28
EDISI 05 • JANUARI 2013 ”Kilas Balik PKNI Pasca Konggres II” Refleksi 1 Tahun Perjalanan Setelah Kongres PKNI II Paralegal: Partisipasi Hukum Bermakna oleh Korban Napza Anton dan Bola Pengobatan Murah, & Lifesaving-Nalokson untuk Overdosis Fitur Utama Isu Hukum Isu Daerah Isu Internasional

Bulettin Suplai #5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bulettin 4 bulanan PKNI

Citation preview

Page 1: Bulettin Suplai #5

EDIS I 05 • J A N U A R I 201 3

”Kilas Balik PKNIPasca Konggres II”

Refleksi 1 TahunPerjalanan SetelahKongres PKNI II

Paralegal: Partisipasi Hukum Bermakna oleh Korban Napza

Anton dan Bola Pengobatan Murah,& Lifesaving-Naloksonuntuk Overdosis

Fitur Utama Isu Hukum Isu Daerah Isu Internasional

Page 2: Bulettin Suplai #5
Page 3: Bulettin Suplai #5

FITUR UTAMARefleksi 1 Tahun PerjalananSetelah Kongres PKNI II

FITUR UTAMA”Pemulihan Adiksi Berbasis Masyarakatsebagai Pilihan Terapi Pemulihan Adiksibagi Pengguna Napza”

ISU DAERAHAnton dan Bola

KALENDER PKNI 2013

ISU INTERNASIONALPengobatan Murah, Mudah, &Lifesaving-Nalokson untuk Overdosis

ISU HUKUMParalegal: Partisipasi Hukum Bermakna oleh Komunitas Korban Napza

GALERI FOTO KEGIATAN PKNI

ISU NASIONALTraining of TrainersPemberdayaan PenasunJakarta, 3-6 Desember 2012

05

08

11

14

16

18

23

24

REFLEKSI 1 TAHUN PERJALANAN SETELAH KONGRES PKNI IIHasil penting dari Kongres PKNI II ini adalah tekad yang kuat agar PKNI lebih berfokus pada penguatan infrastruktur dan mekanisme organisasi ...

”PEMULIHAN ADIKSI BERBASISMASYARAKAT SEBAGAI PILIHAN TERAPIADIKSI BAGI PENGGUNA NAPZA”

PENGOBATAN MURAH, MUDAH, & LIFESAVING-NALOKSON UNTUK OVERDOSIS

PARALEGAL: PARTISIPASI HUKUM BERMAKNA OLEH KOMUNITASKORBAN NAPZA

TRAINING OF TRAINERS PEMBERDAYAAN PENASUN,JAKARTA, 3 – 6 DESEMBER 2012 ANTON DAN BOLA

Page 4: Bulettin Suplai #5

4

DALAM edisi ke 5 bulletin PKNI, merupakan sebuah catatan penting perjalanan PKNI semenjak Kongres II PKNI yang dilaksanakan di Yogyakarta pada Oktober tahun lalu. Berbicara mengenai sebuah perjalanan tentunya tak lepas dari pengalaman kita ketika melakukan perjalanan tersebut. Di dalamnya tentunya ada sukacita, kegagalan, pergeseran motivasi dan juga pencapaian.

Pada kesempatan ini saya akan membahas mengenai kegagalan dan pergeseran motivasi yang merupakan dua hal yang sangat erat kaitannya. Tapi disini yang akan saya tekankan adalah bagaimana kita dapat belajar dari proses kegagalan itu terjadi sehingga tidak menyebabkan pergeseran motivasi. Klise memang, namun apakah kita dapat mencerna dengan baik kalimat diatas dan menjadikannya sebagai sebuah proses aktualisasi ide – ide atas nama kepentingan.

Bagaimana kita bisa mewujudkan ide – ide tersebut dalam konsep dan inovasi sehingga bisa diabstraksikan ke dalam sebuah tindakan praktis.

Ya..., implementasi memang merupakan suatu sistem, bukan hanya suatu aktifitas tanpa kematangan konsep.

Perjalanan PKNI bisa dikatakan masih sangat hijau, tapi tidak lahir secara prematur. Selama konsistensi dan keyakinan itu masih ada, maka tujuan kita bersama akan semakin ada di depan mata. Semoga..

Salam hangat,Edo Agustian

Koordinator Nasional PKNI

PENANGGUNG JAWABEdo Agustian

EDITORAries SetyawanSuhendro Sugiharto

KORESPONDENM Ridwan Mauliadi Tatang Fatony Hasiholan Tobing Harry kristian I Made Petradi Ferdinand Bukit Ahmad Ramez Tedi Rachmat Saleh Niza Azis Marvin Dirk Merly Yuanda Adhit Al Farisi Michael H. Van Essen David Arianto Abdul Azis Indra Riesdianto Doddy Parlinggoman Ari Ardiansyah Hasim Wijaya Herru Pribadi Nazaruddin Latief Hadi Yusfian Farid Satria Frederick H. A. Malada Made Petradi Doddy Parlinggoman

KONTRIBUTOREdo Agustian Arif Rachman Iryawan Anton Sugiri Maulana Aries Sally Atyasasmi Abdul Aziz

ALAMAT REDAKSI:Sekretariat Nasional PKNI Jl. Tebet Timur Dalam XI no.101Kel. Tebet Timur Kec. TebetJakarta Selatan, Jakarta 12820 Telp : 021 - 8293213 Fax : 021 - 83795243E-mail : [email protected]

http://pkni.org

CATATAN REDAKSI

”Rekam (an) Jejak”

Page 5: Bulettin Suplai #5

5

FITUR UTAMA

http://pkni.org Refleksi 1 TahunPerjalanan SetelahKongres PKNI II

ulisan ini merupakan refleksi dari 1 tahun perjalanan PKNI setelah Kongres PKNI II yang dilaksanakan di Yogyakarta, pada bulan September

2011. Hasil penting Kongres PKNI II ini adalah tekad yang kuat agar PKNI lebih berfokus pada penguatan infrastruktur dan mekanisme organisasi serta proses dalam pemantapan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

Apa yang menjadi dasar dari pergerakan ini sebenarnya adalah sebuah hal yang sederhana, berangkat dari kegelisahan kita melihat teman teman pengguna Napza diluar sana yang selalu mendapatkan perlakuan tidak manusiawi, kegerahan kita melihat rekan – rekan kita yang sering ditangkap, dijebloskan ke penjara dan meninggal satu – persatu. Kita semua pada akhirnya bertanya “Apa yang sudah Negara ini

Page 6: Bulettin Suplai #5

6

FITUR UTAMA

lakukan untuk kita dan apa yang bisa kita lakukan untuk merubah situasi tersebut?”

Oktober 2011 terbitlah Bulletin PKNI edisi pertama yang diberi nama Suplai. Bulletin ini bertujuan sebagai media informasi dan advokasi yang sifatnya untuk internal anggota PKNI maupun eksternal organisasi. Sampai saat ini PKNI sudah menerbitkan 5 edisi. Pada bulan Oktober 2011, PKNI juga mulai melakukan kegiatan yang berhubungan dengan Hepatitis C. bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain pemberian informasi terkait hambatan dalam diagnosa, manajemen, perawatan kepada komunitas, juga upaya advokasi agar permasalahan Hepatitis C menjadi perhatian dan penyediaan pengobatan murah di Indonesia.

November 2011, PKNI diundang sebagai pembicara di pertemuan internasional forum Lembaga Swadaya Masyarakat di Kuala Lumpur, Malaysia. Sebuah momen yang sangat baik untuk mulai memperkenalkan diri ke forum Internasional mengenai PKNI dan kegiatannya di Indonesia.

Selain kegiatan yang berhubungan dengan peran PKNI dalam menyusun beberapa kebijakan nasional seperti penyusunan pedoman mitigasi dalam penanggulangan HIV dan AIDS, mitigasi dan pelayanan hukum bagi populasi kunci, Badan Pekerja Nasional PKNI juga mulai melakukan kunjungan dalam rangka penguatan jaringan ke beberapa propinsi seperti Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur. Beberapa propinsi ini dipilih berdasarkan penilaian kebutuhan mendesak dari propinsi tersebut diatas. Sebelumnya sekretariat nasional PKNI berdomisili di Bogor dan pada bulan Desember 2011 Badan Pekerja Nasional PKNI berpindah ke Jakarta.

Kegiatan selanjutnya yang menjadi prioritas adalah persiapan penjajakan

kebutuhan anggota PKNI. Persiapan yang dilakukan berupa metodologi dari kunjungan yang akan dilakukan di bulan Februari 2012 ke 17 anggota PKNI yang saat itu berada di 12 propinsi. Hasil dari penjajakan kebutuhan ini akan menjadi dasar untuk PKNI menyusun Rencana Strategis ke depan.

Berdasarkan hasil penjajakan kebutuhan yang dilaksanakan bulan Februari tersebut, maka pada bulan Maret 2012 PKNI melaksanakan Rapat Kerja Nasional di Bogor yang hasilnya adalah Rencana Strategis PKNi periode tahun 2012 hingga 2015. Hasil dari kegiatan ini akan menjadi dokumen hidup dan menjadi semacam koridor bagi PKNI dalam melaksanakan aktivitasnya. Pada bulan yang sama PKNI diundang sebagai pembicara di 2 acara TV Nasional yaitu Berita Satu dan Indonesian Lawyers Club di TV One.

Kegiatan advokasi selanjutnya yang dirasakan akan dapat membawa dampak yang cukup besar adalah keterlibatan PKNI dalam penyusunan Peraturan Kapolri mengenai penanganan korban penyalahgunaan Narkotika yang terkait masalah hukum. Peraturan ini akan menjadi acuan bagi pihak penyidik dalam menangani kasus hukum terkait penyalahgunaan Napza sehingga upaya rehabilitasi untuk korban bisa lebih maksimal pelaksanaannya. Bekerjasama dengan KPAN, POLRI dan BNN, pada bulan April PKNI melaksanakan pelatihan IPWL.

Dalam periode Mei hingga Desember 2012, PKNI juga melaksanakan maupun mengikuti beberapa kegiatan yaitu;

1) Pembuatan film Tutorial manajemen penanganan overdosis bagi komunitas

Page 7: Bulettin Suplai #5

7

2) Pelatihan Paralegal di 5 propinsi bekerja sama dengan LBH Masyarakat.

3) Semiloka Penatalaksanaan Overdosis Opioid

4) Sebagai Narasumber di lokakarya peningkatan Kapasitas Komunitas Korban Napza di Kenya dan Tanzania

5) Diskusi Lecture Series Bertemakan LASS bekerjasama dengan Universitas Atmajaya

6) ToT Tatalaksana Overdosis Opioid7) Memfasilitasi terbentuknya Jaringan

Metadone Indonesia (JIMI)8) Study banding untuk melihat

kebijakan Napza di Portugal9) Diskusi peningkatan pemahaman

staf seknas terkait permasalahan Gender

10) Monitoring program wajib lapor11) Merancang skema dan tools untuk

proses monitoring kualitas program Harm Reduction

12) Terlibat dalam revisi Pedoman Nasional Harm Reduction

Dari kegiatan – kegiatan tersebut diatas, upaya – upaya peningkatan kapasitas anggota yang sudah dilakukan antara lain terkait Hepatitis C, Overdosis, Harm Reduction, Gender, Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas, Pencegahan Positif orang HIV + dan pemberian informasi terkait isu hukum dan kebijakan Napza. Kerjasama lintas jaringan yang sudah PKNI lakukan selama setahun ini antara lain:

• KerjasamadenganIkatanKonselorAdiksi Indonesia (IKAI), dan Jangkar dalam koalisi Komitmen Indonesia.

• AktifitasbersamaLBHMasyarakatuntuk paralegal,

• RisetbersamadenganPKBI,• KegiatanbersamaPenabuludalam

mengembangkan SOP Keuangan organisasi PKNI.

Sementara untuk ruang lingkup regional Asia, PKNI menjadi anggota ANPUD (Asian Network of People Who Use Drug) dan terpilih sdr. Edo Agustian sebagai salah satu dewan Eksekutif di ANPUD. Untuk aktifitas Internasional salah satu staf BPN PKNI yang merupakan anggota INPUD (International Network of People who Use Drug) turut membantu terbentuknya Jaringan Komunitas Pengguna Napza di Kenya dan Tanzania.

Pada akhir tahun 2012, PKNI juga mengadakan ToT Pemberdayaan Penasun yang melibatkan 177 peserta dari 59 Kabupaten / Kota di Indonesia dengan melibatkan 3 orang perwakilan dari tiap Kab / Kota dengan karakteristik Penasun laki – laki, Penasun perempuan dan Penasun remaja.

Dalam melakukan kerja – kerjanya selama setahun terakhir tentunya cukup banyak tantangan dan hambatan yang dialami. Misalnya untuk penyusunan database keanggotaan baru bisa dilakukan pada akhir tahun 2012 dikarenakan beberapa kendala, selain itu kesulitan dalam menghimpun sumber daya manusia dan material, kaderisasi anggota dan pengorganisasian yang belum maksimal dan kesulitan dalam upaya untuk mengumpulkan sumber data untuk kebutuhan advokasi.

Perjalanan PKNI untuk mencapai visi dan misi kita bersama masih sangat jauh kedepannya. Tendensi positif dan negatifpun pastinya akan selalu mewarnai setiap langkah PKNI. Namun apakah kita akan berhenti dan menyerah begitu saja? Tentu tidak! Mundur bukanlah pilihan..

Refleksi 1 Tahun Perjalanan Setelah Kongres PKNI II

Page 8: Bulettin Suplai #5

FITUR UTAMA

Model Intervensi BaruPada tahun 2009 Komisi Penanggulangan

AIDS Nasional (KPAN) mulai menggagas program Pemulihan Adiksi Berbasis Masyarakat (PABM), dengan mengoptimalisasi dan menstandarisasi perawatan pemulihan adiksi ketergantungan napza yang selama ini telah dijalankan oleh berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Hal ini adalah salah satu upaya untuk mengisi tingginya kebutuhan akan perawatan pemulihan adiksi, selain terapi pemulihan adiksi yang telah ada.

PABM yang terdiri atas dua komponen, yaitu Partisipasi Positif Masyarakat dan komponen Pemulihan Adiksi. Dalam komponen Pemulihan Adiksi, terdapat dua fase yang harus dijalani oleh klien PABM, yaitu fase intensif (rawat inap 1 bulan) dan fase non-intensif (rawat jalan 5 bulan). Untuk mengakomodir komponen Partisipasi Positif Masyarakat, beberapa LSM yang berpengalaman dalam bidang pemulihan adiksi dilibatkan dalam pelaksanaan PABM. Khususnya, LSM yang menangani permasalahan penasun.

8

”Pemulihan AdiksiBerbasis Masyarakatsebagai Pilihan Terapi Pemulihan Adiksibagi Pengguna Napza”

Page 9: Bulettin Suplai #5

FITUR UTAMA

Studi Evaluatif Setelah PABM berjalan sekitar 3 (tiga)

tahun, dilakukan studi evaluasi untuk melihat pelaksanaan program berjalan di lapangan (evaluasi terhadap proses) dan bagaimana perkembangan klien dalam mengikuti program tersebut (evaluasi terhadap hasil). Evaluasi terhadap proses; meliputi implementasi standar pelaksanaan dan kebijakan program, persepsi klien, staf pelaksana dan pemangku kepentingan terhadap PABM. Evaluasi terhadap hasil; mencakup gambaran retensi klien dalam program, perubahan kualitas hidup dan gambaran perilaku berisiko dari penularan HIV.

Evaluasi ini merupakan studi deskriptif analitik, dengan menganalisis data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan metode pengumpulan data potong

lintang. Data sekunder diperoleh dari data rutin klien selama menjalani fase intensif dan fase non-intensif yang tersedia di setiap lembaga pelaksana PABM. Sasaran evaluasi meliputi klien, konselor dan penanggungjawab lembaga PABM, serta pemangku kepentingan di tingkat lokal. Evaluasi dilaksanakan serempak pada 11 lembaga pada bulan Juni 2012. Pengumpulan data primer klien dilakukan terhadap 341 responden. 273 adalah klien PABM yang telah selesai atau berhenti dari program dan 68 sisanya adalah klien aktif dalam program PABM. Dari 341 responden tersebut, 126 di antaranya memiliki data sekunder yang relatif lengkap yang dapat diolah lebih lanjut secara statistik.

9

Page 10: Bulettin Suplai #5

10

FITUR UTAMA

Hasil Studi Sebagian besar pemangku kepentingan

lokal mengetahui adanya program PABM dan menganggap upaya penyediaan layanan pemulihan ini dalam pandangan yang positif. Namun demikian, hanya beberapa yang mengetahui secara detail program yang diberikan dan durasi program yang dijalankan. Secara umum para konselor dan penanggungjawab program menyampaikan bahwa PABM memberikan tantangan bekerja yang positif. Mereka juga berpendapat bahwa klien PABM memperoleh manfaat dari program ini dan lembaga pelaksana PABM mendapatkan kepercayaan yang baik dari klien dan keluarganya.

Mayoritas yang memanfaatkan PABM adalah laki-laki (94,4%) dan sebagian besar berpendidikan terakhir SLTA (65%), dengan rentang usia pada 16-49 tahun. Dari setiap 5 klien PABM, 3 diantaranya dapat menyelesaikan program sesuai rencana. Sebagian besar yang memanfaatkan PABM adalah pengguna heroin, khususnya penasun (76%). Sebagian besar peserta PABM adalah pecandu yang sudah bertahun-tahun mengalami masalah gangguan ketergantungan napza. Sekalipun secara kuantitas tidak signifikan, secara kualitas menunjukkan bahwa responden klien PABM pengguna heroin cenderung berada dalam program hingga selesai. Sementara, responden pengguna shabu (methamfetamin) lebih banyak yang keluar/drop out dari program sebelum program selesai dijalani.

KesimpulanHasil studi menunjukkan bahwa setelah

mengikuti PABM, sebagian besar klien secara bermakna menunjukkan perbaikan domain fisik dan psikologis dibandingkan saat awal masuk program (p <0,05). Sementara untuk domain sosial dan lingkungan, belum terjadi perubahan bermakna (p >0,05) saat klien

menyelesaikan fase intensif dan baru terjadi peningkatan yang bermakna saat klien menyelesaikan fase non-intensif. Terkait dengan perilaku berisiko, sebagian besar responden (62,5%) mengaku tidak menyuntik dalam 30 hari terakhir. Sementara, 31,1% responden mengaku menyuntik napza dalam sebulan terakhir meskipun sebagian di antaranya tidak menyuntik setiap hari. Rerata praktik perilaku berisiko terkait penggunaan alat suntik dalam 30 hari terakhir adalah 11 (skala 0-100). Sementara, praktik perilaku berisiko terkait hubungan seks adalah 8,3 (skala 0-100). Hai ini menunjukkan bahwa sekalipun saat evaluasi ada responden yang memiliki perilaku berisiko, namun proporsinya relatif kecil.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa PABM dapat meminimalisasi perilaku berisiko, tidak saja bagi mereka yang masih aktif menjalani program, melainkan juga bagi mereka yang telah selesai menjalankan program. Artinya, PABM memberikan efek positif secara langsung ataupun tidak langsung kepada klien dan masih berdampak untuk beberapa waktu sekalipun klien telah selesai menjalankan program.

Oleh: redaksi_reduksiEdited: RSP, Sumber: Laporan Evaluasi

Proses & Hasil Program PABM 2012, KPAN.

”Pemulihan Adiksi Berbasis Masyarakat sebagai Pilihan Terapi Pemulihan Adiksi bagi Pengguna Napza”

Page 11: Bulettin Suplai #5

11

ISU DAERAH

Siapa Saya?Nama saya Anton Sugiri; lahir di Jakarta, 9 maret 1979.

Saya dibesarkan di keluarga yang sederhana sebagai anak bontot dan memiliki dua orang kakak. Kedua orang tua bercerai saat saya berumur dua bulan dan ayah menikah lagi selepas perceraian itu terjadi. Setelah kedua orang tua bercerai, saya dan kedua kakak ikut dengan ibu kandung. Seiring berjalannya waktu, setelah berumur setahun, saya dan kedua kakak akhirnya diasuh oleh ayah kandung hingga beranjak dewasa.

Menginjak bangku kelas 1 SMP saya mulai memberanikan diri untuk mengikuti sekolah sepak bola dan di dalam tim, saya memosisikan diri sebagai penjaga gawang. Tempat latihan kami adalah di lapangan sepak bola Jendral Urip yang berada di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur. Awal saya tertarik pada sepak bola dikarenakan sering menonton pertandingan sepak bola Liga Italia dan Liga Inggris. Selain itu di tempat tinggal saya, di daerah Kayu Manis, sering sekali diadakan pertandingan sepak bola antar kampung. Saat itu, di era tahun 90an, tim sepak bola yang berada di kampung masih mengunakan nama PS yang artinya Persatuan Sepakbola dan nama tim dari RT 14 RW 02 adalah PS BOY STREET 2 yang artinya Persatuan Sepakbola

Anak Kayumanis 2Hampir setiap sore saya menonton pertandingan sepak

bola antar kampung yang digelar di halaman sekolah yang saat pagi dijadikan sekolah dasar dan siangnya dijadikan SMA yang dikenal dengan nama SMA Captoen. Sore harinya di sekolah ini dijadikan ajang adu sepak bola baik antar RT, antar sekolah dan antar anak tongkrongan. Selama kurang lebih dua tahun, Anton remaja mengikuti sekolah sepak bola yang jadwal latihannya seminggu dua kali, Senin dan Jum’at setiap sore pukul 15.00 WIB s/d 17.00 WIB dan rutinitas ini dijalani sampai kelas 1 (satu) di STM Bonser.

Saat di STM saya mencoba memberanikan diri untuk merokok karena merasa di sekolah saya bila tidak

merokok dibilang kurang ganteng dan kurang gagah. Selain itu di lingkungan tempat tinggal saya saat itu bisa dikatakan hampir di setiap belokan gang ada saja yang sedang membakar ganja, meminum–minuman keras dan menggunakan putaw. Pada tahun 1996, banyak sekali peredaran putaw (heroin) di Jakarta khususnya tempat tinggal saya. Akhirnya saya mencoba menggunakan putaw. Awalnya nge-drag (digunakan dengan cara dibakar di atas kertas timah lalu dihirup asapnya) sampai akhirnya ngipek (menyuntik).

Perjalanan Menuju Negeri Sombrero“Perubahan… Perubahan… dan perubahan…” Itulah

kata yang selalu terdengar ditelingaku. “League of Change” atau Liga Perubahan yang diadakan oleh Rumah Cemara, sebuah LSM yang memberdayakan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan orang yang ketergantungan terhadap Napza, pada bulan Februari 2011 di Bandung – Jawa Barat dan diikuti delapan provinsi yaitu Jawa Barat, D.K.I. Jakarta, Jawa Timur, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, Kalimantan Selatan, Banten. Para pemain yang mengikuti turnamen tersebut berlatar-belakang Orang terinfeksi HIV (ODHA), pengguna Napza dan masyarakat miskin kota. Saat itu saya tergabung dalam tim street soccer perwakilan dari Provinsi D.K.I. Jakarta. Singkat kata dan singkat cerita, tim kami masuk ke final melawan tim tuan rumah Jawa Barat dimana tim kami dikalahkan

Anton Bola

Page 12: Bulettin Suplai #5

12

ISU DAERAH

dengan skor 6 – 4, sehingga Jawa Barat menjadi juara pertama dan D.K.I. Jakarta menjadi juara kedua, disusul Jawa Timur di tempat ketiga.

Selama pertandingan berlangsung panitia mengamati dan menyeleksi seluruh pemain dari delapan provinsi yang berjumlah total 64 orang. Dari hasil seleksi tersebut dipilihlah 15 orang pemain untuk mengikuti seleksi ke Piala Dunia Tunawisma di Mexico. Alhamdulillah, saya masuk dalam seleksi timnas street soceer yang akan berlaga di Mexico tahun 2012. Setelah League of Change selesai seluruh pemain kembali ke kota masing–masing dan saya sangat senang selain pulang ke rumah membawa piala dan medali, saya termasuk di dalam daftar nama pemain yang akan mengikuti seleksi untuk menjadi bagian Timnas. Dari 15 orang yang terpilih, nantinya akan dipilih 8 orang pemain. Proses seleksi tidaklah mudah, mulai dari test fisik hingga keterampilan memainkan bola. Alhamdulillah, akhirnya saya terpilih dan masuk dalam 8 nama pemain yang akan mewakili timnas street soccer Indonesia yang akan berlaga di Mexico City.

Setelah delapan pemain diumumkan kemudian dilanjutkan dengan pemusatan latihan yang diadakan di Bandung selama dua minggu. Kegiatan tersebut berguna melatih fisik, mental dan skill para pemain. Setiap pagi para pemain melakukan latihan di lapangan Bawet selama dua jam dan sorenya kembali melakukan latihan di lapangan yang sama selama kurang-lebih dua jam. Selama di pemusatan latihan para pemain benar–benar diatur pola makan, minum dan tidurnya sehingga fisik para pemain benar benar fit. Saya bersama pemain terpilih lainnya tidur di dalam ruangan yang sama dan bisa dibilang dengan serba keterbatasan.

Perjalanan menuju Mexico City guna mengikuti Homeless World Cup 2012 benar–benar menyuguhkan kebersamaan, suka dan duka, sehingga memungkinkan terciptanya sebuah tim yang diisi oleh 8 orang pemain, 1 orang pelatih dan 1 orang manajer yang mampu memberikan sebuah rasa lapang di dadaku yang sebelumnya disesaki dengan keterbatasan. Posisi sebagai penjaga gawang dengan segala keterbatasan yang ada di dalam diri tidak akan menghalangi untuk mewujudkan mimpi. Hari yang dinantikan pun tiba, timnas berangkat dari basecamp di Bandung, tepatnya di Rumah Cemara menuju lapangan Bawet guna dilakukannya pelepasan menuju Mexico. Pelepasan dilakukan oleh Rumah Cemara, masyarakat sekitar yang mendukung keberangkatan timnas serta para sponsor yang telah memberikan apresiasi sehingga timnas ini mampu berangkat dan berlaga di Mexico City.

Keberangkatan menuju Bandara Soekarno Hatta diantar oleh teman-teman dari Rumah Cemara dan keluarga dari beberapa pemain. Pesawat kami transit di Kuala Lumpur dan Amsterdam. Sesampai di Amsterdam, kami transit selama delapan jam di tengah udara dan cuaca yang sangat dingin. Sungguh melelahkan sekali. Dari Jakarta – Kuala Lumpur – Amsterdam dan menuju Mexico City, yang saya lakukan hanyalah makan dan tidur. Apalagi selama di dalam pesawat, yang ada hanyalah tidur.

Sesampainya di Mexico City, timnas street soccer disambut oleh orang–orang dari KBRI yang berada di Mexico. Penyambutan yang ramah dan penuh kehangatan membuat semangat yang mengalir di dalam dada serasa sudah tidak dapat dibendung lagi. Penginapan kami dipenuhi oleh pemain pemain street soccer dari benua Eropa, Amerika dan Asia. Setelah sarapan pagi selesai, tim bersama LO berjalan kurang lebih selama 40 menit menuju tempat pembukaan. Selama dalam perjalanan, saya sangat tidak mengerti bahasa yang digunakan oleh masyarakat di Mexico sehingga ketika mau membeli roti dan air mineral di sebuah mini market, saya meminta bantuan manajer untuk menerjemahkan Bahasa Indonesia saya.

Parade pembukaan sangat ramai dan sangat menggetarkan hati, sebab disana yang saya lihat dan rasakan adalah tidak adanya perbedaan. Walaupun terlihat dengan mata adanya warna kulit hitam dan putih, namun semua pemain yang berbeda latar belakang mampu berbaur dan berkomunikasi serta bertukaran informasi terkait dengan isu sosial yang mereka bawa.

Singkat kata singkat cerita, pertandingan awal timnas Indonesia vs Yunani cukup memuaskan. Timnas mampu menang telak dengan skor 9 – 3! Kemenangan awal yang membuat tim menjadi percaya diri untuk memenangkan pertandingan berikutnya. Timnas Indonesia tergabung di grup D bersama juara bertahan Skotlandia. Di dalam perjalanan menuju juara grup dan runner up, Indonesia yang hanya sekali kalah oleh Peru dengan skor 3 – 6, mampu memimpin klasemen dan menjadi juara grup D. Setelah itu, Indonesia dimasukan ke dalam grup baru. Dalam perjalanan menuju semi final, Indonesia mampu kembali dengan menjadi juara di grup B sehingga mampu melangkah ke semifinal bertemu dengan tuan rumah Mexico. Hari yang dinantikan pun tiba. Pertandingan semi final, Indonesia melawan Mexico. Saya pun tidak menyangka dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang ada, tim Indonesia mampu melangkah hingga ke semi final; walaupun akhirnya kandas di tangan tuan rumah dengan skor 9 – 6. Namun dari kekalahan tersebut,

Page 13: Bulettin Suplai #5

13

semangat juang tim tidak pernah luntur sedikitpun.

Setelah menelan pil pahit dari kekalahan tersebut, kami masih punya harapan untuk merebut juara ke-3... bertemu dengan Brazil! Seluruh pemain dan pelatih dan juga manajer sudah merasa lelah sekali, apalagi udara terasa dingin dan saat siang hari sinar matahari terasa cukup panas. Hal tersebut memengaruhi turunnya stamina kami, dan alhasil ketika perebutan juara tiga ini, lagi-lagi timnas Indonesia menderita kekalahan dan akhirnya Indonesia menjadi juara ke-4. Walaupun kami kalah, namun prestasi ini juga sangat membanggakan karena timnas mampu memperbaiki peringkat sebelumnya di tahun 2012.

Sepak bola adalah permainan dan olah raga yang sangat disukai baik oleh anak kecil maupun dewasa hingga orang tua di seluruh dunia. Di dalam hidup saya, dalam cara pandang saya dan dalam mimpi saya, sepak bola sudah mampu memberikan sebuah arti yang cukup bermakna. Sebuah hal yang sulit dipercaya, saya bisa menjadi seorang pemain sepak bola. Baik di masyarakat, komunitas, klub atau di tingkat nasional. Semua mimpi dan angan–angan yang ada dalam otak saya yang mungkin harus melewati sebuah proses yang cukup panjang. Melalui sepak bola ternyata label stigma dan diskriminasi yang melekat di komunitas pengguna napza dapat dikikis. Melalui sepak bola saya mendapatkan penilaian berbeda di masyarakat. Mereka mulai melihat sisi positif bahwa pengguna napza juga memiliki nilai–nilai positif, tidak seperti yang dibayangkan selama ini. Tujuan olahraga bukan mencari kemenangan, tetapi untuk persahabatan; mulai dari antar sekolah, antar klub, antar daerah, antar provinsi sampai antar negara. Sepak bola bisa dijadikan alat untuk mewujudkan perdamaian serta alat untuk membangkitkan masyarakat dari keterpurukan!

Anton dan Bola

Page 14: Bulettin Suplai #5

ISU REKOMENDASI

14

Page 15: Bulettin Suplai #5

15

ISU REKOMENDASI

Page 16: Bulettin Suplai #5

16

PengobatanMurah, Mudah, & Lifesaving

Nalokson untuk Overdosis

Page 17: Bulettin Suplai #5

erapa biaya yang dibutuhkan untuk menyelamatkan hidup? Pertanyaan itu mendapat jawaban yang jelas dan mencolok terkait kasus overdosis heroin di Amerika Serikat. Sebuah studi yang diterbitkan oleh

Annals of Internal Medicine menemukan bahwa distribusi obat penangkal overdosis yaitu nalokson, tidak dapat disalahgunakan dan merupakan obat yang murah. satu dari lima pengguna heroin di Amerika Serikat setidaknya bisa mencegah sebanyak 43.000 angka kematian. Biaya distribusi lebih murah, paling efektif, dan dapat diterima di intervensi medis, seperti memeriksa tekanan darah di dokter.

Penelitian ini menggunakan model matematika untuk menilai apakah “layak” memberikan nalokson, untuk menentukan berapa banyak distribusi nalokson maka akan dikaitkan dengan biaya per “kualitas hidup” dari tahun kehidupan yang diperoleh. Ini adalah ukuran yang digunakan oleh para ekonom dan pembuat kebijakan untuk membandingkan intervensi kesehatan dan memutuskan mana yang terjangkau. Penelitian nalokson juga meneliti asumsi bahwa dengan pasien menerima nalokson harga murah maka akan membiarkan mereka menggunakan heroin. Lebih baik membiarkan pengguna narkoba ilegal mati, atau menempatkan mereka dalam penjara. Ini adalah pertanyaan buruk, Hal ini menjadi terbalik dari cara pandang pelayanan kesehatan bagi pengguna napza di seluruh dunia. Jawabannya yaitu nalokson, Nalokson menyelamatkan nyawa dengan biaya jauh di bawah biaya yang harus dibayar saat di layanan kesehatan maupun di penjara. Misalnya, untuk skrining colonoscopy kanker dibutuhkan biaya lebih dari $ 50.000 per tahun disesuaikan dengan kualitas hidup yang diperoleh di Amerika Serikat, dan skrining untuk biaya HIV sekitar $ 40.000.

Distribusi nalokson sebagai obat menyelamatkan nyawa hanya dibutuhkan sedikitnya $ 400.

Pertanyaan lain tentu saja apakah pengguna napza dianggap layak untuk diselamatkan? Overdosis obat – obatan saat ini lebih banyak mengakibatkan kematian pada orang dewasa dibanding dengan kecelakaan kendaraan bermotor, atau kematian karena terjatuh tersedak di amerika. Sebagian besar dari kita telah melihat pesan keamanan yang berkaitan dengan mengemudi, tersedak, atau menanganinya. namun banyak yang tidak tahu terkait penanganan pencegahan overdosis dengan menggunakan nalokson diketahui tidak banyak memiliki resiko. Namun yang terpenting adalah menyediakannya bagi pengguna heroin. Tindakan ini yang akan mencegah ribuan kematian sia-sia, dan keluarga maupun teman-teman tidak harus menyaksikan orang yang mereka cintai berhenti bernapas / meninggal sia - sia.

17

ISU INTERNASIONAL

Page 18: Bulettin Suplai #5

18

ISU HUKUM

iaya memperoleh keadilan dalam menghadapi persoalan hukum dari berbagai pengalaman selalu menelan biaya yang cukup besar. Di sistem

peradilan pidana kita, telah menjadi rahasia umum terdapat sistim diluar sistim yang kerap dianggap sebagai bentuk mafia peradilan. Sistim diluar ini tidak tertulis, tetapi sudah menjadi tradisi budaya aparat penegak hukum kita. Para penegak hukum mulai dari Polisi, Jaksa, Hakim dan bahkan Pengacara sekalipun sedikit banyak telah menjadi sistim mafia peradilan ini.

“Hal ini tentunya tidak bisa dibiarkan, komunitas perlu untuk mensikapi dengan melakukan gerakan masyarakat sadar hukum sebagai salah satu upaya yang wajib diperjuangkan”

Paralegal menjadi usulan relevan dalam upaya yang dapat dilakukan. Sehingga tiap anggota masyarakat berkesempatan dapat terlibat dan berpartisipasi secara aktif dalam gerakan sadar hukum tersebut.

Istilah penggunaan kata Paralegal kerap digunakan oleh beberapa Negara, tidak terkecuali Indonesia juga menggunakan istilah ini. Bila didefinisikan, Paralegal pada hakekatnya merupakan gambaran pekerjaan yang membantu Pengacara dalam pekerjaannya. Paralegal itu sendiri bukanlah Pengacara bukan juga petugas pengadilan, oleh pemerintah sendiri Paralegal

tidak diizinkan untuk berpraktik hukum. Dengan demikian, pengertian sederhana mengenai Paralegal adalah pembantu Pengacara yang berpraktik dan melayani klien dalam masalah hukum.

Namun, di beberapa negara seperti Amerika Serikat, oleh para ahli hukumnya diakui sebagai profesi yang berada langsung di bawah supervisi Pengacara. Sementara, di Inggris Raya pengertian Paralegal didefinisikan sebagai profesi bukan Pengacara, tetapi mengerjakan pekerjaan legal terlepas siapapun boleh mengerjakannya. Meski demikian tidak ada definisi yang konsisten mengenai Paralegal seperti halnya peranan dan pekerjaan, status, syarat dan kondisi kerja, training, peraturan peraturan atau apa pun, sehingga setiap yuridiksi harus memandang secara individual. Dengan demikian, perbedaan terbesar antara Pengacara dan Paralegal adalah bahwa Pengacara dapat mengatur biaya dan memberikan nasihat hukum serta mempunyai izin untuk berpraktik hukum, sementara Paralegal tidak mempunyai izin praktik, namun berusaha untuk melakukan hal tersebut dengan menafikan itu semua.

Terkait urusan persoalan Napza, sistim kebijakan yang mengedepankan penegakkan hukum menjadi permasalahan yang sangat berarti. Seperti diketahui, bersumber dari survei Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Universitas Indonesia (UI) pada tahun

Paralegal: Partisipasi Hukum Bermakna oleh KomunitasKorban Napza

Page 19: Bulettin Suplai #5

19

ISU HUKUM

2005 jumlah prevalensi penyalahguna Napza sebesar 1,75 % dan tahun 2008 prevalensi menjadi 1,99% dari penduduk Indonesia berumur 10 – 59 tahun. Sedangkan pada tahun 2011 prevalensi tersebut menjadi 2,2 % , dan pada tahun 2015 diproyeksikan naik menjadi 2,8 % atau setara dengan 5,1 – 5,6 juta orang.

Sementara itu, data pengungkapan kasus narkoba yang dikeluarkan oleh Direktorat Tindak Pidana Narkotika, Bareskrim Polri sejak tahun 2007-2011, terdapat sebanyak 138,457 kasus, dengan jumlah tersangka sebanyak 188,545 tersangka. Ungkap kasus ini, jika dilihat dari penggolongan perannya, maka sebanyak 38,8% dari jumlah tersebut masuk

dalam kategori golongan konsumsi atau penyalahguna Napza. Dari data ini selanjutnya diketahui bahwa data secara Nasional menunjukan 30-40% total warga binaan pemasyarakatan adalah mereka yang terkait kasus Napza.

Besaran data ini menambah serangkaian persoalan Napza yang ditujukan kepada penyalahguna dengan pendekatan penegakkan hukum yang menempatkan mereka pada pemidanaan. Dampak dari pendekatan ini diperkuat juga oleh penjajakan East Java Action (EJA) terhadap para mantan Narapidana pada tahun 2011 di kota Surabaya. Penjajakan yang dilakukan terhadap 82 responden diketahui sejumlah 43,33% mengeluarkan biaya tidak kurang dari 20 juta oleh

Page 20: Bulettin Suplai #5

20

ISU HUKUM

yang bersangkutan atau keluarga mulai dari penangkapan hingga bebas dari hukuman. Selain itu juga diketahui selama menjalani hukuman 70% responden masih tetap menggunakan Napza di dalam Rumah Tahanan (Rutan) maupun Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Sementara paska menjalani hukuman, data menunjukan bahwa ilmu tindak pidana diluar Napza sebesar 56,7% di dapatkan oleh responden. Selain itu, responden juga mengaku memiliki jejaring Napza yang lebih luas sebesar 60%.

Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan sebagai pondasi awal adalah melakukan pendidikan Paralegal bagi komunitas korban Napza. Pendidikan ini dapat dimulai dengan mempersiapkan penyaringan awal terhadap komunitas. Penyaringan ini dapat berupa seleksi yang dapat digunakan sebagai indikator pengetahuan komunitas, termasuk juga mengukur komitmen awal dalam mengetahui tingkat kemauan komunitas dalam bekerja sebagai Paralegal. Dalam penyelenggaraan pendidikan Paralegal, hal utama yang patut diperhatikan adalah kebutuhan materi yang akan diberikan. Sebagaimana diketahui, ilmu hukum adalah ilmu yang mempelajari segala

Situasi Apa yang Anda Alami/Lakukansaat Menjadi Narapidana?

Apa yang Anda Peroleh Setelah MenjalaniMasa Hukuman?

Kelayakan Lapas SebagaiTempat Pembinaan...

43.3%56.7%

73.3%26.7%

76.7%23.3%

30.0%70.0%

76.7%26.3%

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Mendapatkan Intimidasidari Petugas

Mendapatkan Intimidasidari Sesama Narapidana

Tetap Menjadi PenggunaNapza

Mendapatkan Pembinaanyang Baik dari Petugas

Tidak Diterima OlehMasyarakat

Tobat/Menjalani KehidupanBaru Tanpa Napza

Mendapatkan Jaringan NapzaLebih Luas

Tetap Menjadi PenggunaNapza

Mendapatkan BerbagaiMacam Ketrampilan

Mendapatkan PengetahuanTidakan Kriminal

Tidak

Ya

Tidak

Ya

56.7%43.3%

50.0%

60.0%

66.7%

43.3%56.7%

83.3%16.7%

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0

33.3%

16.7%

40.0%

Berapa Seluruh Biaya yang Anda/KeluargaKeluarkan Mulai dari Penangkapan Hingga

Bebas dari Lapas?

0.00 20.00 30.00 40.00 50.00

< 100.000.000

< 50.000.000

< 20.000.000

< 10.000.000

< 5.000.000

< 3.000.000

3,33%

10.00

3,33%

23,33%

43,33%

16,67%

10%

Page 21: Bulettin Suplai #5

ISU HUKUM

seluk beluk yang berkaitan dengan hukum diantaranya mengenai asal mula, asas-asas, sumber-sumber, sistem, perkembangan, fungsi dan kedudukan hukum dimasyarakat dan lain sebagainya. Namun pada penyelenggaraan pendidikan Paralegal tidak semua ilmu hukum akan diberikan, tetapi lebih disesuaikan dengan kebutuhan komunitas, meski penyelenggara sendiri dapat menentukan kurikulum standart yang akan diberikan kepada para peserta. Mayoritas standart ini adalah dengan memberikan pemahaman hukum berkaitan dengan hukum acara yang erat sekali hubungannya dengan persoalan yang dihadapi oleh komunitas, misalnya proses upaya paksa dan sistem peradilan. Tidak hanya itu saja, terkait hukum material juga mutlak diberikan yang berkaitan dengan persoalan pidana maupun UU Narkotika beserta aturan turunannya.

Berdasar dari pengalaman sebelumnya, peserta pelatihan pendidikan Paralegal bagi komunitas korban Napza mempunyai rasio sepersepuluh yang dimungkinkan betul-betul menjadi Paralegal. Hal ini mengindikasikan bahwa peserta yang telah terlatih hanya sedikit yang selanjutnya melakukan kerja-kerja sebagai Paralegal. Meski demikian, pelatihan yang diberikan tetap memberikan manfaat bagi komunitas sebagai pengetahuan hukum baik bagi dirinya sendiri bila berhadapan dengan proses hukum maupun dapat ditularkan pengetahuan yang telah di dapat ke komunitasnya. Hal ini ditunjukan oleh data Survey Cepat Perilaku (SCP) Pengguna Napza Suntik tahun 2012 oleh KPA Provinsi Jawa Timur di kota Surabaya pada pertanyaan tambahan mengenai hak tersangka dan terdakwa. Pada pertanyaan tambahan ini diketahui dari 116 responden yang pernah mengalami permasalahan hukum, sebanyak 59% diantaranya tidak mengetahui hak saat berhadapan dengan hukum, sedangkan 41% lainnya mengetahui hak dengan jawaban minimal 3 secara benar terkait hak tersangka maupun hak terdakwa.

Paska menyelenggarakan pendidikan, persiapan kerja-kerja Paralegal yang dapat dilakukan adalah dengan pembentukan team. Paralegal dapat dipilah menjadi dua bagian team yang disesuaikan dengan kerja-kerja yang akan dilakukan. Team pertama yakni tugas Paralegal lebih pada pemberian informasi hukum kepada komunitas melalui kegiatan tatap muka dengan diskusi secara personal maupun berkelompok yang dilakukan ditempat tongkrongan komunitas berkumpul. Informasi yang diberikan dapat ditunjang dengan brosur ataupun leaflet mengenai hukum yang dibuat secara sederhana untuk mudah dimengerti dan dipahami oleh komunitas. Selain itu, Paralegal dapat mengupayakan mendirikan pusat informasi ataupun posko ditengah-tengah komunitas. Pendirian ini tidak harus berbentuk secara fisik, melainkan mengintegrasikan tempat yang telah ada, misalnya warung kopi, kios koran, tempat layanan kesehatan yang saat ini sedang trend dibuat tongkrongan dan tempat-tempat lainnya yang dianggap representatif. Dalam mendirikan hal ini yang perlu diperhatikan adalah pihak yang memiliki tempat bersedia digunakan sebagai pusat informasi, terjangkau jaraknya oleh komunitas, terletak strategis di jalur mobilitas komunitas dan berkenan memberikan ruang dalam aktifitas Paralegal yang antara lain dapat digunakan sebagai tempat diskusi, bersedia berketempatan brosur atau leaflet yang diperlukan oleh komunitas dan bersedia menghubungkan kepada team Paralegal bila terjadi informasi penangkapan.

Team selanjutnya adalah Paralegal yang berfungsi melakukan upaya advokasi. Hal utama yang perlu dipersiapkan adalah dengan membuat form pencatatan secara sederhana untuk dipergunakan sebagai dokumentasi. Form ini akan memuat informasi demografi korban dan peristiwa kronologis kasus yang didalamnya melingkupi 5W dan 1H (What, Who, When, Where, Why, dan How). Form ini menjadi alat utama untuk mengali keterangan dari korban, para saksi ade charge (meringankan) atau saksi dari pihak penyidik sendiri yang memberatkan (a charge) saat dilakukan konfirmasi posisi kasus kepihak kepolisian. Selain itu fungsi form ini dapat dipergunakan untuk tambahan dalam mendokumentasikan alat bukti baru. Sebagaimana diketahui bahwa alat bukti dalam perkara pidana adalah surat, petunjuk, keterangan ahli; tersangka; dan saksi. Dari kelima alat bukti tersebut kerap sekali keterangan tersangka menjadi prioritas oleh penyidik yang dilanjutkan ke alat bukti petunjuk dan surat, namun keterangan ahli dan saksi yang meringankan sering diabaikan. Tugas Paralegal dalam proses ini membantu memenuhi alat bukti tersangka yang ditujukan ke penyidik sebelum berkas dilimpahkan ke kejaksaan.

Tidak

59%

Ya

41%

Presentasi responden yang mengetahui hak tersangkan = 116

Page 22: Bulettin Suplai #5

22

ISU HUKUM

Dalam proses ini, bila memungkinkan, Paralegal dapat mendampingi dari luar ruangan penyidik pada saat proses pemberkasan berita acara dengan memastikan beberapa hal yakni pemberkasan dilakukan di waktu jam kerja; tidak terjadinya intimidasi oleh penyidik, berusaha melihat alat bukti petunjuk (alat pakai, BarBuk, pengambilan urine, dll) yang dimasukan di dalam amplop segel serta mengkonfirmasi kepada pihak penyidik atau pimpinan satuan/unit Narkoba perihal kasus tersangka.

Selain pada proses awal hukum tersebut diatas, Paralegal dapat melakukan pendampingan hukum pada proses persidangan. Tentunya pendampingan ini tidak seperti halnya Pengacara yang dapat melakukannya beracara dimuka persidangan, melainkan Paralegal dapat memberikan arahan kepada terdakwa atas proses persidangan yang sedang berlangsung. Arahan ini memiliki tujuan agar terdakwa dapat melakukan upaya pembelaan dirinya sendiri di dalam persidangan yang antara lain menolak pemberkasan ditingkat penyidikan, mengajukan keberatan terhadap surat dakwaan, mengajukan saksi dan mengajukan jawaban atas jawaban jaksa dari pembelaan yang telah dilakukan. Keseluruhan permintaan terdakwa ini dapat diajukan kepada majelis hakim yang memimpin persidangan dengan didukung oleh Paralegal untuk dapat mengkondisikan permintaan tersebut. Pengkondisian yang dimaksud ini adalah Paralegal menyiapkan dokumen eksepsi, pledoi, duplik, termasuk para saksi (meringankan atau ahli) agar terdakwa dapat menghadirkan dan atau membacanya dimuka persidangan.

Hal yang patut untuk diperhatikan dalam seluruh rangkaian proses ini adalah tersangka atau terdakwa memiliki keberanian untuk dapat melakukan arahan dari Paralegal di dalam menghadapi para pihak. Dengan demikian, Paralegal pun dituntut untuk dapat menguasai proses hukum beracara, termasuk penguasaan hukum material terhadap kasus yang di dampingi. Tidak hanya itu, peranan keluarga menjadi hal yang sangat penting perlu dilakukan, menginggat keluarga, tersangka atau terdakwa dan Paralegal menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya pada saat pendampingan hukum. Sehingga bila ini dapat terjadi, maka dapat mempermudah penentuan strategi dalam penanganan perkara kasusnya.

Dari seluruh rangkaian kerja Paralegal ini, sebagai pendukung kerja-kerja yang dilakukan dapat dimulai terlebih dahulu adalah dengan membangun hubungan kerjasama dengan bantuan hukum baik secara individu

maupun secara institusi. Hubungan kerjasama ini tidak harus secara terikat, melainkan lebih pada berjejaring kerja. Hubungan ini dipergunakan sebagai sarana peningkatan kapasitas Paralegal dan memperoleh update-update informasi hukum terkini. Berdasarkan pengalaman, membangun hubungan awal dengan bantuan hukum mengalami kesulitan untuk mendapat perhatian dari mereka atas perkara hukum yang dialami pada kasus Napza. Hal ini tidak dapat dipungkiri, menginggat kebanyakan mereka masih melihat aspek yuridis formal bahwa pengguna adalah orang yang bersalah secara hukum atau secara intitusi persoalan Napza belum menjadi prioritas organisasinya. Dalam mengatasi situasi ini dapat dilakukan pendekatan terus menerus untuk menjelaskan paradigma persoalan Napza atau menjadikan mereka sebagai nara sumber sebuah kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh organisasi. Dari pengalaman, setelah itu dilakukan yang selanjutnya mereka mengetahui duduk persoalan Napza yang tidak hanya memandang persoalan hukum, melainkan juga dengan aspek-aspek persoalan sosial lainnya, biasanya mereka kemudian mendukung. Dengan demikian bila hal itu dapat terjadi, maka tidak menutup kemungkinan kerjasama dapat ditingkatkan menjadi konsultan hukum atau pendamping hukum secara penuh di organisasi kita.

Dengan demikian, upaya gerakan sadar hukum pada komunitas korban Napza diharapkan dapat meminimalisir upaya-upaya kriminalisasi yang sering ditemui di kehidupan sosial bermasyarakat kita. Komunitas didorong untuk selalu peka terhadap persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hukum yang menyangkut kehidupan dikeseharian mereka. Dengan adanya kepekaan hukum, maka komunitas diharapkan memiliki kemampuan dalam menganalisa dan mensikapi sebuah kebijakan isi hukum, tatalaksana hukumnya dan sekaligus budayanya. Dengan adanya kemampuan itu, komunitas diharapkan dapat mengupayakan posisi tawar di dalam sistem hukum maupun di sistem kehidupan sosial lainnya dengan melakukan upaya litigasi maupun non litigasi agar rasa kemanusiaan dan keadilan dapat juga diperoleh oleh mereka. Fiat justitia ruat caelum!!.

Penulis:Abdul Aziz sebagai pecandu Napza aktif yang saat ini menjadi koordinator EJA Surabaya yang sekaligus merangkap menjadi pengusaha susu sapi murni.

Page 23: Bulettin Suplai #5

23

Peningkatan kapasitas terkait HR bagiPetugas Penjangkau.HCPI - PKNI

High Level Meeting “Getting to Zero”,Bangkok - Thailand

Hepatitis C Awarness, Boncos- Jakarta Barat

TOT Overdosisbagi Komunitas

Pertemuan Dewan dan BPN PKNI, Mataram-NTB

TOT Overdosisbagi Komunitas

G A L E R I F O T O

Persiapan studi Hepatitis C (ANPUD),

Bangkok - Thailand

Page 24: Bulettin Suplai #5

24

ISU NASIONAL

omitmen Pemerintah dalam mendukung pelaksanaan program Harm Reduction di Indonesia menunjukkan peningkatan di setiap tahunnya, data Komisi Penanggulangan

Aids Nasional (KPAN) pada tahun 2011 tercatat untuk LASS (Layanan Alat Suntik Steril) telah tersedia sebayak 192 unit layanan dan layanan PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon) sebanyak 74 unit layanan. Akan tetapi dibalik cerita sukses peningkatan jangkauan layanan

Harm Reduction (HR) di Indonesia pada pelaksanaanya masih terdapat hambatan dan kendala seperti ketakutan penasun untuk mengakses layanan ke Puskesmas (PKM) dikarenakan masalah hukum dan juga stigma di masyarakat terhadap penasun dan kualitas layanan yang masih belum sesuai dengan harapan.

UU No 35/2009 tentang Narkotika adanya jaminan rehabilitasi medis dan sosial bagi pecandu narkotika. Dan juga mengatur kewajiban lapor bagi pecandu narkotika

Training of TrainersPemberdayaan PenasunJakarta, 3-6 Desember 2012

Page 25: Bulettin Suplai #5

25

ISU NASIONAL

baik yang sudah dewasa maupun yang belum cukup umur. Kewajiban lapor ini dituangkan di dalam Peraturan Pemerintah No 25/2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika dan Keputusan Menteri Kesehatan No 1305/2011 tentang penetapan Institusi Penerima Wajib Lapor yang bertujuan agar mereka mendapatkan haknya untuk rehabilitasi medis dan sosial. Akan tetapi pada kenyataannya banyak pecandu narkotika yang belum mendapatkan hak untuk mendapatkan rehabilitasi medis dan sosial

Banyak faktor yang mempengaruhi permasalahan ini antara lain minimnya perhatian bantuan hukum terhadap permasalahan narkotika, kurangnya pemahaman pengguna napza akan hukum narkotika di Indonesia serta isi kebijakan narkotika yang masih tumpang tindih. Yang tidak kalah penting adalah bagaimana membangun penasun agar menjadi mandiri baik dalam mengakses layanan kesehatan maupun dalam hal mengatasi permasalahan hukum di masing – masing wilayah dimana jaringan penasun berada.

Untuk itu KPAN bekerja sama dengan PKNI sebagai jaringan pengguna napza di tingkat nasional yang beranggotakan 24 kelompok di 21 Provinsi melaksanakan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas pengguna napza suntik (penasun). Pelatihan ini dititik beratkan pada kemandirian penasun, permasalahan hukum, pengorganisasian penasun dan masyarakat serta keberlangsungan program HR yang lebih komprehensif ke depannya.

Pelatihan pemberdayaan penasun ini dilaksanakan selama empat hari yaitu pada tanggal 3 s/d 6 Desember 2012 di Hotel Ibis Mangga Dua, Jakarta. Beberapa narasumber dalam kegiatan ini antara lain yaitu KPAN, POLRI, BNN, Kemenkes, Kemensos, PBHI dan PKNI.

Tujuan dari pelatihan ini adalah melatih calon pelatih dari komunitas penasun agar memahami program HR secara komprehensif dan mampu menerapkan dalam kelompok di wilayah masing – masing.

Output yang diharapkan dari pelatihan ini adalah:

• Tersedianyatenagapelatihyangberasal dari kelompok pengguna napza suntik untuk melatih anggota kelompoknya agar penasun

menjadi mandiri dalam mengakses layanan kesehatan maupun akses kepada bantuan hukum.

• Menjadifasilitatordalampertemuan-pertemuanterkaitdengan penasun dan mampu mengorganisir penasun dan masyarakatPada kegiatan Training of Trainers Pemberdayaan

Penasun mengklasifikasikan penasun kedalam 3 kelompok, yaitu penasun laki – laki, penasun perempuan dan penasun remaja. Adapun hasil kegiatan diskusi pada ketiga kelompok tersebut sebagai berikut :

Kelompok Laki – Laki Saat ini jumlah penasun didominasi oleh laki – laki,

tentu saja dengan jumlah yang yang besar tidak sedikit pula permasalahan yang dihadapi oleh penasun laki – laki. Dari hasil diskusi kelompok penasun laki – laki beberapa temuan yang dikemukakan terkait prgram IPWL yang saat ini masih tidak berjalan secara efektif dikarenakan perbedaan persepsi antara penegak hukum, Unit Pelaksana Teknis dan komunitas sendiri. Selain itu pengawasan terkait IPWL masih belum berjalan dengan baik. Kelompok penasun laki – laki juga mengungkapkan masih banyaknya terjadi pelanggaran HAM seperti kriminalisasi pada pengguna Napza, dan minimnya pelibatan komunitas dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring terkait program bagi penasun.

Dari diskusi tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi antara lain:

• Sosialisasidanpersamaanpersepsitentangwajiblapor• Optimalisasifungsipengawasaninternaldaneksternal

penyelenggara wajib lapor• Pendidikanhukumbagipenggunanapzadan

masyarakat• Penyediaanposbantuanhukum• ImplementasiDekriminalisasipenggunanapza• AmandemenUUnarkotik• Menyediakandanmelaksanakanlayanan9paket

komprehensif HR • Optimalisasifungsipartisipatifpenggunanapzadan

masyarakat

Kelompok Perempuan Isu – isu strategis terkait penasun perempuan yang sering

muncul antara lain adalah sering terjadinya pelecehan baik fisik maupun nonfisik pada penasun perempuan pada saat

Page 26: Bulettin Suplai #5

26

ISU NASIONAL

penggeledahan atau penyelidikan oleh pihak penegak hukum, sulitnya mengurus hak perwalian ketika terjadi kasus hukum. Begitu pula terkait dengan layanan pengurangan dampak buruk Napza maupun rehabilitasi yang menyediakan program / layanan khusus / nyaman untuk perempuan.

Dari hasil diskusi pada kelompok penasun perempuan dihasilkan beberapa rekomendasi antara lain adalah:

• Kebutuhanparalegaluntukkelompokpenasunperempuan,

• Penyediaanlayanansensitifkebutuhanpenasunperempuan antara lain seperti PTRM,

• Konselingadiksidankeluarga,• KonselingTestHIV,• Petugas/konseloryangpahamisuperempuan.

Selain itu kelompok penasun perempuan berinisitif untuk membentuk kelompok penasun perempuan sebagai media saling memberikan dukungan, berbagi informasi, mengeluarkan pendapat, berjejaring dan berorganisasi dengan mitra lain. Dan memberikan saran agar PKNI dapat meningkatkan perannya terkait isu gender dan dapat mengawal isu–isu terkait penasun perempuan, selain itu dapat melibatkan kelompok perempuan dalam pertemuan yang dilakukan. Kelompok Penasun Remaja

Pada diskusi dalam kelompok penasun remaja, hasil yang dikemukakan oleh penasun remaja terkait faktor yang memicu perilaku penyalahgunaan Napza yang utama adalah

karena kurangnya kasih sayang terutama dari keluarga, dan pemicu lainnya adalah rasa ingin diakui, berekspresi, lari dari kenyataan atau masalah terutama ketika merasa gagal, seperti gagal dalam pendidikan namun ada yang merasa menggunakan napza sebagai kebutuhan untuk berkreasi dan mendapatkan penghasilan dari hasil karyanya.

Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh remaja antara lain adalah:• Layanan methadone Saat mengakses layanan, kelompok penasun remaja

mengeluhkan kesulitan bila menyatakan pada petugas kesehatan untuk menurunkan dosis terapi metadon, dan sulitnya mengakses layanan metadon dikarenakan belum tersedia di setiap daerah dan beberapa daerah memasang tarif yang cukup mahal untuk mengakses layanan terapi metadon. Kesulitan mengakses layanan metadon ini juga terjadi dibeberapa lembaga permasyarakatan yang tidak mengijinkan narapidana pasien terapi metadon untuk mengakses layanan metadon didalam lembaga permasyarakatan.

• Tidak ada kebijakan khusus yang mendukung atau sesuai kebutuhan remaja.

Dari situasi tersebut harapannya PKNI dan tokoh kunci pengguna napza dari 21 Provinsi dapat bekerja bersama sesuai dengan prioritas isu yang ingin dicapai guna meningkatkan kualitas layanan bagi pengguna napza dan lebih memanusiakan pengguna napza di lingkungan masyarakat.

Page 27: Bulettin Suplai #5

27

ISU HUKUM

Page 28: Bulettin Suplai #5

28