Upload
maulana12345
View
74
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
by Maulana FKUB 08
Citation preview
MATERI PENGAYAAN DOKTER MUDA
Approach to Diagnosis and Management of Cluster
Headache
Oleh :Maulana Hasymi Hutabarat
0810710074
Pembimbing :dr. Widodo Mardi S, Sp.S
LABORATORIUM / SMF ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RSUD DR.SAIFUL ANWAR MALANG
2012
1.1 Definisi Nyeri Kepala Tipe Cluster
Nyeri Kepala adalah nyeri yang timbul di daerah antara
orbita dan oksipital, oleh karena struktur sensitif nyeri di
kepala terangsang.1 Struktur sensitif nyeri di kepala ini dibagi
menjadi dua, yaitu struktur intrakranial dan ekstrakranial.
Struktur intrakranial di antaranya adalah arteri sirkulus Willis,
Arteri meningeal, vena-vena besar dan sinus dural, dan
duramater yang berdekatan dengan vena. Struktur
ekstrakranial yang sensitif nyeri adalah arteri karotis eksternal
dan percabangannya, kulit kepala dan otot leher, nervus
servicalis dan radiks nervus, mukosa sinus, dan gigi.2 Nyeri
kepala muncul akibat (1) terjadinya distensi, traksi, atau
dilatasi dari arteri-arteri intrakranial ataupun ekstraranial, (2)
traksi atau displacement dari vena-vena besar intrakranial
ataupun selubung dural vena-vena itu, (3) Kompresi, traksi,
atau inflamasi pada nervus kranialis dan spinalis, (4) spasme,
inflamasi, atau trauma pada muskulus kranialis atau sevikalis,
(5) iritasi meningeal dan peningkatan tekanan intrakranial,
atau (6) mekanisme lainnya.3 Nyeri kepala yang berasal dari
struktur-struktur sensitif nyeri ini dibawa ke CNS melalui
nervus V, VII, IX, dan X.2
Nyeri kepala dibagi menjadi tiga, yaitu nyeri kepala
primer; nyeri kepala sekunder; dan nyeri kranial, nyeri facial,
dan nyeri kepala lainnya. Nyeri kepala primer adalah nyeri
kepala yang murni disebabkan oleh terangsangnya struktur
sensitif nyeri di kepala, sedangkan nyeri kepala sekunder
adalah nyeri kepala yang timbul karena didasari oleh suatu
penyakit, seperti tumor, meningitis, atau ensefalitis. Terdapat
2
Nyeri Kepala
Pertama kali atau Semakin ParahGambaran pemeriksaan neurologis yang abnormal
Riwayat nyeri kepala > 1 tahunHasil pemeriksaan neurologis normalPernah merasakan nyeri kepala yang sama
PrimerSekunder
ToksikMetabolikVaskularInfeksiPeningkatan TIKTrauma
MigrainNyeri Kepala TegangNyeri Kepala CLuster
tiga jenis nyeri kepala primer, yaitu migrain, nyeri kepala
tegang, dan nyeri kepala cluster.4
Gambar 1. Algoritme penentuan jenis nyeri kepala5
Tabel 1. Karakteristik Nyeri Kepala Primer5
Karakteristik Migrain Tension Cluster
Age at
Onset
10-30 y Any Age Middle Age
Sex F>M F>M M>F
3
Duration 4-72 h 30 min – 7d 15-180 min
Frequency Variable Occasional to
daily
At least daily
for weeks to
months
Time of day Any time Later in day Nocturnal
Location Retroorbital,
temporal,
hemicranial,
or
holocephalic
Bilateral,
temporal, or
occipitonuchal
Unilateral,
retroorbital
Quality Pulsatile Dull, aching,
bandlike
Severe,
boring
Associated
symptoms
Nausea,
vomitting,
photophobia
Other
symptoms
rare,
associated
with stress
Ipsilateral
autonomic
symptoms
Nyeri kepala cluster dibagi menjadi dua, yaitu nyeri
cluster episodik dan kronik. Nyeri cluster episodik adalah nyeri
kepala yang muncul dengan jumlah serangan 1 hingga 3 kali
dalam sehari, selama periode 4 sampai 8 minggu, diikuti
dengan fase bebas nyeri selama rata-rata 1 tahun. Nyeri
kepala cluster kronik ditandai dengan hilangnya periode
remisi.3
4
1.2 Epidemiologi
Prevalensi penyakit ini sangat kecil, yaitu 0,07% dari
total populasi.6 Laki-laki terkena penyakit ini lebih banyak
daripada wanita dengan rasio 8:1. Umumnya tidak
dipengaruhi faktor herediter. Onset biasanya pada umur 25
sampai 50 tahun.3
1.3 Etiologi
Penyebab timbulnya nyeri kepala cluster adalah oleh
karena aktivasi substansi grisea pada daerah hipotalamus
posterior yang menyebabkan aktivasi trigeminus yang diikuti
dengan aktivasi parasimpatis.7 Selain itu, terdapat faktor-faktor
yang memprovokasi timbulnya serangan antara lain adalah
ketinggian, konsumsi alkohol, dan konsumsi nitrogliserin.8
1.4 Gambaran Klinis
Pola yang normal adalah terdapatnya dua cluster dalam
satu tahun. Selama cluster, pasien merasakan 1 hingga 3 kali
serangan dalam 1 hari, dan serangan tersebut umumnya
muncul dalam waktu yang sama. Serangan cluster umumnya
muncul 1-2 jam setelah tidur (50% pasien mengalami keluhan
nyeri kepala nokturnal) dan hal ini sampai membuat pasien
terbangun dan menghindari tidur.3 Nyeri tidak didahului
dengan aura dan tidak diikuti dengan muntah. Seiring waktu,
cluster terjadi semakin lama dan terjadi semakin sering. Nyeri
terasa unilateral dan tetap di sisi kepala yang sama dari tiap
cluster. Nyeri terasa umumnya di retroorbital dan regio
5
temporal dan bisa terasa maksimal di dagu ataupun rahang
(disebut dengan lower syndrome). Nyeri itu dirasakan tetap
dengan intensitas yang begitu hebat (pasien umumnya
mengeluhkan perasaan mata seperti didorong keluar ataupun
mata terasa seperti ditusuk suatu benda). Onset umumnya
terjadi secara tiba-tiba atau didahului adanya sensasi singkat
seperti ada peningkatan tekanan di daerah yang selanjutnya
akan menjadi daerah nyeri. Intensitas nyeri kepala ini terjadi
sangat cepat, yaitu 5-10 menit, dan kemudian bertahan
selama 45 menit – 2 jam. Pada beberapa kasus, serangan
antar cluster bergabung menjadi satu, menyebabkan
serangan yang berlangsung hingga 12 jam.2 Nyeri kepala ini
tidak didahului dengan aura sebelumnya. Nyeri kepala ini
dapat diikuti dengan fenomena vasomotor sisi ipsilateral, yaitu
berupa hidung yang tersumbat, rhinorea, injeksi konjungtiva,
lakrimasi, miosis, kemerahan, edema di pipi, ptosis, dan
hiperalgesia kulit wajah dan kepala.i Nyeri kepala ini biasanya
muncul selama 6 sampai 12 minggu, kemudian diikuti
hilangnya gejala selama beberapa bulan ataupun tahun, dan
kemudian akan muncul kembali. Semakin lama nyeri akan
berlangsung lebih lama dan periode remisi akan semakin
menghilang.9
Pada saat timbul serangan nyeri, nostril sisi yang sakit
akan tertutup, menyebabkan terjadinya peningkatan overflow
air mata sisi ipsilateral, sehingga timbul lakrimasi yang
berlebihan di sisi mata ipsilateral.9
6
1.5 Patogenesis
Patogenesis nyeri kepala cluster sebenarnya belum
sepenuhnya dipahami. Namun, oleh karena nyeri cluster khas
muncul secara siklik, maka terdapat kemungkinan bahwa
terdapat disfunsi hipotalamus. Hal ini terlihat dari adanya
perbedaan kadar melatonin, kortisol, prolaktin, endorfin, dan
testosteron antara serangan cluster dan periode remisi. Hal ini
ditunjang dengan pemeriksaan neuroimaging (PET), yaitu
adanya aktivasi pada substansi grisea daerah ventral
hipotalamus sisi ipsilateral saat terjadinya serangan cluster.2
Hipotalamus yang teraktivasi menyebabkan pacemaker
termodulasi melalui proyeksi serotonergic dorsal raphe, dan
timbullah neurotransmisi yang abnormal pada jalur
serotonergik.3 Hal ini akan mengaktivasi nervus trigeminus
dan menyebabkan nyeri, khususnya di daerah mata. Aktivasi
nervus trigeminus terlihat dari adanya peningkatan kadar
peptida kalsitonin terkait-gen di dalam vena jugularis eksterna
ipsilateral saat serangan cluster. Di dalam vena kranialis juga
terjadi peningkatan vasoactive intestinal polypeptide saat
serangan. Hal ini mengindikasikan adanya aktivasi sistem
nervus parasimpatis di kranial.2 Selain itu, pada individu yang
mengalami nyeri kepala cluster, terdapat pembengkakan
dinding arteri karotis interna, yang membuat gangguan di
pleksus simpatetik perikarotis.9
Aktivasi sistem parasimpatis ini memunculkan sindrom
Horner, yang biasa muncul bersamaan dengan nyeri kepala
7
cluster. Akibat aktivasi parasimpatis dan gangguan di pleksus
simpatik perikarotis, terjadi gangguan inervasi simpatis di
daerah mata, yaitu penyempitan fisura palpebra (akibat
hilangnya fungsi m. tartalis superior), miosis (akibat hilangnya
fungsi m. dilator pupillae, sehingga menyebabkan efek
konstriksi m. sfingter pupilae menjadi lebih dominan), dan
enoftalmus (akibat hilangnya fungsi m. orbitalis).8
Gambar 2. Sindrom Horner 8
1.6 Pemeriksaan fisik
8
Pada sebagian besar pasien, diagnosis nyeri kepala
cluster begitu jelas sehingga pemeriksaan neurologi tidak
diperlukan. Namun, permeiksaan fisik dapat dilakukan untuk
menghilangkan diagnosis banding lainnya. Pemeriksaan
tekanan bola mata dapat dilakukan untuk menilai apakah ada
tanda-tanda glaukoma atau peningkatan TIK.2 Peningkatan
ketegangan pada otot-otot perikranial dan adanya nyeri yang
bertambah saat pasien menggerakkan leher dapat
mengindikasikan adanya nyeri kepala tegang.5
1.7 Diagnosis
Tabel 2. Kriteria Diagnosis Nyeri Kepala Cluster (IHS, 2006)10
A. Setidaknya 5 serangan memenuhi kriteria B-D
B. Nyeri hebat yang berlangsung 15-180 menit di daerah
orbital, supraorbital, dan atau temporal yang unilateral.
C. Nyeri kepala diikuti dengan setidaknya satu hal di bawah
ini:
Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral
Kongesti nasal dan atau rhinorea ipsilateral
Edema palpebra ipsilateral
Berkeringat di dahi dan atau di wajah ipsilateral
Miosis dan atau ptosis ipsilateral
Perasaan sulit istirahat
D. Frekuensi serangan berlangsung dari satu serangan
dalam beberapa hari hingga delapan serangan per hari
E. Tidak dikaitkan dengan gangguan lainnya
9
Tabel 3. Kriteria Diagnosis Nyeri Cluster Episodik dan Kronik
(IHS, 2006)10
Kriteria Diagnosis Nyeri Cluster Episodik =
A. Serangan nyeri memenuhi kriteria A-E pada tabel 1
B. Setidaknya terdapat 2 periode cluster yang berlangsung
selama 7-365 hari dan dipisahkan oleh periode bebas
nyeri selama > 1 bulan
Kriteria diagnosis Nyeri Cluster Kronik =
A. Serangan nyeri memenuhi kriteria A-E pada tabel 1
B. Serangan berlangsung selama > 1 tahun tanpa periode
remisi atau dengan periode remisi < 1 bulan
1.8 Diagnosis Banding
Diagnosis banding nyeri kepala cluster adalah:7
1. Migrain
2. Trigeminal neuralgia
3. Arteritis temporal
4. Postherpetic neuralgia
1.9 Pengobatan
Terdapat dua jenis pengobatan pada nyeri cluster, yaitu
yang bersifat abortif dan preventif atau profilaktif.
1.9.1 Terapi Abortif
Pada nyeri kepala tipe cluster, terdapat onset yang tiba-
tiba dengan waktu yang relatif cepat untuk mencapai puncak
10
nyeri (5-10 menit). Dibutuhkan obat-obatan simptomatik yang
sifatnya bekerja cepat dan bisa meredakan nyeri kepala saat
timbul serangan. Obat-obatan yang dipakai dalam terapi
abortif adalah:
a. Sumatriptan dengan dosis 6 mg injeksi subkutan, mampu
meredakan nyeri kepala cluster dalam waktu 10 menit.
Pasien dapat mengkonsumsi sumatriptan selama beberapa
periode dalam waktu berminggu-minggu tanpa mengalami
rebound headache.5
b. DHE (Dihidroergotamin) dengan dosis 1 mg subkutan atau
intramuskular. Onset kerjanya adalah 5 – 10 menit.5
c. Ergotamin sublingual, 1 mg saat onset timbul, dan jika
diperlukan, setiap 30 menit sekali, ergotamin 1 mg boleh
dikonsumsi, dengan dosis maksimum per hari adalah
sebanyak 6 mg. Penggunaan ergotamin yang sering (lebih
dari 10 hari per bulan) ataupun dengan dosis harian yang
berlebihan dapat menyebabkan timbulnya rebound atau
withdrawal headache.5
d. Inhalasi oksigen 100% 8-10 liter per menit. Onset kerjanya
adalah dalam waktu beberapa menit. Oksigen memiliki
efek vasokonstriktor sehingga mampu mengurangi nyeri
kepala.2
Tabel 4. Penggunaan Obat-Obatan Abortif5
Obat Dosis
Sumatriptan 6 mg IM, ulangi tiap 4 jam
jika diperlukan
DHE 1 mg IM. Ulangi tiap 1
11
jam sekali jika diperlukan
Ergotamin 1 atau 2 tablet. Jika
diperlukan, ulangi tiap 30
menit (maksimal 6
tablet/hari)
1.9.2 Terapi Preventif (Profilaktif)
Selain obat-obat abortif, juga diberikan obat-obat
preventif. Obat-obat preventif yang digunakan adalah:
1. Prednison (kortikosteroid). Pemberian prednison akan
menimbulkan efek relief dalam 24-48 jam. Dosis awalnya
adalah 60 mg/hari, dan setelah 3 hari pemakaian, dosis
perlahan-lahan diturunkan sebanyak 5 mg setiap dua hari.
Namun, pemberian prednison tidak boleh diberikan pada
pasien dengan hipertensi, DM, penyakit infeksi, ulkus
peptikum, dan divertikulosis. Efek samping pemberian
kortikosteroid adalah nausea, nyeri epigastrik, retensi
cairan, agitasi, dan insomnia.6
2. Verapamil (Penyekat gerbang kalsium). Pemberian
prednison diikuti dengan pemberian verapamil, untuk
mencegah timbulnya serangan akibat dosis prednison yang
diturunkan. Sediaan terbaik adalah dalam bentuk tablet
SR. Dosis yang diberikan adalah sebanyak 120 mg untuk
setiap 12 jam dan dinaikkan tiap minggu sebanyak 120 mg.
Dosis yang optimal untuk mencegah nyeri cluster adalah
240 mg – 600 mg (pada cluster episodik) dan 240 - 960 mg
(pada cluster kronik). Namun, pemberian verapamil harus
diikuti kontrol fungsi jantung dengan ECG ataupun EKG
12
saat dosis verapamil > 480 mg. Kontra indikasi pemberian
verapamil adalah jika terdapat blok atrioventrikular dan sick
sinus syndrome. Efek samping pemberian verapamil
adalah hipotensi dan konstipasi.6
3. Lithium (mood stabilizing drug). Jika pemberian verapamil
tetap tidak bisa menghilangkan nyeri cluster atau jika
timbul gejala hipotensi dan konstipasi akibat penambahan
dosis verapamil, maka harus ditambahkan litium pada
dosis batas toleransi maksimum, yaitu sebanyak 150-300
mg dua kali per hari. Selain dikombinasikan dengan
verapamilm lithium juga dapat digunakan sebagai dosis
tunggal, namun dengan dosis yang tinggi, yaitu 900-1200
mg/hari. Kontra indikasi pemberian verapamil adalah jika
terdapat imbalans elektrolit dan jika pasien harus menjalani
terapi diuretik. Efek sampingnya adalah nausea, tremor,
dan diare. Pemberian lithium harus dikontrol melalui kadar
serumnya, yaitu harus dipertahankan di bawah 1,5 mEq/L.
Jika terjadi toksisitas lithium, dapat terjadi tremor hingga
kejang.7
4. Methysergide.
Tabel 5. Efektivitas Obat Preventif pada Cluster Episodik dan
Kronik6
Obat Nyeri Cluster Episodik
(%)
Nyeri Cluster Kronik
(%)
Verapamil 73 60
Lithium 90 87
Prednison 77 40
13
Selain ketiga obat di atas, zolmitriptin dan lidocain intranasal
juga dapat digunakan untuk menghilangkan simptom nyeri
kepala cluster.2
1.10 Pencegahan
Menghindari konsumsi alkohol dan mengurangi waktu
tidur siang.f Selain itu, menghindari penggunaan histamin,
nitrogliserin, dan atau merokok saat serangan timbul.7
1.11 Resume
Nyeri Kepala adalah nyeri yang timbul di daerah antara
orbita dan oksipital, oleh karena struktur sensitif nyeri di
kepala terangsang. Struktur sensitif nyeri di kepala ini dibagi
menjadi dua, yaitu struktur intrakranial dan ekstrakranial. Nyeri
kepala yang berasal dari struktur-struktur sensitif nyeri ini
dibawa ke CNS melalui nervus V, VII, IX, dan X.
Nyeri kepala dibagi menjadi tiga, yaitu nyeri kepala
primer; nyeri kepala sekunder; nyeri kranial, nyeri facial, dan
nyeri kepala lainnya. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala
yang murni disebabkan oleh terangsangnya struktur sensitif
nyeri di kepala, sedangkan nyeri kepala sekunder adalah nyeri
kepala yang timbul karena didasari oleh suatu penyakit,
seperti tumor, meningitis, atau ensefalitis.
Untuk membedakan nyeri kepala primer dengan nyeri
kepala sekunder, dilihat dari riwayat nyeri kepala itu, dari hasil
pemeriksaan neurologis, dan apakah pernah merasakan nyeri
kepala yang sama. Jika riwayat nyeri kepala > 1 tahun,
dengan hasil pemeriksaan neurologis yang normal, dan
14
penderita mengeluh pernah merasakan nyeri kepala yang
sama, maka besar kemungkinan bahwa nyeri kepala yang
dirasakan adalah nyeri kepala primer.
Untuk membedakan nyeri kepala primer apa yang
dirasakan penderita, perlu dilihat usia mulai timbulnya nyeri
kepala, jenis kelamin penderita, durasi, frekuensi, kapan nyeri
itu dirasakan, lokasi, kualitas, dan gejala yang menyertai.
Pada nyeri kepala cluster, usia awal timbulnya nyeri biasanya
pada usia muda, dengan prevalensi yang lebih tinggi pada
pria (rasio terhadap wanita adalah 8:1). Serangan
berlangsung 15-180 menit, dengan frekuensi setiap hari
sampai berbulan-bulan, biasa timbul saat malam hari,
unilateral dan retroorbital, intensitasnya sangat hebat, dan
diikuti gejala autonomic yang ipsilateral. Sedangkan nyeri
kepala primer lainnya dapat dibedakan dari nyeri kepala
cluster karena tanda khas seperti pada nyeri kepala tegang
terasa kekakuan otot sehingga sulit menggerakkan leher atau
nyeri kepala bertambah hebat jika menggerakkan leher, dan
pada migrain yaitu terasa nyeri kepala yang pulsatil dan dapat
diikuti oleh aura.
Nyeri kepala cluster dibagi lagi menjadi dua tipe, yaitu
nyeri cluster episodik dan kronik. Nyeri cluster episodik adalah
nyeri kepala yang muncul dengan jumlah serangan 1 hingga 3
kali dalam sehari, selama periode 4 sampai 8 minggu, diikuti
dengan fase bebas nyeri selama rata-rata 1 tahun. Nyeri
kepala cluster kronik ditandai dengan hilangnya periode
remisi.
15
Penyebab timbulnya nyeri kepala cluster adalah oleh
karena aktivasi substansi grisea pada daerah hipotalamus
posterior yang menyebabkan aktivasi trigeminus yang diikuti
dengan aktivasi parasimpatis. Sebenarnya mekanisme
pastinya belum diketahui. Namun, oleh karena nyeri cluster
khas muncul secara siklik, maka terdapat kemungkinan bahwa
terdapat disfunsi hipotalamus. Hal ini terlihat dari adanya
perbedaan kadar melatonin, kortisol, prolaktin, endorfin, dan
testosteron antara serangan cluster dan periode remisi. Hal ini
ditunjang dengan pemeriksaan neuroimaging (PET), yaitu
adanya aktivasi pada substansi grisea daerah ventral
hipotalamus sisi ipsilateral saat terjadinya serangan cluster.
Hipotalamus yang teraktivasi menyebabkan pacemaker
termodulasi melalui proyeksi serotonergic dorsal raphe, dan
timbullah neurotransmisi yang abnormal pada jalur
serotonergik. Hal ini akan mengaktivasi nervus trigeminus dan
menyebabkan nyeri, khususnya di daerah mata. Aktivasi
nervus trigeminus terlihat dari adanya peningkatan kadar
peptida kalsitonin terkait-gen di dalam vena jugularis eksterna
ipsilateral saat serangan cluster. Di dalam vena kranialis juga
terjadi peningkatan vasoactive intestinal polypeptide saat
serangan. Hal ini mengindikasikan adanya aktivasi sistem
nervus parasimpatis di kranial.b Selain itu, pada individu yang
mengalami nyeri kepala cluster, terdapat pembengkakan
dinding arteri karotis interna, yang membuat gangguan di
pleksus simpatetik perikarotis.
Gambaran klinis yang muncul adalah adanya dua
cluster dalam satu tahun. Selama cluster, pasien merasakan 1
16
hingga 3 kali serangan dalam 1 hari, dan serangan tersebut
umumnya muncul dalam waktu yang sama. Serangan cluster
umumnya muncul 1-2 jam setelah tidur (50% pasien
mengalami keluhan nyeri kepala nokturnal) dan hal ini sampai
membuat pasien terbangun dan menghindari tidur. Nyeri tidak
didahului dengan aura dan tidak diikuti dengan muntah.
Seiring waktu, cluster terjadi semakin lama dan terjadi
semakin sering. Nyeri terasa unilateral dan tetap di sisi kepala
yang sama dari tiap cluster. Nyeri terasa umumnya di
retroorbital dan regio temporal dan bisa terasa maksimal di
dagu ataupun rahang (disebut dengan lower syndrome). Nyeri
itu dirasakan tetap dengan intensitas yang begitu hebat
(pasien umumnya mengeluhkan perasaan mata seperti
didorong keluar ataupun mata terasa seperti ditusuk suatu
benda). Onset umumnya terjadi secara tiba-tiba atau didahului
adanya sensasi singkat seperti ada peningkatan tekanan di
daerah yang selanjutnya akan menjadi daerah nyeri.
Intensitas nyeri kepala ini terjadi sangat cepat, yaitu 5-10
menit, dan kemudian bertahan selama 45 menit – 2 jam. Pada
beberapa kasus, serangan antar cluster bergabung menjadi
satu, menyebabkan serangan yang berlangsung hingga 12
jam. Nyeri kepala ini tidak didahului dengan aura sebelumnya.
Nyeri kepala ini dapat diikuti dengan fenomena vasomotor sisi
ipsilateral, yaitu berupa hidung yang tersumbat, rhinorea,
injeksi konjungtiva, lakrimasi, miosis, kemerahan, edema di
pipi, ptosis, dan hiperalgesia kulit wajah dan kepala. Nyeri
kepala ini biasanya muncul selama 6 sampai 12 minggu,
kemudian diikuti hilangnya gejala selama beberapa bulan
17
ataupun tahun, dan kemudian akan muncul kembali. Semakin
lama nyeri akan berlangsung lebih lama dan periode remisi
akan semakin menghilang.
Untuk mendiagnosis apakah penderita tersebut
menderita nyeri kepala cluster atau tidak, harus memenuhi
kriteria seperti pada tabel 2. Selain itu, untuk menentukan
apakah nyeri cluster tersebut episodik atau kronik, harus
memenuhi kriteria seperti pada tabel 3.
Pengobatan yang digunakan untuk menatalaksana
nyeri kepala cluster dibagi menjadi dua, yaitu terapi abortif dan
terapi preventif. Pada terapi abortif, digunakan obat-obatan
yang sifat kerjanya cepat, oleh karena onset serangan yang
cepat. Obat-obat itu adalah sumatriptan, ergotamin, DHE, dan
inhalasi oksigen. Terapi preventif digunakan pada saat remisi,
untuk mencegah timbulnya serangan cluster berikutnya. Obat-
obatan yang digunakan adalah prednison, verapamil, lithium,
dan methysergide.
Untuk mencegah timbulnya nyeri cluster pada individu
yang rentan, maka penderita perlu menghindari alkohol,
konsumsi histamin, rokok, dan nitrogliserin.
18
1.12 Algoritme Penanganan Cluster Headache
19
Nyeri Kepala
Riwayat nyeri kepala > 1 tahun Hasil pemeriksaan neurologis normal Pernah merasakan nyeri kepala yang sama
Nyeri hebat yang berlangsung 15-180 menit di daerah orbital, supraorbital, dan atau temporal yang unilateral.
Nyeri kepala diikuti dengan setidaknya satu hal di bawah ini: Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral Kongesti nasal dan atau rhinorea ipsilateral Edema palpebra ipsilateral Berkeringat di dahi dan atau di wajah ipsilateral Miosis dan atau ptosis ipsilateral Perasaan sulit istirahat
Frekuensi serangan berlangsung dari satu serangan dalam beberapa hari hingga delapan serangan per hari
Cluster Headache
Terapi Abortif Terapi Preventif
Sumatriptan, 6 mg subkutan. Ulangi tiap 4 jam jika diperlukan
Ergotamin 1 atau 2 tablet. Jika diperlukan, ulangi tiap 30 menit (maksimal 6 tablet/hari)
DHE, 1 mg IM. Ulangi tiap 1 jam sekali jika diperlukan
Oksigen inhalasi, 2 lpm
Prednison (60 mg/hari) --> tapering 5 mg per hari
Verapamil (120 mg per 12 jam) --> dikombinasikan dengan prednison
Lithium (150-300 mg, dua kali per hari) --> jika verapamil tidak memberi efek
1.13 Contoh Penulisan Resep
20
Dr. Maulana Hasymi H
SIP : XXX-XXX-XXX
Sigura-gura gang 5 no 30
Tlpn : 085 646 556 315
Malang, 18 juni 2012
R/Ergotamin SR tab NO. VI
∫ 1 dd tab 1 p.r.n saat serangan, diulang setelah 30 menit, maksimal 6 x /hari
R/ Prednison tab 60 mg NO. X
∫ i dd tab 1
R/ Verapamil tab 120 mg NO. XX
∫ 2 dd tab 1
Pro : Tn X
Umur : 27 tahun
1.14 Pertanyaan
1. Apa penyebab timbulnya nyeri kepala?
Nyeri kepala timbul oleh karena struktur sensitif nyeri yang
ada di kepala terangsang.
2. Sebutkan struktur sensitif nyeri yang ada di kepala?
Struktur sensitif nyeri di kepala adalah arteri sirkulus Willis,
Arteri meningeal, vena-vena besar dan sinus dural, dan
duramater yang berdekatan dengan vena, arteri karotis
eksternal dan percabangannya, kulit kepala dan otot leher,
nervus servicalis dan radiks nervus, mukosa sinus, dan
gigi.
3. Bagaimana membedakan nyeri kepala migrain, cluster, dan
tension??
Pada masing-masing nyeri kepala primer, terdapat ciri
yang berbeda dan juga terdapat ciri khas. Pada nyeri
cluster, nyeri dirasakan di daerah retroorbital, sedangkan
pada nyeri tension terdapat keluhan nyeri yang seperti
diikat pita dan menggerakkan leher akan menambah
keluhan nyeri kepala, dan pada nyeri migrain dapat diikuti
dengan adanya aura.
4. Bagaimana cara mendiagnosis nyeri kepala cluster?
A. Setidaknya 5 serangan memenuhi kriteria B-D
B. Nyeri hebat yang berlangsung 15-180 menit di daerah
orbital, supraorbital, dan atau temporal yang unilateral.
21
C. Nyeri kepala diikuti dengan setidaknya satu hal di bawah
ini:
Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral
Kongesti nasal dan atau rhinorea ipsilateral
Edema palpebra ipsilateral
Berkeringat di dahi dan atau di wajah ipsilateral
Miosis dan atau ptosis ipsilateral
Perasaan sulit istirahat
D. Frekuensi serangan berlangsung dari satu serangan
dalam beberapa hari hingga delapan serangan per hari
E. Tidak dikaitkan dengan gangguan lainnya
5. Apa obat-obatan yang dipakai sebagai terapi abortif?
Sumatriptan, ergotamin, DHE, dan oksigan inhalan.
1.15 Daftar Pustaka:
1. Lindsay neurology and neurosurgery
2. Bradley, W.G, Robert B.D, Gerald M.F, dan Joseph J.
2004. Nneurology in Clinical Practice 4th Ed.
Philadelphia: Elsevier
3. Kasper, D.L, Anthony S.F, Dan L.L, Eugene B,
Stephen L.H, dan J. Larry J. 2005. Harrison’s
Principles of internal medicine 16th Ed. New York:
McGraw-Hill
4. Wedro, B. dan Jay W.M. 2007. Headache.
http://www.medicinenet.com/script/main/mobileart.asp
?articlekey=20628&page=1. diakses tanggal 16 Juni
2012.
22
5. Biller, J. 2009. Practical Neurology, Jose. 3rd Ed.
United States of America: Lippincott Williams &
Wilkins
6. Samuels, M.A. Manual of Neurology Therapeutic 7th
Ed. United States of America: Lippincott Williams &
Wilkins
7. Ferri, F.F. 2008. Ferri’s Clinical Advisor, Instant
Diagnosis and Treatment 10th Ed. Philadelphia:
Elsevier.
8. Baehr, M dan Frotscher, M. 2005. Duus’ Topical
Diagnosis in Neurology 4th Ed. Stuttgart.
9. Ropper A.H, dan Brown R.H. 2005. Adam’s and
Victor’s Principles of Neurology. 8th Ed. New York:
McGraw-Hill
10. Lerner, A.J. 2006. Diagnostic Criteria in Neurology.
New Jersey: Humana Press.
23