64
PERANAN GURU DALAM PEMBINAAN AKHLAK MURID SD NEGERI 1 SIMPANG BALIK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Agama Islam Oleh Rasmayanti 211020953 1

Rasmayanti Skripsi Pai

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rasmayanti Skripsi Pai

PERANAN GURU DALAM PEMBINAAN AKHLAK MURID SD NEGERI 1 SIMPANG BALIK

SKRIPSI

Diajukan

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Gelar Sarjana S-1

Program Studi Pendidikan Agama Islam

OlehRasmayanti211020953

PROGRAM KUALIFIKASI FAKULTAS TARBIYAHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM BANDA ACEH2012

1

Page 2: Rasmayanti Skripsi Pai

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ……………………………………. 1 B. Rumusan Masalah ………………………………………….. 5C. Tujuan Penelitian …………………………………………… 5D. Manfaat Penelitian ………………………………………….. 6E. Kajian Pustaka………………………………………………. 7F. Defenisi Operasional………………………………………… 8G. Landasan Teori……………………………………………… 9H. Metode Penelitian…………………………………………… 14

BAB II LANDASAN TEORIA. Pengertian dan Syarat-Syarat Seorang Guru

………………..B. Fungsi Dan Peran Guru di Dalam

Kelas…………………….A. Pengertian Akhlak dan Bentuknya…………………………..B. Peran Pendidikan Dalam Pembentukan Akhlak /Prilaku……

BAB III METODE PENELITIANA. Pendekatan dan Jenis Penelitian………………………………B. Sumber Data …………………………………………………..C. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………D. Instrumen Pengumpulan Data ………………………………..E. Analisa Data …………………………………………………..

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Lokasi Penelitian ………………………………….B. Pembahasan…………………………………………………..C. Hasil Penelitian……………………………………………….D. Analisa Penelitian……………………………………………..

BAB V PENUTUPA. Kesimpulan …………………………………………………..B. Saran …………………………………………………………

DAFTAR KEPUSTAKAAN

2

Page 3: Rasmayanti Skripsi Pai

LAMPIRANJUDUL CADANGAN

1. MENINGKATKAN MOTIVASI MINAT BELAJAR AGAMA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL DI SD NEGERI 1 SIMPANG BALIK

2. HUBUNGAN MINAT DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN BELAJAR AGAMA SISWA DI SD NEGERI 1 SIMPANG BALIK

3. PROBLEMA YANG DIHADAPI GURU-GURU SEKOLAH DASAR MENERAPKAN KBK DALAM PEMBELAJARAN AGAMA (Suatu Studi Pada Sekolah Dasar Kecamatan Wih Pesam Bener Meriah)

3

Page 4: Rasmayanti Skripsi Pai

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seperti diketahui bahwa lapangan pendidikan di mana pekerjaan mendidik

berlangsung dalam masyarakat modern ini tidak hanya keluarga, tetapi di

sekolahpun pendidikan tetap dilaksanakan oleh guru-guru yang bersangkutan.

Sekolah merupakan follow up (lanjutan) dari pendidikan dalam keluarga anak.

Sekolah bahkan dianggap sebagai sistem pendidikan formal, artinya

diselenggarakan atas dasar peraturan dan syarat-syarat tertentu, tujuan serta alat-

alat tertentu pula.

Dalam kegiatan pembelajaran terjadi suatu proses komunikasi yang

bersifat pedagogis antara pendidik dan anak didik atau antara guru dan murid.

Dengan adanya komunikasi tersebut terwujudlah proses belajar dan mengajar

yang diarahkan dalam ruang lingkup tujuan intruksional yang hendak dicapai.

Salah satu komponen sebuah lembaga pendidikan adalah guru, keberadaan

guru mutlak diperlukan dalam sebuah proses pembelajaran, ketika disebut

pendidikan maka secara otomatis (dengan sendirinya) unsur guru sudah ada

didalamnya. H.M Arifin menyatakan bahwa “guru-guru yang menjalankan

tugasnya sudah tentu harus sanggup menjadi dirinya sebagai sarana penyampaian

cita-cita kepada anak yang telah diamanatkan kepadanya.”1

1 H.M. Arifin, Hubungan Timbal Balik, Pendidikan agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 121.

4

Page 5: Rasmayanti Skripsi Pai

Oemar Malik mengjelaskan bahwa:

Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern. Hal ini menuntut beraneka ragam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang masih banyak diperbincangkan. Program pendidikan guru yang serasi dan memudahkan pembentukan guru yang berkualifikasi profesional, serta dapat dilaksanakan secara efesien dalam kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia.2

Penjelasan Oemar Malik di atas jelas bahwa profesi guru, merupakan

sebuah profesi yang menuntut kemampuan seseorang untuk menekuni bidang

tersebut, sehingga apabila guru memiliki kemampuan sebagai seorang guru, maka

besar kemungkinan dan bahkan bisa dipastikan tujuan pendidikan dapat tercapai

yakni “terciptanya anak didik yang memiliki pengetahuan, kebaikan akhlak/sikap,

dan keterampilan serta religiusitas dan kemampuan bermasyarakat.”3

Jika dikemukakan apa saja yang menjadi faktor guru memiliki kompetensi

profesional, akan ditemukakan berbagai jawaban, sebab berbagai pihak akan

mengemukakan alasan-alasan yang dapat diterima secara rasional. Alasan-alasan

yang dikemukakan sesuai dengan parameter yang digunakan dan juga dari

berbagai pengalaman, peristiwa atau hasil penelitian dan juga dari orang-orang

yang memiliki kompeten dan otoritas untuk mengemukakannya.

Perlu disadari bahwa siswa disekolah adalah bahagian dari masyarakat

Islam yang menjadi tanggung jawab utama guru agama Islam, banyak faktor

penyebab mengapa guru agama Islam lebih terfokus kepada tanggung jawab

institusional (persekolahan) ketimbang tanggung jawab kemasyarakatan (umat

2 Oemar Malik, Pendidikan Guru, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 1. 3 Sukadi, Guru Powerfull, (Bandung: Qalbu, 2008), hal. Ix.

5

Page 6: Rasmayanti Skripsi Pai

Islam). Dengan demikian tugas guru khususnya guru agama Islam adalah tugas

yang berat. Dalam Undang-Undang RI pasal No. 14 Tahun 2005 tentang guru

dan dosen disebutkan bahwa

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan Nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakqa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.4

Apa yang tertulis dalam Undang-Undang RI di atas juga senada dengan

apa yang dikemukan oleh Ngalim Purwanto bahwa tujuan pendidikan ialah

“membentuk manusia yang susila, manusia yang cakap, membentuk warga

Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”5

Substansi (hakikat), dari kata profesionalisme adalah “pekerjaan yang

hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk mengajar.”6

Bahkan bila ditelaah secara mendalam lagi bahwa kata “profesional” berasal dari

kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang

mempunyai keahliah khusus.7 Dari kutipan tersebut maka seorang guru

selayaknya adalah orang yang memiliki kompetensi di bidangnya, sehingga dapat

dijamin tujuan pendidikan dapat tercapai dengan eksistensinya sebagai seorang

pengajar. Hal ini dipertegas lagi dalam Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005

pasal 1 dan 2 bahwa “guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional

dan keprofesional tersebut dibuktikan dengan sertifikat sebagai seorang

4 Dalam Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen dan Dalam Undang-Undang RI No. 120 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, hal. 5-6.

5 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), hal. 22.

6 Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), hal. 14.

7 Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru …, hal. 14.

6

Page 7: Rasmayanti Skripsi Pai

pendidik.”8 Suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa ilmu

yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan

umum. Atas dasar pengertian ini, ternyata pekerjaan profesional berbeda dengan

pekerjaan lainnya karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian

khusus dalam melaksanakan profesinya. Hal di atas sesuai dengan apa yang

dikemukakan oleh Muhammad Uzer Usman bahwa “syarat sebuah profesi itu

mencakup adanya keterampilan atas dasar konsep dan ilmu pengetahuan, adanya

keahlian dalam bidang tertentu, pendidikan keguruan yang khusus dan

memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.”9

Dengan demikian sesuatu yang dikatakan profesional adalah suatu

pekerjaan yang secara sengaja dan dipersiapkan dengan matang untuk menjadi

profesi khusus bagi orang yang menjalankan profesi tersebut atau dengan kata lain

pekerjaan sebagai guru sebagai suatu profesi khusus tidak boleh dilakukan oleh

sembarang orang tanpa persiapan khusus pula.

Namun dewasa ini baik di sekolah formal dan non formal banyak orang

yang menjadi guru tanpa prosedur keguruan sehingga kualitas mengajarnyapun

tidak maksimal. Atau sebaliknya kendati ia (guru) tersebut dididik khusus di

bidang keguruan (LPTK), namun belum sepenuhnya menguasai kompetensi

profesional sebagai seorang guru.

Peranan seorang guru sebagaimana telah diuraikan di atas tidak

sepenuhnya dimiliki dan dikuasai oleh guru Pendidikan Agama Islam di SD

Negeri 1 Simpang Balik, sehingga dapat mempengaruhi minat, semangat para

8 Dalam Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen dan Dalam Undang-Undang RI No. 120 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, hal. 5.

9 Muhammad, Menjadi ….,hal. 15.

7

Page 8: Rasmayanti Skripsi Pai

siswanya dalam belajar. Seharusnya seorang guru harus menguasai, harus

memiliki profesionalisme dalam mengajar khususnya pendidikan agama Islam.

Karena hal ini penting untuk diketahui maka penulis akan mengadakan penelitian

dengan judul: Peranan Guru Dalam Pembinaan Akhlak Murid SD Negeri 1

Simpang Balik.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan guru dalam pembinaan akhlak murid SD Negeri 1

Simpang Balik?

2. Apa upaya yang ditempuh guru dalam pembinaan akhlak murid SD Negeri

1 Simpang Balik?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peranan guru dalam pembinaan akhlak murid SD

Negeri 1 Simpang Balik.

2. Untuk mengetahui upaya yang ditempuh guru dalam pembinaan akhlak

murid SD Negeri 1 Simpang Balik.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini penulis rangkum menjadi dua yaitu manfaat secara

teoritis dan manfaat secara praktis

8

Page 9: Rasmayanti Skripsi Pai

1. Secara Teoritis

a. Penelitian memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka

pengembangan ilmu pendidikan terutama dikaitkan dengan hal-hal

yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa

b. Penelitian ini merupakan salah satu momen bagi peneliti untuk

menuangkan ide-ide dan gagasan-gagasan di bidang pendidikan.

c. Penelitian ini sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan

perbandingan antara konsep dan implementasi terhadap

profesionalisme guru agama di SD Negeri 1 Simpang Balik.

2. Secara Praktis

a. Bagi guru, penelitian ini sebagai bahan introspeksi bagi guru untuk

meningkatkan profesionalisme sebagai seorang pengajar dan tolak

ukur untuk mengetahui sejauhmana kinerja yang telah mereka

lakukan sebagai seorang pengajar.

b. Bagi siswa, sebagai bahan masukan agar siswa lebih meningkatkan

dan agar lebih aktif belajar Pendidikan Agama Islam, dengan

aktifnya mereka belajar Pendidikan Agama Islam, maka secara

otomatis kecintaan mereka terhadap Agama Islam akan meningkat

pula

c. Bagi peneliti sebagai salah satu sarana untuk menjalin silaturahmi

dan komunikasi dengan komunitas lembaga pendidikan dan

sekaligus sebagai syarat akademik untuk mendapat gelar sarjana.

9

Page 10: Rasmayanti Skripsi Pai

E. Kajian Pustaka

Kajian dibawah ini merupakan beberapa hasil penelaahan peneliti terhadap

beberapa referensi yang membahas tentang media dan komunikasi yaitu sebagai

berikut:

1. Hadnah (2008) dalam skripsinya berjudul Profesionalisme Guru Agama Dalam Memotivasi Siswa Belajar di SMP Negeri 16 Takengon menyebutkan bahwa: Profesionalisme guru sangat diperlukan dalam memotivasi siswa belajar agama, seperti kemampuan seorang guru membaca kondisi psikologis siswa apakah tipe siswa yang menyukai pelajaran ama ataua tidak dengan mengetahui kondisi psikologis siswa, maka guru tau apa yang harus ia lakukan dalam mengajar di kelas terhadap siswa bersangkutan.”10

2. Pitra (2008) dalam skripsinya berjudul: Profesionalisme Guru Dalam Mengevaluasi Kegiatan Belajar menyebutkan bahwa “evaluasi merupakan salah satu tolak ukur yang dijadikan untuk mengetahui apakah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sebelumnya telah berhasil atau tidak, dengan mengetahui hasil dari evaluasi tersebut maka guru dapat mengetahui apa yang harus ia lakukan. “11

Dari kutipan di atas jika dirangkum kesimpulanya ialah sebagai berikut,

guru memegang peran penting dalam sebuah lembaga pendidikan termasuk dalam

hal menciptakan peserta didik yang berkualitas, dengan keberadaan motivasi

siswa, prestasi dan semangat belajar siswa dapat dibina dan dikembangkan sesuai

tujuan.

F. Defenisi Operasional

Defenisi di bawah ini merupakan gambaran darii sub kosa kata yang

terdapat pada judul, yang diambil dan merujuk dari Kamus Besar Bahasa

10 Hadnah, Skripsi: Profesionalisme Guru Agama Dalam Memotivasi Siswa Belajar di SMP Negeri 16 Takengon, (Takengon: STAI Gajah Putih, 2009), hal. 32.

11 Pitra, Skripsi: Profesionalisme Guru Dalam Mengevaluasi Kegiatan Belajar , (Takengon: STAI Gajah Putih, 2008), hal. 12.

10

Page 11: Rasmayanti Skripsi Pai

Indonesia, kamus pendukung, pendapat tokoh dan pendapat peneliti sendiri yaitu

sebagai berikut:

1. Peran dalam akmus Bahasa Indonesia artinya “sesuatu yang jadi bagian

atau yang memegang pimpinan yang terutama”12. Peran menurut Suardi

adalah adanya aktivitas seseorang terhadap suatu hal”13. Menurut penulis

peran adalah seseorang atau, kelompok, institusi yang memiliki bagian

dalam suatu kegiatan.

2. Guru Pendidikan Agama Islam. Dalam kamus Guru ialah “orang yang

kerjanya mengajar.”14 Sedangkan guru pendidikan agama Islam adalah

orang yang kerjanya mengajarkan ilmu agama kepada murid yang menjadi

peserta didiknya. Menurut Sukadi guru adalah “orang yang mempunyai

keahlian khusus dan memiliki keterampilan sebagai seorang guru, seorang

guru harus memiliki kepribadian sebagai seorang pendidik, dengan

demikian apabila ia telah memiliki kepribadian sebagai pendidik maka

dengan sendirinya peserta didik akan betah mengikuti seluruh rangkaian

kegiatan proses belajar mengajar bersamanya, dan tentu momen inilah

yang sangat diharapkan.”15

3. Akhlak adalah “Budi pekerti, kelakuan atau pendidikan.”16 Akhlak

menurut Asmaran sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang

12 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hal. 735.

13 Suardi, Propaganda dan Peran Pemerintah Dalam Partai, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 76.

14 Wjs. Poerwadarminta, Kamus,…,hal. 86.

15 Sukadi, Guru Powerfull, (Bandung: Qalbu, 2006), hal. 32.

16 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Depdikbud, 2006), hal. 16.

11

Page 12: Rasmayanti Skripsi Pai

tertetanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.”17 Menurut Peneliti

akhlak adalah budi pekerti atau tingkah laku yang baik dan terpuji sesuai

dengan norma agama dengan menggunakan pembelajaran tematik.

BAB II

17 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rawali Pers, 2006), hal. 1.

12

Page 13: Rasmayanti Skripsi Pai

LANDASAN TEORI

A. Pengertian dan Syarat-Syarat Seorang Guru

1. Pengertian Guru

Guru dalam Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 pada Bab 1 ayat 1

diartikan adalah ”pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.”1 Dalam konteks penelitian penulis guru yang dimaksud

adalah pada jenjang pendidikan menengah.

Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang

ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak

semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya

persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam

perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu

kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan

skil atau keahliannya. Seorang guru yang professional menurut Sri Esti Wuryani

Djiwandono harus mengerti :

a. Psikologi siswa pada umur-umur yang berbeda dan prinsip-prinsip belajar dan modifikasi

b. Prosedur khusus untuk menambah keefektifan untuk mengajr mereka dikelas. Seorang dokter kata Sri, selain tahu biologi, kimia, anatomi dan fisiolagi tetapi juga harus tahu bagaimana dan dimana bagian tubuh yang harus dipotong. Demikian juga seorang guru, selain harus tahu perkembangan kognitif, motivasi, dan psiologi sosial, ia juga harus tahu

1 Undang-Undang RI No 4 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, hal. 2.

13

Page 14: Rasmayanti Skripsi Pai

bagaimana mengajarkan mata pelajaran dan bagaimana memotivasi serta mengatur siswa.2

Seorang guru juga dituntut untuk terus lebih baik, agar mengarah kepada

hal tersebut guru harus memberi informasi, yang penting mengenai proses yang

melibatkan belajar, mengorganisasi, mengingat, berfikir menyelesaikan masalah

dan menjadi kreatif. Seorang guru juga perlu untuk memberikan gambaran dan

uraian yang strategis dan praktis untuk memudahkan proses belajar mengajar.

Ketika disebutkan guru sudah pasti terbayang sosok mengajar, oleh karenanya

tidak boleh tidak guru harus menyadari peran pentingnya dalam menumbuh

suburkan regenerasi yang berkualitas yang siap pakai, sekali lagi penulis katakan

bahwa guru dalam mengajar perlu untuk mampu merangsang minat belajar siswa

sebisa-bisanya.

Jadi dalam proses belajar mengajar ada keberhasilan ditandai dengan

bangkit dan hidupnya semangat belajar siswa dengan cara metoda, keilmuan guru

yang mengajar dan mendidiknya. Guru merupakan komponen paling menentukan

dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian

sentral, pertama dan utama. Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan

strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan

komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama

dalam pembangunan pendidikan. Khususnya yang di selenggarakan secara formal

di sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama

dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen

yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang 2 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, Jakarta, 2006),

hal.1.

14

Page 15: Rasmayanti Skripsi Pai

berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang

signifikan tanpa didukung oleh guru yang professional dan berkualitas. Dengan

kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung

pada guru pula.”Guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya

mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya di bidang pendidikan,

sehingga perlu dikembangkan sebagai tenaga profesi yang bermartabat dan

profesional. Katanya, guru merupakan titik sentral dari peningkatan kualitas

pendidikan yang bertumpu pada kualitas proses belajar mengajar. Tetapi,

mengapa peningkatan profesionalisme guru tidak dilakukan secara sungguh-

sungguh. Padahal guru profesional akan menghasilkan proses dan hasil

pendidikan yang berkualitas dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia yang

cerdas dan kompetitif.”3

2. Syarat-Syarat Guru

Jabatan guru dikenal sebagai suatu pekerjaan profesional, artinya jabatan

ini memerlukan suatu keahlian khusus. Sebagaimana orang menilai bahwa dokter,

insinyur, ahli hukum, dan sebagainya sebagai profesi tersendiri maka gurupun

adalah profesi tersendiri. Pekerjaan itu tidak bisa dikerjakan oleh sembarang

orang tanpa memiliki keahlian sebagai guru.

Banyak orang yang pandai berbicara tertentu, namun orang demikian

belum tentu bisa disebut sebagai seorang guru, ada perbedaan yang prinsipil

antara seorang guru yang profesional dengan guru yang tidak profesional. Sama

halnya seorang petani sayur-sayuran, yang bukan yang bukan profesional tidak

3 Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, (Bandung : Rosda Karya, 2007), hal. 5.

15

Page 16: Rasmayanti Skripsi Pai

akan mengerti bagaimana menggunakan pupuk dan mengetahui bagaimana

memelihara tanaman itu agar tumbuh dengan subur. Sebaliknya seorang petani

sayuran yang profesional dia mengetahui dengan jelas tentang masalah

penanaman sayur-sayuran itu, sehingga hasil sayurannya akan lebih baik daripada

petani yang pertama.

Sementara itu, dalam Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 disebutkan

bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan

berdasarkan prinsip sebagai berikut:

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme2. Memiliki komitmen untuk untuk meningkatkan mutu

pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang

pendidikan sesuai dengan bidang tugas4. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas

keprofesionalan5. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan

prestasi kerja6. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat7. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan8. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai

kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.4

B. Fungsi Dan Peran Guru di Dalam Kelas

Peranan guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan Guru

dalam melaksanakan tugasnya sebagai Guru. Dalam keseluruhan proses

pendidikan khususnya proses pembelajaran di sekolah dan madrasah, Guru

memegang peran utama dan amat penting. Khususnya Guru pendidikan agama

4 Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, hal. 6.

16

Page 17: Rasmayanti Skripsi Pai

Islam, harus bisa menjadi uswatun hasanah bagi anak didiknya. Perilaku Guru

dalam proses pendidikan akan memberikan pengaruh bagi pembinaan perilaku dan

kepribadian anak didiknya. Oleh karena itu, perilaku Guru hendaknya dapat

dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pengaruh baik kepada

para anak didiknya. Mengenai apa peranan Guru itu ada beberapa pendapat dalam

Sardiman yaitu:

1. Prey Katz menggambarkan peranan Guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasehat-nasehat, monivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.

2. Havighurt menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai dalam hubungan kedinasan, sebagai, sebagai bawahan terhadap atasannya, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur displin, evaluator dan pengganti orang tua.

3. James W. Brown, mengemukakan bahwa peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.5

Beberapa pendapat di atas maka secara rinci akan diuraikan beberapa

peranan Guru dalam proses pembelajaran yaitu:

1. Guru sebagai pengajar

Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas), ia

menyampaikan pelajaran agar murid memahami dengan baik semua pengetahuan

yang telah disampaikan itu. Selain dari itu ia juga berusaha agar terjadi perubahan

sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, melalui pengajaran

yang diberikannya. “Untuk mencapai tujuan-tujuan itu maka guru perlu

5 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo, Persada, 1986), hal.43-44.

17

Page 18: Rasmayanti Skripsi Pai

memahami sedalam-dalamnya pengetahuan yang akan menjadi tanggung

jawabnya dan menguasai dengan baik metode dan teknik mengajar.”6

Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan mampu mendorong

siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai

sumber dan media. Guru hendaknya mampu membantu setiap siswa untuk secara

efektif dapat mempergunakan berbagai kesempatan dan berbagai sumber. Hal ini

berarti bahwa guru hendaknya mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang

sebaik-baiknya. Selanjutnya sangat diharapkan guru dapat memberikan fasilitas

yang memadai sehingga siswa dapat belajar secara efektif.

2. Guru sebagai pembimbing

Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka

mampu menemukan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri dan

mmenyesuaikan diri dengan lingkungannya. Murid-murid membutuhkan bantuan

guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan,

kesulitan dalam hubungan sosial dan lain-lain. Oleh karena itu, guru perlu

memahami dengan baik tentang teknik bimbingan kelompok, penyuluhan

individual, teknik evaluasi, psikologi kepribadian, psikologi belajar sehingga

dapat dipahami bahwa pembimbing yang terdekat dengan murid adalah guru.

Sebagai pembimbing dalam belajar, guru diharapkan mampu untuk:

b. Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun kelompok.

c. Memberikan penerangan kepada siswa mengenai hal-hal yang diperlukan dalam proses belajar.

d. Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya.

6 Departemen Agama RI, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal kelembagaan Agama Islam, 2005), hal. 72.

18

Page 19: Rasmayanti Skripsi Pai

e. Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.

f. Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.7

Untuk itu para guru hendaknya memahami prinsip-prinsip bimbingan dan

menerapkannya dalam proses belajar mengajar.

3. Guru sebagai pemimpin

Peranan Guru sebagai pemimpin menurut kualifikasi tertentu, antara lain

kesanggupan menyelenggarakan kepemimpinan seperti merencanakan,

melaksanakan, dan mengorganisasi “Guru berkewajiban mengadakan supervise

atas kegiatan belajar murid, membuat rencana pengajaran bagi kelasnya,

mengadakan manajemen belajar sebaik-baiknya, melakukan manajemen kelas.

Dengan kegiatan manajemen ini guru menciptakan lingkungan belajar yang serasi,

menyenangkan, dan merangsang dorongan pada siswa.8”

4. Guru sebagai pribadi

Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus

memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik agar disenangi oleh

murid-muridnya, oleh orang tua siswa, dan oleh masyarakat. Karena itu guru

“wajib memupuk sifat-sifat pribadinya sendiri dan mengembangkan sifat-sifat

pribadi yang disenangi oleh pihak luar. Tegasnya bahwa setiap guru perlu sekali

memiliki sifat-sifat pribadi, baik untuk kepentingan jabatannya maupun untuk

kepentingannya sebagai warga negara masyarakat.9”

7 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 100.

8 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007) hal. 124.9 Departemen Agama RI, Wawasan Tugas Guru…, hal. 74.

19

Page 20: Rasmayanti Skripsi Pai

5. Guru sebagai ilmuan

Guru dipandang sebagai orang yang paling berpengetahuan. Guru bukan

saja berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada murid,

tetapi juga berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu dan terus menerus

memupuk pengetahuan yang telah dimilikinya. Dalam abad ini, dimana

pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat, guru harus mengikuti dan

menyesuaikan diri dengan perkembagan tersebut. “Banyak cara yang bisa

dilakukan, misalnya: belajar sendiri, mengadakan penelitian, mengikuti kursus,

mengarang buku dan membuat tulisan-tulisan ilmiah sehingga peranannya sebagai

ilmuan terlaksana dengan baik.10”

6. Guru sebagai pendidik

Guru adalah seorang pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan

identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus

memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab,

wibawa, mandiri, dan disiplin.11 Jadi, pendidik merupakan orang kedua yang

harus dihormati dan dimuliakan setelah orang tua, guru menggantikan peran orang

tua dalam mendidik anak-anak ketika berada di sekolah adalah tepat apabila ada

pepatah mengatakan, orang tua adalah guruku di rumah dan guru adalah orang

tuaku di sekolah. Dengan demikian, sudah sepantasnya kita menghargai dan

memuliakan para pendidik setperti halnya memuliakan para orang tua kita.

7. Guru Sebagai Pelatih

10 Departemen Agama RI, Wawasan Tugas Guru…,hal. 74.11 Mulyasa, Menciptakan pembelajaran …, hal. 37.

20

Page 21: Rasmayanti Skripsi Pai

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan

sehingga menuntut guru bertindak sebagai pelatih karena tanpa adanya latihan

seorang peserta didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetesi

dasar dan tindakan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai

dengan materi standar.oleh karena itu, “Guru harus berperan sebagai pelatih yang

bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetisi dasar sesuai dengan

potensi masing-masing hal.12”

8. Guru Sebagai Pengelola Kelas

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru

hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan

aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. “Lingkungan ini diatur

dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan

pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan

sejauhmana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik.13” Sebagai

menejer guru bertanggungjawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar

senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing

proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru

tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan

bekerja dan belajar secara efektif di kalangan siswa. Peran guru sebagai pendidik

merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan

dorongan tugas-tugas pengawasan dan pembinaan serta tugas-tugas yang

berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap

12 Mulyasa, Menciptakan Pembelajaran Kreatif… hal. 42.13 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru…, hal. 10.

21

Page 22: Rasmayanti Skripsi Pai

aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Adapun

tugas-tugas guru di sekolah adalah:

1. Tugas Guru Sebagai Perencana

Peranan guru sebagai perancana dalam pembelajaran terpadu adalah guru

merencanakan suatu kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan bersama anak

didik. Bentuk-bentuk perencanaan dalam proses pembelajaran adalah:

a) Perencanaan Tahunan

Dalam perencanaan tahunan sudah ditetapkan dan disusun kemampuan

keterampilan dan pembiasaan-pembiasaan yang diharapkan dicapai oleh anak

didik dalam satu tahun. Perencanaan tahunan dan semester juga memuat tema-

tema yang sesuai dengan aspek perkembangan anak dan minat anak serta sesuai

dengan lingkungan sekolah setempat. Perencanaan tahunan dibuat bersama antara

guru-guru dan kepala sekolah.

b) Perencanaan Semester

Perencanaan semester merupakan program pembelajaran yang

berisijaringan tema, bidang pengembangan, kompetensi dasar, hasil belajar dan

indikator yang ditata secara urut, serta sistematis, alokasi waktu yang diperlukan

untuk setiap jaringan tema dan sebarannya kedalam semester I dan semester II.

c) Perencanaan Mingguan (Satuan Kegiatan Mingguan)

Perencanaan mingguan disusun dalam bentuk satuan kegiatan mingguan

(SKM). SKM merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi

22

Page 23: Rasmayanti Skripsi Pai

kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan

dalam satu minggu sesuai dengan keluasan pembahasan tema dan sub tema.

d) Perencanaan Harian (Satuan Kegiatan Harian)

Perencanaan harian disusun dalam bentuk satuan kegiatan harian (SKH).

SKH merupakan penjabaran dari satuan kegiatan mingguan (SKM). SKH memuat

kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara individual,

kelompok, maupun klasikal dalam satu hari. SKH terdiri atas kegiatan awal,

kegiatan inti dan kegiatan akhir. Sedangkan menurut Kostelnik langkah-langkah

penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut :

a. Menuangkan ide kedalam tulisan, masukkan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan tema kedalam rencana kita. Pertimbangkan waktu untuk melaksanakannya dan siapkan kegiatan-kegiatan yang tidak berhubungan dengan tema untuk memberikan kesempatan kepada anak yang tidak menyukai atau tidak tertarik dengan tema yang telah ditetapkan.

b. Periksa rencana pembelajaran tersebut, pastikan bahwa paling sedikit ada tiga jenis kegiatan yang berhubungan dengan tema dalam satu hari. Pastikan dalam satu minggu seluruh aspek perkembangan yang akan dicapai sudah tercantum dan akan dilaksanakan.

c. Jika dalam perencanaan kita terdapat kerjasama dengan ahli lain seperti dokter, guru musik, guru tari maka pastikan bahwa kita telah menyampaikan isi tema yang akan kita terapkan pada kegiatan pembelajaran agar kegiatan yang akan dilakukan dalam bidang tersebut dapat mendukung dan sejalan dengan kegiatan pembelajaran yang akan kita laksanakan.

d. Persiapkan bahan, alat, media, narasumber dan sarana prasarana.e. Organisasikan kegiatan dengan baik sehingga setiap anak dapat

terfokus pada tema.f. Pastikan bahwa dalam rencana kita seluruh konsep, istilah, fakta

dan prinsip telah dikembangkan dengan baik dan kegiatan yang akan dilaksanakan cukup bervariasi.

g. Ciptakan suasana tematik dalam kelas.14

14http://blog.unila.ac.id/hairuddin/2009/10/29/peran-guru-dalam-proses- pendidikan/?//// ,diakses pada hari sabtu tanggal 27 Mei 2012.

23

Page 24: Rasmayanti Skripsi Pai

2. Tugas Guru Sebagai Pelaksana

Setelah rencana pembelajaran selesai disusun maka tugas guru selanjutnya

adalah melaksanakan apa yang telah direncanakan dalam kegiatan pembelajaran

dikelas. Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif, sebaiknya guru

memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Kembangkan rencana yang telah kita susun dan

perhatikan kejadian atau peristiwa spontan yang ditunjukkan oleh anak

terhadap materi yang

dipelajari pada hari itu.

b) Melaksanakan penilaian terhadap minat dan pemahaman

anak mengenai tema tersebut dengan menggunakan pengamatan,

wawancara, diskusi kelompok maupun contoh hasil kerja anak.

c) Bantu anak untuk memahami tentang isi dan proses

kegiatan pembelajaran.

d) Lakukan percakapan dengan anak tentang hal-hal yang

berkaita dengan tema sehingga kita dapat mengetahui seberapa jauh

pemahaman anak tentang tema yang dipelajari pada hari itu. Bantu dan

doronglah anak untuk memuaskan rasa ingin tahunya tentang hal-hal yang

ingin diketahuinya dengan cara menjawab pertanyaannya atau

memberikan kesempatan pada anak untuk mencari dan menemukan

24

Page 25: Rasmayanti Skripsi Pai

e) Adakan kerjasama dengan orang tua atau keluarga secara

timbal balik.15

3. Tugas Guru Sebagai Evaluasi (Evaluator)

Tugas guru sebagai evaluator adalah melakukan penilaian terhadap proses

kegiatan belajar dan penilaian hasil kegiatan. Penilaian dilakukan secara observasi

dan pengamatan terhadap cara belajar anak baik individual atau kelompok. Tujuan

penilaian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang

dicapai oleh anak. Evaluasi harus mampu memperdayakan guru, anak dan orang

tua. Guru sebagai evaluator harus melihat penilaian sebagai suatu kesempatan

untuk menggambarkan pengalaman anak didik serta sebagai alat untuk

mengetahui kemajuan proses maupun belajar anak didik.

Setelah mempelajari dan memahami penjelasan mengenai peranan guru,

tampaklah bahwa tugas dan tanggung jawab seorang guru tidaklah mudah dalam

kegiatan pembelajaran terpadu.

Evaluasi merupakan salah satu komponen yang memiliki peran yang

sangat penting dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran. Melalui evaluasi

bukan saja guru dapat mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan

dalam proses pembelajaran sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya,

akan tetapi juga dapat melihat sejauh mana siswa telah mampu mencapai tujuan

15http://blog.unila.ac.id/hairuddin/2009/10/29/peran-guru-dalam-proses- pendidikan/?//// ,diakses pada hari sabtu tanggal 27 Mei 2012 jam 10.00 wib.

25

Page 26: Rasmayanti Skripsi Pai

pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru juga harus berperan

sebagai evaluator.

a. Evaluasi harus dilaksanakan terhadap semua aspek perkembangan siswa, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

b. Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dengan menekankan kepada evaluasi hasil dan evaluasi proses.

c. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen penilaian.d. Evaluasi harus dilakukan secara terbuka dengan melibatkan siswa sebagai

evaluasi.16

Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus

menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa. Dengan penilaian

guru dapat mengetahui keberhasilan penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta

ketepatan dan keefektifan metode mengajar. Sehubungan dengan fungsinya

sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing maka diperlukan adanya berbagai

peranan pada diri guru, peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola

tingkah laku yang diterapkan dalam berinteraksi baik dengan siswa, sesama guru,

maupun dengan staf lainnya. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar

dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya, sebab baik disadari atau tidak

bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak di curahkan untuk

menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya. Dengan

demikian, tugas Guru di sekolah ada tiga yaitu sebagai perencana, pelaksana dan

evaluasi. Guru harus dapat menjadikan dirinya orang tua kedua, ia harus mampu

menarik simpati dari siswa sehingga menjadi idola para siswa.

16 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 2007), hal. 11-12.

26

Page 27: Rasmayanti Skripsi Pai

C. Pengertian Akhlak dan Bentuknya

Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji

dan tercela tentang perkataan dan perbuatan manusia lahir dan batin. Dengan

perkataan lain ilmu akhlak meliputi:

1. Menjelaskan arti baik dan buruk

2. Menerangkan apa yang seharusnya dilakukan

3. Menunjukan jalan untuk melakukan perbuatan

4. Menyatakan tujuan di dalam perbuatan.17

Sementara menurut Toto Suryana bahwa akhlak adalah “aspek behavioral,

tingkah laku yaitu gambaran tentang prilaku yang seyogianya dimiliki seorang

muslim dalam rangka hubungan dengan Allah SWT, hubungan dengan sesama

manusia, dan hubungan dengan alam.”18

Banyak kita lihat di abad moderen ini perkembangan yang tidak diiringi

oleh kemajuan iman dan takwa, hal ini terlihat pada buruknya akhlak para insan di

abad ini, walaupun banyak kita melihat orang yang rajin mengerjakan shalat tapi

pada saat yang bersamaan ia melakukan kemungkaran terhadap kedua orang

tuanya dan juga terhadap tetangganya. Tentu fenomena seperti ini

menggambarkan sebuah kondisi shalat yang tidak berbobot alias rapuh. Dimana

shalat dan amalnya yang lain tidak dapat mencegahnya dari perbuatan keji dan

mungkar. Padahal Allah SWT dan Rasulnya banyak menasehatkan umat manusia

untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dan tetangga kenapa Allah dan

rasulnya memerintahkan demikian, tentang hal ini semuanya ada hikmahnya. Bagi

17 Barmawie Umary, Materi Akhlak, (Bandung: Ramadhani, 2006), hal. 1.18 Toto Suryana, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Tiga

Mutiara, 2008), hal. 73.

27

Page 28: Rasmayanti Skripsi Pai

kita umat manusia kita hanya meyakini apa yang diperintahkan untuk selanjutnya

diamalkan, dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu penulis akan membahas

tentang orang yang paling berhak dihormati dan berbuat baik kepada tetangga.

Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang

yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun

orang yang melakukannya. Perilaku mempunyai beberapa dimensi:

a. Fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan intensitasnya

b. Ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun sosial) dimana perilaku itu terjadi

c. Waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa yang akan datang.19

Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada

hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan

perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa didalam lingkungan yang

menyebabkan perilaku tersebut. Perilaku dapat bersifat covert ataupun overt

a. Overt artinya nampak (dapat diamati dan dicatat)

b. Covert artinya tersembunyi (hanya dapat diamati oleh orang yang

melakukannya).20

Fokus pengubahan perilaku kepada perilaku yang dapat diamati (perilaku

overt). Pengubahan perilaku adalah suatu bidang psikologi yang berkaitan dengan

analisa dan pengubahan perilaku manusia.

a. Analisa artinya mengidentifikasi hubungan fungsional antara lingkungan dengan perilaku tertentu untuk memahami alasan suatu perilaku terjadi

b. Pengubahan berarti mengembangkan dan mengimplementasikan prosedur pengubahan perilaku untuk membantu orang merubah

19 Suryanto, Prilaku Manusia, Diakses dari http. Blog.Unair, com. 02.02.2011.20 Suryanto, Prilaku Manusia, Diakses dari http. Blog.Unair, com. 02.02.2011.

28

Page 29: Rasmayanti Skripsi Pai

perilakunya (merubah peristiwa-peristiwa lingkungan yang mempengaruhi perilaku).21

Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Leonard F.

Polhaupessy, menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati

dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil.

Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus

diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari

satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia

dikatakan sedang berperilaku.  Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari

luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh

manusia.Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau

aktifitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut

pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang

sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas

masing-masing. Sehingga yang dimaksu perilaku manusia, pada hakikatnya

adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai

bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja,

kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas

manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati

pihak luar. Seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh

karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,

21 Suryanto, Prilaku Manusia, Diakses dari http. Blog.Unair, com. 02.02.2011.

29

Page 30: Rasmayanti Skripsi Pai

dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori

“SOR”atau Stimulus Organisme Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.

a. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya ddengan mengadakan pesta, dan sebagainya

b. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.22

2. Bentuk Akhlak/Prilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain

b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).27

3. Domain Akhlak/Perilaku

Di atas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari

stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya

22 Suryanto, Prilaku Manusia, Diakses dari http. Blog.Unair, com. 02.02.2011.27 Suryanto, Prilaku Manusia, Diakses dari http. Blog.Unair, com. 02.02.2011.

30

Page 31: Rasmayanti Skripsi Pai

sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor-faktor yang

membedakan respon terhadap stimulus menurut Suryanto disebut determinan

perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya

b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang.28

Domain prilaku yaitu cakupan-cakupan atau hal-hal yang termasuk

kedalam katagori yang dikatakan prilaku, karena ada juga yang tidak termasuk

kedalam prilaku lalu orang mengatakannya sebagai prilaku.

4. Proses Tejadinya Akhlak/Perilaku.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Roger yang penulis yang penulis

akses dari internet mengungkapkan bahwa:

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.”29

a. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulusb. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya

stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi

c. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku barud. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.30

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses

seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka

28 Suryanto, Prilaku Manusia, Diakses dari http. Blog.Unair, com. 02.02.2011.29 Roger, Prilaku Manusia, Diakses dari: http///www.com. Prilaku Manusia. Hari Senin 9

Maret 2011. Pukul. 10: 00. Wib.30 Roger, Prilaku Manusia, Diakses dari: http///www.com. Prilaku Manusia. Hari Senin 9

Maret 2011. Pukul. 10: 00. Wib.

31

Page 32: Rasmayanti Skripsi Pai

perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng Menurut Sri Esti

Djiwandono “prilaku seseorang juga ditentukan oleh kondisi ekxternalnya, seperti

lingkungan keluarga, masyarakat dan pendidikan yang ia jalani selama ia hidup,

semua kondisi eksternal di atas akan membentuk prilaku baru semakin banyak

kondisi eksternal ia alami maka semakin berubah kea rah yang baik prilaku

seseorang”.31

D. Peran Pendidikan Dalam Pembentukan Akhlak /Prilaku

Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia

sebagai makhluk ciptaan Allah yang terbaik dalam mengembangkan potensi yang

dimilikinya. Pendidikan berlangsung kapan saja dan dimana saja agar menjadi

manusia yang beradap selama manusia itu hidup, sejak ia dilahirkan hingga ajal

tiba, sejak bayi hingga dewasa. Walaupun lingkungan umum dan alam sekitar

diorganisir dapat mendidik manusia, namun pendidikan non-formal (pendidikan

pasantren salafiah) sangat dibutuhkan oleh manusia karena pendidikan non-formal

adalah salah satu lembaga untuk menciptakan manusia-manusia yang berbudi

luhur dan berakhlak mulia. Agama merupakan landasan dan pedoman penting

bagi manusia dalam mengarungi kehidupan dan menggapai kebahagiaan dunia-

akhirat. Melalui pendidikan agama di pesantren ditanamkan ajaran luhur tentang

keimanan sebagai dasar beramal, akhlak yang mulia sebagai dasar pengembangan

kepribadian, dan syari'ah untuk melaksanakan ajaran agama yang benar

sebagaimana tuntunan agama itu sendiri.

31 Sri Esti Djwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2006), hal. 71.

32

Page 33: Rasmayanti Skripsi Pai

Oleh karena itu, pendidikan agama merupakan salah satu penentu bagi

pengembangan sikap dan kepribadiaan yang luhur. Hal itu juga penting dalam

rangka mendukung pelaksanaan pendidikan agama Islam. Tujuan pendidikan

yaitu "Untuk membangun dan memajukan lembaga pendidikan yang dapat

melahirkan manusia yang cerdas, beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia".23 Hal

tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan Nasional yaitu:

Mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yakni yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mandiri dan mantap serta bertanggung jawab terhadap kemasyarakatan dan kebangsaan.33

Zakiyah Daradjat menguraikan ruang lingkup pendidikan agama Islam

sebagai berikut :

Meliputi seluruh aspek kehidupan manusia sesuai dengan misi agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Karena itu, ajaran agama merupakan pedoman pokok yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan manusia dengan sesamanya dan makhluk lain, dengan lingkungan fisik dan budaya, bahkan dengan alam semesta ini.34

Sedangkan H.M. Arifin mengemukakan tentang ruang lingkup pendidikan

agama Islam sebagai berikut: “Mencakupi seluruh bidang kehidupan ummat

manusia di dunia ini dimana manusia akan mampu menjadikan dunia ini sebagai

suatu tempat untuk menanamkan benih-benih amaliah yang akan dipetik pada hari

akhirat nanti, maka pembentukan sikap dan nilai-nilai amaliah akan dapat

dibentuk dalam pribadi manusia secara efektif bilamana dilakukan dengan suatu

2332 PERDA Provinsi Daerah Istimewa Aceh No.5 Tahun 2000, Tentang Pelaksanaan Syari'at Islam Pasal 13 ayat 1.

33 Undang-Undang RI No 20 Tahun 2004 Tentang Sisdiknas, hal. 87.34 Zakiah Daradjat, Metodik Khsusus Pendidikan Agama Islam …, hal. 59.

33

Page 34: Rasmayanti Skripsi Pai

proses kependidikan yang berjalan atas keaedah-kaedah ilmu pengetahuan

kependidikan”.35

Karena itulah diharapkan agar adanya keseimbangan dalam diri anak didik

sendiri antara ilmu dan keimanan sebagai landasan beramal. Artinya, ilmu perlu

sebagai bekal anak didik dalam mengarungi kehidupan dunia dan iman sebagai

nilai yang menuntun dan sekaligus membentengi kepribadiannya. Maka untuk

mencapai keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi perlu adanya keseimbangan

antara keimanan dan ilmu pengetahuan. Apabila keduanya sudah seimbang maka

manusia akan memperoleh kedudukan yang mulia, baik di dunia maupun di

akhirat.

Nilai-nilai Kecerdasan moral yang ditanamkan pada diri anak didik akan

menjadi dasar-dasar kebudayaan yang melekat pada kepribadian anak didik

sebagai hasil dari proses pendidikan yang dialaminya. karena itulah dalam

menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan moral, khususnya melalui proses

pembelajaran, kemampuan dalam mengatur dan melaksanakan sistem pendidikan

yang tepat dan benar sesuai pembelajaran yang dikelolanya sangat di perlukan.

Jadi, melalui pembelajaran pendidikan agama Islam diharapkan para peserta didik

akan mendapatkan pembinaan sehingga prilaku mereka benar-benar Islami dan

sesuai dengan Al-qur’an dan Hadist, diharapkan moral murid akan menjadi lebih

baik akhirnya tertanam dalam dirinya. Keberhasilan perkembangan moral baru

berarti bila dimilikinya emosi dan prilaku yang mencerminkan kepedulian

terhadap orang lain untuk saling berbagi, bantu membantu, mengasihi, tenggang

rasa dan kesediaan untuk mematuhi aturan-aturan.

35 HM. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 13.

34

Page 35: Rasmayanti Skripsi Pai

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus yang diarahkan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam tentang peranan guru agama

dalam pembinaan akhlak membentuk kepribadian siswa SD Negeri 1 Simpang

Balik. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.

Pemilihan model ini didasarkan pada fokus penelitian yang menuntut penelitian

melakukan eksplorasi untuk memahami dan menjelaskan masalah yang diteliti

melalui hubungan yang intensif dengan sumber data.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menentukan kelompok responden

yang dijadikan subjek penelitian, sedangkan individu-individu subbjek sengaja

tidak ditentukan. Hal ini dimaksud untuk memelihara keterbukaan terhadap

masukan informasi baru dari kelompok responden tertentu. Maksudnya sepanjang

35

Page 36: Rasmayanti Skripsi Pai

individu itu berasal dari kelompok responden yang menjadi sasaran penelitian ini,

maka data dan inpformasinya selalu terbuka untuk didengar oleh peneliti.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif bersifat

deskriptif dan eksplanatif. Dimana kualitatif itu ada yang bersifat interaktif dan

noninteraktif. Kualitatatif interaktif mencakup metode, etnografis, historis,

fonomenologis, studi kasus, teori dasar dan studi krisis. Kualitatif noninteraktif

meliputi metode: analisis konsep, analisis kebijakan dan analisis historis. Metode

ilmiah yang dipakai dalam ilmu tertentu sangat tergantung pada objek formal ilmu

yang bersangkutan. Untuk memahami peranan guru agama dalam pembinaan

akhlak membentuk kepribadian siswa SD Negeri 1 Simpang Balik, diperlukan

suatu pendekatan atau metode yang utuh dan terpadu. Metode yang biasa

ditempuh adalah metode deskriftif.

Pendekatan kualitatitif berusaha memahami dan menafsirkan suatu makna

peristiwa interaksi perilaku manusia dalam situasi tertentu menurut persfektif

sendiri. Lebih rinci Bogdan dan Biklen sebagaimana dikutif Lexy.J. Moleong,

mengajukan lima karakteristik penelitian kualitatif yaitu:

a. Mempunyai latar alamiah sebagai sumber langsungb. Manusia sebagai alat atau instrumen pendidikanc. Bersifat deskriftif analitikd. Lebih mementingkan proses dari pada hasil sematae. Menganalisa data secara induktif.24

B . Sumber Data

1. Data Primer

24 Moleong, Metode penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), hal. 8-10.

36

Page 37: Rasmayanti Skripsi Pai

Data primer merupakan data utama dalam penelitian ini, adapun yang

menjadi data primer diperoleh dari guru agama SD Negeri 1 Simpang Balik 2

orang yang menjadi informan penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung yang melengkapi data primer,

adapun yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini penulis peroleh dari

kepala sekolah dan siswa serta buku-buku yang terkait dengan penelitian ini,

majalah, Koran, jurnal, tabloid, dan juga versi elektornik (internet, televisi).

C. Tehknik Pengumpulan Data

Adapun tehnik pengumpulan melalui observasi (pengamatan), dan

wawancara dan dokumentasi (pengumpulan arsip).

a. Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah metode pengumpulan melalui pengamatan baik secara

langsung atau tidak langsung, dimana peneliti mencatat informasi yang penulis

lihat secara langsung di lapangan untuk memperoleh data tentang materi apa yang

diajarkan guru agama, media yang digunakan guru, frekwensi mengajar guru

agama. Jenis observasi dalam penelitian ini ialah non participant, instrumen yang

penulis gunakan ialah checklist.

b. Wawancara

Untuk mengetahui informasi secara akurat maka penulis mengadakan

wawancara dengan siswa, kepala sekolah dan guru agama SD Negeri 1 Simpang

Balik. Jenis wawancara yang penulis gunakan ialah wawancara terstruktur,

37

Page 38: Rasmayanti Skripsi Pai

adapun hal yang penulis wawancarai ialah apakah guru agama menggunakan

media mengajar, pengunaan buku paket, kemampuan guru memotivasi siswa

blajar. Instrumen yang penulis gunakan dalam wawancara ialah pedoman

wawancara, kertas, pulpen dan penghapus.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu arsip-arsip tentang sejarah SD

Negeri 1 Simpang Balik, keadaan guru, keadaan siswa, letak geografis dan lain-

lain yang nantinya akan penulis tempatkan dibagian awal pada Bab IV.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan instrumen yaitu alat bantu

yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data, dalam rangka menunjang atau

mendukung keberhasilan kegiatan pedoman wawancara. Alat bantu tersebut

berupa daftar-daftar pertanyaan yang akan ditanyakan sebagai catatan penulis,

serta alat tulis untuk menulis jawaban yang penulis terima dari informan.

Hal di atas sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto

bahwa “dalam penelitian, diperlukan alat bantu untuk mendukung terlaksananya

wawancara, dimana wawancara tersebut memerlukan sebuah pedoman yang

dalam hal ini adalah pedoman wawancara.

E. Tehnik Analisa Data

38

Page 39: Rasmayanti Skripsi Pai

Analisis data dilakukan secara terus menerus dan dilakukan secara

bersamaan dengan proses pengumpulan data, yang terkumpul melalui

dokumentasi dan wawancara. Berdasarkan pendapat ini, peneliti akan

mengadakan analisis data pada saat pengumpulan data sampai pengumpulan data

selesai. Hal ini dilakukan agar fenomena yang di teliti dapat didiskripsikan secara

utuh, objektif dan sistematis. Adapun langkah-langkah dalam penulisan datanya

adalah :

1. Reduksi data, dalam hal ini peneliti memilih dan memilah data yang

relevan dengan tujuan data yang relevan akan dianalisis, sedangkan

data yang kurang relevan akan disisihkan (tidak dianalisis)

2. Penyajian data setelah data direduksi, langkah berikutnya adalah

penyajian data yang meliputi :a. identifikasi, b. klasifikasi, c.

penyususnan, d. penjelasan data secara sistematis, objektif dan

menyeluruh, e. pemaknaan.

3. Penyimpulan yaitu, peneliti menyimpulkan hasil penelitian

berdasarkan katagori dan makna temuan.

39

Page 40: Rasmayanti Skripsi Pai

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ahmad Tafsir, 2007, Epistemologi untuk Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Fak-Tar. IAIN Sunan Gunung Djati.

Barmawie Umary, 2006, Materi Akhlak, Bandung: Ramadhani.

Depag RI, 2008, Al-qur’an dan Terjemashnya, Jakarta: Depag RI.

Depag RI, Kapita Selekta Pengetahuan Agama Islam, Jakarta: Depag RI.

H.M. Arifin, 1976, Hubungan Timbal Balik, Pendidikan agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang.

Hermanto, 2001, Pendidikan Modern, Jakarta: Bina Aksara.

Hynermen, 2001, Guru dan Faktor Keberhasilan Pendidikan, Yogyakarta: Surya Kencana.

Jalaluddin, Ali Ahmad Zen, tt, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, Surabaya: Al-Ma’arif.

Kartini, 2003, Telaah Atas Kemampuan Guru Memanajemen Kelas, Jakarta: Rineka Cipta.

40

Page 41: Rasmayanti Skripsi Pai

M. Shaleh, dkk, 1999, Memaknai Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Muhammad Uzer Usman, 2007, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, 2007, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, Bandung : Rosda Karya.

Nana Sudjana, 2006, Profesi dan Keterampilan Guru, Jakarta: Rineka Cipta.

Ngalim Purwanto, 2007, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Oemar Malik, 2009, Pendidikan Guru, Jakarta: Bumi Aksara.

Pusat Bahasa, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ramayulis, 2008, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Kalam Mulia.

Ridwan, dkk, tt, Kamus Ilmiah Populer, Jakarta: Pustaka Indonesia.

Sadirman, 1998, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Santika, Profesi Guru, Diambil dari http//www.com. Profesi Guru pada tanggal 23 Agustus 2010.

Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2003, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Gramedia.

Suharsimi Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

Toto Suryana, 2008, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Tiga Mutiara.

Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Undang RI No. 120 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas.

Zainul Mutaqin, 2005, Lembaran Netral Beragama Memaknai Agama dan Beragama, Jakarta: Fima Rodheta.

41

Page 42: Rasmayanti Skripsi Pai

42