Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DAMPAK KEKERASAN ORANG TUA TERHADAP ANAK(Studi Kasus di Daerah Lubuk Buaya Koto Tangah Padang)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)
EMINURLITANPM. 14060007
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARATPADANG
2018
:'HALAMAN PERSETUJ.UAN UJIAN SKRIPSI
DAMPAK KEKEBASAN ORANG TUA TERHADAP ANAK{Studi K-asus di Daerah,tubuk Buaya Koto Tangah Padalg)
NPMPrograrn StudiInstitusi
Eminurlitar 4060007Bimbingan dan I(onselingSekolah Tinggi I(eguruan dan llmu Pendidikan(STI(IP) PGRI Sutnatera Barat
Padang, l1 A$rstus2018
Disetujui Oleh:
Pembiurbing I
Rila Rahma Mulyani, S.Pai.,M.Psi,,Psikol og
: Mengetahui -
I(etua Program Studi
Alrnrad Zaini, S.Ag., M,Pd
Pemtimbing Ii
Wira Soiina, M.Pri
HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI
Dinyatakan Lulus Setelah Dipertahankan di Depan Tim Penguji SkripsiProgram Studi Bimbingan dan l(onseling STI(IP PGRI Sumatera Barat
DANI PAI( KEI(ERAS AN ORAN G TUA'TE RT{A DA P AiiAK(Studi I(asus di Dacrah Lubuk Buaya Koto Tangah Padang)
NamaNPMProgram studiInstitusi
Jabatan
Ketua
Sekretaris
Anggota
Erninurlita14060007Birnbingan dan l(onselingSekolah Tinggi iieguruan dan llinu Pendidikan(STKIP) PGR.I Sumatera Barat
Tirn Per:guji.
Nanra
: Rila Rahnia iv'luiyani, S. Fli..\,I. Psi.,Psikolo g
: Wira Solina, \,'{.Pd
:1. Ahmad Zaiiti. S.Ag.,M.Pri
2. Joni Adison., M.Pd
3. Triyono, N4.Pd
Disahkan OIeh,
I(etua Program Studr
Padar"ig. I 1 Agustus 20i I
Sekrctari:; Progi'a:'n Si'ui;i
Rahrna Wira Nita, M.Pd.. I(ons
Ilarat
.Ag.. M.PdAhmad Zaini, S
teraKetua
ida T'angan
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama :Eminurlita
NPM : 14060007
Prodi : Bimbingan dan Konseling
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Karya tulis Skripsi yang berjudul (Dampak Kekerasan Orang Tua
Terhadap Anak (Studi Kasus di Daerah Lubuk Buaya Koto Tangah
Padang)" belum pemah diajukan untuk mendapat Gelar Akademik
Sarjana baik di Sekolah Tinggi I(eguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
PGRI Sumatera Barat maupun Perguruan Tinggi lainnya.
2. Karya ini adalah karya saya sendiri, kecuali bantuan dan arahan dari yang
disebutkan dalam kata pengantar.
3. Dalam karya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis dan
di publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan pengarang
dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia mgnerima sanksi akademik yang berlaku di kampus STKIP
PGRI Sumatera Barat termasuk berupa pencabutan gelar kesarjanaan yang
telah saya peroleh.
Padang, 11Agustus2018Yang Menyatakan,
i
ABSTRAK
Eminurlita (NPM:14060007), Dampak Kekerasan Orang Tua terhadapAnak (Studi Kasus di Daerah Lubuk Buaya Koto Tangah Padang),Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumbar,Padang, 2018.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anak yang mengalamiberbagai dampak kekerasan orang tua terhadap anak. Tujuan penelitian iniadalah untuk mendeskripsikan danpak kekerasan orang tua terhadapanakdilihat dari: 1) Dampak fisik ;2) Dampak psikis
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat studikasus. Informan kunci YP dan 2 orang informan tambahan yang terdiri dari 1teman klien YP dan 1 orang asisten rumah tangga YP yang mengalamidampak kekerasan orang tua. Penelitian ini difokuskan pada dampakkekerasan orang tua terhadap anak dilihat dari aspek fisik dan psikis.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi danpedoman wawancara, teknik yang digunakan dalam pengolahan data melaluireduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1) Dampak fisik yangdialami oleh klien YP yaitu merasakan memar-memar dan goresan-goresanpada tubuh, merasakan gangguan tidur setelah dipukuli, banyak diam ketikaditanya tentang apa yang menimpa dirinya; 2) Dampak psikis yang dialamioleh YP yaitu merasakan perasaan sedih, takut dan malu, cemas, khawatir,kurang percaya diri, rasa harga diri rendah, dan sering menyendiri sertamenjauh dari teman-temannya. Berdasarkan permasalahan yang ada makaterhadap YP diberikan konsultasi agar perlilaku kekerasan orang tuanya tidakmengganggu perkembangan psikologisnya.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT,
atas rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini ditulis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
dengan judul “Dampak Kekerasan Orang Tua terhadap Anak (Studi Kasus di
Daerah Lubuk Buaya Koto Tangah Padang)”. Skripsi ini bertujuan untuk
melengkapi syarat mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Studi
Bimbingan dan Konseling di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) PGRI Sumatera Barat Padang.
Penulisan skripsi ini terlaksana berkat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Maka dari itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ketua Yayasan Bapak Drs. Dasrizal, MP., Ketua Sekolah Tinggi Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat, Ibu Dr. Zusmelia,
M.Si., dan Wakil Ketua I Bidang Akademik Ibu Sri Imelwaty, Ph.D., Wakil
Ketua II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan Ibu Liza Husnita, M.Pd.,
beserta Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama
Bapak Jaruddin,M.A, Ph.D., yang telah memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk dapat menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat ini.
2. Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera
Barat Bapak Ahmad Zaini, S.Ag., M.Pd., sekaligus sebagai penguji dan
iii
judge I yang telah memberikan motivasi, masukan dan saran kepada peneliti
dalam penyusunan skripsi ini.
3. Dosen pembimbing I Ibu Rila Rahma Mulyani, M.Psi., Psikolog., dan dosen
pembimbing II Ibu Wira Solina, M.Pd., terima kasih banyak atas motivasi,
masukan, saran dan bantuan kepada peneliti sehingga peneliti dapat
menyusun skripsi ini.
4. Dosen penguji dan ahli judge II bapak Joni Adison, M.Pd.,dan dosen penguji
atau judge III bapak Triyono, M.Pd., yang telah memberikan saran dan kritik
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling di STKIP
PGRI Sumatera Barat yang telah memberikan arahan kepada peneliti
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Pembimbing Akademik Bapak Rici Kardo, M.Pd yang telah membantu serta
memberikan motivasi, semangat, dan masukan kepada peneliti sehingga bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
7. Admin Program Studi Bimbingan dan Konseling Ibu Ria S., A.md yang telah
membantu peneliti dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan
melakukan penelitian.
8. Bapak dan Ibu karyawan BAAK, BAUK, dan perpustakaan STKIP PGRI
Sumatera Barat yang membantu peneliti dalam administrasi perkuliahan.
9. Kepala kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Padang.
10. Pemerintah Kota Padang Kecamatan Koto Tangah Lubuk Buaya serta
Kepada Bapak Lurah Kelurahan Koto Tangah Lubuk Buaya Padang.
iv
11. Informan kunci dan informan tambahan yang telah bersedia membantu dalam
penelitian ini.
12. Teristimewa kepada kedua orang tua peneliti yaitu Ayahanda Abu Hasan dan
Ibunda tercinta Rosmida, Kakakku Refani Marhamah, Kakakku Opi Pratama
dan kakakku Andika yang telah mendukung baik secara moril maupun
materil serta do’a kepada peneliti sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.
13. Rekan-rekan Mahasiswa BK STKIP PGRI Sumatera Barat yang
seperjuangan dengan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini terkhusus BK
2014 A.
14. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu peneliti dalam melakukan
penelitian dan menyusun skripsi.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah peneliti berdoa semoga jasa baik dari
semua pihak, dibalas Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda dan dinilai
sebagai amal jariyah disisi-Nya. Peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk
memberikan hasil yang terbaik, namun peneliti menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, baik dari segi isi
maupun bahasanya. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan
saran, untuk kesempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua
Padang, Agustus 2018Peneliti,
EminurlitaNPM : 14060007
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................................. 7
C. Fokus Penelitian........................................................................................ 7
D. Rumusan Masalah..................................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... . 8
F. Manfaat Penelitian .................................................................................... ..8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Orang Tua
1. Pengertian Orang Tua ......................................................................... 10
2. Pola Asuh Orang Tua........................................................................... 11
B. Kekerasan
1. Pengertian Kekerasan .......................................................................... 15
2. Tanda-tanda Kekerasan Orang Tua ..................................................... 19
3. Faktor Penyebab Kekerasan ................................................................ 20
4. Dampak Kekerasan Orang Tua terhadap Anak ................................... 23
5. Dinamika Kekerasan Keluarga terhadap Dampak Psikologis
Anak..................................................................................................... .27
6. Bentuk-bentuk Kekerasan Orang Tua terhadap Anak...................... ... .30
7. Penyebab Terjadi Kekerasan terhadap Anak ....................................... .33
8. Karakteristik Kekerasan dalam Keluarga ........................................... .40
C. Kerangka Pikir .......................................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian................................................................... 44
B. Jenis Penelitian ........................................................................................ 44
vi
C. Definisi Operasional ................................................................................. 45
D. Informan Penelitian................................................................................... 46
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 47
F. Teknik Keabsahan Data ............................................................................ 49
G. Teknik Analisis Data ................................................................................ 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................................ 55
B. Pembahasan .............................................................................................. 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 76
B. Saran ........................................................................................................ 77
KEPUSTAKAAN ........................................................................................................... 79
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Informan Pendukung......................................................................................53
2. Rekapitulasi Hasil Temuan Wawancara Penelitian .......................................66
3. Rekapitulasi Hasil Temuan Observasi Penelitian ..........................................67
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir ......................................................................................................... 43
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Wawancara dan Observasi ................................................................78
2. Pedoman Wawancara dan Observasi Judge.................................................90
3. Rekapitulasi Judge Wawancara .............................................................................123
4. Rekapitulasi Judge Observasi ................................................................................124
5. Pedoman Wawancara dan Observasi Penelitian ....................................................116
6. Hasil Wawancara Penelitian...................................................................................125
7. Hasil Observasi Penelitian .....................................................................................180
8. Rekapitulasi Hasil Wawancara...............................................................................185
9. Surat Izin Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Padang......157
10. Surat Izin Penelitian dari Kantor Camat Koto Tangah Padang ...................158
11. Surat Izin Penelitian dari Lurah Koto Tangah Padang ................................159
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga adalah komponen yang terdiri dari ibu, ayah dan anak.
Ibu dan ayah/orang tua memegang peranan penting dalam pembentukan
pribadi dan pendidikan anak, di dalam sebuah keluarga anak-anak lebih
dekat dengan ibunya dibandingkan dengan ayahnya, oleh karena itu
seorang ibu hendaknya pandai dalam mendidik anak-anaknya. Baik
buruknya pola asuh seorang ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar
terhadap perkembangan dan watak anak dikemudian hari.
Keluarga harmonis adalah keluarga yang berjalan dengan selaras,
serasi, disiplin, tolong menolong, dan saling menghargai. Kehidupan
harmonis akan berimbas pada rasa bahagia seluruh anggota keluarga.
Menurut Wahid (2015:2) orang tua adalah orang yang telah melahirkan
kita yaitu Ibu dan Bapak, karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani
anak, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian adalah
hasil dari ajaran orang tuanya tersebut. Sehingga orang tua memegang
peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak.
Menurut Mansur (2005:318) Orang tua adalah orang yang
mempunyai amanat dari Allah untuk mendidik anak dengan penuh
tanggungjawab dan dengan kasih sayang. Orang tua (keluarga) yang
bertanggung jawab yang paling utama atas perkembangan dan kemajuan
anak.
1
2
Orang tua dituntut untuk mentaati terlebih dahulu nilai-nilai yang
akan diupayakan kepada anak, dengan demikian bantuan mereka
ditangkap oleh anak secara utuh sehingga mudah untuk menangkap dan
mengikutinya. Misalnya, sebelum menyuruh anak sholat, terlebih dahulu
mereka telah mengerjakan atau segera menegakkan sholat. Teladan ini
menjadi dasar timbulnya kepercayaan atau kewibawaan orang tua dalam
diri anak-anak (Shochib, 2014:124-125).
Berdasarkan pengertian beberapa para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari
ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang
sah yang dapat membentuk sebuah keluarga, jadi orang tua memiliki
tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh, membimbing anaknya
dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan
sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya
kedalam hidup bermasyarakat. Orang tua adalah pusat kehidupan rohani
anak, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari
terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya
dahulu.
Shochib (2014:2) menyatakan orang tua dapat merealisasikannya
dengan cara menciptakan situasi dan kondisi yang dihayati anak agar
memiliki dasar-dasar dalam mengembangkan disiplin diri. Orang tua telah
merealisasikan pelaksanaan Undang-undang No. 11 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang menyebutkan:
3
Pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan agama, nilaibudaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulandan pandangan, keterampilan, dan sikap hidup yang mendukungkehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara kepada anggotakeluarga yang besangkutan (Penjelasan Umum).
Selanjutnya menurut Nur Hidayah (Shochib, 2014:6) pola asuh
adalah sikap orang tua yang demokratis menjadikan adanya komunikasi
yang dialogis antara anak dan orang tua dan adanya kehangatan yang
membuat anak remaja diterima oleh orang tua sehingga ada pertautan
perasaan. Anak remaja yang merasa diterima oleh orang tua
memungkinkan mereka untuk memahami, menerima, dan
menginternalisasikan “pesan” nilai moral yang diupayakan untuk
diapresiakan berdasarkan kata hati.
Orang tua memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh
atas pendidikan anak-anak. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang
selalu ada disampingnya. Anak akan meniru perangai ibunya dan biasanya
seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan
tugasnya dengan baik dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan orang yang
mula-mula dikenal anak yang menjadi temannya dan yang pertama untuk
dipercayainya.
Menurut Kartini (2011: 40) segala perilaku orang tua yang baik
atau buruk akan ditiru anak. Orang tua perlu menerapkan sikap dan
perilaku yang baik demi pembentukan kepribadian anak yang baik. Pola
asuh yang baik untuk pembentukan kepribadian anak yang baik adalah
pola asuh orang tua yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi
4
orang tua juga mengendalikan anak. Sehingga anak juga hidup dalam
masyarakat, dan bergaul dengan lingkungan dan tentunya anak
mendapatkan pengaruh-pengaruh dari luar yang mungkin dapat merusak
kepribadian anak, akan dapat dikendalikan oleh orang tua dengan
menerapkan sikap-sikap yang baik dalam keluarga serta contoh atau
tauladan dari orang tua. Orang tua bisa dianggap teman oleh anak akan
menjadikan kehidupan yang hangat dalam keluarga. Sehingga antara orang
tua dan anak mempunyai keterbukaan dan saling memberi.
Menurut Shochib (2014:4) orang tua bersikap otoriter dan yang
memberikan kebebasan penuh menjadi pendorong bagi anak untuk
berperilaku agresif. Orang tua yang bersikap demokratis tidak memberikan
andil terhadap perilaku anak unguk agresif dan menjadi pendorong
terhadap peerkembangan anak ke arah positif.
Menurut Farington (Shochib, 2014:5) sikap orang tua yang kasar
dan keras, perilaku orang tua yang menyimpang, dinginnya hubungan
antara anak dengan orang tua dan antara ayah dan ibu, orang tua yang
bercerai, dan ekonomi lemah menjadi pendorong utama anak untuk
berperilaku agresif. Pengaruh negatif yang timbul jika orang tua
menggunakan hukuman badan yang tidak konsisten terhadap anak, adalah
kenakalan remaja yang semakin menjadi (Robert, Shocib: 2014:8).
Berdasarkan pengertian beberapa para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa pola asuh adalah perilaku orang tua yang baik atau
buruk akan ditiru anak, jika pola asuh orang tua menerapkan perilaku yang
5
baik maka anak akan meniru perilaku baik juga dan begitu juga sebaliknya
orang tua yang menerapkan pola asuh yang otoriter maka anak juga
bersifat otoriter dalam kehidupannya.
Bentuk kekerasan psikologis/emosional, kekerasan yang dialami
anak juga bisa berupa fisik dan seksual. Menurut The National Association
of Social Workers (Huraerah, 2006:54) dampak kekerasan orang tua
terhadap anak merupakan siksaan emosional, fisik atau seksual yang
dilakukan secara sadar, sengaja, atau kasar diarahkan kepada anggota
keluarga atau rumahtangga.
Menurut Huraerah (2006:55) kekerasan emosional atau kekerasan
verbal, misalnya dilakukan dalam bentuk memarahi, mengomel,
membentuk dan memaki anak dengan cara berlebihan dan merendahkan
martabat anak, termasuk mengeluarkan kata-kata yang tidak patut didengar
oleh anak. Kekerasan fisik, bisa meliputi pemukulan dengan benda tumpul
maupun benda keras, menendang, menampar, menjewer, menyudut
dengan api rokok, dan menempelkan setrika pada tubuh, dan
membenturkan kepala anak pada tembok. Kekerasan seksual bisa
dilakukan dalam bentuk perkosaan. Pemaksaan seksual, pelecehan seksual,
dan incest.
Menurut Gelles (Huraerah, 2006:46) konsekuensi dari tindakan
kekerasan anak dapat menimbulkan kerusakan dan akibat yang lebih luas
(far-reaching). Luka-luka fisik, seperti: memar-memar (bruises), goresan-
goresan (scrapes). Efek psikologis pada anak korban kekerasan dan
6
penganiayaan bisa seumur hidup, seperti: rasa harga diri rendah (a lowered
ense of self worth), ketidak mampuan berhubungan dengan teman sebaya
(an inability to relate to peers).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 10
Januari 2018 di daerah Lubuk Buaya Koto Tangah Padang bahwa masih
ada ditemukan kekerasan orang tua terhadap anak seperti, ditampar,
dibentak, orang tua memukuli anak dengan menggunakan sapu disebabkan
anak tidak setuju dengan ibunya menikah lagi, orang tua memukul anak
karena tidak patuh sehingga emosi orang tua tidak terkendali, orang tua
memarahi anak di depan teman anak sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 10
Januari 2018 di daerah Lubuk Buaya Koto Tangah Padang bahwa masih
ada ditemukan kekerasan orang tua terhadap anak seperti, ditampar,
dibentak, dicaci maki, orang tua memukuli anak dengan menggunakan
sapu disebabkan anak tidak setuju dengan Ibunya menikah lagi, orang tua
memukul anak karena tidak patuh sehingga emosi orang tua tidak
terkendali, orang tua memarahi anak di depan teman anak sendiri.
Melihat kejadian yang ada di Daerah Lubuk Buaya Koto Tangah
Padang dapat disimpulkan bahwa kekerasan yang dilakukan orang tua
terhadap adalah anak tidak merestui ibunya untuk menikah lagi, anak
sering pulang larut malam dan minum minuman keras, setiap hari anak
sering dibentak ibunya seperti: ibu menyiram anak dengan air untuk
7
bangun, ibu memperlakukan anaknya seperti anak kecil tetapi anak sudah
remaja.
Melihat kejadian yang ada di Lubuk Buaya Koto Tangah Padang,
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian terkait dengan permasalahan
yang ada, yaitu mengenai “Dampak Kekerasan Orang Tua terhadap
Anak (Studi Kasus di Daerah Lubuk Buaya Koto Tangah Padang)”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah antara lain sebagai berikut:
1. Orang tua memukul anak dengan menggunakan sapu disebabkan anak
tidak setuju dengan ibu menikah lagi.
2. Orang tua memarahi anak di depan teman anak sendiri.
3. Anak selalu dimarahi ibu ketika pulang malam meskipun anak sudah
memberi kabar.
4. Anak susah tidur karena memar dipunggung.
5. Anak ditampar kalau perintah ibunya dilanggar.
6. Anak kabur dari rumah kalau ibunya menikah.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka
penelitian ini di fokuskan pada:
1. Dampak kekerasan orang tua terhadap anak dilihat dari aspek fisik.
2. Dampak kekerasan orang tua terhadap anak dilihat dari aspek psikis.
8
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini
adalah: Bagaimana Dampak Kekerasan Orang Tua terhadap Anak (Studi
Kasus di Daerah Lubuk Buaya Koto Tangah Padang) ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian
untuk mendeskripsikan:
1. Dampak kekerasan orang tua terhadap anak dilihat dari aspek fisik.
2. Dampak kekerasan orang tua terhadap anak dilihat dari aspek psikis.
F. Manfaat Penelitian
Berkaitan dengan judul penelitian, penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi:
1. Anak, dapat memahami dan tidak terpengaruh perilaku oarang tua
yang melakukan kekerasan serta anak tidak menyesuaikan diri dengan
lingkungan baik di rumah maupun diluar rumah, sehingga tidak
memberikan pengaruh negatif pada kondisi psikologis anak tersebut.
2. Orang tua, dapat memperoleh suatu pemahaman atau informasi tentang
dampak kekerasan orang tua terhadap anak.
3. Program Studi Bimbingan dan Konseling, hasil penelitian ini dapat
bermanfaat sebagai bahan bacaan ruang baca Program Studi
Bimbingan dan Konseling.
4. Tokoh masyarakat, hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dalam
meningkatkan perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak.
9
5. Peneliti, sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan program
Strata Satu (S1) pada program Studi Bimbingan Konseling di STKIP
PGRI Sumatera Barat, dan peneliti dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang dampak kekerasan orang tua terhadap anak.
6. Peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini berguna sebagai bahan bacaan
untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian atau
menulis skripsi.
10
BAB IIKAJIAN TEORI
A. Orang Tua
1. Pengertian Orang Tua
Menurut Miami (Kartono, 1982:48) orang tua adalah pria dan
wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul
tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya.
Menurut Gunarsa (Gunarwan, 1976:27) orang tua adalah dua individu yang
berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat
dan kebiasaan sehari-hari. Menurut Abu (1991:76) orang tua merupakan
pusat pendidikan pertama, tempat anak berinteraksi dan memperoleh
kehidupan emosional sehingga keluarga mempunyai pengaruh yang
mendalam terhadap anak.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua
adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan
hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk
sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik,
mengasuh dan membimbing anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, orang
tua yang selalu ada di sampingnya. Anak akan meniru perangai ibunya dan
biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu
menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan
orang yang mula-mula dikenal anak yang menjadi temannya dan yang
pertama untuk dipercayainya.
10
11
2. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh adalah suatu interaksi antara orang tua dengan anak
yang mana orang tua akan merawat, membimbing, mendidik anak terhadap
jasmani dan rohani anak menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Widowati (2013:7) menyatakan pola asuh orang tua adalah suatu
keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, dimana orang tua
bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku,
pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua,
agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.
Agustiawati (2014:1) menyatkan pola asuh merupakan suatu cara
terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai
perwujudan dari rasa tanggung jawab dari anak.
Khon (Agustiawati, 2014:3-4) menyatakan pola asuh merupakan
sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya. Sikap ini dapat dilihat
dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua memberikan hadiah dan
hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua
memberikan perhatian, tanggapan terhadap keinginan anak, dengan
demikian yang dimaksud dengan pola asuh orang tua adalah bagaimana
cara mendidik anak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Petranto (Agustiawati, 34:2017) pola asuh orang tua
merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak bersifat relatif
konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dirasakan oleh anak, dari
12
segi negatif maupun positif. Pola asuh yang ditanamkan tiap keluarga
berbeda, hal ini tergantung pandangan dari tiap orang tua.
Gunarsa (Gunarwan, 34:2002) mengatakan bahwa pola asuh merupakan
cara orang tua bertindak sebagai orang tua terhadap anak-anaknya di mana
mereka melakukan serangkaian usaha aktif.
Menurut Hurlock (Gunarwan, 1999:35) ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi pola asuh orang tua, yaitu karakteristik orang tua
yang berupa:
a. Kepribadian orang tua
Setiap orang berbeda dalam tingkat energi, kesabaran, intelegensi, sikap
dan kematangannya. Karakteristik tersebut akan mempengaruhi
kemampuan orang tua untuk memenuhi tuntutan peran sebagai orang
tua dan bagaimana tingkat sensifitas orang tua terhadap kebutuhan
anak-anaknya.
b. Keyakinan
Keyakinan yang dimiliki orang tua mengenai pengasuhan akan
mempengaruhi nilai dari pola asuh dan akan mempengaruhi tingkah
lakunya dalam mengasuh anak-anaknya.
c. Persamaan dengan pola asuh yang diterima orang tua
Bila orang tua merasa bahwa orang tua mereka dahulu berhasil
menerapkan pola asuhnya pada anak dengan baik, maka mereka akan
menggunakan teknik serupa dalam mengasuh anak bila mereka merasa
13
pola asuh yang digunakan orang tua mereka tidak tepat, maka orang tua
akan beralih ke teknik pola asuh antara lain:
1. Penyesuaian dengan cara disetujui kelompok
Orang tua yang baru memiliki anak atau yang lebih muda dan
kurang berpengalaman lebih dipengaruhi oleh apa yang dianggap
anggota kelompok (bisa berupa keluarga besar, masyarakat)
merupakan cara terbaik dalam mendidik anak.
2. Usia orang tua
Orang tua yang berusia muda cenderung lebih demokratis dan
permissive bila dibandingkan dengan orang tua yang berusia tua.
3. Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah mendapatkan pendidikan yang tinggi, dan
mengikuti kursus dalam mengasuh anak lebih menggunakan teknik
pengasuhan authoritative dibandingkan dengan orang tua yang tidak
mendapatkan pendidikan dan pelatihan dalam mengasuh anak.
4. Jenis kelamin
Ibu pada umumnya lebih mengerti anak dan mereka cenderung
kurang otoriter bila dibandingkan dengan bapak.
5. Status sosial ekonomi
Orang tua dari kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras,
mamaksa dan kurang toleran dibandingkan dengan orang tua dari
kelas atas.
14
6. Konsep mengenai peran orang tua dewasa
Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional cenderung
lebih otoriter dibanding orang tua yang menganut konsep modern.
7. Jenis kelamin anak
Orang tua umumnya lebih keras terhadap anak perempuan dari pada
anak laki-laki.
8. Usia anak
Usia anak dapat mempengaruhi tugas-tugas pengasuhan dan
harapan orang tua.
9. Temperamen
Pola asuh yang diterapkan orang tua akan sangat mempengaruhi
temperamen seorang anak. Anak yang menarik dan dapat
beradaptasi akan berbeda pengasuhannya dibandingkan dengan
anak yang cerewet dan kaku.
10. Kemampuan anak
Orang tua akan membedakan perlakuan yang akan diberikan untuk
anak yang berbakat dengan anak yang memiliki masalah dalam
perkembangannya.
11. Situasi
Anak yang mengalami rasa takut dan kecemasan biasanya tidak
diberi hukuman oleh orang tua. Tetapi sebaliknya, jika anak
menentang dan berperilaku agresif kemungkinan orang tua akan
mengasuh dengan pola outhoritatif.
15
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pola asuh orang
tua adalah gambaran dari perilaku anak, jika pola asuh orang tua baik
maka perilaku anak juga akan baik begitu juga sebaliknya jika pola asuh
orang tua otoriter maka pribadi anak juga akan otoriter karena anak akan
meniru perilaku yang ada disekitarnya.
B. Kekerasan
1. Pengertian Kekerasan
Menurut Suyanto (2010:96) tindakan kekerasan pada anak adalah
setiap tindakan yang mempunyai dampak fisik, dan psikologis, yang
menyebabkan luka luka tarumatis pada anak, baik yang dapat dilihat
dengan mata telanjang atau dilihat dari akibatnya bagi kesejahteraan fisik
dan perkembangan mental psikologis anak. Tindak kekerasan pada anak,
tidak sekedar menyebabkan anak mengalami luka fisik yang dalam
hitungan hari bisa sembuh melalui perawatan medis, tetapi acap kali
tindakan kekerasan pada anak juga berdampak terjadinya luka traumatis
yang bukan tidak mungkin diingat hingga mereka dewasa. Tindak
kekerasan yang dialami anak adalah perlakuan yang senantiasa
berdampak jangka panjang, dan menjadi mimpi buruk yang tidak pernah
hilang dari benak anak yang menjadi korban.
Ikawati (2007:6) menyatakan bahwa kekerasan adalah suatu
perilaku yang disengaja oleh seorang individu pada individu lain dan
memungkinkan menyebabkan kerugian fisik dan psikologis. Kekerasan
adalah tindakan intimidasi yang dilakukan pihak yang lebih kuat terhadap
16
pihak yang lebih lemah, kekerasan dapat berupa beragam bentuk yaitu
kekerasan fisik, mental, dan seksual. Kekerasan merupakan tindakan
agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-
lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan
penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan
menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada
situasi dan nilai-nilai sosial yang terkait dengan kekejaman terhadap
binatang.
Ikawati (2007:6) menyatakan kekerasan juga mengandung
kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak.
Kerusakan harta benda biasanya dianggap masalah kecil dibandingkan
dengan kekerasan terhadap orang. Kekerasan pada dasarnya tergolong ke
dalam dua bentuk kekerasan sembarang, yang mencakup kekerasan dalam
skala kecil atau yang tidak terencanakan, dan kekerasan yang terkoordinir,
yang dilakukan oleh kelompok kelompok baik yang diberi hak maupun
tidak
Menurut Soeroso (Anggraini, 2013:3) tindakan kekerasan adalah
setiap perbuatan yang ditujukan pada anak yang berakibat kesengsaraan
dan penderitaan baik fisik maupun psikis baik yang terjadi di depan
umum atau dalam kehidupan pribadi. Tindak kekerasan tidak hanya
berupa tindakan fisik melainkan juga perbuatan non fisik (psikis).
Tindakan fisik secara langsung bisa dirasakan akibatnya langsung bisa
dirasakan akibatnya oleh korban serta dapat dilihat oleh siapa saja,
17
sedangkan tindakan non fisik (psikis) yang bisa merasakan langsung
hanyalah korban, karena tindakan tersebut langsung berkaitan.
Abuse adalah kata yang biasa diterjemahkan menjadi kekerasan,
penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah. The Social Work
Dictionary, Barker (Huraerah, 2006:36) mendefinisikan abuse sebagai
“improper behavior intended to cause phsycal, psychological, or
financial harm to an individual or group” (kekerasan adalah perilaku
tidak layak yang mengakibatkan kerugian atau bahaya secara fisik,
psikologis, atau finansial, baik yang dialami individu maupun kelompok).
Child abuse atau kadang-kadang chil maltreatment adalah istilah yang
biasa digunakan untuk menyebut kekerasan terhadap anak.
Richard J. Gelles (Huraerah, 2006:36) mendefinisikan
Encyclopedia Article from Encarta, mengartikan child abuse sebagai
“intentional acts that result in physical or emotional harm children. The
term child abuse covers a wide range of behavior, from actual physical
assault by parents or other adult caretakers to neglect at at a child’s
basic needs” (kekerasan terhadap anak adalah perbuatan sengaja yang
menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-anak secara fisik
amaupun emosional. Istilah child abuse meliputi berbagai macam bentuk
tingkah laku, dari tindakan ancaman fisik secara langsung oleh orang tua
atau orang dewasa lainnya sampai kepada penelataran kebutuhan-
kebutuhan dasar anak).
18
Barker (Huraerah, 2006:36) mendefiniskan child abuse, yaitu
“The recurrent infliction of physical or emotional injury on a dependent
minor, through intentional beatings, uncontrolled corporal punishment,
persistent redicule and degradation, or sexual abuse, usually commited
by parent or others in charge og the child’s care”(kekerasan terhadap
anak adalah tindakan melukai yang berulang-ulang secara fisik dan
emosional terhadap anak yang ketergantungan, melalui desakan hasrat,
hukuman badan yang tak terkendali, degradasi dan cemoohan permanen
atau kekerasan seksual, biasanya dilakukan para orang tua atau pihak lain
yang seharusnya merawat anak).
Menurut Suyanto (2010:28) kekerasan terhadap anak (child
abuse) dapat didefinisikan sebagai peristiwa pelukaan fisik, mental, atau
seksual yang umumnya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai
tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak yang mana itu semua
diindikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap kesehatan dan
kesejahteraan anak.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kekerasan merupakan perilaku yang tidak baik yang mana akan
memberikan dampak yang buruk terhadap anak baik dari segi fisik
maupun segi psikis.
19
2. Tanda-tanda Kekerasan Orang Tua
Menurut Suyanto (2010:40) tanda-tanda terjadinya child abuse
adalah:
a. Anak yang merupakan rintangan bagi orang tua ataupengasuhnya meliputi anak yang hiperaktif sampai gangguanperkembangan
b. Anak yang tidak dikehendakic. Lahir muda atau prematurd. Penderita penyakit kronis atau lama masuk rumah sakite. Retardasi mentalf. Lahir cacatg. Gangguan tingkah laku atau kenakalanh. Anak-anak yang diasuh oleh keluarga yang bermasalah
Menurut Fontana (Suyanto, 2010:41) adanya penganiayaan anak
bila pada anak kita temui hal-hal sebagai berikut:
1) Anak tampak ketakutan terutama pada orang tua2) Anak dipisahkan dalam waktu yang lama3) Dengan kelainan-kelainan kulit atau luka lain4) Luka-luka diobati tidak dengan semestinya5) Kekurangan gizi6) Diberikan makan dan minum atau obat yang tidak semestinya7) Diberikan pakaian yang tidak semestinya dimusim dingin8) Perawatan secara keseluruhan bagaikan seorang yang miskin9) Seringkali menangis10) Terlalu hati-hati terhadap larangan orang tua
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kekerasan orang tua akan menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap
anak baik dari segi fisik maupun segi psikis yang mana akan membuat
anak berperilaku agresif.
3. Faktor Penyebab Kekerasan
Menurut Basoeki (Suyanto, 2010:32) faktor penyebab lain
mengapa banyak terjadi penganiayaan anak dan penelantaran anak
diantaranya:
20
a) Orang tua yang dahulu dibesarkan dengan kekerasancenderung meneruskan pendidikan tersebut kepada anak-anaknya.
b) Kehidupan yang penuh stres seperti terlalu padat kemiskinan,sering berkaitan dengan tingkah laku agresif, danmeyebabkan terjadinya penganiayaan fisik terhadap anak.
c) Isolasi sosial, tidak adanya dukungan yang cukup darilingkungan sekitar, tekanan sosial akibat situasi krisisekonomi, tidak bekerja dan masalah perumahan akanmeningkatkan kerentangan keluarga yang akhirnya akanterjadi penganiayaan dan penelataran anak.
Menurut Fatimah (Suyanto, 2010:33) ada enam kondisi yang
menjadi faktor pendorong atau penyebab terjadinya kekerasan atau
pelanggaran dalam keluarga yang dilakukan terhadap anak adalah:
Pertama, faktor ekonomi. Kemiskinan yang dihadapi sebuah
keluarga sering kali membawa keluarga tersebut pada situasi kekecewaan
yang pada gilirannya menimbulkan kekerasan. Hal ini biasanya terjadi
keluarga dengan anggota yang sangat besar. Problematika finansial
keluarga yang dapat memprihatinkan atau kondisi keterbatasan ekonomi
dapat menciptakan berbagai macam masalah baik dalam hal pemenuhan
kebutuhan sehari-hari, pendidikan, kesehatan, pembelian pakaian,
pembayaran sewa rumah yang kesemuanya secara relatif dapat
mempengaruhi jiwa dan tekanan yang sering kali akhirnya dilampiaskan
pada anak.
Kedua, masalah keluarga. Hal ini lebih mengacu pada situasi
keluarga khususnya hubungan orang tua yang kurang harmonis. Seorang
ayah akan sanggup melakukan kekerasan terhadap anak-anaknya semata-
mata sebagai pelampiasan atau upaya unuk pelepasan rasa jengkel dan
21
marahnya terhadap istri. Sikap orang tua yang tidak menyukai anak-anak,
pemarah dan tidak mampu mengendalikan emosi juga dapat
menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak-anak. Orang tua yang
memiliki anak yang bermasalah seperti; cacat fisik atau mental (idiot)
acap kali kurang dapat mengendalikan kesabarannya sewaktu menjaga
atau mengasuh anak meraka, sehingga mereka juga merasa terbebani atas
kehadiran anak-anak tersebut dan tidak jarang orang tua menjadi kecewa
dan merasa frustasi.
Ketiga, faktor perceraian. Perceraian dapat menimbulkan
problematika kerumahtanggaan seperti persoalan hak pemeliharaan anak,
pemberian kasih sayang, pemberian nafkah dan sebagainya. Akibat
perceraian juga akan dirasakan oleh anak terutama ketika orang tua
mereka menikah lagi dan anak harus oleh ibu dan ayah tiri. Tindakan
kekerasan tidak jarang dilakukan oleh pihak atau ibu tiri tersebut.
Keempat, kelahiran anak diluar nikah. Akibat adanya kelahiran di
luar nikah menimbulkan masalah diantara kedua orang tua anak. Belum
lagi jika melibatkan pihak keluarga dari pasangan tersebut. Akibatnya,
anak akan banyak menerima perlakuan yang tidak menguntungkan
seperti: anak merasa disingkirkan, harus menerima perlakuan
diskriminatif, tersisih atau disisihkan oleh keluarga bahkan harus
menerima perilaku yang tidak adil dan bentuk kekerasan lainnya.
Kelima, menyangkut permasalah jiwa atau psikologis. Orang tua
yang melakukan tindak kekerasan atau penganiayaan terhadap anak-anak
22
adalah mereka yang memiliki problem psikologis. Mereka senantiasa
berada dalam situasi kecemasan (anxiety) dan tertekan akibat mengalami
depresi stres. Secara tipologi ciri-ciri psikologis yang menandai situasi
antara lain: adanya perasaan rendah diri, harapan terhadap anak yang
tidak realistis, harapan yang bertolak belakang dengan kondisinya dan
kurangnya pengetahuan tentang bagaimana cara mengasuh anak yang
baik.
Keenam, faktor terjadinya kekerasan atau pelanggaran terhadap
hak-hak anak adalah tidak dimilikinya pendidikan atau pengetahuan religi
yang memadai.
Menurut Mu’tadin (Ikawati, 2007:6) faktor-faktor penyebab
timbulnya perilaku kekerasan sebagai berikut :
a. Faktor Marah
Rasa marah seringkali menjadi pemicu timbulnya perilaku agresif,
meskipun perilaku semacam itu juga dapat terjadi tanpa adanya rasa
marah.
b. Faktor Biologis
Gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak
yang mengatur perilaku agresi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
faktor penyebab kekerasan orang tua terhadap anak berasal dari orang tua
seperti perceraian, anak lahir diluar nikah, faktor ekonomi dan masalah
keluarga.
23
4. Dampak Kekerasan Orang Tua terhadap Anak
Menurut Rusmil (Huraerah, 2006:44) anak-anak yang menderita
kekerasan, eksploitasi, pelecehan, dan penelataran menghadapi risiko:
1. Usia yang lebih pendek2. Kesehatan fisik dan mental yang buruk3. Masalah pendidikan (termasuk dropt-out dari sekolah)4. Kemampuan yang terbatas sebagai orang tua kelak5. Menjadi gelandangan
Menurut Suharto (Huraerah, 2006:44) tindakan kekerasan dapat
menyebabkan anak kehilangan hal-hal yang paling mendasar dalam
kehidupannya dan pada gilirannya berdampak sangat serius pada
kehidupan anak dikemudian hari, antara lain:
1. Cacat tubuh permanen2. Kegagalan belajar3. Ganguan emosional bahkan dapat menjurus pada gangguan
kepribadian4. Konsep diri yang buruk dan ketidakmampuan untuk
mempercayai atau mencintai orang lain5. Pasif dan menarik diri dari lingkungan, takut membina
hubungan baru dengan orang lain6. Agresi dan kadang-kadang melakukan tindakan kriminal7. Menjadi penganiaya ketika dewasa8. Menggunakan obat-obatan atau alkohol9. Kematian
Sedangkan Gelles (Huraerah, 2006:46) menjelaskan bahwa
konsekuensi dari tindakan kekerasan dan penelataran anak dapat
menimbulkan kerusakan dan akibat yang lebih luas (far-reaching), luka-
luka fisik, seperti: memar-memar (bruises), goresan-goresan (scrapes), dan
luka bakar (burns), hingga kerusakan otak (brain damage), cacat
permanen (permanent disabilities), dan kematian (death). Efek psikologis
24
pada anak korban kekerasan dan penganiayaan bisa seumur hidup, seperti:
rasa harga diri rendah (a lowered sense of selft-worth), ketidakmampuan
berhubungan dengan teman sebaya (an inability to relate to peers), masa
perhatian tereduksi (reduced attention span).
Kekerasan dapat mengakibatkan gangguan-gangguan kejiwaan
(psychiatric disordes), seperti: depresi (depression), kecemasan berlebihan
(excessive anxiety), atau gangguan identitas disosiatif (dissociative identity
disorder), dan juga bertambahnya risiko bunuh diri (suicidi).
Menurut Fentini Nugroho (Huraerah, 2006:46) tindakan kekerasan
ada yang menjadi negatif dan agresif serta mudah frustasi; ada yang
menjadi sangat pasif dan apatis; ada yang tidak mampu mempunyai
kepribadian sendiri, apa yang dilakukan sepanjang hidupnya hanyalah
memenuhi keinginan orang tuanya (parentaal extension), mereka tidak
mampu menghargai dirinya sendiri (chronically low self-esteem), ada pula
yang sulit menjalin relasi dengan individu lain; dan yang tampaknya paling
parah adalah timbulnya rasa benci yang luar biasa terhadap dirinya (self
hate) karena merasa hanya dirinyalah yang selalu bersalah sehingga
menyebabkan penyiksaan terhadap dirinya, dan rasa benci terhadap dirinya
sendiri seperti bunuh diri dan sebagianya.
Tindakan kekerasan terhadap anak begitu menganaskan. Mungkin
belum banyak yang menyadari bahwa pemukulan yang bersifat fisik itu
bisa menyebabkan kerusakan emosional anak.
25
Menurut Fentini Nugroho (Huraerah, 2006:47) anak-anak yang
masih kecil sering susah tidur dan bangun ditengah malam menjerit
ketakutan. Mereka juga ada yang menderita psikosomatik, misalnya
ashma. Beberapa anak ada pula yang demikian sedih, sehingga sering
muntah setelah makan dan berat badannya turun dratis. Anak laki-laki
cenderung menjadi sangat agresif dan bermusuhan dengan orang lain;
sementara anak perempuan sering mengalami kemunduran dan menarik
diri ke dalam dunia fantasinya sendiri.
Dampak yang paling menyedihkan adalah bahwa anak perempuan
kemudian merasa semua anak pria itu menyakiti (dan menyebabkan
beberapa diantaranya membenci pria), sedangkan anak laki-laki kemudian
percaya bahwa laki-laki mempunyai hak untuk memukul istrinya. Seorang
wanita bercerita bahwa ia akhirnya memutuskan untuk meninggalkan
suaminya ketika melihat anak laki-lakinya yang berusia 8 tahun
menganiaya adik permpuannya; “Hal itu sungguh membuatku marah. Saya
pegang dia dan saya tanya, apakah ia mengetahui apa yang sedang
dilakukannya. Ia melihat ke mata saya dan berkata, ‘Jika ayah dapat
melakukannya, demikian juga saya.’’
Anak-anak memang selalu peka. Orang tua tidak menyadari bahwa
apa yang terjadi di antara mereka begitu mempengaruhi anak. Anak
merupakan cermin dari apa yang terjadi dalam suatu rumah tangga. Jika
suasana keluarga sehat dan bahagia, maka wajah anak begitu ceria dan
berseri. Sebaliknya jika mereka murung dan sedih, biasanya telah terjadi
26
sesuatu yang berkaitan dengan orang tuanya. Wadah sosialisasi primer,
dimana anak belajar untuk pertama kalinya mengenal nilai-nilai dan cara
bertingkah laku, perilaku orang tua sering mempengaruhi perilaku anak-
anaknya kelak. Jika kekerasan begitu dominan, tidaklah mengheran jika
anak-anak kemudian melakukannya dan bahkan terbawa sampai ia
dewasa. Karena kekerasan begitu sering terjadi dalam keluarganya, maka
ia menganggap hal itu sebagai hal yang “normal” dan sudah seharusnya.
Menurut Camisasca (Anggadewi, 2007:24) kekerasan dalam
bentuk apapun akan menimbulkan dampak bagi korbannya, demikian
pula dalam kasus kekerasan fisik terhadap anak. Dampak dari kekerasan
terhadap anak diantaranya adalah dampak psikologis, dampak fisik,
dampak perilaku, dampak akademis, dampak seksual, dampak hubungan
sosial, dampak persepsi diri, serta dampak spiritual.
Dampak psikologis anak akibat dari kekerasan (fisik dan psikis)
yang dilakukan oleh orang tua. Menurut Camisasca (Anggadewi,
2007:24) kekerasan terhadap anak dapat mempengaruhi kesejahteraan
psikologis secara permanen serta dapat menyebabkan kerusakan emosi
anak. Kerusakan-kerusakan tersebut diantaranya terwujud dalam masalah-
masalah seperti mimpi buruk berulang-ulang, kecemasan, rasa takut dan
agresi tingkat tinggi, perasaan malu dan bersalah, fobia mendadak,
keluhan psikosomatis, simtom depresi, perasaan susah berkepanjangan
serta penarikan diri.
27
Menurut Fentini (Anggadewi, 2007: 24) dampak psikologis akibat
kekerasan secara fisik dalam beberapa kategori yaitu negatif, agresif serta
mudah frustrasi; pasif dapatis; tidak mempunyai kepribadian sendiri dan
hanya menurut pada orang tua; tidak mampu menghargai dirinya sendiri;
sulit menjalin relasi dengan individu lain; sampai timbul rasa benci yang
luar biasa terhadap dirinya sendiri.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dampak
kekerasan orang tua terhadap anak bisa dilihat dari segi fisik seperti
memar, goresan, dan segi psikis seperti anak sering menyendiri,
kegangguan emosi, memilii pribadi yang buruk dan agresif serta sulit
menjalin tali silaturahmi di lingkungannya.
5. Dinamika Kekerasan Keluarga terhadap Dampak Psikologis Anak
Keluarga atau rumah tangga adalah fondasi primer bagi
kepribadian, dan tingkah laku anak (Anggadewi, 2007:27). Sikap serta
perilaku anak yang telah atau akan terbentuk dimulai dari keluarga yang
juga merupakan inti dari masyarakat. Sehingga nantinya anak dapat
tumbuh kembang secara wajar dan memiliki cukup bekal untuk kemudian
terjun di dalam masyarakat ketika dewasa. Keluarga yang memiliki
hubungan antar anggota yang hangat dan cukup kasih sayang akan
menciptakan perilaku maupun kepribadian yang baik pada anak,
sebaliknya keluarga dengan suasana yang tidak harmonis dan rentan
dengan kekerasan dapat mengancam kestabilan tumbuh kembang anak.
Anak mendapatkan perlindungan serta kasih sayang dalam keluarga.
28
Menurut Anggadewi (2007:29) menjelaskan tindakan kekerasan
yang melampaui batas dikhawatirkan dapat mengganggu perkembangan
anak terutama perkembangan psikologisnya. Pada proses
perkembangannya, anak seringkali memiliki emosi yang tidak stabil atau
terjadi ketidakseimbangan karena anak “keluar fokus” Artinya, anak
mudah terbawa ledakan-ledakan emosi sehingga seringkali sulit
dibimbing dan diarahkan. Akan semakin parah ketika pada masa-masa
kritis tersebut anak mengalami perlakuan kekerasan, akibat dari perlakuan
tersebut anak merasa diremehkan dan merasa tidak aman sehingga
memunculkan konflik-konflik dalam diri anak seperti konflik-konflik
yang bersifat neurotik.
Jadi apa yang terjadi pada anak merupakan suatu respon dari
stimulus yang dikembangkan oleh orang tua termasuk stimulus kekerasan
yang memberikan respon rasa takut dan kesendirian pada anak. Menurut
Dollard Miller (Anggadewi, 2007:28-29) stimulus-stimulus tidak
menyenangkan yang diperkuat akan menimbulkan respon perasaan takut
dan sendirian sehingga reaksi khas yang muncul dapat berupa takut
terhadap gelap atau takut sendirian.
Kekerasan merupakan suatu stimulus yang berulang dan semakin
diperkuat sehingga mengembangkan permasalahan-permasalahan
psikologis. Kekerasan dalam bentuk apapun termasuk kekerasan fisik
serta psikis yang dalam keluarga memiliki konsekuensi yang berat bagi
anak. Anak yang mengalami kekerasan dalam keluarga membawa
29
berbagai macam konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi tersebut antara
lain konsekuensi psikologis serta fisik sehingga menimbulkan dampak-
dampak yang buruk bagi anak. Kekerasan orang tua dapat berdampak
pada fisik yang berupa luka ringan atau kecil seperti lecet, luka berat,
sampai pada kematian.
Menurut Adianingsih (Anggadewi, 2007:30) berbagai macam
dampak dampak yang ditimbulkan pada anak korban kekerasan antara
lain dampak psikologis, dampak fisik, serta dampak keluarga. Dampak
psikologis yang dapat dialami oleh anak antara lain negatif, agresif serta
mudah frustrasi; pasif dan apatis; tidak mempunyai kepribadian sendiri
dan hanya menurut pada orang tua; tidak mampu menghargai dirinya
sendiri; sulit menjalin relasi dengan individu lain; sampai timbul rasa
benci yang luar biasa terhadap dirinya sendiri.
Anggadewi (2007:30) anak yang mengalami kekerasan juga dapat
mengembangkan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Adapun
dampak psikologis anak dalam penelitian ini didasarkan dalam DSM IV
antara lain mengalami PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Gejala
dari gangguan tersebut berdasarkan pada beberapa hal yaitu pengulangan
peristiwa traumatik, penghindaran, serta simptom-simptom yang menetap.
Bentuk pengulangan dapat muncul melalui pengingatan akan
peristiwa traumatik, mimpi, tindakan seolah peristiwa muncul kembali,
kesedihan serta reaksi fisiologis. Penghindaran yang dilakukan muncul
dalam bentuk penghindaran terhadap tempat, aktivitas, pikiran, maupun
30
perasaan yang berhubungan dengan trauma, ketidakmampuan mengingat
aspek penting dari trauma, menghilangkan partisipasi terhadap aktifitas,
merasa terasing, keterbatasan afeksi serta merasa tidak punya harapan.
Simptom-simptom yang menetap berupa sulit tidur, marah, sulit
berkonsentrasi, waspada, serta respon terkejut yang berlebih. Aspek-aspek
yang terkait dalam hal ini adalah bagaimana anak mengalami peristiwa
traumatis (sebagai korban tindak kekerasan atau melihat perlakuan
kekerasan) dan durasi munculnya gangguan. Anak juga mengalami distres
klinis dan gangguan dalam menyelesaikan tugas-tugas. Kondisi tersebut
dapat semakin buruk ketika anak tidak segera mendapatkan penanganan
khusus sehingga menimbulkan dampak-dampak psikologis tertentu pada
anak.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tindakan
kekerasan yang melampaui batas dikhawatirkan dapat mengganggu
perkembangan anak terutama perkembangan psikologisnya.
6. Bentuk-bentuk Kekerasan terhadap Anak
Menurut Terry E. Lawson, (Huraerah, 2006:36) kekerasan terhadap
anak (child abuse) menjadi empat bentuk, yaitu: emotional abuse, verbal
abuse, physical abuse, dan sexual abuse. Menurut Suharto (Huraerah,
2006:36-37) mengelompokkan child abuse menjadi: physical abuse
(kekerasan secara fisik), psychological abuse (kekerasan secara
psikologis), (kekerasan secar seksual), dan social abuse (kekerasan secara
sosial). Keempat bentuk child abuse ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
31
a. Kekerasan anak secara fisik
Adalah penyiksaan, pemukulan, dan peganiayaan terhadap
anak, dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang
menimbulkan luka-luka fisik atau kematian pada anak. Bentuk luka
dapat berupa lecet atau memar akibat persentuhan atau kekerasan
benda tumpul, seperti bekas gigitan ,cubitan, ikat penggang atau rotan
dan luka bakar akibat bensin panas atau berpola akibat sundutan rokok
atau setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan pada daerah bokong,
terjadinya kekerasan terhadap anak secara fisik umumnya dipicu oleh
tingkah laku anak yang tidak disukai orang tuanya, seperti anak nakal
atau rewel, menangis terus, minta jajan, buang air, kencing atau
muntah sembarang tempat, memecahkan barang berharga.
b. Kekerasan anak secara psikis
Meliputi penghardikan, penyampaian kata-kata kasar dan
kotor, memperlihatkan buku, gambar atau film pornografi pada anak.
Anak yang mendapatkan perlakuan ini umumnya menunjukkan gejala
perilaku maladaptif, seperti menarik diri, pemalu, menangis jika
didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu dengan orang lain.
c. Kekerasan anak secara seksual
Perlakuan pra-kontrak seksual antara anak dengan orang yang
lebih besar (melalui kata, sentuhan, gambar visual, axhibitionism),
maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dengan
dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi seksual).
32
d. Kekerasan anak secara sosial
Penelantaran anak dan eksploitasi anak. Penelataran anak
adalah sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan
perhatian yang layak terhadap proses tumbuh-kembang anak.
Misalnya, anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak
diberikan pendidikan dan perawatan kesehatan yang layak.
Eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau
pelakuan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan keluarga
atau masyarakat. Contoh memaksa anak untuk melakukan sesuatu
demi kepentingan ekonomi, sosial atau politik tanpa memperhatikan
hak-hak untuk mendapatkan perlindungan sesuai dengan
perkembangan fisik, psikis dan status sosialnya. Misalnya, anak
dipaksa untuk bekerja di pabrik-pabrik yang membahayakan
(Pertambangan, sektor alas kaki atau industri sepatu) dengan upah
rendah dan tanpa peralatan yang memadai, anak dipaksa untuk angkat
senjata, atau dipaksa untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
rumahtangga melebihi kemampuannya.
Pope (Anggadewi, 2007:30) menyatakan kekerasan fisik
merupakan salah satu bentuk child maltearment adalah perlakuan
yang salah terhadap anak. Selain kekerasan fisik child maltearment
juga mencakup kekerasan lain yaitu kekerasan seksual (sexual abuse),
penelantaran atau penolakan (neglect) dan kekerasan emosi atau
psikologis.
33
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
bentuk-bentuk kekerasan bisa secara dari segi fisik seperti penyiksaan,
pemukulan, penganiayaan terhadap anak yang dapat menimbulkan
luka fisik, bentuk-bentuk kekerasan secara psikis seperti
penghardikan, penyampaian kata-kata kasar terhadap anak, bentuk-
bentuk kekerasan secara seksual seperti melalui kata, sentuhan,
maupun perlakuan secara kontak seksual, serta bentuk-bentuk
kekerasan secara sosial seperti penelantara anak dan eksplotasi anak.
7. Penyebab Terjadi Kekerasan terhadap Anak
Terjadinya kekerasan terhadap anak disebabkan oleh berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya
demikian kompleks, seperti yang dijelaskan oleh beberapa pakar berikut
ini.
Menurut Suharto (Huraerah, 2006:39) kekerasan terhadap anak
umumnya disebabkan oleh faktor internal yang berasal dari anak sendiri
maupun faktor eksternal yang berasal dari kondisi keluarga dan
masyarakat, seperti:
1) Anak mengalami cacat tubuh, retardasi mental, gangguan tingkah laku,
autisme, anak terlalu lugu, memiliki tempramen lemah, ketidaktahuan
anak akan hak-haknya, anak terlalu bergantung pada orang dewasa.
2) Kemiskinan keluarga, orang tua menganggur, penghasilan tidak cukup,
banyak anak.
34
3) Keluarga tunggal atau keluarga pecah (broken home), misalnya
perceraian, ketiadaan ibu untuk jangka panjang atau keluarga tanpa
ayah dan ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan anak secara ekonomi.
4) Keluarga yang belum matang secara psikologis, ketidaktahuan
mendidik anak, harapan orang tua yang tidak realistis, anak yang tidak
diinginkan (unwanted child), anak yang lahir di luar nikah.
5) Penyakit parah atau gangguan mental pada salah satu atau kedua orang
tua, misalnya tidak mampu merawat dan mengasuh anak karena
gangguan emosional dan depresi.
6) Sejarah penelataran anak. Orang tua yang semasa kecilnya mengalami
perlakuan salah cenderung memperlakukan salah anak-anaknya.
7) Kondisi lingkungan sosial yang buruk, pemukiman kumuh, tergusurnya
tempat bermain anak, sikap acuh tak acuh terhadap tindakan eksploitasi,
pandangan terhadap nilai anak yang terlalu rendah, meningkatkan
faham ekonomi upah, lemahnya perangkat hukum, tidak adanya
mekanisme kontrol sosial yang stabil.
Menurut Rusmil (Huraerah, 2006:40) penyebab atau resiko
terjadinya kekerasan dan penelataran terhadap anak dibagi kedalam tiga
faktor, yaitu: faktor orang tua/keluarga, faktor lingkungan sosial/komunitas,
faktor anak sendiri.
a) Faktor orang tua/keluarga
35
Faktor orang tua memegang peranan penting terjadinya kekerasan dan
penelataran pada anak. Faktor-faktor yang menyebabkan orang tua
melakukan kekerasan pada anak diantaranya:
(1) Praktik-praktik budaya yang merugikan anak:
a. Kepatuhan anak pada orang tua
b. Hubungan asimetris
(2) Dibesarkan dengan penganiayaan
(3) Gangguan mental
(4) Belum mencapai kematangan fisik, emosi maupun sosial, terutama
mereka yang mempunyai anak sebelum berusia 20 tahun.
(5) Pecandu minuman keras dan obat.
b) Faktor lingkungan sosial/komunitas
Kondisi lingkungan sosial juga dapat menjadi pencetus terjadinya
kekerasan pada anak. Faktor lingkungan sosial yang dapat menyebabkan
kekerasan dan penelantaran pada anak diantaraanya:
(1) Kemiskinan dalam masyarakat dan tekanan nilai materialistis
(2) Kondisi sosial-ekonomi yang rendah
(3) Adanya nilai dalam masyarakat bahwa anak adalah milik orang tua
sendiri
(4) Status wanita yang dipandang rendah
(5) Sistem keluarga patriarkhal
(6) Nilai masyarakat yang terlalu individualistis
c) Faktor anak itu sendiri
36
(1) Penderita gangguan perkembangan, menderita penyakit kronis
disebabkan ketergantungan anak kepada lingkungannya
(2) Perilaku menyimpang pada anak
Menurut Fentini Nugroho (Huraerah, 2006:41) kekerasan
terhadap anak lebih disebabkan oleh faktor individual dan ada juga yang
menganggap bahwa faktor struktur sosial yang lebih penting. Mereka yang
menekankan faktor individual mengatakan bahwa orang tua yang
“berbakat” untuk menganiaya anak mempunyai karakteristik tertentu,
yaitu: mempunyai latar belakang (masa kecil) yang juga penuh kekerasan,
ia juga sudah terbiasa menerima pukulan; ada pula yang menganggap anak
sebagai individu yang seharusnya memberikan dukungan dan perhatian
kepada orang tua (role reversal) sehingga ketika anak tidak dapat
memenuhi harapan tersebut, orang tua merasa anak harus dihukum;
karakter lainnya adalah ketidaktahuan kebutuhan perkembangan anak,
misalnya usia anak belum memungkinkan untuk melakukan sesuatu tetapi
karena sempitnya pengetahuan orang tua, sianak dipaksa untuk melakukan
dan ketika anak memang belum mampu, orang tua jadi marah.
Menurut Moore dan Parton (Huraerah, 2006:41) perspektif sosial
lebih penting beragumentasi bahwa seorang individu tidak mungkin dapat
dipahami tanpa memahami konteks sosialnya. Kekerasan mungkin saja
terjadi karena seseorang tidak mempunyai jaringan sosial yang
memuaskan, yang tidak cukup mendukung dalam menghadapi masalah,
atau juga mungkin ketidakpuasannya melihat struktur sosial dimana ia
37
berada pada strata yang kurang mendukung. Hubungan perkawinan suami
juga sering mempengaruhi tindakan kekerasan terhadap anak. Semua
faktor sosial ini mempengaruhi perilaku individu.
Menurut Richard J. Gelles (Huraerah, 2006:42) kekerasan terhadap
anak terjadi akibat kombinasi dari berbagai faktor: personal, sosial, dan
kultural. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan empat kategori
utama, yaitu: (1) pewarisan kekerasan antar generasi (intergenerational
transmission of violence), (2) stres sosial (social stress), (3) isolasi sosial
dan keterlibatan masyarakat bawah (social isolation and low community
involvement), dan (4) struktur keluarga (family structure).
Mengenai keempat faktor kekerasan terhadap anak dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pewarisan kekerasan antargenerasi
Banyak anak belajar perilaku kekerasan dari orang tuanya dan
ketika tumbuh menjadi dewasa mereka melakukaan tindakan kekerasan
terhadap anaknya. Perilaku kekerasan diwarisi (transmitted) dari
generasi ke generasi. Studi-studi menunjukkan bahwa lebih kurang 30
persen anak-anak diperlakukan dengan kekerasan menjadi orang tua
yang bertindak keras kepada anak-anaknya. Anak-anak yang
mengalami perlakuan salah dan kekerasan mungkin menerima perilaku
ini sebagai model perilaku mereka sendiri sebagai orang tua. Anak-anak
yang diperlakukan dengan kekerasan tidak menjadi orang dewasa yang
memperlakukan kekerasan kepada anak-anaknya. Beberapa ahli yakin
38
bahwa faktor yang mempengaruhi tindakan kekerasan di masa depan
yaitu apakah anak menyadari bahwa perilaku tersebut salah.
Anak yang yakin bahwa perilaku buruk dan layak mendapatkan
tindakan kekerasan akan lebih sering menjadi orang tua yang
memperlakukan anaknya secara salah, dibandingkan anak-anak yakin
bahwa orang tua mereka salah untuk memperlakukan mereka dengan
tindakan kekerasan.
2. Stres Sosial
Stres yang timbulkan oleh berbagai kondisi sosial meningkatkan
resiko kekerasan terhadap anak dalam keluarga. Kondisi-kondisi sosial
ini mencakup: pengangguran (menployment), penyakit (illnes), kondisi
perumahan buruk (poor housing conditions), ukuran keluarga besar dari
rata-rata (a larger-than-verage family size), kelahiran bayi baru (the
oresence of a new baby), orang berkebutuhan khusus (disabled person)
di rumah, dan kematian (the death) seorang anggota keluarga.
Sebagian besar kasus-kasus dilaporkan tentang tindakan
kekerasan terhadap anak berasal dari keluarga yang hidup dalam
kemiskinan (noverty) tindakan kekerasan terhadap anak juga terjadi
dalam keluarga-keluarga kelas menengah dan kaya, tetapi tindakan
kekerasan kepada anak dilaporkan lebih banyak diantara keluarga
miskin karena beberapa alasan. Keluarga-keluarga yang lebih kaya
memiliki waktu yang lebih mudah untuk menyembunyikan tindakan
kekerasan karena memiliki hubungan yang kurang dengan lembaga-
39
lembaga sosial dibandingkan dengan keluarga miskin. Tindakan
kekerasan secara subyektif lebih sering memberikan label kepada anak
dari keluarga miskin sebagai korban tindakan kekerasan dibandingkan
dengan anak keluarga-keluarga kaya.
Penggunaan alkohol dan narkoba yang umum di antara orang
tua yang melakukan tindakan kekerasan mungkin memperbesar stres
dan meransang perilaku kekerasan. Karekteristik tertentu dari anak-
anak, seperti: kelemahan mental, atau kecacatan perkembangan atau
fisik juga meningkatkan stres dari orang tua dan meningkatkan risiko
tindakan kekerasan.
3. Isolasi sosial dan keterlibatan masyarakat bawah
Orang tua dan yang melakukan tindakan kekerasan terhadap
anak cenderung terisolasi secara sosial. Orang tua yang bertindak keras
ikut serta dalam suatu organisasi masyarakat dan kebanyakan
mempunyai hubungan yang sedikit dengan teman atau kerabat.
Kekurangan keterlibatan sosial ini menghilangkan sistem dukungan dari
orang tua yang bertindak keras, yang akan membantu mereka mengatasi
stres keluarga atau sosial dengan lebih baik.
Kurangnya kontak dengan masyarakat menjadikan para orang
tua ini kurang memungkinkan mengubah perilaku mereka sesuai
dengan nilai-nilai dan stndar-standar masyarakat. Faktor-faktor kultural
sering menentukan jumlah dukungan masyarakat yang akan diterima
suatu keluarga. Tindakan kekerasan terhadap anak yang rendah,
40
perawatan anak biasanya dianggap sebagai tanggungjawab masyarakat,
yaitu: tetangga, kerabat, dan teman-teman membantu perawatan anak
apabila orang tua tidak bersedia atau tidak sanggup. Orang tua sering
memikul tuntutan perawatan anak oleh mereka sendiri yang mungkin
berakibat pada resiko stress dan tindakan kekerasan kepada anak yang
lebih tinggi.
4. Struktur keluarga
Tipe-tipe keluarga tertentu memiliki resiko yang meningkat
untuk melakukan tindakan kekerasan dan pengabaian kepada anak.
Misalnya, orang tua tunggal lebih memungkinkan melakukan tindakan
kekersan terhadap anak dibandingkan dengan orang tua utuh. Karena
keluarga dengan orang tua tunggal biasanya berpendapatan lebih kecil
dibandingkan keluarga lain, sehingga hal tersebut dapat dikatakan
sebagai penyebab meningkatkan tindakan kekerasan terhadap anak.
Keluarga-keluarga yang sering bertengkar secara kronis atau istri yang
diperlakukan salah mempunyai tingkat tindakan kekerasan terhadap
anak yang lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga-keluarga yang
tanpa masalah.
Keluarga-keluarga dimana baik suami atau istri mendominasi di
dalam membuat keputusan penting, seperti: di mana berempat tinggal,
pekerjaan apa yang mau diambil, bilamana mempunyai anak, dan
beberapa banyak uang yang dibelanjakan untuk makan dan perumahan
mempunyai tingkat kekerasan terhadap anak yang lebih tinggi
41
dibandingkan dengan keluarga-keluarga yang suami-istri sama-sama
bertanggungjawab atas keputusan-keputusan tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor
penyebab terjadinya kekerasan bisa dari segi masalah keluarga, masalah
ekonomi,stres, dan pengaruh dari antar pewaris generasi.
8. Karakteristik Kekerasan dalam Keluarga
Menurut Soetarso (Huraerah, 2006:57) beberapa karakteristik
kekerasan dalam keluarga sebagai berikut:
a. Semua bentuk kekerasan dalam keluarga menyangkut penyalaahgunaan
kekuatan. Pola yang umum terjadi adalah salah gunakannya kekuatan
oleh yang paling kuat terjadi yang lemah. Perbedaan kekuataan ini
dapat berupa ukuran dan kekuatan fisik maupun status.
b. Adanya tingkatan kekerasan, ada yang ringan sampai sangat berat atau
fatal.
c. Kekerasan dilakukan berkali-kali, maka kekerasan akan terus
berlangsung dan bertambah berat.
d. Kekerasan dalam keluarga umumnya berlangsung dalam konteks
penyalahgunaan dan eksploitasi psikologis. Penghinaan verbal yang
berupa ejekan atau sumpah-serapah kerapkali mengawali terjadinya
kekerasan fisik. Korban dibuat sedemikian rupa sehingga merasa tidak
berharga, tidak berdaya, tidak dicintai, tidak penting dan lebih rendah
dari manusia. Perlakuan yang tidak layak secara psikologis seperti ini
dapat menganggu kemampuan korban untuk menghayati kenyataan,
42
merendahkan citra dirinya dan menyebabkan menyalahgunakan dirinya
sendiri. Korban tercekap oleh perasaan takut, malu, marah, dan berdosa,
namun kerapkali tetap loyal kepada penyiksanya. Korban mengalami
konflik yang tidak dialami oleh orang yang kerasi oleh orang asin atau
yang tidak dikenal.
e. Kekerasan dalam keluarga mempunyai dampak negatif terhadap semua
anggota keluarga atau rumahtanga, baik yang terlihat dalam kekerasan
maupun tidak. Setiap orang dalam keluarga ini merasa tidak tentram,
adapun beberapa diantara konsekuensi masalah ini adalah rasa takut,
saling tidak percaya, kesenjangan emosional dan fisik, hambatan
komunikasi dan ketidaksepakatan (Huraerah, 2006: 57).
Orang tua yang memilki kekuatan fisik atau non-fisik (karena status
yang tinggi dalam keluarga) atau merasa dirinya superioritas, sehingga bisa
berbuat apa saja, termasuk melakukan kekerasan terhadap anak. Anak dalam
posisi yang lemah dan dilemahkan tak berdaya menghadapi perlakuan
tersebut. Menurut Seto Mulyadi (Huraerah, 2006:58) merasakan kegundahan
dengan mengatakaan bahwa dalam masyarakat seolah tumbuh anggapan
bahwa anak adalah komunitas kelas bawah. Anak pribadi kecil dan lemah
yang sepenuhnya berada dibawah kendali kekuasaan orang dewasa.
Menurut Soetarso (Huraerah, 2006:58) permasalahan anak sangat
dramatis dan memilukan, karena dialami oleh manusia yang kemampuan
fisik, mental dan sosialnya masih terbatas untuk merespon berbagai resiko
dan bahaya yang dihadapinya. Lebih tragis lagi jika dicermati bahwa dalam
43
berbagai kasus, permasalahan tersebut justru dilakukan oleh pihak-pihak yang
seyogianya berperan mengasuh dan melindungi anak, terutama orang
tua/keluarga.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
kekerasan adalah semua bentuk kekerasan dalam keluarga menyangkut
penyalaahgunaan kekuatan, adanya tingkatan kekerasan, serta kekerasan
dilakukan secara berkali-kali.
44
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan kerangka pemikiran ini menjelaskan bagaimana proses
penelitian yang akan dilaksanakan seperti yang tergambar di bawah ini :
Gambar 1. Kerangka Pikir
Keterangan:
Berdasarkan kerangka pikir tersebut, dapat dikatahui bahwa peneliti ini
akan mengungkapkan dampak kekerasan orang tua terhadap anak (Studi kasus di
Daerah Lubuk Buaya Koto Tangah Padang). Dampak kekerasan ini dapat kita
lihat dari segi fisik dan psikologis terhadap anak. Dimana dampak kekerasan ini
akan membuat anak mendapatkan gangguan kepribadian yang membuat anak
menderita depresi pada masa dewasanya.
Dampak Kekerasan Orang Tua
A. Fisik1. Memar-memar2. Goresan-goresan
B. Psikis1. Rasa Harga diri
rendah2. Ketidakmampuan
berhubungandengan temansebaya
Anak
45
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2018,
tempat atau lokasi penelitian ini adalah di Daerah Lubuk Buaya Koto Tangah
Padang. Alasan peneliti memilih daerah ini adalah karena masalah yang akan
diteliti dalam penelitian ini peneliti temukan Daerah Lubuk Buaya Koto
Tangah Padang, sehingga peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di
Daerah Lubuk Buaya Koto Tangah Padang.
B. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, maka penelitian
yang dilakukan termasuk penelitian kualitatif yang menghasilkan data
deskripstif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasil data
deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan yang mana informasinya di
dapatkan dari narasumber. Penulis mengambarkan “ Dampak Kekerasan
Orang Tua terhadap Anak.
Menurut Moleong (2014: 6) penelitian kualitatif yaitu:
Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apayang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,motivasi, tindakan, dll. Secara holistik, dan dengan cara deskripsidalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yangalamiah dan dengan memamfaatkan berbagai metode alamiah.
Kemudian Taylor (Moleong, 2014:2) mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
45
46
diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
holistik (utuh) jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau
organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya
sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.
Menurut Meller (Moleong, 2014:4) penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung
dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya.
Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat menganai fakta-fakta
dan sifat populasi dan mencoba menggambarkan secara detail, satu peristiwa
untuk mendalami permasalahan dampak kekerasan orang tua terhadap anak.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional ini sangat penting dicantumkan, agar
menghindari terjadinya kesalahpahaman pembaca dalam memahami variabel
penelitian tentang dampak kekerasan orang tua terhadap anak yang mana anak
berumur 25 tahun, yang mana anak adalah biologis dari orang tua (Studi kasus
di daerah Lubuk Buaya Koto Tangah Padang). Dampak kekerasan orang tua
terhadap anak yang dimaksud dalam penelitian ini antara lain:
1. Segi fisik, seperti: memar-memar (bruises), goresan-goresan (scrapes).
2. Efek psikologis seperti: rasa harga diri rendah (a lowered sense of self-
worth), ketidakmampuan berhubungan dengan teman sebaya (an inability to
relate to peers).
47
D. Informan Penelitian
Menurut Moleong (2014:132) informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang siguasi dan kondisi latar
penelitian jadi, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar
penelitian. Ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian
walaupun hanya bersifat inormal. Sebagai anggota tim dengan kebaikannya
dan dengan kesuka-relaan-nya ia dapat memberikan pandangan dari segi orang
dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan kebudayaan yang
menjadi latar penelitian tersebut.
Kegunaan informan bagi peneliti ialah membangun agar secepatnya dan
tetap seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalam konteks setempat
terutama bagi peneliti yang belum mengalami latihan etnografi, Guba
(Moleong, 2014:132). Menurut Biklen (Moleong, 2014:132) pemanfaatan
informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak
informasi yang terjaring, jadi sebagai sampling internal, karena informan
dimanfatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu
kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya.
Karakteristik utama subjek penelitian adalah orang tua-anak yang
tinggal dan menetap di Daerah Lubuk Buaya Koto Tangah Padang yang
memiliki masalah orang tua melakukan tindak kekerasan terhadap anak.
Tabel 1. Informan Kunci PenelitianNo Nama Samaran Umur Jenis Kelamin Keterangan1 YP 25 Laki-laki Korban
48
Informan tambahan ditetapkan melalui teknik purposive random
sampling yaitu penentuan sampel yang dilandasi tujuan dan pertimbangan-
pertimbangan terlebih dahulu. Penentuan informan tambahan di peroleh dari
saran informasi kunci. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah:
Tabel 2. Jumlah Informan TambahanNo Nama Umur Jenis Kelamin Keterangan1 HK 23 Laki-laki Teman anak2 FN 23 Perempuan Asisten rumah
tanggaJumlah 2
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis
menggunakan wawancara. Menurut Siregar (Suyanto, 2014:130) wawancara
adalah proses memperoleh keterangan/data untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden
dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara.
Menurut Anggadewi, (2007:60) wawancara biasa dilakukan dalam
bentuk formal, pakai tape recorder atatu dalam bentuk percakapan informal
tanpa catatan dan tidak ada pengarahan kepada format tertentu. Wawancara
sangat diperlukan keterampilan bertanya untuk mengoreksi informasi yang
diperlukan. Menurut Spradley (Azmi, Tanpa Tahun. Hand Out MP. Kualitatif.
Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang: 79) wawancara adalah
peristiwa percakapan yang mencakup beberapa unsur sebagai berikut:
1. Ucapan selamat bertemu, kadang-kadang dalam suasana pertemuanbiasa untuk memuat suasana akrab.
2. Punya maksud yang jelas dikemukan kepada informan yangmenjadi lawan bicara. Hal ini dilakukan dengan:
49
a. Mengemukakan apa tujuan proyek penelitian kepada informan.b. Mengemukakan apa yang sedang dicatat (biasanya dengan
menanyakan apa boleh saya catat.)c. Mengingatkan kepada bahan aslinya seperti yang digunakan
sehari-hari.d. Minta penejelasan lebiih lanjut dimana pewawancara
mengemukakan kepada informan mengenai cara lain untukmengemukakan data (misalnya: dapatkah andamenggambarkannya dalam sebuah skets).
e. Pertanyaan penjelasan dimana pewawancara menggunakanbermacam-macam pertanyaan.
3. Menunjukkan minat atau ketidaktahuan sipewawancara sehinggainforman lebih terdorong menambah informasi/data.
4. Mengulangi apa yang telah dikatakan, dimana pewawancaramengulangi apa yang dikatakan informan dan mengulangipertanyaan untuk memahami apa yang sedang disampaikaninforman.
5. Minta perluasan dan bukan ringkasan, dimana pewawancara mintainforman untuk memperluas dan bicara terus dan mengingatkaninforman untuk tidak meringkaskan.
6. Menyatakan pertanyaan persahabatan/yang bersahabat terusmenerus.
7. Pose atau waktu senggang yang memberikan waktu bagi informanlebih lama untuk berfikir dalam menjawab pertanyaan yangdiajukan.
8. Pamit.
Wawancara yang dilakukan pertama kali pada subjek. Peneliti
menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan peristiwa traumatis yang
dialaminya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
subjek, peneliti dapat melihat kondisi psikologis subjek secara langsung.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan, peneliti menjauhkan
subjek tekanan sehingga ketika subjek tidak bersedia menjawab, peneliti
mengalihkan dengan pertanyaan lain. Wawancara berikutnya yaitu dengan
teman dekat subjek yang mana setiap hatinya bersama subjek. Melalui
wawancara ini peneliti dapat menemukan dampak fisik dan psikologis
subjek dari pandangan orang lain.
50
F. Teknik Keabsahan Data
1. Keterpercayaan (credibility)
Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang memakai istilah
reliability untuk keterpercayaan, maka penelitian kualitatif memakai
isstilah credibiity. Kriteria ini menghendaki agar sebuah ingkuiri.
Naturalistik dapat diyakini oleh pembaca yang kritis yang disetujui oleh
orang-orang yang memberikan informasi untuk penelitian itu.
Adapun teknik keabsahan data yang digunakan dalam penalitian ini
adalah teknik triangulasi. Sebagaimana dikemukan Sugiyono (2013:369),
yaitu:
a. Triagulasi sumber data menguji kredibilitasi data yang
dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui
berbagai sumber. Triangulasi data sumber yang peneliti
dapatkan yaitu triangulasi sumber dari satu informan kunci dan
dua informan tambahan.
b. Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitasi data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi teknik yang
peneliti gunakan yaitu observasi dan wawancara terhadap
informan.
c. Triangulasi waktu yang dilakukan sebaiknya dilakukan di pagi
hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah,
akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.
51
Triangulasi waktu yang peneliti lakukan yaitu observasi
dilakukan sebanyak 4 kali dan wawancara peneliti lakukan 3
kali terhadap informan.
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya dalam penelitian ini, teknik
keabsahan yang akan digunakan oleh peneliti yaitu triagulasi sumber,
dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber.
Guba (Azmi, Tanpa Tahun. UNP) merekomendasikan tujuah cara
yang dapat dipergunakan untuk meningkatkann kredibilitas sebuah
penelitian, yakni keterlibatan yang lama (prolonged enggement), peneliti
dengan yang di teliti, observasi yang terus menerus (persistent
observation), tringulasi (triangulation), pembicaraan sejawat (peer
debriefing), analisa kasus negatif (negative case analysis), pengujian
ketepatan referensi (referential adequacy cheeks) dan pengujian dari
anggota peneliti (member checking).
2. Keteralihan (Transferabiliti)
Adalah dapatnya hasil penemuan yang diperoleh diaplikasikan
kepada konteks atau situasi yang lain yang sejenis, artinya penemuan
dapat ditransfer pada konteks yang lain, tetapi apakah penemuan dapat
ditransfer atau tidak adalah suatu pertanyan empiris yang tidak dapat
dijawab oleh peneliti saja. Konteks yang ditargetkan harus dibandingkan
dengan konteks penelitian untuk melihat persamaanya. Makin sama
konteksnya semakin tinggi kemungkinan hasil penelitian/kesimpulan
52
penelitian dapat ditransferkan. Orang-orang yang membaca laporan
penelitianlah yang harus memutuskan.
Analisis transferabiliti ini akan dipermudah oleh kejelasan
deskripsi dari waktu dan konteks dimana hipotesis kerja dikembangkan
oleh peneliti naturalistik. Lengkapnya deskripsi dari fenomena yang
diteliti dan lengkapnya deskripsi dari konteks penelitian adalah suatu cara
yang amat ampuh untuk memudahkan pengambilan keputusan untuk
transferabiliti. Tetapi transfer itu harus diputuskan oleh pembaca laporan,
bukan oleh penulis laporan.
3. Dapat dipercaya (Dependabiliti)
Dependabiliti berarti dapat dipegang kebenarannya, dapat
diandalkan atau dapat dipercayai. Dependabiliti dari suatu penelitian
kualitatif, orang akan melihat apakah si peneliti ceroboh atau membuat
kesalahan dalam mengkonseptualisasikan studinya, mengumpulkan data,
menginterpretasisikan temuannya dan melaporkan hasilnya.
Makin konsisten seorang peneliti dalam proses penelitiannya maka
makin dapat diandalkan hasilnya. Cara yang baik untuk menilai
keterandalan penelitian adalah dengan mengaudit dependabiliti dimana
seorang auditor bebas mereviu aktifitas peneliti seperti tercantum dalam
catatan lapangan, arsip laporan dan audit trail (catatan/bukti yang bisa
diaudit). Jika peneliti tidak mempunyai semacam audit trail, maka
kendalanya tidak dapat diperiksa dan karena itu diragukan.
53
4. Dikonfirmasikan (Confirmabiliti)
Confirmabiliti artinya dapat dikonfirmasikan. Berhubungan dengan
kualitas hasil, sebagaimana dependabiliti berhubungan dengan kualitas
dari proses yang digunakan oleh peneliti untuk melahirkan hasil. Audit
confirmabiliti dapat dilakukan dengan bersamaan dengan audit
dependabiliti. Auditor mempertanyakan apakah data, interpretasi dan lain
sebagainya didukung oleh bahan yang sesuai atau coheren. Apabila audit
ini menguji confirmabiliti dari suatu penelitian, maka orang akan
menerima kesimpulan atau laporan penelitian tersebut.
G. Teknik Analisis Data
Gunarwan (2013:33) mendefinisikan analisis data adalah sebuah
kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode
atau tanda, dan mengategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan
berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab Analisis data merupakan
suatu proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan, karena penelitian ini
adalah bersifat naratif, maka analisi yang digunakan adalah gambaran kata-
kata.
Miles dan Huberwan (Sugiono, 2011:337) menjelaskan bahwa
penelitian kualitatif adalah: penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan hubungan antar kategori atau dalam bentuk teks yang
bersifat naratif dengan menyajikan data dan dapat mempermudah dalam
memahami apa yang terjadi, merencanakan apa yang dilakukan selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam tahap ini peneliti menyajikan
54
data berbentuk teks naratif. Data yang telah dikumpulkan seterusnya
dianalisis, Miles dan Huberwan (Sugiono, 2011:337) menjelaskan bahwa
dalam penelitian kualitatif ada tiga tahapan analisis yaitu:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan proses merangkul, memilih hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
dan membuang yang tidak perlu dari data yang diperoleh di lapangan.
Dalam tahap ini peneliti memilih data mana yang relavan dengan tujuan
dan fokus penelitian selanjutnya dikelompokkan.
2. Penyajian Data (Display Data)
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan hubungan antar kategori atau dalam bentuk teks yang bersifat
naratif dengan menyajikan data dapat mempermudah dan memahami apa
yang terjadi, merencanakan apa yang akan dilakukan selanjutnya
berdasarkaan apa yang telah dipahami. Dalam tahap ini peneliti
menyajikan data berbentuk teks naratif.
3. Penarikan kesimpulan (Verifikasi)
Penarikan kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi
data dan penyajian data sehingga data dapat disimpulkan dalam bentuk
deskriptif sebagai laporan penelitian dan tahap terakhir dari data sudah ada
disimpulkan.
55
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Karakteristik Kasus
a) Identitas subyek
Nama : YP (inisial)
Tempat, tanggal lahir : Padang, 17 April 1992
Agama : Islam
Usia : 25 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat rumah : Lubuk Buaya Koto Tangah Padang
Penampilan fisik : Tinggi badan :165
Berat badan : 60
Warna kulit : Kuning Langsat
Jumlah saudara : 2 bersaudara
Anak ke- : 1
Hobi : Olahraga
Sumber informasi : Subjek
b) Latar belakang kehidupan keluarga
Ayah : S (inisial)
Pendidikan terakhir : SE, MM
Pekerjaan : Pengusaha
55
56
Agama : Islam
Ibu : F (inisial)
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Rumah Tangga
Agama : Islam
c) Pertumbuhan jasmani dan riwayat kesehatan
Klien YP tidak memiliki riwayat penyakit khusus, ia tumbuh
besar dengan sehat, terlihat dari postur tubuhnya yang terlihat ideal.
2. Kondisi Umum Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Daerah Lubuk Buaya Koto Tangah
Padang. Pada penelitian ini, temuan data yang peneliti kemukakan adalah
data kualitatif yaitu data yang disajikan sesuai dengan apa yang
dikemukan informan berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan
YP (informan kunci), HK teman anak dan FN asisten rumah tangga YP
(informan tambahan) tentang dampak kekerasan orang tua terhadap anak
(Studi Kasus di daerah Lubuk Buaya Koto Tangah Padang). Wawancara
dilakukan kepada anak yang mendapatkan perlakuan kekerasan dan
dilanjutkan dengan penggalian informasi lebih lengkap dengan dua orang
teman anak (YP). Wawancara dilaksanakan mulai tanggal 23 Juli 2018
sampai dengan 1 Agustus 2018 selanjutnya data tersebut dikelompokkan
sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah tergambar dalam pertanyaan
wawancara.
57
Analisis data hasil temuan penelitian ditujukan untuk melihat
dampak kekerasan orang tua terhadap anak, dengan fokus penelitian
sebagai berikut:
1. Dampak fisik kekerasan orang tua terhadap anak.
2. Dampak psikis kekerasan orang tua terhadap anak.
Data didapatkan melalui hasil wawancara dan observasi dengan
anak (YP), satu orang teman dan pembantu (YP) di Lubuk Buaya Koto
Tangah Padang dengan beberapa butir pertanyaan yang kemudian diolah
sesuai dengan petunjuk yang ada pada bab III.
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan tergambar
bahwa YP mengalami berbagai dampak fisik dan psikis dari dampak
kekerasan orang tua terhadap anak. Hasil penyajian data dari temuan yang
dilakukan adalah dengan YP, satu orang teman YP, dan satu orang
pembantu YP.
3. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil temuan yang peneliti dapatkan dari wawancara
dan observasi mengenai dampak kekerasan orang tua terhadap anak yang
dilakukan secara berkala dari tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan 1
Agustus 2018, didapatkan hasil sebagai berikut:
Adapun kronologis kejadian kekerasan orang tua terhadap anak
yaitu yang mana ibu mau menikah lagi dengan calon papa tiri YP namun
YP tidak setuju dengan pernikahan ibunya, tetapi ibu YP tetap nekad
untuk nikah dengan calon papa tiri YP. Hampir setiap hari calon papa tiri
58
YP datang bertamu kerumah, YP pun sudah sering bicara sama ibunya
janganlah terlalu sering calon papa tiri datang kerumah malu sama
tetangga nanti takutnya ada fitnah terhadap keluarga kita.
YP sering bicara akan hal itu kepada ibunya namun, ibunya tidak
mendengarkan hal itu, ibunya terlalu menganggap remeh terhadap
anaknya. Ibu YP tidak suka kalau perintah atau peraturan ibunya
dilanggar. Pas waktu YP pulang kerumah tepatnya siang hari YP dengan
temannya pulang kerumah kebetulan FN mengantar minum untuk tamu
ibunya, yang mana YP melihat ternyata tamu ibunya adalah calon papa
tirinya. Ekspresi wajah YP pun tidak enak dilihat, YP memang
memperlihatkan perilaku dan ucapan YP tidak menyukai calon papa
tirinya tersebut.
Ibu YP pun memanggil YP untuk duduk bersama calon papa
tirinya untuk membicarakan tentang masalah nikah ibunya tersebut, YP
pun membentak dengan nada suara yang tidak enak di dengar, ibunya
marah dengan perlakuan YP karena tidak sopan bicara keras dengan orang
tua. Ibu YP marah dan menampar YP, tamparan pertama ibunya YP
hanya diam tanpa melawan ibunya. YP sangat tidak suka kalau membahas
pernikahan ibunya.
YP memang dari awal tidak suka dengan pernikahan ibunya dan
YP pun tau kalau calon papa tirinya sudah punya keluarga lain ibunya
tidak mengetahui akan hal itu karena akan hal itulah YP tidak menyetujui
59
pernikahan ibunya, tetapi ibunya malah tidak percaya dengan apa yang
dibicarakan YP tersebut. Mendengarkan ucapan YP, calon papa tirinya
tidak menerima ucapan yang disampaikan YP, dan anehnya ibunya lebih
percaya kepada calon suaminya dari pada percaya dengan anaknya
sendiri. Ibu YP mengira itu cuma alasan YP untuk tidak menyetujui
pernikahan ibunya, ibu YP tidak suka melihat anaknya menfitnah calon
papa tiri dari anaknya tanpa ada bukti, ibu YP terus memarahi dan
menghardik dengan kekerasan verbal, tetapi YP tetap teguh di
pendiriannya untuk tidak merestui ibunya menikah lagi. Dengan sikap dan
perilaku YP yang begitu ibunya pun marah dan menampar YP tetapi YP
berusaha menghindar tapi ibunya emosi dengan ucapan anaknya yang
dikira ibunya menfitnah, ibu YP pun emosi hingga memukul YP dengan
sapu dan punggung YP memar-memar dan goresan-goresan dari
kekerasan ibunya.
YP tidak melawan apa yang dilakukan ibunya, dia sudah muak
dengan perilaku kasar ibunya. YP pun mengambil baju dan barang-
barangnya dan pergi dari rumah ibunya. Ibunya hanya diam melihat YP
membawa barang-barang keluar dari rumah. Ibunya sering melakukan
kekerasan seperti menampar, berkata kasar, tetapi dengan muaknya
melihat perlakuan ibunya YP pun memutuskan untuk pergi dari rumah.
Selama 1 sampai 2 minggu YP tinggal dikos temannya, ibu YP
mulai mencari YP dengan menanyakan kesemua teman-teman YP dimana
keberadaan YP sekarang, selama 3 hari ibu YP bolak balik ke kos-kosan
60
HK teman YP untuk mencari keberadaan YP. Pas waktu itu ibu YP
datang dan menemui HK untuk menanyakan dimana YP, ibunya
menangis dan HK tidak tega melihat ibu YP menangis. Lalu HK
menghubungi YP lewat telephone untuk menyuruh YP pulang ke kos
sebentar karena YP pun pulang ke kos-kosan HK dan tidak tahu kalau
ibunya ada disana, pas sampai di kos HK YP terkejut dan ketakutan
melihat ibunya.
YP hanya diam dan takut melihat ibunya, ibunya pun menyuruh YP
untuk pulang kerumah banyak yang dibicarakan ibunya seperti meminta
maaf kepada YP, menyuruh YP pulang ke rumah lagi, ibunya meminta
maaf kepada YP sudah tidak percaya dengan YP, tetapi YP hanya diam
tanpa berkata satu kata pun, saat ibu YP menyuruh pulang kerumah YP
hanya diam dan meneteskan air mata.
a. Dampak Fisik kekerasan Orang Tua terhadap Anak
Melalui pelaksanaan wawancara dan observasi yang dilakukan
secara langsung, tatap muka dan berkala yang dimulai dari tanggal 23
Juli 2018 sampai dengan 1 Agustus 2018, dengan YP sebagai
informan kunci, satu orang teman YP, dan satu orang asisten rumah
tangga YP sebagai informan tambahan didapatkan hasil sebagai
berikut:
Setelah mendapatkan perlakuan kekerasan orang tua terhadap
anak, YP merasakan dirinya rendah diri, tidak dihargai sering
mengalami sakit-sakit di punggung dan sulit tidur karena adanya
61
memar-memar dan goresan-goresan di tubuh YP bagian punggung,
semua ada kaitannya dengan perlakuan kekerasan yang dilakukan oleh
ibunya di rumah, ibu YP sering melakukan kekerasan terhadap YP
seperti ditampar, dimarahi ketika YP terlambat pulang meskipun YP
telah memberi kabar kepada ibunya, ibu YP marah kalau perintahnya
dilanggar, ibu YP sering membahas soal pernikahan ibunya dengan
calon papa tirinya yang mana YP tidak suka dengan calon papa tirinya
lantaran calon papa tirinya sudah punya keluarga, tetapi ibu YP tidak
percaya akan hal itu, ibu YP tetap menikah dan terus menyakini YP
untuk setuju dengan pernikahan ibunya dengan calon papa tirinya
namun, YP tidak setuju dengan ibunya menikah.
Ibu YP tidak bisa dilarang YP mengancam ibunya dengan cara
kalau ibunya tetap menikah YP akan pergi dari rumah, dengan
mendengar ucapan tersebut ibu YP marah lalu menampar YP dengan
keras hingga bibir YP berdarah tetapi YP tidak melawan ibunya. YP
tetap teguh dengan pendirian kalau YP tidak suka ibunya menikah
dengan ucapan yang dilontarkan YP tidak setuju ibunya menikah, ibu
YP emosi karena YP tidak menuruti kehendaknya.
Kekerasan yang dilakukan ibu YP terhadap YP hampir setiap
hari dengan hal yang tidak wajar dimarahi ibu YP tetap menyalahkan
YP dengan melakukan kekerasan dengan menampar, membentak,
memarahi YP di depan teman YP sendiri hingga memukul YP dengan
sapu hingga punggung YP memar-memar. YP mengaku bahwa ia
62
adalah orang yang sabar dalam menghadapi orang tua yang sering
melakukan kekerasan dimulai dari sering dimarahi ketika terlambat
pulang meskipun sudah memberi kabar kepada ibunya, sering
ditampar, di marahi di depan teman-teman YP, ibu YP tidak mau
kalau perintah ibunya dilanggar.
Hasil observasi yang dilakukan secara langsung dan berkala
yang dimulai dari tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan 1 Agustus
2018, dengan YP sebagai informan kunci diperoleh hasil bahwa YP
terlihat merasa sedih karena terlihat dengan wajahnya, malu, cemas,
kurang percaya diri, terlihat panik, merasa tidak disayangi, dan takut
melakukan hal apapun.
Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat disimpulkan bahwa
dampak fisik kekerasan orang tua terhadap anak (YP) yaitu YP yang
susah tidur karena kesakitan di tubuh bagian punggung sehingga
membuat YP merasakan dampak fisik yang tidak mengenakkan
tersebut, selain itu dengan YP melakukan aktivitas dengan
menyibukkan diri membuat tugas-tugas kuliah serta lebih sering
menyendiri di kamar.
Hasil observasi yang dilakukan secara langsung dan berkala
yang dimulai dari tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan 1 Agustus
2018, dengan YP sebagai informan kunci diperoleh hasil bahwa YP
terlihat merasa sedih karena terlihat dengan wajahnya, malu, cemas,
dan takut melakukan hal apapun, menyibukkan diri dengan buka
63
youtube, serta sering merasakan susah tidur karena adanya memar-
memar dan goresan-goresan di tubuh terutama bagian punggung YP.
Hasil observasi yang peneliti lakukan secara langsung dan
berkala dari tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan 1 Agustus 2018
dengan YP sebagai informan kunci diperoleh hasil bahwa YP terlihat
yang mana dampak fisik yang dialami YP yaitu memar-memar dan
goresan-goresan dipunggung YP, dan dampak psikis yaitu YP sering
menyendiri, menjauh dari teman-temannya, menyibukkan diri dengan
kegiatan tugas kuliah, malu untuk melakukan hal apapun.
Hasil observasi yang peneliti lakukan secara langsung dan
berkala dari tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan 1 Agustus 2018
dengan YP sebagai informan kunci diperoleh hasil bahwa YP kalau
keluar dari rumah selalu memakai masker dan memakai baju lengan
panjang kalau mau keluar dari rumah, menyendiri, takut, terlihat
panik, dan kurang percaya diri, malu melakukan sesuatu.
Hasil wawancara yang peneliti lakukan secara langsung dan
berkala dari tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan 1 Agustus 2018
dengan YP sebagai informan kunci diperoleh hasil bahwa YP
punggung memar-memar dan goresan-goresan akibat dari pukulan
ibunya, sulit tidur karena memar dipunggung, sibuk dengan diri
sendiri, banyak diam ketika ditanya tentang apa yang menimpa
dirinya, sering menonton youtube di handponenya.
64
Hasil wawancara yang peneliti lakukan secara langsung dan
berkala dari tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan 1 Agustus 2018
dengan YP sebagai informan kunci diperoleh hasil bahwa YP sulit
tidur, menyibukkan diri sendiri dengan membuat tugas, sering
menyendiri dikamar, terlihat panik, gelisah dan sering melamun, serta
terlihat sedih,
Hasil wawancara yang peneliti lakukan secara langsung dan
berkala dari tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan 1 Agustus 2018
dengan YP sebagai informan kunci diperoleh hasil bahwa YP dipukuli
ibunya sampai memar-memar dan goresan-goresan di punggungnya,
membuat tugas kuliah sendiri, sering melamun, sulit tidur menahan
kesakitan menahan memar-memar dan goresan-goresan dipunggung
akibat dari kekerasan orang tuanya, serta terlihat sedih, melamun.
b. Dampak Psikis
Melalui pelaksanaan observasi yang dilakukan secara
langsung, tatap muka dan berkala yang dimulai dari tanggal 23 Juli
2018 sampai dengan 1 Agustus 2018, dengan YP sebagai informan
kunci, satu orang teman YP, dan satu orang pembantu YP sebagai
informan tambahan didapatkan hasil sebagai berikut:
Dampak psikis yang dialami oleh YP diantaranya yaitu YP
merasa sedih, malu, takut, cemas, khawatir, dan tidak percaya diri
melakukan apapun serta menjauhkan diri dari teman-temannya. YP
merasakan sedih ketika YP melihat perlakuan ibunya terhadap dirinya
65
yang mana YP merasakan kalau dirinya tidak disayangi oleh ibunya,
sedih yang dirasakan oleh YP ini terkadang sampai YP malu untuk
bergaul dengan teman-temannya, serta YP malu dan tidak percaya diri
dalam melakukan hal apapun.
Hasil observasi yang peneliti lakukan secara langsung dan
berkala dari tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan 1 Agustus 2018
dengan YP sebagai informan kunci diperoleh hasil bahwa YP merasa
takut tersebut beriringan dengan perasaan cemas, yang mana perasaan
cemas tersebut timbul dikarenakan orang-orang disekeliling YP
melakukan kekerasan terhadap dirinya. YP sering menyendiri dan
menjauh dari teman-temanya karena YP tidak percaya diri, ragu,
malu, dan takut untuk bergabung dengan teman-temannya. YP merasa
rendah diri dikarenakan perlakuan ibunya yang sadis melakukan
kekerasan terhadap dirinya yang mana akan membuat pribadi YP
tidak baik.
Hasil observasi yang dilakukan secara langsung dan berkala
yang dimulai dari tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan 2 Agustus
2018, dengan YP sebagai informan kunci diperoleh hasil bahwa YP
sering merasa sedih, yang terlihat dari ekspresi wajah dan pembawaan
dirinya. Malu, yang dapat dilihat dari sifat dan sering menjauh dari
teman-temannya. Selain itu YP terlihat panik dan merasa takut serta
terlihat panik dan merasa takut a terlihat oleh peneliti saat melakukan
observasi.
66
Hasil observasi yang dilakukan secara langsung dan berkala
yang dimulai dari tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan 2 Agustus
2018, dengan YP sebagai informan kunci diperoleh hasil bahwa maka
dapat disimpulkan bahwa dampak psikis kekerasan orang tua terhadap
anak (YP) bahwa YP merasa harga diri rendah, sering menyendiri,
malu untuk bergabung dengan teman-temannya.
Hasil wawancara yang dilakukan secara langsung dan berkala
yang dimulai dari tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan 1 Agustus
2018, dengan YP sebagai informan kunci diperoleh hasil bahwa YP
sering merasa sedih, yang terlihat dari ekspresi wajah dan pembawaan
dirinya. Malu, yang dapat dilihat dari sifat dan sering menjauh dari
teman-temannya serta merasa kalau dirinya tidak ada gunanya dan
dampak dari kekerasan orang tua ini membuat YP menjadi pribadi
yang tidak baik.
Hasil wawancara yang dilakukan secara langsung dan berkala
yang dimulai dari tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan 1 Agustus
2018, dengan YP sebagai informan kunci diperoleh hasil bahwa YP
kelihatan takut, cemas, malu untuk bergabung dengan teman-temanya,
merasa rendah diri, takut untuk melakukan apapun, melamun, dan
sering menyendiri.
Hasil wawancara yang dilakukan secara langsung dan berkala
yang dimulai dari tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan 1 Agustus
2018, dengan YP sebagai informan kunci diperoleh hasil bahwa YP
67
sering menyendiri dengan membuat tugas kuliah sendiri, melamun,
tidak percaya diri, malu, cemas, sedih, terlihat panik, serta banyak
diam ketika ditanya tentang apa yang menimpa dirinya, dan kurang
percaya diri.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Wawancara Temuan Penelitian
Aspek Masalah yang ditemukan
A. DampakFisik
1. Sakit di tubuh bagian punggung memar-memardipukuli oleh ibu YP.
2. Merasakan kesakitan goresan-goresan di bibir.3. Gangguan tidur atau sulit tidur
Gangguan tidur yang dirasakan oleh YP yaitu YPyang biasanya tidur jam 11 malam menjadi tidur jam4 malam akibat di memar dan goresan-goresan ditubuh YP.
2. DampakPsikis
1. SedihKesedihan yang dirasakan oleh YP membuat YPjarang keluar dari kamar dan hanya tidur-tiduran sajaseperti mengurung diri dikamar.
2. MaluYP merasa malu untuk bergabung dengan teman-temanya.
3. TakutYP sering ketakutan setelah ia menjadi korbankekerasan orang tuanya.
4. Sering menyendiri dan menjauh dari teman-temannya serta YP menyibukkan diri membuat tugaskuliahnya.
5. Banyak diam ketika ditanya tentang apa yangmenimpa dirinya.
6. Terlihat panik dan takut.7. Kurang percaya diri untuk bergabung dengan teamn-
temannya.8. Perasaan cemas
61
68
Berdasarkan hasil wawancara rekapitulasi data di atas maka dapat
disimpulkan bahwa dampak kekerasan orang tua terhadap anak yaitu dilihat
dari dampak fisik, bahwa YP merasakan kesakitan ditubuhnya terutama
bagian punggung memar-memar dan goresan-goresan, sulit tidur menahan
kesakitan dipunggungnya. Dilihat dari dampak psikis dari kekerasan orang
tua, bahwa YP merasakan perasaan takut dan malu, khawatir, sering
menyendiri, terlihat cemas, kurang percaya diri untuk bergabung dengan
teman-temannya, banyak diam ketika ditanya tentang apa yang menimpa
dirinya, merasa kalau dirinya tidak disyangi ibunya, terlihat panik, dan
menyibukkan diri dengan aktivitas lain seperti membuat tugas kuliah sendiri
dan malu untuk bergabung dengan teman-temannya.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Observasi Temuan Penelitian
Aspek Masalah yang ditemukan
A. DampakFisik
1. Memar-memar2. Goresan-goresan3. Gangguan susah tidur
B. DampakPsikis
1. Malu2. Sedih3. khawatir4. Takut5. Sering menyendiri6. Menibukkan diri dengan
membuat tugas kuliah7. Kurang bersosialisasi8. Terlihat panik9. Banyak diam ketika ditanya
tentang apa yang menimpadirinya.
10. Merasa tidak disayangiibunya
55
69
Berdasarkan hasil rekapitulasi observasi maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa YP mengalami dampak fisik kekerasan dari orang tua di
rumah yaitu seperti merasakan kesakitan di tubuh terutam di bagian
punggung terdapat memar-memar dan goresan-goresan dan mengalami susah
tidur yang terlihat dari hasil observasi dari dampak psikis yaitu malu, sedih,
khawatir, cemas, takut, terlitah panik, kurang bersosialisasi dengan teman-
temannya, sering menyendiri, dan menyendiri, banyak diam ketika ditanya
tentang apa yang menimpa dirinya, mersa tidak disyangi ibunya, serta
menjauh dari teman-temannya.
C. Pembahasan
Kekerasan adalah salah satu bagian dari yang tidak baik dilakukan
oleh orang tua terhadap anak, adapun bentuk perlakuan kekerasan orang tua
terhadap anak yaitu seperti membuat pribadi anak menjadi tidak baik,
merusak fisik anak, membuat anak merasa harga diri rendah, malu melakukan
apapun, cemas terhadap lingkungan, dapat membuat perilaku anak menjadi
orang yang keras, memberi contoh yang tidak baik terhadap yang mana anak
juga bisa melakukan kekerasan terhadap orang lain, serta membuat anak malu
dan tidak percaya diri untuk bersosialisai dengan teman-temannya.
Bentuk kekerasan lainya seperti, lingkungan yang buruk, kelelahan
fisik serta kekerasan menimbulkan dampak buruk yaitu kata-kata tidak layak
yang diucapkan, kekerasan orang tua dilatarbelakangi oleh faktor-faktor
penyebab yang tentunya menimbulkan dampak secara nyata bagi anak.
70
Kekerasan ada beberapa diantaranya seperti kekerasan verbal adalah
kekerasan yang ditunjukkan oleh orang tua dengan bentuk kemarahan
menggunakan makian, ataupun kritik tajam. Orang tua menyebut anak
sebagai anak bodoh, nakal, anak kurang ajar, anak tidak tahu diri, anak tidak
berguna dan segala bentuk kata-kata yang merendahkan diri anak. Adapun
kekerasan non verbal adalah kekerasan yang ditunjukkan oleh orang tua
dengan bentuk kekerasan terhadap fisik baik menggunakan alat ataupun tidak.
Orang tua melakukannya dalam bentuk tamparan, pukulan, tendangan, dan
segala bentuk kekerasan yang menyebabkan luka fisik.
Kekerasan terhadap anak, menurut Soeroso (2010) adalah setiap
perbuatan yang ditujukan pada anak yang berakibat kesengsaraan dan
penderitaan baik fisik maupun psikis baik yang terjadi di depan umum atau
dalam kehidupan pribadi. Tindak kekerasan tidak hanya berupa tindakan fisik
melainkan juga perbuatan non fisik (psikis). Tindakan fisik secara langsung
bisa dirasakan akibatnya langsung bisa dirasakan akibatnya oleh korban serta
dapat dilihat oleh siapa saja, sedangkan tindakan non fisik (psikis) yang bisa
merasakan langsung hanyalah korban, karena tindakan tersebut langsung
berkaitan menyinggung hati nurani atau perasaan seseorang.
Sumjati (2001:28) menjelaskan secara sederhana tindak kekerasan
diartikan sebagai setiap perilaku yang dapat menyebabkan perasaan atau
tubuh (fisik) orang lain tidak nyaman. Perasaan tidak nyaman itu bisa berupa:
kekhawatiran, ketakutan, kesedihan, ketersinggungan, kejengkelan, atau
71
kemarahan, sedangkan keadaan fisik yang tidak nyaman bisa berupa: lecet,
luka, memar, patah tulang, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kekerasan
merupakan perlakuan orang tua yang tidak baik terhadap anak yang aman
akan memberikan dampak yang buruk terhadap anak seperti melukai fisik
anak yang mana anak akan sedih, cemas, malu, terlihat panik, menyendiri,
serta membuat anak kurang percaya diri untuk bergabung dengan lingkungan
sekitarnya. Kekerasan yang dilihat dari segi psikis akan membuat anak takut
terhadap lingkungan seperti sering menyendiri, banyak diam ketika ditanya
tentang apa yang menimpa dirinya.
1. Dampak Fisik
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
diketahui bahwa YP mengalami berbagai dampak fisik kekerasan yaitu
dampak fisik seperti memar-memar dan goresan-goresan di tubuh terutama
bagian punggung, gangguan tidur atau sulit tidur yang berakibat pada
kesakitan YP.
Menurut Fentini Nugroho (Huraerah, 2006:46) tindakan
kekerasan ada yang menjadi negatif dan agresif serta mudah frustasi; ada
yang menjadi sangat pasif dan apatis; ada yang tidak mampu mempunyai
kepribadian sendiri, apa yang dilakukan sepanjang hidupnya hanyalah
memenuhi keinginan orang tuanya (parentaal extension), mereka tidak
mampu menghargai dirinya sendiri (chronically low self-esteem), ada pula
yang sulit menjalin relasi dengan individu lain; dan yang tampaknya paling
72
parah adalah timbulnya rasa benci yang luar biasa terhadap dirinya (self
hate) karena merasa hanya dirinyalah yang selalu bersalah sehingga
menyebabkan penyiksaan terhadap dirinya, dan rasa benci terhadap dirinya
sendiri seperti bunuh diri dan sebagianya. Tindakan kekerasan terhadap
anak begitu menganaskan.
Nurrahmi (2005:5) faktor-faktor yang menyebabkan perilaku
kekerasan terhadap anak antara lain immaturitas/ketidakmatangan
orangtua, kurangnya pengetahuan bagaimana menjadi orang tua, harapan
yang tidak realistis terhadap kemampuan dan perilaku anak, pengalaman
negatif masa kecil dari orang tua, isolasi sosial, problem rumah tangga,
serta problem obat-obat terlarang dan alkohol. Ada juga orang tua yang
tidak menyukai peran sebagai orang tua sehingga pertentangan dengan
pasangan dan tanpa menyadari bayi/anak menjadi sasaran amarah dan
kebencian.
Anggraeni (2013:3) bentuk kekerasan fisik yang yang dilakukan
oleh orang tuanya dimana, disaat orang tua tidak bisa menahan emosinya
maka kesalahan sekecil apapun yang dilakukan anak itu akan membuat
orang tua tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan fisik pada anak.
Kekerasan yang dilakukan orang tua beragam dari kekerasan tidak
menggunakan alat, dan kekerasan dengan menggunakan alat seperti
dilempar asbak, dipukul menggunakan sapu lidi (Huraerah, 2012).
Walaupun hal yang dilakukan orang tua kekerasan yang dilakukan pada
dasarnya ringan tanpa ia sengaja membuat anak mengalami luka yang
73
sangat fatal dan kekerasan yang terjadi berlangsung tidak hanya dilakukan
didepan anggota keluarganya tetapi juga dilakukan di depan temannya.
2. Dampak Psikis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
diketahui bahwa YP mengalami berbagai dampak psikis yang mana YP
merasakan perasaan sedih yang mendalam akibat kekerasan orang tua
terhadap dirinya. Selanjutnya YP merasa malu, takut, cemas, dan rasa
harga diri rendah setelah kekerasan orang tuanya. Kekerasan yang
dialami oleh YP ini memang telah menimbulkan harga rendah pada diri
sendiri sehingga efek yang ditimbulkan akan memperburuk suasana hati
YP sendiri.
Dampak psikologis anak akibat dari kekerasan (fisik dan psikis)
yang dilakukan oleh orang tua. Menurut Camisasca (Anggadewi,
2007:24) kekerasan terhadap anak dapat mempengaruhi kesejahteraan
psikologis secara permanen serta dapat menyebabkan kerusakan emosi
anak. Kerusakan-kerusakan tersebut diantaranya terwujud dalam masalah-
masalah seperti mimpi buruk berulang-ulang, kecemasan, rasa takut dan
agresi tingkat tinggi, perasaan malu dan bersalah, fobia mendadak,
keluhan psikosomatis, simtom depresi, perasaan susah berkepanjangan
serta penarikan diri.
Anggraeni (2013:3) bentuk kekerasan psikis dari Pengakuan dari
ketiga informan kekerasan psikis yang banyak terjadi adalah kata-kata
kasar, dan penghinaaan, tak jarang kata-kata verbal yang dilakukan orang
74
tua itu menggunakan nada yang tinggi (bentak-bentak) sehingga membuat
anak tambah ketakutan, walaupun identifikasi akibat yang ditimbulkan
pada kekerasan psikis sulit di ukur karena sensitivitas emosi seseorang
bervariasi namun apabila terjadi berulang-ulang akan mengakibatkan
tidak terpenuhinya kebutuhan emosi seseorang anak berupa kasih sayang
dari orang tua.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anak merupakan hal yang
tidak baik dicontoh anak, yang mana kekerasan yang dilakukan akan
memberi dampak yang buruk terhadap anak baik dilihat dari segi fisik
mapun psikis.
Rekapitulasi wawancara dari satu (1) infoman kunci dan dua (2)
informan tambahan sebagai berikut:
No YP HK FNDampak Fisik
1 Punggung memar-memar dangoresan-goresan
Punggung memar-memar
Susuah tidur
2 Susah tidur Banyak diamketika ditanyatentang apa yangmenimpa dirinya
Punggung memar-memar dangoresan-goresan
3 Banyak diamketika ditanyatentang apa yangmenimpa dirinya
Susah tidur Mengobati memar-memar dangoresan-goresandengan salaf
4 Sibuk dengan dirisendiri
Sering melamun Banyak diamketika ditanyatentang apa yangmenimpa dirinya
Dampak Psikis5 Sedih Takut Sedh6 Malu Sedih Takut
75
7 Takut Malu Sering menyendiri8 Cemas Sering melamun Cemas9 Khawatir Sering menyendiri Kurang percaya
diri10 Tidak percaya diri Terlihat panik Sering melamun11 Menjauh dari
teman-temannyaCemas
12 Rasa harga dirirendah
13 Khawatir
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan pada rentang
tanggal 23 Juli 2018 sampai dengan 1 Agustus 2018 secara berkala tentang
“Dampak Kekerasan Orang Tua terhadap Anak (Studi Kasus di Daerah
Lubuk Buaya Koto Tangah Padang)” dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dampak fisik kekerasan orang tua terhadap anak pada YP yaitu YP
mengalami berbagai macam dampak fisik akibat kekerasan orang tua
terhadap anak, diantaranya yaitu memar-memar dan goresan-goresan
pada tubuh YP dan selain itu YP juga merasakan gangguan tidur, sedih,
kurang percaya diri, menyibukkan diri dengan membuat tugas, buka
youtube dihandponenya, takut yang mana YP merasakan sulit tidur
karena merasakan kesakitan pada tubuh YP tersebut.
2. Dampak psikis pada YP yaitu YP merasakan perasaan sedih, malu,
takut, terlihat panik, cemas, khawatir, sering melamun, banyak diam
ketika ditanya tentang hal yang menimpa dirinya,dan tidak percaya diri
untuk bergabung dengan teman-temannya Selain itu YP juga sulit tidur
setelah jadi korban kekerasan orang tua dan YP pun sering menyendiri
di kamar, di rumah maupun di kampus dan malu untuk bergabung
dengan teman-temannya, YP hanya sibuk dengan dirinya sendiri,
menarik diri dan jarang untuk bergabung bersama-sama teman-
temannya.
76
77
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dalam penelitian ini peneliti
ingin mengajukan saran kepada berbagai pihak yaitu:
1. Anak
Anak dapat memahami dan tidak terpengaruh perilaku orang tua yang
melakukan kekerasan serta anak tetap dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan baik di rumah maupun diluar rumah, sehingga anak tidak
terpengaruh negatif pada kondisi psikologis anak tersebut.
2. Orang tua
Diharapkan kepada orang tua agar memberikan pemahaman kepada anak,
dan tidak melakukan kekerasan terhadap anak, yang mana kekerasan
tersebut memberikan dampak yang buruk terhadap anak baik dari segi
fisik maupun psikis anak. Apabila anak tidak menyetujui orang tua nya
menikah lagi, disinilah peran orang tua untuk membicarakan dengan
sebaik-baik mungkin, beri anak pemahaman tentang apa alasan orang tua
untuk menikah lagi, serta membicarakannya dengan lembut, tulus, tidak
berkata kasar, maka anak akan menerimanya dengan baik juga.
3. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling
Agar dapat membekali calon guru BK dengan ilmu yang dapat
mengurangi perilaku kekerasan terhadap anak serta dampaknya, sehingga
calon guru BK dapat memiliki pengetahuan yang luas tentang dampak
kekerasan orang tua terhadap anak yang mana akan merugikan anak.
78
4. Peneliti selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat menjadikan hasil
penelitian ini sebagai landasan atau pedoman dalam penyusunan skripsi
serta diharapkan untuk dapat melakukan penelitian tentang faktor
penyebab kekerasan orang tua terhadap anak.
79
KEPUSTAKAAN
Ahmadi, Abu 1991. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Achmad munib. 2006. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES.
Anggadewi, B. 2007. Studi Kasus tentang Dampak Psikologis Anak KorbanKekerasan dalam Keluarga.Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.
Anggraini, RD.2013. Dampak Kekerasan Anak Dalam Rumah Tangga:UnejKalimantan.
Azmi, Tanpa Tahun. Hand Out MP. Kualitatif: Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Padang.
Galihjok. 200. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang tua Terhadap Pola AsuhAnak dalam Masyarakat. http:www.Indoskripsi.com.
Gunarwan. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Gunarsa, Singgih. 1976. Psikologi untuk Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.
Hendi dan Rahmadani Wahyu Suhendi. 2000. Pengantar Studi SosiologiKeluarga.Bandung: Pustaka setia.
Huraerah, A.2006. Kekerasan terhadap anak, Bandung: Nuansa.
Ikawati, 2007. Kekerasan Ibu terhadap Anak, Malang: Jawa Timur.
Jalaluddin Rakhmat. 1994 Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modren.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kartono, Kartini. 1982. Peranan Keluarga Dalam Memandu Anak, Sari PsikologTerapan. Jakarta: Rajawali.
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Pustaka Pelajar:Yogyakarta.
Moleong, L. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya.
.Nurrahmi. 2005. Penyebab Kekerasan Orang Tua terhadap Anak,
Bandung:Nuansa.
Samsul Ali H. 2000. Panduaan Praktis Bagi Orang tua Mendampingi remajaMeraih Sukses. Jakarta: Pustaka Populer Obor .
80
Siregar. 2014. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pres.
Shochib, M. 2014.. Pola Asuh Orang Tua (dalam Membantu MengembangkanDisiplin Diri sebagai pPribadi yang Berkarakter). Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2011. Teknik Komunikasi dan Metode Pembelajaran. Jakarta: BumiAksara.
Suyanto. 2002. Pekerja Anak dan Permasalahan Pendidikan Dasar, dalamPekerja Anak: Masalah Kebijakan dan Penanggulangan. Surabaya:Lutfansa Meditama.
Suyanto, B dan Sanituti,S. 2002. Krisis & Child Abuse, (Kajian SosiologisTentang Kasus Pelanggaran Hak Anak dan Anak-anak yangMembutuhkan Perlindungan Khusus). Universitas Airlangga Press:Surabaya.
Wahib A. 2015. Konsep Orang Tua. Jakarta: Rajawali Pres.
Widowati, 2013. Hubungan Pola Asuh Orang Tua, Motivasi Belajar,Kedewasaan dan Kedisiplinan Siswa. Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan:Surakarta.
81
Aspek Masalah yang Ditemukan
3. DampakFisik
1) Memar-memar di tubuh2) Goresan-goresan di tubuh3) Gangguan sulit tidur
4. DampakPsikis
1) Merasakan perasaan sedih2) Merasakan perasaan malu3) Merasakan perasaan takut4) Merasakan perasaan cemas5) Merasakan perasaan khawatir6) Merasakan perasaan tidak percaya diri7) Menyendiri dari teman-teman8) Menibukkan diri dengan tugas kuliah9) Terlihat panik10)Banyak diam ketika ditanya tentang apa yangmenimpa dirinya
Aspek Wawancarake 1
Wawancarake 2
Wawancara ke 3
Kesimpulan
A. DampakFisik
B. DampakPsikis
82
Rekapitulasi Hasil Wawancara YP:
Aspek Wawancara ke 1 Wawancara ke 2 Wawancara ke 3
A. DampakFisik
1. Punggungmemar-memardan goresan-goresan akibatdari pukulanibunya
2. Sulit tidurkarena memardipunggung
3. Sibuk dengandiri sendiri
4. Banyak diamketika ditanyatentan apayang menimpdirinya
5. Seringmenontonyoutube dihandponenya
1. Sulit tidur2. Menyibukkan
diri sendiridenganmembuattugas
3. Seringmenyendiridikamar
4. Terlihat panik,5. Gelisah dan
seringmelamun
6. Sedih
1. Memar-memardan goresan-goresan dipunggungnya,
2. Membuattugas kuliahsendiri,
3. Melamun,4. Sulit tidur
menahankesakitanmenahannmemar-memardan goresan-goresandipunggungakibat darikekerasanorang tuanya
5. Sedih6. Melamun
B. DampakPsikis
1. Sedih2. Malu3. Takut4. Cemas5. Khawatir6. Tidak percaya
diri melakukanapapu
7. Menjauh dariteman-temannya
1. menyendiridan menjauhdari teman-temanyakarena YPtidak percayadiri,
2. Ragu3. Malu4. takut untuk
bergabungdengan teman-temannya
5. merasa rendahdiri dikarenakanperlakuan ibunyayang sadismelakukankekerasanterhadap dirinyayang mana akan
1. Malu2. Sedih yang
terlihat dariekspresi wajahdanpembawaandirinya terlihatpanik danmerasa takut
3. terlihat panikdan merasatakut
4. terlihat panikdan merasatakut
83
membuat pribadiYP tidak baik.
1. Dampak Fisik
Berdasarkan wawancara pertama yang peneliti lakukan dengan
informan kunci dapat disimpulkan bahwa kekerasan yang dialami YP yang
mana YP mengalami memar dan goresan dipukuli oleh ibunya, susuah tidur
selama kurang lebih 1 bulan setelah kejadian yang dialami YP.
Berdasarkan wawancara kedua yang peneliti lakukan dengan
informan kunci dapat disimpulkan bahwa YP setelah mengalami kekerasan
dari orang tuanya YP susah tidur, menyibukkan diri sendiri, dan gelisah
setelah kejadian tersebut.
Berdasarkan wawancara ketiga yang peneliti lakukan dengan
informan kunci dapat disimpulkan bahwa YP mengalami memar-memar dan
goresan-goresan dipunggung dan sulit tidur menahan kesakitan
dipunggungnya setelah kekerasan yang dilakukan orang tua nya terhadap
YP.
Berdasarkan ketiga wawancara tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa kekekerasan yang dilakukan orang tua terhadap YP yang mana
berdampak fisik terhadap YP yang mengalami memar-memar dan goresan-
goresan dipunggungnya dan susah tidur karena menahan kesakitan setelah
dipukuli ibunya.
2. Dampak Psikis
Berdasarkan wawancara pertama yang peneliti lakukan dengan
informan dapat disimpulkan bahwa setelah YP mengalami korban kekerasan
84
yang dilakukan orang tuanya yang mana YP mengalami sedih, malu, takut,
tidak percaya diri, dang mengalami gangguan psikis setelah kejadian yang
menimpa YP.
Berdasarkan wawancara kedua yang peneliti lakukan dengan
informan dapat disimpulkan bahwa setelah YP setelah kekerasan yang
dilakukan orang tuanya YP mengalami dampak psikis seperti sering
menyendiri, malu, dan merasa rendah diri dikerenakan perlakuan kekerasan
orang tuanya terhadapa dirinya.
Berdasarkan wawancara ketiga yang peneliti lakukan dengan
informan dapat disimpulkan bahwa setelah YP mengalami dampak psikis
setelah kekerasan orang tuanya yang mana YP merasa malu, sedih, panik,
dan sering merasa ketakutan yang menghantuinya.
Berdasarkan ketiga wawancara tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa kekekerasan yang dilakukan orang tua terhadap YP yang mana
berdampak psikis terhadap YP yang mana YP merasakan malu, takut, malu,
sedih dan merasa rendah diri setelah perlakuan kekerasan orang tua terhadap
dirinya dan YP terlihat panik.
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kekekrasan
yang dialami YP mengalami dapat fisik dan psikis bagi YP yang mana
membuat YPO sedih, malu, takut, terlihat panik, cemas, dan YP sering
menyendiri, menjauh dari teman-temannya, dan banyak diam ketika ditanya
tentang apa yang menimpa dirinya.
85
Rekapitulasi Hasil Wawancara HK:
Aspek Wawancarake 1
Wawancara ke 2 Wawancara ke 3
A. DampakFisik
1. Seringkesakitan
1. Punggung YPmemar
2. Susah tidur.3. Kurang
percaya diri4. Sering
melamun.
1. Kelihatan sedih.2. Susuah tidur,
tidur malam.3. Punggung
memar-memardan goresan-goresan akibatkekerasan orangtuanya.
4. Banyak diamketika ditanyatentang hal yangmenimpa dirinya.
5.B. Dampak
Psikis1. Sedih,2. Melamun
1. Sedih.2. Takut3. Malu
1. Sedih,2. YP sering
melamun3. Menyendiri4. Terlihat panik.5. Malu untuk
melkakukanapapun.
6. Cemas1. Dampak Fisik
Berdasarkan wawancara pertama yang peneliti lakukan dengan
informan tambahan dari tanggal 23 juli sampai 1 Agustus 2018 dapat
disimpulkan bahwa setelah YP mengalami korban kekerasan dari orang
tuanya YP mengalami kesakitan yang dipukuli oleh orang tuany aterhadap
YP.
Berdasarkan wawancara kedua yang peneliti lakukan dengan
informan tambahan dari tanggal 23 juli sampai 1 Agustus 2018 dapat
disimpulkan bahwa setelah mengalami kekerasan dari orang tua YP
86
mengalami dampak fisik sperti punggung memar dan goresan, susah tidur
setelah perlakuan kekerasan ibunya terhadap YP.
Berdasarkan wawancara ketiga yang peneliti lakukan dengan
informan tambahan dari tanggal 23 juli sampai 1 Agustus 2018 dapat
disimpulkan bahwa setelah mengalami kekerasan dari orang tuanya YP
mengalami dampak fisik seperti susah tidur, dan memar-memar dan
goresan-goresan dipunggung YP akibat dipukuli ibunya.
Berdasarkan ketiga wawancara dari tanggal 23 Juli sampai 1 Agustus
208 tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kekekerasan yang dilakukan
orang tua terhadap YP yang mana berdampak fisik terhadap YP yang
mengalami memar-memar dan goresan-goresan dipunggungnya dan susah
tidur karena menahan kesakitan setelah dipukuli ibunya.
2. Dampak PsikisBerdasarkan wawancara pertama yang peneliti lakukan dari tanggal
23 Juli sampai 1 Agustus 2018 dengan informan tambahan dapat disimpulkan
bahwa setelah YP mengalami kekerasan yang dilakukan orang tuanya yang
mana mengalami dampak psikis seperti sedih, dan melamun setelah dipukuli
orang tuanya.
Berdasarkan wawancara kedua yang peneliti lakukan dari tanggal 23
Juli sampai 1 Agustus 2018 dengan informan tambahan dapat disimpulkan
bahwa YP mengalami sedih, takut, dan malu setelah mengalami kekerasan
yang dilakukan orang tuanya terhadap YP.
Berdasarkan wawancara ketiga yang peneliti lakukan dari tanggal 23
Juli sampai 1 Agustus 2018 dengan informan tambahan dapat disimpulkan
87
bahwa aetelah YP mengalami kekerasan orang tuanya yang mana YP
mengalami dampak psikis seperti sedih, sering melamun, menyendiri, dan
terlihat panik setelah dipukuli orang tuanya.
Berdasarkan ketiga wawancara dari tanggal 23 Juli sampai 1 Agustus
208 tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kekekerasan yang dilakukan
orang tua terhadap YP yang mana berdampak psikis terhadap YP seperti
sedih, seriing melamun, menyendiri, terlihat panik, malu serta terlihat cemas
setelah kekerasan yang dilakukan orang tuanya terhadap YP.
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kekekrasan
yang dialami YP mengalami dapat fisik dan psikis bagi YP yang mana
membuat YPO sedih, malu, takut, terlihat panik, cemas, dan YP sering
menyendiri, menjauh dari teman-temannya, dan banyak diam ketika ditanya
tentang apa yang menimpa dirinya.
Rekapitulasi Hasil Wawancara FN:
Aspek Wawancara ke1
Wawancara ke 2 Wawancara ke 3
A. DampakFisik
1. Susah tidur2. Memar-
memar dipunggung
3. Goresan-goresan
4. Membuattugas kuliah
1. Memar-memar2. Goresan-
goresan3. Susah tidur4. Banyak diam
ketika ditanyatentang apayang menimpadirinya
1. Susah tidurmanahankesakitan dipunggungakibatkekerasan orangtuanya
2. Memar-memar3. Mengobati
memar-memardan goresan-goresandipunggungdengan salaf
.
88
B. DampakPsikis
1. Seringmerasa sedih.
2. Takut3. Cemas4. Rasa harga
diri rendah5. Menjauh dari
teman-teman6. Kurang
percaya diri7. Khawatir
1. Sedih2. Terlihat panik3. Melamun4. Sering
menyendiri
1. Sedih2. Takut3. Sering
menyendiri4. Cemas
Kurang percayadiri
1. Dampak Fisik
Berdasarkan wawancara pertama yang peneliti lakukan dengan
informan tambahan dari tanggal 23 juli sampai 1 Agustus 2018 dapat
disimpulkan bahwa setelah YP mengalami korban kekerasan dari orang
tuanya YP mengalami kesakitan memar dan goresan dipunggungnya yang
dipukuli oleh orang tuany aterhadap YP.
Berdasarkan wawancara kedua yang peneliti lakukan dengan
informan tambahan dari tanggal 23 juli sampai 1 Agustus 2018 dapat
disimpulkan bahwa setelah mengalami kekerasan dari orang tuanya YP
mengalami dampak fisik seperti memar-memar dann goresan-goresan
dipukuli oleh ibunya, susuah tidur setelah dipukuli ibunya.
Berdasarkan wawancara ketiga yang peneliti lakukan dengan
informan tambahan dari tanggal 23 juli sampai 1 Agustus 2018 dapat
disimpulkan bahwa YP menhalami dampak fisik seperti susah tidru, memar-
memar dann goresan-goresan dipunggung stelah kekerasan yang dlakukan
orang tuanya terhadap YP.
Berdasarkan ketiga wawancara dari tanggal 23 Juli sampai 1 Agustus
208 tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kekekerasan yang dilakukan
89
orang tua terhadap YP yang mana berdampak fisik terhadap YP yang
mengalami memar-memar dan goresan-goresan dipunggungnya dan susah
tidur karena menahan kesakitan setelah dipukuli ibunya.
2. Dampak Psikis
Berdasarkan wawancara pertama yang peneliti lakukan dengan
informan tambahan dari tanggal 23 juli sampai 1 Agustus 2018 dapat
disimpulkan bahwa setelah YP mengalami kekerasan dari orang tuanya yang
mana YP mengalami dampak psikis seperti sering sedih, mlu, takur, cemas,
rasa rennda diri, kurang percaya diri, dan menjauh dari teman-temannya
setelah YP dipukuli orang tuanya Yp mersa tidak disyangi oleh ibunya.
Berdasarkan wawancara kedua yang peneliti lakukan dengan
informan tambahan dari tanggal 23 juli sampai 1 Agustus 2018 dapat
disimpulkan bahwa setelah YP mengalami kekerasan dari orang tuanya yang
mana YP mengalami dampak psikis seperti YP sering sedih, terlihat panik,
melamun, dan sering menyendiri.
Berdasarkan wawancara kedua yang peneliti lakukan dengan
informan tambahan dari tanggal 23 juli sampai 1 Agustus 2018 dapat
disimpulkan bahwa setelah YP mengalami kekerasan dari orang tuanya yang
mana YP mengalami dampak psikis seperti sedih, takut, sering menyendiri,
cemas, dan kurang percaya diri dan merasa rendah diri setelah kekerasan
orang tuanya.
Berdasarkan ketiga wawancara tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa kekekerasan yang dilakukan orang tua terhadap YP yang mana
90
berdampak psikis terhadap YP yang mana YP merasakan malu, takut, malu,
sedih dan merasa rendah diri setelah perlakuan kekerasan orang tua terhadap
dirinya dan YP terlihat panik.
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kekekrasan
yang dialami YP mengalami dapat fisik dan psikis bagi YP yang mana
membuat YPO sedih, malu, takut, terlihat panik, cemas, dan YP sering
menyendiri, menjauh dari teman-temannya, dan banyak diam ketika ditanya
tentang apa yang menimpa dirinya.
DAMPAK KEKERASAN ORANG TUA TERHADAP ANAK(Studi Kasus di Daerha Lubuk Buaya Koto Tangah Padang)
WAWANCARA
EMINURLITANPM. 14060007
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARATPADANG
2018
WAWANCARA
Pengantar
Sebelumnya saya mendo’akan semoga Saudara/i, Bapak/Ibu dalam
keadaan sehat wal’afiat dan diberi kelancaran dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari Amin Yaa Robbal‘alamin. Wawancara ini bukan suatu tes atau
ujian, jawaban yang saudara/i, Bapak/Ibu berikan tidak akan dinilai benar atau
salahnya. Jawaban yang Saudara/i, Bapak/Ibu berikan tidak akan berpengaruh
terhadap aktivitas yang sedang dijalankan untuk itu diharapkan kepada
Saudara/i, Bapak/Ibu agar memberikan jawaban yang sesuai dengan kondisi
dan kenyataan yang ada, keterangan yang Saudara/i, Bapak/Ibu berikan akan
dijaga kerahasiannya.
Padang, Juli 2018
Eminurlita
KISI-KISI INSTRUMEN WAWANCARA
DAMPAK KEKERASAN ORANG TUA TERHADAP ANAK
(Studi Kasus di Daerah Lubuk Buaya Koto Tangah Padang)
Variabel Indikator Item
Dampak KekerasanOrang Tua terhadapAnak (Studi kasusudi Daerah LubukBuaya Koto TangahPadang)
A. Dampak Fisik1. Memar-memar2. Goresan-goresan
1, 2, 3, 4, 5, 6,
7
B. Dampak Psikis1. Rasa harga diri rendah2. Ketidakmampuan berinteraksi
dengan teman sebaya
7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14,
15, 16.
Jumlah 16
Padang, Juli 2018
Eminurlita
KISI-KISI INSTRUMEN OBSERVASI
DAMPAK KEKERASAN ORANG TUA TERHADAP ANAK
(Studi Kasus di Daerah Lubuk Buaya Koto Tangah Padang)
Variabel Indikator Item
Dampak KekerasanOrang Tua TerhadapAnak (Studi Kasus diDaerah Lubuk BuayaKoto TangahPadang)
C. Dampak Fisik1. Memar-memar2. Goresan-goresan
1, 2, 3, 4, 5, 6.
D. Dampak Psikis1. Rasa harga diri rendah2. Ketidakmampuan berhubungan
dengan teman sebaya
7, 8, 9, 10,11, 12, 13.
Jumlah 13.
WAWANCARA PERTAMA DENGAN INFORMAN KUNCI
Hari/Tanggal : Senin/ 23 Juli 2018
Tempat : Di rumah YP
Pewawancara (interviewer) : Eminurlita
Yang diwawancarai (interview) : YP (Wawancara Pertama)
No Pertanyaan Deskripsi Jawaban1. Dampak Fisik
a. Memar-memar1 Apa yang terjadi pada tubuh saudara setelah
saudara dipukuli ?Yang terjadi pada tubuhsaya setelah dipukuliibu, semua badan sayaterasa sakit, terutamabagian punggungterdapat bekas memar-memar, yang mana ibusaya memukuli pakaisapu dan bibir berdarahdan aku sudah berusahamenghindar.
2 Bagaimana kondisi saudara dengan adanyamemar-memar ditubuh saudara ?
Kondisi tubuh akuadanya memar-memar,terus aku susah tidur,sebelumnya aku tidursekitar jam 10 atau 11malam, namun semenjakkejadian itu aku mulaisusah tidur karena sakitmemar-memar dangoresan-goresan ditubuh, terkadang akutidur skitar jam 3 pagiitupun aku tertidurkarena sudah menahansakit berjam-jam.
3 Bagaimana saudara menutupi memar-memaryang ada di tubuh saudara ?
Aku menutupi memar-memar dengan memakaibaju lengan panjang,biasa aku make bajulengan pendek, tapikarna ada memar akuterpaksa make bajuengan panjang untuk
menutupi memar-memardi tubuh.
b. Goresan-goresan4 Bagaimana saudara menutupi goresan-goresan
yang ada di tubuh saudara ?Bagian goresan-goresandibagian bibir aku tutupimake masker kalau maukeluar dari rumah.Teman-teman juga herankenpa aku make maskertapi aku cuma ngomongkarena lagi sakit.
5 Bagaimana cara saudara mengatasi goresan-goresan pada tubuh saudara ?
Aku mengobati memar-memar dan goresan-goresan dengan salaf.
6 Berapa lama saudara merasakan dampak fisiksetelah saudara dipukuli ?
Sekitar kurang lebih !bulanlah, aku susahtidur, malu, cemas, takutuntuk melakukanapapun.
2. Dampak Psikisa. Rasa harga diri rendah
7 Apa yang saudara rasakan setelah saudaradipukuli ?
Aku merasa sedih,cemas, ya rasanyasedihlah namanya jugadipukuli orang tua, akumerasa ibu nggaksayang lagi.
8 Bagaimana perilaku saudara setelah saudaramengalami korban kekerasan ?
Perilaku aku sih biasa-biasa saja, aku seringssendiri di rumah maupudi kampus. Aku sih lagimales gabung samatemen-teman.
9 Mengapa perasaan tersebut yang sering saudararasakan ?
Aku merasa nggak adagunanya semenjakkejadian itu.
10 Bagaimana cara saudara menyikapi tindakankekerasan orang tua saudara ?
Aku sih nggak adadendam sama ibu, tapiaku sedih, takut, tapi akusekarang nggak deketlagi kayak dulu,baisanya aku barengsama ibu, sekarang sihnggak lagi mungkin akumasih takut juga sih.
11 Seperti apa perasaan malu, cemas, takut, tidak Ya aku malu melakukan
percaya diri, sedih, malu, galau dan lain-lainsetelah saudara dipukuli ?
apapun, cemas takmenentu, takut, nggakpercaya dii untukgabung bareng teman-teman lagi, aku tuhmerasa nggk adagunanya.
12 Bagaimana cara saudara mengatasi ataumeredamkan perasaan tersebut ?
Aku memperbanyakaktivitas, contohnyabikin tugas kuliah, asyikmain hp, dan kadang akunonton TV.
b. Ketidakmampuan berhubungandengan teman sebaya
13 Bagaimana cara saudara menyikapi danberinteraksi dengan teman-teman setelahsaudara mengalami korban kekerasan ?
Aku menjauh dariteman-teman karna akumalu sama mereka.
14 Bagaimana hubungan sosial saudara denganteman saudara setelah mengalami korbankekerasan ?
Hubungan sosial akusaat ini sama temen-teman rengganglah,maksudnya udah nggakdeket lagi, aku slaluumenghindar karena akumalu. Mungkin merekasih juga heran kenapaaku jarang barengmereka tapi aku merasakalau aku nggak panteslah sma mereka.
15 Bagaimana sikap teman-teman saudara setelahsaudara mengalami korban kekerasan ?
Sikap mereka sih samaaja, jiwanya tuh maasihfer sama aku, malah akuyang jauhin merekasemua.
16 Mengapa saudara merasakan tidak percaya diri,ragu, malu, takut untuk berinteraksi denganteman saudara ?
Ya, aku malu aja gabungbareng mereka lagi danpersaan aku tu nggakenak setelah kejadian itudan aku mending sendiriuntuk melakukanapapun.
Padang, Juli 2018
Responden
WAWANCARA KEDUA DENGAN INFORMAN KUNCI
Hari/Tanggal : Selasa/24 Juli 2018
Tempat : Di rumah YP
Pewawancara (interviewer) : Eminurlita
Yang diwawancarai (interview) : YP (Wawancara Kedua)
No Pertanyaan Deskripsi Jawaban1. Dampak Fisik
a. Memar-memar1 Apa yang terjadi pada tubuh saudara setelah
saudara dipukuli ?Tubuh saya setelahdipukuli ibu, semuabadan saya terasa sakit,terutama bagianpunggung terdapat bekasmemar-memar.
2 Bagaimana kondisi saudara dengan adanyamemar-memar ditubuh saudara ?
Tubuh aku adanyamemar-memar, terus akususah tidur..
3 Bagaimana saudara menutupi memar-memaryang ada di tubuh saudara ?
Aku menutupi memar-memar dengan memakaibaju lengan panjang.
b. Goresan-goresan4 Bagaimana saudara menutupi goresan-goresan
yang ada di tubuh saudara ?Bagian goresan-goresandibagian bibir aku tutupimake masker kalau maukeluar dari rumah.
5 Bagaimana cara saudara mengatasi goresan-goresan pada tubuh saudara ?
Aku mengobati memar-memar dan goresan-goresan dengan salaf.
6 Berapa lama saudara merasakan dampak fisiksetelah saudara dipukuli ?
1 bulanlah.
2. Dampak Psikisa. Rasa harga diri rendah
7 Apa yang saudara rasakan setelah saudaradipukuli ?
Aku merasa sedih,cemas, ya rasanyasedihlah namanya jugadipukuli orang tua.
8 Bagaimana perilaku saudara setelah saudaramengalami korban kekerasan ?
Perilaku aku sih biasa-biasa saja, aku seringsendiri di rumah maupundi kampus.
9 Mengapa perasaan tersebut yang sering saudara Aku merasa nggak ada
rasakan ? gunanya semenjakkejadian itu.
10 Bagaimana cara saudara menyikapi tindakankekerasan orang tua saudara ?
Aku sih nggak adadendam sama ibu, tapiaku sekarang nggakdeket lagi kayak dulu,biasanya aku barengsama ibu, sekarang sihnggak lagi mungkin akumasih takut juga sih.
11 Seperti apa perasaan malu, cemas, takut, tidakpercaya diri, sedih, malu, galau dan lain-lainsetelah saudara dipukuli ?
Ya aku malu melakukanapapun, cemas takmenentu, takut, nggakpercaya dii untuk gabungbareng teman-temanlagi, aku tuh merasanggk ada gunanya.
12 Bagaimana cara saudara mengatasi ataumeredamkan perasaan tersebut ?
Aku memperbanyakaktivitas.
b. Ketidakmampuan berhubungan denganteman sebaya
13 Bagaimana cara saudara menyikapi danberinteraksi dengan teman-teman setelahsaudara mengalami korban kekerasan ?
Aku menjauh dariteman-teman karna akumalu sama mereka.
14 Bagaimana hubungan sosial saudara denganteman saudara setelah mengalami korbankekerasan ?
Hubungan sosial akusaat ini sama temen-teman rengganglah.
15 Bagaimana sikap teman-teman saudara setelahsaudara mengalami korban kekerasan ?
Sikap mereka sih samaaja, jiwanya tuh maasihfer sama aku.
16 Mengapa saudara merasakan tidak percaya diri,ragu, malu, takut untuk berinteraksi denganteman saudara ?
Ya, aku malu aja gabungbareng mereka lagi danpersaan aku tu nggakenak setelah kejadian itudan aku mending sendiriuntuk melakukanapapun.
Padang, Juli2018
Responden
WAWANCARA KETIGA DENGAN INFORMAN KUNCI
Hari/Tanggal : Rabu/25 Juli 2018
Tempat : Di rumah YP
Pewawancara (interviewer) : Eminurlita
Yang diwawancarai (interview) : YP (Wawancara Ketiga)
No Pertanyaan Deskripsi Jawaban1. Dampak Fisik
a. Memar-memar1 Apa yang terjadi pada tubuh saudara setelah
saudara dipukuli ?Yang terjadi pada tubuhsaya setelah dipukuli ibu,semua badan saya terasasakit, terutama bagianpunggung terdapat bekasmemar-memar, yangmana ibu saya memukulipakai sapu dan bibirberdarah dan aku sudahberusaha menghindar.
2 Bagaimana kondisi saudara dengan adanyamemar-memar ditubuh saudara ?
Kondisi tubuh akuadanya memar-memar,terus aku susah tidur,sebelumnya aku tidursekitar jam 10 atau 11malam, namun semenjakkejadian itu aku mulaisusah tidur karena sakitmemar-memar dangoresan-goresan di tubuh,terkadang aku tidur skitarjam 3 pagi itupun akutertidur karena sudahmenahan sakit berjam-jam.
3 Bagaimana saudara menutupi memar-memaryang ada di tubuh saudara ?
Aku menutupi memar-memar dengan memakaibaju lengan panjang,biasa aku make bajulengan pendek, tapi karnaada memar aku terpaksamake baju engan panjanguntuk menutupi memar-memar di tubuh.
b. Goresan-goresan4 Bagaimana saudara menutupi goresan-goresan
yang ada di tubuh saudara ?Bagian goresan-goresandibagian bibir aku tutupimake masker kalau maukeluar dari rumah.Teman-teman juga herankenpa aku make maskertapi aku cuma ngomongkarena lagi sakit.
5 Bagaimana cara saudara mengatasi goresan-goresan pada tubuh saudara ?
Aku mengobati memar-memar dan goresan-goresan dengan salaf.
6 Berapa lama saudara merasakan dampak fisiksetelah saudara dipukuli ?
Sekitar kurang lebih !bulanlah, aku susah tidur,malu, cemas, takut untukmelakukan apapun.
2. Dampak Psikisa. Rasa harga diri rendah
7 Apa yang saudara rasakan setelah saudaradipukuli ?
Aku merasa sedih,cemas, ya rasanyasedihlah namanya jugadipukuli orang tua, akumerasa ibu nggak sayanglagi.
8 Bagaimana perilaku saudara setelah saudaramengalami korban kekerasan ?
Perilaku aku sih biasa-biasa saja, aku seringssendiri di rumah maupudi kampus. Aku sih lagimales gabung samatemen-teman.
9 Mengapa perasaan tersebut yang seringsaudara rasakan ?
Aku merasa nggak adagunanya semenjakkejadian itu.
10 Bagaimana cara saudara menyikapi tindakankekerasan orang tua saudara ?
Aku sih nggak adadendam sama ibu, tapiaku sedih, takut, tapi akusekarang nggak deketlagi kayak dulu, baisanyaaku bareng sama ibu,sekarang sih nggak lagimungkin aku masih takutjuga sih.
11 Seperti apa perasaan malu, cemas, takut, tidakpercaya diri, sedih, malu, galau dan lain-lainsetelah saudara dipukuli ?
Ya aku malu melakukanapapun, cemas takmenentu, takut, nggakpercaya dii untuk gabung
bareng teman-teman lagi,aku tuh merasa nggk adagunanya.
12 Bagaimana cara saudara mengatasi ataumeredamkan perasaan tersebut ?
Aku memperbanyakaktivitas, contohnya bikintugas kuliah, asyik mainhp, dan kadang akunonton TV.
b. Ketidakmampuan berhubungandengan teman sebaya
13 Bagaimana cara saudara menyikapi danberinteraksi dengan teman-teman setelahsaudara mengalami korban kekerasan ?
Aku menjauh dari teman-teman karna aku malusama mereka.
14 Bagaimana hubungan sosial saudara denganteman saudara setelah mengalami korbankekerasan ?
Hubungan sosial aku saatini sama temen-temanrengganglah, maksudnyaudah nggak deket lagi,aku slaluu menghindarkarena aku malu.Mungkin mereka sih jugaheran kenapa aku jarangbareng mereka tapi akumerasa kalau aku nggakpantes lah sma mereka.
15 Bagaimana sikap teman-teman saudara setelahsaudara mengalami korban kekerasan ?
Sikap mereka sih samaaja, jiwanya tuh maasihfer sama aku, malah akuyang jauhin merekasemua.
16 Mengapa saudara merasakan tidak percayadiri, ragu, malu, takut untuk berinteraksidengan teman saudara ?
Ya, aku malu aja gabungbareng mereka lagi danpersaan aku tu nggakenak setelah kejadian itudan aku mending sendiriuntuk melakukan apapun.
Padang, Juli 2018
Responden
WAWANCARA PERTAMA DENGAN INFORMAN TAMBAHAN
Hari/Tanggal : Jumat/26 Juli 2018
Tempat : Di kos HK
Pewawancara (interviewer) : Eminurlita
Yang diwawancarai (interview) : HK
No Pertanyaan Deskripsi Jawaban3. Dampak Fisik
a. Memar-memar1 Sepengetahuan saudara, apa yang terjadi
pada tubuh YP setelah dipukuli ?Tubuh YP setelah dipukulioleh ibunya semua badanYP terdapat bekas memar-memar dan goresan-goresan di tubuh YP.Yang saya tau punggungYP dipkukul dengan sapu.YP sudah berusahmenghindar.YP sering dipukuli olehibunya ketika YP pulangmalam msekipun YP sudahmemberi kabar, ibunyamarah kalau perintahnyadilanggar, YP seringditamparlah itulah apalagikalau membahas soalpernikahan ibunya YPtidak pernah setuju.Aduh..pokoknya ibu YPitu tergolong orang yangtempramenlah, sadis.
2 Sepengetahuan saudara, bagaimana kondisiYP dengan adanya memar-memarditubuhnya ?
Kondisi tubuh YP adamemar-memar, setau akuYP susah tidur. Dia seringcerita-cerita dengan aku,selama 2 sampa 3 mingguYP susah tidur karna adamemar-memar dangoresan-goresan padatubuhnya.
3 Sepengetahuan saudara, bagaimana YPmenutupi memar-memar yang ada ditubuhnya ?
Setau aku YP menutupimemar-memar denganmemakai baju lengan
panjang. Pokoknya setelahkejadian itu YP selalumemakai masker dibagianwajahnya dan baju lenganpanjang.
b. Goresan-goresan4 Sepengetahuan saudara, bagaimana YP
menutupi goresan-goresan yang ada ditubuhnya ?
Bagian goresan-goresandibagian bibir YP, YP punmemakai masker kalaumau keluar dari rumahmaupun ke kampus.Teman-teman lainpun jugaheran semua kenapa YPmake masker kekampusterus. YP make maskerselama 2 sampai 3 minggu.
5 Sepengetahuan saudara, bagaimana cara YPmengatasi goresan-goresan pada tubuhnya ?
Setau aku YP sudahmengobati bekas memar-memar dan goresan-goresan ditubuhnya dengansalaf sih.
6 Sepengetahuan saudara, berapa lama YPmerasakan dampak fisik setelah dipukuli ?
YP merasakan kesakitankurang lebih selama 1bulan lah. Yang aku atauYP susah tidur, malu,sedih, takut yangberlebihan terhadaplingkungan sekitarnya.
4. Dampak Psikisa. Rasa harga diri rendah
7 Sepengetahuan saudara, apa saja yangdirasakan YP setelah dipukuli ?
YP sedih sih, cemas, takut,sedihlah ya namany jugadipukuli orang tua.
8 Sepengetahuan saudara, bagaimana perilakuYP setelah mengalami korban kekerasan ?
YP merasa sedih, cemas,takutlah, akupun susahngajak dia bareng tapi diaslalu nolak. Aku kawatirsama YP, semenjakkejadian itu YP berubah.
9 Sepengetahuan saudara, mengapa perasaantersebut yang sering dirasakan YP ?
Dia pernah ngomong kalodia merasa bahwa dirinyatidak aad gunanya lagi, akupun berusaha buat dia lebihtenang, jangan memikirkanhal-hal yang jeleklah, tapiitulah dia susah di ajak
ngomong deh nggak kayakdulu.
10 Sepengetahuan saudara, seperti apa YPmenyikapi tindakan kekerasan orangtuanya ?
Setau aku sih, YP tidakdendam dengan orangtuanya, semenjak kejadianitu YP dengan ibunyanggak deket lagi, yangmana sebelum kejadian ituYP sering cerita-cerita,ketawa-ketawa denganibunya.
11 Sepengetahuan saudara, seperti apa YPmerasakan perubahan sikap seperti malu,cemas, takut, tidak percaya diri, sedih, malu,galau dan lain-lain setelah dipukuli ?
Setau aku YP malumelakukan apapun, cemas,takut, tidak percaya diriuntuk bergabung denganteman-teman lain,pokoknya aku puntemannya juga ikut sedihmelihat dia seringmenyendiri.
12 Sepengetahuan saudara, bagaimana YPmeredamkan perasaannya setalah dipukuli ?
YP memperbanyakaktivitas contohnyamembuat tugas kuliahsendiri yang manabiasanya YP seringnyontek, sekarang YPsibuk dengan dirinyasendiri.
b. Ketidakmampuan berhubungan dengan teman sebaya13 Sepengetahuan saudara, cara saudara
menyikapi dan berinteraksi dengan teman-teman setelah saudara mengalami korbankekerasan ?
YP menjauh dari teman-teman, YP seringmenyendiri.
14 Sepengetahuan saudara, bagaimanahubungan sosial YP dengan teman-temannyasetelah mengalami korban kekerasan ?
Setau aku hubungan sosialYP dengan teman-temanyang lain sih nggak deketlagi, YP seringmenyendiri, aku ngajak YPbareng dengan teman-teman lain dia slalu nolakada urusan itulah, urusaninilah.
15 Sepengetahuan saudara, bagaimana sikapteman-teman YP setelah YP mengalamikorban kekerasan ?
Sikap teman-teman lainsama YP sih nggak adaberubah malah YP sendiriyang berubah dengan
teman-teman.Teman-teman semua YP,malah teman-teman lainnanya kenapa YP slalumenghindar, malah YPjawab dengan simpel kalaudia ada urusan pentingdengan jawaban yangcuek.
16 Sepengetahuan saudara, apa yang dirasakanYP sehingga merasa tidak percaya diri, ragu,malu, takut, untuk berinteraksi denganteman-temannya ?
YP jarang gabung denganteman-teman.
Padang, Juli 2018
Responden
WAWANCARA KEDUA DENGAN INFORMAN TAMBAHAN
Hari/Tanggal : Sabtu/26 Juli 2018
Tempat : Di kos HK
Pewawancara (interviewer) : Eminurlita
Yang diwawancarai (interview) : HK
No Pertanyaan Deskripsi Jawaban1. Dampak Fisik
a. Memar-memar1 Sepengetahuan saudara, apa yang terjadi pada
tubuh YP setelah dipukuli ?Pada tubuh YP setelahdipukuli oleh ibunyasemua badan YP terdapatbekas memar-memar dangoresan-goresan di tubuhYP.
2 Sepengetahuan saudara, bagaimana kondisiYP dengan adanya memar-memar ditubuhnya?
Kondisi tubuh YP adamemar-memar, setau akuYP susah tidur. Dia seringcerita-cerita dengan aku,selama 2 sampai 3 mingguYP susah tidur.
3 Sepengetahuan saudara, bagaimana YPmenutupi memar-memar yang ada ditubuhnya ?
Setau aku YP menutupimemar-memar denganmemakai baju lenganpanjang.
b. Goresan-goresan4 Sepengetahuan saudara, bagaimana YP
menutupi goresan-goresan yang ada ditubuhnya ?
Bagian goresan-goresandibagian bibir YP, YP punmemakai masker kalaumau keluar dari rumahmaupun ke kampus.Teman-teman lainpun jugaheran semua kenapa YPmake masker kekampusterus. YP make maskerselama 2 sampai 3 minggu.
5 Sepengetahuan saudara, bagaimana cara YPmengatasi goresan-goresan pada tubuhnya ?
Setau aku YP sudahmengobati bekas memar-memar dan goresan-goresan ditubuhnyadengan salaf sih.
6 Sepengetahuan saudara, berapa lama YPmerasakan dampak fisik setelah dipukuli ?
YP merasakan kesakitankurang lebih selama 1bulan lah.
5. Dampak Psikisa. Rasa harga diri rendah
7 Sepengetahuan saudara, apa saja yangdirasakan YP setelah dipukuli ?
YP sedih sih, cemas, takut,sedihlah ya namanya jugadipukuli orang tua.
8 Sepengetahuan saudara, bagaimana perilakuYP setelah mengalami korban kekerasan ?
YP merasa sedih, cemas,takutlah, akupun susahngajak dia bareng tapi diaslalu nolak. Aku kawatirsama YP, semenjakkejadian itu YP berubah.
9 Sepengetahuan saudara, mengapa perasaantersebut yang sering dirasakan YP ?
Dia pernah ngomong kalodia merasa bahwa dirinyatidak aad gunanya lagi,aku pun berusaha buat dialebih tenang, janganmemikirkan hal-hal yangjeleklah, tapi itulah diasusah di ajak ngomong dehnggak kayak dulu.
10 Sepengetahuan saudara, seperti apa YPmenyikapi tindakan kekerasan orangtuanya ?
Setau aku sih, YP tidakdendam ddengan orangtuanya, semenjak kejadianitu YP dengan ibunyanggak deket lagi.
11 Sepengetahuan saudara, seperti apa YPmerasakan perubahan sikap seperti malu,cemas, takut, tidak percaya diri, sedih, malu,galau dan lain-lain setelah dipukuli ?
Setau aku YP malumelakukan apapun, cemas,takut, tidak percaya diriuntuk bergabung denganteman-teman lain,pokoknya aku puntemannya juga ikut sedihmelihat dia seringmenyendiri.
12 Sepengetahuan saudara, bagaimana YPmeredamkan perasaannya setalah dipukuli ?
YP memperbanyakaktivitas contohnyamembuat tugas kuliahsendiri.
b. Ketidakmampuan berhubungan dengan teman sebaya13 Sepengetahuan saudara, cara saudara
menyikapi dan berinteraksi dengan teman-teman setelah saudara mengalami korbankekerasan ?
YP menjauh dari teman-teman, YP seringmenyendiri.
14 Sepengetahuan saudara, bagaimana hubungansosial YP dengan teman-temannya setelahmengalami korban kekerasan ?
Setau aku hubungan sosialYP dengan teman-temanyang lain sih nggak deketlagi, YP seringmenyendiri, aku ngajakYP bareng dengan teman-teman lain dia slalu nolakada urusan itulah, urusaninilah.
15 Sepengetahuan saudara, bagaimana sikapteman-teman YP setelah YP mengalamikorban kekerasan ?
Sikap teman-teman lainsama YP sih nggak adaberubah malah YP sendiriyang berubah denganteman-teman.
16 Sepengetahuan saudara, apa yang dirasakanYP sehingga merasa tidak percaya diri, ragu,malu, takut, untuk berinteraksi dengan teman-temannya ?
YP jarang gabung denganteman-teman.
Padang, Juli 2018
Responden
WAWANCARA KETIGA DENGAN INFORMAN TAMBAHAN
Hari/Tanggal : Minggu/27 Juli 2018
Tempat : Di Kos HK
Pewawancara (interviewer) : Eminurlita
Yang diwawancarai (interview) : HK
No Pertanyaan Deskripsi Jawaban1. Dampak Fisik
a. Memar-memar1 Sepengetahuan saudara, apa yang terjadi pada
tubuh YP setelah dipukuli ?Yang terjadi pada tubuhYP setelah dipukuli olehibunya semua badan YPterdapat bekas memar-memar dan goresan-goresan di tubuh YP.Yang saya tau punggungYP dipkukul dengan sapu.YP sudah berusahmenghindar.
2 Sepengetahuan saudara, bagaimana kondisiYP dengan adanya memar-memar ditubuhnya?
Kondisi tubuh YP adamemar-memar, setau akuYP susah tidur. Dia seringcerita-cerita dengan aku,selama 2 sampa 3 mingguYP susah tidur.
3 Sepengetahuan saudara, bagaimana YPmenutupi memar-memar yang ada ditubuhnya ?
Setau aku YP menutupimemar-memar denganmemakai baju lenganpanjang. Pokoknya setelahkejadian itu YP selalumemakai masker dibagianwajahnya dan baju lenganpanjang.
b. Goresan-goresan4 Sepengetahuan saudara, bagaimana YP
menutupi goresan-goresan yang ada ditubuhnya ?
Bagian goresan-goresandibagian bibir YP, YP punmemakai masker kalaumau keluar dari rumahmaupun ke kampus.YP make masker selama 2sampai 3 minggu.
5 Sepengetahuan saudara, bagaimana cara YPmengatasi goresan-goresan pada tubuhnya ?
YP sudah mengobati bekasmemar-memar dangoresan-goresanditubuhnya dengan salafsih.
6 Sepengetahuan saudara, berapa lama YPmerasakan dampak fisik setelah dipukuli ?
YP merasakan 1 bulan lah.
2. Dampak Psikisa. Rasa harga diri rendah
7 Sepengetahuan saudara, apa saja yangdirasakan YP setelah dipukuli ?
YP sedih sih, cemas, takut,sedihlah ya namany jugadipukuli orang tua.
8 Sepengetahuan saudara, bagaimana perilakuYP setelah mengalami korban kekerasan ?
YP merasa sedih, cemas,takutlah, akupun susahngajak dia bareng tapi diaslalu nolak.
9 Sepengetahuan saudara, mengapa perasaantersebut yang sering dirasakan YP ?
Dia pernah ngomong kalodia merasa bahwa dirinyatidak aad gunanya lagi,aku pun berusaha buat dialebih tenang,
10 Sepengetahuan saudara, seperti apa YPmenyikapi tindakan kekerasan orangtuanya ?
, YP tidak dendam denganorang tuanya, semenjakkejadian itu YP denganibunya nggak deket lagi..
11 Sepengetahuan saudara, seperti apa YPmerasakan perubahan sikap seperti malu,cemas, takut, tidak percaya diri, sedih, malu,galau dan lain-lain setelah dipukuli ?
YP malu melakukanapapun, cemas, takut, tidakpercaya diri untukbergabung dengan teman-teman lain.
12 Sepengetahuan saudara, bagaimana YPmeredamkan perasaannya setalah dipukuli ?
YP memperbanyakaktivitas contohnyamembuat tugas kuliahsendiri.
b. Ketidakmampuan berhubungan dengan teman sebaya13 Sepengetahuan saudara, cara saudara
menyikapi dan berinteraksi dengan teman-teman setelah saudara mengalami korbankekerasan ?
YP menjauh dari teman-teman, YP seringmenyendiri.
14 Sepengetahuan saudara, bagaimana hubungansosial YP dengan teman-temannya setelahmengalami korban kekerasan ?
Hubungan sosial YPdengan teman-teman yanglain sih nggak deket lagi,YP sering menyendiri, akungajak YP bareng denganteman-teman lain dia slalunolak ada urusan itulah,
urusan inilah.15 Sepengetahuan saudara, bagaimana sikap
teman-teman YP setelah YP mengalamikorban kekerasan ?
Sikap teman-teman lainsama YP sih nggak adaberubah malah YP sendiriyang berubah denganteman-teman.
16 Sepengetahuan saudara, apa yang dirasakanYP sehingga merasa tidak percaya diri, ragu,malu, takut, untuk berinteraksi dengan teman-temannya ?
YP jarang gabung denganteman-teman.
Padang, Juli 2018
Responden
WAWANCARA PERTAMA DENGAN INFORMAN TAMBAHAN
Hari/Tanggal : Senin/28 Juli 2018
Tempat : Di rumah YP
Pewawancara (interviewer) : Eminurlita
Yang diwawancarai (interview) : FN
No Pertanyaan Deskripsi Jawaban1. Dampak Fisik
b. Memar-memar1 Sepengetahuan saudara, apa yang terjadi pada
tubuh YP setelah dipukuli ?Yang terjadi pada tubuhYP setelah dipukuli olehibunya semua badan YPterdapat bekas memar-memar dan goresan-goresan di tubuh YP.Yang saya tau punggungYP dipkukul dengan sapu.YP sudah berusahmenghindar.
2 Sepengetahuan saudara, bagaimana kondisiYP dengan adanya memar-memar ditubuhnya?
Kondisi tubuh YP adamemar-memar, setau akuYP susah tidur. Dia seringcerita-cerita dengan aku,selama 2 sampa 3 mingguYP susah tidur.
3 Sepengetahuan saudara, bagaimana YPmenutupi memar-memar yang ada ditubuhnya ?
Setau aku YP menutupimemar-memar denganmemakai baju lenganpanjang. Pokoknya setelahkejadian itu YP selalumemakai masker dibagianwajahnya dan baju lenganpanjang.
b. Goresan-goresan4 Sepengetahuan saudara, bagaimana YP
menutupi goresan-goresan yang ada ditubuhnya ?
Bagian goresan-goresandibagian bibir YP, YP punmemakai masker kalaumau keluar dari rumahmaupun ke kampus.Teman-teman lainpun jugaheran semua kenapa YP
make masker kekampusterus. YP make maskerselama 2 sampai 3 minggu.
5 Sepengetahuan saudara, bagaimana cara YPmengatasi goresan-goresan pada tubuhnya ?
Setau aku YP sudahmengobati bekas memar-memar dan goresan-goresan ditubuhnyadengan salaf sih.
6 Sepengetahuan saudara, berapa lama YPmerasakan dampak fisik setelah dipukuli ?
YP merasakan kesakitankurang lebih selama 1bulan lah.
3. Dampak Psikisc. Rasa harga diri rendah
7 Sepengetahuan saudara, apa saja yangdirasakan YP setelah dipukuli ?
YP sedih sih, cemas, takut,sedihlah.
8 Sepengetahuan saudara, bagaimana perilakuYP setelah mengalami korban kekerasan ?
YP merasa sedih, cemas,takutlah, akupun susahngajak dia bareng tapi diaslalu nolak.
9 Sepengetahuan saudara, mengapa perasaantersebut yang sering dirasakan YP ?
Dia pernah ngomong kalodia merasa bahwa dirinyatidak ada gunanya lagi,aku pun berusaha buat dialebih tenang, janganmemikirkan hal-hal yangjeleklah, tapi itulah diasusah di ajak ngomong dehnggak kayak dulu.
10 Sepengetahuan saudara, seperti apa YPmenyikapi tindakan kekerasan orangtuanya ?
Setau aku sih, YP tidakdendam dengan orangtuanya, semenjak kejadianitu YP dengan ibunyanggak deket lag
11 Sepengetahuan saudara, seperti apa YPmerasakan perubahan sikap seperti malu,cemas, takut, tidak percaya diri, sedih, malu,galau dan lain-lain setelah dipukuli ?
Setau aku YP malumelakukan apapun, cemas,takut, tidak percaya diriuntuk bergabung denganteman-teman lain,
12 Sepengetahuan saudara, bagaimana YPmeredamkan perasaannya setalah dipukuli ?
YP memperbanyakaktivitas contohnyamembuat tugas kuliahsendiri.
d. Ketidakmampuan berhubungan dengan teman sebaya13 Sepengetahuan saudara, cara saudara
menyikapi dan berinteraksi dengan teman-teman setelah saudara mengalami korban
YP sering menyendiri.
kekerasan ?14 Sepengetahuan saudara, bagaimana hubungan
sosial YP dengan teman-temannya setelahmengalami korban kekerasan ?
Setau aku hubungan sosialYP dengan teman-temanyang lain sih nggak deketlagi, YP seringmenyendiri, aku ngajakYP bareng dengan teman-teman lain dia slalu nolakada urusan itulah, urusaninilah.
15 Sepengetahuan saudara, bagaimana sikapteman-teman YP setelah YP mengalamikorban kekerasan ?
Sikap teman-teman lainsama YP sih nggak adaberubah malah YP sendiriyang berubah denganteman-teman.
16 Sepengetahuan saudara, apa yang dirasakanYP sehingga merasa tidak percaya diri, ragu,malu, takut, untuk berinteraksi dengan teman-temannya ?
YP jarang gabung denganteman-teman.
Padang, Juli 2018
Responden
WAWANCARA KEDUA DENGAN INFORMAN TAMBAHAN
Hari/Tanggal : Selasa/29 Juli 2018
Tempat : Di rumah YP
Pewawancara (interviewer) : Eminurlita
Yang diwawancarai (interview) : FN
No Pertanyaan Deskripsi Jawaban1. Dampak Fisik
c. Memar-memar1 Sepengetahuan saudara, apa yang terjadi pada
tubuh YP setelah dipukuli ?Yang terjadi pada tubuhYP setelah dipukuli olehibunya semua badan YPterdapat bekas memar-memar dan goresan-goresan di tubuh YP.Yang saya tau punggungYP dipkukul dengan sapu.YP sudah berusahmenghindar.YP sering dipukuli olehibunya. Aduh..pokoknyaibu YP itu tergolong orangyang tempramenlah, sadis.
2 Sepengetahuan saudara, bagaimana kondisiYP dengan adanya memar-memar ditubuhnya?
Kondisi tubuh YP adamemar-memar, setau akuYP susah tidur. Dia seringcerita-cerita dengan aku,selama 2 sampa 3 mingguYP susah tidur.
3 Sepengetahuan saudara, bagaimana YPmenutupi memar-memar yang ada ditubuhnya ?
Setau aku YP menutupimemar-memar denganmemakai baju lenganpanjang. Pokoknya setelahkejadian itu YP selalumemakai masker dibagianwajahnya dan baju lenganpanjang.
b. Goresan-goresan4 Sepengetahuan saudara, bagaimana YP
menutupi goresan-goresan yang ada ditubuhnya ?
Bagian goresan-goresandibagian bibir YP, YP punmemakai masker kalaumau keluar dari rumah
maupun ke kampus.Teman-teman lainpun jugaheran semua kenapa YPmake masker kekampusterus. YP make maskerselama 2 sampai 3 minggu.
5 Sepengetahuan saudara, bagaimana cara YPmengatasi goresan-goresan pada tubuhnya ?
Setau aku YP sudahmengobati bekas memar-memar dan goresan-goresan ditubuhnyadengan salaf sih.
6 Sepengetahuan saudara, berapa lama YPmerasakan dampak fisik setelah dipukuli ?
YP merasakan kesakitankurang lebih selama 1bulan lah.
4. Dampak Psikise. Rasa harga diri rendah
7 Sepengetahuan saudara, apa saja yangdirasakan YP setelah dipukuli ?
YP sedih sih, cemas, takut,sedihlah ya namany jugadipukuli orang tua.
8 Sepengetahuan saudara, bagaimana perilakuYP setelah mengalami korban kekerasan ?
YP merasa sedih, cemas,takutlah, akupun susahngajak dia bareng tapi diaslalu nolak.
9 Sepengetahuan saudara, mengapa perasaantersebut yang sering dirasakan YP ?
Dia pernah ngomong kalodia merasa bahwa dirinyatidak aad gunanya lagi, akupun berusaha buat dialebih tenang, janganmemikirkan hal-hal yangjeleklah, tapi itulah diasusah di ajak ngomong dehnggak kayak dulu.
10 Sepengetahuan saudara, seperti apa YPmenyikapi tindakan kekerasan orangtuanya ?
Setau aku sih, YP tidakdendam dengan orangtuanya, semenjak kejadianitu YP dengan ibunyanggak deket lagi..
11 Sepengetahuan saudara, seperti apa YPmerasakan perubahan sikap seperti malu,cemas, takut, tidak percaya diri, sedih, malu,galau dan lain-lain setelah dipukuli ?
Setau aku YP malumelakukan apapun, cemas,takut, tidak percaya diriuntuk bergabung denganteman-teman lain,pokoknya aku puntemannya juga ikut sedihmelihat dia seringmenyendiri.
12 Sepengetahuan saudara, bagaimana YPmeredamkan perasaannya setalah dipukuli ?
YP memperbanyakaktivitas contohnyamembuat tugas kuliahsendiri.
f. Ketidakmampuan berhubungan dengan teman sebaya13 Sepengetahuan saudara, cara saudara
menyikapi dan berinteraksi dengan teman-teman setelah saudara mengalami korbankekerasan ?
YP menjauh dari teman-teman, YP seringmenyendiri.
14 Sepengetahuan saudara, bagaimana hubungansosial YP dengan teman-temannya setelahmengalami korban kekerasan ?
Setau aku hubungan sosialYP dengan teman-temanyang lain sih nggak deketlagi, YP seringmenyendiri, aku ngajak YPbareng dengan teman-teman lain dia slalu nolakada urusan itulah, urusaninilah.
15 Sepengetahuan saudara, bagaimana sikapteman-teman YP setelah YP mengalamikorban kekerasan ?
Sikap teman-teman lainsama YP sih nggak adaberubah malah YP sendiriyang berubah denganteman-teman.
16 Sepengetahuan saudara, apa yang dirasakanYP sehingga merasa tidak percaya diri, ragu,malu, takut, untuk berinteraksi dengan teman-temannya ?
YP jarang gabung denganteman-teman.
Padang, Juli 2018
Responden
WAWANCARA KETIGA DENGAN INFORMAN TAMBAHAN
Hari/Tanggal : Rabu/29 Juli 2018
Tempat : Di rumah YP
Pewawancara (interviewer) : Eminurlita
Yang diwawancarai (interview) : FN
No Pertanyaan Deskripsi Jawaban1. Dampak Fisik
d. Memar-memar1 Sepengetahuan saudara, apa yang terjadi pada
tubuh YP setelah dipukuli ?Semua badan YP terdapatbekas memar-memar dangoresan-goresan di tubuhYP.YP sering dipukuli olehibunya. Aduh..pokoknyaibu YP itu tergolong orangyang tempramenlah, sadis.
2 Sepengetahuan saudara, bagaimana kondisiYP dengan adanya memar-memar ditubuhnya?
Tubuh YP ada memar-memar, setau aku YPsusah tidur. Dia seringcerita-cerita dengan aku,selama 2 sampa 3 mingguYP susah tidur.
3 Sepengetahuan saudara, bagaimana YPmenutupi memar-memar yang ada ditubuhnya ?
Setau aku YP menutupimemar-memar denganmemakai baju lenganpanjang. Pokoknya setelahkejadian itu YP selalumemakai masker dibagianwajahnya dan baju lenganpanjang.
b. Goresan-goresan4 Sepengetahuan saudara, bagaimana YP
menutupi goresan-goresan yang ada ditubuhnya ?
YP pun memakai maskerkalau mau keluar darirumah maupun ke kampus.Teman-teman lainpun jugaheran semua kenapa YPmake masker kekampusterus. YP make maskerselama 2 sampai 3 minggu.
5 Sepengetahuan saudara, bagaimana cara YPmengatasi goresan-goresan pada tubuhnya ?
Setau aku YP sudahmengobati bekas memar-
memar dan goresan-goresan ditubuhnyadengan salaf sih.
6 Sepengetahuan saudara, berapa lama YPmerasakan dampak fisik setelah dipukuli ?
YP merasakan kesakitankurang lebih selama 1bulan lah.
5. Dampak Psikisg. Rasa harga diri rendah
7 Sepengetahuan saudara, apa saja yangdirasakan YP setelah dipukuli ?
YP sedih sih, cemas, takut,sedihlah ya namany jugadipukuli orang tua.
8 Sepengetahuan saudara, bagaimana perilakuYP setelah mengalami korban kekerasan ?
YP merasa sedih, cemas,takutlah, akupun susahngajak dia bareng tapi diaslalu nolak.
9 Sepengetahuan saudara, mengapa perasaantersebut yang sering dirasakan YP ?
Dia pernah ngomong kalodia merasa bahwa dirinyatidak aad gunanya lagi, akupun berusaha buat dialebih tenang.
10 Sepengetahuan saudara, seperti apa YPmenyikapi tindakan kekerasan orangtuanya ?
Setau aku sih, YP tidakdendam dengan orangtuanya, semenjak kejadianitu YP dengan ibunyanggak deket lagi..
11 Sepengetahuan saudara, seperti apa YPmerasakan perubahan sikap seperti malu,cemas, takut, tidak percaya diri, sedih, malu,galau dan lain-lain setelah dipukuli ?
Setau aku YP malumelakukan apapun, cemas,takut, tidak percaya diri
12 Sepengetahuan saudara, bagaimana YPmeredamkan perasaannya setalah dipukuli ?
YP memperbanyakaktivitas contohnyamembuat tugas kuliahsendiri.
h. Ketidakmampuan berhubungan dengan teman sebaya13 Sepengetahuan saudara, cara saudara
menyikapi dan berinteraksi dengan teman-teman setelah saudara mengalami korbankekerasan ?
YP menjauh dari teman-teman, YP seringmenyendiri.
14 Sepengetahuan saudara, bagaimana hubungansosial YP dengan teman-temannya setelahmengalami korban kekerasan ?
Setau aku hubungan sosialYP dengan teman-temanyang lain sih nggak deketlagi, YP seringmenyendiri, aku ngajak YPbareng dengan teman-teman lain dia slalu nolak
15 Sepengetahuan saudara, bagaimana sikap Sikap teman-teman lain
teman-teman YP setelah YP mengalamikorban kekerasan ?
sama YP sih nggak adaberubah malah YP sendiriyang berubah denganteman-teman.
16 Sepengetahuan saudara, apa yang dirasakanYP sehingga merasa tidak percaya diri, ragu,malu, takut, untuk berinteraksi dengan teman-temannya ?
YP jarang gabung denganteman-teman.
Padang, Juli 2018
Responden
PEMERINTAH KOTA PADANGKATTTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK
Komplek Balaikota Padang, Jl. Bagindo AzizChan No. I, By. Pass Aia Pacah Padang
L73
REKOMENDASINomor : 200.07 .1 555/Kesbangpol/20 I 8
Kepala Kantor Kesbangpol Kota Padang setelah membaca dan mempelajari :
a. Dasar :
Dengan ini memberikan persetujuan Penelitian/ Survey/ Pemetaan/ PKL/ PBL ( Pengalaman Belajar Lapangan
di wilayah Kota Padang sesuai dengan permohonan yang bersangkutan :
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik lndonesia NomorPeraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia NomorRekomendasi Penelitian.
2. Surat dari : Ketua STKIP-PGRI Sumatera BaratNomor : 5897/A/STKIP-AK/PGzu-SB/2018
b. Surat Pernyataan Penanggung Jawab penelitian Ybs,
Nama
TempaVTanggal Lahir
Pekerjaan/Jabatan
Alamat
Nomor Handphone
Maksud Penelitian
Lama Penelitian
J udul Penel itian/Survey/PKL
Tempat Penelitian
Anggota Rombongan
7 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
64 Tahurr 20ll tentarrg Pedoman Penerbitan
tanggal 28 Mei 2018tanggal 3 l Juli 201 8
EminurlitaLundar I 20 Juli 1996
Mahasiswa
Gang Olo, Jl. Sepakat No I I085364 l 9955 lPenyelesaian Skripsi
I (satu) bulan
Dampak Kekerasan Orang Tua Terhadap Anak (Studi Kasus di
Daerah Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Padang)
Kecamatan Koto Tangah
Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Berkewajiban menghormati dan mentaati Peraturan dan Tata Terlib di Daerah setempat/Lokasi
Penelitian.2. Pelaksanaan Penelitian agar tidak disalahgunakan untuk tujuan yang dapat mengganggu Kestabilarr
Keamanan dan Ketertiban di Daerah seternpat/ lokasi Penelitian.3. Melaporkan hasil penelitian dan sejenisnya kepada Walikota Padang rnelalui Kantor Kesbang dan
Politik Kota Padang dalam kesempatan peftama.4. Bila terjadi penyimpangan dari rnaksud/ tujuan penelitian ini, maka Rekor-nendasi ini tidak berlaku
dengan sendirinya.
Pada
An.Kepala olitik
ERI Jh:
Diteruskan kepada Yth :
NrP.l964tl 903 I 001
174
PEMERINTAH KOTA PADANG
KECffiKOTOTANGNIJln. Adinegoro KM.l7 Telp. (0751) 4B2BB5, Padang
REKOMENDASINomor : 07 0.07 .69/Trantib/2018
Camat Koto Tangah Kota Padang setelah membaca dan mempelajari : Surat Bapak WalikotaPadang Cq. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik nomor: 200.07.l555/Kesbangpoli20l8tanggal 31 Juli 2018. Dengan ini memberi persetujuan cian tidak keberatan diadakan Penelitian/Pemetaan/ PKL di Kecamatan Koto Tangah oleh :
Nama
Tempat/Tarnggal LahirPekerjaan
Alamat
Judul Penelitian/ Survey/ PKL
Waktu/ Lama Fenelitian
Lokasi/ Tempat Penelitian/ Survey /PKL
Angota Rombongan
Eminurlita
Lundan/20 Juli 1995Mahasiswa
Gang olo Jl.sepakat No.11
Dampak Kekerasan Orang Tua terhadap Anak (StudiKasus di daerah Lubuk Buaya Kecamatan Kototangah )1 (satu) Bulan
Kecamatan Koto Tangah
Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Tidak dibenarkan menyimpang dari kerangka dan maksud penelitian.
2. Sambil menunjukkan surat keterangan rekomendasi ini supaya melaporkan kepada Kepala
Badan/ instansi/ Kantor/ Bagianl Carnat dan Penguasa dimana Saudara melakukanPenelitian/ Survey/ PKL serta melaporkan diri sebelum meninggalkan daerah penelitian.
3. Mematuhi segala peraturan yang ada dan adat istiadat serta kebiasaan masyarakatsetempat.
4. Selesai penelitian harus melaporkan hasilnya kepacja Camat Koto Tangah Cq. Kepala Seksi
Ketentraman dan Ketertiban Umum Kecamatan.
5. Bila terjadi penyimpangan atas ketentuan di atas, rr:aka Surat Keterangan/ Rekomendasi ini
akan ditinjau kembali.
Diteruskan kepada Yth. :
1. Ketua Stkip PGRI Sumatera Barat2.Camat Koto Tangah3. Yang bersangkutan4. Peftingal
1 Juli 2018
PEM ERIIUTAH KOTAPADANG 175
KECAMATAN KOTOTANGAHKELURATflhI LUBUK BUAYA
Nomor :470.151L8-WV20I8
Lampiran :-
Perihal : Telah Melaksanakan Penelitian
Nama
NPM
LamaPenelitian
Judul Penelitian
Padang,0l Agustus 2018
Kepada Yth. :
Ketua Prodi BK Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan(STKIP) PGRI Sumatera Barat.di:
Padang
Dengan hormat,
Sehubungan surat Rekomendasi Penelitian dari Bapak Camat 11s16 fangah
Nomor : 070.07.69 /Trantib 2018 tanggal 3l Juli 2018 bahwa yang tersebut
dibawahini:
:EMIITiURLITA
: 14060007
: 1 (satu) Bulan
: Ilang* Kekerasan Orang Tua Terhadap Anak
(Stuff Kasus Di Daerah Lubuk Buaya Kecamatan
Koto Tangah Padang)
Bahwa Mahasiswa yang bersangkutan telah selesai melaksanakan penelitian
di Kelurahan Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota Padang pada bulan Juli
sid Agustus 2018..
Demikianlatr kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
0s 200801 t 002