41
Komponen Elektronika 1. PENDAHULUAN Dalam dunia elektronika komponen ada beraneka ragam dan jenis, namun dari kesemuanya itu dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu komponen aktif dan komponen pasif. Sebagai contoh untuk komponen pasif adalah : resistor, induktor, kapasitor sedangkan untuk komponen aktif adalah : diode, transistor, tyristor, opamp dan IC. Perbedaan yang mencolok antara keduanya adalah pada komponen pasif tidak mengubah bentuk gelombang sinyal ac yang diberikan kepadanya sedangkan komponen aktif dapat menyearahkan, menguatkan, dan mengubah bentuk gelombang sinyal AC yang diberikan kepadanya. 2. KOMPONEN PASIF a. RESISTOR Resistor dapat disebut juga sebagai tahanan atau hambatan dimana resistor digunakan untuk menghambat aliran dari arus listrik yang diberikan. Resistor memiliki nilai yang disebut resistansi dalam satuan ohm dengan lambang omega (Ω). Dengan simbol seperti gambar dibawah RESISTOR POTENSIOMETER VARIABEL RESISTOR TRIMPOT THERMISTOR LIGHT DEPENDENT RESISTOR Gambar 1. Simbol berbagai macam resistor

Dasar Elektronika

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dasar Elektronika

Komponen Elektronika

1. PENDAHULUAN

Dalam dunia elektronika komponen ada beraneka ragam dan jenis, namun dari

kesemuanya itu dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu komponen aktif dan komponen

pasif. Sebagai contoh untuk komponen pasif adalah : resistor, induktor, kapasitor

sedangkan untuk komponen aktif adalah : diode, transistor, tyristor, opamp dan IC.

Perbedaan yang mencolok antara keduanya adalah pada komponen pasif tidak mengubah

bentuk gelombang sinyal ac yang diberikan kepadanya sedangkan komponen aktif dapat

menyearahkan, menguatkan, dan mengubah bentuk gelombang sinyal AC yang diberikan

kepadanya.

2. KOMPONEN PASIF

a. RESISTOR

Resistor dapat disebut juga sebagai tahanan atau hambatan dimana resistor

digunakan untuk menghambat aliran dari arus listrik yang diberikan. Resistor

memiliki nilai yang disebut resistansi dalam satuan ohm dengan lambang omega

(Ω). Dengan simbol seperti gambar dibawah

RESISTOR POTENSIOMETER VARIABEL

RESISTOR

TRIMPOT THERMISTOR LIGHT DEPENDENT

RESISTOR

Gambar 1. Simbol berbagai macam resistor

Page 2: Dasar Elektronika

Gambar 2.Berbagai macam bentuk resistor

Resistor memiliki bentuk, jenis dan kapasitas bermacam-macam. Seperti

pada Gambar 2. terdapat berbagai macam jenis resistor dan juga dalam berbagai

kemampuan disipasi daya biasanya ditentukan dalam satuan Watt. Macam-macam

resistor dapat dibedakan sebagai berikut :

• Resistor biasa atau biasanya nilai resistansinya dikodekan pada warna

gelangnya dengan nilai resistansi tetap atau tidak dapat diubah.

• Variabel resistor atau dapat disebut juga resistor yang nilai resistansinya

dapat diubah-ubah sesuai spesifikasinya (Contohnya : potensiometer,

trimpot).

VR linier atau perubahan sudut putar linier terhadap nilai resistansi

(Contoh penerapan digunakan untuk sensor).

VR logaritmis atau perubahan sudut putar logaritmis terhadap nilai

resistansi.

(Contoh penerapan pada audio)

• Thermistor atau resistor yang dipengaruhi oleh perubahan suhu atau

temperatur (Contohnya : NTC dan PTC)

NTC adalah Negative Temperature Coefisien dimana perubahan suhu

berbanding terbalik terhadap perubahan resistansi.

Page 3: Dasar Elektronika

PTC adalah Positive Temperature Coefisien dimana perubahan suhu

berbanding lurus terhadap perubahan resistansi.

• LDR (Light Dependent Resistor) adalah resistor yang dipengaruhi oleh

perubahan cahaya.

Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki

tembaga di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang

kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa

mengukur besarnya dengan Ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar

manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti

yang ditunjukkan pada Tabel1

Tabel 1. Tabel kode warna resistor

Biasanya warna gelang toleransi berada pada badan resistor yang paling

pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan warna gelang yang

pertama agak sedikit ke dalam.

Page 4: Dasar Elektronika

Gambar 3. Bentuk dan urutan gelang warna resistor

Jumlah gelang yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar

toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki 3

gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau

2% (toleransi kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Gelang

pertama dan seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang

terakhir adalah faktor pengalinya.

Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor selain besar

resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor bekerja dengan dialiri arus listrik,

maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar W=I2R watt. Semakin besar

ukuran fisik suatu resistor bisa menunjukkan semakin besar kemampuan disipasi

daya resistor tersebut.

Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt.

Resistor yang memiliki disipasi daya 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk

kubus memanjang persegi empat berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk

silinder. Tetapi biasanya untuk resistor ukuran besar ini nilai resistansi dicetak

langsung dibadannya, misalnya 100Ω/5W.

b. KAPASITOR

Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan

listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan

oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya

Page 5: Dasar Elektronika

udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi

tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu

kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif

terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir

menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke

ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif.

Muatan elektrik ini "tersimpan" selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung

kakinya. Untuk simbol dari Kapasitor dapat dilihat gambar dibawah :

Gambar 4. Simbol Kapasitor

Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat

menampung muatan elektron. Dapat dihitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x 1018 elektron.

Dan juga dapat didefinisikan bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar

1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron sebanyak 1

coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :

Q = CV …………….(1)

Q = muatan elektron dalam C (coulombs)

C = nilai kapasitansi dalam F (farads)

V = besar tegangan dalam V (volt)

Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan

mengetahui luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal

dielektrik) dan konstanta (k) bahan dielektrik.

Dengan rumusan dapat ditulis sebagai berikut :

Page 6: Dasar Elektronika

C = (8.85 x 10-12) (k A/t) ...(2)

Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang

disederhanakan.

Udara vakum k = 1

Aluminium oksida k = 8

Keramik k = 100 - 1000

Gelas k = 8

Polyethylene k = 3

Tabel 2. Tabel nilai konstanta bahan dielektrikum

Untuk rangkaian elektronik praktis, satuan farads adalah sangat besar

sekali. Umumnya kapasitor yang ada di pasar memiliki satuan uF (10-6 F), nF

(10-9 F) dan pF (10

-12 F).

Gambar 5. Berbagai macam bentuk kapasitor

Pada Gambar 6. ditunjukkan berbagai macam bentuk dan jenis kapasitor.

Namun dari berbagai macam kapasitor tersebut ada juga kapasitor yang dapat

Page 7: Dasar Elektronika

diubah-ubah nilai kapasitansinya tergantung sesuai dengan spesifikasinya dan

dinamakan kapasitor variabel atau VARCO.

Kapasitor sendiri terdiri dari beberapa tipe, tergantung dari bahan

dielektriknya. Untuk lebih sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Kapasitor Electrostatic

Kapasitor electrostatic adalah kelompok kapasitor yang dibuat

dengan bahan dielektrik dari keramik, film dan mika. Keramik dan mika

adalah bahan yang popular serta murah untuk membuat kapasitor yang

kapasitansinya kecil. Tersedia dari besaran pF sampai beberapa uF, yang

biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan dengan frekuensi tinggi.

Termasuk kelompok bahan dielektrik film adalah bahan-bahan material

seperti polyester (polyethylene terephthalate atau dikenal dengan sebutan

mylar), polystyrene, polyprophylene, polycarbonate, metalized paper dan

lainnya.

Mylar, MKM, MKT adalah beberapa contoh sebutan merek dagang

untuk kapasitor dengan bahan-bahan dielektrik film. Umumnya kapasitor

kelompok ini adalah non-polar. Konstruksinya ditunjukkan pada Gambar

6.

Gambar 6. Konstruksi dari kapasitor

2. Kapasitor Electrolytic

Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor

yang bahan dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya

Page 8: Dasar Elektronika

kapasitor yang termasuk kelompok ini adalah kapasitor polar dengan tanda

+ dan - di badannya. Mengapa kapasitor ini dapat memiliki polaritas,

adalah karena proses pembuatannya menggunakan elektrolisa sehingga

terbentuk kutup positif anoda dan kutup negatif katoda.

Beberapa metal seperti tantalum, aluminium, magnesium, titanium,

niobium, zirconium dan seng (zinc) permukaannya dapat dioksidasi

sehingga membentuk lapisan metal-oksida (oxide film). Lapisan oksidasi

ini terbentuk melalui proses elektrolisa, seperti pada proses penyepuhan

emas. Elektroda metal yang dicelup kedalam larutan electrolit (sodium

borate) lalu diberi tegangan positif (anoda) dan larutan electrolit diberi

tegangan negatif (katoda). Oksigen pada larutan electrolyte terlepas dan

mengoksidai permukaan plat metal. Contohnya, jika digunakan

Aluminium, maka akan terbentuk lapisan Aluminium-oksida (Al2O3) pada

permukaannya.

Gambar 7. Konstruksi dari kapasitor elektrolit

Dengan demikian berturut-turut plat metal (anoda), lapisan-metal-

oksida dan electrolyte(katoda) membentuk kapasitor. Dalam hal ini

lapisan-metal-oksida sebagai dielektrik. Lapisan metal-oksida ini sangat

tipis, sehingga dengan demikian dapat dibuat kapasitor yang

Page 9: Dasar Elektronika

kapasitansinya cukup besar.

Karena alasan ekonomis dan praktis, umumnya bahan metal yang

banyak digunakan adalah aluminium dan tantalum. Bahan yang paling

banyak dan murah adalah Aluminium. Untuk mendapatkan permukaan

yang luas, bahan plat Aluminium ini biasanya digulung radial. Sehingga

dengan cara itu dapat diperoleh kapasitor yang kapasitansinya besar.

Bahan electrolyte pada kapasitor Tantalum ada yang cair tetapi ada

juga yang padat. Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan larutan

electrolit yang menjadi elektroda negatif-nya, melainkan bahan lain yaitu

manganese-dioksida. Dengan demikian kapasitor jenis ini bisa memiliki

kapasitansi yang besar namun menjadi lebih ramping dan mungil. Selain

itu karena seluruhnya padat, maka waktu kerjanya (lifetime) menjadi lebih

tahan lama. Kapasitor tipe ini juga memiliki arus bocor yang sangat kecil

Jadi dapat dipahami mengapa kapasitor Tantalum menjadi relatif mahal.

3. Kapasitor Electrochemical

Satu jenis kapasitor lain adalah kapasitor electrochemical.

Termasuk kapasitor jenis ini adalah batere dan accu. Pada kenyataanya

batere dan accu adalah kapasitor yang sangat baik, karena memiliki

kapasitansi yang besar dan arus bocor (leakage current) yang sangat kecil.

Tipe kapasitor jenis ini juga masih dalam pengembangan untuk

mendapatkan kapasitansi yang besar namun kecil dan ringan.

Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya ditulis

dengan angka yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum dan

polaritasnya.Kapasitor yang ukuran fisiknya mungil dan kecil biasanya hanya

bertuliskan 2 (dua) atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka satuannya

adalah pF (pico farads). Jika ada 3 digit, angka pertama dan kedua menunjukkan

nilai nominal, sedangkan angka ke-3 adalah faktor pengali. Faktor pengali sesuai

dengan angka nominalnya, berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3 = 1.000, 4 = 10.000

Page 10: Dasar Elektronika

dan seterusnya.

Pada kapasitor terdapat yang dinamakan tegangan kerja atau tegangan

maksimum yang diijinkan sehingga kapasitor masih dapat bekerja dengan baik.

Sehingga tegangan yang diberikan pada kapasitor tidak boleh melebihi dari yang

tertera atau tercantum. Umumnya kapasitor-kapasitor polar bekerja pada tegangan

DC dan kapasitor non-polar bekerja pada tegangan AC.

c. INDUKTOR

Induktor adalah komponen yang dapat menyimpan energi magnetik.

Energi ini direpresentasikan dengan adanya tegangan emf (electromotive force)

jika induktor dialiri listrik.

Tegangan emf akan menjadi penting saat perubahan arusnya fluktuatif.

Efek emf menjadi signifikan pada sebuah induktor, karena perubahan arus yang

melewati tiap lilitan akan saling menginduksi. Ini yang dimaksud dengan self-

induced. Secara matematis induktansi pada suatu induktor dengan jumlah lilitan

sebanyak N adalah akumulasi flux magnet untuk tiap arus yang melewatinya :

I

NL

Φ=

Gambar 8. Bentuk dari induktor

Fungsi utama dari induktor di dalam suatu rangkaian adalah untuk

melawan fluktuasi arus yang melewatinya. Aplikasinya pada rangkaian dc salah

satunya adalah untuk menghasilkan tegangan dc yang konstan terhadap fluktuasi

beban arus. Pada aplikasi rangkaian ac, salah satu gunanya adalah bisa untuk

meredam perubahan fluktuasi arus yang tidak dinginkan. Akan lebih banyak lagi

fungsi dari induktor yang bisa diaplikasikan pada rangkaian filter, tuner dan

Page 11: Dasar Elektronika

l

ANL o

2µµ=

sebagainya. Untuk mencari nilai induktansi dari sebuah inductor dapat dicari

melalui rumus :

L : induktansi dalam H (Henry)

µ : permeability inti (core)

µo : permeability udara vakum

µo : 4π x 10-7

N : jumlah lilitan induktor

A : luas penampang induktor (m2) l : panjang induktor (m)

Gambar 9. Bentuk penampang induktor

Ada satu jenis induktor yang dikenal dengan nama toroid. Jika biasanya

induktor berbentuk silinder memanjang, maka toroid berbentuk lingkaran.

Biasanya selalu menggunakan inti besi (core) yang juga berbentuk lingkaran

seperti kue donat.

Page 12: Dasar Elektronika

r

ANL o

πµµ

2

2

=

Gambar 10. Berbagai macam bentuk induktor

Gambar 11. Bentuk induktor model toroida

Untuk mencari nilai induktansi dari sebuah inductor toroida dapat dicari melalui

rumus :

L : induktansi dalam H (Henry)

µ : permeability inti (core)

µo : permeability udara vakum

µo : 4π x 10-7

N : jumlah lilitan induktor

A : luas penampang induktor (m2)

r : jari-jari toroid (m)

Salah satu keuntungan induktor berbentuk toroid, didapatkan induktor

Page 13: Dasar Elektronika

dengan induktansi yang lebih besar dan dimensi yang relatif lebih kecil

dibandingkan dengan induktor berbentuk silinder. Juga karena toroid umumnya

menggunakan inti (core) yang melingkar, maka medan induksinya tertutup dan

relatif tidak menginduksi komponen lain yang berdekatan di dalam satu pcb.

Untuk rangkaian elektronik praktis, satuan Henry adalah sangat besar sekali.

Umumnya inductor memiliki satuan uH (10-6 H), mH (10

-3 H)

3. KOMPONEN AKTIF

a. DIODE

Dioda termasuk komponen elektronika yang terbuat dari bahan

semikonduktor. Diode merupakan semikonduktor yang pertama ditemukan.

Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan arus satu arah

saja, itulah mengapa diode disebut sebagai semikonduktor atau setengah

penghantar. Struktur dioda tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan N.

Satu sisi adalah semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain adalah

tipe N. Dengan struktur demikian arus hanya akan dapat mengalir dari sisi P

menuju sisi N.

Gambar 12. Gambar symbol dan penampang diode

Gambar ilustrasi di atas menunjukkan sambungan PN dengan sedikit porsi

kecil yang disebut lapisan deplesi (depletion layer), dimana terdapat

keseimbangan hole dan elektron. Seperti yang sudah diketahui, pada sisi P banyak

terbentuk hole-hole yang siap menerima elektron sedangkan di sisi N banyak

terdapat elektron-elektron yang siap untuk bebas merdeka. Lalu jika diberi bias

Page 14: Dasar Elektronika

positif, dengan arti kata memberi tegangan potensial sisi P lebih besar dari sisi N,

maka elektron dari sisi N dengan serta merta akan tergerak untuk mengisi hole di

sisi P. Tentu kalau elektron mengisi hole disisi P, maka akan terbentuk hole pada

sisi N karena ditinggal elektron. Ini disebut aliran hole dari P menuju N, Kalau

mengunakan terminologi arus listrik, maka dikatakan terjadi aliran listrik dari sisi

P ke sisi N.

Gambar 13. Gambar diode dengan bias maju (forward)

Sebalikya apakah yang terjadi jika polaritas tegangan dibalik yaitu dengan

memberikan bias negatif (reverse bias). Dalam hal ini, sisi N mendapat polaritas

tegangan lebih besar dari sisi P.

Gambar 14. Gambar diode dengan bias mundur (backward)

Tentu jawabanya adalah tidak akan terjadi perpindahan elektron atau aliran

hole dari P ke N maupun sebaliknya. Karena baik hole dan elektron masing-

masing tertarik ke arah kutup berlawanan. Bahkan lapisan deplesi (depletion

layer) semakin besar dan menghalangi terjadinya arus.

Page 15: Dasar Elektronika

Gambar 15. Berbagai macam bentuk diode

Dengan demikian dioda hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja. Pada

tegangan bias maju yang kecil saja dioda sudah menjadi konduktor. Hanya

diperlukan beberapa volt diatas nol saja pada diode bisa terjadi konduksi. Ini

disebabkan karena adanya dinding deplesi (deplesion layer). Untuk dioda yang

terbuat dari bahan Silikon tegangan konduksi adalah diatas 0.7 volt. Kira-kira 0.2

volt batas minimum untuk dioda yang terbuat dari bahan Germanium.

Gambar 16. Grafik arus diode

Sebaliknya untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus, namun

memang ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru terjadi

breakdown, dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang terbentuk

di lapisan deplesi.

Page 16: Dasar Elektronika

Fenomena tegangan breakdown dioda ini mengilhami pembuatan

komponen aktif lainnya yang dinamakan zener. Sebenarnya tidak ada perbedaan

sruktur dasar dari zener, melainkan mirip dengan dioda. Tetapi dengan memberi

jumlah doping yang lebih banyak pada sambungan P dan N, ternyata tegangan

breakdown dioda bisa makin cepat tercapai. Jika pada dioda biasanya baru terjadi

breakdown pada tegangan ratusan volt, pada zener bisa terjadi pada angka

puluhan dan satuan volt.

Gambar 17. Simbol diode zener

Ini adalah karakteristik zener yang unik. Jika dioda bekerja pada bias maju

maka zener biasanya berguna pada bias negatif (reverse bias).

Jenis diode yang lain adalah LED atau singkatan dari Light Emiting Dioda,

merupakan komponen yang dapat mengeluarkan emisi cahaya. Struktur LED juga

sama dengan dioda, tetapi belakangan ditemukan bahwa elektron yang menerjang

sambungan P-N juga melepaskan energi berupa energi panas dan energi cahaya.

LED dibuat agar lebih efisien jika mengeluarkan cahaya. Untuk mendapatkan

emisi cahaya pada semikonduktor, doping yang pakai adalah galium, arsenic dan

phosporus. Jenis doping yang berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda

pula.

Page 17: Dasar Elektronika

Gambar 18. Bentuk simbol dan penampang LED

Pada saat ini warna-warna cahaya LED yang banyak ada adalah warna

merah, kuning, hijau dan biru. Pada dasarnya semua warna bisa dihasilkan, namun

akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien. Dalam memilih LED selain warna,

perlu diperhatikan tegangan kerja, arus maksimum dan disipasi daya-nya.

Umumnya LED bisa bekerja pada tegangan 1,2 sampai 1,5 volt namun saat ini

ada juga yang dinamakan LED super bright dengan cahaya yang lebih terang

namun diperlukan juga tegangan kerja dan arus yang lebih besar juga. Bentuk

LED juga bermacam-macam, ada yang persegi empat, bulat dan lonjong.

b. THYRISTOR

Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti ‘pintu'. Dinamakan

demikian barangkali karena sifat dari komponen ini yang mirip dengan pintu yang

dapat dibuka dan ditutup untuk melewatkan arus listrik. Ada beberapa komponen

yang termasuk thyristor antara lain adalah komponen-komponen thyristor yang

dikenal dengan sebutan SCR (silicon controlled rectifier), TRIAC dan DIAC.

Ciri-ciri utama dari sebuah thyristor adalah komponen yang terbuat dari

Page 18: Dasar Elektronika

bahan semikonduktor silicon. Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N

junction yang dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor bipolar atau MOS.

Komponen thyristor lebih digunakan sebagai saklar (switch) ketimbang sebagai

penguat arus atau tegangan seperti halnya transistor.

Gambar 19. struktur thyristor

3.b.1. SCR

Untuk membuat thyristor menjadi ON adalah dengan memberi arus trigger

lapisan P yang dekat dengan katoda. Yaitu dengan membuat kaki gate pada

thyristor PNPN seperti pada Gambar20. Karena letaknya yang dekat dengan

katoda, bisa juga pin gate ini disebut pin gate katoda (cathode gate). Beginilah

SCR dibuat dan simbol SCR digambarkan seperti Gambar20. SCR dalam banyak

literatur disebut Thyristor saja.

Gambar 20. Struktur dan symbol SCR

Melalui kaki (pin) gate tersebut memungkinkan komponen ini di trigger

menjadi ON, yaitu dengan memberi arus gate. Ternyata dengan memberi arus

Page 19: Dasar Elektronika

gate Ig yang semakin besar dapat menurunkan tegangan breakover (Vbo) sebuah

SCR. Dimana tegangan ini adalah tegangan minimum yang diperlukan SCR untuk

menjadi ON. Sampai pada suatu besar arus gate tertentu, ternyata akan sangat

mudah membuat SCR menjadi ON. Bahkan dengan tegangan forward yang kecil

sekalipun. Misalnya 1 volt saja atau lebih kecil lagi. Kurva tegangan dan arus dari

sebuah SCR adalah seperti yang ada pada Gambar21 yang berikut ini.

Gambar 21. Karakteristik kurva I-V SCR

Pada Gambar 21 tertera tegangan breakover Vbo, yang jika tegangan

forward SCR mencapai titik ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi adalah

arus Ig yang dapat menyebabkan tegangan Vbo turun menjadi lebih kecil. Pada

gambar ditunjukkan beberapa arus Ig dan korelasinya terhadap tegangan

breakover. Pada datasheet SCR, arus trigger gate ini sering ditulis dengan notasi

IGT (gate trigger current). Pada gambar ada ditunjukkan juga arus Ih yaitu arus

holding yang mempertahankan SCR tetap ON. Jadi agar SCR tetap ON maka arus

forward dari anoda menuju katoda harus berada di atas parameter ini.

Sejauh ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR menjadi

ON. Pada kenyataannya, sekali SCR mencapai keadaan ON maka selamanya akan

ON, walaupun tegangan gate dilepas atau di short ke katoda. Satu-satunya cara

untuk membuat SCR menjadi OFF adalah dengan membuat arus anoda-katoda

turun dibawah arus Ih (holding current). Pada Gambar21 kurva I-V SCR, jika arus

forward berada dibawah titik Ih, maka SCR kembali pada keadaan OFF. Berapa

besar arus holding ini, umumnya ada di dalam datasheet SCR.

Page 20: Dasar Elektronika

Cara membuat SCR menjadi OFF tersebut adalah sama saja dengan

menurunkan tegangan anoda-katoda ke titik nol. Karena inilah SCR atau thyristor

pada umumnya tidak cocok digunakan untuk aplikasi DC. Komponen ini lebih

banyak digunakan untuk aplikasi-aplikasi tegangan AC, dimana SCR bisa OFF

pada saat gelombang tegangan AC berada di titik nol.

Ada satu parameter penting lain dari SCR, yaitu VGT. Parameter ini adalah

tegangan trigger pada gate yang menyebabkab SCR ON.

3.b.2. TRIAC

Boleh dikatakan SCR adalah thyristor yang uni-directional, karena ketika

ON hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda.

Struktur TRIAC sebenarnya adalah sama dengan dua buah SCR yang arahnya

bolak-balik dan kedua gate-nya disatukan. Simbol TRIAC ditunjukkan pada

Gambar22. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi-directional.

Gambar 22.Simbol TRIAC

TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik, sehingga

dapat melewatkan arus dua arah. Kurva karakteristik dari TRIAC adalah seperti

pada Gambar23 berikut ini.

Page 21: Dasar Elektronika

Gambar 23. Karakteristik kurva I-V TRIAC

Pada datasheet akan lebih detail diberikan besar parameter-parameter

seperti Vbo dan -Vbo, lalu IGT dan -IGT, Ih serta -Ih dan sebagainya. Umumnya

besar parameter ini simetris antara yang plus dan yang minus. Dalam perhitungan

desain, bisa dianggap parameter ini simetris sehingga lebih mudah di hitung.

3.b.3. DIAC

Kalau dilihat strukturnya seperti Gambar 24, DIAC bukanlah termasuk

keluarga thyristor, namun prisip kerjanya membuat ia digolongkan sebagai

thyristor. DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan N

pada transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan mudah dapat

menyeberang menembus lapisan ini. Sedangkan pada DIAC, lapisan N di buat

cukup tebal sehingga elektron cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC

yang demikian dapat juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP,

sehingga dalam beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai dioda.

Page 22: Dasar Elektronika

Gambar 24. Struktur dan simbol DIAC

Sukar dilewati oleh arus dua arah, DIAC memang dimaksudkan untuk

tujuan ini. Hanya dengan tegangan breakdown tertentu barulah DIAC dapat

menghantarkan arus. Arus yang dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari anoda

menuju katoda dan sebaliknya. Kurva karakteristik DIAC sama seperti TRIAC,

tetapi yang hanya perlu diketahui adalah berapa tegangan breakdown-nya.

Simbol dari DIAC adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 32.

DIAC umumnya dipakai sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input

tertentu yang relatif tinggi.

c. TRANSISTOR

Transistor merupakan dioda dengan dua sambungan (junction).

Sambungan itu membentuk transistor PNP maupun NPN. Ujung-ujung

terminalnya berturut-turut disebut emitor, base dan kolektor. Base selalu berada

di tengah, di antara emitor dan kolektor.

Page 23: Dasar Elektronika

Gambar 25. Bentuk simbol dan penampang transistor

Transistor seperti gambar diatas dapat disebut juga transistor bipolar atau

transistor BJT (Bipolar Junction Transistor). Transistor bipolar adalah inovasi

yang mengantikan transistor tabung (vacum tube). Selain dimensi transistor

bipolar yang relatif lebih kecil, disipasi dayanya juga lebih kecil sehingga dapat

bekerja pada suhu yang lebih dingin. Dalam beberapa aplikasi, transistor tabung

masih digunakan terutama pada aplikasi audio, untuk mendapatkan kualitas suara

yang baik, namun konsumsi dayanya sangat besar. Sebab untuk dapat melepaskan

elektron, teknik yang digunakan adalah pemanasan filamen seperti pada lampu

pijar.

Transistor bipolar memiliki 2 junction yang dapat disamakan dengan

penggabungan 2 buah dioda. Emiter-Base adalah satu junction dan Base-Kolektor

junction lainnya itulah kenapa disebut (Bipolar Junction Transistor). Seperti pada

dioda, arus hanya akan mengalir hanya jika diberi bias positif, yaitu hanya jika

tegangan pada material P lebih positif daripada material N (forward bias). Pada

gambar ilustrasi transistor NPN berikut ini, junction base-emiter diberi bias positif

sedangkan base-colector mendapat bias negatif (reverse bias).

Gambar 26. Rangkaian bias transistor dan arus Elektron

Page 24: Dasar Elektronika

Karena base-emiter mendapat bias positif maka seperti pada dioda,

elektron mengalir dari emiter menuju base. Kolektor pada rangkaian ini lebih

positif sebab mendapat tegangan positif. Karena kolektor ini lebih positif, aliran

elektron bergerak menuju kutup ini. Misalnya tidak ada kolektor, aliran elektron

seluruhnya akan menuju base seperti pada dioda. Tetapi karena lebar base yang

sangat tipis, hanya sebagian elektron yang dapat bergabung dengan hole yang ada

pada base. Sebagian besar akan menembus lapisan base menuju kolektor. Inilah

alasannya mengapa jika dua dioda digabungkan tidak dapat menjadi sebuah

transistor, karena persyaratannya adalah lebar base harus sangat tipis sehingga

dapat diterjang oleh elektron.

Gambar 27. Macam-macam bentuk transistor

Jika misalnya tegangan base-emitor dibalik (reverse bias), maka tidak

akan terjadi aliran elektron dari emitor menuju kolektor. Jika pelan-pelan 'keran'

base diberi bias maju (forward bias), elektron mengalir menuju kolektor dan

besarnya sebanding dengan besar arus bias base yang diberikan. Dengan kata lain,

arus base mengatur banyaknya elektron yang mengalir dari emiter menuju

kolektor. Ini yang dinamakan efek penguatan transistor, karena arus base yang

kecil menghasilkan arus emiter-colector yang lebih besar. Istilah amplifier

Page 25: Dasar Elektronika

(penguatan) sebenarnya bukanlah penguatan dalam arti sebenarnya, karena

dengan penjelasan di atas sebenarnya yang terjadi bukan penguatan, melainkan

arus yang lebih kecil mengontrol aliran arus yang lebih besar. Juga dapat

dijelaskan bahwa base mengatur membuka dan menutup aliran arus emiter-

kolektor (switch on/off).

Pada transistor PNP, fenomena yang sama dapat dijelaskan dengan

memberikan bias seperti pada gambar berikut. Dalam hal ini yang disebut

perpindahan arus adalah arus hole.

Gambar 28. Arus Hole transistor PNP

Perlu diingat, walaupun tidak ada perbedaan pada doping bahan pembuat

emitor dan kolektor, namun pada prakteknya emitor dan kolektor tidak dapat

dibalik.

Gambar 29. Penampang transistor bipolar

Page 26: Dasar Elektronika

Dari satu bahan silikon (monolitic), emitor dibuat terlebih dahulu,

kemudian base dengan doping yang berbeda dan terakhir adalah kolektor.

Terkadang dibuat juga efek dioda pada terminal-terminalnya sehingga arus hanya

akan terjadi pada arah yang dikehendaki.

Untuk memudahkan pembahasan prinsip bias transistor lebih lanjut,

berikut adalah terminologi parameter transistor. Dalam hal ini arah arus adalah

dari potensial yang lebih besar ke potensial yang lebih kecil.

Gambar 30. Arus potensial

Parameter-paramater yang perlu diperhatikan :

IC : arus kolektor

IB : arus base

IE : arus emitor

VC : tegangan kolektor

VB : tegangan base

VE : tegangan emitor

VCC : tegangan pada kolektor

VCE : tegangan jepit kolektor-emitor

VEE : tegangan pada emitor

VBE : tegangan jepit base-emitor (umumnya 0,6 – 0,7 volt untuk transistor

silikon)

ICBO : arus base-kolektor

VCB : tegangan jepit kolektor-base

Page 27: Dasar Elektronika

Pada tabel data transistor (databook) beberapa hal perlu diperhatikan

antara lain spesifikasi αdc (alpha dc) yang tidak lain adalah :

αdc = IC/IE

Defenisinya adalah perbandingan arus kolektor terhadap arus emitor.

Karena besar arus kolektor umumnya hampir sama dengan besar arus emiter maka

idealnya besar αdc adalah = 1 (satu). Namun umumnya transistor yang ada

memiliki αdc kurang lebih antara 0.95 sampai 0.99.

Pada tabel data transistor (databook) juga dapat dijumpai spesifikasi βdc

(beta dc) atau hfe didefenisikan sebagai besar perbandingan antara arus kolektor

dengan arus base.

βdc = IC/IB

Dengan kata lain, βdc adalah parameter yang menunjukkan kemampuan

penguatan arus (current gain) dari suatu transistor. Parameter ini ada tertera di

databook transistor dan sangat membantu para perancang rangkaian elektronika

dalam merencanakan rangkaiannya.

Sebelumnya ada beberapa spesifikasi transistor yang perlu diperhatikan,

seperti tegangan VCEmax dan PD max. Sering juga dicantumkan di datasheet

keterangan lain tentang arus ICmax VCBmax dan VEBmax. Ada juga PDmax pada

TA = 25o dan PDmax pada TC = 25

o

3.c.1. Kurva Base

Hubungan antara IB dan VBE tentu saja akan berupa kurva dioda. Karena

memang telah diketahui bahwa junction base-emitor tidak lain adalah sebuah

dioda. Jika hukum Ohm diterapkan pada loop base diketahui adalah :

IB = (VBB - VBE) / RB

VBE adalah tegangan jepit dioda junction base-emitor. Arus hanya akan

mengalir jika tegangan antara base-emitor lebih besar dari VBE. Sehingga arus IB

mulai aktif mengalir pada saat nilai VBE tertentu.

Page 28: Dasar Elektronika

Gambar 31. kurva IB -VBE

Besar VBE umumnya tercantum di dalam databook. Tetapi untuk

penyerdehanaan umumnya diketahui VBE = 0.7 volt untuk transistor silikon dan

VBE = 0.3 volt untuk transistor germanium.

3.c.2. Kurva Kolektor

Sekarang sudah diketahui konsep arus base dan arus kolektor. Satu hal lain

yang menarik adalah bagaimana hubungan antara arus base IB, arus kolektor IC

dan tegangan kolektor-emiter VCE. Dengan mengunakan rangkaian-01, tegangan

VBB dan VCC dapat diatur untuk memperoleh plot garis-garis kurva kolektor. Pada

gambar berikut telah diplot beberapa kurva kolektor arus IC terhadap VCE dimana

arus IB dibuat konstan.

Gambar 32. kurva kolektor

Dari kurva ini terlihat ada beberapa region yang menunjukkan daerah kerja

Page 29: Dasar Elektronika

transistor. Pertama adalah daerah saturasi, lalu daerah cut-off, kemudian daerah

aktif dan seterusnya daerah breakdown.

3.c.3. Daerah Aktif Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, dimana arus

IC konstans terhadap berapapun nilai VCE. Dari kurva ini diperlihatkan bahwa arus

IC hanya tergantung dari besar arus IB. Daerah kerja ini biasa juga disebut daerah

linear (linear region).

Dari hubungan tegangan dan arus pada loop kolektor, maka dapat diperoleh

hubungan :

VCE = VCC - ICRC

Dapat dihitung dissipasi daya transistor adalah :

PD = VCE.IC

Rumus ini mengatakan jumlah dissipasi daya transistor adalah tegangan kolektor-

emitor dikali jumlah arus yang melewatinya. Dissipasi daya ini berupa panas yang

menyebabkan naiknya temperatur transistor. Umumnya untuk transistor power

sangat perlu untuk mengetahui spesifikasi PDmax. Spesifikasi ini menunjukkan

temperatur kerja maksimum yang diperbolehkan agar transistor masih bekerja

normal. Sebab jika transistor bekerja melebihi kapasitas daya PDmax, maka

transistor dapat rusak atau terbakar.

3.c.4. Daerah Cut-off

Daerah saturasi adalah mulai dari VBE = 0 volt sampai kira-kira 0.7 volt

(transistor silikon), yaitu akibat dari efek dioda kolektor-base yang mana tegangan

VCE belum mencukupi untuk dapat menyebabkan aliran elektron.

3.c.5. Daerah Saturasi

Jika kemudian tegangan VBE dinaikkan perlahan-lahan, sampai tegangan

VCE tertentu tiba-tiba arus IC mulai konstan. Pada saat perubahan ini, daerah kerja

transistor berada pada daerah saturasi yaitu dari keadaan cut off (OFF) lalu

menjadi aktif (ON). Perubahan ini dipakai pada system digital yang hanya

mengenal angka biner 1 dan 0

Page 30: Dasar Elektronika

3.c.6. Daerah Breakdown

Dari kurva kolektor, terlihat jika tegangan VCE lebih dari 40V, arus IC

menanjak naik dengan cepat. Transistor pada daerah ini disebut berada pada

daerah breakdown. Seharusnya transistor tidak boleh bekerja pada daerah ini,

karena akan dapat merusak transistor tersebut. Untuk berbagai jenis transistor

nilai tegangan VCEmax yang diperbolehkan sebelum breakdown bervariasi.

VCEmax pada databook transistor selalu dicantumkan juga.

d. TRANSISTOR FET

Transistor Bipolar dinamakan demikian karena bekerja dengan 2 (bi)

muatan yang berbeda yaitu elektron sebagai pembawa muatan negatif dan hole

sebagai pembawa muatan positif. Ada satu jenis transistor lain yang dinamakan

FET (Field Efect Transistor). Berbeda dengan prinsip kerja transistor bipolar,

transistor FET bekerja bergantung dari satu pembawa muatan, apakah itu elektron

atau hole. Karena hanya bergantung pada satu pembawa muatan saja, transistor ini

disebut komponen unipolar.

Umumnya untuk aplikasi linear, transistor bipolar lebih disukai, namun

transistor FET sering digunakan juga karena memiliki impedansi input (input

impedance) yang sangat besar. Terutama jika digunakan sebagai switch, FET

lebih baik karena resistansi dan disipasi dayanya yang kecil.

Ada dua jenis transistor FET yaitu JFET (junction FET) dan MOSFET

(metal-oxide semiconductor FET). Pada dasarnya kedua jenis transistor

memiliki prinsip kerja yang sama, namun tetap ada perbedaan yang mendasar

pada struktur dan karakteristiknya. Namun dari keduanya yg sering banyak

dipakai adalah jenis MOSFET makanya yang akan dibahas disini adalah jenis

MOSFET.

Mirip seperti JFET, transistor MOSFET (Metal oxide FET) memiliki

drain, source dan gate. Namun perbedaannya gate terisolasi oleh suatu bahan

oksida. Gate sendiri terbuat dari bahan metal seperti aluminium. Oleh karena

Page 31: Dasar Elektronika

itulah transistor ini dinamakan metal-oxide. Karena gate yang terisolasi, sering

jenis transistor ini disebut juga IGFET yaitu insulated-gate FET.

Ada dua jenis MOSFET, yang pertama jenis depletion-mode dan yang

kedua jenis enhancement-mode. Jenis MOSFET yang kedua adalah komponen

utama dari gerbang logika dalam bentuk IC (integrated circuit), uC (micro

controller) dan uP (micro processor) yang tidak lain adalah komponen utama dari

komputer modern saat ini.

3.d.1. MOSFET Depletion-mode

Gambar berikut menunjukkan struktur dari transistor jenis ini. Pada sebuah

kanal semikonduktor tipe n terdapat semikonduktor tipe p dengan menyisakan

sedikit celah. Dengan demikian diharapkan elektron akan mengalir dari source

menuju drain melalui celah sempit ini. Gate terbuat dari metal (seperti aluminium)

dan terisolasi oleh bahan oksida tipis SiO2 yang tidak lain adalah kaca.

Gambar 33. struktur MOSFET depletion-mode

Semikonduktor tipe p di sini disebut subtrat p dan biasanya dihubung

singkat dengan source. Ingat seperti pada transistor JFET lapisan deplesi mulai

membuka jika VGS = 0.

Dengan menghubung singkat subtrat p dengan source diharapkan

ketebalan lapisan deplesi yang terbentuk antara subtrat dengan kanal adalah

maksimum. Sehingga ketebalan lapisan deplesi selanjutnya hanya akan ditentukan

Page 32: Dasar Elektronika

oleh tegangan gate terhadap source. Pada gambar, lapisan deplesi yang dimaksud

ditunjukkan pada daerah yang berwarna kuning.

Semakin negatif tegangan gate terhadap source, akan semakin kecil arus

drain yang bisa lewat atau bahkan menjadi 0 pada tegangan negatif tertentu.

Karena lapisan deplesi telah menutup kanal. Selanjutnya jika tegangan gate

dinaikkan sama dengan tegangan source, arus akan mengalir. Karena lapisan

deplesi muali membuka. Sampai di sini prinsip kerja transistor MOSFET

depletion-mode tidak berbeda dengan transistor JFET.

Karena gate yang terisolasi, tegangan kerja VGS boleh positif. Jika VGS

semakin positif, arus elektron yang mengalir dapat semakin besar. Di sini letak

perbedaannya dengan JFET, transistor MOSFET depletion-mode bisa bekerja

sampai tegangan gate positif.

Pabrikasi MOSFET depletion-mode

Gambar 34. Penampang D-MOSFET (depletion-mode)

Struktur ini adalah penampang MOSFET depletion-mode yang dibuat di

atas sebuah lempengan semikonduktor tipe p. Implant semikonduktor tipe n

dibuat sedemikian rupa sehingga terdapat celah kanal tipe n. Kanal ini

menghubungkan drain dengan source dan tepat berada di bawah gate. Gate terbuat

dari metal aluminium yang diisolasi dengan lapisan SiO2 (kaca). Dalam beberapa

buku, transistor MOSFET depletion-mode disebut juga dengan nama D-

MOSFET.

3.d.2. Kurva drain MOSFET depeletion mode

Analisa kurva drain dilakukan dengan mencoba beberapa tegangan gate

VGS konstan, lalu dibuat grafik hubungan antara arus drain ID terhadap tegangan

Page 33: Dasar Elektronika

VDS.

Gambar 35. Kurva drain transistor MOSFET depletion-mode

Dari kurva ini terlihat jelas bahwa transistor MOSFET depletion-mode

dapat bekerja (ON) mulai dari tegangan VGS negatif sampai positif. Terdapat dua

daerah kerja, yang pertama adalah daerah ohmic dimana resistansi drain-source

adalah fungsi dari :

RDS(on) = VDS/IDS

Jika tegangan VGS tetap dan VDS terus dinaikkan, transistor selanjutnya akan

berada pada daerah saturasi. Jika keadaan ini tercapai, arus IDS adalah

konstan. Tentu saja ada tegangan VGS(max), yang diperbolehkan. Karena jika lebih

dari tegangan ini akan dapat merusak isolasi gate yang tipis alias merusak

transistor itu sendiri.

3.d.3. MOSFET Enhancement-mode

Jenis transistor MOSFET yang kedua adalah MOSFET enhancement-

mode. Transistor ini adalah pengembangan dari MOSFET depletion-mode. Gate

terbuat dari metal aluminium dan terisolasi oleh lapisan SiO2 sama seperti

transistor MOSFET depletion-mode. Perbedaan struktur yang mendasar adalah,

subtrat pada transistor MOSFET enhancement-mode sekarang dibuat sampai

menyentuh gate, seperti terlihat pada gambar berikut ini.

Page 34: Dasar Elektronika

Gambar 36. Struktur MOSFET enhancement-mode

Gambar diatas adalah transistor MOSFET enhancement mode kanal n. Jika

tegangan gate VGS dibuat negatif, tentu saja arus elektron tidak dapat mengalir.

Juga ketika VGS=0 ternyata arus belum juga bisa mengalir, karena tidak ada

lapisan deplesi maupun celah yang bisa dialiri elektron. Satu-satunya jalan adalah

dengan memberi tegangan VGS positif. Karena subtrat terhubung dengan source,

maka jika tegangan gate positif berarti tegangan gate terhadap subtrat juga positif.

Tegangan positif ini akan menyebabkan elektron tertarik ke arah subtrat

p. Elektron-elektron akan bergabung dengan hole yang ada pada subtrat p. Karena

potensial gate lebih positif, maka elektron terlebih dahulu tertarik dan menumpuk

di sisi subtrat yang berbatasan dengan gate. Elektron akan terus menumpuk dan

tidak dapat mengalir menuju gate karena terisolasi oleh bahan insulator SiO2

(kaca).

Jika tegangan gate cukup positif, maka tumpukan elektron akan

menyebabkan terbentuknya semacam lapisan n yang negatif dan seketika itulah

arus drain dan source dapat mengalir. Lapisan yang terbentuk ini disebut dengan

istilah inversion layer. Kira-kira terjemahannya adalah lapisan dengan tipe yang

berbalikan. Di sini karena subtratnya tipe p, maka lapisan inversion yang

terbentuk adalah bermuatan negatif atau tipe n.

Tentu ada tegangan minimum dimana lapisan inversion n mulai terbentuk.

Tegangan minimun ini disebut tegangan threshold VGS(th). Tegangan VGS(th) oleh

pabrik pembuat tertera di dalam datasheet.

Di sini letak perbedaan utama prinsip kerja transitor MOSFET

enhancement-mode dibandingkan dengan JFET. Jika pada tegangan VGS = 0 ,

Page 35: Dasar Elektronika

transistor JFET sudah bekerja atau ON, maka transistor MOSFET enhancement-

mode masih OFF. Dikatakan bahwa JFET adalah komponen normally ON dan

MOSFET adalah komponen normally OFF.

3.d.4. Pabrikasi MOSFET enhancement-mode

Transistor MOSFET enhacement mode dalam beberapa literatur disebut

juga dengan nama E-MOSFET.

Gambar 37. Penampang E-MOSFET (enhancement-mode)

Gambar diatas adalah bagaimana transistor MOSFET enhancement-mode

dibuat. Sama seperti MOSFET depletion-mode, tetapi perbedaannya disini tidak

ada kanal yang menghubungkan drain dengan source. Kanal n akan terbentuk

(enhanced) dengan memberi tegangan VGS diatas tegangan threshold tertentu.

Inilah struktur transistor yang paling banyak di terapkan dalam IC digital.

3.d.5. Kurva Drain MOSFET enhacement-mode

Mirip seperti kurva D-MOSFET, kurva drain transistor E-MOSFET adalah

seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut. Namun di sini VGS semua bernilai

positif. Garis kurva paling bawah adalah garis kurva dimana transistor mulai ON.

Tegangan VGS pada garis kurva ini disebut tegangan threshold VGS(th).

Page 36: Dasar Elektronika

Gambar 38. Kurva drain E-MOSFET

Karena transistor MOSFET umumnya digunakan sebagai saklar (switch),

parameter yang penting pada transistor E-MOSFET adalah resistansi drain-source.

Biasanya yang tercantum pada datasheet adalah resistansi pada saat transistor ON.

Resistansi ini dinamakan RDS(on). Besar resistansi bervariasi mulai dari 0.3 Ohm

sampai puluhan Ohm. Untuk aplikasi power switching, semakin kecil resistansi

RDS(on) maka semakin baik transistor tersebut. Karena akan memperkecil rugi-rugi

disipasi daya dalam bentuk panas. Juga penting diketahui parameter arus drain

maksimum ID(max) dan disipasi daya maksimum PD(max).

3.d.6. Simbol transistor MOSFET

Garis putus-putus pada simbol transistor MOSFET menunjukkan struktur

transistor yang terdiri drain, source dan subtrat serta gate yang terisolasi. Arah

panah pada subtrat menunjukkan type lapisan yang terbentuk pada subtrat ketika

transistor ON sekaligus menunjukkan type kanal transistor tersebut.

Page 37: Dasar Elektronika

Gambar 39. Simbol MOSFET, (a) kanal-n (b) kanal-p

Kedua simbol di atas dapat digunakan untuk mengambarkan D-MOSFET maupun

E-MOSFET.

Transistor FET termasuk perangkat yang disebut voltage-controlled device

yang mana tegangan masukan (input) mengatur arus keluaran (output). Pada

transistor FET, besar tegangan gate-source (VGS) menentukan jumlah arus yang

dapat mengalir antara drain dan source.

Transistor MOSFET yang dikenal dengan sebutan transistor MOS

umumnya gampang rusak. Ada kalanya karena tegangan gate yang melebihi

tegangan VGS(max). Karena lapisan oksida yang amat tipis, transistor MOS rentan

terhadap tegangan statik (static voltage) yang bisa mencapai ribuan volt. Untuk

itulah biasanya MOS dalam bentuk transistor maupun IC selalu dikemas

menggunakan anti static.Terminal atau kaki-kakinya di hubung singkat untuk

menghindari tegangan statik ini. Transistor MOS yang mahal karena RDS(on) yang

kecil, biasanya dilengkapi dengan zener didalamnya. Zener diantara gate dan

source ini berfungsi sebagai proteksi tegangan yang berlebih. Walapun zener ini

sebenarnya akan menurunkan impedansi input gate, namun cukup seimbang

antara performance dan harganya itu.

e. OP-AMP (Penguat Operasi)

Penguat operasi (“Operational Amplifier“) atau sering disingkat dengan

OP-AMP yaitu merupakan komponen-komponen linear yang terdiri dari beberapa

komponen diskrit yang terintegrasi dalam bentuk “chip“ (IC : Intregated Circuits)

. OP-AMP biasanya mempunyai 2 (dua) buah input yaitu input Inverting dan

input Non Inverting serta satu output. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

simbol OP-AMP berikut ini :

Page 38: Dasar Elektronika

+

-

Gambar40. Simbol OP-AMP

Input OP-AMP bisa berupa tegangan searah maupun tegangan bolak-balik.

Sedangkan output OP-AMP tergantung input yang diberikan. Jika input OP-AMP

diberi tegangan searah dengan input Non Inverting lebih besar dari pada input

inverting (), maka pada output OP-AMP akan positip (+). Sebaliknya jika input

“Non Inverting“ (+) lebih kecil dari pada input “ inverting “ (-), maka output OP-

AMP akan negatip (-).

Jika input OP-AMP diberi tegangan bolak-balik dengan input “Non

Inverting“ (+), maka pada output OP-AMP akan sephasa dengan inputnya

tersebut. Sebaliknya jika input “Inverting“ (-) diberi sinyal / tegangan bolak –

balik sinus, maka pada output OP-AMP akan berbalik phasa terhadap inputnya.

3.e.1. Penguat Inverting

OP-AMP dengan metoda input pembalik (inverting) seperti gambar41 ini

adalah mempunyai input pada terminal inverting (-) dan terminal non inverting

dihubungkan ke ground (sebagai “common”) dan terminal output diukur terhadap

ground. Tegangan (Au) untuk penguat “inverting”

1R

R

U

UA F

i

o

U −==

+

-

Uo

+

-

Uid

iidR1

Rf

OP-AMP

i i

Ui

+

--

+

if

Page 39: Dasar Elektronika

Gambar41. Rangkaian penguat inverting

3.e.2. Penguat Non Inverting

Rangkaian OP-AMP dengan input bukan pembalik (non inverting) dengan

sistem pengali penguatan yang konstan. Untuk menentukan penguatan tegangan

dari rangkaian OP-AMP ini terlebih dahulu direpresentasikan dalam bentuk

rangkaian ekivalen, lihat Gambar42

+

-

UoOp Amp

Ui

RfR1

Gambar42. Rangkaian penguat Non-inverting

Karena penguatan tegangan makaU

UA

I

OU ,=

+==

1

1R

R

U

UA F

I

Ou

3.e.3. Penguat Penjumlah (Summing amplifier)

Salah satu penggunaan rangkaian OP-AMP adalah pada penguat

penjumlah (summing amplifier). Rangkaian penguat ini penguatan tegangan

ditentukan oleh resistor (tahanan) pada masing-masing input dan tahanan umpan

baliknya. Gambar berikut (Gambar43) menunjukkan rangkaian penguat

penjumlah (summing amplifier). Rangkaian ini dianalisis dalam bentuk operasi

fungsi linear.

Page 40: Dasar Elektronika

+

-

Uo

UR1

Uid Op Amp

R

R

2

3

U

U

1

2

3

Gambar43. Rangkaian penguat penjumlah (summing)

Besarnya tegangan output (Uo) tergantung pada tahanan depan (R1, R2,

dan R3) pada masing-masing tegangan input (U1,U2,dan U3) serta tergantung pada

tahanan umpan balik (RF). Sehingga besarnya Uo adalah :

+

+

−= 32

2

1

1

...

3

UR

RU

R

RU

R

RU

R

FFF

O

FOR

R

U

R

U

R

UU

++−=

3

3

2

2

1

1

3.e.4. Penyangga Tegangan (Voltage Buffer)

Rangkaian penyangga tegangan (voltage buffer) adalah suatu pemisahan

sinyal input terhadap beban dengan menggunakan suatu tingkat unit penguat

tegangan yang tidak membalik polaritas dan atau phasanya. Disamping itu

biasanya menggunakan OP-AMP yang mempunyai impedansi input yang sangat

tinggi dan impedansi output yang sangat rendah. Gambar 4-9 berikut rangkaian

“unity gain amplifier“ atau buffer

+

-

Uo

Ui

Gambar44. Rangkaian OP-AMP sebagai “Buffer“

Page 41: Dasar Elektronika

Besarnya tegangan output ( Uo )

iOUU =

Jadi besarnya penguatan tegangannya adalah 1 dan oleh karena itu biasanya

disebut “unity follower amplifier“ atau “voltage follower”

3.f.4. Rangkaian Pengurang ( Subtractor circuit )

Rangkaian pengurang yang menggunakan OP-AMP pada dasarnya adalah

saling mengurangkan dari 2 ( dua ) buah inputnya. Gambar berikut (Gambar 45)

menunjukkan rangkaian OP-AMP sebagai pengurang (“subtractor”), atau kadang-

kadang disebut juga sebagai penguat beda (Differential Amplifier)

+

-

Uo

R

R

OP-AMP

if 2

1

R4

R3 U

U1

2

i1

i2

Ui

Ui

1

2

Gambar 45 Rangkaian “ Subtractor “

Besarnya tegangan output ( Uo ) adalah :