182
IMPLIKASI HAFALAN AL-QUR'AN DALAM PRESTASI BELAJAR MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) (Studi Kasus di Ma’had Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang) SKRIPSI Oleh: Ismi Arofah 05110027 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juli, 2009

Contoh Skripsi PAI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skripsi pai

Citation preview

  • IMPLIKASI HAFALAN AL-QUR'AN DALAM PRESTASI BELAJAR

    MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

    (Studi Kasus di Mahad Sunan Ampel Al-Ali

    UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

    SKRIPSI

    Oleh:

    Ismi Arofah

    05110027

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

    Juli, 2009

  • IMPLIKASI HAFALAN AL-QUR'AN DALAM PRESTASI BELAJAR

    MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

    (Studi Kasus di Mahad Sunan Ampel Al-Ali

    UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

    Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna

    Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

    Oleh:

    Ismi Arofah

    05110027

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

    Juli, 2009

  • LEMBAR PERSETUJUAN

    IMPLIKASI HAFALAN AL-QURAN DALAM PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    (Studi Kasus di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

    SKRIPSI

    Oleh:

    Ismi Arofah

    05110027

    Telah Disetujui pada Tanggal: 16 Juli 2009

    Oleh:

    Dosen Pembimbing

    Drs. H. Suaib H. Muhammad, M.Ag

    NIP. 150 227 505

    Mengetahui:

    Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

    Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I

    NIP. 150 267 235

  • Drs. H. Suaib H. Muhammad, M.Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Ismi Arofah Malang, 16 Juli 2009 Lamp : 6 (Enam) Eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di Malang Assalamualaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Ismi Arofah NIM : 05110027 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : Implikasi Hafalan Al-Quran Dalam Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) (Studi Kasus di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

    Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikan, mohon dimaklumi adanya. Wassalamualaikum Wr. Wb.

    Pembimbing,

    Drs. H. Suaib H. Muhammad, M.Ag NIP. 150 227 505

  • HALAMAN PENGESAHAN

    IMPLIKASI HAFALAN AL-QURAN DALAM PRESTASI BELAJAR MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    (Studi Kasus di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

    SKRIPSI

    dipersiapkan dan disusun oleh Ismi Arofah (05110027)

    telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 04-Agustus-2009 dengan nilaiA

    dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

    pada tanggal: 04-Agustus-2009

    Panitia Ujian Tanda Tangan Ketua Sidang Drs. H. Suaib. H. Muhammad, M.Ag :___________________ NIP. 150 227 505 Sekretaris Sidang Istianah Abu Bakar, M.Ag :___________________ NIP.150 332 149 Penguji Utama Prof. DR. H. Muhaimin, MA :___________________ NIP. 150 215 375 Pembimbing Drs. H. Suaib H. Muhammad, M.Ag :___________________ NIP.150 227 505

    Mengesahkan,

    Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

    DR. M. Zainuddin, MA NIP. 150 275 502

  • MOTTO

    ( nRegisteredSebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan

    mengajarkannya (HR.Bukhori )

  • PERSEMBAHAN

    Dengan penuh cinta, kupersembahkan karya ini kepada:

    Allah SWT yang Maha sempurna,, yang telah menggariskan jalan hidup pada

    setiap makhluk-Nya.

    Ayah & Ibuku tercinta, (H. Munawir Muslih & Hj. Aminah) yang luapan kasih

    sayangnya bak mata air abadi. Terima kasih telah mengantarkan ananda sampai

    pada tahap pendidikan ini.

    Kakak & adikku tersayang (Yunia Rahmah S.Ag dan Ahmad Muzammil S.Pd.I),

    serta (Anik Nihayah S.Pd.) yang selalu memberi uswah hasanah, menginspirasi

    dan memotivasi aku.

    Suamiku tercinta yangkoe Fata Zamroni, SH., terima kasih telah

    mendampingiku menjalani pendidikan ini dengan Sabar. Tak lupa pula segenap

    keluarga besar yang selalu memberikan kasih sayang, serta dukungan baik moril

    maupun material, sehingga aku mampu menatap masa depan dengan ceria.

    Semua Guruku, Ustadz/Ustadzahku di Pesantren dan Mahad, serta para Dosen

    yang telah memberikan secercah pencerahan, sehingga aku dapat mewujudkan

    harapan, angan dan cita-cita di masa depan.

    Teman-teman mahasiswa di Jurusan Pendidikan Agama Islam (2005-2009), yang

    memberikan motivasi dan pengalaman bermakna. Especially, semua gus & ning

    JQH, semoga selalu bisa istiqomah berjuang di jalan-Nya dan dapat melestarikan

    hafalan Al-Qurannya.

    Teman-teman yang oke bangets,, evy, heni, nyatin, hikmah, ima, angga, indra,

    niam, serta adik-adiku di kost pinky, ndok nisa, ira, atul, ria, fi2l, nani, hesy,

    bib3h, dan semua sahabatku yang tidak dapat kusebutkan satu persatu. aku sadar

    kalian telah menjadi tempat belajarku dalam mengarungi cuplikan kehidupan ini,

    saling berbagi pengalaman hidup, serta banyak hal yang menginspirasi. Semoga

    pertemuan dan persahabatan kita dalam kancah mencari ilmu ini, kelak dapat

    menjadi perantara kita untuk bertemu dan berkumpul di bawah naungan-Nya.

    Amin.

  • SURAT PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

    yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan

    tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat

    yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

    diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

    Malang, 16 Juli 2009

    Ismi Arofah

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji hanya patut dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat

    yang Maha indah, Maha pengasih, dan Maha sempurna, yang telah memberikan

    pertolongan berupa kejernihan fikir, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

    ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada teladan

    kita Rasulullah Muhammad SAW, pembimbing dan pemimpin umat Islam yang

    berakhlak Al-Quran.

    Penulisan skripsi ini, dilatarbelakangi oleh kecintaan dan apresiasi mendalam

    penulis terhadap komunitas penghafal Al-Quran yang ada di lingkungan UIN

    Maulana Malik Ibrahim Malang. Para penghafal Al-Quran dari kalangan

    mahasiswa ini bisa dikatakan berbeda dengan mahasiswa pada umumnya,

    karena mereka mengemban 2 misi sekaligus. Misi yang di maksud oleh penulis

    adalah misi untuk mengembangkan keilmuan yang diminati di perkuliahan, serta

    misi untuk menghafalkan dan melestarikan hafalan Al-Quran.

    Penelitian dalam skripsi ini secara lebih terfokus, dilakukan kepada para

    mahasiswa penghafal Al-Quran dari jurusan Pendidikan Agama Islam, yang

    bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana prosedur hafalan Al-Quran

    mahasiswa di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,

    Apakah hafalan Al-Quran Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam

    berimplikasi dalam prestasi belajarnya, serta mendeskripsikan sikap keseharian

    mahasiswa penghafal Al-Quran dari Jurusan Pendidikan Agama Islam tersebut.

    Penulis menyadari dalam proses penulisan skripsi ini banyak memperoleh

    bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka penulis menyampaikan ucapan

    terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri

    Maulana Malik Ibrahim Malang.

    2. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA. , selaku Dekan Fakultas Tarbiyah, serta Bapak

    Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I, selaku Kepala Jurusan pendidikan Agama Islam,

    beserta segenap Dosen Fakultas Tarbiyah yang dengan ikhlas telah membantu

    dan memberikan masukan untuk skripsi ini.

  • 3. Bapak Drs. H. Suaib H. Muhammad, M.Ag, yang dengan ikhlas telah

    memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam proses penulisan

    skripsi ini.

    4. Bapak KH. Chamzawi, M.HI, selaku Mudir Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN

    Maulana Malik Ibrahim Malang, berserta para pengasuh dan pengurus

    Mahad, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan

    penelitian ini.

    5. Para pembina, pengurus dan anggota Jamiyyatul Qurra wal huffazh Mahad

    Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, khususnya

    Mahasiswa penghafal Al-Quran dari jurusan Pendidikan Agama Islam, serta

    informan yang telah membantu penulis dalam memperoleh data-data

    penelitian.

    6. Ayah dan ibuku tercinta, suamiku tercinta, saudara-saudaraku, serta segenap

    keluargaku yang telah banyak memberikan bantuan dan pengorbanan baik

    moril maupun materiil.

    7. Teman-teman di Fakultas Tarbiyah/Jurusan Pendidikan Agama Islam tahun

    akademik (2005-2009), yang telah memberikan berbagai pengalaman dan

    interaksi akademik yang mengesankan.

    Tiada yang pantas penulis ucapkan kecuali untaian kata terima kasih

    Jazaakumullah Ahsanal Jazaa semoga amalnya diterima oleh Allah SWT,

    dan dibalas dengan sebaik-baik balasan.

    Akhirnya, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif

    dari para pembaca, demi memperbaiki karya ini. Semoga karya yang masih jauh

    dari kesempurnaan ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca, serta penulis.

    Amin ya Mujibas Saailiin.

    Malang, 16 Juli, 2009

    Penulis

  • PEDOMAN TRANLITERASI ARAB LATIN Penulisan transliterasi arab-latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman

    transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri

    Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang

    secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

    A. Huruf

    = a = z = q = b = s = k = t = sy = l = ts = sh = m = j = dl = n = h = th = w = kh = zh = h = d = = = dz = gh = y = r = f

    B. Vokal Panjang

    Vokal (a) panjang = Vokal (i) panjang = Vokal (u) panjang =

    C. Vokal Diftong

    = aw = ay = u = i

  • DAFTAR TABEL

    1. Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Harian dan Mingguan JQH Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang92 2. Tabel 4.2 Nama-Nama Mahasiswa Penghafal Al-Quran dari Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)...98 3. Tabel 4.3 Jumlah Hafalan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Penghafal Al-Quran..102 4. Tabel 4.4 Awal mahasiswa mulai menghafal102

    5. Tabel 4.5 Tempat menghafal Al-Quran...102

    6. Tabel 4.6 Peran lingkungan Menghafal Al-Quran (Mahad)...105

    7. Tabel 4.7 Kendala yang paling dominan dalam menghafal dan melestarikan hafalan Al-Quran.107 8. Tabel 4.8 Usaha untuk memahami makna dan kandungan ayat Al-Quran yang dihafal.109 9. Tabel 4.9 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Indeks Prestasi Komulatif

    Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Penghafal Al-Quran.113 10. Tabel 4.10 Nilai Matakuliah Keagamaan Islam yang Berhubungan dengan Ayat-Ayat Al-Quran...114

  • DAFTAR GAMBAR

    1. Gambar 4.1 Grafik Anggota JQH Mulai Periode 2002-2009.................96

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Surat izin penelitian

    Lampiran 2 : Surat keterangan telah melakukan penelitian dari instansi

    Lampiran 3 : Bukti konsultasi

    Lampiran 4 : Pedoman observasi

    Lampiran 5 : Pedoman wawancara

    Lampiran 6 : Pedoman dokumentasi

    Lampiran 7 : Angket Lampiran 8 : Struktur organisasi Jamiyyatul Qurra wal Huffazh Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Lampiran 9 : Denah Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang & Mahad Sunan Ampel Al-Ali. Lampiran 10 : Peta lokasi Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

    Lampiran 11 : Foto-foto dokumentasi penelitian

    Lampiran 12 : Kartu hasil studi (KHS) mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam penghafal Al-Quran

    Lampiran 13 : Kliping tentang JQH UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dari berbagai sumber

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL........................................................................................i

    HALAMAN JUDUL...........................................................................................ii

    HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................................iii

    HALAMAN NOTA DINAS...............................................................................iv

    HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................v

    HALAMAN MOTTO.........................................................................................vi

    HALAMAN PERSEMBAHAN.........................................................................vii

    SURAT PERNYATAAN..................................................................................viii

    KATA PENGANTAR.........................................................................................ix

    PEDOMAN TRANSLITERASI.........................................................................xi

    DAFTAR TABEL..............................................................................................xii

    DAFTAR GAMBAR........................................................................................xiii

    DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xiv

    DAFTAR ISI......xv

    ABSTRAK........................................................................................................xix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang.1

    B. Rumusan Masalah7

    C. Tujuan Penelitian.7

    D. Manfaat Penelitian...8

    E. Definisi Operasional8

  • F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian...9

    G. Sistematika Pembahasan10

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Tentang Hafalan Al-Quran

    1. Pengertian Menghafal Al-Quran12

    2. Keutamaan Menghafal Al-Quran...14

    3. Adab Menghafal Al-Quran....20

    4. Metode Menghafal Al-Quran.23

    5. Melestarikan Hafalan Al-Quran.27

    6. Faktor-Faktor yang Mendukung

    Keberhasilan Menghafal Al-Quran32

    B. Prestasi Belajar Mahasiswa

    1. Pengertian Prestasi Belajar..39

    2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar...47

    3. Evaluasi Prestasi Kognitif, Afektif dan Psikomotorik.53

    C. Implikasi Hafalan Al-Quran dalam Prestasi Belajar

    Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam...55

    D. Sikap dan Kewajiban Intelektual Mahasiswa

    Jurusan Pendidikan Agama Islam Penghafal Al-Qur'an64

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Metode dan Strategi Penelitian..69

    B. Kehadiran Peneliti.70

    C. Lokasi Penelitian...71

  • D. Data dan Sumber Data...71

    E. Prosedur Pengumpulan Data.73

    F. Analisis Data.75

    G. Pengecekan Keabsahan Data75

    H. Tahapan Penelitian...78

    BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

    A. Deskripsi Objek Penelitian

    1. Sejarah Berdirinya Jamiyyatul Qurra Wal Huffazh (JQH)

    Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN

    Maulana Malik Ibrahim Malang...80

    2. Visi, Misi, Tujuan dan Fungsi JQH

    Mahad Sunan Ampel Al-Ali

    UIN Maulana Malik Ibrahim Malang..86

    3. Struktur Kepengurusan JQH

    Mahad Sunan Ampel Al-Ali

    UIN Maulana Malik Ibrahim Malang..88

    4. Program Kerja JQH Mahad Sunan Ampel Al-Ali

    UIN Maulana Malik Ibrahim Malang...90

    5. Kegiatan JQH Mahad Sunan Ampel Al-Ali

    UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.90

    6. Prestasi Anggota JQH Mahad Sunan Ampel Al-Ali

    UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.93

  • 7. Keadaan Anggota JQH Mahad Sunan Ampel Al-Ali

    UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.96

    B. Paparan Hasil Penelitian

    1. Deskripsi Pelaksanaan Hafalan Al-Quran di Mahad

    Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang...98

    2. Implikasi Hafalan Al-Quran dalam Prestasi Belajar

    Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

    di UIN Maulana malik Ibrahim Malang...108

    3. Sikap keseharian Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama

    Islam Penghafal Al-Quran...............................................116

    BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

    A. Deskripsi Pelaksanaan Hafalan Al-Quran di Mahad

    Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang..120

    B. Implikasi Hafalan Al-Quran dalam Prestasi Belajar

    Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

    di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang....125

    C. Sikap keseharian Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam

    Penghafal Al-Quran......................................................128

    BAB VI PENUTUP

    A. Kesimpulan.131

    B. Saran...134

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • ABSTRAK

    Arofah, Ismi. Implikasi Hafalan Al-Quran Dalam Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) (Studi Kasus di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang). Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Drs. H. Suaib. H. Muhammad, M.Ag. Dalam menjalankan fungsi edukasinya, dewasa ini perguruan tinggi dituntut untuk dapat memerankan fungsinya secara optimal dalam mewujudkan lulusan yang beriman dan bertaqwa, memiliki kepribadian yang utuh, memiliki keahlian yang matang dan profesional dibidangnya masing-masing. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang merupakan salah satu Perguruan Tinggi Islam yang telah berhasil menggabungkan dua kekuatan dalam paradigma pendidikannya, yaitu kekuatan akademik dan kultural. Kekuatan kultural tersebut, diciptakan melalui keberadaan Mahad (pesantren mahasiswa yang kurikulum pembelajarannya integral dengan kampus). Selain pembelajaran kitab dan bahasa, di Mahad juga terdapat unit pengembangan tahfizh yang beranggotakan para mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Kegiatan menghafal Al-Quran yang dilakukan oleh mahasiswa ini merupakan suatu hal yang sangat memerlukan perhatian dan penanganan secara khusus, mengingat menghafal Al-Quran merupakan pekerjaan yang tidak mudah untuk dilakukan, apalagi oleh mahasiswa yang notabene memiliki jadwal kegiatan yang padat. Dari sinilah timbul berbagai anggapan yang menyatakan bahwa dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan, maka mahasiswa penghafal Al-Quran tidak bisa mendapatkan hasil belajar/akademik yang maksimal. Berawal dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk membahasnya dalam skripsi yang berjudul Implikasi Hafalan Al-Quran Dalam Prestasi belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan hafalan Al-Quran di Mahad sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana malik Ibrahim Malang, untuk mengetahui apakah hafalan Al-Quran mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam berimplikasi terhadap prestasi belajarnya, serta untuk mengetahui bagaimana aspek sikap keseharian mahasiswa tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi studi kasus. Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan metode observasi, angket, interview dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Adapun untuk data yang berupa angka (data kuantitatif), dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan cara menghitung nilai rata-rata dan prosentase kemudian dideskripsikan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa pelaksanaan hafalan Al-Quran di Mahad Sunan Ampel Al-Ali sudah baik, kerena telah memenuhi beberapa hal yang mendukung keberhasilan menghafal Al-Quran. Diantaranya adalah: penciptaan lingkungan yang kondusif dengan

  • dikumpulkannya mahasiswa penghafal Al-Quran dalam satu unit asrama, adanya instruktur hafalan yang membimbing mahasiswa tersebut, adanya waktu yang digunakan mahasiswa untuk melestarikan hafalannya, serta adanya program evaluasi seperti kegiatan khatm Al-Quran tiap sepekan, tes tahfizh tiap akhir semester, serta wisuda tahfizh yang diawali dengan tes tahfizh. Dari proses menghafal yang baik tersebut, maka hafalan yang dihasilkanpun menjadi baik. Hafalan mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam berimplikasi dalam prestasi belajarnya. Secara psikologis, aktivitas menghafal Al-Quran menimbulkan efek ketenangan yang mendukung keberhasilan proses belajar. Secara fisiologis, kebiasaan menghafal Al-Quran membuat indera penglihatan dan pendengaran menjadi familiar terhadap ayat-ayat yang telah dihafal, serta melatih sistem memori dalam otak untuk mengingat, sehingga memudahkan siswa/mahasiswa untuk dapat menghafal pengetahuan lain selain Al-Quran. Selain itu, hafalan Al-Quran mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam sangat membantu penguasaan materi matakuliah keagamaan Islam yang berhubungan dengan ayat-ayat Al-Quran, karena selain menghafalkan para mahasiswa tersebut juga berusaha memahami ayat-ayat yang dihafal. Dari rekapitulasi indeks prestasi komulatif mahasiswa tersebut, secara umum diketahui bahwa nilai rata-ratanya mencapai 3.64 (dengan pujian), sedangkan untuk matakuliah kegamaan Islam yang banyak berkaitan dengan ayat-ayat Al-Quran, nilai mahasiswa tersebut juga baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas menghafal Al-Quran mahasiswa tidak menyebabkan prestasi belajarnya menurun, sebaliknya hafalan Al-Quran justru berimplikasi sangat baik bagi prestasi belajar mahasiswa. Selain berprestasi yang baik dalam akademiknya, aspek sikap keseharian mahasiswa penghafal Al-Quran ini juga lebih mencerminkan mahasiswa muslim dibandingkan mahasiswa lainnya. Mereka berkomitmen untuk selalu berusaha memperbaiki tingkah lakunya, serta menjaga tatakrama yang baik kepada lingkungan sosialnya. Selain itu, mereka juga selalu berusaha mengamalkan ilmunya dengan mengajarkan ilmu tentang Al-Quran yang mereka miliki kepada siapapun yang membutuhkannya, baik dalam lingkup mahad maupun masyarakat sekitar kampus. Kata Kunci: Hafalan Al-Quran, Prestasi Belajar

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Perkembangan zaman yang semakin cepat berpengaruh pada segala aspek

    kehidupan. Munculnya berbagai penemuan ilmiah di bidang sains dan teknologi

    turut mengiringi revolusi zaman yang semakin modern ini.

    Dewasa ini masyarakat banyak menyoroti masalah kerusakan moral yang

    dialami oleh para remaja. Maraknya tawuran antar pelajar/mahasiswa, peredaran

    dan pemakaian narkoba yang dilakukan oleh pelajar/mahasiswa, seks bebas, dan

    penyimpangan-penyimpangan lain yang sangat ramai diberitakan oleh media

    massa.

    Terhadap realita tersebut muncul berbagai tanggapan dan sinyalemen dari

    sebagian masyarakat yang mempermasalahkan pengembangan kepribadian

    mahasiswa di luar lingkup pendidikan formal. Mereka berpendapat bahwa

    sebenarnya sistem pendidikan di Indonesia sudah baik, namun ada beberapa faktor

    yang menghambat keberhasilan sistem tersebut. Salah satu contohnya adalah

    ketergantungan masyarakat terhadap produk-produk teknologi modern yang

    semakin kuat. Hal ini merupakan indikasi adanya pergeseran nilai-nilai esensial

    yang akan mengubah pola pikir dan pola hidup masyarakat menjadi konsumtif dan

    memuja gaya hidup hedonistik, materialistik dan hura-hura.

    Kondisi demikian ini sangat berpengaruh terhadap sistem dan proses

    pendidikan di sekolah dan di perguruan tinggi. Pendidikan hanya difokuskan pada

  • bagaimana membentuk siswa/mahasiswa yang pandai dan memiliki keterampilan

    tertentu. Hal ini berakibat terhadap fokus kepribadian siswa hanya dititikberatkan

    pada aspek perkembangan intelektual saja, sementara aspek moralitas dan

    kejiwaannya kurang memadai.

    Dalam menjalankan fungsi edukasinya, dewasa ini perguruan tinggi

    dihadapkan pada dua persoalan yang dilematis. Di satu sisi dituntut untuk

    mengembangkan iptek dengan segala konsekuensinya dalam menghadapi era

    globalisasi, namun di sisi lain perguruan tinggi harus memikul tanggung jawab

    terhadap dampak negatif dari kemajuan iptek modern yaitu terjadinya dekadensi

    moral yang mengarah pada demoralisasi, bahkan boleh jadi mengarah pada

    dehumanisasi. Hal yang menjadi persoalan adalah bagaimana Perguruan Tinggi

    dapat memerankan fungsinya secara optimal dalam mewujudkan lulusan yang

    beriman dan bertaqwa, memiliki kepribadian yang utuh, memiliki keahlian yang

    matang dan profesional dibidangnya masing-masing. Jawaban akan pertanyaan

    tersebut adalah tantangan bagi perguruan tinggi untuk memberikan pendidikan

    Agama Islam yang memadai bagi setiap mahasiswa sebagai pencerahan spiritual

    dalam rangka membangun nurani bangsa.1

    Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang merupakan

    salah satu Perguruan Tinggi Islam yang telah berhasil menggabungkan dua

    kekuatan dalam paradigma pendidikannya, yaitu kekuatan akademik dan kultural.

    Pengembangan ilmu akademik, khususnya yang bernafaskan Islam, akan berhasil

    jika dikembangkan di atas kekuatan kultural. Kekuatan kultural yang dimaksud di

    1 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 1-3.

  • sini adalah berbagai komponen yang dapat mendukung terciptanya budaya

    kondusif, baik dalam upaya pengembangan spiritual, akhlak, ilmu dan

    profesionalitas.2 Dalam paradigma pendidikannya Universitas Islam Negeri

    Maulana Malik Ibrahim Malang memiliki sebuah konsep tarbiyah Ulul Albab,

    yaitu pendidikan yang diharapkan dapat membentuk kepribadian mahasiswa yang

    mengedepankan tiga prinsip, yaitu dzikir, fikir dan Amal sholeh.

    Tujuan luhur ini dikuatkan atau didukung dengan komponen-komponen

    internal, yang mewadahi berbagai kegiatan pengembangan akademik dan spiritual

    yang ada di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Diantara komponen internal

    yang sangat penting adalah keberadaan Mahad Sunan Ampel Al-Ali, yaitu

    pesantren mahasiswa yang semua kurikulum pembelajarannya integral dengan

    kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Diantara program yang diadakan

    oleh Mahad Sunan Ampel Al-Ali adalah pengembangan biah (lingkungan)

    berbahasa, pembelajaran kitab dan pembelajaran Al-Quran.

    Di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang juga

    terdapat unit pengembangan Tahfizh Al-Quran, yang beranggotakan mahasiswa

    dari berbagai tingkatan semester. Kegiatan menghafal Al-Quran yang dilakukan

    oleh mahasiswa ini merupakan suatu hal yang sangat memerlukan perhatian dan

    penanganan secara khusus, mengingat menghafal Al-Quran merupakan pekerjaan

    yang tidak mudah untuk dilakukan, apalagi oleh mahasiswa yang memiliki

    disiplin keilmuan yang berbeda-beda. Selain itu, dalam menjalankan aktivitas

    menghafal Al-Quran dan kuliah memerlukan pengaturan waktu yang baik dan

    2 Imam Suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Quran (Malang: UIN Press, 2004), hlm. 79.

  • tepat, sehingga Al-Quran yang telah dihafal dapat dilestarikan dengan baik dalam

    hati.

    Al-Quran adalah kitab suci yang memiliki banyak keagungan dan

    kemujizatan. Al-Quran juga memiliki banyak kelebihan, diantaranya adalah Al-

    Quran merupakan kitab yag mudah dihafal dan difahami. Hal ini sesuai dengan

    Firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Qamar (54:13):

    s)s9 ur$tR otb# u )9 $# .e%# 9@ ygs`B9 . B Artinya:Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? 3

    Oleh karena itu, setiap untaian kalimat yang indah dalam Al-Quran telah

    dijadikan Allah untuk mudah dihafal dan dipahami oleh para penghafalnya. Kita

    sebagai umat Islam turut berbangga karena ada ribuan bahkan puluhan ribu umat

    Islam yang telah hafal Al-Quran, dan sebagian dari mereka adalah anak-anak

    kecil yang masih belum baligh. Hal ini sangat bertolak belakang dengan

    karakteristik kitab suci Agama lain yang tidak mampu dihafal oleh pemeluknya.4

    Dengan hafalan Al-Quran yang ada di hati para umat Islam penghafal Al-

    Quran inilah, sesungguhnya Allah menetapkan dan menjaga kemurnian Al-

    Quran. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Hijr (15:9):

    $R ) `twU$uZ 9 tRt .e%!$#$R ) urms9tbq ptm:): Artinya: "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya"5

    3 Al-Quran dan Terjemahnya (Semarang: PT. Tanjung Mas, 1992), hlm. 879. 4 Achmad Yaman Syamsudin, Cara Mudah Menghafal Al-Quran (Jateng: Insan Kamil, 2007), hlm. 7-8. 5 Al-Quran dan Terjemahnya, Op. Cit., hlm. 391.

  • Mahasiswa merupakan calon-calon intelektual yang memiliki tugas untuk

    mengembangkan keilmuan yang diminati, di sisi lain ada keinginan untuk

    mempelajari, menghafalkan dan mendalami Al-Quran. Keberadaan mahasiswa

    penghafal Al-Quran, seperti halnya hafizh-hafizhah yang lain, memberikan

    penguatan kepada kita bahwa memang di sepanjang masa Al-Quran akan

    senatiasa dijaga dan dipelihara kemurniannya oleh Allah SWT, sang pemilik

    Kalam yang mulia.

    Para penghafal Al-Quran di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, terdiri dari

    berbagai kalangan mahasiswa pada tingkatan semester dan jurusan yang berbeda.

    Diantara para mahasiswa/mahasiswi yang menghafal Al-Quran tersebut, ada

    beberapa mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

    Dalam proses menghafal Al-Quran, seorang penghafal tidak hanya membaca

    dan berusaha menghafal di luar kepala, akan tetapi juga berusaha untuk

    menghayati dan mentadabburi bacaan yang telah dibaca dan dihafalnya. Dalam

    hal ini, seorang Penghafal Al-Quran secara tidak langsung akan dapat memahami

    dan mengambil kandungan-kandungan ayat-ayat yang dibaca.

    Dengan adanya proses menghafal tersebut, seseorang penghafal akan dapat

    membaca dengan lancar dan benar ayat-ayat yang telah dihafalkannya. Setelah

    dapat membaca dengan baik dan benar, ia akan tertarik untuk mengetahui arti dan

    kandungan ayat-ayat Al-Quran yang dihafalnya.

    Dalam perkuliahan Fakuktas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

    UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, terdapat dua jenis pengelompokan

    matakuliah, yaitu matakuliah kependidikan dan matakuliah keagamaan Islam.

  • Pada matakuliah keagamaan Islam, banyak sekali materi yang bersentuhan secara

    langsung dengan ayat-ayat Al-Quran, karena pada dasarnya Al-Quran

    merupakan sumber dari hukum Islam yang utama.

    Pendidikan Agama Islam memiliki beberapa pokok kajian yang meliputi

    aqidah, akhlak, syariah dan muamalah. Diantara matakuliah keagamaan Islam

    yang mengandung aspek-aspek tersebut adalah: studi Al-Quran, studi Fiqih,

    Tafsir dan Hadits, Masail Fiqhiyah 1 & 2, serta Tafsir Hadits 1 & 2, serta Ushul

    Fiqih.

    Dalam proses pembelajaran matakuliah keagamaan Islam tersebut,

    kemampuan membaca Al-Quran dengan baik dan benar merupakan kemampuan

    dasar yang sangat penting, selain kemampuan memahami arti dan kandungan

    ayat-ayat tertentu. Dalam hal ini hafalan Al-Quran yang dimiliki oleh mahasiswa

    Jurusan Pendidikan Agama Islam, memberi kontribusi yang sangat besar dalam

    membantu pemahamannya tentang beberapa mata kuliah tersebut, sehingga

    berimplikasi pada peningkatan prestasi belajarnya. Dengan demikian, ditemukan

    adanya implikasi (keterlibatan) hafalan Al-Quran mahasiswa dalam prestasi

    belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam.

    Dari latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti sangat tertarik untuk

    melakukan penelitian dengan judul seperti tersebut di atas.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Dari latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa

    permasalahan sebagai berikut :

  • 1. Bagaimana pelaksanaan hafalan Al-Quran di Mahad Sunan Ampel Al-

    Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang?

    2. Apakah hafalan Al-Quran mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam

    (PAI) di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang berimplikasi terhadap

    prestasi belajarnya?

    3. Bagaimana aspek sikap keseharian mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama

    Islam (PAI) penghafal Al-Quran tersebut?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    1. Mendeskripsikan pelaksanaan hafalan Al-Quran di Mahad Sunan Ampel

    Al-Ali UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

    2. Mendeskripsikan implikasi hafalan Al-Quran dalam prestasi belajar

    mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di UIN Maulana Malik

    Ibrahim Malang.

    3. Mendeskripsikan sikap keseharian mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama

    Islam (PAI) penghafal Al-Quran di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

    D. MANFAAT PENELITIAN

    1. Bagi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang,

    penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan terutama

    bagi mahasiswa Fakultas Tarbiyah.

    2. Bagi peneliti, menambah wawasan tentang implikasi hafalan Al-Quran

    dalam prestasi belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI),

  • sehingga menambah himmah untuk senantiasa melestarikan Kalamullah

    dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

    3. Bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang menghafal

    Al-Quran, agar selalu termotivasi dan Istiqomah dalam melestarikan

    hafalan Al-Qurannya, serta bagi Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim

    Malang pada umumnya, agar timbul niat dan keinginan untuk menghafal

    dan mendalami Al-Quran.

    E. DEFINISI OPERASIONAL

    1. Implikasi adalah keterlibatan atau keadaan terlibat; apa yang termasuk

    atau tersimpul; sesuatu yang disugestikan tetapi tidak dinyatakan.6

    2. Hafalan Al-Quran, maksudnya adalah out put dari aktivitas menghafal

    Al-Quran. Menghafal Al-Quran adalah proses mengingat Al-Quran di

    luar kepala dengan cara meresapkan dalam hati, dengan berbagai strategi

    dan metode tertentu.

    3. Prestasi belajar mahasiswa adalah: hasil yang dicapai oleh mahasiswa

    Jurusan pendidikan Agama Islam (PAI) dalam belajarnya. Adapun

    prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar matakuliah

    keagamaan Islam yang berhubungan dengan ayat-ayat Al-Quran seperti

    studi Al-Quran, studi Fiqih, Tafsir dan Hadits, Masail Fiqhiyah I & II,

    Tafsir Hadits I & II, serta Ushul Fiqih. Prestasi ini meliputi aspek kognitif,

    afektif (penghayatan) dan psikomotorik (sikap), karena itulah

    penilaian/pengukuran prestasi ini tidak hanya dilihat dari indeks prestasi

    6 WJS. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Penerbit Balai Pustaka, 1976), hlm. 377.

  • mahasiswa (IPK), akan tetapi juga dari aspek sikap keseharian mahasiswa

    tersebut.

    F. RUANG LINGKUP DAN KETERBATASAN PENELITIAN

    Untuk menghindari pembahasan yang melebar dalam skripsi ini, maka penulis

    membatasi permasalahan pada implikasi hafalan Al-Quran dalam prestasi belajar

    mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di UIN Maulana Malik

    Ibrahim Malang.

    Hafalan Al-Quran yang baik ditentukan dari proses menghafal Al-Quran

    yang baik pula, karena itulah perlu diketahui tentang bagaimana pelaksanaan

    hafalan Al-Quran tersebut. Kegiatan menghafal di UIN Maulana Malik Ibrahim

    Malang dilakukan oleh para mahasiswa dari berbagai tingkatan semester, dalam

    hal ini penelitian dikhususkan pada mahasiswa penghafal Al-Quran dari Jurusan

    Pendidikan Agama Islam (PAI) yang berada di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN

    Maulana Malik Ibrahim Malang.

    G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

    Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh, sistematika

    pembahasan dalam skripsi ini dibagi dalam enam bab, yaitu:

    Bab pertama adalah pendahuluan. Dalam bab ini dijelaskan tentang latar

    belakang permasalahan yang menimbulkan keinginan peneliti untuk mengadakan

    penelitian tentang implikasi hafalan Al-Quran dalam prestasi belajar mahasiswa

    jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Mahad Sunan Ampel Al-Ali UIN

    Maulana Malik Ibrahim Malang. Dari latar belakang tersebut, kemudian

  • ditentukan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

    operasional penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, serta

    sistematika pembahasan.

    Bab kedua adalah kajian pustaka. Dalam bab ini peneliti menguraikan berbagai

    teori tentang hafalan Al-Quran, yang meliputi: pengertian menghafal Al-Quran,

    keutamaan menghafal Al-Quran, adab membaca dan menghafal Al-Quran,

    metode menghafal Al-Quran, melestarikan hafalan Al-Quran, serta tentang

    faktor-faktor yang mendukung keberhasilan menghafal Al-Quran.

    Prestasi belajar mahasiswa, yang meliputi: pengertian tentang prestasi belajar,

    faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, evaluasi prestasi kognitif, afektif dan

    psikomotorik.

    Pembahasan tentang implikasi hafalan Al-Quran dalam prestasi belajar

    mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di UIN Maulana Malik

    Ibrahim Malang.

    Serta deskripsi tentang sikap keseharian mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama

    Islam (PAI) penghafal Al-Quran di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

    Bab ketiga adalah metodologi penelitian, yang mengemukakan tentang metode

    dan strategi penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, metode

    pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data, sehingga dapat

    diketahui bagaimana proses dan cara penelitian.

    Bab keempat adalah laporan hasil penelitian, dalam hal ini peneliti menyajikan

    berbagai data yang telah diperoleh dari penelitian. Bab ini meliputi deskripsi

    objek penelitian dan paparan hasil data penelitian.

  • Bab kelima adalah pembahasan hasil penelitian, yaitu dengan cara membahas

    hasil penelitian yang telah diperoleh dengan berbagai teori yang relevan dengan

    kajian penelitian. Dalam hal ini peneliti akan mengungkapkan bagaimana

    prosedur pelaksanaan hafalan Al-Quran di Mahad sunan Ampel Al-Ali UIN

    Malang, apakah hafalan Al-Quran berimplikasi terhadap prestasi belajar

    mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) penghafal Al-Quran, serta

    deskripsi tentang sikap mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

    penghafal Al-Quran tersebut.

    Bab keenam adalah penutup, dalam bab ini kan dipaparkan tentang kesimpulan

    hasil penelitian dan saran.

  • BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Tinjauan Tentang Hafalan Al-Quran

    1. Pengertian Menghafal Al-Quran

    Menghafal Al-Quran terdiri dari dua kata, yaitu kata menghafal dan Al-

    Quran. Dalam kamus besar bahasa indonesia, pengertian menghafal adalah

    berusaha meresapkan kedalam fikiran agar selalu ingat.7

    Menurut Zuhairini dan Ghofir, menghafal adalah suatu metode yang

    digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernah dibaca secara benar

    seperti apa adanya. Metode tersebut banyak digunakan dalam usaha untuk

    menghafal Al-Quran dan Al-Hadits. Ada empat langkah yang perlu dilakukan

    dalam menggunakan metode ini, antara lain:

    a. merefleksi, yakni memperhatikan bahan yang sedang dipelajari, baik dari segi tulisan, tanda bacannya dan syakalnya;

    b. mengulang, yaitu membaca dan atau mengikuti berulang-ulang apa yang diucapkan oleh pengajar;

    c. meresitasi, yaitu mengulang secara individual guna menunjukkan perolehan hasil belajar tentang apa yang telah dipelajari;

    d. retensi, yaitu ingatan yang telah dimiliki mengenai apa yang telah dipelajari yang bersifat permanen.8

    Menurut Suryabrata, istilah menghafal disebut juga mencamkan dengan

    sengaja dan dikehendaki, artinya dengan sadar dan sungguh-sungguh mencamkan

    sesuatu. Dikatakan dengan sadar dan sungguh-sungguh, karena ada pula

    7 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 291. 8 Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Malang: UM PRESS, 2004), hlm. 76.

  • mencamkan yang tidak disengaja dalam memperoleh suatu pengetahuan. menurut

    beliau, hal-hal yang dapat membantu menghafal atau mencamkan antara lain:

    a. Menyuarakan dalam menghafal. Dalam proses menghafal akan lebih efektif bila seseorang menyuarakan bacaannya, artinya tidak membaca dalam hati saja;

    b. Pembagian waktu yang tepat dalam menambah hafalan, yaitu menambah hafalan sedikit demi sedikit akan tetapi dilakukan secara kontinu;

    c. Menggunakan metode yang tepat dalam menghafal, antara lain: 1) Metode keseluruhan/metode G (Ganzlern methode), yaitu metode

    menghafal dengan mengulang berkali-kali dari awal sampai akhir, 2) Metode bagian/metode T (Teilern methode), yaitu menghafal bagian

    demi bagian sesuatu yang dihafalkan, dan 3) Metode campuran/metode V (vermittelendelern), yaitu menghafal

    bagian-bagian yang sukar terlebih dahulu selanjutnya dipelajari dengan metode keseluruhan.9

    Setelah menyebutkan tentang beberapa definisi menghafal, perlu disebutkan

    pula tentang beberapa definisi Al-Quran. Al-Quran menurut bahasa ialah bacaan

    atau yang dibaca. Kata Al-Quran diambil dari isim mashdar yang diartikan

    dengan arti isim maful, yaitu: maqru (yang dibaca). Menurut istilah ahli agama

    Islam, Al-Quran ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi

    Muhammad SAW, yang ditulis dalam mushaf,10

    Definisi Al-Quran menurut sebagian Ulama ahli ushul adalah: firman Allah

    yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang bersifat mukjizat

    (melemahkan) dengan sebuah surat dari padanya, dan beribadat bagi yang

    membacanya.

    Sebagian ahli ushul juga mendefinisikan:

    Al-Kitab (Al-Quran) adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan bahasa Arab untuk diperhatikan dan diambil pelajaran oleh manusia, yang dinukilkan (dipindahkan) kepada kita dengan khabar

    9 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), hlm. 45. 10 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Quran dan Tafsir (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2002 Cet-2), hlm. 3.

  • mutawatir, yang ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan disudahi dengan surat An-Ns.11

    Dalam Tafsir Al-Munir, Wahbah Al-Zuhaili mendefinisikan pengertian Al-

    Quran sebagai berikut:

    Al-Quran adalah kitab Allah yang melemahkan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan lafad bahasa Arab, yang tertulis dalam lembaran-lembaran, membacanya dianggap Ibadah, yang dipindahkan dengan mutawatir, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Ns12

    Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa menghafal Al-

    Quran merupakan usaha dengan sadar dan sungguh-sungguh yang dilakukan ,

    untuk mengingat-ingat dan meresapkan bacaan kitab suci Al-Quran yang

    mengandung mukjizat kedalam fikiran agar selalu ingat, dengan menggunakan

    metode dan strategi tertentu.

    2. Keutamaan Menghafal Al-Quran.

    Al-Quran adalah kitab suci Agama Islam yang abadi, petunjuk bagi seluruh

    umat manusia. Barangsiapa yang berkata dengannya (Al-Quran), maka ia

    berbicara dengan benar; barangsiapa yang mengamalkannya, maka ia akan

    mendapat pahala, barangsiapa yang menyeru padanya maka ia telah ditunjukkan

    pada jalan yang lurus, barangsiapa yang berpegang teguh padanya, maka ia telah

    berpegang pada tali Agama yang kokoh, dan barangsiapa yang berpaling darinya

    11 Moenawar Chalil. Kembali Kepada Al-Quran dan Al-Sunnah (Jakarta: Bulan Bintang, Tanpa Tahun), hlm. 179. 12 Wahbah Al-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Fil Aqidah Wa Syariah Wal Minhaj (Damaskus: Darul Fikr, 2007 ), hlm. 15.

  • dan mencari petunjuk selainnya, maka ia sangatlah sesat.13 Allah SWT berfirman

    dalam Al-Quran, surat Ibrahim (14:1):

    !9#4= tG 2m oY 9 tR r&y7 s9 )yl G 9} $Z9 $#z` BM yJ= 9 $# n< )qY9 $#b* /O gn/ u4 n< )u y9$#J pt : $#

    Artinya: Alif, laam raa (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha perkasa lagi Maha terpuji 14

    Menghafal Al-Quran merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji dan

    mulia. Banyak sekali hadits-hadits Rasulullah yang menerangkan tentang hal

    tersebut. Orang-orang yang mempelajari, membaca dan menghafal Al-Quran

    merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih oleh Allah untuk menerima

    warisan kitab suci Al-Quran.15 Allah berfirman dalam Al-Quran surat Fathir

    (35:32):

    N O$uZ Ou rr&|=tG 39 $#t% !$#$uZ x s$# `B$tR $t7 (O gY J sO 9$sm uZ j9Nk ]B urtF) BNk ] B ur7,/$yNu y9 $$/b* /! $#49suqd@ x 9 $#7 x69 $#

    Artinya: kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Hal yang demikian itu adalah karunia yang amat besar16

    Banyak Hadits Rasulullah SAW yang mendorong untuk menghafal Al-

    Quran atau membacanya di luar kepala, sehingga hati seorang muslim tidak

    13 Ahmad Salim Badwilan. Panduan Cepat Menghafal Al-Quran (Jogjakarta: Diva Press, 2009), hlm. 264. 14 Al-Quran dan Terjemahnya. Op. Cit., hlm. 379. 15 Ahsin W. Al-Hafizh. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), hlm. 26. 16 Al-Quran dan Terjemahnya, Op. Cit., hlm. 700-701.

  • kosong dari ayat-ayat Al-Quran dan mengingat Allah SWT. Hal ini sebagaima

    tersebut dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu:

    ersebut dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu:ak trategi penelitian, kehadiran peneliti17

    Artinya: Dan dari Ibnu Abbas RA berkata, Rasulullah SAW telah bersabda: "Sesungguhnya orang yang tidak mempunyai hafalan Al-Quran sedikitpun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh 18

    Rasulullah SAW memberikan penghormatan kepada orang yang mempunyai

    keahlian dalam membaca Al-Quran dan menghafalkannya. Beliau

    memberitahukan kedudukan mereka dan mengedepankan mereka dibandingkan

    orang lain. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh,

    diceritakan bahwa suatu hari Rasulullah mengutus satu utusan yang terdiri dari

    beberapa orang. Rasulullah mengecek kemampuan membaca Al-Quran dan

    hafalan mereka, kemudian orang yang paling banyak hafalannya ditugaskan oleh

    beliau untuk menjadi ketua rombongan (pemimpin). Mengetahui keadaan

    tersebut, salah seorang sahabat berkata: Demi Allah, aku tidak mempelajari dan

    menghafal surat Al-Baqoroh semata-mata karena aku takut tidak dapat

    mengamalkan isinya, mendengar komentar tersebut, Rasulullah SAW bersabda:

    engamalkan isinya, mendengar komentar tersebut, Rasulullah SAW bersabda:rengamalkan isinya, mendengar komentar tersebut, Rasulullah SAW bersabda:eahlian dalam membaca Al

    bagian sesuatu yang dihafalkan, dan l Rasulullah SAW bersabda:Pelajarilah Al-Quran dan bacalah, sesungguhnya perumpamaan orang yang mempelajari Al-Quran dan membacanya adalah

    17 Global Islamic Software Compani, Sunan Tirmidzi (Mausuat Al-Hadits Al-Syarif: 2000), no. 2837. 18 Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Quran, Terj. Abdul Hayiee Al-Kattani (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 191. 19 Global Islamic Software Compani, Op. Cit., Sunan Ibnu Majah: 213.

  • seperti tempat air yang penuh dengan minyak wangi misik, harumnya menyebar kemana-mana, dan barangsiapa yang mempelajarinya kemudian ia tidur dan di dalam hatinya terdapat hafalan Al-Quran, adalah seperti tempat air yang tertutup dan berisi minyak misik 20

    Kemuliaaan penghafal Al-Quran tidak hanya terbatas di dunia saja, di akhirat

    kelak seorang penghafal Al-Quran mendapatkan beberapa kemuliaan dari Allah

    SWT. Dalam hadits disebutkan, dari Abu Hurairah RA. bahwa Rasulullah SAW

    bersabda:

    alam hadits disebutkan, dari Abu Hurairah RA. bahwa Rasulullah SAW abda:9ralam hadits disebutkan, dari Abu Hurairah RA. bahwa Rasulullah SAW abda:9uran dan menghafalkannya.

    #/;GS_kw:P0ppp00@pP00A. Dari Nabi SAW:Al-Quran akan datang pada hari qiamat, kemudian Al-Quran akan berkata, wahai Tuhanku pakaikanlah pakaian untuknya, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karomah (kehormatan). Al-Quran kembali meminta, wahai Tuhanku tambahkanlah. lalu orang itu dipakaikan jubah karomah, kemudian Al-Quran memohon lagi, wahai Tuhanku, ridoilah dia, Allah SWT pun meridoinya, maka diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga). Allah menambahkan pada setiap ayat yang dibacanya nikmat dan kebaikan 22

    Balasan Allah SWT di akhirat tidak hanya bagi para penghafal dan ahli Al-

    Quran saja, namun cahaya kemuliaannya juga menyentuh kedua orang tuanya,

    dan ia dapat memberikan sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah Al-

    Quran. Dalam Hadits disebutkan:

    an ia dapat memberikan sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah n 9Qr*ausuat Alan ia dapat memberikan sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah n 9Qr

    an ia dapat memberikan sebagian cahaya itu l

    20 Yusuf Qardhawi, Op. Cit., hlm. 192. 21 Global Islamic Software Compani,Op. Cit., Sunan Tirmidzi: 2839 22 Yusuf Qardhawi, Op. Cit., hlm. 193 23 Global Islamic Software Compani, Op. Cit., Sunan Abu Daud: 1241.

  • Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:Barangsiapa yang membaca Al-Quran, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan kepada orang tuanya mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduaanya lalu bertanya, mengapa kami dipakaikan jubah ini?, dijawab, karena kalian memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Quran24

    Mengenai keutamaan menghafal Al-Quran ini, Imam Nawawi dalam kitabnya

    Al-Tibyan Fi Adabi Hamalati Al-Quran menyebutkan ada beberapa keutamaan,

    antara lain:

    1) Al-Quran sebagai pemberi syafaat pada hari kiamat bagi yang membaca,

    memahami dan mengamalkannya. Dalam Hadits disebutkan:

    emahami dan mengamalkannya. Dalam Hadits disebutkan: emerintahkan anak ikmat dan kebaikan emahami dan mengamalkannya. Dalam Hadits disebutkan: emerintahkan an_

    Abu Umamah Al-Bahili berkata kepadaku, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, bacalah Al-Quran, maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat nanti sebagai pemberi syafaat kepada pemiliknya (pembacanya) 26 2) Para penghafal Al-Quran telah dijanjikan derajat yang tinggi di sisi Allah

    SWT, pahala yang besar serta penghormatan diantara sesama manusia.

    Al-Quran menjadi Hujjah atau pembela bagi pembacanya dan sebagai

    pelindung dari adzab api neraka.

    Pembaca Al-Quran khususnya penghafal Al-Quran yang kualitas dan

    kuantitas bacaannya lebih tinggi, akan bersama malaikat yang selalu

    melindunginya dan mengajak kepada kebaikan.

    Penghafal Al-Quran akan mendapatkan fasilitas khusus dari Allah, yaitu

    terkabulnya segala harapan tanpa harus memohon/berdoa. 24 Yusuf Qardhawi, Op. Cit., hlm. 193. 25 Global Islamic Software Compani, Op. Cit., Shohih Muslim:1337. 26 Yusuf Qardhawi, Op. Cit., hlm. 226.

  • Penghafal Al-Quran berpotensi untuk mendapatkan pahala yang banyak

    karena seringnya membaca dan mengkaji Al-Quran. Dalam hadits

    disebutkan:

    khususnya penghafal berpotensi untuk mendapatkan pahala yang banyakueeitha ank $9Qng pada tali Agama yang kokoh, dan barangberpotensi untuk mendapatkan pahala yang ban#

    Rasulullah SAW bersabda:barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan, lalu satu kebaikan itu akan dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan satu huruf, tetapi satu huruf dan satu huruf satu huruf 28 Para penghafal Al-Quran diprioritaskan untuk menjadi imam dalam sholat

    8) Penghafal Al-Quran menghabiskan sebagaian besar waktunya untuk

    mempelajari dan mengajarkan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai

    ibadah, hal ini menjadikan hidupnya penuh barokah dan memposisikannya

    sebagai insan kamil.29

    Selain beberapa keutamaan menghafal Al-Quran yang telah diuraikan di atas,

    menurut Syamsudin, ada beberapa keutamaan dalam menghafal Al-Quran antara

    lain:

    1). Hafalan Al-Quran membuat orang dapat berbicara dengan fasih dan

    benar, serta dapat membantunya dalam mengeluarkan dalil-dalil dari ayat-

    ayat Al-Quran dengan cepat, ketika menjelaskan atau membuktikan suatu

    permasalahan.

    27 Global Islamic Software Compani , Op. Cit., Sunan Tirmidzi. 2912. 28 Yusuf Qardhawi, Op. Cit., hlm. 226. 29 Abi Zakariya Yahya An-Nawawi, Op. Cit., hlm. 11-16.

  • 2). Menguatkan daya nalar dan ingatan. Dengan hafalan yang terlatih, maka

    akan menjadikan seseorang mudah dalam menghafal hal-hal lain di luar

    Al-Quran.

    3). Dengan izin Allah, seorang siswa menjadi lebih unggul dari teman-

    temannya yang lain di kelas, karena Allah memberikan karunia Nya

    lantaran ia mau menjaga kalam Allah dan mencintai Nya.30

    Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa kemuliaan menghafal Al-Quran

    tidak hanya sebatas di dunia, sampai di akhiratpun kemuliaan itu akan terus

    terpancar pada para penghafal Al-Quran serta kedua orang tuanya. Keutamaan

    dan kemuliaan itu merupakan karunia Allah yang akan diberikan kepada hamba-

    hamba yang dikehendaki-Nya. Dengan adanya Hadits-Hadits tersebut seorang

    pembaca dan penghafal Al-Quran seharusnya bisa lebih termotivasi dalam

    mengkaji, memahami dan melestarikan hafalannya.

    3. Adab Menghafal Al-Quran

    Aktivitas menghafal Al-Quran diawali dengan membaca secara berulang-

    ulang ayat-ayat yang akan dihafalkan, sampai mendapatkan gambaran dalam

    fikiran tentang ayat-ayat yang dihafalkan tersebut.

    Membaca Al-Quran merupakan salah satu bentuk komunikasi manusia

    kepada Allah, oleh karena itu dalam membaca Al-Quran harus menggunakan

    beberapa tata krama, baik batin maupun zhahir.

    Menurut Imam Nawawi ada tatakrama batin yang harus diperhatikan oleh

    pembaca Al-Quran, diantaranya adalah sebelum membaca Al-Quran seseorang

    30 Achmad Yaman Syamsudin. Op. Cit., hlm. 35-36.

  • harus menanamkan dalam hatinya niat yang ikhlas karena Allah, yaitu dengan

    menghadirkan perasaan bermunajat kepada Allah, serta hendaklah ia membaca

    Al-Quran seakan-akan ia melihat Allah, (walaupun ia tidak melihat Allah) maka

    sesungguhnya Allah melihatnya.31

    Selain tatakrama batin, menurut Al-Maliki ada beberapa tatakrama zhahir

    dalam membaca Al-Quran yang juga harus diperhatikan, diantaranya:

    1). Disunnahkan untuk mensucikan diri dari hadast besar dan kecil terlebih

    dahulu, karena membaca Al-Quran merupakan dzikrullh yang paling

    utama;

    2). Disunnahkan membaca Al-Quran di tempat yang bersih, adapun tempat

    yang paling utama adalah di masjid;

    3). Disunnahkan menggosok gigi terlebih dahulu sebelum memulai

    membaca Al-Quran, agar mulut menjadi suci dan bersih.

    4). Disunnahkan duduk dengan menghadap kiblat dalam keadaan khusyu,

    tenang serta menundukkan kepala;

    5). Disunnahkan membaca istidzah (taawudz) sebelum memulai membaca

    Al-Quran.

    6). Hendaknya membaca basmalah pada setiap permulaan surat kecuali

    permulaan surat At-Taubah;

    7). Disunnahkan membaca Al-Quran dengan tartil, agar dapat mengangan-

    angankan ayat-ayat yang sedang dibaca.

    31 Abi Zakariya Yahya An-Nawawi, Op. Cit., hlm. 57.

  • 8). Disunnahkan membaca Al-Quran dengan memikirkan maksud ayat dan

    berusaha memahaminya, karena itulah tujuan yang agung dan penting

    dalam membaca Al-Quran.

    9). Disunnahkan membaca Al-Quran itu disertai dengan menangis apabila

    ada ayat yang menerangkan tentang pedihnya adzab, apabila tidak bisa

    maka hendaknya diusahakan untuk menangis;

    10). Disunnahkan memperindah suara dalam membaca Al-Quran, apabila

    tidak bisa maka hendaknya tetap menjaga bacaan itu sesuai dengan ilmu

    tajwid;

    11). Disunnahkan membaca Al-Quran dengan suara yang jelas (keras),

    karena membaca dengan suara yang keras lebih utama dan dapat

    menimbulkan semangat bagi pembacanya.32

    Dalam redaksi yang lain, An-Nawawi menambahkan ada beberapa adab dalam

    membaca Al-Quran, antara lain:

    1). Dalam membaca Al-Quran tidak boleh menggunakan bahasa selain Arab,

    baik di dalam sholat maupun di luar sholat. Misalnya apabila seseorang

    membaca surat Al-Fatihah di dalam sholat, tetapi dengan bahasa

    indonesia (terjemah), maka sholatnya tidak sah. Demikian pula apabila

    membaca di luar shalat dengan bahasa selain arab (terjemah), maka

    seseorang tidak mendapatkan pahala membaca Al-Quran. Hal ini karena

    mengingat pahala membaca Al-Quran adalah dari melafadkan huruf-huruf

    arab yang terangkai dalam ayat-ayat Al-Quran.

    32 Muhammad Bin Alwi Al-Maliki, Zubdatul Itqan Fi Ulumil Quran (Jeddah: Dar Al-Syuruq, 1986), hlm. 43-49.

  • 2). Diperbolehkan membaca Al-Quran dengan menggunakan Qiraat tujuh

    (qirat al-sabah) yang telah disepakati oleh para Ulama ahli Qiraah.33

    4. Metode Menghafal Al-Quran

    Metode merupakan cara untuk mencapai maksud yang diinginkan. Dalam

    proses menghafal Al-Quran, peran metode meghafal sangat besar untuk

    mendukung keberhasilan hafalan. Penggunaan metode yang tepat, akan membantu

    seorang penghafal Al-Quran untuk dapat menghafal Al-Quran dengan baik dan

    cepat.

    Menurut Zen, secara umum metode yang dipakai dalam menghafal Al-Quran

    ada dua macam, yaitu metode tahfizh dan takrir. Kedua metode ini pada dasarnya

    tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Metode tahfizh adalah menghafal

    materi baru yang belum pernah dihafal, sedangkan metode takrir adalah

    mengulang hafalan yang sudah diperdengarkan pada instruktur.34

    Dalam proses menghafal Al-Quran, umumnya para penghafal Al-Quran

    menggunakan perpaduan antara metode tahfizh (menambah hafalan) dan metode

    takrir (mengulang hafalan), karena dengan menyeimbangkan keduanya, kuantitas

    dan kualitas hafalan akan dapat terjaga dengan baik. Adapun secara lebih spesifik,

    metode menghafal dalam prakteknya, akan lebih terperinci dijelaskan selanjutnya.

    Menurut Al-Hafizh, ada beberapa metode yang dapat membantu para

    penghafal mengurangi kepayahan dalam menghafal Al-Quran. Diantara metode

    itu adalah:

    33 Abi Zakariya Yahya An-Nawawi, Op. Cit., hlm. 75. 34 Muhaimin Zen, Tata Cara Problematika Menghafal Al-Quran dan Petunjuk-Petunjuknya, Sebagaimana dikutip Oleh Ainul Aisiyah, Pengaruh Program Menghafal Al-Quran Terhadap Prestasi Belajar Siswa (Skripsi: Fakultas tarbiyah UIN Malang, 2002), hlm. 16.

  • 1. Metode Wahdah, yaitu menghafal satu persatu ayat yang akan dihafal.

    Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat hendaknya dibaca sebanyak

    sepuluh kali atau lebih hingga proses ini mampu membentuk pola dalam

    bayangan, untuk kemudian membentuk gerak reflek dari lisan. Setelah

    benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat seterusnya hingga

    mencapai satu halaman. Setelah ayat-ayat dalam satu halaman dihafal,

    tahap berikutnya adalah menghafal urutan-urutan ayat dalam satu halaman

    tersebut, kemudian diulang-ulang sampai benar-benar hafal.

    2. Metode Kitbah (menulis).

    Metode ini memberikan alternatif lain dari metode yang pertama. Pada

    metode ini, penghafal lebih dulu menulis ayat dalam secarik kertas,

    kemudian dibaca dengan baik dan mulai dihafal. Adapun menghafalnya

    bisa dengan metode wahdah, atau dengan berkali-kali menulisnya. Dengan

    begitu seorang akan dapat menghafal karena ia dapat memahami bentuk-

    bentuk huruf dengan baik dan mengingatnya dalam hati.35

    3. Metode Simi (mendengar)

    Perbedaan metode ini dengan metode yang lain adalah pada pemaksimalan

    fungsi indera pendengar. Pada metode ini penghafal mendengarkan lebih

    dulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya untuk kemudian berusaha diingat-

    ingat. Metode ini sangat cocok untuk anak tunanetra dan anak kecil yang

    belum mengenal baca tulis. Metode ini bisa dilakukan dengan mendengar

    35 Ahsin W. Al-Hafizh. Op. Cit., hlm. 63-64.

  • bacaan dari guru, atau dari rekaman bacaan Al-Quran (murattal Al-

    Quran).

    4. Metode Gabungan.

    Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dengan metode

    yang kedua, yaitu wahdah dan kitabah. Akan tetapi pada metode gabungan

    ini, penghafal berusaha untuk menghafalkan dahulu baru kemudian

    menuliskan apa yang telah ia hafal dalam kertas.

    5. Metode Jama (kolektif).

    Metode ini menggunakan pendekatan menghafal Al-Quran secara

    kolektif, yaitu: membaca ayat-ayat yang telah dihafal secara bersama-

    sama, dipimpin oleh seorang instruktur.36

    Dalam redaksi yang lain, Ulum menyebutkan ada beberapa metode yang

    digunakan untuk menghafal Al-Quran:

    1. Tharqatu takrru al-qiratu al-juzi, yaitu: membaca ayat-ayat yang

    akan dihafal secara berulang-ulang sampai penghafal menemukan

    bayangan dalam fikiran mengenai ayat tersebut, kemudian diulang-ulang

    mulai ayat pertama sampai seterusnya.

    2. Tharqatu takrru al-qiratu al-kulli, yaitu: dalam hal ini seorang

    penghafal Al-Quran sebelumnya membaca Al-Quran secara binnadzar

    (melihat) dengan bimbingan seorang instruktur, kemudian sampai ia

    khatam beberapa kali barulah ia memulai untuk menghafal.

    36 Ahsin W. Al-Hafizh, Op. Cit., hlm. 64-66.

  • 3. Tharqatu al-jumlah, yaitu: menghafal rangkaian-rangkaian kalimat yang

    terdapat dalam setiap ayat Al-Quran. Seorang penghafal memulai

    hafalannya dengan menghafal perkalimat untuk kemudian dirangkaikan

    menjadi satu ayat yang utuh.

    4. Tharqatu al-tadrjy, yaitu metode bertahap. Pada metode ini, seorang

    penghafal dalam menargetkan hafalannya tidak secara sekaligus, akan

    tetapi sedikit-demi sedikit dalam waktu yang berbeda. Misalnya: subuh

    menghafal seperempat juz, dzuhur menghafal seperempat juz berikutnya

    dan seterusnya.

    5. Tharqatu al-tadabburi, yaitu metode mengangan-angankan makna.

    Dalam metode ini, seorang penghafal Al-Quran menghafal dengan cara

    memperhatikan makna lafad/kalimat, sehingga diharapkan ketika

    membaca ayat-ayat Al-Quran dapat tergambar makna-makna lafdiah yang

    terucap (terbaca). Metode ini sangat efektif bagi seseorang yang telah

    memiliki kemampuan bahasa arab yang baik, namun dapat juga digunakan

    bagi orang sedikit mengetahui bahasa arab dengan bantuan kitab terjemah

    Al-Quran.37

    Dari beberapa metode menghafal yang telah dijelaskan, para penghafal Al-

    Quran bisa memilih dan menggunakan salah satunya, ataupun menggabungkan

    beberapa metode yang dianggap sesuai untuk mencapai keberhasilan menghafal

    Al-Quran. Penggunaan metode menghafal tersebut bisa diterapkan pada proses

    37 M. Samsul Ulum, Menangkap Cahaya Al-Quran (Malang: UIN Malang Press, 2007), hlm. 136-139.

  • menghafal Al-Quran, baik pada tahfizh (menambah hafalan) dan takrir

    (mengulang hafalan).

    Berdasarkan pemaparan tersebut diketahui bahwa metode yang ditawarkan

    amat beragam, dengan demikian diharapkan aktivitas menghafal Al-Quran

    menjadi tidak membosankan, karena banyak alternatif metode yang bisa dipilih

    oleh para penghafal Al-Quran.

    5. Melestarikan Hafalan Al-Quran

    Al-Quran yang telah berusaha dihafal oleh kaum muslimin harus tetap dijaga

    dan dilestarikan dengan baik dalam ingatannya. Menghafal Al-Quran pada

    dasarnya berlangsung sejalan dengan psikologi proses mengingat, dimana terjadi

    sebuah proses penerimaan informasi melalui indera penglihatan atau pendengaran

    siswa. Informasi ini kemudian masuk kedalam memori jangka pendek (short term

    memory/working memory) siswa dan dikodekan (encoding). Setelah selesai proses

    pengkodean tersebut, informasi kemudian masuk dan tersimpan dalam memori

    jangka panjang/permanen (long term memory permanent memory). 38

    Apabila proses penerimaan informasi berlangsung dengan sempurna, maka

    item informasi yang tersimpan pun baik. Akan tetapi apabila item informasi yang

    diserap rusak sebelum masuk ke memori permanen siswa, maka item yang rusak

    tersebut tidak hilang dan tetap diproses dalam memori siswa tersebut, tetapi

    terlalu lemah untuk dipanggil kembali (lupa). Kerusakan item informasi tersebut

    mungkin disebabkan karena tenggang waktu antara saat diserapnya informasi

    38 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 67.

  • dengan saat pengkodean dan transformasi dalam memori jangka panjang siswa

    tersebut. 39

    Menurut Muhibbin Syah dengan menghimpun pendapat dari berbagai sumber

    dalam bukunya, ada beberapa faktor penyebab lupa antara lain:

    a. lupa yang terjadi karena gangguan konflik antara item informasi atau

    materi yang ada dalam sistem memori siswa.

    Dalam interference theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik

    terbagi menjadi dua, yaitu (1) proaktive interverence, dan (2) retroactive

    interverence.

    Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi

    pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya

    mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini bisa terjadi

    apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat

    mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang

    waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan

    sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.

    Sebaliknya, seorang siswa mengalami gangguan retroaktif apabila materi

    pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan

    kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dulu tersimpan dalam

    subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pelajaran

    lama akan sangat sulit diingat oleh siswa (siswa lupa terhadap materi

    yang lama tersebut).

    39 Ibid., hlm. 154.

  • b. lupa yang terjadi karena adanya tekanan terhadap item informasi yang

    telah ada, baik disengaja maupun tidak. Contohnya, apabila item informasi

    yang diterima oleh siswa kurang menyenangkan, sehingga siswa akan

    dengan sengaja melupakan dan menekannya kedalam alam bawah sadar.

    Selain itu, karena sistem informasi itu tertekan kedalam alam bawah sadar

    dengan sendirinya (lupa dengan sendirinya) karena tidak pernah

    dipergunakan.

    c. lupa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan

    waktu mengingat kembali.

    d. lupa karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi

    belajar tertentu.

    e. lupa karena materi pelajaran yang telah dikuasi tidak pernah digunakan

    atau dihafalkan oleh siswa.

    f. lupa karena terjadi perubahan urat syaraf otak.40

    Dalam proses menghafal Al-Quran, ayat-ayat yang dihafalkan oleh para

    penghafal bisa tersimpan dalam memori jangka pendek maupun memori jangka

    panjang, atau bisa juga tidak tersimpan. Hal ini tergantung pada intensitas

    pengulangan yang dilakukan, serta keseimbangan antara tahfizh (penambahan

    hafalan) dan takrir (pengulangan hafalan). Oleh karena itulah, perlu adanya upaya

    untuk melestarikan hafalan yang telah dimiliki oleh seorang penghafal Al-Quran.

    40 Ibid., hlm. 152-154.

  • Menurut As-Sirjani dan Abdul Kholiq, ada beberapa strategi untuk

    melestarikan (memelihara) hafalan Al-Quran, antara lain:

    1) Menjauhi perbuatan maksiat.

    Seorang penghafal Al-Quran harus berusaha untuk menjauhi segala bentuk

    kemaksiatan dan dosa serta menjaga dirinya dari agar tidak terjerumus

    kedalamnya. Selain menjauhi perbuatan dosa, seorang penghafal Al-Quran harus

    menghindari segala hal yang syubhat (meragukan).

    Sejarah telah mencatat ketika Imam Syafii yang terkenal kuat hafalannya

    mengadukan kepada gurunya Waqi perihal hafalannya yang agak tersendat, maka

    sang Guru memberikan nasehat kepada Imam Syafii agar melakukan intropeksi

    diri dan mengingat-ingat dosa yang pernah dilakukan.41

    2) Mengulang-ulang dengan teratur.

    Seorang penghafal Al-Quran harus memiliki waktu khusus untuk mengulang

    hafalannya, sehingga ia bisa rutin melakukan pengulangan hafalan. Seorang

    penghafal Al-Quran hendaknya berusaha untuk bisa mengkhatamkan bacaannya

    dalam jangka sebulan, atau apabila kurang dari sebulan itu lebih baik. Dengan

    mengulang-ulang secara teratur dan istiqomah, diharapkan hafalan yang mulanya

    berada dalam memori jangka pendek bisa menetap dalam memori jangka

    panjang/permanen.

    Cara mengulang-ulang hafalan Al-Quran tidak harus dilakukan monoton

    dengan duduk. Pengulangan yang paling efektif dilakukan dalam sholat, baik

    sholat fardhu maupun sholat sunah, karena saat itu konsentrasi bisa difokuskan

    41 Raghib As-Sirjani dan Abdurrahman Abdul Kholiq, Cara Cerdas Hafal Al-Quran, terj. Sarwedi M. Amin Hasibuan (Solo: Aqwam, 2007), hlm. 71.

  • dengan baik. Hal ini berbeda dengan kondisi menghafal yang hanya dengan

    duduk, biasanya ada saja hal-hal yang dapat membuyarkan konsentrasi.

    Selain mengulang-ulang hafalan dengan membacanya secara teratur,

    penghafal Al-Quran juga dapat mengulang hafalannya dengan cara

    mendengarkan bacaan/hafalan penghafal lain. Mendengarkan bacaan Al-Quran

    dengan rutin dan sering, bisa membantu menguatkan daya ingat.42

    Mendengarkan bacaan Al-Quran dari orang lain/penghafal lain tidak hanya

    bisa dilakukan di rumah atau di majlis talim saja, akan tetapi bisa di manapun.

    Sebagaimana diketahui bahwa pada zaman sekarang ini teknologi informasi telah

    maju, sehingga siapapun dapat mendengarkan bacaan tartil Al-Quran (murattal)

    dari imam-imam Qiroah yang masyhur seperti Syeikh Abdurrahman As-Sudais,

    As-Syuraim, Syeikh Hani Ar-Rifai dan lain sebagainya melalui kaset atau MP3

    player. Selain itu, sekarang ini mulai banyak bermunculan Radio dakwah Islam

    yang program/acaranya didominasi oleh bacaan Al-Quran dari imam-imam

    Qiroah yang masyhur. Dengan demikian kapanpun dan di manapun para pengafal

    bisa saja mengulang-ulang hafalannya dengan batuan berbagai media elektronik

    tersebut.

    3) Memahami makna yang terkandung dalam Al-Quran

    Memahami makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Quran, akan

    membantu penghafal dalam melekatkan hafalannya dalam pikiran. Seorang

    penghafal yang memahami makna dan kandungan ayat yang akan dihafal, akan

    lebih mudah dan cepat menghafalnya.

    42 Ibid., hlm. 79-84.

  • Contohnya ketika menghafal surat/ayat-ayat yang mengandung kisah dan

    memiliki asbabun nuzul (sebab turunnya ayat). Begitu pula apabila menghafal

    ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum fikih, seperti berwudhu, kafarat sumpah,

    zhihar, puasa, haji, dan sebagainya.

    Seorang penghafal Al-Quran juga bisa mempergunakan/memanfaatkan kitab

    tafsir yang ringkas, seperti Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, Mukhtashar Tafsir

    Ath-Thobari, Tafsir Jalalain dan lainnya.

    4) Sering memperdengarkan bacaan/hafalan kepada orang lain

    Seorang penghafal hendaknya tidak menyandarkan hafalannya pada dirinya

    sendiri, akan tetapi ia harus memperdengarkan hafalannya kepada penghafal Al-

    Quran yang lain, terutama yang lebih senior. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

    letak kesalahan bacaan, bacaan yang terlupakan dan diulang-ulang secara tidak

    sadar. Kesalahan bacaan biasanya terjadi karena penghafal tersebut membaca

    sendiri (tidak diperdengarkan), kemudian saat melakukan kesalahan bacaan ia

    tidak menyadarinya. Hal ini akan berkelanjutan jika penghafal Al-Quran tidak

    pernah memperdengarkan hafalannya kepada orang lain.43

    6. Faktor-Faktor Yang Mendukung Keberhasilan Menghafal Al-Quran

    Dalam pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa menghafal Al-Quran

    merupakan sebuah proses mengingat Al-Quran di luar kepala dengan berbagai

    strategi dan metode tertentu. Sejalan dengan proses belajar, menghafal Al-Quran

    juga memiliki beberapa faktor pendukung untuk mencapai hafalan yang

    sempurna.

    43 Ibid., 75 & 122

  • Dalam rangka mencapai suatu keberhasilan untuk menghafal Al-Quran, ada

    beberapa faktor penunjang, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Adapun

    penjelasan dari kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut:

    a. Faktor Internal

    Faktor Internal adalah keadaan jasmani dan rohani individu (siswa).44 Faktor

    ini berasal dari dalam individu yang merupakan pembawaan masing-masing

    individu dan sangat menunjang keberhasilan menghafal Al-Quran, antara lain:

    1) Bakat

    Secara umum bakat (aptitude) adalah komponen potensial seseorang siswa

    untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.45 Dalam hal ini

    seorang penghafal Al-Quran yang memiliki ketajaman intelegensi dan potensi

    ingatan yang bagus akan lebih mudah untuk menghafal Al-Quran. Intelegensi dan

    potensi kecerdasan pada dasarnya merupakan faktor-faktor psikologis. Dengan

    bakat intelegensi dan ingatan yang baik, seorang penghafal Al-Quran akan dapat

    memaksimalkan efektifitas metode menghafal yang ada.46

    2) Minat

    Minat secara sederhana berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

    keinginan yang besar terhadap sesuatu. Mahasiswa yang memiliki minat untuk

    menghafal Al-Quran akan secara sadar dan bersungguh-sungguh berusaha

    menghafal Al-Quran dan melestarikannya. Minat yang kuat akan mempercepat

    keberhasilan dalam usaha menghafal Al-Quran. Menurut Al-Hafizh, ada

    44 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 132. 45 Muhibbin Syah, Ibid , hlm. 135. 46 Ahmad Yaman Syamsudin, Op. Cit., hlm. 49.

  • beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat menghafal Al-

    Quran, antara lain:

    a) Menanamkan sedalam-dalamnya tentang nilai keagungan Al-Quran dalam

    jiwa penghafal Al-Quran, ini adalah salah satu tugas seorang instruktur selain

    motivasi intern seseorang penghafal.

    b) Memahami keutamaan membaca, mempelajari dan menghafal Al-Quran. Hal

    ini dilakukan dengan dengan berbagai kajian yang berkaitan dengan ke Al-

    Quran-an.

    c) Menciptakan kondisi lingkungan yang benar-benar mencerminkan ke-al-

    Quran-an, serta kondusif untuk menghafal Al-Quran.

    d) Mengembangkan objek perlunya menghafal Al-Quran, atau mempromosikan

    idealisme suatu lembaga pendidikan yang bercirikan Al-Quran, sehingga

    animo untuk menghafal Al-Quran selalu muncul dengan perspektif yang

    baru.

    e) Mengadakan musabaqah (lomba-lomba), semaan Al-Quran dan lainnya.

    f) Mengadakan studi banding dengan mengunjungi lembaga-lembaga pendidikan

    atau pondok pesantren Al-Quran, sehingga bisa mendapat masukan yang

    berguna dari studi banding tersebut, sekaligus menyegarkan kembali minat

    menghafal Al-Quran sehingga tidak berhenti di tengah jalan.

    g) Mengembangkan berbagai metode menghafal yang bervariasi untuk

    menghilangkan kejenuhan dari suatu metode yang terkesan monoton.47

    47 Ahsin W. Al-Hafizh, Op. Cit., hlm. 42-43.

  • 3) Motivasi Individu

    Dalam konteks menghafal Al-Quran, motivasi individu adalah adanya niat

    ikhlas dan azam (kemauan) yang kuat. Langkah pertama yang harus dimiliki

    seorang penghafal Al-Quran adalah menanamkan rasa keikhlasan tanpa ada

    sedikitpun riya atau pamer hanya karena ingin disebut hafizh-hafizhah dan

    sebagainya. Niat menghafal Al-Quran haruslah didasarkan untuk mencari ridho

    Allah dan beribadah kepada-Nya. Niat yang ikhlas akan membedakan tujuan

    seseorang dalam menghafal Al-Quran. Hal ini karena pijakan awal yang berbeda

    akan berbeda pula hasil yang dicapai.

    Selain niat, azam/kemauan yang kuat juga memegang peranan penting dalam

    proses menghafal dan melestarikan hafalan Al-Quran. Hal ini karena dalam

    proses menghafal Al-Quran seseorang akan mengalami rasa jenuh, bosan,

    lingkungan yang tidak kondusif, gangguan batin karena sulitnya yat-ayat yang

    dihafal dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk senantiasa dapat melestarikan

    hafalan perlu adanya keinginan dan tekad yang kuat.48

    4) Usia yang cocok

    Sebenarnya tidak ada batasan usia tertentu secara mutlak untuk menghafal Al-

    Quran, namun tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat usia seseorang memang

    berpengaruh terhadap keberhasilan menghafal Al-Quran. Seorang penghafal Al-

    Quran yang relatif masih muda akan lebih mudah menghafal karena pikirannya

    masih murni dan belum tercampuri oleh urusan keduniaan dan berbagai problem

    kehidupan yang memberatkannya. Usia yang ideal untuk menghafal adalah

    48 Ahsin W. Al-Hafizh. Ibid, hlm. 49-50.

  • berkisar antara usia 6-21 tahun, namun demikian bagi anak-anak usia dini

    hendaknya tidak dipaksakan melebihi batas kemampuan psikologisnya.

    b. Faktor Eksternal

    Faktor eksternal adalah kondisi atau lingkungan di sekitar siswa/mahasiswa

    penghafal Al-Quran. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor yang berasal dari luar

    diri siswa juga ada yang bisa menunjang keberhasilan menghafal dan melestarikan

    hafalan Al-Quran. Adapun beberapa faktor eksternal ini antara lain:

    1). adanya guru Qiraah (instruktur)

    Keberadaan seorang instruktur dalam memberikan bimbingan kepada siswa

    (anak bimbingannya) sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam

    menghafalkan Al-Quran. Faktor ini sangat menunjang kelancaran mereka dalam

    proses menghafal. Sebagaimana diketahui Al-Quran diturunkan secara mutawatir

    (bersambung) kepada malaikat Jibril dan Nabi Muhammad SAW, demikian

    seterusnya beliau mengajarkannya kepada para sahabat hingga sampai pada masa

    sekarang ini. Sehubungan dengan inilah, maka menurut As-Suyuti dalam belajar

    Al-Quran harus dengan guru yang memiliki sanad sahih, yaitu guru yang jelas,

    tertib sanadnya dan bersambung kepada Nabi.49

    2). pengaturan waktu untuk menghafal Al-Quran.

    Tingkat kemampuan seorang penghafal berbeda antara satu dengan lainnya,

    begitu pula kesempatan yang dipergunakan seseorang penghafal Al-Quran.

    Dalam kesehariannya, seorang penghafal harus memiliki waktu khusus untuk

    menambah dan mengulangi hafalannya.

    49 Ahsin W. Al-Hafizh, Op. Cit., hlm. 74.

  • Bagi penghafal Al-Quran yang khusus menjalani program menghafal saja,

    dapat mengoptimalkan seluruh kemampuan dan memaksimalkan seluruh kapasitas

    waktunya untuk menghafal sehingga bisa lebih cepat menyelesaikan hafalan Al-

    Qurannya, namun jika penghafal Al-Quran tersebut juga memiliki kegiatan

    selain menghafal Al-Quran seperti sekolah, kuliah, kursus dan lainnya, maka ia

    harus pandai-pandai memanfaatkan waktu yang ada.

    Alokasi waktu yang ideal untuk ukuran sedang dengan target satu halaman

    adalah empat jam, dengan rincian untuk menghafal ayat-ayat baru dan dua jam

    untuk mengulang hafalan. Penggunaan waktu tersebut dapat disesuaikan dengan

    manajemen waktu yang diperlukan masing-masing individu. Umpamanya satu

    jam di pagi hari dan satu jam di sore harinya, malam hari dan seterusnya. Adapun

    waktu-waktu yang dianggap sesuai dan baik untuk menghafal dapat

    diklasifikasikan sebagai berikut:

    a). waktu sebelum terbit fajar.

    Waktu sebelum terbit fajar adalah waktu yang sangat baik untuk menghafal

    ayat-ayat suci Al-Quran, karena waktunya tenang dan memiliki banyak

    keutamaan. Waktu malam (setelah bangun dari tidur) adalah waktu yang

    sangat baik untuk membaca dan mengulangi hafalan Al-Quran, karena

    bacaan lebih menyatu dan khusyu serta lebih mudah untuk dapat

    memahami bacaan dari pada waktu siang. Hal ini karena waktu siang

    merupakan waktu yang banyak berbagai aktifitas dan penuh dengan suara-

  • suara bising dari lingkungan sekitar.50 Sebagaimana firman Allah dalam

    Al- Quran surat Al-Muzammil (73:6):

    b) spy $tR @ 9$# }d xr& $\ur Puq% r&ur x% Artinya: Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan 51

    b). setelah fajar hingga terbit matahari

    Waktu pagi juga sangat baik untuk menghafal, karena saat itu umumnya

    seseorang belum terlibat dalam berbagai kesibukan kerja. Menurut kebiasaan,

    seseorang telah beristirahat pada malam harinya, sehingga jiwanya masih

    bersih dan terbebas dari segala beban mental dan pikiran yang memberatkan.

    c). setelah bangun dari tidur siang

    Faktor psikis dari tidur siang adalah untuk mengembalikan kesegaran

    jasmani dan menetralisir otak dari kejenuhan dan kelesuan setelah seharian

    bekerja keras. Oleh karena itulah, setelah bangun dari tidur siang hendaklah

    dimanfaatkan untuk menambah hafalan walaupun sedikit, atau sekedar

    mengulang hafalan saja.

    d). setelah shalat

    Dalam sebuah hadits Rasulullah pernah bersabda bahwa diantara waktu

    yang mustajab adalah setelah mengerjakan shalat fardhu, terutama bagi

    orang-orang yang dapat mengerjakannya dengan khusyu dan sungguh-

    sungguh, sehingga ia dapat menetralisir jiwanya dari kekalutan. Dengan

    50 Ahmad Yaman Syamsudin, Op. Cit, hlm. 88. 51 Al-Quran dan Terjemahnya, Op. Cit., hlm. 788.

  • demikian, setelah sholat merupakan waktu yang baik pula untuk menghafal

    Al-Quran.

    e). waktu diantara maghrib dan Isya

    Kesempatan ini sudah sangat lazim digunakan oleh kaum muslimin untuk

    membaca Al-Quran, atau bagi para penghafal Al-Quran waktu ini juga

    baik untuk dimanfaatkan untuk menambah hafalan atau untuk mengulang

    hafalan. Beberapa waktu yang telah disebutkan di atas bukanlah sebuah

    kemutlakan, karena setiap orang memiliki waktu senggang yang berbeda

    dan disesuaikan dengan kegiatannya masing-masing.52

    B. Prestasi Belajar

    1. Pengertian Prestasi Belajar

    Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Sebelum

    mendefinisikan prestasi belajar terlebih dahulu perlu memahami pengertian

    belajar. Belajar selalu dikaitkan dengan suatu aktifitas yang membawa perubahan

    pada setiap individu. Perubahan ini berkaitan dengan perubahan kebiasaan,

    pengetahuan, keterampilan dan sikap, juga menyangkut beberapa aspek dan

    kebiasaan manusia yang tidak terlepas dari kepribadiannya.

    Menurut Slameto, pengertian belajar adalah: suatu proses usaha yang

    dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

    52 Ahsin W. Al-Hafizh, Op. Cit., hlm. 58-59.

  • baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi

    dengan lingkungan.53

    Belajar juga diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu

    berkat adanya interkasi antara individu dengan individu dan individu dengan

    lingkungan, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

    Dalam hal ini perubahan berarti bahwa seorang yang telah mengalami proses

    belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuan,

    keterampilan, maupun sikapnya.

    Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan adalah dari tidak mengerti

    menjadi mengerti, dalam aspek keterampilan adalah dari tidak bisa menjadi bisa,

    dari tidak terampil menjadi terampil, dalam aspek sikap adalah dari ragu-ragu

    menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Hal ini merupakan salah satu

    kriteria keberhasilan belajar yang diantaranya ditandai oleh terjadinya perubahan

    tingkah laku pada diri individu yang belajar. Tanpa adanya perubahan tingkah

    laku, belajar dapat dikatakan gagal.54

    Perubahan yang terjadi pada individu merupakan hasil dari pengalamannya

    sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya, yaitu interaksi edukatif. Dalam

    prakteknya tidak selamanya belajar itu dari interaksi edukatif atau