40
BAB 1 PENDAHULUAN Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella enterica serovar typhi (S. typhi). Salmonella enterica serovar paratyphi A, B, dan C juga dapat menyebabkan infeksi yang disebut demam paratifoid. Demam tifoid dan paratifoid termasuk ke dalam demam enterik. Pada daerah endemik, sekitar 90% dari demam enterik adalah demam tifoid. Demam tifoid juga masih menjadi topik yang sering diperbincangkan. 1 Penyakit demam tifoid ini sangat erat kaitannya dengan kualitas yang mendalam dengan hygiene pribadi maupun sanitasi lingkungan seperti, hygiene perorangan, hygiene penjamah makanan yang rendah, lingkungan yang kumuh, kebersihan tempat-tempat umum (rumah makan, restoran) yang kurang serta prilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat. Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan, akan menimbulkan kasus-kasus penyakit menular, seperti demam tifoid ini. 2 Sejak awal abad ke 20, insidens demam tifoid menurun di USA dan Eropa dengan ketersediaan air bersih dan sistem pembuangan yang baik yang sampai saat ini belum dimiliki oleh sebagian besar negara berkembang. Secara keseluruhan, demam tifoid diperkirakan menyebabkan

Case Demam Tifoid

Embed Size (px)

DESCRIPTION

demam tifoid

Citation preview

Page 1: Case Demam Tifoid

BAB 1

PENDAHULUAN

Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella enterica serovar

typhi (S. typhi). Salmonella enterica serovar paratyphi A, B, dan C juga dapat menyebabkan infeksi yang

disebut demam paratifoid. Demam tifoid dan paratifoid termasuk ke dalam demam enterik. Pada daerah

endemik, sekitar 90% dari demam enterik adalah demam tifoid. Demam tifoid juga masih menjadi topik

yang sering diperbincangkan.1

Penyakit demam tifoid ini sangat erat kaitannya dengan kualitas yang mendalam dengan hygiene

pribadi maupun sanitasi lingkungan seperti, hygiene perorangan, hygiene penjamah makanan yang

rendah, lingkungan yang kumuh, kebersihan tempat-tempat umum (rumah makan, restoran) yang kurang

serta prilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat. Seiring dengan terjadinya krisis

ekonomi yang berkepanjangan, akan menimbulkan kasus-kasus penyakit menular, seperti demam tifoid

ini.2

Sejak awal abad ke 20, insidens demam tifoid menurun di USA dan Eropa dengan ketersediaan

air bersih dan sistem pembuangan yang baik yang sampai saat ini belum dimiliki oleh sebagian besar

negara berkembang. Secara keseluruhan, demam tifoid diperkirakan menyebabkan 21,6 juta kasus

dengan 216.500 kematian pada tahun 2000. Insidens demam tifoid tinggi (>100 kasus per 100.000

populasi per tahun) dicatat di Asia Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, dan kemungkinan Afrika Selatan;

yang tergolong sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi per tahun) di Asia lainnya, Afrika, Amerika

Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia Baru); serta yang termasuk rendah (<10 kasus per

100.000 populasi per tahun) di bagian dunia lainnya.1

Di Indonesia, penyakit ini bersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Dari

telaah kasus di rumah sakit besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata 500/100.000 orang penduduk dengan kematian antara 0,6-

5 %.2

Page 2: Case Demam Tifoid

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Demam Tifoid

Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya

terdapat di saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan saluran

pencernaan, serta gangguan kesadaran.3

2.2. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, sejak tahun 1900, kebiasaan sanitasi sudah meningkat dan terapi antibiotik

berhasil menurunkan insidensi demam tifoid. Pada tahun 1920, 1935, dan 1994 kasus demam tifoid

dilaporkan. Pada tahun 2006, dilaporkan penderita penyakit ini berjumlah 314 orang. Di antara tahun

1999 dan 2006, 79% kasus demam tifoid dijumpai pada orang yang berada di luar kota selama 30 hari.3

Di Indonesia sendiri, demam tifoid masih merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah

kesehatan yang serius. Demam tifoid erat kaitannya dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.

Angka kejadian demam tifoid (typhoid fever) diketahui lebih tinggi pada negara yang sedang berkembang

di daerah tropis.4

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam tifoid di seluruh dunia

mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya. Demam tifoid merupakan penyakit

infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan

terkena demam tifoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir semua

daerah endemik, insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun.4

Page 3: Case Demam Tifoid

2.3. Etiologi Demam Tifoid

Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Sementara demam paratifoid yang

gejalanya mirip dengan demam tifoid namun lebih ringan, disebabkan oleh Salmonella paratyphi A,

B, atau C. Bakteri ini hanya menginfeksi manusia. Penyebaran demam tifoid terjadi melalui makanan

dan air yang telah tercemar oleh tinja atau urin penderita demam tifoid dan mereka yang diketahui

sebagai carrier (pembawa) demam tifoid.1,2,3,4

2.4. Patofisiologi Demam Tifoid

Patogenesis demam tifoid merupakan proses yang kompleks yang melalui beberapa tahapan.

Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap asam lambung dan

masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis. Di usus, bakteri melekat pada

mikrovili, kemudian melalui barier usus yang melibatkan mekanisme membrane ruffling, actin

rearrangement, dan internalisasi dalam vakuola intraseluler. Kemudian Salmonella typhi menyebar ke

sistem limfoid mesenterika dan masuk ke dalam pembuluh darah melalui sistem limfatik.1

Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan biasanya tidak didapatkan gejala dan kultur darah

biasanya masih memberikan hasil yang negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari. Bakteri

dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan berkolonisasi dalam organ-organ sistem

retikuloendotelial, yakni di hati, limpa, dan sumsum tulang. Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam

makrofag. Setelah periode replikasi, kuman akan disebarkan kembali ke dalam sistem peredaran darah

dan menyebabkan bakteremia sekunder sekaligus menandai berakhirnya periode inkubasi.1

Bakteremia sekunder menimbulkan gejala klinis seperti demam, sakit kepala, dan nyeri abdomen.

Bakteremia dapat menetap selama beberapa minggu bila tidak diobati dengan antibiotik. Pada tahapan ini,

bakteri tersebar luas di hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu, dan Peyer’s patches di mukosa

ileum terminal. Ulserasi pada Peyer’s patches dapat terjadi melalui proses inflamasi yang mengakibatkan

nekrosis dan iskemia. Komplikasi perdarahan dan perforasi usus dapat menyusul ulserasi. Kekambuhan

dapat terjadi bila kuman masih menetap dalam organ-organ sistem retikuloendotelial dan berkesempatan

Page 4: Case Demam Tifoid

untuk berproliferasi kembali. Menetapnya Salmonella dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai

pembawa kuman atau carrier.1

2.5. Gejala Klinis Demam Tifoid

Beberapa gejala klinis yang sering terjadi pada demam tifoid adalah sebagai berikut:

Demam

Demam atau panas merupakan gejala utama demam tifoid. Awalnya, demam hanya samar- samar

saja, selanjutnya suhu tubuh turun naik yakni pada pagi hari lebih rendah atau normal, sementara sore dan

malam hari lebih tinggi. Demam dapat mencapai 39-40 ºC. Intensitas demam akan makin tinggi disertai

gejala lain seperti sakit kepala, diare, nyeri otot, pegal, insomnia, anoreksia, mual, dan muntah. Pada

minggu ke-2 intensitas demam makin tinggi, kadang terus-menerus. Bila pasien membaik maka pada

minggu ke-3 suhu tubuh berangsur turun dan dapat normal kembali pada akhir minggu ke-3. Perlu

diperhatikan bahwa tidak selalu ada bentuk demam yang khas pada demam tifoid. Tipe demam menjadi

tidak beraturan, mungkin karena intervensi pengobatan atau komplikasi yang dapat terjadi lebih awal.

Pada anak khususnya balita, demam tinggi dapat menimbulkan kejang.2,4

Gangguan saluran pencernaan

Sering ditemukan bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama. Bibir kering dan terkadang

pecah-pecah. Lidah terlihat kotor dan ditutupi selaput kecoklatan dengan ujung dan tepi lidah kemerahan

dan tremor, pada penderita anak jarang ditemukan. Umumnya penderita sering mengeluh nyeri perut,

terutama nyeri ulu hati, disertai mual dan muntah. Penderita anak lebih sering mengalami diare,

sementara dewasa cenderung mengalami konstipasi.2,4

Gangguan kesadaraan

Umumnya terdapat gangguan kesadaran berupa penurunan kesadaran ringan. Sering ditemui kesadaran

apatis. Bila gejala klinis berat, tak jarang penderita sampai somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala

psikosis. Pada penderita dengan toksik, gejala delirium (mengigau) lebih menonjol.2,4

Hepatosplenomegali

Page 5: Case Demam Tifoid

Pada penderita demam tifoid, hati dan atau limpa sering ditemukan membesar. Hati terasa

kenyal dan nyeri bila ditekan. 2,4

Bradikardia relatif dan gejala lain

Bradikardi relatif adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi

nadi. Patokan yang sering dipakai adalah bahwa setiap peningkatan suhu 1oC tidak diikuti peningkatan

frekuensi nadi 8 denyut dalam 1 menit. Bradikardi relatif tidak sering ditemukan, mungkin arena teknis

pemeriksaan yang sulit dilakukan. Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan pada demam tifoid adalah

rose spot (bintik kemerahan pada kulit) yang biasanya ditemukan di perut bagian atas, serta gejala klinis

syang berhubungan dengan komplikasi yang terjadi. Rose spot pada anak sangat jarang ditemukan.2,4

2.6. Diagnosis Demam Tifoid

Diagnosis dini demam tifoid dan pemberian terapi yang tepat bermanfaat untuk mendapatkan

hasil yang cepat dan optimal sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi. Pengetahuan mengenai

gambaran klinis penyakit sangat penting untuk membantu mendeteksi dini penyakit ini. Pada kasus-kasus

tertentu, dibutuhkan pemeriksaan tambahan dari laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis.1

Gambaran darah tepi pada permulaan penyakit dapat berbeda dengan pemeriksaan pada keadaan

penyakit yang lanjut. Pada permulaan penyakit, dapat dijumpai pergeseran hitung jenis sel darah putih ke

kiri, sedangkan pada stadium lanjut terjadi pergeseran darah tepi ke kanan (limfositosis relatif). Ciri lain

yang sering ditemukan pada gambaran darah tepi adalah aneosinofi lia (menghilangnya eosinofi l). 1

Diagnosis pasti demam tifoid berdasarkan pemeriksaan laboratorium didasarkan pada prinsip,

yaitu:

• Isolasi bakteri

• Deteksi antigen mikroba

• Titrasi antibodi terhadap organisme penyebab

Kultur darah merupakan gold standard metode diagnostik dan hasilnya positif pada 60-80% dari pasien,

bila darah yang tersedia cukup (darah yang diperlukan 15 mL untuk pasien dewasa). Untuk daerah

Page 6: Case Demam Tifoid

endemik dimana sering terjadi penggunaan antibiotik yang tinggi, sensitivitas kultur darah rendah (hanya

10-20% kuman saja yang terdeteksi). Peran pemeriksaan Widal (untuk mendeteksi antibodi terhadap

antigen Salmonella typhi) masih kontroversial. Biasanya antibodi antigen O dijumpai pada hari 6-8 dan

antibodi terhadap antigen H dijumpai pada hari 10-12 setelah sakit. 1

Pada orang yang telah sembuh, antibodi O masih tetap dapat dijumpai setelah 4-6 bulan dan

antibodi H setelah 10-12 bulan. Karena itu, Widal bukanlah pemeriksaan untuk menentukan kesembuhan

penyakit. Diagnosis didasarkan atas kenaikan titer sebanyak 4 kali pada dua pengambilan berselang

beberapa hari atau bila klinis disertai hasil pemeriksaan titer Widal di atas rata-rata titer orang sehat

setempat. 1

Pemeriksaan Tubex dapat mendeteksi antibodi IgM. Hasil pemeriksaan yang positif menun-

jukkan adanya infeksi terhadap Salmonella. Antigen yang dipakai pada pemeriksaan ini adalah O9 dan

hanya dijumpai pada Salmonella serogroup D.Pemeriksaan lain adalah dengan Typhidot yang dapat

mendeteksi IgM dan IgG. Terdeteksinya IgM menunjukkan fase akut demam tifoid, sedangkan

terdeteksinya IgG dan IgM menunjukkan demam tifoid akut pada fase pertengahan. Antibodi IgG dapat

menetap selama 2 tahun setelah infeksi, oleh karena itu, tidak dapat untuk membedakan antara kasus

akut dan kasus dalam masa penyembuhan. Yang lebih baru lagi adalah Typhidot M yang hanya

digunakan untuk mendeteksi IgM saja. Typhidot M memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi

dibandingkan Typhidot. Pemeriksaan ini dapat menggantikan Widal, tetapi tetap harus disertai gambaran

klinis sesuai yang telah dikemukakan sebelumnya. 1

2.7. Penatalaksanaan Demam Tifoid

Terapi pada demam tifoid adalah untuk mencapai keadaan bebas demam dan gejala, mencegah

komplikasi, dan menghindari kematian. Yang juga tidak kalah penting adalah eradikasi total bakeri untuk

mencegah kekambuhan dan keadaan carrier.1

Page 7: Case Demam Tifoid

Penderita demam tifoid dengan gejala klinik jelas sebaiknya dirawat di rumah sakit. Di samping

untuk optimalisasi pengobatan, hal ini bertujuan untuk meminimalisasi komplikasi dan mencegahan

pencemaran dan atau kontaminasi.4

• Tirah baring

Penderita yang dirawat harus tirah baring (bed rest) dengan sempurna untuk mencegah komplikasi,

terutama perdarahan dan perforasi. Bila gejala klinis berat, penderita harus istirahat total.

• Nutrisi

o Cairan Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Cairan

parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi, penurunan kesadaran serta yang sulit

makan. Cairan harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal.

o Diet

Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah selulosa (rendah serat) untuk

mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk

penderita demam tifoid, biasanya diklasifikasikan atas diet cair, bubur lunak, tim, dan nasi biasa.

• Terapi simptomatik

Terapi simptomatik dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan keadaan umum penderita,

yakni vitamin, antipiretik (penurun panas) untuk kenyamanan penderita terutama anak, dan antiemetik

bila penderita muntah hebat.

• Antibiotik

Antibiotik segera diberikan bila diagnosis telah dibuat. Antibiotik merupakan satu-satunya terapi yang

efektif untuk demam tifoid. Antibiotik yang diberikan sebagai terapi awal adalah dari kelompok antibiotik

lini pertama untuk demam tifoid. Sampai saat ini kloramfenikol masih menjadi pilihaam antigen Vi dalam

buffer fenol isotonik. Vaksin diberikan secara intramuskular dan diperlukan pengulangan (booster) setiap

3 tahun. Vaksin ini dikontraindikasikan pada keadaan hipersensitif, hamil, menyusui, sedang demam, dan

ak kecil 2tahun.

Page 8: Case Demam Tifoid
Page 9: Case Demam Tifoid

2.8. Komplikasi Demam Tifoid

Beberapa komplikasi yang sering terjadi pada demam tifoid adalah:

• Perdarahan usus dan perforasi

Perdarahan usus dan perforasi merupakan komplikasi serius dan perlu diwaspadai dari demam

tifoid yang muncul pada minggu ke-3. Sekitar 5 persen penderita demam tifoid mengalami komplikasi

ini. Perdarahan usus umumnya ditandai keluhan nyeri perut, perut membesar, nyeri pada perabaan,

seringkali disertai dengan penurunan tekanan darah dan terjadinya shock, diikuti dengan perdarahan

saluran cerna sehingga tampak darah kehitaman yang keluar bersama tinja. Perdarahan usus muncul

ketika ada luka di usus halus, sehingga membuat gejala seperti sakit perut, mual, muntah, dan terjadi

infeksi pada selaput perut (peritonitis). Jika hal ini terjadi, diperlukan perawatan medis yang segera.

Komplikasi lain yang lebih jarang:4

o Pembengkakan dan peradangan pada otot jantung (miokarditis).

o Pneumonia.

o Peradangan pankreas (pankreatitis).

o Infeksi ginjal atau kandung kemih.

o Infeksi dan pembengkakan selaput otak (meningitis).

o Masalah psikiatri seperti mengigau, halusinasi, dan paranoid psikosis.4

Ada 2 jenis komplikasi pada demam tifoid, yakni komplikasi yang terjadi di luar usus dan di dalam usus.

• Komplikasi di luar usus

Anak dengan panas tinggi umumnya tidak mau makan karena ada diare. Sehingga dapat terjadi

kekurangan cairan (dehidrasi) dan elektrolit. Usahakan cairan yang masuk harus banyak, baik air putih,

teh manis, jus buah atau susu. Panas yang tinggi juga dapat mengakibatkan anak kejang (kejang karena

demam).4

Page 10: Case Demam Tifoid

• Komplikasi di dalam usus

Luka di dalam usus dapat menimbulkan perdarahan sehingga tinja berdarah. Usus yang luka ini

dapat pecah. Gejala lainnya berupa perut kembung dan panas tinggi sampai tidak sadar.4

2.9. Pencegahan Demam Tifoid

Page 11: Case Demam Tifoid
Page 12: Case Demam Tifoid
Page 13: Case Demam Tifoid
Page 14: Case Demam Tifoid
Page 15: Case Demam Tifoid
Page 16: Case Demam Tifoid

DAFTAR PUSTAKA

1. Nelwan RHH, 2012, Tatalaksana Terkini Demam Tifoid, Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi

Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM-Jakarta, CDK-192/ vol. 39 no. 4, th. 2012

2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Pedoman Pengendalian Demam Tifoid,

3. Brusch J.L., 2013, Typhoid Fever, available from:

http://emedicine.medscape.com/article/802345/-overview#0243

4. Hadinegoro S.R.S., 2011, Demam Tifoid pada Anak: Apa yang Perlu Diketahui?, Available

From: www.itokindo.org

Page 17: Case Demam Tifoid

STATUS PASIEN MAHASISWA SMF KESEHATAN ANAK RSUPM

I. Anamnese Pribadi os

Nama : Firli Refilea Hamzah

Umur : 3 tahun 9 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Minang

Alamat : Tembung, Pasar II

Tanggal masuk : 16 Oktober 2013

BB masuk : 11 kg

PB sekarang : 120 cm

II. Anamnese mengenai orang tua os

Identitas orang tua Ayah IbuNama Umur Agama Suku PendidikanPekerjaan Penyakit Perkawinan Alamat

Andre Hamzah38 tahun

IslamMinangSLTA

Wirausaha-

PertamaTembung, Pasar II

Friska Yani Hamdi24 tahun

IslamJawaSMAIRT

-Pertama

Tembung, Pasar II

III. Riwayat Kelahiran

Cara lahir : Persalinan Spontan Pervaginam

Tanggal Lahir : 08 Januari 2010

Tempat Lahir : Rumah Sakit

Ditolong oleh : Dokter

Bb lahir : 2500 gram

Pb lahir : 46 cm

Usia kehamilan : ± 9 bulan

Page 18: Case Demam Tifoid

IV. Perkembangan Fisik

Saat lahir : menangis kuat dan bergerak aktif.

3 – 6 bulan : mulai menelungkup, mengangkat kepala, mengoceh.

7 – 10 bulan : sudah bisa duduk sendiri, mulai merangkak, berdiri

11 – 12 bulan : berjalan tanpa bantuan, mulai bisa mengucapkan kata

sederhana.

2 tahun – sekarang : berjalan sendiri, berbicara lancar.

V. Anamnese Makanan

0 – 6 bulan : Asi Eksklusif.

7 – 9 bulan : Asi + bubur tim.

10 – 2 tahun : Nasi biasa dengan lauk pauk.

2 tahun - sekarang : Nasi biasa dengan lauk pauk.

VI. Imunisasi

Hepatitis B (+)

Polio (+)

BCG (+)

DPT (+)

Campak (+)

Kesan : imunisasi lengkap

VII. Penyakit yang pernah diderita : Muntah Mencret

VIII. Keterangan mengenai saudara os : - Os merupakan anak pertama

IX . Anamnese mengenai penyakit os :

1. Keluhan Utama : Demam

Page 19: Case Demam Tifoid

2. Telaah : Demam dialami os ± 9 hari ini, sifat demam naik turun. Demam turun dengan obat penurun panas. Kejang (-), menggigil (-). Batuk (+) dialami os selama 1 minggu ini, batuk berdahak (+), flu (-). Muntah (+) 1x, isi muntah apa yang dimakan dan diminum. Nyeri perut (+) dialami dalam 1 minggu ini.BAB (+) Kesan Normal

BAK (+) Kesan Normal

X . Pemeriksaan Fisik

1. Status PresensSensorium : compos mentis Anemia (-)

Frekuensi nadi : 124x/menit, reguler, desah (-) Ikterus (-)

RR : 32x/menit, reguler, ronki (-) Sanois (-)

T : 38,0 C Dyspnoe (-)

BB : 11 kg Oedema (-)

PB : cm

2. Status Lokalisa. Kepala : rambut tampak hitam dan lebat

Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor, Conj. Palpebra inferior pucat (-/-)

Hidung : Dalam batas normal

Telinga : Dalam batas nrmal

Mulut : Lidah kotor

b. Leher : Pembesaran KGB (-)

c. Thorax: Inspeksi : simetris fusiformis, retraksi (-)

Palpasi : SF kanan = kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : vesikuler

d. Abdomen :Inspeksi : Distensi (-)

Palpasi : soepel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+)

Perkusi : timpani

Page 20: Case Demam Tifoid

Auskultasi : peristaltik (+) Normal

e. Ekstremitas :Atas : pols 124x/menit, reguler, desah (-), akral hangat, CRT < 3”

Bawah : Akral hangat, t/v cukup,CRT <3”

f. Genitalia : perempuan, tidak ada kelainan

XI. Pemeriksaan Khusus tanggal hasil

1. Widal test 16 oktober 2013 positif (+) antigen

O – Typhi 1/40

Pemeriksaan laboratorium :

- Urine : Tanggal 17-10-2013Warna KuningKekeruhan JernihProtein NegatifReduksi NegatifSedimen – Eritrosit 0Sedimen – Leukosit 0-1/lobSedimen – Renal Epitel NegatifSedimen – Blaas Epitel NegatifSedimen – Vag / urethr. Ep 2-3/lobKristal – Ca Oxalat NegatifKristal – T. Phospat NegatifKristal – Cystin NegatifKristal – Urat NegatifSilinder NegatifUrobilinBilirubin NegatifUrobilinogen PositifpH 5Berat Jenis 1,005Nitrit

- Feces : Tanggal 21-10-2013Makroskopis – warna CoklatMakroskopis – konsistensi Lembek

Page 21: Case Demam Tifoid

Makroskopis – lendir NegatifMakroskopis – darah NegatifMikroskopis – amuba NegatifMikroskopis – kista NegatifMikroskopis – telurMikroskopis – Telur Ascar NegatifMikroskopis – Telur Hooki NegatifMikroskopis – Telur Oxyur NegatifMikroskopis – Telur Trici NegatifMikroskopis – proteinMikroskopis – lemakMikroskopis – karbohidrat

- Darah : Tanggal 16-10-2013

WBC 8900

RBC 4,54

HGB 11,5

HCT 34,0

MCV 74,9

MCH 25,3

MCHC 33,8

PLT 296000

XII. Differnsial Diagnosis :

- Demam thypoid- Demam dengue

XIII. Diagnosa Kerja :

Demam thypoid

XIV. Therapy :

-IVFD D 5 % NaCl 0,225% 40 gtt/i mikro

-Paracetamol 3x150 mg

-Inj. Ceftriaxone 500 mg/ 12 jam/ IV

-Inj. Ranitidine 10 mg / 12 jam/ IV

-Ambroxol 3x Cth 1/2

-Diet MB 1050 kkal + 22 gr protein

Page 22: Case Demam Tifoid

XV. Usul :

- Cek urine rutin- Kultur urine

XVI. Prognosa

Pada kasus ini baik.

Tanggal (hari rawatan) Hari rawatan 1 (17 Oktober 2013)Keluhan Demam (+), Batuk (+), Dahak (+), makan/minum (+),

BAK (+).Status Presens

Sensorium ComposmentisHR 124x/menitRR 30x/menitTemperature 38,7 CBB 11 kg

Status LokalisataKepala UUB tertutupMata RC +/+, pupil isokor, conjunctiva palpebra pucat

(-/-).Hidung Dalam batas normalTelinga Dalam batas normalMulut Dalam batas normalLeher Pembesaran KGB (-)ThoraksIsnpeksi Simetris fusiformis , retraksi (-)Palpasi Stem fremitus kanan = kiriPerkusi Tidak dilakukan pemeriksaanAuskultasi Suara pernafasan : vesikuler

HR : 124x/menit,reg, desah (-)RR : 30 x/menit, ronkhi (-/-)

AbdomenInspeksi SimetrisPalpasi H/L: tidak teraba , nyeri tekan (+) Perkusi Timpani

TABEL FOLLOW UP PASIEN

Page 23: Case Demam Tifoid

Auskultasi Peristaltik normal (+)Ekstremitas Atas : akral hangat, CRT<3”, pols 124 x/i reg, t/v

cukupBawah : akral hangat, CRT<3”, t/v cukup.

Genitalia Perempuan , tidak ada kelainanAnus (+) normalPemeriksaan penunjangDiagnosis Demam ThypoidTherapy -IVFD D5% Nacl 0,225% 40gtt/I

-Inj.Ceftriaxone 500 mg/ 12 jam / IV-Paracetamol 3x150 g-Inj. Ranitidin 10 g/ 12 jam/ IV-Ambroxol 3xCth- Diet M2 1050 kkal + 22 gr Protein

Usul -Urinalisa

Tanggal (hari rawatan) Hari rawatan 2 (18 Oktober 2013)Keluhan Demam (+) naik turun, BAB (-), Makan (+)

Status PresensSensorium ComposmentisHR 120x/menitRR 24x/menitTemperature 38,0 CBB 11 kg

Status LokalisataKepala UUB tertutupMata RC +/+, pupil isokor, conjunctiva palpebra pucat (-/-) Hidung Dalam batas normalTelinga Dalam batas normalMulut Dalam batas normalLeher Pembesaran KGB (-)ThoraksInspeksi Simetris fusiformis ,retraksi (-) Palpasi Stem fremitus sulit kanan = kiriPerkusi Sonor pada seluruh lapangan paruAuskultasi Suara pernafasan : vesikuler

HR : 120x/menit,reg, desah (-)RR : 24 x/menit, reg , ronkhi (-)

AbdomenInspeksi Simetris Palpasi H/L : tidak teraba.Perkusi TimpaniAuskultasi Peristaltik normal (+)

Page 24: Case Demam Tifoid

Ekstremitas Atas : akral hangat, CRT<3”, pols 120x/i reg, t/v cukupBawah : akral hangat, CRT<3”, t/v cukup.

Genitalia Perempuan , tidak ada kelainanAnus (+) normalPemeriksaan penunjangDiagnosis Demam thypoidTherapy -IVFD D5% Nacl 0,225% 40gtt/I

-Inj.Ceftriaxone 500 mg/ 12 jam / IV-Paracetamol 3x150 g-Inj. Ranitidin 10 g/ 12 jam/ IV-Ambroxol 3xCth- Diet M2 1050 kkal + 22 gr Protein

Usul

Tanggal (hari rawatan) Hari rawatan 3 ( 19 Oktober 2013) Keluhan Demam (-), Batuk (+), Dahak (+), Nyeri perut (-),

BAB (+) 1x,padat, BAK (+).Status Presens

Sensorium ComposmentisHR 116x/menitRR 20x/menitTemperature 36,8 CBB 11 kg

Status LokalisataKepala UUB tertutupMata RC +/+, pupil isokor, conjunctiva palpebra pucat (-/-) Hidung Dalam batas normalTelinga Dalam batas normalMulut Dalam batas normalLeher Pembesaran KGB (-)ThoraksInspeksi Simetris fusiformis , retraksi (-)Palpasi SF kanan = kiriPerkusi Sonor Auskultasi Suara pernafasan : vesikuler

HR : 116x/menit,reg, desah (-)RR : 20x/menit,reg, ronkhi (-)

AbdomenInspeksi Simetris Palpasi H/L : tidak teraba Perkusi TimpaniAuskultasi Peristaltik normal (+)

Page 25: Case Demam Tifoid

Ekstremitas Atas : akral hangat, CRT<3”, pols 116x/i reg, t/v cukup,Bawah : akral hangat, CRT<3”, t/v cukup.

Genitalia Perempuan, tidak ada kelainanAnus (+) normalPemeriksaan penunjangDiagnosis Demam thypoidTherapy -IVFD D5% Nacl 0,225% s/s RL 40 gtt/i mikro

-Inj.Ceftriaxone 500 mg/ 12 jam / IV(H3)-Paracetamol 3x150 g-Inj. Ranitidin 10 g/ 12 jam/ IV-Ambroxol 3xCth- Diet M2 1050 kkal + 22 gr Protein

Usul

Tanggal (hari rawatan) Hari rawatan 4 ( 20 Oktober 2013 )Keluhan Demam (-), Batuk (+), Dahak (+), Nyeri perut (-)

Status PresensSensorium ComposmentisHR 110x/menitRR 33x/menitTemperature 35,9 CBB 11 kg

Status LokalisataKepala UUB tertutupMata RC +/+, pupil isokor, conjunctiva palpebra pucat

(-/- ).Hidung Dalam batas normalTelinga Dalam batas normalMulut Dalam batas normalLeher Pembesaran KGB (-)ThoraksInspeksi Simetris fusiformis , retraksi (-)Palpasi Stem fremitus kanan = kiriPerkusi Sonor Auskultasi Suara pernafasan : vesikuler

HR : 110x/menit,reg, desah (-)RR : 33x/menit, reg , ronkhi (-)

AbdomenInspeksi SimetrisPalpasi H/L : tidak teraba Perkusi Timpani

Page 26: Case Demam Tifoid

Auskultasi Peristaltik normal (+)Ekstremitas Atas : akral hangat, CRT<3”, pols 110x/i reg, t/v

cukup Bawah : akral hangat, CRT<3”, t/v cukup.

Genitalia Perempuan, tidak ada kelainanAnus (+) normalPemeriksaan penunjangDiagnosis Demam thypoidTherapy -IVFD D5% Nacl 0,225% s/s RL 40 gtt/i mikro

-Inj.Ceftriaxone 500 mg/ 12 jam / IV(H3)-Paracetamol 3x150 g-Inj. Ranitidin 10 g/ 12 jam/ IV-Ambroxol 3xCth- Diet M2 1050 kkal + 22 gr Protein

Usul

Tanggal (hari rawatan) Hari rawatan 5 (21 oktober 2013)Keluhan Demam (+), batuk berkurang, nyeri perut (-)

Status PresensSensorium ComposmentisHR 118x/menitRR 28x/menitTemperature 37,0 CBB 11 kg

Status LokalisataKepala Rambut tampak hitam dan lebatMata RC +/+, pupil isokor, conjunctiva palpebra pucat

(-/-) Hidung Dalam batas normalTelinga Dalam batas normalMulut Dalam batas normalLeher Pembesaran KGB (-)ThoraksInspeksi Simetris fusiformis , retraksi (-) Palpasi SF Kanan = kiri Perkusi Sonor Auskultasi Suara pernafasan :vesikuler

HR : 118x/menit,reg, desah (-)RR : 28x/menit, ronkhi (-)

AbdomenInspeksi Distensi (-)Palpasi H/L/R : tidak teraba

Page 27: Case Demam Tifoid

Perkusi Timpani Auskultasi Peristaltik normalEkstremitas Atas : akral hangat, CRT<3”, pols 118x/i reg, t/v

cukupBawah : akral hangat, CRT<3”, t/v cukup

Genitalia Perempuan, tidak ada kelainanAnus (+) normalPemeriksaan penunjang Diagnosis Demam thypoidTherapy -IVFD D5% Nacl 0,225% s/s RL 40 gtt/i mikro

-Inj.Ceftriaxone 500 mg/ 12 jam / IV(H3)-Paracetamol 3x150 g-Inj. Ranitidin 10 g/ 12 jam/ IV-Ambroxol 3xCth- Diet M2 1050 kkal + 22 gr Protein

Usul Feses rutin

Tanggal (hari rawatan) Hari rawatan 6 (22 oktober 2013)Keluhan

Demam (-)Status Presens

Sensorium ComposmentisHR 110x/menitRR 40x/menitTemperature 36,5 CBB 11 kg

Status LokalisataKepala Rambut tampak hitam dan lebatMata RC +/+, pupil isokor, conjunctiva palpebra pucat

(-/-) Hidung Dalam batas normalTelinga Dalam batas normalMulut Dalam batas normalLeher Pembesaran KGB (-)ThoraksInspeksi Simetris fusiformis , retraksi (-) Palpasi SF Kanan = kiri Perkusi Sonor Auskultasi Suara pernafasan :vesikuler

HR : 110x/menit,reg, desah (-)RR : 40x/menit, ronkhi (-)

AbdomenInspeksi Distensi (-)

Page 28: Case Demam Tifoid

Palpasi H/L/R : tidak teraba Perkusi Timpani Auskultasi Peristaltik normalEkstremitas Atas : akral hangat, CRT<3”, pols 110x/i reg, t/v

cukupBawah : akral hangat, CRT<3”, t/v cukup

Genitalia Perempuan, tidak ada kelainanAnus (+) normalPemeriksaan penunjang Diagnosis Demam parathypoidTherapy -IVFD D5% Nacl 0,225% s/s RL 40 gtt/i mikro

-Inj.Ceftriaxone 500 mg/ 12 jam / IV(H3)-Paracetamol 3x150 g-Ambroxol 3xCth- Diet M2 1050 kkal + 22 gr Protein

Usul Feses rutin

Tanggal (hari rawatan) Hari rawatan 7 (23 oktober 2013)Keluhan Demam (-)

Status PresensSensorium ComposmentisHR 100x/menitRR 36x/menitTemperature 37,0 CBB 11 kg

Status LokalisataKepala Rambut tampak hitam dan lebatMata RC +/+, pupil isokor, conjunctiva palpebra pucat

(-/-) Hidung Dalam batas normalTelinga Dalam batas normalMulut Dalam batas normalLeher Pembesaran KGB (-)ThoraksInspeksi Simetris fusiformis , retraksi (-) Palpasi SF Kanan = kiri Perkusi Sonor Auskultasi Suara pernafasan :vesikuler

HR : 100x/menit,reg, desah (-)RR : 36x/menit, ronkhi (-)

AbdomenInspeksi Distensi (-)Palpasi H/L/R : tidak teraba Perkusi Timpani Auskultasi Peristaltik normal

Page 29: Case Demam Tifoid

Ekstremitas Atas : akral hangat, CRT<3”, pols 100x/i reg, t/v cukupBawah : akral hangat, CRT<3”, t/v cukup

Genitalia Perempuan, tidak ada kelainanAnus (+) normalPemeriksaan penunjang Diagnosis Demam parathypoidTherapy -IVFD D5% Nacl 0,225% 40 gtt/i mikro

-Inj.Ceftriaxone 500 mg/ 12 jam / IV(H3)-Paracetamol 3x150 g-Ambroxol 3xCth- Diet M2 1050 kkal + 22 gr Protein

Usul

Tanggal (hari rawatan) Hari rawatan 8 (24 oktober 2013)Keluhan Demam (-)

Status PresensSensorium ComposmentisHR 104x/menitRR 38x/menitTemperature 36,3 CBB 11 kg

Status LokalisataKepala Rambut tampak hitam dan lebatMata RC +/+, pupil isokor, conjunctiva palpebra pucat

(-/-) Hidung Dalam batas normalTelinga Dalam batas normalMulut Dalam batas normalLeher Pembesaran KGB (-)ThoraksInspeksi Simetris fusiformis , retraksi (-) Palpasi SF Kanan = kiri Perkusi Sonor Auskultasi Suara pernafasan :vesikuler

HR : 104x/menit,reg, desah (-)RR : 38x/menit, ronkhi (-)

AbdomenInspeksi Distensi (-)Palpasi H/L/R : tidak teraba Perkusi Timpani Auskultasi Peristaltik normalEkstremitas Atas : akral hangat, CRT<3”, pols 104x/i reg, t/v

cukupBawah : akral hangat, CRT<3”, t/v cukup

Page 30: Case Demam Tifoid

Genitalia Perempuan, tidak ada kelainanAnus (+) normalPemeriksaan penunjang Diagnosis Demam parathypoidTherapy -IVFD D5% Nacl 0,225% 40 gtt/i mikro

-Inj.Ceftriaxone 500 mg/ 12 jam / IV(H8)-Paracetamol 3x150 g-Ambroxol 3xCth- Diet M2 1050 kkal + 22 gr Protein

Kesimpulan -Boleh PBJ-kontrol 4 hari lagi ke poli anak sakit