesuai dengan pembatasan, namun justeru

lebih luas daripada itu yang juga menyajikan data yang bersifat kualitatif yang

berhubungan erat dengan penelitian ini dalam konteks yang bersifat nasional.

Terdapat dua cara dalam dalam memperkirakan Tabungan dan modal, yaitu

bersifat kualitatif dan kuantitatif ( Cairncross, A.K., 1962 ). Cara yang bersifat kualitatif

dalam menaksir tabungan, yaitu dengan mengalikan nilai MPS dengan PDB pada periode

bersangkutan St = s Yt, dan untuk menaksir modal adalah dengan mengalikan nilai ICOR

dengan PDB pada periode bersangkutan, yaitu Kt = k Yt sebagaimana persamaan (12),

dan persamaan (6). Sedangkan cara yang bersifat kuantitatif yaitu dengan melakukan

estimasi dengan OLS-method ( Mayes, G. David., 1981 ) sebagaimana persamaan (3) dan

persamaan (10). Dalam penelitian ini keduanya dilakukan, dan khusus cara pertama

sudah terjawab sebagaimana terdapat pada tabel 2, sedangkan cara yang kedua

diperhitungkan dari hasil estimasi berikut:

St = 2370,857 + 0,295202 Yt

S(ai): (0,017369)

t(ai): (16,99554)

n = 27, SE = 8012,593

r2 = 0,920342

r = 0,959344

r2 = 0,917156

F = 288,8443

D-W = 0,321094

Kt = -145622,5 + 5,191951 Yt-1

S(bi): (0,694610)

t(bi): (7,474624)

n = 27, SE = 314502,2

r2 = 0,690861

r = 0,831181

r2 = 0,678496

F = 55,87000

D-W = 1,884366

Statistical Table: t0.005 = 2.787

t0.001 = 2.485

f0.01 (v1, v2) = 7.77

f0.05 (v1, v2) = 4.24

d0.01 (dl, du) = 0.98 - 1.30

d0.05 (dl, du) = 1.21 - 1.55

Page 99: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

90

Terkecuali tahun 1969 yang merupakan awal pembangunan yang terencana

semenjak ordebaru dan juga awal dari penelitian ini, jelas bahwa nilai ICOR tidak ada.

mulai dari tahun 1970 dan sampai akhir tahun dalam penelitian ini tahun 1995, dimana

nampak kecenderungan bahwasanya nilai ICOR menunjukan peningkatan setiap tahun

dalam jangka panjang. Peningkatan yang demikian jelas pula menyatakan bahwa semakin

tidak efisiensinya gerak perekonomian secara nasional.

Nilai ICOR ( tingkat efisiensi marginal ekonomi ) yang meningkat terus hingga

mencapai puncaknya tertinggi tahun 1983 dan pada tahun tersebut Indonesia

mengadakan reformasi ekonomi dalam dunia perbankan berupa kebijaksanaan deregulasi

dan derebiroktisasi yang konon berbagai pengamat ekonomi menyatakan terjadinya resesi

ekonomi di Indonesia sebagai akibat pegaruh resesi ekonomi dunia.

Sekitar pelita pertama Nilai ICOR berada sekitar 1 tetapi tidak sampai dua secara

rata-rata. Ini berarti bahwa tambahan unit modal semakin banyak dibutuhkan untuk

meningkatkan 1 unit tambahan output. Keadaan ini menunjukan bahwa pertumbuhan

ekonomi yang dicapai Indonesia sejak awal tahun 1970 semakin banyak menyerap faktor

modal. Selanjutnya hal ini juga dapat memberikan indikasi akan adanya masalah

ekonomi biaya tinggi yang berakibat menurunya efisiensi pemakaian modal dalam

proses pertumbuhan ekonomi.

Meningkatnya nilai ICOR di Indonesia diduga juga ada kaitanya dengan

kebijaksanaan industrialisasi yang dianut Indonesia sejak awal periode pembangunan.

Dalam menumbuhkan sektor Industri, Indonesia telah mengambil kebijaksanaan yang

berorientasi terhadap pasar dalam negeri dengan jalan memberikan proteksi terhadap

industri pengganti impor. Keadaan ini diduga telah menyebabkan harga faktor langka

menjadi relatif lebih murah dibanding faktor berlimpah.

Peningkatan nilai ICOR sangat jelas Sejak tahun 1974 yang merupakan awal

pembangunan lima tahun kedua. Meningkat terus tahun 1975 yang menandai keuntungan

yang diproleh Indonesia sebagai hasil boom minyak yang pertama. Pengaruh boom

minyak yang kedua juga tampak pada peningkatan nilai ICOR tahun 1979. Tahun 1983

merupakan periode setelah resesi yang memperlihatkan nilai ICOR tertinggi. Resesi

ekonomi di Indonesia tahun 1982-1986 telah memperlihatkan kepada kita berbagai

kebijaksanaan yang mungkin ampuh dalam menangulangi perekonomian telah

dicurahkan, namun hingga sekarang distorsi ekonomi yang telah terjadi selama ini susah

untuk melupakan.

Distorsi ekonomi yang paling vokal saja paling tidak masing teringat bahwa tahun

1974 terjadinya KNOP, tahun 1982-1986 terjadi Reformasi kebijaksanaan ekonomi

Indonesia seperti Deregulasi, debiroktisasi dan devaluasi rupiah tahun 1986. Meskipun

banyak distorsi ekonomi yang tidak terkendali oleh pihak pemerintah khususnya sebagai

pengambil keputusan, namun gema akan take-off juga tetap bergema dan sampai

sekarang pun gejolak politik juga semakin tidak menentu atau mungkinkah akan terjadi

Page 100: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

91

pula semacam krisis sosial tentang ketidakpercayaan masyarakat nantinya kepada

pemerintah.

Krisis ekonomi telah nyata terjadi pada beberapa tahun lalu yang ditandai dengan

meningkatnya nilai ICOR, mungkin dapat dijelaskan bahwa keadaan ekonomi

berorientasi pada tingkat yang jauh dibawah kapasitas produksi, yang secara ekonomi

efisien sebagai akibat melemahnya permintaan baik pada pasar dalam negeri maupun

pada pasar ekspor.

Kaitan antara modal dengan investasi sangat erat sekali, begitu juga halnya kaitan

antara investasi dengan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan

kegiatan ekonomi yang semakin mantap perlu terlebih dahulu terjadi kemantapan dalam

peningkatan investasi, jelas bahwa investasi yang tinggi akan mencerminkan pendapatan

nasional yang tinggi pula sedangkan investasi yang dimaksud berasal dari tabungan.

Adalah hal yang sudah tidak asing lagi dalam kebijaksanaan ekonomi bahwa

untuk menggakumulasi tabungan yang tinggi melibatkan kerja keras dalam kegiatan

pembangunan bahwa dengan upaya bagaimana tabungan yang besar dapat terjadi

sementara kebutuhan konsumsi tidak bisa dikurangi secara cepat dan apalagi dengan

melakukan pengencangan ikat pinggang. Dari hal semacam ini jelas pula bahwa tabungan

dengan modal dan bahkan investasi terkait erat dalam kontek yang bersifat nasional

sepertihalnya peningkatan output atau pendapatan nasional. Khususnya untuk tujuan

meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi seringkali dalam pembiayaan

ekonomi membutuhkan modal yang berasal dari luar negeri, yaitu sepanjang akumulasi

modal dalam negeri tidak mantap.

Kebutuhan yang semakin besar tanpa terkendalinya perekonomian dengan baik

sementara sumber ekonomi atau faktor produksi yang cukup berlimpah kurang terkendali

sehingga menyebabkan nilai tambah produksi nasional yang semakin melamban, maka

capital inflow yang selama ini merupakan primadona pembiayaan ekonomi jangka

panjang, yang untuk saat sekarang pada hakekatnya menjadi susah diharapkan oleh

karena ekspor nasional tidak cukup sebagai penjaminnya, dan malahan yang akan terjadi

adalah distorsi ekonomi yang semakin tajam dan bahkan krisis sosial dalam negeri

sendiri.

Suatu negara, khususnya negara sedang berkembang dikatakan mantap dalam

melaksanakan kebijaksanaan ekonomi dan pembangunan dan dalam jangka cukup

panjang sekitar 20 tahun ditandai dengan ICOR sekitar 4 dan tidak boleh lebih. Indonesia

bukan wajah yang baru dalam pembanggunan terencana yang sampai sekarang sudah 27

tahun. Dari hasil perhitungan yang bersifat kuantitatif untuk kedua fungsi regresi dimana

laju pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 1969-1995 adalah sebesar 5,69% rata-rata

pertahun, antara lain dikarenakan estimasi nisbah tabungan ( Marginal Propensity to Save

"MPS" ) adalah sebesar 29,52 % rata-rata pertahun dan tingkat efisiensi marginal

ekonomi ( Icremental Capital-Output Ratio "ICOR" ) adalah sebesar 5,19 rata-rata setiap

tahunnya.

Page 101: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

92

Kedua hasil estimasi tabungan dan Modal, secara statistik pada hakekatnya dintakan

significant pada tingkat kepercayaan (significant level ) = 1 % ( Ttest > Ttable ).

Hubungan antara independen variable Yt dengan dependent variable St menunjukan

angka sangat kuat secara statistik, dengan nilai korelasi r = 95,93 %, begitu juga Ftest =

288,84 dengan angka yang sangat besar sekali yang melebihi Ftable. Sementara itu D-W =

0,317. Angka ini adalah under estimate yang dalam penegrtian statistik tidak masuk

dalam range, dan bukan berarti tidak significant, namun nilai tabel D-W yang tersedia

terbatas ( hanya menyediakan untuk 1 % dan 5 % ). Namun demikian untuk simple

regression sebenarnya D-W tidak perlu lagi dikaji oleh karena pengujian signifikansi

telah dijawab melalui ttest.

Sementara itu, pengujian statistik dari hasil estimasi modal juga menunjukan hasil

yang significant dengan nilai korelasi r = 69,1 % dan berarti masih ada faktor lain yang

juga berpengaruh belum masuk dalam penelitian ini sekitar 29,9 %. Namun demikian

korelasi sebesar diatas sudah cukup tinggi dan cukup memberikan kesan atau bukti

bahwa hasil estimasi ini dapat dipergunakan.

Sedangkan ttest pada hasil estimasi ini adalah sangat besar dan berada pada tingkat

keyakinan (confidence level ) 1- = 99 % dan boleh dikatakan sudah mantap dengan

tingkat keyakinan yang setinggi itu. Selanjutnya, dalam penelitian ini juga terungkap

bahwa nilai F = 55,87 ( Ftest > Ftable ) yang tinggi dan bahkan D-W = 1,88 ( masuk

ruang Ttable ) yang kesemua ini telah berbarengan sama-sama memperkuat hasil penelitian

ini, yaitu bahwa penelitian yang dilakukan ini adalah sangat significant sekali.

4.3. Analisis Perhitungan Teoritis

Studi ini membahas analisa yang menghubungkan fungsi tabungan jangka

panjang dengan pendapatan dalam versi perhitungan analisis ekonomi dua sektor.

Tentunya pembahasan tabungan tidak akan terlepas dengan investasi oleh karena

investasi sumbernya adalah tabungan. Berdasarkan prihal yang demikain pada analisis ini

perlu ditentukan berapa besarnya multiplier yang terjadi serta berapa pula besarnya

pertumbuhan ekonomi yang dihasilkannya oleh karena estimasi yang dilakukan bukan

hanya sekedar Tabungan Domesti Bruto saja, tetapi juga perkiraan Stok Modal supaya

mampu memperlihatkan besarnya laju pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan.

Aspek yang akan menonjol dalam pembahasan ini, adalah terletak pada sejauh

mana kemampuan penciptaan Tabungan Domestik Bruto (total saving) mampu

menciptakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Didalam keadaan nyata, Naik turunya

tingkat tabungan suatu negara tidak terlepas dari berbagai pengaruh dalam maupun luar.

Dari dalam negeri umpanya, sebagaimnan definisi Keynes menyatakan bahwa tabungan

adalah bagian dari pendapatan periode tertentu yang tidak habis dikonsumsi pada periode

bersangkutan, sehingga besar kecilnya tabungan akan sangat terpengaruh dengan pola

konsumsi yang terjadi suatu negara tersebut.

Page 102: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

93

Fungsi-Fungsi Estimasi Jangka pendek:

St = -C + ( 1 – c ) Yt ( 28 )

= 2370.875 + 0.295202 Yt

Kt = K + k Yt-1 ( 29 )

= -138692 + 5.236756 Yt-1

Fungsi-Fungsi Hasil Estimasi Jangka Panjang

St = s Yt ( 30 )

= 0.295202 Yt

Kt = k Yt-1 ( 31 )

= 5.236756 Yt-1

Analisis Ekonomi Sektoral: Ekonomi 2 Sektor

St = s Yt

Kt = k Yt-1

MPC + MPS = 1

c + s = 1

0.704797 + 0.295202 = 1

MPS = s = 0.295202 = { St ( Yt ) } ( 31 )

MPC = 1 - c = 0.704797 = { [ 1-St(Yt) ] } ( 32 )

Multiplier (): = 1/MPS = 1/s = 3.387500 ( 33 )

Yt/Yt = s/k = 0.056371 ( 34 )

5. KESIMPULAN

Penaksiran laju pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dua cara, yaitu melalui

analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Laju pertumbuhan ekonomi yang dihitung secara

kualitatif untuk periode 1969-1995 adalah cukup besar, yaitu sebesar 6,85 % rata-rata per

tahun. Sedangkan dengan menggunakan analisa kuantitatif yang merupakan pembagian

antara nisbah tabungan ( MPS) dengan nisbah modal (ICOR) adalah sebesar 5,69 % rata-

rata setiap tahunnya. Laju pertumbuhan yang diciptakan perekonomian Indonesia sebesar

diatas merupakan keterpaduan berbagai kekuatan agregatif, khususnya tabungan dengan

modal.

Tabungan dengan modal adalah adalah agregatif ekonomi yang dominan dan

sebagai dasar pembentukan investasi dalam pembiayaan pembangunan. Kenaikan sebagai

Page 103: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

94

pembiayaan ekonomi tidak terlepas dari kenaikan tabungan dan modal adalam aktivitas

ekonomi. Investasi yang besar benar-benar tercipta dari besarnya tabungan dan modal

dalam pembangunan. Khususnya dalam pembahasan ekonomi, khususnya yang

menyangkut dengan pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang dilakukan, dimana bahwa

analisis kuantitatif adalah sangat tepat sebagai ajang pengambilan keputusan dibanding

analisis kualitatif.

Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 5,69 % rata-rata per tahun

selama periode 1969-1995, yaitu karena nisbah tabungan dan nisbah modal masing-

masing sebesar 0,295202 dan 5,191951 rata-rata per tahun selama periode

bersangkutan. Pengujian empiris dari kedua koefisien estimasi tersebut sama-sama

significant pada tingkat keyakinan ( confidence level ) 99 % yang berarti kelogikaan

penelitian ini sudah tidak perlu diragukan lagi.

Pada tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar tersebut diatas, kenyataan

dari analisis kuantitatif dapat dibaca bahwa tabungan justeru lebih kuat pengaruhnya

dibandingkan modal dalam pembentukan investasi sebagai sumber pembiayaan dan

pertumbuhan ekonomi. Kekuatan-kekuatan agregatif ekonomi seperti tabungan dan

modal sebagaimana penelitian ini dilakukan, dimana pada tingkat pertumbuhan ekonomi

sebesar diatas, dan dalam waktu bersamaan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar

2,03 % per tahun, maka laju kenaikan pendapatan perkapita adalah sebesar 3,66 % rata-

rata per tahun.

Oleh karena laju kenaikan pendapatan nominal adalah sebesar 22,32 % rata-rata

per tahun, maka tingkat inflasi yang terjadi adalah sebesar 16,63 % rata-rata per tahun,

dan dapat pula dikatakan bahwa perekonomian Indonesia telah berjalan dengan

memanfaatkan infak inflasi sebagai pembaiyaan pembangunan. Meskipun kegiatan

pembangunan masih berjalan mantap serta moderat, namun dalam jangka panjang

kebijaksanaan pemerintah yang membangun dengan inflasi ini sangat berbahaya

dilakukan dan mudah terserang pengaruh ekternal yang sulit diramalkan kapan

datangnya.

6. DAFTAR BACAAN

Adelman, Irma, Theories of Economic Growth and Development, ( California: Stanford

University Press, 1961 ).

Amrizal., "Pengembangan Tabungan Dalam negeri Dan Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia", Skripsi Sarjana FE-Unand, Padang 1992.

Cairneross, A.K., Faktor in Economic Development, ( London: George Allen & Unwing,

1962).

Chenery, H.B., and A.M. Stout, "Foreign Asistence and Economic Development",

American Economic Riview, (64: 4, September 1966).

Page 104: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

95

Chen, Edward K.Y., Hyper-Growth in Asia Economies, ( New York Holmes & Meier,

1979).

Duessenberry, James S., "Income, Saving and Theory of Consumer Behavior"

(Cambridge, Mass. Harvard Univesity Press, 1949 ).

Elfindri., "Fungsi Tabungan Di Indonesia: Dengan Pendekatan Permanent Income

Hypotesis", Skripsi Sarjana FE-Unand, Padang, 1985.

Karimi, Syafruddin., "Penaksiran Stok Modal Di Indonesia", dalam Pengembangan

Industri dan Perdagangan Luar Negeri, Pusat Penelitian Universitas Andalas, Padang,

1988.

Michael P. Todaro., "Economics For Developng World" ( London: Longman Group

Limited, 1977 ).

Mangahas, M., "Foreign Asistence in Models for the Philippines Economy", The

Philippines Economic Jurnal, ( 9 : 2, Second Sementer 1970, 209-230 ).

Mayes, G. David, Applications of Econometrics, ( New Jersey : Prentice Hall

1981 ).

4.2. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 3 Sektor

1. PENDAHULUAN

2. METODOLOGI DAN PEMBENTUKAN MODEL

Model keseimbangan perekonomian untuk ekonomi 3 sektor secara formal,

adalah sebagai berikut:

A = C + I + G ( 1 )

Y = C + S + T ( 2 )

A = Y ( ... Aggregate, Demand = Supply ) ( 3 )

bila dikelompokan dalam bagian-bagian tertentu, maka dapat didefinisikan sebagai

I + G = S + T ( 4 )

dimana terdapatnya gap oleh karena terjadinya kelebihan permintaan oleh kaum investor

dan pemerintah. Untuk mengimbangi permintaan tersebut, diperlukan Pajak lebih besar

daripada pengeluaran pemerintah.

Hubungan antara output dengan pendapatan disposibel ( disposible income ),

dimana sebagian dari pendapatan harus mengeluarkan pajak T dan sektor swasta

Page 105: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

96

menerima Transfer R sebagai tambahan pada pendapatan nasional yang pada gilirannya

dialokasikan pada konsumsi dan tabungan, yaitu:

Yd = Yt + R – Tt ( 5 )

= Ct + St ( 6 )

Yt = Ct + St + Tt ( 7 )

dalam kaitanya persamaan (7) dengan indentitas produksi nasional (national product

identity ), dapat disusun sebagai

C + I + G = Yt = C + S + ( T – R ) ( 8 )

atau I + G = S + ( T – R ) ( 9 )

I = S + ( T – G – R ) (10 )

dimana I = total investasi, S = total tabungan yang disebut juga sebagai tabungan

masyarakat Sh dan berasal dari selisih total tabungan dengan tabungan pemerintah Sg =

( T - G - R), T = Penerimaan dalam negeri dan G = pengeluaran pemerintah dan R =

Transfer payment.

2.1. Identitas Keseimbangan Tabungan Dan Investasi

Penurunan pajak dapat meningkatkan tabungan masyarakat dan mempunyai efek

terhadap berkurangnya tabungan pemerintah oleh karena penerimaan pemerintah

berkurang. Setiap rupiah penerimaan pemerintah dari pajak, akan memperbesar defisit

anggaran belanja. Apabila tambahan defisit ini tidak dapat diimbangi oleh kenaikan

tabungan masyarakat, maka total tabungan maupun total investasi dapat turun.

Penurunan pajak dapat menaikan pembentukan modal, yang apabila penurunan

pajak tersebut dapat meningkatkan pendapatan nasional yang cukup besar, sehingga

dapat menutup pajak itu. Untuk menyederhanakannya, maka identitas keseimbangan

tabungandan investasi tersebut dapat ditulis sebagai berikut ( Nopirin: 1987, h.156 ):

St = Sh + Sg = It ( 11 )

dimana: Sh = - (C +G ) + ( 1 – c ) ( Yt – Tt ) ( 12 )

Sg = - (G +R ) + Tt ( 13 )

Tt = tYt ( 14 )

Sh = tabungan masyarakat, Sg = tabungan pemerintah dan Tt = penerimaan pajak.

Persamaan (11) adalah dalam keadaan full employment dan dapat ditulis dalam bentuk

St = - (C +G +R ) + ( 1– c ) ( Yt – tYt ) + tYt ( 15 )

dalam efek jangka pendek ini, bahwa pajak mempunyai hubungan positif dengan

tabungan domestik bruto. Dalam jangka panjang yang lebih populer disebut dengan efek

Page 106: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

97

penawaran (supply side effect ) didalam jangka panjang sehingga, diasumsikan bahwa C

= G = R = 0 ,dan pendapatan dalam keadaan full-employment diasumsi pula sama

dengan produk domestik bruto.

Tabungan adalah sumber pembentukan modal atau disebut juga sebagai investasi,

dan investasi tersebut adalah perubahan modal. Kalau besar kecilnya tabungan ditentukan

oleh pendapatan, sedangkan investasi atau perubahan modal dipengaruhi oleh perubahan

pendapatan atau untuk konsep ini harus dibedakan antara konsep COR = k = Kt/Yt dan

ICOR = It/Yt = Kt/Yt, atas dasar perbedaan tersebut maka modal mempunyai fungsi

sebagai berikut:

It = k Yt ( 16 )

Kt = k Yt ( 17 )

Kt - Kt-1 = k ( Yt - Yt-1 ) ( 18 )

Kt = k ( Yt - Yt-1 ) + Kt-1 ( 19 )

Kt = k Yt + Kt-1 ( 20 )

Kt = k Yt + k Yt-1 ( 21 )

2.2. Tabungan, Modal Dan Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang

Pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, diasumsi bahwa ada hubungan

ekonomi langsung antara besarnya stok kapital K keseluruhan dengan PDB, maka model

sederhana pertumbuhan ekonomi ini, sebagaimana yang telah disusun Harrod-Dommar

sebagai berikut ( Michael P. Todaro: 1977, h.65 ):

St = s Yt ( 22 )

It = Kt ( 23 )

Kt/Yt = k ( 24 )

atau Kt/Yt = k ( 25 )

persamaan (22) s/d persamaan (25) setelah diolah menurut sementinya, maka model

sederhana pertumbuhan ekonomi Harrod-Dommar tersebut dapat ditulis sebagai

Yt/Yt = s/k ( 26 )

bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan secara bersamaan oleh pembagian antara

nisbah tabungan nasional s dengan nisbah kapital/output nasional k atau pembagian

antara MPS dengan ICOR.

Bagaimanapun juga, upaya peningkatan pajak tetap akan mengurangi kemampuan

untuk menabung, maka berkurangnya pendapatan masyarakat yang disebut sebgai

pendapatan disposibel ( disposible income ), dan antara tabungan dengan pajak terjadinya

trade-off, yaitu keadaan yang saling tumpang tindih, yaitu kenaikan pada satu fihak dan

menurunkan fihak lain. Namun demikian untuk kedua tabungan dan pajak tersebut sama-

sama bertujuan melakukan pembentukkan modal atau investasi bagi pembiayaan

Page 107: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

98

ekonomi, dalam artiannya pada penelitian ini berkerjanya dua kebijaksanaan ekonomi

secara serempak "kebijaksanaan moneter dan kebijaksanaan fiskal".

Dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi yang kiranya mampu dicapai, sehingga

perlu dilakukan estimasi beberapa fungsi antara lain tiga buah fungsi pertama merupakan

penyelesaian (pemisahan) persamaan (15) untuk St, Sh dan Sg. Sedangakan fungsi yang

keempat merupakan penyelesaian (perbedaan penggunaan konsep COR dengan ICOR)

dari persamaan (16) s/d (21). Keempat fungsi tersebut ditulis sebagai berikut:

Fungsi-Fungsi Estimasi Jangka pendek:

St = -C + ( 1 – c ) Yt ( 27 )

Sh = - (C +G ) + [( 1 – c ) ( 1 – t )] Yt ( 28 )

Sg = - (G +R ) + t Yt ( 29 )

Kt = K + k Yt-1 ( 30 )

Fungsi-Fungsi Hasil Estimasi Jangka Panjang

St = s Yt ( 31 )

Sh = [s (1 – t )] Yt ( 32 )

Sg = t Yt ( 33 )

Kt = k Yt-1 ( 34 )

Analisis Untuk 2 Sektor Ekonomi:

St = s Yt ( 35 )

Kt = k Yt-1 ( 36 )

MPC + MPS = 1 ( 37 )

c + s = 1

MPS = s = { St ( Yt )} ( 38 )

MPC = 1 – c = {[ 1 – St ( Yt ) ]} ( 39 )

Multiplier ( ): = 1/MPS = 1/s ( 40 )

Yt/Yt = s/k ( 41 )

Analisis Untuk 3 Sektor Ekonomi:

St = Sh + Sg = It ( 42 )

= [s (1 – t )] Yt + tYt

= {[s (1 – t ) + t ]}Yt

Kt = k Yt-1 ( 43 )

MPC + MPS + MPT = 1 ( 44 )

c (1– t ) + s (1 – t ) + t = 1

Page 108: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

99

MPS = [s (1 – t ) + t ] = { St ( Yt ) [ 1 – Sg ( Yt ) ]} ( 45 )

MPS + MPT = { Sh ( Yt ) [ 1 – Sg ( Yt ) ]} ( 46 )

MPC = {1 - [s (1 – t ) + t ]} = {[1 – St ( Yt )][1 – Sg ( Yt )]} ( 47 )

Multiplier (): = 1/ MPS ( 48 )

Yt/Yt = [ MPS + MPT ] / k ( 49 )

dimana: St = tabungan tahun t, dalam milyar rupiah.

Sh = tabungan masyarakat tahun t, dalam milyar rupiah

Sg = tabungan pemerintah tahun t, dalam milyar rupiah

Kt = Stok Modal tahun t, dalam milyar rupiah

Yt = Produk Domestik Bruto tahun t, dalam milyar rupiah

Yd = Pendapatan disposibel ( disposible income )

Yt = Selisih produk domestik bruto tahun t dengan produk domestik

bruto tahun t-1, dalam milayar rupiah.

Yt/Yt = pertumbuhan ekonomi pada tahun t, dalam persentase.

MPC + MPS + MPT = 1 APC + APS + APT = 1

k = Incremental Capital-Output Ratio ( ICOR )

s = Marginal Propensity to Save ( MPS )

t = rate of taxes ( dihitung sebagai proportional taxes dari gross

domestic product ).

C = konsumsi otonom

G = pengeluaran pemerintah otonom

R = Transfer Payment

K = modal otonom

1 – t = bagian pendapatan yang tersisa setelah dipotong pajak

s (1 – t ) = (1 – c ) (1 – t )

= bagian dari tabungan (total tabungan) yang tersisa setelah

dipotong pajak.

1 - [s (1 – t )] = 1 - [(1 – c ) (1 – t )]

= bagian dari konsumsi (total konsumsi) yang tersisa setelah

dipotong pajak.

1 – c = s

= [s (1 – t ) + t ]

= 1 - c (1 – t )

= bagian pendapatan yang tersisa setelah konsumsi, dimana

Sh (Yt) = [s (1 – t )] Yt , berarti s (1 – t ) = MPS + MPT

Page 109: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

100

s (1 – t ) = bagian tabungan masyrakat yang tersisa setelah dipotong pajak,

s = MPS, t = MPT

c (1 – t ) = bagian dari pendapatan setelah konsumsi dan dipotong pajak,

c = MPC, t = MPT

1/[1 – c (1 – t )] = multiplier.

MPS / ICOR = Rate of Economy's growth

3. HUBUNGAN ANTARA TABUNGAN, INVESTASI

DENGAN PENDAPATAN

Dalam literatur ekonomi modern, dimana tabungan didefinisikan sebagai bagian

dari pendapatan yang tidak dikonsumsi pada periode yang bersamaan. Teori ini dikenal

sebagai teori Keynes yang pertama menghubungkan tabungan dengan pendapatan.

Kehadiran Keynes yang menghubungkan tabungan dengan pendapatan dan oleh

Keynes dianggap sebagai koreksi terhadap teori Klasik sebelumnya yang melihat

tabungan sebagai bagian dari teori kapital/modal dan menghubungkan tabungan bukan

dengan pendapatan, akan tetapi dengan tingkat bunga ( the interest rate of money ).

Sementara Keynesian, konsep tabungan sebagai fungsi dari pendapatan dianggap

sebagai salah satu sumbangan Keynes yang penting terhadap perkembangan ilmu dan

analisa ekonomi, yang tidak seperti pandangan Klasik sebelum dia, dianggap bahwa : (1)

Dapat mengaitkan (coupling) sektor moneter dengan sektor produksi dari perekonomian

secara makro dan (2) Menganggap bahwa kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan

moneter dapat sama-sama efisien dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ( Rustam

Didong: 1987, Log-cit, h.52 ).

Para ahli ekonomi pembangunan (development economists) yang banyak

bermunculan terutama sejak permulaan tahun 50-an ( lihat G.M. Meiers: 1976) dalam

bukunya yang berjudul "Leading Issues in Economic Development" dan ( lihat Lewis A:

1984 ) dalam bukunya "The State of Development Theory", tidak begitu ingin untuk

mempertajam perbedaan kedua konsep tabungan tersebut.

Page 110: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

Tabel 1 . STRUKTUR EKONOMI INDONESIA: ARUS TABUNGAN DAN PEMBENTUKAN MODAL, TAHUN 1969-1995

( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )

K o n s u m s i Inves tas i P erubaan L u a r N e g e r i T a b u n g a n P ajak Tidak P enyusutan Stok P roduk

Bruto Stok Langsung Modal Domestik

Rumah P emerintah Jumlah Ekspor P endapatan Masyarakat P emerintah Jumlah Netto Bruto Bruto

Tangga Netto Netto

Tahun Ch G Ct It Xt-Mt Fi Sh Sg St Ti Di Kt Yt

1969 44154.9 4409.6 48564.5 5984 0 14275.7 -68824.2 19576.2 683.5 20259.7 1616.7 -1616.7 0 68824.2

1970 44983.5 5154.1 50137.6 7959 0 15888.9 -73985.5 22546.5 1301.4 23847.9 1714.1 -1714.1 114089.6 73985.5

1971 46191.4 5520.5 51711.9 9645.8 0 17812.2 -79169.9 25755.4 1702.6 27458 1920.6 -1920.6 147299.0 79169.9

1972 47002.6 5974.2 52976.8 11482.8 0 22164.3 -86623.9 30743.9 2903.2 33647.1 2112 -2112 133443.1 86623.9

1973 50408 7626.2 58034.2 13441.1 0 24945.7 -96421 34743.9 3642.9 38386.8 2383.8 -2383.8 132284.5 96421

1974 57331.7 6827.4 64159.1 16022.5 0 23600.9 -103782.5 32472.2 7151.2 39623.4 2317.9 -2317.9 225885.4 103782.5

1975 60821.2 8899 69720.2 18360.2 0 20867.6 -108948 31400.2 7827.6 39227.8 3210.8 -3210.8 387243.6 108948

1976 62969.8 9550.8 72520.6 19462.9 0 24467.3 -116450.8 34321.8 9608.4 43930.2 2841.5 -2841.5 302083.3 116450.8

1977 65355.7 11124 76479.7 22559.5 0 27772.7 -126811.9 41098.4 9233.8 50332.2 5382.4 -5382.4 276110.9 126811.9

1978 71922.4 13081.7 85004.1 25957.6 0 25623.1 -136584.8 43181.1 8399.6 51580.7 3483.6 -3483.6 362780.1 136584.8

1979 83423.5 14325.7 97749.2 27104.8 0 20270.4 -145124.4 35435.9 11939.3 47375.2 4120.6 -4120.6 460626.7 145124.4

1980 101437.6 12670.5 114108.1 32223.1 0 13136 -159467.2 29825.8 15533.3 45359.1 4527.9 -4527.9 358265.3 159467.2

1981 115498.5 17478.4 132976.9 35811.4 0 3034.6 -171822.9 22195.2 16650.8 38846 4170.3 -4170.3 498006.5 171822.9

1982 127303.4 18917.4 146220.8 40464.6 0 -6739.2 -179946.2 17726.6 15998.8 33725.4 4542 -4542 896366.1 179946.2

1983 122095.3 18734.2 140829.5 43630.2 8820.7 -9927.1 -183353.3 28309.9 14213.9 42523.8 4840.5 -4840.5 2347961.9 183353.3

1984 125293.1 19373.6 144666.7 41004.9 13400.8 -3363.4 -195709 36918.9 14123.4 51042.3 5260 -5260 649500.1 195709

1985 124844.4 20853.8 145698.2 43961.6 20195.5 -9311 -200544.3 41843.4 13002.7 54846.1 6119.8 -6119.8 1823309.5 200544.3

1986 128827 21433.9 150260.9 48008.9 19413.3 -5207.8 -212475.3 52461 9753.4 62214.4 7056.4 -7056.4 854974.9 212475.3

1987 134965.9 21397.7 156363.6 50642.4 14982.2 610.3 -222598.5 58386.8 7848.1 66234.9 9644.8 -9644.8 1113573.0 222598.5

1988 141933.7 23018 164951.7 56478.6 3469.7 11104.1 -236004.1 66935.1 4117.3 71052.4 13870.1 -13870.1 994299.5 236004.1

1989 148783.1 25432.5 174215.6 64024.9 4390.8 10970.6 -253601.9 68511 10875.3 79386.3 17695.6 -17695.6 922662.8 253601.9

1990 162207.3 26248.9 188456.2 73355.6 10232.9 -76.6 -271968.1 65336.1 18175.8 83511.9 17869.3 -17869.3 1086255.4 271968.1

1991 176722.2 28093.7 204815.9 78142 6164.3 1748.4 -290870.6 68754.2 17300.5 86054.7 17792.3 -17792.3 1202444.7 290870.6

1992 183046.7 29731.9 212778.6 82001.5 7170 7709 -309659.1 78701.1 18179.4 96880.5 19655.6 -19655.6 1351492.2 309659.1

1993 192958.4 29756.7 222715.1 86667.3 10545.5 9847.9 -329775.8 91237.7 15823 107060.7 21171.1 -21171.1 1420748.8 329775.8

1994 208062.1 30442.6 238504.7 98589 14836 2711.1 -354640.8 95400.3 20735.8 116136.1 -6894.1 6894.1 1406140.4 354640.8

1995 234245.4 30850.6 265096 112386.4 15852.7 -9542.8 -383792.3 102638.7 16057.6 118696.3 23209.7 -23209.7 1479616.3 383792.3

Sumber : Diolah oleh penulis dari, Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia (Tabel-Tabel Pokok) dan Statistk

Ekonomi-Keuangan Indonesia, berbagai tahun penerbitan; Indikator Ekonomi, edisi 1996.

Page 111: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

Bagi development economists yang dianggap lebih relevan dalam upaya mereka

memahami proses pembangunan ekonomi dari negara-negara berkembang, adalah

melihat tabungan sebagai sumber dana untuk pembentukan modal "capital formation".

Paling jauh, mereka hanya menilai perbedaan konsep Keynes dan Klasik mengenai

tabungan itu dalam konteks perbedaan antara apa yang disebut kemampuan menabung

"The ability to save" dan kemauan menabung "The willingness to save" ( Lihat Thirwall,

AP: 1972 ).

Hingga dewasa ini kenyataan bahwa dasar-dasar pokok umum yang semakin

dapat diterima oleh hampir semua ahli ekonomi pembangunan, sehubungan dengan teori

maupun analisa ekonomi yang terpakai dan kebanyakan bertumpu pada seorang ahli

ekonomi Inggeris seperti John Maynard Keynes. Dalam hubungan ini, yang menjadi

perhatian pokok untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah bagaimana tabungan itu

dapat dimobilisir sebanyak mungkin agar sumber pembiayaan investasi sebagai modal

produktif dalam proses pembangunan melalui kebijaksanaan fiskal dan moneter yang

saling mendukung.

Ditinjau dari segi pembiayaan pembangunan secara keseluruhannya, dan tanpa

mengingkari kenyataan yang telah dialami selama ini, dimana Indonesia masih dibarengi

beban dengan terdapatnya kesenjangan tabungan-investasi sebesar kelebihan impor dari

ekspor barang-barang dan jasa-jasa non-faktor pada sektor perdagangan luar negeri.

Dalam cakupan yang lebih luas, kerumitan segi pembiayaan tersebut dapat lebih

jelas terlihat bila pada mana dimasukkan unsur "pendapatan netto" terhadap luar negeri

dari faktor produksi yang selama ini bernilai negatif dengan kecenderungan yang

semakin meningkat sepanjang tahun, yang secara nyata telah membuat nilai PNB berada

pada jumlah yang rendah dibawah jumlah PDB atau bertanda terdapatnya kesenjangan

kebutuhan devisa yang semakin melebar sepanjang tahun dan berupa masalah utama

yang cukup menghambat usaha pembangunan selama ini.

Kesenjangan kebutuhan devisa semacam yang dimaksud, antara lain disebabkan

karena membesarnya pembayaran pandapatan netto terhadap luar negeri. Besarnya

pendapatan netto tersebut, dimana dalam neraca pembayaran dapat dilihat (khususnya

dalam neraca jasa-jasa non-migas) yang terutama berupa selisah dari pembayaran bunga

pinjaman serta transfer keuntungan PMA/Bank asing dengan transfer tenaga kerja di luar

negeri. Khususnya dalam neraca jasa-jasa non migas, terutama berupa selisih dari

pembayaran bunga pinjaman serta transfer keuntungan PMA/Bank asing dengan transfer

tenaga kerja diluar negeri.

4. PERHITUNGAN EMPIRIS SERTA ANALISIS TEORITIS

4.1. Hasil Estimasi Beberapa Agregatif Ekonomi Dengan Pendapatan

Membuat perkiraan tentang perkembangan ekonomi Indonesia jangka panjang,

bagaimanapun juga tetap dianggap suatu pekerjaan yang sulit oleh karena banyak sekali

faktor-faktor yang tidak dapat diketahui secara pasti. Meramalkan sesuatu tidaklah

banyak faedahnya. Akan tetapi, membuat perkiraan secara kuntitatif maupun kualitatif

Page 112: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

103

banyak kegunaannya, antara lain : Memperkirakan persyaratan-persyaratan potensi

pembangunan yang harus dipenuhi untuk mencapai suatu tingkat pertumbuhan ekonomi

tertentu dalam jangka panjang dan mengukur batas-batas kemampuan optimal prestasi

ekonomi yang telah dilalui hanya dengan pemanfaatan tabungan sebagai pembiayaan

pembangunan maupun pertumbuhan ekonomi.

Pada umumnya Hasil estimasi beberapa fungsi agregatif ekonomi: tabungan,

tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan stok modal adalah significant secara

statistik pada tingak keyakinan yang tinggi, yaitu diatas 99 % dan berati kurang dari 1 %

pengaruh lain yang tidak sempat diestimasi. Hasil estimasi tersebut adalah sebagai

berikut:

St = 2370.857 + 0.295202 Yt ( 27a )

S(ai): (0.017369)

t(ai): (16.99542)

df = 25, SE = 8012, 593

r2 = 0.920342

r = 0.959344

r2 = 0.917156

F = 288.8443

D-W = 0.811351

Sh = 789.3590 + 0.246157 Yt ( 28a )

S(bi): (0.022072)

t(bi): (11.15223)

df = 25, SE = 10181.04

r2 = 0.832632

r = 0.912487

r2 = 0.825938

F = 124.3723

D-W = 0.305920

Sg = 1581.498 + 0.049045 Yt ( 29a )

S(ci): (0.008434)

t(ci): (5.814988)

df = 25, SE = 3890.782

r2 = 0.574931

r = 0.758242

r2 = 0.557929

F = 33.81408

D-W = 0.553495

Page 113: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

104

Kt = - 138692 + 5.236756 Yt-1 ( 30a )

S(di): (0.860617)

t(di): (6.084879)

df = 25, SE = 399666.2

r2 = 0.596941

r = 0.772620

r2 = 0.580819

F = 37.02576

D-W = 0.562712

Statistical Table: t0.005 = 2.787 f0.01 (v1, v2) = 7.77

t0.01 = 2.485 f0.05 (v1, v2) = 4.24

t0.025 = 2.060

t0.05 = 1.708 d0.01 (dl, du) = 1.00 - 1.31

t0.10 = 1.316 d0.05 (dl, du) = 1.22 - 1.55

Significan atau tidaknya hasil estimasi suatu fungsi dapat dilihat dengan

memperbandingkan antara Ttest > Ttable. Pengujian empiris lainya juga dapat dilakukan

dengan melihat Ftest keempat fungsi semuanya jauh lebih besar dan berarti juga significan

pada f0.01 ( v1 , v2 ) = 7,77 dan begitu juga dengan uji Durbin-Watson sebagimana yang

dapat diperbandingkan dengan statistical table yang tersedia diatas. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa semua hasil estimasi yang dilakukan relefan digunakan untuk

analisis ekonomi dan seterusnya.

4.2. Analisis Perhitungan Teoritis

Studi ini membahas analisa yang bersifat konferehensif, menghubungkan

beberapa fungsi tabungan: total tabungan, tabungan masyarakat dan tabungan pemerintah

jangka panjang dengan pendapatan dalam versi perhitungan analisis ekonomi tiga sektor

dan sebagai pembandingnya adalah ekonomi dua sektor, apakah mampu menjelaskan

bahwa ekonomi dua sektor tidak berbeda dengan ekonomi tiga sektor.

Tentunya pembahasan tabungan tidak akan terlepas dengan investasi oleh karena

investasi sumbernya adalah tabungan. Berdasarkan prihal yang demikain pada analisis ini

perlu ditentukan berapa besarnya multiplier yang terjadi serta berapa pula besarnya

pertumbuhan ekonomi yang dihasilkannya oleh karena estimasi yang dilakukan bukan

hanya sekedar tabungan saja, tetapi juga perkiraan stok modal supaya mampu

memperlihatkan besarnya laju pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan.

Lebih menarik daripada itu, adalah kemampuanya menjawab berapa besarnya

trade-off dengan tingkat pajak pada tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu, sebagai

sinyalemen analisis yang melihat kemampuan ekonomi tentang akumulasi tabungan

Page 114: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

105

berupa tabungan masyarakat dan tabungan pemerintah. oleh karena semula telah

diketahui bahwa alokasi ekonomi Indonesia terdapatnya kemampuan menabung ( the

ability to save ) yang lebih tinggi dari kemauan menabung ( the willingness to save ) dan

berapa besrnya kemampuan menabung tersebut dan begitu juga kemampuan masyarakat

membayar pajak.

Aspek yang akan menonjol dalam pembahasan ini, adalah terletak pada sejauh

mana kemampuan menabung mampu menciptakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Didalam keadaan nyata, banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya tabungan

didalam masyarakat. Sebagaimana definisi Keynes menyatakan bahwa tabungan adalah

bagian dari pendapatan periode tertentu yang tidak habis dikonsumsi pada periode

bersangkutan.

Fungsi-Fungsi Estimasi Jangka pendek:

St = -C + ( 1 – c ) Yt ( 27b )

= 2370.875 + 0.295202 Yt

Sh = - (C +G ) + [( 1 – c ) ( 1 – t )] Yt ( 28b )

= 789.3590 + 0.246157 Yt

Sg = -G + t Yt ( 29b )

= 1581.498 + 0.049045 Yt

Kt = K + k Yt-1 ( 30b )

= -138692 + 5.236756 Yt-1

Fungsi-Fungsi Hasil Estimasi Jangka Panjang

St = s Yt ( 27c )

= 0.295202 Yt

Sh = [s ( 1 – t )] Yt ( 28c )

= 0.246157 Yt

Sg = t Yt ( 29c )

= 0.049045 Yt

Kt = k Yt-1 ( 30c )

= 5.236756 Yt-1

Analisis Untuk 2 Sektor Ekonomi:

St = s Yt

Kt = k Yt-1

Page 115: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

106

MPC + MPS = 1

c + s = 1

0.704797 + 0.295202 = 1

MPS = s = 0.295202 = { St ( Yt ) } ( 31 )

MPC = 1 - c = 0.704797 = { [ 1-St(Yt) ] } ( 32 )

Multiplier (): = 1/MPS = 1/s = 3.387500 ( 33 )

Yt/Yt = s/k = 0.056371 ( 34 )

Analisis Untuk 3 Sektor Ekonomi:

St = Sh + Sg = It

= [ s (1 – t )] Yt + t Yt

= {[s (1 – t ) + t ]} Yt

Kt = k Yt-1

MPC + MPS + MPT = 1

c (1 – t ) + s (1 – t ) + t = 1

0.670229 + 0.280724 + 0.049045 = 1

MPS = [s (1 – t ) + t ] = 0.295202 = { St ( Yt ) [1 – Sg ( Yt )] ( 35 )

MPS + MPT = 0.329770 = { Sh ( Yt ) [1 – Sg ( Yt )]} ( 36 )

MPC = {1 - [ s (1 – t ) + t ]} = 0.670229 = {[1 – St ( Yt )][1 – Sg ( Yt )]} ( 37 )

Multiplier (): = 1/ MPS = 3.032414 ( 38 )

Yt/Yt = [ MPS + MPT ] / k = 0.056371 ( 39 )

4.2. Perkiraan Fungsi Tabungan Jangka Panjang:

Tabungan Masyarakat Dan Pajak

Melalui struktur fungsi hasil estimasi tabungan, maka tingkat tabungan (rate of

gross domestic saving) berupa bagian pendapatan yang tersisa setelah konsumsi adalah

sebesar 0,295202 (disebut juga dengan nisbah tabungan ), yang berari nisbah konsumsi

adalah sebesar 0.704797 atau sebesar 70,48 % rata-rata per tahun untuk selama periode

penelitian ini. NIsbah tabungan sebesar 29,52 % rata-rata per tahun tersebut, dimana

sebesar 0.246157 atau 24,62 % disumbangkan oleh tabungan masyarakat dan sebesar

0.049045 atau 4,91 % rata-rata per tahun merupakan sumbangan dari tabungan

pemerintah.

Dengan demikian jelas keadaan tersebut memberikan indikasi bahwa tabungan

yang tersisa setelah dipotong pajak adalah sebesar 0.280724 atau sebesar 28,07 % rata-

rata setiap tahun, sedangkan tabungan masyarakat yang tersisa setelah dipotong pajak

adalah sebesar 24,62 % rata-rata per tahun dan berati adalah sebesar selisih antara

0.280724 dengan 0.246157, yaitu sebesar 0.034567 atau sebesar 3,46 % kemampuan

pajak secara proporsional menentukan naik turunya tabungan masyarakat dan konsumsi

Page 116: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

107

masyarakat yang disebut juga sebagai trade-off antara tabungan masyarakat dengan

pajak.

Namun semikian nampak analisiss ini membuktikan bahwa potensi tabungan

masyarakat jauh lebih ampuh dibanding dengan potensi tabungan pemerintah dalam

pembentukan sumber pembiayaan ekonomi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa

besarnya nisbah tabungan 0.295202 sama dengan penjumlahan tabungan masyarakat

yang tersisa setelah pajak sebesar 0.246157 ditambah dengan nisbah tabungan

pemerintah sebesar 0.049045. Tabungan pemerintah dalam penelitian ini juga tidak harus

langsung diasumsi sebagai nisbah penerimaan pajak oleh karena memang ada perbedaan

antara tabungan pemeintah dengan penerimaan pajak.

Tabungan pemerintah merupakan penerimaan dalam negeri dikurangi

pengeluaran rutin dan penerimaan dalam negeri pun terdiri dari penerimaan pajak

langsung ditambah penerimaan pajak tidak langsung dan penerimaan bukan pajak.

Sedangkan penerimaan pajak dalam penelitian ini mungkin dapat diasumsi sebagai

penerimaan pajak langsung yang ditambah penerimaan pajak tidak langsung dan nilai

penerimaan pajak tersebut yang dikatakan dalam penelitian ini sebagai penerimaan pajak

secara proporsional terhadap pendapatan, alasan ini didapatkan kerena penelitian yang

dilakukan adalah tiga sektor ekonomi dan sebagai pembanding hasil penelitian ini adalah

ekonomi dua sektor.

Karena penelitian yang dilakukan adalah tiga sektor ekonomi, tentunya kalau

diidentikan dengan ekonomi dua sektor, bahwa yang dimaksudkan MPS adalah ( MPS +

MPT ) dan besarnya MPS untuk ekonomi tiga sektor ini adalah 0.329770 yang berati

mempunyai nilai pengganda (multiplier ) sebesar 3,032414. sementara itu multiplier

ekonomi dua sektor adalah sebesar 3,387500, sehingga untuk mencapai perubahan

pendapatan yang sama ekonomi tiga sektor harus melipatgandakan dengan angka yang

lebih tinggi karena angka perubahan investasi ekonomi tiga sektor lebih rendah daripada

angka perubahan investasi ekonomi dua sektor. Sementara laju pertumbuhan ekonomi

yang dicapai ekonomi dua sektor dan ekonomi tiga sektor harus sama, yaitu sebesar

0.056371 atau sebesar 5,64 % rata-rata setiap tahun.

5. KESIMPULAN

Dalam jangka panjang, nampaknya tidak terdapat alternatif lain untuk

meningkatkan tabungan selaku sumber pembiayaan, terkecuali bila dilakukan penekanan

konsumsi secara umum. Peningkatan tabungan melalui pemupukan tabungan masyarakat

dan tabungan pemerintah hanya akan dapat terjadi masing-masing dengan melakukan

ekspansi kebijaksanaan moneter melalui pengembangan pasar uang serta pasar modal,

dan dengan melakukan kebijaksanaan fiskal yang progressif berdasarkan the ability to

pay.

Bagaimanapun juga, peningkatan pajak akan selalu membuat trade-off terhadap

kemungkinan kenaikan tabungan, yaitu karena dapat merugikan atau mengurangi

Page 117: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

108

tabungan masyarakat. Namun demikian, analisis ini juga menunjukkan bahwa potensi

tabungan masyarakat jauh lebih besar dibandingkan dengan potensi tabungan pemerintah

terhadap ability and willingness to save dikalangan masyarakat selaku sumber

pembiayaan pembangunan.

Hasil estimasi beberapa fungsi agregatif ekonomi seperti tabungan, tabungan

masyarakat, tabungan pemerintah dan stok modal pada umumnya adalah significant

secara statistik pada tingak kepercayaan ( significant level ) = 1 % . Uji statistik

demikian dimana Ttest > Ttable. Pengujian empiris lainya juga dapat dilakukan dengan

melihat Ftest keempat fungsi semuanya jauh lebih besar dan berarti juga significan pada

f0.01 ( v1 , v2 ) = 7,77 dan begitu juga dengan uji Durbin-Watson. Dengan demikian bahwa

keempat fungsi yang diestimasi dapat digunakan secara logika dalam analisis ekonomi

yang tengah dilakukan.

Dari segi struktur fungsi hasil estimasi tabungan, maka bagian pendapatan yang

tersisa setelah konsumsi adalah sebesar 0,295202, yang lebih lanjur disebut juga sebagai

nisbah tabungan atau tingkat tabungan "rate of gross domestic saving" sebesar 29,52 %

rata-rata per tahun, antara lain sebesar 0.246157 atau 24,62 % disumbangkan oleh

tabungan masyarakat dan sebesar 0.049045 atau sebesar 4,91 % rata-rata per tahun

disumbangkan oleh tabungan pemerintah. Dengan demikian, berari nisbah konsumsi

adalah sebesar 0.704797 atau sebesar 70,48 % rata-rata per tahun.

Tabungan yang tersisa setelah dipotong pajak adalah sebesar 28,07 % rata-rata

setiap tahun, sedangkan tabungan masyarakat yang tersisa setelah dipotong pajak adalah

sebesar 24,62 % rata-rata per tahun dan berati selisih sebesar 3,46 % rata-rata per tahun

merupakan kemampuan pajak secara proporsional yang merupakan trade-off antara

tabungan masyarakat dengan pajak dan menentukan naik turunya tabungan masyarakat

dan konsumsi masyarakat.

Dari indikasi demikian, analisis ini membuktikan bahwa potensi tabungan

masyarakat jauh lebih tinggi dibanding dengan potensi tabungan pemerintah dalam

pembentukan sumber pembiayaan ekonomi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa

nisbah tabungan 29,52 % rata-rata per tahun adalah sama dengan penjumlahan tabungan

masyarakat yang tersisa setelah pajak yang benilai sebesar 24,62 % rata-rata per tahun

ditambah dengan nisbah tabungan pemerintah sebesar 4,91 % rata-rata per tahun.

Tabungan pemerintah dalam penelitian ini juga tidak harus langsung diasumsi

sebagai nisbah penerimaan pajak oleh karena memang ada perbedaan antara tabungan

pemeintah dengan penerimaan pajak. Kalau diidentikkan dengan ekonomi dua sektor,

maka ekonomi tiga sektor mempunyai nisbah tabungan sebesar 0.329770 atau sebesar

32,98 % rata-rata per tahun, dan berarti bagian dari konsumsi yang terjadi setelah

dikeluarkan pajak adalah sebesar 0.670229 atau sebesar 67,02 % rata-rata per tahun,

multiplier yang terjadi adalah sebesar 3,39 rata-rata per tahun dan pertumbuhan ekonomi

yang mampu dicapai adalah sebesar 0.056371 atau sebesar 5,64 % rata-rata per tahun.

Page 118: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

109

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abimanyu, Anggito.,"Minyak Bumi Dan Bantuan Luar Negeri Dalam Perekonomian

Indonesia" (Yogyakarta: STIE-YKPN,1988).

Ahmad, Sirajuddin., "Perangkat Kebijaksanaan Moneter dan Fiskal Indonesia Menjelang

Tahap Lepas Landas", Prisma 9 ( Jakarta: LP3ES, 1989 ).

Chenery, Hoolis B. dan Nicholas G. Carter.,"Foreign Assistance and Development

Performance 1960-1970", American Economic Review, Vol. 63, No.2 (Mei

1973).

Didong, Rustam., "Pengembangan Tabungan Dalam Negeri Dan Pembiayaan

Pembangunan", forum Ekonomi, Tahun IV, No. 41 (Maret 1987).

Esmara, Hendra., "Ekonomi Indonesia Dalam Transisi", Laporan Penelitian Proyek

SPP/DPP Universitas Andalas 1987/88, Kontrak No. 3/PPUA/03/1987.

Esmara, Hendra.,"Politik Perencanaan Pembangunan : Teori, Kebijaksanaan dan

Prospek" (Padang: Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar Perencanaan

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas pada rapat senat terbuka, 27

Juli 1985).

--------------------------"Ekonomi Indonesia Dalam Transisi" (Padang: Pusat Penelitian

Universitas Andalas, 1987).

Heff, Nathaniel H. dan Kasuo Sato (1975)., "A Simultaneous Equations Model of Saving

in Developing Countries", Journal of Political Economy, 83 (b).

Kuharjo, Noorooso., "Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang" (Jakarta:

Akademika Pressindo, 1981).

Kuncoro, Mudrajad., "Dampak Arus Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan

Tabungan Domestik", Prisma 9 (Jakarta: LP3ES, 1989).

Lewis, W. Arthur., "The State of Development Theory", American Economic Review,

March 1984.

Mariakasih, Frans Kho.,"Praktek dan Teori Pembangunan Ketergantungan

(Dependencia)", analisa, No.9 (September 1982).

Meier, Gerald M., "Leading Issues In Economic Development", Oxford University Press,

3rd ed., 1976.

Nio, Thress.,"Utang Luar Negeri RI" (Jakarta : Harian Kompas, 12 Juli 1988).

Nopirin., "Efek Kebijaksanaan Pemerintah Terhadap Pembentukan Modal", dalam

Ekonomi Moneter (Editors), edisi pertama, buku II (Yokyakarta: BPFE-UGM,

1987).

Papanek G.F., "The Effect of aid and Other Resources Transfers on Savings and Growth

in Less Developed Countries", Economic Journal, Vol.82, No.327 (September

1972).

Pattisiana, Engelina., "Dampak-dampak Kegiatan Penanaman Modal Asing Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia", Analisa, No.9 (September 1982).

Rana, Pradumna B. dan J. Malcolm Dowling Jr., "The Impact of Foreign Capital on

Growth: Evidence From Asian Developing Countries", The Developing

Economies, Vol. XXVI, No.1 (March 1988).

Samuelson, Paul P., "Economics", eleventh edition (New York: Mc Graw-Hill

International Book Company, 1980)

Page 119: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

110

4.3. Model Perhitungan Kuantitatif Ekonomi 4 Sektor

1. PENDAHULUAN

2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

3. KERANGKA ANALISIS DAN PEMBENTUKAN MODEL

Model makro perekonomian yang bersifat terbuka merupakan model yang paling

komplit daripada dua model ekonomi lainnya seperti ekonomi dua sektor dan ekonomi

tiga sektor. Perekonomian terbuka disebut juga model ekonomi empat sektor artinya

bahwa sektor perdagangan luar negeri ikut berpegaruh dalam perekonomian nasional.

Secara formal ekonomi terbuka adalah sebagai berikut:

A = C + I + G + ( X – M ) ( 1 )

Y = C + S + ( T - R ) ( 2 )

A = Y ( ... Aggregate, Demand = Supply ) ( 3 )

Dalam pengkajian ekonomi kuantitatif , khususnya menggunakan analisis ekonomi empat

sektor paling jarang digunakan oleh karena upaya untuk sampai pada tujuan tersebut pasti

melalui analisis ekonomi dua dan tiga sektor terlebih dahulu. Secara garis besar model

keseimbangan untuk ketiga-tiganya adalah sebagai:

C + I = Y = C + S ( 4 )

C + I + G = Y = C + S + T ( 5 )

C + I + G + ( X - M ) = Y = C + S + ( T - R ) ( 6 )

Kondisi equilibrium dalam ekonomi dua sektor, dimana investasi harus sama

dengan tabungan. Dalam ekonomi tiga sektor terdapat semacam hubungan antara output

nasional dengan pendapatan disposible Yd = Y + R - T = C + S, dimana bagian dari

pendapatan harus dikeluarkan pajak T sehingga sektor swasta menerima Transfer

payment R yang pada gilirannya dialokasikan pada konsumsi dan tabungan.

Disamping itu, karena dalam ekonomi tiga sektor terdapatnya semacam gap yang

besar karena terjadinya kelebihan permintaan kaum investor dan pemerintah, maka untuk

mengimbanginya diperlukan pajak T lebih besar dari pengeluaran pemerintah yang

berarti total tabungan sebagaimana dimaksudkan pada ekonomi dua sektor. Berikut ini

adalah perluasan dari persamaan (4) dan (5) yang ditulis dalam jangka panjang sebagai

berikut:

St = It ( 7 )

dimana :

St = St ( Yt ) = s Yt

Ct = 1 - St ( Yt ) = c Yt

MPC + MPS = 1

c + s = 1

Page 120: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

111

Multiplier ( ) = 1/MPS

St = Sh + Sg = It ( 8 )

dimana:

St = S t ( Yt ) = {[s (1 – t )] + t }Yt

Sh = Sh ( Yt ) = { s (1 – t ) }Yt

Ch = 1- Sh( Yt ) = { c (1 – t ) }Yt

Sg = Sg( Yt ) = t Yt

MPC + MPS + MPT = 1

{c (1 – t ) + s (1 – t ) + t = 1

Multiplier ( ) = 1/[ s(1-t) + t ]

MPS = s (1 – t ) + t = MPS (1 - MPT ) + MPT

MPC = 1 - [s (1 – t ) + t ] = 1 - MPS ( 1 - MPT ) + MPT

Berbeda halnya dengan ekonomi empat sektor, terutama sekali karena pembahasan paling

komplit adalah terjadinya semacam penggeseran nilai-nilai taksiran kuantitatif. Dalam

ekonomi empat sektor tidak dikenal adanya pendapatan disposibel, namun demikian

transfer payment R dan juga tabungan pemerintah tetap ada.

Nilai penggeseran yang terjadi tentu saja pada tabungan pemerintah dan tabungan

masyarakat oleh karena berobahnya nilai transfer payment dimaksud sebagai akibat

adanya sektor perdagangan luar negeri, khususnya dalam hal ini adalah Impor M dan

alokasi dari transfer payment yang merupakan tambahan pendapatan terjadi pada sektor

swasta, yaitu pada tabungan masyarakat dan konsumsi. Pembuktiannya dapat dilakukan

bilasaja persamaan (6) didefinisikan dalam bentuk lain sebagai

( I + G + R ) - ( S + T ) = ( M - X ) ( 9 )

S - I = ( G + R - T ) + Nx (10 )

pada persamaan (9) juga terjadi semacam gap atau jurang yang jauh lebih besar, yaitu

jurang dalam negeri yang disebut juga sebagai "internal-gap" oleh karena terjadinya

kelebihan permintaan kaum investor dan pemerintah, maka untuk tujuan

mengimbanginya dalam hal ini diperlukan impor lebih besar dari ekspor, biasanya akibat

balasan sektor perdagangan luar negeri adalah dengan mengalirny "capital foreign

inflows". Sedangkan pada persamaan (10) S - I = domestic private sector, ( G + R - T )

= budged deficit dan Nx = Net export.

Dengan adanya penggeseran nilai tersebut, jelas pula bahwa semua agregatif

makro ekonomi mengalami perbedaan, dan tidak heran kalau yang dimaksudkan dengan

pajak T pada ekonomi tiga sektor membingungkan untuk diperkirakan dari fungsi

tabungan pemerintah, karena dua kemungkinan lainya masih ada seperti "Pajak tidak

langsung netto" pada Pendapatan nasional dan "pajak langsung plus tidak langsung" pada

APBN. Adapun demikian, dalam analisis ini tetap saja harus dilakukan melalui tabungan

Page 121: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

112

pemerintah asalkan penggeseran nilai tersebut harus diteliti secara seksama. Berikut ini

adalah uraian lanjutan dari persamaan (10), sebagai:

I = S + ( T - R - G ) - ( X - M ) ( 11 )

I = [ S + ( T - G ) - R ] + ( M - X ) ( 12 )

I + G + X = S + ( T - R) + M ( 13 )

I + X = S + M ( 14 )

persamaan (13) merupakan identitas pedapatan nasional untuk ekonomi empat sektor,

bila didefinisikan dalam jangka panjang maka diperlukan asumsi sektor pemerintah, G =

R = 0. Pengertian yang lebih pantas untuk hal ini adalah bahwa konsumsi pemerintah G

telah lansung bersubsitusi kedalam konsumsi, dan begitu pula halya dengan Transfer

payment R telah tersubsitusi kedalam investasi berupa budget deficit. Dengan demikian

persamaan (13) memberikan definisi menjadi persamaan (14), sehingga revisi selanjutnya

dengan persamaan (7) dan (8) menjadi sebagai berikut:

St = Sh + Mt = It ( 15 )

dimana:

Sh(Yt) = St(Yt) - Mt(Yt)

= { Sh(Yt) + St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - Mt(Yt) }

= [s(1-t) + s(1-t)] - m

= s(1-t) - m , m = MPM

MPC + MPS + MPT = 1

MPT = ( MPC + MPS) - 1 ,t = MPT

= { [1-Sh(Yt) ] + St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] -1

= { Ch(Yt) + St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - 1 }

= {[ c(1-t) + s(1-t) ] - 1 }

Sh(Yt) = St(Yt) - Mt(Yt)

= s (1 – t ) - m , m = MPM

St(Yt) = Sh(Yt) + Mt(Yt)

= s (1 – t ) + m = Sh(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] + MPM

Ch(Yt) = c (1 – t ) - m = [ 1 - Sh(Yt) ] [ 1 - Sg(Yt) ] - MPM

Sh(Yt) = s (1 – t ) = Sh(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ]

Sg(Yt) = t = MPT

Mt(Yt) = m = MPM

MPC + MPS + MPT + MPM = 1

[c (1 – t ) - m ] + s (1 – t ) + t + m = 1

Multiplier ( ) = 1/ [ s (1 – t ) + t + m ]

MPS = s(1-t) + m = MPS ( 1 - MPT ) + MPM

MPC = 1 - [ s(1-t) + m ] = 1 - [ MPS ( 1 - MPT ) + MPM ]

Page 122: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

113

Baik ekonomi dua sektor, tiga sektor dan empat sektor harus berorientasi pada

pendapatan nasional yang sama, sehingga tidak harus dikenal dengan adanya istilah

ekonomi tertutup dan juga ekonomi terbuka, yaitu sepanjang pengertian tertutup adalah

tanpa hubungan dan terbuka karena adanya hubungan dengan luar negeri. Ekonomi

Indonesia adalah bersifat terbuka yang berarti adanya hubungan dagang dengan negara

luar, sehingga ada pula hubungan lateral, bilateral dan multilateral. Persamaan (7), (8)

dan (15) adalah analisis fungsi jangka panjang dan pembahasan ekonomi empat sektor

tidak dapat dengan mengabaikan ekonoi dua dan tiga sektor lainya, karena merupakan

hubungan yang saling terkait.

3.1. Hubungan Jangka Panjang: Tabungan, Investasi Dan Modal

Pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, diasumsi bahwa ada hubungan

ekonomi langsung antara besarnya stok kapital K keseluruhan dengan PDB, maka model

sederhana pertumbuhan ekonomi ini, sebagaimana yang telah disusun Harrod-Dommar

sebagai berikut ( Michael P. Todaro: 1977, h.65 ):

St = s Yt ( 15 )

It = Kt ( 16 )

Kt/Yt = k ( 17 )

atau Kt/Yt = k ( 18 )

persamaan (16) s/d persamaan (19) setelah diolah menurut sementinya, maka model

sederhana pertumbuhan ekonomi Harrod-Dommar tersebut dapat ditulis sebagai:

Yt/Yt = s/k ( 20 )

bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan secara bersamaan oleh pembagian antara

nisbah tabungan nasional s dengan nisbah kapital/output nasional k atau pembagian

antara MPS dengan ICOR.

Pada ekonomi empat sektor, semua posisi agregatif ekonomi yang ada pada

ekonomi tiga sektor berubah secara otomatis. Sebagai contoh yang sederhana, upaya

peningkatan pajak tetap akan mengurangi kemampuan untuk menabung, maka

berkurangnya pendapatan masyarakat yang disebut sebgai pendapatan disposibel

(disposible income ), dan antara tabungan dengan pajak terjadinya trade-off, yaitu

keadaan yang saling tumpang tindih, yaitu kenaikan pada satu fihak dan menurunkan

fihak lain.

Begitu juga halnya dengan ikutnya sektor luar negeri kondisi trade-off masih tetap

terjadi dan yang lebih menarik lagi adalah terjasinya trade-gap, sehingga munculnya

istilah investment-gap dan saving-gap. Karena adanya perdagangan luar negeri

kebijaksanaan ekonomi menjadi semakin komplit yang harus dijalankan oleh kerna

disamping kebijaksanaan fiskal, moneter dan kebijaksanaan perdagangan luar negeri

Page 123: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

114

justru yang lebih menetukan, sehingga dikenal pula dalam istilah ekonomi dalam

pembentukan tabungan, yaitu tabungan luar negeri dan investasi asing.

Tabungan adalah sumber pembentukan modal atau disebut juga sebagai investasi,

dan investasi tersebut adalah perubahan modal. Kalau besar kecilnya tabungan ditentukan

oleh pendapatan, sedangkan investasi atau perubahan modal dipengaruhi oleh perubahan

pendapatan atau untuk konsep ini harus dibedakan antara konsep COR = k = Kt/Yt dan

ICOR = It/Yt = Kt/Yt, atas dasar perbedaan tersebut maka modal mempunyai fungsi

sebagai berikut:

It = k Yt ( 21 )

Kt = k Yt ( 22 )

Kt - Kt-1 = k ( Yt - Yt-1 ) ( 23 )

Kt = k ( Yt - Yt-1 ) + Kt-1 ( 24 )

Kt = k Yt + k Yt-1 ( 25 )

3.2. Bentuk Fungsi: Tabungan, Impor Dan Modal

Fungsi-fungsi yang dibentuk tidak lai dari yuang diperlukan saja dalam analisa

ekonomi empat sektor. Dari uraian persamaan(15) sudah tampak bahwa yang diperlukan

antara lain fungsi: tabungan St, tabungan masyarakat Sh, tabungan pemerintah Sg dan

impor barang-barang dan jasa-jasa. Keempat fungsi tersebut sudah cukup untuk

menjawab samapai menentukan besarnya multiplier untuk masing-masing sektor yang

dikaji. Untuk tujuan menentukan pertumbuhan ekonomi, maka perlu ditambahkan fungsi

Stok modal ( capital ) Kt, jelas bahwa keseluruhannya fungsi jangka pendek dan setelah

diestimasi baru dijadikan fungsi jangka panjang, yaitu sebagai berikut:

St = - (C +G ) + ( 1 - c ) Yt ( 26 )

Sh = - C + ( 1-c)(1 - t ) Yt ( 27 )

Sg = -G + t Yt ( 28 )

Mt = M + m Yt ( 29 )

Kt = K + k Yt-1 , dimana: Kt = k Yt ( ... lihat pers 25 ) ( 30 )

Keterangan:

St = St(Yt) = tabungan tahun t, dalam milyar rupiah.

Sh = Sh(Yt) = tabungan masyarakat tahun t, dalam milyar rupiah

Sg = Sg(Yt) = tabungan pemerintah tahun t, dalam milyar rupiah

Mt = Mt(Yt) = impor tahun t, dalam milyar rupiah

Kt = Stok Modal tahun t, dalam milyar rupiah

Yt = Produk Domestik Bruto tahun t, dalam milyar rupiah

Yd = Pendapatan disposibel (disposible income)

Yt = Selisih produk domestik bruto tahun t dengan produk domestik bruto

tahun t-1, dalam milayar rupiah.

Yt/Yt = pertumbuhan ekonomi pada tahun t, dalam persentase.

MPC + MPS + MPT + MPM = 1 APC + APS + APT + APM = 1

Page 124: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

115

s = Marginal Propensity to Save ( MPS )

t = rate of taxes "dihitung sebagai proportional taxes

dari gross domestic product" ( MPT )

m = Rate of Import "dihitung secara proporsional dari selisih nilai antar

sektor ekonomi" ( MPM )

k = Incremental Capital-Output Ratio ( ICOR )

C = konsumsi otonom

G = pengeluaran pemerintah otonom

K = modal otonom

1- t = bagian pendapatan yang tersisa setelah dipotong pajak

s(1-t) = (1-c)(1-t)

= bagian dari tabungan masyarakat yang tersisa setelah dipotong pajak

s(1-t) + t = (1-c)(1-t) + t

= MPS ( 1-MPT ) + MPT

= bagian dari tabungan yang tersisa setelah konsumsi

c(1-t) = (1-s)(1-t)

= bagian dari konsumsi masyarakat yang tersisa setelah dipotong pajak

1 -[s(1-t)] = 1 - [ (1-c)(1-t) ]

= bagian dari konsumsi yang tersisa setelah dipotong pajak.

s(1-t) + m = MPS ( 1-MPT ) + MPM

= bagian dari tabungan yang tersisa setelah konsumsi

c(1-t) - m = bagian dari pendapatan yang dikonsumsi setelah dipotong pajak

s(1-t) = tingkat tabungan masyarakat yang terjadi dan dihitung secara

proporsional terhadap pendapatan

t = tingkat pajak yang terjadi dan dihitung secara proporsional terhadap

pendapatan

m = tingkat impor yang terjadi dan dihitung secara proporsional

terhadap pendapatan

Multiplier () = 1/ { 1- [ c(1-t) - m ] }

= angka pengganda, merupakan pembagian dari perubahan pendapatan

terhadap perubahan investasi

GR (%) = [ s(1-t) + m ] / k

= Laju pertumbuhan ekonomi, yang merupakan pembagian

antara MPS dengan ICOR.

Page 125: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

Tabel 1 . PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA SEKTOR EKONOMI TERBUKA: MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI, TAHUN 1969-1995

( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )

K o n s u m s i L u a r N e g e r i T a b u n g a n

Rumah Pemerintah Jumlah Inves tas i Perubaan Ekspo r Impor Impor Impor Ekspo r Pendapatan Masyarakat Pemerintah Jumlah Pajak Tidak Penyusutan Stok Produk

Tangga Bruto Stok Non Barang To tal Netto Netto Langsung Modal Domestik

Fakto r Modal Netto Bruto Bruto

Tahun Ch G Ct It Xt M"t M't M t Xt-M t Fi Sh Sg St T i Di Kt Yt

1969 44154 .9 4409 .6 48564 .5 5984 .0 0 20119 .6 2643 .0 3200 .9 5843 .9 14275.7 1309 .1 19576 .2 683 .5 20259 .7 1616 .7 3431.0 0 .0 68824 .2

1970 44983 .5 5154 .1 50137.6 7959 .0 0 22493 .0 2294 .8 4309 .3 6604 .1 15888 .9 1242 .7 22546 .5 1301.4 23847.9 1714 .1 3688 .4 114089 .6 73985.5

1971 46191.4 5520 .5 51711.9 9645.8 0 25424 .6 2393 .3 5219 .1 7612 .4 17812 .2 1033 .9 25755.4 1702 .6 27458 .0 1920 .6 3945.8 147299 .0 79169 .9

1972 47002 .6 5974 .2 52976 .8 11482 .8 0 30837.5 2243 .2 6430 .0 8673 .2 22164 .3 -41.9 30743 .9 2903 .2 33647.1 2112 .0 4317.0 133443 .1 86623 .9

1973 50408 .0 7626 .2 58034 .2 13441.1 0 36574 .0 2569 .4 9058 .9 11628 .3 24945.7 -645.6 34743 .9 3642 .9 38386 .8 2383 .8 4807.6 132284 .5 96421.0

1974 57331.7 6827.4 64159 .1 16022 .5 0 38971.6 6802 .9 8567.8 15370 .7 23600 .9 -2375.0 32472 .2 7151.2 39623 .4 2317.9 5174 .5 225885.4 103782 .5

1975 60821.2 8899 .0 69720 .2 18360 .2 0 38030 .4 7230 .1 9932 .7 17162 .8 20867.6 -2373 .6 31400 .2 7827.6 39227.8 3210 .8 4993 .8 387243 .6 108948 .0

1976 62969 .8 9550 .8 72520 .6 19462 .9 0 44505.8 9187.8 10850 .7 20038 .5 24467.3 -1040 .5 34321.8 9608 .4 43930 .2 2841.5 5911.5 302083 .3 116450 .8

1977 65355.7 11124 .0 76479 .7 22559 .5 0 48702 .4 9964 .4 10965.3 20929 .7 27772 .7 -2281.8 41098 .4 9233 .8 50332 .2 5382 .4 4124 .3 276110 .9 126811.9

1978 71922 .4 13081.7 85004 .1 25957.6 0 49201.3 12298 .9 11279 .3 23578 .2 25623 .1 -3057.0 43181.1 8399 .6 51580 .7 3483 .6 6833 .6 362780 .1 136584 .8

1979 83423 .5 14325.7 97749 .2 27104 .8 0 49139 .3 16737.6 12131.3 28868 .9 20270 .4 -5086 .0 35435.9 11939 .3 47375.2 4120 .6 7288 .1 460626 .7 145124 .4

1980 101437.6 12670 .5 114108 .1 32223 .1 0 46369 .5 22149 .3 11084 .2 33233 .5 13136 .0 -5966 .0 29825.8 15533 .3 45359 .1 4527.9 7978 .0 358265.3 159467.2

1981 115498 .5 17478 .4 132976 .9 35811.4 0 45261.0 29710 .5 12515.9 42226 .4 3034 .6 -4629 .4 22195.2 16650 .8 38846 .0 4170 .3 8609 .9 498006 .5 171822 .9

1982 127303 .4 18917.4 146220 .8 40464 .6 0 38952 .7 31602 .0 14089 .9 45691.9 -6739 .2 -7899 .2 17726 .6 15998 .8 33725.4 4542 .0 8803 .7 896366 .1 179946 .2

1983 122095.3 18734 .2 140829 .5 43630 .2 8820 .7 41398 .9 36806 .5 14519 .5 51326 .0 -9927.1 -6650 .0 28309 .9 14213 .9 42523 .8 4840 .5 9172 .8 2347961.9 183353 .3

1984 125293 .1 19373 .6 144666 .7 41004 .9 13400 .8 44108 .1 32179 .1 15292 .4 47471.5 -3363 .4 -7852 .0 36918 .9 14123 .4 51042 .3 5260 .0 9790 .9 649500 .1 195709 .0

1985 124844 .4 20853 .8 145698 .2 43961.6 20195.5 40665.8 35588 .2 14388 .6 49976 .8 -9311.0 -7879 .8 41843 .4 13002 .7 54846 .1 6119 .8 10033 .0 1823309 .5 200544 .3

1986 128827.0 21433 .9 150260 .9 48008 .9 19413 .3 46852 .1 36768 .8 15291.1 52059 .9 -5207.8 -7700 .7 52461.0 9753 .4 62214 .4 7056 .4 10629 .8 854974 .9 212475.3

1987 134965.9 21397.7 156363 .6 50642 .4 14982 .2 53698 .5 35166 .1 17922 .1 53088 .2 610 .3 -8695.8 58386 .8 7848 .1 66234 .9 9644 .8 11136 .2 1113573 .0 222598 .5

1988 141933 .7 23018 .0 164951.7 56478 .6 3469 .7 54268 .2 19323 .5 23840 .6 43164 .1 11104 .1 -6792 .1 66935.1 4117.3 71052 .4 13870 .1 11800 .1 994299 .5 236004 .1

1989 148783 .1 25432 .5 174215.6 64024 .9 4390 .8 59937.3 24226 .2 24740 .5 48966 .7 10970 .6 -7225.6 68511.0 10875.3 79386 .3 17695.6 12665.5 922662 .8 253601.9

1990 162207.3 26248 .9 188456 .2 73355.6 10232 .9 60207.7 34868 .1 25416 .2 60284 .3 -76 .6 -8346 .7 65336 .1 18175.8 83511.9 17869 .3 13327.5 1086255.4 271968 .1

1991 176722 .2 28093 .7 204815.9 78142 .0 6164 .3 72177.1 45281.9 25146 .8 70428 .7 1748 .4 -8714 .3 68754 .2 17300 .5 86054 .7 17792 .3 14552 .6 1202444 .7 290870 .6

1992 183046 .7 29731.9 212778 .6 82001.5 7170 .0 82761.4 48763 .1 26289 .3 75052 .4 7709 .0 -79832 .1 78701.1 18179 .4 96880 .5 19655.6 -54511.7 1351492 .2 309659 .1

1993 192958 .4 29756 .7 222715.1 86667.3 10545.5 88230 .9 53817.8 24565.2 78383 .0 9847.9 -12552 .6 91237.7 15823 .0 107060 .7 21171.1 16488 .8 1420748 .8 329775.8

1994 208062 .1 30442 .6 238504 .7 98589 .0 14836 .0 97002 .1 69841.5 24449 .5 94291.0 2711.1 -39729 .8 95400 .3 20735.8 116136 .1 -6894 .1 17732 .0 1406140 .4 354640 .8

1995 234245.4 30850 .6 265096 .0 112386 .4 15852 .7 104491.8 89164 .2 24870 .4 114034 .6 -9542 .8 -11923 .8 102638 .7 16057.6 118696 .3 23209 .7 19189 .6 1479616 .3 383792 .3

Sumber Diolah oleh penulis dari: Nota Keuangan Dan RAPBN tahun 1988/89; BPS, Pendapatan Nasional Indonesia (Tabel-Tabel Pokok) tahun 1983-1988,

1988-1993 dan 1993-1996; Bank Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia berbagai tahun penerbitan; Indikator Ekonomi, edisi 1996.

Page 126: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

117

4. PERHITUNGAN SERTA ANALISIS TEORITIS EKONOMI TERBUKA

4.1. Hasil Estimasi Beberapa Agregatif Ekonomi Fungsi Pendapatan

Meramalkan sesuatu tidaklah banyak faedahnya. Akan tetapi, membuat perkiraan

secara kuntitatif maupun kualitatif banyak kegunaannya, antara lain: Memperkirakan

persyaratan-persyaratan potensi pembangunan yang harus dipenuhi untuk mencapai suatu

tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu dalam jangka panjang dan mengukur batas-batas

kemampuan optimal prestasi ekonomi yang telah dilalui hanya dengan pemanfaatan

tabungan dalam negeri sebagai pembiayaan pembangunan maupun pertumbuhan

ekonomi ( Mohammad Sadli: 1982, h.3 ).

Berikut adalah lima buah hasil estimasi "Ordinary-Least Suares Method" jangka

pendek. Kelima estimasi ini mampu menganalisis pendapatan nasional suatu ekonomi

yang bersifat terbuka, dan biasanya lebih populer dugunakan dalam jangka panjang.

Kelima Estimasi tersebut sebagai berikut:

St = 2370.857 + 0.295202 Yt

S(ai): (0.017369)

t(ai): (16.99542)

df = 25, SE = 8012, 593

r2 = 0.920342

r = 0.959344

r2 = 0.917156

F = 288.8443

D-W = 0.811351

Sh = 789.3590 + 0.246157 Yt

S(bi): (0.022072)

t(bi): (11.15223)

df = 25, SE = 10181.04

r2 = 0.832632

r = 0.912487

r2 = 0.825938

F = 124.3723

D-W = 0.305920

Page 127: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

118

Sg = 1581.498 + 0.049045 Yt

S(ci): (0.008434)

t(ci): (5.814988)

df = 25, SE = 3890.782

r2 = 0.574931

r = 0.758242

r2 = 0.557929

F = 33.81408

D-W = 0.553495

Mt = -15755 + 0.304258 Yt

S(di): (0.012752)

t(di): (23.85895)

df = 25, SE = 588.682

r2 = 0.957930

r = 0.978739

r2 = 0.956247

F = 569.2497

D-W = 0.064493

Kt = - 138692 + 5.236756 Yt-1

S(di): (0.860617)

t(di): (6.084879)

df = 25, SE = 399666.2

r2 = 0.596941

r = 0.772620

r2 = 0.580819

F = 37.02576

D-W = 0.562712

Statistical Table:

t0.005 = 2.787 f0.01 (v1, v2) = 7.77

t0.01 = 2.485 f0.05 (v1, v2) = 4.24

t0.025 = 2.060

t0.05 = 1.708 d0.01 (dl, du) = 1.00 - 1.31

t0.10 = 1.316 d0.05 (dl, du) = 1.22 - 1.55

Page 128: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

119

Secara statistik kelima Hasil estimasi yang dilakukan adalah significant pada taraf

kepercayaan ( Significant level ) = 1 % atau atau pada taraf keyakinan ( confidence

level ) 1- = 99 % sebagaimana yang dapat dilihat bahwa masing-masingnya Ttest > T-

table. Sementara itu Ftest dari kelima fungsi yang diestimasi pada umumnya besar dan

berada diatas F-table yang juga pada = 1 %. Begitu juga dengan uji statistk Durbin-

Watson yang significant pada taraf kepercayaan yang sama.

Disamping itu koefisien determinasi dan korelasi kelima hasil estimasi telah

memperlihatkan hubungan yang begitu kuat dengan masing-masing variabel peubah

(independent variable ). Dengan demikian, kiranya dalam pengujian statistik kelima hasil

estimasi tidaklah diragukan lagi kebenarannya.

4.2. Interpretasi Antar-inter Koefisien Hasil Estimasi Jangka Panjang

Berikut ini adalah fungsi-fungsi jangka pendek dan jangka panjang yang

didapatkan dari hasil estimasi "Ordinary-Least Squares Method" yang untuk selanjutnya,

khususnya fungsi jangka panjang akan digunakan untuk menaksir analisis pendapatan

nasional ekonomi dua, tiga dan empat sektor. Fungsi jangka pendek dan jangka panjang

tersebut ditulis sebagai berikut:

Fungsi Jangka Pendek Fungsi Jangka Panjang

St = - (C +G ) + ( 1 - c ) Yt = St(Yt) ,St = ( 1 - c ) Yt = St(Yt)

= 2370.857 + 0.295202 Yt = 0.295202 Yt

Sh = -C + ( 1 - c )(1 - t ) Yt = Sh(Yt) ,Sh = ( 1-c )( 1-t ) Yt = Sh(Yt)

= 789.3590 + 0.246157 Yt = 0.246157 Yt

Sg = -G + t Yt = Sg(Yt) ,Sg = t Yt = Sg(Yt)

= 1581.498 + 0.049045 Yt = 0.049045 Yt

Mt = M + m Yt = Mt(Yt) ,Mt = m Yt = Mt(Yt)

= -15755 + 0.304258 Yt = 0.304258 Yt

Kt = K + k Yt-1 = Kt(Yt-1) ,Kt = k Yt-1 = Kt(Yt-1)

= -138692 + 5.236756 Yt-1 = 5.236756 Yt-1

Sebagaimana yang diungkapkan Hendra Esmara, kini timbul persoalan: mana

yang lebih baik dipergunakan selaku sumber pembiayaan pembangunan, pajak atau

tabungan masyarakat ?. Simposium internasional mengenai mobilisasi tabungan personal

di negara-negara sedang berkembang, yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa

di Jamaica (1980), mengambil kesimpulan bahwa : "...There was no simple formula to

determine the optimum relationship among government savings, business savings and

Page 129: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

120

personal savings". Dengan nada yang sama Higgins menyatakan : "There is no simple or

general answer to this question" ( Hendra Esmara: 1987, h.11 ).

Sedemikian sulitnya menentukan pilihan antara pengerahan tabungan masyarakat

dan pemungutan pajak, maka dalam analisa jangka panjang kiranya tidak terdapat

alternatif lain, terkecuali melalui penekanan konsumsi secara umum. Walaupun secara

historis adalah agak kurang seksama berbicara mengenai teori-teori ekonomi makro yang

berasal daripada ahli ekonomi Klasik, namun secara analitis adalah bermanfaat untuk

ditayangkan kembali oleh karena kebanyakan diantara teori-teori tersebut masih

bermanfaat, kendatipun tidak lengkap untuk dipakai dalam analisa sekarang. Untuk

tujuan membangun dan mengakumulasi investasi yang lebih tingggi, sepanjang outward-

looking oriented tidak dapat diandalkan, satu-satunnya jalan adalah "mengencangkan ikat

pinggang". Apakah terjadi atau tidak upaya kuno demikian, berikut ini hasil interpretasi

parameter hasil estimasi untuk ekonomi sektor terbuka, yaitu:

Ekonomi 2 Sektor:

St = It

St = St(Yt) = s Yt = 0.295202 Yt

Ct = 1 - St(Yt) = c Yt = 0.704797 Yt

MPC + MPS = 1

c + s = 1

0.704797 + 0.295202 = 1

Multiplier ( ) = 1/MPS = 3.387500

Pert. Eko, GR (%) = MPS/ICOR = 0.056371

Ekonomi 3 Sektor:

St = Sh + Sg = It

St = St(Yt) = s Yt = 0.295202 Yt

Sh = Sh(Yt) = [ s (1– t) ] Yt = 0.246157 Yt

Sg = Sg(Yt) = t Yt = 0.049045 Yt

St = Sh + Sg = It

St = Sh(Yt) + Sg(Yt) = { [ s (1– t) ] + t } Yt = 0.295202 Yt

Ct = [ 1- St(Yt) ] = { 1 - [ s (1– t ) + t ] } Yt = 0.704797 Yt

Ch = { [ 1 - St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] } Yt = [ c (1– t) ] Yt = 0.670229 Yt

Sh = { St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] } Yt = [ s (1– t) Yt = 0.280724 Yt

Page 130: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

121

Sg = Sg(Yt) = 0.049045 Yt

MPC + MPS + MPT = 1

c(1 – t) + s (1 – t ) + t = 1

0.670229 + 0.280724 + 0.049045 = 1

Multiplier ( ) = 1/[ s (1– t ) + t ] = 1/ [ 0.280724 + 0.049045 ] = 3.032414

atau:

Tt = { St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - Sh(Yt) } = { [ s ( 1 - t ) - s ( 1 - t ) } Yt

= 0.280724 Yt - 0.246157 Yt = 0.034567 Yt

= Tt(Yt) = t Yt = 0.034567 Yt , t = MPT = 0.034567

St = Sh + Tt = It

Sh = St(Yt) [ 1 - Tt(Yt) = [ s (1– t )] Yt = 0.284998 Yt = MPS Yt

Tt = Tt(Yt) = t Yt = 0.034567 Yt = MPT Yt

Ch = { [ 1- St(Yt) ] [ 1 - Tt(Yt) ] } = 0.680435 Yt = MPC Yt

MPC + MPS + MPT = 1

c(1– t) + s(1– t) + t = 1

0.680435 + 0.284998 + 0.034567 = 1

MPS = s (1– t ) + t = 0.246157 + 0.049045 = 0.295202

MPC = 1 - [ s (1– t ) + t ] = { 1 - 0.295202 } = 0.704797

ICOR = k = 5.236756

Multiplier ( ) = 1/ [ s(1-t) + t ] = 3.129254

Pert. Eko, GR (%) = MPS/ICOR = 0.056371

Ekonomi 4 Sektor:

St = Sh + Mt = It

Sh(Yt) = St(Yt) - Mt(Yt)

= { Sh(Yt) + St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - Mt(Yt) } Yt

= { [s (1– t) + s (1–t )] - m } Yt

= { s (1– t ) - m } Yt , m = MPM

= 0.222623 Yt

Tt = { St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - Sh(Yt) } = { [ s ( 1 - t ) - s ( 1 - t ) } Yt

= 0.280724 Yt - 0.246157 Yt = 0.034567 Yt , t = MPT = 0.034567

St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] = 0.295202 [ 1 - 0.049045 ] = 0.280724 Yt ( ....2 Sektor )

Sh(Yt) + Tt(Yt) = 0.246157 + 0.034567 = 0.280724 Yt (.... 3 Sektor )

Sh(Yt) + Mt(Yt) = [ 0.222623 + m ] Yt = 0.280724 Yt (.... 4 Sektor )

Page 131: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

122

Sh(Yt) = [ s(1-t) - m ] Yt

0.222623 Yt = [ 0.280724 - m ] Yt

m = 0.280724 - 0.222623 , m = MPM = 0.058101

St(Yt) = Sh(Yt) + Mt(Yt)

= s(1-t) + m = Sh(Yt) [ 1 - Tt(Yt) ] + MPM = 0.295749

Ch(Yt) = c(1-t) - m = [ 1 - Sh(Yt) ] [ 1 - Tt(Yt) ] - MPM = MPC = 0.669684

Sh(Yt) = s(1-t) = Sh(Yt) [ 1 - Tt(Yt) ] = MPS =

0.237648

Tt(Yt) = t = MPT = 0.034567

Mt(Yt) = m = MPM = 0.058101

MPC + MPS + MPT + MPM = 1

[ c(1-t) - m ] + s(1-t) + t + m = 1

0.669684 + 0.237648 + 0.034567 + 0.058101 = 1

MPS = s(1-t) + m = MPS ( 1 - MPT ) + MPM = 0.295749

MPC = 1 - [ s(1-t) + m ] = 1 - [ MPS ( 1 - MPT ) + MPM ] = 0.7042250

ICOR = k = 5.236756

Multiplier ( ) = 1/ [ s(1-t) + t + m ] = 2.930565

Pert. Eko, GR (%) = MPS/ICOR = 0.056475

Hasil analisa yang mengherankan sebagaimana yang terdapat dalam buku Ben

Franklin yang berjudul "Poor Richard's Almanac" tidak jemu-jemunya mengotbahkan

doktrin tabungan dalam hubungannya dengan apa yang dinamakan Paradoks Kehematan

dan kini timbul suatu generasi ahli keuangan baru yang nampaknya berpendapat bahwa

kebajikan dimasa lampau mungkin menjadi dosa modern dimasa-masa depressi ( Paul A.

Samuelson: 1975, h.313 ).

Dinamakan paradoks karena hampir semua kita terbiasa berpendapat bahwa

kehematan selalu merupakan hal yang baik. Dalam teori ekonomi, pertimbangan yang

dapat membantu kita menjelaskan paradoks secara ilmiah tanpa emosi adalah bahwa kita

harus berhati-hati dengan apa yang dinamakan "Logical fallacy of composition", yang

berarti apa yang baik bagi masing-masing orang secara sendiri-sendiri tidaklah dengan

sendirinya selalu baik bagi semua.

Dalam beberapa keadaan, kehati-hatian swasta (private prudence) mungkin

merupakan kebodohan sosial. Khususnya hal ini berarti bahwa usaha setiap dan masing-

masing orang untuk memperbesar tabungannya, mengakibatkan berkurangnya tabungan

aktuil keseluruhan orang dalam masyarakat bersangkutan ( Paul A. Samuelson: 1975,

h.313 ).

Kenapa tidak hal semacam diatas dapat terjadi, sebab bila individu yang

menabung akan berarti mengurangi konsumsinya dan ini berarti pula bahwa ia

membelanjakan daya beli yang lebih kecil dari sebelumnya, sehingga bagia orang lain

Page 132: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

123

pendapatannya bisa menjadi berkurang, oleh karena pengeluaran seseorang adalah

merupakan pendapatan bagi orang lain.

Pertimbangan yang kedua menjelaskan paradoks kehematan ini terletak pada

pertanyaan "apakah pendapatan nasional yang bersangkutan berada pada tingkat merosot

atau tidak". Jika perekonomian berada dalam keadaan full-employment, maka sudah jelas

ada kecenderungan semakin besar bahagian pendapatan yang digunakan untuk konsumsi

sekarang, semakin kecil bahagian yang tersedia bagi pembentukan modal.

Bila pada mana terdapatnya pengangguran (unemployment) yang sulit diatasi,

maka konsumsi dan investasi menjadi komplementer dan tidak saling bersaingan. Dalam

hal semacam ini, membantu yang satu dan juga membantu yang lain oleh karena

konsumsi yang tinggi mendorong investasi yang tinggi. Dalam keadaan dimana

berkomplementernya konsumsi dengan investasi, maka tindakan yang mendorong

pengencangan ikat pinggang (yaitu usaha untuk mengurangi konsumsi guna

memperbesar tabungan), hanya berakibat berkurangnya pendapatan.

Pada tingkat pendapatan yang rendah dan karena adanya induced-disinvestment,

maka akan menjadi rendahnya investasi. Dengan demikian, pendapatan dan investasi

benar-benar sudah berkurang oleh karena usaha memperbesar tabungan dalam masa

pengangguran, berakibat berkurangnya tabungan dan investasi yang benar-benar

terlaksana.

Usaha pemulihan kiranya dapat ditemui melalui kebijaksanaan ekonomi makro

apabila paradoks kehematan sudah hilang dalam operasinya, sehingga usaha pengketatan

ikat pinggang yang mendorong kegiatan menabung guna meningkatkan investasi sebagai

sumber pembiayaan dapat terwujud dan tercapainya suatu lingkungan full-employment,

sehingga konsumsi dan investasi pasti saling bersaingan. Hanya dalam keadaan seperti

itulah kebajikan individual selalu sama dengan kebajikan sosial (dan tidak lagi

merupakan kebodohan sosial). Pendek kata didalam kebijaksanaan ekonomi makro harus

dihindarkan inflationary-gap atau deflationary-gap sedemikian rupa, sehingga tabungan

dan investasi full-employment persis sama besarnya tanpa inflasi ( Hendra Esmara:

1987,h.56 ).

Hasil penemuan yang kiranya cukup menonjol untuk diperhatikan adalah bahwa

potensi tabungan masyarakat nampaknya jauh lebih besar dibandingkan potensi tabungan

pemerintah terhadap ability and willingness to save dikalangan masyarakat dan menaikan

pertumbuhan ekonomi. Namun demikian upaya peningkatan pajak pasti merugikan atau

menurunkan tabungan masyarakat, terbukti pada ekonomi tiga sektor bahwa bagian dari

tabungan yang tersisa setelah dipotong pajak adalah sebesar 0.246157 atau sekitar 24,61

% rata-rata setiap tahunnya. Potensi tabungan secara total adalah 0.295202 atau 29,52 %

rata-rata per tahun, berarti tabungan pemerintah menymbang sebesar 0.0409045 atau

sebesar 4,09 % rata-rata per tahun.

Selanjutnya, nisbah pajak dalam perekonomian adalah sebesar 0.034567 atau

sebesar 3,46 % rata-rata per tahun dan angka ini lebih kecil daripada tabungan

Page 133: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

124

pemerintah oleh karena disamping berupa angka taksiran tanpa melalui regresi, selainnya

itu memang tidak mustahil kiranya tabungan pereintah lebih besar karena ia merupakan

selisih antara "penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin" dalam APBN.

Sedangkan proporsi pajak yang merupakan nilai taksiran tersebut diasumsi sebagai

"pajak langsung ditambah pajak tidak langsung" yang berarti kalau ditinjau dalam pos

penerimaan dalam negeri adalah "tidak termasuk penerimaan bukan pajak".

Dalam analisis ekonomi empat sektor, ternyata bahwa sumbangan impor cukup

besar dalam memebentuk tabungan dana investasi selama ini. Mungkin kalau dalam

ekonomi Indonesia secara tuntas meninggalkan Impor atau meniadakan impor ( dengan

kata lain hanya ekspor saja yang ditingkatkan ), maka yang akan terjadi adalah

berkurangnya pendapatan nasional secara drastis. Besarnya proporsi impor 0.304258 atau

30,43 % dari pendapatan nasional rata-rata per tahun dan angka ini jauh lebih besar dari

pada nilai proporsi tabungan terhadap pendapatan, berarti tabungan juga dianikan oleh

impor.

Dugaan Impor lebih mantap demikian diasumsikan karena impor yang diperlukan

tersebut banyak mengandung barang modal yang bagi Indonesia masih dibutuhkan untuk

perses produksi dalam negeri selanjutnya. Baik tabungan masyarakat, pajak dan Impor

kesemuanya adalah unsur utama yang membentuk tabungan. Dalam ekonomi terbuka

atau ekonomi empat sektor masing masing nisbahnya adalah 0.222623 , 0.034567 dan

0.058101 atau 22,62 %, 3,46 % dan 5,81 % rata-rata setiap tahun.

Selama periode penelitian yang dilakukan ini, dan total keseluruhanya adalah

0.315291 atau 31,53 % rata-rata setiap tahun dan berarti nisbah konsumsi yang terjadi

setelah pajak dan impor adalah sebesar 0.684709 atau sebesar 68,47 % rata-rata per

tahun. Hal yang sama dapat diperhatikan pada bagian perhitungan diatas, bahwa baik

untuk dua, tiga dan empat sektor secara harfiah tabungan masyarakat terbentuk pada

proporsi yang persis sama, yaitu sebesar 0.280724 atau 28,07 % rata-rata per tahun ( lihat

hasil perhitungan ).

Dengan memperhatikan atau memperbandingkan analisa yang dilakukan,

memang tanpa dipungkiri lagi bahwa teori ekonomi klasik kuno jelas terbukti

keberadaanya tanpa memandang prakondisi ekonomi tersebut sehat atau tidak, dan

ternyata trade-off yang terjadi akibat pajak menurunkan tabungan dan berikutnya

konsumsi turun. Perhatikan ketiga sektor tersebut terjadi penurunan yang beruntun yang

dari dua sektor hingga sampai empat sektor nisbah konsumsi semakin menurun masing -

masing 70,48 % , 67,02 % dan 65,88 % sehingga tidak ditolah dalam hal ini teori kalsik

kuno "paradok kehematan", dimana setiap upaya memperbesar tabungan tetap saja harus

dilakukan melalui upaya mengencangkan ikat pinggang.

Meskipun terjadinya perbedaan proporsi agregatif ekonomi antara dua sektor, tiga

sektor maupun empat sektor, namun "Marginal Propensity to Save" tetap saja sama, yaitu

sebesar 0.295202 yang berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi adalah sebesar

0.704797 atau MPC + MPS = 1, berarti laju pertumbuhan ekonomi yang dicapat

Indonesia adalah sebesar 5,64 % rata-rata per tahun. Perbedaan proporsi tersebut hanya

Page 134: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

125

terjadi sebagai angka pengganda ( multiplier ) untuk masing-masing sektor ekonomi yang

diteliti, dan semakin banyak sektor ekonomi yang dikaji maka nilai multiplier

menunjukan angka yang semakin menurun pula oleh karena makin banyaknya sektor

yang dikaji dan angka kecil berkiprah melipat gandakan agregatif ekonomi yang banyak

yang menghasilkan nilai yang sama dalam pendapatan nasional.

Hal yang jelas, baik pendapatan maupun konsumsi yang tersisa setelah dipotong

pajak tetap menjadi turun, masing-masing Peningkatan tabungan selaku sumber

pembiayaan pembangunan melalui pemupukan tabungan masyarakat dan pemungutan

pajak hanya dapat terjadi dengan melakukan ekspansi kebijaksanaan moneter melalui

pengembangan pasar uang serta pasar modal dan kebijaksanaan fiskal yang progressif

berdasarkan ability to pay.

Peningkatan pajak akan merupakan trade-off terhadap kemungkinan kenaikan

tabungan. Peningkatan pajak yang terlalu tinggi akan dapat merugikan atau mengurangi

tabungan masyarakat, khususnya tabungan dunia usaha. Walaupun pajak akan dapat

memaksa masyarakat menciptakan tabungan melalui bentuk tabungan pemerintah tetapi

dilain pihak ia akan dapat mematikan inisiatif untuk menggerakan dunia usaha. Dengan

demikian, fungsi perpajakan disamping merupakan alat penciptaan tabungan pemerintah,

ia harus pula memberikan dorongan bagi peningkatan investasi masyarakat. Hal ini dapat

dilakukan dengan mempergunakan perpajakan selaku alat pemberian konsesi dan

berbagai kemudahan lainnya di dalam mendorong dunia swasta ( Hendra Esmara: 1987,

Ibid, h.12 ).

Dilain pihak, analisis yang kiranya mendukung agar kedua tabungan masyarakat

dan tabungan pemerintah tersebut dapat naik secara bersamaan antara lain, bahwa upaya

memanfaatkan tabungan masyarakat sebagai sumber dana potensial bagi pembentukan

modal adalah dengan menyempurnakan pasar uang yang ada serta mengembangkan pasar

modal dengan segala peralatan yang diperlukan. Hal yang patut diperhatikan adalah

memperkecil segmentasi antara pasar uang dan pasar modal yang masih terpisah-pisah.,

bahkan kalau dapat dihilangkan segmentasi tersebut sama sekali.

Sedangkan upaya pemanfaatan tabungan pemerintah dari penerimaan pajak harus

dilakukan pada "tingkat optimum" hingga tidak memungkinkan lagi terjadinya aspek

yang saling meniadakan (trade-off) antara tabungan dengan pajak, antara lain harus

disesuaikan dengan kemungkinan serta kemampuan masing-masingnya, terkecuali kalau

memang kedua perangkat moneter dan fiskal yang ada semakin diperkaya secara

serempak dalam kebijaksanaan makro ekonomi Indonesia.

5. KESIMPULAN

Dalam jangka panjang, mobilisasi tabungan dan investasi tetap saja berjalan

sebagaimana adanya perekonomian suatu negara. Nampaknya tidak terdapat alternatif

lain untuk meningkatkan tabungan selaku sumber pembiayaan, terkecuali bila dilakukan

penekanan konsumsi secara umum. Peningkatan tabungan melalui pemupukan tabungan

masyarakat dan pemungutan pajak hanya akan dapat terjadi masing-masing dengan

Page 135: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

126

melakukan ekspansi kebijaksanaan moneter melalui pengembangan pasar uang serta

pasar modal, dan dengan melakukan kebijaksanaan fiskal yang progressif berdasarkan the

ability to pay.

Tidaklah dapat dihindari bahwa Peningkatan pajak akan merupakan trade-off

terhadap kemungkinan kenaikan tabungan. Upaya pemerintah melakukan kebijaksanaan

moneter dan fiskal mengharuskan perhitungan yang cermat sepanjang kedua dapat

dilakukan secara serasi yang tidak saling merugikan. Kenyataan yang terjadi dan tidak

dapat dihindari adalah kalau peningkatan pajak terlalu tinggi akan dapat merugikan atau

mengurangi tabungan masyarakat, khususnya tabungan dunia usaha.

Walaupun pajak akan dapat memaksa masyarakat menciptakan tabungan melalui

bentuk tabungan pemerintah tetapi dilain pihak ia akan dapat mematikan inisiatif untuk

menggerakan dunia usaha. Dengan demikian, fungsi perpajakan disamping merupakan

alat penciptaan tabungan pemerintah, ia harus pula memberikan dorongan bagi

peningkatan investasi masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan

perpajakan selaku alat pemberian konsesi dan berbagai kemudahan lainnya di dalam

mendorong dunia swasta, sehingga memungkinkan masyarakat menerima pendapatan

yang masih tinggi, meskipun pada intinya kewajiban pajak yang diemban tidak harus

dilupakan sama sekali.

Dalam waktu sekarang impor tidak bisa diperkecil sampai tingkat yang minim

oleh karena dan bagaimanapun juga impor masih membawa berkah meningkatkan

pendapatan dalam masyarakat. Kalau impor diturunkan, berati ada pula kemungkinan

bahwa aktivitas proses produksi mengalami penurunan yang selanjutnya output ataupun

pendapatan nasional turun drastis oleh karena impor yang digunakan diindonesia masih

berkatagori sebagian besar mengandung impor barang modal.

Impor juga meningkatkan tabungan masyarakat melalui peningkatan produksi

nasional dari barang modal. Kalau impor diperkecil pada masa sekarang berarti pula

memperkecil output dan pendapatan nasional, sehingga tabungan juga menjadi turun dan

turun pula investasi dan bahkan berkemungkinan turunya pertumbuhan ekonomi untuk

masa mendatang. Tanpa impor pendapatan nasional turun tajam sekali, jelas turunya

pendapatan masyarakat serta inisiatif usaha swasta bisa mati, sehingga tipis sekali

kemungkinan kebijasanaan fiskal yang dilakukan pemerintah dalam pajak akan berhasil

oleh karena masyarakat pasti lebih membutuhkan hidup dengan pemenuhan konsusi

ketimbang membayar pajak sekalipun itu adalah kewajiban.

Analisis makro yang kiranya mendukung agar kedua tabungan masyarakat dan

tabungan pemerintah tersebut dapat naik secara bersamaan antara lain, dengan

memanfaatkan tabungan masyarakat sebagai sumber dana potensial bagi pembentukan

modal dengan cara menyempurnakan pasar uang yang ada serta mengembangkan pasar

modal dengan segala peralatan yang diperlukan. Lakukan upaya yang pantas seperti

memperkecil segmentasi antara pasar uang dan pasar modal yang masih terpisah-pisah

selama ini dan kalau boleh, hilangkan segmentasi tersebut sama sekali.

Page 136: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

127

Dalam penelitian ini paradok kehematan secara tidak disadari telah terlaksana dan

berati pembangunan di Indonesia senantiasa dilakukan melalui upaya pengketatan ikat

pinggang atau terjadinya penahanan atau mungkin pembatasan konsumsi oleh

masyarakat. Upaya pemanfaatan tabungan pemerintah dari penerimaan pajak harus

dilakukan pada "tingkat optimum" hingga tidak memungkinkan lagi terjadinya aspek

yang saling meniadakan (trade-off) antara tabungan dengan pajak, antara lain harus

disesuaikan dengan kemungkinan serta kemampuan masing-masingnya, terkecuali kalau

memang kedua perangkat moneter dan fiskal yang ada semakin diperkaya secara

serempak dalam kebijaksanaan makro ekonomi Indonesia.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abimanyu, Anggito.,"Minyak Bumi Dan Bantuan Luar Negeri Dalam Perekonomian

Indonesia" (Yogyakarta: STIE-YKPN,1988).

Amrizal., "Pengembangan Tabungan Dalam Negeri Dan Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia", Sripsi Sarjana, Universitas Andalas Padang, 1992 ).

Chenery, Hoolis B. dan Nicholas G. Carter.,"Foreign Assistance and Development

Performance 1960-1970", American Economic Review, Vol. 63, No.2 (Mei

1973).

Didong, Rustam., "Pengembangan Tabungan Dalam Negeri Dan Pembiayaan

Pembangunan", forum Ekonomi, Tahun IV, No. 41 (Maret 1987).

Duesenberry, James S., "Income, Saving and The Theory of Consumer Bahavior"

(Cambridge, Mass. Harvard University Press, 1949 ).

Esmara, Hendra.,"Politik Perencanaan Pembangunan : Teori, Kebijaksanaan dan

Prospek" (Padang: Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar Perencanaan

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas pada rapat senat terbuka, 27

Juli 1985).

_____________.,"Ekonomi Indonesia Dalam Transisi" (Padang: Pusat Penelitian

Universitas Andalas, 1987).

F. Modigliani,. "Fluctuation in the Saving Income Ratio; A Problem in Economic

Forecasting", in Studies in Income and Wealth, Vol. 11, November 1949.

Heff, Nathaniel H. dan Kasuo Sato (1975)., "A Simultaneous Equations Model of Saving

in Developing Countries", Journal of Political Economy, 83 (b).

Kuharjo, Noorooso., "Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang" (Jakarta:

Akademika Pressindo, 1981).

Kuncoro, Mudrajad., "Dampak Arus Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan

Tabungan Domestik", Prisma 9 (Jakarta: LP3ES, 1989).

Mariakasih, Frans Kho.,"Praktek dan Teori Pembangunan Ketergantungan

(Dependencia)", analisa, No.9 (September 1982).

Nio, Thress.,"Utang Luar Negeri RI" (Jakarta : Harian Kompas, 12 Juli 1988).

Nopirin., "Efek Kebijaksanaan Pemerintah Terhadap Pembentukan Modal", dalam

Ekonomi Moneter (Editors), edisi pertama, buku II (Yokyakarta: BPFE-UGM,

1987).

Nurkse, Ragnar., "Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries and

Patterns of Trade and Development", Oxford University Press, 1967.

Page 137: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

128

Papanek G.F., "The Effect of aid and Other Resources Transfers on Savings and Growth

in Less Developed Countries", Economic Journal, Vol.82, No.327 (September

1972).

Pattisiana, Engelina., "Dampak-dampak Kegiatan Penanaman Modal Asing Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia", Analisa, No.9 (September 1982).

Rana, Pradumna B. dan J. Malcolm Dowling Jr., "The Impact of Foreign Capital on

Growth: Evidence From Asian Developing Countries", The Developing

Economies, Vol. XXVI, No.1 (March 1988).

Samuelson, Paul P., "Economics", eleventh edition (New York: Mc Graw-Hill

International Book Company, 1980).

Sadli, Mohammad., "Prospek Jangka Pnjang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia", Prisma 2

( Jakarta: LP3ES, Feb 1982 ).

Stoneman, Colins., "Foreign Capital and Economic Growth", World Development, Vol.

3, No.1 (January 1975).

Todaro, Michel P., "Economics For Developing World" (London: Longman Group

Limited, 1977).

Wardhana, Ali., "Ekonomi Dunia dan Strategi Indonesia" (Jakarta: Harian Kompas, 29

Agustus 1987).

Wieskoff, Thomas E., "The Impact of Foreign Capital Inflow on Domestic Saving in

Underdeveloped Countries", Journal of International Economics, Vol 2 (February

1972).

Page 138: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

129

Bahan Kuliah ke 12, 13 dan 14

BAB IV

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL:

PENERAPAN ANGKA INDEKS

Sub Pokok Bahasan:

1. Pengukuran Perubahan-perubahan harga: Angka-angka Indeks 130

2. Pemilihan Tahun Dasar (atau Periode dasar) 133

3. Proses Deflasi 134

4. Masalah Penyusunan Data 136

5. Data Ekonomi Nasional Murni Yang Dihimpun Pemerintah 143

6. Pengolahan Data Ekonomi “Time Series Data” 158

Page 139: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

130

1. Pengukuran Perubahan-perubahan harga: Angka-angka Indeks

Dalam perhitungan pendapatan nasional suatu negara diketahui adanya

Pendapatan Nasional Atas Dasar Harga Berlaku (National Income at current price) dan

Pendapatan Nasional Atas Dasar Harga Konstan (National income at constant prices).

Oleh karena adanya kedua konsep perhitungan pendapatan nasional tersebut, maka akan

tercermin adanya inflasi, yaitu nilai pasaran dari proses produksi yang naik dengan

kenaikan produksi riil (produksi nyata), dan karena kenaikan harga-harga. Sering kali

perlu untuk diketahui kenaikan produksi yang terbebas dari pengaruh inflasi, dan untuk

tujuan yang demikian itu dapat dilakukan dengan mengunakan angka indeks, untuk

katagori pendapatan nasional suatu negara dikenal dengan nama “indeks implisit”, yang

berupa “pembagian antara nilai produksi atas dasar harga berlaku terhadap nilai

produksi atas dasar harga konstan dan dikalikan 100”. Sehingga kalau indeks implisit

tersebut adalah untuk nilai Produk Domestik Bruto (PDB), maka dikenal dengan sebutan

“indeks implisi PDB” dan laju daripada angka indeks implisit PDB (atau deflator GDP)

ini merupakan “Laju Inflasi”.

Untuk cakupan dibawah nasional atau cakupan regional kebawah seperti daerah:

kabupaten, kotamadya, pedesaan dan lain sebagainya maka indikator sebagai alat ukur

tetap saja berupa angka indeks, namun angka indeks tersebut dapat berupa: Indeks Biaya

Hidup (IBH), Consumer’s Price Index (CPI), Producer’s Price Index (PPI), Angka indeks

harga 9 bahan pokok dan lain-lainnya pada daerah bersangkutan. Masyarakat pada

umunya untuk saat sekarang hampir merata mengetahui bahwa kenaikan tingkat harga

secara kontinue atau kenaikan harga-haraga adalah inflasi, sedangkan deflasi sangat

jarang terjadinya. Berikut ini diperkenalkan kembali beberapa macam angka indeks yang

pernah dilakukan pada berbagai kota-kota atau wilayah-wilayah di Indonesia semenjak

awal pemerintahan era Ordebaru sampai era reformasi, antara lain.

1. Angka Indeks harga-harga 9 bahan pokok di jakarta dan di 20 kota-kota

lainnya (1966 = 100).

2. Angka Indeks Biaya Hidup di jakarta dan di 23 kota-kota lainnya di Indonesia

(1966 = 100).

3. Angka Indeks harga 12 bahan makanan, wilayah pedesaan Jawa dan Madura,

(1966 = 100) dengan indeks-indeks khusus untuk tiap bahan makanan.

4. Angka Indeks harga 3 bahan tekstil dalam 5 wilayah pasar pedesaan Jawa dan

Madura (1966 = 100).

5. Angka Indeks harga perdagangan besar 7 bahan ekspor, jakarta.

6. Angka Indeks harga perdagangan besar pertanian di jakarta (1967 = 100), 8

indeks bahan pertanian individu dan Indeks umum.

7. Angka Indeks kurs devisa dan kurs devisa umum (1966 = 100).

8. Angka Indeks produksi pertambangan, 8 bahan pertambangan (indeks umum

tidak ada).

9. Angka Indeks dari Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan tahun

1973, termasuk angka-angka indeks untuk 23 komponen GNP.

10. Indeks berantai GNP dan 23 komponen.

11. Indeks berantai Pendapatan Nasional dan untuk 12 komponennya.

12. Indeks Harga Konsumen gabungan 44 kota di Indonesia (1996 = 100).

Page 140: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

131

13. Angka Indeks Harga 9 bahan pokok didaerah pedesaan Jawa dan Madura

(1971 = 100).

14. Indeks harga yang diterima Petani (IT), Indeks harga yang dibayar petani (IB)

dan Nilai Tukar Petani (NT) di 4 propinsi Jawa dan Madura (1983 = 100).

15. Indeks harga yang diterima Petani (IT), Indeks harga yang dibayar petani (IB)

dan Nilai Tukar Petani (NT) di 10 propinsi luar Jawa (1987 = 100).

16. Angka Indeks harga perdagangan besar barang-barang pertanian,

pertambangan dan Penggalian (1983 = 100).

17. Angka Indeks harga perdagangan besar barang-barang pertanian,

pertambangan dan Penggalian (1983 = 100).

18. Angka Indeks harga perdagangan besar barang-barang Industri (1983 = 100).

19. Angka Indeks harga perdagangan besar barang-barang Impor (1983 = 100).

20. Angka Indeks harga perdagangan besar barang-barang Ekspor (1983 = 100).

21. Angka Indeks harga perdagangan besar nahan bangunan/konstruksi menurut

jenis konstruksi/bangunan (1983 = 100).

22. Angka Indeks harga perdagangan besar Indonesia menurut kelompok barang

dalam proses produksi dan sektor (1983 = 100).

23. Perdagangan Saham di Bursa efek jakarta.

24. Perdagangan saham di bursa efek Surabaya.

25. Harga rata-rata Valuta asing dan Emas di pasaran jakarta.

26. Dan lain-lain sebagainya.

Ternyata dari angka-angka indeks yang telah disajikan diatas dapat disimpulkan

bahwasanya tidak ada suatu indikator tunggal untuk menentukan inflasi dan perubahan

harha di Indonesia.

Tabel 1: Kalkulasi Angka Indeks Harga

Bahan Pokok Harga (Rp) Pn/P0 W0 P0 W0 Pn W0

1970 1975

Beras (liter) 30 70 2.33 60 1.800 4.200

Garam (bata) 10 25 2.50 10 100 250

Minyak tanah (liter) 15 26 1.73 50 750 1.300

Batik Kasar (lembar) 400 880 2.20 3 1.200 2.640

= 455 1.001 8.67 125 3.850 8.390

Suatu angka indeks adalah suatu indikator semacam agregat, seperti tingkat harga,

tingkat produksi atau tingkat pengeluaran. Tingkat tersebut diukur secara relatif,

dibanding dengan suatu periode dasar. Pada hakekatnya dapat dibuat suatu angka indeks

buat angka-angka apapun, namun untuk tujuan sebenarnya dan masuk akal bahwa BPS

sering melakukan survei (1957-58) untuk menentukan apakah barang-barang dan jasa-

jasa yang terpenting dalam budget rumah tangga di Jakarta misalnya, dan pentingnya

dalam arti relatif tiap bahan dalam daftarnya dan BPS memilih 62 buah bahan konsumsi,

Page 141: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

132

dan untuk mengetahui tata cara atau prosedur kalkulasinya sebagai suatu contoh

diperlihatkan sebagai berikut:

Dari hasil perhitungan angka indeks diatas adalah rumus yang terbaik, karena

dengan timbangan-timbangan, pengaruh tiap bahan terhadap indeks dapat dikontrol. Jelas

juga bahwa pilihan bahan-bahan, timbangan-timbangan, dan tahun dasar merupakan

pilihan yang penting. Dalam kasus indek biaya hidup jakarta (IBHJ), tahu dasar yang

dipilih (dalam arti angka indeks = 100 adalah tahun 1966, akan tetapi timbangan-

timbangannya yang diambil adalah tahun 1957-58, diumpamakan bila pada tahun 1978

jelas bahwa pola kehidupan di jakarta mengalami perubahan yang sangat berbeda, oleh

karena kenaikan pendapatan per kapita yang cukup cepat pada waktu itu: Kurang lebih

sekitar 4 % per tahun atau naik 66 % antara tahun 1966 dan 1978.

Jadi terdapat kemungkinan besar bahwa pola budget rumah tangga berubah secara

cukup kentara. Oleh karena kelemahan tersebut dan juga karena angka itu mencerminkan

keadaan di Jakarta saja. Ada ahli yang berpendapat bahwa angka IBHJ tidak dapat

dipercaya sebagai indikator inflasi di Indonesia. Hendaknya suatu indeks yang akan

dipergunakan sebagai indikator dapat membayangkan keadaan inflasi disuatu wilayah

atau Indonesia memenuhi tuntutan yang mendekati keadaan.

u"antar wakt relatif harga"disebut

0P

nP

Ratio

dasar tahun padan timbanga 0

W

ngbahan/baranomor N

dasar tahun dalam harga 0

P

berlaku yang tahun dalam harga n

P

indeks. angka I

:Notasinya

218 100 x 3.850

8.390 100 x

0W

0P

0W

nP

I ).3(

219 100 x 4

8.76 100 x

N

0P

nP

I ).2(

220 100 x 455

1.001 100 x

0P

nP

I ).1(

Page 142: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

133

2. Pemilihan Tahun Dasar (atau Periode dasar)

Sejauh mungkin tahun dasar untuk suatu indeks harga (atau indeks lainnya) harus

menunjukan keadaan yang lazim atau “Normal”. Memang tidak ada suatu patokan

normalitas yang mutlak, tetapi jelas bahwa kalau tahun dasar jauh dari keadaan biasa,

maka perbandingan-perbandingan antara tahun-tahun lainnya dengan tahun tersebut tidak

akan memuaskan. Misalnya kalau timbangan-timbangan yang dipilih pada suatu tahun

dengan pada mana panen padi yang berkondisi buruk, barangkali jumlah liter beras yang

dikonsumsi lebih rendah dari biasa, oleh karena itu timbangan beras akan lebih kecil dari

keadaan normal, sehingga perubahan-perubahan dalam harga beras tidak akan

mempengaruhi indeks sebesar yang lazim. Lagipula kalau pendapatan perkapita naik,

maka pola konsumsi akan berubah sehingga konsumen umumnya akan membeli lebih

banyak sayur daripada kedele dan lebih banyak migas daripada minyak tanah. Karena

perubahan-perubahan seperti itu, maka tahun dasar dan timbangan kadang-kadang harus

dirubah.

Dengan memperhatikan cara-cara pemilihan tahun dasar pada negara luar, seperti

di Amerika umpanya bahwa tahun dasar dan timbangan-timbangan diubah kira-kira

sekali per dasa-warsa atau sekali 10 tahun, sehingga tidak heran kalau di Indonesia telah

pula menerapkan perubahan-perubahan tersebut selama kurun waktu yang dicontohkan

Amerika tersebut, karenanya di Indonesia hingga sampai tahun sekarang ( yaitu tahun

2002), kita telah mengenal: Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan tahun 1973,

Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan tahun 1983 dan Produk Domestik

Bruto atas dasar harga konstan tahun 1993. Tidaklah dapat dipastikan bahwa tahun 2003

akan pula menjadi sebagai tahun dasar?.

Menurut penulis, sebenarnya adalah suatu kecerohohan atau bukanlah suatu hal

tepat bagi bangsa Indonesia mencontek gaya Amerika, karena Amerika memilih sekali 10

tahun memang kondisi perhitungan data ekonominya yang telah dapat dikatakan stabil

sepanjang tahun atau dengan kata lain tidak terdapat suatu gejolak yang sangat berarti

tahun ke tahun. Berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia, dimana kondisi ekonomi

yang sering bergejolak secara tidak menentu atau dengan kata lain tidak dapat dipastikan

fluktuasinya dari tahun ke tahun. Prinsip yang paling tepat untuk melakukan perhitungan

tahun dasar adalah dengan memperhatikan keadaan yang sangat “berkesan”. Sebagai

suatu contoh yang sederhana saja, setelah ditetapkan sebagai tahun dasar adalah tahun

1973, maka tahun dasar berikutnya sebaiknya adalah tahun tahun 1980 karena awal

ekonomi Indonesia merasakan keadaan kedepan akan sulit, sebagai suatu alasan dimana

tahun 1982 – 1986 Indonesia telah menempuh masa krisis ekonomi berupa “Resesi

Ekonomi”. Setelah tahun 1980 tersebut sebaiknya dipilih lagi tahun dasar yang baru,

yaitu tahun 1988 saat berobahnya situasi perpolitikan di Indonesia dengan mengorbankan

banyak dana dan tumpukan hutang luar negeri yang memuncak diwaktu itu. Kemudian

tahun berikutnya sebaiknya dipilih sebagai tahun dasar adalah tahun 1998 saat lengsernya

Soeharto dengan berakhirnya era Orba dan masuk era reformasi ekonomi di Indonesia,

presiden yang telah berganti secara cepat dan hampir tidak tepat waktu sesuai masa

jabatan yang telah ditentukan dan terakhir mungkin lebih tepat tahun dasar adalah tahun

dasar setelah selesai Pemilu tahun 2004, artinya pemilihan tahun dasar haruslah

disesuaikan dengan situasi Indonesia sendiri.

Page 143: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

134

3. Proses Deflasi

Seringkali perlu dikeluarkan efek inflasi dari statistik-statistik. Angka-angka nilai

untuk banyak macam kegiatan ekonomi menunjukan kenaikan yang cepat sekali karena

kenaikan fisik ditambah kenaikan harga. Untuk memperkirakan kenaikan fisik atau

kenaikan harga “Riil”, angka-angka tersebut dapat “didefinisikan” dengan memakai

indeks harga. Proses deflasi dirumuskan sebagai berikut:

Sebagai suatu contoh, pada tabel 2 adalah GNP harga berlaku tahun 1975 adalah sebesar

Rp 12085.7 milyar, Indeks Biaya Hidup Jakarta (IBHJ) rata-rata untuk tahun 1975 adalah

1519. Jadi GNP riil tahun 1975 adalah sebesar Rp 795.64 Milyar.

Tabel 2: Deflasi GNP dengan angka Indeks Biaya Hidup di Jakarta

Sumber: Diolah dari Tabel 3 dan Tabel 4. Angka Indeks Harga H dari Nota Keuangan 1977/78.

Dan karena tahun dasarnya adalah tahun 1966, maka berarti “bahwa daya beli

dengan rupiah yang sama dengan rupiah tahun 1966, maka GNP Riil tahun 1975 adalah

Rp 795.64 Milyar. Dari cara perhitungan yang demikian itu dapat juga diperkirakan laju

kenaikan GNP Riil dan bahkan laju inflasi yang terjadi setiap tahunnya. Sebenarnya BPS

menerapkan cara lain untuk memperoleh GNP Riil, yaitu dengan memperhitungkan

harga-harga dari tahun dasar untuk tiap bagian GNP (dalam kasus ini, 1973 = 100). Kalau

saja dibandingkan antara tabel 2 degen tabel 3 ternyata bahwa IBHJ kurang tepat sebagai

“penduga” inflasi umumnya. Kelemahan ini akibat timbangan yang besar untuk beras

dalam indeks biaya hidup, dan kerena kebijaksanaan pemerintah untuk memantapkan

harga beras, dengan akibat bahwa inflasi yang diperkirakan dari indeks itu biasanya lebih

rendah dari “Deflator GNP implisit”. Perbandingan ini menunjukan bahwa sejauh

Harga Indeks Angka H

Nominal""berlaku hargadasar atasberlaku harga GNP GNP

Riil""konstan hargadasar atas GNP GNP

:

100 x H

GNP GNP

dimana

18.39 0.01- 795.64 1519 12085.7 1975

40.68 11.51 795.74 1283 10209.4 1974

31.60 11.89 713.61 912 6508.1 1973

6.78 14.85 637.78 693 4419.8 1972

- - 555.33 649 3604.1 1971

(%) (%) GNP GNP H milyar) (Rp Tahun

InflasiLaju Kenaikan Laju GNP

Page 144: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

135

mungkin angka indeks yang harus diterapkan adalah angka indeks yang dirumuskan

khususnya untuk tujuannya.

Tabel 3: GNP Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga

Konstan Tahun 1973 ( Milyar Rp)

Sumber: Diolah dari Tabel 3 dan Tabel 4.

Berikut ini disajikan beberapa buah formula yang menyangkut dengan

penggunaan “Angka Indeks Harga” sebagai indikator yang bersifat ekonomikal sebagai

berikut:

12.64 166.89 5.10 7241.8 12085.7 1975

48.16 148.16 5.88 6890.7 10209.4 1974

33.10 100 10.62 6508.0 6508.1 1973

13.61 75.13 7.95 5883.2 4419.8 1972

- 66.13 - 5449.9 3604.1 1971

(%) (%) GNP milyar) (Rp milyar) (Rp

GNP GNP Tahun

100) 1973

InflasiLaju (Implisit Kenaikan Laju

GNPDeflator

Riil. GNPKenaikan Laju - Nominal GNPkenaikan Laju (%) InflasiTingkat 7).

100 1 - GNPDeflator

GNPDeflator (%)r :InflasiLaju 6).

Inflasi.Laju r :dimana ,n)r 1 ( 0

H tH :iniberikut formula dipakai

maka ),(% InflasiLaju umpamanya laju, semacam mencari n tahun, Untuk

100 1 - H

H (%)r :InflasiLaju 5).

100 GNP

GNP GNP)Implisit (Indeks GNPDeflator 4).

100 1 - GNP

GNP (%) GNP :Nominal GNPkenaikan Laju 3).

100 1 - GNP

GNP (%) GNP :Riil GNPkenaikan Laju 2).

100 H

GNP GNP :Riil GNP Nilai 1).

0

t

0

t

0

t

0

t

Page 145: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

136

4. Masalah Penyusunan Data

Pada umumnya data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari

data publikasi resmi pemerintah Republik Indonesia seperti Biro Pusat Statistik,

Departemen Keuangan, Departemen Penerangan, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia

dan Indikator Ekonomi untuk periode penelitian tahun 1969-1997. Data tersebut adalah

data yang belum diolah peneliti berikutnya. Untuk tujuan penelitian empiris, terpaksa

dilakukan pengolahan terlebih dahulu serta menaksir beberapa agregatif ekonomi yang

diperlukan. Di Indonesia semenjak mulai Repelita pertama era pemerintah orde baru dan

bahkan sampai sekarang telah terjadi tiga kali penyusunan data oleh BPS, yaitu selain

data yang berdasarkan harga berlaku, adalah atas dasar harga konstan tahun 1973, atas

dasar harga konstan tahun 1983 dan atas dasar harga konstan tahun 1993.

Untuk melakukan suatu penaksiran atau pengujian empiris dengan rentang waktu

yang cukup panjang yaitu semenjak tahun 1969 s/d 1997 ( boleh dibilang dalam satu

tahap pembangunan jangka panjang ), terpaksa dilakukan penggeseran angka Indeks,

yaitu dengan melakukan “shifting index” sehingga data yang ada tersebut dapat

dipergunakan sesuai menurut kebutuhan; atas dasar harga konstan berapa yang

dikehendaki. Dalam penyusunan data makro ekonomi dan pembangunan Indonesia

semacam ini, dilakukan penyusunan untuk ketiga tahun dasar tersebut; atas dasar harga

konstan tahun 1973, tahun 1983 dan tahun 1993.

Sebenarnya kalau bicara soal data makro ekonomi suatu negara, dalam hal ini

sebagai suatu contoh adalah data ekonomi Indonesia, dimana terdapat dua kelompok

besar yang dilakukan terhadap Perhitungan Pendapatan Nasional, yaitu: (1). Segi

pengeluaran ( the expenditure side ) dan Segi penerimaan ( The Income Side ). Dari

segi pengeluaran saja meliputi dua bagaian pula yang sangat mutlak dikaji atau disusun,

yaitu Pendapatan Nasional melalui pendekatan produksi ( production approach ) dan

Pendapatan Nasional menurut jenis penggunaan antara lain untuk keduanya

menghasilkan nilai yang sama. Untuk Indonesia, Pendapatan Nasional yang dimaksud

digunakan konsep Produk Domestik Bruto ( Gross Domestic Product ). Item-item tertentu

dan yang cukup besar seperti lapangan usaha pertanian tanaman pangan, Industri

pengolahan dan lain sebagainya yang lebih kurang ada sebelas item harus dilakukan

shifting indeks. Data yang tersedia pada penyusunan yang dilakukan saat ini hanya

tersedia beberapa bagian saja atau yang tersusun menurut jenis penggunaan saja, antara

lain: Data berdasarkan harga berlaku ( Current Price ) serta atas dasar harga konstan

(Constant Price ) tahun 1973, tahun 1983 dan tahun 1993 untuk ruang lingkup periode

tahun 1969 s/d 1997. Demikian pula halnya Item-item Pendapatan Nasional menurut

jenis penggunaan seperti Konsumsi, Investasi, ekspor dan lain sebagainya harus

dilakukan atau diolah dengan cara yang sama, yaitu dengan melakukan shifting index.

Terlepas dari kesamaan-kesamaan nilai pendapatan nasional tersebut, dan

mengingat terlalu banyaknya data yang harus diolah, maka untuk pengolahan pada buku

ini hanya difokuskan pada Pendapatan Nasional menurut jenis penggunaan saja dan data

ekonomi nasional menurut jenis penggunaan tersebut ditempatkan pada wadah yang

utama dan lagipula sangat populer dipakai oleh para peneliti, ekonom, politisi atau

lainnya.

Hal yang agak merumitkan penelitian supaya cocok dengan perumusan empiris

adalah bahwa semenjak tahun 1983 sampai tahun penelitian ini dibuat adalah data

Page 146: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

137

mengenai perubahan stok ( Change in stock ) yang dalam katagori perekonomian

nasional merupakan nilai residual dan jelas bahwa perubahan stok tersebut merupakan

investasi yang tidak tersalurkan. Akibat adanya perubahan stok tersebut dalam

penelitian empiris tabungan manjadi tidak sesuai dengan perumusan Keynes dan jelas

pengaruhnya sangat vital sekali dan menyebabkan kebocoran tabungan dan investasi

semakin berkejauhan. Untuk itu pulalah pada penelitian ini, khususnya tabungan netto

didapat dengan mengeluarkan atau dengan tidak memasukan perubahan stok dalam

pendapatan nasional, sehingga kemungkinan fungsi tabungan jangka panjang mungkin

akan ditemukan hasil estimasi yang lebih relefan secara statistik serta koefisien hasil

estimasinya dapat digunakan untuk menaksir jumlah investasi produktif bagi pembiayaan

pembangunan. Khususnya dalam menaksir Investasi netto juga dapat dilakukan oleh

karena tersedianya data penyusutan ( depretiation ) dan juga untuk menaksir tabungan

netto juga tersedia data pajak tidak langsung netto ( net inderect tax ). Kesemuanya ini

termasuk data ekonomi yang bersifat baru dan berassal dari pengolahan data resmi yang

ada dengan menggunakan teori yang bersangkutan.

Mengenai Modal Asing Swasta adalah berupa data olahan yang bersumber dari

neraca pembayaran Indonesia untuk periode dan tahun yang sama dalam penelitian ini.

Investasi produktif berasal dari tabungan produktif. Pertumbuhan ekonomi produktif juga

bisa didapat melalui pembagian antara nisbah tabungan produktif dengan nisbah modal

produktif. Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang non produktif akan merupakan

pembagian antara nisbah tabungan bruto dengan nisbah stok modal bruto, dan fungsi

tabungan jangka panjang dan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat penggunaan dari dana

luar negeri (capital foreign inflow) sebagai sumber pembiayaan ekonomi, digunakan

sebagai pembanding dalam analisis penelitian ini.

Sumber dari investasi adalah tabungan, meningkatnya tabungan biasanya juga

akan diikuti oleh peningkatan investasi. Investasi adalah perubahan modal, antara modal

dan tabungan tidak dapat dipisahkan dalam kontek pertumbuhan ekonomi. Walaupun

berfikir pada konsep yang kecil seperti yang dialami secara mikro, biasanya modal yang

kecil hanya akan dapat bergerak pada skop bisnis yang kecil pula. Begitu pula kalau

konsep mikro tersebut diterapkan secara makro, maka perekonomian dengan modal yang

kecil akan menghasilkan produk nasional atau pendapatan nasional yang kecil pula, dan

sebaliknya.

Perkembangan ekonomi suatu negara biasanya ditandai oleh besar atau kecilnya

pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Secara singkat pertumbuhan ekonomi adalah

proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, yaitu melihat bagaimana suatu

perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya pada

perubahan atau perkembangan itu sendiri ( Boediono: 1982, h.1).

Hal ini terlihat dengan banyaknya gagasan untuk memonitor atau mengukur hasil-

hasil pembangunan yang telah dicapai, ukuran yang selama ini biasa dipergunakan adalah

dengan pendapatan nasional atau GNP (Hendra Esmara: 1982, h.155).

Pencapaian besarnya GNP tersebut membutuhkan sejumlah investasi yang besar

dalam tiap-tiap periode pembangunan. Oleh Keynes, Investasi tersebut merupakan stock

of capital, secara sederhana investasi tersebut berasal dari tabungan dan tabungan itu

sendiri diperoleh dari pendapatan yang tidak dikonsumsi, sehingga dari sudut penerimaan

( income side ), adalah merupakan sisa dari pendapatan yang tidak dikonsumsi ( J.M.

Keynes: 1967, h.63 ).

Page 147: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

138

IKHTISAR 1 : PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA, TAHUN 1969 - 1997

PDB HargaPDB atas dasar harga kons tan Jumlah Angkatan Jumlah PendapatanPendapatanLaju Laju Laju Laju Laju Tingkat PendudukPengangguran

Tahun Berlaku (1973 = 100) (1983 = 100) (1993 = 100) Penduduk Kerja Pekerja Kurs Do llarIndeks Perkap ita RiilPerkap ita RiilPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhan Pert . Ekonomi Inflas i inflas i Non

(Milyar Rp) ( Milyar Rp) Juta) (Juta) (Juta) (Rp /Do llar)Imp lis it PDB(Milyar Rp) ( US $ ) PendapatanEkonomi RiilPenduduk Nominal Produktif

Perkap ita Riil

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)

= (2) / P DB Riil = P DB Riil / (6) = (16) - (14) = (6) - (8) = (7) - (8)

1969 2718.0 4820.5 115 38.3 34.6 385

1970 3238.0 5182.0 118 39.8 36.1 381

1971 3672.0 5544.7 120 41.3 37.6 418

1972 4564.0 6067.2 123 42.6 39.4 414

1973 6753.4 6753.4 126 44.0 41.2 418

1974 10708.0 7269.0 129 45.4 43.2 432

1975 12642.5 7630.8 132 46.9 45.2 421

1976 15466.7 8156.3 135 48.4 47.3 421

1977 19033.0 8882.0 138 49.4 48.3 421

1978 22746.0 9566.5 142 50.4 49.4 634

1979 32025.4 10164.9 144 51.4 50.5 632

1980 45445.7 11169.2 148 52.4 51.6 634

1981 54027.0 12034.6 151 54.5 53.6 643

1982 59632.6 12323.4 155 56.7 55.7 692

1983 77676.3 12842.2 77676.3 158 59.0 57.8 995

1984 89750.3 82910.7 161 61.4 59.4 1075

1985 96850.2 84959.1 164 63.8 62.5 1130

1986 102545.9 90013.6 167 70.2 68.3 1649

1987 124538.9 94302.2 171 72.3 70.2 1655

1988 142104.8 99981.4 173 74.4 72.1 1737

1989 167184.7 104436.6 175 76.7 74.1 1805

1990 195597.2 115217.3 178 78.9 76.1 1905

1991 227450.2 123225.2 181 81.3 78.2 1997

1992 259884.5 131184.8 185 83.7 80.4 2074

1993 329775.8 139701.1 329775.8 188 86.2 82.5 2118

1994 382219.7 354640.8 191 88.8 84.8 2205

1995 454514.1 383792.3 194 91.4 87.1 2305

1996 532630.8 414418.9 197 94.1 89.5 2385

1997 624337.1 443685.2 200 96.9 91.9 5700

Sumber: BPS Jakarta, berbagai Tahun penerbitan.

Page 148: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

139

Namun demikian, pendapatan nasional yang digunakan dalam penelitian ini

sebagaimana yang lebih cenderung di Indonesia dilakukan adalah Produk Domestik

Bruto ( Gross Domestic Product ) atau PDB, yaitu karena dalam perekonomian suatu

negara bahwa produksi nasional merupakan nilai tambah ( value added ) dari berbagai

lapangan usaha ekonomi.

Pada umumnya lebih kurang sekitar 75 % dari pendapatan nasional suatu negara

digunakan untuk konsumsi masyarakat atau rumah tangga dan sisanya merupakan

tabungan. Besar kecilnya tabungan ditentukan oleh pendapatan. Namun demikian, tidak

seluruh pendapatan yang tersisa menjadi tabungan produktif dan investasi produtif bagi

pembiayaan pembangunan dan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang efektif.

Ahli ekonomi barat yang termashur seperti Simon Kuznet, menyatakan bahwa

banyak ilmu pengetahuan didasarkan pada suatu kumpulan pengetahuan diskriptif dan

pada pengukuran empiris sangat membuhtuhkan pengetahuan tentang ketepatan yang

dapat dipercayai (Simon Kuznets: 1981, h.7).

Dengan demikian, kitapun juga tidak harus terlalu terikat dengan suatu teori saja,

sehingga untuk kontek penelitian di Indonesia diperlukan suatu model makro yang benar-

benar mempengaruhi tabungan tersebut . Ada kemungkinan estimasi yang dilakukan

akurat atau tidak sama sekali, sehingga diperlukan pula pengujian statistik dan yang

lebih penting dari pada itu perlu dilakukan penaksiran kondisi ekonomi tersebut dari

parameter-parameter hasil estimasi untuk fungsi jangka panjang atau jangka pendek atau

penggabungannya.

Untuk dapat lebih memahami akan pentingnya penyusunan data makro ekonomi,

berikut ini ditampilkan semacam permasalahan yang sederhana, yaitu data Pendapatan

Nasional Indonesia atau Produk Domestik Bruto ( Gross Domestic Product ) dan

dilengkapi dengan memasukan Data Sosial ekonomi seperti jumlah penduduk dan lain

sebagainya. Secara tidak langsung disadari atau tidak bahwa penggabungan data ekonomi

tersebut dengan data sosial ekonomi akan merupakan data pembangunan, oleh karena

ekonomi nasional merupakan bahagian dari pembangunan nasional. Sebagai contoh

untuk tujuan menentukan Pendapatan Nasional Perkapita, Tingkat Inflasi dan lain

sebagainya.

Anggaplah kolom-kolom kosong pada tabel atau ikhtisar pembangunan ekonomi

ini merupakan suatu pertanyaan yang harus dijawab/diisi. Maka untuk menjawab

pertanyaan tersebut peranan angka indeks “Indeks Implisit PDB” sangat penting sekali.

Khususnya untuk lebih memudahkan cara-cara penyusunan data Masing-masing Iktisar

atau Tabel pada list kiri dan atas ditampilkan semacam Worksheet frame Lotus 1,2,3.

Agaknya tanpa banyak mukadimah, maka kalau Iktisar 1 merupakana data awal yang

diketahui dan semua kolom kosong harus dijawab. Pada Iktisar 1 terdapat Produk

Domestik Bruto atau PDB untuk tiga katagori harga konstan ( Riil ), yaitu: (1). Data

PDB Tahun 1969-1983 adalah atas dasar harga konstan tahun 1973, (2). Data PDB tahun

1983-1993 adalah atas dasar harga konstan tahun 1983 dan (3). Data PDB tahun 1993-

1997 adalah atas dasar harga konstan tahun 1993. Untuk tujuan jawaban lengkap, Iktisar

1 adalah dianggap semacam pertanyaan, maka Iktisar 1a, Iktisar 1b dan Iktisar 1c

masing-masing adalah sebagai jawaban antara lain adalah data ekonomi pembangunan

atas dasar harga konstan tahun 1973, atas dasar harga konstan tahun 1983 dan atas dasar

harga konstan tahun 1993. Cara yang serupa akan diterapkan pula terhadap data yang

tersedia sesuai kebutuhan penelitian.

Page 149: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

140

IKHTISAR 1a : PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA, TAHUN 1969 - 1997

( Diperhitungkan, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )PDB HargaPDB atas dasar harga kons tan Jumlah Angkatan Jumlah PendapatanPendapatanLaju Laju Laju Laju Laju Tingkat PendudukPengangguran

Tahun Berlaku (1973 = 100) (1983 = 100) (1993 = 100) Penduduk Kerja Pekerja Kurs Do llarIndeks Perkap ita RiilPerkap ita RiilPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhan Pert . Ekonomi Inflas i inflas i Non

(Milyar Rp) ( Milyar Rp) Juta) (Juta) (Juta) (Rp /Do llar)Imp lis it PDB(Milyar Rp) ( US $ ) PendapatanEkonomi RiilPenduduk Nominal Produktif

Perkap ita Riil

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)

= (2 ) / PDB Riil = PDB Riil / (6 ) = (16 ) - (14 ) = (6 ) - (8 ) = (7) - (8 )

1969 2718.0 4820.5 115 38.3 34.6 385 56.384 41.917 0.109 0 0 0 0 0 0 80.4 3.7

1970 3238.0 5182.0 118 39.8 36.1 381 62.486 43.915 0.115 0.048 0.075 0.026 0.191 0.108 0.116 81.9 3.7

1971 3672.0 5544.7 120 41.3 37.6 418 66.225 46.206 0.111 0.052 0.070 0.017 0.134 0.060 0.064 82.4 3.7

1972 4564.0 6067.2 123 42.6 39.4 414 75.224 49.327 0.119 0.068 0.094 0.025 0.243 0.136 0.149 83.6 3.2

1973 6753.4 6753.4 126 44.0 41.2 418 100.000 53.598 0.128 0.087 0.113 0.024 0.480 0.329 0.367 84.8 2.8

1974 10708.0 7269.0 129 45.4 43.2 432 147.310 56.349 0.130 0.051 0.076 0.024 0.586 0.473 0.509 85.8 2.2

1975 12642.5 7630.8 132 46.9 45.2 421 165.677 57.809 0.137 0.026 0.050 0.023 0.181 0.125 0.131 86.8 1.7

1976 15466.7 8156.3 135 48.4 47.3 421 189.629 60.417 0.144 0.045 0.069 0.023 0.223 0.145 0.155 87.7 1.1

1977 19033.0 8882.0 138 49.4 48.3 421 214.287 64.362 0.153 0.065 0.089 0.022 0.231 0.130 0.142 89.7 1.1

1978 22746.0 9566.5 142 50.4 49.4 634 237.767 67.370 0.106 0.047 0.077 0.029 0.195 0.110 0.118 92.6 1.0

1979 32025.4 10164.9 144 51.4 50.5 632 315.059 70.590 0.112 0.048 0.063 0.014 0.408 0.325 0.345 93.5 0.9

1980 45445.7 11169.2 148 52.4 51.6 634 406.884 75.468 0.119 0.069 0.099 0.028 0.419 0.291 0.320 96.4 0.8

1981 54027.0 12034.6 151 54.5 53.6 643 448.931 79.699 0.124 0.056 0.077 0.020 0.189 0.103 0.111 97.4 0.9

1982 59632.6 12323.4 155 56.7 55.7 692 483.897 79.506 0.115 -0.002 0.024 0.026 0.104 0.078 0.080 99.3 1.0

1983 77676.3 12842.2 77676.3 158 59.0 57.8 995 604.852 81.280 0.082 0.022 0.042 0.019 0.303 0.250 0.260 100.2 1.2

1984 89750.3 13707.6 82910.7 161 61.4 59.4 1075 654.748 85.140 0.079 0.047 0.067 0.019 0.155 0.082 0.088 101.6 2.0

1985 96850.2 14046.3 84959.1 164 63.8 62.5 1130 689.509 85.648 0.076 0.006 0.025 0.019 0.079 0.053 0.054 101.5 1.3

1986 102545.9 14881.9 90013.6 167 70.2 68.3 1649 689.064 89.113 0.054 0.040 0.059 0.018 0.059 -0.001 -0.001 98.7 1.9

1987 124538.9 15591.0 94302.2 171 72.3 70.2 1655 798.789 91.175 0.055 0.023 0.048 0.024 0.214 0.159 0.167 100.8 2.1

1988 142104.8 16529.9 99981.4 173 74.4 72.1 1737 859.684 95.549 0.055 0.048 0.060 0.012 0.141 0.076 0.081 100.9 2.3

1989 167184.7 17266.5 104436.6 175 76.7 74.1 1805 968.262 98.666 0.055 0.033 0.045 0.012 0.176 0.126 0.132 100.9 2.6

1990 195597.2 19048.8 115217.3 178 78.9 76.1 1905 1026.819 107.016 0.056 0.085 0.103 0.017 0.170 0.060 0.067 101.9 2.8

1991 227450.2 20372.8 123225.2 181 81.3 78.2 1997 1116.441 112.557 0.056 0.052 0.070 0.017 0.163 0.087 0.093 102.8 3.1

1992 259884.5 21688.7 131184.8 185 83.7 80.4 2074 1198.246 117.236 0.057 0.042 0.065 0.022 0.143 0.073 0.078 104.6 3.3

1993 329775.8 23096.7 139701.1 329775.8 188 86.2 82.5 2118 1427.802 122.855 0.058 0.048 0.065 0.016 0.269 0.192 0.204 105.5 3.7

1994 382219.7 24838.2 150234.5 354640.8 191 88.8 84.8 2205 1538.836 130.043 0.059 0.059 0.075 0.016 0.159 0.078 0.084 106.2 4.0

1995 454514.1 26879.9 162583.8 383792.3 194 91.4 87.1 2305 1690.905 138.556 0.060 0.065 0.082 0.016 0.189 0.099 0.107 106.9 4.3

1996 532630.8 29025.0 175558.0 414418.9 197 94.1 89.5 2385 1835.079 147.335 0.062 0.063 0.080 0.015 0.172 0.085 0.092 107.5 4.6

1997 624337.1 31074.7 187955.9 443685.2 200 96.9 91.9 5700 2009.150 155.373 0.027 0.055 0.071 0.015 0.172 0.095 0.102 108.1 5.0

Sumber: BPS Jakarta, berbagai Tahun penerbitan.

Page 150: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

141

IKHTISAR 1b : PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA, TAHUN 1969 - 1997

( Diperhitungkan, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983 )PDB HargaPDB atas dasar harga kons tan Jumlah Angkatan Jumlah PendapatanPendapatanLaju Laju Laju Laju Laju Tingkat PendudukPengangguran

Tahun Berlaku (1973 = 100) (1983 = 100) (1993 = 100) PendudukKerja Pekerja Kurs Do llarIndeks Perkap ita RiilPerkap ita RiilPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhan Pert . Ekonomi Inflas i inflas i Non

(Milyar Rp) ( Milyar Rp) Juta) (Juta) (Juta) (Rp /Do llar)Imp lis it PDB(Milyar Rp) ( US $ ) PendapatanEkonomi RiilPenduduk Nominal Produktif

Perkap ita Riil

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)

= (2 ) / PDB Riil = PDB Riil / (6 ) = (16 ) - (14 ) = (6 ) - (8 ) = (7) - (8 )

1969 2718.0 4820.5 29156.9 115 38.3 34.6 385 9.322 253.538 0.659 0 0 0 0 0 0 80.4 3.7

1970 3238.0 5182.0 31343.4 118 39.8 36.1 381 10.331 265.622 0.697 0.048 0.075 0.026 0.191 0.108 0.116 81.9 3.7

1971 3672.0 5544.7 33537.2 120 41.3 37.6 418 10.949 279.477 0.669 0.052 0.070 0.017 0.134 0.060 0.064 82.4 3.7

1972 4564.0 6067.2 36697.6 123 42.6 39.4 414 12.437 298.354 0.721 0.068 0.094 0.025 0.243 0.136 0.149 83.6 3.2

1973 6753.4 6753.4 40848.1 126 44.0 41.2 418 16.533 324.191 0.776 0.087 0.113 0.024 0.480 0.329 0.367 84.8 2.8

1974 10708.0 7269.0 43966.7 129 45.4 43.2 432 24.355 340.827 0.789 0.051 0.076 0.024 0.586 0.473 0.509 85.8 2.2

1975 12642.5 7630.8 46155.0 132 46.9 45.2 421 27.391 349.659 0.831 0.026 0.050 0.023 0.181 0.125 0.131 86.8 1.7

1976 15466.7 8156.3 49333.5 135 48.4 47.3 421 31.351 365.434 0.868 0.045 0.069 0.023 0.223 0.145 0.155 87.7 1.1

1977 19033.0 8882.0 53723.0 138 49.4 48.3 421 35.428 389.297 0.925 0.065 0.089 0.022 0.231 0.130 0.142 89.7 1.1

1978 22746.0 9566.5 57863.2 142 50.4 49.4 634 39.310 407.487 0.643 0.047 0.077 0.029 0.195 0.110 0.118 92.6 1.0

1979 32025.4 10164.9 61482.6 144 51.4 50.5 632 52.089 426.962 0.676 0.048 0.063 0.014 0.408 0.325 0.345 93.5 0.9

1980 45445.7 11169.2 67557.1 148 52.4 51.6 634 67.270 456.467 0.720 0.069 0.099 0.028 0.419 0.291 0.320 96.4 0.8

1981 54027.0 12034.6 72791.5 151 54.5 53.6 643 74.222 482.063 0.750 0.056 0.077 0.020 0.189 0.103 0.111 97.4 0.9

1982 59632.6 12323.4 74538.3 155 56.7 55.7 692 80.003 480.892 0.695 -0.002 0.024 0.026 0.104 0.078 0.080 99.3 1.0

1983 77676.3 12842.2 77676.3 158 59.0 57.8 995 100.000 491.622 0.494 0.022 0.042 0.019 0.303 0.250 0.260 100.2 1.2

1984 89750.3 82910.7 161 61.4 59.4 1075 108.249 514.973 0.479 0.047 0.067 0.019 0.155 0.082 0.088 101.6 2.0

1985 96850.2 84959.1 164 63.8 62.5 1130 113.996 518.043 0.458 0.006 0.025 0.019 0.079 0.053 0.054 101.5 1.3

1986 102545.9 90013.6 167 70.2 68.3 1649 113.923 539.004 0.327 0.040 0.059 0.018 0.059 -0.001 -0.001 98.7 1.9

1987 124538.9 94302.2 171 72.3 70.2 1655 132.064 551.475 0.333 0.023 0.048 0.024 0.214 0.159 0.167 100.8 2.1

1988 142104.8 99981.4 173 74.4 72.1 1737 142.131 577.927 0.333 0.048 0.060 0.012 0.141 0.076 0.081 100.9 2.3

1989 167184.7 104436.6 175 76.7 74.1 1805 160.082 596.781 0.331 0.033 0.045 0.012 0.176 0.126 0.132 100.9 2.6

1990 195597.2 115217.3 178 78.9 76.1 1905 169.764 647.288 0.340 0.085 0.103 0.017 0.170 0.060 0.067 101.9 2.8

1991 227450.2 123225.2 181 81.3 78.2 1997 184.581 680.802 0.341 0.052 0.070 0.017 0.163 0.087 0.093 102.8 3.1

1992 259884.5 131184.8 185 83.7 80.4 2074 198.106 709.107 0.342 0.042 0.065 0.022 0.143 0.073 0.078 104.6 3.3

1993 329775.8 139701.1 329775.8 188 86.2 82.5 2118 236.058 743.091 0.351 0.048 0.065 0.016 0.269 0.192 0.204 105.5 3.7

1994 382219.7 150234.5 354640.8 191 88.8 84.8 2205 254.415 786.568 0.357 0.059 0.075 0.016 0.159 0.078 0.084 106.2 4.0

1995 454514.1 162583.8 383792.3 194 91.4 87.1 2305 279.557 838.061 0.364 0.065 0.082 0.016 0.189 0.099 0.107 106.9 4.3

1996 532630.8 175558.0 414418.9 197 94.1 89.5 2385 303.393 891.157 0.374 0.063 0.080 0.015 0.172 0.085 0.092 107.5 4.6

1997 624337.1 187955.9 443685.2 200 96.9 91.9 5700 332.172 939.780 0.165 0.055 0.071 0.015 0.172 0.095 0.102 108.1 5.0

Sumber: BPS Jakarta, berbagai Tahun penerbitan.

Page 151: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

142

IKHTISAR 1c : PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA, TAHUN 1969 - 1997

( Diperhitungkan, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )PDB HargaPDB atas dasar harga kons tan Jumlah Angkatan Jumlah PendapatanPendapatanLaju Laju Laju Laju Laju Tingkat PendudukPengangguran

Tahun Berlaku (1973 = 100) (1983 = 100) (1993 = 100) PendudukKerja Pekerja Kurs Do llarIndeks Perkap ita RiilPerkap ita RiilPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhan Pert . Ekonomi Inflas i inflas i Non

(Milyar Rp) ( Milyar Rp) Juta) (Juta) (Juta) (Rp /Do llar)Imp lis it PDB(Milyar Rp) ( US $ ) PendapatanEkonomi RiilPenduduk Nominal Produktif

Perkap ita Riil

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)

= (2 ) / PDB Riil = PDB Riil / (6 ) = (16 ) - (14 ) = (6 ) - (8 ) = (7) - (8 )

1969 2718.0 4820.5 29156.9 68827.2 115 38.3 34.6 385 3.949 598.497 1.555 0 0 0 0 0 0 80.4 3.7

1970 3238.0 5182.0 31343.4 73988.7 118 39.8 36.1 381 4.376 627.023 1.646 0.048 0.075 0.026 0.191 0.108 0.116 81.9 3.7

1971 3672.0 5544.7 33537.2 79167.4 120 41.3 37.6 418 4.638 659.728 1.578 0.052 0.070 0.017 0.134 0.060 0.064 82.4 3.7

1972 4564.0 6067.2 36697.6 86627.6 123 42.6 39.4 414 5.269 704.290 1.701 0.068 0.094 0.025 0.243 0.136 0.149 83.6 3.2

1973 6753.4 6753.4 40848.1 96425.2 126 44.0 41.2 418 7.004 765.279 1.831 0.087 0.113 0.024 0.480 0.329 0.367 84.8 2.8

1974 10708.0 7269.0 43966.7 103786.9 129 45.4 43.2 432 10.317 804.550 1.862 0.051 0.076 0.024 0.586 0.473 0.509 85.8 2.2

1975 12642.5 7630.8 46155.0 108952.7 132 46.9 45.2 421 11.604 825.399 1.961 0.026 0.050 0.023 0.181 0.125 0.131 86.8 1.7

1976 15466.7 8156.3 49333.5 116455.8 135 48.4 47.3 421 13.281 862.636 2.049 0.045 0.069 0.023 0.223 0.145 0.155 87.7 1.1

1977 19033.0 8882.0 53723.0 126817.4 138 49.4 48.3 421 15.008 918.967 2.183 0.065 0.089 0.022 0.231 0.130 0.142 89.7 1.1

1978 22746.0 9566.5 57863.2 136590.7 142 50.4 49.4 634 16.653 961.906 1.517 0.047 0.077 0.029 0.195 0.110 0.118 92.6 1.0

1979 32025.4 10164.9 61482.6 145134.7 144 51.4 50.5 632 22.066 1007.880 1.595 0.048 0.063 0.014 0.408 0.325 0.345 93.5 0.9

1980 45445.7 11169.2 67557.1 159474.1 148 52.4 51.6 634 28.497 1077.528 1.700 0.069 0.099 0.028 0.419 0.291 0.320 96.4 0.8

1981 54027.0 12034.6 72791.5 171830.3 151 54.5 53.6 643 31.442 1137.949 1.770 0.056 0.077 0.020 0.189 0.103 0.111 97.4 0.9

1982 59632.6 12323.4 74538.3 175953.8 155 56.7 55.7 692 33.891 1135.186 1.640 -0.002 0.024 0.026 0.104 0.078 0.080 99.3 1.0

1983 77676.3 12842.2 77676.3 183361.2 158 59.0 57.8 995 42.362 1160.514 1.166 0.022 0.042 0.019 0.303 0.250 0.260 100.2 1.2

1984 89750.3 82910.7 195717.4 161 61.4 59.4 1075 45.857 1215.636 1.131 0.047 0.067 0.019 0.155 0.082 0.088 101.6 2.0

1985 96850.2 84959.1 200552.9 164 63.8 62.5 1130 48.292 1222.883 1.082 0.006 0.025 0.019 0.079 0.053 0.054 101.5 1.3

1986 102545.9 90013.6 212484.4 167 70.2 68.3 1649 48.260 1272.362 0.772 0.040 0.059 0.018 0.059 -0.001 -0.001 98.7 1.9

1987 124538.9 94302.2 222608.0 171 72.3 70.2 1655 55.945 1301.801 0.787 0.023 0.048 0.024 0.214 0.159 0.167 100.8 2.1

1988 142104.8 99981.4 236014.2 173 74.4 72.1 1737 60.210 1364.244 0.785 0.048 0.060 0.012 0.141 0.076 0.081 100.9 2.3

1989 167184.7 104436.6 246531.1 175 76.7 74.1 1805 67.815 1408.749 0.780 0.033 0.045 0.012 0.176 0.126 0.132 100.9 2.6

1990 195597.2 115217.3 271979.8 178 78.9 76.1 1905 71.916 1527.976 0.802 0.085 0.103 0.017 0.170 0.060 0.067 101.9 2.8

1991 227450.2 123225.2 290883.1 181 81.3 78.2 1997 78.193 1607.089 0.805 0.052 0.070 0.017 0.163 0.087 0.093 102.8 3.1

1992 259884.5 131184.8 309672.4 185 83.7 80.4 2074 83.922 1673.905 0.807 0.042 0.065 0.022 0.143 0.073 0.078 104.6 3.3

1993 329775.8 139701.1 329775.8 188 86.2 82.5 2118 100.000 1754.127 0.828 0.048 0.065 0.016 0.269 0.192 0.204 105.5 3.7

1994 382219.7 354640.8 191 88.8 84.8 2205 107.777 1856.758 0.842 0.059 0.075 0.016 0.159 0.078 0.084 106.2 4.0

1995 454514.1 383792.3 194 91.4 87.1 2305 118.427 1978.311 0.858 0.065 0.082 0.016 0.189 0.099 0.107 106.9 4.3

1996 532630.8 414418.9 197 94.1 89.5 2385 128.525 2103.649 0.882 0.063 0.080 0.015 0.172 0.085 0.092 107.5 4.6

1997 624337.1 443685.2 200 96.9 91.9 5700 140.716 2218.426 0.389 0.055 0.071 0.015 0.172 0.095 0.102 108.1 5.0

Sumber: BPS Jakarta, berbagai Tahun penerbitan.

Page 152: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

143

5. Data Ekonomi Nasional Murni Yang Dihimpun Pemerintah

Pada bagian ini terdapat dua kelompok data ekonomi nasional resmi yang

dipublikasi pemerintah, yaitu data yang berdasarkan harga berlaku (current price ) dan

berdasarkan harga konstan (constan price ). Yang dimaksud data harga berlaku, yaitu

nilai ukur saat data itu diperhitungkan dan hingga sampai saat ini tetap berlaku sebesar

yang tercantum semula. Sedangkan yang dimaksud dengan harga konstan, yaitu nilai

ukur data tersebut yang dipatokan pada suatu tahun tertentu, maksudnya nilai harga

berlakunya mengikuti standar nilai tahun tertentu yang dumaksudkan. Di Indonesia untuk

rentang waktu 1969 s/d 1998 dan bahkan sampai sekarang telah terjadi tiga kali

perhitungan tahun dasar, tahun 1973, tahun 1983 dan tahun 1993. Penetapan tahun dasar

bukan berarti selalu setiap kali sepuluh tahun, seperti contoh yang terjadi di Indonesia

hanya berkebetulan saja. Penetapan tahun dasar mengikuti situasi atau kesan ekonomi itu

sendiri.

Meskipun penulis tidak mutlak 100 % persis sama seperti asumsi BPS, namun

sekilas masih nampak kesan ekonomi yang terjadi. Tahun 1973 sengaja ditetapkan karena

awal dari Pelita I dan pada pengujung Pelita pertama itu kiprah ekonomi Indonesia mulai

nampak mengalami kesuksesan, antara lain terjadinya rezeki migas yang sangat memadai

“Oil Boom” yang menyebabkan Neraca Pembayaran mengalami perbaikan yang dasyat,

sehingga menyebabkan pula devisa ekspor Migas tersebut memperbesar pendapatan

nasional serta menaikkan Anggaran Negara pada waktu itu. Kesan buruknya ternyata

dipenghujung Pelita I tersebut, yaitu tahun 1974 adanya semacam kebijaksanaan ekonomi

dari pemerintah, yaitu Kebijaksanaan Nopember tahun 1974 yang disebut dengan

singkatan KNOP. Kebijaksanaan ini terjadi tidak lain karena kurang mampunya

pemerintah mengendalikan perekonomian yang telah berjalan beberapa tahun terdahulu,

sehingga terjadinya semacam kondisi ekonomi kurang menguntungkan waktu itu. Kiprah

pembangunan yang mantap telah dibarengi oleh kenaikan harga yang sangat cepat. Tidak

dapat dipungkiri kiranya bahwa pembangunan di Indonesia pada waktu itu telah dibiayai

oleh yang inflasi yang tinggi atau Indonesia mau tidak mau telah tertuduh membangun

dengan Inflasi.

Tahun 1983 Indonesia kembali menetapkan tahun dasar. Terpilihnya tahun 1983

sebagai tahun dasar disebabkan pula terjadinya kesan yang kurang baik pula, yaitu tahun

1983 Indonesia melakukan Kebijaksanaan ekonomi yang pada waktu tersebut lebih

dikenal dengan “Kebijaksanaan Deregulasi dan Debiroktisasi”. Kebijaksanaan ini

dilakukan oleh pemerintah sebagai akibat sektor luar negeri, khususnya Perdagangan luar

negeri Indonesia yang sangat anjlok sehinga devisa ekspor mengecil sangat tajam,

pendapatan nasional menurun drastis dan Anggaran Negara pun sangat menurun, bahkan

gemanya ini sangatlah dasyat dalam pembangunan di Indonesia dua tahun 1982 dan 1983

Konsumsi melebihi Pendapatan ( Konsumsi Domestik Broto atao Total Konsumsi lebih

besar dari PDB ). Dengan kata lain dua tahun tersebut bahwa Tabungan Minus. Boleh

dikatakan pada dua tahun tersebut Indonesia hidup dari hutang. Kesan ekonomi yang

kurang menguntungkan dua tahun tersebut rupanya memperpajang waktu hingga

Indonesia tahun 1986 mengadakan “Kebijaksanaan Devaluasi Rupiah 1986”.

Kebijaksanaan Devaluasi Rupiah tersebut dianggap waktu itu sebagai penutup atau

Page 153: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

144

mengakiri bencana ekonomi yang terjadi selama ini, yaitu tahun 1982 s/d 1986 Indonesia

mengalami “Resesi Ekonomi”.

Tahun 1993 terpilih sebagai Tahun dasar dan kurang persis penulis ketahui,

namun yang pasti Indonesia kiprah pembangunannya hingga sampai saat ini selalu

bergemakan proses harga yang cenderung menaik tajam atau terjadinya proses

pembangunan yang berkesinambungan yang mengandung Inflasi yang tinggi. Dengan

kata lain Indonesia tidak punya pilihan lain, kecuali membangun dengan Inflasi. Menurut

hemat penulis, agaknya tahun 1997 atau tahun 1998 perlu diadakan revisi ulang ekonomi

atau penetapan tahun dasar, oleh karena kesan yang terjadi sangatlah banyak, paling tidak

terjadinya lengsernya Soeharto. Kenapa tahun ini tidak dibuat, penulis tidaklah

mengetahui banyak apa alasanya. Apakah harus menunggu tahun 2003 kembali rutin

sekali 10 tahun ?.

Terlepas dari penetapan tahun dasar tersebut, kembali kita tinjau sirkulasi data

ekonomi nasional, dalam hal ini kita mencoba membandingkan angka demi angka antara

nilai berdasarkan harga berlaku dengan atas dasar harga konstan tahun tertentu. Sudah

tiga kali tahun 1973, tahun 1983 dan tahun 1993 penetapan tahun dasar. Sebagai contoh

data harga berlaku tahun 1970 tetapi dinilai pada tahun 1973 ( tahun 1973 = 100 ). Jelas

bahwa dibandingkan besarnya angkanya tahun 1970 tersebut antara berdasarkan harga

berlaku dengan berdasarkan harga konstan tahun 1973, maka nilai harga konstannya akan

besar. Dan untuk data diatas tahun 1973, umpama data tahun 1976 antara yang

berdasarkan harga berlaku dengan yang berdasarkan harga konstan tahun 1973, maka

nilai harga konstannya akan kecil, sedangkan untuk data tahun 1973 itu sendiri bernilai

sama. Hal yang menyebabkan perbedaan ini adalah karena proses harga yang semenjak

tahun 1969 dari tahun ke tahun yang selalu cenderung menaik. Demikianlah kiranya akan

pentingnya para analis ekonomi mengetahui proses harga yang terjadi dalam

pembangunan.

Untuk memperlihatkan data resmi yang telah dihimpun oleh pemerintah tersebut,

hanya dapat penulis ungkapkan tabel demi tabel secara beruntun dan saling terkait. Tidak

lebih dan tidak bukan tabel tersebut sebagai berikut:

1. Data Ekonomi Indonesia atas Dasar Harga Berlaku “Nilai Nominal”

1.1. Tabel 1. Balance of Payment and International Trade,

Years 1969/70-1997/98

( Billion US Dollars, At Current Prices )

1.2. Tabel 2. Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara,

Tahun 1969/70-1997/98

( Dalam Milyar Rupiah, Berdasarkan harga Berlaku )

1.3. Tabel 3. Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto,

Tahun 1969-1997

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Berlaku )

Page 154: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

145

2. Data Ekonomi Indonesia atas Dasar Harga Konstan

Tahun Tertentu “Nilai Riil”

2.1. Tabel 4a. Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto,

Tahun 1969-1983 ( 1973 = 100 )

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )

2.2. Tabel 4b. Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto,

Tahun 1969-1983 ( 1983 = 100 )

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983 )

2.3. Tabel 4c. Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto,

Tahun 1969-1983 ( 1993 = 100 )

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )

Page 155: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

146

Tabel 1 : BALANCE OF PAYMENTS AND INTERNATIONAL TRADE, YEARS 1969/70 - 1997/98

( Billion US Dollars, At Current Prices )

Current Account ( Netto ) Capital Transaction

Merchandise Services Total SDR Official Private Debt Total Errors Monetary Reserves Totals (Netto) Capital Capital Repay- and Movement Outflow

Years Export f.o.b Import Total Ment Omis- f.o.b sions Oil Non-Oil Total and Gas and Gas

1969/70 384 660 1044 -1097 -53 -448 -501 35 371 27 -31 402 56 43 -532 -99 1970/71 443 761 1204 -1102 102 -490 -388 28 369 115 -47 465 -95 18 -435 77 1971/72 590 784 1374 -1248 126 -574 -448 30 400 190 -78 542 6 -100 -526 94 1972/73 965 974 1939 -1651 288 -845 -557 - 481 488 -66 895 87 -425 -623 338 1973/74 1708 1905 3613 -3074 539 -1295 -756 - 643 594 -81 1111 5 -360 -837 355 1974/75 5153 2033 7186 -5097 2089 -2227 -138 - 660 -131 -89 440 -311 9 -227 302 1975/76 5273 1873 7146 -5409 1737 -2591 -854 - 1995 -1075 -77 843 -353 364 -931 -11 1976/77 6350 2863 9213 -7173 2040 -2842 -802 - 1823 38 -168 1695 108 -1001 -970 893 1977/78 7353 3507 10860 -7866 2994 -3784 -790 - 2106 176 -761 1521 -80 -651 -1551 731 1978/79 7374 3979 11353 -8443 2910 -4065 -1155 64 2208 392 -632 2032 -169 -708 -1787 877 1979/80 12340 6171 18511 -10722 7789 -5591 2198 65 2690 -1318 -692 745 -1253 -1690 1506 2943 1980/81 17298 5557 22855 -14242 8613 -6482 2131 62 2684 -361 -615 1770 -1165 -2736 1516 3901 1981/82 18824 4170 22994 -17911 5083 -7873 -2790 - 3521 1140 -809 3852 -2050 988 -3599 1062 1982/83 14744 3928 18672 -18496 176 -7215 -7039 - 5011 1795 -926 5880 -2121 3280 -7965 -1159 1983/84 14449 5367 19816 -16304 3512 -7663 -4151 - 5793 1191 -1010 5974 247 -2070 -5161 1823 1984/85 13994 5907 19901 -14427 5474 -7442 -1968 - 3519 499 -1292 2726 -91 -667 -3260 758 1985/86 13115 6106 19221 -13573 5648 -7752 -2104 - 3658 599 -1342 2915 -750 -61 -3446 811 1986/87 12545 6398 18943 -13040 5903 -8117 -2214 - 3840 203 1777 2266 0 -52 -437 52 1987/88 12767 7961 20728 -14829 5899 -8433 -2534 308 4141 371 -2109 2711 -83 -94 -4643 177 1988/89 12774 9907 22681 -16864 5817 -8719 -2902 601 4466 678 -2502 3243 -173 -168 -5404 341 1989/90 12489 12328 24817 -19179 5638 -8959 -3321 795 4816 1238 -2970 3879 -255 -303 -6291 558 1990/91 11816 15340 27156 -21810 5346 -9148 -3802 709 5193 2262 -3524 4640 -293 -545 -7326 838 1991/92 10626 19088 29714 -24803 4911 -9263 -4352 - 5600 4133 -4182 5551 -218 -981 -8534 1199 1992/93 10480 24823 35303 -27317 7986 -10547 -2561 - 5755 4284 -4840 5199 -1199 -1439 -7401 2638 1993/94 9334 27170 36504 -29127 7377 -10317 -2940 - 6195 4648 -5132 5711 -2044 -727 -8072 2771 1994/95 10445 31716 42161 -34122 8039 -11527 -3488 - 5651 4645 -5546 4750 -646 -616 -9034 1262 1995/96 10616 37138 47754 -41502 6252 -13293 -7041 - 5730 11672 -4939 11463 -1771 -2651 -11980 4422 1996/97 12771 39267 52038 -45819 6219 -14288 -8069 - 5298 13488 -6118 12668 -701 -3898 -14187 4599 1997/98 10346 45970 56316 -43352 12964 -15067 -2103 - 8220 -8947 -4118 -4845 -3073 10021 -6221 -6948

Source: Central Bureau Of Stat is t ics , National Income Of Indones ia: Main Tab les , Several Years Pub lishing ; and Economic Ind icato rs , Monthly Stat is t ical Bullet in Until to July 1998 .

No te : Since 1991/92 -1997/98 , Balance o f Payment are showed as Analyt ical Presentat ion; and Since 1997/1998 ,Monetary Movement is based on Gross Fo reign Assets , Rep lacing Official Reserves .

Page 156: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

147

Tabel 2 : REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA, 1969/70-1997/98

( Dalam Milyar Rupiah, Berdasarkan Harga Berlaku )

Penerimaan Dalam Negeri Pengeluaran Defisit Bantuan Defisit Tabung- Angga- Luar an

Tahun Pajak Langsung Pajak Pene- Jumlah Rutin Pemba- Jumlah ran Negeri Peme- T idak rimaan ngunan Negara rintah Migas Non Jumlah Lang- Bukan

Migas sung Pajak

1969/70 48 43 91 150 3 244 217 118 335 -91 91 -27 27 1970/71 69 53 122 210 13 345 288 170 458 -113 120 -50 57 1971/72 113 69 182 218 28 428 349 196 545 -117 135 -61 79 1972/73 199 103 302 254 35 591 438 298 736 -145 158 -140 153 1973/74 345 160 505 413 50 968 713 451 1164 -196 204 -247 255 1974/75 973 256 1229 458 67 1754 1016 962 1978 -224 232 -730 738 1975/76 1249 343 1592 539 110 2241 1333 1398 2731 -490 492 -906 908 1976/77 1619 427 2046 741 119 2906 1630 2055 3685 -779 784 -1271 1276 1977/78 1949 563 2512 879 144 3535 2149 2157 4306 -771 773 -1384 1386 1978/79 2309 688 2997 1078 191 4266 2744 2556 5300 -1034 1035 -1521 1522 1979/80 4260 870 5130 1380 187 6697 4062 4014 8076 -1379 1381 -2633 2635 1980/81 7020 1211 8231 1680 316 10227 5800 5916 11716 -1489 1494 -4422 4427 1981/82 8628 1473 10101 1776 336 12213 6978 6940 13918 -1705 1709 -5231 5235 1982/83 8170 1840 10010 1972 436 12418 6996 7360 14356 -1938 1940 -5420 5422 1983/84 9520 2085 11605 2309 519 14433 8412 9899 18311 -3878 3882 -6017 6021 1984/85 10430 2278 12708 2511 687 15906 9429 9952 19381 -3475 3478 -6474 6477 1985/86 11160 3074 14234 3712 732 18678 12399 10647 23046 -4368 4368 -6279 6279 1986/87 9738 2881 12619 4260 954 17833 13126 8296 21422 -3589 3589 -4707 4707 1987/88 10083 3108 13191 6823 1717 21731 17340 9770 27110 -5379 5556 -4214 4391 1988/89 9536 3354 12890 8991 1533 23414 20935 12317 33252 -9838 10124 -2193 2479 1989/90 13381 3619 17000 12465 2039 31504 24335 15394 39729 -8225 8330 -7064 7169 1990/91 17740 3904 21644 18107 2442 42193 29121 18251 47372 -5179 8382 -9869 13072 1991/92 15070 4212 19282 20707 2593 42582 29053 23075 52128 -9546 9975 -13100 13529 1992/93 15331 4545 19876 25547 3440 48863 33605 26906 60511 -11648 11098 -15808 15258 1993/94 12503 4904 17407 32802 5904 56113 40290 28428 68718 -12605 10753 -17675 15823 1994/95 13537 5291 18828 41157 6433 66418 44069 30692 74761 -8343 9838 -20854 22349 1995/96 14849 5708 20557 43200 7801 71558 52541 29812 82353 -10795 11170 -18642 19017 1996/97 19872 6159 26031 49674 9087 84792 61568 33454 95022 -10230 11048 -22406 23224 1997/98 14871 6645 21516 58319 8226 88061 62159 38928 101087 -13026 13026 -25902 25902

Sumber : Bank Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, beberapa tahun penerbitan; Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.

Page 157: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

148

Tabel 3 : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Berlaku )

Konsumsi Perdagangan Luar Negeri Pajak Pbt 'kan Peru- Penda- T idak

Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN Tangga rintah Domestik Stok Netto sung sutan

Bruto Netto

1969 2297.8 199.0 2496.8 317.0 0 328.2 424.0 -95.8 2718.0 -34.9 2683.1 135.0 176.0 2372.11970 2578.7 293.0 2871.7 455.0 0 434.0 522.7 -88.7 3238.0 -48.5 3189.5 188.0 219.0 2782.51971 2847.7 341.0 3188.7 580.0 0 526.8 623.5 -96.7 3672.0 -67.9 3604.1 229.0 238.7 3136.41972 3308.7 414.0 3722.7 857.0 0 762.4 778.1 -15.7 4564.0 -144.2 4419.8 236.0 297.1 3886.71973 4804.1 716.0 5520.1 1208.0 0 1356.1 1330.8 25.3 6753.4 -254.4 6499.0 328.0 439.0 5732.01974 7343.8 841.0 8184.8 1797.0 0 3044.5 2318.3 726.2 10708.0 -498.6 10209.4 447.0 696.0 9066.41975 8731.5 1253.7 9985.2 2571.7 0 2897.2 2811.6 85.6 12642.5 -556.8 12085.7 519.2 821.0 10745.51976 10572.3 1590.5 12162.8 3204.9 0 3621.3 3522.3 99.0 15466.7 -482.5 14984.2 690.5 1006.3 13287.41977 12481.0 2077.3 14558.3 3826.4 0 4512.8 3864.5 648.3 19033.0 -677.8 18355.2 845.6 1235.7 16273.91978 15184.5 2658.9 17843.4 4670.7 0 4973.9 4742.0 231.9 22746.0 -866.7 21879.3 1028.9 1482.8 19367.61979 19513.7 3733.4 23247.1 6704.3 0 9628.7 7554.7 2074.0 32025.4 -1484.4 30541.0 1304.8 2089.4 27146.81980 27502.9 4688.2 32191.1 9485.2 0 13849.2 10079.8 3769.4 45445.7 -2010.7 43435.0 1634.6 2962.1 38838.31981 35560.0 5787.9 41347.9 11553.4 0 14927.9 13802.2 1125.7 54027.0 -1924.9 52102.1 1752.2 3511.8 46838.11982 41670.3 6831.7 48502.0 13467.1 0 13345.2 15681.7 -2336.5 59632.6 -1957.5 57675.1 2132.5 3876.1 51666.51983 47063.0 8077.3 55140.3 19467.9 2847.0 19846.1 19625.0 221.1 77676.3 -3283.1 74393.2 2450.8 3883.8 68058.61984 54066.5 9121.5 63188.0 20136.1 3271.6 22999.3 19844.7 3154.6 89750.3 -4182.7 85567.6 2723.4 4487.5 78356.71985 57201.4 10893.1 68094.5 22366.9 4690.1 21533.9 19835.2 1698.7 96850.2 -3940.9 92909.3 3596.5 4842.5 84470.31986 63355.3 11328.7 74684.0 24781.9 4106.3 20009.9 21036.2 -1026.3 102545.9 -4192.5 98353.4 6528.7 5127.3 86697.41987 71988.9 11763.5 83752.4 30980.2 7850.9 29894.7 27939.3 1955.4 124538.9 -6017.3 118521.6 7183.2 6226.9 105111.51988 81045.3 12755.8 93801.1 36802.6 8006.9 34665.6 31171.4 3494.2 142104.8 -6921.7 135183.1 9032.7 7105.4 119045.01989 88752.3 15697.6 104449.9 45659.8 13171.0 42505.0 38601.0 3904.0 167184.7 -8074.1 159110.6 12444.5 8364.5 138301.61990 106312.3 17572.6 123884.9 55633.4 15071.5 51953.1 50945.7 1007.4 195597.2 -9615.5 185981.7 13420.1 9783.9 162777.71991 125035.8 20784.6 145820.4 63893.9 16847.8 62263.8 61375.7 888.1 227450.2 -10899.3 216550.9 15003.5 11379.8 190167.61992 135880.3 24731.3 160611.6 70820.2 22404.9 76384.4 70336.6 6047.8 259884.5 -12446.8 247437.7 17794.6 13044.7 216598.41993 192958.4 29756.7 222715.1 86667.3 10545.5 88230.9 78383.0 9847.9 329775.8 -12552.6 317223.2 21171.1 16488.8 279563.31994 228119.3 31014.0 259133.3 105380.6 13326.5 101331.9 96952.6 4379.3 382219.7 -10248.4 371971.3 24720.6 19111.0 328139.71995 279876.4 35584.2 315460.6 129217.5 15900.4 119592.5 125656.9 -6064.4 454514.1 -13366.1 441148.0 27486.5 22725.7 390935.81996 331586.1 40299.2 371885.3 157652.7 6371.5 137533.3 140812.0 -3278.7 532630.8 -14272.2 518358.6 28498.1 26631.5 463229.01997 388255.1 42293.3 430548.4 179269.2 17994.0 174423.1 177897.6 -3474.5 624337.1 -19117.5 605219.6 30232.9 31216.9 543769.8

Sumber : Republik Indo nes ia , No ta Keuangan dan Rancangan Anggaran P endapatan dan Belanja Negara Tahun 1988/1989; Biro P us a t S ta tis tik, P endapatan Nas io nal

Indo nes ia ( Tabel-Tabel P o ko k ), Tahun 1983-1988, Tahun 1988-1993 dan Tahun 1994-1997, Badan P us a t S ta tis tik, Indika to r Eko no mi, edis i J uli 1998.

Page 158: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

149

Tabel 4a : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1983

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )

Konsumsi Perdagangan Luar Negeri Pajak

Pbt'kan Peru- Penda- Tidak

Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN

Tangga*) rintah Domestik Stok Netto sung sutan

Bruto Netto

1969 3791.5 414.0 4205.5 537.8 0 746.0 668.8 77.2 4820.5 -55.0 4765.5 234.1 313.3 4218.1

1970 3904.6 483.9 4388.5 715.3 0 834.0 755.8 78.2 5182.0 -70.2 5111.8 251.7 336.8 4523.3

1971 4088.0 518.3 4606.3 866.9 0 942.7 871.2 71.5 5544.7 -94.8 5449.9 271.9 360.3 4817.7

1972 4323.5 560.9 4884.4 1032.0 0 1143.3 992.6 150.7 6067.1 -183.9 5883.2 294.5 394.2 5194.5

1973 4804.1 716.0 5520.1 1208.0 0 1356.1 1330.8 25.3 6753.4 -245.4 6508.0 328.0 439.0 5741.0

1974 5502.1 641.0 6143.1 1440.0 0 1445.0 1759.1 -314.1 7269.0 -378.3 6890.7 351.7 472.5 6066.5

1975 5699.2 835.5 6534.7 1650.2 0 1410.1 1964.2 -554.1 7630.8 -389.0 7241.8 370.6 496.0 6375.2

1976 6153.5 896.7 7050.2 1749.2 0 1650.2 2293.3 -643.1 8156.3 -314.1 7842.2 399.1 530.8 6912.3

1977 6399.6 1044.4 7444.0 2027.2 0 1805.8 2395.3 -589.5 8881.7 -420.1 8461.6 430.8 576.6 7454.2

1978 6879.5 1228.2 8107.7 2332.9 0 1824.3 2698.4 -874.1 9566.5 -493.2 9073.3 466.2 624.0 7983.1

1979 7865.8 1345.0 9210.8 2436.0 0 1822.0 3303.9 -1481.9 10164.9 -649.2 9515.7 495.7 663.5 8356.5

1980 8867.7 1489.6 10357.3 2896.0 0 1719.3 3823.4 -2104.1 11149.2 -758.7 10390.5 544.3 728.5 9117.7

1981 10349.5 1641.0 11990.5 3218.5 0 1678.2 4832.6 -3154.4 12054.6 -673.7 11380.9 587.4 786.2 10007.3

1982 10697.5 1776.1 12473.6 3636.7 0 1444.3 5229.2 -3784.9 12325.4 -652.7 11672.7 600.6 803.9 10268.2

1983 11501.1 1758.9 13260.0 3921.2 0 1535.0 5874.0 -4339.0 12842.2 -835.1 12007.1 625.8 837.6 10543.7

Keterangan: Khusus PNN tahun 1983, merupakan angka diperbaiki

*). Residual

Sumber : Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 1988/1989; Biro Pusat Statistik,

Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tabel V.92.

Page 159: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

150

Tabel 4b : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1983-1993

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983 )

Konsumsi Perdagangan Luar Negeri Pajak

Pbt'kan Peru- Penda- Tidak

Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN

Tangga rintah Domestik Stok*) Netto sung sutan

Bruto Netto

1983 47063.0 8077.3 55140.3 19467.9 2847.0 19846.1 19625.0 221.1 77676.3 -3283.1 74393.2 2450.8 3883.8 68058.6

1984 48942.2 8353.0 57295.2 18296.5 4325.3 21144.9 18151.2 2993.7 82910.7 -3821.7 79089.0 2653.0 4145.5 72290.5

1985 49448.0 8991.2 58439.2 19615.8 6518.5 19494.7 19109.1 385.6 84959.1 -3846.1 81113.0 3024.3 4248.0 73840.7

1986 50530.0 9241.3 59771.3 21421.7 6265.9 22460.3 19905.6 2554.7 90013.6 -3802.2 86211.4 3445.4 4500.7 78265.3

1987 52200.4 9225.7 61426.1 22596.8 4835.7 25742.4 20298.8 5443.6 94302.2 -4247.8 90054.4 4550.1 4715.1 80789.2

1988 54225.0 9924.3 64149.3 25200.9 1119.9 26015.5 16504.2 9511.3 99981.4 -3481.7 96499.7 6355.2 4996.2 85148.3

1989 56475.7 10965.3 67441.0 28568.1 1417.2 28733.2 18722.9 10010.3 107436.6 -3710.6 103726.0 7997.1 5362.6 90366.3

1990 62053.2 11317.3 73370.5 32731.5 3302.8 28862.8 23050.3 5812.5 115217.3 -4231.0 110986.3 8112.5 5642.9 97230.9

1991 66584.0 12112.7 78696.7 34867.2 1989.6 34600.8 26929.1 7671.7 123225.2 -4435.6 118789.6 8123.6 6161.0 104505.0

1992 68484.5 12819.0 81303.5 36589.3 2314.2 39674.8 28697.0 10977.8 131184.8 -4955.7 126229.1 8945.6 6557.8 110725.7

Keterangan: Tahun 1983 s/d 1987 dan tahun 1991, adalah angka diperbaiki (revised figures)

Tahun 1992 adalah angka sementara (Preliminary figures )

Tahun 1993 adalah angka sangat sementara (Very preliminary figures )

*). Sisa (residual)

Sumber: Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 1988/1989; Biro Pusat Statistik,

Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun: 1983-1988 dan Tahun 1998-1993.

Page 160: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

151

Tabel 4c : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1993-1997

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )

Konsumsi Perdagangan Luar Negeri Pajak

Pbt'kan Peru- Penda- Tidak

Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN

Tangga rintah Domestik Stok*) Netto sung sutan

Bruto Netto

1993 192958.4 29756.7 222715.1 86667.3 10545.5 88230.9 78383.0 9847.9 329775.8 -12552.6 317223.2 21171.1 16488.8 279563.3

1994 208062.1 30442.6 238504.7 98589.0 14836.0 97002.1 94291.0 2711.1 354640.8 -9729.8 344911.0 23105.9 17732.0 304073.1

1995 234245.4 30850.6 265096.0 112386.4 15852.7 104491.8 114034.6 -9542.8 383792.3 -11923.8 371868.5 23209.6 19189.6 329469.3

1996 259719.2 31681.4 291400.6 128698.6 3791.1 112391.4 121862.6 -9471.2 414419.1 -12486.8 401932.3 22173.2 20720.9 359038.2

1997 273592.5 31739.5 305332.0 134033.5 4733.1 119445.0 129858.4 -10413.4 433685.2 -14093.8 419591.4 21000.8 21684.3 376906.3

Keterangan: Tahun 1996 adalah angka sementara (Preliminary figures )

Tahun 1997 adalah angka sangat sementara (Very preliminary figures )

*). Sisa (residual)

Sumber: Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.

Page 161: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

152

Tabel 5a : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )

Konsumsi Perdagangan Luar Negeri Pajak Pbt'kan Peru- Penda- Tidak

Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN Tangga rintah Domestik Stok Netto sung sutan

Bruto Netto

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) = (2)+(3) = (7)-(8) = (4)+(5)+(6)+(10) = (11)+(12) = (13)-(14)-(15)

= (4)-(3) = (11)-(5)-(10)-(6) = (7)-(8) = (13)-(11) = (13)-(14)-(16)

1969 3791.5 414.0 4205.5 537.8 0 746.0 668.8 77.2 4820.5 -55.0 4765.5 234.1 313.3 4218.11970 3904.6 483.9 4388.5 715.3 0 834.0 755.8 78.2 5182.0 -70.2 5111.8 251.7 336.8 4523.31971 4088.0 518.3 4606.3 866.9 0 942.7 871.2 71.5 5544.7 -94.8 5449.9 271.9 360.3 4817.71972 4323.5 560.9 4884.4 1032.0 0 1143.3 992.6 150.7 6067.1 -183.9 5883.2 294.5 394.2 5194.51973 4804.1 716.0 5520.1 1208.0 0 1356.1 1330.8 25.3 6753.4 -245.4 6508.0 328.0 439.0 5741.01974 5502.1 641.0 6143.1 1440.0 0 1445.0 1759.1 -314.1 7269.0 -378.3 6890.7 351.7 472.5 6066.51975 5699.2 835.5 6534.7 1650.2 0 1410.1 1964.2 -554.1 7630.8 -389.0 7241.8 370.6 496.0 6375.21976 6153.5 896.7 7050.2 1749.2 0 1650.2 2293.3 -643.1 8156.3 -314.1 7842.2 399.1 530.8 6912.31977 6399.6 1044.4 7444.0 2027.2 0 1805.8 2395.3 -589.5 8881.7 -420.1 8461.6 430.8 576.6 7454.21978 6879.5 1228.2 8107.7 2332.9 0 1824.3 2698.4 -874.1 9566.5 -493.2 9073.3 466.2 624.0 7983.11979 7865.8 1345.0 9210.8 2436.0 0 1822.0 3303.9 -1481.9 10164.9 -649.2 9515.7 495.7 663.5 8356.51980 8867.7 1489.6 10357.3 2896.0 0 1719.3 3823.4 -2104.1 11149.2 -758.7 10390.5 544.3 728.5 9117.71981 10349.5 1641.0 11990.5 3218.5 0 1678.2 4832.6 -3154.4 12054.6 -673.7 11380.9 587.4 786.2 10007.31982 10697.5 1776.1 12473.6 3636.7 0 1444.3 5229.2 -3784.9 12325.4 -652.7 11672.7 600.6 803.9 10268.21983 11501.1 1758.9 13260.0 3921.2 0 1535.0 5874.0 -4339.0 12842.2 -835.1 12007.1 625.8 837.6 10543.71984 11960.3 1818.9 13778.2 3685.3 0 1635.5 5432.9 -3797.4 13707.6 -942.6 12765.0 677.4 888.3 11199.31985 12083.9 1957.9 14053.3 3951.0 0 1507.8 5719.6 -4211.8 14046.3 -954.6 13091.7 772.2 880.0 11439.51986 12348.4 2012.4 14373.7 4314.7 0 1737.2 5958.0 -4220.8 14881.9 -967.4 13914.6 879.8 909.9 12124.91987 12756.6 2009.0 14771.6 4551.4 0 1991.1 6075.7 -4084.6 15591.0 -1056.1 14534.8 1161.8 857.0 12515.91988 13251.3 2161.1 15426.5 5075.9 0 2012.2 4939.9 -2927.7 16529.9 -954.8 15575.1 1622.8 761.1 13191.31989 13801.3 2387.8 16218.0 5754.2 0 2222.4 5604.0 -3381.6 17762.5 -1021.0 16741.4 2042.0 699.8 13999.61990 15164.4 2464.4 17644.0 6592.7 0 2232.4 6899.2 -4666.8 19048.8 -1135.6 17913.2 2071.5 778.7 15063.11991 16271.6 2637.6 18924.8 7022.9 0 2676.2 8060.2 -5384.0 20372.8 -1200.1 19172.7 2074.3 908.4 16190.01992 16736.0 2791.4 19551.7 7369.8 0 3068.7 8589.4 -5520.7 21688.7 -1315.3 20373.4 2284.2 935.5 17153.71993 17711.5 2793.8 20514.1 7789.1 0 3271.5 8970.5 -5699.0 23097.7 -1542.2 21555.5 2456.7 980.7 18118.11994 19097.9 2858.2 21968.5 8860.5 0 3596.7 10791.1 -7194.4 24839.3 -1402.4 23436.9 2681.2 1049.1 19706.51995 21501.2 2896.5 24417.8 10100.6 0 3874.4 13050.6 -9176.2 26881.0 -1612.4 25268.7 2693.2 1223.0 21352.41996 23839.4 2974.5 26840.7 11566.6 0 4167.3 13946.5 -9779.2 29026.2 -1714.6 27311.5 2573.0 1469.8 23268.81997 25112.8 2980.0 28123.9 12046.1 0 4428.9 14861.6 -10432.7 30375.6 -1864.1 28511.5 2436.9 1647.8 24426.8

Sumber : Diolah oleh penulis dari Republik Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1988/1989; Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia

( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 1983-1988, Tahun 1988-1993 dan Tahun 1994-1997, Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.

Page 162: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

153

Tabel 5b : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983 )

Konsumsi Perdagangan Luar Negeri Pajak Pbt'kan Peru- Penda- Tidak

Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN Tangga rintah Domestik Stok Netto sung sutan

Bruto Netto

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) = (2)+(3) = (7)-(8) = (4)+(5)+(6)+(10) = (11)+(12) = (13)-(14)-(15)

= (4)-(3) = (11)-(5)-(10)-(6) = (7)-(8) = (13)-(11) = (13)-(14)-(16)

1969 15515.0 1901.2 17488.1 2670.1 0 9645.1 2234.5 7410.6 29156.9 369.0 29525.9 916.8 1381.7 27227.41970 15977.8 2222.2 18249.1 3551.3 0 10782.8 2525.1 8257.7 31343.4 328.1 31671.5 985.7 1488.3 29197.51971 16728.3 2380.2 19154.8 4304.0 0 12188.2 2910.7 9277.5 33537.2 229.1 33766.3 1064.8 1603.7 31097.81972 17691.9 2575.8 20311.3 5123.7 0 14781.8 3316.3 11465.5 36697.0 -246.0 36450.9 1153.3 1767.6 33530.01973 19658.6 3288.0 22954.7 5997.5 0 17533.1 4446.2 13086.9 40848.1 -526.0 40322.1 1284.5 1979.9 37057.61974 22514.8 2943.6 25545.4 7149.3 0 18682.5 5877.1 12805.3 43966.7 -1273.5 42693.2 1377.4 2157.1 39158.71975 23321.4 3836.8 27173.9 8192.9 0 18231.3 6562.4 11668.9 46155.0 -1286.5 44868.5 1451.4 2265.8 41151.31976 25180.4 4117.9 29317.5 8684.4 0 21335.5 7661.9 13673.6 49333.5 -745.1 48588.4 1563.0 2407.2 44618.31977 26187.4 4796.1 30955.1 10064.6 0 23347.3 8002.7 15344.6 53721.1 -1295.0 52426.1 1687.1 2622.8 48116.21978 28151.2 5640.2 33715.0 11582.3 0 23586.5 9015.3 14571.1 57863.2 -1647.1 56216.1 1825.8 2860.1 51530.21979 32187.2 6176.6 38302.1 12094.2 0 23556.7 11038.3 12518.4 61482.6 -2525.5 58957.1 1941.3 3075.3 53940.41980 36287.0 6840.6 43069.7 14378.0 0 22228.9 12774.0 9455.0 67436.2 -3059.0 64377.1 2131.6 3391.6 58853.91981 42350.6 7535.9 49861.2 15979.1 0 21697.5 16145.7 5551.9 72912.5 -2399.1 70513.4 2300.4 3616.8 64596.21982 43774.6 8156.3 51870.1 18055.4 0 18673.4 17470.7 1202.7 74550.4 -2229.1 72321.3 2352.1 3689.0 66280.31983 47063.0 8077.3 55140.3 19467.9 0 19846.1 19625.0 221.1 77676.3 -3283.1 74393.2 2450.8 3883.8 68058.61984 48942.2 8353.0 57295.2 18296.5 4325.3 21144.9 18151.2 2993.7 82910.7 -3821.7 79089.0 2653.0 4145.5 72290.51985 49448.0 8991.2 58439.2 19615.8 6518.5 19494.7 19109.1 385.6 84959.1 -3846.1 81113.0 3024.3 4248.0 73840.71986 50530.0 9241.3 59771.3 21421.7 6265.9 22460.3 19905.6 2554.7 90013.6 -3802.2 86211.4 3445.4 4500.7 78265.31987 52200.4 9225.7 61426.1 22596.8 4835.7 25742.4 20298.8 5443.6 94302.2 -4247.8 90054.4 4550.1 4715.1 80789.21988 54225.0 9924.3 64149.3 25200.9 1119.9 26015.5 16504.2 9511.3 99981.4 -3481.7 96499.7 6355.2 4996.2 85148.31989 56475.7 10965.3 67441.0 28568.1 1417.2 28733.2 18722.9 10010.3 107436.6 -3710.6 103726.0 7997.1 5362.6 90366.31990 62053.2 11317.3 73370.5 32731.5 3302.8 28862.8 23050.3 5812.5 115217.3 -4231.0 110986.3 8112.5 5642.9 97230.91991 66584.0 12112.7 78696.7 34867.2 1989.6 34600.8 26929.1 7671.7 123225.2 -4435.6 118789.6 8123.6 6161.0 104505.01992 68484.5 12819.0 81303.5 36589.3 2314.2 39674.8 28697.0 10977.8 131184.8 -4955.7 126229.1 8945.6 6557.8 110725.71993 72476.4 12829.7 85305.9 38671.2 3403.7 42296.8 29970.5 12326.3 139707.1 -6154.1 133553.0 9621.0 6981.4 116950.61994 78149.4 13125.4 91353.8 43990.7 4788.5 46501.6 36053.1 10448.5 150241.0 -5031.2 145209.7 10500.3 7505.6 127203.91995 87984.0 13301.3 101539.0 50147.1 5116.7 50092.1 43602.2 6489.8 162590.8 -6031.8 156559.0 10547.4 8183.7 137827.91996 97552.1 13659.5 111614.4 57425.7 1223.6 53879.0 46595.3 7283.7 175565.6 -6349.5 169216.1 10076.4 8942.1 150197.61997 102763.0 13684.6 116950.5 59806.1 1527.7 57260.5 49652.6 7607.8 183727.6 -7076.9 176650.7 9543.6 9434.7 157672.4

Sumber : Diolah oleh penulis dari Republik Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1988/1989; Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia

( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 1983-1988, Tahun 1988-1993 dan Tahun 1994-1997, Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.

Page 163: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

154

Tabel 5c : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )

Konsumsi Perdagangan Luar Negeri Pajak Pbt'kan Peru- Penda- Tidak

Tahun Rumah Peme- Jumlah Modal bahan Ekspor Impor jumlah PDB patan PNB Lang- Penyu- PNN Tangga rintah Domestik Stok Netto sung sutan

Bruto Netto

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) = (2)+(3) = (7)-(8) = (4)+(5)+(6)+(10) = (11)+(12) = (13)-(14)-(15)

= (4)-(3) = (11)-(5)-(10)-(6) = (7)-(8) = (13)-(11) = (13)-(14)-(16)

1969 41306.6 4409.5 45657.7 5984.0 0 20119.6 5843.9 14275.7 68824.2 1307.5 70131.8 2017.4 3028.8 65085.51970 42538.8 5154.1 47644.4 7959.0 0 22492.9 6604.1 15888.9 73985.5 1242.6 75228.1 2169.1 3264.2 69794.81971 44536.8 5520.5 50009.0 9645.8 0 25424.6 7612.4 17812.2 79163.9 1039.8 80203.8 2343.2 3523.2 74337.41972 47102.5 5974.2 53028.3 11482.8 0 30834.7 8673.2 22161.6 86622.5 -42.0 86580.5 2537.9 3891.1 80151.41973 52338.4 7626.2 59929.8 13441.1 0 36573.9 11628.3 24945.6 96421.1 -645.7 95775.4 2826.6 4364.8 88584.01974 59942.8 6827.3 66693.5 16022.5 0 38971.6 15370.7 23600.8 103782.5 -2375.1 101407.4 3030.9 4770.1 93606.41975 62090.1 8899.0 70945.0 18361.3 0 38030.3 17162.8 20867.5 108948.1 -2373.7 106574.4 3193.8 5010.9 98369.71976 67039.5 9550.8 76541.6 19462.9 0 44505.8 20038.5 24467.3 116450.8 -1040.6 115410.2 3439.4 5313.7 106657.21977 69720.6 11124.0 80817.0 22556.1 0 48702.3 20929.7 27772.6 126807.7 -2282.0 124525.6 3712.5 5794.4 115018.71978 74948.9 13081.6 88022.5 25957.6 0 49201.3 23578.2 25623.1 136584.8 -3057.1 133527.8 4017.6 6330.5 123179.71979 85694.2 14325.7 99998.5 27104.7 0 49139.2 28868.9 20270.3 145128.4 -5090.1 140038.4 4271.8 6825.3 128941.31980 96609.4 15865.8 112445.7 32223.0 0 46369.4 33408.2 12961.2 159181.7 -6269.3 152912.4 4690.7 7535.1 140686.61981 112753.0 17478.4 130176.8 35811.4 0 45261.0 42226.4 3034.5 172108.5 -4620.8 167487.7 5062.1 8012.4 154413.21982 116544.3 18917.4 135421.6 40464.6 0 38952.7 45691.9 -6739.2 175974.8 -4192.8 171782.0 5175.8 8167.2 158438.91983 125299.1 18734.2 143959.3 43630.2 0 41398.9 51326.0 -9927.2 183353.3 -6650.1 176703.2 5393.0 8620.3 162689.91984 130302.2 19373.6 149585.3 41004.9 13400.8 44108.1 47471.5 -3363.4 195709.0 -7852.0 187857.0 5838.0 9213.0 172806.01985 131648.8 20853.8 152572.0 43961.6 20195.9 40665.8 49976.8 -9310.9 200544.2 -7879.7 192664.5 6655.0 9497.8 176511.71986 134529.5 21433.9 156049.8 48008.9 19413.3 46852.1 52059.9 -5207.8 212475.3 -7700.7 204774.6 7581.6 10104.5 187088.41987 138976.7 21397.7 160370.2 50642.4 14982.2 53698.5 53088.2 610.3 222598.4 -8695.8 213902.7 10012.5 10768.5 193121.71988 144367.0 23018.0 167479.8 56478.6 3469.7 54268.2 43164.1 11104.1 236004.1 -6792.1 229212.0 13984.7 11685.4 203541.81989 150359.2 25432.5 176073.7 64024.9 4390.8 59937.3 48966.7 10970.6 253601.9 -7225.6 246376.3 17597.7 12763.5 216015.11990 165208.5 26248.9 191554.4 73355.6 10232.9 60207.6 60284.3 -76.7 271968.1 -8346.7 263621.4 17851.6 13345.2 232424.61991 177271.2 28093.7 205459.9 78142.0 6164.3 72177.1 70428.7 1748.4 290870.6 -8714.3 282156.3 17876.1 14467.4 249812.81992 182331.0 29731.9 212265.7 82001.5 7170.0 82761.4 75052.4 7709.1 309659.1 -9832.1 299827.0 19684.9 15459.1 264683.11993 192958.4 29756.7 222715.1 86667.3 10545.5 88230.9 78383.0 9847.9 329775.8 -12552.6 317223.2 21171.1 16488.8 279563.31994 208062.1 30442.6 238504.7 98589.0 14836.0 97002.1 94291.0 2711.1 354640.8 -9729.8 344911.0 23105.9 17732.0 304073.11995 234245.4 30850.6 265096.0 112386.4 15852.7 104491.8 114034.6 -9542.8 383792.3 -11923.8 371868.5 23209.6 19189.6 329469.31996 259719.2 31681.4 291400.6 128698.6 3791.1 112391.4 121862.6 -9471.2 414419.1 -12486.8 401932.3 22173.2 20720.9 359038.21997 273592.5 31739.5 305332.0 134033.5 4733.1 119445.0 129858.4 -10413.4 433685.2 -14093.8 419591.4 21000.8 21684.3 376906.3

Sumber : Diolah oleh penulis dari Republik Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1988/1989; Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia

( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 1983-1988, Tahun 1988-1993 dan Tahun 1994-1997, Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.

Page 164: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

155

Tabel 6a : AGREGATIF MAKRO EKONOMI INDONESIA, TAHUN 1969-1997

Tahun Indeks AP C AP S COR ICOR P ertum-MP S MP C MultiplierStock P erubahan Modal Inves tas i P enda- Kurs P endudukAngkatan P ekerja Tingkat Bunga

Implis it buhan Modal Stock P roduktif Netto patan Dollar Kerja Inves tas i (%)

P DB Ekonomi Modal Dispos ible(1973=100) (= Inves tas i) (J uta J iwa)(J uta J iwa )(J uta J iwa) No minal Riil

1969 56 .384 0 .872 0 .128 0 .112 0 .112 0 0 0 8 .963 537.8 537.8 224 .5 224 .5 3984 .0 385 115 38 .3 34 .6 12 .06 21.39

1970 62 .486 0 .847 0 .153 0 .138 1.979 0 .075 0 .148 0 .852 2 .037 10253 .6 715.3 9916 .8 378 .5 4271.6 381 118 39 .8 36 .1 12 .18 19 .49

1971 66 .225 0 .831 0 .169 0 .156 2 .390 0 .070 0 .167 0 .833 2 .392 13252 .6 866 .9 12892 .3 506 .6 4545.8 418 120 41.3 37.6 12 .30 18 .57

1972 75.225 0 .805 0 .195 0 .170 1.975 0 .094 0 .186 0 .814 3 .164 11985.5 1032 .0 11591.3 637.8 4900 .0 414 123 42 .6 39 .4 13 .50 17.95

1973 100 .000 0 .817 0 .183 0 .179 1.760 0 .113 0 .199 0 .801 3 .899 11887.1 1208 .0 11448 .1 769 .0 5413 .0 418 126 44 41.2 12 .90 12 .90

1974 147.310 0 .845 0 .155 0 .198 2 .793 0 .076 0 .213 0 .787 2 .222 20301.3 1440 .0 19828 .8 967.5 5714 .8 432 129 45.4 43 .2 11.40 7.74

1975 165.677 0 .856 0 .144 0 .216 4 .561 0 .050 0 .227 0 .773 1.721 34804 .7 1650 .2 34308 .7 1154 .2 6004 .6 421 132 46 .9 45.2 13 .40 8 .09

1976 189 .629 0 .864 0 .136 0 .214 3 .329 0 .069 0 .229 0 .771 5.308 27149 .4 1749 .2 26618 .6 1218 .4 6513 .2 421 135 48 .4 47.3 14 .20 7.49

1977 214 .295 0 .838 0 .162 0 .228 2 .795 0 .089 0 .249 0 .751 2 .609 24820 .8 2027.2 24244 .2 1450 .6 7023 .4 421 138 49 .4 48 .3 7.20 3 .36

1978 237.767 0 .848 0 .152 0 .244 3 .407 0 .077 0 .263 0 .737 2 .240 32590 .1 2332 .9 31966 .1 1708 .9 7516 .9 634 142 50 .4 49 .4 7.30 3 .07

1979 315.059 0 .906 0 .094 0 .240 4 .071 0 .063 0 .255 0 .745 5.804 41379 .8 2436 .0 40716 .3 1772 .5 7860 .8 632 144 51.4 50 .5 13 .20 4 .19

1980 407.614 0 .929 0 .071 0 .260 2 .942 0 .097 0 .285 0 .715 2 .140 32803 .1 2896 .0 32074 .6 2167.5 8573 .4 634 148 52 .4 51.6 12 .90 3 .16

1981 448 .186 0 .995 0 .005 0 .267 3 .555 0 .081 0 .289 0 .711 2 .807 42851.5 3218 .5 42065.3 2432 .3 9419 .9 643 151 54 .5 53 .6 16 .30 3 .64

1982 483 .819 1.012 -0 .012 0 .295 13 .429 0 .022 0 .302 0 .698 0 .648 165523 .6 3636 .7 164719 .7 2832 .8 9667.6 692 155 56 .7 55.7 17.20 3 .56

1983 604 .852 1.033 -0 .033 0 .305 7.587 0 .042 0 .318 0 .682 1.817 97439 .7 3921.2 96602 .1 3083 .6 9917.9 995 158 59 57.8 13 .20 2 .18

1984 654 .748 1.005 -0 .005 0 .269 4 .258 0 .067 0 .287 0 .713 -3 .668 58372 .9 3685.3 57484 .7 2797.0 10521.9 1075 161 61.4 59 .4 18 .60 2 .84

1985 689 .509 1.001 -0 .001 0 .281 11.666 0 .025 0 .288 0 .712 1.274 163870 .6 3951.0 162990 .6 3071.0 10667.2 1130 164 63 .8 62 .5 10 .30 1.49

1986 689 .064 0 .966 0 .034 0 .290 5.163 0 .059 0 .307 0 .693 2 .297 76839 .4 4314 .7 75929 .5 3404 .9 11245.2 1649 167 70 .2 68 .3 13 .00 1.89

1987 798 .789 0 .947 0 .053 0 .292 6 .419 0 .048 0 .306 0 .694 2 .996 100081.3 4551.4 99224 .3 3694 .4 11354 .1 1655 171 72 .3 70 .2 14 .50 1.82

1988 859 .684 0 .933 0 .067 0 .307 5.406 0 .060 0 .326 0 .674 1.790 89361.0 5075.9 88599 .9 4314 .9 11568 .5 1737 173 74 .4 72 .1 15.86 1.84

1989 941.225 0 .913 0 .087 0 .324 4 .668 0 .075 0 .348 0 .652 1.817 82922 .8 5754 .2 82223 .1 5054 .4 11957.6 1805 175 76 .7 74 .1 17.35 1.84

1990 1026 .819 0 .926 0 .074 0 .346 5.125 0 .072 0 .371 0 .629 1.534 97625.8 6592 .7 96847.2 5814 .1 12991.6 1905 178 78 .9 76 .1 18 .97 1.85

1991 1116 .441 0 .929 0 .071 0 .345 5.305 0 .070 0 .369 0 .631 3 .078 108068 .2 7022 .9 107159 .8 6114 .5 14115.7 1997 181 81.3 78 .2 21.17 1.90

1992 1198 .246 0 .901 0 .099 0 .340 5.600 0 .065 0 .362 0 .638 3 .794 121463 .6 7369 .8 120528 .1 6434 .3 14869 .5 2074 185 83 .7 80 .4 20 .17 1.68

1993 1427.743 0 .888 0 .112 0 .337 5.528 0 .065 0 .359 0 .641 3 .360 127690 .6 7789 .1 126709 .9 6808 .4 15661.4 2118 188 86 .2 82 .5 18 .64 1.31

1994 1538 .772 0 .884 0 .116 0 .357 5.088 0 .075 0 .384 0 .616 1.625 126374 .9 8860 .5 125325.7 7811.4 17025.3 2205 191 88 .8 84 .8 16 .53 1.07

1995 1690 .835 0 .908 0 .092 0 .376 4 .947 0 .082 0 .407 0 .593 1.647 132978 .4 10100 .6 131755.4 8877.6 18659 .2 2305 194 91.4 87.1 17.09 1.01

1996 1835.002 0 .925 0 .075 0 .398 5.392 0 .080 0 .430 0 .570 1.463 156510 .7 11566 .6 155040 .9 10096 .8 20695.8 2385 197 94 .1 89 .5 17.30 0 .94

1997 2055.392 0 .926 0 .074 0 .397 8 .927 0 .046 0 .415 0 .585 2 .814 271160 .3 12046 .1 269512 .6 10398 .3 21989 .8 5700 200 96 .9 91.9 17.09 0 .83

Sumber : Diolah oleh penulis dari Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), berbagai tahun penerbitan; Bank Indonesia,

Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, berbagai tahun penerbitan, dan Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.

Page 165: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

156

Tabel 6b : AGREGATIF MAKRO EKONOMI INDONESIA, TAHUN 1969-1997

Tahun Indeks AP C AP S COR ICOR P ertum-MP S MP C MultiplierStock P erubahan Modal Inves tas i P enda- Kurs P endudukAngkatan P ekerja Tingkat Bunga

Implis it buhan Modal Stock P roduktif Netto patan Dollar Kerja Inves tas i (%)

P DB Ekonomi Modal Dispos ible(1983=100) (= Inves tas i) (J uta J iwa)(J uta J iwa )(J uta J iwa) No minal Riil

1969 9 .322 0 .600 0 .400 0 .092 0 .092 0 0 0 10 .920 2670 .1 2670 .1 1288 .4 1288 .4 26310 .6 385 115 38 .3 34 .6 12 .06 129 .37

1970 10 .331 0 .582 0 .418 0 .113 1.624 0 .075 0 .122 0 .878 2 .481 50907.0 3551.3 49418 .7 2063 .0 28211.8 381 118 39 .8 36 .1 12 .18 117.90

1971 10 .949 0 .571 0 .429 0 .128 1.962 0 .070 0 .137 0 .863 2 .915 65796 .0 4304 .0 64192 .3 2700 .3 30033 .0 418 120 41.3 37.6 12 .30 112 .34

1972 12 .437 0 .553 0 .447 0 .140 1.622 0 .094 0 .153 0 .847 3 .855 59505.6 5123 .7 57738 .0 3356 .1 32376 .7 414 123 42 .6 39 .4 13 .50 108 .55

1973 16 .533 0 .562 0 .438 0 .147 1.445 0 .113 0 .163 0 .837 4 .751 59016 .8 5997.5 57036 .9 4017.6 35773 .1 418 126 44 41.2 12 .90 78 .03

1974 24 .355 0 .581 0 .419 0 .163 2 .292 0 .076 0 .175 0 .825 2 .708 100791.6 7149 .3 98634 .5 4992 .2 37781.3 432 129 45.4 43 .2 11.40 46 .81

1975 27.391 0 .589 0 .411 0 .178 3 .744 0 .050 0 .186 0 .814 2 .097 172797.8 8192 .9 170532 .0 5927.1 39700 .0 421 132 46 .9 45.2 13 .40 48 .92

1976 31.351 0 .594 0 .406 0 .176 2 .732 0 .069 0 .188 0 .812 6 .467 134790 .7 8684 .4 132383 .5 6277.2 43055.3 421 135 48 .4 47.3 14 .20 45.29

1977 35.429 0 .576 0 .424 0 .187 2 .294 0 .089 0 .204 0 .796 3 .179 123229 .7 10064 .6 120606 .8 7441.8 46429 .0 421 138 49 .4 48 .3 7.20 20 .32

1978 39 .310 0 .583 0 .417 0 .200 2 .796 0 .077 0 .216 0 .784 2 .729 161802 .6 11582 .3 158942 .5 8722 .2 49704 .4 634 142 50 .4 49 .4 7.30 18 .57

1979 52 .089 0 .623 0 .377 0 .197 3 .341 0 .063 0 .209 0 .791 7.071 205441.9 12094 .2 202366 .5 9018 .9 51999 .1 632 144 51.4 50 .5 13 .20 25.34

1980 67.391 0 .639 0 .361 0 .213 2 .415 0 .097 0 .234 0 .766 2 .607 162860 .2 14378 .0 159468 .6 10986 .4 56722 .3 634 148 52 .4 51.6 12 .90 19 .14

1981 74 .098 0 .684 0 .316 0 .219 2 .918 0 .081 0 .237 0 .763 3 .420 212748 .2 15979 .1 209131.4 12362 .3 62295.8 643 151 54 .5 53 .6 16 .30 22 .00

1982 79 .990 0 .696 0 .304 0 .242 11.023 0 .022 0 .248 0 .752 0 .789 821788 .3 18055.4 818099 .3 14366 .5 63928 .2 692 155 56 .7 55.7 17.20 21.50

1983 100 .000 0 .710 0 .290 0 .251 6 .228 0 .042 0 .261 0 .739 2 .213 483766 .8 19467.9 479883 .0 15584 .1 65607.8 995 158 59 57.8 13 .20 13 .20

1984 108 .249 0 .691 0 .309 0 .221 3 .495 0 .067 0 .236 0 .764 -4 .468 289808 .9 18296 .5 285663 .4 14151.0 69637.5 1075 161 61.4 59 .4 18 .60 17.18

1985 113 .996 0 .688 0 .312 0 .231 9 .576 0 .025 0 .237 0 .763 1.553 813581.7 19615.8 809333 .7 15367.8 70816 .4 1130 164 63 .8 62 .5 10 .30 9 .04

1986 113 .923 0 .664 0 .336 0 .238 4 .238 0 .059 0 .252 0 .748 2 .799 381490 .6 21421.7 376989 .9 16921.0 74819 .9 1649 167 70 .2 68 .3 13 .00 11.41

1987 132 .064 0 .651 0 .349 0 .240 5.269 0 .048 0 .251 0 .749 3 .650 496882 .0 22596 .8 492166 .9 17881.7 76239 .1 1655 171 72 .3 70 .2 14 .50 10 .98

1988 142 .131 0 .642 0 .358 0 .252 4 .437 0 .060 0 .267 0 .733 2 .181 443657.8 25200 .9 438661.6 20204 .7 78793 .1 1737 173 74 .4 72 .1 15.86 11.16

1989 155.612 0 .628 0 .372 0 .266 3 .832 0 .075 0 .286 0 .714 2 .214 411693 .8 28568 .1 406331.2 23205.5 82369 .2 1805 175 76 .7 74 .1 17.35 11.15

1990 169 .764 0 .637 0 .363 0 .284 4 .207 0 .072 0 .305 0 .695 1.869 484691.0 32731.5 479048 .1 27088 .6 89118 .4 1905 178 78 .9 76 .1 18 .97 11.17

1991 184 .581 0 .639 0 .361 0 .283 4 .354 0 .070 0 .303 0 .697 3 .750 536534 .9 34867.2 530373 .9 28706 .2 96381.4 1997 181 81.3 78 .2 21.17 11.47

1992 198 .106 0 .620 0 .380 0 .279 4 .597 0 .065 0 .297 0 .703 4 .622 603040 .4 36589 .3 596482 .6 30031.5 101780 .1 2074 185 83 .7 80 .4 20 .17 10 .18

1993 236 .048 0 .611 0 .389 0 .277 4 .538 0 .065 0 .295 0 .705 4 .094 633941.7 38671.2 626960 .3 31689 .8 107329 .6 2118 188 86 .2 82 .5 18 .64 7.90

1994 254 .404 0 .608 0 .392 0 .293 4 .176 0 .075 0 .315 0 .685 1.980 627423 .9 43990 .7 619918 .3 36485.1 116703 .6 2205 191 88 .8 84 .8 16 .53 6 .50

1995 279 .545 0 .625 0 .375 0 .308 4 .061 0 .082 0 .334 0 .666 2 .006 660209 .1 50147.1 652025.4 41963 .4 127280 .6 2305 194 91.4 87.1 17.09 6 .11

1996 303 .380 0 .636 0 .364 0 .327 4 .426 0 .080 0 .353 0 .647 1.783 777041.7 57425.7 768099 .6 48483 .6 140121.2 2385 197 94 .1 89 .5 17.30 5.70

1997 339 .817 0 .637 0 .363 0 .326 7.327 0 .046 0 .341 0 .659 3 .429 1346252 .5 59806 .1 1336817.9 50371.5 148128 .8 5700 200 96 .9 91.9 17.09 5.03

Sumber: Diolah oleh penulis dari Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), berbagai tahun penerbitan; Bank Indonesia,

Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, berbagai tahun penerbitan, dan Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.

Page 166: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

157

Tabel 6c : AGREGATIF MAKRO EKONOMI INDONESIA, TAHUN 1969-1997

Tahun Indeks AP C AP S COR ICOR P ertum-MP S MP C MultiplierStock P erubahan Modal Inves tas i P enda- Kurs P endudukAngkatan P ekerja Tingkat Bunga

Implis it buhan Modal Stock P roduktif Netto patan Dollar Kerja Inves tas i (%)

P DB Ekonomi Modal Dispos ible(1993=100) (= Inves tas i) (J uta J iwa)(J uta J iwa )(J uta J iwa) No minal Riil

1969 3 .949 0 .663 0 .337 0 .087 0 .087 0 0 0 11.501 5984 .0 5984 .0 2955.1 2955.1 63068 .1 385 115 38 .3 34 .6 12 .06 305.38

1970 4 .377 0 .644 0 .356 0 .108 1.542 0 .075 0 .116 0 .884 2 .613 114089 .3 7959 .0 110825.1 4694 .7 67625.7 381 118 39 .8 36 .1 12 .18 278 .30

1971 4 .638 0 .632 0 .368 0 .122 1.863 0 .070 0 .130 0 .870 3 .070 147457.6 9645.8 143934 .4 6122 .6 71994 .2 418 120 41.3 37.6 12 .30 265.17

1972 5.269 0 .612 0 .388 0 .133 1.540 0 .094 0 .145 0 .855 4 .060 133359 .9 11482 .8 129468 .9 7591.7 77613 .5 414 123 42 .6 39 .4 13 .50 256 .22

1973 7.004 0 .622 0 .378 0 .139 1.372 0 .113 0 .155 0 .845 5.004 132264 .4 13441.1 127899 .7 9076 .3 85757.3 418 126 44 41.2 12 .90 184 .18

1974 10 .318 0 .643 0 .357 0 .154 2 .177 0 .076 0 .166 0 .834 2 .852 225887.4 16022 .5 221117.3 11252 .4 90575.6 432 129 45.4 43 .2 11.40 110 .49

1975 11.604 0 .651 0 .349 0 .169 3 .555 0 .050 0 .177 0 .823 2 .209 387262 .8 18361.3 382251.9 13350 .4 95176 .0 421 132 46 .9 45.2 13 .40 115.48

1976 13 .282 0 .657 0 .343 0 .167 2 .594 0 .069 0 .179 0 .821 6 .811 302084 .0 19462 .9 296770 .3 14149 .2 103217.8 421 135 48 .4 47.3 14 .20 106 .91

1977 15.009 0 .637 0 .363 0 .178 2 .178 0 .089 0 .194 0 .806 3 .348 276174 .0 22556 .1 270379 .7 16761.8 111306 .2 421 138 49 .4 48 .3 7.20 47.97

1978 16 .653 0 .644 0 .356 0 .190 2 .655 0 .077 0 .205 0 .795 2 .874 362621.2 25957.6 356290 .7 19627.1 119162 .1 634 142 50 .4 49 .4 7.30 43 .83

1979 22 .067 0 .689 0 .311 0 .187 3 .173 0 .063 0 .198 0 .802 7.448 460422 .5 27104 .7 453597.2 20279 .5 124669 .4 632 144 51.4 50 .5 13 .20 59 .82

1980 28 .550 0 .706 0 .294 0 .202 2 .293 0 .097 0 .222 0 .778 2 .746 364991.3 32223 .0 357456 .2 24687.9 135996 .0 634 148 52 .4 51.6 12 .90 45.18

1981 31.391 0 .756 0 .244 0 .208 2 .770 0 .081 0 .225 0 .775 3 .602 476797.0 35811.4 468784 .6 27799 .0 149351.1 643 151 54 .5 53 .6 16 .30 51.93

1982 33 .887 0 .770 0 .230 0 .230 10 .466 0 .022 0 .235 0 .765 0 .831 1841736 .7 40464 .6 1833569 .5 32297.4 153263 .1 692 155 56 .7 55.7 17.20 50 .76

1983 42 .364 0 .785 0 .215 0 .238 5.913 0 .042 0 .248 0 .752 2 .331 1084185.6 43630 .2 1075565.3 35009 .9 157296 .9 995 158 59 57.8 13 .20 31.16

1984 45.859 0 .764 0 .236 0 .210 3 .319 0 .067 0 .224 0 .776 -4 .706 649500 .0 41004 .9 640287.0 31791.9 166968 .1 1075 161 61.4 59 .4 18 .60 40 .56

1985 48 .294 0 .761 0 .239 0 .219 9 .092 0 .025 0 .225 0 .775 1.635 1823344 .7 43961.6 1813846 .9 34463 .8 169856 .7 1130 164 63 .8 62 .5 10 .30 21.33

1986 48 .263 0 .734 0 .266 0 .226 4 .024 0 .059 0 .239 0 .761 2 .948 854971.2 48008 .9 844866 .7 37904 .4 179506 .8 1649 167 70 .2 68 .3 13 .00 26 .94

1987 55.948 0 .720 0 .280 0 .228 5.003 0 .048 0 .238 0 .762 3 .844 1113578 .5 50642 .4 1102810 .0 39874 .0 183109 .1 1655 171 72 .3 70 .2 14 .50 25.92

1988 60 .213 0 .710 0 .290 0 .239 4 .213 0 .060 0 .254 0 .746 2 .297 994296 .1 56478 .6 982610 .6 44793 .1 189557.2 1737 173 74 .4 72 .1 15.86 26 .34

1989 65.924 0 .694 0 .306 0 .252 3 .638 0 .075 0 .271 0 .729 2 .332 922660 .5 64024 .9 909897.1 51261.5 198417.5 1805 175 76 .7 74 .1 17.35 26 .32

1990 71.919 0 .704 0 .296 0 .270 3 .994 0 .072 0 .289 0 .711 1.968 1086256 .9 73355.6 1072911.7 60010 .4 214572 .9 1905 178 78 .9 76 .1 18 .97 26 .38

1991 78 .196 0 .706 0 .294 0 .269 4 .134 0 .070 0 .287 0 .713 3 .949 # # # # # # # 78142 .0 1187978 .6 63674 .7 231936 .8 1997 181 81.3 78 .2 21.17 27.07

1992 83 .926 0 .685 0 .315 0 .265 4 .364 0 .065 0 .282 0 .718 4 .868 1351493 .6 82001.5 1336034 .5 66542 .4 244998 .2 2074 185 83 .7 80 .4 20 .17 24 .03

1993 100 .000 0 .675 0 .325 0 .263 4 .308 0 .065 0 .280 0 .720 4 .312 1420747.6 86667.3 1404258 .8 70178 .5 258392 .2 2118 188 86 .2 82 .5 18 .64 18 .64

1994 107.777 0 .673 0 .327 0 .278 3 .965 0 .075 0 .299 0 .701 2 .086 1406140 .4 98589 .0 # # # # # # # 80857.0 280967.2 2205 191 88 .8 84 .8 16 .53 15.34

1995 118 .427 0 .691 0 .309 0 .293 3 .855 0 .082 0 .317 0 .683 2 .113 1479616 .3 112386 .4 1460426 .7 93196 .8 306259 .7 2305 194 91.4 87.1 17.09 14 .43

1996 128 .525 0 .703 0 .297 0 .311 4 .202 0 .080 0 .335 0 .665 1.878 1741453 .8 128698 .6 1720732 .9 107977.7 336865.0 2385 197 94 .1 89 .5 17.30 13 .46

1997 143 .961 0 .704 0 .296 0 .309 6 .957 0 .046 0 .323 0 .677 3 .611 3017130 .9 134033 .5 # # # # # # # 112349 .2 355905.5 5700 200 96 .9 91.9 17.09 11.87

Sumber: Diolah oleh penulis dari Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), berbagai tahun penerbitan; Bank Indonesia,Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, berbagai tahun penerbitan, dan Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.

Page 167: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

158

6. Pengolahan Data Ekonomi “Time Series Data”

Tahap pengolahan tersebut ditujukan untuk mendapatkan data yang bersifat baru

yang didasari dari data Realisasi ekonomi hasil publikasi pemerintah berupa Data

Ekonomi Nasional Murni yang dihimpun oleh Badan Resmi Pemerintah, antara lain

meliputi:

(1) Data Ekonomi Indonesia atas Dasar Harga Berlaku (current Price ) atau yang

mempunyai “Nilai Nominal”. Data tersebut antara lain: Balance of Payment and

International Trade, Years 1969/70-1997/98; Realisasi Anggaran Pendapatan Dan

Belanja Negara, Tahun 1969/70-1997/98; Realisasi Penggunaan Produk Domestik

Bruto, Tahun 1969-1997.

(2) Data Ekonomi Indonesia atas Dasar Harga Konstan ( Constant Price ) Tahun Tertentu

atau yang data yang mempunyai “Nilai Riil”. Data tersebut antara lain berupa:

Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto, Tahun 1969-1983 ( 1973 = 100 );

Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto, Tahun 1969-1983 ( 1983 = 100 ) dan

Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto, Tahun 1969-1983 ( 1993 = 100 ).

Didasari dari data nominal dan data riil tersebut akan menghasilkan data baru sebagai

berikut:

1.1. Tabel 5a. Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto,

Tahun 1969-1997

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )

1.2. Tabel 5b. Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto,

Tahun 1969-1997

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983 )

1.3. Tabel 5c. Realisasi Penggunaan Produk Domestik Bruto,

Tahun 1969-1997

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )

2.1. Tabel 6a. Agregatif Makro Ekonomi Indonesia, Tahun 1969-1997

2.2. Tabel 6b. Agregatif Makro Ekonomi Indonesia, Tahun 1969-1997

2.3. Tabel 6c. Agregatif Makro Ekonomi Indonesia, Tahun 1969-1997

Page 168: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

159

3.1. Tabel 7a: IMPOR BARANG MODAL DI INDONESIA, TAHUN 1969-1997

(Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973)

3.2.Tabel 7b: IMPOR BARANG MODAL DI INDONESIA, TAHUN 1969-1997

(Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983)

3.3.Tabel 7c: IMPOR BARANG MODAL DI INDONESIA, TAHUN 1969-1997

(Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993)

4.1. Tabel 8a : PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA SEKTOR EKONOMI TERBUKA:

MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI, TAHUN 1969-1997

( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )

4.2. Tabel 8b : PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA SEKTOR EKONOMI TERBUKA:

MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI, TAHUN 1969-1997

( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983 )

4.3. Tabel 8c : PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA SEKTOR EKONOMI TERBUKA:

MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI, TAHUN 1969-1997

( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )

5.1. Tabel 9a: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973)

5.2. Tabel 9b: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983)

5.3. Tabel 9c: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993)

Page 169: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

160

Tabel 7a: IMPOR BARANG MODAL DI INDONESIA, TAHUN 1969-1997

(Atas Dasar Harga Berlaku) (Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973)

Tahun

% M't Mt M't M't Mt % M't % M't

thd Mt thd Mt thd PDB

1969 0.2982 424.0 126.4 224.2 668.8 0.335289 0.046518

1970 0.3611 522.7 188.7 302.1 755.8 0.399663 0.058291

1971 0.3884 623.5 242.2 365.7 871.2 0.419733 0.065950

1972 0.4355 778.1 338.9 450.5 992.6 0.453821 0.074247

1973 0.4765 1330.8 634.1 634.1 1330.8 0.476500 0.093897

1974 0.3814 2318.3 884.2 600.2 1759.1 0.341213 0.082574

1975 0.4098 2811.6 1152.2 695.4 1964.2 0.354060 0.091137

1976 0.4091 3522.3 1441.0 759.9 2293.3 0.331353 0.093166

1977 0.4259 3864.5 1645.9 768.1 2395.3 0.320649 0.086476

1978 0.431 4742.0 2043.8 859.6 2698.4 0.318552 0.089853

1979 0.3544 7554.7 2677.4 849.8 3303.9 0.257213 0.083602

1980 0.3134 10079.8 3159.0 775.0 3823.4 0.202699 0.069512

1981 0.2851 13802.2 3935.0 878.0 4832.6 0.181680 0.072834

1982 0.3045 15681.7 4775.1 987.0 5229.2 0.188739 0.080075

1983 0.3134 19625.0 6150.5 1016.9 5874.0 0.173111 0.079181

1984 0.3534 19844.7 7013.1 1071.1 5432.9 0.197155 0.078140

1985 0.3503 19835.2 6948.3 1007.7 5719.6 0.176186 0.071742

1986 0.3508 21036.2 7379.5 1070.9 5958.0 0.179750 0.071963

1987 0.3589 27939.3 10027.4 1255.3 6075.7 0.206615 0.080516

1988 0.4605 31171.4 14354.4 1669.7 4939.9 0.338009 0.101013

1989 0.4225 38601.0 16308.9 1732.7 5604.0 0.309196 0.097550

1990 0.3588 50945.7 18279.3 1780.2 6899.2 0.258027 0.093454

1991 0.3204 61375.7 19664.8 1761.4 8060.2 0.218528 0.086457

1992 0.3137 70336.6 22064.6 1841.4 8589.4 0.214382 0.084902

1993 0.3134 78383.0 24565.2 1720.6 8970.5 0.191802 0.074491

1994 0.2718 96952.6 26351.7 1712.5 10791.1 0.158697 0.068944

1995 0.2344 125656.9 29454.0 1742.0 13050.6 0.133479 0.064803

1996 0.2288 140812.0 32217.8 1755.7 13946.5 0.125891 0.060488

1997 0.224 177897.6 39849.1 1938.8 14861.6 0.130454 0.063826

Sumber : Diolah oleh penulis dari BPS, Pendapatan Nasional Indonesia; Bank

Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia dan Indikator,

berbagai tahun penerbitan.

Page 170: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

161

Tabel 7b: IMPOR BARANG MODAL DI INDONESIA, TAHUN 1969-1997

(Atas Dasar Harga Berlaku) (Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983)

Tahun

% M't Mt M't M't Mt % M't % M't

thd Mt thd Mt thd PDB

1969 0.2982 424.0 126.4 1356.3 2234.5 0.607006 0.046518

1970 0.3611 522.7 188.7 1827.0 2525.1 0.723547 0.058291

1971 0.3884 623.5 242.2 2211.8 2910.7 0.759883 0.065950

1972 0.4355 778.1 338.9 2724.6 3316.3 0.821596 0.074247

1973 0.4765 1330.8 634.1 3835.5 4446.2 0.862653 0.093897

1974 0.3814 2318.3 884.2 3630.5 5877.1 0.617731 0.082574

1975 0.4098 2811.6 1152.2 4206.4 6562.4 0.640989 0.091137

1976 0.4091 3522.3 1441.0 4596.2 7661.9 0.599879 0.093166

1977 0.4259 3864.5 1645.9 4645.6 8002.7 0.580501 0.086476

1978 0.431 4742.0 2043.8 5199.2 9015.3 0.576705 0.089853

1979 0.3544 7554.7 2677.4 5140.1 11038.3 0.465657 0.083602

1980 0.3134 10079.8 3159.0 4687.6 12774.0 0.366966 0.069512

1981 0.2851 13802.2 3935.0 5310.5 16145.7 0.328912 0.072834

1982 0.3045 15681.7 4775.1 5969.6 17470.7 0.341693 0.080075

1983 0.3134 19625.0 6150.5 6150.5 19625.0 0.313400 0.079181

1984 0.3534 19844.7 7013.1 6478.7 18151.2 0.356928 0.078140

1985 0.3503 19835.2 6948.3 6095.2 19109.1 0.318967 0.071742

1986 0.3508 21036.2 7379.5 6477.6 19905.6 0.325418 0.071963

1987 0.3589 27939.3 10027.4 7592.9 20298.8 0.374055 0.080516

1988 0.4605 31171.4 14354.4 10099.4 16504.2 0.611930 0.101013

1989 0.4225 38601.0 16308.9 10480.5 18722.9 0.559768 0.097550

1990 0.3588 50945.7 18279.3 10767.5 23050.3 0.467131 0.093454

1991 0.3204 61375.7 19664.8 10653.7 26929.1 0.395622 0.086457

1992 0.3137 70336.6 22064.6 11137.8 28697.0 0.388117 0.084902

1993 0.3134 78383.0 24565.2 10406.9 29970.5 0.347237 0.074491

1994 0.2718 96952.6 26351.7 10358.2 36053.1 0.287304 0.068944

1995 0.2344 125656.9 29454.0 10536.4 43602.2 0.241648 0.064803

1996 0.2288 140812.0 32217.8 10619.6 46595.3 0.227912 0.060488

1997 0.224 177897.6 39849.1 11726.6 49652.6 0.236173 0.063826

Sumber : Diolah oleh penulis dari BPS, Pendapatan Nasional Indonesia; Bank

Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia dan Indikator,

berbagai tahun penerbitan.

Page 171: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

162

Tabel 7c: IMPOR BARANG MODAL DI INDONESIA, TAHUN 1969-1997

(Atas Dasar Harga Berlaku) (Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993)

Tahun

% M't Mt M't M't Mt % M't % M't

thd Mt thd Mt thd PDB

1969 0.2982 424.0 126.4 3201.6 5843.9 0.547855 0.046518

1970 0.3611 522.7 188.7 4312.7 6604.1 0.653039 0.058291

1971 0.3884 623.5 242.2 5220.8 7612.4 0.685834 0.065950

1972 0.4355 778.1 338.9 6431.4 8673.2 0.741533 0.074247

1973 0.4765 1330.8 634.1 9053.7 11628.3 0.778590 0.093897

1974 0.3814 2318.3 884.2 8569.7 15370.7 0.557535 0.082574

1975 0.4098 2811.6 1152.2 9929.1 17162.8 0.578526 0.091137

1976 0.4091 3522.3 1441.0 10849.3 20038.5 0.541422 0.093166

1977 0.4259 3864.5 1645.9 10965.8 20929.7 0.523933 0.086476

1978 0.431 4742.0 2043.8 12272.6 23578.2 0.520507 0.089853

1979 0.3544 7554.7 2677.4 12133.0 28868.9 0.420280 0.083602

1980 0.3134 10079.8 3159.0 11065.0 33408.2 0.331206 0.069512

1981 0.2851 13802.2 3935.0 12535.4 42226.4 0.296860 0.072834

1982 0.3045 15681.7 4775.1 14091.2 45691.9 0.308396 0.080075

1983 0.3134 19625.0 6150.5 14518.1 51326.0 0.282860 0.079181

1984 0.3534 19844.7 7013.1 15292.8 47471.5 0.322146 0.078140

1985 0.3503 19835.2 6948.3 14387.5 49976.8 0.287884 0.071742

1986 0.3508 21036.2 7379.5 15290.3 52059.9 0.293707 0.071963

1987 0.3589 27939.3 10027.4 17922.8 53088.2 0.337604 0.080516

1988 0.4605 31171.4 14354.4 23839.5 43164.1 0.552299 0.101013

1989 0.4225 38601.0 16308.9 24739.0 48966.7 0.505220 0.097550

1990 0.3588 50945.7 18279.3 25416.5 60284.3 0.421610 0.093454

1991 0.3204 61375.7 19664.8 25147.9 70428.7 0.357069 0.086457

1992 0.3137 70336.6 22064.6 26290.5 75052.4 0.350296 0.084902

1993 0.3134 78383.0 24565.2 24565.2 78383.0 0.313400 0.074491

1994 0.2718 96952.6 26351.7 24450.3 94291.0 0.259307 0.068944

1995 0.2344 125656.9 29454.0 24871.0 114034.6 0.218100 0.064803

1996 0.2288 140812.0 32217.8 25067.4 121862.6 0.205702 0.060488

1997 0.224 177897.6 39849.1 27680.5 129858.4 0.213159 0.063826

Sumber : Diolah oleh penulis dari BPS, Pendapatan Nasional Indonesia; Bank

Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia dan Indikator,

berbagai tahun penerbitan.

Page 172: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

163

Tabel 8a : PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA SEKTOR EKONOMI TERBUKA:

MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI, TAHUN 1969-1997 ( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )

K o n s u m s i I n v e s t a s i L u a r N e g e r i T a b u n g a n

Rumah P emerintahJumlah MasyarakatP emerintahJumlah P eru- Ekspor Impor Impor Impor Ekspor P enda- MasyarakatP emerintahJumlah P ajak TakP enyusutanStock P roduk

Tangga bahan Non Barang Total Netto patan Langsung Modal Domestik

Stok Faktor Modal Netto Netto Bruto

Tahun Ch G Ct Ih Ig It Xt M"t M't Mt Xt-Mt Fi Sh Sg St T i Di Kt Yt

1969 3791.5 414.0 4205.5 328.5 209.3 537.8 0 746.0 444.6 224.2 668.8 77.2 -55.0 567.1 47.9 615.0 234.1 313.3 537.8 4820.5

1970 3904.6 483.9 4388.5 443.2 272.1 715.3 0 834.0 453.7 302.1 755.8 78.2 -70.2 702.3 91.2 793.5 251.7 336.8 10253.6 5182.0

1971 4088.0 518.3 4606.3 570.9 296.0 866.9 0 942.7 505.5 365.7 871.2 71.5 -94.8 819.1 119.3 938.4 271.9 360.3 13252.6 5544.7

1972 4323.5 560.9 4884.4 635.9 396.1 1032.0 0 1143.3 542.1 450.5 992.6 150.7 -183.9 979.3 203.4 1182.7 294.5 394.2 11985.5 6067.1

1973 4804.1 716.0 5520.1 757.0 451.0 1208.0 0 1356.1 696.7 634.1 1330.8 25.3 -245.4 978.3 255.0 1233.3 328.0 439.0 11887.1 6753.4

1974 5502.1 641.0 6143.1 787.0 653.0 1440.0 0 1445.0 1158.9 600.2 1759.1 -314.1 -378.3 624.9 501.0 1125.9 351.7 472.5 20301.3 7269.0

1975 5699.2 835.5 6534.7 806.4 843.8 1650.2 0 1410.1 1268.8 695.4 1964.2 -554.1 -389.0 548.0 548.1 1096.1 370.6 496.0 34804.7 7630.8

1976 6153.5 896.7 7050.2 665.5 1083.7 1749.2 0 1650.2 1533.4 759.9 2293.3 -643.1 -314.1 433.2 672.9 1106.1 399.1 530.8 27149.4 8156.3

1977 6399.6 1044.4 7444.0 1020.6 1006.6 2027.2 0 1805.8 1627.2 768.1 2395.3 -589.5 -420.1 790.9 646.8 1437.7 430.8 576.6 24820.8 8881.7

1978 6879.5 1228.2 8107.7 1257.9 1075.0 2332.9 0 1824.3 1838.8 859.6 2698.4 -874.1 -493.2 818.7 640.1 1458.8 466.2 624.0 32590.1 9566.5

1979 7865.8 1345.0 9210.8 1162.0 1274.0 2436.0 0 1822.0 2454.1 849.8 3303.9 -1481.9 -649.2 117.7 836.4 954.1 495.7 663.5 41379.8 10164.9

1980 8867.7 1489.6 10357.3 1444.6 1451.4 2896.0 0 1719.3 3048.4 775.0 3823.4 -2104.1 -758.7 -294.2 1086.1 791.9 544.3 728.5 32803.1 11149.2

1981 10349.5 1641.0 11990.5 1670.0 1548.5 3218.5 0 1678.2 3954.6 878.0 4832.6 -3154.4 -673.7 -1103.9 1168.0 64.1 587.4 786.2 42851.5 12054.6

1982 10697.5 1776.1 12473.6 2115.5 1521.2 3636.7 0 1444.3 4242.2 987.0 5229.2 -3784.9 -652.7 -1268.9 1120.7 -148.2 600.6 803.9 165523.6 12325.4

1983 11501.1 1758.9 13260.0 2284.6 1636.6 3921.2 0 1535.0 4857.1 1016.9 5874.0 -4339.0 -835.1 -1413.3 995.5 -417.8 625.8 837.6 97439.7 12842.2

1984 11960.3 1818.9 13778.2 2165.3 1520.0 3685.3 0 1635.5 4361.8 1071.1 5432.9 -3797.4 -942.6 -1059.8 989.2 -70.6 677.4 888.3 58372.9 13707.6

1985 12083.9 1957.9 14053.3 2406.8 1544.1 3951.0 0 1507.8 4711.9 1007.7 5719.6 -4211.8 -954.6 -917.7 910.6 -7.0 772.2 880.0 163870.6 14046.3

1986 12348.4 2012.4 14373.7 3110.8 1204.0 4314.7 0 1737.2 4887.0 1070.9 5958.0 -4220.8 -967.4 -174.8 683.1 508.3 879.8 909.9 76839.4 14881.9

1987 12756.6 2009.0 14771.6 3328.3 1223.1 4551.4 0 1991.1 4820.4 1255.3 6075.7 -4084.6 -1056.1 269.7 549.7 819.4 1161.8 857.0 100081.3 15591.0

1988 13251.3 2161.1 15426.5 3643.2 1432.7 5075.9 0 2012.2 3270.2 1669.7 4939.9 -2927.7 -954.8 815.1 288.4 1103.4 1622.8 761.1 89361.0 16529.9

1989 13801.3 2387.8 16218.0 4118.6 1635.5 5754.2 0 2222.4 3871.3 1732.7 5604.0 -3381.6 -1021.0 782.8 761.7 1544.4 2042.0 699.8 82922.8 17762.5

1990 15164.4 2464.4 17644.0 4815.3 1777.4 6592.7 0 2232.4 5119.0 1780.2 6899.2 -4666.8 -1135.6 131.8 1273.1 1404.9 2071.5 778.7 97625.8 19048.8

1991 16271.6 2637.6 18924.8 4956.1 2066.8 7022.9 0 2676.2 6298.8 1761.4 8060.2 -5384.0 -1200.1 236.2 1211.8 1448.0 2074.3 908.4 108068.2 20372.8

1992 16736.0 2791.4 19551.7 5124.3 2245.4 7369.8 0 3068.7 6748.0 1841.4 8589.4 -5520.7 -1315.3 863.7 1273.4 2137.1 2284.2 935.5 121463.6 21688.7

1993 17711.5 2793.8 20514.1 5798.0 1991.1 7789.1 0 3271.5 7249.9 1720.6 8970.5 -5699.0 -1542.2 1475.3 1108.3 2583.6 2456.7 980.7 127690.6 23097.7

1994 19097.9 2858.2 21968.5 6866.0 1994.6 8860.5 0 3596.7 9078.6 1712.5 10791.1 -7194.4 -1402.4 1418.4 1452.4 2870.8 2681.2 1049.1 126374.9 24839.3

1995 21501.2 2896.5 24417.8 8337.4 1763.2 10100.6 0 3874.4 11308.6 1742.0 13050.6 -9176.2 -1612.4 1338.6 1124.7 2463.3 2693.2 1223.0 132978.4 26881.0

1996 23839.4 2974.5 26840.7 9743.5 1823.1 11566.6 0 4167.3 12190.8 1755.7 13946.5 -9779.2 -1714.6 919.9 1265.6 2185.5 2573.0 1469.8 156510.7 29026.2

1997 25112.8 2980.0 28123.9 10152.1 1893.9 12046.1 0 4428.9 12922.8 1938.8 14861.6 -10432.7 -1864.1 991.5 1260.2 2251.7 2436.9 1647.8 271160.3 30375.6

Sumber Diolah oleh penulis dari: Nota Keuangan Dan RAP BN tahun 1988/1989; Biro P usat Statis tik, P endapatan Nas ional Indones ia (Tabel-Tabel P okok)

tahun 1983-1988, 1988-1993 dan 1993-1996; Bank Indones ia, Statis tik Ekonomi-Keuangan Indones ia berbagai tahun penerbitan; Indikator Ekonomi, edis i 1996.

Page 173: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

164

Tabel 8b : PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA SEKTOR EKONOMI TERBUKA:

MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI, TAHUN 1969-1997 ( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983 )

K o n s u m s i I n v e s t a s i L u a r N e g e r i T a b u n g a n

Rumah P emerintahJumlah MasyarakatP emerintahJumlah P eru- Ekspor Impor Impor Impor Ekspor P enda- MasyarakatP emerintahJumlah P ajak TakP enyusutanStock P roduk

Tangga bahan Non Barang Total Netto patan Langsung Modal Domestik

Stok Faktor Modal Netto Netto Bruto

Tahun Ch G Ct Ih Ig It Xt M"t M't Mt Xt-Mt Fi Sh Sg St T i Di Kt Yt

1969 15515.0 1901.2 17488.1 1404.2 1265.8 2670.1 0 9645.1 878.1 1356.3 2234.5 7410.6 369.0 11379.1 289.6 11668.8 916.8 1381.7 2670.1 29156.9

1970 15977.8 2222.2 18249.1 1905.7 1645.6 3551.3 0 10782.8 698.1 1827.0 2525.1 8257.7 328.1 12542.6 551.8 13094.3 985.7 1488.3 50907.0 31343.4

1971 16728.3 2380.2 19154.8 2513.9 1790.1 4304.0 0 12188.2 698.9 2211.8 2910.7 9277.5 229.1 13660.9 721.5 14382.4 1064.8 1603.7 65796.0 33537.2

1972 17691.9 2575.8 20311.3 2727.6 2396.1 5123.7 0 14781.8 591.6 2724.6 3316.3 11465.5 -246.0 15155.5 1230.2 16385.7 1153.3 1767.6 59505.6 36697.0

1973 19658.6 3288.0 22954.7 3269.6 2727.9 5997.5 0 17533.1 610.7 3835.5 4446.2 13086.9 -526.0 16351.0 1542.4 17893.3 1284.5 1979.9 59016.8 40848.1

1974 22514.8 2943.6 25545.4 3199.3 3949.9 7149.3 0 18682.5 2246.6 3630.5 5877.1 12805.3 -1273.5 15391.1 3030.2 18421.3 1377.4 2157.1 100791.6 43966.7

1975 23321.4 3836.8 27173.9 3089.1 5103.8 8192.9 0 18231.3 2356.0 4206.4 6562.4 11668.9 -1286.5 15666.3 3314.9 18981.2 1451.4 2265.8 172797.8 46155.0

1976 25180.4 4117.9 29317.5 2129.6 6554.8 8684.4 0 21335.5 3065.7 4596.2 7661.9 13673.6 -745.1 15946.0 4070.0 20016.0 1563.0 2407.2 134790.7 49333.5

1977 26187.4 4796.1 30955.1 3976.4 6088.2 10064.6 0 23347.3 3357.1 4645.6 8002.7 15344.6 -1295.0 18854.0 3912.0 22766.1 1687.1 2622.8 123229.7 53721.1

1978 28151.2 5640.2 33715.0 5080.2 6502.2 11582.3 0 23586.5 3816.1 5199.2 9015.3 14571.1 -1647.1 20276.4 3871.8 24148.2 1825.8 2860.1 161802.6 57863.2

1979 32187.2 6176.6 38302.1 4388.1 7706.1 12094.2 0 23556.7 5898.2 5140.1 11038.3 12518.4 -2525.5 18121.8 5058.7 23180.5 1941.3 3075.3 205441.9 61482.6

1980 36287.0 6840.6 43069.7 5599.3 8778.7 14378.0 0 22228.9 8086.4 4687.6 12774.0 9455.0 -3059.0 17797.3 6569.2 24366.4 2131.6 3391.6 162860.2 67436.2

1981 42350.6 7535.9 49861.2 6613.2 9365.9 15979.1 0 21697.5 10835.2 5310.5 16145.7 5551.9 -2399.1 15986.3 7064.9 23051.3 2300.4 3616.8 212748.2 72912.5

1982 43774.6 8156.3 51870.1 8854.2 9201.2 18055.4 0 18673.4 11501.1 5969.6 17470.7 1202.7 -2229.1 15901.9 6778.4 22680.3 2352.1 3689.0 821788.3 74550.4

1983 47063.0 8077.3 55140.3 9568.9 9899.0 19467.9 0 19846.1 13474.5 6150.5 19625.0 221.1 -3283.1 16515.0 6021.0 22536.0 2450.8 3883.8 483766.8 77676.3

1984 48942.2 8353.0 57295.2 9102.9 9193.6 18296.5 4325.3 21144.9 11672.5 6478.7 18151.2 2993.7 -3821.7 19632.1 5983.4 25615.5 2653.0 4145.5 289808.9 82910.7

1985 49448.0 8991.2 58439.2 10276.0 9339.8 19615.8 6518.5 19494.7 13013.9 6095.2 19109.1 385.6 -3846.1 21011.8 5508.1 26519.9 3024.3 4248.0 813581.7 84959.1

1986 50530.0 9241.3 59771.3 14139.6 7282.1 21421.7 6265.9 22460.3 13428.0 6477.6 19905.6 2554.7 -3802.2 26110.6 4131.7 30242.3 3445.4 4500.7 381490.6 90013.6

1987 52200.4 9225.7 61426.1 15198.9 7397.9 22596.8 4835.7 25742.4 12705.9 7592.9 20298.8 5443.6 -4247.8 29551.2 3324.9 32876.1 4550.1 4715.1 496882.0 94302.2

1988 54225.0 9924.3 64149.3 16535.0 8665.9 25200.9 1119.9 26015.5 6404.8 10099.4 16504.2 9511.3 -3481.7 34087.9 1744.2 35832.1 6355.2 4996.2 443657.8 99981.4

1989 56475.7 10965.3 67441.0 18675.6 9892.5 28568.1 1417.2 28733.2 8242.4 10480.5 18722.9 10010.3 -3710.6 35388.6 4607.0 39995.6 7997.1 5362.6 411693.8 107436.6

1990 62053.2 11317.3 73370.5 21980.7 10750.8 32731.5 3302.8 28862.8 12282.8 10767.5 23050.3 5812.5 -4231.0 34146.7 7700.1 41846.8 8112.5 5642.9 484691.0 115217.3

1991 66584.0 12112.7 78696.7 22365.9 12501.3 34867.2 1989.6 34600.8 16275.4 10653.7 26929.1 7671.7 -4435.6 37198.9 7329.6 44528.5 8123.6 6161.0 536534.9 123225.2

1992 68484.5 12819.0 81303.5 23007.7 13581.6 36589.3 2314.2 39674.8 17559.2 11137.8 28697.0 10977.8 -4955.7 42179.3 7702.0 49881.3 8945.6 6557.8 603040.4 131184.8

1993 72476.4 12829.7 85305.9 26627.9 12043.3 38671.2 3403.7 42296.8 19563.6 10406.9 29970.5 12326.3 -6154.1 47697.9 6703.3 54401.2 9621.0 6981.4 633941.7 139707.1

1994 78149.4 13125.4 91353.8 31926.4 12064.3 43990.7 4788.5 46501.6 25694.9 10358.2 36053.1 10448.5 -5031.2 50102.4 8784.8 58887.2 10500.3 7505.6 627423.9 150241.0

1995 87984.0 13301.3 101539.0 39482.7 10664.5 50147.1 5116.7 50092.1 33065.8 10536.4 43602.2 6489.8 -6031.8 54249.0 6802.8 61051.8 10547.4 8183.7 660209.1 162590.8

1996 97552.1 13659.5 111614.4 46398.6 11027.1 57425.7 1223.6 53879.0 35975.7 10619.6 46595.3 7283.7 -6349.5 56296.2 7655.1 63951.3 10076.4 8942.1 777041.7 175565.6

1997 102763.0 13684.6 116950.5 48350.6 11455.6 59806.1 1527.7 57260.5 37926.0 11726.6 49652.6 7607.8 -7076.9 59154.8 7622.3 66777.1 9543.6 9434.7 1346252.5 183727.6

Sumber : Diolah oleh penulis dari: Nota Keuangan Dan RAP BN tahun 1988/1989; Biro P usat Statis tik, P endapatan Nas ional Indones ia (Tabel-Tabel P okok) Diolah oleh penulis dari: Nota Keuangan Dan RAP BN tahun 1988/1989; Biro P usat Statis tik, P endapatan Nas ional Indones ia (Tabel-Tabel P okok)

tahun 1983-1988, 1988-1993 dan 1993-1996; Bank Indones ia, Statis tik Ekonomi-Keuangan Indones ia berbagai tahun penerbitan; Indikator Ekonomi, edis i 1996.

Page 174: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

165

Tabel 8c : PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA SEKTOR EKONOMI TERBUKA:

MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI, TAHUN 1969-1997 ( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )

K o n s u m s i I n v e s t a s i L u a r N e g e r i T a b u n g a n

Rumah P emerintahJumlah MasyarakatP emerintahJumlah P eru- Ekspor Impor Impor Impor Ekspor P enda- MasyarakatP emerintahJumlah P ajak TakP enyusutanStock Produk

Tangga bahan Non Barang Total Netto patan Langsung Modal Domestik

Stok Faktor Modal Netto Netto Bruto

Tahun Ch G Ct Ih Ig It Xt M"t M't Mt Xt-Mt Fi Sh Sg St T i Di Kt Yt

1969 41306. 6 4409. 5 45657. 7 2996. 0 2988. 0 5984. 0 0. 0 20119. 6 2642. 3 3201. 6 5843. 9 14275. 7 1307. 5 22482. 9 683. 7 23166. 6 2017. 4 3028. 8 5984. 0 68824. 2

1970 42538. 8 5154. 1 47644. 4 4074. 6 3884. 4 7959. 0 0. 0 22492. 9 2291. 3 4312. 7 6604. 1 15888. 9 1242. 6 25038. 7 1302. 4 26341. 1 2169. 1 3264. 2 114089. 3 73985. 5

1971 44536. 8 5520. 5 50009. 0 5420. 2 4225. 5 9645. 8 0. 0 25424. 6 2391. 6 5220. 8 7612. 4 17812. 2 1039. 8 27451. 8 1703. 1 29154. 9 2343. 2 3523. 2 147457. 6 79163. 9

1972 47102. 5 5974. 2 53028. 3 5826. 9 5655. 9 11482. 8 0. 0 30834. 7 2241. 7 6431. 4 8673. 2 22161. 6 -42. 0 30690. 3 2903. 9 33594. 2 2537. 9 3891. 1 133359. 9 86622. 5

1973 52338. 4 7626. 2 59929. 8 7002. 0 6439. 1 13441. 1 0. 0 36573. 9 2574. 6 9053. 7 11628. 3 24945. 6 -645. 7 32850. 5 3640. 7 36491. 2 2826. 6 4364. 8 132264. 4 96421. 1

1974 59942. 8 6827. 3 66693. 5 6698. 7 9323. 8 16022. 5 0. 0 38971. 6 6801. 0 8569. 7 15370. 7 23600. 8 -2375. 1 29936. 2 7152. 7 37088. 9 3030. 9 4770. 1 225887. 4 103782. 5

1975 62090. 1 8899. 0 70945. 0 6313. 9 12047. 4 18361. 3 0. 0 38030. 3 7233. 7 9929. 1 17162. 8 20867. 5 -2373. 7 30178. 3 7824. 8 38003. 0 3193. 8 5010. 9 387262. 8 108948. 1

1976 67039. 5 9550. 8 76541. 6 3990. 5 15472. 4 19462. 9 0. 0 44505. 8 9189. 2 10849. 3 20038. 5 24467. 3 -1040. 6 30302. 0 9607. 2 39909. 2 3439. 4 5313. 7 302084. 0 116450. 8

1977 69720. 6 11124. 0 80817. 0 8185. 1 14371. 0 22556. 1 0. 0 48702. 3 9964. 0 10965. 8 20929. 7 27772. 6 -2282. 0 36756. 4 9234. 2 45990. 7 3712. 5 5794. 4 276174. 0 126807. 7

1978 74948. 9 13081. 6 88022. 5 10609. 3 15348. 2 25957. 6 0. 0 49201. 3 11305. 6 12272. 6 23578. 2 25623. 1 -3057. 1 39423. 0 9139. 3 48562. 3 4017. 6 6330. 5 362621. 2 136584. 8

1979 85694. 2 14325. 7 99998. 5 8914. 6 18190. 1 27104. 7 0. 0 49139. 2 16735. 9 12133. 0 28868. 9 20270. 3 -5090. 1 33189. 0 11940. 9 45129. 9 4271. 8 6825. 3 460422. 5 145128. 4

1980 96609. 4 15865. 8 112445. 7 11501. 2 20721. 8 32223. 0 0. 0 46369. 4 22343. 2 11065. 0 33408. 2 12961. 2 -6269. 3 31229. 7 15506. 4 46736. 0 4690. 7 7535. 1 364991. 3 159181. 7

1981 112753. 0 17478. 4 130176. 8 13703. 3 22108. 1 35811. 4 0. 0 45261. 0 29691. 1 12535. 4 42226. 4 3034. 5 -4620. 8 25255. 1 16676. 6 41931. 7 5062. 1 8012. 4 476797. 0 172108. 5

1982 116544. 3 18917. 4 135421. 6 18745. 4 21719. 2 40464. 6 0. 0 38952. 7 31600. 7 14091. 2 45691. 9 -6739. 2 -4192. 8 24552. 9 16000. 2 40553. 2 5175. 8 8167. 2 1841736. 7 175974. 8

1983 125299. 1 18734. 2 143959. 3 20263. 8 23366. 4 43630. 2 0. 0 41398. 9 36807. 9 14518. 1 51326. 0 -9927. 2 -6650. 1 25181. 6 14212. 4 39394. 0 5393. 0 8620. 3 1084185. 6 183353. 3

1984 130302. 2 19373. 6 149585. 3 19303. 6 21701. 3 41004. 9 13400. 8 44108. 1 32178. 8 15292. 8 47471. 5 -3363. 4 -7852. 0 32000. 1 14123. 7 46123. 8 5838. 0 9213. 0 649500. 0 195709. 0

1985 131648. 8 20853. 8 152572. 0 21915. 3 22046. 4 43961. 6 20195. 9 40665. 8 35589. 2 14387. 5 49976. 8 -9310. 9 -7879. 7 34970. 5 13001. 7 47972. 2 6655. 0 9497. 8 1823344. 7 200544. 2

1986 134529. 5 21433. 9 156049. 8 30819. 6 17189. 3 48008. 9 19413. 3 46852. 1 36769. 5 15290. 3 52059. 9 -5207. 8 -7700. 7 46672. 6 9752. 9 56425. 5 7581. 6 10104. 5 854971. 2 212475. 3

1987 138976. 7 21397. 7 160370. 2 33179. 7 17462. 7 50642. 4 14982. 2 53698. 5 35165. 4 17922. 8 53088. 2 610. 3 -8695. 8 54379. 9 7848. 4 62228. 3 10012. 5 10768. 5 1113578. 5 222598. 4

1988 144367. 0 23018. 0 167479. 8 36022. 8 20455. 8 56478. 6 3469. 7 54268. 2 19324. 6 23839. 5 43164. 1 11104. 1 -6792. 1 64407. 2 4117. 1 68524. 3 13984. 7 11685. 4 994296. 1 236004. 1

1989 150359. 2 25432. 5 176073. 7 40673. 8 23351. 1 64024. 9 4390. 8 59937. 3 24227. 8 24739. 0 48966. 7 10970. 6 -7225. 6 66653. 6 10874. 6 77528. 2 17597. 7 12763. 5 922660. 5 253601. 9

1990 165208. 5 26248. 9 191554. 4 47978. 5 25377. 1 73355. 6 10232. 9 60207. 6 34867. 9 25416. 5 60284. 3 -76. 7 -8346. 7 62237. 8 18176. 0 80413. 7 17851. 6 13345. 2 1086256. 9 271968. 1

1991 177271. 2 28093. 7 205459. 9 48633. 0 29509. 0 78142. 0 6164. 3 72177. 1 45280. 8 25147. 9 70428. 7 1748. 4 -8714. 3 68109. 4 17301. 3 85410. 7 17876. 1 14467. 4 1202446. 0 290870. 6

1992 182331. 0 29731. 9 212265. 7 49942. 3 32059. 2 82001. 5 7170. 0 82761. 4 48761. 8 26290. 5 75052. 4 7709. 1 -9832. 1 79213. 1 18180. 3 97393. 4 19684. 9 15459. 1 1351493. 6 309659. 1

1993 192958. 4 29756. 7 222715. 1 58239. 3 28428. 0 86667. 3 10545. 5 88230. 9 53817. 8 24565. 2 78383. 0 9847. 9 -12552. 6 91237. 7 15823. 0 107060. 7 21171. 1 16488. 8 1420747. 6 329775. 8

1994 208062. 1 30442. 6 238504. 7 70111. 6 28477. 4 98589. 0 14836. 0 97002. 1 69840. 7 24450. 3 94291. 0 2711. 1 -9729. 8 95399. 7 20736. 4 116136. 1 23105. 9 17732. 0 1406140. 4 354640. 8

1995 234245. 4 30850. 6 265096. 0 87213. 1 25173. 3 112386. 4 15852. 7 104491. 8 89163. 6 24871. 0 114034. 6 -9542. 8 -11923. 8 102638. 3 16058. 0 118696. 3 23209. 6 19189. 6 1479616. 3 383792. 3

1996 259719. 2 31681. 4 291400. 6 102669. 4 26029. 2 128698. 6 3791. 1 112391. 4 96795. 2 25067. 4 121862. 6 -9471. 2 -12486. 8 104948. 8 18069. 7 123018. 5 22173. 2 20720. 9 1741453. 8 414419. 1

1997 273592. 5 31739. 5 305332. 0 106992. 8 27040. 7 134033. 5 4733. 1 119445. 0 102177. 9 27680. 5 129858. 4 -10413. 4 -14093. 8 110360. 8 17992. 4 128353. 2 21000. 8 21684. 3 3017130. 9 433685. 2

Sumber : Diolah oleh penulis dari: Nota Keuangan Dan RAP BN tahun 1988/1989; Biro P usat Statis tik, P endapatan Nas ional Indones ia (Tabel-Tabel P okok)

tahun 1983-1988, 1988-1993 dan 1993-1996; Bank Indones ia, Statis tik Ekonomi-Keuangan Indones ia berbagai tahun penerbitan; Indikator Ekonomi, edis i 1996.

Page 175: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

166

Tabel 9a: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1973 )

Konsumsi Perdagangan Luar NegeriPembt'kanPeru- Penda- Pajak Tdk

Tahun Rumah PemerintahJumlah Modal bahan Ekspor Impor Jumlah PDB patan PNB LangsungPenyusutan PNNTangga Domestik Stok Netto Netto

Bruto (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)

= (2 )+(3 ) = (7)-(8 ) = (4 )+(5)+(6 )+(10 ) = (11)+(12 ) = (13)-(14)-(15)

= (4 )-(3 ) = (11)-(5)-(10 )-(6 ) = (7)-(8 ) = (13 )-(11) = (13 )-(14 )-(16 )

1969 4075.3 352.9 4428.2 562.2 0 582.1 752.0 -169.9 4820.5 -61.9 4758.6 239.4 312.1 4207.01970 4126.9 468.9 4595.8 728.2 0 694.6 836.5 -142.0 5182.0 -77.6 5104.4 300.9 350.5 4453.01971 4300.0 514.9 4814.9 875.8 0 795.5 941.5 -146.0 5544.7 -102.5 5442.2 345.8 360.4 4735.91972 4398.4 550.3 4948.7 1139.2 0 1013.5 1034.4 -20.9 6067.1 -191.7 5875.4 313.7 394.9 5166.71973 4804.1 716.0 5520.1 1208.0 0 1356.1 1330.8 25.3 6753.4 -254.4 6499.0 328.0 439.0 5732.01974 4985.3 570.9 5556.2 1219.9 0 2066.7 1573.8 493.0 7269.0 -338.5 6930.5 303.4 472.5 6154.61975 5270.2 756.7 6026.9 1552.2 0 1748.7 1697.0 51.7 7630.8 -336.1 7294.7 313.4 495.5 6485.81976 5575.3 838.7 6414.0 1690.1 0 1909.7 1857.5 52.2 8156.3 -254.4 7901.9 364.1 530.7 7007.11977 5824.2 969.4 6793.6 1785.6 0 2105.9 1803.4 302.5 8881.7 -316.3 8565.4 394.6 576.6 7594.21978 6386.3 1118.3 7504.6 1964.4 0 2091.9 1994.4 97.5 9566.5 -364.5 9202.0 432.7 623.6 8145.61979 6193.7 1185.0 7378.7 2128.0 0 3056.2 2397.9 658.3 10164.9 -471.2 9693.7 414.1 663.2 8616.41980 6747.3 1150.2 7897.4 2327.0 0 3397.6 2472.9 924.7 11149.2 -493.3 10655.9 401.0 726.7 9528.21981 7934.2 1291.4 9225.6 2577.8 0 3330.7 3079.6 251.2 12054.6 -429.5 11625.1 391.0 783.6 10450.61982 8612.8 1412.0 10024.8 2783.5 0 2758.3 3241.2 -482.9 12325.4 -404.6 11920.8 440.8 801.1 10678.91983 7780.9 1335.4 9116.3 3218.6 470.7 3281.1 3244.6 36.6 12842.2 -542.8 12299.4 405.2 642.1 11252.11984 8257.6 1393.1 9650.7 3075.4 499.7 3512.7 3030.9 481.8 13707.6 -638.8 13068.8 415.9 685.4 11967.51985 8296.0 1579.8 9875.8 3243.9 680.2 3123.1 2876.7 246.4 14046.3 -571.6 13474.7 521.6 702.3 12250.81986 9194.4 1644.1 10838.5 3596.5 595.9 2903.9 3052.9 -148.9 14881.9 -608.4 14273.5 947.5 744.1 12581.91987 9012.3 1472.7 10484.9 3878.4 982.8 3742.5 3497.7 244.8 15591.0 -753.3 14837.7 899.3 779.5 13158.81988 9427.3 1483.8 10911.1 4280.9 931.4 4032.4 3625.9 406.5 16529.9 -805.1 15724.8 1050.7 826.5 13847.51989 9429.4 1667.8 11097.2 4851.1 1399.3 4515.9 4101.1 414.8 17762.5 -857.8 16904.6 1322.2 888.7 14693.81990 10353.6 1711.4 12064.9 5418.0 1467.8 5059.6 4961.5 98.1 19048.8 -936.4 18112.4 1307.0 952.8 15852.61991 11199.5 1861.7 13061.2 5723.0 1509.1 5577.0 5497.4 79.5 20372.8 -976.3 19396.5 1343.9 1019.3 17033.41992 11339.9 2064.0 13403.9 5910.3 1869.8 6374.7 5870.0 504.7 21688.7 -1038.8 20650.0 1485.1 1088.6 18076.31993 13514.9 2084.2 15599.1 6070.2 738.6 6179.7 5490.0 689.8 23097.7 -879.2 22218.5 1482.8 1154.9 19580.81994 14824.8 2015.5 16840.3 6848.4 866.0 6585.2 6300.6 284.6 24839.3 -666.0 24173.2 1606.5 1242.0 21324.81995 16552.6 2104.5 18657.1 7642.2 940.4 7073.0 7431.6 -358.7 26881.0 -790.5 26090.5 1625.6 1344.1 23120.91996 18070.1 2196.1 20266.2 8591.4 347.2 7495.0 7673.7 -178.7 29026.2 -777.8 28248.4 1553.0 1451.3 25244.11997 18889.6 2057.7 20947.3 8721.9 875.5 8486.1 8655.2 -169.0 30375.6 -930.1 29445.5 1470.9 1518.8 26455.8

Sumber : Diolah oleh penulis dari Republik Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1988/1989; Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia

( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 1983-1988, Tahun 1988-1993 dan Tahun 1994-1997, Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.

Page 176: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

167

Tabel 9b: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1983 )

Konsumsi Perdagangan Luar NegeriPembt'kanPeru- Penda- Pajak Tdk

Tahun Rumah PemerintahJumlah Modal bahan Ekspor Impor Jumlah PDB patan PNB Langsung Penyusutan PNNTangga Domestik Stok Netto Netto

Bruto (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)

= (2 )+(3 ) = (7)-(8 ) = (4 )+(5)+(6 )+(10 ) = (11)+(12 ) = (13)-(14)-(15)

= (4 )-(3 ) = (11)-(5)-(10 )-(6 ) = (7)-(8 ) = (13 )-(11) = (13 )-(14 )-(16 )

1969 24649.3 2134.7 26784.0 3400.6 0 3520.7 4548.4 -1027.7 29156.9 -374.4 28782.5 1448.2 1888.0 25446.31970 24961.5 2836.2 27797.7 4404.3 0 4201.1 5059.7 -858.6 31343.4 -469.5 30874.0 1819.8 2119.9 26934.21971 26008.7 3114.4 29123.1 5297.3 0 4811.4 5694.6 -883.2 33537.2 -620.1 32917.1 2091.5 2180.1 28645.51972 26603.7 3328.8 29932.5 6890.7 0 6130.1 6256.3 -126.2 36697.0 -1159.4 35537.5 1897.6 2388.8 31251.11973 29057.7 4330.7 33388.4 7306.6 0 8202.4 8049.4 153.0 40848.1 -1538.7 39309.3 1983.9 2655.3 34670.11974 30153.4 3453.1 33606.5 7378.4 0 12500.6 9518.9 2981.8 43966.7 -2047.2 41919.5 1835.4 2857.8 37226.31975 31876.8 4577.0 36453.8 9388.7 0 10577.1 10264.5 312.5 46155.0 -2032.8 44122.3 1895.5 2997.3 39229.51976 33722.1 5073.2 38795.2 10222.5 0 11550.7 11234.9 315.8 49333.5 -1539.0 47794.5 2202.5 3209.8 42382.31977 35227.9 5863.2 41091.2 10800.1 0 12737.5 10907.7 1829.8 53721.1 -1913.1 51808.0 2386.7 3487.8 45933.51978 38627.6 6763.9 45391.5 11881.7 0 12653.0 12063.1 589.9 57863.2 -2204.8 55658.4 2617.4 3772.1 49268.91979 37462.5 7167.4 44630.0 12871.0 0 18485.2 14503.6 3981.7 61482.6 -2849.8 58632.8 2505.0 4011.2 52116.61980 40811.1 6956.7 47767.9 14074.9 0 20550.6 14957.3 5593.4 67436.2 -2983.6 64452.5 2425.6 4395.4 57631.51981 47990.2 7811.1 55801.3 15592.0 0 20146.0 18626.8 1519.2 72912.5 -2597.8 70314.7 2364.7 4739.4 63210.71982 52094.6 8540.7 60635.4 16836.1 0 16683.7 19604.7 -2921.0 74550.4 -2447.2 72103.2 2666.0 4845.8 64591.51983 47063.0 8077.3 55140.3 19467.9 2847.0 19846.1 19625.0 221.1 77676.3 -3283.1 74393.2 2450.8 3883.8 68058.61984 49946.3 8426.4 58372.6 18601.6 3022.3 21246.6 18332.4 2914.2 82910.7 -3863.9 79046.8 2515.9 4145.5 72385.41985 50178.3 9555.7 59734.0 19620.7 4114.3 18890.0 17399.9 1490.1 84959.1 -3457.0 81502.1 3154.9 4247.9 74099.21986 55612.5 9944.2 65556.7 21753.3 3604.5 17564.5 18465.3 -900.9 90013.6 -3680.1 86333.5 5730.8 4500.7 76102.01987 54510.8 8907.4 63418.2 23458.5 5944.8 22636.6 21155.9 1480.6 94302.2 -4556.4 89745.8 5439.2 4715.1 79591.61988 57021.5 8974.7 65996.1 25893.4 5633.5 24389.9 21931.4 2458.4 99981.4 -4869.9 95111.5 6355.2 4999.2 83757.11989 57034.2 10087.6 67121.8 29342.0 8464.0 27314.7 24805.9 2508.8 107436.6 -5188.6 102248.0 7997.1 5375.2 88875.71990 62623.7 10351.2 72974.9 32771.1 8877.9 30603.2 30009.8 593.4 115217.3 -5664.0 109553.3 7905.2 5763.2 95884.81991 67740.4 11260.4 79000.8 34615.7 9127.6 33732.5 33251.4 481.1 123225.2 -5904.9 117320.3 8128.4 6165.2 103026.71992 68589.8 12483.9 81073.7 35748.7 11309.6 38557.4 35504.6 3052.8 131184.8 -6282.9 124901.9 8982.4 6584.7 109334.81993 81745.4 12606.2 94351.6 36716.0 4467.5 37378.4 33206.4 4172.0 139707.1 -5317.8 134389.3 8969.0 6985.4 118434.91994 89668.0 12190.8 101858.8 41422.5 5238.3 39831.0 38109.6 1721.4 150241.0 -4028.4 146212.6 9717.0 7512.1 128983.51995 100118.6 12729.3 112848.0 46224.3 5688.0 42781.2 44950.5 -2169.4 162590.8 -4781.4 157809.4 9832.6 8129.5 139847.31996 109297.3 13283.4 122580.7 51965.4 2100.2 45333.7 46414.4 -1080.7 175565.6 -4704.4 170861.2 9393.5 8778.3 152689.41997 114254.2 12445.9 126700.2 52754.7 5295.2 51328.6 52351.0 -1022.5 183727.6 -5625.8 178101.7 8896.8 9186.4 160018.5

Sumber : Diolah oleh penulis dari Republik Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1988/1989; Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 1983-1988, Tahun 1988-1993 dan Tahun 1994-1997, Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.

Page 177: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

168

Tabel 9c: REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1997

( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )

Konsumsi Perdagangan Luar NegeriPembt'kanPeru- Penda- Pajak Tdk

Tahun Rumah PemerintahJumlah Modal bahan Ekspor Impor Jumlah PDB patan PNB LangsungPenyusutan PNNTangga Domestik Stok Netto Netto

Bruto (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)

= (2 )+(3 ) = (7)-(8 ) = (4 )+(5)+(6 )+(10 ) = (11)+(12 ) = (13)-(14)-(15)

= (4 )-(3 ) = (11)-(5)-(10 )-(6 ) = (7)-(8 ) = (13 )-(11) = (13 )-(14 )-(16 )

1969 58184.1 5039.0 63223.1 8027.0 0 8310.6 10736.4 -2425.8 68824.2 -883.7 67940.5 3418.4 4456.6 60065.5

1970 58921.1 6694.8 65615.9 10396.4 0 9916.5 11943.2 -2026.7 73985.5 -1108.2 72877.3 4295.6 5004.0 63577.7

1971 61393.0 7351.6 68744.6 12504.1 0 11357.2 13441.9 -2084.7 79163.9 -1463.8 77700.1 4937.0 5146.1 67617.1

1972 62797.5 7857.5 70655.0 16265.4 0 14470.0 14768.0 -298.0 86622.5 -2736.8 83885.6 4479.2 5638.8 73767.6

1973 68590.1 10222.6 78812.7 17247.1 0 19361.6 19000.4 361.2 96421.1 -3632.2 92788.9 4683.0 6267.8 81838.1

1974 71176.5 8151.0 79327.5 17416.6 0 29507.5 22469.1 7038.4 103782.5 -4832.5 98950.0 4332.3 6745.7 87872.0

1975 75244.6 10803.9 86048.5 22161.9 0 24966.9 24229.3 737.7 108948.1 -4798.3 104149.8 4474.3 7075.1 92600.5

1976 79600.2 11975.1 91575.3 24130.1 0 27265.2 26519.9 745.4 116450.8 -3632.8 112818.0 5198.9 7576.6 100042.6

1977 83154.9 13840.0 96994.9 25493.5 0 30066.6 25747.3 4319.3 126807.7 -4515.9 122291.8 5633.8 8232.9 108425.1

1978 91179.7 15966.1 107145.8 28046.5 0 29867.2 28474.7 1392.5 136584.8 -5204.3 131380.5 6178.3 8903.9 116298.3

1979 88429.6 16918.5 105348.1 30381.7 0 43634.1 34235.4 9398.7 145128.4 -6726.8 138401.6 5912.9 9468.5 123020.2

1980 96333.8 16421.3 112755.1 33223.6 0 48509.3 35306.3 13203.0 159181.7 -7042.8 152138.9 5725.5 10375.3 136038.1

1981 113280.0 18437.9 131717.9 36804.5 0 47554.3 43968.3 3586.0 172108.5 -6132.0 165976.5 5581.8 11187.2 149207.5

1982 122968.3 20160.2 143128.6 39741.2 0 39381.5 46276.4 -6895.0 175974.8 -5776.5 170198.2 6293.0 11438.3 152467.0

1983 111091.3 19066.3 130157.6 45953.6 6720.3 46846.3 46324.4 521.9 183353.3 -7749.7 175603.6 5785.1 9167.6 160651.0

1984 117897.1 19890.3 137787.4 43908.7 7134.0 50152.2 43273.3 6878.9 195709.0 -9120.8 186588.3 5938.6 9785.4 170864.2

1985 118444.9 22556.0 141000.8 46314.3 9711.6 44589.5 41072.0 3517.4 200544.2 -8160.3 192384.0 7447.1 10027.2 174909.6

1986 131272.3 23473.1 154745.4 51348.1 8508.3 41460.5 43587.0 -2126.5 212475.3 -8686.9 203788.4 13527.5 10623.8 179637.2

1987 128671.6 21025.9 149697.4 55373.4 14032.5 53433.2 49938.2 3495.0 222598.4 -10755.2 211843.2 12839.1 11129.8 187874.3

1988 134598.0 21184.5 155782.5 61120.8 13297.7 57571.8 51768.7 5803.1 236004.1 -11495.4 224508.7 15001.3 11800.5 197706.9

1989 134628.1 23811.6 158439.7 69261.2 19979.0 64475.7 58553.7 5922.0 253601.9 -12247.6 241354.4 18877.0 12688.1 209789.3

1990 147821.9 24433.8 172255.8 77355.5 20956.2 72238.2 70837.4 1400.7 271968.1 -13369.9 258598.2 18660.0 13604.0 226334.2

1991 159899.8 26580.0 186479.8 81709.6 21545.5 79624.9 78489.2 1135.7 290870.6 -13938.4 276932.2 19187.0 14552.9 243192.4

1992 161904.9 29468.0 191372.9 84384.1 26696.0 91014.0 83807.9 7206.1 309659.1 -14830.7 294828.4 21202.7 15543.1 258082.6

1993 192958.4 29756.7 222715.1 86667.3 10545.5 88230.9 78383.0 9847.9 329775.8 -12552.6 317223.2 21171.1 16488.8 279563.3

1994 211659.4 28776.2 240435.6 97776.9 12364.9 94020.3 89957.0 4063.3 354640.8 -9508.9 345131.9 22936.9 17732.1 304462.9

1995 236328.0 30047.3 266375.3 109111.4 13426.3 100984.1 106104.9 -5120.8 383792.3 -11286.4 372505.9 23209.6 19189.6 330106.7

1996 257994.1 31355.2 289349.3 122663.4 4957.4 107009.3 109560.3 -2551.0 414419.1 -11104.6 403314.5 22173.3 20720.9 360420.3

1997 269694.8 29378.3 299073.2 124526.3 12499.2 121160.1 123573.6 -2413.5 433685.2 -13279.6 420405.6 21000.8 21684.3 377720.5

Sumber : Diolah oleh penulis dari Republik Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1988/1989; Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 1983-1988, Tahun 1988-1993 dan Tahun 1994-1997, Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998.

-------+++++-------

Page 178: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

164

Cara paling Mudah Meng-unduh (Downloads) secara GRATIS sejumlah TULISAN ILMIAH Dalam bentuk Files PDF sebagai berikut:

Page 179: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

165

Daftar TULISAN ILMIAH Untuk PERGURUAN TINGGI, Terdiri:

Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN

JURNAL PENELITIAN Kuantitatif, BUKU AJAR MODUL SOAL DAN

PEMECAHAN SOAL, BUKU TEKS, Laporan Hasil & Jurnal Hasil

Penelitian Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, LAPORAN HASIL

& Jurnal Hasil Penelitian SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi

10 Macam Hasil Pegembangan KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

Penelitian Survey dari 5 Hasil Penelitian SURVEY.

Dan Didapatkan 10 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, termasuk 5 Proposal (Draft Hibah

DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 s/d 2016

12 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN

TRANSPORTASI 2014 s/d 2017

I. Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN, Serta

Jurusan Terkait Bidang EKONOMI:

02 27 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP I to KOPTIS Wilayah III Jakarta Files: 003 01 Perspektif Ekonomi Indonesia Dalam satu tahap pembangunan Jangka Panjang

004 02 Analisis Fungsi Tabungan Indonesia: Pengujian Model Hipotesa Pendapatan Permanen

005 03 Expor Kommoditi Primer Pulau Sumatera Lamam Perdagangan Luar Negeri Indonesia

006 04 Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Indonesia 1969-1994 007 05 Pekiraan Pembentukan Modal Di Indonesia

008 06 Kebijaksanaan Deregulasi Perbankan Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia

009 07 Instabilitas Perdagangan Luar Negeri Indonesia

010 08 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dan Ketergantungan Terhadap Dana Luar Negeri

011 09 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Diantara Modal Dan Tabungan

012 10 Pengukuran Kondisi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Stedy-State Growth

013 11 Modal Asing Swasta Dan Pembentukan Investasi Produktif Dalam Pembiayaan Pembangunan

014 12 Trade-Off Antara Penerimaan Pajak Dan Kemampuan Menabung Masyarakat

015 13 Mobilisasi Tabungan Dan Investasi suatu Ekonomi Terbuka: Studi Kasus Indonesia 1969-1995

016 14 Pengaruh Pendapatan Permanen Dalam Pembentukan Tabungan

017 15 Peranan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

018 16 Analisis Fungsi Konsumsi Indonesia Dengan Pendapatan Permanen 019 17 Pembiayaan Ekonomi Dalam Negeri Diantara Keinginan Dan Kenyataan

020 18 Sektor Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Ekonomi

021 19 Reformasi Kebijaksanaan Makro Dan Pengaruh Ekonomi Sektor Terbuka

022 20 Keseimbangan Pendapatan Nasional: Investasi Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi

023 21 Analisis Pengaruh Pembentukan Tabungan Suatu Ekonomi Terbuka

024 22 Pengaruh Aliran Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan

025 23 Perkiraan Kebutuhan Investasi Dan Pengukuran Tinggal Landas

026 24 Kemampuan Pembentukan Modal Domestik: Sektor Pemerintah Dan Masyarakat

027 25 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Akumulasi Sumber Pembiayaan Pembangunan

028 26 Kualitas Pembangunan Ekonomi Indonesia Dan Dilema Ketergantungan Sumber Dana

029 27 Investasi Dan Pembiayaan Ekonomi Jangka Panjang Indonesia

Page 180: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

166

004 34 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP II to STMT Trisakti Files: 030 01 Standar Ukuran Tinggal Landas Perekonomian Suatu Negara

031 02 Pembentukan Modal Domestik Bruto Sektor Pemerintah Dan Masyarakat

032 03 Pembentukan Tabungan Dan Pembiayaa Ekonomi Jangka Panjang Indonesia

033 04 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Steady-State Growth

034 05 Aliran Modal Asing Swasta Dalam Pembentukan Investasi Produktif

035 06 Fungsi Konsumsi Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Permanen 036 07 Pendapatan Permanen Dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Tabungan

037 08 Pengujian Model Tabungan Indonesia Dengan Hipotesa Pendapatan Permanen

038 09 Kebutuhan Tabungan Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi Indonesia

039 10 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi: Trade-Off Antara Pajak Dan Tabungan

040 11 Aggregate Expenditre Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 3 Sektor)

041 12 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Terbuka

042 13 Aggregate Expendiure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 4 Sektor)

043 14 Pengaruh Sektor Perdagangan Luar Negeri Terhadap Aktivitas Ekonomi Indonesia

044 15 Aliran Modal Asing Dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan

045 16 Penafsiran Tingkat effisiensi Marginal Ekonomi Indonesia Dan Prakiraan Pembentukan Modal

046 17 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Sederhana

047 18 Aggregate Expenditure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 2 Sektor) 048 19 Pembentukan Modal Domestik Bruto Dan Ketergantungan Terhadap Sumber Dana

049 20 Prestasi Ekonomi Dan Indeks Instabilitas Sektor Perdangan Luar Negeri Indonesia

050 21 Model Makro Keseimbangan Agregatif Pembentukan Tabungan Dan Investasi

051 22 Expor Kommoditi Primer Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Pulau Sumatera

052 23 Konstribusi Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

053 24 Pengaruh Variabel-variabel Agregatif Terhadap Pembentukan Tabungan Dan Pendapatan

054 25 Pengembangan Sumber Pembiayaan Pembangunan Yang Semakin Bertumpu Pada

Kemampuan Sendiri

055 26 Pengembangan Instrumen Kebijaksanaan makro Terhadap Pembentukan Investasi Dan Pendapatan

056 27 Kebutuhan Tabungan Dan Pembentukan Investasi Produktif Bagi Pembiayaan Pembangunan

057 28 Pengaruh Ekspor Terhadap Pendapatan Nasional Dan Pertumbuhan Ekonomi 058 29 Pengaruh Deregulasi Perbankan Bidang Ekspor Terhadap Devisa Pendapatan Nasional

059 30 Aliran Dana Luar Negeri Di Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

060 31 Strategi Indonesia Dan Manajemen Pembentukan Modal Bagi Peningkatan Pendapatan Masyarakat

061 32 Manajemen Perdagangan Internasional Pengurangan Distorsi Ekonomi Pasca Seleksi

Aliran Dana Luar Negeri

062 33 Manajemen Perbankan Pasca Deregulasi Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia

063 34 Refleksi Ekonomi Indonesia Setelah 34 Tahun Membangun: Diantara Kekuatan Dan Kelemahan

005 10 BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Files: 064 01 BUKU AJAR Pengantar Teori Ekonomi

065 02 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Pengantar Teori Ekonomi

066 03 BUKU AJAR Teori Ekonomi 067 04 BUKU AJAR Ekonomi Pembangunan

068 05 BUKU AJAR Pengantar Ekonomi Mikro

069 06 BUKU AJAR Ekonomi Makro Perthitungan Pend Nasional

070 07 BUKU AJAR Teori Ekonomi Mikro

071 08 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Teori Ekonomi Mikro

073 09 BUKU AJAR Ekonomi Manajerial

074 10 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Ekonomi Manajerial

Page 181: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

167

II. PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 006 3 VERSI Teks Book EKO MANAJERIALPernah Disumbang ke DIKTI Dan Dikirim Ke USA File 075 01 Buku Teks 681h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Hasil Estimasi

Atau 075 01 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi

Hasil Estimasi

File 076 02 Buku Teks 301h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Non-Estimasi

Atau 076 02 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi

Non-Estimasi

File 077 03 Buku Teks 509h EKO MANAJERIAL TRANSPORTASI Dengan Fungsi Non-Estimasi

Atau 077 03 EKONOMI MANAJERIALTRANSPORTASI Penerapan Konsep Mikro Ekonomi Dalam Bisnis Transportasi Dengan Fungsi Non-Estimasi

File 078 Ringkasan Isi Dan Surat Menyurat Pengiriman 3 Teks Book EKO MANAJERIAL Ke USA

Atau 078 Request for Coop in Publishing 3 Text Books in MANAGERIAL ECONOMICS to The USA

Subject: Request for Cooperation in Publishing Text Books in MANAGERIAL

ECONOMICS: Application of Microeconomic Concepts Using Estimation

Result Function (242 halaman)

008 3 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2010 Files: 079 01 Evaluasi Ekonomi Indonesia di Era Pembangunan Berkelanjutan

080 02 Evaluasi Ekonomi 50 Tahun Indonesia Membangaun 081 03 Kebutuhan Tabungan Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia

009 4 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2012 Files: 082 01 Pengembangan Ekonomi Dan Pengaruh POLIIK Di Era Kepemimpinan INDONESIA

083 02 Prestasi Ekonomi INDONESIA Jangka Panjang Dan Pencapaian Kondisi STEADY-

STATE GROWTH

084 03 Perkiraan Kebutuhan Tabungan Bagi Target Pertumbuhan Ekonomi Yang Hendak Dicapai

085 04 Pengendalian Ekonomi Ditengah Ancaman Krisis Dan Dilema Keterbatasan Sumber

Pembiayaan Yang Salaing Trade-Off

010 4 Laporan Penelitian Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI 2010 File 086 01 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 72h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010

Atau 086 01 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di

Indonesia

File 087 02 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010

Atau 087 02 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di

Indonesia

File 088 03 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 77h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010 Atau 088 03 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional

File 089 04 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010

Atau 089 04 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional

Page 182: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

168

011 3 Proposal P3M PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2010 File 090 01 Draft Proposal 21h Penelitian P3M MTD STMT Angkutan Jalan Raya DKI 2010

Atau 090 01 Kepadatan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta: Trade off Antara Penguna

Kendaraan Pribadi Dan Umum

(Studi Kasus: Penerapan Konsep Slutsky’s Theorem, TE = SE + IE)

File 091 02 Draft Proposal 26h Penelitian P3M MTL STMT Faktor Produksi PT PELNI 2010 atau 091 02 Pengaruh Beberapa Faktor Produksi Terhadap Produksi PT PELNI

(Studi Kasus: Penerapan Konsep Production Isoquant, TO = SE + OE)

File 092 03 Draft Proposal 25h Penelitian P3M MTU STMT Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan 2010

atau 092 03 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang Jakarta-Ujung

Pandang

012 14 Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI, Tahun 2011 File 093 01 Proposal 11h Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia 2011

Atau 093 01 Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia Dan Investasi Produktif Yang Diperlukan

File 094 02 Proposal 10h Jasa Angkutan Rel 2011

Atau 094 02 Menasionalisasikan Jasa Angkutan Rel Dan Investasi Yang Dibutuhkan

File 095 03 Proposal 11h Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011

Atau 095 03 Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia

File 096 04 Proposal 11h Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia 2011

Atau 096 04 Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dalam Wililayah Teritorial Indonesia

File 097 05 Proposal 12h Produksi Jasa Angkutan Udara Penerbangan Domestik 2011

Atau 097 05 Produksi Jasa Angk Udara Komersial Penerbangan Domestik

File 098 06 Proposal 12h Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau 2011

Atau 098 06 Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia

File 099 07 Proposal 14h Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik 2011

Atau 099 07 Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik

File 100 08 Proposal 11h Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau 2011

Atau 100 08 Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau

File 101 09 Proposal 13h Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik 2011

Atau 101 09 Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik

File 102 10 Proposal 15h Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara 2011

Atau 102 10 Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara

File 103 11 Proposal 14h Kebutuhan Modal Pert Produksi Angkutan Udara Luar Negeri 2011

Atau 103 11 Kebutuhan Modal Pertumbuhan Produksi Angkutan Udara Luar Negeri

File 104 12 Proposal 12h Pengembangan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011

Atau 104 12 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia

File 105 13 Proposal 15h Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Dom 2011

Atau 105 13 Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Domestik

File 106 14 Proposal 12h Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional 2011 Atau 106 14 Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional

Page 183: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

169

10 Contoh PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI

013 5 CONTOH Hibah (Proposal DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 -2016 File 107 01 Draf Hibah Kompetensi TAHAP 1 44h dgn Ir PRASAD TITA MM to DIKTI 2009

Atau 107 01 Analisis Pertambahan Pengguna Kendaraan Bermotor Roda Dua Dan Kepemilikan Mobil

Pribadi Di Jakarta

File 108 02 Draft Hibah Kompetensi 47h dgn PROF ERYUS To DIKTI 2010

Atau 108 02 Kepadatan Lalin Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta Trade off Antara Peng Kend Pribadi

Dan Umum

File 109 03 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF HANANTO to DIKTI 2010

Atau 109 03 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PT PELNI

File 110 04 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF DIRK KOLEANGAN to DIKTI 2010

Atau 110 04 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang JAKARTA-

UJUNG PANDANG

File 111 05 Draft Hibah PRODUK TERAPAN 67h dgn Dr HUSNI HASAN to DIKTI 2016

Atau 111 05 Analisis Penentuan Tarif Angkut Dua Jasa Angk Penumpang Udara Dan Laut Rute

JAKARTA-UJUNG PANDANG

014 3 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2014 File 112 01 Proposal Penelitian P3M MTL 13h Angk Pelayaran Antar Pulau PT PELNI 2014

Atau 112 01 PENGEMBANGAN PRODUKSI ANGKUTAN PELAYARAN DI INDONESIA

File 113 02 Proposal Penelitian P3M MTD 15h Effisiensi Produktivitas Jasa Angk PT KAI 2014

Atau 113 02 TINGKAT EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS JASA ANGKUTAN KERETA API

INDONESIA

File 114 03 Proposal Penelitian P3M MTU 21h Kebutuhan Modal Angk Penerb Domestik 2014

Atau 114 03 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN

PENERBANGAN DOMESTIK

015 2 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,

Tahun 2017, Sedang Digarap File 115 01 Proposal Terpadu P3M 28h atau Analisis Trade-Off Antara MTL Dengan MTU 2017

Atau 115 01 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan

Domestik Indonesia: Trade-off Antara Angkutan Laut Dan Udara

File 116 02 Proposal Penelitian P3M 22h Dibidang TRANPORTASI UDARA Luar Negeri 2017

Atau 116 02 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN UDARA

LUAR NEGERI

Page 184: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

170

III. PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 016 5 LAPORAN HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017

File 117 01 Laporan HASIL PENELITIAN 375h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014

Atau 117 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 118 02 Laporan HASIL PENELITIAN 147h PERUM DAMRI 2015 Atau 118 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 120 03 Laporan HASIL PENELITIAN 172h PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 120 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd

Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti

File 122 04 Laporan HASIL PENELITIAN 165h GARUDA INDONESIA 2016

Atau 122 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 124 05 Laporan HASIL PENELITIAN 353h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017 Atau 124 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

017 5 Jurnal HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017 File 125 01 Jurnal HASIL PENELITIAN 41h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014

Atau 125 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 126 02 Jurnal HASIL PENELITIAN 35h PERUM DAMRI 2015 Atau 126 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 128 03 Jurnal HASIL PENELITIAN 38h PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 128 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd

Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti

File 130 04 Jurnal HASIL PENELITIAN 36h GARUDA INDONESIA 2016

Atau 130 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 132 05 Jurnal HASIL PENELITIAN 40h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017

Atau 132 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

018 10 Macam Prediksi Pengembangan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Penelitian Survey

Files: 133 01 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 20h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

134 02 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 23h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Panjang Alt 135 03 PERUM DAMRI 2015 15h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

136 04 Jurnal HASIL PENELITIAN PERUM DAMRI 2015 24h

137 05 Jurnal HASIL PENELITIAN Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014 30h

138 06 Jurnal HASIL PENELITIAN PT MAYASARI BAKTI 2016 31h

139 07 PT MAYASARI BAKTI 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

140 08 Jurnal HASIL PENELITIAN GARUDA INDONESIA 2016 31h

141 09 PT GARUDA INDONESIA 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

142 10 Jurnal HASIL PENELITIAN KA PATAS Purwakarta 2017 30h

Page 185: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

171

12 BUAH BENTUK PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI

019 6 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2014-2017 File 143 01 Proposal 21h KERETA API EKONOMI LOKAL PURWAKARTA 2014

Atau 143 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 144 02 Proposal 18h PERUM DAMRI 2015

Atau 144 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 145 03 Proposal 17h PERUM DAMRI Dgn KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 145 03 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 146 04 Proposal 28h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 146 04 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap

Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti

File 148 05 Proposal 28h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016

Atau 148 05 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 150 06 Proposal 27h KERETA API PATAS PURWAKARTA 2017

Atau 150 06 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

020 2 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Hasil Pengembangan Model 2016 File 151 01 Proposal 33h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 151 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 152 02 Proposal 26h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 152 02 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap

Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti

021 2 Contoh Proposal Baru PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2017 File 153 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017

Atau 153 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta

File 154 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017

Atau 154 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta

File 155 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt Atau 155 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta

File 156 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017 dengan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 156 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas

Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta

Page 186: LP3ETlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/069_06_buku_ajar_177h_ekono… · BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN DIBIDANG ILMU EKONOMI & MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2

172

Biasanya untuk mendapatkan sebuah TULISAN ILMIAH adalah secara kebetulan

didalam DOMAIN Google atau Bilamana sudah mengetahui judul TULISAN

ILMIAH tersebut cukup dengan menulis judul tersebut ke dalam Google dan akan

keluar TULISAN ILMIAH yang dimaksud.

KIAT CERDIK MEMBUAT TULISAN ILMIAH, dan sebagai langkah utama adalah

dengan cara Mengkoleksi sejumlah TULISAN ILMIAH yang akan berperan sebagai

MATERI PEMBANDING dengan MATERI YANG DIBUAT. Paling tidak agar

mengatahui bagaimana penyusunan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN

TEORITIS yang dibuat penulis lain. Selain bisa memperkuat “pondasi ilmiah” bahkan

juga memperkokoh “Kemampuan ilmiah” agar lebih mudah menyelesaikan berbagai

bentuk/beranekaragam Persoalan Ilmiah pada PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang

MANAJEMEN TRANSPORTASI maupun PENELITIAN SURVEY Dibidang

MANAJEMEN TRANSPORTASI. Tentunya sebagai langkah berikutnya adalah

Meng-unduh (Downloads) sebanyak mungkin TULISAN ILMIAH dari penulis lain atau Meng-unduh secara keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File PDF

(pada posisi jumlah sekarang) sebagaimana tercantum dalam Lembaran Informasi, terkecuali TULISAN ILMIAH yang terdapat dalam kurung sebanyak 22 Files (hanya

bisa didapatkan melalui Email langsung dengan sejumlah harga tertentu yang disajikan

dalam sebuah Daftar Harga).

Ketentuan: Gantilah Lembaran Informasi (Daftar TULISAN ILMIAH yang disisipkan dalam wujud File PDF) menjadi (Daftar TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File DOCUMENTS),

sehingga didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisikan Daftar dari semua tulisan

ilmiah yang disusun oleh Amrizal.

Selanjutnya, dengan cara memasukan/menuliskan 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal

ke dalam Google, maka akan didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisi Daftar

TULISAN ILMIAH tersebut, dengan contoh berikut:

Google 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal Cari

Adapun tujuan selanjutnya agar lebih leluasa/Mudah meng-unduh (Downloads)

keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam PDF (pada posisi jumlah sekarang),

cukup dengan cara meng-Copy masing-masing Nomor urut beserta nama file tersebut

ke dalam Google.

Diistilahkan dalam tanda petik “pada posisi jumlah sekarang” oleh karena posisi/jumlah

files PDF yang disajikan dalam Daftar TULISAN ILMIAH dapat berubah pada saat-saat

tertentu seiring dengan perjalanan waktu.......

-------- Jakarta, 14 September 2017--------