26
Tugas Makalah PENYAKIT AKIBAT KERJA Cindy Herno Chrysela NIM: 030.10.064 Pembimbing: dr. Hari Peni Julianti, MKes, SpKFR KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO

Cindy Herno

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ilmu kesehatan masyarakat UNDIP

Citation preview

Page 1: Cindy Herno

Tugas Makalah

PENYAKIT AKIBAT KERJA

Cindy Herno Chrysela

NIM: 030.10.064

Pembimbing: dr. Hari Peni Julianti, MKes, SpKFR

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN

MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

PERIODE 29 JULI – 12 SEPTEMBER 2015

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

Page 2: Cindy Herno

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Makalah

PENYAKIT AKIBAT KERJA

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Kepaniteraan Klinik

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Semarang

Disusun Oleh:

Cindy Herno Chrysela

030.10.064

Semarang, Agustus 2015

Telah diuji, disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing,

dr. Hari Peni Julianti, MKes, SpKFR

2

Page 3: Cindy Herno

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah Penyakit Akibat

Kerja.

Makalah ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan

klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Diponegoro Semarang

periode 29 Juni – 12 September 2015. Tentunya saya berharap pembuatan

makalah ini tidak hanya berfungsi sebagai apa yang telah disebutkan di atas.

Dalam usaha penyelesaian tugas makalah ini, saya banyak memperoleh

bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak.

Untuk itu, dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Hari Peni Julianti, MKes, SpKFR, selaku pembimbing tugas makalah

ini.

2. Semua staf pengajar kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

3. Semua teman-teman Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Trisakti.

Saya menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saya menerima

semua saran dan kritikan yang membangun guna penyempurnaan tugas makalah

ini.

Semarang, Agustus 2015

Penyusun

3

Page 4: Cindy Herno

DAFTAR ISI

SAMPUL HALAMAN............................................................................................1

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2

KATA PENGANTAR.............................................................................................3

DAFTAR ISI............................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5

A. Definisi.........................................................................................................5

B. Klasifikasi....................................................................................................6

C. Faktor Penyebab….......................................................................................6

D. Penggolongan...............................................................................................7

E. Diagnosis......................................................................................................8

F. Penyakit yang beresiko terhadap pekerjaan...............................................11

G. Penyakit Akibat Kerja................................................................................12

H. Penanganan.................................................................................................14

I. Pencegahan.................................................................................................14

KESIMPULAN......................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

4

Page 5: Cindy Herno

TINJAUAN PUSTAKA

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam bekerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor yang

sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau

kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan

lingkungannya.1

Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 tentang

Kesehatan Kerja menyatakan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap

pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan

masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas yang optimal, sejalan

dengan program perlindungan tenaga kerja. Perlindungan utamanya ditujukan

pada Penyakit Akibat Kerja/Akibat Hubungan Kerja dan Kecelakaan Akibat

Kerja. 1

A. Definisi Penyakit Akibat Kerja

Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian,

Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made

disease.1

Penyakit Akibat Kerja (PAK) menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993

adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat

kerja terjadi sebagai pajanan faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di

tempat kerja.1

Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan pekerjaan

yang diselenggarakan oleh ILO (International Labour Organization) di Linz,

Austria, dihasilkan definisi menyangkut PAK sebagai berikut:1

Penyakit Akibat Kerja – Occupational Disease adalah penyakit yang

mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan

pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah

diakui.

Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan –Work Related

Disease adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab,

dimana faktor pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor risiko

5

Page 6: Cindy Herno

lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi

kompleks.

Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja – Disease of Fecting Working

Populations adalah penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa

adanya agen penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh

kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.

 

B. Klasifikasi Penyakit Akibat Kerja

WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja:2

1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya

pneumoconiosis.

2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya

karsinoma bronkogenik.

3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara

faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya bronkitis kronis.

4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah

ada sebelumnya, misalnya asma.

C. Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja

Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:3

a. Golongan fisik

Contohnya: suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang

sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.

b. Golongan kimiawi

Bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat

dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan dan kabut.

c. Golongan biologis

Bakteri, virus atau jamur.

d. Golongan fisiologis

Biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja.

e. Golongan psikososial

Lingkungan kerja yang mengakibatkan stres.

D. Penggolongan Penyakit Akibat Kerja

6

Page 7: Cindy Herno

Keputusan Presiden RI No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul

akibat hubungan kerja:1,4

1. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan

parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan siliko tuberkulosis yang

silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.

2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronchopulmoner) yang disebabkan

oleh debu logam keras.

3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronchopulmoner) yang disebabkan

oleh debu kapas, vlas, hennep dan sisal (bissinosis).

4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat

perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.

5. Alvolitis allergika yang disebabkan faktor dari luar sebagai akibat

penghirupan debu organik.

6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang

beracun.

7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang

beracun.

8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang

beracun.

9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.

10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang

beracun.

11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.

12. Penyakit yang disebabkan oleh air raksa atau persenyawaannya yang

beracun.

13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang

beracun.

14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang beracun.

15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.

16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan

hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.

17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.

18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau

homolognya yang beracun.

7

Page 8: Cindy Herno

19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.

20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol dan keton.

21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau

keracunan seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida

atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.

22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot,

urat tulang, persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi).

24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan

lebih.

25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi mengion.

26. Penyakit yang disebabkan oleh penyebab-penyebab fisik, kimiawi atau

biologis.

27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,

inyak mineral, antrasena atau persenyawaan produk atau residu dari zat

tersebut.

28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang

didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.

30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi

atau kelembaban udara tinggi.

31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

E. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja

Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu

dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang

diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat.3

Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat

digunakan sebagai pedoman: 3

1. Tentukan Diagnosis klinisnya

Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan

memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya

dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik

8

Page 9: Cindy Herno

ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut

berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.

2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini

Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja

adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan

pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat

pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:

Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh

penderita secara khronologis

Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan

Bahan yang diproduksi

Materi (bahan baku) yang digunakan

Jumlah pajanannya

Pemakaian alat perlindungan diri (masker)

Pola waktu terjadinya gejala

Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami

gejala serupa)

Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan

(MSDS, label, dan sebagainya)

3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit

tersebut

Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang

mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit

yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar

ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan

diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang

mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan

sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah,

lama, dan sebagainya).

4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat

mengakibatkan penyakit tersebut.

Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan

tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi

penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan

9

Page 10: Cindy Herno

kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat

kerja.

5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat

mempengaruhi

Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat

pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya

penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga

risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan

(riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih

sensitif terhadap pajanan yang dialami.

6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit

Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit?

Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat

merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain

tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat

kerja.

7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya

Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu

keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar

ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan

merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan

hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini

perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu

pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila

tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien

tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini.

Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila

penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung

pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat

timbulnya penyakit.

F. Penyakit yang beresiko terhadap pekerjaan5

1. Pekerja yang menghirup debu di pembongkaran atau renovasi dapat

beresiko terkena kanker paru-paru, mesothelioma dan asbestosis, penyakit

10

Page 11: Cindy Herno

yang menyebabkan jaringan parut dan kaku dari paru-paru. Memakai alat

pelindung, termasuk respirator, saat bekerja di sekitar bangunan tua dan

menghindari merokok dapat membantu mencegah penyakit ini.

2. Pekerja pabrik dapat terkena debu, bahan kimia, dan gas, menempatkan

mereka pada risiko PPOK.

3. 8% sampai 12% diperkirakan dari petugas kesehatan yang sensitif

terhadap residu bubuk ditemukan dalam sarung tangan lateks, yang dapat

menyebabkan reaksi asma tipe berat. Membatasi paparan bila

memungkinkan dapat membantu mencegah penyakit ini Tapi untuk dokter

dan perawat, melewatkan penggunaan sarung tangan pelindung tidak

selalu pilihan. Pada kasus berat, dr. Harber mengatakan, alergi lateks dapat

mengakhiri karir. Beberapa rumah sakit telah beralih ke sarung tangan

sintetis bebas latex.        

4. Bisinosis, juga disebut brown lung desease, adalah umum terjadi di antara

pekerja tekstil yang membuat jok, handuk, kaus kaki, seprei, dan pakaian.

Pekerja bisa menghirup partikel yang dilepaskan dari katun atau bahan

lainnya. Merokok meningkatkan risiko. Memakai masker dan

memperbaiki ventilasi di lingkungan kerja dapat bermanfaat.

5. Penyajian minuman di ruangan penuh asap menempatkan bartender yang

berisiko tinggi untuk penyakit paru-paru, terutama jika mereka secara

teratur terkena perokok pasif selama bertahun-tahun. Jika bekerja di

sebuah kota yang masih memungkinkan merokok di bar, sistem ventilasi

yang baik dapat membantu.    

6. Pembuatan roti adalah berada pada bagian atas daftar asma, yang secara

keseluruhan mencapai 15% merupakan estimasi kasus asma baru pada

orang dewasa. Reaksi asma yang terjadi akibat adanya enzim yang

digunakan untuk mengubah konsistensi adonan, serta allergen gudang

dengan bug, seperti kumbang, ngengat, dan kumbang penggerek, sering

ditemukan dalam tepung. Ventilasi yang baik dan penggunaan masker

pelindung bisa membantu mencegah penyakit ini.   

7. Auto spray-on cat, seperti isosianat dan produk poliuretan, bisa mengiritasi

kulit, membuat alergi, dan menyebabkan sesak dada dan kesulitan

bernapas yang parah. Respirator, sarung tangan, goggles, dan ventilasi

dapat membantu mencegah penyakit ini.

11

Page 12: Cindy Herno

8. Supir truk pengirim barang, mereka yang membongkar barang dagangan

di dermaga pemuatan, dan pekerja kereta api industri dapat berisiko untuk

PPOK. Knalpot diesel adalah faktor terbesar. Mengenakan masker

pelindung membantu mengurangi risiko penyakit paru-paru.

9. Penambang berada pada risiko tinggi untuk sejumlah penyakit paru-paru,

termasuk PPOK, karena paparan debu. Silika di udara juga dikenal sebagai

kuarsa yang dapat menyebabkan silikosis, penyakit yang membuat luka di

paru-paru.

10. Petugas pemadam kebakaran bisa menghirup asap dan berbagai bahan

kimia yang mungkin ada dalam gedung yang terbakar. Paparan bahan

beracun dan asbes adalah resiko bahkan setelah api keluar.

G. Penyakit Akibat Kerja

Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:6

a. Penyakit Kulit

Penyakit kulit akibat kerja, ialah setiap penyakit kulit yang disebabkan oleh

pekerjaan atau lingkungan kerja yang berupa faktor risiko mekanik, fisik, kimia,

biologik dan psikologik. Kelainan yang terjadi dapat berupa dermatitis kontak,

acne, infeksi kulit (bakteri, virus, jamur, infestasi parasit), neoplasi kulit, kelainan

pigmentasi kulit.

b. Penyakit Neurologi

Penyakit neurologi akibat kerja adalah penyakit yang mengenai sistem syaraf

pusat dan perifer. Penyebabnya antara lain adalah trauma, infeksi, degenerasi,

keganasan, gangguan metabolisme, intoksikasi. Kelainan yang terjadi dapat

berupa kelainan motorik, sensibilitas, otonom.

c. Penyakit Dalam

Penyakit akibat kerja dalam lingkup penyakit dalam adalah penyakit yang

timbul akibat pemaparan oleh faktor resiko di tempat kerja yang mengenai organ

penyakit jantung dan pembuluh darah (sistem kardio vaskuler), ginjal dan saluran

kemih, saluran cerna dan hati, sistem endokrin, darah dan sistem pembentuk darah

(hemopoetik), otot dan kerangka, dan penyakit infeksi.

Kelainan yang terjadi dapat berupa kelainan akut, kelainan kronis dan

penyakit keganasan. Yang tersering terjadi adalah penyakit otot dan kerangka,

penyakit infeksi dan penyakit darah.

12

Page 13: Cindy Herno

d. Penyakit Psikiatri

Penyakit akibat kerja dan cacat akibat kecelakaan kerja di bidang psikiatri

adalah gangguan jiwa yang bersifat sementara maupun menetap, yang

berhubungan dengan pekerjaan. Gangguan jiwa yang dapat terjadi berupa kondisi

kejiwaan yang khas di tempat kerja, yaitu anxietas, depresi, lesu kerja (burn-out),

absentisme, dan histeria massal, gangguan neurotik, somatoform, gangguan yang

berkaitan dengan stres, skizofrenia, gangguan paranoid, psikosis organik.

e. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT)

Penyakit akibat kerja bidang THT adalah penyakit atau kelainan pada telinga,

hidung dan tenggorok akibat pajanan faktor-faktor risiko di tempat kerja.

Kelainan di bidang THT yang terjadi dapat berupa gangguan pendengaran akibat

bising, akibat cedera kepala, gangguan keseimbangan, rinitis alergi, rinitis dan

rhinosinusitis kronis, hiposmia atau anosmia (gangguan penciuman), afoni (tidak

ada suara), disfoni (suara parau), cedera laring dan trakea, gangguan

menelan/disfagia, misalnya pada Esofagitis korosi.

f. Penyakit Paru

Penyakit paru akibat kerja adalah penyakit atau kelainan paru yang disebabkan

oleh pemaparan faktor-faktor risiko di tempat kerja antara lain berupa debu, gas

dan uap. Kelaianan yang terjadi dapat berupa kelainan akut, kelainan kronik

berupa penyakit paru interstitial, udema paru, penyakit pleura (efusi pleura,

mesotelioma), bronkitis, asma, karsinoma bronkus, penyakit infeksi.

g. Penyakit Mata

Penyakit mata akibat kerja adalah penyakit atau kelainan mata akibat

pemaparan antara lain faktor-faktor risiko di tempat kerja yang dapat

menyebabkan kelainan pada tajam penglihatan, lapangan pandangan,

binokularitas, dan penglihatan warna. Kelainan yang terjadi dapat berupa kelainan

media refraksi terutama disebabkan akibat hilangnya sifat kejernihan media atau

gangguan sistem optis, kelainan sistem saraf.

h. Penyakit Akibat Radiasi Mengion

Penyakit akibat kerja karena radiasi mengion adalah gangguan kesehatan yang

disebabkan pemaparan radiasi mengion di tempat kerja. Kelainan yang terjadi

dapat berupa gangguan stokastik (kanker, leukemia), gangguan non stokastik

(luka bakar, radiodermatitis, sindroma radiasi akut, katarak, infertilitas/sterilitas).

i. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya

13

Page 14: Cindy Herno

Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia

atau lingkungan. Sick building syndrome. Multiple Chemical Sensitivities (MCS),

mis: parfum, derivate petroleum, rokok. (BUKU)

H. Penanganan penyakit akibat kerja

Dalam melakukan penanganan terhadap penyakit akibat kerja, dapat dilakukan

dua macam terapi, yaitu:2

A. Terapi medikamentosa

Yaitu terapi dengan obat obatan

Terhadap kausal (bila mungkin)

Pada umumnya penyakit kerja ini bersifat irreversibel, sehingga terapi

sering kali hanya secara simptomatis saja

Misalnya pada penyakit silikosis (irreversibel), terapi hanya mengatasi sesak

nafas, nyeri dada.

B. Terapi okupasi

Pindah ke bagian yang tidak terpapar

Lakukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik

I. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di lingkungan

kerja ditempuh tiga langkah utama ( World Health Organization (WHO), 1997)

yakni :7

a. Pengenalan lingkungan kerja

Pengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara

melihat dan mengenal (walk through inspection), dan ini merupakan

langkah dasar yang pertama-tama dilakukan dalam upaya kesehatan

kerja.

b. Evaluasi lingkungan kerja

Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi

bahaya yang mungkin timbul, sehingga bisa untuk menentukan

prioritas dalam mengatasi permasalahan.

c. Pengendalian lingkungan kerja

Pengendalian lingkungan kerja, seperti pengadaan Alat Pelindung Diri

disertai panduan penggunaan dan pemeliharaannya dimaksudkan

14

Page 15: Cindy Herno

untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap agen

berbahaya di lingkungan kerja. Kedua tahapan sebelumnya,

pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan

kerja yang sehat. Jadi hanya dapat dicapai dengan teknologi

pengendalian yang memadai untuk mencegah efek kesehatan yang

merugikan di kalangan para pekerja.

 

KESIMPULAN

Menurut KEPPRES RI No. 22 Tahun 1993, Penyakit Akibat Kerja adalah

penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Di tempat kerja, ada

banyak faktor yang dapat mengakibatkan terjangkitnya Penyakit Akibat Kerja

15

Page 16: Cindy Herno

pada diri pekerja. Faktor-faktor tersebut ialah faktor fisik, faktor kimiawi, faktor

biologis, faktor fisiologis, dan faktor psikososial.

Untuk mengurangi atau meminimalisir kemungkinan faktor-faktor tersebut

mengakibatkan Penyakit Akibat Kerja, maka perlu dilakukannya beberapa

rangkaian tindakan pengendalian, di antaranya ialah sebagai berikut:

Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di lingkungan

kerja ditempuh tiga langkah utama, yakni pengenalan lingkungan kerja, evaluasi

lingkungan kerja, dan pengendalian lingkungan kerja.

Dengan diterapkannya tindakan tersebut dengan baik, diharapkan bahwa

derajat kesehatan para pekerja pun akan baik dan terpelihara. Sehingga dengan itu

produktivitas kerja pun semakin meningkat yang nantinya berdampak pula pada

peningkatan income perusahaan/industri.

DAFTAR PUSTAKA

1.Markkanen PK. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia. 2004.

Manila:International Labour Organization.

16

Page 17: Cindy Herno

2.Subdhi F. Penyakit Akibat Kerja.

http://www.febrillahsubdhi.blogspot.com. Diakses tanggal 28 Agustus

2015.

3. Sulistoma A. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja dan Sistem Rujukan. Maj

Cermin Kedokt Indo. 2002. 136.

4. Sumamur. Penyakit Akibat Kerja, Kondisi Saat Ini dan Penggolongannya

serta Sistem Pelaporannya.

5. Djojodibroto, R. Darmanto. Kesehatan Kerja Di Perusahaan. 1999.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

6. Sahab S dkk. Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat karena Kecelakaan

dan Penyakit Akibat Kerja. Edisi Kedua. 2007. Jakarta: FKUI.

7. Aremania HF. Mengenal Penyakit Akibat Kerja. http://

hanscoy.blogspot.com/2009_04_01_archive.html . Diakses tanggal 28

Agustus 2015.

17