23
Cinta dan Sahabat Cinta dan sahabat, dua hal yang tak mudah ntuk dimengerti. Kadang bisa sangat berarti, namun dalam hal itu bisa membuat luka teramat perih. Aku adalah orang yang berada di tengah-tengah cinta dan sahabat itu. Kini, aku yang begitu merindukan hadirnya seorang kekasih, dalam hangatnya persahabatanku dengan Sisil yang lebih muda satu tingkat dariku. Tiga minggu di awal semester satu...aku duduk di bangku kelas XII, seabrek kegiatan pun kulalui tanpa kuharus memikirkan cinta menurutku itu hanya membuatku lelah. Namun, pertemuan itu membuatku melupakan suatu hal, aku yang larut dalam perasaanku terhadap Alan. Aku terlalu bodoh karena terlalu jatuh hati pada orang yang salah, jatuh hati pada orang yang tak pernah menyimpan cinta padaku. Aku tak begitu saja menyalahkannya! Dia tak patut untuk disalahkan, dia hanya korban dari cintaku dan dia terlalu baik mau mengerti akan cintaku padanya. Dan terlalu naif bila kini aku harus menyesal karena mengenalnya. Karena dia aku dapat merasakan hal terindah, walaupun hanya sekejap. Aku terlalu naif hingga aku pun tidak menyadari Sisil merasakan juga perih yang kurasa. Sisil sahabatku orang yang kupercaya seutuhnya, orang yang selalu berusaha ada untukku. Kini, telah terluka karena keegoisanku. Seharusnya aku tak pernah hadir di antara Alan dan Sisil. Bila akhirnya luka ini yang kurasa. Andai saja kusadari dari awal, andai saja ku lebih mengerti mereka, andai saja aku tidak jatuh hati pada Alan, Alan dan

Cinta Dan Sahabat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bn

Citation preview

Page 1: Cinta Dan Sahabat

Cinta dan Sahabat

Cinta dan sahabat, dua hal yang tak mudah ntuk dimengerti. Kadang bisa sangat berarti, namun dalam hal itu bisa membuat luka teramat perih. Aku adalah orang yang berada di tengah-tengah cinta dan sahabat itu. Kini, aku yang begitu merindukan hadirnya seorang kekasih, dalam hangatnya persahabatanku dengan Sisil yang lebih muda satu tingkat dariku.

Tiga minggu di awal semester satu...aku duduk di bangku kelas XII, seabrek kegiatan pun kulalui tanpa kuharus memikirkan cinta menurutku itu hanya membuatku lelah.Namun, pertemuan itu membuatku melupakan suatu hal, aku yang larut dalam perasaanku terhadap Alan. Aku terlalu bodoh karena terlalu jatuh hati pada orang yang salah, jatuh hati pada orang yang tak pernah menyimpan cinta padaku. Aku tak begitu saja menyalahkannya! Dia tak patut untuk disalahkan, dia hanya korban dari cintaku dan dia terlalu baik mau mengerti akan cintaku padanya.

Dan terlalu naif bila kini aku harus menyesal karena mengenalnya. Karena dia aku dapat merasakan hal terindah, walaupun hanya sekejap. Aku terlalu naif hingga aku pun tidak menyadari Sisil merasakan juga perih yang kurasa. Sisil sahabatku orang yang kupercaya seutuhnya, orang yang selalu berusaha ada untukku. Kini, telah terluka karena keegoisanku.

Seharusnya aku tak pernah hadir di antara Alan dan Sisil. Bila akhirnya luka ini yang kurasa.Andai saja kusadari dari awal, andai saja ku lebih mengerti mereka, andai saja aku tidak jatuh hati pada Alan, Alan dan Alan. Orang yang kucintai dan selalu ada dalam hatiku walau hati ini terasa perih, kudapat mengerti tak ada gunanya kubertahan di sisimu, karena ternyata kau lebih menginginkan Sisil mengisi hari-harimu. Aku di sini yang begitu tulus mencintaimu dan aku yang selalu berusaha ntuk mengerti dirimu kan selalu menanti dan menata hati lagi hingga bayanganmu pergi hingga tak ada lagi luka kurasa, hingga tak ada lagi kecewa yang terasa.Aku di sini kan selalu berusaha tegar menjalani hari-hariku, aku kan selalu berusaha tersenyum agar kau bisa bahagia bersama Sisil sahabatku. Walaupun dia telah merebutmu, kisahku dan dia dulu takkan pernah kulupa, dia tetap sahabatku, percayalah dengan sisa kesedihanku ini.

Kumasih dapat bertahan hingga kelak kau mengerti bahwa aku memang mencintaimu. Aku memang menyayangi, tapi aku tak rela tersakiti olehmu saat ini, esok dan sampai kapanpun.Pertemuan itu berawal dari perkenalanku dengan Alan, seorang cowok yang aku kenal dari temanku, Marcell. Perkenalan yang terbilang singkat juga, aku mulai merasakan getaran cinta

Page 2: Cinta Dan Sahabat

itu. Rasa itu mulai menerangi kembali tahta hatiku yang telah lama ditinggal pergi oleh seseorang yang pernah begitu berarti dalam hidupku dulu. Yang sampai saat ini pun aku belum bisa melupakannya.

Alan yang telah hadir untuk mengisi hari-hariku pun membuatku terlelap akan rasa bahagia itu, hingga akupun tak pernah menyadari ternyata semua kebahagiaan itu palsu. Alan orang yang kucintai dengan tulus ternyata datang hanya untuk menyakiti dan menorehkan luka. Luka yang teramat dalam di hatiku. Pertemuan itu juga yang telah menghancurkan semuanya. Hidupku yang begitu indah yang begitu berwarna menjadi hancur akan hadirnya!

Malam itu aku dan Alan sepakat untuk memadu kasih, merajut asa dan menggapai cita berdua. Aku belum pernah merasakan sebahagia ini, aku begitu merasa begitu beruntung bisa dicintai oleh orang yang kucintai. Hari-hari bahagia pun mulai kami lalui. Alan begitu indah di mataku yang membuatku lupa akan segalanya, bila bersamanya. Itu juga yang membuatku merelakan tahta hatiku dipenuhi oleh cintanya, namun lagi-lagi kenyataan tak selalu berjalan sesuai dengan yang kuharapkan.

Minggu pertama hubungan cintaku bersama Alan mulai goyah, Alan mulai berubah dan tidak lagi Alan yang selalu tersenyum untukku. Alan tidak juga bersifat manis padaku, setiap tutur katanya yang menyejukkan hatiku kini terasa mengiris-iris hatiku. Apa yang telah kulakukan padanya hingga dia begitu tega padaku, aku begitu percaya padanya hingga aku pun terluka olehnya.

Hubungan ini berakhir begitu saja, pertemuan singkat itu menjadi menyakitkan. Sahabat pun menjadi pelarian sedih dan kecewa, tapi sahabatku tega mengkhianatiku. Dia yang ternyata merebut Alan dariku, dia merenggut semua kebahagiaanku . Persahabatan yang telah bertahun-tahun kubina bersamanya pun menjadi tak berarti. Aku lelah dengan semua ini hingga aku sempat memutuskan tali persahabatan itu, egoiskah aku?

Aku hanya belum bisa berpikir jernh saat itu, aku merasa semakin tolol, seharusnya kubisa merelakan Alan dan Sisil untuk bersama. Karena mungkin kebahagiaan Alan hanya ada pada Sisil! Aku belum siap kehilangan kebahagiaan itu, aku masih ingin disayangi walau semua itu hanya kebohongan. Aku tak mau merasakan sakit hati ini lagi. Akankah sakit ini akan terganti saat ku melihat kebahagiaan orang yang kucintai dan Sisil sahabatku.

Kini dalam setiap hari-hari sepiku, dalam kesendirianku, aku hanya bisa berharap aku kan memiliki kekasihku lagi, memiliki dia yang telah pergi, karena aku kan selalu mencintainya. Aku kan selalu mengenangnya di dalam hatiku,karena dia telah datang dan pergi dengan menghiasi setiap sudut didalam hatiku dengan cintanya yang sesaat, dan Sisil sahabatku buatlah cintaku bahagia karena kalian begitu berarti untukku...***

--------------------------Cerpen Cerita Cinta: Cinta dan Sahabat Karya Putri Yuliani, kelas XII . Baca Cerpen Cinta dan Baca Juga Cerpen Cinta Sedih.

Page 3: Cinta Dan Sahabat

Tragedi Cinta

Selvi memandang dari jendela kamar dan melamun berharap pelangi muncul setelah hujan lebat. Dari arah jendela Selvi melihat seorang pria berteduh di depan rumahnya. Ia masih memperhatikan pria itu dengan sebuah tas gitar yang ia lindungi lebih berharga darinya. Akhirnya hatinya ibah dan keluar dari rumah dengan sebuah payung. Ia mendekati pria itu dan membuka pintu gerbang. “Masuk yuk, daripada kehujanan.” tawar Selvi. “Yakin ga’ papa!!” ujar pria itu sopan. “Serius. Di rumah ini aku tinggal sendiri. Ayo!!!”. Pria itu memarkirkan motornya di halaman rumah Selvi yang sederhana. Kemudian Selvi mengajaknya duduk teras rumahnya. Selvi mengambilkan sebuah handuk kering untuk mengeringkan sisa-sisa hujan untuk pria itu..

Namun pria itu lebih memilih membersihkan gitarnya daripada dirinya. Selvi hanya tersenyum memperhatikan tingkah pria berkulit putih dan bermata sipit tersebut. “Kok gitarnya dulu yang di keringkan. Bukannya kamu??” “Iya ga’ papa. Ini nyawa pertamaku. Jadi penting juga!” “Emang gitar itu buat apa??” “Saya Thomas. Saya seorang gitaris band amatiran namanya Superband.” “Wah pantesan. Dengar-dengar seorang pemusik menganggap alat musik sebagai nyawanya. Aku pikir tadinya cuma rumor dan ternyata benar!” “Hehe. Gitulah. .. Emang kamu bisa main alat musik juga?” “Hm..” Selvi terdiam menatap gitar pria tersebut. “Sedikit bisa main piano, dulu sempat les tapi sekarang udah bodoh kali, tapi kalau gitar emang ga’ bisa. Pengen belajar tapi ga’ ada waktu, sibuk untuk kuliah.” “Oo gitu… Emangnya kamu kuliah dimana?” “STIKOM dekat sini. Bukan asli dari kota ini. Rumah ini kontrak, Jangan heran kalau aku tinggal sendiri di rumah ini!” “Hahaha,, gitu…!”

Selvi menawarkan secangkir teh hangat kepada pria itu. Thomas tersanjung dengan kebaikan gadis itu. Hujan mulai reda. Thomas segera ke café tempat ia bekerja dan pamit kepada Selvi. Selvi senang berkenalan dengan pria itu. “Terima kasih tempat buat aku berteduh, jasa kamu pasti aku balas kelak” “Idih… Pemusik emang romantis kata-katanya. Hmm… bagaimana kalau kamu ajarin aku main gitar!!” “Benar… dengan senang hati aku mau ajarin kamu. Kalau aku sempat pasti aku ajarin kamu.” “Baiklah kalau begitu!”. Perkenalan itu menjadi awal kedekatan mereka.

Thomas benar-benar menemui Selvi untuk mengajarkan Selvi bermain gitar dari nol hingga mulai menarik petikan nada dari gitar klasik yang dipinjamkan oleh Thomas. Selvi mulai menyukai musik sejak itu. Ia selalu menantikan guru les gitar barunya tersebut setiap kesempatan waktu yang ada. Setelah latihan beberapa kali, Thomas juga melihat sebuah

Page 4: Cinta Dan Sahabat

potensi besar dari suara yang dimiliki oleh Selvi. Kebetulan vocalis di bandnya memutuskan mundur untuk mencari peluang kerja yang lebih baik. Selvi sempat ragu. Namun karena dorongan yang diberikan Thomas membuat ia berani menyatakan dirinya bersedia. Ternyata, pilihan Thomas kepada Selvi tidak salah. Band mereka mulai banyak menarik minat café-café untuk memberikan porsi konser kepada mereka.

Selvi mulai giat menjadi vocalis dan membuat kuliahnya terbengkalai. Ada hal lain yang ia sembunyikan dalam kebersamaan bandnya. Ia mulai jatuh cinta pada Thomas. Namun Thomas selalu menegaskan kepada seluruh tim untuk menggapai cita-cita mereka dahulu menjadi band sukses ketimpang mengurusi urusan pribadi mereka termasuk cinta. Kebesaran nama band mereka belum cukup untuk membuat band tersebut masuk dalam dapur rekaman. Beberapa kali di tolak oleh pengusaha rekaman da membuat Thomas putus asa. Disaat itulah Selvi selalu memberi dorongan. Cinta antara mereka tak dapat disembunyikan. Sejak itu mereka menjadi sepasang kekasih. Seiring mimpi mereka menjadi band sukses, diikuti kisah cinta mereka yang begitu indah. Mereka mengubah nama bandnya menjadi APPLE. Dengan tambahan dua orang yang awalnya hanya bertiga. Kini mereka berjumlah lima orang termasuk Selvi, Thomas, Gerry, Nita dan Hendra. Dua anggota baru adalah dua bersaudara Nita dan Hendra yang mempunyai kemampuan biola (Nita) dan piano (Hendra). Mereka menginginkan band mereka sukses dan saat itu juga ada audisi konser di kota mereka.

Gerry dan Thomas adalah sahabat dekat yang selalu bersama sejak kecil. Namun Gerry memiliki kebiasaan buruk sehingga memiliki beberapa musuh yang selalu datang untuk mengajaknya berkelahi. Ketika itu Gerri berdebat dengan salah satu anggota band yang terlihat iri dengan kesuksesan band Apple.

Selvi mulai mahir menciptakan lagu dengan gitar. Ia mulai sering bolos kuliah. Ia rela melakukan semua itu demi cita-cita dan mimpinya bersama sang kekasih. Hubungan mereka begitu dekat dan sulit untuk dipisahkan.

Band merekan tiba untuk melakukan audisi dan lolos ke final yang bersaing dengan band yang saat itu membuat keributan dengan Gerry. Mereka telah siap di hari final dan saat itu Selvi sedang ujian di kuliahnya. Ia memutuskan berangkat sendiri dengan taksi menuju tempat audisi setelah ujian usai. Sedangkan Thomas dan Gerry pergi bersama begitu juga Nita dan Hendra. Sesampai disana Selvi, Nita dan Hendra menunggu Thomas dan Gerry. Sedangkan band mereka sebentar lagi audisi. Selvi menghubungi Thomas dan Gerry namun tak dapat di hubungi. Mereka mulai cemas dan akhirnya Gerri menghubungi Selvi. Gerry mengatakan kalau mereka ada suatu urusan dan menyuruh Selvi untuk melakukan audisinya bertiga. Sekarang mereka bertiga berjuang untuk band mereka.

Audisi berakhir dan Selvi membawa keberhasilan. Selvi menghubungi Gerry. “Gerry, kita juara. Kita bisa jadi band dapur rekaman.” “Selamat ya. Sel, Thomas kritis. Dia dirawat di rumah sakit. Ayo, cepatan ke sini.” “Kamu ga’ bercandakan Ger?” “Ngga’, cepatan kesini.” Selvi mulai cemas dan gelisah. Sesampai di rumah sakit ia menemui Gerry dengan luka di kepalanya. Di UGD dia melihat Thomas terbaring dengan alat bantu pernafasan. Ia menerobos ruang itu dan berteriak keras. Suster dan dokter memisahkan gadis itu. Selvi bertanya kepada Gerry. “Kenapa bisa begini?” “Maafkan aku Sel. Ini salah aku. Andai aku tidak buat keributan, dia tak akan seperti ini. Dia tertusuk pisau saat dia menolong aku dari perkelahian itu.” Kemudian dokter keluar dari ruang UGD dan mengatakan pasien telah meninggal. Selvi menerobos pintu UGD dan berteriak sekeras-kerasnya. “Thom, jangan tinggalkan aku.”

Page 5: Cinta Dan Sahabat

Cinta mereka berakhir sebagai kenangan. Selvi tak bisa melupakan kenangan mereka berdua. Ia melihat gitar yang diberikan Thomas sebagai bagian hidup Thomas yang tersisa. Selvi memetik gitar dan akhirnya menciptakan sebuah lagu yang indah. Kemudian Selvi mempunyai semangat untuk bernyanyi. Saat itu band mereka menyanyikan lagu yang dibuat Selvi. Selvi mulai membuka kata-kata terakhirnya, “Lagu ini aku persembahkan untuk orang yang ku cintai yang telah pergi untuk selamanya.” Seorang pengusaha jatuh cinta pada lagu itu dan membuat band mereka sukses. Usai konser Selvi pulang karena kelelahan. Saat teman-temannya datang ke rumah Selvi mereka menemui Selvi dengan tetesan darah dan selembar lirik lagu untuk persembahan terakhir hidupnya. Lagu tersebut kemudian sukses dan menyisakan pilu yang amat dalam.

Page 6: Cinta Dan Sahabat

Cerpen Cinta : CemburuPosted on Jun 13, 2007 by Haniey| 71 Komen

 Nukilan: Mayang

Alia nampak dengan jelas, gadis itu keluar dari perkarangan rumah Ikwan. Alia juga nampak Ikwan menghantar gadis cantik itu dengan lambaian dan senyuman yang ranum. Kata Ikwan, gadis itu adalah kawan kecilnya. Tapi sejak gadis itu datang, Ikwan kian menjauh darinya, Ikwan kerap keluar bersama gadis itu. Hati Alia sakit!

Ikwan jarang menelefonnya kini. Malah, kalau Alia call di rumah, selalu saja keluar. Handsetnya juga selalu suruh tinggalkan pesanan suara saja, bila ditanya kenapa, kata Ikwan habis bateri. Takkan sepanjang minggu habis bateri? Kalau dapat call pun Ikwan cakap sikit saja dengannya. Seolah tidak ada lagi topik yang menarik hendak di kongsikannya bersama Alia. Alia rasa bahang perubahan sikap Ikwan. Gara-gara kehadiran gadis cantik yang pulang dari London itu. Kononnya kawan lama, entah-entah kekasih lama!

“Gadis tu kan baru je datang dari luar negara, lagi pun mereka memang sahabat rapat dari kecil, memanglah banyak yang nak dibualkan setelah sekian lama tidak berjumpa.” Alia mahu percaya kata-kata Nina yang memujuknya itu. Tapi cemburu dihati Alia masih juga meronta-ronta tak mahu kalah. Tak boleh jadik nih!

“Tapi Nina.. Wan dah berubah! Dia macam dah lupakan Lia.. macam dia dah malas nak jumpa atau sekurang-kurangnya berbual dengan Lia.. sejak kedatangan kawan baiknya yang cantik tu!” Geram Alia bila teringatkan gadis itu. Sakit hati Alia bila terbayang wajah cantik itu. Memang dia benar-benar cantik! Hidungnya lebih mancung dari Alia, kulitnya putih dan halus. Bukan seperti Alia yang berkulit sowo matang. Matanya besar dihiasi bulu mata yang panjang dan lentik serta keningnya hitam lebat. Pipinya gebu dan licin macam kulit tomato. Bibirnya mungil dan merah jambu tanpa perlu disapu gincu. Rambutnya pula panjang lurus separas dada. Hati lelaki mana yang tidak tertawan. Alia tahu beza antara dia dan gadis itu bagaikan langit dengan bumi.Alia pandang ke dalam cermin, pantulan dari cermin memaparkan wajahnya yang masam mencuka. Dia lihat keningnya yang nipis, matanya yang kecil dan bulu mata yang pendek. Kulitnya tidak sehalus dan segebu gadis itu. Bibirnya pucat saja. Kalau tidak memakai gincu langsung tidak menarik. Alia mula bencikan rupanya! Dia ingin kelihatan cantik, lebih cantik dari gadis itu!

Alia bandingkan pula dirinya dengan gadis itu, dia hanya mendapat Diploma dalam bidang Pengurusan dan sekarang jadi kerani biasa di sebuah syarikat swasta. Gadis itu pula baru habis belajar di luar negara dengan gelaran Sarjana Muda Undang-undang. Kalau dapat kerja nanti, pasti gajinya menjangkau angka dua ribu. Ah! Gadis itu umpama permata yang berharga, manakala Alia bagai pasir yang bertaburan dijalanan. Alia mengeluh lagi.

“Pasti Ikwan tidak berminat untuk bersamaku lagi.. Ikwan sudah menjumpai gadis yang sesuai dengan dirinya..” kata Alia sendirian. Alia sedar, Ikwan tidak setaraf dengannya, lelaki

Page 7: Cinta Dan Sahabat

itu berkerja sebagai Timbalan Eksekutif di syarikat ibunya. Mereka adalah golongan berada, bukan macam Alia yang sederhana. Namun hati Alia masih berharap, dia berharap Ikwan akan kembali mesra seperti dulu. Alia ingat perkenalan mereka yang singkat tapi bermakna.

“Encik Haris ada?” itulah kata-kata Ikwan ketika masuk ke pejabatnya untuk menemui bos Alia, yang merupakan pelanggannya.

“ Emn.. dia keluar sekejap! Ada apa-apa yang saya boleh bantu?” ujar Alia sambil mengkagumi rupa paras lelaki yang berdiri didepannya. Ikwan kacak sekali. Senyumannya lembut dan suaranya lunak.

“Emn.. tak apalah! Biar saya tunggu dia..”

“Oh.. kalau begitu.. silakan..”

Ikwan duduk di meja menunggu yang menghadap meja Alia, Alia sesekali melirik pada Ikwan yang membelek-belek majalah yang tersedia di atas meja itu. Bila sedar dirinya diperhatikan, Ikwan melemparkan senyuman menawannya. Alia jadi tersipu malu. Tidak lama kemudian bosnya Encik Haris kembali. Ikwan segera masuk ke bilik pejabat Encik Haris.

Waktu tengahari, Alia turun makan di restoran berhampiran, ketika Alia menunggu pesanannya, tiba-tiba satu suara menyapa.“Boleh saya join kamu?”

Alia agak terkejut bila melihat Ikwan berdiri di tepi mejanya.

“Semua meja telah penuh..” ujarnya lagi dengan senyumannya yang mencairkan hati Alia. Alia agak tergagap tetapi mempersilakan Ikwan duduk semeja dengannya. Mereka mula berbual dan memperkenalkan diri masing-masing. Mula-mula perbualan mereka agak lembab, tapi Ikwan pandai berjenaka. Alia tak henti-henti ketawa dibuatnya. Ikwan menyerahkan kad namanya pada Alia, dia juga membayar semua harga makanan.

“Terima kasih, belanja saya makan..” ujar Alia sebelum mereka berpisah.

“Call saya kalau ada masa..” laung Ikwan sebelum pergi. Alia menggangguk. Hatinya berbunga riang.

Sejak hari itu, mereka kerap berhubung. Ikwan selalu bercerita tentang apa saja dengannya. Ikwan akan meluahkan apa saja yang ingin dikongsikannya pada Alia. Lama kelamaan hubungan Alia dengan Ikwan menjadi erat. Putik-putik cinta bersemi. Ikwan melamar cintanya pada hari lahirnya yang ke dua puluh lima tahun. Dengan sejambak bunga, kek harijadi dan seutas rantai. Alia tidak akan lupa betapa bahagianya hati wanitanya hari itu. Bagaikan seorang puteri yang mencapai impiannya.Tapi itu dulu, sebelum kehadiran gadis cantik yang baru pulang dari luar negara. Kini Ikwan semakin sibuk. Dia tidak ada masa untuk menghubungi Alia. Dia sudah ada teman lain untuk berkongsi cerita mahu pun masalah. Kalau dulu, Alialah tempat mengadu bila hatinya resah atau terlalu penat dengan kerja, kini ada gadis lain yang mengambil alih peranan itu. Alia semakin terkilan.

Page 8: Cinta Dan Sahabat

***************

Alia tidak menghubungi Ikwan lagi selepas dia ternampak gadis itu keluar dari rumah Ikwan. Alia tidak mahu menjadi muka tembok yang tidak tahu malu. Biarlah Ikwan menghubunginya jika lelaki itu masih ingat padanya. Alia ingin menganggap hubungannya dengan Ikwan sudah berakhir.

Dia mengambil keputusan itu setelah memikirkannya masak-masak. Walau pun tiada kata putus antara mereka, Alia lebih rela daripada mendengar kata perpisahan dari mulut Ikwan. Namun setelah dua minggu, Ikwan tidak juga menghubunginya. Hati Alia semakin remuk redam.

“Hai Lia.. mendung je muka kamu kebelakangan ni..” Sapa Harun, rakan sekerjanya.

“Kau jangan sibuklah!!”

“Eh! Marah?” Sakat lelaki itu lagi. Alia tarik muka masam. Dia memang selalu bermuram durja gara-gara hubungannya dengan Ikwan yang dingin itu.

“Aku bukan apa Lia.. tapi sebagai kawan, aku kesian juga tengok kau ni.. badan pun dah susut.. kau makan hati ya?”Harun bersuara lagi. Alia tantang muka Harun dengan tajam. Dia tidak suka orang lain masuk campur dalam hal peribadinya.

“Aku dah lama tahu hubungan kau dengan Encik Ikwan tu.. aku rasa baik kau lupakan saja dia tu.. aku rasa kau pun tahu, Helina sudah balik dari luar negara. Si cantik tu akan bertunang dengan encik Ikwan tak lama lagi.” Lancar benar Harun menceritakan hal itu. Darah Alia rasanya tersirap hingga ke umbun-umbun. Dia tidak menyangka hubungan Ikwan dengan gadis cantik itu sudah sampai ke tahap bertunang.

“Dari mana kau dapat tahu semua ni Harun?” tanya Alia was-was. Betul ke budak Harun ni? Banyak sangat dia tahu tentang Ikwan.

“Kau hairan? Aku sepupu Helina, memang la aku tahu banyak tentang dia dan Ikwan..” Sahut Harun dengan yakin. Alia tertunduk, matanya mulai terasa panas. Ada manik-manik jernih yang bertakung dibibir matanya. Sampai hati Ikwan!Hendak bertunang pun Ikwan tidak memberitahunya.

“Mereka dijodohkan oleh keluargakah?” tanya Alia lagi. Dia berharap Ikwan berbuat demikian kerana terpaksa. Alia enggan menerima hakikat kalau Ikwan benar-benar mengkhianati cintanya!

“Sudahlah Alia.. jangan berharap lagi! Helina tu memang kekasih dia.. sebelum kau bersama Ikwan lagi.”

Hati Alia hancur berkecai mendengar kebenaran itu. Jadi selama ini Ikwan menipunya. Selama ini dialah pihak ketiga. Dia hanya sebagai boneka Ikwan kala Helina tidak ada bersama. Cuma sandaran sementara saja! Patutlah Ikwan tidak memperkenalkannya pada Helina bila Helina baru pulang. Ikwan kata kawan sepermainannya dari kecil lagi baru pulang

Page 9: Cinta Dan Sahabat

dari luar negara. Tapi sedikit pun dia tidak bersuara untuk memperkenalkan Alia pada gadis itu, jadi memang benarlah Helina adalah kekasih lama seperti jangkaan Alia!

Sakit hati Alia terasa semakin dalam. Jantungnya seakan ditikam-tikam dengan pisau yang amat tajam. Dia benci Ikwan. Dia benci Helina! Mengapa mereka melukakan hatinya. Mengapa Ikwan mencambahkan cinta dihatinya, tapi kini dengan kejam membunuh cinta itu tanpa belas kasihan!

“Kenapa dia tidak beritahu aku?” kata Alia seolah-olah bertanya pada Ikwan.

“Entahlah Lia.. dia mungkin takut kau akan berjumpa Helina dan mengaku sebagai kekasihnya.. pasti hubungannya dengan Helina akan terjejas jika itu berlaku..”

Ada benarnya juga kata-kata Harun itu, patutlah Ikwan enggan dihubungi. Dia takut rahsia hubungannya dengan Alia terbongkar.

“Harun.. aku nak cuti setengah hari, hari ini.. tolong bagitau Encik Haris, katakan aku tak sihat..” Alia mengemas mejanya. Dia ingin pulang ke rumah dan menangis sepuas-puasnya. Dia ingin meraung dan menjerit untuk melepaskan kesakitan yang sarat berbuku didadanya. Harun mengangguk. Dia kelihatan amat bersimpati dengan Alia.

Alia segera mengambil telefon bimbitnya dan mendail nombor Zarul, adik sepupunya. “Kakak ni.. tolong ambil kakak di pejabat!” kata Alia sebaik saja talian disambungkan.

“Ai! Awalnya.. ada apa hal kak?”

“Kakak tak sihat hari ni.. kau di mana sekarang?”

“Saya masih di bandar ni.. ada temuduga pukul 11.00 a.m., habis temuduga nanti saya ambil kakak macam mana?”

Alia mengeluh. Dia ingin segera pulang ke rumah. Tapi Zarul pula sibuk. Adik sepupunya itu baru tamat belajar dan sedang mencari kerja. Dia dihantar dari kampung oleh ibubapanya untuk tinggal bersama Alia sementara mendapatkan pekerjaan. Zarul akan menghantar dan mengambilnya dari kerja setiap hari. Alia baru saja membeli sebuah kereta kancil tapi dia tidak mempunyai lesen memandu. Nasib baiklah Zarul sudah mendapatkan lesen memandu, secara tidak langsung Zarul menjadi pemandu sementara kepada Alia yang baru memohon lesen memandu dan masih dalam proses pembelajaran.

“Tak apalah! Kakak naik bas saja..”

“Eh! jangan lah..! Zarul datang sekarang..”

“Kan kau nak temuduga.. nanti terlewat pula.. sekarang dah pukul 10.30 a.m..”

“Alah.. masih sempat!” Talian terus diputuskan. Alia mengeluh. Zarul berkeras mahu menghantarnya pulang meski pun dia ada temuduga. Alia terpaksa menunggu. Beberapa minit kemudian terdengar bunyi hon di luar. Alia segera keluar dan masuk ke perut kereta.

Page 10: Cinta Dan Sahabat

“Tengok.. sudah pukul 10.40am.. mana sempat!” ujar Alia sambil menunjukkan jam tangannya pada Zarul.

“Sempat.. bukannya jauh!” balas Zarul sambil ketawa kecil.

“Ha.. nak bawa laju lah tu! Zarul.. kakak rasa baik Zarul pergi tempat temuduga tu, kakak tunggu di kereta.” Cadang Alia.

“Emn.. idea yang baik..” Zarul setuju. Kereta segera meluncur ke tempat yang dituju.

“Eh! Kau temuduga di sini?”

Zarul angguk. Alia kenal benar dengan bangunan itu. Bangunan itu adalah milik ibu Ikwan. Jadi Zarul pergi temuduga di syarikat milik keluarga Ikwan. Alia benar-benar tidak senang hati!

“Zarul kejap saja.. kakak tunggu ya!” Zarul bergeges masuk ke dalam bangunan itu.

Alia mendengar radio sementara menunggu Zarul masuk ke dalam. Tiba-tiba sebuah kereta masuk parking benar-benar di sebelah keretanya. Alia macam kenal kereta itu, dia menoleh memandang pemandunya. Alia tersentak, Ikwan! Lantas Alia berpura-pura tidak melihat Ikwan. Alia menundukkan kepalanya sambil membaca surat khabar yang dibeli Zarul. Bila Alia sudah pasti Ikwan telah pergi barulah Alia tercangak-cangak mencari kelibat lelaki itu. Perasaannya bercampur baur. Dia pun tidak tahu mengapa dia mengelakkan diri dari bersemuka dengan Ikwan. Biarlah hubungan mereka berlalu bagai angin yang datang menyapanya untuk seketika. Rasanya tak perlu lagi Alia hendak berperang besar dengan Ikwan atau Helina. Alia sedar siapa dirinya. Kalau nak rajuk biar pada yang sayang, kalau orang dah tak sudi buat apa Alia nak terhegih-hegih menagih perhatian Ikwan. Namun jauh di sudut hati Alia, dia merasa cukup pedih dan sengsara. Cinta yang mekar di hatinya itu bukannya mudah hendak dibuang dalam sekelip mata!

Ketika dia sibuk merenungi nasib diri, tiba-tiba Zarul muncul mengetuk cermin kereta. Di belakangnya kelihatan Ikwan yang memandangnya dengan wajah penuh misteri. Alia segera membuka tingkap.

“Kakak.. saya telah diterima bekerja di sini.. emn! Ni lah bos saya.. katanya nak jumpa kakak..” kata Zarul sambil tersenyum simpul. Hati Alia menjadi tidak keruan. Dia memandang muka Zarul dan Ikwan silih berganti.

“ Emn.. boleh kita cakap sendirian..?” Kata Ikwan dengan tenang.

Alia terasa lidahnya kelu. Dia yakin, Ikwan mahu berterus terang dengannya kini. Terasa air mata mula bertakung di bibir matanya. Alia mengangguk perlahan.

“Lia naik kereta Wan?” Ikwan membuka pintu keretanya. Alia angguk lagi. Dia segera keluar dari kereta kancilnya dan masuk ke dalam kereta Honda Ikwan.

“Zarul balik dulu lah!” kata Alia pada Zarul. Zarul agak kehairanan kerana bakal bosnya mengajak kakak sepupunya masuk ke dalam keretanya pula. Tapi Zarul tidak membantah. Dia masuk ke dalam kereta dan beredar.

Page 11: Cinta Dan Sahabat

“Kita pergi tempat biasa?” kata Ikwan lembut. Alia tidak menyahut. Dia hanya terbayang puncak bukit di mana mereka selalu menghabiskan masa bersantai di situ. Dengan membawa sedikit bekalan, mereka seolah-olah berkelah di puncak bukit itu. Tapi itu dulu, sebelum kehadiran Helina. Alia yakin, Ikwan hendak bercakap tentang hubungan mereka pada hari ini. Mungkin hari ini adalah hari terakhir mereka mengunjungi puncak bukit yang indah itu.

“Kenapa diam?”

Alia menoleh memandang Ikwan. Ikwan melirik padanya sambil terus memandu. “ Emn.. tak ada apa..” Sahut Alia malas.

Sebenarnya dia mahu meluahkan segala yang berbuku di hatinya. Dia mahu tanya tentang Helina dan mengapa Ikwan merahsiakan hubungannya dengan Helina selama ini. Alia ingin sekali mengamuk dan meradang atas sikap Ikwan yang mempermainkan hati dan perasaannya. Namun, Alia hanya membisu, dia tidak tahu hendak berkata apa kepada Ikwan. Cintanya pada Ikwan begitu dalam dan Alia pasrah jika terpaksa mendengar khabar buruk itu hari ini.

Sepuluh minit kemudian mereka sampai di puncak bukit. Suasana tenang dan dingin. Tapi hati Alia semakin ketakutan. Takut menghadapi kata-kata perpisahan dari Ikwan. Ikwan kejam kerana mempermainkan harga dirinya. Alia tidak mahu kelihatan bodoh dengan mengamuk atau melenting pada Ikwan yang nyata menjadikannya sebagai boneka mainan. Itulah tekad Alia. Alia ingin terus bersabar!

“ Kenapa diam saja dari tadi Lia..?” tanya Ikwan lagi. Dia memandang mata Alia seolah-olah mencari-cari sesuatu di situ. Wajah Alia muram saja. Tidak ada apa-apa di matanya kecuali kedukaan.

“Cakaplah apa yang Wan nak cakap..” ujar Alia membuang pandangannya dari wajah Ikwan. Ikwan menarik nafas berat. Sukar untuk memulakan kata-kata.

“ Wan tahu, Alia kecil hati kerana Wan seolah-olah menjauhkan diri dari Lia.. maafkan Wan..” Ikwan mula membuka kata-kata. Alia mengigit bibir menahan sendu di hatinya.

“Lia pun tidak mahu menghubungi Wan lagi.. Lia juga seolah-olah tidak mahu ambil tahu tentang Wan lagi..” Sambung Ikwan.

Alia terus membisu, dia enggan berkata apa-apa. Biarlah Ikwan menyampaikan kata-kata terakhirnya sebelum mereka berpisah. Alia bersiap untuk mendengar kebenaran yang pasti menyakitkan itu.

“Biarlah Wan berterus terang dengan Lia…”

Alia segera membelakangkan Ikwan. Dia tahu apa yang bakal didengarnya. Airmatanya sudah luruh. Ikwan tidak menyedari airmata itu kerana Alia segera menyembunyikan wajahnya dengan menghadap hutan yang tebal.

“ Wan..” suara Alia serak. “ Boleh tak Wan tak payah cakap apa yang Wan nak cakap..” Alia masih membelakangi Ikwan. Suaranya bergetar, Ikwan mula perasan ada pergolakan dalam perasaan Alia. Dia ingin sekali memujuk.

Page 12: Cinta Dan Sahabat

“ Lia.. Wan tahu Lia merajuk! Wan tahu Wan salah.. Kita berdamai o.k?”

Alia segera berpaling ke arah Ikwan. Ikwan terharu melihat airmata Alia yang bercucuran itu. “Sampai hati Wan.. Lia tahu Lia tak sepadan dengan Wan, tapi kenapa Wan tak terus terang dengan Lia? Sepatutnya Wan tak perlu minta maaf dengan Lia.. biarkan saja Lia! Kawin sajalah dengan kekasih hati Wan tu.. sampai hati Wan permainkan perasaan Lia..” Tersembur keluar semua yang berbuku dihatinya. Wajah Ikwan nampak terkejut.

“Kenapa? Wan tak sangka Lia sudah tahu hubungan Wan dengan Helina? Wan fikir Lia tak tahu Wan nak bertunang dengannya? Cukuplah Wan.. jangan nak siksa hati Lia lagi..” Ucap Alia separuh menjerit. Ikwan tercengang memandangnya.

“ Mana Lia dapat cerita ni?”

“ Itu tak penting.. yang penting mengapa Wan permainkan perasaan Lia.. kenapa Wan mahu bersama Lia sedangkan Wan dah ada Helina..”

“ Lia.. Lia.. Lia! Wan tak faham.. mana Lia dapat cerita Wan nak tunang dengan Helina, sumpah Lia! Dia cuma kawan baik Wan dari kecil lagi. Dia bukan kekasih Wan!”

Alia mula diam, tangisnya reda mendengar kata Ikwan. Mereka berpandangan.

“Betul..?” tanya Alia sambil mengesat airmatanya. Ikwan angguk.

“Tapi kenapa Wan tak kenalkan Lia dengan dia? Kenapa Wan jauhkan diri sejak dia datang?” Wan tarik nafas berat. Dia melangkah ke keretanya dan mengambil sesuatu.

“Nah!”

Beberapa keping gambar dihulurkan kepada Alia. Alia membelek semua gambar itu. Semuanya gambar dia bersama Zarul, ketika dalam kereta, di jalan raya dan di perkarangan rumah.

“Kenapa ada gambar Lia dan Zarul..?” tanya Alia tidak faham.

“Kerana gambar inilah Wan menjauhkan diri dari Lia.. beberapa minggu lepas, satu surat dikirimkan pada Wan. Dalam surat itu ada gambar Lia dan Zarul. Kononnya Zarul adalah tunang Lia.. Lia telah ditunangkan oleh keluarga Lia.. Wan pun frust la bila dapat tahu..” cerita Ikwan dengan tenang.

“Tapi kenapa Wan tak tanya pada Lia?” Kata Alia dengan wajah yang lebih cerah. Sisa-sisa airmata sudah hilang.

“Itulah silap Wan! Wan mahu Lia sendiri yang berterus terang dengan Wan.. tapi Lia sikit pun tidak cakap apa-apa, Zarul tinggal serumah dengan Lia .. tapi sedikit pun Lia tidak memberitahu Wan.. tentulah Wan salah faham. Wan geram, marah dan benci pada Lia sebab tu Wan malas nak layan Lia.. malas nak sambut call Lia.. Manalah Wan tahu Zarul tu adik sepupu Lia.. mujurlah dia datang temuduga tadi, Wan masih cam muka Zarul dalam gambar tu. Wan memang nampak Lia dalam kereta tunggu Zarul tadi, tapi Wan tak tegur Lia kerana Wan masih salah faham dengan Lia, tapi lepas temuduga Zarul tadi, Wan tanya Zarul siapa

Page 13: Cinta Dan Sahabat

gadis yang tunggu dalam kereta? Barulah Wan tahu Zarul adalah adik sepupu Lia.. barulah Wan tahu selama ni Wan salah faham dengan Lia.. Wan nak minta maaf, Lia?”

Alia termangu mendengar cerita Ikwan. Rupanya ada kisah yang diluar jangkaannya. Siapa pula yang mengambil gambarnya dengan Zarul dan mengatakannya bertunang? Alia keliru.

“Wan tak tunang dengan Helina?”

“Sumpah tidak! Siapa yang cakap ni..”

“Harun.. sepupu Helina! Katanya Wan memang kekasih Helina sebelum Wan bersama Lia lagi.. katanya tak lama lagi Wan akan bertunang dengan Helina.. Lagi pun Wan semakin menjauhkan diri dari Lia sejak dia datang..” jelas Alia. Dia mula ragu dengan kata-kata Harun.

“Mestilah Wan jauhkan diri dari Lia masa tu, sebab Wan marah pasal gambar Lia dengan Zarul.. Wan malas nak kenalkan Lia dengan Helina kerana masa tu Wan benar-benar salah sangka pada Lia.. maaf ye sayang..” Ikwan menarik tangan Alia dan memandang tepat ke matanya. Alia angguk sambil menarik nafas lega. Dia menyangka Ikwan hendak memutuskan hubungan tapi kini sebaliknya.

“Memang benar Harun tu sepupu Helina, tapi hairan mengapa dia nak menghancurkan hubungan kita pula?” Kata Ikwan penuh tanda tanya. Alia angkat bahu. Kini hatinya lega. Gadis cantik itu ternyata tidak ada apa-apa hubungan cinta dengan Ikwan. Rupanya semua masalah itu hanyalah salah faham dan fitnah orang lain. Cemburunya pada gadis itu hilang serta merta.

“Dan hairan.. siapa pula yang ambil gambar Lia serta hantar kat Wan? Sudah jelas ada orang yang mahu musnahkan hubungan kita?” Kata Alia pula.

“Ya! Mungkin Harun juga?” Alia mengganguk tanda setuju dengan kata-kata Ikwan itu. mereka berpandangan. Saling tersenyum. Mereka tidak peduli apakah motif Harun, yang paling penting kini mereka sudah kembali bersama.

“Maaf ya?” tanya Ikwan sekali lagi.

“Lia juga..” Balas Alia.

“Sia-sia saja Wan bencikan Lia.. tahu-tahu cuma salah faham..” Kata Ikwan sambil ketawa kecil. Teringat akan sikapnya beberapa minggu yang lepas. Seluruh isi rumah menjadi tempatnya melepaskan marah. Berbakul-bakul leteran ibu kepadanya kerana sikapnya menjadi garang tidak tentu pasal. Anak-anak buahnya di pejabat pun tidak berani curi tulang, takut pada Ikwan yang tidak semena-mena bertukar angin. Bos yang dulunya peramah dan mesra menjadi bengis tak menentu. Pantang silap sikit adalah yang kena marah! Semuanya pasal gambar yang diterimanya itu. Helina pun selalu merungut dengan perangainya yang selalu berubah angin. Hendak berlawak jenaka pun susah. Kalau senyum pun bagaikan terpaksa!

“BenarkahWan bencikan Lia?” Tanya Alia menduga.

Page 14: Cinta Dan Sahabat

“ Ya! Benci sangat.. benci tapi rindu..ha ha ha.. merana betul Wan menanggung rindu tidak jumpa Lia beberapa minggu. Kadang-kadang Wan harap Lia akan call atau SMS Wan.. tapi bila buka handset.. sunyi saja..” luah Ikwan tentang perasaannya ketika musim dingin hubungan mereka.

“Lia juga.. nak call Wan.. tapi teringat Helina mungkin sedang bersama Wan..” Ujar Alia pula, mereka tertawa bersama. Rupanya mereka sama saja, cemburu buta!

“Zarul cakap Lia tak sihat? Minta hantar balik rumah..” tanya Ikwan dengan muka bimbang. Muka Alia memang pucat saja tadi.

“Emn..” Alia tersenyum nipis. Kini dia kelihatan berseri-seri.

“Lia sakit apa?” tanya Ikwan lagi sambil sentuh dahi Alia.

“Sakit hati..” jawabnya dengan menahan senyum.

“Oh.. rupanya! Sakit hati kenapa boleh senyum?” ujar Ikwan setelah mendapat tahu. Dia turut senyum meleret. Alia hanya menolak bahu Ikwan dengan manja. Ikwan tertawa melihat riaksi Alia.

“Lia..” Panggil Ikwan dengan suara romantis. Alia mendongak ke arah wajah lelaki yang dicintainya itu. Rindu benar hatinya pada Ikwan. Mujurlah semuanya sudah berubah baik.

“Emn..”

“Jom kita kawin?”

Mata Alia terbelalak. Dia menatap wajah Ikwan minta kepastian akan lamaran yang tiba-tiba itu.

“Kenapa? Tak sudi?”Tanya Ikwan lagi.

“Wan lamar Lia?” Angguk.

“Bunga? Cincin? Takkan nak lamar macam ni saja?” usik Alia dengan senyum nakal. Ikwan ketawa besar. Dia menarik Alia masuk ke dalam keretanya. Alia kehairanan.

“Jom kita pergi beli bunga dan cincin!!” balas Ikwan sambil masuk ke dalam perut kereta. Kereta meluncur laju menuju ke bandaraya.

“Mulai saat ini.. kalau ada apa-apa masalah, kita mesti bincang! Jangan simpan sendiri dalam hati.. o.k?” bisik Ikwan sambil memimpin tangan Alia menuju ke kedai bunga terhampir. Alia mengangguk. Wajahnya penuh dengan senyuman bahagia. Dugaan seperti itu mungkin datang lagi. Tapi kalau saling cinta menyintai, kalau saling kasih mengasihi dan kalau saling mempercayai antara satu sama lain, apa pun dugaannya pasti dapat diredah bersama. Ternyata dugaan cinta itu berlalu juga!

Page 15: Cinta Dan Sahabat

Seandainya kita dikasih pemerintah 24.000 US tiap hari dan disuruh menghabiskannya, apakah yang akan dilakukan?Uang 24 ribu dollar itu harus digunakan selama 24 jam, tak bisa ditabung atau disumputin.Kalau tidak, uang itu akan hilang selamanya.

Tentu saja kita akan menikmati hidup, membeli apa saja yang kita mau dan perlu.Sisanya kita kasih keluarga, tetangga, kawan atau disumbangkan buat amal ibadah.Kita akan habiskan semuanya dengan bijaksana.Kita gunakan buat meningkatkan mutu hidup disekitar kita.Bukankah begitu?

Tapi kalau kita ganti 24 ribu dollar itu dengan waktu 24 jam yang juga harus dihabiskan tiap hari, apakah yang akan kita lakukan?Waktu berjalan terus sepanjang hari.Tak ada orang atau ada pemerintah yang mampu menghentikan jalan waktu atau memutar balik.Waktu yang kita punya hari ini harus dipakai habis hari ini.Makanya kata nenek, gunakanlah waktu itu sebaik mungkin.Berikanlah arti dalam hidupmu, masyarakat dan alam lingkungan.Ciptakan sesuatu yang bahagia dan penuh kasih sayang.Sehingga jika waktumu tiba, kau puas dan tak punya penyesalan apa apa.

Seandainya kita mau tahu apa arti waktu 1 tahun, tanyalah mahasiswa yang tak lulus ujiannya.Seandainya kita mau tahu apa arti waktu 1 bulan, tanyalah seorang ibu yang melahirkan bayi prematur.Seandainya kita mau tahu apa arti waktu 1 minggu, tanyalah kepada redaksi dan editor dari majalah mingguan seperti “MINGGU PAGI”.Seandainya kita mau tahu apa arti waktu 1 hari, tanyalah mereka yang akan kawin dan pergi meninggalkan rumah keluarga.Seandainya kita mau tahu apa arti waktu 1 jam, tanyalah seorang Romeo yang sedang menunggu kedatangan Juliet.Seandainya kita mau tahu apa arti waktu 1 menit, tanyalah mereka yang ketinggalan kereta api atau kapal terbang.Seandainya kita mau tahu apa arti waktu 1 detik, tanyalah seorang yang tertimpah musibah karena kelalaian dalam sedetik.

Yesterday is history.Tomorrow is mistery.Today is a giftThats why its called the presentMakanya hargailah waktu dan kesempatan yang kita punya.Jangan disia siakan karena ia pergi dan tak akan pernah kembali lagi.Berbuat baik buat siapa saja, dimana saja dan kapan saja, seakan hidup berakhir esok hari.Bekerja dan berbuat apa saja yang berguna buat tanah air dan bangsa dengan jiwa Chairil Anwar yang ingin hidup seribu tahun lagi.

Page 16: Cinta Dan Sahabat

“Dan tangan kan kaku, menulis berhentikecemasan derita, kecemasan mimpiberilah aku tempat di menara tinggidi mana kau sendiri meninggi.”dari puisi “Kepada pelukis Affandi”1946 Chairil Anwar.