campak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

s

Citation preview

TUGAS KEPERAWATAN ANAKAsuhan Keperawatan Anak dengan Campak

Disusun Oleh :RISKA TRIANA MUSTOFA(P27820112040)TINGKAT II NON-REGULERKEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYAPRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA2013-2014

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

I. PENGKAJIANA. Identitas1) Identitas KlienMeliputi : nama anak, umur (rentan pada anak umur 1-14 tahun dengan status gizi yang kurang dan mengalami penyakit infeksi), jenis kelamin (L/P), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.2) Identitas Penanggung JawabMeliputi : nama, jenis kelamin, suku, agama, hubungan, pendidikan, pekerjaan.

B. Keluhan utamaKlien masuk dengan keluhan timbul bercak-bercak (bintik-bintik) berwarna merah di badan. Bercak timbul pertama kali di bagian belakang telinga, lalu ke bagian wajah, leher dan tangan dan akhirnya bercak menyebar ke seluruh bagian tubuh dan kaki. Muncul demam yang tinggi dan terus-menerus, enantema (titik merah) dipalatum durum dan palatum mole, batuk, dan konjungtivitis.

C. Riwayat Kesehatan1) Riwayat Penyakit SekarangPada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.2) Riwayat Penyakit DahuluAnak belum mendapatkan imunisasi campak dan pernah kontak dengan penderita campak.

3) Riwayat Penyakit KeluargaTerdapat keluarga yang mempunyai penyakit campak dan menularkan kepada anak. Mungkin juga terdapat penyakit menular seperti pneumonia, batuk, flu, atau konjungtivitis yang dapat ditularkan kepada anak.

D. Riwayat ImunisasiImunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak. Tidak mendapat imunisasi campak atau anak belum pernah diimunisasi karena orang tua yang tidak mengetahui pentingnya imunisasi.

E. Riwayat Tumbuh KembangPertumbuhan dan perkembangan terganggu dimana tinggi badan dan berat badan tidak sesuai.

F. Riwayat NutrisiAnak tidak mau makan, atau pada keluarga dengan ekonomi rendah mungkin anak kurang mendapatkan makanan yang bergizi sehingga anak kekurangan gizi yang dapat rentan terhadap penyakit seperti campak.

G. Riwayat PsikososialMerupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

H. Pola-pola Fungsi Kesehatan1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup SehatPada kasus campak akan timbul demam, batuk, sakit kepala, dan konjungtivitis. Dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan kulitnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti kontak langsung dengan penderita yang dapat mengganggu kesehatan kulit.2) Pola Nutrisi dan MetabolismePada klien campak harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C, vitamin A dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan kulit. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah kulit 3) Pola EliminasiUntuk kasus campak perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.4) Pola Tidur dan IstirahatSemua klien campak timbul rasa nyeri, keterbatasan sosialisasi, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur.5) Pola AktivitasKarena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya penularan campak dibanding pekerjaan yang lain.6) Pola Hubungan dan PeranKlien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat.7) Pola Persepsi dan Konsep DiriDampak yang timbul pada klien campak yaitu timbul pernafasan tidak efektif, saluran cerna trganggu, konjungtivtis, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image).8) Pola Sensori dan KognitifPada klien camapak daya rabanya meningkat terutama pada bagian kulit yang terkena, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan, begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat camapak.9) Pola Penanggulangan StressPada klien camapak timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.10) Pola Tata Nilai dan KeyakinanUntuk klien campak tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.

I. Pemeriksaan Fisik1) Status kesehatan umumMeliputi keadaan penderita, kesadaran, dan tanda-tanda vital (terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, RR meningkat).2) Head to toea) Kepala dan leher Inspeksi : Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Palpasi : Adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher belakang,

b) HidungBanyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza.c) Mulut Inspeksi : Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.d) Toraks Inspeksi : Bentuk dada anak, adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza. Auskultasi : Ronchi / bunyi tambahan pernapasan, wheezing, ronchi.e) Abdomen Inspeksi : Bentuk dari perut anak, ada ruam pada kulit. Auskultasi : terjadi peningkatan atau penurunan bising usus. Perkusi : Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau pembengkakan.f) Kulit Inspeksi : Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik, adanya rasa gatal. Palpasi : Turgor kulit menurun.

J. Pemeriksaan Diagnostik1) Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari ketiga untuk menghindari adanyafalse negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu setelah muncul rash.2) Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.3) Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni.4) Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant sel yang khas.5) Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 4 minggu kemudian.

II. ANALISA DATAData yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data subyektif objektif.Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.2. Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d penumpukan secret pada nasofaring.3. Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.4. Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.5. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.6. Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang baik.

IV. PERENCANAAN1. Diagnosa : Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang yang normal.Dengan Kriteria hasil : Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal (36,5 37OC) Anak bebas dari demam.Intervensi NoIntervensiRasional

1Monitor perubahan suhu tubuh, denyut nadi. Sebagai pengawasan terhadap adanya perubahan keadaan umum pasien sehingga dapat dialkukan penanganan dan perawatan secara cepat dan tepat.

2Lakukan tindakan yang dapat menurunkan suhu tubuh seperti lakukan kompres, berikan pakaian tipis dalam memudahkan proses penguapan.Upaya upaya tersebut dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien serta meningkatkan kenyamanan pasien.

3Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu dan mengevaluasi perubahan suhu tubuh.Meningkatkan rasa nyaman anak.

4Kaji sejauh mana pengetahuan keluarga dan anak tentang hypertermia

Mengetahui kebutuhan infomasi dari pasien dan keluarga mengenai perawatan pasien dengan hypertemia.

5Kolaborasi dengan dokter dengan memberikan antipiretik dan antibiotic sesuai dengan ketentuan.Antipiretik menurunkan/mempertahankan suhu tubuh anak.

2. Diagnosa : Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d penumpukan secret pada nasofaring.Tujuan : bersihan jalan napas efektifDengan Kriteria hasil : Tidak mengalami aspirasi Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru.Intervensi NoIntervensiRasional

1Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman dan penggunaan otot aksesori.Ronchi, mengi menunjukkan akumulasi secret/ ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernapasan dan peningkatan kerja pernapasan.

2Catat kemampuan untuk batuk efektif.Pengeluaran secret sulit bila secret sangat tebal (mis. Efek infeksi dan atau tidak adekuat hidras ).

3Berikan posisi semi fowler tinggi. Bantu klien untuk batuk dan latihan napas dalam.Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan.

4Bersihkan secret dari mulut dan trakea ; pengisapan sesuai keperluan.Mencegah obstruksi atau aspirasi. Pengisapan dilakukan bila klien tidak mampu mengeluarkan secret.

5Pertahankan masukan cairanPemasukan tinggi cairan membantu untk mengencerkan secret.

6Berikan lingkungan yang amanMeningkatkan kenyamanan untuk anak

3. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.Tujuan : keutuhan struktural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membran mukosa.Dengan kriteria hasil : Terbebas dari adanya lesi jaringan. Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan.Intervensi NoIntervensiRasional

1Pantau kulit dari adanya: ruam dan lecet, warna dan suhu, kelembaban dan kekeringan yang berlebih, area kemerahan dan rusak.Mengetahui perkembangan penyakit dan mencegah terjadinya komplikasi melalui deteksi dini pada kulit.

2Mandikan dengan air hangat dan sabun ringanMempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.

3Anjurkan klien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit.Membantu mencegah friksi / trauma kulit.

4Balikkan atau ubah posisi dengan sering Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit / jaringan yang tidak perlu.

5Ajarkan anggota keluarga / memberi asuhan tentang tanda kerusakan kulit, jika diperlukan.Mengetahui terjadinya infeksi / komplikasi lebih cepat.

6Konsultasi pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori dan vitamin.Perbaikan nutrisi klien agar terhindar dari infeksi karena kulit dapat menjadi barier utama yang dapat memperberat kondisi anak.

4. Diagnosa : Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.Tujuan : intike cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam tubuh.Dengan kriteria hasil : Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan volume cairan. Turgor kulit baik Mukosa bibir dan kulit lembabIntervensi NoIntervensiRasional

1Pantau berat badan, suhu, kelembaban pada rongga oral, volume konsentrasi urin. Mengontrol keseimbangan output.

2Ukur berat jenis urine Menunjukkan status hidrasi dan perubahan pada fungsi ginjal, yang mewaspadakan terjadinya gagal ginjal akut pada respon terhadap hipovolemia.

3Observasi kulit/membran mukosa untuk kekeringan, turgor.Hipovolemia, perpindahan cairan dan kekurangan nutrisi memperburuk turgor kulit.

4Hilangkan tanda bau dari lingkunganMenurunkan rangsangan pada gaster dan respon muntah.

5Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit dengan sering dan pertahankan tempat tidur kering dan bebas lipatan.Adanya gangguan sirkulasi cenderung merusak kulit.

6Berikan bentuk-bentuk cairan yang menarik (sari buah, sirup tanpa es, susu)Menarik minat anak agar mau minum banyak.

5. Diagnosa : Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.Tujuan : anak merasa nyamanDengan kriteria hasil : Anak dapat beristirahat dengan nyaman. Rewel berkurang.Intervensi :NoIntervensiRasional

1Tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainya (atas resep dokter)Mengurangi rasa gatal.

2Tidurkan anak ditempat yang agak jauh dari lampu (jangan tepat dibwah lampu)Mencegah silau dan menambah kenyamanan anak.

6. Diagnosa : Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang baik.Tujuan : mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi, mempercepat penyembuhan.Dengan kriteria hasil : Anak bisa sembuh tanpa keluhan tambahan Penyakit anak tidak bertambah parah Intervensi NoIntervensiRasional

1Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak perawatan dilakukan. Intruksikan klien / orang terdekat untik mencuci tangan sesuai indikasiMengurangi risiko kontaminasi silang.

2Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik.Mengurangi pathogen pada system imun dan mengurangi kemungkinan pasien mengalami infeksi nosokomial.

3Diskusikan tingkat dan rasional isolasi pencegahan dan mempertahankan kesehatan pribadi.Meningkatkan kerja sama dengan cara hidup dan mengurangi rasa terisolasi.

4Pantau tanda-tanda vitalMemberikan informasi data-data dasar, awitan atau peningkatan suhu secara berulang-ulang dari demam yang terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi.

5Kaji frekuensi /kedalaman pernapasan, perhatikan batuk spasmodic kering pada inspirasi dalam, perubahan karakteristik sputum dan adanya mengi atau ronchi. Lakukan isolasi pernapasan bila etiologi batuk produktif tidak diketahui.Kongesti / distress pernapasan dapat mengindikasikan perkembangan PCP, penyakit yang umum terjadi.meskipun demikian, TB paru mengalami peningkatan dan infeksi jamur lainnya, viral, dan bakteri yang dapat terjadi yang membahayakan system pernapasan.

6Ubah sikap baring beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk meninggikan kepalaMencegah penyebaran infeksi bertambah parah dan mencegah terjadinya dekubitus.

7Dudukkan anak pada waktu minumMencegah aspirasi

8Berikan obat yang tepat Mencegah penyakit bertambah parah

9Beritahu keluarga untuk membawa berobat kembali jika anak terlihat selalu tidur, tidak mau makan minum, semakin lemah, suhu tetap tinggi, kesadaran menurun.Untuk menentukan tindakan pengobatan selanjutnya.

V. IMPLEMENTASI KEPERAWATANImplementasi keperawatan pada pasien campak sesuai dengan intervensi yang telah disusun.

VI. EVALUASI1. Suhu tubuh normal / turun (36,7oC 37,6oC)2. Cairan dan nutrisi dalam tubuh seimbang.3. Tubuh tidak merasa gatal.4. Orang tua/keluarga mengerti mengenai penyakit morbili dan pencegahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Askep Campak. (online) (http://bommaannha.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-penyakit-campak.html) diakses 15 April 2014.Betz, Cecity L., Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawan Pediatri. Jakarta : EGC.Bomana. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Campak. (online) (http://bommaannha.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-penyakit-campak.html) diakses 15 April 2014.Hasan ,R. 2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian IlmuKesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia.Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :Salemba Medika.Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC