Upload
vuonganh
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
Buku
Studi Diet Total Survei Konsumsi Makanan Individu DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
2014
Tim Penulis : Sugianto, SKM, M.Sc.PH
M. Faozan, SKM, MPH Asih Setyani, SP, MPH
Lembaga Penerbit BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
2014
ii
Kata Pengantar
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan
karunia Allah, kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014
Daerah Istimewa Yogyakarta SDT terdiri dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI).
Pelaksanaan pengumpulan data SDT yang diawali SKMI 2014 di Daerah Istimewa
Yogyakarta dilakukan di bulan Mei - Juli 2014 di 5 kabupaten/kota. Sebanyak 52 enumerator
disebar di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta, dan 3 koordinator klaster yang berasal dari
peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) serta 1
Penanggung Jawab Operasional Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebanyak
575 rumah tangga dapat dikunjungi dan sebanyak 1805 individu dapat di wawancara.
Sebelum pelaksanaan pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu pelatihan koordinator
klaster dan enumerator.
Proses manajemen data dimulai dari pengumpulan dan entri data ke komputer data di
lapangan. Selanjutnya, proses „data cleaning‟ dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat)
dan Tim Teknis di Balitbangkes. Masih terbatasnya ketersediaan komposisi zat gizi dalam
bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup semua zat gizi.
Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih
yang tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh enumerator, koordinator
klaster, penanggung jawab operasional peneliti dari Dinas Kesehatan Provinsi serta Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS), para pakar dari
Perguruan Tinggi, para Dosen Politeknik Kesehatan dan semua pihak yang telah
berpartisipasi mensukseskan SDT ini.
Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu
Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa,
dalam menunjukkan karya baktinya.
Billahi taufiq walhidayah, wassalamu‟alaikum wr. wb.
Jakarta, Desember 2014
Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan Dan Epidemiologi Klinik
Dr. Siswanto, MHP
iii
Kata Sambutan
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia
Nya, kita dapat menyelesaikan Laporan Hasil Survei Konsumsi Makanan Individu tahun
2014. Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) merupakan bagian dari Studi Diet Total
(SDT) bersama dengan kegiatan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). SKMI
dilaksanakan di 33 provinsi (Kalimantan Utara masih bergabung Kalimantan Timur).
Pelaksanaan SDT yang diawali uji coba kuesioner SKMI 2014 hingga pengumpulan data
dilakukan sejak bulan Maret- Juli 2014 di 33 provinsi. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan mengerahkan sekitar 2.372 enumerator yang menyebar di seluruh provinsi, 273
koordinator klaster yang terdiri dari peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes) dan dosen Poltekkes Jurusan Gizi serta 134 Penanggung Jawab Operasional
Dinas Kesehatan Provinsi. Sebanyak 51.127 rumah tangga dapat dikunjungi dan sebanyak
162.044 individu dapat di wawancara.
SDT telah menghasilkan informasi tentang macam hidangan, jenis bahan makanan yang
dikonsumsi dan beratnya serta jumlah zat gizi yang dikonsumsinya. Dari jenis dan berat
bahan makanan yang dikonsumsi dilakukan ACKM untuk mengetahui paparan dari beberapa
zat mungkin menyebabkan penyakit tidak menular. Masih terbatasnya ketersediaan
komposisi zat gizi dalam bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup
semua zat gizi.
Proses manajemen data dimulai dari pengumpulan data di lapangan, kemudian dilakukan
entry data ke komputer yang dilaksanakan di lapangan. Selanjutnya, proses „data cleaning‟
dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Format data
dibuat untuk keperluan laporan SKMI di 33 provinsi dan ACKM di Yogyakarta. Proses
pengumpulan data, entri data dan khususnya data cleaning sungguh memerlukan ketelitian,
stamina, pikiran dan kesebaran tingkat tinggi. Demikian pula, rancangan laporan dan
khususnya rancangan tabel juga memerlukan pengalaman.
Data konsumsi makanan individu ini harus dapat „go international’. Oleh karena itu, data
perlu mengikuti format untuk harmonisasi internasional dalam FAO/WHO Chronic Individual
Food Consumption Database seperti yang sudah tersedia di Cina dan Jepang, serta sedang
dipersiapkan di Laos dan Myanmar. Data ini juga perlu harmonisasi kepentingan
iv
stakeholders di bidang gizi dan keamanan pangan dalam format FAO/WHO Global Individual
Food Consumption data Tool (FAO/WHO GIFT).
Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus
atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti, litkayasa dan staf
Balitbangkes, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS), para pakar dari Perguruan
Tinggi, Para Dosen Poltekkes, Penanggung Jawab Operasional dari Jajaran Dinas
Kesehatan Provinsi, seluruh enumerator dan semua pihak yang telah berpartisipasi
mensukseskan SDT ini.
Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu Menteri
Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa, dalam
menunjukkan karya baktinya.
Billahi taufiq wal hidayah, Wassalamu‟alaikum Wr. wb.
Jakarta, Desember 2014 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K)., MARS., DTM&H, DTCE
v
Ringkasan Eksekutif
Studi Diet Total (SDT) 2014 adalah studi berbasis komunitas dengan sampel individu yang dapat mewakili provinsi dan nasional dengan menggunakan sub sampel Riskesdas 2013. SDT 2014 mencakup Survei Konsumsi Makanan Indonesia (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). SKMI dilakukan karena belum tersedia data konsumsi makanan individu nasional yang lengkap sebagai dasar melakukan ACKM. Penelitian ini merupakan survei berskala nasional dan multi years, dengan disain potong lintang (cross-sectional), non-intervensi/observasi, deskriptif dan analitik. Penelitian Studi Diet Total dilakukan pada tahun 2014 dan 2015. Studi Diet Total terdiri dari SKMI dan ACKM. Dari 26 BS terpilih untuk sampel SDT 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta, BS yang berhasil ditemukan dan dikunjungi 26 BS (100%) yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota. Adapun dari jumlah target rumah tangga sebesar 642 RT terdapat 575 RT yang berhasil dikunjungi (89,6%). Sedangkan untuk jumlah target ART 2053 orang terdapat 1805 orang yang berhasil diwawncarai (87,9%). Hasil SDT di Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa rata-rata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan hasil olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah beras yaitu 143,2 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah beras yaitu 97,7 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah singkong dan olahan yaitu 19,1 gram per hari, kentang dan olahan 8,9 gram per hari dan ubi jalar 3,4 gram perhari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah singkong dan olahan yaitu 29,5 persen. Rerata penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah kacang kedelai dan olahan yaitu sebesar 72,3 gram per hari. Persentase penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah kacang kedelai dan olahan sebesar 72,0 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah sayuran daun yaitu sebesar 65,5 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah sayuran daun sebesar 85,0 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah pisang yaitu sebesar 20,3 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah pisang sebesar 20,4 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah daging unggas yaitu sebesar 42,5 gram per hari, Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah daging unggas sebesar 36,9 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah jeroan unggas yaitu sebesar 1,6 gram per hari, Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah jeroan lainnya sebesar 4,0 persen. Rerata penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah ikan air tawar yaitu sebesar 15,6 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah ikan laut sebesar 6,9 persen. Rerata penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah telur ayam yaitu sebesar 25,20 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah telur ayam sebesar 51,5 persen.
vi
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah susu cair yaitu sebesar 4,9 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah susu kental manis sebesar 12,3 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah minyak kelapa dan olahan yaitu sebesar 28,5 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah minyak kelapa sawit dan minyak kelapa sebesar 94,5 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah gula yaitu sebesar 28,96 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah gula sebesar 92,3 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok bumbu di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah bumbu basah yaitu sebesar 14,56 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bumbu di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah garam sebesar 98,9 persen. Rerata konsumsi kelompok minuman jenis minuman serbuk, tertinggi adalah teh instan/daun kering (3.8 gram). Persentase penduduk yang mengkonsumsi kelompok minuman menurut kelompok umur tertinggi tertinggi adalah minuman serbuk (74,1%). Rerata tertinggi konsumsi air minum pada kelompok uisa 19-55 tahun (1.330,6 ml). Rerata tertinggi konsumsi air minum kemasan bermerek adalah pada kelompok usia 19-55 tahun (248,6 ml). Rerata tertinggi konsumsi minuman cair kemasan pabrikan adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (38,7 ml). Persentase tertinggi penduduk yang mengonsumsi air minum berdasarkan sumber air adalah mengonsumsi air minum (97,7%). Rerata konsumsi suplemen tertinggi pada semua kelompok usia adalah minuman suplemen (0,4 ml). Rerata konsumsi jamu tradisional (0,54 ml) lebih tinggi dibanding konsumsi jamu pabrikan (0,02 mg) pada semua kelompok usia. Persentase tertinggi penduduk yang mengonsumsi suplemen adalah mengonsumsi suplemen multivitamin (1%). Persentase penduduk mengonsumsi jamu tradisional (0,9%) lebih tinggi dibanding jamu pabrikan (0,6%). Rerata asupan energi penduduk laki-laki baik di daerah perkotaan, perdesaan maupun secara keseluruhan lebih tinggi dibanding penduduk perempuan. Rerata asupan energi penduduk laki-laki di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan, paling tinggi pada kelompok usia 13-18 tahun. Rerata asupan energi penduduk laki-laki di daerah pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun. Sedangkan rerata asupan energi penduduk perempuan di daerah pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun. Rerata kecukupan energi pada laki-laki berdasarkan kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (99%). Rerata kecukupan energi pada perempuan berdasarkan kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (96%). Berdasarkan tempat tinggal, rerata kecukupan energi penduduk perkotaan lebih tinggi dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, kelompok teratas memiliki rerata kecukupan energi tertinggi, dan kelompok menengah bawah memiliki rerata kecukupan energi terendah. Proporsi penduduk yang defisit energi menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa perempuan lebih mengalami defisit energi dibanding laki-laki. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih mengalami defisit energi dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas menengah bawah mengalami defisit energi tertinggi (49,1% ) dan penduduk kelas teratas mengalami defisit energi terendah. Persentase penduduk yang lebih dari 100 persen AKE menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih mengalami kelebihan energi dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas teratas mengalami kelebihan energi > 100 persen AKE tertinggi (31%) dan penduduk kelas menengah bawah mengalami kelebihan energi > 100% AKE terendah (15,7%).
Rerata asupan protein penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (78 g). Rerata asupan protein penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia
vii
5-12 tahun (72 g). Rerata asupan protein penduduk laki-laki di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (69 g). Rerata asupan protein penduduk perempuan di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (56 g). Rerata kecukupan protein penduduk laki-laki maupun perempuan menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (129). Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih tinggi kecukupan proteinnya dibanding penduduk daerah pedesaan. Berdasartkan indeks kepemilikan, rerata kecukupan protein tertinggi pada penduduk menengah teratas (107 persen). Proporsi penduduk yang defisit protein menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa perempuan lebih mengalami defisit protein dibanding laki-laki. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah pedesaan lebih mengalami defisit protein dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas menengah bawah mengalami defisit energi tertinggi (50,6persen) dan penduduk kelas teratas mengalami defisit energi terendah (26,3%). Proporsi penduduk yang lebih dari 100 persen AKP menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih mengalami kelebihan protein dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas teratas mengalami kelebihan protein > 100 persen AKP tertinggi (56,8%) dan penduduk kelas terbawah mengalami kelebihan protein > 100 persen AKP terendah (30%).
Rerata asupan lemak penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (81,1 g). Rerata asupan lemak penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (78,4 g). Rerata asupan lemak penduduk laki-laki di pedesaan, tertinmggi pada kelompok usia 19-55 tahun (70,7 g). Rerata asupan lemak penduduk perempuan di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (76,0 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (302,6 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (254,2 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk laki-laki di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (295,3 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk perempuan di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (245,7 g).
Rerata asupan natrium penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (1.553 mg). Rerata asupan natrium penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (2.126 mg). Rerata asupan natrium penduduk laki-laki di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (1.258 mg). Rerata asupan natrium penduduk perempuan di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (1.558 mg). Rerata konsumsi gula dan garam, penduduk laki-laki menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 55 + tahun. Rerata konsumsi minyak/lemak, penduduk laki-laki menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (24,5 g). Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih rendah rerata konsumsi gula, garam, maupun minyak/lemak dibanding penduduk daerah pedesaan.
Seluruh hasil SKMI dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk evaluasi dan perencanaan kesehatan khususnya di bidang gizi di tingkat pusat maupun daerah. Rekomendasi 1. Mengingat sumber makanan pokok lokal (ubi-ubian) masih sedikit dikonsumsi penduduk
Daerah Istimewa Yogyakarta (rerata 32,5 gram per orang per hari) dan masih ada penduduk yang mengalami defisit energy, maka perlu dirumuskan kebijakan penganekaragaman makanan pokok yang berbasis makanan lokal sebagai.
2. Mengingat sumbangan protein dari hasil laut masih sedikit (rerata konsumsi ikan laut 9,3 per orang per hari dan proporsi penduduk yang mengkonsumsi ikan laut hanya 6,9%) dibandingkan dengan potensi yang ada maka perlu kebijakan peningkatan potensi hasil laut sebagai sumber protein hewani bagi penduduk
3. Mengingat konsumsi sayuran dan buah masih sedikit maka perlu dirumuskan kebijakan untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah melalui edukasi dan peningkatan ketersediaan sayuran dan buah dengan harga yang terjangkau
viii
4. Mengingat konsumsi minuman kemasan baik serbuk maupun cair pada anak mulai meningkat (kelompok usia 5-12 tahun mengkonsumsi minuman kemasan serbuk sebesar 3,6 gram per orang per hari dan mengkonsumsi minuman kemasan cairan sebesar 32,2 ml per orang per hari), maka perlu dirumuskan kebijakan untuk melindungi anak dari konsumsi minuman kemasan yang berlebihan
5. Mengingat sudah terdapat sebagian penduduk yang mengonsumsi gula (31,61 gram per orang per hari), garam (3,7 gram per orang per hari), dan minyak/lemak (50,3 gram per orang per hari), ini melebihi batas yang ditetapkan dalam Permenkes nomor 30 tahun 2013, maka perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko mengonsumsi berlebih gula, garam dan minyak/lemak melalui edukasi atau kampanye.
ix
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................... ii
Kata Sambutan ......................................................................................................... iii
Ringkasan Eksekutif ................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar belakang ........................................................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah Penelitian ............................................................................... 2
1.3. Pertanyaan Penelitian ............................................................................................. 2
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 2
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 3
BAB II METODE PENELITIAN ................................................................................... 4
2.1. Disain penelitian...................................................................................................... 4
2.2. Tempat dan Waktu .................................................................................................. 4
2.3. Populasi dan Sampel .............................................................................................. 4
2.4. Variabel dan Definisi Operasional ........................................................................... 4
2.5. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ............................................................... 12
2.5.1. Instrumen ............................................................................................................ 12
2.5.2. Cara Pengumpulan Data ..................................................................................... 12
2.5.3. Wawancara .......................................................................................................... 12
2.5.4. Penimbangan Berat Badan .................................................................................. 14
2.6. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 14
2.7. Pengawasan Kualitas Data ................................................................................... 18
2.7.1. Analisis Data ....................................................................................................... 19
2.8. Ijin penelitian. ........................................................................................................ 20
2.9. Pertimbangan etik penelitian ................................................................................. 20
BAB III HASIL ........................................................................................................... 21
3.1. Gambaran umum lokasi ........................................................................................ 21
3.2. Jumlah sampel yang terkumpul (Response rates) ................................................. 22
3.3. Bahan makanan yang dikonsumsi individu menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group) ..................................................................................................... 23
3.4. Asupan dan Kecukupan Energi ............................................................................. 59
3.5. Asupan dan Kecukupan Protein ............................................................................ 62
x
3.6. Asupan Lemak ...................................................................................................... 64
3.7. Asupan karbohidrat ............................................................................................... 65
3.8. Asupan natrium ..................................................................................................... 66
3.9. Konsumsi gula, garam dan minyak/lemak ............................................................. 67
3.10. Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan protein ......................................... 69
BAB IV. KESIMPULAN ............................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 73
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Variabel dan Definisi Operasional SKMI ................................................................ 6
Tabel 3.1 Distribusi BS, RT dan ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan Kabupaten/Kota, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 22
Tabel 3.2 Distribusi ART yang Distribusi berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014............................................................... 22
Tabel 3.3 Distribusi ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan umur dan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014............................................................... 22
Tabel 3.4 Distribusi ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ...................................................................................... 23
Tabel 3.5 Rerata Konsumsi Kelompok Serealia dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................ 24
Tabel 3.6 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Serealia dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .......................................................... 25
Tabel 3.7 Rerata Konsumsi Kelompok Umbi dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 26
Tabel 3.8 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Umbi dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 27
Tabel 3.9 Rerata Konsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan per orang perhari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .................................. 28
Tabel 3.10 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................. 29
Tabel 3.11 Rerata Konsumsi Kelompok Sayuran dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 30
Tabel 3.12 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Sayur dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 31
Tabel 3.13 Rerata Konsumsi Kelompok Buah- Buahan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .................................. 32
Tabel 3.14 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Buah-buahan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 33
Tabel 3.15 Rerata Konsumsi Kelompok Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................ 34
Tabel 3.16 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Daging dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 35
Tabel 3.17 Rerata Konsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakart 2014 ............................................... 36
Tabel 3.18 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 37
xii
Tabel 3.19 Rerata Konsumsi Kelompok Ikan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 38
Tabel 3.20 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Ikan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 39
Tabel 3.21 Rerata Konsumsi Kelompok Telur dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 40
Tabel 3.22 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Telur dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 41
Tabel 3.23 Rerata Konsumsi Kelompok Susu dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 41
Tabel 3.24 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Susu dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 42
Tabel 3.25 Rerata Konsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .................................. 43
Tabel 3.26 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 44
Tabel 3.27 Rerata Konsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 45
Tabel 3.28 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 46
Tabel 3.29 Rerata Konsumsi Kelompok Bumbu per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................................ 46
Tabel 3.30 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Bumbu Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ...................................................................................... 48
Tabel 3.31 Rerata Konsumsi Kelompok Minuman per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 49
Tabel 3.32 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Minuman Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ...................................................................................... 50
Tabel 3.33 Rerata Konsumsi Kelompok Makanan Komposit per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 51
Tabel 3.34 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Makanan Komposit Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................................. 52
Tabel 3.35 Rerata Konsumsi Kelompok Air per orang per hari (ml) Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ...................................................................................... 52
Tabel 3.36 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Air Menurut Kelompok UmurDaerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 53
Tabel 3.37 Rerata Konsumsi Kelompok Suplemen dan Jamu per orang per hari (mg) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 54
Tabel 3.38 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Suplemen dan Jamu Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................................ 55
xiii
Tabel 3.39 Rerata Konsumsi Serealia, Umbi/Pati, Kacang, Sayur, Buah, Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .... 56
Tabel 3.40. Rerata Konsumsi Jeroan, Ikan, Telur, Susu, Minyak, olahannya, Gula dan konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................................. 57
Tabel 3.41 Rerata Konsumsi Bumbu, Minuman, Makanan Komposit, Air dan Suplemen per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........... 58
Tabel 3.42 Rerata Asupan Energi Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 59
Tabel 3.43 Rerata Kecukupan Energi Menurut Karakteristik Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ..................................................................................................................................... 60
Tabel 3.45 Rerata Asupan Protein Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 62
Tabel 3.46 Rerata Kecukupan Protein Menurut Karakteristik Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ..................................................................................................................................... 63
Tabel 3.47 Rerata Asupan Lemak Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 64
Tabel 3.48 Rerata Asupan Karbohidrat Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 65
Tabel 3.49 Rerata Asupan Natrium Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 66
Tabel 3.50 Rerata Konsumsi Gula, Garam, Minyak/Lemak Pada Penduduk Menurut Karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................. 67
Tabel 3.51 Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi pesan Permenkes No 30 Tahun 2013 menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .. 68
Tabel 3.52 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset, dan menurut tingkat kecukupan asupan protein, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........... 69
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Rerata Konsumsi Kelompok Serealia dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 24
Gambar 3.2 Rerata Konsumsi Kelompok Umbi dan Olahan per orang per hari (gram)Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 26
Gambar 3.3 Rerata Konsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................... 28
Gambar 3.4 Rerata Konsumsi Kelompok Sayuran dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 30
Gambar 3.5 Rerata Konsumsi Kelompok Buah-buahan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .............................................. 32
Gambar 3.6 Rerata Konsumsi Kelompok Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 34
Gambar 3.7 Rerata Konsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 36
Gambar 3.8 Rerata Konsumsi Kelompok Ikan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 38
Gambar 3.9Rerata Konsumsi Kelompok Telur dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 40
Gambar 3.10 Rerata Konsumsi Kelompok Susu dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 42
Gambar 3.11 Rerata Konsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .................................. 43
Gambar 3.12 Rerata Konsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 45
Gambar 3.13 Rerata Konsumsi Kelompok Bumbu per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................ 47
Gambar 3.14 Rerata Konsumsi Kelompok Minuman per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 49
Gambar 3.15 Rerata Konsumsi Kelompok Makanan Komposit per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 51
Gambar 3.16 Rerata Konsumsi Kelompok Air per orang per hari (ml), Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................................. 53
Gambar 3.17 Rerata Konsumsi Kelompok Suplemen dan Jamu per orang per hari (mg) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 54
xv
DAFTAR SINGKATAN
ACKM : Analisis Cemaran Kimia Makanan
ADI : Acceptable Daily Intake
AKG : Angka Kecukupan Gizi
ART : Anggota Rumah Tangga
Badan PPSDMK : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manumur Kesehatan
Balita : Bawah Lima Tahun
Balitbangkes : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
BB : Berat Badan
BDD : Berat Dapat Dimakan
BPOM : Badan Pengawasan Obat dan Makanan
BPS : Badan Pusat Statistik
BS : Blok Sensus
BTP : Bahan Tambahan Pangan
DKBM : Daftar Komposisi Bahan Makanan
DS SDT : Daftar Sampel Studi Diet Total
EFSA : European Food Safety Authority
FAO : Food and Agriculture Organization
FAO/WHO GIFT : FAO/WHO Global Individual Food Consumption Data Tool
JECFA : Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives
KEPK : Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Korwil : Koordinator Wilayah
Lansia : Lanjut Umur
Mandat : Manajemen Data
xvi
MDG‟s : Millenium Development Goals
MSG : Mono Sodium Glutamat
PAM : Perusahaan Air Minum
Poltekkes : Politeknik Kesehatan
PSP : Persetujuan Sesudah Penjelasan
PTDI : Provisional Tolerable Daily Intake
PTM : Penyakit Tidak Menular
PTMI : Provisional Tolerable Montly Intake
PTWI : Provisional Tolerable Weekly Intake
RAN : Rencana Aksi Nasional
RSE : Relative Standard Error
RT : Rumah Tangga
SDT : Studi Diet Total
SKMI : Survey Kesehatan Masyarakat Indonesia
WHO : World Health Organization
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) merupakan survei yang bertujuan untuk mengumpulkan data makanan yang dikonsumsi penduduk. Survei ini menjadi dasar bagi pelaksanaan Studi Diet Total (SDT). Studi Diet Total penting dilaksanakan karena berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas (2010), makanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia belum sesuai dengan kebutuhan. Masih terdapat mayarakat yang kurang gizi, namun terdapat juga masyarakat yang menghadapi kelebihan gizi terutama di perkotaan. Konsumsi makanan dan atau minuman bergula, bergaram dan berlemak jenuh tinggi disertai dengan konsumsi sayuran dan buah yang rendah, merupakan salah satu faktor risiko utama PTM terkait-gizi (Beaglehole et al, 2011). Selain itu tingkat pencemaran kimia pada bahan makanan dan minuman cukup tinggi ditemukan didaerah industri pertambangan dan pertanian hortikultura (Kemenkes 2012) berkaitan dengan penyakit tidak menular. Data mortalitas menurut kelompok penyakit berdasarkan kajian hasil survei kesehatan nasional 1995-2007 (Atmarita, 2011) menunjukkan terjadinya pergeseran pola penyakit penyebab kematian pada berbagai golongan umur. Kasus kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, kanker dan diabetes melitus semakin meningkat dibandingkan dengan kasus kematian akibat penyakit menular. Angka kematian akibat penyakit diabetes melitus meningkat dari 1,1 persen menjadi 2,1 persen, hipertensi dari 7,6 persen menjadi 9,5 persen, dan stroke dari 8,3 persen menjadi 12,1 persen (Depkes, 2008 dan Kemenkes, 2014). Prevalensi gizi kurang, kependekan dan prevalensi gizi lebih di tahun 2013 cenderung tidak berubah dibandingkan dengan tahun 2007. Masalah gizi lebih sangat berkaitan dengan kejadian PTM, sehingga peningkatan angka kematian akibat PTM diduga berhubungan erat dengan pola konsumsi pangan (bahan makanan atau minuman) yang mencakup jumlah, mutu dan keamanan. Saat ini telah terdapat banyak data SDT yang berasal dari negara-negara yang telah melakukan studi ini, antara lain Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Kanada, Itali, Inggris, Perancis dan negara-negara Asia seperti Cina dan Malaysia. Saat ini SDT dilakukan di seluruh dunia dengan mengikuti pedoman umum yang dikembangkan oleh WHO terutama dari segi metode, sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu informasi tingkat internasional yang terharmonisasi. Di Indonesia sampai saat ini belum pernah dilakukan SDT yang mencakup survei konsumsi pangan dan analisis senyawa kimia di dalam bahan pangan. Data konsumsi makanan tingkat nasional dari Susenas, Riskesdas 2007, dan Riskesdas 2010, belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelaksanaan SDT sesuai pedoman umum harmonisasi dari WHO. Data konsumsi dari Susenas merupakan hasil pendekatan dari biaya pengeluaran rumah tangga untuk pembelian pangan sehingga tidak bisa menunjukkan jumlah pangan yang sebenarnya dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Data konsumsi dalam Riskesdas 2007 juga merupakan data konsumsi rumah tangga, sehingga tidak bisa dihubungkan dengan data kejadian penyakit yang mewakili data individu, sedangkan Riskesdas 2010 sudah mempunyai data konsumsi individu tetapi tidak memiliki informasi tentang proses pengolahan yang diperlukan dalam menyiapkan sampel bahan makanan untuk keperluan analisis senyawa kimia. Dengan tidak adanya data nasional kecukupan dan keamanan konsumsi pangan serta kajiaan risikonya, maka Indonesia belum memiliki data sebagai evidence based yang dapat mewakili mayoritas penduduk Indonesia yang dapat digunakan sebagai informasi dalam forum-forum di tingkat internasional dan sebagai dasar pengambilan kebijakan.
2
Sampai saat ini belum ada data konsumsi pangan terkini dan lengkap dengan cara pengolahan makanan dan data paparan senyawa kimia pada populasi yang sangat terbatas, sehingga tidak dapat dihubungkan dan menjelaskan meningkatnya prevalensi PTM di Indonesia. Oleh karena itu untuk mendapatan data yang sangat penting ini, perlu dilakukan Studi Diet Total tingkat nasional. SDT yang dilakukan pada tahun 2014-2015 mempunyai dua kegiatan yaitu kegiatan SKMI pada tahun 2014 bertujuan untuk mendapatkan data perubahan tingkat konsumsi gizi dan status gizi serta keragaman hidangan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan data Riskesdas 2010 dan kegiatan ACKM pada tahun 2015 untuk mengumpulkan data tingkat cemaran kimia dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk. Oleh karena itu SDT dilaksanakan di Indonesia dimulai dengan kegiatan SKMI yang dilakukan di seluruh propinsi pada tahun 2014 termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta
1.2. Perumusan Masalah Penelitian
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kejadian PTM semakin meningkat dari tahun ke tahun, demikian juga halnya dengan angka kematian yang diakibatkan PTM. Prevalensi masalah gizi tidak banyak mengalami perbaikan dari tahun 2007 sampai tahun 2013. Ada kecenderungan peningkatan prevalensi pendek (stunting), gizi kurang (underweight) dan kegemukan (obesity). Gambaran kesehatan dan gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan jumlah, mutu dan keamanan makanan yang dikonsumsinya dikenal dengan istilah “you are what you eat”. Prinsip ketahanan pangan bertumpu pada tiga hal, yaitu : tersedianya jumlah pangan yang cukup, bermutu dan aman bagi penduduk. Meningkatnya kejadian PTM dan tetap tingginya masalah gizi di Indonesia memberikan indikasi adanya masalah dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia baik dari segi jumlah, mutu maupun keamanannya.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian untuk SKMI 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu : 1. Berapakah jumlah makanan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk
menurut jenis dan kelompok makanan di Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Berapa tingkat asupan zat gizi individu dari semua kelompok umur di Daerah
Istimewa Yogyakarta? 3. Apa saja zat gizi yang konsumsinya kurang dan apa saja zat gizi yang konsumsinya
lebih di Daerah Istimewa Yogyakarta? 4. Berapa jumlah garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di Daerah
Istimewa Yogyakarta? 5. Makanan apa saja yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang
dikonsumsi penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Tersedianya data tentang kecukupan dan keamanan makanan yang di konsumsi oleh penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta.
3
Tujuan khusus 1. Memperoleh informasi rata-rata berat bahan makanan yang dikonsumsi individu
menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group) di Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Memperoleh informasi tentang tingkat asupan zat gizi (makro dan mikronutrien) individu di Daerah Istimewa Yogyakarta
3. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi individu dibandingkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Daerah Istimewa Yogyakarta
4. Memperoleh konsumsi garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta
5. Memperoleh daftar makanan (food list) yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta
1.5. Manfaat Penelitian
1. Mendapat informasi pola konsumsi bahan makanan penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Mendapat informasi konsumsi zat gizi penduduk di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta
3. Memperoleh daftar makanan (foodlist) untuk keperluan Analisis Cemaran Kimia
Makanan (ACKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta
4. Mampu merencanakan penelitian lanjutan sesuai dengan permasalahan kesehatan
4
BAB II METODE PENELITIAN
2.1. Disain penelitian
Penelitian ini merupakan survei berskala nasional. Oleh karena itu disain SKMI 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta mengikuti disain nasional yaitu dengan disain potong lintang (cross-sectional), non-intervensi/observasi, deskriptif dan analitik.
2.2. Tempat dan Waktu
Studi Diet Total (SDT) Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan di seluruh Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2014.
2.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam SKMI Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 adalah seluruh rumah tangga biasa yang mewakili 5 kabupaten/kota. Besar sampel Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan kerangka sampling nasional terpilih 26 BS di 5 kabupaten/kota dan 642 RT dengan perkiraan indviidu sebesar 2.053 orang.
Kriteria Inklusi dan Ekslusi Sampel adalah semua rumah tangga yang sudah didatangi dan terdaftar pada data Riskesdas 2013 dan semua anggota rumah tangga yang ada pada saat pengumpulan data SKMI di Daerah Istimewa Yogyakarta berlangsung. Kriteria eksklusi adalah rumah tangga tidak diambil datanya bila tidak memungkinkan untuk dikunjungi karena berbagai kendala dan rumah tangga serta anggota rumah tangga yang menolak berpartisipasi dalam SKMI di Daerah Istimewa Yogyakarta
Cara Pemilihan Sampel Rumah tangga yang akan dikunjungi adalah rumah tangga yang menjadi sampel dalam Riskesdas 2013 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk mendapatkan sampel individu, rumah tangga di BS yang sudah dikunjungi Riskesdas 2013 akan diambil secara acak sebanyak 642 rumah tangga. Dalam satu rumah tangga terdapat rata-rata 4,5 individu
2.4. Variabel dan Definisi Operasional
Jenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada kuesioner, yaitu terdiri dari blok pertanyaan sebagai berikut:
Tingkat Rumah Tangga
Blok I : Pengenalan Tempat Blok II : Keterangan Rumah Tangga
5
Blok III : Keterangan Pengumpul Data Blok IV : Keterangan Anggota Rumah Tangga Blok V : Daftar Hidangan Makanan/Minuman yang Dimasak di RT (Quicklist) Blok VI : Persiapan dan Cara Mengolah Makanan/Minuman di Rumat Tangga Tingkat Individu
Blok VII :Keterangan Pengumpul Data Blok VIII : Keterangan Individu Blok IX : Daftar Makanan yang Dikonsumsi ART dalam Satu Hari Kemarin Blok X : Konsumsi Makanan Individu Recall 1 x 24 Jam
6
Tabel 0.1 Variabel dan Definisi Operasional SKMI
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
1 Zat Gizi Diperoleh dari DKBM berdasarkan berat bahan makanan yang dikonsumsi
Analisis DKBM Rasio Rerata dan standar deviasi
2 Konsumsi serealia Berat bahan makanan kelompok serealia yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
3 Konsumsi umbi-umbian
Berat bahan makanan kelompok umbi-umbian yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
4 Konsumsi kacang-kacangan, biji
Berat bahan makanan kelompok kacang-kacangan yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
5 Konsumsi sayuran Berat bahan makanan kelompok sayuran yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
6 Konsumsi buah Berat bahan makanan kelompok buah yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
7 Konsumsi daging Berat bahan makanan kelompok daging yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
8 Konsumsi jeroan/non daging
Berat bahan makanan kelompok jeroan, non daging yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
9 Konsumsi ikan Berat bahan makanan kelompok ikan yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
10 Konsumsi telur Berat bahan makanan kelompok telur yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
11 Konsumsi susu Berat bahan makanan kelompok susu yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
12 Konsumsi minyak, lemak
Berat bahan makanan kelompok minyak, lemak yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
13 Konsumsi gula, sirup, konfeksionari
Berat bahan makanan kelompok gula, sirup, konfeksionari yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
7
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
14 Konsumsi bumbu Berat bahan makanan kelompok bumbu yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
15 Konsumsi minuman Berat bahan makanan kelompok minuman yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
16 Konsumsi makanan komposit
Berat bahan makanan kelompok makanan komposit yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
17 Konsumsi air Berat bahan makanan kelompok air yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
18 Konsumsi suplemen Berat bahan makanan kelompok suplemen yang dikonsumsi
Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi
19 Asupan energi Jumlah energi yang dikonsumsi Perhitungan berat bahan makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya
Rasio Rerata, standar deviasi dan proporsi
20 Asupan protein Jumlah protein yang dikonsumsi Perhitungan berat bahan makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya
Rasio Rerata, standar deviasi dan proporsi
21 Tingkat Kecukupan Asupan Energi
Persentase asupan energi per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKE yang digunakan adalah didasarkan Permenkes No 75 Tahun 2013.
Ordinal 1. < 70 % AKE
2. 70 -100% AKE
3. 100-130% AKE
4. >130% AKE
22 Tingkat Kecukupan Asupan Protein
Persentase asupan protein per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKP yang digunakan adalah didasarkan Permenkes No 75 Tahun 2013.
Ordinal 1. < 80 % AKP
2. 80 -100% AKP
3 100-120% AKP
4 >120% AKP
23 Asupan natrium Jumlah natrium yang dikonsumsi individu sehari kemarin
Dihitung berdasarkan kandungan natrium bahan makanan yang ada dalam DKBM
Rasio
8
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
24 Asupan lemak Jumlah lemak yang dikonsumsi individu sehari kemarin
Dihitung berdasarkan kandungan lemak bahan makanan yang ada dalam DKBM
Rasio
25 Asupan karbohidrat Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi individu sehari kemarin
Dihitung berdasarkan kandungan karbohidrat bahan makanan yang ada dalam DKBM
Rasio
26 Berat badan Berat badan seluruh responden, bayi, balita, remaja, dewasa dan lansia, baik perempuan dan laki-laki
Dengan menggunakan timbangan badan dengan ketelitian 0,1 kg
Ordinal
27 Makanan yang dikonsumsi ART
Nama makanan dan minuman yang dikonsumsi individu sesuai waktu dalam satu hari kemarin
Wawancara Nominal
28 Konsumsi makanan individu
Jenis bahan makanan/minuman yang dikonsumsi individu anggota rumah tangga baik yang dimasak di rumah maupun yang diperoleh/dibeli di luar rumah selama sehari kemarin
Wawancara dan penimbangan hidangan
Nominal
29 Kode Hidangan Kode hidangan menurut daftar makanan yang telah disiapkan dalam buku pedoman SKMI
Buku kode hidangan Nominal
30 Asal hidangan Bagaimana cara mendapatkan hidangan Wawancara Nominal 1. Di rumah tangga
2. dibeli
3. diberi
31 Nama dagang/merek Nama produk atau pembuat hidangan/makanan rumah tangga maupun pabrikan
Wawancara dan pengamatan
Nominal
32 Spesifikasi rasa Rasa yang tertera dalam kemasan pabrikan Wawancara dan pengamatan
Nominal
33 Alamat tempat makanan dijual
Alamat tempat hidangan /makanan yang dikonsumsi individu di luar
Wawancara Nominal
9
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
34. URT/porsi hidangan/makanan
Ukuran yang dipakai rumah tangga untuk menyatakan jumlah hidangan atau bahan makanan
Wawancara Ordinal sendok makan (sdm)
sendok teh (sdt)
centong, potong, biji, buah, piring
35. Sumber air Tempat memperoleh air yang digunakan untuk memasak dan minum
Wawancara Nominal
1.Air kemasan
2.Air isi ulang
3.Air ledeng/PDA
4.Air ledeng eceran/beli
5.Sumur bor/pompa
6.Sumur gali terlindung
7.Mata air tak terlindung
8.Penampungan air Hujan
9.Air danau/sungai/irigasi
10.Tidak tahu
36 Perlakuan pada bahan makanan mentah
Tindakan yang dilakukan terhadap makanan yang dikonsumsi mentah
Wawancara Nominal 1.Dicuci dan dikupas
2.Dicuci, tidak dikupas
3.Tidak dicuci, dikupas
4.Tidak dicuci dan tidak
dikupas
8.Tidak berlaku
37 Cara pengolahan Bagaimana cara hidangan/makanan tersebut dimasak yang paling berisiko terhadap adanya cemaran.
Wawancara Nominal 1.Bakar/asap 2.Goreng 3.Panggang/sangan/ sangrai 4.Rebus/Ungkep/presto 5.Tumis 6.Kukus 7.Seduh 9.Tidak diolah
10
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
38 Status responden terkini
Informasi atau keberadaan responden (KK dan ART) sebagai sampel individu SKMI 2014 pada saat pengumpulan data masih sama atau ada perubahan dibandingkan dengan data yang dikumpulkan dalam Riskesdas 2013.
Wawancara Nominal 1.Tidak ada perubahan
2.Ada perubahan
3.Meninggal
4.Pindah
5.Lahir
6.ART baru
7.Tidak pernah ada dalam RT (fiktif)
39 Umur Umur anggota rumah tangga Wawancara Nominal a. < 1 bln isikan hari
b. < 5 thn isikan bulan
c. ≥ 5 thn isikan tahun
40 Status Pekerjaan Pekerjaan utama anggota rumah tangga yang berumur diatas 10 tahun
Wawancara Nominal 1.Tidak bekerja
2.Bekerja
3.Sekolah
41 Persiapan cara memasak makanan/minuman di rumahtangga
Diperoleh keterangan tentang asal, siapa yang memasak, berat bahan makanan, sumber air cara perlakuan dan pengolahan termasuk bahan bakar yang dipergunakan untuk memasak hidangan yang dimasak di rumah tangga
Wawancara
42 Bahan Dasar Alat Masak yang digunakan
Bahan dasar alat masak yang dipakai untuk memasak makanan dan minuman yang dikonsumsi keluarga. Contoh aluminium, gerabah, gelas
Wawancara/ pengamatan
Nominal 1.Aluminium 2.Seng 3.Besi 4.Kaca 5.Tanah/gerabah 6.Plastik 7.Keramik 8.Tembaga 9.Stainless steel 10.Enamel 11.Tidak pakai alat
11
No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian
43 Asal hidangan Asal bahan makanan/minuman tersebut diperoleh sebelum dimasak di rumah tangga
Wawancara Nominal 1.Di rumah tangga 2. Dibeli 3. Diberi
44 Air minum Jumlah air yang diminum individu selama satu hari (24 jam) kemarin
Wawancara Mililiter
45 Perlakuan pada bahan mentah
Perlakuan terhadap setiap rincian bahan makanan yang digunakan dalam proses pemasakan hidangan makanan/minuman di rumah tangga
Wawancara Nominal 1.Dicuci
2.Dikupas
3.tidak dicuci
4.Tidak dikupas
5.Tidak dicuci & tidak dikupas
7.Tidak berlaku
46 Pengolahan/pemasakan
Cara pengolahan dan pemasakan responden terhadap setiap hidangan yang dimasak di rumah tangga yang dapat menimbulkan cemaran dan rincian bahan makanannya
Nominal Kukus<tumis< rebus<panggang<goreng<bakar*
*< makin kecil risiko
47 Rincian bahan makanan
Rincian bahan sesuai resep yang digunakan dalam memasak hidangan makanan/minuman di rumah tangga termasuk bumbu dan air.
Wawancara Nominal
48 Siapa yang memasak
Orang yang memasak makanan atau minuman dari masing-masing makanan/minuman yang dimasak di rumah tangga
Wawancara Nominal 1. KK 2. Istri/suami 3. Anak kandung 4. Anak angkat/tiri 5. Menantu 6. Cucu 7. Orangtua/mertua 8. Famili lain 9. Pembantu 10. Lainnya
49 Merek Pabrik dalam Kemasan
Tulisan atau label yang dibuat oleh pabrik/industri yang berada pada pembungkus atau kemasan makanan jadi/pabrikan yang dikonsumsi responden yang dibuat di rumah tangga
Wawancara dan pengamatan
12
2.5. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
2.5.1. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Daerah Istimewa Yogyakarta (dari Daftar Sampel
Rumah Tangga yang sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013) 2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu 3. Buku foto makanan 4. Timbangan makanan dan penggaris 5. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital
2.5.2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penimbangan berat badan. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data : pengenalan tempat, keterangan rumah tangga dan anggota rumah tangga, daftar hidangan, keterangan individu, konsumsi makanan individu (recall 1x24 jam), Daftar makanan yang dikonsumsi 24 jam terakhir, URT/porsi serta sumber air. Wawancara dan penimbangan bahan makanan dilakukan untuk mengumpulkan data : berat rincian hidangan yang dimakan. Wawancara dan pengamatan dilakukan untuk mengambil data : persiapan, bahan dasar alat masak dan cara mengolah makanan dan keadaan biologis pada saat recall. Wawancara dan membeli bahan makanan dilakukan untuk mengambil data : jenis bahan makanan. Penimbangan menggunakan timbangan digital dilakukan untuk mengambil data berat badan dengan ketelitian 0,1 kg.
2.5.3. Wawancara
Pengumpulan data di tingkat rumah tangga dan individu dilakukan dengan metode wawancara secara tatap muka. Wawancara dilakukan oleh tenaga pengumpul data yang berlatar belakang pendidikan gizi dan telah mendapat pelatihan sebelum pengumpulan data dilakukan. Wawancara dengan menggunakan instrumen yaitu 2 kuesioner yang berbeda: a. Kuesioner rumah-tangga, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi proses
penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga. Mulai dari sumber bahan makanan diperoleh, proses persiapan sebelum pemasakan, cara pengolahan hingga alat masak dan bahan bakar yang digunakan dalam pemasakan.
b. Kuesioner individu, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi jenis dan kuantitas (berat) makanan dikonsumsi oleh setiap anggota rumah-tangga. Termasuk minuman, bumbu, suplemen makanan, gula, garam dan minyak individu juga dikumpulkan.
Tehnik wawancara
Teknik wawancara untuk mengumpulkan data jenis dan kuantitas makanan yang dikonsumsi individu serta proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga, digunakan metode Recall 1 x 24 jam. Metode Recall adalah cara pengumpulan data individu dan keluarga yang
13
prinsipnya meminta responden mengingat kembali semua makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu dengan cara probing (penggalian). Teknik metode Recall yang digunakan adalah 5-Step Multiple-Pass Method secara detail diuraikan dalam buku pedoman umum dan buku pedoman pengisian kuesioner. Kunjungan ulangan Recall 1 x 24 jam hanya dipilih secara purposive 3 RT dalam 1 BS, RT yang dipilih yang dapat ditentukan dalam 3 hari pertama pengumpulan data dalam setiap BS.
Proses wawancara
Persiapan
Satu hari sebelum tim turun ke lapangan, ketua tim pengumpul data berkewajiban untuk memeriksa ulang semua rumah tangga di BS sesuai dengan DS-SDT Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan anggota tim lainnya mempersiapkan instrumen dan peralatan serta kalibrasi alat. Apabila rumah tangga tersebut sudah tidak ada karena berbagai alasan dan tidak mungkin dikunjungi, tidak perlu dicarikan penggantinya. Tim pengumpul data mengunjungi rumah tanggal terpilih untuk membuat janji kapan wawancara untuk pengumpulan data konsumsi dapat dilakukan.
Hari Pengumpulan data
Wawancara dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara tenaga pengumpul data dan ART yang akan diwawancarai. Setelah memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan naskah penjelasan yang intinya menerangkan maksud dan tujuan survei dilakukan, penggunaan hasil, metoda yang digunakan, risiko yang ditimbulkan, manfaat termasuk kompensasi yang diberikan atau yang akan diterima sebagai pengganti terganggunya waktu responden karena harus diwawancarai, jaminan kerahasiaan, hak mengundurkan diri serta alamat kontak yang dapat dihubungi dan waktu yang dibutuhkan untuk wawancara. Setelah diberikan waktu responden berfikir menerima atau menolak, kemudian ditanyakan kesediaan responden untuk diwawancarai. Responden diminta untuk menandatangani informed consent jika bersedia. Setelah itu apabila responden bersedia untuk diwawancarai, setiap responden diminta untuk menandatangani formulir persetujuan setelah penjelasan (informed consent) Pewawancara melakukan penggalian informasi (probing) makanan dan minuman yang dikonsumsi dan rinci, untuk mendapatkan data yang akurat dan lengkap dengan cara membantu mengingat kembali makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari kemarin dengan tidak mengarahkan pertanyaan yang dapat menggiring responden ke suatu jawaban. Wawancara dapat dilakukan secara serempak pada suatu rumah tangga dimana setiap anggota tim bertanya pada masing-masing individu yang hadir secara bersamaan atau dapat dilakukan satu demi satu jika ART tidak hadir secara bersamaan. Mekanisme wawancara dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang paling sesuai dilakukan pada rumah tangga tersebut. Seperti telah disebutkan di atas, ada dua kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpulan data, yaitu kuesioner yaitu rumah tangga dan individu. Untuk kuesioner rumah tangga, ART yang diwawancarai adalah ART yang paling mengerti tentang pengolahan makanan yang dilakukan di rumah tangga, biasanya adalah ibu. Untuk kuesioner individu, wawancara dilakukan kepada seluruh ART di dalam rumah tangga tersebut, termasuk bayi dan anak-anak. Untuk bayi, wawancara dilakukan terhadap ibu, sedangkan pada anak-anak berusia < 15 tahun, wawancara dilakukan dengan pendampingan. Akan terdapat ART yang
14
diwawancarai lebih dari sekali,yaitu sebagai responden kuesioner rumah tangga dan sebagai responden kuesioner individu, atau sebagai responden yang mewakili bayi. Keseluruhan proses pengambilan data akan memerlukan waktu selama kurang lebih 45 menit/orang untuk kuesioner individu, dan 45 menit untuk kuesioner rumah tangga, sehingga hal ini cukup menyita waktu responden. Setelah selesai wawancara, teliti lagi apa ada informasi yang kurang lengkap atau terlewatkan. Sebelum meninggalkan rumah responden, sebagai ucapan terima kasih dan pengganti terganggunya waktu responden, maka akan diberikan kompensasi (bahan kontak) berupa uang sebesar Rp. 50.000,00 untuk setiap ART yang diwawancarai untuk kuesioner rumah tangga, dan Rp. 20.000,00 untuk setiap individu yang diwawancara. Partisipasi responden bersifat sukarela tanpa paksaan, dan bila tidak berkenan dapat menolak, dan sewaktu-waktu selama proses pengumpulan data dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun.
2.5.4. Penimbangan Berat Badan
Penimbangan berat badan dilakukan dengan penimbangan berat badan dilakukan pada seluruh anggota rumah tangga menggunakan timbangan berat badan digital dengan tingkat ketelitian 0,1 kg. Rincian cara penimbangan berat badan terdapat di buku pedoman pengisian kuesioner.
2.6. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data
Bahan pengumpulan data yaitu berupa instrumen dan peralatan yang telah disebutkan diatas, dilengkapi juga dengan :
1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Daerah Istimewa Yogyakarta (dari Daftar Sampel Rumah Tangga sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013)
2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu 3. Buku pedoman umum 4. Buku pedoman kode bahan pangan 5. Buku pedoman pengisian kode hidangan 6. Buku pedoman perkiraan jumlah garam dan penyerapan minyak goreng 7. Buku pedoman konversi berat matang-mentah, berat dapat dimakan (BDD) dan
resep makanan siap saji dan jajanan 8. Buku foto makanan 9. Buku pedoman pengisian kuesioner 10. Buku pedoman pengorganisasian dan manajemen 11. Buku pedoman manajeman data 12. Timbangan makanandan penggaris 13. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital 14. Peralatan manajemen data: Laptop, CD, flashdisk, program data entri 15. Perlengkapan lapangan enumerator: tas, 14andat, alat tulis, rompi, topi.
15
Rekrutmen Petugas Pelaksanaan Pengumpulan
Data yang valid didapatkan dengan cara melakukan proses seleksi tenaga pengumpul data yang mempunyai keahlian khusus dengan latar belakang pendidikan ahli gizi (minimal D3 gizi). Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes dan Perguruan Tinggi dibantu Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Persyaratan bagi petugas lapangan adalah sebagai berikut:
Laki-laki dan perempuan lulusan D3 Gizi- S1 Gizi
Diutamakan yang mempunyai dasar pendidikan D3 Gizi (menyertakan fotokopi ijazah) dan yang sudah berpengalaman melakukan wawancara recall 24 jam (menyertakan fotokopi sertifikat/tanda bukti)
Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet
Menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP)
Usia tidak lebih dari 40 tahun
Menyertakan surat keterangan berbadan sehat dari dokter
Menandatangani kontrak kerja (tidak hamil selama menjalani kontrak kerja) bersedia ditempatkan di lapangan.
Satu tim pengumpul data menangani tiga BS, oleh karena Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai 26 BS maka diperlukan sebanyak 13 tim dengan jumlah anggota 4 orang per tim.
Proses rekrutmen:
Proses rekrutmen di Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan dengan koordinasi antara Korwil I (Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik) dan Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta
Peminat/pelamar menyampaikan dokumen persyaratan tersebut diatas ke alamat: Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjadi dokumentasi dan bahan dasar seleksi
Pelamar yang telah memenuhi semua dokumen persyaratan akan diberitahu dan diseleksi oleh Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam pelatihan tenaga, Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta berkoordinasi dengan Badan Litbang Kesehatan
16
Tenaga enumerator yang telah terpilih dalam proses seleksi diharuskan mengikuti pelatihan selama 10 hari yang meliputi:
Latar belakang dan tujuan Studi Diet Total (SDT)
Metode SDT
Cara wawancara dan mengisi formulir/kuesioner
Penimbangan berat
Praktek lapangan
Cara kerja dan pembagian tugas di lapangan
Menyusun jadwal pelaksanaan pengumpulan data
Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) dilaksanakan tanggal 5-7 Mei 2014 di Hotel Mutiara Malioboro Yogyakarta diikuti 25 orang yang berasal dari Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, lintas sektor terkait di Daerah Istimewa Yogyakarta, Poltekkes Kementerian Kesehatan Yogyakarta dan Badan Litbang Kesehatan. Training Center (TC) untuk pengumpul data rumah tangga dan individu dilaksanakan tanggal 8-16 Mei 2014 diikuti 65 orang di Hotel Mutiara, Malioboro Yogyakarta.
Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 21 Mei sampai dengan 6 Juni 2014. Pengumpulan data yang dilakukan di BS dilakukan oleh tim yang terdiri dari 4 orang yaitu:
1 orang ketua tim sekaligus sebagai koordinator lapangan dan bertanggungjawab untuk melaksanakan data entry
3 orang pewawancara konsumsi makanan (recall 24 jam) sekaligus melakukan penimbangan berat badan
Setiap tim bertanggung jawab pada tiga BS yang akan diselesaikan dalam waktu 20 hari hari. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi RT dan BS yang terpilih. Kegiatan tenaga pengumpul data di RT yang dikunjungi adalah :
Melakukan wawancara dengan individu ART dari RT yang ada dalam daftar sampel Daerah Istimewa Yogyakarta.
Mengisi kuesioner/formulir wawancara individu sesuai dengan pedoman
Melakukan konfirmasi komposit bahan makanan (jenis dan berat)
Melakukan penimbangan berat badan individu yang di wawancara
Melakukan data entry hasil wawancara
Melakukan editing dan cleaning data yang telah di entry
Mengirim data yang telah diedit/ dicleaning ke alamat yang telah ditetapkan oleh tim mandat
Bertanggung jawab pada barang-barang perlengkapan penelitian
Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes, Perguruan Tinggi dan Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta
17
Koordinator Klaster
Petugas lapangan lainnya yang dibutuhkan adalah koordinator klaster, yang bertanggung jawab pada tim yang bertugas mengumpulkan data. Setiap koordinator klaster bertanggungjawab pada 2 kabupaten yang berdekatan. Tugas penanggungjawab klaster
Mengikuti pelatihan Training of Trainer (TOT) selama 10 hari.
Melakukan pelatihan kepada tenaga pengumpul data
Melakukan koordinasi dengan tenaga pengumpul data dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan.
Melakukan editing kuesioner yang telah diisi oleh petugas pengumpul data.
Syarat-syarat koordinator klaster :
Laki-laki atau perempuan
Berpendidikan S1/S2/S3 menyertakan fotocopi ijazah
Diutamakan yang berlatarbelakang pendidikan jurusan gizi dan atau yang sudah berpengalaman menjadi penanggungjawab teknis kabupaten/kota
Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet
Menyerahkan fotocopi KTP
Usia tidak lebih dari 55 tahun
Menyerahkan persetujuan/ijin atasan Dokumen berkas lamaran diserahkan kepada Kordinator Wilayah (Korwil) yang menjadi penanggungjawab di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Korwil akan berkoordinasi dengan Poltekkes Kementerian Kesehatan Yogyakarta
18
Pelatihan petugas
Pelatihan direncanakan secara berjenjang. Pelatihan pertama yaitu melatih para koordinator klaster, yaitu koordinator yang bertanggung langsung kepada tim. Pelatihan dilaksanakan selama 10 hari, dengan materi semua bahan yang diperlukan untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan adalah pemaparan materi, praktek dikelas dan praktek di lapangan. Koordinator klaster yang telah mendapatkan pelatihan (TOT) akan melakukan pelatihan kepada seluruh tim enumerator (TC) diwilayah kordinasinya. Selesai pelatihan tim enumerator langsung melaksanakan pengumpulan data.
Pelatihan Pengumpul dan Manajemen Data
Pelatihan pengumpul data ditujukan kepada enumerator yang direkrut sebagai pengumpul data dan penimbang berat badan. Dalam pelatihan ini termasuk juga pelatihan ketua tim pengumpul data serta mekanisme kerjasama tim pengumpul data.
Tujuan pelatihan pengumpul dan manajemen data di lapangan:
1. Untuk memperoleh keseragaman dalam pemahaman materi kuesioner, pemeriksaan, pengukuran, dan manajemen data.
2. Untuk memperoleh kesepakatan antar anggota tim mengenai pembagian tugas, jadwal dan mekanisme pelaksanaan.
3. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengelolaan data di lapangan. 4. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengaturan administrasi dan
logistik.
Pelaksanaan di lapangan
Pengumpulan data Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan oleh enumerator yang terbagi menjadi 13 tim. Masing-masing tim terdiri dari empat orang enumerator yang bertanggung jawab terhadap dua BS. Tiga orang sebagai pengumpul data, satu orang bertanggung jawab untuk data entry. Satu enumerator setiap hari bertanggung jawab mengumpulkan data di satu rumah tangga. Satu BS terdiri dari 25 rumah tangga dan dipilih secara acak 3 rumah tangga yang diwawancara ulang setidaknya satu minggu kemudian. Waktu yang diperlukan selama 8-10 hari. Dibutuhkan 3 orang koordinator klaster, masing-masing koordinator klaster bertanggung jawab terhadap 2 kabupatan/kota atau 4-5 BS. Sebelum tim dilepas untuk mengambil data, perlu dilakukan pengecekan ulang keberadaan RT (pemutakhiran), menyiapkan seluruh kelengkapan yang diperlukan yaitu kuesioner, alat tulis, perlengkapan lapangan, serta peralatan untuk menimbang. Setiap selesai pengumpulan data, tim harus melakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuesioner; melakukan „data editing‟, melakukan „data entri‟; mengirimkan data setiap selesai „data entri‟ di setiap BS. Supervisi substansi dan administrasi dilakukan oleh tim Badan Litbangkes dan tim korwil.
2.7. Pengawasan Kualitas Data
Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkan dilakukan beberapa kegiatan sebelum pengumpulan data (quality assurance), proses pengumpulan data (quality control) dan manjemen data sebagai berikut: 1. Penyediaan pedoman dan alat bantu wawancara, termasuk buku foto makanan,
konversi bahan makanan matang ke mentah, perhitungan serapan minyak dan garam,
19
perhitungan umur, timbangan makanan dan timbangan berat badan, serta pedoman editing dan entry data di lapangan
2. Pelatihan bagi ketua pelaksana propinsi, koordinator klaster, dan petugas pengumpul data (enumerator) dalam teknik wawancara dan penggunaan alat bantu wawancara
3. Koordinator klaster melakukan supervisi/pendampingan dalam proses pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator.
4. Dilakukan editing data setiap hari setelah selesai pengumpulan data oleh enumerator yang dikoordinir oleh ketua tim, agar bila diperlukan konfirmasi ulang maka enumerator masih 19and mengunjungi ulang responden. Sebelum dientry ke 19andate19 data sudah harus melalui proses editing.
5. Dilakukan spot-check (validasi data isian kuesioner) oleh koordinator klaster terhadap 6 RT dalam 1 Tim pengumpul data. Dilakukan pemeriksaan terhadap konsistensi data, data yang tidak masuk akal, dan kelengkapan informasi dalam kuesioner.
6. Setelah data selesai di entry di lapangan untuk setiap BS, harus dikirim ke Mandat Badan Litbangkes untuk segera dilakukan cek receiving dan batching, dan data cleaning agar bila diperlukan konfirmasi dapat segera menghubungi petugas di lapangan. Selain itu entry data juga dikirimkan ke koordinator klaster.
7. Koordinator klaster melakukan supervisi dan pendampingan terhadap pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator.
8. Semua kegiatan koster : supervisi/pendampingan, validasi data isian kuesioner enumerator, mengecek hasil entry dan form kontrol yang dilakukan enumerator dicatat dalam log book yang dikirimkan setiap 5 hari sekali ke Ketua Pelaksana provinsi dan Manajemen Data Pusat untuk dilakukan penggabungan, data cleaning dan pengolahan data.
2.7.1. Analisis Data
Hasil wawancara recall makanan pada individu, diperoleh berat masing-masing bahan makanan yang dikonsumsi dalam satuan gram dan ml, kemudian setiap jenis bahan makanan dikelompokkan dalam 17 grup makanan menurut pengelompokkan ASEAN yaitu:
1. Sereal dan hasil olahannya 2. Umbi-umbian dan hasil olahannya 3. Kacang-kacangan, biji 4. Sayuran dan hasil olahannya 5. Buah dan hasil olahannya 6. Daging dan hasil olahannya 7. Jeroan/non daging dan olahannya 8. Ikan, hewan laut lainnya dan hasil olahannya 9. Telur dan hasil olahannya 10. Susu dan hasil olahannya 11. Minyak, lemak dan olahan 12. Gula, sirup, dan konfeksioneri 13. Bumbu dan olahannya 14. Minuman 15. Makanan komposit 16. Air 17. Suplemen
20
Sehubungan terbatasnya data zat gizi pada daftar komposisi bahan makanan, maka hanya 5 jenis zat gizi yang dianalisi yaitu :
1. Energi 2. Protein 3. Lemak 4. Karbohidrat 5. Natrium
Hasil analisis oleh tim mandat pusat dikirim ke masing-masing provinsi untuk penyusun laporan
2.8. Ijin penelitian.
Izin penelitian diajukan pada Kementerian Dalam Negeri diteruskan sampai Pemerintah Daerah di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan waktu penelitian. Ijin penelitian untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dikeluarkan oleh Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta.
2.9. Pertimbangan etik penelitian
Pelaksanaan SDT tahun 2014, telah memperoleh persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK), Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dengan Nomor LB.02.01/5.2/KE.189/2014. Persetujuan etik, naskah penjelasan serta formulir Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan) dapat dilihat pada Lampiran.
21
BAB III HASIL
3.1. Gambaran umum lokasi
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara astronomis terletak pada 7°33‟-8°12‟ Lintang Selatan dan 110°00‟-110°50‟ Bujur Timur, dengan luas
3.185,80 km2 atau 0,17 persen dari luas Indonesia (1.890.754 km
2) (Sumber: RPJMD).
Daerah Istimewa Yogyakarta bagian selatan dibatasi Lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur Laut, Tenggara, Barat dan Barat Laut dibatasi Provinsi Jawa Tengah. Batas-batas wilayah DIY meliputi : a. Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Klaten b. Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo d. Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Magelang
Secara administratif terdiri dari 1 kota dan 4 kabupaten, 78 kecamatan dan 438 kelurahan/desa, yaitu :
a. Kota Yogyakarta (luas 32,50 km2, 14 kecamatan, 45 kelurahan);
b. Kabupaten Bantul (luas 506,85 km2, 17 kecamatan dan 75 desa);
c. Kabupaten Kulon Progo (luas 586,27 km2, 12 kecamatan dan 88 desa);
d. Kabupaten Gunungkidul (luas 1.485,36 km2, 18 kecamatan, 144 desa);
e. Kabupaten Sleman (luas 574,82 km2, 17 kecamatan dan 86 desa).
Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi menjadi daerah dengan ketinggian < 100 m, 100-500 m dan 500–1.000 m (sebagian besar di Kabupaten Bantul), 1.000–2000 m diatas permukaan laut terletak di Kabupaten Sleman. Secara fisiografi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dikelompokkan menjadi empat satuan wilayah : a) Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, mulai dari kerucut gunung hingga bentang lahan
vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Wilayah ini memiliki luas kurang lebih 582,81 km
2 dengan ketinggian 80 –
2.911 m. b) Satuan Pegunungan Seribu Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan batu gamping
dan bentang karst tandus dan kurang air permukaan, di bagian tengah merupakan cekungan Wonosari yang terbentuk menjadi Plato Wonosari. Wilayah pegunungan ini
memiliki luas kurang lebih 1.656,25 km2 dengan ketinggian 150-700 m.
c) Satuan Pegunungan di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil. Luas wilayah ini mencapai kurang lebih 706,25 km
2 dengan ketinggian : 0
– 572 m. d) Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses pengendapan
sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Wilayah ini memiliki luas 215,62
km2
dengan ketinggian 0 – 80 m.
Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan sarana prasarana, sosial, ekonomi, serta ketimpangan kemajuan pembangunan. Daerah-daerah yang relatif datar, (dataran faluvial meliputi Sleman, Kota, dan Bantul) adalah wilayah padat penduduk, memiliki intensitas sosial ekonomi tinggi, maju dan berkembang namun juga banyak terjadi pencemaran lingkungan.
22
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki iklim tropis dengan curah hujan berkisar 0,00 mm – 13,00 mm per hari. Suhu udara rata-rata berkisar antara 21-35
0 C. Kelembaban udara
berkisar antara 30 - 97 persen dan tekanan udara 1.005,3 – 1.017,2 mb dengan arah angin antara 180 – 240
o dan kecepatan angin antara 0 knot sampai 29 knot.
3.2. Jumlah sampel yang terkumpul (Response rates)
Dari 26 BS terpilih untuk sampel SDT 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta, BS yang berhasil ditemukan dan dikunjungi 26 BS (100%) yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota. Adapun dari jumlah target rumah tangga sebesar 642 RT terdapat 575 RT yang berhasil dikunjungi (89,6 %). Sedangkan untuk jumlah target ART 2053 orang terdapat 1805 orang yang berhasil diwawancarai (87,9%).
Tabel 0.1 Distribusi BS, RT dan ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan Kabupaten/Kota, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kabupaten/ Kota
BS RUTA ART
Target Kunj 1 Kunj 2 Target Kunj 1 Kunj 2 Target Kunj 1 Kunj 2
Kulon Progo 4 4 4 100 98 12 372 341 41
Bantul 5 5 5 124 115 15 411 355 38
Gunung Kidul 6 6 6 150 147 18 481 467 45
Sleman 6 6 6 143 115 18 421 358 37
Kota Yogyakarta 5 5 5 125 100 15 368 284 29
Daerah Istimewa Yogyakarta 26 26 26 642 575 78 2053 1805 190
ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan jenis kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 0.2 Distribusi ART yang Distribusi berhasil dikunjungi (response rate)
berdasarkan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Jenis kelamin Jumlah
N persen
Laki-laki 836 49,3 Perempuan 858 50,7
Daerah Istimewa Yogyakarta 1.694 100,0
Distribusi ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan jenis kelompok umur Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 0.3 Distribusi ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan umur dan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur Jumlah
N persen
0 – 59 bulan 79 4,7 5 – 12 tahun 167 9,9 13 – 18 tahun 162 9,6 19 – 55 tahun 877 51,8 > 55 tahun 409 24,1
Daerah Istimewa Yogyakarta 1.694 100,0
23
Tabel 3.4 Distribusi ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Karakterisitik Jumlah (N= 1694 )
N %
Jenis kelamin
Laki-laki 836 49.3
Perempuan 858 50.7
Kelompok umur
0 – 59 bln 79 4.7
5 – 12 thn 167 9.9
13 – 18 th 162 9.6
19 – 55 thn 877 51.8
>55 thn 409 24.1
Kuintil indeks kepemilikan
Terbawah 226 13.4
Menengah bawah 340 20.1
Menengah 319 18.8
Menengah atas 335 19.8
Teratas 474 28.0
3.3. Bahan makanan yang dikonsumsi individu menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group)
24
Tabel 0.5 Rerata Konsumsi Kelompok Serealia dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Serealia dan Olahan (g)
Beras Olahan Beras Terigu Olahan Terigu Mie Jagung dan Olahan
Lainnya Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 56,8 49,4 8,0 19,5 6,4 13,1 19.4 25.4 32,9 60,8 2,0 7,1 0,9 4,3 126 80.4
5 - 12 thn 130,9 69,7 5,9 21,0 10,6 19,8 28.5 50.4 45,7 85,2 2,9 13,2 2,3 8,0 227 107.5
13 –18 thn 176,5 109,2 9,4 29,6 17,4 32,8 18.8 54.7 77,6 125,9 2,2 9,9 0,3 2,2 302 151.8
19 –55 thn 155,0 97,8 8,6 27,4 16,1 23,6 9.3 24.9 39,0 82,2 3,7 16,4 0,2 2,4 232 124.1
> 55 thn 126,5 73,8 8,7 29,1 13,4 22,1 9.4 26.0 12,8 43,5 2,5 15,1 0,0 0,7 173 95.5
Semua umur 143,2 92,7 8,4 27,2 14,6 23,7 12.6 33.0 36,7 81,6 3,1 14,9 0,4 3,3 219 124.3
143,2
8,414,6 11,9
36,7
3,1 0,40
20
40
60
80
100
120
140
160
Beras olahanberas
terigu olahanterigu
mie jagungdan
olahannya
lainnya
Gambar 0.1 Rerata Konsumsi Kelompok Serealia dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
25
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan hasil olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah beras yaitu 143,2 gram per hari. Penduduk mengonsumsi serealia dan hasil olahannya kedua terbanyak adalah mie dengan rerata 36,7 gram per hari, diikuti terigu 14,6 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi beras tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 176,5 gram per hari. Rerata penduduk mengonsumsi mie tertinggi pada kelompok umur usia 13-18 tahun yaitu sebesar 77,6 gram. Rerata penduduk mengonsumsi tertinggi terigu pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 9,4 gram per hari. Rerata konsumsi olahan terigu tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 28,5 gram per hari. Jagung dan olahannya paling banyak dikonsumsi oleh penduduk umur 19-55 tahun sebesar 3,7 gram gram per hari.
Tabel 0.6 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Serealia dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Serealia dan Olahan
Beras Olahan Beras
Terigu Olahan Terigu
Mie Jagung dan Olahan
Lainnya
0 – 59 bln 84,8 20,3 27,8 49.4 32,9 10,1 3,8 5 - 12 thn 98,8 14,4 40,7 50.3 35,3 9,0 9,6 13 –18 thn 98,1 21,6 51,2 24.7 42,0 6,8 2,5 19 –55 thn 97,8 22,5 54,8 20.5 30,3 13,8 0,8 > 55 thn 99,3 20,0 48,7 19.6 12,2 9,3 0,2
Semua umur 97,7 20,9 50,4 25.0 27,7 11,4 1,8
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah beras yaitu 97,7 persen, diikuti terigu 50,5 persen dan mie 27,7 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi beras tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 99,3 persen dan terendah kelompok umur 0 – 59 bulan sebesar 84,8 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi terigu tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 54,8 persen dan terendah 0-50 bulan sebesar 27,8 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi mie tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 42,0, terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 12,2 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan beras tertinggi pada kelompuk umur 19-55 tahun sebesar 22,5 persen dan terendah umur 5-12 tahun sebesar 14,4 persen.
26
Tabel 0.7 Rerata Konsumsi Kelompok Umbi dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Umbi dan olahan (g)
Singkong dan Olahan
Ubi jalar Kentang dan Olahan
Sagu dan Olahan
Umbi lainnya Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 4,7 19,2 0,1 1,9 7,9 28,3 0,2 2,2 0,0 0,0 13,0 33,4 5 - 12 thn 8,0 22,3 2,7 23,5 9,3 53,3 0,4 4,1 0,1 1,8 20,4 61,1 13 –18 thn 9,7 43,5 0,0 0,0 8,8 29,0 0,7 8,7 0,0 0,0 19,3 52,8 19 –55 thn 18,2 65,4 4,1 26,2 10,4 44,0 0,2 1,7 0,8 11,7 33,7 85,6 > 55 thn 32,1 90,6 4,2 28,5 5,8 23,2 0,1 1,1 1,7 15,1 43,8 97,1
Semua umur 19,1 67,2 3,4 24,6 8,9 39,1 0,2 3,3 0,8 11,2 32,5 82,6
Gambar 0.2 Rerata Konsumsi Kelompok Umbi dan Olahan per orang per hari (gram)Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah singkong dan olahan yaitu 19,1 gram per hari, kentang dan olahan 8,9 gram per hari dan ubi jalar 3,4 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi singkong dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun tahun yaitu sebesar 32,1 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 4,7 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi kentang dan olahan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 10,4 gram perhari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 5,8 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi tertinggi ubi jalar pada kelompok umur > 55 tahun tahun yaitu sebesar 4,2 gram per hari dan terendah kelompok umur 13-18 tahun sebesar 0,0 gram per hari.
27
Tabel 0.8 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Umbi dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Umbi dan olahan
Singkong dan Olahan
Ubi jalar Kentang dan Olahan
Sagu dan Olahan
Umbi lainnya
0 – 59 bln 16,5 0,0 17,7 2,5 0,0 5 - 12 thn 24,0 2,4 14,4 1,8 0,6 13 –18 thn 25,9 0,0 16,7 2,5 0,0 19 –55 thn 29,4 3,2 13,9 1,8 1,3 > 55 thn 35,7 2,9 12,5 1,2 1,5
Semua umur 29,5 2,6 14,0 1,8 1,1
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah singkong dan olahan yaitu 29,5 persen diikuti kentang dan olahannya sebesar 14,0 persen serta ubi jalar sebesar 2,6 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengkonsumsi umbi dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 35,7 persen dan terendah kelompok umur 0–59 bulan sebesar 16,5 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi kentang dan olahan tertinggi pada kelompuk umur 0-59 bulan sebesar 17,7 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 12,5 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi ubi jalar tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 3,2 persen dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 0,0 persen.
28
Tabel 0.9 Rerata Konsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan per orang perhari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Kacang kacangan dan olahan (g)
Kacang Tanah dan Olahan
Kacang Kedelai dan Olahan
Biji-bijian dan Olahan
Kacang lainnya dan Olahan
Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 0,4 1,8 23,2 45,8 0,06 0,35 0,6 1,9 24,2 46,0 5 - 12 thn 6,3 17,0 44,9 61,2 0,05 0,48 1,7 8,0 53,0 67,4 13 –18 thn 4,6 15,7 56,6 59,0 0,03 0,49 1,1 6,2 62,3 62,6 19 –55 thn 5,0 13,5 74,9 80,0 0,56 5,21 1,2 6,9 81,6 81,0 > 55 thn 4,8 15,7 93,7 93,9 0,62 6,58 1,9 7,6 101,0 95,6
Semua umur 4,8 14,4 72,3 81,0 0,45 4,96 1,4 7,0 79,0 82,9
Gambar 0.3 Rerata Konsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah kacang kedelai dan olahan yaitu sebesar 72,3 gram per hari, kacang tanah dan olahan sebesar 4,8 gram per hari serta kacang lainnya dan olahan sebesar 1,4 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi kacang kedelai dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun tahun yaitu sebesar 93,7 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 23,2 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi kacang tanah dan olahan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 5,0 gram perhari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,4 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi kacang lainnya dan olahan pada kelompok umur > 55 tahun tahun yaitu sebesar 1,9 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,6 gram per hari.
29
Tabel 0.10 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Kacang kacangan dan olahan
Kacang Tanah dan Olahan
Kacang Kedelai dan Olahan
Biji-bijian dan Olahan
Kacang lainnya dan Olahan
0 – 59 bln 6,3 40,5 3,8 10,1 5 - 12 thn 22,8 61,7 1,8 9,6 13 –18 thn 18,5 66,7 0,6 4,9 19 –55 thn 19,3 74,0 2,3 7,6 > 55 thn 15,4 80,2 1,5 12,2
Semua umur 18,0 72,0 1,9 8,8
Proporsi penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah kacang kedelai dan olahan sebesar 72,0 persen diikuti kacang tanah dan olahan sebesar 18,0 persen dan kacang lainnya dan olahan sebesar 8,8 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi kacang kedelai dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 80,2 persen dan terendah kelompok umur 0 – 59 bulan sebesar 40,5 persen. Proporsi mengonsumsi kacang tanah dan olahan tertinggi pada kelompuk umur 5-12 tahun sebesar 22,8 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 6,3 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi kacang lainnya dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 12,2 persen dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 4,9 persen.
30
Tabel 0.11 Rerata Konsumsi Kelompok Sayuran dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Sayuran dan olahan (g)
Sayuran Daun Sayuran Buah/ Sayuran Akar
Sayuran Polong Sayuran lainnya Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 25,0 29,4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 25,0 29,4 5 – 12 thn 44,9 58,2 0,30 1,83 0,00 0,00 0,00 0,00 45,2 58,1 13 –18 thn 52,0 49,3 0,58 4,94 0,00 0,00 0,00 0,00 52,6 49,9 19 –55 thn 73,6 67,7 0,24 2,47 0,00 0,18 0,36 3,74 74,2 69,6 > 55 thn 69,7 63,6 0,02 0,23 0,00 0,00 0,01 0,22 69,7 63,6
Semua umur 65,5 64,2 0,21 2,42 0,00 0,13 0,19 2,70 65,9 65,3
Gambar 0.4 Rerata Konsumsi Kelompok Sayuran dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah sayuran daun yaitu sebesar 65,5 gram per hari, diikuti sayuran buah dan akar sebesar 0,21 gram per hari serta sayuran lainya sebesar 0,19 gram per hari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi sayuran daun tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 73,6 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 25,0 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi sayuran buah/sayuran akar tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 0,58 gram perhari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi sayuran lainnya tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 0,36 gram per hari.
31
Tabel 0.12 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Sayur dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Sayuran dan olahan
Sayuran Daun
Sayuran Buah/ Sayuran Akar
Sayuran Polong
Sayuran lainnya
0 – 59 bln 64,6 0,0 0,0 0,0 5 – 12 thn 67,1 3,6 0,0 0,0 13 – 18 thn 85,8 1,2 0,0 0,0 19 – 55 thn 89,4 1,1 0,0 1,5 > 55 thn 86,6 0,5 0,0 0,5
Semua umur 85,0 1,2 0,0 0,9
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah sayuran daun sebesar 85,0 persen diikuti sayuran buah/sayuran akar 1,2 persen dan sayuran lainnya 0,9 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi sayuran daun tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 89,4 persen dan terendah kelompok umur 0 – 59 bulan sebesar 64,6 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi sayuran buah/sayuran akar tertinggi pada kelompuk umur 5-12 tahun sebesar 3,6 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi sayuran lainnya tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 1,5 persen.
32
Tabel 0.13 Rerata Konsumsi Kelompok Buah- Buahan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Buah buahan dan olahan (g)
Pisang Jeruk Mangga Pepaya Semangka Buah lainnya Buah Olahan Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 2,7 12,3 13,8 36,0 0,0 0,0 5,2 23,9 2,5 14,3 9,5 32,9 0,00 0,00 33,7 57,8 5 – 12 thn 4,9 17,2 3,6 16,1 0,3 3,7 1,6 17,0 3,0 16,5 17,2 59,1 0,00 0,00 30,6 68,4 13 – 18 thn 13,0 36,3 5,5 13,3 0,8 5,5 1,5 7,7 2,1 11,7 22,4 56,4 0,01 0,43 45,5 71,8 19 – 55 thn 19,7 49,1 6,7 22,9 1,1 11,8 5,2 28,0 5,4 34,4 17,4 56,0 0,00 0,00 55,5 102,8 > 55 thn 34,2 87,0 6,3 32,3 0,0 0,0 7,1 37,6 1,5 15,9 4,1 32,8 0,00 0,00 53,1 113,2
Semua umur 20,3 57,7 6,5 25,1 0,7 8,7 4,9 28,5 3,8 26,9 14,3 51,1 0,00 0,13 50,5 98,6
Gambar 0.5 Rerata Konsumsi Kelompok Buah-buahan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
33
Rata-rata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah pisang yaitu sebesar 20,3 gram per hari, diikuti buah lainnya sebesar 14,3 gram per hari serta jeruk sebesar 6,5 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi pisang tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 34,2 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 2,7 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi buah lainnya tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 22,4 gram perhari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 4,1 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi jeruk tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 13,8 gram per hari.
Tabel 0.14 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Buah-buahan dan
Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Buah buahan dan olahan
Pisang Jeruk Mangga Pepaya Semangka Buah lainnya Buah
Olahan
0 – 59 bln 5,1 13,9 0,0 5,1 3,8 11,4 0,0 5 – 12 thn 10,8 10,2 1,2 1,8 3,0 13,8 0,0 13 – 18 thn 15,4 20,4 3,1 4,3 3,7 19,1 0,0 19 – 55 thn 21,7 14,7 1,9 5,5 5,5 14,3 0,0 > 55 thn 26,4 6,8 0,0 5,6 1,2 3,7 0,0
Semua umur 20,4 12,9 1,4 5,0 4,0 12,0 0,0
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah pisang sebesar 20,4 persen diikuti jeruk 12,9 persen dan buah lainnya 12,0 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi pisang tertinggi pada kelompok umur >55 tahun yaitu sebesar 26,4 persen dan terendah kelompok umur 0 – 59 bulan sebesar 5,1 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi jeruk tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 20,4 persen dan terendah kelompok umur >55 tahun sebesar 6,8 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi buah lainnya tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 19,1 persen dan terendah pada kelompok umur >55 tahun sebesar 3,7 persen.
34
Tabel 0.15 Rerata Konsumsi Kelompok Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah
Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Daging dan olahan (g)
Daging Unggas Daging Sapi, Kerbau
Daging Kambing, domba
Olahan Daging Unggas
Olahan Daging sapi,Kerbau
Daging Babi dan Olahan
Daging Lainnya
Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 22,6 61,0 4,1 24,2 1,1 9,1 11,6 40,7 2,0 10,6 0,0 0,0 0,0 0,0 41,4 76,4 5 – 12 thn 53,4 81,8 4,7 24,0 5,0 27,0 5,9 20,6 7,9 19,3 0,0 0,0 0,1 1,1 76,9 95,7 13 – 18 thn 63,1 109,5 13,9 68,9 3,7 17,9 5,1 24,8 7,5 16,9 0,0 0,0 0,0 0,0 93,2 128,1 19 – 55 thn 46,9 77,7 8,6 36,2 2,4 17,3 1,2 8,9 5,2 17,1 0,3 11,4 0,0 0,0 64,6 90,1 > 55 thn 24,3 60,9 6,3 27,7 1,7 12,8 0,2 2,1 0,9 9,5 0,0 0,0 0,0 0,0 33,4 69,1
Semua umur 42,5 78,4 7,9 37,4 2,6 17,3 2,3 15,0 4,5 15,7 0,2 8,2 0,0 0,4 59,9 91,7
Gambar 0.6 Rerata Konsumsi Kelompok Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
35
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah daging unggas yaitu sebesar 42,5 gram per hari, diikuti daging sapi, kerbau sebesar 7,9 gram per hari serta olahan daging sapi kerbau sebesar 4,5 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi daging unggas tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 63,1 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 22,6 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi daging sapi kerbau tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 13,9 gram perhari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 4,1 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi olahan daging sapi kerbau tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 7,9 gram per hari dan terendah pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 0,9 gram per hari.
Tabel 0.16 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Daging dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Daging dan Olahan
Daging Unggas
Daging Sapi, Kerbau
Daging Kambing, domba
Olahan Daging Unggas
Olahan Daging sapi,Kerbau
Daging Babi dan Olahan
Daging Lainnya
0 – 59 bln 29,1 5,1 1,3 15,2 5,1 0,0 0,0 5 – 12 thn 39,5 4,2 4,2 13,2 19,8 0,0 0,6 13 – 18 thn 47,5 4,9 4,3 6,8 22,2 0,0 0,0 19 – 55 thn 40,8 9,4 2,5 2,9 14,5 0,1 0,0 > 55 thn 24,7 7,6 2,0 1,5 2,4 0,0 0,0
Semua umur 36,9 7,8 2,7 4,5 12,4 0,1 0,1
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah daging unggas sebesar 36,9 persen diikuti olahan daging sapi kerbau 12,4 persen dan daging sapi kerbau 7,8 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi daging unggas tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 47,5 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 24,7 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan daging sapi kerbau tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 22,2 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 2,4 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi daging sapi kerbau tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 9,4 persen dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 4,2 persen.
36
Tabel 0.17 Rerata Konsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakart 2014
Kelompok Umur
Jenis Jeroan dan olahan (g)
Jeroan hewan berkaki empat
Jeroan Unggas Lainnya Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 0,0 0,0 2,6 12,8 0,1 1,9 2,7 13,0 5 – 12 thn 0,0 0,0 2,4 12,5 1,0 4,4 3,4 14,7 13 – 18 thn 1,4 9,2 2,2 9,6 0,4 3,4 3,9 13,4 19 – 55 thn 0,1 2,6 1,8 12,3 1,3 10,0 3,2 16,1 > 55 thn 1,1 10,2 0,3 5,0 0,6 4,4 2,0 12,1
Semua umur 0,5 6,1 1,6 10,8 1,0 7,7 3,0 14,7
Gambar 0.7 Rerata Konsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah jeroan unggas yaitu sebesar 1,6 gram per hari, diikuti jeroan lainnya sebesar 1,0 gram per hari dan jeroan hewan berkaki empat sebesar 0,5 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi jeroan unggas tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 2,6 gram per hari dan terendah kelompok umur >55 tahun sebesar 0,3 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi jeroan laiinya tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 1,3 gram perhari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,1 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi jeroan hewan berkaki empat tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 1,4 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 0-12 tahun sebesar 0,0 gram per hari.
37
Tabel 0.18 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Jeroan dan Olahan
Jeroan hewan berkaki empat
Jeroan Unggas Lainnya
0 – 59 bln 0,0 3,8 0,0 5 – 12 thn 0,0 4,2 5,4 13 – 18 thn 2,5 6,2 1,2 19 – 55 thn 0,2 3,2 4,3 > 55 thn 1,2 0,5 4,4
Semua umur 0,6 3,0 4,0
Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah jeroan lainnya sebesar 4,0 persen diikuti jeroan unggas 3,0 persen dan jeroan hewan berkaki empat 0,6 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi jeroan lainnya tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 5,4 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi jeroan unggas tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 6,2 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 0,5 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi jeroan hewan berkaki empat tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 2,5 persen dan terendah pada kelompok umur 0-12 tahun sebesar 0,0 persen.
38
Tabel 0.19 Rerata Konsumsi Kelompok Ikan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Ikan dan Olahan (g)
Ikan Laut Olahan Ikan Ikan Air Tawar Udang,
Kepiting dan Olahan
Cumi, Kerang,
Keong dan Olahan
Hewan Air lainnya
Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 1,3 8,3 0,5 5,0 15,0 63,6 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 16,8 63,9 5 – 12 thn 6,2 37,1 2,5 10,8 32,1 96,5 2,7 17,2 1,1 7,2 0,0 0,0 44,7 110,3 13 – 18 thn 13,3 66,4 3,4 22,8 12,0 58,3 2,1 20,6 1,3 7,7 0,0 0,0 32,1 94,9 19 – 55 thn 10,4 42,8 2,6 18,3 16,1 71,6 0,9 7,8 0,4 5,1 0,0 0,0 30,4 83,8 > 55 thn 8,3 40,0 2,4 12,6 9,4 57,9 0,5 5,1 0,4 5,2 0,0 0,0 20,9 70,5
Semua umur
9,3 43,5 2,5 16,6 15,6 70,1 1,1 10,4 0,6 5,5 0,0 0,0 29,1 84,4
Gambar 0.8 Rerata Konsumsi Kelompok Ikan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah ikan air tawar yaitu sebesar 15,6 gram per hari, diikuti ikan laut sebesar 9,3 gram per hari dan olahan ikan sebesar 2,5 gram per hari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi ikan air tawar tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 32,1 gram per hari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 9,4 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi ikan laut tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 13,3 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 1,3 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi olahan ikan tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 3,4 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 1,3 gram per hari.
39
Tabel 0.20 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Ikan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Ikan dan Olahan
Ikan Laut Olahan
Ikan Ikan Air Tawar
Udang, Kepiting dan
Olahan
Cumi, Kerang,
Keong dan Olahan
Hewan Air lainnya
0 – 59 bln 2,5 1,3 5,1 0,0 0,0 0,0 5 – 12 thn 4,2 10,2 11,4 3,0 2,4 0,0 13 – 18 thn 7,4 5,6 6,2 3,7 3,1 0,0 19 – 55 thn 8,6 5,9 7,1 4,7 0,9 0,0 > 55 thn 5,1 6,8 4,2 3,7 0,5 0,0
Semua umur 6,9 6,3 6,6 4,0 1,1 0,0
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah ikan laut sebesar 6,9 persen diikuti ikan air tawar 6,6 persen dan olahan ikan sebesar 6,3 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi ikan laut tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 8,6 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 2,5 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi ikan air tawar tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 11,4 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 4,2 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan ikan tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 10,2 persen dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 1,3 persen.
40
Tabel 0.21 Rerata Konsumsi Kelompok Telur dan Olahan per orang per hari (gram)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Telur dan Olahan (g)
Telur Ayam Telur Bebek Olahan Telur
Telur Lainnya Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 32,99 37,55 0,00 0,00 0,00 0,00 1,22 6,31 34,21 36,99 5 – 12 thn 33,13 38,09 0,56 5,68 0,10 1,64 0,84 4,38 34,63 38,23 13 – 18 thn 24,55 30,15 0,63 5,52 0,21 2,98 0,75 5,63 26,14 31,15 19 – 55 thn 27,25 37,32 0,43 5,33 0,46 5,49 0,41 3,59 28,55 38,16 > 55 thn 16,32 29,84 0,00 0,02 0,40 4,94 0,06 1,35 16,78 30,94
Semua umur
25,20 35,49 0,34 4,56 0,36 4,75 0,44 3,73 26,34 36,29
Gambar 0.9 Rerata Konsumsi Kelompok Telur dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah telur ayam yaitu sebesar 25,20 gram per hari, diikuti olahan telur sebesar 0,36 gram per hari dan telur bebek sebesar 0,34 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi telur ayam tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 33,13 gram per hari dan terendah kelompok umur >55 tahun sebesar 16,32 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi olahan telur tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 0,46 gram perhari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi telur bebek tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 0,63 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 gram per hari.
41
Tabel 0.22 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Telur dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Telur dan Olahan
Telur Ayam Telur Bebek Olahan telur Telur Lainnya
0 – 59 bln 60,8 0,0 0,0 3,8 5 – 12 thn 58,7 1,2 0,6 3,6 13 – 18 thn 53,7 1,2 0,6 1,9 19 – 55 thn 55,4 1,5 0,7 1,7 > 55 thn 37,7 0,0 0,7 0,2
Semua umur
51,5 1,0 0,6 1,7
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah telur ayam sebesar 51,5 persen diikuti telur bebek sebesar 1,0 persen dan olahan telur sebesar 0,6 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi telur ayam tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 60,8 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 37,7 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi telur bebek tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 1,5 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan dan > 55 tahun sebesar 0,0 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan telur tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun dan > 55 tahun sebesar 0,7 persen dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,0 persen.
Bahan makanan kelompok susu dan olahan Bahan makanan kelompok susu dan olahan menurut kelompok umur dibagi menjadi 6 kelompok yaitu : 1) susu kental manis, 2) susu bubuk 3) susu cair, 4) susu formula balita, 5) susu formula khusus, 6) susu olahan. Informasi secara lengkap bahan makanan kelompok susu dan olahan dapat dilihat pada Tabel 3.22 dan Tabel 3.23.
Tabel 0.23 Rerata Konsumsi Kelompok Susu dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok umur
Jenis susu dan olahannya
Susu kental manis
Susu bubuk Susu
formula balita
Susu formula khusus
Olahan susu Total Susu cair
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 23,3 48,9 2,1 9,6 41,5 54,4 0,0 0,0 7,0 25,1 95,1 95,3 16,7 59,1
5 – 12 thn 6,8 16,9 5,4 18,9 4,0 19,2 0,0 0,0 5,5 20,1 21,6 35,3 21,1 70,7
13 – 18 thn 4,2 11,8 2,4 8,5 0,2 2,2 0,0 0,0 3,2 14,0 10,4 21,2 8,0 55,4
19 – 55 thn 3,2 11,3 0,8 10,1 0,0 0,9 0,6 6,3 2,0 12,9 5,9 20,3 2,3 21,5
> 55 thn 2,3 9,3 0,5 3,0 0,2 2,6 0,9 5,6 0,1 0,8 3,0 9,5 0,9 8,9
Semua umur
4,4 16,1 1,4 10,1 2,4 15,9 0,5 5,3 2,2 13,3 11,4 34,5 5,0 35,2
42
Gambar 0.10 Rerata Konsumsi Kelompok Susu dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah susu cair yaitu sebesar 5,0 gram per hari, diikuti susu kental manis sebesar 4,4 gram per hari dan susu formula balita sebesar 2,4 gram per hari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi susu cair tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 21,1 gram per hari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 0,9 gram per hari. Rerata penduduk mengonsumsi susu kental manis tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 23,3 gram per hari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 2,3 gram per hari. Rerata penduduk mengonsumsi susu formula balita tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 41,5 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 4,0 gram per hari.
Tabel 0.24 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Susu dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Susu dan Olahan
Susu Kental manis
Susu Bubuk
Susu Cair Susu
Formula Balita
Susu Formula Khusus
Olahan Susu
0 – 59 bln 25,3 10,1 10,1 46,8 0,0 11,4 5 – 12 thn 19,8 16,2 10,2 4,8 0,0 13,8 13 – 18 thn 14,8 9,9 3,1 1,2 0,0 6,2 19 – 55 thn 11,3 5,6 3,2 0,1 1,4 3,8 > 55 thn 7,8 6,8 2,7 1,5 3,4 0,7
Semua umur 12,3 7,6 4,1 3,2 1,5 4,6
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah susu kental manis sebesar 12,3 persen diikuti susu bubuk sebesar 7,6 persen dan susu cair sebesar 4,1 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi
43
penduduk mengonsumsi susu kental manis tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebesar 25,3 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 7,8 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi susu bubuk tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 16,2 persen dan terendah kelompok umur 19-55 sebesar 5,6 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan susu tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 13,8 persen dan terendah pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 0,7 persen.
Tabel 0.25 Rerata Konsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Minyak, Lemak dan Olahan (g)
Minyak Kelapa Sawit dan Minyak
Kelapa Kelapa dan Olahan
Minyak Lainnya, lemak dan Olahan
Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 10,6 10,0 19,3 45,2 0,7 2,8 30,6 47,6 5 – 12 thn 16,5 13,1 25,1 52,7 1,1 3,0 42,8 54,9 13 – 18 thn 20,6 14,0 13,1 28,6 1,0 6,1 34,7 33,4 19 – 55 thn 23,7 16,4 28,2 50,6 0,9 3,3 52,8 54,4 > 55 thn 18,6 15,2 38,3 57,5 1,0 3,5 57,9 58,2
Semua umur 20,8 15,7 28,5 51,1 0,9 3,7 50,3 54,0
Gambar 0.11 Rerata Konsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
44
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah minyak kelapa dan olahan yaitu sebesar 28,5 gram per hari, diikuti minyak kelapa sawit dan minyak kelapa sebesar 20,8 gram per hari dan minyak lainnya, lemak dan olahan sebesar 0,9 gram per hari. Berdasarkan kelompok umur, rerata penduduk mengonsumsi kelapa dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 38,3 gram per hari dan terendah kelompok umur 13-18 tahun sebesar 13,1 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebesar 23,7 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 10,6 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi minyak lainnya, lemak dan olahan tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 1,1 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,7 gram perhari.
Tabel 0.46 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Minyak, Lemak dan Olahan
Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Kelapa
Kelapa dan Olahan
Minyak Lainnya, lemak dan Olahan
0 – 59 bln 81,0 26,6 10,1 5 – 12 thn 93,4 38,3 16,2 13 – 18 thn 98,8 27,8 10,5 19 – 55 thn 96,8 50,2 13,9 > 55 thn 91,0 61,6 14,4
Semua umur 94,5 48,5 13,8
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah minyak kelapa sawit dan minyak kelapa sebesar 94,5 persen diikuti kelapa dan olahan sebesar 48,5 persen dan minyak lainnya, lemak dan olahan sebesar 13,8 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 98,8 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 81,0 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi kelapa dan olahan tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 61,6 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 26,6 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi olahan minyak lainnya, lemak dan olahan tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 16,2 persen dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 10,1 persen.
45
Tabel 0.57 Rerata Konsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari per orang per hari
(gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Gula dan Konfeksionari (g)
Gula Permen Sirup Coklat Lainnya
(madu,Selai agar-agar, jely)
Total
Rerata
SD Rerata
SD Rerata
SD Rerata
SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 12,55 17,37 1,13 3,32 0,00 0,00 0,29 2,02 4,50 15,12 18,48 22,11 5 – 12 thn 21,85 23,32 1,45 3,59 0,76 4,33 1,95 8,09 7,18 31,51 33,18 39,75 13 – 18 thn 21,19 18,55 0,69 2,72 0,86 4,75 1,30 5,08 2,13 10,92 26,17 23,31 19 – 55 thn 31,59 27,05 0,05 0,67 0,47 3,42 0,39 2,64 0,33 4,39 32,84 28,46 > 55 thn 32,48 27,90 0,04 0,44 0,06 0,88 0,27 1,79 0,17 1,56 33,02 28,21
Semua umur 28,96 26,39 0,30 1,73 0,42 3,21 0,60 3,71 1,34 11,60 31,61 29,19
Gambar 0.12 Rerata Konsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah gula yaitu sebesar 28,96 gram per hari, diikuti lainnya (madu, selai agar-agar, jely) sebesar 1,34 gram per hari dan coklat sebesar 0,60 gram per hari. Berdasarkan kelompok umur, rerata penduduk mengonsumsi gula tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 32,48 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 12,55 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi lainnya (madu, selai agar-agar, jely) tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 7,18 gram per hari dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 0,17 gram per hari. Rata-rata penduduk mengonsumsi coklat tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 1,9 gram per hari dan terendah pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 0,27 gram per hari.
46
Tabel 0.28 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Gula dan Konfeksionari
Gula Permen Sirup Coklat Lainnya
(madu,Selai agar-agar, jely)
0 – 59 bln 68,4 13,9 0,0 2,5 11,4 5 – 12 thn 85,6 19,2 4,8 10,2 12,0 13 – 18 thn 92,6 8,0 3,1 9,9 6,2 19 – 55 thn 94,4 0,8 2,5 3,6 3,4 > 55 thn 94,9 0,7 0,5 2,4 2,4
Semua umur 92,3 3,9 2,2 4,5 4,7
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah gula sebesar 92,3 persen diikuti lainnya (madu, selai agar-agar, jely) sebesar 4,7 persen dan coklat sebesar 4,5 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi gula tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 94,9 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 68,4 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi lainnya (madu, selai agar-agar, jely) tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 12,0 persen dan terendah kelompok umur > 55 tahun sebesar 2,4 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi coklat tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 10,2 persen dan terendah pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 2,4 persen.
Tabel 0.29 Rerata Konsumsi Kelompok Bumbu per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Bumbu (g)
Garam Vetsin/ MSG/
Mecin Bumbu Instan
Bumbu Kering
Bumbu Basah Bahan
Tambahan Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 1,43 1,35 0,12 0,44 0,37 1,09 0,20 0,63 4,86 7,56 0,00 0,07 6,99 8,86 5 – 12 thn 2,89 2,58 0,25 0,52 0,98 3,23 0,82 3,30 12,67 15,04 0,00 0,02 17,61 17,24 13 – 18 thn 3,57 4,47 0,32 0,72 1,35 4,00 0,69 1,33 14,99 14,06 0,01 0,05 20,93 16,20 19 – 55 thn 3,90 3,47 0,42 2,64 1,27 8,53 0,81 2,40 14,88 17,19 0,02 0,54 21,30 21,86 > 55 thn 4,11 3,71 0,38 0,88 0,39 1,42 0,63 1,40 16,33 19,53 0,00 0,07 21,85 21,88
Semua umur
3,70 3,54 0,37 1,97 0,99 6,39 0,73 2,18 14,55 17,14 0,01 0,39 20,37 20,75
47
Gambar 0.13 Rerata Konsumsi Kelompok Bumbu per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok bumbu di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah bumbu basah yaitu sebesar 14,56 gram per hari, diikuti garam sebesar 3,70 gram per hari dan bumbu instan sebesar 0,99 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi bumbu basah tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 16,33 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 4,86 gram per hari. Rerata penduduk mengonsumsi garam, tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 4,11 gram per hari dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 1,43 gram per hari. Rerata penduduk mengonsumsi bumbu instan tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 1,35 gram per hari dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 0,37 gram per hari.
48
Tabel 0.30 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Bumbu Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Bumbu
Garam Vetsin/ MSG/
Mecin Bumbu Instan
Bumbu Kering
Bumbu Basah
Bahan Tambahan
0 – 59 bln 88,6 17,7 20,3 24,1 59,5 0,0 5 – 12 thn 97,6 29,9 22,2 28,1 80,2 0,6 13 – 18 thn 100,0 34,0 32,1 39,5 84,6 1,9 19 – 55 thn 99,5 29,0 26,0 35,0 79,2 0,9 > 55 thn 99,8 33,3 15,9 30,6 80,4 0,7
Semua umur 98,9 30,0 23,5 33,2 79,2 0,9
Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah garam sebesar 98,9 persen diikuti bumbu basah sebesar 79,2 persen dan bumbu kering sebesar 33,2 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi penduduk mengonsumsi garam tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 100 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 88,6 persen. Proporsi penduduk penduduk mengonsumsi bumbu basah tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 84,6 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 59,5 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi bumbu kering tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 39,5 persen dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebesar 24,1 persen.
49
Tabel 0.31 Rerata Konsumsi Kelompok Minuman per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Minuman Serbuk (g) Jenis Minuman cairan (ml)
Teh Instan / Daun Kering
Kopi Bubuk Minuman Serbuk
Total
Minuman Kemasan
Cairan
Minuman Berkarbonasi
Minuman Beralkohol
Minuman Lainnya
Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 0.6 1.3 0.00 0.0 0.6 3.7 1.2 3.8 25.2 96.4 0.2 1.5 0.00 0.00 0.03 0.25 25.4 96.3
5 – 12 thn 7.0 35.4 0.57 4.5 3.6 9.4 11.2 37.2 32.2 109.4 6.3 59.7 0.13 2.22 3.74 14.82 42.4 126.2
13 – 18 thn 1.3 2.0 1.90 6.5 2.1 6.8 5.4 9.6 20.6 80.0 0.7 13.4 0.00 0.00 2.58 23.20 23.9 83.6
19 – 55 thn 3.4 10.8 4.95 12.3 1.0 8.1 9.4 18.0 16.5 87.8 6.4 49.2 0.02 0.63 3.43 28.70 26.3 104.0
> 55 thn 4.9 5.7 1.82 5.8 0.3 2.5 6.9 8.1 2.3 32.9 0.2 3.7 0.00 0.00 0.01 0.11 2.5 33.1
Semua umur
3.8 13.9 3.24 9.8 1.2 7.1 8.2 18.3 15.4 80.9 4.1 40.4 0.02 0.83 2.39 22.39 21.9 93.1
Gambar 0.14 Rerata Konsumsi Kelompok Minuman per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
50
Rerata konsumsi kelompok minuman jenis minuman serbuk, tertinggi adalah teh instan/ daun kering (3.8 g) dan terendah adalah minuman serbuk (1.2 g). Konsumsi minuman teh instan/ daun kering tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (7 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (0.6 g). Konsumsi kopi bubuk tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (4.95 g) dan terendah pada kelompok usia 5-12 tahun (0.57 g). Sedangkan pada minuman serbuk, konsumsi tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (3.6 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (0.3 g). Konsumsi jenis minuman cair pada semua kelompok usia, tertinggi adalah konsumsi minuman kemasan cair (15.4 ml), terendah adalah minuman beralkohol (0.02 ml). Konsumsi minuman berkarbonasi tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (6.4 ml) dan terendah pada kelompok usia 0-58 bulan dan > 55 tahun (0.2 ml). Konsumsi minuman beralkohol hanya pada kelompok usia 5-12 tahun (0.13 ml) dan kelompok usia 19-55 tahun (0.02 ml). Konsumsi tertinggi minuman lainnya pada kelompok usia 5-12 tahun (3.74 ml) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (0.01 ml). Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.32.
Tabel 0.32 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Minuman Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Minuman Serbuk Jenis Minuman cairan
Teh Instan / Daun Kering
Kopi Bubuk
Minuman Serbuk
Minuman Kemasan
Cairan
Minuman Berkarbonasi
Minuman Beralkohol
Minuman Lainnya
0 – 59 bln 26.6 0.0 29.1 10.1 2.5 0.0 1.3
5 – 12 thn 42.5 3.0 54.5 12.6 1.2 0.6 9.6
13 – 18 thn 50.0 8.6 57.4 8.6 1.9 0.0 4.3
19 – 55 thn 72.1 22.7 79.8 7.6 3.4 0.1 3.5
> 55 thn 81.7 12.5 85.3 1.5 0.7 0.0 0.7
Semua umur 67.2 15.9 74.1 6.8 2.4 0.1 3.4
Tabel 3.32 menunjukkan proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur. Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi jenis minuman serbuk adalah minuman serbuk (74.1%) dan terendah adalah jenis minuman kopi bubuk (15.9%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi teh instan pada kelompok usia > 55 tahun (81.7%) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (26.6%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi kopi bubuk pada kelompok usia 19-55 tahun (22.7%), dan terendah mengonsumsi kopi bubuk pada kelompok usia 5-12 tahun (3%), sedangkan penduduk kelompok usia 0-59 bulan tidak mengonsumsi kopi bubuk. Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi jenis minuman cairan adalah minuman kemasan cairan (6.8%), disusul minuman berkarbonasi (2.4%), sedangkan terendah adalah minuman beralkohol (0.1%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi minuman kemasan cairan pada kelompok usia 5-12 tahun (12.6%), terendah pada kelompok usia >55 tahun (1.5%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi minuman berkarbonasi adalah pada kelompok usia 0-59 bulan (2.5%) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (0.7%). Penduduk yang mengonsumsi minuman beralkohol hanya pada 2 kelompok usia yaitu 5-12 tahun dan 19-55 tahun. Proporsi penduduk mengonsumsi minuman beralkohol pada kelompok usia 5-12 tahun (0.6%) lebih tinggi dibanding usia 19-55 tahun (0.1%).
51
Tabel 0.33 Rerata Konsumsi Kelompok Makanan Komposit per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Makanan Komposit (g)
Ayam goreng Pizza Burger Kentang Goreng
Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 2.3 13.7 0.0 0.00 0.00 0.00 0.0 0.0 2.3 13.7
5 – 12 thn 0.0 0.2 0.0 0.00 0.00 0.00 0.0 0.0 0.0 0.2
13 – 18 thn 2.4 16.3 3.8 27.48 0.00 0.00 0.0 0.0 6.2 31.7
19 – 55 thn 0.2 7.2 0.8 13.04 0.04 1.96 0.0 0.0 1.1 15.0
> 55 thn 0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.0 0.0 0.0 0.0
Semua umur 0.4 7.8 0.8 12.69 0.02 1.41 0.0 0.0 1.3 15.0
Gambar 0.15 Rerata Konsumsi Kelompok Makanan Komposit per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Rerata tertinggi konsumsi makanan komposit pada semua kelompok usia adalah pizza (0.8 g), disusul ayam goreng (0.4 g) dan terendah adalah burger (0.02 g). Sedangkan kentang goreng tidak ada yang mengonsumsi. Konsumsi pizza hanya pada kelompok usia 13-55 tahun. Konsumsi ayam goreng tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (2.4 g), terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (0.2 g), sedangkan pada kelompok usia 5-12 tahun dan > 55 tahun tidak mengonsumsi ayam goreng. Konsumsi burger hanya pada kelompok usia 19-55 tahun (0.04 g).
52
Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.34.
Tabel 0.34 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Makanan KompositMenurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Jenis Makanan Komposit
Ayam goreng Pizza Burger Kentang Goreng
0 – 59 bln 2.5 0.0 0.0 0.0
5 – 12 thn 0.0 0.0 0.0 0.0
13 – 18 thn 1.9 1.9 0.0 0.0
19 – 55 thn 0.1 0.3 0.0 0.0
> 55 thn 0.0 0.0 0.0 0.0
Semua umur 0.4 0.4 0.0 0.0
Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan survey ini hanya mengonsumsi ayam goreng dan pizza, masing-masing sebanyak 0.4 persen. Proporsi tertinggi penduduk yang makan ayam goreng adalah pada kelompok usia 0-59 bulan (2.5%), dan terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (0.1%), kelompok usia 5-12 tahun dan > 55 tahun tidak mengonsumsi ayam goreng. Penduduk yang mengonsumsi pizza hanya pada kelompok usia 13-18 tahun (1.9%) dan kelompok usia 19-55 tahun (0.3%).
Tabel 0.35 Rerata Konsumsi Kelompok Air per orang per hari (ml) Menurut Kelompok
Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Sumber Air (ml)
Air Minum Air Minum Kemasan
Bermerek
Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair,
minuman berkarbonasi,
berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain)
Total
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 729.7 402.5 87.9 250.5 25.4 96.3 843.0 433.5
5 – 12 thn 1.076.7 748.3 204.8 510.3 38.7 123.0 1.320.2 703.5
13 – 18 thn 1.239.5 650.4 141.5 352.9 21.4 80.9 1.402.5 623.5
19 – 55 thn 1.330.6 782.9 248.6 517.9 23.0 100.8 1.602.1 750.6
> 55 thn 1.282.7 708.1 94.9 356.7 2.5 33.1 1.380.1 731.3
Semua umur 1.257.3 748.2 189.4 463.0 19.6 90.4 1.466.2 739.3
53
Gambar 0.16 Rerata Konsumsi Kelompok Air per orang per hari (ml), Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa
Yogyakarta 2014
Rerata tertinggi konsumsi air minum pada kelompok uisa 19-55 tahun (1.330,6 ml), terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (729,7 ml). rerata tertinggi konsumsi air minum kemasan bermerek adalah pada kelompok usia 19-55 tahun (248,6 ml), terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (87.9 ml). Rerata tertinggi konsumsi minuman cair kemasan pabrikan adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (38.7 ml) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (2.5 ml). Proporsi penduduk yang mengonsumsi air menurut kelompok umur di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.36
Tabel 0.36 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Air Menurut Kelompok UmurDaerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Sumber Air
Air Minum Air Minum Kemasan Bermerek
Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair,
,minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman
lain)
0 – 59 bln 92.4 13.9 12.7
5 – 12 thn 98.2 21.6 13.8
13 – 18 thn 98.8 20.4 11.1
19 – 55 thn 97.8 27.5 11.2
> 55 thn 97.8 11.0 2.0
Semua umur 97.7 21.6 9.3
54
Proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsi air minum berdasarkan sumber air adalah mengonsumsi air minum (97.7%) dan terendah mengonsumsi minuman cair kemasan pabrikan (9.3%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi air minum adalah pada kelompok usia 13-18 tahun (98.8%), dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (92.4%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi air minuman kemasan bermerek adalah pada kelompok usia 19-55 tahun (27.5%), dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (11.0%). Proporsi tertinggi penduduk mengonsumsi minuman cair kemasan pabrikan adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (13.8%) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (2.0%).
Tabel 0.37 Rerata Konsumsi Kelompok Suplemen dan Jamu per orang per hari (mg)
Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Suplemen Jamu
Multi Vitamin (mg)
Non Multi Vitamin (mg)
Minuman Suplemen (ml)
Total Jamu Tradisional (ml)
Jamu Pabrikan (mg)
Total
Rerata
SD Rerata
SD Rerata SD Rerata
SD Rerata
SD Rerata SD Rerata
SD
0 – 59 bln 3.30 31.70 0.00 0.0 0.00 0.00 3.3 31.65 0.00 0.00 0.02 0.08 0.02 0.08
5 – 12 thn 0.03 0.30 0.00 0.0 0.00 0.00 0.03 0.26 0.00 0.03 0.04 0.42 0.04 0.43
13 – 18 thn 0.00 0.04 0.00 0.0 0.00 0.00 0.00 0.04 0.00 0.03 0.06 0.92 0.06 0.92
19 – 55 thn 0.05 0.60 0.04 0.5 0.60 11.0 0.7 11.02 0.62 12.74 0.01 0.20 0.63 12.74
> 55 thn 0.47 6.90 0.00 0.00 0.50 15.01 0.9 16.49 0.91 8.64 0.00 0.00 0.91 8.64
Semua umur
0.30 7.60 0.02 0.3 0.40 10.8 0.7 13.23 0.54 10.10 0.02 0.34 0.56 10.11
Gambar 0.17 Rerata Konsumsi Kelompok Suplemen dan Jamu per orang per hari (mg) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
55
Rerata konsumsi suplemen tertinggi pada semua kelompok usia adalah minuman suplemen (0.4 ml) disusul multivitamin (0.3 mg) dan terendah non multivitamin (0.02 mg). Rerata konsumsi jamu tradisional (0.54 ml) lebih tinggi dibanding konsumsi jamu pabrikan (0.02 mg) pada semua kelompok usia. Konsumsi jamu tradisional hanya pada kelompok usia 19-55 tahun (0.62 ml) dan > 55 tahun (0.91 ml), sedangkan pada usia 0-59 bulan dan 5-18 tahun tidak mengonsumsi jamu tradisional. Rerata konsumsi jamu pabrikan tertinggi adalah pada kelompok usia 13-18 tahun (0.06 mg) dan terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (0.01 mg). Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur di Daerah
Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.38.
Tabel 0.38 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Suplemen dan Jamu Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Suplemen Jamu
Multi Vitamin
Non Multi Vitamin
Minuman Suplemen
Jamu Tradisional
Jamu Pabrikan
0 – 59 bln 2.5 0.0 0.0 0.0 3.8
5 – 12 thn 1.8 0.0 0.0 0.6 0.6
13 – 18 thn 0.0 0.0 0.0 0.6 0.6
19 – 55 thn 0.9 0.9 0.3 0.8 0.6
> 55 thn 1.0 0.2 0.0 1.7 0.0
Semua umur 1.0 0.5 0.2 0.9 0.6
Proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsi suplemen adalah mengonsumsi suplemen multivitamin (1%), disusul suplemen non multivitamin (0.2%), dan terendah minuman suplemen (0.2%). Proporsi penduduk mengonsumsi jamu tradisional (0.9%) lebih tinggi dibanding jamu pabrikan (0.6%). Proporsi tertinggi penduduk mengonusmsi multivitamin pada kelompok usia 0-59 bulan (2.5%) dan terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (0.9%). Penduduk yang mengonsumsi suplemen non multi vitamin hanya pada kelompok usia 19-55 tahun dengan proporsi sebesar (0.9%) dan pada kelompok usia > 55 tahun (0.2%). Penduduk yang mengonsumsi minuman suplemen hanya pada kelompok usia 19-55 tahun dengan proporsi sebesar 0.3 persen. Proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsi jamu tradisional adalah pada kelompok usia > 55 tahun (1.7%) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (0.6%). Proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsi jamu pabrikan adalah pada kelompok usia 0-59 bulan (3.8%) dan sedangkan proporsi kelompok usia 5-55 tahun mengonsumsi jamu pabrikan sebesar (0.6%).
56
Tabel 0.39 Rerata Konsumsi Serealia, Umbi/Pati, Kacang, Sayur, Buah, Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa
Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Bahan Makanan (g)
Serealia dan Olahan
Umbi/pati dan Olahan
Kacang dan Olahan
Sayur dan Olahan
Buah dan Olahan
Daging dan Olahan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 245.3 78.8 13.0 33.4 0.4 1.8 25.0 29.4 33.7 57.8 41.4 76.4
5 – 12 thn 340.2 102.1 20.4 61.1 6.3 17.0 45.2 58.1 30.6 68.4 76.9 95.7
13 – 18 thn 417.0 150.2 19.3 52.8 4.6 15.7 52.6 49.9 45.5 71.8 93.2 128.1
19 – 55 thn 350.8 122.1 33.7 85.6 5.0 13.5 74.2 69.6 55.5 102.8 64.6 90.1
> 55 thn 294.4 93.6 43.8 97.1 4.8 15.7 69.7 63.6 53.1 113.2 33.4 69.1
Semua umur 337.6 121.7 32.5 82.6 4.8 14.4 65.9 65.3 50.5 98.6 59.9 91.7
Rerata tertinggi pada semua kelompok usia adalah serealia dan olahan (337.6 g), disusul sayur dan olahan (65.9 g), daging dan olahan (59.9 g), buah dan olahan (50.5 g), umbi/pati dan olahan (32.5 g), dan terendah kacang dan olahan (4.8 g). Rerata tertinggi konsumsi serealia dan olahan, adalah pada kelompok usia 13-18 tahun (417 g), dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (245.3 g). Rerata tertinggi konsumsi sayur dan olahan adalah pada kelompok usia 19-55 tahun (74.2 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (25 g). rerata tertinggi konsumsi daging dan olahan adalah pada kelompok usia 13-18 tahun (93.2 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (33.4 g). rerata tertinggi konsumsi buah dan olahan adalah pada kelompok usia 19-55 tahun (55.5 g) dan terendah pada kelompok usia 5-12 tahun (30.6 g). rerata tertinggi konsumsi umbi/pati dan olahan adalah pada kelompok usia > 55 tahun (43.8 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (13 g). Rerata tertinggi konsumsi kacang dan olahan adalah pada kelompk usia 5-12 tahun (6.3 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (0.4 g).
57
Tabel 0.40. Rerata Konsumsi Jeroan, Ikan, Telur, Susu, Minyak, olahannya, Gula dan konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa
Yogyakarta 2014
Kelompok umur
Bahan makanan (g)
Jeroan dan olahannya
Ikan dan olahannya
Telur dan olahannya
Susu bubuk dan
olahannya
Susu cair Minyak dan olahannya
Gula dan konfeksionari
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 2.7 13.0 16.8 63.9 34.2 37.0 95,1 95,3 16,7 59,1 30.6 47.6 18.5 22.1
5 – 12 thn 3.4 14.7 44.7 110.3 34.6 38.2 21,6 35,3 21,1 70,7 42.8 54.9 33.2 39.7
13 – 18 thn 3.9 13.4 32.1 94.9 26.1 31.1 10,4 21,2 8,0 55,4 34.7 33.4 26.2 23.3
19 – 55 thn 3.2 16.1 30.4 83.8 28.5 38.2 5,9 20,3 2,3 21,5 52.8 54.4 32.8 28.5
> 55 thn 2.0 12.1 20.9 70.5 16.8 30.9 3,0 9,5 0,9 8,9 57.9 58.2 33.0 28.2
Semua umur
3.0 14.7 29.1 84.4 26.3 36.3 11,4 34,5 5,0 35,2 50.3 54.0 31.6 29.2
Tabel 3.40. menunjukkan rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak olahannya, gula dan konfeksionari penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata konsumsi tertinggi adalah konsumsi minyak dan olahan (50.3 g), disusul gula dan konfeksionari (31.6 g), ikan dan olahan (29.1 g), telur dan olahan (26.3 g), susu bubuk dan dan olahannya (11.4 g) dan terendah jeroan dan olahan (3 g). Rerata tertinggi konsumsi minyak dan olahan adalah pada kelompok usia > 55 tahun (57.9 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 nbulan (30.6 g). Rerata tertinggi konsumsi gula dan konfeksionari adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (33.2 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (18.5 g). Rerata tertinggi konsumsi ikan dan olahan pada kelompok usia 5-12 tahun (44.7 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (16.8 g). Rerata tertinggi konsumsi telur dan olahan adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (34.6 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (16.8 g). Rerata tertinggi konsumsi susu bubuk dan olahannya adalah pada kelompok usia 0-59 bulan (95,1 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (3,0 g). Rerata tertinggi konsumsi jeroan dan olahan pada kelompok usia 13-18 tahun (3.9 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (2.0 g).
58
Tabel 0.41 Rerata Konsumsi Bumbu, Minuman, Makanan Komposit, Air dan Suplemen per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Bahan Makanan (g)
Bumbu Minuman serbuk
Minuman cair Makanan komposit
Air Suplemen Jamul
Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 7.0 8.9 1.2 3.8 25.4 96.3 2.3 13.7 26.6 97.1 3.3 31.6 0.02 0.08
5 – 12 thn 17.6 17.2 11.2 37.2 38.7 123.0 0.0 0.2 53.6 129.3 0.0 0.3 0.04 0.43
13 – 18 thn 20.9 16.2 5.4 9.6 21.4 80.9 6.2 31.7 29.3 84.9 0.0 0.0 0.06 0.92
19 – 55 thn 21.3 21.9 9.4 18.0 23.0 100.8 1.1 15.0 35.7 107.9 0.7 11.0 0.63 12.74
> 55 thn 21.8 21.9 6.9 8.1 2.5 33.1 0.0 0.0 9.4 34.9 0.9 16.5 0.91 8.64
Semua umur 20.4 20.7 8.2 18.3 19.6 90.4 1.3 15.0 30.1 96.2 0.7 13.2 0.56 10.11
Tabel 3.41. menunjukkan rerata konsumsi bumbu, minuman, makan komposit, air dan suplemen menurut kelompok umur, penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata tertinggi pada semua kelompok usia adalah konsumsi air (30.1 g), disusul konsumsi konsumsi bumbu (20.4 g), minuman cair (19.6 g), minuman serbuk (8.2 g), makanan komposit (1.3 g), suplemen (0.7 g), dan terendah konsumsi jamu (0.56 g). rerata tertinggi konsumsi air pada kelompok usia 5-12 tahun (53.6 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (9.4 g). rerata tertinggi konsumsi bumbu pada kelompok usia > 55 tahun (21.8 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (7 g). rerata tertinggi konsumsi minuman cair pada kelompok usia 5-12 tahun (38.7 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (2.5 g). rerata tertinggi konsumsi minuman serbuk pada kelompok usia 5-12 tahun (11.2 g) dan terendah pada kelompok usia 0-59bulan (1.2 g). Rerata tertinggi konsumsi makanan komposit pada kelompok usia 13-18 tahun (6.2 g) dan terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (1.1 g), kelompok usia 5-12 tahun dan > 55 tahun tidak mengonsumsi makanan komposit. Konsumsi suplemen tertinggi pada kelompok usia 0-59 bulan (3.3 g), terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (0.7 g), sedangkan pada kelompok usia 5-18 tahun tidak mengonsumsi suplemen. Rerata tertinggi konsumsi jamu pada kelompok uusia > 55 tahun dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan.
59
3.4. Asupan dan Kecukupan Energi
Rerata asupan energi menurut kelompok umur dan jenis kelamin penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.42
Tabel 0.42 Rerata Asupan Energi Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Asupan Energi (Kkal)
Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan
Perdesaan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD
Laki laki
5 – 12 thn 1.886 581 1.665 378 1.822 538
13 – 18 thn 2.235 756 1.783 576 2.081 729
19 – 55 thn 2.000 713 2.048 729 2.014 717
> 55 thn 1.622 644 1.707 578 1.656 618
Perempuan
1.932
711
1.882
663
1.916
695
5 – 12 thn 1.846 541 1.732 515 1.806 532
13 – 18 thn 1.931 586 1.598 657 1.821 626
19 – 55 thn 1.546 588 1.476 573 1.524 584
> 55 thn 1.291 515 1.340 446 1.311 487
1.553 599 1.468 548 1.523 583
Rerata asupan energi penduduk laki-laki baik di daerah perkotaan, perdesaan maupun secara keseluruhan lebih tinggi dibanding penduduk perempuan. Rerata asupan energi penduduk laki-laki di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan, paling tinggi pada kelompok usia 13-18 tahun dan terendah pada kelompok > 55 tahun. Rerata asupan energi penduduk laki-laki di daerah pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun dan terendah pada kelompok usia 5-12 tahun. Sedangkan rerata asupan energi penduduk perempuan di daerah perdesaan,tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun, dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun. Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.43.
60
Tabel 0.43 Rerata Kecukupan Energi Menurut Karakteristik Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Karakteristik Kecukupan Energi (% AKG)
Rerata SD
Kelompok Umur 0 – 59 bln 109 27 Laki laki 5 – 12 thn 99 29
13 – 18 thn 81 28
19 – 55 thn 78 28
> 55 thn 80 28
Perempuan 5 – 12 thn 96 28
13 – 18 thn 86 30
19 – 55 thn 72 27
> 55 thn 77 28
Tempat Tinggal
Perkotaan 80 30
Perdesaan 78 27
Kuintil indeks Kepemilikan
Terbawah 74 27
Menengah Bawah 71 27
Menengah 79 28
Menengah atas 83 30
Teratas 85 29
Rerata kecukupan energi pada laki-laki berdasarkan kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 0-59 bulan (99%) dan terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (78%). rerata kecukupan energi pada perempuan berdasarkan kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (96%), terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (72%). Berdasarkan tempat tinggal, rerata kecukupan energi penduduk perkotaan lebih tinggi dibanding perdesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, kelompok teratas memiliki rerata kecukupan energi tertinggi, dan kelompok menengah bawah memiliki rerata kecukupan energi terendah.
61
Tabel 0.44 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset,dan menurut tingkat kecukupan asupan energi, Daerah Istimewa
Yogyakarta 2014
Karakteristik
Tingkat Kecukupan Asupan energi
< 70% 70 - <100% ≥100-<130% ≥130%
Kelompok umur 0 – 59 bln 0.0 45.6 29.8 24.6 5 – 12 thn 15.2 45.0 25.0 15.0 13 – 18 thn 36.2 37.4 20.2 6.1 19 – 55 thn 48.0 34.1 13.7 4.2 > 55 thn 41.3 36.0 17.7 5.0 Jenis kelamin
Laki-laki 36,6 39,3 17,4 6,7 Perempuan 46,4 32,6 15,5 5,5
Tempat tinggal Perkotaan 41,8 35,5 16,1 6,6 Perdesaan 41,1 36,8 17,3 4,8
Kuintil indeks kepemilikan Terbawah 47,9 34,4 14,4 3,3 Menengah bawah 57,8 34,0 11,4 2,7 Menengah 44,1 33,5 16,8 5,6 Menengah atas 35,0 40,4 15,6 9,0 Teratas 34,3 36,4 21,3 8,0
Tabel 3.44 menunjukkan proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset, dan menurut tingkat kecukupan asupan energi, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014. Proporsi tertinggi penduduk yang defisit energi (< 70 AKE) menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (48%), terendah pada kelompok usia 0-59 bulan (0,0%). Proporsi penduduk yang defisit energi menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa perempuan lebih mengalami defisit energi dibanding laki-laki. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih mengalami defisit energi dibanding perdesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas menengah bawah mengalami defisit energi tertinggi (57,8%) dan penduduk kelas teratas mengalami defisit energi terendah. Proporsi tertinggi penduduk yang lebih dari 130 AKE menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 0-59 bulan (24,6%), terendah pada kelompok usia 19-55 tahun (4,2%). Proporsi pendudk yang lebih dari 100 AKE menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih mengalami kelebihan energi dibanding perdesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas teratas mengalami kelebihan energi > 100 AKE tertinggi (9.0%) dan penduduk kelas menengah bawah mengalami kelebihan energi > 100 AKG terendah (3.3%).
62
3.5. Asupan dan Kecukupan Protein
Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik tempat tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.45
Tabel 0.45 Rerata Asupan Protein Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Asupan Protein (g)
Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan
Perdesaan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 42.2 21.5 39.8 26.6 41.3 23.4
Laki laki
5 – 12 thn 64.0 26.9 46.6 16.4 59.0 25.5
13 – 18 thn 78.3 31.9 58.7 29.9 71.6 32.4
19 – 55 thn 70.0 34.9 68.5 29.0 69.6 33.2
> 55 thn 55.1 28.5 58.7 23.7 56.6 26.6
Perempuan
5 – 12 thn 71.8 31.2 56.1 19.8 66.3 28.6
13 – 18 thn 65.9 26.3 48.1 24.3 60.1 26.8
19 – 55 thn 54.8 25.5 49.6 21.5 53.1 24.4
> 55 thn 43.2 21.0 47.5 21.3 45.0 21.1
Tabel 3.45 menunjukkan rerata asupan protein penduduk kelompok umur dan jenis kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata asupan protein penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (78 g), dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (55 g). Rerata asupan protein penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (72 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (55 g). Rerata asupan protein penduduk laki-laki di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (69 g) dan terendah pada kelompok usia 5-12 tahun (47 g). rerata asupan protein penduduk perempuan di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (56 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (48 g).
Rerata kecukupan protein penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, karakteristik tempat tinggal dan indeks kepemilikan di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.46
63
Tabel 0.46 Rerata Kecukupan Protein Menurut Karakteristik Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Karakteristik Kecukupan Protein (% AKG)
Rerata SD
Kelompok Umur
0 – 59 bln 149.3
81.8
Laki laki 5 – 12 thn 129.4 58.9
13 – 18 thn 104.8 49.0
19 – 55 thn 108.7 51.8
> 55 thn 89.2 41.4
Perempuan 5 – 12 thn 131.0 58.3
13 – 18 thn 94.5 42.3
19 – 55 thn 93.7 43.2
> 55 thn 79.7 37.3
Tempat Tinggal
Perkotaan 103.0 51.8
Perdesaan 93.4 41.6
Kuintil indeks Kepemilikan
Terbawah 84.5 40.8
Menengah Bawah 83.3 38.6
Menengah 96.3 45.1
Menengah atas 106.6 52.6
Teratas 116.8 52.2
Tabel 3.46 menunjukkan rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata kecukupan protein penduduk laki-laki maupun perempuan menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (129,4% dan 131,0%) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (89,2% dan 79,7%). Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih tinggi kecukupan proteinnya dibanding penduduk daerah perdesaan. Berdasarkan indeks kepemilikan, rerata kecukupan protein tertinggi pada penduduk menengah teratas (116,8%) dan terendah pada kelompok menengah bawah (83,3%)
64
3.6. Asupan Lemak
Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik tempat tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.47.
Tabel 0.47 Rerata Asupan Lemak Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Daerah
Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Asupan Lemak (g)
Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan
Perdesaan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 55.6
25.8
52.2
38.7
54.3
31.0
Laki laki
5 – 12 thn 66.9 28.1 62.8 24.2 65.7 27.0
13 – 18 thn 81.1 41.4 58.7 30.6 73.4 39.3
19 – 55 thn 74.3 36.3 70.7 42.4 73.2 38.3
> 55 thn 52.2 34.8 61.6 34.7 56.1 35.0
Perempuan
5 – 12 thn 75.1 32.9 77.8 62.0 76.0 44.8
13 – 18 thn 78.4 37.8 60.3 38.8 72.4 38.8
19 – 55 thn 60.1 33.7 52.9 25.8 57.8 31.6
> 55 thn 45.1 29.4 45.4 20.9 45.2 26.1
Tabel 3.47 menunjukkan rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata asupan lemak penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (81.1 g), dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (52.2 g). Rerata asupan lemak penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (78.4 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (45.1 g). Rerata asupan lemak penduduk laki-laki di perdesaan, tertinmggi pada kelompok usia 19-55 tahun (70.7 g) dan terendah pada kelompok usia 13-18 tahun (58.7 g). rerata asupan lemak penduduk perempuan di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (76.0 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (20.9 g).
65
3.7. Asupan karbohidrat
Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik tempat tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.48.
Tabel 0.48 Rerata Asupan Karbohidrat Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Asupan Karbohidrat (g)
Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan
Perdesaan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD
0 – 59 bln 161.6
74.6
149.0
79.2
157.0
76.1
Laki laki
5 – 12 thn 259.7 92.1 238.0 56.3 253.4 83.6
13 – 18 thn 302.6 122.9 262.0 88.9 288.8 113.6
19 – 55 thn 271.9 107.6 295.3 110.0 279.0 108.7
> 55 thn 239.3 96.5 240.2 94.4 239.7 95.4
Perempuan
5 – 12 thn 232.1 96.8 220.0 89.2 227.9 93.8
13 – 18 thn 254.2 98.8 228.2 91.7 245.7 96.7
19 – 55 thn 204.7 83.5 209.4 94.8 206.2 87.2
> 55 thn 183.0 76.0 192.5 80.8 187.0 78.0
Tabel 3.48 menunjukkan rerata asupan karbohidrat penduduk kelompok umur dan jenis kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata asupan karbohidrat penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (302.6 g), dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (239.3 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (254.2 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (183.0 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk laki-laki di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (295.3 g) dan terendah pada kelompok usia 5-12 tahun (238 g). rerata asupan karbohidrat penduduk perempuan di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (245.7 g) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (187 g).
66
3.8. Asupan natrium
Rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan karakteristik tempat tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.49.
Tabel 0.49 Rerata Asupan Natrium Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin,
Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Kelompok Umur
Asupan Natrium (mg)
Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan
Perdesaan
Rerata SD Rerata SD Rerata SD
Laki laki
5 – 12 thn 1554 1156 1097 1191 1422 1178
13 – 18 thn 1381 1152 1258 1894 1339 1437
19 – 55 thn 1221 1253 1145 1416 1198 1303
> 55 thn 702 900 812 1189 748 1028
Perempuan
5 – 12 thn 1481 1054 1700 2210 1558 1548
13 – 18 thn 2126 1864 1271 1308 1845 1741
19 – 55 thn 958 1358 929 1100 949 1281
> 55 thn 556 632 538 536 549 593
Tabel 3.49 menunjukkan rerata asupan natrium penduduk kelompok umur dan jenis kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata asupan natrium penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (1554 mg), dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (702 mg). Rerata asupan natrium penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (2126 mg) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (556 mg). Rerata asupan natrium penduduk laki-laki di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (1258 mg) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (812 mg). Rerata asupan natrium penduduk perempuan di perdesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (1700 mg) dan terendah pada kelompok usia > 55 tahun (536 mg).
67
3.9. Konsumsi gula, garam dan minyak/lemak
Rerata konsumsi gula, garam, minyak/lemak pada penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta menurut karakteristik umur, jenis kelamin, tempat tinggal dan indeks kepemilikan dapat dilihat pada Tabel 3.50.
Tabel 0.50 Rerata Konsumsi Gula, Garam, Minyak/Lemak Pada Penduduk Menurut Karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014
Karakteristik
Bahan Makanan (g)
Gula Garam Minyak/lemak
Rerata SD Rerata SD Rerata SD
Kelompok Umur
5 – 12 thn 21.8 23.3 2.9 2.5 17.6 13.5
13 – 18 thn 21.2 18.6 3.6 4.5 21.6 15.1
19 – 55 thn 31.6 27.1 3.9 3.5 24.5 16.9
> 55 thn 32.5 27.9 4.1 3.7 19.6 15.2
Tempat Tinggal
Perkotaan 27.3 24.9 3.3 3.1 21.6 16.3
Perdesaan 32.1 28.8 4.4 4.2 22.0 15.8
Kuintil indeks Kepemilikan
Terbawah 28.9 25.1 4.3 4.0 21.7 16.2
Menengah Bawah 30.2 26.1 4.4 3.5 20.9 15.4
Menengah 29.9 27.8 3.8 4.1 20.0 15.9
Menengah atas 29.3 26.2 3.2 2.6 22.9 14.9
Teratas 27.3 26.4 3.8 3.7 22.7 17.5
Tabel 3.50 menunjukkan rerata konsumsi gula, garam, minyak/lemak pada penduduk usia ≥ 10 tahun menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta. Rerata konsumsi gula, menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia > 55 tahun dan terendah pada kelompok usia 13-18 tahun. Rerata konsumsi garam, menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia > 55 tahun dan terendah pada kelompok usia 5-12 tahun. Rerata konsumsi minyak/lemak, menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (24.5 g) dan terendah pada kelompok usia 10-12 tahun (17.6 g). Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih rendah rerata konsumsi gula, garam, maupun minyak/lemak dibanding penduduk daerah perdesaan. Berdasarkan indeks kepemilikan, rerata konsumsi gula tertinggi pada penduduk menengah bawah (30.2 g) dan terendah pada kelompok terbawah (28.9 g). Rerata konsumsi garam tertinggi pada penduduk kelas menengah bawah dan terendah pada penduduk kelas menengah atas. Rerata konsumsi minyak/lemak tertinggi pada penduduk menengah atas (22.9 g) dan terendah pada penduduk kelas menengah (20.0 g).
68
Tabel 0.51 Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi pesan Permenkes No 30 Tahun 2013 menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta
2014
Karakteristik Gula Natrium Lemak
>50 gram >2000 mg >67 gram
Kelompok Umur
5 – 12 thn 6,3 8,8 19,6
13 – 18 thn 6,6 24,4 47,5
19 – 55 thn 6,2 23,9 46,6
> 55 thn 19 14,9 41,2
55 + thn 21,3 6,2 24,8
Tempat Tinggal
Perkotaan 14,2 15 41,3
Perdesaan 20,8 13,7 32,3
Kuintil indeks Kepemilikan
Terbawah 15,9 19,1 26,2
Menengah Bawah 18,8 10,5 28,6
Menengah 17,6 14,6 36,8
Menengah atas 17,8 18 38,4
Teratas 13,5 12,6 51,6
Tabel 3.51 menunjukkan proporsi penduduk dengan asupan gula, natrium dan lemak, melebihi batas yang ditetapkan Permenkes Nomor 30 tahun 2013 tentang AKG yang dianjurkan menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014. Proporsi penduduk mengonsumsi gula ≥ 50 gram menurut kelompok umur tertinggi pada umur > 55 tahun sebesar 21,3 persen. Penduduk perdesaan lebih banyak mengonsumsi gula dibanding perkotaan. Berdasarkan indeks kepemilikan penduduk kelompok menengah bawah mengonsumsi gula ≥ 50 gram tertinggi sebesar 18,8 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi natrium ≥ 2.000 mg menurut kelompok umur tertinggi pada umur 13 – 18 tahun sebesar 24,4 persen. Penduduk perkotaan lebih banyak mengonsumsi natrium dibanding perdesaan. Berdasarkan indeks kepemilikian kelompok terbawah mengonsumsi natrium ≥ 2000 mg tertinggi sebesar 19,1 persen. Proporsi penduduk mengonsumsi lemak ≥ 67 gram menurut kelompok umur tertinggi pada umur 13 – 18 tahun sebesar 47,5 persen. Penduduk perkotaan lebih banyak mengonsumsi lemak dibanding perdesaan. Berdasarkan indeks kepemilikan kelompok teratas mengonsumsi lemak ≥ 67 gram tertinggi sebesar 51,6 persen.
69
3.10. Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan protein
Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset, dan menurut tingkat kecukupan asupan protein di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.52.
Tabel 3.52 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset, dan menurut tingkat kecukupan asupan protein, Daerah Istimewa Yogyakarta
2014
Karakteristik
Tingkat Kecukupan Asupan Protein
< 80 % 80 - <100% 100-120% ≥ 120%
Kelompok Umur
0 – 59 bln 14,3 17,9 10,7 57,1
5 – 12 thn 21,7 15,0 11,7 51,7
13 – 18 thn 44,8 8,6 18,4 28,2
19 – 55 thn 36,4 22,5 14,1 27,0
> 55 thn 50,0 18,6 13,4 18,0
Jenis Kelamin
Laki-laki 32,8 21,5 15,4 30,3
Perempuan 43,3 17,9 12,8 26,1
Tempat Tinggal
Perkotaan 36,5 20,4 13,3 29,9
Perdesaan 41,0 18,4 15,5 25,1 Kuintil indeks Kepemilikan
Terbawah 48,4 21,4 14,9 15,3
Menengah Bawah 50,8 18,4 13,0 17,8
Menengah 40,5 19,0 17,4 23,1
Menengah atas 32,2 23,9 11,3 32,5
Teratas 26,7 17,4 13,9 42,0
Proporsi tertinggi penduduk yang defisit protein (< 80 AKG) menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia > 55 tahun (50%), terendah pada kelompok usia 0-59 tahun (13.9%). Berdasarkan jenis kelamin, penduduk perempuan lebih banyak mengalami defisit protein dibanding laki-laki. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perdesaan lebih banyak mengalami defisit protein dibanding perkotaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas menengah bawah mengalami defisit energi tertinggi (50.8 persen) dan penduduk kelas teratas mengalami defisit energi terendah (26.3%). Proporsi tertinggi penduduk yang lebih dari 120 AKG protein menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 0-59 bulan (57,1%), terendah pada kelompok usia > 55 tahun (18%). Berdasarkan jenis kelamin penduduk laki-laki mangalami yang lebih dari 120 AKG protein dibanding perempuan. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih mengalami kelebihan protein dibanding perdesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas teratas mengalami kelebihan protein ≥ 120 AKG tertinggi (42,0%) dan penduduk kelas terbawah mengalami kelebihan protein ≥ 120 AKG terendah (15,3%).
70
BAB IV. KESIMPULAN
Hasil SKMI Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kelompok Bahan makanan yang dikonsumsi per orang per hari (gram)
a. Rerata berat serealia dan hasil olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah beras sebesar 143,2 gram.
b. Rerata berat bahan makanan kelompok umbi dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah singkong dan olahannya (19,1 g).
c. Rerata berat bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah kacang kedelai dan olahannya sebanyak 72,3 gram.
d. Sayuran daun merupakan bahan makanan kelompok sayur dan olahan yang paling banyak dikonsumsi dengan rerata seberat 65,5 gram.
e. Rerata berat bahan makanan dari kelompok buah-buahan dan hasil olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah pisang (20,3 g ).
f. Daging dan hasil olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah daging unggas dengan rerata berat 42,5 gram.
g. Jerohan dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah jerohan unggas dengan rerata berat 1,6 gram.
h. Ikan dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah ikan air tawar dengan rerata berat 15,6 gram.
i. Telur ayam merupakan bahan makanan yang dikonsumsi dengan berat paling besar (25,2 gram) dibandingkan kategori bahan makanan dari kelompok telur yang lain. Bahan makanan telur ayam dikonsumsi oleh hampir 52% penduduk dengan Proporsi terbesar pada kelompok usia balita (0 – 59 bulan).
j. Total rerata konsumsi bahan makanan dari kelompok susu dan hasil olahannya adalah sebesar 11,4 gram dengan rerata konsumsi terbesar berasal dari susu kental manis 4,4 gram. Rerata konsumsi susu menurun seiring dengan peningkatan usia.
k. Rerata berat bahan makanan dari kelompok minyak, lemak dan hasil olahannya yang di konsumsi paling banyak adalah minyak kelapa (28,5 gram). Minyak dikonsumsi oleh semua kelompok umur
l. Rerata total berat bahan makanan dari kelompok gula, sirup dan konfeksionari yang dikonsumsi adalah 31,61 gram dan 28,96 gram diantaranya berasal dari konsumsi gula. Konsumsi gula meningkat seiring dengan peningkatan usia.
m. Rerata berat garam yang dikonsumsi adalah sebesar 3,7 gram dan dikonsumsi oleh 98,9% penduduk. Sepertiga penduduk (30%) mengonsumsi Vetsin/MSG/mecin dengan rerata berat yang dikonsumsi sebesar 0,37 gram.
n. Teh instant/daun kering dikonsumsi oleh 67,2 persen penduduk dengan rerata konsumsi sebesar 3,8 gram.
o. Kelompok bahan makanan komposit hanya dikonsumsi pada sekelompok kecil penduduk (kurang dari 0,5% penduduk) dan dalam jumlah yang sangat sedikit yaitu rerata 1,3 gram.
p. Rerata konsumsi air sebesar 1.466 mililiter dengan sumber terbesar berasal dari air minum. Kelompok penduduk usia anak-anak (5-12 tahun) mempunyai rerata konsumsi minuman cair kemasan pabrikan tertinggi dibandingkan kelompok umur lainnya, yaitu 38,7 mililiter.
q. Rerata berat kelompok suplemen dan jamu yang paling banyak dikonsumsi adalah jamu tradisional (0,54 mg), menyusul minuman suplemen (0,40 ml), multi vitamin (0,30 mg), jamu pabrikan dan non multivitamin (0,02 mg dan 0,02 ml).
r. Konsumsi Bahan Makanan Menurut Kelompok Bahan Makanan: rerata konsumsi kelompok serealia dan olahan sebanyak 337,6 gram, dengan konsumsi terbanyak pada kelompok usia 13-18 tahun sebesar 417,0 gram. Rerata konsumsi kelompok
71
jeroan dan olahan sebanyak 3,0 gram, dengan konsumsi terbanyak pada kelompok usia 13-18 tahun sebesar 3,9 gram.
2. Asupan dan kecukupan energi
a. Pada jenis kelamin laki-laki, rerata asupan energi pada penduduk tinggal di perkotaan, sebesar 1932 Kkal, lebih tinggi dari penduduk yang berdomisili di wilayah perdesaan 1882 Kkal. Demikian juga pada jenis kelamin perempuan, rerata asupan energi pada penduduk tinggal di daerah perkotaan lebih tinggi dari penduduk yang berdomisili di daerah perdesaan.
b. Pada jenis kelamin laki-laki rerata kecukupan energi tertinggi sebesar 99 persen berada pada kelompok umur 5-12 tahun. Hal yang sama ditemukan pada jenis kelamin perempuan dengan kecukupan energi sebesar 96 persen pada kelompok umur 5-12 tahun.
3. Asupan dan kecukupan Protein
a. Pada jenis kelamin laki-laki yang tinggal di perkotaan, rerata asupan protein tertinggi dijumpai pada kelompok usia 13-18 tahun, sebesar 70,8 gram, sedangkan pada perempuan yang tinggal di daerah perkotaan, rerata asupan protein tertinggi dijumpai pada kelompok usia 5-12 tahun, yaitu sebesar 72 gram.
b. Penduduk laki-laki yang tinggal di daerah perdesaan, rerata asupan protein tertinggi dijumpai pada kelompok usia 19-55 tahun, sebesar 69 gram, sedangkan pada perempuan yang tinggal di daerah perdesaan, rerata asupan protein tertinggi dijumpai pada kelompok usia 5-12 tahun, yaitu sebesar 56 gram.
c. Pada jenis kelamin laki-laki kecukupan protein tertinggi sebesar 129 persen dijumpai pada kelompok umur 5-12 tahun. Hal yang sama ditemukan pada jenis kelamin perempuan dengan kecukupan protein sebesar 131 persen pada kelompok umur 5-12 tahun.
4. Asupan Lemak
Rerata asupan lemak tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan (umur 13-18 tahun) sebesar 81,1 gram, lebih tinggi dari konsumsi lemak penduduk berdomisili di wilayah perdesaan pada kelompok umur yang sama (13-18 tahun) sebesar 58,7 gram.
5. Asupan Karbohidrat
Rerata asupan karbohidrat tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan (umur 13-18 tahun) sebesar 302,6 gram, lebih tinggi dibanding konsumsi karbohidrat penduduk yang berdomisili di wilayah perdesaan pada kelompok umur yang sama (13-18 tahun) sebesar 262,0 gram.
6. Asupan Natrium
Rerata asupan natrium tertinggi dijumpai pada penduduk yang tinggal di perkotaan (umur 5-12 tahun) sebesar 1554 miligram, lebih tinggi dari asupan natrium penduduk yang berdomisili di wilayah pedesaan dengan kelompok umur (5-12 tahun) sebesar 1097 miligram.
7. Konsumsi Gula , Garam dan Minyak/Lemak
Rerata konsumsi meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Rerata konsumsi gula tertinggi berada pada rentang usia >55 tahun sebesar 32,5 gram dan terendah konsumsi gula pada usia 5-12 tahun (18,8 gram). Sedangkan rerata konsumsi gula menurut
72
wilayah tempat tinggal, penduduk di daerah perdesaan lebih banyak mengonsumsi gula sebesar 33,2 gram, dibanding penduduk didaerah perkotaan (28,4 g).
8. Proporsi Penduduk Menurut Tingkat Kecukupan Energi
a. Kekurangan energi (<70%) paling banyak terjadi pada kelompok umur 5-12 tahun (15,2%), sedangkan yang paling sedikit mengalami defisit energi pada kelompok umur 0-59 bulan (0,0%). Penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami kekurangan energi (46,4%) dibanding laki-laki (36,6%). Berdasarkan wilayah tempat tinggal, penduduk yang tinggal didaerah perkotaan sedikit lebih banyak mengalami kekurangan energi (41,8%) dibanding yang tinggal di daerah perdesaan sebesar 41,1 persen. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan penduduk kelas menengah bawah mengalami defisit energi paling besar (57,8%).
b. Kelebihan asupan energi (≥100% AKG) paling banyak terjadi pada kelompok umur 0-59 bulan (54,4%), sedangkan yang mengalami kelebihan energi terkecil ada pada kelompok umur 19-55 tahun (17,9%). Penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami kelebihan energi (24,1%) dibanding perempuan (21,0%). Berdasarkan wilayah tempat tinggal, penduduk yang tinggal di daerah perkotaan lebih banyak mengalami kelebihan energi (22,7%) dibanding penduduk di daerah perdesaan sebesar (22,1%)
9. Proporsi Penduduk Menurut Tingkat Kecukupan Protein
a. Kekurangan protein (<80%) paling banyak terjadi pada kelompok umur > 55 tahun (50,0%), sedangkan yang paling sedikit mengalami kekurangan protein (<80%) adalah pada kelompok umur 0-59 bulan (14,3%). Penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami kekurangan protein (43,3%) dibanding laki-laki (32,8%). Berdasarkan wilayah tempat tinggal, penduduk yang tinggal di daerah perdesaan lebih banyak mengalami kekurangan protein (41,0%) dibanding yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 36,5 persen. Kekurangan protein terendah terdapat pada kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan teratas (26,7%) dan kekurangan protein paling tinggi berada pada kelompok kuintil indeks kepemilikan menengah bawah (58,0%).
b. Kelebihan asupan protein (≥100%) paling banyak terjadi pada kelompok umur 0-59 bulan (67,8%). Penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami kelebihan protein (45,7%) dibanding perempuan (38,9%). Penduduk yang tinggal di daerah perdesaan lebih banyak mengalami kelebihan protein (40,6%) dibanding penduduk di daerah perkotaan sebesar 33,2 persen Semakin rendah tingkat kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah pula kelebihan protein. Kelebihan protein terendah terdapat pada kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah yaitu 30,2 persen, dan kelebihan protein paling tinggi berada pada kelompok kuintil indeks kepemilikan teratas sebesar 55,9 persen.
73
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier Sunita. 2006. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nyoman Supariasa, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu. 2002. Penilaian Status Gizi. ECG, Jakarta. ATSDR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry). 1995. Public Health Statement Polycyclic Aromatic Hydrocarbon. CDC. Tersedia pada [www.atsdr.cdc.gov/ToxProfiles/tp69-c1-b.pdf]. Beaglehole R, Bonita R, Horton R, Adams C, Alleyne G, Asaria P, et al. 2011. Priority actions for the non-communicable crisis. Lancet377: 1438-47. Djaja S, Irianto J, Mulyono L, Soemantri S. Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia: Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001. Jakarta: Balitbangkes Depkes, 2002. Duffey KJ, Gordon-Larsen P, Steffen LM, Jacobs Jr DR, Popkin BM. 2010. Drinking caloric beverages increases the risk of adverse cardiometabolic outcomes in the Coronary Artery Risk Development in Young Adults (CARDIA) Study. Am J Clin Nutr 92: 954-9. EFSA, 2009. General Principles for the collection of national food consumption data in the view of a pan European dietary survey. EFSA Journal 2009, 7(12): 1435. Ferraro, P. M., et al. 2013. "Soda and Other Beverages and the Risk of Kidney Stones."Clinical Journal of the American Society of Nephrology.doI: 10.2215/CJN/11661112 Gibson Rosalind S. 2006. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. Grace Wyshak, Rose E. Frisch, Carbonated beverages, dietary calcium, the dietary calcium/phosphorus ratio, and bone fractures in girls and boys, 1994. Journal of Adolescent Health, Volume 15, Issue 3, May, Pages 210-215, ISSN 1054-139X, http://dx.doi.org/10.1016/1054-139X(94)90506-1. IFST (Institute of Food Science and Technology). 3-MCPD and Glycidyl ester. 2014. Tersedia pada [www.ifst.org/science_technology_resources/for_food_professionals/ information_statements/3mcpd/]. Islam MR, Khan I, Hassan SMN, McEvoy M, D‟Este C, Attia J, et al. 2012. Association between type 2 diabetes and chronic arsenic exposure in drinking water: a cross sectional study in Bangladesh. Environ Health. 11: 38-45. Jorhem L. “Chapter 9: Heavy Metals”. In: D‟Mello JPF, editor. 2003. Food Safety: Contaminants and Toxins. Wallingford: CABI Publishing, p. 199-215. Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2008. Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2010. Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013: Buku 2. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2013.
74
Larsson SC, Bergkvist L, Wolk A. 2006. Consumption of sugar and sugar-sweetened foods and the risk of pancreatic cancer in a prospective study. Am J Clin Nutr 84: 1171-6. Malik, V. S., et al. 2010. "Sugar-sweetened beverages and risk of metabolic syndrome and type 2 diabetes: a meta-analysis." Diabetes Care 33(11): 2477-2483. Montonen J, Järvinen R, Knekt P, Heliövaara M, Reunanen A. 2007. Consumption of sweetened beverages and intakes of fructose and glucose predict type 2 diabetes occurrence. J Nutr 137: 1447-54. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2013 Smith LE, Stoltzfus RJ, Prendergast A. 2012. Food chain mycotoxin exposure, gut health, and impaired growth: a conceptual framework. Adv Nutr 3: 526-31. Soetrisno USS, Atmarita, Jahari AB, Sandjaja, Mudjianto TT, Almasyhuri,et al. 2008. Total Diet Study: Pengembangan di Indonesia. Laporan Akhir Penelitian. Bogor: Puslitbang Gizi dan Makanan Balitbangkes Depkes, 2008. Takachi R, Inoue M, Shimazu T, Sasazuki S, Ishihara J, Sawada N, et al. 2010. Consumption of sodium and salted foods in relation to cancer and cardiovascular disease: the Japan Public Health Center-based Prospective Study. Am J Clin Nutr 91: 456-64. Williams JH, Phillips TD, Jolly PE, Stiles JK, Jolly CM, Aggarwal D. 204. Human aflatoxicosis in developing countries: a review of toxicology, exposure, potential health consequences, and interventions. Am J Clin Nutr 80: 1106-22. World Health Organization (WHO) & Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations and European Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO.