Upload
irsanbahutala
View
164
Download
16
Embed Size (px)
Citation preview
1
BUKU PANDUAN GEOLOGI LAPANGAN
Di Susun oleh :
IRSAN BAHUTALA
471410022
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2014/SELAMANYA
2
3
4
5
6
7
8
BATUAN BEKU
1. TEKSTUR BATUAN BEKU
1.1 Tekstur batuan beku berdasarkan derajat kristalisasinya:
Holokristalin : terdiri dari kristal seluruhnya
Hipokristalin : terdiri dari sebagian kristal dan sebagian gelas
Holohyalin : terdiri dari gelas seluruhnya
1.2 Tekstur batuan beku berdasarkan granulitas/besar butirnya:
Fanerik: kristal-kristalnya dapat dilihat dengan mata biasa. Khusus untuk batuan
bertekstur fanerik, ukuran butirnya dapat ditentukan sebagai berikut:
Halus : besar butir < 1 mm
Sedang : besar butir 1 mm - 5 mm
Kasar : besar butir 5 mm - 3 cm
Sangat kasar : besar butir > 3 cm
Afanitik: kristal-kristalnya sangat halus atau amorf, hanya dapat dilihat dengan
mikroskop.Jika batuan bertekstur porfiritik maka ukuran fenokris dan masa dasar
dipisahkan.
1.3 Tekstur batuan beku berdasarkan keseragaman butir/kristalnya:
Equigranular: ukuran besar butir relatif sama
Inequigranular: ukuran besar butir tidak sama
Khusus untuk inequigranular dapat dibedakan menjadi tekstur:
Faneroporfiritik bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-kristal yang kecil dan
dapat dikenali dengan mata telanjang
Porfiroafinitik bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang tidak dapat dikenali
dengan mata telanjang.
Porfiritik: kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar
(matriks) yang lebih halus.
Vitrofirik: kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar
(matriks) gelas/amorf.
9
1.4 Tekstur batuan beku berdasarkan bentuk geometri kristalnya:
Tabular (plagioklas, k-felspar)
Prismatik (piroksen, hornblenda)
Berlembar (mika)
Poligonal (k uarsa, olivin)
1.5 Tekstur batuan beku berdasarkan kesempurnaan bentuk kristalnya/butirnya :
Bentuk Butir Tekstur Keterangan
Euhedral Panidiomorfik
granular
Sebagian kristal mempunyai batas sempurna
(euhedral) dan berukuran butir sama
Subhedral Hypidiomorfik
Granular
Batas kristal pe ralihan antara sempurna dan tidak
beraturan (subhedral) dan berukuran butir sama
Anhedral Allotrimorfik
Granular
Batas kristal tak beraturan (anhedral) dan
berukuran butir sama
1.6 Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya :
a) Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal
atau bentuk kristal euhedral (sempurna)
b) Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk euhedral dan
subhedral.
c) Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakan kristal yang
berbentuk anhedral.
2. STRUKTUR BATUAN BEKU
2.1 Struktur yang berhubungan dengan aliran magma:
Schlieren: struktur kesejajaran yang dibentuk mineral prismatik, pipih atau
memanjang atau oleh xenolith akibat pergerakan magma.
Segregasi: struktur pengelompokan mineral (biasanya mineral mafik) yang
mengakibatkan perbedaan komposisi mineral dengan batuan induknya.
Lava bantal (Pillow lava) : struktur yang diakibatkan oleh pergerakan lava akibat
interaksi dengan lingkungan air, bentuknya menyerupai bantal, di mana bagian atas
cembung dan bagian bawah cekung.
10
2.2 Struktur yang berhubungan dengan pendinginan magma:
Vesikuler: lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava).
Amigdaloidal: lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava), yang telah diisi
oleh mineral sekunder, seperti zeolit, kalsit, kuarsa.
Scorius: vesikuler yang penyebarannya merata.
Kekar kolom (Columnar joint) : kekar berbentuk tiang dimana sumbunya tegak lurus
arah aliran.
Kekar berlembar (Sheeting joint) : kekar berbentuk lembaran, biasanya pada
tepi/atap intrusi besar akibat hilangnya beban atau struktur batuan beku yang terlihat
sebagai lapisan.
Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.
B. Klasifikasi umum berdasarkan pada urut-urutan kristalisasi mineral Seri Bowen
(mineralogi) serta komposisi SiO2 batuan beku (Tabel 4 dan 5). Klasifikasi ini bukan
klasifikasi resmi yang dibakukan, tetapi dibuat khusus digunakan dalam praktikum di
Laboratorium Petrologi - Geologi ITB.
Tabel 1. Pembagian batuan beku berdasarkan komposisi SiO2 dan mineralogi.
Keterangan : x : selalu hadir;
- : tidak hadir;
x/- : biasanya hadir/kadangkala tidak hadir;
-/x : biasanya tidak hadir/kadangkala hadir.
11
Catatan: untuk batuan yang mengandung mineral felspatoid (leusit, nefelin, dll.) dapat
dipergunakan nama batuan misalnya: nephelinite, leucitite, phonolite, felspathoid syenite,
leucite basalt, dll.
Hal-hal utama yang perlu dicatat dalam deskripsi batuan beku :
1. Warna, sebagai petunjuk awal untuk memperkirakan komposisi kimia dan mineral dari
batuan.
2. Tekstur, besar butir, prosentase kehadiran butir (Gambar 6), dan kemas, yang mana
berhubungan dengan sejarah dan cara kejadian batuan, serta kecepatan dan urutan
pertumbuhan kristal.
3. Mineralogi, sebagai petunjuk untuk identifikasi batuan, biasanya di dalam batuan beku
terdapat antara 2 dan 4 mineral utama.
4. Inklusi material asing (sebagai tambahan dalam membantu indentifikasi batuan). Inklusi
ini kadang ditemukan dalam batuan beku dan harus dideskripsikan terpisah, inklusi
penting ketika kita ingin menilai cara kejadian dan asal tubuh batuan beku.
12
13
14
15
Kelompok Mineral Kelompok Batuan Beku
Olivin
Piroksen
Plagioklas
Olivin, piroksen
Ultramafik dan Ultramafitit
Olivin, piroksen, plagioklas
Olivin, plagioklas
Piroksen, plagioklas
Gabroid dan Basaltoid
Piroksen, hornblenda, plagioklas
Hornblenda, plagioklas
Hornblenda, biotit, plagioklas,
16
BATUAN PIROKLASTIK
Batuan piroklastik:
Batuan yang disusun oleh material-material yang dihasilkan oleh letusan gunung api
Dicirikan oleh kehadiran material piroklas yang dominan (gelas, kristal, batuan
vulkanik), butiran yang menyudut, porositas yang relatif tinggi.
Batuan Epiklastik:
Batuan hasil rombakan batuan vulkanik maupun batuan lainnya.
Terdiri dari material hasil rombakan batuan vulkanik (kristal, fragmen batuan) dan
material non vulkanik.
Berdasarkan klasifikasi genetik, batuan piroklastik terdiri dari 3 jenis endapan piroklastik
yaitu:
1. Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan dari letusan
eksploif material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh kembali ke
bawah dan terkumpul di sekitar gunung api. Endapan ini umumnya menipis dan
ukuran butir menghalus secara sistimatis menjauhi pusat erupsi, pemilahannya baik,
menunjukan grading normal pumis dan fragmen litik, mungkin menunjukan
stratifikasi internal dalam ukuran butir atau komposisi, komposisi pumis lebih besar
daripada litik.
2. Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), dihasilkan dari pergerakan
lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik yang tertransport dalam
matrik fluida (gas atau cairan), material vulkanik ini tertransportasi jauh dari gunung
api. Endapan ini umumnya pemilahannya buruk, mungkin menunjukan grading
normal fragmen litik, dan butiran litik yang padat semakin berkurang menjauhi pusat
erupsi. Contoh: lahar yaitu masa piroklastik yang mengalir menerus antara aliran
temperatur tinggi (> 1000C) di mana material piroklastik ditransportasikan oleh fase
gas dan aliran temperatur rendah yang biasanya bercampur dengan air.
3. Endapan surge piroklastik (pyroclastic surge deposits), termasuk pergerakan lateral
fragmen piroklatik sebagai campuran padatan/gas konsentrasi rendah yang panas.
Karekteristiknya, endapan ini menunjukan stratifikasi bersilang, struktur dunes,
laminasi planar, struktur anti dunes dan pind and swell, endapan sedikit menebal di
bagian topografi rendah dan menipis pada topografi tinggi.
17
Tiga jenis fagmen yang ditemukan dalam endapan piroklastik:
Fragmen dari lava baru atau disebut fragmen juvenil, berupa material padat tidak
mempunyai vesikuler sampai fragmen lava yang banyak vesikulernya.
Kristal individu, yang dihasilkan dari fenokris yang lepas dalam lava juvenil sebagai
hasil fragmentasi.
Fragmen litik, termasuk batuan yang lebih tua dalam endapan piroklastik, tetapi
sering terdiri dari lava yang lebih tua.
18
Tabel 3.5 Klasifikasi Batuan Gunungapi
19
Tabel 7. Penamaan untuk batuan campuran piroklastik-epiklastik (Schmid, 198
Gambar 2. Penamaan tuf berdasarkan komposisi penyusun bahan piroklastiknya
20
Hal-hal yang perlu dideskripsi dalam deskripsi batuan piroklastik:
1. Warna, deskripsikan warna batuan yang representatif.
2. Besar butir, deskripsikan mengunakan besar butir/ukuran klast batuan piroklastik (Table
6).
3. Komponen, deskripsikan komponen batuan piroklastik:
Kristal, fragmen kristal
Fragmen litik: vulkanik atau non vulkanik, polimik atau monomik
Pumice atau scoria
Shards, lapili akresionari, vitriklas
Semen: siliseous, karbonat atau zeolit
4. Litofasies:
Masif (tidak berlapis) atau berlapis
Berlapis: Laminasi : < 1 cm
Berlapis sangat tipis : 1-3 cm
Berlapis tipis : 3-10 cm
Berlapis sedang : 10-30 cm
Berlapis tebal : 30-100 cm
Berlapis sangat tebal : > 100 cm
Masif (tidak bergradasi) atau bergradasi:
normal ; reverse ; normal-reverse ; reverse-normal
Kemas: clast-supported atau matrix-supported
terpilah baik, terpilah sedang, terpilah buruk
Kekar: blocky, prismatik, columnar, platy
Ketebalan seragam atau tidak seragam
Ketebalan lateral rata atau tidak rata
Secara lateral menerus atau tidak menerus
Cross-bedded, cross-laminated
5. Alterasi:
Mineralogi: klorit, serisit, silika, pirit, karbonat, felspar, hematit
Distribusi: disseminated, nodular, spotted, pervasive, patchy.
21
22
23
24
25
BATUAN SEDIMEN
1. Komposisi sedimen:
Fragmen mineral/batuan hasil rombakan (terigen)
Material hasil proses kimiawi (material autigenik): karbonat, fosfat, dll.
Material allochem (rombakan hasil presipitasi terdahulu): fosil, material organik.
2. Mineral-mineral dalam batuan sedimen:
Mineral Autigenic:
Terbentuk di daerah sedimentasi dan langsung diendapkan
Contoh: gipsum, kalsit, anhidrit, oksida besi, halit, glaukonit.
Mineral Allogenic:
Terbentuk di luar daerah sedimentasi
Telah mengalami transportasi dan kemudian diendapkan di daerah sedimentasi
Harus tahan pelapukan dan tahan terhadap pengikisan selama tranportasi sampai
pengendapan.
Tekstur dan mineralogi batuan sedimen dapat merefleksikan lingkungan pengendapan
batuan sedimen.
Hal-hal yang mempengaruhi pembentukan batuan sedimen:
Litologi batuan (batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorfosa, batuan
piroklastik).
Stabilitas dari mineral-mineral yang ada
Kecepatan erosi, banyaknya mineral sedimen yang dapat ditransport turut
menentukan berapa banyak material yang dapat/akan diendapkan.
Transportasi pada pembentukan batuan sedimen akan menghasilkan
sorting/pemilahan dan roudness/kebundaran.
Pembagian batuan sedimen berdasarkan tekstur:
Batuan sedimen bertekstur klastik
Batuan sedimen bertekstur non klastik (kristalin)
26
Batuan sedimen bertekstur non klastik (kristalin):
Umumnya terdiri dari mineral autigenik
Pada P dan T tertentu seringkali memperlihatkan gejala diagenesa, akibatnya
porositas batuan menjadi sangat rendah atau hilang.
Porositas primer rendah dan memperlihatkan tekstur mozaik (contoh: batugamping).
Kadang-kadang terdapat butiran yang amorf (seperti kalsedon & opal) sebagai
semen.
Ukuran Besar Butir (mm) Nama Besar Butir
1 2 Very coarsely crystalline
0,5 1 Coarsely crystalline
0,25 0,5 Medium crystalline
0,125 0,25 Finely crystalline
0,063 0,125 Very finely crystalline
0,004 0,063 Microcrystalline
< 0,004 Cryptocrystalline
Tabel . Besar butiran batuan sedimen non klastik
Batuan sedimen bertekstur klastik:
Terdiri dari material detritus (hasil rombakan: pecahan), memperlihatkan tekstur
klastik (butiran berukuran lempung sampai bongkah)
Memperlihatkan berbagai struktur sedimen
Proses : pelapukan, erosi, transportasi, sedimentasi
Dapat dipelajari tentang sumber material (provenance), lingkungan
pengendapan/fasies, diagenesa
Besar butir (grain size): unsur utama dari tekstur klastik, yang berhubungan dengan tingkat
energi pada saat transportasi dan pengendapan. Klasifikasi besar butir diterangkan sebagai
berikut dengan menggunakan skala Wentworth (Tabel dan Gambar ).
Uukuran Besar Butir (mm) Nama Besar Butir
> 256 Boulder / bongkah
64 256 Couble / berangkal
4 64 Pebble / kerakal
27
2 4 Granule / kerikil
1 2 Very coarse sand / pasir sangat kasar
- 1 Coarse sand / pasir kasar
1/4 1/2 Medium sand / pasir sedang
1/8 1/4 Fine sand / pasir halus
1/16 1/8 Very fine sand / pasir sangat halus
1/256 1/16 Silt / lanau
< 1/256 Clay / lempung
Tabel . Klasifikasi besar butir menggunakan skala Wentworth
Gambar Komparator besar butir
Unsur-unsur tekstur batuan sedimen klastik:
Butiran (grain): butiran klastik (yang tertransport) disebut sebagai fragmen.
Masa dasar (matrix): lebih halus dari butiran/fragmen, diendapkan bersama-sama
dengan fragmen.
Semen (cement): berukuran halus, mengikat butiran/fragmen dan matrik, diendapkan
setelah fragmen dan matrik .
Pemilahan/sorting: derajat kesamaan atau keseragaman antar butir.
28
Kebundaran/roundness: menyatakan kebundaran atau ketajaman sudut butiran, yang
mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi.
Gambar 12. Derajat Kebundaran
Kemas/fabric: merupakan sifat hubungan antar butir sebagai fungsi orientasi butir dan
packing, secara umum dapat memberikan gambaran tentang arah aliran dalam sedimentasi
serta keadaan porositas dan permeabilitas batuan. Kemas: - terbuka: kontak antar butiran
tidak bersentuhan, - tertutup: kontak antar butiran bersentuhan.
Struktur batuan Sediment:
Perlapisan: - Lapisan: tebal > 1 cm
- Laminasi: tebal < 1 cm
Jenis perlapisan: Perlapisan sedimen
Paralel lamination
Cross lamination/cross beds
Convolute lamination
Gradded bedding
Injection structures (sandstones dykes)
Struktur di bidang perlapisan:
Di bagian bawah : load cast, flute cast
Di bagian atas : ripple marks, mud cracks, organic marks (tracks & trails, burrow)
1. Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan (lithifikasi)
Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan dapat terjadi di
bagian atas lapisan, sebelum lapisan atau endapan yang lebih muda atau endapan baru
di endapkan. Struktur sedimen ini merupakan hasil kikisan, 'scour marks', 'flutes', 'grooves',
'tool marking' dan sebagainya. Struktur-struktur ini sangat penting untuk menentukan arah
aliran atau arah sedimentasi.
29
2. Struktur yang terbentuk setelah proses pengendapan (Sekunder)
Struktur ini terbentuk selepas sedimen terendap. Ini termasuklah struktur beban,
'pseudonodules' dimana sebahagian lapisan pasir jatuh dan masuk kedalam lapisan lumpur
di bawahnya, laminasi konvolut (convolute lamination) dan sebagainya. Struktur nendatan,
hasil dari pergerakan mendatar sedimen yang membentuk lipatan juga termasuk dalam
struktur selepas endapan. Nendatan boleh berlaku di tebing sungai, delta dan juga laut dalan
dan ianya sangat berguna untuk menentukan arah cerun kuno.
Struktur sedimen sekunder (post-deposition structures), struktur sedimen yang
terbentuk setelah proses litifikasi.
Struktur sedimen sekunder meliputi:
Struktur erosional, terbentuk karena erosi, contohnya: flute cast, groove cast, tool
marks, scour marks, channel, dll.
Struktur deformasi, terbentuk oleh adanya gaya, contohnya: slump, convolute, sand
dyke, dish, load cast, nodule, dll.
Struktur biogenik, terbentuk oleh adanya aktivitas makhluk hidup, contohnya:
bioturbation, trace fossils, rootlet bed, dll
3. Struktur sedimen yang terbentuk pada proses sedimentasi (struktur primer)
Struktur yang terbentuk semasa proses pengendapan, antara lain adalah perlapisan
mendatar (flat bedding), perlapisan silang-siur (cross bedding), laminasi sejajar (paralel
lamination), dan laminasi ripple mark.
Struktur sedimen primer (depositional structures), struktur sedimen yang terbentuk
bersamaan dengan terbentuknya suatu batuan, contohnya adalah: graded bedding, parallel
lamination, ripple mark, dune and sand wave, cross stratification, shrinkage crack (mud
crack), flacer, lenticular, dll.
30
31
32
Hal-hal lain yang juga perlu dideskripsi:
Pencampuran batuan:
- karbonatan : bila pencampurnya material karbonat
- karbonan : bila pencampurnya karbon
Fragmen pembentuk batuan: kuarsa, sediment (k-felspar dan plagioklas), fragmen
batuan (batuan beku, batuan sediment, batuan metamorf, batuan piroklastik)
Semen dan matrik:
- semen karbonat, sedime, oksida besi, anhidrit, glaukonit
- matrik pasir, lanau, lempung
33
Warna/kilap: deskripsikan warna batuan yang representative (misalnya : abu-abu dengan
garis-garis hitam, abu-abu, hitam mengkilat, dll.)
Mineral sedikit: glaukonit, pirit, hematit, piroksen, olivin, biotit, muskovit, karbon, dll.
Kandungan fosil (bila ada dan sebutkan jenisnya, misalnya foraminifera, dll.)
Struktur sediment yang ada: perlapisan, graded bedding, laminasi sejajar, dll.
Porositas: - baik : bila menyerap air
- buruk : bila tidak menyerap air
- sedang : diantara porositas baik dan buruk
Kekompakan: mudah diremas, getas, kompak, lunak, padat, keras, dll. (deskripsikan
kekompakan yang representative).
Tabel 10. Sifat sifat Litologi
Keterangan : x : sifat yang selalu dimiliki
- : sifat yang tidak dimiliki
x/- : sifat yang bisa dimiliki atau tidak dimiliki
x* : yang dideskripsi adalah pembentuk batuan tersebut.
Penggolongan Batuan Sedimen berdasarkan proses-proses pembentukan Koesoemadinata,
1985):
Sedimentasi mekanis: batulanau, batulempung, serpih, napal, batupasir, konglomerat,
breksi, kalkarenit, batugamping klastik, batugamping bioklastik, batugamping oolit.
Sedimentasi Organis: batubara, batugamping terumbu, batugamping bioklastik,
radiolarit, diatome.
34
Sedimentasi Kimiawi: batugamping kristalin, dolomit, batugamping oolit, gips, anhidrit,
batugaram, napal, flint, chert, fosforit.
Penggolongan Batuan Sedimen Berdasarkan asal-usulnya
Klastik
Terigenous
Endapan biokimia
biogenik organic
Pengendapan
Kimia
Volkaniklastik
Batupasir,
mudrock,
konglomerat,
breksi
Batugamping, dolomit,
rijang, fosfat, batubara
Ironstones,
evaporite
Tufa, aglomerat
Tabel. Penggolongan Batuan Sedimen Berdasarkan asal-usulnya
Gambar. Golongan batuan sedimen utama serta proses-proses pembentukannya
(Koesoemadinata,1985)
35
Tabel. Klasifikasi penamaan batuan sedimen
Macam-macam batuan sedimen silisiklastik:
Berbutir sedang-kasar: batupasir, konglomerat, breksi
Berbutir halus: mudrock
Kandungan fosil
Yang dapat ditentukan di lapangan tentu saja fosil-fosil yang bersifat makro (besar).
Dalam penentuannya, sebutkan minimal kelas atau filumnya, jika ia berongga atau bolong
bolong maka itu adalah koral (filum coelenterata, artinya rongga), jika ia memiliki dua
cangkang yang tidak sama besar (memiliki bagian ventral dan dorsal) maka itu adalah
brachiophoda, jika ia memiliki dua cangkang yang sama besar, maka itu adalah moluska.
Jika ia berbentuk menyerupai keong mas, maka itu adalah gastrophoda, dan jika ia berbentuk
seperti bintang laut, maka itu adalah echinodermata, dll.
36
Grafik Log
Metode standar yang digunakan untuk merekonstruksi dalam pengumpulan data
lapangan pada batuan sedimen adalah dengan menggunakan grafik log. Grafik log
memberikan kenampakan visual suatu singkapan (stasiun), dan merupakan cara yang mudah
untuk membuat korelasi dan perbandingan antara suatu singkapan (stasiun) yang berbeda
(pengulangan fasies, siklus sedimen, dll).
1. BATUPASIR
Klasifikasi Batupasir
1. Batupasir Silisiklastik (butiran terigen)
Batupasir Epiklastik: endapan yang berasal dari rombakan batuan terdahulu akibat
pelapukan dan erosi, termasuk batuan volkanik dan non-volkanik
Batupasir Volkaniklastik: terdiri dari material volkanik (hasil rombakan maupun
yang tidak), termasuk endapan piroklastik dan endapan epiklastik.
37
2. Batupasir Non-Silisiklastik (butiran karbonat dan evaporit)
Batupasir
Tekstur: ukuran butiran (pasir 0.125 - 2.00 mm), bentuk butiran (menyudut,
membundar, dll.), sorting, kemas butiran (mencakup orientasi, grain packing, grain
contact, hubungan butiran dan matriks), textural maturity, porositas, permeabilitas,
struktur sedimen.
Textural maturity:
- Texturally immature sediment: matriks dominan, sortasi buruk, butiran
menyudut.
- Texturally mature sediment: matriks sedikit, sortasi sedang-baik, butiran
membundar tanggung-membundar.
Komposisi: butiran (fragmen batuan/litik, kuarsa, felspar, dan mineral-mineral
lainnya), matrik, dan semen.
Klasifikasi batupasir
Parameter:
- butiran (stabil dan tak stabil) : kuarsa, felspar, fragmen litik
- matriks lempung (hasil rombakan atau alterasi batuan)
- kehadiran matriks lempung: arenit (matriks < 15%)
- wacke (matriks > 15%)
Pembagian secara umum (Gilbert, 1982), dan Folk, 1974): batupasir kuarsa, batupasir
arkose, batupasir litik, batupasir greywacke.
Batupasir kuarsa (Quartz Arenites): berasosiasi dengan sedimen eolian, beach,
shelf (lingkungan kerak yang stabil), tingkat maturity : mature hingga supermature,
interbedded dengan shallow marine limestones, umumnya struktur sedimennya lapisan
bersilang, mineralogi kuarsa, rijang kuarsit lebih besar dari 90%, semen silika, karbonat,
hematit.
Batupasir arkose (Arkoses): butiran felspar prosentasenya tinggi, warnanya merah
atau pink, lingkungan non marin sering fluviatil pada iklim semi-arid, tingkat maturity:
immature atau submature, mineralogi: kuarsa fragmen
litik 10-75% (rata-rata 20-40%), semen karbonat, silika felsfar, hematit, mineral sulfat (barit,
pirit, mineral lempung).
38
Batupasir Litik (Litharenites): penamaan tergantung dari jenis fragmen batuan
yang hadir, lingkungan deltaik atau fluviatil, mineralogi fragmen litik 10-80%, felsfar,
kuarsa, semen karbonat, silika, mineral lempung, oksida besi, pirit, matrik lempung/klorit
(kalau ada).
Batupasir wacke (Greywackes): sebagian besar keras dan berwarna abu-abu gelap
dengan matriks melimpah, felspar dan butiran litik umumnya hadir, diendapkan oleh arus
turbidit pada cekungan air dalam, menunjukan struktur sedimen turbidit.
Gambar 14. Klasifikasi batupasir (Gilbert, 1982)
39
Gambar 15. Klasifikasi batupasir (Folk, 1974).
2. KONGLOMERAT DAN BREKSI
Kenampakan yang penting untuk mendiskripsi batuan ini adalah jenis klastik yang hadir dan
tekstur batuan tersebut. Berdasarkan asal-usul klastik penyusun konglomerat dan breksi:
Klastik intraformasi, berasal dari dalam cekungan pengendapan, banyak fragmen
mudrock atau batugamping mikritik yang dilepaskan oleh erosi atau pengawetan
sepanjang garis pantai.
Klastik ekstraformasi, berasal dari luar cekungan pengendapan dan lebih tua dari
pada sedimen yang melingkupi cekungan tsb.
Jenis konglomerat berdasarkan macam klastik:
Konglomerat polimiktik: terdiri dari bermacam-macam jenis klastik yang berbeda.
Konglomerat monomitik/oligomiktik: terdiri dari satu jenis klastik.
40
Konglomerat dan breksi terutama diendapkan pada lingkungan glasial, alivial fan dan
braided stream. Konglomerat yang re-sedimen diendapkan dalam lingkungan deep water
biasanya berasosiasi dengan turbidit.
3. MUDROCK
Mudrock adalah istilah umum untuk batuan sedimen yang disusun terutama oleh partikel
berukuran lanau-lempung, mineral lain mungkin juga hadir. Mudrock diendapkan terutama
dalam lingkungan river floodplain, lake, low energy shoreline, delta, outer marine shelf dan
deep ocean basin.
Gambar 16. Skema untuk mendeskripsi batuan berukuran pasir-lanau-lempung
41
42
43
44
4. BATUAN KARBONAT (BATUGAMPING DAN DOLOMIT)
4.1 Batuan karbonat
semua batuan yang terdiri dari garam karbonat, dalam prakteknya terutama berupa
batugamping dan dolomit.
45
46
Komponen pembentuk batuan karbonat:
1. Butiran karbonat (allochems):
Butiran skeletal: fragmen bagian yang keras dari organisme yang kalkareous dan
cangkang yang tidak pecah seperti moluska, echinoid, ostrakoda, dan foraminifera.
Ooid: berbentuk speroidal, butiran berukuran pasir terdiri dari korteks (kulit luar)
aragonit atau kalsit yang dibentuk oleh akresi kimia di sekitar inti partikel.
Pellets: berbentuk speroidal atau elipsoid, berukuran pasir, terdiri dari mikrit, tidak
punya struktur dalam.
Litoklas: fragmen batuan karbonat
- Intraklas: fragmen batuan karbonat yang terbentuk lebih awal (berasal dari
cekungan yang sama)
- Ekstraklas: fragmen batuan karbonat dari umur yang berbeda atau berasal dari
cekungan yang berbeda
2. Matrik lumpur karbonat (mikrit): agregat (kumpulan) kalsit mikrogranular.
3. Semen spar: kalsit granular yang terekristalisasi dalam ruang kosong dalam endapan
karbonat atau batugamping, terutama dalam ruang kosong antar butir dan dalam rongga fosil.
Komposisi kimia/mineral:
Aragonit CaCO3 (ortorombik): hasil presipitasi langsung dari air laut, bentuk serabut,
tidak stabil
Kalsit CaCO3 (heksagonal): mineral lebih stabil, berbentuk hablur yaang baik/spar, kalsit
bila diberi alizarin red menjadi merah
Dolomit CaMg(CO3)2: berbentuk belah ketupat, tidak bereaksi dengan alizarin red,
kebanyak hasil dolomitisasi dari kalsit
High Magnesium Calcite: larutan padat MgCO3 dalam kalsit
Magnesit MgCO3: biasanya berasosiasi dengan evaporit
Siderit FeCO3
Tekstur batuan karbonat:
1. Tekstur primer, menyangkut:
Kerangka organik (organic framework texture)
Klastik (clastic texture)
Masa dasar (matrix texture)
47
2. Tekstur sekunder / Tekstur Diagenesa, menyangkut kehabluran / crystalinity yang
diperlihatkan oleh:
Semen yang mengisi rongga-rongga antar butir
Rekristalisasi sebagian atau seluruh masa dasar maupun kerangka/butiran
Klasifikasi Batuan Karbonat
Klasifikasi Grabau
berdasarkan ukuran butir: - kalsirudit (> 2mm)
- kalkarenit (62 mm 2 mm)
- kalsilutit (< 62 mm)
Klasifikasi Folk (gb. 10)
Berdasarkan komposisi: allochem, matiks, dan semen
Bio (butiran skeletal), oo (ooid), pel (peloid), intra (intraklas)
macam-macam : Biosparit (komponen bioklas, dominan kalsit spar); pelsparit, oosparit,
intrasparit, biolithit (berasal dari terumbu)
Klasifikasi Dunham
Berdasarkan tekstur proporsi dari butiran vs matriks (Tabel 13)
Mudstone: lumpur karbonat>>>butiran (mud supported), butiran < 10%
Wackestone: lumpur karbonat>butiran (grain-mud supported), butiran> 10%
Packestone: butiran>lumpur karbonat (mud-grain supported)
Grainstone: butiran>>>lumpur karbonat (grain supported)
Boundstone: terdiri dari kerangka
Crystalline carbonate: terdiri dari kristal, tekstur pengendapan tidak diketahui
Klasifikasi Embry & Klovan
Berdasarkan terdapatnya lumpur karbonat diantara kerangka atau pecahan-pecahan
kerangka (Tabel 15)
Framestone: terdiri seluruhnya dari kerangka organik seperti koral, bryozoa, ganggang,
matriks
48
Rudstone: hasil rombakan suatu terumbu dan terkumpul setempat atau ditransport oleh gaya
berat, tanpa adanya lumpur gamping diantara fragmen-fragmennya
Floatstone: terdiri dari potongan-potongan kerangka organik yang mengambang dalam
lumpur gamping
Porositas adalah perbandingan jumlah rongga terhadap volume total batuan (%)
Macam-macam porositas berdasarkan waktu terbentuknya:
Porositas Primer: terbentuk pada saat diendapkan-diagenesis awal, contoh
interkristalin, intrakristalin, intergranular, intagranular
Porositas Sekunder: terbentuk selama diagenesis lanjut mesogenesis-telogenesis,
contoh porositas yang terbentuk akibat retakan/fracturing, pengkerutan/shrinkage,
dan pelarutan (butiran, semen, matriks)
Gambar. Choquete and Pray (1970) mengklasifikasikan porositas batuan karbonat
berdasarkan tiga kelompok yaitu: tipe fabric selective, tipe not fabric selective dan tipe
fabric selective or not
Proses-proses diagenesa:
sementasi, mikritisasi (oleh organik), disolusi, kompaksi, dolomitisasi, neomorfisme (adalah
proses penggantian mineral yang sejenis (polimorf); biasanya lebih kasar)
Mineralogi: aragonit, kalsit, dolomit (karbonat), lain-lain (kuarsa, felspar, mineral
lempung, fosfat, oksida besi, sulfida, evaporit)
49
Tiga lingkungan diagenesis (utama):
marine (dibawah lantai samudera/sea floor); shallow & deep water & zone intertidal -
supratidal
near-surface meteoric: terjadi setelah deposisi, atau pada kedaan uplifted setelah burial
lingkungan burial: 10-ratusan meter: rekristalisasi, metamorfosis
Sementasi
isopachous , gravity (stalactitic) & meniscus, fibrous, syntaxial (semen spar kalsit
melingkupi butiran, dan optis kontinu), equent spar drusty mosaic, poikilotopic (seperti
syntaxial, tetapi tidak optis kontinu).
50
51
52
53
BATUAN METAMORF
Batuan metamorfosa: batuan yang terbentuk akibat proses perubahan tekanan (P),
temperatur (T) atau keduanya dimana batuan memasuki kesetimbangan baru tanpa adanya
perubahan komposisi kimia (isokimia) dan tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat),
dengan temperatur berkisar antara 200-8000C.
Perubahan yang terjadi pada proses metamorfosa:
Tekstur dan struktur, yang merefleksikan sejarah pembentukannya
Asosiasi mineral
Tipe-tipe metamorfosa:
Metamorfosa termal/kontak: terjadi akibat perubahan (kenaikan) temperatur (T),
biasanya dijumpai di sekitar intrusi/batuan plutonik, luas daerah kontak bisa beberapa
meter sampai beberapa kilometer, tergantung dari komposisi batuan intrusi dan batuan
yang diintrusi, dimensi dan kedalaman intrusi.
Metamorfosa regional/dinamo termal: terjadi akibat perubahan (kenaikan) tekanan (P)
dan temperatur (T) secara bersama-sama, biasanya terjadi di jalur orogen yang meliputi
daerah yang luas, perubahan secara progresiv dari P & T rendah ke P & T tinggi.
Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi: terjadi akibat sesar yang menyebabkan
terbentuknya zona hancuran, granulasi, breksi sesar (dangkal), milonit, filonit (lebih
dalam) kemudian diikuti oleh rekristalisasi.
Metamorfosa burial: terjadi akibat pembebanan, biasanya terjadi di cekungan
sedimentasi, perubahan mineralogi ditandai munculnya zeolit.
Metamorfosa lantai samudera: terjadi akibat pembukaan lantai samudera (ocean floor
spreading) di punggungan tengah samudera, tempat dimana lempeng (litosfer)
terbentuk.
54
Derajat Metamorfosa:
Gambar 19. Derajat metamorfosa
55
Struktur batuan metamorfosa:
Struktur Foliasi (Schistosity): struktur paralel yang ditimbulkan oleh mineral pipih/
mineral prismatik, seringkali terjadi pada metamorfosa regional dan metamorfosa
kataklastik.
Struktur Non Foliasi: struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral yang
equidimensional, seringkali terjadi pada metamorfosa termal.
Beberapa struktur yang bersifat foliasi:
Slaty cleavage:
struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu sabak/slate.
mineral mika mulai hadir.
Filitik:
Rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage.
Batuan lebih mengkilap daripada batusabak (mulai banyak mineral mika).
Mulai terjadi pemisahan mineral pipih dan mineral granular meskipun belum begitu
jelas/belum sempurna
Schistose:
Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular.
Mineral pipih orientasinya menerus/tidak terputus.
56
Sering disebut dengan close schistosity.
Gneisose:
Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular.
Mineral pipih orientasinya tidak menerus/terputus.
Sering disebut dengan open schistosity.
Milonitik:
Menunjukan goresan-goresan akibat penggerusan yang kuat.
Filonitik:
Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonitik butirannya halus)
Sudah terjadi rekristalisasi
Menunjukan kilap silky
Beberapa struktur yang bersifat non foliasi:
Granulose:
Terdiri dari mineral granular.
Hornfelsik:
Identik dengan granoblastik namun mineral equidimensional, tidak terorientasi,
khusus akibat metamorfosa termal.
Tekstur batuan metamorfosa (tekstur kristaloblastik):
Lepidoblastik: terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika
(muskovit, biotit).
Nematoblastik: terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral plagioklas,
k-felspar, piroksen.
Granoblastik: terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan
batas-batas sutura (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.
Tekstur Homeoblastik: bila terdiri dari satu tekstur saja, misalnya lepidoblastik
saja.
Tekstur Hetereoblastik: bila terdiri lebih dari satu tekstur, misalnya lepidoblastik
dan granoblastik.
57
Tekstur khas lainnya:
Tekstur relic (sisa): tekstur sisa yang terbentuk sebelum metamorfosa (dapat
menunjukan batuan asal sebelum mengalami proses metamorfosa). Penamaannya
dengan memberi awalan blasto (kemudian disambung dengan nama tekstur sisa),
misalnya :
- Tekstur blastoporfiritik (batuan asal bertekstur porfiritik)
- Tekstur blastoofitik (batuan asal bertekstur ofitik)
Tekstur kristaloblastik: setiap tekstur yang terbentuk pada saat metamorfosa.
Penamaannya dengan memberi akhiran blastik, dipakai untuk memberikan nama
tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses metamorfosis, misal tekstur
porfiroblastik yaitu batuan metamorf yang memperlihatkan tekstur mirip porfiritik
pada batuan beku, tapi tekstur ini betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.
Awalan meta untuk memberikan nama batuan metamorf bila masih dikenali sifat
dari batuan asalnya, misalnya metasedimen, metaklastik, metagraywacke,
metavolkanik, dsb.
58
Gambar . Beberapa tekstur batuan metamorfik, A. Granoblastik, B. Granoblastik (butir tak
teratur), C. Schistose dengan porfiroblast, D. Schistose dengan granoblastik lentikuler, E.
Filitik, F. Gneissose, G. Milonitik, H. Milonitik, I. Granoblastik dalam milonit.
Gambar. Beberapa bentuk mineral karakteristik batuan metamorf
59
Bentuk Kristal Mineral
Euhedral Staurolit, silimanit, kianit, rutil, klorit, ilmenit, turmalin, pirit, lawsonit
Andalusit, garnet, sfen, epidot, zoisit, magnetit, spinel, ankerit, idokras
Subhedral Mika & klorit (memipih), amfibol & piroksen (prismatik), wolastonit,
dolomit & apatit
Anhedral Kuarsa, felsfar, kalsit, aragonit, olivin, kordierit, scapolit, humites
Tabel 14. Bentuk mineral karakteristik batuan metamorf
Bentuk-bentuk individu kristal pada batuan metamorfosa:
Idioblastik: mineralnya berbentuk euhedral
Hypidioblastik: mineralnya berbentuk subhedral
Xenoblastik/alotrioblastik: mineralnya berbentuk anhedral
Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan komposisi kimia batuan asal:
Batuan metamorf pelitik, berasal dari batuan lempungan (batulempung, serpih,
batulumpur); komposisinya banyak mengandung Al2O3, K2O, dan SiO2; batuannya
kebanyakan bertekstur skistosa contohnya sekis, batusabak, dll.; mineralogi: muskovit,
biotit, kianit, silimanit, kordierit, garnet, stauroeit; secara umum batuan pelitik akan
berubah menjadi batuan metamorfosis dengan meningkatnya T, akan terbentuk berturut-
turut : batusabakfilitsekisgenes.
Batuan metamorf kuarsa-felspatik, berasal dari batupasir atau batuan beku felsik
(misalnya granit, riolit), dicirikan kandungan SiO2 tinggi dan MgO serta FeO rendah,
hasilnya batuannya bertekstur bukan skistosa.
Batuan metamorf karbonatan, berasal dari batuan yang berkomposisi CaCO3
(batugamping, dolomit), hasil metamorfosa berupa marmer, bila batuan asal
(batugamping) mengandung MgO dan SiO2 diharapkan terbentuk mineral tremolit,
diopsid, wolastonit dan mineral karbonatan yang lain, bila batuan asal mengandung
cukup Al2O3 diharapkan terbentuk mineral plagioklas, epidot, hornblende yang hampir
mirip dengan mineralogi batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa.
Batuan metamorf basa, berasal dari batuan beku basa (SiO2 sekitar 50%), batuan
metamorfnya disebut metabasite, batuan asal banyak mengandung MgO, FeO, CaO dan
Al2O3 maka mineral metamorfosanya berupa klorit, aktinolit, epidot (fasies sekis hijau)
60
dan hornblende (fasies amfibolit), untuk T lebih tinggi akan muncul klino dan
ortopiroksen dan plagioklas.
Batuan metamorf ultra basa, berasal dari batuan beku ultra basa, batuan hasil
metamorfosa berupa serpentinit, sering dijumpai pada daerah metamorf yang
mengandung glaukofan.
Fasies Metamorf:
Gambar 21. Fasies metamorf
Penamaan batuan metamorf berdasarkan tekstur dan mineraloginya:
Tekstur dan mineralogi memegang peranan penting dalam penamaan batuan
metamorf, secara umum kandungan mineral di dalam batuan metamorf akan mencerminkan
tekstur, misalnya melimpahnya mika akan memberikan tekstur sekistosa pada batuannya.
Batusabak
Mineral utama: seringkali masih berupa mineral lempung; mineral tambahan: muskovit,
biotit, kordierit, andalusit.
Warna: abu-abu gelap yang mengkilap.
Struktur: foliasi (sekistose) mulai tampak namun belum jelas (slaty cleavage).
Tekstur: lepidoblastik dan granoblastik tetapi tanpa selang-seling mineral pipih dan
mineral granular dengan butiran yang halus.
Metamorfosa: regional.
61
Filit
Mineral utam : kuarsa, serisit, klorit; mineral tambahan: plagioklas, mineral bijih.
Warna: terang, abu-abu perak, abu-abu kehijauan, lebih mengkilap daripada batu sabak.
Struktur: foliasi (sekistose) mulai jelas dibandingkan dengan batu sabak (tekstur filitik).
Tekstur: mulai granoblastik sampai lepidoblastik dengan mulai terlihat perselingan
antara mineral pipih dan mineral granular, butiran mulai lebih kasar daripada batu sabak.
Metamorfosa: kataklastik.
Sekis
Mineral utama: biotit, muskovit, kuarsa (sekis mika), klorit (sekis klorit), talk (sekis talk)
dll.
Warna: tergantung dari mineralnya misalnya sekis mika umumnya putih, hitam,
mengkilap.
Struktur: foliasi (sekistose tertutup).
Tekstur: granoblastik dan lepidoblastik, perselingan antara mineral pipih dan mineral
granular baik sekali, butiran umumnya sudah kasar.
Metamorfosa: regional.
Geneis
Mineral utama: k-felsfar, plagioklas, biotit, muskovit, kuarsa.
Warna: sesuai dengan batuan asalnya, misalnya dari granit atau batupasir arkose.
Struktur: foliasi (sekistose terbuka/gneisose).
Tekstur: granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral granular.
Metamorfosa: regional.
Migmatit
Beberapa jenis batuan bertekstur gneisik secara megaskopik sering memperlihatkan sifat
yang heterogen dan terlihat seperti percampuran antara metasedimen dan batuan granitis,
batuan yang demikian ini lazim disebut migmatit, material granitis diperkirakan berasal
dari luar, hasil dari insitu partial melting atau dapat juga dari segregasi akibat proses
metamorfosis.
Struktur: foliasi (sekistose terbuka/gneisose).
Tekstur: granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral granular.
Metamorfosa: regional, pada zona T tinggi, dan selalu dijumpai berasosiasi dengan
batuan granit.
62
Milonit
Mineral dan warna tergantung batuan yang mengalami metamorfosa kataklastik.
Struktur dan tekstur: terlihat seperti adanya foliasi dengan lensa-lensa dari batuan yang
tidak hancur berbentuk mata, butiran umumnya halus.
Tekstur: granoblastik, poikiloblastik, dengan tekstur mosaik.
Metamorfosa: kataklastik.
Filonit
Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit butirannya halus), sudah terjadi
rekristalisasi, derajat metamorfosa lebih tinggi dibanding milonit
Matriks terdiri dari mika berserabut, terorientasi tak sempurna (berupa alur-alur sangat
halus), menunjukan kilap silky, butiran halus sekali.
Metamorfosa: kataklastik.
Kuarsit
Mineral utama: kuarsa, mineral tambahan: muskovit, biotit, k-felsfar, mineral bijih.
Warna: putih terang, warna lainnya tergantung warna mineral tambahannya.
Struktur: masif, kadang-kadang berfoliasi.
Tekstur: granoblastik tipe mosaik, kadang-kadang sacaroidal.
Metamorfosa: regional dan termal
Serpentinit
Mineral utama: serpentin, mineral tambahan: mineral bijih, mineral sisa: olivin,
piroksen.
Warna: hijau terang hijau kekuningan
Struktur: masif, kadang-kadang terdapat struktur sisa dari peridotit.
Tekstur: lamelar, selular, tekstur sisa dari piroksen (bastit).
Metamorfosa: regional
Amfibolit
Mineral utama: amfibol, plagioklas, mineral tambahan: kuarsa, epidot, klorit, biotit,
garnet, mineral bijih.
Warna: hijau/hitam bintik-bintik putih atau kuning.
Struktur: masif atau berfoliasi, kadang-kadang ada struktur sisa dari metagabro atau meta
lava basal.
63
Tekstur: idioblastik/nematoblastik, kadang-kadang poikiloblastik (plagio-klas),
lepidoblastik (biotit), porfiroblastik (garnet), berukuran sedang-kasar.
Metamorfosa: regional
Granulit
Mineral utama: kuarsa, k-felspar, plagioklas, garnet, piroksen, sedikit mika.
Warna: bervariasi dari terang sampai gelap, tergantung mineralnya.
Struktur: masif dengan besar butir bervariasi.
Tekstur: granoblastik, gneisosa seringkali mineral kuarsa berbentuk pipih, berukuran
sedang-kasar.
Metamorfosa: regional
Eklogit
Batuan metamorf berkomposisi basik, mineral utama: ompasit (klinopiroksen), garnet,
kuarsa.
Warna: hijau-merah dengan bintik-bintik.
Struktur: masif dengan besar butir bervariasi.
Tekstur: granoblastik seringkali porfiroblastik, berukuran sedang-kasar.
Metamorfosa: regional
Marmer
Mineral utama: kalsit; kadang-kadang dolomit, piroksen, amfibol, flogopit, ada mineral
bijih atau oksida besi.
Warna: putih dengan garis-garis hijau, abu-abu, coklat dan merah.
Struktur: masif dengan besar butir bervariasi.
Tekstur: granoblastik dengan tekstur sacaroidal.
Metamorfosa: kontak dan regional
Hornfels
Mineral utama: andalusit, silimanit, kordierit, biotit, k-felsfar.
Warna: terang, merah, coklat, ungu dan hijau.
Struktur: masif kadang-kadang dengan sisa foliasi.
Tekstur: hornfelsik, granoblastik, poikiloblastik, kadang-kadang porfiro-blastik, dengan
tekstur mosaik, butiran ekuidimensional, tidak berorientasi, butiran halus.
Metamorfosa: kontak.
64
Tabel 15. Tabel determinasi batuan metamorf
65
Diagram 3. Langkah kerja pendeskripsian batuan metamorf
No. Batuan:
BB-01/BB-02, dll.
Warna:
Hitam bintik-bintik putih/putih kemerahan, dll (warna yang representatif)
Struktur:
Komposisi Mineral:
Kuarsa (%), ciri-cirinya, dll. (untuk % digunakan diagram perbandingan secara visual)
Nama Batuan:
Hornfels/Sekis/Gneis/Marmer, dll.
Struktur foliasi:
Slaty cleavage/filitik/sekistose/gneisose
Struktur non foliasi:
Granulose/hornfelsik
Tekstur:
Homeoblastik:
Lepidoblastik atau nematoblastik atau
granoblastik atau granuloblastik
Heteroblastik:
Lepidoblastik dan atau nematoblastik dan atau
granoblastik dan atau granuloblastik
66
GEOLOGI STRUKTUR
A. Struktur Bidang
Struktur bidang adalah struktur batuan yang membentuk geometri bidang. Kedudukan awal
struktur bidang (bidang perlapisan) pada umumnya membentuk kedudukan horizontal.
Kedudukan ini dapat berubah menjadi miring jika mengalami deformasi atau pada kondisi
tertentu, misalnya pada tepi cekungan atau pada lereng gunung api, kedudukan miringnya
disebut initial dip. Di samping struktur perlapisan, struktur geologi lainnya yang membentuk
struktur bidang adalah: bidang kekar, bidang sesar, bidang belahan, bidang foliasi dll.
Istilah-istilah struktur bidang :
Jurus (strike) : arah garis horisontal yang dibentuk oleh perpotongan antara bidang
yang bersangkutan dengan bidang bantu horisontal, dimana besarnya jurus / strike
diukur dari arah utara.
Kemiringan (dip) : besarnya sudut kemiringan terbesar yang dibentuk oleh bidang
miring yang bersangkutan dengan bidang horisontal dan diukur tegak lurus
terhadap jurus / strike.
Kemiringan semu : sudut kemiringan suatu bidang yang bersangkutan (apparent dip)
dengan bidang horisontal dan pengukuran dengan arah tidak tegak lurus jurus.
Arah kemiringan : arah tegak lurus jurus yang sesuai dengan arah (dip direction)
miringnya bidang yang bersangkutan dan diukur dari arah utara.
Notasi penulisan :
Sistem Azimuth:
N X E / Y
dimana :
X : jurus / strike, besarnya 0 - 360
Y : kemiringan / dip, besarnya 0- 90
Contoh : N 042 E / 78 (notasi ini menunjukkan struktur bidang yang diukur
miring ke arah tenggara)
Sistem Kuadran :
( N / S) A ( E / W) / BC
dimana :
A : strike, besarnya 0 - 360
67
B : dip, besarnya 0 - 90
C : dip direction, menunjukkan arah kemiringan (dip)
Contoh: N 35 W / 30 SW atau S 35 E / 30 SW. (dalam sistem Azimuth:
N 145 E / 30)
Besar Kemiringan (dip), Arah Kemiringan (dip direction)
Misalnya dalam sistem Azimuth ditulis dengan notasi N 145 E / 30, maka penulisan
berdasarkan sistem "dip, dip direction" dapat ditulis dengan notasi 30, N 2350E.
Petunjuk praktis : Arah kemiringan / dip direction =jurus + 90
68
B. Struktur garis
Struktur garis adalah struktur batuan yang membentuk geometri garis, antara lain gores
garis, sumbu lipatan, dan perpotongan dua bidang. Berdasarkan saat pembentukannya,
struktur garis dapat dibedakan menjadi struktur garis primer yang meliputi: liniasi atau
penjajaran mineral-mineral pada batuan beku tertentu, dan arah liniasi struktur sediment.
Struktur garis sekunder yang meliputi: gores garis, liniasi memanjang fragmen breksi sesar,
garis poros lipatan dan kelurusankelurusan dari topografi, sungai dan sebagainya.
Kedudukan struktur garis dinyatakan dengan istilah-istilah : arah penunjaman (trend),
penunjaman (plunge, baca : planj), arah kelurusan (bearing, baca : biring) dan rake
atau pitch.
Definisi Istilah - istilah dalam Struktur Garis :
Arah penunjaman (trend) : Azimuth yang menunjukkan arah penunjaman garis
tersebut, dan hanya menunjukkan satu arah tertentu.
Arah kelurusan (bearing) : Azimuth yang menunjukkan arah kelurusan garis
tersebut.Kelurusan ini memiliki dua pembacaan dimana salah satu arahnya
merupakan sudut pelurusnya.
Plunge : Dip penunjaman.
Rake/pitch : Besar sudut antara struktur garis dengan garis horisontal yang diukur
pada bidang dimana garis tersebut terdapat dan membentuk sudut terkecil (sudut
lancip)
Penulisan struktur garis dengan cara ini dapat dilakukan berdasarkan sistem azimuth
dan sistem kuadran, yaitu:
A. Sistem Azimuth: Y, N XE
dimana :
Y = penunjaman / plunge, besarnya,0 - 90
X = arah bearing, besarnya 0 -360
contoh : 78, N 042 E
B.Sistem Kuadran : tergantung pada posisi kuadran
Contoh : 45 SE, S 065 E (atau dalam sistem azimuth sama dengan 45, N 115 E)
45 NW, S 065 E (atau dalam sistem azimuth sama dengan 45, N 295 E).
69
Cara Pengukuran Struktur Garis Dengan Kompas Geologi :
a. Cara pengukuran struktur garis yang mempunyai arah penunjaman (trend)
b. Cara pengukuran struktur garis yang tidak mempunyai arah penunjaman (trend)
a. Cara pengukuran struktur garis yang mempunyai arah penunjaman (trend)
Cara pengukuran arah penunjaman (trend ) :
1. Menempelkan alat bantu (buku lapangan atau clipboard) pada posisi tegak dan sejajar
dengan arah yakni struktur garis yang diukur.
2. Menempelkan sisi W atau E kompas pada posisi kanan atau kiri alat bantu
3. dengan visir kompas (sigthing arm) mengarah pada penunjaman struktur garis
tersebut.
4. Menghorizontalkan kompas (nivo mata sapi dalam keadaan horizontal/gelembung
berada di tengah nivo), maka harga yang ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah
harga arah penunjamannya (trend).
Cara pengukuran sudut penunjaman (plunge) :
1. Menempelkan sisi W kompas pada sisi atas alat bantu yang masih dalam keaadan
vertikal.
2. Memutar klinometer hingga gelembung pada nivo tabung berada di tengah nivo dan
besar sudut penunjaman (plunge) merupakan besaran sudut vertikal yang
ditunjukkan oleh penunjuk pada skala klinometer.
Cara pengukuran Rake/Pitch :
1. Membuat garis horizontal pada bidang dimana struktur garis tesebut terdapat (garis
horizontal sama dengan jurus dari bidang tersebut) yang memotong struktur garis.
2. Mengukur besar dari sudut lancip yang dibentuk oleh garis horizontal (dengan
menggunakan busur derajat).
Cara pengukuran arah kelurusan (bearing) :
1. Arah visir kompas sejajar dengan unsur-unsur kelurusan struktur garis yang
akan diukur, misalnya sumbu terpanjang pada fragmen breksi sesar.
2. Menghorizontalkan kompas (gelembung nivo mata sapi berada di tengah nivo),
dengan catatan, posisi kompas masih seperti no.1 tersebut di atas, maka harga yang
ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah harga arah bearing-nya.
70
b. Cara pengukuran struktur garis yang tidak mempunyai arah penunjaman (trend ) /
horizontal (pengukuran kelurusan/ linement)
Adapun yang termasuk struktur garis yang tidak mempunyai arah penunjaman (trend)
umumnya berupa arah-arah kelurusan, misalnya : arah liniasi fragmen breksi sesar, arah
kelurusan sungai, dan arah kelurusan gawir sesar. Jadi yang perlu diukur hanya arah
kelurusan (bearing) saja.
Istilah-istilah dalam struktur lipatan :
1. Anticline (antiforms), merupakan unsur struktur lipatan, dengan bentuk yang konvex ke
atas, sedangkan syncline (sinforms) adalah lipatan yang konkav ke atas.
2. Limb (sayap), adalah bagian dari lipatan yang terletak downdip, dimulai dari lengkungan
maksimum suatu anticline atau updip bila dari lengkung sayap yang curam pada bentuk
lipatan yang tidak simetri. Back Limb adalah sayap lipatan yang landai, Fore Limb adalah
sayap lipatan yang curam
3. Axial Line (garis poros), merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari
lengkungan maksimum pada tiap permukaan lapisan dari suatu struktur lipatan.
Kedudukan dari pada axial line dinyatakan dengan cara menyebutkan arahnya, atau
bearing dan besarnya plunge.
4. Axial Surface, permukaan khayal dimana terdapat semua axial line dari suatu lipatan.
Pada beberapa lipatan, permukaan ini dapat merupakan suatu bidang planar, dan
dinamakan axial plane.
5. Crestal Line (garis puncak), suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik tertinggi
pada setiap permukaan lapisan dari suatu antiklin.
6. Hinge adalah pelengkungan maksimum dari lipatan
7. Crest adalah puncak tertinggi dari lipatan
8. Trough adalah titik dasar terendah dari lipatan
9. Trough line adalah garis khayal yang menghubungkan titik terendah pada suatu sinklin.
10. Plunge adalah sudut penunjaman dari axial line terhadap bidang horisontal dan diukur
pada bidang vertikal.
11. Rake adalah sudut antara axial line/hinge dengan bidang/garis horizontal yang diukur
pada axial plane/surface
12. Bearing adalah sudut horizontal dihitung terhadap arah tertentu dan merupakan arah
penunjaman axial line
71
Beberapa unsur geometri sesar yang perlu diketahui, antara lain :
Fault surface (Bidang Sesar) adalah bidang pecah pada batuan yang disertai oleh
adanya pergeseran
Fault line (Garis Sesar) adalah garis yang dibentuk oleh perpotongan bidang sesar
dengan permukaan bumi.
Fault trace adalah jejak sesar
Fault outcrop adalah singkapan sesar
Fault scarp adalah gawir sesar
Fault zone adalah zona sesar
Fault wall adalah dinding sesar
Hanging Wall adalah blok yang berada di atas bidang sesar
Foot Wall adalah blok yang berada di bawah bidang sesar
Hade adalah sudut lancip antara bidang sesar dengan bidang vertikal
Slip adalah pergeseran relatif antara dua titik yang sebelumnya saling berimpit.
Strike slip fault adalah pergeseran blok pada bidang sesar yang sejajar dengan jurus
bidang sesarnya.
Dip slip fault adalah pergeseran blok pada bidang sesar yang tegak lurus terhadap jurus
bidang sesarnya atau sejajar dengan arah kemiringan bidang sesarnya.
Heave adalah jarak pergeseran pada bidang horisontal
Throw adalah jarak pergeseran pada bidang vertikal
True displacement adalah arah dan besarnya jarak pergeseran blok yang sebenarnya
Dip of fault adalah sudut yang dibentuk antara bidang sesar dengan bidang horisontal
Strike of fault adalah garis yang dibentuk oleh perpotongan bidang sesar dengan bidang
horisontal.
Sense of displacement adalah gerak relatif suatu blok terhadap blok yang berada
dihadapannya ( Untuk strike slip adalah sinistral atau dekstral, sedangkan untuk dip slip
adalah normal atau naik).
Separation atau pergeseran semu adalah jarak tegak lurus antara dua blok yang bergeser
dan diukur pada bidang sesar.
Strike separation adalah komponen separation yang diukur sejajar terhadap jurus
bidang sesar.
72
Dip separation adalah komponen separation yang diukur sejajar dengan kemiringan
bidang (dip) sesar.
Slicken side atau cermin sesar adalah bidang sesar yang permukaannya licin.
Slicken line atau gores garis adalah jejak pergeseran berupa garis-garis lurus (kadang
melengkung) yang disebabkan oleh gerusan antar blok yang saling bergesekan.
Pitch adalah sudut lancip yang dibentuk antara gores garis dengan jurus bidang sesar.
73
74
75
76
77
78
79
PEMETAAN GEOLOGI
Metode yang digunakan untuk menentukan sebaran batuan berdasarkan singkapan
batuan yang diketahui jurus dan kemiringan lapisan batuannya. Untuk menentukan
sebarannya dilakukan langkah langkah sebagai berikut:
1. Membuat garis kontur struktur melalui titik P (batas kontak batuan pada ketinggian 900
meter). Kontur struktur 900 dibuat melalui titik P yang merupakan kelanjutan dari jurus
perlapisan batuan. Batas sebaran kontak batuan adalah perpotongan antara garis kontur
struktur dengan kontur topografi pada ketinggian yang sama, yaitu pada kontur 900 meter.
(gambar a).
2. Garis kontur struktur 880, 860, 840 dibuatdengan cara menarik garis yang sejajar dengan
garis struktur 900. Posisi garis kontur struktur 880, 860, 840 akan berada dibagian selatan
dari garis kontur struktur 900 karena arah kemiringan lapisan ke arah selatan (gambar b).
3. Penyebaran kontak batuan ditentukan berdasarkan perpotongan antara kontur struktur
dengan kontur topografi (kontur struktur900 dengan kontur topografi 900, kontur
80
struktur 880 dengan kontur topografi 880, kontur struktur 860 dengan kontur topografi
860, dan kontur struktur 840 dengan kontur topografi 840.
4. Perpotongan kontur struktur dan kontur topografi 900 berpotongan di 2 titik, kontur 880
berpotongan di 2 titik, kontur 860 juga 2 titik, demikian juga perpotongan kontur 840
juga ada 2 titik. Penyebaran kontak batuan dibuat dengan cara menghubungkan titik-titik
perpotongan tersebut seperti diperlihatkan pada gambar c dengan garis putus putus.
Penyebaran singkapan batuan akan tergantung bentuk permukaan bumi. Suatu urutan
perlapisan batuan yang miring, pada permukaan yang datar akan terlihat sebagai lapisan
lapisan yang sejajar. Akan tetapi pada permukaan bergelombang, batasbatas lapisan akan
mengikuti aturan sesuai dengan kedudukan lapisan terhadap peta topografi. Aturan yang
dipakai adalah, bahwa suatu batuan akan tersingkap sebagai titik, dimana titik tersebut
merupakan perpotongan antara ketinggian (dalam hal ini dapat dipakai kerangka garis
kontur) dengan lapisan batuan (dalam hal ini dipakai kerangka garis jurus) pada ketinggian
yang sama ( Gambar 7.5).
81
82
Gambar 7.6 : Pola singkapan menurut hukum V : a. Lapisan horizonta b. Lapisan dengan
kemiringan berlawanan dengan arah aliran c. Lapisan vertikal d. Lapisan dengan
kemiringan searah dan lebih besar dengan arah aliran e. Lapisan dengan kemiringan searah
dan sama besar dengan arah aliran f. Lapisan dengan kemiringan searah dan lebih kecil
dengan arah aliran.
Untuk menggambarkan kedudukan lapisan pada penampang, dapat dilakukan
penggambaran dengan bantuan garis jurus (Gambar 7.10), yaitu dengan memproyeksikan
titik perpotongan antara garis penampang dengan jurus lapisan pada ketinggian sebenarnya.
Apabila penampang yang dibuat tegak lurus pada jurus lapisan, maka kemiringan lapisan
yang nampak pada penampang merupakan kemiringan lapisan sebenarnya, sehingga
kemiringan lapisan dapat langsung diukur pada penampang, akan tetapi bila tidak tegak
lurus jurus, kemiringan lapisan yang tampak merupakan kemiringan semu, sehingg harus
dikoreksi terlebih dahulu dengan menggunakan tabel koreksi atau secara grafis.
83
84
85
GEOMORFOLOGI
Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar kata, yaitu Ge(o) =
bumi, morphe = bentuk dan logos = ilmu. Jadi, Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang bentuk permukaan bumi serta proses - proses yang berlangsung terhadap permukaan
bumi sejak bumi terbentuk sampai sekarang.
86
87
88
Gambar 1. Pola aliran dendritic
Gambar 5. Pola aliran Annular
89
90
91
92
93
94
95
STRATIGRAFI
1. Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang aturan, hubungan, dan pembentukan
(genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu.
2. Sandi Stratigrafi adalah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik resmi ataupun
tidak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama maupun pengertian nama-
nama tersebut.
3. Satuan Litostratigrafi adalah menggolongkan batuan di bumi secara bersistem menjadi
satuan-satuan bernama yang bersendi pada ciri-ciri litologi.
Satuan litostratigrafi yang paling mendasar antara lain :
Formasi, merupakan satuan stratigrafi yang secara litologi dapat dibedakan
dengan jelas dan dengan skala yang cukup luas cakupannya untuk dipetakan di
permukaan atau ditelusuri dibawah permukaan. Formasi dapat terdiri dari satu
litologi atau beberapa litologi yang berbeda.
Anggota, merupakan bagian dari formasi (formasi dapat terbagi menjadi beberapa
satuan stratigrafi yang lebih kecil yang disebut anggota).
Perlapisan, merupakan bagian dari anggota (anggota dapat terbagi menjadi
beberapa satuan stratigrafi yang lebih kecil yang disebut perlapisan).
Kelompok/Grup, kombinasi dari beberapa formasi.
Supergrup, kombinasi dari beberapa kelompok.
4. Satuan Litodemik adalah menggolongkan batuan beku, metamorf dan batuan lain yang
terubah kuat menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi kepada ciri-ciri litologinya.
5. Satuan Biostratigrafi adalah menggolongkan lapisan-lapisan batuan di bumi secara
bersistem menjadi satuan-satuan bernama berdasar kandungan dan penyebaran fosil
6. Satuan Sikuenstratigrafi adalah penggolongan lapisan batuan batuan di bumi secara
bersistem menjadi satuan-satuan bernama berdasarkan gerak relatif muka laut.
7. Satuan Kronostratigrafi adalah penggolongan lapisan-lapisan secara bersistem menjadi
satuan bernama berdasarkan interval waktu geologi.
8. Satuan Tektonostratigrafi adalah menggolongkan suatu kawasan di bumi, yang tergolong
pinggiran lempeng aktif, baik yang menumpu (plate convergence) ataupun memberai
(plate divergence) menjadi mintakat-mintakat (terrances).
9. Kolom stratigrafi adalah kolom yang menggambarkan susunan dari batuan yang
memperlihatkan hubungan antar batuan atau satuan batuan mulai dari yang tertua
96
hingga termuda menurut umur geologi, ketebalan setiap satuan batuan, serta genesa
pembentukan batuannya.
10. Korelasi stratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan titik-titik kesamaan
waktu atau penghubungan satuan-satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan
kesamaan waktu.
KORELASI STRATIGRAFI
Korelasi stratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan titik-titik kesamaan waktu atau
penghubungan satuan-satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan waktu.
Berikut ini adalah beberapa contoh korelasi stratigrafi yang umum dilakukan antara lain:
1. Korelasi Lithostratigrafi
Korelasi litostratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan lapisan lapisan
batuan yang mengacu pada kesamaan jenis litologinya. Catatan: Satu lapis batuan adalah
satu satuan waktu pengendapan.
Prosedur dan penjelasan:
Korelasi dimulai dari bawah dengan melihat litologi yang sama.
Korelasikan/hubungkan titik-titik lapisan batuan yang memiliki jenis litologi
yang sama (Pada gambar diwakili oleh garis warna biru).
Breksi pada Sumur-1 dikorelasikan dengan breksi pada Sumur-2, demikian juga
antara batugamping dan lempung di Sumur-1 dengan batugamping dan lempung
di Sumur-2.
97
Sebaran batupasir di Sumur-1 ke arah Sumur-2 menunjukkan adanya pembajian,
demikian napal di Sumur-2 memperlihatkan pembajian ke arah Sumur-1.
2. Korelasi Biostratigrafi
Korelasi biostratigrafi adalah menghubungkan lapisan-lapisan batuan di dasarkan
atas kesamaan kandungan dan penyebaran fosil yang terdapat di dalam batuan. Dalam
korelasi biostratigrafi dapat terjadi batuan yang berbeda memiliki kandungan dan
penyebaran fosil yang sama.
Prosedur dan penjelasan:
Korelasikan/hubungkan lapisan lapisan batuan yang mengandung kesamaan dan
persebaran fosil yang sama (Pada gambar diatas diwakili oleh garis warna biru).
Kandungan dan sebaran fosil pada batugamping di Sumur-1 sama dengan kandungan
dan sebaran fosil pada serpih di Sumur-2, sehingga batugamping yang ada di
Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan serpih yang terdapat di Sumur-2.
Batugamping pada Sumur-1 mengandung kumpulan fosil Y sedangkan pada Sumur-
2, serpih juga mengandung kumpulan dan sebaran fosil Y. Dengan demikian lapisan
batugamping pada Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan serpih pada Sumur 2.
Kandungan dan sebaran fosil pada napal di Sumur-1 sama dengan kandungan
dan sebaran fosil pada napal di Sumur-2, sehingga napal yang ada di Sumur-1 dapat
dikorelasikan dengan napal yang terdapat di Sumur-2.
98
Kandungan dan sebaran fosil pada batupasir di Sumur-1 sama dengan kandungan
dan sebaran fosil pada batulempung di Sumur-2, sehingga batupasir yang ada
di Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan batulempung yang ada di Sumur-2.
Kandungan dan sebaran fosil pada napal di Sumur-1 sama dengan kandungan dan
sebaran fosil pada napal di Sumur-2, sehingga napal yang ada di Sumur-1 dapat
dikorelasikan dengan napal yang terdapat di Sumur-2.
3. Korelasi Kronostratigrafi
Korelasi kronostratigrafi adalah menghubungkan lapisan lapisan batuan yang
mengacu pada kesamaan umur geologinya.
Prosedur dan penjelasan:
Korelasikan/hubungkan titik titik kesamaan waktu dari setiap kolom yang ada
(Pada gambar diwakili oleh garis merah, dan garis ini dikenal sebagai garis
kesamaan umur geologi)
Korelasikan lapisan-lapisan batuan yang jenis litologinya sama dan berada diantara
garis umur yang sama. Pada gambar diatas ditunjukkan oleh batupasir pada Sumur-
1 dengan batupasir pada Sumur-2, serpih pada Sumur-1 dan serpih pada Sumur-
2 (Diwakili oleh garis putus-putus warna biru).
99
Konglomerate pada Sumur-1 tidak boleh dikorelasikan dengan Konglomerat pada
Sumur-2, dikarenakan umur geologinya berbeda.
Korelasi lapisan lapisan batuan tidak boleh memotong garis umur (Pada gambar
diwakili oleh garis warna merah).
100
Kontak Selaras
Kontak antara lapisan yang selaras dapat berupa :
a) Kontak Tegas, merupakan hasil dari perubahan yang jelas dan tiba-tiba dari litologi yang
berbeda.
b) Kontak Gradasional, disebut kontak gradasional jika perubahan dari satu litologi ke yang
lain memiliki tanda yang kurang jelas dibanding kontak tegas.
Kontak Tidak Selaras
a) Angular Unconformity
Merupakan suatu tipe ketidakselarasan dimana sedimen yang lebih muda
terendapkan diatas permukaan erosi dari batuan yang lebih tua dimana sebelumnya batuan
tersebut mengalami pengangkatan atau perlipatan, maka, batuan yang lebih tua tersebut
memiliki dip yang berbeda, umumnya lebih curam, membentuk sudut dengan batuan yang
lebih muda.
b) Disconformity
Kenampakannya berupa suatu permukaan ketidakselarasan atas dan bawah dari
bidang perlapisan yang secara umum pararel dan kontak antara lapisan yang lebih tua dan
mudanya ditandai oleh permukaan erosional yang jelas, ireguler, atau tidak lazim.
101
c) Nonconformity
Nonconformity terbentuk antara batuan sedimen dan batuan beku yang berumur
lebih tua atau batuan metamorf yang masif, yang telah terekspos, tererosi, sampai akhirnya
tertimbun oleh sedimen.
102
PENAFSIRAN PETA TOPOGRAFI
Dalam interpretasi batuan dari peta topografi, hal terpenting yang perlu diamati
adalah pola kontur dan aliran sungai.
a. Pola kontur rapat menunjukan batuan keras, dan pola kontur jarang menunjukan batuan
lunak atau lepas.
b. Pola kontur yang menutup (melingkar) diantara pola kontur lainnya, menunjukan lebih
keras dari batuan sekitarnya.
c. Aliran sungai yang membelok tiba-tiba dapat diakibatkan oleh adanya batuan keras atau
zona patahan.
d. Kerapatan sungai yang besar, menunjukan bahwa sungai-sungai itu berada pada batuan
yang lebih mudah tererosi (lunak). (kerapatan sungai adalah perbandingan antara total
panjang sungai-sungai yang berada pada cekungan pengaliran terhadap luas cekungan
pengaliran sungai-sungai itu sendiri), sedangkan kerapatan sungai yang kecil menunjukan
batuan yang resisten terhadap erosi.
Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal terpenting adalah
pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukkan adanya kelurusan atau pembelokan
secara tiba-tiba, baik pada pola bukit maupun arah aliran sungai, bentuk-bentuk topografi
yang khas, serta pola aliran sungai. Berikut ini adalah penafsiran struktur perlapisan, struktur
lipatan dan struktur sesar berdasarkan pola kontur, pola aliran sungai dan lineament
(kelurusan) topografi.
1. Jurus dan kemiringan lapisan berdasarkan pola kontur
Jurus perlapisan batuan dapat ditafsirkan berdasarkan arah kecenderungan dari garis
konturnya.
Kemiringan lapisan batuan dapat ditafsirkan berdasarkan spasi konturnya. Arah
kemiringan umumnya mengarah ke arah spasi kontur yang renggang.
103
2. Resistensi batuan berdasarkan pola kerapatan kontur
Spasi garis kontur rapat mengindikasikan batuan yang resisten
Spasi garis kontur renggang mengindikasikan batuan yang nonresisten.
3. Resistensi batuan berdasarkan kerapatan sungai (drainage density)
Nilai kerapatan sungai (drainage density) yang besar mengindikasikan batuannya
lunak, seperti batulempung, napal, atau lanau.
Nilai kerapatan sungai (drainage density) yang kecil mengindikasikan batuannya
resisten, seperti: batuan beku, breksi, konglomerat, batupasir.
104
4. Struktur lipatan berdasarkan pola kontur perbukitan paralel
Pola kontur perbukitan yang sejajar / paralel.
Pola aliran sungai trellis yang mewakili daerah yang dikontrol oleh struktur
perlipatan.
5. Struktur lipatan berdasarkan pola kontur perbukitan berupa shoe shape
Pola kontur perbukitan yang berbentuk sepatu (shoe shape) mengindikasikan struktur
lipatan (sinklin atau antiklin) yang menunjam kebawah atau terbuka keatas.
105
6. Struktur patahan berdasarkan pola kontur perbukitan yang bergeser
Pola kontur perbukitan yang bergeser (offset).
Pola kontur yang mengikuti bidang sesar / patahan.
7. Struktur patahan berdasarkan pola aliran sungai yang berbelok tiba-tiba (offset)
Pola aliran sungai yang membelok secara tiba tiba (offset)
Arah aliran sungai yang mengalir disepanjang bidang patahan.
106
PERHITUNGAN
A. MENGHITUNG KEMIRINGAN LERENG (KL)
Rumus : Tg = ( n-1 ) x IK / Dh x SP
Di mana :
IK = Interval Kontur
n = Jumlah Kontur
Dh = Panjang garis
SP = Skala Peta
% KL = / 45 x 100%
IK = 1 x SP / 2000
B. MENGHITUNG KETINGGIAN LERENG
Rumus : A / B = Tg
A = Tg 45 x B
B = Jarak
C. MENGHITUNG KETEBALAN LAPISAN
Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara bidang alas / botom dan bidang atap /
top.
Rumus : D = dt x cos (Betta), dimana
= Sudut antara arah kemiringan dengan arah pengukuran (azimuth)
1. Pengukuran Pada daerah datar ( lereng 0)
Rumus : T = dt x sin A
dt = jarak terukur dilapangan
A = sudut kemiringan lapisan
2. Kemiringan lapisan searah dengan lereng
Jika kemiringan jelas (A) lebih besar dari pada sudut lereng (S) dan arah lintasan
tegak lurus jurus, maka perhitungan ketebalan adalah :
Rumus : T = d sin ( A- S)
Bila kemiringan lapisan lebih kecil daripada lereng, maka perhitungan ketebalan
lapisan : T = d sin ( S A).
3. Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan kemiringan lereng
107
Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah 90 ( lereng
berpotongan tegak lurus dengan lapisan ) maka : T = d
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut lancip terhadap lereng maka :
T = d sin (A + S)
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng maka :
T = d sin (180 - A S)
Dalam kondisi tertentu kadang sayatan pada peta tidak tegak lurus dengan jurus
lapisan batuan, maka dapat dikoreksi :
Tg = tg x Sin
= arctg (tg x sin )
dimana : : Dip di penampang
: Dip dipeta
: Sudut yang dibentuk oleh sayatan dengan jurus
108