39
Contoh Esai Argumentasi Kali ini kita akan fokuskan perhatian pada esai argumentasi. Sesuai dengan namanya, esai ini berisi opini tentang suatu persoalan yang sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat dan penulis menyampaikan argumen atas persoalan tersebut berdasarkan pengetahuan dan pandangan yang dia anut. Opini dan argumen yang disampaikan harus didukung dengan data-data yang handal dan disampaikan secara logis dan komprehensif. Esai ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada pembaca tentang persoalan yang dibahas yang ditinjau dari kaca mata atau pandangan penulis. Berikut adalah contoh esai argumentasi. Haruskah Ada Pembedaan Olah Raga bagi Pria dan Wanita? Rasanya tidak mungkin untuk meremehkan peran olah raga bagi kesehatan dan dalam hidup kita, khususnya bila hal ini dikaitkan dengan kaum muda. Olah raga jauh lebih penting dari sekedar hobi yang menyehatkan. Sebagaimana telah dibuktikan dalam sebuah riset, keikutsertaan secara aktif dalam olah raga memberikan pengaruh positif bagi kehidupan sosial remaja, meningkatkan self- esteem dan bahkan prestasi akademik (Sitkowski, 2008). Tak perlu juga diragukan bahwa aktifitas olah raga sangat bermanfaat baik bagi pria maupun wanita. Akan tetapi, sulit dipercaya bahwa 50 tahun lalu, wanita memiliki kesempatan yang sangat terbatas untuk melakukan aktifitas olah raga di sekolah dan juga universitas. Keadaan berubah setelah adanya amandemen undang-undang olah raga yang menyatakan bahwa wanita memiliki hak yang sama dengan pria untuk berpartisipasi dalam olah raga di semua tingkatan pendidikan dan mendapat sokongan finansial yang sama dengan pria.

Contoh Esai

Embed Size (px)

DESCRIPTION

daeafsjsdbfjkf skdsnkdfn gfjkgjktnmjd suksabjdsgkdjbdgkjkfdjfjfurjdfh

Citation preview

Page 1: Contoh Esai

Contoh Esai Argumentasi

Kali ini kita akan fokuskan perhatian pada esai argumentasi. Sesuai dengan namanya, esai ini berisi opini tentang suatu persoalan yang sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat dan penulis menyampaikan argumen atas persoalan tersebut berdasarkan pengetahuan dan pandangan yang dia anut. Opini dan argumen yang disampaikan harus didukung dengan data-data yang handal dan disampaikan secara logis dan komprehensif. Esai ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada pembaca tentang persoalan yang dibahas yang ditinjau dari kaca mata atau pandangan penulis. Berikut adalah contoh esai argumentasi.

 Haruskah Ada Pembedaan Olah Raga bagi Pria dan Wanita?

Rasanya tidak mungkin untuk meremehkan peran olah raga bagi kesehatan dan dalam hidup kita, khususnya bila hal ini dikaitkan dengan kaum muda. Olah raga jauh lebih penting dari sekedar hobi yang menyehatkan. Sebagaimana telah dibuktikan dalam sebuah riset, keikutsertaan secara aktif dalam olah raga memberikan pengaruh positif bagi kehidupan sosial remaja, meningkatkan self-esteem dan bahkan prestasi akademik (Sitkowski, 2008). Tak perlu juga diragukan bahwa aktifitas olah raga sangat bermanfaat baik bagi pria maupun wanita. Akan tetapi, sulit dipercaya bahwa 50 tahun lalu, wanita memiliki kesempatan yang sangat terbatas untuk melakukan aktifitas olah raga di sekolah dan juga universitas. Keadaan berubah setelah adanya amandemen undang-undang olah raga yang menyatakan bahwa wanita memiliki hak yang sama dengan pria untuk berpartisipasi dalam olah raga di semua tingkatan pendidikan dan mendapat sokongan finansial yang sama dengan pria.

Apa artinya hal ini bagi kita sekarang? Apakah itu berarti bahwa setiap wanita berhak untuk menjalankan semua jenis olah raga? Tentu tidak demikian. Namun, hal ini berarti bahwa setiap orang tanpa memandang jenis kelamin memiliki kesempatan yang sama untuk memainkan olah raga apa pun yang ditawarkan oleh institusi pendidikan. Persoalannya, haruskah olah raga dibedakan bagi pria dan wanita? Ada tiga alasan pokok mengapa pandangan ini harus ditentang.

Pertama, dilihat dari perspektif psikologis, baik pria maupun wanita sama-sama mampu untuk melakukan semua jenis olah raga. Semakin sedikit olah raga yang dipertandingkan di Olimpiade yang hanya diperuntukkan bagi pria atau wanita saja. Wanita dapat bertinju atau mengambil bagian dalam lomba balap mobil, persis seperti pria dapat juga berpartisipasi dalam synchronized swimming atau senam ritmik. Kalaupun beberapa olah raga tertentu lebih populer di antara kaum hawa atau adam, itu tidak berarti bahwa lawan jenis tidak dapat memainkan olah raga tersebut. Lagi pula, undang-undang menyatakan bila tidak terdapat tim baseball wanita di sebuah sekolah

Page 2: Contoh Esai

menengah, seorang murid wanita boleh menjadi pemain untuk tim putra sekolahnya, meskipun siswa pria tidak dapat melakukan hal yang sama untuk tim perempuan karena pemain putra sudah banyak diwakili dalam dunia olah raga. Poin utama di sini adalah bahwa kecenderungan dan opini publik tentang olah raga selalu berubah sesuai zaman dan kecenderungan umumnya adalah menjadikan semua jenis olah raga dapat dimainkan oleh kedua jenis kelamin karena tidak ada alasan-alasan objektif yang menyebutkan bahwa olah raga tertentu harus dimainkan oleh jenis kelamin tertentu.

Kedua, anggapan yang sifatnya stereotipikal bahwa pria, bila dibandingkan dengan wanita, jauh lebih tertarik dengan olah raga hanyalah propaganda murahan yang didasarkan atas mitos yang salah kaprah. Tidak ada satu penelitian pun yang mengamini anggapan ini. Kenyataannya, wanita sama tertariknya dengan pria dalam hal olah raga di usia muda mereka. Namun karena pengaruh sosial, nilai-nilai tradisional, dan tekanan dari teman sebaya, wanita akhirnya menjadi menarik diri dari aktifitas dan pertandingan olah raga. Sebagai akibatnya, wanita menjadi terbiasa untuk lebih bersikap tenang dan kurang berhasrat untuk memainkan olah raga secara aktif.  Faktor-faktor lain yang sangat mempengaruhi pilihan seorang wanita untuk menghabiskan waktu senggang mereka adalah, tentu saja, didikan dan contoh orang tua serta kesempatan yang ada dalam masyarakat. Sebagai acuan, semakin maju sebuah masyarakat, baik secara ekonomi maupun sosial, semakin tipis adanya pembedaan olah raga yang disebabkan oleh perbedaan dalam jenis kelamin.

Pada saat yang bersamaan, jelas keliru kalau menganggap bahwa motivasi pria dan wanita untuk berolah raga dan kemampuan fisik mereka adalah sama. Ada banyak alasan yang masuk akal mengapa kejuaraan, turnamen, dan asosiasi olah raga dipertandingkan secara terpisah. Seorang petenis wanita akan memiliki kesempatan kecil untuk mengalahkan pemain pria yang berada di peringkat yang sama karena pria umumnya dapat memukul bola jauh lebih keras dari pada wanita.  Ini tidak ada kaitannya dengan latihan atau usaha. Ini semata-mata karena secara alamiah tubuh kita berbeda antara pria dan wanita dan mengabaikan perbedaan ini merupakan kekeliruan yang buruk. Alasan lainnya adalah motivasi. Sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian, umumnya secara alami wanita lebih termotivasi oleh peningkatan diri dan tujuan-tujuan yang dikaitkan dengan keberhasilan tim, sedangkan pria lebih tertarik dengan gagasan untuk memenangkan tantangan atau suatu pertandingan ketimbang hal-hal lainnya.  Sekali lagi, pandangan ini dilihat dari kenyataan statistik secara umum yang tentu saja bisa berbeda dengan kasus-kasus individual. Namun pandangan-pandangan ini patut dipertimbangkan ketika membicarakan perbedaan dalam bidang atletik antara pria dan wanita dan cara bagaimana pria dan wanita seharusnya dilatih.

Sebagai simpulan, olah raga sangat bermanfaat dan karenanya tidak ada seorang manusia pun di dunia ini yang dibatasi untuk melakukannya dalam masyarakat moderen entah karena alasan ras, umur, jenis kelamin, atau pun karakter seseorang. Olah raga memungkinkan anak-anak dan kaum muda kita untuk menjadi percaya diri, memperluas lingkaran pertemanan dan pergaulan, dan juga mengenalkan mereka pada kegiatan positif yang bisa jadi nantinya menjadi pekerjaan atau kesenangan seumur hidup. Membedakan pria atau wanita untuk memainkan berbagai jenis olah raga jelas keliru.  Alasan-alassan objektif mengapa orang memilih olah raga yang satu

Page 3: Contoh Esai

dibanding yang lainnya adalah karena kesukaan personal, kemampuan fisik individual, dan fasilitas infrastruktur yang ada di lingkungan di mana mereka tinggal.- See more at: http://www.menulisesai.com/2012/11/contoh-esai-argumentasi.html#sthash.1Gnf0TFw.dpuf

Kemunafikan Politik

Dalam suatu kesempatan Pramudya Ananta Toer pernah berkomentar, “Masyarakat Indonesia itu hipokrit.” Tentu ini adalah sebuah komentar yang amat pedas dan sepertinya menggeneralisir bahwa kemunafikan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Namun, bila ditelaah dan direnungkan secara lebih mendalam, apa yang disampaikan sastrawan kebanggaan nasional ini sulit untuk diingkari kebenarannya. Beragam bentuk kemunafikan dapat dengan cukup mudah kita jumpai di semua kalangan, terutama di kalangan elit politik.

Kemunafikan biasanya dipahami sebagai sikap berpura-pura percaya atau setia kepada sesuatu (agama atau kepercayaan, misalnya), tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak. Seorang munafik adalah seorang yang suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya; ia bermuka dua. Kemunafikan tak lepas dari persoalan hati. Karena hati mempunyai karakter tidak konsisten, disebabkan ia bisa terkena konflik batin. Kadar kandungan hati dapat berubah-ubah, terkadang didominiasi oleh satu dua hal, di lain waktu dikuasai oleh dua hal yang lain, dan suatu saat bisa dipenuhi oleh berbagai hal yang tidak dominan atau bahkan kosong. Intinya, kemunafikan adalah sikap tercela yang dibenci agama karena unsur utama dari kemunafikan adalah ketidakjujuran.

Kalau kita jeli, festival kemunafikan cukup mudah ditemukan di berbagai bidang kehidupan. Contoh, biaya resmi pengurusan KTP di seluruh provinsi di Indonesia biasanya sangat murah, bahkan di beberapa daerah malah gratis. Paling mahal lima ribu rupiah. Kenyataannya, sangat sedikit orang yang membayar sesuai dengan ketentuan. Lebih banyak orang yang membayar puluhan bahkan ratusan ribu untuk sebuah KTP yang ketentuan pembayarannya tidak lebih dari lima ribu rupiah. Ini bukti bahwa kebanyakan pemerintah daerah munafik. Mengapa tidak menetapkan harga yang lebih pantas (misal 20 ribu), namun dengan jaminan pelayanan yang prima, ketimbang menggratiskan atau mengutip bayaran sangat murah tetapi pada prakteknya tidak dijalankan dengan semestinya. Akibatnya, pelayanan bertele-tele dan birokratis hingga akhirnya memunculkan celah bagi “oknum” untuk memaksakan pungutan yang jauh lebih besar ketimbang biaya resmi yang ditetapkan.

Contoh lain, biaya perkara di pengadilan. Masih ingat kasus Susno Duadji, jendral yang sempat buron karena menganggap putusan kasasi yang diterimanya tidak mencantumkan perintah penahanan terhadap dirinya. Dalam putusan itu, Susno “hanya” diwajibkan membayar biaya perkara. Anda tahu, berapa biaya perkara yang harus ia bayar? Rp. 2.500. Ya, hanya seharga dua

Page 4: Contoh Esai

batang rokok kretek merek ternama. Bagaimana mungkin kasasi yang memakan waktu berbulan-bulan, bahkan dalam banyak kasus lain sampai tahunan, hanya menghabiskan biaya seharga air mineral botolan? Ini bukti lain kemunafikan negara yang tidak pernah menyesuaikan nilai riil biaya perkara pengadilan. Bagi orang yang pernah terlibat secara langsung dengan pengadilan akan tahu bahwa untuk mendapat salinan keputusan, pihak yang berperkara harus membayar jutaan rupian kepada “oknum”. Tanpa uang pelican yang memadai, jangan harap salinan keputusan ini akan didapatkan. Ini bukti kemunafikan yang umum terjadi di lingkungan peradilan.

Dalam kancah perpolitikan saat ini, praktek kemunafikan nampuk jauh lebih mengkhawatirkan. Para elit politik tanpa malu berkoar-koar tentang kepentingan rakyat dan selalu mengklaim betapa besar perjuangan dan pengorbanan mereka demi rakyat. Kenyataannya kegarangan dan keberanian mereka menekan penguasa (eksekutif) adalah upaya terselubung yang sistematis untuk mengeruk APBN demi pundi-pundi dan lumbung kekayaan mereka. Di televisi dan media lain, para politisi munafik ini bersilat lidah dengan mengatasnamakan rakyat. Di balik layar, perilaku mereka korup dan serakah. Bila perlu mereka membawa-bawa bendera agama untuk memuluskan perilaku korup tersebut. Kasus pengadaan Alquran di Kementrian Agama dapat dijadikan contoh yang akurat. Bayangkan, sebuah kementrian yang menangani persoalan moral dan dimaksudkan untuk menanamkan dan mempraktekan nilai-nilai keagamaan ternyata menjalankan tata kelola yang korup.

Bukti kemunafikan politik lain yang mencengangkan semua pihak adalah kasus kuota impor daging sapi yang pertengahan Juni ini akan segera disidangkan. Bagaimana mungkin seorang pemimpin partai bernafaskan agama dan dikenal sebagai seorang pendakwah yang dihormati jutaan umatnya didakwa melakukan persekongkolan korup demi kenikmatan duniawi semata? Tambahan pula, kasus ini diberi bumbu sampingan yang melibatkan para perempuan cantik yang juga menyita perhatian publik. Hendak diletakkan di mana wajah ini? Barangkali, bila ini terjadi di Jepang, pemimpin semacam ini sudah melakukan harakiri. Persidangan nanti pasti akan lebih banyak membongkar kebobrokan dan kemunafikan para pelaku yang amat memalukan.

Contoh lain yang juga membuat logika publik sulit untuk mengikuti adalah penolakan PKS atas rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Bagaimana mungkin sebuah partai yang merupakan bagian dari koalisi pemerintah menolak kebijakannya sendiri? Bukankah PKS juga pemerintah karena mereka mewakilkan tiga kader terbaik mereka sebagai menteri dalam kabinet pemerintahan? Alasan apa pun yang dikemukakan PKS sulit untuk diterima akal sehat. Bahkan seandainya PKS mampu meyakinkan rakyat alasan mereka menolak kenaikan ini, logika rakyat akan menyikapi PKS sebagai Partai Kemunafikan Sejahtera. Kalau penolakan ini disebut sebagai upaya mendongkrak keterpurukan elektabilitas PKS akibat skandal korupsi impor daging sapi, justru ini semakin menguatkan kemunafikan PKS. Sentimen rakyat terhadap PKS semakin mengerucut menjadi sebuah partai munafik: mau nangkanya, tetapi tidak mau getahnya. Bukankah sifat yang hanya mencari enaknya dan tak mau bersusah payah merupakan pertanda utama dari seorang munafik?

Kemunafikan memang seringkali disamarkan dalam berbagai bentuk. Orang jahat sering berpura-pura baik dan ketika ia mendapatkan kesempatan, dengan mudah ia menjalankan niatnya. Mengetahui maksud sesungguhnya dari seorang politikus memang memerlukan

Page 5: Contoh Esai

pengamatan yang ekstra cermat. Ini terjadi karena politikus kita sudah begitu piawai dalam kepura-puraan sehingga sulit untuk tahu apakah yang dikatakan itu sungguh hal yang ia ingin lakukan atau hanya sebagai kamuflase untuk menarik simpati rakyat bak “serigala berbulu domba.”- See more at: http://www.menulisesai.com/2013/06/kemunafikan-politik.html#sthash.DfyiiRfN.dpuf

Generasi Smartphone

Setiap generasi memiliki ciri-ciri unik yang membedakannya dengan generasi lainnya. Generasi 60-an tentu berbeda dengan generasi 80-an. Begitu juga generasi 90-an tidak identik dengan generasi 2010-an. Ciri pembeda ini ditandai oleh berbagai hal, misalnya mode pakaian, jenis dan warna musik, gaya hidup, tehnologi, ideologi politik, dan lain-lain. Di Amerika Utara, misalnya, generasi 70-an diasosiasikan dengan rock and roll dan kaum hippies. Di Indonesia, generasi masa itu disebut sebagai generasi celana cut bray, celana dengan ujung melebar bak penyapu jalan. Lalu apa yang membedakan atau menjadi ciri generasi sekarang? Telepon pintar atau smartphones!

Saat ini hampir sulit menemui kaum muda tanpa mengantongi smartphones, terutama mereka yang tinggal di kota. Produk tehnologi yang semula dimaksudkan sebagai alat komunikasi ini telah berkembang begitu pesat dan menjadi candu untuk berbagai keperluan. Generasi sekarang tidak mungkin lepas dari telepon pintar. Tingkat kecanduan ini sudah demikian parah sehingga merekat tak dapat hidup tanpa perangkat ini di saku mereka.

Sebuah studi yang disponsori Facebook baru-baru ini menunjukkan banyak orang selalu terhubung dengan smartphone mereka sepanjang hari. Orang-orang kini terpaku dengan smartphone di manapun, kapanpun. Perilaku kecanduan semacam ini telah menciptakan generasi pecandu smartphone yang cenderung memutuskan hubungan dengan lingkungan sekitar mereka. Hasil survei lain yang dilakukan sebuah situs parenting menunjukkan bahwa kebanyakan wanita merasa 'kehilangan' dan 'telanjang' jika tidak memegang piranti elektronik yang 'menghubungkan mereka pada dunia'.

Sebanyak 30 persen wanita mengatakan tidak dapat hidup tanpa smartphone. Sementara 24 persen mengaku punya 'hubungan emosional' dengan ponselnya. Sebanyak 22 persen responden, menyebut smartphone sebagai alat yang sangat praktis. Saat ditanya perangkat apa yang mereka tidak bisa hidup tanpanya, mayoritas 65 persen memilih smartphone mereka.

Survei yang dilakukan terhadap responden wanita berusia 18-65 tahun itu juga menemukan bahwa smartphone dianggap sebagai jendela informasi dan pengetahuan. Hal ini karena smartphone memilki berbagai fitur canggih seperti perekam suara, kamera, push e-mail, GPS,

Page 6: Contoh Esai

internet dan video chat. Menurut situs News, fitur-fitur tersebut bisa berperan sebagai asisten pribadi mereka yang terpercaya.

Survei terbaru bahkan mengungkap hasil yang lebih mencengangkan. Mereka yang derajat kecanduannya telah begitu parah mengaku tidak dapat melepaskan diri dari smartphone bahkan ketika mereka sedang berhubungan intim dengan pasangan atau kekasihnya. Ini menunjukkan bahwa saking tak bisa terpisahkan dengan smartphone, sebagian orang mengaku saat melakukan hubungan intim pun, perangkat tersebut tak dipisahkan dari diri mereka. Dalam survei tersebut, hampir empat persen responden dari 1000 yang dipilih secara acak mengaku tetap menggunakan smartphone saat berhubungan seks. Padahal momen bercinta seharusnya merupakan agenda intim yang tak ingin diganggu dengan keberadaan apa pun, termasuk smartphone. Bahkan ada jawaban dari seorang responden perempuan yang agak nakal mengatakan bahwa ia rela bepergian tanpa celana dalam ketimbang kelupaan membawa smartphone.

Berbagai hasil survei ini menegaskan betapa vitalnya peran smartphone dalam kehidupan generasi sekarang. Semua ini menjelaskan bahwa generasi sekarang tak bisa dipisahkan dengan perangkat canggih ini. Dewasa ini orang lebih suka mengirim teks dari pada berbicara langsung dengan menelpon. Komunikasi lebih sering dilakukan secara on line ketimbang off line. Padahal kita semua paham dan sadar akan satire yang diasosiasikan dengan smartphone yaitu “menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.” Bagaimana dengan Anda?- See more at: http://www.menulisesai.com/2013/06/generasi-smartphone.html#sthash.pZur2AYU.dpuf

BBM

Benar-benar membingungkan. Inilah barangkali suasana yang secara umum dirasakan masyarakat Indonesia saat ini bila mereka ditanya tentang tarik-ulur kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Begitu banyak wacana dan diskusi telah berlangsung di berbagai media dengan para pakar dari berbagai bidang, namun kepastian apakah harga BBM bersubsidi (premium dan solar) akan dinaikkan atau disesuaikan semakin menunjukkan ketidakjelasan. Sebelumnya, pemerintah mewacanakan kenaikan BBM bersubsidi pada 1 April 2013 yang kemudian dikoreksi. Kalangan industri dan bisnis juga telah lama mendesak agar harga BBM segera dinaikkan. Beberapa waktu lalu, menteri ESDM Jero Wacik telah mengisyaratkan bahwa kenaikan harga BBM tak dapat ditunda lebih lama lagi. Tenggat waktu yang ditetapkan pemerintah adalah 1 Juni 2013. Lagi-lagi tenggat waktu ini terlampaui dan harga BBM bersubsidi tetap saja Rp. 4.500.

Alasan pemerintah menunda kenaikan ini terutama disebabkan belum ditemukan kesepakatan dengan DPR mengenai kompensasi yang akan diberikan kepada rakyat miskin yang terkena

Page 7: Contoh Esai

dampak kenaikan ini. Rencanya setiap keluarga miskin akan mendapat kompensasi sebesar Rp. 150 ribu per bulan untuk menyokong mahalnya kebutuhan hidup akibat dari kenaikan yang diprediksi bakal membebani hidup mereka. Kompensasi yang berupa “balsem” (bantuan langsung sementara) ini akan diberikan kepada 15,5 juta kepala keluarga miskin selama lima bulan. Apa pun yang telah disiapkan pemerintah, ketidakpastian kenaikan harga BBM bersubsidi ini tidak hanya semakin menyengsarakan rakyat miskin, rakyat yang tergolong cukup pun menjadi korban kebijakan yang mencla-mencle ini. Keraguan dan ketidaktegasan pemerintah dalam kebijakan harga BBM bersubsidi ini berdampak bagi rakyat dan bagi para pelaku usaha.

Bagi rakyat secara umum, dampak dari ketidakpastian harga BBM ini adalah ketidakpastian harga kebutuhan pokok. Saat ini, karena rumor bahwa harga BBM bersubsidi akan naik, harga kebutuhan pokok dan sekunder lain sudah lebih dulu naik. Sejak awal tahun 2013 ini, hampir semua produk barang telah “menyesuaikan” harganya karena mengantisipasi kenaikan harga BBM. Harga barang yang telah menyesuaikan ini tidak pernah bertenggang rasa dengan kemampuan rakyat meskipun kenaikan BBM ditunda. Setelah harga BBM dinaikkan, harga kebutuhan dan produk rumah tangga lain akan semakin mahal karena produsen memiliki alasan pembenaran untuk menaikkan harga. Secara psikologis, kenaikan harga kebutuhan primer akan mendorong pula naiknya harga kebutuhan sekunder. Padahal penghasilan dan pendapatan rakyat tidak bertambah. Saat ini saja, pengeluaran kebutuhan rumah tangga telah dirasakan begitu menekan. Apalagi puasa dan lebaran sebentar lagi tiba, harga-harga kebutuhan konsumsi seperti telur, ayam, cabai, dan daging pasti akan semakin tak terjangkau. Kenaikan harga barang-barang kebutuhan ini tentu sangat memberatkan rakyat.

Secara khusus bagi rakyat miskin yang berjumlah lebih dari 35 juta orang (15,5 juta KK), penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi ini semakin menyengsarakan mereka. Hampir semua harga kebutuhan pokok saat ini sudah tak terjangkau, sedangkan mereka belum mendapat “balsam” yang mereka tunggu-tunggu. Dengan “balsem” yang tak segera mereka dapatkan, mereka akan semakin terpuruk ke jurang kemiskinan yang semakin dalam. Semakin lama pemerintah menunda kenaikan BBM bersubsidi, semakin lama pula penderitaan rakyat miskin yang paling rentan terhadap kenaikan harga barang.

Bagi pelaku usaha, ketidakpastian harga BBM bersubsidi ini akan menimbulkan kesulitan mereka dalam merencanakan dan memprediksi usaha mereka. Ketidakpastian ini membuat mereka mengambil langkah antisipatif yang paling aman: menaikkan harga barang. Dunia usaha dan perdagangan tentu tidak menginginkan kerugian akibat dari kenaikan harga BBM ini. Karena itu, mereka curi start terlebih dulu dengan menaikkan harga produk mereka sebagai antisipasi atas mahalnya biaya BBM yang nanti akan mereka tanggung.

Persoalan BBM memang menjadi buah simalakama bagi Indonesia. Tidak naik, APBN akan jebol dan subsidinya semakin membebani keuangan negara. Naik, rakyat menjerit. Memang bukan kebijakan yang populer untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Tetapi ketegasan dan kepastian pemerintah patut dipertanyakan. Tanpa dua hal ini, BBM akan semakin Benar Benar Memiskiskan rakyat.- See more at: http://www.menulisesai.com/2013/06/bbm.html#sthash.HzmwYgnX.dpuf

Page 8: Contoh Esai

Contoh Esai Ekspositori

Seperti yang telah dibahas dalam bagian pertama tulisan berjudul Jenis-Jenis Esai, kali ini kita akan mengamati secara lebih detil tentang esai ekspositori. Fungsi utama esai ekspositori adalah untuk menjelaskan/menginformasikan atau untuk memperkenalkan pembaca dengan sesuatu hal.  Esai ini dapat digunakan untuk melukiskan sesuatu, menghadirkan informasi, atau menjelaskan suatu persoalan secara gamblang dan terperinci. Berikut adalah salah satu contoh esai ekspositori.

 Problem Obesitas di Amerika

Obesitas atau kegemukan adalah istilah medis yang digunakan untuk mendeskripsikan keadaan seseorang yang memiliki kelebihan berat badan sekurang-kurangnya 20% dari acuan yang telah ditetapkan dalam kategori obesitas (Simon, 2011). Perdebatan apakah obesitas merupakan ukuran relatif dan seharusnya tidak digunakan sebagai sebuah stigma untuk menyebut orang yang kelebihan berat badan telah lama berkembang di masyarakat. Meskipun demikian, fakta menunjukkan adanya kecenderungan bahwa seseorang dianggap memiliki kualitas hidup yang lebih buruk bila ia lebih gemuk dari ukuran normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin, kesehatan dan kemakmuran seseorang. Obesitas barangkali tidak dapat dianggap sebagai penyakit serius karena obesitas tidak menular sebagaimana flu, kanker, atau penyakit yang sulit disembuhkan seperti AIDs. Namun, telah terbukti bahwa obesitas terkait secara signifikan dengan beragam kemungkinan yang memicu timbulnya penyakit jantung, depresi, diabetes, dan penuaan prematur serta penyakit lain yang terkait dengan syaraf otak.  Lagi pula, obesitas menurunkan kualitas hidup karena orang gemuk sulit menjalankan aktifitas harian, sulit berperilaku enerjik dan aktif, sulit berolah raga dengan mudah, dan khawatir saat menikmati beragam makanan. Kerena itu, ketika membicarakan persoalan obesitas di Amerika, yang saat ini menjadi problem sangat serius, kita perlu mempertimbangkan penyebab dan faktor yang memicu persoalan ini agar kita dapat menyusun program kesehatan yang efektif untuk menangani persoalan ini di AS.

Banyak orang berpendapat bahwa obesitas terkait dengan keturunan, dan pemerintah dan lembaga-lembaga kesehatan di masyarakat (LSM) kurang peduli dengan persoalan ini. Memang ada benarnya bahwa bagi sebagian orang, mereka lahir dengan kemungkinan yang lebih tinggi untuk memiliki berat badan berlebih dan akhirnya mengidap obesitas. Sekalipun demikian, anggapan ini tidak dapat dianggap sebagai problem Amerika belaka sebab obesitas juga tersebar secara hampir merata di ras dan etnik yang berbeda. Data statistik menunjukkan bahwa sekitar 20% penduduk dunia mengalami obesitas. Namun jumlah ini secara signifikan lebih tinggi dalam masyarakat Amerika. Karena itu, kita perlu melihat faktor-faktor yang dapat menjelaskan mengapa problem obesitas lebih serius di Amerika ketimbang di Jerman, Australia, atau Brasil. Salah satu faktor yang tak dapat diragukan lagi adalah kebiasaan makan.

Orang Amerika memiliki kebisaan makan yang tidak sehat, suka mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman bersoda yang berkadar gula tinggi. Kentang goreng, pizza, burger, dan kola dingin merupakan asupan makanan yang paling sering disantap. Dengan menyantap makanan dan minuman semacam ini secara terus-menerus, anak-anak, remaja, dan orang dewasa Amerika

Page 9: Contoh Esai

memiliki metabolisme tubuh yang 12 kali lebih lambat sebagaimana dibuktikan dalam riset yang dilakukan Harris dan Jenkins di 2008. Ini berarti volume makanan yang sama akan dicerna 12 kali lebih lambat oleh remaja Amerika ketimbang oleh remaja Rusia atau Afrika yang memiliki kebiasaan makan yang lebih sehat. Lagi pula, beragam masalah kesehatan seperti sakit perut, dysbacteriosis, cholecystitis dan diabetes, yang secara langsung terkait dengan kebiasaan makan seseorang, semuanya berpengaruh negatif terhadap berat badan seseorang dan jumlah lemak dalam tubuh. Karena itu, ketika berupaya untuk menurunkan tingkat obesitas, kita perlu mulai dengan mengubah secara total kebiasaan makan dan menghindari konsumsi makanan cepat saji dan minuman dengan kandungan gula tinggi.

Poin lain yang perlu dipertimbangkan ketika membicarakan kebiasaan makan orang Amerika adalah kurangnya buah dan sayuran dalam rasio diet harian mereka. Kita beranggapan bahwa segelas jus jeruk yang dibuat dari sari konsentrat jeruk dengan pemanis buatan, atau beberapa potong anggur sebagai taburan cupcake untuk pencuci mulut, atau semangkuk salad bayam untuk makan malam sudah mencukupi keperluan akan pemenuhan vitamin dan mineral bagi tubuh. Sebenarnya, diet semacam ini jauh dari apa yang seharusnya diperlukan tubuh.  Lima jenis buah berbeda dan lima sayuran berbeda sehari adalah syarat minimal untuk membangun hidup sehat (Parker et al., 2011). Kunci hidup sehat adalah mengonsumsi makanan beragam dan produk-produk makanan yang segar. Di AS, hanya sedikit supermarket yang menyediakan dan menjual buah dan sayuran segar yang ditanam secara alami.  Di banyak kasus, justru jaringan supermarket lah yang mendistribusikan produk-produk non alami bagi masyarakat Amerika. Buah dan sayur dari supermarket seperti Wall-Mart atau Safeway tidak banyak mengandung nutrisi yang diperlukan sebagaimana buah dan sayur yang ditanam secara alami atau di kebun kita sendiri yang dipanen persis sebelum kita konsumsi dan tumbuh tanpa pestisida dan pupuk buatan. Sayangnya, menanam buah dan sayur di kebun sendiri bukan hal yang kebanyakan dari kita lakukan atau kehendaki. Kalau demikian, apakah ada solusi akan hal ini? Makanan organik. Makanan jenis ini dipandang sebagai makanan mahal meskipun jauh lebih menyehatkan dari pada makanan yang ditawarkan di supermarket. Ketika kesehatan menjadi pertimbangan utama, pencegahan dan kehati-hatian merupakan tindakan yang lebih murah dari pada pengobatan. Karena itu, solusi yang paling sesuai bagi setiap keluarga Amerika adalah membelanjakan lebih banyak uang mereka untuk buah dan sayur organik yang lebih segar dan menyehatkan dari pada kudapan-kudapan yang kurang sehat seperti keripik, kue kering, dan donat.

Faktor penting lain yang sering kita lupakan ketika mencari tahu mengapa tingkat obesitas di Amerika begitu tinggi adalah ukuran atau porsi makanan yang dikonsumsi. Berbagai penelitian komparatif membuktikan bahwa rata-rata porsi makan yang dikonsumsi orang Amerika jauh lebih banyak ketimbang porsi makan orang di negara-negara lain. Misalnya, satu porsi pasta yang disajikan di restoran Amereka dapat dijadikan menjadi 3,6 porsi di restoran Jepang, 3,2 porsi di Cina, 3,1 porsi di Prancis, 2,8 porsi di Rusia, 2,3 porsi di Polandia, dan 2,2 porsi di Italia (The Davis Report, 2011). Apakah sesungguhnya orang Amerika makan lebih banyak ketimbang orang di negara-negara lain? Tampaknya demikian kalau kita melihat statistik ini. Sebenarnya, orang Amerka bukan orang dengan badan tertinggi atau teraktif di dunia, namun karena beberapa alasan orang Amerika mengonsumsi dua kali lebih banyak ketimbang orang Belanda yang lebih sering bersepeda ketimbang orang Amerika yang lebih suka mengendarai mobil, atau dua kali lebih banyak ketimbang orang Rusia yang lebih suka jalan kaki sepanjang 2,9 mil sehari ketimbang orang Amerika yang hanya setengah mil per hari. Orang Amerika terbiasa makan

Page 10: Contoh Esai

lebih banyak ketimbang yang diperlukan tubuh karena kebiasaan semenjak masa kanak-kanak dan hal ini perlu diubah. Kali lain kita ke restoran dengan memesan semangkuk penuh salad dengan menu utama sepiring besar spaghetti dan segelas teh, kita perlu mengingatkan diri kita bahwa perut kita hanya seukuran kepalan laki-laki dewasa yang bisa saja menggelembung sebesar kepala kita kalau dijejali dengan begitu banyak makanan.

Kita akui atau tidak, obesitas merupakan problem bagi masyarakat Amerika. Obesitas ini menimbulkan begitu banyak masalah kesehatan sehingga kualitas hidup orang Amerika lebih buruk dibanding beberapa dekade lalu. Sebagian orang berpendapat bahwa  mereka mencoba untuk menjalani kehidupan yang aktif seperti berolah-raga dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan komunitas, namun mereka masih mengalami problem obesitas. Inilah persoalan yang menimpa sebagian besar masyarakat Amerika yang lupa bahwa sejalan dengan berubahnya gaya hidup, pergi ke tempat kebugaran dan lari pagi, mereka perlu mengubah kebiasan makan dengan cara mengonsumsi lebih banyak makanan alami yang segar dan menyehatkan, berhenti makan junk food, mengurangi porsi makan sampai setengahnya, dan mulai mengonsumsi dengan cerdas.- See more at: http://www.menulisesai.com/2012/11/contoh-esai-ekspositori.html#sthash.9M1lEsZe.dpuf

Korupsi dan Seks

Kemunculan tiga perempuan cantik dalam kasus korupsi impor daging sapi atas diri tersangka Ahmad Fathanah membuat publik sulit untuk mengingkari adanya persoalan sampingan yang menyertai kasus ini, yaitu persoalan esek-esek yang kata Sutan Batugana “ngeri-ngeri sedap”. Kasus ini semakin menguatkan tesis yang selama ini diyakini publik, tetapi sulit dibuktikan, bahwa perilaku korupsi seseorang didorong oleh nafsu esek-esek para pelakunya. Ketiga perempuan cantik yang menjadi saksi kasus ini adalah Maharany Suciyono, mahasiswi salah satu universitas swasta di Jakarta  yang tertangkap berada sekamar di hotel Le Meridien bersama tersangaka. Rani, demikian sang mahasiswa tersebut dipanggil, mengaku mendapat imbalan Rp 10 juta atas jasanya “menemani” Ahmad. Perempuan berikut adalah Ayu Azari, artis kawakan yang mulai pudar pamor dan popularitasnya, yang mengaku mendapat uang Rp 20 jt dan 1800 dolar Amerika atas jasa 4 kali pertemuan yang disebut Ayu sebagai “entertainment fee” yang diberikan kepada Ahmad periode 4-9 Desember 2012 yang lalu. Yang terakhir adalah Vitalia Sesha, seorang model majalah pria dewasa, yang dihadiahi mobil Honda Jazz, jam tangan mewah, dan berbagai perhiasan mahal lain sebagai imbalan menjadi “teman akrab” tersangka.Masih ada perempuan muda lain Sefti Sanustika, 25 th, istri muda Ahmad yang tinggal di apartemen di Depok dengan sewa 3 jt per bulan. Sefti yang sebelumnya berprofesi sebagai penyanyi dangdut dengan single “Tukang Porot” dikawin Ahmad Fathanah pertengahan 2011 lalu. Sebelumnya Sefti dikenalkan kepada AF oleh temannya yang bernama Tri Kurnia Puspita, sesama penyanyi dangdut. Belakangan diketahui bahwa AF juga royal dengan Tri Kurnia dengan memberikan berbagai hadiah dan sejumlah uang.

Berseliwerannya para perempuan muda, seksi, dan cantik di kasus suap yang diduga dilakukan oleh AF ini menunjukkan betapa rendahnya moral para koruptor. Uang yang mereka rampok dari negara mereka belanjakan untuk urusan yang terkait dengan naluri dan hasrat kebinatangan, yaitu kenikmatan seks. Memang kita tidak dapat membuktikan bahwa AF menggauli para perempuan muda yang disebut di atas, kecuali dengan Sefti Sanustika yang memang istri sahnya.

Page 11: Contoh Esai

Tentu saja sulit untuk membuktikan bahwa para perempuan muda ini adalah objek nafsu birahi AF. Namun demikian, publik sulit untuk tidak mencium aroma seks yang keluar dari bahasa tubuh dan kata-kata yang keluar dari para perempuan muda ini ketika diwawancarai awak media. Kalau tidak untuk kenikmatan seksual, untuk apa AF memberi puluhan juta, bahkan ratusan, kepada para perempuan ini? Tidakkah ia mendapatkan sesuatu atas uang yang telah diberikannya? Pertanyaan ini sulit untuk dikesampingkan, dan logika ini sulit untuk dilenyapkan dari keingintahuan publik.

Sebelumnya, publik juga dibuat ternganga dengan kemunculan para perempuan muda dan cantik lain dalam kasus korupsi simulator SIM yang menjerat Inspektur Jendral Djoko Susilo. Untuk melampiaskan nafsu birahinya, DS menggunakan metode yang sama yang dilakukan AF dengan memberi harta dan uang yang berlimpah kepada para perempuan muda. Rumah mewah, tempat usaha, mobil, tanah, dan aset lain diberikan kepada mereka sebagai pelicin naluri seks kebinatangan mereka. Bedanya dengan kasus AF, DS melampiaskan nafsunya dengan cara mengawini para perempuan muda ini secara sah meskipun ia harus memalsukan data pribadinya, termasuk umur, karena sebagai PNS ia tak boleh kawin lagi tanpa seijin istri pertamanya. Apa pun caranya, benang merahnya serupa: para koruptor menggumbar nafsu birahinya dengan menggauli para perempuan muda cantik dengan uang yang ia rampok dari negara.

Kedua kasus ini menjadi indikasi bahwa korupsi terkait erat dengan seks. Bukan rahasia bahwa tidak sedikit para pejabat, baik dari eksekutif maupun legislatif, memiliki gundik. Mereka menyimpan dan menghidupi para perempuan muda ini di berbagai apartemen yang bertebaran di Jakarta. Bahkan beberapa pejabat daerah pun memiliki apartemen di Jakarta untuk memelihara simpanan spesial mereka. Karena itu, mereka yang memelihara gundik atau simpanan patut dicurigai sebagai para pelaku korupsi. Jika seorang pejabat menunjukkan perilaku pribadi yang tidak jujur, patut untuk menduga bahwa mereka juga tidak jujur terhadap tugas dan pekerjaan yang diamanahkan kepada mereka.- See more at: http://www.menulisesai.com/2013/05/korupsi-dan-seks.html#sthash.0ogS2utM.dpuf

Page 12: Contoh Esai

Contoh Esai Literatur

Esai literatur lain dengan tinjauan (resensi). Esai literatur melakukan rekonstruksi atas makna dari sebuah karya sastra. Jenis esai seperti ini jelas lebih rumit ketimbang sekedar tinjauan meskipun keduanya bermaksud untuk mengevaluasi karya sastra. Esai literatur lebih condong berisi komentar atau opini penulis atas sebuah atau beberapa karya sastra dengan memfokuskan pada aspek atau persoalan tertentu. Esai literatur menitikberatkan pembahasan pada unsur-unsur yang membangun karya sastra seperti: alur, karakter dan karaketerisasi, tema, gaya penulisan, nada dan suasana, dan keunggulan khusus dari dari karya yang dibahas. Isinya membahas bagaimana karya ini menjelaskan atau menyinggung suatu persoalan tertentu dengan memakai sudut pandang tertentu dan bagaimana detil-detil karya ini mendukung sudut pandang tersebut. Berikut adalah salah satu contoh esai literatur.

Alienasi Tokoh Utama dalamDrama Hedda Gabler dan Novel Madame Bovary

Watak manusia terbentuk melalui proses interaksi dengan sesama dan lingkungannya. Proses interaksi inilah yang merangsang kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Sayang, seiring berkembangnya zaman, interaksi sosial tersebut kian terlupakan. Kodrat manusia sebagai makhluk sosial kian terdegradasi sehingga menumbuhkan sikap individualis dalam diri manusia. Tanpa disadari individualisme mendorong masyarakat menuju sebuah bentuk alienasi atau keterasingan dalam lingkungan sosial. Proses yang sama terjadi pada tokoh utama Hedda dalam drama Hedda Gabler karya Hendrik Ibsen dan Emma dalam novel Madame Bovary karya Gustave Flaubert. Kedua tokoh perempuan ini merupakan tokoh sentral dalam kedua karya ini dan merepresentasikan perasaan terisolir sehingga mereka harus menipu diri sendiri.             Secara teoritis, alienasi adalah tindakan manusia yang tidak berdasarkan pada kebebasan otonomi individunya melainkan sebuah aktivitas yang berdasarkan kekuatan-kekuatan di luar dirinya  (Rosyadi, 2000). Apabila teori ini dikaitkan dengan dunia sastra, kekuatan-kekuatan di luar diri tokoh dapat menjadi konflik yang dialami seorang tokoh sebagai akibat dari kesenjangan sosial dengan tokoh lain atau dengan masyarakat. Kesenjangan sosial ini memunculkan beberapa bentuk keterasingan yang dialami oleh Hedda dan Emma. Bila dicermati, dalam kedua karya klasik ini, alienasi yang dialami Hedda dan Emma dapat dicermati melalui tiga hal: ketidakberdayaan, ketiadaan makna hidup, dan keterasingan diri.

Ketidakberdayaan merupakan kondisi ketika seseorang tidak mampu melawan kekuatan eksternal. Kekuatan ini memaksa seseorang untuk melakukan penyesuaian karakter agar sesuai dengan tuntutan kebutuhan dari kekuatan eksternal tersebut. Secara perlahan-lahan, penyesuaian ini dapat mengasingkan tokoh dari kepribadiannya yang asli atau dari seorang manusia yang nyata. Dalam Hedda Gabler, ketidakberdayaan Hedda disebabkan oleh kekangan norma-norma sosial yang berlaku. Norma kesopanan yang berlaku memaksa Hedda untuk bersikap sensitif dan lembut terhadap orang lain, terutama orang yang lebih tua. Hal ini terlihat dari kekhawatiran Hedda terhadap perasaan bibi suaminya, Nyonya Tesman, saat tanpa sengaja Hedda menyinggung topi miliknya,

HEDDA (beranjak dari pintu kaca) : “Menurutmu apa dia betul-betul tersinggung karena urusan topi itu?” (Ibsen, I, 297)

Page 13: Contoh Esai

Dialog antara Hedda dan suaminya menunjukkan karakter sensitif yang sekaligus menekankan sisi feminin Hedda. Kenyataannya, ketika pembaca memasuki pertengahan babak dari kisah Hedda Gabler, pembaca akan menyadari sosok manipulatif dalam diri Hedda sebagaimana tercermin melalui perkataanya sendiri,

HEDDA : “Betul, ada sesuatu. Aku ingin, sekali saja selama hidupku memiliki daya kekuatan terhadap nasib seorang manusia.” (Ibsen, II, 357)Manipulasi terkait erat dengan maskulinitas pria, bahkan seorang pria yang dominan. Karakter yang bersebrangan ini menekankan bagaimana Hedda harus berpura-pura menjadi orang yang sama sekali bukan dirinya. Norma kesopanan telah membatasi ruang gerak kepribadian Hedda yang maskulin dan memaksa Hedda untuk menjadi sosok yang feminin. Perubahan sosok yang dilakukan Hedda untuk menjadi wanita feminin memperlihatkan ketidakberdayaan Hedda untuk melawan nilai-nilai masyarakat yang ada. Ia menyerah kepada latar sosial yang mengelilinginya.             Di sisi lain, ketidakberdayaan juga dialami tokoh utama Emma dalam novel Madame Bovary yang disebabkan oleh kecenderungan konsumtifnya. Emma memiliki obsesi untuk menjadi bagian dari kaum borjuis. Obsesi ini terlihat dari antusiasmenya yang tinggi ketika diajak ke sebuah pesta dansa. Sayangnya, latar belakang finansial yang seadanya tidak mampu mewujudkan obsesinya. Emma berpikir bahwa nuansa elegan kaum atas merupakan bagian dari romantisme dambaannya. Bahkan pada perselingkuhannya dengan Rodolphe dan Leon terlihat jelas betapa konsumtifnya Emma. Saat berselingkuh dengan Rodolphe, ia menghadiahi Rodolphe berbagai benda mewah. Saat berselingkuh dengan Leon, ia menguras uang suaminya dengan bergaya hidup mewah. Bahkan untuk mengimbangi gaya hidup mewahnya, ia rela berhutang kepada rentenir. Hakikatnya, barang konsumsi bertujuan untuk mempermudah kehidupan manusia. Namun, pada kasus Emma, barang konsumsi telah menjadi satu bentuk kepuasan fantasi yang dirangsang oleh nafsu belaka. Gaya hidup konsumtif Emma yang tidak sejajar dengan kemampuan finansialnya akhirnya menjerumuskan Emma. Sayang, tak ada satupun manusia yang dapat membantu Emma sehingga ia merasa terasing. Fantasi Emma akan gaya hidup konsumtif kelas atas merupakan bentuk fantasi yang telah mengasingkan dirinya dari dunia nyata. Emma seolah-olah hidup dalam dunia khayalan yang membelitnya. Ia tidak mampu menahan dirinya dari godaan fantasi singkat.            Interaksi sosial mengajarkan manusia untuk memahami makna hubungannya dengan orang lain. Namun, di era modern, makna hubungan antar manusia hanya dianggap sebagai objek untuk meraih ambisinya. Pengobjekan manusia ini mengerdilkan makna manusia lain. Ketika manusia berpola pikir seperti ini, mereka telah mengalami ketiadaan makna akan kehidupan. Dalam Hedda Gabler, ketiadaan makna akan hidup tercermin melalui absennya cinta. Hedda memanfaatkan suaminya Tesman untuk meraih kesuksesesan dan kestabilan dalam kasta sosial. Sebagai seorang terpelajar, Tesman jelas akan memiliki karir yang cemerlang di masa depan. Karir ini akan menjamin kelangsungan hidup Hedda dan memudahkannya sampai pada status sosial yang dihormati. Pernikahannya dengan Tesman dipakai sebagai loncatan Hedda untuk mempertahankan derajat sosialnya. Hedda menganggap Tesman sebagai objek semata tanpa cinta yang tulus. Hedda telah mati rasa terhadap cinta demi ambisinya. Di pihak lain, Tesman terlalu sibuk dengan dunia ilmu pengetahuannya sendiri tanpa memikirkan Hedda. Akibatnya, tak sedikit pun Tesman memahami Hedda. Hidup tanpa dipahami merupakan siksaan batin yang tak terkira. Hedda bukan perempuan yang menikahi cintanya, melainkan menikahi ambisinya. Meskipun sudah bersuami, pembaca akan menyadari kekosongan dalam diri Hedda.  Pernikahan Hedda justru menjebaknya dalam kesendirian yang mendalam. 

Page 14: Contoh Esai

Seperti halnya Hedda, Emma turut mengalami ketiadaan makna akan cinta. Emma memiliki mimpi. Ia mendambakan kisah percintaan yang kental dengan romantisme sebagaimna ia temukan dalam buku-buku romansa yang sering ia baca. Untuk mencapai mimpi ini, Emma memanfaatkan suaminya Charles, seorang dokter yang bersahaja. Pernikahannya dengan Charles digunakan Emma sebagai sarana untuk menggapai mimpinya seperti tercermin dalam tokoh-tokoh fairy tales yang ia baca. Tetapi, mimpi dan kenyataan adalah dua hal yang sangat berbeda. Sosok Charles yang membosankan perlahan mengikis rasa cinta dalam diri Emma. Hilangnya rasa cinta Emma terlihat dari penjelasan narator, “…Emma justru merasa makin jauh dari Charles karena merasakan suara hati kecilnya yang makin berbeda.” (Flaubert, 69). Karakter Charles yang tidak mampu mengisi kekosongan dalam diri Emma menjadi faktor pendorong Emma untuk berselingkuh dengan Leon dan Rodolphe.

Di awal perselingkuhannya, Emma selalu merasakan sensasi baru yang menggairahkan dan mendekatkan dirinya dengan dunia khayalannya. Namun lama-kelamaan ia merasa bosan. Hal ini menunjukkan bahwa Emma sudah kehilangan orientasi diri dan memiliki konsep makna cinta yang keliru. Perselingkuhan dengan dua pria ini hanya memuaskan keinginan sesaatnya, namun tidak pernah melegakan batinnya. Dan ketika semuanya berakhir, Emma menjadi pribadi yang berantakan dan putus asa. Hal ini menegaskan bahwa sebenarnya Emma selalu merasa sendiri dalam dunianya.            Bentuk alienasi yang terakhir adalah keterasingan diri. Keterasingan diri terjadi mana kala kita menganggap bahwa orang lain adalah hal negatif bagi diri kita. Pola pikir yang selalu negatif terhadap orang lain meningkatkan rasa waspada kita dan mengurangi keterbukaan kita dengan orang lain. Padahal, yang dibutuhkan dalam perkembangan kepribadian seseorang adalah keterbukaan terhadap satu sama lain dan belajar dari yang lain. Keterasingan terhadap dirinya sendiri terjadi pada Hedda. Ketakutan dan keengganannya untuk mengungkapkan perasaan terkungkungnya dengan suaminya menunjukkan betapa tertutup pribadi Hedda. Perlahan, rasa curiga dan waspada terhadap orang lain tumbuh semakin kuat. Sentimen kecurigaan  yang berlebih ini justru menekan Hedda sendiri. Bahkan tekanan tersebut bertambah ketika Hedda memiliki konflik dengan Brack, seorang hakim  yang menjadi tetangga dan teman Hedda. Konflik dengan Brack terjadi karena Brack mengetahui kasus kematian mantan kekasih Hedda yang bernama Ejlert. Akhirnya Brack berhasil menyudutkan posisi Hedda dan membuat Hedda tidak memiliki pilihan.

BRACK : “Ya, untunglah bahwa sebenarnya tidak ada bahaya, selama aku tidak berkata apa-apa.” (Ibsen, IV, 402) Kutipan di atas mengindikasikan bahwa Brack akan tutup bila keinginan Brack dipenuhi. Di awal drama, Brack telah menunjukkan rasa ketertarikan pada Hedda, dan dari kutipan di atas keinginan Brack hanya satu: cinta Hedda. Syarat yang diajukan Brack menjelma menjadi ketakutan Hedda. Ia mengkhawatirkan timbulnya skandal yang pasti akan menjadi bumerang bagi Hedda. Dalam situasi yang demikian kacau, akhirnya Hedda kembali menjadi terasing. Ia tidak mampu menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi. Ia sendirian. Ia harus memutuskan segalanya sendiri. Perasaan sendiri dan terasing yang begitu dahsyat membuat pertimbangan rasio Hedda menjadi buntu. Akhirnya, ia memutuskan untuk menutup kisah hidupnya dengan bunuh diri.            Lain dengan Hedda, keterasingan diri yang Emma rasakan didasari oleh krisis finansial yang melandanya. Dalam permasalahan Emma, anggapan negatif terhadap orang lain tidak muncul sebelum adanya aksi, namun datang bagai sebuah refleksi. Refleksi atas kegagalannya berhubungan dengan pria-pria yang ia ajak selingkuh. Perselingkuhannya dengan Leon gagal

Page 15: Contoh Esai

karena tuntutan borjuisme Emma yang menyulitkan Leon. Dengan Rodolphe pun kandas karena sejak awal Rodolphe hanya tertarik dengan tubuh Emma. Lalu ketika hutang Emma berlipat dan Emma bingung untuk melunasinya, ia meminta tolong kepada kedua pria selingkuhannya, namun nihil hasilnya. Akibatnya, keterasinganlah yang dirasakan Hedda. “Segala yang ada dalam dirinya, yang ada di sekelilingnya, bagai meninggalkannya.” (Flaubert, 436). Kutipan ini jelas menunjukkan kesendirian Emma. Ia mulai beranggapan negatif terhadap orang lain. Hal ini sangat berlawanan dengan pola pikir Emma di awal cerita yang cenderung polos. Petualangan, perselingkuhan, dan gaya hidup Emma mengubar karakter Emma dari perempuan optimis menjadi perempuan pesimis. Keterbatasan finansial telah menyadarkan Emma akan keterasingan dirinya.

Sebagai simpulan, Hedda dan Emma pada dasarnya adalah dua sosok dengan konsep keterasingan yang tidak jauh berbeda. Yang membedakan kedua tokoh ini adalah proses bagaimana kekuatan eksternal mempengaruhi pembentukan kepribadian mereka. Mereka berdua adalah korban dari alienasi pada awal modernisasi Eropa di akhir abad 19. Modernisasi memaksa manusia untuk bersikap semakin individualis dan berorientasi pada keuntungan diri sendiri. Hal ini mendegradasi moral dan nilai manusia sebagai makhluk sosial. Hedda Gabler dan Madame Bovary merupakan sarana bagi penulisnya untuk menunjukkan keprihatinannya terhadap perubahan nilai ini. Meskipun dunia saat ini memiliki rentang waktu panjang dengan dunia Hedda dan Emma, keterasingan mereka dapat dijadikan refleksi bagi masyarakat masa kini yang semakin lupa akan pentingnya berinteraksi dengan sesamanya.

Referensi

Flaubert, Gustave. Madame Bovary. Serambi Ilmu Semesta, 2010. Ibsen, Henrik. Hedda Gabler. General Books LLC, 2010.Rosyadi, Khoirul. "Alienasi Dalam Masyarakat Modern." Cinta & keterasingan . Cet.   1. ed. Yogyakarta: LKIS, 2000. 20.- See more at: http://www.menulisesai.com/2012/11/contoh-esai-literatur.html#sthash.u1PftK9V.dpuf

Contoh Esai Persuasi

Dalam tulisan berjudul Jenis-Jenis Esai bagian kedua, kita membahas salah satu jenis esai yang digolongkan sebagai persuasi. Esai persuasi tidak hanya memerlukan pembuktian yang meyakinkan tetapi juga penjelasan yang logis dengan landasan yang kuat atas gagasan yang disampaikan. Tujuan utama persuasi adalah meyakinkan pembaca bahwa pandangan penulis adalah benar. Untuk menulis esai persuasi dengan baik, penulis harus menyiapkan gagasan terlebih dahulu secara seksama dan melakukan keberpihakan atas suatu persoalan, menyikapi suatu kasus, mengantisipasi argumen, dan mencari cara bagaimana mematahkan argumen yang bertentangan. Berikut adalah salah satu contoh esai persuasi.

Mengapa Manusia Harus Bersahabat dengan Alam?

Page 16: Contoh Esai

Di abad ke-21 ini, manusia sering melupakan betapa pentingnya memiliki koneksi yang baik dan harmonis dengan alam. Entah kita sadari atau tidak, di tengah-tengah kemajuan tehnologi dan temuan-temuan ilmiah yang membuat kita semakin percaya bahwa manusia adalah makhluk istimewa di muka bumi, kita semua adalah bagian kecil dari fauna yang tinggal di planet biru ini. Tak perlu menyebut ketika dulu saat capaian-capaian penting umat manusia masih berupa temuan roda bulat, atau peralatan khusus untuk pertanian, manusia saat itu sangat bergantung pada alam dan sangat peduli dengan perubahan alam. Saat ini, dengan temuan dan revolusi di bidang tehnologi yang membentuk sejarah umat manusia di masa lalu, kita nampaknya melalaikan alam dan semakin hari semakin menjauhkan diri dari alam. Namun hubungan-hubungan yang dulunya pernah terjadi tidak lenyap begitu saja. Ada dua alasan penting mengapa kita seharusnya berpaling kembali ke alam dan bersinergi dengannya di masa kini dan masa depan.

Pertama, sejarah telah mengajarkan umat manusia bahwa alam adalah rumah semesta kita, sama persis seperti rumah bagi hewan dan tumbuhan (dengan pengecualian untuk hewan yang dipelihara di kebon binatang dan tumbuhan yang dibudidayakan di rumah kaca). Alam dapat menunjukkan kepada kita keindahan yang sebenarnya tanpa modifikasi dan kepalsuan secara tidak berlebihan dan apa adanya.  Lagi pula, tidakkah agak ironis melihat orang pergi ke galeri dan pameran hanya untuk melihat lukisan warna-warni bunga, hutan perawan, bukit hijau dan sungai kecil dengan airnya yang mengalir deras? Bukankah hal-hal sederhana semacam ini dapat dengan mudah mereka lihat dalam kehidupan nyata sehari-hari seandainya mereka mau meluangkan waktu untuk pergi ke daerah pedesaan atau pinggiran kota yang membetengi tempat tinggal mereka? Atau fakta bahwa orang membeli rekaman yang memperdengarkan bunyi-bunyi yang menenangkan dari alam seperti apa yang orang dengar saat malam berada di hutan—nyanyian burung hantu, bunyi jengkerik, ataupun bunyi dahan dan gerumbulan semak ditiup angin. Apa yang sebenarnya kita lakukan adalah kita mencoba menipu pikiran kita dan membuat diri kita percaya bahwa kita memang berada di hutan dan hidup berdampingan dengan burung hantu, jengkerik, dan semak belukar. Kenyataannya, kita terjebak dalam rumah atau apartemen sempit kita yang dipenuhi dengan perkakas rumah tangga dan barang-barang bertehnologi tinggi.

Kedua, di zaman yang serba berisik dan kacau dengan banjir informasi yang tak terbendung ini, kebutuhan untuk berhenti sejenak dari kehidupan yang gila dan melaju begitu cepat setiap harinya ini menjadi jauh lebih penting dibandingkan zaman-zaman sebelumnya. Menemukan keheningan dan kedamaian di bumi yang tidak pernah lekang dari persaingan, ketegangan, dan perilaku terburu-buru merupakan tantangan tersendiri. Orang menemui dokter untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan akibat depresi, insomnia, dan kekhawatiran yang berlebihan. Orang minta resep dan obat, padahal apa yang seharusnya kita lakukan adalah  kembali berpaling ke alam untuk mendapatkan pengobatan yang mujarab. Apa yang dapat lebih melegakan dan membebaskan kita dari stress kalau tidak secangkir the herbal dengan madu segar sambil duduk di atas sebuah gelondongan kayu besar di pedesaan dan melihat danau kecil yang alami atau hutan kecil yang menghijau atau gunung yang membiru? Ini adalah obat yang paling murah, paling sederhana, dan paling gampang dilaksanakan yang setiap dari kita dapat lakukan. Sering kita menertawakan orang “aneh” yang suka memeluk pohon di taman atau yang suka berjalan telanjang kaki di rerumputan. Justru orang-orang seperti inilah yang tidak melupakan hal yang sangat penting; hal yang kebanyakan orang telah lupakan demi berpacu meraih kemajuan dan kemakmuran: kunci untuk menjadi tetap sehat, untuk tetap dapat mengelola emosi

Page 17: Contoh Esai

dan tahan terhadap stress, untuk selalu menggauli alam dan membiarkan dirinya sesaat mengesampingkan semua urusan dan beristirahat.

Alam adalah keseimbangan dan harmoni—hal yang sering kita kesampingkan karena himpitan dan kesempitan hidup di kota yang sibuk. Kadang kita melarikan diri, namun pelarian diri kita begitu jarang dan dilakukan secara sporadis sehingga tidak begitu berdampak dalam hidup kita dalam upaya membangun relasi kita dengan alam. Orang seharusnya secara sungguh-sungguh memikirkan untuk mengubah rutinitas mereka dan pergi ke luar kota untuk mengenal alam secara lebih teratur. Kapan kali terakhir Anda berjalan-jalan di situ terdekat, atau memancing, atau menghabiskan akhir pecan di luar ruangan dan melakukan olah raga yang penuh aktifitas? Kapan kali terakhir Anda mendaki gunung atau mengajak keluarga dan teman untuk piknik di taman terdekat? Kita seharusnya berusaha memindahkan kegiatan bersenang-senang akhir minggu, liburan, perayaan, pesta, dan pertemuan keluarga dari rumah, pub dan restoran ke tepi danau, gunung, taman, hutan, kolam, sungai, dan lembah. Indonesia memiliki alam yang begitu indah, kaya dan beragam. Inilah kemurahan alam yang sayangnya sering kita lupakan.- See more at: http://www.menulisesai.com/2012/11/contoh-esai-persuasi_14.html#sthash.MNWVFUdT.dpuf

Sabtu, 05 November 2011

Contoh Essay (Buruknya Pelayanan Kesehatan Bagi Warga Miskin)

                 Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua umat manusia tanpa membedakan status sosialnya. Jika seseorang sakit, dia tidak akan mampu melaksanakan berbagai tugas dan kewajibannya. Hal tersebut akan berdampak bagi kelangsungan hidupnya dan keluarganya. Oleh karena itu, semua orang berlomba-lomba menjaga kesehatan mereka. Tapi sayang sekali, penyakit sering tiba-tiba datang dalam kehidupan manusia. Bagi orang yang mampu, mereka dapat dengan mudah memperoleh perawatan atau pengobatan dengan biaya mereka sendiri. Tetapi, bagaimana dengan nasib warga miskin? Bagi mereka kesehatan adalah hal yang sangat mahal. Apabila mereka terkena penyakit, hal tersebut merupakan hal yang sangat menakutkan. Mereka akan sangat sulit untuk mendapatkan kesembuhan dari penyakit tersebut karena buruknya pelayanan kesehatan di negara kita terutama bagi golongan seperti mereka.

          Bagi warga miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan adalah hal yang sangat sulit. Mereka harus memenuhi berbagai macam syarat yang ditentukan oleh pihak  rumah sakit. Syarat-syarat tersebut menjadi alat untuk mempersulit pasien dari warga miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Pihak rumah sakit terlalu mementingkan syarat daripada pelayanan yang diberikan.

Page 18: Contoh Esai

          Pasien kalangan kurang mampu seringkali mendapat perlakuan yang berbeda dari pihak rumah sakit. Mereka dijadikan pasien kelas dua. Pihak rumah sakit lebih mendahulukan pasien yang memiliki uang daripada pasien yang menggunakan Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Walaupun mereka dalam keadaan sekarat, mereka harus rela menunggu setelah pasien yang mimiliki uang tersebut. Diskriminasi dalam hal pelayanan inilah yang membuat masyarakat kecewa dengan kinerja pemerintah khususnya di bidang kesehatan.

          Upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga miskin melalui Jamkesmas masih belum dapat terealisasi dengan baik. Banyak pasien pengguna Jamkesmas masih saja dipersulit dengan urusan administrasi. Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus dalam menangani masalah ini. Hal ini karena kesehatan merupakan hak dasar setiap warga negara. Negara wajib memberikan jaminan kesehatan kepada warganya, termaksuk warga miskin.

          Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin masih belum dapat dirasakan. Masyarakat golongan miskin seringkali tidak mendapatkan pelayanan yang layak. Mereka harus dihadapkan dengan berbagai syarat yang mempersulit. Ditambah lagi dengan sikap diskriminasi yang dilakukan oleh pihak rumah sakit. Dalam hal ini, pemerintah perlu meninjau kembali kinerja rumah sakit khususnya dalam pelayanan terhadap warga kurang mampu.    

RSBI: Rusak Sudah Bangsa Ini

Belum lagi reda debat tentang Kurikulum 2013, kini dunia pendidikan dihebohkan oleh keputusan Mahkamah Konstitusi yang memvonis bahwa proyek Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dan Sekolah Bertaraf Internasional bertentangan dengan UUD 1945. Kedua perkara itu menarik perhatian masyarakat luas terutama karena nalarnya dinilai tidak nyambung dan bertentangan dengan pemahaman umum tentang tujuan pendidikan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Salah satu di antara banyak pokok keberatan, baik terhadap Kurikulum 2013 maupun proyek RSBI/SBI, meskipun dimaksudkan untuk peningkatan kualitas, pada praktiknya penghapusan bahasa daerah dan penggunaan bahasa Inggris justru dinilai melemahkan jati diri bangsa.

Page 19: Contoh Esai

Proyek Pembuangan

Kritik lain terhadap proyek RSBI/SBI, yang lantas menjadikan sekolah eksklusif dan mahal, adalah melahirkan diskriminasi kaya-miskin dan meniadakan kewajiban negara menyelenggarakan pendidikan bermutu bagi seluruh warga negara.

Kehebohan ini untuk kesekian kali membuktikan bahwa pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tampaknya tak paham tentang arti dan tujuan pendidikan, apalagi dalam hubungannya dengan kebudayaan. Lahirnya berbagai keputusan yang aneh itu juga menunjukkan bahwa mereka tak paham fungsi Kemdikbud.

Satu-satunya hal yang mereka pahami tampaknya adalah bahwa ada dana triliunan rupiah yang harus segera digelontorkan. Untuk itu, dibuatlah berbagai program sebagai proyek pembuangan uang. Diberitakan, dalam kurun 2006-2010, Kemdikbud telah menyubsidi 1.172 RSBI/SBI dengan dana Rp 11,2 triliun! Proyek itu juga menyedot dana yang tak sedikit dari pemerintah daerah dan masyarakat. Untuk itu, kiranya Badan Pemeriksa Keuangan dan Komisi Pemberantasan Korupsi segera mengusut peruntukan dan aliran seluruh dana itu, serta menghukum berat para koruptor apabila ternyata mereka berpesta pora dalam proyek itu.

Hakim konstitusi Akil Mochtar seusai persidangan di Gedung Mahkamah Konstitusi pada 8 Januari lalu tegas mengisyaratkan bahwa kehadiran Pasal 50 Ayat (3) UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dijadikan payung hukum bagi proyek RSBI/SBI terkesan dipaksakan.

”Undang-Undang Sisdiknas itu tidak memberikan penjelasan, tiba-tiba pasal itu muncul begitu saja sehingga (harus) dibatalkan,” kata Akil. Jadi, keberadaan norma dalam pasal itu tak memiliki penjelasan dalam pasal-pasal sebelumnya. Fakta adanya ”pasal siluman” ini mengingatkan pada berbagai modus kongkalikong antara eksekutif dan legislatif dalam sejumlah kasus korupsi. KPK harus turun tangan.

Rakyat Sudah Letih

Setelah MK menyatakan RSBI/SBI inkonstitusional dan harus dibubarkan, Mendikbud M Nuh secara normatif menyatakan menghormati dan akan melaksanakan keputusan MK. Namun, pada saat yang sama, ia menyerukan agar para guru dan siswa RSBI/SBI tetap berkegiatan seperti biasa. Hal serupa dinyatakannya terhadap keputusan Mahkamah Agung beberapa tahun lalu yang menyatakan bahwa ujian nasional harus dihentikan. Namun, hingga kini ia berkeras menyelenggarakan ujian nasional—suatu hal yang menunjukkan pembangkangan hukum.

Semua kemelut itu, selain membingungkan dan menyedihkan, bisa dimaklumi jika juga membangkitkan rasa apatis sekaligus amarah publik. Hendak dididik jadi apa sebenarnya bangsa kita? Sudah 67 tahun merdeka, tetapi pemerintah tak juga mampu merumuskan dan membuat desain besar pendidikan bangsa yang jelas, bernas, dan holistik. Sebuah kebijakan pendidikan yang bisa dipahami akal sehat dan mudah dilaksanakan di lapangan di semua unit pendidikan serta adil bagi seluruh rakyat.

Rakyat sudah letih menjadi bangsa pariah dunia yang moralnya ambruk oleh semeru korupsi, yang pemerintahannya begitu lemah tanpa visi, yang kementerian pendidikannya begitu limbung tanpa arah.

Page 20: Contoh Esai

Kerusakan bangsa ini hanya bisa dihentikan jika, pertama-tama, Kemdikbud dan Kementerian Agama yang juga menangani institusi pendidikan sebagai mercusuar intelektualitas dan moralitas berhenti menjadi sarang koruptor. Kedua, Kemdikbud dan Kementerian Agama harus mengibarkan visi membangun manusia Indonesia yang berilmu, berakhlak mulia, dan kukuh jati diri; serta misi membangun lembaga pendidikan nasional yang membuat anak didik bahagia belajar dan cinta belajar sepanjang hayat. Ketiga, semua pihak harus sadar bahwa semua itu tak akan mewujud jika tak dimulai dengan penanganan ekstra serius terhadap pendidikan anak usia dini!

Yudhistira ANM Massardi Pengelola Sekolah Gratis TK-SD Batutis Al-Ilmi di Bekasi

- See more at: http://www.menulisesai.com/2013/01/rsbi-rusak-sudah-bangsa-ini.html#sthash.KjepsIfM.dpuf

Paradoks Nilai

Obrolan saya dengan seorang sahabat di sebuah warkop kaki lima beberapa waktu lalu dikejutkan oleh sebuah peristiwa pilu yang merangsang saya untuk menuliskannya di sini. Di tengah obrolan ngalor-ngidul, ke sana ke mari, yang seru, kami dibuat terpengarah oleh suatu kejadian yang berlangsung cepat. Sekitar 50 meter dari tempat kami nongkrong di warkop, nampak seorang pelajar berjalan ke arah kami duduk. Sekonyong-konyong, dari arah sebuah gang, segerombolan pelajar lain berlari mengejar pelajar yang sedang berjalan sendirian ini. Dalam hitungan detik, pelajar naas ini menjadi bulan-bulanan: babak belur dikeroyok oleh lima pelajar lain. Setelah puas dan tuntas menggebuki pelajar soliter ini, mereka melarikan diri secepat kilat. Secara spontan kami menyelamatkan korban pengeroyokan ini, sedangkan beberapa orang dewasa lain yang melihat kejadian ini mengejar gerombolan pengeroyok.

Meskipun ini merupakan insiden yang serta merta tidak dapat digeneralisir, kejadian ini menimbulkan pertanyaan besar dalam benak saya. Sebegitu kuatkah perilaku kekerasan di kalangan remaja Indonesia (pelajar dan mahasiswa)? Beberapa saat lalu bahkan terjadi tawuran antarmahasiswa di salah satu universitas negeri ternama di Ujung Pandang. Belum lagi tawuran antarpelajar yang hampir setiap hari terjadi di Jakarta. Ada apa dengan kaum terdidik kita? Mengapa kekerasan menjadi pilihan utama dalam interaksi sosial mereka?

Sebenarnya tidak terlalu sulit untuk mengurai penyebab terjadinya perilaku kekerasan di kalangan terpelajar. Ada begitu banyak faktor yang menyebabkan remaja melakukan tindak kekerasan. Kesalahan juga tidak seluruhnya dapat ditimpakan kepada mereka karena banyak kekerasan yang dipicu oleh perilaku orang dewasa yang tak terpuji. Terlalu membosankan untuk menguraikan penyebab timbulnya perilaku yang meresahkan ini di sini. Lagi pula, sudah begitu banyak artikel senada ditulis di berbagai media dan forum lain. Saya hanya sekedar menyoroti satu faktor: paradoks nilai antara di sekolah atau kuliah dan di masyarakat. Nilai-nilai untuk menghargai, peduli, toleran, sopan, rela, dan melayani hanya menjadi ajaran luhur di sekolah namun telah menjadi mutiara-mutiara yang hilang dalam sistem interaksi sosial masyarakat kita.

Paradoks pertama adalah ketidaksesuaian antara nilai yang diajarkan di dunia pendidikan dengan nilai yang diimplementasikan dalam dunia nyata di masyarakat. Guru mengajar mereka untuk

Page 21: Contoh Esai

jujur, bertanggung jawab, peduli, dan rela membantu. Sayangnya ajaran ini tidak tercermin dalam masyarakat kita. Setiap saat kaum muda terdidik ini dihadapkan dengan paradoks nilai lewat media cetak maupun elektronik. Televisi, surat kabar, dan radio sering memperlihatkan pejabat publik yang berbohong, koruptor yang dihormati dan dipuji, aparat yang minta suap, dan kebobrokan peradilan yang dilakukan oleh hakim, polisi, jaksa, dan pengacara yang kolutif yang bertolak belakang dengan nilai-nilai luhur diajarkan. Parahnya, kebobrokan yang kasat mata ini terkesan dibiarkan oleh negara yang telah diberi wewenang oleh rakyat untuk mengambil tindakan tegas namun tidak pernah dilaksanakan.

Paradoks kedua adalah tidak adanya role model (suri tauladan) yang dapat dijadikan benchmark bagi perilaku generasi terdidik kita. Minimnya keteladanan membuat mereka tidak memiliki patron yang dapat mereka jadikan acuan untuk berperilaku. Yang lebih sering terjadi adalah contoh-contoh buruk yang diekspos di media. Bagaimana politisi busuk mengakali anggaran, koruptor yang mendapat fasilitas mewah di rutan, para petinggi polri berrekening gendut, rekayasa perkara di pengadilan, kolusi dan korupsi para anggota parlemen, pejabat negara yang hedonis, dan seabrek perilaku buruk lain yang meracuni idealisme mereka. Anehnya, model-model buruk ini malah menjadi selebriti dan mengaburkan model yang baik. Di sisi lain, ketimpangan ekonomi, mahalnya biaya kesehatan dan pendidikan, buruknya pelayanan dan fasilitas umum, dan keluhan rakyat yang lain tidak pernah mendapat tanggapan yang memadai oleh negara. Untuk hal-hal semacam ini, negara hanya memberi janji yang jarang sekali ditepati. Para pejabat atau calon pejabat memberi janji-janji palsu yang mereka obral saat pemilu.

Pelajar dan mahasiswa adalah golongan terdidik yang kritis. Mereka tahu bahwa apa yang diajarkan di sekolah bertolak belakang dengan apa yang terjadi di masyarakat. Ketimpangan antara nilai dan realita ini menciptakan jurang yang menggelisahkan. Akibatnya, banyak yang frustasi. Apalagi mereka yang berasal dari golongan bawah yang tidak memiliki akses ekonomi. Ketidakpastian akan masa depan membuat mereka apatis. Situasi yang tidak menunjukkan tanda-tanda optimis semacam ini membuat mereka mudah melampiaskan kekecewaan dan frustasi lewat perilaku kekerasan. Perasaan senasib dan sepenanggungan menjadikan perilaku kekerasan ini semakin masif dan intensif.  Hanya lewat kekerasan berkelompok inilah mereka merasa memiliki kuasa, harga diri, dan eksistensi. Meskipun hal ini adalah perilaku yang sangat tidak terpuji.- See more at: http://www.menulisesai.com/2013/02/paradoks-nilai.html#sthash.TlyyyKaf.dpuf

Pendidikan Karakter

Page 22: Contoh Esai

Pendidikan menjadi simpul dari perubahan habitus. Dengan mengatakan demikian, kita telah menempatkan pendidikan pada posisi yang sangat mulia bagi pembentukan dan perkembangan kepribadian. Ini menjadi tujuan umum dari apa pun bentuk pendidikan yang diselenggarakan. Pertanyaan muncul: bagaimana kita bisa mendesain pendidikan kita sehingga yang namanya mutu pendidikan dan perkembangan serta pertumbuhan kepribadian itu sungguh bisa dicapai?

Politik pendidikan

Politik pendidikan di Indonesia cenderung berorientasi pada kuantitas ketimbang kualitas. Indonesia sudah beberapa kali mendapat penghargaan karena juara di Olimpiade Fisika dan Matematika. Kita begitu berbangga, tetapi kebanggaan kita tak akan bertahan lama karena yang kita kejar hanyalah kuantitas. Mutu pendidikan kita pun diukur dari segi kuantitasnya. Padahal, kuantitas adalah sebuah postulat matematis yang abstrak dan mudah dimanipulasi.

Sangat berbeda dengan negara-negara Eropa yang justru mengejar kualitas. Orientasi ini memungkinkan mereka punya daya dorong yang tinggi untuk berkreasi dan berinovasi. Mereka akhirnya menemukan banyak hal dan memproduksi banyak teori. Indonesia hanya mampu menghafal rumus untuk diuji dan tetap jadi negara konsumtif. Selain itu, pendidikan kita pun terbelenggu dengan ”politik uang”.

Kalau lembaga pendidikan dibelenggu ”politik uang”, hanya orang kaya yang punya akses. Pemerintah berdalih, ”Kesempatan terbuka untuk semua orang. Semua orang diberi kemungkinan mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi.” Ini benar, tetapi standar yang dipakai sebagai syarat dan pembiayaannya tidak membuka kemungkinan untuk orang miskin. Jadi, ketidakadilannya terletak bukan pada kesempatan, melainkan pada standar, sistem, dan syarat yang dipakai. Kalau sudah demikian, pendidikan akhirnya hanya berfungsi melayani kepentingan masyarakat dominan dalam rangka mempertahankan dan memproduksi status quo.

Mengapa pendidikan kita tak berangkat dari realitas masyarakat yang sebagian besar adalah miskin? Berbagai dalih bisa diberikan. Namun bisa dikatakan, tidak adanya kontekstualisasi pendidikan di Indonesia itu karena ketidaktulusan dalam mengelola pendidikan. Episteme pendidikan kita masih berorientasi pada bidang ekonomi.

”Kemiskinan sebagai fenomena yang menghalangi orang-orang miskin mengambil bagian dalam kesempatan yang sebenarnya ada, termasuk kesempatan memperoleh pendidikan, disebabkan ketimpangan struktur institusional dalam masyarakat. Sistem pendidikan modern sebagai salah satu faktor institusional terpenting ikut mencerminkan ketimpangan struktur masyarakat dan sekaligus melestarikannya,” kata J Muller (Prisma, 1980).

Pedagog asal Jerman, FW Foester (1869-1966), begitu terkenal karena dialah yang mencetuskan pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-spiritual. Tujuan pendidikan bagi Foester adalah pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku hidup yang dimilikinya. Bagi Foester, karakter adalah sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter jadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah kualitas pribadi diukur.

Page 23: Contoh Esai

Guna mendukung pemahamannya tentang pendidikan ini, Foester menyebutkan empat ciri dasar dari pendidikan karakter. Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasarkan hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif dari setiap tindakan. Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip. Sikap ini merupakan sebuah keutamaan (cardinal virtue) yang butuh pengolahan yang tidak singkat. Ketiga, otonomi. Pada butir ini seseorang mengiternalisasikan aturan dari luar sampai jadi nilai-nilai bagi pribadi. Orang yang mencapai butir tiga ini adalah orang-orang yang prinsipil. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Pada butir ini orang akan mencapai komitmen dan mempertahankannya karena dianggap baik. Orang bahkan rela berkorban demi komitmen yang mulia itu.

Peran guru dan murid

Pertanyaan muncul lagi: bagaimana kita bisa mendesain pendidikan kita agar idealisme Foester bisa tercapai? Jawabannya sederhana saja: maksimalkanlah peran guru dan murid.

Bukan merupakan kesan lagi bahwa terpuruknya pendidikan di Indonesia ini karena tidak ada yang mau kerja maksimal. Mental cari gampang dan instan sepertinya telah menjadi kultur dalam dunia pendidikan kita. Akibatnya, manipulasi terjadi di mana-mana, bahkan titel pun bisa dibeli. Lemahnya sistem pendidikan kita yang disebabkan rendahnya kebijakan politik pemerintah menempatkan Indonesia sebagai negara yang sistem pendidikannya terburuk dari 12 negara di Asia (The Economics Risk Consultancy).

Mengapa harus ada sertifikasi guru? Mitos di balik sertifikasi guru ini adalah semakin memajukan mutu pendidikan. Benarkah? Saya meragukan! Ada logika tertutup yang menjangkit pemerintah kita, yakni bahwa mutu pendidikan didasarkan dan ditentukan oleh imbalan tambahan bagi kelompok guru tertentu.

Dengan demikian, sebenarnya pada dirinya sendiri sertifikasi guru melahirkan ketidakadilan. Karena melahirkan ketidakadilan, program sertifikasi guru pun patut dicurigai. Sertifikasi akan memicu berbagai akrobatik, termasuk cara-cara yang tidak jujur guna memperebutkan sertifikasi kompetensi profesional guru yang menjanjikan imbalan besar. Kalau sudah demikian, masyarakat kita akan menjelma menjadi masyarakat berisiko (risk society).

Dalam hemat saya, pemerintah telah salah langkah dengan program sertifikasi itu sendiri. Yang utama dalam perbaikan dan pengembangan mutu pendidikan kita ada pada pembenahan regulasi dan kapasitas pendukung lain, seperti budaya, bukan pada sertifikasi. Kapasitas budaya itu menyangkut mental seseorang yang di dalamnya terkandung cara berpikir dan bertindak.

Terhadap program sertifikasi guru ini, pedagog Foester akan menertawakan kita. Kebijakan pendidikan semacam ini jauh panggang dari api. Kebijakan itu tidak menyentuh inti dari persoalan itu sendiri, tetapi justru memperlebar ruang egoisme.

Foester mengusik nurani kita untuk sedapat mungkin memaksimalkan kinerja dan tanggung jawab. Bahwa mutu pendidikan kita hanya bisa tumbuh dan berkembang kalau ada ketulusan

Page 24: Contoh Esai

dalam memajukan karakter dengan empat tekanan seperti yang disebutkan itu. Jangan sampai pendidikan hanyalah sebuah dark force yang tidak merangsang perubahan habitus. Karena itu, di tengah hiruk-pikuk dan terpuruknya dunia pendidikan, politik, sosial, dan bidang-bidang kehidupan lain, pendidikan karakter dengan menekankan dimensi etisreligius menjadi sangat relevan untuk diterapkan, apalagi dalam konteks Indonesia. (Dikutip dari Kompas online, 27 Maret 2013)

Dony Kleden, Rohaniwan dan Alumnus Magister Antropologi UGM- See more at: http://www.menulisesai.com/2013/03/pendidikan-karakter.html#sthash.YFdGhe6m.dpuf

UN dan Tikus Busuk di Sekolah Kami

Sepekan menjelang ujian nasional, selama tiga hari pintu kantor tata usaha di sekolah kami dibuka lebar-lebar. Sebabnya sederhana: agar bau busuk tikus yang mati bisa keluar, teterpa angin. Sebenarnya, beberapa karyawan telah berusaha mencari sang tikus sebagai sumber bau. Bahkan, mereka sampai membongkar dan naik ke langit-langit, tetapi tak juga ketemu sumbernya. Hingga hari pelaksanaan UN, bau busuk itu tak juga hilang. UN pun akhirnya jalan melenggang.

Terlepas dari itu semua, semua ujian—termasuk UN—sesungguhnya hal baik dan perlu. Sistem pendidikan kita telah lama menggunakan ujian sebagai alat ukur keluaran hasil pendidikan sekolah. Penulis dan Mendikbud M Nuh, yang jarak tahun kelulusan SMA-nya tak terlalu jauh, juga dinyatakan lulus SMA melalui ujian akhir. Artinya, tidak ada masalah dengan ujian akhir sekolah sebagai penentu kelulusan sekalipun.

Pengakuan terselubung

Waktu berlalu, zaman berubah dan berkembang, ujian akhir sekolah terus berevolusi dan sampai pada bentuk akhir UN. Dalam perjalanannya UN menimbulkan masalah. Sebagian orang menggugat eksistensinya via pengadilan hingga ke Mahkamah Agung (MA).

Pengadilan tingkat pertama hingga MA pun mengabulkan sebagian permohonan penggugat. Sementara di sisi lain, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun terus melaksanakan UN, tetapi bukan sebagai penentu kelulusan secara mutlak.

Page 25: Contoh Esai

Masyarakat menggugat UN karena UN telah memicu kecurangan masif dan sistematis. Kemdikbud tak pernah mengakui tudingan ini. Namun, dalam praktik tahun 2013 ini, Kemdikbud membuat soal sampai 20 tipe agar kecurangan dapat diminimalisasi.

Artinya, diam-diam Kemdikbud sebetulnya mengakui kecurangan benar-benar terjadi. Sebanyak 20 tipe soal yang harus dibuat dalam jumlah besar dan didistribusikan di wilayah seluas Indonesia tentu bukan perkara mudah, apalagi remeh. Terbukti, UN 2013 menghasilkan sensasi luar biasa yang mempermalukan bangsa secara keseluruhan.

Centang-perenang UN 2013 harus menjadi momentum untuk kembali meninjau ulang UN itu sendiri. UN harus dihentikan atau diakhiri. Bukan dimodifikasi, apalagi juga dijadikan sebagai penentu masuk perguruan tinggi negeri (PTN), karena yang terakhir ini menambah kuatnya pemicu kecurangan dalam UN.

Kemdikbud via Dirjen Dikti bisa membuat kategorisasi PTN dan jalur masuknya seperti pada akhir 1970-an dan awal 1980-an: Proyek Perintis 1, 2, 3, dan 4. Keunggulan sistem ini adalah setiap siswa sejak awal harus segera memetakan kemampuannya, lalu memilih jalur mana yang akan diikuti. Tidak ada siswa ikut dua jalur, kecuali yang gagal di jalur 2, yakni tanpa tes. Juga tidak ada siswa yang masuk karena diskriminasi kemampuan ekonomi.

Harus diakhiri

UN harus diakhiri karena UN telah merusak mental siswa, guru, kepala sekolah, serta orang dari instansi terkait dalam bentuk rencana dan praktik kecurangan yang sistematis. Kehadiran orang PTN sebagai pihak luar tidak banyak membantu kondisi di lapangan.

Secara normatif jelas tidak ada satu pihak pun yang mau mengakui kecurangan ini. Bahkan, ada argumen konyol yang mengatakan, kecurangan tidak hanya terjadi sekarang, tetapi juga sejak dulu (zaman Mendikbud di SMA). Benar, dulu kecurangan memang ada, tetapi personal, tidak masif, dan sistematis.

Kecurangan UN lebih lanjut menyebabkan dusta dan kepurapuraan. Tentu bukan karakter ini yang mau dihasilkan dalam pendidikan karakter kita, di mana UN dan kecurangannya ibarat tikus mati dan bau busuk di awal tulisan ini. Bau busuknya menyebar ke mana-mana dan dirasakan semua orang meskipun tikusnya sendiri tak ditemukan.

Semoga Mendikbud, oleh sebagian orang dikenal sebagai spiritualis, mampu menangkap pesan spiritual dari tikus mati ini. Terlalu mahal taruhan bagi bangsa ini untuk mempertahankan UN yang jelas-jelas merusak mental secara masif. Hentikan UN dan ganti dengan yang lain, yang tidak menimbulkan kebusukan.

Agus Purwanto Fisikawan Teoretik ITS; Pernah Menjadi Kepala SMA di Surabaya- See more at: http://www.menulisesai.com/2013/04/un-dan-tikus-busuk-di-sekolah-kami.html#sthash.525IcOvd.dpuf