41
Ciawi, 21 Agustus 2017

Ciawi, 21 Agustus2017

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ciawi, 21 Agustus2017

Ciawi, 21 Agustus 2017

Page 2: Ciawi, 21 Agustus2017

Outline

• Kinerja Penyaluran KUR 2007 – 2016;

• Kinerja Penyaluran KUR Tahun 2017;

• Strategi Pencapaian 40% KUR untuk Sektor Produksi

2

Page 3: Ciawi, 21 Agustus2017

KINERJA PENYALURAN KUR2007 – 2016

3

Bagian I

Page 4: Ciawi, 21 Agustus2017

KUR sebagai Salah Satu Alternatif Pembiayaan Klaster Produksi

Suku Bunga KUR pada tahun 2017 sebesar 9% efektif per tahun (atau sama dengan suku bunga

flat yang setara)

4

Page 5: Ciawi, 21 Agustus2017

Evolusi Skema KUR

2007 - 2014

2015

2016

• Skema subsidi Imbal Jasa Penjaminan (IJP) = 3.25%;

• Suku Bunga: KUR Mikro 22%, KUR Ritel 13% , KUR TKI 22%

• Target penerima : UMKM di seluruh sektor ekonomi dan TKI

• Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 20 Juta, KUR Ritel Rp 500 Juta

• Risk Sharing: 70% - 30% (sektor non prioritas), 80% - 20% (sektor prioritas)

• 33 Bank Pelaksana, 4 Penjamin;• Pengawasan oleh Bank Indonesia dan

BPKP.• Total Penyaluran Rp 178 Triliun dengan

12,4 juta akad kredit. NPL = 3.3%• Tenaga kerja yang terserap sebanyak

20,3 juta tenaga kerja.• Baki debet s.d. Des’16 Rp 34,5 triliun.

• Skema subsidi bunga• Suku Bunga 12%• Subsidi bunga: KUR Mikro 7%, KUR

Ritel 3%, KUR Penempatan TKI 11.5%(termasuk collection fee)

• Target penerima: UMKM di sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan, perdagangan dan jasa

• Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 25 Juta, KUR Ritel Rp 500 Juta

• Risk Sharing: B2BPelaksana• 7 Bank Pelaksana, 2 Perusahaan

Penjamin;• Pengawasan oleh OJK dan BPKP.• Total Penyaluran per Des 2015

sebesar Rp 22,75 Triliun dengan 1 juta akad kredit. (75,9% dari target)

• Baki debet s.d. Des’16 Rp 17,03 triliun.

• Skema subsidi bunga• Suku Bunga 9%• Subsidi bunga: KUR Mikro 10%, KUR

Ritel 4,5%, KUR Penempatan TKI 12%(termasuk collection fee)

• Target penerima: UMKM di sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan, perdagangan dan jasa

• Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 25 Juta, KUR Ritel Rp 500 Juta

• Tarif IJP: B2B (1,5%)Pelaksana• 26 Bank, 2 Perusahaan Pembiayaan• 10 Penjamin• Pengawasan oleh OJK dan BPKP.• Total Penyaluran per Des 2016 Rp

94,4 triliun dengan 4,3 juta akad kredit. (94% dari target). NPL = 0.37%

• Baki debet s.d. Des’16 Rp 70,6 triliun.

2017

5

• Skema subsidi bunga• Suku Bunga 9%• Subsidi bunga: KUR Mikro 9,5%, KUR

Ritel 4,5%, KUR Penempatan TKI 12%(termasuk collection fee)

• Target penerima: UMKM di sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan, perdagangan dan jasa

• Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 25 Juta, KUR Ritel Rp 500 Juta

• Tarif IJP = B2B (1,75%)Pelaksana• 33 Bank, 4 Perusahaan Pembiayaan,

1 Koperasi Simpan Pinjam• 10 PenjaminTarget penyaluran KUR tahun 2017sebesar Rp110Triliun.

Porsi KUR sektor produksiditargetkan sebesar 40%.

Page 6: Ciawi, 21 Agustus2017

Evaluasi Program KUR

6

• Pengeluaran dana APBN sekitar Rp 16,6 trilyun (PMN dan IJP) dapat “menggerakkan” penyalurankredit/pembiayaan perbankan kepada UMK sekitar Rp178 trilyun

• Aspek pengembangan lembaga jasakeuangan:

a. Pengembangan danpeningkatan kapasitasPerusahan Penjamin

b. Pengembangan produk bank, khususnya BPD

• Aspek akses pembiayaan dan edukasi kepada usaha mikro(termasuk TKI) dalammengembangkan keberlanjutan usaha.

2007 – 2014 (Skema IJP)

2015 – 2016 (Skema Subsidi Bunga)

KeberhasilanTemuan BPK Th. 2014:• Penyaluran KUR belum dapat dinilai ketepatan

sasarannya padahal Imbal Jasa Penjaminan (IJP) termasuk dalam kelompok anggaran subsidi.

Rekomendasi Kajian LIPI:• Diperlukan dorongan dan peningkatan peran

Pemerintah Daerah dalam pendampingan dan pelatihan untuk calon debitur dan lembaga linkage serta dalam memperkuat lembaga penjaminan.

Temuan TNP2K, 2014:• KUR adalah produk bank yang dijalankan

dengan logika perbankan, bank akanmemberikan KUR pada mereka yang dianggap“prospektif” dari kacamata bank.

Rekomendasi Workshop KUR, Oktober 2014:• Perlu penguatan regulasi KUR misalnya

menjadi Perpres• Besaran Penjaminan (covered) dan tingkat IJP

perlu dievaluasi dan regresif.

Kelemahan• Penyusunan Sistem Informasi Kredit

Program (SIKP) sebagai basis data UMKM di Indonesia.

• Peningkatan peran Kementerian Teknisdalam program KUR melaluipenyusunan Petunjuk TeknisPenyaluran KUR masing – masingsektor, serta pengunggahan data calondebitur KUR.

• Peningkatan peran Pemerintah Daerah melalui pendistribusian username danpassword bagi 210 Pemda Provinsi danKab/Kota.

• Peningkatan peran lembaga keuangannon bank sebagai Penyalur KUR. Padatahun 2016, penyalur KUR diperluasmenjadi perbankan, lembaga keuanganbukan bank, dan koperasi simpanpinjam.

Keberhasilan• Porsi penyaluran KUR masih

didominasi oleh sektor perdagangansebesar 66,3% dari total penyaluranKUR sampai dengan 31 Desember2016 KUR sebesar Rp 94,4 Triliun.

• Masih relatif rendahnya penyaluranKUR di sektor produksi (pertanian, perikanan, dan industri pengolahan) yaitu sebesar 22,6%.

Kelemahan

Page 7: Ciawi, 21 Agustus2017

Keputusan Presiden No. 19 Tahun 2015Keppres• Keputusan Presiden No. 19 Tahun 2015 sebagai revisi Keputusan Presiden No. 14 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

• Ditetapkan pada 15 Juli 2015.

Peraturan Menteri Koordinator Bidang PerekonomianPermenko• Permenko No. 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR, diundangkan 7 Agustus’15;

• Permenko No. 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR, diundangkan 26 Oktober’15;

• Permenko No. 13 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permenko 8 Tahun 2015, diundangkan 14 Januari’16.

Peraturan Menteri KeuanganPMK• Peraturan Menteri Keuangan No.146/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pembayaran Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat, diundangkan tanggal 30 Juli 2015.

• Peraturan Menteri Keuangan No. 20/PMK.05/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga untuk Kredit Usaha Rakyat, diundangkan tanggal 17 Februari 2016.

Keputusan Menteri Koordinator Bidang PerekonomianKepmenko• Keputusan Menko Perekonomian No. 170 Tahun 2015 tentang Bank Pelaksana dan Perusahaan Penjamin KUR, ditetapkan tanggal 11 Agustus 2015.

• Keputusan Menko Perekonomian No. 188 Tahun 2015 tentang Penetapan Penyalur KUR dan Perusahaan Penjamin KUR, ditetapkan tanggal 30 Oktober 2015.

• Keputusan Menko Perekonomian No. 105 Tahun 2016 tentang Penetapan Penjamin KUR

Keputusan Menteri KeuanganKMK• KMK Nomor 844/KMK.02/2015 tentang Penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran Subsidi Bunga KUR, ditetapkan tanggal 7 Agustus 2015;

• KMK Nomor 1355/KMK.05/2015 tentang Besaran Subsidi Bunga KUR Tahun 2016

REGULASI KUR

Page 8: Ciawi, 21 Agustus2017

Perkembangan Capaian Penyaluran KUR (2007 – 2016)

8

*) mencakup sektor pertanian, perikanan, industri, danperdagangan yang terkait denganketiga sektor tersebut

Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016Perdagangan 60.5% 51.7% 58.3% 56.8% 55.0% 66.2%Pertanian 15.9% 16.3% 17.2% 17.97% 16.00% 17.30%Perikanan 1.1% 0.7% 0.6% 0.52% 0.70% 1.20%Industri 2.5% 2.7% 2.8% 2.78% 2.40% 4.10%Lain - lain 20.0% 28.7% 21.1% 21.9% 25.9% 11.2%Catatan:Pertanian, perikanan, industri 19.5% 19.7% 20.6% 21.3% 19.1%Perdagangan Terintegrasi 17.10% 14.16% 20.7% 22.4% 22.4%Hulu Terintegrasi* 34.30% 34.16% 41.30% 46% 46%Total Penyaluran (Rp Triliun) 29 34.2 40.8 39.2 22.75 94.4Jumlah Akad Kredit 1,909,912 1,966,423 2,342,766 2,443,749 1,003,663 4,362,599

0,9811,4

4,717,22

2934,23

40,89 40,29

22,75

94,4

0

20

40

60

80

100

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Penyaluran KUR per Tahun(Rp Triliun)

Realisasi Penyaluran KUR per Sektor Ekonomi

KUR Mikro memiliki porsi penyaluran terbesar yaitu sebesar Rp 65,6Triliun (69,5%), diikuti dengan KUR Ritel sebesar Rp 28,6 Triliun (30,3%),dan KUR Penempatan TKI sebesar Rp 177 Miliar (0,2%).

BRI menjadi penyalur KUR dengan penyaluran tertinggi sebesar Rp69,4 Triliun, diikuti dengan Bank Mandiri sebesar Rp 13,3 Triliun, dan BNIsebesar Rp 10,3 Triliun. Sisanya disumbangkan oleh BPD dan penyalurlainnya.

Total penyaluran KUR s.d. 31 Desember 2016 telah mencapai Rp 94,4Triliun (94% dari target 2016) dengan tingkat NPL 0,37% kepada4.362.599 debitur.

Page 9: Ciawi, 21 Agustus2017

Penyaluran KUR per 31 Des 2016

*) Posisi penyaluran 30 November 2016

**) Berdasarkan data SIKP Desember 2016 9

Realisasi penyaluran KUR sebesar Rp 94,4 T (94,4% dari target penyaluran Rp 100 T), dgn NPL 0.37%Plafon, outstanding, dan nominal NPL dalam Rp juta

Plafon Outstanding Jml. Debitur Rasio NPL Nominal NPL

1 Bank Rakyat Indonesia (BRI) 69,457,922 50,228,137 3,990,498 0.320% 160,730

2 Bank Mandiri 13,312,283 10,645,492 303,694 0.190% 20,226

3 Bank Negara Indonesia (BNI) 10,325,064 8,630,848 44,877 0.930% 80,267

4 BPD Bali 267,966 252,300 1,556 0.000% -

5 BPD Nusa Tenggara Timur 122,514 100,579 3,552 0.000% -

6 BPD DI Yogyakarta 67,415 60,536 1,939 0.000% -

7 Bank Sinarmas 79,489 55,378 4,801 4.802% 2,659

8 BPD Sumatera Utara 206,442 198,884 1,526 0.000% -

9 Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) 46,007 33,519 1,476 0.000% -

10 BPD Kalimantan Barat 836 674 6 0.000% -

11 Bank Maybank Indonesia 535 487 34 0.000% -

12 Bank Artha Graha Internasional 96,860 77,488 3,688 0.000% -

13 Bank OCBC NISP 3,750 3,643 9 0.000% -

14 Bank Nagari 63,248 62,290 802 0.000% -

15 Bank Sulselbar 10,416 10,275 113 0.000% -

16 Bank Jambi 1,255 245 15 0.000% -

17 Bank Riau Kepri 95,158 93,065 757 0.000% -

18 BJB 8,790 7,032 54 0.000% -

19 BPD Jateng 148,317 118,654 1,119 0.000% -

20 BPD NTB 31,887 31,883 1,440 0.000% -

21 BPD Kalimantan Selatan 23,933 23,682 257 0.000% -

22 Bukopin 16,866 16,866 56 0.000% -

23 Bank Permata** 1,650 1,320 6 0.000% -

24 BCA** 18,834 15,067 247 0.000% -

25 BPD Lampung** 1,492 1,343 72 0.000% -

26 Adira Finance** 25 25 2 0.000% -

27 Mega Central Finance* 70 70 3 0.000% -

Total 94,409,023 70,669,782 4,362,599 0.373% 263,883

Total Penyaluran KURNo Penyalur

Page 10: Ciawi, 21 Agustus2017

KINERJA PENYALURAN KURPER 31 JULI 2017

10

Bagian II

Page 11: Ciawi, 21 Agustus2017

Penyaluran KUR posisi 31 Juli 2017

11

Realisasi penyaluran KUR sampai dengan 31 Juli 2017 sebesar Rp 52,2 T (47,4% dari target penyaluran Rp 110 T), dgn NPL 0,006%

Page 12: Ciawi, 21 Agustus2017

12

Penyaluran KUR berdasarkan Provinsiposisi 31 Juli 2017

9.487.286

9.197.397

6.594.740

3.179.999

2.026.666

1.624.962

1.537.915

1.438.156

1.418.520

1.261.772

1.154.029

1.071.884

1.066.539

1.029.342

948.994

932.497

812.388

736.708

680.103

670.714

648.928

646.180

621.153

543.223

535.579

525.927

324.940

283.484

267.614

238.148

227.474

222.261

123.257

101.652

Jawa Tengah

Jawa Timur

Jawa Barat

Sulawesi Selatan

Sumatera Utara

Bali

DKI Jakarta

Lampung

Sumatera Barat

Riau

Sumatera Selatan

Banten

Kalimantan Selatan

DI Yogyakarta

Jambi

Nusa Tenggara Barat

Nangroe Aceh Darussalam

Kalimantan Timur

Sulawesi Tengah

Kalimantan Barat

Sulawesi Utara

Sulawesi Tenggara

Nusa Tenggara Timur

Papua

Bengkulu

Kalimantan Tengah

Gorontalo

Kepulauan Bangka Belitung

Sulawesi Barat

Kepulauan Riau

Maluku

Papua Barat

Kalimantan Utara

Maluku Utara

Penyaluran KUR masih didominasi di provinsi yang terletak di Pulau Jawa, denganporsi penyaluran sebesar 56%, diikuti dengan Sumatera 19% dan Sulawesi 10%.

Kinerja penyaluran KUR per Provinsi tersebut sesuai dengan sebaran UMKM diIndonesia.

29.389.443 (56%)

9.665.443 (19%) 5.356.054

(10%) 3.362.659 (6%)

3.250.476 (6%) 810.837

(2%)345.518 (1%)

Jawa Sumatera Sulawesi Bali NusaTenggara

Kalimantan Papua Maluku

Penyaluran KUR s.d. 31 Juli 2017 per Pulau (Rp Miliar)

Page 13: Ciawi, 21 Agustus2017

Penyaluran KUR berdasarkan Sektor Ekonomiposisi 31 Juli 2017

13

Penyaluran KUR untuk sektor produksi terus meningkat yaitu: (target porsi penyaluran KUR sektor produksi tahun 2017 sebesar 40%)

• Sektor pertanian, perikanan, industri, konstruksi, dan jasa – jasa = 43,8%• Sektor pertanian, perikanan, industri, konstruksi = 31,2%

Ket:

Rp Juta % Rp Juta % Rp Juta % Rp Juta % Rp Juta % Rp Juta %

1 Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan 14,200,627 22 8,970,791 24 2,163,159 8 3,011,932 20 16,363,786 17 11,982,723 23

2 Perikanan 870,294 1 575,212 2 276,673 1 347,827 2 1,146,966 1 923,039 2

3 Industri Pengolahan 2,826,427 4 1,710,933 5 1,039,847 4 1,591,685 11 3,866,275 4 3,302,618 6

4 Perdagangan 41,289,257 63 22,115,008 59 21,186,588 74 7,151,335 48 62,483,026 66 29,266,343 56

5 Konstruksi 18,684 0.050 64,021 0.43 82,705 0.158

6 Jasa-jasa 6,345,590 10 3,984,465 11 3,888,461 14 2,638,536 18 10,401,382 11 6,623,001 13

Total 65,532,194 100 37,375,093 100 28554728 100 14,805,335 100 94,261,434 100 52,180,428 100

No

KUR Mikro KUR Kecil Total

Desember 2016 Juli 2017 Desember 2016 Juli 2017 Desember 2016 Juli 2017Sektor Ekonomi

Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan

23%Perikanan

2%

Industri Pengolahan6%

Perdagangan56%

Konstruksi0,1%

Jasa-jasa13%

Page 14: Ciawi, 21 Agustus2017

STRATEGI PENCAPAIAN 40% KURSEKTOR PRODUKSI

14

Bagian III

Page 15: Ciawi, 21 Agustus2017

Penyaluran KUR pada tahun 2016 masih di dominasi sektor perdagangan, oleh karenanya kebijakan penyaluran KUR tahun 2017 diarahkan untuk mendorong sektor produksi.

Arahan Rakor 20 Januari 2017

Alokasi Plafon 2017Arah Kebijakan 2017

• Untuk mendukung kebijakan ketahanan pangan danhilirisasi industri pada sektor UMKM, akan ditingkatkanpenyaluran KUR di sektor produksi.

• Pemberdayaan UMKM sektor pertanian melaluipembiayaan KUR akan didukung dengan perluasanlahan pertanian dan pemasaran melalui programKementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah, sertakerjasama Perusahaan Besar.

Komite Kebijakan menetapkan plafon KUR tahun KUR 2017sebesar Rp 110 T. Sesuai dengan usulan plafon masing –masing penyalur serta rekomendasi dari OJK, total plafon yangtelah ditetapkan baru sebesar Rp 106 Triliun. Masih terdapatsisa alokasi plafon sebesar Rp 3,4 Triliun (Semester 2).

Porsi penyaluran KUR di sektor produksi (pertanian,perikanan, dan industri pengolahan) ditargetkan sebesar 40%.

Anggaran APBN 2017 untuk program KUR total sebesarRp 9,436 Triliun, terdiri dari:• Subsidi bunga KUR sebesar Rp 9,022 Triliun;• Imbal Jasa Penjaminan (KUR 2007 – 2014 yang ulang tahun)

sebesar Rp 414,3 Miliar

15

Page 16: Ciawi, 21 Agustus2017

Strategi Pencapaian 40% KUR Sektor Produksi

16

PEMERINTAH

➢ Menetapkan target

➢ Menyusun kebijakan yang

mendorong sektor produksi:

debitur kelompok, multisektor,

yarnen, klaster, kartu tani,

reforma agraria, e-commerce

➢ Monitoring secara berkala

capaian KUR Sektor produksi

ke masing-masing Penyalur

➢ Reward & Punishment

▪ Reward:

capaian KUR sektor

produksi menjadi butir

penilaian untuk

penghargaan KUR

▪ Punishment:

Jika tidak tercapai 40%,

plafon KUR tahun depan

dikurangi

PENYALUR

➢ Merumuskan strategi untuk mencapai 40% sektor

produksi, seperti:

▪ Mandiri: pendekatan individual dan kelompok;

aliansi dengan konsep value chain (dalam

kelompok ada organizer, advisor, offtaker).

▪ BNI: pendekatan klaster di sektor perdagangan,

mulai ditarik mundur pada sektor hulunya.

▪ BRI: menetapkan target dan KPI 40% untuk

setiap cabang; AO harus mencapai 40% sektor

produksi terlebih dahulu baru boleh ke sektor

perdagangan

▪ BTPN: strategi skema value chain; pemetaan

potensi pasar; membentuk tim khusus untuk

memahami agribisnis dan menjajagi kerjasama

dengan start up hortikultura

▪ BPD Jateng: pendekatan klaster kerjasama

dengan BI; sinergi dengan pemerintah

provinsi/kabupaten/kota

KEMENTERIAN/LEMBAGA/PEMDA

➢ Menyediakan data calon debitur di

sektor produksi, upload ke SIKP

➢ Pendamping & penyuluh

➢ Monitoring & sosialisasi

PENJAMIN KUR & PIHAK LAINNYA

Monitoring & sosialisasi

Page 17: Ciawi, 21 Agustus2017

Arahan Menko Perekonomian

17

3 April 2017

(1)

Target 40% KUR untuk sektor produksi telah disampaikan ke Presiden dan DPR. Untukmencapainya, Penyalur KUR dapat menyalurkan KUR melalui kelompok, fintech ataustrategi lainnya

Menko Perekonomian mendorong dibentuknya klaster produksi seperti program OneVillage One Product (OVOP) yang dikelola oleh Kementerian Desa Tertinggal danTransmigrasi. Dengan klastering dapat didorong pengelolaan yang lebih baik dan efisien,dan meningkatkan produktivitas. Diantaranya dengan penggunaan bibit yang terpilih,klaster dapat meningkatkan produktivitasnya. Alsintan akan didistribusikan ke klaster-klaster sesuai dengan kebutuhannya.

Pemerintah mempunyai kebijakan reforma agraria yang terdiri dari Tanah ObyekReforma Agraria (TORA), dan hutan sosial.

Pengusahaan pada pola TORA harus menggunakan pendekatan klaster. Sertifikasinyamirip dengan strata title di tanah untuk bangunan gedung. Akan dipikirkan bagaimanatanah yang tidak dapat dijual tersebut dapat digunakan sebagai agunan.

Page 18: Ciawi, 21 Agustus2017

Arahan Menko Perekonomian

18

3 April 2017

(2)

Reforma agraria diarahkan untuk lahan bukan sawah, karena lahan sawah sudah cukuptersedia. Yang perlu dilakukan adalah mencocokkan antara sawah dan irigasinya. Saatini jumlah bendungan sudah cukup tersedia namun perlu dilihat kondisinya danpemanfaatannya.

Pola Hutan Sosial, 2-3 ha lahan hutan sosial di pulau Jawa dapat dimanfaatkan olehmasyarakat dengan hak akses pengusahaan (bukan kepemilikan) yang pada periodetertentu akan ditarik oleh pemerintah dan ditawarkan kepada masyarakat lainnya yangmembutuhkan. Lahan tersebut dapat ditanami komoditas pangan seperti hortikultura.Bentuk pengusahaan harus klaster. Dalam 1 Kecamatan dimungkinkan ada 2-3 klaster.

Permasalahan utama adalah tidak adanya pendamping dan penyuluh. Perlu dicaricara untuk menggantikan fungsi pendamping dan penyuluh, misalnya dengan tutorialmelalui media televisi.

Page 19: Ciawi, 21 Agustus2017

Arahan Menko Perekonomian

19

3 April 2017

(3)

Masyarakat boleh mengelola sawah, tetapi harus dikombinasi dengan ternak, ikan, dll,karena hasil dari menanam padi saja tidak cukup untuk menghidupi petani dankeluarganya. Negara-negara lain telah memulai program ini 50an tahun yang lalu.

Kebijakan untuk replanting akan dibahas lebih mendalam karena membutuhkan jangkawaktu di atas 5 tahun untuk mulai menghasilkan. Pemerintah perlu hadir untukmembantu petani karet, kelapa, kopi, karena mereka tidak mampu menyisihkan danauntuk replanting.

Pemerintah akan memberikan arahan untuk replanting setengah dari lahan yang ada,sedangkan setengah lahan sisanya dapat ditanami tanaman hortikultura, yangmemungkinkan petani untuk mendapatkan cashflow setiap 3 sampai 4 bulan. Dapatjuga digunakan untuk penggemukan sapi, sehingga setiap 6-8 bulan petani dapatmenikmati hasilnya.

Page 20: Ciawi, 21 Agustus2017

Arahan Menko Perekonomian

20

3 April 2017

(4)

Perlu dikembangkan kerjasama dengan e-commerce untuk membantupemasaran produk pertanian melalui kerjasama dengan semacamagregator.

Telah dibangun database petani melalui kartu tani. Bank dapatmemanfaatkan database tersebut sehingga permohonan kredit dapatlebih cepat diproses.

Page 21: Ciawi, 21 Agustus2017

Arahan Menko Perekonomian

21

2 Juni2017

Pemerintah akan terus berupaya untuk mengoptimalkan pelaksanaansertifikasi aset masyarakat. Program tersebut tidak hanya berfokus padasertifikasi lahan, namun juga sertifikasi aset – aset lainnya seperti hewanternak dan hak paten bagi UMKM.

Agar Perbankan dapat menyusun strategi peningkatan penyaluran disektor produksi melalui pola kemitraan dengan kelompok terutama disektor pertanian dan perikanan.

Pemerintah akan terus berupaya meningkatkan keberpihakanpenyaluran kredit ke sektor mikro. Kebijakan tersebut salah satunyaditindaklanjuti dengan penetapan target penyaluran KUR ke sektorproduksi sebesar minimal 40% dari total penyaluran. Diharapkan targettersebut dapat terus meningkat di tahun – tahun selanjutnya.

Page 22: Ciawi, 21 Agustus2017

Populasi Rumah Tangga Sektor Produksi

Th2013

TANAMAN PANGAN 17.728.185HORTIKULTURA 10.602.147PERKEBUNAN 12.770.090PETERNAKAN 12.969.210PERIKANAN 1.975.233KEHUTANAN 6.782.856JASA PERTANIAN 1.075.935INDUSTRI PENGOLAHAN 3.418.366

Mikro 2.887.015 Kecil 531.351

TOTAL 67.322.022

Sektor/Subsektor

RT Usaha Sektor Produksi Total Rumah Tangga sektor produksi

sejumlah 67,3 juta.

Sebaran rumah tangga berdasarkan sektorekonomi terdiri dari:1. Pertanian = 61,9 juta2. Industri = 3,4 juta3. Perikanan = 1,9 juta

Sumber: Sensus Pertanian, 2013

Page 23: Ciawi, 21 Agustus2017

Luas Lahan Provinsi>4000 Sulsel, Kalsel3000 - 3999 NTB, Sumsel

2000 - 2999 Aceh, Sumbar, Lampung, Jabar, Banten, Kalbar, Kalteng, Kaltara

1000 - 1999 Sumut, Bengkulu, Jateng, Jatim, Bali, NTT, Kaltim, Sulut, Sulteng, Sultra, Gorontalo, Sulbar

<1000Riau, Jambi, Babel, Kepri, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua

Sebaran Petani berdasarkan Luas Lahan SawahPetani

2013

<1000 4.338.847

1000 - 1999 3.550.185

2000 - 4999 6.733.364

5000 - 9999 4.555.075

10000 - 19999 3.725.865

20000 - 29999 1.623.434

>30000 1.608.699

Luas Lahan

Sumber: Sensus Pertanian, 2013

Kemampuan pengembalian pinjaman akan semakin kuat pada petani dengan lahan yang semakin luas. Daripenelitian UGM, terdapat 6% pinjaman berbunga yang dapat diakses oleh petani dengan luas lahan sekitar2.500 m2. Selanjutnya meningkat menjadi 9% bagi petani dengan luas lahan sekitar 2.500 – 5.000 m2.

Dengan pertimbangan diatas, maka provinsi yang memiliki luas lahan rata – rata diatas 2.000 m2 disarankanmenjadi fokus penyaluran KUR sektor pertanian.

Page 24: Ciawi, 21 Agustus2017

▪ Fasilitas kredit lebih banyak dimanfaatkan oleh RTUP yang berpendapatan tinggidibandingkan yang berpendapatan rendah.

▪ Pembiayaan informal seperti pinjaman dari para tengkulak, pelepas uang, ataupun pedagangsarana produksi lebih disukai meski suku bunganya lebih tinggi dibandingkan lembagakeuangan.

▪ Rendahnya akses petani terhadap pinjaman bank karena prosesnya terlalu formal, rumit, danmembutuhkan waktu yang lama. Selain itu juga masalah agunan.

▪ Akses petani terhadap kelembagaan pertanian seperti penyuluhan pertanian, kelompok tani,dan koperasi masih relatif rendah.

▪ Petani yang berpendapatan tinggi cenderung memiliki akses yang tinggi pula terhadaplembaga pertanian baik dalam kegiatan penyuluhan pertanian, kelompok tani, maupunkoperasi.

▪ Harga di tingkat petani yang rendah merupakan kesulitan terbesar dalam memasarkan hasilpertanian.

Beberapa Masalah Perkreditan Petani Pangan Indonesia

Page 25: Ciawi, 21 Agustus2017

Poin - Poin Usulan Perubahan Permenko KUR

25

Dalam rangka pencapaian target penyaluran KUR tahun 2017, Komite Kebijakan sedang menyusun konsepperubahan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tentang Pedoman Pelaksanaan KUR yangmengakomodir:1. Kelompok

Debitur Penerima KUR: individu/perseorangan dan/atau kelompok usaha. Calon Debitur KUR melalui Kelompok Usahabertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotanya melalui tanggung renteng yang dikoordinir ketuakelompok dan sebagian anggota Kelompok Usaha dimungkinkan sebagai pengusaha pemula.

2. KUR Multisektor: KUR dapat diberikan kepada calon penerima yang memiliki usaha lebih dari satu sektor usaha misalnyasektor pertanian dan sektor perdagangan, namun pemberian KUR harus tetap mengacu pada jenis KUR yang diberikan.

3. KUR Khusus (Sektor Perkebunan dan Peternakan Sapi) :4. Penyaluran KUR 40% kepada Sektor Produksi:

• Penyaluran KUR diprioritaskan pada sektor produksi (pertanian, perikanan dan industri pengolahan) minimal mencapai

40%.

• Bagi Penyalur yang tidak mencapai target plafon 40% disektor produksi yang ditetapkan maka plafonnya akan dikurangi

pada tahun berikutnya.

5. Mekanisme Pembayaran sistem Yarnen: Pembayaran pokok dan bunga KUR dapat dilakukan secara angsuran berkaladan/atau pembayaran sekaligus.

Page 26: Ciawi, 21 Agustus2017

Lanjt.6. Penurunan suku bunga KUR 7. UMKM yang menerima KUR dapat memanfaatkan fasilitas resi

gudang8. Pemilik credit card dapat memperoleh pinjaman KUR dengan

catatan collectability credit card adalah lancar9. Istilah KUR ritel diganti menjadi KUR kecil

26

Page 27: Ciawi, 21 Agustus2017

Terima KasihSekretariat Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan KeuanganGd. Ali Wardhana Lt. 3

Jl. Lap. Banteng Timur No. 2 – 4, Jakarta PusatTelp. 021 – 3521976 Faksimile. 021 – 3521862 Email:[email protected]

www.kur.ekon.go.id

Page 28: Ciawi, 21 Agustus2017

Usulan Perubahan Permenko KURNo Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan

1 Menimbang b. bahwa untuk meningkatkan dan memperluas pelaksanaan penyaluran Kredit Usaha Rakyat serta mendorong pertumbuhan ekonomi perlu dilakukan perubahan Pedoman Pelaksanaan KreditUsaha Rakyat sebagaimana dimaksud pada hurufa;

b. bahwa untuk meningkatkan dan memperluas pelaksanaan penyaluran Kredit Usaha Rakyat serta mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor produksi (Pertanian, Perikanan, dan Industri Pengolahan), perlu dilakukan perubahan Pedoman Pelaksanaan KreditUsaha Rakyat sebagaimana dimaksud pada huruf a;

2 1 ayat 1 Kredit Usaha Rakyat yang selanjutnya disingkat KUR adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunantambahan atau agunan tambahan belum cukup.

Kredit Usaha Rakyat yang selanjutnya disingkat KUR adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur individu/perseorangan dan/atau kelompok usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup.

28

Page 29: Ciawi, 21 Agustus2017

No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan

3 3 Ayat 1

Penerima KUR adalah individu/perseorangan atau badanusaha yang melakukan usaha yang produktif, yaitu:a. usaha mikro, kecil, dan menengah; b. calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja di

luar negeri; c. calon pekerja magang di luar negeri;d. anggota keluarga dari karyawan/karyawati yang

berpenghasilan tetap atau bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia;

e. Tenaga Kerja Indonesia yang purna bekerja di luar negeri;

f. Pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja;

Penerima KUR adalah individu/perseorangan baik sendiri-sendirimaupun dalam kelompok atau badan usaha yang melakukanusaha yang produktif, yaitu:a. usaha mikro, kecil, dan menengah; b. calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja di luar

negeri; c. calon pekerja magang di luar negeri;d. anggota keluarga dari karyawan/karyawati yang

berpenghasilan tetap atau bekerja sebagai Tenaga KerjaIndonesia;

e. Tenaga Kerja Indonesia yang purna bekerja di luar negeri; f. Pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja;

Penerima KUR Mikro (1)

Page 30: Ciawi, 21 Agustus2017

No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan

4 14 Ayat 4

Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat sedang menerima kredit/pembiayaanlainnya antara lain berupa kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, dan KUR dengankolektabilitas lancar.

Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat sedang menerima kredit/pembiayaan lainnya yaituberupa kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, resi gudang dan KUR dengan kolektabilitas lancar.

5 14 Ayat 5

Belum diatur Calon Penerima KUR Mikro dapat dilakukan melalui KelompokUsaha untuk meningkatkan dan mengembangkan usahaanggotanya melalui tanggung renteng yang dikoordinir ketuakelompok dan sebagian anggota Kelompok Usaha dimungkinkan sebagai pengusaha pemula.

6 14 Ayat 6

Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud padaayat (1) wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan(NIK) yang dibuktikan dengan kartu identitas berupa KTP Elektronik

Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud pada ayat(1) wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang dibuktikan dengan kartu identitas berupa KTP Elektronik atauSurat Keterangan Pembuatan KTP Elektronik.

Penerima KUR Mikro (2)

Page 31: Ciawi, 21 Agustus2017

No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan

7 12 KUR Ritel KUR Kecil

8 17ayat 1

KUR Ritel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b diberikan kepada penerima KUR dengan jumlah diatasRp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

KUR Kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b diberikan kepada penerima KUR dengan jumlah diatasRp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

9 17ayat 2

Suku bunga/marjin KUR Ritel sebesar 9% (sembilan perseratus) efektif pertahun atau disesuaikan dengan suku bunga/marjin flat/anuitas yang setara.

Suku bunga/marjin KUR Kecil sebesar 9% (sembilan perseratus) efektif pertahun atau disesuaikan dengan suku bunga/marjin flat/anuitas yang setara.

10 17 ayat 5

Ketentuan jangka waktu terkait perpanjangan, tambahankredit/pembiayaan (suplesi), dan restrukturisasi KUR Riteltercantum dalam Lampiran III yang tidak terpisahkandengan Peraturan Menteri Koordinator BidangPerekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini.

Ketentuan jangka waktu terkait perpanjangan, tambahankredit/pembiayaan (suplesi), dan restrukturisasi KUR Keciltercantum dalam Lampiran III yang tidak terpisahkandengan Peraturan Menteri Koordinator BidangPerekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini.

Perubahan istilah KUR Ritel menjadi KUR Kecil (1)

Page 32: Ciawi, 21 Agustus2017

No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan

11 18 Ayat 1

Calon penerima KUR Ritel adalah sebagaimana dimaksud padaPasal 3 huruf a, d, dan f

Calon penerima KUR Kecil adalah sebagaimana dimaksud padaPasal 3 huruf a, d, dan f

12 18 Ayat 2

Calon penerima KUR Ritel harus mempunyai usaha produktifdan layak yang telah berjalan minimum 6 (enam) bulan

Calon penerima KUR Kecil harus mempunyai usaha produktifdan layak yang telah berjalan minimum 6 (enam) bulan

13 18 Ayat 4

Calon penerima KUR Ritel memiliki surat Izin Usaha Mikro danKecil yang diterbitkan pemerintah daerah setempat dan/atausurat izin lainnya.

Calon penerima KUR Kecil memiliki surat Izin Usaha Mikro danKecil yang diterbitkan pemerintah daerah setempat dan/atausurat izin lainnya.

14 19 Ayat 1

Calon penerima KUR Ritel yang sedang menerima KUR Kecil tetap dapat memperoleh tambahan kredit/pembiayaandengan total pinjaman sebesar Rp500.000.000 (lima ratus jutarupiah) dengan ketentuan sebagai berikut:

Calon penerima KUR Kecil yang sedang menerima KUR Kecil tetap dapat memperoleh tambahan kredit/pembiayaan dengantotal pinjaman sebesar Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dengan ketentuan sebagai berikut:

15 19 Ayat 2

Calon penerima KUR Ritel hanya dapat menerima KUR Kecil dengan total akumulasi plafon KUR Kecil termasuk suplesi atauperpanjangan paling banyak sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dari Penyalur KUR.

Calon penerima KUR Kecil hanya dapat menerima KUR Kecil dengan total akumulasi plafon KUR Kecil termasuk suplesi atauperpanjangan paling banyak sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dari Penyalur KUR.

Perubahan istilah KUR Ritel menjadi KUR Kecil (2)

Page 33: Ciawi, 21 Agustus2017

No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan

16 20 Ayat 1

Penyalur KUR Ritel wajib melakukan pengecekan calonpenerima KUR melalui Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia;

Penyalur KUR Kecil wajib melakukan pengecekan calonpenerima KUR melalui Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia;

17 20 Ayat 2

Dalam hal calon penerima KUR Ritel berdasarkanpengecekan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masihmemiliki baki debet kredit/pembiayaan produktif dankredit/pembiayaan program diluar KUR yang tercatat padaSistem Informasi Debitur Bank Indonesia tetapi yang bersangkutan sudah melunasi pinjaman, diperlukan Surat Keterangan Lunas/Roya dengan lampiran cetakan rekeningdari pemberi kredit/pembiayaan sebelumnya.

Dalam hal calon penerima KUR Kecil berdasarkanpengecekan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masihmemiliki baki debet kredit/pembiayaan produktif dankredit/pembiayaan program diluar KUR yang tercatat padaSistem Informasi Debitur Bank Indonesia tetapi yang bersangkutan sudah melunasi pinjaman, diperlukan Surat Keterangan Lunas/Roya dengan lampiran cetakan rekeningdari pemberi kredit/pembiayaan sebelumnya.

Perubahan istilah KUR Ritel menjadi KUR Kecil (3)

Page 34: Ciawi, 21 Agustus2017

No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan

18 18 Ayat 3

Calon penerima KUR Ritel dapat sedang menerimakredit/pembiayaan lainnya antara lain berupakredit kepemilikan rumah, kredit kendaraanbermotor, sistem resi gudang, kartu kredit danKUR dengan kolektabilitas lancar.

Calon penerima KUR Kecil dapat sedang menerima kredit/pembiayaanlainnya antara lain berupa kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraanbermotor, resi gudang dan KUR dengan kolektabilitas lancar.

19 18 Ayat 4

Belum diatur Calon Penerima KUR Kecil dapat dilakukan melalui Kelompok Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotanya melaluitanggung renteng yang dikoordinir ketua kelompok dan sebagiananggota Kelompok Usaha dimungkinkan sebagai pengusaha pemula.

20 18 Ayat 5

Calon penerima KUR Kecil wajib memiliki NomorInduk Kependudukan (NIK) yang dibuktikandengan kartu identitas berupa KTP Elektronik.

Calon penerima KUR Kecil wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan(NIK) yang dibuktikan dengan kartu identitas berupa KTP Elektronikatau Surat Keterangan Pembuatan KTP Elektronik.

21 18 Ayat 6

Belum diatur Calon penerima KUR Kecil dengan plafon diatas Rp 50 juta, wajibmemiliki NPWP.

Penerima KUR Kecil

Page 35: Ciawi, 21 Agustus2017

No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan

22 20 Belum diatur 1. Khusus Tanaman Keras jangka waktu kredit maksimal 7

(tujuh ) tahun termasuk grace period yang disepakati oleh

Penyalur KUR sesuai karakteristiknya.

2. Subsidi bunga dapat diberikan maksimal 7 (tujuh) tahun atau

sesuai kesepakatan antara bank dengan debitur.

Skema KUR Khusus *

*) Sektor Perkebunan dan Peternakan Sapi

Page 36: Ciawi, 21 Agustus2017

No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan

23 20A Belum diatur 1) KUR dapat diberikan kepada calon penerima yang memilikiusaha lebih dari satu sektor usaha misalnya sektor pertaniandan sektor perdagangan, namun pemberian KUR harus tetapmengacu pada jenis KUR yang diberikan.

2) Penyaluran KUR diprioritaskan pada sektor produksi(pertanian, perikanan dan industri pengolahan) minimal mencapai 40%.

KUR Multisektor

Page 37: Ciawi, 21 Agustus2017

No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan

24 23Ayat 4

Calon penerima KUR Penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajibmemiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang dibuktikan dengan kartu identitas berupa KTP Elektronik.

Calon penerima KUR Penempatan TKI sebagaimanadimaksud pada ayat (1) wajib memiliki Nomor IndukKependudukan (NIK) yang dibuktikan dengan kartuidentitas berupa KTP Elektronik atau Surat KeteranganPembuatan KTP Elektronik.

25 24 Ayat 1

d. biaya lain-lain d. biaya lain-lain termasuk living cost dan biayapenagihan.

26 25 Ayat 3

Pencairan KUR Penempatan Tenaga KerjaIndonesia dilakukan setelah Tenaga KerjaIndonesia mendapatkan kepastian penempatanterhadap pengguna dan telah memiliki izin kerjadi negara tujuan.

Pencairan KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia dilakukan setelah Tenaga Kerja Indonesia dinyatakan sehatdan telah mendapatkan kepastian penempatan terhadappengguna dan telah memiliki izin kerja di negara tujuan.

Penerima KUR TKI

Page 38: Ciawi, 21 Agustus2017

No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan

27 13 Ayat 3

Jangka waktu KUR Mikro:a.paling lama 3 (tiga) tahun untuk

kredit/pembiayaan modal kerjab.paling lama 5 (lima) tahun untuk

kredit/pembiayaan investasi .

Jangka waktu KUR Mikro:a.paling lama 3 (tiga) tahun untuk kredit/pembiayaan

modal kerja termasuk grace period; ataub.paling lama 5 (lima) tahun untuk kredit/pembiayaan

investasi termasuk grace period.

28 13 Ayat 5

Belum diatur Pembayaran pokok dan bunga KUR dapat dilakukan secara angsuran berkala dan/atau pembayaran sekaligus.

Penyaluran KUR Mikro

Page 39: Ciawi, 21 Agustus2017

No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan

29 17Ayat 3

Jangka waktu KUR Kecil sebagai berikut:a. paling lama 4 (empat) Tahun untuk

kredit/pembiayaan modal kerjab. paling lama 5 (lima) Tahun untuk

kredit/pembiayaan investasi

Jangka waktu KUR Kecil sebagai berikut:a. paling lama 4 (empat) Tahun untuk kredit/pembiayaan

modal kerja termasuk grace period;b. paling lama 5 (lima) Tahun untuk kredit/pembiayaan

investasi termasuk grace period; dan

17 Ayat 4

Belum diatur Khusus perkebunan tanaman keras dan usaha pembibitansapi, jangka waktu pemberian kredit dapat melebihi waktu5 (lima) tahun sesuai dengan ketentuan kementerianteknis terkait tetapi subsidi yang diberikan maksimal 5 (lima) tahun

Penyaluran KUR Kecil

Page 40: Ciawi, 21 Agustus2017

No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan

30 30 Belum diatur Dalam hal diperlukan Forum Koordinasi Pengawasan KUR dapat melibatkan Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) Penyalur maupun Penjamin KUR.

31 33Ayat 2

Pengawasan sebagaimana dimaksud padaayat (1) menyangkut capaian plafon sektoralmaupun bank atau lembaga keuangan non bank, serta, dan kepatuhan terhadapketentuan Pedoman Pelaksanaan KUR

Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyangkut capaian plafon sektoral maupun bank ataulembaga keuangan non bank, serta, dan kepatuhanterhadap ketentuan Pedoman Pelaksanaan KUR dilakukanoleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan untuk koperasidilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM serta hasilpengawasan dilaporkan kepada Komite Kebijakan

32 33 Ayat 3

Belum diatur Bagi Penyalur yang tidak mencapai target plafon 40% disektor produksi yang ditetapkan maka plafonnya akandikurangi pada tahun berikutnya.

Pengawasan

Page 41: Ciawi, 21 Agustus2017

No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan

33 33Ayat 2

Belum diatur Penggunaan istilah KUR Kecil sebagai pengganti istilah KUR Ritelyang berakibat hukum terhadap pengaturan KUR Ritel berlaku untukKUR Kecil; danPerpanjangan, suplesi, dan restrukturisasi atas KUR yang telahdisalurkan berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator BidangPerekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan BagiUsaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentangPedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1604) tetap mengikat para pihaksampai masa berlakunya perjanjian kredit berakhir;

34 33 Ayat 3

Belum diatur Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini mulai berlaku 1 (satu) bulan sejak tanggaldiundangkan.

Ketentuan Lain