Upload
nurill-hyuda
View
138
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sh
Citation preview
PEMBELAJARAN VOKASIONAL
KEAHLIAN, KOMPETENSI DAN KEMAMPUAN
Meskipun ada peningkatan profil dalam perkembangan manajemen, namun tidak
ada persetujuan yang jelas di antara para pendidik (atau pada orang-orang perdagangan)
tentang apa yang merupakan “kompeten” (competence) atau “kompetensi” (competency).
Meskipun kompetensi atau kemampuan sebagai kelompok yang sama, namun kadang-
kadang dibedakan (lihat Eraut 1994; Bennett 1997), yang sekarang merupakan pusat
tampilan dari inisiatif kebijakan pendidikan pemerintah, meskipun beberapa pendidik
menyatakan bahwa “apa yang kita alami bukanlah krisis kompetensi seperti diduga oleh
sekolah dan guru, tetapi lebih pada krisis kepercayaan diri yang mendalam pada system
kapitalisme barat” (Smyth 1991: xii) Bagaimanapun juga, sementara untuk mengetahui
tambahan penekanan pada keahlian dan perilaku di atas kepercayaan diri dan pengetahuan
orang lain (Everard, 1990) juga menyatakan bahwa strategi perkembangan professional
akan diuntungkan dari cara-cara identifikasi dan pengembangan kompetensi bagi peran
khusus yang telah dikembangkan.
Bingkai kerja kompetensi (competence) yang pada awalnya dikembangkan di
Inggris telah diperluas oleh perhatian terhadap perkembangan manajemen bisnis (lihat
laporan Handy 1987; Constable dan McCormick 1987) dan dibentuk melalui Management
CharacterInitiative (MCI 1995). Perkembangan ini menekan identifikasi kinerja yang
memuaskan, sementara bingkai kerja kompetensi Amerika (competency), misalnya
McBer’s, memfokuskan pada menentukan tingkat kinerja superior (Boyatzis, 1982).
Mengabaikan perbedaan ini, Bennett (1997) menyatakan bahwa konsep dari
keahlian, kompetensi, dan kemampuan “berkumpul” dalam satu sama lain, dengan
kelompok keahlian terdiri dari kompetensi dan kelompok kompetensi terdiri dari
kemampuan. Meskipun demikian, banyak kebingungan dan perdebatan tetap berada
disekitar arti kompetensi. Pollard dan Tann (1994: 64) menawarkan apa yang mungkin
tampak seperti definisi umum, menggambarkannya sebagai satu kombinasi pengetahuan,
pemahaman, dan keahlian seperti kemampuan menerapkannya dalam situasi-situasi
khusus. Hal ini termasuk motif-motif, sifat, sikap, dan aspek citra diri dan peran guru.
Definisi ini menutupi beberapa perbedaan yang ditemukan antara dua pendekatan utama
yang disukai saat ini.
Sementara mengetahui kesulitan dalam mencapai definisi yang disetujui, kita
mencari beberapa definisi yang dapat digunakan saat ini, memberi rasa pada perbedaan
antara berbagai pendekatan. Pertama, kita menganggap beberapa ‘asumsi kerja’ di balik
pendekatan berbasis kompetensi (competence & competency based). Menurut Trotter dan
Ellison (1997: 40) kompeten (competence) “adalah tentang apa yang mampu kamu lakukan
dalam pekerjaan untuk memenuhi standar tertentu”, sedangkan kompetensi (competency)
adalah “kecenderungan untuk bersikap dalam cara yang terkait dengan prestasi atau
keberhasilan” (Esp 1993: 61). Citing Hay Group definisi McBer’s, Trotter dan Ellison
(1997: 40) menggambarkan kompetensi-kompetensi (dari pendekatan competency) sebagai
karakteristik dasar yang memungkinkan seseorang untuk menampilkan kinerja yang lebih
baik dalam lebih banyak kesempatan, dengan hasil yang lebih baik. Kompetensi adalah
factor-faktor yang membedakan hal terbaik dari yang ada dalam berbagai peran. Hal itu
bukan tugas pekerjaan, tetapi sesuatu yang memungkinkan orang untuk melakukan
pekerjaan tersebut. Tabel 1 mengidentifikasi beberapa perbedaan dalam pendekatan antara
kompeten (competence) dan kompetensi (competency)
Tabel 1. Pendekatan Competence dan Competency
No Pendekatan Kompeten/Competence (Management Character Initiative)
Pendekatan Kompetensi/Competency (Mc Ber, NEAC)
1 Menekankan pada kompeten (competences)
Menekankan pada kompetensi (competencies)
2 Memfokuskan pada output (hasil kerja) untuk menentukan standar minimum, menghasilkan kinerja yang memuaskan
Memfokuskan pada input (kualitas personal) yang dibawa individu dalam bekerja, menghasilkan kinerja yang superior
3 Perlu ditampilkan pada level tertentu bagi kinerja memuaskan
Perlu ditampilkan dalam level ‘ambang batas’ bagi kinerja superior
4 Hanya bias dimiliki atau tidak dimiliki; kompetensi tidak dapat dimiliki sebagian saja
Dapat dimiliki pada beberapa level, dapat menginformasikan kesadaran atau ketidak sadaran perilaku atau sebagai keahlian
5 Terkait pada karakteristik kerja Terkait pada orang yang melakukan kerja
6 Terkait pada peran yang meningkatkan kerja
Terkait dengan kelompok tindakan yang meningkatkan kerja
7 Tiap level kompeten termasuk dan memperluas kompeten yang diperlihatkan pada level awal senioritas
Tidak secara otomatis memasukkan kompetensi yang diperlukan bagi kinerja superior pada level awal
Setelah memikirkan tekanan pada kinerja dan keberhasilan yang dapat diukur, TTA dan
Ofsted menekankan bahwa “competence” yang dapat dilihat sangat penting bagi kualitas
kepemimpinan dalam berbagai level organisasi (TTA 98b: Ofsted 97a). Contohnya,
dokumen konsultasi awal TTA dalam usulan standar nasional menunjukkan bahwa guru
kepala akan diharapkan untuk “berhasil membangun dan mengatur item yang efektif yang
merencanakan dan menyusun sasaran untuk meningkatkan harapan, meningkatkan prestasi
murid, meningkatkan efektivitas guru dan menambah nilai bagi peningkataan setelah yang
sebelumnya” (TTA 96c: 8), sementara pemimpin bidang (misalnya kepala departemen)
akan perlu untuk mengekspresikan dan menanamkan nilai-nilai pendidikan yang jelas,
memotivasi dan memberi inspirasi pada murid-murid, staf, orang tua, gubernur dan
komunitas yang lebih besar; mengantisipasi masalah, mengumpulkan dan
mempertimbangkan bukti, membuat penilaiaan dan mengambil keputusan (TTA 96d: 11).
Semakin dekat ruang kelas, kompetensi yang diperlukan akan lebih spesifik dan terbatas.
Meskipun standar nasional TTA bagi kepemimpinan guru kepala dan
kepemimpinan bidang menunjukkan bahwa pertumbuhan focus pelatihan berbasis
kompetensi (competence), ketajaman pemikiran agency untuk menghindari tuduhan
pendekatan simplisistik dan mekanistik dapat dilibatkan dalam usaha kerasnya untuk
mengelompokkan kompetensi bersama-sama (seperti kemampuan), berkaca pada
pendekatan McBer/Competency-….. telah diadaptasikan dengan relatif sukses ke dalam
konteks bahasa inggris melalui Pusat Penilaian Pendidikan Nasional (National Education
Assesment Centre : NEAC) (lihat Jonas dan D’Sullivan, 199.. dimana identifikasi dari
kepemimpinan sekolah yang efektif berdasarkan pada analisa kinerja melalui 12
kompetensi dalam 4 area (lihat Table 2) dibawah ini:
Tabel 2. Kompetensi NEAC bagi Pemimpin Sekolah yang Berhasil
1 Adiministrasi (area 1-4) Analisa masalah, penilaian, kemampuan organisasi, ketegasan
2 Interpersonal (area 5-7) Kepemimpinan, kepekaan, toleransi, stress3 Komunikatif (area 8-9) Komunikasi lesan, komunikasi tulis4 Keluasan Pribadi (area 10-12) Rangkaian minat, motivasi personal, nilai
pendidikan
Mengabaikan pertumbuhan dalam penggunaannya, baik basis competence maupun
competency telah menjadi sasaran kritik (lihat, Riches 1997b; Troter dan Ellison 1997).
Sementara kedua macam pendekatan diserang karena nilai-nilai kekuatan mereka yang
tampak rendah yang berasal dari perguruan tinggi dan tindakan kolektif dari kelompok dan
tim. Setiap pendekatan secara individu juga merupakan sasaran kritik, sebagai contoh,
pendekatan basis kompeten (competence) dikecam karena:
Mengasumsikan bahwa pekerjaan adalah statis dan tak berubah, dan hanya bertujuan
pada standar minimum (ambang batas)
Mengambil pendekatan reduksionis, menganalisa kompetensi sebagai potongan-
potongan (Tuxford, 1989: 17)
Menentukan pekerjaan lebih dari bagaimana orang melakukannya (Spencer & Spencer,
1993: 103)
Cenderung membuat tugas terlalu mendetail untuk dipraktekkan
Tidak membedakan antara kegiatan rutin dan tugas yang memang penting
Meminta terlalu banyak penilaian dan membuat kumpulan bukti terlalu memakan
waktu, sukar dan tidak berkembang
Memecah-mecahkan kompetensi, sehingga membuat pengukuran ‘objektif’ tidak
reliable dan sering tidak masuk akal
Tidak fleksibel dan memiliki banyak aturan dalam penggunaannya, terutama pada level
manajemen yang lebih senior
Membutuhkan banyak biaya untuk diterapkan dan lambat hasilnya
Meskipun menjadi subjek bagi beberapa kritik yang sama seperti pendekatan basis
competence, pendekatan basis kompetensi (competency) juga paling banyak dikritik
karena:
Gagal menyediakan hal yang pas antara kompetensi dan kerja manajemen (Burgoyne,
1989)
Tidak cukup fleksibel untuk mengatasi ‘batas pergantian’ kerja manajerial
Gugur untuk mendorong pendekatan yang bijaksana, sebaliknya menimbulkan perilaku
‘peniru’ dan imitasi (yaitu berlaku behavioris dalam pendekatannya)
Mengijinkan focus kompetensi individual untuk merendahkan usaha kolektif dan
perkembangan kompetensi organisasional