Upload
galibhokkie
View
41
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Bahan Kuliah
Citation preview
Pendekatan Pelayanan Masyarakat (Community Services Approach)
Sistematika Penyajian
Sistematika Penyajian
Latar Belakang
Strategi dan Prinsip Dalam
Intervensi
Perencanaan
Pengawasan
Latar Belakang
Pendekatan Pelayanan Masyarakat (Community Services Approach), menurut Glen (1993:p.34) mempunyai 3 perhatian utama, yaitu:
1. Mengembangkan layanan dan organisasi yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat
2. Memaksimalkan kesempatan masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan organisasi
3. Mendukung terciptanya kolaborasi antar beberapa organisasi guna memenuhi minat masyarakat.
Pembagian Organisasi Responsif
Organisasi yang tidak responsif (unresponsive organizations)
Organisasi yang kadangkala responsif (casually responsive
organizations)
Organisasi yang sangat responsif
(highly responsive organizations)
Organisasi responsif secara
menyeluruh ( fully responsive organizations)
Organisasi yang tidak responsif (unresponsive organizations)
• dicirikan dengan mentalitas birokrasi yang tidak personal (impersonal) yang lebih menghargai pada struktur komando baku dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Organisasi yang kadangkala responsif
• dicirikan dengan keinginan dari (pimpinan) organisasi untuk mendorong anggota komunitasnya untuk memasukkan keluhan (complaint), opini maupun usulan mereka.
Organisasi yang sangat responsif dan responsif secara menyeluruh
• dicirikan dengan komitmen lembaga secara utuh terhadap kebutuhan dan kepuasan masyarakat penerima layanan. Organisasi menempatkan kebutuhan dan kepuasan komunitas sasaran sebagai prioritas lembaga.
Upaya Meningkatkan Keterlibatan Masyarakat
organisasi harus mendorong
berkembangnya provisi dari komunitas
(community provision)
konsultasi komunitas
(community consultations)
kerjasama komunitas
(community co-option) kemandirian dalam
manajemen lembaga-swa kelola (self-management)
kontrol masyarakat (community
control)
• community provision dicirikan dengan pelibatan otoritas lokal yang formal atau tokoh-tokoh informal sebagai penyedia layanan langsung terhadap masyarakat serta pengelola berbagai fasilitas umum dan sosial untuk masyarakat.
• Community Consultations didalamnya mencakup upaya untuk mengkaji opini masyarakat terhadap suatu proposal rencana pembangunan masyarakat di tingkat lokal.
• Dalam kaitan dengan community co-option tergambar dalam kaitan dengan kelompok swadaya masyarakat yang berupaya memobilitasi tenaga relawan untuk aktif terlibat dalam berbagai bentuk usaha kesejahteraan sosial (layanan sosial) di tingkat lokal.
• Sedangkan community control dan self-management, menurut Glen merupakan salah satu pengejawantahan kekuasaan komunitas untuk mengelola dan mengawasi sumber daya yang mereka miliki yang merupakan salah satu inti masyarakat madani.
• Dalam kaitan dengan community control dan self-management, masyarakat mempunyai kemampuan untuk menseleksi tenaga-tenaga yang akan terlibat dalam berbagai bentuk pelayanan masyarakat agar terjadi optimalisasi kinerja lembaga.
1. Kerjasama antar lembaga, petugas pelayanan masyarakat (community service workers) diharapkan dapat membantu terciptanya jalinan hubungan antara organisasi di masa ia bernaung dengan berbagai organisasi yang mempunyai minat dan kajian yang sama. Glen (1993:h,37) menyatakan bahwa kerjasama antar lembaga ini sangat penting, terutama dalam upaya mempromosikan suatu perencanaan sosial dan koordinasi antar lembaga.
2. Berdasarkan pandangan pendekatan ini dapat dipahami bahwa suatu organisasi yang terisolasi dari organisasi sejenis akan kurang dapat mengoptimalkan kinerja mereka, karena mereka tidak dapat berbagi informasi.
• Strategi dasar dalam Pendekatan Pelayanan Masyarakat (Community Service Approach) pada umumnya dilandasi pada upaya mengoptimalkan fungsi manajemen.
• Dua Fungsi Manajemen yaitu :
a. Fungsi Perencanaan
b. Fungsi Pengawasan
Skidmore (1990:h.42-43) menyatakan bahwa suatu perencanaan diperlukan oleh lembaga atas dasar yaitu :
• Efisiensi (efficiency) adalah usaha untuk mencapai tujuan dengan biaya dan upaya yang minimum tetapi mendapatkan hasil yang sama baiknya.
• Keefektifan (effectiveness) Lewis (1985:h.10) bahwa keefektifan diukur berdasarkan variabel-variabel kriteria yang diciptakan dalam hubungan dengan pencapaian tujuan.
• Akuntabilitas (accountability) Lewis (1985:h.11-12) adalah akuntabilitas (pertanggungjawaban) untuk siapa? Apakah untuk komunitas, profesi, lembaga, lembaga donor, atasan, agama ataukah untuk diri sendiri?
• Menurut Skidmore (1990:h.82-84) ada dua akuntabilitas yaitu akuntabilitas lembaga dan akuntabilitas individu.
• Moral (morale). Skidmore (1990;h.43) perencanaan sangat penting untuk meningkatkan moral lembaga, para staf organisasi membutuhkan penyaluran kreatifitas, perasaan dapat mencapai sesuatu (feeling of achievement) dan kepuasan dalam upaya meningkatkan kinerja mereka.
perencanaan
Tujuh tahapan proses perencanaan dalam ilmu kesejahteraan sosial (Skidmore, 1990.h.44-51)
7 Tahapan Proses
Perencanaan
Tentukan Objectif
(Objectives)
Pertimbangkan Sumber Daya
Lembaga
Perhitungkan Berbagai Alternatif
Antisipasi Hasil Dari Masing-
masing Alternatif Pilihlah
Rencana Yang Terbaik
Rencanakan Suatu Program Aksi Yang Lebih
Terinci
Besikaplah Terbuka
Terhadap Perubahan
perencanaan
• Fungsi pengawasan terkait dengan proses pemantauan (monitoring) dan evaluasi (evaluation), dimana proses pemantauan juga dikenal sebagai evaluasi proses, sedangkan evaluasi ada yang bermakna sebagai evaluasi hasil bersama dengan pemantauan (monitoring) dan makna evaluasi lainnya berupa evaluasi masukan (input evaluation), evaluasi proses (process evaluation) ataupun evaluasi hasil (outcome evaluation).
pengawasan
10 manfaat mengapa evaluasi perlu dilakukan menurut Feurstein, yaitu :
1. untuk melihat apa yang sudah dicapai;
2. untuk mengukur kemajuan dikaitkan dengan objektif program;
3. agar tercapai manajemen yang lebih baik
4. untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan sehingga dapat memperkuat program;
5. agar melihat perbedaan kondisi yang terjadi setelah diterapkannya suatu program;
6. untuk mengetahui biaya pelaksanaan yang dikeluarkan
7. guna merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih baik;
8. membagi pengalaman kepada pihak lain hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan program
9. untuk meningkatkan keefektifan sehingga berdampak secara luas;
10. menciptakan kemungkinan perencanaan yang lebih baik berdasarkan saran masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal;
pengawasan
Beberapa type evaluasi (Pietrzak, Ramler, Renner, Ford dan Gilbert) untuk mengawasi suatu program secara
lebih seksama, yaitu :
1. Evaluasi Input, memfokuskan beberapa unsur utama yang terkait pelaksanaan program yaitu variabel klien yang meliputi karakteristik demografi klien, dll.
2. Evaluasi Proses memfokuskan pada aktifitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dan staf “terdepan” sebagai pusat dari pencapaian tujuan program;
3. Evaluasi Hasil diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak dari suatu program terhadap penerima layanan/program sehingga akan timbul pertanyaan apakah penerima program menjadi berbeda setelah menerimanya.
pengawasan
9 indikator keberhasilan mengevaluasi
suatu kegiatan
Indikator ketersediaan (Indicators of Availability)
Indikator Relevansi
(Indicators of Relevance)
Indikator Keterjangkauan
(Indicators of Accessibility)
Indikator Kualitas
(Indicators of Quality)
Indikator Upaya
(Indicators of Efforts)
Indikator Efisiensi
(Indicators of Efficiency)
Indikator Dampak
(Indicators of Impact)
pengawasan