Upload
ibtichal-gusyani-putri
View
6
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
LANDASAN TEORI
II. A. STRES
II. A. 1. Definisi Stres
Pada umumnya kita merasakan bahwa stres merupakan suatu kondisi
negatif atau keadaan yang tidak menyenangkan, Selye (dalam Rice, 1992)
membedakan antar distress atau stress yang negatif dan eustress atau stress yang
positif. Distress mengarah pada kerusakan atau ketidaknyamanan dengan situasi
cemas, takut dan kwatir. Inti dari stress adalah pengalaman psikologi yang negatif
yang menimbulkan kesakitan, sehingga individu merasa perlu untuk
menghindarinya (Rice,1992). Sedang eustress atau stress yang positif menurut
Selya ( dalam Rice, 1992) adalah pengalaman yang memuaskan atau kenyaman.
Eustress dapat meningkatkan kesadaran, meningkatkan mental kesiagaan dan
menigkatkan performance. Disamping itu, eustress juga dapat memberikan
motivasi pada individu.
Penelitian ini menekankan pada stres yang negatif yang mengarah pada
kerusakan dan ketidaknyamanan sehingga menurunkan performance atau
pengalaman psiklogi yang negatif menimbulkan kesakitan yang memiliki
kesamaan dengan pengalaman kecemasan, kemarahan, kekhawatiran.
Baum, Coyne & Holroyd, dkk (dalam Sarafino, 1998) menjelaskan bahwa
stres juga dapat disrtikan sebagai :
Universitas Sumatera Utara
9
a. Stimulus
Stres sebagai stimulus berfokus pada lingkungan individu sebagai sumber atau
penyebab ketegangan pada dirinya dalam suatu kejadian atau keadaan tertentu
seperti “job stres yang tinggi”. Keadaan tersebut dirasakan mengancam atau
berbaya sehingga menimbulkan ketegangan, yang disebut sebagai stressor.
b. Respon
Stres sebagai respon berpusat pada reaksi individu terhadap stres. Respon
yang muncul dapat secara fisiologis, seperti jantung berdebar, gemetar dan
pusing, secara psikologis seperti takut, cemas, sulit berkosentrasi dan mudah
tersinggung.
c. Proses
Stres sebagai proses terdiri dari stressor dan strain. Dimensi yang penting
lainnya adalah hubungan antara individu dengana lingkungan (COX, 1978,
Lazarus & Folkman, 1984, Lazarus & Launier, 1978, Mechanic, 1976).
Proses ini merupakan interaksi dan penyesuaian yang berlanjut yang disebut
transaksi antara stimulus atau respon tapi juga merupakan sebuah proses
dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui
strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Stres adalah suatu keadaan tertekan, baik fisik maupun psikologis
(Chaplin, 1999). Menurut Atkinson (2000) stres mengacu pada peristiwa yang
dirasakan membahayakan kesejahteraan individu terhadap situasi yang disebut
respon stres. Saat individu dihadapkan pada situasi stres maka individu akan
bereaksi baik secara fisiologis maupun psikologis.
Universitas Sumatera Utara
10
Selain itu, menurut Lazarus & Folkman ( dalam Morgan, 1986) stres adalah
keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi
penyakit, latihan dan lain – lain) atau oleh kondisi lingkungan dan sosial yang
dinilai membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk
melakukan coping.
Berdasarkan berbagai definisi diatas, maka disimpulkan bahwa stres adalah
keadaan internal atau eksternal yang dirasakan membahayakan atau mengancam
kesejahteraan atau kenyamanan individu. Situasi ini menyebabkan individu
bereaksi baik secara fisiologis maupun psikologis dan melakukan penyesuaian diri
terhadap situasi tersebut.
II. A. 2. Sumber – Sumber Stres
Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) kondisi fisik,
lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan
stressor. Stressor dapat berwujud dan berbentuk fisik, seperti polusi udara dan
dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial. Pikiran ataupun perasaan individu
sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi
dapat juga menjadi stressor.
Lazarus & Cohen (1984) mengklasifikasikan stressor kedalam tiga
kategori, yaitu :
a. Catacysmic Event
Fenomena besar atau tiba – tiba terjadi, seperti kejadian – kejadian penting
yang mempengaruhi banyak orang seperti bencana alam.
Universitas Sumatera Utara
11
b. Personal Stressor
Kejadian – kejadian penting mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah orang
tertentu, seperti kritis keluarga.
c. Background stressor
Pertikaian atau permasalahan yang bisa terjadi setiap hari, seperti masalah
dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.
Sarafino (1998) membagi tiga jenis sumber stres yang dapat terjadi pada
kehidupan individu :
a. Sumber yang berasal dari individu
Ada dua cara stres berasal dari individu. Pertama adalah melalui adanya
penyakit. Penyakit yang diderita individu menyebabkan tekanan biologis dan
psikologis sehingga menimbulkan stres. Sejauh mana tingkat stres yang
dialami individu dengan penyakitnya dipengaruhi faktor usia dan keparahan
penyakit yang dialaminya. Cara kedua adalah melalui terjadinya konflik.
Konflik merupakan sumber yang paling utama. Didalam konflik individu
memiliki dua kecenderungan yang berlawanan : menjauh dan mendekat.
Individu harus memiliki dua atau lebih alternatif pilihan yang masing–masing
memiliki kelebihan dan kekuhrangannya se ndiri. Keadaan seperti ini banyak
dijumpai saat individu dihadapkan pada keputusan–keputusan mengenai
kesehatannya.
b. Sumber yang berasal dari keluarga
Stres dalam keluarga dihasilkan melalui adanya perilaku, kebutuhan –
kebutuhan dan kepribadian dari masing –masing anggota keluarga yang
Universitas Sumatera Utara
12
berdampak kepada anggota keluarga lainnya. Konflik interpersonal ini dapat
timbul dari adanya masalah finansial, perilaku yang tidak sesuai, melalui
adanya tujuan yang berbeda antar anggota keluarga, bertambahnya anggota
keluarga perceraian orang tua, penyakit dan kecacatan yang dialami anggota
keluarga dan kematian anggota keluarga. .
c. Sumber stres yang berasal dari komunitas dan masyarakat
Adanya hubungan manusia dengan lingkungan luar menyebabkan banyak
kemungkinan munculnya sumber – sumber stres. Misalnya : stres yang
dirasakan anak sekolah akibat adanya kompetisi – kompetisi dalam hal seperti
olah raga.
Di sisi lain, stres yang dialami oleh orang dewasa banyak diperoleh melalui
pekerjaannya dan berbagai situasi lingkungan. Stres yang diperoleh melalui
pekerjaan contohnya dikarenakan : diluar sisi kerja, kontrol yang rendah
terhadap pekerjaan yang diemban, kurangnya hubungan interpersonal dengan
sesama rekan kerja, promosi jabatan, kehilangan pekerjaan lainnya. Stres yang
diperoleh dari lingkungan juga dapat diakibatkan oleh lingkungan yang berisik
dan padat serta lingkungan yang tercemar ( Sarafino, 1998).
d. Life – Change Events
Stres juga bersal dari Life – Change Events yaitu peristiwa – peristiwa yang
membawa perubahan dalam kehidupan manusia dan diperlukan adaptasi
terhadapnya. Homes & Rahe (dalam Matteo,1991) melakukan suatu penelitian
yang dimulai dari adanya hipotesis bahwa tingkat stres yang dialami individu
dapat dilihat dari sejumlah perubahan hidup yang sedang dialami.
Universitas Sumatera Utara
13
Berdasarkan berbagai definisi – definisi diatas, maka disimpulkan bahawa
stressor adalah kondisi fisik, lingkungan, dan sosial yang merupakan penyebab
dari kondisi stres. Stressor ini dapat terwujud fisik saeperti polusi udara, piikiran
atau perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang
nyata maupun imajenasi, rutinitas pekerjaan, berkaitan dengan lingkungan sosial
seperti interaksi sosial, masalah dalam keluarga, serta bencana alam juga dapat
menjadi stressor.
II. B. STRES KERJA
II. B. 1. Definisi Stres Kerja
Stres kerja definisikan sebagai keadan respon fisik dan emosi yang muncul
ketika persyaratan–persyaratan kerja tidak sesuai dengan kapasitas sumber daya
atau kebutuhan pekerja ( NIOSH Research, 1998). Stres kerja dapat menyebabkan
kondisi keshatan menjadi kurang baik. Konsep dari stres kerja adalah selalu
comfosed dengan tantangan, tetapi konsep ini tidak selalu sama. Tantangan
mendorong secara psikologis dan secara fisik namun memotivasi untuk belajar.
Lazarus (dalam Fraser, 1985) mengatakan bahwa stres kerja hanya
berhubungan dengan kejadian–kejadian disekitar kerja yang merupakan bahaya
atau ancaman seperti rasa takut, cemas, rasa bersalah, marah sedih, putus asa,
bosan, dan timbulnya stres kerja disebabkan beban kerja yang diterima melampaui
batas–batas kemampuan pekerja yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama
sesuai dengan situasi dan kondisi.
Universitas Sumatera Utara
14
Stoner (1986) mengatakan bahwa pekerjaan yang berbeda bagi setiap
pekerja akan menimbulkan tingkat stres kerja cyang berbeda pula. Stres kerja
berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap aspek–aspek
pekerjaan terutama terhadap motif berprestasi yang kelak akan berhubungan
dengan proses kerja.
Wilford (dalam Fraser,1985) berpendapat bahwa stres kerja terjadi apabila
terdapat penyimpangan–penyimpangan dari kondisi-kondisi yang suatu ketidak
seimbangan antara tuntutan kerja dengan kemampuan pekerjaannya. Stres kerja
muncul dari interaksi individu dengan pekerjaannya dan dicirikan oleh
perubahan–perubahan didalam individu tersebut yang mendorong dari fungsi
norma.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah
suatu beban atau ketegangan yang dialami pekerja baik fisik maupun psikis karena
adanya ketidak seimbangan antara tuntutan atau kebijaksanaan perusahaan dengan
kemampuan pekerja sehingga dapat mempengaruhi prestasi kerja.
II. B. 2. Aspek – Aspek Stres Kerja
Beehr dan Newman (dalam Luthans, 2005) mengklasifikasikan 3 aspek
dalam stres kerja yaitu :
1. Aspek Fisik
Stres dapat menyebabkan perubahan metabolisme sehingga dapat
mempengaruhi keadaan fisiologis individu. Umunya gejala fisik yang tampak
pada pekerja dapat berupa seperti : sakit pada dahi, migrain, sakit pada
Universitas Sumatera Utara
15
punggung, tekanan dileher dan tenggorokan, susah menelan, kram otot, susah
tidur, kehilangan gairah seksual, kaki dan tangan dingin, lelah, tekanan darah
tinggi, denyut nadi cepat, kehilangan selera makan, gangguan pencernaan dan
pernafasan.
2. Aspek Psikis
Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menimbulkan ketidak puasan
dalam pekerjaan. Hal ini adalah efek psikologis yang jelas dan paling
sederhana. Namun , stres muncul pada keadaan psikis pada pekerja misalnya :
mudah lupa, pikiran kacau, susah berkonsentrasi, sukar mengambil keputusan,
percaya pada hal – hal yang tidak rasional, sering mengalami mimpi buruk,
berbicara sendiri. Termasuk juga gejala emosional seperti mudah marah,
perasaan jengkel, mudah merasa terganggu, gelisah, cemas, panik, ketakutan,
sedih, depresi, kebutuhan yang tinggi untuk bergantung kepada orang lain,
perasan butuh pertolongan, putus asa, pesimis, tidak berharga, kesepian,
menyalahkan diri sendiri dan prustasi.
3. Aspek Prilaku
Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku dalam kehidupan pribadi akan
muncul pada pekerja seperti : tidak dapat berhubungan akrab dengan orang
lain, tidak dapat mempercayai orang lain, tidak asertif, tidak berani mengambil
resiko, menarik diri , tidak punya kontrol jhidup, membuat tujuan yang tidak
realitis, self esteem rendah, tidak termotivasi, sering membuat kekacauan,
mudah bertengkar, bermasalah dalam perkawinan, cemburu berlebihan,
merasa terasing, tidak dapat mengekspresikan perasaan sebenarnya.
Universitas Sumatera Utara
16
Sedangkan dalam kehiudupan pekerjaan, para pekerja akan mengalami hal –
hal seperti tidak merespon tantangan, kehilangan kreativitas, perfoma rendah,
sering absen, aspirasi rendah, motivasi renadah, menerima status rendah, tidak
ada inisiatif, komunikasi buruk, kurang orientasi, terlalu banyak bekerja,
terlalu mengontrol dan tidak dapat bekerja sama dengan orang lain.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek stres
kerja dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu : fisik, psikologis dan
prilaku. Aspek fisik dapat berupa gejala – gejala fisiologis seperti gangguan
pencernaan, gangguan pernafasan, hipertensi. Aspek psikis dapat berupa gejala
gejala emosional seperti panik, gelisah, deperesi. Aspek perilaku dapat
berhubungan dengan kehidupan pribadi dan kehidupan pekerjaan.
II.B.3 Dampak Stres Kerja Bagi Individu
Dampak stres kerja bagi individu menurut Luthans (2005), antara lain :
1. Kesehatan
Tubuh manusia pada dasarnya dilengkapi sistem kekebalan untuk mencegah
serangan penyakit. Tubuh manusiah dalam mencegah dan mengatasi pengaruh
penyakit tertentu, dengan cara memproduksi antibodi sehingga orang yang
terkena stres mudah pula terkena penyakit.
2. Psikologis
Stres akan menyebabkan kekwatiran atau ketegangan secara terus menerus.
Hal tersebutdapat membuat individu merasa hopeless dan helpless sehingga
Universitas Sumatera Utara
17
dapat menimbulkan perasaan ingin bunuh diri atau kematian pada penderita
stres.
3. Interaksi Interpersonal
Karyawan yang bekerja di suatu organisasi menunjukan bahwa stres kerja
menyebabkan terjadinya ketegangan dan konflik antara pihak karyawan
dengan pihak manejemen. Tingginya emosi berpotensi menghambat kerja
sama antara individu satu dengan yang lain.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak stres
kerja terhadap individu adalah munculnya masalah yang berhubungan dengan
kesehatan, psikologis dan interaksi interpersonal. Masalah kesehatan seperti gejala
Gangguan fisik misalnya : tekanan darah tinggi, penyakit jantung. Masalah
psikologis seperti depresi, apatisme, reaksi emosional, kemarahan. Masalah dalam
interaksi interpersonal yaitu terjadinya ketegangan dan konflik antara pihak
pekerja dengan pihak manajemen dan terhambatnya kerja sama antara individu
satu dengan yang lain.
II.B.4. Faktor-Faktor Stres Kerja
Robbins (1998), mengemukakan faktor –faktor yang dapat menimbulkan
stres kerja antara lain :
1. Faktor lingkungan
Dimana perubahan yang terjadi secara tidak pasti dalam lingkungan
organisasi dapat mempengaruhi tingakat stres dikalangan karyawan.
Contohnya: keamanan dan keselamatan dalam lingkungan pekerjaan, perilaku
Universitas Sumatera Utara
18
manejer terhadap bawahan, kurangnya kebersamaan dalam lingkungan
pekerjaan.
2. Faktor organisasional
Seperti tuntutan tugas yang berlebihan, tekanan untuk menyelesaikan
pekerjaan dalam kurung waktu tertentu.
3. Faktor individual
Situasi atau kondisi yang mempengaruhi kehidupan secara individual seperti
faktor ekonomi, keluarga dan kepribadian dari karyawan itu sendiri.
Menurut Sarafino (1994), faktor–faktor yang mempengaruhi stres kerja
adalah :
1. Tuntutan kerja yang terlalu tinggi, seperti pekerjaan diluar kontrol pekerja
yang harus dilakukan secara berulang dan terus menerus, evaluasi lampiran
kerja oleh atasan.
2. Perubahan tanggung jawab dalam kerja.
3. Pekerjaan yang berkaitkan dengan tanggung jawab terhadap nyawa orang lain,
seperti pekerjaan tenaga medis dimana memiliki beban yang tinggi terhadap
nyawa orang lain sehingga menyebabkan kelelahan psikis dan akhirnya
menimbulkan stres.
4. Lingkungan fisik pekerjaan yang tidak nyaman.
5. Hobi interpersonal yang tidak baik dalam lingkungan kerja.
6. Promosi jabatan yang tidak adekuat.
7. Kontol yang padat terhadap pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
19
Menurut Lazarus (1985) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
stres kerja adalah :
1. Kondisi kerja yang kurang baik, seperti penerangan yang kurang baik, bising,
terlalu dingin atau panas, dan polusi udara.
2. Beban pekerjaan yang berlebihan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Tugas yang berlebihan secara kuantitatif terjadi bila penyelesaian suatu
pekerjaan dalam waktu yang singkat. Sedangkan tugas yang berlebihan secara
kualitatif bila tuntutan pekerjaan lebih tinggi dari pada pengetahuan dan
ketrampilan pekerja.
3. Desakan waktu. Desakan waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan tidak cukup sehingga pekerjaan selesai pada waktu yang di
tentukan.
4. Bahaya fisik, yang berupa kondisi kerja yang membahayakan, seperti
membersihkan kaca jendela gedung bertingkat atau adanya lingkungan kerja
yang membahayakan. Contohnya bekerja di tempat ketinggian dan pemakaian
mesin-mesin pemotong.
5. Spesialisasi pekerjaan. Pada pekerjaan yang rutin dan sempit, para pekerja sulit
untuk mempersepsikan pekerjaannya sehingga pekerjaan menjadi menarik dan
tidak membosankan pekerja.
Pada penelitian yang dilakukan oleh NIOSH research (1998) penyebab
stres kerja dapat dibagi dua yaitu yang berasal dari dalam individu dan dari luar
individu antara lain:
Universitas Sumatera Utara
20
a. Dari diri individu adalah usia, kondisi fisik dan faktor kepribadian, apakah
kepribadian tipe A atau tipe B, pribadi ekstrovert atau introvert ayang secara
keseluruhan dituangkan dalam lima faktor kepribadian (Big Five Factor
Personality yang meliputi ektraversia, emotional stability, agrecables,dan
operres to experience} dalam hal ini emotional stability berhubungan dengan
mudah tidaknya seorang mengalami stres.
b. Faktor dari luar individu adalah lingkungan baik lingkungan keluarga maupun
lingkungan kerja, cita-cita.
Lingkungan mendorong kondisi kerja penuh dengan stres yang disebut stres
kerja dan dapat langsung mempengaruhi keamanan pekerja dan kesehatan.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor- faktor
yang menyebabkan stres kerja dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Faktor internal antara lain faktor individu
Faktor individu seperti keluarga, ekonomi, kepribadian.
2. Faktor eksternal antara lain faktor lingkungan dan organisasi.
Faktor lingkungan berupa keamanan dan keselamatan dalam lingkungan
pekerjaan, perilaku manejer terhadap bawahan, kurangnya kebersamaan
dalam lingkungan pekerjaan. Faktor organisasional seperti tuntutan tugas
yang berlebihan, tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam kurung
waktu tertentu.
Universitas Sumatera Utara