Upload
fahmi-cirebon
View
355
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
skripsi pai
Citation preview
IMPLIKASI HAFALAN AL-QUR'AN DALAM PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
(Studi Kasus di Mahad Sunan Ampel Al-Ali
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
SKRIPSI
Oleh:
Ismi Arofah
05110027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Juli, 2009
IMPLIKASI HAFALAN AL-QUR'AN DALAM PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
(Studi Kasus di Mahad Sunan Ampel Al-Ali
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Ismi Arofah
05110027
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Juli, 2009
LEMBAR PERSETUJUAN
IMPLIKASI HAFALAN AL-QURAN DALAM PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Studi Kasus di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
SKRIPSI
Oleh:
Ismi Arofah
05110027
Telah Disetujui pada Tanggal: 16 Juli 2009
Oleh:
Dosen Pembimbing
Drs. H. Suaib H. Muhammad, M.Ag
NIP. 150 227 505
Mengetahui:
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I
NIP. 150 267 235
Drs. H. Suaib H. Muhammad, M.Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Ismi Arofah Malang, 16 Juli 2009 Lamp : 6 (Enam) Eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di Malang Assalamualaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Ismi Arofah NIM : 05110027 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : Implikasi Hafalan Al-Quran Dalam Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) (Studi Kasus di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikan, mohon dimaklumi adanya. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Drs. H. Suaib H. Muhammad, M.Ag NIP. 150 227 505
HALAMAN PENGESAHAN
IMPLIKASI HAFALAN AL-QURAN DALAM PRESTASI BELAJAR MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Studi Kasus di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
SKRIPSI
dipersiapkan dan disusun oleh Ismi Arofah (05110027)
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 04-Agustus-2009 dengan nilaiA
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
pada tanggal: 04-Agustus-2009
Panitia Ujian Tanda Tangan Ketua Sidang Drs. H. Suaib. H. Muhammad, M.Ag :___________________ NIP. 150 227 505 Sekretaris Sidang Istianah Abu Bakar, M.Ag :___________________ NIP.150 332 149 Penguji Utama Prof. DR. H. Muhaimin, MA :___________________ NIP. 150 215 375 Pembimbing Drs. H. Suaib H. Muhammad, M.Ag :___________________ NIP.150 227 505
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
DR. M. Zainuddin, MA NIP. 150 275 502
MOTTO
( nRegisteredSebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan
mengajarkannya (HR.Bukhori )
PERSEMBAHAN
Dengan penuh cinta, kupersembahkan karya ini kepada:
Allah SWT yang Maha sempurna,, yang telah menggariskan jalan hidup pada
setiap makhluk-Nya.
Ayah & Ibuku tercinta, (H. Munawir Muslih & Hj. Aminah) yang luapan kasih
sayangnya bak mata air abadi. Terima kasih telah mengantarkan ananda sampai
pada tahap pendidikan ini.
Kakak & adikku tersayang (Yunia Rahmah S.Ag dan Ahmad Muzammil S.Pd.I),
serta (Anik Nihayah S.Pd.) yang selalu memberi uswah hasanah, menginspirasi
dan memotivasi aku.
Suamiku tercinta yangkoe Fata Zamroni, SH., terima kasih telah
mendampingiku menjalani pendidikan ini dengan Sabar. Tak lupa pula segenap
keluarga besar yang selalu memberikan kasih sayang, serta dukungan baik moril
maupun material, sehingga aku mampu menatap masa depan dengan ceria.
Semua Guruku, Ustadz/Ustadzahku di Pesantren dan Mahad, serta para Dosen
yang telah memberikan secercah pencerahan, sehingga aku dapat mewujudkan
harapan, angan dan cita-cita di masa depan.
Teman-teman mahasiswa di Jurusan Pendidikan Agama Islam (2005-2009), yang
memberikan motivasi dan pengalaman bermakna. Especially, semua gus & ning
JQH, semoga selalu bisa istiqomah berjuang di jalan-Nya dan dapat melestarikan
hafalan Al-Qurannya.
Teman-teman yang oke bangets,, evy, heni, nyatin, hikmah, ima, angga, indra,
niam, serta adik-adiku di kost pinky, ndok nisa, ira, atul, ria, fi2l, nani, hesy,
bib3h, dan semua sahabatku yang tidak dapat kusebutkan satu persatu. aku sadar
kalian telah menjadi tempat belajarku dalam mengarungi cuplikan kehidupan ini,
saling berbagi pengalaman hidup, serta banyak hal yang menginspirasi. Semoga
pertemuan dan persahabatan kita dalam kancah mencari ilmu ini, kelak dapat
menjadi perantara kita untuk bertemu dan berkumpul di bawah naungan-Nya.
Amin.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.
Malang, 16 Juli 2009
Ismi Arofah
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya patut dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat
yang Maha indah, Maha pengasih, dan Maha sempurna, yang telah memberikan
pertolongan berupa kejernihan fikir, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada teladan
kita Rasulullah Muhammad SAW, pembimbing dan pemimpin umat Islam yang
berakhlak Al-Quran.
Penulisan skripsi ini, dilatarbelakangi oleh kecintaan dan apresiasi mendalam
penulis terhadap komunitas penghafal Al-Quran yang ada di lingkungan UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang. Para penghafal Al-Quran dari kalangan
mahasiswa ini bisa dikatakan berbeda dengan mahasiswa pada umumnya,
karena mereka mengemban 2 misi sekaligus. Misi yang di maksud oleh penulis
adalah misi untuk mengembangkan keilmuan yang diminati di perkuliahan, serta
misi untuk menghafalkan dan melestarikan hafalan Al-Quran.
Penelitian dalam skripsi ini secara lebih terfokus, dilakukan kepada para
mahasiswa penghafal Al-Quran dari jurusan Pendidikan Agama Islam, yang
bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana prosedur hafalan Al-Quran
mahasiswa di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,
Apakah hafalan Al-Quran Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam
berimplikasi dalam prestasi belajarnya, serta mendeskripsikan sikap keseharian
mahasiswa penghafal Al-Quran dari Jurusan Pendidikan Agama Islam tersebut.
Penulis menyadari dalam proses penulisan skripsi ini banyak memperoleh
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA. , selaku Dekan Fakultas Tarbiyah, serta Bapak
Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I, selaku Kepala Jurusan pendidikan Agama Islam,
beserta segenap Dosen Fakultas Tarbiyah yang dengan ikhlas telah membantu
dan memberikan masukan untuk skripsi ini.
3. Bapak Drs. H. Suaib H. Muhammad, M.Ag, yang dengan ikhlas telah
memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam proses penulisan
skripsi ini.
4. Bapak KH. Chamzawi, M.HI, selaku Mudir Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang, berserta para pengasuh dan pengurus
Mahad, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan
penelitian ini.
5. Para pembina, pengurus dan anggota Jamiyyatul Qurra wal huffazh Mahad
Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, khususnya
Mahasiswa penghafal Al-Quran dari jurusan Pendidikan Agama Islam, serta
informan yang telah membantu penulis dalam memperoleh data-data
penelitian.
6. Ayah dan ibuku tercinta, suamiku tercinta, saudara-saudaraku, serta segenap
keluargaku yang telah banyak memberikan bantuan dan pengorbanan baik
moril maupun materiil.
7. Teman-teman di Fakultas Tarbiyah/Jurusan Pendidikan Agama Islam tahun
akademik (2005-2009), yang telah memberikan berbagai pengalaman dan
interaksi akademik yang mengesankan.
Tiada yang pantas penulis ucapkan kecuali untaian kata terima kasih
Jazaakumullah Ahsanal Jazaa semoga amalnya diterima oleh Allah SWT,
dan dibalas dengan sebaik-baik balasan.
Akhirnya, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif
dari para pembaca, demi memperbaiki karya ini. Semoga karya yang masih jauh
dari kesempurnaan ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca, serta penulis.
Amin ya Mujibas Saailiin.
Malang, 16 Juli, 2009
Penulis
PEDOMAN TRANLITERASI ARAB LATIN Penulisan transliterasi arab-latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman
transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang
secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Huruf
= a = z = q = b = s = k = t = sy = l = ts = sh = m = j = dl = n = h = th = w = kh = zh = h = d = = = dz = gh = y = r = f
B. Vokal Panjang
Vokal (a) panjang = Vokal (i) panjang = Vokal (u) panjang =
C. Vokal Diftong
= aw = ay = u = i
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Harian dan Mingguan JQH Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang92 2. Tabel 4.2 Nama-Nama Mahasiswa Penghafal Al-Quran dari Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)...98 3. Tabel 4.3 Jumlah Hafalan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Penghafal Al-Quran..102 4. Tabel 4.4 Awal mahasiswa mulai menghafal102
5. Tabel 4.5 Tempat menghafal Al-Quran...102
6. Tabel 4.6 Peran lingkungan Menghafal Al-Quran (Mahad)...105
7. Tabel 4.7 Kendala yang paling dominan dalam menghafal dan melestarikan hafalan Al-Quran.107 8. Tabel 4.8 Usaha untuk memahami makna dan kandungan ayat Al-Quran yang dihafal.109 9. Tabel 4.9 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Indeks Prestasi Komulatif
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Penghafal Al-Quran.113 10. Tabel 4.10 Nilai Matakuliah Keagamaan Islam yang Berhubungan dengan Ayat-Ayat Al-Quran...114
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 4.1 Grafik Anggota JQH Mulai Periode 2002-2009.................96
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat izin penelitian
Lampiran 2 : Surat keterangan telah melakukan penelitian dari instansi
Lampiran 3 : Bukti konsultasi
Lampiran 4 : Pedoman observasi
Lampiran 5 : Pedoman wawancara
Lampiran 6 : Pedoman dokumentasi
Lampiran 7 : Angket Lampiran 8 : Struktur organisasi Jamiyyatul Qurra wal Huffazh Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Lampiran 9 : Denah Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang & Mahad Sunan Ampel Al-Ali. Lampiran 10 : Peta lokasi Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Lampiran 11 : Foto-foto dokumentasi penelitian
Lampiran 12 : Kartu hasil studi (KHS) mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam penghafal Al-Quran
Lampiran 13 : Kliping tentang JQH UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dari berbagai sumber
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
HALAMAN JUDUL...........................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................................iii
HALAMAN NOTA DINAS...............................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................v
HALAMAN MOTTO.........................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN.........................................................................vii
SURAT PERNYATAAN..................................................................................viii
KATA PENGANTAR.........................................................................................ix
PEDOMAN TRANSLITERASI.........................................................................xi
DAFTAR TABEL..............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xiv
DAFTAR ISI......xv
ABSTRAK........................................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.1
B. Rumusan Masalah7
C. Tujuan Penelitian.7
D. Manfaat Penelitian...8
E. Definisi Operasional8
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian...9
G. Sistematika Pembahasan10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Hafalan Al-Quran
1. Pengertian Menghafal Al-Quran12
2. Keutamaan Menghafal Al-Quran...14
3. Adab Menghafal Al-Quran....20
4. Metode Menghafal Al-Quran.23
5. Melestarikan Hafalan Al-Quran.27
6. Faktor-Faktor yang Mendukung
Keberhasilan Menghafal Al-Quran32
B. Prestasi Belajar Mahasiswa
1. Pengertian Prestasi Belajar..39
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar...47
3. Evaluasi Prestasi Kognitif, Afektif dan Psikomotorik.53
C. Implikasi Hafalan Al-Quran dalam Prestasi Belajar
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam...55
D. Sikap dan Kewajiban Intelektual Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Agama Islam Penghafal Al-Qur'an64
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Strategi Penelitian..69
B. Kehadiran Peneliti.70
C. Lokasi Penelitian...71
D. Data dan Sumber Data...71
E. Prosedur Pengumpulan Data.73
F. Analisis Data.75
G. Pengecekan Keabsahan Data75
H. Tahapan Penelitian...78
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Jamiyyatul Qurra Wal Huffazh (JQH)
Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang...80
2. Visi, Misi, Tujuan dan Fungsi JQH
Mahad Sunan Ampel Al-Ali
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang..86
3. Struktur Kepengurusan JQH
Mahad Sunan Ampel Al-Ali
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang..88
4. Program Kerja JQH Mahad Sunan Ampel Al-Ali
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang...90
5. Kegiatan JQH Mahad Sunan Ampel Al-Ali
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.90
6. Prestasi Anggota JQH Mahad Sunan Ampel Al-Ali
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.93
7. Keadaan Anggota JQH Mahad Sunan Ampel Al-Ali
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.96
B. Paparan Hasil Penelitian
1. Deskripsi Pelaksanaan Hafalan Al-Quran di Mahad
Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang...98
2. Implikasi Hafalan Al-Quran dalam Prestasi Belajar
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
di UIN Maulana malik Ibrahim Malang...108
3. Sikap keseharian Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama
Islam Penghafal Al-Quran...............................................116
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Hafalan Al-Quran di Mahad
Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang..120
B. Implikasi Hafalan Al-Quran dalam Prestasi Belajar
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang....125
C. Sikap keseharian Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam
Penghafal Al-Quran......................................................128
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.131
B. Saran...134
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ABSTRAK
Arofah, Ismi. Implikasi Hafalan Al-Quran Dalam Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) (Studi Kasus di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang). Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Drs. H. Suaib. H. Muhammad, M.Ag. Dalam menjalankan fungsi edukasinya, dewasa ini perguruan tinggi dituntut untuk dapat memerankan fungsinya secara optimal dalam mewujudkan lulusan yang beriman dan bertaqwa, memiliki kepribadian yang utuh, memiliki keahlian yang matang dan profesional dibidangnya masing-masing. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang merupakan salah satu Perguruan Tinggi Islam yang telah berhasil menggabungkan dua kekuatan dalam paradigma pendidikannya, yaitu kekuatan akademik dan kultural. Kekuatan kultural tersebut, diciptakan melalui keberadaan Mahad (pesantren mahasiswa yang kurikulum pembelajarannya integral dengan kampus). Selain pembelajaran kitab dan bahasa, di Mahad juga terdapat unit pengembangan tahfizh yang beranggotakan para mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Kegiatan menghafal Al-Quran yang dilakukan oleh mahasiswa ini merupakan suatu hal yang sangat memerlukan perhatian dan penanganan secara khusus, mengingat menghafal Al-Quran merupakan pekerjaan yang tidak mudah untuk dilakukan, apalagi oleh mahasiswa yang notabene memiliki jadwal kegiatan yang padat. Dari sinilah timbul berbagai anggapan yang menyatakan bahwa dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan, maka mahasiswa penghafal Al-Quran tidak bisa mendapatkan hasil belajar/akademik yang maksimal. Berawal dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk membahasnya dalam skripsi yang berjudul Implikasi Hafalan Al-Quran Dalam Prestasi belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan hafalan Al-Quran di Mahad sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana malik Ibrahim Malang, untuk mengetahui apakah hafalan Al-Quran mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam berimplikasi terhadap prestasi belajarnya, serta untuk mengetahui bagaimana aspek sikap keseharian mahasiswa tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi studi kasus. Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan metode observasi, angket, interview dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Adapun untuk data yang berupa angka (data kuantitatif), dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan cara menghitung nilai rata-rata dan prosentase kemudian dideskripsikan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa pelaksanaan hafalan Al-Quran di Mahad Sunan Ampel Al-Ali sudah baik, kerena telah memenuhi beberapa hal yang mendukung keberhasilan menghafal Al-Quran. Diantaranya adalah: penciptaan lingkungan yang kondusif dengan
dikumpulkannya mahasiswa penghafal Al-Quran dalam satu unit asrama, adanya instruktur hafalan yang membimbing mahasiswa tersebut, adanya waktu yang digunakan mahasiswa untuk melestarikan hafalannya, serta adanya program evaluasi seperti kegiatan khatm Al-Quran tiap sepekan, tes tahfizh tiap akhir semester, serta wisuda tahfizh yang diawali dengan tes tahfizh. Dari proses menghafal yang baik tersebut, maka hafalan yang dihasilkanpun menjadi baik. Hafalan mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam berimplikasi dalam prestasi belajarnya. Secara psikologis, aktivitas menghafal Al-Quran menimbulkan efek ketenangan yang mendukung keberhasilan proses belajar. Secara fisiologis, kebiasaan menghafal Al-Quran membuat indera penglihatan dan pendengaran menjadi familiar terhadap ayat-ayat yang telah dihafal, serta melatih sistem memori dalam otak untuk mengingat, sehingga memudahkan siswa/mahasiswa untuk dapat menghafal pengetahuan lain selain Al-Quran. Selain itu, hafalan Al-Quran mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam sangat membantu penguasaan materi matakuliah keagamaan Islam yang berhubungan dengan ayat-ayat Al-Quran, karena selain menghafalkan para mahasiswa tersebut juga berusaha memahami ayat-ayat yang dihafal. Dari rekapitulasi indeks prestasi komulatif mahasiswa tersebut, secara umum diketahui bahwa nilai rata-ratanya mencapai 3.64 (dengan pujian), sedangkan untuk matakuliah kegamaan Islam yang banyak berkaitan dengan ayat-ayat Al-Quran, nilai mahasiswa tersebut juga baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas menghafal Al-Quran mahasiswa tidak menyebabkan prestasi belajarnya menurun, sebaliknya hafalan Al-Quran justru berimplikasi sangat baik bagi prestasi belajar mahasiswa. Selain berprestasi yang baik dalam akademiknya, aspek sikap keseharian mahasiswa penghafal Al-Quran ini juga lebih mencerminkan mahasiswa muslim dibandingkan mahasiswa lainnya. Mereka berkomitmen untuk selalu berusaha memperbaiki tingkah lakunya, serta menjaga tatakrama yang baik kepada lingkungan sosialnya. Selain itu, mereka juga selalu berusaha mengamalkan ilmunya dengan mengajarkan ilmu tentang Al-Quran yang mereka miliki kepada siapapun yang membutuhkannya, baik dalam lingkup mahad maupun masyarakat sekitar kampus. Kata Kunci: Hafalan Al-Quran, Prestasi Belajar
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan zaman yang semakin cepat berpengaruh pada segala aspek
kehidupan. Munculnya berbagai penemuan ilmiah di bidang sains dan teknologi
turut mengiringi revolusi zaman yang semakin modern ini.
Dewasa ini masyarakat banyak menyoroti masalah kerusakan moral yang
dialami oleh para remaja. Maraknya tawuran antar pelajar/mahasiswa, peredaran
dan pemakaian narkoba yang dilakukan oleh pelajar/mahasiswa, seks bebas, dan
penyimpangan-penyimpangan lain yang sangat ramai diberitakan oleh media
massa.
Terhadap realita tersebut muncul berbagai tanggapan dan sinyalemen dari
sebagian masyarakat yang mempermasalahkan pengembangan kepribadian
mahasiswa di luar lingkup pendidikan formal. Mereka berpendapat bahwa
sebenarnya sistem pendidikan di Indonesia sudah baik, namun ada beberapa faktor
yang menghambat keberhasilan sistem tersebut. Salah satu contohnya adalah
ketergantungan masyarakat terhadap produk-produk teknologi modern yang
semakin kuat. Hal ini merupakan indikasi adanya pergeseran nilai-nilai esensial
yang akan mengubah pola pikir dan pola hidup masyarakat menjadi konsumtif dan
memuja gaya hidup hedonistik, materialistik dan hura-hura.
Kondisi demikian ini sangat berpengaruh terhadap sistem dan proses
pendidikan di sekolah dan di perguruan tinggi. Pendidikan hanya difokuskan pada
bagaimana membentuk siswa/mahasiswa yang pandai dan memiliki keterampilan
tertentu. Hal ini berakibat terhadap fokus kepribadian siswa hanya dititikberatkan
pada aspek perkembangan intelektual saja, sementara aspek moralitas dan
kejiwaannya kurang memadai.
Dalam menjalankan fungsi edukasinya, dewasa ini perguruan tinggi
dihadapkan pada dua persoalan yang dilematis. Di satu sisi dituntut untuk
mengembangkan iptek dengan segala konsekuensinya dalam menghadapi era
globalisasi, namun di sisi lain perguruan tinggi harus memikul tanggung jawab
terhadap dampak negatif dari kemajuan iptek modern yaitu terjadinya dekadensi
moral yang mengarah pada demoralisasi, bahkan boleh jadi mengarah pada
dehumanisasi. Hal yang menjadi persoalan adalah bagaimana Perguruan Tinggi
dapat memerankan fungsinya secara optimal dalam mewujudkan lulusan yang
beriman dan bertaqwa, memiliki kepribadian yang utuh, memiliki keahlian yang
matang dan profesional dibidangnya masing-masing. Jawaban akan pertanyaan
tersebut adalah tantangan bagi perguruan tinggi untuk memberikan pendidikan
Agama Islam yang memadai bagi setiap mahasiswa sebagai pencerahan spiritual
dalam rangka membangun nurani bangsa.1
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang merupakan
salah satu Perguruan Tinggi Islam yang telah berhasil menggabungkan dua
kekuatan dalam paradigma pendidikannya, yaitu kekuatan akademik dan kultural.
Pengembangan ilmu akademik, khususnya yang bernafaskan Islam, akan berhasil
jika dikembangkan di atas kekuatan kultural. Kekuatan kultural yang dimaksud di
1 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 1-3.
sini adalah berbagai komponen yang dapat mendukung terciptanya budaya
kondusif, baik dalam upaya pengembangan spiritual, akhlak, ilmu dan
profesionalitas.2 Dalam paradigma pendidikannya Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang memiliki sebuah konsep tarbiyah Ulul Albab,
yaitu pendidikan yang diharapkan dapat membentuk kepribadian mahasiswa yang
mengedepankan tiga prinsip, yaitu dzikir, fikir dan Amal sholeh.
Tujuan luhur ini dikuatkan atau didukung dengan komponen-komponen
internal, yang mewadahi berbagai kegiatan pengembangan akademik dan spiritual
yang ada di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Diantara komponen internal
yang sangat penting adalah keberadaan Mahad Sunan Ampel Al-Ali, yaitu
pesantren mahasiswa yang semua kurikulum pembelajarannya integral dengan
kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Diantara program yang diadakan
oleh Mahad Sunan Ampel Al-Ali adalah pengembangan biah (lingkungan)
berbahasa, pembelajaran kitab dan pembelajaran Al-Quran.
Di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang juga
terdapat unit pengembangan Tahfizh Al-Quran, yang beranggotakan mahasiswa
dari berbagai tingkatan semester. Kegiatan menghafal Al-Quran yang dilakukan
oleh mahasiswa ini merupakan suatu hal yang sangat memerlukan perhatian dan
penanganan secara khusus, mengingat menghafal Al-Quran merupakan pekerjaan
yang tidak mudah untuk dilakukan, apalagi oleh mahasiswa yang memiliki
disiplin keilmuan yang berbeda-beda. Selain itu, dalam menjalankan aktivitas
menghafal Al-Quran dan kuliah memerlukan pengaturan waktu yang baik dan
2 Imam Suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Quran (Malang: UIN Press, 2004), hlm. 79.
tepat, sehingga Al-Quran yang telah dihafal dapat dilestarikan dengan baik dalam
hati.
Al-Quran adalah kitab suci yang memiliki banyak keagungan dan
kemujizatan. Al-Quran juga memiliki banyak kelebihan, diantaranya adalah Al-
Quran merupakan kitab yag mudah dihafal dan difahami. Hal ini sesuai dengan
Firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Qamar (54:13):
s)s9 ur$tR otb# u )9 $# .e%# 9@ ygs`B9 . B Artinya:Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? 3
Oleh karena itu, setiap untaian kalimat yang indah dalam Al-Quran telah
dijadikan Allah untuk mudah dihafal dan dipahami oleh para penghafalnya. Kita
sebagai umat Islam turut berbangga karena ada ribuan bahkan puluhan ribu umat
Islam yang telah hafal Al-Quran, dan sebagian dari mereka adalah anak-anak
kecil yang masih belum baligh. Hal ini sangat bertolak belakang dengan
karakteristik kitab suci Agama lain yang tidak mampu dihafal oleh pemeluknya.4
Dengan hafalan Al-Quran yang ada di hati para umat Islam penghafal Al-
Quran inilah, sesungguhnya Allah menetapkan dan menjaga kemurnian Al-
Quran. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Hijr (15:9):
$R ) `twU$uZ 9 tRt .e%!$#$R ) urms9tbq ptm:): Artinya: "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya"5
3 Al-Quran dan Terjemahnya (Semarang: PT. Tanjung Mas, 1992), hlm. 879. 4 Achmad Yaman Syamsudin, Cara Mudah Menghafal Al-Quran (Jateng: Insan Kamil, 2007), hlm. 7-8. 5 Al-Quran dan Terjemahnya, Op. Cit., hlm. 391.
Mahasiswa merupakan calon-calon intelektual yang memiliki tugas untuk
mengembangkan keilmuan yang diminati, di sisi lain ada keinginan untuk
mempelajari, menghafalkan dan mendalami Al-Quran. Keberadaan mahasiswa
penghafal Al-Quran, seperti halnya hafizh-hafizhah yang lain, memberikan
penguatan kepada kita bahwa memang di sepanjang masa Al-Quran akan
senatiasa dijaga dan dipelihara kemurniannya oleh Allah SWT, sang pemilik
Kalam yang mulia.
Para penghafal Al-Quran di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, terdiri dari
berbagai kalangan mahasiswa pada tingkatan semester dan jurusan yang berbeda.
Diantara para mahasiswa/mahasiswi yang menghafal Al-Quran tersebut, ada
beberapa mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
Dalam proses menghafal Al-Quran, seorang penghafal tidak hanya membaca
dan berusaha menghafal di luar kepala, akan tetapi juga berusaha untuk
menghayati dan mentadabburi bacaan yang telah dibaca dan dihafalnya. Dalam
hal ini, seorang Penghafal Al-Quran secara tidak langsung akan dapat memahami
dan mengambil kandungan-kandungan ayat-ayat yang dibaca.
Dengan adanya proses menghafal tersebut, seseorang penghafal akan dapat
membaca dengan lancar dan benar ayat-ayat yang telah dihafalkannya. Setelah
dapat membaca dengan baik dan benar, ia akan tertarik untuk mengetahui arti dan
kandungan ayat-ayat Al-Quran yang dihafalnya.
Dalam perkuliahan Fakuktas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, terdapat dua jenis pengelompokan
matakuliah, yaitu matakuliah kependidikan dan matakuliah keagamaan Islam.
Pada matakuliah keagamaan Islam, banyak sekali materi yang bersentuhan secara
langsung dengan ayat-ayat Al-Quran, karena pada dasarnya Al-Quran
merupakan sumber dari hukum Islam yang utama.
Pendidikan Agama Islam memiliki beberapa pokok kajian yang meliputi
aqidah, akhlak, syariah dan muamalah. Diantara matakuliah keagamaan Islam
yang mengandung aspek-aspek tersebut adalah: studi Al-Quran, studi Fiqih,
Tafsir dan Hadits, Masail Fiqhiyah 1 & 2, serta Tafsir Hadits 1 & 2, serta Ushul
Fiqih.
Dalam proses pembelajaran matakuliah keagamaan Islam tersebut,
kemampuan membaca Al-Quran dengan baik dan benar merupakan kemampuan
dasar yang sangat penting, selain kemampuan memahami arti dan kandungan
ayat-ayat tertentu. Dalam hal ini hafalan Al-Quran yang dimiliki oleh mahasiswa
Jurusan Pendidikan Agama Islam, memberi kontribusi yang sangat besar dalam
membantu pemahamannya tentang beberapa mata kuliah tersebut, sehingga
berimplikasi pada peningkatan prestasi belajarnya. Dengan demikian, ditemukan
adanya implikasi (keterlibatan) hafalan Al-Quran mahasiswa dalam prestasi
belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti sangat tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul seperti tersebut di atas.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan hafalan Al-Quran di Mahad Sunan Ampel Al-
Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang?
2. Apakah hafalan Al-Quran mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang berimplikasi terhadap
prestasi belajarnya?
3. Bagaimana aspek sikap keseharian mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) penghafal Al-Quran tersebut?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mendeskripsikan pelaksanaan hafalan Al-Quran di Mahad Sunan Ampel
Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Mendeskripsikan implikasi hafalan Al-Quran dalam prestasi belajar
mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
3. Mendeskripsikan sikap keseharian mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) penghafal Al-Quran di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang,
penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan terutama
bagi mahasiswa Fakultas Tarbiyah.
2. Bagi peneliti, menambah wawasan tentang implikasi hafalan Al-Quran
dalam prestasi belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI),
sehingga menambah himmah untuk senantiasa melestarikan Kalamullah
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang menghafal
Al-Quran, agar selalu termotivasi dan Istiqomah dalam melestarikan
hafalan Al-Qurannya, serta bagi Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang pada umumnya, agar timbul niat dan keinginan untuk menghafal
dan mendalami Al-Quran.
E. DEFINISI OPERASIONAL
1. Implikasi adalah keterlibatan atau keadaan terlibat; apa yang termasuk
atau tersimpul; sesuatu yang disugestikan tetapi tidak dinyatakan.6
2. Hafalan Al-Quran, maksudnya adalah out put dari aktivitas menghafal
Al-Quran. Menghafal Al-Quran adalah proses mengingat Al-Quran di
luar kepala dengan cara meresapkan dalam hati, dengan berbagai strategi
dan metode tertentu.
3. Prestasi belajar mahasiswa adalah: hasil yang dicapai oleh mahasiswa
Jurusan pendidikan Agama Islam (PAI) dalam belajarnya. Adapun
prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar matakuliah
keagamaan Islam yang berhubungan dengan ayat-ayat Al-Quran seperti
studi Al-Quran, studi Fiqih, Tafsir dan Hadits, Masail Fiqhiyah I & II,
Tafsir Hadits I & II, serta Ushul Fiqih. Prestasi ini meliputi aspek kognitif,
afektif (penghayatan) dan psikomotorik (sikap), karena itulah
penilaian/pengukuran prestasi ini tidak hanya dilihat dari indeks prestasi
6 WJS. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Penerbit Balai Pustaka, 1976), hlm. 377.
mahasiswa (IPK), akan tetapi juga dari aspek sikap keseharian mahasiswa
tersebut.
F. RUANG LINGKUP DAN KETERBATASAN PENELITIAN
Untuk menghindari pembahasan yang melebar dalam skripsi ini, maka penulis
membatasi permasalahan pada implikasi hafalan Al-Quran dalam prestasi belajar
mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Hafalan Al-Quran yang baik ditentukan dari proses menghafal Al-Quran
yang baik pula, karena itulah perlu diketahui tentang bagaimana pelaksanaan
hafalan Al-Quran tersebut. Kegiatan menghafal di UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang dilakukan oleh para mahasiswa dari berbagai tingkatan semester, dalam
hal ini penelitian dikhususkan pada mahasiswa penghafal Al-Quran dari Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang berada di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang.
G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh, sistematika
pembahasan dalam skripsi ini dibagi dalam enam bab, yaitu:
Bab pertama adalah pendahuluan. Dalam bab ini dijelaskan tentang latar
belakang permasalahan yang menimbulkan keinginan peneliti untuk mengadakan
penelitian tentang implikasi hafalan Al-Quran dalam prestasi belajar mahasiswa
jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang. Dari latar belakang tersebut, kemudian
ditentukan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
operasional penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, serta
sistematika pembahasan.
Bab kedua adalah kajian pustaka. Dalam bab ini peneliti menguraikan berbagai
teori tentang hafalan Al-Quran, yang meliputi: pengertian menghafal Al-Quran,
keutamaan menghafal Al-Quran, adab membaca dan menghafal Al-Quran,
metode menghafal Al-Quran, melestarikan hafalan Al-Quran, serta tentang
faktor-faktor yang mendukung keberhasilan menghafal Al-Quran.
Prestasi belajar mahasiswa, yang meliputi: pengertian tentang prestasi belajar,
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, evaluasi prestasi kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Pembahasan tentang implikasi hafalan Al-Quran dalam prestasi belajar
mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Serta deskripsi tentang sikap keseharian mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) penghafal Al-Quran di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Bab ketiga adalah metodologi penelitian, yang mengemukakan tentang metode
dan strategi penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, metode
pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data, sehingga dapat
diketahui bagaimana proses dan cara penelitian.
Bab keempat adalah laporan hasil penelitian, dalam hal ini peneliti menyajikan
berbagai data yang telah diperoleh dari penelitian. Bab ini meliputi deskripsi
objek penelitian dan paparan hasil data penelitian.
Bab kelima adalah pembahasan hasil penelitian, yaitu dengan cara membahas
hasil penelitian yang telah diperoleh dengan berbagai teori yang relevan dengan
kajian penelitian. Dalam hal ini peneliti akan mengungkapkan bagaimana
prosedur pelaksanaan hafalan Al-Quran di Mahad sunan Ampel Al-Ali UIN
Malang, apakah hafalan Al-Quran berimplikasi terhadap prestasi belajar
mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) penghafal Al-Quran, serta
deskripsi tentang sikap mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
penghafal Al-Quran tersebut.
Bab keenam adalah penutup, dalam bab ini kan dipaparkan tentang kesimpulan
hasil penelitian dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Hafalan Al-Quran
1. Pengertian Menghafal Al-Quran
Menghafal Al-Quran terdiri dari dua kata, yaitu kata menghafal dan Al-
Quran. Dalam kamus besar bahasa indonesia, pengertian menghafal adalah
berusaha meresapkan kedalam fikiran agar selalu ingat.7
Menurut Zuhairini dan Ghofir, menghafal adalah suatu metode yang
digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernah dibaca secara benar
seperti apa adanya. Metode tersebut banyak digunakan dalam usaha untuk
menghafal Al-Quran dan Al-Hadits. Ada empat langkah yang perlu dilakukan
dalam menggunakan metode ini, antara lain:
a. merefleksi, yakni memperhatikan bahan yang sedang dipelajari, baik dari segi tulisan, tanda bacannya dan syakalnya;
b. mengulang, yaitu membaca dan atau mengikuti berulang-ulang apa yang diucapkan oleh pengajar;
c. meresitasi, yaitu mengulang secara individual guna menunjukkan perolehan hasil belajar tentang apa yang telah dipelajari;
d. retensi, yaitu ingatan yang telah dimiliki mengenai apa yang telah dipelajari yang bersifat permanen.8
Menurut Suryabrata, istilah menghafal disebut juga mencamkan dengan
sengaja dan dikehendaki, artinya dengan sadar dan sungguh-sungguh mencamkan
sesuatu. Dikatakan dengan sadar dan sungguh-sungguh, karena ada pula
7 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 291. 8 Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Malang: UM PRESS, 2004), hlm. 76.
mencamkan yang tidak disengaja dalam memperoleh suatu pengetahuan. menurut
beliau, hal-hal yang dapat membantu menghafal atau mencamkan antara lain:
a. Menyuarakan dalam menghafal. Dalam proses menghafal akan lebih efektif bila seseorang menyuarakan bacaannya, artinya tidak membaca dalam hati saja;
b. Pembagian waktu yang tepat dalam menambah hafalan, yaitu menambah hafalan sedikit demi sedikit akan tetapi dilakukan secara kontinu;
c. Menggunakan metode yang tepat dalam menghafal, antara lain: 1) Metode keseluruhan/metode G (Ganzlern methode), yaitu metode
menghafal dengan mengulang berkali-kali dari awal sampai akhir, 2) Metode bagian/metode T (Teilern methode), yaitu menghafal bagian
demi bagian sesuatu yang dihafalkan, dan 3) Metode campuran/metode V (vermittelendelern), yaitu menghafal
bagian-bagian yang sukar terlebih dahulu selanjutnya dipelajari dengan metode keseluruhan.9
Setelah menyebutkan tentang beberapa definisi menghafal, perlu disebutkan
pula tentang beberapa definisi Al-Quran. Al-Quran menurut bahasa ialah bacaan
atau yang dibaca. Kata Al-Quran diambil dari isim mashdar yang diartikan
dengan arti isim maful, yaitu: maqru (yang dibaca). Menurut istilah ahli agama
Islam, Al-Quran ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang ditulis dalam mushaf,10
Definisi Al-Quran menurut sebagian Ulama ahli ushul adalah: firman Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang bersifat mukjizat
(melemahkan) dengan sebuah surat dari padanya, dan beribadat bagi yang
membacanya.
Sebagian ahli ushul juga mendefinisikan:
Al-Kitab (Al-Quran) adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan bahasa Arab untuk diperhatikan dan diambil pelajaran oleh manusia, yang dinukilkan (dipindahkan) kepada kita dengan khabar
9 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), hlm. 45. 10 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Quran dan Tafsir (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2002 Cet-2), hlm. 3.
mutawatir, yang ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan disudahi dengan surat An-Ns.11
Dalam Tafsir Al-Munir, Wahbah Al-Zuhaili mendefinisikan pengertian Al-
Quran sebagai berikut:
Al-Quran adalah kitab Allah yang melemahkan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan lafad bahasa Arab, yang tertulis dalam lembaran-lembaran, membacanya dianggap Ibadah, yang dipindahkan dengan mutawatir, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Ns12
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa menghafal Al-
Quran merupakan usaha dengan sadar dan sungguh-sungguh yang dilakukan ,
untuk mengingat-ingat dan meresapkan bacaan kitab suci Al-Quran yang
mengandung mukjizat kedalam fikiran agar selalu ingat, dengan menggunakan
metode dan strategi tertentu.
2. Keutamaan Menghafal Al-Quran.
Al-Quran adalah kitab suci Agama Islam yang abadi, petunjuk bagi seluruh
umat manusia. Barangsiapa yang berkata dengannya (Al-Quran), maka ia
berbicara dengan benar; barangsiapa yang mengamalkannya, maka ia akan
mendapat pahala, barangsiapa yang menyeru padanya maka ia telah ditunjukkan
pada jalan yang lurus, barangsiapa yang berpegang teguh padanya, maka ia telah
berpegang pada tali Agama yang kokoh, dan barangsiapa yang berpaling darinya
11 Moenawar Chalil. Kembali Kepada Al-Quran dan Al-Sunnah (Jakarta: Bulan Bintang, Tanpa Tahun), hlm. 179. 12 Wahbah Al-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Fil Aqidah Wa Syariah Wal Minhaj (Damaskus: Darul Fikr, 2007 ), hlm. 15.
dan mencari petunjuk selainnya, maka ia sangatlah sesat.13 Allah SWT berfirman
dalam Al-Quran, surat Ibrahim (14:1):
!9#4= tG 2m oY 9 tR r&y7 s9 )yl G 9} $Z9 $#z` BM yJ= 9 $# n< )qY9 $#b* /O gn/ u4 n< )u y9$#J pt : $#
Artinya: Alif, laam raa (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha perkasa lagi Maha terpuji 14
Menghafal Al-Quran merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji dan
mulia. Banyak sekali hadits-hadits Rasulullah yang menerangkan tentang hal
tersebut. Orang-orang yang mempelajari, membaca dan menghafal Al-Quran
merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih oleh Allah untuk menerima
warisan kitab suci Al-Quran.15 Allah berfirman dalam Al-Quran surat Fathir
(35:32):
N O$uZ Ou rr&|=tG 39 $#t% !$#$uZ x s$# `B$tR $t7 (O gY J sO 9$sm uZ j9Nk ]B urtF) BNk ] B ur7,/$yNu y9 $$/b* /! $#49suqd@ x 9 $#7 x69 $#
Artinya: kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Hal yang demikian itu adalah karunia yang amat besar16
Banyak Hadits Rasulullah SAW yang mendorong untuk menghafal Al-
Quran atau membacanya di luar kepala, sehingga hati seorang muslim tidak
13 Ahmad Salim Badwilan. Panduan Cepat Menghafal Al-Quran (Jogjakarta: Diva Press, 2009), hlm. 264. 14 Al-Quran dan Terjemahnya. Op. Cit., hlm. 379. 15 Ahsin W. Al-Hafizh. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), hlm. 26. 16 Al-Quran dan Terjemahnya, Op. Cit., hlm. 700-701.
kosong dari ayat-ayat Al-Quran dan mengingat Allah SWT. Hal ini sebagaima
tersebut dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu:
ersebut dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu:ak trategi penelitian, kehadiran peneliti17
Artinya: Dan dari Ibnu Abbas RA berkata, Rasulullah SAW telah bersabda: "Sesungguhnya orang yang tidak mempunyai hafalan Al-Quran sedikitpun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh 18
Rasulullah SAW memberikan penghormatan kepada orang yang mempunyai
keahlian dalam membaca Al-Quran dan menghafalkannya. Beliau
memberitahukan kedudukan mereka dan mengedepankan mereka dibandingkan
orang lain. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh,
diceritakan bahwa suatu hari Rasulullah mengutus satu utusan yang terdiri dari
beberapa orang. Rasulullah mengecek kemampuan membaca Al-Quran dan
hafalan mereka, kemudian orang yang paling banyak hafalannya ditugaskan oleh
beliau untuk menjadi ketua rombongan (pemimpin). Mengetahui keadaan
tersebut, salah seorang sahabat berkata: Demi Allah, aku tidak mempelajari dan
menghafal surat Al-Baqoroh semata-mata karena aku takut tidak dapat
mengamalkan isinya, mendengar komentar tersebut, Rasulullah SAW bersabda:
engamalkan isinya, mendengar komentar tersebut, Rasulullah SAW bersabda:rengamalkan isinya, mendengar komentar tersebut, Rasulullah SAW bersabda:eahlian dalam membaca Al
bagian sesuatu yang dihafalkan, dan l Rasulullah SAW bersabda:Pelajarilah Al-Quran dan bacalah, sesungguhnya perumpamaan orang yang mempelajari Al-Quran dan membacanya adalah
17 Global Islamic Software Compani, Sunan Tirmidzi (Mausuat Al-Hadits Al-Syarif: 2000), no. 2837. 18 Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Quran, Terj. Abdul Hayiee Al-Kattani (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 191. 19 Global Islamic Software Compani, Op. Cit., Sunan Ibnu Majah: 213.
seperti tempat air yang penuh dengan minyak wangi misik, harumnya menyebar kemana-mana, dan barangsiapa yang mempelajarinya kemudian ia tidur dan di dalam hatinya terdapat hafalan Al-Quran, adalah seperti tempat air yang tertutup dan berisi minyak misik 20
Kemuliaaan penghafal Al-Quran tidak hanya terbatas di dunia saja, di akhirat
kelak seorang penghafal Al-Quran mendapatkan beberapa kemuliaan dari Allah
SWT. Dalam hadits disebutkan, dari Abu Hurairah RA. bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
alam hadits disebutkan, dari Abu Hurairah RA. bahwa Rasulullah SAW abda:9ralam hadits disebutkan, dari Abu Hurairah RA. bahwa Rasulullah SAW abda:9uran dan menghafalkannya.
#/;GS_kw:P0ppp00@pP00A. Dari Nabi SAW:Al-Quran akan datang pada hari qiamat, kemudian Al-Quran akan berkata, wahai Tuhanku pakaikanlah pakaian untuknya, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karomah (kehormatan). Al-Quran kembali meminta, wahai Tuhanku tambahkanlah. lalu orang itu dipakaikan jubah karomah, kemudian Al-Quran memohon lagi, wahai Tuhanku, ridoilah dia, Allah SWT pun meridoinya, maka diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga). Allah menambahkan pada setiap ayat yang dibacanya nikmat dan kebaikan 22
Balasan Allah SWT di akhirat tidak hanya bagi para penghafal dan ahli Al-
Quran saja, namun cahaya kemuliaannya juga menyentuh kedua orang tuanya,
dan ia dapat memberikan sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah Al-
Quran. Dalam Hadits disebutkan:
an ia dapat memberikan sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah n 9Qr*ausuat Alan ia dapat memberikan sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah n 9Qr
an ia dapat memberikan sebagian cahaya itu l
20 Yusuf Qardhawi, Op. Cit., hlm. 192. 21 Global Islamic Software Compani,Op. Cit., Sunan Tirmidzi: 2839 22 Yusuf Qardhawi, Op. Cit., hlm. 193 23 Global Islamic Software Compani, Op. Cit., Sunan Abu Daud: 1241.
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:Barangsiapa yang membaca Al-Quran, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan kepada orang tuanya mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduaanya lalu bertanya, mengapa kami dipakaikan jubah ini?, dijawab, karena kalian memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Quran24
Mengenai keutamaan menghafal Al-Quran ini, Imam Nawawi dalam kitabnya
Al-Tibyan Fi Adabi Hamalati Al-Quran menyebutkan ada beberapa keutamaan,
antara lain:
1) Al-Quran sebagai pemberi syafaat pada hari kiamat bagi yang membaca,
memahami dan mengamalkannya. Dalam Hadits disebutkan:
emahami dan mengamalkannya. Dalam Hadits disebutkan: emerintahkan anak ikmat dan kebaikan emahami dan mengamalkannya. Dalam Hadits disebutkan: emerintahkan an_
Abu Umamah Al-Bahili berkata kepadaku, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, bacalah Al-Quran, maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat nanti sebagai pemberi syafaat kepada pemiliknya (pembacanya) 26 2) Para penghafal Al-Quran telah dijanjikan derajat yang tinggi di sisi Allah
SWT, pahala yang besar serta penghormatan diantara sesama manusia.
Al-Quran menjadi Hujjah atau pembela bagi pembacanya dan sebagai
pelindung dari adzab api neraka.
Pembaca Al-Quran khususnya penghafal Al-Quran yang kualitas dan
kuantitas bacaannya lebih tinggi, akan bersama malaikat yang selalu
melindunginya dan mengajak kepada kebaikan.
Penghafal Al-Quran akan mendapatkan fasilitas khusus dari Allah, yaitu
terkabulnya segala harapan tanpa harus memohon/berdoa. 24 Yusuf Qardhawi, Op. Cit., hlm. 193. 25 Global Islamic Software Compani, Op. Cit., Shohih Muslim:1337. 26 Yusuf Qardhawi, Op. Cit., hlm. 226.
Penghafal Al-Quran berpotensi untuk mendapatkan pahala yang banyak
karena seringnya membaca dan mengkaji Al-Quran. Dalam hadits
disebutkan:
khususnya penghafal berpotensi untuk mendapatkan pahala yang banyakueeitha ank $9Qng pada tali Agama yang kokoh, dan barangberpotensi untuk mendapatkan pahala yang ban#
Rasulullah SAW bersabda:barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan, lalu satu kebaikan itu akan dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan satu huruf, tetapi satu huruf dan satu huruf satu huruf 28 Para penghafal Al-Quran diprioritaskan untuk menjadi imam dalam sholat
8) Penghafal Al-Quran menghabiskan sebagaian besar waktunya untuk
mempelajari dan mengajarkan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai
ibadah, hal ini menjadikan hidupnya penuh barokah dan memposisikannya
sebagai insan kamil.29
Selain beberapa keutamaan menghafal Al-Quran yang telah diuraikan di atas,
menurut Syamsudin, ada beberapa keutamaan dalam menghafal Al-Quran antara
lain:
1). Hafalan Al-Quran membuat orang dapat berbicara dengan fasih dan
benar, serta dapat membantunya dalam mengeluarkan dalil-dalil dari ayat-
ayat Al-Quran dengan cepat, ketika menjelaskan atau membuktikan suatu
permasalahan.
27 Global Islamic Software Compani , Op. Cit., Sunan Tirmidzi. 2912. 28 Yusuf Qardhawi, Op. Cit., hlm. 226. 29 Abi Zakariya Yahya An-Nawawi, Op. Cit., hlm. 11-16.
2). Menguatkan daya nalar dan ingatan. Dengan hafalan yang terlatih, maka
akan menjadikan seseorang mudah dalam menghafal hal-hal lain di luar
Al-Quran.
3). Dengan izin Allah, seorang siswa menjadi lebih unggul dari teman-
temannya yang lain di kelas, karena Allah memberikan karunia Nya
lantaran ia mau menjaga kalam Allah dan mencintai Nya.30
Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa kemuliaan menghafal Al-Quran
tidak hanya sebatas di dunia, sampai di akhiratpun kemuliaan itu akan terus
terpancar pada para penghafal Al-Quran serta kedua orang tuanya. Keutamaan
dan kemuliaan itu merupakan karunia Allah yang akan diberikan kepada hamba-
hamba yang dikehendaki-Nya. Dengan adanya Hadits-Hadits tersebut seorang
pembaca dan penghafal Al-Quran seharusnya bisa lebih termotivasi dalam
mengkaji, memahami dan melestarikan hafalannya.
3. Adab Menghafal Al-Quran
Aktivitas menghafal Al-Quran diawali dengan membaca secara berulang-
ulang ayat-ayat yang akan dihafalkan, sampai mendapatkan gambaran dalam
fikiran tentang ayat-ayat yang dihafalkan tersebut.
Membaca Al-Quran merupakan salah satu bentuk komunikasi manusia
kepada Allah, oleh karena itu dalam membaca Al-Quran harus menggunakan
beberapa tata krama, baik batin maupun zhahir.
Menurut Imam Nawawi ada tatakrama batin yang harus diperhatikan oleh
pembaca Al-Quran, diantaranya adalah sebelum membaca Al-Quran seseorang
30 Achmad Yaman Syamsudin. Op. Cit., hlm. 35-36.
harus menanamkan dalam hatinya niat yang ikhlas karena Allah, yaitu dengan
menghadirkan perasaan bermunajat kepada Allah, serta hendaklah ia membaca
Al-Quran seakan-akan ia melihat Allah, (walaupun ia tidak melihat Allah) maka
sesungguhnya Allah melihatnya.31
Selain tatakrama batin, menurut Al-Maliki ada beberapa tatakrama zhahir
dalam membaca Al-Quran yang juga harus diperhatikan, diantaranya:
1). Disunnahkan untuk mensucikan diri dari hadast besar dan kecil terlebih
dahulu, karena membaca Al-Quran merupakan dzikrullh yang paling
utama;
2). Disunnahkan membaca Al-Quran di tempat yang bersih, adapun tempat
yang paling utama adalah di masjid;
3). Disunnahkan menggosok gigi terlebih dahulu sebelum memulai
membaca Al-Quran, agar mulut menjadi suci dan bersih.
4). Disunnahkan duduk dengan menghadap kiblat dalam keadaan khusyu,
tenang serta menundukkan kepala;
5). Disunnahkan membaca istidzah (taawudz) sebelum memulai membaca
Al-Quran.
6). Hendaknya membaca basmalah pada setiap permulaan surat kecuali
permulaan surat At-Taubah;
7). Disunnahkan membaca Al-Quran dengan tartil, agar dapat mengangan-
angankan ayat-ayat yang sedang dibaca.
31 Abi Zakariya Yahya An-Nawawi, Op. Cit., hlm. 57.
8). Disunnahkan membaca Al-Quran dengan memikirkan maksud ayat dan
berusaha memahaminya, karena itulah tujuan yang agung dan penting
dalam membaca Al-Quran.
9). Disunnahkan membaca Al-Quran itu disertai dengan menangis apabila
ada ayat yang menerangkan tentang pedihnya adzab, apabila tidak bisa
maka hendaknya diusahakan untuk menangis;
10). Disunnahkan memperindah suara dalam membaca Al-Quran, apabila
tidak bisa maka hendaknya tetap menjaga bacaan itu sesuai dengan ilmu
tajwid;
11). Disunnahkan membaca Al-Quran dengan suara yang jelas (keras),
karena membaca dengan suara yang keras lebih utama dan dapat
menimbulkan semangat bagi pembacanya.32
Dalam redaksi yang lain, An-Nawawi menambahkan ada beberapa adab dalam
membaca Al-Quran, antara lain:
1). Dalam membaca Al-Quran tidak boleh menggunakan bahasa selain Arab,
baik di dalam sholat maupun di luar sholat. Misalnya apabila seseorang
membaca surat Al-Fatihah di dalam sholat, tetapi dengan bahasa
indonesia (terjemah), maka sholatnya tidak sah. Demikian pula apabila
membaca di luar shalat dengan bahasa selain arab (terjemah), maka
seseorang tidak mendapatkan pahala membaca Al-Quran. Hal ini karena
mengingat pahala membaca Al-Quran adalah dari melafadkan huruf-huruf
arab yang terangkai dalam ayat-ayat Al-Quran.
32 Muhammad Bin Alwi Al-Maliki, Zubdatul Itqan Fi Ulumil Quran (Jeddah: Dar Al-Syuruq, 1986), hlm. 43-49.
2). Diperbolehkan membaca Al-Quran dengan menggunakan Qiraat tujuh
(qirat al-sabah) yang telah disepakati oleh para Ulama ahli Qiraah.33
4. Metode Menghafal Al-Quran
Metode merupakan cara untuk mencapai maksud yang diinginkan. Dalam
proses menghafal Al-Quran, peran metode meghafal sangat besar untuk
mendukung keberhasilan hafalan. Penggunaan metode yang tepat, akan membantu
seorang penghafal Al-Quran untuk dapat menghafal Al-Quran dengan baik dan
cepat.
Menurut Zen, secara umum metode yang dipakai dalam menghafal Al-Quran
ada dua macam, yaitu metode tahfizh dan takrir. Kedua metode ini pada dasarnya
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Metode tahfizh adalah menghafal
materi baru yang belum pernah dihafal, sedangkan metode takrir adalah
mengulang hafalan yang sudah diperdengarkan pada instruktur.34
Dalam proses menghafal Al-Quran, umumnya para penghafal Al-Quran
menggunakan perpaduan antara metode tahfizh (menambah hafalan) dan metode
takrir (mengulang hafalan), karena dengan menyeimbangkan keduanya, kuantitas
dan kualitas hafalan akan dapat terjaga dengan baik. Adapun secara lebih spesifik,
metode menghafal dalam prakteknya, akan lebih terperinci dijelaskan selanjutnya.
Menurut Al-Hafizh, ada beberapa metode yang dapat membantu para
penghafal mengurangi kepayahan dalam menghafal Al-Quran. Diantara metode
itu adalah:
33 Abi Zakariya Yahya An-Nawawi, Op. Cit., hlm. 75. 34 Muhaimin Zen, Tata Cara Problematika Menghafal Al-Quran dan Petunjuk-Petunjuknya, Sebagaimana dikutip Oleh Ainul Aisiyah, Pengaruh Program Menghafal Al-Quran Terhadap Prestasi Belajar Siswa (Skripsi: Fakultas tarbiyah UIN Malang, 2002), hlm. 16.
1. Metode Wahdah, yaitu menghafal satu persatu ayat yang akan dihafal.
Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat hendaknya dibaca sebanyak
sepuluh kali atau lebih hingga proses ini mampu membentuk pola dalam
bayangan, untuk kemudian membentuk gerak reflek dari lisan. Setelah
benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat seterusnya hingga
mencapai satu halaman. Setelah ayat-ayat dalam satu halaman dihafal,
tahap berikutnya adalah menghafal urutan-urutan ayat dalam satu halaman
tersebut, kemudian diulang-ulang sampai benar-benar hafal.
2. Metode Kitbah (menulis).
Metode ini memberikan alternatif lain dari metode yang pertama. Pada
metode ini, penghafal lebih dulu menulis ayat dalam secarik kertas,
kemudian dibaca dengan baik dan mulai dihafal. Adapun menghafalnya
bisa dengan metode wahdah, atau dengan berkali-kali menulisnya. Dengan
begitu seorang akan dapat menghafal karena ia dapat memahami bentuk-
bentuk huruf dengan baik dan mengingatnya dalam hati.35
3. Metode Simi (mendengar)
Perbedaan metode ini dengan metode yang lain adalah pada pemaksimalan
fungsi indera pendengar. Pada metode ini penghafal mendengarkan lebih
dulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya untuk kemudian berusaha diingat-
ingat. Metode ini sangat cocok untuk anak tunanetra dan anak kecil yang
belum mengenal baca tulis. Metode ini bisa dilakukan dengan mendengar
35 Ahsin W. Al-Hafizh. Op. Cit., hlm. 63-64.
bacaan dari guru, atau dari rekaman bacaan Al-Quran (murattal Al-
Quran).
4. Metode Gabungan.
Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dengan metode
yang kedua, yaitu wahdah dan kitabah. Akan tetapi pada metode gabungan
ini, penghafal berusaha untuk menghafalkan dahulu baru kemudian
menuliskan apa yang telah ia hafal dalam kertas.
5. Metode Jama (kolektif).
Metode ini menggunakan pendekatan menghafal Al-Quran secara
kolektif, yaitu: membaca ayat-ayat yang telah dihafal secara bersama-
sama, dipimpin oleh seorang instruktur.36
Dalam redaksi yang lain, Ulum menyebutkan ada beberapa metode yang
digunakan untuk menghafal Al-Quran:
1. Tharqatu takrru al-qiratu al-juzi, yaitu: membaca ayat-ayat yang
akan dihafal secara berulang-ulang sampai penghafal menemukan
bayangan dalam fikiran mengenai ayat tersebut, kemudian diulang-ulang
mulai ayat pertama sampai seterusnya.
2. Tharqatu takrru al-qiratu al-kulli, yaitu: dalam hal ini seorang
penghafal Al-Quran sebelumnya membaca Al-Quran secara binnadzar
(melihat) dengan bimbingan seorang instruktur, kemudian sampai ia
khatam beberapa kali barulah ia memulai untuk menghafal.
36 Ahsin W. Al-Hafizh, Op. Cit., hlm. 64-66.
3. Tharqatu al-jumlah, yaitu: menghafal rangkaian-rangkaian kalimat yang
terdapat dalam setiap ayat Al-Quran. Seorang penghafal memulai
hafalannya dengan menghafal perkalimat untuk kemudian dirangkaikan
menjadi satu ayat yang utuh.
4. Tharqatu al-tadrjy, yaitu metode bertahap. Pada metode ini, seorang
penghafal dalam menargetkan hafalannya tidak secara sekaligus, akan
tetapi sedikit-demi sedikit dalam waktu yang berbeda. Misalnya: subuh
menghafal seperempat juz, dzuhur menghafal seperempat juz berikutnya
dan seterusnya.
5. Tharqatu al-tadabburi, yaitu metode mengangan-angankan makna.
Dalam metode ini, seorang penghafal Al-Quran menghafal dengan cara
memperhatikan makna lafad/kalimat, sehingga diharapkan ketika
membaca ayat-ayat Al-Quran dapat tergambar makna-makna lafdiah yang
terucap (terbaca). Metode ini sangat efektif bagi seseorang yang telah
memiliki kemampuan bahasa arab yang baik, namun dapat juga digunakan
bagi orang sedikit mengetahui bahasa arab dengan bantuan kitab terjemah
Al-Quran.37
Dari beberapa metode menghafal yang telah dijelaskan, para penghafal Al-
Quran bisa memilih dan menggunakan salah satunya, ataupun menggabungkan
beberapa metode yang dianggap sesuai untuk mencapai keberhasilan menghafal
Al-Quran. Penggunaan metode menghafal tersebut bisa diterapkan pada proses
37 M. Samsul Ulum, Menangkap Cahaya Al-Quran (Malang: UIN Malang Press, 2007), hlm. 136-139.
menghafal Al-Quran, baik pada tahfizh (menambah hafalan) dan takrir
(mengulang hafalan).
Berdasarkan pemaparan tersebut diketahui bahwa metode yang ditawarkan
amat beragam, dengan demikian diharapkan aktivitas menghafal Al-Quran
menjadi tidak membosankan, karena banyak alternatif metode yang bisa dipilih
oleh para penghafal Al-Quran.
5. Melestarikan Hafalan Al-Quran
Al-Quran yang telah berusaha dihafal oleh kaum muslimin harus tetap dijaga
dan dilestarikan dengan baik dalam ingatannya. Menghafal Al-Quran pada
dasarnya berlangsung sejalan dengan psikologi proses mengingat, dimana terjadi
sebuah proses penerimaan informasi melalui indera penglihatan atau pendengaran
siswa. Informasi ini kemudian masuk kedalam memori jangka pendek (short term
memory/working memory) siswa dan dikodekan (encoding). Setelah selesai proses
pengkodean tersebut, informasi kemudian masuk dan tersimpan dalam memori
jangka panjang/permanen (long term memory permanent memory). 38
Apabila proses penerimaan informasi berlangsung dengan sempurna, maka
item informasi yang tersimpan pun baik. Akan tetapi apabila item informasi yang
diserap rusak sebelum masuk ke memori permanen siswa, maka item yang rusak
tersebut tidak hilang dan tetap diproses dalam memori siswa tersebut, tetapi
terlalu lemah untuk dipanggil kembali (lupa). Kerusakan item informasi tersebut
mungkin disebabkan karena tenggang waktu antara saat diserapnya informasi
38 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 67.
dengan saat pengkodean dan transformasi dalam memori jangka panjang siswa
tersebut. 39
Menurut Muhibbin Syah dengan menghimpun pendapat dari berbagai sumber
dalam bukunya, ada beberapa faktor penyebab lupa antara lain:
a. lupa yang terjadi karena gangguan konflik antara item informasi atau
materi yang ada dalam sistem memori siswa.
Dalam interference theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik
terbagi menjadi dua, yaitu (1) proaktive interverence, dan (2) retroactive
interverence.
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi
pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya
mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini bisa terjadi
apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat
mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang
waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan
sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.
Sebaliknya, seorang siswa mengalami gangguan retroaktif apabila materi
pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan
kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dulu tersimpan dalam
subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pelajaran
lama akan sangat sulit diingat oleh siswa (siswa lupa terhadap materi
yang lama tersebut).
39 Ibid., hlm. 154.
b. lupa yang terjadi karena adanya tekanan terhadap item informasi yang
telah ada, baik disengaja maupun tidak. Contohnya, apabila item informasi
yang diterima oleh siswa kurang menyenangkan, sehingga siswa akan
dengan sengaja melupakan dan menekannya kedalam alam bawah sadar.
Selain itu, karena sistem informasi itu tertekan kedalam alam bawah sadar
dengan sendirinya (lupa dengan sendirinya) karena tidak pernah
dipergunakan.
c. lupa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan
waktu mengingat kembali.
d. lupa karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi
belajar tertentu.
e. lupa karena materi pelajaran yang telah dikuasi tidak pernah digunakan
atau dihafalkan oleh siswa.
f. lupa karena terjadi perubahan urat syaraf otak.40
Dalam proses menghafal Al-Quran, ayat-ayat yang dihafalkan oleh para
penghafal bisa tersimpan dalam memori jangka pendek maupun memori jangka
panjang, atau bisa juga tidak tersimpan. Hal ini tergantung pada intensitas
pengulangan yang dilakukan, serta keseimbangan antara tahfizh (penambahan
hafalan) dan takrir (pengulangan hafalan). Oleh karena itulah, perlu adanya upaya
untuk melestarikan hafalan yang telah dimiliki oleh seorang penghafal Al-Quran.
40 Ibid., hlm. 152-154.
Menurut As-Sirjani dan Abdul Kholiq, ada beberapa strategi untuk
melestarikan (memelihara) hafalan Al-Quran, antara lain:
1) Menjauhi perbuatan maksiat.
Seorang penghafal Al-Quran harus berusaha untuk menjauhi segala bentuk
kemaksiatan dan dosa serta menjaga dirinya dari agar tidak terjerumus
kedalamnya. Selain menjauhi perbuatan dosa, seorang penghafal Al-Quran harus
menghindari segala hal yang syubhat (meragukan).
Sejarah telah mencatat ketika Imam Syafii yang terkenal kuat hafalannya
mengadukan kepada gurunya Waqi perihal hafalannya yang agak tersendat, maka
sang Guru memberikan nasehat kepada Imam Syafii agar melakukan intropeksi
diri dan mengingat-ingat dosa yang pernah dilakukan.41
2) Mengulang-ulang dengan teratur.
Seorang penghafal Al-Quran harus memiliki waktu khusus untuk mengulang
hafalannya, sehingga ia bisa rutin melakukan pengulangan hafalan. Seorang
penghafal Al-Quran hendaknya berusaha untuk bisa mengkhatamkan bacaannya
dalam jangka sebulan, atau apabila kurang dari sebulan itu lebih baik. Dengan
mengulang-ulang secara teratur dan istiqomah, diharapkan hafalan yang mulanya
berada dalam memori jangka pendek bisa menetap dalam memori jangka
panjang/permanen.
Cara mengulang-ulang hafalan Al-Quran tidak harus dilakukan monoton
dengan duduk. Pengulangan yang paling efektif dilakukan dalam sholat, baik
sholat fardhu maupun sholat sunah, karena saat itu konsentrasi bisa difokuskan
41 Raghib As-Sirjani dan Abdurrahman Abdul Kholiq, Cara Cerdas Hafal Al-Quran, terj. Sarwedi M. Amin Hasibuan (Solo: Aqwam, 2007), hlm. 71.
dengan baik. Hal ini berbeda dengan kondisi menghafal yang hanya dengan
duduk, biasanya ada saja hal-hal yang dapat membuyarkan konsentrasi.
Selain mengulang-ulang hafalan dengan membacanya secara teratur,
penghafal Al-Quran juga dapat mengulang hafalannya dengan cara
mendengarkan bacaan/hafalan penghafal lain. Mendengarkan bacaan Al-Quran
dengan rutin dan sering, bisa membantu menguatkan daya ingat.42
Mendengarkan bacaan Al-Quran dari orang lain/penghafal lain tidak hanya
bisa dilakukan di rumah atau di majlis talim saja, akan tetapi bisa di manapun.
Sebagaimana diketahui bahwa pada zaman sekarang ini teknologi informasi telah
maju, sehingga siapapun dapat mendengarkan bacaan tartil Al-Quran (murattal)
dari imam-imam Qiroah yang masyhur seperti Syeikh Abdurrahman As-Sudais,
As-Syuraim, Syeikh Hani Ar-Rifai dan lain sebagainya melalui kaset atau MP3
player. Selain itu, sekarang ini mulai banyak bermunculan Radio dakwah Islam
yang program/acaranya didominasi oleh bacaan Al-Quran dari imam-imam
Qiroah yang masyhur. Dengan demikian kapanpun dan di manapun para pengafal
bisa saja mengulang-ulang hafalannya dengan batuan berbagai media elektronik
tersebut.
3) Memahami makna yang terkandung dalam Al-Quran
Memahami makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Quran, akan
membantu penghafal dalam melekatkan hafalannya dalam pikiran. Seorang
penghafal yang memahami makna dan kandungan ayat yang akan dihafal, akan
lebih mudah dan cepat menghafalnya.
42 Ibid., hlm. 79-84.
Contohnya ketika menghafal surat/ayat-ayat yang mengandung kisah dan
memiliki asbabun nuzul (sebab turunnya ayat). Begitu pula apabila menghafal
ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum fikih, seperti berwudhu, kafarat sumpah,
zhihar, puasa, haji, dan sebagainya.
Seorang penghafal Al-Quran juga bisa mempergunakan/memanfaatkan kitab
tafsir yang ringkas, seperti Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, Mukhtashar Tafsir
Ath-Thobari, Tafsir Jalalain dan lainnya.
4) Sering memperdengarkan bacaan/hafalan kepada orang lain
Seorang penghafal hendaknya tidak menyandarkan hafalannya pada dirinya
sendiri, akan tetapi ia harus memperdengarkan hafalannya kepada penghafal Al-
Quran yang lain, terutama yang lebih senior. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
letak kesalahan bacaan, bacaan yang terlupakan dan diulang-ulang secara tidak
sadar. Kesalahan bacaan biasanya terjadi karena penghafal tersebut membaca
sendiri (tidak diperdengarkan), kemudian saat melakukan kesalahan bacaan ia
tidak menyadarinya. Hal ini akan berkelanjutan jika penghafal Al-Quran tidak
pernah memperdengarkan hafalannya kepada orang lain.43
6. Faktor-Faktor Yang Mendukung Keberhasilan Menghafal Al-Quran
Dalam pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa menghafal Al-Quran
merupakan sebuah proses mengingat Al-Quran di luar kepala dengan berbagai
strategi dan metode tertentu. Sejalan dengan proses belajar, menghafal Al-Quran
juga memiliki beberapa faktor pendukung untuk mencapai hafalan yang
sempurna.
43 Ibid., 75 & 122
Dalam rangka mencapai suatu keberhasilan untuk menghafal Al-Quran, ada
beberapa faktor penunjang, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Adapun
penjelasan dari kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Faktor Internal adalah keadaan jasmani dan rohani individu (siswa).44 Faktor
ini berasal dari dalam individu yang merupakan pembawaan masing-masing
individu dan sangat menunjang keberhasilan menghafal Al-Quran, antara lain:
1) Bakat
Secara umum bakat (aptitude) adalah komponen potensial seseorang siswa
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.45 Dalam hal ini
seorang penghafal Al-Quran yang memiliki ketajaman intelegensi dan potensi
ingatan yang bagus akan lebih mudah untuk menghafal Al-Quran. Intelegensi dan
potensi kecerdasan pada dasarnya merupakan faktor-faktor psikologis. Dengan
bakat intelegensi dan ingatan yang baik, seorang penghafal Al-Quran akan dapat
memaksimalkan efektifitas metode menghafal yang ada.46
2) Minat
Minat secara sederhana berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Mahasiswa yang memiliki minat untuk
menghafal Al-Quran akan secara sadar dan bersungguh-sungguh berusaha
menghafal Al-Quran dan melestarikannya. Minat yang kuat akan mempercepat
keberhasilan dalam usaha menghafal Al-Quran. Menurut Al-Hafizh, ada
44 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 132. 45 Muhibbin Syah, Ibid , hlm. 135. 46 Ahmad Yaman Syamsudin, Op. Cit., hlm. 49.
beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat menghafal Al-
Quran, antara lain:
a) Menanamkan sedalam-dalamnya tentang nilai keagungan Al-Quran dalam
jiwa penghafal Al-Quran, ini adalah salah satu tugas seorang instruktur selain
motivasi intern seseorang penghafal.
b) Memahami keutamaan membaca, mempelajari dan menghafal Al-Quran. Hal
ini dilakukan dengan dengan berbagai kajian yang berkaitan dengan ke Al-
Quran-an.
c) Menciptakan kondisi lingkungan yang benar-benar mencerminkan ke-al-
Quran-an, serta kondusif untuk menghafal Al-Quran.
d) Mengembangkan objek perlunya menghafal Al-Quran, atau mempromosikan
idealisme suatu lembaga pendidikan yang bercirikan Al-Quran, sehingga
animo untuk menghafal Al-Quran selalu muncul dengan perspektif yang
baru.
e) Mengadakan musabaqah (lomba-lomba), semaan Al-Quran dan lainnya.
f) Mengadakan studi banding dengan mengunjungi lembaga-lembaga pendidikan
atau pondok pesantren Al-Quran, sehingga bisa mendapat masukan yang
berguna dari studi banding tersebut, sekaligus menyegarkan kembali minat
menghafal Al-Quran sehingga tidak berhenti di tengah jalan.
g) Mengembangkan berbagai metode menghafal yang bervariasi untuk
menghilangkan kejenuhan dari suatu metode yang terkesan monoton.47
47 Ahsin W. Al-Hafizh, Op. Cit., hlm. 42-43.
3) Motivasi Individu
Dalam konteks menghafal Al-Quran, motivasi individu adalah adanya niat
ikhlas dan azam (kemauan) yang kuat. Langkah pertama yang harus dimiliki
seorang penghafal Al-Quran adalah menanamkan rasa keikhlasan tanpa ada
sedikitpun riya atau pamer hanya karena ingin disebut hafizh-hafizhah dan
sebagainya. Niat menghafal Al-Quran haruslah didasarkan untuk mencari ridho
Allah dan beribadah kepada-Nya. Niat yang ikhlas akan membedakan tujuan
seseorang dalam menghafal Al-Quran. Hal ini karena pijakan awal yang berbeda
akan berbeda pula hasil yang dicapai.
Selain niat, azam/kemauan yang kuat juga memegang peranan penting dalam
proses menghafal dan melestarikan hafalan Al-Quran. Hal ini karena dalam
proses menghafal Al-Quran seseorang akan mengalami rasa jenuh, bosan,
lingkungan yang tidak kondusif, gangguan batin karena sulitnya yat-ayat yang
dihafal dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk senantiasa dapat melestarikan
hafalan perlu adanya keinginan dan tekad yang kuat.48
4) Usia yang cocok
Sebenarnya tidak ada batasan usia tertentu secara mutlak untuk menghafal Al-
Quran, namun tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat usia seseorang memang
berpengaruh terhadap keberhasilan menghafal Al-Quran. Seorang penghafal Al-
Quran yang relatif masih muda akan lebih mudah menghafal karena pikirannya
masih murni dan belum tercampuri oleh urusan keduniaan dan berbagai problem
kehidupan yang memberatkannya. Usia yang ideal untuk menghafal adalah
48 Ahsin W. Al-Hafizh. Ibid, hlm. 49-50.
berkisar antara usia 6-21 tahun, namun demikian bagi anak-anak usia dini
hendaknya tidak dipaksakan melebihi batas kemampuan psikologisnya.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah kondisi atau lingkungan di sekitar siswa/mahasiswa
penghafal Al-Quran. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor yang berasal dari luar
diri siswa juga ada yang bisa menunjang keberhasilan menghafal dan melestarikan
hafalan Al-Quran. Adapun beberapa faktor eksternal ini antara lain:
1). adanya guru Qiraah (instruktur)
Keberadaan seorang instruktur dalam memberikan bimbingan kepada siswa
(anak bimbingannya) sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam
menghafalkan Al-Quran. Faktor ini sangat menunjang kelancaran mereka dalam
proses menghafal. Sebagaimana diketahui Al-Quran diturunkan secara mutawatir
(bersambung) kepada malaikat Jibril dan Nabi Muhammad SAW, demikian
seterusnya beliau mengajarkannya kepada para sahabat hingga sampai pada masa
sekarang ini. Sehubungan dengan inilah, maka menurut As-Suyuti dalam belajar
Al-Quran harus dengan guru yang memiliki sanad sahih, yaitu guru yang jelas,
tertib sanadnya dan bersambung kepada Nabi.49
2). pengaturan waktu untuk menghafal Al-Quran.
Tingkat kemampuan seorang penghafal berbeda antara satu dengan lainnya,
begitu pula kesempatan yang dipergunakan seseorang penghafal Al-Quran.
Dalam kesehariannya, seorang penghafal harus memiliki waktu khusus untuk
menambah dan mengulangi hafalannya.
49 Ahsin W. Al-Hafizh, Op. Cit., hlm. 74.
Bagi penghafal Al-Quran yang khusus menjalani program menghafal saja,
dapat mengoptimalkan seluruh kemampuan dan memaksimalkan seluruh kapasitas
waktunya untuk menghafal sehingga bisa lebih cepat menyelesaikan hafalan Al-
Qurannya, namun jika penghafal Al-Quran tersebut juga memiliki kegiatan
selain menghafal Al-Quran seperti sekolah, kuliah, kursus dan lainnya, maka ia
harus pandai-pandai memanfaatkan waktu yang ada.
Alokasi waktu yang ideal untuk ukuran sedang dengan target satu halaman
adalah empat jam, dengan rincian untuk menghafal ayat-ayat baru dan dua jam
untuk mengulang hafalan. Penggunaan waktu tersebut dapat disesuaikan dengan
manajemen waktu yang diperlukan masing-masing individu. Umpamanya satu
jam di pagi hari dan satu jam di sore harinya, malam hari dan seterusnya. Adapun
waktu-waktu yang dianggap sesuai dan baik untuk menghafal dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a). waktu sebelum terbit fajar.
Waktu sebelum terbit fajar adalah waktu yang sangat baik untuk menghafal
ayat-ayat suci Al-Quran, karena waktunya tenang dan memiliki banyak
keutamaan. Waktu malam (setelah bangun dari tidur) adalah waktu yang
sangat baik untuk membaca dan mengulangi hafalan Al-Quran, karena
bacaan lebih menyatu dan khusyu serta lebih mudah untuk dapat
memahami bacaan dari pada waktu siang. Hal ini karena waktu siang
merupakan waktu yang banyak berbagai aktifitas dan penuh dengan suara-
suara bising dari lingkungan sekitar.50 Sebagaimana firman Allah dalam
Al- Quran surat Al-Muzammil (73:6):
b) spy $tR @ 9$# }d xr& $\ur Puq% r&ur x% Artinya: Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan 51
b). setelah fajar hingga terbit matahari
Waktu pagi juga sangat baik untuk menghafal, karena saat itu umumnya
seseorang belum terlibat dalam berbagai kesibukan kerja. Menurut kebiasaan,
seseorang telah beristirahat pada malam harinya, sehingga jiwanya masih
bersih dan terbebas dari segala beban mental dan pikiran yang memberatkan.
c). setelah bangun dari tidur siang
Faktor psikis dari tidur siang adalah untuk mengembalikan kesegaran
jasmani dan menetralisir otak dari kejenuhan dan kelesuan setelah seharian
bekerja keras. Oleh karena itulah, setelah bangun dari tidur siang hendaklah
dimanfaatkan untuk menambah hafalan walaupun sedikit, atau sekedar
mengulang hafalan saja.
d). setelah shalat
Dalam sebuah hadits Rasulullah pernah bersabda bahwa diantara waktu
yang mustajab adalah setelah mengerjakan shalat fardhu, terutama bagi
orang-orang yang dapat mengerjakannya dengan khusyu dan sungguh-
sungguh, sehingga ia dapat menetralisir jiwanya dari kekalutan. Dengan
50 Ahmad Yaman Syamsudin, Op. Cit, hlm. 88. 51 Al-Quran dan Terjemahnya, Op. Cit., hlm. 788.
demikian, setelah sholat merupakan waktu yang baik pula untuk menghafal
Al-Quran.
e). waktu diantara maghrib dan Isya
Kesempatan ini sudah sangat lazim digunakan oleh kaum muslimin untuk
membaca Al-Quran, atau bagi para penghafal Al-Quran waktu ini juga
baik untuk dimanfaatkan untuk menambah hafalan atau untuk mengulang
hafalan. Beberapa waktu yang telah disebutkan di atas bukanlah sebuah
kemutlakan, karena setiap orang memiliki waktu senggang yang berbeda
dan disesuaikan dengan kegiatannya masing-masing.52
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Sebelum
mendefinisikan prestasi belajar terlebih dahulu perlu memahami pengertian
belajar. Belajar selalu dikaitkan dengan suatu aktifitas yang membawa perubahan
pada setiap individu. Perubahan ini berkaitan dengan perubahan kebiasaan,
pengetahuan, keterampilan dan sikap, juga menyangkut beberapa aspek dan
kebiasaan manusia yang tidak terlepas dari kepribadiannya.
Menurut Slameto, pengertian belajar adalah: suatu proses usaha yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
52 Ahsin W. Al-Hafizh, Op. Cit., hlm. 58-59.
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungan.53
Belajar juga diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interkasi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungan, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam hal ini perubahan berarti bahwa seorang yang telah mengalami proses
belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuan,
keterampilan, maupun sikapnya.
Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan adalah dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dalam aspek keterampilan adalah dari tidak bisa menjadi bisa,
dari tidak terampil menjadi terampil, dalam aspek sikap adalah dari ragu-ragu
menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Hal ini merupakan salah satu
kriteria keberhasilan belajar yang diantaranya ditandai oleh terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri individu yang belajar. Tanpa adanya perubahan tingkah
laku, belajar dapat dikatakan gagal.54
Perubahan yang terjadi pada individu merupakan hasil dari pengalamannya
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya, yaitu interaksi edukatif. Dalam
prakteknya tidak selamanya belajar itu dari interaksi edukatif atau