804
Bu Lim Su Cun Karya : Chin Yung Jilid 01 Malam telah larut, musim rontok menjelang habis, puncak Tay-soat san nan abadi ditaburi salju yang membeku, Diatas ngarai bersalju di puncak pegunungan yang jarang diinjak kaki manusia, terlihat sinar pelita kalap-kelip ditengah kabut tebal yang mengembang datar diatas permukaan bumi. Sebuah gubuk reyot dibangun diatas ngarai itu terbungkus oleh kembang salju, sinar pelita kelap-kelip itu tersorot keluar dari gubuk reyot melalui celah-celah jendela. Kesunyian mencekam alam sekelilingnya dibawah cahaya pelita yang remang-remang menyinari keadaan prabot dan suasana yang yang sederhana dalam gubuk reyot itu, menghadapi pelita kecil diatas meja duduklah dua orang berhadapan keduanya membisu sekian lamanya. Seorang yang duduk diatas adalah seorang nyonya cantik yang menyanggul rambat diatas kepalanya, pada wajahnya yang cantik itu terunjuk rasa masgul dan penuh gelisah, matanya mendelong memandangi pelita entah apa yang tengah direnungkan, seorang lain yang duduk di hadapanaya adalah pemuda yang berusia empat-lima belas tahun berwajah putih cakap. Dengan mendelong ia awasi wajah si nyonya yang dirundung kesedihan itu, diapun membisu, tak berani bersuara. Suasana yang sunyi ini sangat menekan perasaan. Angin malam yang dingin diatas puncak pegunungan terdengar menderu-deru di luar gubuk, sinar pelita bergoyang-goyang hampir padam, tiada terdengar lagi suara lain. "Ibu..." Akhirnya pemuda yang mengenakan jubah putih panjang itu membuka suara: "Beberapa hari ini kau kelihatan tidak tenang, adakah sesuatu yang mengganjal dalam hatimu ataukah badanmu kurang sehat?" Setelah diberondong pertanyaan panjang lebar baru si nyonya kelihatan terbangun dari lamunan, sahutnya lemah lembut: "Giok-liong, apa yang kau katakan?" "Ibu, apakah berapa hari ini badanmu kurang sehat ?" "Hus, anak bodoh, jangan sembarangan omong. Bukankah ibumu baik-baik saja." "Tidak bu, Giok-liong tahu pasti kau terkenang lagi akan

Buli Msu Cun

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cersil

Citation preview

Bu Lim Su CunKarya : Chin Yung

Jilid 01Malam telah larut, musim rontok menjelang habis, puncakTay-soat san nan abadi ditaburi salju yang membeku, Diatasngarai bersalju di puncak pegunungan yang jarang diinjak kakimanusia, terlihat sinar pelita kalap-kelip ditengah kabut tebalyang mengembang datar diatas permukaan bumi.Sebuah gubuk reyot dibangun diatas ngarai itu terbungkusoleh kembang salju, sinar pelita kelap-kelip itu tersorot keluardari gubuk reyot melalui celah-celah jendela.Kesunyian mencekam alam sekelilingnya dibawah cahayapelita yang remang-remang menyinari keadaan prabot dansuasana yang yang sederhana dalam gubuk reyot itu,menghadapi pelita kecil diatas meja duduklah dua orangberhadapan keduanya membisu sekian lamanya.Seorang yang duduk diatas adalah seorang nyonya cantikyang menyanggul rambat diatas kepalanya, pada wajahnyayang cantik itu terunjuk rasa masgul dan penuh gelisah,matanya mendelong memandangi pelita entah apa yangtengah direnungkan, seorang lain yang duduk di hadapanayaadalah pemuda yang berusia empat-lima belas tahun berwajahputih cakap. Dengan mendelong ia awasi wajah si nyonyayang dirundung kesedihan itu, diapun membisu, tak beranibersuara.

Suasana yang sunyi ini sangat menekan perasaan. Anginmalam yang dingin diatas puncak pegunungan terdengarmenderu-deru di luar gubuk, sinar pelita bergoyang-goyanghampir padam, tiada terdengar lagi suara lain."Ibu..." Akhirnya pemuda yang mengenakan jubah putihpanjang itu membuka suara: "Beberapa hari ini kau kelihatantidak tenang, adakah sesuatu yang mengganjal dalam hatimuataukah badanmu kurang sehat?"Setelah diberondong pertanyaan panjang lebar baru sinyonya kelihatan terbangun dari lamunan, sahutnya lemahlembut: "Giok-liong, apa yang kau katakan?""Ibu, apakah berapa hari ini badanmu kurang sehat ?""Hus, anak bodoh, jangan sembarangan omong. Bukankahibumu baik-baik saja.""Tidak bu, Giok-liong tahu pasti kau terkenang lagi akanayah."Si nyonya tertawa dibuat-buat, lalu menghela napasdengan masgul tanpa membuka suara lagi."Bu, jikalau hatimu kurang enak, besok kita keluartinggalkan tempat ini untuk menghibur diri, dari pada kitaselalu berdiam ditempat sunyi yang jarang diinjak manusia."Sekali lagi si nyonya mengunjuk tawa dipaksa, sahutnyaselengan berbisik: "Ya, memang kita harus meninggalkan..."sampai disini sengaja ia memutar kepala untuk menitikkan duabutir air mata diatas lengan bajunya."Hm, bu sungguh menyenangkan kita sudah puluhan tahuntidak pernah keluar..."Memang sejak kecil ia sudah di sekam diatas ngaraibersalju ini, kini setelah mendengar ibunya melulusi untukmeninggalkan tempat yang sunyi dan menyebalkan ini tanpaterasa ia berjingkrak kegirangan, tapi secepat itu ia lantas

berdiri termangu melihat sikap ibunya yang kurang wajar itu.kata-katanya selanjutnya lantas ditelan kembali,pandangannya penuh tanda tanya, katanya bertobat : "Bu,Giok-liong memang tidak berbakti sampai melukai hatimu, Bu,jangan kau bersedih hati, untuk selanjutnya Giok-ilong tidakberani lagi."Perlahan-lahan si nyonya angkat kepala, diulurkantangannya yang putih lembut mengusap-ngusap pundak Giokliong, dengan sorot mata yang penuh cinta kasih dan sayangia awasi wajah anaknya, lalu ia tertawa getir dan berkatahalus: "Nak, seumpama kau seorang diri harus meninggalkantempat ini, dapatkah kau menjaga dirimu baik-baik?"Giok-liong tersendat oleh pertanyaan yang mendadak ini,sejenak ia tertegun lalu menggeleng kepala, sahutnya: "Bu,jika kau tidak pergi, Giok-liong juga tidak mau pergi."Si nyonya menghela napas panjang yang rendah,pandangannya penuh kasih sayang.Keadaan dalam gubuk tenggelam lagi dalam kesunyianyang menekan perasaan, Akhirnya Giok-liong pula yangmemecahkan kesunyian ini: "Bu, sebetulnya dimanakah ayahberada ? Kenapa dia tidak pernah kembali ?" Tiada jawaban."Bu, beritahulah kepadaku, bukankah Giok-liong sudahbesar sampai nama ayahnya sendiri juga tidak mengetahui,kemana pula dia pergi aku juga tidak tahu . . . ""Ai, memang sengaja tidak kuberitahu.""Bu, kenapa kau selalu menyimpan rahasia ini ? Kau larangaku meninggalkan ngarai ini meskipun hanya satu tindak pun,sampai turun gunung untuk membeli segala keperluan jugatidak boleh ikut, Aku sudah belajar silat selama sepuluh tahun,bekal untuk menjaga diri kukira sudah lebih dari cukup. . ."

Saat itu tampak wajah si nyonya jelita itu mengunjuk mimikaneh yang sudah diraba, bukan saja masgul gelisah juga radalega dan riang. Tapi kedua matanya yang indah itu berlinangair mata.Giok-liong tercengang, sambungnya: "Bu besok juga kitaturun gunung untuk mencari ayah . . ."Mendadak wajah si nyonya berubah membeku danmengunjuk sikap tegas, terdengar ia berkata dengan suaradingin dan tenang:"Nak, ibu boleh memberi tahu, tapi kau harus dapatmemenuhi permintaan ibu.""Baik bu, apapun yang kau katakan, pasti akan kulakukan.""Nak, ayahmu terbokong dan dikepung serta dikeroyok olehmusuh-musuhnya sampai menderita luka berat, untung diamasih sempat melarikan diri sampai dirumah, setelah lukanyasedikit baikan, kita lantas memboyong kau pindah ke tempatini, untuk menghindarkan pengejaran musuh-musuhnyasupaya tidak mengancam keselamatan kita ibu beranak, makadia segera tinggal pergi lagi seorang diri. . . pergi . . pergi keLembah putus nyawa. . ." berkata sampai disitu terasa hatinyapilu air matanya tak tertahan lagi mengalir dengan deras!Kontan Giok-liong merasa pandangannya berkunangkunang,seperti kepalanya dipukul godam, badan jugasempoyongan sekuat tenaga ia menghimpun semangatmenguatkan hati, tanyanya: "Bu, maksudmu ayah pergi keLembah putus nyawa yang tidak bakal dapat kembali lagi ?""Ya," sahut ibunya sambil merogoh keluar sapu tangansutra untuk mjmbasut air matanya, lalu sambungnya lagi:"IImu silat ayahmu bukannya tidak tinggi, dik alanganKangouw dia mempunyai kedudukan tinggi dan sangatdisegani tapi tak urung masih dapat dilukai orang sedemikianrupa, Tujuannya menuju ke Lembah putus nyawa adalah

untuk mencari pelajaran silat yang maha tinggi, tapi . . . dia . .takkan kembali lagi . . . " Tak tertahan air mata menderai lagimembasahi pipinya.Giok-liong seorang bocah yang sejak kecil telah kehilangankasih sayang dari ayahnya sekarang wajahnya mengunjuksikap tegas dan penuh ketekadan, tanyanya kalem: "Bu,siapakah musuh besar ayah itu?""Ai, sebelum pergi ayahmu pernah berkata: "jikalau setelahlima tahun dia tidak kembali, dia minta aku menjaga danmengasuh kau baik-baik seumpama dapat mempelajari ilmumaha sakti, maka kau diharuskan menuju kemata air di rawanaga berbisa yang terletak di Bu ki-san untuk mengambilsejilid buku peninggalannya, buku itu berisi keterangannyayang jelas ! Tapi dia juga berkata, jikalau kau tidak dapatmempelajari ilmu tinggi maka dia minta aku tidak usahmemberi tahu namanya kepadamu untuk menghindaribencana yang mungkin bisa mencabut nyawamu.""Bu...""Maka sekarang belum saatnya aku memberi tahu namaayahmu. Kecuali kau sudah dapat turun kedalam rawa nagaberacun itu dan mengambil buku peninggalannya itu, Tapiketahuilah bahwa air rawa naga beracun itu dingin sekali bisamenusuk tulang, bulu burung juga akan tenggelam ke dasarair yang sangat dalam itu, Betapapun sebelum ilmu silatmudapat mencapai tingkat tertinggi, kau takkan mampu turunkesana.""Bu, dapatkah kau sendiri turun kesana ?"Giok Liong tahu bahwa ilmu silat ibunya sangat tinggi,pelajaran silat dan Lwe-kang yang dipelajari itu juga ibunyasendiri yang langsung menurunkan kepada dirinya.Menurut tutur ibunya, dengan bekal pelajaran yang telahdipelajari selama sepuluh tahun ini, tokoh kelas satu di

Kangouw juga belum tentu dapat mengalahkan dirinya, Tapikenyataan bahwa dirinya tidak mampu melawan ibunya dalamsepuluh jurus saja. Maka dalam kesannya, pasti ilmu silatibunya itu sangat tinggi dan sudah diukur Iagi."Ai, jika ibumu ada kemampuan itu, siang-siang aku sudahkesana, seumpama sepuluh lipat lagi lebih lihay darikepandaian ibumu sekarang, juga belum tentu dapatmenyelam kedasar rawa naga beracun itu."Keterangan ibunya ini seumpama air dingin yangdiguyurkan keatas kepalanya, hatinya yang telah membaradan penuh ketekatan tadi mulai tenggelam dan padam, tapiGiok liong adalah pemuda yang berwatak keras, sebentar diamerenung, lalu angkat kepala dan bertanya lantang: "Bu, ilmusilat dari Lembah putus nyawa itu apa tiada bandingannyadiseluruh jagat ini ?""lni . . . ibumu juga tidak kurang terang, Dalam jangkaratusan tahun ini, benggolan pertama dari aliran hitam yaituSim-hiat-ling Toan-bok ki, pendekar aneh dari laut utara Withian-khek Ma Hua dan ayahmu serta tiga empat puluh oranglainnya yang pernah masuk kesana tiada seorangpun yangkelihatan dapat keluar . . ."Sampai disini mendadak tergetar, lalu sambungnya lagi:"siapapun tiada yang tahu apakah didalam Lembah putusnyawa itu benar-benar ada harta karun, bahan obat-obatanyang mustajab serta pelajaran silat maha tinggi, Mungkin itumerupakan tipu muslihat atau perangkap, kelak sekali-kali kaujangan pergi kesana, Kalau tidak, keluarga Ma kita hanyatinggal kau seorang, janganlah sampai putus turunan.""Oh, bu, jadi ayah dan aku sama-sama anak tunggal ?""Ai, ayahmu memang seorang anak tunggal sedang kaumasih mempunyai seorang adik kandung, dia bernama MaGiok-hou, tapi adikmu itu hilang sebelum berusia satu bulan."

"Bu, bolehkah Giok-liong mengetahui namamu ?""Memang kau belum tahu nama ibumu tapi ibu juga belummau memberitahukan. Nanti setelah kau mampu menyelam kedasar rawa naga beracun itu, segala-galanya kau akan paham!"Setelah berkata pelan-pelan ia bangkit terus berjalan keluarpintu, disini ia berdiri dan termangu-mangu memandangkeluar.Betapa tidak hati Giok-ling takkan mendelu dan murung,sebagai seorang putra ternyata sampai nama bundanya tidakdiketahui sungguh sangat memalukan. Hatinya terasa pilulaksana digigit ular berbisa, Tak terasa air mata melelehberderai menetes ke tanah."Nak, apakah kau mau dengar nasehat ibu ?" terdengar sinyonya berkata lembut sambil memutar tubuh."Aku patuh akan pesan ibu!""Baik, bawalah batu kumala ini pergi ke Ih-hun-sam chengdi daerah Lok tiong menemui Toan-bok Ih-hun, Mintalahkepadanya untuk mencarikan guru kenamaan untuk belajarsilat maha tinggi, Kalau sepanjang jalan ini kau menemuirintangan tunjukanlah batu kumala ini, pasti kau dapat leluasadan mendapat bantuan diperjalanan.""Bu, lebih baik besok pagi kita pergi bersama !""Tidak, kau pergi seorang diri, sekarang juga harusberangkat.""Tidak, kalau ibu tidak berangkat, aku juga tidak pergi, Akusegan berpisah dengan ibu."Air muka si nyonya mendadak merengut gusar, desisnya."Kau harus segera pergi!"Saking kaget Giok-liong sampai tertegun.

Sejak ia mempunyai ingatan dan dapat berpikir mereka ibuberanak hidup tentram dan saling kasih sayang, belum pernahibunya selama ini mengeluarkan makian dan berlaku galakterhadap dirinja, entahlah mengapa malam ini..."Perbekalan sudah kusiapkan, sebagai seorang putra yangbaik, kau harus ingat dan menurut kata-kata ibu!""Ibu. kau ....""Masih ada suatu urusan yang harus ku urus, setelahurusan itu selesai aku juga segera menyusul ke In-hun-samcheng,atau mungkin juga sementara waktu aku tidakdatang."Habis berkata ia menghampiri pembaringan mengambilsebuah buntalan kecil. Dalam sekejap mata itulah dia telahmeneteskan air mata yang mengembeng dikelopak matanya,Lalu dirogohnya keluar sebuah batu kumala yang bewarnamerah maron, sekali berkelebat kembali kehadapan Giok-liong.Diikatnya buntalan itu dipunggung Giok liong sertamengkalungkan batu kumala itu dilehernya, Tak lupa dipakaijuga sebuah jubah panjang warna putih sambil katanyalembut: "Nak, ibu tak berada disisimu, kau harus jaga dirimusendiri" suaranya tersendat dan tak kuat diucapkan lagi.Betapapun sebetulnya Giok-liong sangat tidak rela disuruhpergi, Tapi dia adalah seorang anak yang sangat berbaktiterhadap orang tua, selamanya belum pernah diamembangkang terhadap ucapan ibunya, maka sambilmengembang air mata, katanya memohon: "Bu, Giok-liongmenunggu kau saja untuk pergi bersama. ..""Jangan, sekarang juga kau harus berangkat."Sambil berkata sedikit menggunakan tenaga sekali jinjingtubuh Giok-liong diseretnya keambang pintu, sedang tanganyang lain segera membuka pintu, Angin badai disertai bunga

salju segera menghembus keras masuk kedalam rumah.Keadaan alam diluar adalah sedemikian dingin dan gelap,Tanpa terasa air mata Giok liong mengalir semakin deras.Sedetik sebelum berangkat ini mendadak terasa suatupirasat jelek dalam hati kecilnya, berpaling ia memandangiwajah ibunya yang telah membesarkan dirinya selama puluhantahun ini, mohonnya sekali lagi: "Bu, harap kau suka . . .""Tutup mulutmu! Segera pergi, tak peduli kau melihat danmendengar apa, jangan sekali-kali kau berpaling! Kalau kautidak dengar pesan ibu, kau anak yang tidak berbakti!"Terasa suatu tenaga besar mendorongnya, kontan tubuhGiok liong lantas terbang meninggi sejauh lima tombak,terdengar suara ibunya tengah beritata: "Nak, jagalah dirimubaik-baik, ingat . . ,. . pesan . ,., , ibu selamat tinggal" suarayang terakhir terdengar sayup sayup sampai akhirnyatersendat hilang saking pedih perasaannya.Begitu kaki Giok-liong menyentuh tanah, segera iaberpaling kebelakang, kebetulan "brak" pintu gubuk itu telahtertutup rapat. Angin malam diatas pegunungan sungguhsangat dingin, Giok-liong sampai menggigil dihembus badaiyang dingin menusuk tulang ini.Lekat-lekat ia memandangi gubuk reyot tempat dirinyamenetap selama puluhan tahun yang telah membesarkandirinya lalu sigap sekali ia memutar tubuh terus larisekencang-kencangnya sambil berteriak lantang: "Bu, Giokliongpergi!"Dimana tubuhnya melesat bagaikan meteor cepatnyatubuhnya meluncur turun kebawah gunung. Ditengah ributnyahembusan angin malam, sayup-sayup terdengar olehnya isaktangis ibunya dari dalam gubuk, Hatinya menjadi tidak tegadan pilu rasanya, serentak ia menghentikan langkah kakinya,ingin dia kembali, tapi lantas terpikirkan ucapan ibunya tadi:

"Kalau kau tidak dengar kata ibu, maka kau tidak berbakti."maka sambil mengerahkan seluruh tenaganya segera ia larisekencang-kencangnya, dengan lari secepatnya yang banyakmenghabiskan tenaga ini ia hendak melampiaskan perasaanhatinya yang tertekan.Belum ada satu jam ia sudah berlari sejauh puluhan li,diam-diam ia menghentikan langkah dan berpaling kebelakangmemandang keatas ngarai sana. Diatas ngarai ber-salju itu,samar-samar terlihat sinar pelita kuning yang kelap kelip itu,Hatinya menjadi pilu dan mengalirkan air mata, tanpa meiasamulutnya mengeluh lirih : "Bu, oh ibu . . . "Mendadak dari kejauhin sebelah timur luar sana terdengarsebuah suitan panjang yang menusuk tinggi semakin nyaringdan mendekat, agaknya tengah meluncur menuju kearahgubuk tempat tinggalnya diatas ngarai itu.Terkejut hatinya. Terdengar pula sebuah suitan panjanglain yang lebih keras dan lebih dekat, dari suara suitan yangkeras dan nyaring ini, dapatlah diperkirakan bahwa Lwekangdan kepandaian silatnya orang ini pasti sangat tinggitujuannya terang adalah ngarai yang baru saja ditinggalkanitu.Dilain kejap lantas terdengar pula suitan susul menyusulsaling bersahutan dari empat penjuru, semua melesat menujukearah ngarai . . . .Pada saat itulah lantas terlihat sinar pelita kelap kelip diatasngarai itu padam.Bukan kepalang kejut Giok-liong, batinnya: "Apa, mungkinpara musuh ayah dan ibu telah meluruk datang ?"Dengan seksama ia lantas berpikir: "sejak beberapa hariyang lalu setelah pulang dari bawah gunung membeliperbekalan, ibunya selalu murung dan lesu, malah sabansaban mengalirkan tir mata secara sembunyi-sembunyi.

Hari ini tingkah laku ibunya juga luar biasa terbalik darikebiasaan, berbeda jauh dari pribadinya semula seakan telahberganti rupa dan bentuk orang lain, Malam ini memaksadirinya untuk pergi, malah dipesan meskipun mendengar danmelihat apapun juga dilarang berpaling dan kembali.Berpikir sampai disini, mendadak ia berseru kecut:"Celaka!" begitu putar tubuh ia terus lari balik dari arahdatang semula.Tak lama kemudian ia telah tiba dibawah lereng bukit,dengan ketajaman matanya ia memandang keatas, Anginbadai yang dingin masih tetap ribut, keadaan sekelilingnyamenjadi pekat, sayup-sayup terdengar dua kali geranganorang yang kesakitan.Begitu menjejakkan kakinya bagaikan anak panah yangterlepas dari bujurnya tubuhnya melenting tinggi meluncurkeatas ngarai.Dekat dan semakin dekat... Diatas ngarai sana benar jugaterdengar suara pertempuran yang dahsyat, dikegelapanmalam samar-samar terlihat berkelebatnya bayangan orang,kiranya ada beberapa orang tengah berkutet dan bergebrakdengan sengitnya secara mati-matian.Giok Liong semakin gelisah dan gugup, mengerahkanseluruh tenaganya ia meloncat tiba diatas mengarai, tepatpada saat itu terdengar pekik kesakitan suara seorangperempuan disusul sebuah bayangan putih kecil langsingterbang tinggi dan arah pertempuran terus meluncur kearahbatu es diluar sebelah sana.Walaupun ia tidak melihat tegas siapa orang itu, tapi suarayang sangat dikenalnya itu, serta rasa prihatin yang terjalinantara ibu dan anak adalah sedemikian kuat kontan. Gioklionglantas dapat meraba bahwa itulah ibunya.

Rasa gusar yang membara dalam rongga dadanyamembuat ia menjadi nekad dan berteriak beringas : "Bujangan takut, aku datang !" tubuhnya meluncur secepat kilatmenerjang kearah depan.Sekonyong-konyong suara tawa dingin yang menjengekhina terdengar dari sampingnya, disusul angin pukulan yangpanas membara lantas melandai menggulung dirinya.Perasaan Giok-Iiong sudah begitu murka matanya mendelikdan wajahnya merah padam, kontan ia juga ulurkan keduatangannya terus mendorong kedepan menyambut pukulanmusuh sekuat tenaganya."Tahan . . . !" sebuah teriak perempuan yang mengerikanterdengar dari arah samping sana, Tapi sudah terlambat,"Blang" begitu terdengar dentuman yang keras ini kontanGiok-liong merasakan jantungnya seperti dipukul godam,darah terasa mengalir terbalik, tubuhnya lantas melayangtinggi ketengah udara, begitu pentang mulut iamenyemburkan darah segar dengan derasnya."Keparat, bangsat kurcaci biarlah aku adu jiwa dengankalian, Kembalikan jiwa anakku .."Terdengar angin semakin ribut, matanya terasa berkunangkunang,Giok-Iiong merasa sangat tersiksa seperti badannyadipanggang diatas tungku yang panas membara. "Bluk" terasapunggungnya sangat kesakitan sampai menusuk jantung,tubuhnya terus terkapar lemas tak ingat diri lagi.Lama dan lama sekali, entah sudah berapa lama ia jatuhpingsan akhirnya perlahan-lahan ia membuka mata dansiuman, sekarang terasa tubuhnya sangat dingin hampirmembeku.Matanya terbuka semakin lebar, ia memandang keatas dankesekelilingnya. Ternyata tubuhnya semampai dan tercantol diatas dahan sebuah pohon Siong yang menonjol keluar

ditengah-tengah ngarai, waktu ia memandang kebawah,hanya terlihat awan yang mengembang tidak terlihat dasarjurang yang dalam ini.Dua titik air mata meleleh membasahi pipinya. Oh Tuhan,dimanakah ibu dan bagaimana keadaannya?Susah payah ia menggerakkan lengannya, terasa tulangtulangseluruh tubuh seperti sudah hancur lebur, sakitnyabukan main, Tapi dia paksakan juga merogoh keluar puntungobat dari kantong bajunya terus menelan beberapa butir pil.setelah itu ia pejamkan matanya mulai menghimpun semangatdan mengalir serta melancarkan hawa murni dalam tubuhnya,setelah mengalami banyak penderitaan, jerih payahnyaternyata berhasil menghimpun kembali hawa murni yang telahbuyar tadi, dibantu khasiat obat yang ditelannya tadi mulailahdarahnya lancar mengalir memasuki seluruh uratnadi.Entah berapa lama berselang, ia merasakan sebagian besarluka-lukanya sudah dapat disembuhkan maka dia berjalanmerangkak keatas menyelusuri akar-akar pohon terusmerambat keatas ngarai.Pagi hari itu cuaca terang benderang, namun keadaandiatas ngarai itu sungguh sangat menyedihkan, gubuk reyottempat tinggalnya itu kini tinggal tumpukan puing saja,dimana-mana terlihat noda-noda darah yang bercecerandiatas tanah, keadaan ini sungguh sangat menyedihkan.Tiba-tiba terlihat secuil sobekan lengan panjang yangpenuh berlepotan darah, inilah bekas sobekan baju ibunya.Terasa kepalanya berat dan pusing tubuh juga lantassempoyongan tak tertahan lagi mulutnya menyemburkandarah segar sebanyak-banyaknya. "Blang..." badannya robohterkapar dan tak ingat diri lagi.

Waktu hari menjelang magrib baru Giok Liong siumankembali dari pingsannya. Alam sekelilingnya diliputi kabuttebal angin badai juga tengah mengamuk dengan dahsyatnya.Susah payah ia merangkak bangun berdiri, kedua bijimatanya mengalirkan air darah, bibit dendam kesumat sudahbersemi dengan cepatnya dalam sanubarinya, sesaat iatermangu memandang puing-puing bekas gubuknya, terusperlahan lahan berengsot turun dari atas ngarai itu tanpabersuara lagi.Angin badai terus menghembus dengan kerasnya, badansampai terasa dingin hampir membeku, Dengan badan yangterasa kecapaian serta hati yang remuk redam, dia tinggalkanngarai tempat tinggalnya selama sepuluhan tahun dimana iadibesarkan !Akhirnya dicarinya sebuah tempat tersembunyi dimana iamengobati luka-lukanya serta mengerahkan tenaga dan hawamurni memulihkan kesehatannya.Berselang lama kemudian pikirannya mulai menerawangiucapan ibunya tentang letak dan arah dimana Lembah putusnyawa berada, dia tahu bahwa lembah putus nyawa itu jugaberada didalam lingkungan pegunungan Tay-soat-san inidiam-diam ia berdoa:"Bu, ampunilah anakmu yang tidak berbakti ini, aku tidakakan menuju ke Ih-hun-san-ceng! Tapi aku harus menuju keLembah putus nyawa, satu pihak mencari ayah, lain pihakuntuk belajar ilmu kepandaian untukku dan menuntut balasuntuk ayah! Oh, ibu, lindungilah anakmu yang malang ini!"Selesai berdoa ia berdiri mulai beranjak menuju kedalamrimba sebelah dalam yang lebat dan angker, Dalam waktusatu harian yang pendek ini dia berubah segala galanya,Pendiam dan dingin mewakili semua sifat-sifatnya. Jubah

panjang pemberian ibunya itu, kini sudah sobek compangcamping tidak karuan iagi, namun ia masih memakainya.Hari itu dia tiba dibawah sebuah puncak yang mencakarlangit, setelah istirahat sekian lamanya, dengan banyak makantenaga ia mulai manjat keatas, waktu ia sampai di-ataspuncak dengan kelelahan hari sudah menjelang malam, barusekarang ia berkesempatan duduk istirahat mendadakpandangannya terasa menjadi terang, terpaut dari tempatduduknya didepan sana terlihat ada sebuah puncak lainnyayang menembus awan, puncak gunung itu gundul plontostanpa tumbuh tumput atau pepohonan lainnya.Ditengah keremangan kabut terlihat didinding puncakgunung didepan sana samar-samar terlihat sebuah celahcelah. Bukankah keadaan ini seperti Lembah putus nyawayang dituturkan ibunya itu, Kontan darah bergelora dalambenaknya.Melupakan badan yang capai lemas ini segera ia melompatberlari-lari menuju ke-puncak, didepan sana waktu dekat dandi-tegasi benar juga dipinggir puncak sebelah kiri berdiri tegaksebuah papan batu yang tinggi, diatas papan batu initertuliskan tiga hurup warna merah darah sebesar tampansangat menyolok: ketiga huruf itu berbunyi "Toan-bing-loh" -jalan pendek nyawa.Dibelakang atas papan batu ini menjulur jauh kebelakangkearah celah - celah sebelum depan sana sebuah batujembatan sebesar lengan orang. Dan diatas celah-calahdinding itu pula terlihat tiga huruf besar lagi yang berbunyi"Lembah putus nyawa."Tanpa merasa Giok-liong berjingkrak kegirangan ia masihingat ibunya pernah berkata: "Memanjat ngarai sukmagentayangan melewati jalan pendek yang tibalah di-Lembahputus nyawa, jurang dibawah jalan pendek nyawa yang tidakkelihatan dasarnya itu diliputi kabut tebal yang bergulungTIRAIKASIHWEBSITE http://kangzusi.com/gulung, itulah dinamakan selokan setan masgul. Ya, terangbahwa sekarang dirinya sudah berdiri dingarai sukmagentayangan.Betapa girang hatinya ini, pelan-pelan ia memutar tubuhmemandang kearah timur, terpesona memandangi sang dewimalam yang baru saja muncul deri tempat peraduannya,pelan-pelan mulutnya menggumam: "Rembulan oh bulan,besar harapanku malam ini kau dapat selamat dan abadimelampaui angkasa yang terang cerah, janganlah sampaiterganggu dan ditutupi oleh awan. Begitulah mendongakkeatas langit ia berdoa dan bersujud kepada Tuhan.Darah panas sudah menjalar diseluruh tu-buhnya,wajahnya terun juk tekad dan kemauan yang teguh, Sigapsekali mendadak ia membalik tubuh - jalan pendek nyawahuruf huruf yang menyolok dan menggetarkan sukma ituterpajang didepan matanya. Jauh memandang kearah Lembahputus nyawa didepan sana, hatinya timbul suatu keraguan.Dengan kemauan kepandaiannya sekarang, paling bantersekuatnya ia dapat melompat sejauh puluhan tombak saja, iniberarti paling sedikik ia harus berloncatan dua kali diatasjembatan batu kecil yang penuh ditumbuhi lumut dan licinsekali itu. Konon bahwa jalan pendek nyawa ini sebegitu licinsampai tiada tempat cukup menggunakan tenaga. Entahsudah berapa banyak tokoh-tokoh silat yang sudah terjerumusmasuk kebawah selokan setan yang masgul dalam itu,Mengandalkan kepandaian sekarang, mungkin dirinya jugatakkan terhindar dari nasib yang lain, terjungkal kebawahjurang.Lama sekali ia harus berpikir dan mempertimbangkan,akhirnya terpikirkan olehnya sebuah cara. Cepat-cepat iamenanggalkan jubah panjang yang compang-camping ituterus dipuntir-puntir menjadi tali besar terus melesat kearahjalan pendek nyawa, kedua tangannya kencang-kencang

memegangi kedua ujung tali besar itu terus disampirkankeatas batu jembatan jadi tubuhnya bergelantungan waktu iamemandang kebawah, awan putih bergulung gulung anginmenghembus keras membuat pandangan dimukanya samarsamar.Hatinya menjadi mengeluh dan berdoa: "Oh Tuhan,bantulah hambamu ini!"- Saat itu hatinya sudahbergelantungan ditengah jurang dlbawah jalan pendek nyawa.Begitu menyedot hawa dalam-dalam kakinya terus menjejakkearah dinding batu di belakangnya dengan sekuat tenaga,kontan tubuhnya terus meluncur maju membesut sejauh duapukulan tombak baru daya luncurnya agak lambat dansebelum berhenti mendadak tubuhnya mengayun kebelakangterus kedepan lagi sehingga meluncur beberapa tombak pula,sebelum berhenti karena jarak sudah agak dekat, tiba-tibakedua tangannya menarik tubuh ke-atas sekuatnya terus lepastangan sehingga tubuhnya melambung naik jumpalitanditengah udara lantas dengan tangannya hinggap diatas tanahdiseberang sana.Waktu ia berpaling dan memandang kebawah, jubahputihnya yang digulung menjadi tali itu kini sudah melayangjatuh kebawah selokan setan masgul, semakin kecil danakhirnya menghilang dari pandangan mata ditelan kabut tebal.Seketika timbul perasaan haru dan semangat yangberkobar dalam benaknya, sebuah kulum senyum tersunggingdi ujung bibirnya, pelan-pelan ia memutar tubuh, dihadapannya terbentang sebuah gua yang hitam gelap, diakerahkan seluruh ketajaman pandangannya keadaan didalammemang sangat gelap tak terlihat apapun jua.Malah terasa hembusan angin dingin yang dapatmembekukan terus bergulung-gulung dari dalam gua itu,sampai tubuhnya terasa hampir membeku dan menggigil.

Tapi dia tidak hiraukan keadaan yang menyiksa tubuh ini.Yang terang gua di depan matanya ini adalah jalan masukkedalam Lembah putus nyawa yang serba misterius selamaratusan tahun ini.Entah berapa banyak tokoh-tokoh silat yang memasuki guaini tak keluar kembali, diantara mereka adalah ayahnyasendiri. Teringat akan ayahnya seketika timbul rasa banggayang jiwa kesatrianya,teriaknya lantang. "Yah, lihatlah anakmu ini, bukan seorang pengecut yang takut mati! Yah, anakLiong juga datang!"- sambil berteriak ia kerahkan seluruhhawa murninya untuk melindungi seluruh badan denganlangkah lebar terus memasuki gua mulut Lembah putusnyawa.Mulut gua lembah putus nyawa adalah sedemikian dingindan gelap sekali.Meskipun Giok-liong sudah digembleng sejak kecil danmempunyai dasar Lwekang yang kuat ketajaman matanyamelebihi orang biasa, tapi begitu memasuki gua ini yangterpandang disekitarnya adalah gelap pekat melulu sampaikelima jari sendiri juga tidak kelihatan.Hembusan angin dingin yang menusuk tulang dan ulu hatimembuat seluruh bulu romanya merinding semua, seluruhbadannya menggigil kedinginan dan hampir membeku.Tapi Giok-liong pusatkan seluruh perhatian dansemangatnya tanpa mau mundur di tenjah jalan denganlangkah pelan ia terus maju semakin dalam, hanya satuingatan yang berkecamuk dalam pikirannya: "Terus maju!Untuk mencari jejak ayahnya: Demi sakit hati ibunya demikeadilan dan kebenaran kaum persilatan, aku harus berhasil,"sambil menggertak gigi dia terus maju dengan derap langkahyang tegap !

Sebetulnya gua ini merupakan celah-celah dari himpitandua gunung yang berendeng, tinggi gua ini ada beberapatombak sedang lehernya hanya tiga empat kaki, semakindalam semakin sempit setelah beberapa li kemudian jalananhanya tiba cukup untuk berjalan satu orang saja, semakindalam daya hembusan angin dingin itu semakin lemah, tapihawa disini bertambah dingin.Sepanjang jalan goa ini adalah lurus tanpa suatu rintanganapapun juga, maka Giok-liong dapat beranjak maju terusdidalam kegelapan tanpa ragu-ragu dan takut-takut.Entah sudah berapa lama dan berapa jauh ia berjalandalam kegelapan itu, lambat laun terasa keadaan gua yanggelap pekat ini menjadi agak sedikit terang, dan tak berapajauh kemudian, di kedua sisi dinding kedua samping gua itutersoren keluar puluhan sinar terang yang menyolok matasehingga keadaan dalam gua menjadi terang benderangseperti disiang hari bolong.Sekian lama Giok-liong harus memejamkan matanya,karena pandangannya masih terasa silau, waktu di tegasiterlihat diatas dinding batu diatas sana ada delapan hurufbesar-besar yang disusun dengan butir-butir mutiara beranekawarna yang terporotkan diatas dinding batu, tulisan ituberbunyi: "Dilarang menggunakan ilmu silat."Sejak kecil Giok-liong dididik ibunya menjadi bocah yangmengenal sopan santun bakti serta setia dan patuh berhatibijaksana terhadap sesamanya, setelah melihat kedepanhuruf-huruf yang tertulis dengan porotan butir-butir mutiarasebesar jeruk itu bukan saja hatinya tidak merasa tersinggungdan timbul suatu angan-angan yang tidak genah, malahsegera ia buyarkan hawa murni yang terhimpun tadi, diamdiamhatinya membatin: "Ternyata Lembah putus nyawa inimasih ada penghuninya, entah siapakah dia, pasti dia seorangtokoh yang hebat dan lihay sekali."

Karena timbul rasa hormatnya ini segera ia angkat tanganserta membongkok hormat kearah delapan huruf-buruf besaritu serta berkata: "Wanpwe sudah tahu!" pelan-pelan ia mulaiberanjak maju lebih jauh, tidak lama kemudian dia sampaipada satu pengkolan, begitu ia membelok pandangannyamenjadi lebih terang lagi, keadaan dalam gua ini lebih datardan rata dinding kedua samping serta atapnya sampai lantaigoa ini semua berbuat dari batu pualam yang sangat indah,diatas dinding ada lukisan indah yang terporotkan dari butirbutirmutiara besar kecil, sekilas lihat gambar-gambar iniadalah sedemikian indah mempesonakan.Giok-liong menjalani keadaan seluruh gua terlihat dimanamanasinar segala permata saling berlomba menunjukkankeindahan masing-masing sampai sedemikian jauh danpanjang sampai tidak terlihat lagi ujung pangkalnya.Tanpa merasa hatinya menjadi gelisah "Kalau tidakmengembangkan Ginkang, entah berapa lama aku harusmenempuh habis jalan panjang ini. Tapi bila teringatperingatan huruf-huruf besar diatas dinding itu, segera iabatalkan niatnya hendak menggunakan ilmu ringan tubuhnya.dengan langkah lebar segera ia maju kedepan.Saban-saban terlihat ada kotak-kotak yang melekukkedalam dinding dimana tertaruh dan terpenuhi denganberbagai intan serta permata yang tak ternilai harganya,semua benda-benda itu memancarkan cahaya terang yangdapat memincut dan menimbulkan loba dan tamak dihatiorang.Tapi Giok-liong sendiri sudah tahu bahwa Lembah putusnyawa ini adalah tempat yang berpenghuni apalagi memangdia tiada hasrat hendak mengangkangi harta benda yang tidakhalal ini, maka sedikitpun tiada minatnya untuk mengambilbarang sebutirpun.

Kira-kira dua li telah dilampaui lagi, sedikit kurang hati hatikakinya terpeleset dan hampir saja ia roboh terjengkang,Waktu ia menunduk ternyata dibawah kakinya penuhbertaburan intan kecil yang menyilaukan mata, selepaspandang didepan dan kedua dinding sepanjang jalan ini masihpenuh berserakan berbagai permata serta butiran-butiranmutiara besar kecil yang tidak terhitung banyaknya membuatmatanya terasa pedas dan berkunang-kunang.Tanpa ragu-ragu dan sayang lagi kakinya melangkah majuterus butiran-butiran mutiara dan intan serta lainnyabertaburan sedemikian tebal ditanah sampai gerak jalan Giokliongmenjadi terganggu karena tidak boleh mengembangkanilmu ringan tubuh belum lama dalam perjalanan ini ia sudahmegap-megap dan banyak mengepulkan peluh.Tapi ia tidak peduli segala-galanya, setindak demi setindakia terus maju kedepan secara hati hati supaya tidak sampaiterjerumus jatuh. Berselang tidak lama, tiba-tiba didepannyamencorong cahaya warna merah yang keras dan terangbenderang. Waktu ia angkat kepala, terlihat didinding sebelahkanan sana terporotkan mutiara besar-besar merah marongyang dijajar sedemikian rupa menjadi beberapa huruf tulisanyang berbunyi: "Gudang harta disini." dibawah huruf-hurufwarna merah itu adalah sebuah pintu bundar kecil yangterbuat dari batu pualam warna merah pula, agaknya asalsedikit dorong saja lantas dapat terbuka dan masuk kesana,dari celah-celah pintu yang tidak tertutup cepat itu terpencarkeluar cahaya beraneka warna dan hawa yang hangat, inimenandakan bahwa didalam ruang sana pasti tersimpan hartabenda serta barang-barang pusaka yang tak ternilai harganya.Gioi-liong menghela napas, batinnya:"Siapakah penghuni lembah ini, tak ayal sedemikian banyaksimpanan harta bendanya, mungkin merupakan koleksi

barang-barang pusaka dan benda benda terbesar diseluruhdunia ini! "Dalam hati membatin, namun kakinya terus bergerak maju,kira-kira puluhan tombak kemudian ia tiba lagi disebuahpengkoIan, begitu ia tiba dibagian lain tanpa merasa Giokliongberdiri tertegun ditempatnya.Terbentang dihadapannya yang melintang adalah sebuahselokan pendek selebar lima tombak dan sedalam puluhantombak, ini masih belum yang membuatnya mengkirik adalahbahwa didasar selokan ini ternyata hidup penuh ular berbagaijenis, semua tengah mendongak keatas menjulurkan lidahnyayang berwarna merah darah, sambil mendesis-desismengerikan dan menakutkan sekali, sedang dinding keduaselokan adalah sedemikian tajam dengan batu-batu runcingyang dapat mengkoyak badan manusia.Giok-liong menjadi bimbang dan menghentikan kakinyapikirnya: "selokan selebar lima tombak ini sebetulnyagampang saja dapat kulompati, tapi penghuni lembah inisudah melarang untuk menggunakan kepandaian . . . ."karena pikirannya ini maka sambil mengangkat alis segera iamulai merambat turun melalui batu-batu runcing yang tajammengiris kulit itu, Darah segar mengalir membasahi seluruhbadan, seluruh tangan kaki dan perutnya sudah penuh Iukalukateriris koyak darah bercampur keringat terus mengalirmembasahi seluruh tubuh, Dengan sudah payah akhirnya iatiba juga didasar selokan, Entah berapa banyak ular yang takterhitung banyaknya menjulurkan lidah dan pentang mulutnyabersiap mematuk dirinya, desis ular-ular itu membawa bauamis yang memualkan hampir saja ia muntah-muntah sampaikepala terasa pusing tujuh keliling.Tapi tanpa gentar sedikitpun ia terus maju tindak demitindak, dimana ia lewat ular-ular itu lari menyingkir sendiri,Sudah tentu hatinya menjadi heran dan tak habis mengecil

menurut apa yang diketahui semua ular-ular itu adalah ularpaling berbisa di seluruh dunia ini sekali gigit saja pasti jiwaakan melayang, Tapi sekarang begitu bertemu dengan dirinyamengapa semua malah mundur menyingkir?Tapi tiada banyak kesempatan bagi Giok liong untukbanyak berpikir setelah melewati selokan pendek ini mulailahia manjat lagi keatas dengan kedua tangan dan kaki yangsudah penuh luka-luka dan berdarah, Tiba-tiba daribelakangnya terdengar angin mendesis meluncur kearahdirinya, seketika tangan serta kaki dan punggungnya kesakitanluar biasa, entah berapa banyak ular berbisa itu telahmenggigit tubuhnya. Kontan pandanganya menjadi gelap,tahulah dia bahwa dirinya telah tergigi oleh ular-ular berbisaitu.Namun dia tak berani melepaskan pegangan tangannyadengan sekuatnya terus berusaha merambat naik sampaidiatas tanah datar, Begitu sampai dan dapat berdiri segera iameraba kebelakang kakinya terus menarik bergantian satupersatu ular yang menggigiti paha dan punggungnyaditariknya sampai daging tubuhnya ikut terbetot dedel duwel.Pahanya menjadi linu gatal dan kesakitan luar biasa sampaimerangsang seluruh tubuh ditambah luka luka dikeduatangannya, pandangannya menjadi gelap dan kepala jugamenjadi berat, kerongkongan terasa kering dan dahaga sekalitak kuat lagi kedua kakinya menunjang badan yang terasasemakin berat.Waktu ia angkat kepala terlihat diatas dinding batu adabeberapa huruf besar yang terukir dari batu putih berbunyi:"jangan berhenti ditempat ini!" terpaksa sekuat tenaga dengansusah payah dia harus merangkak maju kedepan setelah jatuhbangun beberapa kali, mendadak ia merasa rasa linu dan gataldiatas kedua pahanya itu sudah mulai merambat naik, keatastubuhnya saat itu sudah merambat naik sampai pangkal

pahanya, kalau sampai pinggangnya maka susahlah jiwanyadapat diselamatkan lagi.Tanpa terasa ia menghela napas serta membatin :"sebetulnya lembah ini tiada sesuatu yang harus dibuat takut,apakah tokoh silat yang lihay serta aneh aneh itu semuanyajuga mati dalam keadaan seperti aku ini ?"Demikian dia bertanya dalam hati, sampai begitu jauh iamasih belum berani mengerahkan hawa murninya untukmenutup jalan darah, ia maju terus kedepan.Tak lama kemudian hawa racun sudah menjalar sampaidibawah pinggangnya, sampai saat itu kakinya sudah susahdigerakkan lagi untuk berjalan, seluruh tubuh basah kuyupoleh keringat, syarafnya juga mulai membeku dansemangatnya juga mulai kabur. Baru sekarang timbul sedikitpenyesalan dalam benaknya : "Ah, Tuhan, aku harusmengerahkan rawa murni untuk menolak racun mati carabegini . . . " kesadarannya semakin hilang, sedikitsempoyongan tubuhnya lantas jatuh terkapar d atas tanah takingat diri.Seluruh tubuh dari pinggangnya kebawah sekarang sudahberubah menjadi hitam, air beracun yang berwarna hitammerembes keluar melalui seluruh luka-lukanya, hawa racunjuga dengan cepatnya menjalar keatas, pernapasannya mulaiberat dan lemah hampir berhenti seorang lagi bakal menjadikorban didalam lembah putus nyawa ini.Pada saat itulah mendadak dari gua sebelah sanaterhembus keluar segulung kabut tebal yang berwarna hijaudemikian indah warna kabut itu malah berbau harum lagi.Lambat laun kabut hijau yang lebat itu mulai memenuhiseluruh ruangan gua dan terus menjalari seluruh tubuhnya,sungguh heran bin ajaib, sekarang pernapasannya malahmulai pulih lagi. Bau harum yang merangsang hidungnya itumenyadarkan Giok-liong dari pingsannya, Waktu ia membuka

mata, terlihat diatas tanah didepan matanya terukir diatasbatu putih beberapa huruf besar yang berbunyi: "janganberhenti disini."Tanpa banyak berpikir lagi segera ia merangkak bangunsekuatnya terus merambat jatuh bangun kedepan, Luka lukadipahanya yang sebetulnya sudah mampet dan darah yangsudah membeku karena gerakannya itu menjadi pecah danmengeluarkan darah lagi, darah hitam yang mengandungracun berceceran sepanjang jalan, semakin berjalan kedalam,kabut warna hijau itu semakin tebal menghalangi pandangandidepan matanya, tapi semangat dan kesadarannya malahsemakin pulih dan badan menjadi segar bugar.Hawa beracun diseluruh tubuhnya juga mulai punah danhilang, kini darah yang mengalir keluar dari luka-lukanyaadalah darah segar yang berwarna merah. Tak larna kemudianseluruh hawa beracun dalam tubuhnya indah terusir keluarsemua.Tatkala itu juga sudah melewati gulungan kabut hijau yangtebal itu, sekarang ia tiba disebuah persimpangan jalan, Diatasdinding sebelah atas terpancang sebuah papan batu yangbertuliskan: "Gudang obat obatan !"Sekarang walaupun hawa beracun didalam tubuhnya sudahpunah semua, namun seluruh tubuh masih terasa sakit danpegal sekali, kalau orang lain pasti segera masuk kedalamgudang obat obatan itu, karena bukan mustahil dalam gudangobat-obatan itu tersimpan segala macam obat mujarab yangsukar didapat didunia ini."Sebentar-ia ragu-ragu lantas hatinya memaki diri sendiri:"Giok-liong, wahai Giok-liong, semua benda dan barangbarang itu adalah milik orang lain, mana boleh seenaknya sajakau ambil dan kau gunakan untuk kepentinganmu pribadi ?"

Karena pikirannya ini, maka dengan sekuatnya sambilmenahan sakit ia beringsut maju lagi, keadaan jalan dalamlorong itu kembali menanjak keatas dan lurus sepanjanglobang ini adalah terdiri dari batu-batu pualam putih, setiapjarak sepuluh langkah diatas dinding terporotkan dua butirmutiara sebagai penerangan. Dia maju dan maju terus dengansusah payah dan banyak makan tenaga Meskipun pikirannyasudah sadar, tapi karena luka lukanya serta seluruh tulangbelulangnya terasa linu dan pegal tubuhnya menjadi lemahsampai tenaga untuk mengangkat kaki berjalan juga tiadalagi.Keringat terus membanjir keluar, terasa seluruh tubuhpanas dan gerah sekali, Mendadak entah kakinya menginjakapa sehingga terpeleset dan tubuhnya kontan tersungkurjatuh disertai suara gemerayak yang ramai, saking kerasjatuhnya itu sampai matanya serasa berkunang-kunang,setelah napasnya tenang kembali waktu ia pentang matahampir saja ia berteriak saking kaget.Ternyata tepat didepan matanya tergeletak sebuah kepalatengkorak manusia, demikian juga di-sekeliling tubuhnyaberserakan tulang tulang putih manusia yang hancurberantakan, sebetulnya itulah sebuah kerangka manusia yangmasih lengkap bergaya duduk, tapi begitu tertendang danberinjak menjadi putus dan berantakan.Sungguh kejut Giok-liong bukan buatan, tersipu-sipu iamerangkak bangun, tanpa sengaja tangannya meraba badansendiri terasakan sesuatu yang ganjil pada tubuhnya, waktu iamenunduk lagi-lagi ia hampir berseru kaget, Ternyata seluruhtubuh sendiri berlepotan darah dan kotor amis ini masih belumapa-apa, yang paling mengejutkan entah sejak kapan ternyataseluruh tubuhnya telanjang bulat. Sungguh tanpa disadarientah kapan baju ditubuhnya itu sudah hancur luluh tanpaketinggalan bekas-bekasnya.

Sekian lama ia menunduk dan berpikir, akhirnya ia sadar:"Ya, tentu kabut hijau itu mengandung racun yang berbisasekali, sedemikian lihaynya racun itu sampai baju yangdipakainya hancur luluh tanpa meninggalkan bekas. Tapikenapa aku sendiri tidak kurang suatu apa?" - diperiksanyakerangka tuIang-tulang yang berserakan ditanah itu, betuljuga tidak dilihatnya kada bekas-bekas barang benda lain.Siapakah orang ini? Tentunya dia mati keracunan setelahmelewati kabut beracun itu, berpikir sampai diiini, timbul pulakeheranan dalam benaknya: "Tubuhku pasti juga sudahkeracunan, hanya belum saatnya kumat, Hm, entah apamaksud dari penghuni lembah itu. Sebelum aku ajal ini betapajuga aku harus menemumya dan minta penjelasan."Karena tekadnya ini, seketika timbul lagi sedikit tenaganyaterus melangkah maju ke-depan lagi tanpa menghiraukantulang-tulang kerangka yang berserakan itu.Betul juga tepat seperti dugaannya, sepanjang jalankedepan ini dimana-mana terlihat sesosok tumpukan tulangkerangka manusia setiap kerangka itu tanpa meninggalkanbekas-bekas benda apapun, Tak lama kemudian terlihatdikedua dinding kanan kiri ada tulisan yang berbunyi: "Gudangkecerdikan", dan yang lain adalah: "Gudang ilmu silat." Diataskedua huruf-huruf besar ini masing-masing ada sebuah loronguntuk masuk.Giok-liong sudah tidak hiraukau mati hidupnya lagi, besartekadnya hendak menemui penghuni lembah ini, maka dengandada terangkat dan langkah tegak ia maju terus. Puluhantombak kemudian sebuah dinding batu besar mencegatditengah jalan, diatas dinding ini ada tulisan pula yangberbunyi: "Menghadap dinding ini harus berlutut tiga kali danmenyembab sembilan kali."Hati Giok-liong menjadi dongkol dan uring-uringan tapisebelum tahu sebab musababnya serta seluk beluknya

betapapun harus menghormati peraturan yang telah ditegakkan oleh tuan rumah, maka segera ia berlutut tiga kalidan menyembah sembilan kali. setelah penghormatan besarini tiba-tiba pandangannya menjadi terang dan terbelalak,kiranya dinding baju didepannya itu kini sudah terbukasendirinya terus amblas kedalam tanah.Belakang dinding batu ternyata adalah sebuah ruanganbatu yang kosong melompong, dibelakang ruangan sebelahsamping sana terdapat sebuah pintu bundar berbentuk bulansabit, pintunya sudah terpentang lebar, setelah melangkahmasuk kedalam ruangan batu ini serta merta Giok-liong lantasberpaling memandang kebelakang, dinding batu itu ternyatatelah menutup lagi secara otomatis tanpa mengeluarkansuara.Dalam hati Gion-liong menjengek, batinnya:"Penghunilembah ini benar-benar seorang tokoh yang lihay, sayang carapengaturan jebakan ini terlalu kejam sedikit."Dalam pada itu dia sudah melangkah sampai diambangpintu bulan sabit itu, baru saja kakinya melangkah masuk"Brak"" sebuah suara keras terdengar, cepat-cepat ia menarikkakinya waktu dipandang, ternyata diambang bulan sabit itutuiang-tulang kerangka berserakan, semua sudah hancur tiadasatupun yang utuh. Terang bahwa orang itu sebelum ajalsudah dihancurkan tubuhnya, sehingga setelah matikeadaannya menjadi demikian mengenaskan.Hati Giok-liong menjadi mengkirik, dengan hati-hati kakinyamelangkah maju dari antara sela-sela tulang tulang yangberserakan itu terus maju puluhan langkah kemudian, disini iadihadang sebuah dinding batu lagi, diatas dinding batu ini jugabertuliskan "Berlutut tiga kali menyembah sembilan kali!"Giok liong harus menekan rasa gusarnya, terpaksa ia majuberlutut dan menyembah, dinding batu ini juga bergeraksecara otomatis amblas kedalam tanah, Demikian Giok-liong

harus melewati sembilan dinding batu semacam ini. Dari lapiskelapis dinding ini tulang-tulang kerangka yang dilihatnyasemakin sedikit dan pada lapis kedelapan sudah tiada sekerattulangpun yang dilihatnya, ini menandakan bahwa belumpernah ada seorang juapun yang bisa sampai mengembalikankakinya dilapis kedelapan - kesembilan.Giok-liong sendiri sudah pasrah nasib dan percaya pastimati, sebab ia sendiri sudah terkena racun jahat, makasepanjang jalan tiada henti-hentinya ia patuh dan berlututtujuannya hanyalah ingin menemui penghuni lembah ini untukminta penjelasan.Begitu dinding batu lapis sembilan terbuka, kontan hidungGiok-liong dirangsang semacam bebauan yang wangisemerbak dihadapannya terbentang pula sebuah ruang batu,Tapi ditengah ruang batu itu terlihat duduk bersila seorangberpakaian pelajar yang cakap berusia bertengahan.Pelajar pertengahan umur ini berwajah bersih angker danagung, dudut tenang sambil memejamkan kedua matanya,Tangan kanannya diangkat lurus kedepan dengan sikut sedikitditekuk kedalam, diantara kedua jari-jari tengah menjepitselembar kain sutra warna putih.Begitu melihat orang ini timbul rasa hormat dalam benakGiok-liong, batinnya: "pelajar pertengahan umur ini mungkinadalah penghuni lembah putus nyawa ini, sungguh takterduga usianya masih begitu muda..." dalam membatin inisegera ia sudah berlutut dan menyembah serta serunya:"Wanpwe Ma Giok-liong, memikul dendam kesumat danmasuk kemari untuk mencari ayah, untuk kelancangan manaharap cianpwe suka memaafkan serta harap diberi sedikitpetunjuk." setelah berkata ia bangkit berdiri.Lama sekali tiada kelihatan suatu reaksi Mendadak badanpelajar pertengahan umur itu pelan-pelan mundur kebelakang,kain sutra yang terjepit di jari tangannya itu melayang jatuh

didepan kaki Giok-liong. Tersipu-sipu Giok liong membungkukbadan menjemput kain sutra itu, dengan seksama ia bacatulisan yang tertera diatas kain sutra putih itu: "Akumengasingkan diri dalam lembah ini sudah selama dua abad,kau adalah satu-satunya manusia persilatan yang dapatmenghadap kemari selama dua abad ini, sikapmu luhur tahutata kehormatan pula, memang harus dipuji, setelah membacasurat ini, segeralah kau berlutut dan menyembah maju sampaikehadapanku."Sutra putih dengan tulisan bak hitam seperti baju sajaditulis, ini tak mungkin benda peninggalan pada dua abadyang lalu, apalagi makna dalam tulisan itu sedemikian takaburdan angkuh sekali.Giok-liong membatin : "Watak orang yang kelihatan luhurdan bersih, seperti tiada maksud hendak mencelakai aku. Tapimenurut katanya aku adalah orang pertama yang mampusampai ditempat ini, bukan mustahil ayah . . ."Tak berani ia banyak berpikir pula, setelah berlutut waktuia angkat kepala lagi pelajar pertengahan itu sudah mundursampai puluhan tombak jauhnya baru berhenti. Tanpa raguragulagi segera Giok-liong berlutut dan menyembah berulangkali sambil merangkak maju sampai dihadapan tempat dudukpelajar pertengahan umur itu.Luka-luka pada pahanya itu sebetulnya sangat parah, kiniharus menjalani sedikit siksaan badaniah lagi, kekuatantubuhnya menjadi semakin kendor dan sampai akhirnya sudahtidak kuat bertahan lagi.Tiba-tiba secarik kain sutera melayang jatuh lagididepannya, dimana tertulis: "Duduklah bersila dihadapanku,himpunlah semangat dan semadilah, selama satu jam!" tulisanini bernada memerintah tak bisa tidak harus dituruti.

Giok-liong menjadi dongkol, tapi ia turuti saja apa yangdiperintahkan mulailah ia duduk bersila menghimpunsemangat mengatur pernapasan sampai akhirnya ia tidak ingatspa-apa lagi.Tiba-tiba jalan darah Bing-bun-hiat terasa linu, lantassejalur hawa hangat merembes masuk dari kepalanya terusmenerjang masuk kemana-mana, seketika itu dia lantaskehilangan kesadaran, Lama dan lama kemudiaa baru diasiuman kembali.Baru saja ia membuka mata lantas terasa badannya segarbugar, semangatnya berkobar menyala-nyala, rasa capai danlelahnya hilang lenyap seluruhnya, Waktu ia angkat kepalaentah kapan pelajar pertengahan umur itu telah mundur lagisetombak jauhnya.Didepan bawah kakinya terbentang secarik kain sutra lagiyang bertuliskan: "Kau sekarang telah membakal Lwekangselama ratusan tahun, kau ada jodoh masuk perguruanmenjadi muridku. Aku bernama Pang Giok bergelar To-ji."Begitu membaca habis tulisan itu kaget Giok liong bukankepalang, Kiranya pelajar tengahan umur dihadapannya, iniadalah To-ji Pang Giok salah satu dari Ih-lwesu-can yang telahmenggetarkan dunia persilatan, pada dua abad yang lalu.Setelah hilang rasa kagetnya, tersipu-sipu Giok liongmerangkak maju serta berlutut dihadapan To-jin Pang Giok,dengan rasa haru dan kegirangan, ia menyembah sertaberkata sambil mengalirkan air mata: "Guru diatas terimalahsembah sujud murid ini."Sebuah suara yang kalem halus seakan-akan diucapkandipinggir telinganya tapi juga seperti terdengar dari kejauhanberkata: "Anak baik, sepanjang jalan masuk gua ini sungguhmenyusahkan kau saja, lekaslah bangun!"

Tersipu-sipu Giok-liong angkat kepala dilihatnya wajah TojinPang Giok mengulum senyum manis, pelan-pelan keduamatanya terbuka lalu menatap tajam kearah muka Giok-liong.Giok-liong jadi membatin, "Ai, orang ini sudah hidup sekianlamanya. tapi masih kelihatan sedemikian muda, betapa tinggiilmu silatnya pastilah sudah mencapai kesempurnaannya."walaupun tengah berpikir tapi kakinya tak berani gerakbangun.Segera To-ji Pang Giok mengulurkan sebelah tangannyayang putih laksana batu giok mengusap-usap kepala Giok-Iiong, ujarnya: "Anak baik, bangunlah, jangan kau terpakudisitu saja, apa tidak lelah dan sakit kakimu!"Giok-liong menyembah lagi serta berkata "Terima kasihSuhu, Tecu Ma Giok-liong menyampaikan sembah sujud."habis memberi hormat baru dia bangkit berdiri, sesaat To-jiPang Giok mengawasinya dengan seksama, lalu berkata:"Giok-liong cara bagaimana kau bisa sampai memasukiLembah putus nyawa ini?"Giok-liong menyahut: "Murid tengah mencari jejak ayah,juga ingin belajar ilmu silat untuk menuntut balas""Siapakah nama ayahmu?""Aku..,.....aku tidak tahu."To-ji Pang Gi,ok tercengang, dengan sorot mata yang anehia pandang Giok-liong lalu katanya: "Semua orang yangpernah masuk kedalam lembah ini, semua aku mengetahuinamanya, tapi tiada seorangpun yang she Ma."Tergetar perasaan Giok-liong, tanyanya mendesak:"Apakah betul?"To-ji tersenyum, ujamya: "Masakah gurumu ini menipukau!"

"Lalu... bukankah Sip-hiat-ling Toan-Bok-ki juga masukkedalam lembah ini?"Giok-liong berseru kaget kepala terasa puyeng matapunberkunang-kunang. Batinnya: "Apakah selama dua abad initiada seorangpun yang masuk ke dalam Lembah putus nyawaini? Lalu kemanakah mereka telah pergi?""Giok-liong." tanya To ji dengan sungguh-sungguh, "Kauada dendam sakit hati apa, mengapa tanpa hiraukankeselamatan jiwa sendiri menempuh bahaya hendak mohonbelajar kepandaian dalam lembah putus nyawa ini?"Jilid 02Jawab Giok liong sambil menunduk: "Tecu hidupberdampingan bersama ibu sejak kecil, orang tua tewasdengan mengenaskan dalam tangan para musuh yang kejam .. ." tak terasa air mata mengalir deras membasahi pipi."Anak baik," ujar To-ji sambil mengusap-usap kepala Giokliong,janganlah bersedih mari ikut aku." habis berkata iaberputar tubuh terus berjalan kearah dinding kiri sebelah sanadengan langkah tegap dan tenang.Glok-liong mengintil dibelakangnya sambil mengusap airmatanya waktu dekat dengan dinding batu, tampak To-jimengulur tangap jarinya menekan sebuah tombol disebelahkiri, segera terbukalah sebuah pintu. Belakang pintu ini adalahsebuah ruangan batu juga yang berhawa sejuk dan lebar, diatas dinding sebelah kanan berlukiskan tiga gambar orang,sedemikian indah dan menakjubkan gambar itu bagai hidupsaja. Ketiga gambar menunjukkan gaya yang berlainan.Kata Pang Giok kepada Giok-liong: "inilah tiga juruspelajaran dasar dari perguruan kita, bagi yang baru belajarharus menyelaminya dengan seksama dan tekun, selanjutnya

masih banyak dan rumit pelajaran lain yang harus kau pelajari!" selanjutnya dengan sabar sejelas-jelasnya ia terangkanketiga jurus pelajaran dasar itu.Setelah diberi penjelasan baru Giok-liong maklum, kiranyaketiga jurus dasar pelajaran dasar kepandaian yang harusdipelajari ini ternyata adalah ilmu yang bernama Sam- ji- cuihunchiuyang telah menghilang selama ratusan tahundikalangan Kangouw.Jangan dikata hanya tiga jurus saja, namun dalam jurusada jurus tersembunyi tipu-tipu lihay lagi, ini benar-benarpelajaran yang rumit dan dalam sekali dasarnya.Giok-liong memang seorang bocah cerdik sudahmempunyai bekal Lwekang murni yang lumayan pula,ditambah penyaluran tenaga dalam ratusan tahun dari PangGiok tadi, kondisinya sekarang sudah dapat menyamai tokohtokoh silat kelas tinggi di Bulim, sekarang setelah mendengarpenjelasan To-ji yang mendetail, meski belum dapatmemahami seluruhnya sedikitnya separoh dari inti pelajaransudah dapat dicukup dalam benaknya.Jurus pertama bernama : "Cin-chiu," jurus kedua adalah"Hoat-bwe" dan yang ketiga adalah "Tiam-ceng." Ketiga jurusini masing-masing mempunyai keistimewaannya sendirisendiri.Menurut pesan dan petunjuk To-ji Giok-liong terusmenyelami dengan tekun dan mempelajarinya dengan giat takmengenal lelah. Akhirnya gerak tubuh serta langkah kakinyajuga sudah semakin teratur dan akhirnya sudah apal diluarkepala, tapi badannya juga sudah basah kuyup oleh keringat.Entah kapan tahu-tahu To-ji sudah tak berada lagi dalamruang batu itu, tinggal Giok-liong sendirian yang masih giatberlatih dengan kepala penuh keringat. Beberapa lamakemudian tiba-tiba kepalanya terasa berat dan pusing sekali,hawa murni dalam tubuhnya juga lantas mengalir balik terusmenerjang dengan kerasnya, saking kejut dan takut, segera ia

menghentikan latihannya, batinnya: "Celaka," sungguh taknyana bahwa sam-ji cui-hun-chiu ini ternyata terlalu banyakmengulas tenaga murni orang . . . . " tengah berpikir itu,badannya sudah tak kuat bertahan Iagi, segera ia dudukbersila dilantai pejamkan mata menghimpun semangatmengerahkan hawa murni untuk memulihkan tenaganya.Mendadak terdengar kata-kata To ji terkiang dipiaggirtelinganya: "Nak, bertahamlah."Lalu terasa segulung tenaga hawa yang hangat seperti baramencurah memasuki badannya melalui ubun-ubun kepalanya.Dan bersamaan dengan itu segulung arus hawa murni yangdingin seperti gulungan es menerjang masuk juga melaluijalan darah Bing-bun-hiat.Keadaan Giok-liong sudah sangat lemah, seluruh hawamurninya sudah terkuras habis, begitu dituangi dua jalur hawamurni yang bertentangan ini, terus menerobos dan menerjangkesegala urat nadi dan sendi-sendinya secepat air bah, keruansakitnya luar biasa seperti disiksa, mata sampai berkunangkunang.Tapi dasar wataknya keras dan teguh pendirian, sambilmengertak gigi ia terus bertahan tanpa mengeluh sedikitpun.Setelah hawa panas dingin bergabung dan dapat lancarberputar sebanyak tujuh putaran dalam seluruh tubuhnya,mendadak seperti satnberan geledek kedua jalur hawa yangberbeda itu berpencar lagi terus mengembang kekiri-kananlangsung menerobos kejalan darah Ji-ti jalan darah terpentingbagi mati hidup manusia."Bus." terdengar getaran yang agak ringan, seketika Giokliongrasakan seluruh badan seperti ditusuki beribu jarum,sakitnya sampai menyusup ketulang-tulangnya, seolah-olahseluruh badannya telah dirobek-robek sampai dedel dowel.

Tak kuat lagi segera mulutnya terpentang terus memuntahkansegumpal darah segar.Pada saat itu juga kedua gulungan hawa panas dingin itukontan lantas bergabung menjadi satu terus berubah menjadihawa yang hangat halus berputar dan merembes keseluruhbadan dengan pelan-pelan dimana hawa hangat ini lewat, rasasakit segera hilang dan badan semakin bertambah segar.Lambat laun seluruh kesegarannya telah pulih kembali danmemasuki kealam sejadinya yang tak irfat segalanya lagi.To-ji Pang Giok sendiri tampak duduk bersila disampingGiok-Iiong, jidatnya basah oleh keringat, wajahnya jugasedikit pucat tangannya merogoh kedalam sakunyamengeluarkan sebuah pulungan kecil dituangnya dua butir pilwarna hijau, sebutir dimasukkan kedalam mulut sendirisedang sebutir yang lain dijejalkan ke mulut Giok-liong, Lalu iasendiri juga menghimpun semangat mulai latihan dalamsemadinya.Entah berapa lama berselang Giok-liong baru siunaan,begitu kedua matanya dibuka, dua sorot tajam bagai kilatmemancar keluar dari kedua biji matanya, tapi juga hanyasekejap saja terus berganti sinar tajam yang penuh wibawa,membuat orang tak berani beradu pandang secaraberhadapan. pelan-pelan ia bangkit berdiri, terasa seluruhtubuhnya segar bugar, hawa hangat yang menyegarkan ituterus berputar-putar dan mengalir didalam badanWaktu ia memandang ke sekelilingnya, bayangan To-jisudah tak kelihatan lagi, Di-bawah kakinya terletakseperangkat pakaian yang bersih, sedang baju yangdipakainya itu sudth basah oleh keringat dan kotor sekali.Sekonyong-konyong suara To ji terdengar berkata:"Dibelakang ruang batu ini ada sebuah empang, kau harusmerendam diri dan bersemadi dalam air empang itu selama

dua belas jam, lalu kau nantikan petunjuk gurumuselanjutnya." Blang " suaranya keadaan menjadi sunyi senyap.Sebuah suara keresekan terdengar, terbuka pintu disebelah samping kanan sana, kontan terasa hawa dingin yangmenusuk tulang menghembus masuk kedalam ruang batu ini,Memang di belakang ruang batu ini terdapat sebuah empangseluas satu tombak.Giok-liong segera menekuk lutut serta berseru lirih: "BudiSuhu yang besar ini, Tecu menghaturkan banyak terima kasih,terimalah sembah sujud Tecu!" -habis berkata ia menyembahsembilan kali, setelah itu baru menanggalkan pakaian danturun kedalam air.Air dalam empang ini ternyata sedemikian dingin seolaholahdapat membekukan darah. Cepat-cepat Giok-liongmengerahkan hawa murni untuk bertahan, lambat laun rasadingin itu mulai terusir keluar dari tubuhnya. Begitulah denganduduk semadi lambat laun Giok-liong sudah mengerahkanseluruh tenaganya sampai pada puncak tertinggi tapi masihsulit menahan serangan hawa dingin itu, untung suhu hangatmasih mengembang dalam badannya, sehingga tubuhnyamasih kuat bertahan sekian lama.Dua belas jam kemudian baru Giok-liong perlahan-lahanberdiri dan keluar dari empang. Hawa murni dalam tubuhnyasudah kokoh dan karena pengerahan pada puncak tertinggiuntuk bertahan terhadap serangan dingin itu. Setelah keluardari empang, dipakainya pakaian yang telah disediakan olehTo-ji itu.Tiba-tiba terlihat dinding batu bergeser, To-ji Pang Gioklantas melangkah masuk sambil mengulum senyum.Cepat-cepat Giok-liong-berlutut memberi hormat sertakatanya: "Suhu diatas, terimalah hormat Tecu ini!"

Ujar To-ji tertawa: "Baik, bagus sekali, sudah tak usahbanyak peradatan!" habis berkata ia tertawa riang, lalusambungnya: "Anak Liong. apa kau tahu betapa tinggi latihanLwekang yang telah mengeram dalam badanmu itu."Giok-liong menggeleng, sahutnya: "Tecu tidak tahu!""Kau sekarang sudah mempunyai dasar latihan Lwekangselama seabad lebih, dalam kalangan Kangouw sekarahg initokoh yang dapat melawan kau sudah sangat sedikitjumlahnya."Karuan girang Giok-liong bukan main, cepat-cepat iaberlutut dan menghaturkan terima kasih lagi: "Terima kasihakan budi Suhu yang telah menyempurnakan Tecu! "To-ji diam-diam saja menerima sembah sujudnya tiga kali,lalu katanya lagi: "Hawa murni yang mengeram dalamtubuhnya itu merupakan pelajaran tunggal dari golongan kitayaitu "Ji-hua" yang dinamakan "Ji-lo" merupakan hawa murniyang paling lurus dan mandraguna, Kuharap kau dapatmenyesuaikan diri dalam segala tindak-tandukmu kelak,janganlah kau mengecewakan harapan suhumu yang susahpayah ini !"Didengar dari nada perkataannya ini, agaknya adamaksudnya yang hendak segera menyuruh Giok-liongmeninggalkan lembah putus nyawa ini.Hati Giok liong menjadi terharu, ujarnya perlahan: "tecupaham !"To ji tersenyum, tanyanya : "Anak Liong, apakah kau tahuada berapa tokoh-tokoh silat yang dulu sejajar dalamtingkatan dengan Suhumu?"Sebentar Giok-lioag berpikir, lalu sahutnya: "Ada Kim-lengcu,Pat-ci-kay-ong dan Hoat-ceng yang termasuk daiam IhTIRAIKASIHWEBSITE http://kangzusi.com/lwe-su-cun, Masih ada lagi Thian-lan-sam yau, Mo-pak it-jandan majikan pulau tanpa bayangan di Lam-hay."To jin manggut-manggut, ujarnya: "Benar, tapi masih adaseorang yang paling lihay belum kau sebutkan."Giok liong terperanjat tanyanya: "Siapa dia?""Hiat-eng-cu, Congcu dari Hiat-eng-bun!" Giok-Iiong belumpernah dengar akan nama ini, tapi dia juga tidak beranisembarangan tanya, tanyanya lebih lanjut: "Apakah merekamasih belum menjadi dewa?"To ji menghela napas, ujarnya : "Gurumu juga tidak jelas,setelah turun gunung kau harus hati-hati, pelan-pelan kauresapilah pelajaran Sam-ji-cui hun chiu itu dalam praktek. Akumasih ada satu urusan yang harus kuselesaikan, bersama itujuga perlu menuju keluar lautan untuk mencari bahan-bahanobat untuk membantu kau melatih badan yang kuatseumpama badan baja yang tak tembus senjata sebagai muridahli waris-ku !"Bukan kepalang rasa haru dan terima kasih Giok-liong, airmeleleh dengan deras, katanya sesenggukkan sambilmendekam ditanah : "Budi besar Suhu ini, seumpamabadanku hancur lebur juga sulit membalasnya."To-ji tertawa lagi, ujarnya: "Anak bodoh, ini semuatergantung dari kerajinan latihanmu, kalau tidak betapapungurumu takkan menerima seorang murid yang jahat danburuk, maka dalam berkecimpung didunia persilatan ini kauharus mengutamakan "Lurus" dan tegak dalam keadilan dankebenaran. Kalau sebaliknya janganlah kelak kau mengatakanbahwa gurumu berlaku kejam terhadapmu, bukan saja haruskupunahkan kepandaianmu jiwamu juga harus dicabut !"Mendengar petuah serta ancaman gurunya ini tanpamerasa Giok liong sampai merinding segera ia menghentikantangisnya serta sahutnya: "Tecu pasti tidak berani!"

"Gurumu percaya kau takkan berani berbuat begitu . . ."lalu dirogohnya keluar sebatang seruling batu giok bewarnaputih mulus yang mengeluarkan cahaya kemilau, seruling itudiangsurkan kepada Giok liong serta katanya: "seruling inibernama Jan-hun ti."Tergetar hati Giok-Hong mendengar nama seruling itu, Janhunti atau seruling samber nyawa adalah merupakan sebuahbenda antik yang sangat tua usianya, Seruling ini selamaratusan tahun selalu menjadi incaran dan idaman setiaptokoh-iokoh silat, senjata sakti mandraguna yang telahmenghilang ratusan tahun yang Ialu itu ternyata beradaditangan To-ji Pang Giok.Bukan saja seruling samber nyawa ini adalah senjata kunoyang sakti mandraguna, malah konon kabarnya didalamnyaada terpendam suatu rahasia besar dunia persilatan.Pemilik utama dari seruling samber nyawa ini adalah Janhuncu, Jan-hun cu sudah sempurna pelajaran agama dansudah menjadi dewa pada ribuan tahun yang lalu, intisaripelajaran ilmu silatnya semua terpendam dalam serulingpusaka ini.Selama ribuan tahun ini seruling sakti ini hanya pernahmuncul satu kali, biarpun satu kali tapi cukup menimbulkanburu-hara serta kekacauan yang besar, dimana-mana terjadipembunuhan kejam untuk memperebutkannya sehingga kaumpersilatan tidak bisa hidup tentram, akhirnya seruling pusakaini menghilang pula tanpa diketahui jejak, dan sejak itu belumpernah muncul lagi.Dengan tersenyum lebar To ji menyerahkan seruling itu,ujarnya: "seruling ini ada serangkaian jurus hawa murni yangmelandasinya, dalam jaman ini tiada seorangpun yang dapatmenggunakan. Pada ratusan tahun yang lalu secara kebetulangurumu memperoleh seruling ini, dengan landasan Jilo dariperguruan kita kuciptakan ilmu Jan hun-su sek, ilmu ini cukup

hebat dan besar perbawanya tapi juga cukup ganas, kauharus mempelajarinya dengan baik-baik sebelum turungunung."Saat itu juga ia turunkan pelajaran Jan-hun-su sek itukepada Giok-liong, Makna dari pada pelajaran keempat jurusitu terdiri dari masing-masing kejut hati kehilangan sukma,putus nyawa sukma tersiksa."Sebetulnya kedelapan kata itu setiap suku katanyamerupakan salah satu jurus yang tergabung menjadi tipupukulan, kalau digabung lagi maka perbawanya semakinhebat, tiada seorangpun yang bakal kuat bertahan dariserangan rangkaian ini.Tanpa mengenal lelah dengan giat Giok-liong mempelajarikeempat jurus serangan yang lihay ini, sepuluh hari kemudianbaru dia selesai mencakup seluruh intisari pelajaran empatjurus tipu-tipu dari Jan-hun-su-sek itu.Sete!ah Giok-Iiong benar benar sudah lancar dapatmempergunakan pelajarannya ini baru To-ji memberi pesansupaya dia memasuki sebuah ruangan batu lain, setelahmereka duduk berhadapan, barulah To ji membuka katadengan nada serius: "Anak Liong, kau sudah tahu peraturanperguruan kita belum ?""Tecu masih belum tahu !""Setia serta kebajikanlah yang diutamakan, dengan jiwayang lurus dan hati yang murni baru kau dapat menegakkanperaturan yang keras ini."Giok-Iiong mengiakan."Setelah kau turun gunung, jangan sekali-kali sembarangankau tunjukan seruling samber nyawa ini kepada orang lain,Kalau tidak kau akan menghadapi banyak kesukaran. Setelahkau berkelana di Kangouw bila ada perlu, carilah majikan

Pulau tanpa bayangan di Lam-hay, dia seorang sahabatkuyang paling kental, dari mulutnya kau akan tahu beritamengenai gurumu, carilah tahu tentang keadaan Kim leng cuapakah dia masih hidup, jika masih sehat walafiaf, kau harusberdaya upaya untuk bertemu dengan dia, beritahulahkepadanya: "Sampai mati baru asmara terbawa kubur, lilinluluh baru air mata kering." segera dia akan tahu siapa kauadanya, pasti dia pesan kepadamu untuk aku. Dan lagi kauboleh beritahukan alamat ku ini kepadanya."Setelah itu, tak lupa To ji berikan keterangan tentang asalusul serta wajah muka serta keistimewaan semua tokoh-tokohternama. Diberikan pula sebuah senjata berupa pena yangmemancarkan sinar kekuningan, panjang senjata berbentukpotlot setengah meter, katanya: "Walaupun potlot emas ini taksebanding dengan seruling menyiksa sukma, senjata ini sudahbertahun tahun mengikuti gurumu berkelana di Bulim, carapenggunakannya adalah jurus-jurus tipu dari gerakan dasarJan-hun-su-sek itu, semua sekandung dalam delapan gerakantangan, cara menggunakannya kau sudah bisa.Potlot ini mempunyai asal usulnya tersendiri masih adalagitiga potlot emas kecil sepanjang tiga inci, potlot-poilot kecil inimerupakan pertanda chas dari sepak terjangku semasa mudadulu." lalu diserahkan juga sebuah buntalan sederhana, sertapesannya: "sekarang pergilah, kelak aku akan mencarimusendiri."Perasaan Giok-liong menjadi haru dan bergelora, namunsekuatnya ia tekan perasaan ini serta katanya: "Suhu, aku , ,.." akhir nya tak terelakkan lagi dua titik air mata melelehmembasahi pipinya.To-ji tertawa dingin, katanya: "Anak bodoh, lekaslahberangkat, Kaum persilatan telah menanti kau untukmenegakkan keadilan dan kebenaran!"

Giok liong memaksa untuk tertawa, setelah menyeka airmata dipipinya dia berkata: "Suhu harap terimalah hormatTecu yang terakhir ini." habis memberi hormat cepat-cepat iaberdiri terus memutar tubun melangkah lebar keluar ruangbatucWajah To ji yang kelihaian bersih berwibawa itu jugakelihatan sedikit murung dan berat, berapa tahun sudah barusekarang angan-angannya terkabul memperoleh seorangmurid yang mencocoki seleranya, baru berkumpul beberapalama saja sekarang sudah harus berpisah lagi tak tertahan iaberteriak memanggil: "Giok liong!"Giok-liong segera berpaling, sahutnya: "Suhu, ada apa?"Dengan tajam Toji memandang, wajahnya sekian saat barubicara: "Semua jebakan rahasia dalam lembah gua ini sudahkututup kau boleh keluar mengembangkan Ginkang!"Giok liong mengiakan sambil membungkuk. Belum hilangsuaranya berkelebatan sebuah bayangan putih secepat anakpanah dan seringan asap Giok-liong sudah melesat berlarikencang menuju keluar lembah.Dengan mengembangkan pelajaran Gin-kang perguruannyayang dinamakan Leng hun toh ( melampaui awanmengembang ) tubuhnya seperti angin melayang sekejap sajasudah melewati jalan-jalan rahasia yang terpenting dilembahputus nyawa itu, dan dilain saat ia sudah berada diluarlembah.Selepas pandang, dilihatnya selokan setan masgul masihseperti sedia kala, kabut tebal masih meliputi seluruh alamsekitarnya angin pegunungan yang dingin juga ributmenghembus keras. Tiba-tiba terkiaug pesan To ji yang wantiwanti:"Anak Liong, jagalah dirimu baik-baik sepanjang jalan,segeralah berangkat gurumu hendak menutup seluruh jalanmasuk lembah ini. Kelak kalau kau datang lagi, bilamana

mulut lembah belum terbuka, itu tandanya bahwa Suhu belumkembali!"Giok liong maklum bahwa gurunya meng gunakan ilmuCian li thoan-im (mengirim suara ribuan li) untuk bicaradengan dirinya, maka segera menggunakan ilmu yang samauntuk menjawab "Tecu sudah tahu." selanjutnya ia bertanyalagi: "Suhu, kapan kau orang tua kembali kedalam lembah?""Perjalanan ini sulit ditentukan, kapan aku pulang tidakpasti, Waktu mulut lembah terbuka, gurumu pasti ada didiamiSudah lekaslah berangkat, lekas berangkat.""Tecu terima perintah." sahut Giok-liong sambilmembungkuk lagi.Begitu menyedot hawa dalam-dalam menghimpun hawamurni, kakinya terus menjejak tanah melesat kearah sebuahbatu gunung yang menonjol keluar diieberang sebelah sana,jaraknya tidak kurang dua puing tombak lebih, namun denganringan sekali tubuhnya meluncur seperti snnk i anah, Sungguhdiluar perhitungannya begitu pesat lurcuran tubuhnya iniseperti kilat saja melambung ditengah kabut, terpaksa ia harusmenekuk tubuh dan meliukkan badan seperti seekor bangausaja tubuhnya segera meluncur turun tepat diatas ngaraisukma gentayangan."Oh, Tuhan," Hampir saja ia berteriak saking tak tahanmenahan rasa girang yang meluap-Iuap. Hanya sekali jejakankakinya saja ternyata sekarang dirinya mampu melompatijurang yang lebarnya tiga puluhan tombak ini. Benar-benarsuatu hal yang mustahil bila dibayangkan masakah mungkintenaga manusia dapat mencapainya ?Teringat waktu datang, betapa ia harus memeras keringatmengalirkan darah serta menghabiskan seluruh tenaganyabaru dapat melampaui selokan setan masgul ini dan masukkedalam Lembah putus nyawa.

Siapa akan menduga hanya beberapa hari saja sekarangdirinya sudah dapat melewati jurang yang berbahaya ini hanyasekali lompat saja.Anugrah Suhu terhadap dirinya sungguh besar dan taktenilai, sekian lama ia berdiri terpesona saking senang,hampir-hampir ia sendiri tidak percaya akan kenyataan ingindia membuktikan apakah dirinya benar-benar sudahmelampaui selokan setan masgul ini !Tak kira begitu ia memutar tubuh seketika ia berdiritertegun, Kabut masih tebal angin masih ribut tapi bekasbekasatau bayangan jalan pendek nyawa itu kini telahmenghilang ? Demikian batu besar itu juga telah menghilangtanpa bekas, Ngarai disebrang sana juga sudah tidak kelihataniagi, hanya tinggal lereng gunung yang menjulang tinggikeangkasa, tiada celah-celah yang merekah yang telahdilewati tempo hari. Hanya dalam sekejap mata itu saja,seluruh jalan yang menuju ke Lembah putus nyawa sudahtertutup rapat.Hati Giok liong serasa mencelos dan gegetun, Dengan bekalLwekangnya sekarang, untuk malang melintang di Kangouwmenuntut balas pasti bukan persoalan yang berat. Tapisebuah jalanan pendek nyawa yang besar itu, sekejap sajamenghilang tanpa suara tanpa diketahui kapan jalanan itulenyap.Bangunan alat-alat rahasia semacam ini benar-benarsangat menakjubkan. Tidak usah dibuat heran sedemikianbanyak tokoh-tokoh Bulim yang terjungkal dan menemuiajalnya dalam lembah putus nyawa ini. Untuk selanjutnyadirinya harus berlaku waspada dan hati hati berkelana diduniapersilatan supaya tidak sampai kena terbokong.Baru lenyap pikirannya, mendadak dipinggir telinga sepertiada orang berkata riang: "Giok-liong, lekaslah turun gunung,gurumu juga segera akan berangkat !"

Giok liong tergagap, cepat ia berpaling kearah datangnyasuara, terlihat ditengah keremangan kabut tebal samar-samarberkelebat sebuah bayangan putih terus hilang di telan kabuttebal, dari kejauhan sayup-sayup terdengar pula suara To-jiberkata:"Hati-hatilah menjaga dirimu dalam perantauan !" habissuaranya orangnya juga sudah jauh beberapa li."Tecu tahu !" sahut Giok-liong hormat, dimana tubuhnyamelenting berubah segulung bayangan putih terus meluncurkebawah dari ngarai sukma gentayangan ini. setelah sampaidikaki gunung hatinya menjadi hampa dia celingukan kiankemari, tak tahu dia kemanakah dirinya harus menuju, pelanpelankakinya melangkah tak terasa ia beranjak melalui jalanyang pernah dilalui tempo hari waktu datang.Ditengah jalan ia berpikir: "Baiklah, terlebih dulu aku haruskembali keruman gubuk yang telah terbakar menjadi puingitu," teringat akan rumah, sakit hati yang sekian lama sudahterpendam dalam hatiaya mulai berkobar lagi.Tragedi berdarah akan masa yang lalu kembali terbayangdikelopak matanya, hatinya mengeluh dan berteriak: "Bunuh,berantas habis semua iblis laknat yang jahat itu . . ."Wajahnya tidak menunjukkan sesuatu expresi yang luarbiasa, namun gerak tubuhnya melesat semakin pesat susahdiukur kecepatannya menuju kearah ngarai tempat tinggalnyadulu. Tiba-tiba sebuah persoalan lain timbul dalam benaknya.Ke-manakah ayah telah pergi?Bukankah Hwe-thian-khek Ma Hun dari laut utara itu jugashe Ma? Dan lagi iblis nomor wahid paling kejam, membunuhorang tanpa berkedip Sip-hiat-leng Toan Bok-ki kemana puladia pergi? Kesan semua orang dunia persilatan adalah bahwamereka berdua sudah mampus didalam lembah putus nyawa.

Tapi suhunya, majikan lembah putus nyawa ini memberitahu bahwa ketiga orang itu hakekatnya tidak atau belumpernah memasuki lembah yang bertuah ini.Kemanakah mereka telah pergi? Tak tertahan hatinyaberdenyut bertanya-tanya, Apakah mungkin menghilangnyaketiga tokoh kenamaan itu merupakan suatu muslihat yangkeji dalam kalangan persilatan? jikalau dugaannya inikenyataan, itu sungguh berbahaya dan menakutkan. Tapikalau diselami lebih lanjut dugaannya ini juga banyakkelemahannya dan tak mungkin bisa terjadi. Sebabkepandaian silat dan kecerdikan ketiga tokoh-tokoh lihay itusangat tinggi, betapapun juga mereka takkak semudah itukena tertipu atau terjebak.Pikir punya pikir badannya masih berlaju, terus berloncatandidaratan pegunungan yang tidak rata dengan tanah penuhditaburi salju tebal, Tatkala itu tanpa merasa Giok-liong sudahkembangkan gerak tubuh Leng-hun-toh sampai sepuluhbagian tenaganya, sebuah bayangan putih laksana asapberkelebat seperti bayangan tanpa ujud saja melintas secepatkilat diatas pegunungan yang memutih sampai tak dapatdilihat tegas dengan pandangan mata biasa.Tak lama kemudian jauh-jauh ngarai tempat tinggalnya itusudah kelihatan. Tanpa merasa darah bergejolak dalamrongga dadanya, semakin cepat kakinya bergerak luncurantubuhnya semakin pesat terus melesat- keatas ngarai itu.Tiba- tiba di dapatinya bahwa diatas ngarai itu adabayangan orang tengah bergerak -gerak terus berkelebatmenghilang. Kontan timbul kewaspadaan dalam benak Giokliong,Besar kemungkinan pihak Kim i-pang atau Hiat-hongpangmasih meninggalkan anak buahnya untuk menjagadiatas sana. Dengan beberapa kali loncatan lagi, Giok-liongsudah sampai dibawah bukit terus sembunyi dibawah tebingngarai itu.

Samar-samar terdengar sebuah percakapan tengahberkata: "Lo-ong, araknya masih ada tidak?""Keparat, mana bisa ada arak? Tapi dalam dua hari inikomandan piket pasti akan lewat disini, mungkin beliau akanmenghadiahi dua guci arak kepada kita.""Ai, nenekmya kedudukan kita dikalangan Kangouw jugacukup disegani, tak nyana kita malah mendapat tugas untukberjaga ditempat dingin semacam ini untuk menunggu orokkecil yang tak berguna.""Hei, menurut pendapatku saudara Tan meskipun tugas iniagak menyiksa kita, tapi siapa tahu kalau kita bisa ketibanrejeki, benar-benar orok kecil itu muncul dan dapat kitaringkus, bukankah merupakan pahala besar, Saat manabukankah pangkat kita akan naik beberapa tingkat palingrendah juga menjadi Tocu, saat itu apa yang kita inginkanpasti kesampaian bukankah sangat menyenangkan.""Ai, memang gampang diucapkan, jangan jaga punya jagayang datang malah malapetaka yang bakal menghabisi jiwakita, jangan kata dapat makan enak, celakalah kalau jiwasendiri melayang.""Sudahlah, mengandal kebesaran Hiat-hong-pang kita,siapa yang berani mengusik kepada kita? Apalagi setan kecilitu sudah terjungkal kedalam jurang, meskipun jenazah-nyatidak ketemu, tapi betapa keras tulang tulangnya, seumpamadapat ditolong orang saat ini juga tengah menyembuhkanluka-lukanya itu, mana mungkin ada malapetaka pencabutjiwa apa segala.""Itu juga belum tentu, siapa tahu...""Siapa tahu dewa elmaut sekarang telah datang!"demikianlah sebuah suara dingin mendadak menyentakpembicaraan mereka.

Ketika anak buah Hiat hong pang sebetulnya tengah dudukmengobrol didepan pintu gubuk yang baru mereka bangunlagi, begitu mendengar suara ini bukan kepalang kejutmereka.Waktu angkat kepala, tampak terpaut lima kaki disampingmereka berdiri angker seorang pemuda berpakaian jubahputih panjang seperti seragam pelajar umumnya, matanyatajam beringas menatap kearah mereka.Meskipun suara pemuda ini dingin dan mengejutkan tapiwajahnya sedemikian halus dan ganteng, Demikian jugaketajaman kedua matanya bersinar terang seperti kilat, tapitiada sorot kewibawaan yang menusuk hati sebagai orangyang pernah belajar silat.Kedua arak buah Hiat-hong-pang she Tan dan she Ong itusaling pandang sebentar, lantas tertawa gelak-gelak, sambiltertawa orang she Ong menunjuk si pemuda pelajar katanya:"Hahahaha, mengandal kau ini ? Mengandal kau anak masihberbau bawang?"Habis berkata mereka berkakakan lagi dengan temberang,Pemuda pelajar ini bukan lain adalah Ma Giok liong yang barusaja tiba dari Lembah putus nyawa, sikapnya tetap dinginmemandangi kedua antek Hiat-hong pang tertawa mengejeksepuasnya.Tiba-tiba ia membuka suara lagi: "Sudah puas belumtertawa kalian ?"Orang she Tan menyeringai ancamnya mendelik: "Keparat,agaknya kau sudah bosan hidup berani datang kemari untukdibelejeti oleh tuan-tuanmu ini. Lekas tinggalkan uang sangudan seluruh perbekalan, biar tuan besarmu ini ampuni jiwakecilmu."Giok-liong menjengek dingin: "Ibu keluarga Ma sekarangberada dimana ?"

Orang she Ong yang berdiri disamping mendadakmenghentikan tawanya, hardiknya beringas: "Bocah keparat,kaukah ini keturunan haram dari keluarga Ma itu?""Tuan mudamu ini berjalan tidak mengganti she, duduktidak berganti nama, memang akulah yang bernama Ma Giokliong!"Orang she 0ng menggeram gemas, ujarnya: "Saudara Tan,keiajaroan mataku ini agak boleh diandalkan Malam itumemang aku berjaga dipinggir ngarai sebelah sana, sepintassaja aku melihat bocah dungu ini. Hm, ternyata dia masihhidup malah mengantar jiwanya kepada kita. Hahahaha bagusbenar nasib kita!" -Ialu sambil melangkah setindak matanyamendelik dan berkata kepada Giok liong: "Bocah jangan haraphari ini kau dapat pergi, menyerah saja biar kuringkus."Giok liong menjengek dingin: "Tuan kecil mu ini tidak sukamain-main, maka kuanjurkan kalian sukalah tahu diri jawablahsetiap pertanyaan tuan kecilmu ini."Tanpa merasa orang she Ong dan she Tan saling pandangdan tertawa gelak-gelak lagi. Dalam pandangan merekapemuda seperti pelajar yang lemah ini, seumpama datang lagisepuluh orang juga tidak menjadi soal lagi bagi merekaberdua. Belum lenyap suara gelak tawa mereka, orang sheOng sudah membentak: "Bocah hayo masuk rumah."Sambil membentak dimana terlihat tangannya menjambretdan menarik pergelangan tangan Giok-liong tepat kenadicengkeramnya, sedikit menggunakan tenaga untukmenikung, seketika terdengar teriakan panjang yangkesakitan, Tahu-tahu tubuh orang she-Ong yang tinggi besaritu terpental tinggi seperti bola terus terbanting keras jatuh diatas tanah sejauh beberapa tombak, tubuhnya berkelejetanmulutnya mengerang kesakitan.

Kejadian ini terjadi begitu mendadak sesaat orang she Tanberdiri tertegun tiba-tiba tangannya membalik: "Siut..." Selarik sinar merah melesat membumbung tinggi keangkasa, di lainsaat dengan gerakan yang cekatan sebat sekali ia telahmenghunus golok yang tersoreng dipinggangnya.Dengan jurus Tok-bi-hoa-san (membelah gunung Hoa )goloknya terus membacok keatas batok kepala Giok-liong,sedemikian besar nafsonya untuk membunuh musuh kecil inisehingga ia mengerahkan seluruh tenaganya sampaisambaran goloknya berbunyi menderu. Tidak ketinggalanmulutnya juga memaki kalang kabut: "Bocah keparat, beranikau melukai orang . . . . "Belum lenyap suara makiannya, mendadak terdengar Giokliongtertawa dlngin, jari tengah tangan kirinya diulurkanmenyelentik ke arah golok musuh, sedang tangan kiri ringansekali menampar. Terdengar pekik kesakitan yang tersendat,hujan darah memenuhi udara dan bercecer kemana-mana."Plak""Aduh . . , . " dimana terlihat tubuh orang she Tan jungkirbalik, tepat sekali tubuhnya jatuh menindih keatas tubuhorang she Ong, celakanya ujung goloknya itu justru menusuktembus kedada kawan sendiri darah kontan menyemprotkeluar seperti sumber air jiwa keduanya berbarengmenghadap raja akhiratGiok-liong menyeringai dingin, gumamnya: "Bala bantuanmereda segera akan datang, besar harapanku, Komandanpiket sek-te utara mereka juga tiba hari ini. Mungkin darimulut mereka aku bisa mendapat kabar tentang keadaan ibu!"Lalu dengan langkah ringan perlahan lahan ia memasukigubuk yang baru dibangun, keadaan didalam gubuk moratmarit, berbau apek dan arak, kotornya luar biasa, Giok-liongmendengus dongkol, dicarinya bahan api terus disulut lalu

dilemparkan kedalam gubuk, Tidak lama kemudian, asapmembumbung tinggi ketengah angkasa membuat burungburungkaget ketakutan dan beterbangan kemana-mana,kembang api juga beterbangan keempat penjuru.Giok-liong berdiri membelakangi gubuk yang tengahberkobar sambil menggendong tangan, sekarang baru iamerasa keriangan hati setelah melaksanakan pembalasan.Hawa hangat dan panas dari kobaran api bergelombangmenghembus kearah tubuhnya, membuat tekadnya menuntutbalas semakin besar, semakin mendesak. Bibit dendamkesumat semakin bersemi dan berkobar wajahnya yang putihhalus semakin merah membara, tapi sikapnya dingin membesitanpa emosi.Mendadak dari bawah ngarai sana terdengar suara lirih darimelambainya pakaian orang yang tengah berlari mendatangi.Tanpa merasa Giok-liong mendengus ejek: "Yangmengantar nyawa telah tiba puIa."Memang tidak salah dugaannya, dari lamping ngaraisebelah depan sana berbareng muncul tiga orang laki-lakiyang mengenakan seragam ketat warna hitam. Orang yangberdiri ditengah berjenggot kambing dan bergodek panjang,kedua matanya berkilat-kilat memandang kedua mayat orangshe Tan dan she Ong bergantian, lalu memandang ke arahkobaran api yang tengah menelan gubuk baru itu. Perlahandengan tindakan mantap ia maju ketengah, setelah batuksekali lantas ia buka suara bertanya kepada Giok liong: "Tuanini kawan dari aliran mana ?"Dua Iaki-laki dikanan kirinya terus berendengdibelakangnya. Dilihat dari cara dandanan pakaiannya ini,agaknya dia salah seorang Tocu yang berkedudukan di suatutempat.

Giok-liong tetap berdiri dengan tegap, sikapnya angkuh dantemberang sekali.Setelah sampai ditengah ngarai baru ketiga orang itumenghentikan langkahnya, orang ditengah itu bertanya lagilebih keras: "Apakah nian ini dari aliran yang sama?"Suasana yang tetap sunyi ini adalah jawabannyaOrang yang berdiri disebelah kanan, kini sudah tidaksabaran lagi, jengeknya dingin: "Tocu tak perlu banyak bacotlagi, biarlah hamba yang maju membekuk bocah kurang ajarini !"Orang yang dipanggil Tocu itu manggut-manggut,dengusnya: "Kematian sudah di-depan mata masih beranibertingkah."Sekali bergerak dengan sekali loncatan gaya harimaumenubruk, laki-laki sebelah kanan itu melesat sampaidibelakang Giok-liong dimana tangan kanannya bergeraklangsung ia mencengkram kepundak kanan Giok liong."Brak." "Jatuh !" terdengar suara keras lalu disusul teriakanpanjang yang kesakitan, tahu-tahu badan laki-laki ituterjungkal terbang menyemburkan hujan darah.Dimana sebuah bayangan putih berkelebat, tahu-tahu Giokliongsudah berdiri di-hadapan sang Tocu terpaut lima kaki,wajahnya membeku dingin pandangannya mengancam,tanyanya: "Kalian mengapakan ibu keluarga Ma disini, dandimana beliau sekarang !"Sang Tocu dan seorang bawahannya hanya merasakanpandangannya kabur, tahu-tahu Giok-liong sudah berdiribegitu dekat didepannya, karuan kejut hatinya bukan main,setelah tercengang sebentar, baru mereka dapat bernapaslega dan menenangkas semangatnya, bentaknya gusar:

"Buyung, benar-benar kau sudah bosan hidup, berani kaumencari perkara dengan Hiat-hong-pang?""Aku bertanya dimana sekarang ibu keluarga Ma berada ?"."Pergi kerumah gendaknya . . ." Bayangan putih berkelebat,lantas terdengar pekik yang menyeramkan serta suara plakplokbergantian yang nyaring, sebuah tubuh manusia lagi-lagiterbang bergulingan tujuh delapan tombak terus rebahcelentang tidak bergerak lagi.Sementara itu sang Tocu tengah berlutut diatas tanah,mulutnya penuh berlepotan darah, sorot matanyamengandung minta ampun yang sangat memandang wajah sipemuda yang berdiri gusar mendelik dihadapannya,mohonnya gemetar: "Ampun Siauhiap, ham . . . hamba . . .tidak tahu . . .""Kalau kau ingin hidup, lekas katakan sebetulnya."demikian ancam Giok-liong.Tocu itu benar-benar sudah ketakutan, sahutnya lirih:"Hamm . . . hamba benar-benar tidak tahu, Hamba hanyatahu bahwa pangcu sendiri pernah datang kemari, malah telahdikeluarkar perintahnya untuk mencari jejak seorang pemudatanggung, raut muka serta asal usulnya sudah ditulis dandigambar serta disebarkan ke berbagai cabang dimana-mana .. ."Sampai disini mendadak ia berhenti, dengan terbelalak danketakutan ia memandang wajah Giok-liong.Giok liong menyeringai dingin: "Bagaimana? Apa yang kaulihat ? persis dengan gambar itu bukan ? Hehehehe, Tuanmuda ini tak lain adalah Ma Giok-liong, akulah yang menjadidewa elmaut bagi Hiat-hong-paag kalian. Kalau kau tidakbicara secara terus terang, kaupun jangan harap bisa kembalidengan masih hidup!"

Tocu ini terlongong memandangi wajah Giok-liong, sekianlama kemudian baru ia membuka mulut lirih: "Ma-siau-hiap,dulu Ma-nio-cu juga bersikap baik sekali terhadap hambaterutama bodr terhadap beliau. Asal hamba tahu dimanasekarang beliau berada, masa hamba berani merahasiakan. .." baru dia bicara sampai disini, dari kejauhan ditengah hutansana, tiba-tiba melengking tinggi sebuah suitan panjang yangmemecah angkasa terus meluncur tiba dengan pesatnya.Wajah yang berlepotan darah dari sang Tocu itu seketikaberubah pucat pasi dan mulutnya terdengar mengguman:"Komandan Ang telah tiba, Komandan Ang telah tiba . . ."Mendadak ia menyembah berulang-ulang kepada Giok-liongserta memohon: "siauhiap ampun !"Melihat tingkah tengik orang ini, Giok-liong menjadi gelidalam hati, tanyanya menegas dengan nada berat: "siapakahkomandan Ang itu ?"Tocu itu menyahut gemetar: "Beliau adalah wakilkomandan piket sekte utara. Thi-bin-to hu Ang k-hwi . . . . . . .Siau-hiap ampun . . ."Giok-liong mendengus hina, ujarnya: "Baik, kau pergi lah!"Bergegas Tocu itu bangkit berdiri sambil membungkukbungkukdan berkata: "Terima kasih akan budi pengampunanSiau-hiap" habis berkata terus berlari terbuit-birit kebawahngarai.Mendadak alis Giok-Iiong tegak berdiri, bentaknya: "tunggusebentar!"Tocu itu mengiakan dan segera menghentikanlangkahnya,siapakah komandan piket sekte utara kalian ?""Thian~siu-su-cia le Pong !""Baik, kau boleh pergi !"

Sambil menyatakan terima kasih, kedua kaki Tocu menjejaktanah terus berlari pesat seperti anak panah melesat kebawahngarai.Sekonyong-konyong, "Hehehehe ..,." serangkaian suaratawa yang panjang terdengar dari pinggir ngarai sana, SangTocu yang baru saja berlari sampai dipinggir ngarai segeramenghentikan langkahnya, teriaknya ketakutan: "Wakilkomandan piket ...""Hehene. . . " "Prak" suara tawa dingin itu melayang tiba,serangan angin lalu disusul jeritan yang mengerikan. Badansang Tocu kelihatan melayang tinggi jungkir balik ditengahudara terus terbanting mampus, dari tujuh lobang indranyamengalirkan darah segar."Hehehe. . . kurcaci macam ini yang berlutut minta ampun.Heheheh . . ." diiringi suara dingin seperti tawa setangentayangan yang menggiriskan ini, seperti bayangan setansaja dari pinggir ngarai didepan sana muncul sebuahbayangan besar, "Hehehehe, buyung, perhitungan ini harussegera dilunasi Hehehehe . . . "Waktu Giok-liong memandang lebih tegas, tanpa merasahatinya terperanjat. Tampak dipinggir bawah ngarai sanaperlahan-lahan muncul sebuah bayangan manusia yang tinggibesar seiring dengan tawa dinginnya itu, ia melayang seringandaun seperti setan layaknya,Selayang pandang dari gerak geriknya saja lantas dapatdipastikan bahwa ilmu silat serta Lwekang orang ini pastisudah mencapai kesempurnaan Iatihannya.Jarak mereka sekarang semakin dekat, Thi-bin to-hu(sijahat bermuka besi) Ang It hwi ternyata berwajah warnakehijau-hijauan, beringas mengandung hawa membunuh yangtebal, kedua biji matanya melotot besar seperti kelininganberkilat-kilat memandang wajah Giok-liong dengan tajam,

tanyanya dingin : "Buyung, kau ini yang bernama Ma Giokliong?" dimulut ia bertanya, namun dalam hati jagamembatin: "Bocah ini terang adalah bocah yang diperintahkanharus ditangkap oleh Pangcu, Tapi mengapa Pangcu tidakme