46
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi sistem sirkulasi menurut Ethel Sloane adalah transportasi oksigen, nutrisi, hormon, dan sisa metabolisme. Sebagai transportasi dan distribusi panas tubuh. Sebagai perlindungan dan pendaparan (buffering). Pengelolaan sistem sirkulasi yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi tubuh yang tadinya terhenti atau terganggu. Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan. Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung. Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan gabungan penyelamatan pernapasan (bantuan napas) dengan kompresi dada eksternal. Resusitasi jantung paru hanya dilakukan pada penderita yang mengalami henti jantung atau henti nafas dengan hilangnya kesadaran.oleh karena itu harus selalu dimulai dengan menilai respon Circulation | 1

Circulation Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sxhjkaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaacvu sdtyil

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangFungsi sistem sirkulasi menurut Ethel Sloane adalah transportasi oksigen, nutrisi, hormon, dan sisa metabolisme. Sebagai transportasi dan distribusi panas tubuh. Sebagai perlindungan dan pendaparan (buffering).Pengelolaan sistem sirkulasi yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi tubuh yang tadinya terhenti atau terganggu. Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan. Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung. Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan gabungan penyelamatan pernapasan (bantuan napas) dengan kompresi dada eksternal. Resusitasi jantung paru hanya dilakukan pada penderita yang mengalami henti jantung atau henti nafas dengan hilangnya kesadaran.oleh karena itu harus selalu dimulai dengan menilai respon penderita, memastikan penderita tidak bernafas dan tidak ada pulsasi. Pada penatalaksanaan resusitasi jantung paru harus diketahui antara lain, kapan resusitasi dilakukan dan kapan resusitasi tidak dilakukan.Dalam makalah ini akan di bahas lebih lanjut tentang sistem sirkulasi dan RJP dan berbagai tahapan kegiatan dalam penanggulangan penderita gawat darurat.1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :1. Apa saja konsep teori dari sitem sirkulasi ?2. Apa saja konsep teori dari resusitasi jantung paru?1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum :

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pembuatan makalah mata kuliah Advance Nursing Practice I dengan judul CIRCULATION.

1.3.2. Tujuan Khusus :

Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :1. Untuk mengetahui konsep teori dari sitem sirkulasi 2. Untuk mengetahui konsep teori dari resusitasi jantung paru1.4. Metode Penulisan

Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai buku referensi dan internet.1.5. Sistematika PenulisanSistematika penulisan dari makalah ini adalah BAB I Pendahuluan, terdiri dari : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan. BAB II Pembahasan, dan BAB III Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.BAB II

PEMBAHASAN2.1.Konsep Sistem SirkulasiSistem sirkulasi adalah penghubung antara lingkungan eksternal dan lingkungan cairan internal tubuh. Sistem ini membawa nutrien dan gas ke semua sel, jaringan, organ dan sistem organ, serta membawa produk akhir metabolik keluar darinya (Ethel Sloane, 2003). Sistem sirkulasi terdiri dari tiga komponen yaitu (Philip I. Aaronson, 2010) :a) Jantung

b) Pembuluh darah

c) Darah

2.1.1. Jantunga) Anatomi Jantung

Gambar 1.1. (Anatomi Jantung)

Jantung terletak di rongga mediastinum dari rongga dada (toraks), diantara paru-paru. Lapisan yang mengitari jantung (pericardium) terdiri dari 2 bagian yaitu lapisan sebelah dalam atau pericardium visceral dan pericardium pariental. Kedua lapisan pericardium ini dipisahkan oleh sedikit cairan pelumas, yang bergerak memompa dari jantung itu sendiri. Bagian depan dari pericardium itu melekat pada tulang dada, sternum bagian bwahnya melekat pada tulang belakang, sedangkan bagian bawah pada diafragma.Jantung terdiri dari 3 lapisan. Lapisan terluar disebut epikardium, lapisan tengah miokardium , lapisan terdalam yaitu endokardium . Jantung terdiri dari 4 bagian yaitu :1. Atrium KananMemiliki dinding yang tipis, berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah dan juga berfungsi sebagai penyalur darah venosa yang berasal dari vena sirkulasi sistemik yang mengalir ke ventrikel sebelah kanan dan paru-paru.2. Atrium Kiri

Menerima darah yang suah dioksigenasi dari paru-paru melalui ke 4 vena pulmonalis antara vena pulmonalis dan atrium kiri taka da katup sejati.3. Ventrikel Kanan

Ventrikel kanan mempunyai bentuk pola sabit yang unik, yang mampu menghasilkan tekanan rendah, suatu kontraksi yang cukup besar untuk mengalirkan darah ke dalam arteria pulmonalis.

4. Ventrikel Kiri

Ventrikel kiri mempunyai otot yang tebal dan bentuknya menyerupai lingkaran mempermudah timbulnya tekanan yang tinggi selama ventrikel berkontraksi. Bahkan sekat pembatas ke dua serambi (septum interventrikular) juga membantu memperkuat daya tekan yang ditimbulkan oleh seluruh ventrikel jantung itu pada waktu verkontraksi.

b) Fungsi Jantung

Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung terdiri atas 2 pompa yang terpisah yaitu jantung kanan yang memompakan darah ke paru-paru, dan jantug kiri yang memompakan darah-darah ke organ-organ perifer. Selanjutnya setiap jantung yang terpisah ini merupakan dua rung pompa yang dapat berdenyut yang terdiri atas satu atrium dan satu ventrikel. Setiap atrium adalah suatu pompa pendahulu yang lemah bagi ventrikel, yang membantu mengalirkan darah masuk ke dalam Ventrikel. Ventrikel lalu menyediakan tenaga pemompa utama yang mendorong darah. (Arthur C. Guyton, 2007).c) Sirkulasi Jantung

Sirkulasi Jantung di bagi menjadi 4 sirkulasi (Philip I. Aaronson, 2010) yaitu :

1. Sirkulasi KoronerJantung kaya akan pasokan darah, yang berasal dari arteri koronaria kiri dan kanan. Arteri-arteri ini secara terpisah dari sinus aorta pada dasar aorta, di belakang tonjolan katup aorta. Arteri ini tidak diblokade oleh tonjolan katup selama sistol karena adanya aliran sirkular dan tetap paten selama siklus jantung. Arteria koronaria kanan berjalan di antara trunkus pulmonalis dan atrium kanan, menuju sukulus AV. Saat arteri tersebut menuruni tepi bawah jantung, arteri terbagi menjadi cabang desendens posterior dan cabang marginal kanan. Arteri koronaria kiri berjalan dibelakang trunkus pulmonalis dan kemudian berjalan diantara trunkus pulmonalis dan atrium kiri. Arteri ini terbagi menjadi cabang sirkumfleksa, marginal kiri, dan desenden arterior. 2. Sirkulasi SistemikSirkulasi sistemik (sirkulasi yang lebih besar) dimulai saat dipompanya darah oleh ventrikel kiri menuju arteri terbesar, yaitu aorta. Aorta ini berjalan naik kebagian atas jantung, melengkung kebawah pada arkus aorta dan menurun tepat diarterior kolumna spinalis. Aorta bercabang menjadi arteri iliaka kiri dan kanan, yang menyuplai darah ke daerah pelvis dan tungkai. 3. Sirkulasi Pulmonal

Sirkulasi pulmonal (sirkulasi yang lebih kecil) dimulai saat darah dipompa oleh ventrikel kanan ke arteri pulmonalis utama, yang kemudian langsung bercabang dua menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang menyuplai masing masing paru. Darah vena ini mengalami oksigenasi saat alirannya melalui kapiler pulmonal. Selanjutnya darah kembali ke jantung melalui vena vena pulmonalis ke atrium kiri yang memompanya ke ventrikel kiri.

4. Sirkulasi Splanknik

Susunan sirkulasi splanknik (hati dan organ pencernaan) merupakan pengecualian untuk pengaturan pararel dari susunan vaskular sistemik. Walaupun suatu fraksi suplai darah kehati dipenui arteri hepatika, namun hati mendapatkan sebagian besar (70%) darahnya melalui vena porta. Pembuluh ini membawa darah vena yang sudah melewati landas kapiler pada lamung, limfa, pankreas dan usus.

2.1.2. Pembuluh DarahKomponen ketiga sistem transpor kardiovaskuler adalah pembuluh darah yang terdiri atas arteri, arteriol, kapiler, venula dan vena. Masing-masing memiliki struktur yang berbeda sesuai dengan ukuran dan otot yang melapisi dinding pembuluh darah tersebut. (Arif Muttaqin, 2009).Setiap jenis pembuluh memiliki fungsi penting selain menjadi suatu saluran darah. Sistem percabangan arteri elastika dan muskular secara prograsif mengurangi pulsasi dalam tekanan dan aliran darah yang disebabkan oleh kontraksi ventrikel yang intermiten. Arteri yang terkeci dan arteriol memiliki peran krusia dalam mengatur jumlah darah yang menga,ir ke jaringan dengan carah berdilatasi dan berkontriksi. Sistem ini diatur oleh sistem saraf simpatif dan faktor faktor yng terbentuk secara lokal dijaringan. Pembuluh pembuluh ini disebut sebagai arteri beresistensi, karena konstriksinya menahan aliran darah.

Gambar 1.2. (Pembuluh Darah)Kapiler dan venula kecil merupakan pembuluh penukar (exchange vessel). Melalui dinding pembuluhnya, gas cairan, dan molekul dipindahkan antara darah dan jaringan. Sel darah putih juga dapat melewati dinding vena untuk melawan infeksi dalam jaringan.

Venula dapat berkontraksi untuk memberikan resistensi aliran darah, dan rasio resistensi arteriol dan venula memberikan pengaruh penting dalam pergerakan cairan antara kapiler dan jaringan, sehingga mempengaruhi volume darah. Vena memiliki dinding tipis dan sangat mudah melebar (distensible) dan oleh karena itu vena mengandung sekitar 70% dari seluruh darah dalam sistem kardiovaskuler. Arteri hanya mengandung 17% dari total volume darah. Dengan demikian, vena dan venula berperan sebagai reservoir volume yang dapat memindahkan darah dari sirkulasi perifer ke jantung dan arteri dengan carah berkontriksi. Dengan melakukan hal tersebut, vena dapat membantu meningkatkan curah jantung (volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu), dan vena juga mampu mempertahankan tekanan darah dan perfusi jaringan dalam organ organ esensial bila terjadi perdarahan (kehilangan darah). (Philip I. Aaronson, 2010).2.1.3. DarahDarah yaitu suspense dari partake dalam larutan koloid encer yang mengandung elektrolit. Berguna sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi dari tubuh dan lingkungan luar serta memiliki sifat-sifat protektif terhadapa organisme sebagai suatu keseluruhan dan khususnya terhadap dirinya sendiri. (Sylvia Anderson Price, 1991).

Didalam darah terdapat sel darah, ada 3 tipe sel darah yaitu :1. Leukosit (sel darah putih)

Untuk pertahanan melawan infeksi. Batas norma leukosit adalah 4000- 10000 per mm3. Ada 5 jenis sel darah putih yaitu : Eosinophil, Neutrophil, Basophil, Monosit, Limfosit2. Eritrosit (sel darah merah)

Berbentuk piringan binkonkaf tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebalnya 2 m pada perimeter sebelah luarnya dan berkurang menjadi 1 m atau kurang di tengah-tengahnya. Stroma bagian luar yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta factor Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah merah yaitu hemoglobin (Hb), yang mengangkut 02 dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intrasel. Jumlah sel darah merah kira-kira 5 juta/ mm3 dan berumur kira-kira 120 hari.

3. Trombosit (keping darah )

Bukan merupakan sel, tetapi pecahan granular sel, berbentuk piringan dan tidak berinti. Trombosit adalah unsur sel sumsum tulang yang terkecil dan vital untuk hemostasis dan pembekuan. Trombosit berdiameter 1- 4 m dan berumur kira-kira 10 hari. Kira-kira 1/3 berada dalam limpa sebagai pool cadangan dan sinya berada dalam srikulasi, berjumlah antara 150.000- 400.000/ mm3.

Tempat produksi sel darah (hematopoiesis) yaitu sumsum tulang dan system retikuloendotelial. Pada anak-anak terjadi pada semua tulang skelet. Sedangkan dewasa pada pelvis, ribs, vertebrae dan sternum. Pada saat embrio dan kondisi tertentu terjadi di hati dan limpha.2.2. Konsep Resusitasi Jantung Paru

2.2.1. Definisi Resusitasi Jantung Paru

Resusitasi jantung paru yaitu metode untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti napas dan henti jantung yang tidak di harapkan mati pada saat itu. Metode ini merupakan kombinasi pernapasan buatan dan bantuan sirkulasi yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan oksigen otak dan substrat lain sementara jantung dan paru tidak berfungsi.

Keberhasilan RJP dimungkinkan oleh adanya interval waktu antara mati klinis dan mati biologis, yaitu sekitar 4 6 menit. Dalam waktu tersebut mulai terjadi kerusakan sel-sel otak yang kemudian diikuti organ-organ tubuh lain. Dengan demikian pemeliharaan perfusi cerebral merupakan tujuan utama pada RJP.

Mati klinis merupakan periode dini suatu kematian yang ditandai dengan henti napas dan henti jantung atau sirkulasi serta terhentinya aktifitas otak (reversibel). Mati biologis mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan RJP atau bila RJP tidak berhasil. Pada mati biologis terjadi proses nekrotisasi semua jaringan. Proses ini dimulai dari neuron-neuron cerebral yang seluruhnya akan rusak kurang lebih satu jam dan diikuti organ-organ lain, seperti jantung, ginjal, dan hati yang akan rusak dalam waktu kurang lebih dua jam. (Arif Mansjoer, 2000).

2.2.2. Indikasi Resusitasi

Indikasi dilakukannya resusitasi adalah henti napas (apnu) dan henti jantung (cardiac arrest). (Arif Mansjoer, 2000) :

1) Henti napas (apnu)

Henti napas dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi pernapasan, baik di sentral atau perifer. Bila terjadi henti napas primer jantung dapat memompa darah selama beberapa menit selama ada sisa oksigen di dalam paru yang beredar keotak dan organ vital lain. Penangan dini pada pasien dengan henti napas atau sembatan jalan napas dapat mencegah henti jantung. Sumbatan jalan napas dapat dikenali dengan cara sumbatan jalan napas total dan sumbatan jalan napas persial.

2) Henti jantung (cardiac arrest)

Bila terjadi henti jantung primer oksigen tidak beredar dan oksigen yang tersisa dalam organ vital akan habis dalam beberapa detik. Henti jantung dapat disebabkan oleh faktor intrinsik atau ekstrinsik. Faktor intrinsik berupa penyakit kardiovaskuler seperti asistol, vibrilasi ventrikel, dan disosiasi elektromagnetik. Faktor ekstrinsik adalah kekurangan oksigen akut (henti npas sentral atau perifer, sumbatan jalan napas dan inhalasi asap), kelebihan dosis obat (digitalis, kuinidin, antidepresan tresiklip, propoksifen, adrenalin dan isofrenalin), gangguan asam basa atau elektrolit (hipo atau hiperkalemia, hipo atau hipermagnesia, hiperkalsemi, dan asidosia), kecelakaan, refleks fagal anastesi dan pembedaha, terapiu dan tindakan diagnostik medis dan shock (hipovolemik, neurogenic, toksik, dan anafilaktik).

Tanda-tanda henti jantung adalah sebagai berikut (Arif Mansjoer, 2000) :

a. Hilangnya kesadaran dalam waktu 10-20 detik setelah henti jantung

b. Henti napas (apnu) atau megap-megap (gasping) yang muncul setelah 15-30 detik henti jantung

c. Terlihat seperti mati dengan warna kulit pucat sampai kelabu

d. Pupil dilatasi dalam waktu 45 detik setelah henti jantung

e. Tidak teraba denyut arteri besar, yaitu arteri femoralis dan karotis pada orang dewasa atau brakhialis pada bayi dan anak kecil

Diagnosis henti jantung sudah dapat ditegakkan bila pasien tidak sadar dan tidak teraba denyut arteri besar. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah (Arif Mansjoer, 2000) :

a. Tekanan darah sistolik 50 mmHg mungkin tidak menghasilkan denyut nadi yang dapat teraba

b. Aktifitas elektro kardiogram (EKG) mungkin terus berlanjut meskipun tidak ada kontraksi mekanis terutama pada asfiksia

c. Gerakan kabel EKG dapat menyerupai irama yang tidak mantap

Resusitasi harus dilakukan pada infark jantung kecil yang mengakibatkan kematian listrik, serangan Adams-Stokes, hipoksia akut, keracunan dan kelebihan dosis obat-obatan, sengatan listrik, refleks fagal, tenggelam dan kecelakaan lain yang masih memberikan peluang hidup.

RJP tidak dilakukan pada (Arif Mansjoer, 2000) :

a. Kematian normal yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronis yang berat. Pada keadaan ini denyut jantung dan nadi berhenti pertama kali pada suatu saat

b. Stadium terminal suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi

c. Bila hampir dapat dipastikan bahwa fungsi cerebral tidak akan pulih, yaitu setelah - 1 jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP

Beberapa penyebab henti jantung dan nafas adalah :

a. Infark miokard akut, dengan komplikasi fibrilasi ventrikel, cardiac standstill, aritmia lain, renjatan dan edema paru.

b. Emboli paru, karena adanya penyumbatan aliran darah paru.

c. Aneurisma disekans, karena kehilangan darah intravaskular.

d. Hipoksia, asidosis, karena adanya gagal jantung atau kegagalan paru berat, tenggelam, aspirasi, penyumbatan trakea, pneumothoraks, kelebihan dosis obat, kelainan susunan saraf pusat.

e. Gagal ginjal, karena hyperkalemiaKomplikasi yang disebabkan RJP :a. Patahnya tulang iga terutama pada orang tua, jarang terjadi patahnya tulang dada

b. Pneumothoraks (udara dalam rongga dada tetapi diluar paru , sehingga menyebabkan penguncupan paru-paru)

c. Hemothoraks (darah dalam rongga dada , namun diluar paru sehingga menyebabkan penguncupan paru-paru)

d. Luka dan memar pada paru-paru

e. Luka pada hati limpa

Komplikasi ini jarang terjadi jika RJP dilakukan dengan benar . bila tidak melakuakn RJP maka alternatifnya adalah kematian.

2.2.3. Tahap-tahap Resusitasi

Bantuan hidup dasar atau disebut juga ABC RJP bertujuan melakukan oksigenasi darurat. Pada awal langkah ABC RJP dilakukan penilaian kesadaran dengan memberikan goncangan dan teriakan. Bila tidak ada tanggapan, korban atau pasien diletakkan dalam posisi terlentang dan bantuan hidup dasar segera diberikan. Sementara itu penolong dapat meminta pertolongan dan bila mungkin mengaktifkan sistem pelayanan medis darurat.

Tahap-tahap dalam resusitasi adalah sebagai berikut (Arif Mansjoer, 2000) :1) Airway Control (pembebasan jalan nafas)2) Breathing Support (ventilasi buatan dan oksigenasi paru secara darurat)3) Circulation Support (bantuan sirkulasi)4) Drugs and Fluids Intravenous Infusion (Pemberian obat-obatan dan cairan melalui infus intravena tanpa menggunakan hasil EKG)5) Electrocardioscopy (cardiography)6) Fibrillation Treatment (terapi fibrilasi/defribrilasi)7) Gauging8) Human Mentation9) Intensive CarePengelolaan Sistem SirkulasiGangguan sirkulasi dikaji dengan meraba arteri besar seperti arteri femoralis dan arteri karotis. Perabaan arteri karotis sering dipakai untuk mengkaji secara cepat. Juga melihat tanda-tanda lain seperti kulit pucat, dingin dan CRT (capillary refill time) > 2 detik.Pemberian ventilasi buatan dan kompresi dada luar diperlukan pada keadaan henti jantung. Aliran darah selama kompresi dada luar didasari oleh dua mekanisme yang berbeda, yaitu kompresi jantung antara sternum dan tulang belakang serta serta perubahan tekanan intra thorak global. (Arif Mansjoer, 2000).Korban atau pasien terlentang pada permukaan yang keras saat dilakukan kompresi dada luar. Penolong berlutut disamping korban dan meletakkan pangkal sebelah tangannya diatas pertengahan 1/3 bawah sternum korban atau pasien, sepanjang sumbu panjangnya dengan jarak 2 jari sefalad dari persambungan sifoid-sternum. Tangan penolong yang diletakkan diatas tangan pertama. Dengan jari-jari terkunci, lengan lurus, dan kedua bahu diatas sternum korban atau pasien, berikan tekanan vertikal kebawah yang cukup untuk menekan sternum 4-5 cm dengan berat badan penolong. Setelah kompresi harus ada relaksasi, tetapi kedua tangan tidak boleh diangkat dari dada korban tau pasien. Dianjurkan lama kompresi sama dengan waktu relaksasi. Apabila hanya ada satu penolong, 15 kompresi dada luar (laju: 80-100 x/menit = 9-12 detik) harus diikuti dengan pemberian 2 x ventilasi dalam (2-3 detik). (Arif Mansjoer, 2000).

Gambar 1.3. (Posisi tangan)

Dalam satu menit harus ada 4 daur kompresi dan ventilasi, yaitu minimal 60 kompresi dada dan 8 ventilasi. Jadi 15 kali kompresi + 2 ventilasi harus selesai maksimal dalam waktu 15 detik. Bila 2 penolong kompresi dada diberikan oleh 1 penolong dengan laju 80-100 kali/menit dan 1 kali ventilasi dalam (1-1,5 detik) diberikan oleh penolong ke dua setelah kompresi ke lima. Dalam 1 menit minimal ada 60 kompresi dada dan 12 ventilasi. Jadi, 5 kompresi ditambah 1 ventilasi maksimal dalam 5 detik. (Arif Mansjoer, 2000).Tanda-tanda sirkulasi normal :

1) Perfusi perifer : teraba hangat, kering2) Warna akral : pink/merah muda3) Capillary refill time : < 2 detik4) Denyut nadi < 1005) Tekanan darah sistole >90-1006) Produksi urine 1 ml/kgBB/jamTanda-tanda syok :

1) Kulit telapak tangan dingin, pucat, basah

2) Capillary refill time > 2 detik

3) Nafas cepat

4) Nadi cepat > 100

5) Tekanan darah sistole < 90-100

6) Kesadaran : gelisah s/d koma

7) Pulse pressure menyempit

8) JVP rendah

9) Produksi urin < 0,5 ml/kgBB/jam

Gambar 1.4. (Perbandingan telapak tangan pasien syok dengan pemeriksa)Bantuan sirkulasi ada 2 tahap :

1) Memastikan ada tidaknya pernafasan dan denyut jantung korban atau pasien. Sebelum melakukan RJP pada penderita, lebih dulu anda harus:a. Tentukan penderita tidak sadar

b. Tentukan penderita tidak bernafas

c. Tentukan nadi penderita tidak teraba

Gambar 1.5. (Pemeriksaan Denyut Nadi)

2) Melakukan bantuan sirkulasi Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan bantuan sirkulasi yang disebut dengan kompresi jantung luar atau disebut juga. Resusitasi Jantung Paru (RJP).ABC RJP yang dilakukan pada korban dengan henti jantung dapat memberikan kemungkinan hasil :

a. Korban atau pasien menjadi sadar kembalib. Korban atau pasien dinyatakan matic. Korban atau pasien belum dapat dinyatakan mati dan belum timbul denyut jantung spontan. d. Denyut jantung spontan timbul, tetapi korban atau pasien belum pulih kesadarannya. Ventilasi spontan bisa ada atau tidak. Selain kompresi dada luar, yang juga termasuk bantuan sirkulasi adalah penghentian perdarahan dan penentuan posisi untuk mengatasi syok, yaitu dengan meletakkan kepala lebih rendah daripada kaki.

Jenis-jenis perdarahan :1) Perdarahan luarPerdarahan disebabkan karena pecahnya pembuluh darah. Apabila darah keluar dari tubuh maka terjadi perdarahan luar, biasanya disertai dengan adanya luka. Perdarahan luar dapat terjadi pada kapiler, vena ataupun arteri.

Gambar 1.6. (Perdarahan di luar)

Teknik menghentikan perdarahan luar :

a. Immobilasasi dengan atau tanpa pembidaianb. Torniket(hanya sebagai alternatif terakhir dan akan dibahas lebih lanjut)c. Kompres Dingin

Gambar 1.7. (Teknik menghentikan perdarahan luar)

2) Perdarahan dalamPerdarahan dalam adalah perdarahan yang terjadi di dalam tubuh dimana tidak tampak darah yang mengalir keluar dan bisa terjadi pada rongga dada, rongga tengkorak atau rongga perut, disebabkan pukulan, benturan, luka tusuk, luka tembak, pecahnya pembuluh darah karena penyakit (misalnya aneurisma) atau robekan akibat fragmen tulang yang patah.Perdarahan dalam yang mengenai pembuluh darah besar beresiko menimbulkan syok (misalnya fraktur femur, fraktur pelvis, trauma abdomen dan lain.

Gambar 1.8. (Perdarahan di dalam)

2.2.4. Resusitasi pada Bayi dan AnakPrinsip BHD pada bayi dan anak sama dengan orang dewasa. Perbedaannya terjadi karena ketidaksamaam ukuran sehingga diperlukan modifikasi teknik. Ekstensi kepala yang berlebihan dapat menyebabkan sumbatan jalan napas pada bayi dan anak kecil. Kepala hendaknya dijaga dalam posisi netral dengan tetap diusahakan membuka jalan napas.

Pada bayi dan anak kecil, ventilasi mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Pemberian ventilai harus lebih kecil volumenya namun frekuensi ventilasi harus ditingkatkan menjadi 1 ventiasi tiap 3 detik untuk bayi dan 1 ventilasi tiap 4 detik untuk anak-anak.

Pukulan punggung dengan pangkal tangan dapat diberikan pada bayi di antara 2 skapula dengan korban telungkup dan mengangkang pada lengan penolong. Hentakan dada diberikan dengan bayi telentang, kepala terletak dibawah melintang pada paha penolong. Pukulan punggung pada anak yang lebih besar dapat diberikan dengan korban telungkup melintang di atas paha penolong dengan kepala lebih rendah dari badan. Hentakan dada dapat diberikan dengan anak telentang di atas lantai. (Arif Mansjoer, 2000).

Gambar 1.9. (Resusitasi pada Anak)2.3 Kegawatan Circulation (Sirkulasi)1. TujuanMengembalikan fungsi sirkulasi darah.2. Pengkajian Gangguan sirkulasi dikaji dengan meraba arteri besar seperti arteri femoralis dan arteri karotis. Perabaan arteri karotis sering dipakai untuk mengkaji secara cepat. Juga melihat tanda-tanda lain seperti kulit pucat, dingin dan CRT (capillary refill time) > 2 detik. Gangguan sirkulasi dapat disebabkan oleh syok atau henti jantung. Henti jantung mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terhenti dan menyebabkan kematian dengan segera..Henti jantung ditandai dengan :1. Hilang kesadaran2. Apneu atau gasping3. Sianosis dan pucat4. Tidak ada pulse (pada karotis atau femorali5. Dilatasi pupil (bila henti sirkulasi > 1 menit3. TINDAKAN Tindakan untuk mengembalikan sirkulasi darah dilakukan dengan eksternal chest compression (pijat jantung) untuk mengadakan sirkulasi sistemik dan paru. Sirkulasi buatan (artificial circulation) dapat dihasilkan dengan intermitten chest compression

Eksternal chest compression menekan sternum ke bawah sehingga jantung tertekan antara sternum dan vertebrae menimbulkan heart pump mechanism, dampaknya jantung memompa darah ke sirkulasi dan pada saat tekanan dilepas jantung melebar sehingga darah masuk ke jantung.2.4 Circulation Management

Pengertian: Tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi tubuh yang tadinya terhenti atau tergangguTujuan : agar sirkulasi darah kembali berfungsi normal

Diagnosis : Gangguan sirkulasi yang mengancam jiwa terutama jika terjadi henti jantung dan syok Diagnosis henti jantung ditegakkan dengan tidak adanya denyut nadi karotis dalam waktu 5 10 detik. Henti jantung dapat disebabkan kelainan jantung (primer) dan kelainan di luar jantung (sekunder) yang harus segera dikoreksi Diagnosis syok secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/nadi karotis, pasien tampak pucat, ekstermitas teraba dingin,berkeringat dingin dan memanjangnya waktu pengisian kapiler (capilary refill time > 2 detik).Gambar 1 .Cara meraba nadi carotis :

Nadi carotis dapat diraba dengan menggunakan 2 atau 3 jari menempel pada daerah kira-kira 2 cm dari garis tengah leher atau jakun pada sisi yang paling dekat dengan pemeriksa. Waktu yang tersedia untuk mengukur nadi carotis sekitar 5 10 detik.

Tanda-tanda sirkulasi normal :

Perfusi perifer : teraba hangat, kering

Warna akral : pink/merah muda

Capillary refill time : < 2 detik

Denyut nadi < 100

Tekanan darah sistole >90-100

Produksi urine 1 ml/kgBB/jam2.5 Patologi - Gangguan Sirkulasi Darah GangguanSirkulasiAgarfungsi jaringan dapat berjalan normal maka perlu Sirkulasi darah yang baikKeseimbangan antara cairan tubuh intra-dan ekstravaskulerKonsentrasi zat-zat dalam cairan yang tetap, termasuk elektrolit-elektrolit.Seluruh susunan sirkulasi tubuh menyelenggarakan pengangkutan semua substansi yang dibutuhkan untuk digunakan, maupun yang telah dibentuk dan harus dibuang.Termasuk ini adalah oksigen, karbondioksida, air, garam-garam, zat-zat makanan, metabolit-metabolit, hormon-hormon, panas, dll.

Pertukaran zat antara cairan tubuh dan cairan intraseluler terjadi melalui membran sel. Karena fungsi sirkulasi peredaran cairan tubuh melibatkan komponen cairan, volume, dan aliran cairan ini, maka gangguan fungsinya pun dapat dikelompokkan seperti dalam tabel berikut ini: JenisGangguanKejadian

Gangguan cairan tubuh dan elektrolit

Gangguan volume

Gangguan obstruksi Edema, dehidrasi, defisiensi elektrolit atau kelebihan elektrolit.

Hiperemi, perdarahan (hemoragi) dan syok. Trombosis, emboli, iskemi, infark, serta sumbatan akibat adanya hal lain seperti tumor, jaringan fibrosis dan parasit.

1) Kongesti(Hiperemia)Kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan (peningkatan jumlah darah) di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu. Kata lain untuk kongesti adalah hiperemia. Pada dasarnya terdapat dua mekanisme dimana kongesti dapat timbul :Kongestiaktif Kenaikan jumlah darah yang mengalir ke daerah itu dari biasanya. Kenaikan aliran darah lokal ini disebabkan oleh karena adanya dilatasi arteriol yang bekerja sebagai katup yang mengatur aliran ke dalam mikrosirkulasi lokal.Kongesti aktif ini biasanya terjadi dengan waktu yang relatif singkat.Contoh : Warna merah padam pada wajah pada saat marah/ malu, yang pada dasarnya adalah vasodilatasi yang timbul akibat respon terhadap stimulus neurogenik.Kongesti pasif Penurunan jumlah darah yang mengalir dari daerah yang disebabkan oleh adanya tekanan pada venula-venula dan vena-vena yang mengalirkan darah dari jaringan.Selain sebab lokal tadi, kingesti pasif juga dapat terjadi akibat sebab sistemik, sebagai contoh adalah kegagalan jantung dalam memompa darah yang mengakibatkan gangguan aliran vena.a. Berdasarkanwaktuserangannya,kongestipasifdibagi2,yaitu:Kongesti pasif akut : berlangsung singkat, tidak ada pengaruh pada jaringan yang terkena.b. Kongesti pasif kronis : berlangsung lama, dapat terjadi perubahan- perubahan yang permanenpada jaringan, terjadi dilatasi vena. Contoh kongesti pasif adalah varises.2) Edema Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan diantara sel-sel tubuh atau di dalam berbagai rongga tubuh (beberapa ahli juga memasukkan dalam definisi itu penimbunan cairan berlebihan di dalam sel). Jika edema mengumpul dalam rongga, biasanya dinamakan efusi, misalnya efusi perikardium, efusi pleura. Penimbunan cairan di dalam rongga peritoneum biasanya diberi nama asites. Sedangkan edema umum atau menyeluruhdisebutanasarka.Etiologiedemaadabeberapa,yaitu:

Tekananhidrostatik

Obstruksisaluranlimfe

Kenaikanpermeabilitasdindingpembuluh

Penurunankonsentrasiprotein

Dalamedema,cairanyangtertimbundigolongkanmenjadi2,yaitu: Transudat : yaitu cairan yang tertimbun di dalam jaringan karena bertambahnya permeabilitas pembuluh terhadap protein. Eksudat : yaitu cairan yang tertimbun karena alasan-alasan lain dan bukan akibat dari perubahan permeabilitas pembuluh.

Akibat dari edema adalah sebagai petunjuk untuk mengetahui ada sesuatu yang terganggu dalam tubuh kita.Sebagai contoh adalah pada kasus payah jantung kongestif, terdapat edema pada mata kaki si penderita.Hal ini menjadi indikator adanya kehilangan protein. Edema juga berbahaya jika mengenai otak, otak akan membengkak dan tertekan pada tulang pembatas tengkorak, peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan aliran darah dalam otak dan dapatmenimbulkankematian.3) PerdarahanPerdarahan adalah keluarnya darah dari sistem kardiovaskuler, disertai penimbunan dalam jaringan atau ruang tubuh atau disertai keluarnya darah dari tubuh.Untuk menyatakan berbagai keadaan pendarahan digunakan istilah-istilah deskriptif khusus.Penimbunan darah pada jaringan disebut hematoma.Jika darah masuk ke dalam berbagai ruang dalam tubuh, maka dinamakan menurut ruangannya. Misalnya : hemoperikardium, hemotoraks, hemoperitoneum, hematosalping.Penyebab perdarahan yang paling sering dijumpai adalah hilangnya integritas dinding pembuluh darah yang memungkinkan darah keluar, dan hal ini sering disebabkan oleh trauma eksternal contohnya cedara yang disertai memar.Dinding pembuluh bisa pecah akibat penyakit maupun trauma.Penyebab lainnya adalah adanya gangguan faktor pembekuan darah.4) Trombosis Proses pembentukan bekuan darah atau koagulum dalam sistem kardiovaskuler selama manusia masih hidup, disebut trombosis. Koagulum darah dinamakan trombus. Terdapat tiga keadaan dasar dimana bekuan terbentuk secara tidak normal, yaitu:

Adanya kelainan dinding dan lapisan pembuluh,

Kelainan aliran darah,

Peningkatandayakoagulasidarahsendiri 5) EmbolismeEmbolisme adalah transportasi massa fisik yang terbawa dalam aliran darah dari satu tempat ke tempat lain dan tersangkut di tempat baru. Massa fisik itu sendiri dinamakan emboli. Emboliberasaldari :

Emboli pada manusia yang paling sering dijumpai berasal dari trombus dan dinamakan tromboemboli. Pecahan jaringan dapat menjadi emboli bila memasuki sistem pembuluh darah, biasanya dapat terjadi pada trauma.

Sel-sel kanker dapat menjadi emboli, cara penyebaran penyakit yang sangat tidak diharapkan.

Benda asing yang disuntikkan ke dalam sistem kardiovaskular.

Tetesan cairan yang terbentuk dalam sirkulasi akibat dari berbagai keadaan atau yang masuk ke dalam sirkulasi melaui suntikan dapat menjadi emboli.

Gelembung gas juga dapat menjadi emboli. Emboli dalam tubuh terutama berasal dari trombus vena, paling sering pada vena profunda di tungkai atau di panggul.Karena keadaan anatomis, emboli yang berasal dari trombus vena biasanya berakhir sebagai emboli arteri pulmonalis.

Akibatdariemboli :

Jika fragmen trombus yang sangat besar menjadi emboli maka sebagian besar suplai arteri pulmonalis dapat tersumbat dengan mendadak.Hal ini dapat menimbulkan kematian mendadak. Sebaliknya, emboli arteri pulmonalis yang lebih kecil dapat tanpa gejala, mengakibatkan perdarahan paru-paru sekunder karena kerusakan vaskular atau dapat mengakibatkan nekrosis sebagian dari paru-paru.

6) AterosklerosisAterosklerosis atau pengerasan arteri merupakan fenomena penyakit yang sangat penting pada kebanyakan negara maju. Istilah aterosklerosis sebenarnya meliputi setiap keadaan pembuluh arteri yang mengakibatkan penebalan atau pengerasan dinding.EtiologidanInsidensAterosklerosis Laju peningkatan ukuran dan jumlah ateroma dipengaruhi olehberbagaifaktor. Faktor genetik tertentu penting, dan aterosklerosis serta komplikasinya sering cenderung terjadi dalam keluarga. Orang dengan kadar kolesterol yang meninggi ( Hiperkolesterol )

Orang yang menderita D.M. (Diabetes Melitus) seringkali peka akan aterosklerosis.

Tekanan darah merupakan faktor penting bagi insiden dan beratnya aterosklerosis. Pada umumnya penderita hipertensi akan menderita aterosklerosis lebih awal dan lebih berat dan beratnya penyakit mempunyai hubungan dengan tekanan darah, walaupun dalam batas normal.

Faktor risiko lain di dalam perkembangan aterosklerosis adalah merokok. Merokok merupakan faktor lingkungan utama yang menyebabkan peningkatan beratnyaaterosklerosis.Akibat Aterosklerosis

Akibat aterosklerosis sebagian bergantung pada ukuran arteri yang terserang

Jika arteri berukuran sedang, aterosklerosis lambat laun dapat mengakibatkan penyempitan atau obstruksi total.Komplikasi aterosklerosis dapat mengakibatkan penyumbatan mendadak.(Trombosis cenderung menimbulkan penyumbatan dalam arteri kecil ataupun ukuran sedang, tetapi mungkin dalam bentuk endapan mural yang relatif tipis pada pembuluh besar seperti aorta).

Pembentukan trombus pada intima yang kasar, yang ditimbulkan oleh bercak aterosklerosis.

Komplikasi lain aterosklerosis adalah perdarahan ke pusat bercak yang lunak

Komplikasi lain yang dapat mengakibatkan penyumbatan arteri akut adalah ruptur bercak disertai pembengkakan kandungan lipid yang lunak ke dalam lumen dan penyumbatan pada bagian hilir pembuluh yang lebih sempit.n Kerusakan tunika media yang dapat mengakibatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma aterosklerosis yang merupakan penggelembungandindingarteriyanglemah.

7) IskemiadanInfarkIskemia adalah suplai darah yang tidak memadai ke suatu daerah/jaringan. Jika jaringan dibuat iskemik, jaringan tersebut akan menderita karena tidak mendapat suplai oksigen dan zat-zat makanan yang dibutuhkan. Setiap hal yang mempengaruhi aliran darah dapat menimbulkan iskemia jaringan.Sebab yang paling jelas adalah obstruksi lokal arteri.Pengaruh iskemia bervariasi tergantung pada intensitas iskemianya, kecepatan timbulnya, dan kebutuhan metabolik pada jaringan itu. Akibat dari Iskemik : Pada beberapa keadaan iskemia, biasanya yang mengenai jaringan otot, rasa sakit dapat merupakan gejala penurunan suplai darah. Efek lain dari iskemia jika timbul perlahan-lahan dan berlangsung lama, adalah atrofi dari jaringan yang terkena. (pengurangan massa jaringan)

Akibat iskemia yang paling ekstrim adalah kematian jaringan yang iskemik. Daerah yang mengalami nekrosis iskemik dinamakan infark. Dan proses pembentukaninfarkdisebutinfarksi.

8) Shock Shock adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh defisiensi sirkulasi akibat disparitas (ketidakseimbangan) antara volume darah dengan ruang susunan vaskuler.Gejala-gejala shock : Rasa Lesu dan Lemas, Kulit yang basah (keringat), Kesadaran menurun, kolaps vena, terutama vena-vena superfisial, Kepucatan, Nadi cepat dan lemah, Tachicardia (tekanan nadi tidak normal), Pernafasan dangkal (Sesak nafas), Tekanan darah rendah (hipotensi), oliguria dan kadang-kadang disertai muntah yang berwarna seperti air kopi akibat perdarahan dalam lambung (hematemesis).9) DehidrasiDehidrasi ialah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disertai output yang melebihi intake sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Meskipun yang hilang terutama ialah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit.

Dehidrasi dapat terjadi karena :

1) Kemiskinan air (water depletion) 2) Kemiskinan natrium (sodium depletion)

3) Water and sodium depletion bersama-sama.

BAB III

PENUTUP

3.1. KesimpulanSistem sirkulasi di bagi menjadi 3 komponen yaitu jantung, pembuluh darah, dan darah. (Philip I. Aaronson, 2010).Jantung terdiri dari 4 bagian yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, ventrikel kiri. Komponen ketiga sistem transpor kardiovaskuler adalah pembuluh darah yang terdiri atas arteri, arteriol, kapiler, venula dan vena. Darah yaitu suspense dari partake dalam larutan koloid encer yang mengandung elektrolit. Didalam darah terdapat sel darah, ada 3 tipe sel darah yaitu leukosit (sel darah putih), eritrosit (sel darah merah) dan trombosit (ken ping darah).

Resusitasi jantung paru yaitu metode untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti napas dan henti jantung yang tidak di harapkan mati pada saat itu. Indikasi dilakukannya resusitasi adalah henti napas (apnu) dan henti jantung (cardiac arrest). (Arif Mansjoer, 2000).

Bantuan hidup dasar atau disebut juga ABC RJP bertujuan melakukan oksigenasi darurat. Pemberian ventilasi buatan dan kompresi dada luar diperlukan pada keadaan henti jantung. Aliran darah selama kompresi dada luar didasari oleh dua mekanisme yang berbeda, yaitu kompresi jantung antara sternum dan tulang belakang serta serta perubahan tekanan intra thorak global. (Arif Mansjoer, 2000).Resusitasi pada bayi dan anak yaitu Pada bayi dan anak kecil, ventilasi mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Pukulan punggung dengan pangkal tangan dapat diberikan pada bayi di antara 2 skapula dengan korban telungkup dan mengangkang pada lengan penolong. (Arif Mansjoer, 2000).

3.2. Saran

Kepada seluruh pembaca agar memperhatikan dan mengetahui tahap-tahap dan cara melakukan pengkajian pada pasien dengan kegawat daruratan, agar dapat menggali sedini mungkin penyebab tentang penyakit dan cara penanganan secepat mungkin.Kepada dosen agar memberikan bimbingan yang maksimal demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah berikutnyaDAFTAR PUSTAKAGuyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC.

Hudak, Carolyn M. 1997. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Edisi 6. Jakarta : EGC.

I Aaronson, Philip. 2010. At a Glance Sistem Kardiovaskular. Edisi 3. Jakarta : Erlangga.

Masjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius.

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskular. Jakarta : Salemba.Circulation | 1