9
Leadership and Multiculturalism Multikulturalisme adalah fakta kehidupan di dalam organisasi masa kini. Populasi, angkatan kerja, dan pelanggan terus berubah secara dramatis dari sisi usia, ras, jender, kebangsaan, dan sebagainya. Pemimpin harus menghargai pentingnya perbedaan kultur yang ada dan memahami bagaimana keragaman mempengaruhi operasional dan hasil yang dicapai perusahaan. Bab ini akan membahas tentang multikulturalisme dan keragaman. Definisi Keragaman Keragaman angkatan kerja berarti mempekerjakan dan melibatkan orang dengan kualitas kemanusiaan yang berbeda-beda. Dari sudut pandang individual, keragaman berarti melibatkan orang yang berbeda dengan diri mereka sendiri dalam beberapa dimensi seperti usia, ras, gender, atau etnik. Terdapat beberapa dimensi dalam keragaman seperti yang digambarkan oleh bagan 11.1. dan bentuk “roda” dari bagan tersebut menunjukkan betapa ada pengaruh bersamaan dari beberapa dimensi tersebut. Bagian dalam roda tersebut disebut dengan dimensi primer yang meliputi keragaman yang dibawa sejak lahir atau yang memiliki dampak sepanjang hidup. Dimensi primer meliputi usia, ras, etnis, gender, dan kemampuan mental dan fisik. Dimensi di luarnya adalah dimensi sekunder, dimensi yang diperoleh atau diubah di dalam perjalanan hidup. Dimensi sekunder memiliki dampak pada cara pandang seseorang tentang dunianya.

CH11 Leadership and Multiculturalism

Embed Size (px)

DESCRIPTION

leadership

Citation preview

Leadership and MulticulturalismMultikulturalisme adalah fakta kehidupan di dalam organisasi masa kini. Populasi, angkatan kerja, dan pelanggan terus berubah secara dramatis dari sisi usia, ras, jender, kebangsaan, dan sebagainya. Pemimpin harus menghargai pentingnya perbedaan kultur yang ada dan memahami bagaimana keragaman mempengaruhi operasional dan hasil yang dicapai perusahaan. Bab ini akan membahas tentang multikulturalisme dan keragaman.Definisi KeragamanKeragaman angkatan kerja berarti mempekerjakan dan melibatkan orang dengan kualitas kemanusiaan yang berbeda-beda. Dari sudut pandang individual, keragaman berarti melibatkan orang yang berbeda dengan diri mereka sendiri dalam beberapa dimensi seperti usia, ras, gender, atau etnik.Terdapat beberapa dimensi dalam keragaman seperti yang digambarkan oleh bagan 11.1. dan bentuk roda dari bagan tersebut menunjukkan betapa ada pengaruh bersamaan dari beberapa dimensi tersebut. Bagian dalam roda tersebut disebut dengan dimensi primer yang meliputi keragaman yang dibawa sejak lahir atau yang memiliki dampak sepanjang hidup. Dimensi primer meliputi usia, ras, etnis, gender, dan kemampuan mental dan fisik. Dimensi di luarnya adalah dimensi sekunder, dimensi yang diperoleh atau diubah di dalam perjalanan hidup. Dimensi sekunder memiliki dampak pada cara pandang seseorang tentang dunianya.Realitas KeragamanCara pandang dan sikap terhadap keragaman yang ada terus mengalami perubahan. Ini disebabkan oleh: Adanya perubahan signifikan di dalam masyarakat seperti meningkatnya rata-rata usia bekerja, lebih banyak wanita masuk dalam angkatan kerja, para pekerja dari berbagai etnis dan kebangsaan. Adanya globalisasi. Di masa kini, ide, investasi, produk, dan jasa keluar dan masuk ke dalam Negara dalam frekuensi yang tinggi dan luas. Hampir setiap organisasi, besar maupun kecil, merasakan dampaknya.

Kebutuhan akan Keragaman OrganisasionalAda beberapa alasan yang mendasari para pemimpin organisasi untuk menanggapi keberagaman dengan sikap yang berbeda:1. Organisasi menerima keberagaman untuk memenuhi tuntutan dari semakin beragamnya konsumen. Dengan pelanggan yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda-beda, perusahaan membutuhkan karyawan yang beragam untuk dapat membangun hubungan dengan para pelanggannya.2. Untuk mengembangkan potensi individu karyawan maupun organisasi. Ketika keberagaman diterima, karyawan yang merasa dihargai keberadaannya akan meningkat moralnya dan ini akan mendukung kinerja yang lebih baik pada individu maupun pada organisasi secara keseluruhan.3. Untuk dapat menarik dan memperkerjakan orang-orang dengan bakat terbaik. Dengan menghargai perbedaan yang ada maka organisasi akan semakin terlihat menarik bagi orang-orang di luar dengan bakat-bakat besar untuk bergabung di dalamnya.4. Dan akhirnya, keberagaman memberikan banyak dasar bagi upaya penyelesaian masalah, kreatifitas, dan inovasi. Keberagaman pemikiran sangat dibutuhkan di dalam menciptakan organisasi pembelajar. Organisasi pembelajar terdiri dari orang-orang yang bekerja sama dalam berbagai fungsi dan peran.Cara Wanita dalam MemimpinSalah satu bentuk keberagaman yang menarik untuk dicermati adalah semakin meningkatnya pekerja wanita dan bagaimana mereka bertindak saat memimpin. Berdasarkan beberapa pengamatan dan penelitian, wanita dan pria memiliki cara yang berbeda di dalam bertindak sebagai pemimpin. Pemimpin pria, sering dikaitkan dengan agresifitasm asertifitas, proses pengambilan keputusan yang berdasarkan pertimbangan rasional dan semacamnya. Di sisi lainnya, pemimpin wanita sering dikaitkan dengan membangun consensus, melibatkan orang lain, dan kepedulian. Oleh seorang penulis, Judy B. Rosner, ini dinamakan sebagai kepemimpinan interaktif.Peneliti lainnya, Grace Pastiak, lebih jauh menyatakan bahwa meskipun kepemimpinan interaktif ini banyak menyajikan karakteristik feminine, akan tetapi di dalam dunia saat ini nilai-nilai semakin dibutuhkan secara universal baik dalam pemimpin wanita maupun pemimpin pria. Hal ini ditunjukkan dalam hasil penelitian tentang persepsi kepemimpinan pria dibandingkan dengan wanita (bagan 11.2). Penelitian ini menunjukkan bahwa wanita dianggap lebih baik dari pada pria dalam hal 1) pengaruh ideal, ini berarti pemimpin menjadi panutan bagi bawahannya lebih dari sekedar posisi, 2) Motivasi yang inspiratif, berarti pemimpin mampu menyampaikan apa yang perlu dilakukan dengan baik dan memberikan semangat untuk mencapainya, 3) kepedulian individual, yang artinya pemimpin menunjukkan kepeduliannya pada bawahan secara individu dengan merata, serta 4) stimulasi intelektual, yang berarti pemimpin dapat mendorong peningkatan kemampuan bawahan untuk menjalankan tugas.Keempat elemen ini mungkin lebih sering dilekatkan pada pemimpin wanita namun bila keempat elemen itu dapat dijalankan dengan baik maka pemimpin akan menjadi pemimpin yang lebih baik dimata bawahannya tanpa memandang gender.Keberagaman GlobalTerdapat dua aspek yang perlu perhatikan oleh organisasi di dalam menangani keberagaman global. Kedua aspek itu adalah aspek lingkungan sosiokultural dan perbedaan cara berkomunikasi.Lingkungan SosiokulturalKeberagaman budaya, bahkan antar bangsa, wajib dikuasai oleh organisasi yang beroperasi secara global seperti perusahaan multinasional. Ada beberapa aspek lingkungan sosiokultural yang ada yaitu: Sistim nilai social. Sistim nilai social yang berlaku di berbagai Negara bisa jadi sangat berbeda dan ini akan mempengaruhi hubungan antara karyawan dan organisasi. (bagan 11.3) Kesenjangan Kekuasaan, kesenjangan kekuasaan yang tinggi berarti karyawan menerima adanya perbedaan kewenangan diantara organisasi, institusi, dan individual yang besar. Sedangkan kesenjangan kekuasaan yang rendah berarti sebagian besar orang mengharapkan hubungan kesetaraan. Menghindari ketidakpastian, dengan tingkat menghindari ketidakpastian yang rendah berarti ada toleransi yang tinggi terhadap pengambilan resiko. Sebaliknya tingkatan yang rendah berarti sebagian besar orang mengharapkan adanya kepastian dan keyakinan sebelum bertindak. Individualisme versus kolektifisme, di dalam individualism terdapat jaringan social antar lembaga dan masyarakat yang lebih renggang. Sedangkan dengan kolektifisme, masyarakat lebih memiliki semangat kekeluargaan dan jaringan social yang kuat. Maskulin dan Feminin, kultur yang maskulin mengutamakan prestasi, sentralisasi pekerjaan, keuntungan materialism, heroism, dan perilaku asertif. Kultur yang feminine menekankan pada kerja sama, kepedulian, pengambilan keputusan secara kelompok. Baik pria maupun wanita akan mengikuti kultur yang dominan.Beberapa karakteristik budaya yang lainnya adalah bahasa, agama, sikap, organisasi social, dan pendidikanDampak Pada KepemimpinanSeorang pemimpin musti menyadari adanya perbedaan cultural ini agar dapat menjalankan kepemimpinan yang efektif dalam lingkungan yang multicultural. Misalnya cara pemimpin dalam membangun kerja tim, menetapkan model pengambilan keputusan, dan memberikan masukan untuk perbaikan akan berbeda-beda sesuai dengan budaya yang dominan. Tantangan Bagi MinoritasDi tengah-tengah budaya yang dominan, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh kaum minoritas. Yang pertama adalah tuntutan yang tidak seimbang atau perbedaan dianggap sebagai kekurangan. Misalnya factor keluarga yang bagi pria dianggap sebagai nilai plus tetapi dianggap sebagai hambatan bagi wanita. Berikutnya adalah hidup dalam dua budaya, Bikulturalisme adalah gejala social dimana kaum minoritas merasakan adanya dualisme dalam hidup mereka. Mereka menjadi tertarik pada dua budaya, yang dominan, dan yang minoritas, sehingga kesulitan menentukan identitas. Misalnya pekerja kulit hitam di AS yang mengalami dua pemikiran saat menjadi orang amerika dan menjadi orang kulit hitam keturunan afrika. Atap kaca, fenomena lain yang dialami oleh kaum minoritas adalah atap kaca, atau pembatas yang dapat dirasakan keberadaannya tetapi tidak terlihat. Hal ini bisa dibuktikan dengan misalnya kaum wanita yang keberadaannya masih terbatas sebagian besar lapisan bawah organisasi. Atau rata-rata penghasilan kaum minoritas yang lebih rendah daripada kaum mayoritas.Upaya Kepemimpinan Merangkul MultikulturalismeBerikut ini adalah beberapa upaya kepemimpinan yang dilakukan untuk mengenali dan merangkul multikulturalisme.Tahapan Kesadaran Keberagaman dalam OrganisasiOrganisasi dan individu berbeda-beda dalam kepekaan dan keterbukaan mereka akan adanya keberagaman. Bagan 11.4 menunjukkan empat tahapan yang dilalui organisasi dalam memahami keberagaman.Pada tahapan awal, mereka sudah merasa cukup sadar dengan memenuhi aturan hukum yang berlaku. Disini, ada sudut pandang bahwa kaum minoritas adalah masalah yang harus ditangani.Tahapan selanjutnya, mereka mulai menyadari adanya ketidakadilan dalam perlakuan pada minoritas dan tingginya perputaran karyawan minoritas berdampak negative bagi organisasi. Meskipun demikian belum ada tindakan nyata yang mereka bisa lakukan.Di tahapan ketiga, pemimpin menyadari bahwa adanya manfaat dan keunggulan bersaing yang dihasilkan dengan adanya kaum minoritas. Mereka kini mulai melakukan upaya menarik dan mempertahankan karyawan minoritas.Di tahapan keempat, keberagaman yang ada mulai dikelola dan diarahkan pada penyetaraan kesempatan dan penghargaan. Pada tahapan pengorganisasian ini banyak hal yang dilakukan pemimpin untuk mengubah sistim.Di tahapan kelima dan terakhir, adalah pada saat organisasi tersebut benar-benar buta akan perbedaan budaya yang ada dan bergerak hanya pada pencapaian sasaran bersama. Tidak ada kelompok yang merasa dibedakan atau disingkirkan.Hambatan Evolusi MultikulturalismeMeskipun pemimpin menyadari pentingnya merangkul multikulturalisme, mereka mungkin masih akan menemui hambatan dalam mewujudkan persatuan di dalam organisasi multicultural. Etnocentrisme, ini adalah pandangan bahwa satu kelompok etnik memiliki keunggulan dari pada etnik yang lain. Stereotip dan prasangka, bila dibiarkan berkembang, etnocentrisme bisa berkembang menjadi prasangka. Dan ini biasanya adalah penghalang terbesar di dalam mewujudkan multikuturalisme. The White Male Club (Eksklusifitas), di AS istilah ini berarti eksklusifitas yang terjadi pada level-level tertentu yang di dalamnya didominasi oleh kelompok mayoritas. Keberadaan klub eksklusif ini adalah simbol ketidaksetaraan yang ada. Paradoks keberagaman. Di satu sisi, keberagaman dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan persaingan namun di sisi lain ada kerumitan dalam mewujudkan kerja sama dalam organisasi yang memiliki keberagaman. Ini karena biasanya orang lebih nyaman bekerja dengan mereka yang memiliki kesamaan. Perbedaan budaya yang nyata bertentangan. Perbedaan budaya kadangkala demikian nyata sehingga cenderung bertentangan sehingga menghasilkan konflik jika tidak ditegakkan sebuah kesepakatan yang bisa diterima semua pihak. Misalnya, ketepatan waktu dan cara bekerja.Solusi bagi PemimpinAda beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pemimpin di dalam mewujudkan organisasi yang dapat menerima multikulturalisme. Memimpin Organisasi Multikultural, beberapa karakteristik berikut ini perlu ditunjukkan oleh pemimpin dalam memimpin organisasi multi cultural. 1) Mencipta visi yang luas dan mencakup keberagaman yang ada dalam organisasi. 2)Pemahaman yang kuat akan dimensi multikulturalisme yang ada dan menyadari isu-isu penting dalam masalah multikulturalisme. 3)Keterbukaan pada perubahan. Karena untuk mengubah orang lain dibutuhkan sikap yang terbuka pada perubahan pada diri pemimpin. Dan 3)Penerapan program pendampingan (mentoring) dan pemberdayaan (empowerment) bagi karyawan yang beragam. Mengubah budaya organisasi, pemimpin perlu mengubah budaya yang selama ini tidak mengakomodasi keberagaman budaya. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan sistim kerja yang menghapuskan diskriminasi, merekrut karyawan yang lebih beragam, dan lain sebagainya. Melakukan pelatihan kesadaran keberagaman, pelatihan ini ditujukan untuk meningkatkan secara bertahap kesadaran organisasi maupun individual karyawan akan pentingnya keberagaman dan bagaimana mempertahankan lingkungan yang harmonis dengan adanya keberagaman.