Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BUKU PANDUAN KUNJUNGAN KERJA BADAN LEGISLASI DPR RI
KE REPUBLIK FEDERAL JERMAN (BUNDESREPUBLIK DEUTSCHLAND)
BADAN LEGISLASI DPR RI 2012
2
KATA PENGANTAR
Buku saku ini merupakan pedoman bagi Anggota Badan Legislasi
dalam rangka melakukan kunjungan kerja ke Republik Federal Jerman
terkait dengan penyusunan RUU tentang Keinsinyuran. Buku ini berisi
informasi tentang latar belakang dan permasalahan terkait dengan
penyusunan RUU tentang Keinsinyuran. Selain itu, buku ini juga berisikan
informasi tentang urgensi kunjungan kerja ke Jerman yang terkenal sebagai
negara industri yang memiliki kebijakan yang baik dalam pengembangan
teknologi dan keinsinyuran (engineering).
Adapun tujuan dari pembuatan buku panduan ini adalah untuk
memberikan informasi tambahan yang diperlukan bagi anggota delegasi
Badan Legislasi untuk melihat dan membandingkan kebijakan dan praktek
Republik Federal Jerman dalam pengembangan teknologi dan
keinsinyuran. Kami berharap bahwa kunjungan ini dapat membantu Badan
Legislasi dalam rangka proses penyusunan RUU tentang Keinsinyuran
agar dapat menghasilkan Undang-Undang yang komprehensif, efektif dan
aspiratif sehinga dapat mengakomodasi kepentingan nasional.
Pimpinan Badan Legislasi DPR RI
Jakarta, 17 November 2012
3
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................
DAFTAR ISI........................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................
A. Latar Belakang............................................... .........
B. Dasar Hukum Kunjungan Kerja..................................
C. Urgensi......................................................................
D. Tujuan Kunjungan Kerja.............................................
E. Hasil Yang diharapkan.................................................
F. Institusi Yang Dikunjungi...............................................
G. Pokok Permasalahan..................................................
H. Pembiayaan................................................................
I. Penutup.......................................................................
BAB II PROFIL REPUBLIK FEDERAL JERMAN...........................
BAB III ORGANISASI TERKAIT KEINSINYURAN DI JERMAN......
BAB IV ISU-ISU POKOK.............................................................
BAB V PENUTUP.........................................................................
Lampiran I Jadwal Acara...............................................................
Lampiran II Daftar Nama Delegasi……………………………………..
Lampiran III Draf RUU..................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Keinsinyuran (engineering) difahami sebagai rekayasa teknik dengan
menggunakan ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan, dan
profesionalitas untuk merancang dan membangun sistem, struktur, proses,
material, mesin, dan perangkat demi tujuan peningkatan nilai tambah dan
daya guna barang atau jasa. Dengan demikian, Insinyur (engineer) adalah
sebutan bagi orang yang berprofesi di bidang keinsinyuran atau orang
yang memiliki keahlian atau kompetensi dalam melakukan rekayasa
teknik.
Pada saat yang bersamaan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat pesat dan memberikan dampak langsung terhadap
kemajuan, produktivitas kerja, kesehatan, keselamatan, keamanan,
kesejahteraan dan perekonomian masyarakat. Hal ini sejalan dengan
kebutuhan masyarakat terhadap keahlian dan kompetensi keinsinyuran
dalam proses penyiapan dan pembangunan jalan, jembatan, gedung,
pabrik, perminyakan, pembangkit tenaga listrik, reaktor nuklir, perkapalan,
dan instalasi infrastruktur lain yang semakin meningkat seiring dengan
upaya pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyiapkan infrastruktur
umum sosial ekonomi yang mampu memenuhi kebutuhan pembangunan
nasional. Selain itu, upaya inovasi dan pengembangan teknologi
penerbangan, biologi pertanian, teknik industri, kimia, geologi, mekanika,
metalurgi, pertambangan, biomedis, maupun teknologi rekayasa lainnya
sangat penting guna meningkatkan produksi dan kualitas barang dan jasa
yang dihasilkan sehingga meningkatkan surplus nilai ekonomi yang dapat
5
mensejahterakan ekonomi masyarakat dan peningkatan pemasukan bagi
negara.
Insinyur yang melakukan rekayasa teknik meliputi berbagai disiplin
kejuruan, namun belum memiliki standar profesi. Akibatnya terdapat
banyak kekurangan dan kelalaian dari kegiatan keinsinyuran yang
berakibat pada kerugian material dan hilangnya nyawa manusia sebagai
akibat ambruknya sebuah gedung, runtuhnya jembatan, meledaknya
sebuah pabrik, bocornya kilang minyak, dan akibat lain yang secara umum
merugikan kepentingan nasional dan menganggu hajat hidup masyarakat
secara luas. Kelalaian dan kegagalan di beberapa kasus di atas memiliki
implikasi dan dampak yang secara luas meruntuhkan kredibilitas keahlian
dan kompetensi insinyur, merugikan kepentingan umum, menganggu
pencapaian pembangunan nasional, dan mengurangi daya saing dan
pengakuan terhadap sumber daya insinyur Indonesia. Intinya kegiatan
keinsinyuran yang tidak berdasarkan pada standar yang baku, kurangnya
kompetensi keinsinyuran, kurangnya etika dan tanggung jawab profesi
dapat berdampak terhadap kerugian pada masyarakat baik kerugian jiwa
maupun materiil.
Sebagian besar negara di dunia telah melakukan upaya perbaikan
dan peningkatan keahlian dan kompetensi insinyur, pengakuan dunia
internasional terhadap tenaga insinyur, serta perlindungan terhadap
masyarakat. Negara-negara dunia memberlakukan Engineering Act
(Undang-Undang tentang Insinyur), seperti: Negara Bagian Texas dengan
The State Texas Law and Rules Concerning The Practice at Engineering
and Professional Engineering Registration/The Texas Engineering
Practice Act, Jepang dengan Registered Engineer Law No. 25/1983,
Canada dengan Engineers and Geoscientists Act, Queensland dengan
6
Professional Engineers Act, New South Wales dengan Professional
Standards Act No. 81/1994, Malaysia dengan Registration of Engineers
Act 1967/Revised 2007, dan Singapore dengan Professional Engineers
Act Revised Edition 1992, Chapter 253.
Sementara itu, Indonesia sebagai salah satu negara di ASEAN
sampai saat ini belum memiliki Engineer Act sebagai bentuk peraturan
yang secara komprehensif mengatur dan sekaligus memberikan
pengakuan terhadap profesi insinyur. Padahal liberalisasi sektor industri,
jasa dan perdagangan yang akan diberlakukan pada 2015 mendatang
akan berimbas pada peningkatan kebutuhan akan insinyur (engineer)
profesional di Indonesia.
Hal ini berbeda dengan negara-negara yang telah memiliki
pengaturan yang komprehensif dalam rangka melakukan berbagai upaya
perbaikan dan peningkatan keahlian dan kompetensi dalam keinsinyuran
dengan standar kompetensi yang baku. Mereka mampu meningkatkan
daya saing dan memiliki sistem yang mampu memberikan perlindungan
terhadap keinsinyuran dan masyarakat yang memanfaatkannya.
Berdasarkan latar belakang di atas, Pemerintah bertanggungjawab
untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia serta memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa, hal ini sejalan dengan amanat alinea keempat
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Dalam memenuhi tanggung jawab Pemerintah tersebut, salah
satunya dilakukan melalui pengaturan profesi Insinyur.
Dalam kerangka tersebut, Indonesia memerlukan materi pembanding
dalam pengaturan keinsinyuran dengan negara-negara yang lebih maju,
seperti Jerman. Hal ini menjadi landasan Badan Legislasi Dewan
7
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (Baleg DPR-RI) memerlukan studi
banding ke Jerman dalam rangka penyusunan Rancangan Undang-
Undang tentang Keinsinyuran.
B. DASAR HUKUM KUNJUNGAN KERJA
Dasar hukum yang mendasari dilaksanakannya kunjungan kerja:
1. Pasal 143 ayat (3) Peraturan Tata Tertib DPR RI, yang menyatakan
bahwa “Komisi, gabungan komisi, Badan Legislasi, Badan Anggaran,
dapat mengadakan kunjungan kerja ke luar negeri dengan dukungan
anggaran DPR dan persetujuan pimpinan DPR”.
2. Keputusan Pimpinan DPR RI Nomor 70/PIMP/IV/2006-2007 tentang
Pedoman Kunjungan Kerja Delegasi Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia ke Luar Negeri.
3. Keputusan Rapat Intern Panja RUU tentang Keinsinyuran Badan
Legislasi.
C. URGENSI
Badan Legislasi DPR RI sebagai alat kelengkapan yang ditugasi
untuk menyusun Rancangan Undang-Undang tentang Keinsinyuran
mencari banyak masukan dari beberapa lembaga di Jerman sebagai
negara maju yang sangat concern terhadap perkembangan dan kemajuan
keinsinyuran di Jerman. Hal itu dilakukan untuk memperkaya materi,
sehingga RUU tersebut benar-benar dapat bermanfaat dan menjawab
kebutuhan hukum keinsinyuran di Indonesia.
Dengan pertimbangan tersebut, Badan Legislasi DPR RI memandang
perlu, relevan, dan penting untuk melakukan kunjungan kerja sebagai
bahan komparasi untuk pengayaan materi dalam penyusunan RUU
tentang Keinsinyuran.
8
Republik Federal Jerman (Bundesrepublik Deutschland) adalah
sebuah negara di Eropa Tengah. Jerman memiliki posisi ekonomi dan
politik yang sangat penting di Eropa maupun di dunia, sebab Jerman
tercatat sebagai anggota NATO dan G8. Jerman terkenal dengan
teknologi dan industrinya, seperti; industri mobil (Volks Wagen, BMW,
Mercedes Benz, OPEL), industri elektronik, industri pesawat terbang,
industri galangan kapal, baja, lokomotif dan obat-obatan. Pusat industri di
Jerman antara lain: Kota Essen (industri alat pertanian), Leipzig (industri
transportasi dan manufaktur), Wuppertall (Industri tekstil), Hannover
(industri gula), Hamburg (Industri galangan kapal), Berlin (industri kimia
dan obat-obatan), Wolsburg (industri otomotif dan elektronik).
Sementara itu dalam konteks keinsinyuran, Jerman memiliki German
Engineer's Law (Ingenieurgesetz) dimana dalam ketentuannya, negara
melakukan sertifikasi terhadap insinyur dengan kualifikasi Uni Eropa
(mengikuti standar FEANI/Fédération Européenne d'Associations
Nationales d'Ingénieurs) untuk dapat disebut sebagai insinyur teknologi
professional (Professional Engineer of Technology).
Insinyur Jerman memiliki wadah Perkumpulan Insinyur Jerman yang
disebut Verein Deutscher Ingenieur (VDI). Namun kelembagaan insinyur di
Jerman yang lebih besar adalah Deutscher Verband Technisch-
Wissenschaftlicher Vereine (DVT) yang didirikan pada tahun 1916. DVT
merupakan induk organisasi insinyur yang didirikan oleh beberapa
organisasi profesi insinyur, seperti: VDI (The Association of German
Engineers), VDE (The Association of Electrical, Electronic & Information
Technologies), VDEh (The Steel Institute), STG (The German Society of
Maritime Technology), VDCh --today GDCh (The German Chemical
9
Society), dan DAI – German Association of Architects and Engineering
Organisations).
Pengalaman dan keberhasilan Jerman dalam mengatur keinsinyuran
yang sudah diakui oleh banyak negara di dunia dapat menjadi acuan dan
contoh untuk pengembangan keinsinyuran di Indonesia.
D. TUJUAN DAN KEGUNAAN
1. Tujuan kunjungan kerja Badan Legislasi DPR RI adalah untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan serta mengumpulkan
informasi dan data yang relevan mengenai pengaturan keinsinyuran di
Jerman untuk dijadikan masukan dalam rangka penyusunan RUU
tentang Keinsinyuran.
2. Adapun kegunaan diselenggarakannya Kunjungan Kerja ini adalah untuk
memperoleh data atau pembanding dari Jerman sebagai negara yang
relatif sukses dan maju dalam dunia keinsinyuran sehingga Badan
Legislasi DPR RI dapat menyusun formula pengaturan mengenai
keinsinyuran yang komprehensif dan berdaya jangkau jauh ke depan.
E. HASIL YANG DIHARAPKAN
Hasil kunjungan kerja diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang
berharga dalam rangka penyusunan RUU tentang Keinsinyuran,
khususnya yang terkait dengan sistem pengaturan dan kebijakan yang
dilakukan oleh Pemerintah Jerman.
Atas dasar tersebut di atas, diharapkan Badan Legislasi DPR RI dapat
menghasilkan produk legislasi yang mempunyai arah dan jangkauan yang
komprehensif, khususnya dalam hal penyusunan RUU tentang
Keinsinyuran yang benar-benar bermanfaat untuk peningkatan keahlian
10
dan kompetensi dalam keinsinyuran, meningkatkan daya saing dan
memiliki sistem yang mampu memberikan perlindungan terhadap
keinsinyuran dan masyarakat yang memanfaatkannya.
F. INSTITUSI YANG DIKUNJUNGI
1. Kedutaan Besar Republik Indonesia di Jerman
2. Deutsches Institut für Normung e.V. (Badan Standarisasi Jerman)
3. Asosiasi Insinyur Jerman: Deutscher Verband Technisch-
Wissenschaftlicher Vereine/DVT) atau (Verein Deutscher
Ingenieur/VDI)
4. Komite Pendidikan, Penelitian dan Teknologi Jerman (Education,
Research and Technology Committee of Germany) di Parlemen
Jerman (Bundestag)
5. Komite Ekonomi Parlemen Negara Bagian Brandenburg
6. Kementerian Ekonomi dan Teknologi Jerman (Federal Ministry of
Economics and Technology/BMWi)
G. POKOK PERMASALAHAN
Dalam penyusunan RUU tentang Keinsinyuran, beberapa
permasalahan yang memerlukan masukan dan komparasi pengaturan dari
pemerintah dan parlemen serta pemangku kepentingan keinsinyuran di
Jerman, antara lain:
1. Ruang lingkup keinsinyuran
Bagaimana pengaturan keinsinyuran di Jerman. Apa saja keahlian
atau kompetensi yang masuk dalam ruang lingkup keinsinyuran.
2. Standar kompetensi dan keahlian keinsinyuran
11
Bagaimana pengaturan mengenai kompetensi dan keahlian
keinsinyuran di Jerman. Siapa yang menetapkan standar kompetensi
keinsinyuran.
3. Sertifikasi dan registrasi
Bagaimana mekanisme sertifikasi dan siapa yang melakukan sertifikasi
dan registrasi terhadap insinyur.
4. Etika dan tanggung jawab publik insinyur
Bagaimana pengaturan mengenai etika dan tanggungjawab publik
insinyur dalam melindungi masyarakat dalam kegiatan kegiatan
keinsinyuran.
5. Peran pemerintah dan Assosiasi Profesi Insinyur
Apa peran pemerintah Jerman dan Assosiasi Profesi Insinyur dalam
memajukan keinsinyuran dan mengatur profesi keinsinyuran.
6. Sanksi
Bagaimana pengaturan mengenai sanksi dalam kegiatan keinsinyuran.
Siapa yang melakukan penegakan sanksi dalam keinsinyuran.
H. PEMBIAYAAN
Pembiayaan Kunjungan kerja Badan Legislasi ke Jerman didanai dari
DIPA DPR RI Tahun Anggaran 2012.
I. PENUTUP
Demikianlah Terms of Reference ini dibuat Badan Legislasi DPR RI
mengharapkan kiranya dengan pelaksanaan kunjungan kerja ke Jerman
dapat melengkapi substansi/materi pembahasan RUU tentang
Keinsinyuran.
12
BAB II
PROFIL REPUBLIK FEDERAL JERMAN
(BUNDESREPUBLIK DEUTSCHLAND)
A. Umum
Nama Negara Republik Federal Jerman (Bundesrepublik
Deutschlandi)
Ibukota Berlin
Letak Geografis 47 oLU – 55o LU dan 6o BT – 15o BT
Luas Wilayah 357,021 km2
Perbatasan Utara: Denmark dan Laut Utara/ Selatan: Swiss dan Austria. Barat: Belanda, Belgia dan Luxemburg/ Timur: Ceko dan Polandia.
Negara Bagian 13 negara bagian (Flächenland; yaitu Baden-Württemberg, Freistaat Bayern atau Bavaria, Brandenburg, Hessen, Mecklenburg-Vorpommern, Niedersachsen, Nordrhein-Westfalen, Rheinland-Pfalz, Saarland, Freistaat Sachsen, Sachsen-Anhalt, Schleswig-Holstein, dan Freistaat Thüringen) dan 3 kota setingkat negara bagian (Stadtstaaten atau Stadtländer, yaitu Berlin, Bremen, dan Hamburg)
Penduduk 81.757.600
Bentuk Pemerintahan Republik Parlementer Federal
Presiden Joachim Gauck
Kanselir Angela Merkel
Parlemen (Bundestag) Professor Norbert Lammert
Bahasa Nasional Bahasa Jerman
13
Lagu Kebangsaan Das Lied der Deutschen (Einigkeit und Recht und
Freiheit)
Hari Nasional 23 Mei 1949
Etnis 91,5% Jerman, 2,4% Turki, 6,1% lain-lain
Agama Kristen 55 juta (66%), Islam 4,3 juta (5,2%),
Buddhisme 250.000, Yudaisme 200.000 (0,3%),
dan Hindu 90.000 (0,1%), serta 34% sisanya
mengakui tidak memiliki agama
Mata Uang Euro (€)
Total GDP AS$3,352 triliun
GDP per Kapita AS$40.874
IPM 0,947 (very high) ke-22
Zona waktu CET (UTC+1)
Kode Telpon +49
Republik Federal Jerman (Bundesrepublik Deutschland) adalah negara
berbentuk federasi di Eropa Barat. Negara ini memiliki posisi ekonomi dan
politik yang sangat penting di Eropa maupun di dunia. Jerman terletak
diantara 47°LU – 55°LU dan 6°BT – 15°BT. Dengan luas 357.021 kilometer
persegi (kira-kira dua setengah kali pulau Jawa) dan penduduk sekitar 82
juta jiwa, negara dengan 16 negara bagian (Bundesland) ini menjadi
anggota kunci organisasi Uni Eropa (penduduk terbanyak), penghubung
transportasi barang dan jasa antarnegara sekawasan dan menjadi negara
dengan penduduk imigran ketiga terbesar di dunia.
14
Karena letak Jerman yang berada di tengah-tengah Eropa dan sejarah
panjangnya sebagai puak-puak yang berbeda sebelum akhirnya bersatu,
maka Jerman memiliki banyak nama sebutan, seperti Germany, Allemania,
Saksa, Deutsch, dan Niemcy.
Meskipun negara-bangsa Jerman modern baru terbentuk pada tahun 1871,
seusai Perang Perancis-Prusia, satuan-satuan politik di wilayah ini telah
lama memainkan posisi penting dalam era monarki di Eropa sejak
penguasaan oleh Kekaisaran Romawi menjelang era modern (Masehi)
hingga berakhirnya Perang Napoleon. Penyatuan wilayah Eropa Tengah
pada masa Karl Yang Agung (Charlemagne), pemimpin Kerajaan Franka,
pada abad ke-8 menjadi rintisan terbentuknya suatu imperium konfederatif
berusia hampir 1000 tahun yang dikenal sebagai Imperium Romawi Suci.
Imperium ini sangat mewarnai budaya feodal di seluruh Eropa serta menjadi
pusat Reformasi gereja kristen pada abad ke-16 yang melahirkan
Protestantisme. Ketika Imperium Romawi Suci dibubarkan pada tahun 1806
akibat perpecahan yang ditimbulkan oleh perang Napoleon, telah tumbuh
rasa satu kebangsaan sebagai masyarakat berbahasa sama (bahasa
Jerman). Namun demikian, negara modern yang terbentuk kemudian tidak
sanggup menyatukan cita-cita kebangsaan itu karena Austria membentuk
sekutu bersama Hungaria menjadi negara terpisah dari negara Jerman
modern. Pada tahun 1949, Jerman, dengan wilayah yang jauh berkurang
akibat dua perang besar di Eropa, terbagi menjadi dua negara terpisah:
Jerman Barat dan Jerman Timur. Pemisahan ini berakhir 3 Oktober 1990
(menjadi hari nasional Jerman sekarang) ketika Jerman Timur secara resmi
menyatukan diri dengan Jerman Barat.
15
Jerman (Barat) adalah negara pendiri Masyarakat Ekonomi Eropa (kelak
menjadi Uni Eropa pada tahun 1993). Negara ini juga menjadi anggota zona
Schengen dan pengguna mata uang Euro sejak 2002. Sebagai negara
penting, Jerman adalah anggota G8, G20, menduduki urutan keempat
dalam Produk Domestik Bruto dan urutan kelima dalam Keseimbangan
Kemampuan Berbelanja (2009), urutan kedua negara pengekspor dan
urutan kedua negara pengimpor barang (2009), dan menduduki urutan
kedua di dunia dalam nilai bantuan pembangunan dalam anggaran
tahunannya (2008). Jerman juga dikenal sebagai negara dengan sistem
jaringan pengaman sosial yang baik dan memiliki standar hidup yang sangat
tinggi. Jerman dikenal sebagai negara dengan penguasaan ilmu dan
teknologi maju di berbagai bidang, baik ilmu-ilmu alamiah maupun sosial
dan kemanusiaan, selain sebagai negara yang banyak mencetak prestasi di
bidang keolahragaan, seperti Formula Satu, sepak bola, dan lain-lain.
Jerman dianggap sebagai negara yang sangat menghidupkan dunia.
Dengan kata lain, Jerman juga merupakan negara yang memengaruhi
keadaan perekonomian/bursa saham dunia.
B. Keadaan alam Jerman terletak di Eropa bagian tengah dan berbatasan langsung dengan
sembilan negara. Di sebelah barat berbatasan dengan Belanda, Belgia,
Luksemburg, dan Perancis; di sebelah selatan berbatasan dengan Swiss
dan Austria; di sebelah timur berbatasan dengan Ceko dan Polandia; dan di
sebelah utara berbatasan dengan Denmark. Apabila tetangga di seberang
laut (Laut Baltik) juga dihitung, maka Jerman juga bertetangga dengan
Swedia.
16
Wilayah negara ini sekarang adalah hasil dari Perang Dunia II dan
sebelumnya memiliki cakupan yang jauh lebih luas, mencakup bagian dari
Polandia, Ceko, serta Kaliningrad (atau Königsberg, sekarang dikuasai
Rusia). Wilayahnya pernah pula terpecah secara politik sejak tanggal 7
Oktober 1949 hingga tanggal 3 Oktober 1990, di saat bagian timur negara
ini dikuasai oleh rezim komunis dan bernama Republik Demokratik Jerman
(Jerman Timur, atau Deutsche Demokratische Republik disingkat DDR).
C. Pemerintahan dan Pembagian Administrasi Jerman adalah negara demokrasi parlementer. Pemerintahan sehari-hari
dipegang oleh seorang kanselir, yang berperan seperti perdana menteri di
negara lain dengan bentuk pemerintahan serupa. Selain Jerman, Austria
juga memiliki kanselir. Posisi kanselir diraih secara otomatis oleh kandidat
utama partai pemenang pemilihan umum federal. Terdapat enam partai
politik utama di Jerman, dengan tiga yang terbesar (dua di antaranya
membentuk koalisi permanen), yaitu SPD (demokrat sosial, berhaluan kiri
progresif) dan CDU/CSU (kristen demokrat/sosialis yang berhaluan kanan
konservatif). Partai-partai lainnya adalah FDP (demokrat liberal), Bündnis
90/Die Grüne (kiri hijau), dan Die Linke (berhaluan kiri, merupakan
gabungan dari partai komunis dan pecahan SPD). Jabatan presiden lebih
banyak bersifat seremonial, meskipun ia dapat menyetujui atau tidak
menyetujui beberapa hal penting.
Parlemen dikenal sebagai Bundestag, yang anggota-anggotanya dipilih.
Partai yang memerintah adalah partai dengan koalisi dominan di dalam
parlemen ini. Selain Bundestag terdapat pula Bundesrat, yang anggota-
anggotanya adalah perwakilan pemerintahan negara-negara bagian.
17
Bundesrat sering disamakan dengan senat, meskipun pada kenyataannya
memiliki wewenang yang berbeda.
Dari tahun 1949 sampai akhir periode legistalif 1990, 6700 rancangan
undang-undang (RUU) diajukan kepada parlemen dan 4400 telah
diputuskan. Kebanyakan RUU tersebut berasal dari pihak pemerintah,
bagian lebih kecil dari parlemen sendiri maupun dari Bundesrat. RUU
dibacakan dan dibahas tiga kali kepada komisi yang bersangkutan. Pada
pembacaan ketiga diadakan pemungutan sura. Suatu undang-undang
(kecuali perubahan terhadap konstitusi) diterima, apabila disetujui mayoritas
dari jumlah suara yang diberikan. Untuk undang-undang yang menyangkut
kewenangan negara bagian masih diperlukan persetujuan dari Bundesrat.
Anggota-anggota Bundestag Jerman dipilih dalam pemilihan yang umum,
langsung, bebas, sama dan rahasia. Mereka masing-masing adalah wakil
seluruh rakyat, tidak terikat pada penugasan dan perintah siapapun dan
hanya bertanggung jawab pada hati nuraninya sendiri. Walaupun seorang
anggota parlemen keluar dari partainya, ia masih tetap memegang
mandatnya di Bundestag.
Sementara itu, Bundesrat dapat ikut serta dalam pembuatan undang-
undang dan administrasi negara federal. Berbeda dengan sistem senat di
federasi lain seperti di Amerika Serikat atau Swiss, Bundesrat tidak terdiri
dari wakil rakyat yang dipilih. Anggota Bundesrat adalah pejabat pemerintah
negara bagian atau orang yang diberi kuasa oleh pemerintah tersebut.
Sesuai dengan jumlah penduduknya, setiap negara bagian mempunyai tiga,
empat, lima atau enam suara. Dalam pemungutan suara, setiap negara
18
bagian hanya dapat memberikan suaranya sebagai kesatuan. Lebih dari
setengah undang-undang yang dibuat memerlukan persetujuan Bundesrat.
Artinya, undang-undang tersebut tidak dapat diputuskan tanpa disetujui oleh
Bundesrat terutama adalah undang-undang yang berkaitan dengan
kepentingan negara bagian, misalnya dengan keuangan atau kewenangan
administrasi mereka.
Secara administrasi, Jerman adalah negara federasi (Bundesland) dengan
13 negara bagian (Flächenland; yaitu Baden-Württemberg, Freistaat Bayern
atau Bavaria, Brandenburg, Hessen, Mecklenburg-Vorpommern,
Niedersachsen, Nordrhein-Westfalen, Rheinland-Pfalz, Saarland, Freistaat
Sachsen, Sachsen-Anhalt, Schleswig-Holstein, dan Freistaat Thüringen),
serta 3 kota setingkat negara bagian (Stadtstaaten atau Stadtländer, yaitu
Berlin, Bremen, dan Hamburg). Negara-negara bagian ini dibentuk secara
bertahap semenjak berakhirnya Perang Dunia II sebagai penyederhanaan
atas garis batas negara bagian peninggalan masa Reich Jerman yang lebih
bersifat feodalistik. Negara bagian diperintah oleh seorang perdana menteri
(Ministerpräsident) lengkap dengan kabinetnya. Terdapat pula parlemen
tingkat negara bagian. Setiap negara bagian mengirim wakil-wakil (anggota
kabinet, tidak dipilih langsung) ke Bundesrat.
Unit kesatuan komunitas terendah (aras pertama) adalah Gemeinde, yang
dapat merupakan gabungan dari beberapa desa atau kota kecil. Beberapa
Gemeinde akan membentuk satuan komunitas lebih besar yang disebut
Kreis (diterjemahkan sebagai distrik) sebagai aras kedua. Sejumlah Kreis
membentuk negara bagian, tetapi di Bayern terdapat satuan komunitas aras
ketiga yang dikenal sebagai Bezirk. Untuk melancarkan administrasinya,
19
pemerintahan di banyak negara bagian membentuk Regierungsbezirk untuk
membantu tata laksana administrasi. Di negara bagian kota (Stadtländer),
pembagian wilayah hanya bersifat administratif, bukan perwakilan
masyarakat.
D. Sejarah Sejarah Jerman sebagai suatu negara-bangsa dimulai semenjak
terbentuknya Konfederasi Jerman pada tahun 1915 yang dimotori oleh
Kerajaan Prusia. Namun demikian, penghunian wilayah tepian timur Sungai
Rhein, yang sekarang menjadi lokasi sebagian besar negara Jerman, telah
berlangsung sejak masa prasejarah, jauh hingga ke Zaman Batu Tua
(Paleolitikum). Di tempat-tempat dekat aliran beberapa sungai besar yang
berbukit-bukit (misalnya Rhein dan Sungai Neckar) sejak ratusan ribu tahun
sudah menjadi tempat bermukim beraneka ragam masyarakat. Fosil Homo
heidelbergensis dan Homo neanderthalensis ditemukan di tempat semacam
ini. Pada periode yang lebih modern ditemukan peninggalan dari manusia
Cro-Magnon dari Zaman Es terakhir. Peninggalan-peninggalan peradaban
Zaman Batu Baru (Neolitikum) dan Zaman Perundagian (baik Zaman
Perunggu dan Zaman Besi) juga ditemukan di banyak tempat.
Karena wilayahnya yang subur, berbagai suku pendatang menghuni wilayah
ini. Peninggalan peradaban pertama berasal dari masyarakat Kelt dari masa
milenium terakhir sebelum era modern (Masehi) yang datang dari timur.
Orang-orang Slavia juga menghuni bagian timur (sekitar Sungai Elba).
Kemudian datang kaum Germanik dari utara yang menghuni wilayah yang
sama dan perlahan-lahan mendesak kaum Kelt ke arah barat menuju
Perancis dan Inggris meskipun perkawinan campur di antara kedua
kelompok berbeda bahasa ini diperkirakan luas terjadi. Ketika orang
20
Romawi mulai berekspansi ke utara pada abad terakhir sebelum Masehi
muncullah catatan-catatan tertulis mengenai wilayah ini.
Catatan tertulis mengenai wilayah yang sekarang disebut Jerman (era
protosejarah) dimulai sejak adanya laporan-laporan tertulis Romawi dan
Yunani mengenai kaum "Barbar" (berarti "biadab") yang mendiami bagian
utara Pegunungan Alpen. Periode ini biasa disebut oleh sejarawan sebagai
Periode Antik. Pada masa menjelang ekspansi Romawi, wilayah Jerman
dihuni oleh berbagai puak Germanik yang saling bersaing satu sama lain.
Kelemahan ini dimanfaatkan oleh orang Romawi untuk menaklukkan
wilayah timur Sungai Rhein dan mendirikan provinsi Germania Magna. Pada
abad pertama Masehi, pasukan Romawi kembali dapat didesak mundur
hingga ke tepi barat Rhein dan selatan Sungai Main dan Sungai Donau.
Wilayah "Magna Germania" di awal abad ke-2 Masehi. Walaupun dalam
peta ini digambarkan sebagai satu kesatuan, dalam kenyataannya puak-
puak Germanik tidak terorganisasi dalam satu pemerintahan.
Perlahan-lahan, suku-suku Germanik ini mulai memperluas wilayahnya ke
arah barat setelah kekuatan Romawi memudar. Walaupun Romawi secara
politis sudah tidak kuat, namun secara budaya suku-suku Germanik sangat
terpengaruh oleh budaya Romawi. Secara bergantian bermunculan puak-
puak yang mendominasi dan mulai membentuk dinasti/wangsa berkuasa,
seperti wangsa Meroving dan wangsa Salia. Proses kristenisasi dan kultur
feodalisme juga mulai terbentuk pada periode ini.
Era sejarah dimulai sejak abad ke-5, umum dinamakan Abad Pertengahan
oleh sejarawan Eropa, dengan ditemukannya dokumen-dokumen berbahasa
21
Jerman Kuna, bahasa Latin yang ditulis oleh penduduk setempat sendiri,
atau bahasa-bahasa lainnya.
Pada abad ke-8 muncul satu suku Jerman yang mencuat dan mendirikan
imperium, mengikuti contoh yang pernah ditunjukkan oleh orang Romawi
sebelumnya, yaitu Franka, dengan penguasa pertama Karl Martel (Charles
Martel) dari Wangsa Meroving. Ia mendirikan Kerajaan Franka, yang
mendominasi Eropa barat dan tengah hingga beberapa abad sesudahnya.
Puncak kejayaan kerajaan ini terjadi pada masa pemerintahan Karl Yang
Agung (Charlemagne; memerintah 800-843) sekaligus mendirikan Wangsa
Karoling. Di akhir pemerintahannya, ia membagi wilayah luasnya menjadi
tiga, sesuai dengan tiga cucu lelakinya, yang dikenal sebagai Perjanjian
Verdun. Wilayah barat diperuntukan bagi Karl (Charles) yang kelak menjadi
Kerajaan Perancis, wilayah tengah diperintah oleh Lothar, dan wilayah timur
diperuntukkan bagi Ludwig (Louis).
Selanjutnya, panggung sejarah didominasi oleh suatu federasi longgar
berbagai dinasti feodal yang dikenal sebagai Kekaisaran Romawi Suci
sebagai hasil penyatuan kembali wilayah Kerajaan Franka bagian timur dan
tengah, serta takluknya Italia bagian utara di tangan puak Jerman, yang
membentang selama 8,5 atau hampir 10 abad tergantung dari mana orang
menghitungnya, dari abad ke-9 atau ke-10 sampai tahun 1806, dan dipimpin
oleh seorang kaisar. Pada masa kejayaannya, teritori kekaisaran ini
mencakup wilayah modern Jerman, Austria, Slovenia, Ceko, Polandia,
Perancis timur, Swiss, dan Italia utara. Periode yang panjang ini mengalami
berbagai gejolak seperti Persaingan Investiturat, Kelaparan Besar 1315-
1317, Wabah Hitam (The Black Death) 1347-1351, dan disepakatinya
22
Piagam Emas 1356 (Die Goldene Bulle) sebagai konstitusi pertama
kekaisaran ini.
Pada abad ke-16, ketika telah kehilangan banyak teritori bangsa non-
Jerman, kekaisaran ini sempat disebut sebagai "Kekaisaran Romawi Suci
Bangsa Jerman". Abad ini menyaksikan pula dimulainya Reformasi
Protestan, yang dimulai oleh Martin Luther pada tahun 1517 di Wittenberg,
sekarang terletak di Sachsen-Anhalt. Akibat dianutnya aliran baru
kekristenan ini oleh berbagai raja anggota Kekaisaran terjadilah ketegangan
internal dalam Kekaisaran, yang memuncak dengan terjadinya Perang Tiga
Puluh Tahun (1618–1648). Rangkaian peperangan ini berakhir dengan
disepakatinya Perdamaian Westfalia. Perang tersebut selanjutnya
merombak tatanan politik Kekaisaran karena beberapa waktu kemudian
menandai era persaingan di antara dua kekuatan politik, yaitu Wangsa
Habsburg dari Kerajaan Austria yang menganut Katolik sebagai kekuatan
tradisional dan Wangsa Hohenzollern cabang Utara penguasa Kerajaan
Prusia yang menganut Kristen Protestan yang berangsur-angsur semakin
menguat.
Perang Napoleon mengubah alur sejarah, dari orientasi feodalisme menjadi
negara militeristik, dengan terbentuknya Konfederasi Jerman tahun 1815–
1866. Karena peran negara yang represif, munculnya gerakan liberalisme di
Eropa, serta Revolusi Februari 1848 di Perancis, sempat terjadi revolusi
pada tahun 1848 yang dimotori oleh mahasiswa dan kaum buruh. Walaupun
dapat diredam, revolusi ini menghasilkan parlemen pertama di Jerman, yaitu
Parlemen Frankfurt, matangnya simbol-simbol kebangsaan (bendera dan
bakal lagu kebangsaan), dan menjadi pendorong terbentuknya Kekaisaran
23
Jerman tahun 1871–1918 seusai perang Perancis-Prusia (1870-1871).
Sejak saat ini Jerman mengadopsi sistem parlementer dengan kanselir
sebagai kepala pemerintahan. Kanselir pertama adalah Otto von Bismarck.
Perang Dunia I berakhir dengan runtuhnya Kekaisaran Jerman (dan juga
Kekaisaran Austria-Hungaria, saingannya) sekaligus menandai era republik
dengan berdirinya Republik Weimar tahun 1919. Jerman kehilangan wilayah
Alsace-Lorraine (yang dicaploknya pada tahun 1871) dan sebagian
wilayahnya di Polandia, terutama kota pelabuhan Danzig. Periode
demokrasi ini berlangsung relatif singkat dan berakhir 1933.
Setelah pemerintahan otoriter Jerman Nazi pimpinan Adolf Hitler tahun
1933–1945 yang membawa kehancuran bangsa ini dalam Perang Dunia II,
muncullah Republik Federal Jerman (Jerman Barat) dan Republik
Demokratik Jerman (Jerman Timur) sebagai simbol Perang Dingin sejak
1949. Kekalahan dalam Perang Dunia II telah membuat Jerman kehilangan
wilayah timur yang jatuh ke tangan Polandia dan Rusia. Terjadi pula aksi
balas dendam di Polandia dan Cekoslowakia berupa pengusiran paksa
orang-orang Jerman dari wilayah mereka (Zwangsvertreibung). Di Rusia,
orang-orang keturunan Jerman banyak yang dibuang ke wilayah timur
(Siberia).
Era dwi-pemerintahan ini ditandai dengan berpindahnya ibukota Jerman
Barat ke Bonn (1949) dan dibangunnya tembok Berlin (1963). Keadaan ini
berlangsung hingga terjadinya Revolusi Rusia 1988 yang berakibat
melemahnya Blok Timur. Pada tahun 1989 Hungaria (anggota Blok Timur)
membuka perbatasannya dengan Austria (anggota Blok Barat) yang
24
berakibat mengalirnya ribuan pengungsi Jerman Timur ke kedutaan besar
Jerman di Wina dan gelombang demonstrasi di Jerman Timur. Krisis ini
memaksa pemerintah Jerman Timur meletakkan kekuasaannya dan
menyetujui penyatuan dengan Republik Federal Jerman, yang secara resmi
ditandatangani tanggal 3 Oktober 1990 (sekarang menjadi Hari Persatuan
Jerman, Tag der Deutschen Einheit).
Ibukota kemudian disepakati pindah ke Berlin lagi pada tahun 1993, dan
terlaksana pada tahun 1999. Tahun itu ditandai pula dengan mulai
digunakannya mata uang bersama Euro, menggantikan Mark Jerman.
E. Penduduk Dengan total penduduk sekitar 81,7 juta orang (2009), Jerman adalah
negara ke-15 terbanyak penduduknya di dunia. Sejak 2003 total penduduk
Jerman berkurang secara lambat meskipun negara ini masih menerima
imigran. Keengganan keluarga Jerman untuk memiliki anak dan naiknya
angka kematian menjadi sebab yang sering ditunjuk untuk keadaan ini.
F. Demografi Jerman memiliki banyak kota besar, beberapa di antaranya telah berusia
lebih dari dua ribu tahun. Namun demikian hanya tiga kota yang memiliki
penduduk lebih dari satu juta orang: Berlin dengan 3,4 juta orang, Hamburg
(1,8 juta), dan München (1,4 juta). Konsentrasi penduduk tertinggi terletak di
wilayah cekungan Ruhr (Ruhrgebiet atau Ruhrbecken, diambil dari nama
sungai yang mengalir di sana) di negara bagian Nordrhein Westfalen, yang
dihuni sekitar 20 juta orang dan menjadi salah satu kawasan megapolitan
terbanyak penduduknya di dunia. Kawasan ini menghimpun kota-kota
seperti Bochum, Dortmund, Duisburg, Essen, dan Gelsenkirchen, sehingga
25
praktis orang tidak melihat batas di antara kota-kota tersebut. Kota besar
dan penting lainnya adalah Bremen, Duesseldorf, Frankfurt am Main,
Hannover, Karlsruhe, Koeln, Nuernberg, dan Stuttgart.
G. Etnis Jerman adalah negara-bangsa untuk orang Jerman. Rasa satu bangsa ini
tumbuh pada abad ke-19 setelah banyak pihak merasa bahwa orang
Jerman terpecah-belah akibat Perang Napoleon. Secara legal, orang
Jerman adalah mereka yang berkewarganegaraan Jerman. Dengan batasan
ini, terdapat etnik-etnis asli minoritas dan etnis-etnis minoritas pendatang
(imigran). Etnis minoritas asli mencakup etnik Denmark di utara, etnik Frisia
di barat laut, serta etnik Sorbia dan Kashubia di beberapa tempat di Jerman
timur laut.
Orang Yahudi telah sejak lama menghuni kota-kota di Jerman dan,
sebagaimana di tempat-tempat lain, dikenal sebagai kaum pedagang.
Jerman sekarang memiliki populasi Yahudi terbesar ke-3 di Eropa.
Pada 2004, sekitar 6,7 juta non-warganegara tinggal di Jerman. Dengan
yang terbesar datang dari Turki, diikuti oleh Italia, Yunani, Kroasia, Belanda,
Serbia, Montenegro, Spanyol, Bosnia dan Herzegovina, Austria, Portugal,
Vietnam, Maroko, Polandia, Macedonia, Lebanon dan Perancis. Sekitar 2/3-
nya telah berada di negara ini selama delapan tahun atau lebih, dan oleh
karena itu bisa dinaturalisasikan. Derasnya imigran yang masuk ke Jerman
semenjak berakhirnya Perang Dunia II menyebabkan sekitar 19% penduduk
Jerman pada tahun 2008 memiliki latar belakang kebangsaan lain.
26
H. Agama Jerman adalah tempat kelahiran Reformasi yang dimulai oleh Martin Luther
pada awal abad ke-16. Sekarang ini, Protestan (terutama di utara dan timur)
terdiri dari 33% populasi dan Katolik (terutama di selatan dan barat) juga
33%. Keseluruhan terdapat sekitar 55 juta orang beragama Kristen.
Agama terbesar kedua adalah Islam dengan 3,8 juta – 4,3 juta pengikut atau
diperkirakan (4,6% menjadi 5,2%), diikuti oleh Buddhisme dengan 250.000,
Yudaisme dengan sekitar 200.000 pengikut (0,3%), dan Hindu memiliki
beberapa pengikut 90.000 (0,1%), serta 34% sisa dari populasi Jerman
mengakui tidak memiliki agama.
I. Bahasa Bahasa resmi adalah bahasa Jerman. Bentuk bakunya dikenal sebagai
bahasa Jerman Baku (Hochdeutsch atau Standarddeutsch). Pembaku
bahasa ini adalah Martin Luther pada abad ke-16, sehingga ia dikenal pula
sebagai "Bapak Bahasa Jerman". Bahasa Jerman Baku dipelajari di sekolah
sehingga semua orang Jerman praktis menguasainya. Bahasa ini juga
dipakai di Austria, Swiss, Luksemburg, dan Liechstenstein sebagai bahasa
pengantar resmi sehingga penduduk negara-negara ini dapat saling
berkomunikasi dengan baik satu sama lainnya. Bahasa Jerman merupakan
bahasa yang paling indah didengar di seluruh Eropa.
J. Teknologi Jerman sebagai salah satu negara besar di dunia, memiliki banyak inovasi
canggih di dunia teknologi, seperti: penemuan Sinar X pada tahun 1895 oleh
Wilhelm Conrad Rontgen di laboratorium University of Wurzburg,
pengembangan mesin jet dengan penerbangan perdananya di kota Rostock
27
pada bulan Agustus 1939, penemuan teknologi four-stroke pada mobil,
aplikasi MP3 oleh lembaga riset Fraunhofer, penemuan komputer pertama
dibangun di ruang tamu Konrad Zuse tahun 1936 sehingga perangkat
pertama yang dibuat Zuse dinamai 'Z1' yang diakui hingga saat ini sebagai
program komputer yang dikendalikan pertama kali secara digital. Selain itu,
Jerman juga dikenal melalui penemuan teknologi kristal cair, tape recorder,
kaki palsu, secooter air, dan lain-lain.
28
BAB III ORGANISASI TERKAIT KEINSINYURAN DI JERMAN
A. Deutsches Institut für Normung e.V.
Deutsches Institut für Normung e.V. (DIN, Institut Jerman untuk
Standardisasi) berkantor di Berlin dan merupakan organisasi nasional di
Jerman yang melakukan standarisasi. Saat ini ada sekitar 30.000 (tiga puluh
ribu) Standarisasi DIN, yang meliputi hampir setiap bidang teknologi.
DIN didirikan pada tahun 1917 sebagai deutschen der
Normenausschuß Industrie (NADI, "Standardisasi Komite Industri Jerman"),
NADI ini berganti nama Deutscher Normenausschuß (DNA, "Komite
Standarisasi Jerman") pada tahun 1926 untuk mencerminkan bahwa
organisasi saat ini berurusan dengan masalah standardisasi di banyak
bidang, yaitu tidak hanya untuk produk industri. Pada tahun 1975 namanya
diubah lagi untuk Deutsches Institut für Normung, atau 'DIN' dan diakui oleh
pemerintah Jerman sebagai badan nasional standar resmi, yang mewakili
kepentingan Jerman di tingkat internasional dan Eropa.
Salah satu yang paling awal, dan mungkin yang paling terkenal,
adalah DIN 476 - standar yang memperkenalkan ukuran kertas A-series
tahun 1922 - yang diadopsi pada tahun 1975 sebagai International Standar
ISO 216. Contoh standar DIN lainnya adalah: DIN 946: Penentuan koefisien
gesekan baut / mur rakitan dalam kondisi tertentu; DIN 1.451: jenis huruf
yang digunakan oleh kereta api Jerman dan rambu lalu lintas; DIN 31.635:
transliterasi dari bahasa Arab; DIN 4512: Definisi kecepatan film, kini
digantikan oleh ISO 5800:1987, ISO 6:1993 dan ISO 2240:2003, serta DIN
72.552: nomor terminal listrik di mobil.
29
B. Verein Deutscher Ingenieur (VDI) Verein Deutscher Ingenieur (VDI) atau Perkumpulan/Asosiasi Insinyur
Jerman merupakan sebuah organisasi dari 139.000 insinyur dan ilmuwan
alam dengan 45 cabang regional. Didirikan pada tahun 1856, VDI saat ini
merupakan asosiasi rekayasa terbesar di Eropa Barat. VDI telah genap
berusia 156 Tahun. Selama 1,5 abad tersebut tidak terhitung sumbangsih
mereka terhadap kemajuan negara Jerman.
Peran VDI di Jerman adalah sebanding dengan American Society of
Civil Engineers (ASCE) di Amerika Serikat atau Australia Engineers (EA) di
Australia. VDI mempromosikan kemajuan teknologi dan mewakili
kepentingan insinyur dan usaha rekayasa di Jerman.
VDI memiliki anggota sebanyak 150.000 orang lebih dan merupakan
sebuah perkumpulan insinyur yang sangat berpengaruh dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Eropa. Anggota VDI memiliki
kesempatan untuk meminta bantuan mengenai prospek pekerjaan dan
kesempatan, menerima berita tentang profesi engineering, terutama di
Jerman, serta layanan lainnya seperti asuransi khusus. Anggota juga dapat
melampirkan akhiran VDI setelah menjadi anggota, dan diklasifikasikan
sebagai nama sah.
VDI menjadi partner utama pemerintah Jerman dalam pengembangan
IPTEK mulai dari A sampai Z. Kehadiran VDI sangat membantu
perkembangan IPTEK di Jerman. Di antaranya, ketika banyak terjadi
kecelakaan akibat Steam Boiler yang meledak, VDI mendirikan
Dampfkesselüberwachungsverein (Pusat Pengawas Industri Steam Boiler),
yang merupakan cikal bakal berdirinya Technischer Überwachungs Verein
(TÜV), semacam Pusat Uji Keamanan Produk Teknik.
30
C. Deutscher Verband Technisch-Wissenschaftlicher Vereine (DVT) Deutscher Verband Technisch-Wissenschaftlicher Vereine (DVT)
merupakan kelembagaan insinyur di Jerman yang lebih besar yang didirikan
pada tahun 1916. DVT yang berbasis di Berlin merupakan induk organisasi
insinyur yang memiliki 350.000 anggota dan konsorsium 95 organisasi di
bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. DVT didirikan oleh beberapa
organisasi profesi insinyur, seperti: VDI (The Association of German
Engineers), VDE (The Association of Electrical, Electronic & Information
Technologies), VDEh (The Steel Institute), STG (The German Society of
Maritime Technology), VDCh --today GDCh (The German Chemical
Society), dan DAI – German Association of Architects and Engineering
Organisations).
DVT dipahami sebagai penghubung antara anggota (insinyur), asosiasi
vokasi dan otoritas politik terkait masalah teknis kebijakan ilmiah dan
kejuruan. Tujuannya adalah promosi ilmu pengetahuan dan teknologi,
retensi di sektor rekayasa, layanan informasi bagi para anggotanya
(seminar, newsletter) dan pelibatan dalam kegiatan internasional FEANI dan
WFEO. Selama bertahun-tahun, DVT telah berhasil mempromosikan bakat
muda, sistem paten, dan saran kebijakan terkait pendidikan teknik di
Jerman.
DVT adalah anggota asosiasi Eropa rekayasa FEANI dan terkait
sertifikat atas nama "Insinyur Eropa" (EUR ING). Dengan sertifikat ini,
mobilitas insinyur di Eropa semakin meningkat. Dalam mempertimbangkan
aplikasi untuk EUR ING terserah Komite Pemantau Nasional. Insinyur DVT
masuk jajaran insinyur dunia dalam World Federation of Engineering
Organisations (WFEO).
31
BAB IV ISU – ISU POKOK
Pada kunjungan kerja ke Republik Federal Jerman, terdapat beberapa
permasalahan/issue pokok terkait dengan penyusunan RUU tentang
Keinsinyuran yang dapat digali dan menjadi bahan perbandingan dari empat
instansi yang direncanakan untuk dikunjungi yaitu Deutsches Institut fur
Normung (DIN) e.V., Komite Pendidikan Penelitian dan Teknologi, Komite
Ekonomi Parlemen Negara Bagian Brandenburg, serta Kementerian Ekonomi
dan Teknologi (BMWi) dan perwakilan Bundesingenieurkammer.
Adapun issu-issu pokok sebagai permasalahan yang dapat
digali adalah sebagai berikut:
1. Parlemen dan Senat Jerman (Bundestag dan Bundesrat) - Apa yang dipahami dari keinsinyuran dan meliputi apa saja ruang
lingkup pengaturan mengenai keinsinyuran? What is definition about the engineering and includes any arrangements regarding the scope of engineering?
- Bagaimana pengaturan mengenai kompetensi dan keahlian keinsinyuran di Jerman. Kemudian siapa yang menetapkan standar kompetensi keinsinyuran? How will the competence and expertise of the engineering in Germany. Then who sets the standard engineering competence?
- Bagaimana sertifikasi dan registrasi insinyur di Jerman? Siapa yang melakukan sertifikasi dan registrasi terhadap insinyur? How does the certification and registration of engineers in Germany? Who does the certification and registration of the engineers?
- Bagaimana pengaturan mengenai etika dan tanggungjawab publik insinyur? Apakah pengaturan mengenai etika dan tanggungjawab publik insinyur dapat menjamin perlindungan masyarakat dalam kegiatan kegiatan keinsinyuran. How will the public about the ethics and responsibilities of engineers? Is the regulation of ethics and public responsibility engineers can ensure protection of the public in the activities of engineering activities.
32
- Bagaimana regulasi kebijakan terkait pengembangan keinsinyuran di Jerman? Berapa banyak regulasi terkait keinsinyuran? Dan apa saja cakupan yang diatur di masing-masing regulasi tersebut? What regulatory policy related to the development of engineering in Germany? How many regulations related to engineering? And what are the scope of which is set in each of these regulations?
- Bagaimana parlemen mendukung pengembangan dan pemberdayaan insinyur, baik dalam konteks regulasi dan pengawasan? How to support the development and empowerment of the parliament engineers, both in terms of regulation and supervision?
2. Deutsches Institut für Normung e.V. (Badan Standarisasi Jerman): - Apa yang dipahami dari keinsinyuran dan meliputi apa saja ruang
lingkup pengaturan mengenai keinsinyuran? What is definition about the engineering and includes any arrangements regarding the scope of engineering?
- Bagaimana pengaturan mengenai kompetensi dan keahlian keinsinyuran di Jerman. Kemudian siapa yang menetapkan standar kompetensi keinsinyuran? How will the competence and expertise of the engineering in Germany. Then who sets the standard engineering competence?
- Bagaimana sertifikasi dan registrasi insinyur di Jerman? Siapa yang melakukan sertifikasi dan registrasi terhadap insinyur? How does the certification and registration of engineers in Germany? Who does the certification and registration of the engineers?
- Apa peran Deutsches Institut für Normung e.V. dalam sertifikasi dan penyelenggaraan keinsinyuran di Jerman? What is the role of the Deutsches Institut für Normung eV the certification and operation of engineering in Germany?
- Bagaimana pengaturan mengenai etika dan tanggungjawab publik insinyur? Apakah pengaturan mengenai etika dan tanggungjawab publik insinyur dapat menjamin perlindungan masyarakat dalam kegiatan kegiatan keinsinyuran. How will the public about the ethics and responsibilities of engineers? Is the regulation of ethics and public responsibility engineers can ensure protection of the public in the activities of engineering activities.
33
3. Deutscher Verband Technisch-Wissenschaftlicher Vereine/DVT dan Verein Deutscher Ingenieur/VDI –Perkumpulan/Asosiasi Insinyur Jerman: - Bagaimana pengaturan keinsinyuran di Jerman. Apa saja keahlian
atau kompetensi yang masuk dalam ruang lingkup keinsinyuran. Apa pengertian dan ruang lingkup insinyur dan keinsinyuran dalam praktek di Jerman? How are the engineering in Germany. What are the skills or competencies in the scope of engineering. What is the definition and scope of engineers and engineering in practice in Germany?
- Bagaimana kualifikasi dan standarisasi kompetensi insinyur di jerman? Kemudian apa saja parameter dan mekanisme kualifikasi dan standarisasi seseorang disebut insinyur? What qualifications and competency standardization engineers in germany? Then what are the parameters and mechanisms and standardization of qualifications someone called engineers?
- Bagaimana pengaturan mengenai standar rekayasa teknik atau teknologi di Jerman? Siapa yang membuat standar kompetensi teknik? Apa saja Prinsip pokok yang diatur dalam standar kompetensi teknik? How about setting a standard engineering or technology in Germany? Who makes the standard technical competence? What are the basic principles set forth in the standards of technical competence?
- Peran apa yang dapat dilakukan oleh DVT/VDI dalam mengatur penyelenggaraan keinsinyuran, baik terkait profesi insinyur, sertifikasi maupun pembinaan terhadap insinyur? What role do the DVT/VDI in regulating the organization of engineering, both related to the engineering profession, certification and guidance to engineers?
- Apa peran pemerintah Jerman dan Assosiasi Profesi Insinyur dalam pengaturan profesi keinsinyuran? Apa perbedaan kewenangan antara pemerintah jerman dengan asosiasi profesi, baik dalam menyiapkan insinyur, proses sertifikasi maupun pembinaan dan pengawasan? What is the role of the German government and the Association for Professional Engineers in regulating engineering profession? What is the difference between the authority of the German government with professional associations, both in preparing the engineer, the certification process and the guidance and supervision?
34
- Bagaimana hubungan DVT/VDI dengan anggota, asosiasi pendiri, masyarakat pengguna maupun pemerintah? Hal apa saja yang telah dilakukan dalam konteks hubungan tersebut? How does DVT/VDI with members, the association's founder, the user community and the government? What sort of things have been done in the context of the relationship?
- Bagaimana pengaturan etika dan tanggung jawab publik untuk menjamin perlindungan terhadap insinyur dan masyarakat pengguna jasa keinsinyuran? Siapa yang mengawasi etika dan tanggung jawab publik insinyur? How are the ethics and public responsibility to ensure the protection of the user community of engineers and engineering services? Who is overseeing ethics and public responsibility engineer?
- Apa saja sanksi dalam kegiatan keinsinyuran? Bentuk pelanggaran dan dendanya? Siapa yang menegakkan sanksi tersebut? What are the penalties in the activities of engineering? Forms of violations and penalties? Who would enforce sanctions?
4. Komite Pendidikan, Penelitian dan Teknologi
- Apa yang dipahami dari keinsinyuran dan meliputi apa saja ruang lingkup pengaturan mengenai keinsinyuran? What is definition about the engineering and includes any arrangements regarding the scope of engineering?
- Bagaimana pengaturan mengenai kompetensi dan keahlian keinsinyuran di Jerman. Kemudian siapa yang menetapkan standar kompetensi keinsinyuran? How will the competence and expertise of the engineering in Germany. Then who sets the standard engineering competence?
- Bagaimana sertifikasi dan registrasi insinyur di Jerman? Siapa yang melakukan sertifikasi dan registrasi terhadap insinyur? How does the certification and registration of engineers in Germany? Who does the certification and registration of the engineers?
- Bagaimana pengaturan mengenai etika dan tanggungjawab publik insinyur? Apakah pengaturan mengenai etika dan tanggungjawab publik insinyur dapat menjamin perlindungan masyarakat dalam kegiatan kegiatan keinsinyuran. How will the public about the ethics and responsibilities of engineers? Is the regulation of ethics and public responsibility engineers can ensure protection of the public in the activities of engineering activities.
35
- Bagaimana regulasi kebijakan terkait pengembangan keinsinyuran di Jerman? Berapa banyak regulasi terkait keinsinyuran? Dan apa saja cakupan yang diatur di masing-masing regulasi tersebut? What regulatory policy related to the development of engineering in Germany? How many regulations related to engineering? And what are the scope of which is set in each of these regulations?
- Apa peran komite pendidikan, penelitian dan teknologi dalam pengaturan mengenai pendidikan, pengembangan teknologi dan profesi keinsinyuran? Apa ada keterlibatan komite dalam menyiapkan insinyur, proses sertifikasi maupun pembinaan dan pengawasan? What is the role of Research and technological education committee in the educational setting, technology development and the engineering profession? What was the involvement of the committee in preparing engineers, the certification process and the guidance and supervision?
- Bagaimana hubungan komite pendidikan, penelitian dan teknologi dengan para insinyur dan asosiasi profesi insinyur? Hal apa saja yang telah dilakukan dalam konteks hubungan tersebut?
- How does the committee with the engineers and engineers professional associations? What sort of things have been done in the context of the relationship?
5. Komite Ekonomi Negara Bagian Brandenburg - Apa yang dipahami dari keinsinyuran dan meliputi apa saja ruang
lingkup pengaturan mengenai keinsinyuran? What is definition about the engineering and includes any arrangements regarding the scope of engineering?
- Bagaimana pengaturan mengenai kompetensi dan keahlian keinsinyuran di Jerman. Kemudian siapa yang menetapkan standar kompetensi keinsinyuran? How will the competence and expertise of the engineering in Germany. Then who sets the standard engineering competence?
- Bagaimana sertifikasi dan registrasi insinyur di Jerman? Siapa yang melakukan sertifikasi dan registrasi terhadap insinyur? How does the certification and registration of engineers in Germany? Who does the certification and registration of the engineers?
- Bagaimana pengaturan mengenai etika dan tanggungjawab publik insinyur? Apakah pengaturan mengenai etika dan tanggungjawab publik insinyur dapat menjamin perlindungan masyarakat dalam kegiatan kegiatan keinsinyuran.
36
How will the public about the ethics and responsibilities of engineers? Is the regulation of ethics and public responsibility engineers can ensure protection of the public in the activities of engineering activities.
- Bagaimana regulasi kebijakan terkait pengembangan keinsinyuran di Jerman? Berapa banyak regulasi terkait keinsinyuran? Dan apa saja cakupan yang diatur di masing-masing regulasi tersebut? What regulatory policy related to the development of engineering in Germany? How many regulations related to engineering? And what are the scope of which is set in each of these regulations?
- Apa peran komite ekonomi dalam pengaturan dan pengembangan teknologi, profesi keinsinyuran dan pembangunan ekonomi jerman? Apa ada keterlibatan Kementerian dalam menyiapkan insinyur, proses sertifikasi maupun pembinaan dan pengawasan? What is the role of the Committe of Economics in the technology development, the engineering profession, and economic development? What was the involvement of the committe in preparing engineers, the certification process and the guidance and supervision?
- Bagaimana hubungan Komite Ekonomi dengan para insinyur dan asosiasi profesi insinyur? Hal apa saja yang telah dilakukan dalam konteks hubungan tersebut?
- How does the Committe of Economics with the engineers and engineers professional associations? What sort of things have been done in the context of the relationship?
6. Ministry of Economics and Technology of Germany (Federal Ministry of Economics and Technology/BMWi) - Apa yang dipahami dari keinsinyuran dan meliputi apa saja ruang
lingkup pengaturan mengenai keinsinyuran? What is definition about the engineering and includes any arrangements regarding the scope of engineering?
- Bagaimana pengaturan mengenai kompetensi dan keahlian keinsinyuran di Jerman. Kemudian siapa yang menetapkan standar kompetensi keinsinyuran? How will the competence and expertise of the engineering in Germany. Then who sets the standard engineering competence?
- Bagaimana sertifikasi dan registrasi insinyur di Jerman? Siapa yang melakukan sertifikasi dan registrasi terhadap insinyur? How does the certification and registration of engineers in Germany? Who does the certification and registration of the engineers?
37
- Bagaimana pengaturan mengenai etika dan tanggungjawab publik insinyur? Apakah pengaturan mengenai etika dan tanggungjawab publik insinyur dapat menjamin perlindungan masyarakat dalam kegiatan kegiatan keinsinyuran. How will the public about the ethics and responsibilities of engineers? Is the regulation of ethics and public responsibility engineers can ensure protection of the public in the activities of engineering activities.
- Bagaimana regulasi kebijakan terkait pengembangan keinsinyuran di Jerman? Berapa banyak regulasi terkait keinsinyuran? Dan apa saja cakupan yang diatur di masing-masing regulasi tersebut? What regulatory policy related to the development of engineering in Germany? How many regulations related to engineering? And what are the scope of which is set in each of these regulations?
- Apa peran Kementerian Ekonomi dan Teknologi dalam pengaturan dan pengembangan teknologi, profesi keinsinyuran dan pembangunan ekonomi jerman? Apa ada keterlibatan Kementerian dalam menyiapkan insinyur, proses sertifikasi maupun pembinaan dan pengawasan? What is the role of the Ministry of Economics and Technology in the technology development, the engineering profession, and economic development? What was the involvement of the ministry in preparing engineers, the certification process and the guidance and supervision?
- Bagaimana hubungan Kementerian Ekonomi dan Teknologi dengan para insinyur dan asosiasi profesi insinyur? Hal apa saja yang telah dilakukan dalam konteks hubungan tersebut?
- How does the Ministry of Economics and Technology with the engineers and engineers professional associations? What sort of things have been done in the context of the relationship?
38
Bab IV PENUTUP
Demikianlah Buku Panduan ini disusun untuk membantu Anggota Delegasi
memahami daerah tujuan kunjungan kerja sehingga diharapkan dapat menjadi
informasi awal yang bermanfaat bagi delegasi.
Jakarta, 17 November 2012
Badan Legislasi DPR RI
39
Lampiran I:
JADWAL ACARA Kegiatan kunjungan kerja Delegasi Badan Legislasi DPR RI ke Republik Federal Jerman (Bundesrepublik Deutschland) akan dilaksanakan selama 6 (enam) hari, yaitu mulai tanggal 17 November hingga tanggal 22 November 2012 dengan agenda acara sebagai berikut:
JADWAL KUNJUNGAN KERJA DELEGASI DPR RI KE REPUBLIK FEDERAL JERMAN
No WAKTU ACARA KETERANGAN
Hari 1, Sabtu/17 November 2012: Jakarta - Istanbul (Siapkan pakaian hangat mengingat Jerman di malam hari 0-6°C)
1 17.30 Berkumpul di Terminal 2D BandaraSoekarno-Hatta
Diatur travel - Premier Lounge Bandara Soekarno-Hatta
20.40 Take Off menuju Istanbul Turkish Airlines TK 67 (Boing 777-2000)
Hari 2, Minggu/18 November 2012: Istanbul-Berlin
2 06.40 Tiba di Istanbul Waktu tempuh 10 jam dan Transit 2 jam 10’
08.30 Take off menuju Berlin TK 1721 Waktu tempuh 1 jam 55’
10.25 Tiba di berlin - Proses imigrasi dilanjutkan menuju tempat makan siang
- Dikoordinasikan oleh Travel
12.00 makan siang lokal restoran
13.30 menuju hotel dilanjutkan dengan “check in” di “Holiday Inn”
Dikoordinasikan oleh Travel
15.00 Ishoma dilanjutkan dengan Istirahat
18.00 kumpul di lobby hotel dilanjutkan berangkat menuju restoran
dikoordinasikan oleh Travel
40
19.00 Makan Malam di restoran Lokal
21.00 kembali ke hotel dan istirahat
Hari 3, Senin/19 November 2012: Berlin
3 07.00 Makan Pagi
09.00 Berkumpul di lobby hotel dilanjutkan berangkat menuju gedung pertemuan
Dikoordinasikan oleh protokol KBRI Jerman
10.00 -12.00
Pertemuan dengan Deutsches Institut fur Normung (DIN) e.V
- Pakaian Resmi/Sipil Lengkap
- Dikoordinasikan oleh KBRI
13.00-15.00
Pertemuaan dengan Buta Besar dan Home staff KBRI (disertai makan siang)
Dikoordinasikan oleh KBRI Jerman
16.00-18.00
Kembali ke hotel dan istirahat (ISHOMA)
19.00-21.00
Makan malam dikoordinasikan oleh Travel
21.00 Acara bebas / istirahat di hotel
Hari 4, Selasa/20 November 2012: Berlin
4 08.00 Makan Pagi
09.30-12.00
Internal Meeting
12.00 Ishoma
14.00 Berangkat menuju Gedung Parlemen
Dikoordinasikan oleh KBRI dan Protokol Parlemen Jerman
15.00 -16.30
Pertemuan dengan komite Pendidikan, Penelitian dan Teknologi di Parlemen Jerman
- Pakaian Resmi/Sipil Lengkap
17.00 Kembali ke Hotel
19.00 -20.30
Makan Malam di koordinasikan oleh Travel
21.00 Istirahat
41
Hari 5, Rabu/21 November 2012: Berlin-Frankfurt-Istanbul
08.00 Makan Pagi
09.00 Menuju Brendenburg catatan: “Ceck out hotel”
- Pakaian Resmi/Sipil Lengkap
- Dikoordinasikan oleh KBRI
10.00 -11.30 Pertemuan dengan Komite Ekonomi, Parlemen Negara Bagian Brandenburg
12.00 ISHOMA
15.00-16.30 Pertemuan dengan Kementerian Ekonomi dan Teknologi (BMWi) serta perwakilan dari Bundesingenieurkammer
- Pakaian Resmi/Sipil Lengkap
- Dikoordinasikan oleh KBRI
17.00 Berangkat menuju Bandara
18.00 Tiba di Bandara dilanjutkan dengan proses check in & Imigrasi
19.05 Take off menuju Istanbul TK 1724
22.55 Tiba di Istanbul
Hari 6, Kamis/22 November 2012: Dubai-Jakarta
00.40 Take off Menuju Jakarta TK 66
19.15 Tiba di Jakarta
Jadwal masih dapat berubah menyesuaikan arrangement dari KBRI Jerman.
Mengingat suhu udara di Jerman mencapai 0-6°C maka diharapkan kepada Anggota untuk membawa pakaian/jaket hangat.
JAKARTA, 17 November 2012 BADAN LEGISLASI DPR RI
42
Lampiran II DAFTAR NAMA DELEGASI
Delegasi Badan Legislasi DPR RI yang mengadakan kunjungan kerja berjumlah 12 (dua belas) orang, dengan rincian: 1 (satu) orang Ketua Delegasi;
8 (delapan) orang anggota Delegasi;
2 (dua) orang Sekretariat Badan Legislasi; dan
1 (satu) orang Tenaga Ahli Badan Legislasi.
Tabel 2. Daftar Delegasi
NO. NAMA FRAKSI /
NO.ANGGOTA KETERANGAN
1.
H. SUNARDI AYUB, SH
F-HANURA/A-12
KETUA DELEGASI/ WAKIL KETUA
BALEG
2.
Ir. NANANG SAMODRA, KA., MSc
F-PD/A-537 ANGGOTA
3.
PAULA SINJAL, SH. M.Si.
F-PD/A-555 ANGGOTA
4.
FERDIANSYAH, SE., MM.
F-PG/A-220 ANGGOTA
43
5.
Ir. ALI WONGSO HALOMOAN SINAGA
F-PG/A-180 ANGGOTA
6.
KH. Ir. ABDUL HAKIM, MM.
F-PKS/A-57 ANGGOTA
7.
INDRA, SH.
F-PKS/A-64 ANGGOTA
8.
H. CHAIRUL NAIM, SH., MH.
F-PAN/A-112 ANGGOTA
9.
DJAMAL AZIS, B.Sc., SH.,MH.
F-HANURA/A-10 ANGGOTA
10.
LIBER SALOMO SILITONGA
- SEKRETARIAT
BALEG
44
11.
AHMAD YANI HARI NUGROHO
- SEKRETARIAT
BALEG
12.
RIFMA GHULAM DZALJAD, S.Ag., M.Si
- TENAGA AHLI
BALEG
45
Lampiran III RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG KEINSINYURAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya manusia dalam mengembangkan
dirinya memerlukan pendidikan dan manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya demi meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan umum, dapat dicapai dengan tersedianya sumber daya manusia yang andal dan profesional yang mampu melakukan rekayasa teknik guna meningkatkan nilai tambah, daya guna, efisiensi dan efektivitas anggaran, perlindungan publik, kemajuan ilmu dan teknologi, serta pencapaian kebudayaan dan peradaban bangsa yang tinggi;
c. bahwa sumber daya manusia yang mampu melakukan rekayasa teknik masih tersebar dalam berbagai profesi dan kelembagaan masing-masing sehingga belum mempunyai standarisasi keahlian, kemampuan, dan kompetensi profesional;
d. bahwa saat ini belum ada pengaturan yang terintegrasi mengenai rekayasa teknik yang dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum, baik kepada sumber daya manusia yang melakukan rekayasa teknik maupun masyarakat pada umumnya;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Keinsinyuran;
46
Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C, 28D ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 31 ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEINSINYURAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Keinsinyuran adalah rekayasa teknik dengan menggunakan ilmu
pengetahuan, teknologi, keterampilan, dan profesionalitas untuk merancang dan membangun sistem, struktur, proses, material, mesin, dan perangkat demi tujuan peningkatan nilai tambah dan daya guna barang atau jasa.
2. Insinyur adalah orang yang berprofesi di bidang Keinsinyuran. 3. Insinyur Asing adalah Insinyur berkewarganegaraan asing yang berprofesi
di bidang Keinsinyuran di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Dewan Insinyur Indonesia adalah lembaga yang dibentuk untuk
meningkatkan dan memelihara mutu dan pelayanan Keinsinyuran. 5. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang riset ilmu pengetahuan dan teknologi. BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2 Penyelenggaraan Keinsinyuran berasaskan: a. profesionalitas; b. integritas; c. keadilan; d. keselarasan; e. kemanfaatan; f. keamanan dan keselamatan;
47
g. kelestarian lingkungan hidup; dan h. keberlanjutan.
Pasal 3
Pengaturan Keinsinyuran bertujuan untuk: a. memberikan landasan dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan
Keinsinyuran; b. memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan profesi Insinyur yang
andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan yang berkualitas; c. memberikan perlindungan kepada pengguna jasa dan masyarakat dalam
penyelenggaraan Keinsinyuran; dan d. mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
BAB III SYARAT INSINYUR
Pasal 4
Untuk menjadi Insinyur, seseorang harus memenuhi persyaratan:
a. lulusan pendidikan tinggi teknik pada perguruan tinggi dalam negeri yang telah terakreditasi atau perguruan tinggi luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia atau setara dengan penjenjangan kualifikasi profesi di bidang keinsinyuran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. berpengalaman dalam kegiatan Keinsinyuran sesuai standar atau kualifikasi yang ditentukan oleh asosiasi profesi; dan
c. lulus uji kompetensi.
BAB IV SERTIFIKASI, REGISTRASI, DAN IZIN KERJA
Bagian Kesatu Sertifikasi
Pasal 5
(1) Seseorang yang telah lulus uji kompetensi berhak memperoleh sertifikasi kompetensi kerja.
(2) Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh lembaga sertifikasi profesi yang memenuhi persyaratan dan telah mendapat lisensi dari badan yang berwenang melakukan sertifikasi profesi.
48
(3) Sertifikat kompetensi kerja untuk Insinyur diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi atas usul asosiasi profesi.
(4) Pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Registrasi
Pasal 6 (1) Seseorang yang telah memenuhi sertifikasi kompetensi kerja sebagai
Insinyur wajib melakukan registrasi. (2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Dewan Insinyur Indonesia.
Bagian Ketiga Izin Kerja
Pasal 7
(1) Insinyur yang akan melakukan praktik keinsinyuran harus mendapatkan izin kerja dari pemerintah.
(2) Insinyur yang telah mendapatkan izin kerja dapat melakukan kegiatan Keinsinyuran di seluruh wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 8
(1) Insinyur yang melakukan kegiatan Keinsinyuran tanpa memiliki izin kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. peringatan tertulis; dan/atau b. penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran.
(3) Dalam hal kegiatan Keinsinyuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menimbulkan kerugian materiil dikenai sanksi administratif berupa denda.
Pasal 9
(1) Dalam hal Insinyur yang telah mendapatkan izin kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 melakukan kegiatan keinsinyuran yang menimbulkan kerugian materiil dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran;
49
c. pembekuan izin kerja; d. pencabutan izin kerja; dan/atau e. denda.
Bagian Keempat Insinyur Asing
Pasal 10
Setiap warga negara asing yang bekerja pada bidang Keinsinyuran di Indonesia harus: a. dinyatakan sebagai Insinyur menurut hukum negaranya; b. mengikuti sertifikasi Keinsinyuran; c. melakukan registrasi; dan d. memiliki izin kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 11 Insinyur asing yang bekerja di Indonesia wajib melakukan alih ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 12
(1) Insinyur Asing yang melakukan kegiatan Keinsinyuran di Indonesia tanpa memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11 dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran; c. pembekuan izin kerja; dan/atau d. pencabutan izin kerja.
(3) Dalam hal kegiatan Keinsinyuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menimbulkan kerugian materiil dikenai sanksi administratif berupa denda.
Pasal 13
Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi Insinyur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, izin kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Insinyur asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11, serta penetapan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 12 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB V
50
PENGEMBANGAN PROFESI
Pasal 14 (1) Untuk menjamin kompetensi dan meningkatkan mutu profesi, Insinyur
mengikuti pengembangan profesi dan pemeliharaan kompetensi oleh organisasi profesi keinsinyuran.
(2) Pengembangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan untuk: a. membentuk dasar-dasar kompetensi profesional Keinsinyuran; b. meningkatkan mutu Insinyur agar profesional dalam pelaksanaan
tugas dan tanggungjawab; dan c. menjamin kompetensi profesional Insinyur.
(3) Pengembangan profesi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan untuk menentukan jenjang kualifikasi profesi.
(4) Pengembangan profesi diselenggarakan berdasarkan suatu standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban Insinyur
Pasal 15 Insinyur berhak: a. melakukan kegiatan Keinsinyuran sesuai standar kompetensi profesi; b. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi; c. memperoleh informasi, data, dan dokumen yang lengkap dan jujur dari
pengguna jasa Keinsinyuran; d. menerima imbalan sesuai dengan jasa yang diberikan; e. mendapat jaminan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan f. mendapatkan pembinaan dan pemeliharaan kompetensi profesi
keinsinyuran.
Pasal 16 Insinyur berkewajiban: a. melaksanakan kegiatan Keinsinyuran sesuai keahlian dan berdasarkan
Kode Etik Insinyur;
51
b. melaksanakan tugas profesi sesuai dengan keahlian dan jenjang kualifikasi yang dimiliki Insinyur;
c. melaksanakan tugas profesi sesuai dengan standar keselamatan, keamanan, dan aspek lingkungan;
d. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya atas kerahasiaan hubungannya dengan pengguna jasa tentang pekerjaan yang sedang dilaksanakan, bahkan setelah selesai pekerjaan dilaksanakan;
e. melaksanakan profesinya tanpa membedakan suku, agama, ras, gender, golongan, latar belakang sosial, politik dan budaya; dan
f. memelihara kompetensi, memperkaya dan menambah ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengikuti perkembangan Keinsinyuran.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Pengguna Jasa
Pasal 17 Pengguna jasa Keinsinyuran berhak: a. memperoleh perlindungan hukum sebagai konsumen atas jasa
Keinsinyuran yang tidak kompeten dan tidak profesional; b. mendapatkan informasi secara lengkap dan benar atas jasa Insinyur yang
akan dipakai atau digunakan; c. mendapatkan pelayanan dan jasa sesuai dengan perjanjian kerja; dan d. melakukan tindakan hukum atas pelanggaran kontrak dan kerugian lain
diluar kontrak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 18
Pengguna jasa Keinsinyuran berkewajiban:
a. memberikan informasi, data, dan dokumen yang lengkap dan jujur tentang pekerjaan dan jasa yang akan dilaksanakan Insinyur;
b. mempertimbangkan nasihat dan petunjuk Insinyur atas sebuah pekerjaan dan jasa yang akan diterima; dan
c. memberikan imbalan sesuai dengan jasa yang diterima.
BAB VII DEWAN INSINYUR INDONESIA
Bagian Kesatu
52
Umum
Pasal 19
(1) Untuk melindungi pengguna jasa dan masyarakat serta untuk meningkatkan mutu pelayanan profesi Keinsinyuran, dibentuk Dewan Insinyur Indonesia.
(2) Dewan Insinyur Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh asosiasi profesi di bidang Keinsinyuran.
Bagian Kedua
Fungsi, Tugas, dan Wewenang
Pasal 20 Dewan Insinyur Indonesia mempunyai fungsi pengembangan dan pengawasan terhadap Insinyur dan penyelenggaraan Keinsinyuran.
Pasal 21 Dewan Insinyur Indonesia mempunyai tugas: a. mengembangkan standar kompetensi Keinsinyuran sesuai peraturan yang
berlaku; b. melakukan pemeliharaan kompetensi insinyur; c. melakukan registrasi terhadap Insinyur; d. melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan jasa Keinsinyuran
yang dilaksanakan bersama instansi terkait sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing; dan
e. melakukan pembinaan bersama Pemerintah terhadap Insinyur mengenai pelaksanaan etika profesi.
Pasal 22
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Dewan Insinyur Indonesia mempunyai wewenang: a. menetapkan bakuan kompetensi Insinyur; b. menetapkan kode etik Insinyur; dan c. menegakkan disiplin dan kehormatan Insinyur.
Bagian Ketiga
Susunan Organisasi dan Keanggotaan
Pasal 23
(1) Dewan Insinyur Indonesia terdiri atas pimpinan Dewan dan anggota
53
Dewan.
(2) Pimpinan Dewan Insinyur Indonesia terdiri dari seorang Ketua dan 2 (dua) orang wakil ketua.
(3) Pimpinan Dewan Insinyur Indonesia adalah penanggung jawab tertinggi.
(4) Pimpinan Dewan Insinyur Indonesia bekerja secara kolektif kolegial.
(5) Pimpinan Dewan Insinyur Indonesia dipilih dan ditetapkan oleh rapat pleno anggota.
(6) Untuk pelaksanaan fungsi, tugas dan kewenangannya, Dewan Insinyur Indonesia dapat membentuk Komite-Komite yang bersifat tetap ataupun ad-hoc dari antara anggotanya.
Pasal 24
(1) Keanggotaan Dewan Insinyur Indonesia terdiri dari 9 (sembilan) anggota yang dipilih dari unsur-unsur yang berasal dari: a. organisasi-organisasi profesi Keinsinyuran: 3 (tiga) orang; b. akademisi teknik: 2 (dua) orang; c. industri atau masyarakat pengguna jasa dan penghasil produk
Keinsinyuran: 2 (dua) orang; dan d. Pemerintah: 2 (dua) orang.
(2) Keanggotaan Dewan Insinyur Indonesia ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri.
(3) Menteri dalam mengusulkan keanggotaan Dewan Insinyur Indonesia untuk yang dimaksud pada ayat (1) berdasarkan usulan dari Organisasi Profesi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan keanggotaan Dewan Insinyur Indonesia diatur dengan Peraturan Presiden.
Bagian Keempat Pengangkatan, Pemberhentian dan Masa Jabatan Dewan Insinyur
Indonesia
Pasal 25 Untuk dapat diangkat sebagai anggota Dewan Insinyur Indonesia harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. warga negara Republik Indonesia; b. sehat jasmani dan rohani; c. berusia paling rendah 35 (tiga puluh lima) tahun dan paling tinggi 65
(enam puluh lima) tahun pada waktu menjadi anggota Dewan Insinyur Indonesia; dan
d. memiliki pengalaman dan praktik Keinsinyuran sekurang-kurangnya 5
54
(lima) tahun; melepaskan jabatan struktural dan/atau jabatan lainnya pada saat diangkat dan selama menjadi anggota Dewan Insinyur Indonesia.
Pasal 26
(1) Keanggotaan Dewan Insinyur Indonesia berhenti atau diberhentikan karena : a. berakhir masa jabatan; b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri; c. meninggal dunia; d. bertempat tinggal tetap di luar wilayah Republik Indonesia; e. tidak mampu lagi melakukan tugas secara terus-menerus selama 3
(tiga) bulan; atau f. dipidana karena melakukan tindak pidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. (2) Dalam hal anggota Dewan Insinyur Indonesia menjadi tersangka tindak
pidana, diberhentikan sementara dari jabatannya. (3) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Pimpinan Dewan Insinyur Indonesia. (4) Pengusulan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan Menteri kepada Presiden. (5) Pengisian kekosongan keanggotaan Dewan Insinyur Indonesia
dilakukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung sejak pemberhentian ditetapkan Presiden.
(6) Masa jabatan Dewan Insinyur Indonesia adalah 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
Pasal 27
(1) Dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang Dewan Insinyur Indonesia dibantu sekretariat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Kelima
Kode Etik Insinyur
Pasal 28
(1) Untuk menjamin mutu jasa Keinsinyuran dibuat Kode Etik sebagai landasan tata laku Insinyur.
(2) Kode Etik Insinyur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh Dewan Insinyur Indonesia.
55
Pasal 29
Kode etik insinyur harus dijadikan pegangan dan landasan tingkah laku setiap insinyur dalam menjalankan penyelenggaraan kegiatan Keinsinyuran.
Bagian Keenam
Pembiayaan
Pasal 30
(1) Pelaksanaan tugas-tugas Dewan Insinyur Indonesia dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
(2) Pengelolaan Pembiayaan tugas-tugas Dewan Insinyur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara transparan, tertib dan akuntabel sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Pengelolaan Pembiayaan tugas-tugas Dewan Insinyur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diaudit secara berkala oleh akuntan publik.
BAB VIII
PEMBINAAN JASA KEINSINYURAN
Pasal 31 (1) Pemerintah bertanggungjawab atas pembinaan jasa Keinsinyuran. (2) Tanggung jawab pembinaan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri. (3) Pembinaan jasa Keinsinyuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan: a. menetapkan standar kompetensi Insinyur; b. melaksanakan program pemberdayaan kapasitas nasional
Keinsinyuran; dan c. melakukan pengawasan atas penyelenggaraan jasa Insinyur.
Pasal 32
Pembinaan jasa Keinsinyuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 diarahkan untuk : a. meningkatkan mutu dan kualitas jasa profesi insinyur; b. menjamin perlindungan bagi masyarakat atas pemberian jasa profesi yang
dilakukan oleh insinyur; dan c. memberikan kepastian hukum bagi masyarakat.
Pasal 33
56
(1) Dalam rangka pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dapat dilakukan audit kinerja Keinsinyuran.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara audit kinerja Keinsinyuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB IX KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 34
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku: a. peraturan pelaksanaan yang mengatur mengenai Keinsinyuran, tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan hingga ditetapkan pengaturan lain yang diamanatkan oleh Undang-Undang ini;
b. Insinyur yang telah memiliki sertifikat dari Organisasi Profesi dan nomor registrasi dari lembaga berwenang yang telah ada, dinyatakan sebagai Insinyur yang telah teregistrasi; dan
c. sertifikasi dan registrasi Insinyur harus disesuaikan paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35 Semua peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk melaksanakan undang-undang ini harus sudah dibentuk paling lambat 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 36 Dewan Insinyur Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 harus dibentuk paling lambat 12 (dua belas) bulan terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 37
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-
57
Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaga Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN … NOMOR …
58
RANCANGAN PENJELASAN
ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … TAHUN … TENTANG
KEINSINYURAN I. UMUM
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap orang dalam mengembangkan dirinya memerlukan pendidikan dan manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya demi meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan umum. Untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan tersebut salah satunya dapat dicapai dengan tersedianya sumber daya manusia yang andal dan profesional yang mampu melakukan rekayasa teknik guna meningkatkan nilai tambah, daya guna, efisiensi dan efektivitas anggaran, perlindungan publik, kemajuan ilmu dan teknologi, serta pencapaian kebudayaan dan peradaban bangsa yang tinggi.
Sumber daya manusia yang mampu melakukan rekayasa teknik masih tersebar dalam berbagai profesi dan kelembagaan masing-masing sehingga belum mempunyai standarisasi keahlian, kemampuan, dan kompetensi profesional. Insinyur sebagai salah satu komponen utama pemberi pelayanan jasa teknologi haruslah memiliki kompetensi untuk melakukan pekerjaan di bidangnya, sehingga kegiatan yang dilakukannya dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan dirinya. Hasil karya Insinyur harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara moril maupun materiil dan di muka hukum. Sehingga dalam memberikan pelayanan jasa teknik dan teknologi terhadap pengguna jasa, harus dilakukan secara professional dan bertanggungjawab.
Salah satu unsur penting dalam memberikan pelayanan jasa teknik dan teknologi adalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan kompetensi teknik yang dimiliki, yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Pengetahuan yang dimilikinya harus terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknik, dan teknologi. Perangkat keilmuan yang dimiliki seorang Insinyur mempunyai karakteristik yang khas yang terlihat dari kemampuan untuk melakukan suatu upaya rekayasa teknik dan teknologi sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik lingkungan serta menyesuaikan dengan perkembangan teknik dan teknologi yang ada. Kemampuan untuk melakukan upaya rekayasa
59
teknik dan teknologi ini untuk meningkatkan keunggulan infrastruktur, keselamatan dan kesejahteraan umat manusia.
Pelayanan jasa yang berkualitas ini hanya dapat diberikan oleh Insinyur yang memiliki kompetensi untuk melakukan pekerjaan di bidangnya, sehingga kegiatan yang dilakukannya dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan dirinya. Namun kenyataan saat ini, profesi Insinyur belum memiliki aturan hukum yang memadai dan belum ada pengaturan yang terintegrasi mengenai rekayasa teknik yang dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum, baik kepada sumber daya manusia yang melakukan rekayasa teknik maupun masyarakat pada umumnya.
Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum baik kepada Insinyur maupun pengguna jasa Keinsinyuran, meningkatkan keselamatan kerja, keunggulan hasil rekayasa, serta bertambahnya kualitas hidup dan kesejahteraan Insinyur dan masyarakat, maka perlu diatur kegiatan Keinsinyuran dalam suatu peraturan perundang-undangan, sehingga kegiatan Keinsinyuran benar-benar dilakukan berdasarkan atas penguasan ilmu pengetahuan, teknik, dan teknologi, serta keahlian professional serta berdasarkan suatu kerangka hukum yang jelas. Untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum terhadap seluruh kegiatan rekayasa teknik dan teknologi , diperlukan pengaturan mengenai Keinsinyuran dalam suatu undang-undang.
Penyelenggaraan kegiatan Keinsinyuran hendaknya berlandaskan pada asas profesional; integritas; keadilan; keselarasan; manfaat; keamanan dan keselamatan; kelestarian lingkungan hidup; dan keberlanjutan. Hal ini ditujukan agar tujuan pengaturan Keinsinyuran dapat tercapai sebagaimana mestinya. Adapun Pengaturan Keinsinyuran bertujuan untuk: a. memberikan landasan dan kepastian hukum dalam kegiatan
Keinsinyuran b. memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan profesi Insinyur
yang andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan yang berkualitas; dan
c. memberikan perlindungan kepada pengguna jasa dan masyarakat dalam kegiatan Keinsinyuran; Adapun lingkup pengaturan dari Undang-Undang tentang Keinsinyuran
secara garis besar mengatur tentang bagaimana kegiatan Keinsinyuran terselenggara oleh sumber daya manusia yang profesional dan bertanggung jawab dengan terpenuhinnya syarat dan kualifikasi yang terstandar, demikian pula proses sertifikasi, registrasi dan izin kerja yang
60
jelas. Pengaturan juga mencakup bagaimana pengembangan profesi di bidang Keinsinyuran. Lingkup selanjutnya mengatur tentang penyelenggaraan pekerjaan atau kegiatan Keinsinyuran yang terkait dengan hak dan kewajiban antara Insinyur dan pengguna jasa. Sebagai suatu hubungan kerja maka hasil kegiatan Keinsinyuran harus dapat memberi manfaat tidak hanya bagi pengguna jasa tapi bagi masyarakat yang menjadi pengguna hasil karya kegiatan Keinsinyuran sehingga perlu diatur bagaimana pembinaan profesi Keinsinyuran ini termasuk di dalamnya mengenai kelembagaan yang bertanggung jawab menetapkan dan mengembangkan suatu standar profesi dan kode etik serta kedisiplinan pelaksanaan profesi Keinsinyuran sehingga mampu mengawal apa yang menjadi tujuan pengaturan Keinsinyuran sesuai yang diharapkan dalam Undang-Undang ini.
Sebagai suatu aturan, Undang-Undang ini dilengkapi pula dengan alat penegakan hukum berupa ketentuan sanksi baik berupa pidana maupun administratif. Untuk mengatasi kekosongan hukum diatur ketentuan peralihan terkait dengan kenyataan bahwa kegiatan Keinsinyuran telah lama dipraktikan dalam masyarakat sebelum lahirnya undang-undang ini, terutama terkait status mereka yang sudah berprofesi di bidang Keinsinyuran ini jauh sebelum lahirnya Undang-Undang ini.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a Yang dimaksud dengan “asas profesionalitas” adalah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya setiap Insinyur harus mempunyai keahlian dan keilmuan, serta menjunjung tinggi kode etik profesi.
Huruf b Yang dimaksud dengan “asas integritas” adalah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, Insinyur harus mengikuti sistem dan standar yang berlaku.
Huruf c Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah kesadaran Insinyur akan fungsinya dalam penyelenggaraan praktik Keinsinyuran serta bertanggung jawab memenuhi berbagai kewajiban guna memperoleh haknya.
61
Huruf d Yang dimaksud dengan “asas keselarasan” adalah bahwa penyelenggaraan Keinsinyuran dapat seimbang dan sejalan dengan kepentingan masyarakat dan Negara, serta selaras dengan kebudayaan dan peradaban Indonesia.
Huruf e Yang dimaksud dengan “asas kemanfaatan” adalah bahwa penyelenggaraan Keinsinyuran dapat menjamin terwujudnya nilai tambah yang optimal bagi para pihak dan bagi kepentingan nasional.
Huruf f Yang dimaksud dengan “asas keamanan dan keselamatan” adalah terpenuhinya tertib penyelenggaraan Keinsinyuran, keamanan lingkungan dan keselamatan kerja, serta pemanfaatan hasil pekerjaan Keinsinyuran dengan tetap memperhatikan kepentingan umum.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “asas kelestarian lingkungan hidup” adalah bahwa bahwa penyelenggaraan Keinsinyuran memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup untuk generasi sekarang dan untuk generasi yang akan datang demi kepentingan bangsa dan negara.
Huruf h Yang dimaksud dengan "asas keberlanjutan" adalah penyelenggaraan Keinsinyuran dapat berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Pasal 3
Cukup jelas. Pasal 4
Huruf a Cukup jelas.
Huruf b Cukup jelas.
Huruf c
62
Yang dimaksud dengan “uji kompetensi” adalah proses sertifikasi kompetensi kerja yang dilakukan secara sistematis dan objektif sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
Pasal 5
Cukup jelas. Pasal 6
Registrasi dimaksudkan hanya sebagai kegiatan pencatatan administrasi dalam rangka pendataan profesi Insinyur.
Pasal 7
Cukup jelas. Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9 Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11 Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas. Pasal 13
Cukup jelas. Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15 Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
63
Pasal 17 Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas. Pasal 19
Cukup jelas. Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21 Cukup jelas.
Pasal 22 Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas. Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25 Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27 Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29 Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
64
Pasal 31
Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2)
Menteri yang bertanggung jawab di bidang Keinsinyuran meliputi menteri yang mengurusi bidang pendidikan dan kebudayaan, bidang riset dan teknologi, bidang pekerjaan umum, dan bidang perindustrian.
Ayat (3) Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas. Pasal 33
Cukup jelas. Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35 Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas. Pasal 37
Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR …
65
CATATAN
66
CATATAN
67
CATATAN
68
CATATAN