Upload
doankhue
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PERAN KANTOR BANK INDONESIA SOLO DALAM MENGENDALIKAN INFLASI DI SOLO RAYA
Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan
guna Mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Studi DIII
Keuangan Perbankan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
MEIRAWATI KUSUMANDARI
F3608095
PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRAKSI PERAN KANTOR BANK INDONESIA SOLO DALAM PENGENDALIAN
INFLASI DI SOLO RAYA
MEIRAWATI KUSUMANDARI F3608095
Tujuan penuliasan Tugas Akhir ini adalah untuk memperoleh gambaran lebih mendalam dan pemahaman mengenai keuanagan perbankan dimana banyak faktor ekonomi yang mempengaruhi taraf ekonomi suatu daerah sehingga Kantor Bank Indonesia selaku bank sentral mengontrol peredaran keuangan suatu daerah.Inflasi adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi perekonomian suatu daerah oleh karena itu Kantor Bank Indonesia selaku Bank Sentral daerah harus mejaga kesetabilan harga pasar suatu daerah. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu mengambil satu obyek tertentu untuk di analisa secara mendalam dengan memfokuskan pada satu masalah. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara lang sung dengan pihak Bank Indonesia, sedangkan data sekunder diper oleh dari buku, internet ataupun sumber bacaan yang lain. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa proses atau mekanisme Kantor Bank Indonesia Solo berperan serta dengan instansi daerah , membentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Surakarta guna melaksanakan ,pemantauan harga dan pemetaan masalah inflasi di Kota Surakarta, pengendalian harga di Kota Surakarta, Melakukan penelitian dan evaluasi sumber potensi tekanan inflasi di Kota Surakarta, dan Melakukan langkah-langkah preventif dan kuratif dalam pengendalian inflasi daerah. Saran yang dapat di ajuakan terkait dengan perilaku yang cenderung untuk menaikkan harga setiap tahunnya dari para pelaku dalam nilai komoditas yang mencerminkan perilaku ekspektasi inflasi dari para pelaku ekonomi sacara umum untuk merubah perilaku tersebut diperlukan program khusus yang secara sistematis dan kontinyu dilakukan. Program tersebut dapat berupa himbauan yang terus menerus disampaikan kepada masyaraat dan perilaku ekonomi untuk menghilangkan perilaku ekspektasi inflasi. Kata Kunci : Mekanisme dan peran serta Kantor Bank Indonesia Surakarta
dalam pengendalian inflasi di Solo Raya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Sesungguhnya sesuatu kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari sesuatu “dari suatu masalah”, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
“urusan” yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
“Q.S Al-Insyirah : 16-8”
Mengetahui kekurangan diri sendiri adalah tangga untuk mencapai cita-
cita,berusahalah denga sekuat tenaga guna mengisi kekurangan adalah keberanian
yang luar biasa.
“ prof.Dr. Hamka”
Rasa pahit kehidupan yang telah lalu akan memudahkan kehidupan yang akan
datang, maka bersyukurlah dengan apa yang telah engkau dapatkan.
“Budi Suprapto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Penulis mempersembahkan tugas akhir ini
kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan karunia
Nya dan kekuatan Nya.
2. Ayah, Ibu, dan Adik yang sangat berarti
didunia dan selalu memberi semangat untuk
lebih maju.
3. Seseorang yang selalu menemaniku dalam
suka maupun duka.
4. Almamaterku.
5. Teman-temanku yang telah menyemangatiku
mendampingiku di setiap letih, sedih, dan
selalu menyemangatiku selama ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, wr, wb
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya untuk menuntun dan menyertai penulis
dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir di Kantor Bank Indonesia Solo ini
dengan baik. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
persyaratan guna memperoleh derajat Ahli Madya Keuangan dan Perbankan,
Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam pembuatan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak menerima
masukan dan bantuan dari berbagai pihak. Sehingga dengan segala kerendahan
hati, penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat
terselesaikannya Tugas Akhir ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
2. Kresno Saroso Pribadi, selaku Ketua Jurusan D3 keuangan dan perbankan,
fakultas ekonomi UNS, serta selaku dosen pembimbing Kegiatan Magang
Mahasiswa yang telah banyak memberikan pengarahan dan petunjuk dalam
menyelesaikan laporan ini.
3. Bapak Doni P.Juwana, selaku Pemimpin Kantor Bank Indonesia Solo yang
telah memberikan ijin penulis untuk mengadakan kegiatan magang
mahasiswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
4. Ibu Sri Harini, selaku pembimbing Kegiatan Magang Mahasiswa di Kantor
Bank Indonesia Solo.
5. Bapak Yon dan Ibu Veronika selaku karyawan Bagian Ekonomi Moneter di
Kantor Bank Indonesia Solo.
6. Segenap pegawai di KBI Solo yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
7. Bapak, Ibu, Adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan
secara materiil, moril dan spirituil.
8. Sahabat dan teman - teman yang telah membantu dan mendukung
penyelesaian Tugas Akhir ini.
Penulis berusaha untuk menyelesaikan Laporan Kegiatan Magang
Mahasiswi ini dengan sebaik mungkin, tetapi penulis menyadari bahwa penulisan
ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan berikutnya.
Kiranya Allah SWT senantiasa mencurahkan kebaikan Nya kepada kita. Amin.
Surakarta, Mei 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
ABSTRAKSI .............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
E. Metode Penelitian ....................................................................... 6
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Bank .......................................................................... 8
B. Fungsi dan Jenis Bank ................................................................ 11
C. Perekonomian Indonesia ............................................................ 15
D. Inflasi. ......................................................................................... 19
E. Kebijakan Moneter ..................................................................... 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB III. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Bank Indonesia ................................................................. 39
1. Sejarah Umum Bank Indonesia......................................... 39
2. Profil kantor Bank Indonesia Solo..................................... 44
B. Pembahasan ................................................................................ 71
1. Langkah yang dijalankan Kantor Bank Indonesia Solo dalam
menjalankan inflasi di Solo Raya……………………....... 71
2. Peran Kantor Bank Indonesia Solo dalam mengendalikan
inflasi di Solo Raya ......................................................... 76
3. Komoditas yang mempengaruhi inflasi di Solo Raya ...... 92
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………... 112
B. Saran……………………………………………………………. 114
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pendekatan harga…………………………………... 30
Gambar 3.1 Distribusi Pegawai KBI Solo Per Seksi .................................. 46
Gambar 3.2 Distribusi Tenaga Honorer/Outsource KBI Solo ........................... 47
Gambar 3.3 Logo Bank Indonesia .............................................................. 53
Gambar 3.4 Struktur Organisasi KBI Solo ................................................. 53
Gambar 3.5 Rantai Pasok Beras .................................................................... 96
Gambar 3.6 Rantai Pasok Daging Ayam Ras ............................................. 101
Gambar 3.7 Proses Rantai Nilai Cabe Merah .................................................. 108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Sinkronisasi Tugas TPID ............................................................ 77
Tabel 3.2 Komoditi beras .............................................................................. 95
Tabel 3.3 Distribusi rata-rata harga dan margin harga beras ............................. 99
Tabel 3.4 Peta rantai nilai komoditas daging ayam ras ..................................... 101
Tabel 3.5 Distribusi rata-rata harga dan hargamargin harga daging ayam ras .... 106
Tabel 3.6 Peta rantai nilai komoditas Nilai komoditas cabe merah ................... 107
Tabel 3.7 Distribusi rata-rata harga dan margin harga beras ............................. 110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inflasi merupakan suatu isu yang tak pernah basi dalam sejarah panjang
ekonomi dunia, dia selalu menjadi buah bibir. Berbagai studi dan riset
dilakukan untuk mengungkap apa sebenarnya di balik fenomena ekonomi
yang satu ini, dan bagaimana pula cara menanggulanginya. Berbagai teori
telah berkembang, namun sepertinya fenomena ini masih menjadi misteri yang
sulit dipecahkan, pasalnya hingga saat ini belum ada teori yang benar-benar
komprehensif untuk menduga penyebab dari inflasi ini, dan juga belum ada
yang mampu untuk merumuskan formula yang benar-benar jitu untuk
menanggulanginya. Inflasi menjadi pembahasan yang krusial karena
mempunyai dampak yang amat luas dalam perekonomian makro. Inflasi
mempunyai tangan-tangan gurita yang mampu menyebarkan ‘tinta’
pengaruhnya kepada perekonomian secara makro. Bahkan Hera Susanti, M.
Ikhsan dan Widyanti (2000) menyatakan bahwa inflasi yang tinggi akan dapat
menyebabkan memburuknya distribusi pendapatan yang artinya juga
menambah angka kemiskinan, mengurangi tabungan domestik yang
merupakan sumber investasi negara berkembang, menyebabkan defisit neraca
perdagangan, menggelembungkan besaran utang luar negeri serta
menimbulkan ketidakstabilan politik. Mengingat begitu krusialnya
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pembahasan mengenai inflasi ini, maka tidak heran kalau Bank Indonesia (BI)
menetapkannya sebagai tujuan dalam pelaksanaan kebijakan moneternya.
Untuk kasus Indonesia, berdasarkan hasil studi penyebab inflasi yang
dilakukan oleh beberapa orang ekonom Indonesia, ada dua penyebab utama
inflasi, yaitu imported inflation dan defisit APBN (Hera S., M. Ikhsan dan
Widyanti, 2000: 53-54). Selanjutnya, diterangkan bahwa berdasarkan hasil
penelitian LPEM tahun 1995, terungkap bahwa imported inflation merupakan
faktor utama penyebab inflasi di Indonesia dari sisi penawaran, yaitu sekitar
51% dari variasi inflasi. Depresiasi nilai tukar juga akan menyebabkan
kenaikan harga secara langsung (pass-through) walaupun memerlukan lag
waktu 1-2 kuartal. Harga pangan merupakan variabel dominan kedua
penyumbang inflasi dari sisi penawaran. Sedangkan output gap merupakan
variabel yang ketiga. Sedangkan dari sisi permintaan, penyebab inflasi
berkaitan dengan anggaran, ekspansi kredit program dan distribusi kredit.
Bank Indonesia, sebagai pemegang otoritas moneter tertinggi di Indonesia
mempunyai tugas yang tidak mudah, yaitu menjaga stabilitas ekonomi.
Setidaknya ada dua aspek yang perlu diperhatikan dalam konsep stabilitas
ekonomi ini yaitu mengenai inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah. Suatu
perekonomian dapat dikatakan stabil apabila kedua indikator ini dapat
dikendalikan dalam range yang moderat. Dan bila hal itu tercapai maka hal
itu merupakan kesuksesan dari sebuah lembaga pemegang otoritas moneter
tertinggi. Kestabilan ini sangat penting artinya bagi pembangunan ekonomi di
Indonesia. Perekonomian tidak dapat bertumbuh dan mencapai kemapanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
apabila kestabilan ekonomi tidak bisa diraih. Kita memang tidak bisa ‘secara
tidak bertanggungjawab’ melimpahkan semua masalah stabilisasi ekonomi ini
kepada bank sentral, namun setidaknya dengan berbagai power
dankewenangan yang dimilikinya, Bank Indonesia seyogyanya mampu
berbuat banya untuk menjalankan fungsi stabilisasi yang amat krusial bagi
pembangunan ini.
Inflasi merupakan salah satu persoalan klasik yang dihadapi oleh
setiap perekonomian. Berbagai kajian telah banyak dilakukan untuk mencari
penyebabnya, implikasinya, asal usulnya, ketetapan model penjelas, dan
berbagai kebijakan pengendalian. Namun sampai saat ini fenomena inflasi
masih perhatian untuk dikaji, mengingat banyaknya cakupan dan dinamisnya
perekonomian sehingga hasil kajian mengenai inflasi tidak berlaku umum.
Dengan adanya perbedaan waktu dan geografis, suatu kajian relevan pada
kondisi tertentu, dapat menjadi tidak relevan dalam kondisi lainnya. Dalam
konteks demikian, kajian mengenai inflasi sangat relevan untuk terus menerus
dikaji agar dapat ditemukan solusi yang tepat untuk mengatasinya.
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum
yang dihitung dalam presentase. Pada saat terjadi inflasi daya beli uang
menurun. Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi. Deflasi berarti penurunan
harga barang dan jasa secara umum. Hal ini dapat menyebabkan kelesuan
dalam dunia ekonomi. Sedangkan Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah
indeks yang memberikan informasi mengenai perkembangan rata-rata
perubahan harga sekelompok tetap barang atau jasa yang pada umumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dikonsumsi oleh rumah tangga dalam suatu kurun waktu tertentu. Perubahan
IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau
tingkat penurunan (deflasi) harga barang atau jasa kebutuhan rumah tangga
sehari-hari. Pada bulan Februari tahu 2005 nilai tukar rupiah bergerak relatif
stabil dengan tingkat volalitas yang rendah. Rata-rata selama bulan Februari
nilai tukar rupiah mencapai Rp. 9.252 per dollar US$ atau mengalami
depresiasi 0,55% dibandingkan bulan sebelumnya. Hal yang menyebabkan
terjadinya kenaikan harga kesehatan di bulan februari yaitu pada bulan
Januari terjadi kenaikan BBM yang berdampak pada kenaikan harga
kesehatan pada bulan Februari yaitu naiknya harga listrik, transportasi dan
upah kerja yang berpengaruh dalam menghasilkan produk obat-obatan.
Tetapi dengan kenaikan BBM pemerintah telah mengupayakan kebijakan
stabilisasi harga pangan terpadu. Kebijakan tersebut antara lain dilakukan
melalui peningkatan subsidi bahan pangan dan operasi pasar, serta penurunan
tarif impor beberapa komoditi bahan pangan. Tidak hanya kesehatan
mengalami kenaikan tetapi bahan makanan juga mengalami kenaikan yang
drastis dari bulan 2004 hingga bulan 2008. Hal ini disebabkan karena jumlah
penduduk yang semakin meningkat dibandingkan makanan yang tersedia.
Berdasarkan uraian singkat diatas, maka perlu dilakukan suatu peramalan
mengenai indeks harga konsumen di waktu yang akan datang. Peramalan ini
berdasarkan pada bulan-bulan dimana inflasi menjadi tinggi yang dipengaruhi
karena adanya perubahan harga konsumen yang saling berkaitan dengan
bulan-bulan sebelumnya. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis tetang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
IHK dengan menggunakan grafik untuk mengetahui IHK yang mengalami
kenaikan tertinggi dan menggunakan Time Series untuk mendapatkan model
terbaik dan meramalkan indeks harga konsumen.
Berpangkal dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka
penulis tertarik untuk meneliti masalah peran Bank Indonesia dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia untuk itu penulis
mengambil judul:
“PERAN KANTOR BANK INDONESIA SOLO DALAM
MENGENDALIKAN INFLASI DI SOLO RAYA”
B. Perumusan Masalah
Pertanyaan penelitian yang diangkat dalam tulisan ini adalah:
1. Langkah apakah yang dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia Solo dalam
mengendalikan inflasi di Solo Raya?
2. Bagaimanakah peran Kantor Bank Indonesia Solo dalam mengendalikan
laju inflasi di Solo Raya?
3. Komoditas apa saja yang mempengaruhi inflasi di Solo Raya?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui langkah Kantor Bank Indonesia Solo dalam
mengendalikan inflasi di Solo Raya.
2. Untuk mengetahui peran Kantor Bank Indonesia Solo dalam
mengendalikan laju inflasi di Solo Raya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
3. Untuk mengetahui komoditas apa saja yang mempengaruhi inflasi di Solo
Raya.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk membandingkan teori yang telah dipelajari dengan praktik yang
dilakukan oleh Bank Sentral serta menambah wawasan berfikir tentang
seluk beluk dunia perbankan.
2. Bagi Pihak Bank
Diharapkan melalui hasil penelitian yang dicapai dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan terhadap kebijakan perusahaan yang telah ada dan
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi kebijakan yang akan
disusun oleh perusahaan pada periode selanjutnya.
3. Bagi Pihak Lain
Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dan mengembangkan hasil
penelitian tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
E. Metode Penelitian
1. Metode Observasi
Metode observasi ini dilakukan dengan cara mengamati sistem kerja dan
mengamati komunikasi antara pegawai Bank Indonesia.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara ini dilakukan dengan cara tanya jawab kepada pegawai
Bank Indonesia sesuai dengan tugas masing-masing. Adapun pihak-pihak
yang di wawancarai adalah pegawai.Bank Indonesia.
3. Metode Kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan pengertian
bank, fungsi dan jenis bank.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bank
Keberadaan bank dalam perekonomian modern sudah menjadi
kebutuhan yang sulit dihindari,karena bank sudah menyentuh kebutuhan setiap
orang dan seluruh lapisan masyarakat.Bank menjalankan fungsi intermediasi
yaitu dengan menyimpan dana masyarakat dan menyalurkan kembali dalam
bentuk kredit,selain itu bank juga memberikan jasa dan pelayanan
lain,misalnya dalam lalu lintas pembayaran dan jasa keuangan lainnya.
Menurut Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perbankan,dalam
pasal 1) disebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk pembiayaan,dan menyalurkan pada masyarakat
dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.Sedangkan dalam pasal
2) disebutkan bahwa bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
Dari definisi tersebut dapar disimpulkan dari tiga fungsi utama bank
dalam pembangunan ekonomi (Kuncoro,2002,68-69 ) :
1. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
simpanan.
2. Bank sebagai lembaga kredit yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam
bentuk kredit.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan
peredaran uang.
Bank dan lembaga keuangan bukan bank mempunyai peranan penting
dalam sistem keuangan,peranan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengalihan asset (assets transmition )
Lembaga keuangan Bank (LKB ) dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
(LKBB ) memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana
dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati.Sumber dana pinjaman
tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka
waktunya dapat diatur sesuai keinginan pemilik dana.Dalam hal ini LKB
dan LKBB telah bertindak sebagai pengalih asset dari unit surplus
(lender) kepada unit deficit ( borrowers ).Dalam kasus lain pengalihan
asset juga terjadi jika lembaga-lembaga keuangan menerbitkan sekuritas
sekunder
( giro,deposito berjangka,dana pensiun dan sebagainya ) yang kemudian
dibeli oleh unit surplus dan selanjutnya dipertukarkan dengan sekuritas
primer (saham,obligasi,promes,commercial paper dan sebagainya ) yang
diterbitkan oleh unit defisit.
b. Transaksi ( transaction )
LKB dan LKBB memberikan berbagai kemudahan kepada peleku
ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa.Produk-produk yang
dikeluarkan (giro, tabungan,deposito saham dan sebagainya ) merupakan
Uang dadn dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
c. Likuiditas ( Liquidity )
Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk
produk-produk berupa giro,tabungan,deposito dan sebagainya.Produk-
produk tersebut mempunyai likuiditas yang berbeda-beda.Untuk
kepentingan likuiditas pemilik dana,mereka dapat menempatkan dananya
sesuai dengan kepentingannya.
d. Efisiensi (Efficiency )
Peranan LKB dan LKBB adalah mempertemukan pemilik dan pengguna
modal.Lembaga keuangan memperlancar dan mempertemukan pihak-
pihak yang saling membutuhkan.Adanya informasi yang tidak simetris
antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif.
Secara lebih spesifik fungsi bank dapat disebut sebagai agent of trust,
dimana dasar utama kegiatan bank adlah kepercayaan dari masyarakat,
tanpa adanya kepercayaan maka bank akan segera mati.Bank adalah
sebuah unit usaha yang mempunyai kekhususan karena dalam
menjalankan kegiatan usahanya sangat tergantung pada sumber dana dari
masyarakat sehingga kelangsungan kehidupan sangat tergantung dari
masyarakat.Apabila kemrosotan tersebut tidak hanya terhadap satu bank
tetapi meluas terhadapsistem perbankan,maka akan terjadi krisis
perbankan.Mengingat perbankan Indonesia masih mendominasi sektor
keuangan, maka krisis perbankan berarti krisis keuangan secara
keseluruhan.Agent of development yang mengandung arti bahwa kegiatan
bank sebagai penghimpun dana dan penyalur dana di masyarakat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
akan digunakan untuk kegiatan perekonomian sehingga dengan adanya
bank maka berbagai kegiatan produktif masyarakat akan bisa terlaksana.
Dan agent of services, yaitu LKB dan LKBB memberikan penawaran jasa-
jasa kepada masyarakat yang dapat berupa penjaminan, jasa penyelesaian
tagihan dan jasa-jasa yang lain.
B. Fungsi dan Jenis Bank
Bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan
kepada masyarakat secara lengkap. Bank memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Bank sebagai penghimpun dana
Pada fungsi ini, bank mengumpulkan dana dari masyarakat hingga
mencapai suatu jumlah yang cukup berarti. Bentuk pengumpulan dana dari
masyarakat oleh bank beraneka ragam, di antaranya adalah simpanan giro,
giro berbunga, tabungan, deposito, maupun pinjaman antar bank.
2. Bank sebagai pemberi kredit
Dengan pemberian kredit, bank memberikan sumbangan yang penting
terhadap perputaran roda ekonomi bangsa. Kredit perbankan membantu
tersedianya dana untuk membiayai kegiatan produksi nasional.
3. Bank menunjang mekanisme pembayaran
Dengan menyediakan jasa pembayaran giral yaitu pembayaran dengan
cek, giro, transfer uang, dan kartu kredit bank telah membantu kelancaran
mekanisme pembayaran dalam masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Dari pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa inti dari fungsi bank
adalah bank sebagai lembaga intermediasi yaitu lembaga perantara yang
menyalurkan dana yang disimpan oleh nasabah untuk disalurkan dalam bentuk
kredit, serta bank sebagai lembaga keuangan yang dapat menunjang
mekanisme pembayaran. Bank menunjang mekanisme pembangunan dengan
menyediakan jasa pembayaran giral yaitu pembayaran dengan cek, giro,
transfer uang dan kartu kredit.
Berdasarkan fungsi-fungsi bank di atas, kiranya penulis perlu untuk
menjelaskan jenis-jenis dari bank itu sendiri. Jenis bank bermacam-macam
tergantung pada cara penggolongannya yaitu berdasarkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Jenis bank berdasarkan undang-undang
Berdasarkan pasal 5 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
terdapat dua jenis bank, yaitu :
a. Bank Umum.
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatan usahanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya
a. Bank milik negara (Badan Usaha Milik Negara atau BUMN)
Merupakan bank yang akte pendirian dan modal bank ini sepenuhnya
dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank
ini dimiliki oleh pemerintah.
b. Bank milik pemerintah (Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD)
Bank umum yang secara mayoritas sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah.
c. Bank milik swasta nasional
Bank yang berbadan hukum Indonesia, yang sebagian atau seluruh
modalnya dimiliki oleh warga negara Indonesia dan atau berbadan
hukum Indonesia.
d. Bank milik asing (cabang atau perwakilan)
Merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta
asing maupun pemerintah asing.
3. Jenis bank berdasarkan penekanan kegiatannya
a. Bank retail
Bank yang mengkhususkan usahanya pada produk jasa bank yang
ditaklarkan, baik kepada perseorangan maupun badan usaha berskala
kecil.
b. Bank korporasi
Pelayanan perbankan kepada perusahaan besar dan unit usaha bukan
eceran yang mempunyai struktur keuangan yang kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Bank komersial
Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang tujuannya mencari
keuntungan.
d. Bank pedesaan
Bank yang mengarah ke pengkreditan rakyat.
e. Bank pembangunan
Bank biasanya mengarah ke pembangunan pemerintah daerah.
f. Dan lain-lain.
4. Jenis bank berdasarkan prinsip atau instrumen yang digunakan
a. Bank konvensional
Bank konvensional adalah bank yang beroperasinya mengambil
keuntungan dari spread antar bunga pinjaman dengan bunga simpanan
dan mendasarkan segala aktivitasnya mengambil keuntungan dari
bunga.
b. Bank berdasarkan prinsip syariah
Pada dasarnya Bank umum syariah sama dengan bank umum
akan tetapi segala aktivitasnya didasarkan pada prinsip-prinsip syariah
islam dimana adanya pelarangan pengambilan bunga yang dalam
syariah islam termasuk salah satu jenis riba yang dilarang dalam
syariah islam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Dari pendapat di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa bank
dapat digolongkan berdasarkan undang-undang, kepemilikannya, penekanan
kegiatannya dan berdasarkan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha.
C. Perekonomian Indonesia
Sejak krisis keuangan Asia di akhir tahun 1990-an, yang memiliki
selama lebih dari 30 tahun pemerintahan orde baru.Presiden Soeharto,
ekonomi Indonesia tumbuh dari GDP per kapita $70 menjadi lebih dari
$1.000 pada 1996. Melalui kebijakan moneter dan keuangan yang ketat,
inflasi ditahan sekitar 5%-10%, rupiah stabil dan dapat diterka, dan
pemerintah menerapkan sistem anggaran berimbang. Banyak dari anggaran
pembangunan dibiayai melalui bantuan asing
Pada pertengahan 1980-an pemerintah mulai menghilangkan
hambatan kepada aktivitas ekonomi. Langkah ini ditujukan utamanya pada
sektor eksternal dan finansial dan dirancang untuk meningkatkan lapangan
kerja dan pertumbuhan di bidang ekspor non-minyak. GDP nyata tahunan
tumbuh rata-rata mendekati 7% dari 1987-1997 dan banyak analisis mengakui
Indonesia sebagai ekonomi industri dan pasar utama yang berkembang.
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari 1987-1997 menutupi
beberapa kelemahan struktural dalam ekonomi Indonesia. Sistem legal sangat
lemah, dan tidak ada cara efektif untuk menjalankan kontrak, mengumpulkan
hutang, atau menuntut atas kebangkrutan. Aktivitas bank sangat sederhana,
dengan peminjaman berdasarkan collateral menyebabkan perluasan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pelanggaran peraturan, termasuk batas peminjaman. Hambatan non-tarif,
penyewaan oleh perusahaan milik negara, subsidi domestik, hambatan ke
perdagangan domestik, dan hambatan ekspor seluruhnya menciptakan
gangguan ekonomi.
Krisis finansial Asia Tenggara yang melanda Indonesia pada akhir
1997 dengan cepat berubah menjadi sebuah krisis ekonomi dan politik.
Respon pertama Indonesia terhadap masalah ini adalah menaikkan tingkat
suku bunga domestik untuk mengendalikan naiknya inflasi dan melemahnya
nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan fiskalnya. Pada Oktober 1997,
Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) mencapai kesepakatan
tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada penstabilan
ekonomi makro dan penghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai
merusak, antara lain Program Permobilan Nasional dan monopoli, yang
melibatkan anggota keluarga Presiden Soeharto. Rupiah masih belum stabil
dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya Presiden Suharto
terpaksa mengundurkan diri pada Mei 1998. Di bulan Agustus 1998,
Indonesia dan IMF menyetujui program pinjaman dana di bawah Presiden B.J
Habibie. Presiden Gus Dur yang terpilih sebagai presiden pada Oktober 1999
kemudian memperpanjang program tersebut.
Andil atas jatuhnya rezim Suharto pada bulan Mei 1998, keuangan
publik Indonesia telah mengalami transformasi besar. Krisis keuangan
tersebut menyebabkan kontraksi ekonomi yang sangat besar dan penurunan
yang sejalan dalam pengeluaran publik. Tidak mengherankan utang dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
subsidi meningkat secara drastis, sementara belanja pembangunan dikurangi
secara tajam.
Saat ini, satu dekade kemudian, Indonesia telah keluar dari krisis dan
berada dalam situasi dimana sekali lagi negara ini mempunyai sumber daya
keuangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Perubahan
ini terjadi karena kebijakan makroekonomi yang berhati-hati, dan yang paling
penting defisit anggaran yang sangat rendah. Juga cara pemerintah
membelanjakan dana telah mengalami transformasi melalui "perubahan
besar" desentralisasi tahun 2001 yang menyebabkan lebih dari sepertiga dari
keseluruhan anggaran belanja pemerintah beralih ke pemerintah daerah pada
tahun 2006. Hal lain yang sama pentingnya, pada tahun 2005, harga minyak
internasional yang terus meningkat menyebabkan subsidi minyak domestik
Indonesia tidak bisa dikontrol, mengancam stabilitas makroekonomi yang
telah susah payah dicapai. Walaupun terdapat risiko politik bahwa kenaikan
harga minyak yang tinggi akan mendorong tingkat inflasi menjadi lebih besar,
pemerintah mengambil keputusan yang berani untuk memotong subsidi
minyak.
Keputusan tersebut memberikan US$10 miliar tambahan untuk
pengeluaran bagi program pembangunan. Sementara itu, pada tahun 2006
tambahan US$5 miliar telah tersedia berkat kombinasi dari peningkatan
pendapatan yang didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil secara
keseluruhan dan penurunan pembayaran utang, sisa dari krisis ekonomi. Ini
berarti pada tahun 2006 pemerintah mempunyai US$15 miliar ekstra untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dibelanjakan pada program pembangunan. Negara ini belum mengalami
'ruang fiskal' yang demikian besar sejak peningkatan pendapatan yang
dialami ketika terjadi lonjakan minyak pada pertengahan tahun 1970an. Akan
tetapi, perbedaan yang utama adalah peningkatan pendapatan yang besar dari
minyak tahun 1970-an semata-mata hanya merupakan keberuntungan
keuangan yang tak terduga. Sebaliknya, ruang fiskal saat ini tercapai sebagai
hasil langsung dari keputusan kebijakan pemerintah yang hati-hati dan tepat.
Walaupun demikian, sementara Indonesia telah mendapatkan
kemajuan yang luar biasa dalam menyediakan sumber keuangan dalam
memenuhi kebutuhan pembangunan, dan situasi ini dipersiapkan untuk terus
berlanjut dalam beberapa tahun mendatang, subsidi tetap merupakan beban
besar pada anggaran pemerintah. Walaupun terdapat pengurangan subsidi
pada tahun 2005, total subsidi masih sekitar US$ 10 miliar ari belanja
pemerintah tahun 2006 atau sebesar 15% dari anggaran total.
Berkat keputusan pemerintahan Habibie (Mei 1998 - Agustus 2001)
untuk mendesentralissikan wewenang pada pemerintah daerah pada tahun
2001 bagian besar dari belanja pemerintah yang meningkat disalurkan melalui
pemerintah daerah, pemerintah propinsi dan kabupaten di Indonesia sekarang
membelanjakan 37% dari total dana publik yang mencerminkan tingkat
desentralisasi fiskal yang bahkan lebih tinggi daripad rata-rata OECD.
Dengan tingkat desentralisasi di Indonesia saat ini dan ruang fiskal
yang kini tersedia, pemerintah Indonesia mempunyai kesempatan unik untuk
memperbaiki pelayanan publiknya yang terabaikan. Jika dikelola dengan hati-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
hati, hal tersebut memungkinkan daerah-daerah tertinggal di bagian timur
Indonesia untuk mengejar daerah-daerah lain di Indonesia yang lebih maju
dalam hal indikator sosial. Hal ini juga memungkinkan masyarakat Indonesia
untuk fokus ke generasi berikutnya dalam melakukan perubahan, seperti
meningkatkan kualitas layanan publik dan penyediaan infrastruktur seperti
yang ditargetkan. Karena itu, alokasi dana publik yang tepat dan pengelolaan
yang hati-hati dari dana tersebut pada saat mereka dialokasikan telah menjadi
isu utama untuk belanja publik di Indonesia kedepannya.
Sebagai contoh, sementara anggaran pendidikan telah mencapai
17.2% dari total belanja publik mendapatkan alokasi tertinggi dibandingkan
sektor lain mengambil sekitar 3.9% dari PDB pada tahun 2006, dibandingkan
dengan hanya 2,0% dari PDB pada tahun 2001 sebaliknya total belnja
kesehatan publik masih dibawah 1.0% dari PDB. Sementara itu, investasi
infrastruktur publik masih belum sepenuhnya pulih dari titik terendah pasca
krisis dan masih pada tingkat 3.4% dari PDB.Satu bidang lain yang menjadi
perhatian saat ini adalah tingkat pengeluaran untuk administrasi yang luar
biasa tinggi. Mencapai sekitar 15% pada tahun 2006, menunjukkan suatu
penghamburan yang signifikan atas sumber daya publik.
D. Inflasi
Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus menerus atau kontinyu berkaitan dengan mekanisme pasar yang
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain konsumsi masyarakat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
meningkat atau adanya ketidaklancaran distribusi barang. Pengendalian dan
pencapaian laju inflasi yang rendah menjadi salah satu faktor penting dalam
mendukung pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Pada dasarya, inflasi didefinisikan sebagai gejala kenaikan harga secara
umum. Hera, M. Ikhsan dan Widyanti (2000) mendefinisikan inflasi sebagai
“kenaikan harga umum secara terus-menerus dan persisten dari suatu
perekonomian.” sedangkan Mankiw (2006) menyatakan ”Economist use the
term inflation to describe a situation in which the economy’s overall price
level is rising” Sedangkan untuk mengukur tingkat inflasi suatu negara, bisa
digunakan tiga indikator (Ikhsan dan Widyanti,2000), yaitu:
1. Perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Indeks Biaya Hidup (IBH)
2. Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
3. Perubahan Deflator GDP/GDY.
Masing-masing indikator punya kelebihan dan kekurangan, namun yang
utama adalah kita bagaimana menggunakan jenis indikator sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan pengukuran. Di Indonesia, indikator yang sering
digunakan untuk mengukur inflasi ini adalah IHK. Inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus.
Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak
disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan
kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Kenaikan harga-harga
barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama. Inflasi merupakan
kenaikan harga secara terus menerus dan kenaikan harga yang terjadi pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
seluruh kelompok barang dan jasa. Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan
tersebut tidak bersamaan. Yang penting kenaikan harga umum barang secara
terus menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang
terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar,
bukanlah merupakan inflasi. Atau dapat dikatakan, kenaikan harga barang
yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan
inflasi.
Dari kutipan di atas diketahui bahwa inflasi adalah keadaan dimana terjadi
kelebihan permintaan Excess Demand terhadap barang-barang dalam
perekonomian secara keseluruhan. Inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang
terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang
saja dan sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang sporadis bukan
dikatakan sebagai Inflasi. Inflasi dapat digolongkan menurut sifatnya,
menurut sebabnya, parah dan tidaknya inflasi tersebut dan menurut asal
terjadinya. Menurut sifatnya Inflasi digolongkan dalam tiga kategori yaitu
inflasi merayap, inflasi menengah dan inflasi tinggi. Inflasi merayap adalah
kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan persentase yang kecil dan dalam
jangka waktu yang relatif lama (di bawah 10% per tahun). Inflasi menengah
adalah kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam
waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Inflasi tinggi
adalah kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali.
Masyarakat tidak lagi berkeinginan menyimpan uang. Nilai uang merosot
dengan tajam sehingga ingin ditukar dengan barang. Perputaran uang makin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
cepat, sehingga harga naik secara akselerasi.Menurut sebabnya inflasi
digolongkan dalam dua kategori yaitu demand pull inflation dan cost push
inflation. Demand pull inflation adalah inflasi yang bermula dari adanya
kenaikan permintaan total (agregat demand). Sedangkan produksi telah
berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati
kesempatan kerja penuh. Apabila kesempatan kerja penuh full employment
telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan menaikkan
harga saja (sering disebut dengan inflasi murni). Apabila kenaikan
permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada di atas/melebihi
GNP pada kesempatan kerja penuh maka akan terdapat adanya inflationary
gap. Inflationary gap inilah yang akan menyebabkan inflasi. Cost push
inflation, inflasi ini ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi.
Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan
adanya penurunan dalam penawaran total (agregat supply) sebagai akibat
kenaikan biaya produksi. Kenaikan produksi akan menaikkan harga dan
turunnya produksi. Serikat buruh yang menuntut kenaikan upah, manajer
dalam pasar monopolistis yang dapat menentukan harga (yang lebih tinggi),
atau kenaikan harga bahan baku, misalnya krisis minyak adalah faktor yang
dapat menaikkan biaya produksi, atau terjadi penawaran total aggregate
supply sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Jika proses ini berlangsung
terus maka timbul cost push inflation.Berdasarkan parah tidaknya inflasi
tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu, inflasi ringan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(dibawah 10% setahun), inflasi sedang (antara 10%-30% setahun), inflasi
berat (antara 30%-100% setahun) dan hiperinflasi (diatas 100% setahun).
Inflasi yang tidak terkendali menyebabkan keadaan perekonomian
menjadi kacau dan lesu karena pelaku-pelaku ekonomi menjadi tidak
semangat bekerja dan menabung karena nilai mata uang menjadi semakin
menurun. Lebih jauh, menipisnya jumlah dana pihak ketiga atau masyarakat
dalam perekonomian akan menyebabkan kelangkaan likuiditas sehingga suku
bunga naik dan investasi menjadi terbatas yang pada akhirnya dunia usaha
tidak akan meningkatkan produksinya. Selain itu, bagi golongan masyarakat
yang menerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan
swasta serta kaum buruh akan kewalahan menanggung dan mengimbangi
kenaikan harga atau dengan kata lain daya belinya menurun sehingga
kesejahteraan mereka menjadi semakin berkurang. Dampak negatif lain dari
inflasi yang tidak terkendali diantaranya adalah mendorong penanaman
modal yang bersifat spekulatif, menyebabkan defisit neraca pembayaran dan
menimbulkan ketidakstabilan ekonomi.
Untuk itu, perlu dicapai tingkat inflasi yang rendah dengan harga yang
stabil dalam rangka memberikan ekspetasi yang positif bagi pelaku-pelaku
ekonomi serta menciptakan iklim ekonomi yang kondusif bagi dunia usaha
agar kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi dapat diwujudkan. Inflasi
yang tinggi dan tidak stabil pada umumnya berasal dari fluktuasi harga
komoditas-komoditas yang masuk kategori volatile foods dan administered
price. Volatile foods merupakan komoditas bahan makanan, termasuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
diantaranya adalah beras, cabe dan hasil-hasil pertanian lainnya, sementara
administered price merupakan komoditas yang harganya ditentukan oleh
pemerintah, tarmasul di dalamnya adalah Bahan Bakar Minyak (BBM) dan
listrik. Harga volatile foods dapat sangat berfluktuasi karena ketergantungan
pasokannya yang sangat tinggi terhadap keadaan cuaca, musim, gangguan
hama dan distribusi. Sementara itu, harga administered price seperti BBM
dan listrik banyak ditentukan oleh pemerintah sehingga kenaikan harga
barang-barang tersebut cenderung bersifat sesaat.
E. Kebijakan Moneter
1. Konsep Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indoensia dalam
mewujudkan stabilitas ekonomi makro terdiri dari kerangka strategis dan
kerangka operasional. Kerangka strategis umumnya terkait dengan
pencapaian tujuan akhir kebijakan moneter (stabilitas harga, pertumbuhan
ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja) serta strategi untuk mencapainya
exchange Rate targeting, monetary targeting, Inflation targeting, implicit but
not explicit anchor (Warjiyo dan Solikin, 2004). Kerangka operasional
kebijakan moneter terdiri dari instrumen, sasaran-operasional, dan sasaran-
antara yang digunakan untuk mencapai sasaran akhir. Sasaran-antara
diperlukan karena adanya time lag antara pelaksanaan kebijakan moneter
dengan hasil pencapaian sasaran akhir, sehingga untuk meninjau keefektifan
suatu kebijakan, maka diperlukan adanya kebijakan yang dapat dilihat dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
segera. Untuk mencapai sasaran antara ini, diperlukan adanya sasaran
operasional agar proses transmisi dapat berjalan sesuai rencana. Kriteria dari
sasaran-operasional ini adalah memiliki kestabilan hubungan dengan sasaran
antara, dapat dikendalikan oleh bank sentral, dan informasi tersedia lebih
awal dari pada sasaran-antara. Sedangkan instrumen moneter merupakan
instrumen yang dimiliki bank sentral yang dapat mempengaruhi sasaran
operasional yang telah ditetapkan.
Sejak tahun 2000, Bank Indonesia menerapkan pola kebijakan moneter
yang diformulasikan dalam rangka mencapai sasaran tingkat inflasi yang
ditargetkan. Landasan hukum kebijakan Bank Indonesia ini adalah UU no 23
tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Dalam undang-undang tersebut
diungkapkan bahwa sasaran laju inflasi merupakan sasaran akhir kebijakan
moneter Indonesia. Pola kebijakan ini dikenal juga dengan nama Inflation
Targeting Framework.
2. Inflation Targeting Framework (ITF)
Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan suatu kerangka kerja
kebijakan moneter yang mempunyai ciri-ciri utama adanya pernyataan resmi
dari bank sentral dan dikuatkan dengan undang-undang bahwa tujuan akhir
dari kebijakan moneter adalah mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang
rendah, dan mengumumkan target inflasi kepada publik. Perlunya mencapai
dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil didasarkan oleh dua hal
(Warjiyo dan Solikin, 2004), yaitu adanya biaya sosial yang harus ditanggung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
oleh masyarakat akibat terjadinya laju inflasi yang tinggi, serta adanya temuan
empiris yang menunjukkan bahwa dalam jangka menengah-panjang,
kebijakan moneter hanya akan berpengaruh terhadap inflasi, bukan pada
pertumbuhan ekonomi, walaupun belum terdapat kesepakatan tentang
pengaruh kebijakan moneter dalam jangka pendek terhadap pertumbuhan
ekonomi dalam jangka pendek. Inflation Targeting Framework merupakan
sebuah kerangka kebijakan moneter yang ditandai dengan pengumuman
kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa
periode ke depan. Secara eksplisit dinyatakan bahwa inflasi yang rendah dan
stabil merupakan tujuan utama dari kebijakan moneter. Sesuai definisi di atas,
sejak berlakunya UU No. 23/1999 Indonesia sebenarnya dapat dikategorikan
sebagai "Inflation Targeting Lite Countries". Alasan pemilihan Inflation
Targeting Framework sebagai berikut :
a. Pemilihan kerangka kerja kebijakan moneter Inflation Targeting
didasarkan atas beberapa prtimbangan sebagai berikut :
1) Memenuhi prinsip-prinsip kebijakan moneter yang sehat sound.
2) Sesuai dengan amanat UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3/2004.
3) Hasil riset menunjukkan semakin sulit pengendalian besaran moneter.
4) Pengalaman empiris negara lain menunjukkan bahwa negara yang
menerapkan Inflation Targeting Framework berhasil menurunkan
inflasi tanpa meningkatkan volatilitas output.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
5) Dapat meningkatkan kredibilitas BI sebagai pengendali inflasi melalui
komitmen pencapaian target.
b. Penerapan Inflation Targeting Framework bukan berarti bahwa bank
sentral hanya menaruh perhatian pada inflasi saja, dan tidak lagi
memperhatikan pertumbuhan ekonomi maupunkebijakan dan
perkembangan ekonomi secara keseluruhan. Inflation Targeting
Framework bukanlah suatu kaidah yang kaku rule tetapi sebagai
kerangka kerja menyeluruh framework untuk perumusan dan pelaksanaan
kebijakan moneter. Fokus ke inflasi tidak berarti membawa
perekonomian kepada kondisi yang sama sekali tanpa inflasi zero
inflation.
c. Inflasi rendah dan stabil dalam jangka panjang, justru akan mendukung
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan suistanable growth.
Penyebabnya, karena tingkat inflasi berkorelasi positif dengan
fluktuasinya. Manakala inflasi tinggi, fluktuasinya juga meningkat,
sehingga masyarakat merasa tidak pasti dengan laju inflasi yang akan
terjadi di masa mendatang. Akibatnya, suku bunga jangka panjang akan
meningkat karena tingginya premi risiko akibat inflasi. Perencanaan
usaha menjadi lebih sulit, dan minat investasi pun menurun.
Ketidakpastian inflasi ini cenderung membuat investor lebih memilih
investasi asset keuangan jangka pendek ketimbang investasi riil jangka
panjang. Itulah sebabnya, otoritas moneter seringkali berargumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
bahwa kebijakan yang anti inflasi sebenarnya adalah justru kebijakan
yang pro pertumbuhan.
Enam elemen mendasar dalam langkah-langkah penguatan kerangka kerja
kebijakan moneter yang baru mulai Juli 2005 agar konsisten dengan
penerapan Inflation Targeting Framework (ITF):
a. Penggunaan suku bunga disebut BI Rate sebagai reference Rate dalam
pengendalian moneter, sebagai pengganti sasaran operasional uang
primer.
b. Penguatan proses perumusan kebijakan moneter dengan strategi
antisipatif forward looking strategi dalam mengarahkan respon
kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi ke depan.
c. Strategi komunikasi yang lebih transparan untuk memperkuat sinyal
kebijakan moneter kepada pasar dan upaya pembentukan ekspektasi
inflasi.
d. Penguatan koordinasi kebijakan dengan pemerintah untuk
meminimalkan tekanan inflasi dari kenaikan administered prices dan
volatile foods maupun untuk sinergi kebijakan ekonomi secara
keseluruhan.
e. Sejak Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan Inflation Targeting
Framework (ITF) sebagai kerangka kebijakan Moneter.
f. Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kerangka kerja
kebijakan moneter yang secara transparan dan konsisten diarahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
untuk mencapai sasaran inflasi beberapa tahun ke depan yang secara
eksplisit ditetapkan dan diumumkan.
Empat prinsip pokok rezim kebijakan moneter dengan Inflation Targeting
Framework (ITF) :
a. Memiliki sasaran utama yaitu sasaran inflasi yang dijadikan sebagai
prioritas pencapaian overriding objective dan acuan nominal anchor
kebijakan moneter.
b. Bersifat antisipatif preventive atau forward looking dengan
mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian
sasaran inflasi ke depan.
c. Mendasarkan pada analisis, prakiraan, dan kaidah kebijakan tertentu
dalam menetapkan pertimbangan respon kebijakan moneter constrained
discretion.
d. Sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang sehat good governance,
yaitu berkejelasan tujuan, konsisten, transparan, dan berakuntabilitas.
Pendekatan Harga sejak tahun 2000, dengan diberlakukannya UU No. 23
Tahun 1999 BI telah menentukan dan mengumumkan sasaran inflasi sebagai
sasaran akhir kebijakan moneter. Dengan amandemen UU Bank Indonesia
No. 3 Tahun 2004, Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia
telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK untuk tahun 2005,
2006, dan 2007. BI telah menempuh sejumlah langkah dalam memperkuat
persyaratan untuk penerapan Inflation Targeting Framework (ITF), termasuk:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pengembangan indikator, riset, pemodelan ekonomi untuk dasar analisis,
prakiraan, dan perumusan kebijakan. Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebagai
proses perumusan kebijakan moneter. Pengembangan laporan dan strategi
komunikasi untuk transparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter kepada
publik. Dalam hal ini BI menggunakan pendekatan harga untuk mencapai
sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
Gambar 2.1 Kerangka Kerja Pedekatan Harga
(Sumber : Bank Indonesia)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Berdasarkan kerangka kerja pendekatan harga, instrumen-instrumen
kebijakan moneter seperti operasi pasar terbuka open market operation,
fasilitas diskonto discount facility, cadangan minimum reserve requirement,
intervensi nilai tukar foreign exchange intervension akan mempengaruhi
tingkat bunga Interes Rate sebagai target operasionalnya. Setelah target
operasional tercapai maka akan mempengaruhi kapasitas dan aktivitas
perekonomian yang pada akhirnya akan berdampak terhadap perubahan inflasi.
Sebelum Juli 2005, operasi moneter masih menggunakan uang primer base
money sebagai sasaran operasional. Cara ini dirasakan semakin tidak sejalan
dengan penerapan kebijakan moneter dengan Inflation Targetting Framework
(ITF), terutama karena:
a. Hubungan antara uang primer dengan inflasi dan pertumbuhan ekonomi
semakin tidak stabil dan mengalami hubungan terbalik.
b. Sinyal kebijakan moneter kepada pasar dan masyarakat kurang efektif,
c. Respon kebijakan moneter cenderung mengarah ke belakang backward
looking dan lebih sulit dilakukan.
d. Uang primer lebih sulit dikendalikan oleh bank sentral karena perilaku
permintaan uang kartal masyarakat di Indonesia.
e. Sejak 1999-sebelum Juli 2005,dalam literature, Indonesia dikategorikan
sebagai negara yang menerapkan Inflation Targetting Lite.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Dengan melihat perbandingan pendekatan dalam pengendalian inflasi, bisa
disimpulkan bahwa pendekatan price based approach secara empiris lebih
efektif digunakan untuk mengendalikan inflasi dari pada metode metode
pendekatan kuantitas. Hal ini, menurut hemat penulis bisa dijadikan sebagai
pendukung empiris dari pemilihan pendekatan ini dalam kerangka kebijakan
moneter untuk pengendalian inflasi Inflation Targetting Framework. Namun,
yang perlu dijadikan pertimbangan adalah instrumen-instrumen kebijakan
moneter yang dipilih untuk mempengaruhi sasaran operasionalnya.
Tampaknya, BI patut mengembangkan instrumen-instrumen yang memberikan
pengaruh yang lebih efektif untuk keberhasilan transmisi efek yang diinginkan.
Sehingga akhirnya akan terbentuk sebuah kerangka kebijakan yang efektif
dalam rangka mencapai sasaran akhir pengendalian inflasi menuju stabilitas
moneter dalam perekonomian nasional.
3. Indikator dan Respon Kebijakan Moneter
Indikator kebijakan moneter dilakukan dengan berbagai pertimbangan
sebagai berikut :
a. Dalam merumuskan kebijakan moneter, Bank Indonesia akan selalu
melakukan analisis dan mempertimbangkan berbagai indikator
ekonomi, khususnya prakiraan inflasi, pertumbuhan ekonomi, besaran-
besaran moneter dan perkembangan sektor ekonomi dan keuangan
secara keseluruhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
b. Demikian pula, Bank Indonesia akan selalu dan terus memperhatikan
langkah-langkah kebijakan ekonomi yang ditempuh pemerintah.
Langkah-langkah koordinasi kebijakan yang selama ini telah
berlangsung baik akan terus diperkuat dan ditingkatkan.
c. Analisis dan prakiraan berbagai variabel ekonomi tersebut
dipertimbangkan untuk mengarahkan agar prakiraan inflasi ke depan
sejalan dengan kisaran sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
Respon kebijakan moneter selalu berorientasi kepada kebijakan sebagai
dasar dan tujuan kebijakan moneter sebagai berikut :
a. Tujuan dan bentuk respon kebijakan moneter adalah sebagai berikut:
1) Respon stance kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin
agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada
jalur pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan
(konsistensi).
2) Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam kenaikan,
penurunan, atau tidak berubahnya BI Rate.
3) Perubahan (kenaikan atau penurunan) BI Rate dilakukan secara
konsisten dan bertahap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b. Fungsi BI Rate sebagai sinyal kebijakan yaitu :
1) BI Rate adalah suku bunga instrument signaling Bank
Indonesia yang ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG)
triwulan untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan),
kecuali ditetapkan berbeda oleh Rapat Dewan Gubernur (RDG)
bulanan dalam triwulan yang sama. Dengan demikian, rata-rata
tertimbang hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pada
setiap kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh
stakeholders sebagai sinyal kebijakan moneter Bank Indonesia.
2) BI Rate diumumkan ke publik segera setelah ditetapkan dalam
Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebagai sinyal stance kebijakan
moneter (yang lebih jelas dan tegas) dalam merespon prospek
pencapaian sasaran inflasi ke depan.
3) BI Rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi
pengendalian moneter untuk mengarahkan agar rata-rata
tertimbang suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulan
hasil lelang OPT (suku bunga instrumen liquidityadjustment)
berada di sekitar BI Rate. Selanjutnya suku bunga SBI 1 bulan
diharapkan mempengaruhi suku bunga pasar uang (SBPU) dan
suku bunga jangka panjang.
c. Proses penetapan respon kebijakan moneter sebagai berikut :
1) Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dalam Rapat
Dewan Gubernur (RDG) triwulanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2) Respon kebijakan moneter ditetapkan untuk periode satu
triwulan ke depan.
3) Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dengan
memperhatikan efek tunda (lag) kebijakan moneter dalam
mempengaruhi inflasi.
4) Dalam kondisi yang luar biasa, penetapan respon kebijakan
moneter dapat dilakukan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG)
bulanan.
d. Dasar pertimbangan penetapan respon kebijakan
1) BI Rate merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi
ke depan agar tetap berada pada sasaran yang telah ditetapkan.
Perubahan BI Rate dilakukan terutama jika deviasi proyeksi
inflasi terhadap targetnya inflation gap dipandang telah bersifat
permanen dan konsisten dengan informasi dan indikator lainnya.
2) BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur secara diskresi dengan
mempertimbangkan:
a) Rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi
kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian
sasaran inflasi, dan
b) Berbagai informasi lainnya seperti leading indicators,
survei, informasi anekdotal, variabel informasi, expert
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
opinion, assesmen faktor risiko dan ketidakpastian serta
hasil-hasil riset ekonomi dan kebijakan moneter.
e. Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate (SBI
tenor 1 bulan) secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis
points (bps). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia
yang lebih besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan
BI Rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps.
4. Operasi Pengendalian Moneter
Operasional pengendalian moneter memiliki 3 prinsip dasar. Berbeda
dengan pelaksanaan selama ini yang menggunakan uang primer, sasaran
operasional pengendalian moneter adalah BI Rate. Dengan langkah ini, sinyal
kebijakan moneter diharapkan dapat lebih mudah dan lebih pasti dapat
ditangkap oleh pelaku pasar dan masyarakat, dan karenanya diharapkan pula
dapat meningkatkan efektivitas kebijakan moneter. Kemudian pengendalian
moneter dilakukan dengan menggunakan instrumen: (i) Operasi Pasar Terbuka
(OPT), (ii) Instrumen likuiditas otomatis (standing facilities), (iii) Intervensi di
pasar valas, (iv) Penetapan giro wajib minimum (GWM), dan (v) Himbauan
moral (moral suassion). Pengendalian moneter diarahkan pula agar
perkembangan suku bunga pasar uang (PUAB) berada pada koridor suku
bunga yang ditetapkan. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan efektivitas
pengendalian likuiditas sekaligus untuk memperkuat sinyal kebijakan moneter
yang ditempuh Bank Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
5. Mekanisme Transmisi Alur Tingkat Bunga dan Harga
Mekanisme transmisi kebijakan moneter dapat berpengaruh terhadap
aktivitas ekonomi dan bisnis melalui alur tingkat bunga atau interest rate
channel dan alur harga aktiva atau asset price channel. Mekanisme transmisi
alur tingkat bunga dari ekspansi moneter adalah peningkatan permintaan
agregat sebagai akibat peningkatan ekspektasi inflasi dan penurunan tingkat
bunga riil. Penurunan tingkat bunga riil akan meningkatkan investasi dan
menurunkan biaya modal dalam proses produksi sehingga output agregat naik.
Mekanisme transmisi alur harga aktiva dari ekspansi moneter adalah
peningkatan permintaan agregat sebagai akibat peningkatan ekspektasi inflasi,
nilai perusahaan dan kekayaan individu. Peningkatan ekspektasi inflasi akan
menurunkan tingkat bunga riil sehingga nilai tukar mata uang depresiasi,
ekspor neto naik dan kemudian meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tingkat
bunga merupakan kunci mekanisme transmisi moneter dalam model IS, model
LM, model AD dan model AS. Peningkatan stok uang akan menurunkan
tingkat bunga riil dan biaya modal serta meningkatkan investasi bisnis.
Peningkatan investasi akan meningkatkan permintaan agregat. Penurunan
tingkat bunga riil juga akan meningkatkan pengeluaran untuk pembelian rumah
dan barang tahan lama. Oleh sebab itu penurunan tingkat bunga akibat ekspansi
moneter akan meningkatkan belanja atau konsumsi dan permintaan agregat.
Pada tingkat bunga nominal yangsangat rendah, ekspansi moneter akan
meningkatkan ekspektasi tingkat harga dan inflasi, akibatnya tingkat bunga riil
turun. Penurunan tingkat bunga riil akan menurunkan biaya modal dan biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
memegang uang, kemudian menstimulasi pengeluaran bisnis dan konsumen.
Peningkatan pengeluaran bisnis dan konsumen pada akhirnya akan
meningkatkan permintaan agregat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB III
PEMBAHASAN
A. Profil Bank Indonesia
1. Sejarah Umum Bank Indonesia
Pada awalnya, Bank Indonesia merupakan bank milik Belanda dengan
nama De Javasche Bank (10 0ktober 1827), kemudian dinasionalisasi dengan
UU No.11 tahun 1951. Dengan UU Pokok Bank Indonesia No.11tahun 1953
istilah De Javasche Bank diganti dengan nama Bank Indonesia yang fungsinya
sebagai Bank Sentral Indonesia.
Berdasarkan Penetapan Presiden No. 17 tahun 1965, Bank Indonesia
dilebur menjadi Sistem Bank Tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia
Unit I, yang fungsinya sebagai bank sirkulasi dan menjalankan fungsi bank
komersial. Dalam rangka pengamanan keuangan negara, pengawasan, dan
penyehatan sistem perbankan Indonesia, maka ditetapkanlah UU Pokok
Perbankan No.14 tahun 1967 dan UU No.13 tahun 1968 tentang Bank Sentral.
Dengan ketentuan yang baru tersebut mengakibatkan BNI Unit I dipisahkan
kembali dari sistem Bank Tunggal dan muncul istilah Bank Sentral dengan
nama Bank Indonesia.
Dalam kaitan ini, sesuai dengan UU No.23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 tahun 2004, sasaran
laju inflasi sebagai sasaran akhir kebijakan moneter yang semula ditetapkan
oleh Bank Indonesia telah diubah menjadi ditetapkan oleh
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Perubahan
ini dimaksudkan untuksemakin meningkatkan koordinasi antara kebijakan
moneter dengan kebijakan fiskal dan ekonomi lainnya yang ditempuh
pemerintah dalam sasaran ekonomi makro. Di samping itu, perubahan tersebut
dimaksudkan pula untuk komitmen dan dukungan pemerintah dalam
pencapaian sasaran inflasi oleh Bank Indonesia.
Agar pelaksanaan kebijakan moneter dapat secara efektif mencapai
sasaran inflasi yang telah ditetapkan, maka harus dihindari penciptaan uang
beredar yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar pertimbngan moneter.
Pengalaman di masa orde lama maupun selama masa krisis menunjukkan
bahwa penggunaan kebijakan moneter untuk membiayai pengeluaran
pemerintah telah berdampak buruk pada peningkatan laju inflasi dan kegiatan
ekonomi secara keseluruhan. Sejalan dengan itu, berdasarkan UU No.23 tahun
1999 ditetapkan bahwa Bank Indonesia dilarng membeikan pinjaman kepada
pemerintah untuk membiayai pengeluaran APBN baik secara langsung
maupun melalui pembelian SUN atau Surat Utang Negara. Sesuai dengan
amandemen UU No.3 tahun 2004, pengecualian diperkenankan kepada Bank
Indonesia untuk membeli SUN guna pendanaan fasilitas pembiayaan darurat
yang dilakukan pemerintah dalam rangka mengatasi kesulitan perbankan yang
berdampak sistemik pada seluruh sistem keuangan dan perekonomian.
a. Visi, Misi Dan Nilai-nilai Strategis
Menurut UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, tujuan
Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Rumusan tersebut merupakan pedoman bagi Bank Indonesia dalam
menetapkan misi dan visinya. Penetapan misi dan visi tersebut
merupakan hal yang penting karena perumusan misi dan visi dapat
memperjelas tujuan organisasi, mempermudah perencanaan dan proses
pengambilan keputusan, serta mempermudah pengkoordinasian unit-unit
dalam organisasi. Adapun mengenai misi, visi, nilai-nilai, dan sasaran
strategis Bank Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Visi Bank Indonesia
Visi Bank Indonesia adalah suatu pernyataan yang merupakan
komitmen untuk mencapai misi yang ditetapkan sesuai dengan
harapan pihak yang berkepentingan dengan Bank Indonesia. Visi
Bank Indonesia adalah menjadi lembaga bank sentral yang dapat
dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan
nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah
dan stabil. Dapat dipercaya dimaksudkan dengan pengakuan oleh
pihak yang berkepetingan mengenai produk atau kebijakan yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia dapat dipercaya dan menjadi acuan
bagi lembaga, institusi, atau pihak-pihak lain baik di dalam maupun di
luar negeri. Pernyataan visi cukup penting bagi Bank Indonesia,
karena dapat:
a) Memperjelas arah organisasi ke depan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
b) Memotivasi anggota Dewan Gubernur dan pegawai Bank
Indonesia untuk melaksanakan tugas-tugas.
2) Misi Bank Indonesia
Yang dimaksud dengan misi Bank Indonesia seperti yang
dituangkan dalam Keputusan Gubernur No.4/22/KEP/GBI/
INTERN/002 tanggal 28 Juni 2002 adalah suatu tujuan, tugas, dan
wewenang Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam UU
tentang Bank Indonesia. Dengan perkataan lain, misi Bank Indonesia
adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui
pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan kestabilan
sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang
berkesinambungan.
Bagi Bank Indonesia, perumusan misi dimaksud diharapkan
dapat membantu organisasi dalam :
a) Menerapkan dan menjaga konsistensi, serta kejelasan tujuan
organisasi;
b) Memberikan referensi untuk perencanaan dan proses pengambilan
keputusan;
c) Memperoleh komitmen para anggota Dewan Gubernur dan seluruh
pegawai, melalui komunikasi yang jelas tentang tugas organisasi;
dan
d) Memperoleh dukungan dan pengertian dari pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap pelaksanaan tugas organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
3) Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia
Nilai-nilai strategis Bank Indonesia adalah nilai-nilai yang
menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen, dan pegawai untuk
bertindak dan atau berperilaku. Nilai-nilai strategis Bank Indonesia
yang dinyatakan dengan istilah “KITA Kompak” :
a) Kompetensi (competency): kondisi pegawai yang mempunyai
pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan kualitas yang
telah ditetapkan.
b) Integritas (integrity): konsistensi dan kepatuhan terhadap nilai-
nilai moral atau peraturan lainnya, terutama nilai kejujuran dan
anti KKN, serta mengutamakan kepentingan organisasi.
c) Transparansi (transpararency): kejelasan, dan keterbukaan dalam
latar belakang dan hasil suatu tujuan, keputusan, ataupun langkah
kerja organisasi maupun individu pegawai.
d) Akuntabilitas (accountability): pertanggungjawaban yang jelas
dari masing-masing individu atas semua tindakan yang diambil
beserta konsekuensinya, terutama dalam hal penyelesaian tugas
dan pengambilan keputusan.
e) Kebersamaan (cohesiveness): rasa kesatuan atau kekompakan ada
di dalam organisasi dan kedekatan dengan sesama individu
ataupun sesama satuan kerja yang mampu mendukung terciptanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
komunikasi dan kerja sama yang baik, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan produktivitas.
Nilai-nilai strategis ini penting dan berguna untuk :
a) Menentukan kedalaman, ruang lingkup dan prioritas upaya
organisasi dalam mmencapai visi dan misinya,
b) Menentukan ekspektasi organisasi dan mengkomunikasikannya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
c) Menentukan bagaimana organisasi akan menjalankan tugas dan
kegiatannya,
d) Menetapkan karakteristik sumber daya manusia yang mampu
bekerja secara efektif.
2. Profil Kantor Bank Indonesia Solo
a. Sejarah Singkat KBI Solo
Kantor Cabang Bank Indonesia Solo dibuka pada tanggal 25
November 1867 dengan nama “Agentschap Soerakarta” sebagai kantor
cabang ke enam dari DE JAVASCHE BANK.
Pada tanggal 10 November 1908 gedung KBI Solo dibangun dengan
peletakan batu pertama oleh Moej. A. Roufls dengan perancang oleh
Biro Arsitek dan Insinyur “Vermont Cuypers & Hulswit”. Gedung baru
ini mulai digunakan pada tanggal 1 Agustus 1910 dengan alamat Jl Jend.
Sudirman nomor 4 Surakarta, Sementara periode Kantor Bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Indonesia Solo mulai di buka pada tanggal 15 Januari 1949 dengan
status kelas 3.
(Bank Indonesia Solo, 2006)
b. Visi, Misi dan Sasaran Strategis KBI Solo
1). Visi Kantor Bank Indonesia Solo
Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah
melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank
Indonesia yang diberikan.
2). Misi Kantor Bank Indonesia Solo
Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di
bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien
dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga
terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan
ekonomi daerah.
c. Sasaran Strategis
1). Terkendalinya inflasi daerah dan tersedianya informasi ekonomi
regional.
2). Terwujudnya industri perbankan yang sehat.
3). Terpeliharanya kehandalan sistem pembayaran dan pengedaran uang.
4). Mendukung upaya pengendalian inflasi.
5). Mendorong upaya penyehatan industri perbankan.
6). Memelihara keamanan dan kehandalan sistem pembayaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
7). Meningkatkan efektifitas dan efesiensi penggunaan anggaran.
8). Memperkuat dukungan organisasi dan kepemimpinan pegawai, serta
mengembangan kompetensi pegawai.
9). Memperbaiki pelaksanaan governance.
d. Komposisi Pegawai di KBI Solo
Jumlah pegawai Kantor Bank Indonesia Solo sampai saat ini
adalah 78 pegawai tetap dan 27 pegawai honorer/outsourcing (struktur
organisasi terlampir). Komposisinya per Seksi seperti tersaji pada
diagram batang distribusi jumlah pegawai KBI Solo
Gambar 3.1 Distribusi Pegawai KBI Solo Per Seksi
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Dari pola distribusi pegawai per seksi dapat terlihat bahwa pegawai
terbanyak berada di bidang Sistem Pembayaran dan Manajemen Intern
(Operasional Kas) dari pada seksi Sumber Daya, Layanan Nasabah Dan
Penyelenggara Kliring (LNPK) , dan Operasional Kas.
Selain pegawai tetap, KBI Solo juga dibantu oleh tenaga-tenaga
honorer/outsource sebagai Konsultan Pemperdayaan Unit Mikro Kecil
Menengah (PUMKM), Data Entry Operation (DEO), Messenger,
Pengemudi, Pengamanan, dan Operator telepon. Distribusi tenaga
honorer/outsource KBI Solo dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
Berdasarkan diagram distribusi tenaga honorer/outsource tersebut dapat
dilihat bahwa distribusi tenaga honorer terbanyak adalah tenaga
Pengamanan dengan jumlah 11 orang (41%) dan distribusi terbanyak di
Seksi Sumber Daya. Untuk tenaga outsource, KBI Solo bekerjasama
dengan PT. Bina Karsa Sejahtera.
Gambar 3.2 Distribusi Tenaga Honorer/Outsource KBI Solo
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
e. Budaya kerja KBI Solo
Dalam suatu organisasi terdapat visi yang akan dicapai oleh
organisasi tersebut. Dalam mewujudkan visi tersebut diperlukan suatu
misi yang merupakan target untuk mencapai visi. Misi dijabarkan lebih
jauh lagi di dalam sasaran strategis yang berupa tugas-tugas dalam
pelaksanaan kerja di Bank Indonesia.
Penguatan nilai-nilai yang dimilki oleh Bank Indonesia merupakan
suatu cara untuk mencapai visi. Nilai-nilai yang ada pada suatu
organisasi terbagi menjadi dua besaran yaitu core value (nilai inti) yang
mutlak dibutuhkan oleh Bank Indonesia sebagai suatu kesatuan
organisasi, dan shared value, yaitu nilai-nilai yang harus dimiliki oleh
pegawai Bank Indonesia yang dapat mempengaruhi pencapaian Sasaran
Strategis. Setiap pegawai Bank Indonesia mempunyai nilai-nilai berbeda
yang dianut. Oleh karena itu, untuk memelihara, menguatkan shared
value diperlukan suatu budaya kerja. Budaya Kerja Bank Indonesia
merupakan cara untuk menguatkan nilai-nilai KITA-Kompak sebagai
karakter Bank Indonesia yang diaplikasikan dalam kegiatan kerja sehari-
hari dan diharapkan setiap pegawai memiliki nilai-nilai tersebut.
Program budaya kerja diantaranya adalah Program Penyelarasan
Kultur (PPK) yang sebelumnya merupakan Program Prakarsa Terfokus.
Dalam PPK KBI Solo tahun 2007, telah diawali dengan adanya
penyesuaian Motto dan Yel-yel, yang semula “High Performance in
Harmony” dan “Mari Kita” menjadi “Nyambut Gawe Sing Kepenak,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Nanging Ojo Sak Sakkepenake Dewe” dan “Ya, Aku Bisa”. Adapun
makna dari motto dan yel-yel yang baru tersebut dapat dikemukan
sebagai berikut:
A. Nyambut gawe sing kepenak, dibahasa Indonesiakan menjadi
bekerjalah dengan perasaan nyaman dan senang. Bekerja itu adalah
ibadah, bukan sekedar mencari uang, jadi bekerjalah dengan
dilandasi rasa tulus ikhlas karena ibadah dan amanah, sehingga
dalam melaksanakan kerja tersebut timbul perasaan nikmat, senang,
dan nyaman tanpa beban apapun
B. Nanging ojo sak kepenake dewe, dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi tapi jangan seenaknya sendiri. Bagi setiap
pegawai harus patuh kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang
telah mengikat kita serta berperilaku sesuai dengan values lembaga,
namun bukan berarti pegawai harus kaku, tetapi harus memiliki daya
adaptabilitas yang luwes dan tidak selalu menutup diri terhadap
gagasan baru yang bersifat inovatif. Pegawaipun dituntut untuk
berinteraksi secara baik dengan sesama pegawai. Dalam cakupan
yang lebih luas yaitu ketika berhubungan dengan pihak eksternal pun
pegawai tidak bisa semaunyat sendiri, tetapi harus menghormati
pihak lain, terbuka dan siap melakukan kerjasama dengan baik.
Demikian pula dalam hubungan dengan Sang Pencipta, pegawai juga
tidak bisa seenaknya sendiri, namun wajub mematuhi seluruh
perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Yel-yel“Ya,Aku Bisa” dilakukan setiap instruktur/ pemimpin/
fasilitator meneriakkan “Aku Bisa” seluruh pegawai menjawab “Ya,
Aku Bisa” dan diikuti tepuk tangan bersama. Akronim dan
penjabaran singkat dari AKU BISA adalah sebagai berikut:
A adalah Allah is always in my heart
Mempunyai arti bahwa Allah senantiasa ada di dalam hati
setiap manusia, disini manajemen bermaksud mengajak kepada
seluruh pegawai agar dalam melaksanakan kerja sehari-hari harus
selalu ingat kepada Tuhan yang Maha Mengetahui, sehingga setiap
akan berbuat kecurangan, dan tindakan yang tidak terpuji selalu
ingat kepada Allah.
K adalah Knowledge is a power
Mempunyai arti bahwa pengetahuan adalah suatu kekuatan,
dan manajemen bermaksud mengajak kepada seluruh pegawai agar
didalam bekerja sehari-hari, terus menerus meningkatkan ilmu
dengan cara memanfaatkan seluruh sumber ilmu yang telah
disediakan lembaga maupun sumber ilmu lainnya (OBP).
U adalah Undefeatable
Mempunyai arti “tak terkalahkan”, manajemen berharap agar
pegawai menjadi pegawai yang tidak terkalahkan secara fisik dan
tidak tergoda secara psikhis. Dari tubuh yang sehat akan terbentuk
mental yang sehat dan berani memerangi hal-hal yang keliru, dan
tidak mudah tergoda terhadap hal-hal yang tidak benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
B adalah Be Positive
Manajemen bermaksud mengajak seluruh pegawai didalam
menyikapi segala permasalahan yang dihadapi dengan
menggunakan pikiran dan hati yang sehat. Mengubur dalam-dalam
sifat dan pikiran jelek, dan menonjolkan sifat dan pikiran positif.
I adalah Impressive
Menjadi pegawai BI yang berperilaku menyenangkan dan
mengesankan (Impressive) adalah bukan sesuatu yang mudah
untuk dijalankan namun bukan berarti tidak bisa dilaksanakan.
Manajemen mengajak seluruh pegawai agar menjadi pribadi yang
dirindukan karena setiap tindakannya selalu memberikan bekas
yang mendalam di hati orang lain dan empatinya menujukkan
kecerdasan sosialnya.
S adalah Success Oriented
Manajemen mengajak seluruh pegawai agar senantiasa dalam
benak pikiran dan hatinya untuk selalu berorientasi kepada “sukses
atau berhasil” didalam mengabdi di Bank Indonesia dan lebih luas
didalam mengarungi kehidupan fana ini. Dalam meraih sukses ini
tidak perlu takut terhadap tantangan, penderitaan ataupun
kegagalan, karena hal tersebut adalah modal besar untuk meraih
kesuksesan.
A adalah action
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
A, K, U, B, I, S diatas tidak mempunyai makna dan hanya
merupakan kata-kata saja. Untuk itu perlu satu huruf yaitu A
(Action) sehingga kata AKU BISA menjadi bermakna. Action
berarti meminta setiap A, K, U, B, I, S dapat dijiwai dan
dilaksanakan oleh setiap pegawai dalam melaksanakan kerja
sehari-hari.
Dengan Motto dan Yel-yel tersebut diharapkan dapat menjadi
pedoman dan semangat bagi seluruh pegawai dalam menjalankan
tugasnya di Bank Indonesia, oleh karena itu mulai tahun 2009 yel-
yel AKU BISA diubah menjadi KITA BISA. KBI Solo juga
mempunyai kegiatan lain yang biasa diikuti oleh pegawai yaitu :
a. Doa pagi bersama setiap hari sebelum bekerja
b. Siraman rohani yang diadakan Rabu pagi setiap 2 minggusekali
c. Selasa Berbagi Ilmu (SBI) diadakan Selasa pagi sebagai ajang
untuk kegiatan belajar dan berbagi ilmu kepada seluruh
pegawai
d. Senam atau jalan sehat yang diadakan setiap Jumat pagi
e. Kegiatan olah raga seperti Karate, Ping pong, Bulu tangkis,
Tenis, Futsal, dan bersepeda sesuai jadwal yang ada.
f. Kegiatan berkesenian seperti menyanyi yang diadakan setiap
Jumat malam.
g. Kegiatan apel pagi satpam setiap Senin pagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
h. Kegiatan insidentil (hari ulang tahun BI pada bulan Juli,
peringatan ulang tahun pegawai setiap akhir bulan,
memperingati hari besar keagamaan, kegiatan sosial donor
darah, kegiatan memancing dll).
f. Gambar 3.3 Logo Bank Indonesia
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
g. Struktur Organisasi
1. Gambar 3.4 Struktur Organisasi KBI Solo
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
Pimpinan Bank Indonesia Solo
Kepala Bidang Ekonomi Moneter
Kepala Bidang Sistem Pembayaran &
Manajemen Intern Kepala Bidang
Pengawasan Bank
Pemberdayaan Sektor Riil &
UMKM (KPSRU)
Kajian & Statistik Survei
Seksi Sumber Daya
Seksi Layanan Nasabah
&Penyelenggara Kliring
Seksi Operasional
Kas
TPB IITPB I TPB TPB
Personalia
Logistik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Struktur organisasi Bank Indonesia menggambarkan 3 pilar ,
departemenisasi, posisi staf, tanggung jawab dan dibagi menjadi tiga
kelas, kelas I memiliki tugas dan wewenang secara nasional, kelas II
memiliki tugas dan wewenang di wilayah propinsi atau koordinator
Kantor Bank Indonesia wilayah propinsi, kelas III memiliki tugas dan
wewenang di daerah dan kelas IV memiliki tugas dan wewenang daerah
yang sedang dirintis. Kantor Bank Indonesia Solo sebagai KBI Kelas III
dipimpin oleh satu orang Pemimpin Bank Indonesia (PBI) yang
membawahi 3 bidang yaitu:
a. Bidang Ekonomi, Moneter
Bidang Ekonomi Moneter membawahi 2 kelompok, yaitu:
1) Kelompok Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM (KPSRU)
2) Kelompok Kajian Statistik dan Survei (KKSS)
b. Bidang Perbankan
Bidang Perbankan membawahi 4 Kelompok Pengawasan Bank,
yaitu:
1) Kelompok Pengawasan Bank I
2) Kelompok Pengawasan Bank II
3) Kelompok Pengawasan Bank III
4) Kelompok Pengawasan Bank IV
c. Bidang Sistem Pembayaran dan Manajemen Intern.
Bidang SP & MI membawahi 3 seksi, yaitu:
1) Seksi Operasional Kas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2) Seksi Layanan Nasabah dan Penyelenggaraan Kliring
3) Seksi Sumber Daya (terintegrasi di dalamnya Logistik,
Protokol,PAM, dan Kesekretariatan).
2. Deskripsi Jabatan
a. Bidang Ekonomi Moneter
1) Kelompok Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM (KPSRU)
Tugas Pokok :
a) Melakukan identifikasi hasil-hasil kajian penelitian/
kesepakatan/program yang potensial dalam
pengembangan sektor riil dan atau melaksanakan
identifikasi permasalahan secara spesifik yang terjadi
pada komoditi/industri/bidang usaha tertentu.
b) Menyusun program pemberdayaan sektor riil
(korporasi, BUMN dan UMKM) berdasarkan hasil
identifikasi.
c) Melaksanakan program pemberdayaan sektor riil
yang ditetapkan.
d) Melakukan koordinasi dengan stakeholder daerah
untuk memberikan bantuan teknis dalam bentuk
pelatihan kepada perbankan dan BDSP dalam rangka
pemberdayaan sektor riil/UMKM.
e) Memberikan bantuan teknis dalam bentuk penyediaan
informasi berbasis penelitian serta memfasilitasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
proses intermediasi perbankan dalam rangka
pemberdayaan sektor riil/UMKM.
f) Mengkomunikasikan hasil penelitian dalam rangka
mendorong perbankan dalam pembiayaan UMKM.
g) Menyediakan data profil UMKM ynag potensial
dibiayai oleh Lembaga Keuangan yang disajikan
melalui website.
h) Melaksanakan pembebanan rekening khusus dalam
rangka bantuan luar negeri.
i) Menata usahakan Kredit Likuiditas Bank Indonesia
(KLBI) termasuk perhitungan bunga dan laporan-
laporan lainnya.
j) Membantu melakukan pengawasan atas pengelolaan
KLBI dan TSL terhadap bank yang berada di wilayah
kerjanya.
k) Melaksanakan pemberian izin, pengawasan dan
pembinaan serta pengelolaan data informasi Pedagang
Valuta Asing (PVA) di daerah.
l) Mendukung kegiatan koordinasi dengan KKBI dalam
rangka pelaksanaan tugas-tugas pemberdayaan sektor
riil (korporasi, BUMN dan UMKM).
2) Kelompok Kajian Statistik dan Survei (KKSS)
Tugas Pokok :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
a) Menyusun Kajian Ekonomi daerah dan perkiraan
perkembangan ekonomi dan harga.
b) Melakukan penelitian ekonomi daerah yang berbasis
kajian lapangan dan studi kepustakaan.
c) Melakukan kajian ad hoc atas inisiatif KBI ataupun
kerjasama dengan kantor pusat atau stakeholders
daerah.
d) Menyususun rekomendasi kebijakan perekonomian
daerah kepada PEMDA dan stakeholders lainnya
yang didasari oleh hasil penelitian
e) Menyusun dan melaksanakan program komunikasi
atas hasil-hasil kajian ekonomi dan penelitian daerah.
f) Melakukan diseminasi atas kebijakan moneter,
perbankan, dan sistem pembayaran.
g) Melaksanakan kegiatan kehumasan.
h) Monitoring Pinjaman Luar Negeri (Pinjaman Daerah,
Swasta, TSL dan Pinjaman Syariah)
i) Melakukan kegiatan fungsi investor relation program.
j) Mendukung terlaksananya koordinasi dengan KKBI
dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas kajian
ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
k) Menerima, memverifikasi, mengirim ke kantor pusat,
menatausahakan dan memberikan bantuan teknis
laporan bank dan non bank.
l) Mengumpulkan dan menyusun data/informasi
ekonomi, keuangan, perbankan dan demografi di
wilayah kerja.
m) Melakukan kegiatan survei untuk kepentingan kantor
pusat dan KBI.
n) Melakukan kegiatan liaison dalam rangka
pengumpulan dan informasi dari pelaku ekonomi
(perusahaan, lembaga riset, pemerintah, perbankan
dan asosiasi.).
o) Mengelola dan mengembangkan database informasi
perekonomian daerah.
p) Melaksanakan tugas sebagai pusat informasi.
q) Mendukung terlaksananya koordinasi dengan KKBI
dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas statistik dan
survei.
Ada beberapa catatan terkait dengan KKSS bahwa
kelompok ini melakukan fungsi lain yaitu kehumasan yang
sedianya dilakukan oleh Manajemen Intern berkaitan
dengan tugasnya pada protokoler dan sekretariat. Fungsi ini
menjadi strategis dilaksanakan oleh KKSS karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
diseminasi kebijakan moneter maupun langkah-langkah
yang dilakukan di KBI Solo tertampung semua di KKSS.
b. Bidang Perbankan
Tugas Pokok :
1) Melakukan pembinaan terhadap bank umum, BPR, yang
menjadi obyek pengawasannya.
2) Melakukan pengawasan terhadap bank umum dan BPR yang
menjadi obyek pengawasannya.
3) Menyelesaikan permohonan izin yang berkaitan dengan
kelembagaan dan kegiatan operasional bank umum dan BPR
yang menjadi obyek pengawasannya.
4) Menyediakan informasi tentang kondisi dan permasalahan
bank umum dan BPR yang menjadi obyek pengawasannya.
5) Menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh bank umum
dan BPR yang menjadi obyek pengawasannya.
6) Menyelesaikan proses pencabutan izin usaha bank umum dan
BPR serta tindak lanjutnya.
7) Membantu pemeriksaan dan pengawasan terhadap bank yang
berkantor pusat di luar wilker.
8) Melakukan peran aktif dalam menciptakan perkembangan
perbankan yang sehat di wilayah kerja (dedicated dan non
dedicated banks).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
9) Melakukan evaluasi kesesuaian antara komposisi
Tim/Kelompok Pengawasan dengan beban tugasnya
10) Melakukan mediasi perbankan.
11) Melakukan Investigasi terhadap tindak pidana bidang
perbankan termasuk sebagai saksi ahli.
12) Menyelenggarakan administrasi dalam rangka pelaksanaan
tugas pengawasan bank.
13) Membuat data yang lengkap tentang profil Bank Umum dan
BPR (dedicated banks) secara individu dan gabungan di
wilayah kerjanya.
14) Menyampaikan laporan yang terkait dengan data base
perbankan nasional secara berkala ke Kantor Pusat.
15) Memenuhi permintaan bank-bank tentang informasi
ketentuan perbankan.
16) Melakukan proses perizinan operasional bagi kantor pusat
bank yang berkedudukan di wilayah kerja KBI.Melakukan
penelitian Laporan Bank Umum (LBU).
17) Melakukan pendendaan atas kelambatan dan kesalahan
laporan.
18) Menjadi Liaison officer dalam penanganan tindak pidana
perbankan (SKB Jaksa Agung, Kapolri dan GBI)
19) Melaksanakan pertemuan tim kerja dan tim pleno di KBI
sehubungan dengan SKB, Kejagung, Kapolri dan GBI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
20) Melakukan monitoring ketentuan perbankan.
21) Membantu proses intermediasi perbankan.
22) Melakukan tugas-tugas kesekretariatan Badan Musyawarah
Perbankan Daerah (BMPD).
23) Mengelola anggaran.
24) Mendukung koordinasi dalam hal pelaksanaan pengawasan
bank dengan KKBI
Fungsi pengawasan yang ditetapkan melalui sistem
dedicated team, pola kerja berdasarkan team, dan rotasi sumber
daya manusia dilakukan secara berkala terhadap pemeriksa
Bank. Untuk di KBI, Kelompok pengawas Bank dipimpin oleh
seorang koordinator bidang Perbankan/Pengawas Bank
eksekutif Senior/Kepala Bidang yang membawahi sub
Kelompok pengawasan. Kelompok ini melakukan pemeriksaan
BPR dan bank umum yang berkantor pusat di wilayah kerja
KBI yang dimaksud.
Tugas dan produk pokok tersebut terbagi dalam empat seksi
Kelompok Pengawasan Bank I, II, III, dan IV. Kelompok
Pengawasan Bank I, II, III lebih fokus pada tugas pengawasan
dan pembinaan bank di wilayah kerja KBI solo sedangkan KPB
IV ditambah tugas Administrasi dan Informasi.
c. Bidang Sistem Pembayaran dan Manajemen Intern
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
1) Bidang Sistem Pembayaran
a) Seksi Operasional Kas
Tugas Pokok :
(1) Melakukan perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi/monitoring kebutuhan uang
(2) Melakukan pengelolaan khazanah yaitu
penyiapan dan pengembalian modal kerja,
pengelolaan persediaan kas (termasuk kas
besar titipan DPU), pemerikasaan fisik uang,
pengelolaan barang/surat-surat berharga serta
penguncian dan pengamanan khazanah
(3) Melakukan tindak lanjut atas:
(4) Temuan selisih lebih/kurang hasil hitung
ulang yang disebabkan karena selisih jumlah,
perbedaan pecahan dan uang palsu.
(5) Laporan temuan uang palsu dari stakeholder
(6) Laporan terkait dengan uang dan sistem
pengedaran uang
(7) Mensosialisasikan ciri-ciri keaslian uang dan
cara memperlakukan uang
(8) Melakukan administrasi kegiatan operasional
kas, pengaturan tugas kasir dan anggaran
operasional kas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
(9) Menyiapkan dan melaksanakan proses
penunjukan pihak ketiga sebagai pelaksana
jasa kas, seperti PPUPK dan peleburan uang
logam tidak layak edar
(10) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan
terhadap pihak ketiga pelaksanaan jas kas,
seperti Perusahaan Penukaran Uang Pecahan
Kecil/POSINDO/Cash Center atau jas lainnya
seperti peleburan uang
(11) Memantau dan melaporkan pemeliharaan
peraltan kas/sarana lainnya
(12) Memantau penggunaan dan persediaan
supplies yang dibutuhkan dalam kegiatan
operasioanal kas
(13) Mendukung terlaksananya koordinasi
dengan KKBI dalam rangka pelaksanaan
distribusi uang di wilayah kerjanya sesuai
dengan yang ditetapkan KP
(14) Mempersiapkan modal kerja, melaksanakan
kegiatan dan pertanggungjawaban Hitung
Ulang Manual (HUM) uang kertas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
(15) Mempersiapkan modal kerja, melaksanakan
kegiatan dan pertanggungjawaban Hitung
Ulang Manual (HUM) uang logam
(16) Mempersiapkan modal kerja, melaksanakan
kegiatan dan pertanggungjawaban Hitung
Ulang Manual (HUM) –MSUK
(17) Mempersiapkan modal kerja, melaksanakan
kegiatandan pertanggungjawaban pemusnahan
UK dan MRUK
(18) Mempersiapkan modal kerja, melaksanakan
kegiatan dan pertanggungjawaban peleburan
UL
(19) Melakukan trasaksi dan pertanggung
jawaban setoran bank dan non bank
(20) Mempersiapkan modal kerja, melakukan
transaksi dan pertanggungjawaban bayaran
bank dan non ban
(21) Mempersiapkan modal kerja, melakukan
transaksi dan pertanggungjawaban penukaran
(22) Mempersiapkan modal kerja, melakukan
transaksi dan pertanggungjawaban kegiatan
layanan kas di luar kantor yaitu kas keliling
dan kas titipanMempersiapkan modal kerja,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
melakukan transaksi dan pertanggungjawaban
penjualan Uang Rupiah Khusus (URK)
b) Seksi Layanan Nasabah dan Penyelenggaraan Kliring
Tugas Pokok :
(1) Settlement transfer melalui BI-RTGS untuk
kepentingan pengeluaran Pemerintah (atas
beban APBN atau reksus) dan rekening
lainnya.
(2) Penatausahaan rekening nasabah (termasuk
pemerintah daerah dan lembaga lain terkait
dengan tugas BI)
(3) Settlement penerimaan pajak dan penerimaan
lainnya dari bank ke rekening lainnya.
(4) Penatausahaan Cek/Bilyet Giro (BG) Bank
Indonesia
(5) Pengiriman Data Keuangan Elektronik (DKE)
melalui SKN-BI untuk kepentingan
pengeluaran Pemerintah (atas beban APBN
atau reksus) dan rekening lainnya.
(6) Analisa Perilaku dan Perkembangan SP Non
Tunai di KBI:
a. Tatausaha Money Remittance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
b. Kajian Perilaku SP Non Tunai Menyediakan
layanan helpdesk kepada
peserta BI-RTGS
(7) Melaksanakan survey atas layanan SP Non
Tunai
(8) Pengelolaan database (rekening, user dan
database lainnya) BI-SOSA dan BI-RTGS
(RTGS Terminal)
(9) Pengelolaan transaksi (akunting dan anggaran)
BI-SOSA
(10) Melakukan tugas lain terkait dengan
sosialisasi dalam rangka deseminasi ketentuan
SP kepada stakeholder di daerah.
(11) Penyelenggaraan kliring lokal (Warkat
Debet)
(12) Pengelolaan Data Keuangan Elektronik
(DKE)
(13) Pengelolaan dan penatausahaan data penarik
cek/BG kosong
(14) Penerbitan Daftar Hitam Lokal
(15) Monitoring penyelenggaraan kliring lokal
non BI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
(16) Perhitungan dan pembebanan biaya proses
pilah
(17) Pelaksanaan BCP baik yang dikoordinir
DASP maupun KBI
(18) Pengelolaan anggaran
(19) Menyediakan layanan helpdesk kepada
peserta kliring sehunbungan dengan SKN-BI
Jadwal pelaksanaan kliring
Jadwal penyelenggaraan kliring dibagi dalam 2 sesi yaitu :
1. Pukul 08.30 – 11.00 : dilaksanakan kliring kredit sesi 1
dan kliring debet (penyerahan).
2. Pukul 13.00 – 14.00 : dilaksanakan kliring kredit sesi 2
dan kliring debet (pengembalian).
d. Bidang Manajemen Intern
1) Seksi Sumber Daya
Tugas Pokok :
a) Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan
penerimaan, penempatan, pengembangan, pembinaan
dan pemutusan hubungan kerja dengan pegawai
termasuk THOS sesuai ketentuan yang berlaku
b) Mengelola data kepegawaian.
c) Menyelenggarakan pendidikan dan latihan pegawai
sesuai dengan kewenangannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
d) Melakukan kegiatan yang terkait dengan sistem
pemeliharaan pegawai (gaji, insentif, manfaat dan
fasilitas lainnya)
e) Membuat laporan berkala yang berkaitan dengan
kepegawaian kepada satker di KP.
f) Mengkoordinasikan penyusunan RKAT dan
mengevaluasi realisasi RKAT KBI.
g) Mendukung terlaksananya kegiatan yang terkait
dengan funsi koordinasi dengan KKBI.
h) Melakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi terhadap realisasi program kerja dan
anggaran KBI.
i) Menatausahakan dan melaksanakan pengadaan
barang dan jasa.
j) Melaksanakan pemeliharaan gedung, inventaris
kantor, rumah dinas, rumah istirahat dan perabotnya
serta sarana lainnya.
k) Melaksanakan penghapusan barang-barang inventaris
dan kendaraan.
l) Menyelesaikan tagihan sumber daya energi, jasa dan
lainnya kepada pihak ketiga.
m) Membuat laporan berkala yang berkaitan dengan
kegiatan kelogistikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
n) Melakukan pemeliharaan perangkat lunak dan keras
terkait dengan teknologi informasi.
o) Melakukan koordinasi pengadaan barang dan jasa
tertentu yang dibutuhkan bersama oleh KBI yang
hanya dapat dipenuhi oleh rekanan di tempat
kedudukan KKBI.
p) Memfasilitasi kebutuhan terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan proses hukum.
q) Menatausahakan surat, warkat masuk maupun keluar
dan dokumen laimmya termasuk mengelola sentral
khazanah arsip.
r) Melaksanakan dan menatausahakan kegiatan
pengamanan gedung kantor, tata tertib kantor,
pengiriman dan penjemputan uang, kas keliling,
rumah dinas dan rumah peristirahatan serta sarana
lainnya.
s) Melaksanakan pengamanan dan tindakan
penanggulangan ancaman serta gangguan Kamtib
terhadap personil, materiil, acara kedinasan, sosial
kepegawaian dalam keadaan normal dan darurat,
termasuk karena dampak bencana alam.
t) Merencanakan dan melaksanakan pelatihan yang
berkaitan dengan tugas pengamanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
u) Melaksanakan kegiatan protokoler sesuai dengan
ketentuan keprotokolan yang berlaku.
v) Mengoperasikan alat komunikasi untuk keperluan
Bank Indonesia.
w) Membuat laporan berkala mengenai kesekretariatan,
komunikasi dan pengamanan.
x) Mendukung koordinasi dalam pelaksanaan tugas
kesekretariatan, pengamanan dan protokol
Secara makro seksi sumberdaya KBI Solo harus lebih mampu
menjadi moral lead bagi pegawainya misal masalah ketepatan waktu,
etos kerja, dan kualitas kerja. Juga sebagai penggerak, pembangkit
semangat kinerja pegawai lainnya. Hal ini terkait dengan peran SDM
dalam pengelolaan SDM itu sendiri yaitu sebagai:
a. Mitra strategis (strategic partner), yaitu bagaimana kehadiran
SDM dapat memberikan manfaat bagi KBI Solo (satker) untuk
mewujudkan visi, misi, dan sasaran strategisnya
b. Agen Perubahan (change agent) yaitu bagaimana SDM dapat
memberikan stimulasi dan passionate sehingga satuan kerja
termasuk line manager dan pegawai dapat melakukan
transformasi organisasi sehingga mampu menjawab tantangan
stakeholders
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
c. Employee champion, yaitu gerakan untuk menumbuhkan
semangat, komitmen, dan kapabilitas agar pegawai dapat
menjalankan tugasnya dalam jabatan dan satuan kerja secara
maksimal.
d. Administrative expert, yaitu upaya meningkatkan pelayanan
dan pengelolaan SDM yang efisien dan efektif
B. Pembahasan
1. Langkah yang dijalankan Kantor Bank Indonesia Solo dalam
menjalankan inflasi di Solo Raya
Sebagaimana diketahui, inflasi adalah kecenderungan kenaikan
harga-harga secara umum dan terus menerus. Inflasi yang tinggi dan tidak
stabil memberikan dampak negatif terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat, yaitu menyebabkan pendapatan riil masyarakat turun;
menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil
keputusan, baik dalam hal konsumsi, investasi maupun produksi sehingga
pertumbuhan ekonomi menurun. Lebih dari itu, inflasi juga mendorong
investasi jangka pendek yang bersifat spekulatif, memicu efek spiral
harga-upah yang merugikan dan menjadikan daya saing industri domestik
di pasar internasional menjadi lebih rendah. Sebaliknya, kondisi yang
positif dan kondusif akan tercapai apabila inflasi yang rendah dan stabil
dapat dijaga. Untuk itu, penting bagi pemerintah daerah dan instansi terkait
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
memantau dan mengendalikan inflasi di daerahnya dalam rangka menjaga
stabilitas perekonomian daerah.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Kantor Bank
Indonesia Solo, sumber tekanan inflasi di daerah, khususnya di Kota
Surakarta, banyak yang berasal dari sisi penawaran yang disebabkan
adanya gangguan-gangguan di sisi pasokan atau produksi dan distribusi.
Sementara itu, Bank Indonesia melalui kebijakan moneter hanya mampu
mengendalikan tekanan inflasi yang bersumber dari sisi permintaan. Oleh
karena itu, untuk mengatasi sumber tekanan inflasi yang berasal dari sisi
penawaran diperlukan kerja sama, komitmen dan koordinasi dari
Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta dan instansi terkait untuk menjaga
stabilitas harga di Kota Surakarta.
Dengan latar belakang tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot)
Surakarta dan Bank Indonesia pada 15 April 2008 melakukan pertemuan
yang membahas pentingnya koordinasi antar instansi dalam upaya
pengendalian inflasi. Pembahasan tersebut dilanjutkan dengan pertemuan
pada tanggal 14 Juli 2008 yang mendiskusikan inisiatif pembentukan Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Surakarta. Sejak saat itu selalu
diadakan pertemuan rutin bulanan yang membahas perkembangan harga di
Kota Surakarta. Dengan Keputusan Walikota Surakarta
No.589.05/20/1/2010, TPID Kota Surakarta secara resmi terbentuk pada 1
Maret 2010.
a. Landasan Hukum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Dasar hukum keberadaan TPID Kota Surakarta adalah sebagai berikut:
a) Kesepakatan Bersama antara Kantor Bank Indonesia Solo dan
Pemerintah Kota Surakarta No.11/16/DKM/Slo dan No.500/4.763
tanggal 26 November 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kota
Surakarta.
b) Perjanjian Kerja Sama antara Pemimpin Bank Indonesia Solo dan
Sekretaris Daerah Kota Surakarta No.11/17/DKM/Slo dan
No.580/4.764 tanggal 26 November 2009 tentang Pengendalian
Inflasi Daerah Kota Surakarta.
c) Keputusan Walikota Surakarta No.589.05/20/1/2010 tanggal 1
Maret 2010 tentang Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota
Surakarta.
TPID Kota Surakarta terdiri dari Tim Teknis dan Tim Pengarah.
Tim Pengarah TPID Kota Surakarta beranggotakan Walikota,
Sekretaris Daerah, Pemimpin Bank Indonesia Solo, Kasat Reskrim
Poltabes, Asisten Perekonomian Pembangunan dan Kesejahteraan
Rakyat dan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kota Surakarta. Sedangkan Tim Teknis beranggotakan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemkot Surakarta serta
instansi-instansi terkait yang mempunyai peran penting dalam
memantau dan mengendalikan inflasi, termasuk memantau produksi
dan distribusi bahan pokok masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
b. Susunan Keanggotaan
1) Tim Pengarah
Ketua Merangkap Anggota : Walikota Surakarta
Wakil Ketua Merangkap Anggota: Sekretaris Daerah Kota Surakarta
Sekretaris Merangkap Anggota : Pemimpin Bank Indonesia Solo
Anggota : a) Kasat Reskrim Poltabes Surakarta
b) Asisten Perekonomian
Pembangunan dan Kesejahteraan
Rakyat Kota Surakarta
c) Kepala Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kota
Surakarta
2) Tim Teknis
Ketua Merangkap Anggota : Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Surakarta
Wakil Ketua Merangkap Anggota: Kepala Bagian Administrasi
Perekonomian Setda Surakarta
Sekretaris Merangkap Anggota : Deputi Pemimpin Bidang Ekonomi
Moneter Bank Indonesia Solo
Anggota : a) Kepala Dinas Pertanian Kota
Surakarta
b) Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
c) Kepala Dinas Perhubungan Kota
Surakarta
d) Kepala Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Surakarta
e) Kepala Kantor Ketahanan Pangan
Kota Surakarta
f) Kepala Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Surakarta
g) Direktur Utama PDAM Kota
Surakarta
h) Kepala PLN APJ Surakarta
i) Kepala Bulog Sub Divre III
Surakarta
j) Ketua Kadin Surakarta
k) Kanit II Intelkam Poltabes Kota
Surakarta
l) Ketua Organda Surakarta
m) Ketua Hiswana Migas Surakarta
o) Ketua API Surakarta
p) Kepala PT. Perkebunan Nusantara
IX
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Narasumber : a) Badan Pusat Statistik Kota
Surakarta
b) Bakorwil II Surakarta
2. Peran Kantor Bank Indonesia Solo dalam mengendalikan inflasi di
Solo Raya
Peran Kantor Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi di
Solo Raya adalah dengan membentuk TPID yaitu Tim Pengendali
Inflasi Daerah. Tim Pengarah mempunyai wewenang untuk mengambil
kebijakan terkait pengendalian inflasi daerah berdasarkan usulan dan
laporan dari Tim Teknis TPID Kota Surakarta.
Tim Teknis mempunyai tugas:
a. Melakukan pemantauan harga dan pemetaan masalah inflasi di Kota
Surakarta.
b. Melakukan pengendalian harga di Kota Surakarta.
c. Melakukan penelitian dan evaluasi sumber potensi tekanan inflasi di
Kota Surakarta.
d. Melakukan langkah-langkah preventif dan kuratif dalam
pengendalian inflasi daerah meliputi:
1) Mengupayakan terpenuhinya ketersediaan pasokan, terutama
bahan pangan.
2) Meminimalkan dampak administered prices di daerah.
e. Memberikan informasi dan atau rekomendasi/usulan kebijakan
(termasuk alternatif solusi) kepada Tim Pengarah TPID.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
f. Melakukan diseminasi sasaran dan upaya pencapaiannya kepada
masyarakat daerah setempat.
g. Melaporkan semua kegiatan kepada Tim Pengarah.
a. Sinkronisasi Tugas TPID Sesuai Tupoksi
Tabel 3.1 Sinkronisasi Tugas TPID
NO SKPD/INSTANSI TERKAIT
PROGRAM KERJA KETERANGAN
1 DISPERINDAG
Survei pemantauan harga 2 kali dalam seminggu, rutin, internal
Pemantauan harga menjelang lebaran &
tahun baru
2 kali dalam setahun, rutin, melibatkan
instansi terkait
Operasi pasar Jika harga melonjak signifikan dan
menunggu kebijakan pemerintah
2 BAPPEDA
Kajian mengenai peta jalur distribusi
komoditas Usulan
3 ADM. PEREKONOMIAN
Monitoring produk pangan Melibatkan instansi terkait, anggaran
Rp 50 juta
Pendistribusian Raskin Anggaran Rp 80 juta
Monitoring BBM Tidak rutin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
NO SKPD/INSTANSI TERKAIT
PROGRAM KERJA KETERANGAN
Monitoring harga sembako
Melibatkan instansi terkait, anggaran
Rp16.506.000
4 BI
Pertemuan insidental, termasuk
Rakornas dan Forum TPID se-Jateng
Rakornas 1 kali dlm setahun, Rakor
TPID Jateng-DIY 2 kali dlm setahun
Survei pemantauan harga mingguan Laporan setiap bulan
Penelitian terkait inflasi 1 kali dalam setahun
Forum diskusi/diseminasi terkait inflasi Insidental
Pertemuan Tim Teknis TPID Setiap bulan
5 DISPERTAN
Yustisi atau pengawasan peredaran
daging dan bahan makanan
3 bulan sekali/tergantung situasi dan
kondisi, melibatkan instansi terkait
Pencegahan penyakit hewan menular Seminggu sekali, rutin
Pemeriksaan penyakit hewan menular Seminggu sekali, rutin
Pengendalian hama tanaman Pelaksanaan tergantung situasi dan
kondisi
6 KKP
Pemantauan harga bahan pangan
strategis
Setiap hari untuk 15 jenis bahan
pangan strategis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
NO SKPD/INSTANSI TERKAIT
PROGRAM KERJA KETERANGAN
Monitoring ketersediaan bahan pangan
pokok Strategis
Setiap bulan untuk 13 jenis bahan
pangan pokok strategis
7 DPP
Penyiapan sarana dan prasarana pasar
Penjagaan arus lalu lintas menuju pasar Koordinasi dengan Dishub
Monitoring ketersediaan komoditas dan
dinamika Harga
Koordinasi dengan Dinkes, Dispertan,
Disperindag dan Satpol PP
8 DISHUB
Survei pemantauan load factor
angkutan umum April & Mei
Pemeriksaan perizinan dan pemantauan
tarif Angkutan Juli & Agustus
Operasi angkutan Lebaran, Natal dan
Tahun Baru
Melibatkan tim utk operasi gabungan
9 INTELKAM POLTABES
Asesmen situasi dan kondisi sosial
ekonomi
Setiap hari, koordinasi dengan instansi
terkait
Kegiatan preventif Hari besar nasional dan keagamaan
Kegiatan represif Jika ada pelanggaran hukum
10 BULOG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
NO SKPD/INSTANSI TERKAIT
PROGRAM KERJA KETERANGAN
Monitoring harga beras di tingkat
produsen dan Konsumen
Seminggu sekali/setiap hari jika terjadi
fluktuasi harga
Survei persediaan beras di tingkat
produsen dan Konsumen 2 minggu sekali
Monitoring produk pangan Sebulan sekali, melibatkan instansi
terkait
Operasi pasar beras Jika harga melonjak signifikan dan
menunggu kebijakan pemerintah
11 PTPN IX
Pelaksanaan giling Pabrik Gula Mei-akhir Oktober, estimasi produksi
1.701.925 Ku
Melaksanakan impor gula putih Jika ada instruksi pemerintah dan stok
nasional kurang mencukupi
Menjual gula impor April-akhir Mei 2010, Jml gula 67.980
ton
Pasar murah Jika ada permintaan dr instansi terkait
dan harga di atas normal
12 BPS
Pemantauan rutin
Harian, mingguan, setengah mingguan,
setengah bulanan dan bulanan
Pemantauan insidental Hari raya/besar, jk ada kenaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
NO SKPD/INSTANSI TERKAIT
PROGRAM KERJA KETERANGAN
administered price atau peristiwa alam
13 BAKORWIL
Rakor ekoinda
2 minggu sblm Lebaran di tk. Provinsi,
melibatkan instansi terkait
Rakor ekonomi regional
Insidental jk harga sembako, BBM naik
ekstrim
14 DINSOSNAKERTRANS
Survei KHL Bulanan, melibatkan instansi terkait
15 DISKOMINFO
Publikasi harga dari Disperindag dan
Dispertan
Melalui website/media center, tabloid
"Solo Berseri", press release
(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)
b. Kegiatan Utama TPID Tahun 2010
Kegiatan utama TPID Kota Surakarta pada tahun 2010 sebagai
berikut:
1. High Level Meeting TPID (Dihadiri minimal oleh 2 anggota Tim
Pengarah / eselon 2):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
a. Tanggal 28 Januari 2010 di Kantor Bank Indonesia (KBI) Solo,
membahas perkembangan harga dan pembentukan TPID.
b. Tanggal 24 April 2010 di Tawangmangu, membahas program kerja
TPID, penyamaan persepsi bobot penghitungan inflasi dan diskusi
perkembangan harga.
c. Tanggal 3 September 2010 di Ruang Walikota Surakarta,
menyampaikan laporan kerja Tim Teknis periode Januari s.d. Agustus
2010 kepada Tim Pengarah dan diskusi upaya pengendalian inflasi ke
depan.
2. Rapat Tim Teknis TPID:
Rapat Tim Teknis yang telah diselenggarakan pada tahun 2010 sebanyak
12 kali, menghasilkan rekomendasi diantaranya sebagai berikut:
1. Penyaluran raskin bulan April 2010 diharapkan tepat waktu. Bag.
Adm. Perekonomian menyalurkan raskin bulan April 2010 tepat
waktu.
2. Mengharapkan Disperindag memantau gudang distributor gula pasir
untuk menjamin kelancaran distribusi gula pasir, mengingat
Disperindag mempunyai kewenangan untuk memberikan izin
distributor serta memonitor distribusi dan persediaan.
3. Mengadakan program pemanfaatan pekarangan masyarakat untuk
ditanami sayur-sayuran, terutama cabai, agar ketersediaan pasokan
selalu mencukupi. KKP membuat program pemanfaatan pekarangan
pada tahun 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
4. Mendorong Diskominfo memuat press release TPID pada tabloid
Pemkot dan website resmi Kota Surakarta untuk mempengaruhi
ekspektasi inflasi masyarakat. Diskominfo memuat siaran pers TPID
Kota Surakarta pada tabloid Pemkot dan website Kota Surakarta.
5. Setiap anggota TPID yang melakukan kegiatan pengendalian harga,
termasuk hasil rapat rutin Tim Teknis setiap bulan, diharapkan juga
dipublikasikan melalui Diskominfo.
6. Bappeda diharapkan melakukan kajian mengenai peta jalur distribusi
komoditas.
7. Bag. Adm. Perekonomian/Disperindag/Bakorwil diharapkan dapat
mengundang Hiswana Migas/Pertamina untuk membahas langkah-
langkah antisipasi sistem distribusi tertutup elpiji 3 kg.
8. Untuk efektivitas pelaksanaan pemantauan/pemeriksaan oleh Poltabes
Surakarta ke gudang/tempat penyimpanan barang yang diduga
digunakan untuk menimbun barang sehingga melanggar hukum,
diharapkan dukungan informasi dari SKPD terkait, misal monitoring
data stok/persediaan dari gudang distributor. Poltabes Kota Surakarta
melaksanakan pemantauan/pemeriksaan terhadap lokasi yang diduga
tempat penimbunan barang (terutama bahan pokok dan gas) dan
membuat rencana kegiatan (jadwal) pelaksanaannya secara mingguan.
9. Mengintensifkan monitoring harga dan ketersediaan bahan makanan
(terutama beras dan tepung terigu), sandang, serta mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
10. Mengawasi distribusi elpiji 3 kg dan melaporkan pihak-pihak yang
menggunakan elpiji 3 kg yang diisikan ke elpiji 12 kg kepada pihak
yang berwajib.
11. Memperluas/memperbanyak pangkalan distribusi elpiji 3 kg, idealnya
adalah 1 RW ada 1 pangkalan untuk mengeliminir pengecer.
12. Mendorong pihak-pihak terkait menentukan kriteria/syarat sebuah
pangkalan distribusi elpiji 3 kg, misalnya harus punya gudang, harus
punya izin, harus punya minimal stok, dll.
13. Membuat perkiraan ketersediaan komoditas strategis seperti beras,
daging sapi, daging kambing, daging ayam, dan telur ayam menjelang
dan setelah lebaran.
14. Moral suasion kepada pedagang agar tidak menaikkan harga terlalu
tinggi menjelang puasa dan lebaran, serta kepada konsumen agar tidak
terlalu konsumtif dan tidak perlu menumpuk stok barang.
15. Bagian Perekonomian masing-masing kabupaten/kota di wilayah Eks
Karesidenan Surakarta diundang pada pertemuan TPID bulan Juli
2010.
16. Terkait dengan pemberitaan di media massa mengenai kenaikan harga
beras yang tajam, perlu adanya berita penyeimbang dari TPID dengan
didukung oleh data yang akurat untuk meredakan keresahan
masyarakat. Beberapa anggota TPID Kota Surakarta sudah membuat
pernyataan di media massa tentang upaya pengendalian harga yang
menenangkan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
17. TPID akan membuat surat kepada pejabat yang berwenang untuk
mengkaji kembali terkait peraturan operasi pasar beras yang harus
mencapai kenaikan harga 15% dan penyederhanaan birokrasi. Karena
pada kenyataannya kenaikan harga beras sedikit saja sudah
menimbulkan keresahan di masyarakat. Oleh karena itu Pemerintah
Daerah di wilayah Eks Karesidenan Surakarta sepakat mengusulkan
ke Kementerian Perdagangan untuk diadakannya operasi pasar.
18. Perlu adanya monitoring dan pertemuan dengan para
pedagang/distributor beras di Kota Surakarta untuk menggali
informasi lebih jauh lagi mengenai sebab-sebab kenaikan harga beras
yang terjadi saat ini dan melakukan pendekatan kepada mereka untuk
tidak menaikkan harga karena pasokan dan stok masih aman. TPID
Kota Surakarta sudah mengadakan monitoring dan pertemuan dengan
pedagang/distributor Sembako pada 3 Agustus 2010.
19. Penyaluran raskin Kota Surakarta akan dilakukan lebih awal atau
dirapel untuk mengurangi tekanan inflasi pada bulan puasa dan
menjelang Hari Raya/Lebaran. Bag. Adm. Perekonomian
menyalurkan raskin lebih awal/dirapel. Jatah raskin untuk Juli 2010
dibagikan pada awal bulan, jatah raskin untuk Agustus 2010 dibagikan
pada akhir Juli 2010 dan jatah raskin untuk September 2010 dibagikan
pada akhir Agustus 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
20. Jika ada OP, jenis beras yang digunakan untuk OP diusulkan jenis
untuk menengah atas (yang banyak dikonsumsi) sehingga efektif
mempengaruhi harga beras.
21. Kelompok Usaha Ekonomi Pedesaan harus mengambil peran dalam
rangka mengamankan HPP dari pemerintah untuk mengimbangi
tengkulak.
22. Standar kualitas beras yang masuk Bulog dan HPP diusulkan tidak
sama dalam setahun, melainkan disesuaikan dengan faktor musiman.
23. Distributor/pedagang Sembako dihimbau agar tidak bermain di ranah
pidana seperti menimbun, menjual di atas HET, mencampur,
mengoplos, dll.
24. Diperlukan monitoring harga dan stok/Sidak di distributor dan pasar
tradisional agar distributor/pedagang tidak menaikkan harga secara
spekulatif.
25. Ke depan diharapkan ada anggaran pasar murah dalam rangka
mendukung upaya pengendalian harga.
26. Bulog diharapkan dapat menjaga stabilitas harga beras dengan
mengumumkan kepada masyarakat bahwa stok beras aman.
27. Diperlukan antisipasi ketersediaan stok saat mudik Lebaran mengingat
jumlah pemudik cukup besar sehingga dikhawatirkan menimbulkan
tekanan inflasi dari sisi permintaan.
28. Media massa diharapkan tidak terlalu mem-blow up beras premium
atau minyak goreng Super jika terjadi kenaikan harga, melainkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
menitikberatkan berita pada beras jenis medium atau minyak goreng
curah yang banyak dikonsumsi masyarakat dan mempunyai bobot
yang cukup tinggi dalam penghitungan inflasi.
29. Perlunya diamati pola perilaku komoditas-komoditas penting agar bisa
diantisipasi.
30. Masyarakat dihimbau agar tidak belanja sebanyak-banyaknya
menjelang Lebaran sehingga tidak menimbulkan tekanan terhadap
inflasi.
31. Akan dilakukan penelitian “Pemetaan Distribusi Komoditas
Penyumbang Inflasi Terbesar di Kota Surakarta”. KBI Solo sudah
melakukan penelitian “Pemetaan Distribusi Komoditas Penyumbang
Inflasi Terbesar di Kota Surakarta”.
32. Anggaran TPID diharapkan dapat dimasukkan dalam APBD Kota
Surakarta.
33. Perlu adanya kebijakan untuk mengatasi ulah distributor yang
biasanya menyimpan/menimbun barang menjelang Natal dan kong-
kalikong atau menutup-nutupi informasi saat Sidak.
34. Perlunya pemantauan agen/distributor untuk memastikan tidak adanya
penimbunan barang.
35. Perlu deteksi dini atau antisipasi faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap inflasi.
36. Pada tahun 2011 akan diusulkan lagi anggaran untuk TPID dalam
APBD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
37. Perlu dikaji struktur pasar komoditas-komoditas tertentu di Kota
Surakarta.
38. Perlu dikaji pembentukan BUMD Badan Penyangga atau seperti
Bulog Bayangan untuk mengatasi gejolak harga komoditas yang bisa
dimainkan oleh pedagang besar.
39. Dalam pertemuan-pertemuan TPID, perlu diundang wartawan untuk
menginformasikan hasil rapat kepada masyarakat dalam rangka
membentuk ekspektasi inflasi yang positif.
40. Perlu diadakan bantuan beras premium untuk masyarakat dan ada
pelatihan membuat intip dan karak dari beras Raskin.
41. Perlu pendataan pola produksi komoditas-komoditas utama setiap
tahunnya seperti beras, cabai dan daging, serta prediksi kebutuhannya.
42. Pangkalan-pangkalan distribusi elpiji 3 kg yang belum resmi perlu
diresmikan.
43. Perlu sosialiasasi mengenai besarnya UMK 2011, supaya tidak terjadi
gejolak. Dinsosnakertrans Kota Surakarta sudah melakukan sosialisasi
UMK 2011.
44. Jadwal penyaluran Raskin dilakukan seperti biasa, dalam keadaan
tertentu bisa dijadwal ulang apabila terjadi gejolak harga pasar.
45. Perlu ditinjau ulang tata niaga gula pasir karena stok dikuasai oleh
distributor-distributor tertentu dan banyak stok penyalur yang tidak
disalurkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
46. Diperlukan monitoring bersama dan ekspose ke media massa
mengenai ketersediaan stok beras dari Kantor Ketahanan Pangan Kota
Surakarta dan Bulog Sub Divre III Surakarta agar tidak ada spekulasi
harga.
47. Perlu menjaga ekspektasi masyarakat supaya tetap baik, dengan
memberikan informasi yang tidak meresahkan masyarakat.
48. Dalam rangka untuk mencukupi kebutuhan, masyarakat dihimbau
untuk melakukan skala prioritas.
49. Untuk mengendalikan harga beras, di samping Raskin diharapkan
dapat dianggarkan melalui APBD melalui program untuk keluarga
miskin dengan beras premium.
50. Untuk mengatasi gejolak harga, bantuan bibit cabai diharapkan segera
direalisasikan pada tahun 2011 dalam program pemanfaatan
pekarangan.
51. Perlunya sosialisasi mengenai rencana kenaikan tarif PDAM pada
Januari 2011, sehingga tidak meresahkan masyarakat. PDAM sudah
melakukan sosialisasi sejak kenaikan tarif ditetapkan secara berkala
sebesar Rp200 per tahun dari tahun 2009-2012. Jajaran direksi sudah
melakukan sosialisasi tersebut ke kelurahan-kelurahan setiap 2
minggu.
52. Perlu dibentuk forum lintas regional wilayah Eks Karesidenan
Surakarta mengenai produksi dan distribusi komoditas pangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
3. Inspeksi lapangan & dialog dengan distributor/pedagang Sembako,
3 Agustus 2010.
Merupakan upaya persuasif agar distributor/pedagang tidak menimbun
Sembako sebelum bulan Puasa dan tidak menaikkan harga menjelang
Lebaran. Selain itu, juga sebagai sarana untuk menginformasikan kepada
distributor/pedagang bahwa ketersediaan Sembako masih surplus sehingga
tidak perlu ada kekhawatiran kelangkaan barang.
4. Konferensi/siaran pers, setiap bulan setelah rapat.
5. Mengikuti Rakornas TPID (12 April 2010) & Rakor TPID se-Jateng
(5-6 Agustus 2010 & Desember 2010).
6. Survei pemantauan harga mingguan.
7. Penelitian: Pemetaan Distribusi Komoditas Penyumbang Inflasi
Terbesar di Kota Surakarta.
c. Berita Terkait dengan Inflasi
1) BI: Inflasi naik 0,28 persen (Joglosemar, 1 Februari 2010)
2) Harga beras terkendali, inflasi diperkirakan turun (Suara Merdeka, 1 Maret
2010)
3) Inflasi tahun kalender dicermati (Solopos, 3 Maret 2010)
4) Inflasi bulan Maret lebih rendah (Kompas, 29 Maret 2010)
5) Pilkada, inflasi Kota Surakarta tetap terkendali (Solo Berseri, Edisi III
2010)
6) Pilwakot tak pengaruhi inflasi (Suara Merdeka, 30 April 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
7) Harga beras diduga dimainkan (Solopos, 17 Juli 2010)
8) Pedagang beras bantah permainkan harga (Solopos, 19 Juli 2010)
9) Pemkot lamban gelar OP (Suara Merdeka, 27 Juli 2010)
10) Batal OP, Pemkot salurkan raskin (Radar Solo, 27 Juli 2010)
11) Inflasi Kota Solo diperkirakan menurun (Joglosemar, 30 Juli 2010)
12) Pemkot batal gelar OP, raskin dibagi (Suara Merdeka, 5 Agustus 2010)
13) Harga Sembako masih stabil (Suara Merdeka, 31 Agustus 2010)
14) Pedagang diimbau tak naikkan harga (Joglosemar, 31 Agustus 2010)
15) TPID Sidak harga dan pasokan Sembako di pasaran (Radar Solo, 1
September 2010)
16) Agustus, inflasi Solo terkendali (Solopos, 3 September 2010)
17) Agustus, inflasi Solo hanya 0,16% (Joglosemar, 3 September 2010)
18) Inflasi Solo Terendah di Jateng (Radar Solo, 3 September 2010)
19) TPID susun peta pangan (Joglosemar, 4 September 2010)
20) Stok pangan dijamin aman (Suara Merdeka, 4 September 2010)
21) Jokowi minta TPID lebih titen (Solopos, 4 September 2010)
22) Inflasi bulan September meningkat 0,16 persen (Radar Solo, 30
September 2010)
23) Lebaran beri tekanan inflasi (Suara Merdeka, 30 September 2010)
24) Inflasi Kota Solo di bawah angka nasional (Suara Merdeka, 4 Oktober
2010)
25) TPID Kota Surakarta Usulkan Bedah Struktur Pasar (Solo Berseri, Edisi
X 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
26) Inflasi November diprediksi meningkat (Suara Merdeka, 27 November
2010).
3. Komoditas yang mempengaruhi inflasi di Solo Raya
Dalam rangka menguji perilaku inflasi dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya, tidak cukup dilakukan studi dengan menggunakan
berbagai model ekonometrika melalui permintaan uang, melainkan potensi
inflasi juga dapat dicermati dari sisi penawaran. Berkaitan dengan hal ini,
maka tidak saja dari masalah jumlah penyediaan barang dan jasa, melainkan
juga perilaku distribusi dari barang dan jasa tersebut. Nilai tambah yang
tinggi juga terkait dengan perilaku dan jalur distribusi dari suatu komoditas
atau kebijakan.
Beras, daging ayam ras, dan cabe merah merupakan komoditas yang
paling sering memberikan inflasi tertinggi di Solo Raya. Hal ini sangat wajar
karena komodits tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat sehingga
porsi nilai konsumsi komoditas tersebut terhadap total nilai konsumsi
masyarakat cukup besar. Komoditas-komoditas tersebut merupKn leader
goods yang bila harganya naik maka akan mendorong kenaikan harga
produk-produk lainnya (inflasi). Bila hal tersebut dibiarkan, perekonomian
secara makro akan terganggu. Dengan demikian, segenap inflasi terkait
berkepentingan untuk selalu menjaga stabilitas harga komoditas-komoditas
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Penentuan harga sebuah barang ditentukan oleh pihak penjual (supply)
dan pembeli(demand). Kondisi elastisitas di masing-masing pihak sangat
menentukan pihak mana yang akan berperan penting dalam menentukan
harga dan siapa yang akan menikmati keuntungan yang paling besar. Jika
pihak penjual atau pembeli dalam kondisi yang elastis maka dia mempunyai
kesempatan untuk memutuskan berapa harga barang tersebut dan dia akan
menikmati keuntungan yang lebih besar atau dengan kata lain posisi tawar
menawarnya (bargaining position) yang kuat. Sebaliknya jika dalam kondisi
yang inelastis, maka pihak penjual atau pembeli cenderung akan mengikuti
tingkat harga yang sudah ditentukan oleh oihak yang lebih kuat. Apabila
pembeli yang memiliki posisi tawar menawar yang kuat maka disebut buyer
market, sedangkan jika penjual yang kuat maka disebut seller market.
Tiga komoditas utama tersebut yang merupakan kebutuhan pokok
memiliki elastisitas permintaan yang sangat inelastis dibandingkan
dibandingkan dengan elastisitas penawarannya, maka dengan dengan
demikian harga ditingkat konsumen lebih ditentukan oleh pihak penjual atau
lebih dikenal dengan seller market. Harga komoditas ditingkat konsumen atau
harga di pasar akhir sangat menentukan tingkat inflasi. Apabila memang
pihak penjual sangat menentukan harga komoditas ditingkat konsumen, maka
petani atau produsen sebagai pihak penjual pertama juga sangat menentukan
terrhadap oenentuan harga komoditas. Pertanyaan yang kemudian muncul
dari pertanyaan teersebut adalah faktor-faktor apakah yang menentukan harga
komoditas tersebut secara spesifik dari aktifitas yang dilakukan oleh pelaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
tersebut. Beberapa penelitian sebelumnya sudah banyak mengungkapkan hal
tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian Kantor Bank Indonesia Solo bekerjasama
dengan PPEP Fakultas Ekonomi Universitas Sebalas Maret (2008) diketahui
bahwa untuk komoditas utama penyumbang inflasi terbesar di Solo Raya,
khususnya beras, masalah yang krusial di tingkat petani yang menyebabkan
harga berfluktuasi adalah ketersediaan dan harga input yang mencakup benih,
pupuk, air, obat-obatan, dan tenaga kerja. Input yang sulit didapatkan
menyebabkan harganya tinggi. Di sisi lain, lahan usaha tani padi semakin
berkurang seiring adanya alih fungsi lahan sehingga harga sewa lahan
semakin tinggi. Masalah lain adalah kurangnya akses permodalan bagi petani.
Berbagai masalah tersebut menjadikan pasokan beras terganggu dan pada
akhirnya harga beras meningkat. Selain masalah pada tingkat petani, di
tingkat pedagang perantara, biaya pemasaran sangat tinggi, yang mencakup
biaya transportasi, pengepakan dan penyimpanan, sementara fasilitas pasar
seperti pergudangan, bongkar muat dan fasilitas lainnya tidak cukup
memadai.
Untuk komoditas daging ayam ras, diketahui bahwa harga pakan, bibit
dan obat-obatan seringkali tidak menentu. Hal ini terkait dengan struktur
pasar yang bersifat oligopsoni pada tingkat pedagang pengumpul, serta
oligopsoni dan oligopoli pada tingkat pedagang pasar atau pemotong.
Untuk komoditas daging ayam ras, masalah yang dihadapi hampir
sama dengan peternak daging ayam ras, diantaranya adalah harga pakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
bibit, vitamin dan obat-obatan yang tidak menentu. Sementara pada tingkat
pedagang perantara, biaya transporastasi dan penyimpanan cukup tinggi,
kualitas produk tidak stabil, penyusutan dan tingkat kerusakan telur yang
tinggi dan fasilitas pasar yang kurang memadai.
Untuk komoditas sayuran, termasuk di dalamnya cabe merah, masalah
yang dihadapi pada tingkat petani meliputi lahan yang relatif terbatas, cuaca
tidak teratur, keterbatasan input sarana produksi dan modal kerja rendah.
Sementara masalah yang dihadapi pada tingkat pedagang perantara meliputi
jarak pemasaran yang relatif jauh sehingga biaya transportasi dan risiko
kerusakan selama pengangkutan relatif tinggi, biaya penyimpanan relatif
besar, susutnya volume komoditas, pasokan komoditas yang tidak teratur,
kualitas komoditas yang bervariasi dan minimnya fasilitas pasar.
a. Rantai Nilai Komoditi Beras
Komoditi beras yang menjadi pengamatan pada survey ini adalah jenis C4.
Tabel 3.2 Komoditi beras
PRODUKSI PASCA PANEN DISTRIBUSI
- Persiapan Lahan
- Penyemalan
- Penanaman
- Pemupukan
- Pemeliharaan
- Panen
- Pengeringan
- Penggilingan
- Pengemasan
- Transportasi
- Distribusi
(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Gambar 3.5 Rantai Pasok Beras
(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)
Para pelaku yang ditemukan pada rantai pasok beras adalah petani,
pedagang pengumpul, pemilik penggilingan padi (rice miil), pedagang besar
dan pengecer. Dari sisi aktivitas, petani merupakan pelaku dengan aktivitas
yang paling beragam dan memakan waktu yang lama. Aktivitas produksi,
mulai dari persiapan lahan, penyemaian, penanaman, pemeliharaan dan
pemanenan. Lalu aktivitas pasca panen melibatkan pedagang pengumpul,
pemilik rice mill dan pedagang besar dan pengecer. Di luar para pelaku
tersebut tercatat peranan penting Toko Saprotan dan institusi Bulog sebagai
jasa pendukung produksi dan pemasarn pada rantai pasok tersebut.
Untuk memberikan gambaran mengenai peta rantai nilai komoditas
beras, diberikan ilustrasi dari salah satu responden pedagang eceran yang
BULOG
TOKO SAPROTAN
PEDAGANG PENGUMPUL
KUD
PETANI PEMILIK RICE MILL
PEDAGANG BESAR
PENGECER KONSUMEN AKHIR
48,43
40
47,83
51,13
4,35
2,22
4,35
6,63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
menjadi responden dalam penelitian ini. Salah satu responden pedagang
eceran tersebut menjual bermacam-macam kebutuhan pokok sehari-hari, nilai
penjual beras hanya sekitar 5% dari total keseluruhan omset penjualannya.
Menurutnya setiap hari rata-rata mampu menjual sekitar satu kwintal beras.
Harga jual beras jenis C4 biasanya adalah Rp. 5.400,-/ kg. Sedangkan harga
belinya adalah Rp. 5.200,-/ kg, yang diperoleh dari pedagang besar di pasar
beras Kumiayi yang terlatak satu kawasan dengan Pasar Legi.
Responden merupakan salah satu pedagang besar dari sekitar 20
pedagang besar beras di pasar beras Kumiayi Surakarta. Pedagang besar ini
memiliki toko yang sekaligus merupakan gudang beras. Harga jual beras C4
di toko pedagang besar ini adalah Rp. 5.200,/kg. Sebagian besar beras yang
dijual oleh pedagang besar ini berasal dari Kecamatan Nogosari, Kabupaten
Boyolali, Kecamatan Bekonang, dan Kabupaten Sukoharjo. Beras diperoleh
dari beberapa pemilik penggilingan padi, yang umumnya mereka adalah
pemilik penggilingan padi (rice miil). Salah satu pemilik penggilingan padi
yang memasok pedagang besar di atas adalah pemilik penggilingan padi yang
berasal dari Kecamatan Nogosari, Boyolali dengan harga beli Rp. 5000,- /kg
.Dalam satu hari rata-rata pedagang beras tersebut mampu menjual 3 ton
beras.
Responden yang merupakan pemilik penggilingan beras di kelurahan
Mbuli, Kecamatan Nogosari, Boyolali memperoleh gabah kering yang berasal
dari para petani di wilayah Kecamatan Nogosari. Rata-rata dalam satu hari
responden mampu menjual beras C4 sebanyak 1,5 ton. Harga jual beras C4 ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Pasar Beras Kumiayi berkisar antara Rp. 4.900,- sampai Rp. 5.000,- /kg
tergantung kualitas beras tersebut. Pembelian awal yang dilakukan responden
pemilik penggilingan beras adalah saat beras masih berbentuk gabah kering,
dimana harga beli gabah kering adalah Rp. 2.500,- /kg. Setiap 1 kwintal (100
kg) gabah kering rata-rata menghasilkan rata-rata 55 kg beras dan 10 kg
bekatul. Sehingga setiap pembelian satu kwintal gabah kering seharga Rp.
280.000,- dihasilkan beras seharga Rp. 275.000,- (55 kg x Rp. 5.000,- ) dan
bekatul seharga Rp. 24.000,- (10 kg x Rp. 2.400,-). Dengan estimasi biaya
penggilingan per kwintal adalah Rp. 2.000,- (termasuk biaya tenaga kerja dan
bahan bakar), makakeuntungan pemilik penggilingan padi untuk per kwintal
gabah kering adalah kurang lebih sekitar Rp. 17.000,-.
Responden petani yangmenjual gabah keringnya kepada pemilik
penggilingan padi memiliki lahan sawah, kurang lebih seluas 1 hektar yang
terdiri dari 3 patok sawah, terletak di Kelurahan Rembun, Nogosari, Boyolali.
Dalam satu kali masa tanam, sawah responden petani ini menghasilkan 50
kwintal gabah kering. Dengan harga jual gabah kering Rp. 2.800,- maka hasil
penjualannya sebesar Rp. 14.000.000,-. Biaya operasional yang dikeluarkan
responden petani untuk satu kali masa tanam adalah Rp. 6.000.000,- (benih,
obat, pupuk, dan tenaga kerja. Dengan demikiaan keuntungan yang diperoleh
responden petani ini adalah Rp. 8.000.000,- untuk satu kali masa tanam.
Benih dan pupuk (saprotan) yang digunakan oleh responden petani
berasal dari toko Toko Saprotan yang terletak di Kelurahan Rembun,
Nogosari, Boyolali. Toko Saprotan ini menjual berbagai macam kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
pertanian termasuk obat-obat pertanian dan pakan ternak. Untuk pupuk urea
bersubsidi ini diperoleh dari distributor tingkat kabupaten, yaitu CV.Persada
yang terletak di Sawit, Boyolali. Toko ini mendistribusikan 20 ton pupuk urea
bersubsidi tiap bulannya. Untuk benih padi, Toko Saprotan ini memasarkan
benih merek Sari Tani dari distributor besar yang berada di wilayah palur
Karanganyar. Per sak benih padi C4 dijual seharga Rp. 28.000,- dengan isi
5kg. Keuntungan yang diambil per saknya adalah Rp. 3.000,-. Selain itu juga
menjual berbagai macam obat pertanian. Keuntungan yang diambil dari obat-
obatan pertanian ini kurang lebih 5% hingga 10% dari harga jual untuk tiap
botolnya.
Rantai nilai komoditas yang ditemukan relatif pendek, artinya tata niaga
komoditas beras di Solo Raya relatif efisisen. Letaknya yang amat strategis,
dimana dikelilingi oleh daerah-daerah penghasil komoditas pertanian, secara
khusus dalam hal ini komoditas beras. Penguasaan margin harga untuk setiap
pelaku dalam rantai nilai cukup bervariasi.
Tabel 3.3 Distribusi rata-rata harga dan margin harga beras
Pelaku Harga Jual (Rp) Selisih (Rp) Margin (%)
Petani 2.800 2.000 43,48
Rice mill/
pedagang pengumpul 5.000 2.200 47,83
Pedagang besar 5.200 200 4,35
Pedagang pengecer 5.400 200 4,35
(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Catatan :
Lahan milik sendiri
Untuk kasus petani dengan kepemilikan lahan sawah sendiri, distribusi
penguasaan margin harga semakin tampak padak tabel diatas. Petani ralatif
memiliki penguasaan margin harga terbesar kedua yaitu sebesar 43,48%,;
pengumpul atau pemilik rice mill sebesar 47,83%; pedagang besar relative
kecil sebesar 4,35% dan pedagang pengecer juga 4,35%. Menarik mengamati
struktur penguasaan margin harga antar pelaku di dalam rantai nilai
komoditas beras di atas, bahwa semakin ke hilir penguasaan margin semakin
mengecil. Berbeda dengan penelitian sebelumnya dimana ssemakin ke hilir
penguasaan margin harga semakin besar. Hal yang mengindikasikan besarnya
peranan para pedagang, khususnya pedagang besar dalam penentuan harga.
Relatif penguasaan margin harga yang dimiliki petani (43,48%)
sepadan dengan relatif besarnya risiko usaha yang dihadapinya, karena petani
mengalami risiko gagal panen, baik karena serangan hama, perubahan iklim,
maupun bencana alam. Pedagang pengumpul dalam kasus ini juga merangkap
sebagai pengusaha pemilik penggillingan padi sehingga mampu menguasai
margin harga sebesar 47,83%. Pedagang besar dan pengecer masing-masing
memperoleh margin harga sebesar 4,35%. Struktur distribusi penguasaan
margin harga diatas dapat disimpulkan telah akomodatif dalam merespon
tingkat risiko yang dihadapi oleh masing-masing pelaku dalam rantai nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
komoditas beras di Solo Raya. Dengan kata lain struktur distribusi
penguasaan margin harga tersebut adil bagi para pelaku dalam ranntai nilai
tersebut.
b. Rantai Nilai Komoditi Daging Ayam Ras
Peta rantai nilai komoditas daging ayam ras hasil survey dapat
digambarkan sebagai berikut.
Tabel 3.4 Peta rantai nilai komoditas daging ayam ras
PRODUKSI PASCA PANEN DISTRIBUSI
- Persiapan Sapronak
- Pembibitan
- Pemeliharaan
- Panen
- Sioving
- Pemolongan
- Pencabulan bulu
- Pengeluaran Jeroan
- Pemolongan karkas
- Transportasi
- Distribusi
(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)
Gambar 3.6 Rantai Pasok Daging Ayam Ras
(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)
Perusahaan Penyediaan Sapronak
Perusahaan Inti
Pedagang Besar/Broker
Pedagang Eceran
Pedagang Perantara
Konsumen Akhir
5,22% 7,83% 13,04% 34,78%
Toko Sapronak
Peternak Mitra Penuh
Peternak Mitra Penuh
Peternak Mandiri
39,13%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Survey nilai komoditas dagiing ayam ras ini juga dimulai dari pasar
Legi yang terletak di Kelurahan Stabelan, Kecamatan Banjarsari, Kota
Surakarta.
Para pelaku yang ditemukan pada rantai pasok daging ayam ras adalah
perusahaan inti, peternak, pedagang besar, pedagang perantara dan pedagang
eceran. Dari sisi aktivitas, peternak dan pengecer merupakan pelaku dengan
aktivitas yang paling beragam. Peternak bisa dibedakan menjadi tiga (3) jenis,
yaitu peternak mitra penuh, peternak mitra tidak penuh dan peternak mandiri.
Peternak mitra penuh adalah peternak dimana modal usahanya
sepenuhnya didukung dari perusahaan inti. Peternak mitra tidak penuh adalah
peternak dimana modal usahanya sebagian dari perusahaan inti dan sebagian
dipenuhinya sendiri. Sedangkan peternak mandiri adalah peternak dimana
modal usahanya sepenuhnya diusahakan sendiri. Pada waktu survey
dilaksanakan seluruh responden peternak merupakan peternak mitra penuh.
Pedagang eceran melakukan aktivitas pasca panen meliputi pemotongan,
pencabutan bulu, pengeluaran jeroan dan pemotongan karkas dan penjualan.
Jadi berdasarkan rantai pasok tersebut, aktivitas produksi dilakukan oleh
perusahaan inti dan peternak. Perusahaan inti menyediakan DOC, makanan,
minuman dan obat-obatan. Peternak kurang lebih selama tiga (3) bulan
memelihara ayam tersebut hingga panen. Aktivitas pasca panendilakukan
oleh pedagang besar, pedagang perantara dan pedagang eceran. Diluar para
pelaku tersebut tercatat peranan penting perusahaan penyedia Sapronak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
(Sarana Produksi Ternak)ndan Toko Sapronak sebagai jasa pendukung
produksi pada rantai pasok tersebut.
Untuk memberikan gambaran terhadap rantai nilai komoditas daging
ayam ras ini diberikan ilustrasi sebagai berikut. Salah satu reeponden
pedagang eceran memiliki kios terletak di lantai dua (2) Pasar Legi. Dalam
satu hari responden ini membeli 15 ekor ayam hidup, dengan berat rata-rata
1,5kg per ekornya. Ayam tersebut dibeli dari pedagang perantara di Jagalan
kota Surakrta dengan harga Rp. 12.000,- /kg ayam hidup. Dari satu (1) ekor
ayam hidup seberat 1,5 kg tersebut kemudian dipotong sehingga
menghasilkan ayam potong (mati) dengan hasil daging seberat 1 kg dengan
harga jual dan harga jual Rp. 20.000,- /kg, kemudian kepala kepala satu (1)
potong harga jual Rp. 1.500,- lalu hati ayam satu (1) potong dengan harga
jual Rp. 1.750,- dan juga menghasilkan dua (2) potong cakar (kaki), seharga
Rp. 1.000,- ( dua potong). Sehingga dari satu (1) ekor ayam hidup seharga
Rp. 18.000,- ( 1,5 kg x Rp. 12.000,- ), dihasilkan nilai jual potong ayam mati
sejumlah Rp. 24.200,-. Jadi keuntungan kotor rata-rata yang diperoleh
responden eceran ini unruk tiap ekor ayam adalah Rp. 6.250,-. Jika dikurangi
biaya potong dan lain-lain sejumlah Rp. 1.250,-, maka keuntungan bersih
yang diperolehnya sebagai pedagang pengecer adalah Rp. 5.500,- per
ekornya.
Responden pedagang perantara ayam potong pemasok pedagang eceran
diatas berjualan di Jagalan Surakarta. Omset responden pedagang perantara
ini adalah 300 ekor ayam hidup per harinya atau seberat 450 kg. Ayam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
sejumlah tersebut dibagikan kepada 15 orang pedagang pengecer dibawahnya
dengan harga jual Rp. 12.000,- /kg. Responden pedagang perantara ini
memperoleh ayam hidup tersebut dari sebuah perusahaan yang merupakan
pedagang besar seharga Rp. 11.500,- /kg. Dengan demikian keuntungan kotor
yang diperoleh adalah Rp. 500,- /kg.
Air nilai rantai berikutnya adalah pedagang besar. Perusahaan ini
terletak di Ruko Mulyo Mandiri 4, Banyuanyar Solo, dan perusahaan ini
merupakan pedagang ayam terbesar di kota Solo dengan penjualan per hari
sebanyak 7.000 ekor ayam potong hidup , atau kurang lebih 10 ton ( 10.000
kg). Pedagang besar ini memperoleh pasokan ayam potong hidup dari
beberapa perusahaan peternakan (perusahaan inti) yang beroperasi di wilayah
Surakarta. Harga beli dari tiap perusahaan inti sangat bervariasi antara Rp.
11.000,- sampai Rp. 11.200,- /kg, kemudian dijual kembali dengan harga Rp.
11.500,- /kg.
Rantai Nilai berikutnya adalah responden perusahaan inti yang
beralamat di kel. Sriwedari, kec. Laweyan, Solo. Omset penjualanayam
potong hidup perusahaan inti untuk area Surakarta adalah sebesar delapan 8
ton (8.000 kg) per hari. Dengan harga jual Rp. 11.000,- /kg. Perusahaan inti
ini mengelola beberapa peternak plasma ( sub kontraktor) di beberapa daerah,
antara lain di wilayah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali.
Perusahaan inti ini memberikan sapronak berupa bibit ayam Day Old Chick
(DOC), pakan, obat, serta bantuan pemasaran kepada sub kontraktornya
(peternak plasma). Sedangkan perusahaan inti membeli sapronak dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
beberapa perusahaan antara lain PT. Japfa Comfeed dan PT. Charoen
Phokphan. Bentuk kerjasama antara perusahaan inti dengan peternak plasma
dilegalkan dalam surat kontrak, dimana disurat tersebut disebutkan jumlah
DOC, jumlah pakan, jumlah obat beserta nilai rupiahnya.
Salah satu peternak plasma dari responden perusahaan inti yang
beralamat di Kel. Glonggong, Kec. Nogosari Boyolali. Peternak plasma ini
memiliki kandang dengan kapaswitas 5.000 ekor. Masa pembesaran ayam
dari DOC hingga panen adalah 32 hari, sehingga dalam satu (1) tahun
terdapat delapan (8) kali perputaran ayam di kandang. Nilai harga penjualan
ayam potong hidup saat panen dalam kontrak surat terakhir yang didapat
responden peternak adalah Rp. 11.500,- /kg. Dari 5.000 ekor ayam tersebut
saat panen didapat berat keseluruhan sebesar 8.000 kg, sehingga berdasar
nilai kontrak ,maka harga jual akhir adalah Rp. 82.750.0000,- dimana nilai
DOC adalah Rp. 20.000.000,- (Rp.4.000,- x 5.000 ekor, nilai pakan 250 sak
yaitu Rp. 61.250.000,- dan nilai obat-obatan Rp. 1.5000.000,-. Total biaya
operasional yang dikeluarkan oleh peternak adalah Rp. 3.000.000,- dalam
satu (1) kali masa ternak. Sehingga keuntungan bersih yang diperoleh
peternak adalah Rp. 6.250.000,- untuk satu (1) kali masa ternak, yang
diperoleh dari total harga jual saat panen (Rp. 92.000.000,-) dikurangi biaya
sapronak ( Rp. 82.750.000,-) dan biaya operasional peternak plasma (Rp.
3.000.000,-).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Tabel 3.5 Distribusi rata-rata harga dan harga
margin harga daging ayam ras
Daging Ayam Harga
Jual (Rp)
Selisih
(Rp)
Margin
(%)
Peternak 11.000 1.500 39,13
Pedagang Inti 11.200 200 5,22
Pedagang
Besar
11.500 300 7,83
Pedagang
Perantara
12.000 500 13,04
Pedagang
Pengecer
13.333 13.333 34,78
(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)
Tabel diatas memuat struktur distribusi penguasaan margin harga para
pelaku dalam rantai nilai komoditas daging ayam ras. Peternak memiliki
penguasaan margin harga terbesar, yaitu sebesar 39,13% diikuti oleh
pedagang pengecer sebesar 34,78%, pedagang perantara sebesar 5,22%.
Besarnya penguasaan margin harga oleh peternak mencerminkan besarnyya
risiko yang dihadapi oleh petenak dibandingkan pelaku yang lain dalam rantai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
nilai daging ayam ras. Meskipun perusahaan inti telah memasok DOC beserta
makanan, obat-obatan maupaun perawatan kesehatannya, namun risiko
kematian ayam dan fluktuasi harga daging ayam ras tetap melekat pada
peternak. Demikian pula dengan pedagang pengecer, menguasai margin harga
yang besar karena risiko yang dihadapinya juga cukup besar, yaitu risik
daging ayam tidak laku sehingga harus menerima harga jual yang rendah.
Dengan demikian dapat disimpulkan pul;a bahwa struktur penguasaan
margin harga oleh masing-masing pelaku dalam rantai nilai komoditas daging
ayam ras ini telah sesuai dengan bobot risiko yang dimiliki oleh msing-
masing pelaku. Sehingga penguasaan struktur margin harga cukup adil bagi
masing-masing pelaku dalam rantai nilai tersebut.
c. Rantai Nilai Komoditas Cabe Merah
Peta rantai nilai komoditas cabe merah hasil survey dapat digambarkan sebagai
berikut.
Tabel 3.6 Peta rantai nilai komoditas cabe merah
PRODUKSI PASCA PANEN DISTRIBUSI
- Persiapan Lahan
- Penyemaian
- Penanaman
- Pemupukan
- Pemeliharaan
- Pemanenan
- Penyimpanan
- Pengeringan
- Pengemasan
- Transportasi
- Distribusi
(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Gambar 3.7 Proses Rantai Nilai Cabe Merah
(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)
Sama halnya dengann dua komoditas diatas, survey rantai nilai cabe
merah di kota Surakarta ini dimulai dari Pasar Legi yang terletak di
Kelurahan Stabelan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta. Para pelaku yang
ditemukan dalam rantai pasok komoditas cabe merah adalah petani, pedagang
pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Aktivitas produkasi
dalam rantai pasok dilakukan oleh petani melalui kegiatan persiapan lahan,
penyemaian, penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan pemanenan.
Kegiatan pasca panen yang meliputi pengumpulan, penyimpanan,
pengeringan (jika akan dijual kering) dan pengemasan dilakukan oleh
pedagang pengumpul,pedagang besar dan pedagang pengecer. Diluar para
pelaku tersebut tercatat peranan penting perusahaan toko Saprotan sebagai
jasa pendukung produksi pada rantai pasok tersebut.
Untuk komoditas cabe merah ini yang menjadi responden pedagang
eceran memiliki kios terletak di lantai dua (2) Pasar Legi. Dalam satu (1) hari
responden pedagang eceran rata-rata menjual cabe merah sebanyak satu 1
kwintal dengan harga jual waktu wawancara sebesar Rp. 17.000,- /kg.
Responden pedagang eceran ini membeli cabe merah dari grosir atau
pedagang besar dengan system cara pembayaran adalah menerima barang
KONSUMEN AKHIR
TOKO SAPROTAN
PETANI PEDAGANG PENGUMPUL
PEDAGANG BESAR
PEDAGANG PENGECER
63,2 3,06 24,5 9,19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
dulu, setelah barang laku terjual baru uang dibayarkan. Untuk harga jual cabe
merah ini adalah Rp. 17.000,- /kg, dan harga beli dari grosir adalah Rp.
15.500,- sampai dengan Rp. 16.000,- /kg. Jadi keuntungan yang diperoleh
antara Rp. 1.000,- sampai Rp. 1.500,- /kg
Responden berikutnya adalah pedagang besar atau grosir cabe merah
berjualan di Pasar Legi blok 180 Surakarta. Omset responden ini dalam satu
hari bisa mencapai 15 kwintal cabe merah. Penjualan terbanyak cabe merah
ini biasanya teerjadi pada bulan Jawa dan apabila banyak banyak hajatan
yang dilakukan oleh masyarakat. Harga jual cabe merah ini adalah Rp.
11.000,- /kg. Responden pedagang besar ini membeli cabe merah dari
pedagang pengumpul dengan harga Rp. 10.500,- /kg. Cabemerah ini diambil
dari berbagai daerah, diantaranya adalah Karanganyar, Parangtritis, Bantul,
dan Sragen.
Alur nilai rantai berikutnya adalah pedagang responden pedagang
perantara cabe merah yang beralamat di Desa Tunggul Setri Rt. 18 Sragen.
Responden adalah pedagang peantara cabe merah di daeerah Sragen. Dalam
sebulan apabila banyak permintaan responden bisa menjual cabe merah
sebanyak 15 ton. Ini terjadi biasanya pada bulan Oktober dan November.
Apabila bulan sepi responden hanya bisa menjual 10 ton per bulannya. Harga
jual cabe merah ini adalah Rp. 11.500,- /kg. Jadi keuntungan yang diambil
adalah Rp. 500 tiap kilogramnya.
Rantai nilai berikutnya adalah adalah responden petani cabe merah
yang beralamat di Setri Rt. 18 Tunggul Sragen. Responden menjual cabe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
merahnya kepada para pedagang pengumpul seharga Rp. 11.000,- /kg.
Responden petani bisa menjual cabe merah rata-rata untk satu bulan adalah
sebanyak 3 ton. Menurut responden harga cabe merah pada bulan Maret dan
April harganya turun, dikarenakan pada bulan tersebut adalah musim panen
cabe merah dibanyak daerah. Pada bulan Oktober, November dan Desember
harga cabe merah tinggi dikrenakan yang menanam cabe sedikit karena risiko
gagal tinggi. Jenis cabe merah yang dimaksud disisni adalah TM 88.
Responden petani memperoleh benih ccabe merah dari toko Saprotan di
daerah Winong dengan harga Rp. 70.000,- /pack. Per pack berisi benih
sebanyak 1500 biji. Dalam satu pack ini menghasilkan 12.000 kg cabe merah.
Rata-rata penggunaan benih ini oleh responden petani berkisar antara 8
sampai 10 pack per tanam.
Karena di daerah Sragen bukan daerah pegunungan maka para petani
menggunakan Mulsa (plastik untuk tutup tanah) untuk menjaga kelembaban
tanah. Dalam satu kali musim tanam biaya yang dikeluarkan responden petani
adalah Rp. 700.000,- (bibit), Rp. 2.500.000,- (Mulsa), Rp. 1.000.000 (pupuk),
Rp. 1.000.000,- (obat) dan Rp. 5.000.000,- untuk tenaga. Menurut Priyono
harga jual cabe merah dalam 6 bulan kedepan adalah harga turun drastis
dikarenakan panen raya. Harga bisa mencapai Rp. 2.000,- samapi Rp. 2.500,-
/kg.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Tabel 3.7 Distribusi rata-rata harga dan margin harga beras
Cabe Harga Jual (Rp) Selisih (Rp) Margin (%)
Petani 11.000 10.320 63,24
Pedagang Pengumpul 11.500 500 3,06
Pedagang Besar 15.500 4.000 24,51
Pedagang Pengecer 17.000 1.500 9,19
(Sumber: Kantor Bank Indonesia Solo)
Tabel diatas memuat struktur penguasaan margin harga para pelaku
dalam rantai nilai komoditas cabe di Solo Raya. Petani cabe memiliki
penguasaan margin harga terbesar, yaitu sebesar 63,24%, diikuti oleh
pedagang besar sebesar 24,51%. Sedangkan pedagang pengecer dan
pedagang pengumpul masing-masing sebesar 9,19% dan 3,06%. Petani layak
memiliki penguasaan margin harga terbesar karena dialah yang menghadapi
resiko terburuk diantara pelaku yang lain. Pada saat survey harga jual cabe
merah di tingkat petani cukup tinggi yaitu Rp. 11.000,- /kg. Namun pada saat
panen raya harga cabe merah di tingkat petani bisa mencapai Rp. 2.000,- /kg.
Selain risiko fluktuasi harga, petani juga menghadapi risiko gagal panen.
Seperti dalam banyak kasus pedagang besar dalam rantai nilai ini juga
memiliki penguasaan margin harga relatif besar, yaitu sebesar 24,51%.
Secara umum distribusi penguasaan margin harga pada rantai nilai
komoditas cabe merah ini cukup adil. Sama seperti dua komoditas
sebelumnya, penguasaan margin harga dari para pelaku dalam rantai nilainya
mencerminkan tingkat risiko yang dihadapinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
BAB IV
PENUTUP
Sebagai penutup dalam pembahasan tugas akir ini penulis kemukakan
kesimpulan atas uraian – uraian pada bab sebelumnya dan saran – saran yang
mungkin nantinya dapat digunakan oleh Kantor Bank Indonesia Solo.
A. Kesimpulan
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya maka penulis mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Langkah Bank Indonesia Solo dalam mengendalikan laju inflasi di Solo
Raya adalah dengan membentuk Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)
bekerjasama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta dan instansi
terkait untuk menjaga stabilitas harga agar tidak terjadi inflasi.
2. Peran yang dijalankan Kantor Bank Indonesia dalam mengendalikan laju
inflasi di Solo Raya adalah dengan membentuk Tim Pengendali Inflasi
Daerah (TPID) bekerjasama dengan Pemerintah kota Surakarta dan
instansi terkait yang mempunyai tugas sebagai berikut:
a.) Melakukan pemantauan harga dan pemetaan masalah inflasi di Solo
Raya.
b.) Melakukan pengendalian harga di Solo Raya.
c.) Melakukan penelitian dan evaluasi sumber potensi tekanan inflasi di
Solo Raya.
112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
d.) Melakukan langkah-langkah preventif dan kuratif dalam pengendalian
inflasi daerah meliputi:
a. Mengupayakan terpenuhinya ketersediaan pasokan, terutama bahan
pangan.
b. Meminimalkan dampak administered prices di daerah.
e.) Memberikan informasi dan atau rekomendasi/usulan kebijakan
(termasuk alternatif solusi) kepada Tim Pengarah TPID.
f.) Melakukan diseminasi sasaran dan upaya pencapaiannya kepada
masyarakat daerah setempat.
g.) Melaporkan semua kegiatan kepada Tim Pengarah.
3. Komoditas yang mempengaruhi inflasi di Solo Raya adalah beras, daging
ayam ras dan cabe merah. Peta rantai pasok komoditas beras dan cabe
merah relatif pendek dibandingkan dengan rantai pasok daging ayam ras.
Semakin pendek suatu rantai pasok diharapkan akan semakin efisien harga
komoditas yang terbentuk. Distribusi penguasaan margin harga oleh para
pelaku pada ketiga peta rantai nilai komoditas beras, daging ayam ras dan
cabe merah cukup adil atau sebanding dengan tingkat risiko yang dihadapi
masing-masing pelaku. Hal ini mengindikasikan bahwa persaingan antar
pelaku dalam ketiga industry berlangsung cukup fair.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
B. Saran
Pada akhirnya penulis memberikan saran – saran yang dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam mengendalikan inflasi di Solo Raya.
1) Bagi tim TPID Surakarta pembagian peran dalam penyediaan data-data awal
dan koordinasi yang baik sangat diperlukan. Kantor Ketahanan Pangan
memiliki peran dalam pengendalian data kabutuhan dan ketersedian
komoditas pangan, dinas dan instansi teknis memiliki peran dalam penyediaan
data produksi terkait dengan komoditas menjadi tupoksinya. Tak terlepas
peran instansi vertikal BPS dalam penyediaan informasi perkembangan harga-
harga komoditas pembentuk inflasi. Peran Bulog tidak lagi berfungsi sebagai
stabilator harga, namun kemampuannya dalam melakukan pembelian dan
informasi ketersediaan komoditas sangat diperlikan dalam mendukung
berfungsinya tim TPID selain itu diperlukan peningkatan kemampuan
penyediaan data prediksi dan informasi kedepan guna meningkatkan
efektivitas tim TPID.
2) Terkait dengan perilaku yang cenderung untuk menaikkan harga setiap
tahunnya dari para pelaku dalam ketiga rantai nilai komoditas, hal ini yang
mencerminkan perilaku ekspektasi inflasi dari para pelaku ekonomi sacara
umum, untuk merubah perilaku tersebut diperlukan program khusus yang
secara sistematis dan kontinyu dilakukan. Program tersebut dapat berupa
himbauan yang terus menerus disampaikan kepada masyaraat dan perilaku
ekonomi untuk menghilangkan perilaku ekspektasi inflasi. Hal ini diperlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
koordinasi lintas inflasi baik Bank Indonesia maupun Satuan Kerja perangkat
Daerah (SKPD ) terkait.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2000. Data Kantor Bank Indonesia Solo. Surakarta.
Hera Susanti, Moh. Ikhsan dan Widyanti, 2007. Indikator-Indikator
Kantor Bank Indonesia Solo. 2009. Penelitian Analisis Rantai Nilai Terhadap
Tiga Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar Di Surakarta.
Kantor Bank Indonesia Solo. 2009. Penelitian Determinan Dan Jalur
DistribusiInflasi Kota Surakarta.
Kuncoro, Mudrajad. 2000. Ekonomi Pembangunan Teori, Masalah, dan
Kebijakan, Yogyakarta, UPP AMP YKPN
Makroekonomi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Raharjo, Mugi. 2009. Ekonomi Moneter. Surakarta. UPT Penerbitan dan
Pencetakan UNS (UNS PRESS).
Solikin, Analisis . 2005. Kebijakan Moneter dalam Model Makroekonometrik
Struktural Jangka Panjang:Structural Cointegrating Vector Autoregression.,
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Bank Indonesia.
Undang – undang No 10 tahun 1998.
Warijo, Perry. 2004. Bank Indonesia. Jakarta. Pusat Pendidikan Dan
Kebanksentralan (PPSK).
Warjiyo, Perry, dan Solikin. Kebijakan Moneter di Indonesia. Jakarta: PPSK BI,
2003.
Warjiyo, Perry. ed. 2004. Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia:
Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan,
Wijoyo Santoso dan Iskandar. Pengendalian Moneter Dalam Sistem Nilai
Tukar Yang Fleksibel (Konsiderasi kemungkinan penerapan inflation
targeting di Indonesia). Jakarta, BuletinEkonomiMoneter dan Perbankan,
September 1999, Bank Indonesia, , 1999
www.bi.go.id
www.google.com