24
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) I. PENGERTIAN Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan ginjal yang progresif dan irreversibel di mana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Cronik Kidney Disease (CKD) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan irreversible (Mansjoer, 2000). Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal yang tidak dapat pulih, ditandasi dengan penurunan fungsi ginjal progresif, mengarah pada penyakit ginjal tahap akhir dan kematian. Penyebab paling umum dari gagal ginjal kronik meliputi glomerulonefritis, pielonefritis, hipoplasia, congenital, penyakit ginjal polisiklik, diabetes, hipertensi, system lupus, sindrom al port dan aminoblosis (Tucher, 1999). Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsional uang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia dan retensi urea serta sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002) Jadi dapat disimpulkan gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversinel sehingga tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi

Chronic Kidney Disease

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kesehatan

Citation preview

Page 1: Chronic Kidney Disease

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

I. PENGERTIAN

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan ginjal yang progresif dan

irreversibel di mana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia

(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Cronik Kidney Disease

(CKD) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan irreversible

(Mansjoer, 2000).

Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal yang tidak dapat pulih, ditandasi

dengan penurunan fungsi ginjal progresif, mengarah pada penyakit ginjal tahap

akhir dan kematian. Penyebab paling umum dari gagal ginjal kronik meliputi

glomerulonefritis, pielonefritis, hipoplasia, congenital, penyakit ginjal polisiklik,

diabetes, hipertensi, system lupus, sindrom al port dan aminoblosis (Tucher,

1999).

Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsional uang progresif dan irreversible

dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia dan retensi urea serta

sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002)

Jadi dapat disimpulkan gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal yang ditandai

dengan penurunan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversinel sehingga

tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan

elektrolit sehingga terjadi uremia yang bisa mengarah kepada penyakit ginjal

tahap akhir yang disebabkan oleh berbagai penyebab.

II. ETIOLOGI

CKD dapat disebabkan oleh penyakit sistemik diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. DM.

2. Glomerulonefrtitis kronis

3. Pielonefritis

4. Agen toksis

5. Hipertensi yang tidak terkontrol

6. Obstruksi traktus urinalisis

7. Gangguan vaskuler

8. Infeksi

Page 2: Chronic Kidney Disease

Terdapat 8 kelas sebagai berikut :

Klasifikasi penyakit Penyakit

Infeksi Pielonefritis kronik

Penyakit peradangan Glomerulonefritis

Penyakit vascularHipertensif

Nefrosklerosis benignaNefrosklerosis malignaStenosis arteri renalis

Gangguan jaringanPenyambung

Lupus eritematosus sistemik Poliarteritis nodusSkelrosis sistemik progresif

Gangguan kongenital dan herediter Penyakit ginjal polikistikAsidosis tubulus ginjal

Penyakit metabolic Diabetes mellitus, GoutHiperparatiroidisme, Amiloidosis

Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesikNefropati timbal

Nefropati obstruktif Saluran kemih atas : kalkuli, neoplasma fibrosis retroperitonealSaluran kemih bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomaly congenital pada leher kandung kemih dan uretra

III. PATOFISIOLOGI

Perjalanan umum GGK melalui 3 stadium:

1. Stadium I: Penurunan cadangan ginjal

a. Kreatinin serum dan kadar BUN normal

b. Asimptomatik

c. Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR

2. Stadium II: Insufisiensi ginjal

a. Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)

b. Kadar kreatinin serum meningkat

c. Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)

Ada 3 derajat insufisiensi ginjal:

a. Ringan

40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal

b. Sedang

15% - 40% fungsi ginjal normal

c. Kondisi berat

2% - 20% fungsi ginjal normal

Page 3: Chronic Kidney Disease

3. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia

a. Kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat

b. Ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit

c. Air kemih/urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010

Patofisiologi umum GGK

Hipotesis Bricker (hipotesis nefron yang utuh)

“Bila nefron terserang penyakit maka seluruh unitnya akan hancur, namun sisa

nefron yang masih utuh tetap bekerja normal”

IV. MANIFESTASI KLINIK

1. Sistem kardiovaskuler: mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan

natrium dari aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), gagal jantung

kongestif dan edema pulmoner (akibat cairan berlebih) dan perikarditis

(akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksin uremik).

2. Sistem integrumenurum: rasa gatal yang parah (pruritus). Butiran uremik

merupakan suatu penunpukkan kristal urin di kulit, rambut tipis dan kasar.

3. Sistem gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah.

4. Sistem neurovaskuler: perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu

berkonsentrasi, kedura otot dan kejang.

5. Sistem pulmoner: krekels, sputun kental, nafas dalam dan kusmaul.

6. Sistem reproduktif: amenore, atrifi testikuler.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

a. Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal : ureum kreatinin, asam urat serum

b. Identifikasi etiologi gagal ginjal : analisis urin rutin, mikrobiologi urin,

kimia darah, elektrolit, imunodiagnosis

c. Identifikasi perjalanan penyakit : progresifitas penurunan fungsi ginjal,

ureum kreatinin, klearens kreatinin test :

CCT = (140 – umur ) X BB (kg) 72 X kreatinin serum.

wanita = 0,85

pria = 0,85 X CCT

1) hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan elektrolit

2) endokrin: PTH dan T3,T4

3) pemeriksaan lain: infark miokard

Page 4: Chronic Kidney Disease

2. Diagnostik

Etiologi GGK dan terminal:

a. Foto polos abdomen

b. USG

c. Nefrotogram

d. Pielografi retrograde

e. Pielografi antegrade

f. mictuating Cysto Urography (MCU)

3. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal

a. Retogram

b. USG

VI. MANAJEMEN TERAPI

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan

homeostasis selama mungkin.

Intervensi diit. Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam organik

merupakan hasil pemecahan protein yang akan menumpuk secara cepat dalam

darah jika terdapat gangguan pada klirens renal. Protein yang dikonsumsi harus

bernilai biologis (produk susu, telur, daging) di mana makanan tersebut dapat

mensuplai asam amino untuk perbaikan dan pertumbuhan sel. Biasanya cairan

diperbolehkan 300-600 ml/24 jam. Kalori untuk mencegah kelemahan dari

karbohidrat dan lemak. Pemberian vitamin juga penting karena pasien dialisis

mungkin kehilangan vitamin larut air melalui darah sewaktu dialisa.

Hipertensi ditangani dengan medikasi antihipertensi kontrol volume

intravaskule. Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner perlu pembatasan

cairan, diit rendah natrium, diuretik, digitalis atau dobitamine dan dialisis.

Asidosis metabolik pada pasien CKD biasanya tanpa gejala dan tidak perlu

penanganan, namun suplemen natrium bikarbonat pada dialisis mungkin

diperlukan untuk mengoreksi asidosis.

Anemia pada CKD ditangani dengan epogen (erytropoitin manusia rekombinan).

Anemia pada pasaien (Hmt < 30%) muncul tanpa gejala spesifik seperti malaise,

keletihan umum dan penurunan toleransi aktivitas. Abnormalitas neurologi dapat

terjadi seperti kedutan, sakit kepala, dellirium atau aktivitas kejang. Pasien

dilindungi dari kejang.

Page 5: Chronic Kidney Disease

Pada prinsipnya penatalaksanaan Terdiri dari tiga tahap :

1. Penatalaksanaan konservatif : Pengaturan diet protein, kalium, natrium,

cairan

2. Terapi simptomatik : Suplemen alkali, transfusi, obat-obat local&sistemik,

anti hipertensi

3. Terapi pengganti : HD, CAPD, transplantasi

VII. KOMPLIKASI

1. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme

dan masukan diit berlebih.

2. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah

uremik dan dialisis yang tidak adekuat.

3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-

angiotensin-aldosteron.

4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah

merah.

5. Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum

rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.

6. Asidosis metabolic

7. Osteodistropi ginjal

8. Sepsis

9. Neuropati perifer

10. Hiperuremia

VIII. KLASIFIKASI GGK ATAU CKD (CRONIC KIDNEY DISEASE) :

Stage Gbran kerusakan ginjal GFR (ml/min/1,73 m2)

1 Normal atau elevated GFR ≥ 90

2 Mild decrease in GFR 60-89

3 Moderate decrease in GFR 30-59

4 Severe decrease in GFR 15-29

5 Requires dialysis ≤ 15

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk

sampah   dan prosedur dialysis.

Page 6: Chronic Kidney Disease

2. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis,

perikarditis

3. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urin, retensi cairan dan

natrium.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan

yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).

5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan cara perawatan b.d kurangnya

informasi kesehatan.

6. Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh primer, tindakan invasive

7. PK: Insuf Renal

8. PK : Anemia

9. Defisit self care b.d kelemahan, penyakitnya.

Page 7: Chronic Kidney Disease

X. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1 Intoleransi

aktivitas b.d

ketidakseimbang

an suplai &

kebutuhan O2

Klien dapat menoleransi

aktivitas & melakukan

ADL dgn baik

Kriteria Hasil:

1. Berpartisipasi dalam

aktivitas fisik dgn

TD, HR, RR yang

sesuai

2. Warna kulit

normal,hangat

&kering

3. Memverbalisasikan

pentingnya aktivitas

secara bertahap

4. Mengekspresikan

pengertian

pentingnya

keseimbangan

latihan & istirahat

5. ↑toleransi aktivitas

NIC: Toleransi aktivitas

a. Menentukan penyebab

intoleransi

aktivitas&menentukan

apakah penyebab dari

fisik, psikis/motivasi

b. Kaji kesesuaian

aktivitas&istirahat

klien sehari-hari

c. ↑ aktivitas secara

bertahap, biarkan klien

berpartisipasi dapat

perubahan posisi,

berpindah&perawatan

diri

d. Pastikan klien

mengubah posisi secara

bertahap. Monitor

gejala intoleransi

aktivitas

e. Ketika membantu klien

berdiri, observasi gejala

intoleransi spt mual,

pucat, pusing,

gangguan

kesadaran&tanda vital

f. Lakukan latihan ROM

jika klien tidak dapat

-Menentukan

penyebab dapat

membantu

menentukan

intoleransi

-Terlalu lama

bedrest dapat

memberi kontribusi

pada intoleransi

aktivitas

-Peningkatan

aktivitas membantu

mempertahankan

kekuatan otot, tonus

-Bedrest dalam

posisi supinasi

menyebabkan

volume

plasma→hipotensi

postural & syncope

-TV & HR respon

terhadap ortostatis

sangat beragam

-Ketidakaktifan

berkontribusi

Page 8: Chronic Kidney Disease

menoleransi aktivitas terhadap kekuatan

otot & struktur sendi

2 Pola nafas tidak

efektif b.d

hiperventilasi,

penurunan

energi,

kelemahan

Setelah dilakukan askep

3x24 jam pola nafas

klien menunjukkan

ventilasi yg adekuat dg

kriteria :

1. Tidak ada dispnea

2. Kedalaman nafas

normal

3. Tidak ada retraksi

dada / penggunaan

otot bantuan

pernafasan

Monitor Pernafasan:

a. Monitor irama,

kedalaman dan

frekuensi pernafasan.

b. Perhatikan pergerakan

dada.

c. Auskultasi bunyi nafas

d. Monitor peningkatan

ketdkmampuan

istirahat, kecemasan

dan seseg nafas.

Pengelolaan Jalan Nafas

a. Atur posisi tidur klien

untuk maximalkan

ventilasi

b. Lakukan fisioterapi

dada jika perlu

c. Monitor status

pernafasan dan

oksigenasi sesuai

kebutuhan

d. Auskultasi bunyi nafas

e. Bersihhkan skret jika

ada dengan batuk

efektif / suction jika

perlu.

Klien bisa bernafas

spontan dan adekuat,

serta dengan segera

diatasi masalah bila

terjadi kelainan.

3 Kelebihan

volume cairan

b.d. mekanisme

pengaturan

melemah

NOC:

Setelah dilakukan askep

3x24 jam pasien

mengalami

keseimbangan cairan

dan elektrolit.

Kriteria hasil:

Fluit manajemen:

-     Monitor status hidrasi

(kelembaban membran

mukosa, nadi adekuat)

-     Monitor tnada vital

-     Monitor adanya indikasi

overload/retraksi

Status hidrasi sangat

penting untuk

diketahui secara dini

agar tidak terjadi

overlod cairan

Page 9: Chronic Kidney Disease

-     Bebas dari edema

anasarka, efusi

-     Suara paru bersih

-     Tanda vital dalam

batas normal

-     Kaji daerah edema jika

ada

Fluit monitoring:

-     Monitor intake/output

cairan

-     Monitor serum albumin

dan protein total

-     Monitor RR, HR

-     Monitor turgor kulit dan

adanya kehausan

-     Monitor warna, kualitas

dan BJ urine

4 Ketidakseimban

gan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

Setelah dilakukan askep

selama 3x24 jam klien

menunjukanstatus

nutrisi

adekuatdibuktikan

dengan BB stabil tidak

terjadi mal nutrisi,

tingkat energi adekuat,

masukan nutrisi adekuat

Manajemen Nutrisi

-    kaji pola makan klien

-    Kaji adanya alergi

makanan.

-    Kaji makanan yang

disukai oleh klien.

-    Kolaborasi dg ahli gizi

untuk penyediaan nutrisi

terpilih sesuai dengan

kebutuhan klien.

-    Anjurkan klien untuk

meningkatkan asupan

nutrisinya.

-    Yakinkan diet yang

dikonsumsi mengandung

cukup serat untuk

mencegah konstipasi.

-    Berikan informasi

tentang kebutuhan nutrisi

dan pentingnya bagi tubuh

klien.

Monitor Nutrisi

-    Monitor BB setiap hari

Manajemen nutrisi

dan monitor nutrisi

yang adekuat dapat

membantu klien

mendapatkan nutrisi

sesuai dengan

kebutuha tubuhnya.

Page 10: Chronic Kidney Disease

jika memungkinkan.

-    Monitor respon klien

terhadap situasi yang

mengharuskan klien

makan.

-    Monitor lingkungan

selama makan.

-    Jadwalkan pengobatan

dan tindakan tidak

bersamaan dengan waktu

klien makan.

-    Monitor adanya mual

muntah.

-    Monitor adanya

gangguan dalam proses

mastikasi/input makanan

misalnya perdarahan,

bengkak dsb.

-    Monitor intake nutrisi

dan kalori.

5 Kurang

pengetahuan

tentang penyakit

dan

pengobatannya

b.d. kurangnya

sumber

informasi

NOC: Pengetahuan

tentang penyakit,

setelah diberikan

penjelasan selama 2 x

pasien mengerti proses

penyakitnya dan

Program perawatan

serta Therapi yg

diberikan dg:

Indikator:

Pasien mampu:

-     Menjelaskan kembali

tentang penyakit,

-     Mengenal kebutuhan

perawatan dan

NIC: Pengetahuan

penyakit

Aktifitas:

-    Kaji pengetahuan klien

tentang penyakitnya

-    Jelaskan tentang proses

penyakit (tanda dan

gejala), identifikasi

kemungkinan penyebab.

-    Jelaskan kondisi klien

-    Jelaskan tentang

program pengobatan dan

alternatif pengobantan

-    Diskusikan perubahan

gaya hidup yang mungkin

Mempermudah

dalam memberikan

penjelasan pada

klien

Meningkatan

pengetahuan dan

mengurangi cemas

Mempermudah

intervensi

Page 11: Chronic Kidney Disease

pengobatan tanpa cemas digunakan untuk 

mencegah komplikasi

-    Diskusikan tentang

terapi dan pilihannya

-    Eksplorasi kemungkinan

sumber yang bisa

digunakan/ mendukung

-    instruksikan kapan harus

ke pelayanan

-    Tanyakan kembali

pengetahuan klien tentang

penyakit, prosedur

perawatan dan pengobatan

Mencegah keparahan

penyakit

Memberi gambaran

tentang pilihan terapi

yang bisa digunakan

6 Resiko infeksi

b.d. tindakan

invasive,

penurunan daya

tahan tubuh

primer

NOC:

Kontrol infeksi dan

kontrol resiko, setelah

diberikan perawatan

selama 5x24 jam tidak

terjadi infeksi sekunder

dg:

Indikator:

-     Bebas dari tanda-tanda

infeksi

-     Angka leukosit normal

-     Ps mengatakan tahu

tentang tanda-tanda dan

gejala infeksi

NIC: proteksi infeksi:

-    monitor tanda dan gejala

infeksi

-    Pantau hasil

laboratorium

-    Amati faktor-faktor yang

bisa meningkatkan infeksi

-    monitor VS

NIC: Kontrol infeksi

-    Ajarkan tehnik mencuci

tangan

-    Ajarkan tanda-tanda

infeksi

-    laporkan dokter segera

bila ada tanda infeksi

-    Batasi pengunjung

-    Cuci tangan sebelum

dan sesudah merawat ps

-    Tingkatkan masukan

gizi yang cukup

Proteksi diri dari

infeksi

Mencegah infeksi

sekunder

Mencegah INOS

Meningkatkan daya

tahan tubuh

membantu proteksi

infeksi

Mencegah tjdnya

infeksi

Meningkatkan

pengetahuan ps

Page 12: Chronic Kidney Disease

-    Anjurkan istirahat cukup

-    Pastikan penanganan

aseptic daerah IV

-    Berikan PEN-KES

tentang risk infeksi

7 PK: Insuf Renal Perawat akan

menangani atau

mengurangi komplikasi

dari insuf renal

-    Pantau tanda dan gejala

insuf renal ( peningkatan

TD, urine <30 cc/jam,

peningkatan BJ urine,

peningkatan natrium

urine, BUN Creat, kalium,

pospat dan amonia,

edema).

-    Timbang BB jika

memungkinkan

-    Catat balance cairan

-    Sesuaikan pemasukan

cairan setiap hari = cairan

yang keluar + 300 – 500

ml/hr

-    Berikan dorongan untuk

pembatasan  masukan

cairan yang ketat : 800-

1000 cc/24 jam. Atau

haluaran urin / 24 jam +

500cc

-    Kolaborasi dengan ahli

gizi dalam pemberian diet,

rendah natrium (2-4g/hr)

-    pantau tanda dan gejala

asidosis metabolik

( pernafasan dangkal

cepat, sakit kepala, mual

muntah, Ph rendah,

letargi)

Mencegah jangan

sampai terjadi insuf

yang lebih berat

Mengetahui

pemasukan cairan

dalam tubuh, bila

pemasukan cairan

berlebihan akan

memperberat kerja

jantung dan terjadi

edema.

Page 13: Chronic Kidney Disease

-    Kolaborasi dengan

timkes lain dalam

therapinya

-    Pantau perdarahan,

anemia, hipoalbuminemia

-    Kolaborasi untuk

hemodialisis

8 PK: Anemia Setelah dilakukan askep

3x24 jam perawat akan

dapat meminimalkan

terjadinya komplikasi

anemia :

-     Hb >/= 10 gr/dl.

-     Konjungtiva tdk

anemis

-     Kulit tidak pucat

-     Akral hangat

-    Monitor tanda-tanda

anemia

-    Anjurkan untuk

meningkatkan asupan

nutrisi klien yg bergizi

-    Kolaborasi untuk

pemeberian terapi

initravena dan tranfusi

darah

-    Kolaborasi kontrol Hb,

HMT, Retic, status Fe

-    Observasi keadaan

umum klien

Mengatasi anemia

dengan segera agar

tidak terjadi

komplikasi.

9 Defisit self care Setelah dilakukan askep

3x24 jam klien mampu

Perawatan diri

Self care :Activity Daly

Living (ADL) dengan

kriteria :

-   Pasien dapat

melakukan aktivitas

sehari-hari (makan,

berpakaian, kebersihan,

toileting, ambulasi)

-   Kebersihan diri pasien

terpenuhi

Bantuan perawatan diri

-   Monitor kemampuan

pasien terhadap perawatan

diri

-   Monitor kebutuhan akan

personal hygiene,

berpakaian, toileting dan

makan

-   Beri bantuan sampai

klien mempunyai

kemapuan untuk merawat

diri

-   Bantu klien dalam

memenuhi kebutuhannya.

-   Anjurkan klien untuk

Bantuan perawatan

diri dapat membantu

klien dalam

beraktivitas dan

melatih pasien untuk

beraktivitas kembali.

Page 14: Chronic Kidney Disease

melakukan aktivitas

sehari-hari sesuai

kemampuannya

-   Pertahankan aktivitas

perawatan diri secara rutin

-   Evaluasi kemampuan

klien dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

-   Berikan reinforcement

atas usaha yang dilakukan

dalam melakukan

perawatan diri sehari hari.

Page 15: Chronic Kidney Disease

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8

volume 2, EGC, Jakarta

2. Bongard, Frederic, S. Sue, darryl. Y, 1994, Current Critical, Care Diagnosis and

Treatment, first Edition, Paramount Publishing Bussiness and Group, Los

Angeles

3. Carpenito, L J (2001) Buku Saku Keperawtan. Edisi 8. EGC. Jakarta

4. Corwin. E J. (2001) Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakatra

5. Doenges. M E (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Edisi 3. EGC, Jakarta

6. McCloskey, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC), Mosby, USA

Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses:Definition & Classification

2005-2006, Philadelphia USA

7. Price, Sylvia A and Willson, Lorraine M, 1996, Patofisiologi: Konsep Klinis

Proses-Proses penyakit, Edisi empat, EGC,Jakarta

8. www. Us. Elsevierhealth.com, 2004, Nursing Diagnosis: for guide to Palnning

care, fifth Edition