17
Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi Mardhana Ksatrya* dan Didit Dwi Subagyo Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia *E-mail: [email protected] ABSTRAK Gempa Bumi Besar Jepang Timur (bencana 3/11) menyebabkan kerusakan, namun juga memunculkan potensi untuk memanfaatkan lokasi yang terpengaruh bencana untuk pariwisata melalui dark tourism. Pro dan kontra muncul terutama pada keberadaan kapal Kyotokumaru 18 yang terbawa ke daratan kota Kesennuma pasca bencana. Penelitian ini membahas bagaimana pengunjung dan juga masyarakat setempat kota Kesennuma memaknai dark tourism di kota tersebut. Penelitian ini menemukan bahwa meskipun keberadaan kapal sebagai objek dark tourism di Kesennuma dapat menjadi mediator kematian bagi pengunjung dan masyarakat, namun hal tersebut tidak terjadi setelah penolakan dari masyarakat membuatnya harus dihancurkan. Dark Tourism in Kesennuma City Miyagi Prefecture ABSTRACT Great East Japan Earthquake (3/11 disaster) brings destruction, but also bring a potential to harness the location affected by disaster for tourism through dark tourism. There are pro and contra especially in the existence of Kyotokumaru 18, a ship stranded in the city of Kesennuma because of the disaster. This research discusses how visitor and the local interpret dark tourism in Kesennuma city. This research finds that although Kyotokumaru 18 existence can be a mediator of mortality for both the visitor and locals, the rejection from locals that resulted in the scrapping of the ship shows that it didn’t happen. Keywords: 3/11 disaster, dark tourism, Kesennuma city, Kyotokumaru 18 1. PENDAHULUAN Pada abad ke-21, Jepang mengalami gempa besar dengan efek kehancuran yang besar. Gempa 9 SR tersebut terjadi pada tanggal 11 Maret 2011 dengan disusul oleh tsunami di wilayah Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

Mardhana Ksatrya* dan Didit Dwi Subagyo

Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

*E-mail: [email protected]

ABSTRAK Gempa Bumi Besar Jepang Timur (bencana 3/11) menyebabkan kerusakan, namun juga memunculkan potensi untuk memanfaatkan lokasi yang terpengaruh bencana untuk pariwisata melalui dark tourism. Pro dan kontra muncul terutama pada keberadaan kapal Kyotokumaru 18 yang terbawa ke daratan kota Kesennuma pasca bencana. Penelitian ini membahas bagaimana pengunjung dan juga masyarakat setempat kota Kesennuma memaknai dark tourism di kota tersebut. Penelitian ini menemukan bahwa meskipun keberadaan kapal sebagai objek dark tourism di Kesennuma dapat menjadi mediator kematian bagi pengunjung dan masyarakat, namun hal tersebut tidak terjadi setelah penolakan dari masyarakat membuatnya harus dihancurkan.

Dark Tourism in Kesennuma City Miyagi Prefecture

ABSTRACT

Great East Japan Earthquake (3/11 disaster) brings destruction, but also bring a potential to harness the location affected by disaster for tourism through dark tourism. There are pro and contra especially in the existence of Kyotokumaru 18, a ship stranded in the city of Kesennuma because of the disaster. This research discusses how visitor and the local interpret dark tourism in Kesennuma city. This research finds that although Kyotokumaru 18 existence can be a mediator of mortality for both the visitor and locals, the rejection from locals that resulted in the scrapping of the ship shows that it didn’t happen. Keywords: 3/11 disaster, dark tourism, Kesennuma city, Kyotokumaru 18

1. PENDAHULUAN

Pada abad ke-21, Jepang mengalami gempa besar dengan efek kehancuran yang besar.

Gempa 9 SR tersebut terjadi pada tanggal 11 Maret 2011 dengan disusul oleh tsunami di wilayah

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Page 2: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

Tohoku1, Jepang dan disusul oleh tsunami yang menerjang desa dan kota di sepanjang kurang

lebih 500 km pesisir dan di beberapa wilayah hingga 5 km di daratan. Bencana tersebut kemudian

dikenal sebagai Gempa Bumi Besar Jepang Timur (Higashi Nihon Dai Shinsai/東日本大震災)

atau bencana 3.11.

Di dalam laporan kepolisian pada 8 November 2013 tercatat bahwa Gempa Bumi Besar

Jepang Timur memakan korban jiwa sebanyak 15.883 orang, korban luka sebanyak 6.150 orang,

dan sebanyak 2.651 orang dinyatakan hilang di 20 propinsi (National Police Agency of Japan,

2014). Di dalam laporan yang sama juga dinyatakan bahwa 126.000 properti hancur total dan

743.089 properti rusak sebagian. Bencana 3.11 juga membawa pengaruh negatif ke pariwisata

Jepang dengan menurunnya tingkat wisatawan asing yang berkunjung.

Di tengah-tengah kehancuran yang disebabkan oleh bencana 3.11, Akira Ide, seorang

associate-professor dari universitas Otemon-Gakuin, Osaka, menyatakan bahwa Jepang dapat

memanfaatkan jenis pariwisata yang berhubungan dengan kematian dan bencana yang dikenal

sebagai dark tourism (Ide, 2012, hal. 28) dalam upaya revitalisasi pariwisata Jepang. Contoh dari

dark tourism adalah kunjungan wisata ke lokasi yang terkena bencana seperti Ground Zero di

New York, Amerika yang pada tahun 2001 merupakan lokasi gedung World Trade Center

ditabrak oleh dua pesawat. Akira Ide menyampaikan bahwa dengan inovasi seperti dark tourism

(pariwisata kelam), diharapkan pariwisata Jepang, khususnya wilayah Tohoku sebagai wilayah

yang terkena dampak langsung dari Gempa Bumi Besar Jepang Timur dapat pulih kembali.

Di satu sisi, ada kontroversi tentang dark tourism seperti yang terjadi di sebuah kota

pelabuhan bernama Kesennuma yang terletak di utara prefektur Miyagi. Kyotokumaru 18, sebuah

kapal yang terbawa ke daratan akibat tsunami, di kota Kesennuma, menjadi pengingat akan

bencana yang telah terjadi, dan dapat dikatakan telah menjadi objek wisata tersendiri pasca

bencana 3.11. Akan tetapi, sebagian masyarakat menentang kapal tersebut dijadikan objek wisata

dikarenakan keberadaannya membuat para korban mengenang ingatan mengerikan saat bencana.

Penelitian ini akan menelaah makna lokasi dark tourism bagi pengunjung dan masyarakat

setempat kota Kesennuma. Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran

dan pemahaman mengenai dark tourism yang muncul pasca Gempa Bumi Besar Jepang Timur

terutama di kota Kesennuma, prefektur Miyagi.

                                                                                                                         1  Wilayah Tohoku adalah wilayah timur laut di pulau Honshu yang terdiri dari enam prefektur: Akita, Aomori, Fukushima, Iwate, Miyagi dan Yamagata.

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Page 3: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analisis yaitu metode untuk meneliti

status sekelompok manusia, objek, set kondisi, sistem pemikiran, ataupun kelas persitiwa pada

masa sekarang, dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya

menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Pada tahap pertama,

penulis mengumpulkan berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan pokok permasalah

lalu menyusun kerangka pemikiran (Prastowo 2011). Data yang dikumpulkan berupa laporan

pemerintah Jepang, penelitian terdahulu mengenai dark tourism, reportase dari media massa,

jurnal-jurnal ilmiah, buku dan catatan pustaka dari berbagai perpustakaan atau arsip serta

referensi. Data tersebut kemudian dianalisis dengan pendekatan kualitatif yaitu berdasarkan

makna (segi kualitas) dari fenomena yang diamati.

3. TINJAUAN TEORITIS

Kematian juga merupakan hal yang erat kaitannya dengan bencana dan perang. Umumnya,

orang tidak akan mengaitkan kematian, bencana atau perang dengan wisata, namun dark tourism

(pariwisata kelam) justru menempatkannya sebagai objek utama. Terkait hal ini, Akira Ide (2012,

hal. 28) mengatakan:

この観光形態は、観光を“楽しいもの”“愉快なもの”と考えるのではなく、

学びの手段として捉えるものであり。“死”や“災害”といった人間にとって

つらい体験をあえて観光対象とする新しい観光のカテゴリーである。

“Bentuk pariwisata ini tidak menganggap pariwisata sebagai hal yang

menyenangkan atau membahagiakan, melainkan sebagai sebuah pembelajaran.

Selain itu, ini merupakan kategori baru pariwisata yang menjadikan kematian atau

bencana yang merupakan pengalaman menyedihkan bagi manusia sebagai objek

studi wisata.”

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Page 4: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

Terminologi dark tourism pertama kali diperkenalkan oleh Malcolm Foley dan J. John

Lennon pada tulisannya di tahun 1996 (Stone & Sharpley, 2008, hal. 576). Phillip R. Stone, ketua

Institute for Dark Tourism Research, mengemukakan definisi dark tourism sebagai perjalanan ke

lokasi yang berkaitan dengan kematian, penderitaan dan kengerian (Sharpley, 2009, hal. 10).

Stone, berdasarkan pada insiden tenggelamnya kapal S.S. Morro di New Jersey, Amerika

Serikat yang kemudian menjadi objek wisata, menggambarkan bahwa terdapat beberapa

karakteristik perubahan suatu kejadian atau lokasi kematian menjadi wisata (2010, hal. 13-15).

Karakteristik itu adalah sebagai berikut:

- Yang biasa dan normal diubah menjadi luar biasa (extraordinary) dan abnormal sehingga

individu-individu memiliki rasa ketertarikan terhadapnya;

- Kejadian bencana yang dipublikasi dan diberikatakan oleh media massa;

- Komersialisasi dan komodifikasi terhadap bencana tersebut muncul beberapa waktu

setelah kejadian termasuk mengajak individu-individu ke lokasi kejadian;

- Pengabadian bencana melalui upacara-upacara peringatan, atau adanya tanda pengabadi

yang spesifik sehingga suatu bencana memiliki umur yang panjang dan tempat yang

khusus di dalam kesadaran masyarakat.

Stone (2012) mengatakan bahwa untuk memahami dark tourism dan perannya bagi

konsumen, pertama-tama kita perlu memahami signifikansi kematian terutama pada masyarakat

kontemporer. Dalam penelitiannya, Stone menemukan bahwa dekonstruksi dari ordo keagamaan

yang menjanjikan kehidupan pasca-kematian dan kurangnya sistem pengganti yang stabil

cenderung menyebabkan individu kontemporer terisolasi dan rentan terhadap kematian.

Simbolisme keagamaan terhadap kematian dan kekuatan ontologisnya telah dinegasikan saat

masyaratkat kontemporer berfokus pada promosi kesehatan individu sehingga memperpanjang

usia dalam prakteknya, namun juga secara fundamental dan simbolis memperpanjang kehidupan

(2012, hal. 1571-1572).

Akan tetapi, hal ini bukan berarti kematian menghilang secara keseluruhan dalam

masyarakat. Mengutip Barthes dalam karyanya, Stone menulis bahwa kematian pasti ada di suatu

tempat dalam masyarakat (2012, hal. 1572); Jika sudah tidak ada dalam agama, pasti masih ada

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Page 5: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

di tempat lain; mungkin dalam gambaran yang memproduksi kematian, namun mencoba juga

mempertahankan hidup. Oleh karenanya, dark tourism memiliki peran pada paradoks absennya

kematian dengan membantu membangkitkan mortalitas atau paling tidak memberikan gambaran

modern melalui rekayasa ulang situasi dan pengingatan.

Dark tourism dapat menyediakan sebuah cara untuk menghadapi kepastian kematian diri

sendiri dan orang lainnya (skema pada gambar 2.2). Stone dan Sharpley mengungkapkan bahwa

dark tourism secara spesifik memungkinkan rekonseptualisasi kematian dan mortalitas menjadi

sesuatu selain ketakutan primordial. Pada masyarakat kontemporer (terutama Barat), pengalaman

dengan kematian berkurang dengan adanya penyempitan kematian pada institusi (seperti

kesehatan atau privatisasi) dan individu terisolasi di depan kematian sehingga harus bergantung

pada sumber dayanya masing-masing saat mengatasi batas eksistensinya. Oleh karena itu, dark

tourism dengan segala bentuknya memungkinkan individu untuk menikmati (tidak dengan

nyaman) keingintahuan dan ketertarikannya terhadap kematian dalam lingkungan yang diterima

secara sosial sehingga individu dapat merenungkan mortalitasnya (Stone & Sharpley, 2008, hal.

585-587).  

Stone menyebutkan bahwa dark tourism kini menjadi mediator dari mortalitas melalui (2012,

hal. 1576-1581):

a. Narasi

Narasi mengenai kematian yang telah terjadi lama maupun baru-baru ini terdapat pada

lokasi dark tourism melalui interpretasi formal (Stone, 2012, hal. 1576). Kematian

dikomunikasikan dan difilter secara sosial melalui informasi pariwisata, (re)presentasi,

dan juga deskripsi pemasaran. Hal ini merupakan langkah pertama dalam keseluruhan

proses mediasi mortalitas yaitu saat kematian dan penderitaan disajikan kemudian

diinterpretasikan untuk dikonsumsi sebagai pengalaman pariwisata.

b. Edukasi

Dengan memberikan narasi tertentu, kematian dapat disajikan untuk tujuan pendidikan

(Stone, 2012, hal. 1576). Stone menulis bahwa contohnya dapat ditemukan di pameran

Body Worlds. Di pameran tersebut, pengunjung dapat merasakan kesempatan untuk

mempelajari tubuh manusia melalui arkeologi langsung dari mayat. Selain itu pada

Ground Zero pengunjung dapat mempelajari rangkaian kejadian yang berujung pada 9/11.

Adapun atraksi seperti London Dungeon menyediakan ‘edutainment’ dimana pengunjung

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Page 6: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

dapat memahami metode penyiksaan dan juga mempelajari perlakuan penjahat terkenal

seperti Jack the Ripper.

Gambar 1 Pengalaman dark tourism dalam kerangka mediasi mortalitas

c. Hiburan

Mereka yang telah mati dalam beberapa lokasi dark tourim memediasi kehadirannya

melalui tindakan yang menghibur pengunjung masa kini. Stone mengambil contoh

London Dungeon yang secara eksplisit menunjukkan kematian, sekarat dan yang telah

mati melalui simulasi pembunuhan, termasuk penggantungan dan pemotongan leher

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Page 7: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

(Stone, 2012, hal. 1578). Ada juga dalam Body Worlds, mayat diatur posenya secara

artistik dalam ruang pameran yang menghibur dan edukatif. Sementara itu, sulit untuk

mengatakan bahwa lokasi seperti Ground Zero dan Auschwitz-Birkenau itu menghibur.

Namun, lokasi-lokasi tersebut umumnya termasuk dalam rangkaian perjalanan yang lebih

luas seperti Ground Zero yang termasuk dalam agenda perjalanan wisata ke kota New

York.

d. Menghantui Ingatan

Kematian yang tidak tenang dapat menghantui seseorang atau masyarakat seperti ingatan

akan kematian individual atau kelompok dalam suatu tragedi. Sebagai contohnya,

kekejian pada tragedi 9/11 yang direpresentasikan Ground Zero atau Holocaust pada

Auschwitz-Birkenau. Kematian, pembunuhan dan bencana maupun penyebab kematian

yang traumatik dan sulit dimengerti menyediakan dasar bagi dark tourism.

e. Memorialisation

Meskipun kematian yang mengganggu dapat menghantui imajinasi kontemporer, namun

tindakan mengingat dan memorialisation memungkinkan dark tourism terwujud.

f. Instruksi moral

Atraksi atau lokasi dark tourism seperti Body Worlds menyediakan narasi mengenai

kesehatan, hidup dan instruksi moral bagaimana memperpanjang hidup secara biologis

dan ontologis. Adapun tempat seperti Ground Zero menyediakan ide tentang harapan,

toleransi dan perdamaian.

g. Memento mori2

Dark tourism dapat menjadi pengingat kepada orang-orang akan kematiannya sendiri.

Dark tourism, melalui rangkaian di atas, pada akhirnya tidak hanya menyediakan lokasi

secara fisik yang menghubungkan orang-orang dengan yang telah mati, namun juga

memungkinkan diri untuk mengonstruksi makna kematian (Stone, 2012, hal. 1582).

                                                                                                                         2  Memento mori merupakan ungkapan dalam bahasa latin yang berarti, “Ingatlah bahwa kamu akan mati”.

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Page 8: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

4. PEMBAHASAN

Kota Kesennuma adalah kota pelabuhan yang terletak di prefektur Miyagi pada wilayah

Tohoku dengan koordinat 38°53′ LU dan 141°35′ BT. Total luas kota Kesennuma adalah 333,38

kilometer persegi dan merupakan kota terluas ke-6 di prefektur Miyagi. Kota Kesennuma

dikelilingi oleh bagian dari rangkaian pegunungan Kitakami. Selain itu, kota Kesennuma juga

terletak di daerah pesisir yang pada bagian timur terdapat teluk Hirota dan teluk Kesennuma serta

menghadap Samudera Pasifik. Semenanjung dan teluk yang berada di sekitarnya membentuk ria3

yang khas dan telah ditetapkan sebagai Taman Nasional Minamisanriku Kinkasan (南三陸金華

山国定公園). Di bagian selatan kota ini berbatasan dengan Minamisanriku. Di barat kota ini

berbatasan langsung dengan prefektur Iwate dan kota Rukuzen-Takata di utara.

Pada tahun 2011, kota Kesennuma dihantam oleh tsunami pada bencana 3/11. Menurut

informasi dari halaman resmi pemerintah kota Kesennuma, per tanggal 26 Januari 2013, terdapat

1041 jumlah korban yang meninggal dunia akibat dari bencana 2011. Dari 4 korban yang

meninggal tersebut sebanyak 4 orang tidak diketahui identitasnya. Sebanyak 236 orang

dinyatakan menghilang. Selain itu sebanyak 15.797 bangunan mengalami kerusakan yang 9.500

di antaraya merupakan rumah.

   

Gambar 1 Efek Tsunami pada kota Kesennuma

                                                                                                                         3 Ria berasal dari bahasa spanyol yang berarti muara sungai. Ria terbentuk ketika dataran yang terkikis sungai (mengalami erosi) di daerah muaranya terendam atau tenggelam. Bagian terdepan dari wilayah yang tenggelam dipenuhi air laut. Ria seringkali memiliki bentuk seperti huruf V.

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Page 9: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

Wilayah serta ketinggian tsunami yang menghantam kota Kesennuma beragam dan

wilayah yang tergenang kebanyakan berada di pesisir. Tsunami yang tertinggi, 20,99 meter,

terdapat di wilayah Tsuyagawa (津谷川) pada bagian selatan kota Kesennuma.

Salah satu dampak yang ditimbulkan bencana 3.11 terhadap kota Kesennuma

adalah menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung. Menurut data yang dikeluarkan oleh

pemerintah prefektur Miyagi (2013), jumlah wisatawan di Kesennuma-Motoyoshi, termasuk

wilayah pantai Minami Sanriku, menurun drastis dari 3.624.219 orang pada tahun 2010 menjadi

791.627 pada tahun 2011. Jika wilayah pantai Minami-sanriku tidak dihitung, maka jumlah

wisatawan di kota Kesennuma pada tahun 2010 adalah sebanyak 2.540.589 orang dan kemudian

turun menjadi 292.012 di tahun 2011. Jumlah kunjungan wisatawan ke kota Kesennuma-

Motoyoshi membaik pada tahun 2012 menjadi sebanyak 1.681.232 pengunjung. Adapun jika

wilayah pesisir Minamisanriku tidak dihitung jumlahnya menjadi 662.047 pengunjung. Grafik

berikut menunjukkan perubahan pengunjung di wilayah Kesennuma dari tahun 2010-2012.

Gambar 2 Grafik Pengunjung kota Kesennuma tahun 2010-2012

Di sisi lain, meskipun pasca bencana 3.11 terjadi penurunan jumlah pengunjung ke kota

Kesennuma, terdapat ketertarikan baru yang muncul dengan adanya pengunjung yang kini datang

untuk melihat kehancuran serta dampak yang ditimbulkan oleh bencana pada kota Kesennuma.

0  

500000  

1000000  

1500000  

2000000  

2500000  

3000000  

3500000  

4000000  

2010   2011   2012  

Kesennuma-­‐Motoyoshi  

Pantai  Minami-­‐sanriku  

Kesennuma-­‐Karakuwa  Hanzou  

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Page 10: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

Hal ini terlihat dari survey yang dilakukan oleh relawan mahasiswa universitas Waseda,

WAVOC (2012).

Gambar 2 Tujuan Berkunjung ke Kota Kesennuma

Alasan melihat langsung lokasi bencana merupakan alasan yang erat hubungannya

dengan dark tourism. Dalam serial dokumenter TOMORROW dari NHK, episode dark tourism

pasca bencana 3/11, beberapa pengunjung diwawancara mengenai kedatangannya ke lokasi kapal

Kyotokumaru 18 di kota Kesennuma (Takakura, 2013). Dalam wawancara tersebut para

pengunjung mengatakan bahwa dengan datang langsung ke lokasi bencana maka dirinya dapat

merasakan langsung realitas dan efek dari bencana. Selain itu, pengunjung juga mengatakan

bahwa setelah melihat dapat lebih menghargai kekuatan alam. Stone dan Sharpley menyatakan

bahwa dark tourism dengan segala bentuknya memungkinkan individu untuk menikmati

keingintahuan dan ketertarikan terhadap kematian lalu merenungkan mortalitasnya (Stone &

Sharpley, 2008, hal. 586-587). Perenungan melalui dark tourism memungkinkan wisatawan

untuk melihat kematian dirinya sebagai sesuatu yang jauh, tidak berhubungan dengan produk

dark tourism yang dikonsumsi serta harapan bahwa kematiannya kelak merupakan kematian yang

baik dan kehidupannya bermakna (Stone, 2012, hal. 1573). Oleh karena itu, dark tourism tidak

hanya mampu memberikan lokasi yang menghubungkan antara yang telah mati dengan yang

masih hidup, namun juga memberikan ruang bagi para pengunjung untuk dapat merenungkan

makna kematian (Stone, 2012, hal. 1582).

28%  

28%  13%  

11%  

5%  5%  

3%  2%  

5%  

Tujuan  Berkunjung  ke  Kota  Kesennuma  Memberikan  bantuan  finansial  

Melihat  langsung  lokasi  bencana  

Sukarelawan  

MenikmaF  makanan  

Mengunjungi  tempat  terkenal  

Mengunjungi  teman/saudara  

BerparFsipasi  dalam  kegiatan  

Pekerjaan  

Lainnya  

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Page 11: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

Berdasarkan rangkaian dark tourism sebagai mediator mortalitas yang dikemukakan

Stone (2012, 1576-1581), dapat dikatakan bahwa hal yang terdekat dengan pengunjung dalam

memaknai dark tourism di kota Kesennuma adalah narasi, hiburan dan edukasi. Hal ini

dikarenakan pengunjung tidak mengalami langsung bencana 3.11 sehingga ingatan dan kengerian

mengenai bencana yang dirasakan tidaklah sedalam yang dirasakan oleh penduduk kota

Kesennuma. Walaupun demikian, bukan berarti hal lainnya seperti instruksi moral tidak dapat

dirasakan oleh pengunjung. Di satu sisi, meskipun dark tourism di kota Kesennuma

memungkinkan pengunjung terhubung dengan kematian, namun bukan berarti berlaku juga

kepada penduduk kota Kesennuma itu sendiri dilihat dari kasus Kyotokumaru 18.

Kyotokumaru 18 merupakan sebuah kapal nelayan seberat 330 ton dengan panjang sekitar

60 meter. Pemilik kapal adalah perusahaan penangkapan ikan, Gisuke Gyogyou (儀助漁業),

yang berasal dari Fukushima. Setelah terdampar ke daratan akibat terjangan tsunami, kapal ini

kemudian sering dikunjungi baik warga maupun wisatawan yang memiliki keingintahuan tentang

bencana 3/11. Dokumenter NHK mengenai dark tourism pasca bencana mengatakan bahwa

dalam sehari sekitar 500 orang mengunjungi Kyotokumaru 18 (Takakura, 2013). Salah satu

buktinya dapat dilihat dengan kehadiran bis wisata yang mengantar pengunjung ke lokasi kapal

ini terdampar seperti di gambar 4.12. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh tim WAVOC dan

telah disebut pada subbab 4.2, Kyotokumaru 18 menjadi objek wisata kedua paling dikunjungi

oleh para wisatawan yang datang ke kota Kesennuma (WAVOC, 2012).

 

Gambar 3 Kyotokumaru 18

Perubahan Kyotokumaru 18 dari kapal nelayan biasa menjadi sebuah objek pariwisata

dark tourism dapat dibahas dengan teori milik Stone (2010, hal. 15) mengenai karakteristik lokasi

kematian menjadi wisata. Kyotokumaru 18 merupakan objek pariwisata yang sebetulnya tidak

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Page 12: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

disengaja keberadaannya. Keunikannya sebagai salah satu bukti terjadinya bencana 3.11

menimbulkan ketertarikan bagi para pengunjung. Keberadaan kapal tersebut juga dipublikasikan

oleh berbagai media massa seperti dalam salah satu episode serial dokumenter TOMORROW

dari NHK mengenai kondisi pasca bencana 3.11 dengan judul Tourism that shares story.

Di lokasi Kyotokumaru 18 terdapat persembahan bungan yang diletakkan warga sekitar

dan para pengunjung serta papan pengumuman yang bertuliskan:

当市においては、東日本大震災において甚大なる被害が発生しました。

ここはその中心となる場所の一つです。写真撮影等にあたっては犠牲者

や被害者へのご配慮をお願いいたします。

“Di kota ini terjadi bencana besar Gempa Bumi Besar Jepang Timur. Di sinilah

salah satu lokasi pusatnya. Mohon pikirkan tentang para korban saat ingin

mengambil foto.”

Pengumuman tersebut menjadi pengingat sekaligus peringatan bagi para

pengunjung yang merupakan konsumen dark tourism bahwa bencana 3/11

meninggalkan luka mendalam kepada penduduk kota Kesennuma (foto di lampiran 7).

Keberadaan para pengunjung kurang disambut oleh warga kota Kesennuma yang merasa

bahwa keberadaan kapal justru membuat kenangan buruk ketika bencana muncul kembali. Akan

tetapi, pemerintah kota Kesennuma memiliki keinginan untuk mengkonservasi kapal itu sebagai

pengingat bencana. Perusahaan pemilik kapal menyatakan sepakat untuk menyingkirkan

Kyotokumaru 18 setelah muncul penolakan dari masyarakat (The Japan Times, 2013).

Berdasarkan pro dan kontra yang muncul di kalangan masyarakat, pemerintah kota akhirnya

mengadakan survei tentang keberadaan Kyotokumaru 18 di kota Kesennuma.

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Page 13: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

 Gambar 4 Hasil Survei mengenai Konservasi Kyotokumaru 18

Survei dilakukan pemerintah kota Kesennuma sejak tanggal 1 Juli 2013 hingga 15 Juli

2015 kepada 65.138 warga yang berusia 16 tahun ke atas. Dari hasil survei tersebut didapat

bahwa 68,3% responden menginginkan Kyotokumaru 18 untuk tidak dikonservasi dengan

beberapa alasan berikut:

a. Membangkitkan kembali kenangan bencana yang tidak menyenangkan;

b. Merupakan sumber kemarahan masyarakat sekitar;

c. Biaya manajemen dan perawatan dari negara yang tidak transparan serta rawan

diselewengkan;

d. Prioritas seharusnya pada rekonstruksi pasca bencana terutama membangun kembali

perumahan serta industri;

e. Pemilik kapal telah menyatakan akan membongkar kapal tersebut;

f. Penjelasan kepada masyarakat terkait konservasi kapal masih belum cukup.

Sebagai objek pariwisata dark tourism, Kyotokumaru 18 adalah mediator kematian bagi para

pengunjung dan juga masyarakat kota Kesennuma. Stone (2012), menyatakan bahwa mediator ini

melalui serangkaian narasi, edukasi, hiburan, menghantui ingatan, memorialisation, instruksi

moral, serta memento mori.

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Page 14: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

Narasi Kyotokumaru 18 adalah rangkaian peristiwa bencana 3/11 yang membawa

kehancuran tidak hanya di kota Kesennuma, tapi di berbagai wilayah lainnya. Pemahaman

mengenai narasi bencana menjadi edukasi bagi para pengunjung dan juga masyarakat. Sulit untuk

mengatakan bahwa kunjungan ke lokasi Kyotokumaru 18 menjadi semacam ‘hiburan’.

Masyarakat sekitar tidak menyukainya karena keberadaan kapal itu menghantui ingatan mereka.

Memorialisation atau secara sederhana upaya mengingat memungkinkan dark tourism terwujud.

Terkait dengan Kyotokumaru 18, tahapan memorialisation sangatlah sulit bagi masyarakat kota

Kesennuma karena kejadian tersebut sangat menyakitkan. Oleh karena itu, masyarakat akhirnya

lebih memilih untuk menghancurkan Kyotokumaru 18.

Kyotokumaru 18, sebagai objek wisata dark tourism, dapat menjadi mediator kematian

bagi pengunjung dan juga masyarakat sekitar. Akan tetapi, pilihan masyarakat untuk

menyingkirkan kapal tersebut menunjukkan bahwa dalam kasus Kyotokumaru 18 hal itu tidak

dapat terjadi. Meskipun demikian, kota Kesennuma sendiri sesungguhnya telah menjadi lokasi

dark tourism karena hampir seluruh wilayah kota menjadi korban bencana 3/11. Penyingkiran

Kyotokumaru 18 hanya menghilangkan sebuah simbol, namun tidak menghilangkan kenangan

akan bencana. Oleh karena itu meskipun Kyotokumaru 18 dihilangkan, kenangan terhadap

bencana dapat terus berlanjut dan diingat terutama oleh generasi saat ini dan diteruskan kepada

generasi berikutnya sebagai sejarah.

Penolakan pada Kyotokumaru 18 berbeda dengan objek wisata dark tourism lainnya di

Jepang yang terkenal yaitu Monumen Perdamaian Hiroshima, sebuah bangunan yang pada

awalnya digunakan sebagai Gedung Pameran Produk Industri Prefektur Hiroshima. Gedung

tersebut selamat dari bom atom ketika kota Hiroshima serta kota Nagasaki dibom pada saat

Perang Dunia kedua. Pada awalnya sempat terjadi pertentangan antara dipertahankan dan

dihancurkan dan selama bertahun-tahun bangunan tersebut dibiarkan begitu saja tanpa perawatan

tanpa menghasilkan kepastian hingga gerakan dari masyarakat untuk mempertahankan bangunan

tersebut menguat. Bangunan tersebut akhirnya dilestarikan dan ditetapkan sebagai Monumen

Perdamaian Hiroshima di tahun 1966 dan kini telah menjadi salah satu Situs Warisan Dunia

UNESCO (Hiroshima City, 2010).

Pada kasus Kyotokumaru 18 di kota Kesennuma, penyingkiran kapal dapat dikatakan

sebagai penghilangan suatu potensi. Akan tetapi, hilangnya Kyotokumaru 18 tidak membuat dark

tourism di kota Kesennuma hilang sepenuhnya. Kota Kesennuma sendiri kini adalah lokasi dark

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Page 15: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

tourism sebagai kota yang secara langsung menjadi korban bencana 3/11 sehingga memiliki

potensi untuk dikembangkan seiring dengan proses revitalisasi pasca bencana berjalan. WAVOC,

sehubungan dengan hal itu dan berdasarkan hasil surveinya, menyarankan untuk memanfaatkan

makanan, alam dan juga proses revitalisasi kota yang merupakan hal-hal unggulan kota

Kesennuma untuk menarik wisatawan (WAVOC, 2012).

Ada kekhawatiran tentang berkurangnya jumlah wisatawan karena hilangnya kapal

Kyotokumaru 18 yang merupakan lokasi paling dikunjungi kedua di kota Kesennuma. Hal ini

disampaikan salah satunya oleh artikel berita dari The Japan Times dengan judul “Tohoku finding

real recovery hard to come by” (Tohoku menemukan bahwa pemulihan yang sesungguhnya sulit

dicapai) (Yoshida, 2014). Dalam artikel yang dimuat tanggal 5 Maret 2014 itu disebut bahwa

Onodera, seorang penjual makanan kering di tempat sementara pada daerah Shishiori,

mengatakan bahwa jumlah pengunjung berkurang secara drastis semenjak Kyotokumaru 18

dihancurkan. Pada tahun 2012 ketika Onodera pertama kali membuka tokonya, ia selalu sibuk

karena baik wisatawan maupun penduduk lokal selalu mampir. Akan tetapi, sekarang ini hanya

sedikit yang datang ke tokonya. Meskipun terdapat kekhawatiran tentang turunnya jumlah

wisatawan, namun belum adanya data pasca penghancuran Kyotokumaru 18 pada saat penelitian

ini berlangsung membuat kita hanya dapat memperkirakan efeknya.

5. KESIMPULAN

Walaupun kerusakan dan bahaya pasca 3/11 masih menghantui Jepang, terdapat sebuah

potensi yang justru muncul di tengah upaya revitalisasi. Potensi tersebut salah satunya dalam

bidang pariwisata dengan dark tourism. Pada kota Kesennuma yang diluluhlantakkan oleh gempa

dan tsunami, terdapat pengunjung yang datang untuk melihat lokasi-lokasi bencana di kota

Kesennuma seperti lokasi terdamparnya kapal Kyotokumaru 18 dan juga memberikan bantuan

baik melalui finansial maupun kegiatan sukarelawan.

Melalui kunjungan ke lokasi dark tourism, pengunjung dan juga masyarakat sekitar dapat

menghubungkan diri masing-masing dengan bencana berdasarkan fungsi lokasi dark tourism

yang memediasi kematian kepada konsumennya. Oleh karena itu pengunjung dan masyarakat

dapat memaknai lokasi seperti dark tourism sebagai penghubung kepada tragedi yang telah

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Page 16: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

terjadi dan mengambil pelajaran demi kebaikan hidup ke depannya. Akan tetapi, kemungkinan

tersebut mendapat tantangan dengan keinginan dari masyarakat untuk menghancurkan

Kyotokumaru 18.  

Penghancuran Kyotokumaru 18 pasca survey pemerintah kota menunjukkan sikap

masyarakat kota Kesennuma yang menolak lokasi dark tourism. Alasan dari penolakan tercermin

dalam jawaban survei yaitu kenangan pahit yang muncul setiap kali melihat kapal tersebut. Pada

akhirnya penolakan dan juga penghancuran Kyotokumaru 18 pada bulan Oktober 2013

menunjukkan bahwa meskipun Kyotokumaru 18 sebagai simbol bencana 3.11 dan lokasi dark

tourism di kota Kesennuma dapat menjadi mediator kematian, namun hal tersebut tidak terjadi.

Daftar Referensi

Hiroshima City. Genpatsu Doomu ni tsuite Manabou. 2010. http://www.city.hiroshima.lg.jp/toshiseibi/dome/learning/preservation.html (accessed April 15, 2014).

Ide, Akira. "Higashi Nihon Daishinsai ni okeru Touhoku Chiiki no Fukkou to Kankou ni tsuite: Inobeeshon to Daaku Tsuurizumu wo Tegakarini." Unyuu to Keizai 72, no. 1 (Januari 2012): 24-33.

National Police Agency of Japan. Damage Situation and Police Countermeasures associated with 2011 Tohoku District - Off the Pacific Ocean Earthquake. National Police Agency of Japan, 2014.

Port and Airport Research Institute. Executive Summary of Urgent Field Survey of Earthquake and Tsunami Disasters by the 2011 off the Pacific Coast of Tohoku Earthquake. Yokosuka: Port and Airport Research Institute, 2011.

Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitati dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Sharpley, Richard. "Shedding Light on Dark Tourism: An Introduction." In The Darker Side of Travel: Theory and Practice of Dark Tourism, edited by Richard Sharpley and Phillip Stone, 1-22. Bristol: Channel View, 2009.

Stone, Phillip R. "Dark Tourism and Significant Other Death." Annals of Tourism Research 39, no. 3 (2012): 1565-1587.

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014

Page 17: Dark Tourism pada Kota Kesennuma Prefektur Miyagi

Stone, Phillip R. "Dark Tourism and Significant Other Death: Towards a Model of Mortality Mediation." Annals of Tourism Research 39, no. 3 (2012): 1565-1587.

—. "Death, Dying and Dark Tourism in Contemporary Society: A Theoretical and Empirical Analysis." University of Central Lancashire, Oktober 2010.

Stone, Phillip R., and Richard Sharpley. "Consuming Dark Tourism: A Thanatological Perspective." Annals of Tourism Research 35, no. 2 (2008): 574-595.

TOMORROW: Tourism that Shares a Story. Directed by Tenji Takakura. Produced by Mayu Hirano. 2013.

The Japan Times. Ship beached by 3/11 tsunami to be dismantled. Agustus 15, 2013. http://www.japantimes.co.jp/news/2013/08/05/national/ship-beached-by-311-tsunami-to-be-dismantled/#.U3VdaPmSx8M (accessed Mei 16, 2014).

United States Geological Survey. Magnitude 9.0 - NEAR THE EAST COAST OF HONSHU, JAPAN: Earthquake Summary. Juli 23, 2013. http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eqinthenews/2011/usc0001xgp/#summary (accessed Mei 30, 2014).

WAVOC. "Kesennuma City." 気仙沼観光アンケート報告. 11 28, 2012. http://www.city.kesennuma.lg.jp/www/contents/1357600437049/files/01.pdf (accessed April 19, 2014).

Yoshida, Reiji. Tohoku finding real recovery hard to come by. Maret 5, 2014. http://www.japantimes.co.jp/news/2014/03/05/national/for-kesennuma-real-recovery-may-never-come/#.U2o82vmSx8N (accessed April 9, 2014).

 

Dark tourism .…, Mardhana Ksatrya, FIB UI, 2014