75
LAPORAN HOME VISIT PUSKESMAS TROSOBO STROKE PERDARAHAN Pembimbing : Atik Sri Wulandari, SKM, M.Kes Disusun oleh : Mikyal Azizah 06700226 1

CVA (Mikyal Azizah 06700226)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cva

Citation preview

Page 1: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

LAPORAN HOME VISITPUSKESMAS TROSOBO

STROKE PERDARAHAN

Pembimbing : Atik Sri Wulandari, SKM, M.Kes

Disusun oleh :Mikyal Azizah 06700226

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA

SURABAYA2013

1

Page 2: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan home visit

ini tepat pada waktunya. Penyusunan laporan home visit ini sebagai bagian dari

tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Komunitas, dan sebagai salah satu

syarat kelulusan pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya

Kusuma Surabaya.

Atas terselesaikannya laporan home visit ini, saya menyampaikan terima

kasih kepada :

1. Rektor Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Suarabaya.

3. Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya berserta staf.

4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo beserta staf.

5. dr. B. Irawati R.K selaku Kepala Puskesmas Trosobo Kabupaten

Sidoarjo beserta staf.

6. Atik Sri Wulandari, SKM, M.Kes selaku pembimbing yang telah

memberikan arahan kepada saya.

7. Rekan – rekan dokter muda dan semua pihak yang telah membantu

terselesaikan laporan penelitian ini.

Saya menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan

saran yang membangun sangat saya hargai guna penyempurnaan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Trosobo, Agustus 2013

Dokter Muda Kelompok C

2

Page 3: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No Berkas : 01

Berkas Pembinaan Keluarga No RM : J 1296

Puskesmas Trosobo Sidoarjo Nama KK : Tn. M________

Tanggal kunjungan: 12 Agustus 2013,

Nama pembina keluarga: Mikyal Azizah, S.Ked

Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai

satu periode pembinaan )

Tanggal TingkatPemahaman

ParafPembimbing

Paraf Keterangan

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. M

Alamat lengkap : Krembangan RT 4 RW 1 kecamatan Taman

Kabupaten Sidoarjo.

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumahNo Nama Kedudu

kan dalam

keluarga

L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Ket

1 Mukti KK L 54 SD Tambal ban

-

2 Tuminah Istri P 45 SMP Pembantu Rumah Tangga

StrokePerdarahan

3 Marwan Anak L 30 SMP Sablon -4 Tessa

SelvianaAnak P 26 SMP Sablon -

5 Ani Mei Fitriani

Anak P 10 SD Pelajar -

Sumber : Data Primer, Agustus 2013

3

Page 4: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I

STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Laporan kasus ini diambil dari seorang penderita Stroke Perdarahan,

berjenis kelamin perempuan dan berusia 45 tahun, dimana penderita merupakan

salah satu dari penderita Stroke Perdarahan yang berada di wilayah Puskesmas

Trosobo Kabupaten Sidoarjo, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi.

Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya di daerah

Puskesmas Trosobo Kabupaten Sidoarjo beserta permasalahannya seperti masih

kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Stroke terutama masalah faktor resiko

dan penanganannya. Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk

memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai

pengalaman di lapangan.

B. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny.T

Umur : 45 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Pembantu Rumah Tangga

Pendidikan : SMP

Agama : Islam

Alamat : Krembangan RT 4 RW 1 kecamatan Taman Kabupaten

Sidoarjo

Suku : Jawa

Tanggal periksa : 12 Agustus 2013

4

Page 5: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

C. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Tangan dan kaki kanan terasa lemah

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Penderita awalnya sering merasa pusing namun tidak dirasakan. 1

bulan yang lalu penderita muntah-muntah dan akhirnya tiba-tiba pingsan

disaat menggoreng makanan. Kemudian penderita langsung dibawa ke

Rumah Sakit Umum daerah Sidoarjo. Setelah sadar, tangan dan kaki

kanan penderita terasa lemah dan tidak bisa digerakkan. Saat itu penderita

juga merasa pelo.

Sekarang keluhan dirasakan agak berkurang, tangan kanan masih terasa

lemas namun sudah bisa digerakkan, kaki masih terasa berat, pusing sudah

jarang, pelo berkurang dan terasa kesemutan, mual dan muntah sudah tidak

dirasakan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat Hipertensi : Ada

- Riwayat Stroke sebelumnya : Tidak tahu

- Riwayat Jantung : Tidak ada

- Riwayat Diabetes Mellitus : Tidak ada

- Riwayat cholesterol : Tidak ada

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat hipertensi : tidak ada

- Riwayat Diabetes Mellitus : tidak ada

5. Riwayat Kebiasaan

- Riwayat merokok : tidak ada

- Riwayat keluarga merokok : Ada

- Riwayat olah raga : jarang

- Riwayat alkohol : Tidak ada

5

Page 6: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah seorang istri dari Tn.M dan seorang ibu dari 3

orang anak, dimana 1 orang diantaranya tinggal bersama penderita, yaitu

An.A. Penderita, istri dan anaknya tinggal di sebuah rumah yang

berpenghuni 3 orang (penderita, istri dan 1 orang anak), sedangkan 2

anak penderita yang lain sudah menikah, bekerja dan tinggal di rumah

yang berbeda. Sebelum sakit penderita bekerja sebagai seorang pembantu

rumah tangga dan suami bekerja sebagai penambal ban. Setelah

menderita stroke, sumber pendapatan keluarga didapatkan dari suami

dengan bantuan dari anak-anaknya yang telah bekerja dengan total

penghasilan rata-rata perbulan Rp. 500.000,-.

7. Riwayat Gizi.

Penderita makan sehari-harinya biasanya antara 2-3 kali dengan nasi

sepiring, sayur, dan lauk seperti telur, tahu-tempe kerupuk, dan jarang

dengan daging. Namun penderita suka makanan asin. Sejak sakit nafsu

makan penderita menurun.

D. ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)

2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (+), rambut kepala tidak rontok,

3. Mata : penglihatan kabur (-).

4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), mengi (-), batuk darah (-)

9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun

(+), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan

11. Genitourinaria : BAK lancar, 3-4 kali/hari warna dan jumlah biasa

6

Page 7: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (+) tangan dan

kaki kanan

Psikiatrik : emosi stabil,

13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri otot (-)

14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)

Bawah : bengkak (-), sakit (-)

E. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Interna

1. Keadaan Umum

Cukup, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6).

2. Tanda Vital dan Status Gizi

Tanda Vital

Nadi : 96 x/menit

RR : 28 x/menit

Suhu : 36,8 oC

Tensi : 210/120 mmHg

Status gizi ( Kurva NCHS ) :

BB : 45 kg

TB : 155 cm

BMI = BB = 18,73 (cukup)

TB2

3. Kulit

Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

4. Mata

Konjungtiva anemi (-), ikterik (-)

5. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-).

6. Mulut

Bibir pucat (-), lidah kotor (-).

7

Page 8: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

7. Telinga

sekret (-), pendengaran berkurang (-)

8. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

9. Leher

trakea ditengah, pembesaran tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-)

10. Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-).

- Cor : S1S2 tunggal, mur-mur (-)

- Pulmo:

I : pergerakan paru simetris

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor

A : suara dasar vesikuler

suara tambahan rhonki (+/+), whezing (-/-)

11. Abdomen

I :dinding perut sejajar dengan dinding dada

P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

P :timpani seluruh lapang perut

A : Bising Usus (+)

12. Ektremitas: akral dingin oedem

- - - - - - - -

b. Status Neurologis

1. Kesan umum : cukup

2. Pembicaraan : afasia (-), disarthria (+)

3. Wajah : simetris

4. Pemeriksaan Khusus

Meningeal Sign

Kaku kuduk : (-)

8

Page 9: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

Brudzinski I : (-)

Brudzinski II : (-)

Brudzinsky III : (-)

Brudzinsky IV : (-)

Laseque : (-)

Kernig : (-)

Pemeriksaan saraf otak

a. Nervus Olfaktorius (N.I)

Hiposmia / anosmia : (-)/(-)

Parosmia : (-)/(-)

b. Nervus Optikus (N.II)

Visus : Normal/normal

Lapang pandang : Tidak di evaluasi

Melihat Warna : (+)/(+)

Fundoskopi : Tidak di evaluasi

c. Nervus Okulomotorius, Nervus Trochlearis, Nervus Abducen

(N.III, N.IV, N.VI)

Kedudukan bola mata : di tengah / di tengah

Pergerakan bola mata

- ke nasal : (+)/(+)

- ke temporal : (+)/(+)

- ke frontal : (+)/(+)

- ke bawah : (+)/(+)

- temporal bawah : (+)/(+)

Exophtalmus : (-)/(-)

Pupil

- bentuk : bulat/bulat

- diameter : 3mm/3mm

- reflek cahaya langsung: (+)/(+)

- reflek cahaya tidak langsung: (+)/(+)

9

Page 10: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

d. Nervus Trigeminus (N.V)

Cabang motorik

- Otot masseter : dalam batas normal

- Otot temporal : dalam batas normal

- Otot pterygoideus interna : dalam batas normal

- Otot pterygoideus externa : dalam batas normal

Cabang sensorik

- Ramus Oftalmik : dalam batas normal

- Ramus maksillaris : dalam batas normal

- Ramus mandibularis : dalam batas normal

- Reflek kornea langsung : dalam batas normal

e. Nervus Fasialis (N.VII)

Waktu diam

- Kerutan dahi : simetris

- Tinggi alis : simetris

- Sudut mata : simetris

- Lipatan nasolabial : simetris

- Sudut mulut : simetris

Waktu gerak

- Mengerutkan dahi : simetris

- Menutup bola mata : simetris

- Bersiul : simetris

- Memperlihatkan gigi : simetris

f. Nervus Vestibulocochlearis (N.VIII)

Vestibularis

- Vertigo : tidak di evaluasi

- Nystagmus : tidak di evaluasi

- Tinnitus : tidak di evaluasi

- Test kalori : tidak di evaluasi

Cochlearis

- Weber : tidak di evaluasi

10

Page 11: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

- Rinne : tidak di evaluasi

- Swabach : tidak di evaluasi

g. Nervus Glossofaringeus dan Nervus Vagus ( N.IX dan N.X)

Bagian motorik

- Suara biasa/parau/tidak bersuara : biasa

- Kedudukan arcus pharink : dalam batas normal

- Kedudukan uvula : di tengah

- Pergerakan arcus pharink : dalam batas normal

Bagian sensorik

- Refleks muntah : tidak di evaluasi

- Refleks palatum molle : tidak di evaluasi

h. Nervus Accesoris (N.XI)

- Mengangkat bahu : normal

- Memalingkan kepala : normal

i. Nervus Hipoglosus (N.XII)

- Kedudukan lidah waktu istirahat : di tengah

- Kedudukan lidah waktu dijulurkan: miring ke kanan

- Atropi : (-)

- Fasikulasi : (-)

- Kedudukan lidah menekan pada bagian mukosa pipi : normal

Sistem motorik

a. Tubuh

- Otot perut : tidak di lakukan

- Otot pinggang : tidak di lakukan

- Kedudukan daifragma : tidak di lakukan

b. Kekuatan otot lengan

- Muskulus Deltoid :3/5

- Muskulus biceps :3/5

- Muskulus triceps :3/5

- flexi sendi pergelangan tangan :3/5

- membuka jari-jari tangan :3/5

11

Page 12: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

- menutup jari-jari tangan :3/5

c. Kekuatan otot tungkai

- Flexi artic coxae :2/5

- Extensi artic coxae :2/5

- Flexi sendi lutut :2/5

- Flexi plantar kaki :2/5

- Ekstensi dorsal kaki :2/5

- Gerakan jari-jari kaki :2/5

d. Besar otot : atropi (-)

e. Palpasi

- nyeri : (-)

- kontraktur : (-)

- konsistensi : normal

f. Gerakan involunter

- Tremor : (-)

- Chorea : (-)

- Myokloni : (-)

g. Koordinasi

- Jari tangan – jari tangan : normal

- jari tangan – hidung : normal

- ibu jari kaki – jari tangan : normal

- tumit – lutut : normal

- pronasi – supinasi : normal

- trapping dengan jari-jari tangan : normal

- trapping dengan jari-jari kaki : normal

Sistem sensorik

a. Rasa eksteroseptik : lengan/tungkai/tubuh

- rasa nyeri superfisial : simetris/simetris/simetris

- rasa suhu : simetris/simetris/simetris

- rasa raba ringan : simetris/simetris/simetris

12

Page 13: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

b. Rasa propioseptik

- rasa getar : simetris/simetris/simetris

- rasa tekan : simetris/simetris/simetris

- rasa nyeri tekan : simetris/simetris/simetris

c. Rasa enteroseptik : referred pain (-)

d. Rasa kombinasi

- stereognosis : tidak di evaluasi

- barognosis : tidak di evaluasi

- graphestesia : tidak di evaluasi

- two point tactile discrimination : tidak di evaluasi

- sensory extinction : tidak di evaluasi

- loss of body image : tidak di evaluasi

Refleks Fisiologis

- Refleks biceps : +3/+2

- Refleks ticeps : +3/+2

- Refleks patella : +3/+2

- Refleks achilles : +3/+2

Refleks Patologis

- Refleks Hoffman : (-)/(-)

- Refleks Tromner : (-)/(-)

- Refleks babinsky : (+)/(-)

- Refleks Chadock : (+)/(-)

- Refleks Oppenheim : (-)/(-)

- Refleks Rosolimo : (-)/(-)

- Refleks Gordon : (-)/(-)

- Refleks Schaefer : (-)/(-)

- Refleks Mendel Bachterew : (-)/(-)

- Refleks Stransky : (-)/(-)

- Refleks Gonda : (-)/(-)

Susunan saraf otonom

- miksi : normal

13

Page 14: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

- salivasi : normal

- defekasi : normal

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan CT-Scan : CVA - ICH

G. RESUME

Seorang perempuan 45 tahun dengan keluhan utama tangan dan kaki

kanan terasa lemas. Penderita awalnya sering merasa pusing namun tidak

dirasakan. 1 bulan yang lalu penderita muntah-muntah dan akhirnya tiba-tiba

pingsan disaat menggoreng makanan. Kemudian penderita langsung dibawa

ke Rumah Sakit Umum daerah Sidoarjo. Setelah sadar, tangan dan kaki kanan

penderita terasa lemah dan tidak bisa digerakkan. Saat itu penderita juga

merasa pelo.

Sekarang keluhan dirasakan agak berkurang, tangan kanan masih terasa lemas

namun sudah bisa digerakkan, kaki masih terasa berat, pusing sudah jarang, pelo

berkurang dan terasa kesemutan, mual dan muntah sudah tidak dirasakan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup, composmentis.

Tanda vital T:210/120 mmHg, N: 96 x/menit, RR: 28 x/menit, S:36,80C, BB:45

kg, TB:155 cm, Status neurologis :

Pembicaraan : disarthria

Reflek cahaya : +/+

PBI : 3mm/3mm

N. Cranialais

N. XII : parese dextra tipe sentral

Motorik :

Extremitas superior : 3 / 5

Extremitas inferior : 2 / 5

Reflek fisiologis

Reflek tendon

Biceps :+2/

Triceps :+2/

14

Page 15: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

Patella :+2/

achilles :+2/

Reflek patologis :

Hoffman/ trommner : (-)/(-)

Babinski : (+)/(-)

Chaddock : (+)/(-)

Oppenheim : (-)/(-)

H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS

Diagnosis Biologis

1. Klinis : Hemiparese Dextra, parese N XII dekstra tipe sentral ,

Hypertension

2. Topis : Capsula Interna

3. Etiologi : CVA hemorragic

Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya

1. Status ekonomi kurang.

2. Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.

3. Kondisi lingkungan rumah yang tidak sehat.

I. PENATALAKSANAAN

Non Medika mentosa

1. Diet Rendah Garam

Diharapkan agar penderita mampu mengontrol tensi darah yang

dapat memperparah kondisi penderita.

2. Latihan fisik

Diharapkan penderita dapat memulihkan kekuatan otot-otot anggota

gerak yang lemas agar tidak terjadi atropi otot.

Medikamentosa

1. Nifedipin 2x1

2. Piracetam 1x1

3. Neurosanbe 1x1

15

Page 16: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis.

Penderita tinggal serumah dengan Tn.M (Suami penderita) dan

sdri.A (anak penderita).

2. Fungsi Psikologis.

Hubungan komunikasi antar individu dalam keluarga tersebut

terjalin cukup dekat antara satu dengan yang lain. Tn.M bekerja sebagai

penambal ban dari pagi dan pulang di sore harinya. 1 orang anaknya

Sdri.A bersekolah, sedangkan anak-anaknya yang lain sdr.M dan Sdri.I

sudah menikah dan tinggal bersama pasangannya di rumah yang berbeda.

Penderita sendiri tidak bekerja, dan hanya bisa tidur dikarenakan kaki

penderita masih lemas.

Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara

musyawarah. Meskipun penghasilan mereka tak berkecukupan, namun

mereka tetap hidup bahagia dan memasrahkan semuanya kepada Tuhan.

3. Fungsi Sosial

Penderita memiliki sifat tertutup, kurang suka bergaul dengan

tetangga sekitar rumahnya. Dalam masyarakat penderita hanya sebagai

anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu

dalam masyarakat.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari Tn.M yang bekerja

sebagai penambal ban dan dari anak-anaknya yang bekerja di sablon dengan

total penghasilan sebesar Rp. 500.000,00 perbulannya.

Penghasailan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan 3 orang

anggota rumah tersebut. Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum,

biaya sekolah dan iuran listrik hanya mengandalkan uang yang ada dan tidak

pernah menyisihkannya uang untuk biaya-biaya mendadak (seperti biaya

16

Page 17: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

pengobatan dan lain-lain). Untuk kebutuhan air dengan menggunakan pompa

air. Untuk memasak memakai kompor gas. Makan sehari-hari dengan lauk,

tahu, tempe, kadang daging, buah dan frekuensi makan kadang-kadang 2-3

kali sehari. Penderita sudah memiliki kartu Jamkesmas yang dapat

dipergunakan sebagai kartu jaminan untuk berobat.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Penderita memiliki sifat tertutup dengan lingkungan sosialnya,

tetapi memiliki hubungan dan komunikasi yang cukup baik dengan Tn.M,

sdr.M, dan sdri. I sehingga jika ada permasalahan yang dihadapi penderita

bercerita pada mereka.

B. APGAR SCORE

ADAPTATION

Penderita selalu mendapat dukungan dari seluruh anggota keluarganya atas

masalah yang dihadapi penderita, baik dukungan moral, spiritual, dan memberi

motivasi untuk rajin minum obat dan latihan fisik agar penderita bisa berjalan

kembali.

PARTNERSHIP

Penderita sadar bahwa ia merupakan orang yang mengatur segala keperluan

rumah tangga dalam keluarganya. Dimana seluruh anggota keluarga tersebut juga

menghargai penderita. Hubungan komunikasi antar anggota keluarga juga berjalan

dengan baik.

GROWTH

Penderita sadar bahwa ia harus bersabar dalam menghadapi penyakitnya,

yaitu dengan mau rutin mengkonsumsi obat, selalu kontrol ke puskesmas, melakukan

latihan fisik dan juga mematuhi saran yang diberikan oleh dokter yang merawatnya.

AFFECTION

Penderita merasa hubungan kasih dan interaksi dengan masing-masing

individu yang ada dalam rumah tersebut adalah cukup baik meskipun akhir-akhir ini

ia sering menderita sakit.

17

Page 18: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

RESOLVE

Penderita merasa cukup puas dengan kebersamaan yang ada didalam

keluarga tersebut. Masih terjalinnya komunikasi yang efektif membuat penderita

menjadi nyaman.

APGAR Ny.T Terhadap Keluarga Sering/selalu

Kadang-kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Ny.T tidaklah bekerja, sehingga kesehariannya hanya dihabiskan

untuk beristirahat dan melakukan latihan fisik untuk memulihkan

kelemahan tangan dan kaki kanannya. Walaupun intensitas bertemu

dengan Tn.M yang terbatas oleh karena kesibukannya, Ny.T masih merasa

puas dengan kebersamaan didalam keluarga tersebut.

APGAR Tn.M Terhadap Keluarga Sering/selalu

Kadang-kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

18

Page 19: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Tn.M bekerja sebagai penambal ban, ia bekerja dari pagi hari

hingga sore hari, sehingga ia sulit untuk membagi waktu dengan

keluarganya, walaupun demikian ia masih berusaha menyempatkan waktu

untuk berkomunikasi dengan keluarganya.

APGAR An.A. Terhadap Keluarga Sering/selalu

Kadang-kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

An.A saat ini sedang duduk di kelas IV Sekolah dasar, aktivitasnya

sepulang sekolah adalah belajar, bermain bersama tetangganya, dan

menjaga dan mengawasi ibunya.

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Ny.T adalah

27, sehingga rata-rata APGAR dari keluarga Ny.T adalah 9. Hal ini

menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Ny.T dan

anggota keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam

keluarga tersebut terjalin baik.

19

Page 20: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

C. SCREEMSUMBER PATHOLOGY KET

Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara partisipasi mereka dalam masyarakat cukup meskipun banyak keterbatasan.

_

Cultural Kepuasan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari komunikasi sehari-hari dalam keluarga dan selalu berprilaku saling tolong-menolong.

_

ReligiusAgama menawarkan pengalaman spiritual yang baik untuk ketenangan individu yang tidak didapatkan dari yang lain

Pemahaman agama cukup. Namun penerapan ajaran agama cukup baik, hal ini dapat dilihat dari penderita dan anggota keluarganya rutin menjalankan sholat.

-

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah, untuk kebutuhan primer kadang sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder.

+

Edukasi Pendidikan dan tingkat pengetahuan anggota keluarga kurang memadai.

+

MedicalPelayanan kesehatan puskesmas memberikan perhatian khusus terhadap kasus penderita

Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih baik Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah dijangkau karena letaknya dekat.

_

Keterangan :

Edukasi (+) artinya keluarga Ny.T menghadapi permasalahan

dalam bidang pendidikan. Kurangnya pendidikan dan informasi

tentang kesehatan menyebabkan kurangnya kesadaran akan

kesehatan individu sehingga keluarga tersebut rawan akan

terjadinya penyakit.

Ekonomi (+) artinya keluarga Ny.T menghadapi permasalahan

dalam bidang perekonomian. Minimnya pendapatan keluarga yaitu

Rp.500.000,- /bulan yang digunakan untuk kebutuhan 3 orang

anggota rumah tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kualitas

kesehatan keluarga tersebut, yaitu misalnya rendahnya pemenuhan

kebutuhan gizi dalam keluarga tersebut.

20

Page 21: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap : Krembangan RT 4 RW 1, Kecamatan Taman, Kabupaten

Sidoarjo

Diagram 1. Genogram Keluarga Ny.T

Dibuat tanggal 12 Agustus 2013

Sumber : Data Primer, 12 Agustus 2013

Keterangan : Ny.T : PenderitaTn.M : Suami penderitaSdr.M : Anak penderitaSdri. I : Anak penderitaSdri. A : Anak penderita

E. Informasi Pola Interaksi Keluarga

Keterangan : : hubungan baik

: hubungan tidak baik

21

Ny.T45 thpenderita

Page 22: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

Berdasarkan gambaran pola interaksi dalam anggota keluarga diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang baik antar masing-masing

individu dalam keluarga tersebut.

F. Pertanyaan Sirkuler

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh suami?

Jawab :

Suami merawat penderita dan menyiapkan kebutuhan penderita.

2. Ketika suami bertindak seperti itu apa yang dilakukan anak?

Jawab :

Anak mendukung apa yang dilakukan oleh ayah.

3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?

Jawab :

Keputusan bisa diambil oleh suami penderita atau sdr.M sebagai anaknya.

4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?

Jawab :

Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah suami.

5. Selanjutnya siapa?

Jawab :

Selanjutnya adalah anak penderita.

6. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?

Jawab :

Anak, karena waktu yang dihabiskan bersama penderita sangat sedikit.

7. Siapa yang selalu tidak setuju dengan penderita?

Jawab :

Tidak ada, karena penderita adalah ibu, jadi suami dan anaknya

menghormati dan menghargai semua keputusan yang diambil penderita.

8. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?

Jawab :

Ayah, karena sebagian besar keputusan di dalam keluarga diambil oleh

ayah.

22

Page 23: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

BAB III

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

Ny.T tinggal di rumah yang sangat sederhana, ia dan anggota

keluarganya belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan

khususnya tentang stroke.

Lingkungan di dalam rumah pasien tidak tertata dengan rapi , tampak

makanan dan pakaian yang berserakan di ruangan yang menjadi satu dengan

kamar pasien. Dapat juga ditemukan pegangan dari kayu yang dibuat oleh

suami penderita untuk latihan berjalan bagi penderita. Penderita sehari-hari

hanya istirahat dan buang air besar dan kecil juga di atas tempat tidur.

Sedangkan suami penderita tidur di teras rumah saat malam hari. Suami

penderita sangat suka merokok meskipun di depan penderita.

Keluarga ini memiliki jamban sendiri di dalam rumahnya dan untuk

kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air dari pompa air

yang ada di rumah.

2. Faktor Non Perilaku

Dari segi perekonomian, keluarga ini termasuk keluarga menengah

ke bawah. Keluarga ini memiliki dua sumber penghasilan yaitu dari Tn.M

yang bekerja sebagai penambal ban dan sdr.M yang bekerja sebagai

tukang sablon.

Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena hanya

memiliki satu ruangan yang digunakan sebagai ruang tamu maupun kamar

tidur.

23

Page 24: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 4 x 5 m2 yang

berdempetan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke Selatan. Memiliki

teras di depan rumahnya dan tidak menggunakan pagar. Terdiri dari ruang

tamu yang sekaligus sebagai kamar tidur, dapur dan kamar mandi yang

memilki fasilitas jamban. Terdiri dari 3 pintu keluar, yaitu 1 pintu depan, 1

pintu tengah, dan 1 pintu kamar mandi. Jendela hanya 1 buah di ruang tamu.

Lantai rumah terbuat dari bahan semen. Ventilasi dan penerangan rumah

masih kurang. Atap rumah tersusun dari genteng. Dinding rumah terbuat dari

batubata dan dicat. Perabotan rumah tangga minim. Sumber air untuk

kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan mesin pompa air. Secara

keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari keluarga memasak

menggunakan kompor gas.

Denah Rumah :

KM Dapur,cuci pakaian,gudang

Ruang Tamu, ruang makan, r.makan

Teras

Keterangan :

: Jendela

: Satu Pintu

: Tembok Bata

: Teras

24

Page 25: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

BAB IV

DAFTAR MASALAH

1. Masalah aktif :

a. Stroke perdarahan

b. Kondisi ekonomi lemah

c. Pengetahuan penderita dan anggota keluarga yang kurang tentang penyakit

Stroke

d. Hipertensi sebagai faktor resiko terjadinya stroke perdarahan

2. Faktor resiko :

a. Suami yang merokok

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

25

Ny.T 54 tahunPerekonomian keluarga yang masih kurang

Hipertensi

Pengetahuan keluarga dan penderita mengenai penyakit stroke yang kurang

Perilaku hidup sehat yang masih kurang

Page 26: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

BAB V

PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

1. Suport Psikologis

Pasien memerlukan dukungan dari semua anggota keluarga dan

dokter yang merawatnya, misalnya dengan cara memperhatikan berbagai

permasalahan penderita dan memberikan solusinya, disamping tetap

memperhatikan kondisi kesehatan penderita itu sendiri dengan rutin

mengajak penderita untuk kontrol di puskesmas terdekat.

Pasien juga diarahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan

dengan rajin ibadah, berdoa.

2. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien

Memberikan informasi kepada pasien dan anggota keluarganya

tentang penyakit yang dideritanya Ny.T secara menyeluruh, dari

pencegahan, pengobatan dan memulihkan kondisinya.

Pasien harus diberi pengertian tentang pentingnya pengobatan

secara rutin untuk mengupayakan kesembuhannya, sehingga pasien dapat

sembuh sesuai dengan harapan.

3. Pengobatan

Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera

dalam penatalaksanaan.

4. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Pencegahan dan promosi kesehatan sangatlah berperan dalam

kesembuhan pasien. Dapat berupa perubahan tingkah laku (latihan fisik),

lingkungan (keluarga tidak merokok terutama di depan pasien),

meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara diet makanan bergizi.

26

Page 27: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

B. PREVENSI STROKE UNTUK ANGGOTA KELUARGA

Pada prinsipnya secara umum prevensi untuk stroke adalah sama

dengan prevensi stroke untuk penderita, namun dalam hal ini diutamakan

untuk menjaga pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik. Misalnya dengan

cara sebagai berikut :

1. Bagi keluarga kurangi makanan tinggi garam, tinggi kholesterol dan

karbohidrat.

2. Diusahakan agar penderita melakukan latihan fisik secara teratur untuk

memulihkan keadaan penderita.

3. Istirahat yang cukup.

4. Makan-makanan yang bergizi, hindari rokok dan alkohol.

.

27

Page 28: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

BAB VI

TINJAUAN PUSTAKA

STROKE

A. LATAR BELAKANG

Stroke menjadi penyebab kematian tertinggi di wilayah perkotaan.

Jumlahnya mencapai 15,9 persen dari proporsi penyebab kematian di

Indonesia (Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) ,2007). Di Indonesia menurut

survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995, stroke merupakan salah

satu penyebab kematian dan kecacatan yang utama yang harus ditangani

dengan segera, tepat dan cermat.(Ahmar, 2006).

Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih

merupakan masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada

umumnya. Untuk mengatasi masalah penting ini diperlukan strategi

penangulangan Stroke yang mencakup aspek preventif, terapi rehabilitasi, dan

promotif.(Israr, 2007).

Stroke adalah suatu gangguan neurologis akut, yang disebabkan oleh

karena gangguan peredaran darah ke otak, dimana secara mendadak (dalam

beberapa detik), atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan

tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu.(Chandra,

1994).

Menurut WHO, stroke didefinisikan sebagai manifestasi klinik dari

gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang

berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir

dengan maut, tanpa ditemukan penyebab selain daripada gangguan vascular.

(Chandra,1994)

Stroke hemorragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya

pembuluh darah otak yang menyebabkan pengeluaran darah ke parenkim

otak, ruang cairan cerebrospinal di otak, atau keduanya. Adanya perdarahan

ini pada jaringan otak menyebabkan terganggunya sirkulasi di otak yang

mengakibatkan terjadinya iskemik pada jaringan otak yang mengakibatkan

28

Page 29: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

otak tidak mendapat darah lagi, serta terbentuknya hematom di otak yang

mengakibatkan penekanan. Proses ini memacu peningkatan tekanan

intrakranial sehingga terjadi perubahan dan herniasi jaringan otak yang dapat

mengakibatkan kompresi pada batang otak.(Harsono, 2005)

B. DEFINISI

Stroke adalah suatu gangguan neurologis akut, yang disebabkan oleh

karena gangguan peredaran darah ke otak, dimana secara mendadak (dalam

beberapa detik), atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan

tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu.(Chandra,1994)

C. KLASIFIKASI STROKE

Infark regional kortikal, subkortikal ataupun infark regional di batang otak

terjadi karena kawasan pendarahan suatu arteri tidak atau kurang mendapat

jatah darah lagi. Jatah darah tidak dapat disampaikan ke daerah tersebut oleh

karena arteri yang bersangkutan tersumbat atau pecah. Lesi yang terjadi

dinamakan infark iskhemik jika arteri tersumbat dan infark hemoragik bila

arteri pecah.(Chandra, 1994; Sidharta, 2005)

Stroke iskhemik secara patogenetis dapat dibagi menjadi:

1. Stroke trombotik, yaitu stroke iskhemik yang disebabkan karena

trombosis di arteri karotis interna secara langsung masuk ke dalam arteri

serebri media.

2. Stroke embolik, yaitu stroke iskhemik yang disebabkan oleh

karena emboli yang pada umumnya berasal dari jantung.(Sidharta, 2005)

Di klinik stroke iskhemik dapat diklasifikasikan menurut manifestasi klinik

sebagai :

1. TIA (transient ischemic attack), yaitu semua gejala neurologis

sembuh dalam 24 jam

2. RIND (reversible ischemic neurologic deficit), yaitu gejala

neurologis menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam.

29

Page 30: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

3. Progresive stroke, yaitu gejala neurologis bertambah lama

bertambah berat.

4. Complete stroke, yaitu gejala neurologis dari permulaan sudah

maksimal (stabil). (Chandra, 1994)

Stroke hemoragik atau perdarahan dibagi menjadi :

1. Perdarahan intraserebral, yaitu perdarahan di dalam jaringan otak.

2. Perdarahan subarakhnoidal, yaitu perdarahan di ruangan

subarakhnoid, yang disebabkan oleh karena pecahnya suatu aneurisma

atau arterio-venous malformation (AVM).(Sidharta, 2005; Mardjono,

2003)

D. FAKTOR RESIKO

a. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi

1. Umur

Umur diatas 50 tahun terjadi peningkatan resiko terjadinya stroke.

2. Jenis kelamin

Laki-laki memiliki resiko lebih besar untuk terjadinya stroke

3. Suku Bangsa

4. Riwayat Stroke/TIA

5. Riwayat keluarga dengan stroke

b. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi

1. Major

a) Hipertensi

Hipertensi sistolik maupun diastolik merupakan faktor resiko untuk

stroke iskhemik maupun stroke hamoragik

b) Penyakit jantung

Penyakit jantung seperti penyakit jantung rematik, penyakit

jantung koroner dengan infark miokard, dan aritmia kardiak

merupakan faktor resiko untuk stroke iskhemik

30

Page 31: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

c) Diabetes Melitus

2. Minor

a) Hiperlipidemia

b) Hematokrit > 45 %

c) Merokok

d) Pil kontrasepsi

e) Alkohol

f) Obesitas (Harsono, 2005; Chandra, 1994)

E. DEFINISI STROKE PERDARAHAN

Stroke perdarahan atau hemorrhagic stroke karena ditemukan adanya

darah di dalam otak yang dalam keadaan normalnya tidak ada. Yang menjadi

masalah pada pasien dengan penyakit ini adalah ditemukannya darah di dalam

otak yang berasal dari pembuluh darah otak yang pecah. (Ahmar, 2006)

Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan

parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi

keduanya. Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak

melalui penekanan struktur otak dan juga oleh hematom yang menyebabkan

iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan intrakranial pada

gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang

otak.(Sidharta, 2005)

Perdarahan Intraserebral (PIS)

a. Definisi

Perdarahan di jaringan otak. (Chandra, 1994)

31

Page 32: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

b. Patofisiologis

Kebanyakan kasus PIS terjadi pada pasien dengan hipertensi

kronik, Faktor resiko lain penyebab perdarahan intraserebral antara lain

bertambahnya usia, merokok, konsumsi alkohol, dan serum kolesterol

rendah. Keadaan ini menyebabkan perubahan arteriosklerotik pembuluh

darah kecil, terutama pada cabang-cabang arteri serebri media, yang

mensuplai ke dalam basal ganglia dan kapsula interna. Pembuluh-

pembuluh darah ini menjadi lemah, sehingga terjadi robekan dan

reduplikasi pada lamina interna, hialinisasi lapisan media dan akhirnya

terbentuk aneurisma kecil yang dikenal dengan aneurisma Charcot-

Bouchard. Hal yang sama dapat terjadi pembuluh darah yang mensuplai

pons dan serebelum. Rupturnya satu dari pembuluh darah yang lemah

menyebabkan perdarahan ke dalam substansi otak. (Chandra, 1994)

c. Gejala Klinis

1. Terjadinya perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu

melakukan aktivitas dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa

peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual, muntah, gangguan

memori, bingung, perdarahan retina, dan epistaksis.

2. Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai

hemiplegia/hemiparese dan dapat disertai kejang fokal / umum.

3. Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks

pergerakan bola mata menghilang dan deserebrasi.

32

Page 33: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

4. Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TIK),

misalnya papil edema dan perdarahan subhialoid.(Ahmar, 2006)

d. Diagnosis

Computed Tomography (CT-scan) merupakan pemeriksaan

paling sensitif untuk PIS dalam beberapa jam pertama setelah

perdarahan. CT-scan dapat diulang dalam 24 jam untuk menilai

stabilitas. Bedah emergensi dengan mengeluarkan massa darah

diindikasikan pada pasien sadar yang mengalami peningkatan volume

perdarahan. Magnetic resonance imaging (MRI) dapat menunjukkan

perdarahan intraserebral dalam beberapa jam pertama setelah

perdarahan. Perubahan gambaran MRI tergantung stadium disolusi

hemoglobinoksihemoglobin-deoksihemogtobin-methemoglobin-

ferritin dan hemosiderin.(Sidharta, 2005; Ahmar, 2006)

e. Terapi

Pengobatan perdarahan akut intraserebral termasuk perlindungan

jalan nafas, ventilasi yang memadai, dan tingkat tekanan darah di bawah

tekanan arteri rata-rata 130 mmHg. Keseimbangan cairan dan suhu tubuh

harus dipertahankan pada tingkat normal. Tekanan intrakranial meningkat

mungkin memerlukan osmotheraphy, hiperventilasi terkontrol, atau

barbiture-koma. Pemberian kortikosteroid umumnya dihindari. Terlepas

dari kasus penderita perdarahan cerebellar, setiap keputusan tentang

apakah, bagaimana, dan kapan melakukan intervensi neurosurgically

setelah perdarahan intraserebral masih menjadi perdebatan saat ini dan

33

Page 34: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

menunggu hasil percobaan prospektif yang sedang berlangsung. Sampai

saat ini semua upaya uji klinis telah gagal menunjukkan keunggulan

evakuasi hematoma melalui terapi medis, kecuali perdarahan cerebellar,

dimana operasi untuk massa besar mungkin menyelamatkan nyawa dan

dapat diikuti oleh hasil klinis yang memuaskan.(Chandra, 1994;Mardjono,

2003)

Perdarahan subarachnoid (PAS)

a. Definisi

Perdarahan subaracnoid adalah keadaan yang akut, karena terjadi

perdarahan ke dalam ruangan subarachnoid. Biasanya disebabkan oleh

aneurisma yang pecah (50%), pecahnya malformasi arteriovena (5%),

asalnya primer dari perdarahan intraserebral (20%) dan cedera kepala.

(Poerwadi, 2006;Ahmar, 2006;Harsono, 2005)

b. Patofisiologis

Sebagian besar penyebab perdarahan spontan pada ruang

suabarakhnoid adalah pecahnya aneurisma sakular di dasar otak. Jika

dulu dikatakan bahwa aneurisma pembuluh darah intracranial adalah

congenital, ternyata anggapan tersebut tidak benar. Sebab aneurisma

hamper tidak pernah dijumpai pada neonates, dan jarang dijumpai pada

anak. Kalaupun dijumpai pada anak, biasanya ada faktor yang

mendasari terjadinya aneurisma, seperti trauma, infeksi atau kelainan

jaringan ikat. Defek yang sering dijumpai pada percabangan pembuluh

34

Page 35: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

darah ini disebut juga celah Forbus. Dari hipotesis menyatakan bahwa

aneurisma terjadi karena adanya penebalan lapisan intima pada bagian

tertentu dari pembuluh darah otak, sehingga bagian tersebut tidak lentur

lagi. Tekanan hemodinamik mengakibatkan regangan yang lebih besar

pada bagian lain dari pembuluh darah yang masih tetap elastik.

(Chandra, 1994;Harsono, 2005)

Komplikasi tersering dari perdarahan subarachnoid adalah :

1. Perdarahan Ulang

Jika terjadi, lebih sering letal (50%) daripada perdarahan

subarakhnoid awal. Resiko perdarahan ulang adalah 20% pada

hari 14 pertama setelah SAH awal, dan 50% pada enam bulan

pertama, jika aneurisma belum diobliterasi. Tidak seperti SAH

awal, perdarahan ulang sering menimbulkan hematoma

intraparenkimal yang besar, karena ruang subarakhnoid di

sekitara neurisma sebagian tertutup oleh adesi yang disebabkan

oleh perdarahan awal. Pada kasus-kasus tersebut, manifestasi

klinis dan perjalanan perdarahan ulang aneurismal adalah

seperti yang dideskripsikan di atas mengenai perdarahan

intraserebral spontan.(Harsono, 2005; Sidharta,2005)

2. Vasospasme

Iskemia otak tertunda dari vasospasme untuk sebagian

besar morbiditas dan mortalitas terjadi setelah SAH.

Penyempitan arteri progresif berkembang setelah SAH pada

35

Page 36: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

sekitar 70% dari pasien, tetapi defisit iskemia tertunda

berkembang hanya 20% sampai 30%. Proses ini dimulai 3

sampai 5 hari setelah pendarahan, menjadi maksimal pada 5

sampai 14 hari, dan selesai secara bertahap lebih dari 2 sampai

4 minggu. Vasospasme simptomatik biasanya meliputi

penurunan tingkat kesadaran, hemiparesis, atau keduanya, dan

proses ini biasanya paling parah pada aneurisma. Dalam kasus

yang lebih parah, gejala berkembang sebelumnya setelah

pecahnya aneurisma, dan daerah vaskular ikut terlibat.

Meskipun tebal, darah subarachnoid merupakan faktor pemicu

utama, penyebab yang tepat dari penyempitan arteri setelah

SAH kurang dipahami. Vasospasme tidak hanya disebabkan

oleh vaskular yang halus-kontraksi otot, perubahan

arteriopathic terlihat di dinding pembuluh, termasuk edema

subintimal dan infiltrasi dari leukosit. (Harsono, 2005;

Sidharta,2005)

3. Hidrosefalus

Hidrosefalus akut terjadi pada 15% sampai 20% pasien

dengan SAH dan terutama berkaitan dengan volume

intraventricular dan darah subarachnoid. Dalam kasus ringan,

hidrosefalus menyebabkan lesu, perlambatan psikomotor, dan

gangguan memori jangka pendek. Temuan lainnya termasuk

keterbatasan menatap ke atas, kelumpuhan saraf kranial

36

Page 37: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

keenam, dan hyperreflexia ekstremitas bawah. Dalam kasus

yang lebih parah, hidrosefalus obstruktif akut menyebabkan

peningkatan tekanan intrakranial. Pasien yang terkena dampak

stupor atau koma, dan progresif batang otak herniasi akan

mengakibatkan produksi CSF yang menerus, kecuali kateter

ventrikular dimasukkan. (Harsono, 2005; Sidharta,2005).

c. Gejala Klinis

1. Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak,

dramatis, berlangsung dalam 1 – 2 detik sampai 1 menit. Kurang lebih

25% penderita didahului nyeri kepala hebat.

2. Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang,

gelisah dan kejang.

3. Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam

beberapa menit sampai beberapa jam.

4. Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen

5. Fundus Okuli : 10% penderita mengalami edema papil beberapa jam

setelah perdrahan. Perdarahan retina berupa perdarahan subhialoid

(10%), merupakan gejala karakteristik perdarahan subarakhnoid karena

pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis

interna.

6. Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi

atau hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat, atau

gangguan pernafasan.(Poerwadi, 2006; Israr, 2008).

d. Diagnosis

1. CT Scan

37

Page 38: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

CT harus menjadi diagnostik studi pertama untuk menetapkan

diagnosis SAH, karena ketersediaan siap dan kemudahan penafsiran.

Ketika SAH misdiagnosed, kesalahan diagnostik yang paling umum

adalah kegagalan untuk memperoleh CT scan. CT paling sering

menunjukkan baur darah di waduk basal; dengan lebih parah

perdarahan, darah meluas ke sylvian dan celah interhemispheral,

sistem ventrikel, dan di atas convexities. (Harsono, 2005;

Sidharta,2005; Israr, 2008).

2. Lumbar Puncture

CSF biasanya terlalu berdarah. SAH dapat dibedakan dari

traumatis oleh penampilan xanthochromic (kuning-diwarnai)

centrifuged supernatant. Namun, xanthochromia dapat berlangsung

hingga 12 jam, tekanan CSF hampir selalu tinggi dan protein juga

meninggi. Pada awalnya, proporsi CSF leukosit untuk eritrosit

adalah bahwa darah perifer, dengan rasio biasa 1:700. Setelah

beberapa hari reaktif pleocytosis dan kadar glucose rendah dapat

berkembang dari steril meningitis kimia yang disebabkan oleh darah.

Sel darah merah dan xanthochromia menghilang sekitar 2 minggu,

kecuali perdarahan berulang. (Harsono, 2005; Sidharta,2005; Israr,

2008).

3. Angiografi

Angiografi otak adalah prosedur diagnostik definitif untuk

mendeteksi aneurisma intrakranial dan mendefinisikan anatomi

38

Page 39: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

mereka. Meskipun peningkatan ketersediaan dan gambar kualitas

CT dan MRA telah memungkinkan beberapa pusat menggunakan

tes ini untuk membuat diagnosis awal, angiogram empat-vessel

yang melibatkan bilateral karotid internal dan arteri vertebralis

suntikan wajib ketika tes ini negatif. Selain itu, angiografi

dilakukan selama penyisipan kumparan atau setelah aplikasi bedah

klip ini umumnya disarankan untuk mengevaluasi kecukupan

aneurisma perbaikan dan layar untuk aneurisma sekunder lebih

kecil yang dapat terjawab oleh CT atau Mr Vasospasm, trombosis

lokal, atau sedikt teknik dapat mengakibatkan angiogram palsu-

negatif. Untuk alasan ini, pasien dengan angiogram negatif pada

pemeriksaan pertama harus memiliki studi lanjutan 1 untuk 2

minggu kemudian; aneurisma akan didapatkan sekitar 5% dari

kasus ini. Pengecualian aturan ini adalah pasien dengan

perimesencephalic SAH, yang biasanya tidak memerlukan

angiografi. (Harsono, 2005; Sidharta,2005; Israr, 2008)

e. Terapi

Semua pasien dengan perdarahan subaraknoid harus dievaluasi dan

ditatalaksana dengan prinsip-prinsip kegawatdaruratan dengan menjaga

airway dan fungsi kardiovaskular. Setelah stabilisasi pertama, pasien

harus dipindahkan ke center dengan ahli neurovaskular dan lebih baik

lagi disertai dengan dedicated neurologic critical care unit untuk

mengoptimalkan perawatan. Setelah itu, tujuan utama penatalaksanaan

adalah pencegahan kembalinya perdarahan, pencegahan dan pengaturan

39

Page 40: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

vasopasme dan penatalaksanaan komplikasi medik dan neurologik

lainnya. (Jose, 2006).

Terapi Umum

Tekanan darah harus dijaga dalam batas normal, dan jika perlu, agen

antihipertensi intravena seperti labetalol dan nikardipin dapat digunakan.

Setelah aneurisma diamankan, hipertensi tidak masalah lagi tetapi tidak

ada kesepakatan berapa rentang amannya. Analgetik sering diperlukan dan

agen reversibel seperti narkotik juga diindikasikan. Dua faktor penting

yang dihubungkan dengan hasil akhir yang buruk adalah hiperglikemi dan

hipertermi, keduanya harus segera dikoreksi. Profilaksis terhadap

trombosis vena dalam harus ditatalaksana segera dengan peralatan

kompgresif sekuensial dan heparin subkutan harus ditambahkan setelah

aneurisma ditatalaksana. Antagonis kalsium mengurangi resiko komplikasi

iskemik, dan nimodipin oral juga direkomendasikan. Pemberian jangka

panjang agen anti-fibrinolisis mengurangi kembalinya perdarahan tetapi

dihubungkan dengan peningkatan resiko iskemik serebral dan kejadian

trombotik sistemik. Penatalaksanaan segera untuk aneurisma telah menjadi

tindakan pencegahan utama kembalinya perdarahan, tetapi terapi anti-

fibrinolisis dapat digunakan dalam jangka pendek sebelum tata laksana

aneurisma dilakukan.(Jose, 2006)

Pilihan Terapi untuk Aneurisma

Kini, dua pilihan terapetik utama untuk mengamankan aneurisma yang

ruptur adalah microvascular neurosurgical clipping dan endovascular

coiling. Selama ini, microsurgical clipping merupakan metode yang lebih

disukai. Meskipun waktu yang tepat untuk dilakukan pembedahan masih

diperdebatkan, kebanyakan ahli bedah neurovaskular merekomendasikan

operasi segera.(Jose, 2006).

Bukti dari percobaan klinik mendukung bahwa pasien yang dilakukan

pembedahan segera memiliki tingkat yang lebih rendah atas kembalinya

40

Page 41: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

perdarahan dan cenderung jauh lebih baik daripada pasien yang dioperasi

lebih lambat. Pengamanan aneurisma yang ruptur juga akan memfasilitasi

penatalaksanaan komplikasi selama vasospasme serebral. Meskipun

banyak ahli bedah neurovaskular menggunakan hipotermi ringan selama

microsurgical clipping aneurisma, belum terbukti bermanfaat pada pasien

dengan perdarahan subaraknoid grade rendah.(Jose, 2006).

Penatalaksanaan endovaskular aneurisma telah hadir sebagai

alternative terhadap terapi bedah selama 15 tahun terakhir. Coils terbuat

dari platinum dan disambungkan dengan kabel pembawa (red: seperti

trokar). Setelah posisi yang benar di dalam aneurisma didapatkan, coils

dilepaskan dari kabel. Multiple coils dengan panjang dan diameter

bervariasi sering dimuat ke dalam aneurisma untuk mengeluarkannya dari

sirkulasi.(Jose, 2006).

International Subarachnoid Aneurysm Trial (ISAT) secara prospektif

memeriksa pasien-pasien dengan aneurisma yang dianggap cocok untuk

dilakukan endovascular coiling atau microsurgical clipping. Terutama

untuk sub-grup pasien ini, hasil yang baik (didefinisikan sebagai bebas

cacat selama 1 tahun) signifikan terjadi lebih sering pada pasien-pasien

yang dilakukan endovascular coiling daripada surgical placement of clips.

Resiko epilepsi lebih rendah pada pasien-pasien yang dilakukan

endovascular coiling tetapi resiko kembalinya perdarahan lebih tinggi.

Selain itu, pasien yang di-follow-up dengan angiografi serebral, tingkat

terjadinya complete occlusion pada aneurisma lebih tinggi daripada

surgical clipping.(Jose, 2006).

International Subarachnoid Aneurysm Trial (ISAT) merupakan

penelitian yang memvalidasi teknik endovascular coiling. Namun

demikian, banyak aneurisma tidak benar-benar cocok baik dengan

microsurgical clipping ataupun endovascular coiling. Pada kasus

individual, beberapa faktor, seperti usia dan kondisi medis keseluruhan

pada pasien serta lokasi, morfologi dan hubungan dengan pembuluh darah

terdekat dari aneurisma, perlu dianalisis untuk memutuskan

41

Page 42: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

penatalaksanaan yang paling cocok. Secara umum, pasien berusia lanjut

atau pasien dengan kondisi medik yang buruk sering lebih cocok dengan

endovascular coiling. Aneurisma pada sirkulasi vertebrobasilar atau

aneurisma dalam pada basis kranii, seperti aneurisma paraophtalmik,

mungkin lebih mudah diakses dengan pendekatan endovaskular. Wide-

neck aneurysms (rasio diameter leher dengan lingkar terbesarnya lebih dari

0,5) cenderung kurang cocok dengan endovascular coiling. Aneurisma

yang dihubungkan dengan hematom parenkimal dan yang memiliki

cabang-cabang normal yang muncul dari basis atau dome sering lebih

cocok dengan microsurgical clipping. Sebagai tambahan, untuk aneurisma

yang menyebabkan efek massa lokal, terapi bedah lebih efikasius. Untuk

melakukan analisis lengkap terhadap variabel spesifik di antara pasien dan

tipe aneurisma yang diperlukan untuk menentukan penatalaksanaan yang

cocok pada individu tertentu, kami merekomendasikan evaluasi dilakukan

oleh praktisi yang memiliki pengetahuan rinci tentang bedah

neurovaskular, teknik endovaskular dan neurologic critical care.(Jose,

2006)

.

F. Rehabilitasi Stroke

Pendekatan tim untuk rehabilitasi stroke, mulai dari unit pemulihan stroke

dengan physiatrists berpengalaman dan ahli terapi fisik, telah terbukti

bermanfaat untuk pemulihan pasien yang optimal. Pendekatan ini sangat

membantu dalam mencegah berbagai komplikasi dari stroke seperti infeksi,

kontraktur, dan decubiti, dan memaksimalkan kebebasan pasien dengan

hemiplegia/paresis dengan mengajarkan mereka untuk berpindah secara

efektif dari tempat tidur ke kursi roda. Kegiatan hidup sehari-hari dapat

dioptimalkan dengan kebersihan pribadi, berpakaian, dan juga makan. Depresi

adalah kondisi yang sering ada pada stroke, sebagian karena adanya

42

Page 43: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

ketidakmampuan secara fisik tetapi juga karena ada perubahan kimia otak,

yang dapat merespon dengan baik untuk inhibitor selektif serotonin-reuptake

(SSRI) dan antidepresan trisiklik. Terapis untuk kemampuan bicara harus

dikonsultasikan untuk membantu pasien meningkatkan keterampilan

komunikasi mereka dan keterampilan ADL (activities of daily living).

(Harsono, 2005; Israr, 2008)

G. Pencegahan Stroke

Pencegahan stroke tergantung pada sindrom stroke dan patologinya,

seperti aterosklerosis, arteritis, penyakit jantung, pembedahan, dan

sebagainya, tetapi karena aterosklerosis merupakan penyebab paling umum

dari stroke iskemik, sindrom stroke primer, hanya intervensi untuk mencegah

aterosklerosis yang akan dibahas di sini. (Harsono, 2005; Israr, 2008)

Faktor risiko untuk aterosklerosis yang terkenal dan membutuhkan

keterlibatan aktif dari dokter untuk membantu pasien mengembangkan

pengendalian motivasi untuk mengontrol atau menghentikan faktor risiko

tersebut, yang meliputi hipertensi, merokok, diabetes melitus, kolesterol

tinggi, atau lebih tepatnya, peningkatan low-density lipoprotein (LDL),

obesitas, hidup menetap, dan tingkat stres negatif. Untuk hipertensi, dokter

harus membiasakan diri dengan laporan Komisi Nasional Bersama

Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi VII (JNC7), yang diterbitkan pada

tahun 2003, yang membuat rekomendasi pada tujuan tekanan darah yang

optimal, dengan perubahan gaya hidup untuk membantu proses ini. JNC7

43

Page 44: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

mencatat bahwa untuk setiap peningkatan 10 mmHg sistolik atau tekanan

darah diastolik tekanan darah di atas 115/75, terjadi peningkatan 10% dalam

risiko vaskular untuk penyakit arteri koroner, stroke, dan penyakit pembuluh

darah perifer. Meskipun tidak ada konsensus, studi ALLHAT (anti hipertensi

& Terapi Penurunan Lipid untuk Pengobatan serangan jantung), yang

terutama sebuah studi di Amerika Utara lebih dari 42.000 subyek dengan

hipertensi sedang, yang masih berusia 55 tahun atau lebih tua dan memiliki

salah satu faktor risiko lain untuk penyakit arteri koroner, dipilih secara acak

untuk pengobatan dengan diuretik, sebuah inhibitor angiotensin converting

enzyme (ACE) dan inhibitor saluran kalsium, (masing-masing,

chlorthaladone, lisinopril dan amlodipin). Diuretik se-efektif atau lebih

daripada dua obat lain dalam mencegah komplikasi vaskular termasuk stroke,

meskipun untuk mencapai tekanan darah yang optimal, kebanyakan pasien

membutuhkan pengobatan dengan 2 atau lebih obat antihipertensi. Studi

ALLHAT menyimpulkan bahwa diuretik tidak hanya yang paling mahal,

tetapi juga se-efektif yang lain. Dokter harus yakin dengan obat yang

diresepkan dan secara khusus mewaspadai interaksi obat dan komplikasi lain

yang berkaitan dengan pengobatan. Perlu diingat bahwa mengurangi asupan

garam harian untuk 2 gram yang setara dalam hasil untuk setiap salah satu

agen antihipertensi. Merokok merupakan hal yang adiktif, tetapi upaya agar

pasien berhenti harus dibuat dan diperlukan konseling psikologis dan bantuan

medis. (Harsono, 2005; Israr, 2008)

44

Page 45: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

Diabetes terkontrol dengan hemoglobin A1c mendekati 6% akan

mengurangi kejadian microangiopathy, seperti diabetic retinopathy dan renal

nephropathyl, tetapi pasien sering memiliki kolesterol tinggi dan trigliserida

plus hipertensi atau resistensi insulin dengan apa yang disebut sindrom

metabolik, dan perlu juga memperhatikan resiko lainnya, tidak hanya untuk

kontrol glukosa ketat. Kolesterol tinggi, atau LDL meningkat atau

mengurangi densitas tinggi lipoprotein (HDL) yang aterogenik, meskipun

masalah ini telah menjadi kontroversi selama bertahun-tahun karena pasien

stroke lansia menampilkan kolesterol total dalam kisaran "normal". Namun,

LDL dan HDL--omset studi dan polimorfisme lipoprotein menunjukkan

hubungan antara pola lipoprotein dan stroke atherothrombotik. Selain itu,

penggunaan obat untuk menurunkan kolesterol pada subyek dengan penyakit

jantung koroner dikaitkan dengan penurunan titik akhir primer dan sekunder

untuk penyakit arteri koroner serta stroke iskemik. Penelitian pertama adalah

Simvastatin 4S, atau Studi Kelangsungan Hidup Skandinavia, dari 4.444

subyek dengan penyakit arteri koroner. Selanjutnya, sejumlah studi tersebut

telah diverifikasi pada temuan awal, yang mendukung kesimpulan tentang

peran kolesterol dalam stroke atherothrombotik, dengan manfaat tambahan

dari peran antiimflammatori, eNOS upregulation , dan tindakan lainnya dari

statin. Tingkat LDL yang optimal untuk pasien stroke iskemik harus sama

dengan pasien dengan penyakit arteri koroner, yaitu, pengurangan LDL

kurang dari 100 mg / dL. Karena HDL penting untuk membalikkan

transportasi kolesterol dalam mengambil kolesterol dari plak dan memberikan

45

Page 46: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

kepada hati untuk produksi empedu, tingkat rendah (kurang dari 35 mg / dL)

harus ditingkatkan dengan obat-obatan seperti niacin atau turunan asam fibric.

Karena obat asam fibric dan statin meningkatkan risiko myoglobinuria,

mereka harus digunakan dengan hati-hati, namun beberapa turunan asam

fibric tampaknya memiliki risiko rendah dalam komplikasi ini. Obat asam

fibric meningkatkan kadar Reseptor Proliferator peroxisomal Activated

(PPAR-y), dan ini meningkatkan apo-AI sintesis, lipoprotein utama yang

terkait dengan HDL, sehingga meningkatkan kadar HDL, ditambah

paroxonase, yang dikaitkan dengan HDL dan mencegah oksidasi LDL, bentuk

yang sangat aterogenik LDL. Upaya untuk menghambat kelancaran-otot

proliferasi sel mungkin memiliki relevansi klinis dalam mengurangi

aterosklerosis tetapi kebutuhan dalam bukti vivo. (Harsono, 2005; Israr, 2008)

Obesitas, gaya hidup menetap, dan stres merupakan faktor yang membuat

dokter kemungkinan membutuhkan bantuan asisten yang konsultatif dari

spesialis kesehatan yang memiliki keahlian dibidang ini. Obesitas morbid

mungkin memerlukan intervensi bedah, seperti rekonstruksi lambung.

Mengembangkan keterampilan untuk mengatasi stres mungkin memerlukan

konsultasi kejiwaan atau psikologis. (Harsono, 2005; Israr, 2008)

46

Page 47: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

BABVII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Segi Biologis :

Ny.T 45 tahun, menderita penyakit Stroke perdarahan

Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Ny.S tidak sehat.

2. Segi Psikologis :

Hubungan antara anggota keluarga tergolong baik tetapi hubungan

Ny.S dengan msyarakat sekitar kurang terjalin dengan akrab.

Pengetahuan tentang Stroke yang masih kurang yang berhubungan

dengan tingkat pendidikan yang masih rendah.

Tingkat kepatuhan dalam menjaga pola makan dan melakukan

aktifitas fisik secara rutin masih rendah

3. Segi Sosial :

Perkonomian yang tidak mencukupi menjadi masalah dalam

keluarga ini dalam memperoleh makanan yang bergizi dan rumah

yang layak dan sehat.

4. Segi fisik :

Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Ny.S tidak sehat.

B. SARAN

1. Untuk masalah medis dilakukan langkah-langkah :

Preventif : menghindari faktor resiko dengan menjaga pola makan,

melakukan aktivitas fisik secara teratur dan menghindari rokok,

alkohol dan sebagainya.

Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai stroke dan

pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang menangani.

Kuratif : saat ini penderita memasuki pengobatan fase lanjutan,

47

Page 48: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

Rehabilitatif : memberi dukungan penuh kepada Ny.T untuk

semangat dalam melakukan aktivitas fisik agar tangan dan kaki

kanan tidak disuse atrofi.

2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat

dilakukan langkah-langkah :

Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka

jendela tiap pagi, menjaga kebersihan rumah dan mengatakan kepada

suami penderita untuk tidak merokok di de.pan penderita.

3. Untuk masalah problem ekonomi, dilakukan langkah-langkah :

Rehabilitatif : Pemerintah hendaknya berupaya pemberian

kesempatan memperoleh pendapatan yang layak, sehingga

diharapkan pada masa yang akan datang dapat terlepas dari

kemiskinan. Karena dengan peningkatan pendapatan memungkinkan

untuk dapat membeli makanan yang lebih baik, kondisi pemukiman

yang lebih sehat, dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik.

48

Page 49: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmar .Stroke (0nline), diakses tanggal 14 Mei 2010 http//www.google.com), 2006

Chandra B. Neurology Klinik. Surabaya. Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK UNAIR,

1994

Harsono ed. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press,

2005

Israr, YA.Stroke. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas

Riau, 2008

Jose I.S, Robert W. T.,Warren R.S. Current Concepts Aneurysmal Subarachnoid

Hemorrhage. N Eng J Med 2006

Mardjono M, Sidharta P. Neourologi Klinis Dasar. Jakarta. Dian Rakyat, 2003

Sidharta P. Neurologi Klinik Dalam Praktek Umum. Jakarta. Dian Rakyat, 2005;

49

Page 50: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

Lampiran :

R Ruang tamu dan ruang kamar

Ruang tamu dan ruang kamar

Dapur, tempat cuci piring

Dan kamar mandi

50

Page 51: CVA (Mikyal Azizah 06700226)

Teras depan

51