Upload
vini
View
234
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
CASE REPORT
AIDS/HIV DENGAN ANEMIA
Vini Aulia Putri1 Alex Barus2
1Penulis untuk korespondensi: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau,Alamat: Jl. Perkasa,Gg, Pratama, Pekanbaru, E-mail: Viniauliaputri @ gmail .com 2Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau
AbstrakPendahuluan: Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.Laporan kasus: Perempuan E, 26 tahun, masuk RSUD AA dengan keluhan demam tinggi sejak 5 hari SMRS. demam intermitten. Demam meningkat pada malam hari. Pada sore hari pasien mengeluh menggigil, mual dan berkeringat. Mual (+) muntah (+), muntah bercampur makanan, tidak bercampur darah, muntah 5 kali sehari sebanyak setengah gelas aqua. Nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul pada kepala bagian depan. Badan terasa pegal-pegal, nafsu makan berkurang diikuti badan lemah. Pasien juga mengeluh ketidaknyamanan pada perut, nyeri perut tidak ada. Buang air kecil sedikit dengan urin berwarna kuning. Buang air besar tidak lancar, warna kuning kecoklatan, darah tidak ada. Gusi berdarah, mimisan, bintik-bintik merah pada kulit (-). Riwayat berpergian keluar kota (-),pasien sering membeli makanan diluar.
Pada pemeriksaan status generalis ditemukan pasien tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis, pemeriksaan tanda vital tekanan darah 100/70 mmHg, suhu 38,40C. pada pemeriksaan fisik mata, telinga, hidung dan leher tidak ditemukan adanya kelainan. Pada lidah didapatkan lidah kotor (+). Pada thoraks paru dan jantung ditemukan dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb, leukosit, hematokrit, dan trombosit dalam batas normal. Pada pemeriksaan Anti Salmonela IgM didapatkan Anti Salmonella IgM Reaktif skor 4. Dengue : IgG (-), IgM (-)
Kesimpulan: Pasien didiagnosis demam tifoid. Penatalakanaan yang diberikan pada pasien ini adalah bed rest,diet rendah serat, IVFD Ringer Laktat 20 tpm, Paracetamol 3 x 500 mg, Inj Ondansentron 2 x 4 mg, Ciprofloxacin 2 x 200 mg per hari
Key words : Demam tifoid
Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 1
CASE REPORT
PENDAHULUAN
HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency
Syndrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini
berkembang secara pandemik. Obat dan vaksin untuk mengatasi masalah ini belum
ditemukan, kerugian yang ditimbulkan tidak hanya di bidang kesehatan tetapi juga di
bidang sosial, ekonomi, politik, budaya dan demografi (Depkes RI 2010).
Berdasarkan catatan kasus United Nations Programme on HIV/AIDS
(UNAIDS) tahun 2011 jumlah orang yang terjangkit HIV didunia sampai akhir tahun
2010 terdapat 34 juta orang, dua pertiganya tinggal di Afrika kawasan Selatan Sahara,
di kawasan itu kasus infeksi baru mencapai 70 %, di Afrika Selatan 5,6 juta orang
terinfeksi HIV, di Eropa Tengah dan Barat jumlah kasus infeksi baru HIV/AIDS
sekitar 840 ribu, di Jerman secara akumulasi ada 73 ribu orang, kawasan Asia Pasifik
merupakan urutan kedua terbesar di dunia setelah Afrika Selatan dimana terdapat 5
juta penderita HIV/AIDS.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31
Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29
Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000.
Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan
29.879 AIDS dengan 5.430 kematian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal
tahun 2000 estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 –
130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan
India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus
yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini
akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini benar-benar belum bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan
melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran
Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 2
CASE REPORT
darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan
vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan
intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi,
antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak
lainnya dengan cairan-cairan tubuh (Depkes RI 2006).
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut pada saluran cerna
dengan karakteristik demam yang berlangsung lama yaitu lebih dari tujuh hari.
Demam tifoid juga disebut dengan Typus Abdominalis, Typhoid Fever, atau Enteric
Fever.1
Epidemiologi
Demam tifoid merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia. Didaerah
endemic penyebaran tifoid terjadi melalui air yang tercemar oleh S.typi sedangkan
pada daerah nonendemik penularan terjadi melalui makanan yang tercemar oleh
karier.1
Insidens demam tifoid bervariasi tiap daerah terkait dengan sanitasi
lingkungan. Didaerah jawa barat 157 kasus per 100.000 penduduk sedangkan
didaerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk.
Capillaary Fatality Rate (CFR) demam tifoid pada tahun 1996 sebesar 1,08 %
dari seluruh kematian di Indonesia. 2
Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri golongan Salmonella spp seperti
Salmonella typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi B dan S.paratyphi C.dengan marfologi
batang gram negatif tanpa spora yang mampu bertahan hidup pada suhu 15-410C dan
mati pada suhu 560C, keadaan kering serta dengan antiseptik.4
Patofisiologi
Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 3
CASE REPORT
Bakteri S.typhi masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang
sudah tercemar oleh feses atau urin orang yang terinfeksi bakteri S.typhi. Cara
penyebaran dari S.thypi dapat melalui muntahan, urin dan kotoran dari penderita yang
dibawa oleh lalat yang kemudian mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran
maupun buah-buahan segar. Pada saluran cerna, sebagian kuman mati akibat asam
lambung (HCL) dan sebagian lagi dapat bertahan yang selanjutnya akanberkembang
biak.Apabila respon imunitas humoral pada mukosa usus buruk, maka kuman akan
menembus epitel sampai ke lamina propria dan akan terus berkembang biak.
Kemudian makrofag akan memfagosit bakteri tersebut serta membawanya ke plak
peyeri ileum distal kemudian ke kelenjer getah bening mesenterika. Kuman yang
terdapat dalam makrofag tersebut akan masuk ke sirkulasi melalui duktus torasikus
yang mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatis. Kemudian akan
menyebar keseluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama ke hati dan limpa
melalui kepiler-kapiler hati dan kanalikuli empedu. Bakteri dapat mencapai empedu
dan dapat larut disana. Melalui empedu yang terinfektif maka akan terjadi invasi
kedalam usus untuk kedua kalinya yang lebih berat daripada invasi tahap pertama
sehingga muncul tanda-tanda dan gejala klinik infeksi sistemik.2
Diagnosis
Gejala klinis yang dpaat muncul pada minggu pertama yaitu keluhan dan
gejala berupa infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut,
batuk, epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan yang
meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore
hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa
demam, bradikardia relative (peningkatan suhu 10C tanpa disertai peningkatan denyut
nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah
serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa
somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis. Roseolae jarang ditemukan pada
orang Indonesia. 2
Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 4
CASE REPORT
Pada pemerikasaan laboratorium ditemukan kadar hemoglobin menurun
dikarena perdarahan tersembunyi pada intra abdomen pada diakhir minggu ke 3-4.
Hitung leukosit sering rendah (leucopenia) tetapi dapat pula normal atau menigkat.
Jumlah trombosit normal atau menurum (trombositopenia), laju endap darah
meningkat.2
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakuakan adalah Uji Widal. Pada uji
Widal terjadi reaksi aglutinas antara antigen kuman S.Typhi dengan antibodi pada
serum penderita tersangka demam tifoid yang disebut aglutinin. Aglutinin O (dari
tubuh kuman), agglutinin H (flagella kuman). Semakin tinggi titer maka semakin
besar kemungkinan terinfeksi kuman. Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada
minggu pertama demam dan mencapai puncak pada minggu ke empat, dan tetap
tinggi selama beberapa minggu. 2
Pemeriksaan penunjang lain yang sering dilakukan dalam mendukung
diagnosis demam tifoid yaitu uji tubex. Uji ini merupakan semi kuantitatif kolometrik
yang cepatb dan mudah dikerjakan. Uji ini berguna untuk mendeteksi antibody anti-
S.typhi 09 pada serum pasien, dengan cara menghambat ikatan antara IgM anti 09
yang terkonjugasi pada partikel latex yang berwarna dengan lipopolisakarida
S.typhi yang terkonjugasi pada partikel magnetic latex. Respon imun terhadap antigen
O9 berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap anti O9 dapat dilakukan lebih dini
yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi sekunder.2
Tabel Interpretasi hasil uji Tubex
Skor Interpretasi< 2 Negatif Tidak menunjuk infeksi tifoid aktif3 Borderline Pengukuran tidak dapat disimpulkan. Ulangi
pengujian, apabila masih meragukan lakukan pengulangan beberapa hari kemudian
4-5 Positif Menunjukkan infeksi tifoid aktif> 6 Positif indikasi kuat infeksi tifoid
Gold standard pada pemeriksaan demam tifoid adalah dengan biakan empedu.
Hasil yang positif memastikan demam tifoid, tetapi hasil negatif bukan berarti tifoid
Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 5
CASE REPORT
dapat disingkirkan. Hasil biakan yang negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti jumlah darah yang terlalu sedikit < 5 cc, darah tidak segera di
masukkan ke dalam media gall sehingga darah membeku dan bakteri terperangkap di
dalam bekuan, waktu pengambilan sampel yang masih dalam minggu pertama sakit,
sudah mendapat terapi antibiotik serta sudah mendapatkan vaksinisasi.5
Penatalaksanaan
Tatalaksana secara umum
Terapi suportif sangat penting dalam penatalaksanaan demam tifoid seperti
hidrasi intravena, antipiretik, dan nutrisi dan transfusi jika indikasi. > 90% pasien
dapat dirawat dirumah dengan antibiotic oral, perawatan yang cukup dan pemantauan
medis untuk komplikasi atau kegagalan terhadap respon obat. Pasien dengan muntah
yang persisten, diare hebat, dan distensi abdomen dilakukan perawatan dirumah sakit
dan diberi parenteral terapi.6
Trilogi penatalaksanaan demam tifoid yaitu:2
1. Istirahat dan perawatan
Tirah baring diperlukan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat masa
penyembuhan. Dalam hal ini diperhatikan kebersihan tempat tidur, pakaian, dan
perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus
dan pneumonia ortostatik serta hygiene perorangan perlu dijaga.
2. Diet dan terapi penunjang
Terapi diet sangat diperlukan karena makanan yang kurang akan menurunkan
keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan
semakin lama.
Pada pasien diberikan diet bubur saring untuk menghindari komplikasi
perdarahan saluran cerna dan perforasi usus. Dapat juga diberikan nasi dengan lauk
pauk rendah selulosa.
3. Pemberian antimikroba
Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 6
CASE REPORT
Obat-obatan yang sering digunakan ialah:
1. Kloramfenikol masih menjadi Drug of Choice pada pasien demam tifoid. Dosis
untuk orang dewasa adalah 4 x 500 mg per hari oral atau intravena sampai 7 hari
bebas demam. Dengan pemberian kloramfenikol, rata-rata demam turun dalam
waktu 5 hari.
2. Tiamfenikol dosis dan efektifitasnya sama dengan kloramfenikol. Komplikasi
anemia pada pemberian tiamfenikol lebih jarang daripada kloramfenikol. Demam
turun rata-rata sealama 5-6 hari.
3. Kotrimoksazol (kombinasi trimetoprim dengan sulfametoksazol). Dosis untuk
dewasa 2 x 2 tablet per hari, deberikan sampai 7 hari bebas demam. 1 tablet
mengandung 80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol.
4. Ampisilin dan amoksisilin, efektifitasnya lebih rendah dibandingkan dengan
kloramfenikol. Indikasi mutlak penggunaannya adalah paseien demam tifoid
dengan leucopenia.
5. Dosisnya berkisar 50-150 mg/KgBB/hari, diberikan sampai 7 hari bebas demam.
Demam rata-rata turun setelah 7-9 hari pemberian obat.
6. Sefalosporin generasi ketiga seperti septriakson dan sefotaksim. Dosis yang
dianjurkan 3-4 gr dalam 100 cc dekstrosa.
7. Fluoroquinolon seperti siproflosaksin, levoflosaksin, oflosaksin, efektif diberikan
pada demam tifoid namun dosis dan lama pemberian belum diketahui pasti.
8. Terapi pada wanita hamil, kloramfenikol di trimester pertama tidak dianjurkan
karena dikhawatirkan dapat terjadi partus premature, kematian intrauterine.
Tiamfenikol tidak dianjurkan pada trimester pertama karna bersifat tertogenik.
Obat yang dianjurkan ialah ampisilin, amoksisilin dan seftriakson.2
Treatment of uncomplicated typhoid fever
Optimal therapy Alternative effective drugsSusceptibilit
yAntibiotic Daily
dose mg/kg
Days Antibiotic Daily dose mg/k
Days
Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 7
CASE REPORT
g
Fully sensitive
Fluoroquinolone e.g ofloxacin or ciprofloxacin
15 5-7Chloramphenicol
amoxicillinTMP-SMX
50-7575-1008-40
14-211414
Multidrug resistance
Fluoroquinolon or cefixime
1515-20
5-77-14
Azithromycincefixime
8-1015-20
77-14
Quinolon resistance
Azithromycin or ceftriaxone
8-1075
710-14
cefixime 20 7-14
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu komplikasi intestinal berupa perdarahan
intestinal dan perforasi usus. Komplikasi ekstra intestinal yang dpat terjadi yaitu
komplikasi hematologi
(trombositopenia, peningkatan protrombin time, koagulasi intravascular disaminata),
hepatitis tifosa, penyakit tifosa, miolarditis dan manifestasi neuropsikiatrik.2
LAPORAN KASUS
Pasien Ny. E usia 26 tahun, masuk RSUD AA pada tanggal 12 maret 2016
Anamnesis
Keluhan utama
Mengeluhkan demam tinggi sejak 5 hari SMRS
Riwayat penyakit sekarang
Demam dirasakan naik turun dan tidak pernah mencapai suhu normal. Demam
dirasakan meningkat pada malam hari. Pada sore hari pasien mengeluh menggigil,
mual dan berkeringat. Mual disertai muntah, muntah bercampur makanan, tidak
bercampur darah, muntah terjadi lebih kurang 5 kali sehari sebanyak setengah gelas
aqua. Pasien juga mengeluh nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul pada
kepala bagian depan. Badan terasa pegal-pegal, nafsu makan berkurang diikuti badan
lemah. Pasien juga mengeluh ketidaknyamanan pada perut, nyeri perut tidak ada.
Buang air kecil tidak ada keluhan dengan urin berwarna kuning. Buang air besar tidak
Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 8
CASE REPORT
lancar, warna kuning kecoklatan, darah tidak ada. Gusi berdarah, mimisan, bintik-
bintik merah pada kulit tidak ada.
2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien minum obat penurun panas dari
warung, namun tidak ada perbaikan. Riwayat pasien berpergian keluar kota disangkal
oleh pasien.
Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini. Riwayat
darah tinggi, kencing manis, asma tidak ada
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga maupun tetangga yang mengalami keluhan yang sama
dengan pasien
Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi
Pasien bekerja sebagai pegawai swasta dan sering membeli makanan diluar.
Riwayat merokok tidak ada, alkohol tidak ada.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan umum pasien ini ditemukan pasien tampak sakit sedang,
kesadaran komposmentis, pemeriksaan tanda vital tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
74x/menit, irama regular, napas 20x/menit, suhu 38,40C.
Pemeriksaan kepala dan leher : Wajah tidak pucat, Konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik, pupil bulat, isokor dengan diameter 3/3 mm, reflek cahaya (+/+),
mata cekung (-), Lidah kotor (+), sianosis (-), gusi tidak ada perdarahan, faring tidak
hiperemis, KGB tidak membesar, JVP 5-2 cmH2O.
Pemeriksaan thorak paru
Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri dan kanan, gerak nafas simetris,
tidak ada bagian yang tertinggal,
Palpasi :Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru.
Auskultasi: Vesikuler kedua lapangan paru, ronki (-/-), wheezing (-/-).
Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 9
CASE REPORT
Pemeriksaan thorak jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi: ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung kanan linea sternal dextra dan batas jantung kiri 2 jari medial
linea midklavikula sinistra
Auskultasi : S1 dan S2 reguller, gallop (-), murmur (-).
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Perut datar, venektasi (-), distensi (-)
Auskultasi:Bising usus (+) 9x/menit
Palpasi : Supel, massa (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, balotement ginjal (-)
Perkusi:Timpani, shifting dullness (-)
Extremitas
Ptekie (-), akral hangat, capillaryrefilling time < 2 detik, edema tidak ada,
turgor kulit normal, rumple leed (-)
Pemeriksaan penunjang
Hb : 13.4 gr/dl
Hematokrit :39 %
Leukosit : 8000/uL
Trombosit :334 x103 /uL
Anti Salmonela Igm : Reaktif skor 4
Dengue : IgG (-), IgM (-)
Resume
Perempuan, 26 tahun datang dengan keluhan demam tinggi sejak 5 hari
SMRS. demam intermitten. Demam meningkat pada malam hari. Pada sore hari
pasien mengeluh menggigil, mual dan berkeringat. Mual (+) muntah (+), muntah
bercampur makanan, tidak bercampur darah, muntah 5 kali sehari sebanyak setengah
gelas aqua. Nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul pada kepala bagian
depan. Badan terasa pegal-pegal, nafsu makan berkurang diikuti badan lemah. Pasien
juga mengeluh ketidaknyamanan pada perut, nyeri perut tidak ada. Buang air kecil
Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 10
CASE REPORT
sedikit dengan urin berwarna kuning. Buang air besar tidak lancar, warna kuning
kecoklatan, darah tidak ada. Gusi berdarah, mimisan, bintik-bintik merah pada kulit
(-). Riwayat berpergian keluar kota (-),pasien sering membeli makanan diluar.
Pada pemeriksaan status generalis ditemukan pasien tampak sakit sedang,
kesadaran komposmentis, pemeriksaan tanda vital tekanan darah 100/70 mmHg, suhu
38,40C. pada pemeriksaan fisik mata, telinga, hidung dan leher tidak ditemukan
adanya kelainan. Pada lidah didapatkan lidah kotor (+). Pada thoraks paru dan
jantung ditemukan dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan dalam
batas normal. Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb, leukosit, hematokrit, dan
trombosit dalam batas normal. Pada pemeriksaan Anti Salmonela IgM didapatkan
Anti Salmonella IgM Reaktif skor 4. Dengue : IgG (-), IgM (-)
Daftar masalah
Demam
Mual muntah
Penatalaksanaan
Non farmakologi
Bed rest
Diet rendah serat
Farmakologi
IVFD RL 20 tpm
Paracetamol 3 x 500 mg
Inj Ondansentron 2 x 4 mg
Ciprofloxacin 2 x 200 mg
FOLLOW UP
13 Februari 2016
S: pasien mengeluh demam, badan terasa pegal-pegal, nafsu makan berkurang diikuti
badan lemah, mual (-), muntah (-)
Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 11
CASE REPORT
O: TD : 110/70 mmHg
Nadi : 74x/menit
Suhu : 37,3
RR : 20x/menit
Lidah kotor (+)
Nyeri tekan abdomen (-)
Ptekie : (-)
A: demam tifoid hari ke 6
P : IVFD RL 20 tpm
Paracetamol 3 x 500 mg
Inj Ondansentron 2 x 4 mg
Ciprofloxacin 2 x 200 mg per hari selama 6 hari
PEMBAHASAN
Penegakan diagnosis demam tifoid dapat dilakukan berdasarkan kriteria
Zulkarnaen maupun kriteria Kariman Muharman yang akan didapatkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Adapun kriteria
Zulkarnaen yaitu: 1. Demam > 7 hari, tidak mendadak, suhu naik secara bertahap,
pernah mengalami keluhan delirium atau apatis disertai keluhan defekasi maupun
obstipasi. 2. Terdapat 2 atau lebih ditemukan: leukopenia, malaria (-), keluhan BAK
(-). 3. Terdapat 2 atau lebih gejala : kesadaran menurun, rangsangan meningeal (+),
perdarahan usus positif dan splenomegali. 4. Pada pemberian kloramfenikol, suhu
turun secara perlahan dalam 3-5 hari. Kriteria lain yang juga digunakan dalam
menegakkan diagnosis demam tifoid ialah kriteria Kariman Muharman yaitu: 1.
Demam > 5 hari, naik secara bertangga. 2. Fisik diagnostik ditemukan 2 dari : apatis,
obstipasi, epistaksis, kembung, mencret, splenomegali, bradikardi relatif, perdarahan
perianal, rangsangan meningeal (-). 3. Laboratorium: leukopenia, limfositosis relatif,
malaria (-) dan urin normal.
Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 12
CASE REPORT
Diagnosis demam tifoid pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis ditemukan gejala
demam yang sudah berlangsung selama 5 hari, naik perlahan-lahan (tidak mendadak),
tinggi terutama pada malam hari, menggigil, tidak ada kejang (rangsangan
meningeal negatif), gejala gastrointestinal mual, muntah lebih kurang sebanyak 5 kali
sehari, rasa tidak nyaman pada perut dan BAB tidak lancar. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan keasadaran komposmentis,nadi 74 kali per menit (bradikardi relatif), suhu
38,40C, lidah kotor, timpani pada perkusi abdomen. Dari pemeriksaan penunjang
didapatkan hasil tes uji tubex reaktif skor 4. Pada pasien ditemukan gejala berupa
infeksi akut yang terjadi pada pasien dengan demam tifoid pada minggu pertama
yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi
perasaan tidak enak diperut. Pasien mmengalami demam selama 5 hari, namun
diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, dan hasil pemeriksaan
penunjang yaitu anti Salmonella IgM Reaktif skor 4 yang menunjukkan infeksi tifoid
akut. Pemeriksaan uji Tubex ini dapat mendeteksi respon imun secara dini yaitu 4-5
hari. Penatalaksanaan pada pasien ini ialah terapi nonfarmakologi istirahat tirah
baring dan diet lunak dan terapi farmakologi dengan IVFD RL dosis maintenance 20
tetes/menit, pemberian antibiotik ciprofloxacin 2x200mg, namun menurut teori
kloramfenikol masih merupakan obat pilihan kecuali pada wanita hamil. Pada pasien
ini juga diberikan Inj Ondansentron 2 x 4 mg, obat ini diberikan untuk mengurangi
gejala mual yang dikeluhkan dan diberikan parasetamol 3x500 mg untuk mengurangi
gejala demam. Edukasi yang diberikan ialah pasien dianjurkan untuk beristirahat,
tidak terlalu banyak beraktivitas untuk mencegah perdarahan pada usus serta
mengurangi makan yang berserat untuk sementara waktu.
Daftar Pustaka
1. Mansjoer, Arif dkk. Demam Tifoid. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi
Ketiga. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius FKUI. 2000.
2. Widodo D. Demam Tifoid. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5.
Jilid ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2006; 2797- 2805
Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 13
CASE REPORT
3. Demam Tifoid. [cited] Desember 22, 2010. Available from:
http://www.indoroyal.com
4. Jawets, Mellnich JL. Enterobactericeae. Dalam Mikrobiologi Kedokteran.. Edisi
ke-20. Jakarta : EGC. 1996;246
5. Prasetyo R. Ismoedijanto. Metode Diagnostik Demam Tifoid pada Anak ;2008
6. World Health Organization. Background document. The diagnosis, treatment and preventionof typhoid fever. 2003
Ilmu Penyakit Dalam FK UR Mei 2016 Page 14
CASE REPORT
Ilmu Penyakit Dalam FK UR Maret 2016 Page 15