Upload
vanthuan
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PRASYARAT GELAR ............................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ................................... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
ABSTRACT ..................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 8
1.3 Ruang Lingkup Masalah ........................................................ 8
1.4 Orisinalitas Penelitian ............................................................ 9
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................... 10
1.5.1 Tujuan umum ............................................................. 10
1.52 Tujuan khusus ............................................................. 11
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................. 11
1.6.1 Manfaat teoritis ........................................................... 11
1.6.2 Manfaat praktis ........................................................... 11
1.7 LandasanTeoritis .................................................................... 12
1.8 MetodePenelitian .................................................................... 18
1.8.1 Jenis penelitian ........................................................... 18
1.8.2 Sifat penelitian ............................................................ 19
1.8.3 Data dan sumber data ................................................ 19
1.8.4 Teknik pengumpulan data .......................................... 20
1.8.5 Teknik pengolahan dan analisis data. ......................... 20
ii
BAB II TINJAUN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN,
TRAYEK PENGUMPAN, DAN PELAKSANAAN WAKTU
PENGOPERASIAN ....................................................................... 22
2.1 Pengertian Pengangkutan ....................................................... 22
2.2 Trayek Pengumpan ................................................................. 28
2.3 Pelaksanaan Waktu Pengoprasian .......................................... 30
BAB III PELAYANAN WAKTU PENGOPRASIAN TRAYEK
PENGUMPAN SARBAGITA DITINJAU DARI WAKTU
PENGANGKUTAN BERDASARKAN ATURAN YANG
ADA ................................................................................................. 33
3.1 Profil Transportasi Daerah Sarbagita Di Kabupaten
Badung ................................................................................... 33
3.2 Bentuk Pengawasan Pengoprasian Trayek Pengumpan
Transportasi Sarbagita Oleh Dinas Perhubungan Kabupaten
Badung ................................................................................... 35
3.3 Pelaksanaan Waktu Pengoprasian Trayek Pengumpan
Transportasi Sarbagita Di Kabupaten Badung Jika Terjadi
Keterlambatan Berdasarkan Peraturan Bupati ....................... 38
BAB IV UPAYA HUKUM TERHADAP KUALITAS PELAYANAN
TRANSPORTASI SARBAGITA MENGENAI WAKTU
PENGOPRASIAN TRAYEK PENGUMPAN ............................ 41
4.1 Upaya Dinas Perhubungan Kabupaten Badung Untuk
Mencapai Kualitas Pelayanan ................................................ 41
4.2 Faktor-faktor Yang Menjadi Hambatan DiDalam
Pengoprasian Trayek Pengumpan Trans Sarbagita Di
Kabupaten Badung ................................................................. 44
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 49
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 49
5.2 Saran - saran ........................................................................... 50
iii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 51
DAFTAR RESPONDEN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Peraturan Bupati Nomor 56 Tahun 2011 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Angkutan umum TRayek Pengumpan Trans
Sarbagita Di Kabupaten Badung.
iv
ABSTRAK
Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat saat ini. Pentingnya transportasi bagi masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor meliputikeadaan geografis, perairan yang,laut, sungai dan danau yang memungkinkan pengangkutan dilakukan melalui darat, perairan, dan udara guna menjangkau seluruh wilayah Indonesia untuk melakukan kegiatan. Permasalahan mengenai waktu merupaka suatu problema di bidang pengangkutan di kota metropolitan ini. Untuk menunjang pengoprasian Bus Besar Trans Sarbagita di Kabupaten Badung dioperasikan juga dengan pengoprasian kendaraan umum Trayek Pengumpan Trans Sarbagita. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang menggunakan pendekatan masalah yang bersifat atau bermetode yuridis-empiris yaitu masalah yang diangkat dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan kenyataan pada aktifitas pengoprasian angkutan umum Trayek Pengumpan Trans Sarbagita. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bentukpengawasan, kendala-kendala serta upaya hukum mengenai waktu pengoprasian Trayek Pengumpan Trans Sarbagitadi Wilayah Badung adalah berdasarkan pendekatan hukum preventif dan represif, yaitu pencegahan sebelum terjadinya kasus dan tindak lanjut dari dampak yang ditimbulkan dari kasus tersebut berdasarkan bentuk pengawasan dan pelaksanaan kebijakan pengangkutan, serta upaya hukum administratif yang dikenakan sehingga tujuan dari pengoprasian trayek pengumpan trans sarbagitadapat terwujud di dalam aktifitas pengangkutan dan pembangunan daerah. Kata Kunci : Pengangkutan, Pengawasan, Waktu Pengoperasian
v
ABSTRACT Transport or transportation is a very important field of activity in public life today. The importance of transport to society caused by several factors including geographical location, waters, seas, rivers and lakes that allows transport is made by land, water and air to reach all areas of Indonesia to conduct. Issues regarding the time merupaka a problem in the field of freight in this metropolitan city. To support the operator of the Big Bus Trans Sarbagita in Badung operated well with the public transport operator of Feeder Route Trans Sarbagita. This research is an empirical law that approach issues that are or methodical juridical-empirical issues raised related to the legislation applicable to the reality on the activities of the public transport operator of Feeder Route Trans Sarbagita. From these results it can be concluded bawha form of monitoring, constraints and remedies regarding the time pengoprasian Route Feeder Trans Sarbagita Territory Badung is based on a legal approach of preventive and repressive, that precaution before the occurrence of cases and follow-up of the impact of the case by form of supervision and implementation of the transport policy, as well as administrative remedies imposed so that the purpose of the operator of the trans Sarbagita stretch feeder can be realized in the transport and regional development activities. Keywords: Transport, Control, Time Operation
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri
nusantara yang disatukan oleh wilayah perairan dan udara dengan batas-batas,
hak-hak, dan kedaulatan yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Bahwa dalam
upaya mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mewujudkan Wawasan Nusantara serta
memantapkan ketahanan nasional diperlukan sistem transportasi nasional yang
mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, mempererat
hubungan antar bangsa, dan memperkukuh kedaulatan negara. Sebagai negara
berkembang, bangsa Indonesia harus melaksanakan pembangunan nasional di
segala bidang, di semua aspek kehidupan manusia baik materiil maupun
spiritual.Pembangunan yang dilaksanakan bangsa Indonesia merupakan rangkaian
gerak perubahan menuju kepada kemajuan.Salah satu sarana yang menjadi
sasaran pembangunan nasional adalah bidang ekonomi, karena perekonomian
suatu negara memegang peranan penting dalam menunjang berhasilnya
pembangunan di negara tersebut. Keberhasilan Negara di dalam pembangunan
dukung dengan prasarana dan stabilitas nasional yang mantap, akan membuat
negara tersebut akan lebih mudah dalam mencapai keberhasilan pembangunan
dari segala aspek kehidupan masyarakat, bertujan di dalam mensejahterakan
masyarakat. Sejalan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia terutama
dalam peningkatan produksi barang dan jasa, maka perlu sekali adanya sarana
1
7
guna menunjang mobilitas orang, barang dan jasa dari suatu tempat ke tempat
yang lain guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu sarana yang
diperlukan untuk itu adalah pengangkutan. Sebagai negara kepulauan dan negara
yang sedang berkembang dalam menjalin hubungan dengan luar negeri maka
Indonesia sangat membutuhkan jasa pengangkutan untuk menghubungkan pulau
yang satu dengan pulau yang lain dannegara lain. Kondisi dan keadaan seperti
itulah yang mengakibatkan jasa pengangkutan menjadi sangat penting.1
Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi
masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan
geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang
terdiri dari sebagian besar laut, sungai dan danau yang memungkinkan
pengangkutan dilakukan melalui darat, perairan, dan udara guna menjangkau
seluruh wilayah Indonesia2. Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya akan
kebutuhan alat transportasi adalah kebutuhan kenyamanan, keamanan, dan
kelancaran pengangkutan yang menunjang pelaksanaan pembangunan yang
berupa penyebaran kebutuhan pembangunan, pemerataan pembangunan, dan
distribusi hasil pembangunan diberbagai sektor ke seluruh pelosok tanah air
misalnya, sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan3.
1Soekardono R, Hukum Dagang Indonesia jilid 11, Rajawali Press, Jakarta, 1981, h. 4
2Abdulkadir Muhamad, 2008, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.7.
3Ibid, h. 8.
8
Secara umum, masyarakat yang telah melakukan pergerakan dengan
tujuan yang berbeda-beda membutuhkan sarana penunjang pergerakan berupa
angkutan pribadi (mobil, motor) maupun angkutan umum (paratransit dan
masstransit).Angkutan umum paratransit merupakan angkutan yang tidak
memiliki rute dan jadwal yang tetap dalam beroperasi disepanjang rutenya,
sedangkan angkutan umum masstransit merupakan angkutan yang memiliki rute
dan jadwal yang tetap serta tempat pemberhentian yang jelas.Pada umumnya
sebagian besar masyarakat sangat tergantung dengan angkutan umum bagi
pemenuhan kebutuhan mobilitasnya, karena sebagian besar masyarakat tingkat
ekonominya masih tergolong lemah atau sebagian besar tidak memiliki kendaraan
pribadi.
Banyaknya kelompok yang masih tergantung dengan angkutan umum ini
tidak diimbangi dengan penyediaan angkutan umum yang memadai, terutama
ditinjau dari kapasitas angkut.Akibatnya hampir semua angkutan umum yang
tersedia terisi penuh sesak oleh penumpang.Hal ini menyebabkan para penumpang
berusaha memilih alternatif angkutan umum lainnya yang dirasa lebih nyaman,
efektif dan efisien meskipun dengan biaya yang cukup besar.Hal tersebut
menunjukkan arti pentingnya tranportasi di Indonesia, sehingga pembangunan dan
peningkatan kualitas pelayanan transportasi atau pengangkutan mutlak
diperlukan.Pembangunan yang baik dan berkualitas tidak hanya mengenai
peningkatan mutu sarananya saja, tetapi juga harus menyangkut pembangunan
aspek hukum transportasi sendiri.Pembangunan hukum tidak hanya menambah
peraturan baru atau merobah peraturan lama dengan peraturan baru tetapi juga
9
harus dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi semua pihak
yang terkait dengan sistem transportasi terutama pengguna jasa
transportasi.Mengingat penting dan strategisnya peran lalu-lintas dan angkutan
jalan yang menguasai hajat hidup orang banyak serta sangat penting bagi seluruh
masyarakat, maka pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana
pengangkutan perlu di tata dan dikembangkan dalam sistem terpadu.
Penyelenggaraan lalu-lintas dan angkutan jalan juga perlu dilakukan
secara berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar lebih luas jangkauan dan
pelayanannya kepada masyarakat, dengan tetap memperhatikan kepentingan
umum, kemampuan masyarakat, kelestarian lingkungan, dan ketertiban
masyarakat dalam penyelenggaraan kepentingan masyarakat umum sebagai
pengguna jasa transportasi perlu mendapatkan prioritas dan pelayanan yang
optimal baik dari pemerintah maupun penyedia jasa transportasi. Selain itu
perlindungan hukum atas hak-hak masyarakat sebagai konsumen transportasi juga
harus mendapatkan kepastian.Lalu lintas dan angkutan jalan sekaligus
mewujudkan sistem transportasi nasional yang handal dan terpadu.
Sebagai jawaban atas kebutuhan sarana transportasi Pemerintah Provinsi
Bali pada akhir tahun 2011 meluncurkan pengoperasian Bus Sarbagita. Dasar
penyelenggaraan angkutan umum Trans Sarbagita ini adalah: UU No. 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Perda Provinsi Bali No. 6 Tahun
2009 tentang RPJPD Provinsi Bali Tahun 2005-2025, kesepakatan bersama
Kemenhub dengan Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota di
Wilayah Sarbagita Tanggal 6 Desember 2010, Keputusan Gubernur Bali No.
10
1186/03-F/HK/2010 Tanggal 11 Nopember 2010 tentang Penetapan Jaringan
Trayek, dan Peraturan Gubernur Bali No. 12 Tahun 2011 Tanggal 11 April 2011
tentang Penetapan Standar Pelayanan Minimal.
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
jalan Pasal 139 mengamanatkan bahwa Pemerintah, Pemerintah Propinsi,
Kabupaten/Kota wajib menjamin tersedianya angkutan umum orang dan barang.
Dalam Perda Provinsi Bali No. 16 tentang RTRW Bali Tahun 2009 –
2029.Daerah Bali Selatan seperti Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan
ditetapkan sebagai Kawasan Metropolitan, Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
sekaligus Kawasan Strategis Nasional (KSN). Pada Pasal 22 (1) antara lain
disebutkan pengembangan sistem jaringan transportasi darat diarahkan pada
peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan angkutan umum.
Sementara kondisi eksisting angkutan umum di Kota Denpasar saat ini
memiliki rute trayek terbatas (hanya 13 trayek) dan tidak ada koneksitas antara
trayek yang satu dengan trayek lainnya.Jadwal layanan dan waktu tunggu tidak
jelas (sering lebih dari 1 jam).Angkutan umum pada 13 trayek ini masih dikelola
oleh perseorangan yang tidak mempunyai tanggung jawab terhadap kualitas
pelayanan kepada konsumen (masyarakat). Operatornya (sopir) ngetem di
sembarang tempat, kendaraannya sudah keropos dimakan usia, sudah tidak
nyaman dipakai, serta ongkosnya mahal (Rp. 5.000 sd Rp. 10.000).Trans
Sarbagita merupakan angkutan umum dalam trayek dengan Asal – Tujuan dan
Rute Tetap meliputi 17 Trayek Utama dan 36 Trayek Cabang/Ranting
sebagai feeder, merupakan satu kesatuan sistem jaringan pelayanan jasa
11
transportasi massal di wwilayah Sarbagita. Untuk Trayek Utama menggunakan
bus sedang, dan hanya pada ruas jalan tertentu menggunakan bus besar. Trayek
cabang/ranting menggunakan minibus atau mikrolet.4
Memahami kondisi dan peran Kabupaten Badung sebagai Kota Pariwisata
dalam wilayah Propinsi Bali, dan sebagai bagian kota yang membentuk wilayah
Aglomerasi Perkotaan Sarbagita, maka peranan sistem transportasi yang handal,
cepat, lancar, aman, dan nyaman mutlak diperlukan, untuk mendorong
penyebaran aktivitas ekonomi, perlu diselaraskan dengan bentuk pengawasan-
pengawasan dalam melancarkan kebijakan di bidang pengangkutan serta
menunjang pertumbuhan ekonomi (economic growth) maupun kelancaran
mobilitas masyarakat perkotaan baik yang bermukim dan masyarakat yang datang
berkunjung ke wilayah Propinsi Bali guna menikmati keindahan alam wisata
Bali.Dalam konteks transportasi perkotaan, angkutan umum merupakan
komponen vital yang signifikan mempengaruhi sistem transportasi perkotaan dan
merupakan salah satu urat nadi pertumbuhan ekonomi perkotaan. Kondisi
angkutan umum yang kurang tertata dan belum terencana dengan baik, akan
menyebabkan turunnya efektifitas dan efisiensi sistem transportasi perkotaan
secara menyeluruh, sebaliknya dengan sistem angkutan umum yang baik,
terencana, dan terkoordinasi dengan baik akan meningkatkan efektifitas dan
efisiensi sistem transportasi perkotaan.
4http://www.dishubinkom.baliprov.go.id/informasi/2012/2/angkutan-umum-trans-
sarbagita. Diakses tanggal 22 Agustus 2015.
12
Angkutan umum sebagai pelayanan publik mempunyai dampak yang
besar terhadap jalannya roda perekonomian, maka kelangsungan pelayanan
angkutan umum menjadi sangat penting dan perlu mendapat perhatian yang serius
dari Pemerintah Propinsi Bali, Pemerintah Kota Denpasar, Pemerintah Kabupaten
Badung, Pemerintah Kabupaten Gianyar, dan Pemerintah Kabupaten Tabanan,
maupun semua stake holder yang terkait dengan penyelenggaraan sistem
transportasi perkotaan, dengan mengadopsi pendapat para pakar transportasi yang
mengetengahkan bahwa kota yang baik dan kondusif dapat ditandai antara lain
dengan kondisi sistem transportasinya tertata dengan rapi dan bersahabat dengan
lingkungan, di samping pelayanan angkutan umum perkotaan tersebut telah
terintegrasi dengan pelayanan moda angkutan umum lainnya.5
Untuk menunjang pengoprasian Bus Besar Trans Sarbagita di Kabupaten
Badung ditunjang dengan pengoprasian kendaraan umum trayek pengumpan trans
sarbagita yang dimaksud dalam ketentuan umum Pasal 1 ayat 10 Peraturan Bupati
Badung Nomor 56 Tahun 2011 Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan
Umum Trayek Pengumpan Trans Sarbagita di Kabupaten Badung adalah
kendaraan bus atau non bus umum yang ditetapkan untuk pelayanan jasa angkutan
orang pada trayek pengumpan trans sarbagita. Dengan itu penulis meneliti
keberadaan angkutan pengumpan trans Sarbagita di Kabupaten Badung di dalam
menunjang pengoprasian pengangkutan yang semata-mata bertujuan untuk
5http://bstp.hubdat.dephub.go.id/data/arsip/studi%20pengoperasian%20ang%20
massal%20sarbagita.pdf . Diakses Tanggal 23Agustus 2016.
13
fasilitas umum baik untuk mengurangi kemacetan serta menunjang kepuasan
penumpang dengan beroprasinya bus Sarbagita di Kabupaten Badung.
Berlandaskan latar belakang tersebut cukuplah bagi saya untuk membuat
skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Waktu Pengoperasian Trayek Pengumpan
Pendukung Trans Sarbagita Di Kabupaten Badung Berdasarkan Peraturan
Bupati Badung Nomor 56 Tahun 2011”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan Pelaksanaan
Waktu Pengoperasian Trayek Pengumpan Pendukung Trans Sarbagita Di
Kabupaten Badung Berdasarkan Peraturan Bupati Badung Nomor 56 Tahun
2011diatas maka dapat dikemukakan dua rumusan masalah yang akan dibahas
pada bab berikutnya yaitu :
1. Bagaimanakah pelaksanaan waktu pengoperasian Trayek Pengumpan
Transportasi Sarbagita di Kabupaten Badung?
2. Faktor Apa Yang Menyebabkan Tidak Tercapainya Kualitas Pelayanan
Trayek Pengumpan Trans Sarbagita Di Kabupaten Badung ?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Terhadap permasalahan tersebut diatas, maka perlu ditentukan batasan-
batasan materi yang akan dibahas sehingga memudahkan dalam menyimak
pengertian maupun dalam penyampaian isi dari permasalahan yang akan di bahas
14
agar tidak menyimpang dari pokok pembahasan dan apa yang menjadi persoalan
dapat diuraikan secara tepat dan sistematis.
Adapun ruang lingkup masalah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk permasalahan pertama, pembahasannya yaitu pelayanan waktu
pengoprasian trayek pengumpan Transportasi Sarbagita di Kabupaten Badung
jika terjadi keterlambatan waktu pengangkutan berdasarkan aturan yang
berlaku.
b. Untuk permasalahan kedua, pembahasannya yaitu menelaah faktor-faktor
yang menjadi hambatan didalam pencapaian kualitas pelayanan pengoprasian
dengan Trayek Pengumpan Bus Sabagita Kabupaten di Kabupaten Badung.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Dalam tulisan ini, penulis menggunakan 2 (dua) skripsi ilmu hukum
terdahulu melalui penelusuran Skripsi. Dimana hal itu dimaksudkan sebagai
referensi penulisan dan untuk menghindari terjadinya plagiasi serta menyatakan
bahwa tulisan ini memang hasil karya dan pemikiran penulis sendiri, adapun
skripsi yang penulis maksud adalah :
No Judul Penulis Rumusan Masalah 1 Perlindungan Hukum
Terhadap Penggunaan Jasa Angkutan Biro Perjalanan (Studi Kasus Pada PT.Bali Griyasari Tour &Travel)
Ida Ayu Made Widyari
1. Bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum Terhadap Penggunaan Jasa Angkutan Biro Perjalanan (Studi Kasus Pada PT.Bali Griyasari Tour & Travel)?
2. Apakah kendala-kendala yang ditemui dalam memberikan perlindungan
15
TerhadapPenggunaan Jasa Angkutan Biro Perjalanan (Studi Kasus Pada PT.Bali Griyasari Tour & Travel )
2 Pertanggungjawaban GO-Jek Terhadap Kelalaian Atas Kehilangan Barang
Doni Hermawan 1. Bagaimanakah kedudukan perusahaan GO-Jek dalam memberikan jasa yang optimal dalamj pengangkutan ?
2. Bagaimanakah upaya perlindungan hukum bila terjadi kelalaiam oleh pekerja GO-Jek ?
3 Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Angkutan Umum (Studi Pada Angkutan Umum Jurusan Jatingaleh – UNNES )
Ginanjar Hutomo Bangun
1. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi angkutan umum mengangkut penumpang melebihi batas kapasitas maksimum kendaraan ?
2. Mengapa penumpang tetap menaiki angkutan umum dalam kondisi penuh ?
1.5 Tujuan Penelitian
Tulisan ini mempunyai tujuan, yaitu :
1.5.1 Tujuan umum
Tujuan Umum dari penulisan tulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk pelayanan waktu pengoprasian
Trayek Pengumpan Transportasi Sarbagita jika terjadi keterlambatan
waktu pengangkutan berdasarkan aturan yang berlaku di Kabupaten
Badung.
16
2. Untuk mengetahui bagaimanakah faktor-faktor yang menjadi
hambatan penunjang Bus Besar Sarbagita didalam pencapaian kualitas
pelayanan pengoprasian dengan trayek pengumpan Bus Sabagita di
Kabupaten Badung.
1.5.2 Tujuan khusus
1. Untuk mendalami bagaimana bentu kpelayanan waktu pengoprasian
Trayek Pengumpan Transportasi Sarbagita jika keterlambatan waktu
pengangkutan berdasarkan aturan yang berlaku di Kabupaten Badung.
2. Untuk memahami bagaimanakah pelayanan trayek pengumpan
sarbagita terhadap pengoprasian Bus Sarbagita terhadap kepuasan
penumpang di Kabupaten Badung dari data Dinas Perhubungan
Kabupaten Badung.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan hukum mengenai bentuk tanggung jawab dan suatu perjanjian.
1.6.2 Manfaat praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan informasi
dan sumbangan pemikiran terhadap permasalahan khususnya dalam bentuk
tanggung jawab dan suatu perjanjian.
17
1.7 Landasan Teoritis
Dalam membahas permasalahan tersebut maka digunakan beberapa
landasan teori maupun pendapat para sarjana yang erat kaitannya dengan masalah
yang dibahas maupun teori-teori yang digunakan dalam permasalahan ini:
Pengangkutan melingkupi pengangkutan darat dengan kereta api atau
pengangkutan darat dengan kendaraan umum,pengangkutan perairan dengan
kapal dan pengangkutan udara dengan pesawat udara. Aspek hukum publik pada
pengankutan seperti akta pendirian perusahaan, surat izin usaha,pendaftaran
perusahaan, pengumuman perusahaaan dalam berita Negara, dan infrastruktur
pengangkutan niaga diatur dalam undang-undang. Aspek hukum pperdata pada
pengangkutan seperti kontrak carter, kewajiban dan pihak-pihak, ganti kerugian
akibat wanprestasi, upaya mengatasi resiko dengan asuransi dan cara penyelesaian
sengketa pengangkutan diatur dengan perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak dan
kebiasaan yang hidup dalam masyarakat.
Pengangkutan darat dengan kendaraan umum diatur dalam Undang-
Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Selain itu
pengangkutan telah diatur dalam KUHD.Ketentuan pasal-pasal KUHD tersebut
bersifat lex generalis, artinya berlaku umum untuk semua jenis
pengangkkutan.Pengangkutan darat dengan kendaran umum diadakan dengan
perjanjian antara Perusahaan Pengangkutan Umum dan penumpang atau pemilik
barang.
Konsep pengangkutan meliputi tiga aspek, yaitu pengangkutan sebagai
usaha (business), pengangkutan sebagai perjanjian (agreement)dan pengankutan
18
sebagai proses penerapan (applying process). Ketiga aspek pengangkutan tersebut
menyatakan kegiatan yang terakhir dengan pencapaian tujuan
pengangkutan.Tujuan kegiatan usaha pengangkutan adalah memperoleh
keuntungan dan atau laba, tujuan kegiatan perjanjian pengangkutan adalah
memperoleh hasil realisasi yang diinginkan oleh pihak-pihak dan tujuan kegiatan
pelaksanaan pengangkutan adalah memperoleh keuntungan dan tiba dengan
selamat ditempat tujuan. Ketiga aspek pengangkutan tersebut menyatakan
kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan pelakunya.
Pada hakikatnya hukum pengangkutan mengandung ide atau konsep yang
abstrak, akan tetapi meskipun bersifat abstrak, hukum dibuat untuk
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai payung penerpan
pengangkutan. Sebab itu perlu adanya suatu kegiatan untuk mewujudkan ide-ide
tersebut ke dalam masyarakat yang senantiasa berubah, baik perubahan yang
berkembang secara alami, perubahan masyarakat yang cepat
(revolusioner) maupun perubahan masyarakat yang direncanakan dan diarahkan
secara bertahap dan wajar.
Untuk itu, walaupun pembangunan mengharuskan rangkaian perubahan,
akan tetapi sangat mutlak pula dipeliharanya ketertiban dalam masyarakat dengan
pengawasan. Bukan sebaliknya, menghambat usaha pembaharuan karena semata-
mata ingin mempertahankan nilai-nilai lama. Sesungguhnya hukum dapat tampil
ke depan menunjukkan arah dan memberi jalan bagi perubahan.
Perkembangan dan perubahan sosial yang demikian pesat sebagai akibat
perkembangan teknologi dan industri, menghendaki hadirnya suatu tatanan
19
hukum yang mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang dikehendaki masyarakat,
yang tentunya sejalan dengan tujuan bernegara sebagaimana dirumuskan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Memperhatikan hal tersebut, pembangunan hukum nasional yang diselenggarakan
terdiri dari empat komponen:
1. budaya hukum/materi hukum,
2. lembaga/organisasi,
3. aparatur dan mekanisme hukum,
4. serta sarana dan prasarana hukum6.
Keempat komponen itu tidak hanya berkaitan satu dengan yang lain, tetapi
juga saling pengaruh mempengaruhi, sehingga sekalipun misalnya kita berhasil
menyusun materi hukum dengan sempurna, akan tetapi apabila hal tersebut tidak
didukung oleh dan berinteraksi dengan budaya hukum yang sesuai, aparatur
hukum yang profesional, bahkan juga sarana dan prasarana hukum yang cukup
modern dan memadai, maka seluruh materi hukum itu tidak mungkin akan dapat
diterapkan dan ditegakkan sebagaimana diharapkan, sehingga materi hukum itu
hanya tinggal menjadi huruf mati belaka.
Di sinilah esensi politik hukum nasional menurut Abdul Hakim Garuda
Nusantara yang berperan dalam empat hal, yaitu: Pertama, pelaksanaan ketentuan
hukum yang telah ada secara konsisten, Kedua, pembangunan hukum yang
intinya adalah pembaruan terhadap ketentuan hukum yang telah ada dan dianggap
6Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1996, Pola Pikir dan Kerangka Sistem
Hukum Nasional, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, h. 6.
20
usang, dan penciptaan ketentuan hukum baru yang diperlukan untuk memenuhi
tuntutan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Ketiga, penegasan fungsi
lembaga penegak dan pelaksana hukum dan pembinaan anggotanya. Keempat,
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.7
Pembangunan transportasi diarahkan untuk mendukung kegiatan ekonomi,
sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan
pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan
pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional
untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk
struktur ruang dalam dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional.
Dalam kaitan dengan penyelarasan peraturan perundang-undangan, maka khusus
Hukum Pengangkutan Darat (Angkutan Jalan) telah terbit Undang-Undang No. 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menggantikan
Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Bila dicermati, ketentuan tersebut dapat diperhatikan adanya berbagai
perkembangan baru dalam pangaturan Hukum Pengangkutan Darat (Angkutan
Jalan):Penerapan Prinsip Good Governance dalam Hukum Pengangkutan Darat.
Sejalan dengan komitmen nasional untuk melakukan transformasi dan reformasi
di berbagai bidang, termasuk Hukum Pengangkutan Darat, dewasa ini di
Indonesia, Khususnya di Kabupaten Badung, angkutan modern Sarbagita dituntut
7 Abdul Hakim Garuda Nusantara, 2000, Politik Hukum Nasional, Karya Latihan
Bantuan Hukum (Kalabahu), Jakarta h. 31.
21
untuk dapat membentuk kemitraan antara pemerintah dengan swasta dan
masyarakat madani secara konkrit.
Pemantauan dan penjagaan keamanan, keselamatan, ketertiban dan
kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan Sarbagita oleh instansi pembina dan
penyelenggara lalu lintas dan angkutan jalan di tingkat pusat dan daerah dalam
penyempurnaan peraturan, pedoman, dan standar teknis di bidang lalu lintas dan
angkutan jalan.
Pendapat dan pertimbangan kepada instansi pembina dan penyelenggara
lalu lintas dan angkutan jalan di tingkat pusat dan daerah terhadap kegiatan
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang menimbulkan dampak
lingkungan, dandukungan terhadap penyelenggara lalu lintas dan angkutan jalan.8
Di dalam Pasal 213 ditentukan bahwa pemerintah wajib mengawasi kepatuhan
pengguna jalan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dalam
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.
Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, maka pemerintah wajib:
a. Merumuskan dan menyiapkan kebijakan, strategi, dan program pembangunan
lalu lintas dan angkutan jalan.
b. Membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana lalu lintas dan
angkutan yang ramah lingkungan.
c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perusahaan angkutan umum,
pemilik dan/atau pengemudi kenderaan bermotor yang beroperasi di jalan, dan
8 Siti Nurbaiti, 2009, Hukum Pengangkutan Darat (Jalan dan Kereta Api),
Universitas Trisakti, Jakarta, h. 25-39.
22
d. Menyampaikan informasi yang benar dan akurat tentang kelestarian
lingkungan di bidang lalu lintas dan angkutan.
Demikian juga dengan hak dan kewajiban perusahaan angkutan umum
ditentukan dalam Pasal 214 dan 215 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009, yang
menentukan bahwa perusahaan angkutan umum berhakmemperoleh kemudahan
dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang ramah lingkungan,
sertaberhak memperoleh informasi mengenai kelestarian lingkungan di bidang
lalu lintas dan angkutan jalan.
Di sisi lain undang-undang ini juga menentukan berbagai
kewajiban perusahaan angkutan umum sebagaimana diatur dalam Pasal 215:
a. Melaksanakan program pembangunan lalu lintas dan angkutan jalan yang
ramah lingkungan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
b. Menyediakan sarana lalu lintas dan angkutan jalan yang ramah lingkungan
c. Memberi informasi yang jelas, benar dan jujur mengenai kondisi jasa
angkutan umum.
d. Memberi penjelasan mengenai penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan
sarana angkutan umum; dan
e. Mematuhi baku mutu lingkungan hidup.
Jadi dalam penulisan skripsi ini menekankan bagaimana pengawasan dari
Pihak Dinas Perhubungan Kabupaten Badung dalam menjalankan jasa angkutan
modern di Kota Denpasar sejalan dengan aturan-aturan Hukum Pengangkutan
yang ada.
23
1.8 Metode Penelitian
Metode dapat diartikan, sebagai cara yang tepat untuk melakukan sesuatu,
sedangkan logi/logos adalah ilmu atau pengetahuan. Dengan demikian metodologi
dapat diartikan sebagai cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran
secara seksama untuk mencapai tujuan.Sedangkan penelitian berarti suatu
kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisa sampai
menyusun laporannya.9
Dengan menggunakan beberapa hal tersebut seseorang diharapkan mampu
untuk menemukan dan menganalisa masalah yang diteliti sehingga dapat
mengungkapkan suatu kebenaran, karena metode memberikan pedoman tentang
cara bagaimana seorang ilmuwan mempelajari memahami dan menganalisa
permasalahan yang dihadapi.
1.8.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan
metode yuridis empiris. Metode yuridis yaitu suatu metode penulisan hukum yang
berdasarkan pada teori-teori hukum, literatur – literatur dan peraturan perundang –
undangan yang berlaku dalam masyarakat.Sedangkan metode empiris yaitu suatu
metode dengan melakukan observasi atau penelitian secara langsung kelapangan
guna mendapat kebenaran yang akurat dalam proses penyempurnaan skripsi ini.10
9 Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 2001, Metodologi Penelitian, PT. Bumi
Aksara, Jakarta, h.1. 10 Bahder Johan Nasution, 2008,Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju,
Bandung, h.3.
24
1.8.2 Sifat penelitian
Dalam penulisan skripsi ini digunakan penelitian yang sifatnya deskriptif
yaitu penelitian yang berupaya untuk menggambarkan secara tepat mengenai
sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau untuk menentukan ada tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.11
1.8.3 Data dan sumber data
Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada dua jenis yaitu data
primer dan data sekunder:
1.8.3.1 Data Primer adalah data yang bersumber dari sumber pertama dilapangan
baik dari responden maupun informan.Dimana diperoleh dari hasil
wawancara dengan staf-staf Dinas Perhubungan Kabupaten Badung.
1.8.3.2 Data Sekunder adalah suatu data yang bersumber dari data yang sudah
terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan hukum, yang meliputi :
1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat,
meliputi peraturan perundang-undangandan terdiri dari :
a. UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
b. Perda No. 6 Tahun 2009 RRJPD Provinsi Bali Tahun 2005-2025.
c. Keputusan Gubernur Bali No. 1186/03-F/HK 2010 Tanggal 11
Nopember 2010, Tentang Penetapan Jaringan Trayek.
d. Peraturan Gubernur Bali No. 12 Tahun 2011 Tanggal 11 April
2011 Tentang Penetapan Standar Pelayanan Minimal.
11 Amiruddin, Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.25.
25
e. Perda Nomer 16 Tentang RTRW Bali Tahun 2009-2029 Daerah
Bali Selatan.
f. Peraturan Bupati Badung Nomor 56 Tahun 2011 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Angkutan Umum Trayek Pengumpan Trans
Sarbagita Di Kabupaten Badung.
2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku, literature yang
berkaitan dengan permasalahan yang ada.
1.8.4 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini menggunakan
teknik kepustakaan dan teknik wawancara, yaitu:
a. Teknik kepustakaan yaitu membaca dan mencatat informasi serta keterangan
yang diperoleh dari literatur-literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan
yang dibahas.
b. Uuntuk data lapangan digunakan teknik interview atau wawancara dilakukan
terhadap informan yaitu staf-staf dari Dinas Perhubungan Kabupaten Badung
serta dari pihak-pihak terkait lainnya.
1.8.5 Teknik pengolahan dan analisis data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan tersebut, baik berupa data primer
maupun data sekunder yang merupakan hasil dari studi dokumen dan wawacara,
kemudian diolah secara kualitatif. Kemudian mengkualifikasikan dan
mengumpulkan data berdasarkan kerangka penulisan skripsi secara menyeluruh,
yang selanjutnya data yang diklasifikasikan tersebut dianlisis secara deskriptif
26
kualitatif yaitu dengan cara menggambarkan secara tepat mengenai hal-hal yang
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti secara jelas dan sistematis yang
kemudian dapat diolah serta disajikan dalam bentuk laporan, dimana dapat
diperoleh suatu kesimpulan atas permasalahan yang dibahas.12
12 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Pres, Jakarta, h.197.