cidera_otak

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/31/2019 cidera_otak

    1/17

    CIDERA OTAK DAN

    PENATALAKSANAANNYAOleh: Agus Turchan

    SMF Bedah Saraf RSU Dr. Soetomo

    Surabaya

    DR. dr. Agus Turchan, Sp.BS (K)

    2009

  • 7/31/2019 cidera_otak

    2/17

    Agus Turchan Page 2

    CIDERA OTAK DAN PENATALAKSANAANNYA

    oleh :

    Agus Turchan

    SMF Bedah Saraf RSU Dr. Soetomo

    Surabaya

    Pendahuluan

    Dengan kemajuan industrialisasi serta peningkatan sarana transportasi dan

    mobilisasi manusia, barang dan jasa dari satu tempat ketempat lain tetapi tidak diimbangi

    pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang cukup memadai serta kepatuhan

    terhadap peraturan berkendara dari pengguna jalan, berakibat tingginya angka cidera

    kepala, yang setiap tahun cenderung meningkat. Hal ini masih diperparah dengan

    kurangnya ketrampilan dan pemahaman mengenai penanganan cidera kepala dari tenagamedis/paramedis yang akan berakibat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas,sehingga salah satu cara untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas adalah

    dengan meningkatkan pengetahuan tenaga medis/paramedis dalam penanganan pertama

    terhadap cidera kepala. Dalam 3 dekade terakhir ini telah ditemukan alat bantu diagnostik

    cidera otak dan komplikasinya yang modern dan tidak invasive mulai dari CT Scan (

    Computerized Tomography Scanning ), MRI ( Magnetig Resonance Imaging ) dengan

    segala program variant , sampai PET ( Positron Emission Tomography ) , obat-obatan

    yang lebih toleran terhadap cidera otak serta peralatan perawatan neuro-intensive yang

    lebih canggih, menjadikan penanganan cidera otak lebih komplek dan spesialistik.

    Walaupun demikian penanganan awal yang baik dapat mengurangi resiko terjadinya

    cidera otak sekunder.

    Mekanisme cidera kepala

    Berdasarkan besarnya gaya dan lamanya gaya yang bekerja pada kepala maka

    mekanisme terjadinya cidera kepala tumpul dapat dibagi menjadi 2:

    - Static loading- Dynamic loading:

    - Lesi impact- Lesi akselerasi-deselerasi

    Static loadingGaya langsung bekerja pada kepala, lamanya gaya yang bekerja lambat, lebih dari

    200 milidetik, mekanisme static loading ini jarang terjadi, tetapi kerusakan yang

    dihasilkan sangat berat mulai dari cidera pada kulit kepala sampai kerusakan tulang

    kepala, jaringan otak dan pembuluh darah otak.

    Dynamic loadingGaya mengenai kepala terjadi secara cepat (kurang dari 50 milidetik), gaya yang

    bekerja pada kepala dapat secara langsung (Impact injury) ataupun gaya tersebut bekerja

    tidak langsung (Accelerated-decelerated injury), mekanisme cidera kepala dynamic

    loading ini paling sering terjadi.

  • 7/31/2019 cidera_otak

    3/17

    Agus Turchan Page 3

    Impact injuryGaya langsung bekerja pada kepala, gaya yang terjadi akan diteruskan kesegala

    arah, jika mengenai jaringan lunak akan diserap sebagian dan sebagian yang lain akan

    diteruskan sedangkan jika mengenai jaringan yang keras akan dipantulkan kembali. Gaya

    impact ini dapat juga menyebabkan lesi akselerasi-deselerasi. Akibat dari impact injury

    akan menimbulkan lesi:- Cidera pada kulit kepala (SCALP):

    - Vulnus apertum- Excoriasi- Hematom

    - Cidera pada tulang atap kepala:- Fraktur linier.- Fraktur diastase- Fraktur steallete- Fraktur depresi

    - Fraktur basis kranii.- Hematom intrakranial:

    - Hematom epidural- Hematom subdural- Hematom intraserebral- Hematom intraventrikular

    - Kontusio serebri:- Contra coup kontusio- Coup kontusio

    - Laserasi serebri- Lesi diffuse:

    - Komosio serebri- Diffuse axonal injury.(DAI)

    Lesi akselerasi - deselerasiGaya tidak langsung bekerja pada kepala tetapi mengenai bagian tubuh yang lain

    tetapi kepala tetap ikut terkena gaya. Oleh karena adanya perbedaan densitas antara tulang

    kepala dengan densitas yang tinggi dan jaringan otak dengan densitas yang lebih rendah,

    maka jika terjadi gaya tidak langsung maka tulang kepala akan bergerak lebih dahulu

    sedangkan jaringan otak dan isinya tetap berhenti, sehingga pada saat tulang kepala

    berhenti bergerak maka jaringan otak mulai bergerak dan oleh karena pada dasar

    tengkorak terdapat tonjolan-tonjolan maka akan terjadi gesekan antara jaringan otak dan

    tonjolan tulang kepala tersebut akibatnya terjadi lesi intrakranial berupa:- Hematom subdural- Hematom intraserebral- Hematom intraventrikel- Contra coup kontusio

    selain itu gaya akselerasi dan deselerasi akan menyebabkan gaya tarikan ataupun robekan

    yang menyebabkan lesi diffuse berupa:

    - Komosio serebri- Diffuse axonal injury

  • 7/31/2019 cidera_otak

    4/17

    Agus Turchan Page 4

    CIDERA OTAK PRIMER

    Cidera otak primer adalah cidera otak yang terjadi segera cidera kepala baik akibat impact

    injury maupun akibat gaya akselerasi-deselerasi, cidera otak primer ini dapat berlanjut

    menjadi cidera otak sekunder, jika cidera primer tidak mendapat penanganan yang baik,

    maka cidera primer dapat menjadi cidera sekunder.

    1. Cidera pada SCALPFungsi utama dari lapisan kulit kepala dengan rambutnya adalah melindugi

    jaringan otak dengan cara menyerap sebagian gaya yang akan diteruskan melewati

    jaringan otak. SCALP merupakan singkatan dari Skin, subCutan, Aponeurosis galea,

    Loose arerolar, Periosteum. Cidera pada scalp dapat berupa:

    - Eskoriasi.- Vulnus apertum.- Hematom subcutan- Hematom subgaleal- Hematom subperiosteal.Pada eskoriasi dapat dilakukan wound toilet, yakni mencuci luka serta

    menghilangkan jaringan yang sudah tidak berfungsi maupun benda asing, sedangkan

    pada vulnus apertum harus dilihat jika vulnus tersebut sampai mengenai galea

    aponeurotika maka galea harus dijahit (untuk menghindari dead space antara

    periosteum dan subcutis sedangkan didaerah subcutan banyak mengandung pembuluh

    darah, demikian juga rambut banyak mengandung kuman sehingga adanya hematom

    dan kuman menyebabkan terjadinya infeksi sampai terbentuknya abses).

    Penjahitan pada galea memakai benang yang dapat diabsorbsi dalam jangka waktu

    lama (tetapi kalau tidak ada dapat dijahit dengan benang nonabsorbsable tetapi dengan

    simpul yang terbalik, untuk menghindari terjadinya "druck necrosis/nekrosis akibat

    penekanan , pada kasus terjadinya excoriasi yang luas dan kotor hendaknya diberikaninjeksi anti tetanus.

    Pada kasus dengan hematom subcutan sampai hematom subperiosteum dapat

    dilakukan bebat tekan kemudian diberikan analgesia, jika selama 2 minggu hematom

    tidak diabsorbsi dapat dilakukan punksi steril, Pada bayi dan anakanak dimana

    hematom yang lebih dari 2minggu tidak dapat diserap, harus dipikirkan terjadinya

    fraktur kalvaria.

    Hati-hati cidera scalp pada anak-anak/bayi karena perdarahan begitu banyak dapat

    terjadinya shok hipovolumik

    2. Fraktur linier kalvariaFraktur linier pada kalvaria dapat terjadi jika gaya langsung yang bekerja pada

    tulang kepala cukup besar tetapi tidak menyebabkan tulang kepala bending dan terjadi

    fragmen fraktur yang masuk kedalam rongga intrakranial, tidak ada terapi khusus pada

    fraktur linier ini tetapi karena gaya yang menyebabkan terjadinya fraktur tersebut

    cukup besar maka kemungkinan terjadinya hematom intrakranial cukup besar, dari

    penelitian di RS. Dr. Sotomo Surabaya didapatkan 88% epidural hematom disertai

    dengan fraaaktur linier kalvaria.Jika gambaran fraktur tersebut kesegala arah disebut

    "Steallete fracture", jika fraktur mengenai sutura disebut diastase fraktur

    3. Fraktur depresiSecara definisi yang disebut fraktur depresi apabila fragmen dari fraktur masuk

    rongga intrakranial minimal setebal tulang fragmen tersebut, berdasarkan pernah

  • 7/31/2019 cidera_otak

    5/17

    Agus Turchan Page 5

    tidaknya fragmen fraktur berhubungan dengan udara luar maka fraktur depresi dibagi 2

    yaitu : fraktur depresi tertutup dan fraktur depresi terbuka.

    3.a. Fraktur depresi tertutupPada fraktur depresi tertutup biasanya tidak dilakukan tindakan operatip kecuali

    bila fraktur tersebut menyebabkan:1. Gangguan neurologis, misal kejang-kejang, hemiparese/plegi, penurunan

    kesadaran

    2. Secara kosmetik jelek misal : fraktur depresi didaerah frontal yangberhubungan dengan pekerjaannya.

    Tindakan yang dilakukan adalah mengangkat fragmen tulang yang menyebabkan

    penekanan pada jaringan otak.setelahnya mengembalikan dengan fiksasi pada tulang

    disebelahnya, sedangkan fraktur depresi didaerah temporal tanpa disertai adanya gangguan

    neurologis tidak perlu dilakukan operasi.

    3.b. Fraktur depresi terbuka

    Semua fraktur epresi terbuka harus dilakukan tindakan operatif debridemant untukmencegah terjadinya proses infeksi (meningoencephalitis) Yaitu mengangkat fragmen

    yang masuk, membuang jaringan yang devitalized seperti jaringan nekrosis benda-benda

    asing, evakuasi hematom, kemudian menjahit duramater secara "water tight"/kedap air

    kemudian fragmen tulang dapat dikembalikan atau pun dibuang, fragmen tulang

    dikembalikan jika :

    - Tidak melebihi golden periode (24 jam)

    - Duramater tidak tegang.

    Jika fragmen tulang berupa potongan-potongan kecil maka pengembalian tulang dapat

    secara mozaik

    4. Fraktur Basis kraniiSecara anatomis ada perbedaan struktur didaerah basis kranii dan kalvaria yaitu:

    - Pada basis kranii tulangnya lebih tipis dibandingkan tulang daerah kalvaria.- Duramater daerah basis kranii lebih tipis dibandingkan daerah kalvaria- Duramater daerah basis lebih melekat erat pada tulang dibandingkan daerah

    kalvaria

    Sehingga bila terjadi fraktur daerah basis mengakibatkan robekan duramater

    Klinis ditandai dengan:

    - Bloody otorrhea.- Bloody rhinorrhea-

    Liquorrhea- Brill Hematom- Batle's sign- Lesi nervus cranialis yang paling sering N I, NVII, dan N VIII

    Diagnose fraktur basis kranii secara klinis lebih bermakna dibandingkan dengan

    diagnose secara radiologis oleh karena:

    - Foto basis cranii posisinya hanging Foto , dimana posisi ini sangat berbahayatertutama pada cidera kepala disertai dengan cidera vertebra cervikal ataupun

    pada cidera kepala dengan gangguan kesadaran yang dapat menyebabkan

    gangguan pernafasan

    - Adanya gambaran fraktur pada foto basis kranii tidak akan merubahpenatalaksanaan dari fraktur basis kranii.

    - Pemborosan biaya perawatan karena penambahan biaya foto basis kranii.

  • 7/31/2019 cidera_otak

    6/17

    Agus Turchan Page 6

    Penanganan dari fraktur basis kranii meliputi:

    - Cegah peningkatan tekanan intrakranial yang mendadak, misal cegah batuk,mengejan, makanan yang tidak menyebabkan sembelit.

    - Jaga kebersihan sekitar lubang hidung dan lubang telinga, jika perlu dilakukantampon steril (Consul ahli THT) pada tanda bloody otorrhea/ otoliquorrhea,

    - Pada penderita dengan tanda-tanda bloody otorrhea /otoliquorrhea penderitatidur dengan posisi terlentang dan kepala miring keposisi yang sehat.- Pemberian antibiotika profilaksis untuk mencegah terjadinya

    meningoensefalitis masih kontroversial, di SMF Bedah Saraf RSU Dr.

    Soetomo kami tetap memberikan antibiotika profilaksis dengan alasan

    penderita fraktur basis kranii dirawat bukan diruangan steril / ICU tetapi di

    ruang bangsal perawatan biasa dengan catatan pemberian kami batasi sampai

    bloody rhinorrhea/otorrhea berhenti.

    Komplikasi yang paling sering terjadi dari fraktur basis kranii meliputi:

    - mengingoensefalitis

    - abses serebri.- Lesi nervii cranialis permanen- Liquorrhea.- CCF (Carotis cavernous fistula).

    5. Komosio serebriSecara definisi komosio serebri adalah gangguan fungsi otak tanpa adanya kerusakan

    anatomi jaringan otak akibat adanya cidera kepala. Sedangkan secara klinis didapatkan

    penderita pernah atau sedang tidak sadar selama kurang dari 15 menit, disertai sakit

    kepala, pusing, mual-muntah adanya amnesi retrogrde ataupun antegrade. Pada

    pemeriksaan radiologis CT Scan : tidak didapatkan adanya kelainan.

    6. Kontusio serebriSecara definisi kontusio serebri didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak akibat

    adanya kerusakan jaringan otak, secara klinis didapatkan penderita pernah atau sedang

    tidak sadar selama lebih dari 15 menit atau didapatkan adanya kelaianan neurologis

    akibat kerusakan jaringan otak seperti hemiparese/plegi, aphasia disertai gejala mual-

    muntah, pusing sakit kepala, amnesia retrograde/antegrade, pada pemeriksaan CT Scan

    didapatkan daerah hiperdens di jaringan otak, sedangkan istilah laserasi serebri

    menunjukkan bahwa terjadi robekan membran pia-arachnoid pada daerah yang

    mengalami contusio serebri.yang gambaran pada CT Scan disebut "Pulp brain "

    7.

    Epidural hematom (EDH = Epidural hematom)Epidural hematom adalah hematom yang terletak antara duramater dan tulang,

    biasanya sumber perdarahannya adalah robeknya :

    - Arteri meningica media (paling sering)- Vena diploica (oleh karena adanya fraktur kalvaria)- Vena emmisaria.- Sinus venosus duralis

    Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang disertai lateralisasi

    (ada ketidaksamaan antara tanda-tanda neurologis sisi kiri dan kanan tubuh) yang

    dapat berupa :

    - hemiparese/plegi- pupil anisokor- reflek patologis satu sisi

  • 7/31/2019 cidera_otak

    7/17

    Agus Turchan Page 7

    Adanya lateralisasi dan jejas pada kepala menunjukkan lokasi dari EDH. Pupil

    anisokor /dilatasi dan jejas pada kepala letaknya satu sisi/ipsilateral dengan lokasi

    EDH sedangkan Hemiparese/plegi letaknya kontralateral dengan lokasi EDH,

    sedangkan gejala adanya lucid interval bukan merupakan tanda pasti adanya EDH

    karena dapat terjadi pada perdarahan intrakranial yang lain, tetapi lucid interval dapat

    dipakai sebagai patokan dari prognosenya makin panjang lucid interval makin baikprognose penderita EDH (karena otak mempunyai kesempatan untuk melakukan

    kompensasi)

    Pada pemeriksaan radiologis CT Scan didapatkan gambaran area hiperdens dengan

    bentuk bikonvek diantara 2 sutura,

    Sedangkan indikasi operasi jika:

    - Terjadinya penurunan kesadaran- Adanya lateralisasi- Nyeri kepala yang hebat dan menetap yang tidak hilang dengan pemberian

    anlgesia.

    - Pada CT Scan jika perdarahan volumenya lebih dari 20 CC atau tebal lebih dari1 CM atau dengan pergeseran garis tengah (midline shift) lebih dari 5 mm.Operasi yang dilakukan adalah evakuasi hematom, menghentikan

    sumberperdarahan sedangkan tulang kepala dapat dikembalikan jika saat

    operasi tidak didapatkan adanya edema serebri sebaliknya tulang tidak

    dikembalikan jika saat operasi didapatkan duramater yang tegang dan dapat

    disimpan subgalea.

    Pada penderita yang dicurigai adanya EDH yang tidak memungkinkan dilakukan

    diagnose radiologis CT Scan maka dapat dilakukan diagnostik eksplorasi yaitu "

    Burr hole explorations "yaitu membuat lubang burr untuk mencari EDH biasanya

    dilakukan pada titik-titik tertentu yaitu (berurutan)

    - pada tempat jejas/hematom- pada garis fratur- pada daerah temporal- pada daerah frontal (2 CM didepan sutura coronaria)- pada daerah parietal- pada daerah occipital.Prognose dari EDH biasanya baik, kecuali dengan GCS datang kurang dari 8,

    datang lebih dari 6 jam umur lebih dari 60 tahun

    8. Subdural hematom (SDH)Secara definisi hematom subdural adalah hematom yang terletak dibawah lapisan

    duramater dengan sumber perdarahan dapat berasal dari :- Bridging vein (paling sering)- A/V cortical- Sinus venosus duralis

    Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan maka subdural hematom dibagi 3 :

    - Subdural hematom akut : terjadi kurang dari 3 hari dari kejadian- Subdural hematom subakut: terjadi antara 3 hari 3 minggu- Subdural hematom kronis jika perdarahan terjadi lebih dari 3 minggu.

    Secara klinis subdural hematom akut ditandai dengan penurunan kesadaran, disertai

    adanya lateralisasi yang paling sering berupa hemiparese/plegi.

    Sedangkan pada pemeriksaan radiologis (CT Scan) didapatkan gambaran hiperdens

    yang berupa bulan sabit (cresent)..

  • 7/31/2019 cidera_otak

    8/17

    Agus Turchan Page 8

    Indikasi operasi menurut EBIC (Europe brain injury commition) pada perdarahan

    subdural adalah :

    - jika perdarahan tebalnya lebih dari 1 CM.- Jika terdapat pergeseran garis tengah lebih dari 5mm.

    Operasi yang dilakukan adalah evakuasi hematom, menghentikan sumer perdarahan

    oleh karena biasanya disertai dengan edema serebri biasanya tulang tidakdikembalikan (dekompresi) dan disimpan subgalea.

    Prognose dari penderita SDH ditentukan dari GCS awal saat operasi, lamanya

    penderita datang sampai dilakukan operasi, lesi penyerta dijaringan otak serta usia

    penderita, pada penderita dengan GCS kurang dari 8 prognosenya 50 %, makin rendah

    GCS, makin jelek prognosenya makin tua penderita makin jelek prognosenya adanya

    lesi lain akan memperjelek prognosenya.

    9. Intracerebral hematom (ICH)Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya

    akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara klinis ditandai

    dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai lateralisasi, padapemeriksaan CT scan didapatkan adanya daerah hiperdens yng disertai dengan edema

    disekitarnya (perifokal edema)

    Indikasi dilakukan operasi jika:

    - Single- Diameter lebih dari 3 CM- Perifer.- Adanya pergeseran garis tengah- Secara klinis hematom tersebut dapat menyebabkan gangguan neurologis

    /lateralisasi

    Operasi yang dilakukan biasanya adalah evakuasi hematom disertai dekompresi dari

    tulang kepala.

    Faktor-faktor yang menentukan prognosenya hampir sama dengan faktor-faktor yang

    menentukan prognose perdarahan subdural

    10.Diffuse axonal injury (DAI)Secara definisi yang disebut diffuse axonal injury adalah koma lebih dari 6 jam yang

    pada pemeriksaan CT Scan tidak didapatkan kelainan (gambaran hiperdens), jadi yang

    dipakai sebagai golden standart diagnostic adalah CT Scan. Secara klinis DAI dibagi

    menjadi 3 gradasi:

    DAI ringan : jika koma terjadi antara 6 24 jam.

    DAI sedang: jika koma lebih dari 24 jam tanpa disertai tanda-tanda deserebrateddecorticated.

    DAI. Berat: Jika koma lebih dari 24 jam yang disertai tanda-tanda deserebrated /

    decorticated.

    Sedangkan menurut WHO yang disebut koma jika GCS kurang dari 8.(Unopen eyes,

    unuterred words and unobey commands)

    Pada kasus dengan DAI berat, biasanya prognosenya jelek.

  • 7/31/2019 cidera_otak

    9/17

    Agus Turchan Page 9

    CIDERA OTAK SEKUNDER

    Cidera otak yang terjadi akibat dari cidera otak primer yang tidak mendapat penanganan

    yang baik (sehingga terjadi hipoksia) serta adanya proses metabolisme dan

    neurotransmiter serta respon inflamasi pada jaringan otak maka cidera otak primer

    berubah menjadi cidera otak sekunder yang meliputi :

    - Edema serebri- Infark serebri- Peningkatan tekanan intra kranial

    Edema serebri

    Adalah penambhan air pada jaringan otak/ sel-sel otak, pada kasus cidera kepala terdapat 2

    macam edema serebri :

    - Edema serebri vasogenik- Edema serebri sitostatik

    Edema serebri vasogenikEdema serebri vasogenik terjadi jika terdapat robekan dari "blood brain barrier" (sawar

    darah otak) sehingga solut intravaskuler (plasma darah) ikut masuk dalam jaringan otak

    (ekstraseluler) dimana tekanan osmotik dari plasma darah ini lebih besar dari pada tekanan

    osmotik cairan intra selluler akibatnya terjadi reaksi osmotik dimana cairan intraselluler

    yang tekanan osmotiknya lebih rendah akan ditarik oleh cairan ekstra seluler keluar dari

    sel melewati membran sel sehingga terjadi edema ekstra seluler sedangkan sel-sel otak

    mengalami pengkosongan ("shringkage")

    Edema serebri Sitostatik

    Edema serebri sitostatik terjadi jika suplai oksigen kedalam jaringan otak berkurang(hipoksia) akibatnya terjadi reaksi anaerob dari jaringan otak (pada keadaan aerob maka

    metabolisme 1 mol glukose akan di ubah menjadi 38 ATP dan H2O) sedangkan dalam

    keadaan anaerob maka 1 molekul glukose akan diubah menjadi 2 ATP dan H2O karean

    kekurangan ATP maka tidak ada tenaga yang dapat digunakan untuk menjalankan proses

    pumpa Natrium Kalium untuk pertukaran kation dan anion antara intra selluler dan

    ekstraseluler dimana pada proses tersebut memerlukan ATP akibatnya Natrium (Na) yang

    seharusnya dipumpa keluar dari sel menjadi masuk kedalam sel bersamaan masuknya

    natrium, maka air (H2O) ikut masuk kedalam sel sehingga terjadi edema intra seluler

    Gambaran CT Scan dari edema serebri :

    - Ventrikel menyempit- Cysterna basalis menghilang- Sulcus menyempit sedangkan girus melebar

    Terapi dari edema serebri

    Secara prinsip terapi dari edema serebri adalah menghilangkan air yang ada dalam sel

    (intraseluler) ataupun air diluar sel (ekstraseluler) dengan cara:

    - cairan hiperosmotik (manitol) dengan dosis 0,5 g 1 g/Kg BB/kali diberikansecara bolus dalam waktu 15 20 menit., disamping sebagai cairan

    hiperosmolar maka manitol dengan dosis rendah berfungsi sebagai penangkap

    bahan radikal bebas dan dapat meningkatkan mikrosirkulasi dari sel-sel darah

    merah (rheologi), pemberian manitol selama 4 hari kemudian dilakukan

    tapering agar tidak terjadi "rebound phenomena".

    - Kortikosteroid, obat ini dapat memperbaiki sawar darah otak sehingga secaratidak langsung memperbaiki edema serebri, tetapi obat ini tidak digunakan

  • 7/31/2019 cidera_otak

    10/17

    Agus Turchan Page 10

    pada kasus cidera kepala karena manfaatnya lebih sedikit dibandingkan dengan

    kerugiannya.Kortikiosteroid sangat bermanfaat untuk edema serebri yang

    disebabkan oleh tumor otak baik primer maupun metastase.

    - Deuritika., biasanya yang digunakan furosemideTekanan intra kranialCompartment rongga kepala orang dewasa rigid tidak dapat berkembang yang terisi 3

    komponen yaitu :

    - jaringan otak seberat 1200 gram- cairan liquor serebrospinalis seberat 150 gram- darah dan pembuluh darah seberat 150 gram

    Menurut doktrin Monroe-Kellie, jumlah massa yang ada dalam rongga kepala adalah

    konstan jika terdapat penambahan massa (misal hematom, edema, tumor, abses) maka

    sebagian dari komponen tersebut mengalami kompensasi/bergeser, yang mula-mula

    mengalami kompensasi adalah cairan serebrospinalis yaitu pindah kedalam sisterna

    ataupun canalis centralis yang ada di medullaspinalis yang tampak pada klinis penderita

    mengalami kaku kuduk serta pinggang terasa sakit dan berat, jika kompensasi dari cairanserebrospinalis sudah terlampaui sedangkan penambahan massa masih terus berlangsung

    maka terkjadi kompensasi kedua yaitu kompensasi dari pembuluh darah dan isinya yang

    bertujuan untuk mengurangi isi rongga intrakranial dengan cara :

    - Vaso konstriksi yang berakibat tekanan darah meningkat- Denyut nadi menurun (bradikardia), yang merupakan tanda awal dari

    peningkatan tekanan intrakranial, kedua tanda ini jika disertai dengan

    gangguan pola nafas disebut "trias Cushing"

    Jika kompensasi kedua komponen isi rongga intrakranial sudah terlampaui sedangkan

    penambahan massa masih terus berlangsung maka jaringan otak akan melakukan

    komponsasi yaitu berpindah ketempat yang kosong ("locus minoris") perpindahan jaringan

    otak tersebut disebut herniasi cerebri, ada beberapa macam:

    - herniasi serebri subfalxine- herniasi serebri "upward"- herniasi serebri tentorial (lateral/uncus)- herniasi serebri tentorial (central)- herniasi tonsilar

    Tanda-tanda klinis herniasi cerebri tergantung dari macamnya,. Pada umumya klinis dari

    peningkatan tekanan intrakranial adalah :

    - Nyeri kepala.- Mual, muntah-

    Pupil bendung

    "Sekunder insult"

    Adalah kondisi penderita yang bertambah buruk akibat terjadinya cidera otak sekunder

    karena terjadinya kesalahan penanganan oleh tenaga medis/paramedis misal : - Saat

    transportasi tidak dipasang infus sehingga terjadi shock, ataupun tidak dilakukan

    penanganan airway sehingga terjadi hipoksia, sekunder insult dapat terjadi di dalam rumah

    sakit (paling sering) maupun saat diluar rumah sakit

  • 7/31/2019 cidera_otak

    11/17

    Agus Turchan Page 11

    Penanganan pertama kasus cidera kepala di UGD

    Pertolongan pertama dari penderita dengan cidera kepala mengikuti standart yang

    telah ditetapkan dalam ATLS (Advanced trauma life support) yang meliputi, anamnesa

    sampai pemeriksaan fisik secara seksama dan stimultan pemeriksaan fisik meliputi: -

    Airway

    - Breathing- Circulasi- Disability

    Pada pemeriksaan airway usahakan jalan nafas stabil, dengan cara :

    - Kepla miring, buka mulut, bersihkan muntahan darah, adanya benda asing- Perhatikan tulang leher, immobilisasi, cegah gerakan hiperekstensi, hiperfleksi

    atauipun rotasi.

    - Semua penderita cidera kepala yang tidak sadar harus dianggap disertai cideravertebrae cervikal sampai terbukti sebaliknya, maka perlu dipasang collar

    brace.

    jika sudah stabil tentukan saturasi oksigen minimal saturasinya diatas 90 %, jika tidak

    usahakan untuk dilakukan intubasi dan suport pernafasan.Setelah jalan nafas bebas sedapat mungkin pernafasannya diperhatikan frekwensinya

    normal antara 16 18 X/menit, dengarkan suara nafas bersih, jika tidak ada nafas lakukan

    nafas buatan, kalau bisa dilakukan monitor terhadap gas darah dan pertahankan PCO 2antara 28 35 mmHg karena jika lebih dari 35 mm Hg akan terjadi vasodilatasi yang

    berakibat terjadinya edema serebri sedangkan jika kurang dari 20 mm Hg akan

    menyebabkan vaso konstriksi yang berakibat terjadinya iskemia., periksa tekanan oksigen

    (PO2) 100 mmHg jika kurang beri Oksigen masker 8 liter/ menit.

    Pada pemeriksaan sistem sirkulasi :

    - Periksa denyut nadi/jantung, jika (-) lakukan resusitasi jantung.- Bila shock (tensi < 90 dan nadi > 100 atasi dengan infus cairan RL, cari sumber

    perdarahan ditempat lain, karena cidera kepala single pada orang dewasa

    hampir tidak pernah menimbulkan shock. Terjadinya shock pada cidera kepala

    meningkatkan angka kematian 2 X

    - Hentikan perdarahan dari luka terbukaPada pemeriksaan disability / kelainan kesadaran:

    - Periksa kesadaran : memakai Glasgow Coma Scale- Periksa kedua pupil bentuk dan besarnya serta catat reaksi terhadap cahaya

    langsung maupun konsensual./tidak langsung

    - Periksa adanya hemiparese/plegi- Periksa adanya reflek patologis kanan kiri-

    Jika penderita sadar baik tentukan adanya gangguan sensoris maupun fungsiluhur misal adanya aphasia

    Setelah fungsi vital stabil (ABC stabil baru dilakukan survey yang lain dengan cara

    melakukan sekunder survey/ pemeriksaan tambahan seperti Skull foto, foto thorax, foto

    pelvis, CT Scan dan pemeriksaan tambahan yang lain seperti pemeriksaan darah

    (pemeriksaan ini sebenarnya dikerjakan secara stimultan dan seksama).

    Glasgow Coma Scale (GCS)

    Untuk mendapatkan keseragaman dari penilaian tingkat kesadaran secara kwantitatif (yang

    sebelumnya tingkat kesadaran diukur secara kwalitas seperti apatis, somnolen dimana

    pengukuran seperti ini didapatkan hasil yang tidak seragam antara satu pemeriksaan

    dengan pemeriksa yang lain) maka dilakukan pemeriksaan dengan skala kesadaran secaraGlasgow, ada 3 macam indikator yang diperiksa yaitu:

  • 7/31/2019 cidera_otak

    12/17

    Agus Turchan Page 12

    1. Reaksi membuka mata2. Reaksi verbal3. Reaksi motorikAd 1. Reaksi membuka mata

    Reaksi membuka mata NilaiMembuka mata spontan 4

    Buka mata dengan rangsangan suara 3

    Buka mata dengan rangsangan nyeri 2

    Tidak membuka mata dengan rangsangan nyeri 1

    Ad 2. Reaksi verbal

    Reaksi verbal Nilai

    Komunikasi verbal baik, jawaban tepat 5

    Bingung, disorientasi waktu, tempat dan ruang 4

    Dengan rangsangan nyeri keluar kata-kata 3Keluar suara tapi tak berbentuk kata-kata 2

    Tidak keluar suara dengan rangsangan apapun 1

    Ad 3. Reaksi motorik

    Reaksi motorik Nilai

    Mengikuti perintah 6

    Melokakisir rangsangan nyeri 5

    Menarik tubuhnya bila ada rangsangan nyeri 4

    Reaksi fleksi abnormal dengan rangsangan nyeri 3

    Reaksi ekstensi abnormal dengan rangsangan nyeri 2

    Tidak ada gerakan dengan rangsangan nyeri 1

    Berdasarkan GCS maka cidera kepala dapat dibagi menjadi 3 gradasi yaitu :

    - Cidera kepala derajad ringan, bila GCS : 13 15.- Cidera kepal derajad sedang, bila GCS: 9 12.- Cidera kepala derajad berat, bila GCS kurang atau sama dengan 8

    Pada penderita yang tidak dapat dilakukan pemeriksaan misal oleh karena aphasia, maka

    reaksi verbal diberi tanda "X", atau oleh karena kedua mata edema berat sehingga tidak

    dapat di nilai reaksi membuka matanya maka reaksi membuka mata diberi nilai "X",

    sedangkan jika penderita dilakukan tracheostomy ataupun dilakukan intubasi maka reaksi

    verbal diberi nilai " T "

    Indikasi foto polos kepala

    Tidak semua penderita dengan cidera kepala diindikasikan untuk pemeriksaan kepala

    karena masalah biaya dan kegunaannya yang sekarang makin ditinggalkan. Jadi

    indikasinya meliputi :

    - Jejas lebih dari 5 Cm.- Luka tembus (tembak/ tajam)- Adanya corpus alineum- Deformitas kepala (dari inspeksi dan palpasi)- Nyeri kepala yang menetap-

    Gejala fokal neurologis- Gangguan kesadaran (GCS < 15)

  • 7/31/2019 cidera_otak

    13/17

    Agus Turchan Page 13

    Catatan :

    - Jangan mendiagnose foto kepala normal jika foto kepala tersebut tidakmemenuhi syarat.

    - Pada curiga adanya fraktur depresi maka dilakukan foto polos posisi AP/Lateral dan oblique.

    Indikasi CT Scan

    - Nyeri kepala menetap atau muntah-muntah yang tidak menghilang setelahpemberian obat-obatan analgesia/ anti muntah

    - Adanya kejang-kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna terdapatnya lesiintrakranial dibandingkan dengan kejang general

    - Penurunan GCS lebih 1 point dimana faktor-faktor ekstracranial telahdisingkirkan (karena penurunan GCS dapat terjadi karena misal terjadi shock,

    febris, dll)

    - Adanya lateralisasi- Adanya Fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai, misal fraktur

    depresi temporal kanan tapi terdapat hemiparese/plegi kanan.- Luka tembus akibat benda tajam dan peluru- Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang membaik dari GCS- Bradikardia (Denyut nadi kurang 60 X/menit)

    Cidera kepala yang perlu masuk rumah sakit (MRS)

    - Adanya gangguan kesadaran (GCS < 15)- Pernah tidak sadar lebih dari 15 menit (contusio serebri)- Adanya gangguan fokal neurologis (Hemiparese/plegi, kejang-kejang, pupil

    anisokor)

    - Nyeri kepala, mual-mual yang menetap yang telah dilakukan observasi di UGDdan telah diberikan obat anlgesia dan anti muntah selama 2 jam tidak ada

    perbaikan

    - Adanya tanda fraktur tulang kavaria pada pemeriksaan foto kepala- Klinis adanya tanda-tanda patah tulang dasar tengkorak.- Luka tusuk atau luka tembak- Adanya benda asing (corpus alienum)- Penderita disertai mabuk- Cidera kepala disertai penyakit lain misal hipertensi, diabetes melitus,

    gangguan faal pembekuan.

    - Indikasi sosial:-

    Tidak ada yang mengawasi di rumah jika dipulangkan.- Tempat tinggal jauh dengan rumah sakit oleh karena jika terjadimasalah akan menyulitkan penderita,

    Pada saat penderita dipulangkan harus diberi advice (lembar penjelasan) apabila terdapat

    gejala seperti ini harus segera dipulangkan :

    - Mual-muntah serta sakit kepala yang menetap- Terjadinya penurunan kesadaran- Penderita mengalami kejang-kejang- Gelisah

    Pengawasan dirumah harus dilakukan terus menerus selam kurang lebih 2 X 24 jam

    dengan cara membangunkan tiap 2 jam

  • 7/31/2019 cidera_otak

    14/17

    Agus Turchan Page 14

    Perawatan di rumah sakit

    1. GCS 1315- Infus dengan cairan normoosmotik (kecuali Dextrose oleh karena dextrose

    cepat dimetabolisme menjadi H2O + CO2 sehingga dapat menimbulkan edema

    serebri) Di RS Dr Soetomo Surabaya digunakan D5% 1/2 salin kira-kira 1500

    2000 cc/24 jam untuk orang dewasa

    - Diberikan analgesia/antimuntah secara intravena, jika penderita tetap muntahharus dipuasakan selama 6 jam, jika tidak muntah dicoba minum sedikit-sedikit

    (Pada penderita yang tetap sadar)

    - Mobilisasi dilakukan sedini mungkin, dimulai dengan memberikan bantalselama 6 jam kemudian setengah duduk pada 12 jam kemudian kemudian

    duduk penuh dan dilatih berdiri (dapat dilakukan pada penderita dengan GCS

    15)

    - Jika memungkinkan dapat diberikan obat neurotropik,seperti : Citicholine,dengan dosis 3 X 250 mg/hari sampai minimal 5 hari

    - Minimal penderita MRS selam 2 X 24 jam karena komplikasi dini dari ciderakepala paling sering terjadi 6 jam setelah cidera dan berangsur-angsurberkurang sampai 48 jam pertama

    2. GCS < 13- Posisi terlentang kepala miring kekiri dengan diberi bantal tipis (head up 15

    300) hal ini untuk memperbaiki venous return sehingga tekanan intra kranial

    turun.

    - Beri masker Oksigen 68 liter/menit- Atasi hipotensi, usahakan tekanan sistolok diatas 100mmHg, jika tidak ada

    perbaikan dapat diberikan vasopressor.

    - Pasang infus D5% 1/2 saline 1500 2000 cc/24 jam atau 25 30 CC/KgBB/24 jam

    - Pada penderita dengan GCS < 9 atau diperkirakan akan memerlukan perawatanyang lebih lama maka hendaknya dipasang maagslang ukuran kecil (12 Fr)

    untuk memberikan makanan, yang dimulai pada hari I dihubungkan dengan

    500 CC Dextrose 5% gunanya pemberian sedini mungkin adalah untuk

    menghindari atrophi villi usus, menetralisasikan asam lambung yang biasanya

    sangat tinggi pH nya (stress ulcer), menambah energi yang tetap dibutuhkan

    sehingga tidak terjadi metabolisme yang negatip, pemberian makanan melalui

    pipa lambung ini akan ditingkatkan secara perlahan-lahan samai didapatkan

    volume 2000 CC/ 24 jam dengan kalori 2000 Kkal., keuntungan lain dari

    pemberian makanan peroral lebih cepat pada penderita tidak sadar antara laian :- Mengurangi translokasi kuman di dinding usus halus dan usus besar- Mencegah normal flora usus masuk kedalam system portal

    - Sedini mungkin penderita dilakukan mobilisasi untuk menghindari terjadinyastatik pneumonia atau dekubitus dengan cara melakukan miring kekiri kan

    kanan setiap 2 jam

    - Pada penderita yang gelisah harus dicari dulu penyebabnya tidak bolehlangsung diberikan obat penenang seperti diazepam karena dapat menyebabkan

    masking efek terhadap kesadarannya dan terjadinya depresi pernafasan. Pada

    penderita gelisah dapat terjadi karena:

    - Nyeri OK :- fraktur- kandung seni yang penuh- tempat tidur yang kotor

  • 7/31/2019 cidera_otak

    15/17

    Agus Turchan Page 15

    - Penderita mulai sadar- Penurunan kesadaran- shock- Febris

    Obat penenang hanya diberikan bila tidak didapatkan adanya hematom intrakranial

    yang diketahui dari pemeriksaaan CT Scan.Pada penderita dengan gelisah yang tidak disertai adanya lesi fokal intrakranial

    oleh penulis dapat diberikan obat Chlorpromazine 12,5 mg (1/4 ampul) diberikan

    IM pemberian dapat diulang 4 jam kemudian, pemberian obat ini harus hati-hati

    karena dapat menyebabkan terjadinya orthostatik hipotensi

    Obat-obatan yang lain:

    - Antibiotika jika terdapat luka, atas indikasi yang lain biasanya golonganpenisillin misal ampicillin dengan dosis 50 mg/Kg BB/ hari dosis dibagi 4

    - Analgesik biasanya, metamizol (dewasa 3 X 1 ampul /IV)- Antimuntah, metocloperamide (dewasa 3X 1 ampul /IV)- Neurotropik seperti Citi cholin dengan dosis 3 X 250 mg/hari minimal 5 hari

    dan jika masih terdapat gejala sisa diteruskan sampai 8 mingguPada penderita kejang :

    - Hentikan kejang dengan pemberian diazepam dosis 0,1 0,2 mg/kg sampaikejang berhenti, tetapi jangan memberikan diazepam jika kejang sudah

    berhenti sedangkan untuk mencegah kejang dapat diberikan diphenyl hidantoin

    dengan dosis 5 8 mg/Kg BB/ hari dibagi 2 3, setelahnya harus dicari apa

    penyebab kejang tersebut apakah faktor intrakranial atau faktor ekstrakranial

    Pada penderita yang febris: febris dapat dibedakan oleh karena faktor intrakranial

    akibat terjadinya peningkatan tekanan intrakranial (central) atau akibat faktor

    ekstrakranial misal hipotensi, infeksi sehingga sebelum diberikan antipiretika harus

    dicari penyeabnya lebih dahulu karena obat anti piretika kadang dapat

    menyebabkan hipotensi,

    ObservasiObservasi pada kasus cidera kepala adalah kemauan dari paramedis/medis untuk mencari

    komplikasi dini/lanjut dari cidera kepala tersebut seperti adanya intrakranial hematom.

    Jadi hal-hal yang perlu di observasi meliputi faktor-faktor ekstrakranial serta adanya

    tanda-tanda dari adanya lesi massa intrakranial.

    Tanggal:

    Jam Tensi Nadi RR Suhu GCS Lat Cairan

    Masuk Keluar

    Lain-lain yang perlu dicatat adalah kalau penderita mengalami muntah-muntah, sakit

    kepala yang terus menerus, jadi perubahan yang ditemukan harus dicatat dan dilaporkan

    untuk keperluan tindakan diagnostik ataupun terapeutik.

    6 jam pasca cidera kepala penderita harus dilakukan observasi tiap 15 menit sedangkan

    pada 6 jam berikutnya tiap 30 menit dan sisanya sampai 48 jam dilakukan observasi tiap 1

    jam.

  • 7/31/2019 cidera_otak

    16/17

    Agus Turchan Page 16

    Merujuk penderita

    Tidak semua penderita dapat dilakukan perawatan di Rumah sakit didaerah oleh karena

    keterbatasan dari sarana, prasaranaserta tenaga ahli Bedah / Bedah Saraf, jadi indikasi

    untuk merujuk penderita adalah untuk alasan diagnostik :

    - Penderita yang memerlukan CT Scan:- Adanya lateralisasi Untuk diagnostik lebih lanjut dengan CT Scan- Penderita kontusio serebri selama perawatan 3 hari, tidak ada perubahan dari

    GCS

    - Curiga terjadinya lesi massa intrakranial yang memerlukan pemeriksaan lebihlanjut (CT Scan)

    - Penderita yang memerlukan terapeutik :

    - Fraktur depresi terbuka yang menyilang garis tengah

    - Lesi massa intra kranial dimana tidak terdapat tenga ahli maupun peralatannya.Sebelum melakukan rujukan sebaiknya dilakukan komunikasi lebih dulu dengan tempat

    yang akan dilakukan rujukan untuk:- Mendiskusikan indikasi rujukan.- Mencegah rujukan yang tidak perlu.- Menginformasikan kondisi penderita- Memastikan kesiapan tempat, tenaga serta peralatan yang sesuai dengan kasus

    rujukan.

    - Mendiskusikan terapi dan advis lain pada saat transportasi.

  • 7/31/2019 cidera_otak

    17/17

    Agus Turchan Page 17

    Daftar kepustakaan

    1. Bajamal AH, Darmadipura, HM, Kasan HU: Pedoman penanganan cidera kepala dancidera tulang belakang. IKABSI, Surabaya 1993.

    2. Genarelli TA, Meaney DF: Mechanism of primary head injury in Wilkins RHRengachary SS (eds) Neurosurgery 2

    nd

    edition, Vol II; 1996: 2611 - 22.3. Levin LS, Barwick WJ. Scalp injury. In Wilkin RH & Rengachary SS (eds) 2nd, Vol II,

    1996: 2727 - 38.

    4. Turner DA: Neurological evaluation of patient with head trauma: Coma scale. InWilkin RH, Rengachary SS (eds) Neurosurgery 2

    ndedition, Vol II; 1996: 2267 - 74