5
Nama : Faraqanita Dwi Novianti Kelas : X-10 Absen : 17 KUUCAPKAN 'SELAMAT TINGGAL, SAHABAT KECILKU Sepertinya matahari belum menampaan !irinya" Namun# au telah terban$un !ar ti!uru semalam yan$ nyenya" %ari ini au be$itu berseman$at" &alau san$ 'a(ar bel sepenuhnya memperlihatan ilauan )ahayanya yan$ teran$# au telah !u!u manis len$ !en$an eme(a biru serta eru!un$ putih bermoti' bun$a-bun$a" Faraqanita Dwi Novianti# biasanya oran$-oran$ meman$$ilu Fara" Searan$ au !i ota pahlawan# Surabaya" Au yan$ ini !u!u !iban$u elas * S+, su!ah beran(a Dan mun$in au telah bela(ar untu men$enal )inta" Setiap manusia pasti pernah mer masa ana-ana" e$itu pun !en$an !iriu" &alau# au telah memasui usia rema(a# enan$an in!ah yan$ umilii !i masa e)ilu" +asa in!ah itu a!alah# watu !imana a memilii seoran$ sahabat e)il yan$ bera!a !i (auh sana" Kini au seperti men!apat a!o !ari santa pa!a Natal ali ini" Karena# masa i aan embali" +un$in masa in!ah itu terulan$ !i watu yan$ ta sama seperti !ulu" ini au ta la$i men(a!i seoran$ $a!is e)il yan$ )en$en$" Namun# satu hal yan$ me watu ini tetap in!ah seperti masa e)ilu" .aitu# seoran$ sahabat yan$ ta an ber Saat ini au berseman$at untu men(alani hariu arena !ia embali" Dia# saha e)ilu yan$ unanti" /a pernah au berpiir bahwa au !apat men$ulan$ masa laluu la$i" +asa lalu yan$ in!ah bersama sahabat e)ilu"

cerpenradit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cerpenradit

Citation preview

Nama:Faraqanita Dwi NoviantiKelas:X-10Absen:17

KUUCAPKAN 'SELAMAT TINGGAL, SAHABAT KECILKUSepertinya matahari belum menampakkan dirinya. Namun, aku telah terbangun dari tidurku semalam yang nyenyak. Hari ini aku begitu bersemangat. Walau sang fajar belum sepenuhnya memperlihatkan kilauan cahayanya yang terang, aku telah duduk manis lengkap dengan kemeja biru serta kerudung putih bermotif bunga-bunga.Faraqanita Dwi Novianti, biasanya orang-orang memanggilku Fara. Sekarang aku tinggal di kota pahlawan, Surabaya. Aku yang kini duduk dibangku kelas 2 SMP sudah beranjak remaja. Dan mungkin aku telah belajar untuk mengenal cinta. Setiap manusia pasti pernah merasakan masa kanak-kanak. Begitu pun dengan diriku. Walau, aku telah memasuki usia remaja, ada satu kenangan indah yang kumiliki di masa kecilku. Masa indah itu adalah, waktu dimana aku memiliki seorang sahabat kecil yang berada di jauh sana.Kini aku seperti mendapat kado dari santa pada Natal kali ini. Karena, masa indah itu akan kembali. Mungkin masa indah itu terulang di waktu yang tak sama seperti dulu. Mungkin, kini aku tak lagi menjadi seorang gadis kecil yang cengeng. Namun, satu hal yang membuat waktu ini tetap indah seperti masa kecilku. Yaitu, seorang sahabat yang tak kan berubah.Saat ini aku bersemangat untuk menjalani hariku karena dia kembali. Dia, sahabat kecilku yang kunanti. Tak pernah aku berpikir bahwa aku dapat mengulang masa laluku sekali lagi. Masa lalu yang indah bersama sahabat kecilku.Kini, aku telah berada di Bandara Juanda, Surabaya. Aku mondar-mandir kesana-kemari dengan langkah yang tak pasti. Aku sangat tidak sabar untuk bertemu Radit, yaa Radit Vendhi Ramawinata dialah sahabat kecilku. Kakiku berhenti melangkah, ketika mataku melihat seorang lelaki yang telah tumbuh menjadi seorang remaja. Aku tak kan lupa dengan raut wajahnya yang begitu teduh. Aku memang tak salah, lelaki itu berlari menghampiriku sambil menyebut namaku Faraaa... ucapnya sedikit berteriak. Saat dia berdiri dihadapanku tiba-tiba bisikan jail terlintas ditelingaku. Fara? Siapa itu Fara? tanyaku dengan penuh sandiwara. Jadi, kamu bukan Fara? tanyanya dengan raut wajuh yang ditekuk berlipat-lipat. Aku pun hanya menahan tawa.Rasanya ingin aku melanjutkan sandiwara ini, namun aku tak kuasa menahan tawa. Tuh kan, kamu bohong! Kamu Fara kan? ucapnya ketika melihatku tertawa kecil. Aku memang bukan Fara, aku manusia yang bernama Fara. jawabku mengakhiri sandiwara tersebut. Kami berdua hanya tertawa terbahak-bahak. Loh? Kepalamu kenapa Far? Ciee, yang sekarang pakai kerudung. ledek Radit. Seharusnya kamu senang Dit, punya sahabat yang solehah seperti aku haha. ujarku bangga. Eiits, tapi... rambutmu tetap keritingkan? tanyanya sambil meledekku untuk memastikannya. Aku hanya bisa memajang muka cemberut.Tak ada yang berubah dari Radit. Begitulah Radit, dimana pun dan kapan pun selalu saja menggodaku. Mungkin, Radit sekarang sedikit lebih dewasa daripada yang dulu. Tak banyak basa-basi, Radit pun mengajakku untuk singgah ke rumahnya. Dengan senang hati aku menerima ajakan itu. Di setiap perjalanan kami berdua mengulas kembali masa kecil kami yang indah. Tentang kenakalan Radit dulu, tentang aku yang cengeng, dan tentang semuanya yang indah di masa itu.Sampai akhirnya mobil yang dikendarai oleh supir Radit berhenti di sebuah rumah yang indah, megah, nan elok. subhanaallah,Ini rumah kamu, Dit? tanyaku tak percaya. Radit hanya tersenyum kecil, lalu berjalan memasuki rumahnya.Rumah ini begitu besar, dan juga sangat megah. Sungguh, seperti istana di buku dongeng yang dulu sering ku baca.Waktu sangat cepat berlalu. Hingga malam natal pun tiba. Dari balik pintu kamar Radit, aku melihat ia sedang bernyanyi dengan iringan gitar di balkon kamarnya. Aku terdiam, bersandar pada daun pintu sambil menikmati lagu yang sedang ia lantunkan. Fara!! ucap Radit yang baru sadar bahwa sedari tadi aku berada di belaknganya. Suara kamu bagus Dit, jago juga kamu main gitarnya. ucapku sambil berjalan menghampiri Radit, lalu duduk disampingnya.Duet yuk, Far! Kamu yang nyanyi aku yang main gitar. tawarnya. Nggak deh, aku minder Dit. Soalnya suara kamu lebih bagus daripada suaraku. jawabku malu tapi mau. Hihi. Bagus atau jeleknya suara kamu gak berpengaruh buat aku, Far. Yang penting adalah kebersamaan diantara kita saat bernyanyi nanti. kata Radit sambil memandang bintang yang bertaburan dilangit. Malam Natal kali ini sangat indah. Aku merasakan sebuah cahaya dihatiku yang dulu redup kini kembali menyala terang. Bernyanyi bersama sahabat kecilku, diiringi alunan gitar yang lembut, dan ditemani beratus-ratus bintang yang bersinar di langit. Sungguh lengkap kebahagiaanku sekarang.Detik telah berlalu, jam terlah berganti, hari sudah ditiup angin, dan bulan pun telah datang. Semakin lama kumengenal Radit, semakin ramai pula kehipan ini. Waktu sungguh cepat berlalu. Setelah berbagai peristiwa kulalui bersama Radit, kini ia terbaring lemah di Rumah Sakit. Beberapa hari ini, Radit memang sempat mengeluh kesakitan dibagian kepalanya. Bahkan, Radit juga pingsan dihadapanku. Baru saja kemarin dia menjalani ronsen. Dia yang kukenal tegar selama ini ternyata mempunyai penyakit kanker otak stadium akhir. Mungkin jika aku jelaskan tentang penyakit itu, kalian akan mengerti. Aku pun tak berlama-lama disana, aku putuskan untuk segera pulang. Aku tak kuasa melihat penyakit itu ada di tubuh sahabatku.Malam tahun baru telah tiba, malam ini ingin kuhabiskan bersama Radit. Dengan senyum ceria aku bergegas menuju Rumah Sakit. Malam ini aku ingin membuat Radit tertawa seperti beberapa hari yang lalu. Karena, semenjak ia sakit, raut wajahnya nampak murung. Dan itu sangat memebuatku cemas.Assalamualaikum, Dit! ucapku sambil membuka pintu. Radit tak menjawab salamku, dia hanya duduk terdiam diatas kursi roda. Hei! Kok kamu ngelamun? Tanyaku sambil mendekatinya. Pergi sana! Aku lagi ingin sendiri, jangan ganggu aku!! ucapnya sedikit kasar sambil mendorong tubuhku. Aku pun mengalah, ku balikan badanku, dan keluar dari ruangan itu. Ingin aku bercerita kepada Radit tentang penyakit yang berada bersama dirinya, namun aku tak kuasa mengatakan itu di hadapannya.Semenjak Radit datang ke Surabaya, aku lebih sering menghabiskan waktu bersamanya. Sampai-sampai aku lupa bahwa aku masih memiliki teman yang lain, selain Radit. Akhirnya hari ini aku sempatkan untuk memulai awal tahun 2011 bersama teman-teman satu sekolahku. Canda tawa, cerita konyol, bahkan cerita misteri tercipta di sebuah mal yang terletak di pusat kota Surabaya. Tak lupa kuceritakan kepada mereka tentang kisahku saat bertemu Radit (sahabat kecilku). Karena aku bahagia, mereka pun ikut bahagia, karena kami adalah sahabat. Satu kebahagiaan untuk semua, dan satu luka kita bagi rata.Saat hendak pulang aku dikejutkan dengan adanya telepon dari Mamanya Radit. Beliau menyuruhku untuk segera menuju Rumah Sakit. Kenapa Far? tanya seorang temanku. Radit! Hm.. , aku tinggal dulu ya. Bye! jawabku dengan wajah pucat. Tanpa pikir panjang aku pun langsung menuju rumah sakit tersebut.Aku berjalan begitu cepat mencari ruang inap Radit yang telah ditunjukan seorang suster. Hatiku begitu cemas, dadaku berguncang begitu hebat, rasa takut terus menghantui pikiranku. Aku terus berlari-lari kecil, badanku terasa bergetar hebat.aku berharap kamu baik-baik saja, Dit. batinku.Saat aku telah menemukan ruang inap Radit, seketika Mamanya Radit memelukku erat sambil berkata, Fara , Radit ada didalam, nafasnya mulai putus putus. Tante takut ada hal yang gak tante inginkan terjadi. Aku pun berusaha menenangkan Mamanya Radit.Aku tak punya kekuatan untuk melihat kondisi Radit secara langsung. Dan Akhirnya aku hanya melihat Radit dari balik jendela. Sungguh, aku tak kuasa melihat tubuhnya yang begitu lemah. Aku pun tak dapat membendung air mata ini. Aku berlari menuju kamar mandi untuk menghapus beribu tetes air mata yang telah membasahi pipiku. Inginku pecahkan tangis disana. Setelah itu, aku kembali menemui Mama dan Papanya Radit. Sebisa mungkin aku tersenyum dihadapan mereka.Ketika aku telah berdiri disamping mereka, lagi-lagi Mamanya Radit memelukku. Pelukkan ini jauh lebih erat dari yang sebelumnya. Aku dapat merasakan apa yang sedang terjadi saat ini. hingga terucap satu kalimat dari Mamanya Radit Faraa.., Radit meninggal.Kalimat itu terdengar jelas di telingaku. Seketika tubuhku ikut melemas, pandanganku kosong, pikiranku melayang. Dan aku hanya terduduk sambil menangis tak percaya. Yang kulakukan hanya menangisi kepergian sahabat kecilku yang baru saja kutemui.02-Januari-2011, tepat pukul 09:00 WIB Radit di semayamkan di Surabaya. Air mataku mengiringi proses pemakaman. Saat ini tubuh Radit telah dikebumikan. Tak dapat lagi kulihat wajah teduhnya, mendengar suara indahnya, dan godaan jailnya yang selalu membuatku tertawa.Tuhan, sesingkat inikah waktuku bersama sahabat kecilku? Dapatkah kuperlambat waktu, agar aku bisa lebih lama bersamanya? Masih banyak yang ingin kuceritakan kepadanya! Izinkan aku untuk melihat raut wajahnya, Tuhan!Faraa... Tuhan sungguh baik, dia masih memberikan waktu kepadamu agar bisa melihatku sebelum aku menutup mata. Jika kau ingin bercerita, berceritalah kapan pun dan dimana pun. Karena sejatinya aku dapat mendengar isi hatimu. ucap Radit, lalu pergi.Radit! Radit, Radit! teriakku kencang, berharap Radit tak kan pergi lagi. Tapi, ternyata itu semua hanya mimpi. Aku pun berusaha menenangkan diriku yang masih shock.Tiba-tiba, kudapati sosok Radit di balik jendela kamarku. Dia memakai baju putih bercahaya, disaat itu kucium bau wangi. Radit melambaikan tangan kepadaku. Dengan senyum getir, kuucapkan Selamat tinggal, sahabat kecilku.Kini Radit benar-benar telah pergi. Tapi, aku percaya akan satu hal. Walau kita berbeda dunia, hati kita tak kan terpisah. Aku tersenyum dibalik kesedihanku. Menangis memang perlu, tapi jangan sampai berlarut. Menari dalam tangisku, sepedih apa pun hatiku! Sejatinya Allah menyangiku dan menemaniku disini.