Upload
achsanul-akbar
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
1/65
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
2/65
1
Kata PengantarDirektur Jenderal Kerja Sama PerdaganganInternasional
Dalam mewujudkan cita-cita menuju Komunitas ASEAN dimanasalah satu pilarnya adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN, makakesiapan masyarakat Indonesia tentunya menjadi hal yangsangat penting. Hal ini mengingat bahwa masyarakat dikawasan ASEAN setelah tahun 2015 akan menjadi suatukesatuan, dan menuju pada suatu era baru kehidupanglobalisasi.
Untuk itu kami senantiasa berupaya meningkatkan
pengetahuan masyarakat Indonesia tentang dasar-dasarpembentukan Masyarakat Ekonomi ini, khususnya mengenaikerja sama perdagangan barang, jasa dan investasi. Denganmengambil kembali prakarsa untuk menerbitkan bahanpublikasi tentang perkembangan penting, karakteristik dan
pola integrasi ekonomi ASEAN, diharapkan Bangsa Indonesia dapat menjalani tantangan ekonomitersebut dengan menjadi Leader .
Publikasi ini bersumber dari buku ASEAN Economic Community yang pernah diterbitkan olehSekretariat ASEAN. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada Sekretariat ASEAN yangtelah membantu kami sehingga buku ini dapat diterbitkan.
Semoga pembaca dapat memperoleh pemahaman umum tentang isu-isu ekonomi yang dibahasdalam kerangka kerja sama ASEAN sehingga dapat mendukung peranan dan posisi Indonesia di
ASEAN.
Agustus 2013
Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan InternasionalKementerian Perdagangan
Iman Pambagyo
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
3/65
2
Daftar IsiHalaman
Kata Pengantar Direktur Jenderal Kerja Sama PerdaganganInternasional 1
Daftar Isi 2
Sejarah ASEAN 3Pengantar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 5Perdagangan dan Fasilitasi 8Perjanjian ASEAN di Bidang Perdagangan Jasa 15Perjanjian ASEAN di Bidang Investasi 19Integrasi Keuangan di ASEAN 23Kerja Sama ASEAN di Bidang Pangan, dan PelindunganHutan
25
Kebijakan Persaingan Usaha di ASEAN 30Pelindungan Konsumen 32Kerja Sama ASEAN dalam Hak Kekayaan Intelektual (HKI) 36Pembangunan Infrastruktur ASEAN: Transportasi,Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan KeamananEnergi
39
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ASEAN 47Mengurangi Kesenjangan Pembangunan 51Perjanjian Kawasan Perdagangan Bebas 54
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
4/65
3
Sejarah ASEAN
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
5/65
4
Sejarah ASEAN
ASEAN/Asosiasi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara didirikan pada tanggal 8
Agustus 1967 di Bangkok, Thailand, yangditandai dengan penandatanganan Deklarasi
ASEAN (Deklarasi Bangkok) oleh para pendiri ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina,Singapura dan Thailand. Kemudian BruneiDarussalam bergabung pada tanggal 7 Januari1984, Vietnam pada tanggal 28 Juli 1995,Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli tahun1997, dan Kamboja pada tanggal 16
Desember 1998, dan saat ini ASEANberanggotakan 10 (sepuluh) negara.
Dua halaman deklarasi ASEAN berisikanmaksud dan tujuan asosiasi, yang meliputikerja sama di bidang ekonomi, sosial, budaya,teknis, pendidikan dan bidang lainnya, danupaya mempromosikan perdamaian danstabilitas kawasan dengan menghormati rasa
keadilan dan aturan hukum serta kepatuhanterhadap prinsip-prinsip Piagam PBB.
Dengan visi bersama ASEAN sebagaigabungan bangsa-bangsa Asia Tenggara yangberpandangan terbuka, hidup dalamperdamaian, stabilitas dan kemakmuran,terikat bersama dalam kemitraan dalampembangunan yang dinamis dan dalam
komunitas masyarakat yang peduli, maka Padatahun 2003, para pemimpin ASEAN
memutuskan bahwa sebuah masyarakat ASEAN harus terbentuk pada tahun 2020.Para pemimpin menegaskan komitmen kuatmereka pada tahun 2007 untuk mempercepatpembentukan komunitas ASEAN menjaditahun 2015. Komunitas ASEAN terdiri dari tigapilar, yaitu Masyarakat Politik Keamanan
ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN danMasyarakat Sosial Budaya ASEAN, yang
diharapkan dapat bekerja secara bersamaanuntuk membentuk Masyarakat ASEAN.
Untuk mencapai Masyarakat ASEAN, ASEANberpedoman pada Piagam ASEAN sebagailandasan dasar yang kokoh, dan memberikanstatus hukum dan kerangka kelembagaanregional di kawasan ini. Piagam ASEANmengkodifikasi norma-norma, aturan dan nilai-
nilai ASEAN, menetapkan target yang jelasbagi ASEAN, dan mengatur akuntabilitas dankepatuhan. Piagam ASEAN mulai berlaku padatanggal 15 Desember 2008. Denganberlakunya piagam ini, ASEAN selanjutnyaakan berjalan di bawah kerangka hukum yangbaru dan membangun sejumlah organ/badanbaru untuk mendorong proses pembentukanmasyarakat ASEAN.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
6/65
5
PengantarMasyarakat
Ekonomi ASEAN(MEA)
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
7/65
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
8/65
7
Sebuah pasar tunggal untuk barang dan jasaakan memfasilitasi pengembangan jaringanproduksi di wilayah ASEAN dan meningkatkankapasitas ASEAN sebagai pusat produksi globaldan sebagai bagian dari rantai pasokan dunia.
Tarif akan dihapuskan dan hambatan non-tarifsecara bertahap juga akan dihapus.Perdagangan dan sistem kepabeanan yangterstandardisasi, sederhana dan harmonisdiharapkan dapat mengurangi biaya transaksi.
Akan ada pergerakan bebas para profesional.Investor ASEAN juga akan bebas untuk
berinvestasi di berbagai sektor, termasuk disektor jasa.
Kawasan Ekonomi yang BerdayaSaing
Perwujudan kawasan ekonomi yang stabil,makmur, dan berdaya saing tinggi merupakan
tujuan dari integrasi ekonomi ASEAN. Terdapatenam elemen inti bagi kawasan ekonomi yangberdaya saing ini, yaitu: (i) Kebijakanpersaingan; (ii) Pelindungan konsumen; (ii)Hak Kekayaan Intelektual (HKI); (iv)Pembangunan infrastruktur; (v) Perpajakan;dan (vi) e-commerce.
Negara-negara anggota ASEAN telah
berkomitmen untuk memperkenalkankebijakan dan hukum persaingan usaha secaranasional untuk menjamin tingkat kesetaraandan menciptakan budaya persaingan usahayang sehat untuk meningkatkan kinerjaekonomi regional dalam jangka panjang.
Pembangunan Ekonomi yangMerata
Di bawah karakteristik ini terdapat dua elemen
utama, yaitu: (i) Pengembangan Usaha Kecildan Menengah (UKM); dan (ii) Inisiatif untukIntegrasi ASEAN. Kedua inisiatif ini diarahkanuntuk menjembatani jurang pembangunan baikpada tingkat UKM maupun untuk memperkuatintegrasi ekonomi Kamboja, Laos, Myanmardan Viet Nam (CLMV) agar semua anggotadapat bergerak maju secara serempak danmeningkatkan daya saing ASEAN sebagai
kawasan yang memberikan manfaat dariproses integrasi kepada semua anggotanya.
Integrasi dengan Ekonomi Global
ASEAN bergerak di sebuah lingkungan yangmakin terhubung dalam jejaring global yangsangat terkait satu dengan yang lain, dengan
pasar yang saling bergantung dan industri yangmendunia. Agar pelaku usaha ASEAN dapatbersaing secara global, untuk menjadikan
ASEAN lebih dinamis sebagai mainstream pemasok dunia, dan untuk memastikan bahwapasar domestik tetap menarik bagi investasiasing, maka ASEAN harus lebih menjangkaudan dapat melampaui batas-batas MEA.
Dua pendekatan yang ditempuh ASEAN dalamberpartisipasi dalam proses integrasi denganperekonomian dunia adalah: (i) Pendekatankoheren menuju hubungan ekonomi eksternalmelalui Perjanjian Perdagangan Bebas ( FreeTrade Area /FTA) dan kemitraan ekonomi yanglebih erat ( Closer Economic Partnership /CEP);dan (ii) Partisipasi yang lebih kuat dalam
jejaring pasokan global.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
9/65
8
Perdagangan danFasilitasi
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
10/65
9
Fasilitasi Perdagangan di dalam ASEAN
Sejak tanggal 1 Januari 2010, ASEAN - 6(Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singapura dan Thailand) telahmenghapuskan bea impor sebanyak 99,65%dari pos tarif yang diperdagangkan, sementara
ASEAN-4 (Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam) menurunkan bea impor sebanyak98,86% dari pos tarif yang diperdagangkanmenjadi 0-5%. Dengan demikian, ASEAN akansemakin memfokuskan diri pada upaya untuklebih meningkatkan perdagangan antar negara
anggota ASEAN ( ASEAN Member States /AMS).Dalam konteks ini, dan dalam rangkamemfasilitasi arus barang serta untukmempromosikan jaringan kawasan produksi di
ASEAN, AMS mengadopsi Program KerjaFasilitasi Perdagangan pada tahun 2008 danIndikator Fasilitasi Perdagangan pada tahun2009.
Liberalisasi Tarif di ASEANPada tanggal 1 Januari 2010, ASEAN - 6 telahmenghapuskan tarif dari 7.881 pos tariftambahan sehingga terdapat sejumlah 54.467pos tarif yang bea masuknya nol ( zero duty )atau 99,65% dari pos tarif yangdiperdagangkan dalam Common EffectivePreferential Tariff (CEPT-AFTA). Dari 7.881 postarif tambahan tersebut, terdapat barang-barang dalam sektor prioritas integrasi (PIS)sebesar 24,15% pos tarif, besi dan bajasebanyak 14,92%, mesin dan peralatanmekanis 8,93%, dan bahan kimia 8,3%.Penghapusan tarif dari pos tarif tambahan initelah menurunkan rata-rata tingkat tarif
ASEAN-6 dari 0,79% pada tahun 2009 menjadi0,05% pada tahun 2010.
Untuk ASEAN - 4, sejumlah 34.691 pos tarifatau 98,96% dari total pos tarif telah berada
pada rata-rata tingkat tarif 0-5% setelah tarifdari 2.003 pos tarif tambahan diturunkanmenjadi 0-5%. Selain barang yang disebutkandi atas, produk seperti bahan makanan olahan,mebel, plastik, kertas, semen, keramik, kaca,dan aluminium asal ASEAN juga akanmenikmati bebas bea masuk ke BruneiDarussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina,Singapura dan Thailand.
Meningkatkan TransparansiPerdagangan
ASEAN saat ini sedang melakukan prosespembentukan ASEAN Trade Repository (ATR)yang ditargetkan sudah akan berfungsi sebagaigerbang informasi pengaturan di tingkatregional dan nasional pada tahun 2015. ATRtersebut antara lain akan memuat informasitentang nomenklatur tarif, tarif preferensi yangditawarkan di dalam perdagangan barang
ASEAN (ATIGA), ketentuan asal barang,hambatan non-tarif, aturan-aturan hukumperdagangan dan kepabeanan nasional,persyaratan dokumen ( documentaryrequirements ), dan daftar resmi importir daneksportir dari negara-negara anggota. Setelahdibentuk dan berfungsi sepenuhnya, ATR akandapat diakses melalui internet oleh pelakuekonomi seperti eksportir, importir, pedagang,maupun instansi pemerintah, pihak yangberkepentingan dan para peneliti. Saat ini,
ASEAN sedang mengembangkan desain danmekanisme ATR tersebut.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
11/65
10
Reformasi Berkelanjutan atasKetentuan Asal Barang ( Rules ofOrigin /ROO)
Dengan tujuan untuk mewujudkan suatusistem perizinan dan pelepasan pengiriman petikemas oleh Otoritas Bea Cukai yang lebihcepat, ASEAN sedang mengembangkan ASEANSingle Window (ASW) yang akan menyediakansebuah program kemitraan antar lembagapemerintah dan pengguna akhir ( end-user )secara terintegrasi dalam pergerakan baranglintas negara-negara anggota ASEAN (AMS).
ASEAN secara terus menerus juga melakukanreformasi dan penyempurnaan terhadapperaturan Ketentuan Asal Barang (RoO) untukmenjawab perubahan dalam proses produksiglobal, termasuk melakukan penyesuaian yangdiperlukan. Tujuannya adalah untuk membuatRoO lebih memfasilitasi perdagangan atausetidaknya, sama dengan pengaturan yangtercantum dalam perjanjian FTA ASEAN. RevisiRoO yang dilakukan hingga saat ini telahmemperkenalkan kriteria asal lainnya sebagaialternatif terhadap kriteria Regional ValueContent (RVC) sebesar 40%.
Hal ini memberikan pilihan yang lebih luas bagipara pelaku ekonomi untukmemenuhi/mencapai status asal ASEAN bagiproduk-produk yang diperdagangkan dikawasan ASEAN. Saat ini, ASEAN sedangmempertimbangkan pembentukan skemaSertifikasi Mandiri ( Self Certification ) dalammenentukan keterangan asal, yang merupakanupaya prioritas sebagaimana digambarkan
dalam proses pembangunan MasyarakatEkonomi ASEAN (MEA). Skema sertifikasimandiri membekali pelaku ekonomibersertifikat seperti eksportir, pedagang danprodusen untuk dapat menunjukan kapasitasmereka dalam memenuhi persyaratan asaluntuk sertifikasi mandiri menggantikan SuratKeterangan Asal yang diterbitkan oleh otoritaspemerintah.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
12/65
11
Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN (ATIGA)
Dalam rangka mewujudkan pembentukan pasartunggal dan basis produksi melalui arus bebas
perdagangan barang pada tahun 2015,dibutuhkan suatu pendekatan yang lebihterintegrasi dan menyeluruh. Hal inimemerlukan pengintegrasian dan penyatuanberbagai tindakan yang telah maupun akanditempuh ke dalam suatu wadah. Untukmencapai hal tersebut, maka pada bulan
Agustus 2007, para Menteri Ekonomi ASEANsepakat untuk memperluas perjanjian Common
Effective Preferential Tariff for ASEAN FreeTrade Agreement (CEPT-AFTA) agar menjadiperangkat hukum yang lebih komprehensif. Halini menghasilkan penandatanganan PerjanjianPerdagangan Barang ASEAN (ATIGA) padabulan Februari 2009.
Beberapa elemen penting ATIGA:
(i) ATIGA mengkonsolidasikan danmenyederhanakan seluruh ketentuanyang terdapat dalam CEPT-AFTA,sekaligus memformalkan beberapakeputusan tingkat menteri. Sebagaihasilnya, ATIGA menjadi perangkathukum tunggal tidak hanya bagi pejabatpemerintahan yang menerapkan danmengamankan perjanjian tersebut,namun juga bagi pelaku usaha yangmenjadi pemetik manfaatnya.
(ii) Lampiran pada ATIGA menunjukkan jadwal penurunan tarif secara menyeluruhdari setiap negara anggota danmenguraikan tingkat tarif yang dikenakankepada setiap produk per tahunnyahingga tahun 2015. Hal ini membuatrencana penurunan tarif menjadi lebih
transparan dan memberikan kepastianbagi komunitas bisnis. Sebuah
pengundangan komitmen juga telahdilakukan untuk menerapkan secaraefektif jadwal penurunan tarif sampaidengan tahun 2015.
(iii) ATIGA mencakup beberapa elemen untukdapat memastikan terwujudnya arusperdagangan bebas barang di kawasan
ASEAN, termasuk di antaranya yaitu:liberalisasi tarif, penghapusan hambatannon-tarif, keterangan asal barang,fasilitasi perdagangan, kepabeanan,standar dan kesesuaian, dan kebijakansanitary and phyto-sanitary . ATIGAmeliputi cakupan komprehensif darikomitmen di bidang perdagangan barang,serta mekanisme penerapan sertapengaturan kelembagaannya. Hal ini akan
memungkinkan terbentuknya sinergi darilangkah-langkah yang diambil olehberbagai badan-badan sektoral ASEAN.
(iv) Hal ini akan memungkinkan pembentukansinergi atas langkah yang diambil olehberbagai unit di ASEAN.
Dengan tujuan untuk menghilangkanhambatan non-tarif, ketentuan mengenai
kebijakan non-tarif (NTMs) dalam ATIGAtelah dikembangkan lebih jauh melaluikodifikasi tindakan-tindakan, dan melaluipenyusunan mekanisme untuk mengawasikomitmen pengurangan hambatan-hambatan non-tarif.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
13/65
12
(v) ATIGA memberikan penekanan padalangkah-langkah fasilitasi perdagangandengan memasukan Kerangka KerjaFasilitasi Perdagangan ASEAN. Lebih jauh,
ASEAN telah mengembangkan Program
Kerja Fasilitasi Perdagangan untukperiode 2009-2015.
Pemberlakuan ATIGA
ATIGA mulai berlaku setelah diratifikasi olehseluruh negara anggota. Pada saat ATIGAberlaku, beberapa perjanjian ASEAN yangberhubungan dengan perdagangan barangseperti perjanjian CEPT dan beberapa protokollainnya akan tergantikan.
Modernisasi Kepabeanan ASEAN
Otoritas kepabeanan di negara anggota ASEAN telah menerapkan langkah percepatanproses modernisasi teknik dan prosedurkepabeanan dengan tujuan utamameningkatkan fasilitasi perdagangan. Dengantujuan ini, Program Strategis PengembanganKepabeanan (SPCD) mengatur, antara lain,pelepasan peti kemas dalam waktu hanya tigapuluh menit. Guna memodernisasikanoperasional kepabeanan, maka aplikasi-aplikasi teknologi informasi dan komunikasi(ICT) telah diperkenalkan dalam prosespelepasan (clearance) barang sesuai denganstandar internasional. Langkah ini turutberperan baik dalam penurunan waktu yangdiperlukan untuk pelepasan barang kirimandari penguasaan otoritas pabeanan dan biayapemrosesan. Otoritas kepabeanan jugabekerjasama dengan kalangan industri danpengusaha untuk memperkuat dan
meningkatkan pelayanan dan kepatuhan.Dengan 99,65% tarif yang telah diturunkanmenjadi 0% oleh ASEAN-6 (BruneiDarussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines,Singapore dan Thailand) dan 98,86% menjadidi kisaran 0-5% oleh CLMV terhitung mulai 1Januari 2010, maka otoritas pabeananbersama berbagai departemen sedang
mempercepat upaya untuk meningkatkanfasilitasi perdagangan guna mengimbangi prosespelepasan pabean yang lebih cepat.
Progres dan Pencapaian
Otoritas kepabeanan ASEAN mensahkan Visi Kepabeanan ASEAN 2015 padapertemuan ke-17 Direktur JenderalKepabeanan ASEAN di Vientiane, Laos padabulan Juni 2008.
Perkembangan yang substansial telah
dicapai dalam peninjauan kembali ASEANAgreement on Customs (1997) untukmendukung terwujudnya MEA. Ketentuanyang baru memungkinkan praktekkepabeanan ASEAN untuk menyesuaikandengan konvensi dan standar internasionalseperti Revised Kyoto Convention , PerjanjianWTO mengenai Penilaian, implementasi dariWorld Customs Organization SAFEFramework of Standards.
Negara anggota telah mengimplementasikanNomenklatur Tarif ASEAN 2007 yangdiharmonisasikan, dan sesuai denganHarmonized Commodity Description andCoding System 2007.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
14/65
13
The Client Service Charters telah diadopsioleh otoritas pabean ASEAN sebagaikomitmen terhadap tata kelola yang baik.
Pedoman Penilaian Pabean ASEAN,Model Pemrosesan Kargo ASEAN, danManual Kepabeanan ASEAN untuk AuditPost Clearance telah dikembangkan dandigunakan oleh negara anggota.
Sejumlah upaya untuk memfasilitasikonektivitas regional, dan aktivasi SistemTransit Kepabeanan ASEAN di bawah
ASEAN Framework Agreement onFacilitation of Goods in Transit telah
ditingkatkan.
Otoritas kepabeanan ASEAN saat ini tengahbekerja untuk mengoperasionalkan ASEANSingle Window atau ASW secara penuh yangdiharapkan dapat menyediakan platform umum bagi kemitraan antara otoritas
pengaturan dan penegakan serta pelakuekonomi dalam mempercepat penyelesaiandan pelepasan kepabeanan.
Arah Ke Depan
ASEAN akan melanjutkan usaha untukmemodernisasikan teknik-teknik kepabeanandan meningkatkan pelayanan kepabeanankepada masyarakat sesuai dengan Cetak BiruMasyarakat Ekonomi ASEAN.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
15/65
14
Pelayanan Terpadu Satu Pintu ASEAN (ASW)
ASEAN saat ini sedang mengembangkan ASEANSingle Window (ASW) guna meningkatkanfasilitasi perdagangan dengan menyediakansebuah platform yang terintegrasi bagikemitraan antara instansi pemerintah dan parapengguna akhir seperti operator ekonomi danoperator perhubungan serta logistik dalamproses pergerakan barang.
Negara anggota ASEAN telah menginvestasikansejumlah upaya penting untuk membangun
ASW melalui penyusunan pondasi untuk
mengamankan interoperability daninterkoneksi dari berbagai sistem pemrosesaninformasi otomatis.
Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,Filipina, Singapura dan Thailand telahmengaktifkan National Single Windows (NSW)pada masing-masing negara dan telahmencapai beragam tingkatan pengembangan
dalam pengoperasiannya. Sedangkan Kamboja,Laos, Myanmar dan Vietnam telah mulaimembangun dasar untuk pengembangan sistemNSW masing-masing. Pada tingkat nasional,sejumlah instansi pemerintahan telahmengembangkan hubungan fungsional di dalamNSW mereka dengan tujuan untukmempercepat pelepasan pengiriman barangdari pabean.
Penggunaan NSW oleh para pelaku bisnis danindustri ASEAN untuk pelepasan pengirimanbarang mengalami peningkatan. Di Kamboja,Laos, Myanmar dan Viet Nam, aplikasikepabeanan secara elektronik (e-Customs) telahmenjadi enabler utama.
ASEAN telah mengadopsi ASEAN Data Model(Workbase 1.0) pada bulan April 2008 dansaat ini sedang ditingkatkan ke ASEAN DataModel (Version 2.0) berdasarkan standarinternasional dari organisasi-organisasiinternasional yang relevan seperti OrganisasiKepabeanan Dunia (WCO), OrganisasiInternasional untuk Standardisasi (ISO), danKomisi Ekonomi PBB untuk Eropa (UNECE).
Data model ini menyediakan bahasa dialogyang umum di dalam dan antar NSWs dan
komunitas perdagangan internasional.
Inisiatif lain yang ditempuh ASEAN adalah PilotProject ASW yang akan membentuk desainprototipe teknis ASW pada tahun 2010.
Nota kesepahaman untuk implementasi PilotProject ASW sedang dalam tahap penyelesaiandan akan memberikan latar belakang hukumbagi kegiatan yang dilakukan di bawah PilotProject ASW ini.Brunei Darussalam, Indonesia,Malaysia dan Filipina telah berhasil melakukanpertukaran secara elektronik informasiCommon Effective Preferential Tarif (CEPT)Form D yang menggunakan platform regional.Selain itu ASEAN juga telah menerapkankonsep proses bisnis menuju pengembanganpengolahan secara elektronik dari DokumenDeklarasi Kepabeanan ASEAN.
Beberapa area kunci utama dalampertimbangan negara-negara anggota dalamrangka pembentukan ASW adalah: prosesbisnis, harmonisasi data, protokol komunikasi,keamanan dan kerangka hukum.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
16/65
15
Perjanjian ASEANdi Bidang Jasa
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
17/65
16
Bidang Jasa
Untuk meningkatkan kerja sama di bidangperdagangan jasa antar negara anggota
ASEAN (AMS), dibentuklah ASEANFramework Agreement on Services (AFAS)pada tanggal 15 Desember 1995 diBangkok, Thailand oleh Menteri-menteriEkonomi ASEAN. Liberalisasi perdagangan
jasa di bawah kerangka AFAS dilaksanakanmelalui putaran negosiasi setiap 2 tahunhingga 2015. Dari putaran-putaranperundingan dalam kerangka AFAS,
dihasilkan suatu jadwal komitmen yangspesifik yang dilampirkan pada kerangkaperjanjian. Jadwal ini sering disebutsebagai paket komitmen jasa.
Setelah enam putaran negosiasi, ASEANtelah menyelesaikan delapan paketkomitmen AFAS yang merupakankonstribusi dari seluruh AMS secara
progresif dan telah memperdalamtingkatan dan cakupan komitmennyauntuk menghapuskan secara substansialhambatan-hambatan perdagangan jasa dikawasan Asia Tenggara, baik hambatanyang berbentuk tarif maupun non-tarif.Komitmen tersebut mencakup liberalisasi
jasa bisnis, jasa profesional, konstruksi,distribusi, pendidikan, jasa lingkungan,
kesehatan, transportasi laut,telekomunikasi, dan pariwisata. Selain itu,terdapat juga empat paket komitmen pada
jasa keuangan yang ditandatangani olehMenteri-menteri Keuangan ASEAN danenam paket pada transportasi udara yangditandatangani oleh Menteri-menteriTransportasi ASEAN.
AFAS dibentuk dengan tujuan antara lain untuk:
Meningkatkan kerja sama di bidang jasaantara AMS dalam rangka meningkatkanefisiensi dan daya saing, diversifikasi kapasitasproduksi serta pasokan dan distribusi jasa,baik antara para penyedia jasa di ASEANmaupun luar ASEAN;
Menghapus hambatan perdagangan jasaantara AMS;
Memperdalam dan memperluas cakupanliberalisasi yang telah dilakukan dalamkerangka GATS/WTO yang bertujuan untukmerealisasikan area perdagangan bebasbidang jasa.
Berdasarkan roadmap liberalisasi perdagangan jasaterdapat empat sektor prioritas untuk diliberalisasipada tahun 2010 (AFAS 8), yaitu transportasi, e-
ASEAN, perawatan kesehatan dan pariwisata yangmencakup 80 subsektor. Pada AFAS 8, Indonesiatelah memberikan fleksibilitas sebanyak 22subsektor. Sektor yang telah diliberalisasi antaralain konstruksi, telekomunikasi, pendidikan danpariwisata. Saat ini perundingan perdagangan jasatelah memasuki AFAS Paket 9. Pada tahun 2013,ditargetkan ASEAN dapat menyelesaikan AFAS 9dengan 104 subsektor dalam sektor logistik untukdiliberalisasi, antara lain jasa pergudangan,pengepakan, kargo, kurir, dan jasa transportasipengiriman barang. Tahun 2015 diharapkanliberalisasi telah mencakup semua sektor yangterdiri dari 128 subsektor (AFAS 10).
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
18/65
17
AFAS dibahas dalam forum CoordinatingCommittee on Services (CCS), dimanaforum tersebut merupakan forum utamasektor jasa di luar jasa keuangan dantransportasi udara, yang mewadahi 155
subsektor jasa berdasarkan klasifikasiGATS W/120. Forum CCS mencakupperundingan di tingkat CCS Leader yangmenentukan tahapan liberalisasi di negaraanggota ASEAN berupa paket komitmen dibawah AFAS, pertemuan Kelompok KerjaSektoral dan penyusunan MutualRecognition Arrangements (MRA).
Mutual Recognition Arrangements (MRA) di Sektor Jasa
Mutual Recognition Arrangements secaraumum diartikan sebagai suatukesepakatan saling pengakuan terhadapproduk-produk tertentu antar dua ataubeberapa negara untuk mempermudahkegiatan perdagangan. MRA di sektor jasamerupakan perkembangan yang relatifbaru dalam kerja sama ASEAN di bidangperdagangan jasa. Dengan adanya MRApara AMS saling memberikan pengakuanatas kualifikasi pendidikan danpengalaman seorang profesional darinegara AMS sehingga memudahkanperpindahan tenaga kerja profesional antar
AMS, khususnya dalam rangka integrasi
pasar.Kepala Negara/Pemerintah ASEAN padaKTT ke-7 yang diadakan pada tanggal 5November 2001 di Bandar Seri Begawan,Brunei Darussalam, memandatkan awalperundingan MRA untuk memfasilitasialiran jasa profesional berdasarkan AFAS.Komite Koordinasi Bidang Jasa atau
The Coordinating Committee on Services (CCS)mendirikan kelompok ahli ad-hoc untuk MRA (Ad- hoc Expert Group on MRA) di bawah KelompokKerja Sektoral Jasa Bisnis pada bulan Juli 2003untuk memulai negosiasi MRAs di bidang jasa.
Hingga saat ini ASEAN telah menyelesaikan delapankesepakatan MRA di bidang jasa yaitu :
Bidang JasaTempat dan Tanggal
Penandatanganan
Engineering Kuala Lumpur,9 Desember 2005
Nursing Cebu, 8 Desember 2006 Architectural
Singapura,19 November 2007
SurveyingQualification
Accountancy
Cha-am, 26 Februari 2009MedicalPractitionersDentalPractitioners
Sebagai tambahan, MRA untuk ProfesionalPariwisata disahkan pada Meeting of ASEANTourism Ministers (MATM) ke- 12 pada tanggal 9Januari 2009 di Hanoi, Vietnam. Diharapkan MRAtersebut dapat menstandarisasikan industripariwisata di kawasan Asia Tenggara, sehinggatidak hanya menguntungkan konsumen yangmendapatkan layanan jasa berkualitas tinggi, tapi
juga menguntungkan operator perjalanan dan hotel
yang mendapat lebih banyak kesempatan untukmempekerjakan tenaga terlatih.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
19/65
18
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
20/65
19
Perjanjian ASEAN
di Bidang Investasi
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
21/65
20
Bidang Investasi
ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) ditandatangani oleh Menteri-menteri
ASEAN pada tanggal 26 Februari 2009.Sebelum ACIA terbentuk di tahun 2009,
ASEAN terlebih dahulu telah memilikibeberapa perjanjian yang bersifat regional dibidang investasi yaitu the 1987 ASEAN
Agreement for the Promotion and Protectionof Investments (juga dikenal sebagai ASEANInvestment Guarantee Agreement atau ASEANIGA) dan the 1998 Framework Agreement onthe ASEAN Investment Area (dikenal sebagai"AIA Agreement ").
Dengan disepakatinya cetak biru ASEANEconomic Community (AEC) 2015, ASEANmemutuskan untuk meninjau kembali danmerevisi perjanjian di bidang investasiterdahulu, yang kemudian dijadikan perjanjianinvestasi yang komprehensif, meliputi kerjasama, fasilitas, promosi, liberalisasi danperlindungan investasi yaitu ACIA. ACIAmerupakan perjanjian investasi yangkomprehensif yang mencakup Manufaktur,Pertanian, Perikanan, Kehutanan,Pertambangan dan Penggalian, dan Jasa yangterkait dengan lima sektor tersebut.
Diharapkan ACIA dapat:
Meningkatkan daya tarik ASEAN sebagaitujuan investasi.
Menciptakan rezim investasi bebas danterbuka, serta memenuhi tujuan integrasiekonomi di kawasan ASEAN.
Menyederhanakan prosedur pengajuan danpersetujuan penanaman modal, sehinggapotensi terbuangnya waktu akibat prosesperijinan bisa diminimalisir.
Menciptakan aturan, peraturan, danprosedur yang jelas dan kondusif yangmampu memberikan perlindungan kepadapara investor dan juga investasinya.
Menyamakan perlakuan terhadap semuainvestor khususnya untuk perijinan,pengambilalihan, pendirian, pengelolaan,perluasan, pengelolaan, pelaksanaan,penjualan atau pelepasan penanaman modallainnya.
Mendorong pertumbuhan sektor usaha kecil,menengah maupun perusahaanmultinasional melalui liberalisasi investasiyang pada akhirnya akan berdampak padapertumbuhan ekonomi.
Menimbulkan efek domino yang juga akanmeningkatkan ketersediaan lapangan kerjabaru.
Mewujudkan terciptanya kawasan modalterpadu antar negara anggota ASEAN.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
22/65
21
Investasi yang mengalir ke ASEAN mengalamikecenderungan meningkat selama beberapatahun terakhir karena kuatnya kinerja ekonomiglobal dan regional. Menurut UNCTAD, andil
ASEAN terhadap FDI global, yang sempat jatuhdari 8% menjadi 2% setelah krisis finansial
Asia pada tahun 1998, dan telah kembali dilevel 7,6% di tahun 2011, hampir setaradengan kontribusi China 8,1 persen (lihatGambar 1).
Gambar 1Persentase Kontribusi dalam Global FDI
Inflow
Sumber: UNCTAD, HSBC
Sedangkan untuk arus investasi intra-ASEAN,Sekretariat ASEAN melaporkan bahwa telahterjadi peningkatan investasi yang cukupsignifikan. Di tahun 2011 arus investasi intra-
ASEAN mencapai US$ 26,3 triliun ataumeningkat sebesar 83,4% dari arus investasiintra-ASEAN di tahun 2010 yang sebesar US$14,3 triliun.
Untuk memenuhi meningkatnya persainganarus FDI, ASEAN terus berupaya untuk untukbergerak ke arah iklim investasi yang lebihliberal dan transparan demi peningkatan arusinvestasi yang memberikan kontribusi positifterhadap pertumbuhan ekonomi danpembangunan kawasan.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
23/65
22
Integrasi Keuangan
di ASEAN
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
24/65
23
Integrasi Keuangan di ASEAN
Berdasarkan Cetak Biru ASEAN EconomicCommunity , ASEAN menargetkan terciptanyaintegrasi keuangan dan pasar modal padatahun 2015. Perdagangan dan arus investasi dikawasan ASEAN diyakini akan jauh lebih besardengan adanya suatu sistem keuanganregional yang terpadu dan berfungsi baik,dengan disertai aturan permodalan yang lebihliberal dan terhubung dengan pasar modal.
Sebagaimana ditetapkan dalam Roadmap for
Monetary and Financial Integration of ASEAN (RIA-Fin), integrasi keuangan kawasan ASEANdifasilitasi oleh inisiatif-inisiatif sebagai berikut:
Liberalisasi Jasa Keuangan:
(i) Liberalisasi Jasa Keuangan: Liberalisasiprogresif dari jasa keuangan pada tahun2015, kecuali untuk sub-sektor dan modedengan fleksibilitas yang sebelumnyatelah disepakati. Lima putaranperundingan menghasilkan komitmenmengikat dari masing-masing negaraanggota ASEAN untuk meliberalisasiaturan jasa keuangan mereka, yang telahdiselesaikan pada akhir Desember 2010.
(ii) Liberalisasi neraca permodalan:Penghapusan pengendalian dan
pembatasan modal untuk memfasilitasialiran modal agar lebih bebas, termasukpenghapusan pembatasan transaksi girodan arus FDI dan portofolio (arus masukdan keluar).
(iii) Pengembangan Pasar Modal: Membangunkapasitas dan infrastruktur bagi pasarmodal ASEAN dalam jangka panjanguntuk mencapai kolaborasi lintas-batasantara berbagai pasar modal di ASEAN.Untuk itu telah dikembangkan sebuah"Rancangan Implementasi Pasar ModalTerpadu" untuk meningkatkan aksespasar dan likuiditas.
Untuk mendukung pencapaian integrasi
ekonomi, ASEAN telah berinisiatif untukmenguatkan pengawasan terhadap ekonomiregional. Sehubungan dengan hal tersebut,Macroeconomic and Finance Surveillance Office (MFSO) telah didirikan di Sekretariat ASEANpada tahun 1999 untuk memperkuat kapasitaspengawasan regional di kawasan ASEAN.
Prakarsa Multilateralisasi ChiangMai
The Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM) adalah kebijakan multilateral swapfacility yang dirancang untuk: (i) Mengatasikesulitan likuiditas jangka pendek di wilayah
ASEAN; dan (ii) Sebagai aturan tambahan ataspengaturan keuangan internasional. Kebijakan
ini mulai diberlakukan pada tanggal 24 Maret2010, setelah Perjanjian CMIM diratifikasi olehlima anggota ASEAN dan tiga negara yangbekerja sama dengan ASEAN (RRT, Jepang,dan Republik Korea), yang dikenal dengansebutan ASEAN+3.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
25/65
24
Dari total jumlah uang cadangan senilai US$120 miliar, US$ 24 miliar diantaranya berasal
dari ASEAN dan US$ 96 miliar berasal darinegara-negara ASEAN+3. Sebagai aturanpengumpulan dana cadangan, anggota CMIMberperan serta dalam bentuk kontribusimelalui pembuatan surat komitmen. Masing-masing pihak akan memberikan sejumlahkontribusi yang sama sesuai dengan komitmenmasing-masing kepada pihak yang memintafasilitas Swap namun setelah permintaan
Swap disetujui. Apabila tidak ada permintaandana untuk Swap maka para pihak akanterus mengelola dana cadangan mereka.
Semua pihak dalam CMIM dapat mengaksesfasilitas dana cadangan ini. Jumlahmaksimum yang dapat diperoleh oleh setiapnegara adalah sesuai dengan kelipatantertentu dari jumlah kontribusi masing -
masing negara. Besaran dana sampaimaksimal 20% dapat ditarik tanpaberhubungan dengan International MonetaryFund (IMF). Sisa dana dapat ditarik jika negarayang bersangkutan sudah memiliki programatau bila telah menerapkan program yangditetapkan IMF. Pertukaran mata uangmasing-masing negara akan jatuh tempo 90hari setelah tanggal penarikan dan dapat
diperbaharui sebanyak tujuh kali. Untukpenarikan dana tanpa hubungan dengan IMF,penarikan dapat diperbaharui sampai denganmaksimum tiga kali.
Di bawah CMIM, masing-masing pihak yangmengajukan pinjaman dapat menggunakan
fasilitas ini melalui negara-negara yangmelakukan koordinasi (Ketua ASEAN dan 3negara mitra ASEAN). Persetujuan danpenyaluran dana dapat direalisasikan palinglama dua minggu setelah permintaan untukpenarikan dana diterima. Setelah permintaandisetujui, semua negara penyedia fasilitas Swap harus mentransfer dana tersebut kerekening pihak yang meminta fasilitas tersebut.
Pihak penerima nantinya harus mentransfer jumlah yang setara dalam mata uang lokal kerekening Swap negara penyedia fasilitas ini.
Semua pengambilan keputusan terkait denganhal-hal operasional seperti: Persetujuanpenarikan dana, pembaharuan masa berlaku,dan hal-hal lainnya akan dilakukan oleh MenteriKeuangan dan Pejabat Bank Sentral negara-
negara ASEAN+3. Menteri Keuangan negara ASEAN+3 akan bertanggung jawab atas segalakeputusan yang terkait dengan hal-hal yangfundamental seperti besaran dana, kontribusidan keangggotaan CMIM. Untuk mendukungpengambilan keputusan bagi CMIM, dibentuklahsebuah organisasi independen dan kredibelyang dikenal dengan ASEAN+3 MacroeconomicResearch Office (AMRO). AMRO akan
bertanggung jawab untuk melakukanpengawasan atas kegiatan operasional CMIM.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
26/65
25
Kerja Sama ASEANdi Bidang Pangan
dan PelindunganHutan
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
27/65
26
Kerja Sama ASEAN di Bidang Pangan danPelindungan Hutan
Tujuan utama dari pembentukan ASEAN
Economic Community (AEC) 2015 adalahuntuk menjadikan ASEAN sebagai pasartunggal dan basis produksi. Produk hasilpertanian dan hasil hutan yang dapatdiperdagangkan di tingkat nasional adalahkomponen penting untuk mewujudkan pasartunggal ASEAN. ASEAN diharapkan siapbersaing di pasar global dengan menawarkanproduk yang aman, sehat dan berkualitas. Hal
ini dapat dicapai dengan menetapkanharmonisasi kualitas dan standar, jaminankeamanan pangan, dan standardisasisertifikasi perdagangan, produk pertanian,peternakan, dan perikanan.
Kerangka Kerja KetahananPangan Terpadu dan RencanaStrategis Ketahanan Pangan
ASEANKetahanan pangan telah lama menjadi agendapenting dalam ASEAN, mengingat fluktuasiharga pangan yang tinggi ditambah dengankrisis keuangan pada tahun 2008. Untukmenjamin keamanan pangan jangka panjangdan untuk meningkatkan mata pencaharianpetani di wilayah ASEAN, para Pemimpin
ASEAN menetapkan Kerangka KerjaKetahanan Pangan Terpadu ASEAN(Integrated Food Security/AIFS ) dan RencanaStrategis Ketahanan Pangan ASEAN(Framework and Strategic Plan of Action on
ASEAN Food Security /SPA-FS) yang disepakatipada tahun 2009. Isu-isu yang munculberkaitan dengan ketahanan panganmerupakan bagian tak terpisahkan dari
kerangka AIFS, seperti pengembangan bio
bahan bakar bio dan dampak perubahan iklimterhadap keamanan pangan. Kerangka AIFSdan SPA-FS, yang direncanakan untuk jangkawaktu lima tahun (2009-2013), mencakuplangkah-langkah, kegiatan dan jadwal waktuuntuk memfasilitasi kerja sama dalampelaksanaan dan proses pemantauan.
Produksi pangan yang berkelanjutan ( foodproduction sustainability ) merupakan aspekpenting dari pengamanan ketahanan pangan,yang dapat dicapai melalui peningkatanpembangunan infrastruktur pertanian,peminimalan kerugian pasca-panen,pengurangan biaya transaksi, promosipemanfaatan potensi sumber daya yang efisienuntuk pengembangan pertanian, promosiinovasi pertanian termasuk penelitian dan
pengembangan produktivitas pertanian, danpercepatan transfer serta adopsi teknologi baru.
Selain masalah-masalah on-farm sebagaimanatelah disebutkan diatas, pengamananketahanan pangan juga meliputi masalah off- farm seperti menyediakan pasar produk panganyang kondusif untuk pengembanganperdagangan pangan yang berkelanjutan,mendorong investasi masyarakat dan swastayang lebih besar di sektor pangan danpengembangan industri berbasis agro, sertamemperkuat sistem informasi ketahananpangan yang terintegrasi.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
28/65
27
Para Menteri Pertanian dan Kehutanan negara negara ASEAN, dengan berkoordinasi denganlembaga sektoral ASEAN lainnya, akanbertanggung jawab untuk pelaksanaan danpemantauan Kerangka AIFS dan SPA-FS.Pemangku kepentingan di tingkat daerah dantingkat nasional dilibatkan dalam AIFS danSPA-FS untuk memperoleh masukan yangrelevan dan kerja sama untuk meningkatkanrasa memiliki ( sense of belonging ). Selain itu
ASEAN juga meningkatkan kerja sama denganorganisasi-organisasi internasional danlembaga donor (seperti FAO, Bank Dunia,International Rice Research Institute , DanaInternasional untuk Pengembangan Pertanian,dan Asian Development Bank ) untukmengoptimalkan implementasi AIFS dan SPA-FS.
Keamanan Pangan
Selama bertahun-tahun, ASEAN telah
melakukan upaya terpadu untuk meningkatkansistem pengendalian pangan dan proseduruntuk memastikan pergerakan pangan yangaman, sehat dan berkualitas yang lebih bebasdi kawasan ini. Hal yang juga penting adalahagar makanan dan produk pertanian dari
ASEAN dapat memenuhi standar yang diakuisecara internasional untuk meningkatkan dayasaing di kawasan ASEAN di pasar
internasional.
Pada tahun 2006, ASEAN Good AgriculturalPractices (GAP) telah diterapkan sebagaistandar untuk produksi, pemanenan dan
penanganan pasca-panen buah-buahan dansayuran di wilayah ASEAN. Tujuan aturantersebut adalah untuk memastikan bahwabuah-buahan dan sayuran yang dihasilkan diwilayah ini aman untuk dikonsumsi dengankualitas yang tepat bagi konsumen. Selain itu,
ASEAN GAP juga memastikan bahwa panganyang diproduksi dan ditangani dengan carayang benar tidak akan merugikan lingkungan,kesehatan, keselamatan dan kesejahteraanpekerja di sektor pertanian dan pangan.
Hingga saat ini ASEAN telah menerapkan
beberapa kunci jaminan keamanan pangan. ASEAN telah menetapkan sejumlah 775 batasmaksimum residu yang seimbang/ maximumresidue limits (MRLs) untuk 61 pestisida.Standar umum untuk mangga, nanas, durian,pepaya, pomelo dan rambutan untukmemastikan bahwa buah-buahan segar dengankualitas dan standar yang benar untukkonsumen setelah proses persiapan danpengemasan juga telah ditetapkan.
Selain itu ASEAN telah mensahkan harmonisasistandar ASEAN sebanyak 49 standar untukvaksin hewan, 13 kriteria untuk akreditasiperusahaan peternakan dan 3 kriteria untukakreditasi produk ternak. ASEAN juga sedangmemperkuat jaringan pegujian makanan GMO,mengembangkan pedoman manajemen yang
baik untuk udang, mengembangkan kode etikuntuk perikanan yang baik, dan menerapkanHazard Analysis dan Critical Control Point(HACCP)
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
29/65
28
dalam produksi ikan dan produk perikanan.Pencapaian terakhir ASEAN di bidangkeamanan pangan adalah ASEAN Food SafetyNetwork yang didirikan pada tahun 2004sebagai platform terintegrasi bagi para pejabat
ASEAN untuk bertukar informasi tentangkeamanan pangan.
Kerangka Kerja Multi Sektoral ASEAN di Bidang PerubahanIklim dan Ketahanan Pangan
Ancaman perubahan iklim terhadaplingkungan dan pembangunan ekonomi telahlama menjadi prioritas ASEAN, karenaketergantungan pada pertanian, perikanan,kehutanan dan sumber daya alam lainnyayang sangat rentan terhadap perubahan iklim.Sebagai respon terhadap tantangan ini danmenyadari besarnya potensi sektor pertaniandan kehutanan untuk memperkuat ketahananmasyarakat dan ekosistem, serta sebagai
salah satu upaya untuk mengurangiperubahan iklim melalui respon yangterkoordinir, ASEAN telah mengembangkanKerangka Perubahan Iklim dan KetahananPangan ASEAN secara Multi-Sektoral atau
ASEAN Multi-Sectoral Framework on ClimateChange and Food Security (AFCC).
Tujuan dibentuknya AFCC adalah untuk: Koordinasi pengembangan strategi adaptasi
dan mitigasi;
Kerja sama pelaksanaan adaptasi terpadudan tindakan mitigasi;
AFCC, yang didukung oleh pertemuan paraMenteri Pertanian dan Kehutanan di negara negara ASEAN atau ASEAN Ministers on
Agriculture and Forestry (AMAF) pada bulanNovember 2009, meliputi sektor pertanian,perikanan, peternakan dan kehutanan sertasektor terkait lainnya seperti lingkungan,kesehatan dan energi. Cakupan AFCC yang luas
menunjukkan bahwa perubahan iklimmerupakan isu lintas sektoral, sehingga sangatmembutuhkan koordinasi antar dan intra-sektoral dalam upaya adaptasi dan mitigasi.Oleh karena itu peningkatkan kerja sama dankoordinasi antara lingkungan, ekonomi,pembangunan, energi, pertanian, perikanan,peternakan dan sektor kehutanan merupakanhal yang sangat penting.
Peningkatan kemampuan dan kesadaranmasyarakat juga menjadi tantangan dalammenghindari dampak merugikan dari perubahaniklim. Dengan prakarsa ini, diharapkan bahwastrategi regional dalam adaptasi dan mitigasidapat dikembangkan dan disiapkan untukmengantisipasi ancaman terhadap ketahananpangan akibat dampak perubahan iklim.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
30/65
29
Pengelolaan Hutan Lestari (PHL)/ Sustainable Forest Management (SFM)
Tujuan strategis dari PHL adalah untukmempromosikan pelaksanaan pengelolaansumber daya hutan di kawasan ASEAN sertamencegah dan menghentikan praktek-praktektidak berkesinambungan, termasukmemberantas pembalakan liar danperdagangan yang terkait, melaluipeningkatan kapasitas, transfer teknologi,meningkatkan kesadaran publik danmemperkuat penegakan hukum dan tatapemerintahan. Diharapkan barang dan jasa
yang berasal dari hutan mampu memenuhikebutuhan sekarang, dan pada saat yangsama, juga ada kepastian ketersediaanlanjutan dan kontribusinya terhadappembangunan jangka panjang.
Untuk memandu pencapaian PHL, paraMenteri Pertanian dan Kehutanan ASEAN(AMAF) telah mengesahkan Kriteria ASEANdan Indikator (C & I) untuk PengelolaanBerkelanjutan Hutan Tropis dan FormatPemantauan, Penilaian dan Pelaporan(Monitoring, Assesment, Reporting /MAR).Kedua panduan tersebut menjadi kerangkakerja negara anggota untuk mendefinisikanpengelolaan hutan berkelanjutan dan menilaikemajuan terhadap tujuan yang telahditetapkan. ASEAN juga mengembangkan
Format MAR online dan offline PHL untukmembantu negara-negara anggota memantauperkembangan mereka pada PHL.
Dalam upaya mencapai tujuan PHL, ASEANmenetapkan Penegakan Hukum Kehutanandan Pemerintahan atau Forest LawEnforcement and Governance (FLEG) sebagaikondisi awal dan ukuran penting terhadappengelolaan hutan yang lebih baik.
Tujuan pelaksanaan FLEG adalah pengelolaanhutan berkelanjutan, melalui peningkatanpasokan berkelanjutan ( sustainability ), hukumperdagangan kayu dan hasil hutan yangkompetitif yang pada akhirnya dapatmemberikan berkontribusi dalam pengentasankemiskinan di daerah.
Sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun2008 Rencana Kerja FLEG (2008-2015)dibentuk. Rencana kerja ini bertujuan untuk:
Memperkuat penegakan hukum kehutanandan pemerintahan;
Meningkatkan perdagangan intra-dan luar ASEAN;
Meningkatkan daya saing jangka panjangproduk hasil hutan ASEAN.
Untuk mendukung inisiatif FLEG, ASEAN telahmenyetujui the ASEAN Guidelines on phased
Approach to Forest Certification (PACT) dan the
ASEAN Criteria and Indicators for Legality ofTimber . Selain itu ASEAN juga menegaskankembali komitmennya untuk memberantaspembalakan liar dan perdagangan yang terkaitberupa Pernyataan Menteri tentang PenguatanPenegakan Hukum Kehutanan danPemerintahan ( Ministerial Statement onStrengthening FLEG ) di ASEAN.
Peningkatan kapasitas dan kesadaran publiktetap menjadi tantangan ASEAN dalammengejar PHL. Oleh karena itu, ASEAN, bekerjasama dengan FAO, telah melakukan proyek
Memperkuat Pemantauan, Penilaian danPelaporan Pengelolaan Hutan Lestari di
Asia/ Strenghthening Monitoring, Assesment andReporting on Sustainable Forest Management (MAR-SFM) di Asia sejak tahun 2008.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
31/65
30
KebijakanPersaingan Usaha
di ASEAN
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
32/65
31
Kebijakan Persaingan Usaha di ASEAN
Tahun 2015 menjadi momentum penting bagi ASEAN untuk bisa mengadopsi kebijakan hukum
persaingan nasional masing-masing dalamrangka menjadikan ASEAN sebagai kawasanbebas dari praktik-praktik monopoli. Diharapkantahun 2015 nanti, 7 (tujuh) negara anggota
ASEAN akan siap melaksanakannya, sepertiBrunei Darussalam, Indonesia, Lao PDR,Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam.Sedangkan Cambodia, Filipina dan Myanmardalam proses penyempurnaan kebijakan
persaingan usaha nasional mereka.
Saat ini, ASEAN terus menerus bergerak untukmendukung dan mempercepat proseskeberadaan kebijakan dan hukum persainganusaha yang sehat untuk bisa mempertahankanperan ASEAN sebagai pemain yang kompetitifdan bermakna dalam rantai pasokan global danregional dengan melakukan update Handbook
on Competition Policy and Law , PenyusunanRegional Core Compentencies in CompetitionPolicy and Law serta berinisiatif membuatCompetition Policy Toolkit for ASEANGovernment dan aktif melaksanakan ASEANCompetition Conference.
Tantangan dan Peluang kedepan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)Indonesia dipuji sebagai KPPU terbaik di
ASEAN. Oleh Karena itu, diharapkan KPPUIndonesia bisa memimpin ASEAN dalammenciptakan persaingan usaha yang sehat dipasar ASEAN mengingat banyaknya tantanganpenyelesaian masalah persaingan usaha diIndonesia khususnya dan persaingan usaha di
ASEAN pada umumnya.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
33/65
32
PelindunganKonsumen
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
34/65
33
Pelindungan Konsumen di ASEAN
Undang-undang Perlindungan Konsumen di ASEAN merupakan alat penting dalam
mendukung terciptanya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Kesadaran ini terbukti dengantelah dibuatnya UU perlindungan Konsumen diBrunei Darussalam, Indonesia, Lao PDR,Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan
Vietnam, sedangkan Cambodia dan Myanmarsedang dalam proses penyelesaian domestikmereka.
Saat ini, ASEAN telah berhasil membuat Websitemekanisme ganti rugi konsumen lintasperbatasan www.aseanconsumer.org danLeaflet Pengaduan Konsumen ASEANwww.asean.org, termasuk juga bisadimanfaatkan untuk turis yan mengunjungi
ASEAN. Diharapkan dengan fasilitasi inikonsumen ASEAN bisa menjadi konsumen yangcerdas, teliti dan cermat dalam memilih barang-
barang yang akan dikonsumsi serta mengetahuihak dan kewajibannya sebagai konsumen yangbaik.
Selain itu, Komite Perlindungan Konsumen ASEAN ( ASEAN Committte on ConsumerProtection /ACCP) juga telah melakukankoordinasi dan kerja sama dengan ASEANExpert Group on Competition (AEGC) dan
ASEAN Consultative Committee for Standardsand Quality (ACCSQ) untuk menghasilkan yanglebih baik untuk konsumen ASEAN nantinya.
Tantangan dan Peluang keDepan
Direktorat Pemberdayaan Konsumen,bekerjasama dengan Direktorat Kerja sama
ASEAN Kementerian Perdagangan terusmenerus menggalakkan kegiatan untuk bisamembuat konsumen ASEAN termasukIndonesia menjadi konsumen yang cerdas
yaitu sebagai konsumen harus dapatmenegakkan hak dan kewajibannya, telitisebelum membeli, memperhatikan label,kartu manual garansi dan tanggalkadaluarsa, memastikan bahwa produktersebut sesuai dengan standar mutu K3L,serta membeli barang sesuai dengankebutuhan dan bukan keinginan.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
35/65
34
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
36/65
35
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
37/65
36
Kerja Sama ASEANdalamHak Kekayaan
Intelektual (HKI)
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
38/65
37
Kerja Sama ASEAN dalam Hak KekayaanIntelektual (HKI)
Apa itu HKI?Kekayaan Intelektual merupakan produksi darikecerdasan intelektual individu/kelompok atauindustri yang dituangkan dalam bentuk suatuproduk tertentu baik bersifat materi ataupunabstrak (diantaranya namun tidak terbataskepada: inovasi teknologi/produk, berbagaimacam desain kreatif, ilmu pengetahuan, karyatulis dan seni. Dalam kaitan ini, penciptaproduk memiliki kebebasan untukmendaftarkan (atau tidak) karyanya tersebutpada Kantor HKI di suatu negara.
HKI terbagi atas: i) Hak Cipta ( copyright ) danii) Hak Kekayaan Industri ( Industrial PropertyRights ) yang mencakup: Paten, Desain Industri,Merek, Penanggulangan praktek persaingancurang, Desain tata letak sirkuit terpadu, dan
Rahasia Dagang.
Kerja Sama HKI di ASEAN
Indonesia telah melakukan berbagai kerja samaHKI dengan Negara-negara Anggota ASEANmelalui beberapa langkah diantaranya: (i)merealisasikan ASEAN IPR Action Plan 2011-2015; (ii) melaksanakan Rencana AksiKekayaan Intelektual ASEAN 2004-2010(rencana aksi) dan Rencana Kerja untuk Kerjasama Hak cipta ASEAN (Rencana Kerja); (iii)membentuk sebuah sistem pengarsipan ASEANuntuk desain dalam rangka memfasilitasipengajuan oleh pengguna dan meningkatkankoordinasi antara kantor IP di AMS, (iv)menyetujui perjanjian internasional yang sama,termasuk Protokol Madrid; (v)
mempertahankan
konsultasi dan pertukaran informasi di antaralembaga penegak nasional dalam perlindunganIPR; dan (vi) untuk mempromosikan kerjasama regional dalam HKI baru sepertiPengetahuan Tradisional (TK), Sumber genetik(GR) dan Ekspresi Budaya Tradisional (TCE).Kegiatan-kegiatan kerja sama juga ditampilkandalam Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEANyang dapat diunduh dari situs resmi sekretariat
ASEAN.
Manfaat HKI
HKI memberikan beberapa manfaat bagiPelaku HKI (penemu/desainer/pencipta dsb)diantaranya: (i) Pelaku HKI akan memiliki hakeksklusif untuk menikmati hasilekonomis/royalti dari produkciptaan/inovasinya; (ii) sistem dokumentasi
HKI dapat membantu untuk menghindariterjadinya duplikasi, dan (iii) memberikanperlindungan bagi pelaku HKI atas tindakanpembajakan/pemalsuan.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
39/65
38
Peraturan HKI dapat menjadi faktor yangsangat berpengaruh dalam menjaga hal-halterkait dengan kebudayaan, mestimulasiintelektual, kreativitas yang orisinil, memacuinovasi teknologi, ilmu pengetahuan,mengurangi tendensi pembajakan danpemalsuan karya cipta, dan yang lebih pentinglagi HKI menjaga hak-hak hukumseseorang/kelompok/industri dalam tata niagaproduk terkait. Lebih lanjut, penerapan danpelaksanaa HKI oleh pemerintah dan publikdapat meningkatkan iklim usaha, perdagangandan investasi yang lebih baik, serta transferteknologi antar pihak. Pada akhirnya,penerapan dan pelaksanaan HKI akan menjadinilai tambah dalam praktekperdagangan/investasi dan menjaga kompetisiyang adil dan terukur.
Informasi lengkap mengenai informasi danimplementasi HKI di Indonesia dapat diaksesdi website Direktorat jenderal Hak KekayaanIntelektual kementerian Hukum dan Hak AsasiManusia RI pada link http://www.dgip.go.id/.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
40/65
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
41/65
40
Kerja Sama ASEAN di Sektor Transportasi
Sasaran
Kerja sama transportasi di ASEAN difokuskan
kepada upaya untuk meningkatkan kualitasinfrastruktur fisik dan institusional dalam bidangtransportasi, dan untuk meningkatkan jaringantransportasi multi-modal (udara, darat, maritim)kawasan. Sasaran dari kerja sama ini adalahuntuk menciptakan integrasi jaringan logistikuntuk meningkatkan dan memudahkan distribusibarang, jasa, dan investasi di ASEAN menuju AEC2015, mendukung pengentasan jurang
kemiskinan di dalam dan antar negara ASEAN,dan agar ASEAN dapat menjadi bagian takterpisahkan dalam struktur Global Supply Chain .
Perkembangan
Untuk menyederhanakan prosedur dandokumentasi lalu lintas transportasi untukperdagangan, ASEAN telah menandatanganibeberapa perjanjian, seperti: ASEAN Framework
Agreement on the Facilitation of Goods in Transit (AFAFGIT); ASEAN Framework Agreement onMultimodal Transport (AFAMT); ASEANFramework Agreement on Facilitation of Inter- State Transport (AFAFIST).
Dalam melaksanakan peningkatan kualitasinfrastruktur dan rencana kerja, ASEAN padaawalnya menggunakan ASEAN Strategic
Transport Plan (ASTP) 2005-2010, yangmencakup kerja sama transportasi maritim,udara, darat, dan fasilitasi transportasi. ASTP inikemudian diteruskan dengan ASEAN StrategicTransport Plan (ASTP) 2011-2015 yang jugadikenal dengan Brunei Action Plan (BAP).
Sebagai salah satu area vital dalam mendukung AEC Blueprint dan Master Plan on ASEAN
Connectivity , ASTP 2011-2015 mencakup enam
arah kebijakan sebagai berikut: (i)memastikan keberlangsungan implementasikerja transportasi yang telah dilaksanakan;(ii) meningkatkan keterhubungan jaringantransportasi intra-ASEAN; (iii) meningkatkan
jaringan transportasi dengan Negara MitraDialog/Mitra Strategis; (iv) meningkatkankualitas infrastruktur dan layanan jasatransportasi tertentu sebagai bagian vitaldari international supply routes ; v)
memadukan kepentingan lingkungan dalampengembangan dan implementasi rencanakerja transportasi; dan (vi) meningkatkankualitas keselamatan dan keamanan dalampenyelenggaraan layanan jasa transportasidi kawasan ASEAN.
Manfaat
Jaringan transportasi yang baik merupakan
fondasi penting untuk produksi, konsumsi,dan distribusi barang dan jasa. Hasilproduksi (barang) yang bisa didistribusikankepada konsumen dengan jumlah dankualitas yang tepat dalam jangka waktuyang dapat diprediksi (singkat) dapatmemberikan kepastian usaha danmenciptakan harga yang kompetitif di pasar.Pada akhirnya, masyarakat luas padaumumnya dan konsumen pada khususnyatidak hanya akan mendapatkan layanan jasatransportasi dengan kualitas yang semakinbaik dengan harga terjangkau, namun jugaakan mendapatkan luasnya pilihan akanbarang dan jasa lainnya dengan kualitasmaupun harga yang terjangkau.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
42/65
41
Kerja Sama ASEAN dalam pada sektor TeknologiInformasi dan Komunikasi (TIK)
Ditandatangani pada tahun 2000, Perjanjian
kerangka kerja e-ASEAN menetapkan tujuan kerjasama ASEAN dalam Teknologi Informasi danKomunikasi (ICT) adalah untuk (i)Mengembangkan, memperkuat danmeningkatkan daya saing sektor ICT di ASEAN,(ii) Mengurangi kesenjangan digital dalammasing-masing negara anggota ASEAN dan antarnegara-negara Anggota ASEAN; (iii)Mempromosikan kerja sama antara sektor publikdan swasta dalam mewujudkan e-ASEAN; dan(iv) Menggalakkan liberalisasi perdaganganproduk ICT, layanan ICT dan investasi untukmendukung inisiatif e-ASEAN.
Prinsip Panduan
Kerangka Kerja Perjanjian e-ASEANmengidentifikasi langkah-langkah yang bertujuan
untuk memfasilitasi atau mempromosikan hal-halsebagai berikut: (i) Pembentukan InfrastrukturInformasi ASEAN; (ii) Pertumbuhan e-commercedi ASEAN; (iii) Liberalisasi perdagangan dalamproduk ICT, layanan ICT dan investasi untukmendukung inisiatif e-ASEAN; (iv) Investasidalam menghasilkan produk ICT dan penyediaan
jasa ICT; (v) E-Society di ASEAN dan membangunkemampuan untuk mengurangi kesenjangan
digital di dalam dan di antara AMS, dan (vi)penggunaan aplikasi ICT dalam penyampaian
jasa layanan pemerintah ( e-Government ).
Penggunaan e-commerce dapat memberikanbobot yang sangat berarti bagi suatu usahadalam melakukan promosi produk (barang/jasa)maupun dalam menjaring konsumen mengingatpenggunaan media ini tidak memiliki batas fisik.
Prasyarat utama dalam aktivitas ekonomi online
ini adalah tersedianya akses yang mumpuni
dan ketersediaan perangkat keras TIK(berbagai gadget pintar) bagi masyarakat.
The Global Information Technology Report2012 yang diluncurkan oleh World EconomicForum mencatat bahwa Indonesiamenduduki peringkat ke-4 di ASEAN untukthe Networked Readiness Index setelahSingapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Sebagai contoh manfaat akses TIK dalamperekonomian dicatat pula bahwapeningkatan infrastruktur TIK di Indonesiameningkatkan kualitas economicempowerment Indonesia, di mana perJanuari 2012, sejumlah 10.000 pelaku usahayang menggunakan media TIK telahmelayani lebih dari 1 miliar konsumen.
Dicatat pula bahwa sejumlah 47%wiraswasta yang menggunakan akses TIKtelah keluar dari garis kemiskinan (US$2.50/hari), dan mayoritas dari penggunaakses TIK tersebut adalah wanita. Hal inimembuktikan bahwa akses TIK yang baikdapat menjadi faktor krusial bagi masyarakatIndonesia untuk meningkatkan kualitashidup dan aktivitas ekonomi pada umumnya.
Sebagai tambahan, hanya laporan tersebutmencatat bahwa hanya sebesar 10% daripopulasi Indonesia yang menggunakan TIKsecara aktif. Dengan kata lain, apabilaInfrastruktur dan pengguna TIK dapatditingkatkan, diharapkan agar hal ini dapatmemacu pertumbuhan ekonomi masyarakatdengan basis TIK/digital.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
43/65
42
Fokus
Untuk mendukung AEC, dibentuklah ASEAN ICTMaster Plan 2015 (AIM 2015) yang diluncurkanpada bulan Januari 2011 di Kuala Lumpur,Malaysia. AIM 2015 dibangun atas dasar 3 pilarutama yaitu: (i) Economic empowerment , melaluipeningkatan promosi perdagangan, investasi dankewirausahan dalam bidang TIK; (ii) Peopleempowerment and engagement , membangunketerkaitan antara peningkatan kualitas hidupdengan menigkatnya kualitas akses TIK untukmasyarakat; dan (iii) Innovation , meningkatkankreatifitas dan inovasi masyarakat dalammengembangkan dan menggunakan TIK.
Tiga pilar tersebut didukung dengan upayapembentukan tiga fondasi utama yaitu: (i)infrastructure development , pengembangan danpembangunan berbagai infrastruktur perangkatkeras dan lunak TIK; (ii) human capitaldevelopment , mengembangkan angkatan kerjadan masyarakat yang memiliki keterampilan TIKdan (iii) bridging the digital divide, memperkecilkesenjangan digital di dalam dan antara Negaraanggota ASEAN.
Manfaat.dari Kemajuan area TIK akan membawaefek domino positif bagi pertumbuhan ekonomi.Sebagai contoh, meningkatnya trend penggunaane-commerce atau online shopping denganmenggunakan internet atau jasa komunikasiseperti Blackberry.
Langkah Pemerintah
Pemerintah telah membentuk DewanTeknologi Informasi dan KomunikasiNasional (DETIKnas) dibawah pimpinanPresiden RI yang bertujuan untukmelakukan percepatan pertumbuhan danpembangunan TIK di Indonesia denganmelakukan sinkronisasi program berbagaiKementerian/Lembaga Negara.
Beberapa program utama adalah:
(i) Palapa Ring Project . Pembangunan cincinserat optik frekuensi broadband sebagaitulang punggung sistem telekomunikasinasional, membentang dari SumateraUtara hingga Papua Barat denganperkiraan panjang sekitar 50.000 km.Hasilnya, telah dibangun sekitar 5784internet kecamatan, 16 desa informasidan 70 lokasi pemancar siaran digitalsebagai langkah menuju HDTV danSuper HDTV, dan perampungan target
31.800 Desa Berdering. Pemerintahmenargetkan penetrasi infrastruktur pitalebar ( broadband ) pada 2014 mencapai30% dari populasi penduduk.
(ii) E-Procurement , sebagai bentuktransparansi pengadaan barang dan jasapemerintah.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
44/65
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
45/65
44
kawasan sebesar 15% pada tahun 2015, dan15% target kolektif untuk instalasi energiterbarukan pada tahun 2015. ASEAN kemudianmengembangkan inisiatif kawasan danberbagai proyek strategis seperti the Promotion
of Energy Efficiency and Conservation (PROMEEC) dan the ASEAN Energy Manager
Accreditation Scheme (AEMAS). Proyek-proyekini bertujuan untuk meningkatkan kapasitasSDM & Institusi dan mempromosikanharmonisasi pengetesan energi di kawasan.
Pelaksanaan proyek APG yang diperkirakanbernilai US$ 5.9 triliun untuk 16 jaringantransmisi pipa interkoneksi lintas-batas sedangberlangsung. Sejauh ini, 9 interkoneksi antaraThailand-Semenanjung Malaysia, Thailand-LaoPDR, Singapura-Semenanjung malaysia,Kamboja-Viet nam, dan Kamboja-Thailandtelah dibangun dan beroperasi. Proyek lainnyaditargetkan untuk selesai pada tahun 2020.Sejalan dengan pembangunan ini, ASEANberusaha untuk melakukan harmonisasi
kerangka regulasi dan standar teknis sertapengaturan perdagangan energi.
Pipa gas trans ASEAN atau Trans-ASEAN GasPipeline (TAGP) melibatkan pembangunan4.500 km jaringan pipa induk bawah lautsepanjang 4.500 m yang bernilai sekitar US$ 7miliar. Delapan proyek interkoneksi pipa gasbilateral, dengan total panjang sekitar 2.300
km, saat ini sedang beroperasi. Untukmewujudkan konektivitas TAGP, kemajuanlebih lanjut perlu dicapai dalam pelaksanaanperjanjian yang ada dan mekanismepembiayaan serta identifikasi modalitas.
telah dilakukan untuk menggalakkanpembangunan berkelanjutan dan pemanfaatanteknologi batubara dan batubara bersih.Rencana energi negara-negara anggota ASEANmenunjukkan pertumbuhan yang cepat dalam
penggunaan batubara untuk pembangkittenaga listrik yang memberikan kesempatanuntuk menggalakkan dan meningkatkanpenggunaan dan perdagangan batubara bersihyang dapat saling membawa manfaat ekonomiterhadap penggabungan energi wilayah.
Manfaat
Kerja sama energi ASEAN bertujuan untukmeningkatkan keamanan dan kesinambunganketersediaan energi (termasuk bio-fuel) bagimasyarakat ASEAN pada umumnya danindustri, dengan memberikan perhatianterhadap masalah kesehatan, keselamatan danlingkungan.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
46/65
45
Pariwisata ASEAN Pentingnya Sektor Pariwista
Pariwisata merupakan sektor penting baginegara anggota ASEAN tidak hanya dalam halmenghasilkan dan mendistribusikanpendapatan valuta asing yang berharga,tetapi juga sarana untuk menampilkankeragaman dan kekayaan dari berbagaibudaya dan masyarakat di Asia Tenggara.Meskipun kemunduran ekonomi global padatahun 2009, pariwisata ASEAN masih berjalandengan baik dan terus berkembang.Perjalanan Intra-ASEAN adalah penyumbangutama dengan pangsa 49% dari 65 juta totalkedatangan pengunjung internasional padatahun 2009.
Tujuan Kerja Sama Pariwisata ASEAN
Tujuan kerja sama pariwisata ASEAN adalahuntuk: (i) memfasilitasi perjalanan wisata kedan di dalam ASEAN; (ii) meningkatkan kerjasama industri pariwisata dalam rangkameningkatkan efisiensi dan daya saing; (iii)mengurangi pembatasan secara substansialuntuk perdagangan di bidang pariwisata dan
jasa perjalanan; (iv) membangun jaringanterpadu sektor pariwisata dan jasa perjalanan
dalam rangka memaksimalkan sifatkomplementer dari daya tarik wisata dikawasan tersebut; (v) meningkatkanpengembangan dan promosi ASEAN sebagaidaerah tujuan wisata tunggal denganstandar, fasilitas dan daya tarik kelas dunia;(vi) meningkatkan bantuan timbal balik dalampembangunan sumber daya manusia dan
memperkuat kerja sama untuk mengembangkan,meningkatkan dan memperluas sektor pariwisataserta fasilitas dan pelayanan jasa perjalanan(viii) menciptakan kondisi yang menguntungkanuntuk sektor publik dan swasta untuk terlibatlebih jauh dalam pengembangan pariwisata,perjalanan dan investasi intra-ASEAN di bidang
jasa dan fasilitas pariwisata.
Roadmap Integrasi SektorPariwisata
Pariwisata dikenal sebagai salah satu sektorprioritas untuk integrasi, dengan Roadmap untukintegrasi di sektor pariwisata atau Roadmap forIntegration of Tourism Sector (RITS) 2004-2010berfungsi sebagai pedoman utama. Disampinglangkah-langkah umum pada liberalisasiperdagangan jasa, fasilitasi perjalanan, investasidan pengembangan sumber daya manusia yang
diterapkan pada semua sektor prioritas, RITS juga menetapkan langkah-langkah spesifik padasektor pariwisata yang ditujukan pada promosidan pemasaran, investasi, standar,pengembangan sumber daya manusia dan krisiskomunikasi.
Untuk promosi dan pemasaran sektor pariwisata, Visit ASEAN Campaign telah menjadi fokus
utama dalam pemasaran di kawasan, melaluikegiatan bersama maupun promosi bersama dipasar tujuan utama, seperti Cina, Republik Koreadan Australia. Untuk lebih memperkuat dayasaing dan integrasi sektor pariwisata ASEAN,telah dikembangkan strategi pemasaran
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
47/65
46
pariwisata yang baru, termasuk situswww.southeastasia.org. Sementara itu,Forum investasi pariwisata ASEAN atau
ASEAN Tourism Investment Forum, yangdiselenggarakan secara historis untuk
mempromosikan peluang investasi pariwisatadi kawasan ini dan untuk lebih memperluasdan menyebarkan manfaat pariwisata diwilayah ini, diharapkan untuk membantumempromosikan pembentukan pembentukankoridor investasi pariwisata ASEAN padatahun 2010. Peningkatan logistik dankonektivitas, dari dan dalam koridor, melaluipengembangan infrastruktur dan kebijakan
pendukung, akan menjadi kebutuhan yangdiperlukan dalam mewujudkan koridorinvestasi pariwisata tersebut.
Standar Pariwisata
Lebih lanjut, untuk menjamin kualitaspelaksanaan jasa pariwisata di kawasan itu,kriteria dan persyaratan Standar pariwisata
ASEAN yang meliputi hotel, wisata warisanbudaya, situs eco-tourism, tempat tinggal,makanan dan minuman serta toilet umumtelah selesai. Menteri Pariwisata ASEAN jugamengadopsi Mutual Recognition Arrangement (MRA) untuk sumber daya manusia padabidang pariwisata pada wilayah dalammemudahkan pelaksanaan pariwisata secaraprofesional di kawasan tersebut dan
meningkatkan kualitas tenaga kerjapariwisata di kawasan ini terutama padabidang pekerjaan
utama berikut ini: housekeeping, front office ,penyediaan makan, layanan makanan danminuman, pelaksanaan perjalanan dan agenperjalanan.
Untuk wisata kapal pesiar, Kelompok Kerja Pesiar ASEAN atau ASEAN Cruise Working Groupdidirikan untuk meningkatkan penyediaankonektivitas laut dan meningkatkan pariwisatakapal pesiar di ASEAN, didukung dengankonsultasi tahunan antara pejabat pariwisatakapal pesiar dan kelompok kerja transportasimaritim serta promosi melalui websitewww.cruiseasean.com.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
48/65
47
Usaha Kecil danMenengah (UKM)
ASEAN
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
49/65
48
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ASEAN
Latar Belakang
Usaha kecil dan menengah merupakan tulangpunggung perekonomian ASEAN. Padaumumnya, jumlah UKM ada lebih dari 96%dari keseluruhan perusahaan dan memilikisekitar 50% sampai dengan 85% pekerjadomestik di banyak negara anggota ASEAN.Sementara itu, kontribusi UKM, terhadap GDPadalah antara 30%-53% dan kontribusiterhadap ekspor adalah 19%-31%.
Kerja sama regional untuk mengembangkanUKM berpedoman pada kebijakan cetak biru
ASEAN untuk perkembangan UKM 2004-2014.Dibangun dengan proses berkelanjutan,rencana strategis perkembangan UKM ASEAN2010-2015 meliputi komitmen regionalpengembangan UKM yang diadopsi dariSMEWG tahun 2009 dan didukung olehPertemuan Pejabat Senior Perdagangan SEOM2010 untuk meningkatkan daya saing danfleksibilitas kemajuan UKM sebagai pasarutama dan basis produksi di ASEAN.
Fokus Terkini
Rencana kerja meliputi program kerjastrategis, pengambilan kebijakan dan keluaranindikatif yang dilaksanakan oleh kelompokkerja UKM ASEAN (dibentuk oleh lembagaUKM dari seluruh negara anggota ASEAN)dengan lembaga/badan UKM dan sektorswasta.
Secara khusus ada 5 target utama UKMdibawah payung cetak biru AEC, yaitupengembangan dari: (a) Kurikulum umumuntuk kewirausahaan ASEAN dengan Indonesiadan Singapura sebagai negara contoh (2008-2009); (b) Pusat pelayanan UKM secarakeseluruhan dengan hubungan regional dansub regional di negara-negara aggota, denganThailand dan Vietnam sebagai negara contoh(2010-2011); (c) Fasilitas keuangan UKM padasetiap negara anggota dengan Malaysia danBrunei darussalam sebagai negara contoh(2010-2011); (d) skema program regionalskema masa pelatihan bagi pertukaran staf dankunjungan pelatihan dengan Myanmar danFilipina sebagai negara contoh (2012-2013); (e)Bantuan pengembangan UKM regional sebagaisumber pendanaan untuk UKM yang melakukan
bisnis di ASEAN dengan Laos dan Thailandsebagai negara contoh (2014-2015).
Tantangan dan Implementasi
Pendanaan pada kegiatan UKM tetapmerupakan tantangan, sampai saat ini,beberapa hasil perjanjian UKM telahdilaksanakan atas dasar pendekatan bantuanmandiri (self-help) atau saling membantu antar
anggota ASEAN (ASEAN-helps-ASEAN) dimananegara anggota memobilisasi sumber-sumberdaya mereka untuk melaksanakan projectpengembangan UKM atau untuk memfasilitasipartisipasi negara anggota ASEAN lainnya padaproyek ini.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
50/65
49
Kerja Sama Sektor Publik-Swasta dalam ASEAN
Landasan Dasar
Public-Private Sector Engagement (PPE) telahberjalan tempat pada tingkatan yang berbeda,pada jalan dan frekuensi yang beragam di
ASEAN. Sejumlah besar lembaga struktural telahdibangun untuk mendukung implementasistrategi ASEAN dan program pengembanganserta pengintegrasian regional. Pada saat iniada sekitar 100 lembaga sektoral tersendiri
dengan mandat pekerjaan terkait hanya kepada AEC. Saat ini, keterbukaan sumber daya, suatuagenda komprehensif dan sejumlah besarpertemuan badan sektoral AEC berarti bahwatidak semua pekerjaan dari badan sektoral inimencakup kepentingan dan perhatian langsungdari pihak swasta. Sekitar 35% dari lingkupsektor AEC telah melibatkan sektor swasta danpara perwakilan secara rutin atau ad-hoc.Secara khusus, wakil-wakil sektor swasta telahberpartisipasi aktif dalam diskusi pada MutualRecognition Arrangements , dan dalam rapatDewan Pengatur Telekomunikasi ASEAN. badan-badan sektor swasta juga membantu KelompokKerja Kerja sama Kekayaan Intelektual ASEAN.
Perkembangan
Pada tingkat regional, alat utama PPE mencakupRapat Konsultasi di Sektor Prioritas (COPS),Konferensi Koordinasi pada AEC (ECOM), dan
ASEAN Business Advisory Council (ABAC). ASEAN BAC aktif
dalam pelaksanaan pertemuan bisnis danInvestasi tahunan dan dalam memberikansaran kepada para pemimpin ASEAN danMenteri Ekonomi ASEAN. Stakeholder lainnyadalam PPE adalah Kamar Dagang dan Industri
ASEAN (ASEAN CCI), tetapi kebanyakananggota ASEAN CCI juga anggota ASEANBAC.
Baru-baru ini, PPE telah banyak mengalamiperkembangan dengan adanya dialog reguler(tahunan) antara Menteri Ekonomi ASEAN dan
ASEAN BAC ditambah wakil dari asosiasiindustri. Di antaranya adalah Federasi IndustriTekstil ASEAN dan Federasi Otomotif ASEAN.Beberapa rekomendasi penting telah munculdari konsultasi tersebut dan sedang
dipertimbangkan oleh badan-badan sektoral ASEAN yang relevan. PPE juga mengambilbentuk partisipasi bersama dalam pamerandagang seperti ASEAN-China EXPO tahunan(CAEXPO) di Nanning, China. Hal inimembantu menciptakan peluang bagiperusahaan-perusahaan ASEAN, termasukusaha kecil dan menengah (UKM), untukmemamerkan produk mereka dan untuk
memanfaatkan potensi pasar ASEAN-China.
CAEXPO yang ketujuh, akan diadakan padatanggal 20-24 Oktober 2010 dengan tema "Peluang Baru ACFTA ", yang mencerminkanberdirinya China-ASEAN Free Trade Areadalam perdagangan dan investasi padatanggal 1 Januari 2010.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
51/65
50
Kerja sama sektor publik-swasta telahdikembangkan untuk meningkatkanketerpaduan, transparansi, dan sinergikebijakan pemerintah serta kegiatan bisnis antarindustri dan sector di ASEAN serta di komunitas
ekonomi ASEAN (AEC). Input dan kemitraandari sektor swasta tidak hanya penting bagirancangan tujuan (design intiatives) dan strategiregional, tapi juga identifikasi masalah integrasiregional dan pembentukan masyarakat ASEAN .Sektor swasta, pihak swasta merupakanpemangku kepentingan utama dalam rantaipenawaran regional dan global. Selain itu jugamerupakan landasan pada arsitektur baru yang
saling ketergantungan antar ekonomi asia timursebagaimana antara asia timur dan ekonomiglobal pada skala luas.
Pergerakan Ke depan
Sudah terlihat jelas bahwa potensi PPE di ASEAN masih harus mendapat perhatian.Untuk tujuan ini, pada Mei 2009 MenteriEkonomi ASEAN memutuskan bahwa adasejumlah faktor yang melibatkan PPE,termasuk daerah di mana hal tersebut akanmenarik bagi sektor swasta, struktur dantermasuk tingkat di mana PPE harusdilakukan. Rencananya saat ini juga sedangdilakukan usaha untuk mendorong PPE antarabadan-badan ASEAN plus-sektor swasta danmasyarakat bisnis regional dan internasional,khususnya yang memiliki kegiatanperdagangan dan investasi di ASEAN.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
52/65
51
Mengurangi
KesenjanganPembangunan
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
53/65
52
Prakarsa untuk Integrasi ASEAN danMempersempit Perbedaan Pembangunan
Pembentukan AEC tahun 2015 merupakan salahsatu tujuan integrasi di region ASEAN.Bersamaan dengan pengimplementasian cetakbiru AEC ada banyak isu yang berkaitan denganrealisasi AEC yang perlu dipertimbangkan. Salahsatu tantangan utama adalah untuk mendapatkeseimbangan dalam hal keterpaduan dalamdukungan diantara anggota ASEAN untukmencapai integrasi ekonomi.
Pada KTT tahun 2000, para pemimpin ASEANmemperkenalkan prakarsa integrasi ASEANdengan tujuan untuk memperkecil perbedaanpembangunan dan meningkatkan daya saingnegara-negara ASEAN juga untukmengakselerasi integrasi ekonomi ASEAN.
Utamanya adalah Initiative for ASEANIntegration (IAI) diarahkan kepada negara
anggota ASEAN yang baru seperti Kamboja,Laos, Myanmar dan Vietnam. Namun, IAI jugameliputi pengelompokan sub regional sepertigreater Mekong, Brunei Darussalam-Indonesia- Malaysia-Filipina east ASEAN growth area (BIMP-EAGA) dan Indonesia-Malaysia-Thailand- Growth Triangle (IMT-GT). Pengelompokan inimembantu negara yang bersangkutan untukmencapai target dan komitmen ASEAN.
Rencana Kerja IAI
Usaha-usaha untuk mempersempit jarakpembangunan telah didorong oleh rencanakerja IAI. Rencana kerja IAI yang pertama
didukung oleh para pemimpin pada KTT ASEAN ke-8 tahun 2002, yang memilikiprioritas meningkatkan infrastruktur(transportasi dan energi), pengembanganSDM (pengembangan sektor publik, tenagakerja dan ketenagakerjaan dan pendidikantinggi), Teknologi Informasi dan komunikasi(ICT) dan integrasi ekonomi regional(perdagangan barang dan jasa, bea masuk,standard dan investasi), pariwisata danpengentasan kemiskinan.
Rencana IAI yang kedua (2009-2015)ditetapkan tahun 2009 ketika ASEAN Summitke 14 didasarkan pada wilayah program kuncidalam cetak biru Masyarakat Politik-Keamanan
ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN,Masyarakat Sosial Budaya.
Kedua rencana kerja IAI tersebut sebagianbesar mendukung terciptanya softinfrastruktur. Namun saat ini yang menjadifokus pengembangan adalah transportasi fisikdan jaringan komunikasi, penyelesaian jalanandarat, kereta udara dan laut diantara negara
ASEAN.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
54/65
53
Satuan Tugas IAI
Satuan Tugas IAI bertanggung jawab mengelolarencana kerja IAI. Berdasarkan piagam ASEANSatuan Tugas IAI memiliki perwakilan tetap diJakarta.
Perjanjian Forum Kerja samaPengembangan IAI
Untuk mempercepat langkah pengimplementasianIAI, forum kerja sama pengembangan IAI dibentukuntuk bertindak sebagai pihak utama untukmengikat mitra dialog ASEAN dan penyumbanglainnya pada dialog kolektif dalam ICDF ke-3rencana kerja IAI. Dua IDCFs telah diorganisirpada tahun 2002, 2007 dan pada tahun 2010.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
55/65
54
Perjanjian Kawasan
Perdagangan Bebas
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
56/65
55
ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA)
Persetujuan Kerangka Kerja Kerja SamaEkonomi Menyeluruh antara ASEAN dan Chinaditandatangani oleh seluruh negara anggota
ASEAN dan China pada tanggal 4 November2002 di Phnom Penh, Kamboja. Persetujuan inimemberikan dasar hukum bagi ASEAN danChina untuk menegosiasikan kesepakatandalam membentuk ASEAN - China Free Trade
Agreement (ACFTA). Sejak tahun 2009, Chinamerupakan mitra dagang terbesar ASEAN,dengan nilai perdagangan sebesar US$ 280miliar pada tahun 2011, atau meningkatsebesar 20% sejak tahun 2010. ACFTA adalahpasar dengan 1,91 miliar konsumen yangmemiliki gabungan PDB sekitar US$ 8,5 triliun(2011), dan ACFTA adalah FTA dengan pasarterbesar di dunia.
Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN-China
The Agreement on Trade in Goods (PersetujuanPerdagangan Barang), ditandatangani padatanggal 29 Nopember 2004 di Vientiane, Laosadalah salah satu persetujuan yang meletakkanmodalitas penurunan dan atau penghapusantarif yang dikategorikan dalam normal track dan sensitive track.
Normal Track (NT)
Produk-produk yang dimasukkan ke dalamkategori NT akan mengalami penghapusan tarif(menjadi 0%). Kategori Normal Track dibagi kedalam 2 tahap:1. Normal Track 1 (NT-1): produk-produk
yang dimasukkan ke dalam kategori ini,untuk ASEAN-6 (Brunei Darussalam,Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapuradan Thailand) tarifnya akan mengalami
penurunan secara bertahap dan telahmenjadi 0% pada 1 Januari 2010.
2. Normal Track 2 (NT-2): produk-produkyang dimasukkan ke dalam kategori ini,tarifnya telah menjadi 0% pada 1 Januari2012 (tidak melebihi dari 150 pos tarif).
Untuk Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam,penghapusan /penurunan tarifnya menjadi 0%pada 1 Januari 2015 (dalam kategori NT-1)dengan fleksibilitas menjadi 0% untuk produk-produk dengan tidak melebihi 250 pos tarifpada 1 Januari 2018 (dalam kategori NT-2).
Sensitive Track (ST)
Produk-produk yang dimasukkan ke dalamkategori sensitive track memiliki jadwalpenurunan tarif yang lebih lama. Produk-produk yang dimasukkan kedalam kategorisensitive track disepakati untuk ASEAN 6 danChina adalah sejumlah 400 pos tarif (pada HS6 digit) dan 500 pos tarif (pada HS 6 digit)untuk Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam.Sensitive Track dibagi ke dalam 2 kategori:
1. Sensitive List (SL): turun menjadi 20%pada 1 Januari 2012, dan pada 1 Januari2018 tarifnya menjadi 0-5%.
2. Highly Sensitive List (HSL): akan turunmenjadi 50% pada 1 Januari 2015 (untukproduk-produk yang pada tahun 2002tingkat tarifnya > 50%). Dalam ACFTAtidak dikenal adanya pengecualian(exclusion list ).
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
57/65
56
Perjanjian Perdagangan Jasa ASEAN-China( ASEAN-ChinaTrade in Services Agreement )
Persetujuan Perdagangan Jasa antara negaraanggota ASEAN dan China, yangditandatangani di Cebu, Filipina pada tanggal14 Januari 2007, merupakan perjanjian keduayang dibuat atas dasar Kerangka KerjaPerjanjian 2002. Perjanjian ini menerapkanprinsip GATS Plus di WTO yang bertujuanuntuk menurunkan hambatan perdagangan
jasa dan secara substansif menghilangkantindakan diskriminatif terhadap perdagangan
jasa di antara para pihak dalam berbagai sektor jasa.
ASEAN dan China telah menyepakati putarankedua negosiasi pada tahun 2010 dengantujuan meningkatkan secara substansial paketpertama dari komitmen spesifik. Saat ini keduapihak dalam tahap awal untuk menjajakiputaran ketiga paket perdagangan jasa.
Perjanjian Investasi ASEAN-China ( ASEAN-China Investment
Agreement )
Untuk mempromosikan dan memfasilitasi arusinvestasi, ASEAN dan China jugamenandatangani Perjanjian Investasi padatanggal 15 Agustus 2009 di Bangkok, Thailand.Perjanjian ini bertujuan untuk menciptakanlingkungan yang menguntungkan bagi investordan investasi mereka bagi negara-negara
ASEAN dan RRT, sehingga memungkinkanadanya perlindungan yang memberikanperlakuan yang adil dan merata kepadainvestor, perlakuan non-diskriminatif terhadapnasionalisasi atau pengambilalihan dankompensasi untuk kerugian.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
58/65
57
ASEAN Japan Comprehensive EconomicPartnership (AJCEP)
Persetujuan Kemitraan Ekonomi Menyeluruh
Antar Negara-negara Anggota PerhimpunanBangsa-Bangsa Asia Tenggara dan Jepang(AJCEP) ditandatangi pada tangal 8 Oktober2003 di Bali, dan mulai berlaku sejak tanggal 1Desember 2008. Persetujuan AJCEP merupakansuatu persetujuan ekonomi antara ASEAN danJepang yang bersifat komprehensip sertamencakup bidang perdagangan barang, jasa,investasi, SPS, TBT dan kerja sama ekonomi.
Persetujuan AJCEP adalah kesepakatan antara ASEAN dengan Jepang untuk mewujudkankawasan perdagangan bebas denganmenghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarifmaupun non tarif, peningkatan akses pasar
jasa, peraturan dan ketentuan investasi,sekaligus peningkatan aspek kerja sama
ekonomi untuk mendorong hubunganperekonomian para pihak AJCEP dalam rangkameningkatkan kesejahteraan masyarakat
ASEAN dan Jepang.
ASEAN dan Jepang memiliki produk domestikbruto gabungan sebesar US$ 7,8 Trilliun ditahun 2011. Total bilateral perdagangan antara
ASEAN dan Jepang telah mencapai US$ 273,3Miliar, membuat Jepang sebagai mitra dagangutama terbesar kedua bagi ASEAN pada tahun2011.
Pelaksanaan AJCEP akan memungkinkan lebihbanyak aliran barang dan jasa bagi konsumendi ASEAN dan Jepang dengan harg a yang
lebih rendah melalui penurunan atau
penghapusan tarif, yang diharapkan dapatmemberikan kontribusi untuk meningkatkanstandar hidup mereka.
Perdagangan Barang
Secara umum komitmen Indonesia berbasispada posisi IJEPA, namun komitmen Indonesiadalam AJCEP lebih konservatif dibanding
IJEPA. Kategori liberalisasi tarif bea masukdibagi menjadi 2 (dua) yaitu penghapusan tarif(normal track) dan penurunan tarif (sensitivetrack). Saat ini Indonesia dalam prosestransposisi HS untuk implementasiPerdagangan Barang AJCEP.
Normal Track (NT)
Produk-produk yang dimasukkan ke dalamkategori Normal Track akan mengalamipenghapusan tarif yaitu untuk ASEAN (BuneiDarussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina,Singapura dan Thailand) sebesar 90% daritotal pos tarif dan Jepang sebesar 92% daritotal pos tarif dan nilai dagang terdiri ataseliminasi dalam tempo 10 tahun (88%) dan
penghapusan lebih lanjut 4%. Untuk Kamboja,Laos dan Myanmar penghapusan sebesar 90%dari total pos tarif dalam tempo 13 tahun sejakimplementasi.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
59/65
58
Sensitive Track (ST)
Penurunan tarif untuk Jepang sebesar 8% daritotal pos tarif 6 digit dan nilai dagang,sedangkan untuk ASEAN 10% dari total postarif 6 digit dan nilai dagang.
Khusus untuk Sensitive Track tersebut,modalitas dibagi atas 3 (tiga) elemen yaitu:
Sensitive List (SL), 4.8% hanya dari nilaidagang, diturunkan hingga mencapaitingkat tarif 0-5% dengan maksimum 2%dari nilai dagang dicadangkan untuk TariffRate Quota (RTQ) sebagai safety-netmeasures;
Highly Sensitive List (HSL), 2.2% hanya dari nilaidagang, diturunkan hingga mencapai tingkat tariflebih dari 50% dan sebagian mencapai tingkat tariftidak lebih dari 20%;
Exclusion List (EL), sebanyak 1% dari nilaidagang dan 1-3% dari pos tarif.
Ketentuan Asal Barang (RoO)
Aturan fasilitasi perdagangan tentangketentuan asal barang (RoO) dapat mendukungfasilitasi Perdagangan dan membantupemanfaatan akumulasi input regional yangtidak hanya menguntungkan industri ASEANtetapi juga perusahaan Jepang yang beroperasidan memiliki investasi besar di negara-negara
ASEAN.
RoO AJCEP memiliki aturan "umum" yaituRegional Value Content (RVC)/muatan nilairegional 40% atau Change in Tariff Heading(CTH)/Perubahan Judul Tarif, sehinggamemberikan fleksibilitas bagi eksportir/produsen dalam memilih aturan untukmenerapkan dan meningkatkan peluangmereka sesuai dengan RoO untuk mendapat
manfaat dari fasilitas preferensi tarif.
Jasa dan Investasi
Sebagai bagian dari agenda Perjanjian AJCEP,negosiasi untuk jasa dan investasi dimulai satu
tahun sejak berlakunya Perjanjian.Berdasarkan mandat dari para Menteri untukmembawa perdagangan jasa dan investasi ke
AJCEP maka Sub-Komite Jasa dan Sub-KomiteInvestasi didirikan untuk melaksanakannegosiasi. Hingga saat ini proses perundingan
jasa dan investasi kerap dilakukan untuk dapatmencapai kesepakatan.
Mekanisme PenyelesaianSengketa
Bab Penyelesaian Sengketa telah tercakup didalam AJCEP bagi para pihak bersengketayang mungkin timbul akibat dari perbedaanpenafsiran pelaksanaan Perjanjian Trade inGoods (TIG).
Manfaat
Dengan semakin banyaknya investor datang ke ASEAN melalui AJCEP, diharapkan akanmembantu mempersempit kesenjanganekonomi antara 711 juta masyarakat ASEANdan Jepang. Dari tahun 2009 sampai 2011,total PMA dari Jepang di ASEAN mencapai US$75 miliar dan ini diharapkan akan meningkatlagi sebagai hasil dari pelaksanaan AJCEP.
8/11/2019 Buku MEA 2015 Draft 31 Juli 2013
60/65
59
ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA)
Republik Korea (Korea) adalah mitra dialogkedua yang mengadakan perjanjian
perdagangan bebas dengan ASEAN. Pada tahun2005, ASEAN dan Korea menandatanganiFramework Agreement on ComprehensiveEconomic Cooperation ( Framework Agreement ),dan pada tahun-tahun selanjutnyamenandatangani 3 (tiga) kesepakatan lainnya(yaitu dibidang Perdagangan Barang,Perdagangan Jasa dan Investasi) sebagaiperanti hukum untuk dapat
mengimplementasikan ASEAN - Korea FreeTrade Agreement (AKFTA).
The ASEAN-Korea Agreement on Trade inGoods (AK - TIG), yang ditandatangani padatanggal 24 Agustus 2006, menguraikanpengaturan preferensi barang barang-barangantar 10 (sepuluh) negara anggota ASEAN danKorea yang pada prinsipnya mencakup
pengurangan dan penghapusan tarif untukseluruh pos tarif dalam suatu periode transisi.
Dengan kesepakatan ini, mulai tahun 2006ekspor ASEAN akan memperoleh akses pasaryang lebih luas ke Korea dan mempunyai aksespasar bebas (mengikuti Rules of Origin ASEAN-Korea) di tahun 2010 pada saat Koreamenghapus seluruh tarif di dalam NormalTrack . Demikian pula sebagai timbal balik,impor dari Korea ke enam negara ASEAN(Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,Filipina, Thailand dan Singapura) akanmenikmati zero tariff untuk Normal Track dengan fleksibilitas terbatas. Pada tahun 2012,tarif-tarif yang di