128
DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI HUTAN LINDUNG PULAU JAMPEA IMPACT OF COMMUNITY’S ACTIVITIES ON FUNCTIONS OF PROTECTED FOREST OF JAMPEA ISLAND YUSRI ADIY PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT

TERHADAP FUNGSI HUTAN LINDUNG PULAU JAMPEA

IMPACT OF COMMUNITY’S ACTIVITIES ON FUNCTIONS OF

PROTECTED FOREST OF JAMPEA ISLAND

YUSRI ADIY

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

Page 2: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT

TERHADAP FUNGSI HUTAN LINDUNG PULAU JAMPEA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Disusun dan diajukan oleh

YUSRI ADIY

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

Page 3: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …
Page 4: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Yusri Adiy

Nomor Mahasiswa : P0303210006

Program studi : Pengelolaan Lingkungan Hidup

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis

ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, Agustus 2012 Yang menyatakan Yusri Adiy

Page 5: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat-Nya jualah sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Gagasan yang melatari tajuk permasalahan ini timbul dari hasil

pengamatan penulis terhadap aktivitas masyarakat yang berkerja di dalam

kawasan hutan dengan penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi

kebutuhan minimum mereka. Penulis bermaksud menyumbangkan

beberapa konsep untuk merubah pola pikir mereka yang telah banyak

mengantungkan hidup di sekitar kawasan hutan ke taraf yang lebih baik.

Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka

penyusunan tesis ini, yang hanya berkat bantuan berbagai pihak, maka

tesis ini selesai pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis dengan

tulus menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Baharuddin Nurkin, M.Sc sebagai Ketua Komisi Penasihat

dan Prof. Dr. Ir. Yusran Yusuf, M.Si sebagai Anggota Komisi

Penasehat atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mulai

dari pengembangan minat terhadap penulisan tesis ini.

2. Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka, M.Sc, Dr. Ir. Usman Arsyad, M.S, Prof.

Dr. Ir. Sitti Bulkis, M.S sebagai Anggota Komisi Penguji atas saran dan

kritik yang membangun guna penyempurnaan tesis ini.

3. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Patta Intang (Alm) dan Ibunda

Bau Radja (Alm), yang semasa hidupnya selalu memberikan limpahan

Page 6: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

kasih sayang, do’a, perhatian dan dukungan baik secara spiritual

maupun materiil.

4. Ibu Sitti Rugayah dan Saudara-saudaraku Kak Anty, Kak Agus, Kak

Appi atas dukungan dan perhatiannya.

5. Yang terspesial Rahmawati yang selalu memberikan motivasi dan

menginspirasi saya dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Dg. Siaga, Marsil, Salbi, A. Ambon, A. Gazali atas kerjasama dan

kebersamaannya selama penulis di lokasi penelitian.

7. Akhiruddin M.J dan Hasrianti serta seluruh teman-teman di PLH

angkatan 2010 yang telah banyak membantu dalam rangka

penyusunan tesis ini dan yang terakhir ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada mereka yang namanya tidak tercantum tetapi

telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Makassar, Agustus 2012

Yusri Adiy

Page 7: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

ABSTRACK

YUSRI ADIY. Impacts of Community’s Activities on Functions of Protected Forest of Jampea Island (supervised by Baharuddin Nurkin and Yusran Yusuf).

This research aimed at investigating (1) the activity forms conducted by the community within and around the protected forest area of Jampea Island. (2) the impact brought about by the activities towards the protected forest functions in Jampea Island.

The research was carried out in Jampea Island, Selayar

Archipelago Regency, South Sulawesi Province. This was a case study research. The research used the combination between qualitative and quantitative approaches. In the research, there were two types of data, they were the primary data by an interview and the secondary data by a direct observation. The collected data were analyzed by qualitative descriptive method by describing and elaborating all forms of activities conducted by the community in the forest area and the impacts of the community’s activities which were frequently carried out in the forest area.

The research result indicates that there are many activities carried

out by the community of Jampea Island in the protected forest area. The activities are; felling wood, gardening, recreation, seeking firewood, taking cane, making palm sugar and hunting. The Impacts caused by the community’s activities in the protected forest area are as follows: the positive impacts such as: recreational activity, the activity of making palm sugar and hunting activity. Where as the negative impacts are: the river water becomes unstable and even undergoes siltation of water up to dry, felling the trees that are still alive and hunting activity which can disturb the ecosystem balance and threat the extinction of the species having been rare.

Page 8: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

ABSTRAK

YUSRI ADIY. Dampak Aktivitas Masyarakat terhadap Fungsi Hutan Lindung Pulau Jampea. (dibimbing oleh Baharuddin Nurkin dan Yusran Yusuf).

Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) bentuk-bentuk aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat didalam dan disekitar kawasan hutan lindung Pulau Jampea. (2) dampak yang ditimbulkan dari aktivitas tersebut terhadap fungsi hutan lindung Pulau Jampea.

Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Jampea Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kombinasi antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini ada dua jenis data yaitu data primer dengan wawancara dan data sekunder mealui observasi langsung. Data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan menggambarkan dan menguraikan segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di dalam kawasan hutan dan dampak-dampak dari aktivitas masyarakat terhadap kegiatan yang sering dilakukan pada kawasan hutan tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Pulau Jampea didalam kawasan hutan lindung. Aktivitas tersebut adalah menebang kayu, berkebun, rekreasi, mencari kayu bakar, mengambil rotan, menbuat gula aren dan berburu. Dampak-dampak yang ditimbulkan dari aktivitas masyarakat didalam kawasan hutan lindung sebagai berikut ; dampak positif misalnya aktivitas rekreasi, aktivitas membuat gula aren, aktivitas perburuan. Sedangkan dampak negatif misalnya air sungai menjadi tidak stabil dan mengalami pendangkalan bahkan air sampai kering, penebangan pohon yang masih hidup, dan aktivitas perburuan yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan mengancam kepunahan jenis yang sudah langka.

Page 9: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGAJUAN

HALAMAN PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

PRAKATA

i

ii

iii

iv

v

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 4

D. Kegunaan Penelitian 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 5

A. Hutan dan Hasil Hutan 5

B. Pemanfaatan Hutan 8

C. Kawasan Hutan Lindung 12

Page 10: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

D. Aktivitas Masyarakat dalam Kawasan Hutan Lindung 16

E. Masyarakat Hutan dan Ketergantungannya terhadap Hasil Hutan 1. Hasil-hasil Hutan Non Kayu

2. Jasa-jasa Lingkungan

18

23

24

F. Dampak dan Analisis

1. Dampak

2. Analisis

G. Pola Pemanfaatan Kawasan Hutan

1. Interaksi Positif Masyarakat dengan Kawasan Hutan Lindung

2. Interaksi Negatif Masyarakat dengan Kawasan Hutan Lindung

25

25

30

35

38

39

H. Kerangka Pikir Penelitian 40

I. Definisi Operasional 43

III. METODE PENELITIAN 45

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 45

B. Pengelolaan Peran Peneliti 46

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 46

D. Populasi dan Teknik Sampel 48

E. Sumber Data 48

F. Teknik Pengumpulan Data 49

G. Teknik Analisis Data 50

H. Pengecekan Validitas Temuan 50

I. Bagan Alir Penelitian 51

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 53

A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 53

Page 11: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

1. Keadaan Bio-Fisik

2. Pembagian Wilayah Administratif

3. Pola Penggunaan Lahan

4. Jenis Komoditi Yang Diusahakan

5. Kelembagaa Penyuluhan Pertanian

6. Lembaga Pelayanan Petani

7. Pelayanan Sarana Produksi

8. Kelembagaan Kelompok Tani

53

57

58

60

66

66

67

68

B. Deskripsi Kawasan Hutan Lindung Pulau Jampea 70

C. Aktivitas-aktivitas Masyarakat dalam Kawasan Hutan Lindung Pulau Jampea

1. Menebang Kayu

2. Berkebun dalam Kawasan Hutan Lindung

3. Rekreasi

4. Mencari Kayu Bakar

5. Mengambil Rotan

6. Membuat Gula Aren

7. Berburu

73

74

76

79

82

84

86

88

D. Dampak yang ditimbulkan dari Aktivitas Masyarakat dalam Kawasan Hutan Lindung Pulau Jampea

90

E. Strategi Penanggulangan Dampak 92

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

96

96

97

DAFTAR PUSTAKA 98

LAMPIRAN 102

Page 12: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

DAFTAR TABEL

Nomor halaman

1. Bentuk-bentuk aktivitas beserta bentuk dampak yang potensial ditimbulkan di dalam kawasan hutan lindung

17

2. Tahap-tahap penelitian dan jadwalnya 47

3. Luas dan persentase kelas lereng pulau Jampea 54

4. Luas dan persentase Jenis Tanah pulau Jampea

55

5. Rata-Rata Curah Hujan (mm) periode 2001 – 2010 Wilayah Pulau Jampea

56

6. Nama Desa, Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jumlah KK di Wilayah Kecamatan Pasimasunggu

58

7. 8.

Nama Desa, Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jumlah KK di Wilayah Kecamatan Pasimasunggu Timur Pola Penggunaan Lahan di Kecamatan Pasimasunggu

58 59

9.

10.

Pola Penggunaan Lahan di Kecamatan Pasimasunggu Timur Jenis Komoditi, Luas Lahan Tanaman Pangan dan Hortikultura yang diusahakan di Kecamatan Pasimasunggu

59 60

11. Jenis Komoditi, Luas Lahan Tanaman Kayu di Wilayah Kecamatan Pasimasunggu

61

12. Jenis Komoditi, Luas Lahan Tanaman Perkebunan yang diusahakan di Kecamatan Pasimasunggu

61

13.

14.

Jenis Ternak, Populasi yang diusahakan di Kecamatan Pasimasunggu Jenis Komoditi Yang diusahakan, Luas Lahan dan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura di Wilayah Kecamatan Pasimasunggu Timur

62

63

Page 13: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

15.

16.

17.

18.

19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.

Jenis Komoditi , Luas Lahan dan Produksi Perkebunan yang diusahakan oleh Masyarakat di Wilayah Kecamatan Pasimasunggu Timur Jenis Ternak, Populasi dan Jumlah Ternak di Wilayah Kecamatan Pasimasunggu Timur Jenis Komoditi, Luas Lahan Tanaman Kayu di Wilayah Kecamatan Pasimasunggu Timur Lembaga Pelayanan Petani yang berada di Kecamatan Pasimasunggu Lembaga Pelayanan Petani yang ada di Wilayah Kerja Kecamatan Pasimasunggu Timur Kelompok Tani, Kelas Kelompok dan Jumlah Anggota Kelompok yang ada Di Kecamatan Pasimasunggu Kelembagaan Kelompok Tani yang ada di Wilayah Kecamatan Pasimasunggu Timur Bentuk-bentuk aktivitas masyarakat di dalam kawasan hutan lindung Pulau Jampea Daftar Frekuensi dan Persentase Responden yang berkesempatan memperbaiki Rumah Daftar Nama, Umur Petani, Luas Lahan yang dikelola untuk berkebun, kelerengan dan Pendapatan responden perbulan berdasarkan hasil wawancara dengan petani di Desa Kembangragi Kecamatan Pasimasunggu Daftar Frekuensi dan Persentase Responden yang melakukan aktivitas rekreasi di dalam kawasan hutan lindung Desa Ma’minasa Kecamatan Pasimasunggu Daftar Nama, Umur Petani, dan Luas Lahan serta Persentase yang beraktivitas mencari kayu bakar pada kawasan hutan lindung Desa Bontobaru Kecamatan Pasimasunggu Timur Daftar Frekuensi dan Persentase Responden yang melakukan aktivitas mengambil rotan di dalam kawasan hutan lindung Desa Bontobaru Kecamatan Pasimasunggu Timur

64

64

65

66

67

68

69

73

76

78

81

83

85

Page 14: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

28. 29. 30. 31.

Daftar Nama, Umur Petani, Luas Lahan, Potensi Aren dan Pendapatan responden perbulan berdasarkan hasil wawancara dengan petani aren di Desa Bontobaru Kecamatan Pasimasunggu Timur Daftar Frekuensi dan Persentase Responden yang beraktivitas sebagai pemburu rusa dan babi pada kawasan hutan lindung Desa Ma’minasa Kecamatan Pasimasunggu Bentuk-bentuk aktivitas beserta bentuk dampak yang potensial ditimbulkan di dalam kawasan hutan lindung Pulau Jampea Strategi yang dapat dilakukan dalam upaya penanggulangan dampak negatif yang ditimbulkan akibat aktivitas masyarakat di dalam kawasan hutan lindung Pulau Jampea

86

89

91

94

Page 15: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

DAFTAR GAMBAR

Nomor halaman

1. Kerangka pikir penelitian 42

2. Peta lokasi penelitian 46

3. Bagan alir tahap-tahap penelitian 51

4. Sebaran kelas kelerengan di Pulau Jampea 54

5. Sebaran jenis tanah di Pulau Jampea 55

6. Bekas penebangan pohon (kayu bayam) di dalam kawasan hutan lindung yang sudah berpuluh- puluh tahun lamanya

72

7. Hasil penebangan kayu dengan menggunakan gergaji rantai di kawasan hutan lindung

75

8. Kebun Masyarakat didalam kawasan hutan lindung yang berisi coklat (A), pisang dan jambu mente (B) serta jagung dan kacang-kacangan (C)

77

9. Masyarakat Desa Ma’minasa Kecamatan Pasimasunggu yang sedang mandi di Air Terjun Belanda (A) Dan Je’ne Dosolo (B) dalam kawasan hutan lindung

80

10. Salah satu contoh kayu bakar yang diambil oleh masyarakat di kawasan hutan lindung

82

11. Aktivitas masyarakat mengambil rotan didalam kawasan hutan lindung Desa Bontobaru Kecamatan Pasimasunggu Timur

84

12. Salah satu aktivitas masyarakat mulai dari proses mengambil hasil sadapan bunga aren yang menghasilkan nira dari pohonnya (A), menyiapkan kayu bakar (B) dan dimasak (C) lalu dimasukkan ke cetakan dan menjadi gula aren (D)

87

13. Kubangan babi dan ini tempat yang sering dipakai untuk memburu babi dan rusa oleh masyarakat yang letaknya di dalam kawasan hutan lindung Pulau Jampea

88

Page 16: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor halaman

1. Pedoman wawancara penelitian 102

2. Nama, Alamat, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan Responden yang beraktivitas sebagai penebang kayu di dalam kawasan hutan lindung Pulau Jampea Desa Ma’minasa Kecamatan Pasimasunggu Kabupaten Kepulauan Selayar

104

3. Nama, Alamat, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Luas Lahan dan Pendapatan responden yang beraktivitas sebagai pembuka lahan/berkebun di dalam Kawasan Hutan Lindung Pulau Jampea Desa Kembangragi Kecamatan Pasimasunggu Kabupaten Kepulauan Selayar

105

4. Nama, Alamat, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan responden melakukan aktivitas rekreasi di dalam Kawasan Hutan Lindung Pulau Jampea Desa Ma’minasa Kecamatan Pasimasunggu Kabupaten Kepulauan Selayar

106

5. Nama, Alamat, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Luas Lahan, Jumlah Pohon Aren yang dimiliki dan Pendapatan responden yang beraktivitas sebagai pencari kayu bakar dan pembuat gula aren di dalam Kawasan Hutan Lindung Pulau Jampea Desa Bontobaru Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar

107

6. Nama, Alamat, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan Responden yang beraktivitas sebagai pengambil rotan di dalam kawasan hutan lindung Pulau Jampea Desa Bontobaru Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar

108

7. Nama, Alamat, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan Responden yang beraktivitas sebagai pemburu rusa dan babi di dalam kawasan hutan lindung Pulau Jampea Desa Ma’minasa Kecamatan Pasimasunggu Kabupaten Kepulauan Selayar

109

Page 17: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

8. Peta lokasi pengambilan sampel 110

9. Permohonan Izin Penelitian Ke Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Cq. Kepala Baltbangda (Balai Penelitian dan Pengembangan Daerah) di Makassar

111

10. Izin/Rekomendasi Penelitian ke Bupati Kepulauan Selayar di Benteng

112

11. Surat Pengantar Izin Penelitian ke Camat Pasimasunggu Kabupaten Kepulauan Selayar

113

12. Surat Pengantar Izin Penelitian ke Camat Pasimasunggu

Timur Kabupaten Kepulauan Selayar

114

Page 18: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti

dan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial,

pembangunan dan lingkungan hidup. Telah diterima sebagai kesepakatan

internasional bahwa hutan yang berfungsi penting bagi kehidupan dunia,

harus dibina dan dilindungi dari berbagai tindakan yang berakibat

rusaknya ekosistem dunia.

Luas hutan alam Indonesia menyusut dengan kecepatan yang

sangat mengkhawatirkan dan kerusakannya bukan sepenuhnya salah

pemerintah. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya

sebesar 72 % dan disebabkan oleh rakyat kecil (Yulistira, 2010). Jadi

untuk mengatasi kerusakan hutan Indonesia seperti yang terjadi sekarang,

perlu adanya regulasi untuk menjalankan undang-undang yang mengatur

tentang kehutanan dan implementasinya yang efektif agar nantinya hutan

di Indonesia tetap ada dan terjaga kelestariannya. Keputusan Presiden

No. 32/1990, Undang-undang No. 41/1999, Peraturan Pemerintah No.

44/2004 dan No. 6/2007 yang direvisi dengan Peraturan Pemerintah No.

3/2008, secara jelas menyebutkan fungsi, kriteria dan jenis kegiatan

pemanfaatan yang dilakukan di hutan lindung.

Page 19: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Kabupaten Kepulauan Selayar mempunyai kawasan hutan dengan

luas menurut fungsi pokok yaitu fungsi lindung dan fungsi produksi

sebesar 13.700,70 Ha. Salah satu kawasan hutan berada di Pulau

Jampea yang ditunjuk pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Pertanian No. 760/Kpts/Um/10/82 pada tanggal 12 Oktober 1982 sebagai

kawasan hutan lindung seluas 6.538,40 Ha.

Kawasan hutan lindung Pulau Jampea dengan aset sumber daya

alam hayati yang berada di dalamnya memiliki peran penting. Aset-aset

tersebut dalam menciptakan manfaat saling berkaitan menjadi sebuah

kawasan penyangga kehidupan di sekitarnya. Keterkaitan manfaat

tersebut berkesinambungan dalam menjaga kestabilan fungsi lingkungan.

Hal ini menjadi faktor strategis dalam menunjang kehidupan, mulai dari

kestabilan pola tata air, kesuburan lahan, perbaikan kualitas iklim mikro

dan perlindungan terhadap faktor perusak alami.

Penurunan fungsi dan potensi hutan di Pulau Jampea seiring

dengan makin berkurangnya luasan yang dapat dipertahankan menjadi

permasalahan yang ditemui akhir-akhir ini. Berbagai aktivitas manusia

dilakukan untuk mengubah fungsi hutan secara ekologis menjadi

pemanfaatan lahan secara ekonomis. Kerusakan hutan di Pulau Jampea

umumnya diakibatkan oleh penebangan besar-besaran dan pembukaan

lahan untuk berkebun. Hal ini tentu saja akan menimbulkan fenomena

baru bagi kawasan yang selama ini menggantungkan hidup pada

keberadaan hutan.

Page 20: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Keberadaan hutan di Pulau Jampea sangat diperlukan dalam

menjaga keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan dapat memberikan

pengaruh positif bagi lingkungan di sekitarnya dan hal ini berkaitan erat

dengan fungsi hutan sebagai fungsi lindung terhadap sumber daya alam

yang ada. Apabila fungsi ini tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka

potensi terjadinya bencana alam dan potensi kerusakan lingkungan di

Pulau Jampea sulit untuk ditanggulangi.

Pemanfaatan hutan dan kawasan hutan Pulau Jampea harus

disesuaikan dengan fungsi pokoknya yaitu fungsi lindung. Untuk menjaga

keberlangsungan fungsi pokok hutan dan kondisi hutan dilakukan upaya

rehabilitasi serta reklamasi hutan dan lahan, yang bertujuan selain

mengembalikan kualitas hutan juga meningkatkan pemberdayaan dan

kesejahteraan masyarakat. Keterkaitan manfaat tersebut

berkesinambungan dalam sebuah proses yang menjaga kestabilan fungsi

lingkungan menjadi sebuah kawasan penyangga kehidupan di sekitarnya.

Fenomena ini menjadi hal menarik untuk diteliti sebab di sekitar

kawasan hutan lindung Pulau Jampea, masyarakat telah banyak

menggantungkan kebutuhan hidupnya sehari-hari dengan melakukan

pemanfaatan sumber daya alam dari dalam kawasan hutan tersebut.

Hipotesis awal yang dibangun oleh penulis adalah aktivitas masyarakat

yang dilakukan di dalam dan di sekitar kawasan hutan lindung Pulau

Jampea, umumnya tidak mempedulikan tujuan utama dari keberadaan

kawasan hutan.

Page 21: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Aktivitas apa saja yang dilakukan oleh masyarakat di dalam dan di

sekitar kawasan hutan lindung Pulau Jampea?

2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari aktivitas tersebut terhadap

fungsi hutan lindung Pulau Jampea?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui bentuk-bentuk aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat di

dalam dan di sekitar kawasan hutan lindung Pulau Jampea.

2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari aktivitas tersebut terhadap

fungsi hutan lindung Pulau Jampea.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari hasil penelitian ini adalah sebagai bahan informasi

bagi masyarakat agar aktivitas masyarakat sekitar hutan pada kawasan

hutan lindung tidak menimbulkan dampak negatif terhadap fungsi utama

hutan lindung.

Page 22: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hutan dan Hasil Hutan

Junus dkk (1984) mendefinisikan hutan sebagai suatu areal di atas

permukaan bumi ini yang ditumbuhi oleh pohon-pohon yang agak rapat

dan luas sehingga pohon-pohon, tumbuh-tumbuhan lainnya dan binatang-

binatang yang hidup dalam areal tersebut memiliki hubungan antara satu

dengan yang lain dan membentuk persekutuan hidup alam hayati dan

lingkungannya.

Peran hutan sebagai penyangga kehidupan dan potensi ekonomi

belum dinilai sebagai jasa lingkungan yang diperhitungkan. Selain hasil

hutan, jasa lingkungan dari ekosistem hutan belum tercermin sebagai

regulator air, sumber keanekaragaman hayati, udara bersih,

keseimbangan iklim, keindahan alam dan kapasitas asimilasi lingkungan

yang memiliki manfaat besar.

Dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan,

hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan

alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat

dipisahkan (Departemen Kehutanan, 1999).

Page 23: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Salah satu penentu ekosistem, pengelolaannya ditingkatkan secara

terpadu dan berwawasan lingkungan untuk menjaga dan memelihara

fungsi tanah, air, udara, iklim dan lingkungan hidup serta memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Inventarisasi dan

penatagunaan hutan ditingkatkan untuk memanfaatkan status kawasan

hutan, memanfaatkan hutan konversi bagi penyediaan lahan untuk

kepentingan pembangunan, serta untuk melestarikan manfaat ekosistem

dan keserasian tata lingkungan.

Simon (1994) menyatakan bahwa hutan dapat didefinisikan sebagai

assosiasi masyarakat tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang

didominasi oleh pohon-pohon atau vegetasi berkayu, yang mempunyai

luasan tertentu sehingga dapat membentuk suatu iklim mikro dan kondisi

ekologi yang spesifik.

Suparmako (1994) mendefenisikan hutan sebagai assosiasi

masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang didominasi oleh pohon-

pohon dengan luasan tertentu sehingga dapat membentuk iklim mikro dan

kondisi ekologis tertentu.

Keunggulan yang lebih penting bagi hutan dari sumberdaya alam

lain adalah merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui.

Sumber-sumber hutan tidak akan kunjung habis dan kering. Pengelolaan

sumber kehutanan modern berdasarkan sifat renewable dan potensi serba

guna bagi kesejahteraan rakyat sepanjang masa (Mubyarto, 1985).

Page 24: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Hutan sebagai ekosistem yang dicirikan oleh komunitas pohon-

pohon dan mempunyai sumberdaya alam hayati yang pengelolaan dan

pelestariannya memerlukan pengetahuan ekologi dan pendekatan

ekosistem. Suatu prasyarat untuk penelitian ekologi hutan yaitu

pengetahuan dan pengenalan jenis-jenis tumbuhan khususnya pohon.

Dengan bekal pengetahuan dan pengenalan jenis tumbuhan, maka

penelitian ekologi hutan akan lebih baik (Soerianegara, 1996).

Sumber kekayaan alam Indonesia harus digunakan secara

rasional. Pengelolaan sumberdaya tersebut harus diusahakan agar

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk memenuhi kebutuhan

bagi kepentingan rakyat, baik materil maupun spiritual. Hal ini dilakukan

dengan cara tidak merusak tata lingkungan hidup, namun dilaksanakan

dengan bijaksana dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan

generasi yang akan datang.

Dalam Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan,

hasil hutan adalah benda-benda hayati dan turunannya serta jasa yang

berasal dari hutan (Departemen Kehutanan, 1999).

Kegiatan produksi hasil hutan dan pemanfaatannya harus disertai

usaha penertiban dan pengamanan hutan serta peningkatan penanaman

kembali hutan yang rusak. Dalam pengusahaan hutan harus mencegah

terjadinya kerusakan dan pengaturan pendayagunaan serta perlindungan

hutan. Hal ini perlu ditegakkan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Page 25: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

FAO (2001) membagi hasil hutan menjadi dua kelompok yaitu hasil

hutan berupa barang (goods) seperti makanan, bahan bakar dan lainnya

sedangkan hasil hutan berupa jasa (service) seperti perlindungan tanah

dan air, keindahan, keanekaragaman hayati dan lain-lain.

Pengusahaan hasil hutan disesuaikan dengan daya dukung sumber

daya alamnya agar kelestarian sumber daya hutan terjamin dan

perusakan lingkungan dapat dicegah. Penganekaragaman produk dan

produktivitas pengolahan hasil hutan dilanjutkan agar makin mampu

menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat termasuk kebutuhan kayu untuk perumahan penduduk.

B. Pemanfaatan Hutan

Departemen Kehutanan (2002) mendefenisikan pemanfaatan

kawasan hutan adalah kegiatan untuk memperoleh manfaat optimal dari

hutan untuk kesejahteraan seluruh masyarakat dalam pemanfaatan jasa

lingkungan berupa pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemanfaatan

hasil hutan kayu dan pemungutan hasil hutan bukan kayu.

Menurut Junus dkk (1984), hutan dengan berbagai macam

komponen penyusunnya telah banyak memberi manfaat bagi kehidupan

umat manusia. Hutan dapat pula merupakan tempat tinggal dan tempat

berlindung bagi manusia dari gangguan binatang buas dan kondisi

lingkungan yang ekstrim.

Page 26: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Nilai keanekaragaman hayati dan sumber daya alam dapat dibagi

dalam nilai langsung dan nilai tidak langsung. Nilai pemanfaatan langsung

adalah nilai ekonomi langsung yang diberikan kepada produk-produk yang

dipanen secara langsung dan dipergunakan oleh orang-orang.

Nilai tidak langsung adalah nilai ekonomi tidak langsung yang

diberikan untuk aspek-aspek keanekaragaman hayati seperti proses

lingkungan dan jasa ekosistem yang memberikan keuntungan ekonomi

tanpa harus memanen atau merusak selama penggunaannya. Nilai tidak

langsung terdiri dari nilai kegunaan non-konsumtif dan nilai pilihan serta

nilai eksistensi. Nilai kegunaan non-konsumtif adalah nilai dari komunitas

biologi yang menyediakan bermacam-macam jasa lingkungan yang dapat

dinikmati tanpa harus menggunakannya atau menghabiskannya. Nilai

kegunaan non-konsumtif ini meliputi produktivitas ekosistem, perlindungan

sumber air dan tanah, pengatur iklim, pembuangan sampah, hubungan

antar spesies, reaksi dan ekoturisme, nilai pendidikan dan nilai ilmiah

serta monitor lingkungan (Departemen Kehutanan, 2005).

Selanjutnya nilai pilihan dari keanekaragaman hayati adalah

potensinya untuk menyediakan manfaat atau keuntungan ekonomis pada

masyarakat akan sesuatu dimasa yang akan datang seperti berbagai

sumber daya alternatif, obat-obatan, jenis-jenis alami pengontrol hama.

Sedangkan nilai eksistensi adalah perhatian pada tumbuh-tumbuhan,

satwa-satwa atau ekosistem dan berfikir akan pelestariannya.

Page 27: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Dalam rangka optimalisasi fungsi dan manfaat hutan dan kawasan

hutan sesuai dengan amanat Pasal 19 Undang-Undang Nomor 41 Tahun

1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi

Undang-Undang dan sesuai dengan dinamika pembangunan nasional

serta aspirasi masyarakat, pada prinsipnya kawasan hutan dapat diubah

peruntukan atau fungsinya (Kementerian Hukum dan HAM, 2010).

Untuk menjaga terpenuhinya keseimbangan manfaat lingkungan,

manfaat sosial budaya, dan manfaat ekonomi, maka perubahan

peruntukan dan fungsi kawasan hutan harus berasaskan optimalisasi

distribusi fungsi dan manfaat kawasan hutan secara lestari dan

berkelanjutan dengan memperhatikan keberadaan kawasan hutan dengan

luasan yang cukup dan sebaran yang proposional.

Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di

luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan dalam kawasan hutan

produksi dan kawasan hutan lindung. Kegiatannya meliputi kegiatan religi,

pertambangan, instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik serta

teknologi energi baru dan terbarukan, pembangunan jaringan

telekomunikasi, stasiun pemancar radio, stasiun relay televisi, jalan umum,

jalan tol, jalur kereta api, sarana transportasi yang tidak dikategorikan

sebagai sarana transportasi umum untuk keperluan pengangkutan hasil

Page 28: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

produksi, sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan

instalasi air dan saluran air bersih dan/atau air limbah, fasilitas umum,

industri terkait kehutanan, pertahanan dan keamanan, prasarana

penunjang keselamatan umum atau penampungan sementara korban

bencana alam (Kementerian Hukum dan HAM, 2010).

Permasalahan yang timbul oleh pemanfaatan hutan sifatnya umum

di seluruh dunia, baik di negara maju maupun negara sedang berkembang

bersamaan dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan proses

industrialisasi. Permasalahan tersebut antara lain diakibatkan oleh

terbatasnya lahan seiring dengan meningkatnya kebutuhan ekonomi,

penataan kembali pemanfaatan hutan bagi daerah-daerah yang akan

melibatkan berbagai pihak (masyarakat luas) sehingga kegiatan ini sering

menimbulkan berbagai permasalahan. Pemanfaatan hutan dari suatu

ekosistem membutuhkan dasar pengambilan keputusan-keputusan secara

ilmiah (Rahim, 2000).

Pemanfaatan hutan sebagai penyedia pangan juga dilakukan

secara tidak langsung, yaitu dengan memanfaatkan kawasan hutan untuk

memproduksi sumber pangan. Pemanfaatan kawasan hutan; khususnya

pada kawasan hutan produksi, zona pemanfaatan kawasan hutan

konservasi, atau buffer zone pada kawasan hutan lindung; sudah

banyakdilakukan bersama masyarakat untuk pengembangan komoditas

lain di luar sektor kehutanan, khususnya untuk mendukung pemenuhan

pangan dan obat-obatan, serta energi. Kegiatan agroforestry, silvofishery

Page 29: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

dan bahkan rencana pemanfaatan kawasan hutan produksi yang sudah

tidak produktif melalui silvopastura, menjadi alternatif utama dalam

meningkatkan kontribusi sektor kehutanan dalam penyediaan pangan

(Anonim, 2009).

Kontribusi kehutanan melalui fungsi hutan sebagai penyedia

pangan dilakukan melalui pemanfaatan langsung plasma nutfah flora dan

fauna untuk pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan, dan obat-

obatan. Hutan juga menyimpan, bahkan memproduksi kekayaan hayati

yang merupakan sumber pangan berkualitas. Selain tumbuhan sumber

karbohidrat yang dapat berkembang dari bawah sampai ke atas lahan,

hutan juga menyimpan keragaman sumber pangan protein, lemak, vitamin

dan mineral yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Selain itu, terdapat

pula produk lebah madu yang banyak dimanfaatkan untuk pangan dan

kesehatan. Pemanfaatan ini dilakukan melalui penangkaran, budidaya

maupun pemanenan langsung di alam.

C. Kawasan Hutan Lindung

Hutan lindung sebagai aset bangsa menjadi perhatian semua

kalangan baik itu pemerintah, masyarakat, peneliti, LSM dan dunia

internasional yang pada saat itu telah terancam kelestariannya. Kawasan

hutan lindung mempunyai nilai sosial dan moral yang dapat meningkatkan

mutu dan kualitas kehidupan masyarakat melalui rekreasi, pendidikan dan

penelitian pariwisata terbatas (Arief, 2001).

Page 30: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Selanjutnya Djaenudin (1994) mendefinisikan hutan lindung

sebagai hutan yang perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan

dengan penutupan vegetasi secara tetap untuk kepentingan hidroorologi,

yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi, memelihara keawetan

dan kesuburan tanah baik dalam kawasan hutan bersangkutan maupun

kawasan yang dipengaruhi di sekitarnya.

Di dalam hutan-hutan tersebut di atas tidak boleh dilakukan

kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi hutan tersebut. Hutan

mempunyai fungsi pelindung terhadap tanah dari tetesan hujan yang jatuh

dari awan yang mempunyai energi tertentu, karena gerak jatuhnya itu

dengan energi tertentu tetesan hujan akan memukul permukaan tanah

dan melepaskan butiran tanah sehingga akan terjadi erosi percikan.

Menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999, hutan lindung

merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,

mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan

memelihara kesuburan tanah (Departemen Kehutanan, 1999). Dalam

pemanfaatan hutan lindung dapat berupa pemanfaatan kawasan dan

pemanfaatan jasa lingkungan serta pemungutan hasil hutan bukan kayu

(Hadi, 2005).

Kawasan hutan lindung memiliki banyak potensi seperti potensi

jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi

utamanya seperti pemanfaatan untuk wisata alam, pendidikan, keindahan

Page 31: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

dan kenyamanan. Potensi lain pada hutan lindung adalah tersedianya

hasil hutan bukan kayu dengan kegiatan untuk mengambil hasil hutan

bukan kayu dengan tidak merusak fungsi utama kawasan, seperti

mengambil rotan, madu dan buah. Usaha pemanfaatan dan pemungutan

di hutan lindung dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat sekaligus menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk

menjaga dan meningkatkan fungsi hutan lindung sebagai amanah untuk

mewujudkan keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan bagi

generasi sekarang dan generasi yang akan datang (Departemen

Kehutanan, 2001).

Dalam PP No. 6 tahun 2007 pasal 12 menyangkut tata hutan pada

hutan lindung memuat kegiatan yaitu

1. Tata batas

2. Inventarisasi hutan

3. Pembagian hutan ke dalam blok atau zona (blok perlindungan,

pemanfaatan dan blok lainnya).

4. Pembagian petak dan anak petak

5. Pemetaan

Batas-batas kawasan lindung ternyata merupakan pertahanan yang

lemah dari serangan pembalakan ilegal, perambahan untuk kegiatan

petanian dan perburuan liar yang berlangsung di kebanyakan hutan-hutan

Indonesia, dimana pemukiman dan penebangan hutan ilegal berlangsung

secara terbuka.

Page 32: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Indonesia termasuk salah satu negara yang menandatangani

Convention on Biological Diversity – CBD (Konvensi Keanekaragaman

Hayati, KKH) dan pada tahun 1990-an menyiapkan Strategi dan Rencana

Tindak Keragaman Hayati Nasional (National Biodiversity Strategi and

Action Plan). Dalam dekade ini banyak prioritas dalam rencana tindak ini

yang sudah diimplementasikan, termasuk perluasan sistem Kawasan

Lindung (KL), dan penetapan kawasan konservasi baru (FWI/FGW, 2001).

Kehilangan habitat-habitat alami secara dramatis, tidak hanya

hutan dataran rendah, dan juga hutan dikawasan pesisir serta ekosistem

laut dan perairan tawar menunjukkan bahwa negara ini hampir pasti

sedang mengalami proses gejolak kepunahan jenis dalam proporsi yang

begitu besar (World Bank, 2001). Hilangnya habitat ini mungkin

merupakan penyebab utama berkurangnya keanekaragaman hayati yang

terus berlangsung di Indonesia, akan tetapi fragmentasi dan degradasi

habitat, serta perburuan liar juga merupakan faktor-faktor yang penting.

Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan pasal 8

memberikan kewenangan kepada Pemerintah untuk menetapkan suatu

kawasan hutan menjadi kawasan hutan tertentu untuk tujuan khusus.

Penetapan kawasan hutan dengan tujuan khusus ini dimaksudkan untuk

kawasan yang mempunyai karakteristik yang dipandang perlu untuk

tujuan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta untuk

kepentingan religi dan budaya. Kawasan hutan dengan tujuan khusus

sebagaimana dimaksud pada pasal 8 tersebut sangat dimungkinkan

Page 33: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

dengan ketentuan tidak mengubah fungsi pokok, kawasan hutan tersebut

(Departemen Kehutanan, 1999).

Apabila hutan tidak dipertahankan atau dilestarikan fungsi

perlindungan hutan terhadap tanah akan hilang sehingga akan terjadi

erosi bahkan longsor seperti yang banyak terjadi sekarang ini bila musim

hujan datang. Erosi akan semakin besar dengan besarnya intensitas

hujan serta makin curam dan panjangnya lereng. Akibat adanya erosi

kesuburan tanah akan berkurang karena lapisan atas sudah terkikis dan

terbawa oleh air sehingga akan menurunkan produksi tanaman dan

pendapatan petani (Sinukaban, 1994).

D. Aktivitas Masyarakat dalam Kawasan Hutan Lindung

Aktivitas masyarakat di dalam kawasan hutan telah menjadi

salah satu sumber pendapatan masyarakat. Banyaknya sumberdaya yang

terkandung di dalam hutan menyebabkan masyarakat melakukan

berbagai aktivitas di dalamnya, terlebih bagi masyarakat yang berdomisili

di sekitar kawasan hutan. Sumber daya hutan baik berupa kayu maupun

berupa hasil hutan lainnya sangat banyak dimanfaatkan oleh masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan

mengapa interaksi masyarakat dalam kawasan hutan perlu dicarikan

solusi yang tepat, agar kegiatan masyarakat tidak menimbulkan akses

yang negatif bagi kawasan (FAO, 2001). Sebagai contoh beberapa bentuk

pemanfaatan hutan dan dampaknya diperlihatkan pada Tabel 1.

Page 34: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Tabel 1. Bentuk-bentuk aktivitas beserta bentuk dampak yang potensial ditimbulkan di dalam kawasan hutan lindung

Sumber : Balai Diklat Kehutanan Makassar, 2008

Kegiatan Cara yang digunakan

Dampak Potensial

1. Pertanian Tanaman Semusim

a. Pengelolaan Tanah

b. Penanaman

c. Pemeliharaan

d. Pemanenan

a. Traktor

b. Manual

c. Pupuk, Racun

d. Manual

Merusak karena

harus membuka areal

untuk dijadikan lokasi

pertanian

2. Berkebun

a. Pengelolaan Tanah

b. Penanaman

c. Pemeliharaan

d. Pemanenan

a. Traktor

b. Manual

c. Pupuk, Racun

d. Manual

Merusak karena

harus membuka areal

untuk dijadikan lokasi

perkebunan

3. Pembuatan Gula Aren

a. Pemanenan

b. Proses pembuatan

c. Penyiapan bahan bakar

a. Sadap

b. Dimasak

c. Kayu bakar

Dapat merusak

karena kayu

bakarnya diperoleh

melalui penebangan

pohon yang masih

hidup

4. Mengambil Lebah Madu

Pengasapan

Tidak merusak dan

tempatnya dapat

dijadikan pelatihan

lebah madu

5. Pengambilan Kayu Bakar

Memotong ranting

yang sudah mati Tidak merusak

6. Berburu

Perangkap dan

senjata

Dapat mengganggu

keseimbangan

ekosistem dan

mengancam

kepunahan jenis yang

sudah langka

7. Pengambilan Kayu untuk Bahan

Rumah

Menebang Merusak karena

pohon yang masih

hidup ditebang

Page 35: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

E. Masyarakat Hutan dan Ketergantungannya terhadap Hasil Hutan

Menurut Sagala (2002) masyarakat sekitar hutan merupakan

kelompok masyarakat setempat terutama masyarakat tradisional, baik

yang berada dalam hutan maupun yang berada di sekiar hutan. Dalam

kehidupan sehari-harinya masyarakat tradisional selalu bersikap berfikir

dan bertindak pada norma dan adat kebiasaan mereka yang ada secara

turun temurun.

Balai Pelatihan Kehutanan Samarinda (1998) mengelompokkan

masyarakat lingkungan hutan menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Masyarakat di dalam kawasan hutan (Forest Dweller), dimana

masyarakat ini dikatakan sebagai komponen alami dari ekosistem

hutan karena sudah turun temurun tinggal di dalam hutan meski tidak

memiliki tempat tinggal yang tepat. Secara umum masyarakat di

dalam kawasan hutan mempunyai masyarakat peramu (gatherers)

dan atau pemburu (hunters), walaupun ada yang mulai bercocok

tanam dan beternak dengan sederhana (cultivaters).

2. Masyarakat desa di lingkungan hutan (rural people). Masyarakat ini

mempunyai masyarakat yang tinggal secara tetap baik di dalam

maupun di sekitar hutan, dimana pada umumnya bermata

pencaharian sebagai petani atau peladang (farmers) tetapi adapula

sebagai pengrajin (craft mens) bahkan pedagang (traders).

Banyak sekali masyarakat Indonesia, meskipun jumlahnya tidak

diketahui secara pasti yang tinggal di dalam atau dipinggir hutan atau

Page 36: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

hidupnya bergantung pada hutan. Angka estimasi yang dibuat selama

beberapa dekade yang lalu sangat bervariasi dari 1,5 sampai 65 juta

orang bergantung pada definisi mana yang digunakan dan agenda

kebijakan mana yang diikuti (Zerner, 1992).

Bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan, hutan mempunyai

fungsi sebagai tempat penyangga seluruh aspek kehidupannya, baik

aspek sosial, ekonomi maupun budaya. Menurut Mubyarto dkk (1992)

masyarakat sekitar hutan adalah masyarakat yang secara turun temurun

telah memanfaatkan lingkungan sebagai mata pencaharian baik yang

berasal dari kayu maupun dari non kayu.

Menurut Iskandar dkk, (2004) Masyarakat sekitar hutan adalah

sekelompok orang yang tinggal di daerah-daerah hutan wilayah desa yang

masih memiliki sifat rata-rata tradisional dalam mempertahankan

perikehidupan tradisional dan leluhurnya. Terdapat hutan-hutan asli yang

mereka lindungi, di dalamnya masih terdapat keanekaragaman biologi

yang khas. Sekitar 30 juta masyarakat Indonesia berada di sekitar hutan

dan telah menggunakan hidupnya dalam hutan. Mereka juga sering

menggunakan lahan hutan yang dijadikan lahan untuk menanam padi,

kopi, buah-buahan dan kayu manis dengan peralatan yang sederhana

seperti kapak, parang dan api.

Departemen Kehutanan (2000) mendefinisikan begitu besarnya

manfaat hutan bagi kesejahteraan hidup masyarakat, maka sangat

bijaksana jika masyarakat itu merasa berhak untuk melestarikannya dan

Page 37: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

mengamankannya dari segala gangguan. Seperti telah diketahui bersama

bahwa sebagian besar dari masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar

hutan adalah bermata pencaharian pertanian. Namun berbeda dengan

pertanian daratan rendah, para petani yang tinggal di dalam dan sekitar

kawasan hutan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi. Hutan bagi

mereka merupakan jaminan bagi ketahanan makanan (food security).

Kehidupan mereka pada umumnya tidak dapat dipisahkan dengan

ekosistemnya. Hubungan kekerabatan antar warga desa dan hubungan

timbal balik antar manusia dengan alam sekitarnya memberikan ciri khas

kehidupan masyarakat desa. Penduduk desa menjamin kesejahteraannya

dari hutan sebagai tumpuan kehidupannya, hutan menciptakan inspirasi

hidup bagi masyarakat disekitarnya. Ketergantungan masyarakat pada

hutan sudah diwariskan oleh nenek moyang mereka secara turun

temurun. Dapat dikatakan mereka telah menjadi bagian dari hutan yang

tidak dapat dipisahkan (Simon, 1994).

Ketergantungan manusia terhadap sumberdaya alam (natural

resource) telah terjalin sejak kehadiran manusia pertama dibumi.

Ketergantungan tersebut dalam upaya mempertahankan eksistensinya

dan selanjutnya guna peningkatan kesejahteraannya. Akibat peningkatan

populasi penduduk dan konsekuensi pemenuhan kebutuhannya (primer,

sekunder dan tersier), masyarakat lokal tradisional mulai mencoba

memelihara dan membuat aturan sendiri pemanfaatan sumberdaya alam

agar tetap dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Meskipun demikian

Page 38: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

pengalaman tempo dulu perusakan sumberdaya misalnya hutan, tidak

pernah terdengar akibat eksploitasi berlebihan dari masyarakat lokal,

khususnya masyarakat adat (Uluk, 2001).

Ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya hutan guna

memenuhi kebutuhan telah berlangsung sejak lama, di mulai dari cara

hidup berkelompok pada masa meramu dan berburu. Ketergantungan

tersebut berjalan terus walaupun budidaya tanaman dan pengenalan akan

jenis hewan telah mulai banyak di kenal. Orientasi dan motivasi

ketergantungan tersebut tidak akan sama antara generasi atau antara

satu kelompok masyarakat di suatu wilayah dengan kelompok masyarakat

di wilayah lainnya. Kondisi ini bisa dan senantiasa berubah sesuai dengan

perkembangan budaya seiring dengan keterbukaan wilayah sebagai

dampak negatif dari pembangunan industrialisasi sumber daya dan

modernisasi pedalaman. Hal ini tidak hanya menyebabkan perubahan

budaya tetapi dalam beberapa hal justru menyebabkan terjadinya

degradasi terhadap kualitas nilai budaya (Soemarwoto dkk, 1992).

Mubyarto dkk (1992), menyatakan bahwa petani yang tinggal

disekitar hutan melihat hutan yang ada disekelilingnya sebagai sumber

kehidupannya, juga sebagai cadangan bagi perluasan lahan usaha tani

mereka ketika petani membutuhkan tambahan lahan usaha tani akibat

pertambahan penduduk.

Ketidakberhasilan program pelestarian hutan sering diakibatkan

oleh tidak adanya peran serta yang baik dari masyarakat. Padahal

Page 39: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

masyarakat, terutama yang berada disekitar habitat adalah unsur strategis

dari suatu usaha pelestarian kawasan hutan. Oleh karena itu pelibatan

masyarakat sebagai unsur penting dalam pengelolaan hutan sangat

penting (Departemen Kehutanan, 2005).

Sebagai akibat dari interaksi manusia dengan alam atau hutan

yakni adanya rasa ketergantungan masyarakat terhadap hutan yang

begitu kuat, sehingga menghasilkan pola tindak masyarakat yang khas

dan berkembang dibawah hukum alam. Hukum alam dan hukum sosial

yang berkembang menghasilkan pola budaya seperti memungut hasil

hutan, berburu dan berladang untuk mencari makan (Soerjani, 1986).

Uluk (2001) mengemukakan bahwa kelompok suku lokal Kenyah

sangat tergantung pada hutan untuk makanan, obat, pembangunan

pendapatan rumah tangga dan mempertahankan sumber daya alam

seperti air, kesuburan tanah dan sebagai sumber dari simbol kebudayaan,

bahkan untuk pemberian nama-nama bagi anggota keluarga.

Menurut Said (1985), bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan

kebudayaan manusia, maka terdapat tiga tingkatan hubungan manusia

dengan alam yaitu manusia tunduk kepada alam yaitu menganggap alam

sebagai sesuatu yang kejam dan menimbulkan bencana; manusia

menyelaraskan diri dengan alam yaitu pada tingkat pengetahuan manusia

yang sudah berkembang; manusia menguasai alam yaitu telah berhasil

mengenali sifat-sifat alam dengan berusaha menarik manfaat besarnya.

Page 40: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

1. Hasil-hasil Hutan Non Kayu

Pada pertengahan tahun 2000, Departemen Kehutanan

melaporkan bahwa 30 juta penduduk secara langsung megandalkan

hidupnya pada sektor kehutanan meskipun tingkat ketergantungannya

tidak didefinisikan. Sebagian besar masyarakat ini hidup dengan berbagai

strategi ekonomi portofolio tradisonal, yakni menggabungkan perladangan

padi berpindah dan tanaman pangan lainnya dengan memancing,

berburu, menebang dan menjual kayu, dan mengumpulkan hasil-hasil

hutan nonkayu (Non Timber Forest Products, NTFP) seperti rotan, madu,

dan resin untuk digunakan dan dijual. Budidaya tanaman perkebunan

seperti kopi dan karet juga merupakan sumber pendapatan yang penting

(De Beer dan McDermot, 1996).

Salah satu hasil hutan non kayu yang paling berharga adalah rotan.

Indonesia mendominasi perdagangan rotan dunia, dengan pasokan yang

melimpah dari rotan liar dan hasil budidaya yang mencapai 80 sampai

90% dari pasokan rotan di seluruh dunia (FAO, 2001).

Jutaan orang juga menggunakan tumbuh-tumbuhan hutan yang

diketahui khasiatnya untuk pengobatan. Tanaman obat dan hasil hutan

nonkayu lainnya belum begitu dihargai dan sulit untuk

mendokumentasikannya, karena sebagian besar dari tumbuhan ini tidak

muncul dalam transaksi di pasar resmi sehingga tidak dimasukkan

kedalam statistik ekonomi. Nilai ekspor total tumbuhan dan satwa liar

untuk tahun fiskal 1999/2000 lebih dari 1,5 miliar dolar, tetapi rincian dari

Page 41: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

nilai total ini tidak dijelaskan. Manfaat nilai guna yang sifatnya bukan

komersial kemungkinan juga tinggi, seandainya masing-masing dari 30

juta masyarakat yang hidupnya mengandalkan hutan diperkirakan

memanfaatkan hasil hutan yang nilainya sebesar 100 dolar saja setiap

tahun, maka nilai totalnya akan menjadi 3 miliar dolar (FWI/FGW, 2001).

2. Jasa-jasa Lingkungan

Hutan-hutan Indonesia menyimpan jumlah karbon yang sangat

besar. Menurut FAO (2001), jumlah total vegetasi hutan di Indonesia

menghasilkan lebih dari 14 miliar ton biomassa, jauh lebih tinggi daripada

negara-negara lain di Asia, dan setara dengan sekitar 20% biomassa di

seluruh hutan tropis di Afrika. Jumlah biomassa ini, secara kasar

menyimpan sekitar 3,5 miliar ton karbon. Mengingat penebangan hutan

yang sudah berlangsung secara ekstensif di Indonesia, sementara hutan

yang ditanami kembali sangat terbatas, kemungkinan besar perubahan

tutupan lahan ini justru lebih banyak menghasilkan karbon daripada

menyimpannya, sehingga memberikan andil terhadap pemanasan global.

Berbagai manfaat yang disediakan oleh hutan Indonesia jauh

melebihi nilai yang didapatkan dari hasil-hasil hutan. Lima belas Daerah

Aliran Sungai (DAS) terbesar di Indonesia merupakan sumber air bagi

lebih dari 16 juta orang. Hutan di DAS ini membantu melindungi pasokan

air dengan menstabilkan tanah di lereng-lereng bukit dan mengatur laju

dan kecepatan aliran sungai. Namun, DAS ini kehilangan lebih dari 20%

tutupan hutannya antara tahun 1985 dan 1997 (FWI/FGW, 2001).

Page 42: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Jasa-jasa lingkungan seperti ini sulit untuk diukur. Banyak bukti dari

laporan yang tidak diterbitkan dan banyak lagi dari studi lokal yang

menyatakan bahwa berbagai jasa lingkungan ini sudah semakin menurun

dengan meningkatnya deforestasi. Semakin menurunnya jasa lingkungan

ini sulit sekali dinilai dalam ukuran dollar. Para ahli sudah berusaha untuk

memberikan nilai ekonomi bagi berbagai barang dan jasa lingkungan yang

tidak dapat diperjualbelikan dipasar-pasar. Dengan menggunakan

beragam asumsi dan pendekatan metodologi, berbagai penulis telah

memberikan nilai bagi hutan-hutan tropis yang berkisar dari ratusan

sampai ribuan dollar per hektar. Secar teori nilai ekonomi

keanekaragaman hayati dan simpanan karbon saat ini jauh melebihi

pendapatan yang diperoleh dari produksi kayu bulat (IPB, 1999).

F. Dampak dan Analisis

1. Dampak

Dampak adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu

aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik maupun

biologi. Aktivitas dapat pula dilakukan oleh manusia, misalnya

pembangunan sebuah pelabuhan dan penyemprotan dengan pestisida.

Dalam konteks AMDAL, penelitian dampak dilakukan karena adanya

rencana aktivitas manusia dalam pembangunan (Soemarwoto, 2003).

Keberadaan kawasan hutan tidak bisa dipisahkan dengan situasi

sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat yang hidup di sekitarnya dan

Page 43: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

akan berdampak bagi kebelanjutan kawasan hutan tersebut. Masyarakat

dapat mengontrol keberlangsungan kelestarian kawasan hutan sekaligus

untuk mempertahankan kehidupannya dan menepis anggapan

masyarakat sebagai perusak hutan.

Berbagai dampak utama krisis ekonomi Indonesia terhadap hutan-

hutan bersumber dari depresiasi rupiah dan posisi komoditas Indonesia

yang semakin bersaing di pasar internasional, memikat pertumbuhan

berbagai ekspor pertanian dan sumber daya alam untuk memperbaiki

keadaan ekonomi yang cenderung merosot, dan ketidakamanan

penghasilan di kalangan penduduk pedesaan (Sunderlin, 1999).

Menurut Soemarwoto (2003), tujuan penanganan dampak ialah

untuk memperbesar dampak positif dan memperkecil dampak negatif.

Dengan demikian manfaat yang dapat diambil dari proyek pembangunan

tersebut akan dapat diperbesar. Dalam rencana penanganan dampak

beberapa hal perlu diperhatikan:

1. Penanganan dampak haruslah mencakup pertimbangan lingkungan.

Karena itu harus diperhatikan, penanganan dampak akan

menimbulkan pula dampak. Yang diharapkan tentulah bahwa

dampaknya akan positif.

2. Beberapa jenis dampak hanya memerlukan cara penanganan yang

sederhana dan dampaknya terhadap lingkungan sangatlah kecil,

sehingga dampak penanganan tersebut dapat diabaikan.

3. Penanganan dampak dimulai dari pemilihan alternatif proyek.

Page 44: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

4. Penanganan dampak memerlukan biaya.

5. Penanganan dampak mencakup pula penanganan dampak positif

dalam bentuk usaha untuk memperbesarnya, pihak pemrakarsa sering

tidak akan berminat untuk memanfaatkan dampak positif ini.

Dampak langsung penebangan terhadap hutan yang sangat jelas,

adalah hilangnya sejumlah pohon tertentu. Sedangkan dampak tidak

langsungnya adalah pengaruh yang besar terhadap kelangsungan atau

keberadaan hutan dataran rendah di masa depan (Appanah dan Mohd

Rasol, 1995). Dampak-dampak dari penebangan hutan-hutan ini jauh

lebih besar daripada batasan-batasan yang diberlakukan dalam

pemberian hak pengusahaan hutan (Janzen, 1974).

a. Identifikasi Dampak Potensial

Pada tahap ini kegiatan pelingkupan dimaksudkan untuk

mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup (primer, sekunder,

dan seterusnya) yang secara potensial akan timbul sebagai akibat adanya

rencana usaha dan/atau kegiatan. Pada tahapan ini hanya diinventarisasi

dampak potensial yang mungkin akan timbul tanpa memperhatikan

besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya dampak. Dengan demikian

pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial

tersebut merupakan dampak penting.

Identifikasi dampak potensial diperoleh dari serangkaian hasil

konsultasi dan diskusi dengan para pakar, pemrakarsa, instansi yang

bertanggungjawab, masyarakat yang berkepentingan serta dilengkapi

Page 45: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

dengan hasil pengamatan lapangan (observasi). Selain itu identifikasi

dampak potensial juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode-

metode identifikasi dampak berikut ini:

a. Penelaahan pustaka

b. Analisis isi (content analysis)

c. Interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brainstorming, dan lain-lain)

d. Metode ad hoc

e. Daftar uji (sederhana, kuesioner, deskriptif)

f. Matrik interaksi sederhana

g. Bagan alir (flowchart)

h. Pelapisan (overlay)

i. Pengamatan lapangan (observasi)

b. Evaluasi Dampak Potensial

Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk

menghilangkan/meniadakan dampak potensial yang dianggap tidak

relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar dampak penting

hipotesis yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara

mendalam dalam studi ANDAL. Daftar dampak penting potensial ini

disusun berdasarkan pertimbangan atas hal-hal yang dianggap penting

oleh masyarakat di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan, instansi

yang bertanggungjawab, dan para pakar. Pada tahap ini daftar dampak

penting hipotesis yang dihasilkan belum tertata secara sistematis.

Page 46: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Metode yang digunakan adalah interaksi kelompok (rapat,

lokakarya, brainstorming). Kegiatan evaluasi dampak potensial ini

terutama dilakukan oleh pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan (yang

dalam hal ini dapat diwakili oleh konsultan penyusun AMDAL), dengan

mempertimbangkan hasil konsultasi dan diskusi dengan pakar, instansi

yang bertanggungjawab serta masyarakat yang berkepentingan.

c. Klasifikasi dan Prioritas Dampak Penting

Pelingkupan yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk

mengelompokkan/mengorganisir dampak penting yang telah dirumuskan

dari tahap sebelumnya dengan maksud agar diperoleh klasifikasi dan

prioritas dampak penting hipotetik yang akan dikaji lebih lanjut dalam

dokumen ANDAL.

Dalam melakukan klasifikasi dan prioritas, perlu memperhatikan

hal-hal berikut:

a. Kebijakan atau peraturan yang menjadi dasar untuk arahan kajian

AMDAL selanjutnya, seperti standar/baku mutu dan lain-lain.

b. Konsep saintifik dari kajian yang akan dilakukan.

Dampak penting hipotetik tersebut dirumuskan melalui 2 (dua)

tahapan :

1. Segenap dampak penting dikelompokkan menjadi beberapa kelompok

menurut keterkaitannya satu sama lain.

2. Dampak penting yang berkelompok tersebut selanjutnya diurut

berdasarkan kepentingannya.

Page 47: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

2. Analisis

a. AMDAL dalam kelayakan pembangunan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan bertujuan agar lingkungan

dapat mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Dengan kata lain

perubahan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan, baik yang

direncanakan maupun yang terjadi di luar rencana, tidak akan

menurunkan atau menghapus kemampuan lingkungan untuk mendukung

kehidupan kita pada tingkat kualitas hidup yang lebih tinggi. Untuk

mencapai tujuan ini hasil akhir Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

haruslah berupa rencana pengelolaan lingkungan (Soemarwoto, 2003).

Kelayakan rencana pembangunan secara kelembagaan ditentukan

da diputuskan oleh Komisi AMDAL dengan memperhatikan pertimbangan

Tim Teknis sektor yang berangkutan. Tetapi menurut PP No. 27 Tahun

1999 dalam Bab VI tentang keterbukaan Informasi dan peran masyarakat

dijelaskan peran serta masyarakat sebagai berikut :

Pasal 33

1. Setiap usaha dan atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3 ayat 2 wajib diumumkan terlebih dahulu kepada masyarakat

sebelum pemrakarsa menyusun analisis mengenai dampak

lingkungan hidup

2. Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh

instansi yang bertanggungjawab dan pemrakarsa.

Page 48: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

3. Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diumumkannya

rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), warga masyarakat yang berkepentingan berhak mengajukan

saran, pendapat dan tanggapan tentang akan dilaksanakannya

rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut.

4. Saran, pendapat dan tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) diajukan secara tertulis kepada instansi yang bertanggungjawab

5. Saran, pendapat dan tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) wajib dipertimbangkan dan dikaji dalam analisis mengenai dampak

lingkungan hidup

6. Tata cara dan bentuk pengumuman sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), serta tata cara penyampaian saran, pendapat dan tanggapan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Kepala Instansi

yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.

Pasal 34

1. Warga masyarakat yang berkepentingan wajib dilibatkan dalam

proses penyusunan kerangka acuan, penilaian kerangka acuan,

analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan

hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup

2. Bentuk dan tata cara keterlibatan warga masyarakat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Instansi ang ditugasi

mengendalikan dampak lingkungan.

Page 49: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Pasal 35

1. Semua dokumen analisis mengenai dampak lingkungan hidup, saran,

pendapat dan tanggapan warga masyarakat yang berkepentingan,

kesimpulan komisis penilai dan keputusan kelayakan lingkungan hidup

dari usaha dan/atau kegiatan bersifat terbuka untuk umum

2. Instansi yang bertanggungjawab wajib menyerahkan dokumen

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada suatu lembaga

dokumentasi dan/atau kearsipan.

Oleh karena itu perlu diberikan kesempatan kepada masyarakat,

baik melalui organisasi lingkungan antara lain Yayasan Lembaga

Konsumen, LSM dan lain-lain maupun melalui pejabat Pemda untuk

memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat. Untuk itu disusun

suatu pegangan atau pedoman dasar yang dapat digunakan sebagai

telaah terhadap makna pembangunan bagi kepentingan umum.

b. Analisis kejadian

Analisis kejadian atau incidence analysis adalah pertanyaan

tentang implikasi makna pelaksanaan dan hasil progam pembangunan.

Sejak awal tahun 1970 telah dirasakan bahwa pertumbuhan ekonomi

mulai tidak memberikan makna bagi kelangsungan peri kehidupan untuk

peningkatan kualitas hidup serta derajat kesejahteraan mereka yang

miskin. Pada saat itu para perencana pembangunan mulai memikirkan

bagaimana pembangunan dapat ditujukan bagi :

Page 50: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

1. Pencukupan kebutuhan dasar

2. Terciptanya kesempatan berusaha/bekerja

3. Peningkatan produktivitas mereka yang miskin

4. Mengurangi kesenjangan antara pendapatan dengan ketidakadilan

dalam mencapai kesejahteraan

Permasalahan yang timbul adalah bagaimana mengubah atau

memodifkasi lingkungan hidup fisik dan sosial budaya agar menggapai

sasaran ekonomi dari pembangunan. Berbagai program pembangunan

perkotaan, perumahan, jalan besar, dam, pembangkit listrik, industri dan

sebagainya diketahui dampaknya terhadap lingkungan fisik, tetapi kurang

dipertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan, kesejahteraan dan

nilai-nilai sosial budaya masyrakat. Hal ini baik yang berlangsung

sementara dalam jangka panjang maupun yang dapat terjadi untuk

selamanya.

Upaya untuk mengurangi dampak dan risiko bagi masyarakat harus

diperhitungkan sebagai biaya sosial pembangunan. Karena itu mulai perlu

dipikirkan perlunya memilih stakeholder pembangunan yang terdiri atas :

1. Eksekutif, pemerintah yang mengambil kebijakan

2. Swasta yang bergerak dibidang bisnis, baik pertambangan, industri

maupun pelayanan jasa/barang

3. Lembaga pendidikan yang mempersiapkan tenaga kerja

pembangunan

Page 51: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

4. Masyarakat luas, baik perorangan maupun organisasi masyarakat

termasuk para pemimpin, ulama dan pemuka masyarakat

5. Media massa sebagai sumber informasi dan motivator

Stakeholder seperti disebutkan diatas terdiri dari :

1. Stakeholder aktif yaitu para stakeholder : pemrakarsa, pemodal,

pelaksana yang langsung terlibat

2. Stakeholder pasif atau affectee, yaitu penerima makna, dampak dan

risiko pembangunan

Jadi setiap program pembangunan tidak cukup hanya

mempehitungkan keuntungan yang diperoleh stakeholder, tetapi juga

bagaimana yang tidak langsung terlibat akan menerima akibat, dampak

atau risiko (Moore, 1973). Contohnya adalah :

1. Pendirian industri air minum, tidak hanya keuntungan pemilik pabrik

yang harus diperhitungkan tetapi para penjual air bersih keliling perlu

dicari cara pengalihan profesinya, mungkin sebagai karyawan industri

air minum atau agen-agennya

2. Penutupan TPA (Tempat Penataan Akhir) seperti Bantar Gerbangdi

Bekasi, tentu menguntungkan penduduk yang daerahnya tercemar,

sedang nasib para pemulung perlu disalurkan ke arah yang tetap

memberi peluang pekerjaan bagi mereka

3. Berbagai program pembangunan perlu dianalisis secara cermat

kejadian apa yang akan timbul, baik pelaksana maupun bagi penderita

(Sorenson, 1970).

Page 52: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

G. Pola Pemanfaatan Kawasan Hutan

Hutan memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan yaitu berupa

manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung.

Manfaat hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya

sehingga dapat berfungsi secara optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi

dan sosial dari hutan akan memberikan peranan nyata apabila

pengelolaan sumber daya alam berupa hutan seiring dengan upaya

pelestarian guna mewujudkan pembangunan nasional berkelanjutan

(Alam, 1998).

Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat dalam Flamin (2001)

menjelaskan bahwa pola pemanfaatan kawasan hutan oleh masyarakat

merupakan suatu dasar bagaimana kawasan itu dimanfaatkan oleh

masyarakat dan bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat. Pola

penggunaan lahan merupakan proporsi dari berbagai penggunaan lahan

pada suatu wilayah tertentu.

Pada prinsipnya masyarakat sekitar hutan bertanggungjawab atas

pengelolaan sumber daya hutan, dimana pada prakteknya dilakukan

melalui upaya kerjasama atau kemitraan dengan pihak pemerintah.

Masyarakat secara tidak langsung membangun suatu sistem pengelolaan

yang dibentuk melalui kebiasaan, adat istiadat, pengalaman, kesepakatan

tidak tertulis, sejumlah kebijakan, ilmu pengetahuan dan keterampilan

praktis serta ilmu pengetahuan lokal masyarakat yang dilakukan secara

turun temurun (Ritchie et. al, 2001).

Page 53: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Menurut Arsyad (2010), penggunaan lahan adalah segala macam

campur tangan manusia, baik sementara maupun terus menerus terhadap

lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penggunaan lahan

dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu penggunaan lahan untuk

kehidupan sosial dan penggunaan lahan untuk kebutuhan ekonomi.

Penggunaan lahan untuk kehidupan sosial, termasuk dari dalamnya

lahan-lahan perumahan, sekolah, rumah-rumah ibadah, tanah lapang

untuk rekreasi dan kegiatan olah raga, sarana kesehatan dan sebagainya

yang pada umumnya menyatu dalam pemukiman.

Penyediaan pangan yang berasal dari hutan sudah terjadi sejak

lama. Pemanfaatan hutan untuk sumber pangan, selain produk dan jasa

kehutanan, sudah dilakukan oleh masyarakat di dalam dan di sekitar

hutan secara tradisonal dan turun-temurun. Pola-pola pemanfaatan

tersebut sangat beragam, mulai dari memanen langsung jenis-jenis

komoditas hutan, baik flora maupun fauna, hingga mengusahakan lahan

hutan untuk memproduksi pangan. Bahkan, saat ini sudah dilakukan

penerapan pengelolaan lahan hutan dengan bebagai pola untuk

memproduksi pangan melalui program dan kegiatan sektor kehutanan

(Anonim, 2009).

Iskandar dkk (2004) mengemukakan bahwa prinsip pengelolaan

hutan dewasa ini telah mengalami perubahan mendasar yakni lebih

mengarah kepada pengelolaan hutan berbasis masyarakat atau yang

lebih dikenal dengan community based forest manajement. Pengelolaan

Page 54: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

hutan berbasis masyarakat adalah paradigma pembangunan kehutanan

yang bertumpu pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan, dimana

masyarakat menjadi pelaku utama dalam pengelolaan sumberdaya hutan.

Pemanfaatan sumberdaya hutan yang berlebih dan tidak terkendali

dapat mengakibatkan kerusakan hutan dan mengurangi keberlanjutan

penyediaannya di masa mendatang. Sebenarnya pada tingkat masyarakat

tradisional, pengelolaan sumberdaya hutan sudah dilakukan dalam bentuk

kearifan tradisional (traditional wisdom). Namun demikian, perkembangan

jaman dan masuknya pola pikir modern, terutama tuntutan ekonomi,

menyebabkan tekanan yang tinggi terhadap potensi sumberdaya hutan.

Oleh sebab itu, pemerintah melakukan pengaturan-pengaturan untuk

mengurangi laju penurunan dan perusakan sumberdaya hutan tersebut.

Selain itu, kebijakan dan program pemanfaatan hutan sebagai sumber

pangan kini telah memberikan akses yang lebih baik kepada masyarakat

dengan mengelola lahan hutan untuk memproduksi pangan. Pola

pemanfaatan hutan tersebut kini banyak dilakukan dengan sistem

tumpangsari (program agroforestry), pengusahaan tanaman pangan yang

juga berfungsi penghasil produk dan jasa kehutanan, seperti sukun serta

penanaman Jenis Pohon Serba Guna (Muli Purpose Trees Species)

lainnya (Anonim, 2009).

Masyarakat sebagai pelaku utama sekaligus menjadi pemeran

utama dalam pengelolaan hutan, maka hal ini dapat terwujud apabila

terdapat pengakuan akan hak-hak pengelolaan, pengendalian dan

Page 55: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

pemanfaatan sumber daya hutan. Operasionalisasi di lapangan

diserahkan kepada lembaga lokal sesuai dengan sistem sosial, ekonomi

dan budaya masyarakat. Oleh sebab itu pendekatan yang digunakan

bersifat lokal spesifik namun tetap memadukan antara kearifan lokal

dengan perkembangan lPTEK (Iskandar dkk, 2004).

Sistem pemanfaatan sumberdaya hutan bergeser mengikuti

perkembangan jaman dan akses terhadap pola kehidupan yang lebih

maju. Sistem pertanian umumnya sudah dilakukan dalam bentuk

pertanian menetap dengan mengembangkan kultivar unggul sebagai

sumber pangan. Namun demikian, persepsi tentang pangan dari hutan

tidak berhenti begitu saja. Walaupun sistem yang dikembangkan hingga

saat ini sebagai pertanian modern, pemanfaatan SDG (sumber daya

genetik) asal hutan masih terus dilakukan, antara lain untuk

pengembangan penangkaran dan budidaya, baik dari jenis tumbuhan

maupun satwa liar (Anonim, 2009).

1. Interaksi Positif Masyarakat dengan Kawasan Hutan Lindung

Interaksi masyarakat dengan kawasan hutan cukup besar karena

sekitar 30 juta masyarakat Indonesia berada di sekitar hutan dan

menggantungkan hidupnya pada hutan. Kawasan hutan dengan status

kawasan konservasi merupakan wilayah yang perlu dijaga dengan baik,

wilayah tersebut paling banyak mendapat tekanan dari masyarakat karena

berbagai kepentingan masyarakat di dalamnya (Iskandar dkk, 2004).

Page 56: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Interaksi masyarakat terhadap hutan diantaranya dapat berupa

penyediaan areal untuk kegiatan camping, bumi perkemahan, areal

budidaya, perlebahan, pengembangan tanaman pendukung industri dan

bebagai kegiatan lainnya sebagai bentuk interaksi masyarakat terhadap

kawasan konservasi yang akan memberikan manfaat langsung kepada

masyarakat.

Terdapat pula kegiatan lainnya seperti pengambilan kayu bakar,

pengambilan buah seperti buah kemiri, keluak, kolang-kaling, pakan

ternak, pengambilan nira dan pembuatan gula aren dalam kawasan hutan

juga merupakan salah satu bentuk interaksi masyarakat sekitar kawasan

hutan.

2. Interaksi Negatif Masyarakat dengan Kawasan Hutan Lindung

Masyarakat sekitar kawasan hutan sering melakukan penebangan

pohon dalam kawasan hutan untuk kepentingan ramuan rumah dan

biasanya dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah

tangga saja dan tidak dilakukan dengan tujuan komersil. Hal inipun

dilakukan karena keterpaksaan, mereka tidak mampu untuk membeli kayu

dipasaran dengan harga yang cukup tinggi (Mubyarto dkk, 1992),

Kebiasaan masyarakat sekitar kawasan hutan dalam

menggembalakan ternak atau berburu dengan membakar padang rumput

untuk memancing tumbuhnya rumput-rumput muda untuk kepentingan

penggembalaan maupun berburu. Terdapat pula lahan dalam hutan

lindung yang telah ditanami berbagai tanaman tahunan perkebunan, ini

Page 57: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

dilakukan karena alasan mereka tidak memiliki lahan yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Bentuk interaksi lainnya berupa pencarian madu dalam kawasan

maupun sekitar kawasan yang menggunakan sistem konvensional dengan

mengasapi lebah hutan sebelum mengambil madunya. Hal ini dilakukan

hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan tidak dilakukan

secara besar-besaran.

H. Kerangka Pikir Penelitian

Kawasan hutan dengan fungsi pokok sebagai fungsi lindung

merupakan penyangga kehidupan masyarakat khususnya masyarakat

sekitar hutan. Masyarakat sekitar kawasan hutan lindung Pulau Jampea

secara turun temurun telah memanfaatkan lingkungan sebagai mata

pencaharian baik yang berasal dari kayu maupun dari non kayu. Dengan

adanya Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 760/Kpts/Um/10/82 pada

tanggal 12 Oktober 1982 masyarakat tetap tidak mempedulikan

keberadaan kawasan hutan lindung Pulau Jampea. Interaksi masyarakat

dengan kawasan hutan lindung cukup besar diantaranya pembukaan

lahan untuk berkebun, pembuatan gula aren, pengambilan rotan,

perburuan dan lain-lain.

Pola aktivitas masyarakat terhadap kawasan hutan lindung Pulau

Jampea harus memperhatikan sumber daya alam yang ada, fungsi-fungsi

ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan, sehingga akan memberikan

Page 58: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

peranan nyata apabila pengelolaan tersebut seiring dengan upaya

pelestarian guna mewujudkan pembangunan nasional berkelanjutan. Oleh

karena itu aktivitas penelitian ini yang pertama-tama akan dilakukan

yaitu dengan melakukan orientasi lapangan baik kawasan hutan lindung

maupun kondisi masyarakat Pulau Jampea untuk mendapatkan

gambaran umum obyek penelitian. Selanjutnya akan digali informasi

tentang bentuk aktivitas sehari-hari mereka yang bersentuhan dengan

kawasan hutan dan sejak kapan masyarakat melakukan hal tersebut.

Melalui deskripsi aktivitas masyarakat tersebut, akan didapatkan

rangkuman bentuk-bentuk aktivitas masyarakat Pulau Jampea dalam

kawasan hutan lindung, sehingga hasilnya dapat dijadikan acuan untuk

menganalisis dampak-dampak dari aktivitas tersebut terhadap fungsi

utama kawasan hutan lindung.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini akan diusahakan untuk

direkomendasikan kepada pengambil kebijakan untuk rencana

pengelolaan hutan lindung di masa yang akan datang. Dengan adanya

rencana pengelolaan yang bijak, maka segala aktivitas masyarakat

disekitar kawasan dapat disinergikan dengan upaya pelestarian fungsi

kawasan dengan meminimalkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan

dari aktivitas masyarakat didalam kawasan hutan lindung Pulau

Jampea sehingga pengelolaan kawasan hutan secara optimal dapat

tercapai.

Page 59: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Untuk lebih memahami alur pemikiran penelitian ini, maka perlu

dibuatkan kerangka pikir penelitian dalam melukiskan hubungan

beberapa konsep yang akan diteliti yang arahnya untuk menjawab

rumusan masalah dan disusun secara deskriptif dengan hubungan

variabel dan indikatornya dalam bentuk bagan seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

KAWASAN HUTAN

INTERAKSI MASYARAKAT DENGAN HUTAN LINDUNG

PULAU JAMPEA

POLA AKTIVITAS : KAWASAN HUTAN LINDUNG SUMBER DAYA ALAM

ANALISIS MANFAAT & DAMPAK

DAMPAK NEGATIF

PEMAHAMAN TENTANG

MANFAAT & DAMPAK

DAMPAK POSITIF

REORIENTASI PEMANFAATAN & PENGELOLAAN

DAMPAK

SK MENPAN NO. 760/KPTS/UM/10/82

12 OKTOBER 1982 HUTAN LINDUNG PULAU JAMPEA

PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG

SECARA OPTIMAL

MASYARAKAT SEKITAR

KAWASAN HUTAN LINDUNG

PULAU JAMPEA

Page 60: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

I. Definisi Operasional

Dalam menjelaskan bagaimana suatu variabel diukur ketika

penelitian akan dilakukan maka uraian definisi operasional sangat

diperlukan. Untuk mendapatkan pemahaman atau persepsi yang sama

dalam menanggapi persoalan dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas

masyarakat Pulau Jampea Kabupaten Kepulauan Selayar terhadap hutan

lindung, maka beberapa konsep dasar istilah yang digunakan dalam

penelitian ini akan didefinisikan sebagai berikut :

a. Aktivitas masyarakat adalah suatu aktivitas berupa kegiatan

pemanfaatan kawasan hutan lindung yang dilakukan oleh masyarakat

sekitar hutan.

b. Dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan sebagai akibat dari

aktivitas masyarakat didalam kawasan hutan lindung.

c. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan

berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam

persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak

dapat dipisahkan.

d. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur

tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air

laut dan memelihara kesuburan tanah.

Page 61: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

e. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau

ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya

sebagai hutan tetap.

f. Ketergantungan masyarakat terhadap hutan adalah sifat kebutuhan

manusia terhadap hasil hutan tertentu secara terus menerus.

g. Manfaat adalah suatu nilai guna yang dihasilkan dari sumberdaya

dengan suatu aktivitas yang dilakukan.

h. Pola pemanfaatan adalah suatu gambaran atau patokan yang

digunakan dalam memanfaatkan sesuatu.

Page 62: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kombinasi antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Yang dominan

dalam penelitian ini adalah metode kualitatif lalu didukung dengan

metode kuantitatif untuk melihat secara umum wilayah studi guna

mendapatkan informasi langsung berdasarkan teknik-teknik pengambilan

data yang digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menyajikan

data dalam bentuk narasi dari gambaran nyata obyek kajian yang

diperoleh melalui metode wawancara, observasi dan studi pustaka.

Jenis atau strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus.

Pada umumnya, dalam penelitian studi kasus dihubungkan dengan

sebuah lokasi. “Kasusnya” mungkin sebuah organisasi, sekumpulan orang

seperti kelompok kerja atau kelompok sosial, komunitas, peristiwa, proses,

isu, maupun kampanye (Daymon, 2002).

Menurut Yin (2009), studi kasus yang selama ini dikerjakan berkisar

pada keputusan-keputusan, program-program, proses implementasi, dan

perubahan organisasi. Dalam penelitian ini kasus yang dimaksud adalah

dampak akivitas masyarakat sekitar hutan pada kawasan hutan lindung

Pulau Jampea Kabupaten Kepulauan Selayar.

Page 63: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

B. Pengelolaan Peran Peneliti

Peneliti berperan sebagai instrumen utama penelitian.

Pengumpulan informasi di lapangan murni dilakukan oleh seorang peneliti

utama yang sekaligus tenaga lapangan dan analisis data, dimana

kehadiran peneliti dilokasi penelitian diketahui oleh informan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Jampea Kabupaten Kepulauan

Selayar Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan April sampai dengan Juni

2012. Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan atas pertimbangan bahwa

masyarakat di Pulau Jampea ini berbatasan langsung dengan kawasan

hutan lindung. Adapun lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian

Page 64: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Proses pelaksanaan penelitian dimulai dari persiapan, penulisan

laporan sampai dengan perbaikan laporan yang kemudian dirangkum

dalam matriks jadwal pelaksanaan penelitian seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Tahap-tahap penelitian dan jadwalnya

No

Kegiatan

Bulan ke I

Bulan ke II

Bulan ke III

Bulan ke IV

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan

2 Survey Lapangan

3 Pengurusan Izin Penelitan

4 Pengumpulan Data Sekunder

5 Tabulasi Data Sekunder

6 Pembuatan Daftar Pertanyaan

7 Pengumpulan Data Primer

8 Pemeriksaan Data Primer

9 Tabulasi Data Primer

10 Analisis Data Primer

11 Diskusi Dengan Teman

12 Penulisan Laporan

13 Uji Coba Seminar Hasil

14 Seminar Hasil

15 Perbaikan Laporan

Page 65: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

D. Populasi dan Teknik Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Pulau Jampea

Kabupaten Kepulauan Selayar yang melakukan aktivitas dalam kawasan

hutan lindung.

Pengambilan sampel dilapangan dilakukan dengan teknik

purposive sampling. Stratifikasi sampel lokasi penelitian dilakukan dengan

memilih desa yang berada atau bersentuhan langsung dengan kawasan

hutan lindung, dimana desa yang di pilih adalah Desa Ma’minasa dan

Desa Kembangragi Kecamatan Pasimasunggu dan Desa Bontobaru

Kecamatan Pasimasunggu Timur. Pada desa terpilih tersebut selanjutnya

dilakukan penentuan responden yaitu masyarakat yang melakukan

aktivitas dalam kawasan hutan lindung.

E. Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan terdiri dari data primer

dan data sekunder, yaitu :

1. Data primer diperoleh dari wawancara (interview) dengan responden

atau masyarakat yang melakukan akivitas dalam kawasan hutan dan

observasi langsung dengan mencatat langsung bentuk kegiatannya di

dalam dan sekitar kawasan hutan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari yang terkait dengan objek penelitian.

2. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka atau dokumentasi dengan

pengkajian terhadap pustaka atau dokumen-dokumen, laporan

Page 66: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

penelitian dan literatur yang ada pada berbagai instansi terkait maupun

dari informan lain yang berkaitan dengan penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara (interview),

observasi langsung dan studi pustaka/dokumentasi dengan teknik yang

digunakan sebagai berikut :

1. Wawancara (interview) yang menggunakan pedoman wawancara atau

kuisioner, yaitu teknik yang digunakan untuk mendapatkan data dan

informasi bentuk-bentuk pemanfaatan dan jenis-jenis sumberdaya

yang dimanfaatkan oleh masyarakat dari kawasan hutan beserta

obyek yang ditimbulkannya.

2. Observasi langsung, yaitu teknik yang digunakan untuk mengamati

langsung bentuk-bentuk pamanfaatan lahan, tumbuhan dan satwa liar

oleh masyarakat pada kawasan hutan lindung. Pengamatan

pemanfaatan potensi kawasan berupa budidaya tanaman yaitu

dengan mengamati kegiatan budidaya apa saja yang dilakukan oleh

masyarakat di dalam kawasan hutan lindung, pemanfaatan air dan

kesuburan tanah, misalnya bagaimana sistem pemanfaatan lahan,

jasa lingkungan berupa pemanfaatan potensi wisata dan pengambilan

hasil hutan kayu dan non kayu serta bagaimana cara yang dilakukan

oleh masyarakat di dalam memanfaatkan potensi yang ada.

Page 67: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

3. Studi pustaka atau dokumentasi yaitu teknik yang digunakan untuk

pengkajian terhadap pustaka atau dokumen- dokumen yang berkaitan

dengan hutan dan monografi Pulau Jampea, laporan penelitian

sebelumnya dan literatur yang berkaitan dengan topik penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan

metode deskriptif kualitatif yaitu dengan menggambarkan dan

menguraikan segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di

dalam kawasan hutan dan dampak-dampak dari aktivitas masyarakat

terhadap kegiatan yang sering dilakukan pada kawasan hutan tersebut.

Disamping itu juga akan dilakukan analisis dengan metode kuantitatif

dengan menggunakan tabulasi persentase untuk menganalisis pola

pemanfaatan kawasan hutan.

H. Pengecekan Validitas Temuan

Untuk mengetahui validitas temuan data maka dilakukan

pengumpulan data dengan menggunakan dua cara triangulasi, yaitu:

1. Triangulasi sumber, yaitu mencek data dengan fakta dari sumber lain

(informan yang berbeda), membandingkan dan melakukan kontras

data ketika menginvestigasi dengan informan lain dan menginvestigasi

dengan menggunakan kelompok informan yang sangat berbeda.

Page 68: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

2. Triangulasi metode, yaitu dilakukan dengan menggunakan beberapa

metode saat pengumpulan data, yaitu wawancara mendalam dan

observasi langsung.

I. Bagan Alir Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dari tahap persiapan sampai

dengan penyusunan laporan yang disajikan dalam bentuk bagan seperti

pada Gambar 3.

Gambar 3. Bagan alir tahap-tahap penelitian

SURVEY PENDAHULUAN

ANALISIS DATA

INTERPRETASI

PENGUMPULAN DATA SEKUNDER

PEMBAHASAN

MENARIK KESIMPULAN

MENYUSUN LAPORAN

PEMBUATAN DAFTAR PERTANYAAN

PENGAMATAN DI LAPANGAN

TABULASI DATA

PERSIAPAN

PENGUMPULAN DATA PRIMER

Page 69: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Gambar 3 menjelaskan bahwa pelaksanaan penelitian diawali

dengan persiapan kemudian survey pendahuluan di kawasan hutan

lindung Pulau Jampea dan dilanjutkan dengan pengumpulan data

sekunder dan membuat daftar pertanyaan untuk mengumpulkan data

primer berdasarkan wawancara dan pengamatan di lapangan. Setelah itu

data ditabulasi untuk dianalisa dan diinterpretasikan dalam bentuk

gambar, tabel dan narasi. Langkah selanjutnya membuat pembahasan

dari gambaran nyata di lapangan dengan hasil wawancara dan

pengamatan, kemudian dibuat kesimpulan dan terakhir menyusun

laporan.

Page 70: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Bio-Fisik

a. Luas dan Letak Wilayah

Wilayah penelitian ini mencakup dua kecamatan yaitu Kecamatan

Pasimasunggu yang terletak diantara 120030’-120030’20” BT dan 600’-

7030’ LS dan Kecamatan Pasimasunggu Timur yang terletak diantara

120030’12”-120030’24” BT dan 6045’-7001’ LS dengan luas wilayah

15.937,20 Ha atau 159,37 km2 yang berada di Kabupaten Kepulauan

Selayar dengan batas-batas sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Selayar

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores

4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pasimarannu

b. Topografi

Pulau Jampea Kabupaten Kepulauan Selayar mempunyai bentuk

wilayah yang bervariasi dengan kelas lereng terluas adalah kelas lereng V

(sangat curam) dan selanjutnya diikuti oleh kelas lereng I (datar).

Persebaran dan nilai luasan dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 71: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Tabel 3. Luas dan persentase kelas lereng Pulau Jampea

Keterangan Kelas Luas (Ha) Persentase (%)

I (datar) <2 5699,52 35,76

V (sangat curam) 41-60 10237,67 64,24

Jumlah 15937,20 100,00

Sumber: Analisis Peta RBI, 1991.

Gambar 4. Sebaran kelas kelerengan di Pulau Jampea.

Berdasarkan Tabel 3 bahwa kelas lereng terluas di Pulau Jampea

yaitu kelas lereng dengan klasifikasi sangat curam (41 – 60 %) dengan

luas 10237,67 Ha atau sekitar 64,24%, selanjutnya diikuti oleh kelas

lereng datar (0 – 3 %) dengan luas 5699,52 Ha atau 35,76% dari luas

pulau yang tersebar di Kecamatan Pasimasunggu dan Kecamatan

Pasimasunggu Timur.

Page 72: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

c. Jenis Tanah

Tabel 4. Luas dan persentase jenis tanah Pulau Jampea

Sumber: Peta Landsystem, 1982

Gambar 5. Sebaran jenis tanah di Pulau Jampea.

Berdasarkan Tabel 4 bahwa Pulau Jampea terdiri dari dua jenis

tanah yaitu Inceptisol dengan luas 10237,67 Ha atau 64,24% dan jenis

tanah Entisols 5699,52 Ha atau 35,76%. Berdasarkan peta jenis

tanahnya, memiliki jenis tanah Entisols yang tersebar pada wilayah landai

dan bergelombang dan jenis tanah Inceptisol yang tersebar di punggung-

punggung bukit. Jenis tanah ini termasuk jenis tanah yang peka terhadap

erosi sehingga pemanfaatannya harus hati-hati.

Jenis Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

Inceptisols 10237,67 64,24

Entisols 5699,52 35,76

Jumlah 15937,20 100,00

Page 73: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

d. Iklim

Iklim merupakan salah satu potensi alam, namun kenyataannya

sering menjadi faktor penghambat yang sifatnya permanen karena secara

makro sulit atau tidak dapat dimodifikasi. Menurut Bey dan Las (1991)

iklim dengan berbagai unsurnya, seperti curah hujan, radiasi surya, suhu

udara, kelembaban udara dan angin adalah faktor yang paling

menentukan keberhasilan usaha khususnya di bidang pertanian. Berikut

ini di tampilkan curah hujan bulanan di Pulau Jampea selam 10 tahun

terakhir terhitung periode 2001 - 2010 pada Satasiun Meteorologi

Bontosikuyu seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-Rata Curah Hujan (mm) periode 2001 – 2010 di Wilayah Pulau Jampea

Sumber : Stasiun Metorologi Bontosikuyu

Page 74: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Menurut sistem klasifikasi Schmidth-Fergusson (BB = CH >100

mm bulan –1; BK = CH < 60 mm bulan –1) bahwa di wilayah Pulau Jampea

cakupan Stasiun Meteorologi Bontosikuyu tergolong tipe iklim C, yaitu

terdapat rata-rata 26 bulan basah (BB) dan rata-rata 10 bulan kering (BK)

dengan nilai Quotient (Q) = 38,46 %. Kenyataan ini berindikasi bahwa di

wilayah cakupan stasiun ini tergolong tipe iklim agak basah dengan

vegetasi hutan rimba diantaranya jenis kayu yang menggugurkan daunnya

pada musim kemarau.

e. Musim Tanam

Pulau Jampea mempunyai dua musim tanam, yaitu musim tanam

rendengan (musim barat) yang jatuh pada bulan Desember sampai

dengan bulan Juni dan musim tanam gadu (musim timur) yang jatuh pada

bulan Juli sampai dengan November.

2. Pembagian Wilayah Administratif

Pulau Jempea secara administratif terbagi atas dua kecamatan dan

10 desa yaitu Kecamatan Pasimasunggu yang terdiri atas Desa

Kembangragi, Desa Labuang Pamajang, Desa Ma’minasa, Desa

Massungke, Desa Tanamalala, Desa Bontosaile dan Kecamatan

Pasimasunggu Timur yang terdiri atas Desa Bontobulaeng, Desa

Bontobaru, Desa Bontomalling dan Desa Lembang Baji dengan perincian

pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Page 75: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Tabel 6. Nama Desa, Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jumlah KK di Wilayah Kecamatan Pasimasunggu

No. Nama Desa Luas Wilayah

(km2) Jumlah

Penduduk Jumlah KK

1. Desa Kembangragi 15,50 2.203 628

2. Desa Lab.Pamajang 21,78 1.039 325

3. Desa Ma’minasa 30,50 2.057 494

4. Desa Massungke 13,55 954 460

5. Desa Tanamalala 12,40 825 196

6. Desa Bontosaile 11,34 864 210

Jumlah 105,07 7.942 2.313

Sumber Data : Kantor Camat Pasimasunggu Tahun 2011

Tabel 7. Nama Desa, Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jumlah KK di Wilayah Kecamatan Pasimasunggu Timur

No. Nama Desa Luas Wilayah

(km2) Jumlah

Penduduk Jumlah KK

1. Bontobulaeng 9,90 2.894 776

2. Bontobaru 27,26 1.330 373

3. Bontomalling 11,40 1.426 438

4. Lembang Baji 5,74 1.048 286

Jumlah 54,30 8.028 2.230

Sumber Data : Kantor Camat Pasimasunggu Timur Tahun 2011

3. Pola Penggunaan Lahan

a. Kecamatan Pasimasunggu

Kecamatan Pasimasunggu merupakan wilayah potensial untuk

usaha-usaha yang didominasi tanaman pangan di susul oleh tanaman

perkebunan dan selebihnya untuk pemukiman serta penggunan lahan

lainnya. Adapun pola penggunaan lahannya dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 76: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Tabel 8. Pola Penggunaan Lahan di Kecamatan Pasimasunggu

No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase

1. Sawah ½ tehnis 58,45 0,6

2. Sawah tadah hujan 457,25 4,4

3. Ladang/Tegalan 416 4

4. Pekarangan 22,61 0,21

5. Kebun 863,25 8,21

6. Tambak 135 1,3

7. Lain-Lain 8.554,44 81,41

Jumlah 10.507 100

Sumber Data : Kantor Camat Pasimasunggu Tahun 2011

b. Kecamatan Pasimasunggu Timur

Kecamatan Pasimasunggu Timur merupakan wilayah yang

potensial untuk usaha-usaha yang didominasi lahan lain-lain diantaranya

lahan hutan lindung, pemukiman penduduk dan sarana umum lainnya.

Adapun pola penggunaan lahannya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pola Penggunaan Lahan di Kecamatan Pasimasunggu Timur

Sumber Data : PPL Kecamatan Pasimasunggu Timur Tahun 2011

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1. Sawah 1/2 Teknis 195,00 6,03

2. Sawah tadah hujan 1.630,47 50,44

3. Sawah pengairan desa 84,00 2,59

4. Ladang/tegalan 171,00 5,29

5. Pekarangan 380,00 11,75

6. Perkebunan 175,00 5,41

7. Lain-lain 2794,73 18,49

Jumlah 5.430,20 100

Page 77: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

4. Jenis Komoditi Yang Diusahakan

a. Kecamatan Pasimasunggu

Komoditi utama yang dikembangkan atau diusahakan oleh

masyarakat di wilayah Kecamatan Pasimasunggu meliputi :

1) Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura

Tabel 10. Jenis Komoditi, Luas Lahan Tanaman Pangan dan Hortikultura yang diusahakan di Kecamatan Pasimasunggu

No. Jenis Komoditi Luas Lahan (ha) Persentase(%)

1. Padi Sawah 1.300,5 61,41

2. Jagung 60 2,83

3. Kacang Tanah 34 1,6

4. Ubi Kayu 27 1,3

5. Mangga 21 1

6. Ubi Jalar 22 1,03

7. Pisang 35 1,7

8. Nangka 8 0,4

Jumlah 2.117,5 100

Sumber Data : Kantor Camat Pasimasunggu Tahun 2011

2) Bidang Kehutanan dan Lingkungan Hidup

Pengembangan di bidang kehutanan sangat diperlukan sekarang

ini dengan melihat kondisi lahan yang gundul akibat penebangan hutan

secara liar yang tidak bertanggung jawab, hal ini tentunya sangat

membawa dampak negatif bagi bidang yang lain misalnya sektor tanaman

pangan terutama persawahan yang secara otomatis ketersediaan air akan

berkurang.

Page 78: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Disektor kehutanan yang ada di Wilayah Kecamatan

Pasimasunggu dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 11. Jenis Komoditi, Luas Lahan Tanaman Kayu di Wilayah Kecamatan Pasimasunggu

Sumber Data : PPL Kecamatan Pasimasunggu Tahun 2011

Dari Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa jenis kayu yang ada

diwilayah kerja Kecamatan Pasimasunggu semakin berkurang

sebagaimana diketahui bahwa kayu bayam, kayu ipil dan kayu kenari

yang menjadi andalan masyarakat Kecamatan Pasimasunggu, sekarang

sudah hampir habis.

3) Bidang Tanaman Perkebunan

Tabel 12. Jenis Komoditi, Luas Lahan Tanaman Perkebunan yang diusahakan di Kecamatan Pasimasunggu

No. Jenis Komoditi Luas Lahan (ha) Persentase(%)

1. Kelapa 610 49,2

2. Coklat 105 8,45

3. Jambu Mente 525 42,34

Jumlah 1.240 100

Sumber Data : Kantor Camat Pasimasunggu Tahun 2011

No. Jenis komoditi Luas Lahan (Ha)

1. Jati 3.085,15

2. Bitti 1.062,20

3. Bambu 53,20

4. Mahoni 23,16

Jumlah 4.223,71

Page 79: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

4) Bidang Peternakan

Tabel 13. Jenis Ternak, Populasi yang diusahakan di Kecamatan Pasimasunggu

No. Jenis Ternak Populasi Persentase

1. Kerbau 134 9,14

2. Sapi -

3. Kambing 207 14,12

4. Ayam Buras 1.125 76,73

5. Itik -

JUMLAH 1.466 100

Sumber Data : Kantor Camat Pasimasunggu Tahun 2011

5) Bidang Perikanan dan Kelautan

Potensi di bidang ini sangat prospektif dimasa yang akan datang

terutama tambak serta potensi perikanan tangkap yang sekarang ini mulai

dikembangkan dalam bidang perikanan. Potensi perikanan tangkap yang

sekarang ini mulai marak dengan adanya pembeli dari luar dengan harga

yang layak tentunya akan menambah pendapatan para nelayan yang

selama ini memasarkan di pasar lokal.

b. Kecamatan Pasimasunggu Timur

Komoditi utama yang dikembangkan atau diusahakan oleh

masyarakat di wilayah Kecamatan Pasimasunggu meliputi :

1) Bidang Tanaman Pangan Dan Hortikultura

Komoditi disektor tanaman pangan dan holtikultura banyak

diusahakan oleh masyarakat tani dalam wilayah Kecamatan

Pasimasunggu Timur seperti Tabel 14.

Page 80: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Tabel 14. Jenis Komiditi yang diusahakan, Luas Lahan dan Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura di Wilayah Kecamatan Pasimasunggu Timur

Sumber Data : PPL Kecamatan Pasimasunggu Timur Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 14 menunjukkan bahwa jenis komoditi yang

diusahakan di Kec. Pasimasunggu Timur di dominasi oleh tanaman padi

sawah yang mencapai produktifitas 7,2 ton /Ha, padi ladang 6,5 ton/ha.

Hal ini menunjukkan bahwa produksi pertanian di Kec. Pasimasunggu

Timur masih dapat di tingkatkan lagi untuk menjadikan wilayah ini sebagai

penyangga pangan di Kabupaten Kepulauan Selayar.

2) Bidang Perikanan dan Kelautan

Disektor perikanan dan kelauatan yang berkembang sekarang

adalah budidaya ikan bandeng, udang dan ikan tangkap, sedangkan

untuk budidaya ikan laut belum ada, untuk ikan air payau yakni tambak

sifatnya masih budidaya yang sifat tradisional.

No. Jenis Komoditi Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

1. Padi Sawah 1.630,47 11.739,38

2. Padi Ladang 547,95 3.561,67

3. Kacang Tanah 96,00 527,00

4. Jagung 124,00 527,30

5. Ubi Kayu 40,00 23,00

6. Pisang 3,00 18,00

7. Terong 3,00 5,10

Jumlah 2.444,42 16.401,15

Page 81: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

3) Bidang Tanaman Perkebunan

Tabel 15. Jenis Komoditi , Luas Lahan dan Produksi Perkebunan yang diusahakan oleh Masyarakat di Wilayah Kecamatan Pasimasunggu Timur

Sumber Data : PPL Kecamatan Pasimasunggu Timur Tahun 2011

Pada Tabel 15 menunjukkan bahwa jenis komoditi di sektor

perkebunan Kelapa masih dominan di wilayah Kecamatan Pasimasunggu

Timur yang mencapai 888,85 ton/Ha.

4) Bidang Peternakan

Sektor peternakan di Kecamatan Pasimasunggu Timur didominasi

oleh usaha peternakan rakyat yang sistem pemeliharaannya masih

tradisional dan dijadikan sebagai usaha sampingan seperti pada Tabel 16.

Tabel 16. Jenis Ternak, Populasi dan Jumlah Ternak di Wilayah Kecamatan Pasimasunggu Timur

Sumber Data : PPL Kecamatan Pasimasunggu Timur Tahun 2011

No. Jenis Komoditi Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

1. Kelapa 797 888,85

2. Jambu Mente 308,50 175,20

3. Kakao 36,50 3,51

Jumlah 1.142 1.067,56

No. Jenis Ternak Populasi

1. Sapi 35

2. Kerbau 1.342

3. Kambing 754

4. Kuda 24

5. Ayam Buras 9.841

6. Itik 402

Jumlah 12.398

Page 82: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Dari Tabel 16 menunjukkan bahwa populasi ternak di Wilayah

Kecamatan Pasimasunggu timur masih didominasi oleh ternak unggas

(ayam buras) yang populasinya mencapai 9.841, kemudian ternak kerbau

populasinya mencapai 1.342, disusul ternak kambing populasinya

mencapai 754.

5) Bidang Kehutanan Dan Lingkungan Hidup

Disektor kehutanan yang ada di Wilayah Kecamatan

Pasimasunggu timur dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Jenis Komoditi, Luas Lahan Tanaman Kayu di Wilayah Kecamatan Pasimasunggu Timur

Sumber Data : PPL Kecamatan Pasimasunggu Timur Tahun 2011

Dari Tabel 17 dapat disimpulkan bahwa jenis kayu yang ada

diwilayah Kecamatan Pasimasunggu Timur semakin berkurang

sebagaimana diketahui bahwa kayu bayam, kayu ipil dan kayu kenari

yang menjadi andalan masyarakat Kecamatan Pasimasunggu Timur,

sekarang sudah hampir habis.

No. Jenis komoditi Luas Lahan (Ha)

1. Jati 1076,20

2. Bitti 849,10

3. Bambu 36,10

4. Mahoni -

Jumlah 1961,40

Page 83: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

5. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian

Kelembagaan pelayanan penyuluhan memegang peranan penting

di dalam keberhasilan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di tingkat

lapangan baik pelayanan, maupun dalam penyebaran informasi yang

berkaitan dengan teknologi pertanian secara umum.

Untuk lancarnya pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di

tingkat lapangan, harus didukung oleh sarana dan prasarana serta tenaga

pelaksana yang memadai. Tenaga yang dimaksud adalah penyuluh

Pertanian Lapangan (PPL) yang mempunyai peranan dan tugas untuk

membina para petani beserta keluarganya di tingkat lapangan.

6. Lembaga Pelayanan Petani

a. Kecamatan Pasimasunggu

Lembaga pelayanan petani yang ada di Kecamatan Pasimasunggu

yang dimanfaatkan oleh masyarakat tani meliputi, lembaga penyuluhan,

lembaga ekonomi untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Lembaga Pelayanan Petani yang berada di Kecamatan Pasimasunggu

No. Nama Lembaga Jumlah (Unit) Keterangan

1. Koperasi Unit Desa (KUD) 6

2. Kios Tani 12

3. PPL ( Penyuluh Lapangan) 7

Sumber Data : Kantor Camat Pasimasunggu Tahun 2011

Page 84: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

b. Kecamatan Pasimasunggu Timur

Lembaga pelayanan petani yang ada di wilayah Kecamatan

Pasimasunggu Timur yang di manfaatkan oleh masyarakat tani meliputi;

lembaga penyuluhan dan lembaga ekonomi. Untuk jelasnya dapat dilihat

pada Tabel 19.

Tabel 19. Lembaga Pelayanan Petani yang ada di Wilayah Kerja Kecamatan Pasimasunggu Timur

Sumber Data : PPL Kecamatan Pasimasunggu Timur Tahun 2011

7. Pelayanan Sarana Produksi

Tingkat ketersediaan sarana produksi akan sangat menunjang

tingkat keberhasilan pembangunan pertanian di samping itu dibutuhkan

pula sarana pendukung seperti : Kios sarana produksi, lembaga

keuangan, Perbankan, koperasi maupun institusi pendukung, baik dalam

pengadaan sarana produksi, modal maupun pemasaran hasil produksi.

Seiring dengan pembinaan kelompok tani, koperasi yang dapat

menyiapkan/menyalurkan sarana produksi serta pemasaran hasil

produksi, tidak berfungsi sesuai yang diharapkan.

No. Nama lembaga Jumlah (Unit) Keterangan

1 Koperasi Unit Desa(KUD) 3 -

2 Pasar Desa 2 -

3 PPL (Penyuluh Lapangan) 7 -

4 Kios Tani 17 -

Page 85: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

8. Kelembagaan Kelompok Tani

a. Kecamatan Pasimasunggu

Dalam menunjang pelaksanaan penyelenggaraan Penyuluh

Pertanian di Pedesaan, dibutuhkan suatu lembaga yang dapat

mensosialisasikan setiap aktivitas para petani, maka dibentuklah

kelompok-kelompok tani yang merupakan wahana kerja sama, sarana

kelas belajar serta sebagai unit produksi dimana di dalamnya tertera

adanya kepentingan bersama.

Gambaran keadaan kelompok tani di wilayah Kecamatan

Pasimasunggu dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Kelompok Tani, Kelas Kelompok dan Jumlah Anggota Kelompok yang ada Di Kecamatan Pasimasunggu

No.

Nama Desa

Kelas Kelompok Jumlah Anggota

Kelompok (org)

Pemula Lanjut Madya Utama

1. Kembangragi 13

2. Lab. Pamajang 10 1 260

3. Ma’minasa 14

4. Massungke 8

5. Tanamalala 6

6. Bontosaile 13

JUMLAH 64 1 260

Sumber Data : Kantor Camat Pasimasunggu Tahun 2011

b. Kecamatan Pasimasunggu Timur

Untuk menunjang pelaksanaan penyelenggaraan penyuluh

pertanian di pedesaan, dibutuhkan suatu lembaga yang dapat

Page 86: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

mensosialisasikan setiap aktivitas para petani, maka dibentuklah

kelompok-kelompok tani yang merupakan wahana kerja sama, sarana

kelas belajar serta sebagai unit produksi dimana di dalamnya tertera

adanya kepentingan bersama.

Untuk lebih jelasnya, gambaran keadaan kelompok tani di wilayah

kerja Kecamatan Pasimasunggu Timur dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Kelembagaan Kelompok Tani yang ada di Wilayah Kecamatan Pasimasunggu Timur

Dari Tabel 21 menunjukkan bahwa kelompok tani yang ada di

Wilayah Kecamatan Pasimasunggu timur, terlihat bahwa tingkat

kemampuan kelas kelompok tani masih sangat rendah, karena kelompok

semuanya masih kelas pemula. sedangkan kelas lanjut, kelas madya dan

utama belum ada yang memenuhi syarat. Dengn demikian maka sangat

perlu adanya pembinaan dari semua pihak yang terkait, terutama peranan

penyuluh sangat penting didalam meningkatkan kwalitas sumber daya

manusia.

N0. Nama Desa Kelas kelompok Jumlah Anggota

Kelompok (Org)

Pemula Lanjut Madya Utama

1. Bonto bulaeng 31 - - - 727

2. Bonto baru 13 - - - 234

3. Bontomalling 19 - - - 416

4. Lembang baji 9 - - - 211

Jumlah 72 - - - 1.588

Page 87: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

B. Deskripsi Kawasan Hutan Lindung Pulau Jampea

Lokasi hutan lindung Pulau Jampea memanjang dari timur ke barat

atau sebaliknya dan tempatnya berada di tengah-tengah Pulau Jampea

dengan kelerengan rata-rata 15% - 30% (agak curam hingga curam) dan

jenis tanahnya mediteran coklat kemerahan. Ada beberapa desa dari 2

kecamatan yang ada di Pulau Jampea yang berdekatan langsung dengan

kawasan hutan lindung, desa tersebut adalah Bontobaru, Bontobulaeng

dan Lembangbaji yang berada di Kecamatan Pasimasunggu Timur

sedangkan desa yang berdekatan langsung dengan kawasan hutan

lindung di Kecamatan Pasimasunggu adalah Kembangragi, Labuang

Pamajang, Ma’minasa, Massungke dan Bontosaile.

Tipe hutan di Pulau Jampea ini adalah tipe hutan musim. Ekosistem

hutan musim merupakan ekosistem hutan campuran yang berada di

daerah beriklim muson (monsoon), yaitu daerah dengan perbedaan antara

musim kering dan basah yang jelas. Tipe ekosistem hutan musim terdapat

pada daerah-daerah yang memiliki tipe iklim C dan D (tipe iklim menurut

klasifikasi Schmidt dan Ferguson) dengan rata-rata curah hujan 1.000-

2.000 mm per tahun dengan rata-rata suhu bulanan sebesar 21°-32°C.

Vegetasi yang berada dalam ekosistem hutan musim didominasi

oleh spesies-spesies pohon yang menggugurkan daun di musim kering,

sehingga type ekosistem musim disebut juga hutan gugur daun

atau deciduous forest. Pada ekosistem hutan ini umumnya hanya memiliki

satu lapisan tajuk atau satu stratum dengan tajuk-tajuk pohon yang tidak

Page 88: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

saling tumpang-tindih, sehingga masih banyak sinar matahari yang bisa

masuk hutan sampai ke lantai hutan, apalagi pada saat sedang gugur

daun. Hal ini memungkinkan tumbuh dan berkembangnya berbagai

spesies semak dan herba yang menutup lantai hutan secara rapat,

sehingga menyulitkan bagi orang untuk masuk ke dalam hutan

Jenis tanaman yang ada di dalam kawasan hutan lindung Pulau

Jampea, baik kayu maupun non kayu adalah bitti, mahoni, bambu, kenari,

rotan, aren, bayam dan lain-lain. Awalnya hutan lindung ini merupakan

kawasan yang telah berpuluh-puluh tahun digunakan masyarakat

melakukan aktivitas perambahan dengan menebang kayu secara terang-

terangan atau terbuka.

Rata-rata pohon yang ditebang didominasi oleh kayu bayam (intsia

spp) seperti pada Gambar 6 yang menjadi andalan Pulau Jampea dan

sekarang hampir habis, meskipun masih ada tapi pohonnya masih muda

dan kecil. Pohon-pohon tersebut ditebang dengan cara membakar

pohonnya setinggi kurang lebih 2 meter dari tanah, sewaktu diameter

batangnya sudah berkurang atau mengecil lalu ditebang dengan

menggunakan kapak dan parang. Beberapa tahun kemudian setelah

dilakukan penebangan terlebih dahulu dibakar batangnya, tiba- tiba

datang beberapa orang yang berasal dari suku bugis ikut melakukan

penebangan pohon dengan menggunakan gergaji tradisional atau

pegangannya dengan dua orang sekaligus.

Page 89: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Gambar 6. Bekas penebangan pohon (kayu bayam) di dalam kawasan

hutan lindung yang sudah berpuluh- puluh tahun lamanya

Di dalam kawasan hutan lindung ini, hasil hutan non kayu berupa

rotan, sebelum tahun 2005 yaitu antara tahun 1995-2005 pemerintah telah

mengizinkan masyarakat Pulau Jampea untuk mengambil rotan di hutan

lindung tersebut, pada tahun 1999 itu juga di bentuk panitia tata batas

untuk mengetahui batas kawasan hutan lindung. Tahun 2005 sampai

sekarang izin itu dicabut oleh Drs. Syahrir Wahab, MM yang menjadi

Bupati Kepulauan Selayar sampai sekarang ini. Dan tahun 2012 sekarang

dibentuk lagi panitia tata batas untuk memperjelas luas kawasan hutannya

karena setiap tahunnya luas kawasan hutan lindung Pulau Jampea selalu

berkurang akibat pembukaan lahan untuk perkebunan oleh masyarakat

yang tinggal di sekitar kawasan hutan lindung.

Page 90: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

C. Aktivitas-aktivitas Masyarakat dalam Kawasan Hutan Lindung Pulau Jampea

Berbagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat di Pulau

Jampea di dalam kawasan hutan lindung sebagai upaya untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarganya. Masyarakat di Pulau Jampea pada

umumnya adalah petani. Oleh karena itu sektor perekonomian utamanya

adalah sektor pertanian dan perkebunan.

Dalam kenyataannya bisa dilihat dari komoditi hasil bumi yang

banyak dihasilkan di hutan lindung Pulau Jampea ini. Hasil-hasil bumi

yang banyak dijumpai diantaranya adalah coklat, gula aren, rotan, jagung,

kacang-kacangan, kayu bakar, jambu mente dan pisang serta pohon kayu

lainnya. Adapun jenis aktifitas masyarakat didalam kawasan hutan lindung

Pulau Jampea dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Bentuk-bentuk aktivitas masyarakat di dalam kawasan hutan lindung Pulau Jampea

No Aktivitas Cara yang digunakan

1. Pengambilan Kayu untuk Bahan Rumah Menebang

2. Berkebun/Pertanian Tanaman Semusim a. Pengelolaan Tanah b. Penanaman c. Pemeliharaan d. Pemanenan

Traktor Manual Pupuk, Racun Manual

3. Rekreasi

Mandi dan makan di sekitar air terjun

4. Pengambilan Kayu Bakar Memotong ranting pohon

5. Pengambilan Rotan

Memotong pohon yang masih muda

6. Pembuatan Gula Aren a. Pemanenan b. Proses pembuatan c. Penyiapan bahan bakar

Sadap Dimasak Kayu Bakar

7. Berburu Perangap dan Senjata

Page 91: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

1. Menebang Kayu

Pengambilan atau penebangan kayu di dalam kawasan hutan

lindung Pulau Jampea dilakukan oleh masyarakat secara sembunyi-

sembunyi (illegal logging) dengan menggunakan gergaji rantai yang

tujuannya untuk pembuatan atau perbaikan rumah tempat tinggal mereka.

Secara umum rumah tempat tinggal masyarakat Pulau Jampea

masih terbuat dari kayu, masih sangat jarang mereka membuat rumah

permanen. Rumah permanen hanya dimiliki oleh masyarakat yang berada

di pinggir jalan raya dan itupun sangat jarang. Hal ini berimplikasi pada

kebutuhan akan kayu sebagai bahan baku pembuatan atau perbaikan

rumah mereka yang pada umumnya mereka ambil dengan cara

menebang pohon yang sudah besar didalam kawasan hutan lindung.

Uniknya kayu-kayu tersebut sudah dibuat dalam sortimen-sortimen

kecil sehingga sulit bagi aparat desa dan Polisi Hutan mendapatkan bukti

bahwa kayu tersebut berasal dari hutan. Padahal beberapa jenis kayu

yang diketemukan umumnya diduga berasal dari kawasan hutan yang

cukup jauh. Pemerintah setempat tidak mempunyai perangkat aturan yang

kuat dalam hal pengamanan langsung hasil hutan sehingga tidak dapat

melakukan penangkapan dan peneguran.

Berdasarkan pengakuan responden di Desa Ma’minasa Kecamatan

Pasimasunggu bahwa mereka memilih menggunakan rumah kayu

disebabkan karena faktor biaya yang cukup besar jika membuat rumah

permanen. Walaupun rumah yang terbuat dari kayu lebih sering dilakukan

Page 92: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

perbaikan, akan tetapi bahan baku kayu mereka masih diperoleh dengan

cara menebang sendiri di dalam hutan lindung.

Berdasarkan hasil wawancara kami dengan masyarakat dan

pemerintah setempat sebagai informan bahwa masyarakat masih sering

melakukan aktivitas di dalam kawasan hutan lindung untuk menebang

kayu dengan menggunakan gergaji rantai dan rata-rata kayunya dipakai

masyarakat untuk melakukan perbaikan rumah dan dilakukan sebanyak

1-2 kali dalam setahun. Kayu yang sudah ditebang akan digunakan untuk

perbaikan rumah dapat dilihat seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Hasil penebangan kayu dengan menggunakan gergaji rantai

di kawasan hutan lindung

Dari hasil penebangan kayu ini, tidak ada hasil penjualan yang

didapatkan karena kayunya dipakai sendiri oleh masyarakat yang

melakukan aktivitas penebangan. Frekuensi dan persentase responden

yang berkesempatan memperbaiki rumah dapat dilihat pada Tabel 23.

Page 93: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Tabel 23. Daftar Frekuensi dan Persentase Responden yang berkesempatan memperbaiki Rumah

No. Frekuensi

memperbaiki rumah Jumlah

responden Persentase jumlah

responden (%)

1. 1 kali setahun 9 64,29

2. 2 kali setahun 5 35,71

3. 3 kali setahun 0 0

2. Berkebun dalam Kawasan Hutan Lindung

Masyarakat melakukan praktek berkebun dalam kawasan hutan

lindung yang sering dikenal dengan istilah perambahan atau okupasi

merupakan tradisi turun temurun di Pulau Jampea, meskipun pada

umumnya mereka sudah mengerti bahwa kegiatan tersebut dilarang dan

dapat menimbulkan kerusakan lingkungan.

Berdasarkan hasil wawancara kami dengan pemerintah setempat

sebagai informan di Desa Kembangragi Kecamatan Pasimasunggu,

luasan ini cenderung mengalami pertambahan setiap tahunnya. Meskipun

masyarakat yang melakukan aktivitas ini sudah sering diberikan

pemahaman, akan tetapi tuntutan kebutuhan hidup sehari-hari membuat

mereka sering tidak mengindahkan arahan yang diberikan. Salah satu

aktivitas masyarakat yaitu berkebun dapat dilihat seperti pada Gambar 8.

Page 94: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Gambar 8. Kebun masyarakat di dalam kawasan hutan lindung yang

berisi coklat (A), pisang dan jambu mente (B) serta jagung dan kacang-kacangan (C)

Aktivitas masyarakat dalam mengelola lahan menjadi areal untuk

berkebun, dimana kebun yang mereka kelola dalam kawasan hutan

lindung Pulau Jampea ditanami coklat, jambu mente dan pisang serta

pada saat musim hujan kebun tersebut ditanami jagung dan kacang-

kacangan. Pendapatan petani dari berkebun berdasarkan wawanacara

kami dengan responden yaitu rata-rata Rp 1 juta sampai dengan Rp 1,5

juta perbulan.

Hasil wawancara kami dengan masyarakat sebagai responden dan

pemerintah setempat sebagai informan, bahwa ketersediaan air di sungai

dalam kawasan hutan lindung sudah tidak stabil lagi. Sungai yang ada di

dalam kawasan hutan lindung sekitar kurang lebih 20 tahun yang lalu

mengalir sepanjang tahun terakhir ini. Sungai yang ada tersebut pada

musim hujan mengalir dengan kecepatan tinggi dan kondisi air sangat

A

B

C

Page 95: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

keruh, akan tetapi setelah hujan berhenti maka sungai pun dengan cepat

akan surut airnya. Indikator ini memberikan gambaran bahwa kawasan

hutan lindung sudah mengalami kerusakan ekosistem akibat aktivitas

perambahan yang dilakukan oleh masyarakat yang ada disekitar kawasan

hutan lindung Pulau Jampea.

Adapun daftar nama petani yang mengelola kebun di dalam

kawasan hutan lindung Pulau Jampea berdasarkan wawancara kami

dengan responden di Desa Kembangragi Kecamatan Pasimasunggu

dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Daftar Nama, Umur Petani, Luas Lahan yang dikelola untuk berkebun, kelerengan dan Pendapatan responden perbulan berdasarkan hasil wawancara dengan petani di Desa Kembangragi Kecamatan Pasimasunggu

No. Nama Umur Petani (Thn)

Luas Lahan yang di

kelola (Ha)

Kelerengan (%)

Pendapatan/bulan (Rp)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Patta Mula Taang Aco Ridwan Lampe Aripuddin Saripuddin Dalle Andi Asdar Sapri Saing Makka Sansur Bahtiar Maulid H. Hamka Basman Baso Juma

52 40 32 46 40 33 38 40 45 47 52 40 39 27 52 60 65

2,0 2,0 1,5 2,0 2,0 2,5 1,5 2,0 2,0 1,5 1,5 2,5 2,0 2,0 1,5 2,0 2,5

15-30 3-8

30-40 3-8

15-30 8-15 3-8

15-30 8-15 3-8

15-30 30-40 15-30 40-50 40-50 15-30

3-8

1,5 jt 1,2 jt 1 jt

1,3 jt 1 jt

1,5 jt 1 jt

1,2 jt 1,3 jt 1,3 jt 1,3 jt 1,5 jt 1,2 jt 1,2 jt 1,3 jt 1,5 jt 1,5 jt

Jumlah 748 33,0

Rata-rata 44 1,94

Page 96: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Berdasarkan Tabel 24 bahwa rata-rata luasan yang dikelola oleh

setiap petani yang berumur rata-rata 44 tahun yang membuka lahan atau

berkebun pada kawasan hutan lindung Pulau Jampea adalah 1,94 Ha

dengan kelerengan 15% - 30% yang paling banyak di kelola oleh petani

untuk berkebun yaitu agak curam hingga curam. Hal ini menunjukkan

bahwa tingkat aktivitas perambahan di dalam kawasan hutan lindung

cukup tinggi. Dengan melihat data di Desa Kembangragi Kecamatan

Pasimasunggu yang menegaskan bahwa sekitar 33,0 Ha areal hutan

lindung dalam keadaan terbuka atau tidak berhutan. Konsekuensi logis

dari kenyataan ini bahwa kawasan hutan lindung ini tidak dapat berfungsi

secara maksimal dalam mengatur tata air dan apabila tidak dikelola

dengan baik, maka kemungkinan akan terjadi erosi yang besar.

3. Rekreasi

Masyarakat yang tinggal di Pulau Jampea selalu mengadakan

aktivitas rekreasi pada saat liburan panjang dengan mandi dan makan

bersama di sekitar air terjun di dalam kawasan hutan lindung Pulau

Jampea. Yang melakukan aktivitas ini kebanyakan pegawai kantor, guru

sekolah dan anak muda yang masih sekolah. Ini di lakukan untuk

menghilangkan stres karena terlalu banyak beban pikiran selama

melakukan aktivitas sehari-hari di kantor atau di sekolahnya seperti terlihat

pada Gambar 9.

Page 97: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Gambar 9. Masyarakat Desa Ma’minasa Kecamatan Pasimasunggu yang

sedang mandi di Air terjun Belanda (A) dan Je’ne Dosolo (B) dalam kawasan hutan lindung

Berdasarkan hasil wawancara kami dengan responden dan aparat

pemerintah desa setempat di Desa Ma’minasa Kecamatan Pasimasunggu

bahwa biasanya masyarakat melakukan aktivitas rekreasi pada waktu

liburan panjang atau hari besar nasional serta menjelang Bulan

Ramadhan dan pada saat selesai lebaran Idul Fitri atau Idul Adha. Dalam

melakukan aktivitas ini, tidak ada hasil pendapatan yang didapatkan

karena tidak adanya pengelolaan dan aktvitas ini di lakukan sebanyak 5-

10 kali setahun. Frekuensi dan persentase responden yang melakukan

aktivitas rekreasi Desa Ma’minasa Kecamatan Pasimasunggu dapat dilihat

pada Tabel 25.

A B

Page 98: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Tabel 25. Daftar Frekuensi dan Persentase Responden yang melakukan aktivitas rekreasi di dalam kawasan hutan lindung Desa Ma’minasa Kecamatan Pasimasunggu

Aktivitas ini relatif belum terlalu menimbulkan dampak yang negatif

bagi keberadaan kawasan hutan lindung, bahkan aktivitas rekreasi ini

akan berdampak positif ketika pemerintah setempat mengelolanya dengan

memberikan tiket atau karcis masuk ketika masyarakat ingin masuk di

tempat permandian ini sehingga PAD (Pendapatan Asli Desa) bertambah.

Namun ada satu kendala yang dihadapi untuk mengelola air terjun

dalam kawasan hutan tersebut dengan melihat adanya aktivitas

pembukaan lahan yang sangat berpengaruh terhadap fungsi pengaturan

tata air di dalam kawasan hutan lindung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden dan pemerintah

setempat sebagai informan, bahwa kondisi air terjun sudah tidak stabil lagi

karena air terjun tersebut yang berasal dari sungai di dalam kawasan

hutan lindung, ketersedian airnya tidak berkesinambungan lagi

disebabkan oleh rusaknya ekosistem hutan akibat pembukaan lahan

yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan

lindung Pulau Jampea.

No. Frekuensi melakukan

aktivitas rekreasi Jumlah

responden Persentase jumlah

responden (%)

1. 5 kali setahun 2 28,57

2. 6 kali setahun 0 0

3. 7 kali setahun 3 42,85

4. 8 kali setahun 1 14,29

5. 9 kali setahun 0 0

6. 10 kali setahun 1 14,29

7. 11 kali setahun 0 0

Page 99: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

4. Mencari Kayu Bakar

Aktivitas mencari kayu bakar dilakukan oleh masyarakat di Pulau

Jampea karena biaya yang dibutuhkan untuk penyediaan bahan bakar

bukan kayu cukup besar bagi mereka. Selain kendala biaya, ketersediaan

bahan bakar minyak tanah maupun elpiji sering tidak menentu sehingga

bahan bakar kayu masih menjadi pilihan utama bagi sebagian masyarakat

khususnya yang bermukim disekitar kawasan hutan lindung. Adapun

salah satu contoh kayu bakar yang sering diambil oleh masyarakat di

dalam kawasan hutan lindung Pulau Jampea seperti pada Gambar 10.

Gambar 10. Salah satu contoh kayu bakar yang diambil oleh masyarakat

di kawasan hutan lindung

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di Desa

Bontobaru Kecamatan Pasimasunggu Timur yang melakukan aktivitas di

dalam kawasan hutan lindung, kayu bakar yang diambil kebanyakan

digunakan untuk memasak gula aren di kebun dan pengambilannya masih

sebatas ranting pohon yang sudah kering. Dalam aktivitas ini tidak ada

Page 100: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

hasil penjualan yang didapatkan karena kayu bakarnya diambil untuk

dipakai sendiri. Aktivitas masyarakat ini relatif belum terlalu menimbulkan

dampak yang negatif bagi keberadaan kawasan hutan lindung.

Adapun daftar nama masyarakat yang masih sering melakukan

aktivitas di dalam kawasan hutan lindung untuk mencari kayu bakar

berdasarkan wawancara kami dengan responden di Desa Bontobaru

Kecamatan Pasimasunggu Timur dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Daftar Nama, Umur Petani, dan Luas Lahan serta Persentase yang beraktivitas mencari kayu bakar pada kawasan hutan lindung Desa Bontobaru Kecamatan Pasimasunggu Timur

Tabel 26 memberikan gambaran bahwa dari 6 responden dengan

umur rata-rata 46 tahun yang melakukan aktivitas untuk mencari kayu

bakar kebanyakan digunakan untuk memasak gula aren di kebun dan

pengambilannya masih sebatas ranting pohon yang sudah kering. Jadi

aktivitas masyarakat ini relatif belum menimbulkan dampak negatif bagi

keberadaan kawasan hutan lindung. Mereka mempunyai kawasan

pengambilan kayu bakar masing-masing luasnya bervariasi antara 10 Ha

sampai dengan 15 Ha dengan luas rata-rata 13,33 Ha.

No. Nama Umur Petani

(Tahun) Luas Lahan (Ha)

Persentase (%)

1. Madung 58 15 18,75

2. Dg. Maraya 40 10 12,50

3. Dg. Sibali 41 15 18,75

4. Puddin 38 10 12,50

5. Muhammad 43 15 18,75

6. Jabiri 56 15 18,75

Jumlah 276 80 100

Rata-rata 46 13,33

Page 101: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

5. Mengambil Rotan

Aktivitas mengambil rotan yang dilakukan oleh masyarakat Pulau

Jampea pada kawasan hutan lindung umumnya dilakukan oleh

masyarakat yang membuka lahan perkebunan di dalam kawasan hutan

lindung. Rotan sebelum tahun 2005 yaitu antara tahun 1995 sampai

dengan 2005 di izinkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Selayar pada

waktu itu, meskipun kita sudah mengerti bahwa aktivitas ini dapat

menimbulkan kerusakan lingkungan. Adapun aktivitas mengambil rotan

dapat dilihat seperti pada Gambar 11.

Gambar 11. Aktivitas masyarakat mengambil rotan didalam kawasan

hutan lindung Desa Bontobaru Kecamatan Pasimasunggu Timur

Berdasarkan hasil wawancara kami dengan masyarakat Desa

Bontobaru Kecamatan Pasimasunggu Timur yang sering melakukan

Page 102: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

aktivitas mengambil rotan di kawasan hutan lindung, rata-rata mereka

mengaku mengambil rotan 1-2 kali seminggu. Rotan tersebut di pakai

untuk mengikat pagar dan mengikat atap daun kelapa. Biasanya juga

rotan yang masih sangat muda di ambil lalu dibakar untuk di konsumsi

sebagai pengganti sayur. Dalam aktivitas ini tidak ada hasil penjualan

yang didapatkan karena rotan yang diambil dipakai sendiriPengambilan

rotan ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi keberadaan kawasan

hutan lindung jika dilakukan dengan terus menerus. Rotan dapat berfungsi

sebagai penahan air yang cukup kuat sehingga kalau rotan habis

kebutuhan akan air akan berkurang.

Frekuensi dan Persentase Responden yang melakukan aktivitas

mengambil rotan di dalam kawasan hutan lindung Desa Bontobaru

Kecamatan Pasimasunggu Timur dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Daftar Frekuensi dan Persentase Responden yang melakukan aktivitas mengambil rotan di dalam kawasan hutan lindung Desa Bontobaru Kecamatan Pasimasunggu Timur

No. Frekuensi melakukan

aktivitas rekreasi Jumlah

responden Persentase jumlah

responden (%)

1. 1 kali seminggu 8 57,14

2. 2 kali seminggu 6 42,86

3. 3 kali seminggu 0 0

Page 103: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

6. Membuat Gula Aren

Masyarakat Pulau Jampea yang bermukim disekitar kawasan hutan

lindung banyak melakukan aktivitas pengelolaan gula aren. Hal ini

dilakukan secara turun temurun, dimana keahlian dalam membuat gula

aren diperoleh secara turun temurun pula. Gula aren yang diperoleh dari

hasil sadapan bunga aren yang menghasilkan nira dan dimasak hingga

menjadi gula aren seperti pada Gambar 12.

Berdasarkan hasil wawancara kami dengan masyarakat di Desa

Bontobaru Kecamatan Pasimasunggu Timur yang bermukim disekitar

kawasan hutan lindung mengaku bahwa pendapatan mereka perbulan

antara 1 juta sampai dengan 1,5 juta. Adapun potensi pengelolaan gula

aren pada kawasan hutan lindung disajikan pada Tabel 28.

Tabel 28. Daftar Nama, Umur Petani, Luas Lahan, Potensi Aren dan Pendapatan responden perbulan berdasarkan hasil wawancara dengan petani aren di Desa Bontobaru Kecamatan Pasimasunggu Timur

No. Nama Umur Petani (Thn)

Luas Lahan (Ha)

Jml Pohon yang dimilki

Pendapatan/bulan (Rp)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Madung Dg. Maraya Dg. Sibali Puddin Muhammad Jabiri

58 40 41 38 43 56

15 10 15 10 15 15

150 100 100 150 100 150

1,5 jt 1 jt

1,2 jt 1,3 jt 1,2 jt 1,5 jt

Jumlah 276 80 750

Rata-rata 46 13,33 125

Tabel 28 memberikan gambaran bahwa dari 6 responden dengan

umur rata-rata 46 tahun yang menyadap untuk membuat gula aren,

mempunyai kawasan pengelolaan masing-masing yang luasnya bervariasi

Page 104: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

antara 10 Ha sampai dengan 15 Ha. Dan hasil wawancara kami dengan

responden pembuat gula aren pada kawasan hutan lindung diperoleh data

bahwa mereka menyadap rata-rata 3 pohon aren berumur produktif setiap

hari dan mereka dapat menghasilkan air nira sebanyak 10 liter/pohon/hari.

Setelah aren diolah melalui proses pemasakan maka dapat

dihasilkan antara 5 sampai dengan 6 buah gula aren sekali masak yang

dijual dengan harga rata-rata Rp 6.000,-/buah. Jadi mereka mendapatkan

hasil penjualan antara Rp 30.000,- sampai dengan Rp 36.000,- perhari.

Gambar 12. Salah satu aktivitas masyarakat mulai dari proses mengambil

hasil sadapan bunga aren yang menghasilkan nira dari pohonnya (A), menyiapkan kayu bakar (B) dan di masak (C) lalu dimasukkan ke cetakan dan menjadi gula aren (D)

Pembuat gula aren ini juga melakukan aktivitas pemeliharaan

terhadap pohon aren yang mereka kuasai. Hal ini mereka lakukan dengan

harapan bahwa pohon aren ini dapat memberikan hasil produksi yang

maksimal sepanjang tahun. Pohon aren yang mereka pelihara mulai dari

A

D

B

C

Page 105: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

tingkat anakan sampai pada tingkat pohon yang sudah siap untuk disadap

dan sudah mampu berproduksi dengan maksimal. Dan sangat

mengkhawatirkan karena kayu bakar yang diambil adalah yang masih

basah dengan melakukan penebangan.

7. Berburu

Masyarakat Pulau Jampea dalam melakukan aktivitas perburuan di

dalam kawasan hutan lindung, biasanya dilakukan 1-2 kali seminggu.

Apabila musim tanam tiba maka perburuan sering dilakukan sebagai

upaya untuk menjaga tanaman yang sedang ditanam pada

kebunnya.masing-masing. Adapun salah satu tempat yang sering dipakai

untuk memburu oleh masyarakat dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Kubangan babi dan ini tempat yang sering di pakai untuk

memburu babi dan rusa oleh masyarakat yang letaknya di dalam kawasan hutan lindung Pulau Jampea

Page 106: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Berdasarkan hasil wawancara kami dengan masyarakat Desa

Ma’minasa Kecamatan Pasimasunggu yang sering melakukan aktivitas

perburuan di kawasan hutan lindung, mengaku melakukan perburuan

binatang rusa dan babi karena binatang tersebut selalu merusak

tanamannya. Dalam melakukan perburuan, alat yang dipakai adalah

senjata dan perangkap, dimana hasil buruannya yaitu rusa yang

digunakan untuk di konsumsi oleh pemburu sedangkan babi untuk

dikonsumsi anjingnya. Jadi dalam melakukan aktivias ini tidak ada hasil

penjualan yang didapatkan karena hasil buruannya yaitu rusa dikonsumsi

sendiri oleh masyarakat yang melakukan perburuan.

Aktivitas perburuan yang dilakukan oleh masyarakat ini relatif dapat

menimbulkan dampak negatif bagi keberadaan kawasan hutan lindung

karena dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan mengancam

kepunahan jenis rusa yang populasinya sudah langka.

Frekuensi dan Persentase Responden yang beraktivitas sebagai

pemburu rusa dan babi pada kawasan hutan lindung Desa Ma’minasa

Kecamatan Pasimasunggu dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Daftar Frekuensi dan Persentase Responden yang beraktivitas sebagai pemburu rusa dan babi pada kawasan hutan lindung Desa Ma’minasa Kecamatan Pasimasunggu

No. Frekuensi memburu Jumlah

responden Persentase jumlah

responden (%)

1. 1 kali seminggu 5 71,43

2. 2 kali seminggu 2 28,57

3. 3 kali seminggu 0 0

Page 107: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

D. Dampak yang Ditimbulkan dari Aktivitas Masyarakat dalam Kawasan Hutan Lindung Pulau Jampea

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Pulau Jampea dalam

melakukan aktivitas di kawasan hutan lindung tentu saja dapat

menimbulkan berbagai macam dampak, baik itu dampak positif maupun

dampak negatif. Dampak ini dapat berpengaruh langsung terhadap fungsi

utama kawasan hutan lindung. Dari hasil wawancara dengan masyarakat

rata-rata luasan yang dikelola oleh setiap petani yang membuka lahan

untuk berkebun pada kawasan hutan lindung Pulau Jampea adalah 1,94

Ha. Hal ini mengindikasikan bahwa kawasan hutan lindung tersebut dalam

keadaan terbuka atau tidak ditutupi oleh pepohonan, karena aktivitas yang

dilakukan membutuhkan areal yang terbuka.

Masyarakat yang melakukan aktivitas membuat gula aren, mereka

menyadap rata-rata 3 pohon aren berumur produktif setiap hari dan

mereka dapat menghasilkan air nira sebanyak 10 liter/pohon/hari, dari

hasil pemasakan didapatkan antara 5 sampai dengan 6 buah gula aren.

Hal ini mengindikasikan bahwa kawasan hutan lindung Pulau Jampea

selain dapat menimbulkan dampak negatif akibat pembukaan lahan, juga

akan menimbulkan dampak positif karena dapat dijadikan model

pemanfaatan hasil hutan bukan kayu.

Adapun bentuk-bentuk aktivitas masyarakat beserta bentuk

dampak yang potensial ditimbulkan di dalam kawasan hutan lindung dapat

dilihat pada Tabel 30.

Page 108: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Tabel 30. Bentuk-bentuk aktivitas beserta bentuk dampak yang potensial ditimbulkan di dalam kawasan hutan lindung Pulau Jampea

No. Kegiatan Dampak yang ditimbulkan

Positif Negatif

1. Pengambilan Kayu untuk Bahan Rumah

Merusak karena pohon yang masih hidup ditebang meskipun masih dalam skala kecil

2.

Berkebun/Pertanian Tanaman Semusim a. Pengelolaan Tanah b. Penanaman c. Pemeliharaan d. Pemanenan

Merusak karena aktivitas ini menyebabkan Kawasan Hutan Lindung terbuka, sehingga tidak dapat berfungsi maksimal dalam menjaga keseimbangan ekosistem

3. Rekreasi

Mencapai kepuasan

Sampah, merusak lingkungan alami

4. Pengambilan Kayu Bakar

Belum merusak karena yang diambil sebatas ranting yang sudah mati

5. Pengambilan Rotan Merusak karena ketersediaan air akan berkurang

6. Pembuatan Gula Aren a. Pemanenan b. Proses pembuatan c. Penyiapan bahan

bakar

Dapat dijadikan model pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

Merusak karena kayu bakarnya diperoleh melalui penebangan pohon yang masih hidup

7. Berburu

Tanaman terjaga karena binatang yang selalu masuk di kebun masyarakat sudah tidak ada lagi

Merusak karena dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan mengancam kepunahan jenis yang sudah langka

Page 109: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Aktivitas pembukaan lahan sangat berpengaruh terhadap fungsi

pengaturan tata air didalam kawasan hutan lindung, hal ini terlihat dari

ketersediaan air yang tidak berkesinambungan lagi. Ketersediaan air di

sungai dalam kawasan hutan lindung sudah tidak stabil lagi, dimana

sebelumnya air mengalir sepanjang tahun akan tetapi karena adanya

aktivitas pembukaaan lahan didalam kawasan hutan lindung sehingga air

sungai berkurang bahkan sampai kering.

Adapun indikator yang lain yang bisa dilihat dari kerusakan

ekosistem pada kawasan hutan lindung adalah apabila terjadi hujan maka

sungai dengan cepat mengalir dengan kecepatan tinggi dan kondisi

memang kawasan hutan lindung Pulau Jampea sudah mengalami

kerusakan akibat kegiatan perambahan yang dilakukan oleh masyarakat

sekitarnya.

Dampak yang ditimbulkan terhadap fungsi utama kawasan hutan

lindung adalah dengan terganggunya fungsi pengaturan tata air dari

kawasan, maka ketersediaan air menjadi tidak berkesinambungan. Hal ini

menyebabkan aktivitas masyarakat relatif akan menimbulkan dampak

negatif dan sedikit yang akan berdampak positif.

E. Strategi Penanggulangan Dampak

Dalam mengatasi permasalahan yang akan timbul sebagai akibat

dari aktivitas masyarakat di dalam kawasan hutan lindung, maka perlu

dilakukan langkah antisipasi oleh pemerintah setempat atau instansi yang

Page 110: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

terkait. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan cara

mengintensifkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat, khususnya

masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan lindung Pulau Jampea

bahwa kegiatan yang mereka lakukan dapat menimbulkan kerusakan

ekosistem.

Selain upaya penyadaran kepada masyarakat, instansi terkait yang

menangani hal ini dapat meminimalisir dampak dari aktivitas masyarakat

di dalam kawasan hutan lindung Pulau Jampea dengan metode yang lain,

misalnya memberikan alternatif lain kepada masyarakat di dalam

memenuhi kebutuhan mereka tanpa harus merusak fungsi hutan lindung.

Bagi masyarakat sekitar hutan yang memanfaatkan kawasan hutan

lindung Pulau Jampea sebagai lahan pertanian atau untuk berkebun,

maka untuk mencegah terjadinya perluasan lahan pengelolaan perlu

dibuatkan perjanjian untuk tidak menambah luas areal yang mereka

kelola. Hal ini bisa diarahkan untuk menggunakan sistem tumpang sari,

artinya mereka tetap diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan

pemanfaatan lahan kawasan dengan tidak merusak fungsi utama dari

kawasan hutan lindung.

Adapun bagi mereka yang mengelola gula aren, untuk memenuhi

kebutuhan kayu bakar pembuatan gula aren perlu ditunjuk satu areal

khusus yang bisa mereka tanami pohon untuk dijadikan bahan bakar.

Areal ini juga dapat dimanfaatkan sebagai zona mencari kayu bakar bagi

masyarakat yang masih memasak dengan menggunakan kayu bakar.

Page 111: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Untuk lebih jelasnya strategi yang dapat dilakukan untuk

menanggulangi dampak negatif akibat aktivitas masyarakat di dalam

kawasan hutan lindung Pulau Jampea dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Strategi yang dapat dilakukan dalam upaya penanggulangan dampak negatif yang ditimbulkan akibat aktivitas masyarakat di dalam kawasan hutan lindung Pulau Jampea

No. Jenis Aktivitas Langkah Penanggulangan

1

Menebang

Kayu

1. Memberikan pemahaman mengenai dampak

yang bisa ditimbulkan dari aktivitas ini

2. Mengintensifkan kegiatan penyuluhan dan

pengamanan kawasan

2. Berkebun

8. Membuatkan surat pernyataan agar areal

yang dikelola tidak ditambah

9. Memberikan pemahaman mengenai dampak

yang bisa ditimbulkan dari aktivitas ini

10. Mengintensifkan kegiatan penyuluhan dan

pengamanan kawasan

11. Mengarahkan agar pola pemanfaatan yang

dilakukan menggunakan sistem tumpang sari

3. Rekreasi 1. Memberikan pemahaman untuk tidak

membuang sampah sembarangan

2. Memberikan pemahaman untuk tidak

mengganggu lingkungan sekitarnya

4. Mencari Kayu

Bakar

1. Memberikan pemahaman tentang bagian-

bagian yang dapat diambil untuk kayu bakar

2. Menyiapkan areal khusus yang dapat

dijadikan zona pengambilan kayu bakar

5. Mengambil

Rotan

Memberikan pemahaman tentang bagian-

bagian yang dapat diambil

6. Membuat Gula

Aren

1. Membuatkan perjanjian agar bahan bakar

yang digunakan tidak merusak hutan

2. Menyiapkan suatu areal khusus untuk lokasi

pengambilan kayu bakar

7. Berburu Membuat perjanjian bagi pemburu untuk tidak

memburu binatang yang sudah langka

Page 112: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Bagi masyarakat yang sering mengambil rotan untuk tidak

mengambil rotan secara berlebihan dan bagi masyarakat yang sering

menebang kayu di kawasan hutan lindung perlu minta izin kepada

pemerintah sedangkan bagi mereka yang melakukan rekreasi dan berburu

dan mengambil kayu bakar di dalam kawasan hutan lindung, disarankan

untuk tidak melakukan aktivitas lain yang dapat mengganggu ekosistem

yang ada.

Page 113: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dibuat beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Berbagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Pulau Jampea di

dalam kawasan hutan lindung yaitu menebang kayu, berkebun,

rekreasi, mencari kayu bakar, mengambil rotan, menbuat gula aren dan

berburu

2. Dampak-dampak yang ditimbulkan dari aktivitas masyarakat didalam

kawasan hutan lindung sebagai berikut :

a. Dampak Positif

1) Aktivitas rekreasi akan menambah Pendapatan Asli Desa jika

ada pengelolaan dengan cara membeli tiket atau karcis sekali

masuk di pengelola tempat tersebut.

2) Bagi masyarakat yang melaksanakan aktivitas membuat gula

aren, mereka mendapatkan hasil penjualan rata-rata Rp 30.000,-

sampai dengan Rp 36.000,- perhari.

3) Dengan adanya aktivitas perburuan akan memberikan

keuntungan kepada masyarakat yang berkebun karena tanaman

terjaga dari serangan binatang yang selalu masuk di kebun.

Page 114: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

b. Dampak Negatif

1) Air sungai menjadi tidak stabil dan mengalami pendangkalan

bahkan air sampai kering akibat penebangan kayu dan

pembukaan areal hutan untuk lahan perkebunan serta mengambil

rotan didalam kawasan hutan lindung.

2) Aktivitas masyarakat membuat gula aren merusak karena kayu

bakarnya diperoleh melalui penebangan pohon yang masih hidup

3) Dalam aktivitas perburuan dapat merusak karena mengganggu

keseimbangan ekosistem dan mengancam kepunahan jenis yang

sudah langka

B. Saran

1. Polisi hutan perlu lebih intensif melakukan kegiatan patroli

pengamanan kawasan hutan dan instansi terkait melakukan

penyuluhan secara berkesinambungan

2. Perlu dibuatkan kelembagaan yang jelas bagi masyarakat pembuat

gula aren sehingga dapat dijadikan tempat pelatihan masyarakat.

3. Perlu dibuatkan zona-zona khusus untuk mengakomodir

kepentingan masyarakat dengan tidak mengubah fungsi utama

kawasan hutan lindung

4. Perlu dilakukan pendataan secara teliti mengenai luas areal lahan

petani yang dikelola kemudian dibuatkan surat perjanjian agar

masyarakat petani tidak melakukan perluasan areal pengelolaan

Page 115: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

5. DAFTAR PUSTAKA

6. Alam, S.Z. 1998. Aspek Pembinaan Hutan dan Stratifikasi Hutan Rakyat. Rineka Cipta, Jakarta. Hal 2.

7. 8. Anonim. 2009. Materi Seminar Nasional dalam rangka “Hari

Pangan Sedunia, 12 Oktober 2009”. Jakarta. 9. 10. Appanah, S. and A. M. Mohd. Rosul. 1995. Dipterocarp Fruit

Dispersal and Seedling Distribution. Journal of Tropical Forest Science 8(2): 258-263.

11. 12. Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius, Yogyakarta. 13. 14. Arsyad. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB, Bogor. 15. 16. Balai Diklat Kehutanan. 2008. Bentuk Kegiatan Masyarakat dalam

Kawasan Hutan. Balai Diklat Kehutanan, Makassar. 17. 18. Balai Pelatihan Kehutanan. 1998. Interdependensi Sosial Ekonomi

Masyarakat dengan Pembangunan Kehutanan dan Tekanannya terhadap Sumber Daya Hutan di Kalimantan Timur. BPK Samarinda kerjasama dengan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda.

19. 20. Daymon, Cristine & Holloway, Immy. 2002. Riset Kualitatif dalam

Public Relations & Marketing Communications. Terjemahan oleh Cahya Wiratama. 2008. Bentang, Yogyakarta.

21. 22. De Beer, J.H. and M.J. McDermot. 1996. The Economic Value of

Non-Timber Forest Products in Southeast Asia. Amsterdam: Netherlands Committee for IUCN. Second Revised Edition, 74.

23. 24. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 1999. Undang-

undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Departemen Kehutanan, Jakarta.

25. 26. . 2000. Buku Pintar Penyuluhan Kehutanan

dan Perkebunan. Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan, Jakarta.

27. 28. . 2001. Manual Kehutanan. Departemen

Kehutanan, Jakarta. 29.

Page 116: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

30. . 2002. Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan. Departemen Kehutanan, Jakarta.

31. 32. . . 2005. Arahan Kebijakan Konservasi

Keanekaragaman Hayati Tahun 2005-2009. Departemen Kehutanan, Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Jakarta.

33. 34. Departemen Pertanian Republik Indonesia. 1982. Surat Keputusan

Menteri Pertanian No. 760/Kpts/Um/10/82 tentang Hutan Lindung. Departemen Pertanian, Jakarta.

35. 36. Djaenudin. 1994. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Pertanian

dan Tanaman Kehutanan. Laporan Teknis. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

37. 38. Flamin, A. 2001. Studi Pemanfaatan Kawasan Hutan oleh

Masyarakat Lokal dari Desa Labone Kecamatan Napabalo Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Skripsi Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian dan Kehutanan UNHAS, Makassar. Tidak dipublikasikan.

39. 40. Food and Agricultural Organization. 2001. Unasylva. No. 205, Vol.

52 41. 42. Forest Watch Indonesia/Global Forest Watch. 2001. Potret

Keadaan Hutan Indonesia. Bogor, Indonesia/Washington D. C. 43. 44. Hadi, S.T. 2005. Undang-undang Kehutanan beserta Peraturan

Perubahannya. Harvarindo, Jakarta. 45. 46. Institut Pertanian Bogor. 1999. Kajian Sistem Nilai Hutan Produksi.

Fakultas Kehutanan, Bogor. 47. 48. Iskandar, U dan Nugraha, A. 2004. Politik Pengelolaan Sumber

Daya Hutan, Issue dan Agenda Mendesak. Debut Press. Yogyakarta.

49. 50. Janzen, D. H. 1974. Tropical Blackwater Rivers, Animal and Mast

Fruiting by the Dipterocarpaceae. Biotropica 4: 69-103. 51. 52. Junus, M, R.M. Rosmaedy, J.J. Fransi, S. Soedirman, D.

Songgeng dan A.R. Warsaka. 1984. Dasar Umum Ilmu Kehutanan

Page 117: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Buku I Hutan & Fungsi Hutan. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Bagian Timur, Ujung Pandang.

53. 54. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,

2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jakarta.

55. 56. . 2010. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Penggunaan Kawasan Hutan. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jakarta.

57. 58. Moore, J. L. 1973. A methodology for Evaluation of Manufacturing

Environmental Impact Statement for Delaware Coastal Zone. Report to the State of Delaware, Batelle Memorial Institute.

59. 60. Mubyarto, L. Sutrisno, P. Sudera, S. A. Sulistiya, A. Decanta,

Santiasih, E. Pratiwi, Ismaryati, E. Priyastuti. 1992. Desa dan Perhutanan Sosial. Kajian Antropologis di Propinsi Jambi. Penerbit Aditya Media, Yogyakarta.

61. 62. Mubyarto. 1985. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga

Penelitian, Pendidikan dan Pengembangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta.

63. 64. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. 2006. Pedoman

Penulisan Tesis dan Disertasi. Makassar. 65. 66. Rahim, S.E. 2000. Pengendalian Erosi Tanah dalam Rangka

Pelestarian Lingkungan Hidup. Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta. 67. 68. Ritchie, Cynthia, Mc. Dougall, Mandy, Higgith, Nicolette, B, De

Olivera. 2001. Kriteria dan Indikator Kelestarian Hutan yang Dikelola oleh Masyarakat. Centre for International Forestry Research (CIFOR), Jakarta.

69. 70. Sagala, P. 2002. Mengelola Lahan yang Benar. Yayasan Obor

Indonesia, Jakarta. 71. 72. Said, G. 1985. Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup.

Penerbit PT. Media Swana Press, Jakarta. 73. 74. Simon, H. 1994. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

(Suatu Pendekatan Teoritis). BPFE, Jakarta. 75.

Page 118: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

76. Sinukaban, N. 1994 . Membangan Pertanian Menjadi Industri Yang Lestari Dengan Pertanian Konservasi. IPB, Bogor.

77. 78. Soemarwoto, O, Suryani, M, Yatim, W. 1992. Melestarikan Hutan

Tropika, Pemasalahan dan Dampak. Penerbit : Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

79. 80. Soemarwoto, O. 2003. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 81. 82. Soerianegara. 1996. Ekologi, Ekologisme dan Pengelolaan

Sumber Daya Hutan. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehuanan IPB, Bogor.

83. 84. Soerjani, M. 1986. Ekologi Manusia. Makalah yang disampaikan

pada kursus AMDAL di Universitas Lampung, Lampung. 85. 86. Sorenson, J. C. 1970. A Framework for Identification and Control of

Resource Degradation and Conflict in the Multiple Use of the Coastal Zone. University of California, Berkeley, USA.

87. 88. Sunderlin, W.D. 1999. Between Danger and Opportunity: Indonesia

and Forests in an Era of Economic Crisis and Political Change. Society & Natural Resources, 12:559-570.

89. 90. Suparmoko. 1994. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

(Suatu Pendekatan Teoritis). BPFE, Jakarta. 91. 92. Uluk A. 2001. Ketergantungan Masyarakat Dayak terhadap Hutan

sekitar Hutan Kayang Mentarang. Penerbit SMK Grafika Desa Putra, Indonesia.

93. 94. World Bank. 2001. “Indonesia : Environment and Natural Resource

Management in a Time of Transition”. Washington, D.C : 32 95. 96. Yin, R.K. 1987. Studi Kasus: Desain & Metode. Terjemahan oleh

Mudzakir, M.D. 1995. (edisi). 2009. Rajawali Pers, Jakarta. 97. 98. Yulistira, D. 2010. Kerusakan Hutan Indonesia. http:

//adisetyanto48. student.umm.ac.id/2010/08/11/kerusakan hutan. diakses 10 April 2012.

99. 100. Zerner, C. 1992. Indigenous Forest-Dwelling Communities in

Indonesia’s Outer Islands: Livelihood, Rights and Environmental Management Institutions in the Era of Industrial Forest Exploitation. Consultancy Report prepared for the World Bank Indonesia

Page 119: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Forestry Sector Policy Review. Washington, D.C. Resource Planning Corporation: 4.

Page 120: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN

DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI HUTAN LINDUNG DI PULAU JAMPEA

A. Identifikasi Umum

1. Nomor / Kode Informan :

2. Nama : …………………………………….

3. Alamat : …………………………………….

4. Umur : …………………………………….

5. Jenis Kelamin : …………………………………….

6. Pendidikan Terakhir : …………………………………….

7. Pekerjaan : …………………………………….

B. Aktivitas Masyarakat Di Dalam Kawasan Hutan Lindung

1. Apa yang melatarbelakangi kebiasaan masyarakat melakukan

aktivitas dalam kawasan hutan lindung Pulau Jampea?

a. Apa masalahnya?

b. Apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah?

c. Bagaimana masalah tersebut diatasi?

2. Apakah dalam melakukan aktivitas di dalam kawasan hutan lindung

Pulau Jampea sudah sering diberikan pemahaman tentang fungsi

utama hutan lindung?

3. Bentuk-bentuk aktivitas masyarakat di dalam kawasan hutan

lindung Pulau Jampea

a. Apa saja aktivitasnya atau kegiatannya?

b. Dalam melakukan aktivitasnya atau kegiatannya cara apa yang

digunakan?

c. Apa masalah yang dihadapi dalam melakukan aktivitasnya

atau kegiatannya di dalam kawasan hutan lindung?

4. Apa saja hasil yang diperoleh masyarakat dari aktivitas yang

dilakukan di dalam kawasan hutan lindung Pulau Jampea?

Page 121: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

C. Dampak yang ditimbulkan dari Aktivitas Masyarakat Di Dalam

Kawasan Hutan Lindung

1. Bentuk aktivitas atau kegiatan dan bentuk dampak yang potensial

ditimbulkan di dalam kawasan hutan lindung Pulau Jampea?

a. Aktivitas atau kegiatan apa saja yang berdampak positif?

b. Aktivitas atau kegiatan apa saja yang berdampak negatif?

2. Bagaimana meminimalisir dampak dari aktivitas atau kegiatan

masyarakat di dalam kawasan hutan lindung?

3. Menurut Informan apakah perlu pelibatan dalam hal

penanggulangan dampak dan jika perlu, siapa saja yang

seharusnya dilibatkan?

4. Bagaimana peran informan dalam strategi penanggulangan

dampak yang ada?

Page 122: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Lampiran 2. Nama, Alamat, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan Responden yang beraktivitas sebagai penebang kayu di dalam Kawasan Hutan Lindung Pulau Jampea Desa Ma’minasa Kecamatan Pasimasunggu Kabupaten Kepulauan Selayar

No. Nama Alamat Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan

1. Tanso Dsn. Kampung Tangnga 46 Laki-laki - Petani

2. Patta Imang Ikki Dsn. Kampung Tangnga 32 Laki-laki - Petani

3. Patta Kebo Dsn. Kampung Tangnga 48 Laki-laki SD Petani

4. Kisman Dsn. Kampung Tangnga 36 Laki-laki SD Petani

5. Tanri Gau Dsn. Kampung Tangnga 40 Laki-laki SMA Petani

6. Alimuhayah Dsn. Kampung Tangnga 52 Laki-laki - Petani

7. Tanri Sitti Dsn. Kampung Tangnga 46 Laki-laki SD Petani

8. Hamadong Dsn. Kampung Tangnga 36 Laki-laki SD Petani

9. Seha Dsn. Kampung Tangnga 51 Laki-laki - Petani

10. Pu’ding Dsn. Labuang Marege Utara 30 Laki-laki - Petani

11. Alimuddin. N Dsn. Labuang Marege Utara 34 Laki-laki SD Petani

12. Alimuddin. J Dsn. Labuang Marege Utara 29 Laki-laki SD Petani

13. Hasan Dsn. Labuang Marege Utara 37 Laki-laki SD Petani

14. Sukman Dsn. Labuang Marege 37 Laki-laki SD Petani

Page 123: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Lampiran 3. Nama, Alamat, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Luas Lahan dan Pendapatan responden yang beraktivitas sebagai pembuka lahan/berkebun di dalam Kawasan Hutan Lindung Pulau Jampea Desa Kembangragi Kecamatan Pasimasunggu Kabupaten Kepulauan Selayar

No. Nama Alamat Umur Jenis Kelamin

Pendidikan Pekerjaan

Luas Lahan (Ha)

Pendapatan/bulan (Rp)

1. Patta Mula Dsn. Benteng Barat 52 Laki-laki SD Petani 2,0 1,5 jt

2. Taang Dsn. Benteng Timur 40 Laki-laki SD Petani 2,0 1,2 jt

3. Aco Ridwan Dsn. Benteng Timur 32 Laki-laki SD Petani 1,5 1 jt

4. Lampe Dsn. Benteng Selatan 46 Laki-laki SD Petani 2,0 1,3 jt

5. Aripuddin Dsn. Benteng Selatan 40 Laki-laki SD Petani 2,0 1 jt

6. Saripuddin Dsn. Benteng Selatan 33 Laki-laki SD Petani 2,5 1,5 jt

7. Dalle Dsn. Benteng Selatan 38 Laki-laki SMP Petani 1,5 1 jt

8. Andi Asdar Dsn. Benteng Selatan 40 Laki-laki SMP Petani 2,0 1,2 jt

9. Sapri Dsn. Benteng Selatan 45 Laki-laki SD Petani 2,0 1,3 jt

10. Saing Dsn. Benteng Karama 47 Laki-laki SD Petani 1,5 1,3 jt

11. Makka Dsn. Benteng Selatan 52 Laki-laki SD Petani 1,5 1,3 jt

12. Sansur Dsn. Benteng Selatan 40 Laki-laki SD Petani 2,5 1,5 jt

13. Bahtiar Dsn. Benteng Selatan 39 Laki-laki SMP Petani 2,0 1,2 jt

14. Maulid Dsn. Benteng Selatan 27 Laki-laki SMP Petani 2,0 1,2 jt

15. H. Hamka Dsn. Benteng Karama 52 Laki-laki SMP Petani 1,5 1,3 jt

16. Basman Dsn. Benteng Selatan 60 Laki-laki SD Petani 2,0 1,5 jt

17. Baso Juma Dsn. Benteng Selatan 65 Laki-laki SD Petani 2,5 1,5 jt

Page 124: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Lampiran 4. Nama, Alamat, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan responden melakukan aktivitas rekreasi di dalam Kawasan Hutan Lindung Pulau Jampea Desa Ma’minasa Kecamatan Pasimasunggu Kabupaten Kepulauan Selayar

No. Nama Alamat Umur Jenis Kelamin

Pendidikan Pekerjaan

1. Icca’ Dsn. Labuang Marege 17 Laki-laki SMA Siswa

2. Zulkifli Dsn. Kampung Tangnga 30 Laki-laki SMA Staf Desa

3. Sunarti Dsn. Labuang Marege Utara 38 Perempuan D3 Staf Puskesmas

4. Guntur Dsn. Labuang Marege 17 Laki-laki SMA Siswa

5. Herlina Dsn. Labuang Marege Utara 27 Perempuan S1 Guru

6. Dahlan Dsn. Labuang Marege Utara 17 Laki-laki SMA Siswa

7. Ari’ Dsn. Labuang Marege 16 Laki-laki SMA Siswa

Page 125: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Lampiran 5. Nama, Alamat, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Luas Lahan, Jumlah Pohon Aren yang dimiliki dan Pendapatan responden yang beraktivitas sebagai pencari kayu bakar dan pembuat gula aren di dalam Kawasan Hutan Lindung Pulau Jampea Desa Bontobaru Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar

No. Nama Alamat Umur Jenis

Kelamin Pendidikan

Pekerjaan

Luas Lahan (Ha)

Jml Pohon Aren yang

dimilki

Pendapatan/bulan (Rp)

1. Madung Dsn. Lembongan Barat 58 Laki-laki SD Petani 15 150 1,5 jt

2. Dg. Maraya Dsn. Lembongan Barat 40 Laki-laki SMP Petani 10 100 1 jt

3. Dg. Sibali Dsn. Lembongan Barat 41 Laki-laki SD Petani 15 100 1,2 jt

4. Puddin Dsn. Lembongan 38 Laki-laki SD Petani 10 150 1,3 jt

5. Muhammad Dsn. Garassi 43 Laki-laki SD Petani 15 100 1,2 jt

6. Jabiri Dsn. Lembongan 56 Laki-laki SD Petani 15 150 1,5 jt

Page 126: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Lampiran 6. Nama, Alamat, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan responden yang beraktivitas sebagai pengambil rotan di dalam Kawasan Hutan Lindung Pulau Jampea Desa Bontobaru Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar

No. Nama Alamat Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan

1. Baharuddin Dsn. Lembongan Barat 51 Laki-laki SD Petani

2. Saing Dsn. Lembongan Barat 57 Laki-laki SD Petani

3. Muh. Surkati Dsn. Lembongan Barat 38 Laki-laki SMP Wiraswasta

4. Muh. Jufri Dsn. Lembongan Barat 32 Laki-laki SMP Petani

5. Madung Dsn. Lembongan Barat 58 Laki-laki SD Petani

6. Abd. Rasyid Dsn. Lembongan Barat 45 Laki-laki SD Petani

7. Raba Dsn. Lembongan 56 Laki-laki SD Nelayan

8. Muh. Ramli Dsn. Lembongan Barat 42 Laki-laki SD Wiraswasta

9. Salahuddin Dsn. Lembongan Barat 55 Laki-laki SD Petani

10. Dg. Maraya Dsn. Lembongan Barat 40 Laki-laki SMP Petani

11. Dg. Sibali Dsn. Lembongan Barat 41 Laki-laki SD Petani

12. Puddin Dsn. Lembongan 38 Laki-laki SD Petani

13. Muhammad Dsn. Garassi 43 Laki-laki SD Petani

14. Jabiri Dsn. Lembongan 56 Laki-laki SD Petani

Page 127: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Lampiran 7. Nama, Alamat, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan responden yang beraktivitas sebagai pemburu Rusa dan Babi di dalam Kawasan Hutan Lindung Pulau Jampea Desa Ma’minasa Kecamatan Pasimasunggu Kabupaten Kepulauan Selayar

No. Nama Alamat Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan

1. Hasling Dsn. Kampung Tangnga 25 Laki-laki SD Petani

2. Bahtiar Dsn. Kampung Tangnga 36 Laki-laki SD Petani

3. Jarre Dsn. Labuang Pakangkang 43 Laki-laki - Petani

4. Baso Podi Dsn. Labuang Pakangkang 52 Laki-laki - Petani

5. Dg. Mattuju Dsn. Labuang Marege 54 Laki-laki SD Petani

6. Muhadir Dsn. Labuang Marege 36 Laki-laki SMA Petani

7. Jamaluddin Dsn. Labuang Marege 37 Laki-laki SD Petani

Page 128: DAMPAK AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI …

Lampiran 8. Peta Lokasi Pengambilan Sampel