24
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi Trigeminal neuralgia merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah pada satu sisi yang berulang. Disebut Trigeminal neuralgia, karena nyeri di wajah ini terjadi pada satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf trigeminal. Saraf yang cukup besar ini terletak di otak dan membawa sensasi dari wajah ke otak. Rasa nyeri disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf trigeminal sesuai dengan daerah distribusi persarafan salah satu cabang saraf trigeminal yang diakibatkan oleh berbagai penyebab. 1 1.2 Epidemiologi Prevalensi penyakit ini diperkirakan sekitar 107.5 pada pria dan 200.2 pada wanita per satu juta populasi. Penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan wajah dibandingkan dengan sisi kiri (rasio 3:2), dan merupakan penyakit pada kelompok usia dewasa (dekade enam sampai tujuh). Hanya 10 % kasus yang terjadi sebelum usia empat puluh tahun. 1,2 Sumber lain menyebutkan, penyakit ini lebih umum dijumpai pada mereka yang berusia di atas 50 tahun, meskipun terdapat pula penderita berusia muda dan anak- anak. 1 Neuralgia trigeminal merupakan penyakit yang relatif jarang, tetapi sangat mengganggu kenyamanan hidup 1

Case Trigeminal Dellaaa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Case Trigeminal Dellaaa

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Trigeminal neuralgia merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah pada

satu sisi yang berulang. Disebut Trigeminal neuralgia, karena nyeri di wajah ini

terjadi pada satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf trigeminal. Saraf yang cukup

besar ini terletak di otak dan membawa sensasi dari wajah ke otak. Rasa nyeri

disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf trigeminal sesuai dengan daerah distribusi

persarafan salah satu cabang saraf trigeminal yang diakibatkan oleh berbagai

penyebab.1

1.2 Epidemiologi

Prevalensi penyakit ini diperkirakan sekitar 107.5 pada pria dan 200.2 pada

wanita per satu juta populasi. Penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan wajah

dibandingkan dengan sisi kiri (rasio 3:2), dan merupakan penyakit pada kelompok

usia dewasa (dekade enam sampai tujuh). Hanya 10 % kasus yang terjadi sebelum

usia empat puluh tahun.1,2

Sumber lain menyebutkan, penyakit ini lebih umum dijumpai pada mereka

yang berusia di atas 50 tahun, meskipun terdapat pula penderita berusia muda dan

anak-anak.1

Neuralgia trigeminal merupakan penyakit yang relatif jarang, tetapi sangat

mengganggu kenyamanan hidup penderita, namun sebenarnya pemberian obat untuk

mengatasi trigeminal neuralgia biasanya cukup efektif. Obat ini akan memblokade

sinyal nyeri yang dikirim ke otak, sehingga nyeri berkurang, hanya saja banyak

orang yang tidak mengetahui dan menyalahartikan neuralgia trigeminal sebagai nyeri

yang ditimbulkan karena kelainan pada gigi, sehingga pengobatan yang dilakukan

tidaklah tuntas.1,3

1.3 Etiologi

Mekanisme patofisiologi yang mendasari Trigeminal neuralgia belum begitu

pasti, walau sudah sangat banyak penelitian dilakukan. Kesimpulan Wilkins, semua

teori tentang mekanisme harus konsisten dengan:

1. Sifat nyeri yang paroksismal, dengan interval bebas nyeri yang lama.

1

Page 2: Case Trigeminal Dellaaa

2. Umumnya ada stimulus 'trigger' yang dibawa melalui aferen berdiameter

besar (bukan serabut nyeri) dan sering melalui divisi saraf kelima diluar

divisi untuk nyeri.

3. Kenyataan bahwa suatu lesi kecil atau parsial pada ganglion gasserian

dan/atau akar-akar saraf sering menghilangkan nyeri.

4. Terjadinya Trigeminal neuralgia pada pasien yang mempunyai kelainan

demielinasi sentral (terjadi pada 1% pasien dengan Sklerosis Multipel).

Kenyataan ini tampaknya memastikan bahwa etiologinya adalah sentral

dibanding saraf tepi. Paroksisme nyeri analog dengan bangkitan dan yang menarik

adalah sering dapat dikontrol dengan obat-obatan anti kejang (karbamazepin dan

fenitoin). 4

Tampaknya sangat mungkin bahwa serangan nyeri mungkin menunjukkan

suatu cetusan 'aberrant' dari aktivitas neuronal yang mungkin dimulai dengan

memasukkan input melalui saraf kelima, berasal dari sepanjang traktus sentral saraf

kelima, atau pada tingkat sinaps sentralnya. Berbagai keadaan patologis

menunjukkan penyebab yang mungkin pada kelainan ini. Pada kebanyakan pasien

yang dioperasi untuk Trigeminal neuralgia ditemukan adanya kompresi atas ‘nerve

root entry zone' saraf kelima pada batang otak oleh pembuluh darah (45-95%

pasien). Hal ini meningkat sesuai usia karena sekunder terhadap elongasi arteria

karena penuaan dan arteriosklerosis dan mungkin sebagai penyebab pada

kebanyakan pasien.5

2

Page 3: Case Trigeminal Dellaaa

Otopsi menunjukkan banyak kasus dengan keadaan penekanan vaskuler

serupa tidak menunjukkan gejala saat hidupnya. Kompresi nonvaskuler saraf kelima

terjadi pada beberapa pasien. 1-8% pasien menunjukkan adanya tumor jinak sudut

serebelopontin (meningioma, sista epidermoid, neuroma akustik, AVM) dan

kompresi oleh tulang (misal sekunder terhadap penyakit Paget). Tidak seperti

kebanyakan pasien dengan Trigeminal neuralgia, pasien ini sering mempunyai gejala

dan/atau tanda defisit saraf kranial. 3

Penyebab lain yang mungkin, termasuk cedera perifer saraf kelima (misalnya

karena tindakan dental) atau Sklerosis Multipel, dan beberapa tanpa patologi yang

jelas.2,3

1.4 Diagnosis

Kunci diagnosis adalah riwayat. Umumnya, pemeriksaan dan tes neurologis

(misalnya CT scan) tak begitu jelas. Faktor riwayat paling penting adalah distribusi

nyeri dan terjadinya 'serangan' nyeri dengan interval bebas nyeri relatif lama. Nyeri

mulai pada distribusi divisi 2 atau 3 saraf kelima, akhirnya sering menyerang

keduanya. Beberapa kasus mulai pada divisi 1. 4

Biasanya, serangan nyeri timbul mendadak, sangat hebat, durasinya pendek

(kurang dari satu menit), dan dirasakan pada satu bagian dari saraf trigeminal,

misalnya bagian rahang atau sekitar pipi. Nyeri seringkali terpancing bila suatu

daerah tertentu dirangsang (trigger area atau trigger zone). 5

Trigger zones sering dijumpai di sekitar cuping hidung atau sudut mulut.

Yang unik dari trigger zone ini adalah rangsangannya harus berupa sentuhan atau

tekanan pada kulit atau rambut di daerah tersebut. Rangsang dengan cara lain,

misalnya dengan menggunakan panas, walaupun menyebabkan nyeri pada tempat

itu, tidak dapat memancing terjadinya serangan neuralgia. Pemeriksaan neurologik

pada Trigeminal neuralgia hampir selalu normal. Tidak terdapat gangguan sensorik

pada Trigeminal neuralgia murni. 5

Dilaporkan adanya gangguan sensorik pada Trigeminal neuralgia yang

menyertai Multiple sklerosis. Sebaliknya, sekitar 1-2% pasien dengan MS juga

menderita Trigeminal neuralgia yang dalam hal ini bisa bilateral. 5

Suatu varian Trigeminal neuralgia yang dinamakan tic convulsive ditandai

dengan kontraksi sesisih dari otot muka yang disertai nyeri yang hebat. Keadaan ini

3

Page 4: Case Trigeminal Dellaaa

perlu dibedakan dengan gerak otot muka yang bisa menyertai neuralgia biasa, yang

dinamakan tic douloureux. Tic convulsive yang disertai nyeri hebat lebih sering

dijumpai di daerah sekitar mata dan lebih sering dijumpai pada wanita. 5,6

Secara sistematis, anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan sebagai

berikut:

Anamnesis:

Lokalisasi nyeri, untuk menentukan cabang nervus trigeminus yang

terkena.

Menentukan waktu dimulainya Trigeminal neuralgia dan mekanisme

pemicunya.

Menentukan interval bebas nyeri.

Menentukan lama, efek samping, dosis, dan respons terhadap

pengobatan.

Menanyakan riwayat penyakit herpes.

Pemeriksaan Fisik:

Menilai sensasi pada ketiga cabang nervus trigeminus bilateral (termasuk

refleks kornea).

Menilai fungsi mengunyah (masseter) dan fungsi pterygoideus

(membuka mulut, deviasi dagu).

Pemeriksaan penunjang diagnostik

seperti CT-scan kepala atau MRI dilakukan untuk mencari etiologi primer di

daerah posterior atau sudut serebelo-pontin.

1.5 Penatalaksanaan

Pengobatan pada dasarnya dibagi atas 3 bagian:

1. Penatalaksanaan pertama dengan menggunakan obat.

2. Pembedahan dipertimbangkan bila obat tidak berhasil secara memuaskan.

3. Penatalaksanaan dari segi kejiwaan.7,8

Terapi Medis (obat)

Perlu diingatkan bahwa sebagian besar obat yang digunakan pada penyakit

ini mempunyai cukup banyak efek samping. Penyakit ini juga terutama menyerang

mereka yang sudah lanjut usia. Karena itu, pemilihan dan pemakaian obat harus

memperhatikan secara cermat kemungkinan timbulnya efek samping. Dasar

4

Page 5: Case Trigeminal Dellaaa

penggunaan obat pada terapi Trigeminal neuralgia dan neuralgia saraf lain adalah

kemampuan obat untuk menghentikan hantaran impulse afferent yang menimbulkan

serangan nyeri.

1. Carbamazepine

Obat yang hingga kini dianggap merupakan pilihan pertama adalah

carbamazepine. Bila efektif maka obat ini sudah mulai tampak hasilnya setelah 4

hingga 24 jam pemberian, kadang-kadang bahkan secara cukup dramatis. Dosis awal

adalah 3 x 100 hingga 200 mg. Bila toleransi pasien terhadap obat ini baik, terapi

dilanjutkan hingga beberapa minggu atau bulan. Dosis hendaknya disesuaikan

dengan respons pengurangan nyeri yang dapat dirasakan oleh pasien. Dosis

maksimal adalah 1200 mg/hari.

Karena diketahui bahwa pasien bisa mengalami remisi maka dosis dan lama

pengobatan bisa disesuaikan dengan kemungkinan ini. Bila terapi berhasil dan

pemantauan dari efek sampingnya negatif, maka obat ini sebaiknya diteruskan

hingga sedikitnya 6 bulan sebelum dicoba untuk dikurangi. Pemantauan laboratorium

biasanya meliputi pemeriksaan jumlah leukosit, faal hepar, dan reaksi alergi kulit.

Bila nyeri menetap maka sebaiknya diperiksa kadar obat dalam darah. Bila

ternyata kadar sudah mencukupi sedangkan nyeri masih ada, maka bisa

dipertimbangkan untuk menambahkan obat lain, misalnya baclofen. Dosis awal

baclofen 10 mg/hari yang bertahap bisa dinaikkan hingga 60 hingga 80 mg/hari. Obat

ketiga boleh ditambahkan bila kombinasi dua obat ini masih belum sepenuhnya

mengendalikan nyerinya. Tersedia phenytoin, sodium valproate, gabapentin, dan

sebagainya. Semua obat ini juga dikenal sebagai obat anti epileptik.

2. Gabapentin

Gabapentin adalah suatu antikonvulsan baru yang terbukti dari beberapa uji

coba sebagai obat yang dapat dipertimbangkan untuk nyeri neuropatik. Obat ini

mulai dipakai di Amerika pada 1994, sebagai obat anti epilepsi. Kemampuannya

untuk mengurangi nyeri neuropatik yang membandel dilaporkan secara insidentil

mulai 1995 hingga 1997 oleh Mellick, Rosner, dan Stacey.

Waldeman menganjurkan pemberian obat ini bila carbamazepin dan

phenitoin gagal mengendalikan nyerinya. Dosis awal 300 mg, malam hari, selama 2

hari. Bila tidak terjadi efek samping yang mengganggu seperti pusing/dizzy, ngantuk,

5

Page 6: Case Trigeminal Dellaaa

gatal, dan bingung, obat dinaikkan dosisnya setiap 2 hari dengan 300 mg hingga

nyeri hilang atau hingga tercapai dosis 1800 mg/hari. Dosis maksimal yang

diperbolehkan oleh pabrik obat ini adalah 2400 mg/hari. Waldeman menganjurkan

1800 mg sebagai dosis tertinggi. Rowbotham dkk. menemukan bahwa gabapentin

dalam dosis mulai 900 hingga 3600 mg sehari berhasil mengurangi nyeri,

memperbaiki gangguan tidur, dan secara umum memperbaiki quality of life dari para

pasien mereka.

Untuk neuralgia yang menyertai pasien dengan Multipel Sklerosis ternyata

gabapentin dalam dosis antara 900 hingga 2400 mg/hari juga efektif pada 6 dari 7

pasiennya.

Cara kerja gabapentin dalam menghilangkan nyeri masih belum jelas benar.

Yang pasti dapat dikemukakan adalah bahwa obat ini meningkatkan sintesis GABA

dan menghambat degradasi GABA. Karena itu, pemberian gabapentin akan

meningkatkan kadar GABA di dalam otak. Karena obat ini lipophilic maka

penetrasinya ke otak baik.

Terapi Non-medis (Bedah)

Pilihan terapi non-medis (bedah) dipikirkan bilamana kombinasi lebih dari

dua obat belum membawa hasil seperti yang diharapkan. Dr. Stephen B. Tatter

menyebutkan bahwa pembedahan disiapkan untuk mereka yang tidak dapat

mentoleransi efek samping dari terapi medis atau ternyata terapi medis tidak efektif.

Terdapat beraneka ragam cara pembedahan, dari yang paling kuno, yang dapat

menimbulkan kecacatan (biasanya pendengaran dan gerak otot wajah) cukup besar,

sampai cara yang lebih sophisticated, yang hanya sedikit atau hampir tidak pernah

dijumpai efek samping.

J. Keith Campbell menulis dalam artikelnya "Are All of the Treatment

Options Being Considered” bahwa penatalaksanaan medik sering gagal dalam

menghilangkan nyeri dalam periode yang panjang. Hal ini sering didapati pada

pasien usia lanjut. Untuk pasien-pasien muda, merujuk ke ahli bedah untuk

dekompresi mikrovaskular perlu dipertimbangkan segera sesudah diagnosis

ditegakkan.

Dua cara operasi kuno, yaitu ablatio total dari saraf perifer dan reseksi bagian

sensorik dari saraf trigeminal, kini tidak dikerjakan lagi karena ada metode yang

6

Page 7: Case Trigeminal Dellaaa

lebih baik. Walaupun demikian, Waldeman masih menganjurkan Trigeminal nerve

block dengan menggunakan anestesi lokal + methylprednisolone. Yang dipakai

adalah bupivacaine tanpa pengawet yang diberi bersama dengan methylprednisolone.

Suntikan dilakukan tiap hari sampai obat oral yang dimulai pada saat sama, mulai

efektif. Radiofrequency rhizotomy (Meglio and Cioni, 1989).

Hingga kini masih populer karena relatif aman dan murah. Sayang, cara ini

mempunyai kemungkinan kekambuhan sebesar 25%. Efek samping lain yang kurang

enak adalah terjadinya anestesi kornea, rasa kesemutan, dan kelemahan rahang yang

kadang-kadang bisa mengganggu. Bahkan, ada pasien yang merasa menyesal karena

rasa kesemutan yang terus-menerus ini lebih tidak nyaman daripada nyeri yang

masih ada masa bebasnya.

Percutaneous retrogasserian rhizolisis dengan gliserol

Cara ini adalah cara yang dianjurkan oleh Jho dan Lunsforf (1997). Konon,

hasilnya sangat baik dengan gangguan minimal pada kepekaan muka. Hipotesis yang

dikemukakan adalah bahwa gliserol adalah neurotoksik dan bekerja pada serabut

saraf yang sudah mengalami demielinisasi, menghilangkan compound action

potential pada serabut trigeminal yang terkait dengan rasa nyeri. Cara ini cepat dan

pasien bisa cepat dipulangkan. Kerugiannya adalah masih tetap bisa terjadi gangguan

sensorik yang mungkin mengganggu atau kumat lagi sakitnya.

Microvascular Decompression

Dasar dari prosedur ini adalah anggapan bahwa adanya penekanan vaskular

merupakan penyebab semua keluhan ini. Neuralgia adalah suatu compressive cranial

mononeuropathy. Para penganut cara pengobatan ini mengganggap bahwa

penyembuhan yang terjadi adalah yang paling sempurna dan permanen. Kerugian

cara ini adalah bahwa bagaimanapun juga ini suatu kraniotomi dan pasien perlu

tinggal sekitar 4-10 hari di rumah sakit, dilanjutkan dengan masa rekonvalesensi

yang juga perlu 1-2 minggu. Pertimbangan lain adalah bahwa walaupun jarang,

mikrovaskular dekompression bisa menyebabkan kematian atau penyulit lain seperti

stroke, kelemahan nervus fasialis, dan tuli.

Di tangan ahli bedah yang berpengalaman, komplikasi ini tentunya sangat

kecil. Pada operasi yang berhasil, pengurangan atau bahkan hilangnya nyeri sudah

7

Page 8: Case Trigeminal Dellaaa

dapat dirasakan setelah 5-7 hari pasca bedah. Dr. Fred Barker dan timnya

melaporkan dalam suatu pertemuan ilmiah tentang pengalamannya dengan

mikrovaskular dekompression pada 1430 pasien yang dilakukan di Universitas

Pittsburgh. Sebagian besar dari pasien tersebut mendapatkan pengurangan nyeri

secara lengkap atau bermakna. Dua tahun setelah operasi, insidens kekambuhan 1%

per tahunnya. Kekambuhan ini secara umum dikarenakan adanya pembuluh darah

baru yang muncul pada nervus trigeminus.

Stereotactic radiosurgery dengan gamma knife

Merupakan perkembangan yang masih relatif baru. Gamma Knife merupakan

alat yang menggunakan stereotactic radiosurgery. Tekniknya dengan cara

memfokuskan sinar Gamma sehingga berlaku seperti prosedur bedah, namun tanpa

membuka kranium. Gamma Knife pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Lars Leksell

dari Stockholm, Swedia pada 1950. Cara ini hanya memerlukan anestesi lokal dan

hasilnya konon cukup baik. Sekitar 80-90% dari pasien dapat mengharapkan

kesembuhan setelah 3-6 bulan setelah terapi.

Cara kerja terapi adalah lewat desentisisasi pada saraf trigeminal setelah

radiasi yang ditujukan pada saraf ini dengan bantuan komputer. Seorang ahli bedah

saraf dari Seattle Dr. Ronald Young mengatakan bahwa dengan Gamma Knife

hasilnya sangat memuaskan juga dengan komplikasi yang minimal.

Meglio dan Cioni melaporkan cara dekompresi baru dengan menggunakan

suatu balon kecil yang dimasukkan secara perkutan lewat foramen ovale. Balon diisi

sekitar 1 ml sehingga menekan ganglion selama 1 hingga 10 menit. Konon cara ini

membawa hasil pada sekitar 90% dari kasus. Belum ada laporan mengenai berapa

banyak yang mengalami residif. 7,8

Penatalaksanaan dari Segi Kejiwaan

Hal lain yang penting untuk diperhatikan selain pemberian obat dan

pembedahan adalah segi mental serta emosi pasien. Selain obat-obat anti depresan

yang dapat memberikan efek perubahan kimiawi otak dan mempengaruhi

neurotransmitter baik pada depresi maupun sensasi nyeri, juga dapat dilakukan

teknik konsultasi biofeedback (melatih otak untuk mengubah persepsinya akan rasa

nyeri) dan teknik relaksasi.8,9

8

Page 9: Case Trigeminal Dellaaa

BAB II

ILUSTRASI KASUS

Seorang pasien wanita berumur 48 tahun datang ke Poliklinik Neurologi

RSUP Dr. M. DJamil Padang pada tanggal 12 Desember 2012 pada pukul 10.30

WIB dengan:

Identitas Pasien :

Nama : Ny. M

No. MR : 011887

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 48 tahun

Status : menikah

Alalmat : Padang

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

ANAMNESIS

Keluhan Utama

Nyeri wajah kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri wajah kanan yang semakin bertambah sejak 1 minggu yang lalu,

terjadi secara tiba-tiba. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk terutama di

daerah wajah kanan, di sekitar mata, belakang mata serta menjalar ke

belakang kepala disertai rasa kebas pada gusi kanan bawah dan lidah

kanan. Nyeri bersifat konstan dan berlangsung sekitar 20-30 menit. Nyeri

dirasakan berkurang apabila berbaring. Nyeri bertambah berat jika

ditekan di daerah pipi.

Nyeri wajah dirasakan hampir setiap hari selama satu minggu ini.

Kelemahan anggota gerak tidak ada

Pandangan ganda tidak ada

Kejang tidak ada

Mual dan muntah tidak ada

9

Page 10: Case Trigeminal Dellaaa

Sebelumnya pasien juga pernah berobat ke poliklinik neurologi dengan

keluhan yang sama sekitar satu tahun yang lalu dan setelah itu masih ada

nyeri wajah yang hilang timbul.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien dikenal hipertensi sejak 8 bulan yang lalu, kontrol tidak teratur

Riwayat trauma kepala tidak ada

Riwayat herpes zoster tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan

Pasien seorang ibu rumah tangga dengan aktivitas fisik biasa, mempunyai

3 orang anak

PEMERIKSAAN FISIK

Vital sign :

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : komposmentis kooperatif

Tekanan darah : 160 / 100 mmHg

Frekuensi nadi : 82 x / menit

Frekuensi nafas : 18 x / menit

Suhu : 36,6º C

Status Internus :

Kulit : Tidak ditemukan kelainan

Rambut : Tidak ditemukan kelainan

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Telinga : Tidak ditemukan kelainan

Hidung : Tidak ditemukan kelainan

Tenggorokan : Tidak ditemukan kelainan

10

Page 11: Case Trigeminal Dellaaa

Leher : JVP 5-2 cmH2O

KGB : Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regio

leher, aksilla, dan inguinal.

Thorak : Paru : Inspeksi : Normochest, simetris kiri dan kanan

Palpasi : Fremitus kiri = kanan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler, Ronchi -/-, Wheezing -/-

Jantung : Inspeksi : Iktus tidak terlihat

Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada.

Abdomen : Inspeksi : Tidak tampak membuncit

Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Punggung : Inspeksi : Deformitas tidak ada

Palpasi : Nyeri tekan tidak ada

Ekstremitas : Edema tidak ada

Genitalia : Tidak diperiksa

Status Neurologikus :

1. Glasgow Coma Scale : 15 ( E4M6V5)

2. Tanda rangsangan meningeal :

Kaku kuduk : negatif

Brudzinsky I : negatif

Brudzinsky II : negatif

Kernig : negatif

3. Tanda peningkatan tekanan intrakranial :

Muntah proyektil tidak ada

Sakit kepala progresif tidak ada

4. Nn. Kranialis :

N I : penciuman baik

11

Page 12: Case Trigeminal Dellaaa

N II : tajam penglihatan baik

Funduskopi : papil berbatas tegas, warna kuning

jingga

N III,IV,VI : pupil isokor, bentuk bulat, Ø 3mm / 3mm, gerakan

bola mata bebas ke segala arah, refleks cahaya +/+

N V : bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri

dan ke kanan, refleks kornea +/+, hiperestesi di

wajah kanan, refleks Masseter +/+

N VII : wajah simetris, menutup mata (+), mengerutkan dahi

(+)

N VIII : fungsi pendengaran baik, nistagmus tidak ada

N IX,X : arkus faring simetris, uvula di tengah, reflek

muntah

(+)

N XI : bisa mengangkat kedua bahu, bisa melihat ke kiri dan

ke kanan

N XII : deviasi lidah tidak ada

5. Motorik :

Ekstremitas superior : kanan kiri

Gerakan aktif aktif

Kekuatan 555 555

Tonus eutonus eutonus

Ekstremitas inferior : kanan kiri

Gerakan aktif aktif

Kekuatan 555 555

Tonus eutonus eutonus

6. Sensorik :

Eksteroseptif : hiperestesi pada

Propioseptif : rasa getar, tekan, gerak dan sensasi posisi sendi baik

7. Otonom : baik

8. Reflek fisiologis :

12

Page 13: Case Trigeminal Dellaaa

Reflek biceps ++/++

Reflek triceps ++/++

Reflek KPR ++/++

Reflek APR ++/++

9. Reflek patologis :

Reflek Hoffman Trommer -/-

Reflek Babinsky Group -/-

DIAGNOSIS

Diagnosis Klinis : neuralgia trigeminal

Diagnosis Topik : cabang maksilar dan cabang mandibular

nervus trigeminus dextra

Diagnosis Etiologi : Idiopatik

Diagnosis Sekunder : -

TERAPI

Umum :

Istirahat

Mengurangi atau menghindari faktor pencetus

Khusus :

Cameloc 1 x 7,5 mg

Carbamazepin 2 x 200 mg

Ranitidin 2 x 150 mg

Neurodex

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Cek darah rutin

EEG

PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanam : dubia ad bonam

13

Page 14: Case Trigeminal Dellaaa

Quo ad functionam : bonam

DM DELLA GUSTIA

Praktek Dokter Umum

SIP :

Senin-Sabtu

17.00- 20.00

R/ cameloc 7,5 mg tab No. XX

S 1dd tab I

R/ Carbamazepin 200 mg tab No. XX

S 2dd tab I

R/ ranitidin 150 mg tab No. XX

S 2dd tab I

R/ neurodex tab No. X

S 1dd

Pro : Ny. M

Umur : 48 tahun

14

Page 15: Case Trigeminal Dellaaa

BAB III

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang wanita 48 tahun datang ke Poliklinik Neurologi

RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan diagnosis klinis Neuralgia Trigerminal.

Diagnosis klinis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari

anamnesis didapatkan Nyeri wajah kanan yang semakin bertambah sejak 1 minggu

yang lalu, terjadi secara tiba-tiba. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk terutama di

daerah wajah kanan, di sekitar mata, belakang mata serta menjalar ke belakang

kepala disertai rasa kebas pada gusi kanan bawah dan lidah kanan. Nyeri bersifat

konstan dan berlangsung sekitar 40-60 menit. Nyeri dirasakan berkurang apabila

berbaring. Nyeri bertambah berat jika ditekan di daerah pipi.Nyeri wajah dirasakan

hampir setiap hari selama satu minggu ini. Kelemahan anggota gerak tidak ada

Pandangan ganda tidak ada, kejang tidak ada,

mual dan muntah tidak ada. Sebelumnya pasien juga pernah berobat ke poliklinik

neurologi dengan keluhan yang sama sekitar satu tahun yang lalu dan setelah itu

masih ada nyeri wajah yang hilang timbul.

Pada pemeriksaan status neurologis didapatkan hiperestesi pada wajah

kanan, refleks Masseter +.

Terapi umum yang dianjurkan adalah istirahatl dan menghindari faktor

pencetus. Terapi khusus yang diberikan pada pasien ini adalah Cameloc 1 x 7,5 mg,

Carbamazepin 2 x 200 mg, Ranitidin 2 x 150 mg dan Neurodex .

15

Page 16: Case Trigeminal Dellaaa

DAFTAR PUSTAKA

1. Love S, Coakham HB. Trigeminal neuralgia Pathology and phatogenesis. Brain

2001;124:2347-2360

2. Joffroy A, Levivier M, Massager N. Trigeminal neuralgia Pathology and

treatment. Acta neurol 2001;101:20-25

3. Nurmikko TJ, Eldridge PR. Trigeminal neuralgia-pathophysiology, diagnosis and

current treatment. British Journal of Anaesthesia 2001;87(1):32-117

4. Kamel HAM, Toland J. Trigeminal Nerve Anatomy: Illustrated Using Examples

of Abnormalities. AJR 2001 Jan;176:247-251

5. Siddiqui MN, Siddiqui S, Ranasinghe JS, Furgang FA. Pain Management:

Trigeminal neuralgia. Clinical Review Article. Hospital Physician 2003 Jan;64-70

6. Bennetto L, Patel NK, Fuller G. Trigeminal neuralgia and its management. BMJ

2007 Jan 27;334:201-205

7. Kraftt RM. Trigeminal Neuralgia. American Family Physician 2008 May

1;77:1291-1296

8. Scrivani SJ. Trigeminal Neuralgia. Paint Management 2004;1(3):1-6

9. Dedhia JD, Tordoff S, Sivakumar G. Trigeminal Neuralgia (TGN ) -

Pathophysiology and Management. Journal Anaesthesia Clinical Pharmacology

2009;25(1):3-8

16